TGH. HASANAIN JUAINI
MENANAM PADI RUMPUT TUMBUH JUA
TGH. Hasanain Juaini adalah Pimpinan Pondok Pesantren
Nurul Haramain NW Narmada Lombok Barat. Kiprahnya yang
fenomenal dalam rangka mengembangkan pondok pesantrennya
membuatnya masyhur, tidak saja di tataran lokal namun juga di
tataran nasional, bahkan di level internasional. Dialah salah satu
generasi NW yang mempunyai kerangka pikir global.
TGH. Hasanain Juaini
Nalar TGH Hasanain perlu sekali diinternalisasikan ke
jantung masyarakat NTB dalam rangka dapat melanjutkan tindak-
tanduknya mengembangkan sistem pendidikan yang terintegral. Ia
hendak mewujudkan sistem pendidikan yang kosmopolit.
Pendidikan di mana setiap anggota/individu mampu berpandangan
internasional sehingga dapat menjadi warga dunia yang tercerahkan.
Bagian Keempat: Lingkungan ~ 139
140 ~ Karya Anak Negeri: 25 Kisah Inspiratif dari Nusa Tenggara Barat
Hasanain sangat memahami lokus perjuangannya di mana ia
harus menggapai dan membuktikan bahwa warga NTB khususnya
santri-santri yang lahir dari pondok Pesantren NW dapat menjadi
warga dunia yang berwasawan luas dan Qur‟ani. Dari sinilah
kemudian akan ada harapan terbentuknya masyarakat yang
berperadaban tinggi.
Sosok TGH. Hasanain sesungguhnya mencerminkan sosok
yang kaya dengan dialektika ilmu pengetahuan. Ia adalah sosok
berwawasan di mana ilmu pengetahuannya mengenai agama dan
dunia sangat luas namun berimbang. Seolah hendak mentahbiskan
tuntutan pribadi manusia yang baik adalah yang menyeimbangaka
antara wahyu dan akal. Hal ini namPak Jelas dalam berbagai tulisan-
tulisannya yang berserakan.
Sungguh sosok TGH. Hasanain adalah sosok ideal generasi
NW yang layak menjadi panutan. Oleh karenanya tidaklah
berlebihan kiranya banyak masyarakat dari berbagai level, dari
berbagai pihak baik lokal, nasional dan internasional datang ke
pondok pesantrennya yang beralamatkan di Desa Lembuak
Kecamatan Narmada Kabupaten Lombok Barat. Pondok
Pesantren Haramain, demikian namanya yang saban hari seolah
tidak pernah sepi dari aktivitas pendidikan, sosial kemasyarakatan,
dan bahkan juga urusan-urusan kebudayaan.
Pondok pesantren dibangun berdimensi besar bagi
menyelaraskan kehidupan dunia dan akhirat. Nyatanya di sini
Pondok Pesantren Haramain dapat menyeimbangkan tuntutan itu
di mana dengan adanya berbagai penghargaan dan apresiasi dari
berbagai pihak memperlihatkan kesuksesan dunia dan insya Allah
akhirat pun mengikuti. Kiranya di sinilah peribahasa, “Menanam
padi pasti juga rumput akan tumbuh, namun bila menanam rumput
jangan pernah berharap akan tumbuh padi”.
Dari Pesantren Untuk lingkungan
Bentangan Bandara Lombok International Airport (LIA) di
Desa Tanaq Awu Lombok Tengah begitu luas dengan tanaman-
tanaman kayunya yang mulai membesar. Kondisi hamparan kayu-
kayu itu merupakan saksi dan bukti nyata dari keseriusan seorang
tokoh TGH. Hasanain dalam mengabdikan dirinya kepada
Bagian Keempat: Lingkungan ~ 141
lingkungan. Dengan berbagai jenis kayu seperti mahoni, keling jati
putih ruang kosong LIA menjadi seperti hutan lindung yang
terpelihara.
Bagi TGH. Hasanain, kepeduliannya terhadap lingkungan
merupakan bentuk pelestarian lingkungan yang diinspirasi dari
perintah al-Qur‟an. Alam ini dengan kondisinya yang berjalan
seiring waktu juga mengalami perubahan kapasitas dalam
menopang kehidupan semua makhluk. Hal ini disebabkan tentunya
oleh permintaan yang terus bertambah pada potensi dan sumber
daya alam alam itu sendiri.
Seperti dicontohkan TGH. Hasanain, adanya binatang
pemakan tumbuh-tumbuhan yang banyak seperti sapi, kuda, dan
seterusnya yang membutuhkan, makanan, sehingga tentu saja akan
berakibat pada perubahan daya kapasitas lingkungan memenuhi
permintaannya. Contoh kecil di atas dapat menjadi ilutrasi dari
adanya tugas manusia sebagai khalifah untuk dapat melestarikan
bumi. Jadi bukan karena isu global warming atau isu-isu politis lainnya
melainkan memang tugas manusia menurut Al-Qur‟an di mana
manusia ditugaskan untuk menjadi khalifah di muka bumi. Artinya
pelestarian adalah tugas manusia sebagai khalifah.
Lebih jauh dari itu sejak tahun 90-an sampai dengan 2000-an
isu-isu mengenai tergerusnya lingkungan terus-menerus terekspos.
Lebih khusus lagi keberadaan kritisnya hutan semakin terasa,
karena menurut TGH. Hasanain sebagai orang yang aktif pada
sebuah LSM peduli lingkungan hal itu terus-menerus menjadi
bahan kajiannya. Tidak pelak lagi kondisi ini menjadi bahan pikir an
TGH. Hasanain. Sebenarnya mungkin masyarakat secara luas juga
menyadari akan hal itu, namun demikian mereka terkadang bingung
harus berbuat apa dan atau hendak mau mulai dari mana?
Di tengah-tengah alotnya respons berbagai pihak terhadap
dinamika lingkungan maupun hutan yang dikatakan telah banyak
tercemar dan tergunduli, maka TGH. Hasanain menunjukkan
responsnya yang nyata. Ia bersama segenap santri-santrinya
mengajak semua pihak khususnya jaringan yang tergabung dalam
pendidikan pondok pesantren di NTB bahu-membahu untuk
berbuat melestarikan lingkungan dan hutan.
Maka dari kerja-kerja gotong royong dengan jaringan pondok
pesantren yang cukup luas di NTB dapat dilihat kemudian hutan
142 ~ Karya Anak Negeri: 25 Kisah Inspiratif dari Nusa Tenggara Barat
dan ruang-ruang terbuka berangsur-angsur dapat ditutupi. Kawasan
atau lahan yang dimiliki oleh para penduduk pun mengalami
penghijauan yang massif. Kondisi ini tentu saja harus terus dibina
keberadaannya, karena tentu saja generasi kini akan berganti.
Dalam pada itu, tidak ada jaminan bagi generasi mendatang untuk
dapat kiranya berprilaku seperti generasi kini yang telah menyadari
arti penting dari mereboisasi hutan dan lahan-lahan terbuka.
Penghijauan Yang Berkelanjutan
Setelah sebagaian besar hutan dan lahan di NTB ini telah
dapat terhijaukan kini program lingkungan yang diinisiasi oleh
pondok pesantren menurut TGH Hasanain adalah menghijaukan
hutan Sesaot yang terdiri dari 27 ribu hektar are. Action yang
melibatkan semua kalangan baik lokal, nasional, maupun global ini
akan dimulai pada bulan Juli 2016 yang akan datang.
Menurut Tuang Guru dipastikan semua pihak akan hadir
secara berglirian untuk menanam. Artinya dalam setiap hari akan
selalu ada masyarakat yang akan datang menginap untuk bergotong
royong menghijaukan area hutan sesaot yang kini masih dalam
kondisi terbuka. Guna mempertahankan kondisi lingkungan alam
khususnya keberadaan hutan-hutan, maka diperlukan strategi yang
simbiosis-mutualisme.Selama ini harus ditinggalkan paradigma
menyalahkan korban. Jika dianalisa lebih jauh, masyarakat sekitar
hutan harus diperhatikan juga mengenai kebutuhan-kebutuhan
dasar mereka seperti akses sosial-ekonomi dan seterusnya sehingga
mereka dapat terhindar dari melakukan hal-hal yang bertentangan
dengan hukum ketika mereka menjadikan hutan sebagai tempat
menggantungkan hidupnya.
Sudah saatnya paradigma masyarakat NTB untuk bergerak
lebih tinggi di mana masyarakat sekitar hutan harus dapat menjadi
bagaian dari pelestarian hutan itu sendiri. Untuk itu adanya ide
hutan dengan program-program pemberdayaan masayarakat
setempat dengan istilah-istilah eduwisata, ekowisata, agrowisata,
dan seterusnya sangat strategis untuk membangun masyarakat
sekitar hutan sehingga simbiosis-mutualisme itu tercapai.
Pada fase di mana hutan-hutan yang telah ditanami kemudian
dapat lestari, maka di sini dapat dibuatkan berbagai macam industri
berwawasan hutan. Sebut saja misalnya industri air minum
Bagian Keempat: Lingkungan ~ 143
kemasan, industri wisata berbasiskan alam, budi daya ternak
sekaligus industrinya. Diharapkan di masa depan kawasan hutan-
hutan dapat dikembangkan seperti ini agar tercipta keharmonisan
penduduk dengan hutan itu sendiri sehingga hutan pun tetap lestari
dan bersamaan dengan itu penduduk juga sejahtera.
144 ~ Karya Anak Negeri: 25 Kisah Inspiratif dari Nusa Tenggara Barat
BAGIAN KELIMA
KEBUDAYAAN
DAN SENI
Bagian Keempat: Lingkungan ~ 145
MUHAMMAD YAMIN:
BUDAYAWAN LOMBOK
Nama : Hasanain Juaini
Tempat Tanggal Lahir :
Alamat : Lembuak Narmada, Lombok Barat
Pendidikan Terakhir : S2 Hukum
Pekerjaan : Pimpinan Pondok Pesantren Nurul
Haromain Narmada
Hp. : 0818541531
Sosok budayawan lombok yang satu ini dapat digambarkan
sebagai sosok yang dinamis dalam memandang dan memformat
kebudayaan. Ia sepertinya banyak dipengaruhi oleh Islam sebagai
titik tekan pandangan-pandanganya. Oleh karenanya sedikit banyak
ia seperti sosok yang lebih cenderung membongkar dari pada
mendiamkan apa yang tengah berlangsung di masyarakat Lombok-
sasak.
146 ~ Karya Anak Negeri: 25 Kisah Inspiratif dari Nusa Tenggara Barat
Baginya Lombok, Sasak, merupakan entitas masyarakat yang
mayoritas menjadikan Islam sebagai Agama sehingga otomatis
hendaknya Islam juga menjadi titik tolak dalam berkebudayaan. Ia
banyak berkonfrontasi dalam mewacanakan kebudayaan karena
pandangan-pandangannya cukup radikal dan tegas untuk terus
berusaha memberikan format baru bagi masyarakat agar dalam
berkebudayaan tidak dibayang-bayangi oleh kebudayaan lain.
Masyarakat Lombok harus berkebudayaan sesuai dengan jati dirinya
yang hakiki sehingga dalam berkebudayaan terdapat kekuatan yang
muncul dari dalam. Bukan kebudayaan yang sesungguhnya tidak
mempunyai dasar sehingga kebudayaan tersebut tidak muncul dari
dalam melainkan hanya bersifat imitasi dan sepuhan.
M. Yamin bersikukuh bahwa NTB di mana Lombok menjadi
bagiannya merupakan daerah yang dapat diidentifikasi dengan
Islam sebagai Kebudayaannya, namun khusus untuk Pulau Lombok
memerlukan upaya yang lebih sungguh-sungguh untuk
mewujudkannya karena perlu pemurnian-pemurnian bagi
masyarakat sasak untuk mengenal kebudayaannya yang otentik. Hal
ini disebabkan karena berlarut-larutnya pengaruh kebudayaan lain
di Bumi Lombok yang sesungguhnya telah memberi warna kuat.
Sedangkan masyarakat pada umumnya bersifat pasif seolah-olah
tidak mau lagi mempertanyakan, mengkritisi dan mendiskusikan
ulang mengenai apa, mengapa dan bagaimana sebenarnya
kebudayaan masyarakat Lombok seharusnya ditampilkan.
Setelah panjang lebar berbicara mengenai masyarakat
Lombok dan kebudayaanya dapat ditarik benang merah bahwa M.
Yamin adalah tokoh pembaharu. Minimal hal ini jika masyarakat
Lombok peduli dan mau melaksanakan pandangan-pandangannya.
Pembaharu karena baginya inti kebudayaan adalah mau berubah,
mau berdialog dan mau mentransformasi diri.
Semuanya bisa didialogkan ulang itu prinsipnya kecuali dasar-
dasar dari agama seperti kalimah syahadat dan semua hal yang
sudah jelas menjadi rukun agama. Selain itu ia menawarkan
diadakannya dialog dan diskusi bagi menemukan otentisitas
kebudayaan masyarakat Lombok yang lebih matching dengan
agamanya.Misalnya pada tampilan berkesenian di mana jika
masyarakat Lombok mau memberikan semangat pada
kebudayaannya, otomatis kesenian seperti tari rudat, burdah,
Bagian Kelima: Kebudayaan dan Seni ~ 147
selakaran, rebana juga mestinya mendapatkan tempat yang lebih luas
dari kecimol, gendang belek atau mungkin juga cilokak. Terdapat
perbedaaan yang tidak dapat didamaikan dalam dua kelompok
kebudayaan ini.
M. Yamin menjelaskan bagaimana mungkin seorang pelaku
tari gendangbeleq atau kecimol atau cilokaq dari permainannya itu
mendatangkan makna keterhubungan dengan Tuhannya. Terdapat
keterputusan antara apa yang dikreasikan dengan pelaku sehingga
tampilannya hanya segitu saja menggambarkan hura-hura bahkan
parahnya seringkali disalahgunakan bagi sebagaian masyarakat
untuk merayakan kebebasan seperti minum-minuman keras.
Lain halnya bilamana kebudayaan yang ditampilkan berangkat
dari tuntutan dari dalam hakikat kemanusiaan creator-nya yang
beragama Islam. Dalam hal ini seperti burdah, zikir zaman, selakaran
ataupun tari rudat, dan sebagainya. Jenis-jenis kesenian yang
terdahulu mempunyai dasar dari dalam sebagai bentuk sentuhan
iman kepada sang pencipta sehingga timbul kebudayaan yang agung
sesuai dengan jati diri masyarakat Lombok yang pada dasarnya
dilandasi oleh Islam sebagai agamanya.
Di samping secara tontotnan terlihat menghibur, ia juga
merupakan tradisi yang lahir dari rahim kebudayaan Islam sehingga
dalam menjalankannya terdapat penjiwaan. Tentu saja dapat
merelaksasi penonton yang menyaksikan juga sehingga keberadaan
kesenian-kesenian yang dimaksud dapat terus hidup subur di
tengah-tengah masyarakat Lombok. Dengan demikian masyarakat
tidak dibayang-bayangi oleh kebudayaan lain atau menjadi
subordinat darinya.
Apalagi jikalau memperhatikan asal-usul nama dari Pulau
Lombok dan suku yang mendiaminya, maka dipastikan
kebudayaannya yang menjadikan Islam sebagai inspirasinya
dipastikan tidak mempunyai kontradiksi epistemologi. Dikatakan
bahwa Lombok itu berasal dari lomboq=lurus. Sedangkan sasak
berasal dari sa’sa’ yang artinya satu-satunya. Maknanya bahwa sejak
paling awal masyarakat Lombok telah memberikan pemahaman
kebudayaannya berangkat dari epistimologi yang benar di mana
paralel dengan Islam sebagai satu-satunya agama yang lurus.
Makna lain dari bangunan paragrap di atas adalah bahwa sejak
awal masyarakat Lombok telah dapat mengidentifikasi diantara
148 ~ Karya Anak Negeri: 25 Kisah Inspiratif dari Nusa Tenggara Barat
sekian banyak jenis kepercayaan terdapat satu kepercayaan yang
lurus mengantarkan manusia kepada Tuhannya yang sejati. Untuk
itu tidaklah berlebihan kiranya Pak Muh. Yamin menyerukan
pentingnya masyarakat terus-menerus melakukan kajian-kajian
kebudayaan agar sedikit demi sedikit masyarakat Lombok dapat
mengenal kesejatiannya. Lebih jauh dari itu Pak Muh. Yamin tidak
sekedar berteori namun juga berusaha membumikan pandangan-
pandangannya itu.
Baru-baru ini pada acara penyambutan MTQN yang ke 26 di
Mataram Pak M. Yamin mengusulkan kepada Gubernur NTB
TGH. Zainul Majdi agar melaksanakan acara pembacaan barzanji
dengan melibatkan seluruh pondok pesantren yang ada di NTB.
selangkah kemudian Disbudpar NTB bergerak tangkas
mengumpulkan sekitar 5000 santri memeriahkan penyambutan
MTQ. Dari meriahnya perhelatan pembukaan MTQ dengan
pembacaan barzanji dengan dihadiri sekitar 5000 santri se-NTB
mengukuhkan bahwa Pak M. Yamin hendak mewujudkan
kebudayaan sejati milik masyarakat NTB.
Tidak hanya berhenti di situ, sejak sekian lama Pak M. Yamin
telah mempunyai cara tersendiri dalam rangka melestarikan dan
memberikan pemahaman kepada generasi Muda Lombok mengenai
kebudayaannya. Organisasi Karya Ilmiah Remaja (KIR) di mana
pak M. Yamin sebagai pembinanya merupakan salah satu media
Pak M. Yamin mengkampayekan kebudayaan lombok yang selarans
dengan jati masyarakat Lombok. Sedangkan KIR ini telah banyak
memberikan kontribusi bagi kemajuan generasi muda bagi
peningkatan sumber daya manusia yang mutlak diperlukan di era
keterbukaan dewasa ini.
Pada tahun ini juga Pak M. Yamin telah mengirim banyak
naskah KIR ke pusat untuk dilombakan. Seperti yang ia jelaskan
pada saat penulis mewawancara bahwa walaupun penduduk NTB
kalah jauh dengan penduduk Provinsi Jawa Timur, namun
demikian jumlah KIR yang dikirim masih lebih banyak NTB.
Sedangkan KIR-KIR yang sudah menghasilkan berbagai
penghargaan telah banyak ditorehkan pada tahun-tahun silam di
mana bayak medali menjadi bukti bahwa Pak M. Yamin berusaha
sungguh-sungguh membina generasi muda lewat KIR ini.
Bagian Kelima: Kebudayaan dan Seni ~ 149
TAHIR MUHAMMAD ALWI:
BUDAYAWAN BIMA
Nama : Tahir Muhammad Alwi
Tempat Tanggal Lahir : Bima
Kendati usianya sudah lanjut, namun demikian Pak H. Tahir
Muhammad Alwi masih aktif menulis. Ditemui di kediamannya di
Jln Manggis No. 20 Rt. 9/4 Rabangodu Utara Kecamatan Raba
Kota Bima ia menceritakan panjang lebar perjalanan hidupnya
sehingga sampai hari ini dapat menghasilkan banyak karya-karya
tulis mengenai kearifan-kearifan lokal suku Bima. Ia memang
pantas digelari budayawan disebabkan karena ia begitu menjiwai
khazanah-khazanah lokal yang menjadi identitas masyarakat Bima
sebenarnya.
150 ~ Karya Anak Negeri: 25 Kisah Inspiratif dari Nusa Tenggara Barat
Pak H. Tahir Muhammad Alwi hendak mengukuhkan dirinya
sebagai penjaga peradaban meskipun mungkin ia tidak akan pernah
kuasa mengalahkan dominasi budaya populer, budaya instan yang
menjadi kegandrungan masyarakat dewasa ini. setidaknya ia hendak
meninggalkan pesan-pesan peradaban bagi generasi sesudahnya
dengan cara menuliskan cerita-cerita rakyat Bima penuh nilai. Hal
itu baginya akan tetap menjadi sesuatu yang bernilai karena itu
adalah hakikat kedirian masyarakat Bima sehingga ia dapat
mengenali dirinya sendiri.
Menurutnya masyarakat Bima ataupun Pulau Sumbawa adalah
masyarakat dengan peradaban Islam. Dibandingkan dengan Pulau
Lombok hal itu akan lebih mudah diformat, karena pulau Sumbawa
tidak sekental Pulau Lombok menerima pengaruh kerajaan Bali
yang dalam sejarahnya pernah menduduki Lombok selama 150
tahun. Dalam pada itu Bima pada awalnya memang sama dengan
daerah-daerah lain di Nusantara yang menganut
animisme/dinamisme sebelum Islam datang.
Kedatangan Islam kemudian memberi warna baru bagi
masyarakat Bima. Islam dapat diterima dengan mudah dan
berangsur-angsur kepercayaan dinamisme/animisme tersebut
semakin tipis kemudian menghilang. Dengan kata lain setidaknya
Pulau Sumbawa termasuk Bima tidak mengalami perjibakuan yang
alot nan melelahkan dalam rangka menemukan bentuk setelah
Islam datang dengan peradabannya. Hal ini lagi-lagi disebabkan
karena tidak masuknya pengaruh kekuasaan sistemik di Sumbawa
bagi identitas masyarakatnya seperti yang terjadi di Lombok.
Dengan demikian ia menegaskan Pulau Sumbawa lebih kental
dengan peradaban Islam di mana dari sini pula munculnya
kesultanan-kesultanan. Selanjutnya hal ini sangat memberi warna
pada corak sosial-budaya masyarakat Bima. Hal ini dapat disaksikan
sampai hari ini di mana pengaruh Islam pada keudayaan Bima
sangat kuat.
Pada ketika kecil dahulu Pak Haji Tahir Muhammad Alwi
mempunyai pengalaman yang sebenarnya berpengaruh kuat pada
pribadinya atau pada warna kehidupannya kelak. Di ketika malam
menjelang tidur kakeknya sering bercerita mengenai banyak cerita
rakyat Bima. Bersama-sama dengan saudara dan sepupunya Pak H.
Bagian Kelima: Kebudayaan dan Seni ~ 151
Tahir tidur bersama-sama sang kakek sehingga kumpulan tidur
bersama beranggotakan 6-7 orang.
Sang kakek bercerita di mana semua mendengarkan dengan
penuh perhatian. Cerita hantaran tidur ini pun dapat membuai
mereka sehingga satu persatu anak-anak teman Pak H. Tahir
Muhammad Alwi satu persatu terlena membuatnya tidak sadar
telah pindah ke alam mimpi. Di tengah-tengah cerita sang kakek
jeda untuk bertanya, siapakah yang masih terjaga? Jika yang terjaga
tinggal dua atau satu orang, maka sang kakek pun menutup cerita
dengan mengatakan “cerita akan dilanjutkan esok malam”.
Mau tidak mau dua atau seorang anak yang terjaga akan
mengikuti teman-temannya yang lain untuk berusaha terlelap agar
dapat berpindah ke alam mimpi di mana cerita-cerita sang kakek
dapat saja menghadirkan mimpi-mimpi yang indah. Masa-masa ini
dilalui oleh H. Tahir Muhammad Alwi yang baginya kelak menjadi
salah satu modal baginya untuk dapat menulis cerita fiksi yang
berlatar belakang sejarah. Pengalaman masa kecil yang membekas
kuat di memorinya sehingga sampai hari ini ia enggan
meninggalkan kreativitas menulisnya walaupun usianya sudah
berada di ufuk senja.
Menginjak usia remaja ia melanjutkan sekolah menengah atas
di Yogyakarta. Selesai dari SMA Jurusan Bahasa Indonesia ia
kembali ke Bima dan ditempatkan sebagai pembasmi penyakit
malaria di Departemen Kesehatan Kabupaten Bima. Kendatipun
demikian sebenarnya di Yogya ia pernah mengenyam banyak
pendidikan sastra. Di Yogya ia telah banyak menjalani hari-harinya
bersama para penulis/sastrawan yang membentuk kediriannya
sehingga walaupun ia bekerja di departemen kesehatan ia sudah
terbentuk sebagai seorang penulis bergenre budaya.
Baginya menulis itu lebih mudah dari berbicara. Ia
mengilustrasikan bahwa jikalau kita berbicara harus hati-hati jangan
sampai menyinggung perasaan lawan bicara, namun bila menulis
mudah baginya untuk memakai kalimat-kalimat majas sehingga bisa
mengelak dari menyinggung orang secara langsung. Demikian
pengakuannya.
Dengan tulisan-tulisan bergenre kebudayaan Pak H. Tahir
Muhammad Alwi dapat menyisiplan nilai-nilai dan pesan-pesan
moral kepada masyarakat. Dengan sentuhan latar belakang sejarah
152 ~ Karya Anak Negeri: 25 Kisah Inspiratif dari Nusa Tenggara Barat
kemudian ia menjadikan tulisannya sebagai fiksi. Pak H. Tahir
mengatakan bahwa saya ini tukang khayal. Dengan demikian
tulisan-tulisan saya menjadi fiktif namun tetap berangkat dari ide-
ide yang hidup di masyarakat sekaligus sejarah yang menjadi
latarnya.
Menulis sejak tahun 1961 dengan jenis cerpen di muat di
berbagai media salah satunya adalah berita mingguan Yogyakarta.
Tahun 1972 menulis cerpen dan sajak-sajak di Majalah Penka
Bandung dan Gala Bandung. Sebelumnya juga pernah menjuarai
lomba tulis yang digelar oleh Radio RI dalam rangka HUTnya pada
tahun 1971.
Dalam perjalanannya kemudian Pak Haji Tahir Alwi banyak
menulis buku-buku baik yang diterbitkan maupun yang di cetak. Ia
merasa menemukan kediriannya dengan banyak menulis dan
berkarya. Bahkan sampai kini diusianya yang sudah senja ia
berusaha terus menulis. Berikut karya-karya pak Tahir Muhammad
Alwi dari sejak awal, yaitu:
1. Berita mingguan “Minggu” Jogjakarta tahun 1961
2. Cerpen Sebuah Garis Hitam Tahun 1961
3. Cerita Mini “Daun Pun Berguguran” tahun 1971 dan meraih
juara I pada HUT Radio Pemerintah Daerak Kabupaten Bima.
4. Cerpen dan Sajak-Sajak pada Majalah Penka Bandung tahun
1972
5. Kamus bahasa Bima-Indonesia-Inggris (KMU-2003)
6. Matahari dalam kabut (MPP-YPSBM 2004, Novel)
7. Cinta Di Bumi Cinta Di Langit (MPP-YPSBM 2004, Puisi)
8. La Kasipahu (MPP-YPSBM 2004, Cerita Rakyat)
9. Sangaji Ana-Ana (MPP-YPSBM, Cerita Rakyat)
10. Maharaja Ali (MPP-YPSBM, 2004, Cerita Rakyat)
11. Kamus Peri Bahasa Bima-Indonesia (YPBSM, 2008)
12. La Kalai (Mahani Persada 2010, Cerita Rakyat)
13. La Bango (Mahani Persada 2010, Cerita Rakyat).
14. Ama Balando (Mahani Persada 2010, Cerita Rakyat)
15. Peri Bahasa Bima -Dompu (Mahani Persada, 2010)
16. Mertua dan Menantu (YPBSM 2012, Cerita rakyat) termasuk
lima naskah pilihan hasil seleksi Bappeda NTB tahun 2012
17. La Paramau (YPSBM 2013, cerita Rakyat)
18. Kembali ke Padang Leluhur (YPBSM 2013, Cerita Rakyat)
Bagian Kelima: Kebudayaan dan Seni ~ 153
19. Sepasang Mustika dari Lembah Selatan (YPSBM 2013, Cerita
Rakyat)
20. Seekor Ayam Jantan Dari Utara (YPSBM 2013, Cerita Rakyat)
21. Pemilik Tongkat Berwarna Ungu (YPSBM 2013, Cerita Rakyat)
22. Puisi-puisi Terimakasih Jogja (LKIS Jogja 2015}
Atas berbagai karya-karyanya Pak Tahir Muhhammad Alwi
ditetapkan sebagai salah satu tokoh budayawan Bima. Di sisi lain ia
juga telah banyak menerima penghargaan dari berbagai pihak.
Menandakan ia memang tokoh yang layak untuk dihormati bagi
pelestarian budaya dan kearifan lokal.
154 ~ Karya Anak Negeri: 25 Kisah Inspiratif dari Nusa Tenggara Barat
LALU SURYADI MULAWARMAN:
SENIMAN NTB
Meriahnya suasana
penyambutan dan penutupan MTQ
ke-26 di Mataram NTB baru-baru ini
masih terasa. Salah satu rangkaian
penyambutan dan penutupan itu
dimeriahkan pula oleh tarian megah
menghentak semua penonton yang
menyaksikan. Tarian yang
melukiskan tentang bagaimana Islam
sebagai agama mayoritas masyarakat
NTB datang ke Lombok diwarnai
berbagai macamtradisi sosial budaya.
Tarian yang didukung oleh
sejumlah siswa/siswi dari NTB itu
tidak kurang berjumlah 300 orang
begitu kompak memainkan setiap
gerakannya. Memadukan semua
gerak-gerik dan pernak-pernik yang
memukau para penonton di area
MTQ ke 26 yang dipusatkan di
Islamic Center Mataram. Diiringi
dengan berbagai alat musik dan
sekaligus ayat-ayat al-Qur‟an yang
selaras dengan ajakan kepada umat
manusia untuk belajar membaca.
Membaca diri, alam, dan Tuhan
sehingga iringan puisi maupun ayat
yang dinukilkan berbicara sekitar
pembelajaran umat manusia guna
menjadi makhluk yang sejalan
dengan hakikat penciptaannya.
Bagian Kelima: Kebudayaan dan Seni ~ 155
Demikianlah settingan tarian megah nan elok di panggung
utama MTQ yang sesungguhnya itu merupakan produk (kreativitas)
dari Lalu Suryadi Mulawarman yang berada di belakang panggung.
Para penonton yang sekedar menikmati pastinya tidak akan
bertanya siapa sosok di balik tari tersebut. Sedangkan bagi
penonton yang kritis dan setidaknya paham dunia panggung pasti
mereka akan bertanya siapa gerangan pencipta dari tari dan gerak
dalam tari penyambutan MTQ yang dikatakan sangat meriah
sedunia itu?
Jawabnya adalah dia seorang putra Lombok kelahiran
Lombok Tengah yang sehari-hari bekerja sebagai pegawai negeri
sipil di Taman Budaya Mataram NTB. Berkenalan dengan tokoh ini
seperti mengenali kembali kedirian kita sebagai orang Lombok.
Bagaimana penduduk Lombok harus mengenal dirinya yang otentik
lewat karya-karya seni tokoh yang satu ini dapat memberikan
gambaran yang baik.
Sebagaimana dilihat bersama bahwa masyarakat Lombok
merupakan masyarakat yang masih diliputi warna campuran dalam
berbagai sisi kehidupan terutama terkait dengan kehidupan seni-
budayanya. Hal ini tidak lepas dari pengaruh yang telah berurat
berakar dari adanya peri kehidupan masyarakat lain yang terawetkan
di bawah kesadaran masyarakat. Jika ini tidak
dikenali/diidentifikasi, maka masyarakat Lombok tetap merupakan
masyarakat yang tidak pernah mengetahui siapa diri mereka
sebenarnya.
Tugas Pak Suryadi Mulawarman memang berat, yaitu
bagaimana menyampaikan pesan-pesan kepada masyarakat
Lombok lewat gerak tari. Bahwa masyarakat Lombok perlu juga
sesekali menengok ke belakang apalagi di tengah-tengah dunia era
kini yang penuh dengan imagologi, di mana sesuatu yang bersifat
fantasi dapat menjadi sandaran pijakan masyarakat. Merebaknya
gaya populer yang ditransformasikan oleh media kemudian
digandrungi oleh para generasi muda merupakan contoh
konkritnya.
Nah hal ini tentu saja akan menjadi persoalan besar bagi
eksistensi seni-budaya masyarakat Lombok, sehingga sangat lah
strategis kiranya para seniman dan budayawan memberikan
pencerahan-pencerahan bagi pijakan/filosofi masyarakat Lombok
156 ~ Karya Anak Negeri: 25 Kisah Inspiratif dari Nusa Tenggara Barat
Bagian Kelima: Kebudayaan dan Seni ~ 157
dalam rangka membangun seni dan budayanya yang sesuai dengan
kedirian masyarakat. Ini sangat mendesak dilakukan karena
sesungguhnya masyarakat dituntut untuk dapat tampil sesuai
dengan kekhasan yang dimilikinya bukan tampil dengan ciri/atau
identitas masyarakat lain. Bahwa krisis berbagai multidimensi dapat
mulai dari ketidaktahuan masyarakat mengenai identitas diri mereka
yang sebenarnya. Dari sini kemudian mereka tidak mempunyai
kekuatan dalam rangka untuk tampil sejajar dengan seni-budaya
masyarakat lainnya.
Untuk itu dihimbau kepada semua pegiat seni-budaya untuk
mau membuka diri dalam berdiskusi dan berdialog dengan para
sesepuh/tokoh yang mempunyai akar pengetahuan mengenai
bagaimna senbenarnya seni-budaya Lombok. Salah satu tokoh itu
adalah Lalu Suryadi Mulawarman yang mempunyai pengetahuan
dan wawasan seni-budaya Lombok karena di samping terlahir dan
besar dalam tradisi Lombok yang kental ia juga seorang berlatar
belakang pendidikan seni-budaya di Institut Kesenian Jakarta (IKJ).
Kiranyalah masyarakat Lombok harus bertanya padanya sehingga
dalam berkesenian masyarakat dapat menemukan jati dirinya yang
otentik.
Mengenal Suryadi Mulawarman
Ia adalah orang yang cerdas sehingga ketika SD pernah
dilompat satu kali, SMP dan SMA diselesaikan di sekolah-sekolah
favorit Mataram. Kecintaannya terhadap dunia seni tari diawali
sejak ia berkenalan dengan seorang guru tari bernama Abdul
Hamid. Perkenalannya ini lewat seorang temannya yang kebetulan
ia antar ke Pak Abdul Hamid untuk belajar seni tari. Dalam
perjalanannya kemudian Pak Abdul Hamid menjanjikan padanya
jikalau dapat menari dengan baik ia akan menjadi wakil NTB untuk
dikirim ke Jakarta. Pergaulannya dengan Pak Abdul Hamid Pak
Suryadi kemudian memutuskan memilih jalur kesenian sebagai
pilihan hidupnya sehingga pada tahun 1989 melanjutkan
pendidikannya ke jenjang perguruan tinggi, yaitu Institut Kesenian
Jakarta mengambil Jurusan Tari.
Dalam dunia tari, Pak Suryadi Mulawarman telah banyak
menorehkan berbagai macam prestasi yang membanggakan. Pak
Suryadi Mulawarman telah mengukuhkan dirinya sebagai sosok
158 ~ Karya Anak Negeri: 25 Kisah Inspiratif dari Nusa Tenggara Barat
yang mewakili dunia seni-budayanya masyarakat Sasak. Ia seperti
duta masyarakat Lombok diberbagai perhelatan baik berskala lokal,
nasional, bahkan internasional.Berikut ditampilkan karya-karya Pak
Lalu suryadi Mulawarman sejak mahasiswa sampai hari ini:
1. Tahun 1991 mewakili IKJ dalam Pekan Seni Mahasiswa
Nasional di Solo. Karyanya “Tidi Lo Mbu Inga” masuk VI
besar dalam Festival Koreografi Indonesia di Jakarta untuk
tahun 1992.
2. “Dedare” sama dengan perempuan dalam bahasa Lombok
tampil di Indonesia Dance Festival tahun 1993 mewakili IKJ
dalam Pekan Seni Mahasiswa Nasional II di Bali.
3. Karya “ngigel” mengantarkannya menjadi penata terbaik
pada Festival Penata tari Muda Indonesia.
4. Berpartisipasi dalam acara-acara seni yang diselenggarakan
oleh Dinas Kebudayaan DKI Jakarta, di antaranya pada
acara pekan raya Jakarta, Kenduri Nasional di Monas dan
Pawai Pembangunan, di mana ia berperan sebagai asisten
koreografer.
5. Asisten Koreografer dalam acara terimakasih Indonesia
bekerjasama dengan Deddy Dance Company yang
ditayangkan di SCTV tahun 2015.
6. Koreografer pada acara ulang tahun NTB, perayaan
kemerdekaan 17 Agustus Provinsi NTB, Pekan Apresiasi
Budaya NTB 2001, 2002 dan 2003, serta STQ Nasional
tahun 2002 di Mataram.
7. Dua gelar juara diraih dalam Festival Gedung Kesenian
Jakarta Award, yaitu: juara I untuk kategori tradisi dengan
karya “Para-mpuan”. Juara III untuk kategori kontemporer
dengan hasil ciptanya “Dongeng Kini”. Keduanya di tahun
1997.
8. Mengikuti Expo di Utah dan Boston Amerika Serikat,
bersama rombongan LIA-PPIA tahun 1997 dengan karya
Para-mpuan
9. Mengadakan pertunjukan di Lombok dengan karya para-
mpuan, Dongeng Kini dan Sak-Sak.
10. Tampil di Graha Bhakti Budaya, Jakarta dalam rangka
pentas 4 koreografer Muda Indonesia atas undangan Dewan
Bagian Kelima: Kebudayaan dan Seni ~ 159
Kesenian Jakarta dengan karya “Feto Klosan Kiak Husi
Timor” (Wanita yang luluh dari Timor) tahun 1999.
11. Mewakili NTB dalam Festival Seni Pertunjukan Indonesia
2001 di Jakarta sebagai sebagai Sutradara Koreografer
dengan karya pentas Ajatukrama.
12. 2002 menampilkan karya seninya pada pekan Mahasiswa
Nasional Jakarta mewakili NTB dan masih banyak lagi
karya-karya yang tidak dapat di tampilkan di sini.
160 ~ Karya Anak Negeri: 25 Kisah Inspiratif dari Nusa Tenggara Barat