dilakukan untuk mendapatkan justifikasi penelitian berupa research gap atau
theory gap. Baik research gap atau theory gap selanjutnya diuraikan secara jelas
di bagian latar belakang penelitian untuk menjelaskan alasan dilakukannya
penelitian. Penelitian yang menguraikan sebuah fenomena merupakan penelitian
yang mengungkap sebuah kejadian yang terjadi pada masyarakat atau dunia bisnis.
Peneliti menguraikan sebuah fenomena dimulai dari menggambarkan
sesuai kondisi yang sebenarnya terjadi, menguraikan data yang ada dilapangan
secara kuantitatif, menjelaskan akibat dari kondisi tersebut dan menguraikan
alasan kenapa fenomena tersebut penting untuk diteliti. Uraian tersebut
diharapkan dapat memberikan penjelasan kepada pembaca mengenai sebuah
fenomena yang diangkat oleh peneliti dan meyakinkan pembaca bahwa fenomena
tersebut memang layak dan penting untuk diteliti.
Pada penelitian yang berawal dari sebuah research gab merupakan
penelitian yang akan menambah deretan hasil penelitian yang meneliti tentang
hubungan dua atau lebih variabel. Penelitian seperti ini pada latar belakang
penelitian harus dapat menguraikan hasil beberapa peneliti yang telah meneliti
dengan variabel yang sama dan memiliki hasil yang sama atau hasil yang berbeda.
Perbedaan hasil penelitian dari beberapa peneliti tersebut yang selanjutnya akan
dijadikan alasan kenapa peneliti merasa penting untuk melakukan penelitian
tersebut.
Sedangkan penelitian yang bermula dari theory gap, merupakan
penelitian yang meneliti secara mendalam tentang teori dan grand teori yang oleh
peneliti dirasa memliki sebuah kesenjangan. Penelitian ini dilakukan pada peneliti
yang telah memiliki cakupan ilmu yang luas.
b. Merumuskan masalah penelitian
Setelah peneliti menjelaskan alasan melakukan penelitian, selanjutnya
peneliti perlu melakukan beberapa batasan penelitian. Batasan penelitian ini
penting dilakukan agar masalah yang nantinya akan diteliti dapat terfokus dengan
benar, sehingga ruang lingkup yang akan diteliti juga menjadi jelas.
141 | Proses Penelitian ( B A B IX)
Research problem terjadi ketika terdapat gap antara apa yang ada saat ini
dengan apa yang sesungguhnya diharapkan. Problem yang ada tersebut
dirumuskan dalam sebuah masalah penelitian. Kalimat masalah penelitian adalah
kalimat yang diturunkan dari research gap yang ditemui, yang merupakan
pertanyaan penelitian.
Pertanyaan penelitian inilah yang nantinya akan dicari jawabannya oleh
peneliti melalui penelitian dengan serangkaian intrumen yang diperlukan.
Peneliti harus dapat menyusun kalimat pertanyaan dengan benar agar tujuan
penelitian dapat tercapai dan hasil penelitian tidak bias.
c. Tinjauan pustaka (Review literature).
Merupakan proses ilmiah yang dilakukan dengan menggunakan teori-
teori yang ada untuk memecahkan masalah penelitian yang dihadapi.
Mengembangkan kerangka kerja teoritis (theoritical framework) yang
menjelaskan hubungan antara grand theory, empiris, hipotesis untuk memecahkan
masalah penelitian.
Pada penelitian skripsi tinjauan pustaka merupakan kumpulan dari teori-
teori yang dijadikan dasar untuk melakukan pembahasan oleh peneliti. Teori-teori
yang digunakan sebagai landasan teori oleh peneliti nanti akan dipakai sebagai
pembanding dengan kondisi lapangan yang ditemui oleh peneliti pada penelitian
yang menjelaskan tentang fenomena atau dibandingkan dengan hasil uji hubungan
antar variabel pada penelitian yang mendasarkan pada research gap.
Ketepatan teori yang digunakan pada penelitian akan sangat menentukan
bagaimana hasil penelitian. Hal ini disebabkan karena banyak dan tepatnya teori
yang digunakan mencerminkan pemahaman seorang peneliti terhadap masalah
yang akan diteliti. Teori yang digunakan dapat dirujuk dari buku ataupun dari
peneliti terdahulu yang menggunkan teori yang sama. Namun demikian perlu
diingat kembali bagaimana tatacara mengutip yang benar agar peneliti terbebas
dari dugaan plagiarism.
142 | Proses Penelitian ( B A B IX)
Keterbaruan teori yang digunakan juga sangat penting diperhatikan,
karena keterbaruan teori sangat berhubungan dengan perubahan dan
perkembangan teori. Hal ini agar peneliti tidak terjebak pada solusi pembahasan
dengan menggunakan teori yang sudah terbantahkan atau teori yang sudah
mengalami perubahan. Oleh sebab itu pada sebuah penelitian sangat
membutuhkan kekayaan bacaan peneliti agar hasil penelitian yang nantinya akan
dibandingkan dengan teori jadi tidak bias.
d. Mengembangkan sebuah kerangka kerja konseptual (research
framework).
Kerangka kerja konseptual yang menjelaskan mengenai hubungan
berbagai variabel yang digunakan untuk memcahkan masalah penelitian. Dalam
pengembangan model variabel dapat disajikan sebagai variabel dependen,
independen, moderating serta intervening. Kerangka konseptual digunakan untuk
menggambarkan konsep penelitian yang akan dibuat oleh peneliti yang
merupakan hubungan antar variabel untuk menjawab tujuan penelitian.
Kerangka konseptual berbeda dengan kerangka teoritis. Kerangka teoritis
disusun berdasarkan teori-teori yang digunakan yang mendasari terbentuknya
kerangka konseptual penelitian. Sedangkan kerangka konseptual disusun
berdasarkan pemikiran logis, research gab ataupun berdasarkan teori. Persamaan
dari keduanya, bahwa baik kerangka teoritis maupun kerangka konseptual sama-
sama menjelaskan variabel dan hubungan variabel yang diteliti.
Kerangka konseptual disusun untuk mengidentifikasikan, memberikan
batasan dan menguraikan konsep-konsep yang mencerminkan masalah penelitian,
pemecahan dan tujuan penelitian. Kerangka konseptual membutuhkan dasar teori
untuk menjelaskan hubungan antar variabel sehingga pembentukannya juga dapat
didasarkan pada kerangka teoritis
e. Pengumpulan, pengolahan dan analisis data.
Pengumpulan data adalah melakukan pengumpulan data yang dibutuhkan
untuk menjawab permasalahan penelitian. Data yang butuhkan oleh peneliti dapat
diperoleh melalui survey dan eksperimen. Baik pengumpulan data menggunakan
survey ataupun eksperimen dapat dilakukan dengan cara menggunakan kuesioner,
143 | Proses Penelitian ( B A B IX)
interview dan observasi. Pengumpulan data dapat menggunakan salah satu atau
beberapa cara sebagaimana diuraikan sebelumnya disesuaikan dengan kebutuhan
data penelitian. Pengolahan data adalah mengolah data yang sudah diperoleh
melalui pengumpulan data. Istilah lain dari pengolahan data adalah pemprosesan
data (data procecing). Tahapan ini merupakan pendahuluan sebelum melakukan
analisis data, jadi merupakan tahap yang menghubungkan antara pengumpulan
data dan analisis data. Pemrosesan data atau pengolahan data meliputi
transformasi dari observasi yang dihimpun dari pengumpulan data. Sehingga pada
tahap ini dilakukan proses pengolahan dari data mentah menjadi data dalam
bentuk informasi yang mudah dibaca dan dipahami. Pada tahap ini juga dilakukan
penyuntingan (editing) data, pengkodean atau pentabulasian data.
Analisis data adalah melakukan proses menganalisis data dengan
menggunakan statistik. Pemilihan alat analisis dengan menggunakan uji statistik
dapat dilakukan secara manual atau menggunakan software. Hal ini tentu saja
disesuaikan dengan kebutuhan penelitian dan banyaknya data yang akan dianalisis.
Ketepatan penggunaan alat uji untuk menganalisis data akan sangat menentukan
bias atau tidaknya hasil penelitian. Sehingga peneliti harus benar-benar
memahami alat uji yang digunakan sesuai dengan tujuan penelitian.
f. Pengujian hipotesis penelitian menggunakan data.
Terdapat bermacam-macam bentuk pengajuan hipotesis sesuai dengan
pertanyaan dan tujuan penelitian. Pengujian terhadap hipotesis juga tergantung
pada apa yang diteliti dan bagaimana masalah penelitian akan dipecahkan.
Analisis statistik umumnya digunakan untuk tujuan antara lain menentukan
hubungan dan pengaruh antara berbagai variabel yang diamati.
Pengujian hipotesis dilakukan dengan memperhatikan juga tingkat
kesalahan yang disyaratkan pada penelitian (tingkat signifikasi). Hasil dari anlisis
statistik inilah yang selanjutnya akan digunakan untuk menjawab hipotesis,
apakah hipotesis penelitian ditolak atau diterima.
144 | Proses Penelitian ( B A B IX)
g. Kesimpulan dan temuan penelitian.
Hasil pengujian hipotesis ini selanjutnya dijadikan dasar untuk melakukan
pembahasan penelitian. Bagian ini merupakan bagian terpenting dari sebuah
penelitian karena bagian ini yang akan menjadi referensi bagi pengguna penelitian
dan peneliti selanjutnya. Pembahasan penelitian ini menjelaskan persamaan atau
perbedaan hasil penelitian ini dengan penelitian sebelumnya atau dengan teori
yang mendasari. Pada bagian ini peneliti dapat menjelaskan juga temuan
penelitian, yaitu hasil penelitian yang membedakan dengan peneliti seebumnya.
Kesimpulan dari sebuah penelitian adalah kesimpulan dari setiap hipotesis dalam
model penelitian yang dapat mengeneralisasi pada fenomena dimana penelitian
tersebut dimulai.
Secara visual langkah-langkah tersebut disajikan pada gambar berikut:
Gambar 9.1 Proses Penelitian Ilmiah (Paramita, 2021, p. 24)
Menurut (Nachmias & Nachmias, 1981) menyatakan bahwa proses
penelitian itu dimulai dari masalah dan diakhiri dengan generalisasi. Apabila
kegiatan itu telah berakhir, maka akan dilanjutkan siklus berikutnya. Selanjutnya
ia menyatakan bahwa proses penelitian itu merupakan suatu “cyclus” (merupakan
kegiatan berulang) dan “self correcting”, yang dimaksud dengan self correcting
145 | Proses Penelitian ( B A B IX)
adalah generalisasi tentatif diuji secara logika dan empiris. Apabila ditolak, maka
diformulasikan lagi dan diuji lagi. Dalam setiap reformulasi itu semua
pelaksanaan penelitian dinilai kembali, sehingga sesuatu yang tidak sahih
diperbaiki atau disempurnakan. Berikut ini adalah gambar bagan dari proses
penelitian menurut (Nachmias & Nachmias, 1981).
PERSIAPAN PENELITIAN
Dalam hal ini, Langkah yang ditempuh antara lain:
1. Studi literatur
2. Penyusunan usul penelitian
3. Pembakuan prosedur penelitian
4. Penentuan populasi dan sampel
5. Penyusunan dan pembakuan instrument
6. Penentuan Langkah-langkah/prosedur pengumpulan data:
PENELITIAN PERTAMA
Pengkajian lebih lanjut kelemahan dalam penelitian pertama, dan selanjutnya melakukan
penyempurnaan.
PENELITIAN KEDUA
Pengkajian lebih lanjut kelemahan dalam penelitian kedua, dan selanjutnya melaksanakan
penyempurnaan untuk penelitian ketiga,
PENELITIAN KETIGA
Dan seterusnya (sampai penelitian yakin bahwa suatu teori telah dihasilkan, setelah melalui
pembuktian dengan baik dan benar).
Gambar 9.2 Bagan Proses Penelitian (Nachmias & Nachmias, 1981)
146 | Proses Penelitian ( B A B IX)
Secara keseluruhan proses penelitian kuantitatif menurut (Nachmias &
Nachmias, 1981) seperti terlihat pada gambar bagan 9.2 apabila kita perhatikan,
setiap langkah yang dikemukakan selalu dikaitkan dengan teori. Hal Ini berarti
setiap langkah yang dilakukan hendaklah memperhatikan latar belakang teori
yang berkaitan dengan penelitian tersebut, seperti yang digambarkan pada gambar
9.3 di bawah ini:
Masalah
Generalisasi Hipotesis
Analisis Data TEORI Rancangan
Penelitian
Pengumpulan Pengukuran
Data
Gambar 9.3 Langkah-langkah Penelitian (Nachmias & Nachmias, 1981)
Adapun (Bailey, 2007) juga mengemukakan langkah penelitian, seperti
terlihat pada gambar 9.4 berikut ini:
Pemilihan masalah dan
perumusan hipotesis
(1)
Interprestasi (5) (2) Memformulasikan
Hasil rancangan
penelitian
Pemberian Kode (3) Pengumpulan
(4) dan analisis data Data
(4)
Gambar 9.4 Langkah-langkah Penelitian (Bailey, 2007)
147 | Proses Penelitian ( B A B IX)
Kedua model diatas lebih sederhana, namun Nachmias memberi
penekanan lebih banyak kepada masalah dan selalu dikaitkan dengan teori.
Sedangkan Bailey tidak. Bailey lebih mengarah pada penelitian kualitatif, tetapi
kalau diperhatikan lebih saksama kedua model itu masih dapat dikembangkan.
Beberapa model lain penelitian kuantitatif dikemukakan oleh Warwick,
Tuckman, Backstrom, dan Cesar. Warwick dan Lininger menggunakan istilah
“forward dan backward linkage” untuk menyatakan bahwa di antara elemen
dalam penelitian saling berhubungan sebagai suatu proses. Selanjutnya,
perhatikan hubungan tersebut seperti terlihat pada gambar 9.4 di atas. Adapun
(Tuckman, 2002) mengemukakan langkah-langkah dalam proses penelitian
kuantitatif sebagai berikut:
1. Identifikasi masalah.
2. Penyusunan hipotesis.
3. Penyusunan definisi operasional.
4. Penentuan variabel kontrol dan yang di“manipulasi”.
5. Penyusunan rancangan penelitian.
6. Identifikasi dan penyusunan alat untuk observasi dan pengukuran.
7. Penyusunan kuesioner dan rancangan interviu.
8. Menentukan teknik analisis atau analisis statistik yang dipakai.
9. Penggunaan komputer untuk data analisis.
10. Penulisan laporan.
(Backstrom & Cesar, 1982) mengemukakan langkah-langkah dalam penelitian
survei sebagai berikut:
a) Merumuskan masalah yang akan dipelajari.
b) Mengecek latar belakang informasi yang ada tentang masalah yang diteliti.
c) Menyusun hipotesis dan/atau menspesifikasi hubungan yang akan
dipelajari,
d) Menyusun rancangan, menetapkan prinsip dan prosedur studi.
e) Menata staf, biaya, dan perlengkapan.
148 | Proses Penelitian ( B A B IX)
f) Menetapkan sampel atau pemilihan orang yang akan diinterviu.
g) Menyusun draf kerangka pertanyaan untuk digunakan di lapangan.
h) Menyusun instrumen.
i) Memilih dan menguji metode studi yang akan dipilih.
j) Mengadakan latihan pengumpulan data tentang teknik pengumpulan data
yang baik.
k) Penjelasan ringkas tentang bagaimana menggunakan kuesioner secara baik
dan tepat.
l) Melaksanakan interviu.
m) Pemberian kode. Membersihkan data, schingga yakin yang tinggal benar
dapat digunakan.
n) Membuat program dalam computer bagaimana data di-manipulate
o) Menyusun data dalam table.
p) Menganalisa data
q) Menguji/mengetes data.
r) Menyajikan penemuan dan membuat kesimpulan.
s) Aplikasi penemuan dalam masalah yang diteliti.
Sedangkan langkah-langkah penelitian menurut (Warwick & Liniger, 1995)
seperti yang terlihat pada gambar berikut :
149 | Proses Penelitian ( B A B IX)
Gambar 9.5 Langkah-langkah Penelitian (Warwick & Liniger, 1995)
9.3 Pengumpulan Data Awal
a) Sifat data yang dikumpulkan
Sifat infomasi yang diperlukan oleh peneliti untuk tujuan tesebut dapat
diklasifikasikan secara luas kedalam tiga bagian menurut (Uma, 2014, p. 76)
yaitu:
1. Informasi latar belakang mengenai organisasi yaitu, factor kontekstual.
2. Filosofi manajemen, kebijakan perusahaan, dan aspek struktual lainnya.
3. Persepsi, sikap, dan respons perilaku dari anggota organisasi dan sistem
klien (sejauh dapat diterapkan).
Jenis informasi tertentu, seperti rincian latar belakang perusahaan dapat
diperoleh dari publikasi dokumen yang tersedia, situs Web perusahaan, archive
perusahaan, dan sumber lainnya. Jenis informasi lainnya, seperti kebijakan,
prosedur, dan perturan perusahaan dapat diperoleh dari catatan dan dokumen
perusahaan. Data yang diperoleh melalui sumber data yang ada disebut sebagai
150 | Proses Penelitian ( B A B IX)
data sekunder, yaitu data yang telah ada dan tidak perlu dikumpulkan sendiri
oleh peneliti.
b) Informasi mengenai Faktor Struktural dan Filosofi Manajemen
Informasi ini diperoleh dengan mengajukan petanyaan langsung kepada
manajemen. Pengumpulan informasi semacam ini akan sangan beguna manakala
system, proses, dan prosedur yang baru diterapkan tidak menunjukan hasil yang
diharapkan. Di bawah ini dalah beberapa fakor struktural menurut (Uma, 2017):
1) Peran dan posisi dalam organisasi dan jumlah karyawan pada setiap level
pekerjaan.
2) Tingkat spesialisasi.
3) Saluran komunikasi.
4) Sistem kendali.
5) Koordinasi dan rentang kendali.
6) System penghargaan.
7) System arus kerja dan semacamnya.
c) Peresepsi, Sikap, dan Respons Perilaku
Persepsi juga dapat didefinisikan sebagai proses menerima, menyeleksi,
mengorganisasikan, mengartikan, menguji dan memberikan reaksi atas
rangsangan panca indera atau data pada sebuah objek. Philip Kottler,
memberikan definisi persepsi sebagai proses seorang individu memilih,
mengorganisasikan dan menginterprestasikan masukan-masukan informasi
untuk menciptakan gambaran yang memiliki arti. Persepsi di sini tidak hanya
tergantung pada ha1 fisik tetapi juga berhubungan dengan lingkungan sekitar
dan keadaan individu tersebut. Persepsi karyawan terhadap pekerjaan,
lingkungan kerja, sikap, dan respons perilaku mereka diketahui dengan cara
berbicara, mengamati, dan menanyakan respons mereka melalui kuesioner.
151 | Proses Penelitian ( B A B IX)
9.4 Survey Literatur
Uma (Uma, 2014, p. 82) mengatakan bahwa, survei literatur merupakan
dokumentasi dari tinjauan menyeluruh terhadap karya publikasai dan nonpublikasi
dari sumber sekunder dalam bidang minat khusus bagi peneliti. Tujuan dari
tinjauan survei literatur adalah untuk memastikan bahwa tidak ada variabel
penting di masa lalu yang ditemukan berulang kali mempunyai pengaruh atas
masalah, yang terlewatkan. Adalah mungkin bahwa jumlah variabel penting tidak
pernah mengemukakan dalam wawancara.
a) Mengadakan survey literature
Langkah dalam proses tersebut meliputi pengidentifikasian berbagai bahan
publikasi dan nonpublikasi yang tersedia mengenai topic persoalan, dan
memperoleh akses ke hal tersebut.
b) Mengidentifikasi sumber relevan
Seseorang harus secara manual menelusuri beberapa indeks bibliografi yang
disusun secara periodic, mendaftar jurnal, buku dan sumber lain dimana
publikasi karya yang berkaitan dengan persoalan yang diteliti dapat
ditemukan
c) Menulis tinjauan literatur
Dokumentasi studi relevan yang mengutip penulis dan tahun studi disebut
sebagai tinjauan literature atau survey literature.
9.5 Pendekatan Riset
a. Observasi
Dilakukan dengan cara mengamati perilaku konsumen, Dengan cara mencari
data-data konsumen tetapi di dalam penelitian Observasi tidak melibatkan
konsumen secara langsung, pengamatan ini tanpa sepengetahuan konsumen
1. Pedoman Metode Observasi :
Pedoman observasi digunakan agar peneliti dapat melakukan
pengamatan sesuai dengan tujuan penelitian. Pedoman observasi disusun
152 | Proses Penelitian ( B A B IX)
berdasarkan hasil observasi terhadap perelaku subjek selama wawancara dan
observasi terhadap lingkunan atay setting wawancara, serta pengaruhnya
terhadap perilaku subjek dan informasi yang muncul pada saat
berlangsungnya wawawancara.
2. Kelemahan Metode Observasi :
a) Tidak memberikan gambaran objektif dari responden
b) Subjektifitas dari observer sangat tinggi karena mereka tidak
mengetahui persepsi yang sesungguhnya dari responden.
Contoh data observasi yang diperlukan (perilaku konsumen) :
1) Bagaimana mereka membeli
2) Bagaimana menggunakan produk
3) Kapan mereka membeli
4) Dimana mereka membeli
5) Data lain yang diperlukan produsen (Usia, Pekerjaan, Pendapatan).
b. Focus group discussion
Focus group discussion (FGD) adalah. Peneliti mengadakan diskusi
Bersama beberapa responden mengenai topik penelitian untuk mengetahui
pandangan atau pemahaman mereka. Responden di sini akan mewakili populasi
yang dituju oleh peneliti. FGD dilakukan ketika peneliti ingin mengetahui
pandangan yang lebih objektif dari suatu kelompok, dengan cara sebaga berikut:
1) Diskusi kelompok 6 -12 orang yang homogen dan relatif memahami
persoalan yang dibahas
2) Dipandu moderator ahli untuk membahas sikap, persepsi dan pendapat
masing-masing
3) Moderator menyampaikan sejumlah topik, dibahas satu-persatu
4) Moderator membuat rumusan hasil diskusi
Kelebihan focus group discussion yaitu relatif cepat, murah, ide relative
cepat muncul (ada rangsangan kelompok), data simultan atas prokontra,
pendapat- komentar atas lontaran anggota lain. Kemungkinan dominasi, data
terkumpul hanya “kepala” bukan fakta lapangan, ketimpangan cakupan tiap
topik, pendapat minoritas bisa terabaikan.
153 | Proses Penelitian ( B A B IX)
c. Survey
Survei adalah penelitian kuantitatif dengan menggunakan pertanyaan
terstruktur yang sama pada setiap orang, kemudian semua jawaban yang
diperoleh peneliti dicatat, diolah, dan dianalisis. Survei juga merupakan metode
menjaring data penduduk dalam beberapa peristiwa demografi atau ekonomi
dengan tidak menghitung seluruh responden yang ada di suatu negara,
melainkan dengan cara penarikan sampel (contoh daerah) sebagai kawasan yang
bisa mewakili karakteristik negara tersebut. Pertanyaan terstruktur disebut
kuesioner.
Kuesioner berisi pertanyaan-pertanyaan yang akan diberikan kepada
responden untuk mengukur variabel-variabel, berhubungan diantara variabel
yang ada, serta dapat berupa pengalaman dan pendapat dari responden. Metode
survei biasanya digunakan untuk mendapatkan data dari tempat tertentu yang
alamiah, namun peneliti melakukan perlakuan dalam pengumpulan data
(kuesioner, test, wawancara, dan sebagainya), perlakuan yang diberikan tidak
sama pada eksperimen (Sugiyono, 2017).
154 | Proses Penelitian ( B A B IX)
BAB X
SUMBER DAN METODE
PENGUMPULAN DATA 1
155
10.1 Langkah-Langkah Dalam Riset
Riset atau penelitian berasal dari kata research dalam bahasa inggris, yang
terdiri dari dua suku kata, yaitu re yang artinya ulang atau kembali dan search
yang berarti mencari, maka penelitian atau riset artinya tindakan untuk mencari
kembali. Menurut (Sulyanto, 2018, p. 2) definisi dari penelitian adalah proses
investigasi yang bertujuan untuk memecahkan masalah, baik masalah praktis
maupun masalah teoritis yang dilakukan dengan menggunakan metode ilmiah.
Sedangkan metode penelitian bisnis menurut (Cooper & Schindler, 2011)
merupakan usaha yang bertujuan untuk memperoleh informasi guna memecahkan
masalah bisnis atau untuk mengembangkan pengetahuan yang berkaitan dengan
bisnis dengan menggunakan metode ilmiah. Untuk menghasilkan penelitian yang
baik agar temuan yang dihasilkan dapat dijelaskan dan dipertanggungjawabkan
secara ilmiah, maka diperlukan langkah-langkah yang tepat dalam melakukan
riset atau penelitian. Berikut ini adalah langkah-langkah yang harus dilakukan
oleh peneliti dalam melakukan riset atau penelitian, yaitu:
a) Menentukan tujuan penelitian dan rumusan masalah penelitian
Sebelum kita melakukan sebuah riset, kita harus mengetahui masalah apa
yang ingin kita cari tahu jawabannya melalui penelitian kita. Dalam tahap ini kita
menentukan tujuan penelitian yang akan kita lakukan, latar belakang informasi
yang relevan, dan bagaimana informasi tersebut dapat bermanfaat bagi kehidupan.
Biasanya individu atau organisasi melakukan riset untuk tiga tujuan dasar : (1)
untuk mempengaruhi atau membujuk audiensi; (2) untuk membuat inovasi baru;
(3) untuk memahami atau memprediksi perilaku manusia atau fenomena.
Bagi perusahaan, riset biasanya berperan penting dalam menyediakan
informasi yang diperlukan untuk mengambil kebijakan (baik di level low
management hingga top management), maka sebelum melakukan riset kita perlu
melakukan diskusi pihak manajemen agar hasil riset dapat membantu menjawab
masalah perusahaan. Beberapa tujuan riset bagi perusahaan diantaranya untuk
156 | Sumber dan Metode Pengumpulan Data 1 ( B A B X)
mengetahui potensi pasar yang baru, alasan mengapa penjualan menurun, untuk
mengevaluasi kinerja perusahaan, dan lain-lain.
Tips : Agar memperoleh definisi masalah yang jelas kita dapat melakukan
evaluasi terhadap internal perusahaan dan membandingkannya dengan
kompetitor, mengikuti perkembangan dunia usaha yang digeluti
perusahaan, dan lain-lain.
b) Menentukan pendekatan penelitian
Setelah kita mengetahui apa yang ingin diteliti, kemudian kita
menentukan pendekatan penelitian. Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan
meliputi pencarian teori yang mendasari, membuat rumusan masalah dan hipotesis.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian bisa berbeda tergantung pada
masalah apa yang ingin diteliti. Secara umum ada empat pendekatan penelitian,
antara lain:
1) Pendekatan kuantitatif (quantitative approach), yaitu pendekatan riset
yang umumnya berasosiasi dengan paradigma positif dimana periset
memiliki satu atau beberapa hipotesis awal. Pada pendekatan ini data
dikumpulkan dan diubah menjadi angka-angka sehingga dapat dilakukan
perhitungan statistik.
2) Pendekatan kualitatif (qualitative approach), yaitu pendekatan riset yang
biasanya berasosiasi dengan paradigma konstruk sosial. Pendekatan ini
pada dasarnya adalah merekam, menganalisa, dan menggali pemahaman
mendalam mengenai sesuatu seperti perilaku manusia. Tujuan dari
pendekatan ini adalah untuk mendapatkan pemahaman mendalam dari
pengalaman seseorang, bukan untuk melakukan generalisasi terhadap
semua orang.
3) Pendekatan pragmatis (mixed method), yaitu pendekatan yang
menggunakan gabungan dari pendekatan kualitatif dan kuantitatif untuk
menjawab suatu masalah penelitian. Misalnya, peneliti ingin mengetahui
apa yang mendorong konsumen untuk membeli produk jus kaleng.
Langkah awal peneliti tersebut melakukan wawancara ke beberapa
157 | Sumber dan Metode Pengumpulan Data 1 ( B A B X)
konsumen dan diperoleh beberapa faktor pendorong. Kemudian periset
menggunakan pendekatan kuantitatif untuk menguji apakah faktor-faktor
tersebut juga mempengaruhi konsumen lain.
4) Pendekatan advokasi (advocacy/participatory approach), yaitu pendekatan
yang bertujuan untuk memberi perubahan positif atau mempengaruhi
orang lain bukan untuk mendeskripsikan sesuatu. Pada pendekatan ini
partisipasi aktif dari responden atau narasumber diperlukan dan biasanya
peneliti menjadi bagian dari kelompok yang ditelitinya.
Tips : Lakukan diskusi dengan para ahli dan mencari informasi dari
media atau melakukan benchmarking pada contoh-contoh riset/
research essay dan jurnal sebelumnya.
c) Memformulasikan desain riset (research design)
Sama seperti dua langkah sebelumnya, tahap formulasi desain riset ini
masih dalam proses perencanaan. Seperti yang dikatakan (Sulyanto, 2018, p. 115)
desain penelitian merupakan pedoman kerja dalam melakukan penelitian yang
bertujuan agar penelitian berjalan efektif dan efisien. Dalam tahap ini kita
memilih klasifikasi riset yang akan digunakan, membuat hipotesis (untuk
penelitian kuantitatif), menentukan metode pengambilan data, merancang alat
pengumpulan data dan skala pengukuran, memilih dan menentukan jumlah
responden, dan merencanakan metode analisis data.
Tips : Untuk memilih desain riset, kita dapat melihat pada contoh jurnal
riset yang sudah dilaksanakan sebelumnya.
158 | Sumber dan Metode Pengumpulan Data 1 ( B A B X)
d) Pengumpulan data (fieldwork)
Proses pengumpulan data meliputi pemilihan wilayah kerja, melakukan
training tenaga lapangan, supervisi, validasi data, dan evaluasi. Hal terpenting
dalam pengumpulan data adalah tenaga surveyor (untuk yang menggunakan
survey) dan interviewer (untuk yang melakukan interview) sudah terlatih dalam
mengumpulkan data. Hal ini dikarenakan proses pengumpulan data memakan
waktu yang cukup panjang sementara biasanya hasil riset dibutuhkan segera.
Selain itu dalam tahap ini biasanya kerap terjadi eror sehingga perlu dilakukan
supervisi dan evaluasi.
Tips : Melakukan training kepada tenaga kerja lapangan sebelum memulai
pengumpulan data.
e) Menyiapkan dan menganalisis data
Ribuan data yang sudah dikumpulkan tentu tidak dapat memberikan
informasi yang kita butuhkan jika tidak diolah dan dianalisis. Data-data yang
sudah dikumpulkan tersebut kemudian diperiksa atau dilakukan proses editing.
Kemudian dilakukan pemberian kode untuk mempresentasikan setiap respon dari
pertanyaan. Setelah itu dibuat transkrip dan disimpan dalam media penyimpan,
atau dilakukan proses input langsung ke dalam komputer. Data yang sudah
dilakukan penginputan kemudian diolah menggunakan software agar dapat
dianalisis.
f) Mempersiapkan laporan penelitian
Agar hasil temuan penelitian dapat bermanfaat dalam pengambilan
keputusan dan dapat dimengerti oleh orang lain maka hasil riset tersebut harus
dibuat laporannya. Format laporan umumnya menyertakan: tujuan dan masalah
riset, metode penelitian yang digunakan, temuan-temuan penting, serta
kesimpulan dan saran. Laporan tersebut harus dibuat dalam bentuk yang
komprehensif dan mudah dibaca.
159 | Sumber dan Metode Pengumpulan Data 1 ( B A B X)
Tips : Hasil temuan sebaiknya dibuat dalam bentuk grafik atau tabel
disertai dengan penjelasan singkat sehingga pembaca dapat memahami
lebih cepat. Untuk melihat contoh format laporan penelitian Anda dapat
membuka contoh laporan penelitian.
10.2 Pengujian Fakta/Pengujian Data
Untuk membuktikan kebenaran jawaban sementara, maka peneliti
melakukan pengumpulan data, misalnya saja dengan melakukan survey
pendahuluan terhadap obyek penelitian yang akan diteliti dan berhubungan
dengan masalah yang diteliti. Terhadap data yang telah terkumpul lalu kemudian
dilakukan pengujian data, meliputi proses pemilihan, pengumpulan, dan analisis
fakta atau data. Pengertian dari data itu sendiri adalah kumpulan dari fakta yang
dapat berupa angka, simbol ataupun tulisan yang diperoleh melalui pengamatan
suatu objek. Penelitian yang baik diperoleh dari data yang berkualitas, karena
data yang berkualitas akan mengasilkan informasi yang berkualitas pula. Data
yang berkualitas menurut (Sulyanto, 2018, p. 154) memiliki karakteristik, yakni:
a) Akurat, yaitu data yang sesuai dengan kondisi yang sebenarnya. Data yang
tidak akurat akan memberikan informasi yang keliru dan akan
menyebabkan bias atau membuat peneliti salah dalam menarik kesimpulan
sehingga menghasilkan pemecahan masalah yang tidak benar.
b) Relevan, yaitu data dalam penelitian harus sesuai dengan permasalahan
yang sedang diteliti. Peneliti harus melakukan pemilahan anatara data
yang relevan dan tidak relevan terhadap penelitiannya, agar data yang
tidak diperlukan baik secara langsung maupun tidak langsung, tidak
menghambat proses analisa.
c) Representatif, yaitu data harus dapat mewakili objek penelitian yang
sedang diteliti. Hal ini sangat tergantung dengan teknik pengambilan
160 | Sumber dan Metode Pengumpulan Data 1 ( B A B X)
sampel yang tepat untuk penelitian tersebut. Jika data yang diperoleh
sudah respresentatif, maka tingkat generalisasinya pun tinggi.
d) Up to Date, yaitu data yang mampu menggambarkan kondisi terkini pada
objek penelitian yang diteliti. Hal ini dikarenakan data yang terbaru dapat
menggambarkan kondisi yang paling relevan pada objek penelitian,
sehingga data yang up to date menjadi lebih faktual atau lebih dapat
dipercaya kebenarannya.
Biasanya data awal yang didapatkan oleh peneliti masih bersifat mentah,
sehingga peneliti yang melihat atau membacanya belum bisa mendapat suatu
informasi yang utuh. Maka dari itu perlu adanya pengolahan terhadap data yang
diperoleh sehingga menghasilkan sebuah informasi yang dapat dipahami.
Kaitannya data dengan desain penelitian adalah terletak pada pengolahan data itu
sendiri nantinya, bagaimana peneliti menganalisis data tersebut, bagaimana
menentukan metode yang tepat terhadap data yang diperoleh dan memilih alat
pengujian yang tepat untuk data itu sendiri.
Desain penelitian merupakan strategi yang dipilih oleh peneliti untuk
mengintegrasikan secara menyeluruh komponen riset dengan cara logis dan
sistematis untuk membahas dan menganalisis apa yang menjadi fokus penelitian.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa desain riset merupakan bentuk
komprehensif dari rencana penelitian. Kata komprehensif ini tentu saja mencakup
semuanya, yaitu semua komponen riset yang diperlukan, dari pertanyaan
penelitian, jenis data, metode, sampai analisis yang hendak dilakukan, dan lain-
lain. Semua komponen tersebut ditentukan sekaligus menentukan desain
penelitian yang dipilih peneliti. Beberapa desain penelitian lebih sering diterapkan
dalam riset kuantitatif. Sedangkan beberapa yang lain lebih sering diterapkan
dalam riset kualitatif. Adapula desain yang menggunakan mix method.
161 | Sumber dan Metode Pengumpulan Data 1 ( B A B X)
10.3 Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian, kita seringkali mendengar istilah metode pengumpulan
data dan instrumen pengumpulan data. Meskipun saling berhubungan, namun dua
istilah ini memiliki arti yang berbeda. Metode pengumpulan data adalah teknik
atau cara yang dilakukan oleh peneliti untuk mengumpulkan data. Pengumpulan
data dilakukan untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan dalam rangka
mencapai tujuan penelitian. Sementara itu instrumen pengumpulan data
merupakan alat yang digunakan untuk mengumpulkan data. Karena berupa alat,
maka instrumen pengumpulan data dapat berupa check list, kuesioner, pedoman
wawancara, hingga kamera untuk foto atau untuk merekam gambar.
Ada berbagai metode pengumpulan data yang dapat dilakukan dalam
sebuah penelitian. Data menurut sumber dan cara memperolehnya,dibagi menjadi:
a) Data Primer, yaitu data yang diperoleh oleh peneliti secara langsung
dikumpulkan dari sumber pertama. Berikut ini adalah beberapa sumber
kegiatan yang lumrah dilakukan oleh peneliti, untuk mendapatkan data primer:
1. Wawancara
Wawancara adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui
tatap muka dan tanya jawab langsung antara peneliti dan narasumber. Seiring
perkembangan teknologi, metode wawancara dapat pula dilakukan melalui
media-media tertentu, misalnya telepon, email, atau skype. Wawancara terbagi
atas dua kategori, yakni wawancara terstruktur dan tidak terstruktur, yang
dijelaskan sebagai baerikut:
a. Wawancara terstruktur, yaitu wawancara dimana didalamnya
peneliti telah mengetahui dengan pasti informasi apa yang hendak
digali dari narasumber. Pada kondisi ini, peneliti biasanya sudah
membuat daftar pertanyaan secara sistematis. Peneliti juga bisa
menggunakan berbagai instrumen penelitian seperti alat bantu
recorder, kamera untuk foto, serta instrumen-instrumen lain.
162 | Sumber dan Metode Pengumpulan Data 1 ( B A B X)
b. Wawancara tidak terstruktur, yaitu wawancara bebas dimana peneliti
tidak menggunakan pedoman wawancara yang berisi pertanyaan-
pertanyaan spesifik, namun hanya memuat poin-poin penting dari
masalah yang ingin digali dari responden.
2. Observasi
Observasi adalah metode pengumpulan data yang kompleks karena
melibatkan berbagai faktor dalam pelaksanaannya. Metode pengumpulan data
observasi tidak hanya mengukur sikap dari responden, namun juga dapat
digunakan untuk merekam berbagai fenomena yang terjadi. Teknik
pengumpulan data observasi cocok digunakan untuk penelitian yang bertujuan
untuk mempelajari perilaku manusia, proses kerja, dan gejala-gejala alam.
Metode ini juga tepat dilakukan pada responden yang kuantitasnya tidak terlalu
besar.
3. Angket
Kuesioner merupakan metode pengumpulan data yang dilakukan dengan
cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada
responden untuk dijawab. Kuesioner merupakan metode pengumpulan data
yang lebih efisien bila peneliti telah mengetahui dengan pasti variabel yag akan
diukur dan tahu apa yang diharapkan dari responden. Selain itu kuesioner juga
cocok digunakan bila jumlah responden cukup besar dan tersebar di wilayah
yang luas. Berdasarkan bentuk pertanyaannya, kuesioner dapat dikategorikan
dalam dua jenis, yakni kuesioner terbuka dan kuesioner tertutup, yaitu sebagai
berikut:
a. Kuesioner terbuka adalah kuesioner yang memberikan kebebasan
kepada objek penelitian untuk menjawab.
b. Kuesioner tertutup adalah kuesioner yang telah menyediakan pilihan
jawaban untuk dipilih oleh objek penelitian. Seiring dengan
perkembangan, beberapa penelitian saat ini juga menerapkan metode
kuesioner yang memiliki bentuk semi terbuka. Dalam bentuk ini, pilihan
jawaban telah diberikan oleh peneliti, namun objek penelitian tetap diberi
kesempatan untuk menjawab sesuai dengan kemauan mereka.
163 | Sumber dan Metode Pengumpulan Data 1 ( B A B X)
b) Data Sekunder, yaitu data yang didapatkan secara tidak langsung dari subjek
penelitian, melainkan sudah dikumpulkan dan disediakan oleh pihak lain, baik
dengan tujuan komersial maupun nonkomersial. Sumber data sekunder dalam
penelitian meliputi sumber data yang secara tidak langsung memberi
keterangan maupun data yang ikut mendukung data primer seperti dokumen
perusahaan dan jurnal-jurnal penelitian.
10.4 Pengertian Statistik Deskriptif dan Statistik Inferensial
Pengertian statistik deskriptif berbeda dengan statistik inferensial. Pada
statistik deskriptif penelitian hanya menggambarkan keadaan data apa adanya
melalui parameter-parameter seperti mean, median, modus, distribusi frekuensi
dan ukuran statistik lainnya. Pada statistika deskriptif, yang perlu disajikan adalah
ukuran pemusatan data, dan ukuran penyebaran data, yang dijelaskan sebagai
berikut:
a) Ukuran pemusatan data (measures of central tendency). Ukuran pemusatan
data yang sering digunakan adalah distribusi frekuensi. Ukuran statistik ini
cocok untuk data nominal dan data ordinal (data kategori). Sementara nilai
mean adalah ukuran pemusatan data yang cocok untuk data continuous.
Ukuran deskriptif lain untuk pemusatan data adalah median (nilai tengah) dan
modus (nilai yang paling sering muncul).
b) Ukuran penyebaran data (measures of spread). Ukuran penyebaran data yang
sering digunakan adalah standar deviasi. Ukuran penyebaran data ini cocok
digunakan untuk data numerik atau continuous. Sementara untuk data kategori,
nilai range merupakan ukuran yang cocok.
Sedangkan penelitian inferensial merupakan proses pengambilan
kesimpulan-kesimpulan berdasarkan data sampel yang lebih sedikit menjadi
kesimpulan yang lebih umum untuk sebuah populasi. Penelitian inferensial
diperlukan jika peneliti memiliki keterbatasan dana sehingga untuk lebih efisien
164 | Sumber dan Metode Pengumpulan Data 1 ( B A B X)
penelitian dilakukan dengan mengambil jumlah sampel yang lebih sedikit dari
populasi yang ada. Pada penelitian inferensial, dilakukan prediksi.
Statistik inferensial membutuhkan pemenuhan asumsi-asumsi. Asumsi
paling awal yang harus dipenuhi adalah sampel diambil secara acak dari populasi.
Hal tersebut diperlukan karena pada statistika inferensial perlu keterwakilan
sampel atas populasi. Asumsi-asumsi lain yang perlu dipenuhi mengikuti alat
analisis yang digunakan. Jika yang digunakan adalah analisis regresi, maka
asumsi-asumsi data harus memenuhi asumsi analisis regresi. Metode analisis
statistik yang digunakan dalam statistik inferensial adalah T-test, Anova, Anacova,
Analisis regresi, Analisis jalur, Structural equation modelling (SEM) dan metode
analisis lain tergantung tujuan penelitian. Dalam statistik inferensial harus ada
pengujian hipotesis yang bertujuan untuk melihat apakah ukuran statistik yang
digunakan dapat ditarik menjadi kesimpulan yang lebih luas dalam populasinya.
Ukuran-ukuran statistik tersebut dibandingkan dengan pola distribusi populasi
sebagai normanya. Oleh sebab itu, mengetahui pola distribusi data sampel
menjadi penting dalam statistik inferensial.
1. Definisi Metode Deskriptif
Metode deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah
yang diselidiki dengan menggambarkan keadaan subjek atau objek dalam
penelitian dapat berupa orang, lembaga, masyarakat dan yang lainnya yang pada
saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau apa adanya.
Menurut (Sugiyono, 2005, p. 21) metode deskriptif adalah suatu metode
yang digunakan untuk menggambarkan atau menganalisis suatu hasil penelitian
tetapi tidak digunakan untuk membuat kesimpulan yang lebih luas. Tujuan dari
penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran, atau lukisan
secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta
hubungan antarfenomena yang diselidiki. Berdasarkan definisi tersebut dapat
dikatakan bahwa penelitian deskriptif merupakan penelitian yang berusaha
mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa yang terjadi pada saat sekarang atau
permasalahan aktual.
165 | Sumber dan Metode Pengumpulan Data 1 ( B A B X)
a. Ciri-ciri metode deskriptif
Terdapat ciri-ciri yang pokok pada metode deskriptif, antara lain yaitu:
1. Memusatkan perhatian pada permasalahan yang ada pada saat penelitian
dilakukan atau permasalahan yang bersifat aktual
2. Menggambarkan fakta tentang permasalahan yang diselidiki sebagaimana
adanya, diiringi dengan interpretasi rasional yang seimbang.
3. Pekerjaan peneliti bukan saja memberika gambaran terhadap fenomena-
fenomena, tetapi juga menerangkan hubungan, menguji hipotesis, membuat
prediksi, serta mendapatkan makna dan implikasi dari suatu masalah.
b. Jenis Penelitian Deskriptif
Menurut (Nazir, 2013) mengemukakan bahwa ditinjau dari jenis masalah yang
diselidiki, teknik dan alat yang digunakan, serta tempat dan waktu, maka
penelitian deskriptif dibagi menjadi beberapa metode, yaitu:
1. Metode survei
Metode survei adalah penyelidikan yang diadakan untuk memperoleh
fakta-fakta dari gejala-gejala yang ada dan mencari keterangan-keterangan
secara faktual, baik tentang institusi sosial, ekonomi, atau politik dari suatu
kelompok ataupun suatu daerah. (Nazir, 2013). (Kerlinger, 2006)
mengemukakan bahwa metode survei adalah penelitian yang dilakukan pada
populasi besar maupun kecil, tetapi data yang dipelajari adalah data dari
sampel yang diambil dari populasi tersebut, sehingga ditemukan kejadian-
kejadian relatif distribusi, dan hubungan antar variabel. Sosiologi, maupun
psikologis. Survei pada dasarnya tidak berbeda dengan research (penelitian).
Pemakaian kedua istilah ini kerap kali hanya dimaksudkan untuk memberikan
penekanan mengenai ruang lingkup. Research memusatkan diri pada salah satu
atau beberapa aspek dari objeknya. Sedangkan survei bersifat menyeluruh yang
kemudian akan dilanjutkan secara khusus pada aspek tertentu bilamana
diperlukan studi yang lebih mendalam (Zulnaidi, 2007, p. 11).
166 | Sumber dan Metode Pengumpulan Data 1 ( B A B X)
Lebih lanjut lagi (Zulnaidi, 2007, pp. 11-12) mengemukakan beberapa
studi yang termasuk dalam metode survei yakni:
a. Survei kelembagaan (institutional survei)
b. Analisis jabatan/ pekerjaan (job analysis)
c. Analisis dokumen (documentary analysis)
d. Analisis isi (content analysis)
e. Survei pendapat umum (public oppinion survey)
f. Survey kemasyarakatan (community survey)
(Nazir, 2013) dalam bukunya Metode Penelitian, mengemukan terdapat
banyak sekali penelitian yang dapat dilakukan dengan menggunakan metode
survei, diantaranya adalah survei masalah kemasyarakatan, survei komunikasi
dan pendapat umum, survei masalah politik, survei masalah pendidikan, dan
lain sebagainya.
2. Metode deskriptif kesinambungan
Metode deskriptif dapat diartikan sebagai penelitian yang dilakukan secara
terus menerus atau berkesinambungan sehingga diperoleh pengetahuan yang
menyeluruh mengenai masalah, fenomena, dan kekuatan-kekuatan sosial yang
diperoleh jika hubungan-hubungan fenomena dikaji dalam suatu periode yang
lama. Menurut (Nazir, 2013) mendefinisikan metode deskriptif
berkesinambungan atau continuity descriptive research sebagai kerja meneliti
secara deskriptif yang dilakukan secara terus menerus atas suatu objek
penelitian.
3. Penelitian studi kasus
Penelitian studi kasus memusatkan diri secara intensive terhadap satu
objek tertentu, dengan cara mempelajari sebagai suatu kasus. Berbagai unit
sosial seperti seorang murid menunjukkan kelainan, sebuah kelompok keluarga,
sebuah kelompok anak nakal, sebuah desa, sebuah lembaga sosial dan lain-lain
dapat diselidiki secara intensive, baik secara menyeluruh maupun mengenai
aspek-aspek tertentu yang mendapat perhatian khusus. (Zulnaidi, 2007, p. 13).
Tujuan studi kasus adalah untuk memberikan gambaran secara mendetail
167 | Sumber dan Metode Pengumpulan Data 1 ( B A B X)
tentang latar belakang, sifat-sifat serta karakter-karakter yang khas dari kasus,
ataupun status dari individu, yang kemudian, dari sifat-sifat khas akan
dijadikan suatu hal yang bersifat umum. Penelitian studi kasus menurut (Stake,
2005) terdapat 3 jenis penelitian studi kasus yang dibagi berdasarkan
karakteristik dan fungsinya, yaitu penelitian studi kasus mendalam, penelitian
studi kasus instrumental, dan penelitian studi kasus jamak.
Tidak berbeda jauh, (Creswell, 2012) juga membagi penelitian studi kasus
menjadi 3 jenis. Dalam penelitian studi kasus tentunya terdapat langkah-
langkahnya. Menurut (Yin, 2013), terdapat langkah-langkah dalam melakukan
penelitian studi kasus yakni secara singkat seperti di bawah ini:
a. Merancang studi kasus
Dalam merancang studi kasus, terdapat dua langkah yakni melakukan
pembekalan pengetahuan dan keterampilan serta melakukan pengembangan
dan pengkajian ulang penelitian.
b. Melakukan studi kasus
Dalam langkah kedua ini terdapat tiga langkah yakni: 1) penentuan teknik
pengumpulan data; 2) penyebaran alat pengumpulan data; dan 3)
penganalisisan bukti studi kasus yang terkumpul.
c. Melakukan pengembangan, implikasi, dan saran
Tahap ini merupakan tahap akhir dari setiap penelitian sebagai upaya
melaporkan hasil penelitiannya kepada semua orang. (Nazir, 2013)
mengemukakan bahwa langkah-langkah pokok dalam meneliti kasus adalah
sebagai berikut: 1) menemukan rumusan tujuan penelitian; 2) tentukan unit-
unit studi, sifat-sifat serta proses-proses apa yang akan menuntun penelitian; 3)
tentukan rancangan serta pendekatan dalam memilih unit-unit dan teknik
pengumpulan data mana yang digunakan. Sumber-sumber data apa yang
tersedia; 4) kumpulkan data; 5) organisasikan informasi serta data yang
terkumpul dan analisa untuk membuat interpretasi serta generalisasi; 6) susun
laporan dengan memberikan kesimpulan serta implikasi dari hasil penelitian.
168 | Sumber dan Metode Pengumpulan Data 1 ( B A B X)
4. Penelitian analisa pekerjaan dan aktivitas
Menurut (Nazir, 2013) dalam buku Metode Penelitian mengemukakan
bahwa penelitian analisa pekerjaan dan aktivitas merupakan penelitian yang
ditujukan untuk menyelidiki secara terperinci aktivitas dan pekerjaan manusia,
dan hasil penelitian tersebut dapat memberikan rekomendasi-rekomendasi
untuk keperluan masa yang akan datang. Lebih lanjut Nazir mengemukakan
bahwa studi yang mendalam dilakukan terhadap kelakuan-kelakuan pekerja,
buruh, petani, guru, dan lain sebagainya terhadap gerak-gerik mereka dalam
melakukan tugas, penggunaan waktu secara efisien dan efektif.
5. Penelitian tindakan (action research)
Penelitian tindakan merupakan penelitian yang berfokus pada penerapan
tindakan yang dengan tujuan meningkatkan mutu atau memecahkan
permasalahan pada suatu kelompok subjek yang diteliti dan diamati tingkat
keberhasilannya atau dampak dari tindakannya. Penelitian tindakan juga
berusaha melibatkan pihak-pihak terkait, jika penelitian tindakan dilaksanakan
di sekolah, maka pihak terkait antara lain adalah kepala sekolah, guru, siswa,
karyawan, dan orang tua siswa. Penelitian ini sering digunakan oleh para
peneliti di bidang pendidikan yang sering disebut sebagai penelitian tindakan
kelas (Classroom Action Research). Menurut (Kemmis & Taggart, 2010)
mengungkapkan bahwa dalam penelitian tindakan kelas ini terdapat model
yang digunakan yakni siklus yang akan selalu berputar, seperti pada gambar
berikut ini:
Gambar 10.1 Model Tindakan Kelas (Kemmis dan McTaggart, 2010)
169 | Sumber dan Metode Pengumpulan Data 1 ( B A B X)
Berdasarkan gambar tersebut dapat kita ketahui bahwa model di atas
merupakan model siklus yang akan selalu berputar. Di awali oleh langkah
perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Bilamana peneliti belum
puas dengan hasil yang diperoleh, maka dapat dilanjutkan pada siklus yang
kedua, ketiga, dan seterusnya dengan langkah-langkah yang sama sampai
peneliti tersebut puas dengan hasil yang diperoleh.
6. Penelitian Komparatif
Menurut (Sugiyono, 2005, p. 11) penelitian komparatif adalah suatu
penelitian yang bersifat membandingkan. Dalam buku metode penelitian
karangan (Nazir, 2013) terdapat keunggulan dan kelemahan dari metode
penelitian komparatif. Keunggulannya adalah sebagai berikut:
a. Metode komparatif dapat mensubtitusikan metode eksperimental karena
beberapa alasan: 1) jika sukar diadakan kontrol terhadap salah satu faktor
yang ingin diketahui atau diselidiki hubungan sebab akibatnya; 2) apabila
teknik untuk mengadakan variabel kontrol dapat menghalangi penampilan
fenomena secara normal ataupun tidak memungkinkan adanya interaksi
secara normal; 3) penggunaan laboratorium untuk penelitian untuk
dimungkinkan, baik karena kendala teknik, keuangan, maupun etika dan
moral.
b. Dengan adanya teknik yang lebih mutakhir serta alat statistik yang lebih
maju, membuat penelitian komparatif dapat mengadakan estimasi terhadap
parameter-parameter hubungan kausal secara lebih efektif.
Sedangkan kelemahannya adalah sebagai berikut:
1. Penelitian komparatif yang bersifat ex post facto, mengakibatkan penelitian
tersebut tidak mempunyai kontrol terhadap variabel bebas
2. Sukar memperoleh kepastian, apakah faktor-faktor penyebab suatu
hubungan kausal yang diselidiki benar-benar relevan.
3. Interaksi antarfaktor-faktor tunggal sebagai penyebab atau akibat terjadinya
suatu fenomena menjadi sukar untuk diketahui.
170 | Sumber dan Metode Pengumpulan Data 1 ( B A B X)
4. Ada kalanya dua atau lebih faktor memperlihatkan adanya hubungan, tetapi
belum tentu bahwa hubungan yang diperlihatkan adalah hubungan sebab
akibat.
5. Mengkategorisasikan subjek dalam dikhotomi untuk tujuan perbandingan
dapat menjurus pada pengambilan keputusan dan kesimpulan yang salah,
akibatnya kategori dikhotomi yang dibuat mempunyai sifat kabur, bervariasi,
samar, menghendaki value judgement dan tidak kokoh.
Lebih lanjut lagi (Nazir, 2013) menjabarkan beberpa langkah pokok dalam
studi komparatif, yaitu: 1) rumuskan dan definisikan masalah; 2) jajaki dan teliti
literatur yang ada; 3) rumuskan kerangka teoritis dan hipotesa-hipotesa serta
asumsi-asumsi yang dipakai; 4) buatlah rancangan penelitian dengan cara memilih
subjek yang digunakan dengan teknik pengumpulan data yang diinginkan, dan
mengkategorikan sifat-sifat atau atribut-atribut atau hal-hal lain yang sesuai
dengan masalah yang ingin dipecahkan, untuk mempermudah analisa sebab
akibat; 5) uji hipotesa, membuat interpretasi terhadap hubungan dengan teknik
statistik yang tepat; 6) membuat generalisasi, kesimpulan, serta implikasi
kebijakan; dan 7) menyusun laporan dengan cara penulisan ilmiah.
c. Kriteria Pokok Metode Deskriptif
(Nazir, 2013) dalam buku Metode Penelitian, menyatakan terdapat dua
kriteria pokok dalam metode penelitian deskriptif, yakni kriteria umum dan
kriteria khusus. Kriteria umum dari penelitan dengan metode deskriptif
adalah:
1) Masalah yang dirumuskan harus patut, ada nilai ilmiah serta tidak terlalu
luas.
2) Tujuan penelitian harus dinyatakan dengan tegas dan tidak terlalu umum.
3) Data yang digunakan harus fakta-fakta yang terpercaya dan bukan
merupakan opini.
4) Standar yang digunakan untuk membuat perbandingan harus mempunyai
validitas.
5) Harus ada deskripsi yang terang tentang tempat serta waktu penelitian
dilakukan.
171 | Sumber dan Metode Pengumpulan Data 1 ( B A B X)
6) Hasil penelitian harus berisi secara detail yang digunakan baik dalam
mengumpulkan data maupun dalam menganalisa data serta studi
kepustakaan yang dilakukan. Deduksi logis harus jelas hubungannya
dengan kerangka teoritis yang digunakan, jika kerangka teoritis untuk itu
telah dikembangkan.
Sedangkan kriteria khusus pada penelitan metode deskriptif adalah:
a) Prinsip-prinsip ataupun data yang digunakan dinyatakan dalam nilai
(value).
b) Fakta-fakta ataupun prinsip-prinsip yang digunakan adalah mengenai
masalah status.
Sifat penelitian adalah ex post facto, karena itu tidak ada kontrol terhadap variabel,
dan peneliti tidak mengadakan pengaturan atau manipulasi terhadap variabel.
Variabel dilihat sebagaimana adanya.
d. Langkah-Langkah Umum Dalam Metode Deskriptif
Secara singkat dapat diketahui terdapat beberapa langkah-langkah dalama
metode penelitian deskriptif, yakni: 1) Mengidentifikasi adanya permasalahan
yang signifikan untuk dipecahkan melalui metode deskriptif; 2) Membatasi dan
merumuskan permasalahan secara jelas; 3) Menentukan tujuan dan manfaat
penelitian; 4) Melakukan studi pustaka yang berkaitan dengan permasalahan;
5) Menentukan kerangka berfikir dan pertanyaan penelitian dan atau hipotesis
penelitian; 6) Mendesain metode penelitian yang hendak digunakan termasuk
menentukan populasi, sampel, teknik sampling, instrument pengumpulan data,
dan menganalisis data; 7) mengumpulkan, mengorganisasi, dan menganalisis
data dengan menggunakan teknik statistik yang relevan; dan 8) membuat
laporan penelitian.
172 | Sumber dan Metode Pengumpulan Data 1 ( B A B X)
Untuk lebih rincinya, (Nazir, 2013) mengungkapakan terdapat berbagai
langkah yang sering diikuti adalah sebagai berikut:
1) Memilih dan merumuskan masalah yang menghendaki konsepsi ada
kegunaan masalah tersebut serta dapat diselidiki dengan sumber yang
ada
2) Menentukan tujuan dari penelitian yang akan dikerjakan. Tujuan dari
penelitian harus konsisten dengan rumusan dan definisi dari masalah
3) Memberikan limitasi dari area atau scope atau sejauh mana penelitian
deskriptif tersebut akan dilaksanakan. Termasuk di dalamnya daerah
geografis di mana penelitian akan dilakukan, batasan-batasan
kronologis, ukuran tentang dalam dangkal serta sebarapa utuh daerah
penelitian tersebut akan dijangkau.
4) Pada bidang ilmu yang telah mempunyai teori-teori yang kuat, maka
perlu dirumuskan kerangka teori atau kerangka konseptual yang
kemudian diturunkan dalam bentuk hipotesa-hipotesa untuk
diverifikasikan. Bagi ilmu sosial yang telah berkembang baik, maka
kerangka analisa dapat dijabarkan dalam bentuk-bentuk model
matematika.
5) Menelusuri sumber-sumber kepustakaan yang ada hubungannya dengan
masalah yang ingin dipecahkan.
6) Merumuskan hipotesa-hipotesa yang ingin diuji, baik secara eksplisit
maupun secara implisit.
7) Melakukan kerja lapangan untuk mengumpulkan data, gunakan teknik
pengumpulan data yang cocok untuk penelitian.
8) Membuat tabulasi serta analisa statistik dilakukan terhadap data yang
telah dikumpulkan. Kurangi penggunaan statistik sampai kepada batas-
batas yang dapat dikerjakan dengan unit-unit pengukuran sepadan.
9) Memberikan interpretasi dari hasil dalam hubungannya dengan kondisi
sosial yang ingin diselidiki serta dari data yang diperoleh serta referensi
khas terhadap masalah yang ingin dipecahkan.
173 | Sumber dan Metode Pengumpulan Data 1 ( B A B X)
10) Mengadakan generalisasi serta deduksi dari penemuan serta hipotesa-
hipotesa yang ingin diuji. Berikan rekomendasi-rekomendasi untuk
kebijakan-kebijakan yang dapat ditarik dari penelitian.
11) Membuat laporan penelitian dengan cara ilmiah.
2. Metode Verifikatif
Metode verifikatif menurut (Sugiyono, 2017) adalah penelitian yang pada
dasarnya untuk menguji teori dengan pengujian hipotesis. Pengujian hipotesis
dilakukan dengan menggunakan perhitungan statistik yang digunakan untuk
menguji pengaruh variabel X1 dan X2 terhadap Y. Verifikatif menguji teori dengan
pengujian suatu hipotesis apakah diterima atau ditolak.
Dalam analisis data pada metode verifikatif dapat dilakukan dengan cara
regresi, analisis jalur, dan SEM. Namun, dalam buku ini hanya akan dibahas
mengenai analisis jalur dan SEM. Untuk menguji struktur hubungan antar variabel
yang bersifat kausal dapat menggunakan analisis jalur, sedangkan SEM digunakan
untuk menguji struktur hubungan antar variabel yang dilengkapi variabel manifest
yang bersifat kausal.
a) Istilah-Istilah Dasar
Istilah- istilah dasar yang sering digunakan dalam SEM dan Path menurut
(Santosa, 2018, pp. 35-48) adalah sebagai berikut:
Konstruk adalah konsep, karakteristik atau sifat yang sedang dievaluasi.
Konstruk bersifat abstrak yang dapat diklarifikasikan menjadi dua, yaitu konstruk
langsung dan tidak langsung. Konstruk langsung adalah konstruk yang mudah
diukur dengan menggunakan alat ukur yang mudah diverifikasi dan mempunyai
satuan tertentu berdasarkan alat ukur yang digunakan, seperti satuan tinggi badan
misalnya centimeter, satuan berat misalnya kilogram dll. Konstruk tidak
langsung adalah konstruk yang tidak bisa diukur secara langsung, tetapi dengan
menggunakan indikator-indikatornya, contohnya kepuasan, minat, motivasi dll.
174 | Sumber dan Metode Pengumpulan Data 1 ( B A B X)
Peubah gabungan (komposit) disebut juga dengan variat adalah
kombinasi linier sejumlah peubah yang dipilih sesuai dengan persoalan penelitian
yang dihadapi (Hair et al dalam (Santosa, 2018, p. 37)). Nilai gabungan
(komposit) diperoleh dengan mengkombinasikan secara linier peubah-peubah
penyusunnya dengan bobot tertentu untuk setiap peubah penyusun.
Ada dua kelas peubah dalam SEM, yaitu peubah teramati (observed
variable) dan peubah laten (latent variable). Peubah teramati atau sering disebut
dengan variabel manifest atau indikator pada dasarnya mewakili data yang
diperoleh langsung dari pengamatan lapangan, baik lewat survey maupun cara
pengumpulan data yang lain. Peubah laten atau sering dikaitkan dengan konstruk
hipotesis atau faktor yang menunjukkan suatu besaran kontinu yang tidak dapat
diamati (diukur) secara langsung.
Kodifikasi atau coding adalah kegiatan untuk mengassign suatu nilai ke
suatu kategori yang memungkinkan peneliti untuk melakukan pengukuran. Dalam
coding ada yang namanya precoded (mengassign nilai ke suatu jawaban spesifik
ke sebuah kuesioner survey) dan postcoding (mengassign nilai ke nilai lain
setelah data terkumpul). Coding merupakan hal yang penting dalam analisis
multivariate karena akan menentukan kapan dan bagaimana berbagai tipe skala
bisa diterapkan.
Skala unipolar adalah skala yang mempunyai kisaran dimulai dari 1
sampai ke nilai positif tertentu. Dalam kasus tertentu, skala unipolar tidak bisa
menangkap informasi yang lebih lengkap. Skala bipolar adalah skala yang
menempatkan satu label di satu sisi dan satu label di sisi yang lain dengan skala
yang kedua merupakan lawan kata dari label pertama. Skala bipolar juga sering
disebut dengan skala semantic distance.
b) Analisis Jalur dengan PLS
Menurut Robert D.Rutherford dalam (Pardede, Ratlan, & Manurung, 2014,
p. 16) menjelaskan bahwa analisis jalur ialah suatu teknik untuk menganalisis
hubungan sebab akibat yang terjadi pada regresi berganda jika Variabel bebasnya
mempengaruhi variabel terikat tidak hanya secara langsung, tetapi juga secara
tidak langsung. Sementara itu, menurut Paul Webley dalam (Pardede, Ratlan, &
175 | Sumber dan Metode Pengumpulan Data 1 ( B A B X)
Manurung, 2014, p. 17) mengatakan bahwa analisis jalur merupakan
pengembangan langsung bentuk regresi berganda dengan tujuan untuk
memberikan estimasi tingkat kepentingan (magnitude) dan signifikansi
(significance) hubungan sebab akibat hipotetikal dalam seperangkat variabel.
Dari kedua definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa analisis jalur
merupakan suatu teknik untuk menganalisis pengaruh variabel independent
(eksogen) terhadap variabel dependent (endogen) secara langsung maupun tidak
langsung untuk menemukan jalur mana yang paling singkat dan tepat. Atau dapat
disebut bahwa tujuan analisis jalur adalah untuk menganalisis hubungan sebab
akibat yang terjadi pada regresi berganda bila variabel endogen dipengaruhi oleh
variabel eksogen secara langsung maupun tidak langsung.
Menurut (Santosa, 2018, pp. 56-57) menjelaskan bahwa model analisis
jalur (path analysis) biasanya hanya terdiri atas peubah teramati. Oleh karena
alasan inilah, sejumlah peneliti tidak menganggap model analisis jalur sebagai
SEM. Model analisis jalur juga perlu didiskusikan, meskipun model ini hanya
fokus pada peubah teramati hanya saja model ini merupakan bagian yang penting
dalam perkembangan SEM dan secara khusus mempunyai ide dasar yang sama
dengan model pencocokkan dan uji model SEM.
1. Prinsip-prinsip analisis jalur
Menurut (Pardede, Ratlan, & Manurung, 2014, p. 17) mengemukakan
bahwa prinsip-prinsip dasar yang sebaiknya dipenuhi dalam analisis jalur di
antaranya adalah:
a) Adanya linieritas (linierity). Hubungan antarvariabel bersifat linier.
b) Adanya aditivitas (additivity). Tidak ada efek-efek interaksi.
c) Data berskala interval. Semua variabel yang diobservasi mempunyai data
berskala interval (scaled values). Jika data belum dalam bentuk skala
interval, sebaiknya data diubah dengan menggunakan Metode Suksessive
Interval (MSI) terlebih dahulu.
176 | Sumber dan Metode Pengumpulan Data 1 ( B A B X)
d) Semua variabel residual (yang tidak diukur) tidak berkorelasi dengan salah
satu variabel dalam model.
e) Istilah gangguan (disturbance terms) atau variabel residual tidak boleh
berkorelasi dengan semua variabel endogenous dalam model. Jika dilanggar
maka akan berakibat hasil regresi menjadi tidak tepat untuk
mengestimasikan parameter-parameter jalur.
f) Sebailnya hanya terdapat multikolinieritas yang rendah. Maksud
multikolinieritas adalah dua atau lebih variabel bebas (penyebab)
mempunyai hubungan yang sangat tinggi. Jika terjadi hubungan yang tinggi
maka kita akan mendapatkan standar error yang besar dari koefisien beta (β)
yang digunakan untuk menghilangkan varian biasa dalam melakukan
analisis korelasi secara parsial.
g) Adanya rekursivitas. Semua anak panah mempunyai satu arah, tidak boleh
terjadi pemutaran kembali (looping)
h) Spesifikasi model sangat diperlukan untuk menginterpretasikan koefisien-
koefisien jalur. Kesalahan spesifikasi terjadi ketika variabel penyebab yang
signifikan dikeluarkan dari model. Semua efisien jalur akan merefleksikan
kovarian bersama dengan semua variabel yang tidak diukur dan tidak akan
dapat diinterpretasi secara tepat dalam kaitannya dengan akibat langsung
dan tidak langsung.
i) Terdapat masukan korelasi yang sesuai. Artinya, jika kita menggunakan
matriks korelasi sebagai masukan maka korelasi pearsons digunakan untuk
dua variabel berskala interval; korelasi polychoric untuk dua variabel
berskala ordinal; tetrachoric untuk dua variabel dikotomi (berskala
nominal); polyserial untuk satu variabel interval dan lainnya ordinal; dan
biserial untuk satu variabel berskala interval dan lainnya nominal.
j) Terdapat ukuran sampel yang memadai. Untuk memperoleh hasil yang
maksimal, sebaiknya menggunakan sampel di atas 100.
k) Sampel sama dibutuhkan untuk perhitungan regresi dalam model jalur.
177 | Sumber dan Metode Pengumpulan Data 1 ( B A B X)
2. Diagram Jalur
Diagram jalur ini digunakan untuk mempresentasikan permasalahan dalam
bentuk gambar dan menentukan persamaan struktural yang menyatakan hubungan
antar variabel pada diagram jalur tersebut.
Diagram jalur merupakan suatu gambaran representasi dari system
persamaan simultan. Salah satu manfaat utama dari diagram jalur adalah dapat
memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai hubungan antar variabel sesuai
dengan asumsi yang digunakan dibandingkan persamaan.
Contoh:
Analisis Kompensasi dan Motivasi Terhadap Kinerja Karyawan dengan
Disiplin Kerja Sebagai Variabel Intervening.
Berdasarkan judul penelitian, maka model analisis jalur dalam penelitian
ini dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 10.2 Diagram Jalur
Pada gambar 10.2 menunjukkan X1 dan X2 merupakan variabel independen
(eksogen) serta Y sebagai variabel intervening dan Z merupakan variabel
dependen (endogen). Adanya X1 dan X2 yang mempunyai jalur hubungan tidak
langsung dengan Z, karena harus melewati variabel Y sehingga variabel Y disebut
variabel intervening.
Berdasarkan diagram jalur pada gambar 10.2 dapat diformulasikan ke dalam
bentuk persamaan struktural, yaitu:
178 | Sumber dan Metode Pengumpulan Data 1 ( B A B X)
a. Persamaan jalur sub struktural pertama:
Gambar 10.3 Sub struktural pertama diagram jalur X1 dan X2 terhadap Y
Keterangan:
X1 = Kompensasi
X2 = Motivasi
Y = Disiplin Kerja
= Koefisien jalur motivasi terhadap disiplin kerja
= Koefisien jalur kompensasi terhadap disiplin kerja
= Faktor lain yang mempengaruhi pengungkapan disiplin kerja
b. Persamaan jalur sub struktural kedua:
Gambar 10.4 Sub struktural kedua diagram jalur X1 dan X2 terhadap Z
Keterangan:
X1 = Kompensasi
X2 = Motivasi
Z = Kinerja Karyawan
= Koefisien jalur motivasi terhadap kinerja karyawan
= Koefisien jalur kompensasi terhadap kinerja karyawan
179 | Sumber dan Metode Pengumpulan Data 1 ( B A B X)
= Faktor lain yang mempengaruhi pengungkapan kinerja karyawan
c. Persamaan jalur sub structural ketiga:
Gambar 10.5 Sub struktural kedua diagram jalur X1, X2, dan Y terhadap Z
Keterangan:
X1 = Kompensasi
X2 = Motivasi
Y = Disiplin Kerja
Z = Kinerja Karyawan
= Koefisien jalur motivasi terhadap kinerja karyawan
= Koefisien jalur kompensasi terhadap kinerja karyawan
= Koefisien jalur disiplin kerja terhadap kinerja karyawan
= Faktor lain yang mempengaruhi pengungkapan kinerja karyawan
c) Analisis SEM-PLS
SEM atau Structural Equation Modeling adalah salah satu analisis
multivariate yang dapat menganalisis hubungan antar variabel secara lebih
komplek, yang memungkinkan untuk menguji hubungan antara variabel laten
dengan variabel manifest atau persamaan pengukuran dan menguji hubungan
antara variabel laten dengan variabel laten yang lainnya atau persamaan structural.
1. Jenis-jenis peubah
Dalam analisis jalur peubah laten dibagi menjadi dua yaitu peubah (laten)
eksogen dan peubah (laten) endogen. Menurut (Santosa, 2018, p. 62) menjelaskan
bahwa peubah eksogen dalam pengertian yang paling sederhana adalah peubah
180 | Sumber dan Metode Pengumpulan Data 1 ( B A B X)
yang mempengaruhi peubah lain dan tidak dipengaruhi oleh peubah lain. Peubah
eksogen mirip dengan peubah bebas (independent variable), meskipun ada
perbedaan diantara keduanya. Peubah eksogen ada yang bersifat eksogen murni
(purely exogenous) dan eksogen sebagian (partially exogenous). Dalam model
regresi normal, semua peubah bebas dianggap sebagai eksogen.
Menurut (Santosa, 2018, p. 63) menjelaskan bahwa peubah endogen
adalah peubah yang nilainya ditentukan oleh peubah lain dalam sistem atau model
kasualitas yang sedang diamati. Peubah endogen mirip dengan peubah tak bebas
(dependent variable), meskipun ada perbedaan diantara keduanya. Peubah
endogen ada yang bersifat endogen murni (purely endogenous) dan eksogen
sebagian (partially endogenous). Dalam sebuah system atau model kasualitas,
sebuah peubah hanya dikategorikan sebagai peubah endogen atau eksogen.
Sebuah peubah yang pada sebuah system bisa dinyatakan sebagai peubah
eksogenous, dalam system berbeda bisa dinyatakan sebagai peubah endogenous.
2. Ukuran pengaruh
Menurut (Santosa, 2018, p. 69) menjelaskan bahwa ada tiga jenis
pengaruh dari sepasang peubah yang dinyatakan mempunyai relasi kausalitas,
yaitu:
a. Pengaruh langsung adalah pengaruh peubah eksogen ke peubah endogen
yang direlasikan secara langsung tanpa adanya peubah mediasi atau
peubah pelantara lainnya.
b. Pengaruh tak langsung adalah pengaruh peubah eksogen ke peubah
endogen yang direlasikan melalui peubah mediasi atau peubah pelantara
lainnya.
c. Pengaruh total adalah jumlah dari pengaruh langsung dan tak langsung.
3. Kelebihan dan kekurangan PLS
Salah satu keuntungan PLS adalah SEM berbasis varians, menurut Fornell
dalam (Santosa, 2018, p. 58) menjelaskan bahwa SEM berbasis varians digunakan
untuk mengembangkan teori pada riset yang bersifat eksploratori. Fokus dari riset
eksploratori adalah menjelaskan varians dari peubah tak bebas dengan data set
yang ada. Menurut World dalam (Santosa, 2018, p. 59) menjelaskan bahwa
181 | Sumber dan Metode Pengumpulan Data 1 ( B A B X)
keuntungan lain PLS adalah PLS menekankan pada prediksi berakurasi tinggi,
menurut Fornell dan Cha dalam (Santosa, 2018, p. 59) menjelaskan bahwa PLS
tidak mengharuskan data mempunyai distribusi yang sama sehingga bersifat bebas
distribusi (distribution-free), serta menurut Fornell et al dalam (Santosa, 2018, p.
59) menjelaskan bahwa PLS dapat menangani ukuran sampel yang kecil,
ditambahkan oleh Barclay et al dalam (Santosa, 2018, p. 59) menjelaskan bahwa
dengan model sebab-akibat atau model kausalitas (causal model) yang kompleks
yang berfokus untuk memaksimalkan explained variance dari konstruk-konstruk
yang diamati dan bukan pada model fit.
Kekurangan PLS adalah PLS tidak berbasis covarians seperti AMOS dan
LISREL. Menurut (Santosa, 2018, p. 58) menjelaskan bahwa SEM berbasis
covarians digunakan untuk mengonfirmasi atau menolak teori (sekumpulan relasi
yang menghubungkan sejumlah peubah yang dapat dibuktikan secara empiris).
Hal ini dilakukan dengan cara menguji bahwa teori yang diusulkan mampu
mengestimasi matriks kovarians untuk data set tertentu.
4. Analisis data
Analisis data menggunakan SEM-PLS terdiri dari dua langkah, yaitu
langkah pertama adalah untuk melihat validitas dan reliabilitas alat ukur yang
dimanifestasikan oleh data yang dikumpulkan. Langkah kedua adalah
menganalisis data sesuai dengan hipotesis yang diajukan. Dalam SEM-PLS
tahap pertama disebut dengan pengujian model pengukuran (measurement
model) atau outer model dan tahap kedua disebut pengujian model struktural
atau inner model .
Tujuan analisis menggunakan SEM-PLS adalah untuk memaksimalkan
explained variance atau nilai R2 dari semua peubah laten endogen yang dilibatkan
dalam diagram jalur.
182 | Sumber dan Metode Pengumpulan Data 1 ( B A B X)
Tabel 10.1 Tahap evaluasi data menggunakan SEM-PLS
Evaluasi Model Pengukuran
Peubah laten reflektif Peubah laten formatif
1. Konsistensi internal (cronbach’s alpha.
1. Validitas konvergen
Reliabilitas gabungan) 2. Kolinearitas antar indikator
2. Validitas konvergen (reliabilitas 3. Signifikansi dan relevansi
indikator, AVE) outer weighs
3. Validitas diskriminan
Evaluasi Model Struktural
1. Asesmen koliniaritas pada level konstruk
2. Nilai dan signifikansi koefisien jalur
3. Koefisien determinasi atau explained variance atau nilai R2
4. Ukuran pengaruh f2
5. Relevansi prediktif Q2
6. Ukuran pengaruh q2
Sumber:(Santosa, 2018, p. 78)
a) Evaluasi Model Pengukuran
Menurut (Santosa, 2018, p. 78) menjelaskan bahwa model pengukuran
atau outer model berfokus pada validitas dan reliabilitas indikator -indikator yang
digunakan. Untuk dapat mengukur sebuah peubah laten dengan lebih cepat,
diperlukan sejumlah indikator sesuai dengan tipe peubah latennya, yaitu reflektif
atau formatif. Penggunaan banyak indikator dimaksudkan untuk menangkap
berbagai aspek dari peubah laten yang diukur. Disisi lain, pengukuran
menggunakan banyak indikator juga makin banyak munculnya galat (error).
Analisa outer model dilakukan untuk memastikan bahwa indikator yang
digunakan layak untuk dijadikan pengukuran (valid dan reliable). Analisa outer
model ini memspesifikasi hubungan antar variabel laten dengan indikator-
indikatornya (manifest) atau dapat dikatakan bahwa outer model mendefinisikan
bagaimana setiap indikator berhubungan dengan variabel latennya.
Menurut (Santosa, 2018, p. 152) menyatakan bahwa model pengukuran
atau outer model menjelaskan relasi antara peubah laten dengan indikatornya.
Model pengukuran untuk peubah laten reflektif didasarkan pada loading indikator
ke peubah laten yang bersesuaian. Sementara, untuk peubah laten formatif yang
digunakan adalah weight. Menurut Hanlon dalam (Santosa, 2018, p. 152)
183 | Sumber dan Metode Pengumpulan Data 1 ( B A B X)
mengatakan bahwa asesmen model pengukuran berurusan dengan validitas
peubah laten atau „sejauh mana indikator merefleksikan suatu peubah laten‟. Uji
validitas ini pada dasarnya untuk meyakinkan bahwa instrument pengukuran yang
digunakan adalah valid dan reliable.
Menurut (Santosa, 2018, pp. 70-71) indikator reflektif adalah indikator
yang merupakan manifestasi dari sebuah peubah laten. Dengan demikian,
hubungan kausalitasnya dari peubah laten ke indikatornya. Arah kausalitasnya
ditunjukkan dengan arah anak panah, yakni dari peubah laten ke indikator -
indikatornya. Indikator reflektif, sering juga disebut dengan indikator pengaruh,
dapat dipandang sebagai refresentasi sampel dari semua kemungkinan item yang
ditentukan untuk mengukur peubah laten sesuai dengan domain dari peubah laten
tersebut. Dalam indikator reflektif, setiap sepasang indikator tidak harus
berkorelasi satu sama lain, bahkan masing-masing boleh berbeda karena masing-
masing indikator membawa sesuatu yang unik dalam pembentukan peubah laten.
Kriteria pertama untuk menguji model pengukuran reflektif adalah
konsistensi internal (biasanya diukur menggunakan cronbach’s alpha). Menurut
(Suliyanto, 2018, p. 264) menjelaskan bahwa nilai reliabilitas dinyatakan dengan
koefisien cronbach’s alpha dengan rumus sebagai berikut:
Keterangan:
α = koefisien Cronbach Alpha
k = jumlah butir pertanyaan
∑ = jumlah varian butir
= jumlah varian total
Demi mengurangi kelemahan cronbach’s alpha maka dapat menggunakan
reliabilitas gabungan (composite reliability). Nilai reliabilitas gabungan
memperhitungkan nilai outer loading setiap indikator yang ada dan dihitung
dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
184 | Sumber dan Metode Pengumpulan Data 1 ( B A B X)
̃
Keterangan:
N = Cacah indikator
= Nilai outer loading terstandarisasi dari indikator i
= Varians dari error pengukuran yang nilainya salam dengan
Kriteria kedua adalah validitas konvergen. Validitas konvergen adalah
ukuran yang menunjukkan sejauh mana sebuah indikator berkorelasi positif
terhadap indikator lain pada konstruk yang sama. Nilai validitas konvergen dapat
menggunakan AVE dengan rumus sebagai berikut:
Kriteria ketiga adalah validitas diskriminan (ukuran yang menunjukkan
bahwa sebuah konstruk berbeda dengan konstruk yang lain). Validitas
diskriminan pada level indikator disebut dengan cross loading, dan pada tingkat
konstruk dapat diuji dengan membandingkan akar nilai AVE sebuah konstruk
dengan korelasi konstruk tersebut dengan konstruk-konstruk yang lain.
Tabel 10.2 Contoh Cross Loading
Indikator Disiplin Kerja Kompensasi Motivasi
X11 0.590
X12 0.258 0.742 0.329
X13 0.248
X14 0.311 0.751 0.316
X15 0.162
X21 0.324 0.845 0.782
X22 0.809
X23 0.451 0.771 0.655
X24 0.847
X25 0.311 0.830 0.867
X26 0.611
X27 0.213 0.205 0.564
Y1 0.234
Y2 0.161 0.417 0.401
Y3 0.157
Y4 0.016 0.251 0.087
0.172 0.414
0.254 0.340
0.008 0.349
-0.018 0.280
0.749 0.377
0.747 0.298
0.826 0.356
0.870 0.377
185 | Sumber dan Metode Pengumpulan Data 1 ( B A B X)
Indikator Disiplin Kerja Kompensasi Motivasi
Y5 0.794 0.287 0.074
Y6 0.804 0.413 0.218
Y7 0.880 0.400 0.200
Y8 0.740 0.213 0.106
Y9 0.808 0.351 0.254
Tabel 10.3 Discriminant validity sub structural pertama (Fornell-Lacker
Criterium)
Disiplin Kerja Kompensasi Motivasi
Disiplin Kerja 0.804
Kompensasi 0.436 0.789
Motivasi 0.249 0.404 0.742
Menurut (Santosa, 2018, p. 72) menjelaskan bahwa peubah laten dengan
indikator formatif dibuat berdasarkan asumsi bahwa indikator -indikator
kausalnya secara kombinasi liner akan membentuk sebuah konstruk. Indikator
reflektif juga disebut dengan indeks formatif. Karakteristik penting dari indikator
formatif adalah bahwa indikator formatif tidak boleh diubah-ubah karena akan
mengakibatkan merubahnya arti peubah laten yang dibentuknya. Setiap indikator
formatif membawa aspek berbeda dibanding yang lain maka apabila ada satu
indikator yang dihapus, arti keseluruhan dari peubah latennya bisa berubah.
Kriteria pertama dalam indikator formatif adalah validitas konvergen.
Penentuan validitas konvergen pada peubah laten formatif tidak bisa dikerjakan
dengan metode untuk peubah laten formatif, tetapi dengan menggunakan analisis
redudansi. Analisis redudansi dilakukan dengan mengevaluasi bahwa peubah laten
dengan indikator formatif mempunyai korelasi yang tinggi dengan peubah laten
yang sama yang terbentuk dari indikator reflektif.
Kriteria kedua dalam indikator formatif adalah kolinearitas antar
indikator. Kolinearitas dapat dilihat dari nilai TOL (Tolerance) dan VIF (Variance
Inflator Factor). Untuk indikator formatif jika nilai TOL lebih besar 0.2 maka
indikator tersebut tidak mempunyai masalah kolinearitas. Jika lebih kecil atau
186 | Sumber dan Metode Pengumpulan Data 1 ( B A B X)
sama dengan 0.2 maka indikator tersebut memiliki masalah kolinearitas. Nilai VIF
sama dengan invers dari TOL, yakni 1/TOL.
Kriteria ketiga dalam indikator formatif adalah signifikansi dan relevansi
outer weight. Nilai outer weight adalah nilai terstandardisasi sehingga bisa
dibandingkan satu dengan yang lain. Nilai outer weight menunjukkan kontribusi
atau relevansi relative sebuah indikator terhadap konstruk yang tersusun olehnya.
Model pengukuran formatif memiliki nilai outer weight biasanya lebih kecil
dibandingkan dengan outer loading dari indikator reflektif.
b) Evaluasi Model Structural Atau Inner Model.
Menurut (Santosa, 2018, p. 91) menjelaskan bahwa evaluasi model
struktural bisa dilakukan ketika evaluasi model pengukuran menunjukkan hasil
yang bagus, yakni terpenuhinya konsistensi internal, validitas konvergen, dan
validitas determinan untuk konstruk dengan indikator reflektif, atau terpenuhinya
validitas konvergen, tidak ada persoalan dengan kolinieritas, dan signifikansi dari
outer weight terpenuhi untuk indikator formatif.
Analisa inner model atau analisa struktural model dilakukan untuk
memastikan bahwa model struktural yang dibangun robust dan akurat. Analisa
inner model dilakukan untuk menguji hubungan antara variabel laten.
Menurut (Santosa, 2018, p. 152) menjelaskan bahwa asesmen model
struktural digunakan untuk menganalisis relasi antara peubah laten yang ada
sesuai dengan hipotesis yang diajukan. Asesmen model struktural hanya bisa
dilakukan ketika analisis model pengukuran sudah dilaksanakan dan dalam model
pengukuran tidak dijumpai adanya penyimpangan, khususnya yang berkaitan
dengan reliabilitas dan validitas data.
Kriteria pertama dalam inner model adalah asesmen kolinearitas pada
level konstruk. Hal ini diperlukan untuk melihat bahwa tidak ada persoalan
kolinearitas pada level konstruk yakni tidak ada korelasi yang tinggi di antara
konstruk-konstruk penyusun model jalur. Dua konstruk yang mempunyai nilai
TOL ≤ 0.2 atau VIF ≥ 5, maka dua konstruk tersebut mempunyai persoalan
kolinearitas.
187 | Sumber dan Metode Pengumpulan Data 1 ( B A B X)
Kriteria kedua adalah nilai dan signifikansi koefisien jalur. Koefisien
jalur memiliki nilai terstandardisasi antara -1 dan +1. Jika mendekati +1 maka
adanya relasi positif yang sangat kuat dari peubah-peubah yang direlasikan. Jika
mendekati -1 maka adanya relasi negatif yang sangat kuat dari peubah-peubah
yang direlasikan. Jika mendekati 0 maka adanya relasi yang sangat lemah yang
tidak signifikan perbedaannya dengan nol.
Kriteria ketiga adalah koefisien determinasi (R2). Menurut (Pardede,
Ratlan, & Manurung, 2014, p. 28) menjelaskan bahwa koefisien determinasi
merupakan besarnya kontribusi variable bebas terhadap variable terikatnya.
Semakin tinggi koefisien determinasi, semakin tinggi kemampuan variable bebas
dalam menjelaskan variasi perubahan pada variable terikat. Koefisien determinasi
yang dinotasikan dengan R2, merupakan suatu ukuran yang penting dalam regresi,
karena dapat menginformasikan baik atau tidaknya model regresi yang terestimasi.
Atau dengan kata lain, angka tersebut dapat mengukur seberapa dekatlah garis
regresi yang terestimasi dengan data sesungguhnya. Menurut (Santosa, 2018, p.
95) menyatakan bahwa nilai R2 berkisar antara 0 sampai 1 dengan nilai yang
mendekati 1 menunjukkan akurasi prediksi yang makin besar. Namun, menurut
Cohen menyatakan bahwa nilai R2 lebih besar atau sama dengan 0.25
menunjukkan pengaruh yang tinggi. Sementara menurut Henseler dkk
menyatakan bahwa pada persoalan marketing, nilai R2 di atas 0.75 baru dikatakan
mempunyai pengaruh yang tinggi.
Kriteria keempat adalah ukuran pengaruh (f2). Ukuran pengaruh ini
bertujuan untuk mengetahui pengaruh sebuah peubah eksogen terhadap nilai R2
peubah endogen yang berrelasi. Besar kecilnya pengaruh dihilangkannya suatu
peubah eksogen pada model jalur dinyatakan oleh Cohen yang menyebutkan
bahwa nilai 0.02 (kecil), 0.15 (sedang), dan 0.35 (besar). Rumus ukuran
pengaruhnya, yaitu:
188 | Sumber dan Metode Pengumpulan Data 1 ( B A B X)
Kriteria kelima adalah ukuran Predictive relevance (Q2). Menurut
Geisser dalam (Santosa, 2018, p. 96) menyatakan bahwa yang disebut dengan out-
off sample predictive power atau relevansi prediktif. Ketika model jalur
menunjukkan adanya relevansi prediktif, model jalur secara akurat dapat
memprediksi data yang tidak digunakan dalam mengevaluasi model tersebut.
Nilai Q2 yang lebih besar dari 0 untuk suatu peubah laten reflektif endogen
menunjukkan adanya relevansi prediktif untuk konstruk tak bebas tertentu.
Dengan kata lain, nilai Q2 menunjukkan seberapa baik model jalur dapat
memprediksi nilai teramati yang asli. Menurut (Santosa, 2018, p. 97) menjelaskan
bahwa asesmen terhadap nilai Q2 menggunakan ketentuan bahwa jika nilai Q2
lebih besar dari 0 maka konstruk endogen tertentu mempunyai relevansi prediktif.
Jika nilai Q2 sama dengan atau lebih kecil dari 0 menunjukkan tidak adanya
relevansi prediktif.
Kriteria keenam adalah ukuran pengaruh (q2). Ukuran pengaruh ini
bertujuan untuk mengetahui pengaruh sebuah peubah eksogen terhadap nilai Q2
peubah endogen yang berrelasi. Besar kecilnya pengaruh dihilangkannya suatu
peubah eksogen pada model jalur dinyatakan oleh Cohen yang menyebutkan
bahwa nilai 0.02 (kecil), 0.15 (sedang), dan 0.35 (besar). Rumus ukuran
pengaruhnya, yaitu:
5. Prosedur SEM
Menurut Bollen dan Long dalam (Sarjono & Julianita, 2015, pp. 28-32)
mengemukakan bahwa prosedur SEM secara umum akan mengandung beberapa
tahapan sebagai berikut:
a. Spesifikasi Model
Tahap spesifikasi model terkait pembentukan model yang merupakan
pembentukan hubungan antara variabel laten yang satu dengan variabel laten
lainnya dan juga terkait hubungan antara variabel laten dengan variabel manifest
didasarkan pada teori yang berlaku. Melalui langkah-langkah berikut, menurut
189 | Sumber dan Metode Pengumpulan Data 1 ( B A B X)
Wijanto dalam (Sarjono & Julianita, 2015, p. 28) peneliti dapat memperoleh
model yang diinginkan:
1. Spesifikasi model pengukuran
a. Mendefinisikan variabel-variabel laten yang ada di dalam penelitian
b. Mendefinisikan variabel-variabel yang teramati
c. Mendefinisikan hubungan diantara setiap variabel laten dengan
variabel-variabel yang teramati.
2. Spesifikasi model struktural
Mendefinisikan hubungan kausal diantara variabel-variabel laten tersebut.
3. Menggambarkan diagram jalur dengan hybrid model yang merupakan
kombinasi dari model pengukuran dan model struktural, jika diperlukan
(bersifat opsional).
b. Identifikasi Model
Menurut Wijanto dalam (Sarjono & Julianita, 2015, p. 29) secara garis
besar ada tiga kategori identifikasi dalam persamaan secara simultan, yaitu:
1. Under identified model
Model dengan jumlah parameter yang diestimasi lebih besar dari jumlah
data yang diketahui (data tersebut merupakan varians dan kovarians dari
variabel-variabel yang teramati).
2. Just identified model
Model dengan jumlah parameter yang diestimasi sama dengan jumlah data
yang diketahui.
3. Over identified model
Model dengan jumlah parameter yang diestimasi lebih kecil dari jumlah
data yang diketahui.
c. Estimasi Model
Menurut Wijanto dalam (Sarjono & Julianita, 2015, p. 31) estimasi model
ditujukan untuk menentukan nilai estimasi setiap parameter model yang
membentuk matriks , sehingga nilai parameter tersebut sedekat mungkin
190 | Sumber dan Metode Pengumpulan Data 1 ( B A B X)