The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.
Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by oktavianis231082, 2021-08-09 02:29:02

Buku Askeb Kehamilan Komprehensif

Buku Askeb

134 Asuhan Kebidanan Kehamilan Komprehensif

c. Apabila ada tanda-tanda infeksi tidak perlu diberi antibiotika
4. Abortus Servikalis

Pada Abortus servikalis keluarnya hasil konsepsi dari uterus
dihalangi oleh ostium uteri eksternum yang tidak membuka, sehingga
semuanya terkumpul dalam kanalis servikalis dan serviks uteri
menjadi besar, kurang lebih bundar, dengan dinding menipis. Pada
pemeriksaan ditemukan serviks membesar dan di atas ostium uteri
ekternum teraba jaringan.
Terapi terdiri atas dilatasi serviks dengan busi hegar dan kerokan
untuk mengeluarkan hasil konsepsi dari kanalis servikalis.
5. Missed Abortion
Missed abortion adalah kematian janin berusia 20 minggu, tetapi
janin mati itu tidak dikeluarkan selama 8 minggu atau lebih. Etiologi
missed abortion tidak diketahui, tetapi diduga pengaruh hormon
progesteron. Pemakaian hormon progesteron pada abortus imminens
mungkin juga dapat menyebabkan missed abortion. Missed abortion
seharusnya ditangani di rumah sakit atas pertimbangan:
• Plasenta dapat melekat sangat erat di dinding rahim, sehingga

prosedur evakuasi akan lebih sulit dan berisiko parforasi lebih
tinggi.
• Pada umumnya kanalis servikalis dalam keadaan tertutup
sehingga perlu tindakan dilatasi dengan batang laminaria selama
12 jam
• Tingginya kejadian komplikasi hipofibrinogenemia yang
berlanjut dengan gangguan pembekuan darah
6. Abortus Habitualis
Abortus babitualis ialah abortus spontan yang terjadi 3 kali atau lebih
berturur-turut. Pada umumnya penderita tidak sukar menjadi hamil.
Tetapi kehamilannya berakhir sebelum 28 minggu.
Bishop melaporkan frekuensi 0.41 % abortus habitualis pada semua
kehamilan. Menurut Malpas dan Eastma kemungkinan terjadinya
abortus lagi pada seorang wanita yang mengalami abortus habitualis
adalah 73 % dan 83.6%. Sebaliknya, Warton dan Fraser dan

Bab 11 Melakukan Deteksi Dini Terhadap Komplikasi Ibu dan Janin 135

Llewllyn- Jones memberi prognosis yang lebih baik, yaitu 25.9 %
dan 39 %.
Etiologi abortus habitualis pada dasarnya sama dengan sebab
musabab abotus spontan. Selain itu telah ditemukan sebab
imunologik yaitu kegagalan reaksi terhadap antigen Lymphocyte
trophoblast cross reactive.
7. Abortus infeksiosus, abortus septik
Abortus infeksiosus ialah abortus yang disertai infeksi genetalia.
Diagnosis abortus infeksiosus ditentukan dengan adanya abortus
yang disertai gejala dengan tanda infeksi alat genital, seperti panas,
takikardia, perdarahan pervaginam yang berbau, uterus yang
membesar, lembek serta nyeri tekan dan leukositosis.

11.4.2 Kehamilan Ektopik Terganggu

Kehamilan ektopik adalah kehamilan dengan implantasi terjadi diluar rongga
uterus. Tuba fallopii merupakan tempat tersering untuk terjadinya
implamantasi kehamilan ektopik (lebih besar dari 90%). Kehamilan ektopik
dapat mengalami abortus atau ruptur apabila massa kehamilan berkembang
melebihi kapasitas ruang implantasi (misalnya tuba) dan peristiwa ini disebut
sebagai kehamilan ektopik terganggu. Perdarahan pada kehamilan muda
disertai syok dan anemia tidak sebanding dengan jumlah perdarahan yang
keluar. Upaya diagnosis tergantung dari belum atau sudah terganggunya
kehamilan ektopik.

Tanda dan gejalanya sangatlah bervariasi tergantung pada pecah atau tidaknya
kehamilan tersebut. Alat penting yang dapat digunakan untuk mendiagnosis
kehamilan ektopik yang pecah adalah tes kehamilan dari serum dikombinasi
dengan ultrasonografi. Jika diperoleh hasil darah yang tidak membeku, segera
mulai penanganan.

136 Asuhan Kebidanan Kehamilan Komprehensif

Tabel 11.2: Tanda dan Gejala Kehamilan Ektopik yang belum terganggu

Kehamilan ektopik Kehamilan ektopik terganggu

1. Gejala kehamilan awal flek atau 1. Kolaps dan kelelahan
2. Denyut nadi cepat dan
perdarahan yang iregular, mual,
lemah (110 x/menit atau
pembesaran payudara, lebih)
3. Hipotensi
perubahan warna pada vagina 4. Hipovolemia
5. Abdomen akut dan nyeri
dan serviks, perlunakan serviks, dan nyeri pelvis
6. Distensia abdomen(a)
pembesaran uterus, frekuensi 7. Nyeri lepas
8. Pucat
buang air kecil yang meningkat.

2. Nyeri pada abdomen dan pelvis

Pada keadaan ini, juga ditemui gejala-gejala kehamilan muda atau abortus
imminens (terlambat haid, mual, dan muntah, pembesaran payudara,
hiperpigmentasi areola dan garis tengah perut, peningkatan rasa ingin
berkemih, porsio livide, pelunakan serviks, perdarahan bercak berulang)

Tanda-tanda tidak umum dari hasil pemeriksaan bimanual pada tahapan ini
adalah

1. Adanya massa lunak di adneksa
2. Nyeri goyang porsio

11.4.3 Kehamilan ektopik yang terganggu

Pada tahapan ini, selain gejala kehamilan muda dan abortus immnens, pada
umumnya juga ditemui kondisi gawat darurat dan abdominal akut, seperti:

1. Pucat/anemis
2. Kesadaran menurun dan lemah
3. Syok (hipovolemik) sehingga isi dan tekanan denyut nadi berkurang

serta meningkatnya frekuensi nadi
4. Perut kembung (adanya cairan bebas intra abdomen) dan nyeri tekan
5. Nyeri perut bagian bawah yang makin hebat apabila tubuh

digerakkan
6. Nyeri goyang porsio

Bab 11 Melakukan Deteksi Dini Terhadap Komplikasi Ibu dan Janin 137

11.4.4 Diagnosis Banding

Diagnosis banding tersering untuk kehamilan ektopik adalah abortus
imminens. Diagnosis banding lainnya adalah penyakit radang panggul baik
akut maupun kronis, kista ovarium (terpuntir atau ruptur), dan apendistis akut.
Jika tersedia, ultrasonografi dapat digunakan untuk membedakan abortus
imminens atau kista ovarium terpuntir dengan kehamilan ektopik.

Penanganan Awal

1. Jika fasilitas memungkinkan, segera lakukan uji silang darah dan
laparotomi. Jangan menunggu darah melakukan pembedahan.

2. Jika fasilitas tidak memungkinkan, segera rujuk ke fasilitas lebih
lengkap dengan memperhatikan hal-hal yang diuraikan pada bagian
penilaian awal.

3. Pada laparotomi, ekplorasi kedua ovaria dan tuba fallopi:
4. Jika terjadi kerusakan berat pada tuba, lakukan salpingektomi (tuba

yang berdarah dan hasil konsepsi dieksisi bersama-sama). Ini
merupakan terapi pilihan pada sebagian besar kasus.
5. Jika kerusakan pada tuba kecil, lakukan salppingostomi (hasil
konsepsi dikeluarkan, tuba dipertahankan). Hal ini hanya dilakukan
jika konservasi kesuburan merupakan hal yang penting untuk ibu
tersebut, karena risiko kehamilan ektopik berikutnya cukup tinggi.

11.4.5 Mola Hidatidosa

Hamil mola adalah suatu kehamilan di mana setelah fertilisasi hasil konsepsi
tidak berkembang menjadi embrio tetapi terjadi proliferasi dari vili koriales
disertai dengan degenerasi hidropik. Uterus melunak dan berkembang lebih
cepat dari usia gestasi yang normal, tidak dijumpai adanya janin, kavum uteri
hanya terisi oleh jaringan seperti rangkaian buah anggur. Kehamilan mola
merupakan proliferasi abnormal dari villi khorialis.

Kehamilan mola adalah perkembangan kelainan plasenta karena proses
degenerasi vili menyebabkan seluruh bagian vili berubah menjadi massa
seperti kista menyamai bentuk satu rumpun anggur. Keseluruhan hydatitiform
adalah seluruh kista, sedang hydatitform parsial termasuk janin yang telah mati
atau kantung amniotik. Pada kasus yang jarang terjadi, terdapat janin kembar,
dengan janin normal dan plasenta, ditambah satu mola. Kehamilan mola

138 Asuhan Kebidanan Kehamilan Komprehensif

merupakan biasanya merupakan kanker jinak, tetapi memiliki potensi menjadi
ganas dan sering menjadi sangat ganas. Kejadian kehamilan mola adalah 10
kali lebih tinggi pada wanita dengan usia diatas 45 tahun.

Tanda dan gejalanya

A. Anamnesa/keluhan:
• Tampak seperti kehamilan trimester pertama yang normal,
kadang lebih dari biasa
• Mual dan muntah yang terus menerus
• Perdarahan uterus saat kehamilan 12 minggu noda atau
perdarahan mungkin terjadi tetapi biasanya darah berwarna
coklat bukannya merah dan dapat terjadi berjangka atau terus
menerus.
• Pembesaran uterus tidak sesuai dengan usia kehamilan
• Keluarnya jaringan mola seperti buah anggur atau mata ikan
(tidak selalu ada);merupakan diagnosa pasti
• Kemungkinan anemia kerana kehilangan darah atau atau asupan
gizi yang minim
• Nafas pendek

B. Inspeksi
• Muka dan kadang-kadang badan kelihatan pucat dan kekuning-
kuningan , disebut muka mola (mofa face)
• Kalau gelembung mola keluar dapat dilihat dengan jelas

C. Palpasi
• Kelainan uterus yang menyebabkan usia kehamilan tidak dapat
diperkirakan
• Tidak teraba bagian-bagian janin dan balotemen, juga gerakan
janin
• Adanya fenomena harmonika: darah dan gelembung mola keluar
fundus uteri turun; lalu naik lagi karena terkumpulnya darah baru
• Kelainan uterus yang menyebabkan usia kehamilan tidak dapat
diperkirakan
• ovarium menjadi besar dan rapuh

Bab 11 Melakukan Deteksi Dini Terhadap Komplikasi Ibu dan Janin 139

D. Auskultasi
• Tidak terdengar bunyi jantung janin
• Tidak ada aktivitas janin

E. Reaksi kehamilan
Kadar HCG yang tinggi maka uji biologik dari uji imunologik akan
positif.

A. Pemeriksaan dalam
Konfirmasi besarnya rahim, lembek, tidak ada bagian-bagian janin,
perdarahan dan jaringan dalam kanalis servikalis dan vagina dan
evaluasi keadaan serviks

B. Rontgen foto abdomen: tidak terlihat tulang-tulang janin ( pada
kehamilan 3-4 bulan)

Masalah

• Perdarahan pada kehamilan muda yang disertai dengan gejala
mirip preeklamsia

• Risiko tinggi untuk terjadi keganasan (koriokarsinoma)

Komplikasi

1. Perdarahan yang hebat sampai syok:kalau tidak segera ditolong dapat
berakibat fatal

2. Perdarahan berulang-ulang dapat menyebabkan anemia
3. Infeksi sekunder
4. Perforasi karena keganasan dan karena tindakan

Penanganan Awal

1. Jika diagnosis kehamilan mola telah ditegakkan, lakukan evakuasi
uterus;
• Jika dibutuhkan dilatasi serviks, gunakan blok paraservikal.
• Pengosongan dengan Aspirasi Vakum Manual (AVM) lebih
aman dari kuretase tajam. Risiko perforasi dengan menggunakan
kuret tajam cukup tinggi.

140 Asuhan Kebidanan Kehamilan Komprehensif

• Jika sumber vakum adalah tabung manual, siapkan peralatan
AVM minimal 3 set agar dapat digunakan secara bergantian
hingga pengosongan kavum uteri selesai. Isi uterus cukup
banyak, tetapi penting untuk dikosongkan secara cepat.

2. Segera lakukan evakuasi jaringan mola dan sementara proses
evakuasi berlangsung berikan infus 10 unit oksitosin dalam 500 ml
cairan I.V. (NaCl atau Ringer Laktat) dengan kecepatan 40-60tetes
per menit (sebagai tindakan preventif terhadap perdarahan hebat dan
efektivitas kontraksi terhadap pengosongan uterus secara cepat).

3. Pemberian obat-oabatan:antibiotika, uterus tonika dan perbaikan
keadaan umum penderita

4. 7-10 hari sesudah kerokan pertama I dilakukan kerokan II untuk
membersihkan sisa-sisa jaringan

5. Kalau mola terlalu besar, takut bahaya, takut bahaya perforasi bila
dilakukan kerokan

6. Histerektomi total dilakukan dilakukan pada mola risiko tinggi

Periksa ulang (Follow Up )

Wanita dianjurkan jangan hamil terlebih dahulu dan dianjurkan memakai
kontrasepsi pil, di mana reaksi kehamilan menjadi positif akan menyulitkan
observasi.

Juga dinasehatkan mematuhi jadwal periksa ulang selama 2-3 tahun

1. Setiap minggu pada triwulan pertama
2. Setiap dua minggu pada triwulan kedua
3. Setiap bulan pada 6 bulan berikutnya
4. Setiap 2 bulan pada tahun berikutnya dan selanjutnya tiap 3 bulan

Setiap periksa ulang penting diperhatikan:

1. Gejala klinis: perdarahan, keadaan umum penderita
2. Lakukan pemeriksaan dalam dan inspekulo:tentang keadaan servik,

uterus cepat tambah kecil atau tidak
3. Reaksi biologis

Bab 11 Melakukan Deteksi Dini Terhadap Komplikasi Ibu dan Janin 141

11.4.6 Hiperemisis Gravidarum

1. Pengertian
Hyperemisis gravidarum adalah mual dan muntah yang berlebihan
pada ibu hamil atau apabila ibu memuntahkan segala apa yang
dimakan dan diminum.

2. Tingkatan Ringan
Tanda/gejala:
Karena mual muntah yang berlebihan dan intake cairan yang masuk
kurang sehingga ibu mengalami:
a. Mual/muntah terus menerus
b. Penderita lemah, tidak mau makan, berat badan menurun,
tekanan darah menurun, nadi cepat ≥ 100 x / menit, nafas agak
cepat
c. Nyeri epigastrium, bibir dan lidah kering
d. Turgor kulit kering, mata cekung

Penanganan: Pasien dirawat jalan dan memberikan penerangan pada ibu
tentang penyakitnya, meminta ibu untuk dapat menghilangkan faktor-
faktor psikis seperti:

a. Jangan takut kehilangan pekerjaan
b. Persalianan adalah proses yang biasa pada wanita hamil
c. Hilangkan perasaan takut nantinya setelah anak lahir
d. Cari masukan baru yang lebih nyaman
e. Istirahat yang cukup.

Coba ubah pola makan dari porsi besar kecil dengan frekuensi yang lebih
sering, memakan makanan yang kering (biskuit, roti) dan tinggi kalori
(tinggi kadar gula), tinggi protein dan hindari makanan yang mengandung
lemak.

Waktu bangun pagi jangan langsung turun tempat tidur, tetapi istirahat
baring dulu, minum teh yang hangat/dingin betul dan makan makanan
ringan beri vitamin B1 dan B6.

142 Asuhan Kebidanan Kehamilan Komprehensif

3. Sedang
Tanda/gejala:
• Mual muntah yang hebat
• Lemah, apatis, turgor kulit mulai jelek
• Lidah kering dan kotor
• Nadi kering dan kotor
• Suhu badan naik, tekanan darah dan berat badan turun
• Dehidrasi, ikterus ringan, mata cekung
• Nafas bau aseton
• Penanganan:Rujuk pasien

4. Berat
Tanda/gejala:
• Keadaan umum jelek
• Kesadaran menurun hingga koma
• Nadi kecil halus dan cepat
• Dehidrasi berat, ikterus
• Suhu badan naik, tekanan darah dan berat badan turun.

Bab 12

Dokumentasi Asuhan
Kebidanan Kehamilan

12.1 Pendahuluan

Dalam buku Asuhan Kebidanan menyebutkan salah satu ciri – ciri asuhan
kebidanan yang baik adalah adanya pencatatan yang lengkap dan akurat
sehingga sehingga asuhan kebidanan yang diberikan dapat berkualitas dan
dapat dilihat kesesuaiannya dengan standar yang sudah ditetapkan.
Berdasarkan Keputusan Menteri kesehatan Nomor 938 tahun 2007, dalam
menjamin asuhan yang berkualitas telah ditetapkan “standar asuhan
kebidanan” pada poin keenam tercantum mengenai “ pencatatan asuhan
kebidanan”. Berpegangan pada hal tersebut, setelah melaksanakan dan
memberikan asuhan , setiap bidan diharuskan untuk mencatat dan
mendokumentasikan asuhan yang diberikan sebagai bentuk pertanggung
jawaban dan pertanggung gugatan bidan terhadap apa yang telah dilakukan
dalam memberikan pelayanan kebidanan (Guti and Dkk, 2016).
Selain itu dokumentasi kebidanan juga digunakan sebagai informasi tentang
status kesehatan pasien pada semua kegiatan asuhan kebidanan yang dilakukan
bidan dan dokumentasi juga berperan sebagai pengumpulan, penyimpanan
dokumen baik tertulis maupun terekam, mengenai identitas, anamnesis,

144 Asuhan Kebidanan Kehamilan Komprehensif

penentuan fisik laboratorium, segala diagnosis pelayanan dan tindakan medis
yang diberikan kepada pasien serta pengobatan rawat inap dan rawat jalan
maupun pelayanan gawat darurat.

Berdasarkan uraian diatas, dokumentasi merupakan suatu kegiatan pencatatan,
pemeliharaan dan proses komunikasi terhadap informasi yang berhubungan
dengan pengelolaan pasien guna mempertahankan sejumlah fakta dari suatu
kejadian dalam suatu waktu (Wildan and A, 2009).

12.2 Pengertian Dokumentasi Asuhan
Kebidanan pada Ibu hamil

Dokumentasi asuhan kebidanan pada ibu hamil adalah keterangan atau
penjelasan tertulis dari seluruh tahapan proses asuhan yang diberikan kepada
ibu hamil, mulai dari pengkajian data subjektif dan objektif, rumusan
diagnosis, rencana kegiatan dan pelaksanaan tindakan yang akan dilakukan,
serta hasil evaluasi dari tindakan yang telah dilakukan (Tresnawati, 2013).
Selain sebagai sarana untuk penulisan dan pelaporan, dokumentasi kebidanan
juga digunakan dan dimanfaatkan sebagai sarana untuk memberikan informasi
tentang kesehatan pasien pada semua tindakan asuhan kebidanan yang
dilakukan oleh bidan. Dokumentasi juga berperan sebagai pengumpulan ,
penyimpanan dan informasi guna mempertahan sejumlah fakta yang penting
secara terus menerus pada sewaktu – waktu terhadap sejumlah kejadian
menurut Fischbach (1997).

12.3 Fungsi Dokumentasi

1. Sebagai dokumen yang sah dan bukti terhadap asuhan yang sudah
diberikan

2. Sebagai sarana untuk berkomunikasi dalam tim pelayanan kebidanan
3. Sebagai sumber data yang dapat digunakan dalam memberikan

keterangan kepada pasien, keluarga, dan pihak yang berkepentingan

Bab 12 Dokumentasi Asuhan Kebidanan Kehamilan 145

4. Sebagai sarana informasi yang dapat memberikan gambaran tentang
kronologi keadaan dan kondisi pasien, tindakan yang diberikan dalam
mengatasi masalah atau memenuhi kebutuhan pasien, dan hasil dari
asuhan yang diberikan.

5. Sebagai sumber data penting untuk proses pendidikan dan penelitian
(Guti and Dkk, 2016).

12.4 Prinsip Dokumentasi

1. Ditinjau dari isi
• Mempunyai nilai administrasi
• Suatu berkas pencatatan memiliki nilai medis, karena catatan
tersebut dapat digunakan sebagai dasar merencanakan tindakan
yang harus diberikan kepada klien
• Mempunyai nilai hukum
• Semua laporan tentang klien merupakan dokumentasi resmi dan
bernilai hukum. Bila timbul masalah, maka dokumentasi bisa
digunakan sewaktu – waktu sebagai barang bukti di pengadilan
• Mempunyai nilai ekonomi
• Semua tindakan kebidanan yang belum, sedang dan telah
diberikan dan ditulis dengan lengkap dapat digunakan sebagai
acuan atau pertimbangan biaya kebidanan bagi klien
• Mempunyai nilai edukasi
• Karena isi dokumentasi menyangkut kronologis dari kegiatan
asuhan kebidanan yang dapat dipergunakan sebagai bahan
referensi pembelajaran bagi mahasiswa dan profesi kesehatan
lain.Mempunyai nilai
• penelitian
• Data yang didapat dalam dokumentasi dapat dijadikan sebagai
bahan atau objek riset dan pengembangan profesi bidan.

146 Asuhan Kebidanan Kehamilan Komprehensif

2. Ditinjau dari teknik pencatatan
• Mencantumkan nama pasien pada setiap lembaran catatan
• Menulis dengan menggunakan pena berwana hitam
• Menulis dengan menggunakan singkatan dan simbol yang telah
disepakati oleh institusi untuk mempercepat proses pencatatan
• Menulis laporan selalu menuliskan tanggal dan jam kegiatan atau
observasi yang akan dilakukan dengan kenyataan dan bukan
interpretasi
• Hindari menggunakan kata – kata yang mengandung unsur
penelitian
• Tuliskan nama jelas pada setiap pesanan pada catatan observasi
dan pemeriksaan oleh orang yang melakukan
• Tuliskan nama jelas pada setiap pesanan pada catatan observasi
dan pemeriksaan oleh orang yang melakukan
• Interpretasi data objektif harus didukung oleh observasi
• Kolom jang dibiarkan kosong, beri tanda bila tidak ada yang
perlu ditulis
• Catatan harus disertai paraf/tanda tangan di samping (Siwi
Elisabeth W, 2015).

3. Sistem pencatatan
• Model naratif
• Model orientasi masalah

4. Model fokus
• Simplicity (kesederhanaan)
Pendokumentasian dengan menggunakan kata-kata yang
sederhana, mudah dibaca, dimengerti dan yang perlu dihindari
istilah yang dibuat-buat, sehingga mudah dibaca
• Conservatism
Dokumentasi harus benar – benar akurat dan jelas yaitu didasari
oleh informasi yang jelas dari data yang dikumpulkan. Dengan
demikian jelas bahwa data tersebut benar-benar dari pasien,

Bab 12 Dokumentasi Asuhan Kebidanan Kehamilan 147

sehingga bisa dihindari data yang tidak sebenarnya. Sehingga di
akhir catatan ada paraf tandatangan dan nama yang jelas
• Kesabaran
Kita harus sabar dalam membuat dokumentasi dengan
meluangkan untuk melakukan pemeriksaan kebenaran terhadap
data pasien yang telah atau yang sedang diperiksa
• Precision (ketepatan)
Ketepatan dalam pendokumentasian merupakan syarat yang
sangat diperlukan. Untuk mendapatkan ketepatan perlu
pemeriksaan dengan menggunakan teknologi yang tinggi seperti
menilai gambaran klinis dari pasien, laboratorium dan
pemeriksaan tambahan
• Irrefutability (jelas dan objektif )
Dokumentasi memerlukan kejelasan dan objektivitas dari data –
data yang ada. Bukan data yang sembarangan
• Confidentiality (rahasia)
Informasi yang didapat dari pasien didokumentasikan dan
petugas wajib menjaga rahasia pasien dapat dibuat catatan secara
singkat, kemudian dipindahkan secara lengkap (Tresnawati,
2013).

12.5 Hal Yang Perlu Diperhatikan dalam
Dokumentasi

1. Apabila muncul kesalahan dalam menulis lebih bagusnya diberi garis
pada tulisan yang salah dengan diberi catatan “salah” dan diberi dan
kemudian ditulis catatan yang benar.

2. Jang menulis hal yang bersifat mengkritik klien atau tenaga
kesehatan lain. Hal yang ditulis hanyalah uraian objektif perilaku
klien atau tindakan yang dilakukan

148 Asuhan Kebidanan Kehamilan Komprehensif

3. Koreksi kesalahan yang dibuat dengan segera mungkin. Karena
kesalahan mencatat dapat diikuti dengan kesalahan tindakan dan
kesalahan tersebut juga dapat diikuti oleh tim kesehatan yang lain

4. Catatan yang dituliskan merupakan yang kejadian fakta, jangan
membuat pemikiran dari situasi yang lain

5. Semua catatan harus ditulis dengan tinta dan menggunakan bahasa
yang jelas dan hindari menggunakan istilah-istilah yang tidak
mengerti oleh orang lain. Karena dapat menimbulkan
kesalahpahaman antar tim

6. Hindari catatan yang bersifat umum, karena informasi yang spesifik
tentang klien akan hilang

7. Bidan bertanggung jawab atas informasi yang ditulisnya. Asuhan
kebidanan komprehensif membutuhkan data informasi yang lengkap,
objektif, dapat dipercaya, karena hal tersebut dapat menjadikan
masalah bagi bidan jika dilaksanakan secara tidak sesuai ketentuan
(asuh(Tresnawati, 2013)

12.6 Model-model Dokumentasi Asuhan

12.6.1 SOR (Source Oriented Record)

Model berdasarkan kepada orang atau sumber yang mengelola
pencatatan. Bagian penerimaan klien memiliki lembaran isian
tersendiri, dokter menggunakan lembaran untuk mencatat instruksi,
lembaran riwayat penyakit dan perkembangan penyakit, serta
lembaran catatan perawat dan bidan untuk menulis catatan tindakan
atau asuhan yang diberikan.
Catatan terdiri dari lima komponen yaitu:
• Lembar biodata pasien
• Lembaran order dokter
• Lembar riwayat medik/penyakit
• Catatan perawat/bidan

Bab 12 Dokumentasi Asuhan Kebidanan Kehamilan 149

• Catatan dan laporan kasus

Keuntungan

1. Menyajikan data secara berurutan mudah untuk diidentifikasi
2. Memudahkan perawat/bidan untuk bebas mengetahui bagaimana

informasi yang akan dicatat.

Format dapat menyederhanakan proses pencatatan Kerugian

• Berpotensial terjadinya pengumpulan data terpisah-pisah karena
tidak berdasarkan urutan waktu

• Menimbulkan kesulitan dalam mencari data sebelumnya tanpa
harus mengulangi dari awal

• Pencatatan data awal tanpa data yang jelas
• Membutuhkan pengkajian data dari beberapa sumber untuk

menentukan masalah dan tindakan yang akan dilakukan pada
klien
• Memerlukan waktu yang banyak dalam memberikan asuhan
• Data yang berurutan memungkinkan menyulitkan dalam
melakukan interpretasi data/ analisa
• Perkembangan klien sulit dimonitor

12.6.2 POR

Model pendokumentasian ini memusatkan data tentang klien
didokumentasikan dan disusun menurut klien. Dokumentasi ini
mengintegrasikan semua data mengenai dan atau tenaga kesehatan lain

1. Model dokumentasi ini terdiri dari:
• Data dasar
• Daftar masalah
• Evaluasi dan penyelesaian masalah secara jelas
• Daftar awal rencana asuhan
• Catatan perkembangan

150 Asuhan Kebidanan Kehamilan Komprehensif

Keuntungan

• Lebih menekankan pada masalah klien
• Pencatatan secara kontinuitas dari asuhan. Data disusun

berdasarkan masalah spesifik
• Daftar masalah yang akan membantu mengingatkan petugas

untuk perhatian
• Daftar yang perlu di intervensi dijabarkan dalam rencana

tindakan

Kerugian

• Penekanan hanya terfokus pada masalah, penyakit dan
ketidakmampuan sehingga mendekatkan pada pengobatan

• Kemungkinan adanya kesulitan jika daftar masalah belum
dilakukan kemudian muncul lagi masalah baru

• SOAPIER dapat menimbulkan pengulangan yang tidak perlu
• Pencatatan yang rutin mungkin diabadikan dalam pencatatannya

12.6.3 CBE (Charting By Exception)

Sistim dokumentasi yang hanya mencatat secara naratif dari hasil atau
penemuan yang menyimpang dari keadaan normal atau standar

Keuntungan

• Mengurangi waktu untuk mencatat sehingga banyak waktu yang
digunakan untuk melaksanakan asuhan

• Adanya standar minimal untuk pengkajian dan intervensi
• Data yang tidak jelas nampak jelas
• Data yang normal secara mudah dapat ditandai dan dipahami
• Data normal atau respon diharapkan tidak mengganggu informasi

lain
• Menghemat waktu karena catatan rutin dan observasi tidak perlu

dilakukan
• Pencatatan duplikat dapat dikurangi

Bab 12 Dokumentasi Asuhan Kebidanan Kehamilan 151

• Data klien dicatat pada format klien secepatnya
• Informasi terbaru dapat dilakukan pada tempat tidur klien
• Jumlah halaman lebih sedikit digunakan dalam dokumentasi
• Rencana tindakan disimpan sebagai catatan yang permanen

Kerugian

• Pencatatan secara narasi sangat singkat tergantung dari cheklist
• Kemungkinan adanya pencatatan masih kosong pencatatan rutin

sering diabaikan
• Adanya pencatatan kejadian yang tidak semuanya

didokumentasikan

12.6.4 PIE (Problem Intervention and evaluation)

PIE adalah singkatan dari problem intervention and evaluation

Keuntungan

• Rencana tindakan dan catatan perkembangan dapat dihubungkan
• Memungkinkan pemberian asuhan yang rutin karena secara jelas
• Perkembangan klien mulai dari masuk sampai pulang dapat

dengan mudah digambarkan
• Dapat diadaptasi untuk catatan yang otomatis

Kerugian

• Tidak dapat digunakan untuk pencatatan semua disiplin ilmu
• Pembatasan rencana tindakan yang tidak diaplikasikan untuk

beberapa situasi keperawatan/kebidanan (Siwi Elisabeth W,
2015).

12.6.5 Manajemen Varney

Suatu metode pemecahan masalah kesehatan ibu dan akan yang khususnya
dilakukan oleh bidan dalam memberikan asuhan kebidanan kepada individu,
keluarga, kelompok dan masyarakat

152 Asuhan Kebidanan Kehamilan Komprehensif

Dalam penatalaksanaan asuhan kebidanan Varney ada 7 langkah, meliputi:

1. Langkah I: Pengumpulan Data Dasar
Pada langkah ini dikumpulkan semua informasi yang lengkap dan
akurat dari semua keadaan yang menggambarkan kondisi pasien.
Untuk mengumpulkan data dilakukan dengan cara anamnesa,
pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan dan hasil pemeriksaan
tanda – tanda vital pasien selain itu juga ditambah dengan hasil
pemeriksaan khusus dan pemeriksaan penunjang.
Langkah ini merupakan tahapan awal yang akan menentukan langkah
selanjutnya, sehingga kelengkapan data sesuai dengan kasus yang
dialami pasien sehingga akan memudahkan proses interpretasi yang
benar atau tidak dalam tahap selanjutnya, sehingga dalam
pengumpulan data ini harus komprehensif meliputi data subjektif,
objektif dan hasil pemeriksaan sehingga dapat menggambarkan
kondisi / masalah pasien yang sebenarnya.

2. Langkah II: interpretasi Data Awal
Data dasar yang telah didapatkan di interpretasikan sehingga dapat
menentukan diagnosa atau masalah yang spesifik, rumusan diagnosa
dan masalah digunakan karena masalah tidak dapat didefinisikan
seperti diagnosa tetapi tetap membutuhkan pegangan. Masalah yang
muncul biasanya sering berhubungan dengan hasil pengkajian.

3. Langkah III: Mengidentifikasi Diagnosa atau masalah potensial
Pada langkah ini seorang bidan melakukan identifikasi masalah atau
diagnosa potensial berdasarkan kumpulan masalah dan diagnosa yang
sudah didapatkan. Langkan ini membutuhkan antisipasi bila
memungkinkan dilakukan pencegahan sambil mengawasi pasien
bidan bersiap – siap bila masalah potensial benar – benar terjadi

4. Langkah IV: Mengidentifikasi Dan Menetapkan Kebutuhan Yang
Memerlukan Penanganan Segera Dan Kolaborasi
Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan dan / dokter
untuk konsultasi atau ditangani bersama dengan anggota tim
kesehatan lain.

Bab 12 Dokumentasi Asuhan Kebidanan Kehamilan 153

5. Langkah V: Merencanakan Asuhan Yang Menyeluruh
Rencana asuhan menyeluruh tidak hanya yang sudah teridentifikasi
dari masalah klien, tetapi juga berasal dari pedoman antisipasi
terhadap klien tersebut, apakah kebutuhan perlu konseling,
penyuluhan dan apakah pasien perlu dirujuk karena ada masalah –
masalah yang berkaitan dengan masalah kesehatan lain. Pada langkah
ini tugas bidan adalah merumuskan rencana asuhan sesuai dengan
hasil pembahasan rencana bersama klien dan keluarga, kemudian
membuat kesepakatan bersama sebelum melaksanakan

6. Langkah VI: Melaksanakan Asuhan
pada langkah ini rencana asuhan yang komprehensif yang telah
dibuat dapat dilaksanakan secara efisien seluruhnya oleh bidan atau
dokter atau tim kesehatan lain

7. Langkah VII: Evaluasi
Melakukan evaluasi hasil dari asuhan yang telah diberikan meliputi
pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar – benar telah
terpenuhi sesuai dengan diagnosa /masalah.

12.7 Metode SOAP

Pendokumentasian dengan metode SOAP salah satu kemajuan informasi
secara sistematis yang dapat menggabungkan temuan sehingga menjadikan
kesimpulan yang dibuat sebagai rencana asuhan. Metode ini merupakan inti
dari proses penatalaksanaan asuhan kebidanan berupa langkah – langkah yang
dapat membantu dalam mengorganisasi pikiran dalam memberikan asuhan
yang menyeluruh.

Pada saat memberikan asuhan antenatal, bidan dapat menuliskan satu catatan
SOAP untuk setiap kali kunjungan, sementara dalam masa antenatal, bidan
boleh menuliskan lebih dari satu catatan untuk pasien dalam satu hari. Bidan
juga harus melihat catatan SOAP terdahulu untuk mengevaluasi kondisi pasien
(asuhan kebidanan kehamilan berbasis kompetensi).

154 Asuhan Kebidanan Kehamilan Komprehensif

Metode SOAP terdiri atas langkah – langkah yaitu:

1. S: Subjektif
• Pendokumentasian untuk pengumpulan data klien melalui
anamnesa
• Tanda gejala subjektif yang diperoleh dari hasil bertanya pada
klien, suami atau keluarga (identitas umum, keluhan, riwayat
menarche, riwayat perkawinan, riwayat kehamilan, riwayat
persalinan , riwayat KB, riwayat penyakit keluarga, riwayat
penyakit keluarga, riwayat penyakit keturunan, riwayat
psikososial, pola hidup.
• Catatan ini berhubungan dengan masalah sudut pandang klien.
Ekspresi pasien mengenai kekhawatiran dan keluhannya dicatat
sebagai kutipan langsung atau ringkasan yang berhubungan
dengan diagnosa.

2. O:Objektif
• Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan fisik klien,
hasil laboratorium dan tes diagnostik lain yang dirumuskan
dalam data fokus untuk mendukung assessment
• Tanda gejala objektif yang diperbolehkan dari hasil pemeriksaan
(keadaan umum, vital sign, fisik, pemeriksaan dalam,
laboratorium dan pemeriksaan penunjang, pemeriksaan dengan
inspeksi, palpasi, auskultasi dan perkusi
• Data ini memberi bukti data klinis klien dan fakta yang
berhubungan dengan diagnosa. Data fisiologis, hasil observasi,
informasi kajian teknologi (hasil laboratorium, sinar –X, rekaman
CTG, dan lain-lain) serta informasi dari keluarga atau orang lain
dapat dimasukkan dalam kategori ini. Apa yang di observasi oleh
bidan akan menjadikan komponen yang berarti dari diagnosa
yang akan ditegakkan

Bab 12 Dokumentasi Asuhan Kebidanan Kehamilan 155

12.8 Assesment

1. Masalah atau diagnosa ditegakkan berdasarkan data atau informasi
subjektif maupun objektif yang dikumpulkan atau disimpulkan.
Karena keadaan klien terus berubah dan selalu ada informasi baru
baik subjektif maupun objektif, maka proses pengkajian adalah
sesuatu yang penting dalam mengikuti perkembangan klien.

2. Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan interpretasi
data subjektif dan objektif dalam suatu identifikasi:
a. Diagnosa/ masalah
• Diagnosa adalah rumusan dari hasil pengkajian mengenai
kondisi klien: hamil, bersalin nifas dan bayi baru lahir.
Berdasarkan hasil analisa yang diperoleh.
• Masalah adalah segala sesuatu yang menyimpang sehingga
kebutuhan klien terganggu
b. Antisipasi masalah lain/diagnosa potensial.

12.9 Planning

Menggambarkan pendokumentasian dari perencanaan dan evaluasi
berdasarkan assessment. Untuk perencanaan , implementasi dan evaluasi
dimasukkan dalam “P”

1. Perencanaan
Membuat rencana tindakan saat itu atau yang akan datang, untuk
mengusahakan tercapainya kondisi klien yang sebaik mungkin.
Proses ini termasuk kriteria tujuan tertentu dari kebutuhan klien yang
harus dicapai dalam batas waktu tertentu, tindakan yang diambil
harus membantu mencapai kemajuan dalam kesehatan dan harus
sesuai dengan instruksi dokter

2. Implementasi
Pelaksanaan rencana tindakan untuk menghilangkan dan mengurangi
masalah klien. Tindakan ini harus disetujui oleh klien kecuali bila

156 Asuhan Kebidanan Kehamilan Komprehensif

tidak dilaksanakan akan membahayakan keselamatan klien. Bila
kondisi klien berubah, intervensi mungkin juga harus berubah atau
disesuaikan.
3. Evaluasi
Penilaian dari hasil tindakan yang telah diambil merupakan hal
penting untuk menilai keefektifan asuhan yang diberikan. Analisis
dari hasil yang dicapai menjadikan fokus dari ketepatan nilai
tindakan. Jika kriteria tujuan tidak tercapai, proses evaluasi dapat
menjadikan dasar untuk mengembangkan tindakan alternatif sehingga
mencapai tujuan (Siwi Elisabeth W, 2015).

Gambar 12.1: Tujuh langkah Vareny dalam Dokumetasi SOAP (Guti and
Dkk, 2016)

Bab 13

Evidance Based Dalam Asuhan
Kehamilan

13.1 Pendahuluan

Masa kehamilan sering menjadi momen special yang tak terlupakan bagi
Sebagian besar wanita. Saat hamil, tubuh akan mengalami banyak perubahan
fisik dan hormone. Karena itu sebagai bidan perlu kejelian dan respon cepat
dalam memberikan asuhan tepat pada ibu tersebut. Untuk menjaga kesehatan
ibu hamil memang gampang-gampang susah. Namun, hal ini bukan tidak
mungkin terwujud jika ibu hamil menerapkan berbagai pola hidup sehat.
Banyak informasi terbaru seputar kehamilan yang dapat disampaikan kepada
ibu hamil sehingga bisa lebih semangat lagi untuk menjalani kehamilannya.
Karena itu bidan harus mampu memahami peran dan tanggung jawab bidan
dalam memberikan asuhan kebidanan dan dapat mengidentifikasi evidence
based practice dalam praktik kehamilan dan kunjungan ANC.
Evidence based practice merupakan dalam pengambilan keputusan asuhan
kebidanan yang berlandaskan ilmiah di mana Tindakan yang dilakukan
berdasarkan penelitian yang terpilih dan terbukti bermanfaat serta merupakan
penerapan yang sistematik, ilmiah dan eksplisit dari penelitian terbaik saat ini.
Hal ini menghasilkan asuhan yang efektif. Asuhan yang tidak selalu

158 Asuhan Kebidanan Kehamilan Komprehensif

melakukan intervensi. Dengan adanya evidence based practice maka praktik
asuhan antenatal menjadi lebih terfokus pada pilihan praktik yang terbukti
menguntungkan klien (refocusing antenatal) (Rahyani, 2021).

Beberapa evidancebased practice yang akan diuraikan berikut ini adalah
Dampak radiasi handphone terhadap Kesehatan ibu dan janin, Risiko ibu
hamil yang vegetarian, Dampak denial of pregnancy atau kehamilan kriptik
terhadap bayi yang lahir, Pemahaman Kesehatan pada Ibu hamil dalam Upaya
Pencegahan COVID-19, Penularan secara vertical covid 19 dari ibu hamil ke
janinnya.

13.2 Dampak Radiasi Smartphone
Terhadap Kesehatan Ibu dan Janin

Perkembangan teknologi menjadikan penggunaan smartphone semakin
meningkat bahkan dewasa ini Sebagian orang menjadikan smartphone sebagai
kebutuhan vital yang selalu ada dalam jangkauan setiap saat karena
smartphone memberikan berbagai kemudahan pada penggunanya dalam
menjalankan aktivitas, baik digunakan untuk membantu pekerjaan kantor,
bisnis, hobi, bahkan kegiatan ibadah. Dengan smartphone, dunia seolah-olah
tidak terbatas ruang dan waktu. Segalanya dapat dilakukan kapanpun dan di
manapun. tidak terkecuali bagi para ibu hamil. Namun, apakah sebenarnya
penggunaan smartphone aman bagi kehamilan?

Ibu hamil memang perlu untuk dijaga lebih ekstra karena didalamnya
terkandung janin yang masih sangat lemah terhadap berbagai hal yang tidak
baik, selain karena janin atau bayi yang masih di dalam Rahim ibu masih
rentan karena belum bisa menjaga dirinya sendiri juga belum memiliki imun
yang kuat sehingga mudah terpapar berbagai hal yang dapat menghambat
pertumbuhan bayi dalam kandungan itu sendiri. Salah satu hal yang harus
dihindari oleh ibu hamil adalah radiasi. Hal ini karena radiasi sendiri
merupakan suatu bentuk energi yang bergerak dalam bentuk sinar maupun
partikel di udara, dan dapat melekat layaknya debu dan cairan. Lalu mengapa
radiasi menjadi berbahaya bagi ibu hamil? Karena ibu hamil yang terpapar
radiasi dapat menyebabkan berbagai gangguan terhadap janin yang
dikandungnya, seperti keguguran, cacat lahir, kanker dan lain – lain, namun
sebagian besar kasus yang terjadi mengarah pada kecacatan. Meski tidak

Bab 13 Evidance Based Dalam Asuhan Kehamilan 159

semua ibu hamil dan janin rentan terkena radiasi dan mengakibatkan
kecacatan, namun untuk berjaga jaga, ibu hamil harus menjaga dirinya sendiri
karena janin tersebut masih menyatu dengan tubuhnya sendiri (Evalina, 2020).

Faktanya, smartphone dapat memancarkan gelombang elektromagnetik yang
merupakan jenis radiasi non-ionisasi ke lingkungan sekitar. Berdasarkan
penelitian menunjukkan kehamilan yang terpapar radiasi tersebut dapat lebih
berisiko mengalami keguguran (Cancan Firman Wilantika1, 2010).
Kekhawatiran atas paparan radiasi pada janin bukannya tidak berdasar. Embrio
/ janin manusia sangat sensitif terhadap radiasi pengion, terutama antara usia
kehamilan 8 dan 15 minggu. Embrio / janin manusia yang sedang berkembang
sangat sensitif terhadap radiasi pengion. Paparan janin yang lebih besar dari 10
rem dapat menyebabkan keguguran, cacat neurologis, keterbelakangan mental,
dan kanker masa kanak-kanak (Chandra et al., 2013).

Sebuah penelitian dilakukan pada 913 wanita hamil. Para wanita hamil ini
dipasangkan alat pelacak gelombang elektromagnetik selama 24 jam.Lalu,
untuk memastikan hasil bacaan alat pelacak tersebut benar, para wanita hamil
tersebut tetap diwawancara mengenai aktivitasnya sehari-hari. Fokusnya ibu
yang sering terpapar semua peralatan yang menimbulkan radiasi. Dari
penelitian tersebut didapatkan temuan adanya kasus keguguran terjadi pada
10,4% wanita hamil, yang terkena paparan gelombang elektromagnetik
dengan kadar paling rendah. Sedangkan, 24,2% wanita hamil yang terkena
paparan gelombang elektromagnetik dengan kadar lebih besar, risiko
keguguran meningkat sampai 3 kali lipat. Dengan hasil penelitian tersebut,
dapat membuktikan bahwa radiasi non-ionisasi dapat memengaruhi
kehamilan. Meski demikian, hasil penelitian ini belum secara spesifik merujuk
pada elektromagnetik atau radiasi yang dihasilkan oleh ponsel. Hal ini karena
radiasi non-ionisasi dapat dihasilkan oleh jaringan nirkabel (wireless network),
microwave, dan beberapa alat elektronik lainnya (Cancan Firman Wilantika1,
2010).

Para peneliti bahkan menganjurkan para ibu hamil untuk tidak meletakan
smartphonenya dalam saku di dekat perutnya, mengingat bahaya radiasinya
akan berpengaruh terhadap kesehatan sang janin. Selain itu, ibu hamil juga
dihimbau untuk tidak terlalu sering menggunakan smartphonenya untuk
mengurangi risiko radiasi yang ditimbulkan. Paparan dari radiasi yang
mungkin tidak berdampak terlalu besar bagi orang dewasa, dapat memberikan
pengaruh cukup besar sehingga dapat mengganggu tumbuh kembang bayi
dalam kandungan karena yang bertanggung jawab terhadap kesehatan

160 Asuhan Kebidanan Kehamilan Komprehensif

kehamilan tersebut juga adalah ibu hamil itu sendiri, maka penting bagi ibu
hamil untuk memiliki pengetahuan yang lengkap dan tepat seputar kehamilan.
Setelah memiliki pengetahuan dan pemahaman tersebut, langkah selanjutnya
yang dapat dilakukan adalah dengan menerapkan pengetahuan tersebut dalam
aktivitas sehari hari seperti yang juga sudah disampaikan dan dijabarkan,
seperti tidak terlalu sering menggunakan telepon genggam, tempatkanlah
smartphone agak jauh dari tubuh ibu untuk mengurangi risiko bahaya yang
mungkin terjadi. Jauhkan jangkauan ponsel dekat dengan tubuh, terutama
sewaktu ibu menggunakan fasilitas ‘bluetooth’. Sebab ketika fasilitas ini nyala,
maka sejumlah paparan akan dipancarkan meskipun dalam level yang tidak
terlalu besar. Dengan demikian, dimulai dari saat ini akan lebih bijak jika ibu
mulai memperhatikan pemakaian smartphone. Gunakanlah sesuai kebutuhan
dan matikan selagi tidak digunakan untuk meminimalisir dampak bahaya yang
mungkin ditimbulkan pada janin dalam kandungan Namun dari semua itu,
kembali lagi ditegaskan bahwa yang terpenting adalah ilmu yang dimiliki oleh
ibu hamil itu sendiri, agar bisa melakukan pencegahan dan terhindar dari
radiasi selama masa kehamilannya agar dapat mencapai kehamilan yang sehat
dan perkembangan janin yang maksimal.

13.3 Risiko Ibu Hamil yang Vegetarian

Dewasa ini pola makan sehat vegetarian banyak dipilih sebagai alternatif untuk
mencegah atau mengobati berbagai penyakit degeneratif. Hal ini dikarenakan
bahan makanan nabati mempunyai efek buruk terhadap tubuh yang lebih
rendah daripada bahan makanan hewani. Vegetarian itu sendiri terdiri dari
beberapa tipe atau kelompok. Setiap kelompok memiliki karakteristik
tersendiri mengenai apa saja yang boleh dan tidak boleh dikonsumsi. Tetapi
disamping berbagai keuntungan pola makan vegetarian, ada juga
kekurangannya. Biasanya orang vegetarian sering mengalami defisiensi
protein, zat besi, dan vitamin B12. Ketiga zat tersebut sebagian besar terdapat
pada bahan makanan hewani. Selain itu orang vegetarian juga lebih rentan
terkena anemia karena rendahnya kadar zat besi dan vitamin B12 dalam tubuh
mereka. Porsi dan kualitas bahan makanan nabati juga ikut memengaruhi
kesehatan seorang vegetarian. Dalam pola makan vegetarian, sayuran bersifat
lebih cepat mengenyangkan sehingga orang vegetarian mengkonsumsi bahan

Bab 13 Evidance Based Dalam Asuhan Kehamilan 161

makanan nabati lebih sedikit dari jumlah yang dianjurkan (Sandra, Wahyuni
and Syafiq, 2012).

Dewasa ini makin banyak orang yang secara sadar telah mengalihkan
kebiasaan makannya dari makanan yang berasal dari daging menjadi makanan
tanpa daging. Buah-buahan, sayur-sayuran, biji-bijian dan produk biji-bijian.
Ada hubungan antara asupan vitamin B12 dalam makanan vegetarian terhadap
anemia megaloblast. Defisiensi vitamin B12 dapat menyebabkan anemia
pernisiosa yang dikenal juga sebagai anemia Biermer's anemiaAddison, atau-
Biermeranemia Addison yang merupakan salah satu dari banyak jenis keluarga
besar anemia megaloblast. Gejala yang ditimbulkan adalah ibu kelihatan pucat
dan berat badan menurun (Nugroho et al., 2018).

Berdasarkan Hasil Penelitian Yang Dilakukan Di Akershus University
Hospital Yang Ada Di Oslo, Norwegia, Para Pakar Kesehatan Menyarankan
Para Ibu Yang Menjadi Vegetarian Untuk Tidak Melakukan Program Diet Ini
Andai Ingin Merencanakan Kehamilan, Saat Hamil, Hingga Saat Menyusui.
Dengan Tidak Menjadi Vegetarian, Kesehatan Ibu Hamil, Janin Di Dalam
Kandungan, Atau Bayi Yang Sedang Menyusui, Bisa Tetap Terjaga
Mengingat Mereka Terus Mendapatkan Nutrisi Yang Sehat Dari Daging-
Dagingan Atau Ikan. Jika Ibu Hamil Tetap Memaksakan Diri Menjadi
Seorang Vegetarian, Maka Mereka Tentu Tidak Akan Mendapatkan Nutrisi
Baik Dari Daging, Ikan, Telur, Atau Sejenisnya Sehingga Akan Meningkatkan
Kelahiran Bayi Secara Prematur. Selain Itu, Tanpa Adanya Bahan Makanan
Tersebut, Ibu Hamil Juga Akan Kekurangan Nutrisi Layaknya Protein,
Vitamin B12, Dan Berbagai Nutrisi Lain yang Tentu Akan Meningkatkan
Risiko Kandungan Yang Lemah. Selain Itu, Janin Di Dalam Kandungan Juga
Akan Cenderung Kurang Berenergi Dan Memiliki Sistem Kekebalan Tubuh
Yang Lemah.

Pakar Kesehatan Menyarankan Ibu Hamil Untuk Selalu Mencukupi
Kebutuhan Gizinya Setiap Hari Dengan Cara Mengkonsumsi Makanan Baik
Itu Sayuran, Buah-Buahan, Hingga Sumber Protein Layaknya Daging, Ikan,
Biji-Bijian, Dan Lain Sebagainya. Selain Itu, Ibu Hamil Juga Sebaiknya Tetap
Berolahraga, Mendapatkan Waktu Istirahat Yang Cukup, Dan Menghindari
Alkohol Dan Juga Asap Rokok.

162 Asuhan Kebidanan Kehamilan Komprehensif

13.4 Dampak Denial Of Pregnancy atau
Kehamilan Kriptik Terhadap bayi Baru
Lahir

Belakangan ini pemberitaan soal seorang perempuan yang hamil hanya 1 jam
dan langsung melahirkan sontak membuat geger media sosial (medsos).
Adapun kabar tersebut dibagikan oleh akun Facebook Taufik Romdoni pada
Minggu (19/7/2020). Artikel ini telah tayang di bangkapos.com dengan judul
Geger dan Viral Wanita Hamil 1 Jam Lalu Melahirkan, Dalam unggahannya,
Taufik menuliskan jika wanita tersebut hamil satu jam dan langsung
melahirkan bayi laki-laki. Artikel ini telah tayang di posbelitung.co dengan
judul Wanita ini Hamil 1 Jam Lalu Lahiran, Ternyata Bukan Fenomena Ajaib.
Terungkap Fakta Sebenarnya, Dalam dunia medis, seorang perempuan yang
tak mengetahui dirinya sudah hamil sampai berbulan-bulan disebut dengan
kehamilan kriptik atau cryptic pregnancy.

Kehamilan kriptik atau yang dikenal dengan denial of pregnancy adalah
kondisi kehamilan yang terjadi tanpa adanya gejala. Kondisi ini membuat ibu
tidak menyadari bahwa dirinya sedang hamil, karena perubahan tubuh yang
tidak adanya gejala. Kehamilan kriptik ini terjadi karena rendahnya kadar
hormon hCG pada tubuh ibu, sehingga tidak mampu terdeteksi baik ketika
melakukan cek darah maupun USG (Bhide, 2020). Dijelaskan oleh Michael
Cackovic, MD, seorang OB / GYN di The Ohio State University Wexner
Medical Center, hal demikian disebabkan ada wanita yang tidak melakukan
hubungan seks rutin, Tidak mengalami menstruasi rutin, dan tidak secara
teratur mengunjungi dokter.

Setidaknya, ada satu ibu hamil yang mengalami kehamilan kriptik dari setiap
300 kehamilan yang terjadi. Umumnya, ibu tidak menyadari adanya
perubahan tubuh saat hamil hingga usia kehamilannya memasuki 20 minggu
atau pada pertengahan trimester kedua. Meski begitu, pernah pula terjadi kasus
saat ibu hamil benar-benar tidak menyadari kehamilannya hingga menjelang
persalinan. Tidak terdeteksinya hormon hCG dalam alat pemeriksaan
kehamilan disinyalir menjadi pemicu utama terjadinya kehamilan kriptik.
Hormon ini diproduksi oleh plasenta ibu setelah janin yang masih dalam
bentuk embrio berhasil menempel pada dinding rahim (Simermann et al.,
2018).

Bab 13 Evidance Based Dalam Asuhan Kehamilan 163

Menurut dr Christine Greves, dokter kandungan dari Ohio, ada banyak risiko
yang akan didapat apabila wanita tidak tahu kalau sedang hamil. Jika seorang
wanita tidak menyadari kehamilannya, ia bisa melewatkan pentingnya
perawatan prenatal (cek kandungan) dan minum vitamin hamil. Kurangnya
asupan gizi yang memadai selama kehamilan dapat menghambat proses
tumbuh kembang janin dalam kandungan.

Kehamilan kriptik tetap merupakan fenomena yang sedikit diketahui, tetapi
baru-baru ini telah disorot oleh peristiwa dramatis seperti kasus Courjault yang
berakhir dengan pembunuhan bayi saat lahir. Bayi-bayi yang di lahirkan
menunjukkan hambatan pertumbuhan intrauterin proporsional, Data ini
konsisten dengan studi Chaulet et al., yang mengamati 6% pertumbuhan
pertumbuhan janin terhambat (IUGR) yang kemudian diratakan, dengan tinggi
dan berat badan mereka tumbuh normal pada bulan 9. Angka kematian
perinatal jangka penuh adalah 5%. Bayi tidak menunjukkan tanda peningkatan
morbiditas; 20% dari mereka mengalami keterlambatan perkembangan
psikomotor pada usia 9 bulan, dengan peningkatan dampak seiring
bertambahnya usia mereka. Angka tersebut mencapai 30% setelah 24 bulan,
setengahnya adalah gangguan bahasa (Simermann et al., 2018).

Namun, kehamilan kriptik juga bisa terjadi karena beberapa faktor lainnya,
seperti:

1. Kadar Lemak pada Tubuh yang Terlalu Rendah

Beberapa pakar kesehatan berpendapat bahwa kehamilan kriptik juga

bisa terjadi karena rendahnya kadar lemak pada tubuh ibu hamil.

Kondisi ini memicu terjadinya ketidakseimbangan hormon, sehingga

kehamilan menjadi sulit terdeteksi. Biasanya, kurangnya lemak tubuh
dialami oleh atlet olahraga atau wanita yang terindikasi terlalu kurus.

2. Ibu Mengalami Perimenopause

Perimonepause merupakan masa transisi yang akan dialami oleh

wanita sebelum mengalami menopause. Pada masa ini, produksi

hormon estrogen pada tubuh ibu menjadi lebih tidak stabil atau sering

naik turun. Hal ini juga bisa membuat ibu tidak menyadari bahwa

dirinya sedang hamil.

3. Pengaruh Kehamilan Sebelumnya
Ibu yang baru saja melahirkan pun bisa mengalami kehamilan kriptik.

Ini disebabkan karena hormon yang masih belum stabil pasca

164 Asuhan Kebidanan Kehamilan Komprehensif

melahirkan sebelumnya. Akibatnya, ibu tidak menyadari bahwa telah
terjadi kehamilan berikutnya, terlebih jika waktu kehamilan dengan
pasca melahirkan cukup dekat.
4. Stres Berlebihan
Stres bisa menyebabkan terjadinya ketidakstabilan hormon pada
tubuh. Ironisnya, wanita lebih rentan mengalami stres dan depresi.
Pada akhirnya, risiko ibu mengalami kehamilan kriptik akan semakin
besar.
5. Terjadinya Sindrom Ovarium Polikistik
Sindrom Ovarium Polikistik adalah kondisi terjadinya
ketidakseimbangan hormon pada tubuh wanita akibat kadar hormon
tertosteron yang lebih banyak. Sindrom ini ditandai dengan
munculnya kista pada ovarium dan haid yang menjadi tidak teratur.

Untungnya, gejala menjelang persalinan yang dialami ibu dengan kondisi
kehamilan kriptik tidak berbeda dengan kehamilan normal, sehingga tidak
memengaruhi proses persalinan. Ibu tetap bisa melakukan melahirkan sang
bayi secara normal, kecuali terdapat indikasi tertentu yang mengharuskan ibu
bersalin secara caesar. Adapun tanda-tanda yang akan ibu rasakan menjelang
persalinan adalah mata berkunang-kunang, kepala pusing dan munculnya
keringat dingin, bagian payudara, panggul dan pelvis terasa sakit, menebalnya
dinding vagina, hingga rasa sakit pada bagian kaki hingga ke paha.

13.5 Risiko Pemahaman Kesehatan pada
Ibu Hamil Dalam Upaya Pencegahan
COVID-19

Pada situasi pandemi COVID-19 ini, pemerintah telah membuat kebijakan
adanya pembatasan hampir pada semua layanan rutin salah satu contohnya
adalah pelayanan kesehatan maternal dan neonatal dan fasilitas pelayanan
kesehatan lainnya. Hal ini berdampak timbulnya kecemasan dari ibu hamil
sehingga menunda melaksanakan pemeriksaan kehamilan (Kementrian
Kesehatan RI, 2020).

Bab 13 Evidance Based Dalam Asuhan Kehamilan 165

Studi awal didapati banyak ibu hamil tidak melaksanakan protokol kesehatan
dalam keseharian dan hasil wawancara, ibu hamil menunjukkan kecemasan
pada kehamilannya selama era pandemi COVID-19. Kecemasan yang
ditunjukkan ibu hamil tersebut tidak sesuai atau berbanding terbalik dengan
perilaku ibu hamil dalam kepatuhan melaksanakan protokol kesehatan selama
ini (Aritonang et al., 2020).

COVID-19 dapat menimbulkan risiko yang lebih besar pada wanita hamil
dibandingkan dengan populasi wanita yang tidak hamil, karena ada
peningkatan konsumsi oksigen dan penurunan kapasitas residu fungsional
selama kehamilan, kondisi kehamilan adalah menekan imunitas, sistem
kekebalan yang terganggu membuat wanita lebih rentan terhadap infeksi
(Bartlett, 2013b).

Pendekatan tim multidisiplin harus diadopsi dalam menangani pasien ini
karena memungkinkan untuk berbagi keahlian serta tanggung jawab secara
efektif, dan memperlakukan pasien dengan bermartabat dan penuh kasih.
Namun banyak tantangan yang harus dihadapi, seperti kekurangan alat
pelindung, menipisnya persediaan obat-obatan dan produk darah (pengurangan
donor darah), ibu hamil yang terinfeksi datang langsung ke ruang persalinan
karna di rujuk, penuh dengan tekanan psiko-logis dan panik, apalagi dengan
adanya penularan virus dan kematian di antara para profesional perawatan
kesehatan yang tentu saja memperparah keadaan (Liang and Acharya, 2020)

13.6 Risiko Penularan secara Vertikal
Covid 19 dari Ibu Hamil ke Janinnya

Studi yang dilakukan sejauh ini belum ada yang mengungkapkan bahwa
penularan vertikal COVID-19 dari ibu ke anak dapat terjadi karena persalinan
normal pervaginam atau operasi caesar. Penelitian (14) memeriksa cairan
ketuban, darah tali pusat, dan ASI pertama setelah melahirkan. Setelah
diperiksa sampel-sampel tersebut dinyatakan negatif COVID-19. Kami
melaporkan dua dokter dengan COVID-19 selama trimester ketiga kehamilan.
Baik ibu maupun bayi baru lahir memiliki hasil yang sangat baik. Ini akan
memberikan bukti risiko rendah infeksi intrauterin melalui penularan vertikal
SARS-CoV-2 (Bartlett, 2013a).

166 Asuhan Kebidanan Kehamilan Komprehensif

Dalam studi deskriptif infeksi SARS-CoV-2, 7 dari 9 wanita hamil melahirkan
bayi mereka melalui operasi caesar dan 2 melahirkan melalui persalinan
pervaginam; 10 bayi SARS-CoV-2-negatif lahir. Sebagai kesimpulan, kami
melaporkan seorang wanita hamil dengan infeksi SARS-CoV-2 yang
melahirkan bayi yang sehat, menunjukkan bahwa penularan dari ibu ke anak
kecil kemungkinannya untuk virus ini. Kami percaya bahwa penerapan
tindakan perlindungan yang efektif selama persalinan, termasuk ruang bersalin
bertekanan negatif, dapat membantu mencegah bayi tertular infeksi SARS-
CoV-2. Karena kesimpulan kami dibatasi oleh ukuran sampel 1, kami tidak
dapat secara pasti menyatakan apakah operasi caesar lebih baik daripada
persalinan pervaginam untuk mencegah penularan dari ibu hamil dengan
infeksi SARS-CoV-2. (Bartlett, 2013a)

Penelitian lain menyelidiki kemungkinan penularan vertikal melalui persalinan
pervaginam, menemukan bahwa semua neonatus yang diuji memiliki swab
test dinyatakan negatif. Namun,penelitian(Zeng et al., 2020)meneliti
kemungkinan adanya penularan vertikal COVID-19. Melakukan skrining
semua neonatus (n = 33) yang lahir dari ibu positif COVID-19, 3 neonatus
(9%) dengan swab test nasofaring dan tenggorokan dinyatakan positif
COVID-19, ini berarti kemungkinan penularan vertikal dapat terjadi. Mirip
dengan karakteristik COVID-19, telah mengakibatkan keguguran, aborsi, dan
hasil yang lebih parah pada wanita hamil, jika dibandingkan dengan orang
yang tidak hamil. Infeksi virus dari kasus yang disebutkan di atas selama
kehamilan juga diduga menjadi penyebab hasil akhir janin yang buruk. (Liang
and Acharya, 2020)

Penularan vertikal setelah infeksi primer ibu biasanya terjadi selama kehidupan
intrauterin melalui trans-plasenta, persalinan melalui konsumsi atau aspirasi
sekresi servikovaginal, dan pascapartum melalui menyusui Namun, risiko
penularan vertikal SARS-CoV-2 rendah, karena kami tidak mendeteksi virus
pada semua produk konsepsi dan bayi. Penelitian sebelumnya menunjukkan
bahwa influenza, SARS

Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa influenza, SARS (Bartlett, 2013b)
dan MERS (Liang and Acharya, 2020), serupa dengan karakteristik COVID-
19, telah mengakibatkan keguguran, aborsi, dan hasil yang lebih parah pada
wanita hamil, jika dibandingkan dengan orang yang tidak hamil. Infeksi virus
dari kasus yang disebutkan di atas selama kehamilan juga diduga menjadi
penyebab hasil akhir janin yang buruk. Karena respon imun terhadap infeksi
SARS-CoV-2, kemungkinan ibu menghasilkan antibodi penetral yang cukup

Bab 13 Evidance Based Dalam Asuhan Kehamilan 167

tanpa mengembangkan kondisi yang serius. Antibodi pasif ini mungkin
memiliki efek perlindungan pada bayi melalui menyusui. Dalam kasus kami,
menyusui tidak disarankan meskipun kami tidak mendeteksi sampel ASI
SARS-CoV-2inconseconsecutiv selama tindak lanjut. Pertama, penularan dari
orang ke orang terjadi melalui kontak dengan cairan tubuh yang terinfeksi,
paparan COVID-19 yang tidak terlindungi dari ibu dapat menempatkan bayi
pada risiko besar infeksi perinatal. Kedua, pasien satu telah positif apofaringeal
pada 17 Februari setelah dua sampel negatif berturut-turut, bahkan dengan IgG
meningkat secara substansial menjadi SARS-CoV-2. Oleh karena itu, wanita
hamil harus mengambil upaya untuk meminimalkan paparan risiko bila
memungkinkan.(Li et al., 2020).

COVID-19 dapat menimbulkan risiko lebih besar pada wanita hamil
dibandingkan dengan populasi orang dewasa yang tidak hamil. Selain itu,
kehamilan adalah kondisi yang menekan kekebalan, dan sistem kekebalan
yang terganggu membuat wanita lebih rentan terhadap infeksi yang rumit.
Akhirnya, SARS-CoV-2 dapat ditularkan secara vertikal dari ibu ke janin dan
menyebabkan infeksi yang signifikan secara klinis. Keterbatasan penelitian ini
adalah ukuran sampel yang belum memadai, infeksi pada ibu terjadi pada
trimester ketiga kehamilan. Tidak adanya informasi tentang infeksi pada pada
trimester pertama atau kedua. Sehingga, diperlukan studi lebih lanjut.
Gambaran klinis neonatus yang lahir dari ibu positif COVID-19 bervariasi, di
antaranya demam, gejala saluran pernapasan bagian atas, dan gejala
gastrointestinal.

Kematian neonatal terjadi hanya dalam satu kasus yang lahir dari ibu yang
positif COVID-19. Anak tersebut mengalami trombositopenia, gangguan
koagulasi dan peningkatan kadar transaminase, serta mengalami kegagalan
beberapa organ, anak tersebut tidak mendapatkan pengobatan yang adu kuat
dan akhirnya meninggal pada usia 9 hari. Penyebab kematian tidak jelas, hal
tersebut mungkin terkait dengan imunitas neonatal yang buruk atau buruknya
keadaan klinis ibu. Apakah menyusui ASI dilarang pada wanita menyusui
yang positif COVID-19, masih belum dapat ditetapkan. Namun demikian, dua
penelitian meneliti ASI pada wanita positif COVID-19 dan ASI-nya
dinyatakan negatif.(Bartlett, 2013a). Ini menunjukkan bahwa virus tidak
ditularkan ke ASI dan menyusui masih tetap diberikan. Meskipun penelitian
lebih lanjut dengan ukuran sampel yang lebih besar diperlukan untuk
membuktikan hal ini.

168 Asuhan Kebidanan Kehamilan Komprehensif

Daftar Pustaka

Ais, Rohadatul, (2020) "Komunikasi Efektif di Masa Pandemi Covid-19,"
Banten: Makmood Publishing

Ana, Sooumy. (2010). Lengkap Segala Hal Trimester Pertama Kehamilan
Anda. Yogyakarta : Buku Biru

Ayu, Gusti, dkk, (2019), "Asuhan Kebidanan Kehamilan Berbasis Kompetensi
Edisi 3, Jakarta : EGC

Baston H, hall J, et al: (2012). Midwifery Essentials: Antenatal: Volume 2, ,
EGC : 978-979-044-177-4

Cunningham et al. (2012) Obstetri Williams. 23rd edn. Edited by S. Rudi.
Jakarta: EGC.

Dale, D. S. and Dale, E. A. (2019) Psikologi Kebidanan : Memahami Psikis
Wanita Sepanjang Daur Hidup dalam Pelayanan Kebidanan. Yogyakarta:
Pustaka baru press.

Dartiwen, dkk (2019) Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan. I. Edited by A. A.C.
Yogyakarta.

Dartiwen, dkk, (2019) "Asuhan Kebidanan pada Kehamilan", Yogyakarta
:ANDI

Dewi, Vivian Nanny Lia, Sunarsi, Tri. (2011). Asuhan Kehamilan untuk
Kebidanan. Jakarta : Salemba Medika

Galuh, Agus, et al, (2015), Analisis Faktor yang Berpengaruh terhadap
Kemampuan Ibu Hamil dalam Melakukan Deteksi Dini Risiko

170 Asuhan Kebidanan Kehamilan Komprehensif

Perdarahan Pasca Persalinan dan Preeklamsia, Majalah Obstetri &
Ginekologi, Vol. 23 No. 2 Mei - Agustus 2015: 49-53

Guti, A. and Dkk (2016) Asuhan Kebidanan Kehamilan Berbasis Kompetensi.

Heffner, L. J. and Schust, D. J. (2008) At Galance Sistem Reproduksi. 2nd edn.
Edited by A. Safitri. Jakarta: Erlangga.

Imelda, Rina. (2014). Panduan Kehamilan & Perawatan Bayi dari A-Z.
Surabaya : Victory

Imron R, asih Y, et al: (2016). Asuhan Kebidanan Patologi dalam Kehamilan,
Persalinan, Nifas dan Gngguan Reproduksi, , TIM, Jakarta: 978-602-202-
197-1

Intan, Nunung, (2020), Deteksi Dini Kehamilan Beresiko, Jurnal Kesehatan
Masyarakat STIKES Cendekia Utama Kudus, Vol. 8 No 1 Agustus 2020;
e-ISSN 2580-992X, P-ISSN 2338-6347

Irianti, I. and Herlina, N. (2010) Psikologi Untuk Mahasiswa Kebidanan.
Jakarta: EGC.

Janiwarty, B. and Pieter, H. Z. (2013) Pendidikan Psikologi untuk Bidan - Suatu
Teori dan Terapannya. Yogyakarta: Rapha Publishing.

Jannah, N. (2012) Buku Ajar Asuhan Kebidanan Kehamilan. I. Edited by
Westriningsih. Yogyakarta.

Kementrian Kesehatan RI. (2014). Peningkatan Kesehatan Ibu dan Anak Bagi
Bidan dan Perawat. Jakarta : Pusat Promosi Kesehatan.
www.promkes.depkes.go.id

Khadijah S, Arneti, (2018), Upaya Deteksi Dini Resiko Tinggi Kehamilan
Ditentukan Oleh Pengetahuan dan Dukungan Tenaga Kesehatan, Jurnal
Sehat Mandiri, Vol. 12 No 1 Juni 2019; e-ISSN 2615-8760

Li, Y. et al. (2020) ‘Lack of vertical transmission of severe acute respiratory
syndrome Coronavirus 2, China’, Emerging Infectious Diseases, 26(6),
pp. 1335–1336. doi: 10.3201/eid2606.200287.

Liang, H. and Acharya, G. (2020) ‘Novel corona virus disease (COVID-19) in
pregnancy: What clinical recommendations to follow?’, Acta Obstetricia
et Gynecologica Scandinavica, 99(4), pp. 439–442. doi:
10.1111/aogs.13836.

Daftar Pustaka 171

Lisnawati L, (2013). Asuhan kebidanan terkini Kegawatdaruratan Maternal dan
Neonatal, , TIM, Jakarta: 978-602-202-080-6

Mandriwati. 2012)(. Asuhan Kebidanan Antenatal. ed. Suryani. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC.

Mansur, H. (2009) Psikologi Ibu dan anak untuk Kebidanan. Jakarta: salemba
medika.

Manuaba, et al: (2004). Gawat Darurat Obstetri Ginekologi & Obsetri
Ginekologi Sosial untuk Profesi Bidan, , EGC, Jakarta:978-979-448-758-
3

Medforth, J. (2019) Kebidanan Oxford. Edited by P. Wuri. Jakarta: EGC.

Nirwana, A. B. (2011) Psikologi Ibu, Bayi dan Anak. Yogyakarta: Nuha
Medika.

Nugroho, M. R. et al. (2018) ‘A s u p a n V i t a m i n B 1 2 T e r h a d a p A n e
m i a Megaloblastik Pada Vegetarian di Vihara Meitriya Khirti Palembang
Vitamin B12 Intake to Megaloblastic Anemia on Vegetarian in Vihara
Meitriya Khirti Palembang 1 2’, 4(2), pp. 40–45.

Pedoma. Available at:

https://infeksiemerging.kemkes.go.id/download/Pedoman_bagi_ibu_ham

il_ibu_nifas_dan_BBL_selama_social_distancing.pdf.

Pratami, Evi, (2019), "Evidence-Based Dalam Kebidanan, Kehamilan,
Persalinan dan Nifas", Jakarta : EGC

Rahyani, ni komang yuni (2021) No Tcritical thingking dalam asuhan
kebidanan berbasis bukti. jogja: ugm press.

Sandra, F., Wahyuni, D. and Syafiq, A. (2012) ‘Gizi Ibu Hamil Pada Kelompok
Ibu Vegetarian’, Jurnal Gizi Ibu Hamil, 16(1), pp. 29–35.

Saputra, L. (2014) Visual Nursing Reproduksi. Tangerang Selatan: Binarupa
Aksara Publisher.

Simermann, M. et al. (2018) ‘Outcome of children born after pregnancy denial’,
Archives de Pediatrie, 25(3), pp. 219–222. doi:
10.1016/j.arcped.2018.01.004.

Siwi Elisabeth W (2015) Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan. Yogyakarta:
Pustaka Baru Press.

172 Asuhan Kebidanan Kehamilan Komprehensif

Sulistyawati, A. (2009) Asuhan Kebidanan Pada Masa Kehamilan. 1st edn.
Edited by A. Suslia. Jakarta.

Sutanto, Andina Vita, and Yuni Fitriana. (2015). Asuhan Pada Kehamilan.

Sutanto, Andina Vita, Yuni Fitriana. (2014). Asuhan Pada Kehamilan.
Yogyakarta : Pustaka Baru Press

Tresnawati, Frisca. (2013). Asuhan Kebidanan. Jilid 2. ed. Umi Athelia. Jakarta:
PT. Prestasi Pustakaraya.

Veronica,Anita,dkk (2020), "Kebidanan Teori dan Asuhan Volume 1", Jakarta
: EGC

Vita, Andina, dkk (2017), "Asuhan pada kehamilan , panduan lengkap asuhan
selama kehamilan bagi praktisi kebidanan",Yogyakarta : Pustaka baru
Press

Walyani, Elisabeth Siwi. (2015). Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan.
Yogyakarta: PT. Pustaka Baru.

WHO, Maternal Mortality, (2019) https://www.who.int/news-room/fact-
sheets/detail/maternal-mortality

Wildan, M. and A, A. A. (2009) Dokumentasi Kebidanan. Jakarta: Salemba
Medika.

Biodata Penulis

Febriyeni, S.SiT., M.Biomed lahir pada tanggal
28 Februari 1985 di Pariaman-Sumatera Barat,
merupakan dosen kebidanan dengan
pangkat/golongan Penata Tk I/ III.D, Jabatan
Akademik Lektor pada Universitas Fort De Kock
Bukittinggi (UFDK). Disamping itu merupakan
alumnus DIV Bidan Pendidik tahun 2007 Di
Poltekkes Kemenkes Padang, dan S2 Ilmu
Biomedik Peminatan Reproduksi Kedokteran
tahun 2011 di Universitas Andalas Padang serta
pada saat ini sedang dalam pendidikan S3 Ilmu
Biomedik Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. Mengajar di program studi kebidanan
pada mata kuliah: (1) Asuhan Kebidanan Kehamilan;
(2) Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan dan; (3) Kewirausahaan dalam
Kebidanan. Buku yang pernah diterbitkan berjudul ”Asuhan Kebidanan 1
(Kehamilan)” tahun 2014, buku ”Kesehatan Reproduksi Wanita” tahun 2020
dan buku ”Pengantar Kebidanan” tahun 2021. Karya tulis dalam bentuk
penelitian/jurmal diantaranya: (1) Pengaruh Asap Rokok terhadap kadar
hormon estradiol dan progesteron pada tikus putih (Rattus Norvegicus) Betina
(2013); (2) Hubungan Umur dan Paritas dengan Kejadian Pre-Eklamsia (2014);
(3) Pengaruh Musik Mozart terhadap Nyeri Menstruasi (2015); Pengaruh
Senam dan Kompres Hangat untuk menurunkan Nyeri menstruasi pada remaja
putri (2016); (4) Effect Acupresure in Vomiting Frequences (2017); (5) Faktor
– Faktor Yang Berhubungan Dengan Kunjungan K4 Ibu Hamil (2020); (6)
Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemanfaatan Buku Kia Terhadap
Ibu Hamil (2020). Pengaruh Pemberian minuman Jahe dan Daun Pandan
terhadap Frekuensi Mual Muntah pada Ibu Hamil Trimester I (2021).

174 Asuhan Kebidanan Kehamilan Komprehensif

Vedjia Medhyna, S.ST., M.Keb lahir di Lubuk
Sikaping, 16 Mei 1987. Penulis merupakan dosen
pengajar di Program Studi Kebidanan Fakultas
Kesehatan Universitas Fort De Kock sejak tahun
2011. Penulis menyelesaikan Gelar Master di bidang
Ilmu Kebidanan di Universitas Andalas tahun 2016.
Penulis aktif mengikuti berbagai pelatihan, serta
melakukan penelitian dan pengabdian masyarakat.
Hingga buku ini diterbitkan, penulis sudah menghasilkan buku Kesehatan
Reproduksi Wanita dan beberapa modul pembelajaran.

Oktavianis, S.ST., M.Biomed, lahir di Pekanbaru,
23 Oktober 1982. Penulis merupakan dosen pengajar
di Program Studi Kebidanan Fakultas Kesehatan
Universitas Fort De Kock Bukittinggi sejak tahun
2008. Penulis aktif mengikuti berbagai pelatian, serta
melakukan penelitian dan pengabdian masyarakat.
Hingga buku ini diterbitkan, penulis sudah
menghasilkan beberapa modul pembelajaran.

Zuraida, S.ST., M.Biomed lahir pada tanggal 08
Juni 1980 di Duri-Riau, merupakan dosen kebidanan
dengan pangkat/golongan Penata Tk I/ III.D, Jabatan
Akademik Lektor pada Universitas Fort De Kock
Bukittinggi (UFDK). Disamping itu merupakan
alumnus DIII Kebidanan tahun 2003 Poltekes
Kepmenkes Padang, DIV Bidan Pendidik UNPAD
tahun 2005, dan S2 Ilmu Biomedik tahun 2015 di
Universitas Andalas (UNAND) serta pada saat ini
sedang dalam pendidikan S3 Ilmu Biomedik Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. Mengajar di program studi kebidanan pada
mata kuliah: (1) Asuhan Kebidanan KB dan Kesehatan Reproduksi; (2) Gizi
Reproduksi; (3) Asuhan Kebidanan Komprehensif dan; (4) Mutu Pelayanan
Kebidanan dan Kebijakan Kesehatan. Karya tulis dalam bentuk
penelitian/jurmal diantaranya: (1) Perbedaan Efektivitas Pemberian Essensial

Biodata Penulis 175

Oil Pepermint dan Aroma terapi Lavender Terhadap Intensitas Mual dan
Muntah Pada Ibu Hamil Trimester I Di Puskesmas Baso Kab. Agam (2017); (2)
Pengaruh Massage Effleurage Terhadap Penurunan Nyeri Primer Pada Remaja
Putri Di SMA N 1 Sutera Kabupaten Pesisir Selatan (2018); (3) Pengaruh
Kombinasi Yoga dan Aroma Terapi Lavender Terhadap Tingkat Nyeri
Dismenore Pada Remaja Putri Di Pondok Pesantren Sumatera Thawalib
Parabek Bukittinggi (2019); dan (4) Efektivitas Konsumsi Tablet Fe Ditambah
Jus Naga Merah dan Jus Buah Tomat Terhadap Peningkatan Hemoglobin Ibu
Hamil Anemia (2019);

Visti Delvina, S.ST., M.Keb lahir di Pasar Kuok,
Kabupaten Pesisir Selatan 19 Maret 1990. Penulis
merupakan dosen pengajar di Program Studi
Kebidanan Fakultas Kesehatan Universitas Fort De
Kock sejak tahun 2013. Penulis menyelesaikan Gelar
Master di bidang Ilmu Kebidanan di Universitas
Andalas tahun 2018.

Rahmi Sari Kasoema, S.Psi., M.Kes, Lahir di kota
Padang, Sumatera Barat pada tanggal 8 Februari
1985. Menempuh pendidikan Formal di SD Adabiah
V Padang, SMP Adabiah Padang dan SMA Adabiah
Padang. Melanjutkan pendidikan perguruan tinggi di
Universitas Putra Indonesia ”YPTK” Padang
Fakultas Psikologi dan tamat pada tahun 2008. Pada
tahun 2017 menyelesaikan pendidikan Magister
Kesehatan Masyarakat di Universitas Fort De Kock
Bukittinggi. Saat ini bekerja sebagai Dosen pada
Program studi Kebidanan dan Ketua Lembaga Pusat
Karir di Universitas Fort De Kock Bukittinggi.

176 Asuhan Kebidanan Kehamilan Komprehensif

Ainal Mardiah, S.ST., M.Keb lahir pada tanggal 01
September 1989 di Padang Panjang-Sumatera Barat,
merupakan dosen kebidanan dengan
pangkat/golongan Penata Tk I/ IIIB, Jabatan
Akademik Asisten Ahli pada Universitas Fort De
Kock Bukittinggi (UFDK). Saat ini bertugas sebagai
Kepala Bagian Kemahasiswaan dan Kerjasama di
Universitas Fort De Kock Bukittinggi. Disamping itu
merupakan alumnus DIV Bidan Pendidik tahun 2012
Di STIKes Fort De Kock Bukittinggi , dan S2 Ilmu
Kebidanan tahun 2018 di Universitas Andalas
Padang . Mengajar di program studi kebidanan pada mata kuliah: (1) Asuhan
Kebidanan Persalinan; (2) Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan dan; (3)
Promosi Kesehatan. Karya tulis dalam bentuk penelitian/jurmal diantaranya: (1)
Perbedaan Kadar Brain Derived Neurotropic Factor Neonatus Dari Ibu Hamil
Normal dan Anemia efisiensi Besi; (2) Fakto Risiko yang Berhubungan dengan
Kejadian Anemia Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Mandiangin Kota
Bukittinggi; (3) Perbedaan Sensasi Nyeri Menggunakan Aromaterapi Bunga
Mawar dengan Teknik Nafas Dalam Terhadap Tingkat Nyeri Persalinan Kala I;
(4)Hubungan Paritas, Anemia dan Partus Lama Terhadap Kejadian Perdarahan
Post Partum pada Ibu Bersalin di RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi.
Karya dalam bentuk buku : (1)Buku Kesehatan Repduksi Wanita (2020); (2)
Psikologi Kebidanan (2021); Pengantar Kebidanan (2021)

Nurul Amalina, S.ST., M.Keb lahir pada tanggal 05
Juli 1990 di Padang - Sumatera Barat, merupakan
dosen kebidanan dengan pangkat/golongan Penata
Muda Tk I/ III.B, Jabatan Akademik Asisten Ahli
pada Universitas Fort De Kock Bukittinggi (UFDK).
Di samping itu merupakan alumnus DIII Kebidanan
tahun 2012 di STIKes Perintis Bukittinggi, DIV
Bidan Pendidik tahun 2013 di STIKes Fort De Kock
Bukittinggi, dan S2 Ilmu Kebidanan tahun 2019 di
Universitas Andalas Padang. Mengajar di Program
Studi Kebidanan pada mata kuliah: (1) Asuhan
Kebidanan Kehamilan; (2) Asuhan
Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal; (3)
Komunikasi dan Konseling; (4) Konsep Kebidanan dan (5) Problem Solving.

Biodata Penulis 177

Karya tulis dalam bentuk penelitian/jurnal diantaranya: (1) Hubungan faktor
umur ibu, usia kehamilan dan berat badan bayi lahir dengan kejadian asfiksia
pada bayi baru lahir di RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi (2012); (2)
Hubungan Hubungan kadar zink maternal dengan kadar zink neonatal dan
luaran neonatal (2019).

Vittria Meilinda, S.ST., M.Kes lahir pada tanggal
25 Mei 1992 di Bukittinggi-Sumatera Barat,
merupakan dosen kebidanan dengan
pangkat/golongan Penata Muda Tk I/ III.B, Jabatan
Akademik Asisten Ahli pada Universitas Fort De
Kock Bukittinggi (UFDK). Disamping itu
merupakan alumnus DIII Kebidanan tahun 2013,
DIV Bidan Pendidik tahun 2014, dan S2 Kesehatan
Masyarakat tahun 2017 di Universitas Fort De Kock.
Mengajar di program studi kebidanan pada mata
kuliah: (1) Asuhan Kebidanan Kehamilan; (2)
Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui; (3)
Epidemiologi dan; (4) Biostatistik. Karya tulis dalam bentuk penelitian/jurmal
diantaranya: (1) Faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku ibu hamil
dalam memilih pelayanan kesehatan (2012); (2) Gambaran kepuasan
mahasiswa, pembelajaran di kelas, pembelajaran di laboratorium, dan sumber
pembelajaran tentang pelaksanaan Problem Based Learning (2014); (3)
Evaluasi Pelaksanaan Manajemen Laktasi Pada Puskesmas di Kota Padang
Sumatera Barat (2017); dan Analisis sumber daya manusia dan KIE pada
pelaksanaan manajemen laktasi di Puskesmas (2019). Dan menghasilkan buku
Bersama Tim Dosen Universitas Fort De Kock Bukittinggi yang berjudul
Kesehatan Reproduksi Wanita.

Novi Wulan Sari, S.ST., M.Kes. Lahir di Padang
tanggal 27 April 1991. Telah menyelesaikan studi D
III Kebidanan di Poltekkes Kemenkes RI Padang
tahun 2012. Lulus D IV Bidan Pendidik STIKes Fort
De Kock Bukittinggi tahun 2014 dan lulus Magister
Kesehatan Masyarakat tahun 2017 di STIKes Fort De
Kock Bukittinggi. Saat ini saya merupakan dosen
tetap di Program Studi Kebidanan Program Sarjana

178 Asuhan Kebidanan Kehamilan Komprehensif

Terapan di Universitas Fort De Kock Bukittinggi. Berbagai jurnal yang telah
terbit dan mengikuti seminar nasional maupun internasional sesuai dengan
keahlian di kebidanan. Dan juga telah mengikuti berbagai pelatihan yang
menunjang Tri Dharma Perguruan Tinggi seperti Pelatihan AA, Item
Developmnet dan Item Review, Kurikulum, Etik Penelitian, Metodologi
Penelitian, dan sebagainya. Saat ini menjabat sebagai Sekretaris Dekan Fakultas
Kesehatan Fort De Kock Bukittinggi dan Manager Standarisasi di LSP-P1
Universitas Fort De Kock Bukittinggi.

Resty Noflidaputri, S.ST., M.Kes lahir pada tanggal
21 November 1991 di Solok-Sumatera Barat,
merupakan dosen kebidanan dengan
pangkat/golongan Penata Muda Tk I/ III.B, Jabatan
Akademik Asisten Ahli pada Universitas Fort De
Kock Bukittinggi (UFDK). Disamping itu
merupakan alumni DIII Kebidanan tahun 2013, DIV
Bidan Pendidik tahun 2014, dan S2 Kesehatan
Masyarakat tahun 2017 di Universitas Fort De Kock.
Mengajar di program studi kebidanan pada mata
kuliah: (1) Asuhan Kebidanan Neonatus Bayi Balita
dan Anak Prasekolah; (2) Problem Solving and
Decision Making; (3) Epidemiologi dan; (4) Ilmu
Kesehatan Mayarakat; (5) Kewirausahaan I; (6) Metodologi Penelitian
Administrasi Kebijakan Kesehatan. Karya tulis dalam bentuk penelitian/jurmal
diantaranya: (1) Perbandingan Pemberian Rumput Laut (EUCHEUMA SP) dan
Tablet FE terhadap Peningkatan Kadar Hemoglobin Ibu Hamil Anemia di
Puskesmas (2018); (2) Hubungan Pengetahuan Suami dan Budaya Dengan
Kejadian Unmed Need Keluarga Berencana (2019); (3) Analisis Pelaksanaan
Manajemen Program 1000 HPK diWilayah Kerja Dinas Kesehatan Kota Solok
(2019); (4) Efektifitas Pijat Tui Na Dalam Meningkatkan BB terhadap Balita
diwilayah Kerja Puskesmas Lintau Buo(2020); (5) Determinan Kejadian
Stunting pada Balita Usia 24-59 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Silayang
Kabupaten Pasaman (2020); (6) Hubungan Status Gizi dan Ekonomi Dengan
Perkembangan Motorik Halus Anak Usia 2 sampai 3 Tahun di wilayah Kerja
Puskesmas Lima Kaum 1 (2020); (7) Faktor yang berhubungan dengan
pemberian ASI Ekslusif diwilayah kerja Puskesmas Guguk Panjang Bukittinggi
(2021); dan (8) Analisis Evaluasi Pelaksanaan SHK Pada BBL diwilayah Kerja
Dinas Kesehatan Kota Solok (2021).

Biodata Penulis 179

Sari Ida Miharti, S.ST., M.Keb lahir pada tanggal
04 September 1989 di Bukittinggi-Sumatera Barat,
merupakan dosen kebidanan dengan
pangkat/golongan Penata Muda Tk I/ III.B, Jabatan
Akademik Asisten Ahli pada Universitas Fort De
Kock Bukittinggi (UFDK). Disamping itu merupakan
alumnus DIII Kebidanan tahun 2010, DIV Bidan
Pendidik tahun 2011, dan S2 Kebidanan tahun 2018
di Universitas Andalas Padang. Mengajar di program
studi kebidanan pada mata kuliah: (1) Asuhan Kebidanan Kehamilan; (2)
Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui; (3) Kegawat Daruratan Maternal
Neonatal dan; (4) Kebutuhan Dasar Manusia.

Nina Fitri, S.ST., M.Keb lahir pada tanggal 28 Mai
1977 di Padang Panjang-Sumatera Barat, merupakan
dosen kebidanan dengan pangkat/golongan Penata
Muda Tk I/ III.B, Jabatan Akademik Asisten Ahli
pada Universitas Fort De Kock Bukittinggi (UFDK).
Disamping itu merupakan alumnus DIII Kebidanan
UMSB tahun 2010, DIV Bidan Pendidik tahun 2011,
dan S2 Kebidanan tahun 2018 di FK UNAND.
Mengajar di program studi kebidanan pada mata
kuliah: (1) Asuhan Kebidanan Kehamilan; (2)
Asuhan persalinan dan BBL; (3) IKM dan; (4)
Promkes. menghasilkan buku Bersama Tim Dosen Universitas Fort De Kock
Bukittinggi yang berjudul Kesehatan Reproduksi Wanita.

180 Asuhan Kebidanan Kehamilan Komprehensif


Click to View FlipBook Version