36
pembelajaran terdapat tiga tahapan yaitu perencanaan, persiapan penulisan,
penulisan dan penulisan kembali. Model pengembangan ini memberikan arahan
yang lengkap dalam mengembangkan bahan pembelajaran, dilihat dari
komponennya. Kelebihan dari model ini adalah model ini dibagi menjadi tiga
langkah besar dimana masing-masing langkahnya dijelaskan tahapan-tahapan
yang dapat digunakan sebagai acuan untuk pengembangan. Kelemahan dari
model ini adalah kurangnya dasar perancangan desain instruksional sehingga
mengesankan model ini hanya untuk pengembangan produk tanpa perlu
memperhatikan perancangan instruksionalnya. Pada langkah pertama
perancangan garis besar konten dan perumusan tujuan pembelajaran, namun
dalam model ini tidak mengaitkan strategi pembelajaran di kelas dengan bahan
pembelajaran yang akan digunakan. Hal ini di karenakan model ini ditujukan
untuk pengembangan bahan pembelajaran terbuka, jarak jauh dan fleksibel yang
sifatnya merupakan bahan pembelajaran mandiri.
1) Tahap Perencanaan, merupakan tahap awal dalam mempersiapkan bahan
pembelajaran. Tahap ini memiliki beberapa komponen untuk dilakukan
diantaranya: Profile pembelajar, mengidentifikasi profil pembelajar meliputi:
faktor demografi, motivasi, faktor pembelajaran, latar belakang, subyek,
faktor sumber daya, menyetujui tujuan pembelajaran umum dan khusus,
menyusun garis besar isi, memilih media, merencanakan pendukung belajar,
mempertimbangkan bahan pembelajaran yang ada.
2) Tahap Persiapan Penulisan Identifikasi harapan dari pengguna bahan
pembelajaran, sumber daya yang telah tersedia dan bantuan dari orang lain,
mengurutkan ide, mengembangkan aktivitas dan umpan balik, menemukan
contoh, menemukan grafis, menentukan peralatan yang dibutuhkan,
merumuskan bentuk fisik.
3) Tahap penulisan dan penulisan kembali Menyusun draf penulisan,
melengkapi dan menyunting draf pertama, menulis penilaian belajar, uji coba
dan perbaikan modul, tahapan uji coba dengan face to face try out, dan fields
trial
37
Stage 1 Profil Learners
Planning
Agree AIMS and
Objective
Outline the content
Choose your media
Plan Learner Support
Consider Existing Materials
Stage 2 Wigh up resources and constraints
Preparing for
Sequence your idea
Writing Develop activities and
feedback
For Examples
Decide on access devices
Consider Physical Format
Stage 3 Start Your First Draft
Writing and Complete and Edit your first draft
rewriting Write assessment material
Plot and improve your materials
Gambar 2.5
Model Pengembangan Rowntree
f. Model 4 D (Thiagarajan & Sivasailam, 1976)
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada setiap tahap pengembangan dapat
dijelaskan sebagai berikut:
1). Define (Pendefinisian)
Kegiatan pada tahap ini dilakukan untuk menetapkan dan mendefinisikan
syarat-syarat pengembangan. Dalam model lain, tahap ini sering dinamakan
analisis kebutuhan. Tiap-tiap produk tentu membutuhkan analisis yang
berbeda-beda. Secara umum, dalam pendefinisian ini dilakukan kegiatan
analisis kebutuhan pengembangan, syarat-syarat pengembangan produk yang
sesuai dengan kebutuhan pengguna serta model penelitian dan pengembangan
(model R & D) yang cocok digunakan untuk mengembangkan produk. Analisis
38
bisa dilakukan melalui studi literature atau penelitian pendahuluan. Thiagrajan
(1974) menganalisis 5 kegiatan yang dilakukan pada tahap define yaitu:
a) Front and analysis. Pada tahap ini, pengajar melakukan diagnosis awal
untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran.
b) Learner analysis. Pada tahap ini dipelajari karakteristik pembelajar,
misalnya: kemampuan, motivasi belajar, latar belakang pengalaman, dsb.
c) Task analysis. Pengajar menganalisis tugas-tugas pokok yang harus
dikuasai pembelajar agar pembelajar dapat mencapai kompetensi minimal.
d) Concept analysis. Menganalisis konsep yang akan diajarkan, menyusun
langkah-langkah yang akan dilakukan secara rasional.
e) Specifying instructional objectives. Menulis tujuan pembelajaran,
perubahan perilaku yang diharapkan setelah belajar dengan kata kerja
operasional.
Dalam konteks pengembangan bahan ajar (modul, buku, LKS), tahap
pendefinisian dilakukan dengan cara:
a) Analisis kurikulum. Pada tahap awal, peneliti perlu mengkaji kurikulum
yang berlaku pada saat itu. Dalam kurikulum terdapat kompetensi yang
ingin dicapai. Analisis kurikulum berguna untuk menetapkan pada
kompetensi yang mana bahan ajar tersebut akan dikembangkan. Hal ini
dilakukan karena ada kemungkinan tidak semua kompetensi yang ada
dalam kurikulum dapat disediakan bahan ajarnya
b) Analisis karakteristik pembelajar. Seperti layaknya seorang guru akan
mengajar, pengajar harus mengenali karakteristik pembelajar yang akan
menggunakan bahan ajar. Hal ini penting karena semua proses
pembelajaran harus disesuaikan dengan karakteristik pembelajar. Hal-hal
yang perlu dipertimbangkan untuk mengetahui karakteristik peserta didik
antara lain: kemampuan akademik individu, karakteristik fisik, kemampuan
kerja kelompok, motivasi belajar, latar belakang ekonomi dan sosial,
pengalaman belajar sebelumnya, dsb. Dalam kaitannya dengan
pengembangan bahan ajar, karakteristik pembelajar perlu diketahui untuk
menyusun bahan ajar yang sesuai dengan kemampuan akademiknya,
misalnya: apabila tingkat pendidikan peserta didik masih rendah, maka
penulisan bahan ajar harus menggunakan bahasa dan kata-kata sederhana
yang mudah dipahami.
39
c) Analisis materi Analisis materi dilakukan dengan cara mengidentifikasi
materi utama yang perlu diajarkan, mengumpulkan dan memilih materi
yang relevan, dan menyusunnya kembali secara sistematis
d) Merumuskan tujuan Sebelum menulis bahan ajar, tujuan pembelajaran dan
kompetensi yang hendak diajarkkan perlu dirumuskan terlebih dahulu.
2). Design (Perancangan)
Thiagarajan membagi tahap design dalam empat kegiatan, yaitu: constructing
criterionreferenced test, media selection, format selection, initial design.
Kegiatan yang dilakukan pada tahap tersebut antara lain:
a) Menyusun tes kriteria, sebagai tindakan pertama untuk mengetahui
kemampuan awal pembelajar, dan sebagai alat evaluasi setelah
implementasi kegiatan.
b) Memilih media pembelajaran yang sesuai dengan materi dan karakteristik
pembelajar.
c) Pemilihan bentuk penyajian pembelajaran disesuaikan dengan media
pembelajaran yang digunakan. Bila pengajar akan menggunakan media
audio visual, pada saat pembelajaran tentu saja pembelajar disuruh melihat
dan mengapresiasi tayangan media audio visual tersebut.
d) Mensimulasikan penyajian materi dengan media dan langkah-langkah
pembelajaran yang telah dirancang. Pada saat simulasi pembelajaran
berlangsung, dilaksanakan juga penilaian dari teman sejawat Dalam tahap
perancangan, peneliti sudah membuat produk awal (prototype) atau
rancangan produk. Pada konteks pengembangan bahan ajar, tahap ini
dilakukan untuk membuat modul atau buku ajar sesuai dengan kerangka isi
hasil analisis kurikulum dan materi. Dalam konteks pengembangan model
pembelajaran, tahap ini diisi dengan kegiatan menyiapkan kerangka
konseptual model dan perangkat pembelajaran (materi, media, alat evaluasi)
dan mensimulasikan penggunaan model dan perangkat pembelajaran
tersebut dalam lingkup kecil. Sebelum rancangan (design) produk
dilanjutkan ke tahap berikutnya, maka rancangan produk (model, buku ajar,
dsb) tersebut perlu divalidasi. Validasi rancangan produk dilakukan oleh
teman sejawat seperti dosen atau guru dari bidang studi/bidang keahlian
yang sama. Berdasarkan hasil validasi teman sejawat tersebut, ada
40
kemungkinan rancangan produk masih perlu diperbaiki sesuai dengan saran
validator.
3). Develop (Pengembangan)
Thiagarajan membagi tahap pengembangan dalam dua kegiatan yaitu: expert
appraisal dan developmental testing. Expert appraisal merupakan teknik
untuk memvalidasi atau menilai kelayakan rancangan produk. Dalam kegiatan
ini dilakukan evaluasi oleh ahli dalam bidangnya. Saran-saran yang diberikan
digunakan untuk memperbaiki materi dan rancangan pembelajaran yang telah
disusun. Developmental testing merupakan kegiatan uji coba rancangan
produk pada sasaran subjek yang sesungguhnya. Pada saat uji coba ini dicari
data respon, reaksi atau komentar dari sasaran pengguna model. Hasil uji coba
digunakan memperbaiki produk. Setelah produk diperbaiki kemudian diujikan
kembali sampai memperoleh hasil yang efektif. Dalam konteks pengembangan
bahan ajar (buku atau modul), tahap pengembangan dilakukan dengan cara
menguji isi dan keterbacaan modul atau buku ajar tersebut kepada pakar yang
terlibat pada saat validasi rancangan dan peserta didik yang akan menggunakan
modul atau buku ajar tersebut. Hasil pengujian kemudian digunakan untuk
revisi sehingga modul atau buku ajar tersebut benar-benar telah memenuhi
kebutuhan pengguna. Untuk mengetahui efektivitas modul atau buku ajar
tersebut dalam meningkatkan hasil belajar, kegiatan dilanjutkan dengan
memberi soal-soal latihan yang materinya diambil dari modul atau buku ajar
yang dikembangkan. Dalam konteks pengembangan model pembelajaran,
kegiatan pengembangan (develop) dilakukan dengan langkah-langkah sebagai
berikut.
a). Validasi model oleh ahli/pakar. Hal-hal yang divalidasi meliputi panduan
penggunaan model dan perangkat model pembelajaran. Tim ahli yang
dilibatkan dalam proses validasi terdiri dari: pakar teknologi pembelajaran,
pakar bidang studi pada mata pelajaran yang sama, pakar evaluasi hasil
belajar.
b). Revisi model berdasarkan masukan dari para pakar pada saat validasi
c). Uji coba terbatas dalam pembelajaran di kelas, sesuai situasi nyata yang
akan dihadapi.
d). Revisi model berdasarkan hasil uji coba
41
e). Implementasi model pada wilayah yang lebih luas. Selama proses
implementasi tersebut, diuji efektivitas model dan perangkat model yang
dikembangkan. Pengujian efektivitas dapat dilakukan dengan eksperimen
atau Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Cara pengujian melalui eksperimen
dilakukan dengan membandingkan hasil belajar pada kelompok pengguna
model dan kelompok yang tidak menggunakan model. Apabila hasil belajar
kelompok pengguna model lebih bagus dari kelompok yang tidak
menggunakan model maka dapat dinyatakan model tersebut efektif. Cara
pengujian efektivitas pembelajaran melalui PTK dapat dilakukan dengan
cara mengukur kompetensi sebelum dan sesudah pembelajaran. Apabila
kompetensi sesudah pembelajaran lebih baik dari sebelumnya, maka model
pembelajaran yang dikembangkan juga dinyatakan efektif.
4). Disseminate (Penyebarluasan)
Thiagarajan membagi tahap dissemination dalam tiga kegiatan yaitu:
validation testing, packaging, diffusion and adoption. Pada tahap validation
testing, produk yang sudah direvisi pada tahap pengembangan kemudian
diimplementasikan pada sasaran yang sesungguhnya. Pada saat implementasi
dilakukan pengukuran ketercapaian tujuan. Pengukuran ini dilakukan untuk
mengetahui efektivitas produk yang dikembangkan. Setelah produk
diimplementasikan, pengembang perlu melihat hasil pencapaian tujuan.
Tujuan yang belum dapat tercapai perlu dijelaskan solusinya sehingga tidak
terulang kesalahan yang sama setelah produk disebarluaskan. Kegiatan
terakhir dari tahap pengembangan adalah melakukan packaging (pengemasan),
diffusion and adoption. Tahap ini dilakukan supaya produk dapat
dimanfaatkan oleh orang lain. Pengemasan model pembelajaran dapat
dilakukan dengan mencetak buku panduan penerapan model pembelajaran.
Setelah buku dicetak, buku tersebut disebarluaskan supaya dapat diserap
(diffusi) atau dipahami orang lain dan digunakan (diadopsi) pada kelas mereka.
Pada konteks pengembangan bahan ajar, tahap dissemination dilakukan
dengan cara sosialisasi bahan ajar melalui pendistribusian dalam jumlah
terbatas kepada guru dan peserta didik. Pendistribusian ini dimaksudkan untuk
memperoleh respons, umpan balik terhadap bahan ajar yang telah
dikembangkan. Apabila respon sasaran pengguna bahan ajar sudah baik maka
42
baru dilakukan pencetakan dalam jumlah banyak dan pemasaran supaya bahan
ajar itu digunakan oleh sasaran yang lebih luas.
g. Model Dick and Carey
Model Dick and Carey (Dick et al.,2015) merupakan salah satu model
terbaik yang dikembangkan oleh Dick, L Carey and JO Carey, telah diadopsi oleh
banyak organisasi sebagai panduan perencanaan. Salah satu ciri khasnya adalah
ia merekomendasikan menetapkan instrumen penilaian sebelum mengembangkan
strategi pembelajaran. konsep jika para pengembang dapat cukup jelas tentang
apa dan bagaimana mereka akan menguji, mereka memiliki ide yang lebih banyak
untuk menyusun bahan pembelajaran.
Adapun prinsip-prinsip dari model antara lain: model pembelajaran yang
memandang proses pembelajaran sebagai suatu sistem pembelajaran, komponen
yang terkait dalam model ini meliputi: pembelajar (learners), guru (instructor),
materi pengajaran, dan lingkungan pembelajaran, model ini berbasis model
memecahkan sistem dalam elemen atau komponen dalam tahapan prosedur yang
lebih kecil, pengajaran ditujukan pada kemampuan dan pengetahuan yang
diajarkan. Pengajaran diberikan dalam kondisi yang sesuai untuk mencapai tujuan
pembelajaran yang ditetapkan. membuat kontribusi yang signifikan terhadap
bidang desain instruksional dengan memperjuangkan pandangan sistem
pengajaran, berbeda dengan mendefinisikan instruksi sebagai jumlah dari bagian-
bagian yang terisolasi. Model ini membahas instruksi sebagai keseluruhan sistem,
dengan fokus pada hubungan timbal balik antara konteks, konten, pembelajaran
dan pengajaran. Komponen seperti instruktur, peserta didik, materi, kegiatan
pembelajaran, sistem pengiriman, dan pembelajaran dan kinerja lingkungan
berinteraksi satu sama lain dan bekerja sama untuk mewujudkan hasil belajar
pembelajar yang diinginkan (Dick et al.,88:2015). Komponen Model Pendekatan
Sistem, juga dikenal sebagai Dick and Carey Model, gambar 2.6 berikut:
43
Gambar 2.6
Model Dick and Carey
Model ini menggunakan pendekatan teori-teori belajar dalam Behaviorism,
Cognitivism, dan Constructivism. Kesepuluh Prosedur Dick and Carey adalah
sebagai berikut:
1) Identify Instructional Goals/Identifikasi Tujuan Instruksional- menetapkan
objektif dari program pembelajaran yang dirancang. Penetapan tujuan ini
sangat penting untuk memastikan apakah hasil pembelajaran yang diperlukan
bagi mahasiswa telah benar-benar sesuai dengan target yang telah ditetapkan.
Melakukan tindakan identify goal merupakan tindakan menentukan tujuan
instruksional yang sering disebut sebagai tujuan instruksional umum, yaitu
tujuan yang bersifat umum, dan sering disebut dengan TIU.
2) Conduct Instructional Analysis/ Melakukan Analisis Instruksional –
merupakan aktivitas kajian untuk memetakan rangkaian kompetensi dan
konten yang harus diraih serta dilalui peserta didik agar pada akhirnya nanti
mencapai objektif pembelajaran yang diinginkan.
3) Identify Entry Behavior Characteristics/ Menganalisis Peserta didik –
mengidentifikasi karakteristik unik dari peserta didik pada pembelajaran
yang dirancang.
4) Write Performance Objectives/ Menulis Tujuan Kinerja – Keberhasilan
peserta didik dalam mencapai target yang diinginkan harus dapat dinyatakan
dalam sebuah pernyataan kinerja. Objektif dari diadakannya proses
pembelajaran harus dinyatakan dalam sejumlah kalimat yang dapat diukur
ketercapaiannya. Kalimat objektif yang baik adalah jika mengandung unsur
SMART (Specific, Measurable, Achievable, Relevant dan timely). Write
performance objective adalah menuliskan tujuan instruksional khusus (TIK),
44
menuliskan hasil belajar ketika sebagian atau satu topik pembelajaran selesai
dilakukan.
5) Develop Criterion Referenced Test Items/ Mengembangkan Instrumen
Penilaian – Untuk memastikan bahwa peserta didik telah benar-benar
memenuhi target pencapaian kompetensi yang diinginkan, maka perlu
disusun model evaluasinya.
6) Develop Instructional Strategy/ Mengembangkan Strategi Pembelajaran –
Menurut Dick and Carey, strategi instruksional merupakan uraian proses
mengurutkan dan menata isi materi, uraian aktivitas belajar yang khusus dan
menentukan bagaimana penyimpanan materi beserta aktivitas
penyampaianya.
7) Develop and select Instructional Material/ Mengembangkan dan memilih
Bahan Ajar – Tahapan yang dilakukan untuk mengembangkan bahan
instruksional adalah: menjelaskan faktor yang dapat menyebabkan perbaikan
dalam pemilihan media dan sistem penyampaian agar sesuai dengan kegiatan
instruksional, menjelaskan dan menyebutkan faktor-faktor dalam komponen
instruksional, memberikan peran desainer dalam pengembangan materi dan
penyampaian kegiatan instruksional, menjelaskan prosedur yang akan
digunakan untuk mengembangkan bahan instruksional yang sesuai dengan
strategi instruksional, membuat bahan instruksional berdasarkan strategi
instruksional
8) Design and Conduct Formative Evaluation/ Desain dan Formatif Evaluasi –
Evaluasi fomatif dirancang dan dilaksanakan untuk memastikan bahwa
rancangan dan materi instruksional yang dikembangkan benar-benar efektif
dan berkualitas. dalam pelaksanannya evaluasi formatif dilakukan secara
bertahap, yaitu melalui aktivitas: evaluasi one-to-one, evaluasi kelompok
kecil dan evaluasi kelompok besar.
9) Revise Instruction/ Merevisi Instruksi – Berbasis hasil evaluasi formatif,
dilakukan revisi atau penyempurnaan terhadap rancangan maupun materi
instruktional yang telah dikembangkan. evaluasi dilakukan secara bertahap,
sejalan dengan serangkaian aktivitas evaluasi formatif yang dilaksanakan.
Draf revisi pertama dihasilkan setelah dilakukan evaluasi one-to-one dengan
melibatkan pakar, sementara draf revisi kedua diproduksi setelah melibatkan
calon pembelajar. Kemudian draf revisi ketiga disusun setelah evaluasi
45
kelompok kecil, sebelum akhirnya draf revisi keempat atau final
dikembangkan setelah evaluasi kelompok besar.
10) Design and Conduct Summative Evaluation/ Desain dan melakukan evaluasi
sumatif-Evaluasi sumatif dilaksanakan oleh pihak eksternal terhadap
rancangan dan materi instructional yang dikembangkan. Hasil dari evaluasi
sumatif adalah rekomendasi layak tidaknya rancangan dan materi
pembelajaran tersebut dipergunakan atau sejumlah catatan penting yang
dapat dipergunakan sebagai basis untuk memperbaiki, merevisi atau
menyempurnakan bahan yang ada. Tahapan ini berada diluar ruang lingkup
penelitian karena dilaksanakan oleh pihak luar untuk menjaga independensi
dan kredibilitasnya.
h. Borg and Gall
Dalam model pengembangan, Borg and Gall memuat panduan sistematika
langkah-langkah yang dilakukan oleh peneliti agar produk yang dirancangnya
mempunyai standar kelayakan. Uraian model pengembangan Borg dan Gall,
dijelaskan sebagai berikut. Educational research and development (R & D) is a
process used to develop and validate educational products. The steps of this
process are usually referred to as the R & D cycle , which consists of studying
research findings pertinent to the product to be developed, developing the product
based on the finding, field testing it in the setting where it wil be used eventually,
and revising it to correct the deficiencies found in the field testing stage. In
indicate that product meets its behaviorally defined objectives. (Borg et
al.,2007:589)
Borg & Gall, menyatakan bahwa prosedur penelitian pengembangan pada
dasarnya terdiri dari dua tujuan utama, yaitu: 1) mengembangkan produk; dan 2)
menguji keefektifan produk dalam mencapai tujuan. Tujuan pertama disebut
sebagai fungsi pengembang sedangkan tujuan kedua disebut sebagai validasi.
Dengan demikian, konsep penelitian pengembangan lebih tepat diartikan sebagai
upaya pengembangan yang sekaligus disertai dengan upaya validasinya.
Serangkaian tahap yang harus ditempuh dalam model Borg dan Gall yaitu
“research and information collecting, planning, develop preliminary form of
product, preliminary field testing, main product revision, main field testing,
operational product revision, operational field testing, final product revision, and
dissemination and implementation” (Borg et al., 775:2007)
46
Gambar 2.7
Model Borg and Gall
Berdasarkan gambar di atas dapat diuraikan tahapan sebagai berikut:
1) Research and information collecting; termasuk dalam langkah ini antara lain
studi literatur yang berkaitan dengan permasalahan yang dikaji, dan persiapan
untuk merumuskan kerangka kerja penelitian;
2) Planning; termasuk dalam langkah ini merumuskan kecakapan dan keahlian
yang berkaitan dengan permasalahan, menentukan tujuan yang akan dicapai
pada setiap tahapan, dan jika mungkin/diperlukan melaksanakan studi
kelayakan secara terbatas;
3) Develop preliminary form of product, yaitu mengembangkan bentuk
permulaan dari produk yang akan dihasilkan. Termasuk dalam langkah ini
adalah persiapan komponen pendukung, menyiapkan pedoman dan buku
petunjuk, dan melakukan evaluasi terhadap kelayakan alat-alat pendukung;
4) Preliminary field testing, yaitu melakukan uji coba lapangan awal dalam skala
terbatas. Pada langkah ini pengumpulan dan analisis data dapat dilakukan
dengan cara wawancara, observasi atau angket;
5) Main product revision, yaitu melakukan perbaikan terhadap produk awal yang
dihasilkan berdasarkan hasil uji coba awal. Perbaikan ini sangat mungkin
dilakukan lebih dari satu kali, sesuai dengan hasil yang ditunjukkan dalam uji
coba terbatas, sehingga diperoleh draft produk (model) utama yang siap diuji
coba lebih luas;
6) Main field testing, uji coba utama yang melibatkan peserta.
47
7) Operational product revision, yaitu melakukan perbaikan/ penyempurnaan
terhadap hasil uji coba lebih luas, sehingga produk yang dikembangkan sudah
merupakan desain model operasional yang siap divalidasi;
8) Operational field testing, yaitu langkah uji validasi terhadap model operasional
yang telah dihasilkan;
9) Final product revision, yaitu melakukan perbaikan akhir terhadap model yang
dikembangkan guna menghasilkan produk akhir (final);
10)Dissemination and implementation, yaitu langkah menyebarluaskan
produk/model yang dikembangkan.
Tabel 2.2
Kelebihan dan Kekurangan Model-Model Pengembangan
No Model Kelebihan Kekurangan
1 Hanafin and Khusus pengembangan Perangkat Ruang lingkupnya kecil,
Peck Pembelajaran multimedia produk yang dihasilkan
memang produk yang
dibutuhkan saat itu.
2 ARCS Model motivasi yang diperkuat Hasil afektif siswa sulit
oleh rancangan dinilai secara kuantitatif
bentukpembelajaran berpusat
pada pembelajar
3 ADDIE Bersifat umum, memiliki langkah Evaluasi formatif
lengkap dilakukan oleh pembelajar
saat terjadi
pembelajaran
4 ASSURE Khusus untuk kegiatan Evaluasi formatif
pembelajaran, berorientasi dilakukan oleh
kelas, langkah pengembangan bahan
pengembangan lengkap pembelajaran
5 Rowntree Khusus untuk pembelajaran Kurang perancangan
terbuka, jarak jauh dan desain instruksional,
fleksibel. Produk yang sehingga hanya
dihasilkan bahan cetak dan menghasilkan produk
non cetak. 3 tahapannya
jelas untuk acuan
pengembangan
6 4D Lebih tepat digunakan sebagai tidak
dasar untuk mengembangkan ada kejelasan mana yang
perangkat harus didahulukan antara
pembelajaran bukan untuk analisis konsep dan
mengembangkan sistem analisis tugas.
pembelajaran,
7 Dick and Carey Membuat instrumen Tidak ada tahap riset
penilaian terlebih dahulu, awal untuk
sebelum membuat strategi mengumpulkan
pembelajaran. informasi
48
8 Borg and Gall menggunakan teori belajar Membutuhkan waktu
yang lama dan biaya
Model pengembangan yang
paling lengkap, pengembangan yang
mengembangkan dan besar
menguji efektifitas produk
2. Konsep Model Pelatihan Yang Dikembangkan
a. Hakikat Pelatihan
Pelatihan seringkali dianggap sebagai aktivitas yang dianggap remeh, padahal
dalam pelatihan dilakukan kegiatan-kegiatan penting dan kegiatan-kegiatan yang
sifatnya rumit. Dengan demikian pelatihan harus direncanakan dan
diimplementasikan dengan sungguh-sunguh. Mendesain dan merencanakan
pelatihan merupakan aktivitas utama yang biasanya lebih memakan waktu dan
tenaga daripada pelaksanaan pelatihannya itu sendiri. Misalnya pelatihan yang
diselenggarakan selama tiga hari memerlukan perencanaan selama 10 sampai 15
hari.
Kebutuhan pelatihan karyawan individu sering dinyatakan dalam fashion yang
berbeda. Dalam pelatihan dapat mengidentifikasi perbedaan antara kinerja aktual
dan kinerja yang diinginkan, atau antara kualifikasi saat ini dan persyaratan
pekerjaan. Pelatihan menjadi elemen yang semakin penting dalam kesuksesan
organisasi dan individu karyawan. Pekerjaan menjadi lebih teknis dan spesifik
sehingga terdapat sedikit kandidat yang memiliki kualifikasi pekerjaan tertentu.
Pekerjaan baru terus diciptakan, dan peralatan baru dan sistem yang
diperkenalkan pada pekerjaan yang ada. Beberapa pekerjaan yang sudah ada tetiba
menghilang, dan banyak yang pekerjaannya dieliminasi tidak memiliki keterampilan
yang dibutuhkan untuk posisi yang sekarang tersedia. Selain itu, banyak organisasi
mengalami kesulitan untuk menemukan orang yang memiliki keterampilan yang
dipersyaratkan. Semua kondisi ini membutuhkan jenis pelatihan keahlian yang dapat
diberikan, sehingga pelatihan dibutuhkan untuk mempersiapkan tenaga terampil
yang dibutuhkan.
Pelatihan menjadi semakin penting, teknik pelatihan dan metode penyampaian
yang efektif harus segera dikembangkan, tetapi untuk memastikan pelatihan yang
berhasil, itu masih perlu dipikirkan tentang pelatihan apa yang dibutuhkan baik oleh
organisasi dan karyawan/individu. (Connell & John, 2003:103)
49
Pengembangan program pelatihan merupakan desain utama dari aktivitas
pelatihan. Pengembangan program merupakan proses dalam menentukan materi apa
yang harus diberikan dalam pelatihan, harapan yang akan dicapai oleh para peserta
pelatihan, prosedur pemberian isi pelatihan, metode yang digunakan dalam
pemberian materi pelatihan, mengembangkan materi pendukung dan penilaian untuk
peserta pelatihan serta meletakkan semua aspek-aspek tersebut dalam periode waktu
yang telah dipilih atau ditentukan, sehingga dapat dikatakan bahwa pengembangan
program pelatihan merupakan proses dan berorientasi kepada aksi dan tindakan.
Hasil dari pengembangan program pelatihan adalah deskripsi mengenai materi
pelatihan dan rencana pembelajaran.
Pelatihan dan pengembangan memiliki kontribusi besar dalam organisasi karena
dapat berfunsi sebagai agent af change terhadap individu dalam organiasi. Pelatihan
dan pengembangan dapat menjadi media atau wahana untuk melakukan transfer atau
internalisasi nilai-nilai strategis organisasi, membangun budaya organisasi,
kompetensi inti organisasi kepada anggota atau individu.
Program pelatihan menginformasikan dan menuntun instruktur mengenai
bagaimana cara melakukan pelatihan. Lebih lanjut Smith (1982) mengungkapkan
bahwa pengembangan program dalam aktivitas pelatihan merupakan proses yang
membuat pelatihan dilangsungkan secara sistematis. Para ahli pelatihan dan
pengembangan kurikulum telah melakukan penelitian-penelitian terhadap bagimana
cara orang belajar. Lebih jauh lagi mereka mempelajari bagaimana cara yang terbaik
untuk mengorganisasi dan menyampaikan informasi sehingga efisiensi dan
efektivitas dapat dicapai secara maksimal. Misalnya, cara belajar orang dewasa
berbeda dengan cara belajar anak-anak, gaya belajar dari setiap orang berbeda-beda,
penggunaan metode-metode pembelajaran, metode pembelajaran apa yang dinilai
paling efektif.
Pertimbangan terhadap hasil-hasil penemuan ini menolong seseorang dalam
mengembangkan program pelatihan, sehingga dapat disimpulkan bahwa
pengembangan program merupakan langkah dalam mendesain pelatihan yang
dilakukan secara sistematis agar pelatihan dapat diberikan secara efektif.
Pelatihan merupakan mekanisme dalam mengembangkan kecakapan seseorang
untuk meningkatkan sumber daya manusia. Ketika kecakapan seseorang meningkat
maka mereka lebih produktif dan lebih berkontribusi terhadap kesejahteraan
keluarga, masyarakat dan negara. Apabila pengembangan program dilakukan secara
50
sitematis, maka proses pelatihan dilakukan lebih baik dan memiliki dampak terhadap
pembentukan sumber daya manusia.
Pengembangan program pelatihan yang menghasilkan rencana secara tertulis
untuk pelaksanaan pelatihan yang lebih sistematis dapat membantu untuk menjaga
kualitas pelatihan yang diselenggarakan (Wenting, 1993). Pelatihan menurut Sikula
(Sumantri,S.;2001:2), adalah: ”Proses pendidikan jangka pendek yang menggunakan
prosedur yang sistematis dan terorganisasi. Pengertian pelatihan menurut Nadler
(Knowles, 1977) mengemukakan bahwa: …those activities which designed to
improve performance on the job employes is presently doing or is being hired to
do…The purpose of training is to either introduce a new behavior or modify the
existing behaviors so that a particular and specified kind of behavior result.
Pengertian pelatihan tersebut menunjukkan bahwa pelatihan sebagai keseluruhan
aktivitas dirancang untuk meningkatkan kinerja pegawai dalam melaksanakan
pekerjaan pegawai. Tujuannya adalah memperkenalkan tingkah laku baru atau
memodifikasi tingkah laku pegawai saat ini sehingga menghasilkan perilaku atau
sikap yang lebih spesifik dan lebih baik.
Pelatihan merupakan penciptaan suatu lingkungan dimana kalangan tenaga kerja
dapat memperoleh dan mempejari sikap, kemampuan, keahlian, pengetahuan
perilaku spesifik yang berkaitan dengan pekerjaan. Pelatihan merupakan serangkaian
aktivitas yang dirancang untuk meningkatkan keahlian, pengetahuan, pengalaman,
ataupun perubahan sikap seseorang inidividu. Sedangkan pengembangan adalah
penyiapan individu untuk mengemban tanggung jawab yang berbeda atau lebih
tinggi di dalam organisasi. Pengembangan biasanya berkaitan dengan peningkatan
kemampuan intelektual atau emosional yang diperlukan untuk melaksanakan
pekerjaan yang lebih baik.(Wiliandari, 2014:16)
Pelatihan menurut Sculer (1997 : 40) bahwa : “training and development is
defined as the human resources prestice area whose focused is identifying assessing,
and through planned learning helping develop the key competencies which enable
to perform current job”. Pelatihan merupakan praktik pengembangan sumber daya
manusia yang difokuskan kepada hasil identifikasi, asesmen, dan melalui proses
pembelajaran yang terencana untuk membantu mengembangkan kompetensi seperti
pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dibutuhkan individu atau kelompok
dalam melaksanakan pekerjaan tertentu.
51
Pelatihan menurut Wills (1993:10) merupakan serangkaian aktivitas yang
ditujukan kepada individu atau kelompok dalam suatu organisasi, serta memiliki (1)
Kejelasan tujuan, (2) Metode pengajaran spesifik, (3) Melibatkan orang-orang
tertentu, dan (4) Memiliki ‘assessing objectives’. Pelatihan tidak dapat dilakukan
begitu saja, tetapi pada pelaksanaannya pelatihan harus melalui beberapa tahapan.
Pada setiap pelaksanaan pelatihan tidak harus sama tahapannya, tetapi tahapan ini
disesuaikan dengan jenis pelatihannya, kesiapan panitia, dana dan sarana yang
tersedia. Tahapan-tahapan yang harus dilaksanakan dalam suatu pelatihan adalah :
a. mengidentifikasi kebutuhan pelatihan
b. merumuskan tujuan pelatihan
c. merancang kutrikulum pelatihan
d. mengembangkan metode pelatihan
e. menentukan pola evaluasi pelatihan
f. melaksanakan program pelatihan dan
g. mengukur hasil pelatihan.
Pelatihan sangat penting untuk keberhasilan pengelolaan sampah rumah tangga,
pelatihan ini dilakukan untuk calon pelatih pengelola sampah rumah tangga yang
memiliki kompetensi dibidangnya. Jadi, peneliti menyimpulkan bahwa pelatihan
merupakan sebuah program pengembangan keterampilan, pengetahuian, dan
kemampuan sehingga SDM mampu memiliki kompetensi dibidangnya melalui
kegiatan pembelajaran berdasarkan hasil identifikasi kebutuhan pelatihan,
merumuskan tujuan pelatihan, desain kurikulum, pengembangan metode pelatihan,
evaluasi pelatihan, dan pelaksanaan pelatihan.
b. Nilai Strategis Pelatihan
Setidaknya ada dua efek perubahan positif yang diharapkan muncul setelah
program pelatihan diimplementasikan, yaitu :
a. Memperoleh keuntungan kompetitif
b. Terikat dengan strategi organisasional
Organisasi/lembaga dapat menggunakan program pelatihan sebagi sarana atau
kegiatan guna mendapatkan keuntungan kompetitif. Banyak perusahaan dirancang
untuk memenuhi kebutuhan khusus dari pelanggan dan pasar yang ada. Dalam
kionteks yang demikian ini pelatihan on the job memberikan kepastian bahwa semua
kapabilitas company’s technologically advanced system dapat berfungsi secara
keseluruhan semua keuntungan akhirnya dapat diperoleh.
52
Motivasi peserta mengikuti pelatihan pengelolaan sampah rumah tangga agar
dapat memahami cara mengelola sampah yang baik dan benar karena selama ini
sampahnya hanya dibuang saja tidak dipilah mana yang masih dapat digunakan dan
tidak dan ingin menambah wawasan dan pengalamanya dalam mengelola sampah
rumah tangga. (Haryani & Joko Raharjo, 2016)
Pelatihan dapat dipahami sebagai sarana perubahan untuk meningkatkan skills,
knowledge, dan ability (SKA) para karyawan. Desakan untuk meningkatkan kinerja
baik individual maupun kelompok umumnya disebabkan oleh beberapa faktor.
Cushway (1994) misalnya menyatakan bahwa kebutuhan pelatihan pada umumnya
didasari oleh munculnya sejumlah fenomena internal dan eksternal organisasi seperti
staff turnover, perubahan teknologi, prubahan dalam pekerjaan, perubahan peraturan
perubahan dan perkembangan ekonomi, cara dan prosedur dalam bekerja, market
pressure, kebijakan pemerintah, keinginan karyawan, performance variation, dan
equalization of opportunity.
Menurut Cushway, setiap organisasi selalu dihadapkan pada situasi tersebut
dimana kebutuhan pelatihan untuk mengantisipasinya menjadi tidak terelakan. Lebih
lanjut Hyman (1994) merumuskan faktor kebutuhan pelatihan ke dalam dua
kelompok, yaitu structural factors dan occupational factors. Menurutnya faktor-
faktor structural meliputi degradasi kualitas skills dan pekerja, hadirnya teknologi
baru, tekanan-tekanan kompetisi, target-target pencapaian kualitas, dan management
style. Sedangkan yang disebut faktor-faktor occupational meliputi komitmen
pengusaha (the positive reception by employers) kemudian diikuti.
Manfaat pelatihan menurut William B. Werther dan Keith Davis (1996), “The
benefits of training may extend throughout a person’s career and help develop that
person for future responbilities”. Dalam Bahasa Indonesia dapat dinyatakan sebagai
berikut: manfaat dari pelatihan mampu meningkatkan jenjang karir seseorang dan
dapat membantu mengembangkan dirinya agar dapat menyelesaikan tanggung
jawabnya di masa yang akan datang.
c. Modul Pelatihan
Modul Pelatihan merupakan salah satu jenis bahan ajar yang dikemas secara
utuh dan sistematis, di dalamnya memuat seperangkat pengalaman belajar yang
terencana dan didesain untuk membantu pembelajar menguasai tujuan pembelajaran
yang spesifik. Modul minimum memuat tujuan pembelajaran, materi belajar dan
evaluasi (Rahdiyanta, 2009, p. 1). Smaldino (Smaldino, Lowther, & Russel, 2015,
53
214) mendefinisikan an instructional module is any self contained instructional unit
designed for use by a single learner or a small group of learners without teacher’s
presence. Tujuan utama dari modul adalah untuk meningkatkan efisiensi dan
efektivitas pembelajaran. Sehingga modul merupakan bahan pembelajaran yang
disiapkan secara khusus dan dirancang secara sistematis berdasarkan kurikulum
tertentu yang dikemas menjadi sebuah unit pembelajaran terkecil yang dapat
digunakan pemelajar secara mandiri untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Modul sebagai bahan belajar mandiri memiliki ciri khas dan berbeda dengan
bahan belajar lainnya. Suparman (2014:74) mengatakan penggunaan modul dalam
pembelajaran memiliki tujuan sebagai berikut: (1) memperjelas dan mempermudah
penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbal; (2) mengatasi keterbatasan waktu
baik pemelajar maupun pembelajar; (3) dapat digunakan secara tepat dan bervariasi,
seperti meningkatkan motivasi dan gairah belajar pemelajar, mengembangkan
kemampuan pemelajar dalam berinteraksi dengan lingkungan dan sumber belajar
lainnya, memungkinkan pemelajar belajar mandiri sesuai kemampuan dan minatnya,
memungkinkan pemelajar dapat mengukur atau mengevaluasi sendiri hasil
belajarnya.
Modul berisi semua kebutuhan yaitu petunjuk belajar, tujuan pembelajaran,
materi pembelajaran, evaluasi, pembahasan glosari, referensi sampai umpan balik.
Karakteristik modul yaitu:
a) self instruction, memungkinkan seseorang belajar mandiri;
b) self contained, seluruh materi yang dibutuhkan ada dalam modul;
c) stand alone, modul tidak bergantung dengan bahan pembelajaran lain;
d) adaptif, memiliki daya adaptasi terhadap perkembangan ilmu dan teknologi;
e) user friendly, setiap informasi yang disajikan dapat membantu kemudahan
pemakainya.
Prinsip pengembangan modul, yaitu modul harus dikembangkan atas dasar hasil
analisis kebutuhan dan kondisi (Rahdiyanta, 2009,3), proses penyusunan modul
terdiri dari 3 tahapan yaitu:
a) menetapkan strategi pembelajaran dan media pembelajaran yang sesuai;
b) memproduksi modul; dan
c) mengembangkan perangkat penilaian.
54
Prosedur penyusunan modul berdasarkan prinsip-prinsip pengembangan suatu
modul yaitu analisis kebutuhan, pengembangan desain modul, implementasi,
penilaian, evaluasi, validasi dan jaminan kualitas.
C. Penelitian yang Relevan
No Nama Tabel 2.3 Hasil Pene
Jurnal Author
Desain Kurikulum
1 Journal of Language Teaching and Shao-Wen Su The Va
of Cur
Research, Vol. 3, No. 1, pp. 153- Factor
Curric
158, January 2012 © 2012
ACADEMY PUBLISHER
Manufactured in Finland.
2 Jurnal Kebijakan dan Lusia Andriani Pelaks
Pengembangan Pendidikan
2014 Penge
Kuriku
3 Journal of Curriculum and
Teaching. Vol. 5, No. 1; 2016 Pendid
Vokas
berdas
Manaj
ISO 90
Florence Curric
Kanorio Kisirkoi Implem
& Godfrey Mse Strate
Impro
Outco
Schoo
55
elitian Yang Relevan Hasil Temuan Analisis Saya
Judul
arious Concepts Mendeskripsikan konsep Pengalaman belajar
rriculum and the kurikulum dari berbagai akan terbentuk dari
rs Involved in teori seperti : Barrow and lingkungan belajar
cula-making Milburn (1990) and yang baik dalam
Beauchamp (1977) Wood & mencapai efektivitas
sanaan Davis, 1978 pembelajaran
embangan (Su, 2012)
ulum Produktif Pengenmbangan
dikan Perencanaan pengembangan kurikulum mengacu
sional kurikulum produktif pada ISO 9001:2008
sarkan Sistem (Andriani, 2014)
jemen Mutu
001:2008
culum Terdapat faktor dalam Penelitian ini
mentation: mengajar: menetapkan bahwa
egies for 1. kurikulum sejauh mana guru
oved Learning 2. manajemen kelas menggunakan
omes in Primary 3. strategi mengajar pembelajaran
ols in Kenya 4. lingkungan pembelajaran
5. interaksi berpusat pada
positif/monitoring pembelajar hampir
6. penilaian tidak digunakan oleh
4 Jurnal al-Fikrah, Vol. II, No. 1, Syafruddin Model
Miller
Januari-Juni 2014 Nurdin Penge
dalam
5 Jurnal Pendidikan (Teori dan Widi Asih Design
(Nurd
Praktik) Volume 2 Nomor 2 Tahun Nurhajati dan
Penge
2017 Bachtiar Sjaiful Kuriku
(Pendi
e-ISSN: 2527-6891 Bachri Pelatih
Komp
6 International Journal of Waste Onyelowe Memb
Profes
Resources Volume 7 Issue 2 (Nurh
Bachr
DOI: 10.4172/2252-5211.1000282
Solid W
Manag
in Nig
Utiliza
Enviro
56
l Kurikulum (Kisirkoi & Mse, 2016) para guru dalam
r & Seller studi ini. Pendekatan
embangannya Merancang kurikulum belajar mengajar
m Instructional berdasarkan model Miller & yang umum
n Seller digunakan oleh guru
din, 2014) adalah guru berpusat
dan terutama
embangan pendekatan kuliah
ulum Diklat dan pertanyaan dan
idikan dan jawaban dan hafalan
han) Berbasis pembelajaran.
petensi dalam
bangun Membuat
sionalisme instructional design
hajati & Sjaiful sesuai urutan model
ri, 2017) miller & seller
Wastes Membandingkan kurikulum Untuk meningkatkan
gement (SWM) yang telah dibuat tahun
geria and their 2013 dan tahun 2015 dari kompetensi
ation in the segi praktiknya kurikulum diklat ini
onmental
menggunakan
pendekatan ADDIE
Ada rantai bisnis yang Sampah tidak
layak antara Generator selamanya membawa
limbah padat, pengusaha dampak negative jika
manajemen limbah padat dapat mengelolanya
dan ahli teknik dengan baik
7 Jurnal Tawadhu Ahmad Geote
Vol. 2 no. 1, 2018 Mukhlasin dan Entrep
Servic
Rakhmat (ESI) f
Wibowo Develo
Desain
Penge
kuriku
dan im
dalam
8 Jurnal Teknologi Pendidikan Nurtiah Kadir Bimbi
Madrasah (2018) 1 (2), 151-163 Penyu
Kuriku
9 Journal of Education and e - Liaqat Ali forma
upaya
Learning Research keters
Vol. 5, No. 1, 72-78, 2018 kuriku
The D
Curric
Assess
Evalua
Educa
Constr
Alignm
57
echnics as an Geotechnical. Hal ini menyusun kurikulum
preneurial inovatif dan menawarkan untuk
ce Innovation peluang bisnis untuk mengembangkan
for Sustainable pengangguran pemuda dari kemampuan nalar
opment negara Kenya dalam pembentukan
(Onyelowe, 2017) pengetahuan
n Langkah-langkah membuat berdasarkan interaksi
embangan kurikulum integrated dengan lingkungan
ulum integrative dan pengalaman
mpelementasinya (Mukhlasin, 2018) dalam kehidupannya
m pembelajaran
Manfaat dokumen Pelaksanaan
ingan kurikulum bimbingan
usunan Dokumen penyusunan
ulum berbasis (Kadir, 2018) dokumen kurikulum
asi siberpro dengan pendekatan
a mengatasi Ada dua aliran utama Farmasi Siberpro
sediaan dokumen kesejajaran konstruktif: sangat efektif
ulum 1. keselarasan konstruktif
Design of Prinsip dasar dari
culum, dari perspektif pembelajar keseluruhan sistem
sment and menyiratkan apa yang adalah bahwa
ation in Higher mereka lakukan untuk kurikulum dirancang
ation with belajar sedemikian rupa
ructive sehingga kegiatan
ment belajar dan tugas
penilaian selaras
10 Turkish Online Journal of Distance Ritesh CHUGH, Curricu
Education-TOJDE April 2017 Shirley for Dist
ISSN 1302-6488 Volume: 18 LEDGER, and Educati
Number: 2 Article 1 Rebecca Tertiary
SHIELDS
58
ulum Design 2. keselarasan konstruktif dengan hasil
tance dari perspektif guru pembelajaran yang
menyiratkan sinkronisasi dimaksudkan
ion in the perencanaan guru untuk intended learning
y Sector kegiatan belajar dengan outcomes (ILOs), apa
hasil belajar. yang seharusnya
dilakukan
(Ali, 2018) pembelajar untuk
dapat melakukan
Program pendidikan jarak atau
jauh menjadi sebuah mendemonstrasikan
kebutuhan, untuk
merancang kurikulum yang Desain kurikulum
mencerminkan mencakup
prinsip pendidikan, pertimbangan tujuan,
mewakili elemen hasil belajar yang
keterlibatan dan pedagogi diinginkan, silabus,
dan pertemuan metode belajar-
persyaratan kelembagaan mengajar, dan
dan industri. penilaian. Desain
Untuk merancang kurikulum kemudian
kurikulum secara efektif, dapat digambarkan
diperlukan peran pendidik sebagai struktur di
sebagai konduktor, teknisi mana perencanaan,
dan koreografer sehingga masalah dan
kurikulum merupakan ditemukan solusi yang
sebuah praktik terjadi dan mengarah
kontemporer. pada tujuan, hasil
pembelajaran yang
diinginkan, silabus,
metode dan penilaian
pembelajaran dan
11 Jurnal Pendidikan Teknologi dan Lipur Sugiyanta, Vocati
Kejuruan, Vol. 25, No. 1, May Moch. Sukardjo, Curric
2019, 85-96 M. Khaerudin, Implem
ISSN: 0854-4735, Irdayanti Mat three y
DOI: 10.21831/jptk.v25i1.18347 Nashir of Ele
Engin
Desain Pembelajaran F S Azizha, N The de
Umamah1, and Patuka
1 IOP Conference Series: Earth and
Environmental Scienc Sumardi sites S
modul
learni
Dick a
59
(Chugh et al., 2017) pengajaran, serta
pengalaman belajar
sangat dibutuhkan
dalam Pendidikan
jarak jauh.
ional Kajian Evaluasi model Lebih tepatnya
culum CIPP ini menganalisis penelitian ini
mentation of the penerapan Kerangka merupakan evaluasi
years program Kualifikasi Indonesia implementasi KKNI
ektronics berbasis SMK yang telah
neering kurikulum tiga tahun dilaksanakan oleh
program teknik elektronika, program studi
Fakultas Teknik, Teknik elektronika
Universitas Negeri dengan
Jakarta. menggunakan
(Sugiyanta et al., 2019) evaluasi model CIPP
evelopment of Analisis data kualitatif Penelitian
angan local diperoleh dari data pengembangan
Situbondo e- observasi, wawancara dan dengan
le for history dokumentasi. Data tersebut menggunakan model
ing by using digunakan untuk Dick and Carey.
and Carey model mengetahui peningkatan Analisis data yang
hasil belajar siswa atau digunakan adalah
hasil kognitif. Data yang analisis data
diperoleh kemudian kualitatif dan
dianalisis dengan kuantitatif. Analisis
menggunakan rumus kuantitatif
persentase. Sedangkan digunakan untuk
untuk mengukur hasil mendeskripsikan
modul kualitas
2 Journal of Information Systems Anak Agung The U
Engineering and Business Gde Satia Utama Learn
Intelligence Optim
Vol. 2, No. 1, April 2016 System
Educa
Dick a
Design
3 International Journal of Sciences: Dewi Purnama Develo
Modul
Basic and Applied Research Sari & Edy Mathe
1 by u
(IJSBAR) Surya
ISSN 2307-4531
60
belajar menggunakan pre dikembangkan
berdasarkan
test dan post test penelitian para ahli
(Azizha et al., 2020) (ahli desain, bahasa
dan konten atau
Usage of E- Metodologi yang material).
ning Model To digunakan dalam penelitian
Penelitian ini
mize Learning ini adalah Qualitative dilakukan dengan
m In Higher Exploratory dengan menggunakan model
ation by Using menggunakan Dick and Carey
Design.Ada
and Carey angket dan wawancara sembilan langkah
n Approach sebagai teknik untuk melakukan
model e-learning.
pengumpulan data. Semua langkah
(Utama, 2016) tersebut dibagi
menjadi tiga langkah
opment the Penelitian ini merupakan Penelitian: pertama
le of adalah pendahuluan
ematics Statistics pengembangan bahan ajar atau studi empiris,
using the Model berupa modul statistika tahap selanjutnya
adalah desain dan
matematika terakhir adalah
1. Tahapan umpan balik.
setelah
implementasi.
Tahapam yang
dilakukan sudah
sistematis karena
memang
menggunakan desain
of Dic
Design
4 International Journal of Robinson Develo
Innovation, Creativity and Situmorang, Collab
Change. www.ijicc.net Jhoni Lagun Learn
Volume 8, Issue 6, 2019 Siang, Nurdin Based
Ibrahim, Code t
5 Jurnal Teknologi Pendidikan, Vol Joynivly Learn
20 No 2 (2018), Lagunsiang
Penge
Joko Azis Modu
Westomi
Nurdin Ibrahim
61
ck and Carey Pengembangan dalam pembelajaran
n penelitian ini menggunakan sistematis dan
rancangan sistem didukung oleh tes
opment of pembelajaran Dick and formatif dalam
borative Carey, mengidentifikasi evaluasi dan revisi
ning Materials tujuan pembelajaran, materi pembelajaran
d on QR analisis pembelajaran,
to Facilitate analisis peserta didik Materi pembelajaran
ning dan lingkungan, kooperatif
merumuskan tujuan menggunakan QR
tertentu, mengembangkan code sebagai fasilitas
instrumen penilaian, pembelajaran
mengembangkan mandiri
strategi pembelajaran,
mengembangkan dan
memilih materi
pembelajaran, merancang
dan melaksanakan formatif
evaluasi, dan merevisi
materi pembelajaran.
(Sari & Surya, 2017)
Metode penelitian
pengembangan ini
merupakan penggabungan
antara model Dick and
Carey dan Derek Rowntree
(Situmorang et al., 2019)
embangan Paket Penelitian ini menggunakan Dalam menentukan
ul Cetak Mata
model pengembangan kegiatan belajar pada
Rowntree terdiri dari tiga modul belum
https://doi.org/10.21009/jtp.v20i2. Moch. Sukardjo Pelaja
8628 Agam
untuk
Neger
wangi
Wakat
6 Advances in Social Science, Noviana The D
Learn
Education and Humanities Desiningrum,
Based
Research, volume 212 2nd Endang Chara
International Conference on Nuryasana, With D
Model
Education Innovation (ICEI 2018) Mustaji, Andi
Mariono
62
aran Pendidikan tahap menghasilkan bahan ditunjukkan mana
ma Islam (PAI) ajar berupa modul cetak modul sebagai
Pendidikan agama Islam. prasarat, procedural,
Siswa SMA (Westomi et al., 2018) cluster, maupun
ri 1 Wangi- hirarki.
i Kabupaten Pengembangan bahan ajar Kegiatan Belajar 1
tobi penguatan karakter dengan (Manusia dan
model dick and carey Peranannya di Bumi)
Development Of dengan nama karakter Kegiatan Belajar 2
ning Technology BISA akronim dari (Perilaku Ikhlas
d On Bernalar, Integritas, dalam
acter Building Santun,dan Adil untuk Beribadah)
Dick And Carey dosen dan mahasiswa Kegiatan Belajar 3
l (Sifat Allah dalam
Asma’ul Husna)
Kegiatan Belajar 4
(Perilaku
Husnuzzan)
Kegiatan Belajar 5
(Hukum Islam)
Kegiatan Belajar 6
(Sejarah Rasulullah
SAW, di Mekah)
Hasil penelitian ini
adalah:
1) Model Karakter
Siswa Evaluasi
Penguatan.
2) Pembelajaran
sistematis Materi
teknologi
Pelatihan Umi Widyastuti Evalu
dan Dedi (Train
1 Jurnal Pendidikan Ekonomi dan
Bisnis Vol. 3 No. 2 Oktober 2015 Purwana ES berda
E-ISSN: 2302 – 2663 Four
http://doi.org/10.21009/JPEB
Kirkp
63
(Desiningrum et al., 2018) 3) Penciptaan dan
Manajemen,
4) Penggunaan dan
Pemanfaatan,
5) Proses dan
Pembelajaran
Sumberdaya,
6) Memfasilitasi
Pembelajaran,
7) Kinerja
Peningkatan,
8) Etika Profesi dan
Pendidikan
Teknologi, dan
9) Pembelajaran
Online.
uasi Pelatihan Pelatihan pembelajaran Cara mengukur
ning) Level II dengan pendekatan evaluasi four level 2
asarkan teori The saintifik, pelatihan berbasis dari Kirkpatrick
Levels proyek pembelajaran, tidak Nampak seperti
patrick pelatihan pembelajaran bagaimana
berbasis internet, pelatihan responden memiliki
media sederhana dan pe- ngetahuan
pelatihan penilaian otentik. (knowledge),
Populasi dalam penelitian ketrampilan
ini adalah semua (skill) dan perilaku
mahasiswa yang (attitude). Skill
berpartisipasi dalam mengukur
program ini yang berasal sejauhmana
dari seluruh fakultas di ketrampilan
2 Journal of Language and Youxing Xiao, Develo
Linguistic Studies, 16(1), 366-389; Janpanit Surasin, trainin
2020 Denchai impro
Prabjandee profic
studen
multi-
comm
64
opment of a UNJ. Dengan yang diperoleh
menggunakan purposive setelah mengikuti
ng module to sampling, sampel dipilih pelatihan.
ove initial ELT secara acak berdasarkan
jenis pelatihan yang Berawal dari metode
ciency among diberikan oleh PSB ADDIE yang
nt-teachers in UNJ.Jumlah sampel yang digunakan kemudian
diperoleh adalah 110 siswa. dimodifikasi menjadi
-ethnic Dengan membandingkan model ADDIEM.
munity schools data pra dan pasca Proses pelatihan
pengujian data ADDIEM yang lebih
menggunakan uji-t berfokus pada hasil
berpasangan, hasil
penelitian menunjukkan
adanya perbedaan
pengetahuan dan
keterampilan yang
signifikan sebelum dan
sesudah mengikuti
pelatihan.
(Widiyastuti & Purwana
ES., 2015)
Modul pelatihan
untuk meningkatkan
kemampuan ELT awal
peserta dan menentukan
keefektifannya. Penelitian
metode campuran. Desain
dengan strategi paralel,
dimulai dengan kuantitatif
3 International Journal of Büker, G. and Globa
Development Education and Schell-Straub, Linkin
theory
Global Learning
A com
9 (2): 71–83. DOI for tra
https://doi.org/10.18546/IJDEGL.0 learni
Facili
9.2.02
65
al how? – dan dilanjutkan dengan spesifik meliputi:
metode penelitian kualitatif Analisis Kebutuhan,
ng practice to digunakan dalam Desain pelatihan,
y: memeroleh berbagai set Pengembangan
data penelitian. pelatihan,
mpetency model (Xiao et al., 2020) Pelaksanaan
aining global pelatihan, Evaluasi
Dibutuhkan sebuah pelatihan, dan
ing pelatihan dalam Global tambahan
itators Learning. Pembelajaran Modifikasi pelatihan.
Global - Kompetensi Kunci
dari Anggota CSO Eropa Modifikasi model
(FGL) menjawab kebutuhan dari competency-
akan state-of-the-art based models
pelatihan tentang teori dan unesco, 2014 yang
praktek GL dengan terdiri dari
mengembangkan kurikulum A: Learning to know
pelatihan Fasilitator mengenal,
untuk konteks pelatihan GL memahami dan
berdasarkan pada model merefleksikan isu-isu
kompetensi yang terkait
dikembangkan bersama (berkelanjutan)
untuk GL perkembangan dan
fasilitator. Artikel ini keragaman budaya
menjelaskan elemen dalam dimensi waktu
penting dari pelatihan (masa lalu, sekarang,
fasilitator GL dan masa depan) dan
luar angkasa (lokal,
global).
B: Learning to learn
Fasilitator mengenal,
memahami dan
66
model kompetensi untuk merefleksikan
kurikulum pelatihan yang konsep pembelajaran
diujicobakan di tiga negara global,
Eropa kompetensi dan
(Jerman, Portugal, dan metode, serta
Rumania). pendekatan terkait
Praktik, model direfleksikan untuk pembelajaran
secara kritis dalam artikel, (misalnya,
mengenai potensinya pendidikan untuk
untuk pengembangan lebih pembangunan
lanjut dalam konteks berkelanjutan)
akademis dan praktis. C: Learning to do
(Büker & Schell-Straub, Fasilitator mampu
2017) mengaplikasikan
ilmu spesialis dan
pendidikannya
berhasil
merencanakan dan
melaksanakan acara
pendidikan dalam
konteks global
learning
D: Learning to be
Fasilitator mampu
mengaplikasikan
ilmu spesialis dan
pendidikannya
berhasil
merencanakan dan
melaksanakan acara
pendidikan dalam
4 Jurnal EMBA Vol.5 No.2Juni Mochammad Pelatih
Irzal Ivonne Penge
2017, Saerang dalam
Hal. 1132–1141 Rotinsulu J Jopie menin
jurnali
di deti
67
han dan Bentuk Pelatihan dan konteks global
embangan SDM learning
m rangka Pengembangan E: Learning to live
ngkatkan kinerja Bentuk pelatihan dan together
is media online Fasilitator mampu
ikawanua.com pengembangan yang mengaplikasikan
dilakukan PT Media ilmu spesialis dan
pendidikannya
Sahabat Rakyat berhasil
dengan cara On the Job merencanakan dan
melaksanakan acara
Training dan Off the Job pendidikan dalam
Training untuk konteks global
learning
meningkatkan ketrampilan,
pengetahuan, kebiasaan Bentuk pelatihan
bersifat kualitatif
kerja dan sikap jurnalis. deskriptif tidak
Evaluasi Pelatihan dan menunjukkan adanya
bagaimana cara
Pengembangan Evaluasi meningkatkan
yang dilakukan PT Media keterampilan.
Evaluasi yang
Sahabat Rakyat melalui dilakukan tidak
pelatihan dan menggunakan teori
evaluasi dari sebuah
program pelatihan.
5 Jurnal Evaluasi Pendidikan Vol. 2 Trini Prastati Evalua
No. 2, Oktober 2011, 206-217 Pelatih
http://doi.org/10.21009/JEP Unive
68
asi Program pengembangan untuk Rekomendasi dari
meningkatkan kinerja
han Tutor jurnalis media online hasil evaluasi sebuah
ersitas Terbuka detikawanua.com dengan program hanya dua.
cara memberikan penilaian
secara berjalan.yaitu Lanjutkan dengan
evaluasi dilakukan oleh PT perbaikan atau
Media Sahabat Rakyat
detikawanua.com dalam hentikan program
bentuk laporan. pelatihan tersebut.
(Mochammad Rizal et al.,
2013) 1.
Terdapat 5 rekomendasi
hasil evaluasi
1) Program
pelatihan yang
dikembangkan secara utuh,
dapat diterapkan dengan
mudah oleh
UPBJJ dengan
mempersiapkan komponen-
komponen dari dimensi
institusional maupun
instruksional secara
memadai,
2) format baku materi
program pelatihan
3) pengembang selalu
evaluasi program pelatihan
tutor UT
69
4) banyak memiliki
kesamaan dengan program
UT lainnya
5) sistem program pelatihan
tutor-UT sebagai contoh
sesama UT di negara lain
(Prastati, 2011)
70
D. Kerangka Teoretik
Halim dan Ali (1993:20) mengemukakan adanya tiga pendekatan dalam
menyelenggarakan pelatihan, yaitu pendekatan (a) tradisional, (b) eksperiensial, dan (c)
berbasis kinerja. Menurut mereka, dalam “pendekatan tradisional”, staf pelatihan
merancang tujuan, konten, teknik pengajaran, penugasan, rencana pembelajaran,
motivasi dan evaluasi. Fokus model pelatihan ini adalah intervensi yang dilakukan staf
pelatihan. Dalam “pendekatan eksperiensial”, pelatih memadukan pengalaman
sehingga warga belajar menjadi lebih aktif dan mempengaruhi proses pelatihan. Model
pelatihan ini menekankan pada situasi nyata atau simulasi. Tujuan pelatihannya
ditetapkan bersama oleh pelatih dan warga belajar. Pelatih menjalankan peran sebagai
fasilitator, katalis, atau narasumber, sedangkan dalam “pendekatan berbasis kinerja”,
tujuan diukur berdasarkan pencapaian tingkat kemahiran tertentu dengan menekankan
pada penguasaan keterampilan yang bisa diamati.
Calon trainer sebagai peserta pelatihan adalah tergolong orang dewasa. Oleh
sebab itu, prinsip-prinsip yang diterapkan dalam proses pelatihannya harus mengacu
kepada prinsip pembelajaran orang dewasa. Dalam pembelajaran orang dewasa
(andragogy), Knowles (2005:41) menjelaskan tentang konsep andragogi dengan “the
art and science of helping adults learn”, yaitu seni dan ilmu dalam membantu orang
dewasa belajar. Proses pembelajaran orang dewasa pada dasamya menggunakan
beberapa asumsi, antara lain (1) iklim belajarnya perlu diciptakan sesuai dengan
keadaan orang dewasa, (2) warga belajar perlu dilibatkan dalam mendiagnosis
kebutuhan belajarnya, (3) warga belajar perlu dilibatkan dalam proses perencanaan
belajamya, (4) proses belajarnya merupakan tanggung jawab bersama antara sumber
belajar dengan warga belajar, dan (5) evaluasi pembelajarannya ditekankan pada
evaluasi diri sendiri.
Hal yang penting dari tujuan pelatihan di atas adalah bahwa setelah mengikuti
pelatihan peserta dapat merubah pengetahuan, sikap dan perilakunya. Implikasinya
adalah bahwa dengan pelatihan perubahan ada pada ranah kognitif, afektif dan
psikomotorik dari peserta pelatihan.
Untuk meningkatkan kualitas pelatihan, penelitian ini berfokus pada pembuatan
model pelatihan pengelolaan sampah rumah tangga dengan bahan ajar berupa struktur
program, adalah bentuk bahan pembelajaran yang dirancang menggunakan lebih dari
dua media, misalnya materi pembelajaran untuk di kelas dalam bentuk text dan materi
simulasi untuk di laboratorium. Menurut Hinterberger, Fassler, and Bauer-Messer