The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.

Buku ini disusun oleh dosen dan mahasiswa Magister Manajemen Universitas Indonesia Membangun untuk membantu para peneliti pemula dalam melakukan penelitian.

Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by Tiaraputriin, 2022-07-21 02:41:40

Metodologi Penelitian Bisnis

Buku ini disusun oleh dosen dan mahasiswa Magister Manajemen Universitas Indonesia Membangun untuk membantu para peneliti pemula dalam melakukan penelitian.

Keywords: SEM,Analisis Jalur,Metodologi Penelitian,BIsnis,Penelitian,Uji Asumsi Klasik,Prosedur Penelitian,Metodologi,Panduan Penelitian,Mahasiswa,Peneliti,Langkah-langkah Penelitian

Gambar 5.8 Model analisis konfirmatori
Sumber: (Paramita, Rizal, & Sulistyan, 2021, p. 50)
5. Analisis structural (SEM)
SEM atau Structural Equation Modeling adalah salah satu analisis
multivariate yang dapat menganalisis hubungan antar variabel secara lebih
komplek, yang memungkinkan untuk menguji hubungan antara variabel laten
dengan variabel manifest atau persamaan pengukuran dan menguji hubungan
antara variabel laten dengan variabel laten yang lainnya atau persamaan structural.

Gambar 5.9 Model SEM
91 | Kajian Pustaka, Kerangka Pemikiran dan Hipotesis ( B A B V)

BAB VI
DESAIN PENELITIAN

92

6.1 Desain Penelitian

Dalam lingkungan penelitian, khususnya penelitian bisnis, seorang peneliti
perlu membuat sebuah desain penelitian. Tapi, apa itu definisi desain penelitian?
Desain penelitian adalah sebuah rangkaian prosedur dan metode yang digunakan
untuk menganalisis serta mengumpulkan data untuk menentukan variabel yang
akan menjadi topik penelitian.

Tentu sebagai seorang peneliti, desain penelitian merupakan hal pertama
dan utama yang perlu dilakukan agar penelitian tersebut dapat berjalan sistematis,
efektif, dan efisien. Tujuannya adalah untuk dijadikan sebagai pedoman peneliti
saat melaksanakan tahap-tahap penelitian. Selain itu, tujuan dari desain penelitian
itu sendiri adalah sebagai pedoman peneliti ketika berjalan melakukan penelitian
agar tidak menyimpang sehingga tujuan utama dari penelitian bisa berjalan lancar
dan mudah dikerjakan.

Scientific research design memiliki beberapa point penting yaitu desain
penelitian, tujuan studi, tipe hubungan antar variabel, unit analisis, dan dimensi
waktu yang akan kita pelajari pada bab kali ini.

Tabel 6.1 Scientific research design
SCIENTIFIC RESEARCH DESIGN

1. Research Design Component (desain Alternatif
penelitian)

2. The Purpose of Study (tujuan studi) Exploratory
Descriptive
Hypothesis testing

3. Types of Investigation (tipe hubungan Causal relationship

antar variabel) Correlation

4. Unit of Analysis Individual
Dyads
Groups
Organization
Culture

5. Time Horizon (dimensi waktu) One-shot: Cross-Sectional
Longitudinal

93 | Desain Penelitian ( B A B VI)

a) Desain Penelitian Menurut Para Ahli
1) (Silaen, 2018, p. 23)
Menurut Silaen desain penelitian adalah desain mengenai keseluruhan
proses yang diperlukan dalam perencanaan dan pelaksanaan penelitian.
2) (Sekaran & Bougie, 2017, p. 109)
Desain penelitian (research design) adalah rencana untuk pengumpulan,
pengukuran, dan analisis data, berdasarkan pertanyaan penelitian dari studi.
3) Moh. Nazir dalam (Narimawati, 2010, p. 30)
Desain Penelitian adalah semua proses yang diperlukan dalam perencanaan
dan pelaksanaan penelitian.
4) (Sarwono, 2006)
Desain penelitian bagaikan sebuah peta jalan bagi peneliti yang menuntun
serta menentukan arah berlangsungnya proses penelitian secara benar dan
tepat sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan, tanpa desain yang benar
seorang peneliti tidak akan dapat melakukan penelitian dengan baik karena
yang bersangkutan tidak mempunyai pedoman arah yang jelas.

b) Desain Penelitian Yang Tepat
Kualitas penelitian dan ketepatan penelitian antara lain ditentukan oleh

desain penelitian yang dipakai. Oleh karena itu desain yang dipergunakan dalam
penelitian harus desain yang tepat. Suatu desain penelitian dapat dikatakan
berkualitas atau memiliki ketepatan jika memenuhi dua syarat (Machfoedz, 2007,
pp. 101-102) yaitu:

1) Dapat dipakai untuk menguji hipotesis (khusus untuk penelitian kuantitatif
analitik)

2) Dapat mengendalikan atau mengontrol varians.

94 | Desain Penelitian ( B A B VI)

c) Cara Memilih Desain Penelitian
Ada bermacam-macam desain atau rancangan penelitian. Dalam memilih

desain mana yang paling tepat, ada beberapa pertanyaan yang perlu dijawab dan
jawaban-jawaban tersebut merupakan acuan dalam menentukan desain penelitian.
Burns dan Grovers dalam (Nursalam, 2003, p. 80) telah mengidentifikasi
seperangkat pertanyaan berkenaan dengan pemilihan desain atau rancangan
penelitian. Seperangkat pertanyaan tersebut yaitu:
1) Apakah tujuan utama penelitian untuk menjelaskan variabel dan kelompok

berdasarkan situasi penelitian, menguji suatu hubungan, atau menguji sebab
akibat pada situasi tertentu?
2) Apakah suatu perlakuan (treatment) akan digunakan?
3) Jika ya, apakah treatment akan dikontrol oleh peneliti?
4) Apakah sampel akan dikenai pretest sebelum treatment?
5) Apakah sampel akan diseleksi secara random?
6) Apakah sampel akan diteliti sebagai satu kelompok atau dibagi menjadi
beberapa kelompok?
7) Berapa besarnya kelompok yang akan diteliti?
8) Berapa jumlah masing-masing kelompok?
9) Apakah setiap kelompok akan diberikan tanda secara random?
10) Apakah pengukuran variabelnya akan diulang?
11) Apakah menggunakan pengumpulan data cross-sectional atau cross time?
12) Apakah variabel sudah diidentifikasi?
13) Apakah data yang sedang dikumpulkan memiliki banyak variabel?
14) Strategi apa yang dipakai untuk mengontrol variabel yang bervariasi?
15) Strategi apa yang digunakan untuk membandingkan suatu variabel atau
kelompok?
16) Apakah suatu variabel akan dikumpulkan secara singkat atau multipel?

Dalam melakukan penelitian, 16 pertanyaan tersebut perlu dijawab secara
teliti, cermat, dan tepat agar tidak terjadi kesalahan dalam proses penelitian itu
sendiri.

95 | Desain Penelitian ( B A B VI)

6.2 Tujuan Penelitian (Purpose Of Study)

Seperti yang sudah kita pahami pada bab-bab sebelumnya bahwa pada
dasarnya, tujuan penelitian merupakan pengembangan teori dan pemecahan
masalah. Kedua tujuan ini bersifat umum, sementara itu secara lebih spesifik
penelitian dimaksudkan sebagai:

a) Studi eksplorasi
Studi eksplorasi atau studi penjajakan (exploratory study) dilakukan jika

peneliti memiliki keterbatasan informasi mengenai masalah penelitian tertentu,
karena penelitian penelitian sebelumnya yang meneliti masalah tersebut relatif
belum banyak dilakukan oleh peneliti yang lain. Peneliti tidak memperoleh
informasi mengenai pemecahan masalah tersebut. Demikian pula halnya
mengenai informasi latar belakang masalah yang diperlukan oleh peneliti untuk
memahami dan merumuskan masalah penelitian, penyusunan kerangka teoritis,
pengembangan hipotesis dan pengujiannya.

Studi eksplorasi ini pada hakikatnya dimaksudkan untuk memahami
karakteristik fenomena atau masalah yang diteliti, karena belum banyaknya
literature hasil penelitian yang membahas masalah tersebut ataupun masalah yang
sejenis.

Studi ini diperlukan untuk menjajaki sifat dan pola fenomena yang
menarik perhatian peneliti dan merupakan usaha untuk memperoleh pengetahuan
yang bermanfaat untuk penyusunan konstruksi nilai. Melalui studi eksplorasi ini
peneliti dapat mengembangkan konsep atau konstruk yang jelas dan
mendefinisikan variabel-variabel penelitian yang penting. Studi ini paling tidak
mempunyai tiga tujuan yang saling terkait yaitu:
1) Melakukan diagnosa terhadap fenomena tertentu.
2) Menyaring alternatif Menemukan ide-ide baru.
3) Studi eksplorasi/penjajakan akan sangat membantu dalam melakukan

diagnosis awal dari berbagai dimensi terhadap permasalahan riil yang
dihadapi sehingga proyek riset berikutnya dapat tepat mengenai sasaran yang
96 | Desain Penelitian ( B A B VI)

dikehendaki, sekaligus membantu dalam penentuan prioritas penelitian
lanjutan.

Disamping itu juga akan dapat mengarahkan orientasi bagi pihak
manajemen yang belum berpengalaman, melalui pengumpulan informasi tentang
sebuah subjek permasalahan. Sebagai contoh adanya wawancara pendahuluan
dengan para pekerja/karyawan, akan membantu untuk mendalami isu yang
dihadapi perusahaan saat ini, seperti sistem penggajian yang digunakan, kondisi
kerja, sistem penghargaan dll.

Penelitian eksplorasi juga berguna untuk menentukan alternatif terbaik dari
berbagai pilihan alternatif aktivitas penelitian, jika terdapat keterbatasan anggaran
sehingga tidak terjadi pemborosan. Penelitian eksplorasi juga sering dilakukan
untuk menggali berbagai ide baru agar tidak terjadi stagnasi. Mungkin
pabrik/perusahaan memerlukan saran-saran dari karyawannya dalam upaya
meningkatkan produktivitas, memperbaiki keselamatan kerja dll. Disamping itu
mungkin para pelanggan menyarankan jenis produk baru yang semula tidak
terpikirkan oleh perusahaan.

Untuk mencapai tujuan seperti diatas arena riset penjajakan banyak
menggunakan data kualitatif, maka para peneliti dituntut untuk kreatif dalam
memilih sumber informasi dan punya fleksibilitas dalam memeriksa seluruh
sumber informasi yang murah dan mudah untuk memahami suatu masalah.

Dalam pada itu studi eksplorasi juga mempunyai beberapa keterbatasan,
yaitu:

a. Kesimpulan berdasar data kualitatif dapat menyebabkan interpretasi yang
bias.

b. Hampir seluruh teknik penjajakan menggunakan sampel berukuran kecil,
sehingga tak begitu representative ditinjau dari sudut teori peluang.

c. Karena bersifat kualitatif, maka sering menimbulkan salah persepsi
terhadap metode yang dilakukan.

97 | Desain Penelitian ( B A B VI)

Studi eksplorasi/penjajakan dalam penelitian bisnis umumnya dilakukan
untuk mengklasifikasi masalah bisnis yang kurang jelas atau ambiguitas. Sebelum
dilakukan penelitian untuk menemukan solusi masalah, terlebih dulu dilakukan
studi eksplorasi untuk memperoleh informasi mengenai esensi masalah yang
terjadi. Hasil dari studi eksplorasi memberi dukungan informasi berupa klarifikasi
masalah untuk melakukan penelitian lebih lanjut.
Studi eksplorasi ini dapat dikelompokkan menjadi empat kategori, yaitu:
1) Survei pengalaman

Dalam hal ini individu yang punya pengetahuan tentang permasalahan khusus
diminta untuk berbagi pendapat dan pengalamannya. Namun info yang
diperoleh tidak diarahkan untuk mendapatkan kesimpulan, melainkan untuk
membantu merumuskan permasalahan dan mengklarifikasi konsep.
2) Analisis data sekunder
Dalam hal ini dilakukan dengan menggunakan literatur yang antara lain ada
di perpustakaan. Analisis ini penting untuk riset terapan.
3) Metode studi kasus
Dalam hal ini secara intensif meneliti tentang satu atau beberapa situasi yang
mirip dengan permasalahan riil yang dihadapi perusahaan.
4) Studi pendahuluan (pilot study) untuk analisis kualitatif
Dalam studi pendahuluan digunakan teknik sampling, tapi tanpa disertai
standar yang akurat dan menghasilkan data primer yang berisi analisis
kualitatif. Yang termasuk pilot study antara lain wawancara kelompok khusus,
teknik-teknik proyeksi dan wawancara yang mendalam (depth interview).

b) Studi deskriptif
Tujuan utama dari studi ini adalah untuk menggambarkan karakteristik

sebuah populasi atau suatu fenomena yang selanjutnya dapat digunakan sebagai
dasar pembuatan keputusan untuk memecahkan masalah-masalah bisnis.

98 | Desain Penelitian ( B A B VI)

c) Pengujian hipotesis
Penelitian yang bertujuan untuk menguji hipotesis (hypothesis testing)

umumnya merupakan penelitian yang menjelaskan fenomena dalam bentuk
hubungan antar variabel. Seperti telah kita pahami bahwa tipe hubungan antar dua
variabel atau lebih dapat berupa hubungan korelasional, komparatif dan hubungan
sebab akibat. Berkenaan dengan hal ini idealnya manajer dapat menentukan
(berdasarkan hasil riset ini) bahwa sebuah kejadian / variabel merupakan sarana
untuk menghasilkan kejadian/variabel lain. Dengan kata lain, jika kita melakukan
suatu hal maka hal lain akan mengikuti.

Sebagai contoh kenaikan harga, bentuk pengepakan, frekuensi promosi
diprediksi akan berpengaruh terhadap hasil penjualan. Apakah semua variabel
tersebut berpengaruh dengan sama besarnya ataupun variabel mana yang paling
dominan dan sebagainya harus ditentukan dari hasil riset yang riil. Riset yang
bertujuan untuk menentukan pola sebab – akibat harus:

1. Mengenali adanya/tidak adanya faktor penyebab.
2. Menentukan tingkat sebab – akibat yang tepat atau rangkaian kejadian.
3. Mengukur variasi antara sebab – akibat.

Terdapat empat teknik dasar yang sering digunakan dalam riset deskriptif
dan riset sebab – akibat, yaitu:

a. Survei, yaitu merupakan teknik riset dimana informasi dikumpulkan melalui
penggunaan kuesioner. Hal-hal esensial yang harus diperhatikan dalam
survei adalah penulisan dan penyusunan kuesioner, penentuan daftar
pertanyaan dan rancangan formatnya. Peneliti mungkin melakukan kontak
dengan responden melalui telepon, surat ataupun mendatangi langsung
responden yang bersangkutan.

b. Eksperimen, di mana eksperimen ini memegang potensi yang besar dalam
menentukan hubungan sebab–akibat. Penggunaan eksperimen
memungkinkan untuk melakukan perubahan pada suatu variabel sambil
memanipulasi variabel lainnya. Eksperimen melalui percobaan di
laboratorium merupakan hal yang umum dilakukan. Misal kita ingin
mengetahui pengaruh pencahayaan terhadap produktivitas kerja, maka dapat

99 | Desain Penelitian ( B A B VI)

dirancang eksperimen laboratorium dengan menggunakan sarana pengaturan
intensitas penerangan dalam ruang kerja.
c. Data sekunder, di mana dalam hal ini teknis analisis data sekunder yang
dilakukan dalam riset deskriptif dan riset sebab – akibat sama dengan teknik
data sekunder dalam riset penjajakan.
d. Teknik observasi, hal ini dilakukan bila tujuan riset hanya ingin merekam
hal – hal yang dapat diamati. Contoh: Bila ingin mengetahui kepadatan lalu
lintas di jalan tol pada saat pagi dan atau sore hari, dapat dilakukan dengan
melakukan observasi/pencatatan langsung jumlah kendaraan yang lewat per
menit.

Hipotesis penelitian dikembangkan berdasarkan teori-teori yang
selanjutnya diuji berdasarkan data yang dikumpulkan. Pengujian hipotesis
merupakan tujuan studi yang mempunyai pengaruh terhadap elemen desain
penelitian yang lain, terutama dalam pemilihan metode pengujian data. Berbagai
contoh penelitian yang bertujuan untuk menguji hipotesis telah banyak
dikemukakan dalam modul. Tipe penelitian demikian ini banyak terdapat pada
penelitian akademis, terutama yang dilakukan mahasiswa dalam penyusunan
skripsi, tesis dan atau disertasi.

6.3 Tipe Hubungan Antar Variabel

Gambar 6.1 Tipe hubungan

100 | Desain Penelitian ( B A B VI)

Tipe hubungan antar variabel yang diteliti, seperti yang dikemukakan
sebelumnya, dapat berupa hubungan korelasional, yaitu asosiasi antara variabel
yang satu dengan variabel lainnya yang bukan merupakan hubungan sebab –
akibat. Perbedaan antara kedua tipe hubungan tersebut dapat dilihat dari
karakteristik hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen. Bila
variabel dependen (missal Y) dijelaskan atau dipengaruhi oleh variabel
independen tertentu (misal X) maka dapat dinyatakan bahwa variabel X
menyebabkan perubahan pada variabel Y.

Hubungan antara variabel X dengan variabel Y tersebut merupakan
hubungan sebab-akibat. Hubungan antar variabel dalam fenomena sosial
(termasuk fenomena bisnis) sering tidak hanya satu atau dua variabel independent
saja yang menyebabkan suatu masalah/berubahnya variabel dependen.

Jika banyak variabel independen yang menjelaskan atau mempengaruhi
variabilitas suatu variabel dependen, maka tipe hubungan antar variabel yang
paling mungkin adalah berupa hubungan korelasional (asosiasi) dari pada
hubungan sebab akibat. Pertanyaan penelitian yang menguji hubungan sebab-
akibat, misalnya: “Apakah sikap seseorang mempengaruhi keahliannya dalam
menggunakan komputer?”. Pertanyaan penelitian yang menguji hubungan
korelasional, misalnya: “Apakah umur, jenis kelamin, pengalaman, sikap dan
kepribadian seseorang mempunyai asosiasi dengan keahliannya dalam
menggunakan komputer?”.

101 | Desain Penelitian ( B A B VI)

6.4 Lingkungan/Setting Studi

Gambar 6.2 Lingkungan atau Setting Studi
Penelitian terhadap suatu fenomena dapat dilakukan pada lingkungan yang
natural dan lingkungan yang artifisial (buatan). Fenomena yang ada pada
lingkungan penelitian yang natural merupakan kejadian alamiah yang berlangsung
secara normal. Lingkungan (setting) penelitian dapat sengaja dibuat oleh peneliti
untuk keperluan penelitian eksperimen yang menguji hubungan sebab- akibat.
Peneliti melakukan manipulasi terhadap variabel tertentu dan membuat
lingkungan (setting) penelitian untuk meneliti akibat yang ditimbulkannya.
Berdasarkan kondisi lingkungan penelitian dan tingkat keterlibatan peneliti,
penelitian dapat diklasifikasikan menjadi tiga kategori, yaitu:
a) Studi lapangan
Merupakan tipe penelitian yang menguji hubungan korelasional antar
variabel dengan kondisi lingkungan penelitian yang natural dan tingkat
keterlibatan peneliti yang minimal. contoh : Seorang dosen meneliti asosiasi
antara nilai tes masuk dengan indeks prestasi mahasiswa,. Subjek penelitian

102 | Desain Penelitian ( B A B VI)

adalah mahasiswa manajemen. Peneliti menguji korelasi nilai tes masuk dengan
indek prestasi.

b) Eksperimen lapangan
Eksperimen lapangan merupakan tipe penelitian eksperimen yang

dilakukan pada lingkungan penelitian yang alamiah. Dalam penelitian ini ,peneliti
melakukan manipulasi terhadap variabel tertentu untuk mengetahui akibat yang
ditimbulkannya. Tingkat keterlibatan peneliti dalam studi ini lebih tinggi
dibandingkan dengan yang dilakukan peneliti dalam studi lapangan.

Contoh, seorang dosen ingin meneliti hubungan sebab-akibat antara
metode pengajaran dengan prestasi akademik mahasiswa. Untuk keperluan
tersebut, peneliti meminta pada dosen lain yang mengajar dua kelas paralel (A dan
B) untuk memberikan kuliah dengan metode pengajaran yang berbeda.

Metode pengajaran yang diterapkan pada kelas A Adalah memberikan
kuliah dengan bantuan modul bahan kuliah dan pembahasan soal-soal latihan
setiap kali tatap muka. Modul bahan kuliah dan latihan soal oleh dosen yang sama
tidak diberikan pada perkuliahan di kelas B. Kedua kelas diuji dengan soal yang
sama masing-masing pada UTS dan UAS. Berdasarkan metode pengajaran
tersebut, peneliti menganalisis pengaruhnya terhadap nilai rata-rata hasil ujian dari
setiap kelas.

c) Eksperimen laboratorium
Dalam pada itu eksperimen laboratorium (laboratory experiment) adalah

merupakan tipe penelitian yang menguji hubungan sebab-akibat pada lingkungan
yang artificial. Keterlibatan peneliti dalam eksperimen laboratorium paling tinggi
dibandingkan dengan studi lapangan dan eksperimen lapangan.

Dalam hal ini peneliti terlibat dalam pembuatan setting yang artificial dan
melakukan manipulasi terhadap variabel tertentu. Contoh, seorang dosen ingin
meneliti hubungan sebab-akibat antara tingkat bunga dengan tabungan melalui
eksperimen yang menggunakan lingkungan artificial.

103 | Desain Penelitian ( B A B VI)

Peneliti mengumpulkan 40 orang mahasiswa semester terakhir jurusan
manajemen yang mempunyai umur kurang lebih sama sebagai partisipan dalam
eksperimen tsb. Partisipan dibagi menjadi empat kelompok (masing2 10 orang).
Setiap kelompok partisipan diberi uang dalam jumlah yang sama dan masing2
kelompok diberi kebebasan untuk mengatur penggunaan uang tsb untuk berbagai
kepentingan, cara dan jumlah sesuai yang mereka inginkan.

Peneliti dalam eksperimen ini melakukan manipulasi terhadap variabel
tingkat bunga. Bunga simpanan ditentukan dalam beberapa tingkat ( 0, 10 , 13 , 15
persen). Dengan demikian masing-masing kelompok mempunyai peluang untuk
dapat menggandakan uang mereka atau sebaliknya kemungkinan mereka
menderita kerugian dalam eksperimen tsb.

6.5 Unit Analisis

Gambar 6.3 Unit analisis
Unit analisis merupakan agregasi data yang dianalisis dalam penelitian.
Unit analisis yang ditentukan berdasarkan pada rumusan masalah atau pertanyaan
penelitian, merupakan elemen yang penting dalam desain penelitian karena
mempengaruhi proses pemilihan, pengumpulan, pengolahan dan analisis data.
104 | Desain Penelitian ( B A B VI)

Misal penelitian mengenai perilaku pekerja dapat menggunakan unit analisis
tingkat individu jika yang diamati adalah perilaku pekerja secara individual. Unit
data yang dianalisis adalah data yang berasal dari setiap individu pekerja.

Jika fokus yang diteliti adalah perilaku pekerja dalam suatu kelompok,
maka unit analisisnya adalah tingkat kelompok yang dalam lingkungan
organisasional dapat berupa : kelompok kerja, satuan tugas, bagian, departemen,
seksi dll. Namun demikian unit data yang dianalisis merupakan data yang berasal
dari setiap individu pekerja. Untuk memperoleh unit analisis tingkat kelompok
dilakukan penjumlahan atau agregasi terhadap data individual pekerja yang ada
dalam satu kelompok. Demikian pula halnya bila fokus penelitian pada perilaku
organisasional, maka unit analisisnya adalah tingkat organisasional.

Unit data yang dianalisis merupakan penjumlahan dari seluruh data
individual pekerja yang menjadi anggota suatu Organisasi. Contoh lain dalam
penelitian pasar modal yang berkaitan dengan harga saham, dapat difokuskan
pada harga saham suatu perusahaan (bila unit analisisnya tingkat perusahaan),
harga saham dari perusahaan dalam satu industri (bila unit analisisnya tingkat
industri) atau harga saham dari seluruh perusahaan yang terdaftar di suatu bursa
efek (bila unit analisisnya tingkat multi industri). Penelitian-penelitian mengenai
kultur dapat menggunakan unit analisis berbagai tingkat, antara lain tingkat negara
(kebangsaan), organisasional, departemen atau kelompok unit kerja.

6.6 Dimensi Waktu/Time Horizon

Data penelitian dapat dikumpulkan sekaligus pada periode tertentu (satu
titik waktu) atau dikumpulkan secara bertahap dalam beberapa periode waktu
yang relatif lebih lama (lebih dari dua titik waktu), tergantung pada karakteristik
masalah penelitian yang akan dijawab.

a) Studi satu tahap (one shot study)
Bila penelitian datanya dikumpulkan sekaligus disebut dengan studi satu

tahap (one shot study). Data yang dikumpulkan dapat berupa data dari satu atau
beberapa subjek penelitian yang mencakup satu atau beberapa periode waktu (hari,
minggu, bulan, tahun). Tipe studi ini lebih menekankan frekuensi tahap

105 | Desain Penelitian ( B A B VI)

pengumpulan data, yaitu satu tahap atau sekaligus, misal peneliti mengumpulkan
data penelitian untuk mengetahui preferensi konsumen terhadap sejumlah merek
produk. Pengumpulan data dilakukan sekaligus melalui metode survei, setelah itu
peneliti tidak melakukan survei lagi terhadap responden yang sama.

b) Studi Cross Sectional-Study Time Series
Studi satu tahap sering dikacaukan dengan studi cross sectional, yaitu

studi untuk mengetahui komparatif beberapa subjek yang diteliti. Studi cross
sectional umumnya merupakan tipe studi satu tahap yang datanya berupa
beberapa subjek pada waktu tertentu. Misal studi perbandingan mengenai
profitabilitas lima perusahaan pada tahun tertentu. Studi cross sectional berbeda
dengan studi time series yang lebih menekankan pada data penelitian berupa data
rentetan (runtun) waktu. Misal penelitian mengenai perkembangan penjualan
suatu perusahaan selama periode 2000 – 2009. Studi komparatif yang lebih
kompleks dapat berupa kombinasi antara studi cross sectional dengan studi time
series.

c) Studi beberapa tahap atau studi jangka panjang (longitudinal study)
Usaha peneliti untuk menjawab suatu masalah atau pertanyaan penelitian

kemungkinan tidak cukup dengan satu tahap pengumpulan data. Penelitian untuk
mengetahui pola kecenderungan, hubungan kausal-komparatif dan hubungan
sebab akibat umumnya memerlukan lebih dari satu tahap pengumpulan data pada
saat (titik waktu) yang berbeda. Studi demikian ini umumnya memerlukan waktu
yang lebih lama dan usaha yang lebih banyak dibandingkan dengan tipe studi satu
tahap, oleh karena itu sering disebut dengan studi jangka panjang (longitudinal
study).

Pengamatan yang dilakukan dalam studi jangka panjang relatif lebih
intensif dan lebih baik dibandingkan dengan observasi pada studi satu tahap,
meskipun memerlukan waktu dan biaya yang lebih mahal. Misal peneliti ingin
mengetahui dan menjelaskan, bagaimana peran akuntansi dalam membentuk

106 | Desain Penelitian ( B A B VI)

budaya perusahaan tempat akuntansi dipraktekkan. Peneliti melakukan
pengamatan intensif terhadap realitas (praktik) akuntansi pada perusahaan tertentu
dalam jangka waktu relatif lama.

107 | Desain Penelitian ( B A B VI)

BAB VII
VARIABEL PENELITIAN

108

7.1 Variabel Penelitian

Pada materi sebelumnya kita sudah mempelajari mengenai cara-cara dasar
menulis sebuah metodologi penelitian. Pada bab ketujuh kali ini, kita akan
membahas mengenai variabel penelitian. Apakah saudara paham konsep dasar
atau definisi dari variabel penelitian? Variabel penelitian adalah segala sesuatu
yang akan menjadi objek pengamatan penelitian. Pengertian yang dapat diambil
dari definisi tersebut adalah bahwa dalam penelitian terdapat sesuatu yang
menjadi sasaran, yaitu variabel, sehingga variabel merupakan fenomena yang
menjadi pusat perhatian penelitian untuk diobservasi atau diukur.

Selain itu, variabel penelitian juga merupakan konsep yang memiliki
variasi nilai. Definisi di atas mengandung makna bahwa sesuatu atau konsep dapat
disebut variabel jika konsep tersebut memiliki variabilitas atau dapat dibedakan
menjadi beberapa jenis atau kategori. Menurut (Sugiyono, 2018, p. 57) variabel
penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek, organisasi
atau kegiatan yang mempunyai variabel tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.

7.2 Macam-macam Variabel Penelitian dan Fungsinya

Menurut hubungan antara satu variabel dengan variabel yang lain, maka
variabel penelitian terdiri dari empat macam yaitu variabel dependent, variabel
bebas, variabel intervening, dan variabel moderator. Mari kita pahami bersama
masing-masing variabel sebagai berikut.

a) Variabel Dependen
Variabel dependen disebut juga variabel output, kriteria, konsekuen.

Dalam bahasa indonesia disebut variabel terikat. Variabel terikat atau
dependen merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat,
karena adanya variabel bebas. Variabel terikat disebut juga variabel endogen
dalam SEM atau Structural Equation Modeling.

109 | Variabel Penelitian ( B A B VII)

Kondisi atau karakteristik dari variabel dependen bisa berubah atau
muncul ketika penelitian mengintroduksi, pengubah atau mengganti variabel
bebas. Menurut fungsinya variabel dependen dapat dipengaruhi oleh variabel lain,
karenanya juga sering disebut variabel yang dipengaruhi atau variabel
terpengaruhi. Variabel ini sering disebut sebagai variabel output, kriteria,
konsekuen. Atau dalam bahasa Indonesia sering disebut variabel terikat.

b) Variabel Independen
Selain variabel dependen, dalam metodologi bisnis juga terdapat variabel

independen atau bisa disebut variabel bebas. Singkatnya, variabel bebas
merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya
atau timbulnya variabel dependen (terikat). Kondisi-kondisi atau karakteristik-
karakteristik yang oleh peneliti dimanipulasi dalam rangka untuk menerangkan
hubungannya dengan fenomena yang diobservasi. Karena fungsi ini sering disebut
variabel pengaruh, sebab berfungsi mempengaruhi variabel lain, jadi secara bebas
berpengaruh terhadap variabel lain. Variabel ini juga sering disebut sebagai
variabel stimulus, prediktor, antecedent. Dalam SEM (Structural Equation
Modeling) variabel independen disebut variabel eksogen.

c) Variabel Intervening
Variabel intervening adalah variabel yang secara teoritis mempengaruhi

hubungan antara variabel independen dengan Variabel dependen menjadi
hubungan yang tidak langsung dan tidak dapat diamati dan diukur. Variabel ini
merupakan variabel penyela/antara yang terletak di antara variabel independen
dan dependen, sehingga variabel independen tidak langsung mempengaruhi
berubahnya atau timbulnya variabel dependen.

Variabel Intervening juga merupakan variabel yang berfungsi
menghubungkan variabel satu dengan variabel yang lain. Hubungan itu dapat
menyangkut sebab akibat atau hubungan pengaruh dan terpengaruh.

110 | Variabel Penelitian ( B A B VII)

d) Variabel Moderator
Variabel moderator merupakan variabel yang mempengaruhi (memperkuat

atau memperlemah) hubungan antara variabel independen dengan dependen yang
berfungsi untuk mempengaruhi variabel tergantung serta memperjelas hubungan
bebas dengan variabel tergantung.

Variabel Variabel Variabel
Independen Intervening Dependen

Variabel
Moderator

Gambar 7.1 Macam-macam Variabel
e) Variabel Kontrol

Variabel kontrol adalah variabel yang dikendalikan atau dibuat konstan
sehingga hubungan variabel independen terhadap dependen tidak dipengaruhi
oleh faktor luar yang tidak diteliti. Variabel control sering digunakan, bila akan
melakukan penelitian yang bersifat membandingkan, melalui penelitian
eksperimen.

f) Variabel Laten
Variabel laten dapat merupakan variabel independen atau variabel

dependen. Variabel laten merupakan variabel yang terbentuk dari beberapa
variabel indikator atau variabel yang harus dinyatakan dengan menggunakan
proksi atau indikator. Variabel laten tidak dapat diamati dan diukur secara
langsung sehingga membutuhkan indikator dalam mengukurnya.

g) Variabel Manifes
Variabel manifes adalah variabel yang dapat teramati dan terukur yang

berfungsi sebagai indikator bagi variabel laten. Variabel manifest adalah sebutan
lain dari indikator dalam model penelitian SEM. Dalam PLS, variabel manifes
dibedakan menjadi dua, yaitu variabel manifest reflektif dan variabel manifes
formatif.

111 | Variabel Penelitian ( B A B VII)

Variabel Variabel Variabel Variabel
Manifes Laten Laten Manifes

Variabel Variabel Variabel
Manifes Kontrol Manifes

Gambar 7.2 Macam-Macam Variabel 2

7.3 Tipe Variabel Berdasarkan Skala Nilainya

Saat melakukan penulisan di dalam metodologi penelitian, kita pasti
melakukan pengolahan dan analisis data sehingga diperlukan dasar dalam
mengukur skala nilainya. Ketidaksesuaian antara skala pengukuran dengan
operasi matematik/peralatan statistik yang digunakan akan menghasilkan
kesimpulan yang bias dan tidak tepat/relevan. Terdapat dua tipe variabel
berdasarkan skala nilainya yaitu variabel diskrit dan variabel kontinu.

a) Variabel Diskrit
Variabel Diskrit adalah variabel yang berupa data pengkategorian atau

membedakan atau mengelompokkan jenis tertentu. Biasanya data untuk jenis
variabel ini didapatkan dari hasil menghitung. Data untuk variabel yang bersifat
diskrit sering disebut data nominal atau data dikotomi.

Misalnya, data dikotomi 1 untuk kategori benar dan 0 untuk kategori salah.
Ada juga yang mengkategorikan 1 untuk laki-laki maupun 0 untuk perempuan.
Contoh lainnya ketika kita memilih 10 dari 15 anak tetapi kita tidak bisa
menyatakan: saya membutuhkan 41/2 orang anak. Singkatnya variabel diskrit
adalah variabel yang data datanya berupa nilai nilai bilangan bulat dan nilai nilai
tersebut hanyalah sebagai label sehingga tidak dapat digunakan untuk menghitung.
Pada variabel diskrit terdapat data nominal, yaitu ukuran yang paling sederhana,
dimana angka yang diberikan kepada objek mempunyai arti sebagai label saja,
dan tidak menunjukkan tingkatan apapun.

112 | Variabel Penelitian ( B A B VII)

b) Variabel Kontinu
Variabel kontinu merupakan variabel yang datanya bisa dioperasikan

secara matematika. Data untuk variabel kontinu didapatkan dari proses mengukur
sehingga data tersebut bisa berbentuk pecahan atau dalam bentuk desimal,
misalnya, 3,5 meter, nilai 7,5, rata-rata 7,0 dan lain-lain. Secara umum variabel
kontinu memiliki nilai nilai yang merupakan hasil pengukuran. Contoh dari data
untuk variabel ini adalah nilai tes, ranking, tinggi badan, berat badan, panjang,
jarak. Jika dikelompokkan, data untuk variabel kontinu dapat digolong-golongkan
sebagai data ordinal, data interval dan data rasio.Variabel kontinu dibedakan
menjadi beberapa jenis yaitu data ordinal, interval, dan rasio.

1) Data Ordinal
Data ordinal merupakan data peringkat. misalnya peringkat 1, peringkat 2

dan peringkat 3. Angka peringkat 1, 2 dan 3 memiliki makna lebih tinggi atau
lebih rendah. Misalnya siswa yang mendapat peringkat 1 tentu saja lebih baik dari
siswa yang mendapatkan peringkat 2. Yang perlu diperhatikan adalah bahwa kita
tidak dapat menjumlahkan peringkat 1 dan peringkat 2.

2) Data Interval
Berbeda dengan data ordinal, data interval merupakan data yang sudah

dapat digunakan dalam operasi hitung. Selain itu, data interval mempunyai adanya
jarak yang jelas di antara masing-masing data. Misalnya, Jika MK bernilai 1 sks
diberikan waktu 50 menit, MK dengan jumlah 2 sks diberikan waktu 100 menit.
Rentangan antara data adalah 50.

Skala interval mempunyai karakteristik seperti yang dimiliki oleh skala
nominal dan ordinal dengan ditambah karakteristik lain, yaitu berupa adanya
interval yang tetap. Dengan demikian, skala interval sudah memiliki nilai intrinsik,
sudah memiliki jarak, tetapi jarak tersebut belum merupakan kelipatan.

3) Data Rasio
Data rasio merupakan data pengukuran yang juga dapat digunakan dalam

operasi hitung. Angka dalam data rasio merupakan angka yang sesungguhnya,
bukan hanya misalnya, data berat badan, tinggi badan, data lingkar pinggang dan
lain-lain.

113 | Variabel Penelitian ( B A B VII)

Selain itu skala rasio adalah skala data dengan kualitas paling tinggi. Pada
skala rasio, terdapat semua karakteristik skala nominal,ordinal dan skala interval
ditambah dengan sifat adanya nilai nol yang bersifat mutlak. Nilai nol mutlak ini
artinya adalah nilai dasar yang tidak bisa diubah meskipun menggunakan skala
yang lain. Oleh karenanya, pada skala rasio, pengukuran sudah mempunyai nilai
perbandingan/rasio.

7.4 Tipe Variabel Berdasarkan Perlakuannya

a) Variabel Aktif dan Variabel Atribut
Variabel aktif adalah variabel bebas yang dimanipulasi. Sebarang variabel

yang dimanipulasikan merupakan variabel aktif. Misalnya peneliti memberikan
penguatan positif untuk jenis kelakuan tertentu dan melakukan hal yang berbeda
terhadap kelompok lain atau memberikan instruksi yang berlainan pada kedua
kelompok tersebut atau peneliti menggunakan metode pembelajaran yang berbeda,
atau memberikan imbalan kepada subyek-subyek dalam kelompok lain, atau
menciptakan kecemasan dengan instruksi-instruksi yang meresahkan, maka
peneliti secara aktif memanipulasi variabel metode, penguatan, dan kecemasan.

Variabel atribut adalah yang tidak dapat dimanipulasi atau kata lain
variabel yang sudah melekat dan merupakan ciri dari subjek penelitian. Misalnya:
Intelegensi, bakat jenis kelamin, status sosial-ekonomi, sikap, daerah geografis
suatu wilayah, dan seterusnya. Ketika kita melakukan penelitian atau kajian
subyek-subyek penelitian kita sudah membawa variabel-variabel (atribut-atribut)
itu. Yang membentuk individu atau subyek penelitian tersebut adalah lingkungan,
keturunan, dan situasi-situasi lainnya.

Perbedaan variabel aktif dan variabel atribut ini bersifat umum. Akan
tetapi variabel atribut dapat pula menjadi variabel aktif. Ciri ini memungkinkan
untuk penelitian relasi “yang sama” dengan cara berbeda. Misalnya kita dapat
mengukur kecemasan subjek. Jelas bahwa dalam hal ini kecemasan merupakan
atribut. Akan tetapi kita dapat pula memanipulasi kecemasan. Kita dapat

114 | Variabel Penelitian ( B A B VII)

menumbuhkan kecemasan dengan tingkat yang berbeda, dengan mengatakan
kepada subyek-subyek yang termasuk dalam kelompok eksperimen (kelompok
yang diteliti) bahwa yang harus mereka kerjakan sulit, maka tingkat kecerdasan
mereka akan diukur dan masa depan mereka tergantung pada skor tes itu.
Sedangkan kepada subyek lainya dipesan bahwa kerja sebaik-baiknya tetapi santai
saja; hasil tes tidak terlalu penting dan sama sekali tidak mempengaruhi hari
depan mereka.

b) Teknik Pengukuran Variabel
Pengukuran variabel adalah proses pemberian nilai atau atribut pada suatu

objek. Terdapat empat jenis skala pengukuran variabel yaitu nominal, ordinal,
interval, ratio. Skala yang paling rendah adalah nominal dan yang tertinggi adalah
skala rasio. Skala pengukuran yang lebih tinggi akan memiliki karakteristik skala
pengukuran di bawahnya.
Proses pengukuran meliputi:
1) Menentukan dimensi/indikator dari variabel penelitian.
2) Merumuskan ukuran masing-masing dimensi.
3) Menentukan tingkat ukuran yang akan digunakan.
4) Menguji tingkat validitas dan reliabilitas dari alat pengukur.

7.5 Operasionalisasi Variabel

Definisi operasional variabel adalah deskripsi tentang variabel tertentu
yang ditetapkan oleh peneliti mengenai konsep, dimensi, indikator, dan lainnya
sehingga dengan tepat dapat menentukan cara yang digunakan untuk
mengukurnya.

Definisi operasional variabel ditemukan item-item yang dituangkan dalam
instrumen penelitian, seperti:
a) Variabel yang dipertanyakan dalam rumusan masalah dan dinyatakan dalam

hipotesis dioperasionalkan menjadi dimensi-dimensi dan indikator-indikator
yang ditampilkan dalam matrik/tabel operasionalisasi variabel.
b) Mengoperasionalkan variabel menjadi dimensi-dimensi didasarkan pada
konsep teoritis yang dikemukakan dalam kerangka pemikiran.

115 | Variabel Penelitian ( B A B VII)

c) Merinci dimensi menjadi indikator bisa didasarkan pada konsep teoritis yang
relevan dan pada informasi empirik.

d) Setiap indikator harus konkrit dan terukur → Bukan berupa pernyataan yang
bersifat deskriptif atau bersifat relatif.

e) Fungsi utama operasionalisasi variabel untuk menjadi dasar penyusunan
instrumen penelitian (daftar pertanyaan) → Jumlah pertanyaan masing-masing
dimensi minimal berdasarkan jumlah indikatornya masing-masing.

116 | Variabel Penelitian ( B A B VII)

BAB VIII
DESAIN SAMPLING

117

8.1 Populasi dan Sampel

Gambar 8.1 Populasi dan Sampel
Menurut (Sugiyono, 2018, p. 130) menyatakan bahwa populasi adalah
wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kuantitas
dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
kemudian ditarik kesimpulannya. Menurut (Sulyanto, 2018, p. 177)
mendefinisikan populasi merupakan keseluruhan elemen yang hendak diduga
karakteristiknya. Sedangkan sampel merupakan bagian populasi yang hendak diuji
karakteristiknya.
Menurut (Sugiyono, 2018, p. 131) menyatakan bahwa sampel adalah
bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Sampel
yang baik, yang kesimpulannya dapat dikenakan pada populasi, adalah sampel
yang bersifat representatif atau yang dapat menggambarkan karakteristik populasi.

8.2 Subjek, Objek & Responden Penelitian

Subjek penelitian atau responden adalah pihak-pihak yang dijadikan
sebagai sampel dalam sebuah penelitian. Subjek penelitian juga membahas
karakteristik subjek yang digunakan dalam penelitian, termasuk penjelasan
mengenai populasi, sampel dan teknik sampling (acak/non-acak) yang digunakan.
Objek penelitian adalah isu, problem, atau permasalahan yang dibahas, dikaji,
diteliti dalam riset sosial. Dari definisi tersebut, kita langsung bisa menangkap
118 | Desain Sampling ( B A B VIII)

bahwa objek penelitian memiliki cakupan luas sejauh masih berhubungan dengan
topik penelitian. Responden adalah seseorang yang mengetahui dan bertanggung
jawab terhadap objek penelitian.

8.3 Keuntungan Menggunakan Sampel

Secara sederhana sampel dapat didefinisikan merupakan sebagian dari
populasi yang terpilih dan mewakili populasi tersebut. Penggunaan sampel dalam
penelitian bukan dimaksudkan untuk mengurangi ketelitian dan ketepatan hasil
penyelidikan ataupun prediksi terhadap suatu masalah yang akan diselidiki,
melainkan untuk memudahkan proses penelitian. Berikut ini adalah beberapa
keuntungan penggunaan sampel menurut (Yusuf, 2013, p. 151):
a) Biaya menjadi berkurang

Dengan mengambil data dari sebagian populasi, berarti jumlah sumber data
yang akan dikumpulkan lebih sedikit dari jumlah populasi. Dengan jumlah
yang terbatas berarti pula biaya yang digunakan untuk penyelidikan menjadi
berkurang dibandingkan apabila data harus dikumpulkan dari populasi.
b) Lebih cepat dalam pengumpulan dan pengolahan data
Dengan responden yang lebih sedikit berarti waktu yang digunakan untuk
mengumpulkan data lebih cepat. Selanjutnya jumlah data yang terbatas akan
mempercepat pula dalam pengolahan data penelitian. Dengan demikian, secara
keseluruhan penggunaan sampel akan memperpendek waktu penelitian dan
mempercepat dalam pengolahan data.
c) Lebih akurat
Makin lama dan makin banyak seseorang mengumpulkan informasi, makin
lelah yang bersangkutan. Keadaan itu akan menyebabkan berbagai kesalahan
dan mengurangi ketelitian peneliti. Di samping itu, subjektivitas peneliti makin
menonjol. Dengan menggunakan sampel, jumlah personal lebih sedikit yang
dibutuhkan; peneliti dapat menggunakan tenaga yang lebih tinggi kualitasnya,
dan latihan para petugas dapat diberikan lebih intensif sebelum kegiatan
pengumpulan data dimulai. Keadaan yang demikian akan memberikan hasil

119 | Desain Sampling ( B A B VIII)

yang lebih baik dan akurat, baik pada waktu pengumpulan data maupun dalam
pengolahan data.
d) Lebih luas ruang cakupan penelitian
Penelitian yang menggunakan sensus (populasi) akan menyebabkan ruang
cangkupannya (scope) lebih terbatas karena jumlah respondennya lebih banyak,
sebaliknya apabila peneliti menggunakan sampel, jumlah responden lebih
sedikit dab ruang cangkupan dapat bertambah luas.

8.4 Teknik Sampling

Gambar 8.2 Macam-Macam Teknik Sampling (Sugiyono, 2018, p. 133)
a) Probability Sampling

Probability sampling adalah salah satu teknik pengambilan sampel yang
memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih
menjadi anggota sampel. Dengan probability sampling, maka pengambilan sampel
secara acak atau random dari populasi yang ada. Teknik sampel probability
sampling meliputi:
120 | Desain Sampling ( B A B VIII)

1) Simple Random Sampling
Simple Random Sampling dinyatakan simple (sederhana) karena

pengambilan sampel anggota populasi dilakukan secara acak tanpa
memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu. Simple random sampling
adalah teknik untuk mendapatkan sampel yang langsung dilakukan pada unit
sampling. Maka setiap unit sampling sebagai unsur populasi yang terpencil
memperoleh peluang yang sama untuk menjadi sampel atau untuk mewakili
populasinya. Cara tersebut dilakukan bila anggota populasi dianggap homogen.
Teknik tersebut dapat dipergunakan bila jumlah unit sampling dalam suatu
populasi tidak terlalu besar. Cara pengambilan sampel dengan simple random
sampling dapat dilakukan dengan metode undian, ordinal, maupun tabel bilangan
random. Untuk penentuan sample dengan cara ini cukup sederhana, tetapi dalam
prakteknya akan menyita waktu. Apalagi jika jumlahnya besar, sampelnya besar.

Gambar 8.3 Simple Random Sample
2) Proportionate Stratified Random Sampling

Proportionate Stratified Random Sampling biasa digunakan pada populasi
yang mempunyai susunan bertingkat atau berlapis-lapis. Teknik ini digunakan bila
populasi mempunyai anggota/unsur yang tidak homogen dan berstrata secara
proporsional. Kelemahan dari cara ini jika tidak ada investigasi mengenai daftar
subjek maka tidak dapat membuat strata.

121 | Desain Sampling ( B A B VIII)

Gambar 8.4 Proportionate Stratified Random Sampling
3) Disproportionate Stratified Random Sampling

Disproportionate StratifiedRandom Sampling digunakan untuk
menentukan jumlah sampel bila populasinya berstrata tetapi kurang proporsional.

Gambar 8.5 Disproportionate Stratified Random Sampling
122 | Desain Sampling ( B A B VIII)

4) Cluster Sampling (Area Sampling)
Cluster Sampling (Area Sampling) juga cluster random sampling. Teknik

pengambilan sampel ini digunakan bilamana populasi tidak terdiri dari individu-
individu, melainkan terdiri dari kelompok-kelompok individu atau cluster. Teknik
sampling daerah digunakan untuk menentukan sampel bila objek yang akan
diteliti atau sumber data sangat luas. Kelemahan teknik pengambilan sampel ini
dapat dilihat dari tingkat error samplingnya. Jika lebih banyak di bandingkan
dengan pengambilan sampel berdasarkan strata karena sangat sulit memperoleh
cluster yang benar-benar sama tingkat heterogenitasnya dengan cluster yang lain
di dalam populasi.

Gambar 8.6 Cluster Sampling
b) Nonprobability sampling

Gambar 8.7 Nonprobability Sampling

123 | Desain Sampling ( B A B VIII)

Nonprobability sampling adalah salah satu teknik pengambilan sampel
yang tidak memberi peluang/kesempatan yang sama bagi setiap unsur atau
anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel. Jenis teknik sampling ini antara
lain:

1) Sampling Sistematis atau Systematic Sampling
Sampling sistematis adalah teknik penentuan sampel berdasarkan urutan

dari anggota populasi yang telah diberi nomor urut. Misalnya anggota populasi
yang terdiri dari 100 orang. Dari semua anggota tersebut diberi nomor urut, yaitu
nomor 1 sampai dengan nomor 100. Pengambilan sampel dilakukan dengan
mengambil nomor ganjil saja, genap saja, atau kelipatan dari bilangan tertentu,
misalnya kelipatan dari bilangan lima. Untuk ini maka yang diambil sebagai
sampel adalah nomor 1, 5, 10, 15, 20, dan seterusnya sampai 100.

2) Sampling Kuota atau Quota Sampling
Sampling kuota adalah teknik untuk menentukan sampel dari populasi

yang mempunyai ciri-ciri tertentu sampai jumlah (kuota) yang diinginkan. Teknik
ini jumlah populasi tidak diperhitungkan akan tetapi diklasifikasikan dalam
beberapa kelompok. Sampel diambil dengan memberikan jatah atau quorum
tertentu terhadap kelompok. Pengumpulan data dilakukan langsung pada unit
sampling. Setelah jatah terpenuhi, maka pengumpulan data dihentikan.

Teknik ini biasanya digunakan dan didesain untuk penelitian yang
menginginkan sedikit sampel dimana setiap kasus dipelajari secara mendalam.
Dan bahayanya, jika sampel terlalu sedikit, maka tidak akan dapat mewakili
populasi.

3) Sampling Insidental
Sampling insidental adalah teknik penentuan sampel berdasarkan

kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat
digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu sesuai
sebagai sumber data. Dalam teknik sampling aksidental, pengambilan sampel

124 | Desain Sampling ( B A B VIII)

tidak ditetapkan lebih dahulu. Peneliti langsung saja mengumpulkan data dari unit
sampling yang ditemui.

4) Sampling Purposive
Sampling purposive adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan

tertentu. Misalnya akan melakukan penelitian tentang kualitas makanan, maka
sampel sumber datanya adalah orang ang ahli makanan, atau penelitian tentang
kondisi politik di suatu daerah, maka sampel sumber datanya adalah orang yang
ahli politik. Sampel ini lebih cocok digunakan untuk penelitian kualitatif, atau
penelitian-penelitian yang tidak melakukan generalisasi. Teknik pengambilan
sampel ini banyak digunakan dalam metode kualitatif. Pemilihan sekelompok
subjek dalam purposive sampling, didasarkan atas ciri-ciri tertentu yang
dipandang mempunyai sangkut paut yang erat dengan ciri-ciri populasi yang
sudah diketahui sebelumnya. Maka dengan kata lain, unit sampel yang dihubungi
disesuaikan dengan kriteria-kriteria tertentu yang diterapkan berdasarkan tujuan
penelitian atau permasalahan penelitian.

Gambar 8.8 Purposive Sample
5) Sampling Jenuh

Sampel jenuh adalah sampel yang bila ditambah jumlahnya, tidak akan
menambah keterwakilan sehingga tidak akan mempengaruhi nilai informasi yang
telah diperoleh. Jadi teknik sampling jenh adalah teknik pengambilan sampel yang
memperhatikan nilai kejenuhan sampel. Hal ini sering dilakukan bila jumlah

125 | Desain Sampling ( B A B VIII)

populasinya relatif kecil, kurang dari 30 orang. Sampel jenuh disebut juga dengan
istilah sensus, dimana semua anggota populasi dijadikan sampel.

6) Snowball Sampling
Snowball sampling adalah teknik pengambilan sampel yang awal mula

jumlahnya kecil, kemudian sampel ini disuruh memilih teman-temannya untuk
dijadikan sampel. Dan begitu seterusnya, sehingga jumlah sampel makin lama
makin banyak. Ibaratkan sebuah bola salju yang menggelinding, makin lama
semakin besar. Pada penelitian kualitatif banyak menggunakan sampel purposive
dan snowball.

Gambar 8.9 The Snowball Effect
7) Sensus atau sampling total

Sensus adalah teknik sampling nonprobability dimana seluruh anggota
populasi dijadikan sampel. Menurut (Sugiyono, 2018, p. 140) menjelaskan bahwa
apabila penelitian yang dilakukan pada populasi dibawah 100, sebaiknya
dilakukan dengan sensus, sehingga seluruh anggota populasi tersebut dijadikan
sampel semua sebagai subyek yang dipelajari atau sebagai responden pemberi
informasi.

126 | Desain Sampling ( B A B VIII)

8.5 Menentukan Ukuran Sampel

Roscoe dalam (Sugiyono, 2018, p. 149) memberikan saran-saran tentang
ukuran sampel untuk penelitian seperti berikut ini:
a) Ukuran sampel yang layak dalam penelitian adalah antara 30 s/d 500.
b) Bila sampel dibagi dalam kategori (misalnya: pria-wanita, pegawai negeri-

swasta dan lain-lain) maka jumlah anggota sampel setiap kategori minimal 30.
c) Bila dalam penelitian akan melakukan analisis dengan multivariate (korelasi

atau regresi ganda misalnya), maka jumlah anggota sampel minimal 10 kali
dari jumlah variabel yang diteliti. Misalnya variabel penelitiannya ada 5
(independen + dependen), maka jumlah anggota sampel = 10 x 5 = 50.
d) Untuk penelitian eksperimen yang sederhana, yang menggunakan kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol, maka jumlah anggota sampel masing-
masing antara 10 s.d 20.
Dalam menentukan ukuran sampel terdapat beberapa metode praktis, yaitu
sebagai berikut :
1. Tabel Krecjie & Morgan

Tabel krecjie & Morgan dapat digunakan untuk menentukan ukuran
sampel, hanya jika penelitian bertujuan untuk menduga proporsi populasi serta
dengan pendekatan distribusi Chi kuadrat. Rumus Krecjie & Morgan, yaitu:

Keterangan:
n = Ukuran sampel
N = Ukuran populasi

= Nilai Chi kuadrat
P = Proporsi populasi
d = Galat Pendugaan

127 | Desain Sampling ( B A B VIII)

Gambar 8.10 Tabel Krecjie
2. Nomogram Harry King (Sugiyono, 2007)

Nomogram Harry King menghitung ukuran sampel tidak hanya didasarkan
atas kesalahan 5% saja, tetapi bervariasi sampai 15%. Jumlah populasi paling
tinggi hanya 2000. Rumus nomogram Harry King, yaitu
Keterangan:
S = jumlah anggota sampel,
R = besarnya ratio, dan
N = jumlah anggota populasi

128 | Desain Sampling ( B A B VIII)

.

Gambar 8.11 Nomogram Harry King
3. Rumus Slovin

Rumus Slovin adalah sebuah rumus atau formula untuk menghitung
jumlah sampel minimal apabila perilaku dari sebuah populasi tidak diketahui
secara pasti. Rumus ini pertama kali diperkenalkan oleh Slovin pada tahun 1960.
Rumus slovin ini biasa digunakan dalam penelitian survey dimana biasanya
jumlah sampel besar sekali, sehingga diperlukan sebuah formula untuk
mendapatkan sampel yang sedikit tetapi dapat mewakili keseluruhan populasi.

Dari notasi diatas, n adalah jumlah sampel minimal, nilai N adalah
populasi sedangkan nilai e adalah error margin. Berangkat dari ide perihal margin
error inilah mungkin sang pencipta dari rumus ini memberikan kesempatan
kepada para peneliti. Untuk menetapkan besar sampel minimal berdasarkan
tingkat kesalahan atau margin of error.

Misalnya sebuah penelitian dengan derajat kepercayaan 95%, maka tingkat
kesalahan adalah 5%. Sehingga peneliti dapat menentukan batas minimal sampel
yang dapat memenuhi syarat margin of error 5% dengan memasukkan margin
error tersebut ke dalam formula atau rumus slovin. Rumus slovin, yaitu:

129 | Desain Sampling ( B A B VIII)

Keterangan:
n = Jumlah sampel
N = Jumlah populasi
e = Tingkat kesalahan sampel (sampling error), biasanya 5%
Contoh Cara Hitung Rumus Slovin

Berdasarkan notasi rumus besar sampel penelitian minimal oleh Slovin
diatas, maka apabila kita punya 1.000 orang dalam sebuah populasi, kita bisa
tentukan minimal sampel yang akan diteliti. Margin of error yang ditetapkan
adalah 5% atau 0,05.
Perhitungannya adalah:

Jumlah sampel dari hasil perhitungan diatas adalah 285.7143 dan
dibulatkan menjadi 286.

4. Rumus Cochran
Rumus Cochran digunakan untuk menentukan jumlah sampel yang tidak

diketahui jumlah anggota populasi secara pasti. Rumus Cochran , yaitu sebagai
berikut:

130 | Desain Sampling ( B A B VIII)

Keterangan:
n = Jumlah sampel
z = Harga dalam kurva normal untuk simpangan 5%, dengan nilai 1.96
p = Peluang besar 0.5 atau 50%
q = Peluang salah 0.5 atau 50%
e = Tingkat kesalahan (sampling error), biasanya 5%
Contoh Cara Hitung Rumus Cochran
Peneliti ingin menentukan jumlah sampel untuk mengetahui kepuasan konsumen
pada produk sabun mandi cair merek Lux dengan jumlah populasi konsumen
tidak diketahui (sampling error 5%).
Perhitungannya adalah:

Jumlah sampel dari hasil perhitungan diatas adalah 384.16 dan dibulatkan
menjadi 384 (jika menurut aturan matematika) atau 385 (karena sampel yang
dituju adalah orang).

8.6 Prosedur Pengambilan Sampel

Prosedur pengambilan sampel, yaitu sebagai berikut:
a) Menentukan tujuan penelitian
b) Menentukan populasi penelitian
c) Menentukan jenis data yang diperlukan
d) Menentukan teknik sampling
e) Menentukan besarnya sampel
f) Menentukan unit sampel yang diperlukan
g) Memilih Sampel

131 | Desain Sampling ( B A B VIII)

Gambar 8.12 Prosedur Pengambilan Sampel

8.7 Tahapan Pemilihan Sampel

Dalam sebuah penelitian, sampel adalah salah satu bagian yang penting.
Pemilihan sampel menjadi sangat penting dilakukan karena kesalahan dalam
pemilihan sampel akan membuat penelitian yang dilakukan tidak sesuai dengan
fakta atau kejadian riil.

a) Pemilihan populasi
Dalam pemilihan populasi, peneliti harus lebih memerhatikan mana
populasi yang sesuai dengan penelitian yang dilakukan. Jika peneliti salah
dalam memilih populasi, maka penelitian yang dilakukan bisa saja tidak
sesuai atau akan adanya kesalahan dalam penelitian tersebut.

b) Penentuan kerangka pemilihan sampel
Dalam penentuan kerangka pemilihan sampel harus disesuaikan dengan
penelitian yang dilakukan dan sampel yang dipilih harus bisa mewakili
populasi yang telah ditentukan diawal penelitian.

132 | Desain Sampling ( B A B VIII)

c) Penentuan metode pemilihan sampel
Penentuan metode dalam pemilihan sampel disesuaikan dengan penelitian
yang dilakukan.

d) Penentuan prosedur pemilihan jumlah sampel
e) Penentuan jumlah sampel

Jumlah sampel yang ditentukan harus dapat mewakili populasi yang telah
ditentukan oleh peneliti di awal penelitian.
f) Pemilihan unit sampel aktual
Pemilihan unit sampel sangat berpengaruh pada hasil analisis yang akan
dilakukan oleh peneliti, sehingga dalam pemilihan unit sampel harus
dilakukan dengan benar dan disesuaikan dengan penelitian yang dilakukan.
g) Data sampel (kuantitatif atau kualitatif)
h) Analisis data
Analisis data yang dilakukan harus sesuai dengan metode penelitian yang
sudah ditentukan sebelumnya. Salah satu contoh analisis data yaitu dengan
cara regresi, analisis jalur, dan SEM.
i) Kesimpulan dan saran
Setelah data dianalisis maka akan didapatkan kesimpulan mengenai hasil
penelitian yang dilakukan. Selain itu, peneliti juga bisa memberikan saran
yang berkaitan dengan objek penelitian.
j) Populasi
Dari tahapan pemilihan sampel, hasil akhirnya adalah sampel harus bisa
mewakili populasi yang sudah ditentukan di awal penelitian. Jika sampel
tidak bisa mewakili populasi, maka penelitian tersebut tidak akan
memberikan hasil yang riil.

133 | Desain Sampling ( B A B VIII)

Gambar 8.13 Tahapan Pemilihan Sampel

8.8 Penentuan Sampel

a) Sampel survey
Sampel survey adalah bentuk yang lebih formal dari suatu survey, dengan
maksud menghubungi responden adalah bertujuan memperoleh sampel yang
representatif, sampel yang diambil adalah yang menjadi target populasi. Data
dibutuhkan untuk keperluan perencanaan, pelaksanaan/penentuan kebijakan,
pemantauan dan evaluasi kegiatan. Oleh sebab itulah penting untuk dilakukan
pengumpulan data guna menunjang kegiatan tersebut. Saat ini telah dilakukan
berbagai cara pengumpulan data dan salah satu yang terkenal dan sering
digunakan adalah metode survey.

b) Unit sampling
Unit sampling adalah unit yang dijadikan dasar penarikan sampel baik berupa
elemen maupun kumpulan elemen (klaster). Sebagai contoh, rumah tangga
dapat dijadikan sebagai unit sampling dan atau kumpulan rumah tangga pada
wilayah tertentu dapat dijadikan unit sampling seperti blok sensus, RT/RW,
bahkan desa. Di luar rumah tangga cukup banyak unit yang dapat dijadikan

134 | Desain Sampling ( B A B VIII)

unit sampling sesuai dengan tujuan survei seperti sekolah, kelas, Puskesmas,
perusahaan/usaha dan sebagainya
c) Sampling plan: yaitu, langkah-langkah untuk memperoleh sample dari populasi.
d) Sampel: Kumpulan unit sampling yang ditarik sebuah frame.

8.9 Syarat Kerangka Sampling

Syarat Kerangka Sampling (Margono, 2014):
a) Harus meliputi seluruh unsur sampel (tidak satu unsur pun yang tertinggal).
b) Tidak ada unsur sampel yang dihitung dua kali;
c) Harus up to date.
d) Batas-batasnya harus jelas, misalnya batas wilayah; rumah tangga(siapa-

siapa yang menjadi anggota rumah tangga); dan
e) Harus dapat dilacak di lapangan; jadi hendaknya tidak terdapat beberapa

desa dengan nama yang sama.

Gambar 8.14 Syarat Kerangka Sampling

135 | Desain Sampling ( B A B VIII)

BAB IX
PROSES PENELITIAN

136

9.1 Persyaratan Penelitian

Dengan melakukan penelitian akan didapat temuan baru, adanya
penambahan, peningkatan dan pengembangan ilmu pengetahuan. Ilmu
pengetahuan merupakan dasar seluruh tindakan dan usaha manusia dalam
mengatasi permasalahan yang dihadapi. Dengan demikian penelitian merupakan
upaya manusia untuk menambah ilmu pengetahuan guna mengatasi permasalahan
yang dihadapi dalam rangka meningkatkan kesejahteraan umat manusia.

Untuk melakukan penelitian yang baik ada beberapa persyaratan yang
harus diperhatikan. Syarat yang harus diperhatikan oleh seorang peneliti yang
akan melakukan penelitian ada tiga hal diantaranya penelitian harus dilakukan
secara sistematis, berencana, dan mengikuti metode ilmiah. Sistematis, artinya
penelitian tersebut dilaksanakan menurut pola atau urutan tertentu. Pola atau
uratan penelitian tersebut mulai dari penyusunan proposal, pengumpulan data
lapangan, pengolahan data, analisis data hingga membuat laporan hasil penelitian.
Semua urutan tersebut harus diikuti sesuai dengan urutannya dan tidak boleh di
bolak balik. Hal itu dilakukan agar apa yang direncanakan dapat berjalan
sebagaimana mestinya.

Sedangkan berencana artinya penelitian tersebut dilakukan dengan
disengaja serta sudah dipikirkan langkah-langkah pelaksanaannya. Dengan
demikian segala sesuatu yang menyangkut penelitian yang akan dilakukan telah
disusun rencana dengan teliti. Termasuk dalam hal ini adalah jadwal kegiatan
mulai dari menyusun proposal, kapan mengumpulkan data, dan untuk
mengumpulkan data peralatan apa yang dibutuhkan dan lain sebagainya, hingga
penelitian selesai dilakukan, termasuk dalam hal ini pengadaan laporan penelitian.

Mengikuti metode ilmiah artinya setiap kegiatan penelitian harus
dilaksanakan dengan mengikuti cara-cara yang sudah ditentukan. Mengikuti
metode ilmiah juga berarti peneliti harus berpikir secara ilmiah. Metode berpikir
ilmiah itu mulai dari merumuskan masalah, membuat konsep atau hipotesis
hingga pengujian hipotesis dan akhirnya mengambil kesimpulan.

137 | Proses Penelitian ( B A B IX)

9.2 Proses dan Langkah-Langkah Penelitian

Penelitian merupakan suatu proses, yaitu suatu rangkaian langkah-langkah
yang dilakukan secara terencana sistematis guna mendapatkan pemecahan
masalah atau mendapatkan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang telah
diajukan dalam permasalahan penelitian. Struktur penelitian ilmiah yang secara
logis dan kronologis mencerminkan kerangka penalaran ilmiah.

Penelitian ilmiah pada hakekatnya merupakan operasionalisasi dari metode
ilmiah dalam kegiatan keilmuan. Selanjutnya, penulisan ilmiah pada dasarnya
merupakan argumentasi penalaran keilmuan yang dikomunikasikan melalui
bahasa tulisan. Oleh karena itulah, mutlak diperlukan penguasaan yang baik
mengenai hakekat keilmuan agar dapat melakukan penelitian dan sekaligus
mengkomunikasikannya secara tertulis dengan baik. Penelitian atau riset ilmiah
merupakan riset yang terstruktur dengan langkah-langkah yang jelas dan
sistematik. Menurut (Sutrisno, 2015) prosedur penelitian ilmiah mengikuti
langkah-langkah sebagai berikut:

a) Menetapkan objek atau pokok permasalahan.
b) Pembatasan objek atau pokok permasalahan.
c) Pengumpulan data.
d) Pengolahan data dan menarik kesimpulan.
e) Membuat laporan hasil penelitian.
f) Mengemukakan implikasi-implikasi has il penelitian.

Sementara itu, (Wimmer & Dominick, 2006) menjelaskan bahwa,
langkah-langkah atau prosedur melakukan penelitian ilmiah adalah sebagai
berikut:

1) Memilih permasalahan penelitian (problems).
2) Melakukan kajian (review) teori dan penelitian sebelumnya.
3) Membuat hipotesis penelitian yang didasarkan pada masalah penelitian.
4) Menentukan metodologi, rancangan atau teknik (design) penelitian yang

tepat.
138 | Proses Penelitian ( B A B IX)

5) Pengumpulan data.
6) Melakukan analisis dan interpretasi data.
7) Penyajian hasil penelitian.
8) Melakukan penelitian ulang jika diperlukan.

Sebuah penelitian dikatakan memiliki originalitas jika penelitian tersebut
dilakukan oleh peneliti dengan proses yang benar. Proses penelitian merupakan
sebuah langkah-langkah atau rangkaian yang dirancang secara sistimatis untuk
mendapatkan sebuah permasalahan yang tepat dari sebuah penelitian, karena
penelitian yang baik selalu berangkat dari masalah penelitian yang akan diteliti.
Proses penelitan ilmiah harus dilakukan agar hasil penelitian tidak bias dan dapat
dimanfaatkan hasilnya untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan penelitian
selanjutnya. Untuk mencapai tujuan kebermanfaatan tersebut maka penelitian
harus dapat dkomunikasikan dengan cara yang ilmiah.

Memahami tipe atau jenis masalah yang akan diselidiki penting untuk
memudahkan merumuskan pertanyaan penelitian. Pertanyaan penelitian
selanjutnya akan dapat mendiskripsikan atau menjelaskan hubungan-hubungan
antar variabel. Sehingga penting memahami sebuah fenomena penelitian untuk
dijadikan alasan penelitian sebelum membuat sebuah pertanyaan penelitian.
Penelitian atau riset berarti pencarian teori, pengujian teori, dan penyelesaian
masalah. Artinya, masalah itu sudah ada dan diketahui bahwa solusi sangat
diperlukan. Masalah yang dimaksud bukanlah sebuah kasus dimana solusinya bisa
didapatkan secara spontan melainkan dibutuhkan tahap atau proses tertentu.
Seperti yang dikatakan (Hasibuan, 2007, p. 18), untuk meningkatkan kualitas
keilmuan maka kita perlu melakukan penelitian, dengan menggunakan proses
penelitian yang agar dapat mencapai optimasi pada berbagai keputusan riset.
Berikut ini akan dijelaskan bagaimana proses penelitian tersebut dilaksanakan.
Terdapat beberapa alasan perlunya mempelajari Scientific of Inquiry (penelitian
ilmiah), yaitu:

a) Scientific Inquiry membuat kita lebih knowledgeable dalam arti kita
mempunyai dasar untuk mengemukakan pendapat kita.

b) Menerangkan lebih lengkap, lebih dalam, dan komprehensif.

139 | Proses Penelitian ( B A B IX)

c) Membuat kita lebih berbudaya dalam arti yang kita ungkapkan selalu
didasarkan pada fakta.

d) Memunculkan pengetahuan dan ide yang baru.
Penelitian sebagai suatu kegiatan mencari kebenaran dengan

menggunakan metode ilmiah dituntut untuk memulai segala sesuatu dengan
permasalahan yang nyata. Permasalahan yang dipilih untuk dasar penelitian harus
memiliki relevansi dengan keilmuan peneliti. Disamping itu permasalahan yang
dipilih juga sebaiknya memenuhi karakteristik umum, antara lain:

1. Aktual, artinya masalah tersebut merupakan masalah yang sedang hangat
dirasakan atau bersifat kekinian.

2. Menarik, artinya penelitian yang dilakukan mengundang hasrat dan
keinginan untuk mengetahui permaslahan secara mendalam dan
mengetahui penyelesaian masalah yang memungkinkan untuk dilakukan.

3. Hasil kajiannya akan bermanfaat dan memiliki dampak solutif terhadap
permasalahan yang dihadapi oleh masayarakat, serta memiliki dampak
yang berarti terhadap perkembangan keilmuan peneliti.

4. Original, artinya penelitian yang dilakukan menjanjikan kebaruan
(novelty) bukan pengulangan dari penelitian sebelumnya.
Penelitian yang baik harus melalui proses yang baik, terdiri dari

setidaknya langkah-langkah berikut ini:
a. Alasan penelitian.

Penelitian yang baik salah satunya adalah penelitian yang dilakukan atas
dasar fenomena, isu-isu penelitian yang terjadi. Memulai sebuah penelitian
hendaknya dengan dilakukan dengan mengamati fenomena bisnis, manajemen,
atau fenomena lain yang ada untuk mengidentifikasi isue-isue penelitian.
Pengungkapan fenomena selanjutnya disajikan di dalam latar belakang penelitian
yang menjelaskan alasan dilakukannya penelitian. Latar belakang informasi akan
membantu peneliti dalam menggambarkan masalah penelitian secara spesifik.
Latar belakang penelitian tentunya tidak hanya fenomena, tetapi dapat juga

140 | Proses Penelitian ( B A B IX)


Click to View FlipBook Version