konsentrasi anak yang duduk di bangku SD/MI dan 34 persen
orang tua yang anaknya duduk di bangku SMP/MTs.
2. Orang tua kesulitan menjelaskan materi pelajaran ke anak
untuk SD/MI (19 persen) dan SMP/MTs (28 persen).
3. Orang tua kesulitan memahami materi pelajaran anak untuk
SD/MI (15 persen) dan SMP/MTs (24 persen).
4. Terkait hasil survei itu, ahli parenting dari Wellness Counselling
dan Education Center, Chyntia Pedjokerto memberikan
respons.
Kebutuhan akan rencana studi Menurutnya, jadwal belajar anak
di rumah harus disesuaikan kembali dengan situasi pandemi saat ini.
“Menetapkan jadwal ini sangat penting untuk menciptakan
keseimbangan antara orang tua dan anak,” kata Cynthia dalam webinar
Orang Tua, Sahabat Belajar Anak Tanoto Foundation, membahas budaya
pendidikan pendamping keluarga, demikian seperti dilansir
Kementerian. Jumat (11/13/2020). Cynthia mengatakan jadwal dapat
diatur agar orang tua dapat berkonsultasi dan sepakat dengan pihak
sekolah mengenai sistem pembelajaran yang akan digunakan secara
online dan offline (offline atau tatap muka) dan orang tua menghabiskan
waktu bersama anak-anak mereka Selain itu, rencana pembelajaran
dapat mencakup rencana reguler yang hilang dari orang tua selama
pandemi ini. Misalnya, berolahraga dan bersosialisasi sambil mengikuti
protokol kesehatan.
Menurut ahli strategi pendidikan Sutraningrat Puspa Dewi,
melatih guru pasca modernisasi tidak sembarangan. Sebaliknya,
pengembangan peran guru harus dimulai dengan pola pikir. Mengutip
dari CNN Indonesia (2021)
Dewi mengatakan pada webinar Transformasi Sekolah Digital:
Menurut Dewi, pergeseran menuju modernisasi pembelajaran tidak
lepas dari dampak pandemi Covid-19 yang telah “mengjangkiti” semua
sektor di dunia. Tidak dapat dipungkiri bahwa pandemi telah
menimbulkan gejolak dan memungkinkan semua pihak melakukan
perubahan. “Kegalauan dan peristiwa lainnya selama pandemi ini telah
membawa perubahan yang tidak terduga sebelumnya,” ujar Dewi. Selain
itu, pandemi memaksa siswa dan guru untuk membuat perubahan besar
dalam proses belajar mengajar mereka. Jelas, tujuannya agar dunia
pendidikan bisa beradaptasi dengan pandemi. Artinya, keadaan dan
pandemi memaksa kita melakukan perubahan besar, kata Dewi.
187
Dewi berbagi saran agar proses belajar mengajar dilakukan
dengan metode pembelajaran bersama. “Makanya penting kita belajar
bersama. Kita menghadapi situasi yang berbeda dan kita belajar satu
sama lain,” kata Dewi. Melanjutkan pembicaraan tentang pembelajaran
hybrid yang marak terjadi di masa pandemi, guru perlu memahami enam
faktor kunci dalam pembelajaran. Keenam elemen ini adalah kunci
bagaimana guru dapat bertransformasi di era pembelajaran modern.
Dari ruang lingkup pembelajaran hingga ruang lingkup proses belajar
mengajar itu sendiri. “Pertama Anda memiliki ruang lingkup, kemudian
kurikulum, kecepatan atau kecepatan, sumber belajar, kepraktisan atau
kepraktisan, kemudian ruang lingkup,” kata Dewi.
Digitalisasi pembelajaran dapat berjalan tanpa adanya
kesulitan yang berarti jika didukung dengan peralatan yang memadahi
serta sumber daya manusia yang mumpuni dalam proses belajar
pembelajaran modern.
Daftar Pustaka
Aji, R. H. S. (2020). Dampak Covid-19 pada Pendidikan di Indonesia:
Sekolah, Keterampilan, dan Proses Pembelajaran. Jurnal Sosial
Dan Budaya Syar-I, 7(5).
https://doi.org/https://doi.org/10.15408/sjsbs.v7i5.15314 .
Annur, M. F., & Hermansyah, H. (2020). Analisis kesulitan mahasiswa
pendidikan matematika dalam pembelajaran daring pada masa
pandemi covid-19. Paedagoria: Jurnal Kajian, Penelitian Dan
Pengembangan Kependidikan, 11(2), 195-201.
Anwas, O. M. (2014). Audiobook: Media pembelajaran masyarakat
modern. Jurnal Teknodik, 54-62.
CNN. (2021). Memahami Era Transisi Pembelajaran Modern
https://news.detik.com/kolom/d-4969335/5-fakta-pendidikan-di-
tengah-wabah-corona
https://www.cnnindonesia.com/nasional/20211231210104-31-
741243/memahami-era-transisi-pembelajaran-modern
https://www.google.com/imgres?imgurl=https%3A%2F%2Fwww.tano
tofoundation.org%2Fwp-
content%2Fuploads%2F2020%2F11%2FProgram-Pendidikan-
Tanoto-Foundation-
2.jpg&imgrefurl=https%3A%2F%2Fwww.tanotofoundation.org
%2Fid%2Fnews%2Fbagaimana-anak-anak-dan-orang-tua-
188
dapat-mengelola-pembelajaran-di-
rumah%2F&tbnid=rl9zQHnHJkKDmM&vet=1&docid=WEW2u9
bedw9OLM&w=2041&h=1465&hl=in-
ID&source=sh%2Fx%2Fim
Kompas.com. (2020). Hasil Survei: Berikut 3 Masalah Orangtua Dampingi
Anak BDR.
https://edukasi.kompas.com/read/2020/11/15/143509971/ha
sil-survei-berikut-3-masalah-orangtua-dampingi-anak-
bdr?page=1
Paseleng, M. C., & Sanoto, H. (2021). Implementasi Pembelajaran Online
di Era Pandemi Covid-19: Tantangan dan Peluang. Scholaria:
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, 11(3), 283-288.
189
PROFIL PENULIS
Nama : Tahta Mutiara Kunanti “No
NIM : 210210302036
TTL : Jember, 9 Februari 2003
Motto : Kalau kata mas Agung sih
Challenge,No Change” -Siwon Choi.
190
Digitalisasi Membawa Perubahan Masa Depan Bangsa
by Ainun Nasihah
Gambar 47. Ilustrasi Digitalisasi
Manusia merupakan makluk cerdas yang selalu meningkatkan
kemampuannya untuk memudahkan setiap kegiatannya. Segala alat
dicoba dan digunakan untuk mencapai efisisensi dan efektifitas setiap
tindakan yang dilakukannya, berbagai percobaan dilakukan agar dapat
menghasilkan jumlah efiisensi yang besar dengan tenaga yang seminimal
mungkin.
Hal tersebut merupakan faktor dasar terjadinya perkembangan
teknologi. Perkembangan teknologi dalam kehidupan dimulai dari proses
sederhana dalam kehidupan sehari-hari samapai pada tingkat
pemenuhan kepuasan sebagai individu dan makluk sosial. Dari masa ke
masa keamajuan teknologi terus berkembang, mulai dari era teknologi
pertanian, era teknologi industri, era teknologi informasi, dan era
teknologi komunikasi dan informasi.
Pada tahun 2000-an terjadi kemajuan teknologj yang sangat
pesat, teknologi informasi dan telekomunikasi menjadi trend kehidupan
setiap individu, tiap saat, tiap waktu dan tiap detik manusia
memanfaatkan teknologi ini. Kegiatan mulai dipermudah dengan bebagai
kemudahan yang ditawarkan, mulai dari komunikasi, informasi,
transaksi, edukasi, hiburan dampai pada kebutuhan paling pribadi
sekalipun dapat terlayani dengan teknologi ini.
191
Teknologi Digital adalah sebuah teknologi informasi yang lebh
mengutamakan kegiatan dilakukan secara komputer/digital
dibandingkan menggunakan tenaga manusia. Tetapi lebih cenderung
pada sistem pengoprasian yang serba otomatis dan canggih dengan
system komputeralisasi/format yang dapat dibaca oleh komputer.
Teknologi digital pada dasarnya hanyalah sistem menghitung sangat
cepat yang memproses semua bentuk-bentuk informasi sebagai nilai-
nilai numeris. Perkembangan teknologi ini membawa perubahan pada
kualitas dan efisiensi kapasitas data yang dibuat dan dikirimkan, seperti
; gambar menjadi semakin jelas karena kualitas yg lebih baik, kapasitas
menjadi lebih efisien dan proses pengiriman yang semakin cepat.
Teknologi digital akan terus berkembang. Pada masa yang akan
datang, perkembangan teknologi ini dipengaruhi tiga hal, yaitu transisi
digital, konvergensi jaringan, dan infrastruktur digital. Konvergensi
jaringan adalah efisiensi dan efektfitas jaringan komunikasi yang dapat
digunakan seperti telepon, video dan komunikasi baik dirumah maupun
pada perusahaan. Semakin tingginya kebutuhan konvergensi jaringan ini
maka teknologi akan berubah mengarah ke kebutuhan tersebut.
Era transisi atau perpindahan teknologi dari teknologi
sebelumnya ke teknologi digital baik dari sisi produsen maupun
komsumen telah beralih memilih teknologi yang lebih simple yaitu
teknologi digital . Khusus untuk konvergensi jaringan akan mengacu
pada kecenderungan gaya hidup, yaitu waktu di rumah yang berfokus
pada keluarga dan kesibukan perjalanan yang merupakan gabungan
antara bekerja dan bermain. Selain itu, kesibukan di kantor antara kerja
dan kebutuhan hiburan. Dengan kecenderungan itu, produsen produk
digital akan mengarahkan peluang bisnisnya ke sana. Produk dan
teknologi akan mengkuti perkembangan gaya hidup masyarakat dengan
teknologi di era digital. Produsen produk-produk digital harus mampu
memberi solusi secara menyeluruh pada era konvergensi jaringan itu.
Teknologi dalam perkembangan arus produksi, konsumsi
dan distribusi informasi memegang peranan penting. Urgensi peranan
teknologi dalam proses konsekuensi dari informasi yang terjadi ketika
hasil teknologi membantu mengubah pola komunikasi yang dibatasi
oleh ruang dan waktu menjadi pola komunikasi informasi tanpa batas.
Dengan demikian, pada dasarnya teknologi bersifat baik, sehingga tidak
mengherankan apabila terjadi perubahan dari media massa
tradisional menjadi media massa baru. Pada akhirnya media baru
dalam konteks teknologi dan globalisasi mengalami perubahan yang
192
sedemikian kompleks. Globalisasi menjadi salah satu faktor penting
dalam industri dan teknologi media komunikasi.
Perubahan aktivitas individu mulai mempengaruhi proses
transaksi yang dilakukannya, setiap individu tidak bergantung lagi
kepada uang tradisional tetapi sudah menggunakan uang maya dan pada
masanya nanti semua terkoneksi ke arah ini. Aktivitas serba digital dan
elektronik dengan data sebagai peranan utamanya, individu tidak lagi
terbatas pada ruang dan waktu, mereka bisa melakukan transaksi secara
elektronik dimana saja, dengan siapa saja dan kapan saja. Uang digital
memegang peranan penting, gaji diberikan secara digital, belanja dan
transaksi juga dengan sarana digital bahkan aktivitas kegiatan transaksi
juga dialihkan secara digital karena lebih cepat, efektif dan efisien.
Perihal perubahan sosial dalam masyarakat modern yang terus
berkembang adalah sebuah perubahan dari penggunaan secara massal
teknologi komunikasi menjadi penggunaan individual. Perubahan nyata
dan revolusioner dari teknologi dan informasi di era sekarang ini tidak
bisa dikatakan lagi sebagai sebuah perubahan yang biasa-biasa saja atau
lumrah. Hal itu disebabkan adanya pergeseran pemikiran dalam
masyarakat yang berlangsung secara cepat dan revolusioner hingga
akhirnya mengakibatkan benturan dalam nilai dan norma sosial yang
telah mapan terbangun lebih dari beberapa abad kebelakang.
Perkembangan awal dari pergeseran makna dan arti dari
perubahan sosial masyarakat dalam bidang Teknologi dan Informasi
dimulai dari “revolusi televisi”, dimana televisi telah menggeser ruang
publik dari komunikasi langsung menjadi komunikasi politik melalui
layar atau pembentukan opini melalui program-program televisi. Apalagi
dengan ditemukannya system komunikasi personal seperti handphone
dan berbagai peralatan komunikasi digital seperti email, internet, system
konferensi jarak jauh, yang semuanya menggunakan jalur cyber, maka
tidak menutup kemungkinan proses-proses politik konvensional dengan
cara face to face akan berubah menjadi politik online. (Ratih, 2007)
Berubahnya perilaku masyarakat modern pastinya sejalan
dengan perubahan pola pikir itu sendiri, sehingga dapat dikatakan bahwa
digitalisasi telah memberikan dampak yang signifikan bagi kehidupan
sosial baik yang positif ataupun negatif. Berkembangnya gaya hidup
digital secara langsung maupun tidak telah membawa perubahan yang
sangat besar terhadap studi hubungan internasional. Teknologi internet
telah mentransfromasikan pandangan ilmuan politik tentang “negara”.
Konsep negara modern yang menisyaratkan bahwa negara adalah
193
komunitas yang memiliki penduduk tetap, wilayah yang tetap, serta
otonomi kekuasaan politik dan hubungan internasional pada institusi
pemerintahan, kini tidak lagi mampu menjawab tantangan perubahan
zaman yang memunculkan “masyarakat maya” atau jaringan individu
berbagai bangsa dan etnis. Masyarakat maya ini menggunakan ruang-
ruang cyber untuk saling bertukar informasi dan bisnis, hingga operasi
tindak-tindak kejahatan baru dengan skala global yang sulit untuk
dikontrol negara. (Rahma, 2015)
Digitalisasi merupakan sebuah fenomena bagi masyarakat
milenial dewasa ini. Hal ini menjelaskan bahwa digitalisasi merupakan
revolusi gaya hidup (bahkan budaya hidup) akibat perkembangan
teknologi informasi dan komunikasi yang semakin pesat. Dengan
menggunakan peralatan digital, pekerjaan dapat dilakukan dengan lebih
efisien dalam arti menghemat biaya dan juga waktu, dapat lebih efektif
karena tujuan pekerjaan bisa dicapai lebih cepat dari sebelumnya. Para
ahli mengatakan bahwa tujuan utama digitalisasi adalah optimalisasi
produktivitas dengan menggunakan berbagai perangkat dari manfaat
teknologi informasi. (perdimanurungstimkpringsewu, 2016)
Perubahan menuju gaya hidup digital juga telah menghampiri
masyarakat Indonesia. Masyarakat kota besar kini cenderung ingin
praktis dan lebih memilih menyisihkan uang untuk kesehatan, olahraga
dan piknik, perubahan pola ini sangat mempengaruhi keberlangsungan
pusat-pusat perbelanjaan atau mall. Dan juga terjadi pergeseran pola
konsumsi masyarakat (sebagai akibat dari digitalisasi), dimana saat ini
telah terjadi perubahan pola konsumsi masyarakat yang cenderung
menyukai belanja secara daring atau online dibandingkan dengan belanja
offline. Disisi yang lain Presiden Joko Widodo melihat perdagangan dalam
negeri telah mengalami pergeseran, seiring terus bertumbuhnya situs
belanja daring atau e-commerce. Selain pergeseran konsumsi, menurut
Presiden Joko Widodo Indonesia saat ini mengalami pergeseran pola
kerja, dimana anak muda banyak bekerja di sektor ekonomi digital yang
waktunya fleksibel dan dinamis. (Tribunnews, 2017)
Perubahan gaya hidup masyarakat Indonesia tidak hanya dapat
dilihat dari sisi pola konsumsi semata atau e-commerce, disisi
transportasi, masyarakat Indonesia juga telah mengalami pergeseran
pola atau gaya penggunaan transportasi. Jika dimasa lalu banyak
masyarakat yang menggunakan transportasi pribadi dengan alasan
masih buruknya pelayanan publik yang diberikan oleh pemerintah, maka
saat ini kecepatan, keamanan dan kenyamanan diberikan oleh vendor-
194
vendor penyedia transportasi online, seperti halnya Go-Jek, Grab dan
Uber. Bisa jadi hal ini juga dapat dikaitkan dengan menurunnya passion
masyarakat untuk berbelanja ke mal atau pusat perbelanjaan modern,
dikarena layanan transportasi online juga menyediakan jasa pengiriman
barang dengan jarak tertentu, yang dipastikan akan membuat konsumen
lebih dapat mengemat waktu dan tenaga.
Meskipun hingga saat ini transportasi online masih dirasa
sebagai sebuah ancaman bagi transportasi konvensional seperti halnya,
ojek pangkalan dan taksi resmi yang melahirkan gesekan horizontal
diantaranya, kita tidak dapat menutup mata bahwa perubahan
merupakan suatu keniscayaan. Menurut Mascionis, terdapat empat
karakter utama perubahan sosial. Pertama, perubahan sosial terjadi
sepanjang waktu, kedua perubahan sosial terkadang dapat diketahui,
namun seringkali tidak direncanakan, ketiga, perubahan sosial selalu
kontrovesial, terakhir, suatu perubahan sosial lebih menonjol dibanding
yang lainnya. (Farhan,2016)
Perubahan digitalisasi ternyata tidak hanya berpengaruh pada
sisi masyarakat saja, pemerintahan Presiden joko Widodo pun mencoba
mengadopsi pendekatan gaya hidup digital pada program pemerintah
guna menjawab permasalahan dalam masyarakat seperti halnya
kemacetan. Seluruh gerbang tol diseluruh Indonesia tdak lagi menerima
pembayaran uang tunai, melainkan menggunakan e-money atau sering
disebut cashless. Penggunaan e-toll atau e-money lebih efektif hanya
membutuhkan 2-3 detik pada saat melewati gerbang tol, berbanding
dengan penggunaan uang tunai yang membutuhkan 10-15 detik. Poin
penting dari cashless adalah mengurangi antrian pada loket tol sehingga
kemacetan dapat dihindarkan atau setidaknya dikurangi.
Penggunaan cashless atau e-money bisa dikatakan sebagai
fenomena digitalisasi mata uang dimana masyarakat di edukasi untuk
lebih meningkatkan sektor kemananan serta kenyamanannya
dibandingkan dengan membawa uang tunai. Disisi lain peningkatan
sosialisasi penggunaan cashless membuka ruang bagi tumbuh dan
berkembangnya mata uang digital seperti halnya Bitcoin. Meskipun
secara regulasi Bitcoin masih belum dianggap sah oleh Indonesia dan
beberapa negara lainnya, tapi perubahan hanya menunggu waktu dan
momentum. Seiring dengan semakin terbukanya informasi dalam
masyarakat, perkembangan zaman di era yang borderless membuat
individu-individu dalam masyarakat membutuhkan ketepatan
(accuracy), kecepatan (velocity), keamanan (safety), Akses yang luas
195
(accesibility), dan kenyamanan (comfortly) dalam melakukan kegiatan
ekonomi dan bisnis.
Daftar Pustaka
Danauri, Muhammad. 2019. PERKEMBANGAN DAN TRANSFORMASI
TEKNOLOGI DIGITAL. INFOKAM, 2(1), 116-123.
Danuri. M, dan Suharnawi. 2017. Trend perkembangan teknologi,
INFOKAM, 1(8), 164-171.
Faida, Rahma Eliya. 2015. Sensor Internet dan Securitization di Era
Cyberwarefare: Studi Kasus Tiongkok. Jurnal Hubungan
Internasional, 8(1), 62-29.
Herningtyas, Ratih. 2007. Internet dan Demokrasi: Peluang atau
Ancaman?. Jurnal Hubungan Internasional. 3(1), 135-142.
https://www.tribunnews.com/bisnis/2017/09/20/presiden-jokowi-
ada-pergeseran-perdagangan-dari-offline-ke-
online#:~:text=Menurut%E2%80%8E%20Jokowi%2C%20perg
eseran%20perdagangan%20saat%20ini%20sudah%20terjadi%
2C,online%2C%20tanpa%20membuka%20toko%20tetapi%20d
apat%20berdagang%20%28e-commerce%29. [Diakses pada 10
Desember 2022, pukul 23.38 WIB]
Majiid, Farhan Abdul. 2016. Taksi Konvensional vs Online:Fenomena
Perubahan Sosial?, dalam
https://www.kompasiana.com/famajiid/56f147a78f7a6182090
c8281/taksi-konvensional-vs-online-fenomena-perubahan-
sosial [Diakses pada 10 Desember 2022, pukul 22.30 WIB]
Perdimanurungstimkpringsewu.wordpress.com/category/gaya-hidup
[Diakses pada 10 Desember 2022, pukul 22.13 WIB]
196
PROFIL PENULIS
Nama : Ainun Nasihah
NIM
TTL : 210210302037
Motto
: Trenggalek, 22 November 2002
: “ لَ ِئ ْن َش َكرتُْم ََلَ ِزي َد َّن ُْكSesungguhnya jika kamu
bersyukur, pasti Kami akan menambah
(nikmat) kepadamu.
197
Grusah-grusuh aktivisme digital, otw kesenjangan
pengetahuan teknologi
by Mahatma Fattah Rama Romansa
Di era globalisasi ini banyak kegiatan masyarakat yang sudah di
modernisasi, berbagai sendi kehidupan manusia bahkan sudah
mengalami perkembangan yang sangat pesat bahkan digitalisasi yang
benar-benar masif. Oleh karenanya masyarakat yang dituju dan disasar
harus memiliki setidaknya bekal kognisi yang cukup untuk pemenuhan
kebutuhan digital. Fenomena ini terjadi di era aktivisme digital, menurut
Marry Joyce aktivisme digital adalah serangkaian kegiatan ataupun
kampanye yang menggunakan teknologi dan jaringan digital secara
berkesinambungan. Dari pengertian tersebut, bisa dikatakan bahwa
internet juga memudahkan kita untuk memulai sebuah pergerakan.
Masyarakat yang menjadi sasaran dan tujuan akan adanya program
aktivisme digital adalah mereka-mereka yang dianggap sudah
berkompeten untuk menjalani aktivisme digital secara giat dan masif,
namun realitanya di Indonesia masih banyak aktivisme digital yang tidak
tepat sasaran akibat sangat grusah-grusuhnya program dari pemerintah
yang alibinya untuk modernisasi kehidupan.
Kajian terhadap aktivisme digital yang hanya berfokus pada
aspek teknologi cenderung terbatas pada bias optimistik, yakni melihat
platform media sosial sebagai teknologi yang membuka ruang-ruang
publik demokratis.
Faktanya, media sosial
justru rentan untuk
menjadi objek
manipulasi terutama
oleh berbagai pihak
yang memiliki
kepentingan untuk
menyebarkan
Gambar 48. Aktivitas Digital kebencian, prasangka
emosi negatif. Salah
satu contoh nyata dalam konteks di Indonesia yaitu algoritme media
sosial ternyata turut mendukung pembentukan kelompok-kelompok
yang kemudian saling menyerang ketimbang melakukan diskusi dalam
lingkungan yang sehat.
198
Aktivisme digital membutuhkan jaringan untuk melakukan
distribusi informasi dan membuat konektivitas antara pusat gerakan
kepada simpul-simpul gerakan lain. Infrastruktur telekomunikasi
membuat sejumlah warga negara dapat lebih mudah terhubung satu
sama lain, saling mengirim dan menerima pesan, serta
mengoordinasikan tindakan terkait sebuah gerakan politik maupun
gerakan sosial. Perbedaan ketersediaan jaringan dari satu negara ke
negara lain memperlihatkan bagaimana faktor infrastruktur, ekonomi,
sosial, dan politik mengarah pada praktik aktivisme digital yang berbeda.
Pada realitanya aktivisme digital juga tak se-revolusioner yang
diharapkan, bahkan tak jarang juga ditemukan kasus penyalahgunaan
aktivisme digital di masyarakat. Aktivisme digital juga kerap melihat
kisah inspiratif kontribusi media sosial pada eskalasi protes politik yang
dapat menggulingkan penguasa otoriter, seperti pada fenomena revolusi
di negara-negara Arab yang disebut dengan Arab Spring. Aktivisme
digital dikatakan dapat berpotensi meningkatkan partisipasi publik
dalam sebuah gerakan sosial, dan contoh dari praktik ini telah terjadi
pada berbagai negara di dunia. Namun harusnya kualitas pengikut dan
mereka yang terlibat dalam aktivisme digital harusnya sudah digodok
dengan sematang-matangya agar nantinya kampanye tentang aktivisme
digital semakin lancer dan banyak diminati masyarakat yang ingin hal
instan.
Miris sekali jika pemerintah membuat program yang harus
segera direalisasikan sementara disitu masyarakatnya masih meraba-
raba apa yang dinamakan teknologi. Masyarakat harus memulai dari
awal ataupun tidak pernah sama sekali menyentuh bab tentang
perkembangan teknologi yang digalakkan secara kompeten oleh
pemerintah.
Di Indonesia, meskipun dalam beberapa tahun terakhir ini
pembangunan infrastruktur terus dilakukan dan diharapkan menjadi
salah satu jembatan yang dapat mengurangi ketimpangan dalam
masyarakat Indonesia, faktanya kesenjangan akses dan ketersediaan
infrastruktur digital jelas masih terjadi
Angka melek teknologi yang masih rendah dibuktikan dengan
data dari BPS terkait pemerataan teknologi di Indonesia. berdasarkan
data BPS tentang perbandingan rumah tangga perkotaan dan pedesaan
yang pernah mengakses internet. Pada 2017 akses internet di perkotaan
sebesar 70,89% dan pedesaan sebesar 41,99%, kemudian pada 2018, di
perkotaan sebesar 78,08% dan pedesaan sebesar 51,9%, dan pada 2019,
199
di perkotaan sebesar 83,575% dan pedesaan sebesar 61,24%. Sungguh
ironi melihat data yang terpampang bahwa pemerintah belum bisa
memeratakan kuantitas teknologi pada masyarakat yang sebentar lagi
dihadapkan pada 5.0 society.
Kesenjangan infrastruktur
digital di Papua, Nusa Tenggara
Timur dan Sulawesi Tengah masih
menjadi faktor utama yang
menghambat penerimaan dan
pemanfaatan inovasi digital secara
merata (Ariyanti, 2013). Data lain di
tahun 2018 juga memperlihatkan
bahwa Papua, Nusa Tenggara Timur,
Sulawesi Barat, Maluku Utara, Nusa
Tenggara Barat, Aceh, Lampung, dan
Kalimantan Barat masih tercatat
sebagai daerah dengan indeks
pembangunan teknologi informasi
dan komunikasi (IP-TIK) paling
rendah (Badan Pusat Statistik, 2018).
Jika demikian adanya,
berarti masyarakat yang menikmati
kegiatan aktivisme digital hanyalah masyarakat kota yang tinggal di
dekat pusat keramaian yang disitu terdapat fiber glass dari perusahaan
pemerintah yag menyediakan jaringan internet. Sementara masyarakat
yang tinggal di pedalaman harus gigit jari dengan tidak adanya
ketersediaan jaringan internet, bagaimana mereka bisa dikatakan aktif
dalam digital, kalua saja medianya tidak dapat terjangkau dengan
sempurna. Apakah hal demikian tidak menimbulkan kesenjangan
pengetahuan teknologi dalam masyarakat? Pemerintah harus sadar akan
hal tersebut.
Selain masyarakat, pemerintah harus juga menjadi bahan
sasaran dan evaluasi terkait program yang dicanangkan tanpa
pertimbangan yang mengarah terhadap konsepsi keadilan. Dimana
kebijkan atas hukum ITE harus dikaji lebih lanjut, pasalnya Ketika
masyarakat dibenturkan dengan masifnya kehidupan di media sosial,
maka akan banyak traffic kehidupan masyarakat yang berpindah ke
online. Secara tidak langsung terjadi perpindahan dinamika kehidupan
200
yang awalnya pada kehidupan nyata, sekarang berganti ke dunia maya
yang dimana resiko serta dampaknya lebih mengerikan.
Ketika aktivisme digital sudah marak, maka interaksi
masyarakat di media social semakin tidak karuan dan seakan-akan dunia
mereka benar-benar ada dalam genggaman smartphone mereka. Ketika
hal tersebut benar adanya, maka pemerintah juga harus siap melakukan
pengawasan yang obyektif, sekalipun nantinya pemerintah
mengeluarkan produk hukum berpa undang-undang untuk mengatur
interaksi masyarakatb di Media social.
Untuk realisasi pengamanan pada media social, pemerintah
harus meninjau Kembali peoduk hukum seperti UU ITE yang dirasa
masih sangat subjektifitas terkait justifikasi di dunia maya. UU ITE masih
banyak sekali pasal karet yang harus dikaji ulang, ditinjau ulang, dan
bahkan diubah isinya untuk fleksibilitas dalam pengawasan media. Akan
menjadi ironi Ketika masyarakat awam yang kurang melek teknologi
harus dibenturkan dengan legalitas hukum namun mereka tidak
mengerti substansi dalam UU tersbut apa.
Fokus pemerintah harusnya melakukan penyuluhan atau
sosialisasi terkit hl tersebut juga, pasalnya masyarakat akan lebih teratur
dalam bermedia social Ketika subsntansi UU ITE jelas, kalaupun masih
rancu maka masyarakat yang kontra akan UU ITE akan berfikir bahwa
mereka lebih baik tidak masif di media social ketimbang harus berurusan
dengan hukum.
Nah, disinilah poin yang harus diperhatikan oleh mereka yang
mencanangkan program, yakni pemerataan teknologi, tinjau Kembali
produk hukum pengawasan media social, dan juga sosialisasikan
substansinya dalam media social. Bayangkan saja jika pemerintah ketok
palu wajib menggalakkan aktivisme digital, lalu bagaimana dengan nasib
saudara kita di Baduy dalam yang dimana mereka secara adat menolak
keras segala bentuk kemajuan teknologi. Apakah hal demikian harus
dicompare dengan keberadaan masyarakat kota yang mudah mengakses
teknologi? sangat lucu sekali jika kebijakan aktivisme digital yang
dilakukan secara grusah-grusuh ini harus di generalisir ke seluruh
pelosok nusantara dengan kondisi masyarakat yang belum melek
teknologi, dan infrastrukturnya tidak memadai.
Daftar Pustaka
201
Anam, khoirul. (2021). Pemerataan Teknologi Jadi Kunci Kebangkitan
Nasional.
https://www.cnbcindonesia.com/tech/20211214145048-37-
299179/pemerataan-teknologi-jadi-kunci-kebangkitan-nasional.
(Diakses pada 03 Desember 2022)
Jati, W. R. (2016). Cyberspace, Internet, dan Ruang Publik Baru:
Aktivisme Online Politik Kelas Menengah Indonesia. Jurnal
Pemikiran Sosiologi, 3(1).
Rahmawan, D., Mahameruaji, J. N., & Janitra, P. A. (2020). Strategi
aktivisme digital di Indonesia: aksesibilitas, visibilitas,
popularitas dan ekosistem aktivisme. Jurnal Manajemen
Komunikasi, 4(2), 123.
202
PROFIL PENULIS
Nama : Mahatma Fattah Rama Romansa
NIM : 210210302038
TTL : Jombang, 7 Juni 2003
Motto : Aku Bergerak, maka Aku Ada.
203
Peran Teknologi Dalam Aktivisme Digital
by Natasya Yuni Riswanda
Pengertian Teknologi
Teknologi berasal dari bahasa Yunani. Menurut Webster Dictionary,
technologia berarti pengolahan sistematis atau perlakuan sistematis
terhadap sesuatu, sedangkan techne, dipinjam dari kata technology,
berarti keterampilan atau kompetensi, kecakapan dan pengetahuan.
Orang awam sering memahami kata teknologi sebagai sejenis mesin atau
benda yang berhubungan dengan mesin. Menurut Roger, teknologi
adalah rancangan atau perencanaan alat operasional yang mengurangi
ketidakpastian hubungan sebab akibat untuk mencapai suatu hasil yang
diinginkan.
Secara etimologis, kata teknologi berasal dari kata Yunani
techne, yang berarti seni, kerajinan atau keterampilan, dan logia, yang
berarti kata, penelitian atau pengetahuan. Secara terminologi, teknologi
adalah pengetahuan tentang bagaimana melakukan sesuatu. Teknologi
adalah penerapan pengetahuan untuk tujuan praktis (Spector, 2012:5).
Artinya, teknologi adalah penerapan pengetahuan untuk tujuan praktis.
Definisi yang lebih formal diberikan
oleh Galbraith dalam Newby et al.
(2000:9), yang menyatakan bahwa
teknologi adalah “penerapan sistematis
dari pengetahuan ilmiah atau
terorganisir lainnya untuk tugas-tugas
praktis” (penerapan sistematis dari
pengetahuan ilmiah atau terorganisir
lainnya untuk tugas-tugas praktis).
Beberapa definisi lain dari teknologi dapat
dijelaskan di sini :
1. Rekayasa adalah disiplin rasional yang memastikan bahwa
manusia mengendalikan alam fisik dengan menerapkan hukum
yang ditentukan secara ilmiah dan ditentukan secara ilmiah)
(Simon, 1983:173).
2. Teknologi adalah setiap pengetahuan praktis yang sistematis,
berdasarkan percobaan dan/atau teori ilmiah, yang
meningkatkan kemampuan masyarakat untuk menghasilkan
barang dan jasa dan diwujudkan dalam keterampilan produktif,
organisasi atau mesin - pengetahuan praktis dan sistematis
204
berdasarkan percobaan dan/atau teori ilmiah. yang
meningkatkan kemampuan masyarakat untuk menghasilkan
barang dan jasa, yang terwujud dalam keterampilan produktif,
organisasi atau mekanik) (Saettler, 2004; 4).
3. Istilah teknologi, ketika digunakan dalam konteks pengajaran
dan pembelajaran, mengacu pada penerapan teori dan alat
pedagogis modern untuk menerapkan bentuk pengajaran dan
pembelajaran yang andal dan efektif. Teori dan alat pedagogis
modern untuk merancang lingkungan untuk melakukan
pembelajaran dengan cara yang andal dan efektif (Cheung,
2003:525).
4. Teknologi menitikberatkan pada pengembangan alat bantu dan
alat untuk memperbaiki pikiran (Siemens dan Titsberger,
2009:14).
Aktivisme Digital
Media sosial sudah menjadi
budaya masyarakat dunia
dengan maraknya
globalisasi media sosial dan
sering kita jumpai bahwa
media sosial memberikan
efek yang sangat positif
seperti mempertemukan
saudara yang hilang atau
anggota keluarga yang hilang agar bisa berolahraga.
Dalam skala besar, seperti gerakan anti plastik di Indonesia, dan
ini disebut aktivisme digital. Efeknya sendiri dapat mendorong
tumbuhnya demokrasi menjadi lebih baik dengan mentransformasikan
saluran opini. dan melaksanakan kebebasan berekspresi. hak kelompok
atau individu bahkan masyarakat luas.
Aktivisme digital sendiri telah menjadi alat bagi gerakan sosial,
baik sosial maupun politik. Secara historis, aktivisme digital pertama kali
dipraktikkan pada tahun 1994 hingga berkembang dengan globalisasi
dan modernisasi. Aktivisme digital sendiri merupakan gerakan yang
mengandalkan media sosial sebagai wadah ekspresi ide dan inspirasi.
Mengutip dari pers bahwa aktivisme digital adalah kegiatan yang
menekan organisasi tertentu, serta kritik terhadap berbagai kebijakan
205
pemerintah, aktivisme digital adalah gerakan yang relatif murah dengan
jangkauan yang luas, dan aktivisme digital digunakan untuk
mendapatkan dukungan untuk ditransfer isu-isu di bidang gerakan sosial
(Meranti & Irwansyah, 2018).
Meskipun gerakan aktivisme massa dapat mencapai ribuan
atau jutaan dalam waktu yang relatif singkat dibandingkan dengan
gerakan tradisional serta dapat menjangkau berbagai kalangan dan
sangat beragam, namun gerakan tradisional lebih berhasil daripada
aktivisme digital.
Gerakan Sosial
Menurut Macionis
(1999:607), yang dalam
bukunya dikutip bahwa
gerakan sosial adalah
bagian penting dari
perilaku kolektif (Sukmana,
2016) dari Spencer
(1982:504) tentang
gerakan sosial, sependapat
dengan Macionis bahwa gerakan sosial adalah upaya kolektif yang
bertujuan membawa perubahan tatanan kehidupan yang baru (Sukmana,
2016:4).
Jika melihat kasus di Indonesia, seperti gerakan tagar anti
plastik dan Indonesia apapun itu terlibat dalam sebuah gerakan sosial
karena gerakan tagar secara tidak langsung terlibat dalam aksi kolektif.
Sejalan dengan apa yang dikatakan Macionis dan Spencer tentang definisi
tersebut dari gerakan sosial, namun perbedaannya adalah dimana
gerakan hashtag terjadi secara virtual bukan di pamerkan dan di jalan
atau dituliskan dengan bantuan ribuan jari manusia, maka itu bisa
menjadi gerakan Sadar sosial dan ini termasuk dalam aktivisme digital.
Jadi, teknologi mempengaruhi perkembangan gerakan sosial,
keberadaan teknologi dapat membantu dan memfasilitasi gerakan sosial
dan ini termasuk gerakan sosial baru dengan aktivisme digitalnya.
206
Sudah banyak aktivisme
digital di Indonesia termasuk gerakan
anti plastik yang berhasil mengubah
praktik penggunaan plastik di
supermarket. Gerakan anti plastik
adalah bagian kecil dari gerakan yang
diwujudkan melalui aktivisme digital
yang sukses. Sedangkan aktivis lainnya
hanya aktif di media sosial dan tidak
berdampak pada dunia nyata, seperti
gerakan hashtag Indonesia yang ramai kehadiran media sosial.
Twitter juga mengkritisi kebijakan
pemerintah dan mengkritisi masyarakat
Indonesia sendiri karena para tenaga medis
mengikuti gerakan prokes meski terjadi
dua kali namun efeknya tidak terlalu besar
dan tidak menimbulkan gerakan di dunia
nyata, sehingga tidak heran jika
pemerintah kebijakan kesehatan
terutama yang berhubungan dengan virus
corona yang tidak berubah.
Aktivisme digital bisa disebut berhasil karena mampu
membangkitkan gerakan massa yang besar tidak hanya di media sosial
tetapi juga di dunia nyata. Hal ini bisa terjadi karena aktivisme digital
harus dilakukan melalui aktivisme tradisional, seperti gerakan anti
plastik di Indonesia.
Namun menjadi sulit ketika penyebab gerakan aktivisme digital
merepresentasikan kelas atau kelompok atau kepentingan orang banyak.
Selain itu, perilaku kolektif gerakan aktivis digital tidak bisa bertahan
lama, tidak terstruktur dan tidak mengenal satu sama lain meski di sisi
lain mereka berbicara tentang hak yang sama dan menghadirkan isu yang
sama, namun berbeda. Tentang aktivisme konvensional, menurut Greene
dalam bukunya (seperti sukma:2016).
Gerakan sosial merupakan bentuk perilaku kolektif yang
bersifat jangka panjang, terstruktur dan rasional. Dengan pemahaman
tersebut, dapat dikatakan bahwa gerakan aktivis tradisional seperti
protes adalah gerakan yang dibentuk oleh perilaku yang berbeda dari
gerakan aktivis digital, memiliki keanggotaan struktural dan cenderung
207
saling mengakui, dan gerakan ini
bertahan lama, sehingga tidak
mengherankan jika aktivisme yang
lebih tradisional berhasil.
Gerakan aktivisme digital
memiliki keefektifan menjangkau
khalayak yang sangat luas dari
berbagai kalangan dan berbagai
daerah bahkan secara global aktivisme tersebut
memiliki keunggulan temporal karena gerakan aktivisme digital lebih
memiliki pencarian studi kasus yang singkat kepada massa dan tidak
butuh waktu lama untuk tampil di depan umum. Namun terdapat
kerawanan dimana gerakan aktivis digital cenderung kurang efektif
mengangkat permasalahannya untuk mengubah arah politik, karena
gerakan ini dilakukan melalui pembuatan tagar dan petisi online,
terutama di Indonesia yang belum ada. karena ini adalah undang-undang
petisi online.
Selain itu, gerakan aktivisme digital tidak begitu efektif
menekan pemerintah untuk mengubah kebijakan karena banyak
aktivisme ini hanya terjadi di media sosial tidak terjadi di dunia nyata.
Ada beberapa aktivisme digital yang berhasil menerapkan tekanan dan
mengubah arah politik karena tidak hanya terjadi di platform media
sosial, tetapi dilakukan dalam bentuk tradisional. Hal ini berarti bahwa,
gerakan aktivis digital berhasil jika gerakan tersebut dibarengi dengan
gerakan konvensional, seperti yang dilakukan anti gerakan plastik di
Indonesia.
Oleh karena itu, gerakan aktivis digital dan tradisional
merupakan bagian yang sangat penting dari promosi demokrasi.
Aktivisme digital sangat berguna untuk menjawab persoalan hak atau
kepentingan publik seseorang, yang tentunya melibatkan aktivisme
tradisional dan kemudian politik, yang tidak kondusif bagi demokrasi.
Aktivisme digital dan tradisional dapat dengan mudah membuat orang
marah.
Daftar Pustaka
A, Repaldi. (2021). Apa Itu Gerakan Aktivisme Digital?. Diakses secara
online melalui laman kompasiana.com
208
https://www.kompasiana.com/wahyutea5566/601657508ede4
81c7f2eb522/apa-itu-gerakan-aktivisme-digital
Afriyanti, K. (2019). Teknologi Informasi. Di akses secara online melalui
laman
http://repository.iainkudus.ac.id/5147/5/05%20BAB%20II.pdf
Yaumi, M. 2018. Media dan Teknologi Pembelajaran. Jakarta:
PRENADAMEDIA GROUP
209
PROFIL PENULIS
Nama : Natasya Yuni Riswanda
NIM : 210210302039
TTL : Jember, 18 Juni 2002
Motto : Jadilah lebih baik dari dirimu yang
kemarin.
210
Peminatan terhadap aktivisme digital: Manfaat atau tipu
muslihat?
by Almi Marcelia Rahma
Gambar 50. Ilustrasi Aktivisme Digital
Aktivisme digital adalah sebuah penggunaan teknologi
informasi elektronik seperti media sosial, email, dan podcast untuk
berbagai bentuk kegiatan yang berupa gerakan dengan tujuan untuk
perubahan sosial dan politik. Tujuannya agar memungkinkan
komunikasi yang lebih cepat antar anggota gerakan dan penyebaran
informasi untuk kalangan yang lebih luas. Aktivisme digital berkembang
seiring dengan perkembangan teknologi informasi yang memungkinkan
adanya interaksi antar individu secara luas dan cepat melalui teknologi
web. Fenomena aktivisme digital sering merujuk pada gerakan-gerakan
yang bersifat sosial politik yang menggunakan teknologi telepon satelit
dan internet untuk menjaring dukungan lokal maupun internasional.
Teknologi digital adalah alat dengan sistem komputerisasi.
Secara umum, teknologi dapat diartikan sebagai suatu ilmu yang
berhubungan dengan alat atau mesin yang diciptakan untuk
mempermudah dalam menyelesaikan masalah atau pekerjaan sehari-
hari. Sehingga diharapkan dengan hadirnya teknologi digital mampu
membawa pengaruh yang baik untuk kehidupan. Hadirnya teknologi
digital memiliki pengaruh besar dalam kehidupan sehari-hari manusia.
Hampir dapat dipastikan setiap orang kini juga telah bergantung dengan
teknologi digital. Pasalnya, setiap hari kita memerlukan teknologi untuk
211
menjalani aktivitas sehari-hari. Contoh teknologi digital adalah teknologi
komunikasi. Jenis teknologi digital yang satu ini bisa dikatakan tak bisa
lepas dari manusia. Hampir setiap harinya, manusia berhubungan
dengan teknologi komunikasi. Contoh teknologi digital dari jenis ini yakni
smartphone, televisi pintar, tablet, laptop, radio, dan lain sebagainya.
Teknologi digital ini sangat dibutuhkan bagi seluruh
masyarakat khususnya generasi muda masa kini. Contoh dari aktivisme
digital yang banyak digunakan masyarakat adalah media sosial yang
mana merupakan salah satu hasil dari perkembangannya dapat dilihat
dari keseharian masyarakat. Media sosial yang awalnya terbatas sebagai
wadah komunikasi dan hiburan pun sudah melebarkan fungsinya
menjadi sebuah wadah kritik bernuansa politis atau kontrol sosial bagi
suatu kebijakan publik. Fenomena sosial tersebut dikenal sebagai
aktivisme digital. Menurut Mary Joyce, aktivisme digital adalah
meluasnya penggunaan teknologi digital dalam kampanye untuk
perubahan sosial dan politik. Media sosial seperti Instagram, Twitter, dan
Facebook menjadi platform yang cukup tinggi dilihat dari tingkat
penggunaannya pun turut menjadi wadah bagi aktivisme digital itu
sendiri.
Generasi muda masa kini menjadi salah satu komponen
pengguna dominan yang terlibat dalam aktivisme digital. Kecendrungan
anak muda untuk berpikir dan bertindak kritis membuat mereka
berpeluang besar untuk menjadi salah satu aktor intelektual yang aktif
menyuarakan berbagai isu berkaitan dengan kepentingan bersama.
Media sosial sebagai media yang mudah digunakan dan digapai oleh
berbagai kalangan memberikan kesempatan yang sama bagi tiap
individu untuk dapat berbicara dan berkreasi tanpa memandang
perbedaan apapun. aktivisme digital dapat bekerja dalam masyarakat
dengan menggagas apa yang disebut sebagai connective action. Tiga
karakteristik utama dalam connective action, yaitu :
1. Individu tidak harus terikat dengan kelompok terentu untuk bisa
berpartisipasi;
2. Partisipasi diwujudkan melalui ekspresi personal; dan
3. Absennya hierarki sehingga partisipasi tidak digerakkan oleh
komando tunggal.
Aktivisme digital dalam bentuk media sosial dapat
mempengaruhi pembentukan karakter generasi muda. Dapat dilihat dari
berbagai fenomena yang nyata sering kita temui saat ini. Banyak generasi
muda yang memiliki kekurangan pemahaman mengenai pemanfaatan
212
media sosial sebagai teknologi masa kini. Segala sesuatu tentunya
memiliki nilai positif dan negatif, memiliki kelebihan dan kekurangan,
memiliki keunggulan dan kelemahan. Begitupun juga dengan media
sosial, tentunya memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan dari
adanya media sosial ini dapat juga dikatakan sebagai manfaat adanya
aktivisme digital. Sedangkan kekurangan dapat juga dikatakan sebagai
tipu muslihat yang menimpa generasi muda, yang bahkan masih
memiliki kurang pemahaman terhadap dunia luar.
Jika dilihat dari segi kelebihan atau keunggulan, tentunya
banyak keunggulan dari adanya media sosial ini. Seperti contohnya
media sosial dapat digunakan sebagai sarana untuk memudahkan
manusia dalam berinteraksi dengan manusia lainnya. Media sosial juga
dapat bermanfaat untuk memperluar relasi atau hubungan antar
manusia dalam segi pergaulannya. Dengan adanya media sosial ini, maka
jarak dan waktu tidak lagi menjadi masalag karena akan lebih
mempermudah. Misalnya antar keluarga yang ingin berkomunikasi jarak
jauh atau tidak bisa bertemu, maka dengan menggunakan media sosial
dapat berkomunikasi melalui handphone atau telepon genggam yang
dipakai.
Keuntungan media sosial lainnya adalah dapat lebih leluasa
dalam mengekspresikan diri serta mempercepat tersebarnya informasi
yang dapat tersebar secara lebih cepat dan dengan biaya lebih murah.
Misalnya ketika ada berita kebakaran atau musibah lainnya di suatu
tempat, dengan adanya media sosial ini dapat dengan cepat
menyebarkan berita yang ada. Pada jamna dahulu berita hanya tersebar
melalui koran yang membutuhkan waktu lama dan biaya yang mahal.
Namun sekarang dengan hitungan menit saja berita dapat menyebar ke
seluruh penjuru dunia. Manfaat yang lain yaitu dapat dengan mudah
dikelola, karena dengan memiliki handphone, maka masyarakat sudah
bisa menggunakan segala aplikasi untuk bermedia sosial. Selain dalam
segi sosial politik, media sosial juga dapat digunakan dalam bidang
pendidikan. Dalam pembelajaran di sekolah-sekolah, media sosial atau
teknologi digital lainnya dapat digunakan untuk mempermudah
pembelajaran antara guru dan murid.
Disamping kelebihan dari aktivisme digital, terdapat juga
kekurangan atau dampak negatif dari adanya aktivisme digital ini.
Dampak negatif dari penggunaan media sosial ini adalah menjauhkan
orang-orang yang sudah dekat dan sebaliknya. Seperti contohnya pada
lingkungan pertemanan yang karena adanya media sosial menjadi
213
renggang, karena manusia itu sendiri masing-masing sudah sibuk denga
ponselnya. Terkadang meskipun duduk bersebelahan tetapi tidak saling
mengobrol, melainkan bermain ponsel. Selain itu juga interaksi secara
tatap muka cenderung menurun. Sama halnya seperti contoh yang
sebelumnya, masyarakat akan acuh terhadap lingkungan sekitarnya
karena sibuk dengan ponselnya. Dampak yang ketiga yaitu membuat
orang-orang menjadi kecanduan terhadap internet. Dengan adanya
orang-orang yang terlanjur kecanduan internet ini dapat menimbulkan
konflik, baik secara langsung maupun tidak langsung. Dampak lainnya
adalah adanya masalah privasi dan rentan terhadap pengaruh buruk
orang lain. Terkadang orang-orang menggunakan media sosial tanpa
adanya privasi antar masyarakat. Bahkan ada beberapa orang yang nekat
mengunggah aib dirinya sendiri atau aib keluarga ke dalam media sosial
yang hal tersebut seharusnya tidak menjadi santapan publik.
Digitalisasi pada era modern ini dapat dinikmati oleh berbagai
kalangan, mulai dari golongan muda, remaja, hingga golongan tua.
Terkadang banyak yang tidak bisa memanfaatkan teknologi digital
dengan baik. Terutama generasi muda dan remaja, karena banyak anak-
anak yang belum mengerti dampak baik dan buruk dari teknologi digital.
Seperti contoh beberapa kasus anak-anak kecanduan game online. Hal
tersebut merupakan salah satu contoh dampak buruk adanya teknologi
digital. Sedangkan generasi remaja biasanya masih bisa memilah dan
memilih dampak positif maupun negatif, akan tetapi karena adanya
ajakan dari teman biasanya menyebabkan mereka salah jalan. Misalnya
seperti contoh anak remaja yang berkencan melalui situs online,
terkadang mereka percaya dengan orang yang baru dikenal melalu
aplikasi tersebut. Pada akhirnya banyak remaja yang dimanfaatkan
bahkan dilecehkan oleh orang yang baru dikenalnya melalui media sosial
tersebut. Sedangkan golongan generasi tua biasanya sudah dapat selektif
dalam memilah dampak baik dan buruk dari teknologi digital. Justru
golongan tua biasanya kudet / kurang update dalam penggunakan media
sosial. Beberapa contoh masalah pada golongan tua biasanya mudah
termakan berita hoax yang saat ini bisa dengan mudah tersebar di
seluruh Indonesia dengan cepat.
Dengan adanya dampak positif dan negatif berteknologi digital
inilah seharusnya kita sebagai masyarakat bisa lebih pandai dan cerdas
lagi dalam memanfaatkannya. Teknologi digital apabila dimanfaatkan
dengan baik maka akan berdampak baik juga bagi penggunanya.
Begitupun sebaliknya, apabila tidak dimanfaatkan dengan baik atau
214
bahkan salah dalam pemanfaatannya maka akan berdampak buruk bagi
penggunanya. Maka diharapkan masyarakat harus memiliki cara cerdas
yang dapat dilakukan dalam rangka memanfaatkan teknologi digital.
Dengan demikian, kita tidak hanya menjadi konsumen yang
menggunakan perangkat teknologi digital sekedar untuk memenuhi
kebutuhan dan kesenangan. Lebih dari itu, kita juga berkontribusi
memberikan nilai dari kemajuan teknologi digital itu sendiri.
215
PROFIL PENULIS
Nama : Almi Marcelia Rahma
NIM : 210210302041
TTL : Banyuwangi, 3 Maret 2003
Motto : Gapapa ngeluh, asal tetap dikerjakan.
216
Artis Dunia Maya, membuat seseorang menjadi Pendiam?
by Rizki Agita Rahmadani
Gambar 51. Anak-anak bermain Gadget
Pada era yang sudah cukup maju seperti saat ini bukan menjadi
hal yang tak biasa apabila seseorang memiliki seorang smartphone.
Namun malah menjadi kebalikannya, hampir setiap orang di era digital
dan maju seperti saat ini memiliki smartphone. Karena telah menjadi hal
yang lumrah ditemui, maka tentunya dengan seseorang memiliki
smartphone akan memberikan dampak baik itu positif dan negatif bagi
penggunanya. Smartphone memiliki berbagai macam definisi menurut
para ahli. Misalnya saja menurut David Wood, smartphone adalah
handphone / telepon genggam cerdas yang memiliki kelebihan
dibanding alat telekomunikasi lainnya. Kelebihannya terlihat dari proses
pembuatannya dan proses penggunaannya. Selain itu, smartphone juga
memiliki berbagai fitur seperti telefon, SMS, kamera, pemutar musik dan
video, internet, games, dan lain-lain.
Seperti yang kita ketahui, dengan smartphone seseorang bisa
melakukan banyak hal tanpa harus bersusah payah. Seperti yang sudah
dijelaskan sebelumnya bahwa dengan penggunaan smartphone maka
kita bisa berkomunikasi tidak hanya melalui suara saja, tetapi kita juga
bisa bertatap muka dengan berbagai fitur yang ada didalamnya.
Seseorang bisa mencari informasi dengan sangat mudah tanpa melihat
berita di televisi, membaca koran, dan lain-lain. Meskipun bila dilihat
secara kasat mata smartphone dapat membantu mempermudah
211
kehidupan kita dalam berkegiatan sehari-hari, smartphone juga memiliki
dampak negatif. Hal ini akan memperburuk situasi apabila seorang user
smartphone belum bisa mengoptimalkan dan menggunakan smartphone
dengan baik dan bijak. Seperti yang diketahui bahwa user smartphone ini
ada di seluruh kalangan mulai dari anak-anak hingga orang dewasa
sekalipun.
Penggunaan smartphone yang tidak ideal atau tidak bijak ini
sering ditemui pada rentan usia anak-anak hingga remaja menuju
dewasa awal. Tentu dengan adanya hal ini berpengaruh kepada
perkembangan psikologi dan psikososialnya. Seorang anak yang sudah
biasa menggunakan
smartphone akan
cenderung lebih diam
dan tidak suka
bersosialisasi. Hal ini
terjadi bukan karena
seorang anak itu memang
pendiam, namun hal ini
terjadi sebagai akibat
dari anak tersebut terlalu
Gambar 52. Kondisi Anak asyik dengan dunia
mereka sendiri, dunia
yang mereka bangun sendiri dalam smartphone.
Artis Dunia Maya adalah sebutan gaulnya. Meskipun dengan
kata tersebut mungkin lebih menjurus ke arah seseorang yang sudah
terkenal di internet, namun nyatanya sama saja. Semua anak, remaja
yang sedang dalam usia emasnya, mereka akan menggunakan
smartphone dengan persentase yang lebih tinggi apabila dibandingkan
dengan bersosialisasi bersama lingkungan sekitar mereka. Mereka akan
menghabiskan waktu mereka sebagian besar pada smartphone yang
mereka miliki. Seseorang akan disebut sebagai pecandu smartphone
apabila mereka lebih sering menghabiskan waktu mereka pada internet
/ smartphone mereka ketimbang untuk bersosialisasi dengan lingkungan
sekitar. Kecanduan akan smartphone akan membuat seseorang menjadi
agresif dan sulit dikendalikan. Tak hanya itu, apabila kasusnya seorang
anak yang kecanduan dengan smartphone, maka orang tua akan semakin
diabaikan ketika mereka menginginkan dan membutuhkan bantuan dari
anaknya karena terlalu fokus pada smartphone.
212
Penggunaan smartphone yang berlebihan juga akan berdampak
pada pertumbuhan otak dan fisik seseorang. Seorang anak usia dini yang
sudah terbiasa dengan penggunaan smartphone karena orang tua
mereka memberikannya walau hanya sebatas untuk hiburan semata,
namun hal itu akan berdampak pada penurunan fungsi kognitif,
peningkatan impulsive dan penurunan kemampuan seseorang untuk
menguasai emosi dan mengatur diri sendiri. Dan juga seorang anak yang
selalu menghabiskan waktu mereka di smartphone akan mengurangi
waktu mereka untuk melakukan hal positif lain seperti melakukan
olahraga yang akan membantu untuk pertumbuhan fisik seseorang.
Perkembangan otak awal ini ditentukan oleh rangsangan alam dan
lingkungan. Rangsangan yang didapatkan dari smartphone akan
memiliki keterikatan dengan fungsi eksekutif dan defisit perhatian,
gangguan kognitif, kesulitan dalam belajar, peningkatan impulsive dan
lain-lain.
Hal ini menjadi tugas orang tua yang sangat penting. Semua
kunci ada dalam pegangan orang tua, apabila mereka berhasil maka sang
anak akan bereksplorasi dengan lingkungan sekitar dengan lebih mudah
dan akan membantu si anak pula untuk lebih mandiri dari sebelumnya.
Namun apabila orang tua gagal, maka anak akan mengalami rasa kurang
percaya diri, ragu-ragu atas kemampuan mereka serta susah memiliki
rasa percaya atas lingkungan sekitarnya.
Penggunaan smartphone yang berlebihan juga akan
berpengaruh terhadap kecerdasan anak. Jika anak ketergantungan
dengan gadget, maka mereka akan sangat sulit menangkap pelajaran di
sekolah. Karena apa yang ada dalam pikiran mereka hanya tertuju pada
smartphone. Banyak yang beranggapan bahwa smartphone adalah salah
satu sarana edukasi yang efektif. Namun, para ahli berpendapat bahwa
edukasi yang berasal dari smartphone tidak bersifat tahan lama dan
berkelanjutan dalam memori anak. Karena bagaimanapun juga, sumber
edukasi yang baik untuk otak adalah alam dan lingkungan.
Smartphone juga memiliki dampak negatif lain utamanya pada
psikologis anak diantaranya adalah :
1. Turunnya konsentrasi
Dengan adanya smartphone, maka konsentrasi anak saat
belajar mengalami penurunan. Konsentrasinya menjadi lebih
singkat dan anak tidak peduli dengan lingkungan sekitar. Anak
lebih sering berimajinasi mengenai tokoh game yang sering
dimainkan pada gadgetnya.
213
2. Malas membaca dan menulis
Smartphone dapat membuat anak menjadi malas membaca dan
menulis. Dengan gambar-gambar menarik yang disuguhkan
smartphone membuat anak malas membaca. Anak akan
cenderung bermain smartphone ketimbang membaca buku
atau melakukan aktivitas lain di lingkungan sekitar. Selain itu
dengan perkembangannya teknologi, membuat aktivitas
menulis anak menggunakan smartphone ini mempengaruhi
keterampilan menulis bagi anak, sehingga anak akan kurang
memiliki keterampilan koordinasi motorik yang bagus.
3. Memberi efek candu
Saat bangun tidur yang dilihat pertama kali adalah smartphone.
Saat makan dan dimanapun, tidak pernah lepas dari adanya
sebuah smartphone. Jika smartphone tersebut tertinggal, anak
rela pulang kerumah untuk mengambil belahan jiwanya. Hal ini
menjadi salah satu efek candu dari adanya smartphone.
4. Mempengaruhi kemampuan menganalisa masalah
Misalnya pada saat pelajaran matematika, anak yang telah
mengenal smartphone langsung sigap untuk mengeluarkan
smartphonenya dan menjalankan aplikasi kalkulator. Ini
merupakan hal yang buruk dalam perkembangan nalar dan
logika, karena anak tersebut tidak percaya dengan pikirannya.
Kemampuan analisa tidak dilatih secara mendalam. Dengan
penggunaan smartphone maka anak cenderung berpikir secara
dangkal. Akhirnya kemampuan analisis menjadi lemah dan
tidak dapat menganalisis suatu masalah.
5. Menurunnya kemampuan bersosialisasi
Kemampuan bersosialisasi merupakan dampak buruk dari
adanya smartphone. Anak menjadi acuh dengan lingkungan
sekitar dan tidak paham dengan etika bersosialisasi. Sehingga
rasa sosialisasi antar sesama memudar dan jarang bertegur
sapa.
6. Menghambat perkembangan
Penggunaan smartphone akan membuat batasan gerak pada
anak yang mengakibatkan perkembangan anak terhambat.
Anak yang menggunakan smartphone secara berlebihan akan
berdampak buruk pada prestasi akademik nya.
Perlu dilakukan pengawasan yang ekstra untuk orang tua.
7. Malas melakukan banyak hal
214
Saat menggunakan smartphone, anak cenderung tidak
melakukan gerak badan. Sensor motorik yang tidak digunakan,
bisa saja mengakibatkan obesitas. Akibatnya, sensor motorik
tidak digunakan oleh anak sejak kecil, bukan hanya
keterampilan menulis saja yang menurun, tetapi akan
menimbulkan penyakit akibat tidak melakukan gerak motorik
pada badan.
8. Gangguan Tidur
Gangguan tidur bisa dialami anak-anak, jika menggunakan
smartphone secara berlebihan. Jika anak mengalami gangguan
tidur, maka akan berdampak pada prestasi belajar mereka.
Anak cenderung tidak langsung tidur, bila smartphone masih
ada di genggaman. Akhirnya anak bangun siang dan tidak dapat
konsentrasi di sekolah.
9. Penyakit Mental
Penggunaan smartphone secara tidak teratur menyebabkan
peningkatan laju kecemasan anak, depresi, autisme, gangguan
perhatian, gangguan bipolar, dan gangguan perilaku pada anak.
Jika smartphone digunakan secara berlebihan dapat
mengakibatkan stres pada anak. Biasanya anak stres akibat
tidak dapat memenangkan permainan di smartphone nya,
sehingga sering mengganggu kondisi mentalnya.
10. Agresif
Tentunya menjadi hal yang cukup mudah apabila tiba-tiba
ditemukan konten kekerasan dalam internet yang kemudian
dapat menstimulus anak untuk melakukan hal apa yang
dilihatnya. Dampak buruk jangka panjang pada anak yang
menggunakan smartphone menjadi lebih agresif.
Daftar Pustaka
Putri, W. S. R., Nurwati, N., & S., M. B. (2016). Pengaruh Media Sosial
Terhadap Perilaku Remaja. Prosiding Penelitian Dan Pengabdian
Kepada Masyarakat, 3(1).
https://doi.org/10.24198/jppm.v3i1.13625
Sulaiman, R. H. 2016. Kecanduan Gadget, Anak Bisa Sulit Berkomunikasi
Hingga Dewasa. https://health.detik.com/anak-dan-remaja/d-
3333027/kecanduan-gadget-anak-bisa-sulit-berkomunikasi-
hingga-dewasa diakses pada 9 Desember 2022
215
PROFIL PENULIS
Nama : Rizki Agita Rahmadani
NIM : 210210302042
TTL : Lumajang, 6 Agustus 2002
Motto : Yang penting dicoba dulu, gagal atau
berhasil itu urusan belakang.
216
Pembelajaran Inovatif “Lectora Inspire” Jembatani Siswa
Jadi Kritis
by Na’imatus Sa’diyah
Teknologi yang semakin berkembang dari tahun ketahun
merupakan trobosan luar biasa. Kemajuan teknologi ini sudah
seharusnya dijadikan acuan guna menciptakan media pembelajaran
inovatif. Dengan adanya kemajuan teknologi, inovasi dalam bidang
pendidikan harus segera dikerahkan, kenapa harus dilakukan sebuah
inovasi? Karena pendidikan adalah faktor penting dan ketertinggalan
pendidikan nantinya akan berimbas ke dalam banyak faktor seperti
ekonomi, politik, social, dan lain lain. (Susilo, 2020)
Gambar 53. Metode Pembelajaran
Metode pembelajaran dalam bidang pendidikan sudah semakin
berkembang. Inovasi metode ataupun model pembelajaran akan
berdampak pada sistem pembelajaran dan juga akan mendongkrak
kualitas dan mutu pendidikan. Pembelajaran secara dapat dijelaskan
sebagai sebagai produk interaksi yang memiliki kesinambungan antara
pengembangan dan pengalaman hidup. (Shalikhah, 2017)
Pada era sekarang meskipun kemajuan dalam teknologi sudah
semakin bagus, sayangnya di banyak sekolah guru masih terfokus pada
metode pembelajaran ceramah ketimbang memilih untuk menggunakan
pembelajaran dengan berbasis teknologi. Hal ini dikarenakan masih
kurangnya sosialisasi dan pemahaman terhadap guru mengenai
bagaimana cara membuat media pembelajaran berbasis teknologi dan
217
bagaimana pemanfaatan terhadap media pembelajaran berbasis
teknologi tersebut.
Dan sebenarnya pr kita sekarang, benarkah media
pembelajaran berbasih teknologi itu mampu mendongkrak kreativitas
peserta didik? Kemapuan dan keterampilan guru menjadi kunci utama
untuk pembelajan berbasis teknologi, untuk itu guru dituntut mampu
menerapkan media pembelajaran lebih dari satu jenis, karena
diharapkan pembelajaran berbasis teknologi ini mampu efektif dan
efisien serta bisa meningkatkan hasil pembelajaran siswa. Namun
sayangnya, apabila guru belum memiliki kemapuan dalam
mengoperasikan media pembelajaran berbasis teknologi dengan baik
maka akan sulit mewujudkan media pembelajaran berbasis teknologi ini,
maka dengan itu sudah seharusnya diberikan pelatihan kepada para guru
untuk mampu menciptakan pembelajaran yang inovatif dan lebih
menarik, yaitu salah satunya dengan membuat media pembelajaran
interaktif dengan lectora inspire.
Lectora inspire adalah program yang efektif dalam membuat
media pembelajaran. Lectora inspire merupakan software
pengembangan belajar elektronik (e-learning) yang relatif mudah
diaplikasikan atau diterapkan karena tidak memerlukan pemahaman
bahasa pemrograman yang canggih. Karena Lectora inspire memiliki
antarmuka yang familiar dengan kita yang telah mengenal maupun
menguasai Microsoft Office.
Dengan menggunakam lectora inspire, materi pelajaran
didesain semenarik mungkin, dapat menampilkan video, serta gambar-
gambar animasi yang berhubungan dengan materi pelajaran agar peserta
didik lebih memperhatikan apa yang disampaikan oleh guru. Proses
pembelajaran akan lebih menyenangkan dan bermakna, sehingga
berpengaruh pada peningkatan prestasi belajar peserta didik.
Keberhasilan dalam pembelajaran sangat dipengaruhi oleh
kelengkapan sarana dan bervariasinya media yang digunakan, pesan
atau materi pembelajaran akan semakin optimal diterima siswa. Hal ini
disebabkan adanya variasi dan keragaman modalitas belajar siswa bisa
terakomodasi dari media yang variatif dalam pembelajaran. Misalnya,
dalam satu kelas memiliki beberapa siswa yang beragam modalitas
belajarnya. Sebagian siswa modalitas belajarnya lebih cenderung visual,
sebagian siswa modalitas belajarnya cenderung audio, dan sisanya
memiliki modalitas belajar kinestetik. Jika seorang guru dalam proses
pembelajaran hanya menggunakan satu jenis media saja, maka pesan
218
atau materi pembelajaran tidak bisa tersampaikan optimal karena faktor
perbedaan modalitas belajar siswa.
Untuk itu, guru perlu mengkombinasikan berbagai jenis media
dalam satu pembelajaran yaitu menggabungkan media berbasis visual,
media berbasis audio, dan media berbasis kinestetik agar pesan bisa
diserap semua siswa meski modalitasnya beragam. Penggabungan
berbagai jenis media ini disebut dengan pembelajaran multimedia. Pada
konteks pembelajaran, multimedia diartikan penggunaan berbagai jenis
media dalam penyampaian pesan atau materi pembelajaran yang
bertujuan agar pesan atau materi pembelajaran dapat diterima secara
maksimal dan optimal oleh siswa yang memiliki modalitas berbeda.
Pembelajaran yang menggunakan teknologi informasi dan
komunikasi atau menggunakan berbagai media disebut dengan media
pembelajaran interaktif. Penggunaan media pembelajaran ini bertujuan
untuk membantu para guru dalam penyampaian materi dan juga
membantu siswa dalam memahami materi yang diajarkan. Selain itu,
materi pelajaran dapat dimodifikasi menjadi lebih menarik dan mudah
dipahami, serta suasana belajar yang menegangkan menjadi
menyenangkan. Dengan menggunakan media pembelajaran interaktif,
membantu guru menciptakan pola penyajian yang interaktif.
Berdasarkan definisi Hofstetter, bahwa multimedia interaktif
adalah pemanfaatan komputer untuk menggabungkan teks, grafik, audio,
gambar/ animasi, dan video menjadi satu kesatuan dengan link dan tool
yang tepat sehingga memungkinkan pengguna dapat melakukan
navigasi, berinteraksi, berkreasi, dan berkomunikasi. Dengan kita
memanfaatkan multimedia dalam kegiatan belajar mengajar, proses
pembelajaran menjadi bervariasi dan inovatif. Siswa akan tertarik, dapat
mengurangi rasa bosan, dan akan timbul rasa penasaran. Oleh karena itu,
perlu adanya inovasi khususnya dalam pembelajaran.
Inovasi adalah suatu ide, gagasan, praktik, atau benda yang
diterima sebagai suatu hal yang baru oleh seseorang atau kelompok
untuk diadopsi. Santoso S. Hamidjojo dikutip dari Abdulhak (2002)
menjelaskan bahwa inovasi pendidikan sebagai “suatu perubahan yang
baru dan secara kualitatif berbeda dari hal sebelumnya dan sengaja
diusahakan untuk meningkatkan kemampuan demi mencapai tujuan
tertentu, termasuk dalam bidang pendidikan”
Inovasi pendidikan pada dasarnya merupakan suatu perubahan
ataupun ide cemerlang di bidang pendidikan yang memuat hal baru
berupa praktik-praktik pendidikan tertentu, produk dari suatu hasil olah
219
pikir dan olah teknologi yang diterapkan melalui tahapan tertentu, untuk
memecahkan persoalan pendidikan dan memperbaiki suatu keadaan
pendidikan atau proses pendidikan tertentu yang terjadi di masyarakat.
Ada beberapa cara untuk membuat media pembelajaran interaktif.
Berbagai software banyak ditawarkan dalam dunia pendidikan.
Misalnya, aplikasi Ms. Power Point yang kita kenal untuk membuat media
presentasi pembelajaran. Ms. Power Point selain bisa membuat media
presentasi, dapat juga menyusun sebuah media evaluasi interaktif
namun menggunakan Visual Basic, karena pada hakikatnya Ms. Power
Point digunakan untuk media presentasi, meskipun dengan segala
macam cara Ms. Power Point dapat digunakan untuk membuat media
pembelajaran yang menarik. Bagi sebagian kalangan guru yang ingin
serba instan, lectora inspire adalah aplikasi yang tepat, efektif, efisien
untuk menjawab tantangan tersebut. Lectora inspire merupakan
program aplikasi yang dapat digunakan untuk membuat presentasi
maupun media pembelajaran.
Lectora inspire dikembangkan oleh Trivantis Corporation yang
merupakan Authoring Tool untuk pengembangan konten e-learning.
Pendirinya adalah Timothy D. Loudermilk di Cincinnati, Ohio, Amerika
tahun 1999 (Muhammad Mas’ud, 2012:1). Pada tahun 2000, Lectora
menjadi yang pertama sistem authoring AICC-bersertifikat di pasar.
Lectora inspire dapat digunakan untuk menggabungkan flash, merekam
video, menggabungkan gambar, dan screen capture. Lectora inspire
didesain khusus bagi pemula, sehingga keunggulan dari lectora inspire
sangat mudah digunakan dalam pembuatan media pembelajaran dan
dapat membuat materi uji atau evaluasi. Para guru yang tidak terlalu
mahir mengoperasikan komputer, akan dengan mudah menggunakan
aplikasi ini. Dengan menggunakan program aplikasi lectora inspire kita
dapat menggunakannya dalam menyiapkan bahan ajar bagi siswa.
Media pembelajaran yang dikembangkan dengan
menggunakan lectora inspire dapat dipublish secara online maupun
offline. Siswa dapat belajar mandiri dengan media pembelajaran
tersebut. Evaluasi yang terdapat dalam lectora inspire, dapat
menampilkan feed back yang menunjukkan jawaban benar atau salah,
dan skor yang bisa diketahui secara langsung. Sehingga memudahkan
para guru untuk melakukan penilaian karena sudah otomatis muncul
skor atau nilai.
220
Adapun manfaat yang kita temukan dari aplikasi Lectora
inspire dalam pengembangan media pembelajaran interaktif,
diantaranya sebagai berikut:
1. Guru dapat membuat dan menyajikan materi ajar dengan tanpa
harus melakukan programming.
2. Guru dapat melakukan pengujian terhadap materi ajar yang
diberikan, dalam berbagai macam bentuk test seperti pilihan
ganda, benar/salah, mencocokan (mathcing), tarik dan
tempatkan (drag and drop), isian singkat (fill in the blank), dan
hot spot.
3. Guru/peserta didik dapat mengakses materi ajar/uji yang
dibutuhkan baik secara offline maupun online.
4. Mampu menggunakan teks, suara, video, animasi dalam suatu
kesatuan.
5. Mampu memvisualisasikan materi yang
6. Membawa objek yang sangat besar atau berbahaya dalam
lingkungan kelas.
7. Menampilkan objek yang tidak bisa dilihat oleh mata telanjang.
Dengan adanya media pembelajaran Lectora Inspire maka
diharapkan terdapat kemampuan untuk mengoptimalkan pendidikan
dan tercapainya tujuan dari pendidikan tersebut.
Daftar Pustaka
Shalikhah, N. D. (2017). Media Pembelajaran Interaktif Lectora Inspire
sebagai Inovasi Pembelajaran. Warta LPM, 20(1), 9–16.
https://doi.org/10.23917/warta.v19i3.2842
Susilo, A. A. (2020). Peran Guru Sejarah dalam Pemanfaatan Inovasi
Media Pembelajaran. Jurnal Komunikasi Pendidikan, 4(2), 79.
https://doi.org/10.32585/jkp.v4i2.649
Nurdyansyah. (2019). Media Pembelajaran Inovatif. UMSIDA Press.
Universitas Muhammadiyah Sidoarjo. Sidoarjo, Jawa Timur.
221
PROFIL PENULIS
Nama : Na’imatus Sa’diyah
NIM : 210210302043
TTL : Blitar, 5 Agustus 2003
Motto : Sometimes, we just need to stay alive
without expectations.
222
Aktivisme Digital Dalam menunjang Kekritisan Pelajar
by Mochammad Satria Fattah
Pada jaman digital
pada saat ini, teknologi semakin
canggih dan meluas hingga
penjuru dunia yang membuat
apapun yang kita cari di dunia
digital baik di sosial media,
youtube dan sebagainya dapat
ditemukan. Materi-materi
tentang beberapa gerakan yang
ada didunia, pemikiran para
tokoh hingga buku buku gratis
pun juga mudah didapatkan oleh
banyak orang, tak terkecuali
seorang pelajar.
Pelajar merupakan generasi bangsa, harapan utama bangsa
dalam menunjang kemajuan di negera tersebut, tanpa adanya seorang
pelajar sebuah negara pastinya tidak memiliki generasi penerus yang
melanjutkan perjuangan dari para pendahulu kita. Seperti yang pernah
dikatakan oleh Soekarno “Beri aku 100 Orang Tua maka akan ku cabut
Semeru dari akarnya, dan beri aku 10 Pemuda maka akan ku guncangkan
dunia” kalimat tersebut tak semata-mata hanya kalimat kiasan saja,
namun ada arti dibaliknya yakni bahwa seorang Pelajar yang memiliki
jiwa muda memiliki peran yang begitu penting dalam suatu perjuangan
karena ada saatnya yang tua sudah kurang kekuatannya sudah kurang
gerakannya maka dari itu pelajarlah yang mengambil peran sebagai
regenerasi berkelanjutan.
Akhir-akhir ini birokrasi Indonesia banyak sekali mengalami
kejanggalan, oleh karena itu sebagai generasi penerus bangsa, pelajar
harus bisa peka terhadap kebobrokan pemerintah an yang ada. Daya
intelektual pelajar itu sendiri dapat tumbuh ketika sering diasah, cara
mengasahnya yakni dengan memperbanyak diskusi serta membaca
literatur yang baik itu digital ataupun mom digital, namun diera teknologi
4.0 ini banyak tersebar buku-buku digital yang mudah diakses oleh
semua orang terutama para pelajar
Pelajar pun biasanya tergabung dalam sebuah organisasi dalam
mempelajari buku, isu-isu yang sedang hangat untuk kemudian
223
dilakukan follow up terhadap materi tersebut, organisasi pelajar yang
sering ditemui yakni Ikatan Pelajar Muhammadiyah, Gerakan Siswa
Nasional Indonesia dan masih banyak lagi.
Gambar 55. Logo GSNI
Kedua organisasi Pelajar tersebut biasanya menghimpun
teman-teman dari sekolah menangah pertama hingga atas untuk
mendapatkan ilmu yang tidak mereka dapatkan dari sekolah, dan dengan
kemuajan teknologi ini banyak sekali media yang dapat digunakan untuk
saling bertukar ilmu ataupun belajar bersama. Contohnya yakni diskusi
bersama antar cabang yang dilakukan melalui media Zoom.
Hal tersebut dapat meningkatkan kekrtitisan seorang pelajar,
yang mana jika pelajar telah sampai pada titik intelektualitas nya maka
mereka dapat menjelma menjadi sebuah ancaman bagi birokrat, oleh
karena itu dalam meningkatkan
kekritisan seorang siswa, aktivisme
digital ini begitu penting perannya, jika
biasanya para pelajar yang turun aksi
digembosi, diancam, hingga di drop out
dari sekolahnya, mereka lari kepada
seni digital dalam menyuarakan
aksinya seperti mendesain pamflet
propaganda dan lain lain.
Diatas adalah contoh ativisme
digital dalam bentuk poster
propaganda yang mana saat itu
presiden Joko Widodo di isukan ingin
lanjut 3 periode padahal hal itu
bertntangan dengan aturan yang telah
224
ada. Poster tersebut di usnggah pada sosial media instagram
@blokpolitikpelajar yang mana akun instagram itu memang seluruhnya
berisi poster propaganda dan juga informasi terkait diskusi online serta
webinar yang diselenggarakan oleh beberapa golongan pelajar.
Mungkin itulah dampak dari Aktivisme digital terhadap
kekritisan pelajar, semakin kritis para pelajar semakin banyak juga
perlawanan yang terhadap ketidakadilan serta penindasan yang
dilakukan oleh para penguasa di negeri wakanda ini.
225
PROFIL PENULIS
Nama : Mochammad Satria Fattah
NIM : 210210302044
TTL : Jember, 17 Mei 2001
Motto : Takut tak menambah umur, berani tak
kurangi umur. Maka dari itu jangan pilih
takut karena membuat hidupmu tidak
berguna.
226
227