The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.

Pengembangan Bahan Ajar PAI

Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by hancurngeringeri, 2022-12-06 08:31:04

Muhammad Arung

Pengembangan Bahan Ajar PAI

b) Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian dari bahan ajar PAI?
2. Bagaimana pengertian dari PAI?
3. Apa saja karakteristik bahan ajar PAI?

c) Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian dari bahan ajar PAI.
2. Untuk mengetahui pengertian dari PAI.
3. Untuk mengetahui apa saja karakteristik Bahan Ajar PAI.

2


B. PEMBAHASAN

a) Pengertian Bahan Ajar PAI
Bahan ajar diartikan sebagai bahan-bahan atau materi pembelajaran

yang disusun secara sistematis berdasarkan kaidah pembelajaran yang
digunakan guru untuk memudahkan siswa dalam proses pembelajaran.
Bahan ajar yang di maksud di sini bukan hanya buku,modul tapi juga
dalam bentuk lain.Sebagaimana kita ketahui bahwa bahan ajar
merupakan salah satu hal yang sangat penting dalam proses pencapaian
tujuan pembelajaran.

Menurut Widodo dan Jasmadi dalam buku (Lestari,2013) menyatakan
bahwa bahan ajar adalah seperangkat sarana atau alat pembelajaran yang
berisikan materi pembelajaran, metode-metode, batasan-batasan dan cara
mengevaluasi yang didesain secara sistematis dan menarik dalam rangka
mencapai tujuan yang diharapkan, yaitu mencapai kompetensi dan
subkompetensi dengan segala kompleksitasnya.1

Bahan ajar PAI adalah segala bentuk bahan yang di gunakan untuk
membantu memudahkan guru atau pengajar PAI dalam melaksanakan
pembelajaran. Atau dalam kata lain, dapat kita simpulkan bahwa bahan
ajar PAI adalah seperangkat sarana atau alat dalam pembelajaran yang
berisikan materi-materi pembelajaran PAI, beserta dengan metode yang
disusun secara sistematis dan menarik.

Bahan ajar PAI juga merupakan sebuah sarana atau alat yang
berisikan informasi, teks mengenai seputar materi PAI yang diperlukan
guru PAI untuk dijadikan bahan perencanaan dan penela’ahan serta
implementasi pembelajaran. Adapun jenis-jenis bahan ajar PAI adalah
sebagai berikut:

1 Magdalena dkk., “ANALISIS PENGEMBANGAN BAHAN AJAR,” 171.

3


1. Bahan ajar cetak (visual), yaitu sejumlah bahan yang disiapkan
dalam kertas yang berfungsi memberikan informasi untuk
keperluan dalam pembelajaran. Contohnya seperti modul,
buku, brosur, dan lembar kerja siswa.

2. Bahan ajar dengar (audio), yaitu semua sistem yang
menggunakan sinyal radio secara langsung yang dapat
dimainkan atau didengar. Contohnya seperti radio, kaset,
piringan hitam, dan CD audio.

3. Bahan ajar dengar-pandang (audio visual), yaitu kombinasi
antara gambar dan suara. Contohnya seperti video atau film.

4. Bahan ajar Interaktif (interactive teaching materian), yaitu
kombinasi antara dua media atau lebih () yang dimanipulasi
oleh penggunanya atau diberi perlakuan dalam mengendalikan
suatu perintah atau perilaku alami dari suatu presentasi.
Contohnya seperti CD, Computer Based, dan Internet.

b) Pengertian Pendidikan Agama Islam
Pendidikan agama Islam merupakan upaya sadar dan terencara dalam

menyiapkan peserta didiknya dalam mengenal, memahami, menghayati,
juga mengimani, ajaran agama Islam dengan dibarengi adanya tuntutan
untuk menghormati penganut agama lain dalam hubungannya dengan
kerukunan antar umat beragama, sehingga terwujudnya kesatuan dan
persatuan bangsa.

Menurut Zakiyah Darajat berpendapat pendidikan agama Islam adalah
suatu usaha untuk membina dan mengasuh peserta didik agar senantiasa
dapat memahami ajaran Islam secara menyeluruh. Lalu menghayati
tujuan, yang pada akhirnya dapat mengamalkan serta menjadikan Islam
sebagai pandangan hidup.2

Jadi, dapat disimpulkan dari pernyataan diatas bahwa Pendidikan
Agama Islam (PAI) adalah usaha sadar yang dilakukan oleh seorang

2 Rahayu, “PENGEMBANGAN BAHAN AJAR PAI DI SEKOLAH/ MADRASAH,” 20.

4


pendidik dalam rangka mempersiapkan peserta didiknya untuk meyakini,
memahami, dan mengamalkan ajaran Islam dengan cara kegiatan
bimbingan, pengajaran atau pelatihan yang telah ditentukan dalam
mencapai tujuan yang diharapkan.

c) Karakteristik Bahan Ajar PAI
Dalam pengembangan bahan ajar di sekolah guru perlu

memperhatikan juga dari segi karakteristik dan kebutuhan siswanya
kemudian di buat sesuai dengan tuntutan kurikulum, dimana proses
pengembangan bahan ajar ini menuntut pertisipasi dan aktivasi siswa
lebih dominan dalam pembelajaran.

Selain itu, dalam pengembangan bahan ajar guru juga di tuntut untuk
paham mengenai bahan ajar. Bahan ajar sendiri memiliki lima
karakteristik yang menjadi ciri khas dari suatu bahan ajar, adapun
penjabaran dari kelima krakteristik tersebut adalah sebagai berikut.

a. Karakteristik bahan ajar Self Intructional, yaitu bahan ajar
dapat membuat siswa mampu membelajarkan diri sendiri
dengan bahan ajar yang dikembangkan. Oleh karena
itu,didalam bahan ajar harus memiliki tujuan yang dirumuskan
dengan jelas dan memberikan materi pembelajaran yang
dikemas ke dalam unit-unit atau kegiatan yang lebih spesifik.

b. Karakteristik bahan ajar Self Contained, yaitu seluruh materi
pelajaran dari satu unit kompetensi atau subkompetensi yang
dipelajari terdapat di dalam satu bahan ajar secara utuh.

c. Karakteristik bahan ajar Stand Alone (berdiri sendiri) yaitu
bahan ajar yang dikembangkan tidak tergantung pada
bahanajar lain atau tidak harus digunakan bersama-sama
dengan bahan ajar lain.

d. Karakteristik bahan ajar Adaptive, yaitu bahan ajar hendaknya
memiliki daya adaptif yang tinggi terhadap perkembangan
ilmu dan teknologi

5


e. Karakteristik bahan ajar User Friendly, yaitu setiap instruksi
dan paparan informasi yang tampil bersifat membantu dan
bersahabat dengan pemakainya, termasuk kemudahan pemakai
dalam merespon dan mengakses sesuai dengan keinginan.3

Perubahan kebijakan mengenai kurikulum 2013 tentang Pendidikan
Agama Islam dan bahasa Arab terjadi perubahan dikarenakan berbagai
faktor yang mempengaruhi. Diantaranya faktor internal yaitu: Pokok dari
tujuan pendidikan agama Islam belum tercapai yaitu mengesakan Tuhan
Yang Maha Esa dan berakhlakul karimah, Pembelajaran PAI hanya
sebatas teori yang dimana murid belum mampu untuk
mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari, nilai-nilai agama yang
belum menjadi substansi. Dari hal-hal tersebut diharapkan pembelajaran
pendidikan agama Islam dapat memberikan murid untuk memiliki cara
pandang yang luas, sikap toleransi yang tinggi dan bersikap religius
holistik yang berorientasi tidak hanya pada kebahagiaan dunia dan juga
bahagia akhirat. Dalam kurikulum pendidikan agama Islam disusun
dengan memiliki beberapa karakteristik, yakni sebagai berikut:

a) Adanya sikap spiritual, pengetahuan, keterampilan yang
seimbang dan mampu mengaplikasikannya dalam kehidupan
sehari-hari.

b) Mengembangkan kemampuan murid yang mampu untuk
memahami mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan juga
mampu untuk mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-
hari baik itu untuk dirinya sendiri maupun bermasyarakat,
sehingga dapat menjadi contoh yang baik dalam kehidupan.
Hal ini dapat dilakukan dengan melakukan pembiasaan dalam
kegiatan sehari-hari.

3 Magdalena dkk., “ANALISIS PENGEMBANGAN BAHAN AJAR,” 182–83.

6


c) Menjadikan sekolah sebagai salah satu tempat belajar bagi
masyarakat yaitu memberikan pengalaman belajar terhadap
murid.

d) Mengembangkan sikap, pengetahuan, dan keterampilan
dengan waktu yang cukup optimal dengan memaksimalkan
peran keluarga, sekolah dan juga masyarakat.

e) Mengembangkan kompetensi inti (KI) dan kompetensi dasar
(KD). Kompetensi inti pada tingkatan kelas yang disusun
secara rinci dan juga kompetensi dasar pada tingkatan kelas
tersebut.

f) Kompetensi inti yang dikembangkan menjadi kompetensi
dasar yang di dapat. Semua pembelajaran dan juga kompetensi
dasar terorganisir untuk menjadi kompetensi inti.

g) Memerhatikan prinsip-prinsip akumulatif, saling memperkuat,
dan memperkaya mata pelajaran dan jenjang pendidikan.

h) Mengoptimalkan pembelajaran Pendidikan Agama Islam yaitu
tidak hanya berfokus pada sebuah mata pelajaran yang wajib
dipelajari, tetapi juga bagaimana materi Pendidikan Agama
Islam ini mampu meresap dan dihayati dalam diri murid yang
kemudian diinternalisasikan dalam kehidupan sehari-hari,
menjadi landasan dalam berpikir, bersikap, dan juga dalam
bertindak.
Dalam tujuan Pendidikan Agama Islam untuk membentuk dan
menguatkan iman atau keyakinan murid melalui pembiasaan
diri, pengamalan setiap nilai-nilai yang ada di dalam
Pendidikan Agama Islam dalam kehidupan sehingga mampu
menjadi manusia yang memiliki kepribadian agama yang kuat
(Menurut PUSKUR, Depdiknas). Sedangkan visi Pendidikan
Agama Islam yakni untuk dapat diterapkan pada sikap dan
kepribadian murid dengan membentuk karakter, sifat yang
terpuji, menghindari akhlak yang tercela yang sesuai dengan

7


nilai-nilai Pendidikan Agama Islam, sehingga dapat menjadi
sebuah ciri dari manusia yang diharapkan oleh bangsa.4

4 Nurrizqi, “KARAKTERISTIK PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI MADRASAH
PRESPEKTIF KEBIJAKAN PENDIDIKAN,” 130.

8


C. PENUTUP
a. Kesimpulan

Bahan ajar PAI adalah segala bentuk bahan yang di gunakan untuk
membantu memudahkan guru atau pengajar PAI dalam melaksanakan
pembelajaran. Atau dalam kata lain, dapat kita simpulkan bahwa bahan
ajar PAI adalah seperangkat sarana atau alat dalam pembelajaran yang
berisikan materi-materi pembelajaran PAI, beserta dengan metode yang
disusun secara sistematis dan menarik.

Adapun jenis-jenis bahan ajar PAI adalah sebagai berikut:

1. Bahan ajar cetak (visual).
2. Bahan ajar dengar (audio).
3. Bahan ajar dengar-pandang (audio visual).
4. Bahan ajar Interaktif (interactive teaching materian).

Bahan ajar sendiri memiliki lima karakteristik yang menjadi ciri khas
dari suatu bahan ajar, adapun penjabaran dari kelima krakteristik tersebut
adalah sebagai berikut.

1. Karakteristik bahan ajar Self Intructional
2. Karakteristik bahan ajar Self Contained
3. Karakteristik bahan ajar Stand Alone (berdiri sendiri)
4. Karakteristik bahan ajar Adaptive
5. Karakteristik bahan ajar User Friendly

Pendidikan Agama Islam (PAI) adalah usaha sadar yang dilakukan
oleh seorang pendidik dalam rangka mempersiapkan peserta didiknya
untuk meyakini, memahami, dan mengamalkan ajaran Islam dengan cara
kegiatan bimbingan, pengajaran atau pelatihan yang telah ditentukan
dalam mencapai tujuan yang diharapkan.

9


b. Saran

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini sangat jauh dari
kata sempurna. Tentunya kami akan terus berusaha untuk memperbaiki
makalah ini dengan mengacu pada sumber yang dapat dipertanggung
jawabkan nantinya. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik
dan saran tentang pembahasan dan penulisan dari makalah ini.

10


DAFTAR PUSAKA

Ibid,. hal 8-9.
Majid, Abdul. 2012. “Belajar dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam”.

Bandung. PT Remaja Rosdakarya. Hal 18
Magdalena, Ina, Riana Okta Prabandani, Emilia Septia Rini, Maulidia Ayu

Fitriani, dan Amelia Agdira Putri. “ANALISIS PENGEMBANGAN
BAHAN AJAR” 2 (2020): 18.
Nurrizqi, Afida. “KARAKTERISTIK PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI
MADRASAH PRESPEKTIF KEBIJAKAN PENDIDIKAN” 3 (2021): 18.
Rahayu, Tri. “PENGEMBANGAN BAHAN AJAR PAI DI SEKOLAH/
MADRASAH,” 2021, 13.

11


MAKALAH
LANGKAH LANGKAH PENGEMBANGAN MATERI KONTEKSTUAL

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah :
Pengembangan Bahan Ajar PAI I
Dosen Pengampu :
Dr. Agus Setiawan, M,Pd, I

Disusun Oleh :

Kelompok 8

Anisa Nor Habibah 2011101132

Chairunnisa 2011101128

Jumratul aliah 2011101157

Rina ariani 2011101171

Sahli 2011101236

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN AJI MUHAMMAD IDRIS

SAMARINDA
2022


DAFTAR ISI
DAFTAR ISI......................................................................................................... 2
PENDAHULUAN ................................................................................................ 3

A...Latar Belakang........................................................................................... 3
B...Rumusan Masalah..................................................................................... 3
C...Tujuan ....................................................................................................... 3
PEMBAHASAN.................................................................................................... 5
A...Pengertian pengembangan materi kontekstual.......................................... 5
B...Langkah langkah pengembangan materi kontekstual................................ 7
PENUTUP............................................................................................................. 13
A...Kesimpulan................................................................................................ 13
B...Saran ......................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................15

2


A. PENDAHULUAN
1. Latar belakang

Untuk menambah wawasan dan pengalaman siswa sesuai dengan
daerah di mana dia tinggal, maka suatu bahan yang dibutuhkan dalam bahan
ajar terintegrasi dengan nilai lingkungan kontekstual siswa. Pentingnya
menerapkan nilai kontekstual dalam pembelajaran bermanfaat dalam
meningkatkan pemahaman dan menambah pengetahuan siswa untuk mengenali
kontekstual lingkungan dan sebagai alat untuk menanamkan kearifan lokal
pada siswa terhadap lingkungan sekitar siswa.

Proses pembelajaran yang baik adalah pembelajaran yang
mengundang peserta belajar mempelajari lingkungan berada di dekatnya adalah
belajar dari daerah siswa itu sendiri, setelah itu baru belajar bidang lain
keseluruhan. Belajar itu baik tentu saja itu kontekstual. Hal Ini berguna bagi
siswa untuk mempelajari materi sesuai dengan kondisi atau situasi sesuai
dengan potensinya yang merupakan daerah milik siswa itu. Bahan ajar berbasis
kontekstual sangat diperlukan dalam aplikasi proses pembelajaran. Dengan
menggunakan bahan ajar berbasis kontekstual akan bermakna bagi situasi
siswa, siswa akan mudah memproses informasi pengalaman belajar yang nyata
atau ada lingkungan sekitar siswa. Dengan demikian, penggunaan bahan
pengajaran berbasis kontekstual akan lebih mudah dipahami karena dekat
dengan pelajar. Kenyataan di lapangan guru kurang maksimal dalam
menggunakan bahan ajar.

Untuk itu dalam makalah ini dijelaskan bagaimana langkah yang tepat
untuk mengembangkan sutu materi kontekstual agar guru dapat
memaksimalkan pengajarannya serta siswa dapat mudah mengerti.

3


2. Rumusan Masalah
a. Apa yang dimaksud dengan materi kontekstual?
b. Bagaimana langkah langkah dalam mengembangkan materi kontekstual?

3. Tujuan
a. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan materi kontekstual.
b. Untuk mengetahui bagaimana langkah langkah dalam mengembangkan
materi kontekstual.

4


B. PEMBAHASAN
1. Pengertian pengembangan materi PAI kontekstual

Menurut Soenarto yang dikutip dari Gd Tuning Soemara Putra, Made
Windu Antara Kesiman, dkk. Pengembangan adalah sebagai suatu proses
untuk mengembangkan dan memvalidasi produk-produk yang akan digunakan
dalam pendidikan dan pembelaja.1 Pengembangan biasa dilakukan untuk
mengembangkan sesuatu yang sudah ada menjadi lebih berkualitas, lebih
praktis, dan mudah dipahami.

Menurut Kosasih dalam buku pengembangan bahan ajar, bahan ajar
atau materi ajar adalah sesuatu yang digunakan oleh guru dan peserta didik
untuk memudahkan proses pembelajaran bentuknya bisa berupa buku bacaan,
buku kerja (LKS), maupun tayangan.2 Dalam pendidikan Indonesia, banyak
materi ajar yang di ajarkan oleh guru kepada peserta didik. Materinya pun
berbeda pada setiap sekolah seperti di jenjang SMA dan MA. Pada SMA
materi yang diajarkan adalah materi-materi pendidikan umum dan materi
pendidikan agama islam hanya diberikan 1 kali dalam seminggu, sedangkan
pada MA materi yang diajarkan lebih banyak dari SMA karena materi
pendidikan agama islam dalam MA lebih banyak. Materi pendidikan agama
islam dalam MA biasa di singkat menjadi materi PAI.

Menurut Yunus dan Abu bakar dalam buku manajemen pendidikan
Islam materi PAI dalam madrasah mecakup materi Al-qur’an hadist, Fiqih,
Akidah Akhlak, Sejarah kebudayaan Islam, dan bahasa Arab.3 Tujuan dari
pembelajaran materi PAI pada madrasah dijelaskan oleh Sunhaji dalam buku
pengembangan strategi pembelajaran PAI di sekolah/madrasah yaitu tidak
hanya berkaitan dengan akal fikiran saja, tetapi juga berkaitan dengan hati dan

1 Putra, Kesiman, dan Darmawiguna, “Pengembangan Media Pembelajaran Dreamweaver Model
Tutorial Pada Mata Pelajaran Mengelola Isi Halaman Web Untuk Siswa Kelas XI Program Keahlian
Multimedia Di SMK Negeri 3 Singaraja.”
2 Dr. E. Kosasih, M.Pd., Pengembangan Bahan Ajar. H. 1.
3 Dr. Yunus S.Pd.I, M.Pd.I, Manajemen Pendidikan Islam (Konsep, Prinsip, Ruang Lingkup
Manajemen Pendidikan Islam). H.111.

5


amal perbuatan yang kesemuanya harus berlandaskan kepada perintah dan
larangan Allah SWT.4

Untuk mencapai tujuan dari pembelajaran PAI maka perlu dilakukan
pengembangan dari materi maupun strategi pembelajaran PAI. pengembangan
yang dilakukan harus disesuaikan dengan pengembangan kurikulum yang ada
dalam hal ini penulis lebih spesifik membahas tentang pengembangan materi
PAI kontekstual. Pembelajaran kontekstual sudah banyak digunakan di
beberapa negara, pembelajaran kontekstual atau yang disebut dengan
Contextual Teaching and Learning (CTL) yang intinya merupakan
pembelajaran yang mengaitkan pengetahuan yang di dapat dengan dirinya di
kehidupan sehari-hari untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya
dalam bersosial, beragama, dan berbudaya. Menurut Johson 2002 mengartikan
pembelajaran kontesktual adalah suatu proses pendidikan yang bertujuan
membantu siswa melihat makna dalam bahan pelajaran yang mereka pelajari
dengan cara menghubungkannya dengan konteks kehidupan sehari-hari
mereka.5

Adapun Blanchard, Berns, dan Erickson mengemukakan bahwa
pendekatan CTL adalah Contextual teaching and learning is a conception af
teaching and learning that helps teachers relate subject matter content to real
world situations, and motivatives students to make connections bertween
knowledge and its applications to their lives as family members, citizens, and
workes and engage in the hard work that learning requires. Dengan demikian,
Blanchard dkk mendefinisikan pendekatan pem belajaran kontekstual
merupakan konsep belajar dan mengajar yang membantu guru mengaitkan
antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan
mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya
dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga,
warga negara, dan pekerja.6

4 Prof. Dr. H. Sunhaji, M.Ag., dkk, Pengembangan Strategi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
di Sekolah / Madrasah. H.85.
5 Jajang Bayu Kelana dan Duhita Savira Wardani, Model Pembelajaran IPA SD. H. 5.
6 Dr. Ahmad Susanto, M.Pd., Pengembangan Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar. H. 94.

6


Definisi Pembelajaran Kontekstual selanjutnya berasal dari US
Department of Education sebagai salah satu penyelenggara pendidikan berbasis
kontekstual ini Menurut US Department of Education Office of Vocational and
Adult Education and the National School to Work Office mendefinisikan
Contextual Teaching and Learning (CTL) sebagai berikut: Contextual
Teaching and Learning adalah suatu konsep mengajar dan belajar yang
membantu guru mengaitkan antara materi pembelajaran dengan situasi dunia
nyata siswa, dan mendorong siswa membentuk hubungan antara pengetahuan
yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan nyata mereka sehari-
hari engetahuan dan keterampilan siswa diperoleh dari usaha siswa
mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan baru ketika belajar.7

Penggunaan pendekatan kontekstual ini menjadikan siswa
memperoleh pengalaman belajar yang baru. Dalam hal ini pendidik juga ikut
berperan untuk perkembangan peserta didik. Dalam pelaksanaan pendekatan
kontekstual ini pendidik memberikan arahan agar dapat memahami materi dan
dapat mengaitkan dengan kehidupan sehari hari.

Dalam penggunaannya sebaiknya guru juga memperhatikan beberapa
hal lain agar pembelajaran dapat berjalan dengan baik dan lancar, diantaranya
adalah penguasan materi yang baik oleh guru, penguasaan penerapan langkah
langkah pendekatan kontekstual, penggunaan media pembelajaran, dan
pemanfaatan sumber belajar yang berada di sekitar siswa.

Jadi dapat disimpulkan bahwa pengembangan materi PAI kontekstual
yaitu suatu perbuatan mengembangkan materi PAI dengan menggunakan
metode pembelajaran kontekstual Metode ini akan membantu guru untuk
medorong siswanya agar mengimplementasikan materi PAI yang siswa dapat
di sekolah dalam kehidupan sehari-harinya.

7 Dr. Yulia Pramusinta, dan Silviana Nur Faizah, Belajar dan Pembelajaran Abad 21 Sekolah Dasar.
H. 125.

7


2. Langkah langkah pengembangan materi kontekstual
Dalam menerapkan suatu pengembangan bahan ajar kontektual ada

lima langkah yang perlu dilakukan, diantaranya adalah:
1. Analisis
Menurut Jansen dan Reddy dalam (Ana Widyastuti,2021) Analisis
kurikulum dilakukan dengan tujuan untuk mengembangkannya, sehingga
menghasilkan perencanaan yang lebih baik.8 Dalam penerapan
pembelajaran kontekstual analisis kurikulum sangat diperlukan untuk
dapat mengetahui penyebaran materi dan kompetensi dasar yang akan
dicapai, sehingga bisa dikaitkan dengan materi kontekstual. Analisis ini
dilakukan agar materi yang dihasilkan dari pengembangan kontekstual
tidak melenceng dari kompetensi dasar yang sudah ada. Dengan adanya
analisis ini juga seorang guru akan mudah untuk mencari dan
menentukan media-media apa saja yang akan digunakan dan sesuai
dengan materi yang akan diajarkan dalam pembelajaran kontekstual
nantinya.
2. Perencanaan
Setelah menganaslisis langkah selanjutnya adalah melakukan suatu
perencanaan mengenai pengembangan materi PAI kontekstual.
Perencanaan ini merupakan suatu rencana atau skenario atau langkah
langkah yang dibuat oleh guru mengenai hal apasaja yang akan dilakukan
oleh siswa saat dalam pembelajaran. Dalam tahap perencanaan ada
beberapa hal yang harus dilakukan atau diperhatikan yaitu:
a. Perumusan tujuan pembelajaran berdasarkan analisis
Dalam tahap perencanaan ini, hal pertama yang harus
dilakukan adalah merumuskan tujuan pembelajaran. Tujuan
pembelajaran ini memuat kompetensi yang akan dicapai peserta,
baik kompetensi umum maupun kompetensi khusus. Menurut Ina
Magdalena Keberadaan bahan ajar sekurang-kurangnya menempati
tiga posisi penting. Ketiga posisi itu adalah sebagai representasi

8 Ana Widyastuti, Eko Sudarmanto, Perencanaan Pembelajaran. H.27.

8


sajian guru, sebagai sarana pencapaian standar kompetensi,
kompetensi dasar, standar kompetensi lulusan, dan sebagai
pengoptimalan pelayanan terhadap peserta didik.9
b. Pemilihan topik mata pelajaran

Jika tujuan pembelajaran telah ditetapkan, maka siswa sudah
memiliki gambaran tentang kompetensi yang harus dicapai dan
diperoleh siswa melalui proses pembelajaran. Dengan begitu,
pendidik dapat menentukan topik, tema, isu apa yang tepat untuk
disajikan dalam materi kontekstual. Acuan utama pemilihan topik
pada level tersebut adalah silabus dan analisis yang telah dimiliki.
c. Pemilihan media dan sumber

Pemilihan media dan sumber belajar harus dilakukan setelah
instruktur memiliki analisis instruksional dan mengetahui tujuan
pembelajaran. Siswa diharapkan tidak memilih media hanya karena
media tersebut tersedia untuk siswa, selain itu siswa juga
diharapkan tidak langsung terbujuk oleh kesediaan berbagai media
canggih yang saat ini berkembang pesat, seperti komputer. Hal
yang perlu diingat adalah media yang dipilih harus digunakan oleh
peserta dalam proses pembelajaran. Jadi pilihlah media yang
dibutuhkan untuk menyampaikan topik pada level, yang
memudahkan peserta untuk belajar, dan yang menarik dan disukai
peserta. Kata kuncinya adalah: Media yang dapat mengajar peserta.
Itulah media yang perlu diperhatikan untuk memilih
d. Pemilihan strategi pembelajaran

Tahap pemilihan strategi pembelajaran merupakan tahapan
pada saat merancang kegiatan pembelajaran. Dalam merancang
urutan presentasi harus berkaitan dengan penentuan
tema/isu/konsep/teori/prinsip/prosedur utama yang harus disajikan
pada level topik. Ini tidak terlalu sulit jika Anda sudah memiliki
peta konsep tentang apa yang ingin Anda pelajari. Jika sudah

9 Magdalena dkk., “ANALISIS PENGEMBANGAN BAHAN AJAR.”

9


mengetahui bagaimana materi yang disajikan, secara umum dapat
dikatakan bagaimana struktur materi ajar tersebut. Berbagai urutan
penyajian dapat dipilih berdasarkan urutan kejadian atau kronologis,
berdasarkan lokasi, berdasarkan sebab akibat dan sebagainya.
3. Pengembangan
Adapun langkah dalam pengembangan CTL menurut Rusman
yaitu:
a. Mengembangkan suatu pemikiran peserta didik untuk melakukan
kegiatan belajar lebih bermakna, apakah dengan cara bekerja
sendiri, menemukan sendiri, dan mengkonstrusi pengetahuan dan
keterampilan baru peserta didik.
b. Melaksanakan kegiatan inquiry, yaitu pengamatan pada semua
topik yang diajarkan.
c. Mengembangkan sifat ingin tahu peserta didik melalui pertanyaan
yang diajukan
d. Menciptakan masyarakat belajar, seperti melalui kegiatan
kelompok berdiskusi, tanya jawab, dan lain sebagainya.
e. Menghadirkan model melalui contoh pembelajaran melalui ilustrasi,
model, bahkan media yang sebenarnya.10
Menurut Sanjaya dalam (sarminah,2019) Jurnal Pendidikan dan
Pengajaran mengembangkan materi kontekstual ada tujuh komponen
yang harus diperhatikan, diantaranya adalah:11
a. Kontruktivisme
Menurut Junifer Siregar dalam Jurnal Edukatif: Jurnal Ilmu
Pendidikan Sesuai dengan karakteristik belajar kontekstual,
pembelajaran harus berpusat pada siswa, buku ini memberikan
umpan balik yang banyak dan segera sehingga siswa dapat

10 Safitri, Dewi, dan Adhi, “Kajian Teori: Pengembangan Bahan Ajar Berbasis Kontekstual Materi
Aritmetika Sosial untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis pada Pembelajaran
Preprospec Berbantuan TIK.”
11 Sarminah, “PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR
IPA KELAS VI SD NEGERI 004 TEMBILAHAN KOTA KECATAMATAN TEMBILAHAN.”

10


mengetahui taraf hasil belajarnya. Guru hanya sebagai fasilitator,
sebagai penyedia media maupun strategi.12 Dalam kontruktivisme
siswa bukan menerima pengetahuan, melainkan membangun
pemahaman mereka sendiri dari pengalaman baru berdasar pada
pengetahuan awal. Dalam hal ini siswa perlu dibiasakan untuk
memecahkan suatu masalah serta menemukan sesuatu yang
bermanfaat dan juga ide ide baru.
b. Inquiry (menemukan )
Inquiri merupakan Proses perpindahan dari pengamatan menjadi
pemahaman, dimana siswa akan mengamati suatu hal lalu dipahami
dalam tahap ini siswa belajar menggunakan keterampilan berpikir
kritis. Menurut Sarminah pada proses inquiri dikembangkan
menjadi beberapa kegiatan yaitu:

a. Search dimana siswa dihadapkan pada masalah yang riil, dan
guru mendorong siswa untuk mengidentifikasi masalah
tersebut.

b. Observation merancang kegiatan dimana siswa diberikan
kebebasan melakukan observasi, eksperimen dll.

c. Analyze setelah siswa melakukan observasi kemudian siswa
diarahkan untuk menganalisis dan menyajikan hasil dalam
tulisan, gambar, laporan.

d. Share (Mengkomunikasikan didepan kelas). Tahap
berikutnya adalah menerapkan learning community. Pada
kegiatan ini siswa dibentuk menjadi beberapa kelompok
heterogen untuk melakukan diskusi.

e. Questioning (bertanya)
Menurut Trianto bertanya merupakan strategi utama dalam
pembelajaran kontekstual karena untuk mendorong, membimbing
dan menilai kemampuan berpikir siswa salah satunya adalah

12 Siregar, “Pengembangan Bahan Ajar Membaca Sastra Berbasis Pendekatan Kontekstual pada
Siswa SMP.”

11


dengan melakukan kegiatan bertanya.13 Kegiatan bertanya ini
bertujuan untuk menggali informasi, memecahkan persoalan,
membangkitkan respon siswa, dan mengecek pemahaman siswa.
f. Learning Community (masyarakat belajar)
Menurut Abdul Kadir Konsep masyarakat belajar merupakan
sekelompok orang yang terikat dalam kegiatan belajar.14
Masyarakat belajar dapat terjadi karena adanya proses komunikasi
dua arah seperti sharing antar teman, antar kelompok, serta antara
yang sudah tahu dan yang belum tahu. Dalam penerapan
kontekstual guru ditekankan untuk menjalankan pembelajaran
dalam bentuk kelompok-kelompok karena dengan begitu adakn
terujadinya suatu kerjasama. Bekerjasama dengan orang lain lebih
baik daripada belajar sendiri, karena dengan bekerja sama maka
bisa dapat bertukar pengalaman serta berbagi ide.
g. Modelling (pemodelan)
Dalam pembelajaran kontekstual model tidak hanya berasal dari
guru, melainkan juga dapat melibatkan seorang siswa. Modeling ini
merupakan proses penampilan suatu contoh agar orang lain berpikir,
bekerja dan belajar
h. Reflection (refleksi)
Refleksi ini merupakan gambaran tengang kejadian, aktifitas, atau
pengetahuan yang baru di terima atau dialami. Refleksi juga
merupakan cara berpikir tentang apa yang telah kita pelajari,
refleksi ini bisa berupa mencatat apa yang telah dipelajari,
membuat jurnal, karya seni, ataupun diskusi kelompok.
i. Authentic Assessment (penilaian yang sebenarnya)
Penilaian ini berguna untuk mengukur pengetahuan dan
keterampilan siswa. Dalam melakukan penilaian dapat melalui
pemberian tugas tugas yang diberikan kepada siswanya, namun

13 Trianto Ibnu Badar Al-Tabany, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif, Progresif, dan
Kontekstual. H.148.
14 Kadir, “KONSEP PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DI SEKOLAH.”

12


dengan catatan bahwa tugas itu mencerminkan bagian-bagian dalam
kehidupan siswa yang nyata mereka alami. Selain itu penilaian ini
menekankan pada kinerja atau kehahlian seorang siswa.
4. Evaluasi
Menurut Hasnawati dalam Jurnal Ekonomi dan Pendidikan proses
pembelajaran kontekstual, evaluasi yang digunakan adalah penilaian
autentik, yaitu evaluasi kemampuan siswa dalam konteks dunia nyata,
penilaian kinerja, penilaian portofolio (kumpulan hasil kerja siswa),
observasi sistematis (dampak kegiatan pembelajaran tentang sikap siswa),
dan jurnal (buku tanggapan). 15
Menurut Enoh (2004:23) dijelaskan bahwa evaluasi dalam
pembelajaran kontekstual dilakukan tanpa batas pada evaluasi hasil (tes
harian, cawu, tetapi juga dalam bentuk kuis, tugas kelompok, tugas
individu, dan ulangan akhir semester) tetapi juga dapat dievaluasi proses.
Dengan demikian akan diketahui kecepatan belajar siswa, meskipun pada
akhirnya akan dibandingkan dengan standar yang ingin dicapai. Adapun
metode penilaian yang digunakan yang digunakan dalam pembelajaran
pendekatan kontekstual adalah:
a. Diskusi, yaitu untuk menilai kemampuan siswa untuk berbicara,
mengungkapkan ide, bekerjasama dan lain sebagainya.
b. Wawancara, yaitu untuk mengetahui kemampuan siswa dalam
menguasai konsep dan pengetahuannya.
c. Paper & Pencil Test, berbagai jenis tes dengan tingkat berpikir
yang tinggi.
d. Observasi, yaitu untuk menilai sikap dan perilaku siswa.
e. Demonstrasi, kemampuan untuk mengubah ide menjadi sesuatu
yang nyata konkret dan dapat diamati melalui penglihatan,
pendengaran, seni, drama gerak, dan/atau musik.

15 Hasnawati, “Pendekatan Contextual Teaching and Learning Hubungannya Dengan Evaluasi
Pmebelajaran.”

13


5. Revisi
Revisi merupakan langkah terakhir dalam pengembangan materi
kontekstual. Revisi ini berguna untuk memperbaiki kesalahan atau
kekurangan yang terjadi dalam proses pengembangan materi kontekstual.
Revisi ini juga bisa disebut dengan tahap penyempurnaan terhadap
pengembangan bahan ajar.

14


PENUTUP

A. Kesimpulan
Pengembangan materi PAI kontekstual yaitu suatu perbuatan

mengembangkan materi PAI dengan menggunakan metode pembelajaran
kontekstual, metode ini akan membantu guru untuk medorong siswanya agar
mengimplementasikan materi PAI yang siswa dapat di sekolah dalam
kehidupan sehari-harinya.

Dalam penerapan materi PAI kontekstual ini harus mengikuti langkah-
langkah yang sudah ada yaitu analisis, analisis ini dilakukan agar materi yang
dihasilkan dari pengembangan kontekstual tidak melenceng dari kompetensi
dasar yang sudah ada. Yang ke dua perencanaan dengan merumuskan tujuan
pembelajaran, pemilihan topik mata pelajaran, pemilihan media dan pemilihan
strategi pembelajaran. Yang ke tiga pengembangan dalam mengembangkan
materi kontekstual ada tujuh komponen yang harus diperhatikan, diantaranya
adalah kontruktivisme, inquiry, questioning, learning community, modelling,
reflektion, authentic assessment. Yang ke empat evaluasi Dalam proses
pembelajaran kontekstual, evaluasi yang digunakan adalah penilaian autentik,
yaitu evaluasi kemampuan siswa dalam konteks dunia nyata, penilaian kinerja,
penilaian portofolio (kumpulan hasil kerja siswa), observasi sistematis
(dampak kegiatan pembelajaran tentang sikap siswa), dan jurnal (buku
tanggapan). Yang terakhir revisi berguna untuk memperbaiki kesalahan atau
kekurangan yang terjadi dalam proses pengembangan materi kontekstual.
B. Saran

Penulis menyadari lemahnya pemahaman akan materi yang diberikan
oleh dosen pembimbing. Tetapi hal itu tidak menyurutkan keinginan kami
untuk lebih maksimal dalam mengolah dan memperkaya isi makalah kami ini.
Oleh sebab itu kami meminta dengan setulus hati kepada para pembaca yang
budiman agar memberikan kirtik dan saran yang membangun supaya dengan
kritik tersebut dapat membuat kami menyadari kesalahan dan dapat

15


memeperbaiki kesalahan itu di makalah-makalah selanjutnya. Salam dan
Hormat dari penulis.

16


DAFTAR PUSTAKA

Ana Widyastuti, Eko Sudarmanto, Bertha Natalina Silitonga dkk. Perencanaan
Pembelajaran. 1. Yayasan Kita Menulis, 2021.

Dr. Ahmad Susanto, M.Pd. Pengembangan Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar.
2. Jakarta: KENCANA, 2016.

Dr. E. Kosasih, M.Pd. Pengembangan Bahan Ajar. 1. Jakarta Timur: PT Bumi
Aksara, 2021.

Dr. Yulia Pramusinta, M.Pd.I, dan M.Pd.I. Silviana Nur Faizah. Belajar dan
Pembelajaran Abad 21 Sekolah Dasar. Jawa Timur: Nawa Litera
Publishing, 2022.

Dr. Yunus S.Pd.I, M.Pd.I, Abu Bakar Dja’far, S.Ag., M.A. Manajemen
Pendidikan Islam (Konsep, Prinsip, Ruang Lingkup Manajemen
Pendidikan Islam). 1. CV. Adanu Abimata, 2021.

Hasnawati. “Pendekatan Contextual Teaching and Learning Hubungannya
Dengan Evaluasi Pmebelajaran” 3, no 1 (2016).

Jajang Bayu Kelana, M.Pd, dan M.Pd Duhita Savira Wardani. Model
Pembelajaran IPA SD. 1. Kac. Plumbon, Cirebon: Edutrimedia Indonesia,
2021.

Kadir, Abdul. “KONSEP PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DI SEKOLAH.”
Dinamika Ilmu 13, no. 1 (2013): 22.

Magdalena, Ina, Riana Okta Prabandani, Emilia Septia Rini, Maulidia Ayu
Fitriani, dan Amelia Agdira Putri. “ANALISIS PENGEMBANGAN
BAHAN AJAR” 2 (2020): 18.

Prof. Dr. H. Sunhaji, M.Ag., dkk. Pengembangan Strategi Pembelajaran
Pendidikan Agama Islam di Sekolah / Madrasah. 1. CV. ZT CORPORA,
2022.

Putra, Gd Tuning Somara, Made Windu Antara Kesiman, dan I Gede Mahendra
Darmawiguna. “Pengembangan Media Pembelajaran Dreamweaver Model
Tutorial Pada Mata Pelajaran Mengelola Isi Halaman Web Untuk Siswa
Kelas XI Program Keahlian Multimedia Di SMK Negeri 3 Singaraja.”
Jurnal Nasional Pendidikan Teknik Informatika (JANAPATI) 2, no. 2 (8
Juli 2013): 125. https://doi.org/10.23887/janapati.v2i2.9782.

Safitri, Anisa’, Nuriana Rachmani Dewi, dan Nino Adhi. “Kajian Teori:
Pengembangan Bahan Ajar Berbasis Kontekstual Materi Aritmetika Sosial
untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis pada
Pembelajaran Preprospec Berbantuan TIK” 4 (2021): 8.

Sarminah, Sarminah. “PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL
UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA KELAS VI SD
NEGERI 004 TEMBILAHAN KOTA KECATAMATAN
TEMBILAHAN.” JURNAL PAJAR (Pendidikan dan Pengajaran) 2, no. 2
(23 Maret 2018): 293. https://doi.org/10.33578/pjr.v2i2.5079.

Siregar, Junifer. “Pengembangan Bahan Ajar Membaca Sastra Berbasis
Pendekatan Kontekstual pada Siswa SMP.” EDUKATIF : JURNAL ILMU

17


PENDIDIKAN 3, no. 6 (15 September 2021): 4274–88.
https://doi.org/10.31004/edukatif.v3i6.1441.
Trianto Ibnu Badar Al-Tabany. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif,
Progresif, dan Kontekstual. 3. PT. Kharisma Putra Utama, 2017.

18


MAKALAH
PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS ICT

Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah
Pengembangan Bahan Ajar PAI I

Dosen Pengampuh : Dr. Agus Setiawan, M. Pd. I

Disusun oleh kelompok 11:

Muhamad Ali Musa 2011101214
Rahma Djaya 2011101202
Dhea Miranda 2011101221
Miftakhul Walimatusa’diyah 2011101215
Musthofainal Akhyar 2011101186

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH ILMU KEGURUAN

UIN SULTAN AJI MUHAMMAD IDRIS SAMARINDA
2022


DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.......................................................................................................................................... ii
PENDAHULUAN ................................................................................................................................ iii
A. Latar Belakang............................................................................................................................. iii
B. Rumusan Masalah........................................................................................................................ iii
C. Tujuan Penulisan ......................................................................................................................... iii
PEMBAHASAN .................................................................................................................................... 1
A. Pengertian Pengembangan Bahan Ajar Berbasis ICT .............................................................. 1
B. Pengembangan Bahan Ajar Berbasis ICT.................................................................................. 2
C. Cara Merancang Bahan Ajara Berbasis ICT............................................................................. 4
D. Bagaimana Cara Mendesiminasikan Pengembangan Bahan Ajar Berbasis ICT................... 6
PENUTUP.............................................................................................................................................. 8
A. Kesimpulan.................................................................................................................................... 8
B. Saran .............................................................................................................................................. 9
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................10

ii


PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Pengunaan ICT sudah mulai dilakukan pada masa SMA/MA rata-rata
penggunaan internet hanya sebagai fasilitas tambahan dan ICT belum menjadi bahan
ajar utama, ICT belum menjadi database, media pembelajaran interaktif ini digunakan
untuk mempermudah guru dalam menyampaikan materi dan membuat aktifitas belajar
lebih efektif, sangat berguna untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Penggunaan
ICT mulai di terapkan seiring dengam perkembangan zaman dan perubahan pada
kurikulum pedidikan yang sebelumnya KTSP 2006 menjadi kurikulum 2013. Saat
perubahan kurikulum itulah pertama kali ujian nasional maupun sekolah di laksanakan
dalam dengan berbasis komputer.

Pengunaan teknologi dalam dunia pendidikan berdampak pada perkembangan
bahan ajar dalam bentuk media. Salah satu yang bisa dikembangkan dalam bentuk
media adalah modul pembelajaran, software, moodle dan lain sebagainnya. Media-
media tersebut menjadi sumber informaswi bagi peserta dalam menambah atau
mengembangkan pengetahuan serta motivasi belajar peserta didik.

Bahan ajar berbasis ICT sangat diperlukan untuk menunjang materi yang
bersifat abstrak agar mudah dipahami peserta didik.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari pengembangan bahan ajar berbasis ICT?
2. Bagaimana pengembangan bahan ajar berbasis ICT?
3. Bagaimana cara merancang pengembangan bahan ajar berbasis ICT?
4. Bagaimana cara mendesiminasikan pengembangan bahan ajar berbasis

ICT?
C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui apa pengertian dari pengembangan bahan ajarberbasis
ICT?

2. Untuk mengetahui bagaimana pengembangan bahan ajar berbasis ICT?
3. Untuk mengetahui bagaimana cara merancang pengembangan bahanajar

berbasis ICT?
4. Untuk mengetahui bagaimana cara mendesiminasikan pengembangan

bahan ajar berbasis ICT?

iii


PEMBAHASAN
A. Pengertian Pengembangan Bahan Ajar Berbasis ICT

Menurut Dr. mohammad syarif pada buku Strategi Pembelajaran, Bahan
ajar adalah segala sesuatu yang hendak dipelajari dan dikuasai parasiswa, baik
berupa pengetahuan, keterampilan, maupun sikap melalui kegiatan
pembelajaran. Bahan ajar merupakan salah satu sumber belajar dalam bentuk
konsep, prinsip, definisi, gugus ide atau konteks, data maupunfakta, proses, nilai,
kemampuan dan keterampilan.1 Bahan ajar harus selalu di kembangkan dan
hendaknya mengacu pada program dalam silabus yangproses pembelajarannya
disesuaikan dengan kebutuhan dan lingkungan peserta didik. Selain disesuaikan
dengan kebutuhan dan lingkungan pesertadidik pengembangan bahan ajar juga
perlu di sesuaikan dengan perkembangan zaman agar peserta didik dapat
mengikuti perkembangan zaman.

Salah satu bentuk pengembangan bahan ajar yang disesuaikan dengan
perkembangan zaman adalah pengembangan bahan ajar berbasis ICT. ICT
adalah bentuk singkatan dari Information and Communication Technology atau
yang biasa kita sebut sebagai TIK ( teknologi informasi dan komunikasi). Dalam
jurnal pengembangan pembelajaran berbasis ICT dalam pendidikan islam, Tinio
mendeinisikan TIK sebagai seperangkat alat yang di gunakan untuk
berkomunikasi dan menciptakan, mendiseminasikan, menyimpan, dan
mengelola informasi.2

ICT harus terus dikembangkan supaya anak-anak zaman sekarang bisa
mengetahui perkembangan teknologi yang nantinya bisa membantu mereka dan
memudahkan mereka untuk memperluas wawasan dalam proses pembelajaran.
Information and Communication Technology atau ICT memiliki dua aspek,
yaitu teknologi informasi dan teknologi komunikasi. Teknologi informasi
mencakup segala hal yang berkaitan dengan proses, penggunaan sebagai alat
bantu, manipulasi, dan pengelolaan informasi. Dan teknologi komunikasi
mencakup segala hal yang berkaitan dengan penggunaan alat bantu untuk
memproses dan mentransfer data dari perangkat yang satu ke lainnya.

1 Muhammad Syarif Sumantri, STRATEGI PEMBELAJARAN. TEORI DAN PRAKTIK DI TINGKAT PENDIDIKAN
DASAR, 2nd ed., vol. 2 (Jakarta: PT RAJAGRAFINDO PERSADA, 2016), 217.
2 Wahyu Dwi Warsitasari, “PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN BERBASIS ICT DALAM PENDIDIKAN ISLAM,” n.d.,
62.

1


Menurut Radode Kristiano Simarmata dalam buku pengembangan
bahan ajar dan media pendidikan SD, bahan ajar berbasis ICT adalah bahan ajar
yang disusun dan dikembangkan dengan menggunakan alat bantu ICT unntuk
mengelolah data, termasuk memproses, mendapatkan, menyusun, menyimpan,
memanipulasi data dalam berbagai cara untuk menghasilkan informasi yang
berkuallitas.3 Jadi, pengembangan bahan ajar berbasis ICT adalah
pengembangan bahan ajar yang di sesuaikan dengan perkembangan zaman yaitu
menggunakan teknologi informasi dan komunikasi sebagai salah satu media
pembelajaran. Pada proses pembelajarannya, bahan ajar (materi pembelajaran)
di jelaskan atau di samapaikan melalu ICT. Tidak hanya sekedar penyampaian
materi, penugasan siswa / mahasiswa juga bisa di lakukan melalui ICT yaitu
mind mapping, google classrom, zoom, maupun aplikasi lainnya.

B. Pengembangan Bahan Ajar Berbasis ICT
Dunia pendidkan Indonesia selalu mengalami perubahan dan

perkembangan untuk menyesuaikan zaman dan kebutuhan peserta didik. Salah
satu komponen dalam pendidikan Indonesia yang senantiasa berubahadalah
kurikulum pendidikan. Kurikulum pendidikan Indonesia sering berubah saat
pergantian presiden untuk mengikuti kebijakam mentri. Menurut Trianto ibu
badar at-tabany dan Hadi Suseno dalam buku desain pengembangan kurikulum
2013 di madrasah, orientasi kurikulum 2013 adalah terjadinya peningkatan dan
keseimbangan antara sikap (atitude), keterampilan (skill), dan pengetahuan
(knowladge).4

Salah satu isi dari kurikulum 2013 yang di jelaskan oleh Akbar
Iskandar,Acai Sudirman dkk. Pada buku aplikasi pembelajaran berbasis TIK,
Adalah pembelajaran berbasis TIK (teknologi, informasi dan komputer)
yang semakin berkembang dengan pesat seiring dengan perkembangan
kurikulum pembelajaran dan teknologi.5

Dalam kurikulum 2013, TIK / ICT tidak hanya berperan sebagai media

3 Radode Simarmata, PENGEMBANGAN BAHAN AJAR DAN MEDIA PENDIDIKAN SD, ed. Nancy Angelia Purba,
vol. 1 (Tasikmalaya: Perkumpulan rumah cemerlang Indonesia, 2022), 105.
4 Tritianto Ibnu Badar At-Taubany and Hadi Suseno, DESAIN PENGEMBANGAN KURIKULUM 2013 DI
MADRASAH (Depok: Kencana, 2017), 2.
5 Akbar Iskandar et al., APLIKASI PEMBELAJARAN BERBASIS TIK, ed. Tonni Limbong, 1 (Medan: Yayasan kita
menulis, 2020), 68.

2


atau alat bantu dalam proses pembelajaran, namun juga di jadikan sebagai
bagian dari proses penentuan dan peningkatan kreativitas siswa. Sesuai dengan
perkembangan kurikulum yang selalu berubah mengikuti pekembangan
zaman, maka komponen lain dalam pendidikan seperti bahan ajar pun perlu di
kembangankan mengikuti perkembangan zaman. Yang salah satunya adalah
pengembangan bahan ajar berbasis ICT. Menurut Muhammad Ali dalam jurnal
pengembangan bahan ajar english for specific purpose berbasis TIK,
pengembangan adalah salah satu domaim teknologi yang berfungsi sebagai
proses penerjemahan spesifikasi dalam bentuk fisik.6 Dan bahan ajar / bahan
pembelajaran merupakan komponen isi pesan dalam kurikulum yang harus di
sampaikan kepada peserta didik.

Menurut Rahmi Ramadhani, dalam buku desain pembelajaran
matematika berbasis TIK, salah satu contoh dari pengembangan bahan ajar
berbasis TIK adalah pengembangan bahan ajar non cetak atau bahan ajar
digital ( menggunakan TIK) yaitu, e-book dan e-modul. E-book adalah Selain
e- book dan e – module, contoh lain dari pengembangan bahan ajar berasis ICT
juga di jelaskan oleh Dr. Nana dalam buku pengembangan bahan ajar fisika,
Yaitu bahan ajar handout dan bahan ajar audio visual.7 Handout adalah bahan
ajar yang berisikan ringkasan materie dari berbagai sumber yang relevam
dengan kompetensi dasar untuk menjadi pedoman dan membantu siswa dalam
proses pembelajaran. Dan bahan ajar audio visual adalah seperangkat alat yang
dapat memproyeksikan gambar bergerak dan bersuara, seperti : televisi, video-
VCD, slide bersuara, dan film.

Salah satu jurnal riset Pendidikan di beberapa sekolah di Bekasi karya
Maria, Irma, dan Aftuni dalam Pengembangan bahan ajar berbasis ICT pada
mata pelajaran IPA-KIMIA SMP, bahwa 100% siswa pernah menggunakan
komputer. Sebanyak 79,92% rata-rata siswa menggunakan komputer lebih dari
dua kali seminggu dan sebanyak 84,62% siswa telah mengenal CD
pembelajaran. siswa mendukung rencana pengembangan bahan ajar berbasis
ICT dalam bentuk CD pembelajaran. Harapan siswa terhadap CD

6 Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar and Muhammad Yaumi, “PENGEMBANGAN BAHAN AJAR
ENGLISH FOR SPECIFIC PURPOSE BERBASIS TIK,” Lentera Pendidikan : Jurnal Ilmu Tarbiyah dan Keguruan 15,
no. 2 (December 27, 2012): 2, https://doi.org/10.24252/lp.2012v15n2a2.
7 Rahmi Ramadhani, MATEMATIKA BERBASIS TIK : KONSEP DAN PENERAPAN, ed. Janner Simarmata, vol. 1
(Medan: Yayasan kita menulis, 2020).

3


pembelajaran yang akan dikembangkan yaitu, berisi uraian materi singkat,
jelas, dan padat, serta siswa dapat berinteraksi dengan bahan ajar.8

C. Cara Merancang Bahan Ajara Berbasis ICT
Menurut Budiyanti Elizabeth dalam sebuah jurnal tentang

pengembangan bahan ajar berbasis ICT, komunikasi sebagai media pendidikan
dapat dilakukan dengan mengunakan media-media komunikasi seperti
telepon, komputer,internet,e-mail dan sebagainya.9

Hal ini dibutuhkan interaksi antara guru dan peserta didik bukan hanya
melalui tatap muka tapi juga bisa mengunakan media-media tersebut, guru atau
dosen bisa memberikan proses pembelajaran tanpa harus berhadapan langsung
dengan peserta didik dan supaya peserta didik bisa memperoleh informasi
dalam ruang lingkup yang luas dari berbagai sumber dengan mengunakan
komputer atau internet. Disinilah kita perlu merancang bahan ajar yang
berbasis ICT yaitu dengan cara memperbarui, menyimpan, mendistribusi dan
membagi materi ajar atau informasi, pengiriman bisa mengunakan teknologi
internet, kita bisa mengunakan jaringan e- learning, sekarang e-learning sudah
berkembang dengan berbagai model pembelajaran salah satunya yaitu ICT
yang bisa dimanfaatkan dalam proses pembelajaran, untuk itu kita harus bisa
memilih media pembelajaran yang benar- benar bisa menjadi alat bantu yang
kreatif untuk mencapai tujuan.

Dalam merancang pengembangan bahan ajar ICT harus bisa
menyesuaikan media dengan tujuan pembelajaran, menyesuaikan media
dengan lingkungan belajarnya, memudahkan pemanfaatan media yang
berkaitan dengan waktu, tenaga dan biaya, memastikan keamanan bagi
pembelajaran, kemampuan media harus bisa membuat siswa semakin aktif.
Pemanfaatan ICT dalam pembelajaran biasanya mengunakan perangkat keras
(hard ware) dan perangkat lunak (soft ware) dengan aplikasinya seperti
perangkat komputer yang tersambung dengan jaringan internet
LCD/proyektor, CD pembelajaran, juga bisa mengunakan web/situs-situs

8 Nana, PENGEMBANGAN BAHAN AJAR PENDIDIKAN FISIKA BERBASIS MODEL PEMBELAJARAN POE2WE
(Klaten, Jawa Tengah: Penerbit Lakeisha, 2022).
9 Budiyanti Elizabeth, S. Pd, “PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS ICT DALAM MEWUJUDKAN SEKOLAH
YANG BERSTANDAR DAN BERMUTU,” n.d., 24.

4


tertentu di internet. Dalam merancang bahan ajar berbasis ICT sangat
membutuhkan dukungan dari perangkat-perangkat tersebut hal ini
memudahkan peserta didik dan guru ataupun dosen dalam melakukan aktifitas
pembelajaran.

Menurut Dudung Ma’ruf Nuris, Prisma Minerva Nagari, dan Umi
Nuraini dalam sebuah jurnal penelitian, menjelaskan bawah dalam merancang
bahan ajar bisa dikembangkan dalam bentuk lain yang bisa dijangkau siswa.
Seperti bahan ajar berbentuk VCD yang bisa dibuka oleh siswa, melalui
komputer.10

Bahan ajar yang dikemas dalam bentuk VCD juga merupakan salah
satu cara selain mengembangkan melalui media sofware bisa juga dalam
bentuk lain seperti moodle yang bisa dimanfaatkan siswa untuk membuka web
untuk mengakses bahan ajar yang sudah diungah oleh guru. Bahan ajar yang
kita tau banyak dari buku tapi keberadaanya sangat menyita waktu, karna itu
perlu dikembangkan teknologi agar kita bisa mengaksesnya dari mana saja.
Salah satunya model pembelajaran ICT. Media ini dikembangkan dan
dirancang secara variatif dan inofatif yang bisa menampilkan berbagai macam
media pembelajaran, guru juga harus di berikan sebuah pelatihan dan harus
ada relavansi antara media dengan bahan ajar.

Menurut Nuzirwan dan Madyunus Salayan dalam sebuah jurnal
penelitian, menjelaskan bahwa materi ajar yang memanfaatkan ICT, banyak
software atau website yang bisa di gunakan. Seperti pengembangan bahan ajar
berbasis ICT dengan memakai linktree.11

Linktree merupakan suatau aplikasi berbentuk website yang
menyediakan satu link dan link tersebut bisa mengakses beberapa link yang
dapat di gunakan sebagai media pembelajaran untuk menyampaikan materi
pembelajaran. untuk merancangnya harus melihat dan menyesuaikan
kebutuhan dari subjek sehingga produknya bisa dikembangkan untuk bisa
mendukung kegiatan pembelajaran yang perlu juga dikembangkan dengan
meteri kompetensi pembelajaran matematika sesuai kebutuhan peserta didik

10 Dudung Ma’ruf Nuris, “PELATIHAN PEMBUATAN BAHAN AJAR DAN MEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS TIK
BAGI GURU AKUNTANSI,” n.d., 79–80.
11 Madyunus Salayan, “PENGEMBANGAN MATERI AJAR BERBASIS (ICT) DENGAN MEMAKAI LINKTREE PADA
MATERI ARITMATIKA SOSIAL SISWA KELAS VII SMPS ISLAM ANNUR PRIMA DI MASA PANDEMI COVID 19” 8, no.
2 (2021): 436.

5


dan supaya dalam mendesain bahan materi ajar berbasis ICT ini bisa lebih
kreatif dan memudahkan siswa dalam pembelajaran matematika.

D. Bagaimana Cara Mendesiminasikan Pengembangan Bahan Ajar Berbasis
ICT
Menurut Sahid dalam jurnal pengembangan media pembelajaran
berbasis ICT, peran dosen dan guru sangat penting dalam perkembangan dan
kemajuan ICT.12 untuk bisa memahami dan mendesiminasikan perkembangan
dan kemajuan ICT tersebut para dosen dan guru harus bisa menguasai
teknologi ICT supaya dapat mengembangkan materi-materi pembelajaran
berbasis ICT dan memanfaatkannya sebagai media pembelajaran. ICT dalam
pembelajaran mencakup semua teknologi yang bisa digunakan untuk
mengolah, menampilkan, dan menyampaikan informasi dalam proses
komunikasi. Untuk bisa memperluas pengembangan bahan ajar ICT harus
memanfatkan berbagai strategi yaitu. Menjadikan ICT sebagai alat bantu
media pembelajaran yang bisa berbentuk fail, power point, gambar, vidio dan
lain sebagainya. Yang bisa memberikan beberapa keuntungan, dan
memudahkan kita untuk mencari materi-materi yang sulit, juga membantu
siswa untuk bisa menemukan kemampuanya melalui interaksi dan eksplorasi
dari sumber-sumber berbasis ICT.
A. Menjadikan menjadikan ICT sebagai sarana/tempat belajar kegiatan
belajar yaang bukan hanya dilakukan di dalam kelas tapi juga bisa
dilakukan dengan cara mmembuat kelas maya dalam bentuk e- learning
B. Menjadikan ICT sebagai sumber belajar
Dengan cara mengembangkan ICT bukan hanya dalam bentuk teknologi
tapi juga bentuk isi (content) memberikan dan menyebarkanpengetahuan
melalui berbagai media dan menyediakan berbagai sumber informasi di
internet.
C. Menjadikan ICT sebagai sarana untuk meningkatkan keprofesioanalanguru
dan dosen, bisa meningkatkan keterampilannya dalam mengunakan ICT
dan memanfaatkannya untuk mendukung dan meningkatkan kualitas
pembelajaran, bisa juga memberikan sebuah peluang dan kemudahan.

12 Sahid, “PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS ICT,” Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA
UNY, n.d., 1.

6


Penjelasan lain mengenai desiminasi bahan ajar juga di jelaskan oleh
Mardhatillah dan Febry Fahreza yaitu, Mendesiminasikan pengembangan
bahan ajar ICT salah satunya bisa dilakukan dengan pelatihan mendesain
media pembelajaran, pelatihan diawali dengan pengenalan beberapa software
media interaktif kemudian instal dan pelatihan diharapkan guru bisa
memanfaatkan komputer dalam pembelajaran. Pelatihan ini bisa memperluas
dan menyebarkan informasi tentang pengembangan ICT.13

Menurut Seel dan Richey dalam warista yang di kutip oleh Imam dan
Ali dalam jurnal analisis kebutuhan pembelajaran berbasis ICT bahwa
berdasarkan observasi dilapangan dan wawancara, umumnya pengelolaan ICT
diwujudkan dengan koordinator yang bertanggung jawab atas peralatan dan
kelengkapan ICT. Perencanaan dan pengadaan peralatan ICT didasarkan atas
kebutuhan-kebutuhan yang diusulkan oleh guru. Terkait kawasan ini,
seharusnya sekolah menjalankan, a) pengelolaan proyek, b) pengelolaan
sumber, c) pengelolaan sistem penyampaian, dan d) pengelolaan informasi.14

Dan juga menurut Claude Ghaoui yang di kutip oleh Ahmad
Suriansyah dalam jurnal paradigma yang berjudul pengembangan
pembelajaran berbasis TIK bahwa, bagaimanapun kemajuan suatu teknologi
informasi yang dapat dimanfaatkan untuk suatu proses Pendidikan dan
pembelajaran tidak akan memberikan makna atau kontribusi yang signifikan
apabila dua faktor utama tidak memiliki kemampuan pemahaman dan
keterampilan yang baik dalam memanfaatkan TIK tersebut, ke dua factor
tersebut adalah faktor guru dan siswa.15

13 Mardhatillah and Febry Fahreza, “DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN INTERAKTIF BAGI GURU SEKOLAH DASAR,”
Bina Gogik, 2, 4 (September 1, 2017): 16.
14 Iman Nasrulloh and Ali Ismail, “ANALISIS KEBUTUHAN PEMBELAJARAN BERBASIS ICT,” JURNAL PETIK 3, no. 1
(May 31, 2018): 31, https://doi.org/10.31980/jpetik.v3i1.355.
15 Ahmad Suriansyah, “PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN BERBASIS TIK (PROSES DAN PERMASALAHANNYA)”
10 (2015): 4.

7


PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Menurut Dr. mohammad syarif pada buku Strategi Pembelajaran, Bahan ajar
adalah segala sesuatu yang hendak dipelajari dan dikuasai para siswa, baik
berupa pengetahuan, keterampilan, maupun sikap melalui kegiatan
pembelajaran. Selain disesuaikan dengan kebutuhan dan lingkungan peserta
didik pengembangan bahan ajar juga perlu di sesuaikan dengan perkembangan
kurikulum yang selalu berubah mengikuti pekembangan zaman dan komponen
lain dalam pendidikan seperti bahan ajar pun perlu di kembangankan
menyesuaikan kurikulum yang ada. Bahan ajar / bahan pembelajaran
merupakan komponen isi pesan dalam kurikulum yang harus di sampaikan
kepada peserta didik.
2. Salah satu pengembangan bahan ajar yang di sesuaikan dengan perubahan
kurikulum adalah pengembangan bahan ajar berbasis ICT atau yang biasa di
sebut dengan TIK ( teknologi informasi dan komunikasi. Contoh dari bahan ajar
ICT adalah e-book, e-modul, bahan ajar audio visual, dan handout. Bahan Ajar
Berbasis ITC dapat mempermudah Komunikasi Pendidikan Melalui beberapa
media seperti telfon,Komputer,Internet,E-Mail,Dan sebagainya.
3. Dalam proses pelaksaannya , Bahan Ajar berbasis ICT ini membutuhkan
interaksi antara guru dan murid Bukan Hanya secara langsung tapi juga melalui
media online seperti yang dijelaskan sebelumnya Dan media ini dapat
mempermudah pembelajaran tanpa harus berbungan dan juga memiliki ruang
lingkup yang luas dari berbagai sumber dengan menggunakan komputer dan
internet. Dalam merancang Bahan ajar ICT harus memiliki beberapa Perangkat
media yang mendukung lingkungan belajar tersebut seperti Perangkat
Lunak(Soft Ware) Dan Perangkat Keras(Hard Ware) tentu saja dengan
Aplikasinya Seperti perangkat komputer yang terhubung dengan internet
LCD/Proyektor,CD pembelajaran,dan beberapa situs di internet. Dan menurut
beberapa ahli selain pangkat soft ware dan hard ward diatas pembelajaran juga
dapat melalui VCD dan beberapa link di internet seperti Linktree supaya dalam
mendesain bahan materi berbasis ICT ini bisa lebih kreatif dan mempermudah
siswa dalam belajar.
4. Bahan ajar berbasis ICT ini dapar di desiminasikan atau diperluas dengan cara :

8


a. Menjadikan ICT sebagai sarana/tempat belajar Yang dilakukan Didalam
ataupun diluar kelas dengan cara membuka kelkas maya dalam bentuk
E-Learning

b. Menjadikan ICT sebagai sumber belajar Dengan cara mengembangkan
ICT Bukan hanya dalam bentuk teknologi tapi juga bentuk konten
pengetahuan melalui media dan beberapa sumber informasi di internet

c. Menjadikan ICT sebagai sarana untuk meningkatkan keterampilan
profesionalisme guru dan dosen Dalam Menggunakan ICT dan
menggunakannya Untuk mendukung Serta meningkatkan kualitas
belajar mengajar agar tercipta peluang.

B. Saran
Penulis menyadari makalah ini masih banyak kekurangan. Maka dari itu, kami
menyarankan pada pembaca untuk mendalami materi tersebut, setelah membaca
makalah ini, bisa juga dengan membaca sumber lain yang lebih lengkap. Saran dan
kritik yang membangun sangat diperlukan sebagai motivasi untuk terus belajar
membuat makalah yang baik dan benar.

9


DAFTAR PUSTAKA

Badar At-Taubany, Tritianto Ibnu, and Hadi Suseno. DESAIN PENGEMBANGAN
KURIKULUM 2013 DI MADRASAH. Depok: Kencana, 2017.

Elizabeth, S. Pd, Budiyanti. “PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS ICT DALAM
MEWUJUDKAN SEKOLAH YANG BERSTANDAR DAN BERMUTU,” n.d., 24.

Iskandar, Akbar, Acai Sudirman, Meilani Safitri, Rahmi Ramadhani, and Dewi Wahyuni.
APLIKASI PEMBELAJARAN BERBASIS TIK. Edited by Tonni Limbong. 1. Medan:
Yayasan kita menulis, 2020.

Mardhatillah, and Febry Fahreza. “DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN INTERAKTIF
BAGI GURU SEKOLAH DASAR.” Bina Gogik, 2, 4 (September 1, 2017): 16.

Muhammad Syarif Sumantri. STRATEGI PEMBELAJARAN. TEORI DAN PRAKTIK DI
TINGKAT PENDIDIKAN DASAR. 2nd ed. Vol. 2. Jakarta: PT RAJAGRAFINDO
PERSADA, 2016.

Nana. PENGEMBANGAN BAHAN AJAR PENDIDIKAN FISIKA BERBASIS MODEL
PEMBELAJARAN POE2WE. Klaten, Jawa Tengah: Penerbit Lakeisha, 2022.

Nasrulloh, Iman, and Ali Ismail. “ANALISIS KEBUTUHAN PEMBELAJARAN BERBASIS
ICT.” JURNAL PETIK 3, no. 1 (May 31, 2018): 28.
https://doi.org/10.31980/jpetik.v3i1.355.

Nuris, Dudung Ma’ruf. “PELATIHAN PEMBUATAN BAHAN AJAR DAN MEDIA
PEMBELAJARAN BERBASIS TIK BAGI GURU AKUNTANSI,” n.d., 8.

Radode Simarmata. PENGEMBANGAN BAHAN AJAR DAN MEDIA PENDIDIKAN SD.
Edited by Nancy Angelia Purba. Vol. 1. Tasikmalaya: Perkumpulan rumah cemerlang
Indonesia, 2022.

Ramadhani, Rahmi. MATEMATIKA BERBASIS TIK : KONSEP DAN PENERAPAN. Edited by
Janner Simarmata. Vol. 1. Medan: Yayasan kita menulis, 2020.

Sahid. “PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS ICT.” Jurusan
Pendidikan Matematika FMIPA UNY, n.d.

Salayan, Madyunus. “PENGEMBANGAN MATERI AJAR BERBASIS (ICT) DENGAN
MEMAKAI LINKTREE PADA MATERI ARITMATIKA SOSIAL SISWA KELAS
VII SMPS ISLAM ANNUR PRIMA DI MASA PANDEMI COVID 19” 8, no. 2
(2021): 15.

Suriansyah, Ahmad. “PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN BERBASIS TIK (PROSES
DAN PERMASALAHANNYA)” 10 (2015): 6.

10


Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar, and Muhammad Yaumi. “PENGEMBANGAN
BAHAN AJAR ENGLISH FOR SPECIFIC PURPOSE BERBASIS TIK.” Lentera
Pendidikan : Jurnal Ilmu Tarbiyah dan Keguruan 15, no. 2 (December 27, 2012): 144–
60. https://doi.org/10.24252/lp.2012v15n2a2.

Warsitasari, Wahyu Dwi. “PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN BERBASIS ICT
DALAM PENDIDIKAN ISLAM,” n.d., 17.

11


MAKALAH
PENYUSUNAN BAHAN AJAR DALAM BENTUK BUKU

Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah
Pengembangan Bahan Ajar PAI I
Dosen Pengampu:
Dr. Agus Setiawan, M.Pd.

Disusun Oleh Kelompok 10:

Afifah Aisyatuzzahra (2011101196)
Nodi Suhardi (2011101226)
Nurlinda Manshur (2011101179)
Reskiana (2011101179)
Shinta Amalia Nurfaiza (2011101204)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
UIN SULTAN AJI MUHAMMAD IDRIS SAMARINDA

2022

i


Daftar Isi

A. PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1
1. Latar Belakang ............................................................................................................ 1
2. Rumusan Masalah....................................................................................................... 1
3. Tujuan ......................................................................................................................... 2

B. PEMBAHASAN ............................................................................................................ 2
1. Sistematika Penyusunan Bahan Ajar .......................................................................... 2
2. Syarat Penyusunan Bahan Ajar dalam Bentuk Buku .................................................. 6
3. Petunjuk Penyusunan Bahan Ajar dalam Bentuk Buku .............................................. 7

C. PENUTUP.................................................................................................................... 11
1. Kesimpulan ............................................................................................................... 11
2. Saran ......................................................................................................................... 11

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 12


A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang

Menurut Sungkono dkk ( 2003 : 1 ) Bahan Pembelajaran adalah seperangkat
bahan yang memuat materi atau isi pembelajaran yang " didesain " untuk
mencapai tujuan pembelajaran . Suatu bahan pembelajaran memuat materi , pesan
atau isi mata pelajaran yang berupa ide , fakta , konsep , prinsip , kaidah , atau
teori yang tercakup dalam mata pelatihan sesuai disiplin ilmu serta informasi lain
dalam pembelajaran.

Dengan bahan ajar memungkinkan siswa dapat mempelajari suatu kompetensi
secara runtut dan sistematis sehingga secara akumulatif mampu menguasai semua
kompetensi secara utuh / terpadu . Untuk itu sangat penting sorang tenaga
pendidik memiliki kompetensi mengembangkan bahan pembelajaran yang baik
sesuai dengan persyaratan dan kebutuhan yang diperlukan , sehingga materi
pembelajaran dapat tersampaikan dengan baik , serta siswa pun memiliki aktivitas
belajar yang cukup baik .1

Menurut Biggs dan Tefler ( pada Dakir dkk , 2000 ; 31 ) di antara motivasi
belajar siswa ada yang diperkuat dengan acara - acara pembelajaran . Adapun
acara - acara pembelajaran yang berpengaruh pada proses belajar dapat ditentukan
oleh tenaga pendidik . Beberapa kondisi eksternal yang berpengaruh pada relajar ,
yang terpenting bahwa bahan pembelajaran tersebut dapat disiapkan / dirancang
tenaga pendidik sesuai dengan kebutuhan relajar para siswa .

2. Rumusan Masalah
a. Bagaimana sistematika penyusunan bahan ajar

b. Bagaimana syarat Penyusunan bahan ajar dalam bentuk buku

c. Bagaimana petunjuk penyusunan bahan ajar dalam bentuk buku

1 Tarman Arif and Iskandar, “Teknik Penyusunan Bahan Ajar Bahasa Indonesia Bagi Guru Di
Sekolah Dasar,” Seminar Nasional, 2021.

1


3. Tujuan
a. Agar pembaca mengetahui sistematika penyusunan bahan ajar

b. Agar pembaca mengetahui syarat Penyusunan bahan ajar dalam bentuk buku

c. Agar pembaca mengetahui petunjuk penyusunan bahan ajar dalam bentuk buku

B. PEMBAHASAN
1. Sistematika Penyusunan Bahan Ajar

Penyusunan Bahan Ajar Cetak Bahan Ajar Cetak (Printed) yaitu sejumlah
bahan yang disiapkan dan disiapkan dalam bentuk kertas, yang dapat berfungsi
untuk pembelajaran dan penyampaian informasi (Kemp and Dayton, 1998).
2Menurut Pannen dan Purwanto (2001) penyusunan bahan ajar dapat dilakukan
melalui berbagai cara, dari yang termurah sampai yang termahal, dari yang paling
sederhana sampai yang tercanggih. Secara umum ada tiga cara yang dapat
ditempuh dalam menyusun bahan ajar cetak, yaitu:

a. Menulis sendiri (Starting from Scratch)

Bahan ajar dapat ditulis sendiri oleh guru sesuai dengan kebutuhan siswa.
Selain ditulis sendiri guru dapat berkolaborasi dengan guru lain untuk menulis
bahan ajar secara kelompok, dengan guru-guru bidang studi sejenis, baik dalam
satu sekolah atau tidak. Penulisan juga dapat dilakukan bersama pakar, yang
memiliki keahlian di bidang ilmu tertentu. Disamping penguasaan bidang ilmu,
untuk dapat menulis sendiri bahan ajar, diperlukan kemampuan menulis sesuai
dengn prinsip-prinsip instruksional. Penulisan bahan ajar selalu berlandaskan pada
kebutuhan siswa, meliputi kebutuhan pengetahuan, keterampilan, bimbingan,
latihan, dan umpan balik. Untuk itu dalam menulis bahan ajar didasarkan: (a)
analisis materi pada kurikulum, (b) rencana atau program pengajaran, dan (c)
silabus yang telah disusun.

b. Pengemasan kembali informasi (Information Repackaging)

2 Asep Herry Hernawan, Permasih, and Laksmi Dewi, “Pengembangan Bahan Ajar,” Jurnal
Basicedu 3, no. 1 (2019): 157–62, https://doi.org/10.31004/basicedu.v3i1.108.


Dalam pengemasan kembali informasi, penulis tidak menulis bahan ajar
sendiri dari awal (from scratch), tetapi penulis memanfaatkan buku-buku teks dan
informasi yang sudah ada untuk dikemas kembali sehingga berbentuk bahan ajar
yang memenuhi karakteristik bahan ajar yang baik, dan dapat dipergunakan oleh
guru dan peserta didik dalam proses instruksional. Bahan atau informasi yang
sudah ada di pasaran dikumpulkan berdasarkan kebutuhan dan tujuan
pembelajaran. Kemudian ditulis kembali/ulang dengan dengan gaya bahasa yang
sesuai untuk menjadi bahan ajar (diubah), juga diberi tambahan kompetensi atau
keterampilan yang akan dicapai, bimbingan belajar, latihan, tes, serta umpan balik
agar mereka dapat mengukur sendiri kompetensinya yang telah dicapai.
Keuntungan, cara ini lebih cepat diselesaikan dibanding menulis sendiri.
Sebaiknya memperoleh izin dari pengarang buku aslinya.3

c. Penataan informasi (Compilation atau Wrap Around Text)

Selain menulis sendiri bahan ajar juga dapat dilakukan melalui kompilasi
seluruh materi yang diambil dari buku teks, jurnal, majalah, artikel, koran, dan
lain-lain. Proses ini disebut pengembangan bahan ajar melalui penataan informasi
(kompilasi). Proses penataan informasi hampir mirip dengan proses pengemasan
kembali informasi. Namun, dalam proses penataan informasi tidak ada perubahan
yang dilakukan terhadap buku teks, materi audio visual, dan informasi lain yang
sudah ada di pasaran. Jadi buku teks, materi audio visual dan informasi lain
tersebut digunakan secara langsung, hanya ditambahkan dengan pedoman belajar
untuk peserta didik tentang cara menggunakan materi tersebut, latihan-latihan dan
tugas yang perlu dilakukan, umpan balik untuk peserta didik dan dari peserta
didik. Pada BAB ini akan dibahas mengenai secara lebih detail mengenai bahan
ajar cetak berupa: Modul, Lembar Kerja Siswa (LKS), Kompilasi, dan Handout.

A. Penyusunan Bahan Ajar dalam Bentuk Buku yang Baik dan Terstruktur
Penyusunan bahan ajar dapat berupa buku yang dapat dilengkapi dengan

bahan-bahan multimedia. Bahan ajar yang berbentuk buku biasanya dapat berupa

3 nurul huda Panggabean and amir Danis, Desain Pengembangan Bahan Ajar Berbasis Sains
(Sumatera Utara: Yayasan Kita Menulis, 2020), h.22-23.


sebuah modul ajar atau buku ajar. Bahan ajar yang dikembangkan berbeda dengan
buku teks. Bahan ajar secara khusus disusun secara sistematis dalam rangka
peningkatan kualitas dan kuantitas belajar-mengajar sesuai dengan tujuan
instruksional yang diinginkan. Bahan ajar diberikan khusus kepada peserta didik
yang sedang mengikuti proses instruksional atau biasa disebut dengan learned
oriented. Bahan ajar bersifat mandiri, sehingga dapat dipelajari sendiri oleh
peserta didik, jadi harus disusun secara sistematis dan lengkap.

Buku teks disusun berdasarkan pada materi yang khusus atau bidang ilmu
tertentu. Biasanya buku teks dikatakan content oriented.4 Sebagian besar buku
teks tidak diberikan kepada peserta didik untuk dapat belajar mandiri, sehingga
dalam proses instruksional, jika menggunakan buku teks diperlukan seorang
pendidik/guru atau fasilitator yang akan menerjemahkan kandungan materi yang
ada dalam buku teks kepada peserta didik. Beberapa hal yang membedakan antara
bahan ajar dengan buku teks adalah:

a. Buku teks, jarang dilengkapi dengan tujuan instruksional yang disusun secara
linier, strukturnya berdasarkan materi keilmuan (content), tidak mengantisipasi
kesulitan mahasiswa (meskipun sekarang ada buku teks yang sudah memberikan
beberapa catatan atau syarat-syarat tertentu bagi para pembacanya), tidak
mempunyai mekanisme untuk mengumpulkan umpan balik dari pembacanya.
b. Bahan ajar atau dapat dikatakan sebagai buku ajar, terdapat penjelasan tentang
tujuan instruksional, strukturnya berdasarkan kebutuhan peserta didik dan
kompetensi akhir yang harus dicapai, mengakomodasi kesukaran peserta didik,
mempunyai mekanisme untuk mengumpulkan umpan balik dari peserta didik.

Penyusunan bahan ajar harus mengasumsikan bahwa peserta didik
mempunyai tingkat heterogenitas yang cukup tinggi, misalnya dalam hal
pengetahuan, kemampuan belajar, pengalaman belajar, kebutuhan belajar,
keinginan belajar, tujuan belajar, serta gaya belajar. Hal tersebut harus menjadi

4 dewi A. Padmo Putri and Benny A Pribadi, Pengembangan Bahan Ajar (Tangerang Selatan,
2019).


pertimbangan awal dalam penyusunan bahan ajar, sehingga ketika bahan ajar
tersebut dipakai oleh peserta didik, tidak akan memberikan kesulitan bagi
beberapa gaya belajar peserta didik. Bahan ajar harus luwes, sehingga dengan
keragaman peserta didik akan tetap belajar menggunakan bahan ajar tersebut
dengan motivasi yang tinggi untuk mencapai tingkat kompetensi yang diinginkan.
Bahan ajar atau buku ajar yang dirancang harus disertai dengan pedoman bagi
peserta didik dan pedoman bagi pengajar atau pelatih, dengan tujuan memudahkan
bagi peserta didik dan pengajar dalam proses belajar-mengajar.5

Peran guru/pendidik/pelatih dalam pemanfaatan buku ajar, antara lain:

1. Membantu peserta didik untuk dapat belajar dengan baik, yaitu melalui
perencanaan proses belajar dan cara belajar.

2. Sebisa mungkin peran guru juga mengajak peserta didik untuk dapat bekerja
kelompok atau belajar secara berkelompok.

3. Membimbing peserta didik dalam pemakaian buku ajar terutama dari tugas-
tugas pelatihan yang telah dijelaskan dalam tahap belajar.

4. Memotivasi peserta didik untuk mempunyai kemauan menambah pengetahuan
dengan mencari sumber informasi lain selain buku ajar yang sedang digunakan.

5. Menjawab pertanyaan peserta didik, dan melakukan diskusi di kelas ketika
sedang dilakukan proses pembelajaran tentang materi yang bersangkutan.

B. Teknik Penyusunan Bahan Ajar Cetak
Dalam teknik penyusunan bahan cetak ada beberapa ketentuan yang hendaknya kita
jadikan pedoman diantaranya sebagai berikut : a . Judul atau materi yang disajikan harus
berintikan kompetensi dasar atau materi pokok yang harus dicapai oleh peserta didik . b .
Untuk menyusun bahan cetak ada enam hal yang harus dimengerti ( Steffi dan Ballstaedt
dalam Diknas , 2004 ) , yaitu :

1. Susunan tampilan harus jelas dan menarik .

2. Bahasa yang mudah .

5 Panggabean and Danis, Desain Pengembangan Bahan Ajar Berbasis Sains, hal. 57-58.


3. Mampu menguji pemahaman .
4. Adanya stimulan .
5. Kemudahan dibaca .
6. Materi instruksional .

2. Syarat Penyusunan Bahan Ajar dalam Bentuk Buku
Persyaratan dalam penyusunan bahan ajar berbentuk buku

a. Keamanan nasional
Cara penyajian, bahasa, ilustrasi dan isi dalam buku pelajaran selaras dan
tidak bertentangan dengan peraturan undang-undang yang
berlaku.Menghormati kerukunan hidup umat beragama.6

b. Isi buku pelajaran
Dalam menyusun isi buku sebaiknya memuat bahan pelajaran minimal
yang harus dikuasai siswa. Sesuai dengan kurikulum yang berlaku.
Bersifat relevan dengan tujuan pembelajaran. Memiliki nilai kebenaran
ditinjau dari struktur keilmuan. Sesuai dengan perkembangan IPTEKS.
Kedalaman dan keluasan isi buku sesuai dengan jenjang pendidikan.7

c. Cara penyajian
1) Urutan uraian teratur
2) Penahapan penyajian
3) Sederhana ke komplek
4) Mudah
5) Saling memperkuat bahan kajian terkait
6) Menarik minat dan perhatian
7) Menantang dan merangsang siswa untuk mempelajari buku

6 Galuh Setyowati, Lebi Chandra, and dkk, “Penyusunan Bahan Ajar” 5 (2011).
7 Miftakhul Huda and Rahmah Purwahida, “Penyusunan Bahan Ajar,” n.d.


Click to View FlipBook Version