The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.

Disertasi ini dibuat oleh
Yayan Sudrajat
9902917009
S3 Teknologi Pendidikan
Universitas Negeri Jakarta

Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by kang.iyan76, 2021-04-01 08:26:38

Pengembangan Model Pelatihan Pengelolaan Sampah Rumah Tangga berbasis Motivasi

Disertasi ini dibuat oleh
Yayan Sudrajat
9902917009
S3 Teknologi Pendidikan
Universitas Negeri Jakarta

Keywords: Model Pelatihan SPIRIT

71

(2004) dalam (Abdelrahman & Irby, 2016) Setidaknya ada dua efek perubahan positif
yang diharapkan muncul setelah program pelatihan diimplementasikan, yaitu :
a) Memperoleh keuntungan kompetitif
b) Terikat dengan strategi organisasional

Organisasi/lembaga dapat menggunakan program pelatihan sebagi sarana atau
kegiatan guna mendapatkan keuntungan kompetitif. Banyak perusahaan dirancang
untuk memenuhi kebutuhan khusus dari pelanggan dan pasar yang ada. Dalam kionteks
yang demikian ini pelatihan on the job memberikan kepastian bahwa semua kapabilitas
company’s technologically advanced system dapat berfungsi secara keseluruhan semua
keuntungan akhirnya dapat diperoleh.

Pelatihan dapat dipahami sebagai sarana perubahan untuk meningkatkan skills,
knowledge, dan ability (SKA) para karyawan. Desakan untuk meningkatkan kinerja
baik individual maupun kelompok umumnya disebabkan oleh beberapa faktor.
Cushway (1994) misalnya menyatakan bahwa kebutuhan pelatihan pada umumnya
didasari oleh munculnya sejumlah fenomena internal dan eksternal organisasi seperti
staff turnover, perubahan teknologi, prubahan dalam pekerjaan, perubahan peraturan
perubahan dan perkembangan ekonomi, cara dan prosedur dalam bekerja, market
pressure, kebijakan pemerintah, keinginan karyawan, performance variation, dan
equalization of opportunity. Menurut Cushway, setiap organisasi selalu dihadapkan
pada situasi tersebut dimana kebutuhan pelatihan untuk mengantisipasinya menjadi
tidak terelakan. Lebih lanjut Hyman (1994) merumuskan faktor kebutuhan pelatihan ke
dalam dua kelompok, yaitu structural factors dan occupational factors. Menurutnya
faktor-faktor structural meliputi degradasi kualitas skills dan pekerja, hadirnya
teknologi baru, tekanan-tekanan kompetisi, target-target pencapaian kualitas, dan
management style. Sedangkan yang disebut faktor-faktor occupational meliputi
komitmen pengusaha (the positive reception by employers) kemudian diikuti.

Manfaat pelatihan menurut William B. Werther dan Keith Davis (1996), “The
benefits of training may extend throughout a person’s career and help develop that
person for future responbilities”. Dalam Bahasa Indonesia dapat dinyatakan sebagai
berikut: manfaat dari pelatihan mampu meningkatkan jenjang karir seseorang dan dapat
membantu mengembangkan dirinya agar dapat menyelesaikan tanggung jawabnya di
masa yang akan datang.

Sejalan dengan teori belajar yang dikemukakan oleh Albert Bandura bahwa
lingkungan membentuk perilaku dan perilaku membentuk lingkungan, hal ini sesuai

72

dengan lingkungan mahasiswa saat ini yang sudah terbiasa menggunakan perangkat
teknologi informasi dan komunikasi yang sudah terkoneksi dengan internet, sehingga
bahan pembelajaran yang akan dibuat menggunakan dua media yaitu cetak dan non
cetak. Skinner (Roblyer, 2016) mengatakan bahwa belajar merupakan suatu proses
adaptasi perilaku yang bersifat progresif, berdasakan keyakinan bahwa anak dapat
dibentuk sesuai dengan apa yang diinginkan oleh orang yang membentuknya, hal ini
sesuai dengan prinsip belajar ke 2 yaitu perilaku tidak hanya dikontrol akibat dari
respon, tetapi juga di bawah pengaruh kondisi atau tanda-tanda yang terdapat dalam
lingkungan peserta didik. Pembelajaran yaitu pengajar dan peserta didik secara
bersamaan menciptakan lingkungan termasuk serangkaian tata nilai dan keyakinan yang
dianggap penting untuk menyatukan pandangan tentang realitas kehidupan.

Berdasarkan 5 aliran psikologis menyimpulkan bahwa hasil belajar dipengaruhi
oleh dua variabel pokok, yaitu bakat dan lingkungan. Mereka menerima satu konsep
yang menyatakan bahwa perkembangan pembelajar dipengaruhi oleh dua faktor besar,
yaitu bakat dan pengalaman, termasuk pengalaman instruksional dan peristiwa dalam
hidupnya. Pemilihan strategi mengajar yang tepat akan memberikan hasil sesuai yang
diharapkan (Hendriyani & Effendi, 2015). Teachers need to implement instructional
strategies that engage students in activities that build booth cognitive and conactive
skills, the cognitive skills prepare student to (1) analyze and use information, (2)
address complex problems and issues, and (3) create pattens and mental models. the
conactive skills prepare student to (1) understand and control themselves, and (2)
understand and interact with other (Smaldino, Lowther, Mims, et al., 2015,46)

Berdasarkan Prinsip belajar ke 7, Kegiatan belajar dibagi menjadi langkahlangkah
kecil dan disertai umpan balik untuk penyelesaian setiap langkah akan membantu
sebagian besar peserta didik. Pada pengembangan bahan pembelajaran ini, bahan
pembelajaran dibagi menjadi 5 modul, yang setiap modulnya terdapat 2 sampai 3
kegiatan belajar. Karena implikasi dari prinsip belajar ke 7 ialah pengajar harus
menganalisis pengalaman belajar peserta didik menjadi kegiatan-kegiatan kecil dan
setiap kegiatan kecil tersebut disertai latihan dan umpan balik terhadap hasilnya, dengan
demikian peserta didik dapat mempelajari materi pembelajaran tersebut secara
bertahap, sedikit demi sedikit (Suparman, 2014, 27).

Bahan pembelajaran adalah bahan atau materi pelajaran yang disusun secara
sistematis, yang digunakan pengajar dan pembelajar dalam proses pembelajaran. Jika
buku atau program audio, video dan komputer berisi materi pembelajaran yang sengaja

73

dirancang secara sistematis untuk keperluan suatu proses pembelajaran walaupun dijual
dipasaran bebas, maka dapat dikatakan bahwa buku dan program-program tersebut
adalah bahan pembelajaran (Setiawan, 2012,15).

Teknologi pendidikan merupakan proses yang kompleks dan terpadu yang
melibatkan orang, prosedur, ide, peralatan, dan organisasi untuk menganalisis masalah,
mencari jalan pemecahanya, melaksanakan, mengevaluasi, dan mengelola pemecahan
masalah yang menyangkut semua aspek belajar manusia (J Michael Spector et al.,
2019,9).

Pengembangan bahan pembelajaran dapat dilakukan dengan cara:
2. Menggunakan bahan pembelajaran yang ada, maksudnya adalah menggunakan

modul yang sudah digunakan pada pelatihan pengelolaan sampah rumah tangga.
3. Memodifikasi bahan pembelajaran yang ada, maksudnya adalah mengubah bahan

modul setelah dilakukan survei kepada pembelajar berdasarkan gaya belajar calon
traner.
4. Membuat modul baru, maksudnya adalah membuat modul baru berdasarkan
pengembangan terhadap bahan pembelajaran yang sudah ada dengan menggunakan
strategi pembelajaran yang berbeda.

Pada buku the systematic design of instruction atau yang lebih dikenal dengan
nama model Dick and Carey yang terdiri dari tiga tahapan utama pendekatan sistem
yaitu: tahap mengidentifikasi, tahap mengembangkan, tahap mengevaluasi dan
merevisi. Adapun tiga tahapan dalam model prosedural tersebut pada gambar 2.7
berikut:

Mengidentifikasi

Mengembangkan Merevisi

Mengevaluasi

Gambar 2.8
Bagan Pendekatan Sistem

Model Dick and Carey merupakan sebuah sistem prosedural yang bekerja dengan
prinsip, suatu tahapan akan menerima masukan dari tahapan sebelumnya dan menghasilkan
keluaran untuk tahap berikutnya, sehingga semua komponen tersebut bekerja bersama-sama
untuk memenuhi dan menghasilkan suatu pembelajaran yang efektif (Brown et al., 2012,5).

74

Kerangka teoritik terlihat pada gambar 2.9 berikut ini.
RND Model Pelatihan SPIRIT

Pengalaman Analisis Kebutuhan Pelatihan
Calon Trainer Calon Trainer

Pelatihan Efektvitas Pelatihan Merancang Melaksanakan
Calon Trainer Calon Trainer Pembelajaran Pembelajaran

Profil Kompetensi Kebutuhan
Calon Trainer Pelatihan

Pendidikan Terakhir Pengalaman Wawasan Pelatihan Pemahaman
Calon Trainer Calon Trainer PSRT Pengelolaan Sampah

Landasan Pengembangan Model Pelatihan

Konsep Pelatihan Pembelajaran
Partisipatif Andragogi

Model Pelatihan
“SPIRIT”

Model Borg and Model Dick and Model ARCS
Gall Carey Step 1-7 (Keller)

Gambar 2.9
Kerangka Teoretik

75

E. Rancangan Model Pelatihan yang dikembangkan Revise
Instruction
Conduct
Instructional

Analysis

Research and Identify Write Develop Develop Develop and
Information Instructional select
Collecting Performance Assessment Instructional
Goals Objectives Instrument Strategy Instructional
Materials

Analysis Attention
Relevance
Learners and
Context Confidence

Satisfaction

Gambar 2.10
Rancangan Model Pelatihan SPIRIT

Penelitian R&D yang akan dilakukan mengikuti langkah-langkah pada gambar
2.10 hanya sampai Develop and select Instructional Materials dan tidak menguji
sampai evaluasi sumatif. Untuk menciptakan pembelajaran yang berbasis kompetensi,
maka bahan Pembelajaran yang akan dikembangkan dalam penelitian ini adalah sebuah
model konseptual dan bahan pembelajaran fisikal untuk model pelatihan yang telah
dirancang dari konsep-konsep yang telah disajikan sebelumnya seperti gambar 2.11
berikut.

PELATIHAN

TEORI PERENCANAAN REFLEKSI
Pengelolaan Sampah Identifikasi Kebutuhan Pembelajaran
Pemilahan Pengadaan Sumber Belajar Kompetensi yg dicapai calon
Pengomposan Penyusunan Struktur Program trainer
Pemasaran Hasil Pemilahan
dan Pengomosan PENGORGANISASIAN

PELAKSANAAN
Pengembangan modul pelatihan

PRAKTIK
Pemilahan
Pengomposan

EVALUASI

Gambar 2.11
Model Konseptual Pelatihan SPIRIT

76

Sedangkan untuk Model prosedural menunjukan langkah-langkah dalam
melakukan pembuatan model pelatihan seperti pada gambar 2.11 berikut

DRAFT 1 DRAFT 2 DRAFT 3
Evaluasi One to one Evaluasi Small Group
Instrumen Revisi Revisi
Review Expert

Revisi instrumen

Produk
Final

Kebutuhan Modul Penelitian
Pelatihan Pendahuluan

Gambar 2.12
Model Prosedural Pelatihan SPIRIT

Disamping model konseptual dan model prosedural, peneliti juga membuat model
fisik dari bahan pembelajaran pelatihan pengelolaan sampah rumah tangga, seperti:
2. Kurikulum, merupakan kurikulum pelatihan yang dirancang dengan melalui model

pengembangan SPIRIT yang akan di breakdown menjadi sebuah sturktur program,
Garis Besar Pelatihan (GBP), Silabus pelatihan, modul cetak untuk calon trainer,
dengan ukuran modul 18,2cm x 25,7cm kertas cover art carton 230 gram, finishing
cover doft, full colour baik cover maupun isi, kertas hvs 80 gram untuk isi modul,
dan dijilid lem panas.
3. modul cetak untuk calon trainer, dengan ukuran modul 18,2cm x 25,7cm kertas
cover art carton 230 gram, finishing cover doft, full colour baik cover maupun isi,
kertas hvs 80 gram untuk isi modul, dan dijilid lem panas.

77

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Akademi Kompos dan Yayasan CAMIK Indonesia

Center, diawali penelitian pendahuluan bulan Oktober 2019. Untuk menghasilkan

rancangan model pelatihan dimaksud, direncanakan dapat dilihat tabel 3.1 dan 3.2

berikut.

No Jenis Kegiatan Tabel 3.1 Progress
Rencana Penelitian dan Progress tahun I
1 Mengumpulkan 11 12
informasi Tahun I Menjawab
penelitian 2019 2020 masalah
penelitian
2 Identifikasi Bulan TIU
Tujuan 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Pembelajaran Analisis
Pembelajaran
3 Analisis Tujuan Entering
Pembelajaran Behaviour

4 Memetakan TIK
karakteristik
Pembelajar Instrumen
validasi dari
5 Menuliskan validator
Tujuan Strategi
Pembelajaran Pembelajaran
Khusus
Strategi
6 Mengembangkan Pembelajaran
instrumen Draft 1

7 Mengembangkan Draft
strategi Instrumen
pembelajaran Penelitian
Instrumen
8 Membuat strategi penelitian
ARCS
Draft 2
9 Mengembangkan
bahan ajar Olah data

10 Membuat
instrument

11 Evaluasi
Instrumen dan
revisi

12 Evaluasi One to
one dan revisi

13 Seminar Hasil

77

78

Tabel 3.2

Rencana Penelitan dan Progress tahun II

Tahun II Progress

No Jenis Kegiatan 2021
Bulan

123456

1 Seminar Hasil Revisi Semsil

2 Ujian Tertutup Utup

3 Revisi Ujian Tertutup Revisi

4 Ujian Terbuka Uter

B. Karakteristik Model Pelatihan
1. Peserta pelatihan, disebut dengan calon trainer yang dilibatkan dalam pengembangan
model pelatihan pengelolaan sampah rumah tangga berbasis motivasi ini adalah para
anggota dari Akademi Kompos Jakarta dan anggota Yayasan CAMIK Indonesia
Center.
2. Materi Pembelajaran, materi/bahan pembelajaran yang dikembangkan adalah mata diklat
pengelolaan sampah rumah tangga berbentuk modul, terdiri dari 3 modul cetak dan
modul pembelajaran yang dibuat cara terpisah. Bahan ajar tersebut juga akan dibuat
menjadi bentuk QR Code yang akan dapat dipelajari di mana saja dan kapan saja oleh
calon trainer dan terhubung dengan laman : https://yansudajat.com dapat diunduh
softcopy dalam bentuk pdf masing-masing mata diklat.
3. Metode pembelajaran adalah metode pembelajaran orang dewasa/ andragogi, calon
trainer diberikan modul pelatihan dan mereka belajar mandiri,
4. Kompetensi yang harus dicapai calon trainer adalah mampu membuat mebuat wadah
pemilahan sampah dan mampu membuat wadah pengomposan sampah rumah
tangga.

C. Pendekatan Metode Penelitian
Dilihat dari tujuannya maka penelitian ini dapat dikatakan sebagai penelitian

pengembangan (Research and Development). Penelitian dan Pengembangan digunakan
untuk merancang produk dan prosedur baru, selanjutnya menerapkan metode penelitian
untuk uji coba lapangan, mengevaluasi dan menyempurnakan produk dan prosedur
sampai memenuhi kriteria efektif, berkualitas dan berstandarisasi ( Borg & Gall, 2007).

Pengembangan model pelatihan pengelolaan sampah rumah tangga ini dengan
menggunakan model Dick and Carry langkah 1 sampai langkah ke 7, Borg and Gall di
awal model pengembangan, dan model ARCS di langkah ke tujuh model dick and carey.

79

Conduct Revise
Instructional Instruction

Analysis

Research and Identify Write Develop Develop Develop and
Information
Collecting Instructional Performance Assessment Instructional select
Goals Objectives Instrument Strategy Instructional

Materials

Analysis Attention
Relevance
Learners and
Context Confidence

Satisfaction

Gambar 3.1
Tahapan Penelitian dan Pengembangan Model Pelatihan SPIRIT

D. Langkah-langkah Pengembangan Model
Langkah pengembangan model pelatihan, merupakan suatu kegiatan yang bersifat

sistematik, dimana langkah setiap langkah memiliki keterkaitan yang erat pada langkah
berikutnya. Langkah-langkah tersebut menunjukan suatu sistem yang diawali dengan
adanya kebutuhan permasalahan yang membutuhkan pemecahan dengan produk
tertentu.
1. Research and Information Collecting

Pada langkah ini, dilakukan observasi terhadap model pelatihan pengelolaan
sampah rumah tangga yang dilaksanakan di TPST Bantar Gebang, TPST Cipayung,
UPT DLHK Depok 2, Yayasan CAMIK Indonesia Center, dan Akademi Kompos.
Langkah-langkah yang dilakukan:
a. Membuat surat perizinan sesuai ketentuan yang berlaku di institusi masing-

masing
b. Melihat video pembelajaran yang telah dibuat
c. Melihat modul pembelajaran yang telah dibuat
d. Melakukan wawancara terkait jumlah timbunan sampah
e. Melakukan dokumentasi berupa photo dan video
f. Melihat cara pengelolaan sampah rumah tangga

80

Validasi Memformulasi Mengidentifikasi Merevisi
Instrumen Merumuskan Mengembangkan

Mengolah Data

Gambar 3.2
Tahapan Penelitian Awal

Dalam menganalisis kebutuhan, peneliti mengumpulkan informasi awal
kebutuhan. Berdasarkan informasi dari hasil studi pendahuluan yang dilakukan
melalui wawancara dengan unsur-unsur terkait, serta calon trainer, dan studi
dokumen serta observasi pelaksanaan pembelajaran, terdapat permasalahan penting
yang dihadapi oleh para calon trainer pengelolaan sampah rumah tangga menjadi
bio diesel. Di antara permasalahan itu adalah:
a. Pelaksanaan model pelatihan bersifat konvensional
b. Masih rendahnya kemampuan calon trainer dalam pengelolaan sampah rumah

tangga menjadi bio diesel
c. Belum optimalnya pembinaan yang dilakukan Dinas Lingkungan Hidup dan

Kebersihan (DLHK) kota Depok, Akademi Kompos, Yayasan CAMIK
Indonesia Center terkait pembinaan calon trainer langsung dalam pengelolaan
sampah rumah tangga menjadi bio diesel
d. Belum adanya pemetaan kompetensi calon trainer sebagai dasar untuk
melakukan pembinaan melalui pelatihan.

Berdasarkan permasalahan tersebut, maka kondisi empirik calon trainer
terhadap kebutuhan pelatihan untuk pengelolaan sampah rumah tangga menjadi bio
diesel dapat dilihat pada gambar 3.3 di bawah ini:

Pada langkah ini, dilakukan observasi terhadap model pelatihan pengelolaan
sampah rumah tangga yang dilaksanakan di TPST Bantar Gebang, TPST Cipayung,
UPT DLHK Depok 2, Yayasan CAMIK Indonesia Center, dan Akademi Kompos.
Sedangkan analisis kebutuhan model pelatihan ini adalah :

Mata Diklat

Pengelolaan Pemilahan Pengomposan
Sampah Sampah
Sampah

Gambar 3.3
Mata Diklat Pelatihan Pengelolaan Sampah Rumah Tangga

81

Konsep Empirik Analisis Kebutuhan Landasan Pengembangan
Pelatihan calon Trainer Pelatihan calon Trainer Model Pelatihan SPIRIT

Pembinaan Efektivitas Merancang Pelaksanaan Model Borg Dick and Model ARCS
calon Trainer Pelatihan Pelatihan Pelatihan and Gall Carey 1-7

Profil Melakukan Model
calon Trainer Penilaian Pelatihan
SPIRIT
Kebutuhan
Pelatihan

Latar Belakang Pengalaman Pengembangan
Pendidikan Pelatihan Calon Trainer

Pemilahan Pengomposan Pembuatan
Sampah Sampah Bio Diesel

Gambar 3.4
Kondisi Empirik

Tabel 3.3

Analisis Kebutuhan Model Pelatihan

No. Masalah yang terjadi Kondisi saat ini Kondisi seharusnya

1 Kurikulum Tidak tersedia Seharusnya kurikulum
disediakan untuk calon trainer
agar dapat menyelesaikan mata
diklat sesuai dengan tujuan
pembelajaran

2 Modul Modul lebih mirip dengan Seharusnya modul sebagai
bahan ajar diktat atau salah satu bahan ajar yang
handout digunakan untuk mengukur
kompetensi calon trainer

3 Video Pembelajaran Video pembelajaran belum Seharusnya video pembelajaran
tersedia disediakan untuk calon trainer
agar dapat digunakan kapan
saja dan dimana saja.

Landasan pengembangan model pelatihan ini terdiri dari model Borg and
Gall, model Dick and Carey Langkah 1-7, di Langkah ke tujuh ini akan digunakan
model ARCS milik Keler yang dapat dijadikan sebagai sebuah model motivasi
dalam pelatihan. Dari ketiga model ini diramu menjadi satu buah model dengan
nama model pelatihan “SPIRIT” nama Spirit ini diambil karena ada sisipan model

82

ARCS sebagai sebuah semangat dalam menyelesaikan pelatihan sesuai dengan
tujuan pembelajaran.
2. Identify Instructional Goals (Mengidentifikasi Tujuan Pembelajaran)

Setelah kebutuhan dalam pelatihan teridentifikasi, maka dirumuskan tujuan-
tujuan yang ingin dicapai oleh calon trainer dan apa yang akan dikuasi oleh calon
trainer sebagai bukti bahwa calon trainer telah menguasai kompetensi.

Pada langkah ini dilakukan untuk menentukan kemampuan atau kompetensi
yang harus dimiliki dari calon trainer setelah mengikuti model pelatihan yang
dikembangkan. Peneliti membedakan antara pendekatan Hierarki dengan
procedural mulai dari mata diklat sampai dengan tujuan umum diklat (TUD) dan
tujuan khusus diklat (TKD) pada tabel 3.3 dan tabel 3.4

Dalam penelitian ini pendekatan hirarkinya adalah calon trainer belum dapat
mendapatkan mata diklat pemilahan, mata diklat pengomposan, dan mata diklat
membuat bio diesel apabila calon trainer belum mendapatkan mata diklat
Pengelolaan sampah rumah tangga.

Tabel 3.4

Mata Diklat Prasarat

No. Mata Diklat Prasyarat

1 Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Mata Diklat Prasyarat untuk mengikuti mata
diklat Pemilahan Sampah Rumah Tangga

2 Pemilahan Sampah Rumah Tangga Mata Diklat Prasyarat untuk mengikuti mata
diklat Pengomposan Sampah Rumah Tangga

3 Pengomposan Sampah Rumah Mata Diklat Prasyarat untuk mengikuti mata
Tangga diklat Pembuatan Bio Diesel

Sedangkan untuk menentukan tujuan umum diklat dan tujuan khusus diklat

secara Hirarki peneliti menjabarkannya seperti tabel berikut:

Tabel 3.5
Tujuan Umum Diklat (TUD) dan Tujuan Khusus Diklat (TKD)

Mata Diklat TUD TKD Pendekatan Model
Evaluasi

Pengelolaan Jika calon trainer 1. Jika diberikan Hierarki 4 level
Sampah diberikan soal untuk tugas
Rumah mendeskripsikan mendeskripsikan
Tangga pengelolaan sampah pengelolaan
3R, mengenal jenis dan sampah 3R calon

83

karakteristik sampah trainer dapat
rumah tangga, dan menjawab 80%
membedakan sampah kebenarannya.
organik dan non
organik maka 80% 2. Jika diberikan Hierarki 4 level
kebenarannya tugas mengenal
jenis dan 4 level
karakteristik 4 level
sampah rumah 4 level
tangga, calon 4 level
trainer dapat 4 level
menjawab 80%
kebenarannya.

3. Jika diberikan Hierarki
tugas membedakan
sampah organik
dan non organik ,
calon trainer dapat
menjawab 80%
kebenarannya.

Pemilahan Jika calon trainer 1. Jika diberikan soal Prosedural
Sampah diberikan soal untuk menyebutkan
Rumah menyebutkan kembali kembali manfaat
Tangga manfaat memilah memilah sampah
sampah, melakukan calon trainer dapat
cara memilah sampah, menjawab 80%
dan dapat membuat kebenarannya.
wadah sampah maka
80% kebenarannya 2. Jika diberikan Prosedural
tugas memilah
sampah calon
trainer dapat
menjawab 80%
kebenarannya.

3. Jika diberikan Prosedural
tugas membuat
wadah sampah
calon trainer dapat
menjawab 80%
kebenarannya.

Pengomposan Jika calon trainer 1. Jika diberikan soal Prosedural
Sampah diberikan soal untuk mengidentifikasi
Rumah mengidentifikasi jenis jenis pengomposan
Tangga pengomposan sampah, sampah calon
identifikasi tipe-tipe trainer dapat

84

komposter, dan menjawab 80%
melakukan tahapan kebenarannya.
pengomposan maka
80% kebenarannya 2. Jika diberikan soal Prosedural 4 level
mengidentifikasi 4 level
tipe-tipe komposter 4 level
calon trainer dapat 4 level
menjawab 80% 4 level
kebenarannya.

3. Jika diberikan Prosedural
tugas melakukan
tahapan komposter
calon trainer dapat
menjawab 80%
kebenarannya

Pembuatan Jika calon trainer Jika diberikan soal Prosedural
Bio Diesel diberikan soal untuk menyebutkan Prosedural
dari minyak menyebutkan kembali kembali bahan-
jelantah bahan-bahan bio diesel, bahan bio diesel
tahapan membuat bio calon trainer dapat
diesel dari minyak menjawab 80%
jelantah, melakukan kebenarannya.
pemasaran bio diesel
maka 80% Jika diberikan
kebenarannya tugas membuat
tahapan bio diesel
dari minyak
jelantah calon
trainer dapat
menjawab 80%
kebenarannya.

Jika diberikan Prosedural
tugas melakukan
pemasaran bio
diesel calon trainer
dapat menjawab
80% kebenarannya

3. Conduct Instructional Analysis (Mengidentifikasi Tujuan Pembelajaran)
Bagian ini merupakan kegiatan untuk memetakan rangkaian kompetensi

dan konten yang harus diraih dan dilakukan oleh sehingga tercapai objektif
pembelajaran yang diinginkan. Pada langkah ini, melakukan forum grup
diskusi untuk memetakan rangkaian kompetensi dan materi yang harus diraih

85

serta dilalui calon traineer agar pada akhirnya nanti mencapai objektif
pembelajaran yang diinginkan. Forum diskusi dilakukan dengan mengundang
pengguna, pengajar, calon trainer, dan karang taruna.
4. Conduct Instructional Analysis (Mengidentifikasi Tujuan Pembelajaran)

Bagian ini merupakan kegiatan untuk memetakan rangkaian kompetensi
dan konten yang harus diraih dan dilakukan oleh sehingga tercapai objektif
pembelajaran yang diinginkan. Pada langkah ini, melakukan forum grup
diskusi untuk memetakan rangkaian kompetensi dan materi yang harus diraih
serta dilalui calon traineer agar pada akhirnya nanti mencapai objektif
pembelajaran yang diinginkan. Forum diskusi dilakukan dengan mengundang
pengguna, pengajar, dan calon trainer.
5. Write Performance Objectives/ Menulis Tujuan Diklat

Untuk mengukur ketercapaian calon trainer yang diinginkan dalam model
pelatihan ini maka perlu dinyatakan dalam kata kerja operasional dalam bentuk
tujuan diklat khusus yang akan menjadi dasar dalam menyusun kisi-kisi tes sehingga
dapat mengukur indikator ketercapaian atau perilaku di dalamnya. Unsur-unsur
dalam TKD terkait dengan lingkungan pembelajaran ABCD (Audience, Behavior,
Condition dan Degree).
6. Develop Criterion Referenced Test /Mengembangkan Instrumen Penilaian

Dalam mengukur ketercapaian kompetensi yang diinginkan untuk calon trainer
maka referensi kriteria ini akan menjadi dasar dalam penyusunan dan pelaksanaan
tes selama diklat berlangsung. Jenis soal dan jenis tes yang akan diberikan kepada
calon trainer beragam disesuaikan dengan target pencapaian serta karakteristik
proses pembelajaran yang dilakukan. Peneliti akan Menyusun soal pre-test dan post-
test, latihan soal, serta soal evaluasi formatif dalam setiap kegiatan diklat sehingga
pada akhir tahap ini akan menghasilkan kisi-kisi dan soal-soal yang akan digunakan
untuk pengukuran ketercapaian diklat calon trainer.

Menyusun Revisi Memvalidasi Menetapkan Hasil
Kisi-kisi tes Kisi-kisi tes Kisi-kisi tes Kisi-kisi tes Kisi-kisi tes

Gambar 3.5
Syntak Instrumen Penilaian

7. Develop Instructional Strategy /Mengembangkan Strategi Instruksional
Strategi Pengembangan yang dilakukan pra pelatihan, penyajian materi

pelatihan, dan kegiatan pelatihan yang akan digunakan untuk mengukur ketercapaian

86

diklat calon trainer. Produk yang dikembangkan berupa modul pelatihan yang terdiri
dari 3 (tiga) mata diklat yang terdiri dari :
a Modul 1 : Pengelolaan Sampah Rumah Tangga
b Modul 2 : Pemilahan Sampah Rumah Tangga
c Modul 3 : Pengomposan Sampah Rumah Tangga

Gambaran Setiap modul akan terlihat pada gambar 3.6 sebagai berikut:

Pendahuluan Kegiatan Glosarium
Belajar 1,2,3

Relevansi Tujuan Modul 1,2,3 Latihan Kunci Tes
Diklat Formatif

Modul Rangkuman Daftar
QR Code Pustaka

Modul Video Tes Formatif
Pembelajaran

Gambar 3.6
Modul Diklat

8. ARCS Model

Arcs model memiliki 4 tahapan yang saling terkait satu sama lain dan

memiliki fungsi berbeda yang bertujuan untuk meningkatkan motivasi dalam

pelatihan pengelolaan sampah rumah tangga.

Model ARCS ciri khas seperti: 1) Memiliki konsep dan variabel motivasi, 2)

model ARCS menggabungkan desain sistematis menjadi desain motivasi dalam

pembelajaran, 3) model ini berisi empat kategori konseptual yang melapisi banyak

konsep dan variabel spesifik yang menjadi ciri motivasi manusia.(Keller, 2010:235)

Kategori ARCS dapat dilihat pada tabel 3.6 sebagai berikut:

Tabel 3.6

ARCS Kategori

Attention Relevance Confidence Satisfaction

Perceptual Arousal Goal Orientation Learning Requirement Intrinsic Reinforcement

Inquiry Arousal Motive Matching Success Oppurtunities Extrinsic Rewards

Variability Familiarity Personal Control Equity

Sumber: https://www.arcsmodel.com/#!arcs-categories/c1zqp

87

a. Attention / Perhatian
Pada tahapan ini akan menggunakan gairah persepsi dan gairah kebutuhan
dengan cara menggunakan cerita yang mengejutkan dan aneh dari mata diklat
yang diikuti oleh calon trainer. Sedangkan gairah kebutuhan dengan cara
merangsang rasa ingin tahu calon trainer dengan mengajukan pertanyaan yang
menantang atau masalah yang harus diselesaikan. Pada tahap ini pusat perhatian
adalah calon trainer dalam proses pembelajaran sehingga calon trainer diajarkan
agar tidak memerhatikan hanya yang daya tangkapnya cepat namun harus
memerhatikan juga yang daya tangkapnya kurang cepat. Mengkondisikan calon
trainer untuk membuat kondisi pembelajaran yang nyaman dan menyenangkan.
Dalam menumbuhkan minat belajar calon trainer juga dapat memotivasi dengan
sintak berikut:
1) Media Pembelajaran
Dalam memilih media pembelajaran dilakukan pengamatan lapangan agar
mengetahui kondisi dan fasilitas sarana dan prasarana yang dimiliki. Hal ini
dikarenakan, pengembangan media pembelajaran dapat dipersiapkan lebih
baik dari sesuai kebutuhan dan tujuan pembelajaran. Media pembelajaran
merupakan komponen lingkungan belajar bertujuan untuk merangsang
pembelajar berkomunikasi dengan pengajar. (Gagne, 1970:350)
Jadi, media merupakan sarana pembelajaran yang dapat meningkatkan
motivasi belajar sehingga calon trainer dapat menciptakan kondisi belajar
yang menyenangkan, menarik, dan padat informasi yang bertujuan
merangsang kegiatan pembelajaran, meningkatkan rasa ingin tahu sehingga
pesan dalam tujuan pembelajaran tercapai. Penelitian ini menggunakan
media pembelajaran sebagai berikut:
a) Media presentasi pembelajaran dalam kelas dalam bentuk modul
pelatihan sebagai media pembelajarannya yang dapat dibuka di gawai
calon trainer sehingga memudahkan untuk mendapatkan materi ajar.
b) Buku kurikulum pelatihan pengelolaan sampah rumah tangga sehingga
memiliki lintas pacu pelatihan ke arah yang lebih nyata.
c) Video pembelajaran yang dapat diunduh dan dibuka dimanapun calon
trainer berada
d) Website pembelajaran yang berisi buku elektronik dan modul elektronik
2) Stategi Pembelajaran

88

Strategi pembelajaran menggambarkan komponen umum dari sistem
pembelajaran materi dan prosedur yang digunakan dengan materi tersebut
untuk memungkinkan penguasaan siswa.
Dick et al., (2015:7) menyebutkan komponen strategi pembelajaran
berdasarkan informasi dari lima langkah sebelumnya, seorang desainer
mengidentifikasi strategi berbasis teoritis untuk digunakan dalam
pembelajaran untuk mencapai tujuan untuk mendorong siswa, komponen
tersebut meliputi:
a) Kegiatan Pra pembelajaran, seperti merangsang motivasi dan

memfokuskan perhatian
b) Presentasi konten baru dengan contoh dan demonstrasi
c) Merangsah partisipasi pembelajar agar aktif dan berlatih dengan umpan

balik tentang bagaimana mereka melakukannya.
d) Kegiatan tindak lanjut, menilai pembelajar dan berhubungan dengan yang

baru mempelajari keterampilan untuk aplikasi dunia nyata
Strategi tersebut didasarkan pada teori pembelajaran terkini dan hasil
penelitian pembelajaran, karakteristik media yang digunakan untuk
melibatkan pembelajar, konten yang akan diajarkan, dan karakteristik
pembelajar yang berpartisipasi dalam pengajaran. Kegiatan pembelajaran
pendahuluan

Dalam tahap ini peneliti telah melakukan :
a) Penyampaian informasi baik secara permainan, role play, maupun video

pembelajaran
b) Partisipasi siswa dengan diskusi
c) Tes dilakukan untuk mengukur ketercapaian pembelajar pada setiap mata

diktat yang diikutinya. Tes formatif berbentuk tes tidak tertulis yaitu
penugasan membuat proyek dan penugasan membuat produk.
d) Kegiatan lanjutan dilakukan untuk melakukan penilaian dari hasil tes
formatif dengan rubrik yang telah disediakan dan sudah diinformasikan
kepada calon trainer.
3) Metode Pembelajaran
Metode pembelajaran yang dilakukan dengan diskusi dan melakukan Teknik
bertanya dengan memberikan pertanyaan kepada calon trainer terlebih
dahulu secara umum di kelas secara jelas baru kemudian menyebutkan nama

89

calon trainer sehingga calon trainer diberikan kesempatan untuk berpikir
tentang pertanyaan yang telah diberikan.
b. Relevance (Kegunaan)
Relevansi mengacu pada perasaan atau persepsi orang tentang ketertarikan
menuju hasil yang diinginkan, ide, atau orang lain berdasarkan tujuan, motif, dan
nilai mereka sendiri. (Keller, 2010:98)
Calon trainer akan bertanya kenapa saya harus belajar pelatihan pengelolaan
sampah rumah tangga, peneliti harus memiliki keyakinan yang jelas pada
relevansi konten sebelum dapat meyakinkan calon trainer. Dalam meningkatkan
motivasi pembelajar pada langkah ini, peneliti menggunakan bahasa konkret dan
memberikan contoh-contoh sederhana sehingga calon trainer menjadi lebih
paham dengan mata diklat yang diajarkan. Seperti: menciptakan pengalaman,
hadir bernilai, kegunaan masa depan, dan memodelkan. Relevansi akan
menunjukkan keterkaitan antara kebutuhan dan kondisi pembejar, terlihat dalam
praktik di lapangan para calon trainer membutuhkan materi pengelolaan sampah
rumah tangga sehingga jika setelah mereka memahami dan dapat
mempraktikkannya pembelajar dapat mengajar tentang pengelolaan sampah
rumah tangga.
Dari penelitian ini didapat bahwa motivasi yang diberikan oleh calon trainer
kepada peserta pelatihan setelah menunjukkan adanya relevansi antara materi
yang didapat dengan kebutuhan peserta pelatihan pengelolaan sampah rumah
tangga dapat memiliki komponen sebagai berikut:
1) Manfaat dari pelatihan ini untuk calon trainer dapat memiliki pengetahuan
dan memiliki kesempatan menjadi nara sumber pelatihan pengelolaan
sampah rumah tangga sehingga diharapkan calon trainer dapat memiliki
penghasilan dari profesi baru yaitu sebagai trainer pelatihan pengelolaan
sampah rumah tangga dan mampu membuka jaringan kepada bank sampah
yang ada di sekitar lingkungannya agar dapat menambah pendapatannya dari
mata diklat hasil pemilahan sampah dan mata diklat pengomposan sampah.
Sementara itu dari hasil mata diklat membuat wadah pemilahan sampah dan
membuat wadah pengomposan dan hasil komposnya calon trainer dapat
bekerja sama dengan UMKM yang konsen di bidang pewadahan dan
pengomposan sampah.

90

2) Tujuan merupakan arah yang hendak dicapai dari pelatihan yang diikuti oleh
calon trainer untuk menjawab pertanyaan setelah mengikuti program
pelatihan pengelolaan sampah rumah tangga ini akan menjadi apa, apakah
bisa untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, produk yang telah dibuat akan
dijual kemana. Peneliti dalam menentukan tujuan ini harus menggunakan
kata kerja operasional agar dapat terukur sehingga calon trainer mengetahui
tujuan dengan jelas, ke arah mana hendak calon trainer tempuh, dan dengan
cara apa calon trainer mampu melewatinya.

3) Sasaran Strategis yang peneliti arahkan kepad calon trainer adalah
menguatkan mental calon trainer untuk tetap termotivasi dalam mengikuti
kegiatan pelatihan pengelolaan sampah rumah tangga dari awal sampai akhir
kegiatan sehingga ilmu dan wawasan dari masing-mata diklat dapat dikuasai
oleh calon trainer sehingga akan terlihat bahwa kondisi awal calon trainer
yang tidak minim pengalaman dalam pengelolaan sampah rumah tangga
setelah mengikuti kegiatan pelatihan akan kaya akan pengalaman mengelola
sampah rumah tangga sehingga dapat memperbaiki perekonomian keluarga.

c. Confidence/keyakinan merupakan rasa percaya diri calon trainer yang tumbuh
saat dan setelah mengikuti kegiatan pelatihan pengelolaan sampah rumah tangga
karena telah mampu melakukan pemilahan, membuat wadah pemilahan,
melakukan pengomposan, dan membuat wadah pengomposan sampai dengan
membuat kompos dari sampah rumah tangga. Langkah peneliti dalam tahapan
ini adalah sebagai berikut ini:
1). Memberikan pernyataan keyakian akan berhasil dengan memunculkan nilai
positif melalui kelebihan dan kekuatan yang dimiliki oleh calon trainer untuk
menjadi seseorang yang sukses dan bermakna bagi orang lain.
2). Menyusun sebaik-baiknya desain model pelatihan pengelolaan sampah
rumah tangga yang disesuaikan dengan kebutuhan calon trainer sesuai
dengan penelitian pendahuluan dengan menyusun kurikulum pelatihan,
silabus pelatihan, menyusun mata diklat, menyusun modul pelatihan yang di
dalamnya berisi tugas untuk mengukur calon trainer mampu melakukan,
maupun membuat sesuai dengan Tujuan Umum Diklat dan Tujuan Khusus
Diklat.

91

3). Meningkatkan kepercayaan calon trainer agar fokus pada kesuksesan sebagai
bukti keberhasilan megikuti kegiatan pelatihan pengelolaan sampah rumah
tangga berbasis motivasi.

d. Satisfaction/Kepuasan
Untuk calon trainer mendapatkan perasaan positif secara penuh tentang
pengalaman dari pelatihan pengelolaan sampah rumah tangga itu tidak mudah,
karena ada syarat yang harus dipenuhi terkait dengan harapan calon trainer.
Menurut Keller (2010:188) salah satu elemen terpenting dari kepuasan adalah
motivasi intrinsik; artinya, jika pembelajar yakin bahwa mereka telah mencapai
tingkat keberhasilan yang diinginkan saat mempelajari topik yang bermakna
secara pribadi, atau dengan kata lain, relevan, maka kepuasan intrinsik mereka
akan tinggi. Namun, jika sebagian motivasi mereka didasarkan pada faktor
ekstrinsik, seperti mendapatkan nilai yang cukup baik untuk direkomendasikan
untuk suatu kehormatan khusus, dan mereka melakukannya tidak
mendapatkannya, maka kepuasan mereka akan tertekan meskipun intrinsik
kepuasannya positif.
Dalam melakukan tahap ini, peneliti menerapkan langkah-langkah berikut ini:
1) bahwa belajar harus menguntungkan atau memuaskan dalam beberapa cara ,
apakah itu dari rasa prestasi, penguatan dengan pujian diucapkan pada waktu
yang tepat dapat dijadikan sebagai alat motivasi. Pujian yang diberikan tidak
dibuat-buat melainkan berdasarkan hasil kerja calon trainer adalah bentuk
reinforcement positif dan motivasi yang baik.
2) Memberikan kesempatan yang sama kepada calon trainer untuk
menunjukkan kemampuan yang dimiliki berdasarkan pengetahun dan
penjelasan sebuah teori karena memunculkan kebanggan bagi calon trainer
dan berusaha untuk mengulangi keberhasilannya tersebut.
3) Peneliti memberikan kesempatan kepada calon trainer untuk membantu
temannya apabila ada temannya yang kurang menguasai karena biasanya jika
bertanya kepada sesame calon trainer tidak ada rasa malu, bagi calon trainer
yang dapat membantu memeroleh kepuasan tersendiri dan merasa bangga
dengan kemampuannya sehingga berusaha untuk mempertahankan
keberhasilannya.

92

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dikonfirmasi bahwa 88,7% model
ARCS ini berhasil digunakan dalam pengembangan model pelatihan sampah
rumah tangga berbasis motivasi.
9. Develop and Select Instructional Material/ Mengembangkan dan Memilih
Material Instruksional

Bahan atau materi pembelajaran merupakan segala sesuatu yang menjadi isi
kurikulum dan harus dikuasai oleh calon trainer sesuai dengan kompetensi dasar
dalam pencapaian tujuan pembelajaran setiap mata diklat. Dalam materi
pembelajaran ini berisi untuk pembentukan pengetahuan, keterampilan, dan sikap
yang harus dikuasai oleh calon trainer. Bahan ajar yang akan dibuat oleh peneliti
dalam bentuk modul dan video pembelajaran diharapkan memudahkan calon
trainer untuk menyerap materi dan bahan pembelajaran diklat sudah memiliki
tujuan umum diklat (TUD) dan tujuan khusus diklat sebagai turunan dari struktur
program mata diklat menjadi sebuah mata diklat pelatihan kemudian dibuatkan
bahan ajar mata diklat. Modul yang nantinya akan dikembangkan terdiri dari 4 mata
diklat yaitu
a. Mata diklat pengelolaan sampah rumah tangga
b. Mata diklat pemilahan sampah rumah tangga
c. Mata diklat pengomposan sampah rumah tangga

Dari keempat mata diklat ini kemudian dibuat menjadi program video
pembelajaran, hanya saja dalam video pembelajaran menjadi 2 video pembelajaran
yang meliputi: cara pemilahan sampah dan cara pengomposan rumah tangga. Untuk
mengevaluasi bahan pembelajaran peneliti menggunakan teori dari Diane Valenti
dengan judul “How to evaluate Instructional Materials” terdiri dari:
a. Value
b. Delivery
c. Structure
d. Expectations
e. Content
f. Activities
g. Result

93

E. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data penelitian akan dilakukan dengan cara:

1. Review literatur digunakan sebagai dasar teori kajian pada bab 2 tentang pelatihan,
desain model pelatihan, desain pembelajaran baik dari buku maupun artikel jurnal
nasional dan internasional.

2. Analisis dokumen yang relevan dengan penelitian, yaitu mengenai pelatihan dan
model pelatihan pengelolaan sampah rumah tangga

3. Observasi lapangan tentang penggunaan modul yang digunakan oleh Akademi
Kompos dan Yayasan CAMIK Indonesia Center.

4. Wawancara dan FGD dengan pihak pemangku kepentingan yang bertujuan untuk
mendapatkan masukan terkait model pelatihan yang akan dikembangkan.

5. Penyebaran kuesioner digunakan pada penelitian pendahuluan, untuk melihat
persepsi awal terhadap model pelatihan pengelolaan sampah rumah tangga.

6. Soal formatif berupa soal tugas proyek dan soal tugas produk untuk mengetahui
efektivitas bahan ajar yang dikembangkan.

F. Teknik Pengukuran Kualitas Produk

Untuk mengukur validitas, kepraktisan, dan efektivitas produk penelitian

ini maka peneliti melakukan:

1. Instrumen Validitas

Peneliti mengukur tingkat validitas oleh validator insrumen, kemudian valid

isturmen yang telah diberikan validasi oleh validator akan divalidasi juga

oleh para pakar. Pakar yang menjadi penilai pada penelitian ini adalah pakar

desain pembelajaran, pakar kurikulum, pakar materi. Validasi pengembangan

model pelatihan dilakukan dengan jalan meminta penilaian para ahli, yakni:

pakar kurikulum, pakar desain pembelajaran, pakar materi, dan pakar media

pembelajaran.

Tabel 3.7

Daftar Pakar yang dilibatkan dalam Evaluasi Formatif

No. Jenis Evaluasi Nara Sumber

1 Validator Instrumen Penelitian 1. Dr. Hawa Liberna, M.Pd.

2. Dr. Emma Rumah Lewang, M.Pd.

2. Telaah Pakar (Expert Review)

a. Pakar Kurikulum Prof. Dr. Awalludin Tjalla

b. Pakar Desain Pembelajaran 94
c. Pakar Materi
d. Pakar Media Dr. Beatrix Joan Maureen Salesnussa, M.Pd.
3 Uji Satu-satu Calon Trainer Dr. Nurdin, M.Pd.
4 Kelompok Kecil Dr. Kapraji Sangadji, M.Pd.
5 Uji Lapangan Calon Trainer
5 Calon Trainer
13 Calon Trainer

Langkah uji coba model dilakukan setelah dilakukan revisi sesuai dengan
rekomendasi ahli pada langkah validasi model. Langkah uji coba model

dilakukan dengan model dan startegi one to one, small group, dan field test

atau uji coba lapangan dalam kelompok besar. Kemudian revisi hasil uji coba

lapangan diimplementasikan dalam pelatihan pengelolaan sampah rumah

tangga untuk mengetahui efektivitas model pelatihan.

2. Instrumen Kepraktisan

Instrumen yang digunakan adalah angket respon calon trainer, dengan kriteria

penilaian penskoran seperti tabel 3.6 berikut:

Tabel 3.8

Pedoman Skor Angket Calon Trainer

Respon Calon Trainer Skor Pernyataan

Negatif Positif

Sangat Tidak Praktis 1 5

Tidak Praktis 24

Cukup 33

Praktis 42

Sangat Praktis 5 1

Kepraktisan penggunaan modul pelatihan dapat diukur jika respon calon traineer

memenuhi kriteria minimum penilaian praktis seperti pada tabel 3.9 berikut ini:

Tabel 3.9

Kriteria Kepraktisan Modul

Jumlah Skor Penilaian Klasifikasi Nilai

X>Xi + 0,6 Sbi Praktis

X<Xi + 0,6 Sbi Tidak Praktis

95

3. Instrumen Efektivitas
Instrumen yang digunakan untuk mengetahui keefektifan penggunaan modul
pelatihan merujuk pada tingkat motivasi belajar calon trainer dengan belajar secara
mandiri menggunakan modul sehingga calon trainer mampu memahami dan
menguasai materi mata diklat 1 sampai dengan mata diklat 3 dengan field trial/uji
coba lapangan yaitu dengan menilai hasil produk pada tugas pembuatan produk dan
hasil kegiatn proyek pada tugas berbasis proyek yang berkaitan dengan modul
pelatihan yeng meliputi prosedur penggunaan modul dalam penyajian dan dan
kualitas fisik modul pelatihan dengan bantuan rubrik dengan nilai 100 dan nilai 85.
Analisis efektivitas inilah yang digunakan untuk menghitung ketuntasan belajar
calon trainer.
Persentase ketuntasan (X) = Jumlah calon trainer yang tuntas X100%
Jumlah calon trainer

Model Pelatihan yang dikembangkan dikatakan efektif jika memenuhi klasifikasi

minimal baik

Tabel 3.10
Kriteria Keefektivan Modul

No Nilai Ketuntasan Kriteria Efektivitas

1 X > 85 Sangat Baik

2 75 < X < 80 Baik

3 50 < X < 75 Cukup

4 20 < X < 50 Kurang

5 X < 20 Sangat Kurang

G. Penyusunan Instrumen Penelitian
Instrumen yang akan digunakan disusun berdasarkan tahapan penelitian:

1. Penelitian pendahuluan; pada tahap ini peneliti menggunakan instrumen non tes
berupa wawancara dalam bentuk kuesioner.

2. Pengembangan model konseptual; dalam mengembangkan model konseptual,
instrumen penelitian yang akan digunakan antara lain: angket atau daftar pertanyaan
dalam kegiatan Focus Grup Discussion (FGD) dan wawancara terstruktur.

3. Validasi model dengan expert judgement.
Aspek, Indikator, dan dan kriteria data yang digunakan akan disusun seperti pada tabel
3.10 dan tabel 3.11 berikut ini

Tabel

Instrumen Va
Pengembangan Model Pelatihan Pengelolaan

Petunjuk untuk Pem

Dimensi Aspek Indikator Kriteria Data

Kurikulum Impelementasi Kelengkapan Kurikulum pelatihan dilengkap
Kurikulum kurikulum model dengan Struktur program, Garis
pelatihan Besar Program, mata diktat,
“SPIRT” silabus, Penugasan berbasis
proyek, Penugasan berbasis
produk pelatihan.

Relevansi Struktur Program Struktur Program mengacu pad
yang dibuat tujuan pembelajaran diklat
memiliki
relevansi dengan
tujuan diklat

Garis Besar Garis Besar Program relevansi
Program memiliki dengan mata diklat pelatihan
relevansi dengan
mata diklat

Tujuan umum Relevansi antara Tujuan umum
Diklat memiliki Diklat dengan mata diklat
relevansi dengan
mata diklat

96

l 3.11

alidasi Pakar
n Sampah Rumah Tangga berbasis Motivasi

mvalidasi/Validator :

Uji Pakar/ahli Uji Calon Trainer

Ahli Ahli Ahli Ahli 12 3
Kurikulum Desain Media Materi
Pembelajaran Pembelajaran

pi ✔
s

da ✔


m✔

Ketepatan Perumusan Tujua Khusus Dikla
Perumusan (TKD) mengacu kepada Tujuan
Tujuan Umum Umum Diklat ditulis dengan ka
Diklat (TUD) kerja operasional mengandung
obyek yang harus dikuasai

Ketepatan Perumusan Tujuan Khusus Dik
perumusan (TKD)mengandung unsur ABD
Tujuan khusus
Diklat
menggunakan
unsur ABCD

Relevansi Tujuan Perumusan Tujuan Khusus Dik
Khusus Diklat
(TKD) denan (TKD) relevan dengan Tujuan
Tujuan Umum Umum Diklat (TUD)
Diklat (TUD)

Penyusunan Relevansi tes Butir-butir tes relevan dengan
Alat Evaluasi dengan tujuan Tujuan Khusus Diklat (TKD)
diklat
Penentuan Kesesuaian jenis tes yang
Strategi digunakan dengan kompetensi
pembelajaran yang diharapkan
Diklat
Kelengkapan tes yang
dirumuskan sesuai dengan tujua
diklat

Relevansi Strategi Strategi yang digunakan dalam
Pembelajaran pembelajaran diklat relevan
dengan tujuan dengan Tujuan Khusus Diklat
diklat (TKD)

97

at ✔
n
ata
klat ✔
DC

klat ✔




an
m✔

Relevansi Strategi Materi pembelajaran diklat sesu
pembelajaran Kurikulum Pelatihan Pengelola
diklat termasuk isi Sampah Rumah Tangga (PSRT
dengan tujuan
pembelajaran Metode pembelajaran konsisten
diklat dengan tujuan pembelajaran
diklat

Kejelasan konten modul diklat
dalam melakukan tahapan mata
diklat

Penggunaan ilustrasi, gambar
merupakan salah satu pendukun
dalam modul PSRT untuk dapa
memilah sampah rumah tangga

Penggunaan contoh merupakan
salah satu pendukung dalam
modul PSRT untuk dapat
memilah sampah rumah tangga

Kesesuaian latihan soal di dalam
modul diklat dengan tujuan
pembelajaran diklat

Kesesuaian penugasan dengan
tujuan pembelajaran diklat
Penugasan

Glosarium sesuai dengan konte
modul diklat

Bahan Kelengkapan Metode sesuai dengan materi
Pembelajaran Metode pembelajaran
Pembelajaran
Diklat Materi disajikan dengan berbag
bentuk ragam pengetahuan

98

uai ✔ ✔✔ ✔
aan ✔✔ ✔
T)
nsi ✔


a


ng
at
a
n✔

a
m✔



en ✔



gai ✔

Desain Perumusan Ketepatan (prinsip, prosedural, fakta,
Pembelajaran Tujuan Diklat Perumusan metakognitif)
Tujuan Umum
Penyusunan Diklat (TUD) Perumusan Tujua Khusus Dikla
Alat Evaluasi (TUD) mengacu kepada Tujuan
Kompetensi Umum Diklat ditulis dengan ka
Pembelajaran kerja operasional mengandung
obyek yang harus dikuasai
Ketepatan
Perumusan Kompetensi Pembelajaran
Tujuan Khusus relevansi dengan Tujuan Umum
Diklat (TKD) Diklat (TUD)
Relevansi Tujuan
Khusus Diklat Kelengkapan kompetensi yang
(TKD) denan dirumuskan cukup untuk
Tujuan Umum mencapai Tujuan Umum Dikla
Diklat (TUD) (TUD)
Relevansi tes
dengan tujuan Perumusan Perumusan Tujuan
diklat Khusus Diklat
(TKD)mengandung unsur ABD

Perumusan Tujuan Khusus Dik
(TKD) relevan dengan Tujuan
Umum Diklat (TUD)

Butir-butir tes relevan dengan
Tujuan Khusus Diklat (TKD)

Kesesuaian jenis tes yang
digunakan dengan kompetensi
yang diharapkan

99

at ✔
n
ata


m


at


DC
klat ✔




Kelengkapan tes yang
dirumuskan sesuai dengan tujua
diklat

Penentuan Relevansi Strategi Strategi yang digunakan dalam
Strategi Pembelajaran pembelajaran diklat relevan
pembelajaran dengan tujuan dengan Tujuan Khusus Diklat
Diklat diklat (TKD)

Relevansi Strategi Materi pembelajaran diklat sesu
pembelajaran Kurikulum Pelatihan Pengelola
diklat termasuk isi Sampah Rumah Tangga (PSRT
dengan tujuan
pembelajaran Metode pembelajaran konsisten
diklat dengan tujuan pembelajaran
diklat

Kejelasan konten modul diklat
dalam melakukan tahapan mata
diklat

Penggunaan ilustrasi, gambar
merupakan salah satu pendukun
dalam modul PSRT untuk dapa
memilah sampah rumah tangga

Penggunaan contoh merupakan
salah satu pendukung dalam
modul PSRT untuk dapat
memilah sampah rumah tangga

Kesesuaian latihan soal di dalam
modul diklat dengan tujuan
pembelajaran diklat

100


an

m✔

uai ✔
aan
T)
nsi ✔


a


ng
at
a
n✔

a
m✔

Kesesuaian penugasan dengan
tujuan pembelajaran diklat
Penugasan

Glosarium sesuai dengan konte
modul diklat

Bahan Kelengkapan Metode sesuai dengan materi
Pembelajaran Metode pembelajaran
Pembelajaran
Relevansi Diklat Materi disajikan dengan berbag
bentuk ragam pengetahuan
(prinsip, prosedural, fakta,
metakognitif)

Materi Kebenaran dan Ketepatan materi pembelajaran
pemutakhiran isi diklat
menurut bidang
ilmu dan Cakupan isi materi pembelajara
relevansinya diklat lengkap
dengan tujuan
pembelajaran
diklat

Relevansi materi Materi Pembelajaran diklat
pembelajaran relevan dengan perumusan
diklat dengan Tujuan Umum Diklat (TUD)
tujuan
pembelajaran
diklat

Relevansi bahan Bahan ajar Relevan dengan
ajar diklat dengan Materi pembelajaran diklat
maeri
pembelajaran Kesesuaian Materi Pembelajara
diklat diklat dengan tujuan diklat

✔ 101
en ✔
✔ ✔✔ ✔
✔ ✔ ✔✔ ✔
gai ✔ ✔ ✔✔ ✔
n ✔ ✔✔ ✔
an ✔ ✔✔ ✔

an

Media Modul Design/layout, Warna Cover modul diklat
pembelajaran ukuran font, dan menarik
diklat ilustrasi yang
digunakan dalam Desain gambar cover modul
modul diklat mencerminkan isi modul

Efektivitas Ukuran modul diklat sesuai
Penggunaan
Ilustrasi Kertas cover modul diklat
seimbang dengan kertas isi mod
diklat

Desain layout menarik

Pemberian warna pada penegas
judul dan subjudul baik

Bidang cetak dan marjin
proporsional

Kesesuaian jenis kertas dengan
hasil cetakan

Kejelasan pesan infografik dala
setiap kegiatan pembelajaran

Kesesuaian ilustrasi gambar
dengan kegiatan belajar modul
diklat

Ukuran ilustrasi gambar sesuai

Kesesuaian ukuran huruf denga
judul dan subjudul dalam modu

Kesesuaian jenis huruf dengan
judul dan subjudul dalam modu

102

✔ ✔ ✔✔ ✔
✔ ✔ ✔✔ ✔
l
✔ ✔ ✔✔ ✔
✔ ✔ ✔✔ ✔
dul

✔ ✔ ✔✔ ✔
san ✔ ✔ ✔ ✔ ✔

✔ ✔ ✔✔ ✔
n ✔ ✔ ✔✔ ✔
am ✔ ✔ ✔ ✔ ✔

✔ ✔ ✔✔ ✔

i ✔ ✔ ✔✔ ✔
an ✔ ✔ ✔ ✔ ✔
ul

✔ ✔ ✔✔ ✔
ul

Buku Penyajian Penyajian kelengkapan meliput
Kurikulum kata Pengantar, daftar isi, dafta
Design/layout, tabel, daftar gambar, kunci
ukuran font, dan jawaban, glosarium,
ilustrasi yang
digunakan dalam Kemudahan dalam penggunaan
modul QR Scanner

Efektivitas Warna Cover buku Kurikulum
Penggunaan menarik
Ilustrasi
Desain gambar cover buku
kurikulum mencerminkan isi
buku kurikulum

Ukuran buku kurikulum sesuai

Kertas cover buku kurikulum
seimbang dengan kertas isi buk
kurikulum

Desain layout menarik

Pemberian warna pada penegas
judul dan subjudul baik

Bidang cetak dan marjin
proporsional

Kesesuaian jenis kertas dengan
hasil cetakan

Kejelasan pesan infografik dala
setiap kegiatan pembelajaran

Kesesuaian ilustrasi gambar bu
kurikulum

103
ti: ✔ ✔ ✔ ✔ ✔
ar

n ✔ ✔ ✔✔ ✔
✔ ✔ ✔✔ ✔
✔ ✔ ✔✔ ✔

i ✔ ✔ ✔✔ ✔
✔ ✔ ✔✔ ✔

ku
✔ ✔ ✔✔ ✔

san ✔ ✔ ✔ ✔ ✔
✔ ✔ ✔✔ ✔

n ✔ ✔ ✔✔ ✔
am ✔ ✔ ✔ ✔ ✔
uku ✔ ✔ ✔ ✔ ✔

Penyajian Ukuran ilustrasi gambar sesuai

Video Tampilan Kesesuaian ukuran huruf denga
pembelajaran judul dan subjudul dalam buku
diklat kurikulum

Kesesuaian jenis huruf dengan
judul dan subjudul dalam buku
kurikulum

Penyajian Kurikulum pelatihan
dilengkapi dengan Struktur
program, Garis Besar Program,
mata diktat, silabus, Penugasan
berbasis proyek, Penugasan
berbasis produk pelatihan

Kemudahan dalam penggunaan
QR Scanner

Kejelasan hubungan dalam vide
pembelajaran antara komponen
(contoh,ilustrasi) dapat dipaham

Video Pembelajaran yang
disajikan menarik minat dan
sesuai dengan calon trainer

Kesesuaian video pembelajaran
dengan bahan pembelajaran dik

Desain Grafis dan bahan
memenuhi kaidah
(bentuk,kontras, warna, dan
ilustrasi)

104

i ✔ ✔ ✔✔ ✔
an ✔ ✔ ✔ ✔ ✔
u

✔ ✔ ✔✔ ✔
u

n ✔ ✔ ✔✔ ✔
,
n

n ✔ ✔ ✔✔ ✔

deo ✔ ✔ ✔ ✔ ✔
n
mi

✔ ✔ ✔✔ ✔

n ✔ ✔ ✔✔ ✔
klat

✔ ✔ ✔✔ ✔

Efektivitas Kualitas Video pembelajaran
Penggunaan diklat mempermudah pemaham
calon trainer
Konten
Durasi Kemudahan dalam membuka
video pembelajaran

Membantu calon trainer
memahami materi lebih mudah

Dapat memfasilitasi proses
pembelajaran diklat dengan bai

Kemudahan membuka video
pembelajaran dengan pengguna
QR Code

Kesesuaian kegiatan
pembelajaran diklat dengan
tujuan umum diklat

Durasi video pembelajaran sesu
kebutuhan diklat

Durasi pembukaan, isi, dan
penutup sesuai dengan
pembelajaran diklat

Keterangan : : Penilaian akan digunakan sebagai alat pengumpu
Relevan : Penilaian akan digunakan sebagai alat pengumpu
Cukup Relevan
Tidak Relevan : Penilaian Tidak akan digunakan sebagai pengum

105

✔ ✔ ✔✔ ✔
man

✔ ✔ ✔✔ ✔
✔ ✔ ✔✔ ✔
h
✔ ✔ ✔✔ ✔
ik
✔ ✔ ✔✔ ✔
aan
✔ ✔ ✔✔ ✔

uai ✔ ✔ ✔ ✔ ✔
✔ ✔ ✔✔ ✔

ul data
ul data jika anak perbaikan
mpul data

Tabel

Instrumen Penelit

Pengembangan Model Pelatihan Pengelolaan

No. Dimensi Indikator

1 Pelatihan Pengelolaan Ketersediaan bahan ajar pelatihan berupa modul dan

Sampah Rumah video pembelajaran

Tangga berbasis Kegiatan Pembelajaran
lingkungan

Kesulitan dalam Pembelajaran diklat

Dukungan Teknologi dalam pembelajaran diklat

2 Persepsi Calon Trainer Kesulitan saat mempelajari materi diklat

Situasi yang dapat membantu mempelajari materi
diklat

Dukungan yang dapat membantu dalam pelatihan

Pemanfaatan teknologi pembelajaran dalam diklat

Strategi Pembelajaran

1 Rancangan Bahan Desain Pembelajaran

Pembelajaran DIklat Konten Pembelajaran

Media dan Desain

Instrumen Evaluasi

1 Konten Pembelajaran Konten Pembelajaran Diklat

Desain Pembelajaran Desain Pembelajaran
Desain dan Media Desain dan Media

106

l 3.12 Jenis Instrumen
tian Pendahuluan
n Sampah Rumah Tangga Berbasis Motivasi

Sumber Data

n Dokumen Akademi Kompos Instrumen Wawancara

Dokumen Akademi Kompos Instrumen Wawancara
Pelatih dan calon trainer Instrumen Wawancara
Pelatih dan calon trainer Instrumen Wawancara
Calon Trainer Kuesioner
Calon Trainer Kuesioner

Calon Trainer Kuesioner
Kuesioner
Calon Trainer Kuesioner
Pedoman Wawancara
Calon Trainer

Pelatih
Pemilik Akademi Kompos

Ahli Materi Pengelolaan Sampah, Pemilahan Pedoman Wawancara
Sampah, dan Pengomposan sampah
Pedoman Wawancara
Ahli Desain Pembelajaran Pedoman Wawancara

Ahli Desain dan Media Pembelajaran

2 One to one Calon Kejelasan,
Trainer Dampak,
Kelayakan Model

Small Group Kejelasan,
Dampak,
Kelayakan Model

Field-Test Study Kejelasan,
Kelengkapan,
Relevansi,
Kualitas,
Tampilan,
Efektivitas,
Penjakian

3 Hasil Pembelajara Uji Tes Hasil Pembelajaran
Efektivitas

Calon Trainer 107
Calon Trainer Pedoman Wawancara
Calon Trainer Pedoman Wawancara
Pedoman Wawancara
Calon Trainer
Non Tes berupa tugas
Portofolio

108

H. Validitas dan Realibilitas Instrumen
1. Uji Validitas Instrumen
Uji validitas bertujuan memastikan instrumen yang digunakan dapat menjadi alat
yang tepat untuk mengumpulkan data yang diperlukan. Pada penelitian ini, uji
validitas yang akan digunakan adalah uji validitas teoretik yaitu validitas yang
didasarkan pada pertimbangan para ahli. Validitas teoritik terdiri atas validitas isi
yang disusun berdasarkan rancangan yang telah direview oleh pakar dan validitas
bentuk soal yang disusun berupa keabsahan kalimat dalam pertanyaan sehingga jelas
pengertiannya. Pakar yang akan menguji validitas merupakan pakar yang memiliki
kepakaran dibidang teknologi pendidikan dan pakar materi. Kisi-kisi instrumen dan
butir akan instrumen diberikan kepada pakar untuk dinilai kevalidannya. Hasil
penilaiannya nanti akan digunakan untuk perbaikan instrumen.
2. Uji Realibilitas Instrumen
Uji reliabilitas dilakukan setelah uji validitas instrumen dilakukan. Setelah
instrumen penelitian tervalidasi oleh pakar instrumen, selanjutnya instrumen dan
bahan pambelajaran diuji cobakan kepada para narasumber yaitu para ahli dan
mahasiswa. Reliabilitas instrumen tes diperoleh dengan single test reliability. Single
test atau tes tunggal yaitu tes yang terdiri dari satu set yang diberikan terhadap
responden dalam satu kali pengetesan, sehingga dari hasil pengetesan hanya
diperoleh satu kelompok data.
Uji coba dilakukan dengan cara mengirimkan instrumen dan bahan
pembelajaran kepada ahli kurikulum dan ahli desain pembelajaran untuk di evaluasi,
setelah selesai dari ahli kurikulum dan ahli desain pembelajaran, kemudian bahan
pembelajaran direvisi sesuai masukan dan sarannya. Instrumen dan bahan
pembelajaran diserahkan kepada ahli materi untuk dievaluasi, setelah selesai dari ahli
materi, bahan pembelajaran direvisi. Instrumen dan bahan pembelajaran diserahkan
kepada ahli media, selesai dari ahli media untuk dievaluasi dan setelah selesai, bahan
pembelajaran direvisi. Evaluasi one-to-one kepada mahasiswa, bahan pembelajaran
diberikan kepada 3 orang calon trainer untuk dievaluasi, hasilnya menjadi masukan
untuk revisi berikutnya. Selanjutnya evaluasi kelompok kecil kepada 6 orang calon
trainer dan uji coba kelompok besar kepada 13 orang calon trainer.


Click to View FlipBook Version