Antologi Cerpen Class Ten Six Pride l 145 "Hehe, makasih ya nay. yah, meskipun aku nggak suka belajar tapi Allah ngasih aku ingatan yang kuat,tanpa belajar aku juga ingat materi yang guru sampein di kelas, itupun kalau aku merhatiin,tapi Allah emang ngasih kelebihan buat aku,bahkan kamu tau nay?aku masih inget pelajaran kita pas kelas satu SMP,Allah baik banget kan nay?" Kanaya mengangguk,Allah memang begitu Rahman.Allah selalu memberi begitu banyak nikmat dan rezeki untuk hamba-Nya.terkadang Kanaya merasa begitu kufur atas nikmat allah, begitu banyak yang dia dapatkan dari sang robbi taoi dia masih lalai dalam beribadah.mengutamakan dunia dan menomor duakan Allah.banyak manusia yang mengeluh atas kemiskinannya, mengeluh atas sakitnya,dan masih banyak keluhan lainnya.padahal Allah sudah menyiapkan scenario indah terindah,ketika seseorang tidak banyak harta,maka Allah akan mempercepat hisabnya di akhirat kelak. " By the way ,kamu habis ini mau lanjut kemana Nay? Aku baru sadar kalau selama ini aku ngga pernah nanya kamu mau jadi apa!" Diah tergelak dan melanjutkan " mau jadi kamu nay!" "Sebenarnya aku pengen banget jadi pendakwah gitu di, jadi ustadzah kaya Oki setiana dewi atau nggak UAS yang terkenal itu.pengen banget jadi pendakwah"
Antologi Cerpen Class Ten Six Pride l 146 "Jadi ustadzah?kok kamu ingin jadi itu Nay?" "Aku selalu sedih kalau inget perjuangan Rasulullah dalam membela Islam"Gadis itu berhenti bicara,lalu mengucapkan shalawat dengan lirih diikuti Diah,karena ada pada suatu hadits yang mengatakan bahwa orang yang kikir adalah ketika nama Rasulullah disebut, sedangkan dia tidak mengucapkan shalawat untuknya. "Kita ngomong nya sambil jalan aja ya di,soalnya Abi udah ngirim pesan, katanya bentar lagi nyampe"ajak Kanaya lalu berdiri dari duduknya "Okey,Abang aku juga udah deket katanya"Diah mengangguk setuju "Aku lanjutin ya,.jadi aku udah bilang sama Abi tentang cita cita aku, cuman ternyata Abi kurang setuju.kata Abi,kalau cewek itu susah buat jadi pendakwah beda sama cowok yang lebih bebas kan?Abi juga bilang kalo jihad seorang istri itu dirumah bareng suaminya, patuh sama suami aja. So I Agree with my father. karena itu juga aku mutusin buat jadi penulis,dengan menulis aku bisa berdakwah dimana aja aku berada.gak perlu keluar rumah ketemu yang bukan mahram."Kanaya mengahiri ceritanya dengan senyuman manis. "Emang bersyukur banget aku punya sahabat kaya kamu Nay, pokoknya kita harus satu kampus!"Diah
Antologi Cerpen Class Ten Six Pride l 147 beseru semangat, Kanaya hanya menganggukkan kepalanya sambil tersenyum. "Eh, Abang aku idah nyampe.dukuan ya Nay, bye bye "Diah berlari sembari melambaikan tangannya. "Assalamualaikum di!" "Hehe,lupa.waalaikumsalam Nay!" Kanaya hanya bisa tersenyum sampai Diah hilang dari pandangannya.Baru saja Kanaya hendak berjalan,namun urung ketika tangannya dicekal,Gadis itu berbalik lalu membulatkan matanya kaget ketika pelakunya adalah kaki laki.Kanaya menyingkirkan tangan itu dari lengannya.lalu berucap istighfar dalam hati. "Maaf jangan sembarangan megang yang bukan mahram, Dosa!"Kanaya mengingatkan, sambil menundukkan kepalanya. Cowok yang ditegur menggaruk kepalanya yang tidak gatal ,dia tersenyum canggung." sorry sha, Dari tadi gue manggil lo ngga noleh.makanya gue pegang, sorry kalo itu bikin lo risih" "Gapapa Al" Alvaro mengangguk, sebenarnya ada sesuatu yang dia katakan pada Kanaya,namun rasanya lidahnya kelu hanya sekedar untuk berucap setelah beberapa menit terdiam, akhirnya Kanaya membuka suara
Antologi Cerpen Class Ten Six Pride l 148 "Al,kamu mau ngomong apa sama aku?,kalau enggak aku mau nunggu Abi di depan gak enak juga diliatin"Kanaya berucap canggung, banyak pasang mata yang menatapnya sinis dan tidak suka padanya. Alvaro ikut melihat sekitar. Menghela nafas dan mencoba Acuh."gue Minggu depan mau ke rumah lo boleh?" "Ha?" "Gue Mau silaturahmi sama keluarga lo,boleh nggak?" Kanaya menganggukkan kepalanya ragu.lalu pamit untuk pergi,karena dia mengira sudah tidak ada lagi yang harus dibicarakan. Namun,baru beberapa kali kakinya melangkah,tangannya kembali di cekal oleh Alvaro,kanaya melotot refleks, mencoba melepaskan tangannya, namun kalah kuat dari Alvaro. Kanaya hampir marah,tapi ucapan Alvaro selanjutnya membuat Kanaya bungkam. "Biar boleh megang,...gue halalin mau?" *** Kanaya menyentuh dadanya yang berdegup kencang.
Antologi Cerpen Class Ten Six Pride l 149 ini sudah 1 minggu dari hari dimana Alvaro mampu membuat sosoknya tersipu. sebelumnya Kanaya belum pernah jatuh cinta. dia memang berteman dengan siapa saja,namun untuk urusan hati Kanya selalu menghindar dengan cara yang halus. dia tidak mau terjebak dalam rasa yang tidak bisa di logika-kan itu,tapi Alvaro untuk pertama kalinya sudah membuatnya merasa gila, mengingat bagaimana Teduhnya wajah Alvaro yang menatapnya hari itu. " Astaghfirullahaladzim "Kanaya mengusap wajahnya ,sudah beberapa hari ini dia merasa lalai akan ibadahnya. Hati dan akalnya penuh dengan Alvaro membuat sholatnya tidak khusyu, membuatnya ingin cepat cepat menyudahi tilawah hanya untuk.melamun tentang Alvaro.Gila!jatuh cinta memang membuatnya gila, membuat hidupnya hanya berputar pada satu titik saja dan titik itu adalah Alvaro. *** Ali Muhammad --Abi Kanaya menatap pemuda yang seumuran dengan putrinya itu tenang. Pemuda itu datang dengan kedua orangtuanya membuat Ali tau maksud dan tujuan pemuda itu. Cukup tidak menyangka jika putrinya akan secepat ini dilamar dengan seorang pemuda.
Antologi Cerpen Class Ten Six Pride l 150 "Nama kamu siapa nak?"Ali bertanya hangat "Saya Alvaro"Alvaro menjawab dengan senyuman tipis "Saya kagum sama keberanian kamu melamar putri saya.tapu kamu juga taukan kalau Kanaya baru saja lulus SMA,bagi saya ini terlalu cepat untuk Kanaya dan kamu.kamu juga seumuran Kanaya masih terlalu labil jika berumah tangga" "Bukannya nikah muda itu boleh?" Ali tersenyum singkat,dia maklum dengan pertanyaan Alvaro. "Iya,nikah muda emang boleh jika tidak mampu menahan diri.tapi nikah itu punya resiko dan tanggung jawab yang besar.nikah gak soal senang senang saja. Disaat kamu nanti menikah,lalu seandainya rasa yang kamu punya sekarang ternyata hanya sekedar penasaran atau suka fisik.maka yang rugi adalah putri saya.saya tidak mau dia menyandang status janda karena nikah muda" "Saya cinta sama Kanaya pak,saya yakin dengan rasa saya"cowok tampan itu bersikeras "Al, kan papa udah bilang kamu bakal ditolak!" Zidanpapa Alvaro menyahut
Antologi Cerpen Class Ten Six Pride l 151 "Saya tidak menolak niat baik kamu nak,Alvaro" Ali meralat"tapi saya hanya takut dengan masa depan putri saya, jika kamu seorang Ayah pasti kamu akan paham " "Saya janji akan setia dengan Kanaya pak!" Benar benar keras kepala! Zidan dan istrinya Nasha hanya bisa diam saja membiarkan anaknya berusaha sendiri. "Baiklah saya percaya"ucap Ali pada akhirnya membuat Alvaro tersenyum lebar "Kalau begitu saya ingin bertanya.apa yang kamu punya untuk putri saya? Apa jaminannya jika putri saya bahagia menikah sama kamu?"Ali terpaksa menanyakan ini karena mengingat sikap Alvaro yang pantang menyerah. Cowok berusia 18 tahun itu terdiam. Dia masih hidup bersama kedua orang tuanya, mendapatkan uang dari mereka. Tapi, Alvaro rasa kedua orang tuanya tidak akan bangkrut jika menambah membiayai Kanaya. "Saya punya uang kok pak,papa saya juga orang kaya pasti bisa bantu saya" "Bukan tentang uang,tapi bekal apa yang kamu punya untuk membimbing Kanaya? selain cinta kamu, dia
Antologi Cerpen Class Ten Six Pride l 152 juga butuh ketegasan kamu, dia butuh bimbingan kamu sebagai imam,menegur dia ketika salah dan juga memberitahu dia semua hal yang baik,apa kamu bisa?" Alvaro bungkam. "Saya menunggu kedatangan kamu suatu hari nanti, sekarang pulanglah,atur masa depanmu,belajarlah jadi imam yang baik dan kembalilah ke sini ketika kamu merasa sudah memiliki bekal yang saya maksud" "Apa ini syaratnya?" "Iya,bukan sekedar kekayaan, tapi juga keimanan" Alvaro mengangguk.dengan berat hati dia berdiri lalu menyalami Ali dan berlalu pergi. satu tekadnya, yaitu dia akan kembali. kembali untuk menjemput pujaan hatinya,kembali untuk mengambil bidadari nya. Dia perlu belajar bersabar dan berusaha.sebelum memasuki mobil, Alvaro berbalik menatap Ali yang berdiri di depan pintu, matanya juga menatap Kanaya yang mengintip di balik jendela, dia tersenyum tipis,memasuki mobilnya dan bergumam,' I will back' Alvaro menatap kedua orang tuanya yang memperlihatkan sorot khawatir.
Antologi Cerpen Class Ten Six Pride l 153 Memang setelah pulang dari rumah Kanaya, dia memutuskan untuk kuliah di luar negeri.Zidan awalnya menolak keras karena tahu dengan sikap Alvaro yang sangat mudah terbawa arus.dia takut Alvaro bukannya menjadi baik,malah terjerumus lebih dalam. Zidan juga takut jika pulang nanti Alvaro malah membawa seorang gadis yang telah di hamilinya.Argh!zidan merasa gila memikirkannya!.dia lebih senang Alvaro menyukai Kanaya daripada perempuan sembarangan di luar sana. "Pa Al pergi buat kembali,Al pergi buat jadi yang terbaik untuk Kanaya,Al bakalan jaga diri dari pergaulan,disana Al akan belajar Agama biar pantas bersanding dengan Kanaya.izinkan Al pergi pa...Al memang nakal, tapi Al bukan bajingan." Ucapan panjang Alvaro membuat zidan dan Nasha tersentuh.dia tau Alvaro memang selalu mengecewakannya waktu SMA,Anaknya itu sering jarang masuk kelas,hobi balapan,dan berpacaran dengan sembarang gadis. Tapi kali ini zidan bisa melihat kesungguhan di mata Alvaro,maka dari itu zidan mengangguk mengizinkan. "Mama tau Alvaro itu anak baik,mama doakan semoga kamu bisa berhasil dan sukses"Nasha tersenyum hangat
Antologi Cerpen Class Ten Six Pride l 154 Alvaro mengangguk lalu menggenggam tangan nasha dan menciumnya lembut.membuat suami istri itu terpaku. "Maafin Al yang selalu nyusahin mama,selalu bikin mama pusing, selalu bikin mama repot. tapi sekarang Al mau minta doa mama semoga Al bisa sukses dan berhasil" Nasha mengangguk senang.zidan juga ikut memeluk putranya memberikan semangat juang untuk sang pujaan hati. *** "Kanaya,sini Abi mau bicara" Kanaya yang baru saja berniat belajar untuk memasuki PTN favoritnya mengurungkan niat, lalu menghampiri sang Abi yang memanggilnya. Gadis itu meletakkan camilannya yang baru dia bawa dari dapur di atas meja. setelahnya dia menghampiri sang Abi. "Menurut kamu nak alvaro itu anaknya gimana?"Ali bertanya to the point Kanaya merona, sebenarnya dia tidak menyangka bahwa Alvaro benar-benar datang ke rumahnya. apalagi datang untuk melamar dirinya. Selama ini Alvaro tidak pernah mendekati Kanaya cowok itu
Antologi Cerpen Class Ten Six Pride l 155 selalu acuh Dan menganggap Kanaya seperti siswi siswi yang tak terlihat lainnya. Kanaya juga sering melihat Alvaro berpacaran dengan siswi cantik di sekolah.berpegangan tangan dengan siapa saja,bahkan Kanaya pernah melihat Alvaro keluar dari toilet perempuan bersama seorang gadis. Kanaya tidak ingin berpikir macam-macam. Karena itu dia tidak mau ambil peduli.sekarang... mengingat Alvaro datang melamarnya tentu saja membuat dia merasa sesak memikirkan apa yang sudah dia ketahui. "Kok ngelamun sayang?Abi nanya loh"suara Umma menginstrupsi. Kanaya mengangkat pandangannya menatap kedua orangtuanya yang tersenyum hangat padanya. "Sebelumnya Kanaya nggak pernah deket sama Alvaro Bi,Ma. Kanaya emang sering lihat Alvaro karena dia emang terkenal di sekolah,tapi Kanaya gak pernah bicara sama Alvaro.cuma di hari kelulusan Alvaro nyamperin Kanaya, terus nanya boleh dateng kerumah nggak?,gitu.ya...Kanaya jawab boleh.gak tau nya..."Kanaya tidak melanjutkan ceritanya karena tiba tiba saja pipinya merasa memanas. Umma dan Abi tersenyum maklum.tepukan pelan di kepala Kanaya membuatnya tersentak.
Antologi Cerpen Class Ten Six Pride l 156 "Jadi menurut Kanaya, Alvaro itu baik atau engga?"Ali kembali bertanya Kanaya terdiam,Kanaya juga tidak tau Alvaro itu baik atau tidak, mengingat sikap dan perilaku Alvaro yang jauh dari kata aturan. "Kanaya nggak tau Abi,Al itu disekolah emang nakal, tapi kata Abi kan setiap anak cowok pasti nakal.Abi lo yang bilang"Kanaya tersenyum jahil kearah sang Abi yang membungkam."Al emang gak nunjukin sikap baik kaya anak pondok.cuman siapa tau kan kalau Al emang anak baik cuman ketutupan sama sikap nakalnya aja" Abinya tersenyum.putrinya nampak membela habis habisan untuk Alvaro membuat dirinya peka bahwa putrinya sedang jatuh cinta.Ali menatap Istrinya. "Naf,ajarin aku cara nolak lamaran yuk, kayaknya anak kita udah jatuh cinta sama pelamar pertama" "Abiiii,Umaaa" Ali dan Nafisah tertawa.sedangkan Kanaya memberenggut sebal.dia juga tidak mengerti rasa apa yang dia punya untuk Alvaro, hanya saja dia merasa senang dan berbunga.mengetahui Alvaro mencintainya dan berani melamarnya membuat dia merasa di hormati. Untuk itu Kanaya mengagumi Alvaro.dia akan menunggu sampai Alvaro kembali datang melamar
Antologi Cerpen Class Ten Six Pride l 157 dirinya untuk yang kedua kali.semoga saja Alvaro cepat kembali dan takdir ilahi memihak kisah mereka. Yah, semoga saja. Waktu bergulir begitu cepat.siang berganti malam malam juga berganti siang.setiap harinya adalah anugrah.masih diberi kesempatan dan membuka mata di pagi hari adalah nikmat yang tidak bisa dibeli oleh orang terkaya di didunia. Karena semuanya tak lagi sama.ada begitu banyak yang berubah dalam kehidupan.begitu pula dengan Kanaya.bukan hanya fisik yang menunjukkan kedewasaan usia,tapi juga sikapnya pun bertambah dewasa.dan juga mulia. Sesuai dengan apa yang dia katakan pada diah,Kanaya adalah seorang penulis untuk berdakwah dan editor tetap di sebuah penerbitan mayor. Dia juga masih menjaga hatinya untuk seorang yang masih dia tunggu kepulangannya semenjak 7 tahun yang lalu. Memupuk harapan tanpa kepastian pada sosok itu.namun hatinya tidak bisa lagi jatuh pada laki-laki lain. karena itu dia siap dengan semua resikonya.resiko jika laki-laki yang dia tunggu malah sudah mendapatkan pujaan hati yang lain.
Antologi Cerpen Class Ten Six Pride l 158 "Kamu kapan nikah sih Nay?aku aja udah hamil, bentar lagi juga udah mau lahiran" Suara itu membuat Kanaya mendongak.menatap sahabat setianya yang menatapnya kesal.Diah memang masih menanyakan alasan kenapa sampai saat ini Kanaya masih betah sendiri,padahal sudah banyak laki laki yang tampan maupun mapan melamarnya. Namun Kanaya selalu menolak dengan alasan masih ingin sendiri. Sang Abi pun tidak memaksa bahkan juga sesekali menolak tanpa meminta pendapat Kanaya terlebih dahulu. "Masih ada yang aku tunggu di" Kanaya menjawab jujur "Alvaro? Nay, kapan sadarnya? Alvaro itu playboy, belum tentu dia mikirin kamu.apalagi sekarang dia tinggal di LN .bisa aja dia pulang sambil bawa anak gadis orang yang udah bunting!" " Istighfar di!itu namanya kamu su'udzon. Lagian soal hat gak semudah itu untuk berpindah kan?kayak kamu yang perjuangin hubungan kamu sama mas Hasyim sampe nikah,aku juga gitu"Diah terdiam ketika Kanaya menyebut nama suaminya
Antologi Cerpen Class Ten Six Pride l 159 Wanita yang sudah hamil 7 bulan itu menggenggam tangan sang sahabat. Matanya menunjukkan kekhawatiran yang mendalam. "Aku hanya takut Nay,kamu udah nungu lama bangett.kan gak lucu kalo yang kamu tunggu lamaran yang malah undangan.aku gak mau nolong lo ya,aku cuma mampir buat ngakak doang kalau beneran!" Kanaya terkekeh.Diah menunjukkan raut wajah kesal karena Kanaya hanya mendengarkan ucapannya tanpa dipraktekkan. " Assalamualaikum, Kanaya" Suara itu membuat Kanaya dan Diah mematung.Kanaya berdiri menyambut kedatangan seorang yang selama ini dia tunggu sepenuh hati.sosok itu nampak banyak berubah.mulai dari cara berpakaian dan juga tatapannya yang meneduhkan. " Astaghfirullahaladzim" Kanaya tersadar, cepat cepat dia menundukkan pandangannya "Astaghfirullahaladzim ,maaf Nay,aku khilaf" Kanaya tersenyum maklum "Tatapan pertama dimaafkan.tatapan kedua itu dosa"dia menyebutkan satu hadits.
Antologi Cerpen Class Ten Six Pride l 160 "Iya,aku tau Nay.boleh aku ke rumah lagi?" Kanaya merona.Alvaro begitu to the point dan tidak ingin berbasa basi.mungkin sudah lama laki laki itu menunggu waktu ini "Mau ngapain ke rumah?"Kanaya bertanya malu malu "Mau nagih hutang Abi kamu" Kanaya melotot refleks "Abi? abi punya hutang sama kamu?hutang apa?" "Hutang buat nikahan anaknya sama aku!" *** Ali tersenyum hangat menyambut kedatangan pemuda itu untuk kedua kalinya. Kali ini banyak perubahan yang terlihat. Mulai dari berpakaian dan juga tatapannya yang mulai ramah.Ali mengajak Alvaro untuk masuk dan diikuti oleh Kanaya dan diah yang ternyata baru saja pulang.setelah meminta Alvaro untuk duduk, Ali juga meminta Kanaya untuk bergabung. "Apa kabar nak Alvaro?"ucap Ali membuka pembicaraan Alvaro tersenyum"Alhamdulillah saya sehat, bagaimana dengan Abi?"laki-laki itu balas bertanya
Antologi Cerpen Class Ten Six Pride l 161 "Alhamdulillah, seperti yang kamu lihat Abi juga siap" Kanaya dan Diah sama herannya. Kenapa Alvaro terlihat sangat sudah dekat dengan Abi? perhatian mereka teralihkan ketika Nafisah datang dengan dua cangkir teh dan membawa sepiring cemilan. Alvaro mengucapkan terimakasih dengan sopan ,lalu kembali menatap Ali "Udah lama nak Alvaro ditungguin sama Abi, kenapa baru dateng?"Nafisah yang baru saja duduk bertanya "Maaf Umma, urusannya baru selesai sekarang.makanya baru bisa berkunjung" lagi lagi Alvaro menjawab dengan tenang seperti sudah biasa. "Ehm...Abi,Umma maaf ya nyela dikit,ini kok kayak udah kenal deket banget gitu sama dia,dan kedatangannya itu kayak udah ditunggu tunggu banget? Di gak ngerti" Diah mengutarakan rasa penasarannya "Iya,Kanaya juga ngga ngerti.apa karena Alvaro, Abi selalu nolak lamaran laki laki untuk Kanaya "tambah Kanaya yg sama tidak pahamnya dengan Diah. "Sebenarnya,tiga tahun yang lalu,Alvaro sufah melamar kamu sama Abi ditelpon dan Abi mengizinkan"
Antologi Cerpen Class Ten Six Pride l 162 Kanaya terbelalak.tiga tahun yang lalu? Itu berarti dia baru saja lulus kuliah dan tanpa dia sadari,bahwa dia telah dilamar oleh Alvaro?tapi kenapa? "Aku tau kamu bingung.aku memang sengaja ngelamar kamu setelah lulus kuliah.karna aku tau akan banyak laki-laki yang meminang kamu disini.sedangkan aku jauh disana gak bisa ngawasin kamu.karena itu,aku mengikat kamu dengan pinangan melalui Abi" "Al,emang disana kamu gak jatuh cinta gitu sama cewek lain? Pasti disina banyak yang lebih cantik kan?"Diah bertanya heran Alvaro mendengus,lalu mengangguk membuat Kanaya merasa sesak "Iya,emang disana banyak yang cantik. Gue sempet suka sama model muslimah disana.tapi buat gue Kanaya jauh lebih mempesona.tapi,mau secantik apapun gadis diluar sana kalo hati sama otak gue cuma ada Kanaya....apa gunanya kecantikan mereka?" Ucapan Alvaro membuat Kanaya merona.gadis itu menunduk menahan lengkungan manis di bibirnya sedangkan Diah hanya melongo tidak percaya. "Gue speechless, "gumam Diah yang sontak membuat semuanya tertawa .
Antologi Cerpen Class Ten Six Pride l 163 "Kalau gitu bi,ma.boleh Alvaro menghalalkan rasa yang Alvaro punya secepatnya?" Senyuman Alvaro semakin berkembang ketika kedua calon mertuanya mengangguk. Ah, Alvaro benar benar tidak sabar untuk mempersunting bidadarinya.bidadari impiannya. Tangan lentik yang biasanya putih mulus itu sekarang berwarna merah membentuk pola-pola indah layaknya pengantin pada umumnya. Pipi putih kemerahan merahan itu nampak cantik ketika diberi sedikit polesan Make up. Gamis polosnya kini berganti dengan gaun pengantin berwarna putih gading dengan tambahan beberapa mutiara di bawahnya. "Putri Umma sudah dewasa, bakalan jadi istri orang" suara serak nafisa membuat mata Kanaya memanas "Umma..." Air mata Kanaya tumpah,dia mengeratkan pelukannya ke tubuh sang Umma.mencoba menyamankan diri di pelukan terhangat yang pernah dia rasakan.Kanaya memang bukan gadis manja yang suka menyusahkan,tapi Kanaya adalah gadis Mandiri yang kerap kali memberikan bantuan. "Kanaya!"
Antologi Cerpen Class Ten Six Pride l 164 Kanaya mengangkat pemandangan menatap Diah yang memakai Gamis khas kondangan di depannya.Kanaya merentangkan tangannya yang lain menyambut kehadiran Diah dengan pelukan hangat.bersamaan dengan itu detik detik menegangkan di mulai ketika suara Abi memenuhi ruangan. Kanaya,Umma dan Diah menatap layar didepannya yang sedang menunjukkan dimana Alvaro menjabat tangan Abi Kanaya. "Qabiltu nikaaha wa tazwiijahaa bil mahril madz-kurr haalan" Setelah qabul yang disambut dengan kata " Sah " itu menggema,Kanaya menangis haru. Kini statusnya sudah berubah.bukan hanya seorang anak,tapi juga sudah merangkap sebagai seorang istri orang. " Barakallah Nay,aku gak mau nasehatin apa apa karena kamu pasti lebih paham dari aku.aku cuma mau doain semoga kamu selalu bahagia.aku gak nyangka kalau cowok songong itu yang jadi suami kamu Nay"ucap Diah heran Naya hampir tertawa jika saja deheman dari seseorang yang kini sudah sah menjadi suaminya itu tidak terdengar.
Antologi Cerpen Class Ten Six Pride l 165 Umma dan Diah langsung pamit keluar. Membuat dirinya merasa tegang sendiri. Alvaro berjalan mendekat. Berjongkok di hadapan Kanaya namun itu hanya sebentar karena Kanaya menarik Alvaro untuk duduk di sampingnya. Kanaya menunduk malu ketika Alvaro menatapnya instens. " Assalamualaikum.bidadari " Kanaya tersipu malu, lalu menjawab salamnya dengan lirih. Tangan Alvaro bergerak untuk membuka cadar Kanaya. Dia ingin melihat betapa cantiknya bidadari yang sudah dia nikahi. Ketika cadar itu terlepas sepenuhnya, Alvaro berucap " Masya Allah" tanpa sadar membuat sang istri tambah malu-malu. Tangannya menyambut tangan Alvaro menciumnya sepenuh hati. Setelah selesai Alvaro balas mencium keningnya lama. Setelahnya turun di kedua matanya yang tertutup,di kedua pipinya dan terakhir di bibirnya. Kanaya kembali merona setelah melepaskannya, Lalu menatapnya dengan lembut "Aku mencintaimu Kanaya Ajwa Putri " Kanaya tersenyum"Aku mencintaimu selagi kamu mencintai Allah, Alvaro Radifka Ganindra " "Sekarang panggil aku Mas!" "Kita seumuran Al"
Antologi Cerpen Class Ten Six Pride l 166 "Panggil Mas aja, soalnya kalau Al kita kayak temenan" "Iya, Mas" "Penurut banget bidadarinya Mas" "Hehe Alhamdulillah, kan Mas pangerannya Kanaya" "Makasih banyak bidadariku"
Antologi Cerpen Class Ten Six Pride l 167 BAB 12 GADIS INTROVET (by: Ismi Putri Nurlaili) Namaku : Bunga pitaloka . Kalian boleh memanggilku dengan bunga atau pitaloka boleh , atau juga gadis introvert atau pendiam . Kebiasaanku yang selalu menyediri dan keramaian membuatku hanya memiliki segelintir teman tapi , itu tidak masalah bagiku karena , bukan introvert namanya kalau memiliki banyak teman . Beginilah hidupku setiap pulang sekolah aku akan membantu ibuku membuat dagangannya siap untuk di jual di hari berikutnya atau bisa di bilang besok pagi di sekolah . Setelah itu aku akan tetap berada di rumah . Dibandingkan dengan adikku dan semua orang yg lebih memilih berada di luar rumah hanya sekedar jalan - jalan atau berbelanja di waktu jam kosong yg menurut mereka menyenangkan , " huffftt " tapi tidak bagiku " bunga ayo jalan - jalan yuk !" ajak saudara sepupuku Mereka saudara sepupuku yg mempunyai sifat yg bertolak belakang denganku . Ya mereka adalah seorang ekstrovert . Entah kenapa mereka betah berteman denganku , padahal orang lain tidak betah dekat denganku lama - lama dan mungkin hal ini yg membuatku sampai mereka keluar dengan waktu yg
Antologi Cerpen Class Ten Six Pride l 168 sangat lama . Sungguh , aku tidak suka pergi keluar , aku ingin pulang . Ketika aku mengeluh aku ingin pulang mereka akan berkata " kamu tidak pernah betah pergi keluar , kamu harus tahu dunia luar itu kayak apa " ujar salah satu sepupuku . Dan akhirnya kita memutuskan untuk pulang . " Introvert adalah karakter atau sifat yg cenderung menyediri ". The end , Terima kasih
Antologi Cerpen Class Ten Six Pride l 169 BAB 13 BERTEDUH DI BAWAH SALJU (by: Imeliana Yumiko Sari) Dazai berlari menerjang salju. Tepat setelah kelas terakhirnya selesai. Dia berlari tak ingin ketinggalan drama yang dibintangi aktor favoritnya. Jaket tebalnya sedikit terkena timpaan salju. Diusianya yang hampir menginjak sembilan belas tahun ini, dia belum diizinkan membeli kendaraan sendiri. Tentunya dengan alasan klasik rumahnya tak terlalu jauh. Sedikit menambah kecepatan berlarinya, Dazai menghampiri sebuah halte bus. Ditariknya nafas panjang ketika butiran salju tak lagi menimpanya. Dazai mengusap rambutnya yang terkena salju, kemudian duduk. Menunggu bus yang akan membawa pulang ke rumahnya. “Sedang menunggu bus?” Dazai terkaget, dia langsung menengok ke samping. Seorang lelaki berambut merah ada disana. Manik coklat kehitamannya berkedip dibalik kacamata yang dia pakai. Tangan kanannya memegang sebuah buku.
Antologi Cerpen Class Ten Six Pride l 170 Mata Dazai melirik dari atas ke bawah. Jaket tebal panjang putih nya tak terkena salju sama sekali. Tanda bahwa lelaki itu sudah lama berada di sini. “Ya.” Dazai mengangguk. Lelaki itu tak berkata lagi. Dia tersenyum kemudian melanjutkan membaca bukunya. Dazai juga memilih diam. Dia menatap lurus ke depan. Melihat jatuhnya butiran salju yang sedikit lebih deras. Lama hening, Dazai melirik lelaki itu lagi. Dia pendek, kecil, seperti anak SMP. Biasanya Dazai akan cuek. Dia tidak akan menyapa orang yang ada di dekatnya. Tetapi, “Sudah berapa lama kau disini?” Untuk pertama kalinya Dazai membuka pembicaraan pada orang asing. Anehnya Dazai tak merasa canggung ataupun malu. Dengan perasaan santainya seperti mengobrol dengan seseorang yang akrab. Lelaki itu menatap Dazai. Dia menutup bukunya dan tersenyum lebar, “sejak aku selesai kelas.” Kening Dazai mengerut, “kelas?”
Antologi Cerpen Class Ten Six Pride l 171 Lelaki itu mengangguk antusias. “Ya, kelas kuliah, sekitar setengah jam yang lalu.” Dazai berkedip. “Kau sudah kuliah?” Dazai menatap tak percaya pada lelaki itu, yang kemudian tatapan itu dibalas dengan kerucutan bibir dari lawan bicaranya. “Hei … apa kau menganggapku anak SMP?” Si rambut merah berkacak pinggang. Dazai menaikkan satu alisnya. “Kau pendek.” “Jangan mengejek, aku tahu.” Dazai tersenyum tipis ketika melihat wajah lelaki itu yang sedikit kesal dengan kakinya yang dihentakkan kebawah. Dazai sedikit melirik lelaki itu. Ada payung lipat di sana. “Kau bawa payung.” “Hm, memang.” Dazai sedikit tidak mengerti, jika dia membawa payung… “Apa kau tidak ingin pulang?” Tanya Dazai. “Aku hanya ingin berada di luar lebih lama saja,” jawabnya.
Antologi Cerpen Class Ten Six Pride l 172 Dazai memperhatikan, lelaki itu terlihat menatap salju yang turun ketika menjawab pertanyaan tadi. “Bukankah kau bisa berada diluar selama yang kau mau seperti biasa, bukan hanya hari ini … bukan?” Dazai berkomentar dengan pertanyaan yang terselip di sana. “Hari ini turun salju, aku yakin ini akan lama, kusarankan kau pulang cepat selagi punya payung.” Dazai melipat tangannya. Dia melirik kejalan raya sesekali melihat kearah jatuhnya salju. Belum ada satupun bus yang lewat, sementara salju semakin lebat. “Aku tidak bisa keluar sesukaku.” Lelaki itu menarik lengan jaket tebalnya sehingga jarinya tertutup. Dazai akhirnya memilih diam setelah mendengar jawaban si surai merah itu. Kesannya pada orang disampingnya adalah aneh … mungkin? Hanya itu. Namun, ada sesuatu yang sedikit menariknya. Entah kenapa, Dazai tertarik dan ingin mengenalnya lebih jauh. “Apa makanan kesukaanmu?” Pertanyaan tiba-tiba keluar dari mulut Dazai. Udara disekitar mereka semakin dingin. “Omelet dan martabak telur.
Antologi Cerpen Class Ten Six Pride l 173 “Jadi kau suka telur …” Dazai kembali melirik kesamping, lelaki itu juga meliriknya. Dan akhirnya, sebuah bus terhenti. Dazai bangkit, langsung berjalan kedalamnya. Dia melirik lelaki itu dari jendela. Lelaki itu tersenyum lebar, dia melambaikan tangannya seakan mengatakan 'Sampai jumpa'. Ah benar, Dazai belum tahu siapa namanya! Dia ingin bertanya, tetapi dia sudah menaiki bus yang mulai pergi meninggalkan halte dan lelaki tersebut. “Lelaki salju,” dia bergumam dan sedikit tersenyum. Ya, mungkin sementara ini "lelaki salju" lebih cocok untuknya.
Antologi Cerpen Class Ten Six Pride l 174 BAB 14 AJARI KU MENJADI MUSLIMAH (by: Alifia Rahma Zhavira) Untuk kesekian kalinya surat -surat ini kutulis di atas kertas putih kosong. Ya kertas itu kosong setelah beberapa tahun silam ku coret coret dengan tinta kepahitan . Yang kusebut kenangan terindah , namun kini semua itu menjelma jadi tusukan duri yang hampir rapuh . Hingga kubiarkan rapuh , agar ia segera hilang dari ingatanku . Kugenggam jiwa yang kusebut CINTA , agar ia tetep menjadi penghuni di hatiku yang renta ini . Ku genggam senyuman insan yang kumiliki agar ia memperindah lembah hati yang sunyi ini menjadi seberkas bianglala . Sangkaku salah . Genggaman semakin erat CINTA itu semakin pudar , hilang . Senyum itu Semakin hambar aku sruput bak kopi hitam yang mendingin sedari dulu . Aku lepas! Aku hilang kendali! Aku jatuh! Sakit! Aku berteriak seperti burung cangak yang meneriakkan suaranya di malam yang pekat . Aku menangis seperti anak kecil yang kehilangan mainan , atau jajannya.
Antologi Cerpen Class Ten Six Pride l 175 Sesekali ku panggil ibu! Sesekali ku gapai ibu! Sesekali ku bertelepati dengan ibu! Namun ibu tetaplah jauh dari hatiku , tetaplah disudut kota kelahiran ku dan aku. Aku disudut kota yang kusebut lembah sunyi . Lembah sunyi yang menghilangkan CINTA dari hatiku , Lembah sunyi yang menyudutkan ku terus menerus semakin dalam , dalam , dan dalam . Tanpa penerangan , tanpa lentera . Namun aku masih memegang sebuah tongkat yang diturunkan dari syurga , ibu . Tongkat itu adalah ibu. Di dalam lembah sunyi kuterus berjalan menyusuri lorong waktu. Yang ku tahu waktu seperti kereta yang hanya berhenti di stasiun saja. Setelah ia pergi , maka ia tidak akan peduli dengan penumpangnya yang ketinggalan Aku tidak mau ! Aku tidak mau ketinggalan waktu itu aku bangkit dan berjalan di atas kerikil kerikil tajam yang terinjak kakiku . Kemana? Untuk apa?dan pada siapa aku akan melabuhkan diriku ini .Allah . Allah yang akan menampungku , bebanku , tangisku juga semua yang ku angkat bersama jiwa yang tak sepadan dengan NYA. Seiring waktu yang berputar namun pasti. Aku merasakan lagi kehambaran , keredupan atas cahaya
Antologi Cerpen Class Ten Six Pride l 176 itu. Semakin hari semakin gelap pekat. Cahaya itu hilang melayang tiada kudapat kan lagi. Kumencari cari sampai ke sela tumpukan jerami , namun tiada kutemui. Kutanyai pada malam malam yang berbintang tetep saja ia membisu . Atau cahaya itu menyinggahi hati yang lain , setelah tahu hatiku ini terasa hambar , pahit. Aku terduduk lesu menyaksikan cahaya itu menerangi hati yang lain. Hingga mata ini menghadiahkan hujan yang tiada reda untuk kuusap sekilas saja . Ranting yang mulai mencabangkan akar akar cinta , kini merapuh lagi . Bunga yang ingin terkecup oleh wangi cahaya cinta , akhirnya layu juga . Hingga ku terbangun dari mimpiku , dan menyusuri lorong waktu kembali . Sekelumit cahaya cahaya cinta itu hanyalah hilirnya saja . Biar ku awa sepenuh hatiku yang hancur ini berjalan menemui hulu sang pencipta Cinta, karna aku tahu cinta suci itu akan bertumpu pada ALLAH.
Antologi Cerpen Class Ten Six Pride l 177 BAB 15 GUS TAMVAN (by: Wafiq Aulia) Di suatu ketika aku bertemu dengan sesorang lelaki yang tidak ku kenal tiba"mengirim pesan kepadaku dan sebelumnya aku tidak tertarik kepadanya ,tetapi lama kelamaan aku mulai tertarik padanya....dan hingga suatu ketika aku tidak lagi memegang hp karena ke reset berkali kali hingga aku malas untuk memegang Hp maupun membuat kontak baru...hingga hati ku berkata"aku males pegang hp ttapi aku waktu itu hp ku drop jdi ga bisa calling . Nahhhh...!nyampek rumah aku di wa lagi tu sama dia katanya "oi,apa kamu yang makek krudung item,trs makek masker?" Aku jawb "iya ,knp" lalu katanya"oh brati bener itu kamu" trs aku kirim pap( "pap" ) Dan dia jawab "kan bener itu kamu" jawab dia sambil ngrengek dan dia pap ke aku ("pap") pap dia ternyata sama cewek nya ughhhhh,"trs ngapain dia ngajak ketemuan buat pamer pacar" kataku dlm hati yang cemburu. Dan blablablablabla!!!!! Ada acara majelisan di lapangan yang sama yang di buat expo kemarin kita mau ketemuan dan di
Antologi Cerpen Class Ten Six Pride l 178 sana emang dia gk ngajak ketemuan tpi aku tetep clingak clinguk "kok ga ada dia,heuhhhhh dahlah ga mungkin ketemu"dlm hati ku menggumam ,tapi ternyata dia ada di samping ku,yaaa gak samping banget sihhh,pertama aku ga nyadar kalau itu si dia pas aku perhatiin eh bener ternyata dia spontan aku langsung seneng dongg hahahahaha...tpi cuma aku pantau karena malu bgttt "MALU BANGET LHOOO"dan yaudah akhirnya acara solawatannya selesai aku pun pulang,eitssss tpi ga ke rumah hehehe aku nongkrong dulu ke warkop dan di situ aku yaaa ngopi² biasa sama temen" sambil aku nanyak ke dia aku bilang"apa kamu yang megang bendera tdi?yang makek jaket (nama grup majelia solawat)?" Terus jawaban dia cuma "iya"dan di situ aku lansung badmood cuma aku tandai jempol aja,gak lama kemudian dia chat lagi dong katanya "seleb kamu ga mau nyapa aku,kalau tau kamu sapa aku pasti kamu tak salamin" kata dia ,trs aku jwb "ya gimana,orang aku malu" jwb dia:"ngapain malu!!!?" Dan pokok nya di situ debat sampek gak tau lah,dan kita juga sama²pap ngopi tpi beda warkop ,dan debat debat debat debat!!!tiba² bpk aku nelpon katanya suruh pulang ,dan aku pun langsung liat jam eh ternyata emang udah malem,sekitar jam 1 lebih dan aku mutusin langsung pulang ,dan ga tau dia chat apa pokok intinya "DI BAPERIN DI ASINGIN GITUUU AJA TEROSS"dan nyampek sekarang cuma jadi PENONTON STORY ,tpi ga papa cari lagi ,lagi pula di dunia masih banyak ,mungkin malah esok aku mendapat ganti yang lebih baik > __ < hehehe.
Antologi Cerpen Class Ten Six Pride l 179 pesan saya "TETAP SEMANGAT DALAM MENJALANI HIDUP,MESKI BANYAK COBAAN,TPI INGAT!!! ALLAH TIDAK AKAN MENGUJI HAMBANYA DI LUAR BATAS KEMAMPUAN
Antologi Cerpen Class Ten Six Pride l 180 BAB 16 THALOSSOPHILE (by: Trista Aqila Assifa) Hari semakin gelap. Matahari sudah akan berganti tugas dengan sibulan bunyi rintikan gerimis sisa hujan sore itu masih dengar samar-samar. Suasana sore itu sama seperti hatinya jadi lentiknya bergerak memutari bibir gelas berisi caramel macchiato hangat kesukaannya. otaknya masih memikirkan kejadian di sekolah sekolah tadi tadi hatinya sedang gundah tatapan kosong menatap jendela kamarnya yang masih penuh butir-butir air hujan yang menetes perlahan-lahan suara si mbak yang tiba-tiba membuat lamunannya buyar. "non makan yuk itu ayam gorengnya keburu" "dingin Mama dan papa udah pulang Mbak?"tanya pada Mbak Tini "anu ibu barusan menelepon kalau pulangnya agak malam non. Kalau Bapak... " ujar Mbak Tini terpotong dengan tindakan Lana yang langsung meninggalkan. sudah terlalu sering Lana mendengar jawaban itu. Moodnya bertambah buruk. salah dengan sahabat sedari kecilnya itu sudah membuatnya bingung, ditambah lagi kedua orang tuanya yang selalu saja sibuk sendiri. Lana memilih untuk makan supaya suasana hatinya berubah membaik.Ternyata Daniel
Antologi Cerpen Class Ten Six Pride l 181 Adi kelana yang berjarak 2 tahun dengannya itu sedang makan ayam goreng dilengkapi dengan sayur asam masakan Mbak Tini "tumben kamu udah pulang?" sapa lana sebagai basa-basi dengan adiknya. "iya,kangen sayur asam Mbak Tini." ujar Daniel singkat tanpa mengalihkan pandangan dari sayur asamnya itu. Begitulah Daniel, irit bicara. dia sedang berlibur ke Indonesia karena sekolahnya di Singapura sedang libur. Selanjutnya dengan dentingan sendok yang beradu dengan piring yang terdengar. kisah raia dan river dalam novel The Archicture Of Love berhasil mengalihkan pikiran dari berbagai kegundahannya. karangan Ika Natasha selalu menjadi bacaan favoritnya sejak ia duduk di bangku SMP. Bunyi pesan masuk dari ponsel membuat Lana mengalihkan perhatiannya dari novel. Muncul pesan dengan nama pengirim ginta di layar ponselnya. Mata bulatnya terbelalak ngeri , gentanta hanya menyebut nama Lana lalu diakhiri dengan tanda tanya di akhirnya dalam pesan singkat itu Lana dibuat bingung setengah mati dengan pesan itu. karena bingung bagaimana harus menyikapi pesan singkat itu. pesona cinta memang susah untuk ditolak, lana tidak mengelak tentang hal itu tapi saat itu river lebih menarik daripada Genta karena itu lana melanjutkan novel yang sedang dibacanya, novel bercover new York itu menutupi sebagian wajahnya dengan mata.
Antologi Cerpen Class Ten Six Pride l 182 Lana terbelalak kaget melihat jarum jam yang mengarah ke angka 7 .mata bergeser melihat jarum panjang jam yang berada pada angka 3. artinya dia sudah telat 15 menit dari jam masuk sekolah dan sudah jelas kalau pagi itu dia akan terkena amukan Bu Indah. Lana langsung beralih ke kamar mandi saat wajah sangar Bu Indah terbayang jelas di kepalanya. "Alanaaa... kamu lagi, kamu lagi?"ujar Bu Indah dengan membenarkan kacamatanya. "hehe iya Bu"ujar Lana yang agak bingung harus menjawab apa. "kamu ini padahal masuk daftar siswa teladan loh. tapi kok telatan toh? sudahlah saya bebaskan kamu. jangan sampai yang ketiga kalinya ya ujar Bu Indah dengan logat Jawa ini yang sangat kental .lana sebagai anak SMA pada umumnya senang karena tidak dapat hukuman dari Bu Indah yang pagi itu masih tersisa setengah jam lagi untuk pergantian pelajaran kedua, Lana berjalan santai ke arah kantin. Rencananya ia akan memesan roti bakar dan teh hangat untuknya. Lana memilih duduk di paling ujung kantin dekat stand Bu asri sambil meniupi teh hangatnya. "sendirian aja lan ujar seorang di depan membuat Lana mengalihkan mata dari teh hangat yang ditiupnya, lana kaget melihat cinta dengan baju basket kebanggaannya itu. Lana sempat terdiam dengan mendongak
Antologi Cerpen Class Ten Six Pride l 183 melihat kinta yang memang memiliki postur badan tinggi."Eh , iya" ujar dengan menggaruk pinggir dahi nya berusaha menutui keanehan tingkahnya. " Kamu ganti nomer lan?" lanjut genta dengan menarik kursi di depan Lana untuk mendudukinya. "hah?"saut Lana yang memang tidak fokus saat itu karena takut hatinya merubah perasaan genta. "diminum lan tehnya jangan ditiupin mulu. bukan teh hangat lagi jadinya ucap gennta yang membuat Lana lebih malu dua kali lipat karena sedari tadi dia hanya meniupi teh hangat itu sangking groginya. "hehehe" hanya tahu hambar Lana yang keluar dari bibirnya. "lanjutin teh sarapannya aku mau ke lapangan ya" ujar Genta sambil berdiri dari duduknya lalu berlari kecil menuju ke arah lapangan basket di samping kantin. Lana hanya bisa menganggukkan kepalanya sambil bernafas lega seolah-olah selama ada gennta di hadapannya Genta merebut semua oksigen yang ada di sekitarnya. dalam hatinya Lana tertawa geli karena kelakuannya tadi selama hadapan genta. tangan kanan yang menepuk pipi kanan untuk untuk menyadarkan dirinya dari pesona Genta. lana segera bergegas karena pelajaran akan dimulai beruntungnya Lana tepat waktu sampai kelas karena
Antologi Cerpen Class Ten Six Pride l 184 mengeluarkan buku paket tebal bersama tepak warna abu-abu di mejanya. " ke mana aja Bu.. "sindir teman sebangkunya yang dari tadi hanya memperhatikan lana yang sibuk sendiri. "Tar..! kamu udah gak marah lagi?" pekik Lana kegirangan melihat Tara teman sedari kecilnya itu kembali menyapanya sejak insiden kemarin. "Udahlah gak penting juga Lan, masa Cuma gara-gara Dean. Cowok gak Cuma Dean kok. Lagian juga Deannya aja yang gak bener." ujar Tara yang disetujui Lana dengan anggukan semangatnya. Masalah yang kemarin ia bingungkan terselesaikan. "Yang penting sekarang itu PR Ekonomi. Lihat ya Lan, tau sendirikan aku gak sejago kamu untuk ngitung angka-angka jelek ini kaya kamu. Keburu Pak Ilyas datang nih" ujar Tara dengan cengiran khasnya sembari mengambil buku tulis Lana. Lana hanya tertawa geli melihat kelakuan teman ajaibnya yang satu itu. Benar-benar skill menyalinnya tidak perlu diragukan lagi. Walaupun begitu Tara adalah teman terbaik Lana selama hidupnya. "Guys, hari ini Pak Ilyas gak masuk." teriak Farhan di depan kelas. Dengan serentak sekelas langsung riuh Tara yang tadinya sibuk menyalin langsung menaruh bolpoinnya.
Antologi Cerpen Class Ten Six Pride l 185 "Jadi gimana nih Genta?" ucap Tara tiba-tiba membuat topik yang membuat Lana melongo kearahnya. Terjawab sudah kebingungan Lana. "Jadi kamu Tar yang kasih nomor aku ke dia?" ujar Lana marah. "Aduh, maaf ya Lan. Habisnya siapa sih yang ngga tergoda buat kasih, kalo di iming-imingi seporsi batagor ditambah es tehnya selama seminggu?" ungkap Tara. "Ya ampuun Tar, Jadi aku harganya sama kaya seporsi batagor Bu Sri dan es teh nya itu?" jerit Lana frustasi karena keajaiban otak temennya yang satu itu. "Genta ganteng kok Lan." hanya itu yang keluar dari bibir Tara untuk menenangkan Lana. "Semua juga tahu kalau dia itu ganteng. Gak liat tuh mantannya berapa? Udah berapa perempuan yang dia jadiin mainan?" ujar Lana berusaha untuk menurunkan suaranya. Lana tidak habis pikir dengan temannya itu. Apakah stok cowok ganteng habis?. Kalaupun Genta satu-satunya stok cowok ganteng terakhir, kalau untuk yang pertama mengisi hatinya sepertinya dia tidak mengijinkannya. Percuma saja wajah seratus tapi nilai sikap minus sepuluh. "Janganlah menilai semua dari luar. Siapa tau Genta punya sisi yang gak kamu tahu? Apa salahnya sih coba?" ujar Tara menirukan gaya Mario Teguh
Antologi Cerpen Class Ten Six Pride l 186 panutannya. Lana hanya terdiam, sedangkan otaknya sedang berpikir keras tentang apa yang diucapkan Tara. "Tapi, yang itu lebih keren Tar.." ucap Tara pelan saat melihat cowok ganteng dari jendela kelasnya. Kepalanya sampai ikut menoleh saat cowok itu sudah melewati jendela terakhir kelasnya. Kulitnya bersih tapi tidak seputih Genta. Tingginya mungkin sekitar 176 cm. "Ooooh yang itu, dia juga salah satu temennya Genta. Jangan maruk dong Lan. Terus kalau kamu ambil duaduanya aku sama siapaa?" ujar Tara dengan wajah yang disedihkan. "udah ah, aku mau makan batagor plus es teh gratisan. Mau ikut gak? Lumayan loh ada Genta." ujar Tara dengan tawa lebar yang membuat Lana menggelengkan kepala dan mendengus kesal. Itulah Tara, hobinya membuat Lana kesal. Tubuhnya berbaring di atas Kasur empuknya. Bola mata coklat teduhnya mengarah ke langit-langit kamar. Seragam putih abu-abu masih digunakannya. Perkataan Tara tiga hari yang lalu masih berlalulalang di pikirannya. Otaknya menerawang jauh membayangkan jika ia dengan Genta. Apakah nantinya dia akan sama nasibnya dengan mantan-mantan Genta. Bunyi pesan masuk dari ponselnya mengalihkan matanya dari langit-langit kamar. Pesan yang sama seperti tiga hari yang lalu kembali dikirim
Antologi Cerpen Class Ten Six Pride l 187 Genta. Kali ini Lana membukanya. Ia mencoba membalas pesan dari Genta. Lana hanya menulis kata ya dengan tanda tanya dibelakangnya. Sejak saat itu mereka sering bertukar pesan dan semakin dekat. Tanpa sadar, Lana mengizinkan hatinya di isi oleh Magenta Samudra sejak itu. Mungkin kabar Lana yang dekat dengan Genta sudah menyebar. Lana sedang berjalan melalui koridor kelas 12. Ia barusan mengambil buku sejarahnya yang tertinggal dimobilnya. Tangannya memeluk buku sejarah. Langkah kakinya bergerak cepat. Baginya melewati koridor kelas 12 adalah petaka. Mau bagaimana lagi, jalan ini yang terdekat jika dari parkiran. Dari pada iya harus menyusuri lapangan sekolah yang luas itu. Lana terhenti, "Oh ini yang namanya Alana?" ujar cewek cantik yang tak dikenalnya itu yang tiba-tiba memberhentikan jalannya. Alana hanya diam. Cewek itu melihatnya dari atas sampai kebawah. Mungkin ia sedang menilai. Tulisan Athira terpampang diBadge kelas yang ia gunakan. "Tenang aja Thir, palingan abis ini juga udahan. Gak ada bagus-bagusnya juga ni cewek." ujar temen si Athira yang mukanya aja udah malesin kalau diliat. Yang gak ada bagus-bagusnya itu situ kali Mbak, batin Lana kesal. Udah bajunya kecil banget, ditambah roknya ketat banget. Udah gitu itu ujung rambut di cat abu-abu lagi. Ubanan Mbak?
Antologi Cerpen Class Ten Six Pride l 188 "Permisi Kak" ujar Lana yang ingin pergi dari situ. Badannya sudah berkeringat dingin karena ketakutan. Lana takut diapa-apain sama mereka yang berlima. "Liat tuh Thir bodynya aja masih bagusan kamu. Dia kaya papan triplek. Gak habis pikir sama selera Genta. Makin menurun aja." Ujar si Mbak yang berbaju kecil itu. Lana terus berjalan meninggalkan kumpulan orang-orang menyeramkan itu. Ia berjalan dengan langkah cepat sangking takutnya. Sampai tubuhnya tertabrak dengan cowok yang ia liat empat hari yang lalu dari jendela kelasnya. "Eh ma maaf Kak" ujarnya makin grogi saat tau yang ditabraknya ini siapa. Ia segera mengambili bukunya yang jatuh dilantai. "Hati-hati kalau jalan." Ujar cowok itu sambil matanya mengarah ke koridor depan 12 IPS 3. Dia mengangguk paham kenapa si Lana ini buru-buru. "Permisi Kak" ucap Lana sambil melihat badge yang ada di sebelah kanan dada cowok itu. Ooh namanya Gaza, ujarnya dalam hati. Tangan Lana membuka pintu coffee shop yang bergaya eropa itu. Aroma kopi yang khas tercium olehnya. Matanya mencari-cari sosok Genta yang mengajaknya bertemu siang ini. Diliatnya Genta sedang sibuk memainkan ponselnya sambil menyeruput kopinya. Lana melangkahkan kakinya ke ujung coffee shop itu.
Antologi Cerpen Class Ten Six Pride l 189 "Udah lama?" sapa Lana pada Genta. "Belum juga. Mau pesan apa?" ujar Genta singkat. Lalu ia mengangkat tangannya untuk memanggil pelayan. "Kamu mau bicara apa?" ujar Lana langsung setelah mbak-mbak pelayan. "Kamu mau bicara apa?" ujar Lana langsung setelah mbak-mbak pelayan itu meninggalkan mereka. Matanya melirik keatas meja yang ada rokok beserta pemantik apinya. Dengan cepat Genta memasukkannya kedalam kantong celananya. "Aku masih berusaha berhenti tapi pelan-pelan" jelas Genta. Yang dibalas oleh Lana dengan Anggukan. "Kamu kenapa?" tanya Genta pada Lana yang memangnya akhir-akhir ini terkesan seperti menghindar dari Genta. "Nggak kenapa-kenapa." Ujar Lana, lalu menyedot caramel macchiato dinginnya. "Kalau ada apa-apa ngomong Lan! Jangan diam terus gitu. Aku ngga bakalan pernah tau apa yang kamu permasalahin kalau kamu nggak kasih tau aku. Aku ini tergolong cowok yang kurang mengerti kode." "Aku takut kamu ninggalin aku Ta.' ujar Lana terus terang.
Antologi Cerpen Class Ten Six Pride l 190 "Mantan aku memang banyak Lan. Aku nggak mengelak itu. Tapi satu yang perlu kamu tahu. Aku serius sama kamu. Tinggal apakah kamu percaya sama aku atau nggak Lan?" Lana tau jelas semua dari Gaza, kalau semua mantan Genta bukan Genta yang memintanya untuk berpacaran. Tapi cewek-cewek itu duluan yang maju ke Genta. Genta sebagai cowok yang berusaha menghargai cewek ia menerima. Putuspun mereka duluan yang meminta pada Genta. Tapi sayangnya dari sekian banyak cewek yang dipacarinya. Hanya Lana yang membuatnya berubah. Pagi itu, gerimis rintik-rintik kecil membasahi jalanan. Basah yang tercetak dijalanan masih belum merata. Suara roda pagar yang digeser berbunyi. Muncul Lana dengan blouse putih polosnya dipadukan dengan celana jeans berwarna biru muda dengan menggunakan sneakers putih andalannya. Ditangannya tersampir jaket jeans yang sengaja kembar dengan milik Genta. Rambut sebahunya dibiarkan terurai. Terlihat manis dimata Genta, yang masih duduk diatas motor hitam besar miliknya. "Yuk!" ujar Genta setelah membuka kaca helm, lalu memberikan helm untuk Lana. Hari ini mereka akan pergi ke puncak. Genta yang mengajak Lana karena Ia bosan dengan pemandangan kota yang padat. Sebentar lagi juga Genta akan ikut Ujian Nasional. Iya Genta lebih tua satu tahun diatas Lana.
Antologi Cerpen Class Ten Six Pride l 191 Mereka duduk diatas rerumputan dengan pemandangan bukit yang sebagiannya masih tertutup oleh kabut. Masih tercium bau khas tanah yang habis diguyur hujan. Udaranya sedang dingin, langit terlihat mendung tapi tidak turun hujan. Mereka sama-sama menggunakan jaket jeans couple mereka. "Seneng aku ajak kesini?" ujar Genta memecah keheningan sambil menoleh ke Lana. "Seneng banget Ta.." ucap Lana tersenyum lebar. "Cantik. Gitu terus aja ya Lan, jangan sampe senyum itu hilang" ujar Genta dengan menatap mata Lana. "Pastii.." ujar Lana sembari tersenyum lebar. Dan Genta ikut tersenyum. "Kamu kenapa sih? Ketular sama Gamma yang pintar rayu ya?" ucap Lana pada Genta-Nya ini yang biasanya sedatar tembok, jadi bisa merayu begitu. "gakpapa.." ucap Genta yang sambil tertawa karena ucapan Lana yang dianggapnya lucu. Sudah hampir setengah tahun Lana dengan Genta dekat. Bahkan mereka berdua sudah sama-sama paham satu sama lain. Lana hanya satu-satunya untuk Genta. Sudah menginjak setengah tahunpun Genta belum juga meminta Lana untuk menyandang gelar Pacar dari Genta. Sempat Lana hampir menyerah menunggu Genta memintanya. Tapi lama-lama Lana paham maksud Genta. Genta tidak menunjukkan
Antologi Cerpen Class Ten Six Pride l 192 dengan perkataan. Tapi cukup lewat perbuatannya. Genta adalah miliknya. Dan Lana percaya Genta. Lana sangat bersyukur memiliki Genta. Genta membuat hidupnya berwarna, lebih mencintai dan dekat dengan keluarganya lagi, dan masih banyak lainnya. Lana tidak tau bagaimana hidupnya jika tidak ada Genta. Bibir Lana tersenyum mengamati polaroid hasil fotofoto seminggu yang lalu saat wisuda kelulusan Genta. Mereka berdua sama-sama tersenyum lebar difoto itu. Dibawahnya terdapat tulisan dua ribu lima belas, tahun kelulusan Genta. Lana akan menyimpan foto ini dengan baik. "Kak Lan.." panggil Daniel, dengan kepalanya muncul separuh di pintu. "Ada apa Dan?" ujar Lana sambil menghampiri Daniel. "Ada kiriman Kak." Ujar Daniel dengan memberikan box bludru biru laut pada Lana. Lana segera membuka box itu. Didalamnya terdapat kalung berbandul huruf g dan selembar kertas yang dilipat menjadi dua. Dibukanya kertas putih itu. Matanya bergerak menelusuri isi tulisan dari surat itu. Dadanya terasa sesak. Matanya memerah. Sedikit lagi air matanya turun perlahan membasahi pipinya. Air matanyapun menetes tepat saat kata terakhir dibacanya. Tangisannya pecah. Diakhir surat ada tanda tangan Genta. Perkiraannya selama ini salah. Dia bukan yang utama untuk Genta. Bahkan dua hari yang lalu Genta berangkat untuk melanjutkan pendidikannya di
Antologi Cerpen Class Ten Six Pride l 193 Amerika saja ia tidak tahu. Sejak hari itu harinya kembali menjadi hitam dan putih. Mata indahnya masih menatap jendela coffee shop yang dipenuhi butir-butir tetesan air hujan yang masih deras diluar sana. Ia sering ke coffee shop ini karena lokasinya dekat dengan kantornya. Suara merdu Ed Sheeran mengalun menyanyikan lagu How Would You Feel membuatnya semakin asik melamun memikirkan masa SMA nya. Aroma kopi yang khas dari coffe shop sangat terasa saat dihirup. Favorit Lana bukan lagi caramel macchiato. Melainkan berubah menjadi kopi pahit dengan gula sedikit sejak kejadian itu. Sejak tadi Lana teringat kejadian enam tahun yang lalu. Map berisikan berkas-berkasnya di letakkannya saja di samping kopi hitamnya yang sudah berubah menjadi dingin. Ia teringat kejadian lalu ketika surat itu sampai ditangannya, dan satu tahun setelahnya tante Vera ibu dari Genta mengabarkan bahwa Genta pergi untuk selama-lamanya karena sebuah penyakit yang menyerangnya. Ke negeri orang untuk berobat, bukan untuk melanjutkan pendidikannya. "Begini Al, Tante minta maaf banget sama kamu karena tante nggak pernah kasih tau kamu tentang penyakit Genta. Bukannya Tante nggak mau. Tapi itu pesan Genta ke Tante." Ujar mama Genta sembari menggenggam tangan Lana. "Kenapa gitu tan? Dia jahat banget" ujar Lana dengan sesenggukan.
Antologi Cerpen Class Ten Six Pride l 194 "Bukan begitu Al, justru dia sayang sekali sama kamu. Dia takut kamu kepikiran." Ujar tante Vera yang berusaha menghibur Lana saat itu. Perkataan tante Vera waktu itu teringat jelas oleh Lana sampai sekarang. Sejak enam tahun yang lalu kalung berbandul g itu terus terpasang dilehernya. Foto-fotonya dengan Genta masih tersimpan rapi. Lanapun masih sering berkunjung ke tempat Genta. Hatinya masih untuk Genta. Raganya masih utuh, tapi jiwanya ikut terkubur dengan Genta. Hatinya mati. Suara lonceng pintu coffee shop terbuka, membuatnya tersadar dari lamunan masa lalunya. Matanya melihat kearah jam tangan hitamnya yang melingkar di tangan kirinya. Matanya beralih kearah pintu. Dilihatnya seseorang. Seseorang itu berjalan kearahnya. Suara pantofelnya itu berbunyi nyaring saat ia melangkahkan kakinya ke lantai coffe shop itu yang berbahan kayu. "Ge Genta..?" ucap Lana berbisik dengan mimik bingungnya. Dalam hatinya menegaskan kalau ini tidak benar. Genta sudah tidak ada sejak enam tahun yang lalu. Lana menggeleng-gelengkan kepalanya. Berusaha menvadarkan dirinya. "Halo, Alana?" ujar laki-laki itu yang memiliki wajah mirip Genta namun kulitnya lebih gelap sedikit dibandingkan Genta. Seketika Lana teringat kejadian dikantin tujuh tahun yang lalu, yang ia alami Bersama Genta. Tapi kata 'Alana' menyadarkannya bahwa yang dihadapannya ini bukan Genta! Tapi klien yang akan