84 Asuhan Kebidanan Kehamilan Komprehensif
4. Kerugian:
Risiko keguguran lebih besar pada CVS dibanding amniosintesis
pada trimester kedua. Setelah memperbaiki angka aborsi spontan
pada akhir trimester pertama, peningkatan risiko keguguran berkisar
hingga kurang lebih 0,8 persen. Oligohidramnion, ruptur selaput
amnion, dan hematoma subkorionik semuanya telah dilaporkan
sebagai sekuela CVS.
5. Amniosintesis
Amniosintesis biasanya dilakukan setelah usia gestasi 15 minggu
karena amniosintesis yang dilakukan di awal kehamilan memiliki
angka aborsi yang lebih tinggi dibandingkan dengan chorionoc villus
sampling yang juga dilakukan di awal kehamilan. Prosedur ini
dilakukan dengan insersi transabdominal jarum yang tipis ke dalam
ruang cairan amniotic dibawah panduan ultrasound yang kontinu,
yang dilanjutkan dengan aspirasi 15 ml cairan amnniotik. Dengan
adanya cairan ini, analisis sitogenik molekuler (DNA) dan biokimia
dapat dilakukan. Amniosit sering diperiksa. Amniosit terdiri dari atas
sel yang menyeluruh dari beberapa sisi janin, termasuk kulit, paru-
paru dan saluran ginjal.
Gambar 7.1: Amniosintesis
Bab 7 Tanda-Tanda Kehamilan Dan Pemeriksaan Diagnostik 85
7.5 Ultrasonography (USG)
Ada dua jenis ultrasound scan: transabdominal yang dapat mengamati melalui
perut dan transvaginal yang mengamati secara langsung ke dalam vagina.
Akan tetapi, abdominal ultrasound adalah yang umum dipakai dan biasanya
digunakan pada trimester kedua kehamilan (Medforth, 2019).
1. Teknik:
Pasien dibaringkan dengan bagian atas lebih tinggi dan perut dibuka.
Transducer place, yaitu jelly akan dioleskan pada perut dan kemudian
pemeriksaan dimulai.
2. Gambaran ultrasound dihasilkan bila gelombang suara
frekuensi tinggi dilewatkan di atas perut dengan menggunakan suatu
alat yang dipegang dengan tangan yang disebut dengan transducer.
Gelombang-gelombang itu membentuk struktur padat pada bayi,
mengirimkan kembali sebuah gambar bergerak dari makhluk kecil di
dalam.
3. Keuntungan:
Peningkatan dalam pengkajian usia kandungan dan identifikasi
kelainan janin. Ultrasonografi juga merupakan media yang sangat
baik untuk mengkaji perkembangan janin, dan bila ada permasalahan
dalam perkembangan janin, ultrasonografi dapat dengan akurat
mengidentifikasi kematian janin, lokasi plasenta, posisi janin, dan
jumlah janin jika terdapat penyimpangan dari nilai normal.
4. Kerugian:
Perkiraan kesejahteraan janin yang diberikan tidak tepat dan adanya
hasil positif palsu. Selain itu USG dapat membuat sangat bergantung
pada teknologi serta meningkatkan biaya pelayanan kesehatan.
86 Asuhan Kebidanan Kehamilan Komprehensif
Bab 8
Faktor- Faktor Yang
Memengaruhi Kehamilan
8.1 Pendahuluan
Kehamilan sehat dengan kondisi fisik dan emosi yang aman dan memuaskan
bagi ibu dan janin merupakan tujuan yang diharapkan dari asuhan kebidanan
(antenatal) pada ibu hamil, walaupun sampai saat ini masih ada beberapa ibu
hamil yang belum mengetahui faktor-faktor apa saja yang memengaruhi
kehamilannya dan bagaimana cara menjaga kehamilan agar berjalan dengan
baik. Sebagai seorang bidan professional yang memiliki pengetahuan, dapat
membantu ibu hamil dalam mengenali hubungan antara faktor-faktor tersebut
dan memberikan asuhan sesuai dengan kebutuhan ibu hamil (Dartiwen, 2019).
Kesehatan ibu hamil sangat berpengaruh pada kesejahteraan janin. Status
kesehatan ini dipengaruhi oleh beberapa faktor yang tidak semua ibu hamil
mengetahuinya. Dengan demikian, sangat perlu tenaga kesehatan untuk
memahami seluruh kebutuhan ibu dalam masa kehamilan, persalinan, nifas
yang akan menunjang proses persalinan nanti (Dartiwen, 2019).
Proses perkembangan kehamilan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor,
seperti faktor fisik, faktor psikologis, faktor lingkungan, faktor sosial budaya
dan ekonomi.
88 Asuhan Kebidanan Kehamilan Komprehensif
8.1.1 Faktor Fisik
1. Status Kesehatan
Ada dua klasifikasi dasar yang berkaitan dengan status kesehatan
atau penyakit yang dialami oleh ibu hamil: Penyakit atau komplikasi
akibat langsung kehamilan
Di antaranya adalah hyperemesis gravidarum (HEG), preeklamsia/
eklamsia, kelainan dalam lamanya kehamilan, kehamilan ektopik,
kelainan plasenta atau selaput janin, perdarahan antepartum, dan
gemmeli.
2. Penyakit atau kelainan yang tidak langsung berhubungan dengan
kehamilan, Di antaranya adalah:
• Penyakit atau kelainan alat kandungan: varises vulva, karsinoma
korpus uteri, karsinoma serviks, mioma uteri, tumor uteri,
prolapsus uteri, kista vagina, fistula vagina, kondilomata
akuminata, kista bartholini, DM, bartholinitis, kandidiasis,
gonorhea, peradangan, hematoma vulva, edema vulva, kelainan
bawaan.
• Penyakit cardiovascular: penyakit jantung, hipertensi, jantung
rematik, endocarditis.
• Penyakit darah: anemia dalam kehamilan, leukemia, kelainan
pembekuan darah, hipofibrinogenemia.
• Penyakit saluran nafas: influenza, bronchitis, pneumonia, asma
bronchiale, TB paru.
• Penyakit traktus digestivus: ptialiasmus, karies, gingivitis,
pirosis, hernia diafragmatikagastritis, ileus, hernia appendisitis,
colitis, megakolon, tumor usus, hemorrhoid.
• Penyakit hepar dan pankreas: hepatitis, rupture hepar, sirosis
hepatis, ikterus, atrofi hepar, penyakit pancreas.
• Penyakit ginjal dan saluran kemih: infeksi saluran kemih,
bakteriuria, sistitis, pielonefritis, glomerulonefritis, sindroma
nefrotik, batu ginjal, gagal ginjal, TBC ginjal.
Bab 8 Faktor- Faktor Yang Memengaruhi Kehamilan 89
• Penyakit endokrin: diabetes dalam kehamilan, kelainan kelenjar
gondok dan anak ginjal, kelainan hipofisis.
• Penyakit saraf: epilepsi, perdarahan intracranial, tumor otak,
poliomyelitis, sklerosis multipleks.
• Penyakit menular: IMS (Infeksi Menular Seksual), AIDS,
kondilomata akuminata, thypus, kolera, tetanus, difteri, lepra,
TORCH, morbili, campak, parotitis, varisela, malaria.
• Pengaruh penyakit - penyakit tersebut terhadap kehamilan dapat
mengakibatkan terjadinya abortus, IUFD (Intra Uterin Fetal
Death), anemia berat, infeksi transplasental, kelahiran prematur,
dismaturitas, asfiksia neonatorum, shock serta perdarahan.
(Jannah, 2012)
3. Status Gizi
Status gizi merupakan hal yang sangat penting diperhatikan pada
masa kehamilan, karena berpengaruh terhadap status kesehatan ibu
serta pertumbuhan dan perkembangan janin. Nilai status gizi ibu
hamil dapat dilihat dari peningkatan berat badan selama hamil yaitu
6,5-16,5 kg, lingkar lengan atas (LILA) ≥23,5 cm, serta Indeks Massa
Tubuh (Body Mass Index, BMI) untuk mengidentifikasi jumlah
jaringan adiposa berdasarkan hubungan tinggi badan terhadap berat
badan dan digunakan untuk menentukan kesesuaian berat badan ibu
hamil. Penilaian BMI diperoleh dengan menghitung:
BMI =BB/TB²
BB = Berat badan sebelum hamil (kg)
TB = Tinggi badan (m)
Secara garis besar kebutuhan zat gizi ibu hamil adalah sebagai berikut:
1. Asam Folat
Berdasarkan evidence mengonsumsi asam folat pada masa pre dan
perikonsepsi dapat menurunkan risiko kerusakan otak, kelainan
neural, anensepalus, baik itu pada ibu hamil normal dengan ibu hamil
berisiko. Selain itu asam folat ini juga mempunyai peran untuk
90 Asuhan Kebidanan Kehamilan Komprehensif
membantu memproduksi sel darah merah, sintesis DNA pada janin
dan pertumbuhan plasenta. Pemberian asam folat dimulai dari 2 bulan
sebelum konsepsi dan berlanjut hingga tiga bulan pertama kehamilan.
Dosis pemberian asam folat adalah 500 kg atau 0,5-0,8 mg, pada ibu
hamil yang berisiko adalah 4 mg/hari. Ibu hamil yang kekurangan
asam folat dapat menyebabkan anemia pada ibu hamil dan cacat pada
bayi yang dilahirkan.
2. Energi.
Kebutuhan energi pada ibu hamil adalah 285 kalori yang diperlukan
untuk proses tumbuh kembang janin dan perubahan pada tubuh ibu.
3. Protein.
Berfungsi untuk menambah jaringan tubuh ibu hamil, seperti jaringan
pada payudara dan rahim dan pembuatan cairan ketuban. Sumber
protein di antaranya adalah susu, telur dan keju sebagai sumber
protein terlengkap.
4. Zat besi (Fe)
Setiap hari ibu hamil membutuhkan tambahan 700-800 mg zat besi.
Apabila ibu hamil kekurangan zat besi, dapat mengakibatkan
perdarahan saat persalinan. Kebutuhan zat besi ini meningkat pada
kehamilan trimester II dan III.
5. Kalsium.
Kebutuhan kalsium pada ibu hamil adalah 500 mg/hari. Kalsium ini
diperlukan oleh janin untuk pembentukan tulang dan gigi.
6. Vitamin D dan Vitamin A.
Vitamin D berkaitan dengan zat kapur. Jika ibu hamil kekurangan
vitamin D maka pertumbuhan gigi geliginya pada anak akan tidak
normal, lapisan luar gigi tampak buruk. Sementara itu vitamin A
dapat membantu tubuh melawan infeksi. Vitamin A sangat
diperlukan pada masa kehamilan dan menyusui.
7. Yodium.
Ibu hamil yang kekurangan yodium dapat menyebabkan janin
menderita kretinisme, yaitu ketidakmampuan yang memengaruhi
pemikiran.
Bab 8 Faktor- Faktor Yang Memengaruhi Kehamilan 91
Gizi sangat berpengaruh pada tumbuh kembang otak. Pertumbuhan otak yang
pesat terjadi dalam dua fase. Fase pertama pada usia kehamilan 15-20 minggu,
dan fase kedua pada usia kehamilan 30 minggu hingga 18 bulan setelah bayi
lahir. Pada umur 0-1 tahun terjadi pertumbuhan otak sebesar 25% dari saat
hamil, sedangkan pada usia 2 tahun pertumbuhan otak kurang dari 10%.
(Dartiwen, 2019)
1. Gaya Hidup
Selain pola makan yang dihubungkan dengan gaya hidup masyarakat
sekarang, ternyata ada beberapa gaya hidup lain yang cukup
merugikan kesehatan ibu hamil. Gaya hidup ini akan mengganggu
kesejahteraan janin yang dikandungnya.
2. Perokok/ alkohol.
Ibu hamil yang merokok akan merugikan dirinya dan janin yang
dikandungnya. Janin akan kekurangan oksigen dan racun yang
dihisap melalui rokok dapat ditransfer melalui plasenta ke dalam
tubuh janin. Ibu hamil yang perokok berat akan meningkatkan risiko
abortus, kelahiran prematur, BBLR, hingga kematian janin.
3. Hamil di luar nikah/ kehamilan yang tidak diharapkan.
Dalam hal ini, akan membuat seorang wanita hamil tidak mempunyai
keinginan untuk melakukan hal-hal positif yang dapat meningkatkan
kesehatan dirinya maupun janinnya. Pada kasus ini, dapat
mengakibatkan keguguran, prematur serta kematian janin. Pada
kehamilan di luar nikah hampir bisa dipastikan bahwa pasangan
masih belum siap dalam hal ekonomi. Selain itu, kekurangsiapan ibu
untuk merawat bayinya dan harus diwaspadai agar tidak terjadi
postpartum blues. (Sulistyawati, 2009)
8.1.2 Faktor Psikologis
1. Stressor internal
Pemicunya adalah karena faktor dari ibu sendiri, adanya beban
psikologis yang menyebabkan gangguan perkembangan bayi yang
akan terlihat saat bayi lahir. Stressor ini meliputi kecemasan,
ketegangan, ketakutan, penyakit, cacat, tidak percaya diri, perubahan
92 Asuhan Kebidanan Kehamilan Komprehensif
penampilan, perubahan peran sebagai orang tua, sikap ibu terhadap
kehamilan, takut terhadap kehamilan, persalinan, kehilangan
pekerjaan.
2. Stressor eksternal
Pemicunya berasal dari luar, seperti status sosial, mal adaptasi,
relationship, kasih sayang, support mental, broken home, respon
negatif dari lingkungan dan masih banyak kasus yang lainnya.
3. Dukungan keluarga.
Setiap tahap usia kehamilan, ibu akan mengalami banyak perubahan.
Ibu harus melakukan adaptasi pada perubahan tersebut, karena
sumber stress terbesar terjadi karena melakukan adaptasi terhadap
kondisi tertentu. oleh karena itu ibu hamil sangat membutuhkan
dukungan keluarga yang intensif dengan cara menunjukan perhatian
serta kasih sayang.
4. Kekerasan oleh pasangan.
Efek psikologis yang muncul akibat kekerasan yang dilakukan
pasangan adalah gangguan rasa nyaman. Ibu akan mengalami
perasaan terancam yang akan memengaruhi pada pertumbuhan dan
perkembangan janinnya (Sulistyawati, 2009).
8.2 Faktor Lingkungan, Sosial Budaya
dan Ekonomi
8.2.1 Faktor Lingkungan
Lingkungan yang memengaruhi kesehatan ibu hamil adalah adat istiadat.
Dalam menyampaikan atau menyikapi kebiasaan adat istiadat, tenaga
kesehatan harus bisa menyikapi dengan bijaksana jangan sampai menyinggung
kebiasaan yang sudah berlaku pada daerah tersebut. Penyampaian mengenai
pengaruh adat/ kebiasaan terhadap kehamilan dapat dilakukan melalui media
massa, pendekatan tokoh masyarakat maupun dengan berbagai penyuluhan
dengan berbagai media. Namun, tenaga kesehatan juga tidak boleh
Bab 8 Faktor- Faktor Yang Memengaruhi Kehamilan 93
mengesampingkan adanya kebiasaan yang menguntungkan bagi kesehatan ibu
hamil. (Dartiwen, 2019)
8.2.2 Faktor Sosial
1. Fasilitas kesehatan.
Fasilitas kesehatan yang memadai akan menguntungkan kualitas
pelayanan kepada ibu hamil. Deteksi dini terhadap kemungkinan
adanya penyulit akan lebih tepat dan cepat.
Untuk mencapai kondisi yang sehat diperlukan adanya sarana dan
prasarana yang memadai. Bidan dapat memberikan informasi tentang
pemanfaatan sarana kesehatan seperti rumah bersalin, Polindes,
Puskesmas dan fasilitas kesehatan lainnya. Permasalahan yang yang
paling sering terjadi adalah:
• Terlambat dalam mengambil keputusan.
• Terlambat mencapai fasilitas kesehatan
• Terlambat dalam menerima penanganan yang tepat.
• Tingkat pendidikan
Berdasarkan hasil penelitian, tingkat pendidikan akan memengaruhi
kepada pengetahuan seseorang. Ibu hamil dengan pendidikan yang
rendah, ketika tidak mendapatkan cukup informasi mengenai
kesehatannya, maka ia tidak tahu mengenai bagaimana cara
melakukan perawatan kehamilan yang baik.
2. Pekerjaan.
Pekerjaan seseorang akan menggambarkan aktivitas dan tingkat
kesejahteraan ekonominya. Ibu yang bekerja akan mempunyai tingkat
pengetahuan yang lebih baik karena memiliki banyak kesempatan
untuk berinteraksi dengan orang lain, sehingga lebih mempunyai
banyak peluang untuk mendapatkan informasi. (Dartiwen, 2019)
3. Faktor Budaya Dan Adat Istiadat.
Dalam masyarakat Indonesia terdapat kebiasaan adat istiadat yang
biasanya dilakukan selama berlangsungnya kehamilan dan masih
berlaku sampai saat ini. Faktor budaya yang memengaruhi kehamilan
antara lain:
94 Asuhan Kebidanan Kehamilan Komprehensif
• Membawa gunting kecil/ pisau/benda tajam lainnya
Benda tersebut diletakan pada pakaian ibu agar janin terhindar
dari marabahaya. Hal ini justru akan membahayakan apabila
benda tajam itu melukai ibu.
• Tidak boleh keluar malam.
Ibu hamil tidak boleh keluar malam karena banyak roh jahat yang
akan mengganggu janin. Faktanya, secara psikis ibu hamil
sensitif dan mudah takut, sehingga pada malam hari tidak
dianjurkan bepergian. Secara medis-biologis, ibu hamil tidak
dianjurkan untuk keluar malam terlalu lama, apalagi larut malam.
Kondisi ibu dan janin bisa terancam karena udara malam banyak
mengendapkan karbondioksida (CO₂)
• Dilarang melilitkan handuk di leher.
Ibu hamil dilarang melilitkan handuk di leher agar janin tidak
terlilit tali pusat. Faktanya, tidak ada kaitannya antara handuk di
leher dengan janin di rahim. Hiperaktivitas gerakan bayi diduga
dapat menyebabkan lilitan tali pusat.
• Dilarang membunuh binatang.
Ibu hamil dan suaminya dilarang membunuh binatang, sebab jika
dilakukan bisa menimbulkan cacat pada janin. Faktanya, cacat
pada janin disebabkan oleh kesalahan/ kekurangan gizi, penyakit,
keturunan atau pengaruh radiasi. Membunuh atau menganiaya
binatang merupakan perbuatan yang tidak bisa dibenarkan.
• Jangan minum es.
Ibu hamil tidak boleh minum es agar bayi tidak besar.
Sebenarnya yang menyebabkan bayi besar adalah makanan yang
berlebihan dan minum manis yang lebih. Minum es tidak
dilarang, asal tidak berlebihan. Jika terlalu banyak minum es
akan menyebabkan ulu hati sesak dan menyebabkan rasa tidak
nyaman pada ibu hamil.
• Tidak boleh makan nanas, pisang ambon dan durian.
Ibu hamil yang mengonsumsi buah jenis nanas, pisang ambon
dan durian sebenarnya tidak menimbulkan pengaruh buruk pada
Bab 8 Faktor- Faktor Yang Memengaruhi Kehamilan 95
kehamilan dan juga janinnya, bila dikonsumsi dalam jumlah yang
tidak berlebihan.
Mengkonsumsi banyak pisang ambon menyebabkan
meningkatnya lendir vagina yang mungkin akan mengganggu,
sedangkan konsumsi banyak durian akan menimbulkan panas
lambung dan meningkatkan kadar kolesterol. Sedangkan
mengkonsumsi nanas secara berlebihan juga akan merangsang
asam lambung berproduksi lebih tinggi yang dapat mengganggu
kesehatan lambung.
• Minum air kelapa.
Apabila ibu hamil minum air kelapa, makan akan membuat halus
kulit bayi. Kebiasaan tersebut tidak benar, karena sebenarnya
kehalusan kulit bayi lebih ditentukan oleh faktor genetik orang
tua (Dartiwen, 2019).
96 Asuhan Kebidanan Kehamilan Komprehensif
Bab 9
Adaptasi Terhadap
Ketidaknyamanan Pada Masa
Kehamilan
9.1 Pendahuluan
Tujuan asuhan pada masa kehamilan diberikan untuk memfasilitasi dan
meningkatkan kesejahteraan ibu dan janin seperti untuk menurunkan angka
mortalitas dan morbiditas. Kemudian bagi keluarga, yaitu untuk memajukan
perkembangan bagi kesejahteraan keluarga dan interaksi yang positif antara
orang tua dan anak (Dartiwen, 2019). Kehamilan memengaruhi tubuh ibu
secara keseluruhan dengan menimbulkan perubahan fisiologis yang pada
hakikatnya terjadi di seluruh sistem organ. Sebagian besar perubahan yang
terjadi pada tubuh ibu bersifat sementara dan disebabkan oleh kerja hormon.
Kerja hormonal ini selanjutnya menimbulkan perubahan pada uterus, vagina,
payudara, saluran kemih, saluran cerna, saluran nafas, rangka dan persendian,
metabolisme tubuh, kardiovaskuler dan kulit (Evi, 2019).
Bidan sebagai pemberi pelayanan kesehatan dengan mendengarkan ibu dan
membicarakan bersama mengenai berbagai macam keluhan dan memberikan
98 Asuhan Kebidanan Kehamilan Komprehensif
solusi sehingga ibu dapat menikmati dan menjalani kehamilannya dengan rasa
aman dan nyaman.
Selama kehamilan akan terjadi perubahan pada sebagian besar sistem tubuh
termasuk sistem rangka dan persendian, perubahan disebabkan karena
peningkatan hormon kehamilan seperti hormon estrogen, progesteron dan
relaksin. Estrogen menyebabkan jaringan ikat menjadi lebih lembut, kapsul
sendi berubah menjadi lebih lembut dan memungkinkan gerakan pada sendi
pelvis. Progesteron memberikan efek relaksasi dan pelunakan pada ligamen
pelvis. Relaksin mengatur kolagen dan melunakkan sendi dan ligamen pelvik
sebagai persiapan untuk melahirkan seperti memungkinkan terjadinya
ekspansi rongga pelvis selama penurunan kepala janin pada persalinan (Anita,
dkk, 2020).
9.2 Ketidaknyamanan dan Cara
Mengatasinya
Beberapa ketidaknyamanan selama kehamilan dan cara mengatasinya.
Tabel 10.1: Ketidaknyamanan Selama Kehamilan dan Cara mengatasinya (Ai
Yeyeh, 2009; Dartiwen, 2019)
No Masalah Penyebab Cara Mengatasi
1 Mual muntah • Hormonal • Makan sedikit dulu
(morning sickness)
• Emosional/cemas sebelum bangun
tidur (biskuit, roti
kering, teh)
• Hindari makanan
yang merangsang
mual.
• Makan dalam porsi
kecil namun sering.
• Dapat diberikan
vitamin B
Bab 9 Adaptasi Terhadap Ketidaknyamanan Pada Masa Kehamilan 99
kompleks, vitamin
C dan sedatif
• Konsul dokter jika
tidak hilang
2 Sering BAK • Tekanan pada • Minum yang cukup
vesica urinaria seperti biasa, namun
oleh pembesaran kurangi minum
uterus pada pada malam hari
trimester I • Latihan
• Tekanan oleh menguatkan otot
karena kepala pubis
janin sudah mulai (senam/menahan)
masuk PAP pada • Konsultasi ke
trimester III dokter bila ada
keluhan lain
3 Pengeluaran lendir • Peningkatan • Lakukan vulva
vagina (flour albus/ produksi lendir di hygiene
keputihan kelenjar • Pakai celana dalam
endoservikal dari bahan yang
(tanpa sebab menyerap
patologis) dan • Ganti celana jika
sering tidak
menimbulkan basah dan
keluhan keringkan
• Bila flour albus
sangat banyak,
cari
penyebabnya:
1) Gonococcus:
flour, seperti
nanah
100 Asuhan Kebidanan Kehamilan Komprehensif
2) Trichomonas
vaginalis, flour
yang putih
berbuih
3) Candida
albicans, flour
dengan
gumpalan
4 Ptialismus (sering • Secara spesifik • Cuci mulut dengan
meludah)
tidak jelas menggunakan obat
5 Nyeri ulu hati
• Hormon kumur
progesteron • Isap permen atau
menyebabkan jeruk pecel
relaksasi kelenjar
ludah sehingga
bisa
mengakibatkan
adanya
hipersalivasi
• Kemungkinan Pencegahan:
karena • Hindari makanan
gelombang yang merangsang
peristaltik,
sehingga isi • Makan sedikit
lambung masuk dengan porsi sedikit
ke esofagus dan • Kenakan pakaian
yang longgar
mengakibatkan
mukosa lambung • Minum sedikit-
sedikit namun
lecet sehingga
sering
rasanya perih
• Letak lambung Cara mengatasi:
Bab 9 Adaptasi Terhadap Ketidaknyamanan Pada Masa Kehamilan 101
jadi berpindah • Berikan teh hangat
karena tekanan secara sering
uterus • Makan lebih sering
• Diperberat oleh namun sedikit-
gangguan sedikit
emosional, diet • Hindari
yang tidak benar membungkuk dan
yang merangsang tidur telentang
produksi asam • Duduk tegak sambil
lambung nafas dalam dan
sehingga panjang
menimbulkan • Jika keluhan
iritasi mukosa bertambah,
lambung konsultasikan ke
dokter untuk
pemberian antacid
6 Varises Predisposisi Pencegahan:
kongenital yang
diperberat oleh faktor • Hindari bekerja
kehamilan yaitu sambil berdiri lama
faktor hormonal,
berdiri terlalu lama, • Hindari pakaian
bendungan vena yang ketat
dalam panggul, BB (menekan kaki)
yang meningkat.
• Pakai sepatu rata
Cara mengatasi:
• Istirahat/tiduran
dengan kaki
ditinggikan
• Hindari kaki
ditegangkan
• Memakai stocking
102 Asuhan Kebidanan Kehamilan Komprehensif
7 Hemoroid elastis
8 Konstipasi Muncul dan Menghilangkan
memburuknya bengkak dan nyeri
9 Kram Kaki hemoroid pada waktu dengan cara:
hamil akibat
penekanan pada vena • Memberi anestesi
hemoraidalis topikal
mengakibatkan
obstruksi vena oleh • Berendam air
uterus yang hangat
membesar waktu
hamil dengan adanya • Memberikan agens
kecenderungan yang melunakan
konstipasi selama kotoran bekuan
kehamilan darah dengan insisi
(anestesi topikal)
Tonus otot tractus • Diet kasar yang
digestifus menurun mengandung serat
sehingga
mengakibatkan: • Beri minum hangat
sedikit-sedikit diluar
• Tekanan lebih jam minum
lama di usus
• Pengeringan
feses
• Penekanan usus
oleh pembesaran
uterus
• Tekanan saraf Pencegahan:
ekstermitas • Cukup kalsium
bawah oleh
• Kaki selalu hangat
uterus
• Kekurangan daya • Hindari tekanan
pada kaki
serap kalsium
Bab 9 Adaptasi Terhadap Ketidaknyamanan Pada Masa Kehamilan 103
• Faktor yang Cara mengatasi:
memperberat:
udara dingin, • Massase dan
kecapekan hangatkan otot yang
terserang
• Diet tinggi kalsium
• Rendam kaki
dengan air hangat
10 Dispnea/sesak nafas Ekspansi diafragma • Latihan nafas
terbatas karena melalui senam
pembesaran uterus hamil
• Tidur dengan bantal
yang tinggi/ tidur
miring
• Makan porsi kecil
tapi sering
• Mengurangi/
hentikan merokok
• Kurangi pekerjaan
yang memerlukan
tenaga
• Gunakan bra yang
longgar
11 Edema • Tekanan rahim • Istirahat
pada vena • Bila tidur, kaki
panggul
ditinggikan / ganjal
• Patologis (tanda- dengan bantal
tanda pre- • Hindari berdiri
eklamsi) terlalu lama
• Lakukan senam
• Jika tidak hilang:
104 Asuhan Kebidanan Kehamilan Komprehensif
periksa tensi, urine,
albumin
12 Sakit pinggang • Perubahan sikap • Berikan analgetik
badan pada • Istirahat dengan
kehamilan lanjut menggunakan
(titik berat badan korset
pindah ke depan)
• Diimbangi
dengan lordosis
yang berlebihan
sehingga terjadi
spasmus otot
pinggang.
• Melonggarkan
sendi dan
panggul
(pengaruh
hormon)
13 Vena Varikosa pada • Pengaruh • Menggunakan
Vulva progesteron dan stocking elastis
venous return • Hindari duduk atau
yang terhalang berdiri yang terlalu
• Peningkatan lama
volume darah dan • Saat beristirahat
alirannya selama tinggikan tunggai
kehamilan serta • Hindari pakaian
adanya •
perubahan yang terlalu ketat
elastisitas •
pembuluh darah Olahraga yang rutin
yang
(berjalan atau
berenang)
Saat duduk jangan
Bab 9 Adaptasi Terhadap Ketidaknyamanan Pada Masa Kehamilan 105
menyebabkan menyilangkan kaki
dinding vena
menonjol karena akan
• Tekanan kepala menurunkan
janin pada vena
daerah panggul sirkulasi darah ke
kaki
14 Gejala Pingsan • Vasodilatasi • Menentramkan
15 Insomnia hipotensi atau
hemodilusi perasaan pasien,
kadang dapat
diberikan suplemen
zat besi, berbaring
jika terasa pusing
• Hindari pakaian
yang terlalu ketat
• Hindari interval
makan yang terlalu
lama
• Tekanan pada • Minum susu
kandung kemih
sebelum tidur dapat
• Pruitis
• Perasaan ibu membantu ibu
yang khawatir untuk lebih rileks
• Gerakan janin
• Ubah suhu ruangan
yang sering
menendang tidur menjadi lebih
• Kram
• Heartburn sejuk dengan
mengurangi sinar
yang masuk atau
mengurangi
kegaduhan
• Sebaiknya tidur
miring kekiri atau
kekanan dan beri
106 Asuhan Kebidanan Kehamilan Komprehensif
ganjalan pada kaki
• Mandilah dengan
air hangat sebelum
tidur
16 Stress Inkontinensia • Hormon • Fisioterapi seperti
progesteron peninjauan kembali
setelah melahirkan
• Latihan senam
untuk otot panggul
• Jaga personal
hygiene
17 Pruritus • Generalisasi obat- • Pemberian salep
obatan kulit antipruritus
• Disfungsi hepar • Mandi berendam
• Vulva Hygiene dengan air dingin
yang buruk • Gunakan celana
• Candidiasis / dalam katun yang
Trikomonas tipis
• Diabetes • Perhatikan hygiene.
18 Mudah Lelah • Perubahan • Beristirahat
emosional • Hindari tugas
maupun fisik
rumah yang terlalu
berat
• Nutrisi yang cukup
Bab 9 Adaptasi Terhadap Ketidaknyamanan Pada Masa Kehamilan 107
9.3 Body Mechanic Mengatasi
Ketidaknyamanan pada Ibu Hamil
Mobilisasi dini merupakan suatu aspek yang terpenting pada fungsi fisiologis,
guna mempertahankan kemandirian. Sementara itu, mekanik tubuh (body
mechanic) adalah usaha koordinasi diri muskuloskeletal dan sistem saraf untuk
mempertahankan keseimbangan yang tepat. Mekanika tubuh merupakan
bagian dari aktivitas manusia.
Dengan bertambahnya usia kehamilan, tubuh akan mengadakan penyesuaian
fisik dengan pertambahan ukuran janin. Secara anatomi, ligamen sendi putar
dapat meningkatkan pelebaran/ pembesaran rahim pada ruang abdomen. Nyeri
pada ligamen ini terjadi karena pelebaran dan tekanan pada ligamen karena
adanya pembesaran rahim. Nyeri pada ligamen ini merupakan suatu
ketidaknyamanan pada ibu hamil. Itulah sebabnya ibu hamil perlu
memperhatikan beberapa sikap tubuh:
1. Duduk
Duduk dengan posisi punggung tegak. Atur dagu ibu dan tarik bagian
atas kepala seperti ketika ibu berdiri.
Gambar 9.1: Posisi duduk ibu hamil (Anita,2020)
2. Bagun dari duduk
Pijakkan kaki dengan mantap. Majukan badan kedepan, bagun
dengan pelan, kedua lutut jangan bertemu dan doronglah tubuh, jika
108 Asuhan Kebidanan Kehamilan Komprehensif
perlu dengan tangan. Pusatkan pikiran ke bagian atas tubuh ditarik
keatas.
Gambar 9.2: Posisi bangun dari duduk pada ibu hamil (idnmedis.com)
3. Berdiri
Sikap berdiri yang benar sangat membantu sewaktu hamil disaat
berat janin semakin bertambah, jangan berdiri untuk jangka waktu
yang lama. Berdiri dengan menegakkan bahu dan mengangkat
pinggul. Tegak lurus dari telinga sampai tumit kaki. Berdiri tegak.
Perut jangan menarik punggung ke depan dan bahu tertarik ke
belakang sehingga membentuk lengkungan. Jika berdiri terlalu lama,
angkat satu kaki dan letakkan kursi agar tidak cepat lelah dan
menghindari tegangan di dasar punggung. Lakukan bergantian
dengan kaki yang lain.
4. Berjalan
Ibu hamil penting untuk tidak memakai sepatu ber-hak tinggi.
Hindari sepatu yang bertumit runcing karena mudah menghilangkan
keseimbangan.
5. Posisi tidur
Posisi miring dengan memakai guling untuk menopang berat rahim.
Sebaiknya setelah usia kehamilan 6 bulan, hindari tidur telentang,
karena tekanan rahim pada pembuluh darah utama dapat
menyebabkan pingsan. Tidur dengan kedua kaki lebih tinggi dari
badan dapat mengurangi rasa lelah.
Bab 9 Adaptasi Terhadap Ketidaknyamanan Pada Masa Kehamilan 109
Gambar 9.3: Posisi tidur pada ibu hamil (alodokter.com)
6. Bangun dari berbaring
Untuk bangun dari tempat tidur, geser dulu tubuh ibu ketepi tempat
tidur, kemudian tekuk lutut. Angkat tubuh ibu perlahan dengan kedua
tangan, putar tubuh lalu perlahan turunkan kaki ibu. Diamlah dulu
dalam posisi duduk beberapa saat sebelum berdiri. Lakukan setiap
kali ibu bangun dari berbaring.
Gambar 9.4: Posisi bagun dari berdiri pada ibu hami (wikihow.com)
7. Membungkuk dan mengangkat barang
Terlebih dahulu menekuk lutut dan gunakan otot kaki untuk tegak
kembali. Hindari membungkuk yang dapat membuat punggung
110 Asuhan Kebidanan Kehamilan Komprehensif
tegang, termasuk untuk mengambil sesuatu dilantai berjongkok lah.
Ketika berdiri, pertahankan agar punggung tetap tegak. Hati-hati
mengangkat barang agak berat. Bawa dengan dipeluk, bukan dijinjing
dengan sebelah tangan. Membawa benda di punggung (di tas ransel)
lebih baik dari pada tangan. (Andina, dkk, 2017)
Perubahan fisiologis dan morfologis kehamilan dapat mengganggu
kemampuan untuk melakukan aktivitas fisik dengan aman. Kondisi
kesehatan seorang ibu hamil secara keseluruhan, termasuk obstetri
dan risiko medis harus dievaluasi sebelum merencanakan program
latihan. Pusat pengendalian dan pencegahan penyakit dan American
College of Medicin merekomendasikan latihan selama 30 menit atau
lebih per hari, yang bertujuan untuk meningkatkan kesehatan dan
kesejahteraan individu yang tidak hamil (Gusti, dkk, 2019).
Bab 10
Melakukan Asuhan Kebidanan
Kehamilan
10.1 Pendahuluan
Ketika kita sebagai bidan melakukan pengkajian data pada kunjungan awal
perlu diingat pentingnya keterampilan berkomunikasi yang baik. Sebagian
besar ibu yang datang ke klinik tidak secara sukarela memberikan informasi
kepada bidan. Kemungkinan ia akan mengatakan “kata ibu saya, saya harus
datang ke bidan karena saya sudah dua bulan tidak haid” kemudian menjadi
tugas bidan untuk bertanya dan mengetahui keadaan kehamilan ibu secara
rinci. Oleh karena itu, bidan sangat perlu menjalin hubungan yang baik dan
dapat dipercaya oleh kliennya. Apabila klien dipercaya bidan, maka dia akan
menyebutkan hal-hal yang mungkin penting untuk asuhannya sehingga
anamnesis harus difokuskan pada pertanyaan-pertanyaan untuk menepis dan
mendeteksi komplikasi yang mengancam jiwa ibu.
Sejak ibu mengetahui dirinya hamil, segera periksakan diri secara rutin,
minimal 4x selama kehamilan (1 kali di trimester I, 1 kali di trimester II, dan 2
kali di trimester III) Ibu hamil perlu melakukan pemeriksaan kehamilan secara
teratur, untuk deteksi dini kelainan dan mengetahui keadaan kesehatan dan
status gizi ibu dan janin.
112 Asuhan Kebidanan Kehamilan Komprehensif
Pelayanan kesehatan untuk Ibu Hamil, yaitu:
1. Ukur Tinggi Badan: Tinggi Badan diperiksa hanya pada K1 untuk
mengetahui adanya faktor risiko pada ibu hamil. Bila < 145 cm:
faktor risiko untuk panggul sempit
2. Timbang Berat Badan: Berat badan ibu hamil harus diperiksa pada
tiap kali kunjungan. Sejak bulan ke-4, pertambahan BB min 1
kg/bulan dan maksimal 2 kg/bulan.
3. Ukur Lingkar Lengan Atas (LiLA): Lingkar Lengan Atas (LiLA)
diukur hanya pada saat K1. Pengukuran ini untuk menentukan status
gizi ibu hamil. LiLA 23,5 cm menunjukkan bahwa ibu Kurang Energi
Kronis
4. Ukur Tekanan Darah: Pengukuran dilakukan pada tiap kali
kunjungan. Bila TD Sistole >140 mmHg atau Diastole > 90 mmHg,
maka faktor risiko untuk hipertensi dalam kehamilan
5. Ukur Tinggi Fundus Uteri: Tinggi fundus uteri harus diukur tiap kali
kunjungan sejak kehamilan berusia 4 bulan; pertambahan tinggi
fundus harus sesuai dengan usia kehamilan
6. Tentukan Presentasi Janin dan Denyut Jantung Janin (DJJ):
Presentasi Janin ditentukan mulai trimester ketiga untuk mengetahui
adanya kelainan letak janin. Penilaian DJJ dilakukan setiap kali
kunjungan mulai akhir trimester I. DJJ kurang dari 120 kali/menit
atau DJJ lebih dari 160 kali/menit menunjukkan gawat janin.
10.2 Asuhan Kehamilan Pada Kunjungan
Awal
10.2.1 Tujuan Kunjungan
Menurut Sulistyawati,2011, tujuan kunjungan pada masa kehamilan adalah:
1. Menentukan tingkat kesehatan ibu dengan melakukan pengkajian
riwayat lengkap dan uji skrining yang tepat.
Bab 10 Melakukan Asuhan Kebidanan Kehamilan 113
2. Menetapkan catatan dasar tentang tekanan darah, urinalisis, nilai
darah, serta pertumbuhan dan perkembangan janin yang dapat
digunakan sebagai standar pembanding sesuai kemajuan kehamilan.
3. Mengidentifikasi faktor risiko dengan mendapatkan riwayat detil
kebidanan masa lalu dan sekarang.
4. Memberi kesempatan pada ibu dan keluarga untuk mengekspresikan
dan mendiskusikan adanya kekhawatiran tentang kehamilan saat ini
dan kehamilan yang lalu, proses persalinan, serta masa nifas.
5. Menganjurkan adanya pemeliharaan kesehatan masyarakat dalam
upaya mempertahankan kesehatan ibu dan perkembangan kesehatan
bayinya.
6. Membangun hubungan saling percaya karena ibu dan bidan adalah
mitra dalam asuhan.
10.2.2 Pengkajian Data Ibu Hamil / Anamnesis
1. Maksud dari anamnesis adalah mendeteksi komplikasi-komplikasi
dan menyiapkan kelahiran dengan mempelajari keadaan kehamilan
dan kelahiran terdahulu, serta keadaan umum dan kondisi sosial
ekonomi.
2. Ketika melakukan anamnesis diperlukan keterampilan berkomunikasi
yang baik karena cara seorang bidan melakukan komunikasi dengan
ibu menentukan informasi apa dan berapa banyak yang diperoleh dari
ibu tersebut.
10.2.3 Isi Riwayat pada Kunjungan Awal
1. Informasi biodata
Identitas ibu dan suami (nama, umur, pekerjaan, agama, suku,
alamat). Informasi yang dimaksud berisi identitas umum, perhatian
pada usia ibu, status perkawinan dan tingkat pendidikan. Usia
reproduksi sehat dan aman adalah antara 20-35 tahun. Pada
kehamilan usia remaja, apalagi kehamilan diluar nikah, kemungkinan
ada unsur penolakan psikologis yang tinggi. Tidak jarang pasien
meminta aborsi. Usia muda juga faktor kehamilan risiko tinggi untuk
114 Asuhan Kebidanan Kehamilan Komprehensif
kemungkinan adanya komplikasi obstetri seperti pre eklamsia,
ketuban pecah dini dan persalinan prematur.
2. Keluhan utama
Sadar/tidak akan kemungkinan hamil, apakah semata-mata ingin
periksa hamil, atau ada keluhan, atau masalah yang dirasakan.
3. Riwayat kehamilan sekarang, meliputi hal-hal berikut:
• HPHT dan apakah siklus menstruasi normal.
• Gerak janin (Kapan dimulai dirasakan dan apakah ada perubahan
yang terjadi.
• Masalah dan tanda-tanda bahaya.
• Keluhan –keluhan lazim pada kehamilan.
• Penggunaan obat-obatan (termasuk jamu-jamuan).
• Kekhawatiran lain yang dirasakan.
Pada kehamilan sekarang membantu Anda untuk menentukan umur kehamilan
dengan tepat. Setelah mengetahui umur kehamilan ibu, Anda dapat
memberikan konseling tentang keluhan kehamilan yang biasa terjadi dan dapat
mendeteksi adanya komplikasi dengan lebih baik.
1. Riwayat kebidanan yang lalu, meliputi hal-hal berikut:
• Jumlah kehamilan, anak yang lahir hidup, persalinan yang aterm,
persalinan yang prematur, keguguran atau kegagalan kehamilan,
persalinan dengan tindakan (dengan forcep, atau dengan SC).
• Riwayat perdarahan pada kehamilan, persalinan, atau nifas
sebelumnya.
• Hipertensi disebabkan kehamilan atau kehamilan sebelumnya.
• Berat bayi sebelumnya <2500 gram atau >4000 gram.
• Masalah-masalah lain yang dialami.
Riwayat kebidanan yang lalu membantu Anda mengelola asuhan pada
kehamilan ini (konseling khusus, tes, tindak lanjut dan rencana
persalinan).
2. Riwayat kesejahteraan termasuk penyakit-penyakit yang didapat
dahulu dan sekarang
Bab 10 Melakukan Asuhan Kebidanan Kehamilan 115
• Masalah-masalah kardiovaskuler.
• Hipertensi.
• Diabetes.
• Malaria.
• PMS.
Riwayat kesehatan yang lalu dan sekarang membantu Anda
mengidentifikasi kondisi kesehatan yang dapat memengaruhi kehamilan
atau bayi baru lahir.
3. Riwayat sosial ekonomi meliputi hal-hal sebagai berikut:
• Status pernikahan.
• Respons orang tua dan keluarga terhadap kehamilan sekarang.
• Riwayat KB.
• Dukungan keluarga.
• Pengambilan keputusan dan keluarga.
• Kebiasaan makan dan gizi yang dikonsumsi dengan fokus pada
vitamin A dan zat besi.
• Kebiasaan hidup sehat meliputi kebiasaan merokok dan minum
obat atau alkohol.
• Beban kerja dan kegiatan sehari-hari.
• Tempat melahirkan dan penolong yang diinginkan.
Riwayat sosial ekonomi ibu dapat membantu dalam mengetahui sistem
dukungan terhadap ibu dan pengambilan keputusan dalam keluarga
sehingga Anda dapat membantu ibu merencanakan persalinan yang lebih
baik.
10.2.4 Menghitung Perkiraan Tanggal Persalinan
Rumus Naegle: hari pertama haid terakhir di dmana hari ditambah 7 bulan
dikurangi 3, tahun disesuaikan.
Contoh: HPHT 2 September 2018 (2+7, 9-3, 2018+1) berarti taksiran
persalinan tanggal 9 Juni 2019.
116 Asuhan Kebidanan Kehamilan Komprehensif
Rumus Naeglel hanya dapat dipakai apabila haid ibu teratur. Rumus ini tidak
dapat digunakan terdapat hal-hal berikut:
1. Ibu memiliki riwayat haid yang tidak teratur dan tidak haid
(amenorea).
2. Ibu yang sudah hamil saat masih menyusui dan belum pernah haid
lagi sesudah melahirkan.
3. Ibu hamil setelah berhenti mengkonsumsi pil KB dan belum haid
lagi.
Kalau salah satu dari situasi di atas terjadi, perkiraan tanggal persalinan
dilakukan secara klinis (misalnya: dengan melihat besarnya uterus) atau
dengan menggunakan ultrasound.
10.2.5 Pemeriksaan Fisik dan Tes Laboratorium
Tujuan dari pemeriksaan fisik dan tes loboratorium adalah untuk mendeteksi
komplikasi-komplikasi kehamilan. Bukti diseluruh dunia menunjukkan bahwa
pemeriksaan fisik dan tes laboratorium selama kunjungan antenatal harus
difokuskan pada pemeriksaan-pemeriksaan yang didukung oleh riset ilmiah.
Dengan kata lain, bidan harus melakukan pemeriksaan yang nyata agar dapat
menurunkan angka kematian ibu dan neonatus.
10.3 Asuhan Kehamilan Pada Kunjungan
Ulang
10.3.1 Mengevaluasi Penemuan Masalah yang Terjadi
Aspek-aspek yang Menonjol pada Wanita Hamil
1. Oleh karena telah banyak dilakukan pengkajian mengenai riwayat ibu
dan pemeriksaan lengkap selama kunjungan antenatal pertama, maka
kunjungan ulang difokuskan pada pendeteksian komplikasi-
komplikasi, mempersiapkan kelahiran, kegawatdaruratan,
pemeriksaan fisik yang terfokus dan pembelajaran.
Bab 10 Melakukan Asuhan Kebidanan Kehamilan 117
2. Pada tahap ini bidan menginterventarisir beberapa masalah yang
terjadi beserta aspek-aspek yang menonjol yang membutuhkan
penanganan dan pemberian KIE.
10.3.2 Mengevaluasi Data Dasar
1. Pada tahap ini bidan melakukan evaluasi data dasar yang
dipertimbangkan dalam menegakkan diagnosis pada kunjungan yang
pertama.
2. Evaluasi tersebut dapat dicerminkan pada tabel berikut ini;
Tabel 10.1: Tabel Dasar Evaluasi Pada Kunjungan Ulang
Data Dasar Pertimbangan untuk
Amenore Diagnosis kehamilan
Diagnosis kehamilan
Tanggal menstruasi terakhir Pemberian konseling
Diagnosis kehamilan
Keluhan yang disampaikan pasien
Hasil pemeriksaan fisik:
o Kenaikan BB
o Tes urine kehamilan (tes HCG
positif)
o Closma gravidarum
o Perubahan pada payudara
o Linea nigra
o Tanda Chadwick
o Tanda Hegar
10.3.3 Mengevaluasi Keefektifan Manajemen/Asuhan
1. Bidan melakukan penilaian mengenai efektivitas asuhan yang sudah
dilaksanakan pada kunjungan sebelumnya.
2. Kegiatan ini bertujuan agar hal yang kurang efektif yang dilakukan
pada asuhan sebelumnya tidak terulang lagi serta memastikan aspek
mana yang efektif agar tetap dipertahankan.
3. Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan bidan adalah:
• Menanyakan kembali pada pasien mengenai apa yang sudah
dilakukan pada kunjungan sebelumnya.
118 Asuhan Kebidanan Kehamilan Komprehensif
• Melakukan pemeriksaan fisik terutama hal-hal berfokus pada
pemantauan kesehatan ibu dan janin.
4. Beberapa hal yang perlu ditanyakan kepada pasien antara lain sebagai
berikut:
• Kesan pasien secara keseluruhan mengenai proses pemberian
asuhan pada kunjungan sebelumnya.
• Hal-hal yang membuat pasien kurang nyaman.
• Peningkatan pengetahuan pasien mengenai perawatan kehamilan
hasil dari KIE yang lalu.
• Berkurangnya ketidaknyamanan yang dirasakan pada kunjungan
yang lalu setelah dilakukan penatalaksanaan.
10.3.4 Pengkajian Data Fokus
1. Riwayat
• Menanyakan bagaimana perasaan pasien sejak kunjungan
terakhirnya.
• Menanyakan apakah pasien mempunyai pertanyaan atau
kekhawatiran yang timbul sejak kunjungan terakhir.
• Gerakkan janin dalam 24 jam terakhir
2. Deteksi ketidaknyamanan dan komplikasi
• Menanyakan keluhan-keluhan yang biasa dialami oleh ibu hamil.
• Menanyakan kemungkinan tanda-tanda bahaya yang dialami oleh
ibu hamil.
3. Pemeriksaan fisik
• Pemeriksaan tekanan darah.
• Mengukur TFU (menggunakan tangan jika usia kehamilan < 12
minggu dan menggunakan metline jika usia kehamilan > 12
minggu) untuk memantau perkembangan janin.
• Melakukan palpasi abdomen untuk mendeteksi adanya
kemungkinan kehamilan ganda, serta mengetahui presentasi,
letak, posisi, dan penurunan kepala ( jika usia kehamilan > 36
minggu).
Bab 10 Melakukan Asuhan Kebidanan Kehamilan 119
• Memerikasa DDJ.
4. Pemeriksaan laboratorium
• Protein urine.
• Glukosa urine.
• HB.
10.3.5 Mengembangkan Rencana Sesuai dengan
Kebutuhan dan Perkembangan Kehamilan
1. Jelaskan mengenai ketidaknyamanan normal yang dialaminya.
2. Sesuai usia kehamilan ajarkan ibu tentang materi pendidikan
kesehatan pada ibu hamil.
3. Diskusikan mengenai rencana persiapan kelahiran dan jika terjadi
kegawatdaruratan.
4. Ajarkan ibu mengenai tanda-tanda bahaya, pastikan ibu untuk
memahami apa yang dilakukan jika menemukan tanda bahaya.
5. Buat kesepakatan untuk kunjungan berikutnya.
120 Asuhan Kebidanan Kehamilan Komprehensif
Bab 11
Melakukan Deteksi Dini
Terhadap Komplikasi Ibu dan
Janin
11.1 Pendahuluan
Tingginya angka kematian ibu di beberapa wilayah di dunia mencerminkan
ketidaksetaraan dalam akses ke pelayanan kesehatan yang berkualitas dan
menyoroti kesenjangan antara si kaya dan si miskin. AKI di negara
berpenghasilan rendah pada tahun 2017 adalah 462 per 100.000 kelahiran
hidup dibandingkan 11 per 100.000 kelahiran hidup di negara berpenghasilan
tinggi. Setiap hari di tahun 2017, sekitar 810 wanita meninggal karena
penyebab yang dapat dicegah terkait kehamilan dan persalinan. Antara tahun
2000 dan 2017, rasio kematian ibu (MMR, jumlah kematian ibu per 100.000
kelahiran hidup) turun sekitar 38% di seluruh dunia. 94% dari semua kematian
ibu terjadi di negara berpenghasilan rendah dan menengah ke bawah. Wanita
meninggal akibat komplikasi selama dan setelah kehamilan dan persalinan.
Sebagian besar komplikasi ini berkembang selama kehamilan dan sebagian
besar dapat dicegah atau diobati. Komplikasi lain mungkin ada sebelum
kehamilan tetapi memburuk selama kehamilan, terutama jika tidak ditangani
122 Asuhan Kebidanan Kehamilan Komprehensif
sebagai bagian dari perawatan wanita. Komplikasi utama yang menyebabkan
hampir 75% dari semua kematian ibu adalah perdarahan hebat (kebanyakan
perdarahan setelah melahirkan); infeksi (biasanya setelah melahirkan); tekanan
darah tinggi selama kehamilan (pre-eklamsia dan eklamsia); komplikasi dari
persalinan; aborsi tidak aman. Sisanya disebabkan oleh atau terkait dengan
infeksi seperti malaria atau terkait dengan kondisi kronis seperti penyakit
jantung atau diabetes. (WHO, 2019)
Menurut laporan data Profil Kesehatan Indonesia, Angka Kematian Ibu (AKI)
merupakan salah satu indikator untuk melihat keberhasilan upaya kesehatan
ibu. AKI adalah rasio kematian ibu selama masa kehamilan, persalinan dan
nifas yang disebabkan oleh kehamilan, persalinan, dan nifas atau
pengelolaannya tetapi bukan karena sebab-sebab lain seperti kecelakaan atau
insidental di setiap 100.000 kelahiran hidup. Selain untuk menilai program
kesehatan ibu, indikator ini juga mampu menilai derajat kesehatan masyarakat,
karena sensitivitasnya terhadap perbaikan pelayanan kesehatan, baik dari sisi
aksesibilitas maupun kualitas. Secara umum terjadi penurunan kematian ibu
selama periode 1991-2015 dari 390 menjadi 305 per 100.000 kelahiran hidup.
Walaupun terjadi kecenderungan penurunan angka kematian ibu, namun tidak
berhasil mencapai target MDGs yang harus dicapai yaitu sebesar 102 per
100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015. Hasil supas tahun 2015
memperlihatkan angka kematian ibu tiga kali lipat dibandingkan target MDGs.
Gambaran AKI di Indonesia dari tahun 1991 hingga tahun 2015 dapat dilihat
pada Gambar 11.1 berikut ini:
Gambar 11.1: Angka Kematian Ibu Di Indonesia Per 100.000 Kelahiran
Hidup Tahun 1991-2015 Sumber: Profil kesehatan Indonesia (2019)
Bab 11 Melakukan Deteksi Dini Terhadap Komplikasi Ibu dan Janin 123
Target penurunan AKI ditentukan melalui tiga model Annual Average
Reduction Rate (ARR) atau angka penurunan rata-rata kematian ibu per tahun
seperti Gambar 11.2 berikut ini. Dari ketiga model tersebut, Kementerian
Kesehatan menggunakan model kedua dengan rata-rata penurunan 5,5% per
tahun sebagai target kinerja. Berdasarkan model tersebut diperkirakan pada
tahun 2024 AKI di Indonesia turun menjadi 183/100.000 kelahiran hidup dan
di tahun 2030 turun menjadi 131 per 100.000 kelahiran hidup.
Gambar 11.2: Target Penurunan AKI di Indonesia Sumber: Profil Kesehatan
Indonesia (2019)
Pada tahun 2019 penyebab kematian ibu terbanyak adalah perdarahan (1. 280
kasus), hipertensi dalam kehamilan (1.066 kasus), infeksi (207 kasus). Upaya
percepatan penurunan AKI dilakukan dengan menjamin agar setiap ibu
mampu mengakses pelayanan kesehatan ibu yang berkualitas, seperti
pelayanan kesehatan ibu hamil, pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan
terlatih di fasilitas pelayanan kesehatan, perawatan pasca persalinan bagi ibu
dan bayi, perawatan khusus dan rujukan jika terjadi komplikasi, dan pelayanan
keluarga berencana termasuk KB pasca persalinan. Pada bagian berikut,
gambaran upaya kesehatan ibu yang disajikan terdiri dari: (1) pelayanan
kesehatan ibu hamil, (2) pelayanan imunisasi Tetanus bagi wanita usia subur
dan ibu hamil, (3) pemberian tablet tambah darah, (4) pelayanan kesehatan ibu
bersalin, (5) pelayanan kesehatan ibu nifas, (6) Puskesmas melaksanakan kelas
ibu hamil dan Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi
(P4K), (7) pelayanan kontrasepsi/KB dan (8) pemeriksaan HIV dan Hepatitis
B. (Profil Kesehatan Indonesia 2019)
Dalam RPJMN 2020-2024 memiliki arah kebijakan di bidang kesehatan
khususnya yaitu Meningkatkan pelayanan kesehatan menuju cakupan
124 Asuhan Kebidanan Kehamilan Komprehensif
kesehatan semesta terutama penguatan pelayanan kesehatan dasar (Primary
Health Care) dengan mendorong peningkatan upaya promotif dan preventif,
didukung inovasi dan pemanfaatan teknologi. Salah satu strateginya adalah
meningkatkan kesehatan ibu, anak dan kesehatan reproduksi. Setelah dianalisa
di Indonesia pada saat sekarang ini masih memiliki tantangan dan
permasalahan kesehatan masyarakat terutama pada ibu hamil, bersalin dan
nifas masih memiliki AKI yang masih belum turun sesuai dengan Gambar
11.1, masih tingginya anemia pada ibu hamil, kunjungan Anatenatal yang
masih belum mencapai target, serta masih adanya persalinan yang tidak
dilakukan di fasilitas kesehatan. Upaya yang akan dilakukan pemerintah dalam
RPJM dibagi 4 kategori; 1) PENINGKATAN AKSES PELAYANAN
KESEHATAN IBU & ANAK, Peningkatan fasilitas kesehatan (Puskesmas,
Bidan Praktek Swasta dan 120 RSUD Kab/Kota) dalam penanganan
kegawatdaruratan ibu dan bayi, ketersediaan rumah tunggu kelahiran; 2)
PENINGKATAN KUALITAS pelayanan KESEHATAN, Penempatan dokter
spesialis (obgin, anak, penyakit dalam, anestesi, bedah) sebanyak 700 orang
per tahun, ketersediaan Unit Transfusi Darah/Bank Darah RS di kab/kota,
penguatan antenatal, persalinan, dan postnatal sesuai standar, pengampuan &
pembinaan dari RSUP; 3) PEMBERDAYAAN MASYARAKAT,
Pemanfaatan Buku Kesehatan Ibu & Anak, Kelas ibu hamil dan ibu balita,
Posyandu, pemanfaatan dana desa, peran PKK perencanaan persalinan &
pencegahan komplikasi (ambulans desa, donor darah); 4) PENGUATAN
TATA KELOLA, Penguatan upaya promotif & preventif di Puskesmas,
pelacakan- pencatatan-pelaporan kematian ibu dan bayi, pemantauan
implementasi regulasi. Sehingga pada akhir RPJM 2024 AKI turun menjadi
183/100.000 KH.(RPJM, 2020-2024)
Menurut penelitian (Khadijah S dan Arneti, 2018) dengan judul ” Upaya
deteksi Dini Risiko tinggi Kehamilan ditentukan Oleh Pengetahuan dan
Dukungan Tenaga Kesehatan” di mana didapatkan hasilnya 5% responden
memiliki tingkat pengetahuan yang tinggi, tingkat ekonomi yang rendah
(90%), kurang mendapat dukungan dari tenaga kesehatan (52. 5%), buku KIA
tidak diisi lengkap (82.5%) dan responden tidak melakukan upaya deteksi dini
risiko tinggi kehamilan (57.5%). Hasil analisis data, determinan yang
berhubungan dengan upaya deteksi dini risiko tinggi kehamilan adalah
pengetahuan (P value 0.008) dan dukungan tenaga kesehatan (P value 0.022).
Kesimpulan, pengetahuan dan dukungan tenaga kesehatan menentukan upaya
deteksi dini risiko tinggi kehamilan. Pengetahuan dan dukungan tenaga
kesehatan merupakan determinan yang paling menentukan dalam upaya
Bab 11 Melakukan Deteksi Dini Terhadap Komplikasi Ibu dan Janin 125
deteksi dini risiko tinggi kehamilan. Disini harus adanya peran serta tenaga
kesehatan dan masyarakat untuk memberikan konseling mengenai upaya
deteksi dini risiko tinggi kehamilan dan mengajarkan serta memotivasi ibu
hamil untuk bisa melakukan deteksi dini risiko tinggi kehamilan.
11.2 Skrining
Apa itu skrining?
Istilah "skrining" dan "pemeriksaan" sering kali digunakan dengan arti yang
sama. Namun, istilah ini jelas berbeda dan bidan harus mampu menyampaikan
perbedaan ini kepada ibu.
Skrining adalah pelayanan kesehatan pada anggota populasi tertentu, yang
tidak selalu menganggap bahwa mereka berisiko mengalami penyakit atau
komplikasinya mereka diberi pertanyaan atau ditawarkan pemeriksaan untuk
mengidentifikasi individu yang lebih cenderung terbantu dan bukan tercederai
oleh pemeriksaan atau penanganan yang lebih lanjut. Populasi diskrining untuk
mengidentifikasi individu yang akan memperoleh manfaat dari pemeriksaan
lebih lanjut, yaitu individu yang berisiko lebih tinggi mengalami gangguan
yang sedang diskriminasi. Namun jika sarana terbatas atau pemeriksaan itu
sendiri berpotensi menimbulkan bahaya, skrining sering kali dibatasi pada
sekelompok kecil populasi yang dianggap berisiko tinggi dibandingkan
kelompok lainnya. Sebagaimana yang dinyatakan oleh Green & Statham
(1993:124) secara ringkas, "jika kita memiliki pemeriksaan diagnostik yang
murah, akurat, dan bebas risiko, kita akan melakukan pemeriksaan tersebut ke
setiap individu".Jika skrining dilakukan untuk mengidentifikasi individu yang
memiliki "risiko tinggi", pemeriksaan diagnostic ditawarkan untuk
mengonfirmasi atau menyingkirkan gangguan. Skrining biasanya dilakukan
terlebih dahulu sebelum pemeriksaan diagnostik, tetapi individu yang sudah
tahu "berisiko tinggi" dapat memilih langsung untuk menjalani pemeriksaan
diagnostik jika ditawarkan. Tujuan pemeriksaan diagnostik adalah untuk
mengidentifikasi adanya gangguan dan, dalam kasus diagnosis antenatal untuk
sindrom Down, untuk menawarkan ibu tentang pilihan melanjutkan kehamilan
atau mengakhiri kehamilannya. (Baston, 2012).
Semua wanita hamil berisiko komplikasi obstetric. Komplikasi yang
mengancam jiwa kebanyakan terjadi selama persalinan, dan ini tidak dapat
126 Asuhan Kebidanan Kehamilan Komprehensif
diprediksi. Prenatal screening tidak mengidentifikasi semua wanita yang akan
mengembangkan komplikasi. Perempuan tidak diidentifikasi sebagai "berisiko
tinggi" dapat mengembangkan komplikasi obstetric. Kebanyakan komplikasi
obstetrik terjadi pada wanita tanpa faktor risiko. Penyebab kematian yang
paling cepat pada neonatus adalah asfiksia dan perdarahan. Asfiksia perinatal
merupakan penyebab mortalitas dan morbiditas yang penting. Akibat jangka
panjang, asfiksia perinatal dapat diperbaiki secara bermakna jika gangguan ini
diketahui sebelum kelahiran (misalnya pada keadaan gawat janin) sehingga
dapat diusahakan memperbaiki sirkulasi/oksigenasi janin intrauterine atau
segera melahirkan janin untuk mempersingkat masa hipoksemia janin yang
terjadi. Dari berbagai faktor yang berperan pada kematian ibu dan bayi,
kemampuan kinerja petugas kesehatan berdampak langsung pada peningkatan
kualitas pelayanan kesehatan maternal dan neonatal terutama kemampuan
dalam mengatasi masalah yang bersifat kegavratdaruratan. Semua penyulit
kehamilan atau komplikasi yang terjadi dapar dihindari apabila kehamilan dan
persalinan direncanakan, diasuh dan dikelola secara benar. Untuk dapat
memberikan asuhan kehamilan dan persalinan yang cepat tepat dan benar
diperlukan tenaga kesehatan yang terampil dan profesional dalam menangani
kondisi kegawatdaruratan. Kegawatdaruratan adalah mencakup diagnosis dan
tindakan terhadap semua pasien yang memerlukan perawatan yang tidak
direncanakan dan mendadak atau terhadap pasien dengan penyakit atau cedera
akut untuk menekan angka kesakitan dan kematian pasien. Obstetri adalah
cabang ilmu kedokteran yang berhubungan dengan persalinan, hal-hal yang
mendahuluinya dan gejala-gejala sisanya. Obstetri membahas tentang
fenomena dan penatalaksanaan kehamilan, persalinan, peurperium baik dalam
keadaan normal maupun abnormal. Neonatus adalah organisme yang berada
pada periode adaptasi kehidupan intrauterin ke ekstrauterin. Masa neonatus
adalah periode selama satu bulan (lebih tepat 4 minggu atau 28 hari setelah
lahir). (Siwi, 2015).
Tabel 11.1: Penilaian Risiko Kehamilan
No Kriteria Nilai Jumlah 1
1 Riwayat kematian neonatal BB <40 atau >70 Kg
Riwayat pre term Primipara <20 atau >35 tahun
Riwayat pre eklampsi Multipara >40
Penyakit paru-paru Paritas >3
Bab 11 Melakukan Deteksi Dini Terhadap Komplikasi Ibu dan Janin 127
Anemia 8-10 gr% Tanpa antenatal
TB<145 Gamely 2
2 Abortus >3
Riwayat SC / Palsenta previa Sunsang
Pre-diabete Multipara
Hyperthyroidism Partus percobaan 3
3 Infertilitas Sungsang (primipara)
Penyakit ginjal Ketuban pecah 6j am 4
Mekonium (pre kepala) 5
Anemia <8 gr% Partus >24 jam
Imcomptabilitas darah ABO
Partus 32-36 minggu HAP Placenta previa
SC
Posterm >42 mg
DJJ ireguler < 120
Penyakit hepar Atau>180 xI menit
Preeklamsi berat Incomptabilitas RH
4 Diabetes Mellitus HAP Sulusio Plasenta
Letak lintang
Vitium Cordis
Kecil untuk masa kehamilan
5 Eklamsi
Hydramion
Infeksi intrapartum
Ketuban pecah 24 jam
Prolapsus tali pusat
Cara menyimpulkan:
1. Bila dalam pemeriksaan ditemukan keadaan-keadaan seperti
tercantum pada kelompok kriteria seperti di atas diberikan nilai
sesuai dengan nilai yang ada pada kolom kelompok kriteria itu.
2. Jumlahkan nilai pada kelompok kriteria 1, 2, 3, 4 dan 5.
3. Bila jumlah nilai risiskonya sama dengan 3 atau lebih, ibu hamil ini
perlu dirujuk ke puskesmas atau rumah sakit untuk mendapatkan
pemeriksaan dan penanganan yang lebih teliti oleh dokter atau dokter
ahli.
128 Asuhan Kebidanan Kehamilan Komprehensif
4. Bila jumlah risikonya 5 atau lebih ibu hamil ini harus dirujuk ke
rumah sakit. Biasanya pasien seperti ini harus dirawat dan
persalinannya ditolong oleh dokter ahli. Pasien yang boleh ditolong
oleh bidan hanyalah pasien dengan risiko rendah.
11.3 Deteksi Dini / Komplikasi Pada Ibu
dan Janin
Deteksi Dini adalah tindakan untuk mengetahui seawal mungkin adanya
komplikasi, kelainan dan penyakit baik saat hamil, bersalin maupun nifas.
Deteksi dini adalah suatu mekanisme yang berupa pemberian informasi secara
tepat waktu dan efektif, melalui institusi yang dipilih, agar masyarakat/
individu di daerah rawan mampu mengambil tindakan menghindari atau
mengurangi risiko dan mampu bersiap-siap untuk merespon secara efektif.
Manfaat Deteksi Dini dapat mencegah komplikasi lebih lanjut atau
meminimalkan risiko terjadinya komplikasi pada kehamilan, persalinan hingga
nifas. Kehamilan risiko tinggi (KRT) adalah keadaan yang dapat memengaruhi
keadaan optimalisasi ibu maupun janin pada kehamilan yang dihadapi.
Kehamilan risiko tinggi adalah beberapa situasi dan kondisi serta keadaan
umum seorang selama masa kehamilan, persalinan, nifas akan memberikan
ancaman pada kesehatan jiwa ibu maupun janin yang dikandungnya. Atau
dapat juga dikatakan bahwa deteksi dini merupakan upaya memberitahukan
kepada seorang klien yang berpotensi dilanda suatu masalah untuk
menyiagakan mereka dalam menghadapi kondisi dan situasi suatu masalah.
Risiko Kehamilan ialah setiap faktor yang berhubungan dengan meningkatnya
kesakitan dan kematian maternal (kematian ibu hamil sampai dengan 42 hari
setelah kehamilan berakhir). Deteksi dini adalah suatu mekanisme yang berupa
pemberian informasi secara tepat waktu dan efektif, melalui institusi yang
dipilih, agar masyarakat/ individu di daerah rawan mampu mengambil
tindakan menghindari atau mengurangi risiko dan mampu bersiap-iap untuk
merespon secara efektif. Atau dapat juga dikatakan bahwa deteksi dini
merupakan upaya mem beritahukan kepada seorang klien yang berpotensi
dilanda suatu masalah untuk menyiagakan mereka dalam menghadapi kondisi
dan situasi suatu masalah. (Imron, et,al, 2016).
Bab 11 Melakukan Deteksi Dini Terhadap Komplikasi Ibu dan Janin 129
Menurut penelitian yang dilakukan oleh (Intan dan Nunung, 2020) dengan
judul Deteksi Dini Kehamilan Berisiko” didapatkan hasilnya data ibu hamil
berisiko berdasarkan usia terdapat 69 (53,9%) ibu dengan usia berisiko (<20
tahun &> 35 tahun); paritas berisiko (1 &>3) sebanyak 96 (74,2%) , ibu hamil
dengan riwayat abortus sebanyak 35 (27,3%), ibu hamil dengan jarak
kehamilan < 2 tahun sebanyak 15 (11,7%) , ibu hamil dengan tinggi badan <
145 cm sebanyak 10 (7,8%).Deteksi awal pada kehamilan dapat dijadikan
sebagai salah satu upaya untuk mendeteksi sekaligus menangani kehamilan
risiko tinggi pada ibu hamil. Risiko tinggi kehamilan merupakan suatu
kehamilan di mana jiwa dan kesehatan ibu dan atau bayi dapat terancam.
Kehamilan berisiko merupakan suatu kehamilan yang memiliki risiko lebih
besar dari biasanya ( baik bagi ibu maupun bayinya), yang dapat
mengakibatkan terjadinya penyakit atau kematian sebelum maupun sesudah
persalinan.
11.4 Tanda – Tanda dini
Bahaya/Komplikasi Ibu dan Janin Masa
Kehamilan Muda
Menurut pendapat Lisnawati (2013) timbulnya penyulit selama kehamilan
dapat dipengaruhi oleh banyak faktor, berikut tanda – tanda dini bahaya atau
komplikasi pada ibu dan janin dimasa kehamilan muda:
11.4.1 Perdarahan pervaginam Abortus
Istilah abortus dipakai untuk menunjukkan pengeluaran hasil konsepsi
sebelum janin dapat hidup di luar kandungan. Sampai saat ini janin yang
terkecil, yang dilaporkan dapat hidup diluar kandungan, mempunyai berat
badan di bawah 500 gram dapat hidup terus, maka abortus ditentukan sebagai
pengakhiran kehamilan sebelum janin mencapai berat 500 gram atau kurang
dari 20 minggu.
Abortus yang berlangsung tanpa tindakan disebut abortus spontan. Abortus
buatan adalah pengakhiran kehamilan sebelum 20 minggu akibat tindakan.
Abortus terapeutik ialah abortus buatan yang dilakukan atas indikasi medik.
130 Asuhan Kebidanan Kehamilan Komprehensif
Pada kehamilan muda abortus tidak jarang didahului oleh kematian mudigah.
Sebaliknya, pada kehamilan lebih lanjut biasanya janin dikeluarkan dalam
keadaan masih hidup.
Hal-hal yang menyebabkan abortus dapat dibagi sebagai berikut:
1. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi
2. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi dapat menyebabkan kematian
janin atau cacat. Kelainan berat biasanya menyebabkan kematian
mudigah pada hamil muda, faktor-faktor yang menyebabkan kelainan
dalam pertumbuhan adalah sebagai berikut:
• Kelainan kromosom, kelainan yang sering ditemukan pada
abortus spontan ialah trisomi., poliploidi dan kemungkinan pula
kelainan kromosom seks.
• Lingkungan kurang sempurna. Bila lingkungan di endometrium
di sekitar tempat implantasi kurang sempurna sehingga
pemberian zat-zat makanan pada hasil konsepsi terganggu.
• Pengaruh dari luar. Radiasi, virus, obat-obat, dan sebagainya
dapat memengaruhi baik hasil konsepsi maupun lingkungan
hidupnya dalam uterus. Pengaruh ini umumnya dinamakan
pengaruh teratogen.
3. Kelainan pada plasenta.
Endarteritis dapat terjadi dalam villi koriales dan menyebabkan
oksigenisasi plasenta terganggu, sehingga menyebabkan gangguan
pertumbuhan dan kematian janin. Keadaan ini bisa terjadi sejak
kehamilan muda misalnya karena hipertensi menahun.
4. Penyakit ibu.
Penyakit mendadak, seperti pneumonia, tifus abdominalis,
pielonefritis, malaria, dan lain-lain dapat menyebabkan abotus.
Toksin, bakteri, virus, atau plasmodium dapat melalui plasenta masuk
ke janin, sehingga menyebabkan kematian janin, dan kemudian
terjadilah abortus. Anemia berat, keracunan, laparotomi, peritonitis
umum, dan penyakit manahun seperti brusellosis, mononukleosis
infeksiosa, toksoplasmosis juga dapat menyebabkan abortus
walaupun lebih jarang.
Bab 11 Melakukan Deteksi Dini Terhadap Komplikasi Ibu dan Janin 131
5. Kelainan traktus genitalis.
Retroversio uteri, mioma uteri, atau kelainan bawaan uterus dapat
menyebabkan abortus. Tetapi, harus diingat bahwa hanya retroversio
uteri gravidi inkarserata atau mioma submukosa yang memegang
peranan penting. Sebab lain aborus dalam trimester ke 2 ialah servik
inkompeten yang dapat disebabkan oleh kelemahan bawaan pada
serviks, dilatasi serviks berlebihan, konisasi, amputasi, atau robekan
serviks luas yang tidak dijahit.
Abortus secara klinik dapat dibedakan antara lain;
1. Abortus Immminens.
Abortus imminens ialah peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus
pada kehamilan sebelum 20 minggu, di mana hasil konsepsi masih
dalam uterus, dan tanpa adanya dilatasi serviks.
Terjadi perdarahan bercak yang menunjukkan ancaman terhadap
kelangsungan suatu kehamilan. Dalam kondisi seperti ini, kehamilan
masih berlanjut atau dipertahankan.
Diagnosis abortus imminems ditentukan karena pada wanita hamil
terjadi perdarahan melalui ostium uteri eksternum, disertai mules
sedikit atau tidak sama sekali, uterus membesar sebesar tuanya
kehamilan, serviks belum membuka, dan tes kehamilan positif. Pada
beberapa wanita hamil dapat terjadi perdarahan sedikit pada oleh
penembusan villi koriales ke dalam desidua, pada saat implantasi
ovum. Perdarahan implantasi biasanya sedikit, warnanya merah, dan
cepat berhenti, tidak disertai mules-mules.
Penanganan abortus imminens terdiri atas;
a. Istirahat baring. Tidur berbaring merupakan unsur penting dalam
pengobatan, karena cara ini menyebabkan bertambahnya aliran darah
ke uterus dan berkurangnya rangsang mekanik.
b. Anjurkan untuk tidak melakukan aktivitas fisik secara berlebihan atau
melakukan hubungan seksual
132 Asuhan Kebidanan Kehamilan Komprehensif
c. Tentang pemberian hormon progesteron pada abortus imminens
belum ada persesuaian faham. Sebagian besar ahli tidak
menyetujuinya, dan mereka yang menyetujui menyatakan bahwa
harus ditentukan dahulu adanya kekurangan hormon progesteron.
Apabila dipikirkan bahwa sebagian besar abortus didahului oleh
kematian hasil konsepsi dan kematian ini dapat disebabkan oleh
banyak faktor, maka pemberian hormon progesteron memang tidak
banyak manfaatnya.
d. Pemeriksaan ultrasonografi penting dilakukan untuk menentukan
apakah janin masih hidup.
e. Macam dan lamanya perdarahan menentukan pronogsis
kelangsungan kehamilan. Prognosis menjadi kurang baik bila
perdarahan berlangsung lama, mules-mules yang disertai perdarahan
serta pembukaan serviks.
f. Bila perdarahan:
• Berhenti: lakukan suhan antenatal terjadwal dan penilaian ulang
bila terjadi perdarahan lagi
• Terus berlangsung: nilai kondisi janin. Lakukan konfirmasi
kemungkinan adanya penyebab lain
• Pada fasilitas kesehatan terbatas , pemantauan hanya dilakukan
melalui gejala klinik dan hasil pemeriksaan ginekologik
1. Abortus Insipiens
Abortus insipiens adalah peristiwa perdarahan uterus pada kehamilan
sebelum 20 minggu dengan adanya dilatasi serviks uteri yang
meningkat, tetapi hasil konsepsi masih dalam uterus. Dalam hal ini
rasa mules menjadi lebih sering dan kuat, perdarahan bertambah.
Pengeluaran hasil konsepsi dapat dilaksanakan dengan kuret vakum
atau dengan cunam ovum. Disusul dengan kerokan.
Pada kehamilan lebih dari 12 minggu biasanya perdarahan tidak
banyak dan bahaya perforasi pada kerokan lebih besar, maka
sebaiknya proses abortus dipercepat dengan pemberian infus
oksitosin. Apabila janin sudah keluar tetapi plasenta masih disusul
dengan kerokan bila masih ada sisa plasenta yang tertinggal. Bahaya
Bab 11 Melakukan Deteksi Dini Terhadap Komplikasi Ibu dan Janin 133
perforasi pada hal yang terakhir ini tidak seberapa besar karena
dinding uterus menjadi tebal disebabkan sebagian besar hasil
konsepsi telah keluar.
2. Abortus Inkompletus.
Abortus inkompletus ialah pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada
kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa tertinggal
dalam uterus. Pada pemeriksaan vaginal, kanalis servikalis terbuka
dan jaringan dapat diraba dalam kavum uteri atau kadang-kadang
sudah menonjol dari ostium uteri eksternum. Pendarahan pada
abortus inkompletus dapat banyak sekali, sehingga menyebabkan
syok dan perdarahan tidak akan berhenti sebelum sisa hasil konsepsi
dikeluarkan.
Dalam penanganannya, apabila abortus inkompletus disertai syok
karena perdarahan, segera harus diberikan infus cairan NaCl
fisiologik atau cairan ringer yang disusul dengan transfusi. Setelah
syok diatasi, dilakukan kerokan. Pasca tindakan disuntikkan
intramuskulus ergometrin untuk mempertahankan kontraksi otot
uterus.
3. Abortus Kompletus
Pada abortus kompleteus semua hasil konsepsi sudah dikeluarkan.
Pada penderita ditemukan perdarahan sedikit, ostium uteri telah
menutup, dan sudah banyak mengecil. Diagnosis dapat dipermudah
apabila hasil konsepsi dapat diperiksa dan dapat dinyatakan bahwa
semuanya sudah keluar dengan lengkap.
Penderita dengan abortus kompletus tidak memerlukan pengobatan
khusus, hanya apabila menderita anemia perlu diberi sulfas ferrosus
atau tranfusi.
a. Apabila kondisi pasien baik, cukup diberi tablet ergometrin 3x1
tablet /hari untuk 3 hari
b. Apabila pasien mengalami anemi sedang , berikan tablet SF
selama 2 minggu disertai dengan anjuran mengkonsumsi makan
bergizi ( susu, sayuran segar, ikan, daging, telur). Untuk anemi
berat, berikan berikan transfusi darah.