1
FAHRUROJI
(191410129)
MANAJEMEN PEMASARAN
SYARIAH
Buku ini disusun
“Sebagai Tugas Ulangan Akhir Semester dengan
Dosen Pengampu : Dr. H. Syaeful Bahri, S.Ag, MM”
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTAN MAULANA HASANUDDIN BANTEN
2021
2
Kata Pengantar
Alhamdulillah, puji syukur senantiasa kita panjatkan kehadirat Allah Swt, yang telah
memberikan beribu-ribu kenikmatan sehingga penulis bisa menyelesaikan buku ini yang
membahas materi mengenai Manajemen Pemasaran Syariah. Buku ini merupakan salah satu
tugas UAS dengan Dosen Pengampu Dr. H. Syaeful Bahri, S,Ag, MM.
buku ini telah di susun semaksimal mungkin, terlepas dari semua itu, saya menyadari
sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan dalam menulis ataupun susunan kalimat maupun
paragraf dalam buku ini. Oleh karena itu, dengan tangan terbuka saya menerima saran dan
kritik dari pembaca agar saya dapat membuat buku yang lebih baik lagi.
Semoga buku ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.
Amiin.
Serang, Desember 2021
FAHRUROJI
3
MATERI 1
Konsep Dasar, Tujuan, Definisi, dan Prinsip Pemasaran dalam Islam
A. Konsep dasar pemasaran Islam
Berdasarkan pada pandangan bahwa tugas marketing adalah menentukan
kebutuhan konsumen, kekurangan dan minat segmen pasar, maka untuk dapat
memenuhi kepuasan atau keinginan secara efektif dan secara efisien dibanding pesaing
maka harus dilakukan dengan cara memelihara hubungan yang baik dan intens dengan
konsumen. 1
Konsep pemasaran syariah yaitu menekankan bahwa perlunya menerapkan
manajemen profesional, artinya dengan melakukan kegiatan tersebut maka semua
produk atau jasa yang dihasilkan pasti dapat memiliki positioning tersendiri.
Kompetitor bukanlah merupakan suatu penghalang yang harus ditakuti atau dimusuhi.2
Kompetitor dapat dijadikan sebagai sumber motivasi untuk dapat memperbaiki
kinerja marketing. Pesaing dapat mendorong pihak perusahaan dalam hal ini adalah
marketers untuk dapat bekerja lebih kretif dalam memasarkan produk berupa barang
maupun jasa.
Hal inilah yang dapat membedakan antara marketing bisnis perusahaan
konvensional dengan marketing bisnis yang menerapkan prinsip syariah yang
memberikan keputusan kepada konsumen dan stakeholders tidak hanya pada tataran
keputusan duniawi, akan tetapi juga berpengaruh kepada keputusan ukhrawi.3 Karena
terdapat ridha Allah SWT yang menjadi tujuannya. Dari hal tersebut dapat diketahui
bahwa tujuan etika berdasarkan kepada entitas nilai-nilai islam sebagai penciptaan
kepuasan duniawi dan ukhrawi bagi para stakeholders di perusahaan.
Marketer syariah harus dapat membangun karakteristik humanistik agar
memiliki keseimbangan atau balancing hubungan antara sesama manusia. Dalam kerja
seorang marketers pun aspek humanistic tersebut harus dapat diimplementasikan dalam
penghargaan untuk memuliakan manusia, bukan hanya saja menpelajari karakteristik
manusia untuk dapat mempengaruhi konsumen untuk melakukan perilaku konsumen
yang tidak normati serta reaistis.
1 Ahmad Miftah, “mengenal marketing dan marketers syariah”, islamiconomic, vol 6 no 2, 2015, h.17.
2 Masyarakat Ekonomi Syariah (MES) Pekalongan, Ekonomi Syariah (konsep, praktek &penguatan
kelembagaan), Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2009.
3 Ahmad Miftah, “mengenal marketing dan marketers syariah”, islamiconomic, vol 6 no 2, 2015, h.18.
4
B. Tujuan pemasaran islam
1. Memudahkan konsumen untuk membeli produk yang ditawarkan secara berulang-
ulang.
2. Memaksimalkan kepuasan konsumen melalui berbagai pelayanan yang diinginkan.
3. Memaksimumkan pilihan (diversifikasi produk) dalam arti perusahaan
menyediakan berbagai jenis produk sehingga konsumen memiliki beragam pilihan.
4. Memaksimalkan kualitas dengan memberikan berbagai kemudahan kepada
konsumen.
C. Definisi Pemasaran Islam
Pemasaran adalah salah satu kegiatan dalam perekonomian yang membantu
dalam menciptakan nilai ekonomi. Nilai ekonomi itu sendiri menentukan harga barang
dan jasa, faktor penting dalam menciptakan nilai tersebut adalah produksi, pemasaran,
dan konsumsi. Pemasaran menjadi mediator antara kegiatan prosuduksi dan konsumsi.4
Pemasaran menurut Kotler adalah suatu proses dan manajerial yang di
dalamnya, setiap individu dan kelompok memperoleh apa yang mereka butuhkan dan
di inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan mempertukarkan produk dengan
pihak lain. Sedangkan pemasaran menurut Santon adalah suatu sistem keseluruhan dari
kegiatan-kegiatan bisnis yang di tujukan untuk merencanakan, menentukan harga,
mempromosikan, dan mendistribusikan barang dan jasa yang memuaskan kebutuhan,
baik kepada pembeli yang ada maupun pembeli potensial. Secara umum, pemasaran
adalah suatu kegiatan menyeluruh, terpadu, dan terencana, yang dilakukan oleh sebuah
organisasi atau institusi dalam melakukan usaha agar mampu mengakomodir
permintaan pasar dengan cara menciptakan produk bernilai jual, menentukan harga,
menyampaikan dan saling bertukar tawaran yang bernilai bagi konsumen, klien, mitra,
dan masyarkat umum.
Pemasaran syariah atau marketing syariah adalah suatu strategi bisnis yang
mengarahkan proses penciptaan, penawaran, dan perubahaan value dari suatu inisiator
kepada stakeholders, yang dalam prosesnya menggunakan prinsip-prinsip syariah. Hal
ini berarti setiap proses baik proses penciptaan, penawaran, dan perubahan value tidak
4 H. Fauzan, Manajemen Pemasaran Syariah Sebuah Pengantar, (Yogyakarta: CV BILDUNG
NUSANTARA, 2019), Hal. 25
5
boleh ada hal-hal yang bertentangan dengan akad dan prinsip-prinsip islam. Selama
akad dan prinsip-prinsip islam di pegang pada suatu bisnis, maka bisnis tersebut di
perbolehkan.
D. Prinsip Pemasaran Islam
Seorang marketer agar mengerti dan paham tentang marketing syariah maka
seorang marketer harus mengetahui tentang proinsip pemasaran islam/prinsip-prinsip
marketing syariah. Prinsip-prinsip marketing syariah ada 17 sebagai berikut:5
1. Information technology allows us to be transparent (change)
Perubahan adalah suatu hal yang pasti terjadi. Maka perubahan harus
disikapi dengan cermat. Kekuatan perubahan memiliki 5 unsur: perubahan
teknologi, perubahan politik, perubahan social culture, perubahan ekonomi, dan
perubahan pasar. Dalam hal ini, lebih menekankan pada dampak perubahan
teknologi karena akar terjadinya perubahan ialah adanya inovasi terus-menerus di
bidang teknologi. Dengan perkembangan teknologi harus dimanfaatkan oleh
marketer untuk memudahkan dalam bekerja.
2. Be respectful to your competitors (competitor)
Dalam menjalankan marketing syariah, seorang marketer harus
memperhatikan cara mereka mengahadapi persaingan usaha serba-dinamis. Jadi
ketika persaingan yang terjadi bersifat kotor dan ketat, maka seorang marketer harus
memiliki kekuatan moral untuk tidak terpengaruh oleh permainan bisnis seperti itu.
Para marketer harus berpegang teguh pada prinsip-prinsip syariah dalam melakukan
pemasaran.
3. The emergence of customers global paradox (customer)
Di era globalisasi ini, masyarakat menjalani kehidupannya secara paradox.
Di zaman globalisasi ini para marketer syariah harus cepat beradaptasi dengan
lingkungan. Di era Globalisasi ini banyak budaya-budaya baru.
4. Develop a spiritual-based organizatition (Company)
5 H. Fauzan, Manajemen Pemasaran Syariah Sebuah Pengantar, (Yogyakarta: CV BILDUNG NUSANTARA,
2019), Hal. 30
6
Dengan menerapkan spiritual-based organizatition, diharapkan para
marketer selalu menjunjung tinggi nilai-nilai agama dalam melaksanakan
pemasaran sehingga terhindar dari perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh agama.
5. View market universally (segmention)
Segmentasi adalah pengidentifikasian serta memanfaatkan peluang-peluang
yang muncul di pasar. Dengan segmentasi, memungkinkan perusahaan akan lebih
fokus dalam mengalokasikan sumber daya.
6. Target custome’s heart and soul (targeting)
Targeting adalah strategi mengalokasikan sumber daya perusahaan secara
efektif, karena sumber daya yang dimiliki terbatas. Tanpa adanya targeting, para
karyawan akan bekerja semaunya sendiri, padahal mereka memiliki potensi yang
besar untuk menghasilkan suatu barang yang berkualitas.
7. Build a belief system (positioning)
Positioning adalah strategi untuk merebut posisi di hati para konsumen,
sehingga strategi ini berhubungan dengan kepercayaan, keyakinan, dan kompetensi
bagi pelanggan.
8. Differ yourself with a good package of content and context (differentiation)
Diferensiasi adalah suatu tindakan merancang seperangkat perbedaan yang
bermakna dalam tawaran perusahaan. Diferensiasi bisa berupa content (dimensi
pelanggan), dan context (dimensi yang merujuk pada cara anda menawarkan
produk)
9. Be honest with your 4 ps (Marketing-mix)
Marketing-mix memiliki elemen-elemen yaitu produk, price, place, and
promotion. Produk dan price adalah komponen dari tawaran. Sedangkan place dan
promotion adalah komponen dari akses.
10. Practice A Relationship-based selling (selling)
Selling yang dimaksud ialah bagaimana memaksimalkan kegiatan penjualan
sehingga dapat menciptakan situasi yang win-win solution bagi si penjual dan
pembeli. Dalam melakukan selling, perusahaan tidak hanya menyampaikan fitur-
fitur dari produk dan jasa yang ditawarkan saja, melainkan juga keuntungan dan
bahkan solusi dari produk dan jasa tersebut.
11. Use a spiritual brand character (Brand)
Perusahaan yang menerapkan marketing syariah, brand harus
mencerminkan karakter-karakter yang tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip
7
syariah atau nilai-nilai spiritual. Beberapa karakter yang bisa dibangun untuk
menunjukkan nilai spiritual ini digambarkan dengan nilai-nilai kejujuran, keadilan,
kemitraan, kebersamaan, keterbukaan, dan universalitas.
12. Service should have the ability to transform (service)
Untuk menjadi perusahaan yang besar, perusahaan berbasis marketing
syariah harus memperhatikan servis yang ditawarkan untuk menjaga kepuasaan
stakeholders.
13. Practice a reliable business process (process)
Proses mencerminkan tingkat quality, cost, dan delivery. Proses dalam
konteks kualitas ialah bagaimana menciptakan proses yang memiliki nilai untuk
konsumen. Proses dalam konteks cost adalah bagaimana proses yang efesien yang
tidak membutuhkan Biaya yang banyak, tetapi kualitas terjamin. Sedangkan proses
pengiriman konteks delivery adalah bagaimana produk atau servis yang ditawarkan
perusahaan kepada konsumen.
14. Create a balanced value to your stakeholder (score card)
Prinsip syariah marketing adalah menciptakan value bagi stakeholders. Tiga
stakeholders utama dari perusahaan ialah pelanggan, karyawan, dan pemegang
saham. Dalam menjaga keseimbangan, perusahaan harus menciptakan value yang
unggul bagi ketiga stakeholders utama tersebut dengan ukuran bobot yang sama.
15. Create a noble cause (Inspiration)
Inspirasi adalah impian yang hendak di capai yang akan membimbing
perusahaan sepanjang perjalanannya untuk menciptakan goals perusahaan.
Perusahaan berbasisi marketing syariah, penentuan visi dan misi tidak bisa terlepas
dari makna syariah dan tujuan akhir yang ingin di capai harus bersifat mulia.
16. Develop an ethical corporate culture (culture)
Budaya perusahaan berbasis syariah ialah mengucapkan salam, murah hati,
bersikap murah hati, berbusana nuansa syariah, dan lingkungan bersih
17. Measurement must be clear and transparents (Institution)
Prinsip terakhir ialah bagaimana membangun organisasi atau institusi
dengan berlandaskan prinsip-prinsip syariah. Dalam perusahaan syariah harus
memiliki sistem umpan balik yang bersifat transparan. Transparansi maksudnya
ialah ketiga stakeholders mendapatkan informasi yang jelas dan jujur.
8
E. Karakteristik Pemasaran Islam
Ada empat karakteristik Marketing Syariah yang dapat menjadi panduan bagi para
pemasar, yaitu :
1. Teistis (Robbaniyah)
salah satu ciri khas syariah marketing yang tidak dimiliki dalam
pemasaran konvensional yang dikenal selama ini adalah sifatnya yang religius
(Diniyah). Kondisi ini tercipta dari kesadaran akan nilai-nilai religius, yang
dipandang penting dan mewarnai aktivitas pemasaran agar tidak terperosok ke
dalam perbuatan yang dapat merugikan orang lain. Jiwa seorang syariah
marketer meyakini bahwa hukum-hukum syariat yang teistis atau bersifat
ketuhanan ini adalah hukum yang paling adil, paling sempurna, paling selaras
dengan segala bentuk kebaikan, paling dapat mencegah segala bentuk
kerusakan, paling mampu mewujudkan kebenaran, memusnahkan kebatilan,
dan menyebarluaskan kemaslahatan.6
2. Etis (akhlaqiyyah)
adalah suatu jiwa pemasar islam yang sangat mengutamakan dan
mengedepankan masalah akhlak yaitu moral dan etika dalam semua proses
pemasarannya, mulai dari pencarian bahan baku, prosesnya sampai menjual
kepada konsumen haruslah dengan etika islam. Artinya dalam melakukan
pemasaran haruslah menggunakan aturan/etika yang baik dan tentu tidak akan
merugikan pihak lain. Pemasar haruslah bertanggung jawab secara moral atas
apa yang mereka jual mulai dari pemilihan dan pencarian barang dagangan yang
baik kemudian bagi barang yang harus merubah value membutuhkan
pemrosesan yang bertanggung jawab kebersihan dan kehalalannya hingga
produk/barang tersebut dijual harus menggunakan aturan sesuai kaidah islam.7
3. Realistis (al-waqi’yyah)
syariah marketing bukanlah konsep yang eksklusif, fanatis, anti
modernitas, dan kaku. Syariah marketing adalah konsep pemasaran yang
fleksibel, sebagaimana keluasan dan keluwesan syariah Islamiyah yang
6 H. Fauzan, M,Si, Manajemen Pemasaran Syariah Sebuah Pengantar, (Yogyakarta: CV BILDUNG
NUSANTARA, 2019 ), hal. 28
7 Dhika Amalia Kurniawan dan Muhammad Zaenal Abidin, Pengantar Pemasaran Islam, (Jawa Timur:
Lembaga Penerbitan Universitas Darussalam Gontor, 2018), hal 70
9
melandasinya. Syariah marketer bukanlah berarti para pemasar itu harus
berpenampilan ala bangsa Arab dan mengharamkan dasi karena dianggap
merupakan simbol masyarakat barat. Misalnya syariah marketer adalah para
pemasar profesional dengan penampilan yang bersih, rapi, dan bersahaja, apa
pun model atau gaya berpakaian yang dikenakannya. Mereka bekerja dengan
profesional dan mengedepankan nilai-nilai religius, kesalehan, aspek moral, dan
kejujuran dalam segala aktivitas pemasarannya.8
4. Humanistis (al-insaniyyah)
artinya bahwa pemasaran dalam Islam bersifat humanistis universal,
tanpa membedakan ras, warna kulit, kebangsaan dan status sosial. Dalam
prinsip humanistis ini, syariat Islam diciptakan untuk memberikan derajat bagi
pelakunya dengan sifat kemanusiaan yang terjaga dan terpelihara sesuai ajaran
Islam. Sehingga penjual Islam dengan memiliki nilai humanistis akan menjadi
manusia yang terkontrol, seimbang dan tidak serakah yang bisa menghalalkan
segala cara untuk mendapatkan keuntungan yang besar dengan prinsip ini
tujuan berdagang adalah saling membantu sesama manusia dengan mengharap
ridha Allah, menjalin ukhuwah islamiyah (persaudaraan antar manusia),
mengambil laba tanpa berlebihan dan melakukan segala proses sesuai aturan
Islam.9
F. Keunggulan Pemasaran Islam
Secara umum konsep pemasaran syariah secara epistemologi bersifat sharia-
driven (digerakkan oleh syariah sebagai sumber hukum) yang berorientasi guna
memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen serta menciptakan value bagi mereka
selama tidak bertentangan dengan sumber utama di dalam Islam, yakni Alquran dan
Hadis. Konsep aksiologi dalam pemasaran syariah pun jelas, di mana standar moralitas
(benar atau salah dan baik atau buruk) yang digunakan, semuanya bersumber dari Al-
Qur’an dan Hadis yang bersifat qouli (ucapan), fi’li (perbuatan), maupun taqriri
(persetujuan atas perbuatan para sahabat Rasul). Hal ini sejalan dengan firman Allah
SWT seperti berikut:
8 H. Fauzan, M,Si, Manajemen Pemasaran Syariah Sebuah Pengantar, (Yogyakarta: CV BILDUNG
NUSANTARA, 2019 ), hal. 29
9 Dhika Amalia Kurniawan dan Muhammad Zaenal Abidin, Pengantar Pemasaran Islam, (Jawa Timur:
Lembaga Penerbitan Universitas Darussalam Gontor, 2018), hal 71
10
ٰ ٰٓياَيُّ َها ا َّل ِذ ْي َن ٰا َمنُ ْٰٓوا اَ ِط ْي ُعوا ّٰلهلاَ َواَ ِط ْيعُوا ال َّر ُس ْو َل َواُو ِلى ا ْْلَ ْم ِر ِم ْن ُك ْْۚم فَ ِا ْن تَنَا َز ْعتُ ْم فِ ْي َش ْي ٍء فَ ُردُّ ْوهُ اِلَى ّٰلهلاِ َوال َّر ُس ْو ِل اِ ْن ُك ْنتُ ْم
ࣖ تُ ْؤ ِم ُن ْو َن ِباّٰهللِ َوا ْل َي ْو ِم ا ْْ ٰل ِخ ِۗر ٰذ ِل َك َخ ْي ٌر َّواَ ْح َس ُن تَأْ ِو ْي اًل
“jika kalian berselisih dalam suatu hal, maka kembalikanlah kepada Allah dan Rasul-
Nya.” (QS. An-Nisa:59)
Adapun keunggulan dalam pemasaran syariah yaitu sebagai berikut :10
1. Etika Pemasar
Seorang pemasar syariah sangat memegang teguh etika dalam melakukan
pemasaran kepada calon konsumennya. Ia sangat menghindari memberikan janji
bohong, ataupun terlalu melebih-lebihkan produk yang ditawarkan. Pemasar
syariah akan secara jujur menceritakan kelebihan dan kekurangan produk yang
ditawarkannya.
Apabila dibandingkan dengan pemasaran konvensional yang cenderung
bebas nilai sehingga seorang pemasar bebas menggunakan segala macam cara demi
untuk mendapatkan konsumen bahkan dengan cara-cara yang tidak dibenarkan oleh
syariat. Dalam pemasaran konvensional, seorang pemasar dapat saja melakukan
kebohongan dengan terlalu melebih-lebihkan produk yang ditawarkan, hal ini dapat
menimbulkan kekecewaan dari konsumen setelah ia mengonsumsinya karena
kualitas produk yang jauh dari yang diharapkan.
2. Pendekatan Terhadap Konsumen
Konsumen dalam pemasaran syariah diletakkan sebagai mitra sejajar,
dimana baik perusahaan sebagai penjual produk maupun konsumen sebagai
pembeli produk berada pada posisi yang sama. Perusahaan tidak menganggap
konsumen sebagai sapi perah untuk membeli produknya, namun perusahaan akan
menjadikan konsumen sebagai mitra dalam pengembangan perusahaan. Seorang
pemasar syariah akan selalu berupaya menciptakan nilai produk yang positif bagi
konsumennya termasuk dengan meminta umpan balik dari konsumen. Nilai
kekeluargaan sangat terasa dalam pemasaran syariah karena konsep mitra sudah
10 Hesunida, “ Perbedaan Pemasaran Syariah dan Konvensional “ (http://hes.unida.gontor.ac.id/perbedaan-
pemasaran-syariah-dan-konvensional/, Diakses pada 9 September 2021, 1:43)
11
menganggap konsumen sebagai saudaranya sendiri yang akan dibantu dan tidak
akan dirugikan.
Dalam pemasaran konvensional, konsumen diletakkan sebagai obyek untuk
target penjualan semata. Konsumen dapat dirugikan karena janji dan realitas sering
kali berbeda. Perusahaan setelah mendapat target penjualan, akan tidak
memperdulikan konsumen yang telah membeli produknya tanpa memikir
kekecewaan atas janji produk. Nilai kekeluargaan tidak terasa karena perusahaan
menganggap konsumen sebagai sapi perah untuk mencapai target penjualannya.
3. Cara Pandang Terhadap Pesaing
Dalam industri syariah tidak menganggap pesaing sebagai pihak yang harus
dikalahkan atau bahkan dimatikan. Konsep persaingan dalam pemasaran syariah
agar setiap perusahaan mampu memacu dirinya untuk menjadi lebih baik tanpa
harus menjatuhkan pesaingnya. Pesaing merupakan mitra yang turut menyukseskan
aplikasi ekonomi syariah di lapangan, dan bukan sebagai lawan yang harus
dimatikan.
Sedangkan perusahaan konvensional menganggap pesaing sebagai pihak
lawan yang harus dikalahkan bahkan jika bisa dimatikan agar eksistensi perusahaan
dapat semakin maju. Konsep ini mengakibatkan pesaing setelah dikalahkan,
akhirnya daya inovasi perusahaan menurun karena tidak ada motivasi dan pesaing.
4. Budaya Kerja dalam Pemasaran Syariah
Marketer syariah harus mempunyai budaya kerja yang berbeda dari
perbankan konvensional, sehingga mampu menjadi suatu keunggulan yang dapat
sebagai nilai tambah di pandangan masyarakat. Budaya kerja yang harus
ditanamkan pada setiap sumber daya insani yang bekerja di dalam pemasaran
syariah haruslah budaya kerja yang meneladani sifat Rasulullah SAW.
Adapun dalam memasarkan barang, seorang muslim dilarang menggunakan
sumpah palsu sebagaimana dalam hadist berikut:
َحدَّ ثَ َنا ا ْب ُن أَ ِبي َع ِد ًّي َع ْن ُش ْع َبةَ َع ِن ا ْل َع ًَل ِء َوا ْب ُن َج ْعفَ ٍر َحدَّ ثّنَا ُش ْع َبةُ قَ َل َس ِم ْع ُت ا ْلعَ ًَل َء َع ْن أَ بِ ْي ِه َع ْن أَ ِبي ُه َر
ْي َر ةَ َقا َل َر ُسو ُل اللِ َص َّلي اللُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم ا ْل َي ِم ْي ُن ا ْل َكا ِذ بَةُ َم ْنفَ َقةٌ ِل َّس ْلعَ ِة َم ْم َحقَةٌ ِل ْل َك ْس ِب َوقَا َل ا ْب ُن َج ْعفَ ٍر ا ْل َب َر
ََكة
12