Anggrek TN Matalawa
7. Bulbophyllum sp.
Anggrek dari genus Bulbophyllum yang belum diketahui epitet-nya
ini menempel pada cabang pohon yang sangat tinggi. Hidup pada
hutan ketinggian yang memiliki kelembaban tinggi seperti di hutan
Mahaniwa dan Wanggameti.
Sama halnya dengan anggrek B. biflorum, Bulbophyllum sp. juga
memiliki pseudobulbs yang berbentuk bulat untuk menyimpan
cadangan air di dalam daun yang berasal dari batang. Namun ukuran
daunnya lebih kecil dibanding dengan anggrek B. biflorum.
Gambar 7. Anggrek Bulbophyllum sp.
~ 81 ~
PESONA ANGGREK
Taman Nasional Matalawa Nusa Tenggara Timur
8. Calanthe triplicata
(anggrek popocongan/bayi tidur)
Merupakan anggrek terrestrial dan termasuk jenis anggrek
monopodial dan memiliki umbi semu (pseudobulb) terletak di
dalam tanah dan memiliki rimpang (rhizome). Daun bulat memanjang/
jorong, hijau, pertulangan daun sejajar dan terlihat sangat jelas,
pertulangan daun memepengaruhi permukaan dan bentuk daun
sehingga terlihat bergelombang, ujung daun runcing, permukaan
atas mengkilat, sifat daun tidak sukulen, panjang daun 50-60 cm x
10-20 cm. Bunga majemuk, tumbuh diujung ibu tangkai bunga, ibu
tangkai bunga tumbuh tegak dengan panjang 1-1,5 m (setinggi dada
orang dewasa), bunga berwarna putih, kecuali anther cup (penutup
anther pada column) berwarna kuning cerah, bibir (labellum) terbelah
menjadi 3, bagian tengah terbelah lagi menjadi 2 sehingga seolah
terbagi menjadi 4, pangkal labellum memiliki taji (spur) memanjang
ke belakang. Buah hijau, bulat memanjang.
Sebaran dari jenis anggrek jenis ini dapat dijumpai di Kawasan TN
Matalawa, yaitu: di kawasan hutan Wanggameti, Mahaniwa dan
Praingkareha, dengan waktu pembungaannya terjadi mulai Bulan
September hingga Februari. Jenis anggrek ini tumbuh subur pada
tanah lembab berhumus di hutan hujan tropis dekat sungai dengan
ketinggian 500 sampai dengan 1500 mdpl. Dalam pertumbuhannya
tanaman anggrek ini tidak menggugurkan daun, dan anggrek ini
umumnya hidup pada lantai hutan dibawah naungan tegakan cukup
rapat dengan rata-rata suhu udara 15 – 30°C.
~ 82 ~
Anggrek TN Matalawa
Dalam bahasa daerah di Indonesia, tanaman anggrek ini mempunyai
beberapa nama sebutan, di Jawa Barat anggrek ini dikenal dengan
sebutan “anggrek popocongan”, di Ambon terkenal dengan sebutan
“ahan abal”, di Sumatra utara dikenal sebagai “Lemba utan”,
sedangkan di Maluku dikenal dengan nama “Bunga tida lapis”.
Dalam CITES Protection, jenis anggrek ini tergolong pada Appendix
II, dan belum termasuk anggrek yang dilindungi baik berdasarkan
Permenlhk No 106 Tahun 2018, maupun PP7 Tahun 1999.
~ 83 ~
PESONA ANGGREK
Taman Nasional Matalawa Nusa Tenggara Timur
Daun bulat memanjang/
jorong, hijau, pertulangan
daun sejajar dan terlihat
sangat jelas, pertulangan daun
mempengaruhi permukaan
dan bentuk daun sehingga
terlihat bergelombang, ujung
daun runcing, permukaan atas
mengkilat. Sifat daun tidak
sukulen.
Gambar 8. Anggrek Calanthe triplicata
~ 84 ~
Anggrek TN Matalawa
9. Cleisostoma uraiense
Anggrek dari genus Cleisostoma yang dijumpai di kawasan TN
Matalawa yaitu C. uraiense. Cleisostoma uraiense memiliki batang
yang tegak dan terjumbai berukuran 20 – 40 cm dengan diameter
4 – 6 mm dan berdaun banyak. Daunnya distichous berbentuk linier
atau lonjong sempit (oblong) denga ukuran 10 – 20 x 1,2 – 2 cm.
pangkal daun membulat mendekati tangkai dan kedua sisi tidak sama.
Berbunga banyak dan memiliki daun pelindung yang kecil. Bunga
berwarna hijau kekuningan, agak sedikit tebal, pedicel dan ovarium
berukuran 3-5 mm (Xinqi dan Wood, 2009).
Di Taman nasional Matalawa, Cleisostoma uraiense pernah dijumpai
berbunga pada bulan maret yang hidup menempel pada batang pohon
yang tinggi, menggantung dengan ciri khas batang yang panjang,
mendapat sedikit cahaya matahari dari sela-sela tajuk pohon pada
kawasan hutan Billa. Sedangkan menurut Orchid Roots (2019) dan
CITES, C. uraiense tersebar di Nansei-shoto (Jepang), Taiwan, Nicobar
Island, Kalimantan, Filipina, India dan Cina.
Cleisostoma uraiense tidak termasuk jenis yang dilindungi baik itu
pada PP.7 tahun 1999 dan P.106 tahun 2018 tetapi masuk kategori
Apendix II CITES.
~ 85 ~
PESONA ANGGREK
Taman Nasional Matalawa Nusa Tenggara Timur
~ 86 ~
Anggrek TN Matalawa
Bunga majemuk bertipe panicle
berwarna hijau kekuningan
Gambar 9. Anggrek Cleisostoma uraiense
~ 87 ~
PESONA ANGGREK
Taman Nasional Matalawa Nusa Tenggara Timur
10. Corymborkis veratrifolia
Anggrek Corymborkis veratrifolia termasuk kedalam anggrek terrestrial
yang selalu hijau dengan tipe pertumbuhan simpodial. Batang dari
rhizome yang pendek dan keras, berwarna hijau dan tidak bercabang.
Tingginya mencapai 100 cm. Daun berbentuk lonjong atau lanset dan
berwarna hijau tua, kasar dan beralur, tersusun seperti spiral melekat
pada ruas batang. Panjang daun sekitar 25–35 cm dan lebarnya 7,5–10
cm, perbungaan berada di ketiak daun; bunga berwarna putih. Bunganya
aromatic, dalam satu tangkai perbungaan terdapat antara lima belas
sampai dengan dua puluh buah dan berumur pendek, bunganya lebarnya
20–25 mm, sepal berwarna hijau, linier hingga berbentuk tombak atau
spatula, panjang 32–38 mm dan lebar 2–3 mm.
~ 88 ~
Anggrek TN Matalawa
Kelopaknya berwarna putih, panjang 25–30 mm, lebar 3–4 mm dan
bergelombang. Labellum berwarna putih pucat, panjang 20–25 mm
dan lebar 8–12 mm dengan dasar berbentuk tabung sempit dan
ujung lebar berbentuk telur dengan tepi bergelombang, dan / atau
lateral, sebaliknya, Corymborkis perbungaan muncul dari axils daun,
seringkali lebih dari satu per batang, memiliki tangkai pendek dan
sering bercabang.
Dalam CITES Protection, jenis anggrek ini tergolong pada Appendix
II, artinya bahwa jenis anggrek ini termasuk daftar spesies yang tidak
terancam punah dan belum termasuk anggrek yang dilindungi baik
berdasarkan Permenlhk No 106 Tahun 2018, maupun PP 7 Tahun
1999.
Buah
~ 89 ~
PESONA ANGGREK
Taman Nasional Matalawa Nusa Tenggara Timur
Perbungaan Corymborkis
veratrifolia yang muncul
dari ketiak daun
Gambar 10. Anggrek Corymborkis veratrifolia
~ 90 ~
Anggrek TN Matalawa
Genus Corymborkis meluas hingga hampir semua
daerah tropis, didistribusikan dari Cina, Jepang
(Ryukyu), India, Thailand, Sumatra, Kalimantan,
Queensland dan New Guinea, Fiji, Filipina di pantai
barat Afrika. Sebaran dari jenis anggrek jenis ini
dapat dijumpai di Kawasan TN Matalawa, yaitu:
di kawasan hutan Wanggameti, Mahaniwa dan
Praingkareha, Waikanabu, Kambata Wundut dan
Hutan Tarimbang, dengan waktu pembungaannya
terjadi mulai Bulan Februari hingga Mei. Jenis
anggrek ini tumbuh subur pada tanah lembab
berhumus di tutupan hutan yang cukup rapat
dengan ketinggian 500 sampai dengan 1.500 meter
di atas permukaan laut.
~ 91 ~
PESONA ANGGREK
Taman Nasional Matalawa Nusa Tenggara Timur
11. Crepidium junghuhnii
C repidium junghuhnii secara penamaan synonym dengan Malaxis
junghuhnii. Jenis anggrek ini termasuk anggrek terrestrial. Daun
berbentuk lanset/tombak, daun tipis, panjang 8-10cm, lebar 3-4 cm,
sedikit miring; perbungaan terminal, tegak dengan bunga selalu
membengkok saat bunga dewasa, warnanya biasanya berubah seiring
bertambahnya usia; memiliki lips dengan 3 lobus dan kasar, daun
telinga dari lobus lateral membentuk daun telinga. Tanaman berbunga
setinggi 25–35 cm. Pseudobulbs 5–10 cm tinggi. Daun biasanya 3
kadang 4, bergerombol di dekat bagian apikal pseudobulb; tangkai
daun 1.5–2.0 cm; helai daun panjang 12–17 cm, lebar 5.5–10 cm.
Perbungaan setinggi 20–30 (berkembang sempurna 35–40) cm; Bunga
berdiameter kira-kira 5–6 mm, bunga berwarna ungu, lips nya biasanya
lebih gelap; sepal punggung, panjang 3–3.5 mm, lebar 0.5–1 mm,
lonjong, tumpul di puncak; sepal lateral sepanjang 2.5–3 mm,Lebar
1–1.4 mm, lonjong bulat telur, tumpul di puncak, panjang mahkota
3–3 mm, lebar 0.4–0.5 mm, lanset, subakut di puncak; bibir panjang
3.4–3.6 mm, lebar 3.0–3.25 mm, panjang dan lebar kuping tengah
0.9–1.0 mm.
Sebaran jenis anggrek ini sebaranya cukup luas dari China, Kamboja,
Bhutan, India, Japan, Laos, Malaysia, Myanmar, Nepal, Filipina,
Thailand, Vietnam, Indonesia, Papua New Guinea. Sebaran jenis
anggrek Crepidium junghuhnii di dalam Kawasan TN Matalawa
sendiri, berada di Kawasan Hutan Wailahumur-Praingkareha. Jenis
anggrek ini hidup dibawah tegakan yang yang memiliki tajuk yang
cukup rapat terutama pada wilayah hutan primer dengan tingkat
~ 92 ~
Anggrek TN Matalawa Perbungaan
tumbuh di
kelembaban tinggi. jenis anggrek ujung dan
ini dapat di jumpai berbunga pada tegak
Bulan Desember.
Dalam CITES Protection, jenis anggrek
ini tergolong pada Appendix II, artinya
bahwa jenis anggrek ini termasuk
daftar spesies yang tidak terancam
punah dan belum termasuk anggrek
yang dilindungi baik berdasarkan
Permenlhk No 106 Tahun 2018,
maupun PP7 Tahun 1999.
Daun berbentuk lanset/tombak
dengan jumlah 3-4 helai
~ 93 ~
PESONA ANGGREK
Taman Nasional Matalawa Nusa Tenggara Timur
Bunga Buah
Gambar 11. Anggrek Crepidium junghuhnii
~ 94 ~
Anggrek TN Matalawa
12. Crepidium koordesii
Jenis Anggrek Crepidium koordesii yang synonym dengan Malaxis
koordesii ini termasuk anggrek terrestrial. Batang panjangnya sekitar
11 cm, berwarna hijau muda. Daun berjumlah 5, panjangnya 13 – 15
cm serta lebar 4 – 4,5 cm, pada bagian pangkal daun tidak simetris
dan ujungnya lancip serta bagian tepinya bergelombang. Perbungaan
panjangnya sekitar 15 cm. Bunga berwarna hijau dan apabila sudah
tua berubah menjadi kekuningan. Kelopak bunga berbentuk bundar
telur, mahkota bunganya berbentuk garis. Bibir bunga mengelilingi
tugu (column) berlobus 3, lobus bagian tengah terletak di bagian
atas atau menhadap ke atas.
Daun Crepidium koordesii berwarna hijau tua dengan jumlah lima, Panjang perbungaan
sekitar 15 cm (kiri). Buah (kanan)
~ 95 ~
PESONA ANGGREK
Taman Nasional Matalawa Nusa Tenggara Timur
Gambar 12. Anggrek Crepidium koordesii
Sebaran jenis anggrek ini hingga kini baru tercatat di Jawa dan Sulawesi,
sehingga di Sumba sendiri menjadi cacatan perjumpaan akan jenis
anggrek ini. sebaran jenis anggrek Malaxis koordesii di dalam Kawasan
TN Matalawa sendiri, berada di Kawasan Hutan Warra. Jenis anggrek
ini hidup Hidup dibawah tegakan hutan sekunder yang tidak terlalu
rapat, mendapatkan cahaya matahari sekitar 40%. Perbungan jenis
anggrek ini dapat di jumpai pada Bulan Januari.
Dalam CITES Protection, jenis anggrek ini tergolong pada Appendix
II, artinya bahwa jenis anggrek ini termasuk daftar spesies yang tidak
terancam punah dan belum termasuk anggrek yang dilindungi baik
berdasarkan Permenlhk No 106 Tahun 2018, maupun PP7 Tahun 1999.
~ 96 ~
Anggrek TN Matalawa
13. Dendrobium affine
(anggrek kupu-kupu)
Melihat bunga dari D. affine ini sudah tidak diragukan lagi mengapa
anggrek cantik yang satu ini dinamakan anggrek kupu-kupu
sebab petal-petal (mahkota) bunganya tersusun menyerupai kupu-kupu.
Menjumpai kumpulan bunga ini di alam bak melihat kupu-kupu nan
cantik yang sedang terbang membentangkan sayap putihnya.
Batangnya berumbi semu berbentuk kumparan memanjang dengan
panjang 10- 50 cm. bentuk daun lanset (melengkung dengan ujung
meruncing) dan agak kaku. Daunnya berkumpul di bagian atas di
ujung umbi semu. Ujung daun yang runcing kadang-kadang berbelah
dua. Panjang daun kira-kira 2 – 10 cm. Daun ini sering menunjukkan
ciri gugur daun (deciduous) pada saat bunga akan muncul (Osman
dan Prasasti, 1991).
~ 97 ~
PESONA ANGGREK
Taman Nasional Matalawa Nusa Tenggara Timur
Ukuran bunga yang mungil
Tangkai bunga muncul dari umbi semu tua yang gundul atau
umbi semu dewasa yang berdaun
~ 98 ~
Anggrek TN Matalawa
Si cantik anggrek kupu-kupu ini memiliki bunga yang berwarna putih
bersih dan halus. Ukuran bunganya lebih mungil dengan diameter
sekitar 3,5 cm. Panjang tangkai bunganya berkisar 20 – 35 cm.
Tangkainya keluar dari buku bagian atas, dari ujung umbi semu tua
yang gundul, atau dari umbi semu dewasa yang berdaun. Tiap tandan
bunga majemuk terdiri atas 15 – 20 kuntum bunga yang tersusun
secara rapat. Warna mahkota dan kelopaknya putih bersih. Warna
bibirnya agak bersemu hijau di pangkalnya. Lama mekar bunga bisa
sampai 14 hari. Kemudian setelah berbunga, akan muncul buah dimana
buahnya berbentuk kumparan/jorong berukuran lebih kurang 5 x 1,3
cm (Osman dan Prasasti, 1991).
Anggrek kupu-kupu ini banyak dijumpai di Nusa Tenggara Timur, Irian
Jaya, Timor, Maluku, dan Australia Utara. Tempat hidup anggrek ini
kebanyakan merupakan daerah beriklim kering. Di TN Matalawa, sejauh
ini ditemukan di kawasan hutan Tandula Jangga dan menumpang
pada pohon Kehi (Lannea coromandelica) dan pohon kapok (Ceiba
pentandra).
Dendrobium affine tidak termasuk jenis yang dilindungi baik itu pada
PP.7 tahun 1999 dan P.106 tahun 2018 tetapi masuk kategori Apendix
II CITES.
~ 99 ~
PESONA ANGGREK
Taman Nasional Matalawa Nusa Tenggara Timur
Gambar 13. Anggrek Dendrobium affine
~ 100 ~
Anggrek TN Matalawa
14. Dendrobium calophyllum
Biasa ditemukan menempel di pepohonan sekitar dataran rendah
daerah Flores hingga Maluku. Tapi bukan berarti anggrek ini tidak
bisa tumbuh subur di daerah dataran tinggi. Sekilas, bunganya mirip
dengan D. capra dari Jawa. Jika diperhatikan, perbedaannya terletak
pada ukuran bunganya yang lebih besar dan bibir yang lebih lebar
(Aziz, 2016).
Dendrobium calophyllum dari section Spatulata ini ditemukan di
Jawa, Kepulauan Sunda Kecil dan Maluku. Pseudobulb silindris
sedikit membesar di dekat pangkal, panjangnya 30-50 cm. Daun
dari tumbuhan epifit ini berukuran kecil dan sedang, tebal bentuknya
bulat telur lonjong, sedikit melebar di bawah, meruncing di atas.
Duduk daun alternate, distichous, dan coriaceus dan berwarna hijau
pekat. Perbungaan bertipe raceme (tandam) yang muncul pada bagian
ujung batang semu dengan panjang sampai 20 cm, jumlah rachis
sebanyak 2 sampai 8 dengan panjang 5 sampai 20 cm, dalam 1
tangkai bunga terdapat sampai 7 bunga dengan waktu berbunga yang
singkat. Bunga berdiameter sekitar 5 cm dengan sepal lanset berwarna
hijau kekuningan. Kelopak berbentuk sendok (spatulate) dengan ujung
runcing yang berwarna sama dengan sepal. Labellum memiliki 3 lekukan
(Labellum trilobed) berwarna keputihan dan terdapat seperti garis-garis
yang tersebar berwarna ungu (venation violet) (Anonim 1, Tanpa Tahun;
Puccio, Tanpa Tahun).
~ 101 ~
PESONA ANGGREK
Taman Nasional Matalawa Nusa Tenggara Timur
Gambar 14. Anggrek Dendrobium calophyllum
~ 102 ~
Anggrek TN Matalawa
Di kawasan TN Matalawa, D. calophyllum ini pernah
dijumpai di kawasan hutan Billa dan epifit pada pohon
Karipi (Bauhinia purpurea). Anggrek ini tidak termasuk jenis
yang dilindungi baik itu pada PP.7 tahun 1999 dan P.106
tahun 2018 tetapi masuk kategori Apendix II CITES.
~ 103 ~
PESONA ANGGREK
Taman Nasional Matalawa Nusa Tenggara Timur
15. Dendrobium capra
(Anggrek Larat Hijau)
Merupakan anggrek dataran rendah yang pertumbuhannya relatif
lambat, tetapi memiliki vigor (daya tumbuh) tunas relatif tinggi.
Anggrek ini memiliki perawakan tegap, kaku dan panjang batang
sampai 40 cm. Diameter batang akan mengecil pada bagian pangkal
dekat akar dan tampak menggembung pada bagian tengah batang.
Daun kaku berdaging, berwarna hijau kusam, berbentuk bundar telur
memanjang dengan ujung runcing dan bercuping dua di bagian ujung
daun. Daun tersebut tersebar hanya di bagian atas batang. Panjang daun
antara 7,5 – 15 cm dengan lebar 1,5 – 2 cm (Yulia dan Ruseani, 2008).
Tangkai perbungaan muncul dari batang bagian ujung, panjangnya
mencapai 30 cm, menyangga 4 – 15 kuntum bunga. Bunga memiliki
diameter mekar bunga 2,5 – 3 cm berbentuk bintang, berwarna
hijau muda kekuningan dengan garis ungu di bagian bibir. Kelopak
dan mahkota memiliki tekstur tebal mengkilap. Kelopak bundar telur
memanjang, dengan ujung tumpul. Mahkota berbentuk sudip (sendok
seperti paruh besar), ujung runcing dan tidak berpilin. Bibir bercuping
tiga melengkung keluar. Pada akhir musim kemarau anggrek ini mulai
memasuki fase generatif dan anggrek ini memiliki masa berbunga
antara bulan Agustus sampai Desember (Comber, 1990; Irawati, 2001
dalam Yulia dan Ruseani, 2008).
~ 104 ~
Anggrek TN Matalawa
Batang mengecil
pada bagian
pangkal
Bunga dan buah
muncul dari
ujung batang
~ 105 ~
PESONA ANGGREK
Taman Nasional Matalawa Nusa Tenggara Timur
Bunga berwarna
hijau kekuningan
dengan garing ungu
di bagian Lips
Daun berbentuk bundar telur
memanjang dan tersebar di bagian
atas batang
Gambar 15. Anggrek Dendrobium capra
~ 106 ~
Anggrek TN Matalawa
Dendrobium capra merupakan jenis anggrek alam asli Indonesia yang
keberadaannya di alam terancam punah. Anggrek alam adakalanya
dapat memiliki persebaran terbatas atau luas. D. capra memiliki
persebaran terbatas. Di Jawa hanya terdapat di hutan jati dataran rendah
di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Comber (1990) pernah melaporkan
keberadaan anggrek ini di Jawa Timur yaitu: di hutan jati di kaki
gunung Penanggungan, Pandaan dan di gunung Lamongan-Kraksaan,
Probolinggo. Anggrek ini hidup di dataran rendah dengan kisaran
suhu harian 30 – 33ºC dan kelembaban udara 40-60%. Selain itu
anggrek larat hijau dilaporkan terdapat pula di Nusa Tenggara (Yulia
dan Ruseani, 2008).
Yulia dan Ruseani (2008) dalam penelitiannya mengemukakan bahwa
D. capra merupakan anggrek epifit yang menempel di pohon jati
dan bungur terutama pada zona terluar, zona 5 (daerah terluar dari
percabangan) dari pohon inangnya karena anggrek ini menyukai
kondisi kering dan terkena sinar matahari langsung, serta tidak
terdapat humus yang menutupi perakarannya. Pada umumnya pohon
jati akan menggugurkan daunnya pada musim kemarau dan akan
bersemi kembali pada permulaan musim penghujan. Batang pohon jati
tertutup kulit kayu yang rata, pada pohon yang berumur tua terjadi
pengelupasan kulit. Kayu jati mengandung cairan berbau keras yang
mengandung zat penolak karat, berupa cairan berminyak dan berwarna
coklat. Pada saat pohon jati menggugurkan daun selama 3- 5 bulan,
peredaran cairan pohon tersebut terhenti. Bagian terluar lapisan kayu
yang terbentuk paling akhir menjadi kering dan membentuk jaringan
padat. Kondisi sifat fisik pohon jati ini yang kemungkinan banyak
dijadikan sebagai pohon inang bagi D. capra yaitu kulit kayunya kering
dan tidak lembab. Di samping itu tajuk pohon jati tidak terlalu rapat dan
~ 107 ~
PESONA ANGGREK
Taman Nasional Matalawa Nusa Tenggara Timur
menggugurkan daunnya pada musim kemarau sehingga memudahkan
D. capra untuk mendapatkan sinar matahari secara langsung.
Di TN Matalawa, anggrek larat hijau ini pernah ditemukan menumpang
pada pohon Kananggar (Dillenia pentagyna) di kawasan hutan Resort
Praingkareha (SPTN Wilayah II Lewa). Seperti diketahui bahwa kelas
Dillenidae dikenal sebagai tumbuhan tahunan terdiri dari pohon dan
semak selalu hijau meski terkadang disebut semi selalu hijau karena
terdapat pola adaptasi menggugurkan daunnya secara serentak
kemudian memunculkan pucuk yang tumbuh secara bersamaan. Hal
ini mengindikasikan bahwa anggrek larat hijau ini menyukai pohon
kananggar sebagai pohon inangnya sebab pohon kananggar memiliki
sifat yang mirip dengan pohon jati ataupun bungur yang sama-sama
menggugurkan daunnya pada musim kemarau. Anggrek ini tidak
termasuk jenis yang dilindungi baik itu pada PP.7 tahun 1999 dan
P.106 tahun 2018 tetapi masuk kategori Apendix II CITES.
~ 108 ~
Anggrek TN Matalawa
16. Dendrobium crumenatum Swartz
(Anggrek Merpati)
Dendrobium crumenatum dinamakan anggrek merpati karena
bunganya mirip merpati putih yang sedang bertengger ataupun
terbang. Bunga dari anggrek ini sangat cantik dan harum. Namun
sayang kecantikan dan keharuman bunganya hanya sebentar bisa
dinikmati sebab lama mekar bunganya tidak lebih dari 1 hari.
Bunga anggrek ini hinggap di atas sebuah tandan bunga yang muncul
di ujung batang. Panjang tangkai bunganya sekitar 30 – 40 cm dengan
8 – 12 kuntum bunga. Bunga-bunganya berdiameter kurang lebih 2 –
3 cm. Setiap kuntum bunga berhiaskan kelopak punggung berbentuk
taji, dan kelopak samping berbentuk segitiga, warnanya seputih salju.
Bibirnya berwarna putih kecuali pangkalnya berwarna kuning Bunga-
bunganya muncul sepanjang tahun, terutama pada bulan November
sampai Juni. Sayangnya saat mekar, bunga si cantik anggrek merpati
ini sangat bergantung pada penurunan suhu yang mendadak. Di
Indonesia, bunga-bunganya bisa tampil dengan dua macam warna
yang berbeda. Anggrek merpati Irian, misalnya tampil dengan warna
kuning kemerahan (Osman dan Prasasti, 1991).
Batang penyangga anggrek ini berumbi semu, pangkalnya sempit,
tengahnya bagaikan tabung dan makin ke ujung makin kecil. Batang-
batang ini membentuk rumpun dan saling merapat satu sama lain, masing-
masing tingginya 60 – 100 cm. Daunnya berbentuk jorong (bulat panjang),
dengan panjang 9 – 12 cm dan lebar 1,5 – 2 cm. Kadang-kadang daun
ini bertotol-totol ungu. (Osman dan Prasasti, 1991).
~ 109 ~
PESONA ANGGREK
Taman Nasional Matalawa Nusa Tenggara Timur
Si anggrek merpati ini lebih menyukai tempat terbuka. Lingkungan
tumbuhnya di daerah dataran rendah sampai daerah berketinggian
1.000 mdpl. Daerah sebarannya sangat luas, dari India sampai Cina,
dari Kepulauan Malaya sampai Filipina. Di Indonesia, anggrek merpati
yang dikoleksi oleh Kebun Raya Bogor kebanyakan berasal dari daerah
Pariaman, Bengkulu, Kampung Bagak, Lingga Jati, dan Irian (Osman
dan Prasasti, 1991). Di TN Matalawa anggrek ini telah ditemukan
di kawasan Hutan Billa dan Praingkareha serta di Tandula Jangga
dan bertengger di pohon Nggai (Timonius timon), Kananggar (Dillenia
Bunga muncul di ujung batang
~ 110 ~
Anggrek TN Matalawa
pentagyna) dan Karipi (Bauhinia purpurea). Anggrek ini tidak termasuk
jenis yang dilindungi baik itu pada PP.7 tahun 1999 dan P.106 tahun
2018 tetapi masuk kategori Apendix II CITES.
Lips berwarna putih dipangkal
berwarna kuning
Pangkal batang sempit, Daun berbentuk jorong kadang bertotol ungu
tengah seperti tabung, makin
ke ujung makin kecil
Gambar 16. Anggrek Dendrobium crumenatum
~ 111 ~
PESONA ANGGREK
Taman Nasional Matalawa Nusa Tenggara Timur
17. Dendrobium eriaeflorum section Stachyobium
Dendrobium section Stachyobium adalah subgenus dendrobium yang
memiliki pseudobulbs atau batang yang berdaging. Anggrek di
section ini tumbuh secara epifit pada ketinggian rendah hingga sedang
di daerah dengan musim kemarau yang berbeda. anggrek dalam
Seksi Stachyobium berkerabat paling dekat dengan Seksi Dendrobium.
Tanaman ini kebanyakan berukuran kecil dan memiliki daun tipis yang
sering gugur sebelum tanaman berbunga. Daun tumbuh di sepanjang
batang. Perbungaan biasanya ramping dan mungkin berada di satu
atau lebih simpul pseudobulbs pendek dan tebal dengan sedikit atau
banyak bunga. Pseudobulb bahkan mungkin berbentuk bulat pada
beberapa spesies dan tumbuh berdekatan. Bibir (lips) berbentuk 3 lobus
dan biasanya melilit di bagian atas. Beberapa spesies memiliki fimbriae
(serabut) pendek di sepanjang tepi depan bibir, seperti gigi sisir. Bunga
biasanya memiliki mentum kecil (American Orchid Society. 2019).
Dendrobium eriiflorum adalah anggrek epifit yang tumbuh di hutan
beriklim lembab, biasanya tumbuh di pohon dan semak, dan juga
kadang-kadang di bebatuan terbuka, di antara ketinggian 800 dan
2.100 m di atas permukaan laut. D. eriiflorum dilaporkan tersebar di
Nepal, India, Bhutan, Indonesia, Malaysia dan Thailand (CITES, 2014).
Anggrek epifit yang tumbuh berukuran kecil ini berkerumun dan
menempel di cabang-cabang pohon dalam pencahayaan terang, batang
berdaging di pangkal dan menipis di atas, batang kuning diselimuti
oleh pelepah daun dengan jumlah daun hingga 9. Daun berbentuk
lonjong atau lanset, tumpul dan gugur sebelum bunga mekar di akhir
musim panas panjang daun 4 sampai 8 cm. perbungaan majemuk
~ 112 ~
Anggrek TN Matalawa
berjumlah 6 sampai 8 buah dengan bunga terbalik yang terbuka
(mekar) secara bersamaan (orchidspecies.com, Tanpa Tahun).
Dendrobium eriiflorum tidak termasuk jenis yang dilindungi baik itu
pada PP.7 tahun 1999 dan P.106 tahun 2018 tetapi masuk kategori
Apendix II CITES.
Lips melilit
di bagian atas
~ 113 ~
PESONA ANGGREK
Taman Nasional Matalawa Nusa Tenggara Timur
Gambar 17. Anggrek Dendrobium eriiflorum
~ 114 ~
Anggrek TN Matalawa
18. Dendrobium macrostachyum
Dendrobium ini ditemukan di Thailand, Malaysia penninsular, Jawa,
Sumatra, Bali, Kalimantan sampai Queensland Australia di riverine
forest (hutan mangrove sungai) pada ketinggian 100 sampai 300
m dpl (Anonim 2). Sedangkan di TN Matalawa, dendrobium yang
mungil ini pernah dijumpai menumpang pada tumbuhan Kesambi
(Schleichera oleosa) dan tumbuhan dari famili Myrtaceae di Kawasan
Hutan Wanggameti, Billa, Praingkareha, dan Tandulajangga.
Batang berdaging, daun tipis, ujung acute
~ 115 ~
PESONA ANGGREK
Taman Nasional Matalawa Nusa Tenggara Timur
Tumbuhan epifit ini berukuran sedang dengan
batang yang hampir berdaging (sedikit).
Daunnya berukuran lebih kecil, tipis, ujung
daun acute. Dua sampai tiga perbungaan
muncul dari nodus ke 2/3 bagian atas
dengan bunga yang menjadi kuning seiring
bertambahnya usia (Anonim 2, Tanpa Tahun).
Dendrobium macrostachyum atau synonym
dengan D. stuartii ini tidak termasuk jenis
yang dilindungi baik itu pada PP.7 tahun 1999
dan P.106 tahun 2018 tetapi masuk kategori
Apendix II CITES.
Gambar 18. Anggrek Dendrobium macrostachyum
~ 116 ~
Anggrek TN Matalawa
~ 117 ~
PESONA ANGGREK
Taman Nasional Matalawa Nusa Tenggara Timur
19. Dendrobium sp_section calcarifera
Sampai saat ini, dendrobium yang satu ini belum diketahui secara
pasti nama epitet-nya. Dengan kata lain bahwa jenis dendrobium ini
belum teridentifikasi nama jenisnya. Namun diduga bahwa dendrobium
ini masuk kedalam seksi Calcarifera yaitu jenis Dendrobium floresianum.
Dendrobium section calcarifera pada awalnya diperkenalkan oleh J. J.
Smith pada tahun 1908 dan diperkenalkan kembali oleh J. B. Comber
pada tahun 1983. Sebagian besar spesies anggrek di daratan Asia
sekarang ditempatkan di section Calcarifera. Spesies anggrek pada
section ini adalah anggrek epifit yang berukuran sedang yang dapat
ditemukan mulai dari daerah dengan ketinggian rendah sampai sedang.
Anggrek dari section Calcarifera ini membutuhkan kondisi lingkungan
yang hangat hingga menengah di daerah dengan curah hujan yang
cukup sepanjang tahun. Secara khusus, spesies pada section ini memiliki
batang atau pseudobulbs berdaging dengan dedaunan tumbuh dari
dua sisi sepanjang batang dan gugur setiap satu tahun atau lebih
(American Orchid Society, 2016).
Bunganya memiliki mentum yang panjang dan melengkung, bibir yang
lebih lembut dan cukup lebar dengan cakar yang menyempit tajam di
dasar. Bunga-bunga dari section Calcarifera muncul secara menyebar,
rumbaian bunga menggantung di sebelah lateral dari batang-batang
berdaun maupun yang tidak berdaun (American Orchid Society, 2016).
Jumlah spesies dari section Calcarifera ini kira-kira sebanyak 50 – 60
spesies yang tersebar di Asia, Borneo, Jawa, New Guinea, dan Filipina.
~ 118 ~
Anggrek TN Matalawa
Borneo (Kalimantan) rupanya merupakan pusat penyebaran terbanyak
dengan jumlah sekitar 21 spesies (American Orchid Society, 2016).
Di TN Matalawa, anggrek dari section ini pernah dijumpai di kawasan
hutan Wanggameti dan Mahaniwa yang tumbuh epifit pada pohon
Kahembi Omang (Pometia pinnata), Kaduru (Palaquium sp.), dan dari
jenis liana.
~ 119 ~
PESONA ANGGREK
Taman Nasional Matalawa Nusa Tenggara Timur
Gambar 19. Anggrek Dendrobium sp. section calcarifera
~ 120 ~
Anggrek TN Matalawa
~ 121 ~
PESONA ANGGREK
Taman Nasional Matalawa Nusa Tenggara Timur
20. Didymoplexis pallens
Anggrek Didymoplexis pallens disebut anggrek saprofit (anggrek
yang tumbuh di atas serasah dedaunan). Disebut juga anggrek
aklorofil karena tidak memiliki daun sebagai alat fotosintesis. Sosoknya
hanya berupa bunga yang muncul di rumpun bambu pada awal
musim hujan atau di akhir musim kemarau dengan masa mekarnya
yang hanya sehari kemudian layu atau mati. Karena sifatnya ini tidak
mengherankan bila beberapa jenis kerabat anggrek aklorofil di negara
tetangga dijuluki anggrek hantu. Karena tidak berhijau daun kebutuhan
makanannya diperoleh dari proses bersimbiosis dengan sejenis jasa
renik yang hidup dalam serasah bambu. Kemunculan anggrek ini akan
dipicu oleh terjadinya hubungan simbiosis yang tepat dan seimbang
dengan mikroorganismenya, sehingga tidak semua rumpun bambu
dapat memberinya kehidupan. Lahan ini telah diketahui menjadi habitat
asli bagi anggrek Didymoplexis pallens sejak awal tahun 1900an oleh
para botanist Jerman dan Belanda. Dalam sejarah ilmu konservasi
peranggrekan, pemahaman dasar tentang ketergantungan anggrek
alam akan mikroba jenis tertentu dipelajari dari kehidupan unik anggrek
ini (Kebun Raya Bogor, 2020).
Di TN Matalawa, anggrek ini dijumpai di Kawasan Hutan Wara di bawah
rumpun bambu. Dijumpai mekar pada bulan November. Anggrek ini
tersebar di Afghanistan, Taiwan, Assam, Bangladesh, Himalaya timur,
Bhutan, India, Myanmar, Thailand, Vietnam, Kalimantan, Jawa, Malaysia,
Filipina, Sumatera, Wilayah Barat Laut dan Queensland Australia, Niue
dan Vanuatu. Dapat dijumpai pada ketinggian permukaan laut hingga
700 meter di lereng yang teduh dan perbatasan padang rumput
~ 122 ~
Anggrek TN Matalawa
dan di bawah rumpun bambu. Anggrek ini berukuran kecil, tumbuh
mycoheterotrophic terestrial dengan rimpang berdaging horisontal di
bawah tanah, panjang sekitar 20 cm, berwarna coklat muda, berbunga
majemuk (Orchidspecies.com, Tanpa Tahun).
Didymoplexis pallens memiliki bunga berwarna putih, baik itu pada
sepal, petal dan labellumnya. Sepal lateral menyatu dan melekuk di
ujung. Sedangkan sepal dorsalnya menyatu degan petal membentuk
tudung yang hampir menutupi labellum. Labellum pendek berwarna
putih dengan variasi jingga pada ujungnya. Rimpang berwarna coklat
muda berdaging dan lurus. Begitu pula dengan buahnya berwarna
cokelat muda berbentuk jorong.
~ 123 ~
PESONA ANGGREK
Taman Nasional Matalawa Nusa Tenggara Timur
Gambar 20. Anggrek Didymoplexis pallens
~ 124 ~
Anggrek TN Matalawa
21. Dienia ophrydis
Dienia ophrydis termasuk kedalam anggrek terrestrial yang masuk
kedalam genus Dienia. Anggrek ini memiliki daun dan batang
berdaging, terdapat tiga sampai dengan enam daun berwarna hijau
cerah, berbentuk tombak lebar hingga berbentuk telur dengan panjang
100–300 mm dan lebar 50–90 mm dengan tepi bergelombang. Bunganya
berwarna kehijauan, coklat, kemerahan atau keunguan, non-resupinate
berdesakan di sepanjang batang berbunga rapuh dan kurus sepanjang
150–300 mm. Bunganya memiliki panjang 5–6 mm. Sepal punggung
berbentuk lonjong sempit, panjang sekitar 3 mm, lebar 1,5 mm dan
berbelok ke bawah. Sepal lateral berbentuk telur, dengan panjang sekitar
3 mm dan lebar 1 mm dan melengkung di sekitar labellum. Mahkotanya
berbentuk linier dan ukurannya mirip dengan sepal. Labellum umumnya
berbentuk telur, panjangnya sekitar 2,5 mm dan 2 mm.
Sebaran jenis anggrek ini cukup luas dari China, Kamboja, Bhutan, India,
Japan, Laos, Malaysia, Myanmar, Nepal, Filipina, Thailand, Vietnam,
Indonesia, Papua New Guinea. Sebaran jenis anggrek Dienia ophrydis
di dalam Kawasan TN Matalawa sendiri, berada di Kawasan Hutan
Wailahumur. Jenis anggrek ini hidup dibawah tegakan yang yang
memiliki tajuk yang cukup rapat terutama pada wilayah hutan primer
dengan tingkat kelembaban tinggi, Perbungaan jenis anggrek ini di
jumpai pada Bulan Maret.
Dalam CITES Protection, jenis anggrek ini tergolong pada Appendix
II, artinya bahwa jenis anggrek ini termasuk daftar spesies yang tidak
terancam punah dan belum termasuk anggrek yang dilindungi baik
berdasarkan Permenlhk No 106 Tahun 2018, maupun PP7 Tahun 1999.
~ 125 ~
PESONA ANGGREK
Taman Nasional Matalawa Nusa Tenggara Timur
Gambar 21. Anggrek Dienia ophrydis
~ 126 ~
Anggrek TN Matalawa
~ 127 ~
PESONA ANGGREK
Taman Nasional Matalawa Nusa Tenggara Timur
22. Disperis neilgherrensis
Anggrek Disperis neilgherrensis merupakan jenis anggrek terrestrial
yang berumbi, batang memiliki tinggi 10 sd 15 cm. Daun berukuran
10 x 19 mm, bentuk daun bulat telur berbentuk hati runcing diujung dan
daunya tidak bertangkai. Bunganya berwarna merah muda keunguan,
berjumlah satu sd dua muncul dari ujung cabang. Kelopak punggung
dan mahkota bergabung menjadi membentuk tudung. Kelopak
punggung memiliki ukuran 9 x 2 mm, kelopak samping berukuran
16 x 7 mm, mahkota nya memiliki ukuran 10 x 6 mm, sedangkan
lips nya memiliki ukuran 5 x 5 mm berbentuk jangkar memanjang
bercabang dua melengkung dengan papilia berwarna kuning. Buah
anggrek berbentuk capsul, sebagai mana pada umunya anggrek ini
memilik 6 rusuk, tiga diantaranya merupakan rusuk sejati dan tiga
lainnya adalah tempat melekatnya dua tepi daun muda.
Gambar 22. Anggrek Disperis neilgherrensis
~ 128 ~
Anggrek TN Matalawa
Kelopak punggung dan mahkota bergabung Buah berbentuk kapsul
menjadi membentuk tudung
Bentuk daun Disperis neilgherrensis bulat telur hati dengan ujung runcing, bunga berwarna
merah muda keungunan
Di Kawasan TN Matalawa sendiri sebaran yang menjadi habitat alaminya
berada di kawasan hutan Waikanabu dan hidup dibawah naungan
dengan kerapatan tajuk yang sedang hingga rapat, adapun jenis ini
dapat dijumpai berbunga mulai bulan Januari.
Dalam CITES Protection, jenis anggrek ini tergolong pada Appendix
II, artinya bahwa jenis anggrek ini termasuk daftar spesies yang tidak
terancam punah dan belum termasuk anggrek yang dilindungi baik
berdasarkan Permenlhk No 106 Tahun 2018, maupun PP7 Tahun 1999.
~ 129 ~
PESONA ANGGREK
Taman Nasional Matalawa Nusa Tenggara Timur
23. Epipogium roseum
Anggrek Epipogium roseum ini termasuk
kedalam anggrek saprofit yang memiliki
karakteristik “mycrotroph” atau untuk men
dapatkan semua bagian karbon, air dan
pasokan nutrisi diperoleh melalui asosiasi
simbiotik dengan jamur. Jenis anggrek ini
tidak memiliki daun dan memiliki rimpang
yang berdaging berada di dalam tanah,
bunganya kuning kusam berdaging,
berongga dan memiliki rata-rata tinggi 200 –
600 mm. bunga anggrek ini seperti terpuntir,
perbunganya tersusun mengikuti arah
vertical batang, bunganya berwarna krem
kekuningan, ukuran bunganya 10-12 mm.
sepalnya berbentuk linear sampai berbentuk
tombak, panjang bunga berukuran 8 -11 Bunga menghadap kebawah
mm dan lebarnya 2 – 3 mm, dan kelopaknya (Resupinate)
seringkali lebih pendek dan lebih lebar. Sepal punggung dan mahkota
bergabung di pangkal dan tersebar dengan lemah. Labbelum berbentuk
telur panjang 11-14 mm, lebar 4 -5 mm dengan taji pada bagian dasarnya.
Pada Kawasan TN Matalawa sendiri, jenis anggrek ini hidup di Kawasan
Hutan Billa dan Wara dan dapat dijumpai hidup di tumpukan serasah
yang sudah lapuk, dan hidup berada pada wilayah terlindung dari
cahaya matahari. Khususnya pada wilayah hutan sekunder hingga primer,
perbungaan di alam untuk jenis anggrek ini terjadi pada bulan November
dan Desember dengan puncak-perbungaan dimulai musim penghujan tiba.
~ 130 ~