The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.
Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by gunung dan laut, 2023-06-23 08:44:35

STATISTIK LANJUTAN

STATISTIK LANJUTAN

STATISTIKA LANJUTAN 196 Butir Soal B JS P Keterangan 25 25 40 0,83 Mudah 26 22 40 0,73 Mudah 27 16 40 0,53 Sedang 28 24 40 0,73 Mudah 29 22 40 0,80 Mudah 30 5 40 0,17 Sukar c. Pengujian Daya Pembeda Soal Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai dan kurang pandai. Untuk menghitung daya pembeda soal digunakan rumus : D = PA – PB, Dengan PA= A A J B dan PB= B B J B Keterangan : D = Indeks daya pembeda soal JA = Jumlah peserta tes kelompok atas JB = Jumlah peserta tes kelompok bawah BA = Jumlah peserta kelompok atas yang menjawab benar BB = Jumlah peserta kelompok bawah yang menjawab Benar PA = Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab


STATISTIKA LANJUTAN 197 benar PB = Proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar Menurut Ngalim Purwanto (2004:144) dalam bukunya prinsip-prinsip dan teknik evaluasi pengajaran memberikan penafsiran terhadap daya pembeda Item sebagai berikut: D : 0,00 – 0,20 : Jelek D : 0,20 – 0,40 : Sedang D : 0,40 – 0,70 : baik D : 0,70 – 1,00 : baik sekali Hasil tes tersebut dapat digunakan untuk membedakan antara siswa yang tinggi (pandai ) dan yang berkemampuan rendah (kurang pandai). Tabel 3.6. Pengujian Daya Beda Soal No Item BA BB PA PB Daya Beda Keterangan 1 9 4 0,9 0,4 0,5 Baik 2 8 6 0,8 0,6 0,2 Sedang 3 8 5 0,8 0,5 0,3 Sedang 4 7 4 0,7 0,4 0,3 Sedang 5 8 6 0,8 0,6 0,2 Sedang 6 7 5 0,7 0,5 0,2 Sedang 7 9 4 0,9 0,4 0,5 Baik 8 8 3 0,8 0,3 0,5 Baik 9 8 6 0,8 0,6 0,2 Sedang 10 8 2 0,8 0,2 0,6 Baik


STATISTIKA LANJUTAN 198 No Item BA BB PA PB Daya Beda Keterangan 11 7 4 0,7 0,4 0,3 Sedang 12 7 4 0,7 0,4 0,3 Sedang 13 9 6 0,9 0,6 0,3 Sedang 14 8 4 0,8 0,4 0,4 Baik 15 8 5 0,8 0,5 0,3 Sedang 16 9 6 0,9 0,6 0,3 Sedang 17 8 3 0,8 0,3 0,5 Baik 18 8 5 0,8 0,5 0,3 Sedang 19 7 5 0,7 0,5 0,2 Sedang 20 10 4 1 0,4 0,6 Baik 21 9 5 0,9 0,5 0,4 Baik 22 8 6 0,8 0,6 0,2 Sedang 23 7 4 0,7 0,4 0,3 Sedang 24 8 4 0,8 0,4 0,4 Baik 25 7 4 0,7 0,4 0,3 Sedang 26 8 3 0,8 0,3 0,5 Baik 27 8 3 0,8 0,3 0,5 Baik 28 6 4 0,6 0,4 0,2 Sedang 29 7 5 0,7 0,5 0,2 Sedang 30 9 4 0,7 0,4 0,3 Sedang d. Pengujian Validitas Soal Menurut Suharsimi Arikunto (2001 :75) rumus validitas yang digunakan adalah korelasi point biserial (rpb): i i t i t pb q p S x x r Keterangan : rpb : Koefisien korelasi point biserial


STATISTIKA LANJUTAN 199 Xi : rata-rata skor total responden yang menjawab benar Xt : rata-rata skor total seluruh responden pi ; proporsi jawaban benar butir i qi : proporsi jawaban salah butir i St : Standar deviasi skor total Dalam pemberian interhasil terhadap rpb digunakan db sebesar (N-nr) dengan N = Jumlah siswa dan nr = 2, kemudian rpb dikonsultasikan kepada tabel nilai r product moment pada taraf signifikan 5%. Setelah dilakukan perhitungan validitas, butir soal dikatakan valid jika nilai rhitung lebih besar dari nilai rtabel (rhitung > rtabel) untuk taraf signifikan α = 5% dan n = jumlah anggota sampel. Tabel 3.7. Hasil Perhitungan Validitas Butir Soal rbis r tabel Keterangan 1 2 3 4 1 0,56 0,36 Valid 2 0,4 0,36 Valid 3 0,37 0,36 Valid 4 0,41 0,36 Valid 5 0,46 0,36 Valid 6 0,55 0,36 Valid 7 0,46 0,36 Valid 8 0,49 0,36 Valid


STATISTIKA LANJUTAN 200 Butir Soal rbis r tabel Keterangan 9 0,61 0,36 Valid 10 0,78 0,36 Valid 11 0,41 0,36 Valid 12 0,44 0,36 Valid 13 0,39 0,36 Valid 14 0,4 0,36 Valid 15 0,38 0,36 Valid 16 0,42 0,36 Valid 17 0,52 0,36 Valid 18 0,36 0,36 Valid 19 0,36 0,36 Valid 20 0,5 0,36 Valid 21 0,36 0,36 Valid 22 0,36 0,36 Valid 23 0,39 0,36 Valid 24 0,52 0,36 Valid 25 0,41 0,36 Valid 26 0,41 0,36 Valid 27 0,45 0,36 Valid 28 0,46 0,36 Valid 29 0,49 0,36 Valid 30 0,36 0,36 Valid e. Pengujian Reliabilitas (Kehandalan) Kehandalan (reliabilitas) instrumen untuk soal pilihan ganda diuji dengan menggunakan Kuder Richardson 20 (Drs. Safari, M.A.; 2004: 54), dengan rumus :


STATISTIKA LANJUTAN 201 2 1 11 1 St PiQi k k r dimana : r11 = Koefisien reliabilitas tes k = Banyaknya butir soal St2 = Varians skor total pi = Proporsi jawaban benar untuk butir i. qi = Proporsi jawaban salah untuk butir i. Σpq = jumlah hasil perkalian antara p dan q Dalam pemberian interpretasi terhadap koefesien reliabilitas tes (r11) pada umumnya digunakan patokan sebagai berikut : (1) Apabila r11 sama dengan atau lebih besar daripada 0,70 berarti tes hasil belajar yang sedang diuji reliabilitasnya dinyatakan telah memiliki reliabilitas tinggi. (2) Apabila r11 lebih kecil daripada 0,70 berarti bahwa tes hasil belajar yang sedang diuji reliabilitasnya dinyatakan belum memiliki reliabilitas yang tinggi ( unreliable). 2 1 1 St PiQi k k KR r 0,82 21,94 0,63 1 30 1 30 KR r = 30 (30−1) (1− 23,829 104,95) = 0,547 Karena r11 sama dengan 0,82 atau lebih besar daripada 0,70 berarti tes hasil belajar yang sedang diuji


STATISTIKA LANJUTAN 202 reliabilitasnya dinyatakan telah memiliki reliabilitas tinggi. 2) Instrumen Minat Baca Siswa a. Definisi Konseptual Minat Baca Minat membaca siswa adalah kecendrungan kemauan atau keinginan siswa dalam membaca bahasa Indonesia; selanjutnya hasil yang diperoleh digunakan untuk mengelompokkan siswa yang memiliki minat membaca tinggi dan rendah. Minat baca melalui penelitian adalah untuk mengukuru sejauh mana kemampuan siswa dalam melihat serta memahami isi dari sesuatu yang dituturkan pihak lain melalui saran tulisan. Dalam hal ini penilaian minat baca siswa akan mengacu kepada empat aspek indikator yang memengaruhi, yaitu : (1) kesadaran, (2) kemampuan, (3) perhatian dan (4) perasaan senang. b. Definisi Operasional Minat Baca Minat baca pada penelitian ini didasarkan hanya pada hasil yang diperoleh dari penilaian tentang minat baca siswa melalui angket yang berisikan 30 butir soal (pernyataan) yang terkait dengan hal-hal yang memengaruhi minat dan kemampuan siswa untuk membaca yang tercantum pada lembar yang telah disediakan. Penilaian yang diberikan menggunakan skala preferensi (Linkert Scale) dengan lima pilihan jawaban.


STATISTIKA LANJUTAN 203 Tabel 3.8. Rentang Skor pada tes Minat Baca Pernyataan Skor Sangat Setuju Setuju Raguragu Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju 1 2 3 4 5 6 Positif 5 4 3 2 1 Negatif 1 2 3 4 5 c. Kisi-kisi Instrument Data Minat Baca Tabel 3.9. Kisi-Kisi Instrumen Minat Baca Siswa No Indikator Butir Soal Jumlah 1 Kesadaran 1,2,3,4,5,6,7, 7 2 Kemampuan 8,9,10,11,12,13,14 7 3 Perhatian 15,16,17,18,19,20,21 7 4 Perasaan Senang 22,23,24,25,26,27,28,29,30 9 Jumlah butir soal 30 d. Validitas Data Minat Baca Siswa Sebelum digunakan untuk menjaring data penelitian atau digunakan pada subjek penelitian, instrument data minat belajar perlu dikalibrasi agar diketahui tingkat keandalan instrument. Untuk maksud ini maka dilakukan uji coba instrument data minat baca siswa pada siswa yang menjadi sampel, bersamaan dengan uji coba


STATISTIKA LANJUTAN 204 instrument tes hasil belajar teks eksposisi. Dalam rangka uji coba data minat siswa ini, akan dilakukan peninjauan terhadap: validitas butir data dan reliabilitas data. 1) Validitas Butir Data Pengujian validitas butir data menggunakan, rumus korelasi product moment sebagai berikut. 2 2 2 2 . ( ) ( . ( ) . ( )( ) n X n Y Y n XY X Y rxy Keterangan : rxy = koefisien korelasi n = Jumlah responden X = Skor butir data yang dihitung validitasnya Y = Skor total Dalam interpretasi untuk menentukan butir data valid atau tidak, selanjutnya nilai rhitung di atas dikonsultasikan dengan nilai ttabel pada α = 5% atau 0,05 dengan ketentuan: butir data dikatakan valid jika nilai rhitung lebih besar dari rtabel (rhitung > rtabel) dan tidak valid jika nilai rhitung lebih kecil dari r,tabel (rhitung < rtabel). Tabel 3.10. Uji Validitas Minat Baca Siswa Butir Soal r hitung r tabel Keterangan 1 2 3 4 1 0,56 0.36 Valid 2 0,6 0.36 Valid 3 0,48 0.36 Valid 4 0,6 0.36 Valid 5 0,78 0.36 Valid 6 0,6 0.36 Valid


STATISTIKA LANJUTAN 205 Butir Soal r hitung r tabel Keterangan 7 0.78 0.36 Valid 8 0,56 0.36 Valid 9 0,56 0.36 Valid 10 0,37 0.36 Valid 11 0,6 0.36 Valid 12 0,45 0.36 Valid 13 0,78 0.36 Valid 14 0,56 0.36 Valid 15 0,47 0.36 Valid 16 0,46 0.36 Valid 17 0,56 0.36 Valid 18 0,46 0.36 Valid 19 0,56 0.36 Valid 20 0,78 0.36 Valid 21 0,49 0.36 Valid 22 0,32 0.36 Tidak Valid 23 0,78 0.36 Valid 24 0,78 0.36 Valid 25 0,56 0.36 Valid 26 0,37 0.36 Valid 27 0,41 0.36 Valid 28 0,39 0.36 Valid 29 0,44 0.36 Valid 30 0,5 0.36 Valid 31 0,78 0.36 Valid 32 0,56 0.36 Valid 33 0,37 0.36 Valid 34 0,41 0.36 Valid 35 0,39 0.36 Valid 36 0,44 0.36 Valid 37 0,5 0.36 Valid


STATISTIKA LANJUTAN 206 Butir Soal r hitung r tabel Keterangan 38 0.78 0.36 Valid 39 0,56 0.36 Valid 40 0,47 0.36 Valid 2) Uji Reliabilitas Uji reliabilitas untuk mengetahui instrumen cukup dapat dipercaya sebagai alat pengumpul data sehingga mengungkap data yang bisa dipercaya. Untuk mengetahuinya menggunakan rumus alpha dari Suharsimi Arikunto (2013:239) sebagai berikut : Instrumen angket dikatakan reliabel jika r hitung > r tabel dan sebaliknya. Kemudian untuk mengetahui apakah koefisien data tersebut telah menunjukkan alat ukur, maka harga r11 tersebut dikonsultasikan dengan koefisien reliabilitas. Kategori dari Suharsimi Arikunto (2013:402), korelasinya dengan interpretasi sebagai berikut : - antara 0,800 sampai dengan 1,00 : Tinggi - antara 0,600 sampai dengan 0,800 : cukup - antara 0,400 sampai dengan 0,600 : agak rendah - antara 0,200 sampai dengan 0,400 : rendah


STATISTIKA LANJUTAN 207 - antara 0,000 sampai dengan 0,200 : sangat rendah Berdasarkan hasil perhitungan rumus di atas, diperoleh skor reliabilitas instrumen 0,968 > 0,70 sehingga dapat dikatakan bahwa instrumen penelitian minat baca reliabel dan dapat digunakan untuk mengukur data penelitian. 4. Teknik Analisis Deskriptif Dalam analisis deskriptif akan dilakukan teknik penyajian data dalam bentuk tabel distribusi frekuensi, grafik/diagram batang untuk masing-masing kelompok data hasil belajar teks persuasif siswa. Selain itu juga masingmasing kelompok data akan diolah dan dianalisis ukuran pemusatan dan letak seperti mean, modus, dan median serta ukuran simpangan seperti jangkauan, variansi, simpangan baku, deviasi, dan kurtosis. Adapun langkah-langkah pembuatan tabel distribusi frekuensi dan penyajian grafik poligon serta histogram dilakukan dengan langkah-langkah berikut: a. Menentukan rentang (R), yaitu data terbesar dikurangi data terkecil. b. Menentukan banyak kelas (k) dengan aturan Struges, yaitu K = 1 + 3,3 log n, n = banyaknya data c. Menentukan panjang kelas interval (P), yaitu banyakkelas ren g P tan


STATISTIKA LANJUTAN 208 d. Menentukan ujung bawah interval kelas pertama, yaitu ≤ data terkecil. e. Membuat tabel distribusi frekuensi secara lengkap, dengan jalan menentukan ujung bawah (UB) dan ujung alas (UA) setiap interval kelas menghitung banyaknya (frekuensi) data untuk masing-masing kelas interval. f. Menggambar grafik histogram, dengan terlebih dahulu menentukan tepi bawah (TB) dan tepi atas (TA) untuk masing-masing kelas interval, yaitu TB = UB – ½ satuan data, dan TA = UA + ½ satuan data. g. Menggambarkan grafik poligon frekuensi, dengan terlebih dulu menentukan nilai tengah (Yi) masing-masing kelas interval, yaitu Y1 - 1 /2 (UA-UB). Sedangkan ukuran pusat letak dan simpangan diantaranya dapat ditentukan dengan rumus-rumus berikut: a. Menentukan Mean/rata-rata (Y), dengan rumus: n Y f Y 1 . 1 b. Menentukan Modus (Mo), dengan rumus : 1 2 1 b b b Mo b p Keterangan : Mo = Modus


STATISTIKA LANJUTAN 209 b = batas bawah kelas modus, ialah kelas interval dengan frekuensi terbanyak P = panjang kelas b1 = Frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi kelas interval terdekat sebelumnya bz = Frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi kelas interval terdekat sesudahnya c. Menentukan Median (Me), dengan rumus: f n F Me b p 2 1 Dimana : Me = Median n = banyaknya data f = Jumlah semua frekuensi sebelum kelas median f = Frekuensi kelas median b = batas bawah kelas median p = panjang kelas median d. Jangkauan/rentang (R), yaitu: R = data max – data min e. Variansi (SD) dan Simpangan Baku, dengan rumus: 2 1 1 2. . . k i k i n Yi fi n Yi fi SD dan Simpangan Baku (S) = SD


STATISTIKA LANJUTAN 210 5. Uji Prasyarat Analisis Data Sebelum data dianalisis untuk pengujian hipotesis terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat analisis yaitu uji normalitas dan uji homogenitas. a. Uji Normalitas Uji normalitas data dilakukan untuk mengetahui apakah data dari masing-masing kelompok berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas data akan diuji dengan, uji Liliefors. Menurut Nana Sudjana, uji normalitas data dilakukan dengan menggunakan uji Liliefors (Lo) dilakukan dengan langkah-langkah berikut. Diawali dengan penentuan taraf signifikansi, yaitu pada taraf signifikansi 5% (0,05) dengan hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut: HO: Sampel berdistribusi normal H1 : Sampel tidak berdistribusi normal Dengan kriteria pengujian : Jika Lhitung < Ltabel terima H0, dan jika Lhitung > Ltabel tolak Ho Adapun langkah-langkah pengujian normalitas adalah: 1) Data pengamatan Y1, Y2 , Y3, …... Yn dijadikan bilangan baku z1, z2 , z3, ...... zn dengan menggunakan rumus s Yi Y zi


STATISTIKA LANJUTAN 211 (dengan Y dan s masing-masing merupakan rata-rata dan simpangan baku) 2) Untuk setiap bilangan baku ini dengan menggunakan daftar distribusi normal baku, kemudian dihitung peluang F(z1) = P(z ≤ z1) 3) Selanjutnya dihitung proporsi z1, z2 , z3, …... zn yang lebih kecil atau sama dengan z1. Jika proporsi ini dinyatakan oleh S(zi) maka : n banyaknyaz z z z S zi i n , ,.... ( ) , 2 3 4) Hitung selisih F(zi) – S(zi), kemudian tentukan harga mutlaknya. 5) Ambil harga yang paling besar di antara harga-harga mutlak selisih tersebut, misal harga tersebut Lo. Untuk menerima atau menolak 211able211sis nol (H0), dilakukan dengan cara membandigkan L0 ini dengan nilai L kritis yang terdapat dalam tabel untuk taraf nyata yang dipilih α = 5%. Untuk mempermudah perhitungan dibuat dalam bentuk tabel. b. Uji Homogenitas Setelah dilakukan uji normalitas mumberikan indikasi data hasil penelitian berdistribusi normal, maka tahap selanjutnya akan dilakukan uji homogenitas dari sampel penelitian ini. Menurut Nana Sudjana teknik yang


STATISTIKA LANJUTAN 212 digunakan untuk uji homogenitas adalah dengan menggunakan metode Uji Bartlet sebagai berikut: 1) Membuat table data semua kelompok sampel : Tabel 3.11. Data Masing-masing Kelompok Sampel No. Resp Data Kelompok Sampel KT KR RT RR 1 2 3 4 5 1 Y11 Y21 Y31 Y41 2 Y12 Y22 Y32 Y42 3 Y13 Y23 Y33 Y43 - - - - - N Y1n Y2n Y3n Y4n Skt 2 Skr 2 Srt 2 Srr 2 nkt nkr nrt nrr 2) Membuat tabel harga-harga yang diperlukan untuk uji Bartlett : Tabel 3.12. Harga-harga yang Diperlukan untuk Uji Bartlett Kel Sampel Dk 1/dk S1 2 log si 2 (dk) log si 2 1 2 3 4 5 6 KT n1 – 1 1/(n1 - 1) skt 2 log skt 2 (n1 - 1) log SKT 2 KR n2 -1 1/(n2 - 1) skr 2 log skr 2 (n2 - 1) log SKR 2 RT n3 – 1 1/(n3 – 1) srt 2 log srt 2 (n3 - 1) log SRT 2


STATISTIKA LANJUTAN 213 Kel Sampel Dk 1/dk S1 2 log si 2 (dk) log si 2 RR n4 – 1 1/(n4 – 1) srr 2 log srr 2 (n4 - 1) log SRR 2 ∑ ∑ (ni - 1) ∑ 1/(ni – 1) - - ∑ (n1 - 1) log Si 2 3) Menghitung varians gabungan dari semua kelompok sampel : ( 1) /( 1) 2 1 2 i ni s n s 4) Menghitung harga satuan B, dengan rumus: (log )( 1) 2 ni B s 5) Menghitung nilai chi kuadrat (x2 hitung) = dengan rumus : ( 10) ( 1)log ) 2 2 i i X hitung in n s Kriteria pengujiannya adalah : - Tolak H0 jika x2 hitung > x(1α) (k-1)- atau x2 hitung > xtabel untuk taraf nyata α = 0,05, - Terima H0 jika x2 hitung > X(1-α) (K-1) atau x2 hitung > xtabel untuk taraf nyata α = 0,05. Hipotesis yang diajukan adalah : - Ho : σ12 = σ22 = ... = σn2 (semua populasi mempunyai varians sama/homogen) - H1 : σ12 ≠ σ22 ≠ ... ≠ σn2 (ada populasi yang mempunyai varians berbeda/tidak homogen) 6. Teknik Pengujian Hipotesis Penelitian Dalam penelitian yang dilakukan penulis bertujuan untuk menguji perbedaan rata-rata skor dengan 2 variabel


STATISTIKA LANJUTAN 214 bebas, maka pengujian hipotesis penelitian yang digunakan adalah analisis of varians (ANOVA) dua arah. Langkahlangkah dalam ANOVA dua arah Faktorial 2x2: a. Mengelompokkan skor hasil belajar teks eksposisi berdasarkan kategori - Faktor K : Penggunaan model pembelajaran; K-1/ Modul Ajar dan K-2 / Non Modul Ajar/Bahan Lain/ Konvensional. - Faktor B : Minat baca Siswa; B-1/ tinggi dan B-2/ rendah. Tabel 3.13. Desain ANOVA Dua Arah Faktorial 2x2 Model pembelajaran Minat baca K-1 K-2 K-3 B-1 Y11 Y12 Y10 B-2 Y21 Y22 Y20 K Y01 Y02 Y00 b. Membuat tabel statistik deskriptif untuk masing-masing kelompok data. Tabel statistik deskriptif ini berisi harga-harga untuk setiap unsur yang diperlukan dalam ANOVA sebagai berikut:


STATISTIKA LANJUTAN 215 Tabel 3.14 Tabel Statistik Deskriptif untuk ANOVA Dua Arah A-1 A-2 ∑B 1 2 3 4 B-1 2 Y Y Y ny 2 Y Y Y ny 2 Y Y Y ny B-2 2 Y Y Y ny 2 Y Y Y ny 2 Y Y Y ny 2 Y Y Y ny 2 Y Y Y ny 2 Y Y Y ny Keterangan: nY = banyaknya subyek dalam kelompok Y = rerata skor untuk masing-masing kelompok ∑Y = jumlah skor dalam setiap kelompok ∑Y2 = jumlah kuadrat setiap skor dalam kelompok c. Membuat tabel rangkuman ANOVA Dua Arah.


STATISTIKA LANJUTAN 216 d. Berdasarkan data dalam tabel statistik deskriptif di atas, diolah untuk mendapatkan rangkuman tabel Anova untuk uji hipotesis berikut: Tabel 3.15. Rangkuman ANOVA untuk Uji Hipotesis Sumber Varians UD JK RJK Fh Ft 0,05 0,01 1 2 3 4 5 6 7 Antarkolom (Ak) Antarbaris (Ab) Interaksi (I) db (Ak) db (Ab) db (l) Jk (Ak) Jk (Ab) Jk (l) Rjk (Ak) Rjk (Ab) R jk (I) Fh (Ak) Fh (Ab) Fh (l) F, (Ak) F, (Ab) Ft (I) Ft (Ak) Ft (Ab) Ft (l) Antarkelompok (A) Db (A) Jk (A) Rjk (A)Fh (A) Ft (A) Ft (A) Dalam Kelompok (D) Db Jk (D) Rjk (D) - - - Total direduksi (TR) Retara/Koreksi (R) db ( TR) db(R) Jk (TR) Jk (TR) Jk (R) Rjk (TR) Rjk (R) - - - - - - Total (T) 8 0 Jk (T) - - - - e. Cara menentukan db, JK> RJK, Fh dan Ft Menentukan derajat kebebasan (db), jumlah kuadrat (JK), varians (RJK) dan Fhitung Fh serta Ftabel (Ft) untuk pengisian shell dalam tabel rangkuman ANOVA di atas, diperoleh sebagai berikut: 1) Menentukan derajat kebabasan


STATISTIKA LANJUTAN 217 a) Db (Ak) = k-1 b) Db (Ab) = b -1 c) Db (l) = (k-1) (b-1) d) Db (A) = k.b-1 e) Db (D) = n00 -k.b f) Db (TR) = n00 – 1 g) Db (R) = 1 h) Db (T) = n00 2) Menentukan jumlah kuadrat (JK) a) JK (T) = 2 Y00 b) JK (R) = 2 00 2 00 n Y c) JK (TR) = JK (T) – JK (R) d) JK (A) = ( ) 2 2 2 2 2 2 1 2 2 1 1 2 2 1 2 1 1 2 1 1 JK R n Y n Y n Y n Y e) JK (AK) = ( ) 20 2 02 2 01 01 JK R n Y n Y f) JK (Ab) = ( ) 20 2 20 10 2 10 JK R n Y n Y g) JK (I) = JK (A) − JK (AK) − JK (Ab) h) JK (D) = JK (TP) - JK (A)


STATISTIKA LANJUTAN 218 3) Menentukan Varians ( 2 ) atau RJK : a) Rjk (Ak) = 2 (Ak) = ( ) ( ) db Ak JK Ak b) Rjk (Ab) = 2 (Ab) = ( ) ( ) db Ab JK Ab c) Rjk (I) = 2 (I) = ( ) ( ) db I JK I d) Rjk (A) = 2 (A) = ( ) ( ) db A JK A e) Rjk (D) = 2 (D) = ( ) ( ) db D JK S 4) Menentukan Nilai F hitung (Fh) a) Fh (AK) = ( ) ( ) 2 2 D AK b) Fh (Ab) = ( ) ( ) 2 2 D Ab c) Fh (I) = ( ) ( ) 2 2 D I d) Fh (A) = ( ) ( ) 2 2 D A 5) Menentukan Nilai F tabel (Ft) = F (a, db1, db2 Catatan : db1 = db pembilang = k-1 db2 = db penyebut = n-1


STATISTIKA LANJUTAN 219 k = jumlah kolom/baris/perlakuan/kelompok n = jumlah data/sampel f. Penguji Hipotesis dan penarikan kesimpulan 1) Untuk Varians antarkolom (AK) atau hipotesis 1 Kriteria pengujian hipotesis a) Tolak H0 dan Terima H1 : Jika Fh > Ft b) Terima H0 dan Tolak H1 : Jika Fh < Ft 2) Untuk Varians Interaksi Kolom dan Baris (I) atau hipotesis 2. Kriteria pengujian hipotesis : a) Tolak H0 dan terima H1 : Jika Fh > F1 b) Terima H0 dan Tolak H1 : Jika Fh < F1 3) Untuk Hipotesis 3, perbedaan hasil belajar teks persuasif pada kelompok minat belajar tinggi. Kriteria pengujian hipotesis : a) Tolak H0 (terima H1) Jika Qh > Qt b) Terima H0 (tolak H1 ) Jika Qh < Qt 4) Untuk hipotesis 4, perbedaan hasil belajar teks pada kelompok minat belajar rendah Kriteria pengujian hipotesis : a) Tolak H0 dan terima H1 : Jika Qh > Qt b) Terima H0 dan Tolak H1 : Jika Qh < Qt g. Uji Lanjut Uji lanjut dilakukan untuk mengetahui pengaruh/perbedaan masing-masing kelompok dengan


STATISTIKA LANJUTAN 220 menggunakan Uji Tukey (karena data perkelompok sama), jika dalam pengujian hipotesis diperoleh interaksi yang signifikan. 1) Hipotesis Statistik a) 0 11 21 H : 1 11 21 H : b) 0 11 22 H : 0 11 22 H : c) 0 12 21 H : 112 21 H d) 0 12 22 H : 1 11 22 H : 2) Menentukan nilai Q hitung (Qh) Dengan rumus : n Xi Xj n RJK D Xi Xj Qh 2 ( ) n = jumlah data dalam kelompok RJK(D) = varians dalam kelompok Untuk n per kelompok : RJK(D)/ n Untuk n per perlakuan : RJK(D)/ n 3) Menentukan nilai Q tabel (Qt)


STATISTIKA LANJUTAN 221 Untuk α = 0,05, n = db dan jumlah kelompok k : Qt = Q (0,05 : n / k) 4) Pengujian hipotesis uji lanjut dan penarikan kesimpulan Kriteria Pengujian Hipotesis : a) Tolak H0 (terima H1) jika Qh > Qt b) Terima H0 (tolak H1) jika Qh < Qt 7. Hipotesis Statistik 1) Hipotesis 1 ; H0 : μA1 = μA2 ( tidak terdapat pengaruh model pembelajaran terhadap kemampuan memahami teks eksposis Bahasa Indonesia). H1 : μA1 ≠ μA2 ( terdapat pengaruh model pembelajaran terhadap kemampuan memahami teks eksposisi Bahasa Indonesia). 2) Hipotesis 2 ; H0 : μB1 = μB2 ( tidak terdapat pengaruh minat membaca siswa terhadap hasil belajar teks persuasif Bahasa Indonesia). H1 : μB1 ≠ μB2 (terdapat pengaruh minat membaca siswa terhadap hasil belajar teks eksposisi Bahasa Indonesia). 3) Hipotesis 3 : H0 : Int.AxB = 0 ( tidak terdapat pengaruh interaksi model pembelajaran dan minat membaca siswa terhadap hasil belajar teks eksposisi Bahasa Indonesia.


STATISTIKA LANJUTAN 222 H1 : Int.AxB ≠ 0 ( terdapat pengaruh interaksi model pembelajaran dan minat membaca terhadap kemampuan memahami teks eksposisi Bahasa Indonesia). C. Deskripsi Data Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian yang terdiri dari dua faktor bebas, yaitu faktor modul ajar (A) dan minat baca (B). Masing-masing faktor terdiri dari sub faktor yang disebut level. Untuk modul ajar (A) ada dua, yaitu modul ajar (A1) dan non modul ajar (A2). Faktor kedua adalah minat baca (B) dengan dua level, yaitu: tinggi (B1) dan rendah (B2). Perhitungan data hasil penelitian dilakukan dengan menggunakan olah data yaitu SPSS 22. 1. Data Kemampuan Memahami Teks Eksposisi yang Menggunakan Modul ajar Modul Ajar (A1) Data hasil belajar teks Eksposisi Bahasa Indonesia yang menggunakan modul ajar modul ajar diperoleh dari nilai tes responden yang menjadi sampel penelitian sebanyak 50 peserta didik. Nilai yang di peroleh adalah skor terendah 43, skor tertinggi 92, skor rata-rata sebesar 71,3, median sebesar 73; modus sebesar 80 dan simpangan baku sebesar 11,555.


STATISTIKA LANJUTAN 223 Tabel 4.1. Deskripsi Data Penelitian Kemampuan Memahami Teks Eksposisi yang Menggunakan Model Pembelajaran Modul Ajar N Valid 50 Missing 0 Mean 71,32 Median 73,00 Mode 80 Std. Deviation 11,555 Minimum 43 Maximum 92 Dilihat dari hasil perhitungan di atas, maka bisa dikatakan bahwa hasil belajar teks eksposisi bahasa Indonesia yang menggunakan modul ajar SMA Swasta di Kota Administratif Jakarta Selatan tergolong cukup tinggi. Hal ini diindikasikan dengan perolehan nilai rata-rata sebesar 71,3. Untuk memperjelas data di atas, dijelaskan dalam histogram sebagai berikut : Gambar 4.1. Histogram Poligon Variabel Kemampuan Memahami Teks Eksposisi Bahasa Indonesia yang Menggunakan Modul aja


STATISTIKA LANJUTAN 224 Dari histogram dan polygon frekuensi di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan memahami teks Eksposisi Bahasa Indonesia yang menggunakan modul ajar memiliki sebaran yang normal. 2. Data Kemampuan Memahami Teks Eksposisi Bahasa Indonesia yang Menggunakan Non Modul Ajar (A2) Data kemampuan memahami teks eksposisi bahasa Indonesia yang menggunakan non modul ajar diperoleh dari nilai tes responden yang menjadi sampel penelitian sebanyak 40 peserta didik. Nilai yang diperoleh adalah terendah 50, skor tertinggi 80, skor rata-rata sebesar 60,60, median sebesar 60; modus sebesar 50 dan simpangan baku sebesar 9,628. Tabel 4.2. Deskripsi data Penelitian Kemampuan Memahami Teks Eksposisi Bahasa Indonesia yang Menggunakan Non Modul Ajar Dilihat dari hasil perhitungan di atas, maka bisa dikatakan bahwa kemampuan memahami teks eksposisi bahasa Indonesia yang menggunakan non modul ajar SMA Swasta di Jakarta N Valid 50 Missing 0 Mean 59,26 Median 56,00 Mode 50 Std. Deviation 9,147 Minimum 50 Maximum 80


STATISTIKA LANJUTAN 225 Selatan tergolong cukup. Hal ini diindikasikan dengan perolehan nilai rata-rata sebesar 59,26. Untuk memperjelas data di atas, dijelaskan dalam histogram sebagai berikut : Gambar 4.2. Histogram Poligon Variabel Kemampuan Memahami Teks Eksposisi Bahasa Indonesia yang Menggunakan Non Modul Ajar Dari histogram dan polygon frekuensi di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan memahami teks eksposisi Bahasa Indonesia yang menggunakan modul ajar eksposisi memiliki sebaran yang normal. 3. Data Kemampuan Memahami Teks Eksposisi Bahasa Indonesia yang Memiliki Minat Baca Tinggi (B1) Data kemampuan memahami teks eksposisi bahasa Indonesia yang memiliki minat belajar tinggi, diperoleh dari nilai tes responden yang menjadi sampel penelitian sebanyak 50 peserta didik. Nilai yang di peroleh adalah skor terendah 50, skor


STATISTIKA LANJUTAN 226 tertinggi 89, skor rata-rata sebesar 70,32, median sebesar 73, modus sebesar 80 dan simpangan baku sebesar 12,237. Tabel 4.3. Deskripsi Data Penelitian Kemampuan Memahami Teks Eksposisi Bahasa Indonesia yang Memiliki Minat Baca Tinggi N Valid 50 Missing 0 Mean 70,32 Median 73,00 Mode 80 Std. Deviation 12,237 Minimum 50 Maximum 89 Bila dilihat dari hasil perhitungan di atas, maka bisa dikatakan bahwa kemampuan memahami teks eksposisi bahasa Indonesia yang memiliki minat baca tinggi di SMA Swasta Kota Jakarta Selatan tergolong cukup tinggi. Hal ini diindikasikan dengan perolehan nilai rata-rata sebesar 70,32. Untuk memperjelas data di atas, dijelaskan dalam histogram sebagai berikut :


STATISTIKA LANJUTAN 227 Gambar 4.3. Histogram Poligon Variabel Kemampuan Memahami Teks Eksposisi Bahasa Indonesia yang Memiliki Minat Baca Tinggi Dari histogram dan polygon frekuensi di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan memahami teks eksposisi bahasa Indonesia yang memiliki minat belajar tinggi memiliki sebaran yang normal. 4. Data Kemampuan Memahami Teks Eksposisi Bahasa Indonesia yang Memiliki Minat Baca Rendah (B2) Data kemampuan memahami teks eksposisi bahasa Indonesia yang memiliki minat baca rendah diperoleh dari nilai tes responden yang menjadi sampel penelitian sebanyak 50 peserta didik. Nilai yang di peroleh adalah skor terendah 43, skor tertinggi 88, skor ratarata sebesar 62,98; median sebesar 60,0, modus sebesar 50 dan simpangan baku sebesar 12,245. Tabel 4.4. Deskripsi Data Penelitian Kemampuan Memahami Teks Eksposisi Bahasa Indonesia yang Memiliki Minat Baca Rendah N Valid 50 Missing 0 Mean 62,98 Median 60,00 Mode 50 Std. Deviation 12,245 Minimum 43 Maximum 88


STATISTIKA LANJUTAN 228 Bila dilihat dari hasil perhitungan di atas, maka bisa dikatakan bahwa kemampuan memahami teks eksposisi bahasa Indonesia yang memiliki minat belajar rendah di SMA Swasta Jakarta Selatan tergolong rendah. Hal ini di indikasikan dengan perolehan nilai rata-rata sebesar 62,98. Untuk memperjelas data di atas, dijelaskan dalam histogram sebagai berikut. Gambar 4.4. Histogram Poligon Variabel Kemampuan Memahami Teks Eksposisi Bahasa Indonesia yang Memiliki Minat Baca Rendah Dari histogram dan polygon frekuensi di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan memahami teks eksposisi Bahasa Indonesia yang memiliki minat belajar rendah memiliki sebaran yang normal. 5. Data Rangkuman kelompok A1B1, A1B2, A1B1, dan A2B1 Rangkuman data hasil penelitian sesuai dengan rancangan penelitian seperti tertera dalam tabel di bawah ini:


STATISTIKA LANJUTAN 229 Tabel 4.5. Rangkuman Statistik Deskriptif Modul ajar Minat Baca Mean Std. Deviation N Modul Ajar Tinggi 81,60 3,676 20 Rendah 61,10 8,078 20 Total 71,35 12,088 40 Non Modul Ajar Tinggi 61,40 6,963 10 Total 61,40 6,963 10 Total Tinggi 74,87 10,849 30 Rendah 61,10 8,078 20 Total 69,36 11,890 50 Berdasarkan data di atas, diperoleh data bahwa untuk kemampuan memahami teks eksposisi bahasa Indonesia yang menggunakan modul ajar dan memiliki minat baca tinggi terdiri dari 20 peserta didik memiliki nilai rata-rata 81,6 dan standar deviasi 3,676. Untuk kemampuan memahami teks eksposisi bahasa Indonesia yang menggunakan modul ajar dan memiliki minat baca rendah terdiri dari 20 peserta didik memiliki nilai rata-rata 61,10 dan standar deviasi 8,078. Untuk kemampuan memahami teks eksposisi bahasa Indonesia yang menggunakan non modul ajar dan memiliki minat baca tinggi terdiri dari 10 peserta didik memiliki nilai rata-rata 61,40 dan standar deviasi 6,963.


STATISTIKA LANJUTAN 230 Tabel 4.6. Deskripsi Statistik menurut Rancangan Penelitian B Stat A Total A1 A2 B1 n 20 20 40 ̂ 81,60 61,10 s 3,676 8,078 B2 n 10 0 10 ̂ 61,40 0 s 6,963 0 Total n 30 20 50 74,87 61,10 s 10,849 8,078 D. Uji Persyaratan Analisis Data Sebelum diadakan pengujian hipotesis, terlebih dahulu dilakukan pengujian persyaratan analisis yang meliputi pengujian normalitas dan homogenitas. 1. Uji Normalitas Uji normalitas pada variable dependen dan atau variable covariate di perlukan. Terutama untuk menentukan apakah pendekatan analisis selanjutnya menggunakan statistk parametric atau nonparametric. Jika data mengikiuti suatu tes normalitas


STATISTIKA LANJUTAN 231 atau tes distribusi teori lainnya, maka dapat dilanjutkan analisisnya dengan statistk parametric. Tabel 4.7. Uji Normalitas Data A1, A2, B1, dan B2 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Kemampuan Memahami Teks Eksposisi Bahasa Indonesia N 50 Normal Parametersa,b Mean 69,36 Std. Deviation 11,890 Most Extreme Differences Absolute ,146 Positive ,104 Negative -,146 Test Statistk 1,146 Asymp. Sig. (2-tailed) ,109 Berdasarkan tabel tersebut menunjukkan bahwa nilai uji statistk Kolmogorov-Smimov Z = 1,146 dan nilai Sig. = 0,109 > 0,05. Hal ini memiliki arti bahwa semua data di atas berdistribusi normal. 2. Uji Homogenitas Selain uji normalitas, salah satu syarat yang diperlukan dalam menganalisis data dengan menggunakan ANOVA adalah uji homogenitas varian. Sedangkan tujuan uji homogenitas adalah untuk mengetahui apakah varians populasi menurut kelompok yang dirancang, bersifat


STATISTIKA LANJUTAN 232 homogen atau tidak. Pengujian homogenitas pada data modul ajar dilakukan dengan uji Levene’s pada taraf signifikansi 5%. Tabel 4.8. Uji Homogenitas Dari tabel di atas diperoleh data Fh = 4,163 dan Sig. = 0.022 < 0,05. Hal ini memiliki pengertian bahwa data berasal dari sampel yang tidak homogen, dengan demikian hipotesis nol ditolak. Ini berarti sampel berasal dari populasi yang memiliki varians yang tidak sama (heterogen). Hal ini berlaku dari pengujian normalitas dan homogenitas di atas dapat disimpulkan bahwa persyaratan yang harus dipenuhi Levene's Test of Equality of Error Variancesa Dependent Variable: Kemampuan Memahami Teks Eksposisi Bahasa Indonesia F df1 df2 Sig. 4,163 2 47 ,022 Tests the null hypothesis that the error variance of the dependent variable is equal across groups. a. Design: Intercept + A + B + A * B


STATISTIKA LANJUTAN 233 oleh data penelitian yang akan diolah dengan teknik ANOVA sudah terpenuhi. E. Uji Hipotesis Setelah dilakukan uji normalitas dan homogenitas, hasilnya menunjukkan bahwa sampel penelitian berasal dari populasi distribusi normal dan varians sampel homogeny, maka pengujian hipotesis dengan menggunakan ANOVA dapat dilakukan. Analisis terhadap data kemampuan memahami peserta didik dilakukan dengan menggunakan ANOVA dua arah yang pekerjaan rumahocess perhitungannya di bantu dengan pekerjaan rumahogram SPSS 22. Hasil uji ANOVA tersebut kemudian dilanjutkan dengan uji F untuk mengetahui signifikansi perbedaan diantara masing-masing kelompok secara signifikan (simple effect). Dengan kata lain, uji F digunakan dengan tujuan untuk melihat kelompok sampel mana yang lebih tinggi kemampuan memahami teks eksposisi bahasa Indonesia siswa ditinjau dari modul ajar dan minat baca. Ringkasan hasil analisis data dengan menggunakan ANOVA dapat dilihat pada tabel berikut:


STATISTIKA LANJUTAN 234 Tabel 4.9. Uji Hipotesis Penelitian Tests of Between-Subjects Effects Dependent Variable: Pemahaman Teks Eksposisi Bahasa Indonesia Source Type III Sum of Squares df Mean Square F Sig. Corrected Model 4994,520a 2 2497,260 60,720 ,000 Intercept 164103,938 1 164103,938 3990,111 ,000 A 2720,267 1 2720,267 66,142 ,000 B 4202,500 1 4202,500 102,182 ,000 A * B ,000 0 445.200 9.456 .026 Error 1933,000 47 41,128 Total 247468,000 50 Corrected Total 6927,520 49 a. R Squared = ,721 (Adjusted R Squared = ,709) Berdasarkan data di atas, maka hipotesis penelitian yang diajukan dapat terjawab. Adapun penjelasan mengenai tabel di atas adalah sebagai berikut: 1. Hipotesis pertama: terdapat pengaruh yang signifikan modul ajar terhadap kemampuan memahami teks eksposisi bahasa Indonesia SMA Swasta di Jakarta Selatan. Berdasarkan tabel 4.9 diperoleh hasil Anova dengan nilai Sig. = 0,000 < 0,05 dan Fh = 66,142 maka hipotesis nol (Ho) ditolak dan hipotesis riset (H1) diterima. Hal ini memiliki arti bahwa terdapat pengaruh yang signifikan modul ajar terhadap kemampuan memahami teks eksposisi siswa SMA swasta di Jakarta Selatan, atau dengan kata lain,


STATISTIKA LANJUTAN 235 terdapat perbedaan kemampuan memahami teks eksposisi bahasa Indonesia yang menggunakan modul ajar dengan yang non modul ajar. 2. Hipotesis kedua: terdapat pengaruh yang signifikan minat baca terhadap kemampuan memahami teks eksposisi bahasa Indonesia SMA Swasta di Jakarta Selatan. Berdasarkan tabel 4.9 diperoleh hasil Anova dengan nilai Sig. = 0.000 < 0.05 dan Fh = 102,182, maka hipotesis nol (Ho) ditolak dan hipotesis riset (H1) diterima. Hal ini memiliki arti bahwa terdapat pengaruh yang signifikan minat baca terhadap kemampuan memahami teks eksposisi siswa SMA swasta di Jakarta Selatan, atau dengan kata lain, terdapat perbedaan yang minat baca tinggi dengan yang minat baca rendah. 3. Hipotesis ketiga: terdapat pengaruh interaksi yang signifikan modul ajar dan minat baca terhadap kemampuan memahami teks eksposisi siswa SMA swasta di Jakarta Selatan. Berdasarkan tabel 4.9 diperoleh hasil Anova dengan nilai Sig. = 0,026 < 0,05 dan Fh = 9,456, maka hipotesis nol (Ho) ditolak dan hipotesis riset (H1) diterima. Hal ini memiliki arti bahwa terdapat pengaruh interaksi yang signifikan modul ajar dan minat baca terhadap kemampuan


STATISTIKA LANJUTAN 236 memahami teks eksposisi bahasa Indonesia SMA Swasta di Kota Jakarta Selatan. Sementara itu, nilai Adjusted R. Squared sebesar 0,721 memiliki arti bahwa modul ajar dan kemampuan memahami teks eksposisi bahasa Indonesia memberikan pengaruh sebesar 72,1% terhadap peningkatan kemampuan memahami teks Eksposisi Bahasa Indonesia SMA Swasta di Kota Jakarta Selatan. F. Uji Lanjut Untuk mengetahui sejauh mana interaksi modul ajar dan minat baca terhadap kemampuan memahami teks eksposisi bahasa Indonesia, maka dilakukan uji lanjutan. Adapun uji lanjutan yang dipakai adalah uji Tukey. Tabel 4.10. Tabel Uji Lanjut


STATISTIKA LANJUTAN 237 Berdasarkan uji lanjut di atas, dapat disimpulkan sebagai berikut: 1) Pada kelompok A1B1 dan A1B2 terlihat bahwa Mean Difference sebesar 20,40 artinya selisih antara rata-rata kelompok A1B1 dan A1B2 sebesar 20,40. Nilai ini cukup besar dan dapat dibuktikan dengan nilai signifikansi 0,000 < 0,05, atau dapat diartikan bahwa khusus untuk kelompok A1, terdapat perbedaan yang signifikan kemampuan memahami teks eksposisi bahasa Indonesia antara kelompok B1 dan B2. 2) Pada kelompok A1B1 dan A2B1 terlihat bahwa Mean Difference sebesar 15,30, artinya selisih antara rata-rata kelompok A1B1 dan A2B1 sebesar 15,30. Nilai ini cukup besar dan dapat dibuktikan dengan nilai signifikansi 0.000 < 0,05, atau dapat diartikan bahwa khusus untuk kelompok B1, terdapat perbedaan yang signifikan kemampuan memahami teks eksposisi bahasa Indonesia antara kelompok A1 dan A2. 3) Pada kelompok A1B2 dan A2B2 terlihat bahwa Mean Difference sebesar 6,10; artinya selisih antara rata-rata kelompok A1B2 dan A2B2 sebesar 6,10. Nilai ini cukup kecil dan dapat dibuktikan dengan nilai signifikansi 0.040


STATISTIKA LANJUTAN 238 < 0.05; atau dapat diartikan bahwa khusus untuk kelompok B2, terdapat perbedaan yang signfikan kemampuan memahami teks eksposisi bahasa Indonesia antara kelompok A1 dan A2. Pada kelompok A2B1 dan A2B2 terlihat bahwa Mean Difference sebesar 11,20, artinya selisih antara rata-rata kelompok A2B1 dan A2B2 sebesar 11,20. Nilai ini cukup besar dan dapat dibuktikan dengan nilai signifikansi 0,000 < 0.05; atau dapat diartikan bahwa khusus untuk kelompok A2, terdapat perbedaan yang signifikan kemampuan memahami teks eksposisi bahasa Indonesia antara kelompok B1 dan B2. G. Pembahasan 1. Terdapat pengaruh yang signifikan modul ajar terhadap kemampuan memahami teks eksposisi bahasa Indonesia siswa SMA Swasta di Kota Jakarta Selatan. Berdasarkan hasil penelitian dinyatakan bahwa penggunaan modul ajar memiliki pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan kemampuan memahami teks eksposisi bahasa Indonesia siswa SMA Swasta di Kota Jakarta Selatan. Dengan kalimat lain, terdapat perbedaan kemampuan memahami teks eksposisi bahasa Indonesia siswa yang menggunakan modul ajar dengan yang menggunakan non modul ajar. Hal ini bisa dilihat dari nilai rata-rata kemampuan memahami teks eksposisi


STATISTIKA LANJUTAN 239 bahasa Indonesia siswa yang menggunakan modul ajar sebesar 71,3 sementara nilai rata-rata kemampuan memahami teks eksposisi bahasa Indonesia siswa yang menggunakan non modul ajar sebesar 60,6. Menurut Muhibbin Syah (2001:132) faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu 1) faktor internal /faktor dalam diri siswa) yakni keadaan atau kondisi jasmani dan rohani, 2) faktor eksternal (faktor dari luar siswa) yakni kondisi lingkungan di sekitar siswa, dan 3) faktor pendekatan belajar (aproach to learning), yakni jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan model yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pelajaran. Menurut Trianto (2010 : 53) fungsi modul ajar adalah sebagai pedoman bagi perancang pengajar dan para guru dalam melaksanakan pembelajaran. Untuk memilih model ini sangat dipengaruhi oleh tujuan yang akan dicapai dalam pembelajaran serta tingkat kemampuan peserta didik. Pada akhirnya setiap modul ajar memerlukan sistem pengelolaan dan lingkungan belajar yang berbeda. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan kemampuan memahami teks eksposisi bahasa Indonesia akan meningkat bila siswa dalam proses pembelajaran menggunakan modul ajar. Penggunaan modul ajar dapat meningkatkan kemampuan memahami teks eksposisi bahasa Indonesia karena modul ajar ini


STATISTIKA LANJUTAN 240 menyajikan materi penunjang, teks eksposisi, soal serta pembahasannya sehingga siswa meningkatkan kemampuan pemahaman siswa. Siswa terbiasa membaca teks dan memetakan jenis pertanyaan literal, interpretatif, dan inferensial sehingga daya kritis mereka terhadap teks dapat meningkat. Teks yang diberikan dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan memahami yang mencakup pemahaman materi, kemampuan membaca, kemampuan mengetahui pertanyaan dan mampu menjawab soal dengan tepat. Modul ajar menjadi sebuah model pembelajaran yang tepat. Jenis pertanyaan serta latihan tes disertai dengan pembahasannya yang telah diuraikan sebelumnya mampu merangsang peserta didik untuk belajar mandiri dan membentuk siswa memiliki keterampilan berpikir kritis, mengetahui dan memecahkan masalah, mengetahui jenis-jenis pertanyaan yang menjadi indikator siswa untuk memahami teks eksposisi lebih dalam. Dengan demikian, kemampuan memahami teks eksposisi Bahasa Indonesia akan meningkat, karena pelajaran bahasa Indonesia merupakan integrasi kemampuan berbahasa yang dalam penerapannya siswa harus bisa memecahkan masalah atau menemukan solusi dari setiap kegiatan pembelajaran bahasa Indonesia melalui kehidupan nyata di masyarakat sekitar. 2. Terdapat pengaruh yang signifikan minat baca terhadap kemampuan memahami teks eksposisi bahasa Indonesia siswa SMA Swasta di Kota Jakarta Selatan.


STATISTIKA LANJUTAN 241 Berdasarkan hasil penelitian, minat baca memiliki pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan kemampuan memahami teks eksposisi bahasa Indonesia siswa SMA Swasta di Jakarta Selatan. Dengan kata lain, kemampuan memahami teks eksposisi bahasa Indonesia siswa yang memiliki minat baca tinggi, lebih tinggi daripada kemampuan memahami teks eksposisi bahasa Indonesia siswa yang memiliki minat baca rendah. Hal ini bisa dilihat dari nilai rata-rata kemampuan memahami teks eksposisi bahasa Indonesia siswa yang memiliki minat baca tinggi sebesar 73,85, sementara nilai rata-rata kemampuan memahami teks eksposisi bahasa Indonesia siswa yang memiliki minat baca rendah sebesar 58,05. Berdasarkan hasil penilitian ini menunjukkan siswa yang memiliki minat baca yang tinggi menimbulkan dorongan yang kuat dari dalam diri untuk berkompetensi, sehingga siswa lebih percaya diri dalam kegiatan pembelajaran, belajar lebih menyenangkan karena tidak ada unsur paksaan, kesadaan belajar lebih besar dan merasa lebih bertanggung jawab. Kemampuan memahami adalah seluruh efisiensi dan hasil yang dicapai melalui proses belajar mengajar di sekolah yang dinyatakan dengan angka-angka atau nilai-nilai berdasarkan soal-soal dari tes. Kemapuan memahami dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik faktor dari dalam diri siswa (faktor internal) maupun faktor dari luar (faktor eksternal). Adapun faktor internal adalah faktor fisiologis dan faktor psikologis (misalnya


STATISTIKA LANJUTAN 242 kecerdasan, minat baca, dan kemampuan kognitif), sedangkan yang termasuk faktor eksternal adalah faktor lingkungan dan faktor instrumental (misalnya guru, kurikulum, bimbingan atau pola asuh siswa tua dan modul ajar). Oleh karena itu keberhasilan belajar siswa dalam mengikuti kegiatan belajar sangat dipengaruhi oleh minat baca siswa. Siswa yang memiliki minat baca tinggi tentu hasil belajarnya pun akan meningkat sementara siswa yang memiliki minat baca rendah dalam kegiatan belajar sudah tentu minat bacanya pun akan menurun. Dari hal ini dapatlah disimpulkan bahwa kemampuan memahami siswa salah satunya dipengaruhi oleh minat baca siswa. 3. Terdapat pengaruh interaksi yang signifikan modul ajar dan minat baca terhadap kemampuan memahami teks eksposisi bahasa Indonesia siswa SMA Swasta di Jakarta Selatan. Dari hasil penelitian dapat dinyatakan bahwa modul ajar dan minat baca memberikan pengaruh interaksi yang signifikan terhadap peningkatan kemampuan memahami teks eksposisi siswa SMA Swasta di Jakarta Selatan. Modul ajar merupakan suatu pola atau patokan dalam menyusun kegiatan belajar siswa di sekolah. Sudah seharusnya guru mempersiapkan rencana belajar dan modul ajar yang digunakan serta instrument yang sesuai dengan perencanaan. Selain itu minat baca merupakan salah satu faktor penentu


STATISTIKA LANJUTAN 243 keberhasilan belajar siswa di sekolah. Tentu saja persiapan metode pembelajaran yang matang akan menumbuhkan minat baca anak yang akan berdampak positif pada hasil belajar siswa. Oleh karena itu keberhasilan belajar siswa dalam mengikuti kegiatan belajar sangat dipengaruhi oleh modul ajar yang diterapkan dan minat baca siswa. Modul ajar yang menarik, disertai oleh ilustrasi gambar, pertanyaan renungan dan sesuai dengan materi pembelajaran dapat meningkatkan minat baca siswa. Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa kemampuan memahami teks eksposisi bahasa Indonesia dipengaruhi oleh modul ajar dan minat baca siswa.


STATISTIKA LANJUTAN 244 DAFTAR PUSTAKA Abdurahman, M. (2003). Pendidikan bagi anak berkesulitan belajar. Jakarta: Rineka Cipta. Antonius, (2015), Buku pedoman guru. Bandung: Yrama Widya. Nurgiyantoro, Burhan, (2009), statistk terapan untuk penelitian ilmu-ilmu sosial. Yogyakarta: Gadjah Mada Press. Sugiyono, (2010) Statistika untuk penelitian. Bandung: Tarsito. Sujana, (2005), Metoda statistika. Bandung: Alfabeta. Universitas Indraprasta, (2015), Panduan penulisan skripsi tugas akhir dan tesis. Jakarta : Unindra Press. Ahmad, (1996). Membaca 2. Jakarta: Rineka Cipta. Akhadiah, Sabarti dkk. (2007). Pembinaan kemampuan menulis bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga. Carell, P.L. (1988). Interactive approaches to second language reading. Cambridge: University Press. Dimyati, Mudjiono. (2006). Belajar dan pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Hambali, Nusyam. (2002). Membaca teks. Jakarta: Rosda. Handiyani, Seni dkk. (2013). Bahasa Indonesia 1 untuk kelas X SMA kelompok wajib. Jakarta: Grafindo Media Pratama.


STATISTIKA LANJUTAN 245 Hidayat, K. (1990). Perencanaan Pengajaran. Bandung: Bina Cipta. Huda, Miftahul. (2015). Model-model pengajaran dan pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Keraf, Gorys. (2009). Eksposisi komposisi lanjutan II. Jakarta: Grasindo. Kurniasih, Imas dkk. (2014). Panduan membuat bahan ajar buku teks pelajaran sesuai dengan kurikulum 2013. Surabaya: Kata Pena. Maryanto, dkk. (2014). Bahasa Indonesia ekspresi diri dan akademik. Jakarta: Pusat Kurikulum dan Pembukuan, Balitbang Kemdikbud. Masyhuri, MP., dan M. Zainuddin. (2009). Metode penelitian, pendekatan praktis dan aplikatif . Bandung: PT Refika Aditama. Muhibbin, Syah. 2013. Psikologi belajar. Jakarta: Rosdakarya. Mulyadi, Yadi dkk. 2016. Intisari tata bahasa indonesia untuk SMP dan SMA. Jakarta: Yrama Widya. Priyatni, Endah Tri dkk. (2017). Membaca dan literasi kritis. Tangerang: Tira Smart. Rahim, Farida. (2008). Pengajaran membaca di sekolah dasar. Jakarta: Bumi Aksara. Sardirman. (2012). Interaksi dan motivasi belajar mengajar. Jakarta: Rajawali Press.


Click to View FlipBook Version