KALAM edlsi 6 -1995
ESA I Revolusi Indonesia dalam Imajinasi Pramoedya Anama Toer 48
A-Tccuw 74
Rushdie dan Pramoedyajjersirnpanj.'nya Narasitentang Ba1iKsa
I Gust] Agung Ayu Patih 103
Kesusasteraan, Kekuasaan dan Kebudayaan Suatu Bangsa 107
Daniel Dhakidae 124
144
PUIS] S^daraJCembajku, Aku Tidak Hegedih Lagi, Rahasia, Janji, SebdumAda_ 155
Subagio Sastrowardoyo Jaka Tarub, Kartu Peramal. Pemiasuri, Sufi
ESA I Topeng Cirebon diTengah Perubahan
I 1ulii Suanda l..-vi Straussdi Kalangan Orang Bajo: Analisis SUuktural dan Makna
Ceritera Orang Bajo
Ilcddy Shri Ahimsa Putra Naluri, Harga Diri dan SeniTradisi
II dim II!)
BIO DATA
Gambar kulit depan: Lukisan Kaca Haryadi Suadi
Gambar dalam: Haryadi Suadi, Yos Supraplo, Hanura Hosea, Enin Supriyanto
REDAKSI NOMOR .Nl: Ahmad Sahal, Bambang Bujono, Goenawan Mohamad, Nirwan Dewan.o, Sapardi Djoko Damono, S Malela
Maharga.sarie, SFrinka. TATA UTTAK Tun Dcsain PusUka UUma Gnfti. MANAJKMF.N: Zulkifly Lubis. A1AMAT REDAKSI: jl U.an Kayu
No. 68 H, Jakarta 13120,Telepon (02.) 8569280,8569381, Fax. (021) 8567529. D.STR1BUTOR: Pustaka Ulama Grafi.i, Jl. U,an Kayu No. 68
E-F-G, Ulan Kayu Ulara, Jakarta 13120, Telepon (021) 8567502,8567503,8567504, Fax (021) 8582430.
KAm,- .erbit empa. kali setahun - meminau kebudayaan dalam arti seluas-luasnya dan .sedalam<lalamnya. KUM, melanjulkan tradisi
majalah sen^kebudayaan yang pernah ada di .anah air, serta menggabungkan diri dengan keinginan yang makin luas un.uk menyeleng-
garakan kehidupan in.elek.ual yang makin sehaL A^rmengangka. pelbagai pokok soal dengan cara pandang yang segar, serta mence-
burkan diri pada arus-arus pencipiaan dan pemikiran di pelhagai penjuru.
Kaum mengundang Anda menulis. Tulisan harap dikirim dalam kedkan yang mudah dil»«, a,au dalam ben.uk diske. (camumkan pro
gram pengolah kau yang digunakan). Umuk karya .erjemahan. harap menyertakan fo.okopi karya asli dan sumbemya. Sertakan juga
riwayal singka.hidup Anda.
kalam - edisi6,1995
A. TEEUW
REVOLUSI INDONESIA
DALAM IMAJINASI
PRAMOEDYA ANANTA TOER
Bibit revolusi sudah ditanam dalam jiwa Pramoedya sejak kelahirannya pada tanggal 6 Februari 1925-
Ayahnya pada kesempatan perkawinannya, dalam tahun 1923, melepaskan diri dan pekerjaannya
sebagai gum negeri di Rembang, dalam pentadhiran kolonial Hindia-Belanda, lalu menjadi direktur
Lembaga Budi Utomo merangkap kepala sekolah organisasi itu di Blora, menggantikan Dr. Soetomo,
nasionalis terkenal. Sejak itu Pak Toer giat dan gigih merribaktikan diri pada pendidikan anak muda
dalam semangat Indonesia merdeka; segala ups and downs gerakan nasional ikut dialami Pramoedya
sebagai anak muda dalam periode antara 1925-1942.
I Fengantari mulai menyerang Hindia Belanda, pada awal
1942. la kembali ke Blora, mengalami pendaratan
Kegairahan perjuangan nasional, mau- tentara Jepang di pantai Utara Jawa dan kekacau-
pun kekecewaan yang berturut-turut balauan yang menyusul. Situasi ekonomi keluarga
menimpa sang ayah serta keluarga- makin gawat, Pramoedya dengan seorang adik
nya sebagai akibat nekadnya tidak berikhtiar mencari nafkah dengan berdagang ro-
mau tunduk pada kekuasaan pcnjajah, disaksi- kok dan bekerja di kebun, membantu ibunya
kan oleh anak sulungnya yang kagum dan bangga
atas ayah itu. Sekaiigus Pramoedya sering ber- yang sakil-sakitan. Pada bulan Mei 1942 ibunya
bentur dengan ayahnya; ia mengecewakan ke- meninggal pada usia 34 tahun, satu krisis besar
banggaan kebapakannya karena hasilnya di se dalam hidup Pramoedya. Sebulan kemudian ia di-
kolah sangat minimal, tiga kali tidak naik kelas, suruh ayahnya merantau ke Jakarta, bersama
acliknya, sebab ternyata tidak ada masa depan
sehingga baru pada usia 15 tahun ia tamat sekolah baginya di Blora.
dasar. Sebaliknya Pramoedya selalu amat dekat
dengan ibunya, wanita dari kalangan santri yang Di Jakarta Pramoedya berhasil diterima se
saleh dan sabar, yang dicintai dan dikaguminya; ia bagai juru ketik oleh cabang Domei, kantor berita
melihat betapa berat hidupnya; kesehatannya Jepang, di mana ia bekerja di bawah Adam Malik,
yang sejak awalnya sudah ticU'k baik makin mun- ia mulai berkenalan dengan banyak tokoh dari
dur, setiap dua tahun ia melahirkan anak, dan ke- dunia kewartawanan dan politik di Jakarta; ia me-
pedulian untuk keluarganya yang makin besar nemskan pelajarannya pada sekolah dewasa Ta-
sangat memberatkannya, apalagi ketika pada man Siswa, belajar filsafat pada H.M. Rasjidi di
akhir periode tersebul suaminya mulai kecanduan Sekolah Tinggi Islam. Ia diberikan kesempatan
judi, diakibaikan frustrasinya dalam pekerjaan dan oleh Domei mengikuti kursus stenografi. Sebagai
tugas belajar ia disuruh mencatal dalam steno se-
perjuangannya. jumlah ceramah Muhammad Yamin yang kemu
Setamat sekolah dasar Pramoedya pergi ke dian diterbitkan sebagai bukunya yang terkenal,
Diponegoro. Ia sangal lerkesan oleh gurunya, Pak
Surabaya, masuk sekolah kejuruan radio, yang Karundeng, bapak stenografi Indonesia; demikian
ditamatkannya persis pada saat tentara Jepang
kalam - alisi 6,1995
REV0LUSI INDONESIA DALAM IMAJINAS1 PRAMOEDYA ANANTA TOER
pula 1a rajin belajar bahasa Indonesia pada dua ngat kemerdekaan yang meluap-luap dalam jiwa
guru bahasa Melayu, Mara Soetan dan Datoek rakyat Indonesia sekaiigus menimbulkan kesa-
Besar (di sekolah di Blora dulu pengajaran bahasa daran bahwa kemerdekaan yang telah diprokla-
Melayu diberikan hanya sebagai mata pelajaran masikan masih hams diperjuangkan melawan ke-
sampingan saja). Mungkin yang paling penting kuasaan kolonial yang nekat bertahan.
bagi perkembangannya: ia sempat membaca luas,
antara lain karena berkat tugasnya ia boleh masuk Pramoedya masuk Badan Keamanan Rakyat
ruang baca di mana tersimpan ensiklopedi dan (BKR) dan sebagai prajurit II, "ditempaikan di
buku-buku Barat Iain yang dilarang bagi keba- Cikampek pada kesatuan Banteng Teruna, yang
nyakan orang Indonesia. Ensiklopedi Belanda kemudian menjadi inli divisi Siliwangi". Sampai
Winkler Prins yang terkenal membuka dunia akhir 1946 Pramoedya berada di daerah itu, ikut
pengetahuan dan informasi ban. yang menak- terlibat dalam perang fisik melawan tentara Ing-
jubkan bagi Pramoedya. gris, akhirnya aktif sebagai perwira pers dengan
pangkat letnan II. Namun situasi yang ia lihat
Namun setelah tamal kursus stenografi ia dalam tentara sangat mengecewakan, dan pada
merasa kecewa bahwa ia tidak mendapat pe
kerjaan dan gaji yang sesuai; lagi pula ia sadar akhir 1946 ia minta berhenti "karena tidak tahan
bahwa seorang sienograf sebenarnya budak,
sedangkan Pramoedya ingin menjadi bebas: "saya melihat pertentangan-pertentangan di dalam
tahu bahwa saya telah tumbuh menjadi indi- 'tentara' dan korupsi yang merajalela".
vidualis," tulisnya jauh lebih kemudian dalam
surat dari Buru. Ia minta berhenti pada Domei, Pramoedya kembali ke Jakarta pada aw,al 1947
dan ketika permohonan itu tidak ditanggapi ia dan bekerja pada Tfw Voice of Free Indonesia se
melarikan diri dari Jakarta dan lewat Blora ber- bagai redaktur pada bagian penerbitan. Pada
kelana di Jawa, akhirnya tiba di daerah Kediri, di masa itu ia juga gial menulis terpen dan roman,
Tunjung, desa kecil yang terpencil dalam keca- yang sebagian sempat diterbitkannya dalam ben-
matan Ngadiluwih, di mana ia menumpang dalam tuk buku dan di berbagai majalah; ia berkenalan
rumah bekas kepala desa, seorang paman. Di dengan H.B. Jassin. Namun dengan aksi militcr
sana ia tinggal sampai akhir masa Jepang, me- pertama pada 21 Juli 1947 pekerjaan Pramoedya
nyaksikan kemiskinan rakyat di Jawa yang makin terpaksa dihentikan, dan dua hari kemudian ia
terperas oleh penjajah baru. ditahan oleh marinir Belanda dalam suatu peng-
gerebegan. Ia dianggap berbahaya clan tanpa pro
Pada tanggal 23 Agustus 1945 bam terdengar ses hukum apa pun ia kemudian dipenjarakan di
berita di desa Tunjung bahwa telah terjadi pcr- Bukitduri; beberapa kali ia disumh melakukan
ubahan besar: serdadu Heiho dan Peta pulang ke kerja paksa di Pulau Damar. Bam dalam bulan
desanya. Pramoedya cepat berangkat ke Nga Desember 1949, pada akhir penjajahan kota
diluwih, di mana ia mendengar tentang prokla-
masi kemerdekaan; lewat Surabaya ia kembali ke Jakarta oleh Belanda, ia dibebaskan bersama ke-
Blora untuk beberapa hari, kemudian langsung lompok Indonesia lerakhir yang masih dalam
berangkat ke Jakarta lagi. Di ibu kota Pramoedya penjara itu.
ikut "menyaksikan kota yang mati karena pendu-
dukan Jepang tiba-tiba menjadi hidup"; rapat rak- Tampaknya akan lerbuka zaman bahagia bagi
sasa di bagian tenggara lapangan Merdeka (pada I'ramoedya: gelagalnya baik-baik saja. Upacara
zaman Jepang namanya lapangan Ikada) pada penurunan bendera triwama di depan Islana Mer-
tanggal 19 September 1945 yang dihadirinya dc-ka untuk selama-lamanya dan penaikan dwi-
sangat mengesankan sebagai manifestasi sema- warna Republik Indonesia yang dihadirinya ber
sama tunangannya pada akhir Desember 1949,
sebagai hasil pengakuan kedaulatan Indonesia
oleh pihak Belanda, merupakan pengalaman
yang amat mengharukan. Laiu ia mengalami ke-
kalam - edisi6,1995
r i: E u w
jutan besar mendengar bahwa roman I'erburuan 1953). Namun sekembalinya ke Indonesia hidup
nya makin karut-marut; perkawinannya gagal
yang ia lulis dalam penjara meraih hadiah pertama karena ia tidak sanggup lagi memelihara keluar-
dalam sayembara roman Balai Pustaka, apalagi
ganya, sehingga ia diusir dari mmahnya. Dalam
karena ia sendiri tidak tahu bahwa roman itu dunia sastra ia juga tefiibal dalam berbagai per-
tentangan dan percekcokan. Kesimpulannya ma
diajukan pada sayembara itu. Jumlah uang yang ia kin jelas: revolusi sebenarnya gagal dan kemer
terima sebagai hadiah, seribu gulden, pada masa dekaan hanya kemerdekaan semu dan sia-sia,
itu merupakan semacam harta kamn, yang me- sebab yang menikmati hasil perjuangan rakyat
mungkinkannya kawin dengan tunangannya; ni- hanya kalangan kecil: politisi dan orang kaya
kahnya dilangsungkan pada tanggal 13 Januari bam, sedangkan rakyat sendiri makin menderita.
Kksistensi mental dan fisiknya telah mencapai na-
1950. dirnya; dan ia sadar bahwa krisis lahir-batinnya
lidak hanya krisis pribadinya; sebagai pengarang
Namun kebahagiaan itu segera mulai me- ia mencerminkan masyarakatnya, kekacauannya
nguap. Mencari nafkah bagi pengarang di Jakarta membayangkan kekalutan bangsanya, dalam kon-
yang kacau-balau ekonominya ternyata sukar;
memang Pramoedya masih beruntung mendapat flik antara nilai-nilai lama dan tuntutan zaman
pekerjaan sebagai redaktur Balai Pustaka sejak I bam.
Mei 1950, namun pada hari berikulnya ia di-
panggil puiang ke Blora karena ayahnya sakit Akhirnya Pramoedya berhasil mengatasi krisis
parah dan beberapa minggu kemudian mening mental itu, berkat perkawinannya dengan Mai-
gal. Dan sekembalinya keJakarta Pramoedya ma munah, pada tahun 1955, dan sebagai akibat kun-
jungannya ke Peking, pada bulan Oktober 1956,
kin kurang senang di Balai Pustaka, antara lain untuk "menghadiri peringatan ke-20 meninggal-
karena gajinya sebagai orang "non-ko" jauh lebih nya Lu IIsun, yang dianggap sebagai GorkiTiong-
rcndah dibanding dengan pegawai "ko" yang kok". Di Tiongkok ia mendapat kesadaran ideo-
sudah masuk kerja di zaman Belanda. logi yang lebih nyata dan kepercayaan diri atas
tugas dan pcrannya sebagai seniman. Sejak masa
Pada akhir tahun 1950 ia berhenti sebagai itu hidupnya mendapat perspektif bam; tetapi
pegawai dan mendirikan kantor berita dan sastra dalam rangka esai ini masa sesudah waktu itu ti
dak relevan lagi.
sendiri, dengan nama Literary and Features
II Hulu dan hilir
Agency Duta. Namun ikhtiar
Dalam ilmu sastra, khususnya oleh aliran
itu tidak berhasil, hidupnya strukturalisme, sering dikemukakan pendirian
bahwa biografi pengarang tidak penting atau
makin susah karena kesulitan
relevan untuk pemahaman dan penilaian karya
keuangan. Beasiswa yang di-
perolehnya dari Yayasan Ker- sastra. Mcnurut pendirian itu peneliti hams me-
musalkan perhatian sepenuhnya pada stmktur
jasama Kebudayaan Belanda karya itu, mengupasnya sebagai keselumhan di
untuk Ixilajar selama satu ta mana segala anasir berkaitan satu sama lain tanpa
hun di Nederland juga mem- peril] diperhatikan bahan-bahan atau faktor-faktor
bawa kekecewaan besar, di luar karya itu.
sebab di Nederland ia seakan- Strukturalisme memang penting dalam arti
bahwa pendekatan holistis pada karya sastra
akan "memasuki sebuah peti-
mati, karena suatu kontras an
tara negerinya sendiri yang se-
dang menjadi dan mencari
l>entuknya dengan negeri Be
landa yang sudah jadi". Ia
hanya tahan setengah tahun di
Nederland (juli-Desember
kalam - edisi 6,1995
JHVOIUS, INDQNESU DAIAM 1MA^INASIPR AM0FnYAANANTA T0ER
n>ut.ak perlu; pemahamannya memerlukan pe- hulu berkembang menjadi kenya.aan hilir, apakah
ngupasan •ntnns.ksetepa, dan sedetail mungki, faktor-faktor yang mengembangkan a.iran yang
Tetap, ,tu t.dak berart, bahwa aspck luar tidak pada awalnya sering kecil menjadi sungai yang
menar.k atau kurang penting. Di tempa, Iain telah hebat: faktor luar (peristiwa pribadi pengarang
d-papas pro dan kon pendekatan stmkturalis pa- maupun keadaan sosio-politik di luarnya) mau
da kPaerny1dasmasatnra.P2ramoedya tentang hubungan karya dp_iu„a_nn ,flau,ka.troritu.b,alpmiki(.rtaanngdgaanparnenpuennggaanrnaynag, ad' taans
sastra dengan aspek luarnya cukup jelas diurai- susnya imajinasinya) keja-
khu-
kannya dalam dua tulisan yang diterbitkan pada Bagaimanapun, dalam perkaryaan* Pramoe-
tahun delapan puluhan. Dalam pengantarnya pa- dya hampir selalu terdapa. kaitan dengan kenya-
da roman Hikayat Siti Mariah, yang di.ulis oleh laan hulu yang kongkret: peristiwa terten.u yang
Haji Muk.i di sekitar 19103, Pramoedya menjelas- dialaminya, tokoh-tokoh yang pernah ditemu-
kan vsinya terhadap kaitan antara "kenyataan kannya, kejadian yang didengarkannya beritanya
yang pernah terjadi" dan sastra sebagai berikut: dan temtama dalam roman dan cerita sesudah
"hikayat adalah hikayat dan kenyataan adalah 1956 fakta-fakta sejarah yang digalinya dari ber-
kenyataan. Kenya.aan adalah kebenaran hulu. bagai macam sumber. Maka tak heran pula bagi
Dalam tanggapan pengarang ia menjadi kenya- Pramoedya kaitan antara kenyataan hulu dan hilir
taan atau kebenaran hilir |...| yang terolah dengan walaupun keduanya berbcda secara prinsip na-
sejumlah kekayaan dan kemampuan ba.in si mun hams ada bagi pemiifcan yang baik. Hal itu
pengarang bersangkutan, dan tentu saja tak dapat menjadi jelas dalam esainya yang mahapenting
dilupakan, daya imajinasi (...) Membaca sastra tak mengenai proses kreatif dalam penciptaan roman
lain dari membaca kebenaran hilir, kemampuan Perburuan dan Keluarga Gerilya^
ba.in dan daya imajinasi pengarangnya." Dengan panjang lebar dan sangat jujur dan
Visi ini ada konsekuensinya bagi pembaca berani Pramoedya menguraikan bagaimana ia
sastra: "membaca karya sastra adalah membaca menghayati proses kreatif sebagai proses "yang
ideologi pribadi pengarangnya, sejauh ideologi semata-mata bersifat individual, yang bisa terjadi
berarti dunia prinsip, dunia yang sedang dan telah hanya setelah terben.uk mistikum sebagai con-
memilih dan memihak sesuai prinsip-prinsip yang ditto sine qua mm. Mis.ikum, kebebasan pribadi
dipegangnya atau sedang dibinanya."" Membaca yang padat (condensed), yang melepaskan pri-
karya sastra bagi pembaca berarti konfrontasi badi dari dunia di luarnya, yang membikin pribadi
dengan pendirian, anggapan, interpretasi tentang tak terjamah oleh kekuasaan waktu, suatu konclis,
kenyataan, realitas. di mana vang aila hanya ^ pribac|i da,am
V.s. ini juga berarti bahwa pada awalnya karya hubungan antara kawula dengan Gusti dengan
sastra selalu ada kenyataan hulunya, seperti da- bukli kegustiannya. tertampillah sang krealoi
lam hal sungai yang muncul pada mala air di dengan Kreator melalui pernyataan-pernyataan-
hulu. kemudian mengalir, akhirnya mencapai nya."7 Pengalaman mistik ini dikemukakan dalam
muaranya di hilir. Tanpa kenyataan sumber di hubungan dengan penciptaan Perburuan yang
hulu tidak ada sungai di hilir, entah berapa beda- datang sebagai semacam pencerahan dan pembe-
nya antara dua kenyataan i.u. basan dalam krisis kejiwaan yang sanga( pa|. (||
Itu berarti kita tidak boleh mengambil sikap waktu Pramoedya berada dalam tahanan Belanda,
tak peduli terhadap kenyataan hulu yang melan- keiika "memang sengaja aku hendak bunuh diri
tarkan terjadinya kenyataan hilir suatu roman atau dengan p'aiiraga". Patiraga itu adalah "pesangon
cerita. Biasanya cukup sulil, kalau tidak mustahil, dari ibuku sebelum pergi ke alam baka [...], yang
untuk melacak secara tepat bagaimana kenyataan hanya boleh dipergunakan di waktu krisis jiwa
kalam edisi 6,1995
A . T EEUW
melanda lanpa dapat diatasi."8 Penemuan misti- luarkan dari kantong pesangon." Namun ternyata
kum dalam proses penciptaan Perburuan mem- data yang dapat dikumpulkan tentang tokoh Wa
bebaskannya dari krisis itu. hab sangat terbatas. Dan di samping kekurangan
data masih diperiukan sesuatu yang lebih hakiki
Kemudian dalam proses penciptaan Keluarga untuk menciptakan karya sastra: "maka imajinasi
Gerilya penulis menemukan bahwa "misiikum diperiukan untuk merangkaikan satu dengan lain
sebagai conditio sine qua non dapat dibuat ada data dalam pesangon untuk dapal mendudukkan-
melalui jalan yang rasionah pembebasan dirinya nya dalam kondisi, situasi, dan posisi yang layak
sepenuhnya dari kekuasaan sang daging atau nalar."11 Dan sudah tentu diperiukan "dukungan
kuda tunggangan menumt ajaran Pak Poeh, se-
hingga yang ada hanya si pribadi dengan dirinya teknis", peralatan naratif yang selalu hams terma-
sendiri dalam kebebasan yang padat. Jalan ini suk kelengkapan pengarang. Pramoedya menje-
memang menuntut disiplin diri tanpa kom- laskan sumber-sumber yang membantunya me-
promi."9 ngembangkan bakatnya: karya-karya Steinbeck,
Saroyan, Idms, Zielens yang "menjadi semacam
Tetapi dalam proses penciptaan kedua roman cangkul, sekop, tang, atau martil; alat tcknik un
ini kenyataan hulu bukan tak penting. Perburuan tuk memungkinkan lahirnya novel tersebut."'2
yang "sepenuhnya didorong oleh semangat I...]
anti militerismc Jepang" dan sebagai timbang- Dengan cara lain pun Pramoedya mcrumus-
annya "semangat patriotik", berdasarkan penga- kan prinsip antara keterkaitan kenyataan dengan
lamannya sendiri pada masa itu dan cerita-cerila fiksi. Dalam esai yang sudah beberapa kali dikutip
yang didengamya tentang "kekejian dan kega- ia menceritakan bahwa setting untuk roman Per
nasan [masa itu yang] bam pertama kali masuk buruan diambil dari Blora, sebab di sana ia men
sebagai data dalam diriku dan menggugah pera- dapat tantangan untuk roman itu setelah menyak-
saan benci, muak, jijik", yang demikian intensif sikan pertunjukan sandiwara Indonesia merdeka
sehingga "Kekuasaan sang waktu tidak mampu yang dipentaskan oleh rombongan setempat pada
menghapuskannya."10 Kata "data" di sini cukup akhir Agustus 1945, yang hanya seperempat jam ia
karakteristik. Dan juga dalam uraian mengenai kuat mengikutinya karena jeleknya. Tetapi masih
penciptaan Keluarga Gerilya lernyala Pramoedya ada alasan lain mengapa roman itu dilx;rikan latar
mencari data dalam kenyataan sebagai "pesa- Blora: "setting sangat diperiukan untuk membe-
ngon" untuk penciptaan karya fiksi itu. Tidak rikan mang yang meyakinkan bagi cerita itu untuk
hanya pengalamannya pribadi dan situasi umum dapat berlangsung dengan mantap."13
di Jakarta pada masa gerilya kota melawan pen-
jajah Belanda berlangsung yang dimanfaatkannya Prinsip itu sesungguhnya l>erlaku untuk prak-
untuk penulisan roman itu. Proiagonisnya meng- tis seluruh perkaryaan Pramoedya. Fntah secara
ambil model pemimpin rombongan anak Betawi sadar roman-roman dan cerita-ceritanya hampir
yang menggabungkan diri dengan seksi yang di- semuanya mempunyai latar nyata yang memung
komandoi Pramoedya, namun kemudian dilcpas kinkan ceritanya "berlangsung dengan mantap".
dari kemiliteran karena Ixrbagai intrik. Sebagai IIal itu secara khusus benar bagi karya awal yang
tukang becak ia meneruskan gerilya, dilangkap menjadi pokok karangan ini.
Belanda lalu dihukum mali. Pramoedya merasa
Wahab diperlakukan kurang adil, bahkan ia sen Ill Rcvolusi dalam imajinasi
diri merasa salah dalam hal ini. a. Pembebasan 'Perburuan'
Maka itu Wahab mau dijadikan protagonis da Perburuan segera mendapat sukses besar
lam roman tentang gerilya kota: "Data-data yang dengan meraih hadiah pertama dalam Sayembara
cocok untuk itu melalui pencetan tombol dike- Sastera Balai Pustaka 1949, berkat jasa H.B. Jassin
yang mengikutsertakannya dalam perlombaan itu
REVOLUSl INDONESIA DALAM IMAJINASI I'RAMOEDYA ANANTA TOE
tanpa diketahui pengarangnya.M Dengan demi proses batiniah menjadi orang lain. Hardo secara
kian nama Pramoedya sebagai pengarang lang- sempurna mewakili stereotip Jawa tentang se
sung mulai berkibar. orang arif yang berkat pertapaannya mencapai
Protagonis roman ini bemama Hardo, seorang keadaan suci, lepas dari keduniaan. Pertapaannya
pejuang bawah tanah pada akhir jaman Jepang, di gua Sampur lermasuk motif mitologi Jawa yang
yang sudah lama diburu-buru oleh tentara pen- umum diketahui, demikian pula penemuan sum
jajah. Sahabat akrabnya dalam pemberontakan ber air panas, yang terbit dari batu kapur yang
yang terpaksa ikut bersembunyi bemama Dipo; keras dalam gua itu. Hal itu mengingatkan pada
teman lain lagi, bernama Karmin, dulu ikut ber- cerita mengenai maulhayat (air kehidupan) ter-
juang, namun temyata ia mengkhianati cita-cita sembunyi yang dicari baik oleh Bima, pahlawan
bersama dan ikut Ixrsalah atar. kematian sesama wayang yang tak gentar, maupun oleh maharaja-
pejuang lain. Hardo Iwrtunangan dengan Ningsih, hulubalang Islam Iskandar Dzulkamain.
anak perempuan lurah Kaliwangan, yang ber- Dalam Perburuan baik sang ayah, maupun
ikhtiar untuk menyerahkan calon menantunya putranya dekat mata air itu menemukan pence-
yang membahayakan kedudukannya kepada po- rahan yang membebaskan, walaupun pembe
lisi Jepang. Ayah Hardo sendiri, seorang mantan basan ayah Hardo bedainan sekali dengan hikmat
wedana, telah lebih dahulu dipecat Jepang, lan- yang dilemukan anaknya dalam gua. Ilardo mem-
taran kegiatan bawah tanah anaknya; ibunya telah peringaikan ayahnya bahwa ia membeli kebe-
meninggal, diakibatkan segala macam kesedihan basannya dengan ketakbebasan lain, yaitu keter-
dan kesusahan. pasungan pada meja judi. Tetapi pada zaman gila
Realistisnya latar cerita ini tidak hanya jelas ini manusia hams memilih antara "pembebasan
dari tempatnya, melainkan juga dari waklunya. ke bawah" yang menjadi pilihan sang ayah, atau
3 Peristiwa-peristiwa dalam cerita berlangsung pada "pembebasan ke atas" yang diikhtiarkan si anak.
a tanggal 16/17 Agustus 1945; ketiga protagonis Motif "zaman gila" atau "zaman edan" juga mem
a laki-lakinya dahulu adalah shodancho, bintara da pakan unsur kejawen yang khas.
h lam Peta, Pembela Tanah Air, tentara pembantu Demikian pula roman ini padat dengan anasir
r yang didirikan Jepang. Mereka nampaknya ter- dari dan mjukan pada wayang, misalnya dalam
libat pemberontakan Peta terhadap Jepang. Be- bab dua, percakapan antara Hardo dengan ayah
narlah anggapan Aveling bahwa ini mempakan nya yang bingung menghadapi peran anaknya
mjukan pada pemberontakan Peta Daidan Blitar, sebagai pertapa, sedangkan bagi dia anaknya
pada malam 15 Februari 1945.15 hams jadi satria. Hardo memang membayangkan
a Stmktur plotnya sederhana. Roman ini terdiri Arjuna, dalam tiga aspeknya yang diketahui dari
ir atas empat bab, tiga di antaranya temtama berisi wayang: pahlawan yang sekaiigus pertapa, na
dialog yang panjang lebar; dalam bab pertama mun terkenal pula sebagai mahapencinta wanita.
kita membaca percakapan Hardo dengan bakal Dia selalu didorong oleh cinta yang tak tertahan
mertuanya; bab kedua adalah pertemuan antara lagi bagi kekasih abadinya, Subadra, yang di sini
Hardo dengan ayahnya, sedangkan bab ketiga diwakili oleh Ningsih.
menyajikan semacam laporan tentang konfrontasi Dalam bab tiga tipologi wayang para prota
antara Hardo dan Dipo. Kemudian bab akhir gonis dikembangkan lagi, khususnya dalam per
menceritakan pclcraian yang dramatis. temuan Hardo dengan Dipo. Jelas Dipo adalah Bi
II Dalam berbagai hal buku ini bersifai khas ma, kakak Arjuna, manusia adikuasa, yang hanya
•a Jawa, bahkan kejawen. Sifat itu temtama menjadi kenal satu hukum: perang, dalam hal ini perang
in nyata dalam tokoh Hardo, bekas pejuang dengan melawan Jepang. la tidak dapat menerima ke-
u senjata, yang berkat sejumlah pengalaman dan lembutan Hardo. Sangat tajam perbanlahan mere-
kalam edisi6,1995
T F. e u w
ka tentang Karmin, bekas teman seperjuangan. Di inilah oleh pengarang diakui sebagai manifeslasi
sini pun a.-.osiasi dengan wayang jelas: Karmin pertama penghayatan mistik kepcngarangannya.
adalah Kama, yang memainkan perang laksa da
lam perang Barata. Bab empat membuktikan ke Perjuangan Hardo pada hakekatnya juga per
juangan pengarang yang lewat karyanya mencari
benaran pendapat Hardo tentang keloyalan Kar jawa ban atas pertanyaan hidup yang esensial.
min. Karmin sendiri ternyata satria. Ia sangal sadar Kemurnian dan keutuhan yang mudak tak ter-
akan dosanya, dan bersedia berbuat apa saja un capai, namun hal ini tidak berarti bahwa per
tuk membantu sahabat-sahabatnya, namun seka juangan tidak ada maknanya dan kita tinggal me-
iigus ia bersedia menebus dosanya dengan kema- nerima saja keedanan zaman, atau terpaksa mela-
tian. Akhirnya Arjuna menang atas Bima: kewi- rikan diri ke pembebasan ke bawah, ke keko-
bawaan Hardo lebih kuat dari kekerasan Dipo, songan perjudian tanpa tamhan. Memperjudikan
nasib dan umur adalah perlu dan baik, asal saja
dan Karmin diselamatkan. taruhannya sesuai: pembebasan dari penindasan,
kebebasan bagi individu dan bangsa.
Tidak hanya tokoh-tokoh dalam cerita ini
adalah tokoh wayang. Stmktur roman pun me- Bagi cita-cita itu patut kita berjuang, mende-
nunjukkan ciri-ciri sebuah lakon. Dalam tiga bab rita, bahkan mati. Namun kesetiaan, cinta, kema-
pertama umtan adegan yang temtama terdiri atas nusiaan adalah nilai yang lebih tinggi lagi, dan
dialog-dialog cukup tipikal. Bab akhir menunjuk- barang siapa mengorbankan norma-norma itu de-
kan kemiripan dengan gara-gara, adegan wayang mi perjuangan fisik untuk kemerdekaan jelas ber-
yang dicirikan oleh kegegeran hebat dalam alam; laku salah. Menulis adalah memperjuangkan nilai-
segala macam peristiwa yang gawat dan berba- nilai kemanusiaan; menulis menuntut pertapaan,
haya terjadi sekaiigus. Maka timbul kekacauan meraih pemahaman tentang nilai-nilai eksistensial
besar di kalangan orang Jepang; sebelum mereka yang mengatasi ideologi politik dan nasional,
menyerah masih terjadi tembak-menembak, dan dengan melepaskan sukses cepat yang murahan;
akhir ceriianya cukup tragis, khususnya nagi Har
do, sebab peluru terakhir membunuh tunangan- menulis menuntut tamhan total. Dibaca demikian
nya, Ningsih.
roman ini, seperti kebanyakan karya Pramoedya,
Apakah buku ini memenuhi pretensi yang jauh menjadi evokasi, pencitraan kenyataan Indonesia,
kemudian diucapkan oleh pengarang, yaitu hams sebuah moment opname dari peristiwa kritis,
merupakan "cerita yang bersemangat anti-Jepang, yang terikat pada waktu dan tempat tertentu, te
patriotik, ditutup dengan proklamasi kemerdeka tapi yang sekaiigus menjadi pengabadian nilai dan
norma yang terlibat di dalamnya. Jelas pula pe
an"?16 Tentu roman ini bersifat anti-Jepang, dalam ngarang mengidentifikasikan diri dengan prota-
gonisnya Hardo, dan lewat dia dengan citra tanah
arti bahwa kesewenang-wenangan dan tirani air dan bangsa yang ditimbulkan oleh cerita ini:
kekuasaan penjajah menjadi nyata bagi pembaca, ini citra dia, dalam segala arti kaia iiu.
lewat perlakuan terhadap rakyat setempat yang
bengis. Namun ini bukan roman aksi, perlawanan b. Pejuang di garis depan
heroik, kepahlawanan, kemenangan dalam arti Dalam bagian ini akan dibicarakan dua karya
militer-politik. Sebaliknya ini sebuah cerita kon-
templatif. Tokoh utama, seusai kegiatannya dalam yang berlatarkan situasi pejuang kemerdekaan di
perlawanan fisik, mencapai kearifan yang lebih garis depan. Tetapi kedua tulisan ini pun tidak
tinggi, lewat pertapaan dan meditasi, dan mene- menekankan aspek fisik dan militer perjuangan,
mukan bagi dia sendiri dan bagi orang lain tolok melainkan aspek moral, pergulatan batin prota-
ukur moral untuk menguji kehidupan dan tingkah gonisnya — dan sekaiigus Pramoedya sendiri.
laku setiap manusia. Tidak kebetulan justm roman
10 kalam - edisi(>, 1995
"
REVOIUSI INDONESIA DALAM IMAJINASI PRAMOEDYA ANANTA TOER
Cerpen Dendam terbit pada tahun 1950, dalam kebebasan, juga dalam otaknya." (hlm.65). Tetapi
kumpulan tiga cerpen, berjudul Subub, yang
kemudian beberapa kali diulang cetak. Bentuknya ia tahu pula bahwa ia memungkiri kemanusiaan
cerita aku, yang strukturnya cukup sederhana, dengan tetap menjadi penonton saja, tanpa mem-
dan yang situasinya dalam waktu dan mang dapai bela nasib haji yang sengsara itu. Kemanusiaan
lidak bemilai apa-apa kalau tidak disertai kebe-
dflcenal kembali. Latamya adalah salah satu mar- ranian. Dan seorang pengecut sebenarnya juga
kas tentara dekat Jakarta, dan plotnya berkem- pengkhianat, sebab dia pun memungkiri kema
bang dalam bulan November 1945. Urutan waktu nusiaan.
disajikan dengan cukup tepat: ceritanya terdiri Judul Dendam, yang memjuk pada kematian
atas tiga bagian; bagian kedua dan ketiga diberi haji sebagai kasus membalas dendam, seperti
penjelasan "hari ketiga" dan "hari ketujuh". Dalam dikatakan oleh prajurit yang akhirnya meniadakan
bagian pertama kita membaca mengenai peng- kekebalan haji dan membunuhnya, sangat tepal
alaman si pcncerita setibanya di pangkalan itu, di bagi ceriia ini. Pembunuhan haji adalah puncak
mana ia kebetulan hadir pada keberangkatan pengalaman ngeri pencerita selama minggu ini,
suatu kompi ke garis depan; dalam bagian kedua dan menetapkan kelemahan had dan "lemas
ia menyaksikan kembalinya kompi yang kalah rasa"-nya. Kata dendam termasuk suasana yang
dengan banyak pejuang yang gugur. Dalam
bagian ketiga, yang lerpanjang, ia melihat dengan sama negatifnya dengan kata lain dalam cerita ini
mala kepala sendiri bagaimana seorang haji yang yang menunjukkan keedanan zaman, seperti ma-
terbukti pcngkhianat mendapat ganjaran yang
patut dan dibunuh secara mengerikan. buk, buas, bodoh, gila, bahkan prajurit sendiri.
Dendam, sebagai pengertian yang negatif,
Pencerita sendiri dalam kaiima. pertama me-
amanusiawi, destruktif terdapat pula dalam be
ngatakan apa yang akan disajikan: "cerita tentang berapa cerita lain, yang ditulis pada waktu yang
kelemahan perasaan seorang manusia. Dan ma
bersaniaan dengan Dendam. Dendam meng-
nusia itu ialah diriku sendiri." Kalau kita membaca
cerpen ini dengan cermat temyata keterangan itu
cocok. Pencerita mencapai tujuannya: pembaca
merasa terlibat dalam rasa kesangsian, kerancuan
dan ketegangan moral protagonis, ketika untuk
pertama kali dalam hidupnya ia diperhadapkan
dengan kenyataan fisik peperangan dan revolusi.
Untuk si aku pun hukum mati bagi haji sama
sekali adil dan patut, namun ia makin sadar pula
bahwa pembunuhan manapun, bahkan pembu-
nuhan demi kebajikan revolusi atau sebagai pem-
balasan dendam yang sepantasnya, pada hakekat-
nya tak bermakna, bodoh, bahkan jahal, dan bah
wa tentara bukan tempatnya, sebab perang dan
pembunuhan selalu mempakan pelanggaran ter
hadap kemanusiaan,1* puncak kebebelan dan
kebuasan manusia. Perang dan kemanusiaan tak
dapat diperdamaikan satu sama lain, walaupun ia
tahu: "Sesungguhnya ini bukan pikiran prajurit.
Ini pikiran manusia. Dan tiap manusia ingin
kalam edisi 6, 1995
11
A . T E E II W
hancurkan kemanusiaan dan keindahan, meru- tempat cita-cita kemajuan tumbuh." (him. 36)
pakan lawan kata (peri)kemanusiaan.19
Sangat berartilah di sini dikatakan cita-cita kema
Dalam roman Ditepi Kali Bekasf0 kita ber- juan ditinggalkan. Kemajuan merupakan istilah
jumpa dengan pemuda lain, kali ini bukan ano- khas pada masa sebelum perang, yang dalam
nim tetapi bemama Farid, yang cerilanya berbeda alam jajahan Indonesia digunakan oleh cende-
dan diriwayatkan dengan cara bedainan pula. kiawan muda bagi tujuan mulia yang mereka cita-
Namun cerita ini pun diberi latar geografis yang cilakan. Dan tujuan itu dapat dicapai, bukan
nyata dan dapat dikenal dengan jelas, sedangkan dengan jalan perjuangan fisik, melainkan dengan
plotnya berlangsung dalam waktu awal revolusi. pendidikan — yang sudah tentu pada masa itu
Roman ini bertumpuan pada pengalaman' pribadi berarti pendidikan Belanda.23 Di sini dikatakan
pengarang. Hal itu jelas pula kalau ceritanya dengan jelas bahwa cita-cita kemajuan termasuk
dibandingkan dengan catatan riwayat diri yang masa lampau. Mereka sekarang pergi ke Cikam-
disusun pengarang pada tahun 1959, khususnya pek, "kola perjuangan" (him. 37). Revolusi me
mengenai masa antara Oktober 1945-Juli 1946.21 mang juga perjuangan antarangkatan. Angkatan
tua diwakili oleh ayah Farid, bekas prajurit KN1L,
Plotnya dimulai pada bulan Oktober 1945: yang dulu ikut berperang dengan Belanda mela
Farid berpamitan dengan ayahnya yang tua, yang wan rakyat Aceh dan yang masih letap mem-
tidak mengerti mengapa anaknya mau ikut serta punyai mentalitas huduk khas kolonial.
dalam tentara kemerdekaan dan meninggalkan-
nya sendirian. Farid lK-rangkat dari Jakarta, dalam Yang mengikat pula dalam roman ialah hu
kereta api ia menemukan sahabatnya Soerip dan bungan antara pemuda dan pemudi, pertama-
Amir dan lewat Bekasi mereka sampai di Cikam- tama antara dua sahabal Farid dan Soerip dengan
pek. Di sana mereka mendaftar sebagai tentara. gadis Nanny. Farid dan Soerip bertentangan
Amir, yang pada masa Jepang sudah mendapat wataknya. Farid orang serius, jujur, berani, setia,
pengalaman militer, cepal dikirim ke garis depan sedangkan Soerip periang, namun sebenarnya
dan gugur dalam aksi yang berani dan tabah. pengecut. Hubungan antara mereka mengalami
Farid juga cukup cepat ikut aktif dalam perang, krisis yang cukup gawat, namun kemudian Soerip
dan buku ini selanjutnya meriwayatkan penga- bertobat, menjadi sahabal loyal lagi, gembira dan
lamannya pada garis depan dan di tempat-tempal tidak angkuh, yang sampai lahap akhir terdapat
di mana ia diinapkan, pergaulannya dengan sesa- dalam garis depan bersama Farid, selaku perwira
ma prajurit, tanggapannya atas hubungan-hu- penghubung. Tetapi persahabatan mereka dikom-
bungan dalam tentara serta perilaku manusia- plikasikan oleh kehadiran Nanny, gadis Indo yang
manusia dalam masa awal revolusi yang genting. mati kedua orang tuanya dan memihak pada Re-
publik. Dulu Nanny bertunangan dengan Amir;
Dalam sebuah karangan yang mengesankan sesudah Amir gugur Farid dan Soerip keduanya
Keith Foulcher menunjukkan betapa roman ini menawarkan diri sebagai pelindungnya. Farid
berdasarkaii pemuda ideology, ideologi pemuda yang bagi Nanny seorang adik, mendapat kesan,
revolusi.22 Farid mewakili angkatan muda; bagi Soerip telah berhasil memikat hati Nanny, apa lagi
angkatan ini memperjuangkan kemerdekaan ta ketika lernyata bahwa Nanny tinggal sckamar de
nah air dan bangsa Indonesia mengatasi segala ngan Soerip. Namun berangsur-angsur Farid mulai
sesuatunya; aspek hakiki perjuangan itu ialah sadar ia sendiri sepenuhnya mengambil tempat
membela rakyat dalam penderitaan dan pengor- Amir dalam hidup Nanny. Bagi Nanny Farid
banannya. Untuk melakukan perjuangan ilu pe memang pemuda ideal, pahlawan palriotik yang
muda hams berkorban banyak. Pada akhir bab dalam hatinya mengambil tempat Amir alinarhum.
pertama dikatakan bahwa ketiga pemuda revo- Dan bagi Farid Nanny juga perempuan ideal,
lusioner "meninggalkan kola Jakarta — kota
12 kalani - edisi d. 1995
REVOLUSI INDONESIA DALAM IMAJINASI I' RAMO E D YA ANANTA TOER
-) mungkin malahan sebagai pengejawar.tahan komandan kompi kepada prajurit yang berangkat
I- Indonesia. Cinta mereka murni suci, dan hams ke garis (him. 62). Wejangan semacam itu kepada
h tetap demikian, khususnya di masa perang, sebab prajurit front sebenamya sudah mengisyaraikan
n menumti hawa nafsu membawa sial bagi prajurit. Keluarga Gerilya dengan pesan moralis yang jauh
;- Motif ilu, khusus dalam kaitan prajurit yang ma Irbih eksplisit.
I- suk perang diketahui pula dari karya sastra lain,
n misalnya dari cerpen Nugroho Notosusanto.21 Ciri c. Rakyat berjuang dan menderita
n tentang hawa nafsu sebagai dosa yang men- Pramoedya sejak masa mudanya diasuh dalam
u celakakan juga lerdapat dalam Dendam, dan akan konsep bahwa keluarga adalah "ayunan di mana
n didapati lagi dalam banyak karya Pramoedya lain. bayi kemanusiaan dilahirkan dan dibesarkan".26
k Dalam roman ini Nanny memenuhi peran Maka tidak kebetulan dalam pcrkaryaannya, ma-
1- sebagai had nurani Farid. Menumt pendapal saya salah keluarga, khususnya keluarga orang biasa
Foulcher agak negatiftentang fungsi Nanny bila ia yang berjuang tetapi juga menderita karena pe
mengatakan: "[Nannyl selalu menerima saja per- rang dan kekejaman memainkan peran yang pen
lakuan lelaki, tak mau menentukan nasib sendiri; ting. Dalam bagian ini akan dibicarakan 3 cerita:
i- padahal penentuan nasibsendiri mempakan prin Dia yang Menyerah, Blora, Jalan Kurantil No. 28
1- sip bagi watak lelaki."23 Pilihannya pro revolusi serta roman besar Keluarga Gerilya.
sebenamya sudah mempakan penentuan nasib Blora27 menceritakan lamunan seorang tahan-
j- sendiri yang sangat menonjol bagi gadis Indo; dan an Indonesia yang dibebaskan, lalu dengan gem-
i- perannya sebagai hali nurani Farid teramat pen bira berangkat ke kola kelahirannya Blora untuk
n ting, justm dalam rangka ideologi pemuda. menemui kembali keluarganya. namun kemudian
n Dari segi lain pun karya ini bersifat moralis, menghayati peristiwa yang sangat mengejutkan.
a, lewat pengamatan Farid tentang praktek per Tokoh utama Dia yang menyerah21* ialah gadis
'a juangan kemerdekaan. Perjuangan ini memang Sri, yang umumnya pada awal cerilanya bam se-
ni mempakan epos tentang revolusi mental, namun belas lahun. Isinya mengevokasi peristiwa-peris-
'P kenyataan yang diperhatikan dan dihayati Farid tiwa yang menyedih-ngejutkan yang dialami Sri
in jauh dari bersifat epik. Kompsi lxrinaharajalela, dan keluarganya sclama periode yang penuh
at juga di antara prajurit muda; ada perebulan ke goncangan, mulai dari pendaratan tentara Jepang
ra kuasaan antargolongan yang terus-menerus di di pantai Utara Jawa sampai kemerdekaan yang
n- dalam tubuh tentara sendiri. Kecemasan tentang definitif, pada awal 1950.
>8 dehumanisasi sebagai akibat perang itu bergenia Tenia dominan dua ceriia ini ialah kesengsa-
e- dalam buku ini. Perang adalah "jaman kebina- raan sosio-ekonomi dan kcmcrosotan moral ma-
ir; tangan (...], di mana pelum dipertuhan [...] Pestol nusia-manusia Indonesia, individual maupun kc-
/a menjadi lambang kebinatangan waktu itu." (him. leklif, pada masa-masa kekerasan dan pepe-
id 198), dan di mana hanya hak yang berkuasa rangan, kemiskinan dan kehilangan norma. Da
n, berlaku. lam Blora lamunan si tawanan menimbulkan
g' Sebagai wiracerita pemuda-pemuda yang gambar mengerikan ten tang keluarga yang serba
e- bangga atas kesadaran nasionalnya dan yang de rongsok dan hancur-luluh, sosial maupun moral:
ai ngan penuh keyakinan berjuang untuk kemer ayah yang menjadi gila dalam kesengsaraannya,
•at dekaan dan pembebasan dari kesewenangwe- nenek tercinta menjadi pengemis kumal; adik-
id nangan kolonial, fisik maupun mental, buku ini adik masih solider satu sama lain, namun atas
18 sekaiigus adalah panggilan untuk kemanusiaan nama kesolideran itu kemanusiaan dikorbankan
n. yang mempakan prasarana untuk kemerdekaan dengan pembunuhan adik bungsu. Wit, adik si
d, yang sungguh-sungguh, sampai-sampai ke pidato aku, yang cacat cedera, namun letap menjadi ko-
95 kalani edisi 6, 1995 13
A . T E B II W
mandan gerilya sadar apa yang terjadi dengan dia: Indonesia lain yang dikarang oleh saslrawan ber-
"Aku dendam. Dulu aku memang orang yang latar Jawa. Saya teringat akan cerita Umar Kayam
punya perikemanusiaan. Aku suka memuja kein- yang mempesona, berjudul Sri Sumarab (nama
dahan. Tapi bangsai-bangsat itu membuat aku tokohnya!) atau akan roman Arswendo Atmowi-
begini dan mukaku dituangi air keras. Dan aku loto Canting.29
diajari lak segan-segan berbuat begilu pula lyaitu
membunuh adik bungsunya sendiri]1 (him. 23). Dalam dua cerita ini kita mclihal poiret yang
Tidak ada tempat lagi bagi perasaan kasihan: muram dan menyedihkan lentang keluarga cacat,
"Hilangkan perasaan kasihan [...] Darah rakyat yang membayar mahal untuk kemerdekaan, da
mulai berjalan, menderita sakit dan miskin. Kini lam dunia yang penuh ketakadilan, kekerasan dan
datangnya pembalasan. Kita yang menjadi Hakim. perebutan kekuasaan. Dengan pemotretnya yang
[...] Jiwakau tak ada harganya sekepeng pun di- keterlibatannya dalam kedukaan, kesengsaraan,
bandingkan dengan beribu-ribu penduduk gu- ketakadilan menjadi jelas sarnpai-sampai ke da
nung dan dusun terpencil yang tak berdosa dan lam semua ditil dan yang sendirinya menjadi bagi
yang hams mati untuk sandera." (him. 24). Se- an gambar itu, sebagai anggola keluarga yang
luruh cerita ini, dengan gaya naratifnya yang amat hancur luluh, sebagai bagian dunia yang cacat.
emosional, mempakan icriakan kengerian tentang
kehilangan nilai dan ukuran kemanusiaan yang Cerita berjudul Jalan Kurantil No. 28, mung
paling elementer. kin sekali dilulis pada waktu yang bersamaan
Dalam Dia yang Menyerah keterlibatan sosial dengan Keluarga Gerilya.^" Ceriia ini mendekati
dan moral tak kurar.g kuat, namun kita meng- masalah penderitaan yang diakibatkan oleh pe
hayatinya secara bedainan, karena ragam cerila
nya yang bcrbeda. Kita menyaksikan kemntuhan rang dengan segala konsekuensinya dari segi le-
Suatu keluarga sebagai obyek dan korban umtan laki yang hams membayar harga yang terlalu ting
peristiwa-peristiwa sejarah. Tetapi kemntuhan ini gi untuk ikut sertanya dalam perang kemerde
tidak total, sebab dua gadis Sri dan Diah berhasil kaan. Tokoh utamanya bekas gerilyawan, Mah-
mempertahankan norma-normanya di tengah- mud; sesudah empat tahun ditahan ia dilepaskan
tengah dan sepanjang segala musibah dan ke- dari penjara Belanda. Berjam-jam ia mengembara
sengsaraan, dengan satu-salunya senjata yang mengelilingi Jakarta dalam keadaan hancur total,
tinggal: menerima, menyerah. Dalam konteks Ja fisik maupun rohani, penuh kebencian terhadap
wa menyerah bukanlah landa kelemahan moral kehidupan dan dunia. Akhirnya ia tiba di dekat
atau kepenakutan. Menyerah adalah cara untuk bekas mmahnya, di mana ia pernah hidup ber-
memperjuangkan survival tanpa meninggalkan bahagia bersama Marni, istrinya yang muda. Na
prinsip moral atau kemanusiaan. Pada akhir cerita mun pada awal masa revolusi nimah itu dimus-
Sri sendiri menjelaskan bahwa menyerah adalah
satu-satunya cara melangsungkan hidup tanpa nahkan, dan ia sendiri dilawan. Ia berhenti di
kompromi moral: "Biarlah bajingan-bajingan tetap
jadi bajingan. Biarlah yang baik tetap baik. Kita depan nomor 28 dan melihat mmah bam yang
berlima menyerah pada keadaan. Ya, kita me kini didiami oleh seorang tukang glinting rambut,
nyerah. Dan tiada gunanya lagi kita memberon- yang ternyata sahabat lamanya, Mamat, yang ke-
betulan keluar dan mengenalnya kembali. Dari
tak." (him. 340). percakapan mereka ternyata Mamat, yang dahulu
sungguh-sungguh yakin bahwa Mahmud telah
Memang nonna dan nilai Jawalah yang mere- meninggal, menikahi bekas istrinya. Sementara itu
sapi cerita ini; dari.segi dominasi motif "menye anak Mahmud juga telah lahir. Mami pun muncul
rah" cerita ini tidak berbeda dengan karya-karya dan Mamat menyatakan bersedia mengembalikan
istrinya kepada Mahmud. Namun pada saat satu-
satunya harapan dan kewajibannya: menemukan
kembali istri dan keluarganya, ternyata telah te-
14 kalam edisi6,1995
REVOLUSI INDONESIA DALAM IMAJINASI I'R AM0 EI) YA ANANTA TOER
rampas dengan kasar, Mahmud lahu hidupnya lah, bekas tentara KNIL, menghilang pada awal
n secara harafiah habis, betapa pun baik niat sa- revolusi. Dua anak laki-laki lain, Canimin dan Kar-
a habatnya. Ia pergi lagi, lalu ketika sampai di jem- timan, sejak bertahun-tahun ikut bergerilya, dan
i- batan Ciliwung ia menengok ke air kali dan tidak pernah pulang lagi. Amilah yang di masa
mengatakan bahwa ia sendiri "bukan termasuk mudanya menjadi buaya tangsi seja.i (dua di
g segolongan manusia yang menamai dirinya pena- antara anaknya bukan anak suaminya) menjadi
t, kluk alam" (him. 40). la mengaku sebagai seba- keras-pahit hatinya, namun ia juga setengah gila
i- gian dari alam, sama dengan air dan batu. Lalu ia kesedihan karena hilangnya anak sulung yang
n mencemplungkan diri ke dalam air. tercinta, anak satu-satunya laki-laki yang pernah
g Cerita ini barangkali bukan sangat dalam isi- dicintainya, dulu, di Aceh. Amilah berlaku jail dan
1, nya, namun perlu diperhatikan karena penguasa- dengki terhadap dua anak perempuannya, nomor
i- an bahasa dan kreativitas kesastraan yang dibuk- satu Salamah dan nomor dua I'atimah. Amilah
tikan Pamoedya di daiamnya.-" Juga empati dan tidak i.iengijinkan mereka bekerja di luar rumah
simpati bagi korban perjuangan serta keinsafan dan menuduh-nuduhkan hal-hal jelek kepada
akan kesia-siaan dan kepercumaan perjuangan mereka. Dua anak bungsu, Salami dan Hasan,
kemerdekaan yang konon dimenangkan, namun yang masih kecil, tidak banyak memahami apa
n dalam hakekatnya gagal, sebab tidak berhasil yang terjadi. Setelah kita berkenalan dengan ke
ti menciptakan keadilan dan kebahagiaan bagi luarga ini, dalam dua belas bab Ixaikut plotnya
rakyat sangat karak'eristik bagi karya awal penga berkembang secara tragis: semua anggota "keluar
rang ini. Lagi pula cerita ini mendapat unsur ga manusia" ini berturut-turut ditimpa nasib
prediksi tragis kalau kita ingal betapa Pramoedya bumk.
sendiri belx-rapa tahun kemudian mengalami Roman Keluarga Gerilya mungkin contoh
l- krisis batin yang hebat ketika ia diusir dari rumah sastra kreatif paling kuat yang mengungkapkan
n oleh karena ia tidak sanggup lagi memelihara cita-cita kemanusiaan universal, yang memang
keluarganya. termasuk ciri-ciri dominan Angkatan 45 sebagai-
•a
:1, Keluarga Gerilya mempunyai subjudul "kissah mana didefinisikan oleh H.B. Jassin. Hampir tidak
P keluarga manusia dalam tiga hari dan tiga malam"; ada satu bab pun yang tidak secara eksplisit
at perisiiwa-peristiwa terpusat dalam masa pendek, mengungkapkan kemanusiaan sebagai nilai yang
r- tiga "harmal" (untuk memakai islilah Pramoedya) paling penting dalam kehidupan orang, individual
a- dalam tahun 1949, walaupun lewat sorot balik maupun sosial. Tidak kebetulan pula dalam sub
s- dan cerita-cerita para tokoh kita mendengar ba judul roman ini terdapat ungkapan "kissah ke
di nyak hal tentang masa sebelumnya. Dalam bab luarga manusia": kata "manusia" di sini tidak
'8 pertama kila mendapat penjelasan teniang situasi bersifat tautologi, tetapi sebagaimana sering ter
it. keluarga gerilya itu, dengan cara yang cukup dapat dalam karya Pramoedya kata "manusia"
e- bagus dan canggih. Latar bab itu adalah suatu mempunyai konotasi "kemanusiaan" dan "harkat
iri gubuk di Jakarta, dalam bagian kota yang oleh manusia". Ingat pula judul jilid satu Karya Bum:
lu. rakyat sendiri dengan bangga disebul "daerah Bumi Manusia\
ih merdeka". Gubuk itu didiami oleh perempuan se- Tema yang dominan itu sudah mulai jelas
tu tengah umur, Amilah, dengan empat anaknya dalam bab pertama, ketika pencerita mengomen-
ul yang muda. Mereka hidup dalam kemiskinan dan tari keadaan perang di Jakarta: "Manusia dan ke
in serba kurang, sebab tonggak penopang hidup manusiaan merimba" (him. 18). Salamah, adik
u- keluarga itu, Sa'aman (Aman), yang mencarikan perempuan nomor satu, tergoncang jiwanya oleh
in nafkah sebagai tukang Ixxak, tiga bulan sebe kekasaran ibunya yang tidak seperti dahulu di-
e- lumnya ditangkap oleh Polisi Militer. Suami Ami kendalikan oleh kehalusan Sa'aman. Salamah ter-
95 kalam edisi 6,1995 15
T EEU W
menung bagaimana "sandiwara kemanusiaan" bekas koprai KNIL, yang pada tahun 1945 "teken
yang dibayangkannya dari masa lampau telah lier- serdadu" Belanda lagi.
lalu dengan amat cepat. Kemudian sepanjang ro Dalam bentuk yang hebat ini, yaitu pembu
nuhan bapak oleh anaknya sendiri, kita sekali lagi
man ini tenia kemanusiaan tems-menems mun- berhadapan dengan konflik generasi yang sudah
cul, baik dalam percakapan antara dua saudara di
garis depan dalam Bab 2, maupun dalam per lebih dahulu ditemukan: angkatan ma yang ter-
cakapan antara Sa'aman dengan sesama tawanan,
sampai dalam konfrontasi antara Sa'aman dengan tular kejahatan sistem kolonial, tidak terbuka lagi
untuk semangat zaman bam, dengan cita-cita ke
direktur penjara di mana akhirnya "keduanya lupa merdekaan dan kemanusiaan. Sa'aman adalah
bahwa mereka dipecahbelahkan oleh anutannya
masing-masing. Keduanya ada merasai kemesraan pahlawan ideal, yang memenuhi norma-norma
"ideologi pemuda"; ia melakukan apa yang wajib
kemanusiaan — kemanusiaan dalam saat yang dilakukannya, namun ia tahu harganya pula.
Sebagai wakil Indonesia bam yang dicita-citakan
segenting-gentingnya" (him. 140). ia menjadi penasehat dan teladan yang cemerlang
Demikianlah roman ini, seperti sejumlah cerita bagi seluruh keluarganya. Dan keluarga itu tetap
menjadi sumber kebaikan, kejujuran, kesopanan
yang telah dikupas mempakan pembelaan bagi
martabat kemanusiaan dalam masa amanusiawi.
Dalam situasi itu budi manusia jauh lebih penting dan kesederhanaan: itulah kata-kata kunci yang
dari pada kul't mukanya, kebangsaannya atau ke- dalam roman ini pun sering muncul sebagai
dudukannya dalam masyarakat. Itu tidak berarti konkretisasi kemanusiaan.
bahwa revolusi dan perjuangan melawan penjajah
Belanda tidak penting. Penjajahan mililer dan Mungkinlah pembaca modern, dalam mengu-
kolonial adalah jahat secara mendasar, dan hams
dihancur-musnahkan, sekalipun itu berarti bahwa pas roman ini, sukar menghindari kualifikasi se
perti patetis dan moralis, dibuat-dibuat atau ber-
lebih-lebihan. Karya ini memang hasil zamannya,
ciptaan pengarang yang dua tahun lebih mende-
kam dalam sel Belanda, tanpa proses hukum apa
pun juga, dalam keadaan yang mengenaskan,
duduk di lantai di depan balai belonnya dalam
cahaya suram lampu templek, tems-menems me
nulis buku ini dalam keadaan setengah kesu-
rupan. Demikianlah bayangan manusia yang ber-
gulat dengan pertanyaan hakiki tentang hidup
dan mati, baik dan jahat.
"Kesurupan" pengarang juga terbayang dalam
gaya karya ini. Dialog yang memainkan peran
yang cukup dominan, bersifat langsung dan tajam.
Ulangan tak habis-habisnya yang keluar dari mu-
lut Amilah dapat dianggap berlebih-lebihan, na
mun secara tepat membayangkan wanita ini da
ada manusia yang hams mengorbankan kema- lam obsesi tanpa harapan, dalam kesengsaraan
nusiaannya untuk itu. Pendapat ilu menonjol
paling tajam dalam adegan, yang diceritakan da yang mengenaskan, dalam kegilaan yang makin
lam sorot balik, tentang tiga saudara gerilyawan parah. Dan Sa'aman sendiri mewakili pengarang
yang membunuh ayahnya, Paijan, demikian nama dalam penjara yang sunyi, dengan pikiran yang
tems-menems berpusing-pusing dalam kepa-
lanya, dengan pena sebagai satu-satunya senjata
kalam edisi6,1995
16
KEV0 LUS1 INDONESIA DALAM IMAJINASI PRAMOEDYA ANANTA TOER
^n untuk menangkis arus pikiran yang mengganggu- uang republik (ori) makin hari makin menumn
godanya. nilainya. Pada hari pertama aksi Belanda pen
•u- Moralisme dalam roman ini juga sukar dipa- cerita melihal bagaimana kehidupan umum di
•0 hami dan dinilai di luar konteks zaman dan situasi Jakarta tertahan; demikian juga pekerjaannya sen
ah yang menghasilkannya. Sampai masa terbitnya diri, yang dilakukannya dengan sangat gembii.i,
;r- moralisme adalah sifat khas sastra Indonesia; na telah berakhir: kantornya dilulup dan di depan-
•«i mun tekanan pada nilai dan norma moral lebih nya berdiri penjaga militer Belanda. Malam hari-
;e- dari pada hanya ciri sastra saja. Tak dapal disang- nya gubuknya digerebeg oleh orang Indonesia,
ah sikan bagi Pramoedya perjuangan melawan ke- kaki tangan Belanda, namun ia masih luput ka
na merosotan moral mempakan tujuan revolusi yang rena ternyata tidak mempunyai radio. Keesokan
jib hakiki. Keluarga Gerilya barangkali ekspresi re harinya ia menerima surat dari teman yang
la. volusi sebagai proses mental dan sosial yang mengajaknya mendirikan penerbitan. Namun di
an paling otentik dan langsung, roman yang sungguh atas surat itu tertulis kata "merdeka", salam na
agung dan tidak akan kehilangan artinya, walau- sional kaum republik pada masa itu. Ketika ia
ap pun gayanya terikat pada waktu dan keadaan dicegah di jalan dengan surat itu dalam kan-
an penciptaannya. tongnya, ia ditahan dan berjam-jam lamanya di-
Qg pukul, ditendang dan diancam dengan siengun
gat d. Manusia bubu dan kerabin bersangkur telanjang. Tenang saja ia
Jika ada orang Indonesia yang "berwibawa" menghadapi maut. Bila kemudian marinir mene-
m- dan sanggup untuk menulis "dari dalam" tentang mukan surat-surat yang memberatkan di rumah-
se- manusia dalam penjara, pastilah manusia itu Pra nya, siksaan bam menyusul. Akhirnya ia dibawa
er- moedya. Sedikit-dikitnya selama delapan belas ke penjara Bukitduri dan ditahan di sana.
ya. tahun ia berada dalam tahanan, di bawah rejim Yang mempesona dalam cerita ini ialah cam-
Je- yang berbeda-beda dan dalam keadaan yang be- pur-aduknya peristiwa yang diceritakan dengan
tpa ragam-ragam pula. Dua karya langsung menyang- pikiran dan renungan pencerita. Tems-menems ia
an, kut pengalaman Pramoedya dengan penguasa memberikan tanggapan atas segala apa yang di-
am Belanda: cerpen Gado-gado yang membayangkan lihat dan dideritanya; ia berdiskusi dengan dirinya
ne- penahanannya oleh marinir Belanda pada tanggal sendiri, berikhtiar mendapat ketegasan batin atas
su- 23 Juli 1947, sedangkan roman dua jilid Mereka keadaan sosial maupun perasaannya sendiri yang
«r- yang Dilumpuhkan mempakan pencitraan kehi cukup membingungkan. Teksnya penuh dengan
lup dupan di penjara berdasarpengalaman konkret. asosiasi dan lompatan pikiran, dan sekaiigus kaya
Gado-gado ditulis dalam penjara pada bulan akan aforisma dan majas-majas yang mencerah-
am April I949.32 Latar historisnya dapat ditempatkan kan. Terdapat analisis politik maupun pertim-
ran pada beberapa hari di sekitar aksi militer Belanda bangan kritis atas hal yang tampaknya wajar saja.
mi. pertama terhadap Republik yang dimulai pada 21 Pada awal cerita, dalam kota Jakarta yang dalam
nu- Juli 1947.33 Sifat otobiografi cerita ini demikian keadaan harap-harap cemas menunggu serangan
na- nyata sehingga ini barangkali dapat disebut karya Belanda, pencerita memperhatikan kesengsaraan
da- sastra Pramoedya yang paling langsung dipetik rakyat kecil, yang seperti dalam tiap perang akan
aan dari hidupnya sendiri. menjadi korban. Mereka tak berkuasa dan tak
ikin Gado-gado diriwayatkan oleh tokoh aku, yang bertahan terhadap ketakadilan dan kekejaman
ang namanya tidak disebui. Pola dasar ceritanya yang berkuasa. "Kekuasaan memang nikmat. Dan
ang sederhana. Menjelang aksi militer Belanda suasa- kenikmatan tak boleh dimiliki oleh orang kecil"
rpa- na di Jakarta makin gelisah, baik politik, maupun (him. 14). Demikian pula ia termenung-menung
ijata ekonomis dan di bidang keuangan, oleh karena atas keterpecahbelahan bangsanya sendiri serta
1995 kalam - alisi 6, 1995
17
A . T EEUW
akibat rasionalisasi tentara yang menggiring terjadi. Abas dan yang lain mengalami lierbagai
banyak anggota lasykar rakyat ke dalam pelukan peristiwa, yang di dalamnya wanita (yang dalam
tentara Belanda. penjara tidak ada) memainkan peran penting.
Setelah ditahan, ia sangat heran atas reaksinya: Bagian ketiga, berjudul "Antara Tanah dan
secara jasmani penyiksaan tidak menimbulkan llati", praktis hanya menceritakan hubungan Abas
rasa sakit atau luka, namun ia merasa sangat dengan teman sesel dalam penjara selama masa
dihina secara mental: "Tidak, dagingku tak luka. lertentu, Sarpin Danuasniara. Hubungan Abas de
Hatiku bernanah" (him. 47). la tetap tenang dan ngan Sarpin ilu sebagian besar berlangsung lewat
terang pikirannya. Namun ia merasa kesunyian, catatan dan surat cinta Sarpin, yang diberikan
sama dengan ketika sebagai anak kecil ia tinggal kepada Abassetelah ia bemasil meloloskandiri.
di kclas satu, sebab hanya dialah yang tidak naik Bagian empat berjudul "Saat-saat yang Ter-
kelas. Ketika ia dilemparkan ke dalam sel timbul akhir", yakni penghabisan tinggalnya Abas di
asosiasi lain dengan ketakutan-ketakutan yang penjara. Para tawanan kebanyakan sudah dibe-
pernah dialaminya: misalnya ketika ia sebagai baskan, masih ada belierapa yang menunggu saat
bocah kecil sampai tiga kali hampir tenggelam; dilepaskan. Namun selama waktu itu Abas masih
atau ketika ia berada di garis depan sedangkan belajar kenal dengan l>ennacam-macam orang, di
pelum l>erdesingan; pada saat semacam itu ma aniaranya tawanan Belanda. Akhirnya, pada tang
nusia "merasa sunyi kosong diri — sesunyi gal 3 Desember bagi Ajias pun datang "kebebasan
keadaan sel sekarang" (him. 56). Dan ia sadar yang mahakuasa di waktu dan tempat yang tak
pula betapa penahanan ini menceraiberaikan ma tentu" (II him. 295).
nusia, menghancurkan keluarga, "keluarga lyangl Walaupun dapat dipastikan bahwa "hulu" ro
adalah ayunan kemanusiaan sebagai juga ayunan man ini sebagian sangat besar, kalau tidak selu-
untuk bayi", dengan pemmpamaan yang telah ruhnya dibentuk oleh pengalaman pengarang da
ditemukan dalam karya lain (him. 63). lam penjara, sepanjang karya ini dipertahankan
fiksi yang sama kuamya bahwa tokoh dalam
Gado-gado adalah cerita orang Indonesia tan
pa nama yang masuk bubu tahanan Belanda, roman adalah tokoh naratif, yang bam hidup oleh
namun sekaiigus menyajikan gambar yang men- karena mereka diceritakan. Kita tetap berada di
cengkeram tentang Pramoedya, tentang apa yang daerah "hilir".
pada masa itu telah dideritanya, namun juga ten Namun kesadaran yang tems-menems muncul
tang filsafat hidupnya, tentang pandangan kema- bahwa semua ini "hanya" dongeng atau
syarakatannya dan tentang keyakinannya akan sandiwara tidak mengurangi keliengisannya.
Dalam selumh karya Pramoedya tidak ada satu
kemanusiaan sebagai hakekal hidup. bagian lain yang demikian galak dan pahit
Adapun roman Mereka yang Dilumpuhkan1*
terdiri atas empat bagian. Pencerita ternyata ber- mengutuk sistem kolonial dan kekejaman dan
nama Abas. Dalam bagian pertama, l>crjudul kekerasan penjajah Belanda serta penindasan
"Bubu", kita berkenalan dengan sejumlah orang, rakyat Indonesia yang amanusiawi seperti yang
masing-masing protagonis dalam satu bab; bab- terdapat dalam bagian kedua Mereka yang Dilum
bab ini menimbulkan gambar yang sangat memi- puhkan. Abas sendiri dalam panas terik yang
kat tentang manusia bubu. sengangar terpaksa membelahi kayu balok, dua
Dalam bagian kedua, "Antara laut dan Ke- meter kubik sehari, berkat — demikian
ringat", cerita berpindah ke Pulau Damar, di mana
Abas dan teman-temannya hams melakukan kerja ditambahkannya secara ironis — kerjasama Repu
blik dengan pihak Belanda sejak persetujuan
paksa. Dalam bagian ini jauh lebih banyak yang Renville (1948); kerjasama antara dua musuh
18 i6,1995
REVOLUSI INDONESIA DALAM IMAJINASI FRAMOEDYA ANANTA TOER
gai memang berarti bahwa "yang satu goyang kaki dan terpikat oleh Sarpin vang penuh teka-teki itu.
im sambil rr.enyumpahi dan yang lain setengah Pada suatu hari ternyata Sarpin memang
mampus berkeringat darah." (I him. 166). berhasil lolos. Salinan semua surat dan catatannya
lan Dan kehidupan budak yang hina-dina bagi diserahkan kepada Abas, dan dalam sisa bagian
>as begitu banyak orang Indonesia seperti babu tiga ini Abas sibuk membaca dan mengomentari
tsa Mami, yang praktis menjadi nyai komandan tulisan Sarpin yang sebagian dikutipnya harfiah.
le- militer dan hams menderita penghinaan yang pa Dan walaupun nampaknya dua watak ilu berten-
vat ling keji demi upah kelaparan, dan seperti Abas tangan berangsur-angsur terjadi identifikasi antara
an sendiri "bukan nasib! Ini akibat buatan manusia!" Abas dengan Sarpin, Abas menjadi alter ego-nya.
Dan juga cerita yang mengerikan yang diriwa- Cerita ini mendapat satu dimensi lagi: sebab Abas
er- yatkan oleh sesama tawanan Otot tentang siksaan pada gilirannya alter ego Pramoedya, misalnya
di yang dideritanya: "mebmpaui batas kemanusiaan dalam harapannya bahwa manusia "tetap berpe-
yc- [...] Jepang memang kejam. Dan Jepang yang gangan pada budi kemanunaan" (II him. 72);
aat sekarang lebih kejam lagi. [...] Orang Indonesia dalam sakil hatinya karena perasaan kemanu-
sih hams dilemaskan oleh siksaan — siksaan dalam siaannya tersinggung (II him. 75); dalam cara ia
di segala bentuk dan macam. Mereka hams meng- menuntut haknya sebagai makhluk, sebagai ma
"ig- akui dosanya. Dosa siapa? Orang tak ada yang nusia, dalam keadaan tawanan Indonesia di
;an tahu sesungguhnya." (.1 him. 175, 179). negerinya sendiri tanpa hak apa pup (II him. 84-
tak Menulis sebagai sarana untuk mencap-ii kenal 86). Di sini tidak patut lagi berpegang pada kesa-
diri dan jati diri menjadi tema dalam bagian tiga baran, yang "hanyalah modal dari orang lemah-
ro- roman ini. Dalam bagian ini tekanan penuh dile- lemah"; yang perlu ialah pemberontakan dan per
•lu- takkan pada tokoh Sarpin, yang menjadi kawan juangan, apa pun basilnya.35
da- satu sel pencerita setelah mereka kembali dari Abas makin heran akan campuran kekasaran
;an kerja paksa di Pulau Damar. Mereka bercakap- dan kehalusan, akan kepekaan untuk nilai-nilai
am cakap tak henti-hentinya. Sarpin berhasil "mengu- yang sungguh pada pemarah yang galak ini. Ia
leh rus" lampu, kertas dan alat tulis, sehingga ia dapat makin terpikat oleh tokoh Sarpin yang selalu
di menulis surat cintanya; pada gilirannya Abas mu bersedia menghadapi konsekuensi keberanian
lai menulis buku hariannya secara intensif. Mere dan prinsipnya. Makin sering terdengar dalam
Oil ka juga sempat membaca banyak buku dan kata-kata Sarpin hal-hal yang kita kenal dari
lau majalah yang pada masa itu boleh diterima para tokoh-tokoh pusat dalam karya Pramoedya. Misal
ya. tawanan. nya pada kesempatan tertentu Sarpin meluap
atu Namun Sarmin yang tetap kerasukan ide kebe- amarahnya terhadap kota Jakarta dan penduduk-
ihit basan ingin meloloskan diri. Indonesia hanya bisa nya, yang mengkhianati perjuangan dan revolusi,
lan mendapat kemerdekaannya dengan berjuang: atau kritik Sarpin atas praktek agama dalam
san "Kita hams berani menghancurkan"; sebab "ke- keluarga tunangannya yang dangkal dan gam-
ing hancuran itulah yang mendatangkan pembangun- pangan saja. Motif lain yang muncul lagi: Sarpin
im- an" (II him. 17). Untuk itu Abas "secepeng pun rindu akan keluarganya di Madura: "Aku merin-
mg takkan berarti", ia hidup di luar kenyataan: "Kalau dukan pergaulan rumah tangga yang rimbun de
iua engkau berguna, Bas, engkau hanya akan ber- ngan perasaan halus dan dengan adanya saling
ian guna untuk membohongi orang — memalingkan mengerti dan saling-membantu itu. O alangkah
pu- mereka dari bukti-bukti kenyataan pada kebe- besar rinduku." (II him. 122).
jan saran cita yang kosong" (II him. 17). Namun Gabungan cerita lincah tentang tawanan.
.llll komunikasi mereka tetap intensif, walaupun se- penuh keragaman dan kejutan, dengan komentar
ring tertahan-tahan, si aku sekaiigus jengkel atas, dan pengelamunan si aku pencerita menjadikan
kaL-im - edisi 6,1995 19
A . T E E II W
buku ini memikat, dari awal sampai akhir. Ta sebagai ironi seram sejarah sendiri.
wanan lain sering dimunculkan sebagai pcm-
bicara, dan Abas mendengarkan. menanyakan e. Revolusi yang gagal, kemerdekaan yang
lebih lanjut, merasa heran alau geli, ikut sedih had
atau marah. Adakalanya tanggapannya bersifat tak sia-sia
percaya atau pribadi. Namun roman ini tidak
hanya bersifat anekdot. Sepanjang karya ini ter- Pramoedya sudah cukup dini mengalami rasa
dapat, sebagai benang merah, kecaman yang fmstrasi atas hal-hal yang dilihatnya dalam ten
pahit atas sistem yang begitu menghina manusia, tara, khususnya pergelutan merebut kekuasaan,
atas penderitaan amanusiawi yang dipaksakan
oleh penjajahan dan perang kolonial atas bangsa ketakrataan dan ketakadilan sosial dan temtama
yang satu-satunya 'dosanya' adalah keinginannya
korupsi yang sudah pada masa itu nampaknya
untuk merdeka. merajalela di kalangan tertentu. Oleh sebab itu ia
sendiri meninggalkan tentara pada akhir 1946,
Buku ini juga tidak "berat" atau ditulis secara kemudian melanjutkan perannya dalam revolusi
memayahkan. Pembacaannya lancar, ceritanya se di bidang penerbitan dan radio. Rasa fmstrasi itu
ring lucu dan ringan, adakalanya sarkastis atau juga diungkapkannya dalam berbagai karya yang
ironis, juga tentang tawanan sendiri yang tidak beberapa di antaranya akan dibicarakan di bawah
dipahlawankan, dan tetap tinggal manusia. Dan ini, yaitu Bukan Pasar Malam. Beberapa Cerita
kecaman sosial dan politik yang seakan-akan ter- dahJakarta serta Kompsi.
sirat atau dikemukakan dari samping, hampir
sepintas lalu, justru itu makin meyakinkan. Bukan Pasar Malam adalah cerita-aku se
Karya ini juga lebih dari hanya rangkaian ce- orang pemuda yang btrsama istrinya yang bam
riia-cerita lepas saja. Sekali lagi kenyataan "hulu" dikawininya berangkat dari Jakarta ke Blora untuk
yang dihayati Pramoedya diberi stmkiur dalam mengunjungi ayahnya yang sakit keras; selama
kenyataan "hilir" yang diriwayatkan penceritanya. mereka di Blora sang ayah meninggal. Cerita yang
Sekali lagi di belakang realitas penjara terdapat tidak Ixirtanggal ini ditulis segera sesudah Pra
"realitas lain, yang menjelma dalam bahasa dan moedya melakukan perjalanan ke Blora, dalam
menunjukkan ciri sejati kenyataan itu". Benarlah, bulan Mei 1950, berhubungan dengan penyakit
penulisan Pramoedya pun "memberi makna, jadi dan kematian ayahnya. Jadi tidak dapat disangkal
memperluasnya, sehingga segala sesuatunya kehi- anasirotobiografi yangkuat dalam cerita ini.37
langan ketakberdosaannya".36 Namun seperti biasa dalam karya Pramoedya,
bukanlah anasir otobiografi yang menjadikannya
Roman itu memang mahacerita, semacam ce penting atau tinggi nilainya. Cerita ini secara
rita berbingkai, "seribu-satu-hari" tentang seni mempesona, bahkan mengharukan, menjadi pen
manusia untuk survive, melangsungkan hidupnya citraan hubungan yang berliku-liku antara se
dalam penghinaan yang amanusiawi. Bahwa pen- orang anak dengan ayahnya, yang mencapai
puncaknya pada saat sang ayah meninggal, dan
dpta gambar-gambar Abas, Sarpin dan sekian meninggalkan anaknya dengan bermacam pera
banyak manusia bubu Indonesia lain, setelah dua saan dan kenang-kenangan yang saling berben-
setengah tahun dalam penjara Belanda, masih turan dan amat membingungkannya.
enam kali waktu itu terpaksa terjerat dalam bubu
teman sebangsanya dan kehilangan jauh lebih Sebagai potret keluarga Bukan Pasar Malam
banyak tahun hidupnya pula, agar ia dapat me ada persamaannya dengan Blora, juga dari segi
nulis epos manusia Indonesia yang lebih agung otobiografisnya; kedua-duanya dalam bentuk ce
lagi, hal itu tak lain dan tak bukan hams kita baca rita-aku meriwayatkan perjalanan pulang pen
cerita ke kota kelahirannya Blora. Namun kedua
nya berbeda jelas dari segi nada dan kelangsung-
20 kalam - edisi6,1995
REVOLUSI INDONESIA DALAM IMAJINASI PRAMOEDYA ANANTA TO ER
an ek.spresi; juga pengalaman kedua tokoh aku di
Blora sangat berbeda. Dalam Blora pencerita dari I
saat ia menginjak bumi Blora terkejut, tergoncang,
dan merasa terasing secara total dari lingkungan
isa dan keluarga tempat ia pernah lahir dan tumbuh.
m- Suasana dalam Bukan PasarMalam lebih bersifat
an, duka cita dan menyedihkan si aku.
ma Memang cerita ini keduanya dimulai dengan
lya persiapan perjalanan ke Blora, namun dalam
ia awalnya perbedaan sudah jelas: dalam Blora tidak
46, menjadi soal mendapat uang yang diperiukan
usi untuk karcis kereta api. Dalam Bukan Pasar
itu Malam mencari uang jalan ternyata susah; sem-
ng bari naik sepeda mengelilingi Jakarta, si aku men
ah dapat kesempatan untuk renungan-renungan ten
ita tang kemiskinan dan kekayaan dan tentang restu-
restu kemerdekaan dan demokrasi yang pada
se- awal 1950 di Jakarta telah meragu-ragukan. Bab
im pertama ternyata mempakan ancang-ancang pada
uk tema utama: kematian sang ayah, ayah yang juga
ma mempakan korban ketaksamarataan di antara ma
ng nusia yang dihasilkan oleh revolusi, dengan kata
ra- lain revolusi sosial yang gagal. mendengar banyak cerita dari anggota keluarga
am Perjalanan itu sendiri juga sangat berlieda da lain tentang segala apa yang terjadi selama tahun-
kit lam dua cerita itu- dalam Blora si aku cepat sekali lahun belakangan. Namun cerita ini kurang hebal
kal sampai di Blora dan sepanjang perjalanan ia me emosinya, antara Iain karena jarak waktu antara
rasa gairah-gembira walaupun kejutan seliba di yang diceritakan dengan penceritaannya. Yang
ya, sana lebih mcnggoncangkan lagi; dalam peng- dominan ialah penghayatan oleh pencerita ten
lya hayatan si aku di Bukan Pasar Malam perjalanan tang kematian sang ayah yang tak dapat tidak
ara itu sangat lambat, sama sekali tidak menggairah- akan datang. Ia sadar bahwa maut "bukan pasar
;n- kan, sebaliknya suram-muram, temtama sebab malam", bukan keramaian yang dialami bersama-
se- keterasingan dengan istri yang bam dikawininya sama, melainkan pengalaman yang sangat nyeri,
pai sudah mulai tampak oleh karena istrinya tidak yang mendatangi setiap manusia dalam kesen-
lan dapat ikut merasakan emosi kenang-kenangan dirian mutlak. Dan makin banyak ia mcndengar
ra- masa mudanya. Lain dari pada itu rasa berdosanya cerita betapa ayahnya seorang yang sungguh mu-
crn- terhadap ayahnya menjadi ganjalan emosional. lia, jujur, nasionalis sejati, tanpa pamrih dan tidak
Berbeda dengan Blora rumah ilu masih ada, pernah mencari keuntungan sendiri, makin besar
walaupun sangat perlu diperbaiki. Pencerita me pula rasa berdosanya tentang sikapnya dahulu
rasakan tanggungjawab yang berat terhadap ke yang serba salah terhadap ayahnya.
luarganya, bila nanti ayahnya tidak ada lagi. Mulai Dalam karangan yang khususnya mengupas
bab keempat cerita makin berpusal pada penyakil karya-karya Pramoedya Ananta Toer yang lier-
sang ayah, masa lampaunya, dan hubungannya kaitan dengan revolusi ini tak dapat tidak diikut-
dengan si aku, walaupun sekaiigus yang bela- sertakan juga beberapa Ceriia dari Jakarta yang
kangan ini (dan bersama dengan dia, pembaca) membayangkan situasi manusia Indonesia di ja-
kalam edisi 6, 1995
21
A . T E EU W
man merdeka sesudah revolusi fisik dimenangkan dan merebut perempuan. Protagonisnya Hasan,
secara politik-diplomatik, dengan pengakuan perantau dari luar kola, yang masih benkhliar
kedaulatan Republik Indonesia oleh Pemeriiitah hidup secara sungguh dan jujur, namun yang
Nederland pada akhir 1949. Dari uraian di atas terbakar hatinya oleh dendam kesumat terhadap
sudah jelas bahwa Pramoedya sebagai sastrawan seorang jago yang merampas istrinya. Hasan ber
lidak pernah mabuk heroisme atau suka meng- hasil membunuhnya — namun dengan demikian
gembar-gemborkan kecemerlangan hasil per anak tani yang sederhana ini terkutuk untuk se-
juangan prajurit Indonesia. Ia jauh lebih tertarik lanjutnya hidup sebagai "makhluk malam" dan
pada aspek moral perjuangan, pada keadilan dan "dipaksa mengikuti jejak penjahat-penjahat yang
kemanusiaan, dan sudah amat dini ia cemas ten pernah membuat sejarah di atas bumi dengan
tang kompsi dan ketamakan yang diperhatikan- akhirnya yang juga telah tersedia" (him. 196).
nya di mana-mana. Konsep tentang kegagalan re Dalam cerita lain berjudul Ikan-ikan Terdam
volusi cukup awal mulai tampak dalam cerita- par ditemukan juga sepasang gelandangan, tuna
ceritanya, dan khususnya dalam kumpulan Cerita karya dan tuna wisma.39 Protagonisnya bemama
dari Jakarta (1957) kegagalan revolusi menjadi Idulfitri (ia dilahirkan pada hari berbahagia itu),
tema utama. Di dalamnya Pramoedya dengan ca- yang merasa sebagai ikan yang terdampar di be
ranya sendiri mentransformasikan kekecewaan ting. Dahulu ia ikut berjuang untuk kemerdekaan,
atas kegagalan revolusi di hulu ke dalam pen namun sekarang ia .menjadi seorang daif yang
citraan hilir. tidak punya tempat lagi dalam masyarakat bebas
Sejumlah cerita mementaskan sebagai prota Jakarta; ia menjadi "pahlawan sesat" seperti dika-
gonis orang melarat yang hidup di pinggiran takannya sendiri. Ia masih ingat "ajaran kesusi-
masyarakat Jakarta, yang bergulat bersusah-payah laan" masa mudanya, ia masih tahu tentang "te-
mencari sesuap nasi dan sedikit lindungan atau riakan kemanusiaan" yang juga dalam perang
keselamatan dalam kota metropolitan yang meng- yang ikut dijalaninya masih "indah, suci, murni,
ancam dan memusuhinya. Ribuan cerita semacam mengendapkan segala kebinatangan yang menja-
itu ditulis di Indonesia sehabis perang. Malahan lang dalam diri manusia" (him. 3D, ia masih kenal
dapat dikatakan bahwa kemiskinar dan keme- kembali keindahan bunga melati di kubangan tahi
laratan rakyat kecil menjadi tema cerita pendek kerbau. Sekarang temannya yang tak terpisah
yang paling populer di Indonesia pada masa itu. Namun (namanya sudah tentu tidak kebetulan!)
Hal itu juga tidak perlu diherankan, mengingat menjadikan dia bajingan, bahkan mungkin pem-
gejala bahwa kebanyakan pengarang lidak hanya bunuh. Tetapi ia tahu pula bahwa ia lidak bisa
mengenal kesengsaraan masyarakat kota besar itu hidup lagi tanpa Namun. Namun selxmamya alter
dari dekat, tetapi sebagian juga mengalaminya ego-nya, aspek negatif kepribadiannya yang mau
sendiri. Sering tokoh-tokoh ceritanya orang udik tak mau hams diterimanya demi survival fisiknya.
atau pedesaan yang terdampar di kota karena ke- Dengan nilai-nilai moral, orang kecil tidak bisa
habisan tanah di desanya, kemudian hidup me- melangsungkan hidup lagi di Jakarta; orang hams
rana alaupun akhirnya ditimpa kecelakaan di menghinakan diri dengan segala macam kekejian
walaupun hati nuraninya tahu yang lebih baik.
sana.
Sejumlah cerita lain bersifat sosial-kritis secara
Contoh yang baik tentang tema ini berjudul lebih eksplisit dan menekankan pertentangan
Garnbir.^ Cerita itu berlangsung di sekitar stasion antara rakyat jembel dan kelas penguasa bam.
Gambir, di daerah Menteng di Jakarta. Tokoh priyayi baru yang telah mengambil tempat luan-
utamanya dua orang kuli yang bersusah payah tuan kolonial. Cerita yang dari segi ini hampir
mencoba bertahan dalam dunia Jakarta yang ke menjadi klasik berjudul Makhluk di Belakang
ras kasar, dengan lxrgulat dan merampas, berjudi
22 kahm - edisi (., 1995
REVOLUSI INDONESIA DALAM IMAJINASI PRAMOEDYA ANANTA TOER
in, Rumah.w Ini cerita aku, yang penceritanya meng- "penyelesaian", yang juga akan menetapkan gadis
iar gambarkan ke-hidupan para babu, makhluk di Indonesia ini dalam keadaannya sebagai "hamba".
"8 belakang rumah, yang sehari-hari diperhaiikannya Sebab akhirnya tiap perempuan hams menye-
ap dari jendela kamarnya dalam mmah petak. rahkan kehormatannya dan tunduk pada ke-
2r- Profesor Ben Anderson telah mengemukakan mauan salah seorang laki-laki. Begitu sederhana
an Irctapa cerita ini berlimpah-limpah ironinya,"" kehidupan. Pramoedya sudah cukup awal menyi-
>e- dengan gambar hidup perbudakan perempuan- bukkan diri dengan kehinaan ganda perempuan
an perempuan yang dieksploitasi oleh tuannya, le- Indonesia, sebagai hamba dan sebagai nyai, dan
ng bih-lebih lagi oleh nyonya-nyonyanya, priyayi ia akan letap sibuk dengan masalah itu sampai
an kecil bam, yang nota bene sendiri pernah mulai akhirnya nyai Ontosoroh dalam Karya Bum
bekerja sebagai pembantu ketika mereka me- definilif menerobos jalan buntu nasib wanita
tu rantau ke Jakarta. Pencerita secara mencemooh Indonesia ilu.
rn menyebutnya "priyayi adik". Hagi "priyayi keting- Dengan cerita yang-cemerlang ini Pramoedya
na galan zaman' ini moral utama adalah: tidak sebenamya mendahului kenyataan Jakarta mer
u), bekerja. Pelayannya menderita konsekuensinya: deka setelah 1949: sebab Jongos + Babu ditulis di
ie- mereka memeras keringat sebagai budak, dan Bukil Duri pada tahun I948.42 Namun cerita ini
m, kalau ada sesuatu yang salah atau kelim meie- sangat COCOk dalam Cerita dariJakarta, juga dari
"8 kalah yang "keiiban pulung" alias kena pukulan. segi gaya bahasa, misalnya kejenakaan dan iro
)as Iiulah moral babu yang bam, yang mempakan ninya. hampir tidak ada perbedaan dengan cerita-
<a- bagian dari peradaban atau sopan santun keli- cerila yang ditulis kemudian. Pramoedya mencela
isi- muran yang disanjung-sanjung terns oleh para mentalitas yang justru sebagai orang Jawa ia kenal
te- pemimpin, namun sesungguhnya Ijerengsek kembali dalam sesama Indonesia yang diasuh
"8 belaka. dalam iradisi feodal Jawa yang kuat.43
ni, Dari segi tema cerita, Jongos + Babu, Sejarah Cerita lain yang mengandung kritik tajam
ija- Keluarga yang Sangat Panjang dekat dengan terhadap mentalitas kolonial-feodal, walaupun
nal Makhluk di Belakang Rumah. Cerita ini meriwa- dengan cara lain, ialah Nyonya Doktcrheivan Su
alii yatkan dua orang yang nenek moyangnya sejak harko. wanita modern dari elil sosial.1' Kumpulan
-ah lama telah masuk kelas hamba. Namun dari gene ini seluruhnya diberi subjudul "Sekumpulan kari-
n!) rasi ke generasi famili itu makin menumn tempat- kalur keadaan dan manusianya". Cukup menarik-
•m- nya pada jajaran yang senclirinya sudah rendah, lah subjudul ini: jadi bukan karikatur manusia dan
iisa sampai akhirya menjadi budak dalam distrik fe keadaannya, melainkan pertama keadaan, kemu
her deral Betawi, di mana mereka hidup sebagai dian manusia yang tergantung pada keadaan itu:
lau jongos Sobi dan babu Inah, dua bersaudara yang manusia adalah produk keadaannya! Cerita ini
ya. ibunya bemama Rodinah alias Poppi. Poppi yang memang karikatur yang sangat tepat tentang suatu
>isa separonya berdarah putih banyak tingkahnya, na "orde lama" dan "orde bam": Suharko, dokter
rus mun satu-satunya hasil yang menetap adalah dua hewan sebagai wakil orde lama, yaitu orde kolo
ian anak yang lima puluh persen berasal dari dia nial, di mana seorang cendekiawan yang bersedia
tanpa dia tahu siapakah yang memasok limapuluh melibatkan diri dalamnya dapat hidup dengan
ara pei.sen yang lain. Anaknya juga kebagian naluri cukup senang. Namun dunianya mnluh ketika
ran hamba sejaii. Sobi hidup di Batavia tahun 1948 mati istrinya, gadis Indo bemama Corrie yang
iru, dalam ilusi bahwa lewat statusnya sebagai hamba kuat mantap, yang telah dikawininya sejak sebe
an- tuan putih ia akan maju, asal jangan terlalu lum perang. Ketika sistem kolonial lama hancur,
ipir pemilih dan rewel: demikian prinsipnya. Maka ia lidak ada yang tinggal untuk Suharko kecuali
ing mencarikan bagi Inah yang tetap ragu-ragu suatu kenang-kenangan dan itu pun dimusnahkan oleh
995 kahm-edisid, 1995 23
A. T EEUW
Kiki, istrinya yang bam, yang mewakili "burjuisme mereka bersama berjuang melawan kompsi, se-
baru" yang tak kurang sifat kolonialnya. Cerita ini suai dengan nonna clan nilai revolusi. Akhirnya si
pun menyajikan kritik tajam, baik atas Kiki, aku pencerita bukan lagi individu yang kcmp; ia
manusia kemewahan modern, yang haus kuasa termasuk angkatan yang sia-sia, tanpa keper-
dan penikmat hawa nafsu, maupun atas burjuis wiraan. angkatan "yang memanjangkan umur
penjajahan" (him. 102), pergaulan berdosa de
kolonial Suharko. ngan sistem kolonial yang terkutuk.
Korupsi ditulis selama Pramoedya tinggal di IV Peralatan naratif Pramoedya
Nederland, pada tahun 195345 Si aku ini adalah Pramoedya sendiri mempergunakan kata
pegawai kawakan di Jakarta, yang tidak sanggup
lagi memelihara anak istrinya dengan gajinya, "data" untuk menjelaskan bahan-bahan yang
karena inflasi yang makin parah dan keadaan mendasari karya-karyanya. Dalam bagian ini akan
ekonomi yang makin buruk. Ia memilili satu-satu ditelusuri bagaimana bahan-bahan dan data data
nya jalan keluar yang juga sudah ditempuh oleh yang dikumpulkannya dari kenyataan hulu ditran-
sekian banyak rekan sekerjanya: korupsi. Pilihan sformasikan menjadi karya sastra, dengan kata
ilu merombak selumh hidupnya. Ia berkembang lain apakah teknik naratif yang dimanfaatkannya.
menjadi komptor yang berjaya, dan mcnikmati se Tiga aspek karyanya yang menurut pendapat saya
gala keplesiran kehidupan kota besar; antara lain teramat penting akan. dibicarakan secara khusus:
ia mengambil bini muda yang cantik, Namun 1. strukturisasi: bagaimana bahan-bahan diker-
dengan segala suksesnya ia lidak berbahagia. jakan sehingga mendapat stmklur; 2. fokalisasi:
Akhirnya ia dilangkap dan ditahan, dan dalam apakah sudut pandang yang diterapkan dalam
penjara ia berangsur-angsur mencapai kesimpulan pencitraan kenyataan; 3- ekspresi: bagaimana ba
bahwa ia termasuk angkatan yang sia-sia dan hasa dimanfaaikan untuk mencapai keiepat-
konyol, yang ketularan basil kolonial. dan yang
sebaiknya lenyap dari dunia saja. sasaran.
Istilah "kemanusiaan" dalam roman ini tidak a. Strukturisasi dalam karya Pramoedya
Pembaca mengharapkan dari karya seni ke-
dipakai lagi, tetapi oposisi peristilahan yang
mengungkapkan pertentangan moral antara to- satuan, kebulatan, dengan awal dan akhir yang
koh-tokohnya tak kurang tegasnya; orang yang jelas dan plot yang menunjukkan koherensi, ke-
ada di pihak baik, misalnya istri pegawai komp terkaitan antara bagian atau anasirnya. I.ukisan
dan asistennya adalah "jujur, sederhana, setia, ada bingkainya yang menentukan rangka pencip
bijaksana"; mereka mempunyai "ketenangan taan, kemudian dalam rangka itu terdapat struk-
jiwa"; komptor dan rekan-rekannya disebut tur; komposisi musik juga ditandai awal dan
"jahat, takut, malu, gelisah, pengecut"; mereka akhirnya dengan ciri-ciri khas, serta harmoni dan
tergoda "hawanafsu". Si aku pada akhir cerita penadaan antara not-notnya dalam skornya. De
sadar bahwa "apa yang dahulu kuanggap ke- mikian pula penulis hams menciptakan keter-
beranian itu liadalah lain dari pada kebulatan aturan tertentu dari kekacauan data dan fakta.
nafsu yang tiada dapat ditahan lagi" (him. 79).46 Sudah tentu jumlah kemungkinan untuk men
capai tujuan itu tak terhitung banyaknya.
Aspek Korupsi yang menarik adalah pcrge-
seran yang berlangsung sepanjang ceritanya dari Dalam karya awalnya sudah jelas Pramoedya
kompsi sebagai masalah moral pribadi menjadi sadar akan tuntutan dasar strukturisasi karyanya.
masalah sosial-politik dan pcrlxaituran generasi. Contoh baik roman awalnya Di Tej)i Kali Bekasi.
Secara implisit unsur kedua telah hadir pada awal Roman itu pasti Ix-rdasarkan |>engalaman Pramoe
ceritanya, ketika asisten muda yang masih me- dya ketika ia ikut dalam perang melawan tentara
yakini cita-cita revolusi mendesak atasannya agar
24 kalam - edisi6,1995
REVOLUSI INDONESIA DALAM IMAJINASI PRAMOED YA ANANTA TOER
>e- lnggeiis. Namun jelas pula berita pengalaman Pra pada saat karangan ini ditulis direbut orang. Dan
si moedya bedainan dengan cerita pengalaman pada akhir roman tetap Bekasi menjadi simbol:
ia tokoh utamanya, Farid. Berita (hulu!) mempakan "Musuh di tepi sana. Tentara di tepi sini. Tepi-
er- laporan peristiwa dalam umtan sejarahnya. Cerita menepi Kali Bekasi yang penuh riwayat. Bekasi
uir (hilir!) mempunyai stmktur, dengan awal dan yang penuh kejadian." (him. 337).
le- akhir yang tertanda. Itu sudah jelas dari judulnya: Dengan demikian roman ini diberi kebulatan
roman mulai dan berakhir dekat Kali Bekasi. Di stmktur; dan ada efek lain yang mahapenting da
antara awal dan akhir itu berkembanglah plot me lam seni sastra: peristiwa dan pengalaman Farid
lalui dan sekitar tokoh Farid. Di samping pro dan rekan-rekannya diberikan makna yang jauh
ata tagonis terdapat tokoh sampingan, yang pengala- lebih luas, digencralisasi menjadi peristiwa dan
!""« mannya saling berkaitan, Ada beberapa tema pengalaman rakyat Indonesia. Cerita Farid menja
an yang seperti benang merah dapat ditelusuri se di epos revolusi Indonesia. Itu satu tuntutan seni
ata panjang roman ini, ada pula sejumlah motif, lagi: kasus individual yang biasanya menjadi
in- Dengan sarana literer disarankan adegan-adegan fokusnya oleh cara mengungkapkannya menda
ata dan situasi-situasi, dan diciptakan kenyataan ter- pat nilai hakikat umum. Lewat perlambangan
ya. sendiri; pembaca diperhadapkan tidak hanya de Bekasi sebagai kota yang membekasi, yang me-
lya ngan peristiwa-peristiwa yang berlangsung, tetapi wakili dewi kemerdekaan, perjuangan Farid men
us: pula dengan perasaan dan tanggapan tokoh uta jadi perjuangan rakyat Indonesia;, dan tujuan
er- manya. utamanya bukan hanya kemerdekaan nasional.
3Si: Seleksi terhadap kenyataan yang dihayati ber Sebab rakyat Bekasi sejak dahulu "bersatu dan
am beda dengan yang terdapat dalam catatan oto- terpaksa bersatu untuk menangkis serangan ga-
ba- biografis atau dalam risalah sejarawan: peristiwa- rong-garong yang tidak kenal akan keadilan ma
>at- peristiwa historis yang penting tidak diberi tempat syarakat dan kemanusiaan" (him. 11). Itulah
dalam roman, detil-detil dielaborasi, bahkan di- tujuan akhir revolusi kemerdekaan, dan demikian
reka; fakta-fakta digolongkan secara bedainan. pengantar roman ini menentukan tamhan yang
Singkatnya, kita dapat membaca roman tanpa sungguh-sungguh diperjuangkan oleh rakyat
ke- perlu mencari informasi dan data-data tentang pe Indonesia.
ing ristiwa-peristiwa yang sungguh terjadi di daerah Sepanjang roman tema ini dipertahankan le
ke- Bekasi. Pembaca yang temtama tertarik pada ke- wat berbagai peristiwa dan pengalaman: peran
san jadian faktual sebaiknya membahas karya-karya Amir, pahlawan teladan; perbantahan dan akhir
-ip- sejarah.47 nya perpisahan final antara Farid dan ayahnya,
uk- Hal itu masih diperkuat oleh penganiar yang yang tetap budak sistem kolonial; konflik Farid
Jan memanfaatkan nama Bekasi sebagai lambang: dengan Soerip yang sementara waktu melupakan
:lan "Banyak ceriteranya tentang Bekasi, tempat yang cita-cita revolusi dan hanya mengejar kese-
De- membekasi, tak bisa dilupakan." Dan kemudian: nangannya sendiri; hubungan Farid dengan
ler- "Bekasi...Bekasi, tempat yang membekasi halt" Nanny yang kesuciannya hams dipertahankan
kta. (him. 5). Bukan sekarang saja, di zaman revolusi, demi kemurnian cita-cita revolusi; kekecewaan
len- Bekasi memainkan peran dalam sejarah — sejak Farid atas kompsi dan kepengecutan yang disak-
zaman Belanda ada berbagai cerita tentang pe- sikannya dalam tentara dan kemarahannya ketika
dya risiiwa di daerah itu, tentang rakyat yang men ia melihat seorang nenek yang kehilangan cucu-
lya. derita dan berjuang. Dan ungkapan "Bekasi, kota nya dan sekarang menggendong batu besar dan
•asi. yang membekasi" menjadi semacam refrain'dalam menciumnya, hasil "perikemanusiaan Inggeris"
loe- bagian pengantar; daerah itu ada iblisnya, ada yang membakar kampungnya; belas kasihan yang
tara dewinya: Dewi Bekasi, dewi Kemerdekaan yang dirasakan Farid atas penderitaan rakyat yang
1995 kalam - edisi6,1995 25
A . T EEU W
terpaksa mengungsi sebagai akibat perang yang sastra mungkin dibuat berdasarkan campur-aduk
ganas. peristiwa dan pengalaman, melainkan juga lewat
Stmktur seluruh roman ditentukan berdasar- imajinasi dan stn.iklurasi serta pendosisan yang
kan tema yang dominan yang sudah mulai diung- diterapkan oleh penulis dapat mencapai nilai
kapkan lewat bagian awalnya, dan semua anasir esieiis. Kila teringat akan Baudelaire dengan Les
tersebut. memperkual dan membulatkan efek ro Fleurs du Mal-nya, yang juga menganut prinsip
man ini. Strukturisasi semacam ini dapat dilihat bahwa keindahan, fleur(bunga), mungkin dimun-
dalam kebanyakan karya Pramoedya. walaupun culkan oleh keburukan (mal). Saya leringat juga
teknik dan caranya berbeda-beda. akan Sajak Widuri untuk Juki 'I'obing Rendra yang
Contoh lain terdapat dalam Gado-gado yang berakhir dengan: "Dan perlahan tersirap darah
menceritakan penahanan seorang aku pada wak kita melihat sekuntum bunga telah mekar, dari
tu aksi militer Belanda pertama. Cerita ini mulai puingan masa yang putus asa."
menjelaskan judul: Gado-gado diambil dari ma- Roman Mereka yang Dilumpuhkan, yang se-
kanan campur aduk yang pernah didapat si aku akan-akan mempakan lanjutan Gado-gado, juga
dari tamu dalam penjara, yang paling lezal yang melebihi rangkaian cerita-cerita lepas. Ada stmk
pernah dicicipinya. Sesungguhnya si aku mau me tur yang jelas, berdasarkan pembagian menjadi
nulls sesuatu yang lain: ia sudah lama ingin me empat. Pencerita dalam pengantar menjelaskan
nulis roman. hanya saja ia belum berhasil mencari bahwa "tulisan ini kubuat untuk meni|X'rlihatkan
pahlawan dan penjahai yang sesuai. Maka ia [...I dunia ini penuh ole!i manusia.'' Dan |X.T.cerita
memutuskan untuk membuai lulisan campur sendiri mengaku 'banyak berkenalan dengan
aduk berdasarkan pengalaman yang pahit-pahit. manusia-manusia dalam tulisanku ini: manusia
Namanya dianggap cocok, walaupun ia sadar bubu, manusia penjara." (I him. 12) Sesama
bahwa campur aduk yang ia tulis bukan makanan manusia mulai dikenal lewat pencitraannya dalam
yang lezat. Dan ia bertilsafat sedikit tentang bentuk cerita, sastra adalah sarana untuk belajar
pengalaman manusia: ia sadar bahwa yang ditu- kenal manusia!
lisnya adalah pengalaman "yang tumbuh dari jiwa Dalam bagian pertama pencerita yang kemu
manusia yang kerdil — suatu campur aduk yang dian kila kenal sebagai Abas temtama lx;rlaku
tak berencana. Kesenangan, kesedihan, gambaran sebagai penonton dan pelapor. Bagian itu adalah
dari jiwa kecil yang tak dituntun oleh pikiran yang perkenalan dengan manusia bubu, lewat perte-
sehat" (him. 11). Dan pada halaman terakhir muan dengan sejumlah tokoh khas, yang selu-
pencerita kembali pada ceritanya sebagai gado- ruhnya member! gambaran tentang masyarakat
gado, campur aduk pengalaman pahit: ia menje tawanan yang istimewa. Dalam bagian kedua,
laskan bahwa gado-gado rasanya "hanyalah an kerja paksa di Pulau Damar, kita lebih akrab
tara bibir dan tenggorokan", yaitu cepat hilang Ix-'rhubungan dengan dunia pikiran dan perasaan
dari paneaindera, namun dalam kenangannya Abas, lewat dua motif utama: pertama kejenisan.
akan hidup 'sebagai awan berarak di tempurung kedua kebengisan sistem kolonial. Bagian ketiga
langit" (him. 76). Dan walaupun pengalaman
menyajikan konfrontasi yang intensif antara Abas
yang diceritakan kebanyakannya pahit-pahit saja, dengan sesama tawanan Sarpin, yang akhirnya
namun bagi pencerita bukan tak mungkin dari ke- terbukti alter ego-ny.i; dalam bagian ini tenia
pahilan dan ketakindahan pengalaman it11 toll utamanya adalah menulis, yang mengantar kita
pembaca mungkin "bisa merasakan keindahan kembali pada tema dominan seluruh roman ini:
langsung, dan mungkin juga keindahan kebu- penjara seperti dunia bayangan, dunia cerita dan
mkannya dan buruknya" (him. 10). dongeng. Akhirnya bagian empat mengevokasi
Demikian dijelaskan tidak hanya bahwa kaiya secara agak lebih longgar suasana penantian
26 kalam - nlisi 6. 1995
REVOLUSI INDONESIA DALAM IMAJINASI PRAMOEDYA AN ANT A TOES
uk penghabisan yang agak kacau atas "kebebasan atau militer, juga bukan happy end (dan happy
vat mahakuasa". Manusia bubu dari kata pengantar end sangat langka dalam karya Pramoedya!). Se
ng akhirnya menjadi manusia bebas, bebas "untuk mua peserta drama ini yang masih hidup masing-
ilai melangkahkan kaki dari kolak jahanam yang masing dikonlronlasikan dengan tanggungjawab-
les isinya hanya paksaan dan lindasan ke dunia yang nya pada kuburan Sa'aman, dalam cahaya mumi
sip bebas di mana kami boleh pergi ke mana hati nilai-nilai abadi yang diper juangkan kakaknya
in- mau dan tenaga mengijinkan", walaupun si aku selama hidupnya.
iga sadar pula bahwa ia dibawa "ke waktu dan tem Sangal menarik pula cara Pramoedya mulai
ng pat yang tak tentu" (II him. 294-5). menimbulkan tegangan pada pembaca yang bam
ah Iain lagi teknik strukturasi yang kita lihat - jauh kemudian dileraikan dalam Bukan Pasar
lari dalam Keluarga Gerilya. Subjudulr.ya sudah men Malam. Cerita ini mulai dengan kalimat: "Sesung-
jelaskan bahwa ini "kissah keluarga manusia da guhnya surat itu takkan begitu menyayat hatiku,
se- lam tiga hari dan tiga malam". Jadi dua unsur kalau saja sebelumnya aku tak mengirimi surat
iga penting dalam stmktur telah diberi sejak awalnya: yang berisi sesuatu yang tak enak untuk dibaca."
ik- pembatasan waktu dan pembatasan jumlali tokoh Sudah tentll pembaca sangat ingin mhu apakah isi
idi yang ikut dalam gerilya rekaan ini. Ini mempakan sural si aku yang tak enak dibaca. Kalimat itu
.an variasi atas prinsip yang telah diungkapkan oleh membangkitkan tegangan yang lama sekali diper
:an \ristoteles: prinsip tritunggal waktu. niang dan tahankan dan baru dileraikan pada, halaman 94.
rita iakii sebuah karya seni. Demikian rasa dosa si aku terhadap avahnvi lx;r-
•an Dalam bab pertama latarnya, panggungnya hasil dijadikan suatu tema dominan cerita ini.
sia dibeberkan: di "daerah merdeka" di tengah-te- Tenia kedua yang erat kaitannya dengan tema
ma ngah Jakarta yang telah dijajah kembali oleh ten pertama itu ialah kematian sang ayah yang sudah
am tara Belanda terdapat rumah kajang yang seder- terasa ancamannya sejak halaman kedua dan
ijar hana yang didiami oleh Ibu Amilah dengan anak- yang pada halaman terakhir masih menimbulkan
anaknya. Demikian disajikan tema utama per kecemasan si aku: sebab ia sangal sadar bahwa
111- tama: perjuangan rakyat Jakarta untuk kemer dunia ini bukan pasar malam dan bahwa keina-
iku dekaan melawan penjajah bengis. Sekaiigus pada lian adalah pengalaman terakhir yang menge
lah halaman pertama telah dikerahkan tema utama rikan, yang hams dijalani dalam kesepian dan
le- kedua yang tak kurang penlingnya: sebab dua keterasingan mutlak. Dan masih ada satu tenia
•lu- protagonis dilx'ri karakterisasi yang bertentangan, utama lagi, yang juga sudah mulai dibayangkan
kat dijadikan dua kutub dari skala nilai moral: dalam bab pertama dan yang kemudian merun-
ua, Sa'aman, pejuang yang tak gentar, "pemuda yang cing dalam konfrontasi si aku dengan ayahnya. Si
rab sebaik-baiknya di dunia ini" menurut penilaian aku yang dipanggil ke Blora karena ayahnya sakit
.an para tetangga; dan Amilah yang "dicap mereka parah; jadi terpaksa ia "mencari hutang", uang
an, sebagai jahanam buaya tangsi yang tak kenal untuk membiayai perjalanannya. Ia naik sepeda
iga kesopanan sebenang pun jua" (him. 7). mengedari kota Jakarta dan melewati istana yang
has Bab pertama mementaskan semua tokoh yang "mandi dalam cahaya lampu listrik". Dan ia
lya ikut dalam drama ini; oleh bab ini tegangan dan berpikir tentang perlx.-daan antara yang kaya dan
ma "kecucukan"18 pembaca dibangkitkan. Kemudian berkuasa dengan rakyai yang memperjuangkan
<ita bab demi bab berkembang plotnya yang men hidupnya di pinggir jalan berhari-hari." (him. H)
ini: ceritakan nasib celaka yang menimpa mereka ma- Dan ia secara sinis menyindir tentang demokrasi
lan sing-masing. Demikian kecucukan pembaca ber- yang memlxrikan hak yang sama kepada semua
tasi angsur-angsur dipuasi. Akhirnya pada bab peng- orang — namun "kalau engkau tak punya uang,
ian habisan terjadi peleraian, bukan peleraian politik engkau akan lumpuh tak bisa bergerak" (him. 9).
995 kalam -olisid. 1995 27
A . T E E I.I W
Tema ini pun meruncing pada akhir buku surat hutang, namun kemudian menghilang untuk
selama-lanianya. Demikian cerita ini menjadi ki-
kelika si aku mendengar tentang ayahnya yang sah berbingkai; sebagai efeknya dihasilkan anasir
humor ringan, sedangkan sekaiigus ceritanya di-
tiga puluh tahun memperjuangkan cita-cita kaitkan, secara tak langsung, dengan pencerita si
tingginya sebagai nasionalis, bagaimana "kini,
belum lagi setahun kemerdekaan tercapai ia telah aku.
tak digunakan oleh sejarah, oleh dunia clan oleh
manusia," (him. 104). Bagi ayahnya yang sakit, Llnsur humor memainkan peran penting, khu-
tidak ada tempat lagi di sanatorium, yang sudah sus dalam beberapa Cerita dari Jakarta, waiau-
penuh oleh pedagang dan tak terbayar lagi biaya- pun biasanya humor itu ada nada yang sinis atau
nya oleh pegawai kecil walaupun ia pejuang tragis. Dan itu pun sering menjadi jelas dari awal
kemerdekaan yang gigih. Dan tema keempat: ke- dan akhir cerita itu. Bacalah misalnya kalimat
terasingan antara si aku dengan istrinya yang bam awal Jongos + Babu: " Sejak Jan Pietersz C.«n tu-
dikawininya, namun yang sudah hiking keakrab- mn-temurun keluarga itu memang berdarah ham
an dengannya. Tema ini secara mempesona di- ba." Dan ternyata bahwa sifat hamba seakan-akan
evokasi dalam bab 2, pada perjalanan mereka menjadi kodrat dua saudara itu; tak heran lagi
naik kereta api ke Blora. Ternyata si aku tidak bisa akhirnya gadis Inah menurul kodratnya, "menye-
berbagi emosi dan pengalamannya dengan istri rahkan diri pada laki-laki tertentu." Demikian
nya. Pengalaman itu sudah tentu mcngisyaratkan sederhana hidup: "antara lapar dan buang air
dengan cara lain bahwa hidup ini "bukan pasar Kileiaklah hidup manusia ini. Dan hidup yang
bam itu berjalan pula dari lapar sampai buang air.
malam". Hidup yang lain pun menyusullah. Tak habis-
habisnya sampai dunia bejat." Dalam dunia per-
Empat tema ini yang erat Ix^rjalinan satu sama hambaan memang altcmatif tidak ada. "Sese-
lain mengakibatkan strukturisasi cerita yang amat derhana ini" kenyataan hulu kemiskinan dan per-
padat, sehingga pembaca terus-menenis digiring hambaan yang lewat stmktur lepatsasar dan ima
untuk ikut menghayati pengalaman si aku yang jinasi kuat ditransformasikan menjadi citra Sobi
menyedihkan pada berbagai tingkat: fmstrasi dan Inah, anak Indonesia yang celaka itu.
akan perkawinan yang sekarang sudah terancam
pecah; kekecewaan atas revolusi yang gagal dari Sama sederhana cerita Idulfitri dan Namun
segi sosial; dosa terhadap ayah yang lidak pernah
dihargai dan diakui jasanya; dan kcngerian akan (Ikan-ikan yang Terdampar), yang selx-narnya
maut sebagai ancaman yang tak terelekkan. lidak penting untuk diceritakan, sebab "untuknya
sendiri sejarah hidupnya sehari-hari selama ini
lain lagi cara strukturisasi dan pembulatan pun tidak penting." Dua puluh halaman dan dua
yang diusahakan dalam cerita Nyonya Dokter- belas jam kemudian "cerita ini pun berakhirlah [.„]
heivan Suharko. Di atas telah diberi kupasan sing- karena tak ada kehebatan yang nampak pada dua
kat cerita dari Jakarta ini, namun cerita pokoknya orang kelaparan sedang makan sate." Tetapi akhir
dikemas atau dibingkai dalam pengantar dan pe- cerita yang sesungguhnya terleiak "pada kesang-
gupan mereka untuk tems-menems mengham-
nutup yang meriwayatkan bagaimana si aku di-
ajak menemani kawannya yang hendak membeli burkan tenaga."
sepeda motor dari kawannya. Ternyata sepeda
motor itu berasal dari Nyonya Suharko, Kawannya Dari contoh-contoh di atas menjadi jelas be
kawan si aku kemudian menceritakan teniang ke tapa penting dan canggihnya sirukturisasi yang
luarga Suharko, dan tentang tipu daya nyonya terdapat dalam roman dan cerita Pramoedya.
Suharko yang tems-menems menjual sepeda mo Namun masih perlu dibicarakan satu aspek lagi
tor itu, yang kemudian diminta kembali dengan yang bukan tak berhubungan dengan masalah
cerita yang membelaskan. Ia membayar dengan stmkturisasi dan yang sama pentingnya dalam
28 kalam-edisi 6.1995
I;M n| ! Sl IM""»N1 SI .\ DALAM IMAJI NASI PRAM0BD1 h AN INTA l"ll
uk sastra modern, tetapi yang karena kompleksi- tokohnya ia lahu persis apa yang terjadi, apa pi
Id- tasnya lebih baik diuraikan tersendiri. kiran dan perasaan, motif dan ide mereka, ia
sir memilili dan memilah apa yang mau diceritakan
atau didiamkan, dan ia tahu sebelumnya bagai
:li- b. Fokalisasi dalam karya Pramoedya
si Kebenaran sastra yang sangat sederhana, na mana plotnya akan berakhir. Dialah yang menen-
mun tak kurang pentingnya ialah: kalau ada ce tukan selumhnya nasib tokoh-tokohnya, dan kita
iii- rita, hams ada orang yang menceritakannya. Pem sebagai pembaca tinggal menerima saja (walau
iu- baca yang polos biasanya tidak menghiraukan pun sudah tentu kita mungkin merasa berbahagia
au masalah itu: ia menganggap pengarang yang na- atau sedih atas nasib tokoh-tokohnya, atau mung
.al manya disebut pada halaman judul identik de kin juga kita kritis terhad?p plot atau kejadian
lat ngan pencerita teks yang sedang ia baca — ke yang "tidak masuk akal" atau Ixrtentangan de
lu- cuali kalau ada petunjuk jelas yang mengarahnya ngan keyakinan kita sendiri dalam karya yang kita
m- ke pendapat lain. Dan pembaca itu juga mene- baca). Pembaca yang polos apriori cendemng
an rima begitu saja bahwa pengarang yang sama mengidentifikasikan pencerita serba-tahu itu de
igi dengan pencerita itu serba-tahu, ia tidak berpikir ngan pengarang, kecuali kalau ada petunjuk-pe-
,e- bagaimana mungkin seorang penulis tahu segala tunjuk, intern maupun ek.stern, yang memungkiri
an peristiwa yang diceritakannya atau semua seluk- atau memustahilkan identifikasi itu.
air beluk jiwa tokoh-tokoh romannya. Itu malahan Bertentangan dengan adanya pencerita yang
ng dapat disebut konvensi dasar, kontrak yang mu- serba-tahu di luar ploi ada bentuk cerita aku: ce
lir. tlak mengikat antara pencerita/pengarang dan rita itu disampaikan kepada kita oleh seorang
>is- pendengar/pembacanya. Pencerita tahu beres; tokoh yang sekaiigus berlaku sebagai pencerita
er- informasi yang ia berikan tidak dapat dan tidak dan yang memainkan peran tertentu dalam ke-
se- perlu disangsikan atau dipermasalahkan. jadian-kejadian yang berkembang, sebagai tokoh
er- Namun dalam ilmu sastra modem masalah itu utama atau protagonis maupun sebagai tokoh
na- terbukti jauh lebih kompleks, dan juga dalam sampingan. Dalam hal ini pada prinsipnya pen
ibi sastra modern sendiri pembaca sering dipermain- cerita hanya dapat menceritakan apa yang ia lahu
kan oleh pengarang; hubungan antara pengarang, sendiri, entah peristiwa yang dihadirinya, atau
urn pencerita dan tokoh mungkin bcrliku-liku, dapat emosi dan pikirannya sendiri pada saat peristiwa
lya juga bergeser sepanjang cerita, dan pembaca se terjadi atau kemudian, ketika ia menulis ceritanya.
lya lalu hams hati-hati untuk menghindari salahbaca Namun ada macam-macam akal untuk mempcr-
ini yang mengakibatkan salahpaham. Masalah ilu luas sudut pandang si aku-pencerita: lewat cerita
lua sering disebut perspektif atau point of view, dari yang ia dengar dari tokoh lain, lewat surat-surat
sudut pandang mana atau siapa cerita disajikan yang ia baca, atau berita yang ia terima dari orang
kepada pembaca? Islilah lain yang dipakai ialah lain. Dalam hal ini pun pembaca apriori cen
fokalisasi: apa atau siapa fokus informasi yang demng mengidentifikasikan si aku-pencerita de
kila terima? ngan pengarang, kecuali bila ada petunjuk yang
Pramoedya sejak karya awalnya telah meman- bertentangan dengan itu, misalnya si aku pen
faatkan bcmiacam-macam teknik untuk mcnyam- cerita seorang wanita sedangkan pengarang di
paikan ceritanya. Teknik yang paling sederhana kenal sebagai laki-laki.
dan tua, bahkan dapat disebut klasik, ialah cerita Di antara dua Ixmtuk pcnceritaan utama:
disampaikan oleh seorang pencerita yang serba- pencerita serba-tahu dan aku-pencerita, ada belx-
tahu, yang sendirinya tidak terlibat dalam peris rapa bentuk campuran. Dan kita akan melihal
tiwa-peristiwa yang diceritakan; sebagai semacam bahwa dalam karya awal Pramoedya telah ter
dewa yang bersinggasana jauh di atas tokoh- dapat berbagai bentuk campuran dan peralihan.
kalam edisi 6, 1995 29
A TEE U W
Misalnya Di Tepi Kali Bekasi: pada prinsipnya Kemudian ada kalimat yang tidak jelas lagi status-
roman ini diceritakan oleh pencerita serba-tahu. nya: "Menyusul ... hati-hati.". Berdasarkan konieks
Fokusnya memang pada tokoh utama, Farid; ada lebih masuk akal kalimat ilu masih termasuk
kalanya kita mendapat informasi tentang hal-hal fokalisasi intern Farid, sama dengan kalimat
yang di luar pengalaman clan penglihatan Farid. berikut "Manusia?". Bagaimana pun batas antara
Dalam fokalisasi Farid cara yang klasik untuk fokalisasi ekstern dan intern dalam kasus ini, yang
menyajikan pikiran atau perasaan tokoh ialah de penting justru pergeseran yang hampir tak terasa.
ngan kulipan langsung tentang apa yang dikata- Teknik pergeseran fokalisasi sangat penting unnik
kannya (dengan menambahkan ungkapan seperti menghidupkan ceritanya. mengikulsertakan
"katanya" dan Iain-Iain, atau dengan tanda kutip) pembaca secara langsung. Sepanjang roman ini
atau yang dirasakan atau dipikirkann/a (dengan percampuran dan pergeseran fokalisasi ekstern
eksplikasi: "pikirnya"; "ia insaf; "rasanya"). dan intern dipertahankan dengan efeknya
Tapi dalam teknik naratif modern mungkin meningkatkan identifikasi pembaca dengan Farid.
juga fokusnya bergeser tanpa s|x\sifikasi eksplisit Kita seakan-akan masuk pribadi Farid, melihat
dari pencerita kepada tokoh yang diceritakan. dengan mata dia, berpikir lewat pikiran dia.
Teknik itu dalam sastra modem Indonesia per Kalau Di tepi Kali Bekasi dibandingkan de
tama kali diterapkan secara sangal cfektif oleh ngan Perburuan dan Keluarga Gerilya cepat
Aniiijn Pane dalam Belenggu. Tetapi Pramoedya menjadi jelas bahwa dalam dua roman terakhir
juga sudah mahir inempergunakan leknik yang pergeseran implisit fokalisasi dari ekstern ke
disebut pergeseran dari fokalisasi eksiern ke fo intern jarang terdapat. Mungkin satu-satunya tem
kalisasi intern dalam roman awalnya. Satu conioh pat dalam Perburuan di mana terdapat semacam
hams mencukupi. Farid dan regunya sibuk meme- fokalisasi intern adalah dalam bab 3, dalam dialog
riksa tempat yang hendak dipakai oleh kesaiuan aniara Hardo dan Dipo. Ketika Hardo dengan ga-
tentaranya sebagai asrama dan kantor. Di malam rang mcmpertahankan Karmin, Dipo terdiam.
gelap-pekat ia masuk aiang tertentu. lalu ia men- "Matanya berkeliling pergi ke mana-mana. pada
dengar suara tak jelas. "Ia undur ke belakang. bambu yang memagari tepi atas kali I...I; pada ail
menyiapkan kerabinnya, dibuka kuncinya. Bila di bawah [...J; pada tebing itu sendiri, di mana
ada serangan, siap menembak. Menyusul bunyi gadis-gadis kampung beriiing tunin dan naik
jarijari kaki menggaruk lantai. Anjingkah? Menga- dengan buyung tanah bulal bundar di pinggang;
pa lidak menggonggong? Manusia? Tetapi tidak ada anak-anak yang berangkat ke sekolah di jalan
berbicara atau menyapa. Menyusul lagi bunyi me- raya di seberang..." (him. 65). Dalam kutipan ini
rayapnya, pelan dan hati-hati. Manusia? Farid fokus hampir tak terasa dari pemerian ekstern
menyanilarkan badannya di tenibok." (him. 97) oleh pencerita ke lamunan seperti dihayati oleh
Dipo. Namun ini kekecualian dalam roman ini.
Bagian awal dan akhir fragmen ini jelas me
makai fokalisasi ekstern: pencerita mcneeriiakan Memang di beberapa tempat kita membaca
apa yang dilakukan Farid: "undur ke belakang" pikiran tokoh, seperti misalnya pada awal bab 1.
dan "menyandarkan badannya". Namun kemu tetapi pikiran semacam ilu selalu dieksplisiikan
dian lerjacli pergeseran fokalisasi: Dua kalimat dengan ungkapan sepeni "katanya dalam kepala".
"Bila lantai" tidak jelas beiul apakah menyam- "ia berpikirlah", "bisiknya", jadi lidak terjadi per
paikan pikiran Farid atau komeniar pencerita. geseran implisit. Demikian juga dalam Keluarga
Tetapi mulai dengan "Anjingkah?" sampai Gerilya.
"menyapa" kita masuk fokalisasi intern: tak dapat Apakah perbedaan teknik ada fungsinya? Saya
tidak ilu pikiran Farid, walaupun tidak kira memang Ix-gitu. Dalam Di 'Tepi Kali Bekasi
dilambahkan penjelasan seperti "pikirnya". tidak hanya Farid menjadi tokoh utama dalam arti
30 kalam - edisi 6.1995
REVOLUSI INDONESIA DALAM IMAJINASI PRAMOEDY A ANANTA TO EH
bahwa hampir selumh roman difokalisasikan pa kan: kami, bukan engkau. Kata itu selalu dipakai
da protagonis itu, melainkan ciri utamanya ialah dalam ungkapan seperti "ksmpung kami", "kota
percampuran peristiwa-peristiwa yang dihadiri kami yang kecil/miskin/damai" atau "pemuda
atau disaksikan Farid dengan penghayatannya. kami", serta pada halaman akhir: "daerah kami".49
Urtuk cerita semacam im teknik pergeseran per- Fungsi kami ini jelas: pencerita, bertentangan
spek'if dari pencerita ke tokoh dan sebaliknya dengan pembaca yang disapa, adalah orang Blo
ama. efektif. Tetapi Perburuan lain sifatnya. Peris ra; ia akrab dengan keadaan di Blora dan pendu-
tiwa yang terjadi dalam cerita ini tidak penting; duknya: bahkan ia sendiri hadir pada pendaratan
yang penting temtama dialog-dialog antara tokoh- Jepang. Namun ia bukan anggota keluarga yang
tokoh yang mempakan sarana efektif untuk diceritakannya peristiwanya. Ia pencerita serba-
menyingkapkan pikiran dan emosi mereka. Tang tahu, namun ia berdiri di pinggir. Ia seorang
gapan lewat pergeseran dari fokalisasi ekstern ke outsider dari segi plot, namun yang mempunyai
fokalisasi intern tidak perlu, bahkan mungkin informasi inside tentang segala apa yang diceri
mengganggu. Plotnya berkembang lewat dialog, takan dan terns mengomentari kejadian-kejadian.
yang fungsinya justm berangsur-angsur membuka Ia kenal tokoh-tokoh dalam cerita, pengalaman
labir batin para tokoh. Dan dalam hal Keluarga dan alasannya, emosi dan pikirannya; namun me
Gerilya juga dialog memainkan peran penting reka tidak mengenal dia. Ia tidak mempunyai
untuk menyampaikan kepada pembaca pikiran emosi, tidak ikut menangis dengan yang me-
dan perasaan tokohnya. Lagi pula dalam roman nangis. Akibatnya pembaca juga memperhaiikan
ini setiap bab ada tokoh dominannya sendiri, dengan jarak, dari pinggir, bukan sebagai orang
sedangkan fokalisasi intern justm efektif dalam yang dilibatkan langsung. Teknik ini seakan-akan
hal Farid yang sepanjang roman menjadi tokoh memberikan kepercayaan kepada pembaca bah
utama, yang satu halaman pun tidak absen dalam wa hal-hal yang diceritakan sungguh-sungguh ter
roman itu. Dengan teknik pergeseran fokalisasi, jadi.
Farid sekaiigus menjadi peserta dan penonton, Dalam karya lain Pramoedya memanfaaikan
peninjau peristiwa di medan perang dan tingkah teknik seorang pencerita aku, yang betapa pun ju
laku sesama manusia. Demikianlah roman ini li ga terlibat dalam ceriia. sebagai tokoh, eniali pro
dak hanya menjadi cerita tentang revolusi, tetapi tagonis atau tokoh sampingan. Teknik ini pun
sekaiigus lewat penghayatan Farid memlxiri bermacam-macam fungsinya, seperti ternyata dari
evaluasi berdasarkan prinsip kemanusiaan yang cerita Blora. Teknik naratif yang dipakai Pra
dominan dalam keyakinan protagonisnya. Roman moedya dalam cerita ini melibatkan pembaca se
ini bahkan secara paradoks dapat disebut: roman cara langsung dalam pengalaman si-aku; pembaca
aku dalam persona ketiga.
secara harfiah disapa oleh si-aku, sudah sejak ka
Adakalanya Pramoedya menambahkan unsur limat pertama: 'Saudara! Engkau tahu apa yang
pencerita aku dalam cerita yang pada garis besar- dicita-citakan oleh liap tawanan? Engkau pasti
nya diceritakan oleh pencerita serba-tahu yang tahu!" (him. 5). Dengan kata saudara dan kata
berada di luar peristiwa yang diceritakan. Contoh ganti tunggal engkau, keduanya cukup akrab da
baik ialah Dia yang Menyerah. Pada halaman per lam bahasa sehari-hari, pencerita langsung me
tama kita bertemu dengan seorang persona per nyapa "pendengar" individual; dan teknik ilu di
tama pencerita, yang menyebut diri dengan kata pertahankan sepanjang ceriia ini: ketika ia tiba di
ganti tunggal: "Aku masih ingat belul" (him. 265). Blora: Blora, saudara, Blora!". dan sekali lagi, ke-
Kemudian cukup sering dipakai kata ganti per lika berjalan di kota kecil itu: "Blora, saudara. Dan
sona pertama majemuk "kami", dengan tungsi aku sampailah" (him. 9). Demikian pula ketika ia
eksklusifnya: pembaca/pendengar justru dikeiuar- menjelaskan nama panggilan yang diberikan ke-
kalam edJsi6,1995
31
A TEEIIW
luarganya kepadanya: "Saudara, adik-adik clan kemudian ternyata lamunan saja) ke Blora.
Menariklah perbandingan teknik naratif Blora
semua kerabal memanggil aku Muk" (him. 13).
Dalam bagian kedua dialog menjadi ragam dengan Bukan Pasar Malam, juga sebuah cerita
persona pertama, yang di dalamnya pencerita
naratif yang dominan: pencerila berturut-tumt
bercakap dengan berbagai anggoia keluarganya. sekaiigus menjadi protagonis. Di sini pun pem
Tetapi dalam bagian ini pun pembaca langsung baca langsung terlibat dalam penghayatan dan pe
dilibatkan dalam apa yang dilihat dan dirasakan rasaan si-aku, seakan-akan langsung disapa oleh
oleh persona pertama cerita: "Aku menangis. Sau komentamya. Namun ada perbedaan gaya yang
dara, sekarang aku sendiri yang menangis. Betapa cukup penting: sapaan dengan saudara atau eng
kan tidak, saudara" (him. 22). Sampai halaman kau tidak ada. Dalam bab pertama memang ada
beberapa seruan yang dapat dibaca sebagai ikh-
terakhir rekaan komunikasi langsung dengan liar untuk inenciptakan hubungan dialog dengan
pcmbaca/pendengar dipertahankan: bila si aku pembaca dan mengikutsertakannya dalam emosi
pencerita, misalnya dengan beberapa kalimat
disumh menyembunyikan mayat adik kecilnya, yang mulai dengan Ya: "Ya, lx;gitu permulaan
sebab ada patroli Belanda yang datang, tanggap-
annya: "Tak sempat, saudara!" (him. 26) Teknik suratnya" (him. 6), "Ya, sekiranya aku punya
mobil" (him. 7), "dan, ya, hutang pun suatu
kebaikan atau budi juga" (him. 9). Demikian pula
sejumlah tanda seru dibelakang kalimat ekakata J
pada akhir bab pertama. Ungkapan: "Hutang! Pre
sided Menteri! Para-paduka-tuan! Dan penyakit!
Mobil! Keringat dan debu tahi kuda! - Hatiku
Ixirteriak." (him. 9), tidak hanya mengeluarkan
"teriakan hati", tetapi juga mempunyai fungsi ko-
munikatif-emosional. Namun prosede ini dalam
bab-bab berikut tidak diterapkan lagi. Emosi da
lam Bukan Pasar Malam tidak kurang meluapnya
dibanding dengan Blora, bahkan langisannya jauh
lebih banyak, baik oleh pencerita maupun oleh
kerabatnya: "O, airmata yang terns mengalir sejak
aku menginjakkan kaki di bumi Blora kembali"
(him. 73). Tetapi nada cerita ini jauh lebih terke-
kang, keterlibatan pembaca terjadi secara tak
langsung, temtama oleh apa yang diceritakan,
bukan oleh cara menceritakannya.
IVmakaian bentuk aku ada efek lain lagi: tek
nik ini menyarankan bahwa karya bersangkutan
bersifat otobiografis, dengan kata lain bahwa si
aku pencerita boleh atau pun hams diidentili-
kasikan dengan pengarang. Saran itu diperkual
ini sangat efektif memaksa pembaca untuk mem- lagi oleh informasi ekstern yang kita terima, dari
biarkan diri terhanyut dalam emosi bertentangan pengarang sendiri maupun dari sumber ekstern.
yang dihayati tokoh aku selama kunjungan (yang Demikian misalnya kita tahu bahwa pada bulan
kalam - edisi (). 1995
32
REVOLUSI INDONESIA DALAM IMAJINASI PRAMOEDY A AMANTA TOER
m Me. 1950 Pramoedya pergi ke Blora, di panggil ini juga dipakai bentuk aku? Dalam ceriia ini fo-
oleh keluarganya karena ayahnya sakit parah; kus utama pada proses batin tokoh aku- proses
ta kemudian sang ayah memang meninggal. Bahkan yang mulai dengan timbul niatnya untuk mela-
ta dapat dipastikan bahwa komposisi keluarga Blora kukan kompsi. kemudian ia mengalami semua
dalam kenyataan sama dengan yang diceritakan uniung-rugi keputusannya dalam praktek hidup-
•h dalam karya sastra ini; dari sejumlah segi lain pun nya (kemewahan dan kenikmatan tetapi juga ke-
ig cerita ini klop dengan data faktual. Jadi dari segi taku.an dan rasa dosa), unn.k akhirnva dflangkap
takar kenyataannya tak dapat dlsangkal aspek .lan dipenjarakan. Lewat bentuk aku kita pada
g- otobiografis Bukan PasarMalam. satu nihak menghayati dari dalam proses mema|
in Namun dalam hal semacam ini pun konsepsi si aku, mungkin sekali kita sadar pula bahwa kita
•si Pramoedya tentang kenyataan hulu yang oleh sendiri juga terancam godaan seperti yang mence-
imajinasi pengarang ditransformasikan menjadi lakakan pegawai Bakir; dan sekaiigus justm oleh
/a kenyataan hilir tetap berlaku. Sastra mengangka. karena itu kita merasa jijik terhadap si-aku itu
...
la data dan fakta menjadi citra yang koheren, kenya- Dengan kata lain: pengalaman si-aku Bakir meng-
ta taan d.|ud,kan kebenaran, reality menjadi truth. kcnfrontasikan pembaca dengan akunya sendiri
e- Pemakaian bentuk aku memperkual tegangan yang juga selalu tergoda pilihan salah
Iit! yang menjadi syarat mutlak untuk bcrhasilnya Demikianlah tiap karya Pramoedya menunjuk-
karya seni: pembaca selalu berada dalam tegang- kan teknik naratif yang sesuai dengan. tema utama
;u an antara kenyataan hulu dengan pencitraan hilir, dan fokus ceritanya. Dalam Mereka yang Dilum-
in d. mana bukan peristiwa sehari-hari penting lagi, puhkan Abas sebagai pencerita-aku sekaiigus ber-
tetap. seleksi dan penggolongan data serta inter- laku sebagai penonton dan peserta. Dalam Den-
a-
y-a pretasinya oleh si aku, yang sendirinya bukan dam, "ceriia tentang kelemahan perasaan seorang
Pramoedya lagi melainkan seorang pencerita re- manusia", manusia itu dipentaskan sebagai aku
.h kaan. Sama sekali tiuak ada jaminan bahwa apa pencerita sehingga terjadi pencitraan tepaLsasar
•h
.k yang d.ceritakan betul-betul dialami, dikatakan, kelemahannya lewai penghayatan "kemabukan"
li"
dirasakan oleh si aku dan tokoh lain; ini juga bu- revolusi, kefanatikan dendam, "kebebalan manu-
.k
kan fungsi karya sastra; lewai pemilihan dan sia" yang membunul, sesama manusia Dalam
n,
k- pemilahan data, khususnya berdasarkan be^rapa Jongos +Babu dan Ikan-ikan Terdampar pen-
tema dan motif pengarah (lihat kupasan di atas), cerita serba-tahu berada di luar peristiwa yang
si penerapan teknik naratif serta imajinasi kuat, dipentaskan, sebagai peninjau kehidupan manu-
fi- kenyataan diciptakan kembali menjadi kebenaran sia pinggiran; tetap, dalam Cerita dariJakarta lain
.at kita bertemu lagi dengan pencerita aku, sesuai
iri Pramoedya sendiri membuktikan bahwa hams dengan fokus dan tema ceritanya masing-masing.
dibedakan jelas antara karya sastra yang memakai Ternyata Pramoedya sebelum mencapai umur tiga
bentuk aku dengan karya otobiografi, lewat karya puluh .ahun telah mempunyai keahlian liierer
lam, yaitu roman Korupsi. Roman itu juga dice- sehingga ia mahir memvariasi teknik naratifnya
ntakan oleh seorang aku, namun jelas si aku ini sesuai dengan apa yang hendak disampaikan
sama sekali tidak menunjukkan persamaan watak kepada pembaca!
atau pengalaman dengan pengarang. Sebaliknya:
si aku dalam Korupsi adalah seorang pegawai tua, c. Ekspresi dalam karya Pramoedya :
yang tetap lx:rjiwa kolonial, yang termasuk "ang- Bahasa Indonesia sebagai sarana
katan pengecu." yang masih tetap "memanjang- Tak kurang kemahiran Pramoedya dalam
kan umur penjajahan", dan yang oleh karena ilu penggunaan bahasa Indonesia dan penerapan
mest. lenyap" (him. 101-102). Mengapa dalam hal berbagai ragam dan gaya sesuai dengan sifat kar-
95 kalam-edisi 6,1995
33
A . TEEUW
ya yang dikarangnya. Keinahirannya berbahasa nya sintaksis masih kuat bersifat Melayu-Minang
Indonesia lebih-lebih mengagumkan kalau kita sama seperti yang terdapat dalam ronian-ronian
mengingat situasinya pada zaman awal revolusi. Balai Pustaka. Demikian pula gaya literer pada
Sastra Indonesia didominasi oleh pengarang ber- awalnya masih mirip dengan roman Balai Pustaka;
laiarbelakang Minangkabau. clan hasil utamanya sebagai contoh dikutip bagian awal dari cerita
adalah karya yang berfokuskan konflik antara yang masih ditulis dalam tahun 1946, berjudul
"kaum tua" dan "kaum muda", pada awalnya khu Kemana?, yang berbunyi begini: "Mendung hitam
susnya dalam kebudayaan Sumatra Barat, kemudi menebal. Hujan mulai melebat kembali. Kadang-
an meluas sampai penduduk kola besar, khu kadang saja guntur mengelegar diikuti oleh
susnyaJakarta. Bahasa mereka masih kuat berakar kilainya yang cuaca. Bulan November 1946."50
dalam bahasa Melayu-Minang yang dikembang- Kalimat kalimat semacam ini mungkin ditulis oleh
kan oleh "gum bahasa Melayu" seperti Nur. St. Merari Siregar!
Iskandar, dan gaya sastranya terikat pada konven- Namun gayanya cepat berkembang, dan baha-
si tentang "keindahan" tradisional, sebagian sanya diperkaya oleh kosa kata Jawa dan khusus
mungkin dipengaruhi oleh konsepsi tertentu ro nya Jakarta yang diintegrasikan seperlunya dalam
man Barat aliran romanlisisme. yang di Barat bahasa Indonesia. Pengaruh literer dari. luar ia
sendiri sudah lama ketinggalan zaman. Satu-satu dapat dari karya-karya yang dibaca dalam penjara
nya pembaharu di masa sebelum perang, dari segi Belanda, di mana ia.mengakrabkan diri dengan
tema maupun teknik naratif dan gaya bahasa. bahasa Inggris. Kemampuan pasif bahasa asing itu
adalah Armijn Pane, dengan Belenggu-nya. Kemu tak dapat tidak cukup baik, melihat terjemahan
dian pada awal revolusi muncul Idrus, dengan buku Steinbeck OfMiceand Men yang dibuatnya
perombakan konvensi prosa lama, lewat keseder-
hanaan bamnya yang bertentangan dengan este- dalam penjara Belanda dan yang bennutu baik.'1'
Namun sebagai sastrawan muda tanpa pendi
tik romantik yang mendominasi sastra angkatan dikan formal, yang hendak menulis dalam bahasa
sebelum perang. Tetapi gaya Idrus belum mapan yang bukan bahasa ibunya dan yang konvensi
ketika Pranxx*dya mulai menulis. sastranya masih sangat terbatas dan sudah agak
ketinggalan zaman, ia menghadapi tugas yang
Sejarah resepsi sastra oleh Pramoedya di masa cukup berat. Melihat situasi ini prestasinya sangat
mudanya tidak diketahui secara mendetil. Kita mengagumkan. Dalam roman pertamanya ia telah
tahu bahwa bahasa Melayu sebagai bahasa pe- memperlihatkan penguasaan bahasa Indonesia
lajaran hanya memainkan peran sampingan dalam
pendidikan formalnya; demikian pula bahasa yang menakjubkan. Contoh yang agak panjang
Indonesia tidak penting dalam lingkungan hidup dapat menjelaskannya:
nya sehari-hari, di mana bahasa Jawa sebagai "Farid memacu kudanya lagi. Kencang, seken-
bahasa informal dan bahasa Belanda sebagai cang-kencangnya. Di sepanjang jalan rakyat
bahasa gerakan politik dan "modernitas" do berduyuivduyun menuju ke Kranji. Kranji per-
minan. Tetapi pada sekolah dasar Pramoedya lindungan! Kranji pusat Tentara. Orang dari
telah membaca banyak buku edisi Balai Pustaka berbagai macam dan keadaan. Seorang perem
dalam bahasa Indonesia, asli maupun terjemahan.
la sendiri menyebut Sebatcuig Kara sebagai ro puan di atas sepeda Iakinya. Kakinya borok
man yang dikagumlnya sebagai anak muda. Ke
berdarah-darah. Tak bisa jalan. Sepanjang ja
lan meringis kesakitan. Perempuan selengah
mudian di masa Jepang di Jakarta Pram<x;dya telanjang. Berkain kamng saja. Menjinjing se-
intensif belajar bahasa Indonesia, gumnya dua ikat jagung. Seorang dewasa menggendong
orang gum bahasa Melayu gaya lama; dan dari anak perempuannya. Sepanjang jalan dicium
karya awalnya jelas ia murid yang baik: khusus pada pipinya. Kuda yang terlalu kums di.arik
34 kalam edi.s.6. IW5
REV0LU SI INDONESIA DALAM IMAJINASI PRAMOEDYA ANANTA TOE]
dengan sepeda. Gerobak ditarik orang laki- Kramal Perbandingan antara betis yang tipis
laki. Di dalamnya berisi kasur dua lembar dan dan sepatu yang besar jadi perhalian semua
seorang gadis desa dengan lakinya. Baru orang yang melihatnya. Tapi betis itu berjalan
semalam jadi pengantin. Perempuan habis saja, sekalipun orang menamai kaki kijang
beranak pelan-pelan berjalan di samping
lakinya yang menggendong anak oroknya. atau kaki oinokio.
Mobil Tentara yang mengangkut pahlawan-
pahlawan yang luka." (him. 302). Pipa celana pendeknya melambai-lambai
malas. Dulu celana itu panjang juga. Kemu
Adegan ini sukar ditentukan apakah hams dian dipotong. Potongannya ada di dalam
dibaca sebagai fokalisasi ekstern, jadi teks pen saku, jadi saputangan merangkap anduk. Tam-
cerita ataukah fokalisasi intern, yaitu adegan se
perti dilihat dan dihayati oleh Farid.52 Bagaima- bah keatas. tambah banyak robekannya yang
r.apun, daya pengamatnya sangat tajam dan gaya lxjrjela-jela, kemudian sampai pada pantat
mengungkapkannya secara berkilat-kilat, dalam
kalimat singkat-padat, staccato dalam istilah mu- yang tipis dan sempit, yang bergoyang lesu ke
siknya, kuat mengevokasi kesengsaraan dan kanan dan ke kiri bila kakinya melangkah.
penderitaan rakyat yang terqpaksa mengungsi
sebagai korban perang. Seakan-akan kita menyak- Kemudian pinggang yang sempit yang cekung
sikan reportase alaupun film pengungsi-peng- di bagian pemt, presis di bawah iga. [...] Ke
ungsi di Ruanda atau Kamboja atau Basnia. atas lagi tergantunglah kemeja stremin hijau
serdadu. Kemudian bahu. Dan sepasang-
Contoh lain tentang kesanggupan bahasa lengan tipis dan tangan yang cekung-cekung
sugestif diambil dari cerita Jalan Kurantil No. 28.
menggantung padanya. Di atas bahu itu men-
Cerita ilu mulai sebagai berikut:
congak leher panjangkurus, kemudian kepala
"Sepatu itu melangkah-langkah jua, pendek- tangan kedua -- cekung-cekung dan
pendek lesu dan tetap. Warnanya hitam —
berambut.
bekas sepatu serdadu Gurka. Bam sekali ini
sepatu itu menciumi aspal Jalan Kurantil. Dulu Dan daging yang terbungkus pakaian itu
sepatu itu gagah, mengkilat dan galak juga. orang hidup juga, dan kurban penderitaan
juga. Orang menamainya Mahmud Aswan."
Dia pernah menginjaki dada bangkai berpu-
luh-puluh prajurit dari bert»agai bangsa dan di (him. 27-28).
berbagai medan perang. Tapi kini sudah
hilang keindahan dan kegagahannya. Tumit- Dalam kutipan ini, yang mempakan awal ceri
nya sudah miring. Hitamnya telah berbulu tanya secara sangat mengerikan dievokasi dehu-
bulu putih-putih, hidungnya Ixjpeng-bopeng,
dan jahilannya sudah banyak yang rantas. manisasi dan desintegrasi seorang manusia; tokoh
Langkahnya tak tegap lagi, tetapi melangkah ini menjadi fungsi "bungkusan pakaian"-nya yang
juga. Di dalamnya tersembunyi kaki yang
serba kumal. Kepribadiannya tidak ada lagi. la
kecil, tipis dan kehijau-hijauan, dan di atasnya terdiri dari daging yang dibungkus dalam sepatu
dan pakaian lain yang telah ada sejarahnya di luar
menjulur beds yang tipis. lutut. paha. kemu dia, bahkan badannya sendiri telah tua: ungkapan
dian celana pendek militer. Dulu betis itu be
sar dan bertenaga juga, walaupun tak meng sarat ironi "kepala tangan kedua", kepala Ix-kas,
bukan yang asli lagi, dan telah usang, mering-
alami perang di mana-mana. Hanya sekali kaskan kesia-siaan dan kekonyolan tokoh utama,
betis itu mengalami pertempuran, di jalan yang kemudian terbukli dalam penghabisan fatal
cerita ini.
Pramoedya sangal mahir memanfaatkan sim-
bol, lambang dalam membangun cerita. Contoh-
contolinya tersebar di selumh perkaryaannya.
Contoh yang baik misalnya terdapat dalam Bukan
kalam edisi 6,1995 35
A . T E EU W
Pasar Malam. Ketika si-aku dengan istrinya naik kan dan mencemoohkan konvensi sastra lama
kereta dan berangkat dari Gambir ke arah Jati-
ncgara ia melihat "gundukan tanah merah yang yang masih kuat dalam sastra Balai Pustaka yang
tinggi" yang dulu ia lihat kini tinggal sepe- lidak cocok lagi dalam ideologi pemuda zaman
rempatnya lagi: "Diendapkan oleh hujan. Dicang-
kuli. Diseret oleh air hujan." Dan tiba-tiba si aku perjuangan. Namun dalarn bagian kedua alinea
merasa ngeri: "Bukankah hidup manusia ini tiap ini pencerita mencoba dengan cara sendiri meme-
hari dicangkuli, diendapkan, dan diseret juga se rikan apakah daya tarik bibir dan mata gadis itu!
perti gundukan tanah merah itu?" (him. 10) De Dalam hubungan ini penting pula dengan
singkat dibicarakan hubungan Pram.xxlya dengan
mikian tema utama: maut sebagai sesuatu yang bahasa ibunya, bahasa Jawa. Profesor Ben Ander
tak terelakkan dan mengerikan, sudah muncul son, temtama dalam dua karangan yang cukup
pada awal perjalanan mereka ke Blora, ke tempat mempesona, membicarakan masalah itu.53 Dalam
ia akan dikonfroniasikan dengan maut ayahnya. kupasan ceriia Makhluk di Belakang Rumah ia
mengemukakan pendapal bahwa Pramoedya
Senjata lain yang sering dipakai Pramoedya
ialah ironi. Untuk ini pun puluhan contoh dapat "memakai bahasa Indonesia untuk melawan
dikemukakan; saya mengambil satu dari Dia yang
Menyerah. Ketika Jepang berkapitulasi dan berita bahasa jawa"; meski bagian-bagiannya "niscaya
kemerdekaan meledak, juga di "kota kecil kami", lak bisa diterjemahkan ke bahasa Jawa", cerita ini
"di langgar-langgar diadakan sembahyang mem- "tak kurang bergantungnya pada keberadaan ba
berkahi negara bam. Dan kiai-kiai berkhoibah hasa Jawa dan pembaca (Ix-rixihasa) Jawa."
dengan kemauan mulutnya sendiri-sendiri. Ayat- Kcsimpulannya, "banyak daya kekuatan tonjokan
ayat dicari-cari untuk mencocokkan keadaan de ungkapannya hanya bisa dirasakan sakitnya oleh
ngan agama. Dan seperti biasa, akhirnya meniup pembaca (berbahasa.) Jawa."54
angin ajaib dari mulut mereka: orang Indonesia
memang termasuk bangsa luar biasa di dunia ini Saya tidak setuju dengan pendapat Anderson.
— gagah perwira. Dan agama Islam adalah agama Saya yakin bahwa untuk memahami pemakaian
yang paling sempuma di seluruh jagai. Orang pun bahasa Indonesia oleh Pramoedya secara efektif,
mengamini dengan patuhnya." Oleh kemer latar belakang (sosio; linguistik Jawa tidak seesen-
dekaan itu timbul harapan bam dalam jiwa rakyat. sial seperti dikemukakan Anderson, bahkan
"Dan rata-rata orang Indonesia sudah senanglah mungkin sekali bahasa Melayu/Jakarta lebih pen
hatinya bila mempunyai harapan. Sekalipun ia ting sebagai dasar pcmbaharuan gaya dan bahasa
kosong berisi kabul." (him. 236). Pramoedya dari pada hubungannya dengan ba
hasa Jawa.
Contoh ironi lain yang menarik diambil dari Di
Tepi Kali Bekasi. Farid memandangi gadis Nanny Beberapa contoh dapat menjelaskan hal ini.
yang memikat hatinya. "Kalau ia lahir dalam abad Contoh diambil dari cerita Makhluk di Belakang
kesembilan belas, tentulah ia memuji Nanny: pi- Rumah. Anderson Ixrpendapal bahwa "rasa pe
pinya seperti pauh dilayang, hidungnya mancung nuh dendam sang pengarang hanya dapat dira-
seperti dasun tunggal, bibimya seperti delima sakan oleh para pembaca Jawa," dan ia merujuk
merekah, matanya sebagai bintang timur, alisnya pada pemakaian islilah "priayi" secara ironis, khu
seperti bulan liga hari.. tetapi karena ia jx-muda susnya dalam oxymoron "priayi dari udik". Sudah
jaman perjuangan yang diketahui dan yang bisa tentu kala priyayi berasal dalam bahasa Jawa, dan
dipujikannya: Nanny memang cantik. Tak dica- kualnya ironi ungkapan tersebut sekali lagi mem
rinya di mana letak kecantikan dan kemanisannya buktikan kekuatan bahasa Pramoedya. Namun
itu" (him. 170). Di sini Pramoedya mempennain- ironi itu dapat dipahami oleh setiap pembaca
Indonesia, bukan hanya menjadi privilese orang
Jawa saja. Kata pri(y)ayi sudah lama dipakai da
lam bahasa Melayu/lndonesia, seperti terixikti
.36 kalam edisi6,1995
r REVOLUSI INDONESIA DALAM IMAJINASI PRAMOEDYA ANANTA TOl
dari kainus-kamus Melayu klasik (Klinkert, Wil leset" dan "peot." Sepanjang cerita ini anasir ba
kinson. Van Ronkel). Bahkan Tirto Adhi Soerjo, hasa Jakarta cukup sering, misalnya pada halaman
"sang pemula" jumalistik Melayu menurut judul pertama sudah terdapat kata "di bokong, dekil,
riwayat hidupnya oleh Pramoedya, memberi judul jorok, celana kolor, menceboki"; adakalanya ada
Medan Prijaji pada majalah yang mulai diter- kata Belanda yang diambil alih iewat bahasa
bitkannya dalam bahasa Melavu pada tahun 1907! Jakarta seperti "dipemikkel, persneling".
Dan sebuah contoh lain yang membuktikan be
tapa lazim kata priayi sudah dipakai oleh penga Bahkan contoh yang tampaknya paling kuat
rang bukan Jawa dapat dilihat dalam Layar Ter-
kembang, roman St. Takdir Alisjahbana, di mana yang dikemukakan Anderson untuk membuktikan
protagonis Tuti mengemukakan: "Ya, itulah hake- bahwa cerita ini hanya dapat dinikmati sepenuh
kat yang sebenamya pada kebanyakan kaum nya oleh pembaca Jawa sebenamya tidak mem
buktikan apa-apa; benarlah ungkapan "ketihan
priyayi atau kaum terpelajar."55 pulung" atau "kejatuhan pulung", berasal dari ba
Contoh<cntoh javanisme lain yang dikemu hasa Jawa dan sering dipakai dalam konteks ba-
bad Jawa tentang "pulung" yang turun pada kepa
kakan Anderson juga tidak banyak membuktikan: la orang yang diperuntukkan menjadi raja. Namun
kurang jelaslah apa yang dimaksudkannya de
ngan "the subtle Javanism of 'para prijaji'"; pema kesimpulan berdasarkan contoh ini: "how Java
kaian "para" untuk memajemukkan kata benda nese in its own way all this is" (op cit. him. 221)
persona sangat lazim pada tulisan awal Pramoe
dya, tanpa subtlety apa pun juga. Dan dalam kurang kuat. Sebab pembaca Jakarta, juga yang
bukan Jawa, sudah lama kenal ungkapan itu; da
ungkapan "berendah-rendah akan luhur
akhirnya" tidak ada "parodic Indonesianization of lam kamus bahasa Jakarta karangan Alxiul Chaer
"ketiban pulung" dijelaskan sebagai "menerima
a standardJavanese motto" seperti dikatakan oleh
Anderson. Pramoedya berusaha menerjemahkan akibat yang tidak enak akibat pekerjaan orang
pcpatah Jawa (teks sendiri menambahkan "ajaran lain"; demikian pula kamus lain (Labrousse, Ka
parapriyayi tua di jaman baheula") setepat mung
kin ke dalam bahasa Melayu/Indonesia; rupa- mus Besar) menerjemahkannya sebagai T. Ixro-
leh bahagia I...I; 2 mendapat kcmalangan [...] aki
napanya ia tidak Ixrani memakai "rendah-rendah" bat orang lain'; kutipan bam misalnya berbunyi:
"Konsumen juga akhirnya ketiban pulung" (Tem
saja, dan memelayukannya dengan menambah
po, 29 September 1991, him. 91). Bahkan dalam
kan awalan "ber", walau ini dari segi Melayu
tradisional tidak perlu; bandingkanlah "mentah- cerita Pramoedya sendiri ungkapan yang sama di-
mentah dimakannya" dan banyak pepatah sema pergunakan beberapa kali, tanpa adanya asosiasi
apapun dengan makna aslinya dalam bahasa Jawa.
cam itu lagi.
Tidak kebetulan Pramoedya menghindari ba
Benarlah yang dikatakan Anderson bahwa da hasa Jawa sebagai wahana sastranya. Ia juga lidak
menulis "against Javanese". Ia menulis dalam
lam fragmen yang dibicarakannya terdapat anasir- bahasa Indonesia untuk rakyat Indonesianya. Ia
kreatif sebagai pemakai bahasa; namun kreativ-
anasir Jakarta; kata Sunda "baheula" demikian itasnya Ixirdasarkan bahasa Indonesia sebagai-
mana ia belajar memakainya; ia menerapkan alur-
lazim di Jakarta, sehingga tidak ada alasan meng- an tatabahasanya dengan setia, namun jika perlu
mengulurkannya sampai batas-batasnya. Ia tems-
apa pemakaiannya dalam cerita ini hams disebut menems memperkaya kosa katanya, dengan me-
manfaatkan otoproduklivitas sistem bahasa itu
"pemakaian secara sinis 'baheula' sebagai bahasa
Sunda-Jakarta". Jumlali kata Jakarta sesungguhnya
jauh lebih besar dari yang diperhalikan oleh
Anderson: kata "udik" sendiri, kemudian "terpe-
kalam -edisi 6, 1995 37
T E E II W
dan dengan mempergunakan kosa kata bahasa namun secara pahit hams menemukan bahwa
pengorbannannya dalam penjara Belanda diang-
Jakarta, yang pada gilirannya mengambil banyak gap enteng oleh adikadiknya; ia tidak lagi diang-
unsur leksikografiya dari bahasa Melayu Betawi gap sesama pejuang, sebab "Prajurit yang ditawan
dan pernah tertawan tak punya kehormatan-diri
(yang sendirinya banyak mengambil bahan dari lagi." (him. 25). Demikian pula Mahmud, prota
bahasa Portugis, Belanda, Cina, Jawa, Sunda dan gonis malang cerpen Jalan Kurantil no. 28, yang
Bali!). Pembaca karya Pramoedya tidak memer- pulang sehabis empat tahun meringkuk dalam
lukan hikmat esoteris, Jawa maupun ilmiah-Barat, |x;njara karena ikut gerilya, menemukan bahwa
unmk dapat memahami karyanya secara efektif bagi dia tidak ada tempat lagi di dunia ini: istri,
dan adekuat. Pengetahuan bahasa Indonesia yang anak dan rumahnya semuanya lelah diambil alih
baik dan benar, itulah peralatan yang temtama oleh temannya.
diperlukannya.
Demikian Pramoedya menciptakan sejumlah
V. Revolusi sebagai tema dalam karya awal tokoh yang mewakili perjuangan rakyat Indone
Pramoedya sia, yang masing-masing dengan cara sendiri ikut
a. Revolusi sebagai perjuangan fisik serta dalam revolusi dan perjuangan demi kemer
dekaannya. Dan tidak dapat disangsikan bahwa
Kebanyakan tokoh rekaan dalam karya yang tokoh-tokoh im dalam keanekaannya mewakili
dikupas dalam karangan ini langsung atau tak penciptanya. Secara meyakinkan kenyataan hulu
langsung terlibat dalam perjuangan fisik rakyat hidup Pramoedya sendiri ditransformasikan ke
dalam kenyataan hilir semua penjuang itu. Pra
Indonesia selama lima tahun untuk merebut ke moedya tahu dari pengalamannya sendiri apa
yang dievokasi dalam karyanya: perjuangan fisik,
merdekaan yang diproklamasikan pada 17 Agus- dengan segala resikonya, penahanan, penyiksaan,
tus 1945. Dipo dan Hardo daiam Perburuan sejak hidup hina clan terasing selama dua setengah
masa Jepang ikut perjuangan bawah tanah mela tahun dalam penjara musuh yang dibenci. Tokoh-
wan penjajah dan bersedia mempertaruhkan hi tokoh pejuang dalam perkaryaan Pramoedya me
dupnya dem> tujuan kemerdekaan bangsa. Farid mpakan lugu peringatan bagi bangsa Indonesia
dalam Di Tepi Kali Bekasi, demikian pula tokoh "lest Uiey forget": kemerdekaan bukanlah sesuatu
aku dalam cerpen Dendam, langsung mendaftar yang wajar, yang diterima begitu saja; kemerdeka
dalam tentara rakyat untuk aktif ikut dalam pepe- an hams diperjuangkan, dan sering minta pengor-
rangan. Sa'aman, Canimin dan Kartiman dalam banan yang paling besar.
Keluarga Gerilya sejak awal mulanya ikut dalam
gerilya dan akhirnya bahkan mengorbankan hi b. Revolusi sebagai perjuangan batin
dupnya demi cita-citanya. Namun dari karya Pramoedya jelas pula bah
Pencerita Gado-gado ditahan, disiksa dan wa bagi dia revolusi fisik bukanlah aspek revolusi
akhirnya dipenjarakan karena keterlibatannya da yang terpenting. Beberapa tahun kemudian pe
lam kegiatan memperjuangkan revolusi lewat ngarang, dalam Keterangan penutup pada cetak-
penerbitan. Dan Abas, tokoh pencerita dalam an kedua Di Tepi Kali Bekasi mengatakan bahwa
Mereka yang Dilumpuhkan, selama dua setengah revolusi dan perjuangan militer, "cara-cara ber-
tahun hidup dalam keadaan yang menghinakan tempur tanpa persiapan pendidikan ketentaraan,
manusia dalam penjara Belanda, bersama leman- tanpa strateeg, tanpa ala-talat yang semestinya,
teman yang lak terhitung banyaknya, karena bagi setelah terlepas dari cengkaman kelaparan adalah
mereka kemerdekaan lebih mulia dari hidup Ix-
bas dalam tanah air yang dijajah. Demikian juga si
aku pencerita cerpen Blora dalam lamunannya
dibebaskan dan dapat kembali ke keluarganya,
38 kalam edisi6,1995
SIREV0LUS INDONESIA DALAM IMAJINASI PRAMOEDYA ANANTA TOE
sesungguhnya suatu epos tentang revolusi jiwa — disebut Hardo yang mencela ayahnya yang mela-
dari jiwa jajahan clan hamba menjadi jiwa mer rikan diri ke dalam perjudian. Bapak Farid merasa
deka. Pengalaman-pengalaman lahir yang sedih melihat satu-satunya anak berangkai ke
menurut ukuran sekarang terasa mentertawakan medan perang: "Jaman bam, anak tak membutuh-
dan bodoh, sebenamya tidak begin, penting lagi. kan perlindungan orang tuanya. Jaman revolusi,
Dan pembahan atau Revolusi jiwa inilah yang seriia bembah dan bergerak! Dan anakku sendiri
lebih berhasil dalam selumh sejarah Indonesia tumt dibawa ams jaman" (Di Tepi Kali Bekasi
dari pada selumh Revolusi bersenjata yang per him. 19). Tapi Farid tidak peka lagi terhadap per-
nah dilakukannya." (him. 339). mohonan ayahnya. Ia "keluar. Tak menoleh. Tak
Bahwa revolusi pertama-tama dan temtama suka ia melihat bapaknya bekas Kompeni. Dahulu
adalah revolusi jiwa terbukti secara luas dari kar- kakitangan Belanda menindas warga Aceh" (him.
ya-karya Pramoedya yang dibicarakan di atas. 20). Dan kemudian, bila Farid menemukan ayah
Hardo, dalam Perburuan, dalam pengalamannya nya telah masuk kerja kembali dengan tentara
di Gua Sampur mendapat pencerahan bahwa ha- Belanda dan telah masuk Nica, amarahnya me-
kikat perjuangan manusia bukan lahir, fisik, tetapi luapluap, dan ia mengutuk Jakarta, yang ketu-
batin, kejiwaan. Bam revolusi jiwa itu membe- laran basil kolonial: "saya ingin melihat hari peng-
baskan manusia dari kungkungan yang sungguh- habisan bagi kola Jakarta. Saya ingin melihat
sungguh: maka ia mengatakan kepada ayahnva Jakarta terbakar. Saya ingin melihat Jakarta han
yang telah menjadi ptnjudi bahwa yang penting cur." Dan tetangganya Ibu Saleh yang melihat ke-
memang pembebasan, tetapi pembebasan ke atas: marahan dan kekecewaan Farid terham "meman-
"sesungguhnya kita hams bebas dari satu-satu dangi gelagat pemuda Indonesia jaman sekarang"
ikatan, mendaki ke atas — walaupun kemudian (him. 142-143). Dan pada tempat lain, di mana
terikat pula. Pembebasan ke atas! — bukan ke ayah melamun tentang anaknya yang telah men-
bawah!" (him. 63) Dan tidak kebetulan pada saat jauhinya, pencerita memberi komentar: "Darah
sang ayah, yang lama bingung tentang identitas bisa bertumn, tetapi pikiran dan faham tetap
lawan bicaranya, definitif mencapai kesimpulan ia berlain-lain. Orang ma im tetap sebagai orang
tak lain dan tak bukan anaknya sendiri, terdengar tuanya dahulu — hidup untuk mencari makan.
"gung dan gendang yang berirama |...j mengiringi Sedang pemuda yang didepannya, anaknya
permainan wayang yang sampai pada babak pe sendiri — hidup adalah bakti" (him. 149).
rang kembang — peperangan antara gergasi Tak kurang hebat konflik antarangkatan dalam
dengan satria, antara kebinatangan dan budi Keluarga Gerilya. Dalam roman im tiga saudara
kemanusiaan" (him. 73). akhirnya memutuskan membunuh ayahnya, ko-
Dalam praktek revolusi jiwa, "peperangan pral KNIL Paijan, yang mempakan bahaya bagi
antara kebinatangan dan budi kemanusiaan" itu perjuangan pemuda Indonesia. Bahkan keluarga
juga mempakan perjuangan antara generasi: ang nya sendiri terancam karena tingkah laku ayah
katan muda yang menghayati cita-cita revolusi itu yang teken kembali sebagai serdadu Belanda:
tidak hanya hams melawan musuh luar, tentara kalau ayah pengkhianat tidak disingkirkan "selu
asing, Inggeris dulu, kemudian Belanda, tetapi mh keluarga kita pasti dimakan bambu runcing"
juga musuh dalam sclimut: angkatan tua yang (him. 40). Sa'aman, anak sulungnya, tahu bahwa
tidak memahami zaman bam, yang jiwanya ketu- keputusan itu benar sebab tidak ada jalan lain,
laran semangat penjajahan. Ideologi pemuda gi- walaupun ia tahu juga bahwa pembunuhan ayah
gih dan galak melawan mentalitas kolonial dalam adalah dosa yang hanya dapat ditebus dengan
bangsa sendiri, dan dalam karya Pramoedya, kon jiwanya sendiri. Revolusi memang adalah per
flik antarangkatan cukup dominan. Tadi telah juangan mental yang memperhadapkan manusia
kalam - edi.si (>, 1995 39
A T EEU W
dengan pilihan yang arnat berat. Seba'iknya dalam Bukan Pasar Malam antara
Kemudian dalam Korupsi ternyata bahwa kon ayah dan anak tidak ada konflik generasi seperti
flik antarangkatan belum selesai dengan keme dalam Di tepi Kali Bekasi dan Keluarga Gerilyu,
nangan dalam revolusi fisik. Jiwa budak, jiwa
yang di dalamnya generasi ma ketularan basil ko
kolonial masih tetap ada dalam angkatan tua, dan lonial dan ketinggalan zaman, sedangkan zaman
pegawai yang demi survival mulai melakukan ko bam im diwakili oleh angkatan revolusi, pemuda
mpsi mewakili generasi yang untuk selama-lama- yang tidak lagi mengejar kemajuan, melainkan
memperjuangkan revolusi total. Sang ayah dalam
nya lost, yang tidak ada harapannya lagi. Seba-
liknya pegawai muda Sirad, asisten pak Bakir, me Bukan Pasar Malam justm sebaliknya menjadi
wakili angkatan muda yang semangat revolusinya "manusia teladan.", nasionalis sejati tanpa pamrih,
masih kuat, dan yang berani menemskan per
yang tidak pernah mencari keunlungan sendiri
juangan sampai akhirnya kemenangan total akan dan demikian menjadi sumlxr ilham bagi generasi
diraih; seperti dikatakannya sendiri: "lepas dasi, muda.
berkemeja-celana pendek sesuai dengan hawa- Tekanan pada revolusi sebagai perjuangan
panas Indonesia, dan — selalu bersikap perwira, mental dapat juga menjelaskan mengapa dalam
bertindak perwira, Ixrpikir perwira. Kita butuh karangan Pramoedya yang berkaitan dengan re
keperwiraan, tidak butuh tikus" (him. 42). Keper- volusi hampir tidak ada orang Belanda yang
wiraan itulah ideologi pemuda yang hams diikli dipentaskan. Seandainya revolusi fisik yang domi
tiarkan clan dilaksanakan dengan sekuat tenaga. nan dan perjuangan militer yang paling dipen-
Namun pertentangan antarangkatan juga tidak tingkan oleh Pramcxdya, pastilah akan diciptakan
dimutlakkan. Pada satu pihak ada juga pemuda tokoh musuh fisik sebagai personifikasi keke-
yang mengkhianati cita-cita kebangsaan. Bahkan jaman sistem penjajahan yang diperhadapkan de
dalam tentara sendiri Farid melihat banyak gelagat ngan pemuda Indonesia yang mewakili cita-cita
yang amat mengecewakannya dan yang berten revolusi mumi. Tetapi Pramoedya dalam penci
tangan dengan semangat revolusi: kompsi, ang- traan revolusi tidak pernah menggambar dalam
kara, perebutan kuasa, iri hati, mencari untung hitam putih. Sistem penjajahan Belanda, termasuk
sendiri. penjajahan militer yang ganas, dihukum keras,
Demikian juga Sarpin, alter ego pencerita Abas... bahkan dikutuk di berbagai karya seperti telah
dalam Mereka yang Dilumpuhkan, mengungkap dipaparkan di atas. Namun praktis tidak ada to
kan sakit hatinya atas orang kota, ma maupun koh-tokoh Belanda yang sebagai manusia indi
muda, dalam surat kepada kekasihnya: "F.ngkau vidual mewakili atau menjelmakan sistem yang
nonton bioskop? Jadi kausia-siakan aku yang se bengis im. Pada umumnya hampir lidak ada
dang meringkuk ini? Engkau di luar keluar-masuk tokoh Belanda yang muncul; dalam Gado-gado
bioskop saja. Sesungguhnya orang di kota ini kita membaca mengenai penyiksaan rlan penga-
memang sudah lupa pada perjuangan. [...] O, niayaan yang dilakukan terhadap si aku pencerita
alangkah inginku membakar Jakarta ini hingga oleh marinir Belanda. Dan dua contoh paling jelas
jadi lautan api. [...] Jakarta ini sudah penuh de tokoh Belanda yang lxrtanggungjwab atas per-
ngan dosa bangsa [...] Dan kota ini hams dihan- lakuan amanusiawi dalam penjara adalah "si
curkan lebih dahulu", kota di mana "semangat Negro", komandan penjara dalam Mereka yang
revolusi menghadapi ajalnya" oleh karena pemu Dilumpuhkan serta Van Keerling, direktur penjara
da menjualnya. "Pemuda kota sudah mati." (II dalam Keluarga Gerilya. Namun kedua manusia
him. 111-113). Ini gema keluhan Farid tentang yang sebenamya dapat disebut penjelmaan sLslem
Jakarta dalam Di Tepi Kali Bekasi. kolonial yang jahat itu ternyata bukan orang jahat
40 kalam -edisi 6, 1995
REVOLUSI INDONESIA DALAM IMAJINASI PRAMOEDYA ANANTA TOE
seratus persen, tidak digambarkan dalam warna Kemanusiaan dihayati oleh si aku pencerita
hitam putih. Kedua-duanva mengandung unsur dalam Gado-gado, ketika ia terpaksa Ixrgaul da
kemanusiaannya, terbuka untuk kejujuran dan lam tahanan "dengan manusia dari berbagai
cita-cita lawannya. Bagi Pramoedya garis pemisah daerah yang jauh-jauh", dan dari latar belakang
yang utama, juga dalam penghayatan revolusi rasial dan sosial yang jauh berbeda: "Di sini pula
Indonesia, bukan antara orang Indonesia dan totok Belanda berhadapan dengan totok Indo
orang Belanda, juga bukan antara orang tua clan
pemuda, melainkan antara manusia baik dan nesia, bukan sebagai penyerang Ixrtemu muka
jahat, manu.iiawi dan amanusiawi.
dengan yang diserang. Dan di sini pula Tionghoa
c. Revolusi sebagai perjuangan sosial Ixrtemu dengan Indonesia, bukan sebagai pena-
Di samping aspek moral-pribadi tak kurang gih bertemu muka dengan yang ditagih. Di sini
pun terjadi pertemuan antara Indo dengan orang-
kuallah dalam karya revolusi Pramoedya keya
tua-totoknya. Semua terjadi dalam suasana damai.
kinan bahwa revolusi ada juga revolusi sosial. Da Dan semua insaf bahwa antara manusia dengan
lam konsep kemanusiaan yang demikian dominan manusia hanya hams ada kemanusiaan — lain
terangkum dua aspek yang saling melengkapi: tidak!" Sekaiigus pencerita sadar bahwa penang-
aspek pembebasan individu sendiri dan aspek kapan semua orang itu mengadakan perceraian
dalam keluarganya yang bagi kedua Ixlah pihak
tanggungjawab terhadap sesama manusia. Revo sangai menyiksa; penceraian yang dipaksakan itu
lusi mental melingkupi perjuangan untuk keadil-
an, kesamarataan, kebcbasan dari ketakutan, dari sebenamya "memusuhi manusia — kemanusiaan.
penindasan. Aspek im juga dari awal mulanya do Keluarga!" (Pertjikan Revolusi him. 62-63).
minan dalam karya levolusi Pramoedya. Dalam Di
Penderitaan rakyat, entah oleh kemiskinan,
Tepi Kali Bekasi dua aspek kemanusiaan sejak penindasan, ketakadilan atau pun kebodohan ka
awalnya terjalin: rakyat Bekasi yang ditimpa pe- rena kurang pendidikan, itulah yang tiap kali
taka demi petaka dalam sejarahnya, namun tetap
gigih berjuang, dan revolusi demi Indonesia mer muncul sebagai tema yang erat hubungannya
deka juga Ixrtujuan untuk membebaskan rakyat dengan revolusi. Rakyat yang sehamsnya hams
dari penderitaan dan kemiskinan yang tems- dilxbaskan dari penderitaan berkat perjuangan
menems. Farid, sebagai penjelmaan ide-ide pe dan revolusi, ternyata dalam praktek selalu men
ngarang, selalu terham melihat kesengsaraan jadi korban. Contoh yang terbaik mungkin Dia
rakyat yang menjadi korban perang, yang hams yang Menyerah, cerita tentang dua gadis dalam
penderitaannya yang tak henti-hentinya. Dan pa
mengungsi dan meninggalkan rumah dan tanah- da akhir ceritanya dikatakan "Sekalipun kata pem-
nya, yang menderita kehilangan suami atau istri, bangunan hampirtiap hari mengamuk dalam pen-
dengaran, mereka tak jua memulai pembangu-
anak atau kekasihnya, clan ia tahu bahwa pada nannya"; kakak-beradik di mmah Sri "tak punya
hakekatnya itulah yang menjadi tujuan utama per tenaga dan nxxlal untuk membangun apa pun jua
juangan: membebaskan rakyat dari ketakutan dan dengan sisa-sisa hidupnya"; mereka berlima ting
kesengsaraan. Sekaiigus Farid sadar, juga lewat gal "menyerah pada keadaan" saja (Cerita dari
Blora, him. 296-297). Kemerdekaan tanpa kema
pengalaman pribadinya, bahwa ikut serta dalam nusiaan dalam arti luas itu tidak ada gunanya,
revolusi itu hanya mungkin kalau pada waktu bahkan menjadi kemerdekaan semu atau palsu.
yang sama selalu diperjuangkan kemanusiaan da
lam dirinya, melawan godaan hawa nafsu. Kema Tidak kebetulan pula sudah dalam karya awal
nusiaan dalam arti rangkap im mempakan tema Pramoedya tekanan khusus terletak pada nasib
wanita, sebab merekalah yang temtama menjadi
dominan dalam selumh perkaryaan PramOedya.
kalam edisi 6. 1995 41
korban, lidak hanya dari kekerasan perang dan tal yang diperiukan bangsa Indonesia. Baik Gadis
ketakadilan sosial, melainkan juga korban penga- Pantai, maupun Karya Bum dapat disebut se
niayaan oleh laki-laki. Dua gadis yang disebut da buah tuduhan yang tems-menems terhadap feo-
lam Dia yang Menyerah tadi mempakan contoh dalisme kebudayaan kepriayian. Apakah dalam
yang cukup meyakinkan; dalam Mereka yang karya awal juga telah terdapat konsepsi bahwa
Dilumpuhkan kita bertemu dengan babu Mari kejawen im mempakan penghalang dan bahaya
yang disalahgunakan oleh komandan sebagai revolusi, dan bertentangan dengan ideologi
nyainya. Wanita lain yang dihinakan oleh kesewe- pemuda? Di atas telah dijelaskan bahwa misalnya
nangwenangan lelaki ialah istri pegawai komp Perburuan padat dengan anasir-anasir budaya
dalam Kompsi. Dulu suaminya memperlakukan Jawa. Ideologi Hardo sangat dipengaruhi oleh
istrinya secara baik dan jujur, tetapi setelah ia mu pengalamannya sebagai pertapa di gua Sampur
lai melakukan kompsi dan membiarkan diri ter- dan sebenamya mempakan terjemahan ideologi
seret oleh hawa nafsunya, antara lain dengan kepriayian kedalam konsep-konsep zaman bam.
mengambil bini muda yang cantik, kelakuannya Dalam cerita Dia yang Menyerah unsur budaya
terhadap istrinya berbalik. Ini sudah jelas dari isti- Jawa kurang kuat, namun sikap hidup gadis-gadis
lah yang dipakainya: mula-mula ia masih berpikir: protagonis cerita itu seperti temngkap dalam
"wanita yang sesetia dia ini sudah seharusnya judulnya masih cliwamai konsepsi Jawa, dan
dihormati, dibahagiakan" (him. 24). Namun tidak bukan dalam arti negatif. "Menyerah" dalam
lama kemudian istri yang setia itu disebut oleh Situasi gadis itu mempakan satu-satunya altematif
suaminya: "Ixtina ini, betinaku, si bini" (him. 28, untuk keserakahan dan keangkaraan yang mera-
29, 48-50). jalcla sebagai akibat pengalaman penduduk kota
kecil itu. Itu pun berarti penilaian positif terhadap
Kita tahu bahwa dalam karya Pramoedya yang ideologi Jawa.
kemudian, yang tidak termasuk pokok karangan
ini, wanita yang menjadi korban muncul lagi: Dalam roman-roman besar seperti Di Tefri Kali
Midah dalam Midah — Si Manis Bergigi Mas Bekasi, Keluarga Gerilya dan Mereka yang Di
menjadi kortian seorang ayah yang menikah- lumpuhkan dunia kejawen tidak memainkan
kannya dengan haji tua sebagai istri ke sckian, peran apa-apa. Bam dalam Ixlxrapa Cerita dari
clan yang kemudian juga tidak memahami jiwa Jakarta mulai terdengar nada yang agak ironis
anaknya ketika ia melarikan diri dari mmah haji atau sinis terhadap kejawen; misalnya dalam Ma
khluk di Belakang Rumah sikap hidup "priayi
im. lalu ada Gadis Pantai dalam roman senama, udik" dicemoohkan. Nyonya Dokter Hewan
Suharko juga mengandung kritik tajam atas bur-
yang menjadi korban sistem feodal yang bengis, juisme kolonial yang disamaratakan dengan ke-
yang menganggap wanita, khususnya wanita dari feodalan Jawa. Tidak kelxtulan si Kiki, istri bam
rakyat, sebagai milik kaum lelaki saja. Akhirnya dokter Suharko, dijumpainya lewai ibunva yang
ada Nyai Ontosoroh, dalam Karya Bum, pada lua di pusat budaya feodal, Solo. Juga tokoh lain,
awalnya juga korban, dalam hal ini korban sistem seorang pejabat, dalam cerita Biangkeladi yang
kolonial sebagai nyai seorang "man besar", tidak dibicarakan dalam karangan ini, menunjuk
namun yang berhasil memlxbaskan diri dari kan ciri-ciri seorang priayi modern, walaupun ia
cengkaman sistem dan lelaki yang mewakilinya, lidak eksplisit diidentifikasikan dengan kebuda
menjadi manusia yang bebas-merdeka. yaan Jawa tradisional.
Tinggal satu pertanyaan lagi: dari karya-kar Jadi pada garis besar saya setuju dengan
yanya kemudian kila tahu bahwa Pramoedya ma kesimpulan Savilri Scherer yang dalam disertasi-
kin kuat menghukum kebudayaan tradisional Ja
wa, "Kejawen" sebagai penghalang revolusi men
42 kalam-edisi 6,1995
REVOLUSI INDONESIA DALAM IMAJINASI PRAMOEDYA ANANTA TOER
nya menelaah perkembangan from culture to Sumardjo menulis drama alegoris, Cita Tamna,
politics dalam karya Pramoedya Ananta Toer yang dengan cara lain lagi mengajukan masalah
(1981)56, bahwa penolakan kebudayaan Jawa da moral dalam perjuangan kemerdekaan. Armijn
Pane memanggungkan masalah kaum Indo yang
lam karya Pramoedya baru dalam tahun lima
pada masa revolusi hams mcmilih antara dua du
puluhan mulai tampak, dan menjadi makin kual nia, dunia Eropa dan dunia Indonesia, dalam dra
sejak pertengahan dasawarsa itu, ketika ideologi ma Antara Bumi dan Langil. Dan jumlah cerita,
politiknya menjadi makin outspoken dan sadar. pendek atau panjang, yang dengan salah satu cara
Bagaimana pun, dalam karya di sekitar revolusi mengambil pokok, tokoh atau latarnya dalam
penolakan Jawar.isme belum menjadi tema do
revolusi tak terhitung: M. Balfas, misalnya dengan
minan dalam karya Pramoedya. cerita berjudul Anak Revolusi. Dalam Kejatuhan
dan Hati karangan Rukiah Kertapati, gerilya juga
VI Keslmpulan mempakan latar yang penting; Rusman Sutia-
Generasi sastrawan Indonesia yang mulai sumarga, Aoh Karta Hadimadja, tetapi juga penga
rang dari generasi yang agak lebih muda seperti
muncul pada pertengahan tahun empai puluhan Toha Mohtar, Trisnojuwono, B. Soelarto, Nugroho
biasanya disebut Angkatan 45. sesuai dengan Notosusanto, bahkan Ajip Rosidi yang lahir dalam
nama yang diciptakan H.B. Jassin. Dan benarlah tahun 1938, jadi yang umumya bam. tujuh tahun
karya angkatan itu sangat diwarnai oleh revolusi pada permulaan revolusi, semuanya menunjuk
kan dalam karyanya betapa penting revolusi
Indonesia yang meledak pada tahun 1945. Di Indonesia, fisik maupun mental, sebagai sumber
bidang puisi Chairil Anwar adalah manifestasi ilham ciptaan fiksinya. Dan untuk menambahkan
semangat revolusi; dalam sastra prosa Idms me- pengalaman pribadi, saya masih teringat Ixtapa
melopori perkembangan bam, dengan Corat- mempesona bagi saya sendiri sajak Rendra ber
coret di Bawah Tanah, kemudian dengan Sura judul Tahanan yang ditulisnya sebagai penyair
baya, semacam anti-epos revolusi, yang kemu muda pada usia 20 tahun, pada tahun 1955.
dian karena kesinisannya ternyata sangat kontro-
versial dalam dunia sastra Indonesia. Di antara semua sastrawan Indonesia yang
masing-masing dengan cara sendiri menggambar-
Kemudian timbul nama bam, dan hampir se-
muanya dalam karyanya melibatkan diri dalam kan atau mencitrakan revolusi Indonesia dalam
revolusi: Mochlar Lubis dengan Jalan Tak Ada karya-karyanya, Pramoedya Ananta Toer, baik
Ujung yang juga mendominasikan aspek moral dari segi jumlah karyanya, maupun dari segi mu-
tunya, mencuat tinggi. Segala aspek revolusi, fisik
dalam perjuangan fisik. Achdiat Kartamihardja da maupun mental dan sosial, muncul dalam karya
lam Atheis mengambil tema pergulatan antara nya. Segala tahap perjuangan rakyat Indonesia, di
ideologi modem dan Islam tradisional dalam garis depan, di medan perang, di gerilya kola
Indonesia modem dengan segala akibatnya bagi Jakarta, dalam penjara penjajah, di masa pasca
revolusi, segala bentuk penderiiaan dan pengor-
manusia muda yang terlibat dalam konflik im. banan rakyat, segala grandeur et misere (ke-
Utuy Tatang Sontani dalam drama alegoris Suling agungan clan kemelaratan) rakyat dicilrakannya,
mementaskan Indonesia dalam pergolakan dunia dan berkat penguasaan bahasanya. kekuatan
modern. Demikian juga Abu Hanifah (El Hakim) gayanya, keaslian imajinasinya ia berkali-kali ber
hasil mentransformasikan kenyataan hulu revolusi
clan Usmar Ismail dalam drama, mereka menyi- dan perjuangan bangsa Indonesia yang sebagian
bukkan diri dengan masalah Indonesia yang
menghadapi zaman bam: kedua-duanya juga
menciptakan tokoh gadis yang melambangkan
Indonesia di zaman revolusi, Usmar dalan drama
Citra, dan El Hakim dalam Dewi Reni. Trisno
kalam edisi(,. 1995 •13
A . teeuw
besar dihayatinya dalam hidupnya sendiri menjadi meningkatkan kredibilitasnya. Manusia dan kema
epos, wiracerita. Namun ia tidak pernah menjadi nusiaan, ituiah yang akhirnya menjadi pokok,
tema utama, dalam kenyataan hulu maupun
propagandis revolusi; tidak menyembunyikan ke dalam kenyataan hilir yang kita sebut seni.
lemahan manusia, individual maupun kolektif,
yang tiap kali tergoda hawa nafsu dan keangkara- Leiden, Mei-Juni 1995
annya. Justm kejujuran citra revolusi yang disa
jikan Pramoedya menjadikannya meyakinkan, © A. Teeuw
Catalan
Dalam kulipan yang diambil dari karya Pramoedya sedapal mungkin ejaan bahasa Indonesia yang Oisempumakan (EVO)
dimanfaalkan. Tempi dalam judul roman dan ceriia pendek yang hanya lersedia dalam terbium daii masa selx-lum 1872
ejaan aslinya dipertahankan. Temyala lidak mungkin tercapai konsislensi mutlak dalam hal ini.
1. Data un.uk bagian ini lerulama diambil dari beberapa karangan non-fiksi I'ramoedya sendiri, khususnya Bio- dan
bjpltografie van I'ramoedya Ananta Toer[ 11 halaman ketikan, Udak Ix-rtanggal; tanggal terakhir yang tercanlum Febmari
19591; "Perburuan dan Keluarga Gerilya", dalam Pamusuk Kncste (ed), Proses Kreatif: Menga/xi dan Bagaimana Saya
Mengarang (Jakarta: Gramedia, 1984, jilid II), him. 51-70); Lied van een Stomme. Uneven van Bum. Hit het Indonesisch
vertaald door Angela Rookm.iaker en Alfred van der Helm (Houten: Manus Amici/Het Wereldvenster, 1991) (aslinya dalam
bahasa Indonesia beium diterbitkanl; dan Nyanyt Sunyi Seorang Bku Catatan-calatan dari P. Bum (Jakarta: Lcn.era, 6
Februari 1995). Untuk pemerincian data otobiografi, lihat A. Teeuw, Pramoedya Ananta Toer, De Verbeclding van
Indonesia(Breda: De Geus, 1993).
2. Ubal A. Teeuw, Sastra dan llmu Sastra (Jakarta: Pustaka Jaya, 1984), khususnya Uab V.
3. Hikajat Siti Mariah uniuk pertama kali diterbitkan oleh Tirto Adlii Soerjo dalam majalahnya Medan l-rijaji sebagai ceriia
l>ersambung antara 7 Nopcmber 1910 dan 6Januari 1912. Kemudian dilert)itkan kembali sebagai certier lagi dalam Lentera,
bagian kebudayaan harian llinlang Timur, antara 1962 dan 1965. Uniuk detilnya pembaca dirujuk pada Haji Mukli, llikayai
SitiMariah, editor Pramoedya Ananta Toer (Jakarta: Hasta Mitra, 1987), him. vii-xii.
4. Id., him. xxvi-xxvii.
5. Kata perkaryaan dipakai sebagai terjemahan ocutire, keseluruhan karya sastra suatu pengarang.
6. Pramoedya, "Perburuan dan Keluarga Gerilya", dalam Proses Kreatif: Mengafta dan Bagaimana Saya Mengarang. jilid Z
7. Id. him. 54.
8. Id., him. 51-52.
9. Id., him. 63-64. "Ajaran Pak Poch" mcrujuk pada primbon Jawa yang dibaca Pramoedya ketika ia Majar di Surabaya pada
sekolah kejuruan radio (1941), dan yang .sangal besar pengaruhnya pada perkembangan rohaninya, menunil informasi
yang terkandung dalam kumpulan surat dari Hum (lihat Pramoedya, Lied van een Stomme, him. 64). Sukar dilacak apa
judul buku yang dimaksudkan oleh Pramoedya. Buku mislik semacam itu sejak dahulu lanyak sekali ditulis dindi.erijilkan
di Jawa.
10. Id, him. 59.
11. Id., him. 66.
12. Id., him. 6a
13- Id, him. 63.
14. Pertama kali roman Perburuan tcrtjft pada tahun 1950 oleh Balai Pustaka, dengan subjudul sebuah ijeritera cbajali, diulang
44
kalam - edisi6, 1995
REVOLUSI INDONESIA DALAM IMAJINASI PRAMOEDYA ANANTA TOER
ceiak pada tahun 1955 dan 1959; kemudian dalam edisi 1994 hanya disebut "sebuah novel". Dalam dunia antarbangsa 45
roman ini juga menarik perhalian, pertama dengan tcrjemalnn Inggtris oleh Harry Aveling yang berjudul The Fugitive
(Hongkong: Heincmsnn, 1975, ulang cetak 1987), kemudian lerbi. lerjemahan bam oleh Willem Samuels, yang jauh lebih
baik, dengan judul yang sama (New York: William Morrow, 1990). Judul Inggeris sebenamya kurang lepat; yang
dimaksudkan dengan judul Perhuman lebih baik di.erjemahkan hunted, "orang yang diburu", atau pun hunt sebagai kata
benda. Rujukan pada Perhuman dalam karangan ini adalah pada cetakan 1994, yang diterbilkan oleh Hasta Mi.ra, Jakarta,
17 Agustus 1994.
15. Lihat Harry Aveling dalam pengantar theFugitive, him. xii.
16. Pramoedya, "Perhuman dan Keluarga Gerilya", him. 61, lihat juga di alas.
17 Ul. him. 41. Kutipan dan Dendam dalam Irab ini diambil dari Pramoedya Ananta Toer, Subuh, Tjerila-ljerita Pendek
Revolusi'(Djakarta: Pembangunan, 1950).
18. Dalam ick.s kata kemanusiaan dan perikemanusiaan kedua-duanya dipergunakau.
19. Pada tempal lain saya lelah membicarakan inlerprctasi cerita ini yang pernah diberikan oleh Profesor Ben Anderson,
"Reading Revenge' by Pramoedya Anama Toer (1978-1982)", dalam A.L Becker (ed.), Writing on the Tongue, Michigan
papers on Sou.h and Southoasi Asia (Ann Arbor: The University of Michigan. 1989), him. 13-94. Lihat juga A. Teeuw,
I'ramoedya Ananta Toer, him. 85-86.
20. Sejarah leks roman Di Tepi Kali Bekasi dibicarakan dalam Teeuw, Pramoedya Ananta Toer, him. 332, Catalan 17. Kuiip.in
dalam karangan ini diambil dari edisi 1957 (cetakan pertama Djakarta: Gapura, 1951).
21 Lihat kutipan panjang dari Pramoedya, ilio-dan bibliografw nan Pramoedya Ananta Vwrdalam Teeuw, Id. him. 333-335.
22 Keith Foulcher, "The Early Fiction of Pramoedya Ananta Toer" dalam D.M. Roskies (ed.), Text/Politics in Island Southeast
Asia. Essays in Interpretation. Monographs in International Studies Southeast Asia Series, no. 91. (Athens, Ohio: Ohio
University, 1993), hint. 196 dsL
23. Itusangat jelas dalamkebanyakan roman bcrlatar Minang, sejak SitiNurbaya. karang.-.n Marah Rusli.
24 Khususnya dalam kumpulan llujun Kt/Xtgian (1958).
25. Foulcher, (1993), him. 196.
26. Lihat di bawah, pembicaraan cerpen Djalan Kurantil No. 2#dan roman Keluarga Gerilya.
11 Blora ditulis PramoeHy3 selama perkxle pertama ia ditahan (1947-1949); naskahnya dibawa keluar penjara Belanda oleh
professor G.J. Resink. Blora dilerbitkan untuk penama kali dalam bahasa Indonesia dalam majalah Indonesia di Jakarta
(Februari 1950), dan pada waktu yang Ix-rsamaan terbi. lerjemahan Belanda dalam majalah Orientatie (nomor 26,
November 1949; penerjemah Dr. R. Roolvink). Pada lahun yang sama Blora juga terbit dalam kumpulan tiga ceriia
I'ramoedya, dengan judul Subuh. Tjerila-ljerita Pendek Revolusi'(Djakarta: Pembangunan, 1950). Edisi ini yang dikutip di
sini.
28 Dia yang Menyerah pertama-lama terbit sebagai nomor ganda Pudjangga ISam (no. 11/12, resminya bertanggal Mei 1950).
Cerita ini kemudian dimuat dalam kumpulan Tjerita dari Blora (Djakarta: Balai Puslaka, 1952), diterbilkan kembali .sebagai
Ceritu dari Wora (Jakarta: Hasta Mitra, 1994). Edisi terakhirlah yang ilikulip dalam buku ini.
29. Untuk pengupa.san panjang mengenai Canting, lihat A Teeuw, "Tentang Priyayi, Sastra clan Sejarah", dalam T. Ibrahim
Alfian dkk. (ed), Dari Babad dan Hikayat sampai Sejarah Kritis. Kumpulan karangan dipersembahkan kepada Prof. Dr.
Sartono Kartodirdjo (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1988), him. 11-33.
30. Djalan Kurantil No. 2H. yang terbit dalam kumpulan cerpen Subub (1950) tidak pernah diteriiitkan sendiri. Lihal data dalam
buku Ems. lllrich Kratt, A llibliogruphy of Indonesian Literature injournals. Drama. Prose, Poetry (Yogyakarta/London:
Gadjah Mada University Press/ Schoolof Oriental and African Studies, 1988), him. 534.
31. Lihat kutipan panjang di bawah.
32. Cerita ini diterbilkan dalam kumpulan Pertjikan Revolusi (Djakarta: Gapura, 1950). Pembaca dimjuk pula pada karangan
kalam -edisi6, 1995
A . TEEUW
Keilh Foulcher, op. cit.
33. Pembaca dirujuk pada Teeuw, Pramoedya Ananta Toer, him. 345, uniuk berita teniang penahanannya dalam Catalan
otobiogrsfmya.
34. Roman Merekajang Dilumpuhkan ini diterbilkan pada tahun 1951 oleh Balai Pustaka dalam dua jilid, bersama kira-kiu 580
halaman, dan tampaknya tidak pernah diterbitkan kembali, Nampaknya juga lidak pematfterbit terjemahan dalam bahasa
Eropa, kecuali bahasa Belanda, dengan judul In de Fuik (Breda, 1994). Judul Belanda ini diambil dari ungkapan manusia
bubu dalam kata pc-mbuka clan dari judul bagian pertama roman, Bubu.
35. Lihat khususnya bagian II, him. 84-91.
36. Kutipan ini dari karangan i^ngritik dan esais lerkenal Belanda Kees Fens, yang dipakai sebagai moto untuk buku saya
mengenai Pramoedya dalam baha.sa Belanda. Lihat Teeuw, Pramtmlya Ananta Toer, him. 5.
37. Bukan Pasar Malam perlama-tama terbit dalam majalah Indonesia, dengan tanggal Juni 1950, kemudian pada tahun 1951
sebagai buku tersendiri pada Balai Pustaka. Dalam ulangan cetak biasanya pasarmalam dieja Sebagai satu perkataan.
38. Cerita itu ditulis di Amsterdam pada tahun 1953 dan terbit sebagai ceriia bersambung dalam majalah Aneka (1956), liha.
Kratz, op. oil.
39. Cerita ini ditulis dalam bulan Juli 1950, dan terbit untuk pertama kali sebagai cerita tersendiri dengan judul Idrus Mendapat
Ilham dalam majalah Indonesia. Teksnya yang agak berl>eda dengan yang diteriiitkan dalam Tjerila dari Djakarta,
Sekumpulan Karikatur Keadaan dan Manusianya (Djakarta: Grafica, 1957) mpa-mpanya dimaksudkan sebagai bab
pertama sebuah novel l.imaralus Meier dari Islana, tetapi roman itu lidak pernah diselcsaikan.
40. Ditulis dilam bulan Desember 1955 dan untuk pertama kali terbit dalam ma|alah Konljo (1956), lihat Kratz, op cit., him.
535.
41. Lihal Benedict R.O'G. Anderson, "Sembah-sumpah: The Politics of Language and Javanese Culture", dalam Language and
Power, exploring political Cultures in Indonesia (lihaca/London: Cornell University Press), him. 194-237, khususnya 219-
221
42. Ceriia ini pertama kali terbit dalam mingguan Mimbar Indonesia, 2,3.4 (1950), lihat Kratz, op. cit., hlm.535.
4.1 Anderson yang juga .sangat mengagumi cerita ini membicarakannya dalam karangan yang tadi disebut, "Sembah-sumpah",
him. 221-223.
44 Cerita ini yang tidak ada tanggalnya, pertama kali terbit dalam majalah Roman 9.3 (1956), lihal Kratz, op. cit., him. 535.
45. Kompsi pertama kali terbit dalam edisi yang dicetak pada percetakan G.A. de Weille & Zn di Weesp (tanpa tanggal,
mungkin 1953), namun lidak diperdagangkan. Di Indonesia roman ini pertama kali terbit dalam majalah Indonesia,
keluaran khusus (no. 5.4, 1954), him. 165-245. Dalam karangan ini kutipan diambil dari edisi di Nederland.
46. Istilah "kebulatan nafsu" cukup menarik; bandingkanlah "kebulatan tekad", "kebulatan suara"; pada halaman yang sama
juga dipakai "gudang nafsu".
47. Sumber untuk fakta sejarah yang sangat akurat, lengkap clan penuh detil-clctil, misalnya, buku patokan A.H. Nasulion,
Sekilar Perang Kemerdekaan Indonesia dalam 11 jilid (Bandung: Penerbit Angkasa, 1976-1982). Bagi masa yang dievokasi
dalam DiTe/ri Kali Bekasi lihal khususnya jilid 2: Diplomasi atau Birtempurihn jilid 3: Diplomas! Sambil liertemfmr.
48. Kala ini dipakai oleh Pramoedya dengan arti "keinginan tahu" (Belanda: nieuwsgierigheid. Kata ini terdapat dalam Karya
Bum, tetapi jauh sebelumnya juga sudah muncul dalam Tjerila dari Djakarta, him. 80, 183, 194). Tidak diketahui dari
mana asalnya.
49. Diayang Menyerah, dalam <7eri/a dari Blora (Jakarta: Hasta Mitra, 1994), him. 265, 268, 272, 279, 340.
50. Diambil dari Pertjikan Revolusi"(Djakarta: Gapura. 1950), him. 78.
51. Judul terjemahannya Tikus dan Manusia (Djakarta: Pembangunan, 1950).
52. Perbedaan itu penting kalau bagian ini mau diterjemahkan dalam bahasa Barat, yang mau lak mau lianas memilih antara
kala kini (dalam hal fokalisasi intern) clan kala imperfektum (dalam hal fokalisasi ekstern). Dalam bahasa Indonesia leksini
tidak ada petunjuk jelas.
46 kalam -edisi 6,1995
REVOLUSI INDONESIA DALAM IMAJINASI PRAMOEDYA ANANTA TO EB
53. Yakni "Sembah-sumpah: The Poli.ics of Language and Javanese Culture" dan "Reading 'Revenge' by Pramoedya Ananta
alan Toer".
54. "Sembah Sumpah", him. 219-227.
580 55. S. Takdir AILsjahbana, Lajar Terkembang, tjel. ke-8 (Djakarta: Balai Pustaka, 1962), him. 41. Referensi itu saya lerima dari Dr.
hasa Faruk.
56. Lihal Savi.ri Prastili Scherer, From Culture to Politics: The Writings ofPramoedya Ananta Toer, Ph. D. thesis, Australian
National University, Canberra, 1981; juga Savitri Prastili Scherer. "From Culture (o Politics: The Development of Class
Consciousness in Pramoedya Ananta Toer's Writings", dalam Wang Gungwu, M. Guerrero &D. Marr (ed.), Society and the
saya Writer. Essays on Literature inModern Asia (Canberra:' Research School of Pacific Studies, 1981), him 239-260,
1951
lihal
la/xil
arta,
bab
him.
• and
219-
pah",
mat.
tesia,
jlion,
okasi
<ary/i
i dari
inlara
ks ini
,1995 kaJam edisi 6,1995 47
I GUSTI AGUNG AYU RATIH r
RUSHDIE DAN PRAMOEDYA:
BERSIMPANGNYA NARASI
TENTANG BANGSA
Telaah karya sastra dekade belakangan ini, temtama di Amerika Utara clan Eropa Barat,
didominasi suatu kecenderungan, yang sedikit banyak diilhami oleh buku Benedict R. O'G.
Anderson, Imagined Communities (1983): novel dilihat sebagai penubuhan naratif kesadaran .
berbangsa. Jika bangsa harus dipeninibangkan lebih sebagai "artifak budaya" ketinibang suatu
entitas politik, novel menjadi semacam jalur istimewa untuk menelusuri landasan budaya
kebangsaan. bentuk novel itu sendiri dengan sempurna memenuhi kebuluhan terciptanya epik
nasionalis: kelonggaran alur yang mampu memadukan keragaman isi suatu bangsa, sedangkan
narasi yang disusun secara kronologis menyodorkan apa yang disebut "komunitas dalam
anonimitas" dalam keserenlakan pengalaman berbangsa bagi warga masyarakr.t yang tidak
inengenal satu sama lain. Seperti yang dikemukakan oleh Timothy Brennan, "novel-iah yang
secara historis menyertai bangkitnya bangsa-bangsa dengan mewujudkan "satu, tapi banyak"
dalam kehidupan berbangsa dan dengan meniru strukiur bangsa itu sendiri."
E s a i ini akan mengikuti kecenderungan Saleem Sinai, penulis otobiografi fiktif da
menghubungkan bangsa clan novel lam MC, lahir tepat tengah malam 15 Agustus
dengan membandingkan dua buah 1947, pada saat India mendapalkan kemerde
novel yang secara paradigmatis tam- kaannya. Jalan hidupnya dikatakan sebagai
"cermin" dari jalan hidup bangsa India. (98;
pak seba-gai narasi tentang bangsa: Midnight's 199; 285)'> Kebetulan waktu kelahiran Saleem
Children karya Salman Rushdie (1980; selanjut- ini memberinya berkah magis berupa "bakat-
nya akan disingkat MC)* dan tetralogi Burnt bakat yang hanya bisa dideskripsikan sebagai
Manusia karya Pramoedya Ananta Toer (1980- hal yang ajaib" (234); ia mampu "melihat ke
1988).3 Baik Rushdie maupun Pramoedya dalam hati dan pikiran manusia lain" (239) dan
menggunakan <cknik naratif yang sama dalam berkomunikasi lewat telepati dengan anak-
menceritakan sejarah bangsanya, yaitu melalui anak India lain yang lahir pada hari yang sama.
Otobiografi seorang pria lajang. Jadi perjalanan Dengan tokoh utama yang diangkat sebagai
hidup tokoh utama pria di kedua novel ini representasi bangsa India, MC memang layak
menjadi alat uniuk menceritakan jierjalanan se dibaca sebagai alegori bangsa tersebut.
jarah suatu bangsa. Persamaan cara penceritaan
ini sesuai dengan pengamalan umum Anderson Mirip dengan MC, struktur tetralogi Pra
terhadap novel-novel yang mengekspresikan moedya disusun berdasarkan otobiografi se
imajinasi kebangsaan "in a movement of a soli orang individu bernama Minke clan sejarah
tary hero through a sociological landscape of a bangsa Indonesia. Seperti yang pernah di-
fixity that fuses the world inside the novel with nyatakan Pramoedya: "pengalaman seseorang
bisa menjadi pengalaman suatu bangsa."" Pem-
the world outside."''
48 kalam - edisi 6,1995
t US I) HIE D AN PRAMOEDYA: BERS 1MPANGNYA NARASI TENTANG BANGSA
baca diajak mengikuii perjalanan Minks sejak rakkan proses produksinya (degenerasi cita-cita
hari-harinya sebagai pelajar remaja sampai ke- bangsa), namun mereka sangat berbeda daiam
terlibatannya dalam kerja-kerja politik di usia hal-hal lain yang lebih substansial. Kedua sas
setengah baya. Minke tidak memiliki bakat su trawan ini menulis dengan perspektif yang ber-
simpangan tentang bangsanya dan perjalanan
pernatural seperti Saleem — Pramoedya menu napak tilas mereka boleh dibilang menuju arah
lis sebagai seorang realis bukan sebagai magi yang begitu berlawanan. Perbedaan-perbedaan
cal realisP seperti Rushdie — tetapi kehidupan ini kemudian memiliki implikasi yang penting
kedua karakter tersebut sama-sama berfungsi
sebagai represenlasibangsanya masing-masing. bagi pemahaman kita tentang hubungan bang-
Kedua novel ini diterbitkan pada saat ne- sa-novel. Kecenderungan umum dalam studi-
gara-negara merdeka Indonesia dan India telah siudi sastra belakangan ini untuk mengelom-
berusia satu generasi. Keduanya bukanlah no pokkan novel-novel semacam ini dalam kate
vel-novel yang "menyertai bangkitnya suatu gori "narasi tentang bangsa" atau kanon "sastra
bangsa" tetapi lebih mempakan refleksi bangsa Dunia Ketiga", terlalu menekankan pada per-
yang lx;rangsur-angsur diseragamkan selama
kurang lebih liga puluh tahun. Dengan de samaan-persamaan yang dangkal.9 Saya tidak
mikian kedua novel tersebut mengisyaratkan
suatu protes terhadap pemerintahan yang se sekedar ingin menunjukkan bahwa kedua no
eking berkuasa di negara-negara yang bersang
kutan. Mereka kembali melacak asal-usul bang- vel tersebut sel>enarnya berbeda, tetapi bahwa
kedua novel itu lierbeda dalam segj-segi yang
merelleksikan visi-visi Ivneniangan tenia,ig
bangsa dewasa ini.
sanya dalam usahanya mengingat sekaiigus
memuiihkan cita-cita awal kemerdekaan. Jelas Rushdie: sendirian di tengah lautan angka
tampak dari teksnya sendiri, di samping per- Midnight's Children, sebagai alegori India,
da- nyataan penulisnya sendiri, bahwa novel-novel adalah cerita mengenai kegagalan mimpi-mim-
tus sejarah ini digunakan sebagai senjata uniuk pi tentang kemerdekaan, lemtama mimpi
Je- mempertanyakan kenyataan masa kini. tentang proyek kolektif untuk perbaikan ke
gai Kesamaan yang tampak antara novel Rush hidupan sosial. Simbol yang dipakai oleh Rush
98; die dan Pramoedya mungkin akan membual die untuk proyek kolektif tersebut adalah
;m kita menggolongkannya dalam satu kategori: tempolong perak, sebuah citra yang mengesan-
al "novel-novel Dunia Ketiga tentang bangsa" bisa kan keutuhan (bentuknya yang bulat), suasana
gal menjadi salah satu labelnya. Pengamatan yang publik (dipakai oleh banyak orang), keseder-
ke lebih ceroboh mungkin akan segera sampai hanaan dan keluguan (meludah) dan kekayaan
lan pada kesimpulan bahwa kedua novel tersebut (perak). Tubuh Saleem yang pelahan-lahan
ik- adalah bukti lebih lanjut tesis Jameson: "All retak secara gaib meliputi selumh bangsa, dan
na. third-world texts are necessarily, I want to juga merepresentasikan kcsaluan proyek nasio
gai argue, allegorical, and in a very specific way: nal India. Keretakan ini kemudian menjadi
'ak they are to be read as what I will call national pusat lintasan alur cerita Saleem sekaiigus men-
allegories."8 Akan tetapi, seperti yang akan saya cerminkan keretakan konsensus politik yang
tunjukkan dalam tulisan ini, kemiripan yang dibentuk selama perjuangan kemerdekaan. Pa
nampak dari dua novel ini sebenamya tidak da saat India mengalami keributan akibat per-
signifikan. Kedua novel tersebut bisa jadi me tentangan agama dan suku bangsa di l>erbagai
miliki kesamaan perangkat sastra yang umum kota, peperangan dengan Pakistan, dan pem-
ditemui dalam narasi-narasi tentang bangsa, berlakuan undang-undang darural pada masa
dan juga kesamaan peletup yang mengge- Indira Gandhi, 1975-77, Saleem merasakan ke-
I GUSTI AGUNG AYU RATI II T
hancuran dirinya sebagai subjek yang uluh. Sekilas Rushdie tampak ingin mengajukan sua
Pada tahun-tahun awal sesudah kemerdekaan, tu antitesis terha-dap ide kemerdekaan bangsa
retak-retak di lubuhnya sudah tampak tetapi India dengan melahirkan tokoh Shiva, tetapi
tidak menyolok, namun pelahan-lahan retak- seperti yang akan terlihat kemudian, Shiva da
retak itu melebar dan menjadi luka menganga. lam hal ini lebih mempakan nemesis — ku-
Cita-cita kemerdekaan bangsa India telah han tukan atau dosa asal — yang justm akan meng-
cur pada pertengahan tahun 1970-an dan me- hanciir-leburkan keberadaan Saleem cum
nunii MC: "sebuah era, yang bemiula di tengah bangsa India.
malam, telah sampai pada sebuah akhir." Tem- Perjalanan sejarah dalam MC lierlalu dari
polong perak yang dijinjing Saleem ke mana suatu masa waktu mimpi-mimpi romantis mulai
pun ia berkelana, dan berhasil dipertahankan tumbuh sampai ke masa lain di mana ke
walaupun sudah pesok clan usang, akhirnya hi nya.aan pahit tampil sempurna. Saleem percaya
lang pada masa-damrat di bawah pemcrin- "kami, anak-anak Kemerdekaan, Ix'riari dengan
tahan Indira Gandhi. Runtuhnya cita-cita India liar dan terlalu cepat ke masa depan." Tetapi
digambarkan seperti seseorang yang kehilang- generasi l>erikutnya yang lahir di masa-damrat
an ajimat masa kecilnya. "sudah lebih berhati-hati .... lebih kuat, lebih
Kehancuran cita-cita bangsa India oleh tegar dan lebih tabah." Generasi ini tidak "me
Rushdie digambarkan juga sebagai bagian dari nyerah pada mimpi." (507) Generasi pertama
nasib buruk yang sudah clitakdirkan sejak ke masa kemerdekaan yang mer.olak untuk meli
merdekaan negara itu diproklamirkan. Ada 2 hat ke sisi gelap (274) kemudian mencari "tak-
bayi yang lahir tepat pukul 12 malam IS Agus- dirnya dalam ramalan atau bintang-bintang."
tus 1947: Saleem dan Shiva. Saleem selxinarnya (534) Selama zaman pergerakan ada semacam
terlahir dari hasil hubungan gelap seorang istri "epidemi optimisme." Kalau Gerakan Quit
pemain akordion keliling dengan pemilik pem- India pada tahun 1942'° dalam novel ini dilihat
mahan Methwold Estate, William Melhwold, sebagai masa optimisme "menjangkiti selumh
sedangkan Shiva adalah anak Ahmed Sinai, India." (39), pada masa-darurat ada malam
saudagar kaya yang menghuni rumah Me yang tak ada akhir menggantung di udara se
thwold setelah orang-orang Inggris pergi dari perti kabut, dengan bau busuk dan kesunyian
India. Kedua bayi ini kemudian dilukar oleh yang mencekam. "Itulah akhir dari semuanya;
seorang perawal di mmah sakit yang berpikiran Saleem lenggelam dalam kesediliannya." (517)
bahwa tindakan heroiknya itu akan mengubah Ada suasana "kehilangan harapan" dan ini
nasib India yang saat ilu sedang dilanda keri- menjadi sangat menyakitkan bahkan untuk
cuhan etnis dan agama. Kalau Saleem memiliki mengingat kembali optimisme yang pernah
ketajaman naluri dan kemam-puan telepati dari ada. (520-21) Rushdie menyajikan pertenlangan
hidungnya yang mancung, Shiva lierbakat un antara dua kekuatan: terang clan gelap, baik
tuk berperang dengan lutut-nya yang menonjol. clan buruk, yang direpresentasikan oleh keber
Shiva menjadi seorang lelaki yang hanya tahu adaan Saleem dan Shiva. Pertentangan ini pada
kekerasan brutal dan menjadi penentang Sa gilirannya diakhiri dengan ke-menangan Shiva:
leem yang utama; Shiva membayangi Saleem "Shiva dan Saleem, pemcnang dan korban; pa-
seperti sisi gelap dalam sejarah bangsa India. hami persaingan kami dan anda akan mema
Kalau di awal masa kemerdekaan Saleem men hami masa di mana anda hidup." (515)
jadi pusat perhatian karena keajaibannya, pada Apakah cerita Rushdie benar-benar mem-
masa-damrat Shiva l>erkuasa dengan kebrutal- bantu kita untuk memahami masa kini? Peris-
annya, sedangkan Saleem sendiri dipenjarakan. riwa-peristiwa sejarah yang ia tuliskan, pers-
50 kalam-ecfci6.1995
RUSDHIE DAN PRAMOEDYA- HE RSI MP ANG NY A NARASI TENTANG BANGSA
pektif masing-masing orang yang terlibat dalam
peristiwa-peristiwa tersebut. memburuknya
proyek nasionalisme India menjadi politik
fasisme? Saya pikir tidak. Kejelian Rushdie da
lam memilili berbagai simbol dan metafor
untuk menggambarkan kejadian-kejadian pen
ting dalam sejarah India memang sangat me
ngagumkan, seperti yang diamati oleh banyak
kritikus sastra. Akan tetapi sebagai suatu per-
nyataan yang berarti tentang sejarah India,
buku ini sangat tidak memadai. Klaim Rushdie
secara pribadi dalam hal ini, begitu juga apa
yang dinyatakan oleh para pengagum kar
yanya, perlu dipertimbangkan kembali. Pem-
bahan dari optimisme ke pesimisme, dari mim-
pi-mimpi romantis ke kenyataan, dari kebaikan berkuasa dan kepercayaan rakyat kecil pada
takhyul. Ini dimak.sudkan untuk menunjukkan
ke keburukan, dari masa kecil ke masa dewasa perasaan aneh yang timbul dari keterasingan
adalah istilah-istilah yang tidak memenuhi sya- seseorang dari kenyataan pada saai ia me-
rat untuk memlxrikan pemahaman dasar ten nyaksikan tinclakan-tindakan lidak masuk akal
tang sejarah India moderen. Memperbanding-
kan perjalanan sejarah India dengan siklus ke terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Memang
hidupan individual, seperti tampiinya antusias-
me dan idealisme masa muda yang Ixrubah benar, seperti yang dicatat Rushdie, bahwa Per-
menjadi sinisme dan kekhawatiran masa dewa clana Menteri Indira Gandhi berkonsuliasi de
sa, tidak merefleksikan kedekatan penulis de ngan tokoh-tokch astrologi dan mistik, bahwa
ngan kompleksitas pennasalahan bangsa India. Partai Kongres mengorganisir kampanye ste-
rilisasi paksa pada masa-damrat, atau bahwa
Ketidakmampuan Rushdie untuk secara orang India percaya pada berita-berita bumng
dan cerita-cerita sensasional. Dengan membuat
efektif menyelami kenyataan sejarah yang ingin
ia tuliskan tampaknya lahir dari konsepsinya kenyataan tampak absurd dan mengerikan di
dalam novel, Rushdie berhasil meningkatkan
tentang India sebagai "sebuah mitos bam kesadaran pembaca akan absurditas kehidupan
di India. Ia menggambarkan gaya lierceritanya
...tanah yang begitu imajiner dan mistis ... sebagai "matter of fact descriptions or the outre
and bizarre, and their reverse, namely heigh
sebuah mimpi yang kita sepakati untuk impi- tened, stylized versions of the everyday," (26l)
Tetapi, pada saat yang sama, ia sebenamya
kan fantasi massal ... fiksi kolektif ... fabel." tidak membantu menjelaskan kenyataan ter
sebut, pola clan metcxle di balik kegilaan yang
(129-30) Rushdie membicarakan India sebagai transparan. Norma-norma apa yang dipakai pa
tempat imajiner dalam liga cara yang berbeda da saat seseorang menilai sesuatu itu aneh atau
dan agaknya penting untuk menguraikan pe normal? Membuat parodi tentang suatu subjek,
dan kemudian mengkritik subjek tersebut, tidak
makaian yang berbeda-beda ini. Seperti kaum dengan sendirinya merefleksikan suatu pema
absurdis yang mengolok-olok kaum borjuis haman terhadap si subjek. Jadi, misalnya, peng-
Eropa, Rushdie jela.s-jelas percaya bahwa pe-
nulisan tentang India sebagai suatu tempat
khayalan (enam sinonim dalam salu paragraf !)
memiliki belierapa tujuan politis. Ia meng-
Kunakan gaya realisme magis untuk membuat
parodi tentang kekerasan arbiirer pihak yang
kalam . edisi 6, 1995
51