Jenis-jenis tersebut habitat utamanya Tipe hutan di Sumba yang terpecah-pecah
dan bertopografi berbukit-bukit seperti di
adalah di padang. hutan Matalawa ini.
Upaya pencegahan kejadian Dengan demikian padang savana
sangat bermanfaat bagi perkembangan
kebakaran menjadi kegiatan jenis-jenis burung tersebut.
prioritas pengelola untuk melindungi
burung-burung tersebut. Terutama
dalam melindungi gemak sumba
(Turnix everetti) yang merupakan satwa
endemik dan masuk dalam kategori
terancam (vulnerable) menurut IUCN.
Sosialisasi dan pemberdayaan
masyarakat melalui pembentukan
kelompok Masyarakat Peduli Api (MPA)
diharapkan dapat mencegah terjadinya
kebakaran di dalam kawasan taman
nasional. Sebagai langkah antisipatif
pengelola selalu membuat sekat bakar
untuk menghambat menjalarnya api dari
luar kawasan ke hutan taman nasional.
33BURUNG-BURUNG DI TAMAN NASIONAL MATALAWA
Burung, Agama Marapu dan
Budaya Sumba Timur
Sumba selain dianugerahi Permasalahan yang cukup mendasar
keindahan alamnya juga memiliki bagi pelestarian budaya Sumba
pesona budaya yang sangat dan agama Marapu adalah makin
menarik untuk ditelusuri. Adat- menurunnya minat pemuda dalam
istiadat dalam budaya orang melestarikan budaya lokal serta makin
Sumba sangat erat kaitannya sedikitnya orang-orang yang memiliki
dengan ritual Marapu, yang pengetahuan mengenai budaya lokal
merupakan agama tradisional orang Sumba. Mereka yang masih
yang telah lama ada dan memiliki pengetahuan tersebut pada
secara turun temurun dianut umumnya memperolehnya secara lisan
oleh masyarakat Sumba. dari orang tua mereka, oleh karena itu
menjadi sangat penting untuk menulis
34 BURUNG-BURUNG DI TAMAN NASIONAL MATALAWA budaya orang Sumba begitupun ritual
agama Marapu dalam bentuk tulisan
sehingga kelestariannya dapat terus
terjaga.
Pada bab ini penulis mencoba
mengambil sedikit bagian dari budaya
sumba dan ritual agama Marapu
khususnya yang terkait dengan
penamaan burung-burung yang ada
di Pulau Sumba. Ada sekitar 35 jenis
burung yang akan dipaparkan dalam
bab ini yang semuanya terangkum
dalam lebih dari 19 famili dengan
maksud agar memudahkan pembaca
dalam bentuk yang lebih ringkas. Hal
lainnya adalah ruang lingkup dalam
buku ini hanya terkait dengan rumpun Keterkaitan burung dalam budaya Sumba
suku serta kelompok masyarakat salah satunya terlihat dari ukiran batu
dalam strata “Kabihu”. “Kabihu” sendiri kubur Sumba.
merupakan salah satu dari tiga strata
sosial dalam masyarakat Sumba yang maupun budaya dan utamanya jenis-
terdiri dari “Rato” atau “Maramba” yang jenis tersebut mempunyai peranan
merupakan strata tertinggi diikuti oleh yang sangat penting dan unik dalam
“Kabihu (orang merdeka)” dan terakhir membentuk karakter dan identitas
dikenal istilah “Ata (hamba)”. Pada tulisan masyarakat sebagaimana dimaksud.
ini “Kabihu” yang diwawancarai berasal
dari enam wilayah yaitu Kambera, Pada umumnya jenis flora dan fauna
Kapunduk, Rindi, Lewa, Tabundung ini diasosiasikan dengan masyarakat
dan Tidas yang kesemuanya berada di adat atau lokal disuatu wilayah. Di
wilayah Sumba Timur. daerah Sumba Timur misalnya, banyak
ditemukan penggunaan hewan seperti
Dalam istilah konservasi dikenal kuda dan burung dalam pembuatan
istilah Cultural Keytone Species (Spesies kain tradisional, tarian dan cerita rakyat.
Kunci Budaya/SKB) yang merujuk pada Pengetahuan mengenai Spesies Kunci
jenis flora dan fauna yang dikenal oleh Budaya menjadi sangat penting dalam
masyarakat disuatu wilayah tertentu hal konservasi dikarenakan keberadaan
dimana masyarakat tersebut berafiliasi hutan dalam kawasan konservasi
terhadap jenis tersebut secara ekonomi merupakan habitat utama bagi spesies
35BURUNG-BURUNG DI TAMAN NASIONAL MATALAWA
Manutata (ayam hutan), salah satu jenis
dari bangsa burung yang sangat penting
dalam kebudayaan Sumba
tersebut untuk berkembangbiak. sistem sosial dimasyarakat adat dan atau
Hal lain yang jauh lebih penting lokal seringkali diabaikan dalam upaya
konservasi, hal ini kadang menimbulkan
adalah manakala degradasi hutan yang jurang pemisah antara ilmu alam
terjadi sampai saat ini masih menjadi dan ilmu sosial didalam mengelola
pekerjaan rumah yang sangat penting kawasan konservasi. Penggunaan
bagi pemerintah Indonesia. Pemerintah Spesies Kunci Budaya sangat mungkin
berupaya menanggulanginya melalui dapat berperan penting menjembatani
kegiatan-kegiatan seperti restorasi dan masalah-masalah tersebut.
rehabilitasi yang pada pelaksanaannya
membutuhkan keterlibatan dan peran Kebudayaan masyarakat lokal Sumba
aktif dari masyarakat lokal, maka pada dasarnya adalah manifestasi
pendekatan melalui istilah Spesies dari kepercayaan asli dari masyarakat
Kunci Budaya bisa menjadi alternatif Sumba yaitu Marapu. Ajaran Marapu
pendekatan yang sangat penting secara garis besar mempercayai
bagi keberhasilan program-program adanya hubungan yang sangat erat
restorasi dan rehabilitasi tersebut. Poin antara manusia yang tinggal di muka
utama lainnya yang penting adalah bumi dengan yang telah meninggal,
36 BURUNG-BURUNG DI TAMAN NASIONAL MATALAWA
mereka yang telah meninggal ini dikenal sebagai jenis yang sering
dipercaya sebagai perantara doa dan terlihat sepanjang sungai untuk
permohonan kepada sang Pencipta. mencari makan, di pulau Sumba sendiri
Ajaran Marapu juga menjelaskan dikenal beberapa jenis burung raja
hubungan keselarasan antara manusia udang diantaranya cekakak australia
dengan alam, hal ini dapat terlihat dari (Halycon sancta), cekakak kalung coklat
berbagai macam upacara adat yang (Halycon australasia), cekakak sungai
ada serta aturan-aturan yang terdapat (Halycon chloris), rajaudang erasia
dalam bentuk pantun dan syair adat. (Alcedo atthis) dan rajaudang merah api
(Ceyx erithaca). Masyarakat Sumba di
1. Famili Acciptridae keenam “Kabihu” menyebut kesemua
jenis tersebut sebagai “Kahiku”.
Nama lokal “Ikitu” merujuk pada
jenis elang bondol (Haliastur indus), 3. Famili Anatidae
burung ini diidentifikasi oleh masyarakat
Sumba Timur sebagai elang yang “Randi” merupakan istilah lain
memiliki leher berwarna putih bersih, untuk bebek dalam bahasa lokal di
sedangkan “Mbaku” menjelaskan jenis Sumba Timur. Dalam bahasa Rindi,
burung elang yang banyak terlihat Lewa, Kambera dan Tidas, mereka
didekat pantai (Haliaetus leugocaster) mengelompokkan jenis bebek dalam
dengan ukuran badan yang lebih besar satu nama saja dan tidak mempunyai
dari “Ikitu” dan berwarna coklat gelap istilah lain untuk jenis-jenis yang
(Pandion haliaetus). Jenis burung pada berbeda. Pada umumnya bebek
famili ini yang juga dapat diidentifikasi didaratan Sumba merupakan jenis
melalui nama lokal oleh masyarakat di migran dan dapat mudah ditemui
wilayah Kambera yaitu jenis elang tikus disepanjang wilayah yang berair seperti
(Elanus caeruleus) yang dikenal dengan Danau Pahulubandil di Sumba Timur.
istilah “Kuu”.
4. Famili Ardeidae
2. Famili Alcedinidae
Kata “Ahu Ramuku” dalam bahasa
Raja udang dikenal dengan istilah beberapa “Kabihu” di Sumba Timur
“Kahiku” dalam bahasa dan budaya merujuk pada famili kuntul-kuntulan
Sumba. Sedikit informasi mengenai seperti kuntul kerbau (Bubulcus ibis),
jenis ini dalam masyarakat Sumba kuntul kecil (Egretta garzetta), kuntul
baik di Kambera, Kapunduk, Rindi, perak (Egretta intermedia) dan kuntul
Lewa, Tabundung dan Tidas. “Kahiku” besar (Egretta alba). Jenis burung
37BURUNG-BURUNG DI TAMAN NASIONAL MATALAWA
ini dapat dengan mudah terlihat di
daerah-daerah persawahan di sekitar
Kambera dan Lewa. Masyarakat suku
Tidas dalam budaya Marapu mengenal
istilah Nggaha Oriangu yang artinya
berkumpul dan tentram yang mana
disimbolkan dalam bentuk gambar
burung kuntul.
5. Famili Bucerotidae
“Nggokaria” dalam bahasa Sumba
Timur merupakan jenis burung yang
menjadi lambang bagi Taman Nasional
Manupeu Tanah Daru sebelum
digabung dengan Taman Nasional
Laiwangi Wanggameti pada awal tahun
2016 yaitu julang sumba. Julang sumba
merupakan salah satu jenis burung
endemik di pulau Sumba dengan nama
ilmiah R. everetti.
Dalam adat masyarakat Kapunduk,
agama Marapu membagi kelas
masyarakat menjadi 3 (tiga) bagian
yaitu Maramba (raja), Kabihu (Klan)
dan Ata (pelayan). Dalam dongeng
masyarakat Kapunduk yang masih
memegang teguh adat budaya
Marapu, diceritakan bahwa seorang
Maramba bernama Ndelu berhasil
memanjat sampai dengan delapan
lapisan kerajaan dilangit akan tetapi
akhirnya dia mati akibat diserang oleh
ilmu gaib dan secara ajaib kembali
hidup dan pulang ke kerajaanya dalam
bentuk menyerupai “Nggokaria” dan
membawa biji jagung sebagai bahan
38 BURUNG-BURUNG DI TAMAN NASIONAL MATALAWA
makanan bagi rakyatnya. 7. Famili Caprimulgidae
6. Famili Cacatuidae/Psitacidae Burung cabak dikenal dalam budaya
Sumba dengan istilah “manja wai”, jenis
“Kaka” adalah bahasa Sumba Timur burung ini sering dikaitkan dengan
yang berarti burung kakatua jambul arwah nenek moyang dikarenakan
jingga. Jenis burung paruh bengkok karakteristiknya yang memiliki kaki
ini merupakan jenis burung endemik pendek, sehingga sering disalah artikan
dan flag spesies bagi Taman Nasional sebagai burung sakti yang tidak memiliki
Manupeu Tanah Daru dan Laiwangi kaki tetapi memiliki kemampuan untuk
Wanggameti. Motif kakatua dapat terbang. “Manja wai” dikenal oleh suku
ditemui dalam kerajinan tenun ikat Kambera dan Lewa, sedangkan suku
dalam warna-warna utama merah Tidas mengenal istilah “manja wai”
(kombu) dan biru (wora) yang dikenal dalam arti yang lain yaitu dingin atau
dengan istilah hinggi. Motif tersebut tempat yang dingin dan memang
pada umumnya digambarkan dalam faktanya burung ini mudah dilihat dan
bentuk tegak dan memiliki arti simbolik aktif pada waktu malam (dalam cuaca
sebagai kekuasaan alam semesta. dingin) hari dilantai tanah, sedangkai
wai berarti air dan dialam burung jenis
Dalam agama Marapu dikenal istilah ini sering terlihat disepanjang daerah
Kaka Ratu yaitu burung kakatua yang aliran air.
memiliki perawakan kecil akan tetapi
matanya berwarna merah menyala 8. Famili Columbidae
yang memiliki arti sebagai pemimpin
dan merupakan bentuk penjelmaan dari “Rawa” dalam bahasa Sumba berarti
Rato atau pemimpin agama Marapu. pergam atau merpati. Orang Sumba
Timur telah mampu mengidentifikasi
Di dalam kebudayaan masyarakat beberapa jenis pergam diantaranya
Sumba termuat larangan berburu pergam hijau (Ducula anea) dikenal
hewan dan menyebut kakatua dalam dengan istilah “Rawa kamukumu”,
pesan-pesannya diantaranya berbunyi punai sumba (Treron teysmanii) yang
“ambu kutu dunja mata da kaka merupakan salah satu jenis burung
lakandoaka, ambu hambulunja nggoru endemik di pulau Sumba dikenal
da buti lunggu ana“ yang artinya dengan istilah rawa kakoruk, sedangkan
kurang lebih sebagai berikut: janganlah rawa tana dalam budaya Sumba
menggendong burung kakatua merujuk pada jenis Chalcophaps indica.
dalam sarangnya dan jangan pula iri Jenis lain yang masuk dalam famili
pada seekor monyet yang sedang
menggendong anaknya.
39BURUNG-BURUNG DI TAMAN NASIONAL MATALAWA
Columbidae dan sangat mudah ditemui
di pulau Sumba adalah burung tekukur
(Streptopelia chinensis) dan dikenal
dengan nama lokal yaitu “Mbara”.
9. Famili Cuculidae
“Kutuk” merupakan istilah dalam
bahasa Sumba Timur untuk menyebut
burung yang dikenal secara umum
dengan nama bubut alang-alang. Jenis
burung ini mudah ditemui baik didalam
kawasan Taman Nasional Manupeu
Tanah Daru dan Laiwangi Wanggameti
maupun di sekitar pemukiman dan lahan
pertanian masyarakat disekitar taman
nasional. Jenis burung ini merupakan
pemakan ulat, laba-laba dan berbagai
jenis serangga lainnya yang mudah
dijumpai dalam habitat belukar, payau,
daerah berumput terbuka dan padang/
savana.
10. Famili Falconidae
Istilah lokal “Tariku” merujuk pada
jenis alap-alap kawah (Falco pelegrinus)
yang memiliki ciri-ciri yaitu berukuran
sama dengan “Mbaku” atau elang
bondol (Haliastur indus) dengan ukuran
kaki yang lebih besar. Masyarakat Tidas
mengatakan bahwa mereka sering
melihat “Tariku” menerkam anak monyet
dan babi. Jenis lainnya yang dikenal
oleh masyarakat Sumba Timur dalam
famili Falconidae adalah “Kapaha” yang
merujuk pada jenis alap-alap sapi (Falco
40 BURUNG-BURUNG DI TAMAN NASIONAL MATALAWA
Tabel 1. Istilah adat untuk penanda waktu yang
mengandung kata “koka”
molluccensis). No Istilah adat Penanda Waktu
11. Famili Meliphagidae 1 Mandalora Sepertiga 02.00
marau malam (pagi dini
“Koka” merupakan istilah dalam hari)
bahasa Sumba Timur untuk burung
yang dikenal dalam bahasa Indonesia 2 Marai Romu Menjelang 03.00
sebagai cikukua tanduk (Philemon Marau bintang (pagi dini
buceroides). Masyarakat di Tabundung pagi terbit hari)
mengenal ritual adat menanam padi
dengan istilah “la tjumbu ko” yang 3 Marai Romu Bintang 04.00
berarti waktu untuk memulai menanam Mareni pagi (pagi dini
padi bagi masyarakat dimana waktu mendekati hari)
penanaman tersebut ditandai dengan terbit
kedatangan “koka” dari tempat yang
sangat jauh dan muncul hanya pada 4 (Hunga) Bintang 04.30
saat musim tanam dan hanya dapat Marai Romu pagi terbit (pagi dini
dilihat oleh “rato” (pemuka agama hari)
Marapu).
5 Pini Terdengar '05.00
Dalam budaya masyarakat Rindi, Hakaheungu bunyi
burung Koka juga dijadikan sebagai Na Koka nyanyian
penanda waktu sebagaimana terlihat burung
pada tabel 1. Koka
12. Famili Meropidae 6 Hada Malam 05.00-
Rudungu telah 05.30
Istilah “Kapiru” dalam bahasa Sumba hampir
Timur dikenal dengan nama umum habis,
untuk jenis Kirik-kirik Australia. Jenis waktu
ini banyak terlihat di dataran rendah dimulainya
sepanjang garis pantai Sumba Timur. aktivitas
Jenis burung ini berbiak di Australia untuk
pada musim dingin dan bermigrasi ke bekerja
wilayah timur Indonesia termasuk pulau (keluar dari
Sumba. rumah) dan
waktu mulai
bagi orang
yang akan
memulai
perjalanan
jauh
Sumber : (G. L. Forth, 1983) Time and
temporal classification in Rindi, Eastern
Sumba. Bijdragen tot de Taal-, Land- en
Volkenkunde, 139(1), 46
41BURUNG-BURUNG DI TAMAN NASIONAL MATALAWA
13. Famili Phasianidae
“Powa” atau yang dikenal dalam
bahasa Indonesia sebagai burung
puyuh oleh masyarakat Sumba Timur
dapat dibedakan lagi menjadi dua
macam yaitu “Powa Manu” yang
memiliki ukuran lebih besar (Turnix
maculosa) dan “Powa Ndau” (Turnix
everetti) yang berukuran lebih kecil
dan merupakan jenis endemik Sumba.
Pembedaan nama jenis burung Puyuh
ini dalam nama lokal menunjukkan
bahwa masyarakat lokal telah mampu
mengidentifikasi dua jenis burung
puyuh ini yang apabila dilihat sekilas,
ukuran dan warna kedua jenis burung
puyuh ini tidak jauh berbeda.
Jenis lain dalam famili ini yang
banyak dikenal dalam budaya Sumba
adalah “Manu/Mahawurungu” atau
yang biasa kita kenal sebagai ayam
hutan (Gallus varius) (G. Forth, 2006).
Jenis ayam hutan ini banyak terlihat
dan tersebar diseluruh wilayah Pulau
Sumba. “Manu” sering dijadikan sebagai
motif lukis pada kain tenun tradisional
masyarakat di Rindi, Tabundung, Tidas
dan Kambera.
Dalam ritual adat budaya Marapu,
“Manu” dijadikan sebagai korban
persembahan pendahuluan dalam
memulai doa. Bagian hati ayam/”Manu”
dipercaya oleh masyarakat lokal yang
beragama Marapu sebagai media untuk
melihat masa depan, hal ini berfungsi
untuk memutuskan apakah suatu
42 BURUNG-BURUNG DI TAMAN NASIONAL MATALAWA
kegiatan akan dimulai atau dihentikan. laus (Pitta elegans). Di dalam kawasan
Istilah “Manu” juga sering dijumpai Taman Nasional Manupeu Tanah Daru
dalam syair adat. “Manu” diidentikkan dan Laiwangi Wanggameti, burung ini
sebagai sosok seorang manusia yang banyak terdapat disekitar Danau Laputi
memiliki karakter dan pengaruh yang di kawasan hutan Praingkareha.
baik bagi masyarakat, ayam yang
berkokok setiap pagi dilambangkan Tabel 2. Penggunaan istilah “Manu” dalam syair
sebagai orang tua yang bertanggung adat masyarakat Sumba.
jawab membesarkan dan memberi
makan bagi anak-anaknya. Wello, YE No Bahasa Adat Makna
(2008) dalam skripsinya memberikan
beberapa contoh penggunaan kata 1 Inna manu Pemimpin baik dan
“manu” dalam syair adat walaupun ama wawi bijaksana
pengertian “Manu” dalam tulisannya
merujuk pada Ayam Kampung (G. 2 Ana wawi Menggambarkan
domestica) dan beberapa syairnya luluru ana anak yang
dapat dilihat pada tabel di samping. manu kehilangan orang
nyanyaru tua atau rakyat
yang kehilangan
“Manu” dalam keseharian pemimpinnya
masyarakat Sumba tidak hanya
berfungsi dalam hal budaya tetapi 3 Dina kabu Menggambarkan
juga sangat erat kaitannya dengan watu manu derajat belis (mas
perekonomian lokal dimana “Manu” heku wawa kawin) paling rendah
dijadikan sebagai alat barter dalam yang diberikan
perdagangan di pasar lokal dibeberapa
wilayah di Kabupaten Sumba Tmur, 4 Njara monu Menggambarkan
Sumba Tengah, dan Sumba Barat. manu wolu kebesaran orang
Sumba
14. Famili Pittidae
5 Ina manu ama Pemimpin yang
Bunyi “parapau” yang keluar dari rendi melakukan apapun
nyanyian jenis burung yang sering untuk melindungi
terlihat dilantai hutan dan kemudian oleh rakyatnya
masyarakat suku Tidas burung tersebut
dinamakan berdasarkan suaranya Sumber : Wello, Yohana Elsi.
yaitu “parapau” atau dalam bahasa “Spesies kunci budaya (cultural
Indonesia dikenal dengan burung paok
keystone species) masyarakat
Sumba di sekitar Taman Nasional
Manupeu Tanadaru, Nusa
Tenggara Timur.” (2008).
43BURUNG-BURUNG DI TAMAN NASIONAL MATALAWA
15. Famili Psittaculidae
“Kariku” merupakan istilah lokal
bagi masyarakat Sumba Timur untuk
menyebut burung jenis bayan (Electus
roratus). Jenis burung ini memiliki warna
dengan perbedaan mencolok antara
kelamin jantan dan betina dimana
masyarakat Sumba Timur dengan
menggunakan bahasa lokalnya,
membedakan nama bagi burung bayan
tersebut berdasarkan perbedaan jenis
kelamin dan warnanya. Kelamin betina
berwarna merah disebut “Kariku Rara”
(Rara=merah-red) sedangkan yang
jantan berwarna hijau disebut “Kariku
Muru” (Muru=hijau-red).
Jenis burung paruh bengkok lain
dalam famili Psittaculidae yaitu jenis
burung betet kelapa (Tanygnathus
megalorynchos) yang dalam bahasa
Rindi, Lewa, Kambera dan Tidas dikenal
dengan nama lokal “katala”. Jenis lain
yang cukup banyak ditemui dalam
kawasan Taman Nasional Manupeu
Tanah Daru dan Laiwangi Wanggameti
adalah perkici oranye (Trichoglossus
haematodus) atau yang dikenal dalam
bahasa Sumba sebagai “Pirihu”. Jenis
lainnya, yaitu nuri pipi merah (Geoffroyus
geofroyii) juga dikenal dalam budaya
Sumba oleh suku Kambera dengan
nama “Wowangu”. Trekait dengan
famili Psittaculidae, masyarakat suku
Tabundung mengenal istilah “Katala
Hamulangi” yang berarti seperti
burung betet yang pandai berbicara,
44 BURUNG-BURUNG DI TAMAN NASIONAL MATALAWA
bergaul dan merangkul banyak pihak. Ayam hutan dan satwa lainnya selalu
Istilah ini sering digunakan sebagai menjadi bagian dari ornamen batu kubur
penggambaran bagi orang dalam suku Sumba
tersebut yang dihormati seperti ketua
adat suku Tabundung. Sedangkan “Yapi” (Gallinula tenebrosa)
dalam adat istiadat masyarakat suku
16. Famili Rallidae Tidas dikenal sebagai jenis burung yang
dapat digunakan sebagai pertanda
“Mabihu” atau disebut “Mabihi” oleh akan datangnya hujan dan atau musim
suku di Kambera merujuk pada jenis hujan serta dikenal juga sebagai jenis
burung yang sering terlihat di areal burung yang bukan merupakan burung
persawahan atau dikenal dengan istilah hama, sehingga kedatangan dan
burung mandar dalam bahasa umum bunyi burung ini menjadi patokan bagi
di Indonesia. Nama Sumba lain yang masyarakat lokal untuk mulai bercocok
dikenal dalam famili ini adalah “Kulu tanam.
Kawaki” yang merujuk pada sejenis
burung mandar berkaki merah yang 17. Famili Scolopacidae
kemungkinan besar adalah jenis Rallina
fasciata yang bisa dilihat pada areal Istilah “pipi” hanya dikenal dalam
persawahan dan danau alami seperti bahasa lokal oleh Suku Rindi dan
di danau Kedumbul, Sumba Timur. tidak dikenal oleh suku Tidas, dimana
45BURUNG-BURUNG DI TAMAN NASIONAL MATALAWA
kedua suku ini sama-sama menempati
wilayah selatan Sumba Timur di
daerah Praingkareha. Masyarakat Rindi
mengenal “pipi” sebagai istilah untuk
burung jenis Sandpiper (Curlew sand
piper).
18. Famili Strigidae
“Wangi” merujuk pada penamaan
burung hantu atau serak bagi
masyarakat di wilayah Sumba Timur.
Ada tiga jenis burung hantu di pulau
Sumba akan tetapi masyarakat Sumba
hanya mengenal istilah “wangi” saja
bagi ketiga jenis burung hantu tersebut
tanpa membeda-bedakan penamaan
pada setiap jenis yang sudah dikenal
secara umum oleh dunia internasional.
Dalam adat masyarakat suku Kambera,
Tabundung dan Tidas burung ini dikenal
sebagai simbol pertanda tidak baik,
terutama bagi mereka yang akan keluar
malam hari, dan istilah pertanda tidak
baik ini dikenal dengan nama “katawau”.
19. Famili Zosteropidae, Estrildidae
dan Dicaeidae
Istilah ”manjilu” dalam bahasa lokal
Sumba Timur di wilayah Tabundung
merujuk pada semua jenis burung-
burung yang berukuran sangat kecil
seperti burung pipit, gelatik, cabe
gunung dan kacamata, dimana semua
jenis burung tersebut masuk kedalam
beberapa famili seperti Zosteropidae,
46 BURUNG-BURUNG DI TAMAN NASIONAL MATALAWA
Estrildidae dan Dicaeidae. Kakatua dalam motif kain tenun Sumba
menandakan betapa pentingnya Kakatua
Masyarakat asli Sumba Timur dalam budaya Sumba
yang berasal dari enam wilayah yaitu
Kambera, Kapunduk, Rindi, Lewa, masyarakatnya. Jika demikian maka
Tabundung dan Tidas telah mengenal kesadaran masyarakat untuk menjaga
berbagai jenis burung melalui bahasa keberadaan burung-burung di Sumba
lokal mereka dan beberapa diantaranya sebetulnya sudah tertanam di dalam
seperti “manu”, “koka” dan “kaka” keseharian hidup mereka, sehingga
sangat erat kaitannya dengan budaya pendekatan melalui adat istiadat dan
dan adat Sumba Timur. “Manu”/ayam budaya didalam mendukung berbagai
hutan banyak dipakai dalam syair-syair program kerja dan aksi konservasi
adat, “koka”/cikukua tanduk digunakan yang dilakukan oleh Taman Nasional
oleh masyarakat Sumba didalam Manupeu Tanah Daru dan Laiwangi
adat mereka sebagai penanda waktu Wanggameti menjadi hal yang patut
dan “kaka”/kakatua jambul jingga diperhitungkan oleh para pengambil
banyak digunakan sebagai motif kain kebijakan.
tradisional masyarakat Sumba. Hal ini
menunjukkan bahwa ada kaitan erat
antara keberadaan burung-burung
di pulau Sumba dengan adat istiadat
47BURUNG-BURUNG DI TAMAN NASIONAL MATALAWA
48 BURUNG-BURUNG DI TAMAN NASIONAL MATALAWA
Alam dan satwaliar adalah inspirasi utama
para pengrajin tenun Sumba dalam
melukiskan motif-motifnya.
49BURUNG-BURUNG DI TAMAN NASIONAL MATALAWA
Serangan Hama Belalang Kembara
dan Perburuan Burung
“Iya ada jutaan belalang sempat Penggalan wawancara yang
berada di bandara pada Sabtu diambil dari harian Kompas tersebut
(10/6/2017) kemarin, tapi dapat menggambarkan bagaimana
tidak lama, karena setelah itu situasi Kota Waingapu saat itu dimana
terbang lagi masuk kota,” kata berjuta-juta belalang kembara (Locusta
Bupati Sumba Timur, Gidion migratoria) beterbangan ke sana kemari
Mbiliyora kepada Kompas. dengan pergerakan yang sulit diprediksi,
com, Senin (12/6/2017) pagi. belum lagi dampaknya terhadap
sawah dan kebun palawija bagi para
Jutaan individu belalang kumbara yang petani yang dapat mengakibatkan
secara periodik selalu menyerang beberapa gagal panen. Fenomena ini tentu
lahan dan area pertanian di beberapa kota banyak menyeret perhatian khalayak
di Sumba. ramai dan banyak diberitakan oleh
50 BURUNG-BURUNG DI TAMAN NASIONAL MATALAWA
media nasional baik secara daring Sumba Timur.
maupun langsung. Pada bab ini penulis Puncaknya, pada tanggal 17 Juni
mencoba untuk mengeksplorasi lebih
jauh lagi mengenai serangan hama 2017, Pemerintah Kabupaten Sumba
belalang kembara di pulau Sumba dan Timur menetapkan status Kejadian
kaitannya dengan predator alaminya Luar Biasa (KLB) atas serangan hama
yaitu beberapa jenis burung pemakan belalang kembara kepada tanaman
serangga seperti burung branjangan pertanian di wilayah itu (republika.
(Mirafra javanica). co.id, 2017). Tindakan jangka pendek
yang diambil oleh Pemda Sumba Timur
Serangan hama belalang kembara untuk menangani serangan hama
di Kota Waingapu meliputi kecamatan belalang kembara tentu saja perlu
Rindi, Kahaungu eti, Pandawai, Haharu, dipertimbangkan lebih lanjut, hal ini
Matawai La Pawu dan Umalulu dan dikarenakan cara penyelesaian dengan
terjadi pada minggu kedua bulan Juni menggunakan insektisida secara besar-
tahun 2017, kejadian ini mendapat besaran sudah acap kali dilakukan ketika
perhatian yang sangat serius dari serangan hama belalang kembara
Pemerintah Daerah (Pemda) Provinsi dalam jumlah besar terjadi di Sumba
Nusa Tenggara Timur (NTT). Pemda Timur. Tindakan ini mengindikasikan
NTT berupaya menanganinya dengan bahwa belum adanya pencegahan yang
melakukan penyemprotkan insektisida dilakukan secara sistematis oleh instansi
dalam jumlah dan konsentrasi yang yang berwenang untuk meminimalkan
sangat besar. Tindakan ini tentunya dampak kerusakan baik dari segi
akan memberikan dampak negatif ekonomi dan lingkungan dalam jangka
atau bahkan mungkin lebih jauh waktu menengah dan panjang.
dapat menimbulkan bencana ekologis
terhadap lingkungan. Pemakaian Bukan yang Pertama Kali
insektisida dalam jumlah besar dan
konsentrasi yang tinggi akan mematikan Berdasarkan diskusi kecil di
serangga lain yang merupakan lokasi kejadian, masyarakat di Prailiu
predator alami belalang kembar mengatakan bahwa serangan hama
tersebut. Dampak negatif lainnya dari belalang kembara yang lebih besar
penggunaan insektisida secara masif pernah terjadi pada tahun 1998 dan
dalam jangka panjang yaitu terjadinya serangan tahun ini sebetulnya sudah
pencemaran terhadap lingkungan dimulai sejak pertengahan bulan Juni
dan terbawanya zat berbahaya dari 2016 dan areal yang yang terkena
insektisida kedalam produk hasil dampak dari serangan ini terus
pertanian dan perkebunan masyarakat meluas sampai ke Kecamatan Haharu
51BURUNG-BURUNG DI TAMAN NASIONAL MATALAWA
Individu belalang kumbara
dewasa melakukan migrasi
lokal untuk memenuhi
kebutuhan pakan sebelum
menetaskan telur-telurnya.
di sebelah Barat yang berdekatan yang selanjutnya apabila lingkungan
dengan Kabupaten Sumba Tengah. Hal mendukung, maka kelompok kecil
ini menunjukkan bahwa sebenarnya tersebut akan terus meningkat
serangan hama Belalang Kembara jumlahnya dan memasuki fase
bukanlah kejadian baru di Sumba Timur gregarius dalam bentuk gerombolan
dan kejadian serupa terus berulang besar. Pada fase ini, belalang bersifat
dengan periode tertentu. Penelitian agresif sekaligus rakus dan dapat
yang dilakukan oleh Koesmaryono, menyebabkan kerusakan total pada
Hana dan Tasmin, menyatakan bahwa areal pertanian yang berakibat
serangan hama belalang kembara kegagalan panen (Kalshoven, 1981;
dipengaruhi oleh perubahan iklim Lecoq, 1999). Dengan mengetahui
dimana intensitas serangan akan ketiga fase tersebut dengan baik, maka
semakin tinggi apabila curah hujan sebenarnya bisa diambil kebijakan
meningkat yang biasanya terjadi pada sebagai antisipasi dini terhadap
bulan Oktober sampai dengan Maret serangan hama belalang kembara.
begitupun sebaliknya. Pengendalian hama belalang kembara
pada fase soliter dapat dilakukan
Belalang kembara secara umum melalui pengendalian hayati yang aman
memiliki tiga fase populasi yang terhadap lingkungan misalnya dengan
pertama adalah fase soliter dimana melepaskan predator alaminya pada
belalang kembara memiliki perilaku sentra-sentra populasi hama belalang
individual dengan julah populasi yang kembara. Apabila populasi hama
rendah dalam suatu hamparan dan belalang kembara sudah meledak maka
pada fase ini belalang kembara tidak penggunaan insektisida merupakan
mengakibatkan kerusakan. Fase kedua salah satu cara yang dapat ditempuh
adalah fase transisi (transient) dimana sebagaimana Pemda Kabupaten Sumba
populasi belalang kembara sudah mulai Timur lakukan, akan tetapi yang perlu
tinggi dengan membentuk kelompok diperhatikan adalah jenis bahan kimiawi
kecil dan sudah mulai harus diwaspadai
52 BURUNG-BURUNG DI TAMAN NASIONAL MATALAWA
Masyarakat Sumba tidak panik terhadap
serangan hama belalang kumbara, karena
sudah terjadi berulang kali.
apa yang digunakan dalam insektisida tidak berselera untuk dimakan, akan
tersebut. Jenis Dieldrin sangat tidak tetapi penulis berpendapat bahwa
dianjurkan karena membahayakan ini hanya masalah dalam hal teknik
lingkungan dan penggunaan insetisida pengolahannya saja. Strategi lain yang
lain yang memiliki persistensi rendah bisa digunakan adalah pemanfaatan
dimungkinkan seperti Fenitrothion, belalang kembara sebagai pakan ternak
Fenobukarp dan Fipronil (Sudarsono, karena pulau Sumba terkenal dengan
H., 2012). padang savannanya dan merupakan
daerah penghasil ternak sapi dan kerbau
Hal lain yang bisa dipertimbangkan untuk konsumsi masyarakat Indonesia
apabila serangan hama belalang terutama di Pulau Jawa. Pemanfaatan
kembara terjadi adalah pemanfaatannya belalang kembara sebagai pakan
secara ekonomis bagi masyarakat ternak tentunya sangat menarik bagi
Sumba Timur. Pada saat peninjauan di masyarakat sehingga ledakan populasi
lapangan, masyarakat tidak berminat belalang kembara dapat dimanfaatkan
sama sekali untuk mengkonsumsi sebagai insentif bagi para peternak di
belalang tersebut dikarenakan Sumba Timur.
baunya yang menyengat membuat
53BURUNG-BURUNG DI TAMAN NASIONAL MATALAWA
Pelepasliaran Burung Branjangan dan setelah ditanya akan diapakan
Hasil Sitaan Petugas burung tersebut, mereka menjawab
apabila terluka parah maka akan mereka
Penelitian mengenai musuh alami konsumsi tetapi apabila masih hidup
belalang kembara berupa patogen, dan luka ringan akan mereka jual ke
parasitoid, dan predator di Sumba Timur pengumpul di Kota Waingapu seharga
masih minim sekali. Salah satu predator Rp.2000 per ekor, tentunya mendengar
alami yang juga bisa ditemukan hal ini sangatlah miris karena selain
didalam kawasan Taman Nasional dihargai sangat murah, fakta tersebut
Manupeu Tanah Daru dan Laiwangi jelas memberikan gambaran bahwa
Wanggameti (Matalawa) adalah jenis predator alami belalang kembara yaitu
burung branjangan. Pada bulan burung branjangan populasinya di
Agustus tahun 2015, Balai TN Laiwangi alam sangat mungkin menurun karena
Wanggameti yang pada saat itu belum mendapat tekanan yang luar biasa dari
bergabung dengan Balai TN Manupeu para pemburu dan masyarakat lokal.
Tanah Daru melepaskan sekitar 900
ekor burung branjangan jawa (Mirafra Pentingnya Menjaga Keseimbangan
Javanica) di stasiun penelitian milik Balai Ekosistem
Penelitian Kehutanan di Waingapu.
Burung-burung tersebut merupakan Tindakan pencegahan dan
hasil sitaan di pelabuhan oleh aparat pengendalian untuk mengontrol
kepolisian dan Polisi Kehutanan (Polhut) populasi belalang kembara hanya
Balai TN Laiwangi Wanggameti. Burung bisa dilakukan apabila penelitian
branjangan merupakan salah satu yang bersifat lokal dilakukan untuk
jenis burung kicauan yang diburu oleh mengetahui bagaimana perilaku biologi
para hobis karena keistimewaannya belalang kembara, faktor ekologis apa
yaitu kemampuan burung tersebut saja yang berpengaruh dan bagaimana
berkicau sembari terbang di tempat dinamika populasinya. Dari penelitian
(hovering). Burung ini termasuk burung tersebut maka bisa diambil berbagai
tanah (bushlark) yang banyak dijumpai kebijakan baik dalam jangka pendek,
dalam habitat semak dengan pakan menengah maupun panjang. Dalam
utama berupa biji-bijian dan serangga jangka pendek, dengan mengetahui
termasuk belalang. perilaku biologi dan fase hidup belalang
kembara maka dapat diambil tindakan
Di Sumba, burung ini banyak ditemui pencegahan baik yang dilakukan
di padang rumput/savana. Pernah secara alami maupun non alami
sesekali penulis melihat anak-anak dengan mempertimbangkan kadar
berburu jenis ini menggunakan ketapel,
54 BURUNG-BURUNG DI TAMAN NASIONAL MATALAWA
dan jenis penggunaan insektisida serta mempengaruhi ledakan jumlah
sasarannya. Secara jangka panjang, belalang kembara, salah satunya
dengan mengetahui dinamika populasi yaitu dengan melakukan sosialisasi
belalang kembara maka Pemda Sumba dan pencegahan perburuan burung
Timur dapat mendeteksi peringatan branjangan atau jenis burung pemakan
dini dan mengambil sikap atau tindakan serangga lainnya. Penyadartahuan
penyelamatan utamanya di sektor mengenai pentingnya melindungi jenis
pertanian sebelum serangan hama burung pemakan serangga seperti
belalang kembara dalam jumlah besar branjangan jawa menjadi hal yang vital
mengakibatkan kerugian dan gagal agar masyarakat bisa melihat dampak
panen. dan keterkaitannya secara langsung
apabila populasi burung tersebut
Balai TN Matalawa pun dapat menurun secara drastis di alam liar.
berpartisipasi dalam hal mengeksplorasi
faktor ekologis apa saja yang dapat
Ratusan belalang yang sengaja ditangkap
untuk dijadikan pakan ternak.
55BURUNG-BURUNG DI TAMAN NASIONAL MATALAWA
Deskripsi Jenis
56 BURUNG-BURUNG DI TAMAN NASIONAL MATALAWA
57BURUNG-BURUNG DI TAMAN NASIONAL MATALAWA
Cikalang kecil
Fregata ariel | Lesser Frigatebird | -
FFFAAMM regatidae 76 cm LC
Terdapat dua Cikalang (besar dan kecil) yang diketahui rutin berkunjung ke
wilayah pantai Sumba, namun yang lebih sering dijumpai di dalam taman nasional
adalah jenis yang kecil. Selain ukuran tubuhnya yang lebih kecil, juga dapat dilihat
dari adanya bercak putih pada bagian bawah yang berbentuk cekung. Cikalang
kecil dan besar sama-sama memiliki kantung paruh yang bewarna merah dan bisa
mengembung menjadi besar. Jantan hampir seluruh tubuhnya berwarna hitam.
Betina kecoklatan pada kepalanya. Fase remaja masih memiliki rona putih dan
merah pada beberapa bagian tubuhnya.
Statusnya bukan penetap melainkan hanya sebagai pengunjung rutin untuk
mencari makan dan berkembangbiak. Makanan utamanya adalah ikan terbang,
namun juga memangsa cumi-cumi, telur, anakan burung laut dan bangkai ikan.
Sayangnya Sang Cakalang terkenal dengan perilakunya yang terkadang mencuri
makanan burung lain (kleptoparasitic).
58 BURUNG-BURUNG DI TAMAN NASIONAL MATALAWA
Pecuk-padi belang
Phalacrocorax melanoleucos | Little Pied Cormorant | Kehi (STh)
PFAM halacrocoracidae 60 cm LC
Burung perairan ini dikenal juga dengan nama pecuk belang kecil. Perbedaannya
dengan pecuk lainnya adalah warna putihnya yang hampir di seluruh tubuhnya. Ciri
khasnya adalah warna kuning pada paruh dan kulit mukanya.
Sang pecuk dijumpai satu individu karena pada umumnya memang hidup
soliter atau dalam kelompok kecil saja di badan-badan air seperti kolam, saluran air,
muara, laguna dan pantai untuk mencari mangsa berupa ikan, serangga dan hewan
perairan lainnya. Sama halnya dengan Kuntul Australia, sang pecuk ini baru dijumpai
di Pantai Lokulisi kawasan hutan Manupeu Tanah Daru. Sang pecuk suka bertengger
pada ranting atau dahan yang tidak berdaun di tajuk pohon. Penglihatan sang pecuk
cukup tajam, sehingga para untuk memotretnya harus mengendap-endap.
59BURUNG-BURUNG DI TAMAN NASIONAL MATALAWA
cangak merah
Ardea purpurea | Purple Heron | Nggokare (STh)
AFFAAMM rdeidae 80 cm LC
Bulunya tidak semerah bulu si myzomela sumba, dan dalam bahasa inggris pun
sebutannya “purple”, namun dibandingkan dengan cangak-cangak lain dalam famili
Ardeidae, si cangak ini terlihat paling kemerahan. Perawakan yang tinggi dengan
leher yang panjang dan lengkung, serta ornamen bulu tembolok yang lebih panjang
tergerai menjadi salah satu ciri utamanya.
Karakteristik burung perairan dengan bentang sayap yang lebar, menjadikan
Si Cangak memiliki sebaran habitat yang sangat luas dari Afrika, Erasia sampai
dengan Indonesia dan Filipina. Salah satu dari tiga anak jenisnya bisa dijumpai di
sekitar Kawasan Taman Nasional yakni “malinensis”, lebih sering dijumpai di perairan
dataran rendah dan cenderung mendekati pantai, namun pernah dijumpai di sekitar
kawasan hutan Manurara pada ketinggian lebih dari 500 meter dpl.
Kesehariannya lebih sering dilakukan disekitar sungai atau sawah, dan juga kolam
untuk mencari pakan berupa ikan, kodok, serangga dan binatang air lainnya. Tidak
terlalu terancam oleh keberadaan pengamat burung/fotografer, sehingga cukup
mudah untuk diambil dokumentasi fotonya.
60 BURUNG-BURUNG DI TAMAN NASIONAL MATALAWA
Cangak/kuntul Australia
Egretta novaehollandiae | White-faced Heron | Tewa (STh)
AFFAAMM rdeidae 68 - 70 cm LC
Secara umum cangak mudah dijumpai di wilayah perairan baik tawar maupun
laut. Khusus di kawasan taman nasional, baru Pantai Lokulisi yang menjadi satu-
satunya tempat perjumpaan cangak berwajah putih ini. Apabila dilihat lebih dekat,
maka terlihat iris mata dan kakinya yang panjang berwarna kuning. Uniknya pada
masa berkembang-biak (breeding), bulunya bisa terlihat merah-kecoklatan atau
merah-tembaga di leher dan dada.
Australia melekat pada namanya, karena cangak banyak dijumpai hampir di
seluruh daratan Australia. Sebarannya meliputi New Zealand, Papua New Guinea
hingga Indonesia. Sayangnya burung ini sulit untuk dijumpai, karena bukan penetap
di suatu tempat melainkan sebagai pengunjung yang tidak teratur waktunya. Ia
selalu berpindah-pindah dari suatu perairan dangkal ke perairan dangkal lainnya.
61BURUNG-BURUNG DI TAMAN NASIONAL MATALAWA
Kuntul karang
Egretta sacra sacra | Pacific Reef Egret | -
AFAM rdeidae 50 cm LC
Lagi-lagi nama menunjukkan perilaku harian atau habitat favoritnya. Penyematan
“karang” pada sang kuntul ini karena perilaku hariannya mencari makan yang lebih
banyak dilakukan di sekitar karang. Lebih sering dilakukan pada saat air laut sedang
surut. Karena banyak ikan-ikan kecil dan binatang laut lainnya terjebak dalam
lekukan karang.
Kuntul karang ini mengalami dua fase warna bulu yang sangat kontras, yakni abu-
abu gelap yang lebih umum. Fase warna putih terjadi saat musim berbiak. Ukuran
tubuhnya lebih besar daripada kuntul kerbau, dengan kepala lebih langsing serta
leher lebih panjang. Sedangkan pembeda dengan kuntul lainnya adalah tungkainya
kehijauan dan tubuhnya relatif lebih pendek dengan paruh berwarna pucat.
Walauppun bukan spesies migran, tapi penyebaran tempat hidupnya hampir
diseluruh pesisir Asia Timur, Pasific Barat hingga Indonesia dan Australia. Khusus
di Pulau Sumba, hanya anak jenis “sacra” yang hampir selalu dijumpai disepanjang
pantai dalam kawasan Taman Nasional, terutama pantai Konda, Maloba, Lokulisi,
dan Tangairi.
62 BURUNG-BURUNG DI TAMAN NASIONAL MATALAWA
kuntul kerbau
Bubulcus ibis | Cattle Egret | -
AFFAAMM rdeidae 46 - 56 cm LC
Nama “kerbau” pada sang kuntul mencerminkan kedekatannya dengan
mamalia-mamalia besar khususnya kerbau. Kerbau dan kuntul menyukai tempat-
tempat perairan dangkal, seperti sawah dan rawa sebagai tempat mencari makan.
Makanan kuntul tidak hanya ikan dan binatang kecil, tetapi juga lalat dan serangga
kecil yang berada di sekitar atau menempel pada tubuh kerbau. Mereka saling
menguntungkan satu sama lain. Sang kuntul mudah dijumpai di kawasan hutan
Manurara dan sekitarnya, terutama pada saat musim penghujan dan saat panen
padi.
Walaupun dominan warna putih, pembeda dengan kuntul lainnya terletak pada
tubuhnya yang lebih tegap dan leher lebih pendek, kepala lebih membulat, serta
paruhnya lebih pendek dan tebal. Pada waktu berbiak, bulunya tetap dominan putih
namun ada bulu berwarna jingga di kepala, leher dan dada. Sang kuntul termasuk
pendiam, hanya terdengar kuakan saat mereka berkumpul di koloninya. Dari tiga
anak jenis yang tersebar diseluruh dunia, hanya anak jenis “coromandus” yang
menetap dan terlihat di dalam dan di sekitar taman nasional.
63BURUNG-BURUNG DI TAMAN NASIONAL MATALAWA
blekok sawah
Ardeola speciosa | Javan Pond Heron | -
AFFAAMM rdeidae 45 cm LC
Jenis yang satu ini memiliki keterkaitan dengan sawah sebagai tempat favoritnya.
Hampir semua perjumpaan terjadi pada sore hari di areal pesawahan baik yang
berada di pinggir kawasan taman nasional, maupun yang berada di tengah
pemukiman. Individu yang teramati bervariasi mulai dari yang soliter hingga
beberapa individu yang tergabung dalam kelompok kecil. Keberadaan kuda, kerbau
dan burung-burung lain didekatnya seolah tidak menjadi ancaman, akan tetapi
blekok sawah tetap menjaga jarak dengan manusia.
Pewarnaan bulu kepala dan tubuh dominan putih dan coklat bercoret. Kerap
berubah pada fase berbiak menjadi kuning tua pada dada dan kepala, hitam
pada punggung, putih pada perut bawah dan bagian tubuh lainnya berwarna
coklat bercoret. Berbeda dengan burung air lainnya yang selalu migrasi, blekok
sawah bukan jenis yang migran. Dua anak jenis yang ada hidup tersebar luas dari
Semenanjung Malaysia hingga Indonesia. Khusus yang menetap di wilayah pulau
Sumba adalah anak jenis speciosa.
64 BURUNG-BURUNG DI TAMAN NASIONAL MATALAWA
Elang Tiram
Pandion haliaetus | Osprey | Anyia/Ikitu (STh)
AFAM cciptridae 50-66 cm Dilindungi LC A II
Salah satu burung raptor migran yang secara teratur mengunjungi Sumba yaitu
elang tiram. Perjumpaan sang elang dalam kawasan taman nasional terjadi di pantai
Lokulisi terjadi pada bulan Juli tahun 2012. Saat itu sepasang elang sedang terbang
dari timur ke barat sejajar dengan garis pantai dan seringkali melakukan manuver-
manuver yang hebat. Apabila anda melihat sepasang elang yang terbang di sekitar
pantai dan terlihat seperti memakai kalung hitam di atas perutnya yang putih bersih,
itulah sang elang tiram. Jika dilihat lebih dekat, pada kepalanya terdapat jambul
pendek dan bisa ditegakan.
Sang elang tersebar luas dan sering mengunjungi
perairan Indonesia untuk mencari makan dan berbiak.
Sebelum menyelam untuk menangkap ikan, sang
elang terbang berputar-putar mengintai, kemudian
bermanuver menuju perairan. Dari empat anak
jenis yang ada, hanya cristatus yang dijumpai di
kawasan pesisir pantai taman nasional.
65BURUNG-BURUNG DI TAMAN NASIONAL MATALAWA
baza pasifik
Aviceda subcristata | Pacific Baza | Ikitu/Kapaha (ST, STh)
AFAM cciptridae 35-46 cm Dilindungi LC A II
Baza pasifik termasuk raptor diurnal atau yang lebih sering aktif siang hari.
Raptor ini menetap di wilayah Maluku, Nusa Tenggara, dan Papua. Di Sumba
sering kali terlihat di pinggiran hutan yang tidak terlalu rapat tajuknya seperti di
hutan La Au, Paumbapa, Manurara dan Praingkareha. Raptor yang berjambul ini
suka mengamati mangsa dari tempatnya bertengger di ranting pohon. Warna
dada abu-abu dan perutnya putih dengan garis-garis (palang) melintang warna
coklat tua. Matanya berwana kuning keemasan.
Mangsa favoritnya berupa beberapa jenis seranga seperti kumbang, belalang,
dan ulat. Ia juga memangsa katak pohon, kadal, anakan burung dan buah-buahan
kecil. Dari 13 anak jenis yang tersebar secara regional di Indonesia Timur dan
Australia, hanya satu anak jenis yaitu “timorlaoensis” yang bisa djiumpai di kawasan
Taman Nasional.
66 BURUNG-BURUNG DI TAMAN NASIONAL MATALAWA
sikepmadu asia
Pernis ptilorhynchus | Chrested Honey-Buzzard | Kapaha (ST)
AFAM cciptridae 52-68 cm Dilindungi LC A II
Raptor (burung pemangsa) ada yang menetap dan berpindah (migrasi). Kata
“madu” yang disematkan pada namanya karena ia sering memakan madu,
memburu tawon, lebah, serangga, reptile, mamalia kecil dan bahkan
buah-buahan. Sikep-madu asia termasuk yang ikut migrasi saat musim
dingin di belahan bumi utara (Asia, Jepang hingga Rusia) sekitar
bulan Oktober sampai November. Di hutan Billa dan Praingkareha
beberapa kali terlihat terbang berputar (soaring) dan jarang
terlihat bertengger.
Warna bulu hitam dan kepala yang relatif kecil. Saat
terbang bulu bagian bawah terlihat lebih terang dan di
ekornya terdapat garis-garis hitam. Seluruh jenis
raptor adalah pemakan daging (karnivora). Dari
6 anak jenis yang tersebar secara global, hanya
anak jenis “orientalis” yang migrasi dan bisa
dijumpai di Sumba.
67BURUNG-BURUNG DI TAMAN NASIONAL MATALAWA
elang tikus
Elanus caeruleus | Black-winged Kite | Mbaku tahik (ST), Anyia (STh)
AFAM cciptridae 30-37 cm Dilindungi LC A II
Target buruan utama burung pemangsa ini jelas yaitu tikus.
Namun seringkali ia juga memangsa kadal, ular, serangg serta
anak burung lainnya. Sering terlihat bertengger di tajuk pohon
sedang mengamati tikus di savanna, pinggiran hutan, dan
lahan pertanian. Raptor ini cukup mudah
dikenali dari warna tubuh yang
putih dan punggungnya abu-abu
hitam. Saat terbang dengan gaya
hovering, ujung sayapnya terlihat
hitam dan matanya merah tajam.
Beberapa kali terlihat di pinggir
hutan sekitar Wanggameti,
Kawundut, Taman Mas dan
Wudipandak.
68 BURUNG-BURUNG DI TAMAN NASIONAL MATALAWA
Elang paria
Milvus migrans affinis | Black Kite | Ikitu (STh)
AFAM cciptridae 46-66 cm Dilindungi LC A II
Mudah dikenali saat terbang karena memiliki ekor bercabang membentuk huruf
“V” yang khas. Tubuhnya berwarna gelap, coklat kehitaman dengan muka berwarna
lebih pucat. Jenis raptor ini tersebar luas dari Afrika, Eropa hingga Australia. Burung
ini lebih banyak dijumpai di dekat pemukiman dan wilayah pinggiran
hutan seperti di Malinjak, Tanamodu, dan Dasa Elu. Sering terlihat
terbang meluncur mencari mangsa berupa tikus, ular,
kadal, serangga, dan burung-burung kecil.
Elang paria merupakan jenis yang rutin
bermigrasi, terutama saat musim dingin.
Dari tujuh anak jenis yang tersebar di
dunia, hanya affinis yang dijumpai di
dalam dan di sekitar kawasan taman
nasional.
69BURUNG-BURUNG DI TAMAN NASIONAL MATALAWA
elang bondol
Haliastur indus intermedius | Brahminy Kite | Ikit (ST), Anyia (STh)
AFAM cciptridae 44-52 cm Dilindungi LC A II
Menatap langit di Sumba kerap kali akan mendapati elang bondol yang terbang
dengan tenang. Maskot DKI Jakarta ini umum ditemukan di habitat hutan, padang,
lahan budidaya sampai di pemukiman penduduk. Anak ayam yang berkeliaran
seringkali menjadi incaran burung pemangsa ini. Raptor ini tersebar di seluruh
nusantara dari Sumatra sampai Papua.
Elang bondol dewasa mudah dikenali dengan ciri kepala sampai perut berwarna
putih, sementara lainnya coklat sampai coklat tua. Saat terbang ujung sayapnya
terlihat menjari dan berwarna hitam. Warna bulu saat remaja ( juvenile)
berbeda dengan dewasa, sehingga seringkali menyebabkan kesalahan
saat indentifikasi.
70 BURUNG-BURUNG DI TAMAN NASIONAL MATALAWA
Elanglaut perut-putih
Haliaeetus leucogaster | White-bellied Sea Eagle | -
AFAM cciptridae 75-85 cm Dilindungi LC A II
Raptor yang paling besar di Sumba adalah elanglaut perut-putih. Burung
pemangsa ini mudah dijumpai di wilayah pesisir pantai seperti di Tangairi dan
Mondulambi. Elanglaut sering terlihat sangat tegap bertengger pada pohon
dipinggir perairan. Sarangnya terbuat dari ranting berlapis dedaunan dan diletakan
pada pohon tinggi untuk digunakan setiap tahun.
Sering terlihat terbang soliter untuk mencari mangsa. Terkadang mendapat
intimidasi dari alap-alap (Falco sp), namun Sang Elanglaut tidak menghiraukan
gangguan tersebut. Hal itu terjadi karena persaingan dalam mempertahankan
teritori. Walaupun terbang dengan kepakan sayap yang pelan, tetapi ia kuat dan
mampu menangkap ikan pada permukaan laut dengan manuver yang menakjubkan.
Elanglaut ini mudah dikenali dari warna perutnya yang putih dan ekornya
menyerupai baji. Pada fase remaja warna bulunya coklat pucat, menjadi putih pada
saat sudah dewasa. Wilayah persebarannya cukup luas dari India sampai Australia.
71BURUNG-BURUNG DI TAMAN NASIONAL MATALAWA
elangular jari-pendek
Circaetus gallicus | Short-toed Snake Eagle | Kapaha (ST), Anyia (STh)
AFAM cciptridae 62-70 cm Dilindungi LC A II
Raptor ini dikenal dengan ciri kaki dan paruh yang kuat, cakar yang tajam dan
tatapan mata yang tajam. Namanya memperjelas ular sebagai mangsa utama target
buruannya. Anatomi Sang Elang ini bisa mengantisipasi gigitan ular berbisa.
Saat terbang, tubuhnya terlihat kokoh dengan kepala yang cukup besar. Warna
bulu bagian bawah coklat terang dengan palang hitam. Ekor bergaris sama hingga
empat garis. Bagian dada sampai perut terdapat garis-garis melintang yang samar.
Elang ini mampu terbang hovering seperti Elang tikus. Selain ular, ia makan reptil
lainnya.
Sering terlihat di wilayah peralihan hutan dan padang seperti di Wudipandak,
Billa, dan Lokulisi Tanamodu.Sebarannya luas dari Afrika hingga Asia. Anak jenis
yang dijumpai di Sumba adalah “gallicus”.
72 BURUNG-BURUNG DI TAMAN NASIONAL MATALAWA
elangrawa tutul
Circus assimilis| Spotted Harrier | Anyia (STh)
AFAM cciptridae 50-61 cm Dilindungi LC A II
Sang Elangrawa lebih besar dari Elang Bondol tapi lebih kecil dari Elanglaut
Perutputih. Jantan lebih kecil dibanding betina. Saat bertengger tubuh tampak tegak
dan kaki tampak panjang dan ramping. Tubuh bagian bawah abu-abu kebiruan dan
merah karat dengan totol-totol putih. Ia mendiami habitat savana, padang rumput
dengan sedikit pohon, lahan pertanian sampai ketinggian 1000 m, dan secara umum
menghindari daerah perairan. Di sekitar Taman Mas dan Waimanu selalu terlihat
soliter. Sang jantan sangat teritorial dan sering terbang tinggi mengitari teritorinya.
Satu-satunya keluarga Elang-rawa yang memiliki kebiasaan bersarang pada
pohon yang masih hidup. Ia terbang pendek ketika berburu burung terestrial seperti
gemak, dan juga hewan lainnya seperti tikus, reptil.
Tersebar hanya di Indonesia bagian Timur hingga Australia. Ia rutin migrasi ke Sumba.
Musim berbiak pada bulan Juli-Desember, tetapi waktu bersarang dapat terjadi
kapan saja tergantung curah hujan dan ketersediaan pakan. Telur 2-4 (biasanya 3)
yang dierami 32-34 hari. Sarang tersusun atas ranting dan dedaunan pohon, serta
diletakkan pada pohon hidup pada ketinggian 2-15 m di atas permukaan tanah.
73BURUNG-BURUNG DI TAMAN NASIONAL MATALAWA
elangalap coklat
Accipiter fasciatus tjendanae | Brown Goshawk | Kapaha (ST)
AFAM cciptridae 44-52 cm Dilindungi LC A II
Elangalap coklat berukuran sedang, kira-kira
lebih kecil dari elang bondol dan lebih besar dari alap-
alap sapi. Ia sering terlihat terbang di antara tajuk-tajuk
pohon. Terkadang hinggap di pohon gugur daunnya.
Raptor ini memiliki kepala abu-abu dengan tengkuk
(leher belakang) berwarna merah-karat. Sayap
bagian atas abu-abu sementara perutnya putih
dengan palang coklat kemerahan. Pernah
dijumpai di sekitar hutan Praingkareha
dan Billa. Masa berbiak pernah
teramati pada bulan Juli-Agustus selama ± 1 bulan. Sang induk
meletakan sarangnya pada dahan pohon Kapuk (Ceiba sp)
dengan ketinggian sekitar 17 meter diatas permukaan
tanah.
74 BURUNG-BURUNG DI TAMAN NASIONAL MATALAWA
alap-alap sapi
Falco moluccensis | Spotted Kestrel | Tarik (ST)
FFAM alconidae 30 cm Dilindungi LC A II
Raptor yang imut ini sebarannya hanya di Indonsia. Saat terjadi kebakaran
di padang seringkali mengundang burung-burung pemangsa untuk berpesta.
Serangga beterbangan dan tikus keluar dari sarangnya. Siap jadi santapan raptor.
Alapalap sapi biasanya mengamati dulu mangsanya dari tempat bertengger,
kemudian meluncur menangkap buruan dengan kaki dan dibawa kembali
bertengger. Pernah terlihat menyerang Elanglaut perut-putih.
Punggungnya berwarna coklat dengan garis-garis hitam. Sementara sayap
bawahnya berwarna putih dengan perut juga putih dan bertotol hitam. Ekornya
putih keabu-abuan dengan ujungnya berpalang hitam. Seringkali hinggap di pucuk-
pucuk pohon dan ranting kering. Sarangnya yang berupa tumpukan ranting yang
tebal dan besar pernah ditemukan di hutan Billa. Di Sumba belum pernah dijumpai
raptor dengan pewarnaan seperti Alap-alap ini. Ia pun sering terlihat di Manurara
dan Tanamodu. Dari 2 anak jenis yang tersebar di Indonesia, hanya anak jenis
“microbalius” yang dijumpai dan menetap di Sumba.
75BURUNG-BURUNG DI TAMAN NASIONAL MATALAWA
alap-alap kawah
Falco peregrinus | Peregrine Falcon | -
FFAM alconidae 35-51 cm Dilindungi LC A I
Salah satu raptor yang cantik. Ciri khasnya adalah warna bulu yang hitam hingga
ke muka dengan pangkal paruh berwarna kuning. Betina lebih besar daripada
jantan. Pada fase remaja, bulu kecoklatan dengan coretan pada perut.
Habitatnya adalah daerah terbuka, peralihan hutan dan padang alang-alang
atau semak, terutama yang terdapat dinding batu yang terjal vertikal. Ia meletakan
sarang pada lubang di dinding batu vertikal dengan ketinggian lebih dari 20 meter
dari permukaan tanah. Hidup berpasangan. Mampu terbang cepat, akrobatik
dan melakukan gaya hovering. Pakannya terdiri dari tikus padang, serangga, dan
berbagai jenis reptil.
Terdiri dari 19 anak jenis yang termasuk migran dan tersebar luas di dunia. Anak
jenis yang dijumpai Gua Kanabubulang dan Tebing Mahaniwa dalam kawasan taman
nasional ini adalah “ernesti”.
76 BURUNG-BURUNG DI TAMAN NASIONAL MATALAWA
belibis kembang
Dendrocygna arcuata | Wandering Whistling Duck
AFAM natidae 40-45 cm LC
Diantara keluarga Anatidae atau itik-itikan, Si Belibis ini yang paling susah dan
jarang dijumpai. Dalam koloni-koloni itik yang saling berbaur dengan jumlah yang
banyak, hanya terdapat sedikit saja individu Si Belibis. Perjumpaanya baru terjadi di
bagian selatan taman nasional tepatnya Danau Paji Konda Maloba. Cukup mudah
dibedakan dengan Itik Benjut dan Itik Alis karena leher Si Belibis ini relatif lebih
panjang dari keduanya. Bulu-bulu putih cukup kontras di sayapnya walaupun
sedang tertutup.
Makanannya berupa rerumputan, tumbuhan air serangga dan hewan-hewan
kecil lainnya. Kelompok Belibis bisa berbaur dengan itik lain ketika sedang mencari
makan di perairan yang sama. Sarang terletak tidak jauh dari wilayah perairan
tempat ia makan. Dari tiga anak jenis yang tersebar dari Filipina sampai dengan
Australia, hanya sub-spesies arcuata yang dijumpai di Sumba.
77BURUNG-BURUNG DI TAMAN NASIONAL MATALAWA
itik benjut
Anas gibberifrons | Sunda Teal | Raditama (STh)
AFAM natidae 42 cm LC
Susah gampang untuk menjumpai dan mengenali Si Benjut ini, yakni di perairan
tawar sekitar pantai Lokulisi Tanamodu dan Danau Paji Konda Maloba. Pun saat
sudah di “benjut spot” kita masih harus jeli membedakan antara Si Benjut, dan
burung air lainnya, karena terkadang koloni-koloni burung air dengan pewarnaan
tubuh yang mirip tersebut berbaur satu sama lain. Adalah sang jantan yang mudah
dikenali dengan cara melihat tonjolan kepalanya, dengan begitu maka rombongan
yang mengekor dibelakannya adalah benjut-benjut yang lain.
Aktifitas hariannya adalah mencari makan berupa serangga kecil atau
invertebrata lainnya yang ia cari di perairan airtawar. Bahkan saat sibuk mencari
makan, Si Benjut termasuk sangat peka terhadap kedatangan manusia. Oleh karena
itu para birdphotographer harus sabar mengendap-endap dan tidak tergesa-gesa
dalam membidik Si Benjut. Secara lokal, belum ditemukan ancaman serius terhadap
Si Benjut karena masyarakat setempat tidak mengkonsumsinya. Dari tiga anak jenis
yang tersebar secara global, hanya gibberifrons yang dijumpai dan berbiak secara
lokal di Pulau Sumba dan wilayah sekitaran Nusa Tenggara lainnya.
78 BURUNG-BURUNG DI TAMAN NASIONAL MATALAWA
itik alis
Anas superciliosa | Pacific Black Duck
AFAM natidae 47-60 cm LC
Itik alis pernah terlihat di beberapa tipe perairan di sekitar
kawasan. Di wilayah Praingkareha, Padiratana, Manu rara
dan Wara terdapat sungai-sungai kecil yang membelah
hutan yang tajuknya rapat. Sementara di wilayah selatan
seperti di Nggongi dan Praimadita ada beberapa danau kecil
atau embung yang kering di saat kemarau. Bahkan di danau Paji
Konda maloba hampir selalu dijumpai koloni sang itik. Saat berdiri
atau berenang, itik alis dikenali dari badannya yang coklat kehitaman
dan alisnya yang putih. Di bagian sayap terdapat warna hijau
tua. Sayap bagian bawah berwarna putih dan
ujungnya hitam, jelas terlihat saat terbang.
Dari 3 anak jenis yang tersebar di Indonesia –
Asutralia, hanya anak jenis “rogersi” yang
dijumpai di Sumba.
79BURUNG-BURUNG DI TAMAN NASIONAL MATALAWA
GOSONG KAKI MERAH
Megapodius reinwardt | Orange-footed Scrubfowl | Kalauki (ST, STh, SB)
MFAM egapodiidae 30-47 cm Dilindungi LC
Burung yang seperti ayam berjambul ini termasuk
kelompok burung yang meletakan telurnya di
dalam tanah. Sarangnya berupa gundukan tanah
yang tersusun atas tanah, serasah dan ranting
kecil. Sarang yang pernah diukur memiliki tinggi
90 – 150 cm dan panjang 3 – 9,3 meter. Sang
Gosong lebih sering terlihat mencari makan dan
berjalan cepat di lantai hutan.
Ia memiliki 2 variasi suara
yang kerap terdengar di pagi dan sore hari. Jika merasa
terganggu, ia akan terbang pendek menuju dahan
pohon yang lain.
Sang Gosong bisa dijumpai di sebagian besar wilayah
Taman Nasional. Dari 8 anak jenis yang tersebar
di Indonesia, PNG dan Australia, hanya anak jenis
“reinwardt” yang menetap di Sumba.
80 BURUNG-BURUNG DI TAMAN NASIONAL MATALAWA
PUYUH COKLAT
Coturnix ypsilophora raltenii | Brown Quail | Powa (ST), Puawa (STh)
PFAM hasianidae 18 cm LC
Serupa tapi tidak sama, ya inilah antara puyuh dan gemak walaupun tidak
berkerabat tetapi keduanya memiliki perilaku dan karakteristik fisik yang mirip.
Ukuran tubuh puyuh sedikit lebih besar dari gemak, dan secara taksonomi tidak
termasuk famili Turnicidae melainkan satu keluarga sama ayam-ayaman. Si Puyuh
ini bersarang dipermukaan tanah dalam semak-semak atau padang alang-alang.
Makanan favoritnya biji-bijian dan serangga-serangga kecil. Sayapnya yang relatif
kecil mampu menjadi senjata untuk melarikan diri walaupun hanya terbang dengan
jarak pendek. Tidak disangka si puyuh coklat ini mampu hidup pada berbagai level
ketinggian suatu wilayah yakni hingga ketinggian 3.700 meter dpl.
Beberapa ras dari puyuh ini sudah didomestikasi dan sudah dibudidayakan
terutama untuk dimanfaatkan telurnya. Sampai saat ini diketahui terdapat sembilan
anak jenis yang tersebar Indonesia, Australia, New Zealand, khusus yang menetap
di Sumba adalah anak jenis “raltenii”. Sang puyuh pernah dijumpai di kawasan hutan
Taman Mas, Resort Dasa Elu.
81BURUNG-BURUNG DI TAMAN NASIONAL MATALAWA
AYAMHUTAN HIJAU
Gallus varius | Green Junglefowl | Manu Tata (ST, STh, SB)
PFAM hasianidae 42-60 cm LC
Setiap pagi dalam keheningan hutan, kokok
ayamhutan hijau ini lantang menyambut hari
baru. Secara sengaja ia sulit dijumpai secara
langsung dan lama, namun secara tidak sengaja
ia pernah dijumpai hampir di seluruh kawasan
Taman Nasional. Bahkan di jalan raya sekitar
Tanah Daru yang ramai dilalui kendaraan
bermotor. Ia sangat cepat lari dan terbang
menghindar ketika berpapasan dengan manusia
atau kendaraan.
Ciri yang menonjol dari ayam hutan hijau
adalah jenggernya cenderung yang mulus
tidak bergerigi dan berwarna keunguan. Sang
Ayamhutan merupakan jenis endemik Indonesia
karena sebarannya hanya di Jawa sampai
dengan Alor.
82 BURUNG-BURUNG DI TAMAN NASIONAL MATALAWA