The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.

NAMA : AJENG SEKARSARI
NIM :06131182126002
NO.ABSEN :02
KELAS :INDRALAYA
MATA KULIAH : BELAJAR DAN
PEMBELAJARAN

Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by ajengsekarsari67, 2021-11-22 10:23:20

BELAJAR DAN PEMBELAJARAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA

NAMA : AJENG SEKARSARI
NIM :06131182126002
NO.ABSEN :02
KELAS :INDRALAYA
MATA KULIAH : BELAJAR DAN
PEMBELAJARAN

Keywords: BAHAN PEMBELAJARAN

E-BOOK
BELAJAR DAN PEMBELAJARAN

OLEH:
AJENG SEKARSARI

06131182126002
KELAS:

INDRALAYA

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
TAHUN PEMBELAJARAN 2021/2022

PENGERTIAN BELAJAR

A.Definisi Belajar Secara Umum
Sebagai mahasiswa atau kaum intelektual, sudah tidak asing dengan yang namanya belajar
dan pembelajaran. Berikut akan kami jelaskan definisi belajar secara umum, yakni:
• Pengertian belajar secara umum ialah semua aktivitas mental atau psikis yang dilakukan oleh
seseorang sehingga menimbulkan perubahan tingkah laku yang berbeda antara sesudah
belajar dan sebelum belajar.
• Belajar juga didefinisikan sebagai sebuah proses perubahan di dalam keperibadian manusia
dan perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas
tingkah laku seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman,
keterampilan, daya pikir dan kemampuan-kemampuan yang lain.
• Belajar ialah kegiatan berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam setiap
jenjang pendidikan. Dalam keseluruhan proses pendidikan, kegiatan belajar merupakan
kegiatan yang paling pokok dan penting dalam keseluruhan proses pendidikan.
1.Arti Belajar Menurut KBBI
Pengertian belajar menurut KBBI “Kamus Besar Bahasa Indonesia” ialah berusaha
memperoleh kepandaian atau ilmu, berlatih, berubah tingkah laku atau tanggapan yang
disebabkan oleh pengalaman.
2.Pengertian Belajar Menurut Para Ahli
Berikut ini akan dibahas pengertian dan definisi belajar menurut pendapat para ahli
diantaranya yaitu:
• Menurut Winkel
Pengertian belajar adalah seluruh kesibukan mental atau psikis yang berjalan di dalam
interaksi aktif di dalam lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan di dalam
pengelolaan pemahaman.
• Menurut Ernest R. Hilgard (1984)
Belajar disimpulkan sebagai proses perbuatan yang dijalankan bersama sengaja, yang
kemudian menyebabkan perubahan, yang keadaannya tidak serupa berasal dari perubahan
yang ditimbulkan oleh lainnya. Sifat perubahannya relatif permanen, tidak akan kembali
kepada suasana semula. Tidak mampu diterapkan pada perubahan akibat suasana sesaat,

layaknya perubahan akibat kelelahan, sakit, mabuk, dan sebagainya.
• Menurut Moh. Surya (1981)
Definisi belajar adalah suatu proses usaha yang dijalankan individu untuk meraih suatu
perubahan tingkah laku yang baru keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri
di dalam interaksinya bersama lingkungan. Kesimpulan yang mampu diambil berasal dari
kedua pengertian di atas, bahwa pada prinsipnya, belajar adalah perubahan berasal dari diri
seseorang.
a. Tujuan Belajar Secara Umum
Dalam hal ini seperti yang telah disinggung pada pengertian belajar diatas, tujuan utama
kegiatan belajar ialah untuk memperoleh dan meningkatkan tingkah laku manusia dalam
bentuk pengetahuan, keterampilan, sikap positif dan berbagai kemampuan lainnya. Menurut
Sadirman “2011: 26-28” secara umum ada tiga tujuan belajar yakni:
1.Untuk Mendapatkan Pengetahuan
Hasil dari kegiatan belajar dapat ditandai dengan meningakatnya kemamuan berfikir
seseorang. Jadi selain memiliki pengetahuan baru, proses belajar juga akan membuat
kemampuan berfikir seseorang menjadi lebih baik.
Pengetahuan akan meningkatkan kemampuan berpikir seseorang dan begitu juga sebaliknya
kemampuan berpikir akan berkembang melalui ilmu pengetahuan yang dipelajar. Dengan
kata lain pengetahuan dan kemampuan berfikir hal yang tidak dapat dipisahkan.
2.Dengan Menanamkan Konsep Dan Keterampilan
Dalam keterampilan yang dimiliki setiap individu ialah melalui proses belajar. Penanaman
konsep membutuhkan keterampilan, baik itu keterampilan jasmani maupun rohani.
Dalam hal ini keterampilan jasmani ialah kemampuan individu dalam penampilan dan
gerakan yang dapat diamati, keterampilan ini berhubungan dengan hak teknis atau
pengulangan.
Dan sedangkan keterampilan rohani cenderung lebih kompleks karena bersifat abstrak.
Keterampilan ini berhubungan dengan penghayatan, cara berpikir dan kreativitas dalam
menyelesaikan masalah atau membuat suatu konsep.
3.Dapat Membentuk Sikap
Dalam kegiatan belajar juga dapat membentuk sikap seseorang. Dalam hal ini pembentukan
sikap mental peserta didik akan sangat berhubungan dengan penanaman nilai-nilai sehingga

menumbuhkan kesadaran di dalam dirinya.
Dalam proses menumbuhkan sikap mental, perilaku dan pribadi anak didik, seorang guru
harus melakukan pendekatan yang bijak dan hati-hati. Guru harus bisa menjadi contoh bagi
anak didik dan memiliki kecakapan dalam memberikan motivasi dan mengarahkan berpikir.
b. Ciri-Ciri Belajar
Dalam proses belajar mampu dikenali melalui beberapa karakteristiknya. Mengacu terhadap
definisi belajar di atas, tersebut ini adalah beberapa hal yang menggambarkan tanda-tanda
belajar:
• Terjadi perubahan tingkah laku (kognitif, afektif, psikomotor, dan campuran) baik
yang mampu diamati maupun yang tidak mampu diamati secara langsung.
• Perubahan tingkah laku hasil belajar terhadap biasanya akan menetap atau permanen.
• Proses belajar biasanya membutuhkan selagi tidak sebentar dimana hasilnya adalah
tingkah laku individu.
• Beberapa perubahan tingkah laku yang tidak terhitung didalam belajar adalah garagara adanya
hipnosa, proses pertumbuhan, kematangan, hal gaib, mukjizat, penyakit,
kerusakan fisik.
• Proses belajar mampu terjadi didalam hubungan sosial di suatu lingkungan
masyarakat dimana tingkah laku seseorang mampu beralih gara-gara lingkungannya.
c. Jenis-Jenis Belajar
Setidaknya ada delapan style belajar yang dikerjakan oleh manusia. Adapun beberapa style
belajar adalah sebagai berikut:
• Belajar rasional, yakni proses belajar mengfungsikan kekuatan berpikir cocok dengan
akal sehat (logis dan rasional) untuk memecahkan masalah.
• Belajar abstrak, yakni proses belajar mengfungsikan bermacam cara berpikir abstrak
untuk memecahkan persoalan yang tidak nyata.
• Belajar keterampilan, yakni proses belajar mengfungsikan kekuatan gerak motorik
dengan otot dan urat syaraf untuk menguasai keterampilan jasmaniah tertentu.
• Belajar sosial, yakni proses belajar menyadari bermacam persoalan dan cara
penyelesaian persoalan tersebut. Misalnya persoalan keluarga, persahabatan,
organisasi, dan lainnya yang terjalin dengan masyarakat.
• Belajar kebiasaan, yakni proses pembentukan atau perbaikan normalitas ke arah yang

lebih baik agar individu punya sikap dan normalitas yang lebih positif cocok dengan
kebutuhan (kontekstual).
• Belajar pemecahan masalah, yakni belajar berpikir sistematis, teratur, dan detail atau
mengfungsikan bermacam metode ilmiah didalam merampungkan suatu masalah.
• Belajar apresiasi, yakni belajar kekuatan didalam pertimbangkan arti atau nilai suatu
objek agar individu mampu menghormati bermacam objek tertentu.
• Belajar pengetahuan, yakni proses belajar bermacam pengetahuan baru secara
terencana untuk menguasai materi pelajaran melalui kegiatan eksperimen dan
investigasi

B. Macam – Macam Hasil Belajar
Macam macam hasil belajar dibagi menjadi dua jenis yaitu ranah kongnitif dan ranah afektif.
Hal tersebut sesuai dengan definisi yang diutarakan oleh Bloom yang dikutip oleh Dimyati
(2006:26) mengidentifikasi jenis hasil belajar, yakni:
1) Ranah kognitif terdiri dari enam jenis perilaku sebagai berikut:
a) Pengetahuan. Mencapai kemampuan untuk mengingat tentang hal yang telah dipelajari dan
tersimpan dalam ingatan. Pengetahuan itu berkenaan dengan fakta, peristiwa, pengertian, dan
prinsip.
b) Pemahaman, mencakup kemampuan menangkap arti dan makna tentang hal yang
dipelajari.
c) Penerapan, mencakup kemampuan menerapkan metode untuk menghadapi masalah yang
nyata dan baru.
d) Analisis, mencakup kemampuan merinci suatu kesatuan ke dalam bagian-bagian sehingga
struktur keseluruhan dapat dipahami dengan baik.
e) Sintesis, mencakup kemampuan membentuk suatu pola baru. Misalnya kemampuan
menyusun program kerja.
f) Evaluasi. Mencakup kemampuan dalam membentuk pendapat tentang beberapa hal
berdasarkan kriteria tertentu
2) Ranah afektif terdiri dari lima perilaku-perilaku sebagai berikut:
a) Penerimaan, yang mencakup kepekaan tentang hal tertentu dan kesediaan memperhatikan
hal tersebut.

b) Partisipasi, yang mencakup kerelaan, kesediaan memperhatikan, dan berpartisipasi dalam
suatu kegiatan.
c) Penilaian dan penentuan sikap, yang mencakup menerima suatu nilai, menghargai,
mengakui dan menentukan sikap.
d) Organisasi, yang mencakup kemampuan membentuk suatu sistem nilai sebagai pedoman
dan pegangan hidup.
e) Pembentukan pola hidup, yang mencakup kemampuan menghayati nilai dan
membentuknya menjadi pola nilai kehidupan pribadi.
C. Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar Siswa
Perubahan yang terjadi itu akibat dari kegiatan belajar. Yang telah dilakukan oleh individu.
Perubahan ini adalah hasil yang telah dicapai dari proses belajar. Jadi, untuk mendapatkan
hasil belajar dalam bentuk ‘perubahan’ harus melalui proses tertentu yang dipengaruhi oleh
faktor dari dalam individu maupun luar individu.
Adapun pengaruh hasil belajar antara lain:
1.Adanya Faktor Lingkungan
Lingkungan merupakan bagian dari kehidupan anak didik. Didalamnyalah anak didik
hidup dan berinteraksi dalam mata rantai kehidupan yang disebut ekosistem. Interaksi dari
kedua lingkungan yang berbeda tersebut selalu saja terjadi dalam mengisi kehidupan anak
didik, yang keduanya sangat berpengaruh terhadap belajar anak didik.adapun faktor dari
lingkungan alamin dan lingkungan sosial. Lingkungan alami adalah lingkungan tempat
tinggal anak didik, hidup, dan berusaha didalamnya.lingkungan sosial Budaya Tidak bisa
dipungkiri bahwa manusia adalah mahluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri. Begitu pula
dengan anak didik. Mereka tidak akan terlepas dari interaksi sosial. Sebagai contoh interaksi
di sekolah, baik sesama teman, guru, dan sebagainya.
2.Faktor Instrumental
Kurikulum adalah a plan for learning yang merupakn unsur substansial dalam pendidikan.
Tanpa kurikulum belajar mengajar tidak dapat berlangsung, karena materi yang akan
disampaikan dalam pembelajaran harus direncanakan terlebih dahulu. Dan perencanaan
tersebut termasuk dalam kurikulum, yang mana seorang guru harus mempelajari dan
menjabarkan isi kurikulum kedalam program yang lebih rinci dan jelas sasarannya. Muatan
kurikulum akan mempengaruhi intensitas dan frekuensi belajar anak didik. Karena guru harus

berusaha semaksimal mungkin untuk ketercapaian kurikulum. Misalkan, jumlah tatap muka,
metode, dan sebagainya harus dilakukan sesuai dengan kurikulum.
Adapun progam Setiap sekolah mempunyai program pendidikan yang disusun untuk
dijalankan untuk kemajuan pendidikan. Keberhasilan pendidikan disekolah tergantung
dengan baik tidaknya program yang dirancang.um diakui dapat mempengaruhi proses dan
hasil belajar anak didik. Salah satu program yang dipandang harus dilakukan adalah program
bimbingan dan penyuluhan. Karena program ini mempunyai andil besar dalam keberhasilan
belajar anak di sekolah.
1.Sarana dan Fasilitas Sarana mempunyai arti penting dalam pendidikan. Gedung sekolah
misalnya sebagai tempat yang strategis bagi berlangsungnya kegiatan belajar mengajar
disekolah. Jumlah ruang kelas pun harus menyesuaikan peserta didik.Selain fasilitas, sarana
pun tidak boleh diabaikan. Misalkan perpustakaan. Lengkap tidaknya buku di sekolah
tersebut akan menentukan hasil belajar anak didik
2. Guru adalah unsur manusiawi dalam pendidikan. Maka, kehadiran guru mutlak
didalamnya. Kalau hanya ada anak didik, tanpa guru tidak akan terjadi kegiatan belajar
mengajar disekolah. Tetapi, harus diperhatikan juga guru yang seperti apa yang bisa
menyukseskan belajar anak. Karena guru haruslah memenuhi syarat-syarat menjadi guru. Dia
harus berpengetahuan tinggi, profesional, paham psikologi anak didik, dan sebagainya.
Karena guru yang berkualitas, akan menentukan kualitas anak didik.
Adapun Faktor Kondisi Fisiologis
1.Keadaan fisik
Orang yang dalam keadaan segar jasmaninya akan berlainan belajarnya dengan orang yang
sedang sakit atau kelelahan. Anak-anak yang kekurangan gizi, ternyata kemampuan
belajarnya dibawah anak-anak yang tercukupi gizinya; mereka akan lekas lelah, mudah
mengantuk, dan sukar menerima pelajaran.
2. Komdisi Panca Indra
Tidak kalah penting, kondisi panca indra juga sangat mempengaruhi belajar siswa. Terutama
mata sebagai alat melihat dan telinga sebagai alat mendengar. Karena sebagian besar anak
belajar dengan membaca, mendenggar, dan melakukan observasi dan sebagainya. Jika panca
indra terganggu, ini akan mempengaruhi hasil belajar dan proses belajar anak didik.
Adapun faktor Psikologis.

1. Minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa
ada yang menyuruh.Biasanya, anak yang minat terhadap suatu kegiatan atau hal, dia
cenderung akan lebih cepat memahaminya. Misalkan, jika minatnya di matematika, dia akan
cenderung bernilai tinggi di mata pelajaran tersebut. Maka, tugas seotrang guru harus menjadi
fasilitator yang baik dalam hal ini. Karena akan berdampak dalam proses dan hasil belajar
siswa.
2.Kecerdasan Tingkat kecerdasan diakui sangat menentukan keberhasilan belajar anak didik.
Karena anak didik yang mempunyai tingkat intelegensi tinggi umumnya mudah belajar dan
hasilnya pun cenderung baik, begitu sebaliknya.Berbagai hasil penelitian telah menunjukkan
hubungan erat antara IQ dengan hasil belajar anak didik. Dijelaskan dari IQ, sekitas 25%
hasil belajar disekolah dapat dijelaskan dari IQ, yaitu kecerdasan sebagiman diukur oleh tes
intelegensi. Oleh karena itu, anak yang mempunyai tingkat kecerdasan dari 90-100,
cenderung akan menyelesaikan sekolah dasar tanpa kesukaran.
3.Motivasi adalah kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu.
Jadi, motivasi belajar adalah kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk
belajar.Mengingat motivasi adalah motor penggerak dalam perbuatan, maka bila ada anak
didik yang kurang memiliki motivasi , diperlukan dorongan dari luar, agar anak didik
mempunyai motivasi belajar. Karena ketika motivasi belajar anak tinggi, akan menentukan
hasil yang dicapai.
4. Kemampuan Kognitif Dalam dunia pendidikan, ada tiga tujuan untama yang arus dicapai.
Yaitu, kognitif, afektif, dan psikomotor. Kognitif adalah kemampuan yang selalu dituntut
untuk dikuasai anak didik, karena menjadi dasar bagi penguasaan ilmu pengetahuan.Adapun
tiga kemampuan yang harus dikuasai sebagai jembatan penguasaan kemampuan kognitif
adalah, persepsi, mengingat, dan berfikir. Adapun persepsi adalah proses yang menyangkut
masuknya pesan atau informasi kedalam otak manusia. Melalui inilah, manusia terus
melakukan hubungan dengan lingkungan. Sedangkan mengingat adalah suatu aktivitas
kognitif, dimana orang menyadari bahwa pengetahuannya dari masa lampau atau berasal dari
pesan-pesan dari masa lampau.
D. PENGERTIAN PEMBELAJARAN
Pengertian pembelajaran ;yaitu proses interaksi peserta didik& Sumber belajar pada suatu
lingkungan belajar.

Pembelajaran merupakan bantuan yang di perolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan
kemahiran,dan tabi'at,serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik.
Istilah pembelajaran (intruction) bermakna sebagai"Upaya untuk membelanjarkan seseorang
atau
kelompok orang melalui berbagai upaya" (Effrot)dan berbagai strategi,metode dan pendekatan
kearah pencapaian tujuan yang telah direncanakan dengan demikian makna pembelajaran
merupakan kondisi eksternal kegiatan belajar antara lain dilakukan oleh guru dalam
mengkondisikan
seseorang untuk belajar
A. Konsep Pembelajaran
Dalam pembelajaran,Guru mempunyai tugas-tugas pokok antara lain bahwa ia harus mampu
dan cakap merencanakan, melaksanakan, mengevaluasi,dan membimbing,dalam kegiatan
pembelajaran.
Pembelajaran dapat diartikan,Tahap proses seorang pelajar untuk mendapatkan sebuah tujuan
yang mencakup penambahan ilmu, penambahan wawasan,serta membaiki sikap/akhlak dan
hal-hal bermanfaat lainny untuk si pelajar tersebut.Untuk mencapai sebuah tujuan haruslah
bertahap dalam metode proses pembelajaran, seperti contoh dosen/guru yang memberikan
pelajaran ke anak-anak didik
Langkah-langkah dalam mendidik itulah yang dinamakan proses pembelajaran.
Pembelajaran sangat erat kaitannya dengan sekolah dikarenakan Sekolah adalah sebuah
proses mengajar dan belajar
Jadi secara singkat pembelajaran diciptakan seseorang guru/seorang pendidik yang berbentuk
sebuah proses untuk mendidik siswa agar bertujuan Mempercerdas , memperoleh ilmu yang
bermanfaat baik berguna untuk diri sendiri atau orang lain

KONSEP BELAJAR DAN PEMBELAJARAN

A. Konsep Belajar
Konsep belajar merupakan proses memperoleh ilmu. Belajar merupakan kegiatan
yang menghasilkan adanya perubahan dari yang tidak tahu menjadi tahu, dari yang tidak
mampu menjadi mampu.
B. Macam-macam Hasil Belajar
Macam-macam Hasil Belajar Hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari
dua sisi yaitu sisi siswa dan dari sisi guru. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat
perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar. Tingkat
perkembangan mental tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif, dan
psikomotor. Hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah
laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti
menjadi mengerti. Teori Taksonomi Bloom hasil belajar dalam rangka studi dicapai melalui
tiga kategori ranah antara lain kognitif, afektif, psikomotor.
Perincianya adalah sebagai berikut:
a. Ranah Kognitif Berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari 6 aspek yaitu
pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan penilaian.
b. Ranah Afektif Berkenaan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif meliputi lima jenjang
kemampuan yaitu menerima, menjawab atau reaksi, menilai, organisasi dan karakterisasi
dengan suatu nilai atau kompleks nilai.
c. Ranah Psikomotor Meliputi keterampilan motorik, manipulasi benda-benda, koordinasi
neuromuscular (menghubungkan, mengamati). Tipe hasil belajar kognitif lebih dominan
daripada afektif dan psikomotor karena lebih menonjol, namun hasil belajar psikomotor dan
afektif juga harus menjadi bagian dari hasil penilaian dalam proses pembelajaran di sekolah.
Hasil belajar adalah kemampuankemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima
pengalaman belajarnya. Hasil belajar digunakan oleh guru untuk dijadikan ukuran atau
kriteria dalam mencapai suatu tujuan pendidikan. Hal ini dapat tercapai apabila siswa sudah
memahami belajar dengan diiringi oleh perubahan tingkah laku yang lebih baik lagi.
Ada tiga bagian macam hasil belajar yaitu, keterampilan dan kebiasaan, pengetahuan
dan pengertian serta sikap dan cita-cita. Pendapat dari Horward Kingsley ini menunjukkan

hasil perubahan dari semua proses belajar. Hasil belajar ini akan melekat terus pada diri siswa
karena sudah menjadi bagian dalam kehidupan siswa tersebut Berdasarkan pengertian di atas
maka dapat disintesiskan bahwa hasil belajar adalah suatu penilaian akhir dari proses dan
pengenalan yang telah dilakukan berulang-ulang. Serta akan tersimpan dalam jangka waktu
lama atau bahkan tidak akan hilang selama-lamanya karena hasil belajar turut serta dalam
membentuk pribadi individu yang selalu ingin mencapai hasil yang lebih baik lagi sehingga
akan merubah cara berpikir serta menghasilkan perilaku kerja yang lebih baik.
C. Faktor-faktor yang mempengaruhi Hasil Belajar
Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki oleh peserta didik setelah ia menerima
pengalaman pembelajaran. Sejumlah pengalaman yang diperoleh peserta didik mencakup
ranah kognitif, afektif dan psikomotor. Hasil belajar mempunyai peranan penting dalam
proses pembelajaran karena akan memberikan sebuah informasi kepada guru tentang
kemajuan peserta didi dalam upaya mencapai tujuan-tujuan belajarnya melalui proses
kegiatan belajar mengajar yang selanjutnya setelah mendapat informasi tersebut guru dapat
menyusun dan membina kegiatan-kegiatan peserta didik lebih lanjut baik untuk individu
maupun kelompok belajar. 14 Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar antara lain :
• Faktor Internal Faktor internal ini meliputi antara lain :
1. Faktor Fisiologis. Secara umum kondisi fisiologis, seperti kesehatan yang prima,
tidak dalam keadaan lelah dan capek, tidak dalam keadaan cacat jasmani dan
sebagainya. Hal tersebut dapat mempengaruhi peserta didik dalam menerima materi
pelajaran.
2. Faktor Psikologis. Setiap indivudu dalam hal ini peserta didik pada dasarnya
memiliki kondisi psikologis yang berbeda-beda, tentunya hal ini turut mempengaruhi
hasil belajarnya. Beberapa faktor psikologis meliputi intelegensi (IQ), perhatian,
minat, bakat, motif, motivasi, kognitif dan daya nalar peserta didik. a. Faktor
Eksternal Faktor Lingkungan. Faktor lingkungan dapat mempengurhi hasil belajar.
Faktor lingkungan ini meliputi lingkungan fisik dan lingkungan sosial. Lingkungan
alam misalnya suhu, kelembaban dan lain-lain. Belajar pada tengah hari di ruangan
yang kurang akan sirkulasi udara akan sangat berpengaruh dan akan sangat 15
berbeda pada pembelajaran pada pagi hari yang kondisinya masih segar dan dengan
ruangan yang cukup untuk bernafas lega.

• Faktor Eksternal ini meliputi sebagai berikut:
1. Faktor Instrumental.
Faktor-faktor instrumental adalah faktor yang keberadaan dan penggunaannya
dirancang sesuai dengan hasil belajar yang diharapkan. Faktor-faktor ini
diharapkan dapat berfungsi sebagai sarana untuk tercapainya tujuan-tujuan belajar
yang direncanakan. Faktor-faktor instrumental ini berupa kurikulum, sarana dan
guru.
2. Faktor Internal
Faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam diri seseorang yang
dapat mempengaruhi prestasi belajarnya. Diantara faktor-faktor intern yang dapat
mempengaruhi prestasi belajar seseorang antara lain a. Kecerdasan/intelegensi 1.
Bakat 2. Minat 3. Motivasi b. Faktor Ekstern 14. Usman, M. Uzer, Menjadi Guru
Profesional2006(PT.Remaja Rosda,Bandung).134 16 Faktor ekstern adalah
faktor-faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar seseorang yang sifatnya
berasal dari luar diri seseorang tersebut.
D. Pengertian Belajar
Belajar adalah suatu aktivitas yang di dalamnya terdapat sebuah proses dari tidak tahu
menjadi tahu, tidak bisa menjadi bisa untuk mencapai hasil yang optimal. Nana Sudjana
(1989: 5) menjelaskan belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan
pada diri siswa. Perubahan ini ditunjukkan dengan adanya perubahan pengetahuan,
pemahaman, sikap, tingkah laku, kebiasaan, dan aspek-aspek positif lain yang ada dalam diri
siswa yang sedang belajar. Sugihartono (2012:74) menjelaskan bahwa belajar merupakan
proses memperoleh pengetahuan dan pengalaman dalam wujud perubahan tingkah laku dan
kemampuan bereaksi yang relatif permanen atau menetap karena adanya interaksi individu
dengan lingkungannya. Hilgard dan Gor don dalam Oemar Hamalik (2009: 48) mengatakan
bahwa belajar menunjuk pada perubahan dalam tingkah laku siswa dalam berbagai situasi
yang disebabkan sebuah pengalaman. Oemar Hamalik (2009: 109) menjelaskan faktor-faktor
yang mempengaruhi belajar siswa antara lain:
1) Kegiatan belajar agar anak mendapatkan pengalaman untuk mengembangkan dan
menambah pengetahuan, menanamkan nilai-nilai, menambah keterampilan
2) Latihan dan ulangan, sehingga pembelajaran akan lebih efektif

3) Kepuasan, kesenangan, dan keinginan untuk belajar akan bertambah jika dengan belajar
siswa mampu merasa puas.
4) Asosiasi dan transfer dengan adanya berbagai pengalaman baru dari siswa perlu
diasosiasikan agar menjadi satu kesatuan
5) Pengalaman masa lampau yang memudahkan siswa untuk mampu menerima pengalaman
yang baru
6) Kesiapan dan kesediaan belajar meliputi kesiapan mental, kesiapan sosial, kesiapan
emosional, dan kesiapan fisik
7) Minat dan usaha
8) Fisiologis, kesehatan, dan keseimbangan siswa perlu di perhatikan karena kondisi
fisiologis berpengaruh terhadap konsentrasi, kegiatan, dan hasil belajar
9) Intelegensi atau kecerdasan dan kemajuan tingkat belajar dipengaruhi oleh perkembangan
intelegensi siswa seperti cerdas, kurang cerdas, atau lamban.
• Syaiful Sagala (2011: 53) menjelaskan setiap perilaku belajar selalu ditandai dengan
ciri- ciri perubahan yang spesifik antara lain:
a) Belajar menyebabkan perubahan pada aspek-aspek kepribadian yang berfungsi
terus menerus dan berpengaruh pada proses belajar selanjutnya
b) Belajar hanya terjadi melalui pengalaman yang bersifat individual
c)Belajar merupakan kegiatan yang bertujuan, yaitu arah yang ingin dicapai melalui
proses belajar
d) Belajar menghasilkan perubahan yang menyeluruh dan melibatkan keseluruhan
tingkah laku secara integral;
e) Belajar adalah proses interaksi; f) Belajar berlangsung dari yang paling sederhana
sampai kompleks.
• Sardiman (2012: 26) menjelaskan tujuan belajar ada tiga jenis, yaitu:
1) Untuk mendapatkan pengetahuan kemampuan untuk berfikir.
2) Penanaman konsep dan keterampilan pada siswa baik keterampilan yang bersifat
jasmani maupun rohani;
3) Pembentukan sikap untuk menumbuhkan sikap mental, perilaku, dan pribadi
siswanya. Pembentukan sikap mental dan perilaku siswa tidak lepas dari persoalan
penanaman nilai-nilai, transfer of values.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa tujuan belajar merupakan upaya siswa
untuk mendapatkan pengetahuan, keterampilan, penanaman sikap dan nilai-nilai.
Selain itu, lingkungan belajar dipengaruhi oleh berbagai komponen, di mana setiap
komponen saling mempengaruhi. Komponen tersebut misalnya, tujuan pembelajaran
yang ingin dicapai, materi yang akan diajarkan, guru dan siswa dalam pembelajaran,
serta sarana prasarana penunjang pembelajaran. Setiap komponen saling berpengaruh
dan memiliki tujuanmasing-masing.
E. Pengertian Hasil Belajar
Salah satu tugas pokok guru adalah mengevaluasi taraf keberhasilan dan pelaksanaan
proses pembelajaran. Bertujuan untuk melihat sejauh mana taraf keberhasilan guru dan siswa
dalam menyampaikan dan menerima materi. Hasil belajar merupakan puncak dari proses
pembelajaran yang digunakan untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa dalam
penguasaan materi. Hasil belajar terjadi apabila seseorang telah belajar akan terjadi
perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak
mengerti menjadi mengerti. Hasil belajar mencakup kemampuan kognitif (intelektual), afektif
(sikap), dan kemampuan psikomotorik(bertindak). Sedangkan menurut Agus Suprijono
(2012: hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian- pengertian, sikapsikap,
apresiasi dan keterampilan.
Nana Sudjana (2006: 23) menjelaskan berdasarkan teori Taksonomi Bloom hasil
belajar dalam rangka studi dicapai melalui tiga ranah kategori antara lain kognitif, afektif,
dan psikomotor dengan perincian sebagai berikut:
a) Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari 6 aspek yaitu
pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan penilaian;
b) Ranah afektif berkenaan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif meliputi lima jenjang
kemampuan yaitu menerima, menjawab, atau reaksi, menilai, organisasi dan karakterisasi
dengan suatu nilai atau kompleks nilai.
c) Ranah psikomotorik meliputi keterampilan motorik, manipulasi benda-benda, koordinasi
neuromuscular (menghubungkan, mengamati).
Tipe hasil belajar kognitif lebih dominan daripada afektif dan psikomotor karena hasil
belajar kognitif lebih menonjol untuk dapat dilihat secara langsung hasil yang diperoleh.
Guru dapat dikatakan berhasil dalam menyampaikan materi apabila terjadi perubahan yang

positif dalam diri siswa. Sedangkan siswa dikatakan berhasil dalam proses belajarnya apabila
hasil belajar yang diperolehnya mencapai hasil yang maksimal. Nana Sudjana (2010: 37)
menekankan keberhasilan mengajar dapat dilihat dari segi hasil yang dicapai siswa, dengan
proses pengajaran yang optimal memungkinkan hasil belajar yang optimal pula.
Nana Sudjana (2006: 22) mengatakan bahwa hasil belajar adalah kemampuankemampuan yang
dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Howard
Kingsley (1970) dalam Nana Sudjana (2010: 45) membagi tiga macam hasil belajar, yakni
a) Keterampilan dan kebiasaan
b) Pengetahuan dan pengertian
Sikap dan cita-cita, yang masing-masing golongan dapat diisi dengan bahan yang
ditetapkan dalam kurikulum sekolah.Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa hasil
belajar adalah suatu penilaian akhir dari proses dan pengenalan yang telah dilakukan
berulang-ulang. Dengan pencapaian hasil belajar yang semakin membaik akan mampu
membentuk pribadi individu siswa. Di dalam penelitian ini peneliti hanya akan menekankan
pada peningkatan tipe hasil belajar kognitif siswa yang dilihat dari hasil tes belajar

KONSEP MINAT BELAJAR

A. Konsep Minat Belajar

Pada setiap orang, minat berperan sangat penting dalam kehidupannya. Minat mempunyai
dampak yang besar atas perilaku dan sikap orang tersebut. Di dalam belajarpun minat dapat
menjadi sumber motivasi yang kuat dalam mendorong seseorang untuk belajar. Secara garis
besar, minat memiliki dua pengertian, Pertama, usaha dan kemauan untuk mempelajari
(Learning) dan mencari sesuatu, Kedua merupakan dorongan pribadi seseorang dalam mencapai
tujuan tertentu.

Pengertian minat menurut bahasa (Etimologi), ialah usaha dan kemauan untuk mempelajarai
(learning) dan mencari sesuatu. Secara (Terminologi), minat adalah keinginan, kesukaan dan
kemauan terhadap sesuatu hal. Minat mengandung unsur-unsur yang terdiri dari kognisi
(mengenal), emosi (perasaan), dan konasi (kehendak). Unsur kognisi, dalam arti minat itu
didahului oleh pengetahuan dan informasi mengenai objek yang dituju oleh minat tersebut.
Unsur emosi karena dalam partisipasi atau pengalaman itu disertai dengan perasaan tertentu
(perasaan senang) sedangkan unsur konasi merupakan kelanjutan dari kedua unsur tersebut
yaitu yang diwujudkan dalam bentuk kemauan dan hasrat untuk melakukan suatu
kegiatan,termasuk kegiatan yang diselenggarakan oleh sekolah.

Minat adalah kecenderungan yang menetap untuk memperhatikan dan beberapa aktivitas.
Seseorang yang berminat terhadap aktivitas akan memperhatikan aktivitas itu secara konsisten
dengan rasa senang. Dari beberapa pengertian di atas dapat diuraikan bahwa minat adalah
kecenderungan tertarik pada sesuatu yang relatif tetap untuk lebih memperhatikan dan
mengingat secara terus – menerus yang diikuti rasa senang untuk memperoleh suatu kepuasan2

dalam mencapai tujuan pembelajaran. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, secara etimologi
belajar memiliki arti ”berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu”. Definisi ini memiliki
pengertin bahwa belajar adalah sebuah kegiatan untuk mencapai kepandaian atau ilmu. Di sini,
usaha untuk mencapai kepandaian atau ilmu merupakan usaha manusia untuk memenuhi
kebutuhannya mendapatkan ilmu atau kepandaian yang sebelum dipunyai sebelumnya.
Sehingga dengan belajar itu manusia menjadi tahu, memahami, mengerti dapat melaksanakan
dan memiliki tentang sesuatu.

B. Macam-Macam dan Ciri Minat

Minat memegang peranan penting dalam pelaksanaan proses belajar mengajar sehingga
minat dapat digolongkan menjadi beberapa macam, antara lain berdasarkan timbulnya minat
dan berdasarkan arahnya minat.

1.Berdasarkan timbulnya

minat dapat dibedakan menjadi dua macam antara lain:

a. Minat Primitif

adalah minat yang timbul karena kebutuhan biologis atau jaringan-jaringan tubuh, misalnya
kebutuhan akan makanan, perasaan enak dan nyaman, kebebasan beraktivitas serta seks

b. Minat Kultural atau sosial

adalah minat yang timbulnya karena proses belajar, minat ini tidak secara langsung
berhubungan dengan diri kita. Misalnya minat belajar individu punya pengalaman bahwa
masyarakat atau lingkungan akan lebih menghargai orang-orang terpelajar dan pendidikan
tinggi,sehingga hal ini akan menimbulkan minat individu untuk belajar dan berprestasi agar
mendapat penghargaan dari lingkungan, hal ini mempunyai arti yang sangat penting bagi harga
dirinya.

2. Berdasarkan arahnya,

minat dapat dibedakan menjadi dua macam antara lain:

a. Minat Intrinsik

adalah minat yang langsung berhubungan dengan aktivitas itu sendiri, ini merupakan minat
yang lebih mendasr atau minat asli. Misalnya seseorang belajar karena memang pada ilmu
pengetahuan atau karena memang senang membaca, bukan karena ingin mendapatkan pujian
atau penghargaan.

b. Minat Ekstrinsik

adalah minat yang berhubungan dengan tujuan akhir dari kegiatan tersebut, apabila tujuannya
sudah tercapai ada kemungkinan minat tersebut hilang. Misalnya seseorang yang belajar dengan
tujuan agar menjadi juara kelas atau lulus ujian.

3. Berdasarkan cara mengungkapkan

minatdapat dibedakan menjadi empat macam,terdiri atas:

a. Expressed interest

adalah minat yang diungkapkan dengan cara meminta kepada subjek untuk menyatakan atau
menuliskan kegiatan-kegiatan baik yang berupa tugas maupun bukan tugas dengan perasaan
senang.

b. Manifest interest

adalah minat yang diungkapkan dengan cara mengobservasi secara langsung terhadap aktivitas-
aktivitas yang dilakukan subjek

c. Tested interest

adalah minat yang diungkapkan cara menyimpulkan dari hasil jawaban tes objektif yang
diberikan.

d. Inventoried interest

adalah mina tyang diungkapkan dengan menggunakan alat-alat yang sudah distandardisasikan.

Dr. Med. Metasari dalam buku ”Perkembangan Anak”, menyebutkan ada beberapa ciri minat
pada seorang anak, diantara sebagai berikut:

1. Minat tumbuh bersamaan dengan perkenbangan fisik dan mental.

2. Minat bergantung pada kesiapan belajar.

3. Minat bergantung pada kesempatanbelajar.

4. Perkembangan minat terbatas.

5. Minat dipengaruhi oleh pengaruh budaya.

6. Minat berbobot emosional.

7. Minat itu Egosentrik

Untuk lebih jelasnya akan diuraikan satu persatu sebagai berikut:

1.Minat tumbuh

bersamaan dengan perkembangan fisik dan mental. Minat di semua bidang berubah selama
terjadi perubahan fisik dan mental. Pada waktu pertumbuhan terlambat dan kematangan dicapai,
minat menjadi lebih stabil. Anak yang berkembang lebih cepat atau lebih lambat dari pada
teman sebayanya. Anak yang lambat matang akan menghadapi masalah sosial karena minat
mereka minat anak, sedangkan minat teman sebayanya minat remaja.

2. Minat bergantung pada kesiapan belajar

Anak-anak tidak dapat mempunyai minat sebelum mereka siap secara fisik dan

mental, sebagai contoh : mereka tidak dapat mempunyai minat yang sungguhsungguh untuk
permainan bola sampai mereka memiliki kekuatan dan koordinasi otot yang diperlukan untuk
permainan tersebut.

3. Minat bergantung pada kesempatanbelajar

Kesempatan untuk belajar bergantungpada lingkungan dan minat, bahkan anak-anak maupun
dewasa, yang menjadi bagian dari lingkungan anak.Karena lingkungan anak kecil sebagian
besar terbatas pada rumah, minat mereka “tumbuh dari rumah”. Dengan bertambah luasnya
lingkaran social mereka menjadi tertarik pada minat orang di luar rumah yang mulai mereka
kenal.

4. Perkembangan minat terbatas

Ketidak mampuan fisik dan mental sertapengalaman yang terbatas membatasi minat anak. Anak
yang cacat fisik misalnya, tidak mungkin mempunyai minat yang sama pada olah raga seperti
teman sebaya yang perkembangann fisiknya normal.

5. Minat dipengaruhi oleh pengaruh budaya

Anak-anak mendapat kesempatan dari orang tua, guru dan orang lain untuk belajar mengenai
apa saja yang oleh kelompok budaya yang mereka dianggap minat yang sesuai dan mereka
tidak diberi kesempatan untuk menekuni minat yang dianggap tidak sesuai bagi mereka oleh
kelompok budaya mereka.

6. Minat berbobot emosional

Bobot emosional, aspek efektif, dari minat menentukan kekuatannya. Bobot emosional yang
tidak menyenangkan melemahkan minat bobot emosional yang menyenangkan memperkuat.

7. Minat itu Egosentrik.

Sepanjang masa kanak-kanak, minat itu egosentris, misalnya : minat anak lakilaki pada
matematika, sering berlandaskan keyakinan bahwa kepandaian dibidang matematika di sekolah
akan merupakan langkah penting menuju kedudukan yang menguntungkan dan bergengsi di
dunia usaha

Selain beberapa ciri minat di atas, di dalam buku ”Belajar dan Faktor-faktor Yang
Mempengaruhinya”, Slameto menambahkan bahwa ciri seseorang mempunyai minat terdiri atas
sebagai berikut:

1. Minat dapat diekspresikan melalui suatu pernyataan yang menunjukkan bahwa siswa lebih
menyukai suatu hal dari pada yang lain.

2. Siswa yang memiliki minat terhadap suatu subjek tertenu cenderung untuk memberikan
perhatian yang lebih besdar terhadap subjek tersebut.

3. Minat dapat dimanifestasikan melalui partisipasi dalam suatu aktivitas.

C. Fungsi Minat dalam Belajar

Menurut Sabri (2007: 85), minat dalam belajar memiliki fungsi sebagai berikut:

1. Sebagai kekuatan yang akan mendorong siswa untuk belajar. Siswa yang

minat kepada suatu pelajaran akan tampak terdorong terus untuk tekun belajar

2. Pendorong siswa untuk berbuat dalam mencapai tujuan

3. Penentu arah perbuatan siswa yakni kearah tujua yang hendak dicapai

4. Penseleksi perbuatan, sehingga perbuatan siswa yang mempunyai minat

akan senantiasa selektif dan tetap terarah kepada tujuan yang ingin dicapai.

D. Pengaruh Minat Terhadap Kegiatan Belajar Siswa

Minat siswa terhadap pelajaran merupakan kekuatan yang akan mendorong siswa untuk
belajar. Siswa yang berminat (sikapnya senang) terhadap suatu pelajaran akan tampak terdorong
terus untuk tekun belajar, berbeda sekali dengan siswa yang sikapnya

hanya menerima kepada pelajaran. Mereka hanya tergerak untuk mau belajar tetapi sulit untuk
bisa terus tekun karena tidak memiliki faktor pendorongnya.

Minat juga sebagai salah satu faktor internal mempunyai peranan dalam menunjang
prestasi belajar siswa, siswa yang tidak berminat terhadap bahan pelajaran akan menunjukkan
sikap yang kurang simpatik, malas dan tidak bergairah mengikuti proses belajar mengajar.

Minat dapat mempengaruhi kualitas pencapaian hasil belajar siswa dalam bidang-bidang
studi tertentu. Umpamanya, seorang siswa yang menaruh minat besar terhadap matematika akan

memusatkan perhatiannya lebih banyak daripada siswa lainnya. Kemudian, karena pemusatan
perhatian yang intensif terhadap materi itulah yang memungkinkan siswa tadi untuk belajar
lebih giat, dan akhirnya mencapai prestasi yang diinginkan (Syah, 2010: 152).

Sulastri (2009: 51) berpendapat bahwa “prestasi adalah suatu hasil dari apa yang telah
diusahakan dengan menggunakan daya atau kekuatan”. Sehingga,untuk meraih prestasi pada
suatu bidang sangatlah diperlukan daya pendorong yang kuat agar siswa tetap semangat saat
berusaha meraihnya dan salah satu daya pendorong tersebut adalah minat. Beberapa indikator
yang dapat kita amati saat siswa sedang memiliki minat pada suatu pelajaran, antara lain:

- mengikuti pelajaran pada jadwalnya

- hadir tepat waktu, tidak ingin terlambat saat belajar

- membawa peralatan belajar dengan lengkap, alat tulis, buku cetak dan buku catatan

- mencatat materi pelajaran dengan lengkap

- memperhatikan dengan seksama jika guru menerangkan

- memiliki rasa ingin tahu yang tinggi terlihat dari antusiasnya saat mengikuti

pelajaran dan bertanya

- menjawab pertanyaan dengan mudah

- mengerjakan latihan dan tugas dengan semangat

- sedih apabila guru terlambat masuk mengajar atau tidak masuk

- memperkaya bahan dengan meminjam buku terkait pelajaran di perpustakaan

- selalu membaca bahan pelajaran walau diluar jadwal pelajaran

D. Peran Guru dalam Meningkatkan Minat Siswa dalam Pembelajaran

Seseorang akan berhasil dalam belajar, jika pada dirinya sendiri ada keinginan untuk belajar
(Sardiman, 2012). Begitu pentingnya minat belajar ini,maka guru perlu mewujudkan suasana
pembelajaran yang dapat merangsang minat siswa (Uno dan Muhammad, 2011). Oleh sebab itu,
guru perlu merancang sebuah pembelajaran yang menarik,menyenangkan serta dapat
mengaitkan pelajaran dengan kehidupan sehari-hari siswa sehingga pelajaran menjadi bermakna
dan terasa manfaatnya oleh siswa, semua itu dilakukan demi memunculkan minat siswa
terhadap pelajaran yang akan dipelajarinya dengan harapan mampu meningkatkan aktifitas dan
hasil belajar siswa.

Minat merupakan faktor psikologis yang akan mempengaruhi belajar. Minat yang dapat
menunjang belajar adalah minat kepada bahan/mata pelajaran dan kepada guru yang
mengajarnya. Apabila siswa tidak berminat kepada bahan/mata pelajaran juga kepada gurunya,
maka siswa tidak akan mau belajar. Oleh karena itu, guru harus memberi motivasi agar siswa
mau belajar dan memperhatikan pelajaran. Guru perlu sekali mengenal minat-minat
muridnya,karena itu penting bagi guru untuk memilih bahan pelajaran, merencanakan
pengalaman-pengalaman belajar, menuntun mereka ke arah pengetahuan, dan untuk mendorong
motivasi belajar mereka (Hamalik, 2008: 105).

Hal yang harus dimiliki oleh seorang guru sebelum meningkatkan minat siswa adalah
meningkatkan minat dan antusias pada diri guru itu sendiri. Menurut Hamalik (2008: 164),
motivasi itu mudah sekali menjalar atau tersebar kepada orang lain. Guru yang berminat tinggi
dan antusias akan menghasilkan muridmurid yang juga berminat tinggi dan antusias pula.
Demikian pula dengan murid yang antusias akan mendorong motivasi murid-murid lainnya.

E. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Minat Belajar Siswa

Beberapa faktor dapat menjadi penyebab meningkat atau menurunnya minat siswa terhadap
pelajaran tertentuSiswa yang berminat (sikapnya senang) terhadap suatu pelajaran akan tampak
terdorong terus untuk tekun belajar, berbeda sekali dengan siswa yang sikapnya

hanya menerima kepada pelajaran. Mereka hanya tergerak untuk mau belajar tetapi sulit untuk
bisa terus tekun karena tidak memiliki faktor pendorongnya.

Minat juga sebagai salah satu faktor internal mempunyai peranan dalam menunjang
prestasi belajar siswa, siswa yang tidak berminat terhadap bahan pelajaran akan menunjukkan
sikap yang kurang simpatik, malas dan tidak bergairah mengikuti proses belajar mengajar.

Minat dapat mempengaruhi kualitas pencapaian hasil belajar siswa dalam bidang-bidang
studi tertent, diantaranya adalah:

1. Persepsi siswa terhadap pelajaran

Persepsi yang salah terhadap pelajaran akan membuat siswa malas untuk mempelajari suatu
materi pelajaran. Sebagai contoh: pandangan siswa terhadap pelajaran matematika

sebagai mata pelajaran yang sulit, atau pelajaran IPS merupakan pelajaran yang membosankan
tentunya akan menyebabkan siswa menjadi malas untuk mempelajari pelajaran-pelajaran
tersebut. Sebaliknya, persepsi positif terhadap suatu pelajaran dengan menganggap pelajaran
tertentu sebagai pelajaran yang mengasyikkan dan menantang akan membuat siswa menjadi
bersemangat untuk lebih giat belajar.

2. Kondisi Fisik dan Psikis siswa

Kondisi fisik atau jasmani siswa saat mengikuti pembelajaran sangat berpengaruh terhadap
minat dan aktivitas belajarnya. Faktor kesehatan badan, seperti kesehatan yang prima dan tidak
dalam keadaan sakit atau lelah, akan sangat membantu dalam memusatkan perhatian terhadap
pelajaran.Tidak hanya kesehatan fisik, namun juga psikis. Banyaknya beban pikiran dan
masalah yang dihadapi oleh siswa akan sangat mengganggu konsentrasi dan perhatian siswa
saat mengikuti pembelajaran. Apalagi pada beberapa pelajaran yang memerlukan kegiatan
mental yang tinggi dan menuntut banyak perhatian dengan pikiran yang jernih.

3. Hubungan Guru dan Murid

Minat yang dapat menunjang belajar adalah minat kepada bahan/mata pelajaran dan
kepada guru yang mengajarnya (Sabri, 2007: 84). Apabila siswa tidak berminat kepada
bahan/mata pelajaran atau juga kepada gurunya, maka siswa tidak akan bersemangat belajar.
Hubungan yang positif antara siswa dan guru akan sangat menentukan kelancaran komunikasi
diantara keduanya. Saat siswa tidak menyukai guru tertentu, secara tidak langsung siswa juga
tidak akan menyukai pelajaran yang disampaikan oleh guru tersebut. Sebaliknya saat siswa

menyukai guru tertentu, juga akan membuat siswa tertarik terhadap apa yang disampaikan oleh
guru saat belajar dikelas.

4. Metode dan Gaya Mengajar Guru

Suasana belajar yang ditampilkan oleh guru saat mengajar akan mempengaruhi mood
peserta didik. Suasana monoton dan membosankan akan membuat siswa tidak bersemangat
mengikuti pembelejaran, sebaliknya suasanya yang menarik, menyenangkan dan bergairah akan
meningkatkan aktifitas dan perhatian siswa dalam proses pembelajaran. Menurut Kartawidjaja
(1987: 185),perasaan senang akan menimbulkan sikap positif dan akan menumbuhkan minat,
sebaliknya perasaan tidak senang akan menimbulkan sikap negatif dan tidak menumbuhkan
minat.

5. Keterkaitan Materi Pelajaran dengan Kehidupan Siswa

Selain hal-hal yang menarik dan menyenangkan, minat juga berhubungan dengan
kepentingan atau kebutuhan seseorang terhadap sesuatu. Oleh sebab itu, keterkaitan materi
pelajaran terhadap kebutuhan dan kehidupan sehari-hari siswa akan mempengaruhi perhatian
dan minat siswa untuk mempelajarinya. Setiap guru hendaklah mampu membawa pelajaran
yang diajarkan dekat dengan kehidupan sehari-hari dengan menggunakan contoh nyata dalam
kehidupan. Dapat juga guru menggunakan fenomena kehidupan yang ada, kemudian
membahasnya dari sudut pandang pelajaran yang akan dipelajari.

6. Reinforcement (penguatan)

Setiap orang selalu membutuhkan dorongan dan penguatan untuk terus berprestasi. Minat
dan motivasi bisa saja menurun pada kondisi-kondisi tertentu. Kemampuan seorang guru dalam
memberikan penguatan saat motivasi siswa menurun akan mempengaruhi “stamina” siswa
untuk terus berusaha dan berprestasi. Sebaliknya, prestasi sekecil apapun perlu diberikan
apresiasi yang positif sebagai bentuk penghargaan atas usaha yang telah dilakukan oleh peserta
didik. Setiap siswa memiliki kecepatan belajar yang berbeda-beda antara satu dengan lainnya,
dengan demikian kemajuan belajar siswa pun akan berbeda-beda. Apresiasi terhadap kemajuan
belajar setiap siswa walaupun terjadi sedikit kemajuan, akan memperbesar energi motivasi
dalam diri siswa untuk semakin meningkatkan prestasi belajarnya.

PENGARUH MINAT TERHADAP KEGIATAN
BELAJAR SISWA

A. Konsep Minat Belajar

Konsep biasa diartikan sebagai gambaran atau rancangan tentang suatu objek. Misalnya
seorang siswa mempunyai keinginan untuk meraih ranking satu di dalam kelas. Kemudian siswa
tersebut mebuat sebuah rencana untuk meraih ranking satu. Dimulai dengan membuat jadwal
harian untuk mengatur kegiatannya sehari hari sampai melakukan belajar dengan giat setiap
harinya. Karena memiliki keingian dan minat yang kuat sisw atersebut akhirnya dapat meraih
ranking satudi kelas.

Minat yang dimiliki seorang siswa sangat penting untuk melakukan suatu kegiatan.
Karena minat merupakan suatu kecintaan, kesukaan, kesenangan dan kebutuhan untuk
melakukan sesuatu. Dengan memiliki minat maka siswa akan bersungguh – sungguh untuk
melakukan sesuatu.

Rasa senang dan suka untuk mempelajari sesuatu akan mendorong siswa untuk
belajar dan mengasah kemampuan serta keterampilan yang dimilikinya. Jadi, konsep minat
belajar siswa adalah rancangan atau gambaran yang bertujuan membuat siswa menyukai,
menyenangi, dan mencitai belajar. Dengan begitu sang pendidik berupaya mengetahui
sesuatu yang disenangi para muridnya agar tau apa yang harus dilakukan untuk mengajar dan
di dengarkan serta diterima oleh para siswa - nya.

B. Macam-Macam dan Ciri-Ciri Minat Belajar
Sang pendidik harus tau apa bakat yang dimiliki siswanya kemudian membantu untuk

mengembangkan bakat tersebut menjadi keterampilan khusus yang dimiliki seorang anak.
Minat seorang anak berbeda - beda. Beriku tmacam – macam minat yang sering diminati oleh
siswa:

i. Minat terhadap alam sekitar, contohnya seorang anak memiliki minat
untuk mempelajari yang ada disekitarnya seperti tumbuhan dan hewan
yang sering di jumpainya.

ii. Minat terhadap musik, contohnya seorang anak memiliki rasa senang dan
sedikit memiliki bakat bermain alat music seperti gitar, piano dan lain
sebagainya.

iii. Minat seni, contohnya ada seorang anak yang memiliki imajinasi yang
bagus. Maka seorang anak tersebut membutuhkan pembimbing untuk
melatih menggunakan imajinasinya untuk menggambar dan lain
sebagainya.

iv. Minat terhadap ilmu pengetahuan, biasa minat ini terdapat pada anak yang
suka untuk memecahkan masalah. Semakin banyak dia memiliki ilmu maka
semakin banyak dia tau dan semakin cepat dia bias menyelesaikan
masalahnya.

v. Minat hitung menghitung, minat ini juga terdapat pada anak yang senang
memecahkan masalah. Akan tetapi sedikit berbeda minat ilmu
pengetahuan. Jika anak memiliki minat menghitung maka anak tersebut
lebih suka memecahkan masalah yang berhubungan dengan angka.

b. Pengaruh Minat Belajar Siswa
Yang dirasakan seorang anak jika memiliki minat saat melakukan sesuatu adalah tidak

merasa bosan. Dengan begitu, kemungkinan yang akan terjadi seorang anak tersebut akan
melakukan segala cara untuk mendapatkan apa yang diainginkan. Akan tetapi anak ini juga
memerlukan seorang pendamping untuk mengawasinya agar tidak melakukan sesuatu yang
tidak diinginkan. Misalnya seorang anak kecil memiliki kesenangan saat menggambar.
Kemudian, gambar hasil karyanya akan ditempelkan pada dinding kamarnya. Suatu hari anak
kecil tersebut kehabisan lem untuk menempelkan hasil karyanya kedinding dan menemukan
solusi menggantikan lem dengan menggunakan nasi. Dia berpikir nasi lengket akan
menempelkan gambar kedinding. Jika hal tersebut tidak diawasi maka nasi akan berserakan
dimana - mana. Maka dari itu sang pembimbing sangat berperan untuk mengajarkan sesuatu
dengan baik. Ibarat kertas putih yang sebagai anak dan pena yang mengisi kertas sebagai
pembimbing nya.

TEORI BELAJAR BEHAVIORISTIC

A. Pengertian Belajar Menurut Teori Behavioristik

Menurut teori behavioristik, belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat dari
adanya interaksi antara stimulus dan respon. Dengan kata lain, belajar merupakan bentuk perubahan
yang dialami siswa dalam hal kemampuannya untuk bertingkah laku dengan cara yang baru sebagai
hasil interaksi antara stimulus dan respon. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika ia dapat
menunjukkan perubahan tingkah lakunya. Sebagai contoh, siswa belum dapat berhitung perkalian.
Walaupun ia sudah berusaha giat dan gurunya sudah mengajarkan dengan tekun, namun jika anak
tersebut belum dapat mempraktekkan perhitungan perkalian, maka ia belum dianggap belajar.
Karena ia belum dapat menunjukkan perubahan perilaku sebagai hasil belajar.

Teori ini mengutamakan pengukuran sebab pengukuran merupakan suatu hal yang penting
untuk melihat terjadi tidaknya perubahan tingkah laku tersebut. Faktor lain yang juga dianggap
penting oleh aliran behavioristik adalah faktor penguatan (reinforcement). Penguatan adalah apa
saja yang dapat meemperkuat timbulnya respons. Bila penguatan ditambahkan (positive
reinforcement), maka respon akan semakin kuat. Begitu juga bila penguatan dikurangi (negative
reinforcement), maka respon pun akan tetap dikuatkan. Jadi, penguatan merupakan suatu bentuk
stimulus, yang penting diberikan (ditambahkan) atau dihilangkan (dikurangi) untuk
memungkinkan terjadinya respon yang positif. Pembelajaran yang dirancang dan berpijak pada
teori behavioristik memandang pengetahuan adalah objektif, pasti, dan tetap (tidak berubah)
sehingga teori behavioristik dianggap masih relevan.

1. Prinsip Teori Belajar Behavioristik
1. Apabila seseorang sudah mampu menunjukkan perubahan perilaku, maka dikatakan sudah
belajar. Artinya, kegiatan belajar yang tidak membawa perubahan perilaku tidak dianggap
belajar menurut teori ini.
2. Hal yang paling penting pada teori ini adalah stimulus dan respon karena bisa diamati. Hal-
hal selain stimulus dan respon tidak dianggap penting karena tidak bisa diamati.
3. Adanya penguatan (reinforcement), yaitu hal-hal yang bisa memperkuat respon. Penguatan
bisa berupa penguatan positif dan negatif.
Teori belajar ini mencakup, antara lain:
1. Ketetapan Kesiapan
Hukum kesiapan berarti bahwa kegiatan pembelajaran akan memberikan hasil yang
diinginkan jika ada kesiapan, baik kesiapan oleh pendidik maupun peserta didik.
2. Ketetapan Latihan

Hukum latihan memiliki arti bahwa semakin banyak latihan, semakin besar peluang
untuk berhasil. Artinya, kegiatan pembelajaran akan berhasil jika peserta didik dibiasakan
untuk latihan secara kontinu dan terukur.
3. Ketetapan efek

Hukum efek berarti bahwa efek yang dirasakan oleh peserta didik setelah belajar akan
memotivasi dirinya untuk terus belajar. Contohnya, seorang peserta didik mendapatkan
hadiah berupa buku paket Matematika karena berhasil mendapatkan nilai sempurna di ujian
tulis Matematika. Efek yang dirasakan adalah bangga dan bahagia. Efek itu diharapkan bisa
memotivasi peserta didik tersebut untuk terus belajar.
4. Ketetapan Sikap

Ketetapan sikap berarti sikap yang terbentuk setelah melakukan pembelajaran.
Perubahan sikap dipengaruhi oleh hal-hal yang ia dapatkan selama kegiatan pembelajaran
berlangsung.

3. Ciri-ciri Teori Belajar Behaviostik
1. Mengutamakan pengaruh lingkungan.
2. Hasil pembelajaran fokus pada terbentuknya perilaku yang diinginkan.
3. Mementingkan pembentukan reaksi atau respon.
4. Bersifat mekanistis atau dilakukan dengan mekanis tertentu, misalnya meminta maaf.
5. Menganggap latihan itu adalah hal yang penting dalam proses pembelajaran.

B. Teori Belajar Menurut Edward Lee Thorndike

Menurut Thorndike belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respon. Stimulus
yaitu apa saja yang dapat merangsang terjadinya kegiatan belajar seperti pikiran, perasaan, atau hal-
hal lain yang dapat ditangkap melalui alat indera. Sedangkan respon yaitu reaksi yang dimunculkan
peserta didik ketika belajar, yang juga dapat berupa pikiran, perasaan, gerakan/tindakan. Thorndike
dalam teori belajarnya mengungkapkan bahwa setiap tingkah laku makhluk hidup itu merupakan
hubungan antara stimulus dan respon. Teori Thorndike ini disebut dengan Teori Connectionisme.
Belajar adalah pembentukan hubungan stimulus dan respon sebanyak-banyaknya. Dengan adanya
stimulus diharapkan akan timbul respon yang maksimal. Teori ini sering juga disebut dengan teori
‘trial and error’. Dalam teori ini orang yang bisa menguasai hubungan stimulus dan respon
sebanyak-banyaknya maka dapat dikatakan orang ini merupakan orang yang berhasil dalam belajar.
Adapun cara untuk membentuk hubungan stimulus dan respon ini dilakukan secara berulang.

Menurut Thorndike teori ‘trial dan error’ berlaku bagi semua orang dan apabila seseorang
dihadapkan dengan keadaan atau situasi yang baru maka secara otomatis akan memberikan respon
atau tindakan-tindakan yang bersifat coba-coba atau bisa juga berdasarkan naluri karena pada
dasarnya disetiap stimulus itu pasti ditemui respon. Jadi dalam teori ini pengulangan-pengulangan
respon atau tindakan dalam menanggapi stimulus atau stimulus baru itu sangat penting sehingga
seseorang atau organisme mampu menemukan tindakan yang tepat dan dilakukan secara terus-
menerus agar lebih tajam dan tidak terjadi kemunduran dalam tindakan atau respon terhadap
stimulus.

1. Ketetapan Pokok Belajar Menurut Thorndike
a) Ketetapan Kesiapan (Law of readiness)
Dalam belajar seseorang harus dalam keadaan siap dalam artian memiliki keadaan
yang baik dan persiapan, baik fisik maupun psikis. Siap fisik artinya seseorang tidak dalam
keadaan sakit, yang bisa mengganggu kualitas konsentrasi. Adapun contoh dari siap psikis
adalah seseorang yang jiwanya tidak lagi terganggu, seperti sakit jiwa dan lain-lain. Di
samping seseorang harus siap fisik dan psikis, seseorang juga harus memiliki kematangan
dalam penguasaan pengetahuan serta kecakapan-kecakapan yang mendasarinya. Menurut
Thorndike ada tiga keadaan yang menunjukkan berlakunya hukum ini, yaitu:
a. Bila pada organisme memiliki kesiapan untuk bertindak atau berperilaku, dan bila
organisme itu dapat melakukan kesiapan tersebut, maka organisme akan mengalami
kepuasan.
b. Bila pada organisme ada kesiapan untuk bertindak atau berperilaku, dan organisme
tersebut tidak dapat melaksanakan kesiapan tersebut, maka organisme akan mengalami
kekecewaan.
c. Bila pada organisme tidak ada persiapan untuk bertindak dan organisme itu dipaksa
untuk melakukannya maka hal tersebut akan menimbulkan keadaan yang tidak
memuaskan.
Di samping hukum-hukum belajar seperti yang telah dikemukakan di atas, konsep
penting dari teori belajar koneksionisme Thorndike adalah yang dinamakan transfer of
training. Konsep ini menjelaskan bahwa apa yang pernah dipelajari oleh anak sekarang
harus dapat digunakan untuk hal lain di masa yang akan datang. Dalam konteks
pembelajaran konsep transfer of training merupakan hal yang sangat penting, sebab
seandainya konsep ini tidak ada, maka apa yang akan dipelajari tidak akan bermakna.

b) Ketetapan Latihan (Law of Exercise)

Untuk menghasilkan tindakan yang cocok dan memuaskan guna merespon suatu
stimulus maka seseorang harus mengadakan percobaan dan latihan yang berulang-ulang,
adapun latihan atau pengulangan perilaku yang cocok dan telah ditemukan dalam belajar,
maka ini merupakan bentuk peningkatan eksistensi dari perilaku yang cocok tersebut (Law
of Use). Dalam suatu teknik agar seseorang dapat mentransfer pesan yang telah ia dapat dari
sort time memory ke long time memory ini dibutuhkan pengulangan sebanyak-banyaknya
dengan harapan pesan yang telah didapat tidak mudah hilang dari benaknya.

c) Ketetapan Akibat (Law of Effect)

Ketetapan akibat Thorndike mengemukakan jika suatu tindakan diikuti oleh suatu
perubahan yang memuaskan dalam lingkungan, kemungkinan tindakan itu diulangi dalam
situasi yang mirip akan meningkat. Akan tetapi, bila suatu perilaku diikuti oleh suatu
perubahan yang tidak memuaskan dalam lingkungan, kemungkinan perilaku itu diulangi
akan menurun. Jadi konsekuensi perilaku seseorang pada suatu waktu memegang peranan
penting dalam menentukan perilaku orang itu selanjutnya. Menurut Thorndike yang lebih
memegang peranan adalah pemberian reward sehingga inilah yang lebih dianjurkan. Teori
Thorndike ini biasanya juga disebut teori koneksionisme karena dalam hukum belajarnya
ada “Law of Effect” yang mana di sini terjadi hubungan antara tingkah laku atau respon
yang dipengaruhi oleh stimulus dan situasi, dan tingkah laku tersebut mendatangkan
hasilnya (effect).

2. Implikasi Teori Thorndike dalam Pembelajaran

Implikasi teori belajar thorndike dalam proses pembelajaran baik digunakan disetiap jenjang
pendidikan, mulai dari jenjang pedidikan awal hingga lanjut. Konsep yang diterapkan dalam teori
belajar Thorndike yaitu konsep mencoba dan mengulang, dimana siswa mencoba berlatih soal
secara berulang-ulang. Prinsip dalam teori belajar Thorndike adalah siswa mampu memecahkan
masalah. Penerapan teori belajar Thorndike bisa digunakan tidak hanya di sekolah saja, konsep ini
bisa diterapkan di rumah. Dalam pembelajaran di sekolah umumnya, guru mengejar sub bahasan
yang ingin dicapai untuk memenuhi standar kompetensi tanpa memikirkan apakah siswa paham
dan bisa. Oleh karena itu, siswa dapat belajar dirumah dengan menerapkan teori belajar Thorndike
supaya bisa menambah pemahaman.

Dalam penerapan teori belajar Thorndike ada beberapa keunggulan, yaitu:

1. Teori ini sering juga disebut dengan Teori Trial and Error. Dalam teori ini orang bisa
menguasai hubungan stimulus dan respon sebanyak-banyaknya sehingga orang akan terbiasa
berpikir dan terbiasa mengembangkan pikirannya.

2. Sering melakukan pengulangan dalam memecahkan suatu permasalahan, anak didik tentu akan
memiliki sebuah pengalaman yang berharga. Selain itu dengan adanya sistem pemberian
hadiah, akan membuat anak didik senantiasa memiliki kemauan dalam memecahkan
permasalahan yang dihadapinya.

Tidak hanya keunggulan, dalam teori ini ada beberapa kelemahan yaitu :

1. Terlalu memandang manusia sebagai mekanismus dan otomatisme belaka disamakan dengan
hewan. Meskipun banyak tingkah laku manusia yang otomatis, tetapi tidak selalu tingkah laku
manusia itu dapat dipengaruhi secara trial and error. Trial and error tidak berlaku mutlak bagi
manusia.

2. Memandang belajar hanya merupakan asosiasi belaka antara stimulus dan respon. Sehingga
yang dipentingkan dalam belajar ialah memperkuat asosiasi tersebut dengan latihan-latihan,
atau ulangan-ulangan yang terus-menerus.

3. Karena belajar berlangsung secara mekanistis, maka pengertian tidak dipandangnya sebagai
suatu yang pokok dalam belajar. Mereka mengabaikan pengertian sebagai unsur yang pokok
dalam belajar.

C. Teori Belajar Menurut John Broades Watson

John Watson dikenal sebagai pendiri aliran behaviorisme di Amerika Serikat. Karyanya
yang paling dikenal adalah “Psychology as the Behaviourist View It” (1913). Menurut Watson
dalam beberapa karyanya, psikologi haruslah menjadi ilmu yang objektif, oleh karena itu ia tidak
mengakui adanya kesadaran yang hanya diteliti melalui metode introspeksi. Watson juga
berpendapat bahwa psikologi harus dipelajari seperti orang mempelajari ilmu pasti atau ilmu alam.
Oleh karena itu, psikologi harus dibatasi dengan ketat pada penyelidikan-penyelidikan tentang
tingkahlaku yang nyata saja.

1. Teori dan Konsep Behaviorisme dari Watson
Teori belajar S-R (stimulus – respon) yang langsung ini disebut behaviorisme menurut

Watson. Teori perubahan perilaku (belajar) dalam kelompok behaviorisme ini memandang
manusia sebagai produk lingkungan. Segala perilaku manusia sebagian besar akibat pengaruh
lingkungan sekitarnya. Lingkunganlah yang membentuk kepribadian manusia. Behaviorisme

tidak bermaksud mempermasalahkan norma-norma pada manusia. Apakah seorang manusia
tergolong baik, tidak baik, emosional, rasional, ataupun irasional. Di sini hanya dibicarakan
bahwa perilaku manusia itu sebagai akibat berinteraksi dengan lingkungan, dan pola interaksi
tersebut harus bisa diamati dari luar.

Syarat terjadinya proses belajar dalam pola hubungan S-R, antara lain:

1. Dorongan, adalah suatu keinginan dalam diri seseorang untuk memenuhi kebutuhan yang
sedang dirasakannya. Unsur dorongan ini ada pada setiap orang, meskipun kadarnya tidak
sama, ada yang kuat menggebu, ada yang lemah tidak terlalu peduli akan terpenuhi atau
tidaknya.

2. Rangsangan atau stimulus. Unsur ini datang dari luar diri individu. Contoh rangsangan
antara lain adalah bau masakan yang lezat, diskon besar-besaran, dan lain sebagainya.

3. Respons. Reaksi-reaksi dari seseorang akibat dari adanya rangsangan dari luar inilah yang
disebut dengan respons dalam dunia teori belajar ini. Respons ada yang positif, dan ada
pula yang negatif. Yang positif disebabkan oleh adanya ketepatan seseorang melakukan
respons terhadap stimulus yang ada, dan tentunya yang sesuai dengan yang diharapkan.
Sedangkan yang negatif adalah apabila seseorang memberi reaksi justru sebaliknya dari
yang diharapkan oleh pemberi rangsangan.

4. Penguatan (reinforcement). Unsur ini datangnya dari pihak luar, ditujukan kepada orang
yang sedang merespons. Apabila respons telah benar, maka diberi penguatan agar individu
tersebut merasa adanya kebutuhan untuk melakukan respons seperti tadi lagi.

Ada tiga kelompok model belajar yang sesuai dengan teori belajar behaviorisme ini,
yaitu yang menurut namanya disebut sebagai hubungan stimulus-respons (S-R bond),
pembiasaan tanpa penguatan (conditioning with no reinforcement), dan pembiasaan dengan
penguatan (conditioning through reinforcemant). Ada satu lagi teori belajar yang masih
menganut paham behaviorisme ini adalah teori belajar sosial dari Bandura.

D. Teori Belajar Clark Leonard Hull

Hull mendasarkan teori belajar pada tingkah laku yang diselidiki dengan hubungan
perkuatan S-R menggunakan metode matematika, deduktif, dan dapat diuji keabsahannya. Hull
menyusun definisi teori belajar ke dalam beberapa hal yaitu kebutuhan adalah keadaan organisme
menyimpang dari kondisi biologis optimum pada umumnya bertujuan untuk melangsungkan

hidupnya, Apabila kebutuhan organisme muncul maka organisme bertindak memenuhi
kebutuhannya. Teori ini dikenal dengan need reduction theory (reduksi kebutuhan). Teori Hull
dikenal adanya drive (pengertian dorongan) yang didefinisikan sebagai kekosongan ganda
organisme sehingga mendorong berbuat sesuatu. Misalnya dorongan belajar, makan, tidur, dan
sebagainya. Dorongan semacam ini disebut motif, Hull juga mengemukakan reinforcement
(penguatan) berupa hadiah, yaitu sesuatu yang dapat mengurangi ketegangan kebutuhan. Belajar
menurut Hull dipengaruhi oleh faktor jumlah waktu, respon khusus yang dapat terjadi disebabkan
adanya kontigu dengan perkuatan berupa hadiah. Hull yakin bahwa tingkah laku individu
bersumber dari kebutuhan yang merupakan tuntutan hidup, sedangkan penguatan merupakan
hadiah yang berperan sebagai suatu stimulus yang mampu mengubah kemungkinan R dan S tertentu
yang disertakan kontigu

1. Prinsip-prinsip Teori Belajar Clark

Prinsip-prinsip Utama Teori Belajar Clark Leonard Hull, yaitu :
a. Reinforcement adalah faktor penting dalam belajar yang harus ada. Namun fungsi

reinforcement bagi Hull lebih sebagai drive reduction daripada satisfied factor.
b. Dalam mempelajari hubungan S-R yang perlu dikaji adalah peranan dari intervening

variable atau yang juga dikenal sebagai unsur O (organisme). Faktor O adalah kondisi
internal dan sesuatu yang disimpulkan (inferred), efeknya dapat dilihat pada faktor R yang
berupa output. Karena pandangan ini Clark dikritik karena bukan behaviorisme sejati.
c. Proses belajar baru terjadi setelah keseimbangan biologis terjadi. Di sini tampak pengaruh
teori Darwin yang mementingkan adaptasi biologis organisme.
Prinsip-prinsip Drive Reduction Theory yaitu :
a. Dorongan, merupakan hal yang penting agar terjadi respon (siswa harus memiliki
keinginan untuk belajar).
b. Stimulus dan respons harus dapat diketahui oleh organisme agar pembiasaan dapat terjadi
(siswa harus mempunyai perhatian).
d. Respons harus dibuat agar terjadi pembiasaan (siswa harus aktif).
e. Pembiasaan hanya terjadi jika reinforcement dapat memenuhi kebutuhan (belajar barus
dapat memenuhi keinginan siswa).

Secara teoritis, kerangka teori Hull berisi postulat-postulat yang dinyatakan dalam bentuk
matematik, yaitu :

a. Organisme memiliki sebuah hierarki kebutuhan yang muncul karena adanya stimulation
atau dorongan.

b. Kebiasaan yang kuat meningkatkan aktivitas yang diasosiakan dengan reinforcement
primer maupun sekunder.

c. Stimulus diasosiasikan dengan penghentian sebuah respons menjadi penghalang yang
dikondisikan.

d. Lebih efektif reaksi potensi melampai reaksi minimal kbih pendek terjadinya penundaan
respons (latency respons).

E. Teori Belajar Menurut Edwin Guthrie

Azas belajar Guthrie yang utama adalah hukum kontiguiti. Yaitu gabungan stimulus-
stimulus yang disertai suatu gerakan, pada waktu timbul kembali cenderung akan diikuti oleh
gerakan yang sama. Hukum kontiguiti adalah satu prinsip asosionisme yaitu respon atas suatu
situasi cendrung diulang, bilamana individu menghadapi suatu kasus yang sama. Kunci teori
Guthrie terletak pada prinsip tunggal bahwa kontiguitas merupakan fondasi pembelajaran.
Guthrie juga menggunakan variabel hubungan stimulus dan respon untuk menjelaskan
terjadinya proses belajar. Belajar terjadi karena gerakan terakhir yang dilakukan mengubah
situasi stimulus sedangkan tidak ada respon lain yang dapat terjadi. Penguatan sekedar hanya
melindungi hasil belajar yang baru agar tidak hilang dengan jalan mencegah perolehan respon
yang baru

Hubungan antara stimulus dan respon bersifat sementara, oleh karena itu dalam
kegiatan belajar peserta didik perlu sering diberi stimulus agar hubungan stimulus dan respon
bersifat lebih kuat dan menetap dan karena itu pula diperlukan pemberian stimulus yang sering
agar hubungan itu menjadi lebih langgeng. Selain itu, suatu respon akan lebih kuat (dan bahkan
menjadi kebiasaan) bila respon tersebut berhubungan dengan berbagai macam stimulus.

Meskipun Guthrie menekankan keyakinannya pada hukum kontiguitas di sepanjang
karirnya, dia menganggap akan keliru jika kita menganggap asosiasi yang dipelajari sebagaian
hanya asosiasi antara stimuli lingkungan dengan prilaku nyata. Misalnya, kejadian di
lingkungan dan responsnya terkadang dipisahkan oleh satu interval waktu, dan karenanya sulit
untuk menganggap keduanya sebagai kejadian yang bersamaan. Guthrie selanjutnya mengatasi
problem tersebut dengan mengemukakan adanya movement-product stimuli (stimuli yang
dihasilkan oleh gerakan), yakni disebabkan oleh gerakan tubuh, antara lain :
1. Hukuman menurut Guthrie

Teori Pembelajaran Menurut Edwin Ray Guthrie percaya bahwa hukuman
(punishment) memegang peranan penting dalam proses belajar. Hukuman yang diberikan
pada saat yang tepat akan mampu mengubah tingkah laku seseorang. Saran utama dari teori
ini adalah guru harus dapat mengasosiasi stimulus respon secara tepat. Pebelajar harus
dibimbing melakukan apa yang harus dipelajari. Hukuman yang diberikan dalam proses
pembelajaran harus sesuai dengan asumsi dan ideologi yang ada dalam diri siswa.
Menurutnya suatu hukuman yang diberikan pada saat yang tepat, akan mampu mengubah
kebiasaan seseorang. Menurut Guthrie hukuman memegang peranan penting dalam proses
belajar. Namun ada beberapa alasan mengapa Skinner tidak sependapat dengan Guthrie
yaitu:

1. Pengaruh hukuman terhadap perubahan tingkah laku sangat bersifat sementara.
2. Dampak psikologis yang buruk mungkin akan terkondisi (menjadi bagian dari jiwa si

terhukum) bila hukuman berlangsung lama.
3. Hukuman yang mendorong si terhukum untuk mencari cara lain (meskipun salah dan

buruk) agar ia terbebas dari hukuman. Dengan kata lain, hukuman dapat mendorong si
terhukum melakukan hal-hal lain yang kadangkala lebih buruk daripada kesalahan yang
diperbuatnya. Skinner lebih percaya kepada apa yang disebut sebagai penguat negatif.
Penguat negatif tidak sama dengan hukuman. Ketidak samaannya terletak pada bila
hukuman harus diberikan (sebagai stimulus) agar respon yang muncul berbeda dengan
respon yang sudah ada, sedangkan penguat negatif (sebagai stimulus) harus dikurangi
agar respon yang sama menjadi semakin kuat.
2. Dorongan Menurut Guthrie

Teori Pembelajaran Menurut Edwin Ray Guthrie – Drives (dorongan) fisiologis
merupakan apa yang oleh Guthrie dikatakan maintaining stimuli (stimuli yang
mempertahankan) yang menjaga organisme tetap aktif sampai tujuan tercapai. Misalnya,
rasa lapar menghasilkan stimuli internal yang terus ada sampai makanan dikonsumsi. Ketika
makan diperoleh, maintaining stimuli akan hilang, dan karenanya kondisi yang
menstimulasi telah berubah.

3. Lupa Menurut Guthrie
Menurut Guthrie, lupa disebabkan oleh munculnya respons alternatif dalam satu pola

stimulus. Setelah pola stimulus menghasilkan respons alternatif, pola stimulus itu kemudian
akan cenderung menghasilkan respons baru. Jadi menurut Guthrie, lupa pasti melibatkan
proses belajar baru. Ini adalah bentuk retroactive inhibition (hambatan retroaktif) yang

ekstrem, yakni fakta bahwa proses belajar lama diintervensi oleh proses belajar baru.
Guthrie menerima bentuk hambatan retroaktif ektrim ini. Pendapatnya adalah bahwa setiap
kali mempelajari hal yang baru, maka proses itu akan menghambat sesuatu yang lama.
Dengan kata lain, lupa disebabkan oleh intervensi. Tak ada intervensi, maka lupa tidak akan
terjadi.

4. Transfer Training Menurut Guthrie
Saran Guthrie adalah selalu mempraktikkan perilaku yang persis sama yang akan

diminta kita lakukan nanti. Selain itu, kita harus melatihnya dalam kondisi yang persis sama
dengan kondisi ketika nanti kita diuji.

F. Teori Belajar Menurut Burrhusm Frederic Skinner

Teori Burhus Frederic Skinner menekankan pada perubahan perilaku yang dapat diamati
dengan mengabaikan kemungkinan yang terjadi dalam proses berpikir pada otak seseorang.
Menurut Skinner, hubungan antara stimulus dan respon yang terjadi melalui interaksi dalam
lingkungannya akan menimbulkan perubahan tingkah laku.

Skinner memulai penemuan teori belajarnya ini dengan sebuah kepercayaan bahwa
prinsip-prinsip Classic Conditioning (suatu respon diperoleh dari sebuah organisme dengan
stimulus yang spesifik dan dapat diidentifikasi atau ditimbulkan oleh stimuli yang tidak
terkondisi. Skinner membuat eksperimen, yaitu dengan memasukkan seekor tikus yang telah
dilaparkan dalam kotak yang disebut “Skinner Box” yang sudah dilengkapi dengan berbagai
peralatan, yaitu tombol, penampung makanan. Karena dorongan lapar tikus berusaha keluar
untuk mencari makanan. Selama tikus bergerak kesana kemari untuk keluar dari box, tidak
sengaja ia menekan tombol, dan makanan keluar.

Eksperimen yang dilakukan Skinner terhadap tikus menghasilkan ketetapan belajar,
diantaranya:
a. Law Of Operant Conditing yaitu jika timbulnya perilaku diiringi dengan stimulus penguat,

maka kekuatan perilaku tersebut akan meningkat.
b. Law Of Operant Extinction yaitu jika timbulnya peilaku telah diperkuat melalui proses

pengkondisian tidak diiringi stimulus penguat, Maka kekuatan perilaku tersebut akan
menurun bahkan musnah.

Dalam teori Skinner terdapat 2 macam bentuk penguatan, yaitu:
a) Penguatan Positif

Penguatan dapat dianggap sebagai stimulus positif, jika penguatan tersebut seiring
dengan meningkatnya peilaku siswa dalam melakukan pengulangan perilakunya itu.
Contoh penguatan postif diantaranya adalah pujian yang diberikan kepada siswa, sikap
guru yang menunjukkan rasa gembira pada saat siswa bisa menjawab dengan benar.
Penguatan positif akan berbekas pada diri siswa. Tanggapan yang dihargai akan cenderung
diulangi. Mereka yang mendapat pujian setelah berhasil menyelesaikan tugas atau
menjawab pertanyaan dengan benar biasanya akan berusaha memenuhi tugas berikutnya
dengan penuh semangat.
b) Penguatan Negatif

Penguatan negative adalah bentuk stimulus yang lahir akibat dari respon siswa yang
kurang atau tidak diharapkan. Tanggapan yang memungkinkan terjadinya keadaan untuk
meloloskan diri dari hal yang tidak diinginkan atau ketidaknyamanan cenderung akan
diulangi. Penguatan negative itu dapat berupa teguran, peringatan atau sangsi.

Aplikasi Teori Skinner terhadap pembelajaran, antara lain:
1.) Bahan yang dipelajari di analisis sampai pada unit-unit secara organis.

2.) Hasil belajar harus segara diberitahukan kepada siswa, jika salah dibetulkan dan jika benar
diperkuat.

3.) Proses belajar harus mengikuti irama dari yang belajar.

4.) Materi pelajaran digunakan system modul.

5.) Tes lebih ditekankan untuk kepentingan diagnostic.

6.) Dalam Pendidikan mengutamakan mengubah lingkungan untuk menghindari pelanggaran
agar tidak adanya hukuman.

G. Aplikasi Teori Behavioristik dalam Kegiatan Pembelajaran

1. Prinsip Teori Belajar Behavior
Aliran psikologi belajar yang sangat besar pengaruhnya terhadap arah pengembangan

teori dan praktik pendidikan dan pembelajaran hingga kini adalah aliran behavioristik.Aliran
behavioristik ini menekankan pada perilaku yang tampak sebagai hasil belajar. Adapun unsur-
unsur yang sangat penting dalam teori behavioristik ini antara lain: (1) Hubungan stimulus
respon. (2) Individu atau siswa pasif. (3) Perilaku sebagai hasil belajar yang tampak. (4)

Pembentukan perilaku (shaping) dengan penataan kondisi secara ketat. (5) Reinforcement dan
hukuman.

Menurut Mukinan (1997:23), prinsip teori behavior, antara lain:
1. Belajar adalah perubahan tingkah laku tertentu. Teori ini beranggapan bahwa yang

dinamakan belajar jika yang bersangkutan dapat menunjukkan perubahan tingkah laku
tertentu.
2. Mementingkan adanya stimulus dan respon. Teori ini beranggapan bahwa yang terpenting
dalam belajar adalah adanya stimulus dan respon, sebab inilah yang dapat diamati,
sedangkan apa yang terjadi di antaranya dianggap tidak penting karena tidak dapat diamati.
3. Memerlukan reinforcement. Yakni apa saja yang dapat menguatkan timbulnya respon,
merupakan faktor penting dalam belajar. Respon semakin kuat apabila reinforcement (baik
positif maupun negatif) ditambah.

2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Teori Behavioristik
Aplikasi teori behavioristik dalam kegiatan pembelajaran tergantung dari beberapa hal,

seperti:
1. Tujuan Pembelajaran

Tujuan pembelajaran menurut teori behavioristik ditekankan pada penambahan
pengetahuan, sedangkan belajar sebagai aktivitas “mimetic”, yang menuntut siswa untuk
mengungkapkan kembali pengetahuan yang sudah dipelajari dalam laporan, kuis, atau tes.

2. Sifat Materi Pelajaran
Pembelajaran yang dirancang dan dilaksanakan pada teori behavioristik memandang

bahwa pengetahuan adalah objektif, pasif, tetap, dan tidak berubah. Pengetahuan telah
terstruktur dengan rapi dan teratur, sehingga pebelajar atau orang yang belajar harus
dihadapkan pada aturan-aturan yang jelas dan ditetapkan terlebih dahulu secara ketat.
3. Karakteristik Pebelajar (Peserta Didik)

Untuk memaksimalkan tujuan pembelajaran, guru perlu menyiapkan dua hal,
sebagai berikut: (1) Menganalisis kemampuan awal dan karakteristik siswa sebagai subjek
yang akan diharapkan mampu memiliki jumlah kompetensi sebagaimana yang telah
ditetapkan dalam standar kompetensi dasar. (2) Merencanakan materi pembelajsrsn yang
akan dibelajarkan oleh guru benar-benar sesuai dengan yang diharapkan dan kondisi siswa,
sehingga guru tidak akan over-estimate dan under-estimate terhadap siswa.

4. Media Serta Fasilitas Pembelajaran.
Pembelajaran mengikuti urutan kurikulum secara ketat, sehingga aktivitas belajar

lebih banyak didasarkan pada buku/teks buku wajib dengan penekanan pada keterampilan
mengungkapkan kembali isi buku/teks wajib tersebut.

3. Implikasi Teori Belajar Behavioristik
Implikasi teori belajar behavioristik terhadap pembelajaran, sebagai berikut:

a. Sistem Pembelajaran Bersifat Otomatis-Mekanis
Dalam hal pembelajaran, pebelajar dianggap sebagai objek pasif yang selalu

membutuhkan motivasi dan penguatan dari pendidik. Oleh karena iu, para pendidik
mengembangkan kurikulum yang terstuktur dengan menggunakan standar-standar tertentu
dalam proses pembelajaran. Siswa diharapkan akan memiliki pemahaman yang sama
terhadap pengetahuan yang diajarkan. Artinya, apa yang dipahami oleh pengajar atau guru
itulah yang harus dipahami oleh murid. Fungsi mind atau pikiran adalah untuk menjiplak
struktur pengetahuan yang sudah ada melalui proses berpikir yang dapat dianalisis dan
dipilah, sehingga makna yang dihasilkan dari proses berpikir seperti ini ditentukan oleh
karakteristik struktur pengetahuan tersebut. Akibatnya, pebelajar kurang mampu untuk
berkreasi, bereksperimen, dan mengembangkan kemampuannya sendiri.
b. Ketaatan Dipandang Sebagai Penentu Keberhasilan Belajar

Karena teori behavioristik memandang bahwa sebagai sesuatu yang ada di dunia
nyata telah tersetruktur rapi dan teratur, maka siswa atau orang yang belajar harus
dihadapkan pada aturan-aturan yang jelas dan ditetapkan lebih dulu secara ketat.
Pembiasaan dan disiplin menjadi sangat esensial dalam belajar, sehingga pembelajaran
lebih banyak dikaitkan dengan penegakan disiplin. Sehingga sistem kontrol belajar harus
dipegang oleh sistem yang berada di luar diri siswa.
c. Adanya Istilah Hukuman dan Hadiah

Kegagalan atau ketidakmampuan dalam penambahan pengetahuan dikategorikan
sebagai kesalahan yang perlu dihukum dan keberhasilan belajar atau kemampuan
dikategorikan sebagai bentuk perilaku yang pantas diberi hadiah.
d. Adanya evaluasi.

Evaluasi menekankan pada respon pasif, ketrampilan secara terpisah, dan biasanya
menggunakan paper and pencil test. Evaluasi hasil belajar menuntut satu jawaban benar.
Maksudnya, bila siswa menjawab secara “benar” sesuai dengan keinginan guru, hal ini
menunjukkan bahwa siswa telah menyelesaikan tugas belajarnya. Evaluasi belajar

dipandang sebagai bagian yang terpisah dari kegiatan pembelajaran, dan biasanya dilakukan
setelah selesai kegiatan pembelajaran. Teori ini menekankan evaluasi pada kemampuan
siswa secara individual.

Sedangkan langkah umum yang dapat dilakukan guru dalam menerapkan teori
behaviorisme dalam proses pembelajaran adalah:
(1) Mengidentifikasi tujuan pembelajaran.
(2) Melakukan analisis pembelajaran.
(3) Mengidentifikasi karakteristik dan kemampuan awal pembelajar.
(4) Menentukan indikator-indikator keberhasilan belajar.
(5) Mengembangkan bahan ajar (pokok bahasan, topik, dan lain-lain).
(6) Mengembangkan strategi pembelajaran (kegiatan, metode, media dan waktu).
(7) Mengamati stimulus yang mungkin dapat diberikan (latihan, tugas, tes dan sejenisnya).
(8) Mengamati dan menganalisis respons pembelajar.

4. Contoh Penerapan Teori Behavioristik

1. Penyelenggaraan Pendidikan Dari Tingkat Dini Hingga Perguruan Tinggi.
Aplikasi teori belajar behavioristik sangat cocok untuk perolehan kemampaun yang

membutuhkan praktek dan pembiasaan yang mengandung unsur-unsur seperti: Kecepatan,
spontanitas, kelenturan, reflek, daya tahan dan sebagainya sehingga model yang paling
cocok adalah Drill dan Practice, contohnya: dimanfaatkan di pendidikan anak usia dini, TK
untuk melatih kebiasaan baik, karena anak-anak sangat mudah meniru perilaku yang ada
dilingkungannya dan sangat suka dengan pujian dan penghargaan. Sedangkan untuk
pendidikan menengah dan pendidikan tinggi teori behavioristik ini banyak digunakan antara
lain untuk melatih percakapan bahasa asing, mengetik, menari, menggunakan komputer,
berenang, olahraga dan sebagainya.
2. Berkembang Pada Pembelajaran dengan Powerpoint dan Multimedia.

Dalam pembelajaran dengan powerpoint, pembelajaran cenderung terjadi satu arah.
Materi disampaikan dalam bentuk powerpoint yang telah disusun secara rinci. Sementara
itu pada pembelajaran dengan multimedia, siswa diharapkan memiliki pemahaman yang
sama dengan pengembang, materi disusun dengan perencanaan yang rinci dan ketat dengan
urutan yang jelas, latihan yang diberikan pun cenderung memiliki satu jawaban benar.

TEORI KOGNITIF

1. Pengertian kognitif

Kognitif adalah semua aktivitas mental yang membuat suatu individu mampu menghubungkan,
menilai, dan mempertimbangkan suatu peristiwa, sehingga individu tersebut mendapatkan
pengetahuan setelahnya. Kognitif ini erat sekali dengan tingkat kecerdasan seseorang. Contoh
kognitif bisa ditunjukkan ketika seseorang sedang belajar, membangun sebuah ide, dan
memecahkan masalah.

Pengertian kognitif menurut para ahli

- Menurut Williams dan Susanto, yaitu cara individu bertingkah laku, bertindak, dan cepat
lambatnya individu saat memecahkan masalah yang sedang dihadapi.

- Menurut Neisser, yaitu perolehan, penataan, dan penggunaan pengetahuan.

- Menurut Gagne, yaitu proses internal yang terjadi di dalam pusat susunan saraf ketika manusia
sedang berpikir.

- Menurut Drever, yaitu istilah umum yang melingkupi metode pemahaman, yakni persepsi,
penilaian, penalaran, imajinasi, dan penangkapan makna.

- Menurut Piaget, yaitu bagaimana anak beradaptasi dan menginterpretasikan objek dan kejadian-
kejadian di sekitarnya.

2. Fungsi kognitif

Fungsi kognitif adalah sebuah proses mental dalam menyeleksi, menyimpan, memproses, dan
mengembangkan informasi yang diterima dari stimulasi luar.Terdapat beberapa jenis fungsi
kognitif di otak. Namun perlu diingat, untuk beraktivitas normal, berbagai fungsi tersebut saling
berhubungan satu sama lain, sehingga tidak bisa dipisahkan.

Fungsi kognitif membuat kita mampu memahami dan berinteraksi baik dengan orang lain. Berikut
ini beberapa fungsi kognitif yang perlu Anda tahu:

1. Perhatian

Secara sederhana, perhatian berfungsi untuk menyeleksi rangsangan yang akan jadi fokus
perhatian dan diabaikan dalam waktu bersamaan.

Secara eksternal, rangsangan bisa ditemukan lewat bau, suara, dan gambar. Sedangkan dari
internal berupa pikiran dan emosi. Rangsangan ini berguna saat Anda melakukan aktivitas mental
atau motorik sehari-hari.

2. Memori atau Daya Ingat

Memori atau ingatan adalah sebuah proses membuat, menandai, menyimpan, dan mengembalikan
lagi sebuah informasi ke dalam otak.

Fungsi kognitif ini berhubungan dengan pengertian. Ketika kita tidak fokus memerhatikan
sesuatu, maka kita tidak bisa menyimpan, menandai, dan mengingat hal tersebut.

3. Fungsi Eksekutif

Fungsi eksekutif adalah serangkaian proses yang mendukung manusia merencanakan sesuatu,
inisiasi, dan melaksanakan proses. Fungsi ini juga mendukung manusia untuk bisa memecahkan
suatu masalah.

4. Kemampuan Berbahasa

Bahasa adalah sebuah alat untuk berkomunikasi. Kendati demikian, bahasa tidak hanya penting
digunakan untuk berkomunikasi tetapi juga berperan untuk menyusun apa yang ada di pikiran
internal manusia.

5. Merasakan dan Mengenali

Fungsi kognitif ini membuat kita mengenali dan membedakan berbagai rangsangan yang kita
dapat.

Contohnya, seperti membantu mengenali wajah teman dan keluarga, hingga membedakan
berbagai benda-benda lainnya di sekitar kita.

Perlu diketahui, seiring bertambahnya usia, kemampuan fungsi kognitif seseorang akan menurun
perlahan. Jika fungsi kognitif tidak ditingkatkan dan dijaga, Anda berisiko mengalami kepikunan.

Pikun adalah kondisi kesehatan yang cukup mengganggu di masa tua. Ini karena kondisi ini
membuat kemampuan berinteraksi sosial penderitanya dengan masyarakat jadi menurun

Tingkatkan Fungsi Kognitif untuk Cegah Kepikunan

Banyak hal yang bisa dilakukan untuk mencegah kondisi kepikunan. Beberapa cara berikut ini
bisa Anda lakukan untuk mencegah fungsi kognitif menurun.

1. Menjaga Kesehatan Jantung

Untuk menjaga kesehatan fungsi kognitif, aliran darah ke otak harus tercukupi. Salah satu caranya
yaitu dengan menjaga kesehatan jantung dan pembuluh darah.

Untuk itu, Anda harus mencegah terjadinya kondisi hipertensi, diabetes, dan kolesterol tinggi.
Tak lupa, berhenti merokok juga dapat menjaga kesehatan jantung dan pembuluh darah.

2. Meningkatkan Kualitas Tidur

Pastikan bahwa Anda tidur cukup selama tujuh hingga sembilan jam dalam sehari.

Hal ini penting untuk me-reset kembali otak dan menjaga kesehatan mental Anda. Untuk
memaksimalkan kualitas tidur, coba lakukan hal-hal ini:

Matikan semua alat elektronik 30-60 menit sebelum tidur.

Coba hilangkan atau jangan memikirkan hal yang membuat Anda khawatir dan cemas.

Lakukan meditasi 5-10 menit untuk menenangkan pikiran.

3. Rutin Beraktivitas Fisik

Berjalan kaki sekali sehari selama 30 menit, bersepeda, atau berenang dapat membantu Anda
untuk menjaga fungsi kognitif otak agar tetap sehat.

4. Makan Makanan Sehat

Makan makanan tinggi serat, kaya kandungan asam lemak omega 3, rendah lemak jenuh, serta
sayuran hijau dapat membantu menjaga kesehatan otak.

Makanan tersebut juga bermanfaat untuk mencegah terjadinya kepikunan. Tidak lupa, imbangi
dengan buah dan kacang-kacangan setiap hari agar fungsi kognitif otak tetap terjaga.

5. Perbanyak interaksi sosial

Ketimbang melakukan berbagai aktivitas di media sosial, lebih baik perbanyak interaksi sosial
langsung bersama teman dan kerabat.Hal ini bisa dilakukan dengan cara berbicara dan bertemu
langsung, video call, atau bahkan saling telepon.Ketika bersosialisasi,seperti berdiskusi dan
mendengar, sirkulasi peredaran darah ke bagian otak Anda meningkat.Otak jadi bekerja dan
merespon rangsangan tersebut. Secara tak langsung, ini melatih fungsi kognitif otak tetap aktif
dan sehat terjaga.

3. Teori belajar kognotif

Teori belajar kognitif adalah teori belajar yang mementingkan proses belajar daripada hasilnya.
Teori ini menyatakan bahwa pada proses belajar, seseorang tidak hanya cenderung pada
hubungan antara stimulus dan respon, melainkan juga bagaimana perilaku seseorang dalam
mencapai tujuan belajarnya.

Prinsip teori belajar kognitif dalam pembelajaran adalah sebagai berikut.

1. Proses belajar lebih penting daripada hasil.
2. Persepsi dan pemahaman dalam mencapai tujuan belajar menunjukkan tingkah laku seorang

individu.
3. Materi belajar dipisahkan menjadi komponen kecil, lalu dipelajari secara terpisah.
4. Keaktifan peserta didik saat pembelajaran merupakan suatu keharusan.
5. Pada kegiatan belajar, dibutuhkan proses berpikir yang kompleks.

4. Pendekatan teori kognitif

Teori belajar pendekatan kognitif adalah bagian terpenting dari sains kognitif yang telah
memberikan kontribusi yang sangat berarti dalam perkembangan psikologi pendidikan. Dalam
psikologi kognitif, manusia tidak lagi dipandang sebagai makhluk yang bereaksi secara pasif pada
lingkungannya sebagaimana anggapan behaviorisme, akan tetapi ia dianggap sebagai makhluk
yang berusaha memahami lingkungannya, makhluk yang selalu berpikir/homo sapiens (Yusuf,
1990 : 42). Pendekatan psikologi kognitif lebih menekankan arti penting proses internal, mental
manusia. Dalam pandangan ahli kognitif, tingkah laku manusia yang tampak tak dapat diukur dan
diterangkan tanpa melibatkan proses mental, seperti motivasi, kesengajaan, keyakinan, dan

sebagainya. Aspek kognitif ini banyak mempermasalahkan bagaimana orang memperoleh suatu
pemahaman akan dirinya serta lingkungannya, dan bagaimana dengan kesadarannya, ia bertindak
terhadap lingkungannya tersebut. Dalam hal ini pusat perilaku kesadarannya adalah ide di dalam
otak, yang tampak pada perilaku berpikir. Jadi, proses belajar dalam kognitivisme ini tidak lagi
dipandang sebagai pembentukan prilaku yang diperoleh dari pengulangan hubungan S-R (stimulus-
respons) secara kaku, dan adanya penguatan-penguatan, tetapi mencakup fungsi pengalaman
perseptual dan proses kognitif yang meliputi ingatan, lupa, pengolahan informasi dan sebagainya.
Karena manusia merupakan makhluk yang selalu berusaha memahami lingkungannya dengan cara
berpikir, maka stimulus-stimulus yang datang dari luar diaturnya, diolah kemudian disesuaikan
dengan struktur kognitif yang dimilikinya sehingga prosesnya menjadi kompleks, dan kemudian
terjadilah perubahan perilaku. Jika menurut behaviorisme belajar itu terjadi sebagai akibat
lancarnya hubungan S-R yang tampak membiasa dalam proses yang bersifat mekanis-otomatis,
tanpa menghiraukan fungsi otak, pada kognitivisme justru belajar itu dari otak. Belajar terjadi
secara internal di dalam otak manusia, yang meliputi persepsi, motivasi, ingatan, lupa dan
sebagainya (Syah, 2002 : 111).
Banyak teori yang menerangkan tentang teori belajar, selain Piaget yang menjelaskan belajar
merupakan perkembangan genetik, Bruner menerangkan lebih lengkap lagi. Menurutnya belajar
kognitif merupakan suatu proses yang sejalan dengan perkembangan tiga tahap, yang meliputi
enactive, iconic, dan symbolic. Tahap enaktif menunjukkan seorang anak secara aktif melakukan
kegiatan dalam usahanya memahami lingkungannya. Tahapan kognitif ikonik, menunjukkan bahwa
anak pada masa ini banyak dikuasai oleh simbol-simbol visual, namun belum mampu menerangkan
konsepnya. Sedangkan terakhir, simbolik, menunjukkan seorang anak mulai menggunakan simbol-
simbol lebih banyak dari sebelumnya. Pada tahap ini anak telah memiliki daya imajinasi yang
tinggi, mampu menampak simbol abstrak. Apabila kita belajar tentang teori maka pembahasannya
tidak terlepas dari sistem intruksional. Kedua hal ini erat kaitannya satu sama lain. Komunikasi
intruksional berarti komunikasi dalam bidang instruksional. Dengan demikian, apabila ingin
membicarakan tentang komunikasi instruksional, maka dengan sendirinya kita tidak bisa lepas dari
pembahasan mengenai kata atau istilah instruksional. Kata instruksional berasal dari kata
instruction. Hal ini bisa berarti pengajaran, pelajaran, atau bahkan perintah atau instruksi. Memang
terdapat beberapa kemungkinan makna dari instruksional tersebut karena bergantung pada bidang
dan konteks pembahasannya.
Di dalam dunia pendidikan, kata instruksional tidak diartikan perintah, tetapi lebih mendekati
kedua arti yang pertama, yakni pengajaran dan atau pelajaran. Bahkan dapat diartikan
pembelajaran. Pada istilah pengajaran, yang dominan adalah guru, pengajar, atau dosen
sebagaimana kata mengajar itu sendiri datangnya dari pengajar, maka pada pelajaran titik beratnya
adalah pada materi atau pesan yang diajarkan oleh pengajar.

5. Perkembangan teori kognitif
Perkembangan Kognitif Menurut Jean Pieget

Piaget lebih menitik beratkan pembahasannya pada struktur kognitif. Ia meneliti dan menulis
subjek perkembangan kognitif ini dari tahun 1927 sampai 1980. Berbeda dengan para ahli-ahli
psikologi sebelumnya. Ia menyatakan bahwa cara berfikir anak bukan hanya kurang matang
dibandingkan dengan orang dewasa karena kalah pengetahuan, tetapi juga berbeda secara
kualitatif.

Menurut penelitiannya juga bahwa tahap-tahap perkembangan intelektual individu serta
perubahan umur sangat mempengaruhi kemampuan individu mengamati ilmu pengetahuan.
(Laura A. King:152). Piaget mengemukakan penjelasan struktur kognitif tentang bagaimana anak
mengembangkan konsep dunia di sekitar mereka. ( Loward s. Friedman and Miriam. W.
Schustack. 2006: 59). Teori Piaget sering disebut genetic epistimologi (epistimologi genetik)
karena teori ini berusaha melacak perkembangan kemampuan intelektual, bahwa genetic mengacu
pada pertumbuhan developmental bukan warisan biologis (keturunan). (B.R. Hergenhahn &
Matthew H. Olson, 2010: 325).

Menurut Piaget, anak dilahirkan dengan beberapa skemata sensorimotor, yang

memberi kerangka bagi interaksi awal anak dengan lingkungannya. Pengalaman awal si anak
akan ditentukan oleh skemata sensorimotor ini. Dengan kata lain, hanya kejadian yang dapat
diasimilasikan ke skemata itulah yang dapat di respons oleh si anak, dan karenanya kejadian itu
akan menentukan batasan pengalaman anak. Tetapi melalui pengalaman, skemata awal ini
dimodifikasi. Setiap pengalaman mengandung elemen unik yang harus di akomodasi oleh struktur
kognitif anak. Melalui interaksi dengan lingkungan, struktur kognitif akan berubah, dan
memungkinkan perkembangan pengalaman terus-menerus. Tetapi menurut Piaget, ini adalah
proses yang lambat, karena skemata baru itu selalu berkembang dari skemata yang sudah ada
sebelumnya. Dengan cara ini, pertumbuhan intelektual yang dimulai dengan respons refleksif
anak terhadap lingkungan akan terus berkembang sampai ke titik di mana anak mampu
memikirkan kejadian potensial dan mampu secara mental mengeksplorasi kemungkinan
akibatnya. Interiorisasi menghasilkan perkembangan operasi yang membebaskan anak dari
kebutuhan untuk berhadapan langsung dengan lingkungan karena dalam hal ini anak sudah
mampu melakukan manipulasi simbolis. Perkembangan operasi (tindakan yang diinteriorisasikan)
memberi anak cara yang kompleks untuk menangani lingkungan, dan oleh karenanya, anak
mampu melakukan tindakan intelektual yang lebih kompleks. Karena struktur kognitif anak lebih
terartikulasikan. Demikian pula lingkungan fisik anak, jadi dapat dikatakan bahwa struktur
kognitif anak mengkonstruksi lingkungan fisik. ( B.R. Hergenhahn and Matthew H. Olson,
2010:325)

6. Level teori kognitif

Kata kerja operasional yang digunakan untuk mengelompokkan soal-soal sesuai level kognitif
adalah sebagai berikut (Agung,Widiana, & Tresnayanti, 2017):

a. Mengingat (C1)

KKO pada level mengingat meliputi menemukan, mengingat kembali, membaca,menyebutkan,
melafalkan, menghafal,menyusun daftar, menggarisbawahi,menjodohkan, memilih, memberi
definisi,serta menyatakan.

b. Memahami (C2)

Kata kerja operasional pada ranah memahami meliputi: menjelaskan, mengartikan,
menginterpretasikan, menceritakan,menampilkan, memberi contoh, merangkum,menyimpulkan,
membandingkan, mengklasifikasikan, menunjukkan, menguraikan, membedakan menyadur,
meramalkan, memperkirakan, menerangkan, dan menggantikan.

c. Menerapkan (C3)

Kata kerja operasional pada ranah mengaplikasikan atau menerapkan adalah melaksanakan,
menggunakan, mengonsepkan,mengimplementasikan, menentukan, mendemonstrasikan,
memproseskan, menghitung,menghubungkan, melakukan, membuktikan,menghasilkan,
memperagakan, melengkapi,menyesuaikan, serta menemukan.

d. Menganalisis (C4)

Kata kerja operasional pada ranah menganalisis di antaranya adalah: mendiferensiasikan,
mengaitkan, mengorganisasikan,mengatribusikan, menelaah, mendiagnosis,me-merinci,
menguraikan, mendeteksi, memecahkan, memisahkan, menyeleksi, memilih,membandingkan,
mempertentangkan, menguraikan, serta menemukan.

e. Mengevaluasi (C5)

Kata kerja operasional pada ranah mengevaluasi (C5) adalah: mengecek,mengkritik,
membuktikan, mempertahankan,memvalidasi, mendukung, memproyeksikan,memperbandingkan,
menyimpulkan,mengkritik, menilai, mengevaluasi, memberisaran, memberi argumentasi,
menafsirkan, dan merekomendasi.

f. Menciptakan (C6)

Kata kerja operasional pada ranah menciptakan adalah: membangun,merencanakan,
memproduksi, mengombinasikan, merancang, merekontruksi, membuat, menciptakan,
mengabstraksi, mengategorikan, mengarang, meran-cang, menciptakan,mendesain, menyusun
kembali, serta merangkaikan.

7. Ranah dan aspek teori kognitif

Ranah dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) yang artinya tanah yang berpaya-paya, dan
arti lain dari ranah adalah lingkungan yang memungkinkan terjadinya percakapan, merupakan
kombinasi antara partisipan, topik dan tempat (misalnya keluarga, Pendidikan, tempat kerja,
keagamaan dan sebagainya). Namun dalam system Pendidikan nasional menggunakan klasifikasi
hasil belajar dari Bejamin S. Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah yaitu
kognitif, efektif,dan psikomotor.

1. Ranah Kognitif adalah ranah yang mencangkup kegitan mental (otak). Ranah kognitifini
dibagi menjadi enam
1. Pengetahuan, yaitu merupakan kemampuan yang menuntut peserta didik untuk dapat
mengingat, emanggil Kembali tentang adanya konsep, fakta, istilaj-istilah,dan lain
sebagainya.
2. Pemahaman, yaitu kemampuan yang menuntut peserta didik untuk memahami atau
mengerti tentangmateri pelajaran yang disampaikan guru dan dapat memanfaatkannya
dengan hal-hal lain.
3. Penerapannya/ yaitu kemampuanyang menuntutpeserta didik untuk menggunakan ide-
ideumum, prinsip dan teori-teori dalam situasi baru dan konkret.

4. Analisis yaitu kemampuan yang menguraikan suatu situasi atau keadaan tertentu dalam
unur-unsur tau komponen pembentuknya.

5. Sintesis yaitu penyatuan unsur-unsur atau bagian-bagian kedalam bentuk menyeluruh
2. Ranah Efektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai, sikap seseorang dapat

diramalkan perubahannya apabila ia telah memiliki penguasaan kognitif tinggat tinggi. Ada
beberapa kategori ranah efektif sebagai hasil belajar.
1. Penerimaan (Receiving) adalah kepekaan seseorang dalam menerima rangsangan
(simulus) dari luar yang datang kepada dirinyadalam bentuk masalah, situasi, gejala dan lain
sebagainya.
2. Jawaban (Responding) adalah reaksi yang diberikan oleh seseorang terhadap stimulasi
yang dari luar.
3. Penilaian (Valuing) adalah menilai atau menghargai artinya memberikan nilai atau
memberikan penghargaan terhadap suatu kegiatan atau obyek.
4. Organisasi adalah mencakup kemamapuan untuk membentuk suatu sistem nilai sebagai
pedoman dan pegangan dalam kehidupan.
5. Karakteristik nilai / Pembentukan pola hidup mencakup kemamapuan untuk menghayati
nilai-nilai kehidupan sehari-hari sehingga pada dirinya dijadikan pedoman yang nyata dan
jelas dalam berbagai bidang kehidupan.
3. Ranah Psikomotoris adalah ranah yang berkaitan dengan keterampilan (skill) atau
kemamapuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu.

Contoh aspek kognotif dalam penilaian pembelajaran

Bentuk tes kognitif diantaranya; (1) tes atau pertanyaan lisan di kelas, (2) pilihan ganda, (3)
uraian obyektif, (4) uraian non obyektif atau uraian bebas, (5) jawaban atau isian singkat, (6)
menjodohkan, (7) portopolio dan (8) performans.

Cakupan yang diukur dalam ranah kognitif :

1. Ingatan (C1) yaitu kemampuan seseorang untuk mengingat.

2. Pemahaman (C2) yaitu kemampuan seseorang untuk memahami tentang sesuatu hal dengan
memberikan penjelasan atau uraian secara lebih rinci dengan kata-katanya sendiri.

3. Penerapan (C3) yaitu kemampuan berpikir untuk menjaring dan menerapkan dengan tepat
tentang teori, prinsip, simbol pada situasi baru/nyata.

4. Analisis (C4) yaitu kemampuan berfikir secara logis dalam meninjau suatu fakta/objek
menjadi lebih rinci.

5. Sintesis (C5) yaitu kemampuan berpikir untuk memadukan konsep-konsep secara logis
sehingga menjadi suatu pola yang baru.

6. Evaluasi (C6) yaitu kemampuan berpikir untuk dapat memberikan pertimbangan terhadap
suatu situasi, sistem nilai, metode, persoalan dan pemecahannya dengan menggunakan tolak
ukur tertentu sebagai patokan.

TEORI BELAJAR SOSIAL

A.PENGERTIAN BELAJAR SOSIAL

Teori belajar sosial merupakan teori yang dikemukakan atau ditemukan oleh Albert Bandura.
Albert Bandura adalah seorang psikolog keturunan Amerika- Kanada yang menempuh
Pendidikan di University of British of Columbia dan dia mengajar di Universitas Stanford.
Berlatar belakang sebagai lulusan di jurusan psikolog membuat Bandura mengamati dan meneliti
apa sebenernya yang sebenarnya bisa membentuk kepribadian seorang manusia dan kemudian ia
berteori bahwa kepribadian manusia dapat dibentuk atau dipengaruhi oleh tiga hal yaitu ;
lingkungan, perilaku dan proses psikologis.Dari pengamatannya tersebut Bandura dapat
menyimpulkan dua hal yang sangat mempengaruhi kepribadian atau perilaku darii manusia yaitu
pembelajara observasional atau yang lebih dikenal dengan teori pembelajaran sosial dan regulasi
diri.Disini kita akan membahas mengenai teori pembelajarn sosial.Sebenarnya teori belajar sosial
merupakan pemekaran dari teori belajar behavioristik. Teori ini menerima sebagian prinsip-
prinsip dari teori belajar perilaku tetapi lebih menegaskan pada efek-efek yang ditimbulkan oleh
isyarat-isyarat pada perilaku dan pada proses mental yang berasal dari internal.Salah satu asumsi
Bandura dalam mengembangkan teori ini adalah bahwa manusia cukup fleksibel dan mampu
mempelajari bagaimana kecakapan berperilaku ataupun bersikap. Walaupun manusia sudah
mempelajari banyak hal dan mendapatkan banyak pengalaman baik dari belajar secara langsung
ataupun pengalamannya langsung namun manusia lebih banyak mendapatkan pelajaran dari
aktivitas mereka mengamati,melihat,mengobservasi orang lain.(LESILOLO, 2019)

5 Asumsi Dasar Didalam Teori Belajar Sosial :

1. Plasticity , belajar tingkah laku disituasi yang berbeda. Asumsi ini mempelajari untuk
mengamati orang lain.

2. Triadic reciprocal causation model, asumsi ini menyatakan bahwa Tindakan manusia berasal
dari tiga variable yaitu ; environment (pengaruhb lingkungan), behavior ( perilaku individu),dan
person ( factor internal indivvidu) yang berhubungan timbal balik

3. Agen perspective , asumsi ini menyatakan bahwa manusia dapat mengontrol lingkungan dan
kualitass hidup mereka.

4. Self regulation , asumsi ini menyatakan bahwa manusia meregulasi Tindakan mereka melalui
factor eksternal dan factor internal.

5. Moral agency , asumsi ini menyatakan bahwa manusia mengatur tigkah laku mereka melalui
standar perilaku moralPada asumsi ini Bandura mendapat beberapa sudut pandang mengenai
teorinya yaitu pembelajaran sosial ( teori observasional) :

1. Proses pembelajaran pada hakikatnya berlangsung melalui proses tiru/peniruan ( imitation) atau
melalui proses pemodelan (modelling).

2. Dalam proses peniruan (imitation) atau pemodelan (modelling) seorang individu
ddidentifikasikan sebagai pihak yang memainkan peran aktif daalam menentukan perilaku mana
yang hendak ia tirukan dan juga intensitas serta frekuensi peniruan yang akan ia jalankan.

3. Peniruan atau pemodelan adalah jenis pembelajaran perilaku tertentu yang dilakukan tanpa
harus melalui pengalaman langsung.

4. Dalam proses peniruan atau pemodelan terjadi penguatan secara tak langsung pada perilaku
tertentu yang keefektifannya sama dengan penguatan yang terjadi secar langsung untuk
memfasilitasi dan menghasilkanpeniruan. Dalam tahap ini individu perlu menyumbangkan
komponen kognitif seperti kemampuan mengingat dan mengulang pada saat pelaksanaan proses

peniruan.Mediasi internal pun sangat penting dalam proses pembelajaran karena pada saat terjadi
proses masuknya perilaku yang dilihat atau didengar terdapat operasi internal yang memengaruhi
hasil akhirnya.Bandura yakin bahwa tindaka mengamati perilaku orang lain akan
memberikanruang dan kondisi bagi manusia untuk belajar tanpa berbuat apapun. Vicarious
learning atau manusia belajar dengan mengamati perilaku orang lain adalah metode belajar
dengan cara mengobservasi orang lain. Teori ini juga mengatakan bahwa jika manusia belajar dari
cara mengamati,maka mereka pasti akan lebih memfokuskan perhatiannya pada objek yang dia
amati,mengingatnya,menganalisis,memperhatikan setiap detail serta bisa membuat keputusan dari
hasil yang ia amati.

Selanjutnya teori belajar sosial mempunyai penguat yaitu dengan memiliki kualitas motivasi.
Kualitas motivasi disini adalah manusia dapat melakukan antisipasi terhadap penguat yang akan
muncul dalam situasi tertentu dan perilaku antisipasi dapat menjadi Langkah awal dalam tahapan
perkembangan kedepannya. Karena manusia tidak dapat melihat masa depan namun bisa
mengantisipasi konsekuensi-konsekuensi yang akan muncul akibat dari perilakuperilaku tertentu
yang didasarkan pada apa yang mereka pelajari. Bandura memperluas konsepnya ini dengan
menambahkan self-value (nilai diri) dan selfefficacy (keyakinan diri). Self-efficacy adalah factor
person yang memainkan peran penting dalam teori ini dimana ia memiliki keyakinan bahwa
seseorang bisa menguasai situasi dan menghasilkan prilaku yang positif . Disebut juga
kemampuan kepercayaan pada diri sendiri.Seorang individu harus percaya bahwa model yang ia
amati dapat ia tirukan dan pelajari.Pengamatan ini mempengaruhi pola piker self-effacy yang
dimana menekankan bahwa jika mereka bisa maka saya juga bisa.Self-effacy dalam modelling
akan melakukan Tindakan-tindakan yang hasilnya adalah menghasilkan efek sesuai dengan yang
kita inginkan. Namun hanya jika kita menerapkan proses-proses yang dibutuhkan saat
pembelajaran modelling,antara lain ;

a. Perhatian

Kita harus mengamati model,mengamati model yang lebih atraktif,mengamati dan memberi
perhatian pada setiap kejadian.

b. Representasi

Mengabadikan pola-pola yang dilihat didalam memori agar nanti dapat kita panggil dan gunakan
jika diperlukan.

c. Produksi perilaku

Setelah memberikan perhatian dan menyimpan memorinya kita akan dapat menghasilkan
perilaku,maka kita akan secara fisik melaksanakan perilaku tersebut.

d. Motivasi dan Penguatan

Penguatan dapat memainkan beberapa peran dalam modeling. Bila mengantisipasi bahwa kita
akan diperkuat untuk meniru Tindakan-tindakan seorang model.

Ada lima kemungkinan hasil yang diperoleh dari modeling, yaitu ;

1. Mengarahkan perhatian,dengan modeling orang lain,kita tidak hanya belajar tentang Tindakan
tapi juga dapat melihat berbagai ibjek yang terlibat dala Tindakan-tindakan tersebut.

2. Menyempurnakan perilaku yang sudah kita pelajari sebelumnya.

3. Memperkuat ataupun memperlemah hambatan sesuai dengan kondisi.
4. Menemukan perilaku baru.
5. Membangun emosi.
Seperti yang sudah dikatakan sebelumnya teori belajar sosial adalah pembelajaran dengan
cara mengamati dan berttindak. Inti dari mengamati adalah pemodelan,yang mencakup
pengamatan terhadap kegiatan atau aktifitas,mengkodekan setiap kejadian dengan tepat agar
selanjutnya dapat disimpan didalam memori,melakukan performa actual perilaku, dan
menjaadi cukup termotivasi.
Pembelajaran dengan bertindak mengizinkan seseorang untuk mencapai pola-pola baru
berperilaku kompleks lewat pengalaman langsung denan memikirkan dan mengevaluasi
konsekuensi-konsekuensi perilaku tersebut.
B.PENERAPAN TEORI BELAJAR SOSIAL
Setelah kita mengetahui apa itu teori belajar sosial selanjutnya adalah bagaimana
pengaplikasian teori belajar sosial dalam kehidupan mengajar. Kita ambil contoh misalnya
penerapan belajar sosial pada murid sekolah dasar.
Berikut adalah beberapa cara pengaplikasian atau penerapan yang dapat dilakukan dalam
menjalankan teori ini dilingkungan sekolah dasar .
4
1) Mengaitkan pelajaran dengan pengalaman atau kehidupan siswa
2) Menggunakan alat pemusat perhatian seperti peta konsep, gambar, bagan,
dan media-media pembelajaran visual lainnya.
3) Menghubungkan pesan pembelajaran yang sedang dipelajari dengan topiktopik yang sudah
dipelajari.
4) Menggunakan musik.
5) Menciptakan suasana riang.
6) Teknik penyajian materi bervariasi.
7)Mengurangi bahan/materi yang tidak relevan. (LESILOLO, 2019

TEORI DASAR KONSTRUKTIVISME

A. Pengertian Konstruktivisme
1. Secara Etimologi
Secara etimologi konstruktivisme mempunyai akar yaitu konstruktif yang dalam ocial
inggris (constructive) artinya yang membangun.

2. Menurut Para Ahli
a. Hill


Click to View FlipBook Version