The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.
Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by GENIUS LIBRARY, 2022-01-19 20:02:21

Melihat Api Bekerja Kumpulan Puisi

by M. Aan Mansyur

Keywords: by M. Aan Mansyur,Melihat Api Bekerja Kumpulan Puisi,novel

pustaka-indo.blogspot.com

pustaka-indo.blogspot.com

pustaka-indo.blogspot.com

1

pustaka-indo.blogspot.com Sanksi Pelanggaran Pasal 72
Undang-undang Nomor 19 Tahun 2002

Tentang Hak Cipta

1. Barangsiapa dengan sengaja melanggar dan tanpa hak
melaku kan perb u atan seb agaimana dimaksu d dalam Pasal 2
Ay at ( 1) atau Pasal 49 Ay at ( 1) dan Ay at ( 2) dipidana dengan
pidana penjara masing- masing paling singkat 1 ( satu ) b u lan dan/
atau denda paling sedikit R p1.000.000, 00 ( satu ju ta ru piah) , atau
pidana penjara paling lama 7 ( tu ju h) tahu n dan/atau denda paling

b any ak R p5.000.000.000, 00 ( lima miliar ru piah) .

2. Barangsiapa dengan sengaja meny iarkan, memamerkan,
mengedarkan, atau menju al kepada u mu m su atu c iptaan atau

b arang hasil pelanggaran hak c ipta atau hak terkait seb agai
dimaksu d pada Ay at ( 1) dipidana dengan pidana penjara
paling lama 5 ( lima) tahu n dan/atau denda paling b any ak
R p500.000.000, 00 ( lima ratu s ju ta ru piah) .

pustaka-indo.blogspot.comMELIHAT API BEKERJA

Kumpulan Puisi M Aan Mansyur

Penerb it PT G ramedia Pu staka U tama
J akarta

pustaka-indo.blogspot.comMELIHAT API BEKERJA

Kumpulan Puisi
M Aan Mansyur

GM 401 01 15 0032
© Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama

Kompas Gramedia Building
Jl. Palmerah Barat 29–37, Jakarta 10270

Ilustrator: emte
Desain sampul dan isi: emte
Diterbitkan pertama kali oleh
Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama
anggota IKAPI, Jakarta, 2015
www.gramediapustakautama.com
Hak cipta dilindungi oleh undang-undang.
Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian
atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit.

ISBN 978 - 602 - 03 - 1557 - 7
160 hlm; 20cm

Dicetak oleh Percetakan PT Gramedia, Jakarta
Isi di luar tanggung jawab Percetakan

pustaka-indo.blogspot.com

*
“Kesenangan adalah tanda bahwa kematian mulai meraba jiwa manusia.”
— Pramoedya Ananta Toer

*
“The days have taught you not to trust happiness
because it hurts when it deceives.”
— Mahmoud Darwish

*
“People are always shouting they want to create a better future. It’s not true.The future
is an apathetic void of no interest to anyone.The past is full of life, eager to irritate us,
provoke and insult us, tempt us to destroy or repaint it.The only reason people want to
be masters of the future is to change the past.”
— Milan Kundera
pustaka-indo.blogspot.com

pustaka-indo.blogspot.com

8

pustaka-indo.blogspot.com

Oleh pustaka-indo.blogspot.comAPA gerangan yang dibayangkan penyair
Sapardi Djoko Damono ketika ia menulis sajak? Ia menulis dan
karenanya menghasilkan tulisan yang
pada dasarnya berupa deretan kata; kita
pun membaca deretan kata itu. Apakah
ketika menulis ia membayangkan kita
ada di hadapannya, mendengarkan apa
yang ditulisnya? Atau dibayangkannya
kita memelototi huruf demi huruf yang
ia tulis? Ketika membaca sajak-sajak
Aan yang dikumpulkan dalam buku ini,
pertanyaan itulah yang tiba-tiba muncul.

Bahwa pertanyaan serupa bisa saja
ditujukan kepada penyair lain, itu jelas.
Namun, cara Aan menghadapi kita yang
pada hemat saya telah memunculkan
pertanyaan tersebut. Cara ini adalah
pengembangan dari apa yang telah
dicobanya dalam buku puisi sebelumnya
dan telah mencapai tahap yang
membuat saya ingin membincangkannya
dengan ringkas sambil mengacungkan
jempol.

9

Posisi puisi modern sebagai komunikasi pustaka-indo.blogspot.comSastra baru bisa disebut ‘sastra’ kalau
dalam perkembangan kesusastraan sudah disusun dalam aksara,‘sastra’
tampaknya harus dipilah dari genre lain adalah aksara. Ketika masih berujud
seperti drama dan novel. Namun, ciri bunyi tentunya yang sekarang kita sebut
yang selama ini membedakannya dari sastra tidak disebut ‘sastra’ sebab bunyi
iksi semakin sulit dikenali kalau kita bukan aksara. Masing-masing berurusan
mendasarkan perbedaan pada ujud dengan pancaindra yang berbeda: bunyi
visual. adalah urusan telinga, aksara berurusan
dengan mata.
Salah satu ciri yang tetap bertahan
adalah ujudnya yang berupa larik dan Sampai pada tahap tertentu dalam
bait: yang menyebabkan orang suka perkembangannya, sastra modern mati-
mengatakan bahwa berita koran pun matian berusaha meyakin-yakinkan
kalau dipotong-potong menjadi larik dan dirinya bahwa berbeda dari hakikatnya
bait akan segera berubah menjadi puisi. yang sudah lampau, yakni bunyi. Sebagai
Pandangan yang ‘berlawanan’ tampaknya benda visual, aksara terletak dalam suatu
juga banyak muncul: puisi modern ruang; kalau tidak ada kata atau ada
telah berhenti sebagai puisi ketika loncatan kata maka muncullah ruang
larik dan baitnya disusun sedemikian kosong. Demikianlah maka larik dan
rupa sehingga ujud visualnya tidak bisa bait diciptakan, demikianlah maka kita
dibedakan dari berita koran. Juga tidak tiba-tiba ‘melihat’ bunyi yang meloncat-
bisa dibedakan dari cerpen atau novel. loncat atau tersusun rapi dalam larik
dan bait. Aksara ternyata tidak pernah
Apakah itu semua menjelaskan kepada bisa mengubur bunyi: kita cenderung
kita bahwa taraf yang sudah sangat melisankan kembali apa yang sudah kita
lanjut dalam keberaksaraan sekarang ubah menjadi ujud visual.
ini tidak lagi memerlukan pengkotakan
atau pemilahan sastra? Bisa saja kita
menjawab ‘ya’ pada pertanyaan itu
berdasarkan pemikiran bahwa pada
kenyataannya benda budaya yang
kemudian kita sebut sebagai ‘sastra’ toh
tidak mengenal pengkotakan.

10

Namun, itu merupakan pernyataan pustaka-indo.blogspot.comAda suatu kualitas yang tampaknya tidak
yang umum. Puisi Aan dalam buku bisa dilepaskan dari cara penyampaian
ini menyebabkan saya berpikir lebih lisan, yakni loncatan-loncatan pikiran.
jauh lagi seperti yang saya susun Kualitas itulah yang disingkirkan dalam
dalam pertanyaan di awal tulisan. Kita komunikasi tulisan, tetapi yang ternyata
manfaatkan saja salah satu sajaknya, tidak juga bisa sama sekali dihapuskan.
“Menyeberang Jembatan” sebagai Sejarah puisi menunjukkan keinginan
landasan pembicaraan. Mungkin bukan untuk menghindarinya dengan cara
kebetulan kalau kita pilih sajak yang mengatur hubungan kausalitas antarkata,
judulnya mengandung kata ‘jembatan.’ antarlarik, dan antarbait. Beberapa
Jembatan menghubungkan satu titik sajak Chairil Anwar seperti “Derai-
dengan titik lain, menghubungan satu derai Cemara” dan “Senja di Pelabuhan
tepi dengan tepi lain. Seperti halnya Kecil” menyiratkan keberhasilan usaha
puisi, jembatan adalah komunikasi. tersebut, antara lain dengan cara
menaati tata cara pembaitan dan
Masalah yang perlu dibincangkan pelarikan yang ketat, yang hasilnya tidak
adalah apakah jembatan itu berurusan hanya berupa ujud visual yang tertib
dengan telinga atau mata kita? Apakah tetapi juga terbendungnya luapan emosi
ketika menulis sajak-sajaknya Aan yang berlebihan. Dalam larik-larik yang
membayangkan dirinya mendongeng rapi itu kita bisa membaca urutan
lisan kepada kita atau menggambar pikiran yang menyandarkan maknanya
aksara demi aksara sedemikian rupa pada kausalitas.
agar kita bisa menghadapinya sebagai
‘gambar’ di ruang kertas. Ini bukan Namun, ada kualitas lain yang
perkara bagaimana cara kita menghadapi ternyata tidak bisa dihapus – malahan
puisinya, tetapi sikap penyair ketika dimanfaatkannya sebagai semacam
menulis. Apakah sikap semacam itu perekat hukum sebab-akibat yang
penting maknanya bagi pembacaan kita? tersirat dalam sajak-sajak tersebut –
Kita tentu bisa menjawabnya dengan yakni anasir bunyi. Rima yang terjaga rapi
positif atau negatif, tetapi bagaimanapun dan irama yang teratur menyebabkan
hal itu bisa ‘terbaca’ dalam deretan dan dua sajak itu menjelma rangkaian sebab-
tumpukan kata yang kita sebut puisi. akibat.

11

12

pustaka-indo.blogspot.com

Yang saya uraikan itu sama sekali tidak pustaka-indo.blogspot.comSaya merasa seperti mendengarkan
terbaca dalam sajak-sajak Aan dalam si penyair sedang mendongeng di
buku ini.Tentu tidak bisa dikatakan hadapan saya, tidak seperti membaca
bahwa ia telah membuat lompatan jarak ujud visual dua sajak Chairil yang kita
jauh dari Chairil Anwar, tidak. Namun, bincangkan sebelumnya.‘Mendengarkan’
harus dikatakan bahwa Aan telah berurusan dengan bunyi, namun bunyi
berhasil melanjutkan tradisi perlawanan yang sampai ke pikiran saya tidak dirakit
terhadap kualitas yang sudah dicapai dalam rentetan yang tunduk pada ujud
Chairil Anwar.“Menyeberang Jembatan” visual. Saya merasa Aan berhadapan
adalah hasil penting dari usahanya untuk dengan saya dan dengan seenaknya
tidak menulis sejenis ‘prosa liris’ ala menyampaikan apa yang terlintas
Amir Hamzah yang melanjutkan tradisi dalam pikirannya. Ia tidak berpura-pura
Rabindranath Tagore, tetapi sejenis sajak menyusun kata dan kalimat yang dilem
yang tidak lagi percaya pada keketatan dengan kausalitas – ia ‘ngomong’ saja.
ujud visual dan tirani bunyi. Bait (atau Yang susul-menyusul dalam pikirannya
‘alinea’) pertama sajak itu sebagai disampaikannya, tentu ada usaha untuk
berikut: merapikannya agar bermakna, tetapi
sama sekali tidak ada upaya untuk
Aku ingin mampu menceritakan menghindari digresi – suatu kualitas
apa yang kurasakan ketika yang dicap negatif dalam tradisi tulis. Bait
berjalan sendirian di jembatan. pertama itu menjanjikan suatu urutan
Ibuku penasaran kenapa aku pikiran, tetapi bait kedua ini mengelak
senang melakukannya. Dia dari janji itu.
tidak mengerti waktu aku
mengatakan: aku memperoleh Perihal membosankan dan
kebahagiaan dari yang gentar percuma selalu lebih mampu
gemetar di diriku. Seperti jatuh menemukan kata-kata untuk
cinta? Tidak, Ibu. Dia diam dan mereka kenakan. Bagi yang
aku merasa kalah. setengah-setengah, dan bagi
yang berdiri di tengah-tengah,
kata-kata semata jembatan
yang seolah-olah ada. Di
diriku ada banyak perihal yang
terengah-engah tidak mampu
menyeberang ke jantung ibuku.
Mereka terpaksa menjadi
rahasia dan aku merasa bersalah.

13

‘Dialog’ antara ibu dan anak yang kita Setiap kali ibuku terpekur di
harapkan berlanjut ternyata harus hadapan lemari, aku mungkin
istirahat karena adanya gangguan pikiran ada di sana menemaninya.
lain, yakni komentarnya sendiri atas Ketika ibuku berusaha
apa yang barusan disampaikannya. Dua membuat dirinya cantik sekali
kalimat terakhir alinea itu berusaha lagi, rahasiaku barangkali yang
menyambung dengan alinea pertama. menggenggam cermin untuknya.
Jika ibuku tidur memeluk diri
Terbayang kemudian ‘jembatan’ sebagai sendiri, aku berharap ikut
konsep klasik yang sering dimanfaatkan menopang rindu dan tubuhnya
untuk menggambarkan kesinambungan yang kesepian.
atau sebaliknya. Dan apa yang menjadi
taruhan utama penyair, yakni kata-kata, Dan andai dia menerima surat
digambarkannya sebagai ‘semata- dari suaminya, pikiranku sungguh
mata jembatan yang seolah-olah ingin bergetar di jari-jarinya.
ada.’Ya,‘seolah-olah,’ karena gagal Perasaanku sungguh ingin basah
menyeberangkannya ke ibunya. oleh air matanya.
pustaka-indo.blogspot.com
Sesudah alinea kedua itu, susul-menyusul Berbeda dengan yang kita baca dalam
alinea-alinea yang mengungkapkan kedua sajak Chairil yang saya sebut
betapa ‘banyak perihal’ yang tidak bisa sebelumnya, sajak ini sama sekali bukan
melewati jembatan. Mulailah penyair ini hasil usaha mengatasi luapan emosi
mengungkapkan segala perihal itu, tanpa dengan bentuk visual dan auditori yang
urutan, tanpa sebab-akibat: longgar ketat tetapi justru dengan lintasan-
selonggar-longgarnya sehingga bisa lintasan pikiran yang tampaknya susul-
saja terdengar saling menyodok, saling menysul muncul begitu saja tanpa
mengganggu tanpa terasa adanya upaya tatanan yang dirapikan oleh aksara.
penyair untuk merapikannya dalam
tatanan sebab-akibat atau menatanya
dalam bunyi-bunyian yang rapi.

Sejak kecil aku sering pergi
ke hutan. Aku membisikkan
pikiran dan perasaanku yang
merahasiakan diri dari tinta
kepada pepohonan, sebelum
mereka ditebang dan berubah
menjadi pintu dan jendela, kursi
dan meja, atau buku-buku.

14

pustaka-indo.blogspot.com

15

16

pustaka-indo.blogspot.com

Persis seperti kalau kita mendengarkan pustaka-indo.blogspot.com Ibuku masa lampau. Kenangan.
dongeng yang disampaikan secara lisan. Dia selalu mampu mengecup
Pada titik inilah menjadi jelas kualitas ingatanku, namun ingatanku
lain dari kelisanan, yakni ‘tatanan’ yang kening yang cuma mampu
episodik. Kalimat-kalimat Aan dalam menunggu dikecup. Kata-kataku
sajak itu tidak lain adalah episod-episod selalu ingin mampu menyentuh
yang bermunculan ‘begitu saja’ seperti jantungnya, namun mereka tidak
yang kita dengar dari penyampaian punya jemari.
lisan. Si penyair menghadapi kita sebagai
pendengar, bukan pembaca yang sibuk Puisi ini sama belaka.
mencari-cari sebab-akibat dalam urutan Sekumpulan kata, batang-
kalimat. Aan telah memilih untuk kembali batang pohon mati, yang
menjadi juru cerita, menjadi sahibul bermimpi menjadi rumah
hikayat. Ia telah meninggalkan Chairil tanpa dinding. Semata memiliki
Anwar, lebih suka menjadi pendongeng jendela, pintu, dan sesuatu yang
yang tidak sepenuhnya peduli pada memeluki keduanya. Rumah
tata cara kaku dalam menyusun aksara. yang menunggu pertanyaan-
Namun, apakah dengan demikian pertanyaan ibuku datang
sajak-sajaknya berantakan karena tidak memberi penghuni.
direkat oleh ujud visual dan aspek
auditori? Tidak sama sekali. Ia memilih Akal-akalan unggul itu sama sekali tidak
akal-akalan yang unggul dalam tata cara ada hubungannya dengan disebut-
mendongeng lisan. Dengarkan penutup sebutnya puisi dalam alinea terakhir
sajak ini. sajak ini, tetapi ada pada kemampuan
si penyair mempertahankan suasana
yang menjadikan sajak ini suatu benda
seni yang utuh dan kokoh dalam
menyarankan makna. Dalam pencapaian
serupa itu, Aan adalah salah seorang
dari dua atau tiga penyair kita yang
berhasil memaksa kita dengan cermat
mendengarkan demi penghayatan atas
keindahan dongengnya.

(Ciputat, 27 Agustus 2014)

17

pustaka-indo.blogspot.com Belajar Berenang
Telanjang di Depan Cermin
Laut Berparuh Merah
Menjatuhkan Bintang-bintang
Perihal Tokoh Utama Komik
Menonton Film
Mendengar Radiohead
Menyeberang Jembatan
Melihat Peta

Menunggu Perayaan
Memimpikan Hari Libur
Seekor Kucing dan Sepasang Burung
Menenangkan Rindu
Sejam Sebelum Matahari Tidak Jadi Tenggelam
Catatan Seorang Pedagang di Pasar Terong Makassar
Menelepon Kau
Menjadi Hantu
Menjadi Lumba-lumba

Menjadi Tamu
Pameran Foto Keluarga Paling Bahagia
Jendela Perpustakaan
Hantu Penyanyi
Mengunjungi Ambon
Langit dan Laut di Timur
Memastikan Kematian
Aku Menunggu di Kantukmu
Mengingat Pesan Ibu

18

pustaka-indo.blogspot.comJalan yang Berkali-kali Kautempuh
Mengunjungi Museum
Menyaksikan Pagi dari Beranda
Menjadi Kemacetan
Siput atau Bayi atau Aku yang Tidur
Ada Anak Kecil Kesepian di Tubuh Ayahmu
Mengurus Surat Keterangan Hilang
Bermain Petak Umpet
Tentang Sepasang Kekasih yang Melintas Bergandengan Tangan
Pulang ke Dapur Ibu

Seorang Lelaki dan Binatang-binatang yang Hidup dalam Jasnya
Menyunting Sajak Untukmu
Ketidakmampuan
Kepada Kesedihan
Mengamati Lampu Jalan
Mengisahkan Kebohongan
Menikmati Akhir Pekan
Menyimak Musik di Kafe
Melihat Api Bekerja
Masa Kecil Langit

Sajak buat Seorang yang Tak Punya Waktu Membaca Sajak
Jika Aku Sakit
Surat Pendek buat Ibu di Kampung
Barangkali
Ketika
Kau Membakarku Berkali-kali
Hal-hal yang Dibayangkan Sajak Terakhir Ini Sebagai Dirinya

Tentang Penulis
Tentang Pelukis

19

20

pustaka-indo.blogspot.com

Kau nyala langit yang biru pustaka-indo.blogspot.comKau jari-jari air yang mengangkatku
pada pangkal April dan awan pelan-pelan ke permukaan.
yang menolak warna selain Kau kekuatan yang kutelan dan
putih. Kau setapak berundak- kuembuskan berulang kali. Kau
undak di belakang rumah dan kepak yang membuat sepasang
bayangan pohon-pohon yang lenganku bergerak menggapai-
menyembunyikan daun tua dan gapai.
hewan melata. Kau tebing dan
suara angin yang memantul-mantul. Kau keriangan yang tidak capai
bergolak dalam darahku. Kau
Kau nyali yang melepaskan keseimbangan yang berhati-hati
pakaianku dengan malu-malu. Kau dan tak menginginkanku berhenti.
langkah-langkah yang hendak dan Kau matahari yang memerahkan
tidak ke bibir jurang. Kau tangkai punggungku.
pohon yang tidak kutahu namanya,
tempat tungkai kakiku gemetar Kau rumah yang membuatku lupa
sebelum terlambat memegang pulang. Kau petang dan burung-
sesuatu. burung yang mencari sarang. Kau
senyum yang kusembunyikan dari
Kau udara sesaat yang membuatku kemarahan ibu.
berdoa. Kau ketenangan yang
terbuka dan terluka menerima Kau kebahagiaan yang terlambat
tubuhku yang telanjang dan jatuh terpejam. Kau yang pertama dan
sebagai jala gagal mengembang. akan selalu basah dalam mimpiku.
Kau ikan warna-warni yang kaget Kau yang terbangun tengah malam
dan sembunyi ke balik batu. dari mataku.

Kau benda-benda pendiam di Kau sungai yang memanjang lalu
kedalaman. Kau air yang tiba- melapang sebagai laut karena
tiba keruh dan kepanikan yang khawatir aku jatuh sekali lagi. Kau
menyakiti dadaku. Kau nyawa yang masa kecil yang sekarang kukenang
berlepasan seperti balon-balon dengan rasa bersalah dari dekat
kecil dari paru-paruku. jendela darurat pesawat terbang.

21

22

pustaka-indo.blogspot.com

Aku berdiri di depan cermin. pustaka-indo.blogspot.comAku mencengkeram kepala
Telanjang dan mencari yang intim dan wajahku. Menyarankannya
dari seluruh yang tiba-tiba asing pantang menyerah. Hidungku jalan
dan liar. sempit dan datar. Aku mewarisi
keterbatasan. Modal baik bagi
Rambutku hujan, atau komet di petualangan.
langit malam. Rahang persegiku
mahir menakut-nakuti tangan Aku menelusuri garis leher hingga
pencari yang lemah lembut. pinggang.Tebing gunung. Para
Mereka akan melihat benteng pendaki belum pernah ke sana.
kokoh, bukan banteng pemalu. Lenganmu masa depannya. Juga
Bibirku langit dan kakinya pada payudaramu. Kau akan kelelahan
pukul enam sore. Atau teluk menanjak ke puncak. Di bahuku
yang ditakdirkan tidak dipeluk akan dibangun perusahaan
sempurna. dan rumah tempat seorang
perempuan pelancong akan
Lekuk teluk bibirku mencibir dua mampir. Juga tempat kita berbulan
danau di atasnya.Tetangga yang madu selamanya.
tidak pernah saling mengunjungi.
Sepasang kesepian. Meski sudah kuat, tubuhku masih
ingat aroma rahim ibu. Segera akan
Masa depan mataku adalah datang kau menawarkan rahim
kemarahan. Juga keramahan berparfum merek lain. Jahat—dan
tempat cinta terjatuh. Suatu hari murah senyum.
kelak kau akan mengatakan hal
indah mengenai mataku. Mataku Tungkai kakiku sepasang pohon.
kegelapan yang mengenakan Berdiri di kiri dan kanan jalan
bintang-bintang tidak mati. Gelap bersemak. Rerimbunan yang akan
seperti dasar lautan. Seperti mengembalikanmu ke rahim ibu.
pertanyaan yang menolak semua
jawaban. Mataku menyembunyikan Aku remaja tiga belas tahun.
rahasia, termasuk dari dirinya Berdiri telanjang di depan cermin.
sendiri. Tubuhku negeri asing. Masih masa
lalu. Menunggu masa datang kau.

23

Akan kuhentikan tahun-tahun pustaka-indo.blogspot.comBekas lukaku hidup seperti sisa air
diamku demi mengatakan kau terperangkap di telinga usai mandi.
cantik. Setelah itu, aku bunuh diri. Seperti gigi bungsu susah payah
Atau memintamu jadi seekor tumbuh dan merobek gusi.
gagak yang mematuk mataku. Aku
ingin melihat perih terakhir adalah Kini kau laut berparuh merah.
merah paruhmu. Tulang rusukku debu. Cinta jadi
lumpur, jika aku menyentuhmu.
Halaman dan rumahmu selalu Aku menyimpan napas terakhir
penuh langit jatuh. Permukaannya dalam botol parfum. Aku
menyentuh dan menjadi kalung meletakkannya di rambut-rambut
bagi leher kota. Laut merebutmu. halus tubuh berombakmu.
Matamu berteman baik dengan
ikan dan terancam mata pancing. Kelak jika kaubangkit, lolos dari
laut, akan kususun debu-debuku
Laut adalah langit, namun sedikit kembali sebagai kita. Sebagian
lebih basah. Keduanya cemburu kuciptakan jadi kata-kata yang
kepada matamu. cuma mencintai mulutmu dan
telingaku.
Waktu menjadi siang yang padam
berminggu-minggu. Menggenang
seperti kenangan yang
ditanggalkan jalan pulang.

Bencana melandai, menjadi tongkat
yang menggandeng tanganku ke
pantai. Dengan gemetar rindu,
kusentuh alismu. Sesuatu yang asin
dan asing menjawabku. Butiran-
butiran garam yang terbuat dari
masa lalu kita. Aku tidak bisa
merasakan angin lagi sebagai lagu.
Ia menyebut terlalu banyak nama.

24

pustaka-indo.blogspot.com

25

26

pustaka-indo.blogspot.com

Aku akan menggulung langit pustaka-indo.blogspot.comKepalaku pernah lebih ringan dari
malam seperti karpet Turki dan bulu burung gelatik. Menggelitik
menjualnya kepada penawar seperti riak-riak halus di perut
tertinggi. Akan kulepaskan binatang perahu yang berbaring di perut
buas dari diriku. Ia pernah tidur telaga. Selalu menggoyang langitku.
berabad-abad di rumah ibadah.
Selalu lolos dari perangkap cahaya. Begini ramalan cuaca pekan ini:
Besok, udara lebih cerah dari
Aku belajar dengan cara senyum bayi. Lusa, langit remaja
mengabaikan.Tetapi, sekarang, aku jatuh cinta—ceria, panas, dan
ingin berhenti sejenak. Mengingat mengumpulkan hujan. Kamis,
nama mereka yang tertelan pasir penuh awan berbentuk tanda
hisap pikiranku tahun lalu. Ada baca. Jumat, curah dari awan mirip
hutan hitam di kepalaku.Waktuku kebun binatang. Sabtu, alam penuh
penuh tengkorak. Kakiku tangga, api dan apapun yang menyerupai
memanjat dan menjatuhkan diri itu. Minggu, tidak ada cuaca.
sendiri.
Hati-hati. Angka bunuh diri langit
bisa tiba-tiba meningkat. Begitu
pun dengan kelembapan dan
keasinannya.Tetapi, aku akan
berjalan-jalan di cakrawala ketika
matahari mendarat di topiku.

Aku akan menggulung langit
malam seperti karpet. Sebagai
bintang-bintang, kau akan
berjatuhan. Dalam cahaya sekarat
senyum terakhirmu, ada sesuatu
yang tampak serasi. Mengerikan
dan menantang. Aku, untuk
pertama kali, kaupahami.

27

28

pustaka-indo.blogspot.com

Ia berdiri. Luhur dalam hening. pustaka-indo.blogspot.comBahunya, lebih kuat dari batu
Rapuh dalam ikatan yang rawan gunung. Pembuluh darah
putus. Diselubungi jaring laba-laba menuangkan udara ke dalam
dan kebisingan dari kepalanya. suaranya. Menghamburkan
Matanya terpejam bagi puing- kekuatan untuk setiap ons
puing, juga bencana yang masih takdirnya. Ia hidup. Dihiasi
rencana. pakaian berbagai warna. Ia bicara
menggunakan bahasa roh.Tidak
Sepasang lengannya terentang. masuk akal, namun penuh tetapi.
Lapang bagi penerimaan. Seperti Ia kadang meratapi bebannya.
sayuran terpotong-potong. Ia menggantungkan diri di
Mencintai pisau dan api dapur. kontrak besar yang tidak pernah
Kepalanya menampung penyakit. ditandatangani.
Sebagian berperang melawan
seluruhnya. Hatinya selalu berduka dengan
harapan suatu hari ia utuh
Bibirnya dijahit. Perutnya penuh kembali. Awan akan hilang. Api
kebakaran dan kelaparan. yang membakarnya dari dalam
Kemauannya lunak bagi akan dingin. Lengannya terpasang
kebingungan, dan keras kepalanya. kembali—dan tumbuh jadi kebun
baru. Kepalanya menjadi seluruh.
Tubuhnya dicabik-cabik waktu. Hatinya merah.
Berisi sesuatu yang mengizinkan
tubuh lain tumbuh di tubuhnya. Ia cantik. Pemurah dan sedikit
Paru-parunya sering kering. pemarah.Tak tertandingi
Hatinya kuning. Jantungnya senyumnya. Ia akan menggodamu
memompa kehidupan yang ragu- dengan cerita yang tidak ada
ragu. ujungnya. Dongeng dan musik
ajaib. Ia waktu. Ia seorang ibu. Ia
mengandung dewa-dewa. Ia rahim
ribuan penyembahan dan tarian.

Namanya sama dengan nama
negaramu. Sepasang lengannya
terentang. Selalu mencintai pisau
dan api dapur.

29

Semesta di mana orang-orang pustaka-indo.blogspot.comSemesta di mana kau dimakan
bijak mabuk mengelilingi meja singa. Aku menunggumu di
kayu besi sambil membahas masa mulutnya memegang tanda
depan kita. Udara terbuat dari bertuliskan nama aslimu yang tidak
asap. Aku dan kau merangkak di pernah kautahu sebelumnya.
tanah seperti ular sebelum kaki-
kakinya hilang. Langit pada musim- Semesta di mana setiap kali kau
musim tertentu jatuh seperti menyentuh gelas dengan tangan
potongan-potongan jigsaw. Jutaan kosong, kau merasakan bisikan
simbol matematika menggantung yang mendesahkan. Lengan dan
di kabel-kabel telepon dan lampu- kaki tidak diperlukan samasekali.
lampu jalan. Bunga-bunga akan Kita bercinta dengan menuangkan
memberi petunjuk ketika kita cahaya ke mata satu sama lain.
kehilangan arah.
Semesta di mana furnitur
Semesta di mana waktu hanya ialah hewan-hewan peliharaan
ada dalam cangkir-cangkir teh. kesayanganmu. Botol-botol anggur
Kehidupan nyata ibarat dunia diisi dengan kelopak-kelopak
kartun dan kartun terlihat seperti bunga untuk disajikan kepada bayi
kehidupan nyata. Keduanya adalah kita yang baru lahir.
sepasang tetangga yang tidak saling
percaya. Ingatan dikosongkan Semesta di mana setiap kali
setiap pukul 6 sore. Seperti matahari terbit, di kepalamu
matahari tenggelam, untuk diisi tumbuh sulur-sulur tumbuhan
berita malam yang membicarakan beracun. Setiap kali matamu
keluarga kita. berkedip, aku seperti mendengar
gelegar petir beruntun.
30
Semesta serupa yang kita huni
kini, tetapi aku tidak pernah ada di
sana. Aku tidak pernah ada di sana.

pustaka-indo.blogspot.com

31

pustaka-indo.blogspot.com

Aku ingin belajar menangis tanpa
air mata, perasan perasaan-
perasaan yang lembap. Aku
percaya ada perihal semacam itu;
peri yang memperindah hal-hal
perih, batu yang bertahan di alir
air sungai, atau badai yang lembut.
Aku tahu ketelanjangan tempat
bersembunyi bunyi yang lebih
nyaring daripada sunyi.

32

Dan dalam setiap yang pecah ada pustaka-indo.blogspot.comKesalahanku padang rumput
keindahan, hal-hal yang berhak yang hijau. Seperti ternak, aku
dicahayai senyuman; porselin ingin makan dan menjadi gemuk.
mahal yang membentur lantai Menjadi potongan-potongan
ruang tamu, lampu taman yang daging yang membuatmu enggan
mati, daun-daun dan daun jendela tersenyum seusai makan. Menjadi
yang jatuh, hati yang patah dan lemak yang kau keluhkan dan
perpisahan, atau rindu dan bayi- menghabiskan uangmu. Sementara
bayi yatim piatu. kebenaran semata museum yang
tidak kita sadari. Jika ada waktu, kau
Aku lahir dari ucapan-ucapan ibu akan mengunjunginya. Namun, kau
yang lebih banyak ia kecupkan terlalu sibuk melupakanku.
dengan diam: berlari adalah
kesunyian, berjalan adalah Masing-masing kita adalah
kebalikannya. kumparan diri sendiri, orang
lain, dan bayangan yang setia.
Aku bertahan bertahun-tahun Tidak ada kemurnian. Dalam
berlari dalam kesunyian menuju pengingkaranmu akan aku, ada
kau. Aku mau menemukanmu, agar cinta yang akan membuatmu
mampu berjalan menggandeng bersedih suatu kelak.
tanganmu mengelilingi pagi yang
hangat. Atau mengantarmu pulang, Sementara aku, aku tahu cara
menyusuri gelap, dan dengan mengisi kekosongan adalah
sepenuh ketulusan aku ingin menunggu. Dunia ini dipenuhi
menjaga dirimu dari diriku. keseimbangan-keseimbangan.Tepat
ketika seorang melihat matahari
Ketulusan, panjang dan susah sore menutup mata, di tempat lain
dinikmati sepenuhnya, seperti ada seorang menatap matahari
musim. Kejujuran, singkat dan pagi bangun. Ketika matamu
tidak mudah diduga, seperti cuaca. tiba-tiba berair, dari jarak yang
Namun, jika kau menginginkan tidak kau ketahui, aku tersenyum
jarak, aku akan menjadi ketiadaan menghangatkan kesedihanmu.
yang lengang. Sebab ingatanmu
sedekat-dekatnya keadaan aku.
Lebih dekap dari pelukan sepasang
lengan.

33

Aku ingin mampu menceritakan pustaka-indo.blogspot.comSetiap kali ibuku terpekur di
apa yang kurasakan ketika hadapan lemari, aku mungkin ada
berjalan sendirian di jembatan. di sana menemaninya. Ketika ibuku
Ibuku penasaran kenapa aku berusaha membuat dirinya cantik
senang melakukannya. Dia tidak sekali lagi, rahasiaku barangkali
mengerti waktu aku mengatakan: yang menggenggam cermin
aku memperoleh kebahagiaan untuknya. Jika ibuku tidur memeluk
dari yang gentar gemetar di diri sendiri, aku berharap ikut
diriku. Seperti jatuh cinta? Tidak, menopang rindu dan tubuhnya
Ibu. Dia diam dan aku merasa yang kesepian.
kalah.
Dan andai dia menerima surat dari
Perihal membosankan dan suaminya, pikiranku sungguh ingin
percuma selalu lebih mampu bergetar di jari-jarinya. Perasaanku
menemukan kata-kata untuk sungguh ingin basah oleh air
mereka kenakan. Bagi yang matanya.
setengah-setengah, dan bagi yang
berdiri di tengah-tengah, kata-kata *
semata jembatan yang seolah-olah Ibuku masa lampau. Kenangan.
ada. Di diriku ada banyak perihal Dia selalu mampu mengecup
yang terengah-engah tidak mampu ingatanku, namun ingatanku kening
menyeberang ke jantung ibuku. yang cuma mampu menunggu
Mereka terpaksa menjadi rahasia dikecup. Kata-kataku selalu ingin
dan aku merasa bersalah. mampu menyentuh jantungnya,
namun mereka tidak punya jemari.
*
Sejak kecil aku sering pergi Puisi ini sama belaka. Sekumpulan
ke hutan. Aku membisikkan kata, batang-batang pohon mati,
pikiran dan perasaanku yang yang bermimpi menjadi rumah
merahasiakan diri dari tinta kepada tanpa dinding. Semata memiliki
pepohonan, sebelum mereka jendela, pintu, dan sesuatu yang
ditebang dan berubah menjadi memeluki keduanya. Rumah yang
pintu dan jendela, kursi dan meja, menunggu pertanyaan-pertanyaan
atau buku-buku. ibuku datang memberi penghuni.

34

pustaka-indo.blogspot.com

35

36

pustaka-indo.blogspot.com

Hari ini, kematian membisikkan pustaka-indo.blogspot.com*
perihal-perihal indah. Langit Peta memberitahuku semua
pagi yang perangainya tenang harta karun tersimpan di jantung
dan hangat telah ditanggalkan. rahasia hal-hal yang hancur. Kau
Beruluran jutaan jalan kecil. Kaki- menggantung seperti sesuatu yang
kakinya mekar jadi kembang api tak mampu aku namai—mimpi
yang terbuat dari awan hitam. atau kenangan. Di kepalaku, kau
cahaya yang disaring kaca jendela
Aku tiba-tiba ingin seisi tubuhku berdebu. Memasukiku sebagai jiwa
tercuri. Seseorang menangis yang lelah.
memasangkan pakaian berwarna
sederhana dan wewangian Nanti malam, aku tak mau
sambil membayangkan tuhan menutup mata jendela. Akan aku
menyambutku dengan riang. biarkan ia menatap mata bulan,
tempat barangkali kau menitip
Kau, entah di mana, membaca rahasia.
catatan yang kutulis dan terlambat
tiba. Sementara yang menetap di
luar aku, segalanya dendammu.
Hari terakhirku jadi hari pertama Memendam dendam, kata ibuku,
bagimu. Kesedihanku terbakar seperti meminum segelas racun
menjadi abu. Kautumbuh menjadi dengan harapan membunuh orang
pohon yang pucuk-pucuknya lain.
hendak menyentuh biru angkasa.
Aku tidak ingin mendengar kabar
pemakamanmu. Biar tubuhku
dan seluruh isinya yang tercuri.
Hiduplah kau.

37

38

pustaka-indo.blogspot.com

pustaka-indo.blogspot.com

39

Sol sepatumu bicara apa kepada pustaka-indo.blogspot.comKau pergi ke dunia masa kecilku
jalan yang menjauh? yang dipenuhi gambar hitam putih.
Televisi berisi siaran dunia dalam
Kuberitahu, hanya sedikit orang berita. Soeharto, topi caping,
yang mampu mencapai ujung dan hamparan padi, dan senyum yang
ketiadaan. Sekarang jalan sudah mengajari kita hal-hal palsu.Video
terlalu panjang dan bercabang- klip Tommy J Pisa, Nia Daniati, dan
cabang. Aku terus berdiri di Betharia Sonata. Betapa pandai
gerbang ini dengan sepasang mereka menyembunyikan dan
telinga tidak mampu menyentuh membunyikan kesedihan. Atau
kata-katamu. Aku menunggu siaran pedesaan dan kisah-kisah
punggungmu tidak menghadap keluarga penuh perkelahian.
wajahku. Gunung, sungai, rumah, bendera,
juga toko dan kota. Semua dilukis
entah siapa menggunakan pensil
patah dan kertas putih semata.

40

* pustaka-indo.blogspot.com*
Kau hanya mampu menghilang jika Telingaku tidak mampu melupakan
pergi melampaui dunia sebelum tawamu seperti orang Amerika
aku mengenalmu. mengingat peristiwa Sebelas
September.
Dulu aku tidak perlu memikirkan
apa-apa selain segera jadi dewasa. Meski sendiri, aku ingin mewarnai
Sekolah enam tahun. Berangkat gerbang ini dan menyambut lagi
pagi, pulang siang, dan singgah perayaan. Akan kubuat upacara
mandi telanjang di sungai sampai bendera, baris-berbaris, panggung
tubuh merah. Lulus dan sekolah lagu-lagu lama, dan lomba-lomba
lagi. Bersepeda dan terjatuh. yang membuat penonton lupa
Menjual sawah dan sekolah lagi. penderitaan. Barangkali aku tidak
akan memenangkan apa-apa sekali
Lalu datang perayaan lagi.
kemerdekaan. Aku ikut lomba
memasukkan paku dari pantat Tapi aku sudah nyaris
ke mulut botol. Aku tidak menghabiskan diriku di sekolah
memenangkan apa-apa kecuali bertahun-tahun. Bertahan tidak
tawamu dari sela-sela penonton. mencintai siapa pun, kecuali
Tawa itu mekar jadi pertanyaan seseorang dalam diriku yang
pada suatu siang yang kubisikkan menunggu waktu dan punggungmu
ke telingamu di kantin sekolah saat tidak menghadap wajahku.
para guru rapat membahas uang Menunggu wajahmu tertawa sekali
dan ulangan. Kau mengangguk lagi, mungkin kepada masa depan
dan waktu mengalir secepat yang lain.
barang-barang impor.Walkman,
pager, DVD player, komputer, dan
telepon pintar.

41

42

pustaka-indo.blogspot.com

Bunga-bunga di beranda tertawa pustaka-indo.blogspot.comAstaga! Kau mengagetkan pagi
melihat orang-orang melintas seperti kota membangunkan
membawa kendaraan berlibur kesepian. Koran dan puisiku jatuh
ke tempat ramai. Kemacetan, menimpa dan menumpahkan
supermarket, pelabuhan udara, buah-buahan dari gelas yang telah
atau pantai. Hujan bergegas pulang menempuh usia dan perjalanan
ke langit setelah bekerja keras jauh demi menjilat lidahmu.
semalaman.
Aku bangun seperti hujan yang
Di meja ada segelas buah- pulang ke langit. Kepalaku tidak
buahan kedinginan menginginkan berada di tempat yang tepat.
cintamu keluar dari baju tidur. Aku berjalan ke kamar mandi
Kau tenggelam di halaman koran bersama potongan-potongan
Minggu, membiarkan sejumlah mimpi. Pikiranku seperti lukisan
puisi berisi masa depan dan Frida Kahlo atau kisah-kisah Italo
masa lalu membaca matamu. Kau Calvino. Aku memasukkan diriku
mengenali puisi-puisi itu. Puisi ini ke dalam hari libur dan harapan
meniru mataku, katamu sembari bisa menemukan siapa namamu.
mengulang-ulang nama penulisnya.
Namaku. Sejak hari itu, aku tidak bisa
tidur lagi. Juga kau dan kesepian
barangkali.

43

Ada sangkar besar di tubuh kecil pustaka-indo.blogspot.comAku ingin menjadi seekor kucing
setiap burung. Surga bagi para di jalanan atau puisi. Aku ingin
pencinta burung, tempat mereka memangsa sepasang burung di
terperangkap lupa diri dan mati. wajahmu.
Juga matamu, sepasang burung
terakhir di bumi. Aku tak pernah Jauh dalam tubuhku ada pohon
membenci apa pun sebesar aku yang tumbang dan tumbuh tiap
mencintai matamu. hari. Juga sarang tempat angin
sering mampir istirahat.
Pikiran bukan penjara. Aku
penjarakan pikiranku. Kututup Kelak orang membaca puisi
pintunya buat semua tamu dan tentang taman kota, mengunjungi
nama. Kecuali jiwamu, puisi tentang museum burung, atau membaca
jalan-jalan lengang pukul tiga pagi. dongeng tentang hutan-hutan
yang hilang. Mereka tersenyum
mengingatku.

“Pada zaman dahulu, ada seekor
kucing menyelamatkan sepasang
burung dengan memakan
sepasang mata kekasihnya.”

44

pustaka-indo.blogspot.com

45

46

pustaka-indo.blogspot.com

Bumi tidak butuh banyak bulan. pustaka-indo.blogspot.comWarna yang sama bisa tampak
Bulan sendiri, pandai, dan sunyi dan riang sekaligus. Langit
kekanak-kanakan. Dia bisa jadi paham hal-hal semacam itu. Kata-
pisang ambon, mangkuk pecah katamu bicara terlalu banyak
ibumu, atau martabak utuh jika tapi tidak pernah cukup. Langit
kau lapar. Dia akan menertawai selalu cukup dengan cuaca dan
kerakusanmu atau menjadi penuh per tanyaan-per tanyaan.
ketika kau kosong.
*
Biarkan bintang padam sebagian Jangan percaya pada kartupos
dan langit tetaplah satu-satunya dan kamera seorang petualang.
yang tidak mudah kautebak. Langit Menyelamlah ke ingatannya dan
yang lapang dan dalam akan temukan senja selalu basah di
berterima kasih kepada tubuhnya sana. Kau hanya boleh jatuh cinta
karena kau punya mata dan kepada ingatan yang menyerupai
benak. Juga ungu tato yang kau langit: rentan dan tidak mudah
sembunyikan di balik malumu yang dikira.
pura-pura.
Dia meninggalkanmu agar bisa
* selalu mengingatmu. Dia akan
Langit tampak cantik karena mobil pulang untuk membuktikan
yang kautumpangi bergerak cepat. mana yang lebih kuat, langit atau
Jendela mobil mogok bukan matamu.
pasangan yang cocok buat kaki
langit. Langit pekerja keras. Dia
membutuhkan satu hari yang
cerah dan kekosonganmu yang
gerah untuk membuat matahari
sore seperti lukisan atau kota
kebakaran.

47

48

pustaka-indo.blogspot.com


Click to View FlipBook Version