STATISTIKA LANJUTAN 146 6) Hitunglah derajat bebas antar group dengan rumus : = 7) Hitunglah kudrat rerata antar group ( ) dengan rumus : = 8) Hitunglah jumlah kuadrat dalam antar group ( ) dengan rumus : 9) Hitunglah derajat bebas dalam group dengan rumus: 10) Hitunglah kuadrat rerata dalam antar group ( ) dengan rumus: = 11)Carilah dengan rumus: 12)Tentukan taraf signifikansinya, misalnya α = 0,05 atau α = 0,01 13)Cari dengan rumus: 14) Buat Tabel Ringkasan Anova
STATISTIKA LANJUTAN 147 TABEL RINGKASSAN ANOVA SATU ARAH Sumber Varian (SV) Jumlah Kuadrat (JK) Derajat bebas (db) Kuadrat Rerata (KR) Taraf Signifikan ( ) Antar group (A) ∑ Dalam group (D) - - Total - - - 15) Tentukan kriteria pengujian : jika ≥ , maka tolak berarti signifan dan konsultasikan antara dengan kemudian bandingkan 16) Buat kesimpulan. b. Contoh Soal dan Pembahasan 1. Seorang ingin mengetahui perbedaan prestasi belajar untuk mata kuliah dasar-dasar statistika
STATISTIKA LANJUTAN 148 antara mahassiswa tugas belajar, izin belajarn dan umum. Data diambil dari nilai UTS sebagai berikut : Tugas belajar ( ) = 6 8 5 7 7 6 6 8 7 6 7 = 11 Izin belajar ( ) = 5 6 6 7 5 5 5 6 5 6 8 7 = 12 Umum ( ) = 6 9 8 7 8 9 6 6 9 8 6 8 = 12 Buktikan apakah ada perbedaan atau tidak? c. Langkah-langkah menjawab : 1. Diasumsikan bahwa data dipilih secara random, berdistribusi normal, dan variannya homogen. 2. Hipotesis ( dan ) dalam bentuk kalimat. = Terdapat perbedaan yang signifikan antara mahasiswa tugas belajar, izin belajar dan umum. = Tidak ada perbedaan yang signifikan antara mahasiswa tugas belajar, izin belajar dan umum. 3. Hipotesis ( dan ) dalam bentuk statistk : ≠ = : ≠ = 4. Daftar statistik induk NILAI UTS
STATISTIKA LANJUTAN 149 NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 6 8 5 7 7 6 6 8 7 6 7 - 5 6 6 7 5 5 5 6 5 6 8 7 6 9 8 7 8 9 6 6 9 8 6 8 5. Menghitung jumlah kuadrat antar group ( ) dengan rumus : = ∑ + ) STATISTIK TOTAL(T) 11 12 12 N=35 ∑ 73 71 90 234 ∑ 943 431 692 1616 6,64 5,92 7,5 6,69 484,45 420,08 675 1564,46 Varians ( 0,85 0,99 1,55 1,33
STATISTIKA LANJUTAN 150 6. Hitunglah derajat bebas antar group dengan rumus : = A − 1 = 3 – 1 = 2 A = jumlah group A 7. Hitunglah kudrat rerata antar group ( ) dengan rumus : = 8. Hitunglah jumlah kuadrat dalam antar group ( ) dengan rumus : + 9. Hitunglah derajat bebas dalam group dengan rumus : 10. Hitunglah kuadrat rerata dalam antar group ( ) dengan rumus : = 11. Carilah dengan rumus : 12. Tentukan taraf signifikansinya, misalnya α = 0,05
STATISTIKA LANJUTAN 151 13. Cari dengan rumus : Cara mencari : Nilai dan arti angka 0,95 = Taraf kepercayaan 95% atau taraf signifikan 5%. Angka 2 = pembilang atau hasil dari Angka 32 = penyebut atau hasil dari Apabila angka 2 dicari ke kanan dan angka 32 ke bawah maka akan bertemu dengan nilai . Untuk taraf signifikansi 5% dipilih pada bagian atas dan 1% dipilih pada bagian bawah. 14. Buat Tabel Ringkasan Anova
STATISTIKA LANJUTAN 152 Tabel Ringkasan anova satu jalur Sumber Varian (SV) Jumlah Kuadrat (JK) Derajat bebas (db) Kuadrat Rerata (KR) Taraf Signifikan ( ) Antar group (A) 15,07 Dalam group (D) - - Total - - - 15. Tentukan kriteria pengujian : jika ≥ maka tolak berarti signifan. Setelah konsultasikan dengan tabel F kemudian bandingkan antara dengan ,ternyata : > atau 6,61 > 3,30 maka tolak berarti signifan. 16. Kesimpulan ditolak dan diterima. Jadi, terdapat perbedaan yang signifikan antara mahasiswa tugas belajar, izin belajar dan umum. 2. Sebuah penelitian dilakukan untuk mengetahui apakah ada pengaruh perbedaan metode belajar
STATISTIKA LANJUTAN 153 pada tingkat prestasi siswa. Ada tiga metode belajar yang akan diuji. Diambil sampel masingmasing 5 guru untuk mengerjakan pekerjaannya, lalu dicata waktu yang digunakan (menit) sebagai berikut: Metode 1 (menit) Metode 2 (menit) Metode 3 (menit) 21 17 31 27 25 28 29 20 22 23 15 30 25 23 24 Ujilah dengan α = 0,05 apakah ada pengaruh perbedaan metode belajar pada waktu yang digunakan? Penyelesaian : Metode 1 (menit) Metode 2 (menit) Metode 3 (menit) 21 17 31 27 25 28 29 20 22 23 15 30 25 23 24 T1 = 125 T2 = 100 T3 = 135 Dari tabel di atas bisa dihitung Total keseluruhan nilai = 360 JKK =
STATISTIKA LANJUTAN 154 JKT = JKS = 298 – 130 = 168 Tabel ANOVA Sumber Derajat Jumlah Varian Fhitung Ftabel Keragaman Bebas Kuadrat (Ragam) AntarKolom 2 130 F(2, 12) = 3,89 Sisaan 12 168 14 298 Pengujian Hipotesis : Tidak semuanya sama Statistik Uji = Fhitung = 4,64 Karena Fhitung > Ftabel maka tolak Ho Kesimpulan: Ada pengaruh perbedaan metode kerja pada waktu yang digunakan. 4. Contoh Penelitian Bahasa yang menggunakan Analisis Varians Satu Jalur Judul Penelitian: Pengaruh Metode Pembelajaran Terhadap Penguasaan Keterampilan Berbicara Bahasa Inggris pada Siswa SMA.
STATISTIKA LANJUTAN 155 Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh metode pembelajaran terhadap penguasaan keterampilan berbicara Bahasa Inggris pada siswa SMA. Metode : 1. Sampel: Penelitian ini melibatkan 100 siswa SMA dari tiga sekolah berbeda. Setiap sekolah diberikan satu metode pembelajaran yang berbeda. • Kelompok A (n = 33): Metode Pembelajaran Berbasis Proyek. • Kelompok B (n = 34): Metode Pembelajaran Berbasis Diskusi Kelompok • Kelompok C (n = 33): Metode Pembelajaran Konvensional (ceramah dan tugas individu) 2. Pengumpulan Data: Data diperoleh melalui tes lisan yang dirancang khusus untuk menilai keterampilan berbicara Bahasa Inggris. Tes ini mencakup berbagai aspek seperti kejelasan, keterampilan berargumen, penggunaan kosakata, dan pengucapan yang baik. 3. Prosedur: Setiap kelompok diberikan metode pembelajaran yang sesuai selama periode tertentu (misalnya 6 minggu) sebelum dilakukan pengujian. Setelah periode pembelajaran, dilakukan tes lisan kepada
STATISTIKA LANJUTAN 156 setiap siswa untuk menilai kemampuan berbicara Bahasa Inggris mereka. 4. Analisis Data: Data yang dikumpulkan akan dianalisis menggunakan analisis varian (ANOVA) satu jalur. Nilainilai tes lisan siswa dari ketiga kelompok akan dibandingkan untuk menentukan apakah terdapat perbedaan signifikan dalam penguasaan keterampilan berbicara Bahasa Inggris antara metode pembelajaran yang berbeda. Hasil yang Diharapkan: Penelitian ini diharapkan dapat mengungkap pengaruh metode pembelajaran terhadap penguasaan keterampilan berbicara Bahasa Inggris pada siswa SMA. Jika terdapat perbedaan signifikan antara kelompok, maka dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran memiliki pengaruh yang signifikan terhadap penguasaan keterampilan berbicara Bahasa Inggris. ANOVA satu jalur, juga dikenal sebagai one-way ANOVA, adalah metode statistik yang digunakan untuk membandingkan rata-rata dari tiga atau lebih kelompok yang berbeda. Tujuan dari analisis ini adalah untuk menentukan apakah ada perbedaan signifikan antara setidaknya dua kelompok tersebut. ANOVA satu jalur
STATISTIKA LANJUTAN 157 dapat digunakan untuk menguji perbedaan dalam kelompok-kelompok seperti perbedaan hasil tes di antara beberapa kelompok perlakuan atau perbedaan rata-rata gaji di antara beberapa departemen dalam sebuah perusahaan. 1. Penelitian mengenai pengaruh jenis kelamin terhadap penguasaan kosakata bahasa asing: Penelitian ini melibatkan partisipan laki-laki dan perempuan yang sedang mempelajari bahasa asing. Dalam penelitian ini, para peserta akan mengikuti tes penguasaan kosakata bahasa asing setelah sejumlah waktu belajar tertentu. Data yang dikumpulkan akan dianalisis menggunakan Anova satu jalur untuk melihat apakah ada perbedaan yang signifikan antara penguasaan kosakata bahasa asing antara kelompok laki-laki dan perempuan 2. Penelitian tentang pengaruh faktor sosial-ekonomi terhadap preferensi bahasa dalam komunikasi sehari-hari: Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi apakah faktor sosial-ekonomi seperti tingkat pendapatan, pendidikan, dan pekerjaan mempengaruhi preferensi bahasa seseorang dalam komunikasi sehari-hari. Data akan dikumpulkan melalui survei yang mencakup pertanyaan tentang bahasa yang digunakan dalam berbagai konteks
STATISTIKA LANJUTAN 158 sosial. Data tersebut akan dianalisis menggunakan Anova satu jalur untuk mengidentifikasi apakah terdapat perbedaan yang signifikan dalam preferensi bahasa antara kelompok dengan faktor sosial-ekonomi yang berbeda. 3. Penelitian tentang pengaruh tingkat pendidikan terhadap kemampuan menulis bahasa Indonesia: Penelitian ini melibatkan peserta dari berbagai tingkat pendidikan, misalnya siswa SMA, mahasiswa, dan orang dewasa yang telah bekerja. Peserta akan diberikan tugas menulis teks bahasa Indonesia dan kualitas tulisan mereka akan dievaluasi menggunakan rubrik penilaian yang telah ditentukan. Hasil penilaian akan dianalisis dengan Anova satu jalur untuk menentukan apakah terdapat perbedaan yang signifikan dalam kemampuan menulis bahasa Indonesia antara kelompok dengan tingkat pendidikan yang berbeda. 5. Pengolahan Data dengan Software Dalam pengujian data ANOVA 1 arah dengan menggunakan software diperlukan software penunjang, yaitu program SPSS. Dalam pengujian kasus ANOVA 1 arah dengan menggunakan program SPSS, penyelesaian untuk pemecahan suatu masalah adalah sebagai berikut : 1. Memasukan data yang telah tersedia kedalam input
STATISTIKA LANJUTAN 159 data seperti gambar berikut. (terlebih dahulu isi bagian Variabel View seperti yang telah diajarkan pada penugasan sebelumnya) : 2. Melakukan setting analisis data sebagai berikut : a. Pilih analyze pada menu file yang ada, pilih compare mean One Way Anova
STATISTIKA LANJUTAN 160 b. Setelah itu maka akan tampil gambar sebagai berikut:
STATISTIKA LANJUTAN 161 c. Pada Posisi Dependent List masukkan variabel yang menjadi variabel terikat. Dari data yang ada maka variabel terikatnya adalah variabel tingkat penjualan, maka pilih tingkat penjualan. d. Pada Posisi faktor pilih variabel yang menjadi faktor penyebab terjadinya perubahan pada variabel terikat. Dalam hal ini adalah variabel kemasan. Sehingga akan berubah menjadi seperti ini : e. Klik tombol options dan klik pilihan yang diinginkan seprti berikut :
STATISTIKA LANJUTAN 162 f. Untuk melihat keseragaman pada perhitungan statistik, maka dipilih Descriptive dan Homogeneity-of-variance. Untuk itu klik mouse pada pilihan tersebut. Missing Value adalah data yang hilang, karena data yang dianalisis tidak ada yang hilang, maka abaikan saja pilihanini kemudian klik continue. g. Klik post hoc dan pilih jenis post hoc yang diinginkan. h. Satu Klik Tukey dan Bonferroni perhatikan significance level yang digunakan. Pada gambardiatastertuliskan 0,05. Hal itu dikarenakan α sebesar 5%. Kemudian klik Continue jika pengisian dianggap selesai. Beberapa saat kemudian akan keluar tampilan output SPSS sebagai berikut : Descriptive
STATISTIKA LANJUTAN 163 Tingkat Penjualan N Mea n Std. Deviati on St d. Err or 95% Confidence Interval for Mean Minimu m Maximu Lo m wer Bou nd Up per Bou nd Kemasan A 10 51.00 5.164 1.633 47.31 54.69 45 55 Kemasan B 10 66.00 5.676 1.795 61.94 70.06 55 75 Kemasan C 10 37.00 7.528 2.380 31.61 42.39 20 45 Total 30 51.33 13.451 2.456 46.31 56.36 20 75 Test of Homogeneity of Variances Tingkat Penjualan Levene Statistk df1 df2 Sig. .584 2 27 .565 Tingkat Penjualan Sum of Squares Df Mean Square F Sig. Between Groups 4206.667 2 2103.333 54.606 .000 Within Groups 1040.000 27 38.519 Total 5246.667 29
STATISTIKA LANJUTAN 164 Post Hoc Multiple Comparisons Dependent Variabel:Tingkat Penjualan Mean Diffe rence (I-J) Std. Error Sig. 95% Confidence Interval (I) Bentuk Kemasan (J) Bentuk Kemasan Lower Bound Upper Bound Tukey HSD Kemasan A Kemasan B -15.000* 2.776 .000 -21.88 -8.12 Kemasan C 14.000* 2.776 .000 7.12 20.88 Kemasan B Kemasan A 15.000* 2.776 .000 8.12 21.88 Kemasan C 29.000* 2.776 .000 22.12 35.88 Kemasan C Kemasan A -14.000* 2.776 .000 -20.88 -7.12 Kemasan B -29.000* 2.776 .000 -35.88 -22.12 Bonferr oni Kemasan A Kemasan B -15.000* 2.776 .000 -22.08 -7.92 Kemasan C 14.000* 2.776 .000 6.92 21.08 Kemasan B Kemasan A 15.000* 2.776 .000 7.92 22.08 Kemasan C 29.000* 2.776 .000 21.92 36.08 Kemasan C Kemasan A -14.000* 2.776 .000 -21.08 -6.92 Kemasan B -29.000* 2.776 .000 -36.08 -21.92 *. The mean difference is significant at the 0.05 level. 3. Analisis Output : a. Output Descriptives Output Descriptives memuat hasil-hasil data statistk deskriptif seperti mean , standar deviasi, angka terendah dan tertinggi serta standar error. Pada bagian ini terlihat ringkasan statistik dari ketiga sampel. b. Output Test of Homogenity of Variances
STATISTIKA LANJUTAN 165 Tes ini bertujuan untuk menguji berlaku tidaknya asumsi untuk Anova, yaitu apakahkelima sampel mempunyai varians yang sama. Untuk mengetahui apakah asumsi bahwaketiga kelompok sampel yang ada mempunyai varian yang sama (homogen) dapat diterima. Untuk itu sebelumnya perlu dipersiapkan hipotesis tentang hal tersebut. Adapun hipotesisnya adalah sebagai berikut : H0 = Ketiga variansi populasi adalah sama H1 = Ketiga variansi populasi adalah tidak samadengan pengambilan keputusan: a. Jika signifikan > 0.05 maka H0 diterima b. Jika signifikan < 0,05 maka H0 ditolak Berdasarkan pada hasil yang diperoleh pada test of homogeneity of variances, dimanadihasilkan bahwa probabilitas atau signifikaninya adalah 0,565 yang berarti lebih besar dari 0.05 maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis nol (Ho) diterima, yang berarti asumsi bahwaketiga varian populasi adalah sama (homogeny) dapat diterima. 4. Output Anova
STATISTIKA LANJUTAN 166 Setelah kelima varians terbukti sama, baru dilakukan uji Anova untuk menguji apakah kelima sampel mempunyai rata-rata yang sama. Outpun Anova adalah akhir dari perhitungan yang digunakan sebagai penentuan analisis terhadap hipotesis yang akan diterima atau ditolak. Dalam hal ini hipotesis yang akan diuji adalah : H0 = Tidak ada perbedaan rata-rata hasil penjualan dengan menggunakan jenis kemasan yang berbeda. (Sama) H1 = Ada perbedaan rata-rata hasil penjualan dengan menggunakan jenis kemasan yangberbeda. (Tidak Sama) Untuk menentukan Ho atau Ha yang diterima maka ketentuan yang harus diikuti adalah sebagai berikut : a. Jika Fhitung> Ftabel maka H0 ditolak b. Jika Fhitung< Ftabel maka H0 diterima c. Jika signifikan atau probabilitas > 0.05, maka H0 diterima d. Jika signifikan atau probabilitas < 0,05, maka H0 ditolak
STATISTIKA LANJUTAN 167 Berdasarkan pada hasil yang diperoleh pada uji ANOVA, dimana dilihat bahwa F hitung = 7,669> F tabel = 2,87, yang berarti Ho ditolak dan menerima Ha. Sedangkan untuk nilai probabilitas dapat dilihat bahwa nilai probabilitas adalah 0,000 < 0,05. Dengan demikian hipotesis nol (Ho) ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa ada perbedaan rata-rata hasil penjualan dengan menggunakan jenis kemasan yang berbeda. Bentuk kemasan A, B dan C mempunyai pengaruh terhadap hasil penjualan. 5. Output Tes Pos Hoc Post Hoc dilakukan untuk mengetahui kelompok mana yang berbeda dan yang tidakberbeda. Hal ini dapat dilakukan bila F hitungnya menunjukan ada perbedaan. Kalau F hitung menunjukan tidak ada perbedaan, analisis sesudah anova tidak perlu dilakukan. Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa perbedaan mean kemasan A dan kemasan B adalah - 15 ( kemasan A lebih kecil sebanyak 15 poin dibanding kemasan 2 ). Angka tersebut berasal dari mean kemasan A adalah 51
STATISTIKA LANJUTAN 168 dan kemasan B adalah 66 sehingga didapatkan -15 ( lihat output descriptive statistks ). Perbedaan mean kemasan A dan kemasan C adalah 14 (kemasan A lebih besar 14 dari kemasan C ). Angka tersebut berasal dari mean kemasan A adalah 51 dan kemasan C adalah 37 sehingga didapatkan 14. Untuk selanjutnya dapat dilihat gambar diatas untuk perbandingan kemasan Seterusnya. Catatan :Hasil uji signifikansi dengan mudah bisa dilihat pada output dengan ada atau tidak adanya tanda “*” pada kolom “MeanDifference”. Jika tanda * ada di angka meandifference maka perbedaan tersebut nyata atau signifikan. Jika tidak ada tanda *, maka perbedaan tidak signifikan. Interpretasi : a. Bentuk kemasan yang paling baik untuk meningkatkan penjualan adalah kemasan B. Hal ini dapat dilihat dari jumlah rata-rata tertinggi pada kelompok XB. Sedangkan bentuk kemasan yang kurang baik dalam meningkatkan penjualan adalah kemasan C. b. Ada perbedaan tingkat penjualan pada masing-
STATISTIKA LANJUTAN 169 masing bentuk kemasan, yaitu kemasan A kemasan B dan kemasan C. c. Ada pengaruh yang signifikan antara bentuk kemasan A, B dan kemasan C terhadaptingkat penjualan. F. Kesimpulan Anava atau Anova adalah anonim dari analisis varian terjemahan dari analysis of variance, sehingga banyak orang yang menyebutnya dengan anova. Anova merupakan bagian dari metoda analisis statistika yang tergolong analisis komparatif (perbandingan) lebih dari dua rata-rata. Uji anova satu arah adalah untuk membandingkan lebih dari dua rata-rata. Sedangkan gunanya untuk menguji kemampuan generalisasi. Maksudnya dari signifikansi hasil penelitian (anava satu jalur). Jika terbukti berbeda berarti kedua sampel tersebut dapat digeneralisasikan, artinya data sampel dianggap dapat mewakili populasi. Anova pengembangan atau penjabaran lebih lanjut dari uji-t ( ) .Uji-t atau uji-z hanya dapat melihat perbandingan dua kelompok data saja. Sedangkan anova satu jalur lebih dari dua kelompok data. Contoh: Perbedaan prestasi
STATISTIKA LANJUTAN 170 belajar statistika antara mahasiswa tugas belajar ( ), izin belajar ( ) dan umum ( ).
STATISTIKA LANJUTAN 171 Daftar Pustaka Agistiawati, E., & Asbari, M. (2020). Pengaruh Persepsi Siswa atas Lingkungan Belajar dan Penguasaan Kosa Kata Terhadap Kemampuan Berbicara Bahasa Inggris Siswa Sekolah Menengah Atas Swasta Balaraja. EduPsyCouns: Journal of Education, Psychology and Counseling, 2(1), 513-523. Furqon. (2009). Statistika Terapan untuk Penelitian. Bandung. Alfabeta. Kadir. (2016). Statistika Terapan. Jakarta: Rajawali Pres. Kausar, A. (2019). Dampak perusahaan perkebunan kelapa sawit PT. Anugerah Langkat Makmur terhadap sosial ekonomi masyarakat Desa Singkuang (Doctoral dissertation, Universitas Islam Negeri Sumatera Utara) Riduwan. (2008). Dasar-dasar Statistika. Bandung: Alfabeta Sudjana. (2016). Metoda Statistika. Bandung: Tarsito Sugiyono. (2015). Metode Penelitian Kombinasi. (Mix Methods). Bandung. Alfabeta. Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta. Solihat, E. (2021). Pengaruh Motivasi Belajar dan Penguasaan Kosakata terhadap Kemampuan Menulis Naratif Bahasa Inggris. Jurnal Ilmu Pendidikan (JIP) STKIP Kusuma Negara, 12(2), 119-131.
STATISTIKA LANJUTAN 172 Sarpika, E., Hambali, H., & Arief, T. (2017). Pengaruh Pembelajaran Konstruktivisme terhadap Kemampuan Menulis Siswa pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas V SD Negeri Mangasa I Kecamatan Somba Opu Kabupaten Gowa. JKPD (Jurnal Kajian Pendidikan Dasar), 2(1), 204-218. Husaini, U. 2006. Pengantar Statistika. Jakarta: PT Bumi Aksara.
STATISTIKA LANJUTAN 173 PENGARUH MODUL AJAR DAN MINAT BACA TERHADAP KEMAMPUAN MEMAHAMI TEKS EKSPOSISI (Eksperimen pada SMA Swasta di Jakarta Selatan) Mohammad Fadli Program Studi Doktor Linguistik Terapan Universitas Negeri Jakarta A. Pendahuluan Kurikulum merupakan landasan penting suatu Pendidikan, khususnya pendidikan di Indonesia. Kurikulum dapat juga sebagai acuan langkah dan metode apa yang akan dikerjakan selanjutnya pada proses pendidikan. Pada perkembangan kurikulum yang dipakai untuk kegiatan belajar mengajar selalu mengalami perubahan dengan tujuan perbaikan kualitas pendidikan itu sendiri. Menurut Seni Handayani (dalam Seni dkk, 2013:4) bahwasanya kurikulum di Indonesia telah telah mengalami kurang lebih sebanyak delapan kali penggantian, yaitu pada tahun 1968, 1973, 1975, 1984, 1987, 1994, 2004, dan 2006. Perubahan suatu kurikulum memang dibutuhkan apabila kurikulum yang sudah dijalankan sudah tidak efektif atau tidak terlalu terlevan dengan kebutuhan dan perkembangan zaman. Tahun 2013 merupakan perubahan kurikulum kesembilan. Kurikulum 2013 merupakan pengembangan dari kurikulum
STATISTIKA LANJUTAN 174 sebelumnya yaitu KTSP keduanya mempunyai fungsi dan tujuan yang sama serta dilandasi undang-undang yang sama, yaitu undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional (sisdiknas). Pada kurikulum 2013 terdapat empat elemen yang mendasarinya, yakni standar kompetensi lulusan, standar isi (kompetensi isi dan kompetensi dasar), standar proses dan standar penilaian. Menurut Anik Muslikah (dalam Maryanto, dkk, 2014:5) pada kurikulum 2013 atau yang dikenal dengan akronim kurtilas, mata pelajaran bahasa Indonesia tetap dipertahankan untuk terus dipelajari sekaligus ditegaskan mengenai pentingnya bahasa Indonesia sebagai penghela dan pembawa ilmu pengetahuan. Pembelajaran bahasa Indonesia berdasarkan kurikulum 2013 terancang atas teks-teks. Dalam pembelajaran berbasis teks, bahasa Indonesia diajarkan bukan sekedar sebagai pengetahuan bahasa, melainkan sebagai teks yang berfungsi menjadi sumber aktualisasi diri penggunanya pada konteks sosial budaya akademisi. Teks merupakan satuan bahasa yang berisi ungkapan makna secara kontekstual. Para siswa diharapkan mampu memproduksi dan menggunakan teks sesuai tujuan dan fungsi sosialnya. Ini merupakan perubahan mendasar dari kurikulum sebelumnya yaitu kurikulum terpadu standar proses (KTSP) yang mempelajari
STATISTIKA LANJUTAN 175 bahasa berpusat pada kemampuan berbahasa (mendengarka, membaca, menulis dan berbicara) namun tidak menitikberatkan teks sebagai acuan siswa mampu mengenali sekitarnya. Maryanto menjelaskan (dalam Maryanto, dkk, 2014:6) bahwa pembelajaran bahasa Indonesia yang didasari teks dilaksanakan dengan menerapkan beberapa pedoman; pertama, bahasa hendaknya dipandang sebagai teks, tidak hanya sebagai kumpulan kata atau kaidah kebahasaan saja. Kedua, penggunaan bahasa merupakan proses pemilihan bentuk-bentuk kebahasaan untuk mengungkapkan makna. Ketiga, bahasa bersifat fungsional, yaitu penggunaan bahasa yang tidak pernah terlepas dari konteks karena bahasa yang digunakan itu merupakan cerminan ide, sikap, nilai, dan ideologi penggunanya, dan keempat, bahasa merupakan sarana kontruksi kemampuan berpikir manusia. Jenis-jenis teks yang terdapat pada kurtilas terdiri dari deskripsi, cerita ulang (rekon), prosedur kompleks, laporan observasi, eksplanasi, eksposisi, debat, surat perjanjian, iklan, catatan harian, negosiasi, pantun, dongeng, anekdot, dan fiksi sejarah. Semua jenis itu dapat digolongkan ke dalam teks sastra atau teks non sastra (faktual). Penggolongan itu dibagi berdasarkan jenisnya karena mempelajari sastra tidak sama
STATISTIKA LANJUTAN 176 dengan mempelajari teks non sastra. Struktur berpikir sastra yang berdasarkan imajinasi berbeda dengan struktur berpikir faktual yang berdasarkan bukti-bukti objektif, apabila mempelajari keduanya maka siswa akan mempunyai ragam berpikir yang kolektif. (Maryanto dkk, 2014:8). Dikarenakan teks yang dipelajari siswa mempunyai jenis yang berbeda dengan ragamnya yang luas dan variatif, maka siswa haruslah mempunyai kemampuan membaca teks dan memahaminya secara baik. Kemampuan membaca pada siswa haruslah dilatih secara kontiniu atau berulang. Untuk menguji kemampuan siswa atas teks yang dipelajari tentu dengan beberapa tes yang dapat diletakan saat sebelum atau sesudah membaca. Teks-teks yang tersaji dapat ditampung pada bahan ajar. Pada dunia pendidikan Indonesia, terdapat berbagai macam bentuk dan model bahan ajar yang sudah sering dipergunakan. Model tersebut digunakan mulai dari jenjang pendidikan terendah hingga perguruan tinggi. Beberapa model bahan ajar antara lain berupa buku ajar, modul ajar, dan handout (Imas Kurniasih, dkk, 2014:60). Semua model bahan ajar tersebut dapat digunakan oleh guru kepada siswa. Bahan ajar merupakan informasi, alat dan teks yang diperlukan guru atau instruktur untuk perencanaan dan
STATISTIKA LANJUTAN 177 penelaahan implementasi pembelajaran. Bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru atau instruktur dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas. Bahan yang dimaksud bisa berupa bahan tertulis maupun bahan tidak tertulis. Pada dasarnya bahan ajar berisi tentang pengetahuan, nilai, sikap, tindakan dan keterampilan yang berisi pesan, informasi dan ilustrasi berupa fakta, konsep, prinsip, dan proses yang terkait dengan pokok tertentu yang diarahkan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dalam hal ini, bahan ajar untuk mempelajari teks dapat berupa buku ajar ataupun modul ajar. Modul ajar adalah bagian dari bahan ajar yang disusun secara sistematis dan menarik perhatian siswa. Modul ini mencakup materi, metode, perangkat latihan dan sejumlah tes yang merupakan evaluasi dari kegiatan menguasai materi. Modul ajar dapat berfungsi sebagai bahan ajar yang bersifat individual dan mampu mengasah keterampilan berbahasa siswa, khususnya membaca teks. Kemampuan membaca yang dapat dilatih kepada peserta didik adalah membaca kritis. (http://gurupembaharu.com). Berdasarkan hasil studi PIRLS (Progress in International Reading Literacy Study) yaitu sebuah studi bertaraf internasional dalam bidang literasi baik teks sastra
STATISTIKA LANJUTAN 178 maupun teks faktual menempatkan Indonesia pada urutan 42 dari 45 negara. Hasil studi tersebut menunjukkan bahwa skor rata-rata yang diperoleh siswa Indonesia adalah 428 atau berada di bawah skor rata-rata siswa internasional sebesar 500. Pada kategori pemahaman, Indonesia juga menempati urutan 42 dari 45 negara (Mullis dkk, 2012:96). Pada penelitian lain yaitu hasil PISA, bahwa kemampuan membaca kritis siswa di Indonesia berada di peringkat 5 terendah. Hal ini tentu mengkhawatirkan karena membaca merupakan modal dasar manusia untuk memahami keadaan dan hal lainnya dalam kehidupan. Rendahnya kemampuan membaca pemahaman, khususnya membaca pemahaman teks pada siswa kelas X dapat disebabkan oleh berbagai faktor, di antaranya adalah kurangnya minat baca siswa. Siswa menganggap membaca bukanlah kegiatan yang harus selalu dilaksanakan secara terus menerus. Kebanyakan siswa akan membaca apabila ada keperluan yang mendesak seperti ujian yang akan dilaksanakan sekolah. Jadi, membaca menjadi kegiatan yang dianggap membosankan dan kurang mempunyai manfaat. Dalam upaya mengatasi kelemahan siswa pada sisi minat baca dan yang akan berdampak pada pemahaman terhadap materi ajar, guru perlu melakukan penambahan
STATISTIKA LANJUTAN 179 model ajar pada kegiatan belajar mengajar. Model atau bahan ajar ini haruslah menjadi sesuatu yang disukai siswa untuk belajar maupun berlatih. Untuk itu, modul ajar merupakan salah satu bentuk dalam model pembelajaran yang berfungsi tidak hanya kumpulan materi namun juga sarana berlatih secara individual. Berdasarkan pengalaman peneliti selama mengajar mata pelajaran bahasa Indonesia pada kelas X di salah satu SMA di Jakarta Selatan. Rendahnya pemahaman siswa akan suatu teks yang terdapat pada kurikulum terkait dengan rendahnya minat siswa terhadap membaca. Jam khusus literasi yang sempat diadakan pada tahun ajar 2017 ternyata ditiadakan pada tahun ajar 2018, padahal kegiatan tersebut dapat memancing minat baca siswa terhadap karya tulis baik karya faktual atau fiksi. Pendidikan bahasa Indonesia yang bergenre teks, dapat mengarahkan siswa kepada kemampuan membaca khususnya teks-teks yang sudah ditetapkan berdasarkan kurtilas. Adapun teks-teks yang terdapat pada kurtilas antara lain; teks observasi, teks eksposisi, teks anekdot, teks debat, ikhtisar buku fiksi dan non fiksi. (Yattini, 2014:9). Jadi, siswa yang sudah terlatih membaca teks akan mampu menjadi pribadi yang cepat dan tangkas dalam kehidupan sehari-hari.
STATISTIKA LANJUTAN 180 Seperti yang telah peneliti uraikan di atas, bahan pembelajaran yang tepat untuk melatih kemampuan bacaan kepada tingkat pemahaman suatu teks pada kurikulum 2013 adalah modul ajar. Hal ini dikarenakan karena modul ajar dapat menjadi bahan ajar mandiri dan siswa dapat melatih kemampuan bacaannya dimanapun. Jadi, proses belajar tidak hanya di kelas namun dapat dikerjakan di rumah dengan pengawasan dan bimbingan orang tua. Sasaran yang menjadi objek penelitian adalah siswa kelas X SMA swasta di Jakarta Selatan. Objek penelitian diambil berdasarkan pertimbangan hasil pengamatan peneliti bahwa siswa yang dijadikan sampel adalah siswa yang cukup terbuka terhadap suatu ilmu atau model ajar baru. Sifat siswa tersebut membuatnya mudah menerima strategi baru sehingga penelitan yang diterapkan tidak mendapat halangan yang berarti. Berdasarkan uraian di atas, penelitian mempunyai tujuan untuk menemukan pengaruh dari model pembelajaran dan minat baca terhadap kemampuan memahami teks eksposisi. Model pendekatan pada penelitian adalah eksperimental melalui anova dua arah.
STATISTIKA LANJUTAN 181 B. Metode Penelitian Penelitian metode eksperimen, yaitu suatu penelitian dengan memberikan jenis perlakuan yang berbeda pada dua kelompok belajar siswa. Mengenai metode eksperimen ini Travers (1978) mengatakan yang dikutip Alimuddin Tuwu ( 1993 : 93-96 ) Mill, yang dikutip Good, dkk (1935) mendefinisikan metode eksperimen dalam bahasa logisnya sebagai metode perbedaan (method of difference), yang berarti pengaruh variable tunggal dapat diterapkan pada sustu keadaan yang dapat ditaksir/ dimanipulasi, sementara kondisi lain dianggap konstan, kemudian pengaruh perbedaan kondisi atau variabel tersebut dapat diukur . Metode eksperimen penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode eksperimen dengan rancangan dua faktor dan metode deskriptif, yaitu suatu prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau menerangkan keadaan objek penelitian pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang ada atau sebagaimana adanya. Eksperimen ini akan mengkaji hubungan antara minat membaca siswa dan model pembelajaran melalui modul ajar terhadap kemampuan memahami teks eksposisi di SMA Bhayangkari 1 dan SMA Garuda Cendekia dengan menggunakan pendekatan kuantitatif melalui rancangan eksperimen, dengan memberikan dua jenis perlakuan, yaitu kelompok siswa yang menggunakan modul ajar sebagai bahan ajar dan kelompok lain dengan non modul ajar atau bahan ajar lain. Dari
STATISTIKA LANJUTAN 182 kelompok belajar yang sudah dibagi dua tersebut dikelompokkan lagi ke dalam siswa dengan minat membaca tinggi dan rendah. Kedua kelompok, yang telah melalui model pembelajaran modul ajar dan non modul atau bahan ajar yang lain, akan diberikan tes dengan soal yang sama dan akan dilihat apakah ada pengaruh penggunaan modul ajar dengan kemampuan memahami teks eksposisi. Pada tiap kelompok juga akan diberi kuisoner untuk mengetahui minat membaca siswa. Sehingga akan dilihat apakah ada hubungan antara minat membaca dan penggunaan modul ajar sebagai model pembelajaran terhadap kemampuan memahami teks eksposisi. Desain paradigma dalam penelitian ini menggunakan penelitian “Eksperimen”. Dengan variabelnya adalah : A = Perlakuan (Model Pembelajaran) A1 = Modul Ajar A2 = Non Modul Ajar atau Bahan Ajar Lain (Konvensional) B = Minat Baca Siswa B1 = Minat Baca Tinggi B2 = Minat Baca Rendah A1B1 = Kemampuan memahami teks eksposisi dengan Modul Ajar pada siswa yang mempunyai minat baca tinggi A2B2 = Kemampuan memahami teks eksposisi dengan Non Modul Ajar atau Bahan Ajar lain (Konvensional) pada siswa yang mempunyai minat baca tinggi
STATISTIKA LANJUTAN 183 A1B2 = Kemampuan memahami teks eksposisi dengan Modul Ajar pada siswa yang mempunyai minat baca rendah A2B2 = Kemampuan memahami teks eksposisi dengan Non Modul Ajar atau Bahan Ajar lain (Konvensional) pada siswa yang mempunyai minat baca rendah. Dengan demikian yang menjadi kajian penelitian ini adalah pengaruh yang bersifat prediktif, yaitu yang mencerminkan kontribusi variabel-variabel A terhadap variabel B, adapun desain penelitiannya adalah sebagai berikut: Tabel 3.2. Desain Penelitian Minat Baca Siswa Metode Pembelajaran Modul Ajar Non Modul Ajar A1 A2 Tinggi A1B1 A2B1 B1 Rendah A1B2 A2B2 B2 1. Populasi dan Sampel a. Populasi Kata populasi (population) pertama kali merujuk kepada jumlah penduduk , tetapi dalam metode penelitian kata populasi , digunakan untuk menyebutkan serumpun atau sekelompok objek yang menjadi masalah dalam sasaran penelitian. Dalam penelitian sosial sosial, populasi didefinisikan sebagai sekelompok subjek yang hendak dikenai generalisasi hasil penelitian ( Masyhuri, MP., 2009
STATISTIKA LANJUTAN 184 : 151-152), populasi bisa juga berarti keseluruhan objek yang akan diteliti (Sulistyo-Basuki, 2010 : 182), atau populasi sebagai wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kuantitas atau karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulannya ( Sugiyono, 1997 : 59 ). Menurut Sudjana (2004:6) "Populasi adalah totalitas semua nilai yang mungkin, hasil menghitung ataupun pengukuran, kuantitatif maupun kualitatif mengenai karakteristik tertentu dari semua anggota kumpulan yang lengkap dan jelas yang ingin dipelajari sifat-sifatnya. Jadi populasi adalah subjek dari keseluruhan yang akan diteliti. Menurut Hadjar ( 1996 : 133 ) dan Soenarto ( 1987 : 2 ), populasi adalah kelompok besar individu yang mempunyai karakteristik umum yang sama. Sedangkan Nazir ( 1988: 325 ) melihat populasi sebagai kumpulan individu dengan kualitas dan ciri yang telah ditetapkan, sedangkan kualitas dan cirinya ditentukan oleh variabelnya. Berdasarkan pengertian populasi menurut para ahli di atas, populasi terjangkau dalam penelitian ini meliputi seluruh siswa kelas X SMA Swasta 28 Oktober, SMA Bhayangkari 1 dan SMA Garuda Cendekia yang masing-masing terdiri atas 3 kelas pada tahun ajaran
STATISTIKA LANJUTAN 185 2018/2019 dengan rincian jumlah siswa disajikan dalam tabel berikut ini. Tabel 3.3. Distribusi Jumlah Populasi Penelitian dari Tiap-tiap Sekolah N o . Sekolah Jumlah Siswa SMA Bhayangkari 1 1 250 SMA Garuda Cendekia 2 250 Total 500 b. Sampel Sampel adalah sebagian yang diambil dari sejumlah populasi. Dengan kata lain sampel merupakan penarikan sebagian subjek yang ada pada populasi. Menurut Sugiyono (2010:123) sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga, dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu. Apa yang dipelajari dari sampel itu, kesimpulannya akan dapat diberlakukan untuk populasi, untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus betulbetul representatif (mewakili).
STATISTIKA LANJUTAN 186 Menurut Roscoe (1982) yang dikutip oleh Sugiyono (2010) memberikan saran-saran tentang ukuran sampel untuk penelitian sebagai berikut : (a) Ukuran yang layak dalam penelitian adalah antara 30 sampai dengan 500. (b)Bila sampel dibagi dalam kategori (misalnya : priawanita, pegawai negeri – swasta, dan lain-lain) maka jumlah anggota sampel setiap kategori minimal 30. (c) Bila dalam penelitian akan melakukan anilisis dengan multivariasi (korelasi atau regresi ganda misalnya), maka jumlah anggota sampel minimal 10 kali dari jumlah variabel yang diteliti. (d)Untuk penelitian eksperimen yang sederhana, yang menggunakan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, maka jumlah anggota sampel masing-masing antara 10 – 20. Berdasarkan beberapa pendapat di atas, penulis menentukam untuk pengambilan sampel penelitian kelas X SMA Bhayangkari 1 dengan 2 kelas dari 5 kelas paralel (X 1 sampai X 5) masing-masing sebanyak 2 kelas dengan jumlah tiap kelas 20 (dua puluh) siswa dan kelas X SMA Garuda Cendekia dengan 2 kelas dari 5 kelas paralel (X 1 sampai X 3) masing-masing sebanyak 2 kelas dengan jumlah tiap kelas 20 (dua puluh), dengan jumlah tiap kelas
STATISTIKA LANJUTAN 187 20 (dua puluh) sehingga jumlah total sampel adalah 80 orang siswa, yang dibagi atas empat kelas penelitian, yaitu: (a) 20 siswa pada kelompok model pembelajaran menggunakan modul ajar dan minat belajar tinggi; (b)20 siswa pada kelompok model pembelajaran menggunakan modul ajar dan minat belajar rendah; (c) 20 siswa pada kelompok model pembelajaran menggunakan bahan ajar lain atau non modul ajar dan minat belajar tinggi; (d)20 siswa pada kelompok model pembelajaran menggunakan bahan ajar lain atau non modul ajar dan minat belajar rendah. c. Teknik Pengambilan Sampel Cara pengambilan sampel atau teknik sampling dilakukan dengan cluster sampling (Sugiyono, 2004 : 94). Menurut Sugiyono, teknik cluster sampling umumnya dilakukan melalui 2 tahap, yaitu tahap pertama menentukan sampel kelas/daerah dan tahap berikutnya menentukan orang-orang yang ada pada kelas/daerah itu secara sampling pula. (Sugiyono, 2004 : 4). Sejalan dengan pendapat tersebut, penentuan sampel dalam penelitian ini pun dilakukan melalui 2 tahap, yaitu: 1) Tahap pertama, pemilihan sekolah yang akan dijadikan sampel, yaitu SMA Bhayangkari 1, dan SMA Garuda Cendekia.
STATISTIKA LANJUTAN 188 2) Tahap kedua, pengambilan kelas untuk kelompok eksperimen dan kontrol dilakukan dengan teknik simple random sampling (sampel acak sederhana) mengingat kelas-kelas yang ada bersifat homogen/setara, yang telah dikelompokkan secara proporsional. Di sekolah – sekolah tersebut akan diambil masing-masing 2 kelas yang akan dijadikan sampel dan diberikan perlakuan metode pembelajaran yang berbeda, yaitu kelas eksperimen (X 1, dan X 2) di SMA Garuda Cendekia dengan Modul Ajar dan kelas kontrol. Kelas X1, dan kelas X2 di SMA Bhayangkari 1 dengan Non Modul Ajar atau Bahan Ajar Lain dan kelas kontrol. d. Teknik Pengumpulan Data 1) Sumber Data (1) Data tentang Model Pembelajaran Modul Ajar Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Data model pembelajaran Bahasa Indonesia merupakan data kualitatif berupa informasi tentang pengertian-pengertian, definisi, dan teoriteori pembuatan modul ajar. Sumber data atau informasi yang penulis gunakan untuk variabel ini berasal dari dokumen berupa buku-buku literatur dan website internet. (2) Data tentang Minat Baca Siswa
STATISTIKA LANJUTAN 189 Sumber data yang penulis gunakan untuk variabel minat baca siswa ini berasal dari siswa yang menjadi sampel dalam penelitian ini, yang didapat melalui kuisioner yang dibagikan kepada siswa. (3) Data tentang Kemampuan Memahami Teks Eksposisi Sumber data untuk variabel kemampuan memahami teks eksposisi berasal dari hasil ujian tertulis siswa kelompok sampel penelitian. 2) Teknik Pengumpulan Data. (1) Teknik Menciptakan Modul Ajar dilakukan dengan studi inventori dokumen kepustakaan yang diperoleh melalui buku-buku teks, internet, artikel-artikel makalah, dan sumber lain yang relevan. (2) Teknik Mendapatkan Data Minat Baca Siswa Pengumpulan data tentang minat membaca siswa dilakukan dengan cara melakukan kuisioner atau angket. Angket atau kuisioner tersebut terdiri dari pernyataan dengan menggunakan skala Linkert sebanyak 35 pertanyaan dengan rentang skor setiap opsi, sangat setuju = 4, setuju = 3, tidak setuju = 3, dan sangat tidak setuju =1 untuk butir pertanyaan positif, dan sebaliknya bila negatif rentang skor setiap opsi, adalah: sangat setuju = 1,
STATISTIKA LANJUTAN 190 setuju = 2, tidak setuju = 3, dan sangat tidak setuju = 4. (3) Teknik Mendapatkan Data Kemampuan Memahami Teks Eksposisi Teknik pengumpulan atau mendapatkan data kemampuan memahami teks eksposisi dalam penelitian ini diawali dengan proses pemberian perlakuan (treatment) pada subjek penelitian. Proses treatment diawali dengan pengambilan kelas sampel penelitian yaitu kelompok eksperimen (Kelas X 1 – X 2 SMA 28 Oktober Kota Jakarta Selatan) dan kelompok kontrol (Kelas X 1– X 2 SMA Bhayangkari). Selanjutnya pada kelompok eksperimen diberikan pengajaran Teks Eksposisi dengan menggunakan model Modul Ajar, sedangkan kelompok kontrol diberikan pengajaran dengan bahan lain atau non modul ajar. Setelah pembelajaran materi pokok selesai, selanjutnya pada kedua kelas sampel ini diberikan tes hasil belajar teks eksposisi dengan soal yang sama, yang kemudian diolah dan dianalisis untuk menguji kebenaran hipotesis penelitian.
STATISTIKA LANJUTAN 191 2. Variabel Penelitian Variabel-variabel dalam penelitian ini adalah. 1. Variabel bebas 1, dalam hal ini merupakan variabel treatment/perlakuan (X1) yaitu model pembelajaran, dibedakan atas model Modul Ajar dan Non Modul Ajar. 2. Variabel bebas 2, dalam hal ini merupakan variabel atribut (X2): yaitu minat belajar siswa, dibedakan atas minat belajar tinggi dan minat belajar rendah. 3. Variabel terikat, dalam hal ini sebagai variabel kriterium (Y), yaitu Hasil Belajar Teks Eksposisi Kelas X SMA Bhayangkari 1 dan SMA Garuda Cendekia di Jakarta Selatan. 3. Instrumen Penelitian a. Instrumen Kemampuan Memahami Teks Eksposisi 1) Definisi Konseptual Hasil Belajar teks eksposisi siswa adalah perubahan-perubahan yang dihasilkan setelah melalui proses belajar, yang meliputi perubahan dalam pengetahuan, pemahaman keterampilan dan nilai sikap dalam pembelajaran teks eksposisi, yang bersifat konstan atau menetap. Hasil belajar teks eksposisi mencerminkan kemampuan siswa dalam ranah kognitif siswa yang tertera pada taksonomi Bloom, yang terdiri dari C1 (pengetahuan), C2 (pemahaman/comprehension), C3
STATISTIKA LANJUTAN 192 (penerapan/application), C4 (analisis/Analysis), C5 (sintesis/Synthesis) dan C6 (evaluasi/Evaluation). Taksonomi ini tertuang di Kurikulum 2013 pelajaran Mata Pelajaran Bahasa Indonesia pada ranah pengetahuan Kompetensi Inti dan Dasar dari C1 (pengetahuan) sampai dengan C4 (analisis) yang masih mampu dijangkau dengan soal pilihan ganda. 2) Definisi Operasional Kemampuan pemahaman teks eksposisi siswa adalah skor kemampuan daya serap siswa dalam pelajaran Bahasa Indonesia pada siswa Kelas X SMA Garuda Cendekia dan SMA Kemala Bhayangkari 1 , bentuk tes bentuk pilihan ganda dengan lima (5) opsi jawaban sebanyak 20 butir soal untuk pokok bahasan KD 3.1 dan 4.1. 3) Kisi-kisi Instrumen Kemampuan Memahami Teks Eksposisi Instrumen yang digunakan untuk mendapatkan data kemampuan memahami teks eksposisi yaitu tes pilihan ganda dengan 5 opsi jawaban berjumlah 20 soal. Untuk setiap responden yang menjawab benar satu butir soal diberi skor 1 dan yang menjawab salah diberi skor 0. Dengan demikian skor terendah siswa adalah 0 dan skor maksimum adalah 10. Rancangan atau kisi-kisi
STATISTIKA LANJUTAN 193 instrumen tes kemampuan memahami teks persuasif seperti tabel berikut: Tabel 3.4. Kisi-kisi instrument Tes Pemahaman teks persuasif Standar Kompetensi 3.13 Teks eksposisi Kompetensi Dasar Materi Indikator Jml Soal Ability No Soal 1 2 3 4 5 6 3.1. Memahami dan mengidentifikasi jenis teks eksposisi 3.3 menganalisis teks eksposisi 4.2 Mengintrepertasi isi teks eksposisi 4.4 menilai isi teks eksposisi Pengertian dan isi teks persuasif Mengetahui teks eksposisi 4 C1 1,2,3,4 Memahami struktur teks eksposisi Menganalisis struktur dan kebahasaan teks eksposisi 3 C2 5, 6, 7 Menganalisis teks eksposisi Menginterpretasikan isi teks dan menyesuaikan dengan kaidah teks eksposisi 3 C3, C4 8, 9, 10 4) Validasi Instrumen Tes Pemahaman Teks Eksposisi Sebelum digunakan untuk menjaring data penelitian atau digunakan pada subjek penelitian, instrumen tes hasil belajar teks persuasif perlu dikalibrasi agar diketahui tingkat kehandalan instrumen. Untuk
STATISTIKA LANJUTAN 194 maksud ini, maka dilakukan uji coba instrumen tes pada siswa kelas XI SMA Bhayangkari yang tidak dijadikan kelas sampel penelitian namun telah melalui materi teks persuasif di kelas sebelumnya. Dalam rangka uji coba instrumen tes ini, akan dilakukan peninjauan terhadap: tingkat kesukaran butir soal, validitas soal, dan reliabilitas tes. b. Pengujian Taraf Kesukaran Butir Soal Untuk mengetahui soal-soal yang mudah, sedang, dan sukar dilakukan uji taraf kesukaran.untuk menghitung indeks kesukaran ini digunakan rumus : Keterangan: P = Indeks kesukaran B = Jumlah siswa yang menjawab soal benar JS = Jumlah total seluruh siswa peserta tes Dimana : P = 0,00 – 0,30 : Sukar P = 0,30 – 0,70 : Sedang P = 0,70 – 1,00 : Mudah P = JS B
STATISTIKA LANJUTAN 195 Tabel 3.5. Tabel Taraf Kesukaran Butir Soal Butir Soal B JS P Keterangan 1 10 40 0,33 Sedang 2 20 40 0,67 Sedang 3 23 40 0,77 Mudah 4 11 40 0,37 Sedang 5 14 40 0,47 Sedang 6 12 40 0,40 Sedang 7 19 40 0,63 Sedang 8 22 40 0,73 Mudah 9 25 40 0,83 Mudah 10 20 40 0,67 Sedang 11 21 40 0,70 Mudah 12 27 40 0,90 Mudah 13 24 40 0,80 Mudah 14 23 40 0,77 Mudah 15 18 40 0,60 Sedang 16 21 40 0,70 Mudah 17 26 40 0,87 Mudah 18 17 40 0,57 Sedang 19 8 40 0,27 Sukar 20 26 40 0,87 Mudah 21 26 40 0,87 Mudah 22 15 40 0,50 Sedang 23 25 40 0,83 Mudah 24 12 40 0,40 Sedang