The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.

MENJADI DOKTER HEWAN YANG PROFESIONAL_ISTIANI

Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by istiani.ppi, 2022-01-03 22:31:53

MENJADI DOKTER HEWAN YANG PROFESIONAL_ISTIANI

MENJADI DOKTER HEWAN YANG PROFESIONAL_ISTIANI

pengelola universitas yang memiliki fakultas kedokteran
hewan.

Dalam dunia pendidikan kedokteran hewan di dalam
negeri, untuk menjadi dosen di fakultas kedokteran hewan
harus bergelar S-2 (master) atau S-3 (doktoral) yang berkaitan
dengan sains, sedangkan spesialisasi belum ada. Sementara
itu, untuk S-3. jalur sains dan spesialisasi di Indonesia sampai
saat ini belum ada.

Mungkinkah sebuah profesi akan menjadi lebih bagus
manakala profesi itu spesialisasinya tidak ada? Ini menjadi
tantangan kita di masa mendatang.

Fakultas kedokteran hewan di negara tetangga rata-rata
sudah memiliki spesialisasi masing- masing. Mulai dari
spesialis interna, dermatologi, kardiologi, emergency and
critical care, oftalmologi, ortopedic surgery, dan bekerja sesuai
bidang keilmuwannya.

Spesialisasi di kedokteran hewan sebaiknya meniru
seperti kedokteran manusia. Apabila belum bisa
menggunakan standar internasional, sebaiknya dibuat standar
nasional dahulu yang akan menjadi cikal bakal spesialisasi di
kedokteran hewan. Seperti yang dilakukan kedokteran hewan
di Thailand, dibuat certificate board international untuk
menciptakan spesialisasi di negaranya. Untuk spesialisasi
disebut dengan founder diplomat atau founder specialist. Hal
seperti inilah yang sebenarnya ingin kita ciptakan di dunia
kedokteran hewan di Indonesia.

Di Indonesia, untuk menjadi dokter hewan spesialis
sangat sulit. Akan tetapi patut disyukuri, sekarang sudah
mulai banyak dokter hewan yang rajin meng-update

Menjadi Dokter Hewan Profesional | 33

keilmuannya, spesialis gigi, kulit, orthopedic, dan lainnya.
Kelompok kecil ini bisa dikembangkan menjadi cikal bakal
spesialisasinya, seperti yang dilakukan para dokter hewan di
luar negeri, lalu dibuat asosiasi spesialis internis di bidang
ophthalmology, asosiasi spesialis internis di bidang interna
medicine dan lainnya, sehingga mempunyai wadah-wadah
tersendiri.

Saat ini, cukup banyak dokter hewan Indonesia senior
yang sudah mendalami spesialisasi. Dokter hewan yang terus
meng- update keilmuan lebih dalam. Mereka banyak belajar
ke luar negeri, dan sekarang menjadi dokter hewan yang
hebat.

Sebenarnya mereka bisa menjadi dosen, jika saja
dimanfaatkan keilmuannya oleh pihak universitas. Semua
berpulang pada kalangan akademisinya, karena mereka yang
punya wewenang. Itulah perlu adanya kerjasama yang baik
antara akademisi di fakultas kedokteran hewan di universitas
untuk berinisiatif menyampaikan hal yang berkaitan dengan
kemajuan kedokteran hewan kepada pemerintah.

Selama ini, hambatan perkembangan kedokteran hewan
di Indonesia disebabkan berbagai hal. Perlu ada penyelesaian
yang terintegrasi dan komitmen yang kuat untuk
menyelesaikannya dari berbagai pihak terkait. Jika kondisi
pendidikan kedokteran hewan di Indonesia masih seperti
sekarang, berat bagi para dokter hewan untuk menjawab
tantangan dunia kedokteran hewan yang makin menuntut
banyak hal ke depan. Apalagi sekarang kita hidup di era
perdagangan bebas. Setiap profesi, termasuk dokter hewan,

34 |

dari luar negeri bisa masuk dan membuka tempat praktik di
Indonesia.

Belum lama, ada pemberitaan di salah satu stasiun
televisi yang menyebutkan banyak dokter hewan asing yang
belajar bahasa Indonesia. Hal ini bisa menjadi warning apabila
di antara mereka ada yang berprofesi dokter hewan. Bukan
tidak mungkin mereka akan membuka praktik di Indonesia.
Hal ini bisa menjadi ancaman bagi dokter hewan lokal. Seperti
diketahui, masyarakat Indonesia senang menggunakan
barang dari luar negeri lantaran dianggap lebih baik dan lebih
bergengsi. Ke dokter hewan pun bisa akan memilih dokter
hewan asing yang menjadi prioritas.

Para dokter hewan perlu didorong untuk terus meng-
upadate keilmuan dan skill-nya. Untuk tahap pertama, perlu
didorong agar mampu mempelajari keilmuan sebagai general
practitioner. Tujuannya, agar ketika mereka menjadi spesialis
tidak hanya melihat apa yang menjadi spesialisasinya saja,
juga ada related dengan yang lain. Dengan demikian, seorang
dokter hewan spesialis tak hanya mampu menangani
penyakit-penyakit tertentu (spesialisasi), juga mampu
bertindak sebagai dokter hewan umum.

Dalam jangka panjang, manakala masyarakat sudah bisa
menghargai dokter hewan spesialis dan bersedia membayar
lebih mahal, akan bisa masuk lebih dalam spesialis anjing saja
atau kucing saja.

Seorang dokter hewan spesialis bukan hanya tahu teori,
dalam skill memeriksa hewannya harus terbukti. Dokter
hewan yang mempelajari sains tertentu belum bisa disebut
sebagai spesialis. Harus dipahami bahwa dokter spesialis

Menjadi Dokter Hewan Profesional | 35

adalah dokter yang dengan ilmunya melakukan suatu
pengobatan yang kaitannya dengan penyakit pada organ.

Melihat kondisi pendidikan kedokteran hewan di
Indonesia sekarang, sudah saatnya untuk berubah menjadi
lebih baik. Untuk bisa berubah, langkah pertama yang
penting dilakukan adalah akademisi di fakultas kedokteran
hewan lebih membuka hati. Dalam arti yang luas, harus cukup
legawa, lebih memperhatikan bahwa dunia kedokteran
hewan sudah berubah, sehingga mau menerima perubahan
yang membuat ke arah lebih baik dan profesional. Bukan saja
hanya profesional secara ilmunya yang lebih maju, juga harus
mau mengevaluasi kesalahan dan kekurangan diri. Jika hal ini
dilakukan bersama-sama, kemajuan dunia kedokteran di
Indonesia bukan lagi mimpi. Jadi, kita harus tetap optimistis.

***

36 |

Bagian Tiga
Profesi Dokter Hewan

Selain harus memiliki tiga pilar utama
knowledge, skill, dan attitude,

dokter hewan juga dituntut memiliki spiritual yang baik,
apa pun agamanya.

Spiritual akan memberi panduan seorang dokter hewan
dalam mengaplikasikan ketiga pilar tersebut.

Menjadi Dokter Hewan Profesional | 37

Terminologi Profesi

Dokter Hewan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI),
profesi adalah bidang pekerjaan yang dilandasi
pendidikan keahlian (keterampilan, kejuruan, dan
sebagainya). Profesi lebih berorientasi pada pekerjaan yang
dapat memenuhi penguasaan ilmu pengetahuan,
keterampilan, perilaku, dan selama menjalankan tugas wajib
mematuhi kode etik yang telah ditetapkan oleh organisasi.

Dokter hewan, disebut juga medic veteriner, adalah
dokter yang menangani hewan dan penyakit-penyakitnya.
Selain bertanggung jawab terhadap kesehatan hewan
(keswan), dokter hewan juga berperan dalam meningkatkan
kesejahteraan hewan (kesrawan), serta kesehatan
masyarakat veteriner (kesmavet).

Kata “veteriner” berasal dari bahasa Latin “veterinae”
yang berarti hewan penarik (sapi, kuda, dll.). Orang-orang
yang mempelajari sejarah menemukan tulisan China tentang
penyakit kuda, sapi, dan kerbau pada 2500 SM, serta lukisan
India kuno yang berumur 4.000 tahun, yang menggambarkan
aktivitas manusia merawat kuda dan gajah. Lukisan Mesir
kuno juga menunjukkan bagaimana mereka merawat ternak
dan anjing mereka agar sehat. Orang Romawi kuno menyebut
dokter hewan sebagai veterinarius (Anonim B, 2009 ).

38 |

Profesi veteriner merupakan profesi yang sangat tua di
dunia. Profesi ini muncul sebagai pengembangan dari profesi
kedokteran zaman Yunani Kuno pada 460-367 SM oleh Bapak
Kedokteran di dunia, Hippocrates. Pengembangan
kedokteran hewan dilakukan oleh ilmuwan generasi
berikutnya, bernama Aristoteles, yang terkenal dengan
bukunya, “Historia Animalium” (Story of Animals) yang
menguraikan lebih dari 500 spesies hewan (Anonim B, 2009).

Seiring dengan perubahan zaman, profesi veteriner
berkembang ke berbagai negara, termasuk Indonesia. Profesi
veteriner di Indonesia merupakan profesi yang dilandasi oleh
hukum dan kompetensi (UU. No 18 Tahun 2009) tentang
Peternakan dan Kesehatan Hewan. Profesi ini memiliki satu
ikrar, yakni memberikan pertimbangan utama untuk
kesehatan pasien, kepentingan tertinggi si pemilik, dan
kesejahteraan sesama.

Ada enam acuan dasar profesi dokter hewan. Pertama,
dokter hewan mempunyai tanggung jawab khusus dalam
kesejahteraan hewan dan mengurangi penderitaan hewan
sesuai yang diatur dalam UU tentang kesrawan.

Kedua, dokter hewan harus memperlakukan pengguna
jasa dan masyarakat dengan respek, penuh pertimbangan,
dan bertatakrama.

Ketiga, dokter hewan perlu berperilaku sedemikian rupa
yang menjaga citra dan reputasi profesi.

Keempat, dokter hewan harus menunjukkan sikap
menghargai kepada sejawatnya sepanjang waktu dan
menciptakan suasana yang menyenangkan, untuk saling

Menjadi Dokter Hewan Profesional | 39

bertukar informasi yang dapat bermanfaat bagi pasien dan
pengguna jasa dokter hewan.

Kelima, dokter hewan harus dapat menjelaskan berbagai
batasan-batasan hukum yang berlaku bagi dirinya sebagai
profesional veteriner.

Keenam, dokter hewan memiliki tanggung jawab untuk
mengetahui berbagai hal tentang veteriner yang terbaru dan
meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya dalam
layanan praktik yang bermutu dan dapat dimanfaatkan
masyarakat

***

40 |

Tiga Pilar Dokter Hewan
Profesional

Untuk menjadi seorang dokter hewan profesional,
setidaknya ada tiga hal penting yang harus selalu
digali, yakni knowledge, skill, dan atitude. Tiga hal ini
menjadi pilar utama yang harus selalu di-update dan di-
update. Apabila hal tersebut tidak dilakukan, maka tidak akan
sinkron.Dunia kedokteraan hewan sulit maju.

Menjadi Dokter Hewan Profesional | 41

Knowledge atau ilmu mengenai kedokteran hewan
menjadi kebutuhan utama yang harus dipenuhi oleh seorang
dokter hewan. Selain hal yang bersifat medis dan teknis dokter
hewan, juga perlu diketahui perkembangan penyakit hewan.
Semakin majunya zaman diikuti semakin rumitnya
penyakit yang diderita hewan karena berbagai faktor yang
memengaruhinya.

Dokter hewan juga harus menambah pengetahuan
tentang beragam peralatan medis yang menunjang
pemeriksaan atau pun tindakan medis lainnya. Semakin maju
teknologi, semakin canggih pula produk peralatan untuk
dunia kedokteran hewan. Oleh karena itu, hanya memahami
peralatan tidaklah cukup. Harus terampil dan mampu
menggunakannya secara baik dan benar.

Di lapangan, banyak terjadi di mana klinik memiliki
peralatan canggih, tetapi dokter hewan tidak mampu
mengoperasikannya dengan baik dan benar. Akibatnya, alat
tersebut terbengkalai dan sia-sia.

Banyak cara yang bisa dilakukan dokter hewan untuk
memperdalam keilmuannya, antara lain melalui pendidikan
formal (perkuliahan), mengikuti workshop atau seminar,
berdiskusi dengan para sejawat, atau kegiatan keilmuan
lainnya. Terus meng-update ilmu dan informasi, akan
menambah kemampuan dokter hewan.

Skill juga merupakan kebutuhan mutlak bagi seorang
dokter hewan. Skill yang dimaksud adalah keterampilan
dokter hewan dalam menangani pasien dan klien yang
akhirnya akan menumbuhkan trust dari para pemilik hewan
(klien). Keterampilan dokter hewan tidak bisa diperoleh

42 |

secara instan, butuh ketelatenan dan kegigihan melalui
latihan serta kebiasaan yang sesuai dengan prosedur yang
ada akan menjadikan doker hewan terampil.

Attitude juga menjadi pilar utama yang wajib dimiliki oleh
seorang dokter hewan. Attitude adalah bagaimana sikap
seeorang dokter hewan dalam melayani klien, memberikan
penjelasan yang dapat dipahami oleh klien, dan memberikan
perhatian lebih tidak hanya pada klien, namun juga pada
pasien.

Sikap baik ini bisa menjadi senjata bagi dokter hewan agar
para klien menjadi loyal customer. Bahkan, attitude bisa
menjadi faktor utama dalam menciptakan loyal customer.
Sebagus apa pun kemampuan dokter hewan dalam
mengobati pasien dan sehebat apa pun pengetahuannya, jika
dalam pelayanannya bersikap kurang baik, tidak bisa
diharapkan klien akan kembali ke tempat praktik.

***

Menjadi Dokter Hewan Profesional | 43

Pentingnya Spiritual Bagi
Dokter Hewan

Dokter hewan yang profesional tidak cukup hanya
mempunyai knowledge, skill, dan attitude yang baik,
karena memang semua dokter hewan memilikinya.
Yang tak kalah penting, dokter hewan profesional harus
memiliki spiritual yang baik.

Secara harfiah, “spiritual” bermakna sesuatu yang
bersifat kejiwaan (rohani, batin). Spiritual inilah yang akan
memberi panduan seorang dokter hewan dalam
mengaplikasikan ketiga pilar tadi. Dokter hewan yang
menerapkan spiritual akan bekerja dengan hati. Ada rasa
malu, takut, dan penasaran (yang positif) dalam bekerja.

Bekerja dengan hati juga bisa mengerem diri, tidak
mudah menyalahkan orang lain apabila mengalami kegagalan
dalam menjalankan tugasnya. Sebagai contoh, dalam
mengobati pasien yang sebelumnya sudah ditangani oleh
dokter hewan lain, lalu pengobatannya gagal, hewan mati.
Tanpa adanya spiritual yang baik, seorang dokter hewan
dengan mudah menyalahkan dokter hewan yang
sebelumnya, tidak menyadari bahwa dirinya ikut andil dalam
kesalahan proses pengobatan pasien tersebut.

****

44 |

Parameter Dokter Hewan
Profesional

Cukup banyak parameter seorang bisa dikatakan
sebagai dokter hewan yang profesional. Berikut lima
parameter yang bisa menjadi acuan umum.
Pertama, mampu memadukan knowledge, skill, dan
attitude menjadi kesatuan dan tak terpisahkan dalam diri
dokter hewan. Dari ketiga pilar tersebut, sikap (attitude)
menjadi tolok ukurnya. Meski pun dalam kondisi marah atau
kesal dengan klien, dokter hewan harus mampu menjaga
sikapnya dengan baik.

Dokter hewan yang profesional juga harus sabar dan
tenang dalam menjelaskan setiap persoalan dengan baik
kepada kliennya. Tutur katanya harus tetap terjaga dan
menjauhkan diri dari sikap arogan. Profesi seorang dokter
hewan adalah melayani pasien dan klien.

Menjadi Dokter Hewan Profesional | 45

Kedua, adanya kepuasan klien atau customer. Klien yang
merasa puas dengan pelayanan akan membuahkan loyalitas
klien. Klien atau customer yang loyal (loyal customer),
biasanya akan turut mempromosikan dokter hewan tersebut
tanpa harus diminta. Caranya beragam, antara lain
merekomendasikan layanan dokter hewan tersebut kepada
para pemilik hewan peliharaan lainnya atau menuliskan
pengalamannya di media sosial atau media lainnya.

Menciptakan loyalcustomer\ tidaklah mudah, butuh
perjuangan dan kesabaran yang ekstra. Klien harus mengenal
lebih dulu siapa dirinya. Untuk bisa dikenal dan mengundang
daya tarik klien, tempat praktik dokter hewan juga harus
dipromosikan dengan jelas, resmi, dan tidak diam-diam.

46 |

Memasang plang atau papan nama tempat praktik dokter
hewan menjadi salah satu cara promosi yang efektif. Papan
nama akan memudahkan masyarakat yang membutuhkan
jasanya untuk mengenal dan tahu keberadaan dokter hewan
praktik.

Pada zaman sekarang, promosi bisa menggunakan
teknologi. Misalnya menggunakan media sosial seperti
Facebook, Tik Tok, Instagram, website, youtube, dan halovet.

Kedatangan klien ke tempat praktik untuk kali pertama
merupakan ujian pertama dokter hewan. Mampukah dokter
hewan memberikan rasa nyaman kepada klien? Jika
kenyamanan klien terganggu saat kunjungan kali pertama,
misalnya tidak dilayani dengan baik, sulit diharapkan klien
akan kembali lagi untuk pengobatan berikutnya.

Sebaliknya, jika dokter hewan mampu memberikan
pelayanan yang ramah, pengetahuannya baik, dan skill yang
hebat, akan timbul rasa percaya pada diri klien. Kepercayaan
klien harus dijaga konsistensinya dengan baik, karena dari
sinilah loyalitas customer atau klien akan terbangun.

Ketiga, memberikan layanan purna-pengobatan. Artinya,
dokter hewan memiliki tanggung jawab untuk memberikan
layanan tambahan setelah melakukan pengobatan atau
tindakan medis lainya pada pasien. Polanya hampir sama
dengan after sales service atau layanan purnajual di bisnis
produk atau jasa secara umum.

Layanan tambahan sebaiknya diberikan tanpa harus klien
mengeluarkan biaya tambahan atau memberikan harga
spesial. Layanan semacam ini hanya bisa dilakukan oleh
dokter hewan yang memiliki spiritual yang baik, karena hal

Menjadi Dokter Hewan Profesional | 47

ini menyangkut hati. Pemberian layanan purna-pengobatan
secara gratis akan mendorong terbentuknya loyalitas klien.

Keempat, mampu menghadapi komplain dari klien
dengan baik dan senang hati. Dokter hewan yang profesional
akan sangat senang dan terbuka jika ada keluhan dari klien.
Munculnya keluhan merupakan hal biasa dan lumrah terjadi di
bidang layanan jasa apapun. Dokter hewan juga manusia biasa
yang tidak luput dari salah. Maka, dalam menghadapi
komplain, seorang dokter hewan harus positive thinking dan
menjadikannya sebagai cermin atas kinerjanya.

Dokter hewan yang profesional akan menghadapi
komplain dengan mengawali menyampaikan rasa terima kasih
kepada klien. Jika tak ada komplain, mungkin saja dokter
hewan akan merasa puas diri dengan apa yang dimiliki.
Keluhan klien menyadarkan dokter hewan bahwa ada
kesalahan atau kekurangan pada diri atau timnya, sehingga
klien tidak puas dengan layanannya. Komplain klien harus
dijadikan sebagai pelecut untuk memperbaiki kualitas layanan
dokter hewan praktisi. Meskipun demikian complain yang
datang harus diterima dengan tenang, dikaji ulang
permasalahannya, harus segera ditangapi sebelum 24 jam,
agar tidak terjadi asumsi negatif serta diadu domba.

Dokter hewan berani merespon dengan penuh sabar,
menatapnya dengan lembut, respek jika bertemu langsung,
menjadi pendengar yang baik, membiarkan klien
mengeluarkan unek-unek dan kekecewaannya, tidak
terpancing marah, apalagi memotong pembicaraannya,
sambil menulis apa saja yang menjadi pokok tuntutan dari
yang dikeluhkan. Dengan bersikap tenang, akan mampu

48 |

memberikan solusinya dengan menurunkan ego dan
kemelekatan memang dokter hewannya yang keliru
atausalah. Saat memberikan masukan tidak terkesan
menggurui, manakala dokter hewannya sudah melakukan
sesuai SOP yang berlaku.

Bila tanggapan komplain melalui telepon, tetap harus ada
pembicaraan langsung, bukan SMS, WA, atau email. Jika tidak
ada jawaban atau tidak diangkat, baru disusulkan dengan WA
atau SMS.

Bila penting dan berujung krisis, dokter hewan harus
berani mengundang untuk bertemu langsung. Pertemuan
sebaiknya di klinik atau tempat praktik. Sebaiknya
dipersilakan duduk dan suasananya tenang. Usahakan ada
satu saksi atau seseorang yang menjadi pendengar dari pihak
kita, sehingga akan menjadi lebih netral.

Usahakan santai dan rileks. Meskipun suasana tegang,
aura wajah sedang kesal dan marah, tetapi sikap tetap tenang
dan rileks. Dokter hewan memosisikan seolah tamu yang
perlu dihormati, akan mentransfer aura positif.

Kuncinya adalah peristiwa + respons= hasil. Artinya:
Peristiwa baik bila direspon baik pasti akan lebih baik.

Peristiwa baik direspon dengan buruk hasilnya akan buruk.
Peristiwa buruk direspon dengan buruk akan amburadul dan
chaos.Peristiwa buruk direspons dengan baik hasilnya akan
baik.

Kelima, jujur kepada klien sebagai pemilik hewan. Jika
memang gagal dalam melakukan pengobatan atau tindakan
medis terhadap pasien, dokter hewan harus menjelaskan apa

Menjadi Dokter Hewan Profesional | 49

adanya. Tak perlu menutup-tutupi apa yang terjadi. Tanpa
adanya sikap jujur dari dokter hewan, kemungkinan klien
akan merasa sakit hati karena mereka sudah membayar mahal
untuk jasanya.

Attitude atau sikap tidak bisa dipelajari. Terkadang sikap
yang sudah dianggap benar, bisa jadi, menurut orang lain
dianggap salah. Maka, jika niat dokter hewan sudah baik,
tidak dibuat-buat, selanjutnya adalah adanya kejujuran.
Kejujuran dan ketulusan akan merekatkan dokter hewan
dengan klien. Kerekatan ini akan terbentuk jika ada
ketertarikan dari pihak klien atau merasa ada chemistry
dengan dokter hewan. Chemistry tidak bisa dibuat-buat
karena berasal dari dalam hati. Chemistry tidak mungkin akan
muncul jika dokter hewan melakukan pelayanan tidak jujur
dan tulus.

Dari kelima parameter tersebut, dapat disimpulkan
bahwa profesionalisme dokter hewan bermuara di dalam
hati. Profesi dokter hewan adalah profesi melayani pasien
dan klien, maka membangun jiwa melayani harus dilakukan
terlebih dahulu. Bahkan, harus dimulai sebelum seseorang
memutuskan untuk menjadi dokter hewan praktisi. Jika jiwa
melayani sama sekali tak ada dalam diri, sebaiknya berpikir
ulang untuk terjun ke profesi dokter hewan.

***

50 |

Kondisi Profesi

Dokter Hewan Saat Ini

Dunia kedokteran hewan di Indonesia mengalami
perkembangan yang cukup menggembirakan dalam
beberapa tahun belakangan. Pertumbuhan ekonomi
negara, meningkatnya kesejahteraan ekonomi masyarakat,
makin banyaknya masyarakat yang memiliki hewan
peliharaan, dan tingginya kepeminatan masyarakat untuk
menjadi dokter hewan adalah deretan faktor yang
mendukung berkembangnya dunia kedokteran secara umum.

Benarkah kondisi profesi dokter hewan di Indonesia juga
sudah selaras dengan perkembangan tersebut? Ini
pertanyaan yang perlu dijawab secara jujur oleh setiap dokter
hewan.

Profesi apa pun akan cepat berkembang jika individu
yang menekuni profesi tersebut mau bekerjasama. Kerjasama
antar individu tersebut akan lebih terjalin, terarah, dan
terukur jika dinaungi oleh organisasi profesi. Di dunia dokter
hewan, organisasi yang menaungi adalah Perhimpunan
Dokter Hewan Indonesia (PDHI). Sejak dibentuk, organisasi
ini telah banyak berperan dan mendorong berkembangnya
profesi dokter hewan di Indonesia. Cukup banyak kegiatan
yang dibidani oleh PDHI untuk menyuarakan dan
membesarkan profesi dokter hewan di dalam negeri.

Menjadi Dokter Hewan Profesional | 51

Maka, sudah selayaknya para dokter hewan memahami
tanggung jawabnya terhadap organisasi. Dokter hewan
memiliki kewajiban untuk membesarkan Persatuan Dokter
Hewan Indonesia (PDHI).

Dokter hewan Indonesia tak ada salahnya untuk
menyimak perkembangan profesi dokter hewan di luar
negeri. Harus diakui, perkembangan profesi dokter hewan di
Indonesia masih tertinggal. Organisasi dokter hewan di
beberapa negara luar sudah sangat baik. Dokter hewan yang
menjadi anggotanya juga cukup aktif baik dalam kegiatan
maupun dalam kesadaran komitmen berorganisasi.

Dokter hewan yang rajin menuntut ilmu ke luar negeri,
bisa melihat secara langsung perkembangan organisasi
dokter hewan di beberapa negara tetangga. Di beberapa
negara, organisasi bukan hanya sebagai wadah berkumpul
untuk menyatukan suara, juga untuk mengembangkan
profesi dokter hewan, baik yang berkaitan dengan skill atau
pun pengetahuan. Hal ini bisa dilakukan karena tingginya
tingkat kesadaran anggotanya untuk bersama-sama
membesarkan organiasasi.

Bagaimana dengan di Indonesia? Kondisi profesi dokter
hewan di Indonesia saat ini juga masih perlu diperkuat
kemampuannya, baik dalam hal pengetahuan, skill, maupun
attitude anggotanya. Kemampuan ini sangat penting untuk
menaikkan derajat profesi dokter hewan di mata para
pengguna jasanya.

Predikat dokter hewan yang hebat tidak mungkin muncul
dari pengakuan diri dokter hewan. Akan lebih bermakna jika
disampaikan oleh para pengguna jasa dokter hewan (klien),

52 |

karena mereka yang merasakan layanannya. Pengakuan dari
para pengguna jasa sangatlah penting. Jika pengakuan ini
sudah melekat di hati masyarakat pengguna jasa dokter
hewan, maka ancaman serbuan dokter hewan asing yang
akan membuka praktik di Indonesia tak perlu dikhawatirkan
terlalu berlebihan.

Mengangkat derajat profesi dokter hewan di Indonesia
tak bisa dilakukan secara individu oleh dokter hewan atau
organisasi saja. Dibutuhkan kerjasama dan saling mendukung
semua pihak, baik dari organisasi dokter hewan (PDHI),
perguruan tinggi, dan regulasi pemerintah yang berpihak.

Dokter hewan harus memiliki kemauan yang kuat untuk
meningkatkan knowledge, skill, attitude, dan spiritual. Tiga
pilar (plus spiritual) ini menjadi modal penting bagi dokter
hewan agar mampu memberikan layanan yang terbaik
kepada pasien dan pengguna jasanya. Layanan terbaik akan
menjadi pintu masuk adanya pengakuan profesionalisme
dokter hewan dari masyarakat.

Perguruan tinggi perlu lebih membuka diri untuk
menerima masukan dari para dokter hewan praktisi yang
telah memiliki pengalaman atau jam terbang tinggi.
Kerjasama yang saling membuka diri antara akademisi di
fakultas kedokteran hewan (FKH) dengan dokter hewan
praktisi akan menghasilkan menjadi Dokter hewan yang
berkualitas.

Dukungan PDHI terhadap profesi dokter hewan sangat
dibutuhkan. Berbagai persoalan yang dihadapi oleh dokter
hewan akan lebih mudah dicarikan solusinya jika organisasi
yang menaunginya turut mengambil peran aktif.

Menjadi Dokter Hewan Profesional | 53

Regulasi yang diterbitkan pemerintah harus berpihak
kepada keberadaan dokter hewan di dalam negeri.
Pemerintah berkewajiban memproteksi dokter hewan
Indonesia, seperti halnya yang sudah dilakukan di sektor lain.
Era perdagangan bebas memang sulit dibendung, tetapi
pemerintah memiliki hak penuh untuk melindungi rakyatnya,
termasuk dokter hewan.

Tanpa adanya kerjasama yang baik dari pihak-pihak
tersebut, perkembangan profesi dokter hewan hanya
menjadi angan-angan saja.

***

54 |

Tantangan Dokter Hewan

Indonesia

Seiring berkembangnya zaman, tantangan profesi
dokter hewan juga menjadi keniscayaan. Tantangan
dokter hewan Indonesia berbeda untuk setiap periode
zaman. Bila pada awalnya tantangan yang dihadapi,
khususnya untuk dokter hewan ternak, adalah penyakit-
penyakit hewan pada ternak, seperti Sampar Sapi
(Rinderpest), Ngorok (SE), Mubeng (Surra), Anthrax, dan
penyakit mulut dan kuku (AE) pada ternak besar, maka
kemudian dihadapkan pada penyakit pada unggas, yaitu
Tetelo (Newscastle Diaseaes/ND), Gumboro, dan yang terakhir
Flu Burung (Avian Influenza/AI).

Perubahan iklim yang disebabkan kerusakan alam
mengakibatkan perubahan patogenitas penyakit hewan
seperti H5N1 yang semula patogenitasnya rendah, berubah
menjadi penyakit pandemik dengan patogenitas yang tinggi
dan mengarah pada penyakit yang dapat menular ke manusia
(zoonosa). H5N1 adalah salah satu subtipe virus influenza
yang menyebabkan penyakit flu burung. Virus ini
menimbulkan penyakit pada banyak spesies vertebrata,
termasuk manusia, dan berpeluang menjadi pandemik
influenza.

Demikian pula dengan Flu Babi yang disebabkan oleh
virus H1N1 sudah menjadi penyakit yang dapat menular dari

Menjadi Dokter Hewan Profesional | 55

babi ke babi lain dan dari babi ke manusia. Flu Babi adalah
infeksi saluran pernapasan akut yang menyerang organ tubuh
terutama paru-paru. Penyakit ini disebabkan oleh Virus
Influenza tipe A, jenis H1N1 dengan patogenitas yang cukup
tinggi.

Tantangan Ketersediaan Obat Hewan
Tantangan yang dihadapi dokter hewan kecil sejatinya

sudah sejak lama dihadapi. Salah satu tantangan yang nyata
terjadi hingga sekarang adalah soal ketersediaan obat-obatan
bagi hewan. Setinggi apa pun pengetahuan dan skill dokter
hewan, tanpa adanya penunjang berupa obat-obatan yang
memadai, dipastikan akan sangat terhambat kerjanya.

Sampai sekarang, ketersediaan obat hewan di dalam
negeri masih menjadi persoalan klasik. Tidak mudah untuk
mendapatkan stok yang memadai. Padahal, ketersediaan
obat-obatan sangat vital, karena dokter hewan merupakan
healing profession, rehabilitition, dan prevention.

Sebagai contoh, untuk menjalankan fungsi prevention,
dokter hewan membutuhkan vaksin. Vaksin untuk hewan
jelas sangat berbeda dengan vaksin untuk manusia. Pun
demikian dengan obat-obatan lainnya, untuk hewan berbeda
unsur kimiannya dengan obat-obatan manusia. Dokter hewan
tidak boleh sembarangan menggunakan obat-obat manusia
untuk diberikan kepada hewan, jika memang ingin mengikuti
tata aturan profesionalisme. Permasalahannya, keberadaan
obat hewan sangat terbatas, sedangkan dokter hewan
dituntut untuk mengobati. Jalan sering diambil adalah

56 |

menggunakan obat-obatan manusia yang identik dengan
kebutuhan hewan.

Jalan pintas ini dilakukan oleh dokter hewan karena dua
alasan. Pertama, sulitnya mendapatkan obat-obatan yang
dibutuhkan untuk hewan. Kedua, dari sisi harga, obat-obatan
manusia yang digunakan itu relatif lebih murah. Padahal, side
effect penggunaan obat “alternatif” tersebut masih belum
diketahui. Hingga kini belum ada penelitian sejauh mana
dampak yang ditimbulkan, jika dokter hewan menggunakan
obat manusia sebagai alternatif untuk pengobatan hewan.

Kondisi ini menjadi dilema yang tak berkesudahan bagi
dokter hewan di Indonesia. Di satu sisi, obat hewan yang
dibutuhkan susah didapatkan, sementara ekspektasi klien
sudah tinggi. Mereka ingin hewan peliharaannya sembuh,
berapa pun biaya yang harus dikeluarkan.

Tak banyak yang bisa dilakukan oleh dokter hewan
Indonesia untuk mengatasi kebutuhan obat-obatan hewan
ini. Bagi dokter hewan yang memiliki dana cukup untuk
belanja obat hewan ke luar negeri, tidak masalah. Umumnya,
mereka membeli saat ada keperluan di sana, atau dengan
cara menitip teman sejawat yang sedang bepergian ke luar
negeri.

Cara ini tentu saja tidak bisa dilakukan oleh semua dokter
hewan di Indonesia. Selain biaya perjalanan mahal, tak semua
dokter punya kepentingan bepergian ke luar negeri.

Menjadi Dokter Hewan Profesional | 57

Tantangan Peralatan Klinik
Tantangan lainya adalah masalah peralatan yang

digunakan dokter hewan. Sebagai healing profession, dokter
hewan bukan hanya untuk healing rehabilition saja, namun
juga melakukan rehabilitition pascaoperasi. Pascaoperasi
membutuhkan alat tertentu yang dapat merehabilitasi
hewan, seperti psikoterapi dan sebagainya. Alat-alat macam
ini juga tidak mudah didapatkan. Alat alat semacam ini juga
tidak mudah didapatkan , sekalipun ada/mampu dimiliki
sebagai sarana penunjang diagnosa seperti laboratorium,
mesin anestesi, EKG, ECHO, X ray dan Endoscopy, MRI, CT,
Flouroscopy, Microscope surgery, phaco machine masih
dibutuhkan serangkaian kemampuan dokter hewannya untuk
bisa menggunakan dan menginterpretasikannya. Tentu saja
akan lebih baik manakala dokter hewannya mulai menyadari
arti keterbatasan sebagai manusia biasa, sehingga
membutuhkan keahlian husus yang sepsifik, itulah seorang
spesialis yangmenjadi dambaan akan perkembangan dokter
hewan yang professional di Indonesia.

Jika dua persoalan tersebut tak teratasi dengan baik,
akan memunculkan tantangan baru yang cukup berat dalam
beberapa tahun ke depan. Jika nantinya benar-benar dokter
hewan asing masuk ke Indonesia dan membuka praktik di
sini, sementara mereka memiliki akses yang lebih mudah
untuk memperoleh obat hewan di negaranya,tentu ini akan
menjadi ancaman serius bagi dokter hewan di dalam negeri.

Inilah yang seharusnya menjadi perhatian para pemegang
kebijakan (pemerintah). Dokter hewan tak mungkin hanya
mengandalkan bantuan dari asosiasi atau organisasi dokter

58 |

hewan, karena yang memiliki kewenangan untuk mengatur
kebijakan ini adalah pemerintah.

Tantangan Pengetahuan
Tantangan lainnya adalah penguasaan pengetahuan

(knowledge). Indonesia sebagai negara tropis, memiliki jenis
penyakit hewan yang lebih banyak dibandingkan dengan
negara nontropis. Memang, ini bisa dikatakan sebagai
“kelebihan” yang dimiliki Indonesia, namun juga sekaligus
menjadi tantangan cukup berat bagi dokter hewan di dalam
negeri. Penelitian terkait berbagai penyakit hewan di dalam
negeri masih belum diimbangi dengan perkembangan dunia
penyakit hewan, khususnya pet animal.

Berbeda dengan di luar negeri, di sana banyak perguruan
tinggi yang melakukan riset secara serius. Para dokter hewan
spesialis bekerjasama dengan dosen di universitas, profesor,
diplomat, dan ahli lainnya melakukan penelitian bersama.
Hasil penelitiannya, tentu saja jauh lebih akurat dibandingan
dengan penelitian yang dilakukan secara individu.

Bagaimana dengan Indonesia? Model penelitian macam
ini belum dijalankan di sini. Ini menjadi tantangan besar bagi
dokter hewan kita. Untuk melakukan hal serupa dengan
model penelitan yang ada di luar negeri, tak hanya
membutuhkan modal dana, juga kerangka penelitian yang
matang.

Sebagai contoh, di Indonesia ada penyakit infeksi pada
hewan yang di luar negeri tidak ada. Sebagai perumpamaan
penyakit distemper, dulu di beberapa negara luar pernah ada
penyakit ini, tapi sekarang sudah jarang terjadi. Sementara

Menjadi Dokter Hewan Profesional | 59

itu, jenis penyakit ini masih sering terjadi pada hewan
peliharaan di Indonesia. Dalam hal ini perlu adanya riset yang
mendalami masalah distemper, sehingga diharapkan vaksin
yang digunakan benar-benar produk lokal (dalam negeri).
Belum tentu vaksin yang diimpor dari luar cocok dengan
penyakit hewan di Indonesia karena perbedaaan kondisi
alam.

Kalau pun ada perguruan tinggi yang tertarikmelakukan
penelitian jenis penyakit ini, belum tentu penelitian ini menjadi
prioritas untuk dikembangkan. Seperti diketahui, universitas
negeri adalah “humas” pemerintah. Wajar saja bila riset yang
banyak dilakukan adalah yang berkaitan dengan kepentingan
program pemerintah. Misalnya, penelitian terkait dengan
Avian Influenza (AI) atau Flu Burung, karena ini diangap
sebagai kebutuhan nasional. Sementara itu, pets practitioner
belum dianggap sebagai kebutuhan nasional. Pets
practitioner masih dianggap sebagai kelompok orang-orang
yang punya hobi.

Tantangan MEA
Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) atau ASEAN Economic

Community (AEC) merupakan sebuah sistem yang menuju
sebuah kesepakatan dalam mengintegrasikan ekonomi
antarnegara di ASEAN. Dari namanya jelas sekali bahwa fokus
dari MEA ini adalah bidang ekonomi. Bidang ekonomi memiliki
peran penting bagi kemajuan suatu bangsa. MEA adalah
media yang tepat untuk mampu bersaing dengan ekonomi
Amerika, Eropa, dan China.

60 |

Berkaitan dengan perluasan ekonomi, MEA telah

direncanakan menjadi peta ekonomi baru yang

menguntungkan untuk negara- negara ASEAN, yaitu

dibukanya pasar perdagangan bebas. Dibukanya

perdagangan bebas akan meminimalkan kesulitan-kesulitan

yang selama ini menjadi penghalang kegiatan ekspor-

impor, seperti beberapa peraturan bea cukai.

Indonesia dan anggota ASEAN lainnya telah menyepakati

perjanjian Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) atau ASEAN

Economic Community (AEC). Cepat atau lambat, dampak dari

kebijakan MEA akan menjadi tantangan nyata dalam

beberapa tahun mendatang bagi dokter hewan Indonesia.

Pemerintah Indonesia telah menandatangi kebijakan MEA

dan telah diberlakukan sejak akhir 2015.

Kebijakan ini memungkinkan setiap pekerja maupun

profesional dari negara anggota ASEAN membuka tempat

praktik di Indonesia, tak terkecuali dokter hewan asing.

Semestinya hal ini menjadi warning bagi profesi dokter hewan

di dalam negeri.

Fenomena yang terjadi belakangan ini di Jakarta,

mungkin juga di kota besar lainnya di Indonesia, sudah mulai

tampak. Sejak beberapa tahun belakangan, sudah ada

supermarket yang membolehkan customer atau pengunjung

membawa hewan peliharaan masuk ke dalam ruang belanja.

Bisa saja, awalnya sekadar jalan-jalan dengan hewan

peliharaan. Namun, sangat dimungkinkan ini merupakan

pintu masuk untuk langkah berikutnya, misal, masuknya

dokter hewan asing. Cepat atau lambat akan membuka klinik

hewan di dalam supermarket tersebut.

Menjadi Dokter Hewan Profesional | 61

Modus ini sudah lama diterapkan di luar negeri. Di Amerika,
misalnya, ada pets world, sebuah ruko besar dan luas. Di
dalam ruko tersebut terdapat petshop, tempat makan,
tempat bermain, dan segala kebutuhan hewan. Di salah satu
sudut ruko tersebut terdapat grooming plus dokter hewan.
Padahal, sebelumnya ruko besar itu hanya pasar swalayan
biasa yang hanya untuk tempat berbelanja kebutuhan orang.

Di Indonesia, tidak tertutup kemungkinan, akan
mengalami hal yang sama. Pola yang akan dilakukan adalah
mula-mula akan menggunakan jasa dokter hewan Indonesia
untuk mengisi klinik hewan di mall atau supermarket
tersebut. Namun, lambat laun para dokter hewan Indonesia
bisa tergantikan dengan alasan tertentu yang mereka buat.
Selanjutnya, dokter hewan asing akan masuk dan mengisi
klinik tersebut. Jika pola ini berhasil, tak tertutup
kemungkinan nantinya di Indonesia sudah mulai banyak
dokter hewan asing yang membuka tempat praktik.

Prediksi akan banyak dokter hewan asing masuk ke
Indonesia juga didukung oleh faktor budaya belanja orang
Indonesia. Masyarakat Indonesia masih banyak yang lebih
memilih produk-produk luar negeri ketimbang produk lokal.
Budaya ini juga tak menutup kemungkinan akan menjalar
dalam penggunaan jasa dokter hewan. Mereka, bisa jadi,
akan lebih mempercayakan pengobatan hewan peliharaanya
kepada dokter hewan asing ketimbang dokter hewan lokal.

62 |

Itulah beberapa tantangan yang akan dihadapi oleh para
dokter hewan Indonesia saat ini dan di masa mendatang.
Dokter hewan Indonesia harus siap dan berani menghadapi
tantangan ini.

***

Menjadi Dokter Hewan Profesional | 63

Kepeminatan Masyarakat
Indonesia Terhadap

Profesi Dokter Hewan

Kepeminatan masyarakat Indonesia terhadap profesi
dokter hewan tak bisa dilepaskan dari sejarah profesi
ini di Bumi Pertiwi. Sejarah profesi dokter hewan di
Indonesia sebenarnya bermula dari masa kerajaan. Dulu,
dalam pelayanan kesehatan hewan telah dikenal perawat
hewan yang diberi nama pekatik atau semacam ferrier di
Yunani yang merupakan profesi seperti dokter hewan pada
saat ini. Umumnya, para pekatik ini dipercaya untuk
mengurusi kuda. Kuda merupakan salah satu simbol
kemewahan orang yang hidup pada zaman kerajaan. Jika
dianalogikan di zaman sekarang, kuda ibarat mobil mewah.

Kiprah para pekatik atau ferrier atau sathusodo atau
dokter hewan pada zaman itu tidak ada dokumen tertulisnya.
Hewan pada masa itu termasuk rojo koyo atau simbol
keberhasilan seseorang dalam hidupnya, sehingga peran
seorang pekatik cukup nyata.

Ciri-ciri seseorang yang terpandang di Jawa digambarkan
dengan telah memiliki lima hal, yaitu wismo (rumah), wanito
(istri), curigo (keris bertuah), turonggo (kuda tunggang untuk

64 |

berburu, berperang, atau penarik kereta), dan kukilo (burung
seperti perkutut, ayam aduan).

Yang memiliki turonggo dan kukilo umumnya para
pembesar dan saudagar. Yang ini menyebabkan pekathik
dianggap profesi elit atau profesi feodal, tidak
merakyat.Tidak semua orang bisa menjadi pekathik.

Kepeminatan menjadi pekathik saat itu sangat terbatas.
Hanya diminati oleh orang-orang yang memiliki akses pada
para pembesar dan saudagar.

Di era penjajahan, kepeminatan orang untuk menjadi
dokter hewan masih terbatas. Selain profesi dokter hewan
belum begitu dikenal, jalur pendidikan untuk menjadi seorang
dokter hewan hanya bisa akses oleh orang-orang dari
golongan tertentu. Hanya kalangan elit (ningrat) yang bisa
belajar ilmu kedokteran hewan.

Kepeminatan Profesi Dokter Hewan Saat Ini
Lain dulu, lain sekarang. Meski lambat, tingkat
kepeminatan masyarakat Indonesia untuk menjadi dokter
hewan terus meningkat. Peningkatan tren kepeminatan
masyarakat terhadap profesi dokter hewan di Indonesia
sudah tampak sejak 10 tahun terakhir. Bahkan, 2010 lalu bisa
dikatakan sebagai titik awal pesatnya minat masyarakat yang
ingin menekuni profesi dokter hewan.
Ada beberapa alasan yang mendorong makin tingginya
minat masyarakat menjadi dokter hewan. Alasan pertama,
karena suka terhadap dunia hewan, menyayangi binatang,
atau lingkungan keluarga yang penyayang binatang.

Menjadi Dokter Hewan Profesional | 65

Alasan ini wajar. Namun, idealnya untuk menjadi dokter
hewan tidak boleh ada emotional attachment atau
keterikatan emosional yang terlalu berlebihan terhadap
hewan. Keterikatan emosional yang berlebihan akan
membuat canggung seorang dokter hewan dalam proses
pengobatan. Sebagai contoh, ketika melakukan tindakan
medis terhadap seekor anjing, lalu pasien menggonggong
keras karena kesakitan, maka bisa menimbulkan keraguan
dokter hewan untuk melanjutkan pengobatan. Dampaknya,
dokter hewan tidak maksimal dalam melakukan tindakan
medis. Jika hal ini terjadi, sulit menjadi dokter hewan yang
profesional.

Alasan kedua, orang minat menjadi dokter hewan karena
peluang kerja yang cukup besar di masa mendatang. Cukup
banyak bidang pekerjaan menantang yang bisa dimasuki oleh
dokter hewan, seperti dokter hewan praktisi, dokter hewan
di peternakan, dokter hewan rumah potong hewan, dokter
hewan konservasi, dokter hewan perunggasan, dokter
hewan satwa liar, dokter hewan pada industri pakan,
pengawas ekspor impor hewan/produk asal hewan, bidang
farmasi, dokter hewan karantina, peneliti, mantri hewan,
inseminator, dosen, dan masih banyak lainnya.

Khusus kepeminatan masyarakat untuk menjadi dokter
hewan praktisi, belakangan juga meningkat lantaran peluang
pasarnya makin terbuka. Makin banyaknya para pemilik
hewan peliharaan dan tumbuhnya petshop menjadi salah satu
indikator yang mereka cermati. Makin besarnya peluang
kesempatan kerja tersebut, mendorong opini publik bahwa
dokter hewan tidak bisa dimarginalkan seperti dulu.

66 |

Alasan ketiga, tapi ini jarang terjadi, menganggap dokter
hewan adalah profesi yang mulia. Mereka ingin menjadi
dokter hewan karena berangkat dari hati, berangkat dari
kepedulian terhadap sesama makhluk hidup, dan tidak
semata- mata mengejar materi, tetapi mengabdi.

Ada fakta menarik dalam kepeminatan masyarakat
terhadap profesi dokter hewan selama ini. Di beberapa
universitas yang memiliki fakultas kedokteran hewan (FKH)
rata-rata peminatnya adalah perempuan (mahasiswi).
Kemungkinan hal ini disebabkan perempuan lebih telaten
dibandingkan laki-laki. Kondisi ini tak hanya terjadi di
Indonesia, juga di Jepang, Korea, Thailand, dan Amerika.

***

Menjadi Dokter Hewan Profesional | 67

Ruang Lingkup Profesi
Dokter Hewan
di Indonesia

Seperti halnya dalam profesi lain, dokter hewan juga
memiliki ruang lingkup kerja tersendiri. Menurut Office
International des Epizooties (OIE), sebuah oragnisasi
kesehatan hewan dunia, dan dalam perjanjian global General
Agreement on Tariff and Trade) (GATT), ada 33 bidang kerja
dokter hewan di 110 negara, yaitu sebagai berikut.

1. Food technology (teknologi pangan)
2. Food inspection (inspeksi pangan)
3. Food hygiene (higien pangan)
4. Consumer protection (perlindungan konsumen)
5. Laboratories (laboratorium)
6. Legislation (legislasi)
7. Artificial breeding
8. Zoos (kebun binatang)
9. Laboratory animals (hewan laboratorium)
10. Animal welfare (kesejahteraan hewan)
11. Zoonoses (penyakit hewan)
12. Veterinary medicine (medis veteriner)
13. Clinical health care

68 |

14. Disease control (pengendalian penyakit)

15. Exotic diseases (penyakit eksotik)

16. Epidemiology (penyebaran penyakit)

17. Quarantine (karantina)

18. Livestock and animal products

19. Aquaculture (hewan akuatik)

20. Wildlife (alam liar)

21. Environmental protection (perlindungan

lingkungan)

22. Nutrition (nutrisi)

23. Parasitology

24. Teaching (dosen)

25. Research and development (penelitian)

26. Livestock marketing

27. Publications

28. Economics

29. Import animal production

30. Livestock industry organizations

31. Administration

32. International cooperation

33. Professional organizations

Sedangkan untuk di Indonesia, ruang lingkup kerja dokter
hewan tak sebanyak yang tercantum di atas. Ruang lingkup
dokter hewan di dalam negeri yang banyak dikenal adalah di
bidang penanganan kesehatan hewan besar, seperti kuda,
gajah, dan lainnya; penanganan kesehatan hewan kecil (small

Menjadi Dokter Hewan Profesional | 69

animal); penanganan kesehatan hewan eksotik, termasuk
reptil; animal laboratory; penanganan kesehatan hewan
bidang poultry; dan penanganan kesehatan hewan di bidang
karantina.

Dari ruang lingkup kerja tersebut, secara umum fungsi
veteriner di setiap negara bertanggung jawab yang sama,
yakni

• Melindungi kehidupan atau kesehatan hewan di
dalam wilayah setiap negara anggota dan risiko yang
ditimbulkan dari masuk atau berkembangnya atau
menyebarnya hama, penyakit, organisme pembawa
penyakit atau organisme penyebar penyakit.

• Melindungi kehidupan dan kesehatan manusia dari
risiko yang ditimbulkan oleh bahan tambahan
(additives), kontaminan, toksin atau organisme
penyebab penyakit dalam.

• Melindungi kehidupan dan kesehatan manusia dari
risiko timbulnya penyakit yang terbawa oleh hewan,
atau produknya atau dari masuknya,
berkembangnya, dan menyebarnya hama penyakit.

Mencegah atau membatasi kerusakan lingkungan dan
lainnya dari masuknya, berkembangnya atau menyebarnya
hama penyakit.

***

70 |

Organisasi yang Menaungi

Dokter Hewan

Organisasi yang menaungi profesi dokter hewan di
Indonesia, sebenarnya sudah sejak lama dibentuk.
Pada awal kemerdekaan telah terbentuk organisasi
yang beranggotakan dokter hewan Indonesia dan dokter
hewan Belanda yang menjadi pengajar (dosen) pada Faculteit
Kedokteran Hewan Universiteit Indonesia. Perkumpulan ini
diberi nama Perhimpunan Ahli Kehewanan (PAK).
Perhimpunan ini kemudian dalam kongresnya yang pertama di
Lembang, Bandung, Jawa Barat, pada 9 Januari 1953 sepakat
mendirikan Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia, disingkat
PDHI.

Peranan perhimpunan semakin menonjol setelah
ditetapkan Undang-Undang Perguruan Tinggi, bahwa
organisasi profesi bertanggung jawab untuk melakukan
pengujian profesi. Untuk melaksanakan undang-undang
tersebut, PDHI melimpahkan kewenangan menguji dokter
hewan kepada fakultas-fakultas kedokteran hewan di
Indonesia yang ada diInstitut Pertanian Bogor, Universitas
Gadjah Mada, Universitas Syiah Kuala, Universitas Airlangga,
dan Universitas Udayana..

Dengan demikian, PDHI telah mengambil langkah awal
untuk menyamakan kurikulum pendidikan dokter hewan di
Indonesia. Butuh waktu tak sebentar untuk menindaklanjuti

Menjadi Dokter Hewan Profesional | 71

akreditasi fakultas kedokteran hewan di Indonesia sebagai
syarat untuk menghasilkan dokter hewan universal.

Ke depan, dokter hewan Indonesia, melalui PDHI, masih
harus berjuang untuk tidak kalah dalam persaingan global
dan tetap bisa berperan sebagai pemegang otoritas veteriner
di negeri ini. Otoritas veteriner pada prinsipnya terdiri dari
tiga bidang, yaitu diagnosa penyakit hewan, pemeriksaan
kesehatan pangan asal hewan dan hasil pangan asal hewan,
dan kesejahteraan hewan.

Oleh karena itu, dokter hewan wajib menegakkan hak
yang diberikan kepada setiap negara untuk (1) melindungi
kehidupan dan kesehatan hewan dari berkembang atau
menyebarnya hama penyakit, organisme pembawa penyakit
atau organisme penyebar penyakit, (2) melindungi kehidupan
dan kesehatan manusia dari risiko yang ditimbulkan oleh
bahan tambahan (additives), kontaminan, toksin, atau
organisme penyebab penyakit dalam makanan, minuman dan
pakan (food born diseases), (3) melindungi kehidupan dan
kesehatan manusia dari resiko timbulnya penyakit yang
terbawa oleh hewan, atau produknya, atau dari masuknya,
berkembangnya, menyebarnya penyakit Pest (Sampar), dan
(4) mencegah, membatasi kerusakan lingkungan atau lainnya,
masuknya, berkembangnya, dan menyebarnya hama
penyakit Sampar (Pest).

Di samping itu, di era globalisasi masih ada bidang yang
perlu digeluti oleh profesi dokter hewan dan PDHI, yaitu
masalah kepemilikan intelektual (Trade of Intelectual Properties
atau TRIPS) dan kesejahteraan hewan. Di masa yang akan
datang, produksi pakan hewan atau hewannya sendiri akan

72 |

dilarang untuk diperdagangkan secara internasional bila

diambil langsung dari alam atau diproduksi dengan

mengabaikan kesejahteraan hewan (animal welfare).

Beberapa produk yang dimaksud antara lain susu dari

sapi perah yang dikandangkan seumur hidup, telur dari ayam

petelur yang dipelihara dalam kandang baterai yang sempit,

dan produksi ayam boiler dari kandang baterai yang sangat

sempit. Termasuk penyembelihan yang mengabaikan

kesejahteraan hewan, seperti bebas dari rasa sakit, tertekan,

ketakutan, kelaparan, kehausan, dan penyiksaan.

Dalam meretas jalan menuju profil dokter hewan

universal, dokter hewan dapat mengikuti perjuangan

Pengurus Besar Dokter Hewan Indonesia (PB PDHI) untuk

memperjuangkan hak dan kiprahnya di kancah internasional.

PB PDHI telah merintis jalan menuju terwujudnya profil

dokter hewan universal dari sejak seminar pendidikan dokter

hewan tahun 1988 dan kerjasama PB PDHI dengan lima

fakultas kedokteran hewan di Indonesia.

Strategi untuk meretas jalan menuju profesi dokter

hewan universal disiapkan melalui penerapan Ketetapan

Majelis Pendidikan Profesi Kedokteran Hewan

No.01/MP2KH/PDHI/V/2009 yang meliputi

1. standar kompetensi dokter hewan Indonesia,

2. kurikulum pendidikan kedokteran hewan,

3. sertifikasi nasional kompetensi dokter hewan,

4. pengucapan sumpah/janji dokter hewan,

5. persyaratan substansi pendidikan tinggi

kedokteran hewan Indonesia,

Menjadi Dokter Hewan Profesional | 73

6. penatalaksanaan pendidikan kedokteran hewan
berkelanjutan,

7. pelaksanaan spesialisasi kedokteran hewan, dan
8. penataan pelaksanaan pelayanan kesehatan hewan

(dalam negeri dan asing).

Sehubungan dengan penyeragaman standar kemampuan
dokter hewan, telah disusun standar kompetensi dokter
hewan Indonesia yang disusun oleh Asosiasi Fakultas
Kedokteran Hewan Indonesia dan PB PDHI pada 15 Desember
2017 di Yogyakarta.

Kompetensi adalah seperangkat sikap, pengetahuan dan
ketrampilah yang harus dimiliki, dihayati, dan dilaksanakan
oleh peserta didik setelah mempelajari suatu muatan,
menamatkan suatu program atau menyelesaikan satuan
pendidikan. Kompetensi medik veteriner adalah kecerdasan
bertindak dan kemampuan mengambil keputusan di bidang
medik veteriner dengan mengacu pada perkembangan ilkmu
kedokteran hewan terkini untuk kepentingan tertinggi klien,
pasien, masyarakat dan lingkungan serta keseluruhan
sumpah/janji dan kode etik profesi.

Dokter hewan harus melakukan pekerjaan profesinya
secara berkompeten dan professional, bertanggung jawab
kepada masyarakat dan bangka karena menyangkutperan
perlindungan bagi manusia, hewan dan lingkungan dari
adanya ancaman penyakitmaupun gangguan kesehatan
bersumber hewan dan kepunahan sumber daya hewani
kekayaan bangsa.

74 |

Ada 20 organisasi sekeahlian dan sepeminatan yang
bernaung di bawah PB PDHI, atau yang lebih dikenal dengan
sebutan organisasi non-teritorial (ONT), yaitu

1. Asosiasi Dokter Hewan Satwa Liar, Aquatik, dan
Hewan Eksotik Indonesia (Asliqewan),

2. Asosiasi Dokter Hewan Praktisi Hewan Kecil
Indonesia (ADHPHKI),

3. Asosiasi Kesehatan Masyarakat Veteriner Indonesia
(Askesmaveti),

4. Asosiasi Patologi Veteriner Indonesia (APVI),
5. Asosiasi Dokter Hewan Perunggasan Indonesia

(ADHPI),
6. Asosiasi Dokter Hewan Praktisi Hewan

Laboratorium Indonesia (ADHPHLI),
7. Asosiasi Epidemiologi Veteriner Indonesia (AEVI),
8. Asosiasi Dokter Hewan Kuda Indonesia (ADHKI),
9. Asosiasi Farmasi dan Farmakologi Veteriner

Indonesia (AFFAVETI),
10. Asosiasi Dokter Hewan Bedah Veteriner Indonesia

(ADBVI),
11. Asosiasi Kedokteran Interna Veteriner Indonesia

(AKIVI),
12. Asosiasi Medik Reproduksi Veteriner Indonesia

(AMERVI),
13. Asosiasi Parasitologi Veteriner Indonesia (APARVI),
14. Asosiasi Dokter Hewan Akupunktur dan Terapi

Integratif Indonesia (AKTIVI),
15. Asosiasi Dokter Hewab Megafauna Akuatik

Menjadi Dokter Hewan Profesional | 75

Indonesia (ADHMAI),
16. Ikatan Dokter Hewan Sapi Perah Indonesia

(IDHSPI),
17. Ikatan Dokter Hewan Karantina Indonesia (IDHKI),
18. Asosiasi Dokter Hewan Monogastrik Indonesia

(ADHMI),
19. Asosiasi Mikrobiologi Veteriner Indonesia (AMVI),

dan
20. Asosiasi Dokter Hewan Pengobatan Cina Indonesia

(ADHPTCI)

Program PB PDHI dalam rangka meningkatkan
profesionalisme Dokter hewan adalah sebagai berikut.
1. Peningkatan Kompetensi dan Profesionalitas Dokter

hewan
Program peningkatan kompetensi dokter hewan

Indonesia dilakukan melalui kerjasama dengan organisasi non
teritorial atau cabang-cabang PDHI di seluruh Indonesia dan
menyelenggarakan konferensi ilmiah nasional.
2. Peningkatan Hubungan Internasional dan kelembagaan

Menjalin hubungan dengan berbagai organisasi
internasional, antara lain FAVA, WSAVA, OIE, WVA, dan
bekerjasama dengan organisasi dan instansi nasional
3. Pembinaan Organisasi

Melakukan pembinaan kepada cabang cabang dan
ONT dalam rangka penyusunan peraturan peraturan
perhimpunan dan berkontribusi dalam memeberikan
masukan penyusunan Permentan sebagai turunan dari

76 |

undang-undang yang berlaku yang berkaitan dengan
kedokteran hewan.
4. Bidang Usaha dan Kesejahteraan Anggota

Memberikan kesejahteraan sosial bagi anggota dan
membentuk badan usaha dalam bentuk PT dan LSP.

Selain itu, PB PDHI membentuk badan perlindungan
hukum perhimpunan dalam rangka memberikan
pengetahuan hukum dan bantuan kepada para anggota PDHI
yang mengalami permasalahan hukum dalam melakukan
pelayanan kesehatan.

PB PDHI berusaha untuk mempersatukan seluruh dokter
hewan di Indonesia, membantu para anggota menuju dokter
hewan yang lebih profesional, mengadopsi teknologi baru
dalam rangka mengikuti era revolusi industry 4.0, berusaha
meningkatkan martabat para dokter hewan.

Menjadi Dokter Hewan Profesional | 77

Bagian Empat
Dokter Hewan Praktisi

Hewan Kecil

Tidak mudah untuk menjadi dokter hewan praktisi.
Ada tahapan cukup panjang yang harus dilalui

sebelum memutuskan untuk membuka praktik sendiri
atau bergabung dengan tempat praktik lainnya:
praktik dokter hewan bersama, klinik hewan, atau
rumah sakit hewan.
Delapan pengetahuan dasar juga wajib dimiliki
seorang dokter hewan praktisi.

78 |

Dokter Hewan Praktisi

Hewan Kecil:

Pengertian, Organisasi,

Tahapan Mencapainya, dan

Kendala Yang Dihadapi

Pengertian
Ada dua pengertian yang perlu dipahami dari istilah dokter

hewan praktisi hewan kecil, yakni dokter hewan praktisi dan
hewan kecil. Dokter hewan praktisi adalah dokter hewan yang
membuka praktik, baik praktik mandiri, praktik di klinik
hewan, praktik dokter hewan bersama (PDHB), maupun
praktik di rumah sakit hewan.

Sedangkan istilah hewan kecil adalah kelompok hewan
yang merujuk kepada hewan kesayangan atau hewan
peliharaan untuk hobi, seperti anjing, kucing, kelinci, dan
hewan peliharaaan kecil lainnya.

Dengan demikian, yang dimaksud dengan dokter hewan
praktisi hewan kecil (DHPHK) adalah dokter hewan yang
membuka praktik, baik praktik mandiri, praktik di klinik
hewan, praktik dokter hewan bersama (PDHB), maupun
praktik di rumah sakit hewan, khusus menangani kelompok
hewan kecil.

Menjadi Dokter Hewan Profesional | 79

Hewan yang masuk dalam kelompok hewan kecil
sebenarnya tak hanya anjing dan kucing. Ada beberapa
hewan jenis lainnya, seperti iguana, kelinci, ular, dan lainnya.
Namun, dalam praktiknya, ada dokter hewan praktisi hewan
kecil yang hanya memfokuskan pada penanganan kucing saja
atau anjing saja, sesuai dengan minatnya.

Organisasi di Lingkungan Dokter Hewan Paraktisi Hewan
Kecil

Seperti keahlian lainya di dunia kedokteran hewan,
dokter hewan praktisi hewan kecil juga memiliki organisasi
yang menaunginya, yakni Asosiasi Dokter Hewan Praktisi
Hewan Kecil Indonesia (ADHPHKI).

ADHPHKI atau yang di forum international bernama
Indonesian Small Animal Practitioner Veterinary Association
(ISAPVA) berdiri pada 24 Juli 2005. ADHPHKI disahkan
melalui Surat keputusan Pengurus Besar PDHI (SK PB PDHI)
No.23SKPT/KU/PB PDHI/IX/2005.

Asosiasi ini merupakan wadah komunikasi ilmiah para
praktisi hewan kecil di Indonesia. Salah satu kegiatannya
menyelenggarakan kegiatan ilmiah dan penyediaan informasi
ilmiah. Kegiatan ini merupakan penunjang aktivitas dan
peningkatan profesionalisme bagi para anggotanya.

Terbentuknya ADHPHKI tidak terlepas dari situasi yang
mendukung, yaitu rasa membutuhkan adanya wadah dan
sarana informasi ilmiah para praktisi hewan kecil; rasa
membutuhkan rambu-rambu etika di antara praktisi; rasa
membutuhkan standar pelayanan jasa veteriner, termasuk

80 |

penentuan tarif; serta rasa membutuhkan informasi bagi
kelengkapan dan peningkatan pelayanan jasa veteriner.

ADHPHKI dalam melakukan kegiatannya bekerjasama
dengan PDHI cabang dan juga perguruan tinggi yang ada
fakultas kedokteran hewannya. Kegiatan yang dilakukan
beragam, mulai dari diskusi kelompok, seminar dan workshop
yang menggunakan hewan coba.

Dalam aktivitasnya ADHPHKI tak selalu berjalan sendiri.
Asosiasi ini juga membuka komunikasi dengan organisasi
sejenis dari negara lain seperti Veterinary Practitioner
Association of Thailand (VPAT), Malaysia Small Animal
Veterinary Association (MSAVA), Singapore Veterinary
Association (SVA), dan Hongkong Veterinary Association
(HKVA). Secara regional, organisasi ini juga menjalin kerjasama
dengan (Asia Meeting Animal Medicine Specialities (AMAMS).

Tahapan Ideal Menjadi DHPHK
Menjadi dokter hewan praktisi hewan kecil adalah

sebuah pilihan. Biasanya, pilihan tersebut sudah dirancang
sejak masih kuliah. Setiap mahasiswa atau mahasiswi
kedokteran hewan sudah mulai memikirkan pilihan mana
yang akan digeluti setelah lulus dan menyandang gelar dokter
hewan.

Di kampus, mahasiswa dan mahasiswi kedokteran hewan
hanya mendapatkan ilmu kedokteran hewan secara umum.
Magang menjadi momentum untuk memilih keahlian yang
diinginkanatau yang disebut magang profesi pilihan.

Minat untuk menjadi dokter hewan praktisi hewan kecil
harus dibangun sejak awal. Kecintaan terhadap hewan kecil

Menjadi Dokter Hewan Profesional | 81

sebaiknya sudah ada sebelum memasuki dunia pendidikan
kedokteran hewan. Jika masuk ke fakultas kedokteran hewan
karena terpaksa, akan sulit untuk benar-benar menjadi dokter
hewan praktisi hewan kecil.

Kadang, minat untuk menjadi dokter hewan bisa
dibentuk secara perlahan saat kuliah. Akan tetapi jika minat
tidak dibangun sejak awal, setelah lulus akan bingung
memilih dunia pekerjaan yang akan ditekuni.

Sudah cukup banyak lulusan fakultas kedokteran hewan
yang enggan memasuki dunia sesuai keilmuannya. Mereka
justru menekuni profesi lain, seperti menjadi pegawai negeri
sipil, seniman, wartawan, atau bahkan bekerja di perbankan.

Ada beberapa tahapan ideal untuk menjadi dokter hewan
praktisi hewan kecil yang penting dipahami, khususnya bagi
orang yang ingin menekuni profesi ini.

Tahapan pertama, mengikuti kuliah di fakultas kedokteran
hewan. Butuh waktu antara 8 hingga 10 semester untuk
menyelesaikan pendidikan strata satu (S-1) dengan gelar
Sarjana Kedokteran Hewan (SKH).

Tahapan kedua, menjalani co assistant atau yang lazim
disebut koas. Koas merupakan kegiatan lanjutan perkuliahan
untuk mengaplikasikan teori melalui praktik. Selama koas,
mahasiswa akan dibimbing oleh para dokter hewan senior.

Koas terbagi dalam beberapa bidang, tergantung
perguruan tinggi masing-masing. Di IPB, misalnya, terdiri dari
lima bagian, yaitu reproduksi, interna, bedah, kesmavet
(kesehatan masyarakat veteriner), dan kesejahteraan hewan
(kesrawan). Sementara di UGM, ada koas bagian diagnosa

82 |


Click to View FlipBook Version