The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.

Buku ini disusun oleh dosen dan mahasiswa Magister Manajemen Universitas Indonesia Membangun untuk membantu para peneliti pemula dalam melakukan penelitian.

Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by Tiaraputriin, 2022-07-21 02:41:40

Metodologi Penelitian Bisnis

Buku ini disusun oleh dosen dan mahasiswa Magister Manajemen Universitas Indonesia Membangun untuk membantu para peneliti pemula dalam melakukan penelitian.

Keywords: SEM,Analisis Jalur,Metodologi Penelitian,BIsnis,Penelitian,Uji Asumsi Klasik,Prosedur Penelitian,Metodologi,Panduan Penelitian,Mahasiswa,Peneliti,Langkah-langkah Penelitian

dengan nilai yang ada di dalam matriks S (matrik kovarians dari variabel yang
teramati/sampel).

d. Uji Kecocokan
Uji kecocokan dan batas-batas nilai yang menunjukkan tingkat kecocokan

yang baik (good fit) diringkat sebagai berikut:

Tabel 10.4 Perbandingan Ukuran-Ukuran Goodness of Fit

Ukuran Goodness of Fit Tingkat Kecocokan yang Dapat Diterima

UKURAN KECOCOKAN MUTLAK

Chi Square (X2) Mengikuti uji statistik yang terkait dengan syarat
signifikan. Semakin kecil nilainya semakin baik.

Nilai berkisar diantara 0 sampai 1. Semakin tinggi nilainya

Goodness of Fit Index (GFI) semakin baik. GFI 0.90 artinya good fit, sementara 0.80
≤ GFI ≤ 0.9 artinya fit marginal.

Root Mean Square Residual Rata-rata residual antara matriks kovarians/korelasi yang
(RMSR) teramati dengan hasil estimasi, RMSR < 0.05 artinya good
fit.

Rata-rata perbedaan per df (degree of freedom) yang

Root Mean Square Erorr of diperkirakan terjadi dalam populasi dan bukan dalam
Approximation (RMSEA) sampel. Dikatakan close fit apabila RMSEA ≤ 0.05 dan

dianggap good fit apabila 0.05 ≤ RMSEA ≤ 0.08.

ECVI digunakan untuk menilai kecocokan suatu model

Expected Cross-Validation dengan sampel tunggal apabila diaplikasikan pada data
Index (ECVI) lain (cross validated) dengan ukuran sampel dan populasi
yang sama. Suatu model dikatakan baik apabila memiliki

nilai ECVI yang kecil.

Non Centrality Parameter Dinyatakan dalam bentuk spesifikasi ulang dari chi-square.
(NCP) Penilaian didasarkan atas perbandingan dengan model lain.
Semakin kecil nilainya semakin baik.

NCP yang dinyatakan dalam bentuk rata-rata dari

Scaled NCP (SNCP) perbedaan setiap observasi dalam rangka melakukan
perbandingan antar model. Semakin kecil nilainya semakin

baik.

UKURAN KECOCOKAN INCREMENTAL

Adjusted Goodness od Fit Suatu model dikatakan good fit apabila AGFI lebih besar
Index (AGFI) atau sama dengan 0.9 (AGFI ≥ 0.9) dan dikatakan fit
marginal apabila memiliki AGFI , 0.8 ≤ AGFI ≤ 0.9.

TLI dikenal juga sebagai Non Normed Fit Index (NNFI).

Nilai TLI berkisar di antara 0 sampai 1. Suatu model

Tucker-Lewis Index (TLI) dikatakan good fit apabila memiliki nilai TLI lebih besar
atau sama dengan 0.9 (TLI ≥ 0.9) dan dianggap fit
marginal apabila memiliki nilai TLI , 0.8 ≤ TLI ≤ 0.9.

Nilai NFI berkisar di antara 0 sampai 1. Suatu model

Normed Fit Index (NFI) dikatakan good fit apabila memiliki nilai NFI lebih besar
atau sama dengan 0.9 (NFI ≥ 0.9) dan dikatakan fit
marginal apabila memiliki nilai NFI , 0.8 ≤ NFI ≤ 0.9.

Incremental Fit Index (IFI) Nilai IFI berkisar di antara 0 sampai 1. Suatu model

191 | Sumber dan Metode Pengumpulan Data 1 ( B A B X)

Ukuran Goodness of Fit Tingkat Kecocokan yang Dapat Diterima

dikatakan good fit apabila memiliki nilai IFI lebih besar
atau sama dengan 0.9 (IFI ≥ 0.9) dan dikatakan fit
marginal apabila memiliki nilai IFI , 0.8 ≤ IFI ≤ 0.9.

Nilai CFI berkisar di antara 0 sampai 1. Suatu model

Comparative Fit Index dikatakan good fit apabila memiliki nilai CFI lebih besar
(CFI) atau sama dengan 0.9 (CFI ≥ 0.9) dan dikatakan fit
marginal apabila memiliki nilai CFI , 0.8 ≤ CFI ≤ 0.9.

Nilai RFI berkisar di antara 0 sampai 1. Suatu model

Relative Fit Index (RFI) dikatakan good fit apabila memiliki nilai RFI lebih besar
atau sama dengan 0.9 (RFI ≥ 0.9) dan dikatakan fit
marginal apabila memiliki nilai RFI , 0.8 ≤ RFI ≤ 0.9.

UKURAN KECOCOKAN PARSIMONI

Parsimonious Normed Fit Semakin tinggi nilai PNFI, maka kecocokan suatu model

Index (PNFI) akan semakin baik.

Parsimonious Goodness of PGFI merupakan modifikasi ulang dari GFI. Semakin
Fit Index (PGFI) tinggi nilai PGFI maka tingkat kecocokan suatu model
akan semakin baik

Nilai AIC yang positif dan lebih kecil menunjukkan

Akaike Information parsimoni yang lebih baik, sehingga digunakan untuk
Criterion (AIC) perbandingan antar model. Pada model tunggal, nilai AIC
yang mendekati nol menunjukkan model lebih fit dan lebih

parsimoni.

Nilai CAIC yang positif dan lebih kecil menunjukkan

Consistent Akaike parsimoni yang lebih baik, sehingga digunakan untuk

Information Criterion perbandingan antar model. Pada model tunggal, nilai

(CAIC) CAIC yang mendekati nol menunjukkan model lebih fit

dan lebih parsimoni.

Criteria N (CN) CN > 200 menunjukkan ukuran sampel mencukupi untuk
digunakan mengestimasi model.

Rasio antara chi-square dibagi df (degree of freedom).

Normed Chi-Square Nilai yang disarankan: batas bawah 1.0 ; batas atas 2.0

atau 3.0 dan yang lebih longgar 5.0.

Sumber: (Sarjono & Julianita, 2015, pp. 38-39)

192 | Sumber dan Metode Pengumpulan Data 1 ( B A B X)

BAB XI
SUMBER DAN PENGUMPULAN

DATA 2

193

11.1 Pengumpulan Data

Dalam penelitian, kita seringkali mendengar istilah metode pengumpulan
data dan instrumen pengumpulan data. Meskipun saling berhubungan, namun dua
istilah ini memiliki arti yang berbeda. Metode pengumpulan data adalah teknik
atau cara yang dilakukan oleh peneliti untuk mengumpulkan data. Pengumpulan
data dilakukan untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan dalam rangka
mencapai tujuan penelitian. Sementara itu instrumen pengumpulan data
merupakan alat yang digunakan untuk mengumpulkan data. Karena berupa alat,
maka instrumen pengumpulan data dapat berupa check list, kuesioner, pedoman
wawancara, hingga kamera untuk foto atau untuk merekam gambar.

Dalam penelitian yang menggunakan pendekatan kualitatif peneliti ialah
instrumen penelitian. Keberhasilan dalam pengumpulan data banyak ditentukan
oleh kemampuan peneliti menghayati situasi sosial, yang terjadi dalam konteks
yang sesungguhnya, ia dapat memfoto fenomena, simbol dan tanda yang terjadi,
ia mungkin pula merekam dialog yang terjadi. Peneliti tidak akan mengakhiri fase
pengumpulan data, sebelum ia yakin bahwa data yang terkumpul dari berbagai
sumber yang berbeda dan terfokus pada situasi sosial yang diteliti telah mampu
menjawab penelitian. Dalam konteks ini validitas, reliabilitas, dan triangulasi
(triangulation) tidak diragukan oleh siapapun.

Data yang dikumpulkan harus memiliki sifat/syarat tertentu, sehingga
tidak menyimpang dari permasalahan yang ada. syarat tersebut antara lain:

a) Akurat artinya harus mencerminkan atau sesuai dengan keadaan sebenar-
benarnya

b) Up to date artinya harus tepat waktu
c) Komprehenship artinya harus dapat mewakili
d) Relevan artinya harus ada hubngan dengan masalah yang akan

diselesaikan
e) Memiliki kesalahan kecil artinya tingkat ketelitian yang tinggi.

194 | Sumber dan Metode Pengumpulan Data 2 ( B A B XI)

Ada berbagai metode pengumpulan data yang dapat dilakukan dalam
sebuah penelitian. Metode pengumpulan data ini dapat digunakan secara sendiri-
sendiri, namun dapat pula digunakan dengan menggabungkan dua metode atau
lebih. Beberapa metode pengumpulan data antara lain:

1. Wawancara (interview)
Wawancara adalah teknik pengumpulan data melalui proses tanya jawab

lisan yang berlansung satu arah, artinya pertanyaan datang dari pihak yang
mewawancarai dan jawaban diberikan oleh yang diwawancara. Menurut
(Sugiyono, 2018, p. 214) mengemukakan bahwa wawancara digunakan sebagai
teknik pengumpulan data, apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan
untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti
ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah
respondennya sedikit/kecil. Teknik pengumpulan data ini mendasarkan diri pada
laporan tentang diri sendiri atau self-report, atau setidak-tidaknya pada
pengetahuan dan atau keyakinan pribadi.

Wawancara adalah bentuk komunikasi langsung antara peneliti dan
responden. Komunikasi berlangsung dalam bentuk tanya-jawab dalam hubungan
tatap muka, sehingga gerak dan mimik responden merupakan pola media yang
melengkapi kata-kata secara verbal. Teknik wawancara interview merupakan cara
yang digunakan untuk mendapatkan data dengan cara mengadakan wawancara
secara langsung dengan informan. Wawancara (Interview) yaitu melakukan tanya
jawab atau mengkonfirmasikan kepada sample peneliti dengan sistematis
(struktur). Wawancara diartikan cara menghimpun bahan-bahan keterangan yang
dilaksanakan dengan tanya jawab secara lisan, sepihak, bertatap muka secara
langsung dan dengan arah tujuan yang telah ditentukan. Seiring perkembangan
teknologi, metode wawancara dapat pula dilakukan melalui media-media tertentu,
misalnya telepon, email, atau skype.

195 | Sumber dan Metode Pengumpulan Data 2 ( B A B XI)

A. Pedoman Wawancara
Pedoman wawancara digunakan agar wawancara yang dilakukan tidak

menyimpang dari tujuan penelitian. Pedoman ini disusun tidak hanya berdasarkan
tujuan penelitian, tetapi juga berdasarkan teori yang berkaitan dengan masalah
yang diteliti.

Seperti juga dalam penyusunan kuesioner, maka wawancara sebagai salah
satu teknik dalam pengumpulan data akan lebih efektif apabila sebelum
melakukan wawancara terlebih dahulu disusun secara sistematis materi yang akan
dinyatakan. Langkah-langkah yang ditempuh sebagai berikut:

1) Melakukan studi literatur untuk memahami dan menjernihkan masalah
secara tuntas

2) Menentukan bentuk pertanyaan wawancara
3) Menentukan isi pertanyaan
B. Metode Wawancara

Metode wawancara menurut (Hadi, 2006) adalah salah satu cara untuk
mendapatkan data dan tanya jawab lisan dimana dua orang atau lebih berhadap-
hadapan secara fisik. Wawancara sendiri harus memperhatikan sebagai berikut :
1) Bahwa subjek (responden) adalah orang yang paling tahu tentang dirinya

sendiri.
2) Bahwa apa yang dinyatakan oleh responden kepada peneliti adalah benar dan

dapat dipercaya.
3) Bahwa interpretasi responden tentang pertanyaan-pertanyaan yang diajukan

peneliti kepadanya adalah sama dengan apa yang dimaksud oleh peneliti.
Metode wawancara bisa dilakukan dengan cara :
a) Face-to-face Interview
b) Mails Questionnaires
c) Phone Interview
d) Online Interview

196 | Sumber dan Metode Pengumpulan Data 2 ( B A B XI)

C. Syarat Pewawancara
1) Mempunyai kejujuran ilmiah
2) Mempunyai perhatian terhadap aspek yang diteliti
3) Mampu menyesuaikan diri dengan sumber data
4) Kepribadian dan intelegensi tinggi
D. Faktor yang mempengaruhi wawancara

Ada empat faktor yang menentukan keberhasilan dalam percakapan tatap
muka maupun percakapan melalui mdia. Lebih-lebih lagi kalau percakapan itu
menyangkut moral dan nilai-nilai. Keempat faktur sebagai berikut:

SITUASI
WAWANCARA

PEWAWANCARA RESPONDEN
(INTERVIEWER)

ISI/ MATERI
WAWANCARA

Gambar 11.1 Faktor Yang Mempengaruhi Wawancara
a) Pewawancara

Beberapa karakteristik yang perlu dimiliki pewawancara :
1) Kemampuan dan keterampilan mewawancari sumber informasi
2) Kemampuan memahami dan menerima serta merekam hasil wawancara

yang telah dilakukan
3) Karakteristik sosial pewawancara
4) Rasa percaya diri dan motivasi yang tinggi
5) Rasa aman yang dimiliki

197 | Sumber dan Metode Pengumpulan Data 2 ( B A B XI)

Kondisi di atas akan dapat memacu pewawancara untuk mengendalikan
diri serta mampu untuk menyampaikan pertanyaan dengan baik dan memahami
jawaban yang diberikan oleh sumber informasi.
b) Responden (sumber informasi)

Beberapa hal yang perlu dan diperhatikan dari responden yaitu :
1) Kemampuan memahami/menangkap pertanyaan dan mengolah jawaban

dari pertanyaan yang diajukan pewawancara
2) Karakteristik sosial (sikap, penampilan, relasi/hubungan) responden
3) Kemampuan untuk menyatakan pendapat
4) Rasa aman dan percaya diri
Dengan keadaan dan patokan di atas, setiap sumber informasi akan dapat
memberikan jawaban yang tepat dan bermanfaat.
c) Situasi wawancara

Dalam situasi wawancara, sekurang-kurangnya ada empat kondisi yang
perlu mendapat perhatian.

1) Waktu pelaksanaan
2) Tempat pelaksanaan
3) Keadaan lingkungan pada waktu wawancara
4) Sikap masyarakat

Keempat komponensial tersebut (pewawancara, sumber informasi, materi
dan situasi wawancara) saling berpengaruh dan berinteraksi, sehingga menunjang
dan mungkin juga menghambat pencapaian tujuan wawancara. Apabila semua
komponensial berfungsi dengan baik sesuai dengan fungsinya masing-masing,
maka tujuan wawancara akan tercapai dengan baik. Sebaliknya apabila banyak
komponensial yang tidak berfungsi, maka wawancara yang dilakukan akan
mengalami kelambanan dan mungkin juga tidak berhasil. Namun perlu pula
digaris bawahi bahwa secara terperinci keberhasilan dalam pengumpulan data dari
sumber informasi sangat ditentukkan oleh kemampuan pewawancara untuk

198 | Sumber dan Metode Pengumpulan Data 2 ( B A B XI)

memancing, menggali, dan mengikutsertakan sumber informasi sehingga ia
tertarik dan secara aktif serta mampu menyampaikan informasi yang sebenarnya.

Dalam kaitannya itu, pewawancara hendaklah mampu menjawab pertanyaan
berikut:
a. Dapatkah pewaancara menciptakan hubungan yang akurat dan menyenangkan

dengan sumber informasi?
Apabila pewawancara mampu menciptkan situasi dan hubungan akrab, maka
sumber informasi akan percaya dan akan siap merespons dengan baik.
b. Mampukah pewawancara menyampaikan pertanyaan dengan baik, tepat dan
sesuai dengan kemampuan serta tingkat pemahaman sumber informasi?
Andai kata pewawancara mampu bertanya dengan baik, maka ia akan
mendapat nilai tambah dibandingkan pewawancara lain yang kurang mampu.
Lebih-lebih lagi kalau peawancaranya kaku dan kurang menarik.
c. Dapatkah pewawancara menggali semua data yang diinginkan dan menata atau
merekamnya dengan baik dalam konteks yang sebenarnya?
Andai kata ada pertanyaan yang tertinggal apakah informasi itu mudah dapat
kembali?

Seandainya pewawancara tidak dapat menguasai kondisi tersebut, maka
situasi wawancara menjadi tidak tertarik dan tidak hidup sehingga informasi yang
didapat tidak lengkap dan kurang berarti untuk penelitian yang sedang dilakukan.
Banyak informasi yang seharusnya dapat dilacak dan diambil, namun karena
kekurangmampuan pewawancara melacak dengan baik atau karena
kekurangpercayaan responden sebagai sumber informasi, maka informasi tersebut
tidak dapat direkam atau tidak tercatan dengan baik.

Disamping itu, beberapa faktor lain yang menyebabkan kesalahan
data/informasi adalah informan.sampel yang diambil kurang tepat atau mungkin
juga disebabkan daftar pertanyaan yang kurang mewakili objek penelitian.
Kesalahan itu terjadi pada sumber informasi yang kurang tepat, antara lain
disebabkan oleh:

199 | Sumber dan Metode Pengumpulan Data 2 ( B A B XI)

1. Kesalahan sengaja karena sumber informasi tidak mengetahui jawabannya
atau pertanyaan yang diajukan terlalu sensitif atau karena ia tidak mampu
memberi jawaban karena jawaban itu tak diinginkan di dalam masyarakat;

2. Kesalahan yang tidak disengaja, umpamanya menyangkut ketelitian dalam
menjawab pertanyaan; dan

3. Kesalahan kebetulan, seperti sumber informasi lelah dalam
menginterprestasikan pertanyaan, kegagalan dalam mengingat jawaban.

d) Isi/ materi wawancara
Keterlaksanaan wawancara dengan baik adalah harapan dari setiap

pewawancara. Karena itu, pewawancara perlu menghayati berbagai faktor yang
terdapat di dalam materi pertanyaan sehingga memungkinkan wawancara berjalan
dengan baik. Diantara faktor-faktor yang penting dipahami dalam isi/ materi
wawancara, yaitu :
1) Tingkat kesukaran materi yang ditanyakan
2) Materi pertanyaan hendaklah dalam ruang lingkup kemampuan responden.

Jangan terlalu sukar dan jangan pula terlalu mudah
3) Kesensitifan materi pertanyaan

Peneliti hendaklah menyadari sejak dini, hal-hal yang menyangkut moral,
agama, ras atau kedirian tiap responden selalu mengundang subjektivitas,
keengganan, atau kepenolakan untuk memberi jawaban. Dalam kaitan itulah jati
diri, kemampuan dan keterampilan peneliti diuji dan sangat diperlukan. Usahakan
materi yang sensitif dijadikan normatif dan tidak menyinggung kedirian seseorang
maupun orang lain.

E. Kategori wawancara
Walaupun wawancara merupakan percakapan tatap muka maka atau

wawanmuka, maka wawancara terbagi atas dua kategori, yaitu:
1) Wawancara terstruktur
Wawancara terstruktur adalah suatu bentuk wawancara dimana

pewawancara dalam hal ini peneliti menyusun secara terperinci dan sistematis

200 | Sumber dan Metode Pengumpulan Data 2 ( B A B XI)

rencana atau pedoman pertanyaan menurut pola tertentu dengan menggunakan
format yang baku. Dalam hal ini pewawancara hanya membacakan pertanyaan
yang telah disusun dan kemudian mencatat jawaban responden secara tepat.

Dalam wawancara terstruktur, peneliti telah mengetahui dengan pasti
informasi apa yang hendak digali dari narasumber. Pada kondisi ini, peneliti
biasanya sudah membuat daftar pertanyaan secara sistematis. Peneliti juga bisa
menggunakan berbagai instrumen penelitian seperti alat bantu recorder, kamera
untuk foto, serta instrumen-instrumen lain

Contoh :
Penjelasan pewawancara terhadap responden
Kita sama-sama tertarik terhadap kenakalan remaja yang selalu bertambah
dan kalau dibiarkan akan merusak citra remaja untuk masa datang. Betapa
banyak remaja yang konflik dengan orangtua dan tetangganya, hanya karena
keisengan yang merusak diri dengan mengisap ganja, meminum-minuman
keras, atau jenis kejahatan lainnya.
Kita ingin mengetahui faktor-faktor apakah yang menyebabkan para remaja
terlibat narkotika dan obat psikotropika lainnya. Apakah hal itu bersumber
dari diri mereka atau disebabkan faktor lain diular dirinya
Berikut ini sejumlah pertanyaan yang berkaitan dengan itu. Kami harapkan
saudara dapat menjawab pertanyaan yang akan kami ajukan berikut ini
menurut keadaan yang sebenarnya. Andai kata selalu terjadi katakanlah
“selalu”, kami akan mengecek pada alternatif “selalu”, seseuai dengan kolom
pertanyaan. Andai kata “jarang”, katakanlah “jarang” dan akan diberi tanda
cek pada “jarang”, demikian juga untuk “seringkali”
NO PERTANYAAN SELALU SERINGKALI JARANG
1 Mengisap ganja dalam

Sabtu Minggu
2 Dan seterusnya

201 | Sumber dan Metode Pengumpulan Data 2 ( B A B XI)

2) Wawancara tidak terstruktur/bebas
Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara bebas. Peneliti tidak

menggunakan pedoman wawancara yang berisi pertanyaan-pertanyaan spesifik,
namun hanya memuat poin-poin penting dari masalah yang ingin digali dari
responden
Contoh :

Petunjuk kepada pewawancara
Tugas pewawancara adalah menemukan sebanyak mungkin jenis-jenis
kenakalan remaja, faktor-faktor penyebab maupun kegiatan terselubuh
lainnya, yang mendorong bertambah meningkatnya kenakalan remaja. Makin
konkret dan mendetail jawaban setiap pertanyaan makin baik. Usahakan
“mengejar”dan mendalami setiap pertanyaan dengan menggunakan
pertanyaan yang bersifat membantu. jangan lupa menciptakan situasi yang
menyenangkan dengan sumber informasi

a. Jenis-jenis kenakalan remaja apa sajakah yang dilakukan bersama dengan
teman-temanmu?
Pertanyaan penjaring/pembantu (probing)
Apakah anda mempunyai masalah dalam keluargamu?
Apakah orangtuamu setuju, kamu meninggalkan rumah?

b. Bagaimana caramu mengikutsertakan temanmu dalam mendapatkan ganja?
c. Dan seterusnya

202 | Sumber dan Metode Pengumpulan Data 2 ( B A B XI)

Adapun wawancara bebas yang berlangsung secara alami, tidak diikat atau
diatur oleh suatu pedoman atau oleh suatu format baku, seperti contoh berikut
Contoh :

Petunjuk wawancara
Temukanlah sebanyak mungkin jenis-jenis kenakalan remaja. Kenakalan
remaja itu bersumber dari berbagai sebab, baik secara langsung menyangut
diri remaja atau faktor-faktor di sekitarnya.
Usahakan mendalami setiap aspek secara runtut dan terarah. Jangan lupa
menciptakan hubungan yang menyenangkan dengan responden.

F. Keunggulan wawancara
Wawancara merupakan salah satu cara yang baik dan dtepat apabila

penelitian menginginkan informasi yang dalam dan mendetail tentang suatu objek
penelitian. Disamping itu informasi yang didapat lebih banyak. Beberapa
keunggulan penggunaan teknik wawancara dalam pengumpulan data adalah
sebagai berikut

1) Memiliki tingkat respon yang tinggi
2) Dapat menggunakan komunikasi non verbal dan bantuan visual
3) Dapat menggunakan seluruh tipe pertanyaan dan menggunakan

probing/pemeriksaan secara ekstensif
G. Kelemahan wawancara

Walaupuan wawancara merupakan teknik yang tepat sebagai alat
pengumpul data untuk jenis penelitian tertentu, namun banyak pula kelemahan
yang perlu diperhatikan sebelum menggunakan teknik ini. Diantara kelemahan itu
adalah sebagai berikut:

1) Biaya yang diperlukan lebih tinggi
2) Bias wawancara seperti penampilan fisik, nada suara, question wording,

yang mempengaruhi responden

203 | Sumber dan Metode Pengumpulan Data 2 ( B A B XI)

2. Observasi (pengamatan)
Menurut Sutrisno Hadi dalam (Sugiyono, 2018, p. 223) mengemukakan

bahwa observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang
tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis. Dua diantara yang
terpenting adalah proses-proses pengamatan dari ingatan. Metode pengumpulan
data observasi tidak hanya mengukur sikap dari responden, namun juga dapat
digunakan untuk merekam berbagai fenomena yang terjadi. Teknik pengumpulan
data observasi cocok digunakan untuk penelitian yang bertujuan untuk
mempelajari perilaku manusia, proses kerja, dan gejala-gejala alam. Metode ini
juga tepat dilakukan pada responden yang kuantitasnya tidak terlalu besar, adapun
metode pengumpulan data dengan observasi terbagi menjadi beberapa kategori
yaitu sebagai berikut:
a) Participant observation

Dalam participant observation, peneliti terlibat secara langsung dalam kegiatan
sehari-hari orang atau situasi yang diamati sebagai sumber data
b) Non participant observation
Berlawanan dengan participant observation, non participant observation
merupakan observasi yang penelitinya tidak ikut secara langsung dalam
kegiatan atau proses yang sedang diamat
c) Observasi terstruktur
Observasi yang telah dirancang secara sistematis, tentang apa yang diamati, di
mana tempatnya. Peneliti telah tahu dengan pasti variabel apa yang akan
diamati. Instrumen penelitian telah teruji validitas dan reabilitasnya. Pedoman
wawancara terstruktur, atau angket tertutup dapat jg digunakan sebagai
pedoman observasi

204 | Sumber dan Metode Pengumpulan Data 2 ( B A B XI)

d) Observasi tidak terstruktur
Observasi yang tidak dipersiapkan secara sistematis, tentang apa yang diamati,
di mana tempatnya. Peneliti tidak tahu secara pasti tentang apa yang akan
diamati. Dalam melakukan pengamatan peneliti tidak menggunakan instrumen
yang telah baku, tetapi hanya berupa tambu-rambu pengamatan
A. Keunggulan metode observasi
1. Peneliti akan mendapatkan pemahaman lebih baik tentang konteks dalam
hal yang diteliti akan atau terjadi.
2. Observasi memungkinkan peneliti untuk bersikap terbuka, berorientasi
pada penemuan dari pada pembuktiaan dan mempertahankan pilihan untuk
mendekati masalah secara induktif.
3. Observasi memungkinkan peneliti melihat hal-hal yang oleh subjek
penelitian sendiri kurang disadari.
4. Observasi memungkinkan peneliti memperoleh data tentang hal-hal yang
karena berbagai sebab tidak diungkapkan oleh subjek penelitian secara
terbuka dalam wawancara
5. Observasi memungkinkan peneliti merefleksikan dan bersikap introspektif
terhadap penelitian yang dilakukan. Impresi dan perasan pengamatan akan
menjadi bagian dari data yang pada giliranya dapat dimanfaatkan untuk
memahami fenomena yang diteliti.
B. Kelemahan Metode Observasi
1. Metode ini tidak memberikan gambaran yang objektif dari responden
2. Subjektifitas dari observer sangat tinggi karena mereka tidak mengetahui
persepsi yang sesungguhnya dari respon

3. Angket (Kuesioner)
Angket memiliki fungsi serupa dengan wawancara, hanya berbeda dalam

implementasinya. Kuesioner merupakan metode pengumpulan data yang
dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis
kepada responden untuk dijawab. Kuesioner merupakan metode pengumpulan
data yang lebih efisien bila peneliti telah mengetahui dengan pasti variabel yag
akan diukur dan tahu apa yang diharapkan dari responden. Selain itu kuesioner

205 | Sumber dan Metode Pengumpulan Data 2 ( B A B XI)

juga cocok digunakan bila jumlah responden cukup besar dan tersebar di wilayah
yang luas. Berdasarkan bentuk pertanyaannya, kuesioner dapat dikategorikan
dalam dua jenis, yakni kuesioner terbuka dan kuesioner tertutup. Kuesioner
terbuka adalah kuesioner yang memberikan kebebasan kepada objek penelitian
untuk menjawab. Sementara itu, kuesioner tertutup adalah kuesioner yang telah
menyediakan pilihan jawaban untuk dipilih oleh bjek penelitian. Seiring dengan
perkembangan, beberapa penelitian saat ini juga menerapkan metode kuesioner
yang memiliki bentuk semi terbuka. Dalam bentuk ini, pilihan jawaban telah
diberikan oleh peneliti, namun objek penelitian tetap diberi kesempatan untuk
menjawab sesuai dengan kemauan mereka.

Tidak ada teknik pengumpulan data yang lebih efisien dibandingkan
questioner. Adapun petunjuk untuk membuat pertanyaan adalah (Sutabri, 2012):
a) Rencanakanlah terlebih dahulu fakta/opini apa saja yang ingin dikumpulkan.
b) Berdasarkan fakta dan opini tersebut diatas, tentukan tipe dari pertanyaan

yang paling tepat untuk masing-masing fakta dan opini tersebut.
c) Tulislah pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan. Pertanyaan itu tidak

boleh mengandung kesalahan serta harus jelas dan sederhana.
d) Lakukan uji coba atas pertanyaan itu ke beberpa responden terlebih dahulu,

misalnya 2 atau 3 orang. Apabila responden mengalami kesulitan dalam
mengisi daftar pertanyaan itu maka pertanyaan-pertanyaan itu harus
diperbaiki lagi.
e) Perbanyaklah dan distribusikanlah daftar pertanyaan yang memang sudah
dianggap baik dan solid

206 | Sumber dan Metode Pengumpulan Data 2 ( B A B XI)

Adapun kelebihan dan kekurangan teknik angket/kuestioner adalah
sebagai berikut

A. Kelebihan angket/kuesioner
Teknik ini mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan dengan teknik

pengumpulan data lainnya, yaitu sebagai berikut :
1) Cepat, daftar pertanyaan untuk sumber data bisa dalam jumlah banyak dan
tersebar
2) Responden tidak merasa tergangu karena dapat mengisi daftar pertanyaan
tersebut dengan memilih waktu sendiri di mana ia ulang
3) Peneliti tidak perlu hadir, di era globalisasi seperti sekarang peniliti tidak
perlu hadir dalam menyebarkan angket/kuesioner bisa juga dengan
memanfaatkan teknologi seperti pengisian google form
4) Kerahasiaan terjamin, responden tidak perlu khawatir dengan identitas
yang dicantumkan, karena hal itu bersifat rahasia
5) Terstandar, angket/kuesioner memiliki standar dalam penyampaian
angket/kuesioner sehingga semua bisa tersusun dengan baik dan cepat
6) Murah
B. Kelemahan teknik kuesioner
Disamping mempunyai beberapa kelebihan, teknik ini juga memiliki

beberapa kelemahan, yaitu sebagai berikut:
1) Tidak ada jaminan bahwa daftar pertanyaan itu akan dijawab dengan
sepenuh hati
2) Daftar pertanyaan cenderung tidak fleksibel. Pertanyaan yang harus
dijawab terbatas karena responden cukup menjawab pertanyaan yang
dicantumkan di dalam daftar sehingga pertanyaan tersebut tidak dapat
dikembangkan lagi sesuai dengan situasi
3) Pengumpulan data tidak dapat dilakukan secara bersama-sama dan daftar
pertanyaan yang lengkap sulit untuk dibuat

207 | Sumber dan Metode Pengumpulan Data 2 ( B A B XI)

C. Prinsip dalam penulisan angket/kuesiner
1. Isi dan Tujuan Pertanyaan
2. Bahasa yang digunakan
3. Tipe dan bentuk pertanyaan
4. Pertanyaan tidak mendua (Bagaimana pendapat anda tentang kualitas dan

harga barang?)
5. Tidak menanyakan yang sudah lupa ( Bagaimanakah kinerja para pengusaha

Indonesia 30 tahun yang lalu?)
6. Pertanyaan tidak menggiring (Bagaimanakah kinerja anda selama setahun?)

Jawaban responden tentu cenderung baik.
7. Panjang Pertanyaan (jumlah pertanyaan 20 sd 30 Pertanyaan )
8. Urutan pertanyaan (Dimulai dari yang umum menuju ke hal yang spesifik)

a. Prinsip pengukuran
Kuesioner yang diberikan kepada responden adalah merupakan instrumen
penelitian yang digunakan untuk mengukur variabel yang akan diteliti.
Kuesioner tersebut harus dapat digunakan untuk mendapatkan data yang
valid dan reliabel tentang variabel yang diukur. Jadi sebelum kuesiner
diberikan kepada responden maka perlu diuji validitas dan realibilitas
terlebih dahulu.

b. Penampilan fisik kuesioner
Penampilan Fisik Kuesioner sebagai alat pengumpul data akan
mempengaruhi respon atau keseriusan responden dalam mengisi kuesioner.
Sebaiknya kuesioner dicetak di kertas yang bagus dan berwarna

208 | Sumber dan Metode Pengumpulan Data 2 ( B A B XI)

D. Jenis-jenis Angket/Kuesioner
1. Open Question

Bagaimanakah pendapat Bapak/Ibu/Sdr mengenai pemberantasan korupsi
dewasa ini?
…………………………………………..
(jawaban bisa bermacam-macam dengan asumsi maksimal sebanyak
jumlah responden)
2. Close question
Bagaimanakah pendapat Bapak/Ibu/Sdr mengenai pemberantasan korupsi
dewasa ini?
Terlalu banyak prosedur, tidak jelas penyelesaiannya, tidak meyakinkan,
bersifat tebang pilih, terkesan mundur maju
3. Kombinasi open dan closed question
Bagaimanakah pendapat Bapak/Ibu/Sdr mengenai pemberantasan korupsi
dewasa ini?
Terlalu banyak prosedur, tidak jelas penyelesaiannya, tidak neyakinkan,
bersifat tebang pilih, terkesan mundur maju ……………………………
(lain-lain - sebutkan!)
E. Angket/Kuesioner yang baik
1. Hindari kebingungan, bantu responden mengerti pertanyaan dan mengisi
jawaban sesuai dengan maksud pertanyaan
2. Cocok dengan perspektif pelanggan (sesuai kepentingan dan pengetahuann
responden)
3. Valid dan reliabel: ada angka atau indikator yang mudah dimengerti
4. Membantu ingatan responden untuk pertanyaan masa lalu
5. Spesifikasi waktu, jumlah dan kejadian
F. Kuesioner tidak baik
1. Jargon (istilah ilmu tertentu), slank (istilah dalam sub kultur tertentu)
2. Pertanyaan ambiguitas (dua makna)
3. Bahasa emosional dan bias prestise (mengarahkan)
4. Dua pertanyaan dalam satu nomor

209 | Sumber dan Metode Pengumpulan Data 2 ( B A B XI)

5. Diluar kemampuan responden untuk menjawab
6. Premise yang salah (tak sependapat dengan responden)
7. Kejadian masa datang
8. Tumpang tindih (harus mutually exclusive)

11.2 Jenis Dan Sumber Data dengan

Berdasarkan teknik/cara pengumpulan data dilakukan
menggunakan kuesioner yang harus dilakukan oleh setiap peneliti.

a) Berdasarkan Sumber Data
Ada 2 (dua) macam sumber data berdasarkan cara memperolehnya yaitu sebagai
berikut:

1) Data Primer
Sumber data primer yaitu data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh

peneliti secara langsung dari sumber datanya dengan cara observasi, wawancara,
dan penyebaran kuesioner, sebagai contohnya :

a. Data hasil kuesioner terhadap responden
b. Data hasil wawancara langsung
c. Data hasil survey
2) Data Sekunder

Sumber data sekunder yaitu sumber data yang tidak diperoleh langsung
oleh peneliti. Jadi peneliti tidak mengumpulkan data langsung dari objek yang
diteliti. Biasanya data sekunder diperoleh dari penelitian-penelitian yang terdahulu
dan data diterima dalam bentuk jadi, seperti diagram, grafik, tabel, sebagai
contohnya:

a. Data sensus penduduk oleh BPS
b. Data penyakit kanker yang dikeluarkan oleh WHO
c. Data startup di Indonesia yang dikeluarkan oleh Kementerian Komunikasi

dan Informasi.
d. Data bencana alam yang dikeluarkan oleh BMKG

210 | Sumber dan Metode Pengumpulan Data 2 ( B A B XI)

b) Berdasarkan Sifat Data
Berdasarkan sifatnya pengumpulan data dibagi lagi menjadi dua, yaitu :

1) Data Kualitatif
Data kualitatif adalah data deksriptif atau data yang tidak berbentuk angka,

biasanya dinyatakan dalam bentuk verbal, simbol atau gambar. Data kualitatif
dapat diperoleh melalui beberapa cara sebagai berikut:

a. Wawancara
Menurut (Sugiyono, 2018, p. 214) mengemukakan bahwa wawancara
digunakan sebagai teknik pengumpulan data, apabila peneliti ingin
melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus
diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden
yang lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit/kecil.
b. Obervasi
Menurut Sutrisno Hadi dalam (Sugiyono, 2018, p. 223) mengemukakan
bahwa observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses
yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis. Dua diantara
yang terpenting adalah proses-proses pengamatan dari ingatan.
c. Kuesioner
Menurut (Sugiyono, 2018, p. 219) menyatakan bahwa kuesioner
merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi
seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk
dijawabnya
d. Penelitian Keperpustakaan
Dalam hal ini peneliti mengumpulkan dan mempelajari bahan-bahan
bacaan serta media tulis lainnya yang erat kaitannya dengan produk
bahasan dengan maksud memperoleh gambaran serta menambah
penguasaan ilmu pengetahuan secara teoritis yang diberikan dengan topic
yang dibahas.
e. Mengakses Website (internet)
Metode ini digunakan untuk mencari website maupun situs-situs yang
menyediakan informasi sehubung dengan masalah yang diteliti

211 | Sumber dan Metode Pengumpulan Data 2 ( B A B XI)

f. Metode Jasmara
Metode Jasmara (Jaring Aspirasi Masyarakat) merupakan diskusi dan
temu rembug untuk menjaring aspirasi masyarakat dan proses perlibatan
masyarakan dalam proses penelitian.
2) Data Kuantitatif
Data Kuantitatif dapat diperoleh dengan melakukan survey untuk
mendapatkan jawaban rigid berupa angka. Data kuantitatif ini bersifat objektif,
sehingga setiap orang yang membaca atau melihat data ini akan menafsirkannya
dengan sama. Sebagai contohnya:
a. Umut Rudi 20 tahun
b. Tinggi badan rata-rata di kelas A adalah 172 cm
c. Suhu di kota Jakarta mencapai 37 derajat
d. Pendapatan perkapita indonesia mencapai 20 triliun, dan lain sebagainya.

c) Jenis Data berdasarkan sumbernya
Data berdasarkan sumbernya dibagi menjadi dua macam, yaitu data

internal dan data eksternal.
1) Data Internal
Data internal adalah data yang diperoleh langsung dari suatu organisasi
atau tempat penelitian, sebagai contohnya:
a. Kebutuhan tenaga kerja disuatu perusahaan
b. Jumlah karyawan di perusahaan
c. Tingkat kepuasan karyawan di suatu instansi
2) Data Eksternal
Data eksternal adalah data yang diperoleh dari luar organisasi atau tempat
dilakukannya penelitian. Data eksternal biasanya digunakan sebagai
pembanding antara organisasi lain dengan organisasi yang berangkutan,

212 | Sumber dan Metode Pengumpulan Data 2 ( B A B XI)

contohnya:
a. Data kependudukan yang dikeluarkan oleh BPS
b. Data penelitian produk perusahaan lain
c. Jumlah siswa di sekolah lain.

d) Jenis Data berdasarkan waktu pengumpulan
Jenis data berdasarkan waktu pengumpulannya dibagi menjadi dua macam,

yaitu data cross section dan data berkala (time series data).
1) Data Cross Section
Data cross section adalah data yang diambil pada 1 periode waktu tertentu
sehingga ia membutuhkan data di waktu lain jika ingin melakukan
perbandingan. Contoh sederhana: dalam sebuah desa ada 100 KK, dengan
parameter tertentu 30% nya dikategorikan sebagai keluarga Miskin. Nah
30% nya itu adalah data yang dihasilkan dari data cross section karena
hanya mencakup titik waktu itu saja. Untuk melakukan perbandingan
apakah di desa tersebut angka kemiskinan menurut atau naik, maka ia
membutuhkan data-data yang sebelumnya telah diteliti.
Contoh:
a. Data penjualan suatu perusahaan pada bulan Februari 2018
b. Data keuangan perusahaan pada bulan Mei 2015
2) Data Berkala (Time Series)
Data berkala adalah data yang diambil secara kontinu dari waktu ke waktu
untuk mengetahui perkembangan dari objek yang sedang diamati atau
diobservasi. Data ini nantinya akan diamati pola perubahannya dari
periode ke periode. Pola perubahan ini dapat digunakan untuk membuat
perencanaan atau mengambil sebuah keputusan. Data berkala dapat
diambil setiap hari, minggu, bulan, triwulan, atau setiap tahun.
Contoh:
a. Data impor beras Indonesia tahun 2010 – 2020
b. Jumlah penjualan perharai selama bulan Agustus 2019
c. Hasil pertanian setiap bulan selama tahun 2019

213 | Sumber dan Metode Pengumpulan Data 2 ( B A B XI)

BAB XII
METODE PENELITIAN

214

12.1 Metode Yang Digunakan

Metode penelitian menurut (Sugiyono, 2018, p. 1) diartikan sebagai cara
ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Penelitian
merupakan cara yang sistematis untuk mengumpulkan data dan mempresentasikan
hasilnya.

Metode penelitian berdasarkan landasan filsafat, data, dan analisisnya
dapat dikelompokan menjadi tiga, yaitu metode penelitian kuantitatif, metode
penelitian kualitatif dan metode penelitian kombinasi (mixed methods). Metode
kuantitatif menurut (Sugiyono, 2018, p. 15) dapat diartikan sebagai metode
penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti
pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrumen
penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik, dengan tujuan untuk
menggambarkan dan menguji hipotesis yang telah ditetapkan. Filsafat positivisme
memandang bahwa realitas/ gejala/ fenomena yang diteliti itu dapat diamati,
terukur, dapat diklasifikasikan, bersifat kausal, bebas nilai dan relatif tetap.

Metode penelitian kualitatif menurut Sugiyono (Sugiyono, 2018, p. 19)
dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat
postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah,
(sebagai lawannya adalah eksperimen) di mana peneliti sebagai instrumen kunci,
teknik pengumpulan data dilakukan secara trianggulasi (gabungan), analisis data
bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan
pemahaman makna, dan mengkonstruksi fenomena dari pada generalisasi.
Sedangkan metode penelitian kombinasi (mix method), merupakan metode
penelitian yang berlandaskan pada filsafat pragmatisme (gabungan positivisme
dan pospositivisme).

Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode kuantitatif
dengan pendekatan deskriptif dan verifikatif. Pengertian metode deskriptif
menurut (Sugiyono, 2013, p. 53) yaitu suatu rumusan masalah yang berkenaan
dengan pertanyaan terhadap keberadaan variabel mandiri, baik hanya pada satu
variabel atau lebih (variabel mandiri adalah variabel yang berdiri sendiri, bukan

215 | Metode Penelitian ( B A B XII)

variabel independen, karena variabel independen selalu dipasangkan dengan
variabel dependen).

Metode verifikatif: “Metode penelitian melalui pembuktian untuk menguji
hipotesis hasil penelitian deskriptif dengan perhitungan statistika sehingga didapat
hasil pembuktian yang menunjukan hipotesis ditolak atau diterima.” (Sugiyono,
2013, p. 6).

12.2 Perbedaan Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan
Kombinasi

Dalam memahami macam-macam metode penelitian, peneliti memerlukan
pengetahuan tentang perbedaan dari masing-masing metode penelitian. Menurut
penuturan (Sugiyono, 2018, p. 21) perbedaan tersebut meliputi 3 hal, yaitu
perbedaan tentang aksioma, proses penelitian, dan karakteristik penelitian itu
sendiri.

a) Perbedaan Aksioma
Pengertian dari aksioma adalah pandangan dasar atau filsafat. Penelitian

kuatitatif, kualitatif dan kombinasi meliputi aksioma tentang realitas, hubungan
peneliti dengan yang diteliti, hubungan variabel, kemungkinan generalisasi, dan
peranan nilai, seperti terlihat pada tabel berikut:

Tabel 14.1 Perbedaan metode kuantitatif, metode kualitatif, dan metode

kombinasi

Aksioma Dasar Metode Kuantitatif Metode Kualitatif Metode Kombinasi

Tunggal Ganda, holistik, Ganda, dapat

Sifat realitas diklasifikasikan, dinamis, hasil diklasifikasikan,
konkrit, teramati, konstruksi dan teramati dan hasil

terukur pemahaman konstruksi makna

Hubungan Independen, supaya Interaktif dengan Independen dan
peneliti dengan terbangun sumber data supaya interaktif dengan
yang diteliti obyektivitas memperoleh makna sumber
data/informan
Hubungan Sebab – akibat Timbal Sebab akibat dan

variabel (kausal) balik/interaktif interaktif

Kemungkinan Cenderung Transferability Generalisasi dan

216 | Metode Penelitian ( B A B XII)

Aksioma Dasar Metode Kuantitatif Metode Kualitatif Metode Kombinasi
generalisasi membuat (hanya mungkin transferability
generalisasi dalam ikatan
Peranan nilai konteks dan waktu) Bebas dan terikat
Cenderung bebas Terikat nilai-nilai nilai
nilai yang dibawa
peneliti dan sumber
data

1. Sifat Realitas
Pada penelitian kuantitatif yang berdasarkan pada positivisme, sifat

realitas dilihat sebagai sesuatu yang kongkrit, dapat diklasifikasikan berdasarkan
warna, bentuk, jenis, dapat diukur dan diverifikasi, hubungan variabel bersifat
kausal, dan bebas nilai. Sedangkan pada penelitian kualitatif yang berdasarkan
pada filsafat postpositivisme, sifat realitas tidak dapat dilihat secara parsial dan
dipecah menjadi beberapa variabel. Pada penelitian kualitatif peneliti akan
meneliti semua komponen secara keseluruhan dan hubungan variabel satu dengan
variabel lainnya. Untuk penelitian kombinasi sifat realitasnya merupakan
gabungan antara positivisme dan postpositivisme.

2. Hubungan Peneliti dengan yang diteliti
Dalam penelitian kuantitatif hubungan peneliti dengan obyek yang diteliti

harus dijaga jaraknya, hal ini dilakukan karena penelitian kuantitatif menganggap
kebenaran itu diluar dirinya. Oleh karena itu salah satu teknik pengumpulan data
yang sering digunakan dalam penelitian kuantitatif menggunakan kuesioner.
Sedangkan pada penelitian kualitatif peneliti harus betul-betul mengenal sumber
datanya, karena pada penelitian kualitatif peneliti sebagai human instrument.
Teknik pengumpulan data pada penelitian kualitatif adalah observasi dan
wawancara mendalam. Di samping itu penelitian kombinasi, hubungan peneliti
dengan obyek penelitian dapat independen dan interaktif, yaitu merupakan
perpaduan antara penelitian kuantitatif dan kualitatif.

217 | Metode Penelitian ( B A B XII)

3. Hubungan antar variabel
Pada penelitian kuantitatif hubungan antar variabel bersifat sebab akibat

(kausal), sehingga variabel penelitiannya terdiri dari variabel dependen dan
independen. Berdasarkan variabel tersebut kemudian dicari pengaruh dari variabel
independen terhadap variabel dependen. Sedangkan pada penelitian kualitatif
hubungan antar variabel terhadap obyek yang diteliti bersifat interaktif yaitu
saling mempengaruhi satu sama lain, sehingga tidak diketahui mana variabel
independen dan dependennya. Pada penelitian kombinasi, hubungan antar
variabelnya merupakan kombinasi antara sebab akibat dan hubungan interaktif.

4. Kemungkinan Generalisasi
Penelitian kuantitatif menekankan pada keluasan informasi, bukan pada

kedalaman informasi tersebut, sehingga metode penelitian ini sangat relevan
untuk digunakan pada populasi yang luas dengan variabel yang terbatas.
Kemudian, peneliti melakukan generalisasi, yaitu sampel diberlakukan ke
populasi di mana sampel tersebut diambil. Sedangkan pada penelitian kualitatif
peneliti tidak melakukan generalisasi akan tetapi menekankan pada kedalaman
dan kepastian informasi, sehingga sampai pada tingkat makna. Pada metode
penelitian kombinasi generalisasi dapat bersifat transferability. Oleh karena itu,
hasil pembuktian dari sampel tersebut dapat digeneralisasikan ke populasi di mana
sampel tersebut diambil.

5. Peranan Nilai
Pada penelitian kuantitatif data yang diperoleh akan lebih obyektif karena

peneliti tidak berinteraksi langsung dengan sumber data, sehingga akan terbebas
dari nilai-nilai yang dibawa peneliti dan sumber data. Sedangkan pada penelitian
kualitatif pada saat dilakukan pengumpulan data terjadi interaksi antara peneliti
dengan yang diteliti, sehingga akan terikat oleh nilai-nilai masing-masing. Pada
penelitian kombinasi, pada saat menggunakan metode kualitatif akan terikat nilai-
nilai dan pada saat menggunakan metode kuantitatif bisa bebas nilai.
218 | Metode Penelitian ( B A B XII)

b) Proses Penelitian
Proses penelitian pada ketige metode penelitian ini berbeda-beda. Pada

penelitian kuantitatif proses penelitian bersifat linier, sedangkan pada penelitian
kualitatif bersifat sirkuler, dan pada metode penelitian kombinasi bersifat
gabungan linier dan sirkuler.

12.3 Operasionalisasi Variabel

Menurut (Santosa, 2018, p. 31) menjelaskan bahwa definisi operasional
adalah deskripsi tentang apa yang akan diamati (peubah) dan apa yang akan
diukur (nilainya) sehingga dengan tepat dapat menentukan cara yang digunakan
untuk mengukurnya. Deskripsi yang disampaikan harus tidak bersifat
rancu/ambigu sehingga dapat ditentukan metode yang tepat untuk mengukur
peubah tersebut. Defisini operasional juga membantu mengendalikan peubah
dengan membuat pengukurannya tetap.

Menurut (Sugiyono, 2018, p. 57) variabel penelitian adalah suatu atribut
atau sifat atau nilai dari orang, obyek, organisasi atau kegiatan yang mempunyai
variabel tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian
ditarik kesimpulannya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa definisi operasional
variabel adalah deskripsi tentang variabel tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
mengenai konsep, dimensi, indikator, dan lainnya sehingga dengan tepat dapat
menentukan cara yang digunakan untuk mengukurnya.

a) Macam- Macam Variabel
1) Variabel Bebas (Independen)

Menurut (Sugiyono, 2018, p. 57) variabel bebas adalah variabel yang
mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel
dependen (terikat). Variabel independen sering disebut sebagai variabel stimulus,
predictor, antecedent. Dalam SEM (Structural Equation Modeling/ Permodelan
Persamaan Struktur) disebut sebagai variabel eksogen.

219 | Metode Penelitian ( B A B XII)

2) Variabel Terikat (Dependen)
Menurut (Sugiyono, 2018, p. 57) variabel terikat adalah variabel yang

dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Variabel ini
sering disebut sebagai variabel output, kriteria, konsekuen. Dalam SEM
(Structural Equation Modeling/ Pemodelan Persamaan Struktural), disebut
sebagai variabel endogen.

3) Variabel Moderator
Menurut (Sugiyono, 2018, p. 58) variabel moderator adalah variabel yang

mempengaruhi (memperkuat atau memperlemah) hubungan antara variabel
independen dengan dependen. Variabel disebut juga sebagai variabel independen
ke dua.

4) Variabel Intervening
Menurut (Sugiyono, 2018, p. 59) variabel intervening adalah variabel yang

secara teoritis mempengaruhi hubungan antara independen dengan dependen,
tetapi tidak dapat diamati dan diukur. Variabel ini merupakan variabel
penyela/antara yang terletak di antara variabel independen dan dependen,
sehingga variabel independen tidak langsung mempengaruhi berubahnya atau
timbulnya variabel dependen.

5) Variabel Laten
Variabel laten dapat merupakan variabel independen atau variabel

dependen. Variabel laten merupakan variabel yang terbentuk dari beberapa
variabel indikator atau variabel yang harus dinyatakan dengan menggunakan
proksi atau indikator.

220 | Metode Penelitian ( B A B XII)

6) Variabel Kontrol

Menurut (Sugiyono, 2018, p. 59) variabel kontrol adalah variabel yang
dikendalikan atau dibuat konstan sehingga hubungan variabel independen
terhadap dependen tidak dipengaruhi oleh faktor luar yang tidak diteliti. Variabel
control digunakan bila melakukan penelitian eksperimen yang bersifat
membandingkan.

7) Variabel Manifes

Variabel manifes adalah variabel yang dapat teramati dan terukur yang
berfungsi sebagai indikator bagi variabel laten. Variabel manifest adalah sebutan
lain dari indikator dalam model penelitian SEM. Dalam PLS, variabel manifes
dibedakan menjadi dua, yaitu variabel manifest reflektif dan variabel manifes
formatif.

b) Macam- Macam Indikator
Dalam PLS adanya manifest reflektif dan formatif. Menurut (Santosa,

2018, p. 78) untuk dapat mengukur sebuah peubah laten dengan lebih cepat,
diperlukan sejumlah indikator (manifest) sesuai dengan tipe peubah latennya,
yaitu reflektif atau formatif. Penggunaan banyak indikator dimaksudkan untuk
menangkap berbagai aspek dari peubah laten yang diukur. Disisi lain, pengukuran
menggunakan banyak indikator juga makin banyak munculnya galat (error).

Menurut (Santosa, 2018, pp. 70-71) indikator reflektif adalah indikator
yang merupakan manifestasi dari sebuah peubah laten. Dengan demikian,
hubungan kausalitasnya dari peubah laten ke indikatornya. Arah kausalitasnya
ditunjukkan dengan arah anak panah, yakni dari peubah laten ke indikator -
indikatornya. Indikator reflektif, sering juga disebut dengan indikator pengaruh,
dapat dipandang sebagai refresentasi sampel dari semua kemungkinan item yang
ditentukan untuk mengukur peubah laten sesuai dengan domain dari peubah laten
tersebut. Dalam indikator reflektif, setiap sepasang indikator tidak harus
berkorelasi satu sama lain, bahkan masing-masing boleh berbeda karena masing-
masing indikator membawa sesuatu yang unik dalam pembentukan peubah laten.

221 | Metode Penelitian ( B A B XII)

Menurut (Santosa, 2018, p. 72) menjelaskan bahwa peubah laten dengan
indikator formatif dibuat berdasarkan asumsi bahwa indikator -indikator
kausalnya secara kombinasi liner akan membentuk sebuah konstruk. Indikator
reflektif juga disebut dengan indeks formatif. Karakteristik penting dari indikator
formatif adalah bahwa indikator formatif tidak boleh diubah-ubah karena akan
mengakibatkan merubahnya arti peubah laten yang dibentuknya. Setiap indikator
formatif membawa aspek berbeda dibanding yang lain maka apabila ada satu
indikator yang dihapus, arti keseluruhan dari peubah latennya bisa berubah.

12.4 Sumber dan Cara Penentuan Data

Sumber dan cara penentuan data dalam penelitian bisnis adalah salah satu
hal yang penting. Berdasarkan cara memperoleh data dibagi menjadi dua, yaitu
sumber data primer dan sumber data sekunder. Sumber data primer adalah data
yang dikumpulkan secara langsung dari objek yang diteliti dan untuk kepentingan
studi yang bersangkutan. Sumber data primer di dapatkan melalui wawancara,
observasi, dan kuesioner. Menurut (Sugiyono, 2018, p. 214) mengemukakan
bahwa wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data, apabila peneliti
ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus
diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang
lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit/kecil. Teknik pengumpulan data
ini mendasarkan diri pada laporan tentang diri sendiri atau self-report, atau
setidak-tidaknya pada pengetahuan dan atau keyakinan pribadi.

Menurut Sutrisno Hadi dalam (Sugiyono, 2018, p. 223) mengemukakan
bahwa observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang
tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis. Dua diantara yang
terpenting adalah proses-proses pengamatan dari ingatan. Menurut Sugiyono
(Sugiyono, 2018, p. 219) menyatakan bahwa kuesioner merupakan teknik
pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan
atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya.

222 | Metode Penelitian ( B A B XII)

Sumber data sekunder adalah data yang dikumpulkan secara tidak
langsung memberikan keterangan maupun data yang ikut mendukung data primer.
Sumber data sekunder di dapatkan melalui dokumen perusahaan dan jurnal-jurnal
penelitian.

12.5 Populasi dan Sampel

Menurut (Sugiyono, 2018, p. 130) menyatakan bahwa populasi adalah
wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kuantitas
dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
kemudian ditarik kesimpulannya. Sampel adalah bagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.

Sampling adalah suatu proses memilih sebagian dari unsur populasi yang
jumlahnya mencukupi secara statistik sehingga dengan mempelajari sampel serta
memahami karakteristik-karakteristiknya (ciri-cirinya) akan diketahui informasi
tentang keadaan populasi.

12.6 Uji Validitas

Uji Validitas adalah Uji ketepatan atau ketelitian suatu alat ukur
dalam mengukur apa yang sedang ingin diukur. Dalam pengertian yang mudah
dipahami, uji validitas adalah uji yang bertujuan untuk menilai apakah
seperangkat alat ukur sudah tepat mengukur apa yang seharusnya diukur. Dalam
pengujian alat ukur pengumpulan data penelitian, validitas itu ada dua macam,
yaitu validitas faktor dan validitas item. Validitas faktor diukur apabila item
yang disusun menggunakan lebih dari sebuah faktor (antara faktor yang satu
dengan faktor yang lain ada kesamaannya).

a) Cara Uji Validitas
Proses mengukur validitas faktor tersebut adalah dengan cara

menghubungkan atau mengkorelasikan antara skor faktor (penjumlahan dari
semua item dalam satu faktor) dengan skor total faktor (total keseluruhan dari
faktor). Sedangkan pengukuran validitas item adalah dengan cara
mengkorelasikan antara skor item dengan skor total dari semua item yang ada.

223 | Metode Penelitian ( B A B XII)

b) Cara Menentukan Validitas
Berikut ini terdapat beberapa cara menentukan validitas, terdiri atas

1. Cara Menentukan Validitas dengan Menggunakan Rumus
2. Cara Menentukan Validitas dengan Menggunakan Software MS Exel
3. Cara Menentukan Validitas dengan Menggunakan SPSS

c) Kegunaan Validitas
Berikut ini terdapat beberapa kegunaan validitas, terdiri atas:

1. Untuk menghindari pertanyaan yang kurang jelas
2. Untuk meniadakan kata-kata yang terlalu asing atau kata-kata yang

menimbulkan kecurigaan
3. Untuk memperbaiki pertanyaan-pertanyaan yang kurang jelas
4. Untuk menambah item yang diperlukan atau meniadakan item yang

dianggap tidak relevan
5. Untuk mengetahui validitas kuesioner tersebut

Menurut (Sugiyono, 2018, p. 192) menjelaskan bahwa hasil penelitian
yang valid bila terjadi kesamaan antara data yang terkumpul dengan data yang
sesungguhnya terjadi pada obyek yang diteliti. Dalam mencari nilai korelasi
peneliti menggunakan rumus person product moment, dengan rumus sebagai
berikut:


Sumber: (Sugiyono, 2018, p. 272)
Keterangan:
rxy = Koefisien korelasi product moment
X = Variabel independen (variabel bebas)
Y = Variabel dependen (variabel terikat)
∑XY = Jumlah perkalian variabel bebas dan variabel terikat

224 | Metode Penelitian ( B A B XII)

Rumus person product moment bila sekaligus akan menghitung
persamaan regresi

√{ }{ }
Sumber: (Sugiyono, 2018, p. 273)
Keterangan:
rxy = Koefisien korelasi product moment
X = Variabel independen (variabel bebas)
Y = Variabel dependen (variabel terikat)
n = Jumlah responden (sampel)
∑XY = Jumlah perkalian variabel bebas dan variabel terikat

Menurut (Sugiyono, 2018, p. 199) menjelaskan bahwa syarat minimum
untuk dianggap memenuhi syarat adalah jika r = 0.3. Jika korelasi antara butir
dengan skor total kurang dari (r <0.3) maka dinyatakan tidak valid. Jika korelasi
antara butir dengan skor total lebih dari (r>0.3) maka dinyatakan valid.

d) Validitas Indikator Reflektif
Untuk indikator reflektif, validitas yang digunakan yaitu:

1. Convergent validity
Menurut (Santosa, 2018, p. 82) menjelaskan bahwa validitas konvergen

adalah ukuran yang menunjukkan sejauh mana sebuah indikator berkorelasi
positif terhadap indikator lain pada konstruk yang sama. Indikator -indikator
dalam konstruk reflektif diperlakukan sebagai cara pendekatan yang berbeda
untuk mengukur konstruk yang sama. Dengan demikian, indikator -indikator dari
konstruk reflektif harus konvergen atau berbagai varians dengan proposi yang
tinggi. Nilai validitas konvergen dapat menggunakan outer loading dan AVE.
Menurut Barclay dkk dalam (Santosa, 2018, p. 83) menjelaskan bahwa nilai
minimal dari outer loading dari sebuah indikator adalah 0.707. Namun, menurut
Chin menjelaskan bahwa nilai outer loading antara 0.6-0.7 masih dapat diterima
dengan catatan bahwa indikator tersebut bukan satu-satunya indikator dari
sebuah konstruk sehingga ada indikator pembandingnya. Untuk indikator -

225 | Metode Penelitian ( B A B XII)

indikator yang baru dikembangkan dan belum teruji, menurut Hanlon serta Rivard
dan Huff menyarankan untuk menggunakan nilai outer loading minimal 0.5.

2. Average Variance Extracted (AVE)
Menurut Hair dkk dalam (Santosa, 2018, p. 83) menjelaskan bahwa

dengan menggunakan logika yang sama untuk menentukan nilai outer loading
maka nilai AVE sebesar 0.5 atau lebih menunjukkan bahwa konstruk menjelaskan
lebih dari separuh varians memang berasal dari indikator -indikatornya. Nilai
AVE yang kurang dari 0.5 menunjukkan bahwa lebih banyak varians berasal dari
galat, bukan dari konstruknya.

3. Discriminant validity
Menurut Santosa (Santosa, 2018, pp. 83-85) menjelaskan bahwa validitas

diskriminan adalah ukuran yang menunjukkan bahwa sebuah konstruk berbeda
dengan konstruk yang lain. Validitas diskriminan ini menunjukkan bahwa sebuah
konstruk adalah unik dan menangkap fenomena yang tidak ditangkap oleh
konstruk lain. Validitas diskriminan pada level indikator disebut dengan cross
loading. Menurut Barclay dkk menyatakan bahwa nilai loading dari sebuah
indikator untuk suatu konstruk harus lebih besar dari nilai loading indikator
tersebut ke konstruk lain atau untuk semua indikator nilainya minimal 0.710 yang
berarti melebihi kriteria. Di tingkat konstruk, validitas diskriminan diuji dengan
membandingkan akar nilai AVE sebuah konstruk dengan korelasi konstruk
tersebut dengan konstruk-konstruk yang lain. Pendekatan ini didasarkan pada
kriteria Fornell-Larcker.

e) Validitas Indikator Formatif
Untuk indikator formatif, validitas yang digunakan yaitu validitas

konvergen. Menurut (Santosa, 2018, p. 86) menjelaskan bahwa peubah laten
formatif tersusun dari sejumlah indikator formatif dengan operasi union, yakni
lebih mementingkan perbedaan dari indikator -indikator penyusunnya. Menurut
Chin menjelaskan bahwa penentuan validitas konvergen pada peubah laten
formatif tidak bisa dikerjakan dengan metode untuk peubah laten formatif, tetapi
226 | Metode Penelitian ( B A B XII)

dengan menggunakan analisis redudansi. Analisis redudansi dilakukan dengan
mengevaluasi bahwa peubah laten dengan indikator formatif mempunyai korelasi
yang tinggi dengan peubah laten yang sama yang terbentuk dengan indikator
reflektif.

12.7 Uji Reabilitas

Menurut (Sugiyono, 2018, p. 193) menjelaskan bahwa hasil penelitian
yang reliable, bila terdapat kesamaan data dalam waktu yang berbeda.

Berdasarkan definisi uji reliabilitas tersebut, maka maksud dari reliabilitas
adalah untuk mengetahui apakah alat pengumpulan data menunjukkan tingkat
ketepatan, keakuratan, kestabilan atau konsistensi alat tersebut. Suatu alat
dianggap realible jika pada beberapa kali pengukuran terhadap subyek penelitian
memperoleh hasil yang relative sama. Uji reliabilitas dilakukan terhadap item
pertanyaan dalam kuesioner yang telah dinyatakan valid. Pada umumnya
koefisien Cronbach Alpha diatas 0.7 dianggap realibel.
a) Pentingnya Uji Reliabilitas

Dalam penelitian yang menggunakan metoda kuantitatif, kualitas
pengumpulan data sangat ditentukan oleh kualitas instrumen atau alat pengumpul
data yang digunakan. Suatu instrumen penelitian dikatakan berkualitas dan dapat
dipertanggungjawabkan jika sudah terbukti validitas dan reliabilitasnya. Pengujian
validitas dan reliabilitas instrumen, tentunya harus disesuaikan dengan bentuk
instrumen yang akan digunakan dalam penelitian. Reliabilitas adalah tingkat
ketetapan suatu instrumen mengukur apa yang harus diukur. Ada tiga cara
pelaksanaan untuk menguji reliabilitas suatu tes, yaitu: (1) tes tunggal (single test),
(2) tes ulang (test retest), dan (3) tes ekuivalen (alternate test).

227 | Metode Penelitian ( B A B XII)

b) Rumus Uji Reliabilitas Dengan EXCEL
1) Reliabilitas Tes Tunggal
Pada bahasan kali ini, kita hanya akan membahas tentang Reliabilitas Tes

Tunggal (Internal Consistency Reliability). Tes tunggal adalah tes yang terdiri dari
satu set yang diberikan terhadap sekelompok subjek dalam satu kali pengetesan,
sehingga dari hasil pengetesan hanya diperoleh satu kelompok data. Ada dua
teknik untuk perhitungan reliabilitas tes, yaitu:

a) Rumus Uji Reliabilitas Teknik Belah Dua (Split-Half Technique)
Rumus Uji Reliabilitas Teknik Belah Dua dilakukan dengan cara membagi

tes menjadi dua bagian yang relatif sama (banyaknya soal sama), sehingga
masing-masing test mempunyai dua macam skor, yaitu skor belahan pertama
(awal / soal nomor ganjil) dan skor belahan kedua (akhir / soal nomor genap).
Koefisien reliabilitas belahan tes dinotasikan dengan r1/2 1/2 dan dapat dihitung
dengan menggunakan rumus yaitu korelasi angka kasar Pearson.

Mengestimasi relibilitas setelah pembelahan dapat menggunakan formula
Spearman-Brown dan formula Rulon. Formula Spearman Brown digunakan pada
pembelahan tes yang menghasilkan dua belahan parallel. Selanjutnya koefisien
reliabilitas keseluruhan tes dihitung menggunakan formula Spearman-Brown,
yaitu:

Keterangan:
: Koefisien reliabilitas Spearman Brown
: Koefisien korelasi antara kedua belahan

Formula rulon digunakan pada pembelahan tanpa harus berasumsi bahwa
kedua belahan memiliki varians yang sama. Formulan rulon dapat dirumuskan
sebagai berikut:

228 | Metode Penelitian ( B A B XII)

Keterangan:
d : Perbedaan skor kedua belahan

: Varians perbedaan skor kedua belahan
: Varians skor tes

b) Rumus Uji Reliabilitas Teknik Non Belah Dua (Non Split-Half
Technique).
Salah satu kelemahan perhitungan koefisien reliabilitas dengan

menggunakan teknik belah dua adalah banyaknya butir soal harus genap dan dapat
dilakukan dengan cara yang berbeda sehingga menghasilkan nilai yang berbeda
pula. Untuk mengatasi masalah tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan
teknik non belah dua. Untuk perhitungan koefisien reliabilitas dapat
dilakukan dengan menggunakan rumus Kuder-Richardson (KR-20) dan Kuder-
Richardson (KR-21). Rumus KR-20 adalah sebagai berikut:

[ ][ ]

Rumus KR-21 adalah sebagai berikut:

[ ][ ̅̅ ]

Nilai p dan ̅ di dapat dari perhitungan sebagai berikut:

̅

Keterangan:
k : Banyaknya item dalam tes
p : Proporsi subjek yang mendapatkan angka 1 pada suatu item.

: Varians skor tes
̅ : Rata-rata p

229 | Metode Penelitian ( B A B XII)

c) Uji Reliabilitas Tes Uraian
Menurut (Suliyanto, 2018, p. 264) menjelaskan bahwa nilai reliabilitas

dinyatakan dengan koefisien cronbach’s alpha dengan rumus sebagai berikut:

Keterangan:
α = koefisien Cronbach Alpha
k = jumlah butir pertanyaan
∑ = jumlah varian butir

= jumlah varian total
Selain itu cronbach alpha dalam PLS, relibilitas juga bisa menggunakan
Composite reliability. Menurut (Santosa, 2018, p. 152) menjelaskan bahwa
validitas konvergensi pada level peubah laten disebut dengan konsistensi internal
(internal concistency) atau juga disebut dengan composite reliability. Konsistensi
internal (composite reliability) merupakan „gabungan‟ semua reliabilitas indikator
ke peubah laten yang bersesuaian. Menurut Fornell dkk menyebutkan bahwa
reliabilitas item dinilai mencukupi apabila pembenaran suatu indikator ke peubah
latennya minimal 0.7.

12.8 Rancangan Analisis Deskriptif

Penelitian deskriptif adalah penelitian yang berusaha mendeskripsikan
suatu gejala, peristiwa, kejadian yang terjadi saat sekarang. Penelitian deskriptif
memusatkan perhatian kepada masalah-masalah atual sebagaimana adanya pada
saat penelitian berlangsung. Dengan tujuan membuat pecandraan secara
sistemaatis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi atau
daerah tertentu.

Analisis deskriptif digunakan untuk menggambarkan mengenai fakta-fakta
atau keterangan yang telah diperoleh dari responden secara factual dan sistematis.
Menurut (Sugiyono, 2018, p. 226) metode deskriptif adalah metode yang

230 | Metode Penelitian ( B A B XII)

digunakan untuk menganalisa data dengan cara mendeskripsikan atau
menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud
membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi. Di samping itu,
penelitian deskriptif juga merupakan penelitian, dimana pengumpulan data untuk
mengetes pertanyaan penelitian atau hipotesis yang berkaitan dengan keadaan dan
kejadian sekarang. Mereka melaporkan keadaan objek atau subjek yang diteliti
sesuai dengan apa adanya.

Melalui penelitian deskriptif, peneliti berusaha mendeskripsikan peristiwa
dan kejadian yang menjadi pusat perhatian tanpa memberikan perlakukan khusus
terhadap peristiwa tersebut. Variabel yang diteliti bisa tunggal (satu variabel) bisa
juga lebih dan satu variabel. Penelitian deskriptif sesuai karakteristiknya memiliki
langkah-langkah tertentu dalam pelaksanaannya. Menurut (Sukardi, 2014, pp.
158-159) langkah-langkah analisis deskriptif adalah sebagai berikut:

a) Mengidentifikasi adanya permasalahan yang signifikan untuk dipecahkan
melalui metode deskriptif

b) Membatasi dan merumuskan permasalahan secara jelas
c) Menentukan tujuan dan manfaat penelitian
d) Melakukan studi pustaka yang berkaitan dengan permasalahan
e) Menentukan kerangka berpikir, dan pertanyaan penelitian dan atau

hipotesis penelitian
f) Mendesain metode penelitian yang hendak digunakan termasuk dalam hal

ini menentukan populasi, sampel, teknik sampling, menentukan instrument
pengumpulan data, dan menganalisis data
g) Mengumpulkan, mengorganisasi, dan menganalisis data dengan
menggunakan teknik statistika yang relevan
h) Membuat laporan penelitian.
Dalam analisis deskriptif adanya skor actual dan skor ideal dengan
persentase skor actual dirumuskan sebagai berikut:

231 | Metode Penelitian ( B A B XII)

Skor aktual diperoleh melalui hasil perhitungan seluruh pendapat
responden sesuai klasifikasi bobot yang diberikan (1,2,3,4,5). Klasifikasi bobot
yang diberikan berdasarkan skala likert. Menurut (Sugiyono, 2018, p. 152)
menjelaskan bahwa skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan
persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Dengan skala
likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel.
Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-
item instrument yang dapat berupa pernyataan atau pertanyaan.

Tabel 14.2 Alternatif jawaban dengan skala likert

Jawaban Skor

Sangat Setuju (SS) 5

Setuju (S) 4

Kurang Setuju (KS) 3

Tidak Setuju (TS) 2

Sangat Tidak Setuju (STS) 1

Sumber: Sugiyono (2018:153)

12.9 Rancangan Analisis/Uji Asumsi Klasik

Penggunaan uji asumsi klasik bertujuan untuk mengetahui dan menguji
kelayakan atas model regresi yang digunakan pada penelitian.

a) Uji Multikolinieritas
Menurut (Misbahuddin, 2013, p. 110) menjelaskan bahwa multikolinieritas

berarti antara variabel bebas yang satu dengan variabel bebas yang lain dalam
model saling berkorelasi linier, biasanya korelasinya mendekati sempurna atau
(koefisien korelasinya tinggiatau bahkan satu). Ada atau tidaknya
multikolinieritas dalam model regresi dapat dilihat dari nilai VIF dan nilai
tolerance, dengan ketentuan:
1. Jika nilai TOL > 0,1 atau nilai VIF < 10 maka dapat dikatakan tidak terjadi

Multikolinieritas.
2. Jika nilai TOL < 0,1 atau nilai VIF > 10 maka dapat dikatakan terjadi

Multikolinieritas.

232 | Metode Penelitian ( B A B XII)

Tabel 14.3 Contoh tabel coefficients

Unstandardized Standardized Collinearity

Coefficients Coefficients Statistics

Model B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) 8.618 2.803

Kompensasi .363 .064 .514 .881 1.135

Motivasi .474 .152 .282 .881 1.135

a. Dependent Variabel: Kinerja Karyawan

b) Uji Heteroskedastisitas
Menurut (Misbahuddin, 2013, p. 101) menjelaskan bahwa

heteroskedastisitas berarti variasi (varians) variabel tidak sama untuk semua
pengamatan. Pada heteroskedastisitas, kesalahan yang terjadi tidak random (acak),
tetapi menunjukkan hubungan yang sistematis sesuai dengan besarnya satu atau
lebih variabel bebas. Misalnya, heteroskedastisitas akan muncul dalam bentuk
residu yang semakin besar jika pengamatan semakin besar. Rata-rata residu akan
semakin besar untuk pengamatan variabel bebas (X) yang semakin besar. Adapun
dasar analisisnya adalah sebagai berikut:
1. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu

yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka
mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas.
2. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah
angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.

233 | Metode Penelitian ( B A B XII)

Gambar 14.1 Scatterplot

c) Uji Normalitas
Menurut (Misbahuddin, 2013, p. 278) menjelaskan bahwa uji normalitas

data adalah uji prasyarat tentang kelayakan data untuk dianalisis dengan
menggunakan statistic parametric atau statistic nonparametric. Melalui uji ini,
sebuah data hasil penelitian dapat diketahui bentuk distribusi data tersebut, yaitu
distribusi normal atau tidak normal. Untuk mendeteksi apakah residual memiliki
distribusi normal atau tidak dengan analisis grafik yang digunakan untuk menguji
normalitas data dalam penelitian ini menggunakan grafik histogram dan
probability plot. Dasar pengambilan keputusan uji normalitas, yaitu:
1. Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis

diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan pola distribusi normal, maka
model regresi memenuhi asumsi normalitas.
2. Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan atau tidak mengikuti arah
garis diagonal atau grafik histogram tidak menunjukkan pola distribusi
normal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.

234 | Metode Penelitian ( B A B XII)

Gambar 14.2 Histogram

Gambar 14.3 Normal P-Plot
Uji normalitas juga dapat menggunakan Kolmogorov Smirmov. Dasar
pengambilan keputusan uji normalitas menggunakan Kolmogorov Smirnov,
yaitu:
a. Untuk uji kolmogorov smirnov, jika nilai signifikansi > 0.05 maka distribusi
data normal.
b. Untuk uji kolmogorov smirnov, jika nilai signifikansi < 0.05 maka distribusi
data tidak normal.

235 | Metode Penelitian ( B A B XII)

Tabel 14.4 Kolmogorov Smirnov

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized

Residual

N Mean 80
Normal Parametersa,b .0000000

Std. Deviation 2.81302438

Most Extreme Differences Absolute .091

Positive .091

Negative -.048

Test Statistic .091
Asymp. Sig. (2-tailed) .095c,

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

c. Lilliefors Significance Correction.

d) Uji Linieritas
Menurut (Misbahuddin, 2013, p. 292) menjelaskan bahwa uji linieritas

merupakan uji prasyarat analisis untuk mengetahui pola data, apakah data berpola
linier atau tidak. Uji ini berkaitan dengan penggunaan regresi linier. Jika akan
menggunakan jenis regresi linier, maka datanya harus menunjukkan pola
(diagram) yang berbentuk linier (lurus). Jika akan menggunakan jenis regresi
nonlinier, maka datanya tidak perlu menunjukkan pola linier.

Apabila hasil uji linieritas menunjukkan signifikansi linier, maka data yang
diperoleh dari penelitian menunjukkan kekonsistenan data, dan sebaliknya.
Pengujian pada SPSS dengan Test for Linearity dengan taraf signifikansi 0,05.
Dasar pengambilan keputusan uji linieritas, yaitu:
1. Bila signifikansi (Linearity) < 0,05 maka dua variabel dikatakan mempunyai

hubungan yang linier.
2. Bila signifikansi (Linearity) > 0,05 maka dua variabel dikatakan tidak

mempunyai hubungan yang linier.

236 | Metode Penelitian ( B A B XII)

Tabel 14.5 Tabel Anova Mean Square F Sig.
45.770 1.812 .079
Sum of Squares Df 178.589 7.069 .012
34.701 1.374 .223
Kinerja Between (Combined) 595.004 13
25.264
Karyawan * Groups Linearity 178.589 1

OCB Deviation from 416.415 12

Linearity

Within Groups 909.496 36

Total 1504.500 49

e) Uji Autokorelasi
Uji Autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model

regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan
kesalahan pengganggu pada periode t-1 (Ghozali, 2016). Model regresi yang baik,
tidak terjadi autokorelasi. Uji autokorelasi dapat dilakukan engan pengujin Durbin
Watson. Pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi, sebagai berikut:

1. Bila nilai Durbin Watson (DW) dibawah -2, berarti ada autokorelasi.

2. Bila nilai DW diantara -2 sampai +2, berarti tidak ada autokorelasi.

3. Bila nilai DW diatas +2, berarti autokorelasi negative

Tabel 14.6 Kriteria pengujian statistik Durbin-Watson

Kesimpulan Durbin-Watson

Terdapat autokorelasi positif d < dL

Ragu-ragu dL < d < dU

Tidak terdapat autokorelasi dU < d < 4 - dU
Ragu-ragu 4 – dU < d < 4 – dL
Terdapat autokorelasi negarif 4 – dL < d

12.10 Pengujian Hipotesis

Menurut (Pardede, Ratlan, & Manurung, 2014, p. 35) menjelaskan bahwa
uji hipotesis ini berguna untuk memeriksa atau menguji apakah koefisien regresi
yang diperoleh signifikan (berbeda nyata). Maksud dari signifikan ini adalah suatu
nilai koefisien regresi yang secara statistic tidak sama dengan nol. Jika koefisien
slope sama dengan nol, berarti dapat dikatakan variabel bebas mempunyai
pengaruh terhadap variabel terikat. Untuk kepentingan tersebut, maka semua

237 | Metode Penelitian ( B A B XII)

koefisien regresi harus diuji. Ada dua jenis uji hipotesis terhadap koefisien regresi
yang dapat dilakukan, yang disebut dengan Uji-F dan Uji-t. Uji-F digunakan
untuk menguji koefisien (slope) regresi secara bersama-sama, sedangkan Uji-t
untuk menguji koefisien regresi, termasuk intercept secara individu.

a) Uji t (uji hipotesis parsial)

Uji statistik t merupakan uji hipotesis yang digunakan untuk melihat

apakah variabel X berpengaruh terhadap variabel Y secara parsial yang

didasarkan atas aturan sebagai berikut:
H0 : ρ≤ 0 X tidak berpengaruh terhadap Y
H1 : ρ > 0 X berpengaruh terhadap Y

Menurut (Sugiyono, 2018, p. 275) menyatakan bahwa rumus uji

signifikansi korelasi product moment ditunjukkan sebagai berikut:




Keterangan:

t = nilai uji t

r = nilai koefisien korelasi

n= jumlah sampel

Kriteria pengujian yang digunakan adalah:

1. Apabila angka probabilitas signifikansi (t hitung) > t table atau nilai

signifikansi < 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima. Artinya, adanya

pengaruh antara variabel bebas terhadap variabel terikat secara parsial.

2. Apabila angka probabilitas signifikansi (t hitung) < t table atau nilai

signifikansi > 0,05 maka Ho diterima dan Ha ditolak. Artinya, tidak adanya

pengaruh antara variabel bebas dengan variabel terikat secara parsial.

238 | Metode Penelitian ( B A B XII)

b) Uji F (uji hipotesis simultan)
Uji statistic F merupakan uji hipotesis yang digunakan untuk untuk melihat

apakah variabel X berpengaruh terhadap variabel Y secara simultan atau secara
bersama-sama. Menurut (Sugiyono, 2018, p. 284) menjelaskan bahwa rumus uji
signifikansi adalah sebagai berikut:

Keterangan:
Fh = nilai uji F
R2 = koefisien determinasi
K = jumlah variabel independen (variabel bebas)
n = jumlah anggota sampel
Kriteria pengujian yang digunakan adalah:
1. Apabila angka probabilitas signifikansi (F hitung) > F table atau nilai
signifikansi < 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima. Artinya adanya
pengaruh antara variabel bebas terhadap variabel terikat secara simultan.
2. Apabila angka probabilitas signifikansi (F hitung) < F table atau nilai
signifikansi > 0,05 maka Ho diterima dan Ha ditolak. Artinya tidak adanya
pengaruh antara variabel bebas terhadap variabel terikat secara simultan.

12.11 Koefisien Determinasi

Menurut (Kesumawati, Retta, & Sari, 2017, p. 109) menjelaskan bahwa
apabila koefisien korelasi dikuadratkan, akan menjadi koefisien determinasi, yang
artinya penyebab perubahan pada variabel terikat yang datang dari variabel bebas,
sebesar kuadrat koefisien korelasinya. Koefisien determinasi ini menjelaskan
besarnya pengaruh nilai suatu variabel terhadap naik/turunnya (variasi) nilai
variabel lainnya. Dirumuskan sebagai berikut:

Menurut (Santosa, 2018, p. 95) menyatakan bahwa nilai R2 berkisar antara
0 sampai 1 dengan nilai yang mendekati 1 menunjukkan akurasi prediksi yang
makin besar. Namun, menurut Cohen menyatakan bahwa nilai R2 lebih besar atau

239 | Metode Penelitian ( B A B XII)

sama dengan 0.25 menunjukkan pengaruh yang tinggi. Sementara menurut
Henseler dkk menyatakan bahwa pada persoalan marketing, nilai R2 di atas 0.75
baru dikatakan mempunyai pengaruh yang tinggi.

Menurut (Ghozali, 2016, p. 83) menjelaskan bahwa koefisien determinasi
parsial digunakan untuk mengukur faktor manakah yang paling berpengaruh dari
variabel bebas terhadap variabel terikatnya. Rumus koefisien determinasi parsial
yaitu sebagai berikut:

KD = β x Zero Order x 100%
Keterangan:
Β = Beta (nilai Standardized Coefficients)
Zero Order = Matriks korelasi variabel bebas dengan variabel terikat.

240 | Metode Penelitian ( B A B XII)


Click to View FlipBook Version