KARYA ANAK NEGERI
25 Kisah Inspiratif dari Nusa Tenggara Barat
KARYA ANAK NEGERI
25 Kisah Inspiratif dari Nusa Tenggara Barat
ّ َل اَك ِإ ان كِتَا َب ال ُف اجا ِر لَ ِِف ِس ِّج ني
Sekali-kali jangan curang, Karena Sesungguhnya Kitab orang yang
durhaka tersimpan dalam Sijjin.
(QS. 83. Al-Muthaffifiin/83: 7)
Sanksi Pelanggaran Pasal 72
Undang-undang Nomor 19 Tahun 2002
Tentang Hak Cipta
1. Barang siapa dengan sengaja melanggar dan tanpa hak
melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 2 Ayat (1) atau Pasal 49 Ayat (1) dan Ayat (2)
dipidana dengan pidana penjara masing-masing paling
singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda paling sedikit
Rp.1.000.000,00 (satu juta rupiah), atau pidana penjara
paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling
banyak Rp.5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).
2. Barang siapa dengan sengaja menyiarkan,
memamerkan, mengedarkan, atau menjual kepada
umum suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran hak
cipta atau hak terkait sebagai dimaksud pada Ayat (1)
dipidana dengan pidana penjara paling lama 5(lima)
tahun dan/atau denda paling banyak Rp.500.000.000,00
(lima ratus juta rupiah).
KATA PENGANTAR
Kepala Biro Humas dan Protokol Setda NTB, H. Yusron Hadi, ST, M.UM
Buku Karya Anak Negeri: 25 Kisah Inspiratif dari Nusa
Tenggara Barat adalah buku kumpulan tokoh-tokoh dari berbagai
lintas sektor, seperti pendidikan, enterpreneurship, pemberdayaan
masyarakat, dan tokoh kebudayaan Nusa Tenggara Barata. Semua
itu dihajatkan dalam rangka untuk mensosialisasi keberadaan para
tokoh-tokoh itu dan tidak kalah pentingnya adalah apresiasi
bersama kita kepada mereka, di mana dalam segala keterbatasan
mereka berusaha eksis menaklukkan berbagai rintangan dan
kesulitan agar tercapai satu kata: SUKSES.
Tentu saja berbagai hambatan, rintangan, dan tantangan yang
dihadapi masing-masing tokoh berbeda-beda: besar, sedang, dan
kecil. Yang jelas apapun kondisinya, mereka telah berjuang bagi
diri, keluarga, masyarakat bangsa bahkan negara, memberi inspirasi
lewat karya-karya dan usaha-usahanya. Itulah yang berusaha
dilukiskan oleh buku ini.
vi
Perlu juga disampaikan bahwa terkait dengan berbagai
penghargaan yang didapatkan beberapa tokoh dalam buku ini
merupakan hal yang bersifat sampingan, artinya para tokoh awalnya
tidak pernah terdetik dalam pikiran dalam berbuat semata untuk
mendapatkan reward. Yang utama adalah mereka berjuang dan
bekerja keras agar apa yang mereka hendak wujudkan dapat dicapai.
Oleh karenanya, buku ini tidak pula membuat penekanan pada
adanya penghargaan-penghargaan, melainkan berusaha meliput
siapapun tokoh yang telah berbuat dalam berbagai bentuk dengan
usahanya yang gigih lalu kemudian usaha dan karyanya itu dapat
berdampak kepada masyarakat kiri-kanan dan sekeliling.
Semoga buku ini dapat menjadikan masyarakat luas
termotivasi dan tidak berkecil hati dalam memperjuangkan sesuatu
yang diidam-idamkan; mempunyai tekad laksana karang yang tetap
kukuh berdiri walaupun setiap saat dihempas ombak.
Sesungguhnya hakikat perjuangan adalah kesabaran dan tidak putus
asa, selanjutnya yakin Tuhan akan memberi jalan yang terbaik.
Selamat membaca
Mataram, 12 November 2016
Kepala Biro Humas dan Protokol
Setda Provinsi Nusa Tenggara Barat
H. Yusron Hadi, ST, M.UM
vii
SAMBUTAN
Gubernur NTB, Dr. TGH. Muhammad Zainul Majdi, MA
Visi NTB adalah mewujudkan masyarakat NTB yang
beriman, berbudaya, berdaya saing, dan sejahtera. Untuk mencapai
hal ini berbagai terobosan dilakukan pemerintah NTB, baik yang
bersifat terobosan fisik maupun non-fisik. Kedua terobosan di atas
memerlukan kerja keras, kesungguhan, komitmen, kebersamaan,
dan keberpihakan kepada rakyat.
Kebersamaan dan keberpihakan terhadap rakyat dapat
diterjemahkan dalam berbagai bentuk. Di antaranya adalah dengan
cara menghargai, membina sekaligus membimbing setiap ikhtiar
cerdas masyarakat NTB dalam rangka ikut berpartisipasi
membangun. Tentu saja membangun di sini dapat diartikan
mencipta dan berkreasi bagi optimalisasi diri dan keluarga yang
nantinya dapat berimbas kepada masyarakat luas, bahkan untuk
memajukan bangsa dan negara.
viii
Lebih jauh dari itu pemerintah juga berkewajiban secara terus
menerus mensosialisasi semua kegiatan positif warga NTB yang
mempunyai spektrum bagi pembangunan yang lebih luas. Untuk
niat itulah, maka saya Gubernur NTB, Muhammad Zainul Majdi
menyambut baik kehadiran buku Karya Anak Negeri: 25 Kisah
Inspiratif dari Nusa Tenggara Barat ini. Tentunya agar sedapat
mungkin karya dan kreasi masyarakat NTB dapat terekspos dan
dikenal luas oleh masyarakat NTB sendiri dalam rangka
membangun pasar lokal, regional, dan nasional, bahkan
internasional.
Di sisi lain yang tidak kalah pentingnya adalah agar karya dan
kreasi masyarakat NTB dapat menginspirasi sehingga dapat
ditularkan menjadi lebih massif, yang pada gilirannya tercapai
kemajuan bagi masyarakat NTB yang lebih merata. Oleh karena itu,
saya sekali lagi menyambut positif kehadiran buku ini. Semoga
semua karya dan kreasi kita dapat kiranya memberikan dampak baik
bagi masyarakat NTB dan sekaligus menjadi ladang amal bagi kita.
Mataram, 14 November 2016
Gubernur NTB
Dr. TGH. Muhammad Zainul Majdi, MA.
ix
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR, vi
SAMBUTAN GUBERNUR NTB, viii
DAFTAR ISI, x
BAGIAN PERTAMA: PENDIDIKAN
M. Saleh Yusuf:
Tampilan Preman, Sikap Mendidik, 2
Fitri Nugraha Ningrum:
Penyandang Disabilitas Yang Tidak Pernah Menyerah, 11
Jamaluddin Abdullah:
Ketika Alam Menjadi Madrasah, 18
Syahruna A. Karim:
Orang Bima, Penduduk Kehormatan Amerika, 25
Aang Kusnadi Yamin:
Berjuang Untuk Anak-Anak Desanya, 29
Nursyda Syam:
Menebar Kutu Buku di KLU, 34
BAGIAN KEDUA: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
Endri Susanto:
Malaikat Orang Susah dan Cacat, 44
Kertamalip:
Desa On Line di Kaki Rinjani, 50
Muhnan:
Memanusiakan Pahlawan Devisa, 56
Pauzal Bahri:
Si Sayap Patah, 65
Musagar:
Jalan Tiada Akhir, 71
x
Dr. dr. Hamsu Kadrian:
Tradisional Itu Kini Modern, 78
BAGIAN KETIGA: ENTERPRENEURSHIP
Habib Kaula Mas-Mas:
Kepak Sayap Pemuda Desa, 83
Roby Hadi Kusuma:
Si Penakluk Lebah, 90
Muhammad Shafwan:
#Radjatahu dari NTB, 97
Lili Hidayat:
Hidup Mengalir dalam Sukses, 102
Aisyah Odist:
Yang Terbuang Yang Dihargai, 110
Khairul Ihwan:
Pencipta 100 Mesin di Lombok, 117
Nasrin H. Muhtar:
Perintis Jamu Sasambo, 124
Wiharjan:
Menebar Hijau Tanpa Pestisida, 129
Komunitas Tangan di Atas (TDA) Mataram, 134
BAGIAN KEEMPAT: LINGKUNGAN
TGH. Hasanain Juaini:
Menanam Padi Rumput Tumbuh Jua, 139
BAGIAN KELIMA: KEBUDAYAAN DAN SENI
Muhammad Yamin:
Budayawan Lombok, 146
Tahir Muhammad Alwi:
Budayawan Bima, 150
Lalu Suryadi Mulawarman:
Seniman NTB, 155
xi
xii
BAGIAN PERTAMA
PENDIDIKAN
M. SALEH YUSUF:
TAMPILAN PREMAN, SIKAP MENDIDIK
Dusun Tololai Desa Mawi, Kecamatan Ambalawi, Bima utara
tepat berada di bibir pantai yang sebenarnya sungguh mempesona.
Deburan ombaknya lembut seolah merayu para pendatang untuk
merasakan mesranya belaian Pantai Tololai. Namun sepertinya,
Pantai Tololai ini hanya bernyanyi dalam sepi karena suasana
pantainya memang tidak seramai pantai-pantai indah di tempat lain.
Ia hanya menjadi saksi dari kepergian banyak anggota
masyarakatnya yang tidak mempedulikan lambaian ombaknya yang
lembut sepanjang masa.
Nama : M. Saleh Yusuf
Tempat Tanggal Lahir : Tololai Desa Mawi, Kecamatan
Ambalawi, 12 Desember 1985.
Alamat : Tololai Desa Mawi, Kecamatan
Ambalawi Kabupaten Bima
Pendidikan terakhir : SMA Al-Ma‟rif Bima
Pekerjaan : Ketua Yayasan Darul Ulum
Hp. : 085338697638
2 ~ Karya Anak Negeri: 25 Kisah Inspiratif dari Nusa Tenggara Barat
Dusun Tololai dapat dikatakan sebagai permulaan dari
keberadaan desa-desa yang berada tepat di bibir pantai terus ke
timur sampai Wera. Tempat yang cukup mempunyai potensi untuk
dikembangkan menjadi sumber kehidupan sosial ekonomi
masyarakat sekitarnya. Namun pada kenyataannya, potensi-potensi
yang ada sepertinya terbengkalai begitu saja. Padahal masyarakat
yang tinggal di sana bisa saja membuat perahu-perahu kecil, sedang
dan besar lalu mereka dapat berlayar ke laut lepas nan luas di utara
dan timur, tetapi hal itu tidak ada di Dusun tololai. Yang terjadi
banyak penduduknya pergi menjauh acuh tak acuh.
Setelah menyaksikan kondisi tersebut di atas, kami tanyakan
kepada M. Saleh Yusuf, yang biasa dipanggil Alan, “Kenapa banyak
anggota masyarakat Desa Tololai meninggalkan tempatnya?” Alan
M. Yusuf bercerita bahwa dulu lingkungan desanya terdiri dari
banyak area hutan. Hutannya lebat di mana perlahan-lahan menipis
dan hilang sama sekali lantaran memenuhi tuntutan ekonomi
masyarakatnya.
Diceritakan bahwa masyarakat Bima utara telah terbiasa
menggantungkan hidupnya dari hutan sejak sekian lama. Mereka
dapat banyak manfaat dari keberadaan hutan-hutan yang luas.
Pilihannya kemudian mereka rata-rata menggantungkan hidupnya
di hutan. Mereka fokus merambah hutan sehingga ketika hutan
perlahan menipis dan hilang mereka menjadi bingung harus ke
mana?
Hutan semakin menipis dan lambat-laun terkuras.Mereka pun
banyak yang meninggalkan tempat kelahirannya bermigrasi ke
berbagai daerah. Ada yang ke Kalimantan dan Sumatera sampai ke
luar negeri seperti Malaysia serta Saudi Arabia. Ceritanya kemudian
banyak di antara mereka tidak kembali dengan alasan menikah dan
menetap bahkan berakhir di rantau dengan kematian. Tinggallah
cerita anak-anak mereka di kampung merindukan kasih sayang.
Lebih jauh dari itu, mereka juga membutuhkan nafkah, namun hal
itu tidak pernah kesampaian.
Ini menjadi bahan renungan dan pikiran panjang dari seorang
tokoh bernama Alan. Ia bertanya dengan nada protes, “Mengapa
alam desa yang eksotis ini seolah tidak dapat memberi harapan
kepada penduduknya?” Dalam tanya yang tidak mampu terjawab, ia
pun tidak diam. Ia berusaha berbuat dalam keterbatasan.
Bagian Pertama: Pendidikan ~ 3
4 ~ Karya Anak Negeri: 25 Kisah Inspiratif dari Nusa Tenggara Barat
Disebabkan karena keterbatasan ekonomi yang sudah lumrah
bagi masyarakat pesisir, Alan pun bersekolah hanya tamat SMA.
Terus bekerja sebagai seorang kernet truk yang mengantarkannya
sebagai seorang sopir dikemudian hari. Profesinya sebagai sopir
antarpulau antarprovinsi ini memberi inspirasi yang mengubah
hidup banyak orang.
Dari yang tadinya Alan menjalani kehidupannya sebagai
seorang sopir, lama-lama Alan terinspirasi untuk bisa berbuat lebih
kepada masyarakatnya yang sudah ia maklumi sebagai masyarakat
yang serba terbatas, sehingga anak-anak usia sekolah pun sering
tidak bersekolah larut dalam irama pesisir yang mengantarkan
mereka menjauh menyusuri sisa-sisa hutan yang terus menipis,
berpacu dengan orang tua mereka yang berusaha eksis memenuhi
kebutuhan mereka sehari-hari menjelajah sampai lembah-lembah
Tambora. Mencari asa lewat berbagai janji-janji hutan yang
mungkin masih bisa dituntut seperti madu, kayu-kayu bakar,
maupun buah-buah yang masih bisa dimakan.
Dalam latar sosial masyarakat seperti itulah Alan hidup
sebagai seorang sopir antarpulau antarprovinsi yang sangat panjang
seolah tiada berujung. Namun Berkat perjalanan panjangnya
menjelajahi Indonesia dari Flores sampai Pulau Sumatra, Alan
sering bicara lirih dalam hati, “Betapa perjalanan ini sangat panjang,
Indonesia bagian timur, tengah, tembus sampai Barat saya lalui”.
Perlahan kemudian Alan tersadar ada sesuatu yang berbeda antara
daerahnya dengan daerah lainnya, terutama dalam masalah
pendidikan.
Bisikan hati Alan ini sebenarnya sudah menjadi persoalan
jamak bagi masyarakat Indonesia. Ada perbedaan mencolok antara
kondisi Indonesia Timur dengan kondisi Indonesia Barat. Untuk
hal itu berbagai upaya pun telah ditempuh oleh pemerintah dalam
rangka memperkecil ketimpangan itu, salah satunya dengan
dibentuknya Kementerian Daerah Tertinggal.
Apa yang kemudian dilakukan Alan sebenarnya secara
langsung telah berpartisipasi membantu Pemerintah Republik
Indonesia guna menjembatani ketimpangan pendidikan bagian
Barat dengan bagian Timur Indonesia. Walaupun mungkin bagi
Alan hal itu tidaklah terlalu penting baginya untuk mensingkronkan
kondisi itu, namun yang lebih mempengaruhi Alan adalah tentu
Bagian Pertama: Pendidikan ~ 5
bagaimana mengubah lingkungannya yang relatif tertinggal dari
yang lain. Dari sinilah Alan setahap demi setahap bergerak
membangun sekolahnya.
Dengan profesinya sebagai seorang sopir bus malam yang
berpenghasilan 2- 4 juta sebulan, Alan memantapkan hatinya untuk
membangun sekolah pada tahun 2008, guna dapat berbuat lebih
kepada lingkungannya tersebut. Bermodal tanah warisannya seluas
10 are yang terletak di Jalan lintas kecamatan Wera-Ambalai
Kabupaten Bima, Alan mulai membangun sekolah setingkat Taman
Kanak-kanak (TK) dan Sekolah Dasar (SD), yaitu Madrasah
Ibtida‟iyah Swasta (MIS).
Madrasah yang dibangun betul-betul sederhana, dengan
bahan-bahan dominan dari alam seperti bambu beratapkan ilalang
dengan lantai dari tanah yang dihaluskan semen yang mulai
berlubang-lubang. Madrasah ini terdiri dari empat kelas. Tiga ruang
kelas dan satu ruangan untuk guru dan kepala sekolah. Pada awal
pendiriannya, MIS ini hanya mempunyai 15 0rang siswa dengan
dua orang guru sukarela.
Dengan segala keterbatasan, Alan terus berusaha dengan gigih
mempertahankan berlangsungnya proses belajar mengajar di
sekolah yang ia bangun. Adalah Sutamin S.Pd. Perempuan tamatan
STKIP yang membantunya, dipercayakan sebagai kepala sekolah
sekaligus merangkap guru, terus menyemaikan benih-benih
generasi bangsa dengan tekad kuatnya. Dibantu seorang guru
sukarela sehingga pada awalnya MIS hanya mempunyai 2 orang
guru. Alan mengakui sulit sekali mengajak para sarjana-sarjana yang
menganggur pada waktu itu untuk bekerja sukarela, maka setelah 5
tahun berjalan, yaitu pada tahun 2014, MIS yang diinisiasi oleh Alan
diberi nama MIS Darul Ulum, semakin memperlihatkan
kemajuannya. Kini siswanya berjumlah 68 orang dengan jumlah
guru 8 orang yang digaji secara sukarela oleh Alan.
Kendatipun ruangannya hanya memiliki empat kelas, namun
demikian anak didiknya sudah ada yang duduk di kelas lima
sehingga untuk menyiasati keterbatasan kelas, maka jam belajar
diatur sedemikian rupa. Kelas 1-3 belajar pagi, sedangkan kelas 4-5
belajar siang sampai Sore. Sementara itu,sekolah terdekat berjarak 4
kilometer yang ada di Kota Kecamatan.
6 ~ Karya Anak Negeri: 25 Kisah Inspiratif dari Nusa Tenggara Barat
Pada tahun 2015 kemarin, siswa MIS Darul Ulum untuk
pertama kalinya menamatkan siswanya setelah dari sejak 2009 yang
lalu sebagai siswa di MIS Darul Ulum. Bisa dikatakan siswa yang
tamat ini adalah siswa istimewa karena berhasil melewati berbagai
tantangan dan keterbatasan dalam melalui fase-fase awal pendirian
sekolahnya. Untuk mengikuti ujian persamaan dengan siswa lain,
Alan harus dapat menghubungi Madrasah Ibtida‟iyah Negeri (MIN)
terdekat sebagai madrasah pembina sehingga siswa MIS Darul
Ulum dapat mengikuti ujian.
Tidak Ada Rotan, Akar pun Jadi
MIS yang dibangun oleh Alan sampai beberapa tahun berjalan
sesungguhnya benar-benar berjalan alami. Sama sekali tidak ada
intervensi bantuan dari luar kecuali dari hasil jerih payah Alan
sendiri sebagai seorang sopir antarpulau antarprovinsi. Dengan
kondisi demikian semua berjalan seolah-olah seperti pepatah,
“Tidak ada rotan, akar pun jadi”.
Baru pada tahun 2015 yang lalu terdengar bahwa MIS Darul
Ulum dikatakan telah menerima dana BOS dari Departemen
Agama Kabupaten Bima. Dengan dana BOS itu, MIS dapat
membuatkan baju seragam siswa-siswanya dan untuk menggaji guru
beberapa bulan. Sebelumnya, pada tahun 2010, setahun setelah
pendirian MIS, para wali murid bergotong royong membuat meja
dan kursi ala kadarnya sebagai fasilitas bagi siswa-siswa untuk
belajar.
Sungguh perjuangan Alan bersama kawan-kawannya tidaklah
mudah. Di samping harus mendidik generasi tunas bangsa mereka
juga harus mencari sumber-sumber yang dapat menunjang
kerberlangsungan hidupnya. Dalam pada itu pemerintah pun
terkesan acuh-tak acuh dengan kiprah mereka, namun demikian
bagi Alan dan kawan-kawan tidak ada pilihan lain kecuali bertekad
untuk terus move on.
MIS Darul Ulum masih kekurangan ruangan kelas, belum
mempunyai ruang perpustakaan maupun tolilet. Dalam beberapa
kali kesempatan para pengajar MIS mendatangi kantor Departemen
Agama untuk mengetuk kepedulian kementerian yang menaungi
pendidikan di madrasah, maupun ke Dikpora Kabupaten Bima,
namun belum nampak hasil yang diharapkan. Menghadapi kondisi
Bagian Pertama: Pendidikan ~ 7
yang demikian, semua elemen di MIS baik siswa-siswa dan guru-
gurunya tidak patah harapan, namun terus berjuang dengan penuh
semangat.
Hasilnya peserta didik di MIS Darul Ulum terbukti meningkat
dari sejak awal berdiri sampai saat ini. Tabiat masyarakat pesisir
tidak terkecuali masyarakat Tololai yang menjadi fokus kepedulian
Alan dan kawan-kawan memang terkesan acuh tak acuh terhadap
pendidikan. Apalagi dengan latar masyarakat statis yang tidak
mudah bertransformasi setelah hutan yang menjadi gantungan
hidup mereka menipis dan hilang.
Dengan kegigihan Alan dibantu kawan-kawannya yang peduli,
semangat itu kini perlahan mulai tertular ke masyarakat Tololai.
Mereka bergerak perlahan di mana mereka terkesan mulai peduli
terhadap pendidikan anak-anak mereka. Inilah hasil dari perjuangan
keras seorang Alan, seorang sopir bus yang sebelumnya juga sudah
menjadi sopir truk berbadan besar antarpulau. Ingat mengubah
mental masyarakat tentu bukanlah pekerjaan mudah, namun hal itu
memerlukan kerja keras dan terus-menerus sehingga mampu
membuka mata hati masyarakat secara perlahan.
Harapan Itu Datang
Setelah selama beberapa tahun Alan dengan MIS Darul
Ulumnya berjalan apaadanya, berjalan terus walaupun terkesan
diabaikan oleh instansi terkait namun demikian perlahan harapan
itu datang. Selama lima tahun Alan dan kawan-kawan berjuang,
banyak generasi tunas bangsa mulai menggeliat tumbuh, di mana
siswa-siswinya telah dapat membaca, menulis, berhitung, dan
mengaji. Tumbuh dalam senyap karena nyaris tidak ada yang
mengenal keberadaan MIS Darul Ulum secara luas.
Selama lima tahun Alan dan kawan-kawan berjuang
menggratiskan biaya masuk, seragam sekolah, sepatu, buku, bahkan
pulpen bagi siswa-siswanya agar mereka ringan datang ke sekolah.
Akhirnya tepat pada tanggal 20 agustus 2014 Alan diundang oleh
Yayasan Dompet Dhuafa di Jakarta. Alan menjadi tamu
kehormatan bagi bangsa Indonesia dengan digelarnya acara
kerjasama antara Dhompet Dhu‟afa‟ dengan TVRI. Pada acara itu
Alan mendapatkan anugerah bergengsi dari Yayasan Dompet
8 ~ Karya Anak Negeri: 25 Kisah Inspiratif dari Nusa Tenggara Barat
Dhu‟afa‟ di mana Alan sebagai “Pejuang Pendidikan Indonesia
tahun 2014”.
Penganugerahan gelar Pejuang Pendidikan Indonesia tahun
2014 yang didapatkan Alan bukanlah penganugerahan murahan,
melainkan penganugerahan yang didapatkan melalui perjuangan
keras dan panjang. Tim juri sangat ketat menyeleksi para peserta
yang akan dianugerahkan penghargaan tersebut dan Alan mampu
menyisihkan 200 peserta dalam ajang seleksi anugerah ini.
Alan yang tampil layaknya seorang preman karena badannya
yang besar tinggi terhiaskan dengan rambut panjang, pada malam
itu di panggung kehormatan disaksikan sekitar 1000 orang. Tepuk
tangan pun bergemuruh berderai-derai mengiringi penganugerahan.
Sementara itu perwakilan Kementerian Agama hanya bisa geleng-
geleng kepala menyaksikan dokumenter profil Alan yang diputar
sebelum acara penganugerahan. Begitu pula dengan tamu-tamu
terhormat lainnya seperti undangan dari negara-negara sahabat dan
para donatur Dompet Dhu‟afa‟ juga dibuat terkagum-kagum.
Dihadapan Ibu Niken Jasuti, Presiden RRI (Radio Republik
Indonesia), sekaligus Dewan Penasihat Yayasan Dompet Dhu‟afa‟,
Bapak Parni Hadi selaku Presiden Dompet Dhu‟afa‟, Alan menerima
hadiah uang tunai yang diserahkan oleh Ibu Rini Supriani selaku
Ketua Dewan Juri Dompet Dhu‟afa‟ Award 2014. Disamping itu
Alan sebagai Ketua Yayasan MIS Darul Ulum Ambalawi menerima
bantuan Pembangunan MIS dari Dompet Dhu‟afa‟ yang
disimboliskan dengan penandatangan penerimaan bantuan.
Ketika ditanya wartawan mengenai penampilannya yang
terlihat sangar karena perwakannya yang tinggi dihiasi rambut
panjang, Alan menanggapinya datar. Bahwa tampangnya sengaja
dibuat sedemikian rupa karena ia harus menghadapi perjalanan
panjang sebagai seorang sopir bus yang singgah di banyak
pelabuhan dan stasiun yang sudah barang tentu banyak
tantangannya. Berbekal badan besar tinggi dan rambut
gondrongnya, Alan jadi disegani oleh para preman jalanan. Alan
kendatipun tampak sangar, namun hatinya lembut terbukti dengan
kepeduliannya yang sangat tinggi terhadap sense of social-nya terhadap
keberlanjutan pendidikan anak-anak dikampungnya.
Untuk mempertahankan keberadaan dari capaian-capaian
yang diperoleh Alan berusaha keras menjadikan lembaganya
Bagian Pertama: Pendidikan ~ 9
menjadi lembaga yang mandiri. Dengan berbagai usaha yang
dirintis termasuk menanami kembali lahan-lahan kosong miliknya
baik dengan pohon-pohon yang mempunyai nilai jual tinggi,
menanam rempah-rempah dan sayur mayur dan sekaligus mengajak
masyarakat kembali menanam, membuat lesehan ikan bakar,
membuat toko tempat menjual sayur mayur dari hasil pertaniannya
dan lain-lain. semoga semua usaha Pak Alan berjaya sehingga niat
mulianya untuk membangun kembali desanya dapat tewujud.
10 ~ Karya Anak Negeri: 25 Kisah Inspiratif dari Nusa Tenggara Barat
FITRI NUGRAHA NINGRUM:
PENYANDANG DISABILITAS YANG TIDAK
PERNAH MENYERAH
Perempuan asal Solo Jawa Tengah yang mengidap penyakit
Stevens Jhonson Syndrome sejak berumur puluhan tahun. Penyakit
Steven Jhonson Syndrome ini adalah penyakit kulit, di mana kulit
mengelupas mengancam keberlangsungan sel-sel kulit yang sekitar
15 persen penderitanya dikatakan berakhir dengan kematian.
Namun demikian, Fitri tidak termasuk ke dalam 15 persen tersebut,
sehingga ia bisa hidup sampai mampu menyelesaikan studi S2
Pengembangan Masyarakat dari Universitas 11 Maret Solo.
Takdir Fitri memang menang dalam menghadapi kematian
dini dengan penyakitnya itu, namun bukan berarti hidup Fitri
terbebas sama sekali dari dampaknya. Pada usia 12 tahun Fitri
perlahan pengelihatannya berkurang sampai umur ketika duduk di
bangku SMA telah mengalami kebutaan total lantaran penyakit kulit
tersebut. Dengan demikian pupuslah harapan orang tuanya yang
katanya hendak menjadikannya seorang dokter kelak ketika dewasa.
Menghadapi kenyataan seperti itu, sebagai manusia biasa Fitri
sempat mengalami guncangan, tidak mempunyai semangat
menjalani hidup.Namun seiring waktu berjalan, semangat itu
perlahan-lahan ia kumpulkan lagi sehingga perlahan-lahan pula Fitri
bisa menghadapi kenyataan hidupnya. Di sinilah memang titik nadir
kemanusiaan manusia di mana ketika takdir sudah berlaku, maka
manusia sama sekali tidak berdaya menolaknya selain menerimanya.
Fitri adalah sosok manusia luar biasa. Dalam kondisi tidak
melihat ia mampu menyelesaikan pendidikan tinggi. Selanjutnya, ia
merintis lembaga pendidikan bagi anak-anak cacat, merintis
pendidikan bagi anak-anak tidak mampu, dan merintis lembaga
pendidikan. Semua itu berusaha ia rintis ketika Firti menikah
dengan Pria dari Kediri Lombok Barat.
Bagian Pertama: Pendidikan ~ 11
Nama : Fitri Nugrahaningrum
Tempat tanggal lahir : Surakarta, 18 Juni 1979
Alamat : Kediri Lombok Barat
Pendidikan Terkahir : S2 Pengembangan Masyarakat
Universitas 11 Maret
Pekerjaan : Ketua Yayasan Satelit Masa Depan
Negara (Samara)
Hp. : 081907587999
Email : [email protected]
Bersama-sama sang suami, Fitri berjuang melembagakan
pendidikannya tersebut di masyarakat. Sekali lagi kondisi
masyarakat yang secara ekonomi terbatas membuat generasi umur
sekolah banyak yang tidak dapat melanjutkkan atau meneruskan
sekolahnya. Hal inilah yang dilihat sebagai problema kemasyarakatan
12 ~ Karya Anak Negeri: 25 Kisah Inspiratif dari Nusa Tenggara Barat
Bagian Pertama: Pendidikan ~ 13
kemasyarakatan yang harus mereka carikan jalan keluar. Efek dari
kekurangan ekonomi ini dapat melebar kemana-mana memang,
seperti tidak terkontrolnya adab masyarakat disebabkan generasinya
tidak menjalani rutinitas pendidikan yang mampu mengontrol
perbuatan dan perkataannya ke arah perbuatan positif.
Pada waktu Fitri baru sampai di Kediri Lombok Barat, ia
sering mendengar orang tua dan anak-anak saling memanggil
dengan kata “Acong”. Lantaran Fitri belum mengetahui kalau acong
itu nama lain anjing. Fitri pada waktu itu mengira bahwa Acong itu
nama orang. Namun seiring waktu berjalan,ia paham bahwa Acong
itu sama dengan Anjing.
Mengalami kondisi inilah Fitri semakin terdorong untuk
membenahi masyarakat disekitarnya walaupun ia adalah seorang
tuna netra. Untuk mengawali langkahnya itu, Fitri mendirikan
sebuah lembaga yang ia beri nama SAMARA (Satelit Masa Depan
Negara). Dari dasar inilah kemudian Fitri mendirikan sekolah gratis
bagi anak-anak tidak mampu sehingga tidak pernah atau tidak dapat
melanjutkan sekolahnya di sekolah formal.
Dengan menerapkan metode inklusi, Fitri berusaha berjuang
mendidik anak-anak yang secara ekonomi tidak terurus. Metode
Inklusi dapat diterjemahkan sebagai sistem belajar yang tidak
membeda-bedakan siswanya baik bagi yang ada kekurangan (cacat)
dengan mereka yang normal (tidak cacat). Mereka tidak dikotak-
kotakkan. Tidak memandang perbedaan sebagai pembatas untuk
menyatukan mereka.
Selangkah maju ke depan ternyata niat baik memang tidak
selamanya pula ditangkap baik oleh masyarakat. Perjuangan
memang demikian adanya, selalu ada saja kendala melintang di
tengah jalan. Bedanya adalah kendala itu bisa besar, sedang dan
kecil. Termasuk di sini langkah Fitri dengan berjuang mendidik
anak-anak cacat dan miskin tersebut menuai tuduhan miring, di
mana masyarakat ramai dalam sepi menuduh Fitri menjual nama
anak-anak itu untuk mendapatkan keuntungan dan sumbangan.
Tuduhan miring yang tidak membuat nyaman yang ia harus
hadapi dengan sabar. Fitri menjalani usaha mendidik anak-anak itu
dengan ikhlas. Untuk biaya operasionalnya pun berasal dari uang
pribadi dan semua jaringan (teman-kolega) Fitri yang bersimpati
serta peduli terhadap perjuangannya. Teman dan kolega Fitri
14 ~ Karya Anak Negeri: 25 Kisah Inspiratif dari Nusa Tenggara Barat
memang tersebar di berbagai tempat karena sosok Fitri yang
walaupun dengan segala keterbatasannya, ia tetap berjuang
menyelesaikan studinya sehingga dari perjalananya itu pun Fitri
banyak mengenal dan di kenal banyak orang sehingga hal itupun
sekaligus dijadikan jaringan oleh Fitri sendiri. Semua itu dilakukan
dalam rangka mencerdaskan anak-anak Indonesia diseluruh
pelosok negeri ungkapnya.
Sosok Fitri memang seolah terutus bagi anak-anak miskin dan
cacat untuk bisa mempunyai mimpi. Tambahan lagi, bahwa tidak
dapat dipungkiri kondisi sosiokultur masyarakat Lombok terkhusus
di Lombok Barat yang disaksikan oleh Fitri adalah rendahnya
kepedulian orang tua terhadap kelangsungan pendidikan anak. Hal
itu pula disebabkan oleh karena kemiskinan yang berkait
berkelindan dengan keterbatasan lapangan kerja sehingga banyak di
antara orang tua meninggalkan anak-anaknya untuk pergi menjadi
TKI/TKW di luar negeri. Dengan kondisi ini, maka banyak anak-
anak usia sekolah tidak bersekolah dan atau tidak dapat
melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi.
Perjuangan Terus Berlanjut
Dengan kondisi sosiokultur demikian, maka Fitri mendirikan
sekolah-sekolah mulai dari jenjang PAUD sampai SMA. Di
samping itu ia juga mendirikan sekolah purna SMA, yaitu Sekolah
Wirausaha. Tentu saja sekolah-sekolah yang didirikan Fitri ini tidak
bisa disamakan dengan sekolah-sekolah formal. Sekolah-sekolah ini
lebih menekankan bagaimana membangun, mentransformasi, dan
menyadarkan siswa-siswanya untuk dapat menghadapi dinamika
kehidupan yang penuh warna dan tantangan.
Awalnya mendirikan sekolah bagi anak remaja setingkat SD
dan SMP pada tahun 2011. Murid yang mendaftar berjumlah
sekitar 238 orang. Murid sebanyak ini harus dimanagemen dengan
baik agar dapat tertampung di sekolah yang pada dasarnya
gedungnya tidaklah terlalu luas untuk ukuran normal. Kelebihan
yang diberikan kepada Bu Fitri kemampuan yang lumayan cerdas
sehingga ia mengklasifikasi murid-murid tersebut dengan berbagai
kriteria. Dibagi-bagi menjadi beberapa kelompok sesuai tingkatan
umur. Dalam satu kelompok rombongan belajar biasanya terdiri
dari 20-30 orang peserta didik di mana jam belajar mulai dari pagi
Bagian Pertama: Pendidikan ~ 15
sampai sore.Dengan demikian gedung yang hanya mempunyai 3
kelas dengan ukuran “sempit-sempit” dapat disiasati.
Di sekolah non formal ini mereka ditempa agar menjadi
pribadi-pribadi tangguh dalam menghadapi berbagai kekurangan
yang dihadapi. Mereka dimotivasi untuk tidak merasa rendah diri
sekaligus agar merasa percaya diri berbaur dengan masyarakat
secara positif. Mereka juga diajarkan moralitas, bahwa manusia
sudah ditakdirkan mempunyai kekurangan dan kelebihan di mana
hal itu harus dapat diterima dengan lapang dada.
Sejalan waktu dinamika yang terjadi juga menuntut Ibu Fitri
tetap dapat berbuat agar lulusan sekolahnya yang setingkat
SD/SMP dapat melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi. Lagi-lagi
Ibu Fitri dibantu suaminya yang adalah seorang Sarjana Ekonomi
menginisiasi pendidikan Remaja setingkat SMA. Alasan
fundamennya adalah pertama, anak didik yang telah dididik pada
jenjang setingkat SMP sebagian besar tidak dapat melanjutkan
pendidkan ke jenjang SMA formal karena memang sekolah yang
bernaung di bawah Yayasan Samara bukanlah sekolah formal.
Kedua, pemerintah belum mempunyai sekolah khusus bagi lulusan
sekolah seperti yang dibuat Ibu Fitri, yaitu sekolah khusus bagi
mereka yang banyak kekurangan baik kekurangan ekonomi, fisik,
maupun mental. Dari pertimbangan ini, maka dibuatlah sekolah
pendidikan remaja sebagai lanjutan dari sekolah pendidikan anak.
Peran dari suami Ibu Fitri di sini lagi-lagi cukup besar, karena
sebagai seorang wiraswasta produktif, ia sekaligus menjadikan
dirinya sebagai mentor bagi pendidikan remaja setingkat SMA ini.
Mereka dididik untuk belajar mandiri dengan berbagai pendidikan
keterampilan. Seperti keterampilan menjahit, membuat kue,
keterampilan SPA seperti lulur, pijat, rias, dan seterusnya yang
mana semua keterampilan adalah cara Yayasan Samara untuk
mencarikan peluang untuk output-nya dapat bekerja.
Dalam pada itu Yayasan Samara mendapatkan berbagai
macam penghargaan. Pada tahun 2014 mendapatkan penghargaan
dari Kick Andy, dari Kementerian Agama Republik Indonesia, She
Can Tupperware, penghargaan dari SCTV, dan penghargaan-
penghargaan lainnya. Dari setiap diberi penghargaan itu Ibu Fitri
menggunakan dana-dana yang didapatkan untuk mendidik (melatih)
ibu-ibu dalam rangka dapat berkreativitas. Adapun bentuk latihan-
16 ~ Karya Anak Negeri: 25 Kisah Inspiratif dari Nusa Tenggara Barat
latihan yang diberikan adalah pembuatan dan managemen katering
yang terdiri dari, makanan kering dan basah. Di sini ada 9
kelompok ibu-ibu dengan setiap kelompok beranggotakan sepuluh
orang.
Sedangkan pendidikan bagi ibu-ibu lansia mereka diajari
kemasan, makanan sehingga, makanan-makanan ringan produk
lokal dapat dikemas secara baik dan higenis sehingga menarik
pembeli. Didorong rasa prihatin pula karena nenek-nenek banyak
yang dititipkan cucu oleh ibu/bapaknya yang pergi menjadi
TKI/TKW. Dengan kondisi ini mau tidak mau si kakek/nenek
harus ikut menanggung hidup si cucu sebelum kiriman dari ortu
mereka di luar negeri ada/datang.
Banyak kegiatan yang dilakukan Yayasan Samara tidak dari
bantuan luar melainkan dari usaha sendiri Ibu Fitri sebagai
pengusaha katering. Sedangkan usaha Suaminya memproduksi
berbagai jenis peci yang mempunyai pasar sampai luar negeri.
Semoga ke depan semua usaha Ibu Fitri dalam membantu
masyarakat miskin, anak-anak terlantar, anak-anak cacat dan
seterusnya dapat terus berlanjut.
Bagian Pertama: Pendidikan ~ 17
JAMALUDDIN ABDULLAH:
KETIKA ALAM MENJADI MADRASAH
Alam permai memang anugerah Tuhan tiada terkira.
Keindahan alam dengan topografi datar membentang laksana
lukisan yang lahir dari seorang maestro besar. Kiranya demikianlah
yang menjadi penopang dan penunjang utama keberadaan dari
Institusi Pendidikan Madrasah Tsanawiayah Alam Sayang Ibu
Lingsar Lombok Barat.
Nama : Jamaluddin Abdullah
Tempat Tanggal Lahir : 16 April
Alamat : Komplek Madrasah Alam Sayang Ibu
Lingsar
Pendidikan Terakhir : S3 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Pekerjaan : Ketua Yayasan Madrasah Alam Sayang
Ibu Lingsar, Lombok Barat
Hp. : 087881653090
Email : [email protected]
18 ~ Karya Anak Negeri: 25 Kisah Inspiratif dari Nusa Tenggara Barat
Memanfaatkan harmoni alamnya yang indah menawan MTS
Alam Sayang Ibu berdiri di areal seluas lebih kurang 3 hektar.
Sesuai dengan namanya Madrasah Alam, makamadrasah ini
tidaklah sama dengan madrasah pada umumnya sehingga Madrasah
Alam mencolok keberadaannya.
Konsekuensinya kemudian di madrasah ini tidak ada gedung
besar berbaris-baris. Hanya nampak dua buah gedung kira-kira
berukuran 8 kali 12 meter sebagai tempat pusat kegiatan sekolah
alam dilaksanakan. Dua gedung yang disekat unik, jikalau dilihat
sepertinya bukan tempat sekolah karena tidak terdapat nuansa
ruang kelas seperti gedung-gedung madrasah pada umumnya. Inilah
keunikan yang kasat mata dan mudah dilihat. Tentunya bagi mata
awam selintas membuat hati bertanya,“Bagimana sih proses belajar-
mengajar dapat berlangsung dalam kondisi demikian?”
Selanjutnya dua gedung tersebut ditopang oleh keberadaan
asrama-asrama baik asrama putra dan putri. Uniknya asrama-
asrama tersebut sepertinya tersembunyi dari hall utama dua gedung
tersebut. Jauh darinya asrama-asrama itu berdiri sehingga yang ada
adalah ruang hijau ditanami berbagai tanaman indah dilengkapi pula
dengan parit-parit kecil yang mengalir air di dalamnya tanpa henti,
memanjakan mata penghuni dan para pengunjungnya.
Jikalpengunjung berjalan ke arah barat kemudian berbelok ke
selatan dari dua gedung tak bersekat, nampaklah asrama putri.
Asrama ini lagi-lagi tampil berbeda dengan asrama-asrama
umumnya. Terbuat dari dominan kayu yang dibuat berpanggung,
asrama ini nampak elegan nan menawan. Tiang-tiangnya dari
pohon kayu yang masih nampak balutan alaminya tanpa
dimodifikasi dan diperhalus dengan alat penghalus.
Itulah asrama putri beratapkan ilalang yang diperindah
sedemikian rupa. Penulis sempat naik ke atas, perasaan sepertinya
damai sekali. Beraktivitas di rumah panggung dengan nuansa alam
yang permai sungguh membuat hati tenteram dan damai. Tidak
lupa pula asrama panggung ini dilengkapi dengan beranda depan
sehingga terkesan sepertinya kamar hanya dibutuhkan saat hendak
para santri beristirahat (tidur). Beranda yang luas di depannya tentu
saja memungkinkan bagi santri untuk dapat belajar, berdiskusi
maupun sharing dengan teman-temannya yang lain dalam satu
asrama. Apabila melangkah terus ke utara, melewati lapangan luas
Bagian Pertama: Pendidikan ~ 19
yang lebih tepat disebut sebagai lapangan sepakbola, lalu kemudian
melewati kebun-kebun rindang nampaklah kemudian asrama putra
Madrasah Alam Sayang Ibu. Di sini mata dimanjakan dengan
kolam-kolam ikan mengelilingi asrama itu. Ikan-ikannya berenang
lincah, selincah para santri yang beraktivitas menempati asrama-
asrama. Ikan-ikan itu berenang jelas tanpa beban. Kira-kira
begitulah nampak para santri yang mendiami Madrasah Alam
Sayang Ibu. Mungkin karena kondisi alamnya yang permai
membuat para penghuninya pun hidup at home seperti tanpa beban.
Asrama-asrama putra dan putri di MTS Alam ini sepertinya
beda-beda tipis dengan keberadaan vila-vila yang menjadi tempat
peristirahatan. Hal ini disebabkan karena di satu sisi tampilan
asrama yang unik dan indah, pun di sisi lain terdapat taman dan
ruang alam yang luas membentang dihadapan. Asrama-asrama yang
ada juga dilengkapi pula dengan bangunan pelengkap tempat para
tamu dapat menginap.
Perlahan-lahan yang membuat kagum juga adalah di mana
penulis mulai menyadari bahwa bentuk-bentuk bangunan asrama-
asrama ternyata merupakan hasil duplikat dari keberadaan
bangunan 3 etnik yang ada di NTB. Misalnya asrama putri
memperlihatkan duplikat rumah adat yang ada di Bima dan
Sumbawa. Begitu pula dengan asrama putra. Sedangkan bangunan
bercorak Lombok dengan rumah bercorak lumbung padi sebagai
tempat para tamu-tamu yang hendak menginap.
Manajemen MTS Alam Sayang ibu tidak menerima siswa-
siswi dalam jumlah besar. Maksimal dalam tiap tahun ajaran baru
MTS Alam Sayang Ibu hanya dapat menerima maksimal 40 siswa,
di mana 20 putra dan 20 putri. Untuk masuk di sini pula ada tes
yang harus dilalui seperti harus lancar membaca al-Qur‟an sehingga
nantinya dapat mengikuti irama yang diaplikasikan di MTS Alam
nan elok ini.
Nah disinilah letak menariknya sekolah alam. Sekolah yang
didesain untuk melahirkan generasi-generasi unggul di masa depan.
Sekolah yang tunduk pada kurikulum madrasah di bawah naungan
Kementerian Agama dengan metode dan pendekatan berbeda.
Oleh karenanya perlu disosialisasikan keberadaanya sehingga
dapatlah kiranya masyarakat mendapatkan informasi yang
terintegral.
20 ~ Karya Anak Negeri: 25 Kisah Inspiratif dari Nusa Tenggara Barat
Bagian Pertama: Pendidikan ~ 21
Ibaratnya sebuah tujuan. Satu tujuan didekati lewat jalan yang
berbeda. Itulah Madrasah Alam. Tentunya kemudian tidaklah
sesederhana itu, namun demikian pada cara mendekatinya itu
terdapat harapan-harapan besar agar dalam rangka mencapai tujuan
itu menjadi sempurna.
Dengan adanya pendekatan dan metode yang berbeda tentu
saja ada harapan besar output yang lahir adalah generasi unggul.
Untuk itu, Madrasah Alam mempunyai prospek cerah ke depan
sehingga secara kuantitas juga perlu untuk dibangun lagi. Ini adalah
peluang besar bagi banyak pihak untuk bersama-sama menjawab
tantangan pendidikan ke depannya sehingga dari sini dapat pula
diharapkan baik masyarakat luas, swasta maupun pemerintah dapat
membuat alternatif sekolah alam seperti yang dicontohkan oleh Pak
Je Abdullah.
Sedangkan keberadaan (eksistensi) Madrasah Alam Sayang
Ibu ini sesungguhnya sangat bergantung pada amal jariah dari
keluarga Pak Je Abdullah sendiri. Adalah berkat kemuliaan hati dari
orang tua Pak Je Abdullah, maka Madrasah Alam Sayang Ibu dapat
menempati areal yang cukup luas. Seperti yang disampaikan Pak Je
bahwa lokasi tempat berdirinya Madrasah Alam Sayang Ibu adalah
amal jariah dari orang tuanya sendiri.
Salam sejahtera untuk keluarga Pak Je Abdullah yang telah
dengan ikhlas menghibahkan tanah miliknya untuk membangun
madrasah bagi membangun generasi unggul tentunya. Dengan ini
kemudian siapapun pihak-pihak yang kira-kira mampu mendirikan
dan membangun Madrasah Alam dengan pendekatan dan metode
holistik terintegrasi antara teori dan prakteknya terbuka jalan untuk
itu. Semoga ke depannya Madrasah Alam bisa berkembang baik
secara kualitas maupun kuantitas.
Menurut Pak Je Abdullah ada tiga kegiatan besar yang
dipusatkan di Madrasah Alam, yaitu: pertama, Madrasah Alam
bersifat formal; kedua, Ada Kebun Ilmu Pengetahuan (science
garden);ketiga, Pusat Pelatihan (training center).
Kata kunci dari tiga kegiatan itu adalah exercise (latihan).
Melatih anak didik agar terbiasa. Terbiasa disiplin, terbiasa berfikir
kritis, terbiasa bermoral baik. Intinya terbiasa hidup positif. Guna
mewujudkan latihan-latihan itu, maka Madrasah Alam Sayang Ibu
22 ~ Karya Anak Negeri: 25 Kisah Inspiratif dari Nusa Tenggara Barat
menerapkan berbagai model pembelajaran dan kegiatan kreatif,
yaitu:
1. Project Based Learning. Di sini peserta didik diarahkan untuk
memahami konsep dasar materi pelajaran dengan menemukan
sendiri (discovery) melalui berbagai eksperimen dan praktik
langsung. Output yang diharapkan adalah timbulnya tradisi riset
pada diri masing-masing siswa.
2. Outing Class. Dunia adalah ruang kelas terbuka bagi siswa-siswi
Madrasah Alam, sehingga siswa didik mempunyai banyak
kegiatan di luar ruangan kelas. Melalui kegiatan outing Class ini
siswa diharapkan dapat memahami materi dalam aplikasi yang
lebih luas dan beragam. Outing class ini menjembatani teori di
dalam kelas langsung dipraktekkan di luar kelas.
3. English Buddy.Program ini merupakan salah satu cara untuk
menjadikan Bahasa Inggris sebagai bahasa komunikasi Sehari-
hari. Untuk kelancaran program ini madrasah mendatangkan
volunteer dari berbagai negara yang akan membimbing anak didik
meningkatkan kapasitas berbahasanya. Sekaligus para volunteer
ini juga berbagi beragam keterampilan hidup, life skill mereka
sebagai seorang volunteer. Program ini digagas melalui kerjasama
dengan mitra Madrasah Alam Sayang Ibu seperti Hidden Trip
Lombok dan Lombok Eco international Conection (LEIC).
4. Student’s Exhibition.Ajang pameran digelar untuk uji kompetensi
peserta didik terhadap proses belajar yang telah mereka lalui. Di
sini tidak semata-mata peserta didik diniatkan untuk menjadi
juara, namun yang jauh lebih penting adalah memberikan ruang
kepada peserta didik untuk mempublikasikan karya-karyanya
kepada masyarakat. Akhirnya tujuan pendidikan seperti ini
adalah untuk melatih kepercayaan diri masing-masing peserta
didik dan melatih kemampuan berkomunikasi mereka di
hadapan khalayak ramai.
5. Meet The Great, Meet the People.Program ini menyediakan ruang
bagi peserta didik untuk bersua dengan para tokoh-tokoh
inspiratif. Mulai dari tokoh lokal, nasional sampai tokoh-tokoh
international. Tujuannya dalah untuk menggugah para peserta
didik agar terus dapat berkarya seperti para tokoh-tokoh itu.
6. Olahraga dan Seni. Program olah raga dan seni yang
diselenggarakan oleh Madrasah Alam Sayang Ibu
Bagian Pertama: Pendidikan ~ 23
Adalah kegiatan ektrakurikuler, seperti, pencak silat, pramuka
dan seni musik. Selain itu terdapat juga program olah raga harian
guna menjaga kesehatan dan kebugaran anak didik.
Dari program-program di atas peserta didik diharapkan
mempunyai keunggulan kompetitif, yaitu: pertama, hafal al-Qur‟an
minimal 3 juz ditambah dengan hafalan ayat-ayat pilihan. Kedua,
mampu berkomunikasi dalam bahasa Sasak, Indonesia, Arab, dan
Inggris. Ketiga, memiliki kemampuan membaca, menulis,
berbicara, dan mendengar secara efektif (soft skill of independet
learner). Keeempat, mampu berfikir logis, belajar mandiri,
bekerjasama memcahkan masalah, dan kreatif inovatif-produktif
bagi menghadapi tantangan abad 21. Kelima, berbadan sehat dan
memiliki karya nyata.
Selain itu untuk menopang kemampuan literasi yang kini
tengah gencar diprogramkan oleh pemerintah khususnya
pemerintah NTB MTs Alam Sayang Ibu meresponsnya dengan
program “Pizza” before bad, yaitu membaca 30 menit sebelum tidur.
Seolah-olah membaca diumpamakan sebagai, makanan yang harus
dikonsumsi bagi kelangsungan hidup. Sukses selalu untuk
Madrasah Sayang Ibu…!
24 ~ Karya Anak Negeri: 25 Kisah Inspiratif dari Nusa Tenggara Barat
SYAHRUNA A. KARIM:
ORANG BIMA, PENDUDUK KEHORMATAN
AMERIKA
Terampil berbahasa Inggris menjadi keinginan banyak orang
terutama mereka yang berada pada masa umur produktif. Hal ini
dikarenakan hampir semua perusahaan ataupun instansi sering
mensyaratkan skill bahasa Inggris sebagai salah satu syarat untuk
diterima bekerja. Lebih jauh dari itu bahasa Inggris merupakan
salah satu bahasa internasional yang pemakaiannya sudah sangat
luas sehingga masing-masing orang dituntut dapat berkomunikasi
dalam bahasa ini.
Nama : Syahruna A. Karim
Tempat Tanggal lahir : Bima, 5 Mei 1988
Alamat : Bima
Pendidikan terakhir : S1 Bahasa Inggris Univeristas Muslim
Pekerjaan Indonesia, Makasar.
: Direktur Foreign Languange Institute
Hp.
Email Kota Bima
: 082247299798/ 081338422678
: [email protected]
Bagian Pertama: Pendidikan ~ 25
Dalam latar belakang demikian muncullah seorang yang
bernama Syahruna A. Karim mencoba menawarkan kursus bahasa
Inggris “gratis”. Baginya hal itu merupakan bagian dari cara untuk
mengabdi kepada masyarakat. Oleh karenanya terhitung sejak tahun
2013,Pak Syaruna A. Karim telah banyak membantu siswa-siswi
SMP-SMA dalam rangka mengasah keterampilan berbahasa
Inggrisnya di lembaga Foreign Languange Institute yang ia dirikan.
Lembaga Pak Syahruna ini tampil unik di mana peserta
kursusnya adalah siswa-siswi SMP-SMA aktif. Artinya ia bukanlah
peserta yang sudah selesai dari sebuah sekolah menengah atas yang
kemudian biasanya melanjutkan kursus bahasa Inggris seperti yang
diketahui selama ini. Orientasi pesertanya yang demikian kemudian
memungkinkan lembaga ini seperti kegiatan ekstrakurikuler bagi
pesertanya.
Apa yang dilakukan oleh Pak Syahruna sebenarnya
merupakan impact dari keberadaannya sebagai orang yang
mempunyai talenta mumpuni di bidang bahasa Inggris. Selesai pada
Jurusan Bahasa Inggris di Universitas Muslim, Makasar pada tahun
2002 ia kemudian telah banyak mengalami berbagai peristiwa
penting dalam mengikuti alur kehidupannya sebagai seorang
sarjana. Termasuk dalam kaitannya dengan keberadaan Foreign
Languange Institute yang telah sedang ia bina.
Dalam suatu masa pernah mengikuti training pemimpin muda
tingkat dunia yang diadakan oleh Pemerintah Amerika Serikat di
Virginia dan Washington Dc tahun 2009 yang mengantarkannya
mendapatkan penghargaan penobatan sebagai penduduk
kehormatan Kota Ronoake Virginia USA. Peristiwa inilah
sesungguhnya yang telah mengubah haluan hidupnya sehingga kini
memerankan diri sebagai direktur di Foreign Languange Institute di
Bima Kota.
Sebagai penduduk kehormatan di Amerika Serikat ia
kemudian dengan mudah menawarkan berbagai program dan
kerjasama dengan pemerintah AS. Sampai kemudian ia balik ke
Bima guna membangun lembaga kursus Bahasa Inggrisnya yang
sebenarnya merupakan bagian dari kerjasamanya dengan
Pemerintah Amerika Serikat-Pemerintah Indonesia-Pemerintah
Daerah Kota Bima. Riilnya kemudian buku-buku dan metode serta
pendekatannya berasal dari Pemerintah Amerika Serikat. Sedangkan
26 ~ Karya Anak Negeri: 25 Kisah Inspiratif dari Nusa Tenggara Barat
dari pemerintah Indonesia memberikan dukungan berupa pengajar
dari dosen-dosen pusat bahasa Univesitas Indonesia. Di samping
itu perekrutannya juga diseleksi sedemikian rupa yang mana tim
penyeleksinya dari Pusat Bahasa Universitas Indonesia yang
dikirimkan ke Bima. Sedangkan Pemerintah Kota Bima
memberikan akomodasi berupa gedung tempat berlangsungnya
proses belajar mengajar bagi eksistensi Foreign Languange Institut.
Dari sini pun Pak Syahruna membuat terobosan. Siswa-siswi
yang secara ekonomi berkecukupan dikenai biaya, sementara yang
kurang mampu digratiskan sehingga kursus bahasa Inggris ini dapat
menjangkau semua level tingkatan sosial.
Sejak tahun 2013 ia telah mendidik siswa-siswi SMP-SMA
yang mana siswa-siswi SMA yang kini telah lulus dari sekolah
mereka ada di berbagai perguruan tinggi besar seperti UGM, UI,
UNPAD, UNRAM, dan lain-lain. Diharapkan siswa-siswi didiknya
dapat mengembangkan diri sehingga kelak dapat mendapatkan nilai
Toefel di atas standar sehingga dapat melanjutkan studi ke luar
negeri. Untuk mencapai hal itu memang selalu terbuka karena
siswa-siswi dididik dengan teknik untuk menjadi lebih mudah
menguasai bahasa Inggris yang kurikulumnya dari Amerika Serikat.
Biografi Lengkap Syahruna A. Karim
Syahruna menyelesaikan Strata Satu (S-1) Bahasa dan Sastra
Inggris Universitas Muslim Indonesia, makassar (2002); menjadi
tenaga penerjemah resmi Pertemuan Pengusaha Eropa,
Australia,dan Singapore dengan KADIN Sulawesi Selatan (2004-
2005); Pemimpin Redaksi/Penanggung Jawab Harian Umum Suara
Mandiri (2003-2006); Dosen STAI Muhammadiyah Bima (2007-
2008);Dosen AKBID Harapan Bunda Bima (2009-2011);Pembantu
Direktur III AKBID Surya Mandiri Bima (2007-sekarang);Dosen
POLTEKES Mataram Prodi Keperawatan Bima (1999); Pencetus
dan Pendiri Pencanangan Desa Agrowisata di desa Parado Rato
(1999); Pencetus dan Pendiri Kecamatan Parado (1995-1997);
Sekjen DPW Ikatan Pecinta Retorika Indonesia Sulawesi Selatan
(1994);Menghadiri Undangan Gubernur LEMHANAS Letjend
TNI Moetojib untuk membicarakan masalah Wawasan Nasional
(1995); Menghadiri undangan Menteri Koordinator Bidang Politik
dan Keamanan RI untuk membicarakan masalah Disiplin Nasional
Bagian Pertama: Pendidikan ~ 27
dan Stabilitas Nasional (1996); Menghadiri undangan Menteri
Negara Perumahan Rakyat RI untuk membicarakan masalah
Pemilu 1997 dan Sidang Umum MPR 1998 (1995); Menghadiri
undangan Menteri P dan K dan undangan Menteri Penerangan RI
untuk mengikuti Tatap Muka Mahasiswa Tingkat Nasional (1995);
Melakukan Penelitian tentang The Existance of four- Star Hotels in,
makassar Observed from Pancasila(1996); Melakukan Penelitian tentang
English Speaking Performance of Staff Hotels in, makassar(1997);
Melakukan penelitian masalah Budaya dan Pariwisata di Kabupaten
Bima dengan JudulThe Problem of Tourism Development in Bima
Regency(2002) ; Mengadakan Kerja sama dengan Devisi VI TVRI
Sulawesi,Maluku, Irian Jaya atas Nama LSM Pariwisata Bima
tentang pengembangan dan promosi pariwisata dan budaya Bima
(1999-2000); Wartawan Majalah Koreksi Sulawesi Selatan (1999-
2002); Direktur International Service Rotaract-Rotary International
untuk Wilayah Timur Indonesia (2002); Penerjemah Kepercayaan
Anggota Badan Intelegen Negara (BIN) pada pertemuan dengan
Dubes Inggris dan Anggota Parlemen Inggris masalah kasus
Ambon dan Poso (2006). Sekarang adalah Director Of foreign
Language Institute Kota Bima-Indonesia.
28 ~ Karya Anak Negeri: 25 Kisah Inspiratif dari Nusa Tenggara Barat
AANG KUSNADI YAMIN:
BERJUANG UNTUK ANAK-ANAK
DESANYA
Lahir dari keluarga besar berprofesi guru, Aang Kusnadi
Yamin kemudian mempunyai cita-cita atau impian menjadi guru
seperti kedua orang tuanya. Setelah selesai di Sekolah Tinggi
Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) Hamzanwadi Pancor
Jurusan Bahasa Inggris, Yamin aktif di karang taruna di Desa Sepit
Kecamatan Keruak. Sebagai pemuda yang aktif di Karang Taruna
Mercusuar Desa Sepit, Yamin menggerakkan potensi-potensi yang
ada di Desa.
Nama : Aang Kusnadi Yamin
Tempat Tanggal Lahir : Sepit
Pendidikan Terkahir : S1 Bahasa Inggris STKIP Selong
Pekerjaan : Kepala pada lembaga Pendidikan dan
Email Pelatihan El-Yamin Terampil
: [email protected]
Bagian Pertama: Pendidikan ~ 29
Yamin sendiri di organisasi karang taruna menempati Seksi
Ekonomi Kreatif. Ia juga aktif di kepengurusan masjid sebagai
anggota Remaja Masjid Nurul Iman Montong Waru. Selang
beberapa lama kemudian, Desa Sepit mengalami pemekaran-
pemekaran sehingga Dusun Yamin menjadi Desa Setungkep lepas
dari desa induknya Desa Sepit. Dengan demikian langsung saja
masyarakat desa mempercayakan Yamin sebagai Ketua Karang
Taruna di desa yang baru itu.
Muncul pertanyaan, apa yang istimewa dari seorang pemuda
Yamin? Dalam pidato selayang pandang di hadapan penyelenggara
pemilihan Pemuda Pelopor Bela Negara Provinsi NTB dapat
diketahui bahwa sosok pemuda Yamin ini mempunyai tekad yang
sangat kuat dalam rangka membangun desa kelahirannya.
Kendatipun sebenarnya mudah bagi Yamin untuk melakukan
mobilitas sosial di mana setelah ia menyelesaikan Strata 1 pihak
kampus sudah menawarkan beasiswa untuk melanjutkan studi ke
Strata 2. Hal itu bagi kampus tidak berlebihan karena sosok
pemuda Yamin merupakan sosok pemuda potensial terbukti
dengan hasil wisudanya yang menobatkan ia sebagai alumnus
STKIP dengan predikat summa cummlaude.
Namun demikian tawaran itu ia tolak lembut demi
mewujudkan keinginan awalnya mengabdikan diri bagi
masyarakatnya yang baru saja dilepas dari desa induknya. Tentu saja
pemuda Yamin adalah pemuda langka, menolak pragmatisme demi
idealisme. Menolak sesuatu yang menjanjikan secara individu dan
keluarganya, namun memilih berbuat untuk lingkungannya, demi
masyarakat banyak. Tentu hal ini tidak mudah kecuali memang
pada diri orang itu telah tertanam tekad dan jiwa luhur.
Cita-citanya yang tersemaikan sejak kecil ia ingin wujudkan,
yaitu sebagai guru kendatipun guru bagi mereka yang tidak dibatasi
oleh sekat-sekat formalitas. Guna mewujudkan tekadnya itu pun
pemuda ini tidak mempunyai modal selain modal yang melekat
pada dirinya, yaitu tekad kuat. Untuk mensiasati hal itu, Yamin
harus merelakan sepeda motor dan perhiasan istrinya yang pas-
pasan untuk dijual guna mendapatkan seperangkat komputer yang
nantinya dipakai sebagai fasilitas belajar mengajar.
30 ~ Karya Anak Negeri: 25 Kisah Inspiratif dari Nusa Tenggara Barat
Tentu saja tekad
ini mendapatkan
cemoohan, cibiran, dan
sisnisme dari warga
sekitar. Ia pun tiba-tiba
bergelar pahlawan, tapi
pahlawan kesiangan,
sebuah gelar yang
orang-orang tentu tidak
inginkan. Semua orang
mau diberi gelar yang
baik-baik, namun hal
itu tidak menyurutkan
sedikitpun niat dan
tekad si Yamin untuk
berbuat bagi generasi
yang sangat
memerlukan
pendidikan.
Yamin seolah telah diutus untuk menghadirkan pendidikan
dan pelatihan bahasa dan komputer bagi generasi mendatang
desanya. Sebab dalam sebuah hikmah terdapat himbauan untuk
mendidik generasi mendatang karena generasi mendatang ini
mempunyai tantangan yang sudah pasti sangat berbeda dengan
tantangan generasi saat ini. Dalam kata lain, Yamin adalah sosok
pemuda tercerahkan, di mana ia peduli dan sadar problema
masyarakatnya sembari serius mencarikan jalan keluar (solusi) bagi
penyelesaian problema tersebut. Dalam pada itu,istri yamin, yang ia
nikahi pada agustus 2013, begitu taat dan tunduk serta selalu men-
support Yamin dalam langkahnya yang hendak berbuat bagi
masyarakat/generasi masa depan. Teladan bagi banyak orang
sehingga pantas memang pemerintah memberikannya penghargaan
sebagai pemuda pelopor.
Bagian Pertama: Pendidikan ~ 31
Dengan hasil penjualan motor dan perhiasan istrinya, Yamin
dapat membeli komputer sebanyak empat unit beserta
kelengkapannya seperti meja-mejanya. Dengan banyak siswa yang
belajar sebanyak 20 orang. Yamin harus mensiasati sedemikian rupa
agar waktu belajar siswanya bisa kebagian waktu belajar, mengingat
waktu sekolah tidak bisa dipakai sebagai waktu belajar Bahasa
Inggris dan Komputer di lembaga yang Yamin dirikan yang
bernama Lembaga Pelatihan El-Yamin Terampil.
Bagi Yamin alasan lain bagi perlunya ia mendirikan lembaga
pendidikan dan pelatihan adalah anak-anak di desanya tidak harus
terus keluyuran bermain di waktu kosongnya. Di sisi lain ketika
Desa Setungkep masih diwacanakan hendak akan mekar banyak
kawan-kawannya yang seolah mengejek, bagaimana Setungkep mau
menjadi desa generasi-generasinya tidak ada yang dapat diandalkan.
Program word aja masih belum kenal, seperti itu jeweran dari
kawan-kawan Yamin yang bagi Yamin sangat memotivasi dirinya.
Hal ini yang terjadi sehingga Yamin merasa harus berbuat agar
generasi di desanya lebih tanggap terhadap perubahan zaman yang
penuh dengan tantangan apalagi di era yang disebut-sebut sebagai
era globalisasi di mana perubahan-perubahan begitu cepat terjadi.
Tidak lain pemicunya adalah pesatnya perkembangan teknologi
informasi yang mau tidak mau harus mengambil bagian di
dalamnya jikalau tidak hendak menjadi pecundang.
Biaya pelatihan komputer di Lembaga El-Yamin ini gratis,
alias tidak bayar sama sekali. Itulah mengapa Yamin dikatakan
sebagai pahlawan kesiangan. Bagi Yamin senda gurau anak-anak
yang mau belajar cukup sebagai upah sekaligus menghibur lara
hatinya yang gundah menyaksikan generasi-generasi di desanya
yang kalau-kalau tidak bisa mengikuti irama zaman. Alhamdullilah
dari lembaga yang saya dirikan ini mampu membantu meringankan
beban pemerintah desa dan orang tua wali dalam meningkatkan
skill dalam bidang kebahasaan dan teknologi komputer. Oleh
karenanya, Desa Setungkep pun dapat berbuat lebih banyak bagi
membangun masyarakat desanya sendiri, ungkap Yamin bangga.
Guna mendapatkan rasa bangga inilah Yamin rela bersusah
payah, menerima hinaan dan cobaan dari lingkungannya, menolak
kesenangan dunia pragmatis. Padahal seperti disampaikan terdahulu
kalau saja ia menerima tawaran institusi STKIP Hamzanwadi
32 ~ Karya Anak Negeri: 25 Kisah Inspiratif dari Nusa Tenggara Barat
Selong guna melanjutkan studi ke Strata 2, maka hal-hal
menyakitkan itu tidak perlu ia alami. Memang ketika Yamin
menolak tawaran itu pihak keluarga (ibu dan bapaknya) sempat
kecewa, namun Yamin secara perlahan memberi pengertian kepada
keduanya sehingga kedua orang tuanya memaklumi dan
mendukung perjuangan Yamin walaupun hanya dukungan moral.
Bagian Pertama: Pendidikan ~ 33
NURSYDA SYAM:
MENEBAR KUTU BUKU DI KLU
Nursyda memutuskan untuk kembali ke rumahnya di Tanjung
KLU. Pilihan ini harus dieksekusi walaupun sebenarnya ia kini
tengah mengikuti suaminya tinggal di Pade Mare Lombok Timur.
Pilihan inipun ia diskusikan dengan suaminya. Hasilnya kemudian
Sang Suami dapat mengerti, alasan-alasan, kemauan, dan cita-cita
Nursyda di mana, kemudian Suaminya pun setuju mengikuti untuk
kembali ke Tanjung.
Nama : Nursyda Syam
Tempat Tanggal Lahir : Tanjung KLU, 17 Agustus 1979
Alamat : Tanjung KLU
Pendidikan Terakhir : S1 PPKP IKIP Negeri Yogyakarta
Pekerjaan : Ketua Rumah Baca KLU
Hp. : 081933132269
Email : [email protected]
34 ~ Karya Anak Negeri: 25 Kisah Inspiratif dari Nusa Tenggara Barat
Keputusan Nursyda untuk kembali ke tempat lahirnya adalah
dalam rangka mengembangkan Komunitas Rumah Baca yang
sudah mulai ia rintis di rumah suami di Lombok Timur.
Disebabkan karena alasan sulitnya „menundukkan‟ masyarakat
Lombok Timur dikarenakan berbagai hal termasuk kurang
mengerti dan pahamnya terhadap kecenderungan-kecenderungan
masyarakatnya. Bagi Nursyda yang baru memasuki Lombok Timur
mengikuti suami adalah hal yang kurang bersahabat, karena
bagaimanapun Lombok Timur bukanlah tempat kelahirannya
sehingga mungkin itu yang membuatnya kurang match untuk
menetap dan mengembangkan rumah bacanya di sana. Ia kukuh
hendak mengembangkan komunitas Rumah Baca di KLU.
Ditambah sebelum menikah dengan Suaminya mereka sudah
bersepakat untuk mengembangkan Komunitas Rumah Baca di
mana si Suami harus mendukung kegiatan ini. Bahkan sebagai
bentuk semangatnya untuk itu, ia waktu menikah hanya meminta
mahar (maskawin) hanya satu eksemplar buku fiqih Imam Syafi‟i.
Memulai hidup di Tanjung bersama Suami, Nursyda langsung
cction mendirikan Komunitas Rumah Baca. Selangkah kemudian
banyak nada-nada sumbang dari tetangga bahwa gerakan Nursyda
membuat Rumah Baca merupakan langkah strategis untuk
mendapat simpati agar dapat mencalonkan diri sebagai kepala desa.
Berbagai rumor tidak ditanggapi Ibu Nursyda ia yang memang
sedari awal telah mempunyai tekad terus berjalan.
Mengajak masyarakat bagi suatu hal yang relatif baru apalagi
mengajak untuk mencintai membaca tentulah tidak mudah. Apalagi
bagi masyarakat KLU yang pada dasarnya adalah masyarakat yang
jauh dari pengaruh baca-membaca. Ibu Nursyda sempat
ditertawakan, „mending ajak kita, makan-makan dan buat kue‟
seolah-olah demikian sikap masyarakat terutama ibu-ibu rumah
tangga dan remaja yang ia bujuk menjadi kutu buku.
Apalagi rumah Baca Ibu Nursyda diberi label perempuan,
yaitu“Rumah Baca Perempuan”. Dari namanya saja sudah
berkecenderungan feminim sehingga kesannya pun sepertinya
ajakan menjadi kutu buku hanya untuk para ibu-ibu dan remaja
perempuan saja. Namun demikian itu hanyalah sebuah label di
mana pada kenyataannya semua tingkatan masyarakat sebenarnya
terlayani oleh rumah baca yang digagas Ibu Nursyda.
Bagian Pertama: Pendidikan ~ 35
Dalam perjalanan selanjutnya, Ibu Nursyda lebih fokus
mengajak keluarga sekitarnya untuk gemar membaca. Perlahan
tetapi pasti pengaruhnya pun menggema. Dua anak Ibu Nursyda
yang memang menjadi keluarga dekat yang mengagas Rumah Baca
mempunyai perbedaan dengan teman-teman sebayanya. Dari
fenomena ini masyarakat pun mulai tertarik, mengapa keluarga-
keluarga dekat Ibu Nursyda mempunyai wawasan yang lebih
dibandingkan dengan masyarakat umum? Jawabannya dengan
mudah mereka dapatkan, yaitu karena Ibu Nursyda mempunyai
Rumah Baca yang menyediakan berbagai jenis dan level buku untuk
mencerdaskan masyarakat. Pengaruhnya pun mulai terasa ketika
ada seorang Kadus yang tertarik dengan Rumah Baca Ibu Nursyda.
Sang Kadus pun larut dalam membaca buku-buku yang ia pinjam
dari Rumah Baca Perempuan.
Sungguh inilah pintu dan jalan bagi Pak Kadus dan Rumah
Baca Perempuan bertransformasi. Pak Kadus yang tadinya rada-
rada pendiam dan tidak visioner perlahan-lahan menjadi Kadus
yang tangkas dan berani. Dengan kata lain,Pak Kadus mulai
terampil dan cakap dalam menuangkan gagasan-gagasannya di
dalam rapat-rapatnya dengan kepala desa dan warga ataupun
masyarakat luas.
Perubahan yang dirasakan Pak Kadus sebenarnya
membuatnya berterimakasih pada Rumah Baca Perempuan yang
digagas Ibu Nursyda. Ia pun merasa tertarik dan bersimpati
terhadap inisiasi Rumah Baca Perempuan. Dari sini pun Pak Kadus
mengkampayekan penting dan perlunya keberadaan gagasan Ibu
Nursyda untuk diperluas dan diperbanyak.
Dengan peran Pak Kadus yang terus mendorong masyarakat
untuk gemar membaca, menjadi kutu buku, keberadaan Rumah
Baca pun di rasa semakin urgen di tengah-tengah masyarakat.
Mulailah kemudian masyarakat luas yang bergerak meminta nasehat
dan pertimbangan-pertimbangan dari Ibu Nursyda agar dapat
mendirikan rumah-rumah baca di masing-masing kecamatan yang
ada Di KLU. Ibu Nursyda pun kebanjiran permintaan, namun
demikian ia mencoba menyeleksi rumah-rumah baca mana saja
yang perlu ditindaklanjuti agar pendiriannya sedapat mungkin
representatif bagi efektivitas dan efisiensi. Dari hasil seleksi
36 ~ Karya Anak Negeri: 25 Kisah Inspiratif dari Nusa Tenggara Barat
tersebut, maka berdirilah rumah-rumah baca di semua kecamatan di
KLU sejumlah 21 Rumah baca dengan 3 rumah Baca rintisan.
Rumah Baca Menuai Berkah
Berdiri pada tahun 2008 Rumah Baca Perempuan Ibu
Nursyda Syam banyak mengalami berbagai dinamika. Awal-awal
merintis sudah dipastikan banyak terdapat halangan-halangan dan
kesulitan-kesulitan mengembangkan Rumah Baca. Akhirnya
halangan dan rintangan-rintangan satu persatu dapat disingkirkan
sehingga pada tahun 2011 keberadaan gerakan Rumah Baca
Perempuan Ibu Nursyda mulai diakui keberadaannya. Dalam kata
lain, masyarakat KLU sudah tidak lagi menganggap Rumah baca
sebagai sesuatu yang tidak bermanfaat, namun kini telah diterima
sebagai suatu kebutuhan.
Dalam hal ini juga, pemerintah pun mengakui dan
memasukkannya sebagai salah satu program dalam mewujudkan
Kabupaten KLU yang maju dibidang literasi. Hal ini seperti gayung
bersambut di mana baru-baru ini Pemerintah provinsi NTB
melaunching Program Literasi NTB.Program ini dilatari rendahnya
budaya literasi masyarakat Indonesia pada umumnya dan NTB
khususnya.Sedangkan untuk memadukan Program Literasi di KLU
menjadi tidaklah sulit karena sudah bertahun-tahun Ibu Nursyda
telah memulainya dari diri dan keluarga dekatnya. Sebagai bentuk
pengakuan dan penghormatan pemerintah terhadap jasanya yang
luar biasa, maka Pemerintah KLU pun menetapkan 20 Juni sebagai
Hari Literasi bagi KLU.
Pengakuan-pengakuan atas sumbangsih Ibu Nursyda pun
mengalir tidak terbendung. Mulai ketika Kompas pada tahun 2011
silam juga mengekspos Ibu Nursyda sebagai sosok di salah satu
halamannya. Sejak itupun Ibu Nursyda menjadi bahan
perbincangan tidak saja di tingkat lokal namun juga ditingkat
nasional.
Setelah Kompas mengangkat kiprahnya, berturut-turut media-
media lain ikut juga mengibarkan nama ibu Nursyda. Metro TV
dalam Acara Kick Andy, SCTV dalam acara, Majalah See Can
Taper Ware, Media Indonesia dan Lombok Post juga mencoba
mengangkat sosok Ibu Nursyda. Sepertinya Ibu Nursyda telah
menapaki sebuah fase baru dalam perjuangannya yang kini sepertinya
Bagian Pertama: Pendidikan ~ 37
38 ~ Karya Anak Negeri: 25 Kisah Inspiratif dari Nusa Tenggara Barat