Wismanto Abu Hasan, Mega Utami Imyansah, Hanna Sajiddah, Deta Rehulina Sitepu, Yohana Dwi Putri, Indah Ramadhany, Melisa putri, Indah Mutia, Rafifah Qanita, Winda Sugiarti, Nailah Assahira, Naura Azifa, Nursyafna,Putri Adillah, Shafiah, Yova murnika,Fiddini Izaturahmi, Sri wahyuni , Aliza,Fitratul Mubaraq, Awaluddin Hidayat, Yusuffendra, Muhammad Rafi Dhaifullah, Lili Marzila, Rima Junita Putri, Annisa Damai Yanti Samoeri, Rifka Andriani, Badri, Muhammad Alif Al Aziz, Muhammad Fadhly, Maizal Efendi. AYAT – AYAT PENDIDIKAN
ii Ayat – Ayat Pendidikan Hak Cipta © Wismanto Abu Hasan, Mega Utami Imyansah, dkk., 2023 Hak Terbit CV. Cahaya Firdaus Penerbit : Cahaya Firdaus Publishing and Printing Jl. Kubang Raya Panam-Pekanbaru Mobile Phone : +6285265504934 E-mail : [email protected] Cetakan Pertama, Mei 2023 ISBN : viii , 169 hal (15.5x230mm) Setting & Layout : Cahaya Firdaus Team Design Cover : Cahaya Firdaus Design Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang memperbanyak karya tulis ini dalam bentuk dan dengan cara apapun, termasuk fotokopi, tanpa izin tertulis dari penerbit. Pengutipan harap menyebutkan sumbernya Sanksi Pelanggaran Pasal 133 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta 1) Setiap orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak ekonomi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf I untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp 100.000.000,00 (seratus juta rupiah). 2) Setiap orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f, dan/atau huruf h untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah). 3) Setiap orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf a, huruf b, huruf e, dan/atau huruf g untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah). 4) Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud pada ayat (3) yang dilakukan dalam bentuk pembajakan, dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp 4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah).
iii KATA PENGANTAR ِ ْسِم ا هّٰللِ ال َّر ْح ٰم ِه ال َّر ِحْيِم ب ِسىَب إ وفُ َ ِبهللِ ِمه ُش ُرَ ِر أ ب ََوُعُُذُ ََوَستَغِف ُريُ ََوَستَ ِعىًُُ ِ وَح َمدُيُ َحمدَ ِّٰللَّ َّن ال َمه َع َمبِلىبَ، ََ َسيّ هللا ِئَب ِت أ يٍَِدِي ًُ. ٌَبدي لَ ََ َمه يُضِلل فَالَ ُم ِض َّل لًَُ فَالَ َّن ُم َح َّمدًا عبدي َ َش ٍَدُ أ ِالَّ هللا ََ أ لًََ إ ِ َن الَ إ َش ٍَدُ أ ََ أ ًُُ َر ُسُل Segala puji bagi Allah, kami memohon pertolongan dan memujinya , memohon pertolongan dan meminta ampun hanya kepada-Nya, kami berlindung kepada Allah dari kejahatan diri kami dan kejelekan amal yang kami perbuat. Barang siapa yang Allah beri petunjuk, maka tidak ada yang dapat menyesatkannya, dan barang siapa yang Allah sesatkan, maka tidak akan ada pula yang dapat memberinya petunjuk. Perjalanan menuju kesuksesan adalah perjalanan yang sangat panjang. Seseorang sangat membutuhkan pengetahuan agar bisa hidup dengan apa yang mereka inginkan, dengan pengetahuan seseorang bisa selamat dari kejahatan, dan bahkan dengan pengetahuan seseorang bisa sampai ke dalam surga Allah Subhanahu Wa taala. Oleh karena itu kita harus mempersiapkan sebanyak-banyaknya ilmu pengetahuan agar bisa menjalani kehidupan didunia ini sesuai dengan kehendak-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Alhamdulillah `alaa bini`matihi tatimmu shoolihat kita ucapkan kepada Allah yang telah memberikan segala kemudahan sehingga tim penulis dapat menyelesaikan buku “AYAT-AYAT PENDIDIKAN”. Yang mana buku
iv ini merupakan hasil dari kumpulan tugas mahasiswa yang telas di diskusikan secara terstruktur dan sistematis. Dosen pembimbing mengarahkan tentang isi konten makalah per bab, lalu beliau mengajarkan bagaimana cara penyusunan tulisan yang benar yang kemudian dituangkan di atas kertas sehingga menjadi karya tulis yang sesuai dengan pedoman penulisan buku. Dengan bangga kami mempersembahkan buku Ayat-ayat pendidikan sebagai hasil kerja keras mahasiswa bersama di bawah bimbingan dosen Dr. Wismanto, S.Ag., M.Pd.I sebagai pengampu mata kuliah ayat-ayat pendidikan, dengan tujuan untuk memperluas pemahaman dan pengetahuan tentang mata kuliah tersebut. Di dalam buku ini terdapat 12 bab yang membahas tentang ayat-ayat yang berkaitan dengan pendidikan disertai dengan penafsiran ayat-ayat tersebut. Pembuatan buku ini merupakan tugas dan luaran wajib dari proses pembelajaran MBKM. Semoga buku ini dapat menjadi inspirasi serta menjadi pedoman bagi para pendidik untuk mendidik anak-anak bangsa menjadi orang sukses di masa yang akan datang. Amin. Pekanbaru, 15 Mei 2023 An. Tim Penyusun Rafifah Qanita
v DAFTAR ISI Kata Pengantar ................................................................. Daftar Isi ............................................................................ BAB I KEWAJIBAN BELAJAR DAN MENGAJAR A. Pengertian Kewajiban Belajar dan Mengajar dalam Al-Qur`an ........................................................ 1 B. Q.S. Al-Alaq 96 : 1-5 ................................................... 3 C. Q.S. Al-Ghasyiyah, 88 : 17-20 ................................... 8 D. Q.S. Al-Imran, 3 : 190-191 .......................................... 11 E. Q.S. At-Taubah, 9 : 122 ............................................. 14 F. Q.S. Al-Ankabut, 29 : 19-20 ....................................... 17 BAB II TUJUAN PENDIDIKAN A. Definisi Pendidikan Menurut Islam ........................ 20 B. Tujuan Pendidikan Islam .......................................... 21 C. Kandungan Ayat-Ayat Pendidikan 1. Q.S. Al-Imron, 3 : 138-139 .................................. 23 2. Q.S. Al-Fath, 48 : 29 ............................................. 24 3. Q.S. Al-Hajj, 22 : 41 ............................................. 25 4. Q.S. Az-Zariyat, 51 : 56 ....................................... 26 5. Q.S. Hud, 11 : 61 .................................................. 27 BAB III SUBYEK PENDIDIKAN A. Pengertian Subyek Pendidikan ............................... 29 B. Subyek Pendidikan Dalam perfektif Al-Qur`an 1. Q.S. Ar-Rahman, 55 : 1-2 .................................... 30
vi 2. Q.S. An-Najm, 53 : 5-6 ........................................ 33 3. Q.S. An-Nahl, 16 : 43-44 ..................................... 35 4. Q.S. Al-Kahfi, 18 : 66 ........................................... 37 BAB IV OBYEK PENDIDIKAN : PESERTA DIDIK/MURID A. Q.S. At-Tahrim, 66 : 6 ................................................. 40 B. Q.S. Asy-Syu`ara, 26 : 214 .......................................... 43 C. Q.S At-Taubah, 9 : 122 ............................................... 43 D. Q.S An-Nisa, 4 : 170 ................................................... 45 BAB V METODE PENDIDIKAN A. Pengertian Metode Pendidikan ............................... 47 B. Q.S. Al-Maidah, 5 : 67 ............................................... 48 C. Q.S. An-Nahl, 16 : 125 ............................................... 50 D. Q.S. Al-A`raf, 7 : 176-177 .......................................... 52 E. Q.S. Ibrahim, 14 : 24-25 ............................................. 56 BAB VI PEDOMAN HIDUP SEKALIGUS DASAR PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN A. Pengertian Pedoman Hidup .................................... 60 B. Q.S. Al-An`am, 6 : 91-92 ............................................ 64 C. Q.S. Al-Baqarah, 2 : 1-5 ............................................. 69 D. Q.S. Al-Baqarah, 2 : 97 ............................................... 73 E. Q.S. Al- Baqarah, 2 : 185 ........................................... 74 F. Q.S. Al-Imran, 3 : 7 .................................................... 76 G. Q.S. Al-Imran, 3 : 164 ................................................ 78 H. Q.S. Al-Isra`, 17 : 9 ..................................................... 79 I. Q.S. Al-Isra`, 17 : 82 ................................................... 79
vii BAB VII POTENSI-POTENSI/KEUNGGULAN MANUSIA YANG DIKEMBANGKAN LEWAT PEDIDIKAN A. Hakikat Manusia ....................................................... 81 B. Q.S. Al-Baqarah, 2 : 30-39 ......................................... 82 C. Q.S. Al-Isra`, 17 : 70 .................................................... 91 D. Q.S. Ar-Ra`ad, 13 : 11 ................................................. 92 BAB VIII PENDIDIKAN YANG DIPRIORITASKAN MENJADI LANDASAN MEMBANGUN JIWA PESERTA DIDIK A. Pengertian Materi Pendidikan .................................. 94 B. Penafsiran Ayat-ayat pendidikan 1. Q.S. Luqman, 31 : 12 ........................................... 96 2. Q.S. Luqman, 31 : 13 ........................................... 98 3. Q.S. Luqman, 31 : 14 ........................................... 100 4. Q.S. Luqman, 31 : 15 ........................................... 101 5. Q.S. Luqman, 31 : 16 ........................................... 103 6. Q.S. Luqman, 31 : 17 ........................................... 104 7. Q.S. Luqman, 31 : 18 ........................................... 106 8. Q.S. Luqman, 31 : 19 ........................................... 107 BAB IX KELEMAHAN DALAM DIRI MANUSIA A. Kelemahan dalam Diri Manusia .............................. 110 1. Q.S. Al-Ma`arij, 70 : 19-26 .................................... 111 2. Q.S. Ar-Rum, 30 : 54 ............................................ 115 3. Q.S. Al-Ahzab, 33 : 72 .......................................... 116 4. Q.S. Al-Balad, 90 : 4-8 .......................................... 119 5. Q.S. An-Nisa, 4 : 28-29 ........................................ 123
viii BAB X MENGIDENTIFIKASI DAN MEMBEDAKAN ANTARA LINGKUNGAN PENDIDIKAN YANG BAIK MAUPUN YANG BURUK YAKNI LINGKUNGAN PENDIDIKAN KELUARGA, LINGKUNGAN PENDIDIKAN MASYARAKAT, LINGKUNGAN PENDIDIKAN SEKOLAH A. Lingkungan Pendidikan Keluarga .......................... 126 B. Pendidikan Lingkungan Masyarakat ...................... 130 C. Pendidikan Lingkungan Sekolah ............................. 131 BAB XI TANGGUNG JAWAB ORANG TUA DALAM MENDIDIK ANAK A. Peran Orang Tua dalam Mendidik Anak................ 136 B. Ayat-ayat Tentang Tanggung Jawab Orang Tua Terhadap Pendidikan 1. Q.S. At-Tahrim, 66 : 6 ......................................... 138 2. Q.S. An-Nisa, 4 : 9 ............................................... 146 BAB XII ILMU PENGETAHUAN A. Pengertian Ilmu Pengetahuan .................................. 151 B. Ayat-Ayat Tentang Ilmu Pengetahuan 1. Q.S. Al-Alaq, 96 : 1-5 ............................................ 153 2. Q.S. Mujadalah, 58 : 11 ......................................... 153 3. Q.S. Mulk, 67 : 1-5 ................................................ 154 4. Q.S. An-Nahl, 16 : 79 ............................................ 156 5. Q.S. Fatir, 35 : 27-28 ............................................. 158 Daftar Pustaka .................................................................. 162
1 BAB I KEWAJIBAN BELAJAR DAN MENGAJAR (Mega Utami Imyansah, Hanna Sajiddah, Deta Rehulina Sitepu) A. Pengertian Kewajiban Belajar dan Mengajar dalam Al-Qur`An Al-Qur`an tidak secara langsung merujuk pada makna kewajiban belajar dan mengajar. Namun, ada ayat-ayat yang mengandung makna tentang pentingnya belajar dan mengajar dalam Islam. Pertama, Al-Quran mengajarkan bahwa manusia adalah makhluk yang dikaruniai akal dan ruh untuk berpikir dan merenungkan ciptaan-Nya1, Allah Ta`ala berfirman : َو َما ًَ َخٌْ ًرا َكثِ ٌْ ًراۗ ْوتِ ِح ْكَمةَ فَمَدْ اُ ْ َو َم ْن ٌُّ ْؤ َت ال ُءۚ ۤ َم ْن ٌَّ َشا ِح ْكَمةَ ْ ٌُّ ْؤتِى ال بَا ِب ْ َّْلَل ُوا ا ٌَذَّ َّكُر اِ ََّّٓل اُول Artinya: "Allah memberikan hikmah kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barang siapa diberikan hikmah, maka sesungguhnya dia telah diberi kebajikan yang banyak. Dan tidak mengambil pelajaran kecuali orang-orang yang berakal."(Q.S. Al-Baqoroh, [2] : 269) Dalam ayat ini, Al-Qur`an menegaskan bahwa Allah memberikan hikmah kepada siapa saja yang Dia kehendaki. Namun, orang yang menerima kebijaksanaan 1 Ahmad mustafaal-Maraghi. Tafsiral-MaraghijilidIV. (BeirutDaralfikr) , hal48
2 ini harus dapat menggunakannya dengan bijak dan dengan akal yang sehat. Kewajiban belajar dan mengajar adalah wajib bagi setiap muslim2, sebagaimana yang telah dijelaskan oleh Allah dalam firmannya: ۗ ِ ه َربّ َر ْح َمةَ َوٌَ ْر ُجْوا ِخ َرةَ َّْلٰ ُر ا ِٕى ًما ٌَّ ْحذَ ۤ َّولَا ِل َسا ِجدًا ٌْ َّ َء ال ۤ نَا ٰ َّم ْن ُهَو لَانِ ٌت ا اَ ُمْو َنۗ ِذٌْ َن ََّل ٌَ ْعلَ َّ ُمْو َن َوال ِذٌْ َن ٌَ ْعلَ َّ ِوى ال ل وا ُ ْل َه ْل ٌَ ْستَ ُ َما ٌَتَذَ َّكُر اُول اِنَّ بَا ِب ْ ا ࣖ َّْلَل Artinya: Apakah kamu orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadah pada waktu malam dengan sujud dan berdiri, karena takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah, "Apakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya hanya orang yang berakal sehat yang dapat menerima pelajaran.(Q.S. Az-Zumar [39] : 9) Dalam ayat ini, Al-Qur`an menegaskan bahwa orang yang mengetahui dan berilmu tidaklah sama dengan orang yang tidak mengetahui. Hanya orang yang memiliki akal sehat dan pengetahuan yang dapat mengambil pelajaran. Oleh karena itu, Al-Qur`an mengajarkan bahwa belajar dan mengajar merupakan kewajiban bagi setiap muslim yang ingin mencapai kesuksesan dan 2Rahman afandi, 2011, Tujuan pendidikan nasional presepektif alqur’an,insania IAIN Purwokerto,hal 100
3 kebahagiaan di dunia dan akhirat3. Kewajiban ini berlaku tidak hanya untuk individu, tetapi juga untuk masyarakat secara keseluruhan. B. Q.S. Al-Alaq, 96 : 1-5 َس اِل ا َن ِم ْن ْ ْن َّْلِ َك ا َخلَ َكۚ ِذ ْي َخلَ َّ ِ َن ال بِا ْسِم َربّ ْ َرأ َّْلَ ْكَر ُمۙ َو َربُّ َن ا ْ َرأ اِلْ ٍكۚ َعلَ ۗ ْم ْم ٌَ ْعلَ َسا َن َما لَ ْن َّْلِ ا َ م َّ ِۙم َعل مَلَ ْ بِال َ م َّ ِذ ْي َعل َّ ال Artinya: Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah dan Tuhanmu yang maha pemurah. Yang mengajar dengan perantara qalam (pena). Mengajar manusia apa yang belum diketahuinya. (Q.S. Al- 'Alaq [96] : 1-5) Kata (اقرأ (iqra‟ merupakan kata perintah diambil dari kata kerja/fiil (قرأ (qara‟a yang pada mulanya berarti bacalah. Dalam suatu riwayat dinyatakan bahwa Nabi صلى الله عليه وسلم bertanya (هااقرأ” (maa aqra” yang artinya adalah “apakah yang saya harus baca?” Pendapat para mufassir berbedabeda terhadap pokok bahasan bacaan yang bersangkutan. Ada yang berpendapat bahwa itu wahyuwahyu al-quran sehingga perintah itu dalam arti bacalah wahyu-wahyu al-quran ketika turun nanti. Ada yang berpendapat objeknya adalah (كّرت اسن” (ismi rabbika” 3 Waway Qodratullah, 2016“Konsep Ulu al-Albab dalam Al-Qur‟an dan Implikasinya dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Perguruan Tinggi”, Jurnal: Sigma-Mu, Vol.8 No.1,h. 18
4 sambil menilai huruf (ب (ba‟ yang menyertai kata isim adalah sisipan sehingga ia berarti bacalah nama Tuhanmu. Tapi jika demikian mengapa Nabi صلى الله عليه وسلم menjawab “saya tidak dapat membaca”. Seandainya yang dimaksud adalah perintah berdzikir tentu beliau tidak menjawab demikian karena jauh sebelum wahyu datang beliau senantiasa melakukannya. Dari sini dapat disimpulkan bahwa kata iqra‟ digunakan dalam arti membaca, menelaah, menyampaikan, dan sebagainya. Huruf (ب (ba‟ pada kata (سن تا (bismi ada yang memahaminya sebagai fungsi penyertaan sehingga dengan demikian ayat tersebut berarti bacalah disertai dengan nama Tuhanmu. Sementara ulama memahami kalimat bismirabbika bukan dalam pengertian harfiahnya. Sudah menjadi kebiasaan masyarakat arab, sejak masa jahiliyah mengaitkan suatu pekerjaan dengan nama sesuatu yang mereka agungkan. Kata (خلق (khalaqa memiliki sekian banyak arti antara lain menciptakan (dari tiada), menciptakan (tanpa satu contoh terlebih dahulu), mengukur, memperhalus, mengatur, membuat, dan sebagainya. Objek khalaqa pada ayat ini tidak disebutkan sehingga objeknya pun sebagaimana iqra‟ bersifat umum dengan demikian, Allah adalah pencipta semua makhluk.4 Diriwayatkan dari „Aisyah (Ummul mukminin), ia berkata: Malaikat Jibril mendatangi nabi صلى الله عليه وسلم ia berkata : “Bacalah”. Rasulullah صلى الله عليه وسلم menjawab, “Aku tidak bisa membaca”. Malaikat Jibril tersebut mendekapku hingga 4 M.Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah (Kairo: Lentera Hati, 2009), hlm. 392
5 aku merasa kepayahan, kemudian ia melepaskanku. Lalu berkata, “Bacalah”. Rasulullah menjawab, “Aku tidak dapat membaca”. Malaikat Jibril kembali mendekapku untuk yang kedua kalinya hingga aku merasa kepayahan, kemudian ia melepaskanku. Lalu berkata, “Bacalah”. Rasulullah menjawab, “Aku tidak dapat membaca”. Malaikat Jibril kembali mendekapku untuk yang ketiga kalinya hingga aku merasa kepayahan, kemudian ia melepaskanku. Lalu Malaikat Jibril itu berkata, “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah dan Tuhanmulah Yang Maha Mulia.5 َسا َن ِم ْن َّْلِ َك ا َخلَ ٍكۚ ْن َعلَ Artinya: “Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah”.(Q.S. Al-Alaq [96] : 2 ) Kata (انساى (insan atau manusia diambil dari akar kata (انس (uns atau senang, jinak, dan harmonis6 atau dari kata (نسي (nis-y yang berarti lupa7. Ada juga yang berpendapat berasal dari kata (نوس ( naus yakni gerak atau dinamika. Kata insan menggambarkan manusia dengan berbagai keragaman sifatnya. 5 Ibnu Katsir, HR. Bukhari Juz 1:3, Lafazh miliknya dan Muslim Juz 1:160 6 Ahmad Warson Munawwir, Kamus Al-Munawwir Arab Indonesia Terlengkap, (Surabaya: Pustaka Progressif, 1997), cet. 14, hal. 43. 7 https://tahdits.wordpress.com/2015/06/03/konsep-al-insandalam-al-quran/
6 Kata (علق„ (alaq dalam kamus bahasa arab berarti segumpal darah dalam arti cacing yang terdapat di dalam air bila diminum oleh binatang maka ia tersangkut ke kerongkongannya tetapi ada yang memahaminya dalam arti sesuatu yang tergantung didinding rahim. Karena para pakar embriologi menyatakan bahwa setelah terjadinya pertemuan antara sperma dan induk telur ia berproses dan membelah menjadi dua, kemudian empat, kemudian delapan, demikian seterusnya sambil bergerak menuju kantong kehamilan dan melekat berdempet serta masuk ke dinding rahim8. َّْلَ ْكَر ُمۙ َو َربُّ َن ا ْ َرأ اِلْ Artinya: “Bacalah, dan Tuhanmu lah Yang Maha Mulia”.(Q.S. Al-Alaq [96] : 3) Kata (األكرم” ( al-akram” biasa diterjemahkan dengan yang maha pemurah, Kata ini diambil dari kata (كرم (yang berarti memberikan dengan mudah dan tanpa pamrih, bernilai tinggi, mulia, setia, dan kebangsawanan9. َّ ِذ ْي َعل َّ ِم ال ۙ مَلَ ْ بِال َ م Artinya: Yang mengajar (manusia) dengan pena (Q.S. AlAlaq [96] :4) 8 https://jikbodo.wordpress.com/2016/05/19/kajian-ayatpemberdayaan-akal-fikiran/ 9https://dosenmuslim.com/pendidikan/tafsir-tarbawi-qs-al-alaqayat-1-5/amp/#referrer=https://www.google.com&csi=1
7 ۗ ْم ْم ٌَ ْعلَ َسا َن َما لَ ْن َّْلِ ا َ م َّ َعل Artinya: Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya (Q.S. Al-Alaq [96] : 5) Kata (القلن (diambil dari kata benda (قلن (qalam yang berarti pemotong ujung sesuatu. Kata qalam berarti hasil dari penggunaan alat-alat tersebut yakni tulisan. Makna tersebut dikuatkan oleh firman Allah dalam al-quran ayat 1 yakni firmannya: Nun demi qalam dan apa yang mereka tulis. Dari segi masa turunnya kedua kata qalam tersebut berkaitan erat bahkan bersambung walaupun urutan penulisannya dalam mushaf tidak demikian. Pada ayat di atas dinamai ihtibak maksudnya adalah tidak disebutkan sesuatu keterangan, yang sewajarnya ada pada dua susunan kalimat yang bergandengan, karena keterangan yang dimaksud sudah disebut pada kalimat yang lain. Pada ayat 4, kata manusia tidak disebut karena telah disebut pada ayat 5, dan pada ayat 5 kalimat tanpa pena tidak disebut karena pada ayat 4 telah diisyaratkan makna itu dengan disebutnya pena. Dengan demikian, kedua ayat di atas berarti “Dia (Allah) mengajarkan dengan pena (tulisan) (hal-hal yang telah diketahui manusia sebelumnya) dan Dia mengajarkan manusia (tanpa pena) apa yang belum diketahui sebelumnya. Dari uraian di atas, kedua ayat tersebut menjelaskan dua cara yang ditempuh Allah Dalam mengajarkan manusia. Pertama melalui pena (tulisan) yang harus dibaca oleh manusia dan yang kedua melalui
8 pengajaran secara langsung tanpa alat. Cara yang kedua ini dikenal dengan istilah „ilm Ladunniy.10 C. Q.S Al-Ghasyiyah, 88 : 17-20 َواِلَى ۗ ْت َف ُرفِعَ ِء َكٌْ ۤ َوِالَى ال َّس َما ۗ َف ُخِلمَ ْت َّْلِبِ ِل َكٌْ ُظ ُرْو َن ِالَى ا ْن اَفَ ََل ٌَ ۗ َف ُس ِط َح ْت ْر ِض َكٌْ َّْلَ َواِلَى ا ۗ ْت ِصبَ َف نُ ِل َكٌْ ِجبَا ْ ال Artinya: “Maka apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana dia ciptakan. Dan langit bagaimana dia ditinggikan. Dan gununggunung bagaimana dia ditegakkan. Dan Bumi bagaimana dia dihamparkan”(Q.S Al- Ghasiyah [88] : 17-20) Surah Al ghasiyah terdiri dari 26 ayat. tergolong surat makkiyah yang diturunkan setelah surah Azzariyat. Diberi nama ghasiyah karena diambil dari kata al-ghasiyah pada ayat pertama yang artinya adalah hari pembalasan. Hari pembalasan yang dimaksud oleh adalah hari kiamat. Surah ini adalah surah yang sering kali dibaca Nabi صلى الله عليه وسلم pada rakaat kedua pada shalat harihari Raya dan shalat jum`at. adapun kandungan surah alghasiyah adalah tentang keadaan orang-orang kafir di hari akhir dan balasan yang akan ditimpakan kepada mereka, Orang-orang yang beriman mendapatkan kenikmatan sebagai balasan atas kebaikan mereka di dunia, Perintah untuk memperhatikan keajaiban ciptaanciptaan Allah, Perintah kepada Rasulullah صلى الله عليه وسلم untuk 10 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah…hlm. 393
9 memperingatkan kaumnya kepada ayat-ayat Allah karena Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم adalah seorang pemberi peringatan serta pemberi kabar gembira, dan bukanlah seorang yang berkuasa atas keimanan mereka. Artinya, keimanan seseorang dikembalikan kepada Allah dan hanya Allah lah yang dapat menentukan apakah ia beriman kepada-Nya ataupun tidak11. Penafsiran Kata-kata Sulit : 1. (اإلتل : (Kata ini merupakan bentuk jamaknya tidak berasal dari kata yang sama, seperti halnya kata Nisa‟ dan qaum, adapun makna al-ibil adalah untaunta. 2. (السواء رفع : (Memegang atau meninggikan apa-apa yang ada di atas kita seperti matahari, bulan dan bintang. 3. (الجثال نصة : (Gunung-gunung ditegakkan sebagai tanda bagi orang-orang yang berpergian dan patokan bagi orang yang tersesat. 4. (األرض سطح : (Meratakan dan dibentangkannya bumi sehingga layak huni dan dapat dilalui oleh makhluk-makhluk Allah yang ada di bumi12 Setelah mengingat keadaan hari akhir akan kita tempuh itu, baik siksaan yang ngeri, atau nikmat surga karena amal kita dibawa ke dalam hidup yang kita hadapi sekarang. Karena orang-orang Arab adalah yang pertama menerima panggilan ilahi ini, mereka diminta untuk memperhatikan alam di sekitar mereka. 11 Departemen Agama RI, ,Al-Qur’an tajwid dan Terjemahannya. 12Ahmad Mustafa Al Maraghi, Terjemah Tafsir Al-Maraghi. juz 28,29,30
10 Dan yang paling dekat dengan mereka adalah unta. Unta adalah hewan yang paling banyak digunakan oleh orang Arab sejak dahulu kala hingga saat ini, unta merupakan binatang pengangkut dalam perjalanan jauh. Binatang yang juga menjadi makanan mereka. Bulunya dapat dijadikan pakaian, dagingnya bisa dimakan, dan susunya bisa diperah dan minum. Binatang yang patuh, kadang-kadang menjadi tunggangan kafilah dengan jarak yang sangat jauh. Di waktu malam yang menjadi penunjuk jalan adalah bintang-bintang dilangit, karena langit digurun pasir jarang sekali tertutup awan di waktu malam. Perjalanan kafilah dilakukan pada malam hari dan berhenti ketika matahari sepenggalan naik. Biasanya mereka berlindung di bawah gunung-gunung batu yang terjal dan keras. Di sana mereka menunggu matahari condong ke Barat dan panas menurun. Maka disuruh pulalah mereka memandang kembali, bagaimana gunung dijadikan pancang atau pasak dari bumi. Alangkah dahsyatnya muka bumi ini disapu angin, jika tidak ada gunung penyangga. Dan perjalanan itu dilakukan di muka bumi, beratap langit, berpasak gunung berkendaraan dan pengangkut unta. Semuanya terjadi di muka bumi.13 13Prof. Dr. Hamka, Tafsir al Al Azhar (Surabaya: PT Pustaka Islam), 130-132
11 D. Q.S Al-Imran 3 : 190-191 ُوِلى ٰي ٍت ّْل ِ ِر َْلٰ َها ِل َوالنَّ ْي َّ ْر ِض َوا ْختِ ََل ِف ال ْْلَ ِق ال َّس ٰمٰو ِت َوا ْ ْي َخل اِ َّن فِ ْي َويَتَفَ َّكُرْو َن فِ ْوبِ ِهْم ٰى ُجنُ َّو َعل قِيَا ًما َّوقُعُ ْودًا ِذْي َن يَذْ ُكُرْو َن ا هّٰللَ َّ بَا ِبِۙ ال ْ ْْلَل ا ِق ال َّس ٰمٰو ِت ْ َب َخل ِقنَا َعذَا َت ٰهذَا بَا ِطًَِۚل ُسْب ٰحنَ َك فَ َما َخلَقْ ْر ِِۚض َربَّنَا ْْلَ َوا ِر النَّا Artinya: Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam dan siang terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang berakal. (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk atau dalam keadaan berbaring, dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), “Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan semua ini sia-sia; Mahasuci Engkau, lindungilah kami dari azab neraka. (Q.S. Al-Imran [3] : 190-191) Tafsir dari ayat 190 yaitu Sungguh dalam penciptaan langit dan bumi, ketiadaan hingga keberadaan yang belum pernah terjadi sebelumnya, dan silih bergantinya malam dan siang, serta perbedaan panjang dan pendeknya waktu, sungguh merupakan bukti yang nyata bagi orang-orang yang berakal untuk menunjukkannya kepada Pencipta alam semesta, yang satu-satunya yang berhak disembah14. Dan tafsir ayat 191 yaitu Dan beberapa ciri orang berakal adalah banyak mengingat Allah dalam segala keadaan, mendirikan shalat dengan berdiri, duduk atau berbaring dan selalu 14 https://tafsirweb.com/1323-surat-ali-imran-ayat-190.html
12 mentadabburi proses terciptanya langit dan langit. langit dan bumi, dan selalu memohon dengan berdoa: ِر َب النَّا ِقنَا َعذَا َت ٰهذَا بَا ِطًَِۚل ُسْب ٰحنَ َك فَ َما َخلَقْ َربَّنَا Artinya : “Ya Tuhan kami, Tidaklah Engkau menciptakan makhluk-makhluk ini untuk sesuatu yang siasia dan tanpa hikmah, Maha Suci Engkau, jauhkanlah kami dari siksa neraka.”(Q.S AlImron [3] : 191)15 Kaitan surah Ali-Imran ayat 190-191 dengan kewajiban belajar dan mengajar : Dari Quran surah Ali Imran ayat 190-191, kita bisa melihat bahwa orang yang berakal sehat dapat melakukan dua hal yaitu tadzakkur dan tafakkur. Tadzakkur yakni mengingat Allah subhanahu wataala. Dan Tafakkur adalah mengingat dan merenungi kebesaran Allah subhanahu wataala melalui hati. Dengan melakukan dua hal ini maka manusia akan sampai kepada hikmah yang berada dibalik proses tadzakkur dan tafakkur yakni mengetahui, memahami, dan menghayati bahwa di balik fenomena alam dan segala sesuatu yang ada di dalamnya menunjukkan adanya Sang Pencipta. Ketika masuk ke dalam konteks komitmen belajar mengajar. Ditinjau dari pengertiannya, kegiatan belajar mengajar adalah kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh pengetahuan ketika dalam prosesnya siswa 15 https://tafsirweb.com/1323-surat-ali-imran-ayat-190.html
13 sendiri yang memperoleh pengetahuan dan ada guru yang memberikan pelajaran. Oleh karena itu, belajar mengajar tidak dapat dipisahkan dari ilmu pengetahuan itu sendiri sebagai pokok kegiatan belajar mengajar. Proses memperoleh pengetahuan melalui belajar mengajar memang tidak dapat dipisahkan dari proses memperoleh pengetahuan. Dalam hal pembelajaran, siswa menyerap ilmu yang diberikan oleh gurunya untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari sehingga dapat mencapai hasil dari mempraktikkan teori. Dari perspektif pengajaran, guru dapat memperoleh pengetahuan dengan cara menyampaikan pengetahuan kepada siswa dengan tingkat kognitif yang berbeda. Dalam hal ini, guru dapat berpikir sedemikian rupa sehingga materi yang disajikan dapat dipahami oleh semua siswa sehingga tercipta suasana pengalaman belajar yang baik. Selain itu, kita berpikir dari hasil perolehan ilmu. Kita harus melihat fenomena di sekitar kita agar kita bisa menghargai dan belajar dari fenomena tersebut. Bendabenda yang dapat dipikirkan orang hanya berisi fenomena alam di sekitarnya, meskipun memiliki keterbatasan karena dimensinya yang kecil membatasi penjelajahan mereka lebih dalam. Setelah mensyukuri ciptaan Allah berupa alam yang begitu banyak manfaatnya, kita dapat mengambil nilai intelektual darinya. Seperti yang diungkapkan oleh imam Al-Ghozali: Hasil dari pengetahuan sejati adalah mendekatkan diri kepada Allah, Penguasa seluruh alam, dan terhubung dengan malaikat yang lebih tinggi dan bersatu dengan alam roh, yang semuanya adalah keagungan dan penghormatan secara naluriah." Sehingga proses belajar mengajar akan membuat kita semakin
14 mahir dan meningkatkan hubungan kita dengan Allah subhanahu wataala E. Q.S At-Taubah, 9 : 122 Menuntut ilmu adalah suatu keharusan bagi setiap orang yang cerdas karena “Thalabul „ilm faridatun „ala kulli muslimin Wal muslimah”, sabda Nabi yang artinya menuntut ilmu wajib bagi setiap muslim, menjadi salah satu dasar landasan. Namun tidak hanya itu, membangun kompetensi juga penting, dan Allah memerintahkan melalui Firman-Nya dalam Surat Attaubah ayat 122: ِٕىفَةٌ ۤ ُهْم َطا ٍة ِّمنْ َر ِم ْن ُك ّلِ فِ ْرلَ ْو ََّل نَفَ فَلَ فَّةًۗ ۤ ْنِف ُرْوا َكا ْو َن ِلٌَ ُمْؤ ِمنُ ْ ۞ َو َما َكا َن ال ُهْوا فِى الِدٌّْ ٌَِتَفَمَّ ُرْو َن ّ ُهْم ل ٌَ ْحذَ َّ ل ِهْم لَعَ ٌْ َر َجعُ ْوٓ ا ِالَ ْو َمُهْم اِذَا ِن َو ࣖࣖ ِلٌُْنِذ ُرْوا لَ Artinya: “Dan tidak sepatutnya orang-orang mukmin itu semuanya pergi (ke medan perang).Mengapa sebagian dari setiap golongan di antara mereka tidak pergi untuk memperdalam pengetahuan agama mereka dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali, agar mereka dapat menjaga dirinya” (Q.S. Attaubah [9] : 122) Penjelasan ayat ini bahwa jihad bukanlah fardhu 'ain melainkan fardhu kifayah. Karena jika mereka semua pergi, mengkhawatirkan orang-orang yang akan menyimpang dari kebenaran setelah mereka, maka
15 sebaiknya satu kelompok pergi jihad (perang) dan kelompok lainnya tetap memperdalam ilmu agama. 16 Padahal, ayat ini merujuk pada kewajiban menuntut ilmu karena ayat ini mengatakan: "Tidak sepatutnya seorang mukmin meninggalkan mereka semua sementara Nabi sendiri tinggal dan hidup sendiri." Allah akan menghakimi mereka yang berperang, mengapa tidak tinggal bersama Nabi paruh waktu untuk melestarikan dan memperdalam ilmu agamanya? Dan ketika orang-orang yang berperang kembali, mereka yang mempelajari agamanya dengan Nabi dapat membagikan apa yang mereka dengar dan apa yang telah mereka ketahui. Ayat ini juga menunjukkan kewajiban memperdalam Al-Kitab (Al-Qur'an) dan AsSunnah (Hadits)17 Kaitan Surah At Taubah Ayat 122 dengan kewajiban belajar dan mengajar : Allah Subhanahu Wataala mengirimkan sesuatu yang pasti memiliki maksud dan tujuan tertentu yang tidak semua orang tahu, untuk ayat ini adalah ayat dengan makna yang dalam dan tujuan tertentu terkait dengan kemaslahatan ilmu dan bagaimana kita bisa mendapatkan pahala dengan cara yang berbeda, seperti menuntut ilmu, mengajar dan mengamalkan ilmu. Segala macam ilmu yang umat Islam miliki adalah amanah dari Allah Subhanahu wataala, kita harus bisa 16 https://tafsirweb.com/3138-surat-at-taubah-ayat-122.html 17 Budi Rosyagi, Terjemahan Al Jam‟ li Ahkam Al Quran, Jakarta : Pustaka Azzam, hlm 731
16 menegakkan apa yang Allah titipkan kepada kita sebagai umat Islam. Selain itu, setelah Allah memberikan ilmu, kita harus bisa memanfaatkannya dengan sebaikbaiknya. Dalam ayat ini disebutkan bahwa tujuan ilmu adalah untuk mencerdaskan manusia, oleh karena itu tidak dibenarkan jika ada umat Islam yang menuntut ilmu hanya untuk kepentingannya sendiri atau menggunakan ilmu sebagai kebanggaan dan pembenaran diri kepada orang yang belum mendapat ilmu. Orang dengan pengetahuan adalah pusat dari umatnya. Ia bertanggung jawab menyebarkan ilmunya dan mengarahkan orang lain untuk menimba ilmu juga. Selain itu, ia harus mengamalkan ilmunya untuk menjadi panutan bagi orang-orang di sekitarnya dalam mengikuti aturan dan ajaran agama Islam. Maka dapat dipahami bahwa setiap muslim dan mukmin memiliki tiga macam kewajiban dalam bidang ilmu, yaitu: Menuntut ilmu, menerapkannya dan mengajarkannya kepada orang lain. Makna yang dimaksud dari ayat ini adalah bahwa kewajiban menuntut ilmu ditekankan dalam lingkup ilmu agama. Padahal agama adalah sistem kehidupan yang mencakup segala aspek dan mendidik kehidupannya agar tidak bertabrakan dengan normanorma kehidupan manusia. Setiap ilmu yang bermanfaat, berguna dan dapat mencerdaskan kehidupannya serta tidak bertentangan dengan norma agama harus dipelajari dan diteliti. Umat Islam diperintahkan untuk menyejahterakan negeri ini dengan menciptakan kehidupan yang baik. Padahal ilmu pengetahuan merupakan sarana untuk mencapai tujuan yang
17 diinginkan. Semua sumber daya yang diperlukan untuk memenuhi kewajiban juga harus disediakan sesuai dengan hukum. F. Q.S Al-Ankabut, 29 : 19-20 ِل َن َعلَى ا هِّٰلل ٌَ ِسٌْ ٌر لُ ْل َّم ٌُ ِعٌْدُٗهۗاِ َّن ذٰ ُ َك ث ْ َخل ْ ال َف ٌُْبِد ُئ ا هّٰللُ ْم ٌَ َرْوا َكٌْ َولَ اَ َّم ا هّٰللُ ٌُْن ِش ُا ُ َك ث ْ َخل ْ َف بَدَاَ ال ُظ ُرْوا َكٌْ ْر ِض فَاْن َّْلَ ِسٌْ ُرْوا فِى ا ةَ النَّ ْشاَ ِدٌْ ٌرۚ ٰى ُك ّلِ َش ًٍْء لَ ِخ َرةَۗاِ َّن ا هّٰللَ َعل َّْلٰ ا Artinya : Dan apakah mereka tidak memperhatikan bagaimana Allah memulai penciptaan (makhluk), kemudian Dia mengulanginya (kembali). Sungguh, yang demikian itu mudah bagi Allah. Katakanlah, “Berjalanlah di bumi, maka perhatikanlah bagaimana (Allah) memulai penciptaan (makhluk), kemudian Allah menjadikan kejadian yang akhir. Sungguh, Allah Maha kuasa atas segala sesuatu. (Q.S. Al-Ankabut [29] : 19-20 ) Allah Ta'ala berfirman tentang al-Khalilullah, bahwa dia memerintahkan mereka untuk mendirikan akhirat yang mereka ingkari dengan bukti-bukti yang mereka saksikan sendiri, di mana Allah telah menciptakan mereka setelah mereka tidak ada sebelumnya. Sehingga mereka ada dan menjadi manusia yang bisa mendengar dan melihat18. 18 https://id.scribd.com/document/543750260/BAB-II
18 Allah lah yang menciptakan segala sesuatu, Allah maha kuasa untuk mengembalikannya. Karena sangat mudah dan ringan bagi-Nya. Kemudian Dia juga memerintahkan mereka untuk belajar dari apa yang ada di ufuk berupa tanda-tanda yang dapat diamati melalui sesuatu yang diciptakan Allah, berbagai lapisan dan benda berupa bintang, bumi dan benda-benda yang terdapat berupa lembah, gunung, oasis, daratan, hutan, buah-buahan, dan lautan. Semua ini mengungkapkan kekuasaan dan kebesarannya dalam dirinya sendiri yang bertindak bebas. Ketika Allah menginginkan sesuatu untuk terjadi maka ia akan jadi. Allah taala berfirman: َملَ ُكْو ُت ِذ ْي بٌَِِد ه َّ ُسْب ٰح َن ال ُكْو ُن فَ ْو َل لَٗه ُك ْن فٌََ اَ ْن ٌَّمُ ۖ ا ًٔ َرادَ َشٌْـ ْمُرٗهٓ اِذَآ اَ َمآ اَ اِنَّ ْر َجعُ ْو َن ٌْ ِه تُ ُك ّلِ َش ًٍْء َّواِلَ ࣖArtinya : Sesungguhnya urusan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu Dia hanya berkata kepadanya, “Jadilah!” Maka jadilah sesuatu itu.(82).Maka Mahasuci (Allah) yang di tangan-Nya kekuasaan atas segala sesuatu dan kepada-Nya kamu dikembalikan.(83) (Q.S. Yasin [36] : 82-83) Kaitan surat Al-Ankabut ayat 19-20 dengan kewajiban belajar dan mengajar : Al-Qur'an banyak menjelaskan tentang pendidikan, salah satunya yaitu terdapat pada ayat 19-20 Al-Qur'an surat al-ankabut yang menjelaskan urgensi komitmen belajar dan mengajar. Dua ayat ini sebenarnya merupakan kelanjutan dari nasehat Nabi Ibrahim kepada kaumnya ketika melihat tanda-tanda penolakan mereka.
19 Ayat ini merupakan jawaban atas keraguan kaum musyrik tentang hari kiamat. Dari tafsir di atas, ayat 19 mengisyaratkan bahwa Allah adalah guru yang menyatakan bahwa manusia diciptakan dari awal lalu diulangi (lagi). Lalu tafsir pada Ayat 20 yaitu manusia adalah murid yang ditugaskan oleh Allah untuk memperhatikan, meneliti, dan menganalisis, Kaitan dari ayat 19-20 juga menunjukkan bahwa Allah mengajar dan memberi petunjuk kepada hamba-hamba-Nya.
20 BAB II TUJUAN PENDIDIKAN (Yohana Dwi Putri, Indah Ramadhani, Melisa Putri) A. Definisi Pendidikan Menurut Islam Menurut Abdul Fatah Jalal, tujuan keseluruhan pendidikan Islam adalah untuk mengakui manusia sebagai hamba Allah. Jadi, menurut Islam, pendidikan Islam harus menjadikan manusia sebagai hamba Allah. 19 Tunduk dan taat kepada Allah atas segala perintah dan larangannya adalah bentuk peribadatan kepada Rabb segala alam. Islam mewajibkan manusia untuk dididik agar dapat mencapai tujuan hidupnya sebagaimana yang telah Allah tetapkan. Tujuan hidup umat manusia adalah untuk menyembah kepadaNya. Sebagaimana yang telah ditegaskan oleh Allah di dalam firman-Nya : ْو ِن َس اِ ََّّل ِلٌَ ْعبُدُ ْن َّْلِ ِج َّن َوا ْ ُت ال َو َما َخلَمْ Artinya : "Dan Aku menciptakan Jin dan Manusia kecuali supaya mereka beribadah kepada-Ku".(Q.S. AzDzariyat [51] : 56) Ibadah adalah cara hidup yang mencakup semua aspek kehidupan dan segala sesuatu yang dilakukan orang dalam hal perkataan, perbuatan, perasaan dan 19Miftakhul Munir, 2020, ayat ayat pendidikan tentang tujuan pendidikan, Madinah jurnal studi Islam, hlm 98
21 pikiran yang berhubungan dengan Allah.20 Firman Allah yang diturunkan kepada nabi Muhammad sebagai pedoman hidup manusia di dunia dan akhirat. Al-Qur'an menampilkan dirinya sebagai "pemberi petunjuk, seperti yang dijelaskan dalam firman Allah : ْو َن ُ ِذٌْ َن ٌَ ْعَمل َّ ُمْؤ ِمنِ ٌْ َن ال ْ ّشِ ُر ال َوٌُبَ َو ُم ًَ اَلْ ًْ ِه تِ َّ َن ٌَ ْهِد ْي ِلل ٰ ْرا مُ ْ اِ َّن ٰهذَا ال ْج ًرا ُهْم اَ ال هصِل ٰح ِت اَ َّن لَ ۙ َكبِ ٌْ ًرا Artinya : “Sesungguhnya Al Qur'an ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi khabar gembira kepada orang-orang Mu'min yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar”(Q.S. Al isra [17] : 9)21 Ayat di atas dengan jelas menegaskan bahwa tujuan Al-Qur`an adalah untuk membimbing umat manusia. Pedoman dimaksudkan untuk membawa kedamaian dan kebahagiaan bagi orang-orang, baik secara individu maupun kelompok, dan itulah sebabnya ditemukan petunjuk bagi orang-orang yang beriman. B. Tujuan Pendidikan Islam Tujuan pendidikan merupakan inti dari proses pendidikan. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa tujuan pendidikan merupakan nafas dari proses 20 Haar Tilaar, Manajemen Pendidikan Nasional (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2004), hlm 5 21 Sakr Sofware, The Holy Qur'an Program ver. 6.50, (Mesir : Sakr, 1997) Surat Al-Isro Ayat 9
22 pendidikan. Menurut Noer Aly,22 “Tujuan pendidikan menempati tempat sentral dalam pendidikan karena empat hal, yaitu: 1. Tujuan pendidikan mengarahkan tindakan pendidikan. Hal ini menunjukkan bahwa tujuan pendidikan merupakan arah dari proses pendidikan. Oleh karena itu, tujuan pendidikan harus dirumuskan dengan jelas. Karena jika tidak maka proses pendidikan tidak akan berjalan efektif dan efisien. 2. Tujuan pendidikan meliputi upaya pendidikan. Artinya jika tujuan pendidikan telah tercapai, maka secara administratif usaha pendidikan juga akan berakhir. Oleh karena itu, sampai tujuan pendidikan tercapai, kegiatan pendidikan tetap berjalan. 3. Tujuan pendidikan di satu sisi membatasi ruang lingkup kegiatan usaha pendidikan, tetapi di sisi lain mempengaruhi dinamikanya. Memang, pendidikan adalah proses di mana upaya utama dan parsial saling bergantung. 4. Tujuan pendidikan adalah untuk menyampaikan semangat dan dorongan untuk melaksanakan pendidikan. Ini berlaku untuk setiap tindakan. 22 Hery Noer Aly,MA., Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta : Logos, 1999) hlm 53-54
23 C. Kandungan Ayat-Ayat Pendidikan 1. Q.S. Al-Imron, 3 : 138 – 139 ْوا َو ََّل تَ ْح َزنُ ْوا ِهنُ ِمٌْ َن َو ََّل تَ ُمتَّ ْ ِل ّ ل ِلنَّا ِس َو ُهدًى َّو َمْو ِع َظةٌ ّ ُم ٰهذَا بٌََا ٌن ل َواَْنتُ ْم ُّمْؤ ِمنِ ٌْ َن ْو َن اِ ْن ُكْنتُ ْعلَ َّْلَ ا Artinya : (Al Quran) ini adalah penerangan bagi seluruh manusia, dan petunjuk serta pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa.( Q.S. Al-imran [3] :138-139 ) “Haa – dza bayaanul liin naasi wa hudaw wa mau'izhatul lilmuttaqiin” Inilah penjelasan manusia, yaitu petunjuk dan nasehat yang menenangkan jiwa orang-orang yang bertakwa. Al-Qur'an dan apa yang kami turunkan adalah penjelasan bagi manusia. Selain itu, ia bertindak sebagai pedoman, pembimbing dan penjelas bagi semua muttaqin yang mendapat manfaat dari petunjuknya. Allah ta'ala berfirman: ْم ُّمْؤ ِمنِ ٌْ َن ْو َن اِ ْن ُكْنتُ ْعلَ َّْلَ ُم ا َواَْنتُ ْوا َو ََّل تَ ْح َزنُ ْوا ِهنُ َو ََّل تَ Artinya : Janganlah kamu (merasa) lemah dan jangan (pula) bersedih hati, padahal kamu paling tinggi (derajatnya) jika kamu orang-orang mukmin. (Q.S. Al-imran [3] :193) Janganlah hatimu menjadi lemah, tidak mau berperang lagi akibat penderitaan yang sangat menyakitkan pada perang uhud, dan janganlah kamubersedih hati terhadap apa yang telah hilang
24 darimu , baik berupa jiwa (gugur, luka) ataupun harta benda.23 2. Q.S. Al-Fath, 48 : 29 ُهْم تَ ٰرى ُهْم ُء بَ ٌْنَ ۤ ِر ُر َح َما ا ُكفَّ ْ ُء َعلَى ال ۤ ِشدَّا اَ ٗهٓ ِذٌْ َن َمعَ َّ َوال ُم َح َّمدٌ َّر ُسْو ُل ا هِّٰللۗ ْو َن فَ ْضًَل ًْ ُو ُجْو ِه ِهْم ِّم ْن ُر َّكعًا ُس َّجدًا ٌَّْبتَغُ َما ُه ْم فِ ِّم َن ا هِّٰلل َوِر ْضَوانًاۖ ِسٌْ اَ ْخ َر َج ٍ ِلۚ َكَز ْرع ْن ِجٌْ َّْلِ ُهْم فِى ا ُ ل ْو ٰرى ِةَۖو َمثَ ُهْم فِى التَّ ُ ل ِل َن َمثَ ِر ال ُّس ُجْوِدۗذٰ اَثَ ٰى ُسْولِ ه ٌُ ْعِج ُب ال ُّز َّرا َع ِلٌَ َز َرٗه فَا ْستَ ْغلَ َظ فَا ْستَٰوى َعل ٰ ٗه فَا َٔ ِغٌْ َظ بِ ِهُم َش ْطـ َع ِظٌْ ًما ْج ًرا َّواَ َرةً ُوا ال هصِل ٰح ِت ِمْن ُهْم َّم ْغِف َو َعِمل ْوا َمنُ ٰ ِذٌْ َن ا َّ ال َو َعدَ ا هّٰللُ ۗ َر ا ُكفَّ ْ ال ࣖ Artinya: Muhammad adalah utusan Allah dan orangorang yang bersama dengan dia bersikap keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. Kamu melihat mereka rukuk dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya. Pada wajah mereka tampak tanda-tanda bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka (yang diungkapkan) dalam Taurat dan sifat-sifat mereka (yang diungkapkan) dalam Injil, yaitu seperti benih yang mengeluarkan tunasnya, kemudian tunas itu semakin kuat lalu menjadi besar dan tegak lurus di atas batangnya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mukmin). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman 23 Teungku Muh Hasbi Ash-Shiddieqy, Tafsir al-Qur’an Majid An-nur, (Semarang: Pustaka Rizki Putra,2000) hlm. 614
25 dan mengerjakan kebajikan di antara mereka, ampunan dan pahala yang besar.(Q.S. Al-Fath [48] :29) Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم adalah Utusan Allah dan para sahabatnya keras terhadap orang-orang kafir dan mencintai tetangga mereka. Anda akan melihat mereka sujud dan bersujud {meminta belas kasihan dan keridhoan dari Rabb-Nya}. Wajah mereka memiliki tanda-tanda bekas sujud. Inilah sifat-sifat mereka disebutkan di dalam Taurat dan Injil adalah seperti benih yang berkecambah} tanaman {kemudian menjadi kuat} menguatkannya {kemudian menjadi kuat} lalu batang ini tumbuh menjadi kuat. Tanaman itu menyenangkan penanamnya. Allah menjanjikan ampunan dan pahala yang besar bagi orangorang yang beriman dan beramal saleh di antara mereka. 24 3. Q.S Al-Hajj, 22 : 41 ْر ِض اَلَا ُموا َّْلَ ُهْم فِى ا ِذٌْ َن اِ ْن َّم َّكنه َّ َم اَل ُرْوا َواَ ُوا ال َّز ٰكوةَ تَ ٰ َوا وةَ ٰ ال َّصل ُمْوِر َّْلُ ا ُمْن َكِۗر َوِهِّٰلل َعالِبَةُ ْ َع ِن ال َهْوا َم ْعُرْو ِف َونَ ْ بِال Artinya : (Yaitu) orang-orang yang jika Kami beri kedudukan di bumi, mereka melaksanakan shalat, menunaikan zakat, dan menyuruh berbuat yang makruf dan mencegah dari yang mungkar; dan kepada Allah-lah kembali segala urusan. ( Q.S. Al Hajj [22] : 41) 24 Tafsir Al-Mukhtashar / Markaz Tafsir Riyadh
26 Orang-orang Mukmin yang telah Kami janjikan untuk mendapatkan pertolongan Kami adalah mereka yang, apabila kekuasaan mereka Kami kokohkan di bumi, akan menjaga hubungan mereka dengan Allah dan manusia. Mereka kemudian mengerjakan salat dengan cara yang benar, membayar zakat dan menyalurkannya kepada yang berhak, menyuruh berbuat baik dan melarang berbuat jelek. Hanya Allah yang berhak menentukan akhir dari semua perkara, dan membuat hina siapa saja yang dikehendaki-Nya. 4. Q.S Az-Zariyat, 51 : 56 ْو ِن َس ِا ََّّل ِلٌَ ْعبُدُ ْن َّْلِ ِج َّن َوا ْ ُت ال َو َما َخلَمْ ۙ ْرًوا ِرٌٰ ِت ذَ َوالذه Artinya : Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepadaKu.(Q.S. Az-Zariyat [51] : 56) Mengandung makna bahwa semua makhluk Allah, termasuk jin dan manusia, tujuan diciptakan oleh Allah hanya untuk mau berbakti, taat, tunduk, dan menyembah hanya kepada Allah. Ketundukan, ketaatan, dan ketaatan dalam beribadah harus lengkap dan sempurna, baik lahiriah maupun batiniah. Karena tujuan ibadah adalah untuk mencari keridhaan Allah. 25 25 https://news.detik.com/berita/d-5650736/bacaan-surat-azzariyat-ayat-56-dan-maknanya/amp
27 5. Q.S Hud, 11 : 61 ٍه ٰ ْوِم ا ْعبُدُوا ا هّٰللَ َما لَ ُكْم ِّم ْن اِل ُمْودَ اَ َخا ُه ْم ٰصِل ًحاۘ لَا َل ٌٰمَ ٰى ثَ ۞ َواِل ْوا ْوبُٓ َّم تُ ُ َها فَا ْستَ ْغِف ُرْوهُ ث ْعَمَر ُكْم فِ ٌْ ْر ِض َوا ْستَ َّْلَ غٌَْ ُرٗهۗ ُهَو اَْن َشاَ ُكْم ِّم َن ا ِرٌْ ٌب ُّمِجٌْ ٌب ِ ًْ لَ ٌْ ِهۗاِ َّن َربّ اِلَ Artinya: Dan kepada kaum Tsamud (Kami utus) saudara mereka, Saleh. Dia berkata, “Wahai kaumku! Sembahlah Allah, tidak ada tuhan bagimu selain Dia. Dia telah menciptakanmu dari bumi (tanah) dan menjadikanmu pemakmurnya, karena itu mohonlah ampunan kepada-Nya, kemudian bertobatlah kepada-Nya. (Q.S. Hud [11] :61) Dan Kami utus kepada kaum Tsamud saudara mereka Shalih. Dia memerintahkan mereka untuk menyembah Allah saja, karena hanya Dia yang berhak beribadah. Dan bentuk sempurna keilahian-Nya dan bukti keesaan-Nya, Dia menciptakan kalian dari bumi dan mengilhami Kalian untuk memakmurkan tanah melalui pertanian, dan mempersiapkan kalian untuk kenyamanan mencari nafkah di bumi; Kalian mengukir gunung-gunungnya, membangun gedung-gedung di tanahnya yang luas, menikmati sumber kehidupannya dan mengambil kekayaannya; kemudian mintalah Allah untuk mengampuni Kalian atas kesalahan yang telah kalian buat,
28 karena Dia telah memerintahkan kalian untuk meminta pengampunan dan telah berjanji untuk menerimanya, dan melanjutkan jalan pertobatan dan ketabahan seperti yang Allah perintahkan kepada kalian. Sesungguhnya Tuhanku dekat dengan hamba-hamba Nya yang beriman dan mendengar orang-orang yang berdoa kepada-Nya. 26 26 Tafsir Al-Madinah Al-Munawwarah / Markaz Ta'dzhim al-Qur'an
29 BAB III SUBYEK PENDIDIKAN (Rafifah Qanita, Indah Mutia) A. Pengertian Subyek pendidikan Individu atau kelompok yang bertanggung jawab untuk memberikan Pendidikan, sehingga materi yang diajarkan atau disampaikan dapat dipahami oleh objek pendidikan dikenal sebagai subjek pendidikan. Subjek Pendidikan juga berarti orang yang bertugas membantu membantu peserta didik dalam perkembangan jasmani dan rohaninya, agar mencapai tingkat kedewasaan, mampu berdiri sendiri dan memenuhi tugasnya sebagai hamba Allah serta mampu melakukan tugas sebagai makhluk sosial dan makhluk individu yang mandiri.27 Sebagian besar subjek pendidikan yang dipahami oleh profesional pendidikan yaitu orang tua, pengajar di lingkungan resmi (sekolah) dan informal (masyarakat), dan lingkungan masyarakat, meskipun pendidikan pertama (tarbiyatul awwal) yang kita pahami saat ini adalah keluarga (orang tua). Sebagai umat Islam, kita harus mengakui bahwa Allah adalah pendidik manusia yang pertama dan Rasul-Nya adalah yang kedua.28 27Suryoso B., Beberapa Aspek Dasar Kependidikan,(Jakarta: Bina Aksara,1983),h.26 28http://fdj-indrakurniawan.blogspot.com/2011/makalah-subyekpendidikan-tafsir-qs-arrahman.html
30 B. Subyek Pendidikan dalam Perfektif dalam Al Qur`an 1. Q.S Ar-Rahman, 55 : 1-2 َ م َّ َعل اَل َّر ْح ٰم ُنۙ ۗ َن ٰ ْرا مُ ْ ال Artinya : “(Allah) yang maha pengasih, yang telah mengajarkan Al Qur`an (QS. Ar-rahman [55] : 1-2) Diantara nikmat yang Allah berikan dan Dia sebutkan di urutan pertama dalam surat ini adalah Allah mengajarkan Al-Qur‟an. Dia mengajarkan Al-Qur‟an kepada Nabi dan juga kepada hamba-hamba-Nya29. Maka dari itu Allah berfirman: َه ْل ِم ْن ُّمدَّ ِكٍر ْكِر فَ ِ َن ِللذّ ٰ ْرا مُ ْ َولَمَدْ ٌَ َّس ْرنَا ال Artinya ;“Dan sungguh, telah Kami mudahkan Al-Qur‟an untuk peringatan, maka adakah orang yang mau mengambil pelajaran?” (QS. Al-Qamar [54] : 17) Al-Qur‟an mudah dipelajari. Orang yang tidak mengetahui ilmu bahasa Arab pun mampu membacanya30 Apalagi bagi mereka yang mengetahuinya. Jadi, Al-Qur‟an termasuk nikmat paling besar yang diberikan kepada makhluk-Nya. Maka, hendaknya seorang mukmin berusaha memiliki perhatian dengan Al-Qur‟an, baik tilawah, 29 Lihat: Tafsir Ath-Thabariy 22/7 dan Tafsir Ibnu `Athiyah 30 Lihat : Tafsir Al qurthubiy 17/152
31 membaca terjemahannya atau mendengarkan tafsirnya. Karena, ketika seseorang semakin memperdalam AlQur‟an, maka dia semakin memperoleh kebahagiaan. Sebagaimana halnya, Allah menyebutkan di dalam surat ini nikmat yang paling besar, nikmat yang Allah berikan kepada hamba-Nya sebelum nikmat-nikmat yang lain, yaitu nikmat Al-Qur‟an. َسا َنۙ ْن َّْلِ َك ا َخلَ Artinya : “Dia menciptakan manusia.” (QS. Ar-Rahman [55] : 3) Dalam ayat ini Allah menyebutkan nikmat-Nya yang lain, yaitu Allah menciptakan manusia. Ada beberapa pendapat yang dimaksud dengan manusia dalam ayat ini. Sebagian ulama menyebutkan yang dimaksud adalah Nabi Adam. Dan sebagian lagi mengatakan yang dimaksud adalah seluruh manusia. (ال ( di dalam ayat menunjukkan „istighraq‟ maksudnya adalah seluruh manusia. Pendapat kedua adalah pendapat yang lebih kuat. Jadi, bukan hanya Nabi Adam saja, karena Allah sedang menyebutkan nikmat-Nya kepada manusia seluruhnya. 31 بٌََا َن َع ْ َمهُ ال َّ ل Artinya : “Mengajarnya pandai berbicara.” (QS. ArRahman [55] : 4) 31 LIhat : Tafsir Ath-Thabariy 7/22 dan Tafsir Al qurthubiy 17/152
32 Yang dimaksud dengan Al-Bayan adalah kemampuan untuk mengungkapkan, yang merupakan pembeda antara manusia dan hewan. Artinya manusia mampu berbicara dan mengungkapkan isi hatinya, baik mengungkapkan dengan kata-kata maupun dengan tulisan.32 Kaitan ayat dengan subyek Pendidikan adalah sebagai berikut: Kaitannya dengan subyek pendidikan adalah bahwa dari empat ayat di atas kita mendapatkan pelajaran bahwa Allah adalah sebagai pelaku/subyek pendidikan, yaitu yang mengajarkan manusia al-Qur‟an sebagaimana mengajarkannya juga pandai berbicara. Kemudian Rasulullah صلى الله عليه وسلم mengajarkan al-Qur‟an kepada umatnya. Seorang guru hendaknya memiliki kompetensi pedagogis yang baik sebagaimana Allah mengajarkan AlQur‟an kepada nabi-Nya. Al-Qur‟an menunjukkan sebagai materi yang diberikan kepada anak didik adalah kebenaran/ilmu dari Allah (kompetensi profesional).Keberhasilan pendidik adalah ketika anak didik mampu menerima dan mengembangkan ilmu yang diberikan, sehingga anak didik menjadi generasi yang memiliki kecerdasan spiritual dan kecerdasan intelektual33 32 Lihat: Tafsir Ath-Thabariy 22/8 dan Tafsir Al-Mawardiy 5/423 33Ahmad Izzan, Tafsir Pendidikan Studi Ayat-Ayat Berdimensi Pendidikan, (PAM Press, Banten, 2012) h.203
33 2. Q.S. An-Najm, 53 : 5-6 ْو ِمَّرةٍۗ فَا ْستَٰو ۙى ٰو ۙى ذُ مُ ْ َمٗه َشِدٌْدُ ال َّ َعل Artinya : “Yang diajarkan kepadanya oleh (Jibril) yang sangat kuat. Yang mempunyai keteguhan; maka (Jibril itu) menampakkan diri dengan rupa yang asli (rupa yang bagus dan perkasa). (QS. An najm [53] : 5-6) Ayat ini menjelaskan bahwa Rasulullah membacakan Al-Qur‟an karena ada yang mengajarkannya, yaitu malaikat Jibril. Allah mensifatinya sebagai makhluk yang sangat kuat34. Dan diantara sifatnya adalah, ْو ِمَّرةٍۗ ذُ Artinya : “Yang mempunyai keteguhan.”(Q.S. An-Najm [53] : 6) Ada beberapa penafsiran dari ( رجَّه ِوْ ذُ ۗ ), diantaranya : 1. Ulama salaf mengatakan maksudnya adalah memiliki bentuk yang sangat indah35. 2. Memiliki akal yang sangat cerdas36. Hal ini menunjukkan kepada orang-orang musyrik bahwa sumber dari apa yang disampaikan oleh Nabi sangat jelas, yaitu Al-Qur‟an. Atau bisa dikatakan sebagaimana dalam ilmu hadits, sanadnya sangat kuat. 34 Lihat: Tafsir Ath-Thabariy 22/498 dan Tafsir Al-Mawardi 5/391. 35 Lihat: Tafsir Al-Baghawiy 7/400. 36 Lihat: Tafsir Al-Mawardiy 5/329.
34 Yaitu Nabi Muhammad dari Jibril dari Allah. Nabi memiliki sifat amanah nan cerdas, begitu pula dengan Jibril, Allah mensifatinya dengan sangat cerdas. orangorang kafir berpikir bagaimana mungkin Allah menurunkan wahyu kepada Nabi. Maka disini Allah menjelaskannya kepada mereka, bahwa Rasulullah mendapatkan wahyu melalui Jibril, Malaikat yang sangat cerdas dan kuat. فَا ْستَٰو ۙى Artinya :“Maka (Jibril itu) menampakkan diri dengan rupa yang asli (rupa yang bagus dan perkasa).” (QS. An-Najm [53] : 6) Lafadz tersebut juga memiliki beberapa panafsiran. Pertama adalah menampakkan bentuknya yang asli37. Artinya Jibril memiliki enam ratus sayap dan jika dia mengepakkan satu sayapnya saja maka akan menutupi cakrawala. Dan dari sayapnya akan keluar yaquth, mutiara dan benda-benda lainnya yang sangat indah. Kedua: naik ke atas. Artinya Jibril berada di atas ketika hendak bertemu dan menyampaikan wahyu kepada Nabi.38 Kaitan ayat dengan subyek Pendidikan adalah sebagai berikut : Dimaksud pengajar atau yang menjadi subyek disini adalah Malaikat Jibril, bukan berarti bahwa wahyu tersebut bersumber dari Malaikat Jibril. Seseorang yang 37 Lihat: Tafsir As-Sam‟aniy 5/285. 38 Lihat: At-Tahrir Wa At-Tanwir Li Ibnu „Asyur 27/96.
35 mengajar tidak mutlak mengajarkan sesuatu yang bersumber dari sang pengajar. Bukankah kita mengajar seorang anak membaca, padahal bacaan itu juga bukan merupakan karya kita? Menyampaikan sesuatu secara baik dan benar adalahsatu bentuk pengajaran. Malaikat menerima wahu dari Allah dengan tugas menyampaikannya secara baik dan benar kepada Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم , dan itulah yang dimaksud pengajaran disini Sedangkan jika dikaitkan dengan pengajar atau pendidik yakni seorang guru, maka dapat di ambil beberapa kriteria guru yakni diantaranya adalah seorang guru itu harus mempunyai kekuatan, baik kekuatan secara jasmani maupun rohani. Kekuatan jasmani yakni berupa totalitas dalam mengajar, penampilan dan perilaku yang baik,karena perilaku kita akan dijadikan cerminan oleh murid-murid kita. Sedangkan yang dimaksud dengan kekuatan rohani yakni cerdas aqliyah maupun fi‟liyah, kesungguhan dalam menyampaikan mata pelajaran kepada anak didik, serta kesabaran dalam mendidik dan menanamkan akhlakul karimah kepada peserta didik. 3. Q.S An-Nahl, 16 : 43-44 ْم ََّل ْكِر اِ ْن ُكْنتُ ِ ْوٓ ا اَ ْه َل الذّ ُ ل َٔ ْسـ ِهْم فَ ٌْ ْو ِح ًْٓ ِالَ نَا ِم ْن لَْبِل َن اِ ََّّل ِر َجا ًَّل نُّ ْ ْر َسل َو َمآ اَ ُمْو َنۙ ْعلَ تَ Artinya : Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu, kecuali orang-orang lelaki yang Kami beri wahyu kepada mereka; maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan
36 jika kamu tidak mengetahui,( Q.S. An-Nahl [16] :43 ) (Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu kecuali orang-orang lelaki yang Kami beri wahyu kepada mereka) bukannya para malaikat (maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan) yakni para ulama yang ahli dalam kitab Taurat dan kitab Injil (jika kalian tidak mengetahui) hal tersebut, mereka pasti mengetahuinya karena kepercayaan kalian kepada mereka lebih dekat daripada kepercayaan kalian kepada Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم ِ َن ِللنَّا ِس َما نُ ّزِ ْكَر ِلتُبٌَّ ِ ٌْ َن الذّ نَآ اِلَ ْ ِت َوال ُّزبُِۗر َواَْن َزل ِنٰ بٌَّ ْ ُهْم بِال َّ ل َولَعَ ِهْم ٌْ َل ِالَ ٌَتَفَ َّكُرْو َن Artinya : Keterangan-keterangan (mukjizat) dan kitabkitab. Dan Kami turunkan kepadamu Al Qur`an, agar kamu menerangkan pada umat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka dan supaya mereka memikirkan,(Q.S. An-Nahl [16] :44 ) Kaitan ayat dengan subyek Pendidikan adalah sebagai berikut : Bahwa seorang guru dalam perannya sebagai ahli Al-Dzikr, Sebagai ahli Al-Dzikr ia dapat mencari titik persamaan antara ajaran yang terdapat didalam berbagai kitab tersebut untuk diamalkan dalam kehidupan seharihari. Berfungsi sebagai orang yang mengingatkan para peserta didik dari berbuat yang melanggar larangan Allah dan Rasul-Nya,
37 Surah An-Nahl menerangkan bahwa Allah Subhanahu Wata`ala mengutus utusannya dengan terlebih dahulu memberikannya wahyu kepada utusannya, ini dikarenakan agar segala bentuk pertanyaan yang mungkin diajukan kepada utusannya dapat dijawab dan dipecahkan sesuai dengan apa yang dimaksudkan oleh Allah dan tidak mungkin terjadi kedzaliman dalam hal ini. Di karenakan semua jawaban yang diberikan oleh utusannya adalah datang dari Allah, oleh karena itu, sebagai subyek pendidikan yang merupakan salah satu sumber pendidikan hendaklah memiliki segala pengetahuan yang sesuai dengan kaidah ilmu pengetahuan itu sendiri. Yakni sebagai seorang pendidik hendaklah mempersiapkan segala sesuatu sebelum mengadakan proses pembelajaran yang mana jikalau terdapat kasus-kasus pendidik dapat menyelesaikan apa yang muncul didalam proses pembelajaran. Maka tidak salah jika salah satu syarat sebagai seorang pendidik adalah memiliki kecerdasan pikiran mental dan juga spiritual yang digambarkan pada ayat ini. 4. Q.S Al-Kahfi, 18 ; 66 ِ ْم َت ُر ْشدًا ّ َم ِن ِمَّما ُعل ِ ّ ل ى اَ ْن تُعَ ٓ ٰ لَا َل لَٗه ُمْو ٰسى َه ْل اَتَّبِعُ َن َعل Artinya : Musa berkata kepada Khidhr: “Bolehkah aku mengikutimu supaya kamu mengajarkan kepadaku ilmu yang benar di antara ilmu-ilmu yang telah diajarkan kepadamu?”( Q.S. AlKahfi [18] : 66 )
38 Para ulama Radhiyallahu Anhu sepakat bahwa nabi musa alaihi salam lebih utama dari nabi khidir alaihi salam, karena Nabi Musa Alaihi Salam termasuk dengan ulul `azmi dan rasul yang spesial (ulul azmi adalah nabi Muhammad, nabi Musa, nabi Ibrahim dan nabi nuh alaihi wa sallam) sehingga ketika di padang mahsyar, yang didatangi oleh umat manusia (selain nabi Adam alaihi wasallam) adalah 5 nabi ini. Adapun nabi khidir dan yang lainnya tidak didatangi. Namun ketika nabi Musa alahi wasallam menuntut ilmu kepada nabi Khidir, beliau tidak memposisikan dirinya lebih tinggi dari nabi Khidir, bahkan dia memposisikan dirirnya lebih rendah. Oleh karenanya, dikatakan bahwa belajar tidaklah sempurna sehingga seseorang menuntut ilmu dari orang yang berada diatasnya kemudian menuntut ilmu kepada orang yang setara dengannya dan kemudian menuntut ilmu kepada orang yang berada dibawahnya ( jika memang ada ilmu yang tidak dia miliki dan ilmu tersebut berada pada orang yang berada dibawahnya. Oleh karenanya jangan sampai kesombongan menghalangi seorang dari menuntut ilmu dari siapapun yang berada dibawahnya. Nabi Musa merendahkan dirinya dengan cara datang kepada nabi Khidir. Lihatlah bagaimana adabnya ketika dia ingin belajar kepada Nabi Khidir. ِ ْم َت ُر ْشدًا ّ َم ِن ِمَّما ُعل ِ ّ ل ى اَ ْن تُعَ ٓ ٰ َه ْل اَتَّبِعُ َن َعل Artinya “Bolehkah aku mengikutimu supaya kamu mengajarkan kepadaku ilmu yang benar di antara ilmu-ilmu yang telah diajarkan kepadamu?” (Q.S. Al-Kahfi : 66)
39 Beliau megajukan permohonan belajar dengan bentuk penawaran. Ini menunjukkan nabi Musa meminta belajar dengan cara yang lembut39. Maka hendaknay seorang murid harus menunjukkan kebutuhannya terhadap ilmu gurunya. Berbeda dengan keadaan Sebagian orang yang yang menuntut ilmu dari gurunya, ada yang tidak menghormati gurunya, mungkin karena merasa ilmunya lebih tinggi. Orang yang seperti ini adalah orang yang tahu berterima kasih. Jika kita memiliki guru maka sampai kapan pun beliau harus kita anggap sebagai guru kita, meskipun suatu saat kita lebih pandai darinya, karena guru tetaplah sebagai guru. Kita harus tetap menghargainya dan tetap harus kita katakan bahwa kita adalah muridnya, meskipun sekarang guru tersebut belajar kepada kita. 39 Lihat: Tafsir ibnu katsir 5/181
40 BAB IV OBYEK PENDIDIKAN : PESERTA DIDIK/MURID (Naila Assahira, Winda Sugiarti) A. Q.S At-Tahrim, 66 : 6 ًُّ َجا ِهِد ِب َها النَّ اٌَُّ ٓ َس ٌٰ َوبِبْ ۗ ُم ٰوى ُهْم َج َهنَّ ْ َو َمأ ۗ ِهْم ٌْ ُ ْظ َعلَ ِفِمٌْ َن َوا ْغل ُمنٰ ْ َر َوال ا ُكفَّ ْ ال َم ِصٌْ ُر ْ ال Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan”. (QS. At-Tahrim [66] :6)40 Ayat 6 di atas menggambarkan bahwa dakwah dan pendidikan harus dimulai dari rumah. Meskipun ayat di atas secara redaksional ditujukan kepada laki-laki (bapak), bukan berarti hanya ditujukan kepada mereka. Ayat ini tertuju kepada perempuan dan laki-laki (Ayah dan Ibu)seperti ayat-ayat sejenis (misalnya ayatayat perintah puasa), yang juga berlaku bagi laki-laki dan perempuan. Oleh karena itu, orang tua bertanggung jawab atas anaknya dan juga pasangannya, sama seperti setiap orang bertanggung jawab atas perilakunya. Ayah atau Ibu sendiri tidak cukup untuk menciptakan satu 40 M. Quraish Shihab. Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian AlQur’an Volume 14 (Tangerang Selatan : Lentera Hati, 2022), hlm. 327
41 rumah tangga yang diliputi oleh nilai-nilai agama serta dinaungi oleh hubungan yang harmonis. Ketika segala sesuatu di alam semesta ini di kembalikan ke keadaan semula, asal nya akan kembali kepada allah swt. Mengembalikan pengetahuan keadaan semula mengembalikan nya kepada guru, sehingga setiap ilmu membutuhkan seorang guru. Tidak akan ada peradaban di bumi ini, tanpa keberadaan sosok guru. Itulah sebabnya, sebelum nabi Adam diturunkan ke bumi dan membangun peradaban, terlebih dahulu dia belajar kepada Allah swt, sebagai “Guru” pertama. Allah swt menciptakan manusia pertama kali yang tinggal di surga yang memiliki 4 ke istimewaan yaitu nabi adam as. 4 ke istimewaan tersebuat ialah: 1. Allah langsung menciptakan Nabi Adam As dari tangan nya. 2. Allah langsung meniupkan roh ke dalam tubuh Adam As. 3. Allah memerintahkan para malaikat untuk bersujud kepada Nabi Adam As 4. Allah langsung mengajarkan nama-nama dan segala sesuatu. Ayat di atas memberikan gambaran bahwa dakwah dan pendidikan harus diawali dari lembaga yang paling kecil, yaitu dari diri sendiri dan keluarga menuju yang besar dan luas. Ayat ini awalnya berbicara masalah tanggung jawab pendidikan keluarga, kemudian diikuti dengan akibat dari kelalaian tanggung jawab yaitu siksaan. Membicarakan siksaan, Al-Qur‟an menyebutkan bahan bakar neraka, bukan model dan jenis siksaannya. Sementara bahan bakar siksaan di