The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.
Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by AL EL BAPER (Almari Elektronik Badan Perencanaan), 2024-06-13 22:08:47

BUKU

BUKU

193 5.1.5 Makam K.H. Abdul Kohar (Sunan Ampel) Gambar 5.5 Makam K.H.Abdul Kohar (Sunan Ampel) Makam ini terkenal dengan nama Makam Ngampel, karena letaknya yang berada pada Desa Ngampel, Kecamatan Blora, tepatnya ± 10 km arah utara Kota Blora. Lokasi makam sangat mudah dijangkau, karena dekat dengan jalan raya jurusan Blora-Rembang. Sejarah tokoh yang dimakamkan yaitu K.H. Abdul Kohar termuat di dalam salah satunya buku sejarah tahun 1511. Disebutkan bahwa pada negara Demak Bintoro, Jawa Tengah, ada Raja bernama Raden Trenggono yang memiliki seorang Putri. Tersebutlah dalam cerita putri tersebut dikawinkan dengan Raden Joko Tingkir putra dari Bupati Pengging yang memerintah daerah Solo (merupakan daerah bagian dari Kerajaan Pajang). Raden Joko Tingkir mempunyai gelar kebangsawanan yaitu Raden Hadiwijaya. Beliau sendiri mempunyai putra bernama Hadiningrat, kemudian dikaruniai putra bernama Raden Suma Hadinegara yang mempunyai tiga putra yaitu Mbah K. Ageng Mrumu Tuban, Panjenenganipun Mbah Buyut Abdul Kohar Ngampel Gading Blora, dan Panjenenganipun Aliyullah Mbah Kyai Abdullah Mutamaqin Kanjeng Tayu Pati Jawa Tengah. Mbah K.H. Abdul Kohar semasa hidupnya selalu mengembara untuk mencari ilmu dan


194 menyebarkan Agama Islam, hingga akhirnya bertemu dengan orang tua bernama Kyai Noor Faqieh yang menyarankan agar jangan selalu mengembara. Melalui proses sejarah yang panjang, akhirnya Mbah K.H. Abdul Kohar bertempat tinggal di Desa Ngampel. Pembukaan areal ini dimulai dengan babat hutan untuk mendirikan masjid, pondok pesantren sampai akhirnya meninggal dan dimakamkan di Ngampel. Untuk menghargai jasa-jasa beliau, setiap tanggal 15 Suro dalam pertanggalan Jawa selalu diadakan Khoul Ngampel. Sampai sekarang acara ini banyak mengundang respon masyarakat atau wisatawan baik dari dalam maupun luar Blora untuk ikut memeriahkannya. 5.1.6 Situs Getas Kedungtuban Gambar 5.6 Situs Getas Kedungtuban


195 Secara astronomis terletak pada 7°11’08,1” LS dan 111°34’26,0” BT, dengan ketinggian 33 m dari permukaan air laut. Di situs ini ditemukan arca Durga Mahisasuramardini yang terletak di atas semen. Arca Durga ditemukan di bawah pohon serut yang berada di tanah desa, yang kemudian dikenal juga dengan sebutan “Kramat Nongko”. Beberapa puluh meter di sebelah kiri arca tersebut terdapat sebuah makam bernisan yang terbuat dari kayu, yang dibuat pada tahun 1990. Makam ini terletak dalam sebuah bangunan kecil. Arca tersebut berukuran tinggi 50 cm, lebar 29 cm, dan tebal 12 cm. Keadaan arca ini sudah sangat aus, kepala dan semua tangan (8 buah) telah patah/hilang. Perhiasan dan senjatasenjata yang dipegang pun sudah tidak terlihat sama sekali. Tokoh arca berdiri di atas kerbau, tampak dari badannya yang memanjang dan sudah aus pula. Tidak jauh dari lokasi ditemukannya arca dan makam terdapat sebaran keramik. 5.1.7 Makam Gedong Ageng Jipan Gambar 5.7 Makam Gedong Ageng Jipan Lokasi Petilasan Kadipaten Jipang Panolan berada di Desa Jipang, Kecamatan Cepu, Blora, (berjarak sekitar 8 kilometer dari kota Cepu) berupa makam Gedong Ageng. Untuk mencapai daerah Jipang, bisa ditempuh dengan kendaraan sepeda motor atau mobil. Pada jaman itu tempat ini merupakan pusat pemerintahan


196 Kadipaten Jipang. Di tempat ini ada makam kerabat Kadipaten Jipang, diantaranya makam R. Bagus Sosrokusumo, R. Bagus Sumantri, RA Sekar Winangkrong, dan Tumenggung Ronggo Atmojo. Peninggalan lainnya adalah Makam Santri Songo, yang berada di sebelah Utara Makam Gedong Ageng, berupa makam sembilan santri yang diduga mata-mata Pajang yang ditangkap dan dibunuh oleh prajurit Jipang. Selain itu ada juga Petilasan Bengawan Sore, dan Petilasan Masjid Jipang Panolan, Petilasan Semayam Kaputren, dan Petilasan Siti Hinggil. Adipati Jipang, Arya Penangsang atau Arya Jipang, adalah anak Raden Kikin, putera kedua Raden Patah, raja pertama Demak. Ibu Raden Kikin adalah Adipati Jipang. Putera sulung Raden Patah yang bernama Adipati Kudus atau Pati Unus meninggal dalam ekspedisi menyerang Portugis di Malaka, sehingga disebut sebagai Pangeran Sabrang Lor. Sepeninggal Adipati Unus, terjadi perebutan kekuasaan antara kakak beradik Raden Kikin dan Raden Trenggana. Raden Kikin kemudian dibunuh oleh Raden Mukmin (putra pertama Raden Trenggana yang setelah menjadi raja bergelarSunan Prawoto) sepulang salat Jumat di tepi sungai dengan menggunakan keris Kyai Setan Kober. Karenanya Raden Kikin disebut Pangeran Sekar Seda ing Lepen. Arya Penangsang, yang menjadi Adipati Jipang mewarisi kedudukan kakeknya, kemudian membalas dendam dengan membunuh Sunan Prawoto dengan Keris Kyai Setan Kober yang dilakukan oleh orang suruhannya yang bernama Rangkud, dengan dukungan Sunan Kudus. Perseteruan Arya Penangsang berlanjut dengan Hadiwijaya (Jaka Tingkir), menantu Sultan Trenggana yang menjadi Adipati Pajang, serta dengan Ratu Kalinyamat, adik Sunan Prawoto yang suaminya (Pangeran Hadari) dibunuh oleh orang-orang Jipang sekembalinya mereka dari Jepara untuk menuntut keadilan dari Sunan Kudus. Dalam sebuah pertempuran di tepi Kali Opak dengan pasukan Pajang yang dipimpin oleh Ki Gede Pemanahan dan Ki Penjawi, Arya Penangsang tewas oleh keris Kyai Setan Kober yang dihunusnya sendiri karena memotong ususnya yang terburai setelah lambungnya robek terkena Tombak Kyai Plered yang digunakan Sutawijaya. Menurut juru kunci Makam Gedong Ageng, Salekun (50), setiap hari selalu ada pengunjung yang datang ke makam. Tidak saja dari daerah di sekitarnya, tapi juga dari luar daerah, terutama Solo dan Yogyakarta. Banyak juga peziarah dari Surabaya dan Jakarta. Mereka datang dengan berbagai maksud. Ada


197 yang sekadar ingin mengunjungi dan melihat dari dekat peninggalan sejarah zaman Mataram Islam ini, banyak pula yang datang dengan hajat tertentu, seperti pengusaha yang ingin sukses, pejabat yang ingin kedudukan, atau berharap kesembuhan bagi kerabat yang sakit. "Saya kerap dimintai bantuan untuk menyampaikan maksud-maksud tersebut," ujar generasi ketiga dari trah juru kunci makam itu yang telah sebelas tahun lebih mengabdikan dirinya. Setiap pengunjung wisata sejarah Jipang ini harus menjaga sopan santun, terutama saat masuk ke lingkup makam. Menurut juru kunci Salekun, ada beberapa pantangan yang tidak boleh dilanggar saat berkunjung ke makam. Pantangan itu antara lain dilarang membawa benda-benda yang ada di lingkungan makam, bahkan secuil tanah pun. Pengunjung juga diminta untuk uluk salam terlebih dahulu saat akan masuk makam, dan jangan tinggi hati atau menyepelekan hal-hal yang ada dalam kompleks makam. “Kalau pantangan-pantaangan ini dilanggar biasanya ada kejadian yang tidak baik menimpa orang tersebut,” ujarnya. Warga Jipang juga memiliki tradisi sedekah bumi sebagai ungkapan rasa syukur. Tradisi ini disebut dengan manganan dan biasanya dilakukan di makam Gedong Ageng. Setidaknya ada tiga acara manganan, yakni saat turun hujan pertama kali, saat tanam padi, dan saat panen. Acara ini biasanya disertai dengan pertunjukan seni tradisi, seperti ketoprak, wayang krucil, wayang kulit. 5.1.8 Situs Bleboh Gambar 5. 8 Situs Bleboh


198 Kabupaten Blora, ternyata menyimpan jejak peradaban masa lalu yang luar biasa. Setelah ditemukan fosil-fosil bersejarah dengan nilai yang tinggi, belum lama ini juga ditemukan jejak peradaban megalitikum (batu besar). Peradaban itu berupa sembilan makam dari batu di Gunung Plontang, Pegunungan Kendeng Utara, tepatnya di Petak 5023 KRPH Bleboh, BKHP Nanas, KPH Cepu. Di titik pertama di ketinggian kurang lebih 350 meter dari permukaan laut (dpl) itu, ada enam makam, satu di antaranya masih utuh. Sedang di tempat lain, ditemukan lagi tiga makam, di antaranya ada yang masih lengkap, berikut dengan tutup makam. Makam batu besar yang ditemukan itu, tidak sebagaimana lazimnya makam pada zaman sekarang, khususnya makam Islam dengan posisi kepala di utara dan menghadap kiblat. Melainkan dengan meletakkan kepala ke arah timur dan kaki ke arah barat. Proses pemakaman seperti itu menganut Konsepsi Chtonis, yang berpendapat, timur merupakan arah matahari terbit sehingga bisa diartikan sebagai awal kehidupan. Sedangkan barat merupakan arah tenggelamnya matahari, yang dimaknai dengan akhir dari kehidupan. Perjalanan menuju tempat penemuan tersebut, tidak mudah. Berjarak sekitar 27 kilometer dari pusat kota, melewati Perempatan Cabak di wilayah KPH Cepu. Jalanan di tengah hutan jati itu, banyak yang berlubang. Bahkan tak sedikit di antara lubang-lubang jalanan itu dipenuhi kubangan air. Sekitar dua kilometer dari tempat penemuan makam batu besar, tepatnya di kubur kalang, harus menempuh jalan kaki melewati jalan setapak. Kemudian melalui semak-semak penuh kerikil dan medan yang sangat berat. Bisa juga dilewati dengan kendaraan bermotor roda dua, namun harus ekstrahati-hati. Perjalanan dengan kendaraan bermotor roda dua itu pun, tidak bisa sampai di tempat tujuan. Masih membutuhkan waktu sekitar 10 - 15 menit dengan jalan kaki melewati semak belukar. Sayang, makam batu dengan lebar satu meter dan panjang 2,5 meter, dan beberapa di antaranya lebih kecil sedikit dari ukuran itu, banyak yang sudah tidak utuh. Menurut penuturan Kamituwo Desa Bleboh, Kecamatan Jiken, Ngetmiyanto, hal itu akibat diambil orang-orang yang tidak mengetahui kalau itu adalah peninggalan bersejarah. ”Saya mendengar ada salah seorang warga yang mengambil lempengan batu besar dari makam ini untuk dijadikan tempat shalat.


199 Kalau memang harus diminta karena ini peninggalan bersejarah, saya akan mencoba memintanya baik-baik,” ujarnya. Pudiyatmo yang diamini Suntoyo menyatakan, penemuan makam batu yang juga dikenal masyarakat setempat dengan Tapaan itu akan diusulkan sebagai benda cagar budaya (BCB). Pemkab akan segera melakukan penelusuran dan pengkajian lebih lanjut dengan menggandeng Balai Arkeologi Nasional (Arkenas) dan Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Prambanan, Yogyakarta.” Selain itu Pemkab Blora juga berharap agar penemuan makam kuno yang merupakan jejak peradaban megalitikum itu bisa dijaga dan dilindungi. ”Ini adalah jejak peradaban megalitikum yang paling utuh yang pernah ada di Indonesia, dan ini benar-benar ada di Blora”. 5.1.9 Situs Ngandong Gambar 5.9 Situs Ngandong Ngandong merupakan nama sebuah Dusun di tepi sungai Bengawan Solo, tepatnya di Kecamatan Kradenan. Letaknya jauh di pedalaman di tengah-tengah hutan jati ini, menjadi dikenal para ilmuwan berkat penemuan fosil-fosil manusia purba. Bermula pada tahun 1931, ketika Ter Haar mengadakan pemetaan di daerah ini, pada suatu lekukan Bengawan Solo menemukan endapan teras yang mengandung


200 fosil-fosil vertebrata. Pada tahun itu juga ia mengadakan penggalian pada salah satu teras yang berada 20 cm di atas aliran sungai sekarang dan menemukan 2 buah atap tengkorak manusia purba. Penggalian yang berlangsung hingga Desember 1993 bersama-sama Oppenoorth dan Von Koenigswald menemukan beberapa atap tengkorak lainnya hingga akhirnya mencapai 11 tengkorak manusia, sebuah pecahan parietal, dan 5 buah tulang infra-tengkorak (termasuk 2 tibia). Temuan ini kemudian dideskripsikan oleh Oppenoorth sebagai Homo Soloensis. Tengkorak Homo Soloensis Ngandong berukuran besar dengan volume otak rata-rata 1.100 cc, ciri yang lebih berevolusi dibandingkan dengan Homo Erectus dari Sangiran maupun Trinil. Ciri yang lebih maju juga ditunjukkan oleh bentuk atap tengkorak yang lebih bundar dan lebih tinggi. Dengan demikian otak Manusia Ngandong lebih berkembang dibandingkan kelompok yang pernah ditemukan di Sangiran. Apabila dikaitkan dengan 3 tingkat evolusi yang pernah terjadi di Indonesia, posisi Homo Erectus Ngandong berada pada bagian paling akhir, sehingga tengkorak-tengkorak tersebut merupakan tengkorak Homo Erectus yang paling berevolusi dan paling maju. Selain fosil tengkorak manusia di Ngandong juga ditemukan sejumlah besar fosil mamalia. Kumpulan fauna mamalianya sangat banyak dan beberapa di antaranya merupakan bukti dari fauna yang pernah hidup di lingkungan vegetasi yang sangat terbuka. Hal ini menggambarkan iklim yang lenih kering atau mungkin lebih dingin dari keadaan sekarang.


201 5.1.10 Situs Jigar Gambar 5.10 Situs Jigar Secara administratif situs ini terletak di Dusun Jigar dan secara astronomis berada pada 07°15’33,2” LS dan 111°27’35,7” BT. Situs Jigar merupakan situs paleontologi dan manusia purba. Lokasi situs berada di tepi Bengawan Solo dan merupakan endapan teras sungai tersebut. Penelitian dengan ekskavasi yang pernah dilakukan telah menemukan sejumlah fragmen fosil tulang, tanduk dan gading vertebrata di dalam endapan teras Bengawan Solo. Fosil vertebrata yang ditemukan dari jenis hewan gajah, rusa, kura-kura, sapi, dan kerbau. Selain itu beberapa fragmen tulang di antara yang ditemukan diduga merupakan tulang manusia. Berdasarkan pada hasil penelitian geologi dapat diketahui bahwa potensi Situs Jigar berada pada lahan seluas ± 2300 m². Pengamatan endapan teras dan hasil temuan dalam ekskavasi ini, dapat diketahui memiliki kesamaan dengan hasil penelitian di daerah Ngandong. Berdasarkan penelitian geologis dapat diketahui bahwa stratigrafi di situs ini terdiri dari Formasi Kalibeng berumur pliosen. Formasi Kabuh berumur Pleistosen Tengah dan endapan teras berumur Pleistosen Tengah tempat temuan fosil tulang hewan. Endapan teras tersebut menumpang di atas Formasi Kabuh dan Formasi Kalibeng yang keduanya merupakan kontak yang tidak selaras.


202 5.2 Keanekaragaman Biologi (Biodiversity) 5.2.1 Pohon Jati Gambar 5.11 Pohon Jati Blora sangat identik sekali dengan floranya yaitu pohon jati. Sebelum terjadinya penjarahan hutan jati, Kabupaten Blora memiliki hutan terluas dan merupakan komoditi unggulan disusul lahan sawah dan lahan tegalan (kering). Blora juga dikenal sebagai daerah penghasil kayu jati karena hampir separuh wilayahnya merupakan hutan jati. Potensi kayu jati yang cukup melimpah itu mendorong tumbuh suburnya berbagai kerajinan yang memanfaatkan kayu jati sebagai bahan baku utama seperti kerajinan tangan, souvenir, seni ukir, kaligrafi dan mebel kayu bonggol jati. Bahkan, ada wilayah yang menjadi sentra kerajinan yang memanfaatkan bonggol pohon kayu jati yang dianggap tidak bermanfaat oleh pihak Perhutani


203 5.2.2 Pohon Mahoni Gambar 5.12 Pohon Mahoni Selain pohon jati, Kabupaten Blora memiliki pohon dengan nilai ekonomis sangat tinggi yaitu mahoni. Mahoni termasuk pohon besar dengan tinggi pohon mencapai 35 - 40 m dan diameter mencapai 125 cm. Batang lurus berbentuk silindris. Mahoni dapat tumbuh dengan subur di tempat yang cukup sinar matahari langsung Tanaman ini termasuk jenis tanaman yang mampu bertahan hidup di tanah gersang sekalipun. Walaupun tidak disirami berbulan-bulan, mahoni mampu bertahan hidup. Syarat lokasi untuk budi daya mahoni diantaranya adalah ketinggian lahan maksimum 1.500 meter dpl, curah hujan 1.524-5.085 mm/tahun dan suhu udara 11- 36 oC


204 5.2.3 Burung Betet (Psittacula alexandri) Gambar 5.13 Burung Betet (Psittacula alexandri) Blora memiliki satwa khas, yaitu burung betet dengan nama latin Psittacula alexandri. Burung Betet cenderung memanfaatkan lapisan tengah dan atas kanopi. Betet menggunakan lapisan kanopi tengah bertujuan untuk berlindung baik dari hujan maupun predator. Warna bulu yang hijau dimanfaatkan betet untuk bertamuflase dengan daun sedangkan pemanfaatan lapisan atas berhubungan dengan jenis pakan yaitu buah-buahan, bunga dan pucuk daun muda yang terdapat di ujung ujung ranting. Selain itu, betet juga sangat suka bertengger di puncak pohon untuk berjemur.


205 5.2.4 Ayam Hutan Gambar 5.14 Ayam Hutan Ayam hutan yang ada di blora ini memiliki ciri fisik berbeda dengan ayam yang ada di kampung ataupun ayam lainnya. Ayam jantan memiliki kesamaan fisik seperti ayam bekisar sedangkan ayam betina lebih kecil, gesit, memiliki bulu yang mirip bulu sebagian ayam kampung dan kulit di dekat paruhnya berwarna ungu. Perbedaan ayam hutan ini dengan ayam kampung adalah kemampuan terbangnya. Ayam hutan memiliki kemampuan terbang lebih jauh di bandingkan ayam kampung. Biasanya, saat ayam kampung ini merasa terancam atau terusik oleh sekitarnya dia akan menjauh dari tempat asal dengan cara terbang. Populasi ayam hutan terutama yang ada di kawasan hutan jati kian hari kian menurun dan terancam punah. Hal tersebut dikarenakan karena adanya ancaman dari aktivitas manusia yang mengeksploitasi hutan secara besar-besaran. Di samping itu perburuan dan alih fungsi hutan menjadi ladang pertanian juga menjadi faktor ancaman utama.


206 5.2.5 Burung Merak Gambar 5.15 Burung Merak Meskipun populasinya sudah hampir punah, di kawasan hutan jati Blora juga masih bisa kita jumpai burung merak. Namun tidak semua orang bisa menemuinya sewaktu-waktu. Hal tersebut dikarenakan habitanya yang sudah rusak dan pemburuan liar oleh manusia.


207 5.2.6 Jelarang (Musang) Gambar 5.16 Jelarang (Musang) Musang adalah nama umum bagi sekelompok mamalia pemangsa (bangsa karnivora) dari suku Viverridae. Hewan ini kebanyakan merupakan hewan malam (nokturnal) dan pemanjat yang baik. Musang yang paling dikenal adalah musang luwak (Paradoxurus hermaphroditus). Musang ini biasa hidup di dekat pemukiman termasuk perkotaan dan sering pula didapati memangsa ayam peliharaan di malam hari. Hewan ini amat pandai memanjat dan bersifat arboreal, lebih kerap berkeliaran di atas pepohonan, meskipuntidak segan pula untuk turun ke tanah Musang juga bersifat nokturnal, aktif di malam hari untuk mencari makanan dan lain-lain aktivitas hidupnya. Dalam gelap malam tidak jarang musang luwak terlihat berjalan di atas atap rumah,meniti kabel listrik untuk berpindah dari satu bangunan ke lain bangunan atau bahkan juga turun ke tanah di dekat dapur rumah. Musang luwak juga menyukai hutan-hutan sekunder Satwa tersebut sekilas mirip luwak, tapi warna rambutnya belum cukup kenal karena posisinya jauh di atas pohon yang tinggi besar.


208 5.2.7 Cangak Merah Gambar 5.17 Cangak Merah Cangak Merah adalah spesies burung Kuntul yang berukuran besar, yakni 78–97 cm. Warna abu-abu coklat berangan. Iris kuning, paruh coklat, kaki coklat kemerahan. Bulu lainnya pada burung ini berwarna coklat kemerahan. Terdapat setrip hitam menurun sepanjang leher yang merah-karat khas. Punggung dan penutup sayap abu-abu, bulu terbang hitam.


209 BAB 6 PENUTUP 6.1 Sebaran Lokasi Warisan Geologi Berdasarkan hasil survey lapangan yang telah dilakukan, geosite-geosite yang terdapat di wilayah Kabupaten Blora dapat dikelompokkan menjadi beberapa kluster yakni kluster timur laut, barat laut, tenggara, dan barat daya, yang terdiri dari: 1. Bukit Pencu (timur laut) 2. Sabrangan Forest Park (timur laut) 3. Bukit Kunci (timur laut) 4. Gunung Manggir (barat laut) 5. Gua Kidang (barat laut) 6. Gua Terawang (barat laut) 7. Gua Sentono (tenggara) 8. Singkapan Batuan Fm. Selorejo 9. Singkapan Batuan Fm. Ngrayong 10. Singkapan Batuan Fm. Ledok 11. Singkapan Batuan Fm. Mundu 12. Oro-Oro Kesongo (barat daya) 13. Kracakan Ngloram (tenggara) 14. Situs Ngandong (tenggara) 15. Situs Fosil Gajah Purba (tenggara) 16. Banyu Geni (barat daya) 17. Sungai Braholo 18. Sungai Purba Kalinanas Terdapat klaster lain yang tidak didasarkan pada lokasi keberadaannya yakni klister singkapan batuan yang menyusun stratigrafi Cekungan Jawa Timur Utara dan memiliki peranan masing-masing di sistem minyakbumi (petroleum system) Cekungan Jawa Timur Utara.


Gambar 6.1 Peta geologi dan sebaran lokasi ge


210 eosite Kabupaten Blora, Provinsi Jawa Timur.


6.2 Matriks Identifikasi Warisan Geologi Tabel 6. 1 Matriks Identifikasi Warisan


211 Geologi (Geoheritage) Kabupaten Blora


212


213


214


215


216


6.3 Matriks Identifikasi Warisan Biologi Tabel 6. 2 Matriks Identifikasi Warisan No Nama Objek Keragaman Biologi (Biodiversity) Lokasi Koordinat 1 Pohon Jati Desa Jatisari, Kec. Banjarejo, Kab. Blora X= -7.100 Y= 111.36


217 Biologi (Biodiversity) Kabupaten Blora Foto Objek Deskripsi Potensi Warisan - Potensi kayu jati yang cukup melimpah itu mendorong tumbuh suburnya berbagai kerajinan yang memanfaatkan kayu jati sebagai bahan baku utama seperti kerajinan tangan, souvenir, seni ukir, kaligrafi dan mebel kayu bonggol jati. Bahkan, ada wilayah yang menjadi sentra kerajinan yang memanfaatkan bonggol pohon kayu jati yang dianggap tidak bermanfaat oleh pihak Perhutani.


No Nama Objek Keragaman Biologi (Biodiversity) Lokasi Koordinat 2 Pohon Mahoni Desa Kalisari, Kec. Randublatung, Kab. Blora X= -7.153 Y= 111.39 3 Burung Betet (Psittacula alexandri) Desa Jatisari, Kec. Banjarejo, Kab. Blora X= -7.102 Y= 111.36


218 Foto Objek Deskripsi Potensi Warisan - Mahoni termasuk pohon besar dengan tinggi pohon mencapai 35 - 40 m dan diameter mencapai 125 cm. Batang lurus berbentuk silindris. - Burung Betet cenderung memanfaatkan lapisan tengah dan atas kanopi. Betet menggunakan lapisan kanopi tengah bertujuan untuk berlindung baik dari hujan maupun predator. Warna bulu yang hijau dimanfaatkan betet untuk bertamuflase dengan daun sedangkan pemanfaatan lapisan atas berhubungan dengan jenis pakan yaitu buah-buahan, bunga dan pucuk daun muda yang terdapat di ujung ujung ranting. Selain itu, betet juga sangat suka bertengger di puncak pohon untuk berjemur.


No Nama Objek Keragaman Biologi (Biodiversity) Lokasi Koordinat 4 Ayam Hutan Desa Cabak, Kec. Jiken, Kab. Blora X= -7.041 Y= 111.50


219 Foto Objek Deskripsi Potensi Warisan - Ayam hutan yang ada di blora memiliki ciri fisik berbeda dengan ayam kampung ataupun ayam lainnya. Ayam jantan memiliki kesamaan fisik seperti ayam bekisar sedangkan ayam betina lebih kecil, gesit, memiliki bulu yang mirip bulu sebagian ayam kampung dan kulit di dekat paruhnya berwarna ungu. Perbedaan ayam hutan ini dengan ayam kampung adalah kemampuan terbangnya. Ayam hutan memiliki kemampuan terbang lebih jauh di bandingkan ayam kampung. Biasanya, saat ayam kampung ini merasa terancam atau terusik oleh sekitarnya dia akan menjauh dari tempat asal dengan cara terbang.


No Nama Objek Keragaman Biologi (Biodiversity) Lokasi Koordinat 5 Burung Merak Hutan Jati Cagar Alam Bekutuk, Kec. Randublatung, Kab. Blora X= -7.116 Y= 111.36


220 Foto Objek Deskripsi Potensi Warisan - Meskipun populasinya sudah hampir punah, di kawasan hutan jati Blora juga masih bisa kita jumpai burung merak. Namun tidak semua orang bisa menemuinya sewaktu-waktu. Hal tersebut dikarenakan habitanya yang sudah rusak dan pemburuan liar oleh manusia.


No Nama Objek Keragaman Biologi (Biodiversity) Lokasi Koordinat 6 Jelarang Desa Ngampon, Kec. Blora, Kab. Blora X= -7.024 Y= 111.41 7 Cangak Merah Desa Kesongo, Kec. Jati, Kab. Blora X= -7.162 Y= 111.26


221 Foto Objek Deskripsi Potensi Warisan - Satwa tersebut sekilas mirip luwak, tapi warna rambutnya belum cukup kenal karena posisinya jauh di atas pohon yang tinggi besar. - Cangak Merah adalah spesies burung Kuntul yang berukuran besar, yakni 78–97 cm. Warna abu-abu coklat berangan. Iris kuning, paruh coklat, kaki coklat kemerahan. Bulu lainnya pada burung ini berwarna coklat kemerahan. Terdapat setrip hitam menurun sepanjang leher yang merahkarat khas. Punggung dan penutup sayap abu-abu, bulu terbang hitam.


6.4 Matriks Identifikasi Warisan Kebudayaan (Culture Diversity)Tabel 6. 3 Matriks Identifikasi Warisan KebuNo Nama Objek Keragaman Budaya (Culturediversity) Lokasi Koordinat F1 Kesenian Barong Desa Sitirejo, Kec. Tunjungan, Kab. Blora X= -6.941 Y= 111.41


222 ) udayaan (Culture Diversity) Kabupaten Blora oto Objek Deskripsi Potensi Warisan - Didalam seni Barong tercermin sifat-sifat kerakyatan masyarakat Blora, seperti sifat: spontanitas, kekeluargaan, kesederhanaan, kasar, keras, kompak, dan keberanian yang dilandasi kebenaran.


No Nama Objek Keragaman Budaya (Culturediversity) Lokasi Koordinat F2 Seni Tayub Desa Plosorejo, Kec. Randublatung, Kab. Blora X= -7.177 Y= 111.35 3 Makam Sunan Pojok Kauman, Kec. Blora, Kabupaten Blora, Jawa Tengah X= -6.969 Y= 111.41


223 oto Objek Deskripsi Potensi Warisan - Seni pertunjukan, tayuban dapat digolongkan tari rakyat tradisional, sifat kerakyatan sangat menonjol, tampak sebagai gambaran dari jiwa masyarakat pendukungnya, yaitu masyarakat pedesaan yang umum dijumpai diwilayah Kabupaten Blora, seperti sifat spontanitas, kekeluagaan, kesederhanaan, sedikit kasar, namun penuh rasa humor. - Lokasi ini diperkirakan merupakan tempat awal pemerintahan Kabupaten Blora. Sehingga dapat digambarkan asal mula Kabupaten Blora.


No Nama Objek Keragaman Budaya (Culturediversity) Lokasi Koordinat F4 Situs Sunggun Dusun Sunggun, Desa Medalem, Kecamatan Kradenan X= -7.249 Y= 111.46 5 Makam K.H.Abdul Kohar (Sunan Ampel) Desa Ngampel, Kecamatan Blora X= -6.892 Y= 111.43


224 oto Objek Deskripsi Potensi Warisan - Ditemukan kerangka seekor individu gajah hampir lengkap (90%). Temuan ini termasuk penemuan spektakuler, karena sejak dimulainya penelitian fosil vertebrata di Indonesia (Jawa) sekitar tahun 1850-an, baru sekarang ini ditemukan satu individu lengkap fosil gajah. Dari berbagai tulang belulang yang diperoleh, dapat dipastikan bahwa gajah ini termasuk dalam genus Elephas, sedangkan jenis atau spesiesnya diduga termasuk Elephas Hysudrindicus. Umur kepurbakalaan diperkirakan sekitar 200.000 tahun. - Merupakan makam dari Sunan Ampel (Wali Songo) yang merupakan tokoh penyebar agama Islam.


No Nama Objek Keragaman Budaya (Culturediversity) Lokasi Koordinat F6 Situs Getas Kedungtuban Desa Ngraho, Kec. Kedungtuban, Kab. Blora X= -7.183 Y= 111.27 7 Makam Gedong Ageng Jipan Desa Jipang, Kecamatan Cepu, Blora X= -7.204 Y= 111.56


225 oto Objek Deskripsi Potensi Warisan - Di situs ini ditemukan arca Durga Mahisasuramardini yang terletak di atas semen. Arca Durga ditemukan di bawah pohon serut yang berada di tanah desa, yang kemudian dikenal juga dengan sebutan “Kramat Nongko”. - Beberapa puluh meter di sebelah kiri arca tersebut terdapat sebuah makam bernisan yang terbuat dari kayu, yang dibuat pada tahun 1990. Makam ini terletak dalam sebuah bangunan kecil. - Pada zaman Mataram Islam tempat ini merupakan pusat pemerintahan Kadipaten Jipang. - Warga Jipang juga memiliki tradisi sedekah bumi sebagai ungkapan rasa syukur. Tradisi ini disebut dengan manganan dan biasanya dilakukan di makam Gedong Ageng.


No Nama Objek Keragaman Budaya (Culturediversity) Lokasi Koordinat F8 Situs Bleboh Desa Kalinanas, Kecamatan Japah X= -7.007 Y= 111.51 9 Situs Ngandong Desa Ngandong, Kecamatan Kradenan X= -7.314 Y= 111.40


Click to View FlipBook Version