The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.
Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by PERPUSTAKAAN PUSPANEGARA, 2022-10-24 00:28:00

Cinta Tak Pernah Tepat Waktu

"Sialan kamu . . ," s u a r a di seberang m e n a h a n senyum.
.
Aku mulai lega.

"Bisa n g g a k kita ketemu?"
"Untuk apa?"
"Ketemu saja. Bahkan k e t e m u pun k a m u sudah tidak m a u
lagi, ya?"
"Tapi aku sedang di Surabaya . . "
.
"Sedang akan m e m b u n u h orang, ya?"
Aku tersenyum. Lega. Ia mulai bercanda.
"Kapan k e Yogya lagi?"
"Belum t a h u .... soalnya yang akan k u b u n u h s e p e r t i n y a p u n y a

.
n y a w a ran g k a p . . "
Ia t e r t a w a . Aku s e m a k i n lega.
"Oke, ya sudah, deh .... maaf ya, n g g a n g g u kamu . . "
.
"Nggak apa-apa, maaf juga ya .... telah membuat masalah di
. .
durm u ....
"
.
"Sialan, kamu! Y a s u d a h , b y e . . "
Aku mengembuskan napas lega. Untung .... hampir saja . .
.
hampir saja hal yang dulu-dulu terulang lagi. . . .
.
Aku menyalakan lagi rokok sebatang setelah sebelumnya

menandaskan sisa kopi di gelas.


p
�e/a, cltm e r a w a t itu, s e m u a datang silih b e r g a n t i . Pada
mereka semua, aku selalu memulainya dengan pengakuan.
p
P e n g a k u a n akan masa lalu yang tidak e r n a h kuingink dengan
harapan jika terjadi apa-apa yang aneh, mereka bisa
memakluminya. Dan aku berusaha dengan keras agar semua
baik-baik saja. T a pi b a d a i k e n a n g a n itu biasanya m e n e r p a d e n g a n
jauh l e b i h kuat, d a n segala pondasi y a n g k u b a n g u n s e p e r t i sia­

sia menahan terpaannya. Semua bisa mengerti ketika harus
diakhiri. Paling-paling m e r e k a h a n y a bilang, "Kamu memang
sakit ..... "
.
A tau, "Aku kasihan sama kamu . . . semoga kamu lekas
.
s em b u h . . "
A t a u , "Aku s u d a h berusaha untuk m e n g e r t i k a m u , d a n aku


147

tahu kamu juga telah berupaya k e r a s untuk m e m p e r t a h a n k a n
.
ini s e m u a . . . T a p i s e p e r t i n y a kamu m e m a n g butuh waktu .... "
Atau, "lni semua memang menyakitkan, tapi aku bisa
m e n g e r t i .... Aku selalu berdoa untukmu .... "
Atau, "Kalau kamu s e p e r ti ini e r u s , tidak akan ada yang kuat
t
b e r s amam!"
.
Atau hanya sedu-sedan . .
Atau hanya diam .....
Tapi tidak sedikit pula yang b e r p i s a h d e n g a n saling m e l e m p a r
senyum, merasa s e m u a s e r b a lucu dan ganjil.
Hingga kemudian aku b e r t e m u dengan Tante Wijang.
























































148

t i g a 6efas




























�b m e1w- a/Tante Wijang kira-kira dua tahun
yang lalu, dari L ia . L ia adalah pacar terakhirku. I a
s e o r a n g a r s i t e k , t inggal dan bekerja di Surabaya.
Suatu saat, Lia m e n g a j a k k u m e n g u n j u n g i tante d a n
parnanya yang ada d i Malang, saat libur a k h i r

pekan.
B e g i t u aku memasuki w i l a y a h rumah t a n t e L ia
d i d a e r a h B a t u , M a l a n g , aku m e r a s a s a n g a t n y arn a n .
Apalagi k e ti k a aku b e r k e n a l a n d e n g a n d u a o r a n g

p e n g h u n i utama rumah besar y a n g p e n u h dengan
tanaman bunga itu, yaitu Mas Rekso dan Tante
Wijang.
T e n t e Wijang berumur l e b i h dari limapuluh
tahun, tidak menikah, lulusan Fakultas Hukum
Unibraw. Ia sempat menjadi pengacara selama

kurang-lebih sepuluh tahun, lalu memutuskan untuk menggauli
tumbuhan, terutama anggrek.

"Tumbuhan tidak akan menipu kita. Kalau kamu agak awas
t
dan e r b i a s a , kamu bisa tahu lewat t u m b u h a n di sebuah halama
apakah sang penghuni sedang bahagia atau tidak. .. ," begitu
katanya waktu itu.
Mas Rekso adalah adik Tante Wijang. Tapi karena Lia

memanggil 'Mas' pada Mas Rekso, aku juga ikut-ikutan
m e m a nggil 'Mas'. Mungkin karena umur Mas R e k s o p a l i n g muda
di antara saudara-saudaranya. T a n t e Wijang bersaudara e n a m .
Saudara sulungnya, adalah mama Lia. T a n t e W i j a n g n o m o r t i g a ,

dan Mas R e k s o p a l in g bontot.
Mas Rekso dulu sempat kuli h di Fakultas Kedokter U n a ir .
a
M e n g i n j a k tingkat tiga, i a keluar, m erni i h menggauli t a n a m a n ,
terutama t a n a m a n obat-obatan. S a m p a i umurnya yang empat
k
puluh tahun lebih sedi i t , Mas Rekso belum ada tanda-tanda akan
menikah.
A k u b e n a r - b e n a r merasa nyaman di surga kecil itu. Ada dua
penghuni utamaa yang sangat baik hati, ramah dan p e n y a b a r ,
lalu h a w a d i n gi n pegunungan, dan d i sekitarnya seluas mata

m e m a n d a n g adalah berbagai jenis tana. Begitu memasuki
wilayah rumah T a n t e Wijang, aku bergumam, "Aku mati di s i n i
.
s a 1 a , d h . . . . ,,
e
Hanya butuh waktu sekian m e n i t setelah kenalan, s e h i n g g a
aku merasa sudah lama kenal dengan mereka berdua. Dan

a n e h n y a , di malam kedua aku ada di rumah i t u , aku putus baik-
.
baik dengan L ia . . . . .
Baik-baik?
Y
Mmmm . ... a , baik-baik!


YlJe ri k M Jf .a &ede((J n a. D i m a l a m p e r t a m a , aku yang tidak b is a tidur
di malam h a r i , masih ngobrol dengan T a n t e Wijang dan Mas
be
R e k s o di ruang tamu, s e m e n t a r a L ia sudah tidur. Setelah b e r a p a
s a a t , tiba-tiba aku m e r a s a a d a yang tidak n y aman d e n g a n diriku.

Ada kilat kecil a n e h yang e n t a h datang dari mana, m e m e r c i k k a n


150

bunga api k e n a n g a n y a n g s e b e n t a r kemudian m e n y a l a buas. Aku
gugup. Aku terhuyung. Lalu kemudian aku pamit keluar rumah.

Dalam gelap, di beranda itu, dadaku terasa sangat berat dan
sesak. Setelah beberapa saat, T a n t e Wijang ikut keluar sambil
membawakan minuman teh jahe dengan gula merah. Kami
kemudian duduk berhadapan. Dan entah mengapa, aku
kemudian menceritakan b a n y a k hal tentang diriku pada T a n t e

Wijang.


Tante Wijang m e n d e n g a r k a n k u dengan baik, tetap tenang,
h i n g g a kemudian ia bertanya, "Lia tahu itu?"

Aku m e n g a n g g u k .
Tante W i j a n g diam lagi. Lalu i berkata, "Setiap orang p u n y a
a
pengalaman yang buruk. Tapi menurutku, tidak baik kalau
seseorang menularkan emosi b u r u k n y a itu pada orang lain. Di
kasusmu, benar bahwa kamu punya hak untuk mencoba

menemukan pengganti perempuan itu. Tapi bukan begitu
caranya. Ibarat seorang atlet yang cedera, seharusnya
disembuhkan dulu luka itu, baru i berlatih lagi dan bertanding
a
lagi. Sebab jika ia terluka dan tetap berlatih serta bertanding,

kamu akan semakin terluka, bahkan jika kasus itu sepertimu,
bisa melukai o r a n g lain."
Aku diam, mendengarkan.
"Kalau aku boleh menyarankan, ubahlah cara hidup seperti
itu. Tanggung dan obati lukamu. Pasti sembuh. Jangan p e r n a h

b e r p i k i r tidak akan sembuh. D a n jangan p e r n a h m e n c o b a untuk
mencari penggantinya sebelum kamu y a k i n b e n a r bahwa kamu
telah sembuh."
Aku mendengarkan, aku diam.

"Hanya butuh waktu, s e i r i n g dengan berat luka y a n g ada .... "
Malam berikutnya, di beranda yang sama, aku meminta
p e n g e r t i a n L i a untuk m e n g a k h i r i hubungan kami. L i a diam d a n
mendengarkan. L i a mengangguk mengerti. L a l u L i a berada di
kamarnya dengan Tante Wijang. Mungkin untuk numpang

menangis.


151

P a g i n y a , k e t ika kami s a r a p a n b a r e n g , Lia m a s i h menggeleng­
gelengkan kepala sambil tersenyum setiap kali memandangku.

Ia mungkin tidak habis pikir dengan keganjilan kisahnya.
Siangnya, Lia pulang. Sementara aku masih tetap tinggal di
rumah Tante Wijang seminggu lagi. Lia sempat masih
m e n g k h a w a t i r k a n k u , tapi dengan tenang T a n t e W i j a n g b e r k a t a ,

"Ia akan baik-baik saja, Lia .... "
S e m e n j a k itu, a k u selalu berpikir k e r a s jika hendak m e n j a l i n
h u b u n g a n d e n g a n perempuan. T e r u t a m a terus mencoba dengan
jujur untuk menanyakan pada diriku sendiri apakah aku sudah
siap a tau belum. Sesekali aku memang agak sempat ' t e r p e r o s o k '

tapi d e n g a n cepat s e g e r a menyadarinya agar tidak ada yang
terluka lagi, seperti misalnya yang baru saja hampir terjadi
d e n g a n seorang perempuan yang tadi menelponku. Itulah alasan
mengapa aku tidak m e n g h u b u n g i lagi Sarah, s i dokter teman
m
ibuku di k a m p u n g , lalu p e r e m p u a n yang datang dan e n g a j a k k u
m e n i k a h , lalu perempuan yang meminjam k o r e k api. Intinya
adalah lukaku harus s e m b u h dulu.
Dan s e m e n j a k itu pula, setiap kali aku merasa sangat kacau,
aku pergi ke rumah Tante Wijang, m en e n a n g k a n diri di sana. D i

sebuah s u r g a k e c i l y a n g i n d a h , dengan dua penghuninya yang
bijak.
T
l
T a pi ada s u r g a - s u r g a kecilku yang a i n , selain di rumah a n t e
Wijang .....


{24,1 ,a of e ct/di Bandung. Surga kecil itu a w a l n y a adalah sebuah
,
toko buku kecil yang didirikan oleh sembilan anak muda yang
i n g i n m e m b u a t k o m u n i t a s altematif. J e l a s itu sebuah p i l i h a n yang
berani. Bayangkan s a j a , mereka bukan anak muda sembarangan.

Paling tidak, lihatlah catatan pendidikan mereka. Satu o r a n g
j e b o l a n S 2 I T B , tiga o r a n g l u l u s a n SIT T e l k o m , s i s a n y a y a n g lain
sarjana dari UNP AD dan UNP AS.
Mereka ingin menawarkan sebuah kerja serius dalam hal
komunitas yang adil. D i tempat itu, tidak ada pembedaan antara

kerja otak d a n k e r j a fisik. Semua bekerja, dan semua mendapat


152

perlakuan yang sama. Semua orang mengangkuti buku, semua
orang juga bisa memegang administrasi. Beberapa bulan setelah

itu, sebuah kedai kopi mungil n o n g k r o n g di pojokan toko buku
itu. Dan toko makin ramai. Beberapa bulan kemudian, m e r e k a
p i n d a h k e sebuah t e m p a t yang lebih besar l a g i d a n m e n a m b a h
kegiatan d e n g a n u s a h a warnet d a n p e n e r b i t a n buku.
Cara kerjanya sederhana. Semua o r a n g digaji sama. Dan tidak

ada seorang pun yang boleh m e m i l i k i 'kekayaan komunitas' itu.
Tidak s e o r a n g pun. Setiap o r a n g yang ada di s a n a adalah p e k e r j a .
Mereka bekerja bergiliran. Ada saatnya seseorang menjaga
warnet, ada kalanya i a kemudian membuat kopi, atau harus

menjaga toko buku dan ngangkuti buku jika ada p a m e r a n , atau
harus mengurusi administrasi penerbitan.
Untuk m e n j a g a s e h a tn y a 'komunitas' itu, mereka melibatkan
beberapa komunitas yang s e r i n g nongkrong d i sana. Itu yang
m e r e k a sebut se b a g a i 'dewan komunitas'. T u g a s n y a adalah untuk

m e n g a w a s i segenap k e b i j a k a n dan m e n g a m b i l k e b i j a k a n p e n ti n g .
Misalnya, ada persentase keuntungan yang dipakai untuk
kegiatan sosial. Kegiatan itu bisa macam-macam, misalnya
mendukung terbitnya buletin kelompok-kelompok tertentu,

mendukung pembuatan selebaran di kelompok-kelompok
tertentu, mendukung a c a r a tertentu. Semuanya diawasi dengan
baik.
Mereka juga menyebarkan mentalitas pekerja di berbagai
kalangan yang sering ada di sana. Produktif adalah kata kunci.

Kalau kita produktif, mental kita akan semakin baik. O r a n g yang
tidak produktif, tidak m e r a s a k a n paitnya bekerja, akan cenderung
mempunyai mental yang buruk.
Kehebatan mereka yang lain adalah selalu memberi

kesempatan bagi banyak orang untuk ikut ambil bagian
m e n g e rj a k a n adonan roti y a n g telah m e r e k a kerjakan. Caranya
m a c a m - m a c a m . Misalnya, banyak mahasiswa yang membawa
buku dari toko buku itu k e kampus m e r e k a untuk dijual.
T a n g g u n gj a w a b k o m u n i t a s itu pada o r a n g - o r a n g y a n g s e r i n g

berada d i s a n a juga sangat b e s a r , terutama d a l a m h a l pendidikan.


153

Komunitas itu m e m b u k a p r o g r a m kursus b a h a s a asing gratis,
kursus bahasa pernrograman komputer gratis, b e l u m misalnya

w o r k s h o p - w o r k s h o p gratis yang lain, mulai dari w o r k s h a p cungkil
kayu s a m p a i w o r k s h o p menulis kreatif.
Tidak aneh, banyak orang berduyun-duyun mendatangi
komunitas tersebut. Di tempat itu, kita bisa ketemu dengan
b e r b a g a i j e n i s anak muda, mulai dari aktivis, p en y a i r , peneliti,

pemusik, bahkan tempat n o n g k r o n g para h a c k e r dan c a r d e r .
D i tempat i t u pulalah a k u k e t e m u d e n g a n Ali dan Imam A l i
anak B a n j a r m a s i n , Imam anak Makassar. Mereka janji ketemuan
di Bandung setelah sama-sama dilantik menjadi 'detektif

partikelir'. Ali lulus dari Fakultas Arsitektur I T B , dan Imam
jebolan dari S T T Telkom. A l i jadi detektif partikelir dengan
p
k e a h l i a n utarna di b idang a r s i t e k t u r , I m a m jadi detektif a r t i k e l i r
d e n g a n k e a h l ia n d i b i d a n g p e m r o gr a m a n k o m p u t e r . M e r e k a d u l u
sahabat dekat karena sempat aktif di sebuah organisasi

m a h a s i s w a Islam di Bandung.


Suatu m a l a m , kami bertiga n g o b r o l di s a l a h satu kamar yang
ada d i rum a h besar itu. O bro lan itu lalu b er u b a h m enj a d i t a w a r a n ­

t a w a r a n . "Kalau o r a n g s e p e r t i k a m u , l e b i h b a i k bergabung saja
dengan kami . . ," kata Imam. Lalu ia m e n j e l a s k a n seluk-beluk
.
o r a n g - o r a n g dari dunianya. "Yang penting kamu p r o f e s i o n a l ,
tidak pemah terikat dengan sebuah lembaga d a n o r g a n i s a s i , dan
jalani apa yang k a m u senag i. K a m u bisa menolak tawaran yang

kamu tidak m e r a s a nyarnan dengan pekerjaan itu."
k
"Kuncinya ada pada e m a m p u a n k a m u . . ," kata Ali, " . . yang
.
.
pali ng sulit adalah d i tiga t a h u n p e r t a m a . T a pi b e gi t u k a m u diakui
sebagai detektif patikelir, kayaknya n g g ak ada yang susah lagi.
Kalau te r t a r i k , kami berdua bisa m e n g a m p a n y e k a n k a m u agar
bisa d i r e k o m e n d a s i k a n masuk dalam dunia karni."
Aku manggut-manggut. Lalu aku bertanya, "Terus
b a g airn kalian tahu kalau s a l a h satu dari k a l ia n kemudian
memutuskan untuk bekerja tetap?"

"Begini, i n i sekadar i n f o r m a s i , seseorang yang berpangkat


154

setan belang hanya butuh waktu seminggu untuk tahu siapa
kamu b e g itu kamu terdaft s e b a g a i a n g g o t a di mills kami. H a n y a

seminggu, dan ia tahu siapa kamu, pernah berada d i mana,
pemah m e n g er j a k a n apa . . Apalagi yang betjam t e r b a n g s e tngkat
.
i
dewa laut. I a mungkin saja tinggal d i Papua, dan mungkin tahu
.
ada jarum jatuh di salah satu rumah di Jakarta . . . ," ujar Imam
dengan tenang.

Aku melongo.
"Mmm, tapi itu bukannya kami antilembaga dan
.
antiorganisasi l h o . . Maksud kami kalau mau beketja tetap ya
bekerjalah yang baik, kalau mau ada di sebuah lernbaga ya

i
.
bekerjalah di sana dengan baik . . ," tmpal Ali, seperti ingin
meluruskan s e s u a t u , "Hanya tidak usah d a n tidak perlu di dunia
k a m i . Inilah dunia kami."
"Nanti kamu akan mengerti sendiri, kok. Saranku sih coba
s a j a , kalau tidak cocok toh kamu bisa keluar kapan saja."

"Ada hal lain yang penting, nggak?" Aku bertanya dengan
rasa ingin tahu yang semakin besar.
Ali menjawab, "Kalau baru jadi anggota sih nggak ada lagi.
K a m u h a n y a butuh rekomendasi. Dan beketjalah sesuai dengan

kesenanganrnu dan kemampuanrnu. Kalau tidak ada ketjaan,
kamu tinggal bilang ke milis, orang-orang pasti akan
m e n a w a r irnu. H a n y a kalau kamu s u d a h dilantik m e n j a d i detektif
partikelir, akan ada etika-etika tertentu, tapi biasanya itu
bergantung pada rnasing-masing orang. Tapi ada yang pasti

m i s a l n y a karnu h a n y a boleh paling lama beketja dua bulan dan
lalu istirahat sebulan. Tidak boleh beketja tiga bulan berturut­
turut, jika itu b u k a n proyek p r i badi."
"Kenapa begitu?" Tanyaku.

"Agar kita tidak menjadi orang yang rakus." Hampir
bersamaan rnereka berdua rnenjawab. Dan kemudian Imam
m e n arn b a h i , "Juga agar kamu bisa melakukan peketjaan yang
l a i n , m e rn b a n t u orang lain."
Aku langsung mengangguk setuju. Lalu berturut-turut aku

m e n g e r j a k a n peketjaan di d u n i a ' o r a n g bebas' itu. P e n g a l a m a n k u


155

p
p ern a h 'disekolahkan' d i m a n a - m a n a , dan e m a h be r b u l a n - b u l a n
mengurung d i r i dalam kamar, sangat membantuku. Tepat tiga

tahun kemudian, aku dinobatkan sebagai detektif partikelir.
P e n o b a t a n itu terjadi beberapa bulan setelah aku menulis buku,
l e b i h t e p a t n y a pamflet, sebanyak 25.000 kata dengan judul 'Or­
ang Kaya Tidak Akan Masuk Surga'.
Dua tahun kemudian, aku dikukuhkan sebagai p e m b u n u h

b a y a r a n. H a n y a , saat a k u dinobatkan s e b a g a i p e m b u n u h bayaran,
hal sedih melanda kami. K a r e n a pada saat itu, tsunam melanda
Aceh. Dunia kami juga kehilangan tiga orang sekelas setan
belang, dua orang sekelas p e m b u n u h b a y a r a n , dan dua orang

lagi sekelas detektif partikelir. Untuk menandai penobatanku
sebagai p e m b u n u h bayaran, aku m e n e r b i t k a n lagi sebuah buku
kumpulan puisi, judulnya 'Perempuan dari Padang Galak'.
Kembali k e komunitas itu. Tempat itu adalah s e b u a h tempat
yang paling enak untuk minum kopi. Setiap hari, selalu ada

belasan o r a n g yang datang dari luar kota maupun dari beragam
profesi. Filosofi mereka sederhana: setiap orang pasti punya
kelebihan, setiap orang pasti punya kelemahan, dan oleh
k a r e n a n y a s e ti a p o r a n g pasti b e r g u n a , sekaligus seti p o r a n g bisa
a
saja tidak berguna. Maka jangan heran, yang b is a bahasa Inggris
ngasih kemampuannya tanpa imbalan materi, yang bisa ngasih
w o r k s h o p cungkil kayu, ngasih k e m a m p u a n n y a itu, yang tahu
e l e k tr o n i k a , memberi kemampuannya. Di ruangan besar tempat
m e r e k a sering rapat ada tulisan besar di tembok, dengan huruf

kapital: SESAMA ORANG LEMAH HARDS SALING
MENOLONG.


,
�1, a t:eeildi Salatiga. L e t a k n y a di jalan raya Salatiga-Boyolali.
Dari salah satu tempat di sepanjang jalan itu, kamu bisa
m e n e r u s k a n d e n g a n naik o j e k , sejauh k i r a - k i r a e m p a t kilometer.
T a n y a saja langsung k e setiap orang, "Pak, d i mana letak S a n g g a r
A n a k Merdeka? Kamu pasti akan ditunjukkan ke s e b u a h jalan
setapak. Beberapa ratus m e t e r k e m u d i a n , baru n a m p a k sebuah

rumah kayu besar, yang dikelilingi oleh berbagai jenis tanaman


156

yang menghijau.
D i p i n t u rumah itu ada cungkilan kayu b e r t u l iskan:



N e v e r W o r k .
U n d e r t h e Paving S t o n e , t h e Beach.
I T a k e M y Desires for R e a l i t y , Because I Believe in the Reality of
M y Desires.

Paris, 1968


Orang pertama di ruma itu b e mama Gempa. Aku tida.k tahu
nama aslinya. K e l a h i r anJakarta, keturu Tionghoa. Ia seorang

vegetarian. Lulusan sebuah universitas t e r k e m u k a di Australia
dengan bidang studi lingkungan. Pulang ke Indonesia bekerja
b e b e r a p a t a h u n di s e b u a h LSM l i n g k u n g a n , lalu keluar. Di dada
kiri laki-laki itu, ada s e b u a h t a t o dengan tulisan:
M a a f, Marx

Ini d a d a k ir i Bakunin muda



Tato itu bersemayam tujuh tahun di dada kirinya. Hingga

kemudian di tahun ketujuh, ia m e n a m b a h lagi tato itu dengan
kalimat:
M a a f, Bakunin
Aku ikut G a n d h i s a j a



O r a n g kedua, b e m a m a D o b r a.k . L a g i - l a g i a.k u t i d a . k t a h u n a m a
aslinya. Kelahiran M e d a n , lulus SMA langsung berangkat k e
I n g g r i s untuk m e l a n j u t k a n sekolah. T a p i p a d a t a h u n 1997, i a balik
karena suhu politik di Indonesia semakin meninggi. Kepada

orangtuanya ia mengatakan, "Aku harus jadi saksi sejarah
p e n t i n g di n e g e r i ini." I a tida.k pernah kembali lagi ke I n g gr is ,
dan malah bergabung dengan sebuah organisasi gerakan
mahasiswa yang p r o g r e s i f di Jakarta.

Beberapa bulan setelah S u h a r t o jatuh, ia melarikan diri ke
Bali karena tidak t a h a n dengan b e r b a g a i intrik dan p e r p e c a h a n



157

di organisasinya. Jadilah i a bohemian di sepanjang pantai Kuta.
Lalu ia pergi ke Yogya, bergabung dengan sebuah lembaga

kebudayaan yang bersifat kerakyatan, karena diam-diam, ia
senang sekali menulis puisi. Tapi kemudian ia p e r g i ke Timor
Leste atas ajakan sahabatnya yang asli sana. Dua tahun d i sana,
i a balik lagi ke Indonesia, bertemu dengan Gempa, dan s a m p a i
sekarang.

Orang ketiga bernama, Tarji. I n i juga nama palsu. Konon i a
anak salah satu k i a i d i Lampung. Kemudian kuliah d i sastra
Inggris UGM. Tapi kemudian menjadi aktivis bawah tanah.
Desas-desus mengatakan bahwa ia salah satu tokoh yang

dijadikan target o p e r a s i penculikan aktivis di tahun 1998, tapi
lolos.
Ia sangat m e n g a g u m i Noam Ch o m s k y dan aktivis Indonesia
yakni almarhum Mansour Fakih. I a dipecat dari o r g a n i s a s i n y a
karena mengkritik berbagai kebijakan yang dinilai sangat

sentralis. Lalu dengan e c e w a ia pergi m e n i nggalkan Jakarta dan
k
tinggal di Yogya. D i kota itu, ia b e r t e m u dengan Gempa.
Orang keempat b e r n a m a Paul. Aku juga tidak tahu n a m a
aslinya. I a anak jalanan. I a p e r n a h h i d u p di b e b e r a p a k o t a besar

di I n d o n e s i a . H i n g g a suatu saat ia k e t e m u dengan T arji di a l a n a n ,
j
d a n l a l u berteman.
O r a n g kelima b e r n a m a Lina. Kupikir juga bukan n a m a asli.
Ia anak Jakarta. S e j a k SMA tergila-gila dengan karya P r a m o e d y a
Anan ta T o e r . L u l u s SMA m e rni l i h jalan a n e h , m e n j a d i buruh di

Tangerang. Ia bergabung dengan organisasi buruh, tapi
p
kemudian kecewa. la e r gi m e n i n g g a l k a n T a n g e r a n g , dan kuliah
di STF Driyarkara. Hanya betah dua t a h u n , lalu pergi ke Yogya
melamar kerja menjadi buruh penjaga toko di kawasan

Malioboro. Di s a n a ia b e r t e m u P a u l , dan dari P a u l i a m e n g e n a l
teman-temannya yang sekarang.
Orang keenam bernama Yanto. Kalau yang ini nama asli.
T
Y anto asli d a e r a h P a t i , Jawa e n g a h , dan sempat kuliah di UKS W ,
Salatiga. Dalam berbagai ceritanya, aku t a h u , bahwa ia m e r a s a

sangat e r u n t u n g k a r e n a s e m p a t be r t e m u dan berdiskusi d e n g a n
b

1 5 8

dua intelektual Indonesia yang hebat, yang m e n g a j a r di S a t y a
Wacana saat itu, yaitu A r i e f Budiman dan A r i e l Heryanto. Y anto

kenal Tarji di J a k a r t a , sewaktu ia sedang magang di e b u a h LS M
s
di Jakarta, dan waktu itu Tarji masih melakukan aktivitas
politiknya di Jakarta.
O r a n g k e t u j u h b e m a m a S a n ti . Ini nama asli, s e b a b aku p e m a h
k e n a l dekat. Akulah yang membawanya berkenalan dengan

teman-temannya yang sekarang. Dulu, ia seorang pendesain
grafis yang cukup t e r k e n a l , juga seorang pelukis. Ta pi ia m e m a n g
a g a k a n e h d a n s u k a m e n y e ndiri. Duni s e n i lukis di o g y a p e m a h
Y
dibuat terpana o l e h tingkahnya. Waktu itu, i a mengadakan

pameran tunggalnya yang pertama kali. Banyak kurator dan
kritikus seni rupa yang sebetulnya sudah menduga ia akan
menjadi pelukis be s a r . Malam itu adalah malam pembuktian.
Lukisannya laris manis. Tapi a n e h n y a , S a n t i malah linglung dan
tidak mau menjual lukisannya. Dan ia b e r t e r i a k lantang, "Or­

ang-orang sudah gila! Barang tidak berguna dibeli mahal!"
Setelah kejadian itu, dunia seni lukis tidak pernah meng­
a m p u n i n y a lagi. Tidak ada pintu kedua, a n a k muda! Tapi S a n t i
tidak peduli. Dunia s e n i lukis adalah m a s a lalunya. Di k a m a m y a

y a n g s e k a r a n g , a d a s e b u a h g a m b a r Yesus disalib. T a p i kalau k it a
p e r h a t i k a n temyata wajahnya b u k a n w a j a h Yesus, melainkan
wajah Peter Kropotkin! Dan S a n t i selalu menyebut tokoh y a n g
dikaguminya itu d e n g a n sebutan: P ri n c e Kropotkin.
Tujuh orang itu dulu tinggal di sebuah tanah luas di d a e r a h

Sleman Yogyakarta. A w a l n y a , seorang pastur muda b e r t e m u
d e n g a n Gempa. Pastur i t u m e n a w a r i kalau G e m p a d a n t e m a n ­
t e manny a m a u mengolah t a n a h dengan c a r a pertanian organik,
s i pastur mempersilakan m e r e k a m e m a k a i tanah gereja. Akhirnya

u
b e r k u m pullah tujuh orang itu, d a n hid p d e n g a n cara yang a g a k
g a n j i l d i dunia s e p e r t i s e k a r a n g i n i : bertani.
Tiga tahun kemudian, ketika pengalaman mereka sudah
g
c u k u p m e m a d a i , m e r e k a b e r n i a t meninggalkan tana e r e j a . Lalu
tawaran d a t a n g dari salah satu teman m e r e k a , y a n g kebetulan

anak seorang kepala desa di d a e r a h Salatiga. S i t e m a n m e n a w a r i


159

mereka untuk tinggal di tanah bapaknya yang cukup luas,
mengolah tanah i t u , dan kalau bisa mengajak penduduk di sana

agar melakukan hal yang sama. Gayung bersambut.
Mereka b e r t u j u h m en j a l a n i hidup dengan tenang , dan e r b a u r
b
dengan masyarakat setempat dengan baik. Bahkan setiap s o r e ,
Tarji e n g a j a r i m e n g a j i a n a k - a n a k k e c i l d i masjid desa. D i rumah
m
itu hanya ada satu komputer yang sudah tua, dan satu mesin

ketik yang jauh lebih tua. Seluruh perabot yang ada d i rumah
itu dibuat sendiri oleh tangan-tangan m e r e k a , mulai dari m e j a ,
kursi, rak dapur, r a k buku. Tapi y a n g paling mencengangkan
adalah di salah satu ruang di rumah itu ada sebuah perpustakaan

yang menyimpan ribuan buku.
Jika kamu main ke sana, kamu akan diterima dengan baik.
Han ya ada syarat kecil yang harus kamu penuhi: matikan telpon
g e n g g ammu! S e l e b ihnya, silakan makan apa yang m e r e k a makan.
Kalau kamu mau, kamu bisa ikut mencangkul tanah, m e m b e r i

m a k a n ikan-ikan d i kolam, m e n c a r i rumput dan embe r i makan
m
kambing-kambing d i kandang belakang, atau bersuntuklah di
dalam perpustakaan. Tidak akan ada yang menegurmu dan
memarahimu, sekali lagi kecuali jika kamu menyalakan telpon

genggammu.


�1 ak<*!di Pacitan. Sebuah desa yang terletak d i perbatasan

perbukitan Jawa Tengah-Jawa Timur, di wilayah Pacitan.
Jaraknya 50-an kilometer dari kota kabupaten. Kamu butuh

waktu lebih dari dua jam dari kota itu menuju desa tersebut
karena masalah angkutan. Di tujuh k i l o m e t er menjelang desa itu,
bahkan kadang-kadang kamu harus jalan kaki, terutama jika
ketinggalan angkutan desa yang berupa mobil trek terbuka.

Angkutan itu hanya tiga kali menuju desa tersebut, pertama
adalah jam empat pagi naik dan jam lima turun untuk m e m b a w a
o r a n g - o r a n g ke pasar. Lalu y a n g k e d u a adalah jam s e m b i l a n pagi
n a i k , dengan membawa orang-orang yang habis dari pasar, dan
turun lagi jam sepuluh. Lalu yang terakhir jam dua siang n a i k ,

d a n t u r u n j a m tiga. Selain jam itu, kamu tidak m u n g k i n dapat


160

angktuan, kecuali naik ojek. Tapi bagi beberapa orang, juga
t e r m a s u k aku, jika tidak untuk hal yang penting sekali, l e b i h baik

jalan kaki. P e m a n d a n g a n n y a sangat i n d a h , dan terutama jauh
lebih m e n g k h a w a t i r k a n n a i k o j e k dari pada jalan kaki k a r e n a
jalannya yang buruk sekali, yang setiap saat kamu bisa
terpelanting dari boncengan si pengendara. Aku pernah
mengalarniya sekali, d a n cukup kapok. Apalagi jika musim

pemghujan.
Di desa itu, ada beberapa anak muda yang berasal dari
S u r a b a y a , Malang, Blitar dan Pacitan s e n d i r i u n t u k sebuah kerja.
Dulu, mereka saling bertemu di acara-acara yang berbau

kebudayaan. K e b a n y a k a n dari m e r e k a dulu adalah aktivis teater
di kampus-kampus mereka. Tidak salah jika m e m a n g banyak di
a n t a r a m e r e k a yang m e m p u n y a i keahlian seni.
Hingga suatu s a a t , atas i n i s ia ti f salah satu p e k e r j a k e b u d a y a a n
yang berumur c u k u p sepuh, m e r e k a s a l i n g d i p e r t e m u k a n u n t u k

s e b u a h kerja bersama yang lebih s e r i u s . Lalu diambillah sebagai
'laboratorium' u n t u k kerja m e r e k a , yakni di desa t e r s e b ut.
M e r e k a memulainya dengan sebuah kerja yang s e d e r h a n a ,
i k u t berbaur d e n g a n k e s e n i a n - k e s e n i a n tradisional yang masih

banyak dilakukan oleh warga s e t e m p a t , mulai dari kentrungan,
macapatan, jathilan, lesungan, dan masih banyak yang lain. Dari
f o r u m - f o r u m informal k e ti k a acara itu diselenggarakan, m e r e k a
berembug tentang a p a saja.
Mereka mengumpulan, mendokumentasikan berbagai

a
k h a s a n a h lokal dan k e a r i f a n lokal untuk kemudi n direvitalisasi.
Misalnya, mengapa selalu ada t a h a p a n - t a h a p a n peringatan yang
dilakukan secara sosial jika ada orang yang hendak m e l a h i r k a n ?
Itu adalah s e b u a h upaya s o s ia l u n t u k menyambut calon a n g g o t a

k o m u n i t a s y a n g baru, p e n g h a r g a a n bagi sosok manusia, sebuah
generasi pelanjut. Hal-hal seperti itu harus mulai lagi
direvitalisasi, sebab ada a n c a m a n baru yang sangat besar yang
hendak m e m p o r a k - p o r a n d a k a n s e m a n g a t k e b e r s a m a a n . Sebuah
k
modal yang p e n ti n g bagi sebuah o m u n i t a s u n t u k m e n y o n g s o n g
gelombang kehidupannya.


161

Mereka berbicara soal keanekaragaman hayati dan
keselamatan lingkungan mereka sendiri. Sebuah perbincangan

p e m a h terjadi. Beberapa belas tahun yang lalu, untuk sebuah
acara jathilan, m e r e k a membutuhkan 13 jenis sesajen dari b u n g a
d a n tumbuhan tertentu. T a p i d i tahun-tahun belakangan i n i ,
ternyata sesajen berubah menjadi 8 jenis. Mengapa? Setelah
diingat dan diteliti, k a r e n a ternyata kelima jenis tanaman yang

lain sudah susah dicari. Maka mereka kemudian berusaha
m e n y e l a m a t k a n , m e nana lebih banyak lagi jenis tana yang
ada.
Lalu sebuah p e r b i n c a n g a n juga pemah terjadi. DuJu, lesung

u
itu merng alat n t u k m e n u m b u k padi. Lalu karena daya k r e a t i f
masyarakat, lesung kemudian juga berfungsi u n t u k m e m b e r i
petanda b a g i berbagai hal y a n g sifatnya sosial, m i s a l n y a untuk
memberitahu bahwa ada sebuah keluarga yang punya hajat.
B a h k a n juga bisa dipakai u n t u k melakukan olah seni bersama,

digunakan u n t u k m e n gi r i n g i lagu-lagu. Tapi kemudian lesung
m u l a i menghilang d a r i r u m a h - r u m a h itu, dan h a n y a sedi yang
masih menyimpannya. Mengapa? Setelah diperiksa bersama­
sama, k a r e n a t e r n y a t a sudah tidak ada o r a n g yang m e n u m b u k

padi dengan lesung. Mengapa? K a r e n a m e m a n g b i j i padi yang
sekarang ada sudah tidak kuat menahan gempuran alu.
Mengapa? Itu terjadi karena jenis padi yang dipaksakan oleh
suatu sistem yang t e r k e n a l dengan nama 'revolusi hijau'. Lalu
apakah revolusi hijau itu dan apa dampaknya bagi l i n g k u n g a n

dan m a s y a r a k a t ? Luar biasa! R e v o l u s i h ij a u b u k a n h a n y a m e r u s a k
t a n a h d a n s i s t e m e k o n o m i m a s y a r a k a t p e t a n i , te t a p i j u g a m e r u s a k
p o l a pembagian k e t j a a n t a r a laki-laki d a n perempuan d i sebuah
komunitas. Perempuan 'disingkirkan' dari proses produksi dan

dibebani dengan urusan-urusan domestik.
Mereka, anak-anak muda itu, bukan hanya bicara, tapi
m e l a k o n i . Mereka tidak memegang spidol, ta pi memegang r a n t ­
i n g - r a n t i n g tumbuhan. Mereka tidak hanya duduk n o n g k r o n g ,
t a p i t a n g a n d a n kaki m e r e k a ikut menyentuh lumpur. Mereka

menyanyi dan saling bicara. Mereka sating membantu untuk


162

melakukan pekerjaan yang mereka yakini penting bagi
kehidupan.

M e r e k a m e n y i n g k i r k a n sejenak h a r a p a n - h a r a p a n yang d i r a s a
tidak pantas untuk bersemayam dibenak mereka sendiri.
H a r a pan yang tidak pantas! H a r a pan i n g i n hid up kaya di t e n g a h
m a y o r i t a s m a s y a r a k a t yang m i s k i n , h a r a pan ingin h i d u p m a k a n
di tengah mayoritas masyarakat yang tersengal-sengal

menghadapi gempuran hidup yang begitu k e r a s , harapan i n g i n
h i d u p makmur d i t e n g a h - t e n g a h m a y o r i t a s masyarakat yang
hid up nestapa. Mereka m e n g e r j a k a n hal-hal sederhana d a n yang
m u n g k i n mereka lakukan. Mereka tidak sibuk bicara melainkan

bekerja dengan p e n u h daya. M e r e k a melakoni di sebuah tempat
yang mungkin kita semua melempar pertanyaan: masih ada
daerah s e p e r t i itukah di pulau Jawa?


�1'# kee i t di Sleman. Itu adalah sebuah keluarga kecil yang

terdiri dari seorang ayah sekaligus suami, seorang ibu sekaligus
i s t r i , dan tiga a n a k - a n a k kecil. Aku m e n g e n a l Mas T r u n o , si ayah
sekaligus s a n g suami, dari salah satu t e m a n dekatku. Begitu lulus
dari fakultas Sospol UGM, sebelum ia m e n i k a h dan menetap di

Sleman, ia m e n g e m b a r a di berbagai pelosok di Indonesia untuk
belajar bertani secara organik, terutama dari masyarakat
langsung. Setelah dirasa cukup, ia menjejakkan tanah, b e k e rj a
u n t u k k e y a k i n a n d a n cita-cita.
Kalau kalian berada di s a n a , maka kali n akan siap bertemu
a
dengan berbagai jenis manusia yang sedang belajar bersamanya.
O r a n g datang hilir-mudik di sana, dari berbagai profesi dan dari
berbagai daerah. Satu kalimatnya yang penting kuingat di kali
pertama aku bertemu dengannya adalah, "Dik, menurutku, apa

yang k a m u m a k a n , itu b e r p e n g a r u h b e s a r dengan apa yang k a m u
p i k i r , d a n berpengaruh besar terhadap keseluruhan h a l yang
k a m u kerja k a n .... "
s
T a pi ia adalah seorang s u a m i yang adil dan e o r a n g a y a h yang
bijak. Aku sering memerhatikan betapa bijaknya ia dalam

m e n j a l i n hubungan dengan anak-anaknya. Ia menikah d e n g a n


163

seorang istri yang berbeda agama dengannya, dan justru ia
m e n g a n g g a p itu adalah sebuah keberuntungan. "Siapa bilang

m e n i k a h beda agama i t u m e m b u a t sebuah rumahtangga tidak
bahagia? Justru sebaliknya. Setiap o r a n g diajak sejak dari ruma
m e r e k a s e n d i r i untuk belajar m e n g h o r m a t i keyakinan o r a n g lain.
Anak-anak sejak kecil sudah diajari untuk bisa menerima
.
perbedaan-perbedaan . . . ," b e gi t u katanya di s u a t u saat.
Ia juga sosok yang sangat sederhana. Ia petani yang sangat
rajin, dan ia adalah orang yang percaya, paling tidak selalu
berupaya u n t u k percaya b a h w a peradaban manusia bisa dibuat
lebih berkualitas. Dan sering kali aku m e n d e n g a r cerita-cerita

lucu dan cerita-cerita penuh hikmah jika berada bersamanya.
Suatu saat, ia bercerita . . . .
.
"Aku pun ya s e o r a n g t e m a n , psikolog d a r i Surabaya. I a h i d u p
bahagia d e n g a n i s t r i d a n anaknya. Ia o r a n g yang luarbiasa baik.
Hingga k e m u d i a n , istrinya jatuh sakit. Istrinya sakit k e r a s , dan

tiba saat-saat menunggu kematian. Tapi t e m a n k u itu terlihat
t e g a r , dan b a h k a n s e m p a t bercanda k e t i k a aku b e r t a n y a padanya
saat m e n j e n g u k istrinya. Sebuah pertanyaan di depan istrinya
yang sedang sakit. Waktu itu aku bertanya: Mas, bagaimana

c e r i t a n y a kamu dapat Mbakyu . . .
.
"Lalu t e m a n k u itu m e n j a w a b . . . .
.
"Begini, Dik, dulu itu a k u bercita-cita mempunyai istri yang
c a n t i k , cerdas, kaya, dan kalau b is a d a r i anak bangsawan ..... Tapi
ketika a k u b e r u m u r 2 7 tahun, sosok yang kuidarnkan itu belum

juga kudapatkan. Lalu aku menurunkan kriterianya menjadi
cerdas, c a n ti k , dan kaya. Tapi seiring waktu, tetap saja kau b e l u m
mendapatkannya. Lalu kuturunkan lagi menjadi cerdas dan
cantik saja. Toh k e k a y a a n bisa dicari b e r s a m a - s a m a n a n t i . Eh ,

temyata tidak dapat juga. Akhirnya aku bingung. Padahal
k r i t e r i a k u tinggal cerdas dan cantik saja. Kalau kuturunkan l a g i,
apa yang aku pilih ya? Kalau cantik tapi tidak cerdas,
w a h .... bagaiman aku ngajak ngomong dia? Kalau cerdas tapi
tidak cantik . . ya gima juga? N a h , a k h i m y a a k u dapat dia, ya
.
i s t r i k u i n i .... .


164

"Sambil bercerita seperti itu, t e m a n k u itu tetap membelai­
belai istrinya yang sedang sakit parah ..... Lalu ia melanjutkan

.
c e r i t a . . .
" Y a , B u , ya . . . . . .
"Begitu ujarnya sambil menengok ke arah istrinya, dan
tersenyum menggoda. Istrinya yang sedang sakit itu juga
D
.
t e r s e n y u m dan mengangguk .... a n teman m e l a nj u t k a n lagi . . .
"Lihatlah, Dik. lstriku ini bukan dari kelas bangsawan. Tidak
begitu kaya. Tidak juga b e g itu cantik. Juga tdak begitu cerdas.
i
.
Tapi . . . Tuhan m e m b e r i a n u g e r a h luar biasa padanya. I a o r a n g
yang sangat bijaksana ....

"Mereka berdua lalu saling memandang penuh senyum dan
saling m e m p e r e r a t g e n g g a m a n tangan. Saat sang istri meninggal
dunia, ia terlihat begitu cantik luar biasa, dan mulutnya
t e r s e n y u m bahagia ..... o n o n kata s a l a h satu keponakanya yang
K
menunggui saat k e m a t ia n mendatangi sang istri, ia menyimak

percakapan terakhi ini. P e r c a k a p a n a n t a r a si suarni dan si istri .....
"Mas, aku i n g i n m e n g a t a k a n untuk t e r a k h i r kalinya, bahwa
aku sangat ingin menemani Mas dan anak-anak di hidup
ini . . . Tapi Tuhan sepertinya menginginkan yang lain. Tidak
.
mengapa, kan? Toh aku tetap menemani Mas dan anak­
anak .... Hanya saja di dunia yang berbeda. Itu saja ..... "
"Lalu sang suarni m e n j a w a b .....
"Dik, sudah lama kita bersama. Aku berterimakasih kamu
telah bersamaku dan bersama anak-anak. Kamu ibu yang sangat

luarbiasa, dan kamu juga seorang istri yang luarbiasa. Selama
b e r s amam, a k u hanya punya satu kesimpulan besar: aku tidak
punya alasan untuk tidak m e n c i n t a i m u sampai kapanpun ... "



T
o
C e r i t a Mas r u n o itu didengar o l e h lima r a n g yang kebetulan
sedang berada di r u a n g tamunya yang kecil. D a n masing-masing
mata berlinangan m e n d e n g a r cerita itu .....
Di ruma Mas T r u n o , tinggal juga b e b e r a p a anak muda dari
berbagai daerah untuk belajar langsung pertanian organik.

S e t e l a h beberapa t a h u n m e r e k a b e l a j a r , lalu masing-masing o r -


165

ang akan pulang k e m b a l i ke t a n a h a s a l n y a untuk m e m p r a k t i k k a n
hasil b e l a j a r m e r e k a . L a l u akan datang l a g i beberapa anak m u d a

yang lain, begitu terus-menerus.
Mas Truno adalah orang yang sangat cerdas dan k r i t is . K e t i k a
suatu saat a d a yang bertanya padanya tentang merebaknya
pertanian organik, ia menjawab, "Lha kalau yang dimaksud
pertanian organik h a n y a semata-mata tidak menggunakan obat­

obatan, pestisida, dan rabuk k i m i a , itu keliru. Apalagi jika petani­
petani itu justru tidak punya lahan lagi, dan tanah dimilki oleh
para pengusaha yang m e n g a t a s namakan pertanian organik. ltu
pengertian yang kacau dan ngawur."


,
� l a k ee d d i Banyuwangi. Aku h a n y a pernah bertemu dengan
l
,
dua orang berpredikat Dewa Laut. Dewa laut pertam tinggal di
Belanda, sudah bertahun-tahun ia bermukim di sana, d a n aku
h a n y a pernah b e r t e m u dengannya s e k a l i , saat ia datang ke Indo­

L
n e s ia . Dewa Laut kedua bernama Pak a ti f , berasal dari Makassar.
Dulu, Pak Latif p e m a h menjadi dosen di Universitas Hasanudin,
tapi kemudian memilih untuk menjadi orang bebas. I a banyak
menghabiskan waktu di tiga tempat, di salah satu desa di

Makassar tempat e l a h i r a n n y a , di pulau Se l a y a r dan di s a l a h satu
k
pantai di wilayah B a n y u w a n g i. I a mempuyai hobi memancing
dan berlayar. Hampir seluruh lautan di dunia ini pernah
dijelajahinya untuk memancing ikan. Ia tahan berhari-hari
s e n d i r i a n di laut, d e n g a n p e r a h u m u n g i l n y a yang s e r i n g d i p a r k ir

d i salah satu pantai d i Banyuwangi. Aku cukup sering datang
dan menginap di rumah terapungnya itu, tentu saja saat i a ada
di Banyuwangi.
Di pantai dimana perahunya diparkir itu, ia dikenal cukup

luas oleh penduduk pantai itu karena kiprahnya dalam
m e m b a n t u mendirikan dan mengelola sebuah koperasi nelayan.
Ia hanya punya satu tempat yang diistilahkan 'ke darat', yaitu
o
k e B l i t a r , di m a k a m B u n g Kamo. Se l e b i h n y a , i a adalah r a n g laut.
O r a n g yang tidal< bisa dilepaskan dari bau laut. H a n y a ada satu

syarat jika b e r s a m a n y a , tidak boleh ada suara musik. Aku boleh


166

m e n y a n y i dari mulutku, tapi tidak b o l e h m e n y e t e l musik dari
alat apapun. I a sangat tahan b e r h a r i - h a r i b a h k a n berrninggu­

rninggu berada di geladak perahunya yang mungil itu dengan
hanya menghadap laptop sekaligus menghadap laut lepas di
depannya. "Laut adalah dunia yang penuh misteri," begitu
katanya suatu saat, s e p e r t i b e r k a t a pada dirinya s e n d i r i .



Pkl fr 1 � 6e m el'V riff. Dari T a n t e Wijang. A k u m e n y a p a n y a , "Halo .... "
S u a r a di s e b e r a n g m e n g a t a k a n b a h w a s e j a m la g i urusannya
selesai, dan memintaku untuk b e r t e m u saja d i k a f e D e s e m b e r .
A k u m e n y e p a k a ti n y a , lalu m e n u t u p t e l p o n . S e g e r a a k u m e n e l p o n

Bono, "Bon, a n t a r a k u k e k a f e D e s e m b e r .... " Lalu a k u berkemas.


Kafe Desember adalah sebuah kafe kecil yang terletak di
sekitar kampus Unair. Didirikan oleh tiga orang bersaudara
sepupu, Destry, Desi dan Desta. Ketiganya lahir di bulan

d e s e m b e r , ketiganya kuliah di fakultas Sospol Unair dan satu
jurusan yaitu jurusan H u b u n g a n I n t emasional. M e r e k a lucu-lucu
dan baik hati. D e s t a , adalah satu-satunya cowok. Desi adalah
cewek yang sangat tomboi. Sedangkan Destry adalah adik

kandung L i a , aku mengenal D e s tr y l e b i h dulu dibanding Lia.
Saat itu, aku diajak temanku untuk ngopi di sana, dan kami
berkenalan. Jadi, ketiga orang itu adalah keponakan Tante
Wijang.
K e t i k a aku sampai di kafe D e s e m b e r , dan baru saja turun dari

taksi, mereka b e r t ig a sudah b e r e b u t duluan menuju depan pintu
sambil berkacak pinggang. Sangat tipikal mereka. Aku s e r i n g
m e n j u l u k i m e r e k a s e b a g a i 'trio k w e k - k w e k ' . Lalu D e s i s e g e r a
berkata dengan lantang, "Maaf, tidak m e n e r i m a tamu yang

sombong!"
Aku t e r s e n y u m , dan pura-pura bingung, s a m b il m e n g e m y i t
dan b e r k a t a , " M a a f , s i a p a y a n g A n d a maksud?"
"Kamu!" H a m p i r bersamaan m e r e k a m e n j a w a b .
" W a h , s e t a h u saya, saya ini bukan orang y a n g s o m b o n g , t a p i

o r a n g yang k e r e n . . . "


167

M e r e k a langsung m e n y e r b u k u dan m e n g e r o y o k k u dengan
cara menggelitiki sekujur tubuhku. Tentu saja aku yang masih

m e n y a n d a n g ransel b e s a r t e r i a k - t e r i a k tidak karuan s a m b i l sibuk
m e n y e l a m a t k a n diri. Tampaknya m e r e k a puas, lalu m e n g a j a k k u
masuk, d a n membuatkan kopi kesukaanku.
Siang itu, sekalipun badanku semakin terasa sakit-sakit
karena belum tidur berhari-hari, tapi perasaanku mulai agak

senang. Agak ....






























































168

e m p a t 6efas


























®d & v� . Orangnya mungil, cantik, baik hati,

pendiam, pemalu, yang dalam bahasa anak
sekarang cukup diwakili dengan satu kata: lucu.
Kalau untuk anak muda sekarang yang sedang
pacaran mengubah kata i t u menjadi: lutu. J a n g a n

kaget jika a d a sepasang anak muda zaman sekarang
sedang melihat barang-barang di mal, lalu salah
satunya memekik, "lh, Yank, lutu banget!" Atau
misalnya jika mereka menelpon pacamya akan
terdengar kalimat i n i , "Bawain sekalian, otat, ya?"

Lucu jadi lutu, o k l a t jadi otat. Aku tidak p e m a h t a h u
c
a p a y a n g m e n y e b a b k a n banyak sekali a n a k muda

sekarang yang mempunyai kecenderungan un tuk
m e n j a d i balita justru k e t i k a sedang dimabuk asmara.
Destry o r a n g yang sangat baik. Setiap kali i a
m
selesai e n o n t o n f ilm t e r t e n t u , i akan e n gi r i m i k u
m
a

pesan pendek, "Mas, sudah n o n t o n Closer?" K a l a u aku bilang
b e l u m , h a n y a butuh waktu paling lama seming g u , lalu sudah

ada keping DVD yang terkirim sempurna ke kontrakanku.
I a juga anak y a n g cerdas, kelewat cerdas, bahkan. S e h i n g g a
k a l a u dapat nilai B , sedihnya setengah mati, d a n i n g i n segera
m e n g u l a n g mata kuliah itu. I a juga p e m a l u , dan pipinya gampang
memerah jika i merasa malu dan tersipu. Tidak banyak bicara,
a
dan kalau sekali bicara, selalu menentramkan. M is a l n y a , "Mas,
mau minum apa?"
Desta. Tipikal anak sekarang. Cakep, putih, t i n g g i , dengan
dandanan rambut yang setiap kali aku bertemu d e n g a n n y a pasti

berubah. O b s e s i n y a juga gampang berubah. B e b e r a p a tahun yang
lalu, ia sibuk sekali b e r b i c a r a tentang grup musiknya. S e t ia p kali
bicara dengannya selalu ada s a j a hal y a n g mengharuskan a k u
untuk mendengarkan perihal sepakterjangnya d i dunia musik,
dan jadualnya untuk masuk dapur rekaman. Ia dan grup

musiknya tidak pernah benar-benar masuk dapur rekaman.
H a n y a cita-cita ....
L ia yang mengatakan ini kepadaku, sambil terus m e n a h a n
senyum. D e s t a diajak o l e h sebuah grup musik k a r e n a ia punya

m o b i l , sehingga kemana- mana kalau pentas di kampus-kampus
tidak memalukan. I a juga cukup punya uang untuk membayari
jika mereka harus latihan di studio musik. Karena ia hanya bisa
gi
sedikit-sedikit main t a r , ia dapat posisi di, i til ah k er e n n y a ' gi t a r
s
2'. Ta pi karena tidak juga ada kemajuan dalam hal
ketrampilannya memetik gitar, a khir y a ia sadar diri dan ngurus
manajemen. Tapi karena belum juga b a n y a k t a w a r a n , dan grup
musiknya tidak m a j u - m a j u , ia a k h i m y a cabut. Lalu ia p u n y a
a
o b s e s i untuk jadi sutradara film. Maka mulai aktiflah i d i dunia
p e r f i l m a n indi. Satu ilm pernah dibuat dan disutradarainya, dan
f
satu saat aku serta Lia p e r n a h dipaksa untuk m e n o n t o n hasil
besutannya. Sampai a k h i r film, aku n g g ak p a h a m , dan L i a juga.
Tapi untuk menentramkan h a t i n y a , aku dan Lia bilang, "Wah,
bagus sekali . . Tapi maksudnya k i r a - k i r a apa, sih?"
.
b
E n t a h a p a yang terjadi, t i b a - t i b a ia banting s t i r dan e r g a b u n g

170

dengan sepupu-sepupunya m e n d i r i k a n kafe Desember. Sambil
terus betjuang agar S K S - n y a keluar dari kisaran 50, dan I P - n y a

dari k i s a r a n 2.0, ia kini tertarik untuk b e r m a i n teater.
Desi. Satu-satunya saudara Lia yang pernah membuatku
sesaat m a t i kutu. Waktu itu, aku b a r u s a j a jadian dengan Lia.
Dan waktu itu, aku datang ke Surabaya untuk a c a r a ulangtahun
Lia.

Di t e n g a h - t e n g a h b a n y a k orang, terutama s e p u p u - s e p u p u L ia ,
i a berkata padaku, "Mas, aku p e r n a h tanya s a m a Mbak Lia, apa
s i h uniknya punya pacar seperti kamu .... "
A k u melihat ke a r a h Lia. Lia terlihat panik. I a m e m b e r i kode

k e arah Desi. Tapi Desi tidak peduli, dan terus b e r c e r i t a sambil
mengumbar s e n y u m lebar kemana-mana.
"Kata Mbak Lia, pacaran sama kamu itu, hanya ada satu
.
kalimat kunci, yaitu: Aku nunggu di sin i s a j a , y a . .''
Semua o r a n g semakin penasaran dengan cerita Desi. H a m p i r

semua orang b e r t a n y a s er e m p a k , "Maksudnya apa?"
Lia dengan t e n a n g b e r c e r i t a , tidak peduli dengan mata Lia
yang mendelik ke arahnya, dan aku yang sudah mulai malu.
"Soalnya, kalau m i s a l n y a diajak Mbak L ia ke m a n a gitu, entah

k e kantor apa, entah ke toko a p a , entah ke rumah makan a p a ,
kebanyakan S a n g Pacar ini a k a n m e n j a w a b , a k u di sini s a j a , y a .... "
Semua makin penasaran. Lagi-lagi mereka akan bertanya
dengan serempak, "Maksudnya apa?!"
Lalu dengan tenang Desi m e m b e r i penutupan cerita yang

menghentak, "Sebab bekas p a c a m y a ada dimana-mana ..... "
Semua orang tertawa. L i a melihat ke arahku dengan m u k a n y a
y a n g memelas. T a p i aku tetap m e n c o b a tersenyum.
K e m u d i a n L ia yang membocoriku jurus balas dendam. Desi,

sebagaimana anak muda zaman sekarang, pintar s e k a l i berbahaa
Inggris, cas-cis-cus, b a h k a n dalam perkataan s e h a r i - h a r i . Suatu
saat, kakek mereka s a k i t k e r a s , lalu berkumpullah m e r e k a s e m u a
k e t e m p a t s i kakek. Suatu sore, m e r e k a bekumpul d i beranda
rumah kakek, dan di sana ada Mas Rekso. Seperti biasa, rarnaah

beranda itu terutama k a r e n a kehadiran tiga o r a n g yang lahir di


171

bulan Desember, terutama Desi. Dan sebagaimana biasa, selalu
saja diselingi dengan cas-cis-cus bahasa Inggrisnya. Lalu tiba-tiba

Mas Rekso mendekati kerumunan anak muda itu. "Desi, tahu
nggak apa yang ingin kulakukan sekarang?"
Kontan saja Desi menjawab, " N g g a k , Om . . . " Memang hanya
.
Lia yang memanggil Mas R e k s o dengan sebutan 'mas'.
"Aku e n t a h mengapa ya, ingin sekali menyumpal m u l u t o r ­

ang yang gemar sekali ngomong bahasa I n g g r i s , padahal ada
bahasa Indonesianya."
Semua diam. Desi kembali menanggapi, "Memangnya
kenapa?"

"Pertama, kamu akan menggunakan bahasanya. Kedua,
lidahmu akan m e n g i k u t i lidahnya. K e t i g a , s e l e r a m u akan tunduk
pada seleranya. Keempat, kamu akan diam ketika mereka
mencuri barang-barangmu. Kelima, kamu akan berterimakasih
sebab mereka telah mencuri b a r a n g - b arangmu."

Semua diam. Mas R e k s o lalu pergi, sambil berkata, "Bukan
berarti nggak boleh pin tar bahasa I n g g r i s , lho ..... kalian kan tahu
aku juga pintar bahasa Inggris."
Semenjak itu, hanya ada satu cara untuk ' rn e n g h a j a r ' Desi.

Berikut adalah urutan kata untuk rnenghajarnya: yang rnana,
anggur, rn e n i k a h , tunangan, takut, panik, dan banyak lagi yang
lain. Misalnya, Lia akan b e r k a t a , "Desi, yang mana!" Ia rn e m b e r i
penekanan pada kata 'yang rnana' ketika Desi mengucapkan
which is. Dan sepupu-sepupunya pasti akan tertawa.

Mereka, saudara-saudara Desi sering juga rn e rn p e r i n g a t k a n
D e s i dengan k e l i rna t , "Awas, Pancarekso, Desi!"
Lalu mereka ramai-ramai m e n y e b u t urutan kelima 'teori' Mas
R e k s o , "Satu, kamu akan e n g guna bahasanya! D u a , lidahmu
m
akan rnengikuti lidahnya .... ," dan seterusnya. Hal seperti itu
langsung membuat wajah dan nyali Desi kecut ....
Aku s i h tidak begitu memikirkan kelima teori Mas Rekso,
tapi aku sampai sekarang masih dibingungkan dengan mengapa
anak sekarang senang sekali mengucapkan kata 'banget'. Dalam

satu kalimat, kata 'banget' yang digunakan bisa belasan


172

jumlahnya.

Tapi teman satu k o n t r a k a n k u lebih canggih l a g i dalam hal
m e n e l i t i bahasa. Menurut dia, ada yang aneh antara bahasa yang
mengungkapkan kekaguman atau ekspresi kegembiraan, dan
kesedihan. Misalnya, kita mengenal perubahan dari k u r u n k e
k u r u n untuk ekspresi kekaguman, misalnya: kece, k e r e n , lucu,
cool, funky, dan lain-lain dengan masing-masing tambahannya,

mulai dari wow, abis, banget, dan lain-lain. Tapi dari zaman ke
zaman, hanya ada satu ekspresi simpati: kasihan. Paling-paling
kalau berubah hanya plesetan dari kata itu: cucian. Sepertinya
memang ada hubungan antara bahasa dan sikap mental, antara

bahasa dan kekacauan logika.
Dalam pemberian narna kafe ini, rn e r e k a terlibat polemik.
Pemodalnya tiga orang, Destry, Desi dan Desta. Tapi melibatkan
Lia untuk ikut berembug. Lia m e n g u s u l k a n nama warung k o p i
Desernber. Destry mengusulkan kedai k o p i Desember. Desta

tidak punya usul. Dan Desi bersikukuh dengan nama kafe
Desember dengan alasan bisnis adalah bisnis. Karena Lia tidak
ikut menjadi pernodal, ia hanya punya hak bicara tetapi tidak
a
punya hak suara. Karena D e s tr y o r a n g n y a baik ha ti, i mengalah.
Dan Desi m e n a n g . Jadilah d i depan tempat itu sebuah tulisan
yang rnentereng terpampang jelas: Kafe Desernber.



9'W(':1 m e r. alt hati masuk ke pelataran kafe itu. Aku segera
mengangkat ransel besarku rnenuju ke arah kasir. Ketiga o r a n g

yang rn e r u b u n g k u melarang, gratis. Tapi a k u b e r s i k u k u h , bisnis
adalah bisnis. Lalu kutinggalkan uang limapuh ribuan d i meja
kasir, yang pegawainya bingung tidak tahu harus bagairnana.
A k u m.elenggang. Di belakang k e m u d i , T a n t e W i j a n g tersenyurn

hangat. A k u membuka pintu tengah, rnernasukkan tas, dan
menutupnya l a g i , lalu membuka p i n t u d e p a n , duduk di samping
Tante Wijang. "Kamu memang terlihat kacau sekali. ... ," begitu
komentar tante Wijang.
Tiga orang sepupuan itu menyerbu ke halaman dan D e s tr y

sibuk meminta agar aku membuka kaca jendela untuk


173

memberikan uang kembalian. Aku membuka kaca jendela,
mengucapkan terimakasih, sementara Tante Wijang juga

m e m b u k a jendela di sampingnya karena Desta dan Desi berada
di a r a h sana. B e b e r a p a basa-basi terjadi antara m e r e k a bertiga
dan tantenya. Lalu k ij a n g melesat.
Sepanjang perjalanan, karn hanya b e r c a k a p ringan. Mungkin
T a n t e Wijang m e m b e r i k u kesempatan agar bisa terlelap barang

s e j e n a k . T i b a - t i b a aku teringat cerita seorang sahabatku yang
mempunyai teman dekat seorang pelukis t e r k e n al. Pelukis teman
sahabatku itu, konon s e ti a p malam harus diajak berputar-putar
naik mobilnya oleh sang sopir yang setia. T u j u a n n y a hanya satu,

agar ia bisa tertidur. Jadi, hampir tiap malam, si sopir selalu
berputar-putar di kota itu paling tidak dalam w a k t u lima jam,
untuk m e m b e r i kesempatan si pelukis tidur. S e b a b kalau tidak
seperti itu, si pelukis tidak p e r n a h bisa tidur.
Tapi sepanjang perjalanan ke Malang, aku tetap tidak b i s a

B
tidur. S e b e l u m karn naik ke a t u , T a n t e W i j a n g m e n g a j a k k u dulu
m a k a n di warung m a k a n kesukaanku, Soto Lombok.
Tiba di tumah T a n t e W i n a n g , hari sudah sore. Aku mandi a i r
hangat, lalu mencoba tidur. Hanya bisa terlelap sebentar.

M e n j e l a n g M a g h r i b , aku sudah bangun lagi, d a n kudapati a n t e
T
Wijang d i beranda rumahnya, menghadapi seteko t e h , dan
m e m a n d a n g perbukitan luas di depannya.
"Bisa tidur?"
"Hanya s e b e n t a r , T a n t e , ta pi lumayanlah. Paling tidak sudah

tidur."
"Teh . . "
.
A k u lalu m e n u a n g t e h k e dalam g e l a s yang kosong yang juga
sudah tersedia untukku, lalu meminurnnya dan menyalakan

rokok. "Lho, Mas Rekso rnana, Tante?"
"Naik Semeru. Ada temannya waktu kuliah di Surabaya
datang. M e r e k a berdua suka naik gunung."
"Kapan baliknya?"
"Harusnya sih semalam, tapi paling mampir e n t a h k e m a n a

dulu, m a k l u m t e m a n lama. K a m u , baik?" T i b a - t i b a t a n t e wijang


174

mengalihkan p e m b i c a r a a n ke diriku.
.
a ,
"Y be g1 ru "lah .... "

"Masalah itu lagi? Sepertinya kemarin-kemarin kamu sudah
lebih baik, kan? Lalu k e n a p a menjadi kacau lagi?"
.
"Aku ketemu dia, T a n t e . . "
T a n t e W i j a n g memandangku tajam. 110, ya?11
Lalu a k u menceritakan p e r t em u a n k u dengan p e r e m p u a n itu

ketika menghadiri satu a c a r a di Jakarta, sampai kemudian k e t i k a
p e r e m p u a n itu menelponku.
11Itu akan lebih bagus lagi untuk kamu . .. 11
A k u agak tidak mengerti dengan kalimat Tante Wijang

barusan.
11Ya, itu baik buat kamu. Itu p e r i s t i w a pamumgkas yang akan
m e m b u a t m u semakin siap m e n j a l a n i hidup ke d e p a n dengan
le b ih baik. Mungkin selama ini kamu masih m e n y i m p a n harap,
.
dengan diam-diam dan t e r s e m b u n y i , bahwa ah . . mungkin ia
m
belum m e n i k a h , ah .... u n g k i n kalian akan k e t e m u suatu saat
dan balik lagi. .. padahal kamu terluka, padahal bukan itu
realitasnya. Sekarang jelas sudah, ia sudah menin g g a l k a n m u , ia
sudah menikah, ia sudah punya anak, ia cukup bahagia,

sekalipun ia bilang bahwa ia m e n c i n t a i m u."
Aku t e r d ia m .
"Ini pukulan terakhir. T a p i k a m u telah siap. K a m u telah
melalui I u k a - I u k a itu, dan tinggal sedikit saja. Semua akan baik­
baik saja. K a m u m a s i h meminum o b a t m u kalau kumat?"

Aku m e n g g e l en g k a n kepala. 11Kalau terpaksa sekali, Tante . . . "
.
"Kenapa?"
"Aku ingin sembuh. Aku tidak mau kecanduan dan
menjadikan itu sebagai obat s e u m u r hidupku."

Tante W i j a n g t e r s e n y u m dan berkata, "Begitu, do n g ! "
"Masih belum p u n y a p a c a r lagi, kan? "
"B e l u m , T a n t e . . . "
"Bagus. Hadapi kesakitanmu, dan jangan alihkan! Kamu
harus m en g h a d a p i d a n m e l a w a n n y a . Taklukkanlah kesakitanm ,
u
m a k a k a m u akan m e n d a p a t k a n s e n j a t a yang luar b iasa a m p u h


175

untuk menghadapi masa d e p a n m u .... "
Aku m e n g a n g g u k , mantap.

"Sewaktu Tante ke Jakarta, Tante bertemu dengan t e m a n
T a n t e y a n g jadi psikolog. Kebetulan s a a t itu, datang bertamu
teman tante yang lain. Si ta.mu berkonsultasi tentang anaknya
yang mengidap penyakit masochis ..... Menarik sekali kasus itu. Si
ta.mu yang juga t e m a n lamaku itu h er a n , sebab keluarga m e r e k a

baik-baik, nyaman, hangat, dan tidak ada masalah dalam
keluarga yang berarti. Tapi mengapa a n a k n y a bisa mengidap
penyakit itu? Dan menarik juga analisa teman Tante yang
psikolog itu. Kata dia, penyakit m a s och i s bisa datang dari banyak

sebab, bahkan bisa datang dari keluarga yang baik-baik saja.
Masalahnya adalah, karena si anak tidak diajarkan untuk
menghadapi penderitaan sejak kecil. Sewaktu bayi, mungkin
begitu si anak menang i s langsung digendong, dibuat nyaman.
Ketidaknyamanan yang diderita oleh si anak dengan tiba- tba
i
dialihkan begitu saja lewat gendongan. Masih menurut psikolog
itu, justru itu hal yang salah. Anak harus diajari untuk melewati
ketidaknyamanannya sejak kecil. Tapi bukan berarti harus
dibiarkan saja, sebab itu juga tidak baik, bisa-bisa si anak

mengidap penyakit lain m i s a l n y a tidak punya e m p a ti yang baik
.
terhadap orang lain . . . "
"Jadi harus diapakan s i anak itu, T a n t e .... "
"Dibelai, misalnya. A tau dibelai dengan didendangkan lagu­
lagu, misalnya. Tapi kesakitan dan ketidaknyamanan itu jangan

diambil alih semua .... "
Aku menggut-manggut.
"M mm . . . T an e . . . II
t
" Y a . . "
.
"Bolehkah aku belajar meditasi sama Tante?"
Tante Wijang terdiam. Memandangku dengan agak aneh.
"Boleh saja .... T a pi memang kenapa kok tiba-tiba kamu ingin
belajar meditasi?"
"Ya, siapa tahu berguna, T a n t e .... "

"Boleh. D a n a k u y a k i n itu berguna. Teorinya sederhana, kok.


176

Sedari kamu bangun tidur, sebetulnya seluruh hal yang ada di
dalam dirimu, terutama panca inderamu kamu gunakan untuk

merespons hal-hal di luar dirimu. Kamu tidak punya sedikit
waktu bahkan, untuk mengenali dirimu sendiri. Mengenali
p i k i r a n m u s e n d i r i , mengenali segala yang ada di dalam dirimu.
Dan di sanalah kunci meditasi. Kamu belajar mengenali dirimu.
Se j e n a k m e l u p a k a n hal-hal di luar d i r i m u . Se b en t a r s a j a , kenalilah

napasmu, kenalilah bagiamana lompatan dan liarnya
p ik• 1ranmu ..... II
Aku diam. Mendengarkan.
"Dan kebetulan sekali, t e m a n Rekso yang sekarang sedang

naik gunung bersarna-sama itu, dia jago yoga. Nah, yoga dan
m e d i ta s i itu dua tandem yang sating membantu. m e d i t a s i m u bisa
berjalan dengan baik jika aliran-aliran darahmu mengalir lancar.
Dan di sanalah fungsi yoga, membuat tubuhmu sehat. Dan
meditasi menyempurnakan dengan pengenalan diri dan

.
ketenangan pikiran . . . Kalau pagi, aku dan R e k s o belajar yoga
dengan t e m a n n y a itu. Mumpung dia agak lama d i s i n i , kamu
"k t saia . . .
1 u • . II
Aku, lagi-lagi mengangguk mantap.

Malam turun. Kabut juga turun. Di luar rumah dingin
m e n u s u k tulang. T a n t e Wijang m e n g a j a k k u masuk untuk sama­
sama mempersiapkan makan malam. Tak lama kemudian, Mas

Rekso dan temannya datang. Aku berkenalan dengan si teman,
yang ternyata bernama Mas Sigit. Sekalian di dalam makan

malam yang nikmat itu, T a n t e Wijang mengutarakan niatku k e
Mas Sigit b a h w a aku ingin bergabung untuk bersama belajar
yoga. Mas Sigit tentu saja m e n e r i m a dengan senag hati.
Begitulah akhirnya selama kuranglebih dua minggu, setiap

pagi, aku bersama Tante Wijang dan Mas Rekso bersama-sama
belajar se nam yoga dengan bantuan Mas Sigit. Dan di tengah
malam, aku dibimbing meditasi oleh Tante Wijang.
"Kunci berlatih yoga adalah teratur. Jangan pemah memaksa
diri untuk melakukan g e r a k a n - g e r a k a n yang sulit. Sesuaikan s a j a

dengan kemampuan t u b u h k i t a masing-masing. Lambat laun


177

s e m u a a k a n bisa dilakukan d e n g a n bail< jil<a k i t a m a u b e r l a t i h
.
secara teratur . . , " u j a r M a s S i g i t , suatu saat tentang senam yoga.
"Kunci meditasi adalah keteguhan. Pertama, pasti kamu
butuh waktu untuk bisa diam. Selalu ada saja gangguannya,
mulai dari rasa gatal, ludah yang gampang terkumpul di m u l u t ,
suara nyamuk a t a u suara apapun tiba-tiba gampang meng­
g a n g g u m u , juga bagian-bagian t u b u h m u seperti gampang s e k a l i

kesemutan. Tapi bertahanlah. Dan jangan tegang. Ikutilah
napasmu. Saat masuk ..... saat keluar .... Dan p a s t i pikiranmu akan
m e n g g a n g g u dengan l o n c a t a n - l o n c a t a n liarnya. Jangan hadang.
Biarkan saja. Lalu lambat Jaun k a m u t a r i l < k e m b a l i k e s a d a r a n m u

untuk mengikuti masuk dan keluarnya napas . . . begitu
.
s e t e r u s n y a ..... ," ujar T a n t e Wijang, s u a t u saat t e n t a n g meditasi.
"Setiap gerakan di yoga biasanya dipadukan dengan napas.
Atau b iasa disebut juga dengan p e m a p a s a n . Jangan lupa, b e r i
,
a
kesempatan i s t i r a h a t dalam seti p pergantian g e r a k a n ..... " k a t a
M a s S i g i t , s u a t u s a a t t e n t a n g s e n a m yoga.
"Siapakah kamu itu? Bagaimanakah mengenali dirimu
s e n d i r i ? C a r a yang paling m u d a h u n t u k m e n g e n a l i d i r i m u adalah
l e w a t napasmu. K a m u setiap s a a t bemapas, b a h k a n s a a t k a m u

tidur p u n k a m u b e rna p a s . T a pi p e m a h k a h kamu m e m p er h a t i k a n
n a p a s m u ? H a l yang se t i a p saat kamu ketjakan t e t a p i tidak pernah
kamu perhatikan itu, betapa pentingnya. Tidak percaya?
Mengapa saat kamu resah n a p a s m u masuk dan keluar dengan
cepat? Mengapa jika kamu menarik dalam-dalam napasmu

selama b e b e r a p a kali t i b a - t i b a k a m u m e r a s a l e b i h nyaman " K a t a
?
T a n t e W i j a n g , s u a t u saat t e n t a n g meditasi.
"Berlatihlah dengan teratur. T e r s e r a h , bisa s e h a r i sekali, bisa
dua hari sekali, bisa tiga kali s e h a r i , yang penting teratur. N a n t i

k a l a u s u d a h lama b e r l a t i h , b i a s a n y a t u b u h kita akan tahu kapan
.
s a a tn y a yang t e p a t untuk melakukan y o g a . . . " jelas Mas S i g i t ,
masih tentang sena yoga.
"Berlatihlah dengan teratur. Terserah, kapan w a k t u yang
kamu rasa bail<. Apakah pagi hari saat kamu bangun tidur, atau

malam har i saat kamu akan tidur. Juga t e r s e r a h , a p a k a h k a m u


178

a k a n m e l a k u k a n n y a selama sepuluh m e n i t , limabelas m e n i t , a a u
t
.
bahkan setengah jam, yang penting tera tur . . " jelas T a n t e W i j a n g ,
masih t e n t a n g meditasi.
11Usahakan perut belum terisi kalau akan melakukan se nam
.
yoga . . . II
11Usahakan perut dalam keadaan yang tidak kenyang dan
tidak lapar saat kamu m e d i t a s i . . . 11
.
11Jangan lupa m e l akuk gerakan pemanasan sebelum senam
yoga . . . II
.
11Jangan lupa p e manaan ringan sebelum meditasi. ... 11
H i n g g a k e m u d i a n d i s u a t u pagi setelah b e r l a t ih senam yoga,

a k u pamitan kepada Tante Wijang, Mas Rekso, dan Mas Sigit
untuk pulang. Siangnya, m e r e k a bertiga m e n g a n t a r k u ke stasiun
k e r e t a .

















































179

li m a 6efas



























.. fi z t 6e..-A-·-6ll/&,,,setelah itu semua. Aku di dalam

kamar mandi, m e n a t a p cermi besar. Hei. ... kamu,
apa kabar? K a m u , bugil!
Tapi l i h a t l a h , betapa kamu m u l a i terlihat lebih
segar. Bangun tidur, minum air putih banyak­
banyak. Diam s e j e n a k , berpikir apa yang hendak

kamu lakukan hari itu. Lalu kamu akan bangkit
membuka pintu k a m a r m u , m e n y a p a satu per satu
t e m a n - t e manm yang sudah m e n y a l a k a n musik di
masing-masing kamar m e r e k a , m e n y e t e l l a g u - l a g u

yang mereka sukai, d a n menghadap komputer
m a s i n g - m a s i n g . K a m u masuk kamar m a n d i , buang
air bes ar , gosok gigi dan cuci muka. L a l u k a m u akan
m en u j u r u a n g t a m u , m e l a k u k a n p e m a n a s a n kecil
s e b e l u m kemudian melakukan s e n a m yoga. S e l e s a i

itu semua, kamu ke dapur, membuat secangkir kopi, lalu masuk
lagi ke kama, menyalakan komputer, membuka file buku B,

membacanya sambil m en g a m b i l sepotong roti.
Ketika hari menjelang siang, kamu menyalakan telpon
g e n g g a m , m e m b i arkan pesan-pesan masuk, sambil menyiapkan
makan s i a n g di dapur. Rumah kontrakanmu sudah sepi. T e m a n ­
temanm sudah p e r gi bekerja. Kamu makan sendiri, t a p i tetap

nyaman dan bahagia. Lalu kamu menyalakan komputer lagi,
mematikan telpon g e n g g a m , dan m e n g h a d a p i p e k e r j a a n buku
m
E, untuk e n c a r i uang. Hari m en j e l a n g s o r e , kamu p er g i ke k a m a r
mandi, Jama sekali s a m b i l m e n i k m a t i t i a p r a m b a t a n c a i r a n d i n g i n

membasahi tubuhmu. Kamu segar lagi. Keluar, m e n u j u w a r n e t ,
s i a p m e m b a l a s surat-surat elektronik dan m e n g i r i m s u r a t - s u r a t ,
m e n y a p a sahabat-sahabat lamamu, s a h a b a t - s a h a b a t yang s e d a n g
j a u h darimu.
M a lam masih muda. Kamu sudah ada lagi di kontrakanmu.

Cuci muka, bercengkerama dengan teman-temanmu sambil
menunggu pedagang m a k a n a n langganan kalian lewat. Sesekali
kamu masih main catur, sesekali rnasih n o n t o n tivi b a r e n g - b a r e n g
d i salah satu kamar sambil berkomentar d i sana-sini. Malam

mulai agak tua, masing-rnasing o r a n g masuk kama. Kamu ke
dalam kamar untuk mengerjakan proyek A sebagai
p er t a n g g u n gj a w a b a n keyakinanmu. Ketika kantuk datang, kamu
ke kamar mandi, cuci muka, lalu senam ringan, kemudian
meditasi. Setelah cukup, kamu m e m b a r i n g k a n tubuh, tertidur

pulas. Sangat pulas.
Hei, lihatlah .... e n y a k i trn u sudah tiak p e r n a h datang lagi.
P
Tidak ada lagi bagian-bagian tubuhmu yang bergerak sendiri.
Sehingga tidak ada lagi rokok yang terjatuh saat kamu

m e m e g a n g n y a , tidak ada la g i cangkir kopi yang gemetar dan
tumpah saat kamu m e m e g a n gn y a . Kamu tidak butuh lagi g a n j a ,
kamu tidak b u t u h l a g i psikotropika. Dan b e t a p a m e n y e n a n g ­
k a n n y a , kamu sudah gampang sekali tidur. Kamu l e b i h s e h a t ,
lebih produktif!

Kamu sudah mulai rajin bertemu dengan teman-teman


181

lamamu, b e r c e n g k e r a m a dengan m e r e k a tanpa takut lagi badai
kenangan itu mendatangimu. Kamu sudah tidak takut lagi akan

m e n y i n g g u n g perasaan m e r e k a k a r e n a tiba-tiba ada rasa yang
tidak nyaman, sedih yang tidak nyaman, getir yang tidak
n y a m a n , s e h i n g g a akan mengganggu segala bentuk percakapan.
Kenangan itu s e s e k a l i datang, tapi tidak berupa badai, h a n y a
b e r u p a a n g i n s e p o i y a n g j u s tr u m e n y e n a n g k a n .

Wow! Dan lihat p u l a l a h , k a m u semakin b a n y a k m e n e m u k a n
surga-surga kecil yang lain. Semakin banyak orang yang
b e r k er u m u n dengan l e b i h sehat. Se m a k i n b a n y a k kamu temui
orang-orang yang peduli pada sesamanya. Tidak b e n a r kalau

bangsa ini hampir rontok. Masih banyak anak muda yang siap
m e n g a m b i l k e p emimpinan masa depan. Kamu sangat optirnistis.
Lihatlah, bahkan teman-teman lamamu sudah kembali
berkumpul untuk membuat kesepakatan-kesepakatan baru.
Hmm . . bukankah baru b e b e r a p a hari yang lalu kamu m e n e m u i
.
m e r e k a di Jakarta? S e b u a h a c a r a menyambut kedatangan dua
sahabat y a n g p e r g i agak lama. R e i n e r , p u t r a Batak yang besar di
Bandung itu sudah m e n y e l e s a i k a n s t u d i n y a di Belanda. Hampir
bersamaan dengan itu datang si C o y , anak J a k a r t a , k e l u a r dari

ITB, lalu malang melintang di dunia politik, dan kini telah
m e n y e l e s a i k a n s t u d i n y a dari Perancis.
Ada lagi s i Simon, putra Dayak y a n g kagummu k e p a d a n y a
tak pernah surut. l b a r a t p e m a i n b o l a , S i m o n s e p e r t i R i q u e l m e ,
dan k a m u a k a n berkata k e p a d a p u b l i k , "Kalau d i d a l a m s e b u a h

t i m ada o r a n g s e p e r t i S i m o n , i t u seperti d i dalam k e s e b e l a s a n
sepakbola a d a Riquelme. K a m u akan merasa n y a m a n k e t i k a
k a m u tahu b a h w a ia i k u t m a i n . D a n kamu m e r a s a tenang k e t i k a
b o l a berada d i k a k i n y a . K a r e n a k a m u t a h u , ia t i d a k a k a n pernah

k e h i l a n g a n bola, dan ia akan m e m b e r i k a n pada pemain dengan
posisi terbaik untuk melesatkan bola k e gawang lawan."
Hm . . dan ada lelaki b e r w a j a h lembut dengan n a m a Mundo.
.
Tapi jangan salah. Embel-embel 'Red' yang dikukuhkan oleh
o r a n g - o r a n g s e b e l u m kata 'Mundo' b u k a n e e k kosong. B e r t a h u n ­

t a h u n ia s e t i a b e r j u a n g d i b a w a h s e b u a h o r g a n i s a s i buru. I a t i d a k


182

ban yak bicara, t a p i ia sangat t a h u apa yang harus dikerjakannya.
Red Mundo, dari awal kamu k e n a l , kamu tahu, orang ini sangat

b e r b a h a y a bagi kelas m a j i kan.
Lalu ada s i Rulas. Siapa tidak k e n a l dia? Tokoh yang sangat
populer di gerakan mahaiswa 1998. Kini ia menjadi peneliti di
B
s e b u a h lembaga penelitian. Anak a t a k , be s a r di Bogor. O r a n g n y a
sederhana dan lucu. l a p u n y a kebaikan h a t i yang akan sulit

dilupakan orang. P e r t a n y a a n pertama yang akan muncul dari
mulutnya jika bertemu dengan orang adalah, "Sudah makan,
Bung?" Bahkan dulu, Rulas akan kelabakan jika ada teman­
t e m a n n y a yang tidak punya uang untuk makan, padahal kami

semua tahu, ia juga tidak punya uang untuk makan. I a akan cari
u
p i n j aman ke sana ke mar i demi t e m a n n y a yang ti dak punya a n g ,
dengan jaminan n a m a populemya i t u . Kalimat, "Kenyangkan
dulu dirimu, baru kamu bisa m e n g e n y a n g k a n temanmu," adalah
kalimat omong kosong bagi Rulas. "Sekali kamu berani k e n y a n g

di tengah teman-temanmu y a n g lapar, kamu m u l a i membunuh
s e n j a t a dan kekuatan besar dalam d i r i m u , yaitu empati!" Kalimat
itu dihapal oleh banyak t e mannya sebagai kalimat k h a s Rulas.

L a l u ada si Ayunk, putra keturuna Tionghoa yang ramah
itu. Kini , ia bekerja di sebuah perusahaan telekomunikasi besar.
Dia mengoordinasikan t e m a n - t e mannya yang kerja profesional
di banyak lembaga dan perusahaan. Aturan mainnya tegas.
P o t o n g g a j i 20 % bagi k a w a n - k a w a n n y a yang telah bekerja, untuk
m e m b a n t u keuangan organisasi diman teman-teman lamanya

masih aktif. Dan dari Jakarta, ia mengoordinasikan kaum
b
p r o f e s i o n a l muda di e r b a g a i kota, dari Medan sampai M a k a s s a r .
A yunk adalah bank berjalan, b a n k tanpa b u n g a , t a n pa h a r u s
p
m e n g e m balikan i n jaman. Se t i a p bulan, belasan bahkan puluhan
juta rupiah mengucur dari tangan dinginnya karena
k e be r h a s i l a n n y a m e r e b u t simpati teman-temannya yang t e l a h
b e k e r j a . "Jangan p e r n a h m e n g e m i s pada l e m b a g a donor, selagi
kawan-kawan k a l ia n masih bisa m e m b antu." Jelas, dan tandas.
Itu kalimat k h a s Ayunk.

L i h a t l a h , be t a p a n y a m a n n y a kamu b e r k u m p u l d e n g a n t e m a n -


183

t e m a n lamamu. Hidup m e m a n g k e r a s dan kejam. Tapi b u k a n
berarti harus melacurkan cita-cita dan harapan. Lalu R e i n e r

m e m i n t a p e n d a p a t a p a yang harus d ik e rj akannya. H a m p i r semua
suara m e n y a r a n k a n agar i a m e n e r i m a tawaran untuk m e n g a j a r
d i sebuah universitas d i Jakarta, sambil membantu Simon di
organisasinya. Lalu kamu m e n d e n g a r Coy menentukan pilihan,
i a akan b e r g a b u n g dengan r g a n i s a s i M u n d o di r g a n i s a s i buru
o
o
sebagai pekerja penuh waktu. "Aku sudah puas bersenang­
.
s e n a n g di P a r i s . . ," jawabnya t e n a n g , ketika Ayunk m e n a n y a k a n
apakah ia b e n a r - b e n a r telah siap untuk k e m b a l i ke gelanggang
politik.

Mandi, ah ....


Keluar dari kamar mandi, telpon genggamku berdering.
Kuangkat, dan dari s e b e r a n g terdengar kalimat, "Mas, s e t e n g a h
jam lagi acara dimulai. Sudah banyak orang yang datang,

p e m b i c a r a dan moderator sudah kumpul semua."
A k u m e n g i y a k a n , s e g e r a memakai b a j u , menyisir rambut,
menutup pintu dan melenggang pergi.
B e n a r , di toko buku itu sudah berkumpul banyak orang. Aku

menyalami m e r e k a satu per satu. Eka Kurniawan, jauh-jauh
m
datang dari Jakar untuk e n j a d i p e m b i c a r a di peluncuran o v e l
n
debutanku. Lalu Raudal Tanjung Banua, juga m en j adi pembicara.
Dan Puthut EA, bersedia menjadi moderatornya. Ada lagi
b e b e r a p a t e m a n l a i n seperti Gunaw n Maryanto, U goran r a s s a d ,
a
P
Astrid R e z a , Satmoko Budi Santosa, d a n Muhidin M Dahlan.
Menyenangkan sekali b e r t e m u dengan m e r e k a semua. Tidak
berapa lama, t e m a n - t e m a n satu kontrakanku berdatangan untuk
ikut merayakan.

Grup musik 'Tanpa Aran' m u l a i m e n y a n y i k a n lagu p e m b u k a ,
musikalisasi p u i s i Sapardi Djoko Damono, A k u Ingin. Disusul
lagu k e d u a , lagu Jawa yang d i b a w a k a n dengan m o d e l b o s s a n o v a ,
Lingsir W e n g i . D a n d i a k h i r i dengan l a g u k e t i g a , dari Ebiet G
Ade, Camelia II.

Begitu Iagu b e r a k h i r , A s t r i d m a j u , d a n m e m p e r s i l a k a n Puthut


184

untuk rnernandu j a l a n n y a a c a r a selanjutnya. P u t h u t rnaju, lalu
bercuap-cuap sebentar tentang n o v e l debutanku, 'Mata Massa'.

Tidak lama kernudian i rnernintaku dan rn e rnin t a dua p e rn b i c a r a
a
l a i n u n t u k rnaju. Bedah b u k u dirnulai.
Acara diskusi yang berlangsung hampir dua jam itu seru
sekali. Kebanyakan orang rnenanyakan hal-hal standar, rnisalnya
butuh berapa lama untuk rnenyelesaikan novel debutanku itu,

atau pertanyaan lain rnisalnya, mengapa banyak kejadian di
dalar n o v e l k u itu adalah p e r i s t i w a yang b e n a r - b e n a r tetjadi. Dan
yang paling susah adalah rn e n j a w a b pertanyaan yang b e r i s i apa
yang i n g i n kusarnpaikan dalarn novelku itu.

Begitu a c a r a diskusi s e l e s a i , kembali grup m u s i k T a n p a A r a n
melantunkan d u a lagu penutup, Camelia I I I d a n lagu Jawa,
Ketaman Asmara. Selesai sudah, dan sangat rnenyenangkan.
Beberapa orang mengucapkan selamat dan meminta
tandatangan. Anas, dari pihak penerbit yang rnenerbitkan

n o v e l k u lalu rnengajakku untuk rninurn kopi di kedai kopi yang
terdapat di lantai dua toko buku itu. D i salah satu m e j a d i kedai
itu, tinggallah karni berlirna, Aku, Anas, Eka, Puthut, dan
Muhidin.

Begitu duduk, Puthut langsung berkata kepadaku, "Eh, aku
sudah m e n e rn u k a n judul yang keren!"
"Judul apa?" Anas langsung m e n y a h u t cepat.
"Aku rnau bikin novel yang tokohnya, dia." Saat Puthut
m e n g u c a p k a n kata 'dia', kepalanya diarahkan kepadaku.

Orang-orang ramai tertawa. Muhidin sarnpai rnelepas
kacarnatanya yang s e t e b a l b o t o l bir. "Sudahlah, kamu itu nulis
cerpen saja sudah bagus. sejak Hrna tahun yang lalu kan kamu
selalu ngomong rn a u nulis novel. Mana buktinya?"

.
Puthut tertawa kecut. "Ta pi yang ini serius . . . "
"Alaaah, paling-paling jadi cerpen." Muhidin kernbali
m e n u k a s sam b il memakai kembali kacarnatanya.
"Karnu itu sudah bagus kalau rnendapat julukan CSCC,"
tandas Eka.

"Apa itu?" Aku bertanya.


185

11Cerpenis Spesialis C e r i t a Cinta!11 K a t a E k a k e r a s .
Se m u a kembali t e r t a w a . D a n Puthut m e n g u m p a t , /1 Asu!"

11Sudah begini saja. Kapan kamu sanggup menyelesaikan
novel itu?11 Tanya Eka.
11Tiga minggu!11
Semua kembali tertawa. Dan kembali Eka b e r k a t a , 11 Kamu
kukasih k e s e m p a t a n sebulan. Kalau jadi .... ," ia mengambil t a s

laptopnya, meletakkannya d i a t a s m e j a , dan, " . . . ambil ini . . . "
Semua melongo. T a pi belum cukup. Muhidin mengeluarkan
dompetnya, membuka dompet dan mengeluarkan s e m u a isinya,
1
11 ni, limaratus ribu .... 1 1 lalu ia mencopot jam t a n g a n n y a , 11lni
1
.
jam tangan k e n a n g - k e n a n g a n dari Mas Taufik Rahzen . . Semua
menjadi saksi, ya .... Kalau Puthut sampai selesai membuat novel
itu dalam w a k t u sebulan, ambil sernua ini."
W a j a h Puthut rn a k i n kecut. Anas harnpir ikut rn e manas k a n
s u a s a n a , t a p i buru-buru aku b e r t a n y a k e P u t h u t , /1 Apa judulnya?"

11Badai Kenangan!11 Ucap Puthut tandas.
11Judulnya sih boleh, yang dulu itu apa judulnya?" Muhidin
m e n d o n g a k k a n kepala k e arah Eka.
11Tanda Merah.11 Jawab Eka.

11Bukan, Tanda Tangan Merah." Anas rnenyahut.
"Tanda tangannya sudah sampai luntur warna m e r a h n y a ,
novelnya t e t a p b e l u m jadi!11 Sahut Muhidin cepat.
Kembali s e rn u a orang tertawa. Puthut tahu diri, ia tidak perlu
m e rn p e r k e r u h suasana, jelas m e r e k a bertiga bukan lawan yang

e n t e n g untuk berdebat. Apalagi f a k t a n y a m e rn a n g seperti itu.
Dan apalagi, dua di a n t a r a tiga orang yang tengah dihadapinya
sudah b e r h a s i l rnembuat novel-novel sebesar bantal.
Aku e r i n g a t sesuatu. Se g e r a kuambil t e l p o n g e n g g arnk u , lalu
t
kunyalakan. Dan b e n a r , puluhan p e s a n p e n d e k m e n g alir deras.
Serna m e n g u c a p k a n selarnat atas peluncuran novel debutanku,
dan hampir sernanya merninta maaf k a r e n a tidak bisa datang.
S
Ada Lia, Tante W i j a n g , Mas R e k s o , Pak Latif, i m o n , R e i n e r , Mbak
F i t r i , Si T r i o K w e k - k w e k ; D e s t r y , Desi dan Desta, serta banyak

lagi yang lain. Aku menuliskan kalimat, 11Terimakasih atas


186

dukungannya." Dan kemudian kukirim k e s e m u a alamat yang
m e n g u c a p k a n selamat.

Kemudian baru kusadari ketika suasana begitu hening. Aku
agak heran. Lalu aku mendongakkan kepala, ada seorang
perempuan meletakkan gelas pesanan kami.
"Maaf, yang teh susu, siapa?"
Aku langsung m e n j a w a b , "Saya, M b a k .."

Dan, deg! Aku tahu mengapa suasana berubah menjadi
hening. P e r e m p u a n yang mengantar gelas minuman kami cantik
sekali. Aku memperhatikan wajah itu lagi, dan ketika ia melihat
k e arahku, kembali dadaku berdesir. Dadaku berantakan. Aku

mencoba mengambil napas panjang, seperti s a r a n T a n t e Wijang.
"Gila, can tk sekali .... ," P u t h u t adalah o r a n g yang pertama
i
kali e r k o m e n t a r begitu p e r e m p u a n itu m e n i n g g a l k a n meja kami.
b
"Siapa namanya, Nas?" Suara Eka terdengar.
"Wah, nggak tahu, Ka . . "
.
"Bukannya kamu sering ngopi di sini?"
"Iya, sih. T a pi masak harus k e n a l mereka?" Jawab Anas m u l a i
m e r a s a tidak n y a m a n , t a k u t t e m a n - t e m a n n y a tidak terkendali.
"Mas, Mas ... " S u a r a Eka memanggil seorang pekerja yang

kebetulan selesai mengantar m i n u m a n di m e j a terdekat.
Semua panik. Eka kadang-kadang bertingkah yang tidak
membuat orang lain m e r a s a nyaman. Apalagi kini dia tinggal di
Jakarta, sehingga kalau ada apa-apa, dia tidak mungkin ikut
bertangungjawab.

O r a n g yang dipanggil mendekat. "Ada apa, Mas?"
"Tahu nggak, n a m a mbaknya yang tadi ngantar minuman di
sini?" Tanya Eka.
Semua makin panik

"Yang mana ya Mas?"
"I tu lho yang sekarang d i meja kasir?" J e l a s Eka d e n g a n s u a r a
y a n g keras. S e m u a m a k i n p a n i k .
i
O r a n g itu agak s a l a h tngkah. Lalu ia m e n j a w a b , "Wah n g g ak
tahu, Mas . . . Saya baru be k e r j a beberapa hari di sini . . . "

"Masak nggak tahu?!" E k a mulai menyerang. Semua orang


187

b e r u b a h dari panik ke waswas. "Kalau begitu, tolong tanyakan,
dong?"

Orang itu bingung. Tapi kemudian pergi ke arah p e r e m p u a n
d i m ej a kasir. Semua o r a n g d i m e j a i t u m e n u n d u k k a n kepala,
tidak a d a yang be r a n i m e n g a mat-amati orang itu yang e l a n g k a h
m
k e m e j a k a s i r , termasuk Eka.
O r a n g itu datang lagi. "Namanya Kania, Mas .... ," katanya

l e m a h ke arah Eka.
"Masih kuliah?" Eka terus m e n c e c a r .
.
"Mmm . . . masih, d i kedokteran g i gi UGM . . "
.
"Ok e , m a as "
k ih , ya ...
"Aku tahu nama lengkapnya ... "
Semua o r a n g menoleh k e arah Puthut.
"Siapa?" Anas bertanya?
" K a n i a EA."
Semua m e r e n g u t dan m e m b u a n g muka.

Kembali obrolan diteruskan. Tapi mataku s e s e k a l i mencari
p e r e m p u a n itu. m e n g i k u t i d e n g a n ekor mataku. Dan berkali-kali
perempuan itu juga menatap ke arahku. Setiap kali mata kami
bertatapan, kembali dadaku b e r d e s i r hebat.

Hingga kemudian Anas mengajak pulang. Di parkiran,
sebelum saling berpencar, Eka masih sempat berkata pada
Puthut, "Kutunggu novelmu. Aku masih sebulan lagi di sini,
tinggal di tempat Anas."
"Kamu akan m e n y e s a l , Eka .... Kamu juga, Din . . . ," u j a r Puthut

penuh dendam.
Eka tersenyum sinis, Muhidin tersenyum mengejek, Anas
nyengir tidak percaya. Aku diam. Hanya ada Kania di
pikiranku ..... Lalu aku memandang sejenak ke arah lantai dua.

Sebuah papan bertuliskan huruf warna-warni: Kedai Kopi
Rahasia.
Berhari-hari pikiranku tidak tentram. D i m a n a - m a n a , hanya
ada w a j a h Kania. Gila! Sepertinya aku telah jatuh cinta lagi. Eit!
J a n g a n t er g e s a - g e s a . . . K a m u p e r l u m en g u j i lagi seluruh p e r a s a a n ­

perasaanmu . . Jangan-jangan hanya seperti dulu-dulu. Tapi
.

188

sepertinya tidak. Maksudku, ya! Sepertinya a k u telah jatuh cinta
lagi. Buktinya, aku selalu merasa berdesir bahkan hanya dengan

membayangkan saat aku bertatapan mata dengan Kania.
Aku bingung. Aku linglung. Berhari-hari pekerjaanku
terbengkalai. Kalaupun aku m e n y a l a k a n k o m p u t e r , paling-pal­
ing hanya m e n y e t e l musik. J a r i k u kaku, mataku enggan. Hingga
kemudian kuputuskan untuk mengontak Anas dan Eka,

m e n g a j a k mereka berdua ketemu di Kedai K o p i Rahasia.
Aku datang lebih dulu. Dan y a am pun ..... Kania sendiri yang
mengantarkan daftar menu. Aku gagu. Aku wagu. Dadaku
.
berdetak keras. "M m m .... teh s u s u , Mbak . . "
Dan Kania melenggang, sembari masing meninggalkan
kerlingannya y a n g menusukku jauh. Dadaku sakit sekali kena
tusukan itu. Sumpah!
Tidak berapa lama k e m u d ia n , Anas dan Eka datang. Tidak
berapa lama kemudian, Kania datang lagi dengan membawa

m i n uman pesananku, dan menanyakan pesanan m i n u m a n pada
Anas dan Eka. Aku bertatapan mata lagi dengan Kania.
.
S e k a l i . . . Deg! Kedua . . . Deg! Deg! K e ig a . . . Deg! Deg! Deg! Deg!
.
t
.
Deg! Deg! Nggak mau berhenti juga sampai Kania pergi. A k u
.
m e n a r i k n a p a s dalam-dalam, mengeluarkan pelan-pelan . . . . .
" W o i ! Ngalamun saja. Ada apa?" Anas mengagetkanku.
Lalu aku mengatakan bahwa teman-temanku di Kafe
D e s e m b e r S u r a b a y a m e m i n t a kerjasam untuk peluncuran Mata
Massa. Anas mangut-manggut dan berkata, "Ya sudah ... kasih

aku n o m o r kontak m e r e k a , biar nanti Windu y a n g n g u r u s . . "
.
Aku lalu memberikan n o m o r telpon Desta. D a n . . Deg! K a n i a
.
datang lagi d e n g a n dua g e l a s m i n u m a n pesanan A n a s d a n E k a .
Deg! Deg! Deg! Deg! D e g !

"Woi! Puthut masih wawancara s a m a kamu?" Suara Eka
mengagetkanku.
"Masih, Ka . . t ia p sore, jam empat. . . "
.
.
"Wah, siap-siap kehilangan laptop, K a . . ," Anas menimpali.
.
"Nggak mungkin. Aku kenal Puthut sejak dia masih
i n g u s a n ... ," E k a mencoba m e n e n t r a m k a n hatinya.


189

Malam itu, kami bertiga tidak banyak cakap. Terutama aku,
u
dan K a n i a semakin hid p di pikiranku .....


!:Yabcdt ber. A (,//",;_f,a/l<t aku linglung. Bahkan pertanyaan­
pertanyaan dari Puthut pun mulai jarang kubalas dengan baik.
Tapi mendadak di sebuah sore aku bersemangat begitu Puthut
b i l a n g b a h w a selesai w a w a n c a r a h a r i i t u , ia mengajakku k e K e d a i

.
Kopi Rahasia. "Sekalian kita a j a k E k a d a n A n a s . . "
Aku langsung bersemangat menjawab pertanyaan-per­
t a n y a a n n y a , dan di senja itu aku membonceng dia, meluncur k e
K e d a i K o p i Rahasia.

Di s a n a , sudah ada Eka dan Anas. Deg! Kembali K a n i a yang
menanyakan minuman pesananku dan pesanan Puthut. Deg!
Deg! K a n i a melenggang pergi.
"Aku tidak h a b is pikir dengan jalan pikiran Tuhan. Begitu
banyak o r a n g cantik di dunia i n i , m e n g a p a tidak ada yang mau

jadi p a c a r kita-kita .... ," Puthut mulai cerewet.
"Kita?!" Serempak Anas dan Eka bertanya, menggugat. Dan
hampir serempak mereka berkata, "Kamu, kali!"
Puthut nyengir.

Deg! Deg! Deg! Kania datang lagi. Ia melempar lagi tatapan
matanya ke arahku. Aku s e s a k napas.
Kembali malam itu, aku habis kata-kata. Percakapan
didorninasi oleh Eka dan Puthut. Aku linglung. Aku kehilangan
seluruh selera untuk merespons perbincangan. Dan s ia l n y a , aku

kehilangan seluruh nyali dan k e b e r a n i a n k u untuk berkenalan
dengan seorang perempuan . . . Mungkin karena telah bertahun­
.
t a h u n tidak pemah berlatih lagi.
Hingga suatu malam, aku merasa harus membuat keputusan

penting. Aku pergi ke kontrakan Anas. Di s a n a , sebagaimana
biasanya, sudah ada Eka dan Windu. "Eh, aku mau minta
.
bantuan k a l i a n . . "
Semua o r a n g melongo. Tapi akhimya t e t a p mengerubutiku,
sambil menunggu jenis bantuan apa yang bisa m e r e k a lakukan

untukku.


190

Lalu aku menceritakan seluruh hal yang mengganggu
pikiranku. S e m u a t e n t a n g Kania. M e n d e n g a r itu, Windu yang

pertama kali nyeletuk, "Sudah, sekarang k a m u kuantar ke sana,
terus k e n a l a n , m i n t a nomor t e l p o n , selanjutnya terserah kamu.
Gampang, kan?"
Aku diam. Lalu aku bilang dengan jujur, /1 Aku nggak
.
b e r a r u ....
"
"Kamu nggak berani?" Eka bertanya dengan muka tidak
p e r c a y a . Semua o r a n g berpandang-pandangan.
"Nas, aku m i n t a tolong s a m a k a m u .... ," ujarku.
"Minta tolong apa?"

" T o l o n g d o n g , carik n o m o r t e l p o n K a n i a .... ," A k u m e m o h o n
dengan s a n g a t , dan mukaku kubuat m e m e l a s .
" W a h , a k u n g g a k mau ikut-ikutan. K a m u kan t a h u aku akan
m e ni k a h s e b e n t a r lagi . . "
.
"Terus apa hubungannya, Nas?" Tanyaku penuh h e r a n .



"Aku k a n t a h u k a m u . Nan i j a n g a n - j a n g a n kayak y a n g dulu­
t
dulu. Aku nggak m a u ikut-ikutan k e n a dosanya."
"Nas, sumpah. Kalau yang ini , aku serius. Pokoknya begitu

K a n i a m a u pacaran sama aku, aku akan nikahi dia!" Sambil
berkata seperti i t u , a k u m e n y a h u t al Qur' an kecil yang terletak
di atas m e j a Anas, lalu m e l e t a k k a n n y a di kepalaku, dan tangan
kiriku m e m e n c e t hidungku. Sebuah cara b e r s u m p a h yang serius
saat aku rnasih k e c i l , kuulang di depan m e r e k a .

W i n d u bersiul. Eka berdecak. Anas pucat.
Lalu dengan enggan, Anas memencet-mencet nomor
telponnya, dan m e m a s a n g telpon genggam itu d i telinganya,
setelah terlebih dahulu m e n y i n g k i r k a n rambut keritingnya yang

gondrong itu dari wilayah telinga.
"Halo . . W a n ... Eh, aku m a u tan ya. Kamu tahu nomor telpon
.
K a n i a , nggak?"
Suasana sepi. Aku panik. Aku menyalakan rokok.
"Itu lho, Kania yang kerja bareng kamu di Kedai Kopi

Rah • 1 a . . II
a s
.
191

Aku m e m b u n g k a m mulut Windu yang mulai bersiul.
" N g g ak ada?! M a s a k , sih? L h o , waktu itu kata o r a n g yangjuga

.
kerja di sana namanya K a n i a , anak kedokteran gigi UGM . . . "
Aku makin panik, dan dadaku berdetak keras.
"Berarti temanmu bohong, dong? ! " Nada suara Anas
m e ninggi.
Semua w a j a h terlihat tegang.

"Kalau gitu, siapa nama c e w e k itu?"
Semua w a j a h t e t a p tegang.
"Itu lho yang rambutnya p a n j a n g dan selalu dikucir? Kan
h a n y a ada satu c e w e k berambut panjang di sana?"

Semua wajah semakin t e g a n g .
"Kenapa kamu n g g ak bisa n g a s i h tahu namanya?"
Semua w a j a h tegang dan ikut bingung.
"Ya s u d a h , lah ..... Nggak apa-apa ..... Y a , makasih ya . . . . " Anas
m e n u t u p telpon.

Semua diam. Windu bersiul. Aku menutup mulutnya lagi.
.
"Aneh . . ," Anas memulai kalimatnya, "Ternyata nggak ada
yang nama a Kania .... "
"Berarti orang itu bohong, dong! Datangi lagi, yuk!" Suara

Eka, marah.
Aku m e m b e r i tanda ke Eka agar diam, m e n u n g g u p e n j e l a s a n
dariAnas.
"Dan anehnya, si Wawan bilang kalau dia tidak bisa
m e m b e r i t a h u nama perempuan itu . . T a p i dia janji, kalau sudah
.
dapat i j i n dari p e r e m p u a n itu, ia akan m e m b e r i t a h u aku."
Aku lemas sekali.
Anas mulai bicara l a g i, "Sudah begini saja, k a m u besok ke
Surabaya sama Windu, kan? Begitu lusa kamu pulang, aku

usahakan sudah dapat nomor kontak Kania . . "
.
"Bukan Kania!" Sahut Windu.
" Y a , pokoknya p e r e m p u a n itu."
Malam itu aku pulang dengan lemas sekali.



Besok malamnya, acara peluncuran novelku berlangsung


192

meriah di Kafe Desember, Surabaya. Teman-temanku banyak
yang datang. Bahkan Tante Wijang dan Mas Rekso datang juga.

Tidak lupa Bono, yang mukanya tetap tidak percaya begitu aku
bilang bahwa aku menulis novel. Bahkan Bono masih tetap tidak
percaya ketika novelku sudah ada di tangannya. Bisa dimaklumi,
karena aku m e m a n g tidak pernah membicarakan i t u kepadanya.
T
Malamnya, aku dan W i n d u m e n g i n a p di rumah a n t e W i j a n g .
Lia juga menginap d i s a n a, termasuk T r i o Kwek-kwek. Suasana
sangat ramai, ta pi hatiku tetap resah. Hanya ada Kania .... i n a m a
s
palsu itu, dan aku m e n u n g g u - n u n g g u kabar d a r i A n a s y a n g tidak
juga muncul.

Esok siangnya, aku dijemput Bono untuk menyelesaikan
perpanjangan kosku di Dukuh Kupang, lalu m e n u j u ke stasiun.
Di sana, Windu sudah m e n u n g g u dengan damai karena d i t e m a n i
D e s t r y dan Desi.
Sepanjang perjalanan pulang, aku malas bercakap-cakap

dengan Windu. Apalagi menanggapi pertanyaan Windu yang
mencoba m e n g o r e k keterangan tentang Destry dan Desi.
.
"Destry itu orangnya imut dan baik, ya . . "
Huh!

"Desi itu o r a n gn y a ramah, ya ..... "
Huh!
"Kacang-kacang ..... ," dan ia kemudian ia bersiul-silu s e n d i r i .
M e n j e l a n g s a m p a i di s t a s i u n T u g u , baru aku bila e Windu.
k
.
"T eman1 ak u, ya . . . "
"Kemana?"
"Kedai Kopi Rahasia. Aku harus berterus terang pada
perempuan i t u tentang perasaanku."
Windu bingung.

Windu masih tetap bingung ketika karn berdua sudah di
dalam taksi. dan ketika taksi hampir sampai di Kedai Kopi
Rahasia, telponku berdering. Dari Anas!
"Kamu dimana?" Suara Anas di seberang.
.
"Aku h a m p i r sampai di Kedai Kopi Rahasia, Nas . . . Maaf, ya,
sepertinya aku lebih baik ngomong langsung ke perempuan itu."


193

"Jangan!"

Aku t e n t u saja h e r a n d e n g a n r e s p o n s Anas.
"Sekarang juga, kamu langsung saja k e t e m p a t k u ."
Aku makin bingung. Perasaanku tidak e n a k . Ta pi a k u s e g e r a
m e m b e r i tanda k e s o p i r taksi m e n u j u k e t e m p a t Anas.
Sampai di kontrakan Anas, aku langsung m e n e m u i n y a di
k arn a r . Eka asyik di depan a p t o p n y a , dan m e n u t u p l a p t o p b e g i t u
l
aku d a n Windu masuk d i karnar Anas.
"Bagaima Nas . . "
.
"lni, penting."
"Iya. A p a ? "

"Pertama, perempuan itu adalah pernilik Kedai Kopi
.
Rah as1a . . . "


Aku bingung. Windu bingung. Hanya Eka yang tidak
b i n g u n g , dan pura-pura menggaruk-garuk kepalanya.

"Terus kenapa kalau m e m a n g dia yang memiliki kedai kopi
itu?" T a n y a k u m a s i h penuh dengan rasa h e r a n .
"Kedua, ini yang p e n t i n g ..... "
"Apa?" Aku dan W i n d u b a r e n g b e r t a n y a , sangat penasaran.

"Ia sudah menikah, punya suarni dan pun ya anak ... "
Deg! Tubuhku goyah. Mataku terasa gelap. Eka
mengulungkan segelas a i r putih yang sudah disiapkannya k e
arahku.
Aku diam. Aku lemas.

.
"0, p a n t e s a n . . .ltu yang membuat p e r e m p u a n itu m e m a k a i
,
n a m a p a l s u d a n susah n y a r i n o m o r telponnya ... " W i n d u mulai
m e n y e b a l k a n .
A k u masih diam. A k u m a k i n lemas.

Se t e l a h b e b e r a p a saat, a k u bangkit dan bilang, "Ndu, t o l o n g
.
a n t a r aku pulang. N a s , makasih ya . . K a , m a k a s i h ya . . . . "
Kali i n i , W i n d u m e n g a n t a r k u dengan diam.


@I'e ,, ;,(,f/"t-h(,f/"t aku linglung, berhari-hari aku lemas. Tapi

kemudian aku mengingat seluruh peristiwa yang pernah


194

kualami. Hei. .. lihatlah, bukankah seharusnya aku bersyukur?
U n t u n g masih belum terlalu jauh aku m e n g h a y a t i perasaanku

pada Kania, si nama palsu itu. Dan lihatlah, bahkan penyakitku
tidak kambuh lagi. Aku sudah sembuh! Bahkan dalam keadaan
buruk pun, si badai kenangan berikut penyakit s i a l a n itu tidak
begitu menggangguku. Benar b a h w a aku bersedih. Benar b a h w a
aku linglung. T a p i aku harus b a n g k i t lagi. Beginilah hidup! Ada

s a a tn y a s e n a n g , dan ada s a a t n y a s e d ih .
Pintu kamarku diketuk d a r i luar. Aku melihat jam tanganku.
Jam lima sore. Siapa, y a ? Dengan cepat aku membuka pintu.
Puthut!

Aku senang sekali. Aku harus menceritakan bah tentang
Kania padanya. Tapi dengan muka sok g a r a n g dan kalimat sok
tegas ia b e r k a t a , "Ikut aku!"
"Kemana?"
"Sudah jangan banyak tanya! Pokoknya ikut aku!"

"Tidak ke Kedai Kopi Rahasia, kan?"
"Nggak! K e tempat Anas!"
Dengan masih bingung, aku akhirnya membonceng dia.
Sebelum menghidupkan mesin motornya, ia m e m e n c e t tombol

telpon, "Din! Kamu sudah sampai tempat Anas? Bagus! Eka ada,
k a n ? Bagus! dengar baik-baik, jangan ada yang pergi sampai aku
datang!" Telpon dimatikan dan kami berdua meluncur.
Begitu memauki kontrakan Anas, P u t h u t m e l a n g k a h dengan
sok gagah, sambil mukanya agak mendongak, pasang muka

angkuh. Eka, M u h i d i n , Anas, Windu, melihat k e arah P u t h u t
dengan heran. A k u langsung duduk di a n t a r a mereka.
" T e m a n - t e m a n .... e n a n g sekali k a l i a n telah hadir .... ," Puthut
s
memulai dengan kalimat agak sengau, juga sengak, juga sinis.

Lalu ia membuka ranselnya, mengeluarkan tas kresek hitam
dan besar. Dan lalu membanting t a s kresek itu di lantai sambil
berkata, "Duapuluh satu hari!"
"Brak!"
Semua terdiam. Masih m e n g i r r a dan menerka apa isinya.

Pelan Puthut membuka tas h i t a m itu. Sebuah kertas cukup tebal


195

b e r w a m a h i t a m , dijilid rapi.



Puthut menunjukkan tulisan di halaman depan yang
berwama m e r a h hati dengan tulisan kuning: BERAN! BELi
C I N T A DALAM KARUNG? Begitu b u n y i kalimatnya.
Semua m a s i h heran. Tapi semua memberi kesempatan pada
P u t h u t untuk bertingkah. Lalu Puthut membalik ke halaman

belakang kertas terjilid rapi itu. sebuah kalimat denganhuruf
kapital berwarna putih juga, dengan latar hitam, bertuliskan:
T E N T U B E R A N I , KARENA D I DALAMNYA ADA SEBUAH
NOVEL KARY A PUTHUT EA!

Wajah Eka panik. Muhidin melepas kacamatanya, lalu
m e m a s a n g n y a lagi. Anas m e n g g er a i k a n r a m b u t k e r i t i n gn y a y a n g
.
p a n j a n g , dan menguncirnya l a g i . Aku m a s i h tidak percaya . . .
Puthut lalu membalikkan lagi benda itu, dan membuka
halaman kedua.

Semua menahan napas ..... Tapi wajah Eka memucat, juga
w a j a h Muhidin ....
"Benar ada t u l i s a n n y a a ta u h a n y a jilidan kertas kosong?!" Eka
m a s i h berusaha m e n g h i b u r diri.

Puthut memasang jari telunjuk kanannya di mulutnya,
m e n g a r a h k a n itu ke Eka. Lalu ia m e n u n jukkan halaman yang
telah dibukanya, masih dengan tulisan besar: BADAi
KENANGAN.
Di bawah tulisan itu ada tulisan lagi: SEBUAH NOVEL

KARY A PUTHUT EA.
Eka hampir berkomentar lagi, tapi dengan segera Puthut
mengulungkan benda itu ke a r a h Eka sambil b e r k a t a , "Silakan
.
periksa sendiri. . "
Tangan Eka gemetar. Menerima benda itu. Kami semua
r a m a i - r a m a i m e m e r i k s a benda itu, dan k a m i semua n y a r i s tidak
p e r c a y a .

B e n a r - b e n a r s e b u a h novel d e n g a n ketebalan 1 5 0 hal aman s a t u
s e t en g a h s p a s i ! E k a bersandar k e d i n d i n g , Muhidin m e n g a m b i l

s a p u t a n g a n d i saku c e l a n a n y a , m e n g u s a p l e h e r d a n w a j a h n y a


196


Click to View FlipBook Version