The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.

Buku ini disusun oleh dosen dan mahasiswa Magister Manajemen Universitas Indonesia Membangun untuk membantu para peneliti pemula dalam melakukan penelitian.

Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by Tiaraputriin, 2022-07-21 02:41:40

Metodologi Penelitian Bisnis

Buku ini disusun oleh dosen dan mahasiswa Magister Manajemen Universitas Indonesia Membangun untuk membantu para peneliti pemula dalam melakukan penelitian.

Keywords: SEM,Analisis Jalur,Metodologi Penelitian,BIsnis,Penelitian,Uji Asumsi Klasik,Prosedur Penelitian,Metodologi,Panduan Penelitian,Mahasiswa,Peneliti,Langkah-langkah Penelitian

dependen atau variabel yang dipengaruhi. Dengna adannya
hubungan kausal, permasalahan akan diteliti dengan mengevaluasi
hubungan antar variabel tersebut. Peneliti diharapkan dapat
mengumpulkan bukti-bukti keterlibatan antar variabel sebelum
melaksanakan analisa lebih lanjut.
3. Hubungan Interaktif
Hubungan interaktif atau resiprokal atau timbal balik adalah
hubungan yang dimiliki variabel-variabel dan tidak diketahui mana
yang dependen maupun independen.

3) Kriteria permasalahan dalam penelitian
Berikut adalah kriteria permasalahan yang dapat didjadikan penelitian

(Anri et al., 2009)
a) Mencerminkan kebutuhan yang penting dan menarik untuk dipecahkan
didalam masyarakat atau kehidupan peneliti
b) Permasalahan yang sesuai dengan kemampuan dan keahlian dari peneliti.
Dengan demikian, topik dan pembahasan yang akan diinvestigasi akan
berkualitas dan bermanfaat
c) Masalah bukanlah hipotesis atau rekayasa, melainkan adalah kondisi
aktual yang terjadi, ril dan nyata.
d) Masalah harus dapat memberikan hipotesis atau jawaban sementara
berdasarkan literatur atau karya ilmiah sebelumnya. Hal ini perlu
dipastikan agar peneliti tidak kehilangan arah dan kesulitan dalam
menganalisa teori-teori yang bersangkutan
e) Relevan dengan judul, topik, latar belakang dan kondisi ril.
Menambahkan dari karya ilmiah milik enny radja, kriteria yang harus

dapat dipertimbangkan antara lain: kondisi sumber daya baik dari dana, waktu dan
sumber daya manusia dan ijin dari pihak yang berhubungan dengan penelitian.

41 | Masalah Penelitian 1 ( B A B I I I)

4) Kesalahan dalam menetapkan masalah penelitian
Ada beberapa poin yang perlu dihindari dalam menetapkan masalah

penelitian, antara lain:
a) Topik penelitian terlalu luas
b) Tujuan penelitian, latar belakang penelitian dan pertanyaan penelitian
tidak selaras
c) Topik penelitian yang tidak rinci dan tidak menjelaskan dengan baik
d) Penelitian memiliki landasan teori yang sedikit dan tidak mendukung
e) Desain penelitian tidak jelas dan tidak tepat dalam penelitian
f) Perencanaan dan strategi penelitian yang kurang rinci dan matang.

42 | Masalah Penelitian 1 ( B A B I I I)

BAB IV
MASALAH PENELITIAN 2

43

4.1 Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah sebagai bagian dari proses penelitian dapat dipahami
sebagai upaya mendefinisikan problem dan membuat defiisi tersebut dapat diukur
(measurable) sebagai langkah awal penelitian. Singkatnya, mengidentifikasi
masalah adalah mendefinisikan masalah penelitian. Sebagai contoh, kita
mengamati anak-anak bermain pasir di halaman sekolah. Ketika mengamati
mereka, muncul ide tentang tingkat intelejensia atau kemampuan berpikir anak
yang berbeda-beda. Beberapa anak sekilas terlihat lebih cerdas daripada anak
lainnya, misalnya ketika membangun istana pasir atau sandcastle.

Rasa penasaran kita menuju pada keinginan untuk melakukan penelitian
tentang tingkat intelejensia anak-anak yang berbeda-beda. Kecerdasan, kepintaran
atau intelejensia yang kita amati berbeda-beda ini adalah masalah yang ingin
diteliti. Proses indentifikasi masalah tentang kecerdasan anak, sebagaimana
disampaikan di awal, adalah proses pendefisian tentang kecerdasan anak itu
sendiri. Dengan kata lain, kita harus mendefinisikan tingkat kecerdasan yang
berbeda dan bagaimana kecerdasan tersebut bisa diukur untuk penelitian.

Sampai di sini, perlu diketahui bahwa proses identifikasi masalah
penelitian selalu melibatkan pendefinisian konsep (misalnya di sini adalah
kecerdasan) dan upaya agar konsep bisa diukur. Untuk melakukan identifikasi
masalah, kita definisikan di sini bahwa masalahnya adalah tingkat kecerdasan
anak-anak yang kita amati bervariasi atau berbeda-beda.

Bagaimana tingkat kecerdasan itu bisa diukur untuk penelitian? Tingkat
kecerdasan bisa kita ukur dengan berbagai cara, misalnya menilai kelancaran
berbicara, pola komunikasi dengan anak lain, test IQ, dan sebagainya. Menurut
(Sugiyono, 2018, p. 43) masalah dapat diartikan sebagai penyimpangan antara
yang seharusnya dengan apa yang benar-benar terjadi.

44 | Masalah Penelitian 2 ( B A B IV)

Stonner dalam (Sugiyono, 2018, p. 43) mengemukakan bahwa masalah-
masalah dapat diketahui bila terdapat hal-hal sebagai berikut:

a) Terdapat penyimpangan antara pengalaman dengan kenyataan
b) Terdapat penyimpangan antara apa yang telah direncanakan dengan

kenyataan, antara teori dengan praktek
c) Ada pengaduan
d) Ada kompetisi
Didalam identifikasi masalah di dalamnya terdapat:
1. Mendefinisikan masalah, alternatif keputusan dan tujuan riset
2. Definisi masalah tidak boleh terlalu luas maupun terlalu sempit
3. Penenetuan (pembatasan) masalah penelitian
4. Pengumpulan data awal
5. Perumusan masalah (tujuan riset)

a. Ciri Identifikasi Masalah
Karakteristik yang setidaknya haruslah ada dalam mengidentifikasian

masalah yaitu;
1) Masalah mencegah tujuan dan sasaran yang diidentifikasi pada langkah
sebelumnya tidak tercapai. Proses ini tentusaja harus mencakup berbagai
tujuan yang diidentifikasi dalam langkah sebelumnya.
2) Identifikasi masalah harus mempertimbangkan tidak hanya „masalah‟
atau ‟tantangan‟, tetapi juga kendala pada peluang yang mencegah
tercapainya tujuan dan sasaran.
3) Identifikasi harus didasarkan pada pengamatan empiris, seperti data dan
informasi yang diperoleh dari penelitian survei, wawancara, dan studi dari
berbagai sumber.
4) Identifikasi masalah harus menghasilkan pernyataan masalah yang
menggambarkan sifat masalah yang dihadapi.

45 | Masalah Penelitian 2 ( B A B IV)

b. Cara Membuat Identifikasi Masalah
Upaya yang dapat dilakukan oleh peneliti untuk mengidentifikasi masalah

penelitian adalah sebagai berikut:
1) Memahami teori, fakta, dan ide dalam bidang yang telah dipilih peneliti.
Peneliti harus mengetahui penelitian dalam bidang yang dipilih tersebut.
Pengetahuan itu bisa didapatkan melalui review literatur.
2) Karena keingintahuan peneliti dan karena minat alami peneliti, masalah
penelitian muncul.
3) Situasi kehidupan, hubungan yang dibangun oleh penelitian terkait &
implikasi progresif karena kemajuan teknologi.
4) Pengetahuan baru tentang minat peneliti bisa diperoleh melalui jurnal,
majalah, dan buku baru.
5) Survei saran untuk penelitian lebih lanjut diberikan pada akhir laporan
penelitian & tinjauan proyek penelitian.
Secara lebih detail, berikut ini langkah-langkah yang perlu dilakukan

peneliti dalam melakukan identifikasi masalah penelitian, antara lain:
a) Pernyataan masalah secara umum
Definisikan masalah secara umum. Misalnya saja dalam hal ini apakah
berita yang negatif lebih menarik minat orang dibandingkan berita yang
positif?. Persempit dengan memikirkan kembali masalah (Pertimbangkan
kelayakan masalah).
Misalnya: Apakah berita negatif seperti perampokan, korupsi menarik
minat orang lebih dari berita positif seperti pertumbuhan ekonomi negara?.
Bagaimana cara mendefinisikan secara umum? Pelajari subjek terkait
secara menyeluruh. Lakukan survei survei pendahuluan.
b) Memahami sifat masalah
Cara terbaik untuk memahami masalah adalah melalui diskusi. Artinya
serangkaian agenda diskusi dengan orang-orang yang memiliki
pengetahuan yang baik tentang masalah tersebut memberikan
penggambaran awal untuk menyusun proposal penelitian.

46 | Masalah Penelitian 2 ( B A B IV)

c) Survei literatur yang tersedia
Survei semua penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya terkait dengan
masalah akan dikaji. Ini membantu untuk: Mempersempit masalah,
Mengidentifikasi kesenjangan penelitian, Memberikan ide-ide baru di
bidang terkait, dan Membantu untuk menentukan desain penelitian.

d) Mengembangkan ide-ide melalui diskusi
Diskusi selalu menghasilkan informasi yang bermanfaat. Berbagai ide baru
dapat dikembangkan melalui kegiatan semacam itu. Peneliti harus
mendiskusikan masalahnya dengan rekannya dan orang lain yang memiliki
pengalaman yang cukup di bidang yang sama atau dalam menangani
masalah yang sama. Ini dikenal sebagai survei pengalaman.

e) Memulihkan masalah penelitian
Susun kembali masalah penelitian menjadi istilah operasional. Misalnya,
pertanyaan penelitian awal: Mengapa produktivitas di Jepang jauh lebih
tinggi dari pada di India?. Setelah masalahnya dipahami, literatur yang
dibutuhkan sudah tersedia dan diskusi tentang masalah telah dilakukan.
Maka, pertanyaannya telah diulang kembali: Faktor-faktor apa yang
bertanggung jawab atas produktivitas tenaga kerja yang lebih tinggi dari
industri manufaktur di Jepang selama dekade 1971 hingga 1980
dibandingkan industri manufaktur di India?.

c. Tahapan Penganalisisan Bagian Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah bukanlah tugas yang mudah. Terdapat beberapa hal

yang harus dilakukan oleh seorang peneliti dalam menganalisis situasi yang
bermasalah, antara lain akumulasi fakta yang terkait dengan masalah tersebut dan
mengamati fakta untuk relevansinya.

1) Untuk mengungkapkan kesulitan utama, periksa hubungan antara fakta.
2) Penjelasan untuk penyebab kesulitan.
3) Memastikan relevansi penjelasan ini dengan masalah melalui pengamatan

dan analisis.
4) Menelusuri hubungan di antara penjelasan dan juga hubungannya dengan

fakta.
47 | Masalah Penelitian 2 ( B A B IV)

5) Mempertanyakan asumsi yang mendasari analisis masalah.

4.2 Pembatasan Masalah

Batasan masalah adalah ruang lingkup masalah atau upaya membatasi
ruang lingkup masalah yang terlalu luas atau lebar sehingga penelitian itu lebih
bisa fokus untuk dilakukan. Hal ini dilakukan agar pembahasannya tidak terlalu
luas kepada aspek-aspek yang jauh dari relevansi sehingga penelitian itu bisa lebih
fokus untuk dilakukan. Berdasarkan sekian banyak masalah tersebut dipilihlah
satu atau dua masalah yang akan dipermasalahkan, tentu yang akan diteliti (lazim
disebut dengan batasan masalah, limitation). Batasan masalah, dengan demikian,
adalah pemilihan satu atau dua masalah dari beberapa masalah yang sudah
teridentifikasi.

Batasan masalah itu dalam arti kata lain sebenarnya menegaskan atau
memperjelas apa yang menjadi masalah. Dengan kata lain, upaya merumuskan
pengertian dan menegaskan batasan dengan dukungan data hasil penelitian
pendahuluan seperti apa “sosok” masalah tersebut. Misalnya, jika yang dipilih itu
mengenai “prestasi kerja karyawan yang rendah” dipaparlah (dideskripsikanlah)
“kerendahan” prestasi kerja itu seperti apa (misalnya kehadiran kerja seberapa
rendah, keseriusan kerja seberapa rendah, kuantitas hasil kerja seberapa rendah,
kualitas kerja seberapa rendah).

Batasan masalah dapat pula dipahami sebagai batasan pengertian masalah,
yaitu penegasan secara operasional (definisi operasional) masalah tersebut yang
akan memudahkan untuk melakukan penelitian (pengumpulan data) tentangnya.
Misalnya, dalam contoh di atas, prestasi kerja mengandung aspek kehadiran kerja
(ketepatan waktu kerja), keseriusan atau kesungguhan kerja (benar-benar
melakukan kegiatan kerja ataukah malas-malasan dan buang-buang waktu, banyak
menganggur), kuantitas hasil kerja (banyaknya karya yang dihasilkan berbanding
waktu yang tersedia), dan kualitas hasil kerja (kerapihan, kecermatan dan
sebagainya dari hasil karya).

48 | Masalah Penelitian 2 ( B A B IV)

Contoh
Variabel yang diteliti :
a) Pemasaran holistik adalah pengembangan, perancangan atau desain, dan

implementasi program, proses, dan aktivitas pemasaran dalam cakupan yang
luas dan saling ketergantungan yang mencakup : pemasaran kerelasian,
pemasaran terintegrasi dan pemasaran tanggung jawab sosial dikaitkan dengan
variabel lain, yaitu kepercayaan dan citra.
b) Kepercayaan adalah suatu harapan dari pihak-pihak yang berhubungan
terhadap hal-hal yang berkaitan dengan keahlian, keterandalan dan kejujuran
dari pihak lain yang mencakup : kompetensi perusahaan dan kejujuran
perusahaan.
c) Citra merupakan kesan, perasaan dan gambaran yang ditunjukkan masyarakat
terhadap perusahaan. yang mencakup : reputation, recognition, affinity dan
brand loyalty.
Waktu ( time ):
Penelitian dilaksanakan pada awal sampai dengan akhir tahun 2008.
Ruang Lingkup (space)
Penelitian ini dilakukan pada perusahaan perbankan (termasuk Bank pemerintah
daerah) yang berlokasi di Jawa Barat berdasarkan data Startistik Bank Indonesia
tahun 2008.

Adapun fungsi batasan masalah antara lain :
1) Berperan untuk membuat fokus pada satu persoalan
2) Membantu dalam mengidentifikasi masalah yang akan dibahas.
3) Membatasi jangkauan proses yang dibahas, menjadi gambaran terkait hal

yang hendak diteliti, diuji dan di temukan problem solving-nya
4) Untuk sekaligus sebagai bentuk dari memfokuskan pembahasan.

49 | Masalah Penelitian 2 ( B A B IV)

4.3 Judul Penelitian

Permasalahan atau variabel yang akan dibahas. Judul juga merupakan
nama yang dipakai untuk Judul adalah perincian atau penjabaran dari topik. Judul
lebih spesifik dan sering telah menyiratkan buku, bab dalam buku, kepala berita,
dan lain-lain; identitas atau cermin dari jiwa seluruh karya tulis, bersipat
menjelaskan diri dan yang manarik perhatian dan adakalanya menentukan wilayah
(lokasi). Dalam artikel judul sering disebut juga kepala tulisan.

Judul penelitian adalah pernyataan yang mengandung keseluruhan isi dari
suatu penelitian terkait objek penelitian yang ingin diteliti, lokasi, tujuan dan
sasaran yang ingin dicapai. Tujuan awal dari sebuah judul adalah untuk menarik
perhatian pembaca dan untuk menarik perhatian pada masalah penelitian yang
sedang diselidiki. Oleh sebab itu, parameter yang kita gunakan untuk membantu
kita merumuskan judul makalah penelitian meliputi, adanya tujuan penelitian,
nada naratif makalah (biasanya ditentukan oleh jenis penelitian), metode
penelitian yang digunakan.

Judul penelitian merupakan pencerminan dari tujuan peneitian. Oleh
karena itu tujuan penelitian di rumuskan dari masalah penelitian, atau dengan kata
lain tujuan penelitian itu merupakan jawaban sementara dari pertanyaan –
pertanyaan penelitian, maka judul penelitian mencereminkan masalah penelitian

Ada para ahli berpendapat bahwa sebaiknya judul penelitian ditulis dengan
selengkap mungkin sehingga dengan membaca judul dapat diketahui kehendak
peneliti. Sebaliknya ada pendapat para ahli lain yang berpendapat bahwa judul
penelitian sebaiknya sesingkat mungkin. Jika pembaca ingin tahu apa yang
dimaksud lebih lanjut maka harus membaca penjelasan dibagian lain. Judul
penelitian yang lengkap mengandung komponen :

a. Sifat dan jenis penelitian
b. Objek penelitian
c. Subjek penelitian
d. Tempat/lokasi/daerah penelitian
e. Tahun/waktu penelitian atau peristiwa.

50 | Masalah Penelitian 2 ( B A B IV)

1. Ketentuan dalam membuat judul penelitian
Penulisan judul pada dasaranya harus jelas dan spesifik. Konsep-konsep

utama harus dimasukan. Variabel-variabel yang akan diseldiki harus masuk pada
judul penelitian. Dari pemaparan ini dapat di tarik garis besar tentang ciri-ciri
judul penelitian :

a. Judul penelitian harus memuat kalimat atau kata yang jelas maksnanya dan
spesifik.

b. Judul merupakan kata kunci dari konsep penelitian yang akan dilakukan
dan dalam judul harus memuat variabel yang akan diteliti.

c. Barker dan Schutz (1972) dalam (Consuelo G. Sevilla, 1993, p. 11)
menyarankan agar panjang judul maksimum 20 kata substantif, kata fungsi
tidak turut dihitung, artinya judul dibuat singkat dan menghilangkan kata-
kata yang tidak perlu.

d. Judul penelitian digunakan sebagai pegangan peneliti untuk menetapkan
variabel yang akan diteliti, teori yang digunakan, instrument penelitian
yang dikembangkan, teknik analisis data, serta kesimpulan (Sugiyono,
2009, p. 211).

2. Syarat-syarat judul yang baik
Dalam menyusun judul penelitian kita perlu memperhatikan beberapa hal

berikut ini:
a) Menarik minat peneliti
Judul penelitian harus menarik minat peneliti. Artinya, judul penelitian
tersebut harus bisa membangkitkan minat peneliti dalam setiap langkah
penelitian yang dilakukan, terutama keinginan peneliti untuk mendapatkan
kebenaran ilmiah.
b) Mampu dilaksanakan oleh peneliti
Selain menarik, pemilihan judul penelitian juga harus mampu dilaksanakan
oleh peneliti. Artinya, dengan kemampuan pengetahuan dan ketrampilan
yang dimiliki peneliti, ia mampu memecahkan permasalahan dengan judul
yang dipilih.

51 | Masalah Penelitian 2 ( B A B IV)

c) Mengandung manfaat yang bersifat praktis dan penting untuk diteliti
Judul penelitian sebaiknya mengandung kegunaan praktis dan memang
penting untuk diteliti. Karena ketika peneliti sudah bekerja keras dan
berusaha dengan susah payah, maka hendaknya hasil penelitian yang
diperoleh bisa berguna untuk diri, sendiri, masyarakat, dan bidang ilmu
pengetahuan yang didalami.

d) Tersedia cukup data
Judul penelitian yang dipilih sebaiknya memiliki ketersediaan jenis data
penelitian yang cukup untuk menjawab permasalahan penelitian, karena
akan menjadi percuma ketika peneliti telah menyusun judul yang
nampaknya bagus tapi ternyata data penelitiannya sulit untuk diperoleh.
Data penelitian tersebut bisa berupa data primer yang dapat diperoleh secara
langsung dari lapangan, maupun data sekunder yang dapat diperoleh melalui
studi kepustakaan.

e) Menghindari duplikasi
Dalam menyusun judul penelitian hendaknya setiap peneliti haruslah
menghindari menduplikasi judul dari penelitian lain, karena jika ada dua
judul yang sama persis maka orang akan mengatakan bahwa salah satunya
adalah tiruan atau plagiat.
Selain itu, syarat-syarat judul penelitian yang baik adalah sebagai

berikut:
1) Harus berbentuk frasa.
2) Tanpa ada singkatan atau akronim.
3) Awal kata harus huruf kapital, kecuali preposisi dan konjungsi.
4) Tanpa tanda baca di akhir judul.
5) Menarik.
6) Logis.
7) Sesuai dengan isi.

52 | Masalah Penelitian 2 ( B A B IV)

3. Dasar perumusan judul penelitian
Dasar perumusan judul penelitian yaitu peneliti harus mengetahui masalah

apa yang akan di teliti terlebih dahulu apakah penelitiannya bersipat deskriptif
yaitu menjelaskan atau menerangkan peristiwa atau penelitian bersifat komparatif
yang bermaksud membandingkan dua atau lebih fenomena.

4. Macam-macam judul
a) Judul harus berisi singkat dan jelas, biasanya berisi siapa apa yang diteliti

(what), siapa (Who), dimana tempat penelitian (where) dan kapan penelitian
dilakukan (when).
Contoh :
Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian Anemia pada ibu Hamil

di Kabupaten Sukapura tahun 2014
Hal ini mencerminkan bahwa masalah yang dihadapi di Kabupaten Sukapura pada
saat itu adalah bahwa kejadian Anemia pada ibu hamil masih sering / tinggi. Judul
penelitian tersebut juga mencerminkan bahwa tujuan penelitian akan mencoba
menggali masalah-masalah (faktor-faktor) yang menyebabkan kejadian Anemia di
Kabupaten Sukapura.

1) (What) Apa masalahnya : Faktor yang berhubungan dengan Kejadian
Anemia

2) (Who) Siapa : Ibu Hamil
3) (Where) Dimana : Kabupaten Sukapura
4) (When) Kapan : Tahun 2012
b) Sebaiknya judul penelitian ditulis selengkap mungkin Judul penelitian yang
lengkap diharapkan mencangkup :

1) Sifat dan jenis penelitian
2) Obyek yang diteliti
3) Subyek penelitian
4) Lokasi Penelitian
5) Tahun penelitian

53 | Masalah Penelitian 2 ( B A B IV)

Contoh :

Gambaran Jenis pekerjaan, Tingkat Usia, Paritas dan latar belakang

pendidikan Dengan kejadian Anemia pada ibu Hamil di Kabupaten

Sukapura tahun 2014

a) Sifat dan jenis problema : Gambaran kejadian anemia

b) Obyek yang diteliti : Jenis pekerjaan, Tingkat Usia,Paritas dan latar

belakang pendidikan

c) Subyek penelitian : Ibu Hamil

d) Lokasi Penelitian : Kabupaten Sukapura

e) Tahun penelitian : Tahum 2014

5. Unsur-unsur judul penelitian
Judul penelitian memiliki beberapa unsur yang perlu kita ketahui, antara

lain:
a. Sifat dan jenis penelitian
b. Objek yang akan di teliti
c. Subjek penelitian
d. Lokasi atau daerah waktu penelitian
e. Tahun atau waktu waktu terjadinya peristiwa.

6. Konsep pemahaman judul penelitian
Dari judul penelitian yang dipilih, maka konsep pemahaman judul

penelitian harus mengandung unsur sebagai berikut :
a) Pemilihan judul penelitian terhindar dari perangkaian kalimat yang
membingungkan dan mempersulit penyusunan konsep penelitian.
b) Berdasarkan asumsi terhadap fenomena yang dikritisi serta dalil yang
dikemukakan maka judul penelitian yang dipilih telah menggabarkan secara
jelas posisi variabel- variabel yang di jadikan objek kajian, dan terungkap
juga kejelasan konsep gagasan yang tercakup dalam judul penelitian itu.
c) Dengan judul penelitian yang di pilih maka konsep gagasan yang di
aktualisasikan menjadi sangat jelas yaitu pengujian hipotesis melalui
rangkaian rumus-rumus statitik dalam rangka pengkajian hubungan

54 | Masalah Penelitian 2 ( B A B IV)

kausalitas diantara variabel X (antecendent) denga variabel Y
(konsekuensi )
d) Dengan konsep gagasan terasebut maka standar penggunanan metode
penelitian juga mejadi lebih jelas, karena prosedurdan tata cara pengujian
hipotesis sudah jelas dan berlaku universal.
e) Dengan konsep gagasan yang terkandung dalam judul penelitian yang
demikian itu, maka hasil penelitian layak dianggap sebagai suatu inovasi
ilmu pengetahuan yang berbasis pada kajian empirik. Dan bila inovasi ilu
pengetahuan itu (hasil pengujian hipotesis) di kembangkan dengan
pendekatan analisis deskriptif yang konsepsional, maka hasil peneltian yang
demikian itu layak di anggap sebagai suatu teori baru yang pantas di jadikan
rujukan.
f) Dengan judul penelitian yang di pilih maka dapat diketahui perbedaan di
antara penyusunan karya ilmiah yang di dasarkan pada uji hipotesis dengan
penyusunan karya ilmiah yang tidak di dasarkan pada uji hipotesis.
Perbedaan dimaksud adalah bahwa hasil penelitian yang di dasarkan pada
uji hipotesis dapat memberika teori baru ( theory = konsep pemikiran yang
ideal akan sesuatu) serta memberikan juga ilmu pengetahuan (knowlegue =
realitas/gambaran faktual) tentang berbagai hal yangdijadikan objek
penelitian, sedangkan hasil penelitian yang tidak di dasarkan pada uji
hipotesis tidak memberikan teori baru karena hanya memberikan ilmu
pengetahuan tentang berbagai hal yang di jadikan objek penelitian.
Pengertian dari konsep baru yang di maksud terkemas dalam konsep
operasional variabel penelitian (definisi konseptuai, dimensi kajian dan
indikator penelitian) serta penerapan analisis deskriptif konseptual dalam
proses pembahasan hasl penelitian. Konsep operasional tersebut dapat
menjadi konsep pemikiran ideal bila dilanjutkan dengan analisis deskruptf
konseptual, yaitu pembahasan hasil penelitian atau hasil analisis kuantitatif
yang di kembangan menurut konsep operasional variabel penelitian dan
relevansikan dengan data dilapangan atau teori – teori yang di jadikan
rujukan.

55 | Masalah Penelitian 2 ( B A B IV)

4.4 Rumusan Masalah

Pengertian Rumusan Masalah. Rumusan masalah dalam sebuah proposal
penelitian adalah hal paling mendasar. Rumusan masalah akan menjadi penentu
apa bahasan yang akan dilakukan dalam penelitian tersebut. Pertanyaan-
pertanyaan yang diajukan dalam perumusan masalah, kemudian akan dijawab
dalam proses penelitian dan tertuang secara sistematis dalam laporan penelitian.
Semua bahasan dalam laporan penelitian, termasuk juga semua bahasan mengenai
kerangka teori dan metodologi yang digunakan, semuanya mengacu pada
perumusan masalah. Menurut (Sugiyono, 2018, p. 47) rumusan masalah
merupakan suatu pertanyaan penelitian (research question) yang akan dicarikan
jawabannya melalui pengumpulan data.

a) Rumusan masalah yang baik
Menurut Fraenkel dan Wallen dalam (Sugiyono, 2018, pp. 47-48)

mengemukakan bahwa masalah penelitian yang baik adalah:
1) Masalah harus feasible

Dalam arti masalah tersebut harus dapat dicarikan jawabannya melalui sumber
yang jelas, tidak banyak menghabiskan dana, tenaga dan waktu.

2) Masalah harus jelas
Semua orang memberikan persepsi yang sama/tidak berbeda terhadap masalah
tersebut.

3) Masalah harus signifikan
Dalam arti jawaban atas masalah itu harus memberikan kontribusi terhadap
pengembangan ilmu dan pemecahan masalah kehidupan manusia.

4) Masalah bersifat etis
Penelitian tidak berkenaan dengan hal-hal yang bersifat etika, moral, nilai-nilai
keyakinan dan agama (ini hanya berlaku untuk penelitian kuantitatif karena sulit
mengukurnya, untuk penelitian kualitatif tidak harus seperti ini)

56 | Masalah Penelitian 2 ( B A B IV)

b) Bentuk-bentuk rumusan masalah
Seperti telah dikemukakan bahwa rumusan masalah itu merupakan suatu

pertanyaan yang akan dicarikan jawabannya melalui pengumpulan data. Bentuk-
bentuk rumusan masalah penelitian ini di kembangkan berdasarkan penelitian
menurut tingkat eksplanasi. Bentuk masalah dapat dikelompokkan kedalam
bentuk masalah deskriptif, komparatif, asosiatif, komparatif asosiatif, dan struktur
hubungan.

Gambar 4.1 Bentuk-bentuk Rumusan Masalah (Sugiyono, 2018, p. 49)
1) Rumusan masalah Deskriptif

Rumusan masalah deskriptif adalah suatu rumusan masalah yang
berkenaan dengan pertanyaan terhadap keberadaan variabel atau lebih (variabel
yang berdiri sendiri). Jadi dalam penelitian ini penelitian tidak membuat
pernamdingan variabel itu pada sampel yang lain, dan mencari hubungan variabel
itu dengan variabel yang lain. Penelitian semacam ini untuk selanjutnya
dinamakan penelitian deskriptif.

2) Rumusan Masalah Komparatif
Rumusan komparatif adalah rumusan masalah penelitian yang

membandingkan keberadaan suatu variabel atau lebih pada dua atau lebih sampel
yang berbeda, atau pada waktu yang berbeda.

57 | Masalah Penelitian 2 ( B A B IV)

3) Rumusan Masalah Asosiatif
Rumusan masalah asosiatif adalah rumusan masalah penelitian yang

bersifat menanyakan hubungan antara dua variabel atau lebih. Terdapat tiga
bentuk hubungan dalam rumusan masalah asosiatif, yaitu:

a. Hubungan simetris adalah suatu hubungan antara dua variabel atau lebih
yang kebetulan munculnya bersamaan ( bukan hubungan kausal maupun
interaktif).

b. Hubungan kausal adalah hubungan yang bersifat sebab akibat (adanya
variabel independen dan dependen).

c. Hubungan interaktif atau timbal balik adalah hubungan yang saling
mempengaruhi (tidak diketahui mana variabel independen dan mana
variabel dependen).

4) Rumusan masalah komparatif asosiatif
Rumusan masalah komparatif asosiatif adalah rumusan masalah yang

menanyakan perbandingan korelasi antara dua variabel atau lebih pada sampel
atau populasi yang berbeda.

5) Rumusan masalah struktural
Rumusan masalah structural adalah rumusan masalah penelitian yang

bersifat menanyakan validitas struktur (hubungan antara dua variabel atau lebih
yang ada variabel intervening). Untuk menguji struktur hubungan antar variabel
yang bersifat kausal dapat menggunakan analisis jalur, sedangkan SEM digunakan
untuk menguji struktur hubungan antar variabel yang dilengkapi variabel manifest
yang bersifat kausal.

c) Cara membuat rumusan masalah
Terdapat beberapa langkah dalam membuat sebuah rumusan masalah,

yaitu :
1) Mensinyalir ada masalah secara eksplisit
2) Merumuskan implikasi masalah terhadap berbagai aspek
3) Pendekatan dalam pemecahan masalah
4) Manfaat dari pemecahan masalah

58 | Masalah Penelitian 2 ( B A B IV)

5) Menyatakan dengan jelas, tegas, dan konkrit tentang masalah yang akan
diteliti

6) Relevan dengan waktu.
7) Berhubungan dengan suatu masalah teoritis atau praktis.
8) Berorientasi pada teori (teori merupakan body of knowledge).
9) Dinyatakan dalam kalimat tanya (research questions) yang mengandung

masalah.
Untuk dapat membuat rumusan masalah, tentu Anda harus mengetahui
bagaimana cara menyusun atau membuat rumusan masalah dengan baik dan benar.
Di bawah ini adalah panduan mengenai cara membuat rumusan masalah yang baik
dan benar.
a. Disusun Secara Spesifik
Hal pertama yang harus dilakukan dalam membuat rumusan masalah
adalah membuat rumusan masalah secara spesifik, yang mana penulisan rumusan
masalah ini perlu dipahami yaitu tidak perlu ditulis secara panjang lebar.
Rumusan masalah yang panjang lebar justru akan menghilangkan inti yang ingin
disampaikan.
Sehingga rumusan masalah ini bentuknya bisa dalam sebuah pertanyaan
saja yang disusun secara singkat, padat, dan jelas, agar mudah dipahami dan
dimengerti.
b. Menentukan Metode Penelitian yang Sesuai
Setelah mampu menyusun rumusan masalah secara spesifik, di dalam
menyusun rumusan masalah diperlukan metode penelitian yang sesuai. Artinya,
Anda harus terlebih dulu menentukan metode penelitian yang tepat dengan tema
yang akan Anda teliti.
Biasanya, ada dua jenis metode penelitian yang dipilih atau digunakan
dalam melakukan penelitian. Yaitu antara menggunakan metode penelitian
kualitatif atau akan menggunakan metode penelitian kuantitatif.

59 | Masalah Penelitian 2 ( B A B IV)

c. Mencari Teori yang Mendukung Metode Penelitian
Setelah menemukan metode penelitian yang sesuai, selanjutnya Anda

harus mencari berbagai wawasan mengenai berbagai teori yang mampu
mendukung penelitian dan metode penelitian yang dipilih. Jangan sampai salah
menempatkan urutan karena akan menimbulkan kesalahan dalam bertindak.

Sehingga patuhilah aturan yang sudah disusun demikian karena dengan
menyesuaikan langkah demi langkah, penelitian akan berjalan dengan baik. Perlu
juga diketahui bahwa teori pendukung ini bisa didapatkan dari berbagai literasi,
data, atau bahkan penelitian terdahulu yang pernah dilakukan agar dapat
mendukung metode penelitian yang dipilih.

d. Melihat Fenomena Sekeliling
Sebagai penulis, Anda harus dengan cermat memperhatikan dan dengan

kreatif melihat fenomena yang terjadi di sekeliling Anda. Hal ini nampak mudah
dilakukan, namun praktiknya cukup sulit, kecuali jika Anda terbiasa berpikir dan
mencari penyelesaian masalah.

Ada banyak rumusan masalah yang sebenarnya ada di sekeliling Anda,
Anda hanya perlu peka dalam membidiknya dan tidak perlu terlalu jauh dalam
memberi interpretasi. Mulai dengan kasus kecil di sekitar Anda atau yang sering
Anda temui dalam kehidupan sehari-hari.

e. Menggunakan 5W + 1H
Hal lain yang tak boleh luput dilakukan adalah penyusunan kaidah bahasa

yang harus sistematis, jelas, mudah dipahami, dan juga sesuai dengan kaidah
bahasa Indonesia. Karena rumusan masalah merupakan sebuah pertanyaan yang
menjawab masalah, maka Anda harus menggunakan rumusan 5W +1H untuk
menentukan topik penelitian dan juga membuat pertanyaan dengan menarik.

60 | Masalah Penelitian 2 ( B A B IV)

d) Perumusan masalah penelitian dapat dilakukan dalam dua cara
Dalam bentuk Problem Statement mengacu pada Jalur Penelitiannya

1. Belum mengetahui deskripsi tentang………..( Variabel terikat)
2. Belum dapat menjelaskan tentang………….(variabel terikat)
3. Belum menemukan metode atau teknik tentang ……(Variabel terikat)

secara efisien dan efektif
4. Belum mengetahui sejauh mana derajat keberadaan fenomena…..

Dalam bentuk Research Question :
a. Bagaimana deskripsi tentang ........
b. Bagaimana penjelasan tentang ……..
c. Bagaimana metode atau teknik untuk ………
d. Sejauh mana masalah tersebut ……..

e) Fungsi rumusan masalah
Rumus masalah memiliki fungsi antaralain sebagai berikut :

1. Sebagai titik sentral/sebuah pedoman pada sebuah penelitian.
2. Rumusan masalah dapat memberikan sebuah solusi.
3. Rumusan masalah dapat membuka pikiran kita terhadap suatu masalah.
4. Sebagai pendorong dalam kegiatan penelitian.

f) Ciri-ciri rumusan masalah
Adapun ciri-ciri rumusan masalah adalah sebagai berikut :

1. Dibuat dalam bentuk kalimat tanya.
2. Dibuat dalam kalimat yang singkat, jelas dan padat.
3. Memberikan petunjuk atau menjadi poin sentral dalam kegiatan penelitian

sehingga para peneliti mampu mengumpulkan data dan menjawab
pertanyaan yang disampaikan dalam rumusan masalah.
4. Harus mengarahkan cara berpikir kita terhadap suatu permasalahan yang
sedang dibahas.
5. Harus memiliki nilai penelitian.
6. Harus memiliki fisibilitas.

61 | Masalah Penelitian 2 ( B A B IV)

7. Masalah yang diangkat sebaiknya sesuai dengan kualifikasi atau
kemampuan peneliti.

4.5 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian adalah rumusan kalimat yang menunjukkan adanya hasil,
sesuatu yang didapatkan setelah penelitian selesai, sesuatu yang akan dicapai atau
dituju dalam sebuah penelitian. Rumusan tujuan penelitian mengungkapkan
keinginan peniliti untuk mendapatkan jawaban atas permasalahan penelitian yang
diajukan. Oleh sebab itu, rumusan tujuan harus relevan dengan identitas masalah
yang ditemukan, rumusan masalah dan mencerminkan proses penelitian.

Dalam beberapa penelitian, yang permasalahannya sangat sederhana
terlihat bahwa tujuan penelitian sepertinya adalah pengulangan dari rumusan
masalah, hanya saja rumusan masalah dinyatakan dengan pertanyaan, sedangkan
tujuan dituliskan dalam bentuk pernyataan yang biasanya diawali dengan kata
ingin mengetahui.

Pernyataan tujuan mengidentifikasi variabel, populasi dan pengaturan
untuk penelitian. Setiap penelitian memiliki pernyataan tujuan eksplisit atau
implisit. Tujuan penelitian harus dinyatakan secara obyektif atau dengan cara
yang tidak mencerminkan bias atau nilai-nilai tertentu dari peneliti.

a) Jenis tujuan penelitian
Berikut jenis-jenis tujuan penelitian yang dibedakan berdasarkan metode

yang digunakan, antara lain:
1) Tujuan Penelitian Kualitatif

Tujuan penelitian kualitatif (qualitative purpose statement) pada umumnya
nencakup informasi tentang fenomena utama (central phenomenon) yang
diekplorasi dalam penelitian, partisipan penelitian, dan lokasi penelitian.
Tujuan penelitian kualitatif juga dpat menyatakan desain atau rancangan
penelitian yang dipilih.

62 | Masalah Penelitian 2 ( B A B IV)

2) Tujuan Penelitian Kuantatif
Tujuan penelitian kuantitatif (quantitative purpose statement) sangat berbeda
dengan model kualitatif, baik dalam hal bahasa maupun fokusnya dalam
menguhubungkan atau membandingkan variabel-variabel. Tujuan penelitian
kuantitatif mencakup variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian dan
hubungan antarvaribel tersebut, para partisipan, dan lokasi penelitian. Tujuan
ini ditulis dengan bahasa yang berhubungan dengan penelitian kuantitatif, dan
juga mencakup pengujian deduktif atas hubungan atau terori tertentu. Tujuan
penelitian kuantatif biasanya dimulai dengan mengidentifikasi variabel-
variabel utama dalam penelitian (bebas, intervening, atau terikat) beserta model
visualnya, lalu mencari dan menentukan bagaimana variabel-variabel itu akan
diukur dan diamati. Pada akhirnya tujuan digunakannya variabel-variabel
secara kuantitatif adalah untuk menghubungkan variabel-variabel tersebut,
seperti yang biasa ditemukan dalam penelitian survei, atau untuk
membandingkan beberapa sampel atau kelompok tertentu kaitannya dengan
hasil penelitian, seperti yang dijumpai dalam kesperimen.

3) Tujuan Penelitian Metode Campuran
Tujuan penelitian kuantitatif (mixed methods purpose statement) berisi tentang
tujuan penelitian secara keseluruhan, informasi yang berkaitan dengan unsur-
unsur penelitian kualitatif dan kuantataif, dan alasan/rasionalisasi dilakukannya
pencampuran kedua unsur tersebut untuk mengkaji masalah penelitian. Tujuan
penelitian metode campuran biasanya ditunjukkan dahulu dalam pendahuluan,
untuk memberikan panduan awal bagi pembaca dalam memahami bagian-
bagian penelitian kuantitatif dan kualitatif di dalamnya.

b) Cara menuliskan tujuan penelitian
Penulisan tujuan penelitian memiliki cara yang berbeda-beda jika

mendasarkan pada ketiga jenis tujuan penelitian di atas:

63 | Masalah Penelitian 2 ( B A B IV)

1) Menuliskan tujuan penelitian kualitatif
Untuk menuliskan tujuan penelitian kualitatif, perlu memperhatikan

beberapa hal mendasar, seperti:
a. Gunakan kata-kata seperti tujuan, maksud, atau sasaran untuk menandai tujuan

penelitian yang Anda tulis. Tulisalah tujuan penelitian ini dalam kalimat atau
paragarf terpisah, dan gunakanlah bahasa-bahasa penelitian, seperti “tujuan
(maksud atau sasaran) penelitian ini adalah…..”.
b. Fokuslah pada satu fenomena (atau konsep atau gagasan) utama. Persempitlah
penelitian Anda menjadi satu gagasan untuk dieskplorasi atau dipahami.
c. Gunakan verbal tindakan untuk menunjukkan bahwa ada proses learning dalam
penelitian Anda. Verbal atau frasa tindakan, seperti memahami,
mengembangkan, meneliti makna, atau menemukan, akan membuat penelitian
Anda terbuka atas kemungkinan lain dan memunculkan suatu rancangan.
d. Gunakan kata atau frasa yang netral-bahasa tidak langsung-seperti, daripada
menggunakan kata “pengalaman sukses individu”, lebih baik memakai kata
“pengalaman individu”. Jangan terlalu sering menggunakan frasa problematis,
seperti berguna, positif, dan informatif (kata yang seolah-olah memiliki makna
yang bisa saja terjadi atau tidak).
e. Sajikan definisi kerja umum mengenai fenomena atau gagasan utama,
khusunya jika fenomena tersebut merupakan istilah yang tidak dipahami oleh
pembaca luas.
f. Gunakan kata-kata yang menunjukka strategi penelitian untuk digunakan
dalam pengumpulan data, analisis data, dan proses penelitian. Seperti, apakah
penelitian tersebut menggunakan teori etnografi, grounded theory, studu kasus,
teori fenomenologi, pendekatan naratif, atau strategi lainnya.
g. Jelaskan partisipan yang terlibat dalam penelitian, seperti apakah pasrtisipan
penelitian Anda terdiri dari satu atau lebih individu, atau sekelompok orang,
atau suatu organisasi.
h. Tunjukkan lokasi dilakukannya penelitian. Gambarkan tempat ini secara detai
sehingga pembaca benar-benar mengetahui dimana penelitian dilakukan.

64 | Masalah Penelitian 2 ( B A B IV)

i. Gunakan beberapa bahasa yang membatasi ruang lingkup partisipan atau lokasi
penelitian. Misalnya penelitian bisa saja terfokus pada penelitian saja.
2) Menuliskan tujuan penelitian kuantitatif
Untuk menuliskan tujuan penelitian kuantitatif, perlu memperhatikan

beberapa hal mendasar, seperti:
a. Gunakan kata-kata seperti tujuan, maksud, atau sasaran untuk menandai tujuan

penelitian yang Anda tulis. Tulisalah tujuan penelitian ini dalam kalimat atau
paragarf terpisah, dan gunakanlah bahasa-bahasa penelitian, seperti “tujuan
(maksud atau sasaran) penelitian ini adalah…..”.
b. Tunjukkan teori, model, atau kerangka konseptual yang Anda gunakan.
c. Tunjukkan variabel bebas dan variabel terikat, serta variabel-variabel lain
seperti mediate, moderate, atau control, yang digunakan dalam penelitian.
d. Gunakan kata-kata yang dapat menghubungkan variabel bebas dan terikat
untuk menunjukkan bahwa kedua jenis variabel ini benar-benar saling
berhubungan, misalnya “ hubungan antara” dua atau lebih variabel, atau
“perbandigan antara” dua tau lebih kelompok.
e. Tempatkan dan susunlah variabel-variabel ini dari kiri ke kanan, dengan
variabel bebas (di bagian kiri) yang diikuti oleh variabel terikat (.di bagian
kanan). Letakkan variabel-variabel intervening diantara variabel bebas dan
terikat.
f. Sebutkan jenis strategi penelitian (seperti riset survei atau eksperimen) yang
digunakan dalam penelitian.
g. Tunjukkan secara jelas partisipan (atau unit analisa) dan lokasi penelitian
tersebut.
h. Definisikan secara umum masing-maisng varibel kunci, misalnya dengan
menggunakan definsi-definsi yang sudah diterima secara umum dari literatur-
literatur.

65 | Masalah Penelitian 2 ( B A B IV)

3) Menuliskan tujuan penelitian metode campuran
Untuk menuliskan tujuan penelitian metode campuran, perlu

memperhatikan beberapa hal mendasar, seperti:
a. Mulailah dengan menulis kata-kata yang menunjukkan secara jelas tujuan

penelitian yang akan dijabarkan, misalnya “Tujuan..” atau “Maksud…”
b. Jelaskan tujuan penelitian dari odeperspektif konten. Misalnya “Tujuannya

adalah untuk mempelajari efektivitas organisasi”. Dengan cara ini, pembaca
akan memiliki sejenis “jangkar” untuk memahami keseluruhan maksud
penelitian tersebut terlebih dahulu sebelum peneliti membagi penelitiannya ke
dalam kualitataif atau kuantitatif.
c. Tunjukkan jenis rancangan metode campuran yang digunakan, apakah
eksploratori sekueunsial, embedded sekuensial, transformasional, multiphase,
dan lain-lain.
d. Jelaskan rasionalisasi/alasan dikombinasikannya data kualitatif dan kuantitatif.
e. Untuk menggabungkan alasan-alasan tersebut menjadi rancangan yang lebih
besar, misalnya untuk membingkainya dalam paradigma keadilan sosial bagi
suatu kelompok termarginalisasi (rancangan transformatif), untuk
menghubungkannya dengan tujuan tunggal menyeluruh dalam program
penelitian longitudinal dan multifase (rancangan multifase).

4.6 Kegunaan Penelitian

Manfaat peneltian adalah kegunaan hasil penelitian nanti, baik bagi
kepentingan pengembangan program maupun kepentingan ilmu pengetahuan.
Oleh sebab itu, dalam manfaat penelitian ini harus diuraikan secara terperinci
manfaat atau apa gunanya hasil penelitian nanti. Dengan kata lain, data
(informasi) yang akan diperoleh dari penelitian tersebut akan dimanfaatkan untuk
apa, dalam rangka pengembangan program kesehatan. Dari segi ilmu, data atau
informasi yang diperoleh dari penelitian tersebut akan mempunyai kontribusi apa
bagi engembangan ilm pengetahuan.

66 | Masalah Penelitian 2 ( B A B IV)

Secara spesifik, manfaat penelitian di bidang apapun seyogyanya
mencakup dua aspek, yakni:

a) Manfaat praktis atau aplikatif
Adalah manfaat penelitian dari aspek praktis atau aplikatif, yakni manfaat
penelitian bagi program. Misalnya, di bidang ekonomi dengan sendirinya manfaat
penelitiannya adalah bagi pembangunan ekonomi atau bagi pengembangan
program ekonomi.

b) Manfaat teoritis atau akademis
Adalah manfaat penelitian dari aspek teoritis yakni manfaat penelitian bagi
pengembangan ilmu. Misalnya, di bidang ekonomi dengan sendirinya manfaat
peenlitian tersebut harus dapat menambah khasanah ilmu ekonomi, khususnya
terkait dengan kekhususan bidang ekonomi yang diteliti.

67 | Masalah Penelitian 2 ( B A B IV)

BAB V
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA
PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS

68

5.1 Pengertian dan Definisi Kajian Pustaka

Kajian pustaka merupakan daftar referensi dari semua jenis referensi
seperti buku, jurnal papers, artikel, disertasi, tesis, skripsi, hand outs, laboratory
manuals, dan karya ilmiah lainnya yang dikutip di dalam penulisan proposal.
Kajian pustaka juga merupakan kerangka acuan yang disusun berdasarkan kajian
berbagai aspek, baik secara teoritis maupun empiris yang membutuhkan gagasan
yang mendasari penelitian. Kajian pustaka adalah kegiatan yang meliputi mencari,
membaca, dan menelaah laporan-laporan penelitian dan bahan pustaka yang
memuat teori-teori yang relevan dengan penelitian yang akan dilakukan.

Kajian pustaka dalam penelitian, baik penelitian pustaka maupun
penelitian lapangan mempunyai kedudukan yang sangat penting. Bahkan tidak
berlebihan jika dikatakan bahwa kajian pustaka merupakan merupakan variabel
yang menentukan dalam suatu penelitian. Karena akan menentukan cakrawala
dari segi tujuan dan hasil penelitian. Di samping itu, berfungsi memberikan
landasan teoritis tentang mengapa penelitian tersebut perlu dilakukan dalam
kaitannya dengan kerangka pengetahuan.

Semua referensi yang tertulis dalam kajian pustaka harus dirujuk di
dalamnya. Referensi ditulis urut menurut abjad huruf awal dari nama
akhir/keluarga penulis pertama dan tahun penerbitan (yang terbaru ditulis lebih
dahulu). Bagian kajian pustaka ini, penulis akan memaparkan teori-teori yang
relevan. Tujuannya adalah untuk melakukan analisis dan pembahasan disesuaikan
dengan permasalahan yang dialami penelitian. Dasar-dasar penelitian dapat
berasal dari penemuan penelitian terlebih dahulu yang berkaitan dengan pilihan
tindakan untuk mengatasi permasalahan penelitian. Dalam pembahasan kajian
pustaka perlu diungkapkan kerangka acuan konferhensif mengenai konsep, prinsip,
atau teori yang digunakan sebagai landasan dalam memecahkan masalah yang
dihadapi. Uraian dalam kajian pustaka diharapkan dapat menjadi landasan teoritik
mengapa masalah yang dihadapi dalam penelitian perlu dipecahkan dengan stategi
yang dipilih.

69 | Kajian Pustaka, Kerangka Pemikiran dan Hipotesis ( B A B V)

Dalam Penelitian biasanya diawali dengan ide-ide atau gagasan dan
konsep- konsep yang dihubungkan satu sama lain melalui hipotesis tentang
hubungan yang diharapkan. Ide-ide dan konsep-konsep untuk penelitian dapat
bersumber dari gagasan peneliti sendiri dan dapat juga bersumber dari sejumlah
kumpulan pengetahuan hasil kerja sebelumnya yang kita kenal juga sebagai
literatur atau pustaka. Literatur atau bahan pustaka ini kemudian kita jadikan
sebagai referensi atau landasan teoritis dalam penelitian.

Kajian pustaka menjelaskan laporan tentang apa yang telah ditemukan
oleh peneliti lain atau membahas masalah penelitian. Kajian penting yang
berkaitan dengan masalah biasanya dibahas sebagai subtopik yang lebih rinci agar
lebih mudah dibaca. Bagian yang kurang penting biasanya dibahas secara singkat.
Bila ada beberapa hasil penelitian yang mirip dengan masalah penelitian, maka
kajian pustaka ditulis dengan aspek penulisan yang sesuai dengan kaidah-kaidah
aturan dalam masing-masing instansi. Kajian pustaka dalam suatu penelitian
ilmiah merupakan satu bagian penting dari keseluruhan langkah-langkah metode
penelitian.

5.2 Tujuan dan Manfaat Kajian Pustaka

Menurut (Suliyanto, 2018, p. 90) mengatakan bahwa kajian pustaka dalam
suatu penelitian merupakan hal yang sangat penting terutama pada penelitian
teoritis, karena pada penelitian teoritis kajian pustaka bertujuan untuk
memberikan kontribusi pada pengembangan ilmu pengetahuan. Kualitas
penelitian teoritis diukur dari besarnya kontribusi hasil penelitian untuk
pengembangan ilmu pengetahuan, sedangkan kontribusi sebuah penelitian teoritis
terhadap pengembangan ilmu pengetahuan sangat tergantung pada kualitas kajian
pustaka yang dilakukan. Menurut (Suliyanto, 2018, p. 91) kajian pustaka perlu
dilakukan oleh seorang peneliti dengan tujuan berikut :

70 | Kajian Pustaka, Kerangka Pemikiran dan Hipotesis ( B A B V)

a) Memastikan bahwa masalah penelitian dirumuskan dengan tepat.
b) Memastikan bahwa variabel yang digunakan untuk memprediksi atau

menjelaskan telah dipilih dengan tepat.
c) Memastikan bahwa penelitian yang akan dilakukan tidak sia-sia karena

menemukan sesuatu yang sudah diketahui secara umum.
d) Memastikan bahwa hubungan antarvariabel yang dihipotesiskan memiliki

dasar yang kuat sehingga tidak sekadar coba-coba.
e) Memungkinkan peneliti untuk mengetahui kekurangan-kekurangan

penelitian sebelumnya, sebagai dasar pengembangan untuk memberikan
kontribusi bagi ilmu pengetahuan.
Selain itu kajian pustaka diperlukan dalam penelitian, karena tentunya
memiliki manfaat (Suliyanto, 2018, p. 91) sebagai berikut:
1. Memberikan pengetahuan kepada pembaca untuk memahami konsep teori,
ruang lingkup, dan kontruks variabel yang berkaitan penelitian yang dilakukan.
2. Memberikan informasi kepada pembaca tentang hasil dan apa yang sudah
dilakukan oleh peeliti sebelumnya yang memilki keterkaitan erat dengan
masalah penelitian yang akan dipecahkan.
3. Menunjukan posisi penelitian yang dilakukan dalam mengisi celah penelitian
(research gap) sehingga menguatkan alasan pentingnya penelitian dilakukan.
4. Memberikan dasar dalam merumuskan hipotesis dengan cara mengkaji hasil
pnelitian sebelumnya dan menyusun dalam sebuah alur pikir yang logis.
5. Mencegah terjadinya duplikasi penelitian yang sudah dilakukan oleh orang lain,
sehingga peneliti tidak kehilangan waktu, biaya dan tenaga untuk menemukan
sesuatu yang sudah ditemukan oleh peneliti sebelumnya.
Berdasarkan tujuan disusunnya kajian pustaka pada sebuah penelitian,
maka kajian pustaka harus berisi tentang (Suliyanto, 2018, p. 92) :
a) Deskripsi secara ringkas tentang konsep dari beberapa ilmiwan lain yang
berkaitan dengan penelitian yang dilakukan. Deskripsi ini menjelaskan secara
ringkas tentang definisi, dimensi/tahapan dalam konsep yang disampaikan
beberapa ilmuwan lain, kemudian peneliti melakukan komparasi dan telaah
kritis pro dan kontra terhadap konsep dari beberapa ilmuwan lain tersebut.

71 | Kajian Pustaka, Kerangka Pemikiran dan Hipotesis ( B A B V)

b) Deskripsi secara ringkas tentang hasil-hasil penelitian sebelumnya yang
memiliki keterkaitan erat baik sebagai anteseden maupun konsekuensi dengan
penelitian yang dilakukan. Deskripsi ini menjelaskan secara ringkas tujuan,
metode, hasil keterbatasan, dan rekomendasi bagi penelitian selanjutnya,
kemudian peneliti melakukan komparasi dan telaah kritis pro dan kontra
terhadap penelitian sebelumnya dan menjelaskan hubungan antara penelitian
sebelumnya dengan penelitian yang dilakukan, sehingga dapat dengan jelas
terlihat perbedaan penelitian sebelumnya dengan penelitian yang dilakukan
serta terlihat posisi penelitian yang dilakukan dibandingkan penelitian
sebelumnya dalam mengisi celah penelitian (research gap).

c) Deskripsi secara jelas hubungan antara beberapa telaah konsep teoritis dalam
alur pikir yang logis untuk memunculkan proposisi. Gabungan beberapa
proposisi yang dikembangkan berdasarkan telaah konsep teoritis dalam bentuk
grand theoretical model.

d) Deskripsi secara jelas hubungan antara beberapa telaah penelitian empiris
dalam alur pikir yang logis untuk memunculkan hipotesis. Gabungan beberapa
hipotesis yang dikembangkan berdasarkan telaah penelitian empiris dalam
bentuk empirical research model. Model penelitian empiris inilah yang akan
diuji melalui penelitian empiris untuk memecahkan masalah penelitian.

e) Deskripsi secara ringkas tentang kontruks/indikator dari beberapa peneliti
sebelumnya yang berkaitan dengan variabel penelitian yang akan diteliti.
Deskripsi ini menjelaskan secara ringkas tentang kontruks/indikator yang
digunakan oleh beberapa peneliti sebelumnya yang berkaitan dengan variabel
penelitian yang diteliti, kemudian peneliti melakukan komparasi dan telaah
kritis pro dan kontra terhadap indikator yang digunakan pada varaibel yang
diteliti oleh peneliti sebelumnya.

72 | Kajian Pustaka, Kerangka Pemikiran dan Hipotesis ( B A B V)

5.3 Langkah-Langkah Membuat Kajian Pustaka

Kajan pustaka yang telah dipilih pada suatu penelitian adalah kajian
pustaka yang memiliki hubungan yang kuat dengan permasalahan yang kita teliti.
Kontribusi pengembangan ilmu pengetahuan atau teori sangat tergantung pada
proses kajian pustaka yang dilakukan secara intensif. Berikut ini adalah langkah-
langkah pendeskripsian teori pada kajian pustaka agar lebih efektif menurut
(Sugiyono, 2013) yaitu :

Tabel 5.1 Langkah-langkah pendeskripsian teori pada kajian pustaka

Sumber Buku Sumber Artikel Ilmiah

1. Menetapkan variabel yang diteliti. 1. Menetapkan variabel yang diteliti

2. Mencari sumber buku yang 2. Mencari artikel yang relevan.

relevan.

3. Lihat daftar isi buku. 3. Lihat judul artikel dan kata

kuncinya

4. Baca bagian isi buku yang relevan 4. Lakukan review artikel ilmiah

dengan penelitan yang dilakukan dengan menidentifikasi variabel,

latar belakang penelitian, tujuan,

metode, hasil, keterbatasan dan

rekomendasi bagi penelitian yang

akan datang.

5. Deskripsikan konsep yang 5. Lakukan perbandingan dan telaah

berkaitan dengan variabel yang kritis terhadap artikel ilmiah yang

diteliti termasuk di dalamnya berkaitan dengan variabel, latar

definisi, klasikasi/tahapan dari belakang penelitian, tujuan,

berbagai buku (ilmuwan). metode, hasil, dan keterbatasan.

6. Lakukan perbadingan dan telaah 6. Deskripsikan keterkaitan artikel

kritis terhadap konsep yang ilmiah tersebut dengan penelitian

berkaitan dengan varaibel yang yang dilakukan, perbedaan dan

diteliti termasuk di dalamnya posisi penelitian yang dilakukan

definisi, klasifikasi/tahapan dari dibandingkan dengan penelitian

berbagai buku (ilmuwan). sebelumnya.

Dalam melakukan penulisan kajian pustaka tidak bisa terlepas untuk
melakukan kutipan. Menurut (Suliyanto, 2018, p. 97) penulisan kutipan dapat
dilakukan dengan dua cara, yaitu:

73 | Kajian Pustaka, Kerangka Pemikiran dan Hipotesis ( B A B V)

a) Kutipan langsung
Kutipan langsung adalah teknik perujukan yang dilakukan degan cara
mengutip pernyataan seseorang sesuai dengan bahasa aslinya (apa adanya
tanpa melakukan perubahan dari sumber yang dirujuk, dengan tujuan untuk
menunjukan keaslian gagasan dari sumber yan dirujuknya).

b) Kutipan tidak langsung
Kutipan tidak langsung adalah teknik perujukan yang dilakukan oleh peneliti
dengan cara mengutip pernyataan seseorang tetapi menggunakan kalimat
peneliti sendiri. Kutipan tidak langsung dapat dilakukan dengan dua cara,
yaitu:

1. Paraphasing
Paraphasing adalah teknik perujukan yang dilakukan oleh peneliti dengan cara
mengambil gagasan utama dari sumber yang dirujuk. Untuk menghindari
plagiarisme maka sruktur kalimat dan pilihan kata yang digunakan peneliti
dengan sumber aslinya harus berbeda. Setiap pernyataan yang merupakan hasil
paraphasing, peneliti harus mencantumkan identitas sumber yang dirujuk.

2. Summarizing
Summarizing adalah teknik perujukan yang dilakukan oleh peneliti dengan cara
menyarikan uraian dari suatu sumber. Untuk menghindari plagiarism maka
pernyataan-pernyataan yang gagasan utamanya diperoleh melalui proses
summarizing harus dilengkapi dengan identitas sumber yang dirujuk.
Seringkali ditemukan kesalahan yang dilakukan peneliti terkait dengan

penyusunan kajian pustaka yaitu, sebagai berikut (Suliyanto, 2018, p. 98):

Tabel 5.2 Kesalahan yang dilakukan peneliti terkait penyusunan kajian
pustaka

No Jenis Kesalahan
1. Pustaka yang ditelaah terlalu luas, sehingga tidak ada kaitan langsung

dengan masalah yang diteliti
2. Melakukan kutipan dalam kutipan. Peneliti enggan untuk menelusur

pustaka asalnya sehingga hanya melakukan kutipan yang sudah dikutip
oleh peneliti sebelumnya.

74 | Kajian Pustaka, Kerangka Pemikiran dan Hipotesis ( B A B V)

No Jenis Kesalahan
3. Tidak melakukan telaah tetapi hanya melakukan kutipan-kutipan pustaka

saja. Peneliti hanya mengumpulkan pustaka yang dipandang relevan
dengan penelitian yang dilakukan dari berbagai sumber kemudian
dirangkai dengan menggunakan kata sambung dalam suatu kalimat,
sehingga kontribusi peneliti dalam melakukan kajian pustaka tidak ada,
peneliti hanya memberikan kotribusi berupa kata sambung saja.
4. Pustaka yang diteliti kurang mutakhir (up to date)

5.4 Pengertian Teori

Menurut (Suliyanto, 2018, p. 85) mendefinisikan teori sebagai “Pernyataan
yang secara umum diakui kebenarannya, sebagai dasar untuk menjelaskan atau
memprediksi suatu fenomena atau variabel.” Suatu pernyataan akan diakui
kebenarannya jika pernyataan tersebut telah melalui beberapa pengujian yang
dilakukan dengan menggunakan metode ilmiah yang baik dan benar. Teori
digunakan untuk menjelaskan atau memprediksi suatu fenomena. Artinya, jika
terjadi suatu fenomena maka kita dapat memprediksi terjadinya fenomena yang
lain (konsekuensi), atau dengan adanya suatu fenomena kita dapat menjelaskan
mengapa fenomena tersebut bisa terjadi (anteseden). Teori memegang peranan
yang sangat penting dalam penelitian.

a) Grand Theory
Grand theory, istilah yang diciptakan oleh C. Wright Mills dalam „The

sociological imagination (1959)‟ yang berkenaan dengan bentuk abstrak tertinggi
suatu penelitian yang tersusunan atas konsep-konsep yang diprioritaskan atas
dapat mengerti dunia sosial. Grand Theory menekankan pada konsep
keseimbangan, pengambilan keputusan, sistem dan bentuk komunikasi sebagai
sarana dasar perangkat pengatur (central organizing devices) untuk mengkaji
hubungan internasional.

Peletak dasar utama grand theory dalam politik internasional , adalah Hans.
J. Morgenthau melalui buku klasiknya “Politics Among Nations”(1948).
Morgenthau menunjukan dan membuktikan bahwa berbagai data politik
internasional bisa dipadukan dalam model power politics.

75 | Kajian Pustaka, Kerangka Pemikiran dan Hipotesis ( B A B V)

Sumbangan pemikirannya bagi studi hubungan internasional menunjukan bahwa:
1) Bidang studi hubungan internasional harus mencoba menyusun generalisasi,

dan tidak terpaku pada peristiwa yang unik.
2) Hubungan internasional pada hakekatnya menunjukan pola perilaku yang

selalu berulang.
3) Pokok bahasan (core subjects) dikaji untuk menelusuri sumber perilaku negara

dalam mendapatkan power serta menetapkan pola hubungan tertentu seperti
pertimbangan kekuatan.

b) Middle-Range Theory
Banyak konsep yang dikembangkan dari mid-range theories telah menjadi

bagian dari kosakata dasar sosiologi : retreatisme, ritualisme, manifest dan latent
functions, opportunity structure, paradigma, reference group, role-sets, self-
fulfilling propechy dan unintended concequence. Pemikiran middle-range theory
secara langsung maupun tidak langsung memengaruhi pandangan sosiolog atas
pekerjaan mereka.

Teori ini dipergunakan sebagai hipotesis yang patut diuji, bukan sebagai
perangkat pengatur studi hubungan internasional. Objek yang ditelusuri jauh
diluar bidang perhatian kelompok tradisional, perhatian lebih jauh ditujukan pada
hukum internasional, organisasi internasional, serta peristiwa yang sedang
berlangsung.

Middle-range theory itu sendiri adalah pembahasan yang lebih fokus dan
mendetail atas suatu grand theory. Beberapa dari peneliti teori ini membuktikan
bahwa maksud utama analisis ilmiah tidak hanya menjelaskan masalah, tetapi
mampu memprediksi atau meramalkan sesuatu. Mereka menyatakan bahwa
ramalan yang dapat dipercaya bisa dibuat jika variabel utama yang
memperngaruhi perilaku politik telah diidentifikasikan dan hubungan. antara
variabel lain telah ditetapkan. Dengan kata lain mereka meramalkan sekelompok
kejadian berdasarkan variabel yang telah diidentifikasi dan ditetapkan; mereka
tidak akan melakukan ramalan jika hanya ditopang oleh satu kejadian khusus.
76 | Kajian Pustaka, Kerangka Pemikiran dan Hipotesis ( B A B V)

c) Teori Terapan (Applied Theory)
Teori Terapan (Applied Theory) Adalah suatu teori yang berada dilevel

mikro dan siap untuk diaplikasikan dalam konseptualisasi.

5.5 Kerangka Pemikiran

Kerangka Pemikiran adalah Model konsepsual tentang bagaimana teori
berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah
penting. Kerangka pemikiran dikenal pula dengan kerangka Teoritis, yaitu suatu
model yang menerangkan bagaimana hubungan suatu teori dengan faktor-faktor
penting yang telah diketahui dalam suatu masalah tertentu. Kerangka pemikiran
merupakan miniatur keseluruhan dari proses penelitian. Kerangka pemikiran harus
menerangkan:
a. Mengapa penelitian dilakukan.
b. Bagaimana proses penelitian dilakukan.
c. Apa yang akan diperoleh dari penelitian tersebut.
d. Untuk apa hasil penelitian diperoleh
e. Bagaimana keterkaitan antar variabel.

Kerangka Pemikiran yang baik memuat :
1. Variabel-variabel yang akan diteliti harus dijelaskan. Misalnya, variabel dalam

penelitian ini :
a. Konsep Pemasaran Holistik yang terdiri Pemasaran Hubungan (Relationship

Marketing), Pemasaran Terintegrasi (Integrated Marketing), Pemasaran
Internal (Internal Marketing), dan Pemasaran Tanggung Jawab Sosial
(Social Responsibility Marketing).
b. Kepercayaan terdiri dari yang berkaitan dengan persepsi kompetensi dan
kejujuran perusahaan.
c. Citra perusahaan mencakup : reputation, recognition, affinity dan brand
loyalty.
2. Harus dapat menunjukkan dan menjelaskan pertautan hubungan antara variabel
yang diteliti dan ada teori yang mendasari. Misalnya, perusahaan yang berhasil
mengimplementasikan Konsep Pemasaran Holistik dapat memperoleh

77 | Kajian Pustaka, Kerangka Pemikiran dan Hipotesis ( B A B V)

Kepercayaan dari pelanggannya. (Morgan dan Hunt, 1999; Moorman,
Desphande dan Zaltman, 1993). Kepercayaan dapat menciptakan citra yang
baik. Gronroos (1990)
3. Harus dapat menunjukkan dan menjelaskan apakah hubungan antara variabel
itu positif atau negatif, berbentuk simetris, kausal atau timbal balik. Misalnya,
dalam penelitian ini antara variabel menunjukkan hubungan kausal (sebab
akibat). Untuk membangun citra yang baik, suatu perusahaan harus berhasil
menciptakan kepercayaan pada para pelanggannya. Untuk membangun citra
yang baik, suatu perusahaan harus berhasil menciptakan kepercayaan pada para
pelanggannya. Kepercayaan ini dapat terbentuk apabila perusahaan berhasil
mengimplementasikan konsep pemasaran holistik yang mencakup faktor-faktor
pemasaran kerelasian, pemasaran terintegrasi, pemasaran internal dan
pemasaran tanggung jawab sosial.
4. Kerangka Pemikiran selanjutnya dinyatakan dalam bentuk diagram (paradigma
penelitian), sehingga pihak lain dapat memahami Kerangka Pemikiran yang
dikemukakan dalam penelitian.

Variabel adalah sesuatu yang bervariasi. Variabel penelitian adalah
sesuatu yang bervariasi yang dapat diukur. Contoh variabel dalam penelitian
kesehatan adalah Hb darah, tekanan darah, berat badan, kunjungan ANC, jenis
tenaga kesehatan, dan lain sebagainya. Kerangka Konsep dapat berpijak pada
kerangka teori yang dibentuk pada BAB II (dalam karya ilmiah seperti tesis,
skripsi, jurnal, dll).. Kerangka teori biasanya lebih kompleks dari kerangka konsep,
karena tidak semua variabel dalam kerangka teori diangkat menjadi variabel
penelitian. Oleh karena itu pada BAB II sebelum gambar kerangka konsep
penelitian dipaparkan, peneliti wajib menjustifikasi mengapa variabel lain tidak
diteliti. Alasan yang disampaikan harus ilmiah, bukan sekedar keterbatasan waktu,
dana, tenaga dan kemampuan penelitian saat itu.

78 | Kajian Pustaka, Kerangka Pemikiran dan Hipotesis ( B A B V)

5.6 Pengertian Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara yang akan diuji kebenarannya.
Hipotesis berasal dari dua kata, yaitu hypo yang memiliki arti lemah atau kurang
dan thesis yang berarti pendapat atau kebenaran. Menurut (Suliyanto, 2018, p.
100) mengemukakan bahwa hipotesis berarti pernyaaan yang lemah masih perlu
diuji kebenarannya. Hipotesis akan menjadi sebuah thesa atau pendapat atau teori
bila sudah diuji dengan menggunakan metode ilmiah. Hipotesis disusun
berdasarkan kerangka teori. Tidak semua penelitian memerlukan hipotesis,
penelitian yang bersifat eksploratif dan deskriptif tidak memerlukan hipotesis.
Untuk penelitian yang bertipe pengujian hipotesis menggunakan hipotesis karena
hipotesisnya telah dirumuskan di awal penelitian berdasarkan pada kajian teori
atau kajian literatur secara intensif.

a) Manfaat Hipotesis
Menurut (Suliyanto, 2018, p. 103) di dalam sebuah penelitian, hipotesis

diperlukan karena memiliki beberapa manfaat, sebagai berikut:
1) Menjelaskan masalah penelitian.
2) Menjelaskan variabel-variabel yang akan diuji.
3) Pedoman untuk memilih alat analisis data
4) Dasar untuk membuat simpulan penelitian.

b) Dasar Merumuskan Hipotesis
Hipotesis harus memiliki dasar yang kuat, walaupun pada dasarnya

hipotesis merupakan dugaan sementara. Berikut ini adalah beberapa dasar yang
dapat digunakan untuk merumuskan hipotesis, yaitu :
1) Berdasarkan pada teori

Dasar yang paling kuat untuk dijadikan sebagai perumusan hipotesis adalah
teori, dikarenakan teori merupakan pernyataan yang secara umum telah diakui
kebenarannya.

79 | Kajian Pustaka, Kerangka Pemikiran dan Hipotesis ( B A B V)

Contoh:
Dalam teori kualitas pelayanan dan kepuasan pelanggan dinyatakan bahwa
dengan kualitas pelayanan yang baik maka akan meningkatkan kepuasan
pelanggan.
Maka jika peneliti melakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh kualitas
pelayanan terhadap kepuasan pelanggan, peneliti tersebut dapat merumuskan
hipotesis:
Kualitas pelayanan berpengaruh positif terhadap kepuasan pelanggan (dasar
teori kualitas pelayanan dan kepuasan pelanggan).
2) Berdasarkan penelitian terdahulu
Acuan dalam merumuskan hipotesis yang kedua adalah penelitian terdahulu,
dikarenakan dengan tema penelitian yang relatif sama dapat digunakan sebagai
sumber referensi penelitian selanjutnya dikemudian hari.
Contoh:
Dalam penelitian sebelumnya diperoleh kesimpulan bahwa variasi produk
berpengaruh positif terhadap volume penjualan.
Maka, berdasarkan penelitian terdahulu, jika peneliti melakukan penelitian
yang serupa, peneliti dapat merumuskan hipotesis yang menyatakan variasi
produk berpengaruh positif terhadap volume penjualan.
3) Berdasarkan penelitian pendahuluan
Dasar dalam merumuskan hipotesis yang ketiga adalah penelitian pendahuluan.
Penelitian pendahuluan ini dilakukan jika tidak diperoleh referensi yang dapat
digunakan untuk merumuskan hipotesis. Hal ini dilakukan dengan cara
mengadakan penelitian kecil (small research) atau dengan melakukan
wawancara dengan nrarasumber yang memahami betul masalah yang akan
diteliti.

80 | Kajian Pustaka, Kerangka Pemikiran dan Hipotesis ( B A B V)

Contoh:
Seorang peneliti akan melakukan penelitian untuj mengetahuai kualitas
pelayanan pada salah satu perusahaan retail di Bandung. Karena peneliti belum
mendapatkan informasi yang cukup memadai terkait kualitas pelayanan pada
perusahaan retail tersebut, maka peneliti dapat mengambil beberapa pelanggan
yang pernah berbelanja di ritel tersebut untuk dimintai tanggapannya.
Berdasarkan survei pendahuluan tersebut, peneliti mendapatkan informasi
bahwa beberapa pelanggan yang pernah berbelanja menyatakan belum puas
dengan pelayanan pada perusahaan ritel tersebut. Sehingga, berdasarkan
tanggapan dari responden tersebut peneliti dapat merumuskan hipotesis yang
menyatakan bahwa kualitas pelayanan pada perusahaan ritel tersebut di
Bandung belum memuaskan.
4) Berdasarkan akal sehat peneliti
Dasar perumusan yang terakhir adalah akal sehat dari peneliti itu sendiri.
Langkah perumusan hipotesis ini merupakan pilihan terakhir yang peneliti pilih,
setelah teori yang mendukung tidak ditemukan, tidak ada penelitian terdahulu
yang relevan, dan tidak bisa melakukan penelitian pendahuluan karena suatu
hal, akan tetapi dasar perumusan hipotesis dengan akal sehat (logika pikir) ini
merupakan dasar perumusan yang paling lemah karena mempunyai tingkat
subjektivitas yang tinggi.

c) Langkah Uji Hipotesis
Menurut (Suliyanto, 2018) menyatakan untuk menguji suatu hipotesis,

terdapat langkah-langkah yang harus dilakukan oleh peneliti, yaitu sebagai
berikut:

1. Menentukan hipotesis nol dan hipotesis alternatif.
Hipotesis nol adalah hipotesis yang menyatakan tidak terdapat hubungan
atau pengaruh antarvariabel satu dengan variabel lainnya, sedangkan
hipotesis alternatif adalah hipotesis yang menyatakan terdapat pengaruh
atau hubungan antar variabe satu dengan yang lainnya.

2. Memilih tingkat signifikansi

81 | Kajian Pustaka, Kerangka Pemikiran dan Hipotesis ( B A B V)

Pada umumnya penelitian dalam bidang sosial akan menggunakan tingkat
signifikansi alpha 0,05 atau 0,10. Jika peneliti menolak hipotesis atas dasar
taraf signifikansi 5% maka sama saja dengan menolak hipotesis atas dasar
taraf kepercayaan 95% yang berarti apabila kesimpulan tersebut
diterapkan pada populasi yang terdiri dari 100 orang, maka akan cocok
untuk 95 orang dan untuk 5 orang lainnya terjadi penyimpangan. Nilai
alpha merupakan pedoman dalam pengujian hipotesis. Apabila
probabilitas terjadi kesalahan dalam mengambil sampel yang benar = 5%,
maka alpha = 0,05, dan probabilitas memperoleh sampel yang benar =
0,95.

Tabel 5.3 Koefisien Keyakinan dan Nilai Uji Kritis

Koefisien Keyakinan α Area dibawah Statitik t
Kurva Dua sisi Satu sisi

68% 32% 68.27% 1,00 -

90% 10% 90.10% 1,645 1,28

95% 5% 95.00% 1,96 1,645

99% 15% 99.73% 2,58 2,33

Sumber: (Paramita, Rizal, & Sulistyan, 2021, p. 57)

Nilai signifikansi yang sering digunakan untuk penelitian sosial adalah

95% dan 99%. Koefisien keyakinan 95% dianggap marginal, sehingga

tingkat p-value yang digunakan adalah 5%.

3. Mengidentifikasi Uji Statistik

Untuk melakukan pengujian hipotesis diperlukan pemilihan alat analisis

yang tepat disesuaikan dengan jenis penelitian yang akan dilakukan.

Apabila peneliti melakukan penelitian komparatif, maka alat yang

digunakan adalah alat analisis statistik komparatif sedangkan apabila

penelitian yang dilakukan adalah penelitain asosiatif korelasional, maka

digunakan analisis korelasi.

82 | Kajian Pustaka, Kerangka Pemikiran dan Hipotesis ( B A B V)

4. Merumuskan Kriteria Pengujian
Dalam menentukan kriteria pengujian, peneliti harus dapat menetapkan
kriteria sesuai dengan perumusan hipotesis yang diajukan, apakah dua arah
(satu arah sebelah kanan atau satu arah sebelah kiri).

5. Mengambil sampel dan melakukan analisis data
Sampel yang telah diambil kemudian dilakukan proses analisis data
menggunakan bantuan software statistik atau bisa juga menggunakan
perhitungan secara manual. Untuk pengambilan sampel itu sendiri
disesuaikan dengan jumlah populasi dan teknik pengambilan sampel yang
telah ditentukan oleh peneliti sebelumnya.

6. Membuat keputusan
Langkah ini dilakukan oleh peneliti setelah mendapatkan hasil dari analisis
data dan berdasarkan pada kriteria penerimaan dan penolakan hipotesis.
Setelah itu peneliti akan melakukan perbandingan dan menyimpulkan
apakah hipotesis tersebut diterima atau ditolak.

d) Pembagian Hipotesis
Hipotesis dapat diklasifikasikan menjadi beberapa macam, hal ini

berdasarkan pada hubungan antarvariabel yang diunakan oleh peneliti itu sendiri.
Berikut ini adalah macam-macam hipotesis beserta perbedaan dan contohnya:
1) Hipotesis Deskriptif

Hipotesis ini adalah jawaban sementara dari pertanyaan penelitian deskriptif
(tidak ada perbandingan atau tidak menghubungkan satu variabel dengan
variabel lainnya).
Contoh:

a) Pelayanan Rumah sakit Enggal Damang tidak Memuaskan
b) Kinerja Keuangan Bank “Thoyib” Baik
c) Semangat Kerja Karyawan PT Global Tinggi
2) Hipotesis komparatif
Hipotesis ini adalah jawaban sementara dari pertanyaan penelitian komparatif
atau bersifat membandingkan.

83 | Kajian Pustaka, Kerangka Pemikiran dan Hipotesis ( B A B V)

Contoh:
a) Rumah sakit cepat sembuh lebih memuaskan dibandingkan pelayanan

rumah sakit enggal damang
b) Kinerja keuangan bank “X” lebih baik dibandingkan dengan kinerja bank

“Y”
c) Semangat kerja karyawan PT. ABC lebih tinggi dibandingkan dengan

semangat kerja PT. XYZ
3) Hipotesis Asosiatif

Hipotesis ini adalah jawaban sementara dari pertanyaan penelitian asosiatif.
Contoh:
a) Kepuasan pasien berpengaruh signifikan terhadap loyalitas pasien
b) Jumlah nasabah berpengaruh terhadap kinerja keuangan bank X
c) Semangat kerja karyawan berpengaruh positif terhadap produktifitas

karyawan.

e) Jenis-Jenis Hipotesis
1) Berdasarkan kategori rumusannya
a. Hipotesis Nihil (Ho)
Yaitu, hipotesis yang menyatakan tidak adanya hubungan atau
pengaruh antar suatu variabel dengan variabel lain.
Contoh rumusannya:
Tidak ada perbedaan antara ... dengan ....
Tidak ada pengaruh ... terhadap ….
b. Hipotesis Alternatif (H1)
Yaitu, hipotesis yang menyatakan adanya hubungan atau pengaruh
antar suatu variabel dengan variabel lain
Contoh rumusannya :
Jika … maka ….
Ada perbedaan antara … dan ….
Ada pengaruh … terhadap ….

84 | Kajian Pustaka, Kerangka Pemikiran dan Hipotesis ( B A B V)

2) Berdasarkan sifat variabel yang akan diuji
a. Hipotesis tidak ada hubungan/pengaruh
b. Hipotesis ada hubungan/pengaruh
Menurut (Pardede, Ratlan, & Manurung, 2014, pp. 16-18) mengemukakan

bahwa hipotesis alternatif ada dua macam, yaitu:
1. Hipotesis alternative tak berarah menunjukkan adanya perbedaan diantara
kelompok yang ada, tetapi arah perbedaan tersebut tidak dinyatakan.
Pengujian hipotesis tak berarah dilakukan dengan two-tail test.

Gambar 5.1 Two tail test
2. Hipotesis alternative berarah juga menyatakan adanya perbedaan antara

kelompok-kelompok yang dibandingkan. Selain itu, dalam hipotesis
alternative berarah, arah perbedaan juga disebutkan. Pengujian hipotesis
tak berarah dilakukan dengan one-tail test.

Gambar 5.2 One tail test (pihak kanan)

85 | Kajian Pustaka, Kerangka Pemikiran dan Hipotesis ( B A B V)

Gambar 5.3 One tail test (pihak kiri)

f) Ciri-Ciri Hipotesis yang Baik
Hipotesis sangatlah penting sebagai pedoman dalam menjalankan langkah-

langkah penelitian selanjutnya, oleh karena itu sebagai peneliti penting untuk
pengetahui kriteria hipotesis yang baik, yaitu sebagai berikut:

1) Dinyatakan dalam kalimat yang tegas
Kalimat dalam hipotesis haruslah dinyatakan dengan kalimat yang jelas,
hal ini dilakukan agar tidak terjadi perbedaan penafsiran diantara para
pembaca.
Contoh:
a) Upah memiliki pengaruh yang nyata terhadap produktifitas karyawan
(jelas)
b) Upah memiliki pengaruh yang kurang nyata terhadap produktifitas
karyawan (tidak jelas).

2) Dapat diuji secara alamiah
Hipotesis harus dapat dibuktikan, oleh karena itu hipotesis yang
dirumuskan harus dapat diuji dengan menggunakan data yang
dikumpulkan secara ilmiah.
Contoh:
a) Upah memiliki pengaruh yang berarti terhadap produktifitas karyawan
(dapat diuji).

86 | Kajian Pustaka, Kerangka Pemikiran dan Hipotesis ( B A B V)

b) Batu yang belum pernah terlihat oleh mata manusia dapat berkembang
biak (Pada hipotesis ini tidak dapat dibuktikan karena kita tidak dapat
mengumpulkan data tentang batu yang belum terlihat manusia).

3) Dasar dalam merumuskan hipotesis kuat
Hipotesis yang didukung oleh teori, hasil-hasil penelitian sebelumnya atau
penjelasan yang logis adalah hipotesis yang kuat. Hipotesis yang memiliki
dasar yang kuat akan memberikan pembuktiaan yang tidak bersifat coba-
coba, meskipun hipoteis merupakan dugaan yang sementara. Namun
bukan berarti dugaan tersebut tanpa dasar yang cukup memadai.
Contoh:
a) Harga barang berpengaruh negatif terhadap permintaan (memiliki dasar
kuat yaitu teori permintaan dan penawaran)
b) Uang saku memiliki pengaruh yang signifikan terhadap jam belajar
mahasiswa. (tidak memiliki dasar kuat)

g) Cara Merumuskan Hipotesis
Berikut ini adalah beberapa cara yang harus dilakukan oleh peneliti dalam

merumuskan suatu hipotesis penelitian, yaitu:
1) Menyusun kerangkan teori dalam rangka memperoleh informasi dengan
masalah yang diteliti
2) Mengeksplorasi hubungan-hubungan yang terjadi dalam permasalahan
(memandang suatu permasalahan sebagai suatu kejadian sebab-akibat).
3) Menggunakan intuisi dan daya khayal.

h) Pertimbangan dalam Perumusan Hipotesis
Peneliti dalam merumuskan hipotesis harus mempertimbangkan beberapa

hal diantaranya adalah sebagai berikut:
1) Pemahaman tentang tipe hipotesis
2) Bentuk hubungan variabel dalam proposisi.
3) Keterkaitan (lingkage) yang mempertegas hubungan antar variabel.
4) Nilai informatif dari proposisi.

87 | Kajian Pustaka, Kerangka Pemikiran dan Hipotesis ( B A B V)

5.7 Paradigma Penelitian

Paradigma penelitian adalah pola pikir yang menunjukkan hubungan
antara variabel yang akan diteliti yang sekaligus mencerminkan jenis dan jumlah
rumusan masalah yang harus dijawab melalui penelitian. Paradigma penelitian
berisi kerangka berpikir yang menjelaskan bagaimana cara pandang peneliti
terhadap fakta kehidupan sosial dan perlakuan peneliti terhadap ilmu atau teori.
Secara umum, paradigma penelitian dibedakan dalam 2 kelompok yaitu:
Penelitian Kuantitatif dan Penelitian Kualitatif. Masing-masing paradigma metode
penelitian kualitatif maupun metode penelitian kuantitatif mempunyai kelebihan
dan juga kelemahan, sehingga untuk menentukan pendekatan atau paradigma
yang akan digunakan dalam melakukan penelitian tergantung pada beberapa hal
diantaranya:
a. Jika ingin melakukan suatu penelitian yang lebih rinci yang menekankan pada

aspek detail yang kritis dan menggunakan cara studi kasus, maka pendekatan
yang sebaiknya dipakai adalah paradigma kualitatif. Jika penelitian yang
dilakukan untuk mendapat kesimpulan umum dan hasil penelitian didasarkan
pada pengujian secara empiris, maka sebaiknya digunakan paradigma
kuantitatif.
b. Jika penelitian ingin menjawab pertanyaan yang penerapannya luas dengan
obyek penelitian yang banyak, maka paradigma kuantitaif yang lebih tepat.
Dan jika penelitian ingin menjawab pertanyaan yang mendalam dan detail
khusus untuk satu obyek penelitian saja, maka pendekatan naturalis lebih baik
digunakan.

Hasil penelitian akan memberi kontribusi yang lebih besar jika peneliti
dapat menggabungkan kedua paradigma atau pendekatan tersebut. Penggabungan
paradigma tersebut dikenal istilah triangulation. Penggabungan kedua pendekatan
ini diharapkan dapat memberi nilai tambah atau sinergi tersendiri karena pada
hakikatnya kedua paradigma mempunyai keunggulan-keunggulan. Penggabungan
kedua pendekatan diharapkan dapat meminimalkan kelemahan di kedua
88 | Kajian Pustaka, Kerangka Pemikiran dan Hipotesis ( B A B V)

paradigma. Paradigma penelitian atau model penelitian merupakan kerangka
berpikir yang menjelaskan bagaimana cara pandang peneliti terhadap fakta
kehidupan nyata dan perlakuan peneliti terhadap ilmu atau teori. Model penelitian
juga menjelaskan bagaimana peneliti memahami suatu masalah. Beberapa alat
analisis model yang dapat digunakan sebagai berikut:

1. Analisis regresi
Menurut (Paramita, Rizal, & Sulistyan, 2021, p. 48) model regresi

merupakan model yang digunakan untuk menganalisis pengaruh dari satu atau
beberapa variabel independen terhadap satu variabel dependen. Model regresi
dapat dianalisis dengan menggunakan SPSS.

X1

Y
X2

Gambar 5.4 Model regresi
Selain model regresi seperti gambar 5.4, model regresi lainnya yaitu model
regresi dua tahap seperti berikut:

X1

YZ
X2

Gambar 5.5 Model regresi dua tahap

2. Analisis regresi moderasi
Menurut (Paramita, Rizal, & Sulistyan, 2021, p. 49) model regresi

moderasi merupakan sebuah model bersyarat (model dimana satu variabel
independen mempengaruhi variabel dependen, dengan syarat pengaruhnya akan
lebih kuat atau lebih lemah bila terdapat variabel lain yang berperan sebagai
variabel moderasi). Pengaruh moderasinya dapat muncul memperkuat gubungan
antara dua variabel disebut amplifying effect, dan bila sebaliknya disebut
moderating effect.

89 | Kajian Pustaka, Kerangka Pemikiran dan Hipotesis ( B A B V)

XZ
Y

Gambar 5.6 Model regresi moderating
3. Analisis path atau analisis jalur

Analisis jalur merupakan suatu teknik untuk menganalisis pengaruh
variabel independent (eksogen) terhadap variabel dependent (endogen) secara
langsung maupun tidak langsung untuk menemukan jalur mana yang paling
singkat dan tepat. Atau dapat disebut bahwa tujuan analisis jalur adalah untuk
menganalisis hubungan sebab akibat yang terjadi pada regresi berganda bila
variabel endogen dipengaruhi oleh variabel eksogen secara langsung maupun
tidak langsung.

Gambar 5.7 Model analisis jalur
4. Analisis konfirmatori

Analisis konfirmatori adalah salah satu analisis multivariate yang
digunakan untuk mengkonfirmasi apakah model yang dibuat sesuai dengan yang
hipotesis. Analisis konfirmatori biasanya digunakan untuk pengujian validitas
konstruk.

90 | Kajian Pustaka, Kerangka Pemikiran dan Hipotesis ( B A B V)


Click to View FlipBook Version