Burung-burung
di Taman Nasional
Matalawa
Luthfi R Yusuf i
Simon Onggo E H
Benny E Purnama
Rimba Bintoro
Heri Andri
BURUNG-BURUNG DI TAMAN NASIONAL MATALAWA
ii BURUNG-BURUNG DI TAMAN NASIONAL MATALAWA
BURUNG-BURUNG DI TAMAN NASIONAL MATALAWA iii
iv BURUNG-BURUNG DI TAMAN NASIONAL MATALAWA
BURUNG-BURUNG DI TAMAN NASIONAL MATALAWA v
Burung-burung di Taman Nasional Matalawa
(Manupeu Tanah Daru dan Laiwangi Wanggameti)
Penulis:
Luthfi R Yusuf
Simon Onggo E H
Benny E Purnama
Rimba Bintoro
Heri Andri
ISBN: 978-602-60691-1-5
Desain sampul dan tata letak:
Simon Onggo E H
Penerbit:
Balai Taman Nasional Manupeu Tanah Daru dan Laiwangi Wanggameti
Kantor:
Jln. Adam Malik KM 5, Kel. Kambajawa
Waingapu, Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur
Telp: (0387) 61914
E-mail: [email protected]
Cetakan pertama, November 2017
Hak Cipta dilindungi oleh undang-undang. Dilarang memperbanyak karya
tulis ini dalam bentuk dan dengan cara apapun tanpa izin tertulis dari
penerbit.
Dicetak dengan anggaran DIPA BTN Matalawa 2017
vi BURUNG-BURUNG DI TAMAN NASIONAL MATALAWA
Burung-burung
di Taman Nasional
Matalawa
Luthfi R Yusuf
Simon Onggo E H
Benny E Purnama
Rimba Bintoro
Heri Andri
Balai Taman Nasional Manupeu Tanah Daru dan Laiwangi Wanggameti
viiBURUNG-BURUNG DI TAMAN NASIONAL MATALAWA
viii BURUNG-BURUNG DI TAMAN NASIONAL MATALAWA
DAFTAR ISI
Sambutan Menteri LHK x
Sambutan DIRJEN KSDAE xii
Sambutan Bupati Sumba Timur xiv
Kata Pengantar Kepala Balai TN Matalawa xvi
Selayang Pandang Kawasan Taman Nasional Matalawa 2
Eksplorasi Burung Sumba 8
Tentang Buku 14
Kondisi Umum 18
Savana Sebagai Habitat Burung Endemik 26
Burung, Agama Marapu dan Budaya Sumba Timur 34
Serangan Hama Belalang Kembara dan Perburuan Burung 50
Deskripsi Jenis 56
Daftar Jenis 174
Daftar Pustaka 184
Tentang Penulis 190
BURUNG-BURUNG DI TAMAN NASIONAL MATALAWA ix
SAMBUTAN
Menteri
Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Dr. Ir. Siti Nurbaya Bakar, M.Sc
I ndonesia merupakan negara
Megabiodiversiti yang dikaruniai
dengan salah satu hutan tropis
yang luas dengan tingkat keunikan
ekologi yang sangat tinggi. Khusus
untuk kelas avifauna, Indonesia adalah
negara terkaya keempat dengan
memiliki 1.666 jenis burung dan
termasuk peringkat pertama dalam
tingkat endemisitas, jauh diatas negara-
negara lain. Namun sampai dengan
saat ini, masih banyak kekayaan alam
hayati yang belum terdokumentasi dan
x BURUNG-BURUNG DI TAMAN NASIONAL MATALAWA
Kawasan Taman Nasional Matalawa
bagaikan oasis yang menjadi sumber
mata air bagi pulau Sumba yang
daratannya didominasi padang
savana.
terdeskripsikan dengan baik, sehingga promosi pengembangan ekowisata
masih banyak masyarakat Indonesia yang saat ini menjadi tren dunia.
yang belum mengetahui kekayaan Saya merasa bangga dan
hayati yang ada. Padahal peran menyampaikan penghargaan
keanekaragaman hayati sangat penting yang tinggi atas lahirnya buku ini.
untuk masa depan Indonesia dan Sangat kita harapkan bermunculan
dunia terutama untuk bio-energi, karya-karya lain setelah ini.
bio-medicine, air dan lain-lain. Akhirnya, semoga Allah
Wilayah ekoregion Indonesia terdiri Subhanahuwata’ala memberikan
dari: Ekoregion Paparan Sunda yang rahmat-Nya, sehingga kita dapat
dipengaruhi ekologi Asia; Ekoregion memenuhi capaian kinerja yang telah
Paparan Sahul yang dipengaruhi dirumuskan. Yang untuk itu semua
oleh ekologi Australia; dan Ekoregion kita akan mampu memperbaiki
Wallacea yang memiliki kekhasan kondisi tapak di setiap jengkal
tersendiri. Diantara ketiganya, Wallacea tanah air tercinta Indonesia.
termasuk ekoregion yang masih minim
informasi, publikasi dan promosi. Dr. Ir. Siti Nurbaya Bakar, M.Sc
Oleh karena itu, buku “Burung-
burung di Taman Nasional Manupeu
Tanah Daru dan Laiwangi Wanggameti”
semacam ini sangat banyak manfaatnya
dan sangat berarti. Tidak hanya sebagai
tampilan informasi semata, tetapi juga
untuk penyampaian pengetahuan
dan nasihat kepada publik. Tidak
hanya sebagai bahan pertimbangan
kebijakan scientific based management,
tetapi juga untuk perencanaan
jangka panjang sekaligus untuk
BURUNG-BURUNG DI TAMAN NASIONAL MATALAWA xi
SAMBUTAN
Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Ir. Wiratno, M.Sc
Kawasan konservasi di
Indonesia merupakan
merupakan salah satu
yang terpenting di dunia.
Bentang alam yang luas dan beragam
serta spesifik, sangat linier dengan
kompleksitas tantangan dalam
mengelola permasalahan yang ada
dalam setiap kawasan. Oleh karena
itu, strategi pengelolaan kawasan
konservasi saat ini dan yang akan
datang, wajib dilakukan dengan
pelibatan para pihak yang tergantung
xii BURUNG-BURUNG DI TAMAN NASIONAL MATALAWA
Kawasan yang lestari menjadi habitat
yang nyaman bagi kehidupan satwa
liar seperti julang sumba yang
endemik ini.
dan memiliki kepentingan akan pulau lain dan bahkan dari negara
kawasan tersebut. lain. Sekali lagi, buku ini menjadi
Satu hal lain yang sangat penting energi positif bagi kebangkitan
dalam pengelolaan kawasan konservasi pengelola kawasan konservasi yang
adalah akselerasi dan validitas informasi tidak hanya di Matalawa tetapi
mengenai satwaliar dan tumbuhan, juga kesatuan kawasan-kawasan
serta potensi komponen lainnya dalam konservasi lain di negara tercinta ini.
kawasan tersebut yang selalu di- Kami mengapresiasi sekali atas
update oleh pengelola dan accessible lahirnya karya-karya semacam ini, dan
oleh khalayak umum. Buku semacam terus mendorong untuk munculnya
ini merupakan salah satu instrumen ide-ide dan pemikiran baru yang
awal yang mencerminkan keseriusan fresh dari anak-anak bangsa. Kepada
pengelola dalam pengelolaan kawasan para pihak yang telah meluangkan
dan sekaligus pelayanan publik. Terlebih waktu untuk terwujudnya karya ini,
karya ini merupakan hasil keringat dan kami ucapkan terimakasih. Kiranya
buah pemikiran anak bangsa, sehingga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa
diharapkan bisa menjadi motivasi untuk memberikan rahmat-Nya kepada kita
melahirkan karya-karya berikutnya. sekalian untuk dapat berpartisipasi
Dua dasawarsa yang lalu, di bidang tugas kita masing-masing
Manupeu Tanah Daru dan Laiwangi dalam rangka mewujudkan cita-
Wanggameti (Matalawa) merupakan cita luhur Bangsa Indonesia.
dua kawasan konservasi yang ditunjuk
untuk melindungi burung-burung
endemik. Kini menjelma menjadi
Matalawa yang terus berinovasi dan
mempromosikan potensi kawasannya,
sehingga tidak hanya dinikmati oleh
masyarakat setempat tetapi juga
bisa dikunjungi oleh wisatawan dari
xiiiBURUNG-BURUNG DI TAMAN NASIONAL MATALAWA
SAMBUTAN
Bupati
Sumba Timur
Drs. Gidion Mbilijora, M.Si
Matalawa adalah Sumba,
dan Sumba adalah
Matalawa, dua bentuk
wilayah yang terikat
mutualisme dan memiliki kepentingan
yang sama yakni Kemajuan
Pembangunan dan Kelestarian Hutan
Sumba. Matalawa membentang
di tengah-tengah Sumba, dan
hamparan Sumba kokoh tersangga
Matalawa yang tegak menjulang.
Saya menyambut gembira atas
terbitnya buku “Burung-burung di
xiv BURUNG-BURUNG DI TAMAN NASIONAL MATALAWA
Ekspresi budaya masyarakat Sumba
mencerminkan kedekatannya
terhadap alam, terlihat dari beragam
motif tenun ikat dan pahatan dalam
batu kubur yang menampilkan sosok
satwa-satwa liar.
Taman Nasional Matalawa”, karena kecintaan masyarakat Sumba
melalui publikasi ini, kita masyarakat terhadap burung-burung yang ada di
Sumba akan menjadi lebih mengenal sekitarnya dan turut melestarikannya.
kekayaan yang dimiliki. Hal ini
penting, karena data dan informasi Untuk itu, kepada Balai Taman
yang lengkap mengenai potensi Nasional Matalawa, saya harapkan
yang dimiliki, akan menimbulkan agar lebih meningkatkan komunikasi
rasa bangga dan kepercayaan diri dan kolaborasi dengan Pemerintah
masyarakat Sumba. Bagi Pemerintah Sumba Timur. Dengan demikian,
Sumba Timur, buku informasi semacam kita tetap bisa bersama-sama
ini sangat bermanfaat sebagai bagian mengelola kawasan dan kekayaan
dari salah satu strategi pembangunan yang terkandung didalamnya supaya
daerah yaitu “optimalisasi informasi lebih bermanfaat untuk peningkatan
dalam rangka promosi prospek kesejahteraan masyarakat Sumba
kepariwisataan melalui kemitraan”. secara umum dan khususnya bagi
kemajuan pembangunan Sumba Timur.
Informasi-informasi dalam buku
ini sangat bermanfaat untuk kami, Semoga Tuhan Yang Maha
karena tidak hanya bercerita tentang Kuasa memberkati kita sekalian.
kekayaan burung-burung di Sumba
tetapi juga menjelaskan budaya dan
kepercayaan di Tana Humba ini.
Buku ini pun menyajikan kronologis
fenomena serangan hama belalang
yang kerap kali menghantui para
petani. Mengenai fenomena serangan
hama tersebut, kami menduga ada
kaitannya dengan kondisi populasi
burung-burung di Sumba. Semoga
buku ini hadir untuk meningkatkan
BURUNG-BURUNG DI TAMAN NASIONAL MATALAWA xv
KATA PENGANTAR
Kepala Balai
Taman Nasional Manupeu Tanah Daru dan Laiwangi Wanggameti
Maman Surahman, S.Hut, M.Si
A lhamdulillahirabbil’alamin,
segala puji dan syukur
mari kita panjatkan
ke khadirat ALLAH
Subhanahuwata’ala karena atas
rahmat, nikmat dan hidayah-Nyalah
sehingga kami dapat menyelesaikan
penyusunan “Buku Burung-burung
di Taman Nasional Manupeu Tanah
Daru dan Laiwangi Wanggameti
(Matalawa)”. Buku ini disusun tidak
hanya untuk media informasi
keanekaragaman burung yang ada di
xvi BURUNG-BURUNG DI TAMAN NASIONAL MATALAWA
Kepak sayap Kakatua Sumba yang
selalu ada di atas Kawasan Matalawa
menandakan bahwa kawasan ini
masih menjadi rumah terbaik bagi
koloni mereka.
dalam kawasan, tetapi juga sebagai Dr. Siti Nurbaya, Bapak Direktur
sarana promosi untuk mendorong Jenderal KSDAE Ir. Wiratno, M.Sc,
dan mendukung pengembangan Bapak Bupati Sumba Timur Drs. Gidion
ekowisata khususnya birdwatching. Mbilijora, M.Si, Dr. Karyadi Baskoro,
Sebagai kawasan konservasi Prof. Ani Mardiastuti, Swiss Winanis,
yang tujuan utamanya untuk Imam Taufiqurahman, Okky Hidayat,
melindungi burung dan habitatnya, Burung Indonesia, masyarakat Sumba
terutama burung endemik, maka dan seluruh pegawai Matalawa.
buku semacam ini merupakan salah Kami juga menyadari bahwa buku
satu alat yang harus dimiliki oleh ini jauh dari sempurna, oleh karena
pengelola. Upaya pendokumentasian itu kami sangat berharap menerima
data visual burung yang dilengkapi saran dan kritik yang membangun
dengan deskripsi setiap jenis, untuk penyempurnaan buku ini.
merupakan informasi penting
yang bisa dipakai sebagai acuan
dalam memutuskan kebijakan dan
melaksanakan kegiatan. Selain itu,
Taman Nasional Matalawa sudah
sejak lama terkenal ke mancanegara
sebagai salah satu destinasi wisata
birdwatching, sehingga mudah-
mudahan buku ini segera diterbitkan
dalam bahasa internasional.
Kami mengucapkan terimakasih
kepada pada para pihak atas
sambutan, saran, kritik, kontribusi
dan partisipasinya dalam penyusunan
buku ini terutama kepada Ibu Menteri
Lingkungan Hidup dan Kehutanan
xviiBURUNG-BURUNG DI TAMAN NASIONAL MATALAWA
18 BURUNG-BURUNG DI TAMAN NASIONAL MATALAWA
Hamparan hutan primer yang masih alami
adalah salah satu habitat terbaik bagi
sebagian burung-burung di Matalawa
BURUNG-BURUNG DI TAMAN NASIONAL MATALAWA 1
Selayang Pandang Kawasan
Taman Nasional Matalawa
Seakan masih belum percaya Salah satu inspirasi terbesar adalah
bahwa buku ini akhirnya terbit kreatifitas dan kerja keras rekan-
juga. Masih banyak kekurangan rekan PEH di Taman Nasional Baluran
memang, namun diharapkan yang sejak sewindu yang lalu telah
melalui buku perdana inilah berhasil menyusun buku yang luar
kami akan mengetahui biasa berjudul “Burung-burung Taman
kekurangannya. Buku ini terlahir Nasional Baluran”.
dari inspirasi dan motivasi.
Awalnya terlihat mudah untuk
2 BURUNG-BURUNG DI TAMAN NASIONAL MATALAWA menyusun buku semacam ini, karena
seolah-olah hanya menampilkan
foto, menambahkan tulisan dan
mengumpulkan. Namun apa yang
mereka alami, kami pun mengalami
proses perjuangan yang hampir sama.
Perjuangan yang sebenarnya adalah
konsisten mendokumentasikan dan
menulis apa yang kita dokumentasikan,
sehingga pada akhirnya mengantarkan
kami pada penerbitan buku ini.
Adapun yang menjadi motivasi
terbesar adalah rasa tanggung-
jawab kami sebagai pengelola
kawasan konservasi yang ditunjuk dan
dimandatkan untuk untuk melindungi
kekayaan jenis burung Sumba, terutama
burung-burung endemik.
Tentu hadirnya buku ini adalah
suatu keharusan, karena sangat tidak
Kombinasi hutan sekunder dan savana di
perbukitan, memperkaya keanekaragaman
burung-burung Kawasan Matalawa
etis jika kita mengaku kaya namun tidak harmoni dan perpaduan keduanya.
mengetahui apa-apa saja yang menjadi Setelah bergabung, Taman Nasional
kekayaan kita.
Matalawa pun menjadi lebih spesial.
Sumba ini sangat spesial, pulau Luasannya yang kurang dari 10 %
kecil tapi memiliki dua kawasan luas Sumba, memiliki peran, fungsi
taman nasional yaitu Taman Nasional dan manfaat yang begitu banyak bagi
Manupeu Tanah Daru dan Taman kehidupan mahluk hidup yang tinggal
Nasional Laiwangi Wanggameti. Dua di pulau ikonik ini.
kawasan taman nasional tersebut kini
menjadi Taman Nasional Matalawa Beberapa publikasi menyebutkan
(perpaduan dari keduanya). Awalnya bahwa tegakan hutan alam yang tersisa
kedua taman nasional memiliki flagship di Sumba sebagian besar terdapat
spesies masing-masing yakni kakatua di kawasan taman nasional. Begitu
sumba (Cacatua sulphurea) dan julang juga dengan ribuan mata air yang
sumba (Rhyticeros everetti), namun kini mengalirkan airnya menjadi puluhan
air terjun dan sungai-sungai besar,
BURUNG-BURUNG DI TAMAN NASIONAL MATALAWA 3
menjadikan Matalawa sebagai kawasan
perlindungan hidrologi yang sangat
penting.
Perpaduan antara variasi ekosistem
dan tegakan hutan dengan daerah
aliran sungai yang beragam merupakan
rumah yang nyaman bagi lebih dari 150
jenis burung yang tinggal didalamnya
baik sebagai penetap maupun sebagai
pengunjung musiman (migran).
Hutan Billa, salah satu habitat yang lengkap Sampai saat ini kawasan hutan
dengan perpaduan ekosistem sungai yang Matalawa beserta isinya masih
diapit oleh ekosistem hutan dengan variasi erat hubungannya dengan budaya
ketinggian dan ekosistem savana. setempat. Beberapa lokasi dalam
kawasan masih digunakan sebagai
tempat ritual Marapu, salah satu
kepercayaan setempat. Ritual tersebut
terkadang masih melibatkan salah satu
genus dalam avifauna yaitu Gallus
varius alias ayam hutan hijau atau
Manutata (bahasa Sumba) sebagai
bahan persembahannya.
Selain itu, di bagian barat kawasan
4 BURUNG-BURUNG DI TAMAN NASIONAL MATALAWA
taman nasional terdapat ritual Po’du +
yakni sebuah agenda adat tahunan
untuk berburu. Untungnya satwa target Transformasi logo dua kawasan konservasi
untuk berburu tersebut bukan burung, menjadi Taman Nasional Matalawa
melainkan babi hutan.
pernah mengalami over populasi
Pada beberapa tempat dalam kakatua sumba yang mengakibatkan
kawasan ditemukan kuburan atau terganggunya aktifitas pertanian
kumpulan dari banyak kuburan, baik masyarakat khususnya jagung. Sehingga
yang diduga sejak jaman megalitik masyarakat pernah menganggap Si
maupun yang diduga sekitar setengah Jambul Jingga sebagai “hama”.
abad yang lalu. Hal ini menunjukan
bahwa wilayah yang kini menjadi Taman Salah satu reaksi masyarakat
Nasional Matalawa sudah sejak lama terhadap “gangguan” tersebut, adalah
menjadi lingkungan yang ideal baik upaya penangkapan dengan berbagai
bagi mahluk hidup seperti flora, fauna, cara. Apalagi tingginya permintaan
manusia dan bahkan untuk sesuatu pasar dari luar untuk kakatua sumba
selain itu. menyebabkan semakin maraknya
perburuan yang mengakibatkan
Pada sudut pandang sosial populasinya menurun dengan sangat
ekonomi, potensi-potensi dari Taman drastis.
Nasional Matalawa sudah sejak lama
dimanfaatkan baik oleh pemerintah Kondisi ini mendapatkan
maupun oleh masyarakat secara perhatian dari dunia internasional
langsung. Beberapa aliran sungai dan mengkategorikan kakatua sumba
sudah dimanfaatkan untuk pemenuhan
kebutuhan air minum, irigasi pertanian,
usaha perikanan dan upaya konversi
menjadi energi listrik. Selain itu,
beberapa potensi yang menyuguhkan
daya tarik sudah dikelola untuk bisa
dinikmati oleh para pengunjung baik
lokal maupun mancanegara.
Selain cerita manis, kawasan taman
nasional beserta burung-burung yang
ada didalamnya pernah mengalami
pengalaman kelam, terutama sejak
1990-an. Berdasarkan informasi dari
masyarakat setempat, saat itu Sumba
BURUNG-BURUNG DI TAMAN NASIONAL MATALAWA 5
Tangga bambu yang dahulu ditancapkan
oleh pemburu untuk menangkap Kakatua
Sumba, kini sudah terbalut kulit pohon Mara
(Tetrameles nudiflora)
sebagai jenis yang critically endangered perburuan terhadap jenis burung
atau sangat terancam punah dalam tertentu masih ditemukan walaupun
Redlist IUCN (International Union for frekuensinya relatif jarang. Adapun
Conservation of Nature) tahun 2007 jenis-jenis burung yang masih menjadi
dan Appendix 1 CITES (Convention target perburuan diantaranya : ayam
on International Trade of Endangered hutan hijau (Gallus varius), branjangan
Species Flora and Fauna). Menurut Prof. jawa (Mirafra javanica), pipit-pipitan
Ani Mardiastuti (Guru Besar IPB) bahwa atau bondol (Lonchura sp); dan merpati-
kakatua sumba (C.s.citrinocristata) anak merpatian seperti punai sumba (Treron
jenis dari kakatua-kecil jambu kuning teysmani).
(Cacatua sulphurea) merupakan burung
yang lebih banyak dicari oleh kolektor Selain pemburu lokal yang sering
burung dibandingkan dengan kakatua- beraksi di dalam kawasan taman
kecil jambul kuning lainnya karena nasional, sudah umum terdengar
jambulnya yang berwarna jingga tidak bahwa pemburu internasional pun
dimiliki oleh anak jenis lain. sering mengunjungi Matalawa. Akan
tetapi cara “berburu” si pemburu
Kini sejak ada pengelola taman internasional ini berbeda, yakni hanya
nasional, perburuan terhadap kakatua menggunakan teropong (mono/
sumba sudah tidak terjadi lagi. Namun binokuler) dan kamera mereka “laras
panjang” atau lebih popular disebut
sebagai birdwatcher.
Mereka berburu untuk bisa
menikmati tarian dan kicauan burung
di alam dan membidik fotonya sebagai
buah tangan yang bisa menjadi media
untuk berbagi informasi kepada pecinta
burung di belahan dunia lainnya.
Adalah Langgaliru yang sudah
sangat terkenal ke mancanegara
untuk wisata birdwatching ini. Selain
itu, terdapat lokasi lain dalam kawasan
taman nasional yang menjadi target para
birdwatcher mancanegara diantaranya:
6 BURUNG-BURUNG DI TAMAN NASIONAL MATALAWA
Manurara dan Watumbelar. Tercatat guna menambah Pendapatan Negara
sekitar 37 orang dari 148 wisatawan Bukan Pajak (PNBP) dan mendongkrak
mancanegara adalah para birdwatcher kesejahteraan masyarakat setempat.
dari 12 negara yang secara khusus
mengunjungi Langgaliru untuk melihat Merespon hasil kajian tersebut,
keindahan ragam burung dalam taman Taman Nasional Matalawa pun
nasional. Kajian potensi pengembangan sedang dalam proses melakukan
ekowisata birdwatching di Taman beberapa langkah-langkah nyata
Nasional Manupeu Tanah Daru terlah untuk meningkatkan kunjungan
dibuat sejak tahun 2011. Kajian ini wisata terutama birdwatching. Salah
sangat penting sebagai saran dan satunya adalah kegiatan birding dan
masukan bagi pengelola Matalawa agar lomba fotografi burung. Buku ini
bisa mengimplementasikan strategi melengkapi event tersebut sebagai
pengelolaan ekowisata birdwatching upaya untuk mempromosikan potensi
guna meningkatkan kunjungan wisata wisata birdwatching di Taman Nasional
Matalawa.
Aktifitas pengamatan burung tidak hanya
dilakukan oleh PEH Matalawa, tetapi juga
oleh wisatawan dari mancanegara.
BURUNG-BURUNG DI TAMAN NASIONAL MATALAWA 7
Eksplorasi Burung Sumba
Sumba oh Sumba…Sumba Pada buku ini catatan sejarah
adalah pulau yang penulis kenal survei burung di Sumba dikelompokan
sejak satu dasawarsa yang menjadi dua periode berdasarkan
lalu. Sebagian orang Indonesia peristiwa kemerdekaan Negera
belum bisa membedakan antara Republik Indonesia tahun 1945.
Sumba dengan Sumbawa. Hal
yang istimewa ketika satu Pada fase sebelum kemerdekaan,
setengah abad yang lalu sudah eksplorasi burung pertama kali
menjadi target eksplorasi para dilakukan pada pertengahan abad
peneliti burung dari Eropa. ke-18. Penamaaan burung Cacatua
sulphurea citrinocristata oleh Fraser
Pohon kadauki atau sebangsa beringin pada 1844 dan Larius roratus
(Ficus sp) adalah salah satu pohon pakan cornelia oleh Bonaparte pada 1853,
Julang Sumba menunjukan bahwa setidaknya dua
author (penulis jurnal) tersebut telah
melakukan studi burung Sumba satu
8 BURUNG-BURUNG DI TAMAN NASIONAL MATALAWA
abad sebelum kemerdekaan. Mayr Individu betina Myzomela Sumba, salah
(1944) menceritakan bahwa peneliti satu burung endemik Sumba.
selanjutnya yang datang ke Sumba
adalah Riedel pada tahun 1880 sebagai Sementara pulau lain di Indonesia rasio
orang pertama yang melakukan koleksi tersebut berkisar antara 3:1 sampai
spesimen burung. Pada tahun 1882 dengan 7:1.
Meyer berhasil mencatat 40 jenis
burung. Sepuluh tahun kemudian Eksplorasi selanjutnya dilakukan
J.Buettikofer dan 14 tahun kemudian oleh K.W. Dammerman pada tahun
E.Hartert mempublikasikan paper 1926, B.Rensch pada tahun 1931 dan
burung Sumba. Delapan belas tahun Stein mulai tahun 1932. Stein adalah
berselang (atau pada awal abad ke-19), orang pertama yang merangkum
kunjungan H.F.C. Ten Kate dan William daftar jenis/taksonomi burung Sumba
Doherty serta Alfred Everett berhasil dengan cukup rinci. Sedangkan Ernst
mencatat sebanyak 103 jenis burung. Mayr pada tahun 1944 sebagai peneliti
terakhir pada era pra-kemerdekaan
Pada tahun 1928 secara khusus yang berhasil mencatat perjumpaan
Stebers berkunjung ke Langgaliru- 121 jenis burung di Sumba ini.
Sumba dan berhasil mendeskripsikan
secara detail spesimen Microeca Setelah kemerdekaan Indonesia,
stresemani yang sekarang menjadi peneliti asing mulai berdatangan,
Rhinomyias oscillans stressemani salah satunya adalah E.R Sutter yang
atau Sikatan-rimba ayun. Informasi
mengenai Sikatan-rimba ayun
kemudian diperbaharui oleh Rensch
pada tahun 1931. Bahwa yang hidup di
Sumba jarang dijumpai ditajuk teratas
suatu pohon dan dilihat dari pakannya
tidak seperti sikatan pada umumnya.
Kemudian pada tahun 1938, Riffley
melakukan ekspedisi ke beberapa
pulau di Indonesia khusus untuk jenis
Seriwang Asia (Tersiphone paradise).
Ia mengatakan bahwa hampir seluruh
individu jantan di Sumba berekor
panjang dan berwarna putih. Rasio
jantan berekor putih dengan yang
berwarna “rufous” adalah 15:3.
BURUNG-BURUNG DI TAMAN NASIONAL MATALAWA 9
melakukan ekspedisi ke Sumba pada dataran tinggi (hanya 1.200 mdpl),
tahun 1949 (Linsley et al, 1998). Namun menyebabkan kekayaan jenis burung di
sejak saat itu hingga tiga dasawarsa Flores lebih tinggi dibandingkan Sumba.
kemudian tidak diketahui ada
ornithologis yang melakukan penelitian Dalam hal endemisitas, walaupun
burung di Sumba. Sumba tidak memiliki genus (marga)
yang endemik, namun setidaknya
John MacKinnon adalah orang memiliki 8 jenis endemik (yang kini
yang memulai lagi survei burung di menjadi 11 jenis endemik). Untuk
Sumba pada tahun 1979 dengan tingkat sub-jenis, Sumba memiliki 23
hasil berupa daftar jenis yang sub-jenis endemik (yang sekarang
sudah terdokumentasikan secara menjadi 22 sub-jenis endemik) karena
sistematik. Publikasi hasil penelitiannya sub-jenis tersebut naik menjadi tingkat
tersebut sangat terkait dengan jenis- jenis endemik. Adapun jenis endemik
jenis endemik Sumba dan cukup Sumba terdiri dari: julang sumba
berpengaruh dalam meningkatkan (Rhyticeros everetti), cabai sumba
frekuensi kunjungan para birdwatcher (Dicaeum wilhelminae), burungmadu
asing ke Sumba. sumba (Cinnyris buettikoferi), gemak
sumba (Turnix everetti), myzomela
Lokasi yang menjadi favorit sumba (Myzomela dammermani),
kunjungan para birdwatcher punai sumba (Treron teysmanii), sikatan
mancanegara adalah Langgaliru-Lewa. sumba (Ficedula harterti), sikatan-
Lokasi tersebut merupakan bagian dari coklat sumba (Muscicapa segregeta),
Taman Nasional Matalawa. pungok sumba (Ninox sumbaensis),
pungok wengi (Ninox rudolfi), dan walik
Review Jenis Burung dalam rawamanu (Ptilinopus dohertyi).
Kawasan Taman Nasional
Sebagian besar peneliti yang
Komposisi jenis burung di Sumba melakukan survei burung di Sumba,
merupakan cerminan dari posisi hampir selalu mengambil salah satu
geografis dan kondisi ekologis pulau lokasi penelitian dalam kawasan
Sumba itu sendiri. Posisi geografis konservasi baik sebelum ataupun
yang lebih dekat dengan Pulau sesudah menjadi taman nasional.
Flores dibandingkan dengan Pulau
Timor, menyebabkan jenis burung di M.Takandjandji merupakan salah
Sumba lebih banyak kemiripan jenis satu peneliti Indonesia sekaligus
burung dengan Flores dibandingkan putra daerah yang melakukan survei
dengan Timor. Kondisi ekologis Sumba burung Sumba pada tahun 1996. Ia
yang lebih kering (arid) dan tanpa memilih lokasi pengamatan di hutan
Wundut yang merupakan bagian dari
10 BURUNG-BURUNG DI TAMAN NASIONAL MATALAWA
taman nasional. Saat itu ia berhasil Betetkelapa paruh-besar, salah satu dari
mengidentifikasi 52 jenis burung dari lima burung paruh bengkok yang ada di
30 famili. Jumlah jenis yang dijumpainya Kawasan Matalawa
tersebut lebih banyak daripada jumlah
jenis yang ia peroleh di lokasi Kombapari Kedua jenis tersebut pertama kali
di luar taman nasional. dijumpai di Sumba dan disertakan
dalam daftar jenis kolektif oleh Burung
Takandjandji dan Sutrisno (1996) Indonesia. Perjumpaan burungmadu
menuliskan hasil inventarisasi burung sriganti kemudian dikonfirmasi oleh
yang dilakukan oleh Jones dan Himakova pada tahun 2009, sedangkan
Banjaransari pada tahun 1990 tercatat perjumpaan bondol jawa telah
158 jenis (7 jenis diantaranya merupakan dikonfirmasi oleh Bashari dan Wungo
endemik Sumba). Sedangkan penelitian pada tahun 2007 dan oleh LIPI pada
Jepson (1994) menyatakan sebanyak tahun 2016.
9 dari 181 jenis yang dijumpainya
merupakan jenis burung langka Tahun 2001, Persullessy dan Trainor
dan terancam punah dari 181 jenis. berhasil mencatat 90 jenis burung (7 jenis
Penelitian Jati pada tahun 1998, berhasil diantaranya endemik) dalam kawasan
mencatat 97 jenis burung termasuk Manupeu Tanah Daru. Lemberg dan
salah satunya burungmadu sriganti Rabenak (2007) berdasarkan komunikasi
(Nectarina jugularis) dan bondol jawa secara personal di wilayah Praingkareha
(Lonchura leucogastroides). kawasan Laiwangi berhasil mencatat 23
11BURUNG-BURUNG DI TAMAN NASIONAL MATALAWA
jenis burung. Namun dua jenis dalam dari kantor dengan dukungan
catatan tersebut belum terkonfirmasi anggaran. Selain itu, terdapat
oleh peneliti lainnya yakni Fregata kegiatan pengamatan burung yang
andrewsi (cikalang pulau christmas) dan dilandasi dengan minat atau hobi dan
Sula abotti atau angsa-batu coklat. menggunakan anggaran pribadi. Kedua
jenis kegiatan tersebut memiliki tujuan
Pada tahun 2007, Bashari dan yang sama yakni mengamati, mencatat,
Wungo (Tim Burung Indonesia) yang dan memotret burung yang dijumpai.
melakukan survei hampir di seluruh Sedangkan penulisan deskripsi dan
kawasan Manupeu Tanah Daru berhasil artikel tentang burung tersebut, hanya
mencatat 119 jenis burung. beberapa PEH saja yang menekuninya.
Catatan Perjumpaan oleh Pengelola Sampai saat ini hampir seluruh
Taman Nasional Matalawa bagian hutan Matalawa sudah pernah
dijelajahi oleh pengelola. Akan tetapi
Pengelola Taman Nasional Matalawa tidak semua dari wilayah tersebut telah
terdiri dari 119 sumber daya manusia, diamati secara khusus untuk diambil
dengan rincian 68 orang PNS dan 51 data perjumpaan burungnya.
orang tenaga kontrak. Dari jumlah
tersebut, sebanyak 17 orang adalah Terdapat sekitar 9 lokasi (site) dari
tenaga fungsional PEH (Pengendali total wilayah-wilayah hutan dalam
Ekosistem Hutan) yang selalu konsisten kawasan Matalawa yang secara rutin
melakukan monitoring burung di dilakukan monitoring burung yaitu:
beberapa lokasi yang telah ditetapkan. Billa, Mahaniwa, Praingkareha, Laikokur,
Lokuwatungodu, Watucidung, Maloba,
Walaupun anggota-anggota PEH Ubukora dan Lokuhuma.
tersebar di kantor balai (kota) dan kantor
seksi/resort (lapangan), namun saat Berdasarkan kombinasi antara hasil
menjadi tim untuk berupaya kompak riset sebelumnya di kawasan Taman
melaksanakan kegiatan monitoring Nasional Matalawa dengan koleksi
dengan tertib. Selain anggota PEH, catatan perjumpaan dan dokumentasi
ada juga rekan-rekan Polisi Kehutanan foto yang terkumpul sampai dengan
(Polhut) dan Penyuluh Kehutanan yang buku ini diterbitkan, diperoleh sebanyak
tertarik untuk melakukan pengamatan 156 jenis burung yang pernah dijumpai
burung. di dalam kawasan. Daftar lokasi (site)
yang rutin dilakukan monitoring tersaji
Kegiatan pengamatan burung yang pada tabel 1 halaman berikutnya.
sudah dilakukan terdiri dari kegiatan
monitoring yang resmi penugasan
12 BURUNG-BURUNG DI TAMAN NASIONAL MATALAWA
Tabel 1. Daftar lokasi monitoring dan rata-rata perjumpaan
No Lokasi Rata-rata Jenis-jenis umum Jenis langka (sulit
1 Billa perjumpaan (mudah dijumpai) dijumpai)
2 Mahaniwa
3 Praingkareha (jenis/ perkici oranye, sikatan-rimba ayun,
4 Laikokur pengamatan) kakatua sumba, punai sikepmadu australia,
5 Lokuwatungodu sumba, julang sumba, gemak sumba, sikatan
6 Watucidung 21 – 50 bubik, tionglampu biasa.
7 Maloba 17 – 26 pergam hijau
8 Ubukora pergam hijau, perkici gosong-kaki
9 Lokuhuma 17 - 32 oranye, betet-kelapa merah, myzomela
26 - 33 paruh besar, kakatua sumba, cabai gesit,
sumba, ayamhutan burungmadu kelapa,
20 - 33
hijau, elang paria.
28 pergam hijau, perkici elangular jari-pendek,
oranye, betet-kelapa
29 sikatan bubik, walik
paruh besar, nuri rawamanu, kacamata
24 bayan, kakatua sumba gunung, cikukua tanduk
27 - 32
perkici oranye, nuri uncal kuoran,
bayan, betet-kelapa kepudang-sungu
paruh besar, seriwang sumba, kipasan arafura,
eang bondol, sikatan
nusa tenggara,
pergam hijau bubik.
perkici oranye, nuri junai mas, elang tiram,
bayan, gosong kaki-
merah, betetkelapa pecukpadi belang,
paruh-besar, kakatua elangular jari pendek,
sumba. itik benjut.
julang sumba, kakatua
sumba, perkici oranye, isapmadu australia,
cabai gesit, cabai
bubut alang-alang, gunung, elang bondol,
betetkelapa paruh- sikatan paruh-lebar
besar. gosong kaki-merah,
kirik-kirik australia, nuri kepudang-sungu
bayan, betetkelapa besar, elanglaut perut
paruh-besar, perkici putih, wiwik uncuing,
kepudangkuduk hitam.
oranye, kakatua- baza pasifika, Itik alis-
sumba putih, branjangan jawa,
serak padang, uncal
kakatua sumba, julang
sumba, perkici oranye, kuoran
elang tikus, alap-alap
betetkelapa paruh-
besar, nuri bayan. sapi, elang bondol,
bubut alang-alang, sikatan paruh lebar,
seriwang nusa tenggara
pipit benggala,
betetkelapa paruh-
besar, kakatua sumba,
nuri bayan
13BURUNG-BURUNG DI TAMAN NASIONAL MATALAWA
Tentang Buku Urutan Jenis
Urutan deskripsi jenis berdasarkan
Buku edisi pertama ini ditujukan lampiran Daftar Burung Indonesia
untuk masyarakat Indonesia, nomor 2 yang diterbitkan oleh
terutama masyarakat Sumba dan Indonesian Ornithologist Union
lebih khusus untuk anak-anak (IdOU) tahun 2007. Adapun jenis-
sekolah (SD, SMP, SMA), kaum Ibu jenis yang baru dideskripsikan
dan lainnya yang berada disekitar sebagai jenis baru (terpisah dari
Kawasan Taman Nasional Matalawa. jenis sebelumnya), disisipkan
ke urutan daftar tersebut.
Pada buku ini pembaca bisa
melihat berbagai foto burung, habitat Tata Nama
atau kawasan dan foto lainnya yang Penulisan identitas jenis
secara keseluruhan merupakan hasil
yang diperoleh para penulis selama terdiri dari : nama lokal Indonesia
“jalan-jalan” menelusuri berbagai (yang dicetak tebal), kemudian
titik dalam kawasan Taman Nasional dibawah nama lokal Indonesia
dan sekitarnya. Beberapa foto tersaji berturut-turut dari kiri ke
merupakan kontribusi dari teman kanan : nama latin, nama dalam
sesama rimbawan/PEH, dan pihak bahasa Inggris (English name),
lain yang menyumbangkan fotonya. dan nama lokal daerah setempat.
Secara umum inti buku ini adalah
menjelaskan tentang burung-burung Deskripsi
yang sudah pernah dijumpai di dalam Penjelasan yang ditulis pada
dan di sektiar kawasan Taman Nasional,
dengan komponen sebagai berikut : setiap halaman deskripsi terdiri
dari hasil pengamatan langsung
Jumlah Jenis penulis di Kawasan Taman Nasional
Di dalam buku terdapat penjelasan yang dilengkapi dengan tambahan
115 jenis burung yang pernah informasi berdasarkan referensi
dijumpai secara langsung oleh pada laman Handbook of the
para penulis (dari 159 jenis yang Birds of the World dan Kutilang
pernah tercatat). di Kawasan Indonesia. Informasi yang disajikan
Taman Nasional dan sekitarnya. terdiri dari : nama lokal indonesia,
nama lokal Sumba, nama latin,
nama internasional, foto, famili,
satus perlindungan di Indonesia,
status keterancaman internasional
berdasarkan IUCN (International
Union for Conservation of
14 BURUNG-BURUNG DI TAMAN NASIONAL MATALAWA
Nature), status dalam perdagangan VU : Vulnerable (Terancam /
Rentan)
internasional berdasarkan lampiran
NT : Near Threatened (Hampir
CITES (Convention on International Terancam)
Trade in Endangered Species of Wild LC : Least Concern (Resiko
Rendah / Kurang
Fauna and Flora), morfologi singkat Menghawatirkan)
yang tidak terlihat pada gambar, Status Peraturan Perdagangan
Internasional menurut CITES :
distribusi/sebaran, makanan, habitat, A I : Appendix 1 yaitu semua
sarang, perilaku, dan perjumpaan jenis yang terancam
punah dan berdampak
secara spesifik di kawasan-kawasan apabila diperdagangkan
A II : Appendix 2 yaitu semua
hutan lingkup Taman Nasional. jenis yang statusnya belum
terancam tetapi akan
Peta terancam apabila
dieksploitasi berlebihan
Peta yang ditampilkan adalah peta A III : Appendix 3 yaitu semua
jenis yang juga dimasukan
dua kawasan secara bersamaan yaitu dalam peraturan di dalam
perdagangan dan
Manupeu Tanah Daru dan Laiwangi negara lain berupaya
mengontrol dalam
Wanggameti dalam lingkup Pulau perdagangan tersebut
agar terhindar dari
Sumba supaya pembaca mudah eksploitasi yang tidak
berkelanjutan.
memahami gambaran awal kondisi Status sebaran jenis berdasarkan
buku panduan lapang Burung-
habitat burung TN MATALAWA. burung Wallacea dan Daftar
Burung Indonesia, terdiri dari :
Pada edisi pertama ini, peta E : Endemik, yaitu jenis
endemik Pulau Sumba
hanya disajikan sebelum E sp : Sub-spesies Endemik yaitu
anak jenis yang endemik
halaman deskripsi jenis. Pulau Sumba
Status
Status perlindungan terdiri dari
Dilindungi dan Tidak Dilindungi,
berdasarkan Undang-undang
(UU) No 5 Tahun 1990 Tentang
Konservasi Sumberdaya Alam Hayati
dan Ekosistemnya dan Peraturan
Pemerintah (PP) Republik Indonesia
No. 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan
Jenis Tumbuhan dan Satwa.
Status Keterancaman berdasarkan
IUCN yang terdiri dari simbol :
CR : Critically Endangered
(Sangat Terancam Punah)
EN : Endangered (Terancam
Punah / Genting)
15BURUNG-BURUNG DI TAMAN NASIONAL MATALAWA
16 BURUNG-BURUNG DI TAMAN NASIONAL MATALAWA
17BURUNG-BURUNG DI TAMAN NASIONAL MATALAWA
Kondisi Umum
Sumba termasuk pulau yang Kawasan konservasi yang ada di
cukup besar dan merupakan pulau Sumba pada masa sebelum
salah satu pulau yang terletak reformasi (1998) adalah Cagar Alam
di posisi terluar Indonesia. Luas (CA) Langgaliru. Posisi CA tersebut
pulau Sumba sekitar 11.005 km2 berdekatan dengan Hutan Lindung
dan memiliki 31% kawasan hutan Manupeu, Hutan Lindung Tanadaru-
dengan komposisi terbesar (57%) Praimamongu Tidas, Hutan Lindung/
berupa kawasan konservasi. Hutan Produksi Terbatas Praing Palendi-
Tanadaru.
Pada tahun 1998, penggabungan
kawasan-kawasan hutan tersebut
ditunjuk menjadi Taman Nasional
Manupeu Tanah Daru dengan luas
±87.984,09 ha. Pada saat yang sama,
berdasarkan Surat Keputusan Menteri
Kehutanan dan Perkebunan Nomor
SK.576/Kpts-II/1998 tanggal 3 Agustus
1998 ditunjuk juga Taman Nasional
Laiwangi Wanggameti dengan luas
sekitar ±47.014 ha.
Tahun 2016 terjadi penggabungan
dua pengelola kawasan tersebut
menjadi Balai Taman Nasional Matalawa
atau kependekan dari Manupeu Tanah
“Cekungan Goa Kanabubulang akibat
tumbukan meteor yang kini menjadi salah
satu tipe habitat burung yang unik dan
spesifik
18 BURUNG-BURUNG DI TAMAN NASIONAL MATALAWA
Daru dan Laiwangi Wanggameti. • Barat
Penggabungan tersebut berdasarkan
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Desa Katikuloku, Desa
dan Kehutanan (LHK) Republik Hupumada, Desa Rewarara,
Indonesia nomor P.7/Menlhk/Setjen/ Desa Baliloku – Kec. Wanokaka;
OTL.0/1/2016. Desa Kalembukuni, Desa
Beradolu – Kec. Loli; Desa
Proses tata batas yang telah Umbu Pabal – Kec. Katikutana.
berlangsung pada kedua kawasan ini
memperbaharui luas kawasan menjadi • Timur
50.128,383 ha untuk kawasan Manupeu
Tanah Daru sesuai SK.3911/Menhut- Desa Mondulambi, Desa
VII/KUH/2014 tanggal 14 Mei 2014. Kangeli, Desa Umamanu, Desa
Sedangkan untuk kawasan Laiwangi Bidipraing, Desa Watumbelar
Wanggameti menjadi 41.772,18 ha – Kec.Lewa Tidahu.
berdasarkan SK.1158/MenLHK-PKTL/
KUH/PKTL.2/4/2016 tanggal 8 April • Utara
2016, sehingga saat ini luas kawasan
Taman Nasional Matalawa sekitar 9% Desa Manurara, Desa Malinjak,
dari luas daratan Sumba. Desa Tanamodu, Desa Okawacu
– Kec. Katikutana Selatan;
Secara geografis kawasan Taman Desa Maradesa Selatan dan
Nasional Matalawa berada pada Desa Umbulanggang – Kec.
119o26’5,64”-119o53’21,172” BT dan Umbu Ratu Nggay Barat.
9o53’32,013-9o29’43,809” LS untuk
kawasan Manupeu Tanah Daru dan • Selatan
120o03’-120o19’ BT dan 9o57’-10o03’ LS
untuk kawasan Laiwangi Wanggameti. Desa Konda Maloba – Kec.
Katikutana Selatan dan
Secara administratif kawasan Samudera Hindia.
Taman Nasional Matalawa berbatasan
langsung dengan tiga kabupaten yaitu: Sewindu yang lalu desa-desa
Sumba Barat, Sumba Tengah dan yang berbatasan dengan Kawasan
Sumba Timur. Kawasan Manupeu Tanah Manupeu Tanah Daru sebanyak 23
Daru terpisah sekitar 35 – 40 km dari Desa. Saat ini sudah bertambah 8
kawasan Laiwangi Wanggameti. desa pemekaran. Kondisi tersebut
pada satu sisi merupakan salah satu
Adapun batas-batas kawasan indikator peningkatan kuantitas dan
Manupeu Tanah Daru secara detail kualitas masyarakat. Namun pada sisi
terdiri dari: lain sangat mungkin menjadi awal
peningkatan tantangan pengelolaan
kawasan.
19BURUNG-BURUNG DI TAMAN NASIONAL MATALAWA
Waitabula
Waikabubak
Manupeu Tanah Daru
Samudera Hindia
20 BURUNG-BURUNG DI TAMAN NASIONAL MATALAWA
PULAU SUMBA
Laut Sawu
Waingapu
Laiwangi Wanggameti
21BURUNG-BURUNG DI TAMAN NASIONAL MATALAWA
Sedangkan batas-batas kawasan Gabungan dua kawasan menjadi
Laiwangi Wanggameti secara detail kawasan Taman Nasional Matalawa
terdiri dari : memiliki variasi ketinggian dari 0 sampai
dengan 1.224 meter dpl dan terdiri
• Barat dari beberapa tipe hutan yang paling
Desa Wudi pandak dan Desa lengkap di Sumba. Dengan demikian
Praingkareha – Kec.Tabundung; kawasan Taman Nasional Matalawa
Desa Wahang – Kec. Pinu Pahar. merupakan representasi dan harapan
terakhir ekologi Sumba ini.
• Timur
Desa Wanggameti – Kec.Matawai Menurut klasifikasi Schmidt dan
Lapau; Desa Nangga dan Desa Ferguson, kawasan Taman Nasional
Tandulajangga – Kec.Karera. Matalawa berada pada variasi tipe
iklim C (agak basah) sampai dengan
• Utara F (kering) dengan rata-rata curah
Desa Katikutana – Kec.Matawai hujan tahunan berkisar antara 100
Lapau; Desa Billa dan Waikanabu – 2000 mm. Ekosistem terestrial di
– Kec.Tabundung. kawasan Manupeu Tanah Daru sangat
dipengaruhi oleh kondisi iklim kering
• Selatan yang panjang dengan curah hujan
Desa Nggongi dan Desa yang rendah. Namun khusus wilayah
Praimadita – Kec.Karera; Desa Gunung Wanggameti cukup lembab/
Wanggabewa dan Desa Lailunggi basah dengan rata-rata kelembaban
– Kec.Pinu Pahar. diatas 71%.
Berdasarkan penafsiran citra landsat
Salah satu jalan akses
dalam kawasan Taman
Nasional Matalawa yang
cukup penting dalam
upaya pengamatan
burung dan memudahkan
wisatawan untuk mencapai
birdwatching.
22 BURUNG-BURUNG DI TAMAN NASIONAL MATALAWA
ETM 7+ diketahui bahwa ekosistem Danau Laputi, salah satu lahan basah yang
terestrial di kawasan Manupeu Tanah menjadi habitat beberapa jenis burung
Daru terklasifikasi menjadi 4 tipologi pemakan ikan dan serangga air.
vegetasi, yakni: padang savana terbuka,
hutan tropika kering, hutan semi awet meter), minim anakan/semai.
hijau dan hutan mangrove. Berdasarkan 2. Hutan sekunder tinggi: terdiri
peta tutupan lahan Taman Nasional
Manupeu Tanah Daru terdiri dari hutan dari pohon-pohon tinggi,
(primer/sekunder) sebanyak 66,47%; tidak terlalu rapat, terdapat
hutan tanaman 1,25%; semak belukar banyak anakan/semai.
10,34%; padang rumput/savana 3. Hutan sekunder muda:
21,79%; lahan basah 0,11% dan pasir didominasi pohon yang lebih
pantai 0,04%. Lahan basah yang ada pendek, umumnya jenis
terdiri dari sungai, danau, rawa; dan pioneer, tajuk terpencar, lantai
lainnya (BTNMT, 2015). Sedangkan hutan dipadati anakan/semai.
menurut penafsiran citra landsat 4. Hutan campuran/terpencar:
tahun 2000, kawasan Manupeu Tanah koloni kecil hutan sekunder
Daru terbagi menjadi 11 tipe habitat dengan luasan kurang
berdasarkan tutupan hutan yaitu : dari satu hektar, dikelilingi
oleh koloni alang-alang
1. Hutan primer: tersusun rapat atau campur kebun.
atas pohon-pohon tinggi (>30 5. Hutan pantai dan pantai: hutan
23BURUNG-BURUNG DI TAMAN NASIONAL MATALAWA
yang berbatasan langsung 11. Pemukiman: eks-rumah/
dengan bibir pantai, berpasir kampung atau enclave.
dan dipengaruhi pasang surut.
6. Alang-alang/semak/ Kawasan Taman Nasional Matalawa
padang rumput: hamparan merupakan hulu dari aliran sungai yang
koloni alang-alang sangat penting di Sumba diantaranya:
dan semak taikabala DAS Nggongi, DAS Lailunggi, DAS
(Eupatorium odoratum). Linggit, DAS Kambaniru, DAS Tondu,
7. Mangrove: didominasi dengan DAS Wahang, DAS Praigaga, DAS
jenis bakau Rhizophora Kadahang, DAS Palamedo, DAS
apiculata, Avicenia alba, Mamboro, DAS Labariri, DAS Praihau,
Bruguiera gymnorhiza, Ceriops DAS Tidas, DAS Tadanyalu, DAS Lailiang,
tagal, Xylocarpus granatum, DAS Lisi, dan DAS Tangairi.
Soneratia caseolaris dsb.
8. Tegalan/kebun: eks-kebun Kawasan Manupeu Tanah Daru
masyarakat baik yang terdiri dari tujuh zona yaitu: zona
masih dimanfaatkan atau inti, zona rimba, zona pemanfaatan,
sudah ditinggalkan. zona tradisional, zona rehabilitasi,
9. Lahan basah darat: areal zona religi dan budaya dan zona
genangan air permanen atau khusus. Sedangkan kawasan Laiwangi
temporer (sungai, danau) Wanggameti terdiri dari lima zona
10. Sawah: eks-sawah yang masih yaitu: zona inti, zona rimba, zona
berbentuk lahan sawah pemanfaatan, zona tradisional dan
zona khusus. Zona yang paling besar
Hutan sekunder tinggi di
wilayah Maloba dengan
komposisi pohon bertajuk
tinggi namun tidak terlalu
rapat.
24 BURUNG-BURUNG DI TAMAN NASIONAL MATALAWA
luasannya adalah zona rimba mencakup fauna yang menjadi mandat penunjukan
lebih dari 50% luas kawasan yang kawasan Taman Nasional. Singkatnya
sengaja ditetapkan untuk menyangga zona inti merupakan habitat utama
zona inti. Luasan zona inti itu sendiri burung-burung endemik yang menjadi
sekitar 24% dari luas kawasan. spesies kunci Matalawa. Adapun zona
lainnya didesain untuk melindungi zona
Zona inti adalah area yang paling inti dan mengakomodasi kewajiban
dilindungi atau dijaga karena di pengelolaan.
dalamnya terdapat jenis-jenis flora dan
vegetasi campuran yang
terdiri dari hutan sekunder
dan didominasi koloni
alang-alang serta semak
belukar.
Salah satu ekosistem
sungai yang diapit oleh
hutan sekunder yang tipis
dan berada di tengah-
tengah vegetasi alang-
alang.
25BURUNG-BURUNG DI TAMAN NASIONAL MATALAWA
Savana Sebagai Habitat
Burung Endemik
Taman Nasional Matalawa Bagian dasar padang savana
memiliki daya tarik yang tersusun batuan karang yang keras
sangat unik dimana bagian yang dengan mudah dijumpai
wilayahnya selalu terdapat sehingga beberapa orang menyebut
hamparan padang savana yang sebagai pulau karang. Hamparan
cukup luas atau padang yang karang tersebut menyebabkan solum
diapit oleh tutupan hutan. tanah diatasnya sangat tipis sehingga
didominasi oleh padang rumput
26 BURUNG-BURUNG DI TAMAN NASIONAL MATALAWA dengan luasan yang cukup beragam.
Rumput dan semak menjadi jenis
dominan yang menempati lingkungan
dengan kondisi seperti ini.
Padang savana di Taman Nasional
Matalawa dibedakan atas dua tipe, yaitu
savana derivatif dan savana klimaks
iklim. Savana derivatif yaitu savana yang
terbentuk karena proses konversi lahan
hutan. Oleh karena itu, savana tipe ini
bisa terdapat di daerah beriklim basah.
Sedangkan savana klimaks iklim adalah
savana yang terjadi secara alami.
Menurut klasifikasi Whittakker,
daerah dengan curah hujan tahunan
di antara 500 – 1.500 mm dan suhu
udara rata-rata 25-300C memiliki tipe
vegetasi asli savana.
Pada umumnya topografi Taman
Nasional Matalawa adalah berbukit,
sampai dengan keadaan bergunung Savana yang dikelilingi oleh tutupan hutan
dengan lereng-lereng agak curam campuran adalah habitat terbaik bagi
sampai sangat curam. Topografi yang Gemak Sumba.
agak datar sampai bergelombang
terdapat di bagian tenggara dan burung.
selatan dari Taman Nasional Matalawa. Jenis satwa selain mamalia pada
sedangkan yang lainnya memiliki
topografi berbukit sampai bergunung habitat yang didominasi oleh rumput
dengan memiliki lereng-lereng agak tersebut adalah burung. Beberapa
curam jenis burung yang sering dijumpai di
ekosistem padang Taman Nasional
Kelompok hutan Laiwangi Matalawa adalah myzomela sumba
Wanggameti termasuk dalam kelas (Myzomela dammermani), apung tanah
lereng 3 yaitu agak curam (15 % - 25%), (Anthus novaeseelandiae), cici padi
kelas lereng 4 yaitu curam (25%-45%) (Cisticola juncidis), bubut alang-alang
dan kelas lereng 5 yaitu sangat curam (Centropus bengalensis), dan cikrak
(> 45%). kutub (Phylloscopus borealis), decu
belang (Saxicola caprata), kacamata
Padang savana merupakan habitat wallacea (Zosterops wallacei), gereja
alami bagi jenis satwa baik dari erasia (Passer montanus), kirikkirik laut
golongan mamalia maupun aves. (Merops philippinus), kirikkirik australia
Habitat tersebut mampu mendukung (Merops ornatus) dan jenis-jenis raptor.
perkembangbiakan beberapa jenis
27BURUNG-BURUNG DI TAMAN NASIONAL MATALAWA
Di savana perbukitan sering terlihat
beberapa jenis raptor berburu mangsa.
Jenis-jenis tumbuhan berbunga di Ragam jenis tumbuhan untuk
tepian padang sangat disukai oleh jenis- beberapa jenis burung
jenis burung pemakan madu seperti
myzomela sumba misalnya bunga Sudah barang tentu tumbuhan
kaliandra. Burung-burung pemakan bawah mendominasi ekosistem padang.
biji dan serangga sering dijumpai Sedangkan wilayah berhutan didominasi
memanfaatkan rumput sebagai bahan dengan pepohonan. Padang savana
dasar sarang. Sedangkan raptor Taman Nasional Matalawa merupakan
memanfaatkan tipe ekosistem savana salah satu tipe ekosistem padang yang
sebagai tempat berburu. Sehingga menyimpan kekayaan jenis tumbuhan.
keberadaan padang savana di Taman Sebagai contoh Padang Pahar yang
Nasional Matalawa yang termasuk lokasinya berada tepat di tengah
dalam kawasan Wallacea menjadi lebih tengah kelompok hutan Laiwangi.
unik untuk kegiatan birdwatching. Padang Pahar merupakan padang
28 BURUNG-BURUNG DI TAMAN NASIONAL MATALAWA
ilalang dengan luas sekitar 120 ha dan kapapang/kacang hutan (Phaseolus
dikelilingi oleh hutan dengan kondisi lunatus), kahembi omang (Engelhardia
yang masih baik. spicata), tadamuru (Terminalia
supicata), bunga dadap (Erythrina
Padang savana ini ditumbuhi sp), jarik rundu (belum teridentifikasi),
beberapa jenis tanaman yakni alang kaduru (Palaquium sp), tanggala
(Imperata cylindrica), kamalatua (Cloxylon longifolium), kandinu miting
(Micrania micranta), mapu (nama lokal), (Melochia umbellata), tambura (Cleidin
rumba lambat, rumba rara, rumba ritak, javanicum), kalumbang (Sterculia
wulung gaduk. foetida). Dari jenis-jenis tersebut
terdapat tiga jenis pohon pakan yang
Jenis-jenis tumbuhan berkayu yang mampu hidup di padang. Sedangkan
tumbuh di savana adalah nggai atau untuk pohon sarang tidak dijumpai di
cimung (Timonius timon) dan kananggar ekosistem padang hanya sebatas pohon
atau haku (Dillenia pentagyna). tengger yaitu kananggar (Dillenia sp.).
Wanggameti, Praimahala, dan Burung-burung dari family
Umbulangan adalah lokasi-lokasi di Estrildidae dan Monarchidae membuat
Taman Nasional Matalawa yang banyak sarang dengan bahan baku rumput dan
dijumpai kaliandra bunga merah ranting kering. Kebutuhan bahan sarang
(Calliandra calothyrsus). Kaliandra akan dengan mudah didapatkan pada
cukup banyak tumbuh di pinggiran lokasi terbuka seperti padang. Seperti
padang. Ketika berbunga sangat disukai pada gambar di bawah seriwang asia
burung myzomela sumba (Myzomela yang memanfaatkan rumput sebagai
erythrocephala). bahan baku dalam pembuatan sarang.
Keberadaan tumbuhan dalam Hubungan Spesies Ikon dengan
rangkaian rantai makanan akan Padang
selalu menjadi top produsen, karena
selalu berperan dalam pemenuhan Taman Nasional Matalawa memiliki
kebutuhan pakan dan sarang. Jenis burung ikon yakni kakatua sumba
vegetasi penting untuk kakatua sumba (Cacatua sulphurea citrinocristata)
yang berada di padang savanna dan julang sumba (Rhyticeros everetti).
Matalawa adalah kananggar (Dillenia Keduanya merupakan burung endemik.
pentagyna) dan kapapang (Phaseolus Lokasi terbuka seperti padang
lunatus), dadap (Erythrina sp), lamo mendukung ketersediaan bahan sarang
(Melia azedarach). dan makanan baik dari jenis reptil
maupun serangga-serangga kecil.
Sementara jenis-jenis pakan
kakatua sumba antara lain kayarak
(Quercus piriformis), kahitau (belum
teridentifikasi), lamo (Melia azedarach),
29BURUNG-BURUNG DI TAMAN NASIONAL MATALAWA
Keberadaan tumbuhan bawah Matalawa memiliki kelimpahan burung
dan pakan yang mencukupi mampu yang cukup tinggi direkomendasikan
membentuk rantai makan dalam untuk aktivitas birdwatching. Tingkat
lingkup ekosistem padang. Rantai kelimpahan jenis, endemisitas dan akses
makanan tersebut menempatkan dua yang relatif mudah menjadi beberapa
tingkatan ( jenis burung) yang dianggap kriteria dalam merekomendasikan lokasi
predator dari pakan yang tersedia pada pengamatan.
ekosistem tersebut.
Beberapa lokasi yang memiliki
Serangga mudah ditemukan saat keunggulan untuk dijadikan lokasi
terjadinya kebakaran berlangsung birdwatching diantaranya adalah site
seperti kutu daun maupun serangga pengamatan Billa, Ubukora, Lokuhuma
lainnya yang beterbangan dikarenakan dan Langgaliru.
habitatnya terganggu. Dalam kondisi
tersebut seringkali terlihat burung- Lokasi birdwatching Taman Nasional
burung berdatangan terutama jenis Matalawa merupakan perpaduan
jenis raptor. antara kawasan hutan tertutup dan
padang savana. Karena perbedaan
Gambar di bawah menempatkan dua tipe ekosistem tersebut akan
dua tingkatan burung predator dalam memudahkan mengamati burung yang
ekosistem padang. Secara sederhana sedang terbang maupun bertengger.
rantai makanan di habitat padang dapat
digambarkan seperti gambar berikut. Tercatat perjumpaan 49 jenis
burung di lokasi pengamatan Billa
Tipe ekosistem tersebut juga dengan metode point count. Tingkat
mempengaruhi perilaku jenis-jenis perjumpaan tersebut menunjukkan
burung endemik yang membuat sarang kelimpahan yang cukup tinggi, walaupun
pada lubang kayu. Keberadaan padang dilakukan tanpa menggunakan metode
mampu mempermudah masuknya jalur. Faktor pendukung lainnya adalah
cahaya matahari dan meningkatnya akses lokasi yang berada tidak jauh
suhu pada saat siang hari. Lubang- dari ibukota kecamatan. Dua kondisi
lubang sarang pada pohon sarang tersebut menjadi alasan habitat Billa
biasanya mengarah ke tempat terbuka. direkomendasikan untuk kegiatan
Kebutuhan akan cahaya matahari pengamatan.
yang cukup diduga menjadi alasan
penempatan sarang di lokasi tersebut. Sementara untuk lokasi pengamatan
Ubukora dengan karakteristik tutupan
Lokasi Unggulan Pengamatan lahan berupa perpaduan antara padang
dan hutan merupakan ciri khusus tempat
Beberapa lokasi di Taman Nasional keluarnya kakatua sumba (C. sulphurea
citrinocristata). Kakatua sumba biasa
30 BURUNG-BURUNG DI TAMAN NASIONAL MATALAWA
teramati keluar dari hutan tertutup Salah satu raptor yang sedang mengintai
melintasi padang pada rentang waktu dan berburu mangsa saat terjadi kebakaran
05.30 – 06.30 waktu setempat. padang.
Elang alap sedang berburu
Dalam kegiatan - kegiatan makanan saat kebakaran padang.
monitoring yang rutin dilakukan,
selalu teramati burung paruh bengkok Simulasi rantai makanan pada
sering melintas dan bermain di tajuk ekosistem padang
hutan bagian atas yang berada di
sekitar padang savana. Burung-burung
tersebut yaitu kakatua-kecil jambul
jingga (C. sulphurea citrinocristata),
julang sumba (R. everetti), perkici
pelangi, nuri bayan (E. roratus), nuri pipi
merah (G. geoffroyi), betet kelapa paruh
besar (T. megalorynchos).
Sedangkan lokasi pengamatan
Lokuhuma dan Langgaliru dapat
dijadikan alternatif lain untuk kegiatan
birdwatching jika mempertimbangkan
ketersediaan waktu yang sangat singkat
dan akses yang lebih mudah bagi para
pengamat.
31BURUNG-BURUNG DI TAMAN NASIONAL MATALAWA
Gangguan Ekosistem Padang baik di dalam maupun di luar kawasan
taman nasional.
Kebakaran padang masih menjadi
gangguan bagi keberlangsungan hidup Permasalahan yang rutin terjadi
sebagian besar satwa liar. Karakteristik pada setiap musim kemarau atau pada
kawasan yang sebagian wilayahnya rentang bulan Juli sampai dengan
merupakan padang savana sangat Oktober, diharapkan mendapat
berpotensi menimbulkan kebakaran perhatian dan dukungan dari multi
hutan. pihak untuk membantu mengatasi
persoalan karhutla tersebut.
Kondisi rumput dan serasah yang
kering dalam masa cuaca ekstrim Kebakaran pada setiap musim kering
menjadi faktor lingkungan yang berdampak pada aktifitas breeding dan
mendukung terjadinya api. Selain itu, bersarang bagi jenis-jenis burung di
kelalaian masyarakat masih menjadi habitat padang. Berdasarkan laporan
faktor utama terjadinya kebakaran kegiatan montoring burung, terdapat
tersebut. Area padang yang beragam jenis yang data perjumpaannya sangat
luasan dari yang kecil maupun yang minim yaitu gemak sumba (Turnix
sangat luas menjadi lokasi yang paling everetti), gemak totol (Turnix maculosa),
sering terkena dampak kebakaran puyuh coklat (Coturnix ypsilophora),
dan puyuh batu (Coturnix chinensis).
32 BURUNG-BURUNG DI TAMAN NASIONAL MATALAWA