The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.

MENJADI DOKTER HEWAN YANG PROFESIONAL_ISTIANI

Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by istiani.ppi, 2022-01-03 22:31:53

MENJADI DOKTER HEWAN YANG PROFESIONAL_ISTIANI

MENJADI DOKTER HEWAN YANG PROFESIONAL_ISTIANI

Menjadi Dokter Hewan Profesional | i



Sambutan

Ketua Umum
Pengurus Besar
Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia

Bismillahirrahmannirrahim
Assalamual’aikum warahmatullahi wabarakatuh

Menjadi dokter hewan adalah
sebuah pilihan. Dokter hewan harus
mampu menjalankan profesinya secara
profesional. Profesional artinya
dokter hewan memahami undang-
undang dan peraturan yang berkaitan
dalam menjalankan pelayanan
kesehatan. Dokter hewan juga harus
mempunyai kemampuan dan kompetensi yang tinggi dalam
memberikan pelayanan kesehatan hewan kepada masyarakat
sehingga dapat memenuhi harapan dan kepuasan
masyarakat. Untuk itu, dokter hewan harus selalu
meningkatkan kompetensinya.
Di masa sekarang, masyarakat mampu mencari
informasi secara mandiri dari media online maupun offline,
sehingga lebih mengetahui hal- hal yang berkaitan dengan
pelayanan kesehatan hewan (obat, dosis, cara penggunaan

Menjadi Dokter Hewan Profesional | iii

obat). Dokter hewan harus mampu memberikan edukasi
kepada pemilik hewan supaya tidak melakukan pengobatan
sendiri terhadap hewannya. Hal tersebut untuk menghindari
terjadinya kesalahan dalam memberikan pengobatan. Pemilik
hewan seyogyanya tidak berobat ke non-dokter hewan,
karena hal ini akan membahayakan hewan peliharaannya.

Buku ini merupakan referensi yang baik bagi para dokter
hewan untuk memberikan gambaran secara umum
bagaimana menerapkan ilmu kedokteran hewan secara
profesional. Harapan kami, di kemudian hari para dokter
hewan dapat melakukan pelayanan kesehatan hewan dengan
lebih profesional.

Viva veteriner.
Jayalah, majulah, bersatulah dokter hewan
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Jakarta, 22 November 2020
Ketua Umum PB PDHI

Drh. Muhammad Munawaroh, M.M.

.

iv |

Sambutan dari Narasumber
Drh. Cucu Kartini Sajuthi

Assalamu’alaikum wrwb.

Salam sejahtera bagi kita semua.

Salam Kebajikan.

Terima kasih kepada Tuhan

Semesta Alam, akhirnya buku

Menjadi Dokter Hewan

Profesional dapat selesai. Buku

yang berasal dari beberapa buah

pikiran yang terangkum dalam

jalinan kata .

Buku ini bukan bermaksud

menggurui. Dengan tulus, ini

adalah sumbangsih saya untuk para kolega dan adik-adik

mahasiswa fakultas kedokteran hewan. Menjadi dokter

hewan tidak cukup hanya dengan knowledge dan skill, juga

harus memiliki spiritualitas yang tinggi, apa pun agamanya.

Dengan demikian, dalam menunaikan profesinya, bisa

bekerja dengan hati.

Dokter hewan bukanlah malaikat. Dokter hewan hanya

membantu menyembuhkan hewan yang sakit. Akhir dari

upaya pertolongan diserahkan kepada Tuhan sebagai

pemegang kekuasaan kehidupan.

Menjadi Dokter Hewan Profesional | v

Setiap kali akan mengobati hewan, sebaiknya para dokter
hewan memanjatkan doa, sehingga pertolongan yang
diberikan dalam pengobatan sesuai dengan penyakit yang
diderita hewan dan dapat memberikan kesembuhan atas izin
Tuhan

Pada kesempatan ini, perkenankan saya memberikan
penghargaan yang tinggi kepada:

• Suami tercinta, Prof. Dondin Sajuthi, M.ST, Ph.D., atas
segala support, dedikasi, dan pengorbanan yang
diberikan kepada saya sehingga saya menjadi seperti
sekarang.

• Anak-anak tercinta: Ir. Satria Sajuthi, Ph.D.; Drh. Putri
Sajuthi, M.M.; Puspa Sajuthi, S,Psi,, M.Psi., Psycolog;
menantu tercinta: Drh. Titus Ardi Parsetya dan Angela
Jackson, serta cucu pertama: Alynea. Semuanya
merupakan berkat Tuhan dan penyemangat hidup
saya.

• Almarhum papa saya, Oey Kim Ouw, dan almarhumah
mama, Lie Beng Nio, yang memberikan pencerahan
lewat filosofi hidup dan kesederhanaan yang
menjadikan saya harus mantap menjadi dokter
hewan.

• Kepada almarhumah mama mertua, Komaladewi,
yang membantu menjaga dan mendidik kedisiplinan
pada anak-anak kami dengan penuh cinta.

• Seluruh pihak yang membantu terselesaikannya buku
ini.

Akhir kata, dengan rendah hati, saya menyampaikan
selamat membaca. Semoga ada manfaat yang bisa diambil

vi |

dari catatan buah pikiran saya ini. Saya sangat menghargai
bila ada masukan masukan yang membangun

Wassalamu’alaikum wrwb.
Salam sehat penuh perlindungan Tuhan

drh. Cucu Kartini Sajuthi

Menjadi Dokter Hewan Profesional | vii

Prakata

Bismillahirrahmannirrahim
Assalamua’laikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji bagi Allah SWT.
Saya sangat bersyukur, akhirnya
penulisan buku tentang
bagaimana menjadi dokter
hewan yang profesional ini dapat
terwujud. Bagi saya, sungguh ini
sebuah anugerah.

Dokter hewan yang
profesional memang sangat
mudah diucapkan. Namun, untuk menjadi dokter hewan yang
profesional tidaklah semudah yang dibayangkan. Butuh
waktu dan pengalaman yang cukup panjang untuk menuju
menjadi dokter yang profesional.
Buku ini merupakan buah pikiran Drh. Cucu Kartini
Sajuthi, seorang dokter hewan praktisi hewan kecil senior
yang kompeten di bidangnya dan sudah berpraktik selama 37
tahun lebih. Saya sangat bersyukur bisa mengenal beliau
beserta pemikiran-pemikirannya yang sangat mengisnpirasi
terbitnya buku ini.
Proses penyusunan buku ini diawali dari bincang-bincang
sederhana, berlanjut dengan diskusi yang menarik dari
penulis dan narasumber mengenai perkembangan dunia
kedokteran hewan di Indonesia dan luar negeri. Berawal dari

viii |

diskusi itulah, terbetik ide untuk membukukan pemikiran-
pemikiran dokter hewan hebat ini, agar banyak orang
mendapatkan inspirasi dari ide-ide briliannya.

Setelah outline disepakati, dilanjutkan dengan
wawancara untuk menggali ide dan informasi lebih lanjut.
Kemudian disusun dalam bentuk naskah dan bekerjasama
dengan Konsultan buku. Akhirnya, dengan berkolaborasi
MediaGuru, buku ini dapat diterbitkan. Bantuan dari PB PDHI
dalam program Satu Dokter Hewan Satu Buku dan PT.
Veteriner Indonesia Sejahtera dalam hal pencetakan dan
pemasaran.

Dokter hewan yang profesional tidak hanya dituntut
mempunyai knowledge (pengetahuan) dan skill
(keterampilan). Semua dokter hewan memiliki dua pilar ini.
Dokter hewan yang profesional dituntut memiliki attitude
(sikap) yang baik, karena profesi ini adalah melayani pasien
dan klien. Oleh sebab itu, seorang dokter hewan harus
bertanya pada diri sendiri, apakah mempunyai jiwa pelayanan
dalam arti yang baik atau tidak.

Selain ketiga pilar tersebut, yang tidak kalah penting
adalah spiritual. Seorang dokter hewan yang profesional
perlu memiliki spiritual yang baik, apa pun agama yang
dianutnya. Spiritual inilah yang akan mengerem seorang
dokter hewan untuk bisa menjalankan ketiga pilar tersebut di
atas (knowledge, skill, dan attitude). Dengan adanya spiritual,
kita akan mampu mengaplikasikan ajaran apa pun yang kita
anut. Dengan memilki spiritual yang baik, seorang dokter
hewan juga akan bekerja dengan hati. Tidak semata mencari
keuntungan dalam hitungan bisnis.

Menjadi Dokter Hewan Profesional | ix

Dalam buku ini juga diulas sejarah kedokteran hewan di
Indonesia, pembahasan seputar dokter hewan praktisi hewan
kecil. Berdasarkan pengalaman narasumber dalam mengelola
Praktek Dokter Hewan Bersama (PDHB) drh. Cucu K. Sajuthi,
dkk. yang sudah berusia 37 tahun dengan menerapkan pola
pikir 3Q, yakni inteligent quotient (IQ); emotional quotient
(EQ); dan spiritual quotient (SQ); 3S, yakni sense of
responsibility; sense of empathy; dan sense of crisis; serta
value of life dalam keseharian seluruh tim. Pembahasan
dokter hewan milenial semoga bisa menjadi masukan bagi
para dokter hewan muda dalam menjawab tantangan terkini.

Perkenankan saya mengucapkan penghargaan yang
sangat tinggi dan ucapan terima kasih sebesar-besarnya
kepada:

• Drh. Cucu Kartini Sajuthi, selaku narasumber yang
buah pikirannya dituangkan dalam buku ini.

• Ayahanda tercinta, almarhum Drh. Surono, yang
telah memberikan inspirasi dan mengenalkan dunia
kedokteran hewan sejak dini, menjadi ayah terbaik
untuk anak-anaknya.

• Ibunda Rumsini Surono, yang selalu memberikan
doa, cinta dan kasih sayangnya yang tak pernah
putus dan menjadi ibu terbaik bagi anak-anaknya.

• Suami saya: Drh. Muhammad Munawaroh, M.M.,
anak-anak saya: Khansaa Ziz Fathima, S.I.Kom dan
Rania Salsabiila Azhaari, dan seluruh keluarga atas
doa, cinta, kasih sayang dan semangatnya sepanjang
waktu.

• PB PDHI dan PT. Veteriner Indonesia Sejahtera yang

x|

membantu dalam proses percetakan dan pemasaran
buku ini.
• Tim MediaGuru yang sangat profesional, telah
memberikan pelatihan dan memotivasi penulis untuk
memulai penulisan buku ini hingga editing sampai
proses penerbitan buku.
• Bp. Abdul Kholis selaku konsultan buku atas
masukan-masukan dan kerjasamanya yang sangat
baik.
• PT Global Spirit Intensa dan seluruh tim yang sangat
saya cintai dan banggakan, atas segala support dan
bantuannya.
• Saudara, sahabat, dan rekan yang secara langsung
dan tidak langsung membantu terselesaikannya
buku ini
Dengan rendah hati, perkenankan saya
mempersembahkan buku ini sebagai satu bentuk kontribusi
pemikiran untuk berbagi ilmu dan pengalaman kepada seluruh
pembaca. Semoga buku ini dapat menjadi bahan pencerahan
bagi para dokter hewan, mahasiswa fakultas kedokteran
hewan, para calon dokter hewan, pemerhati kedokteran
hewan serta masyarakat luas.
Saya menyadari buku ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, saya sangat menghargai jika pembaca
berkenan memberikan masukan, kritik atau saran yang
membangun.
Terima kasih, selamat membaca.
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Penulis,
Istiani

Menjadi Dokter Hewan Profesional | xi

xii |

Daftar Isi

Sambutan Ketua Umum Pengurus Besar Perhimpunan
Dokter Hewan Indonesia ......................................................... iii
Sambutan dari Narasumber Drh. Cucu Kartini Sajuthi .......... v
Prakata .................................................................................... viii
Daftar Isi.................................................................................. xiii
Bagian Satu Pendahuluan .......................................................... 1

• Profesi Kedokteran Hewan di Indonesia Maju Pesat .. 2
• Indikator Kemajuan Kedokteran Hewan di Indonesia 6
• Faktor Pendukung Kemajuan Kedokteran Hewan......11
Bagian Dua Sejarah Dan Perkembangan Kedokteran Hewan
di Indonesia...............................................................................18
• Sejarah Pendidikan Kedokteran Hewan di Indonesia 19
• Tertinggal, Tapi Tetap Optimistis ................................32
Bagian Tiga Profesi Dokter Hewan .........................................37
• Terminologi Profesi Dokter Hewan............................ 38
• Tiga Pilar Dokter Hewan Profesional ..........................41
• Pentingnya Spiritual Bagi Dokter Hewan................... 44
• Parameter Dokter Hewan Profesional ....................... 45
• Kondisi Profesi Dokter Hewan Saat Ini ....................... 51

Menjadi Dokter Hewan Profesional | xiii

• Tantangan Dokter Hewan Indonesia ......................... 55
• Kepeminatan Masyarakat Indonesia Terhadap Profesi

Dokter Hewan ............................................................. 64
• Ruang Lingkup Profesi Dokter Hewan
• di Indonesia.................................................................. 68
• Organisasi yang Menaungi Dokter Hewan ................. 71
Bagian Empat Dokter Hewan Praktisi Hewan Kecil.............. 78
• Dokter Hewan Praktisi Hewan Kecil: Pengertian,

Organisasi, Tahapan Mencapainya, dan Kendala Yang
Dihadapi ....................................................................... 79
• Modal Dasar Dan Persiapan Menjadi Dokter Hewan
Praktisi Hewan Kecil.................................................... 86
• Jalan Panjang Menuju Dokter Hewan Profesional .... 97
Bagian Lima Dokter Hewan Milenial di era revolusi industri
4.0 ............................................................................................ 102
• Informasi Antargenerasi ............................................103
• Dokter hewan di Era Revolusi Industri 4.0................108
• Tantangan Dokter Hewan Milenial.............................112
Bagian Enam Menapaki Pengabdian Seorang Dokter Hewan
..................................................................................................115
• Mengenal Lebih Dekat Praktik Dokter Hewan Bersama
(PDHB) DRH. CUCU K. SAJUTHI, DKK. ...................... 116

xiv |

• Pola Pikir 3Q dan 3S dalam Menghadapi Perubahan
Zaman, Cara Menghadapinya dan Meminimalkan Stres
..................................................................................... 118

• Value of Life ................................................................ 123
• Generasi Milenial di Mata drh. Cucu K. Sajuthi ......... 124
• Menyiapkan Regenerasi untuk Milenial (Generasi Y

dan Z ) .........................................................................129
Penutup................................................................................... 134
Daftar Pustaka ........................................................................ 135
Untaian Kata Dari Nara Sumber Drh. Cucu Kartini Sajuthi.. 136
Rangkaian Kata Dari Penulis Dra.med.vet Istiani, M.M.......146

Menjadi Dokter Hewan Profesional | xv

xvi |

Bagian Satu
Pendahuluan

Perkembangan dunia kedokteran hewan di Indonesia
memang tak secepat bidang kedokteran manusia.
Banyak faktor yang menjadi penyebabnya.
Namun, dengan semakin dicintainya profesi dokter
hewan, perkembangan kedokteran hewan di dalam
negeri
cukup menggembirakan.

Menjadi Dokter Hewan Profesional | 1

Profesi Kedokteran Hewan

di Indonesia Maju Pesat

Indonesia sebagai negara berkembang memiliki
pertumbuhan yang cukup pesat di berbagai bidang, termasuk
di bidang ekonomi dan teknologi. Dua bidang ini memiliki
andil cukup besar dalam perkembangan dunia kedokteran
hewan di Indonesia.

Tak dapat dimungkiri, kemajuan dunia kedokteran hewan
di Indonesia saat ini sangat terasa, bahkan, bisa dibilang
cukup pesat. Kepedulian masyarakat terhadap masalah
hewan sudah makin membaik dari tahun ke tahun.

Pesatnya perkembangan dunia kedokteran hewan di
Indonesia tidak terlepas dari meningkatnya kesejahteraan
manusianya. Secara umum, semakin maju tingkat
perekonomian suatu negara biasanya semakin
memperhatikan kesejahteraan hewan. Orang mau atau
memelihara hewan kesayangan, tentu saja secara sadar tahu
bahwa hewan juga membutuhkan pakan, perawatan, jaminan
kesehatan, dan tempat tinggal seperti dirinya. Untuk
memenuhi semua kebutuhan tersebut, dibutuhkan biaya tak
sedikit. Sulit rasanya, jika ekonomi orang tersebut minim atau
pas-pasan bisa memberikan kebutuhan yang memadai untuk
hewan kesayangannya.

Seiring dengan makin sejahteranya masyarakat, makin
bertumbuh pula orang yang memiliki hewan kesayangan. Tak

2|

sedikit di antara mereka yang memiliki lebih dari satu hewan
peliharaan. Bahkan, banyak masyarakat yang senang
memanjakan hewan peliharaannya dengan memandikan
hewan kesayangan di tempat-tempat grooming, memberi
pakan yang istimewa agar tetap sehat, memeriksakan
kesehatannya ke dokter hewan secara berkala, memberi
pernak-pernik asesoris pada hewan kesayangannya, dan
perlakuan positif lainnya.

Kondisi ini jauh berbeda dengan 20 atau 30 tahun lalu,
ketika kondisi ekonomi masyarakat kita belum sesejahtera
sekarang. Sangat sedikit orang yang mau memelihara hewan,
khususnya anjing atau kucing ras murni yang diimpor dari
berbagai negara. Harga anjing atau kucing ras kala itu masih
sangat mahal, banyak yang belum mampu membelinya,
sehingga hanya segelintir orang yang memelihara.

Kondisi ini bisa dimaklumi, karena tidak mungkin orang
akan mau memelihara hewan kesayangan dengan biaya
perawatannya yang tak murah, sementara dia sendiri kondisi
ekonominya masih terbatas.

Yang cukup menggembirakan, kondisi antara kenaikan
ekonomi negara dengan kesadaran pengguna jasa dokter
hewan (pemilik hewan) saat ini sudah sejalan. Kemajuan dunia
kedokteran hewan saat ini didukung oleh kesadaran para
dokter hewan untuk lebih profesional dalam bekerja. Kerja
secara profesional ini penting bagi seorang dokter hewan
karena ada pasar yang mengharapkan jasanya.

Dokter hewan harus menyadari bahwa klien bersedia
mengeluarkan uang yang cukup banyak untuk mengobati
hewan peliharaannya karena sangat berharap hewannya

Menjadi Dokter Hewan Profesional | 3

dapat ditangani dengan baik dan bisa sehat kembali. Pemilik
hewan akan sangat kecewa jika setiap kali membawa hewan
peliharaannya ke dokter hewan tidak sembuh atau malah
mati.

Dokter hewan sudah seharusnya tidak merasa cepat puas
dengan ilmu dan keahlian yang dimiliki saat ini. Harus terus
menggali keilmuannya. Akan lebih baik jika asosiasi yang
menaungi dokter hewan serta institusi pendidikan juga
memberi dukungan. Asosiasi dan institusi pendidikan
kedokteran hewan sangat berkait erat dengan kedokteran
hewan, khususnya pet animal.

Dengan demikian, bisa disimpulkan bahwa dunia pet
animal (hewan peliharaan) akan berkembang dengan baik
manakala ekonomi sebuah negara dan ekonomi
masyarakatnya sudah baik pula. Naiknya strata ekonomi
masyarakat juga harus diikuti oleh keilmuan para dokter
hewan. Jika keilmuan yang dimiliki dokter hewan masih
terbatas, sulit diharapkan dunia kedokteran hewan bisa maju.
Terbatasnya pengetahuan dan skill dokter hewan bisa
berakibat fatal bagi hewan-hewan yang menjadi pasiennya,
yang mengakibatkan kekecewaan pemilik hewan peliharaan.

Faktor pendukung pesatnya profesi dokter hewan di
Indonesia juga dipengaruhi semakin tumbuhnya kepedulian
masyarakat terhadap hewan peliharaan. Tumbuhnya
kepedulian masyarakat ini dikarenakan ranah animal welfare
juga makin dipahami oleh masyarakat.

Animal welfare atau kesejahteraan hewan adalah suatu
keadaan fisik dan psikologi hewan menurut ukuran perilaku
alami hewan, yang perlu diterapkan dan ditegakkan untuk

4|

melindungi hewan dari perlakuan setiap orang yang tidak
layak terhadap hewan yang dimanfaatkan manusia.

Salah satu indikator nyata dan makin banyak dilakukan
oleh masyarakat tentang animal welfare adalah adanya
sukarelawan yang menyelamatkan hewan-hewan yang
terlantar, seperti anjing, kucing, dan hewan lainnya. Mereka
melakukannya secara perorangan maupun melalui komunitas
atau organisasi penyayang hewan.

Jumlah kelompok masyarakat ini memang belum banyak
dan masih banyak menghadapi tantangan. Namun, upaya
yang mereka lakukan sudah selayaknya diberi apresiasi.

Hewan-hewan terlantar yang mereka rescue tak hanya
mendapat asupan makanan yang cukup, juga diperhatikan
kesehatannya. Semakin parah kondisi kesehatan hewan yang
di- rescue, semakin besar perhatian komunitas dalam merawat
hewan tersebut. Di sinilah peran dokter hewan sangat
dibutuhkan untuk memulihkan kesehatan hewan-hewan yang
terlantar tersebut.

***

Menjadi Dokter Hewan Profesional | 5

Indikator Kemajuan

Kedokteran Hewan

di Indonesia

Dunia kedokteran hewan di Indonesia bila
dibandingkan dengan kondisi di luar negeri, masih
tertinggal. Di level Asia saja, bisa dikatakan tertinggal
20 sampai 30 tahun. Sebagai contoh, Vietnam, negara yang
bisa dikatakan masih di bawah Indonesia, perkembangan
kedokteran hewan di sana sudah baik. Meski demikian,
dokter hewan Indonesia harus bersyukur, karena secara
perlahan dunia kedokteran hewan di Indonesia saat ini sudah
berkembang. Jauh lebih baik dibandingkan dua dekade
sebelumnya.

Setidaknya ada tiga indikator yang tampak dan
menunjukkan pesatnya perkembangan dunia kedokteran
hewan di dalam negeri.

Indikator pertama, adanya animo yang tinggi dari
masyarakat yang menggunakan jasa dokter hewan. Jika
sebelumnya masyarakat jarang membawa hewan
peliharaannya ke dokter hewan, kecuali jika sudah sakit
parah, sekarang kesadaran makin tumbuh akan pentingnya
memeriksakan kesehatan hewannya. Tidak perlu menunggu
sakit parah, pada saat hewan peliharaannya kurang sehat

6|

atau untuk vaksinasi, pemilik hewan akan segera
membawanya ke dokter hewan.

Indikator kedua, tingginya animo ini menunjukkan adanya
trust (kepercayaan) dari pemilik hewan peliharaan kepada
profesi dokter hewan yang dikunjungi. Kepercayaan ini
menimbulkan simbiosis yang saling menguntungkan antara
pemilik hewan peliharaan dan dokter hewan. Pemilik hewan
senang karena hewannya bisa sembuh. Bagi dokter hewan,
selain bisa menolong hewan yang sakit dan mendapatkan
income, juga akan akan terus berusaha memperdalam
pengetahuan dan keterampilan dalam memberikan
pelayanan kepada pasien dan pemiliknya.

Layanan dokter hewan akan bertambah seiring dengan
meningkatkanya tuntutan pemilik hewan. Sebagai contoh,
jika sebelumnya hanya mengobati bila hewan sakit, saat ini
vaksinasi menjadi keharusan bagi pemilik hewan. Layanan lain
seperti pemasangan alat identifikasi untuk hewan dan
pemasangan alat identifikasi hewan (microchip) juga mulai
diminati. Produk layanan untuk pemeliharaan rutin, seperti
grooming, juga makin menjadi kebutuhan rutin.

Seiring dengan semakin berkembangnya zaman, kasus
yang ditemui oleh dokter hewan pada pasien juga makin
beragam dan sulit. Karena itu, diperlukan alat bantu diagnosa
untuk bisa mendapatkan diagnosa dengan tepat sebelum
mengadakan pengobatan pada pasien.

Faktor trust dari pemilik hewan peliharaan juga akan
memacu semangat dokter hewan untuk berusaha sebaik
mungin membantu pasien dan mampu menjawab setiap
pertanyaan yang dilontarkan klien. Saat ini internet sudah

Menjadi Dokter Hewan Profesional | 7

menjadi kebutuhan dan penggunaan media sosial sudah
menyentuh seluruh lapisan masyarakat, sehingga sangat
memungkinkan klien menggunakan media sosial untuk
banyak bertanya atau mencari informasi, bahkan
membandingkan informasi yang mereka dapatkan.

Apabila dokter hewan tak mampu memberikan jawaban
yang memuaskan, sudah pasti akan mengecewakan klien. Bila
hal tersebut terjadi, sulit diharapkan dokter hewan akan
mendapatkan klien yang loyal. Singkatnya, trust dari pemilik
hewan peliharaan akan menaikkan derajat dokter hewan.

Indikator ketiga, pesatnya perkembangan dunia
kedokteran hewan di Indonesia juga bisa dilihat dari makin
banyaknya petshop di berbagai kota. Dalam sepuluh tahun
terakhir, perkembangan penyedia kebutuhan pakan dan
lainnya untuk hewan peliharaan ini sangat cepat. Tidak hanya
di kota-kota besar, di daerah-daerah sudah mulai menjamur
keberadaannya. Menjamurnya petshop bisa menjadi indikator
makin bertambahnya jumlah pemilik hewan peliharaan di tiap
kota atau daerah tersebut.

Sudah semestinya perkembangan dunia kedokteran
hewan dan tumbuhnya kesadaran masyarakat untuk
memelihara hewan kesayangan ini didukung oleh
ketersediaan obat-obatan hewan. Pemerintah, sebagai
pembuat kebijakan, sangat berperan dalam hal ini. Apabila
semua unsur tersebut bersinergi dan bekerjasama, maka
perkembangannya akan lebih pesat lagi.

Indikator keempat, meningkatnya jumlah dokter hewan
praktisi hewan kecil. Meskipun baru ada di kota-kota besar,
jumlah dokter hewan praktisi saat ini sudah semakin banyak.

8|

Walaupun secara rasio belum diketahui datanya, teta[i jumlah
dari tebaran tempat praktik dokter hewan di kota-kota besar
sudah bisa menangani jumlah pasien yang makin bertambah
pula.

Sebagai contoh di Jakarta, jumlah hewan peliharaan yang
terus bertambah akhir-akhir ini, juga diimbangi oleh
banyaknya lulusan dari fakultas kedokteran hewan (FKH)
perguruan tinggi mana pun yang tertarik menjadi dokter
hewan praktisi di kota metropolitan ini. Besarnya animo para
dokter muda yang lulus dan mau menjadi praktis, dipastikan
masih memungkinkan untuk menangani pasien yang makin
bertumbuh pula jumlahnya.

Makin menjamurnya tempat praktik dokter hewan di
kota- kota besar memang cukup menggembirakan. Namun,
ada satu hal yang perlu diwaspadai: terjadinya “mitra”
kompetisi yang sulit dielakkan. Di mana pun dan di profesi apa
pun, kompetisi itu pasti ada. Untuk itu, diharapkan kreativitas
para dokter hewan ditingkatkan.

Kompetisi ini harus disikapi dengan bijak, karena untuk
menjadi dokkter hewan sudah melalui proses sumpah untuk
bekerja secara baik dan menjaga etika yang luhur. Setiap
dokter hewan harus mampu mencari jalan keluar yang baik
dengan meningkatkan inovasi, inisiatif, menggali kemampuan
sampai level tertentu, harus ada diferensiasi dan
meningkatkan pelayanan prima pada pelanggan. Dokter
hewan juga dituntut mampu menghargai sesama kolega dan
turut bersyukur bila ada kolega lebih maju. Menanamkan
sikap positive thinking dan melakukan instrospeksi akan

Menjadi Dokter Hewan Profesional | 9

kekurangan diri. Jika dokter hewan mampu melakukan
perubahan positif ini, maka klien akan datang dan loyal.

***

10 |

Faktor Pendukung Kemajuan

Kedokteran Hewan

Ada beberapa faktor penting yang mendukung
pesatnya perkembangan dunia kedokteran hewan.
Faktor pertama, dokter hewan itu sendiri. Dalam
beberapa tahun belakangan tampak kesadaran kalangan
dokter hewan untuk meningkatkan ilmu dan semangat untuk
belajar lagi cukup tinggi. Terbukti dari banyak
terselenggaranya pelatihan, seminar, workshop, ataupun
kegiatan keilmuan lainnya yang selalu terisi penuh peserta.
Peningkatan keilmuan dokter hewan ini berkait dengan makin
berkembangnya jenis penyakit pada hewan peliharaan.

Faktor kedua, meningkatnya kesadaran para pemilik
hewan peliharaan. Akhir-akhir ini kesadaran masyarakat
untuk memeriksakan hewan peliharaan miliknya tumbuh
begitu bagus, tidak hanya untuk penyembuhan penyakit, juga
untuk pencegahan penyakit. Pengetahuan yang meningkat
dan tingginya tuntutan dari para pemilik hewan
mengharuskan dokter hewan selalu meningkatkan
kemampuannya untuk meningkatkan trust dari para pemilik
hewan.

Kondisi ini sangat berbeda dengan 20 atau 30 tahun lalu.
Saat itu jarang sekali masyarakat yang membawa hewan
peliharaannya ke klinik hewan. Mereka umumnya membawa
ke dokter hewan jika kondisi anjing atau kucingnya sudah

Menjadi Dokter Hewan Profesional | 11

parah. Hal tersebut bisa disebabkan, pertama, karena
memang tidak punya uang, sehingga mereka melakukan
pengobatan sendiri. Kedua, kemungkinan saat itu orang
belum adanya trust pada dokter hewan, karena banyak
pasiennya yang mati justru setelah dibawa ke tempat praktik
dokter hewan.

Persoalan lain dokter hewan dan klinik hewan pada
zaman dulu adalah performance dokter hewan yang belum
meyakinkan. Banyak hewan peliharaan yang dibuang di
depan klinik hewan, dengan harapan bisa dipelihara oleh
pemilik klinik.

Belum bagusnya performance dokter hewan waktu itu,
salah satu faktornya, karena tidak punya modal untuk
membangun klinik yang bagus. Diperparah lagi dengan
kondisi ekonomi masyarakat secara keseluruhan masih
minim, sehingga tidak ada kesadaran para pemilik hewan
peliharaan untuk memerlukan jasa dokter hewan.

Faktor ketiga, pesatnya perkembangan dunia kedokteran
hewan adalah adanya peran pemerintah dalam memajukan
dunia kedokteran hewan. Adanya regulasi pemerintah dalam
penanganan berbagai jenis penyakit hewan, pentingnya
microchip pada hewan peliharaan, penyediaan taman khusus
bagi para pecinta hewan peliharaan, himbauan harus
menghargai hewan, dan ragam kegiatan tentang hewan,
turut andil besar dalam memajukan dunia kedokteran hewan
di dalam negeri.

Faktor keempat, berkembangnya penguasaan ilmu
kedokteran hewan di kalangan dokter hewan praktisi seiring
dengan makin banyaknya jenis penyakit yang diderita oleh

12 |

hewan peliharaan. Dalam hal ini ada dua pertanyaan, mana
yang lebih didahulukan: menguasai ilmunya dulu sebelum
adanya pasien yang menderita penyakit tertentu atau
menunggu ada kejadian dulu baru dokter hewannya belajar
ilmunya?

Yang bijak, tentu adalah menguasai ilmu lebih dulu, tak
perlu menunggu adanya kejadian. Begitu menghadapi jenis
penyakit baru, dokter hewan sudah siap.

Faktor kelima, pesatnya perkembangan dunia kedokteran
hewan di dalam negeri juga disebabkan rasa bangga menjadi
dokter hewan. Tanpa adanya rasa bangga pada profesi ini,
tidak mungkin dokter hewan bisa bekerja secara maksimal
dan profesional. Kebanggaan diri akan profesi sangatlah
penting karena akan membuat seorang dokter hewan lebih
percaya diri dalam menjalankan pekerjaannya. Kebanggaan
terhadap profesi juga akan memacu dokter hewan
memperdalam pengetahuan dan keterampilan, yang
mengantarkan dirinya menjadi dokter hewan yang lebih
profesional.

Dulu, profesi dokter hewan masih dipandang sebelah
mata.Tak heran jika banyak dokter hewan di masa lalu merasa
tidak bangga terhadap profesinya. Hal tersebut disebabkan
oleh pola pikir ‘tidak kenal, maka tidak sayang’ (tidak mengenal
secara mendalam profesi dokter hewan, karena terlalu luas).
Oleh karena itu, dulu tak sedikit sarjana kedokteran yang
memilih sebagai dokter hewan nonpraktisi. Mereka tidak
mengenal profesi tersebut dengan baik, sehingga belum
tercipta kecintaan terhadap profesi. Akibatnya, banyak dokter

Menjadi Dokter Hewan Profesional | 13

hewan yang memilih menjadi dosen atau pegawai negeri di
berbagai instansi pemerintah dan instansi lainnya.

Kebanggaan profesi harus dibangun di kalangan dokter
hewan praktisi dengan cara memulai dari dalam diri dokter
hewan. Seorang dokter hewan harus memiliki nilai lebih dalam
dirinya dan membangun aura yang bagus serta menghargai
dirinya sendiri sehingga orang lain menghargai.

Kenapa orang dulu kurang menghargai profesi dokter
hewan? Karena dulu belum memiliki aura yang bagus dalam
diri dokter hewan, belum merasa mempunyai kelebihan,
dan belum mau mengasah kemampuan diri. Selain itu, dulu
masih banyak dokter hewan yang mindset-nya masih thinking
inside the box, bukan thinking outside the box. Dengan
mindset yang masih terkungkung, sulit untuk melihat
kekurangan diri sendiri dan melihat hal-hal yang bagus di luar
kita.

Dengan pemikiran outside the box (berpikir di luar
kebiasaan), dokter hewan bisa lebih terbuka. Perumpamaan
ini menggambarkan bahwa jika kita hanya berada di dalam
tempurung yang besar, bangga dengan yang sudah ada,
tanpa memperluas jaringan dan ilmu, maka tidak bisa
mengetahui apa yang terjadi di luar tempurung. Sebaliknya,
jika tempurung tersebut dibuka, akan bisa lihat lebih luas
persoalan yang terjadi dan melihat masih banyak kekurangan
dalam diri.

Kemampuan berpikir outside the box secara tidak
langsung menumbuhkan sikap bangga terhadap profesi
sebagai dokter hewan praktisi. Kita bersyukur, sekarang
sudah banyak dokter hewan yang merasa bangga dengan

14 |

profesinya dan berpikir lebih maju jauh ke depan. Bukan
hanya bangga karena bisa menghasilkan uang untuk
mencukupi kebutuhannya, bahkan melebihi keinginannya,
juga menjadi dokter hewan adalah profesi yang mulia dengan
menolong hewan yang sakit pada hakikatnya juga
membantu, menghormati, dan menghargai ciptaan Tuhan.

Berkaitan dengan penghasilan, dokter hewan tentu saja
membutuhkan uang. Akan tetapi uang bukan segala-galanya,
karena yang membuat senang bukan hanya uang semata.
Ada tiga komponen kenapa orang mau bekerja atau bekerja
di suatu tempat. Pertama, yang pasti karena dia mau hidup dia
perlu uang. Kedua, sebagai manusia yang punya hati dan otak,
maka harus dihargai, sekecil apa pun. Bukan hanya dengan
uang saja, tetapi juga dengan penghargaan dan sikap tulus
dari pemimpin atau atasannya. Ketiga, pimpinan tempat
praktik dokter hewan juga harus berbagi agar bawahan
merasa ada tambahan ilmu dan penghasilan.

Uang akan mengikuti manakala profesi dokter hewan
naik derajatnya. Dengan ilmu pengetahuan dan etika dokter
hewan yang baik, klien akan senang, percaya, dan akan
mencarinya. Untuk mencapai pada titik tersebut, tidak ada
yang instan. Dokter hewan harus berjuang setahap demi
setahap. Untuk meraih derajat yang tinggi tersebut kuncinya
adalah gali terus pengetahuan, tingkatkan keterampilan, dan
perbaiki attitude diri.

Seorang dokter hewan juga harus mampu menghargai
diri sendiri, jujur dan tidak sombong. Jika gagal dalam
mengobati pasiennya, maka dia harus mau mengevaluasi
dirinya, berkata jujur atas kesalahan dan kebodohannya,

Menjadi Dokter Hewan Profesional | 15

kepada pemilik hewan dengan memberikan alasan yang

masuk akal agar klien bisa menerima dengan baik.

Pada saat menjalankan profesinya sebagai dokter hewan

praktisi, selalu mengikuti kaidah dasar dalam mendiagnosa

penyakit. Apakah penyakit disebabkan kelainan pada

anatominya, atau kelainan fisiologinya atau anatomi dan

fisiologi.

Sebagai dokter hewan professional , tentu harus

menjalankan urutan urutan dalm mendiagnosa keluhan

pasien yang disampaikan pemilik.

Melihat sinyalemen, menggali anamnesa, melakukan

pemeriksaan umum yang runut dan seksama, menganalisa

sistem organ yang terpengaruh, menentukan lokasi masalah

pada organ tersebut, memperkirakan diagnosa

pembandingnya, menentukan sarana penujang diagnosa

yang dibutuhkan, menginterpretasikan hasil diagnosa

penunjang yang terkait dengan masalah yang dikeluhkan

pasien, sehingga mendapat suatu diagnosa pasti dan

pengobatan yang mengarah oada masalah utama tersebut.

Bilamana seorang dokter hewan mengerti dan menguasai

semua rangkaian diatas, ditambah memberikan penjelasan

berdasarkan keilmuan, serta memberikan option atau pilihan

dan dikomunikasikan dengan benar, kesalahan diagnosa akan

menjadi kecil, kepuasan pengguna jasa akan bertambah,

selain itu komplain menjadi minim.

Demikian pula saat dokter hewan harus melakukan

tindakan terkait penyakit kerusakan organ yang

membutuhkan tindakan operasi, penjelasan runut praoperasi,

metode yang dipakai saat operasi dan tanggung jawab

16 |

paskaoperasi, merupakan tindakan profesional yang
mendatangkan kepercayaan dan penghargaan pemilik pada
dokter hewannya.

Sikap dasar pada tiga pilar (kemampuan keilmuan,
ketrampilan, attitude) yang selalu digali dan diasah, ditambah
kemampuan skill of commuinication dan pengalaman yang
selalu dihayatinya, akan mendatangkan kepercayaan diri yang
tinggi bagi dokter hewannya. Bukan buat disombongkan
atau jumawa. Dalam hal ini spiritual yang menjadi andalan.
Hal ini akan menularkan aura kepada pemiliknya. Loyalitas
dan kesalahan kecil dari dokter hewannya akan bisa
diterimanya. Meskipun kecewa, umumnya mengerti semua
adalah manusia biasa dan selalu ada matematik Tuhan yang
menaunginya.

Semakin banyak dokter hewan yang mau menggali dan
menggali terus tiga pilar, maka semakin pesat perkembangan
dunia kedokteran hewan di Indonesia.

Menjadi Dokter Hewan Profesional | 17

Bagian Dua
Sejarah Dan Perkembangan

Kedokteran Hewan di
Indonesia

Pendidikan kedokteran hewan di Indonesia
mempunyai sejarah yang panjang.

Diawali dengan program pengembangan peternakan
di zaman penjajahan Belanda, masa peralihan kekuasaan,

dan beberapa tahun setelah kemerdekaan.
Fakultas kedokteran hewan (FKH) di berbagai perguruan
tinggi mulai berkembang pesat pada 2010 sampai 2020.

FKH di Indonesia sudah berjumlah 11 buah.

18 |

Sejarah Pendidikan
Kedokteran Hewan

di Indonesia

Dalam bahasa Inggris, kedokteran hewan disebut
veterinary medicine, sedangkan dokter hewannya
sendiri disebut veterinary physician yang disingkat
menjadi veterinarian (American English) atau veterinary
surgeon (British English). Istilah ini berasal dari bahasa Latin,
veterinarius. Veterinarius adalah nama yang diberikan kepada
sekelompok orang yang bertugas untuk mengurusi veterinae
(hewan pekerja).

Pada masa peradaban kuno, hewan yang paling
diperhatikan kesehatannya adalah kuda, karena mereka
banyak dimanfaatkan sebagai sarana transportasi dan
peperangan (bagian dari kavaleri). Dalam perkembangannya,
kesehatan sapi dan hewan ternak lainnya mulai diperhatikan.

Anjing baru mendapatkan perhatian pada zaman
modern, saat perekonomian dunia mulai tumbuh dan
peperangan mulai berhenti. Setelah anjing, disusul oleh
hewan kesayangan lainnya.

Saat anjing dan kucing telah menjadi kesayangan yang
umum dipelihara, beberapa orang kemudian mencoba

Menjadi Dokter Hewan Profesional | 19

memelihara hewan eksotik di rumah. Dari sinilah kemudian
berkembang dunia kedokteran hewan.

Kedokteran hewan merupakan suatu profesi resmi yang
dipelajari melalui pendidikan di tingkat universitas.
Pendidikan ini terbagi menjadi dua tahap. Tahap pertama
adalah pendidikan sarjana (S-1), yang biasanya ditempuh
selama delapan semester.

Setelah menyelesaikan tahap ini, seseorang akan
mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran Hewan (S.K.H.),
dahulu bergelar Drs./Dra. Med.Vet.

Tahap kedua adalah pendidikan profesi (koas/coass - co
assistant) yang biasanya memerlukan waktu berkisar 1,5
tahun. Setelah menyelesaikan koas dan kemudian diambil
sumpah dokter hewan, seseorang baru akan mendapatkan
gelar dokter hewan (drh.).

Pendidikan kedokteran hewan di Indonesia mempunyai
sejarah yang panjang. Diawali dengan program
pengembangan peternakan di zaman penjajahan Belanda,
terutama untuk ternak besar. Program ini memerlukan
tenaga-tenaga ahli kesehatan hewan, yang pada masa itu
(pertengahan abad ke-19 sampai awal abad ke-20) amat
langka. Pada 1851 tercatat hanya ada dua orang dokter hewan
asal Belanda. Sementara itu, berbagai penyakit menular,
termasuk rinderpest, berjangkit di Indonesia.

Melihat kondisi itu, pemerintah Hindia Belanda membuka
sebuah sekolah dalam bidang kedokteran hewan di Surabaya
pada 1861. Sekolah ini dipimpin oleh Dr. J. van der Weide.
Siswa yang diterima adalah para bumiputra, dengan lama
pendidikan dua tahun.

20 |

Ternyata upaya ini kurang berhasil. Selama sembilan
tahun, hanya delapan dokter hewan bumiputra (inlandsche
veearts) yang dihasilkan. Sekolah itu pun ditutup pada 1875.

Pendidikan dokter hewan dilanjutkan dalam bentuk lain,
berupa magang pada dokter hewan gubernemen
(gouvernements veearts = dokter hewan pemerintah). Dalam
periode 1875-1880, ada sembilan pemuda bumiputra yang
magang pada tujuh dokter hewan gubernemen. Delapan
orang dinyatakan lulus sebagai inlandsche veearts pada tahun
1880.

Meskipun pengetahuan dan kemampuan para dokter
hewan bumiputra itu dinilai sangat memuaskan, pemerintah,
dalam hal ini Departemen Kepamongprajaan (Binnenlands
Bestuur), berpendapat pendidikan dokter hewan perlu
diselenggarakan secara intensif. Maka, Direktur B B
mengusulkan agar pendidikan dokter hewan ini
diselenggarakan seperti halnya pendidikan dokter bumiputra
(inlandsche geneeskundige) di STOVIA (School tot Opleiding
van Indische Artsen = Sekolah Dokter Djawa). Bahkan,
diusulkan pula agar pendidikan dasarnya disatukan dengan
STOVIA.

Baru pada tahun 1907 ada perkembangan yang
memuluskan jalan menuju pendidikan kedokteran hewan
yang mantap. Atas usul Prof. Melchior Treub, Direktur
Departemen Pertanian, Kerajinan, dan Perdagangan
(Landbouw, Nijverheid en Handel) Pemerintah Hindia Belanda
mendirikan Laboratorium Veteriner (Veeartsenijkundig
Laboratorium) yang telah lama direncanakan oleh Dr. de
Does.

Menjadi Dokter Hewan Profesional | 21

Di laboratorium ini kemudian digabungkan kursus untuk
mendidik dokter hewan bumiputra. Kursus ini dibuka pada
Mei 1907 dengan nama Cursus tot Opleiding van Inlandsche
Veearstsen. Lembaga pendidikan singkat ini mulanya ada di
bawah pengawasan (superintendentie) Dr. Koningsberger,
Kepala Kebun Raya dan Museum Zoologi Bogor.

Pada 1908, Dr. L de Blieck didatangkan dari Belanda untuk
memimpin Laboratorium Veteriner. Setahun kemudian, dia
diserahi pula memimpin kursus.

Pada 1910, nama kursus diubah menjadi Inlandsche
Veeartsenschool (Sekolah Dokter Hewan Bumiputra). Sebutan
kepala sekolahnya menjadi “direktur”, yang masih tetap
dijabat oleh Dr. de Blieck merangkap sebagai kepala
labotatorium.

Pada 1914, nama sekolah itu diubah lagi menjadi
Nederlands Indische Veeartsenschool (NIVS) atau Sekolah
Dokter Hewan (SDH), dengan ketentuan bahwa sekolah ini
tidak hanya untuk siswa-siswa bumiputra, juga terbuka bagi
golongan lain.

Perkembangan selanjutnya ternyata malah mundur,
dengan disatukannya lagi sekolah dengan laboratorium
menjadi Veeartsenijkundig Instituut (VI) atau Lembaga
Veteriner. Akhirnya, pada 1919 sekolah dipisahkan dari
lembaga, berdiri sendiri dan dapat berkembang dengan baik.

Di bawah kepemimpinan de Blieck, NIVS ditingkatkan
mutunya, dengan memasukkan pelajaran bahasa Jerman agar
para siswa dapat menggunakan buku-buku kedokteran
hewan berbahasa Jerman. Perlu dicatat, sejak tahun 1920

22 |

lulusan NIVS diterima di Fakultas Kedokteran Hewan di
Utrecht, langsung di tingkat 3.

Perubahan di Masa Penjajahan Jepang
Pada awal 1942, tentara Jepang menyerbu Hindia Belanda.

Seluruh daerah Indonesia dikuasai Jepang. Roda
pemerintahan militer berjalan di bawah kekaisaran Jepang.
Sekolah dokter hewan di Bogor dibuka kembali dengan nama
Bogor Semon Zui Gakko. Keadaan ini berlangsung hingga
pertengahan 1945.

Setelah Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945, Sekolah
Dokter Hewan Bogor dibuka kembali, dinaikkan statusnya
menjadi lembaga pendidikan tinggi dengan nama Perguruan
Tinggi Kedokteran Hewan (PTKH) berdasarkan Surat
Keputusan Menteri Kemakmuran No. 1280 a/Per. tanggal 20
September 1946. Lama pendidikan ditetapkan lima tahun.

Kenaikan status itu dipersiapkan dan diusulkan oleh
Panitia Pendirian Perguruan Tinggi Kedokteran Hewan yang
diangkat oleh Menteri Kemakmuran. PTKH dibuka secara
resmi oleh Wakil Presiden Moh. Hatta, pada November 1946.

Panitia Pendirian PTHK terdiri dari
1. Soeparwi, jabatan waktu itu Inspektur Jawatan

Kehewanan Jawa Tengah merangkap Wakil Kepala
Jawatan Kehewanan, sebagai ketua.
2. Samsoe Poesposoegondo, jabatan waktu itu dokter
hewan Drv sebagai penulis.
3. Atmodipoero, jabatan waktu itu Inspektur SMP di
Magelang sebagai anggota
4. Iso Reksohadiprojo, jabatan waktu itu Dirjen

Menjadi Dokter Hewan Profesional | 23

Kementerian Kemakmuran di Magelang sebagai
anggota .
5. Soeparman Poerwosoedibjo, jabatan waktu itu
Kepala Perekonomian Kota Praja Cirebon, sebagai
anggota.
6. Djaenoedin, jabatan waktu itu Direktur Balai
Penyelidikan Penyakit Hewan di Bogor, sebagai
anggota.
7. Moh. Roza, jabatan waktu itu dokter hewan di BPPH
Bogor, sebagai anggota.
8. Mohede, jabatan waktu itu Direktur Sekolah Dokter
Hewan Bogor, sebagai anggota.
9. Garnadi, jabatan waktu itu Guru Sekolah Dokter
Hewan Bogor, sebagai anggota
10. Hoctanradi, jabatan waku itu Inspekur Jawatan
Kehewanan di Jawa Timur, sebagai anggota.
11. Slamet, jabatan waktu itu Dokter Hewan Kota Pradja
Malang, sebagai anggota

Pada1947 krisis diplomatik antara Republik Indonesia
dengan Kerajaan Belanda mencapai puncaknya. Akibat krisis
ini, aktivitas PTKH dihentikan. Ada yang menyebutkan,
sebenarnya PTKH tidak pernah secara resmi dinyatakan
ditutup. Bahkan, atas persetujuan Rektor PTKH dan
Kementerian Kemakmuran, di Klaten (Jawa Tengah) pada
1947 dibuka kelas dalam pengasingan untuk tingkat pertama
dari Perguruan Tinggi Kedokteran Hewan Republik Indonesia
(PTKH-RI).

24 |

Ketika pecah clash kedua dan Ibu Kota RI, Yogyakarta,
diserbu pasukan para (pasukan payung) Belanda pada 19
Desember 1948, PTKH-RI ditutup. Setelah Yogyakarta
diserahkan kembali kepada pemerintah RI, pada 1 November
1949 PTKH dibuka kembali. Lokasinya pindah dari Klaten ke
Yogyakarta.

Pada 19 Desember 1949 semua perguruan tinggi yang ada
di Yogyakarta bergabung menjadi Universitit Gajah Mada.
PTKH-RI menjelma menjadi Fakultit Kedokteran Hewan UGM.

Sementara di Bogor, pada Mei 1948 pemerintah federal
membentuk faculteit der diergeneeskunde (fakultas
kedokteran hewan), setelah sebelumnya, pada 1947,
membentuk faculteit voor landbouw wetenschappen (fakultas
ilmu-ilmu pertanian).

Setelah Konferensi Meja Bundar (KMB) dan dilakukan
pemulihan kedaulatan, pada 3 Februari 1950 secara resmi
dibentuklah Universitet Indonesia yang tersebar di tiga kota.
Di Jakarta ada fakultas hukum, ekonomi, kedokteran, dan
sastra. Di Bogor untuk fakultas pertanian dan kedokteran
hewan. Sedangkan di Bandung untuk fakultas teknik, ilmu
pasti, dan ilmu alam. Nama Faculteit der Diergeneeskunde
resmi menjadi Fakultas Kedokteran Hewan, Universitet
Indonesia (FKH UI).

Dengan Peraturan Pemerintah No. 10 tahun 1955, istilah
fakultit (UGM) dan fakultet (UI) diseragamkan menjadi
fakultas. Kemudian, dengan Surat Keputusan No. 53759/Kab.
tertanggal 15 September 1955, istilah ”peternakan” disebut
secara khusus dalam penamaan fakultas, sehingga

Menjadi Dokter Hewan Profesional | 25

lengkapnya menjadi fakultas kedokteran hewan dan

peternakan (FKHP).

Pada 1961 dibuka jurusan perikanan laut di FKHP UI

bersama dengan jurusan peternakan dan jurusan kesehatan

hewan. Nama fakultas menjadi FKH PPL. Dua tahun kemudian,

pada 1 September 1963, pemerintah membentuk Institut

Pertanian Bogor (IPB) dengan SK Menteri PTIP No. 91 tahun

1963. Jurusan peternakan ditingkatkan menjadi fakultas

peternakan. jurusan perikanan laut dan jurusan perikanan

darat fakultas pertanian ditingkatkan menjadi fakultas

perikanan. Maka, nama FKH PPL kembali menjadi FKH. Di

UGM, fakultas peternakan didirikan pada November 1969.

Sementara itu, di Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh,

pada 1961 didirikan fakultas kedokteran hewan dan

peternakan. Namun, pada perkembangannya, aspek

peternakan bergabung dengan fakultas pertanian. Pada 1969,

Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya, Malang membuka

jurusan kedokteran hewan yang diasuh oleh Universitas

Airlangga, Surabaya dan Pemda Jawa Timur. Namun, jurusan

ini tidak dilanjutkan. Universitas Airlangga mendirikan sendiri

fakultas kedokteran hewan pada 1972, dengan Keputusan

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI

No.055/0/1972 tertanggal 25 Maret 1972.

Universitas Udayana, Denpasar, Bali, membuka program

studi kedokteran hewan pada 1983, yang sebelumnya

merupakan Jurusan Kedokteran Hewan, Fakultas Peternakan,

sejak 1979. Program ini menginduk langsung kepada rektor

sambil menunggu memperoleh status sebagai fakultas.

Status sebagai fakultas baru tercapai pada 1997.

26 |

Kini, jumlah universitas yang memiliki fakultas atau
program studi kedokteran hewan di Indonesia berjumlah 11
universitas. Kesebelas universitas itu adalah

1. Universitas Syiah Kuala (Aceh),
2. Institut Pertanian Bogor (Bogor),
3. Universitas Gadjah Mada (Yogyakarta),
4. Universitas Airlangga (Surabaya),
5. Universitas Wijaya Kusuma (Surabaya),
6. Universitas Brawijaya (Malang),
7. Universitas Udayana (Denpasar),
8. Universitas Mandalika (Mataram) Sebelumnya

bernama Unitersitas Nusa Tenggara Barat.
9. Universitas Hasanuddin (Makassar),
10. Universitas Nusa Cendana (Kupang), dan
11. Universitas Padjadjaran (Bandung).

Tantangan Lulusan 80-an
Pada era Orde Baru, semua mata kuliah yang diberikan di

kampus lebih difokuskan ke domestic animal atau
consumption food. Porsi untuk dunia pets sangat kecil. Hal ini
bisa dipahami, karena pada saat itu pemerintah lebih
mengutamakan agar masyarakat Indonesia tercukupi protein
hewani, susu, daging, dan telur. Oleh karena itu, agar hewan-
hewan itu sehat, alumni dokter hewan yang lebih banyak
adalah untuk kebutuhan consumption food, bukan untuk
hobbies animal. Hanya sedikit porsi kedokteran hewan saat
itu.

Menjadi Dokter Hewan Profesional | 27

Alumni dan ilmu kedoteran hewan masih kurang,
sehingga banyak alumni kedokteran hewan yang enggan
menjadi dokter hewan praktisi. Kebanyakan memilih bekerja
di instansi pemerintah, perusahaan pakan hewan/feed
additive, poultry farm sebagai konsultan dan sales
representative perusahaan obat/vaksin .

Menjadi dokter hewan praktisi di awal 80-an juga harus
kuat mental. Masih jarang pemilik hewan yang datang ke
tempat praktik. Cara yang paling memungkinkan adalah
dengan housecall. Dokter hewan praktisi mendatangi klien
yang membutuhkan jasanya untuk mengobati hewan
peliharaan mereka yang sakit. Dokter hewan bekerja dari
pintu ke pintu.

Kebangkitan Fakultas Kedokteran Hewan
Cukup lama pendidikan kedokteran hewan di Indonesia

berjalan tertatih-tatih. Cukup banyak tantangan yang harus
dihadapi untuk memajukan pendidikan dokter hewan di
dalam negeri. Fakultas kedokteran hewan di berbagai
universitas mulai diminati pada 2010. Pada tahun ini, fakultas
kedokteran hewan menerima lebih dari 100 mahaiswa. Bisa
dikatakan, 2010 adalah tahun kebangkitan fakultas
kedokteran hewan (FKH) di Indonesia.

Ada beberapa faktor yang mendukung kebangkitan ini.
Faktor pertama, karena adanya peran Persatuan Dokter
Hewan Indonesia (PDHI) yang berkiprah cukup mendukung.
Pengurus PDHI sebagai motor organisasi dokter hewan ini
sangat konsisten ingin profesi dokter hewan maju. Pengurus
organisasi sangat bersemangat dalam memberikan dukungan

28 |

untuk kemajuan dunia kedokteran hewan secara global,
banyak memberikan masukan kepada masyarakat, karena
mereka butuh dokter hewan dan pusat kesehatan hewan
(puskeswan) untuk di daerah-daerah. Apalagi saat itu ada
wabah mengenai zoonosis yang melanda hewan-hewan. Maka
itu, dokter hewan banyak yang dibutuhkan.

Faktor kedua, minat masyarakat untuk menjadi dokter
hewan dari tahun ke tahun makin meningkat. Makin tingginya
minat masyarakat masuk ke fakultas kedokteran hewan
menjadikan perguruan tinggi perlu menyeleksi lebih ketat
saat penerimaaanya. Bahkan, membatasi jumlah penerimaan
mahasiswa di fakultas kedokteran hewan.

Faktor ketiga, makin cerahnya prospek kerja dokter
hewan di Indonesia. Dokter hewan merupakan salah satu
profesi yang masih jarang, dibandingkan dengan profesi
lainnya, sehingga peluangnya cukup besar. Dokter hewan
merupakan jenis profesi unik.

Dokter hewan, seusai namanya, memiliki tugas dan
kewajiban yang berhubungan dengan hewan. Tugas dokter
hewan antara lain melakukan pemeriksaan medis terhadap
hewan; menjaga dan merawat kesehatan hewan; mencegah
dan mengendalikan penyakit yang dapat ditularkan dari
hewan atau produk-produk asal hewan ke manusia; ikut
menjamin penyediaan produk asal hewan yang aman, sehat,
utuh, halal (ASUH); menentukan jenis makanan yang baik
untuk hewan; melakukan treatment kepada hewan, dan
lainnya.

Ada beberapa prospek pekerjaan yang menjadi daya tarik
di dunia kedokteran hewan.

Menjadi Dokter Hewan Profesional | 29

Pertama, menjadi dokter hewan praktisi. Salah satu
prospek cerah dokter hewan saat ini adalah menjadi praktisi
dan membuka tempat praktik atau klinik hewan. Dengan
bekal ilmu kedokteran hewan dan skill yang memadai, dokter
hewan dapat membantu para pencinta hewan peliharan yang
mengalami gangguan berbagai penyakit. Menjamurnya
masyarakat yang gemar memiliki hewan peliharaan menjadi
pasar potensial untuk profesi ini.

Kedua, menjadi dokter hewan pada peternakan. Selain
menjadi dokter hewan praktisi, dokter hewan juga dapat
menjadi tenaga medis hewan pada instansi peternakan, baik
instansi swasta maupun pemerintah.

Ketiga, menjadi pengamat satwa liar. Indonesia
merupakan salah satu negara dengan jumlah satwa liar yang
sangat banyak dan bervariasi. Bahkan, mungkin masih ada
spesies-spesies di alam liar yang belum teridentifikasi.

Dokter hewan juga bisa menjadi pengamat satwa liar
yang ada di Indonesia. Dokter hewan dapat mengamati
perilaku, jenis makanan, dan kebutuhan satwa-satwa liar.
Sekarang, cukup banyak organisasi atau lembaga yang
membutuhkan dokter hewan untuk posisi ini.

Keempat, menjadi tenaga medis hewan di pusat
konservasi. Semakin maju peradaban zaman, makin besar
pula perhatian masyarakat terhadap keberadaan hewan-
hewan liar yang kian langka. Pusat-pusat konservasi hewan
pun makin bertambah jumlahnya. Lembaga ini menjadi salah
satu peluang bagi alumni kedokteran hewan, dengan menjadi
tenaga medis.

30 |

Dokter hewan yang bekerja di bidang animal
laboratorium, salah satu profesi dokter hewan yang bisa
kerjasama terkait etik hewan dalam penelitian praklinik pada
kedokteran manusia maupun kedokteran hewan itu sendiri.

Di pusat konservasi hewan ini, dokter hewan dapat
membantu memenuhi kebutuhan hewan-hewan yang berada
pada konservasi alam. Beberapa treatment atau perlakuan
yang bisa dilakukan oleh dokter hewan kepada hewan di
dalam pusat konservasi, yaitu mengamati berbagai
kebutuhan hewan di pusat konservasi, memberikan vaksin
dan perawatan pada satwa yang berada di dalam pusat
konservasi, memberikan pengobatan pada hewan yang sakit
pada pusat konservasi, serta Membantu pelestarian satwa

Kelima, menjadi peneliti dunia hewan. Prospek lainnya
yang menjadi peluang lulusan kedokteran hewan adalah
menjadi seorang peneliti dunia hewan di lembaga pemerintah
atau di instansi lain yang membutuhkan. Perkembangan ilmu
kedokteran hewan membuka peluang yang begitu luas untuk
melakukan penelitian di dunianya.

Keenam, pilihan lainnya adalah bekerja pada instansi
pemerintah, seperti di Dinas Peternakan dan Kesehatan
Hewan, Dinas Karantina, BBPV, BPMSOH, dan lainnya.

***

Menjadi Dokter Hewan Profesional | 31

Tertinggal, Tapi Tetap

Optimistis

Jika dibandingkan dengan perkembangan pendidikan
kedokteran hewan di luar negeri, Indonesia tertinggal.
Sebenarnya kita tidak bisa mengatakan bahwa kita
buruk sekali. Fakultas kedokteran hewan imencetak dokter
hewan dengan banyak sekali keilmuwannya.

Di bidang small animal, memang kita tertinggal dari negara-
negara Eropa. Akan tetapi, kalau kaitannya dengan
reproduksi hewan-hewan besar, Indonesia tidak kalah
dengan negara lain.

Yang perlu dipikirkan bersama oleh kalangan akademisi
saat ini adalah bagaimana menciptakan keseimbangan dalam
pendalaman materi sains dengan penerapan untuk
spesialisasi di fakultas kedokteran hewan. Banyak fakultas
kedokteran hewan di Indonesia yang lebih mendalami sains
dari pada mendalami spesialisasi. Padahal dalam profesi
kedokteran hewan, sains dan spesialisasi harus sejalan.

Sarjana (S-1) lulusan fakultas kedokteran hewan bergelar
Sarjana Kedokteran Hewan (SKH). Pendidikan lanjutannya
adalah co assitant (coass - koas) untuk mempelajari skill dokter
hewan dokter senior agar menjadi dokter hewan yang
profesional dan mampu mengaplikasikan ilmunya. Skill sangat
penting agar lulusan fakultas kedokteran hewan tidak hanya
jago teori. Hal inilah yang perlu lebih diperhatikan oleh para

32 |


Click to View FlipBook Version