1
DANIEL I) H A K I I) A E
sets out to have power almost always fails. What literature can and should do is change die people who teach the
people who don't read the books", dalam wawancaranya dengan Newsweek, June 5, 1995. A.S, Byatt, adalah penga-.
rang Possesion: The Djinn in the Nightingale's Eye; dia sering dibandingkan dengan T.S. Eliot clan Charlotte Bronte,
sastrawan Inggris. Dia sendiri seorang profesor kesusastraan dengan spcsialisasi kesusastraan abad sembilan belas
di Universityof London.
W. Soeroto menulis dalam Nationale Commentaren, tentang betapa bcrangnya gum olahraganya ketika tahu bahwa dia
pengagum Multatuli clan Max Havelaar-nya: "Multatuli zeg je? Dat zwijn? ... Hoe je zo'n vent kan bewonderen, die
imbeciel bliksem met zijn verwaande allures!" "Multatuli katamu? Si Babi itu? ...Bagaimana mungkin engkau
mengagumi manusia seperti itu, Si Bangsat tolol dengan kepribadian penuh keangkuhan!", Nationale Commen
taren, Dec. 1938, sebagaimana dikutip Liesbeth Dolk, Op.Cil., hal. 39. Efeknya kuat sekali di kalangan masyarakat
kolonial, meski di dalam pikiran seorang gum gimnastik.
Boej(x-ng Saieh: "...bukankah kila masih teringat bciapa pidalo-Lebak dan pctikan-petikan Saidjah dan Adinda
jang kita balja didal im bunga-rampai buku-buku sekolah mempengamhi hati dan pikiran kita, Ix-tapa Max Have
laar dengan giat dibatja dikalangan gerakan-pemuda, dikutip didalam pidato-pidato-politik, didalam diskussi-dis-
kussi. betapa "Saidjah dan Adinda" disebut-sebut didalam sural-surai-pertjinlaan. Berapakah pula diantara kila jang
tidak menerima penjadaran pertama mereka, eersle betvustwording mereka, dari Multatuli? didalam gajabasa agi-
latoris beberapa orang lokoh poliiik menggema pula gajabasa paihctis-romaniis Multatuii; begiiu pula didalam ijara
mereka ini mengambil pertiandingan-perbandingan didalam heniuk allcgori-allegori." Dimuat dalam majalah Indo
nesia. \;\\\\m 1953 hal 159-160.
Ini dua contoh tentang bagaimana reaksi seorang gum Belanda clan orang pergerakan Indonesia tentang Multa-
tuli.dan bagaimana Max Havelaar lx-giiu jauh masuh ke claiam kesadaran kaum nasionalis. Baca Liesbeih Dolk,
op.cit, hal. 42.
]02 kalam -edisi (i, 1995
kalam - edisi 6, 1995 PUISI-PUISI
SUBAGIO SASTROWARDOYO
SAUDARA KEMBARKU
Kalau ada daham-daham terdengar di malam hari, aku tahu itu
saudara kembarku. la menanti aku di pekarangan, karena aku
melarang dia masuk.
Pernah ia begitu rindu kepadaku dan tiba-tiba hadir di tengah
keluargaku dengan tamu-tamu yang sedang berpesta merayakan
hari lahirku. Mereka semua berteriak ketakutan melihat ia duduk di
dalam, karena muka saudara kembarku sangat buruk. Aku malu
dan minta dia menunggu di luar kalau ia mau bertemu dengan aku.
Maka setiap bulan purnama ia menanti di pekarangan dan
berdaham-daham menandakan dia hadir lagi. Aku lekas keluar
untuk berhadapan dengan dia. Mukanya seperti kera berbulu lebat
dan di sinar bulan makin kentara kulit tubuhnya yang hitam legam.
Kami hanya diam dan melepaskan rindu bertatapan muka. Dalam
diam itu ia mengingatkan: "Aku bayanganmu sendiri, saudaraku,
kalau aku lenyap seiama-lamanya, engkau tak ada lagi di dunia."
Maka setiap kali terdengar daham-daham, aku tahu itu
saudara kembarku, dan aku lekas keluar menemuinya.
6/3/95
AKU TIDAK BERSEDIH LAGI
la pernah tidur di ranjangku waktu aku meninggalkan pon-
dokku. Aku tahu itu, karena wangi rambutnya masih melekat pada
bantalku. Ketikaaku kembali ia sudah pergi.
Aku susah menahan tangisku. Aku menyesal setiap kali aku
teringat kepada saat-saat kami bertengkar atau menyakitkan hati.
Malamnya aku bertemu lagi dengan dia dalam mimpi.
Kelihatannya cantik dan muda seperti sebelum ia mati. la
tersenyum dan berpesan: "Aku kini telah menemukan ketenterman.
Di alamku tidak ada perselisihan dan perpisahan. Ingat kau waktu
kita maaf-memaafkan sehabis bersilang pendapat dan kita lantas
bercucuran air mata karena terharu? Sorga adalah keharuan yang
tak putus-putusnya. Jangan mengganggu aku dengan kesedihan-
mu, karena aku ingin menikmati keharuan ini untuk seiama-
lamanya."
Setiap aku rindu kepadanya, aku menabur bunga di kuburnya.
Aku tidak bersedih lagi. Aku rela ia sudah pergi.
2/95
103
SUBAGIO SASTROWARDOYO
RAHASIA
Tuhan tak menampakkan diri karena tahu manusia tak mampu
mengungkap makna ilahi.
Juga sajakku yang kusayangi, yang mengandung pengalaman
pribadi, lak bakal kubacakan kepada teman bahkan kekasih, karena
toh tak akan mengerti.
Sajak yang paling rahasia kutulis di remang senja dan kubawa ke
kubur kalau aku lerbujur mati.
16/3/95 19.30
JANJI
Malam hari aku telanjang bulat berbaring di,pantai. Tak ada
saksi. Hanya dengan menanggalkan sisa peradaban aku bisa
menikmati kehadiran perempuan yang kunanti.
Dia datang waktu laut mulai surut. Tetesan air dari rambutnya
saja menyamarkan kesempurnaan tubuhnya. la pun berjanji lagi:
"Siapa berani bercumbu denganku, keturunannya akan menjadi raja
di pulau ini."
Percumbuan kami menjadi pergulatan antara hewan jantan dan
betina. Hasrat kami memuncak dalam gelombang laut yang bergu-
lung-gulung tanpa henti. Rindu kami tidak lekas terpuaskan sampai
aku terhempas di tepi batu karang pagi hari.
Tenagaku susut habis bercumbu setiap kali. Aku rela mati. Aku
yakin akan menjadi ayah dari keturunan yang bakal jadi raja di pulau
ini.
15/2/95
SEBELUM ADA JAKATARUB
Hanya danau di sela cemara yang merenung di tepi gunung.Ada
burung di ranting, di air kilau matahari.
Tak ada suara, kecuali gelak ketawa bidadari yang pada mandi
siang hari.
Ah, jangan ada tangan manusia yang menyentuh!
17/3/95 4.50
104 kalam - edisi 6,1995
kalam -edisi6.1995 P U1SI- P UIS I
KARTU PERAMAL
Kartu peramal yang kujajarkan di meja menyatakan
kepadaku, bahwa di dalam hidupku dulu aku adalah seorang
perempuan yang mandul. Benih yang disebarkan laki-laki di
rahimnya tinggal kelam dan tidak membuah menjadi bayi.
"Karena ia tidak percaya kepada Tuhan."
Mengapa aku tidak bisa mencapai cita-citaku dalam hidup
ini?
"Kau ingin menjadi penyair tetapi tetap mandul."
Sedangkan aku percaya kepada adanya Tuhan.
"Karena kaupaksa-paksakan dirimu bicara lewat sajak-
sajakmu. Seharusnya kau menyerahkan diri sepenuhnya kepada
Tuhan dan membiarkan Dia sendiri bicara."
Apa aku masih mungkin menulis sajak sesudah ini?
"Kau sudah melewati batas 'umurmu. Kesempatan terakhir
sudah lewat. Tak akan ada lagi reinkarnasi di dunia ini."
Aku duduk tepekur memandangi kartu-kartu bisu yang tidak
mau lagi meramal.
15/2/95
PERMAISURI
Permaisuri hendak turut belasungkawa dengan membakar
diri dalam api yang melumatkan jenazah raja.
Telah dipotongnya kuku-kuku jari, dan rambutnya yang pan
jang tergerai dihiasi kembang melati. Kain kesayangannya yang
serba putih membalut tubuhnya, kecuali buah dadanya yang
indah dengan puting-putingnya yang merah dibiarkan terbuka.
"Aku ingin tetap cantik bahkan dalam mati."
Dayang-dayang di istana menangis mengelilinginya hendak
mencegahnya mengorbankan diri. Tetapi permaisuri menepis
mereka dan berkata: "Bagi bangsawan sejati nilai yang paling
mulia adalah keindahan. Tanpa keindahan hidup ini tak berarti.
Adakah keindahan yang melebihi kesetiaan isteri kepada suami
hingga di kerajaan maut? Kalau keyakinan sudah sejauh ini,
tidak ada langkah kembali."
Setelah menyembah, permaisuri dengan anggun memasuki
lingkaran api yang membakar jasadnya sampai hangus. Nyala
api indah sekali di langit senja.
3/95
105
SUBAGIO SASTROWARDOYO
SUFI
Setelah mengikuti tapak Tuan di pulau dan gunung yang kus-
inggahi, bayanganmu bukan lagi rahasia bagiku,
Tembangku kini tidak menyanyikan kesangsian melainkan
kepastian tentang kehadiranmu ke mana pun aku pergi.
Aku hanya makan harum kunyahan bunga dan minum tetes
angin pagi, maka mataku terbuka kepada yang tak tampak di
siang hari.
Nikmat perempuan sudah kugantikan dengan kehangatan
menyerah kepadamu, Tuan, dan lihat napasku bersatu dengan
irama cintamu, sedang bicaraku, ajaib, lahir dari lubuk
sanubarimu.
Adakah akhir pada kebahagiaan ini jika jalan hidup makin
pendek dan kelemahan makin melunglaikan raga yang tak abadi?
Aku akan terus mengembara dan mengenangmu dalam
mimpi.
12/3/95
Catatan Kedaksi
Subagio Sastrowardoyo lahir di Madiun, 1 Februari 1924. Pernah menggeluti musik dan seni rupa, sebelum
memanlapkan diri di dunia .sastra dengan kumpulan puisi Simpboni (lerbh 1957). Setelah itu, tak kurang dari enam
kumpulan sajak telah ditert>itkannya. Yang terakhir adalah pilihan sajak yang diberi judul Dan Kematian Makin
Akrab (\99"y). Karir sastra Subagio sangat lebar. Ia pernah menerbitkan kumpulan cerpen Kejantanan di Sumbing
(1965). Menempuh pendidikan sastra di Universitas Gadjah Mada dan Yale University, Subagio pernah bekerja seba
gai pengajar di Salisbury Teacher's College dan Flinders University (keduanya di Australia). Sebagai penyair, kriiikus
dan esais, karirnya berlangsung tak terputus-putus sampai akhir hidupnya. Buku kritiknya antara lain Manusia
Terasing di BalikSimfxilismeSitor(Wd) dan Sastra Hindia Belanda danKita(l985).
Sajak-sajaknya yang dimual dalam edisi ini dikirimkannya ke Kalam melalui Nirwan Dewanto, pada 18 Maret
1995. Tahun ini tampaknya adalah masa produktifnya, seakan sebuah penyegaran kembali. Beberapa esainya
muncul di harian Kompas dan sajaknya di Repuhlika. la bahkan masih bersemangat mengutarakan pikirannya
dalam beberapa forum sastra, antara lain di Surabaya pada awal Juni 1995. Kiranya ada lebih banyak sajak yang
digarapnya, lantaran suratnya yang menycrtai sajak-sajaknya itu menyatakan, "Belum .semuanya, masih ada sajak-
sajak lain yang belum sempat saya ke.ik lx-rsih dan fotokopi." Empat bulan kemudian, yakni 18 Juli 1995, karena
komplikasi penyakit jan.ung yang dideritanya, Subagio Sastrowardoyo wafat cli Jakarta.
106
kalam •edisi 6,1995
T
ENDO SUANDA
TOPENG CIREBON
DI TENGAH PERUBAHAN
Jam setengah empat pagi, pimpinan rombongan Topeng Hu sudah bangun, inandi, dan siap berang
kat. Para seniman lainnya pun, kawan sedesa atau dari desa tetangga, mulai berdaiangan. Sebagian
jalan kaki dan sebagian lagi naik sepeda. Sekitar setengah jam kemudian, sebuah truk tiga perempat,
Colt Diesel, datang. Gamelan dan peralatan sound-system pun segera clinaikkan. Dalam waktu hanya
sekitar 15 menil semuanya sudah beres. Para nayaga, juga saya, duduk di atas rancak-rancak gamelan,
kotak-Topeng, atau kotak speaker, di bak terbuka. Yang duduk di samping sopir hanya kaum
perempuan, yakni dua orang dalang Topeng (penari utama), dan tiga anak kecil. Truk pun melaju
dengan cepat, sehingga goyangannya cukup mengkhawatirkan saya. Tapi, para nayaga<hn pengurus
sound-system itu sudah biasa. Tak ada seorang pun yang mengeluh kedinginan atau meminta sopir
berjalan lebih pelan
M e r e k a l)erangkat amal pagi, karena bisa juga ditawar sampai empat," gumamnya lagi.
waktu itu akan main di tempat Tak ada kawan-kawannya yang menjawab,
yang jauh dan sebagian jalannya
ada yang masih belum diaspal. I>i mengomentari, atau bertanya lebih jauh. Mereka
semua seperti acuh, atau mungkin nrima itu se
salu-dua desa yang dilalui truk berhenti belx-rapa mua seperti yang sudah semestinya begitu. Atau
saat, karena ada beberapa pemain yang menung
gu di warung-warung pinggir jalan. Tapi semua karena hal itu memang sudah dianggap biasa se
nya berjalan lancar sekali, cepat; seperti segalanya kali. Normal. Wajar.
telah terencana baik, rasanya seperti sebuah truk
Setelah berjalan 3 jam 15 menit, romlxmgan
perang yang menjemputi para serdadu yang me bam sampai di desa yang dituju. Tak sulit uniuk
nunggu di tempat persembunyiannya. menanyakan mmah orang yang punya hajat. Di
desa, semua orang tahu satu sama lain. Panggung-
Dari jalan kelas IV, kami masuk jalan kelas I, nya, yang dibangun secara temporer di depan
mmah si empunya hajat itu, hanya sekitar 10 me
bypassJakarta-Cirebon. Truk l>erjalan lebih cepat ter saja dari jalan kereta api Jakarta-Cirebon. Ga
lagi, tapi juga terkadang sangat pelan, karena ma- melan segera ditumnkan, panggung dilata oleh
cet, terutama pada waktu melalui daerah pasar. para nayaga sendiri, sementara pimpinan rom
Lewat Jatibarang, truk diberhenlikan polisi, yang bongan dan dalang topeng menemui wakil yang
mengejarnya dengan sepeda motor. Pimpinan punya hajat. Tak ada pembicaraan apa-apa, mere
rombongan itu segera turun menghampirinya. Se- ka langsung dipersilahkan masuk ke tempat isti-
kiiar sepuluh menit kemudian, ia bam naik lagi. rahat, sebuah rumah kecil lak jauh dari panggung.
"Terus!" Serunya dari atas bak. Truk pun melaju
lagi. "Ah, ditawar dua ribu, tiga ribu, tetap tak Tak ada yang mengatur, tak ada diskusi, para
nayaga itu sudah tahu apa yang harus diperbuat
mau. Katanya, kita terlalu banyak orangnya," kala Hanya jika mereka perlu sesuatu seperti kain,
si pemimpin rombongan itu pada siapa saja yang penJti, tali, mereka minta pada si empunya hajat.
mau mendengarkannya, di tengah menderunya Semua berjalan cepat. lak sampai setengah jam
truk yang menyeruduk angin pagi. Truk terbuka, sudah siap. Makanan pun datang. Nayaga makan
konon tidak diperbolehkan mengangkul pentim- di panggung, sedangkan dalang topeng dan pim-
pang. "Tadinya harus lima ribu saja. Tapi akhirnya
kalam edisi 5, 1W 107
ENUO S U A N I) A
pinan rombongan (yang juga salah seorang na "Situ, dalang topeng, menari enak, lemah-
yaga), makan di tempat istirahal (yang juga ada lembut. Kami, nayaga kecapaian...."
lah tempat rias). Kedua dalang tofxtng ilu lidak "Ah, enak-enak apa? Keringal sampai bercu-
makan, tapi memanggil tukang bakso untuk mem- curan dari mana-mana!'
buatkannya dua mangkuk. Seseorang dalang pa "Ya itu bagus, itung-itung olah raga... Tuh,
da pimpinan rombongan Dengan ramah ia lx:r- tanya sama Kasmin, yang matanya melotol," kata
basa-basi, minta maaf jika ada kekurangan dalam htxlor sambil menunjuk pada salah seorang anak,
jamuannya, sambil memberikan satu kotak rokok dari belasan anak yang duduk nonton di atas
(20 bungkus) Sriwedari. Ia juga bilang bahwa jika
panggung. Anak-anak pun tertawa satu sama lain,
nanti ada rombongan khusus, acara to/teng itu
minia diseling dulu oleh acara tayuban. Dari sambil menunjuk-nunjuk kembali pada bodor, ka
rena tak ada yang l>ernama Kasmin di sana.
pihak majikan, banyak yang ingin kaul. Katanya.
Tentu saja dijawab dengan senang hati oleh pim "Aku pun ingin menari, yang enak seperti ka
mu, dan sekarang aku mau salin dulu." Kata bo
pinan itu: Silahkan, silahkan. Biar rame. Katanya. dor. "Ya, salinlah sana!"
Rokok dilragikan pada setiap pemain dan pe- "Di mana, dan pakai apa?"
ngatur sound-system, seorang sebungkus, yang "Terserah kamu, di mana saja!"
merokok maupun yang tidak. Tak lama gamelan "Tadi, di mana kamu berdandan?"
pun ditabuh, latalu, dan rokok-rokok itu pun "Di sana, di mmah yang punya hajat." kata da
lang sambil menunjuk mmah tempat ishrahat tadi.
berselipan, mengepul di kebanyakan bibir para
nayaga. .Sementara ilu, kedua dalang tojteng mulai "Ya, tolonglah, sampaikan pada majikan, bah
dandan. wa saya kepingin salin."
Jam setengah sebelas lewat sedikit, lain sele "Aduh, bingung! Ke mana ngomongnya; kare
sai, kedua dalang ilu naik panggung. Pertunjukan na itu mmah \majikan], itu mmah [majikan], ini
dimulai dengan tari Pamindo, oleh dalang yang mmah \majikan]." Kata dalang sambil menunjuk
lebih yunior. Ia tidak mulai dengan tari Panji, ka beberapa mmah.
rena sudah siang, sudah ada tamu, dan mereka "Kamu aja deli bilang sendiri sama Ibu itu tuh,
takut kalau-kalau tamu ilu merasa lx>san dengan di sana!" sambungnya, sambil menunjuk ke seke-
tari Panji yang lamban dan sedikit sekali gerak- lompok ibu-ibu di depan mmah yang punya
nya. Memang, Pamindo adalah tarian yang paling hajat.
lincah, genii, dan manis. Dalang itu pun menari "Sama siapa? Di sini saya belum kenal siapa
dan menari, seperti seenaknya sendiri, seperti be pun."
bas sekali, tapi gerakannya selalu bisa diikuli de "Itu tuh, sama Ibu yang baju bini ilu, yang pu
ngan suara kendangnya, walaupun si tukang ken- nya hajat ini."
dang itu hanya sesekali saja melirik pada penari. "Ali, main ah. Masak bam kenal sudah minta-
Akan tetapi, setelah sekitar 15 menit, pada minla."
waktu dalang sedang enak-enak menari, tiba-tiba "Alah, kamu, pakai malu segala. Udah gede
/xWormemlx.-rhenlikan fxinjak-nya: l>egini. Yang suka malu malu sih anak-anak, tahu!
"Setop!" katanya. Gamelan pun berhenti, tan Hilang saja sama Ibu itu, pinjam kainnya, barang
pa menghiraukan dalang yang sedang menari itu. sepuluh biji giluh!"
"Ada apa?" dalang bertanya keheranan. "Aduh sepuluh! Kalau dikasih pinjam sepuluh
"Ini seperti kembang parang namanya." Bodor mah, nanli dijual sama kamu!"
menjawab. "Ya enggaklah... Satu saja deh, giluh! Untuk
"Apa itu kembang jHirang!" salin."
106 kalam edisi 6,1995
T
TOPENG C I R Ii B 0 N I) I TENGAH I' F. KII B A II A N
"Oh, ya. Bu! he., he..." bodor memanggil sam ya mirip. Tak akan lerduga wujud lisiknya atau
bil tcrtawa-tawa ke arah mmah yang punya hajat. delailnya, tapi akan terduga sistem atau prinsip
nya, stbullah grammar-nya.
"Tuh, 'nanti sebentar1 kata Ibu itu tuh." Dalang
bicara begitu, walaupun tak ada orang yang bi Umpama si empunya-hajal ilu lamaJak mem
berikan kain, bodordan dalang hams lebih lama
lang apa-apa. lagi menciptakan adegan humor "meminjam kain"
"Oh, sebentar lagi, katanya?"
"lya, sebentar, tunggu!" Kata dalang. Semen itu. Pada sebuah pertunjukan lain yang pernah
saya lihat, si dalang itu menunjukkan orang yang
tara pengums hajat minta seseorang untuk meng memanggil pada bodor(padahal tidak). Bodorlari
mendekatinya, tapi karena lidak ada, ia kembali
ambil kain. lagi pada dalang dan bilang "Tak ada!" Dalang
menunjuk lagi pada tempat lain, bodor pun lari
"Tidak akan marah saya pinjami kainnya?" lagi seperti tadi, dan kembali dengan mengatakan
"Eh, tidak! Orang sini baik-baik semua, raniah- "Akh, kamu salah, itu sih kain yang sedang dipa
ramah." Kemudian seorang laki-laki datang, mem kai gendong anak! Sudah kena kencing lagi!" Jika
berikan selembar kain batik, ditsrima oleh bodor, misalnya masih Ixdum juga ada yang dalang mem
sambil bilang "Terima kasih" dengan muka ceria
dan genit. Kain itu diciumnya, tapi langsung di Tan Panp. lopeng Wangi
buang ke lantai panggung sambil menutup hi-
dungnya. beri kain, mungkin laden bodor (bodor ke dua) Indriya pada upacara
"Eh, kenapa?" tanya dalang.
"Bau!" katanya sambil merengut. atau salah seorang pemain gamelan akan masuk ngunjung diKaiangteia.
"Bau apa?"
13 Nowsrtyjf 1993.
"Bau bol!"
ke arena dan mengajari Itodornvi bagaimana cara Makanari dalam fencing
"Masak!?" kata dalang sambil mengambil kain
itu dan menciumnya. "Eeh, ini bukan bau bol, tapi yang baik dalam meminjam kain. (lempal bundardan
bau kamper, tolol! Dasar kamu orang kampung!"
anyaman bambu) di
"Oh, begitukah bau kamper itu? Kalau begitu,
bagaimana jika tak ada sama sekali yang me belakang penari adalah
ya enak, ya. He.Jie, lerima kasih Pak!"
Dan selerusnya. Sampai kemudian bodor me mberi kain? Saya tak tahu, karena saya Ixdum per sumbangan alau$esa|idati
penduduk. yangselalu
makai kain itu di panggung, sebagai kostumnya,
setelah melalui berbagai macam cara yang mem nah menyaksikan kejadian seperti itu. Semua menyerlaiupacara
buat orang tertawa.
orang yang nanggap lofjeng akan tahu bahwa ia nliialrjesa.
Itulah sebuah gambaran dari salah satu adegan
pertunjukan tojteng Cirebon yang diadakan di hams menyediakan beberapa |X)long pakaian un
sebuah desa, di wilayah Kabupaten Indramayu,
pada 24 Juni 1992. Apa yang ingin saya perlihat- iuk dipinjamkan sebagai kostum ixanainnya. Sam
kan dari adegan itu adalah bahwa penonton to
peng benar-benar terlibat dalam lerwujudnya sua pai sekarang, bfxJor hampir selalu meminjam kain
tu (adegan) pertunjukan. Yang penting dicatal
itu dalam idiom panggung. dan bukan bilang se-
adalah bahwa semua ilu tidak terasa dibuat-buat
109
atau dicari-cari. Segalanya seperti berjalan biasa,
alamiah, semua orang tahu, semua orang dapat
menduga apa yang akan terjadi dan tahu apa yarg
mesti mereka lakukan. Tapi, tentu saja, setiap kali
pertunjukan lak mesti persis terjadi seperti itu. Tak
ada dua buah pertunjukan yang persis sama. Han
kalam edisi 6,1995
END0 SUANDA
cara biasa pada majikan sebelum pertunjukan. panggung dan penonton (pengundang, undang-
Dulu, bukan hanya bodoryang suka pinjam kain an. yang hadir tapi bukan-undangan, termasuk
ilu, letapi juga dalang. Paling lidak satu atau dua anak-anak dan pedagang di sekitar panggung),
lembar kain batik, untuk dodoX dan soder, dan se- keadaan para seniman, dan waktu untuk pertun
lembar selendang lokcan (selendang sutra pan jukan. Sedangkan yang non-fisik; misalnya moti-
jang, dengan batik khas pesisiran utara Jawa) un vasi pertunjukan, hubungan (sosial) yang lerjalin
tuk krodorig, hams disediakan si empunya hajat antara penonton dan seniman sebelum pertunjuk
untuk kostum penarinya. Akan tetapi, daiang sela an itu, pengetahuan seniman tentang masyarakat
lu meminjamnya sebelum pertunjukan dimulai, setempat, dan pengetahuan penonton terhadap
karena hams dipakainya dengan cara yang cukup mated dan/atau simbol-simbol yang terkandung
memakan waktu, dan tak lazim dijadikan tema dalam pertunjukannya itu sendiri. Semua unsur ini
lelucon. penting bagi penonton dan pemain untuk mem-
Dalam lojxhig, hubungan antara penonton de peroleh suatu pedoman tentang apa yang sewa-
ngan pemain itu bukan hanya intim, akrab, tapi jarnya dilakukan. Kedua unsur inilah yang mem-
kadang-kadang diperankan status yang tak jelas. bentuk pola interaksi mereka.
Seorang bodor, di alas panggung, kadang-kadang Dengan demikian, suatu pertunjukan tofteng
seperti terpisah dari gmpnya. la bisa saja pura- itu konstniktif sifatnya. Artinya, ia ditenlukan oleh
pura tak kenal, atau malah "lx.-rtengkar" dengan semua unsur tersebut., pada saal pertunjukan ilu
nayaga. Karena ia selalu disalahkan oleh nayaga, dilaksanakan Jadi, bukan saja pertunjukan ilu
la pun sering menangis. Kemudian, datanglah se akrab dengan penontonnya, akan tetapi penonton
seorang penonton membujuknya dengan mem itu juga ikut menentukan wujud pertunjukan itu,
berikan sepiring nasi, sebungkus rokok, atau se saat demi saat.
jumlah uang. Ia gembira, clan lierhenti menangis. Dalam konteks tradisi, pertunjukan ilu bukan
Tapi, ketika ia akan memakan nasi itu, atau me- lah suatu paket yang sudah dikemas secara kese-
nyobek bungkus rokok itu, atau akan memasuk- luruhan. Walaupun ada pola atau patokan yang
kan uang ke bawah topinya, nayaga melarang- jelas, ia tetap mempakan suatu repertoar yang lu-
nya. Nayaga, yang kini mengajaknya untuk berte- wes, yang bisa (dan memang untuk) disesuaikan
man itu, menasihatkan agar ia memanfaatkan dengan kondisi panggungan setempat. Seseorang
pemberian itu sesuai dengan cara yang dianjur- yang mengundang sebuah gmp pun, bukan me
kannya. Kata nayaga itu, "Agar direstui orang se minta grup itu mempertunjukkan suatu repertoar
tempat", atau "Agar nanti diberi lebih banyak la yang sudah tersedia dari awal sampai akhir, tapi
gi." Seribu satu macam cara atau adegan yang lebih Ijempa permintaan untuk mengadakan per
akan tercipta, tergantung dari apa dan dari siapa tunjukan dari pagi sampai sore, dari sore sampai
pemberian itu, tapi pada dasarnya adegan ini pagi, atau dari pagi sampai pagi lagi. Sebuah gmp
akan menciptakan lelucon tersendiri, yang akhir akan lebih dihargai oleh pengundang (si empu
nya bodor iiu tak kebagian apa-apa, Setelah di- nya hajat), jika bisa "mengisi" waklu yang tersedia
olok-olok anak-anak, ia bisa menangis lagi, dan secara tepat (atau lebih lama sedikit), daripada
pemberian penonton pun bisa Ix-rulang. gmp yang menamatkan repertoarnya dengan tak
Fokus pembicaraan saya kali ini adalah kon- memenuhi pengisian waktunya. Orang bisa
teks pertunjukan topeng. Yang saya maksudkan menggemlu terhadap gmp yang menyelesaikan
dengan konteks adalah suatu selling yang ter- program (cerilera atau tari-iarian) tapi mereka mu
benluk oleh semua unsur yang beikaitan dengan lai lebih tela! dan/alau berhenti terlalu awal.
pertunjukan itu, baik unsur-unsur fisik maupun Sebaliknya, gmp yang tidak menamatkan pro
nonfisik. Unsur fisik, misalnya, termasuk keadaan gram tak begitu dikecewakan, asalkan mereka
110 kalam - edisi 6,1995
TOPENG CIRFBON DI TF.NGAII PERUBAHAN
tidak "korupsi" waktu. lulus ujian, sembuh dari sakit, dapat jodoh, dapal
Sebenamya, tidak tamatnya repertoar iiu lotre, dsb. Miloniatau memitu adalah upacara tu-
juh-bulan-pada-hamil-pertama. Akan tetapi, tang
(umpamanya ada) mudah dihindarkan. Jika waktu gapan topeng yang khusus untuk miloni ini se
sudah hampir habis, dalang topeng bisa saja me- karang sudah agak jarang. Dulu, konon kabarnya,
narikan tari Klana, misalnya, yang biasanya ditari- bagi mereka yang mampu, untuk upacara miloni
kan 30 menit hanya dalam 5 menit, seperti halnya ini ditanggap topeng kupu larung pitu, yaitu per
dalang wayang yang biasa menyelesaikan lakon
secara ekspres mcnjelang pagi. tunjukan topeng dengan tujuh dalang.
Untuk pelaksanaan selamatan perorangan ini,
Untuk gmp tojx>ng yang masih menyajikan la
konan setelah tari Klana, seperti gmp topeng Lo- Si empunya hajat mengundang gmp kese-nian,
sari, lakonan itu dipertunjukkan sepanjang waktu yang umumnya didasarkan pada selera seninya
masih tersedia. Dalam tiga dekade terakhir, ba dan kecocokan harganya. Orang berusaha untuk
gian lakonan ini sering sekali terjadi, bahkan dapat mengundang gmp terbaik (yang paling di-
hampir selalu tidak tamat, karena waktu untuk sukai) dari kemampuan biaya yang dimilikinya.
berhenti telah tiba, dan hal ini sama sekali tak Banyaknya panggilan untuk acara seperti ini pula
pernah menjadi masalah bagi pengundangnya. yang dapat dijadikan ukuran tentang populcr-ii-
Yang ingin saya kemukakan di sini, adalah bahwa daknya suatu gmp.
pembahan batasan waktu pertunjukan, yang akan
saya kemukakan di belakang, punya andil besar Pada umumnya, topeng hanya dipertunjukkan
terhadap terjadinya pembahan pola pertunjukan siang hari. Pertunjukan topeng malam hari itu bu
kannya tidak ada, tapi jarang. Dulu, topeng malam
topeng. hari sering diadakan dalam bentuk drama tari. Jika
seorang dalang atau seniman terkenal dan cukup
Penyelenggaraan pertunjukan berada punya hajat, mereka sering mengadakan
Dalam pola tradisi, dilihat dari molivasinya, wayang wong. Penarinya adalah para dalang to
peng dan dalang wayang. Kedok-kedok topeng
ada tiga jenis penyelenggaraan pertunjukan to pun biasa dipakai untuk wayang ivong. Karena itu
peng. perayaan upacara perorangan (anggota ma pula nama-nama kedok topeng berbaur dengan
syarakat yang mengundang), upacara komunal nama-nama wayang purwa yang sekarakter: Panji
(kelompok masyarakat yang menyelenggarakan), dengan Arjuna, Pamindo dengan Samba, Klana
dan barangan (seniman sendiri yang meng- dengan Rahwana.
adakan). Pola pertunjukan yang paling biasa adalah
topeng di siang hari dan wayang kulit di malam
Tanggapan hari. Sering terjadi bahwa dalang topeng-nya juga
Pertunjukan topeng yang paiing banyak dila adalah dalang wayang, Sinden (penyanyi), atau
anak dalang-wayang. Karena itu, dalam kasus se
kukan, seperti juga pertunjukan wayang kulii, perti ini, gmp topeng dan gmp wayang adalah
adalah untuk perayaan hajat sunalan atau per- satu rombongan. Malah, walaupun dalang topeng
nikahan. Yaitu suatu pertunjukan yang ditanggap ilu bukan keluarga dekat dalang wayang, dan li
oleh orang yang punya hajat itu, secara per dak menjadi Sinden atau nayaga wayang, dalam
orangan. Selain itu, ada Ix'berapa tujuan lain da suatu tanggapan mungkin ia hanya sebagai salah
lam hajatan perorangan ini, seperti kaulan dan seorang anggota dari rombongan wayang itu.
miloni. Kaulan diadakan jika seseorang telah
keluar ucap atau janji (mungkin hanya dalam Dulu, banyak sekali dalang-wayang yang
hati); jika suatu ketika keinginannya lerkabul ia "punya" topeng. Karenanya, masyarakat yang
akan menanggap kesenian anu. Janji atau nial ini mengundang pun cukup dengan minta pada da-
bisa menyangkul panen yang baik, naik pangkat,
kalam - edisi 6, 1995 Ill
1
END0 SHAN DA
lang-wayang saja uniuk mengadakan pertunjuk- kuatan spiritual yang khusus.
kan topeng di siang-hari. Namun demikian, ba
nyak juga gmp topeng yang khusus, dengan na Upacara komunal
yaga lengkap, memiliki gamelan sendiri, dan Pertunjukan topeng dalam upacara-upacara
lidak mempunyai aliliasi langsung dengan rom-
komunal desa, yang sampai sekarang masih cu
Oalang Carpan bongan wayang. Sekarang, jarang sekali dalang kup banyak terdapat adalah ngunjung dan ka-
menari Panpidi wayang yang punya dalang topeng. sinoman. Ngunjung adalah suatu upacara tahun-
lengah gadis-gadis an yang diadakan di makam keramat, uniuk me
kas/nomandiLelea Pertunjukan dalam tanggapan ini, dipandang minta berkah, agar masyarakat bisa menjaga atau
Tarianyang dianggap dari satu segi, memang melulu hiburan yang meningkatkan kehidupan yang lebih baik. Ngun
sekuler sifatnya. Tetapi, seperti pada banyak ma jung ini bisa diprakarsai, dialur, atau disponsori
"Wajib" uniuk cam kesenian iradisi lainnya, claiam topeng juga oleh sekelompok keluarga, pengums kampung,
seniman dan banyak terkandung unsur-unsur spiritual, bukan pengums desa, atau oleh pengums makam yang
keseniannya, walau saja dalam wtijud sesaji dan mantra, letapi per bersangkutan.
tunjukan itu sendiri dapat menjadi sebuah upa
sudah amal sedikit Orang yang berpartisipasi dalam upacara itu
cara ritual. Di suatu desa, di Kecamalan Kertas- bisa puluhan orang, ratusan, ribuan, bahkan bsa
yang mau melihal sampai seratus-ribuan orang dari beberapa daerah
maya, misalnya, banyak orang percaya bahwa kabupaten. Penyelenggaraannya pun macam-ma-
panggung topeng (clan wayang) iiu sendiri punya cam, ada yang hanya mengadakan selamaian
makna atau kekuatan spiritual yang khusus. Ba (doa) clan sesaji makanan, ada yang dengan
nyak orang yang membawa anaknya yang sedang mengadakan pertunjukan satu atau dua macam
.sakit ke panggung, untuk "diobaii" oleh dalang- kesenian, ada pula yang disertai dengan arak-
topeng, dengan dijampi atau dibawa menari. Bah arakan besar, dengan segala permainan alau atra-
kan jika ada bayi lahir di desa di mana sedang ada ksi speklakular serta belasan pertunjukan kese
pertunjukan topeng ilu, sering bayi itu dibawa ke nian dalam teterapa malam. Ada beberapa un-
panggung, untuk diberkahi, diberi nama, dan jungan yang mengharuskan pertunjukan tof>e~ng,
diaku "anak" oleh dalang topeng atau dalang wa konon karena buyait bersangkutan mcngingin-
yang itu. Walau dalam kehidupan sehari-hari da kannya. Malah, banyak yang tak membolehkan
lang itu tidak pernah tertindak sebagai dukun. sembarang gmp, hams khusus dari ketumnan da
tapi kelika manggung, sering dianggap punya ke lang- lojteng tertentu.
Di Desa Pangkalan, mi.salnya, masyarakai
hanya mengundang gmp keturunan topeng Arja
dari Desa Slangit. Yang menjadi dalang untuk
sekarang ini adalah dalang topeng Sujana, setelah
W'ijava (abangnya) meninggal teterapa bulan
yang lalu. Karena itu, untuk upacara seperti ini,
pemilihan rombongan topeng tidak didasarkan
alas popularitasnya, tapi lebih kepada pertim-
bangan spiritual, atau kepercayaan. Di Pangkalan
ini, masyarakat percaya bahwa jika topeng itu
bukan dari ketumnan yang direstui oleh buyut-
nya, bisa timbul malapetaka, entah itu pada
kehidupan masyarakat setempat, ataupun pada
senimannya. Kepercayaan sempa ini juga terdapat
112 kalam -edisi 6,1995
T TOPENG CI RE BON 1)1 TENGAH PERUBAHAN
dalam pertunjukan wayang kulit, mi.salnya untuk nyak, sehingga rombongan topeng pun bersedia
upacara-upacara sidekah bumichn nadran. main di sana dengan bayaran yang sangat kecil,
bahkan lidak dibayar sama sekali. Menumt ceri-
Hampir selumh anggota masyarakat terlibat tera dari dalang lo/xingnya, jika ia diundang uniuk
dalam pen/ediaan dana, makanan, tempat pertun main di sana, ia pantang membicarakan ongkos
jukan, dan sebagainya. Juga dalam pertunjukan- panggilannya. Yang datang mengundang, pa-
nya, dari anak-anak, pemuda, sampai nenek-ne- mong desa atau sesepuh masyarakat, hams diang
nek, datang bukan semata untuk menonton tari gap sebagai ulusan buyut di desa ilu.
topeng, tapi untuk ikut manggung. Yang paling
menonjol adalah Temo, di mana orang-orang da llnjungan di Pangkalan ini sangal khusus, ter-
tang untuk memterikan sumbangannya, hajat, teda dengan unjungan di desa-desa lainnya. Upa
atau sedekahnya, yang tempa uang atau ma cara ini pun agak berbaur dengan kasinoman,
kanan. Pada wujudnya, uang diberikan atau dila- seperti yang akan diuraikan di bawah ini. Untuk
burkan pada romlxjngan topeng, tapi hakekatnya unjungan di buyut-buyut keramat lainnya, seperti
adalah sedekah atau semacam sesaji terhadap misalnya di Astana Gunung Jati dan Kalianyar,
yang gaib, untuk mendapat terkah. Setelah me gmp topeng sering datang atas kchendak mereka
lakukan Temo, orang-orang pun ada yang me sendiri. Mereka main di sana tanpa bayar dan
minta diterkahi oleh da]ang-topeng, dengan di- tanpa Temo. Mereka main untuk sama-sama men
usap-usap bagian tubuhnya, atau diberi jampi- dapat berkah dari leluhurnya di sana.
jampi. Jadi topeng di sini tempa media antara ma
nusia di dunia sini dengan roh atau kekuatan di Unjungan besar lainnya yang hampir selalu
menyertakan topeng adalah di Desa Serang.
dunia sana. Ngunjung di sana tidak semata-mata mempakan
suatu upacara religius. Ia tempa arena mul-
Keindahan tarian kadang-kadang lak menjadi tidimensi, dari mulai kegiaian kerohanian, keseni
per hatian sama sekali. Malahan, arena tari im an, propaganda pembangunan, ekonomi (pasar),
sering dijejali oleh orang yang 'Temo atau oleh penjudian, pemabukan, sampai ke pencopetan.
anak-anak yang berebutan Saweran (uang yang Karena itu, arena pertunjukan topeng pun bisa
ditaburkan pengunjung pada arena pertunjukan). tempa panggung yang mengekspresikan kemulli-
Di arena im, bukan saja tak ada tempat cukup dimensionalan ini. Baik-buruknya penari bukan
untuk menari, tapi penarinya pun bisa terdorong hal terpenting, tapi temngkapkannya ekspresi
ke kanan dan ke kiri oleh penonton yang ber-
sosial ini.
desakan. Karena itu, Saweran di sini dan Saweran
Kasinoman
dalam tanggapan, walaupun wujudnya sama
(yakni menaburkan uang), tapi motivasinya ber Kasinoman adalah semacam pesta atau upa
beda. Dalam tanggapan, Saiveran itu mempakan cara inisiasi untuk para remaja, yaitu mereka yang
aksi atau reaksi penonton terhadap yang diton- sudah cukup usia uniuk temmahtangga, tapi be
tonnya. Tetapi dalam ngunjung, ia mempakan lum mendapat jodoh. Untuk kasinoman wanita,
bagian dari upacaranya sendiri, yakni menjalin di beterapa desa, diadakan pertunjukan topeng,
hubungan antara yang Sawer dengan kekuatan yang dalang topengnya laki-laki. Upacara ini bisa
spiritual melalui pertunjukan itu. diadakan secara besar-tesaran, termasuk pawai
(arak-arakan) mengelilingi desa, dengan para se-
7Smo(uang yang tidak ditaburkan) itu dikiun- nimannya. Sekarang, upacara kasinoman yang
pulkan oleh pelugas desa dalam sebuah keran- paling banyak diselenggarakan adalah di Keca-
jang (ceting) besar, kemudian dihilung dan di- matan Lelea, yang di sana disebut ngarot.
bagi. Sebagian untuk rombongan topeng, seba
gian lagi untuk kas desa. Jumlahnya cukup ba
kalam - edisi 6, 1995 113
1
END0 S II ANDA
Dalang topeng Seniman yang diundang untuk upacara ini, tapi mereka menari temlang kali. Sekarang, upa
Sujana clan Bodor cara kasinoman di desa itu tak pernah dilakukan
berbeda-beda antara desa yang satu dengan yang
hillus ikut krllhni; lainnya. Ada yang atas dasar kepercayaan spiritual lagi.
desa "I.iI.uti .11.1 k
seperti ngunjung tadi, tapi ada juga atas dasar Barangan
arakan keinginan yang dipestakan. Mi.salnya, di antara
kastnowtndi mereka ada yang mcnghenclaki dalang yang ma Barangan adalah pertunjukan topeng keliling,
I ii".;l \iinilk sih muda, atau yang punya popularita.s tersendiri. dari desa ke desa, dari halaman ke halaman, de
Jadi, kualitas tari topeng-nya menjadi hal yang ngan rombongan yang jauh lebih kecil daripada
sekunder pula. Saya pernah menyaksikan upacara tanggapan (dinaan, harian). Biasanya, gmpnya
ini di mana dalangnya lidak muda. Walaupun me hanya terdiri dari satu atau dua orang penari mu
narinya baik sekali. tapi para gadis yang dipes da (yakni dalang topeng yang masih belajar),
takan itu tak menanih perhatian sama sekali. seorang tukang kendang (biasanya gum-tari dan
ayah dari penarinya), seorang bodor, dan tiga atau
Pada kesempatan lain, cli suatu desa di Keca- empat orang musisi lainnya. Instrumcn yang dipa
matan Kertasmaya, pada acara yang juga disebut kai hanyalah kendang, gong dan kiwul, saron,
nemo, gadis-gadis yang diupacarakan ini menari ketuk-kebluk, dan kecrek. Semua peralatan ini bisa
tersama dalang topeng. Dua orang digandeng clipikul oleh satu atau dua orang saja. Selain itu,
oleh dalang topeng di kiri-kanannya. Mereka me mereka pun sering membawa peralatan masak se
nari bersama, gerakannya cukup sederhana, ber
jalan dan tergoyang maju munclur dengan tangan derhana (uniuk menanak nasi dan memasak air).
bergandengan, yang pada saat tertentu kedua ga- Ada dua macam motivasi utama barangan.
dis ilu melemparkan sejumlah uang ke dalam bo Pertama adalah karena tuntutan ekonomi. Ketika
kor yang disediakan. Dapat dimengerti, jika mere
ka menghendaki dalang muda yang tak perlu musim paceklik, di daerah si seniman ini tentu
hebat menarinya, karena acara tari bergandengan saja tak ada panggilan main. Padahal, mereka
ini berjalan berjam-jam. Ketika saya menyaksikan umumnya adalah seniman profesionai. Untuk
upacara ini, Mei 1975, nemo ini berjalan hampir 4
jam, sedangkan selumh pertunjukan tariannya memenuhi kehidupan sehari-hari itu, mereka per
(Pamindo dan Klana) hanya sekitar 2 jam saja. Ga gi bebarang ke daerah yang sudah panen lebih
dis yang diupacarakan tak lebih dari 30 orang, dulu dan ke kota-kota. Perjalanan gmp ini bisa
sampai jauh. Zaman dulu, para pengamen dari da
erah Cirebon itu banyak yang mencapai daerah
Sumedang, Bandung, dan bahkan konon ada
yang sampai ke Bogor dan Jakarta.
Orang yang naggap, biasanya hanya untuk
satu atau dua babak saja (karena itu ada sebutan
tojjeng habakan). Masyarakat bisa membayar de
ngan uang atau dengan teras hasil panenan itu.
Gmp im biasa juga melakukan pertunjukan sen
diri. di alun-alun misalnya, kemudian setelah
orang berkumpul dan menontonnya mereka me-
minla sumbangan sukarela dari penonton (disebul
narayuda). Selain masyarakat kebanyakan, ada
juga beberapa kelas atas yang senang pada tari
annya, dan meminta gmp itu untuk tinggal di m-
mahnya, dan mengajarkan tarian padanya.
Penyebaran topeng ke daerah luar-Cirebon,
114 kalam - edfcj (>, 1995
T
TOPENG C1REB0N DI TENGAH- PERUBAHAN
mungkin juga sejarah sampainya topeng di daerah Keempat macam pertunjukan ini — tanggap
Cirebon, adalah melalui modus barangan. Sunan an, unjungan, kasinoman, dan barangan —
Kalijaga konon suka melakukan barangan lofxmg adalah konteks atau wadah tradisional to/)&ng
dengan upah pengucapan sahadat oleh penang- Cireten. Dari uraian di atas, tampak bahwa
gapnya. Yang jelas, pengamh barangan ini bukan topeng itu bukan lianya sejenis pertunjukan kese
hanya sampai pada kalangan rakyat yang kemu nian, yang melulu sebagai hiburan, tapi ia pun
dian lahir kesenian seperti yang kini dikenal tempa unsur yang tak terpisahkan dari kehidup
dengan topeng benjang di Ujungterung dan to- an dan ritus masyarakat. to/mig terjalin kuat da
lam sistem-sistem kekeluargaan, ekonomi, perta-
peng-topeng lain di daerah Betawi dan Banten, nian, dan kepercayaan. Pada zaman sekarang,
tapi juga sampai pada kalangan menengah-atas tentu saja, banyak event bam yang sifat dan kon-
(ningrat). Di Pasundan, yang disebut tari tayub teksnya lain dengan yang tradisi, seperti mi.salnya
atau tari keurseus, dan tari-tari lain ciptaan Tjetje pertunjukan untuk festival, pertunjukan di gedung
Somantri yang terkenal im, juga mendapat penga tertutup (untuk suatu perayaan, untuk resital
mh besar dari tari topeng Cirebon. mahasiswa), hotel, misi pemerintah ke daerah
lain, ke luar negeri, dan sebagainya.
Sejak pertengahan tahun 1970-an pemerintah,
melalui kantor-kantor kebudayaannya mengim- Dengan melihat contoh deskripsi adegan pada
bau para seniman untuk lidak melakukan barang bagian pertama tulisan ini, jika konteksnya ber
an, karena aktiviias itu dianggap memalukan. beda (molivasinya, penontonnya, tempatnya),
tentu saja pertunjukannya akan berbeda pula.
Menumt pandangan mereka, barangan tak terlalu Seperti pertunjukan topeng dalam Pesta tofjeng
Cirebon 1993 di Taman Ismail Marzuki, walaupun
berbeda dengan minia-minta, bremcm, yang sa misalnya "sama" tapi akan tetap "tak sama." Hal-
ngat merendahkan derajat kesenian. Hal ini ter- hal seperti ini umumnya tak menimbulkan per-
tentangan dengan program pemerintah yang se soalan tesar dalam hal teknis. Setelah senimannya
dang mengupayakan peningkatan, pengembang- kenal dengan situasi bam ini, mereka pun akan
segera melihat tantangan bam, dan segera pula
an kesenian. memberikan jawaban yang bam. Konteks bam ini
menjadi lahan kreativitas bam untuk pertunjukan
Barangan itu sesungguhnya tidak semata topeng. Warisan nenek-moyang dalam kesenian
hanya untuk keperluan ekonomi. Ia adalah se tradisi ini bukan hanya dalam bentuk-bentuk nor-
buah bagian yang menyatu dengan sistem pewa- maiif, lapi juga dalam kemampuan beradaptasi,
risan seninya, sebuah modus operandi yang pa kemampuan berubah. Tapi, ada pembahan kon
ling praktis dari cara belajar-mengajar. Dalam ba teks yang kelihatannya agak sulit dipecahkan oleh
rangan, si murid, yang telah diajari secara men- paradigma tradisi, yang akan saya bicarakan da
dasar, akan punya kesempatan latihan setiap hari, lam bagian selanjutnya.
setiap saat. Latihan itu bukan hanya akan menum-
buhkan kelenturan tubuh, keluwesan gerak, ke- Regenerasi dan pewarisan
pekaan musikal, kepekaan mang dan waktu, akan
tetapi juga latihan mental-spiritual dalam meng- Jika dulu topeng itu hanya dipelajari dan diper
hadapi tantangan-lantangan praktis yang beral tunjukkan oleh keluarga seniman, dalang profe
sionai, sekarang lebih luas lagi wilayah penye-
dan claiam menghadapi penonton. Seni topeng. barannya. Banyak pulri-putri kota, di kalangan
dan kesenian lain di Cireten umumnya, perlu ko- bangsawan, anak-anak sekolah, dan bahkan gum-
munikasi atau diplomasi langsung dengan penon- gum sekolah umum tumt mempelajarinya. Seba-
tonnya dalam meminta sumbangan finansial. Un
iuk memahami cara dan tata-kramanya, kebera
nian dan etikanya, mereka perlu pengalaman aiau
latihan, karena di sana pun terkandung nilai-nilai
(baik dan buruk) yang cukup kompleks.
kalam •edisi6, 1995 115
EN DO SUANDA
Kedua bodor gian dari kegiatan ini disponsori oleh kantor De- tem pelajaran di kelas dengan sistem tradisi ba
partemen Pendidikan dan Kebudayaan. Tapi, me rangan seperti terurai di atas. Dalam barangan,
diganiungi kalung reka yang dari kalangan kota ini, umumnya hanya (calon) dalang topeng itu menari tiap saat, dari
makanan oleh ingin bisa menarikan satu atau dua tarian saja, dan satu tempat ke tempat lain, selama beberapa
tidak menginginkan untuk jadi dalang-to/ieng minggu atau bahkan beterapa bulan. Dengan la
keluarga si Empunya yang main di desa-desa. Selain itu, tentu saja, tihan yang terns menems itu, tanpa melalui ba
Hajat: salah salu topeng juga dipelajari di sekolah-sekolah kesenian nyak instruksi atau koreksi fisikal, setiap inurid
(SMKI Cireten, ASTI Bandung, dan bahkan di akan menemukan gaya menari sendiri, yang se
model andil sekolah-sekolah sempa di Jakarta, Surakarta dan suai dengan tubuh dan jiwa masing-masing. Stmk
Yogyakarta). tur tari topeng yang sangat baku itu (dilihat dari
penonton dalam frasa geraknya, hubungan dengan iringannya, dan
menciptakan adegan Hanya saja, selain memang para siswa juga sebagainya) memberi peluang yang banyak ter
umumnya tidak punya minat untuk menjadi da hadap interpretasi masing-masing. tofxing mem
environmental lang topeng, gumnya pun bukan dalang topeng beri mang untuk berolah kreatif dengannya dalam
profesionai. Karena institusi-institusi itu punya
aturan tersendiri mengenai siapa yang bisa men memberi hiasan-hiasan tertentu dan dalam terim-
jadi gum atau dosen. Mereka umumnya mcn-
Syaratkan kredil akademik yang memadai, se provisasi. Barangan secara pelan-pelan lapi kon-
dangkan para dalang topeng tidak bisa meme- sisten inendidik masing-masing penari uniuk
nuhinya. Di SMKi (Sekolah Menengah Kesenian sampai pada hakekat-seni dirinya sendiri, yang
Indonesia) Cirebon sendiri, ironinya, yang menga- lidak mengulamakan keseragaman formal.
jar toping Cirebon itu bukan para dalang topeng,
tapi adalah para lulusan ASTI (Akademi Seni Tari Penilaian masyarakat terhadap liap-tiap dalang
Indonesia) Bandung. Sekarang ini, yang mungkin itu pun adalah pada keistimewaannya ini, yakni
akan membawa pembahan cukup esensial dalam pembumbuan khusus terhadap pola dasar yang
telah membaku. Masyarakat (temiasuk kalangan
dekade mendatang adalah mulai banyaknya seniman) bisa memisahkan antara kembangan
keluarga seniman topeng ini yang sudah mcnyan- yang baik, interpretasi yang lepat, dan improvisasi
dang ijazah akademik, baik dari SMKI maupun yang benar, dengan kreativitas ngawur atau
dari ASTI. bahkan ada yang sedang menyelesai- mengada-ada. Tahap terakhir ini, umumnya tak
kan studinya di STSI Surakarta dan Denpasar. bisa diajarkan dalam pelajaran di kelas yang for
Ada beterapa pertedaan mendasar anlara sis mal, di luar sistem tradisional, karena unmk im
diperiukan pemahaman yang sangat mendalam.
Pemahaman konsep dan leknis menari ilu bukan
hanya sampai pada pengetahuan kepala, analisa
pikiran, akan tetapi hams sampai dipahami oleh
darah dagingnya, oleh rasa dan refleksi kineliknya.
Karena itu, regenerasi yang mulus pun barang
kali hanya bisa kita harapkan dalam konteks
iradisi ini pula. Hanya dalam konleksnya itulah
seseorang bisa mempelajarinya secara tuntas. Bu
kan dalam arti persis wujudnya seperti pada gene
rasi setelumnya, tapi dalam arti pewarisan tola-
litas sistem yang ada itu, yang menyangkut dina-
mika internal dalam penyesuaiannya terhadap se
gala pembahan lingkungan. Pemahaman terha
dap sistem ini, pewarisan dinamika internal ini,
116 kalam-edisi 6,1995
T
TOPENG CIREBON DI TENGAH PERUBAHAN
agak mustahil jika kita tidak berada di dalam dangan etika (misalnya ronggeng). Selain itu,
konteksnya. waktu pertunjukan dibatasi lebih ketat. Untuk
Regenerasi tojxhig sekarang ini memang agak pertunjukan siang hari, misalnya, waktu sembah-
memprihalinkan. Pada awal tahun 1970-an, di yang Duhur hams berhenti, dan pertunjukan ha
Kalianyar, di Gegesik, di Beter, di Randegan, saya ms selesai sebelum waktu Asar. Untuk malam
lihal banyak anak-anak (keluarga seniman) yang hari, jam 20.00 atau 20.30 bam mulai talu, dan
sedang belajar toping. Sekarang pun masih ada, hams selesai pada jam 3 pagi.
tapi barangkali setengahnya pun tidak sampai; Karena pertunjukan tradisi itu sangat berpola
padahal jumlah penduduk kita sekarang jauh le pada waktu yang ada, pembahan waktu ini de
bih banyak daripada 20 tahun yang lalu. Tentu ngan sendirinya membawa perubahan yang sa
saja hal ini tidak bisa hanya kita lihat sebagai ngat esensial terhadap materinya. Jika dulu suaiu
gejala anak-muria yang kurang punya minal untuk gmp itu sudah mulai talu jam 8 pagi bahkan
mempelajari topeng. Karena, kalangan seniman sering dari mulai jam 7, dan bam terhenti pada
pun hams tearpikir praktis. Untuk apa belajar jam 5 sore, sekarang ini umumnya bam mulai lalu
topeng, jika (masyarakat) yang nanggapnya jarang jam 9 atau 10 pagi, dan terhenti jam 3 sore. Ini
atau bayarannya sangal sedikil? Mereka merasa le berarti dari 9 jam waktu-pertunjukan bembah ke
bih baik menari di larling atau di sandiwara, sekitar 5 jam saja, yakni berkurang sekitar 45 per-
mi.salnya, yang lebih laku, yang panggungannya sen. Dengan sendirinya, tarian-tarian topeng pun
lebih banyak. Sama halnya dengan pertanyaan banyak yang menghilang, apalagi sekarang ini se
mengapa sekarang tak ada lagi yang mau beha- ring ada selingan di luar materi topeng, seperti
rang. Ini pun bukan hanya karena kalangan seni- tayuban, jaipongan, dan sebagainya.
mannya yang malas atau tak terminal, tapi karena Karena pembatasan waktu ini sudah berjalan
pembahan (sistem) ekonomi, dan lata nilai ma hampir 20 tahun, sekarang sudah tidak lagi dira-
syarakat yang bembah. Yang menentukan nilai sakan sebagai sesuatu yang "membatasi" atau
seni ini bukan hanya para seniman, tapi seluruh suatu aturan yang hams ditaati oleh para seniman,
tatanan masyarakatnya, termasuk petani, peda- akan tetapi dirasakan sebagai suatu "peringanan
gang, dan instansi pemerintah. tugas.? Jika misalnya ada dalang yang "rajin" pun,
nayaga sering protes, atau menyindir, jika waktu-
Waktu pertunjukan nya sudah melampaui hak berhenli.
Pada bagian pertama tulisan ini, saya singgung
pembahan waktu pertunjukan (durasi), yang Organisasi
membawa pembahan tesar dalam materi pertun Adanya kantor kebudayaan (baca: kesenian)
jukan. Suatu hal yang cukup mencolok claiam per Departemen Pendidikan dan Kebudayaan dari
ubahan waktu ini, adalah sejak tahun 1965, se- lingkai pusai sampai ke tingkat kecamatan punya
jalan dengan penertiban organisasi keseniannya makna tesar dalam pembahan kontekstual kese
dari pihak Departemen P dan K dan Hankam. nian tradisi. Kanior ini punya andil, baik dalam
Tidak berapa lama setelah tencana politik di penertiban gmp-gmp kesenian maupun dalam
negara kita, karena banyak seniman tradisi yang usaha mengadakan "pengembangan" kesenian
terdaftar sebagai anggota Lekra, limbul konlrol nya: dari mulai mengums akte pendirian gmp,
politik yang cukup keras dalam kesenian. Kemu pembentukan susunan pengums dan keanggota-
dian muncul pula gerakan dan tekanan, paling an gmp, pengeluaran ijin panggungan setiap
tidak secara tersirat, yang melarang semua jenis main, sampai memprakarsai penataran, seminar,
kesenian yang dianggap terbau tahayul (seperti lomba, permohonan subsidi, dan sebagainya. De
ruwatari), dan yang dianggap rendah dari pan mikian juga kantor pariwisata, claiam caranya
kalam edisi 6, 1995 117
EN 0 0 SUANDA
yang tersendiri bisa menciptakan modus bam da setiap gmp punya gaya main sendiri-sendiri. Bah
lam ptoses kerja dan pemasaran tojxing Cirebon. kan, gmp-gmp punya lagu khusus, yang mem-.
boat makin sulit bagi nayaga dari luar gmp itu
Pada zaman orde lama, nama senimannya atau untuk ikut main. Ini lerjadi temtama dalarn gmp-
nama kampungnya sekaiigus akan menjadi nama gmp yang paling popiiler. Jadi, jika dalam sistem
gmp keseniannya: Topeng Beter, topeng Suji, atau mekanisme prosedural (nama, pakaian seni
Wayang Sempangan, Wayang Haniti, dan sebagai gam) makin ada ketenluan yang sama (general),
nya. Tapi sekarang, dengan adanya kewajiban (api dalam teknis praktis makin terlibat gejala
mendaharkan itu, setiap gmp diwajibkan punya eksklusifisme. Jika pada masa lain kekhususan ini
nama yang khusus pula: Jali Swara, Mulya Bhakti, temtama terdapat dalam lingkat kemampuan yang
Panji Asmara, Panji Arum Sari, dan Iain-lain. Na subtil, sekarang ini lebih pada tingkal teknisnya
ma-nama ini selalu dikumandangkan oleh Sinden (wujud luarnya).
(jika ada) pada bagian awal pertunjukan, dan
selalu tertera pada spanduk hiasan panggung. Dulu, anggota grup itu tidak begitu eksklusif.
Walaupun demikian, masyarakat sampai sekarang Seorang musisi bisa ikul pada teterapa dalang.
masih tetap memakai sistem lama dalam menge- Ketika gmp atau dalangnya tidak main, ia bisa
nali nama gmp, karena sistem itulah yang paling main dengan gmp lain. Apalagi, jika panggungan
gampang diingal. grupnya sendiri sedikit, untuk bisa cukup peng-
hasilannya, ia hams mencari kesempatan uniuk
Bodoi "dialog" dengan manggung dengan yang lain. Ironinya, justm
dalang. Anak-anak salah satu hal yang diusahakan dan dianjurkan
pada setiap gmp oleh kantor kebudayaan itu ada
adalah suporter (moral lah penertiban organisasi, dalam arti bahwa mere
dan eslelik) lopeng ka memiliki anggota yang eksklusif.
yangsella
Secara praktis hal ini memang tidak jalan.
Setiap gmp, sekarang, bukan hanya punya Kenyataannya, di suatu daerah kecamatan ada
nama khusus, tapi juga (untuk yang mampu) pu yang memiliki 5 atau 6 dalang topeng, tukang
nya pakaian seragam khusus. Lebih dari im, me kendang yang disenangi para dalang itu hanya
reka pun cenderung makin eksklusif, dalam arti ada seorang. Jika mereka main tersamaan, ter
paksa yang lainnya hams memilili tukang ken
dang dari daerah lain, yang masih belajar, atau
yang lak begitu mereka senangi.
Tentu saja, tak ada yang bisa mengatasi kesu-
litan ini. Kantor Kebudayaan pun tak bisa me-
maksa seorang dalang hanya boleh main dengan
tukang kendang yang lerdaftar secara formal, tapi
tak begitu cocok. Jika misalnya usaha Kantor
Kebudayaan untuk mengotak-kotakkan gmp se
cara lebih mandiri dan ekslusif itu berhasil,
kelahiran tukang kendang lain yang baik justm
akan lebih sulit dicapai. Karena, cara mereka
belajar itu adalah dari sesama seniman lain, pada
waktu main bersama di panggung pertunjukan.
Adanya pembahaman sistem organisasi dari pe
merintah ini, ternyata menuntut pula prosedur
118 kalam aksi G, 1995
A
TOPENG CIREBON DI TENGAH PERUBAHAN
resmi yang cukup kompleks. Setiap gmp kesenian teruiai di atas. Tetapi, berbeda dengan di daerah
hams mendaftarkan dan mendapatkan akte lain yang saya tahu, khusus di sebuah kabupaten
pengesahan dari kantor Departemen Pendidikan di sana, semua gmp kesenian (yang hampir se
dan Kebudayaan (P dan K) Kabupaten. Dan akte muanya tak pernah jadi obyek kunjungan pariwi
ini hams diperbahami secara periodik. Di Kabu sata ilu) diwajibkan memiliki Sural Ijin Usaha
paten Cirebon, misalnya, yang disebut SK Penge Kepariwisataan (SIUK), yang hams diperbahami
sahan Organisasi Kesenian yang berlaku tiga setiap tahun. Tarifnya, yang ditenlukan oleh petu-
tahun, sedangkan di Indramayu, disebut Akte gas Kantor Dinas Pariwisata Kabupaten, diper-.
Pengawasan Kesenian, hanya berlaku dua tahun. hitungkan atas dasar popularitas pertunjukannya
Peraturan ini bukan hanya menyangkut masalah di desa desa, bertingkat-tingkat: dari sekitar Rp.
prosedural atau aturan yang hams dituruti, tapi 10.000 sampai Rp. 25.000 bahkan mungkin lebih.
menyangkut juga biaya yang cukup terat. Di
Indramayu, biaya pembuatan akte bam bisa men Hal lain yang cukup menarik dalam perkem
capai (sekitar) Rp 70.000, dan Rp. 50.000 untuk bangan bam organisasi kesenian ini adalah mun-
perpanjangannya. culnya sanggar-sanggar (bukan khusus to[>eng) di
beterapa tempai. Sanggar ini biasanya tempa
Setiap anggota pun hams pula memiliki Kami bangunan semi-pennanen, setengah-terbuka, un
Anggota Kesenian, yang juga dikeluarkan oleh iuk kegiatan latihan dan pertunjukan. Beterapa di
Kantor P dan K Kabupaten. Kami ini pun, yang antaranya ada yang dibangun alas bantuan peme
format dan ukurannya seperti KTP, lengkap rintah (sebagian kini sudah tak berjalan lagi), ada
dengan potret diri, berlaku seperti akte yang ha yang dibangun atas prakarsa sendiri atau atas
ms diperbahami setiap dua tahun. Jika sebuah bantuan swadaya masyarakat. Beterapa dari yang
gmp teranggota 15 orang, biaya kartu mencapai terakhir ini tampak berjalan kegiatannya, karena
Rp 45.000. prakarsa itu didasarkan atas kegiatan yang sudah
berjalan atau atas potensi dan kebutuhan mereka
Selain itu, setiap kali mereka main pun hams sendiri. Ada sanggar pribadi, yang tak pernah
ada izin tersendiri. Artinya, kalau sebuah gmp mendapat bantuan pemerintah. yang juga diha-
akan main 4 malam, mereka hams punya izin mskan memiliki SIUK tersendiri, yang terpisah
manggung 4 lembar pula. Ini bukanlah izin kera- dari SIUK rombongan keseniannya. Padahal, kata
maian dari polisi atau dari desa, tapi tempa Surat seniman pemiliknya, sanggar itu tak punya peng-
hasilan, tak pernah disewakan, lianya tempa tem
Rekomendasi Pementasan Kesenian dari Kantor P pat yang temtama untuk kegiatan latihan mereka
dan K Kecamatan. Izin keramaian dikeluarkan sendiri. Sekitar satu atau dua lahun sekali me
oleh pemerintah desa (Kecamatan, Kepolisian, mang suka ada rombongan luar negeri yang
Kodim, dan sebagainya) yang biasanya menjadi mengadakan pertunjukan di sana. Tapi im biasa
tanggungjawab si empunya hajat. nya adalah koneksi mereka sendiri, sesama seni
Masih ada lagi proses birokrasi yang hams man, dan bukan alas usaha Dinas Pariwisata.
dilalui, yaitu Kantor Pariwisata. Minat pariwisata
di daerah Cireten dan sekitarnya sampai sekarang Materi dan Apresiasi Penonton
ini sesungguhnya relatif rendah, dibanding misal Apa yang saya utarakan ini. pada pokoknya
nya dengan daerah Lombok (Malaram) atau Ta
nah Toba (Prapat). Apalagi jika diiihat dari keter- untuk mengungkapkan-betapa koteks sosial po
libatan keseniannya. Selain kniton-kraton dan ho litik masyarakat itu terpengamh terhadap per
tel-hotel besar di kota Ciretennya sendiri. hampir tumbuhan topeng. Jika "perkembangan" (terma
tak ada obyek pariwisata lain untuk perunjukan suk regenerasi) topeng yang mulus itu utamanya
kesenian. Gmp kesenian desa itu masih hampir hanya bisa dicapai dalam konteks tradisi, seperti
selumhnya hidup dalam ritus-ritus desa seperti
kalam-edisi 6. 1995 119
EN DO SUANDA I
juga untuk menjadi dalang wayang, maka un.uk bisa dipertunjukkan oleh beberapa gmp saja. Per
membicarakan perkembangannya itu kita pun
hams melihat selumh aspek yang ada dalam kon- tama, karena tari Panji ini cukup panjang (dulu,
lebih dari setengah jam), dan kedua, tari Panji
leksnya ilu. tidak banyak menarik perhatian penonton masa
Menghilangnya beberapa materi tari dan mu-
kini.
sik, misalnya, adalah karena adanya pengurangan
waktu yang besar, di samping oleh daya apresiasi Tari Panji memang bukan untuk menampilkan
dan kesenangan atau selera masyarakat yang ber gerak-gerak (fisikal) yang atraktif, tapi mungkin
ubah. Tapi, yang memprihatinkan kita, setelah lebih untuk kepentingan atau kemantapan seni-
selama satu generasi penuh terbiasa menampilkan mannya dan keseniannya sendiri. Dalam tari ini,
tofjeng "gaya bam" para seniman sekarang ke- lebih tampak unsur meilalifnya daripada gerak
banyakan tidak bisa lagi mempertunjukkan to yang kasat-mata. Sementara itu, lari Panji ini se
peng "gaya lama". Materi-materi itu bukan hanya sungguhnya adalah tarian yang paling sulit. tarian
menghilang dari panggung pertunjukan, tapi te- yang dianggap paling melelahkan penari (karena
nar-tenar menghilang dari perbendaharaan kese banyak diam, menahan posisi badan, dan paling
nian kita. Tari Panji, misalnya, sekarang hanya berat penjiwaannya). Lagu gamelan pengiringnya
* ' ^ urn pun adalah lagu yang paling panjang, paling su
kar dari semua repertoar lagu topeng, makin sedi
kit musisi yang mampu memainkannya. Pada saat
yang sama. sebagian seniman dan para apresialor
yang baik menganggap lagu Panji ini. seperti hal
nya lagu Merang Dawa dan lagu Kateran dalam
wayang kulit, sebagai lagu yang paling ampuh,
atau yang paling punya nilai seni.
Sekarang, banyak orang merasa prihalin kare
na sudah kehilangan beterapa pertendaharaan
kesenian kita. Kalau misalnya ada yang memper-
lanyakan, salah siapa itu? Kebanyakan fihak cen-
demng hanya menyalahkan senimannya.
Sesungguhnya, itu bukan hanya kesalahan
seniman, tapi kesalahan kita semua, termasuk ma
syarakat dan pemerintah. Kita tidak bisa me
nyalahkan seniman jika mereka memainkan lagu
dangdut dalam topeng dan wayang. Dalang-da-
lang sendiri banyak yang mengeluh ketika mere
ka hams memainkan wayang Arjuna, Kresna, dan
sebangsanya dalam lagu dangdutan "Jam Satu
Bengi", "Limang Tahun", atau "Kembang BoIhJ"
— atas permintaan penonton. Tapi mereka tak
bisa menolak, karena itu adalah yang diinginkan
penonton. Dalam konteks kesenian mereka ini,
menolak kesenangan penonton mempakan se
suatu yang akan memgikan atau berbahaya ter
hadap populariias senimannya sendiri.
Peranan penonton memang sangat tesar dan
120 kalam-edisi6,1995
T
TOPENG CIREBON DI TENGAH PERUBAHAN
punya efek yang langsung, yang instant. Karena yang memakai dua atau tiga mikrofon saja. Untuk
sifat profesionalisme seniman Cireten (dalam arti sarana angkutannya, sama dengan rombongan
yang literer), kesenian mereka dikondisikan untuk wayang, adalah truk terbuka, yang bisa memuat
lekat dengan dan memanjakan penontonnya, satu rombongan dengan segala peralatannya. Hal
yang menjadi sponsor mereka. Seniman tak bisa ini selalu menimbulkan persoalan tersendiri. Se
terlalu berani dalam tereksperimen, tanpa mem- perti telah dicontohkan di atas, setiap waktu me
perhitunglcan kesenangan penonton. Satu kali saja reka hams berdiplomasi dengan, juga menyogok,
pertunjukannya tidak disukai, ia akan kehilangan para polisi yang memeriksa, karena mengangkut
teterapa bakal panggungan, karena penonton orang dalam bak teibuka itu melanggar aturan
nya adalah calon-calon penanggap berikutnya.
lalu-lintas.
Dengan demikian, kita hams mengerti menga
pa pertunjukan topeng bisa bembah menjadi ta- Masalah dasarnya, bukan hanya berapa uang
yuban. Sama juga dengan pertunjukan wayang yang hams keluar dari kantong seniman ini, tapi
yang menjadi arena semacam-tayuban, di mana bagaimana mungkin mereka bisa mengikuti sis
orang mabuk-mabuk menggoda Sinden. Ini bu tem yang sah. Mereka tidak bisa menyewa sebuah
kan semata kehendak seniman, tapi luntutan pe bus dan sebuah truk uniuk sarana transportasi,
nonton, untuk kesenangan penonton. Di satu pi karena kemampuan masyarakat membayar tipah-
hak, seniman menjadi tak terdaya, tapi di pihak nya pun tak memungkinkan. Beberapa hari sebe
lain senimannya pun menyukai sambulan penon lum tgl 17 September 1993, para seniman goyah
ton itu sebagai aspek yang menieriahkan suasana untuk mcmasuki era undang-undang lalu-lintas
pertunjukan. Karena ilu, jika misalnya ada pihak yang bam: takul "diplomasinya" berbeda dan den-
yang ingin membantu mcngcmbangkan kesenian danya memtengkak tak terjangkau. Tapi, seka
to/xhig, kesulitan seperti inilah yang perlu dime- rang segalanya sudah dianggap hal biasa lagi,
ngerti secara mendasar oleh para pejabat peme seperti zaman setelumnya. Walaupun demikian,
rintah yang bersangkutan. sesungguhnya mereka tetap saja banyak menge-
luh. dirundung kebingungan dalam mengikuti sis
Bayaran dan Pengeluaran tem yang ada ini.
Bayaran panggungan mereka relalif kecil, ka-
Karena itu, sesungguhnya bantuan pemerintah
renanya mereka hams terhemat dalam banyak (yakni, instansi kebudayaan, pariwisata, dan seba
hal. Menaikkan harga panggungan pun sangal gainya) yang sangat diperiukan oleh seniman itu
terbahaya. Beda harga Rp. 25.000 bahkan Rp adalah dalam mencari jalan terbaik unmk menye-
10.000 saja, dari mi.salnya Rp 400.000 harga pang suaikan modus-operandi dengan perkembangan
gungan sehari-semalam itu cukup berarti bagi sosial, politik, teknologi, dari waktu ke waktu.
calon penanggap. Banyak calon penanggap yang Kesulitan atau kebingungan seniman seperti itu
membatalkannya hanya karena perbedaan harga lah yang memerlukan jalan keluar. Ironisnya,
tawar belasan ribu mpiah. mereka kini justm dibebani dengan kewajiban-
kewajiban administratif birokrasi yang kompleks
Kemampuan masyarakat umum dalam mem dan mahal dari instansi yang sehamsnya mem
bayar romtengan tojjeng tentu saja akan teqx;-
ngamh terhadap kemampuan gmp dalam me bantu mereka.
ngadakan sarana teknis. Biaya transportasi dan
sistem amplifikasi suara, mi.salnya, biasanya jadi l'engawasan organisasi dari P dan K dan Dinas
satu dengan biaya tanggapan keselumhan. Jika Pariwisaia ini sangal teratur. Sekilar 2 bulan se
tanggapan itu hanya to/mig, pengeras suara yang belum masa terakhirnya SIUK dan AKTE, gmp
dipakai hanya Ix-rupa perangkal kecil (murah) kesenian bersangkutan akan mendapat surat per-
ingalan untuk segera memperpanjang. Kerjasama
para I'enilik Kebudayaan Kecamatan pun cukup
kalam - edisi (i, 1995 121
1
ENDO SUA NDA
kompak, dalam memeriksa sural ijin panggungan "Ya mintalah sana sama yang punya hajat."
itu. Mereka mempelajari gmp mana yang suka "Wah, saya malu untuk itu, karena main wa-
lalai, atau yang belum memiliki akte. yangnya pun belum."
"Ya, pinjam dulu atau apa, sama kawan-kawan
Suatu ketika, pada bulan Oktober 1993, ada kamu di sini. Cepadah, kami hams pergi lagi."
petugas P dan K yang memeriksa surat izin pang "Waduh, masak Pak, dalang hams pinjam
gung. Ia datang dengan kawannya pada waktu
istirahat duhur, menanyakan izin ilu pada dalang uang sama nayaga-r.yal"
wayang, karena topeng yang main waktu itu ada
lah atas undangan dan langgungjawab dalang wa Akhirnya dalang wayang im terpaksa juga
yang. Setelah omong-omong, duduk, minum dan pinjam dari dalang topeng Rp 500, diterikan pada
merokok selama 5 menit, petugas itu pamitan nya, dan kedua petugas pun pergi.
sambil minta "uang tensin". Dalang memterinya
Rp 1000. Tapi petugas itu menolak, "Ini tak cu Jika kita simak dan bandingkan dengan im-
kup, kan sekarang harga tensin sudah naik." bauan P dan K pada rombongan toj>eng untuk
tidak melakukan barangan, manakah yang hams
"Maaf saya tak punya lagi. Tuh," kata dalang kita anggap memalukan: penari topeng yang
sambilmemperiihatkandompetnya yang kosong. narayuda, minta uang sumbangan pada penon
ton. ataukan petugas P dan K yang narayuda
minta uang tensin?
Mengapa izin panggung untuk setiap kali main
dari Depdikbud im masih hams ada? Apa per-
lunya Kami Seniman? Mengapa akte gmp ilu ha
ms diperbahami tiap dua atau tiga lahun? Meng
apa mereka hams membayar pajak pada Kantor
Pariwisata? Padahal di kota-kota lain tidak demi
kian. Lantas, mengapa mereka hams dibedakan,
hams menanggung beban birokrasi yang lebih
rumit daripada gmp kesenian di kota lain? Apa ka
rena seniman desa dianggap kurang terpendidik-
an, kurang terani, kurang memahami makna biro
krasi, sehingga lebih mudah diterapkan hegemoni
kelembagaan? Jika benar, bukankah ini sebuah
sikap impcrialis?
Mudah-mudahan dugaan saya salah. Tapi,
bagaimanapun juga hal ini membuat kita ter-
tanya-tanya, terpraduga pada mereka bahwa pe
merintah im bukannya membantu sektor kese
nian, melainkan mempersulilnya (kecuali untuk
sedikit gmp yang telah mendapat subsidi).
»'»s^iss"" Harapan
Tujuan saya melalui tulisan ini adalah uniuk
membuat salah satu jenibalan kecil bagi orang
kota dan birokrat di atas uniuk bisa lebih me
ngenai desa. Karena itu, penting sekali bahwa kila
(yang memang punya minat terhadap kebu-
122 kalam - edisi 6.1995
TOPENG CIREBON DI TENGAH PERUBAHAN
dayaan) bisa mengetahui apa yang sesungguhnya man desa pun hams tahu, gmp kesenian di kota
terjadi di desa. Seperti halnya yang terjadi dalam lidak usah meminta izin pertunjukan dari P dan K
fonim Pesia topeng dua tahun lalu itu, kita telah setiap kali mereka akan main, dan tidak usah
bemsaha untuk dapat kesempatan melihat pertun memperbaharui akte (izin) pendirian gmp setiap
jukan dan mendengar seniman desa terbicara dua atau liga tahun.
dengan sejujurnya. Untuk jujur dan terani-unluk-
jujur ini tidak mudah. Dibutuhkan bantuan ke- Jika sekarang dunia fonnal tems-temsan me-
lembagaan, dukungan moral, atau jaminan hu ngontrol dunia kesenian, akan hancurlah keseni
kum. Sementara itu, saya percaya, untuk mampu an kita, dan "usaha pelestarian kesenian" yang di-
memelihara, menumbuhkan kesenian yang baik dengung-dengungkan itu akan jadi omong ko-
itu, diperiukan kejujuran seniman, kesetiaan pada song telaka. Kasus kehidupan tofjeng Cirebon ini
cita-cita kesenian, yakni seni yang tidak semata- pun hams menjadi isu nasional, karena kehidupan
mata melacur pada selera penonton dan pejabat. nasional adalah konteks kehidupan desa, dan ke
hidupan desa adalah konteks kehidupan tofteng,
Saya kira sekarang ini sudah waktunya (se
sungguhnya sudah terlalu terlambal) bahwa seni konteks ribuan macam kesenian tradisi KITA.
kalam - edisi 6.1995 123
HEDDY SHRI AHIMSA PUTRA
LEVI-STRAUSS DI KALANGAN
ORANG BAJO
Analisis Struktural dan Makna Ceritera Orang Bajo
Mitos atau "dongeng" biasa dianggap sebagai sebuah ceritera yang "aneh", yang seringkali sulit kita
pahami maknanya atau terima ketenarannya karena kisah di dalamnya "tidak masuk akal" atau tidak
sesuai dengan apa yang kita temui sehari-hari. Namun karena im pula, mitos yang kerapkali juga
dipakai sebagai sumber kebenaran dan menjadi alat pemtenaran ini, telah lama menarik perhatian para
ahli. Para ilmuwan Barat yang terminal pada teks-teks kuno, sudah lama menekuni berbagai mitos,
yang mereka kumpulkan dari berbagai tempat dan dari berbagai suku-bangsa di dunia. Kajian mitos
atau mitologi ini sekarang telah begitu banyak menghasilkan berbagai macam teori.
Sayang sekali, kajian mitos yang telah Dengan menggunakan metode analisis Struk
begitu terkembang di dunia Barat ini ti tural yang dirintis oleh Levi- Strauss1 dalam tulisan
dak tegitu tampak jejaknya dalam dunia ini saya mencoba mengungkapkan makna dari se
ilmu pengetahuan di Indonesia, khu buah ceritera yang hidup di kalangan orang Bajo
susnya dalam bidang humaniora. Jika toh ada, ka di daerah Sulawesi Selatan. AnalLsis struktural ini
jian tersebut ma-sih lerbatas pada usaha mencari
dilakukan atas dasar beterapa asumsi:
nilai-nilai luhur dalam berbagai ceritera rakyat. Pertama, bahwa mitos mengandung makna-
Nilai-nilai luhur ini bisa dianggap sebagai sesu-atu makna tertentu. Oleh karena itu, seperti halnya
yang sakral; sebagai "pusaka" warisan nenek- mimpi individual yang hams dianalisis untuk di
moyang yang perlu dilestarikan dan diaktualisasi-
kan atau dicari relevansi-nya dengan kehidupan ketahui maknanya, mitos atau dongeng sebagai
masa kini. Jadi kajian mitos yang muncul lebih suatu "mimpi kolektif juga perlu dianalisis untuk
banyak dilatarbelakangi oleh ideologi tertentu diungkapkan makna-makna kolektifnya. Dilihat
serta banyak terkaitan dengan peningkatan se dari sudut ini seorang penafsir dongeng memiliki
mangat nasionalisme. posisi seperti seorang Sigmund Freud. Melalui
analisis dongeng ini seorang peneliti diharapkan
Oleh karena itu masih sangat diperiukan kaji- akan dapat mengetahui problem-problem batin
an-kajian ceritera rakyat yang lebih serins dan teo- sosial suatu masyarakat, yang terpendam dalam
ritis di negeri kita, unmk dapat mengungkapkan tingkal nirsadar mereka.
makna-makna yang lebih dalam dari berbagai
ceritera tersebut, serta menampilkan berbagai di Kedua, sebagai suatu fenomena yang ber-
mensi bam bagi kila. Sebab suaui dongeng atau makna, suatu dongeng juga dapat dilihat sebagai
suatu fenomena kebahasaan, yang bam dapat
mitos acapkali tidak hanya mempakan sebuah do dipahami pesannya jika kila telah mengetahui
ngeng yang tanpa arti atau sekedar alat penghibur stmktur dan makna berbagai elemen yang ada di
dalamnya. Oleh karena itu prosedur analisis struk-
di waktu senggang saja, tetapi lebih dari itu.
12-1 kalam - edisi 6,1995
I. E V I - S T KA 11 S S D I KALANGAN ORANG BAJO
dual dalam ilmu bahasa dapat diterapkan dalam santara, dalam kelompok-kelompok kecil dengan
menggunakan perahu. Mereka tergerak dari .satu
analisis dongeng ini. yakni dengan cara mengung pantai ke pantai yang lain tidak hanya di kepu-
kapkan relasi antar elemen di dalamnya. lauan Indonesia, tetapi juga di luar Indonesia, se
Dalam analisisnya secara implisit Levi-Strauss perti di Malaysia dan Filipina.4 Pola hidup me-
juga terpendap.il bahwa stmktur mitos dapat dije
laskan dengan menunjuk pada fungsinya: yakni ngembara ini membuat orang-orang Eropa me-
sebagai media untuk mcngembangkan .suatu ar
gumen logis dalam bentuk proposisi-proposisi. nyebul mereka sea gypsies (gipsy laut) atau sea
Lewat cara ini mitos dianggap dapat membantu nomads (pengembara laut).
mcmecahkan atau "menjelaskan" terbagai kon-
tradiksi yang ada dalam terbagai kepercayaan Laut mempakan tempat mereka menggan-
tungkan hidup. Dengan mencari hasil-hasil laut,
yang dianul oleh suatu masyarakat2.
mulai dari ikan hingga akar bahar, orang Bajo
Di sini saya mencoba memperiihatkan bagai
dapat terns tertahan dengan pola hidup mereka
hingga sekarang.5 Namun demikian, hal itu tidak
mana sebuah ceritera yang hidup di kalangan berarti bahwa mereka lidak mempunyai hubu
orang Bajo da pal kita tanggapi sebagai suatu me ngan sama sekali dengan orang-orang Darat. .Sete
dia unmk mengatasi konflik baliniah yang muncul lah mengembara selama beberapa hari atau bebe
karena adanya berbagai konlradiksi empiris yang
dihadapi oleh orang Bajo dalam kehidupan mere rapa rninggu di lautan, kelompok-kelompok pe
ngembara Bajo ini akan merapal ke pantai-pantai.
ka sehari-hari, yaitu konlradiksi antara superio
ritas dan inferioritas "kehidupan laut" terhadap
"kehidupan darat" serta tarik-menarik antara ke
inginan menikah dengan kerabat sendiri dan ke
inginan menikah dengan orang lain atau kerabat
jauh.
Dalam hal ini ceritera Bajo tersebut dapat di-
pandang sebagai sebuah perwujudan dari upaya
kognitif orang Bajo pada tingkat nirsadar, uniuk
memecahkan dan memindahkan konlradiksi yang
tak dapat mereka pecahkan pada satu bidang
(yakni bidang empiris), ke bidang yang lain (yak
ni kognitiD, sehingga kontradiksi tersebut tampak
dapat diantarai, dan dengan demikian dapal dipe-
cahkan. Dari sini pula kita dapal sampai pada ke
simpulan bahwa dongeng Bajo tersebut ternyata
juga bisa menjadi "jendela" bagi kiia uniuk me-
longok ke dalam batin sosial orang Bajo.
Siapakah orang Bajo atau suku-bangsa Bajo
ini? Tidak mudah untuk memberikan batasan me
ngenai siapa mereka, karena lx*rteda dengan ke-
banyakan suku-bangsa di dunia, yang hampir se
lalu mempunyai suatu daerah geografis sebagai Di beberapa tempat orang-orang Bajo kini banyak
tempat asal-muasal mereka, orang Bajo tidak me yang mulai menetap dan tinggal terkelompok
miliki daerah tersebut.-1 Orang Bajo hidup tersebar memtentuk pemukiman-pemukiman bam di lepi
dan mcngembara di lautan luas di kawasan Nu-
kalam-edisi 6,1995 125
1
II E I) D Y SHRI A II I M S A P II T R A
pantai. Pembahan pola kehidupan ini membuat tunya, kau boleh pergi ke tempat im."
kontak mereka dengan "orang Darat" semakin se (3) Kita lanjutkan ceritanya, setelah H sembuh dia
ring dan intensif, dan telah menimbulkan terba
gai macam pembahan dalam kehidupan mereka.6 terkata ke pada ibunya: "Oh ibu, aku ingin
tertanya kepadamu, adakah saudaraku dari
Sekarang sudah cukup banyak tulisan me pihak bapak? Jangan-jangan nanti kalau aku
ngenai orang Bajo, baik yang berasal dari kala salah berjalan atau tertingkah, maka mereka
ngan awam maupun dari para ilmuwan. Perhatian akan menegur ataupun tidak senang kepada-
terhadap mereka juga semakin meningkat7, na ku. Sang ibu menjawab pertanyaan H, anak
mun umumnya masih terbatas pada sejarah, kehi emas satu-satunya, buah mala, buah hati,
dupan sosial, budaya, dan ekonomi orang Bajo.
Sedang perhatian terhadap tradisi lisan orang Bajo ganlungan jantungnya: "Ke kiri dan ke kanan
boleh dikatakan masih terlalu sedikit, atau hampir kita akan menemukan sepupumu. kita lidak
tidak ada. Tulisan ini mempakan salah sam upaya perlu bingung, anakku".
untuk mengatasi kekosongan informasi mengenai
tradisi lisan orang Bajo. (4) "Kalau bagi ibu terarti aku punya banyak
saudara sepupu, aku ingin mencoba untuk
Ceritera Bajo yang dikupas di sini diperoleh ter-jalan unmk menjelajahi sampai di mana
batas perjalananku." kata H. Kemudian si ibu
dari LB. Darmasuta dalam tentuk sebuah teks men-jawab lagi: "Kau emas satu-satunya,
buah mnta, gantungan hati, serta kau adalah
yang sudah diketik rapi.8 Tidak disebutkan dari per-mataku. Jangan dulu berjalan ke kiri alau
kalangan orang Bajo yang mana ceritera ini di ke kanan, kau belum begitu sehat." H
terkata: "Sebenamya aku tidak akan jalan,
ambil. Namun menilik isi ceritera dan nama tapi lidak apa-apa, aku hanya ingin mencoba
ke sana (ke mmah sepupu) untuk minta
tokoh-tokohnya, Kisah si Muhamma' ini saya kira tolong, mungkin mereka akan kasihan dan
berasal dari kalangan orang Bajo yang memiliki mau mengantar aku untuk melepaskan hajat
hubungan dekat dengan orang Sulawesi Selatan se-perti yang pernah dikatakan oleh ibu tem
(temtama Bugis-Makassar), dan sedikit banyak ju po hari."
ga telah mengenai orang Toraja.
(5) Kita tinggalkan cerita H, kita terpaling lagi ke
Kisah Si Muhamma' di Kalangan Orang Bajo pada cerita sepupunya yang bemama DM.
Isi ceritera yang judul aslinya adalah Pitoto' si DM juga tertanya kepada ibunya: "Masihkah
tinggal saudara-saudara sepupuku darLpihak
Muhamma tersebut adalah sebagai terikut:
(1) Kita ambil cerita singkatnya apa yang terjadi bapak di daerah ini?" Sang ibu menjawab
pula: "Oh DM kau permataku, buah hatiku,
di antara si Muhamma' dan si Manjakari. gantungan hatiku, janganlah kau coba-coba
Pemuda jagoan kampung Tengah yang nama berjalan jauh-jauh, karena kau masih terlalu
nya Daeng Manjakari (DM), pemuda jagoan muda dan telum saatnya. Kamu masih hams
lain di kampung Toroh, yang namanya Mu- pelajari cara-cara atau kebiasaan di kampung
hammak (M), adalah anak seorang juragan. atau di suatu daerah." Belum selesai ibunya
(2) Kita tinggalkan cerita ke dua anak juragan im. terkata, DM langsung menjawab: "Ajarkan
Kita terpaling ke pada cerita si Hajira (H), aku ibu, tentang adat-istiadat atau cara-cara
anak seorang punggawa yang tinggal sendiri orang tersikap di kampung." Kata ibunya ke
bersama kedua orang tuanya. Diceritakan mudian: "Kalau kau tidak mau dibantah, baik-
bahwa H sakit tanpa diketahui sebab-se- lah. Kalau orang duduk di sebelah kanan, kau
babnya. Kemudian ibunya terkata dan ter-
nazar: jika anaknya cepat sembuh akan di pindah ke kiri, begitu sebaliknya, seraya
bawa ke sebuah sumur yang namanya Sumur
Toraja. Kata ibunya: "Kalau sudah tiba wak-
126 kalam edisi 6.1995
T
LEVI-STRAUSS DI KALANGAN ORANG BAJO
mengucapkan kata 'Tabik, aku mau lewat, mannya, kemudian minta maaf pada paman
berikan aku sedikit jalan.' Memang tegilu, nya: "Oh pamanku, permisi, aku mau teper-
sebagai manusia hams memberi salam tei- gian." Setelah DM jauh dari mmah pamannya,
lebih dahulu, seakan-akan merendah diri, o kemudian pamannya pun naik ke rumahnya,
anakku." Selanjutnya ibunya tertanya: "DM, kemudian tertanya ke pada anaknya yang
apa yang kamu inginkan? Bam kali ini kau bemama Bulae: "Bulae, tahukah kamu siapa
tertanya dan minta izin kepadaku bahwa kau pemuda itu? Anak siapa itu yang tahu tala-
akan pergi jauh." Jawab DM: "Oh ibu, per- krama?" Si Bulae menjawab: "Oh bapakku,
apakah bapak tidak kenal bahwa pemuda itu
lihatkan aku ke kiri dan ke kanan di dalam adalah anak dari ibu Dalimaku?" Bapaknya
nampak heran dan terkata: "Oh im ya."
pertarungan untuk memperebutkan seorang (9) Setibanya DM di tempat permainan sempa
gadis. Selain itu aku tidak ingin tinggal sendiri raga itu, dia melihat bola terputar ke sana
di kampung. Aku ingin menyaksikan per- kemari dipermainkan oleh orang Bugis-
tandingan semparaga (sepak raga)." "Oh Makassar. Dia ingin masuk letapi dia main.
anakku, jangan coba-coba mempunyai ke Setelah dia dilihat oleh seorang pemuda
inginan untuk menyaksikan pertandingan Bugis-Makassar, pemain itu pun melambaikan
semparaga yang diadakan di depan rumah langannya dengan maksud menyuruh masuk.
raja, sebab mereka pandai-pandai," kala ibu Bola terputar-putar dan jatuh tepat di hada-
pannya, kemudian diambilnya.
nya. (10) Bola terputar terns, terdengarlah suara dari
salah seorang pemain Bugis Makassar: "Eh
(6) Pandangan DM selalu terarah ke lempat per anak siapakah itu? Tidak pernah kita lihat dan
tandingan semparaga itu. "Oh ibu, hari sudah tidak pernah kita dengarkan, tiha-tiba muncul
senja, sudah saatnya ibu mengeluarkan baju di lapangan pemiainan kita ini. Dia memain
diraranlai, celana dirarantai dan sigar boloh kan bola, tanpa pernah bola im menyentuh
(sebuah destar)." Sang ibu pun mengeluarkan
baju, celana dan sigar boloh tersebut. "Oh tanah."
anakku, pasanglah baju, celana serta sigar
boloh," kata ibunya. DM lalu memakai pakai (11) Salahseorang dari mereka, yaitu pelatihnya,
an itu dengan lengkap. Sang ibu pun terkata: menyerukan kepada anak-buahnya agar pe
"Wabai anakku, kau nampak janlan sekali." muda asing itu dipanggil dan disuruh men
dekat kepadanya. Orang yang disuruh itu
(7) Setelah itu DM memanggil ibunya dan ber- memanggil: "Kemarilah mendekat saudara."
kaia: "Oh ibu, mendekatlah ke sini." Ibunya DM mendengar ucapan im, kemudian men
berkata: "Ada perlu apa anakku?" Setelah dekat pada si pelatih. Kata pelatih: "Anak
ibunya mendekat, DM langsung mencium siapakah kamu? Siapa saja keuargamu? Cerita-
lutut ibunya scraya terkata: "Ibu. aku akan kanlah anakku." DM menjawab: "Oh kakek.
berangkat." Ibunya kemudian menjawab: aku bam tahu yang namanya permainan
"Baik anakku. hati-haiilah di jalan." seperti ini. Aku ingin bergabung dengan gmp
ini." Kemudian pelatih menjawab: "Kalau
(8) Setelah dia tumn dari langga rumahnya lalu tegitu, tesok kembali lagi ke sini, supaya ada
dia menundukkan kepala, kemudian kepala
diangkat menghadap ke atas lalu mengge- teman kamu bermain."
lengkannya ke kanan dan ke kiri. Di atas
mmah terdengar suara ibunya terkata: "Se- (12) Setelah permainan selesai, DM sempat me-
moga kamu selamal dalam perjalanan dan minla maaf kepada rekan-rekannya. Mereka
lidak menemukan bahaya." Setelah DM be sama-sama pulang. DM melangkah menuju
rangkat, tak lupa dia mampir dulu di depan
mmah pamannya dan dia pun melihat pa-
kalam - edisi 6. 1995 127
H E D D Y S H K I A II 1 M S A P U T R A
rumahnya. Setibanya cit depan rumah dia me menjawab :"Lalu siapa lagi temanku pergi ke
manggil ibunya: "Bu, ibuu..." Tak lama sana?" Ibunya menjawab: "Tidak lahukah
kemudian sang ibu keluar dan terdiri di pin- kamu bahwa dua, tiga pembantumu yang
tu. Perkiraan ibunya anaknya mendapat baha akan mengiringimu?" Lalu ibunya melanjutkan
ya. Kemudian setelah melihat ibunya, DM pembicaraan clan berkata kepada pembantu
langsung mencium lutut ibunya dan berkata: itu: "Temanilah junjunganmu untuk pergi
"Maafkan aku ibu, aku selamat dalam per nonton semparaga di depan mmah raja.
jalanan." Kemudian ibunya berkata lagi: "Oh Kalau-kalau ada perbuatannya yang salah
anak, buah hatiku, permala haiiku, gantungan ataupun kalau ada orang duduk di depan ka
jantungku. Tak pernahkah kamu dimarahi lian, janganlah melewati jalan itu, jagalah dia."
oleh teman-temanmu?" DM menjawab :"Tidak
ibuku, Malahan mereka ingin mengajak saya Sebelum mereka berangkat, M diantar mandi
bergabung dengan mereka." oleh pembantunya. Setelah selesai mandi me
(13) Kita tinggalkan cerita si DM, kembali ke cerita reka berpakaian, lak lupa sang junjungan me-
si Muhammak (M). Dia minta kepada ibunya ngenakan baju dan celana diraraulai-ny:\
agar diizinkan pergi nonton .semparaga di
depan mmah raja, sebab di sana sangal ramai. serta sigar boloh yang diikat sekali. Sang ibu
Tiba-tiba sang ibu memuluskan pembicaraan memperingalkan mereka, temtama ke pada si
anaknya, "Oh anakku, jangan coba-coba un pembantu: "Jagalah, dan baik-baiklah kau
tuk ke sana nanti ada keribulan." M men mengantar junjunganmu."
(14) Singkat cerita sampai di tempat permainan
jawab: "Mengapa ibu takul melepaskan aku?
sebab aku sudah tesar dan dewasa, aku dan melihat raga berputar-pular, pembantu
sudah bisa membawa diri." Kala ibunya lagi: itu berteriak seolah-olah kegirangan dan ter
Kalau kau mau pergi jangan sendirian." M kata kepada junjungannya: "Oh junjunganku,
semoga saja raga itu jatuh di hadapan kita,
aku akan langsung menyambutnya." Junju
ngannya berkata lagi: "Hai pengawal, jangan
coba-coba untuk mengambil raga itu, mereka
tidak sama dengan kita. Bola terputar terns
ke timur dan ke utara, tiba-tiba tela jatuh di
lutut si pengawal. Si pengawal mencoba un
tuk menendangnya, tak disangka-sangka raga
melambung tinggi sekali. dan raga jatuh lepat
di hadapan junjungannya. Pemain Bugis-
Makassar terheran-heran melihat orang luar
menendang raga-nya. Bagi mereka si M dan
pengawalnya dianggap asing.
(15) Selesai permainan, mereka pulang satu per-
saiu. Kila putuskan cerita si M, dan kila lanjut
kan cerita si H. Diceritakan si H terkata ke
pada ibunya: "Oh ibu, tidak adakah niat
seseorang untuk mengantar saya ke tempat
air dangkal itu, untuk mencari karang dan
Iain-lain? Sebaiknya ibu pergi sendiri mencari
orangnya." Si ibu terharap ada seseorang
yang datang ke rumahnya. Namun tidak sc-
I2K kalam - edisi fi, 1995
J
LEVl-STRAUSS DI KALANGAN ORANG BAJO
orangpun yang clijumpainya. Tanpa banyak pak dari jauh si pengawal dilanya oleh jun
pikir si ibu pun berangkat mencari seseorang. jungannya: "Oh pengawalku, sudahkah pera
(16) Singkat cerita ia liba di mmah DM. Kemudian hu ilu kau labuhkan?" Pengawal menjawab:
ia terkata: "Adakah penghuni mmah ini di "Semuanya sudah siap di perahu." Setelah
Sini?" Kemudian terdengar suara dari dalam malam hari tibalah pemberangkaum. Tetapi
sebelumnya DM berkata kepada pengawal
mmah itu. Suara itu tidak lain dari suara ibu nya: "Pengawalku, coba kau berjalan ke tepi
dan tanyakan kepada junjunganmu yang satu,
DM: "Oh ada, mari silahkan naik." Ibu H tanyakan si H, pukul terapakah kita akan
berangkat? Sebab jangan-jangan ail akan
menjawab: "Oh ya, terima kasih. Memang surut dan angin tesar akan datang."
saya sengaja ingin menemui anda. Tidak usah (20) Kita teralih cerita ke si H: "Apakah semua
kita perpanjang lagi pembicaraan kita, aku peralatan sudah siap ibu?" tanya si H ke pada
hanya ingin minta lolong kepada anak kila si ibunya. "Oh anakku, semuanya sudah siap,"
DM. Tidak ada lain yang dapat mengantar H jawab ibunya. Si H terkata lagi: "Kalau
pergi ke sumur Toraja, selain dia seorang." begitu, mari kita ke pantai." Si pengawal pun
(17) Tiba-tiba pandangan ibu H tertuju ke pada liba di mmah si H, dan terkata: "Oh junju
DM yang sedang lewat. Kemudian ia terkata: nganku, bukalah pintu. Si 11 .menjawab:
"Siapakah kamu?" Kata pengawal lagi: "Aku si
"Mari. silakan naik nak." DM naik dan men Pengawal, oh junjunganku, akan memberita-
hukan tentang keterangkatan kita." Dengan
jawab: "Ada apa, bi?" Kata ibu H: "Oh ya, tergesa-gesa si pengawal membawa segala
kedatangan ibu ke sini mau minta tolong ke perlengkapan ke perahu. Setelah semua ha-
padatnu untuk menemani adikmu si H, pergi bis, dengan tergesa-gesa pula ia menghadap
ke sumur Toraja." DM. DM berkata: "Bcritahukan si H agar se-
(18)Pendek cerita ibu H minta diri untuk pulang cepatnya naik ke perahu, katakan aku
ke rumahnya. Dan tibalah satt-saat pem- menunggu di perahu."
berangkatan. Diceriterakan DM berkata ke (21) Si H berjalan dan mengatur langkahnya
pada pengawalnya: "Pengawalku, perbaikilah diiringi oleh si pengawal. Setibanya di tepi
layar perahumu serta dayung Callikanawan. pantai H terkata: "Bentangkan perahumu
Kini sudah tiba saalnya perkakas-perkakas ini DM, supaya ujung kainku lidak basah jika
kita gunakan untuk mengantar adikku si H naik ke perahumu." DM menjawab: "Oh
pergi ke sumur Toraja. Perlu kau ketahui adikku, tidak akan aku biarkan telapak kaki-
bahwa tidak ada lain yang mereka harapkan
kecuali aku dan engkau pengawalku." Penga mu disentuh oleh air dan tidak akan aku biar
wal terkata: "O junjunganku, apa-apa saja
yang perlu kita persiapkan di dalam, yang kan ujung kainmu basah. Naiklah ke pung-
perlu kita simpan di perahu ini." Sang jun- gungku biar aku menggendongmu ke pe
jungan berkata lagi: "Tidak usah terbum-bu- rahu." Setelah H di alas perahu dan duduk di
m. nanti saat menjclang senja kita dapat kursi dengan santai, terkatalah DM: "Cabul-
minta tolong kepada orang-orang di sekitar lah kayu semteta itu, tariklah tali jangkar itu.
ini untuk mendorong perahu ini." Lepaskan tali ikatan di belakang |>erahu." Si
(19) Setelah senja tiba, perahu pun didorong ke pengawal terkata: "Semuanya telah siap jun
laut. Kemudian DM terkata: "Jangan lupa ha junganku, dan semua sudah saya buka."
wa kemudi dan dayung serep. Jangan bawa "Kalau begitu," kata junjungannya, "Berdirilah
kemudi dan dayung scmbarangan. Bawalah di depan perahu. Perhatikan sesuatu yang
dayung kita yang bemama Gallika
nawan." Kemudian pengawal pun berjalan
ke tepi pantai menemui junjungannya. Nam
kalam edisi (.. 1995 129
1
H E D D Y S H It 1 A II I M S A P I.I T II A
putih. Kalau ada tanda putih, inaka ccpat- daerahnya.
cepatlah nasuk ke dalam kamar. Perhatikan
pedorran (kompas) karena aku teilugas (23) DM tertanya kepada pengawalnya: "Sudah
sebagai pemegang kemudi. Jangan dimbah, siapkah kamu oh pengawalku? Kalau sudah
siap sentakkanlah layannu." Si pengawal pun
supaya perahu jalan lums terns." Berkata DM menyentakkan layar perahu. Layar pun me
kepada si pengawal: "Hentakkan tali layar- kar, lonceng atas dan bawah terbunyi saling
mu." Setelah tali layar disentak, mekarlah bersahutan. Tidak terlalu jauh perahu melaju,
layar itu dan lonceng layar terbunyi sahut- tiba-tiba H terkata: "Apakah yang terwarna
menyahul, antara yang di atas dengan yang di merah itu, mclayang-layang menuju ke sini?"
bawah. Maka terjalanlah perahu itu. Sekali- DM menjawab: "Tak usah bicara begitu, su
sekali air laut naik ke perahu karena dihem- dah saatnya kila gunakan ilmu warisan nenek
pas oleh ombak. Si pengawal tertanya: "Ma moyang kita." Kemudian DM menoleh ke
nakah tanda putih yang akan kita ikuti?" kanan dan ke kiri, dan ia menundukkan
Junjungan menjawab: "Tu)tilah sesuatu yang kepala kemudian mengangkal kepalanya
putih yang di kanan depan." Si pengawal kembali dan sebaliknya dari mendongak ke
berteriak: "Ob junjunganku, nikmat sekali ra- mudian menundukkan kepala. Tiba-tiba da
sanya angin ini. yang diberikan oleh Kakek lang angin bertiup begitu kerasnya sehingga
Keramat itu." Junjunganpun terteriak: "Oh ujung perahu pun terangkat dan lari se-
pengawalku, jangan terkata begitu. Leng- kencang-kencangnya. Saat itu si pengawal
kapilah dirimu dan eratkan tali keseimba- lerkejut, kemudian berteriak: "Oh junjungan
nganmu." Setelah terkata begitu DM lang ku, apa-kah itu yang tempa gundukan kehi-
sung menolong ke kanan dan ke kiri. Kemu tam-hitaman di depan kanan?" DM hanya
dian datang angin merah. Perahu lari dengan menjawab dengan ucapan: "Jangan terkata
miring, ombak satu riipilah menjadi dua ka begitu oh pengawalku, itulah saudara kita
rena cepatnya. Si pengawal terkata lagi: "Oh yang akan lewat dan menjaga kita di selat
junjunganku, cli kejauhan telah nampak ke- ini." II pun ikul berkata dan seakan-akan
merah-merahan seperti ada daerah di sana. keheranan: "Apakah ini DM? Seperti ada
Keluarlah junjunganku dan lihatlah pelabu- suara yang meledak di belakang." DM
han apakah itu?" DM menjawab: "Pelabuhan menjawab: "Jangan berkata apa-apa, sebab
itulah tempat kita mendarat." Kemudian 11 mereka sengaja ingin mencoba kita. Mereka
ikut berkata: "Oh DM selamat sampai ke tuju ingin mengetahui sampai di mana batas ilmu
an, tempat kita melepaskan hajat." Singkat
cerita jangkar pun dibuang oleh pengawal, kita. Kalau kita ke-turunan kakek Keramat,
dan sampailah mereka di tepi pantai pulau maka mereka akan me-nolong kita. Dan
Keramat. kalau tidak benar kita ketumnan kakek
Keramat, celaka-lah kita di sini." Setelah
(22) DM terkata: "Pengawalku. tariklah jangkar
itu, kita akan tinggalkan pulau Keramat ini berkata begitu DM tiba-tiba melihat tiga
dan kembali ke daerah kita, dan kita akan ombak besar di hadapan perahunya.
berlabuh di sana. Kalau bisa kita langsung Kemudian DM mengatakan dan menyebut
saja menariknya ke tepi pantai." Ditariklah tali sebuah nama: "Oh Manioni, jangan mekar
jangkar itu oleh pengawal, kemudian perahu menuju ke perahu ini." Kemudian secara tiba-
dibelokkan ke kanan, maka ditinggalkanlah tiba permukaan laut pun kembali datar
Pulau Keramat itu, dan perahu pun melaju ke seperti air dalam bak.
lautan luas. Bersiaplah DM untuk menuju ke (24) Perahu melaju terns, ombak tujuh dibuat
menjadi tiga, ombak tiga dipecah menjadi
130 kalam •edisi 6, 1995
LEVl-STRAUSS DI KALANGAN ORANG BAJO
dua, dan ombak dua menjadi sam. Menyak megang dua buah dclima satu tangkai (buah
sikan hal itu H langsung terkata: "Memang
tenar-tenar jantan kau DM, sepantasnyalah dada)-ku."
kau berani menjadi nakhoda, dan memang
engkaulah yang pantas memiliki diriku dan (27) Kita ambil cerita si M. Diceritakan M berkata
menyentuh kulit halusku." Kemudian DM ke pada ibunya: "Kecewa sekali aku ibu, se
berkata: "Tidak usah berkata begitu H, sebab bab si H adalah saudara sepupuku, kenapa
kita ini masih dalam perjalanan. Nanti bila bisa dibawa laki-laki lain ke pulau Keramat?"
kita sudah sampai di mmah bam kita bicara (28) Singkat cerita kita ambil cerita DM dengan M.
secara baik-baik. Apa yang ingin kau kata- Ke dua pemuda itu bertemu di suatu tempat.
kan, katakanlah dan keluarkanlah isi hatimu DM berkata setelah mendengar ucapan-uca-
yang sebenamya ke padaku." DM terpaling pan si M: "Memang laki-laki Bajo tetul kau M,
ke arah pengawalnya dan berkata: "Oh pe sehingga kau berani meremehkan aku. M
ngawalku, sebentar lagi kita sudah sampai di ganti bicara: "Seandainya pacarmu dinantun
tepi." Pada saat itu pula II menundukkan oleh laki-laki lain di hadapan matamu,
kepala dan menghadap ke air laut seraya liclakkah sakit hatimu?" DM menjawab: "Aku
mengucapkan: "Apa yang ada di bawah ini? berani mengantar II ke pulau Keramat karena
seperti nampaknya dangkal, oh pengawal?" Si bukan aku sendiri yang sengaja ingin
pengawal menjawab: "Inilah ujung pelabu- mengantarnya, tetapi ibunya yang minta
tolong ke padaku. Yang jelas aku akan meno-
han Mateknek." longnya." M terkata lagi: "Kamu kan tahu si
H ada yang memiliki, tetapi kenapa justm kau
(25) Perahu telah sampai. Si pengawal berteriak berani mengantarnya ke pulau Keramat itu?
ke pada junjungannya: "Apakah layar ini kita Walaupun begitu ada saja kesempatan kita
gulung?" DM menjawab: "Tentu saja. Kalau untuk berhadapan entah siang, entah malam
sudah digulung terns ditumnkan dan lempar-
kan jangkar itu." Kemudian DM terkata ke hari."
pada H: "Oh Hajirah, bangunlah, kita sudah
tiba di pelabuhan." (29)Kemudian M terlari menuju ke mmah Kepala
Desa dan Penghulu. Dia terkata kepada ke
(26) Di situlah kesempatan DM menuntun tangan pala desa: "Pak Kepala Desa, aku datang ke
H, dan kebetulan pada saat itu keasyikan sini unmk minta izin dengan hormat, bahwa
aku akan mengadakan pertarungan di tepi
mereka dilihat oleh M. Melihat itu, hati M pantai. Karena aku malu sekali, daripada pu
tih mata, lebih baik putih tulang. Di situlah
seakan-akan disengat sembilu, sebab orang bapak akan tahu Ayam Cempaka dan Hiu
yang dicintainya dan yang mempakan gantu Pemakan Manusia desa pelabuhan Mateknek,
ngan jantung hatinya dituntun oleh DM. Saat yang dinamakan M akan berhadapan dengan
ilu pula M terkata ke pada dirinya sendiri: anak koda (nakhoda) yang bemama DM."
"Kapan hari, kapan bulan, kita akan bisa Rumah bapak Kepala Desa pun ditinggalkan,
dan M terlari menuju DM di tepi pantai.
bertemu terdua." H bersama DM terns ber Setibanya di tempat itu dia melihat sebuah
lobang yang dibuat M setesar sumur, sebagai
jalan hingga lewat di depan M dan terkata: tempat pertempuran mereka."9
"Permisi saudara, kami mau lewat." Kemu
dian M berkata: "Baiklah, jalan masih lebar (30) Setelah im secara serempak mereka lerjun
untuk dilewati oleh kalian terdua." Mereka bersama ke dalam sumur im. Di dalam
berjalan terns dan saling menuntun tangan. lobang mereka melanjutkan pembicaraan. M
Berkata H: "Memang tenar-tenar kau pe- terkata: "DM, tidakkah kamu tahu bahwa si
jantan Bajo DM. Memang sepatutnyalah eng
kau akan mengiris paha putihku dan me-
kalam edisi 6.1995 131
1
II EDDY SIUI AIIIMSA PUTRA
M satu-satunya raja yang sudah lama ter- serangannya terlibat di lubuh DM. Setelah M
kurung ibarat ayam yang lama tinggal di ku- selesai, kini giliran DM yang menyerang. M
mngan? Sekarang ayam im terlepas." DM sempat terkata: "Pilihlah mana tempat yang
menjawab: "Tidakkah kau tahu juga M, bah lunak di tubuhku ini. Carilah pori-pori kulilku
wa si DM adalah satu-satunya nakhoda keli- untuk memasukkan golokmu." Kemudian
ling dunia, telah lama mencari musuh, dan DM menyerang dengan gesitnya. Yang
ingin mengetahui darah dan ketumnannya?" terdengar hanyalah suara dentingan, seperti
Si M terkata lagi: "Tidak usah kita bicara suara lu-lang yang dipukul. Itu adalah suara
panjang lebar. Siapa yang akan memulai du- kulit M yang lertenlur golok DM. Sampai
luan, kamu atau aku?" keringal DM tercucuran ke dadanya dan
(3D Selanjulnya kita tinggalkan cerita Mdan DM, tidak ada juga tekasnya.
kita teralih pada cerita si H. Di mmahnya si (32) Setelah DM lelab menyerang, selanjutnya
H sedang terdandan dan memperbaiki kon- gantian M untuk menyerang. Pada saat M
denya yang dinamakan Simboloh Panggap- mengangkal keris, pandangannya tertuju pa
parina. Kondenya selalu terlepas. Sampai tiga da sesosok tubuh yang tidak lain adalah tu-
kali dipasang tidak kuat juga. Kemudian dia buh H, yang sedang menundukkan kepala
tertanya ke pada ibunya: "Oh ibu, tanda- nya menyaksikan |xjrtarungan di dalam lo
tanda apakah ini, mengapa konde saya selalu bang. Setelah M melihat H, lalu ia terkata:
terlepas?" Ibunya menjawab: "Oh anakku, ka "Oh adikku II, uraikanlah rambutmu, dan
lau begitu coba kamu terjalan ke tepi pantai, kemudian turunlah ke sini, hapuslah keringal
dan lihatlah DM, mungkin dia mendapat DM terlebih dulu dengan rambutmu supaya
musibah d: sana." Tidak sampai si ibu bicara tidak celak di jalan (kapunang) karena ini
dua kali, si H langsung terangkat ke pantai. mempakan kesempatan terakhir untuk ber
Setelah tiba di anak tangga paling bawah dia temu dengan DM." Kemudian H tumn ke
terdiri sebentar untuk menenangkan diri dan lobang itu. Pada saat dia menghapus keringal
menundukkan kepala seraya mengangkatnya DM, tangannya dilepis oleh DM. Melihat im M
kembali. Kemudian dilangkahkan kaki ka- terkata: "Celakalah kamu." M terbicara lagi
nannya terlebih dahulu, kemudian terangkat.
Setelah dekat di tepi pantai ia melihat lobang, dengan H: "Aku minta dengan rendah hati
dan didekatinya lobang itu. Dia melihat DM kepadamu H, berikan aku sehelai rambut
semangalmu." H mencabut rambutnya dan
dan M di dalamnya. Packi kesempatan itu M memberikan ke pada M, dan M terbicara lagi
terkata: "Kalau aku yang duluan menyerang- dengan OM-. "Pusatkanlah konsentrasimu,
mu, aturlah nafasmu baik-baik, kemudian tenangkanlah dirimu, sebab malaikat pcnca-
bacalah sahadatmu, sebab kamu akan mene but nyawa akan datang mencabut nyawamu.
rima pukulan Angin Mendung Barat Daya. Kemudian M langsung menyerang DM.
[Angin Mendung Barat Dayal pelabuhan Ma- Kerisnya lolos menembus pemt DM, tcmbus
tekne akan menerpa tubuhmu." DM men ke tulang punggungnya dan putuslah riwayat
jawab: "Nafasku sudah teratur duluan, sa- DM.
hadatku sudah siap duluan. Seranglah aku." (33) Singkal cerita, pada kesempatan itu H ter
Kemudian M mencabut senjatanya yang ber kata: "Eh M, ternyata engkaulah yang patut
nama Pasak Tempo, kemudian menyerang. mengiris paha putihku, dan mengelus-elus
Selama menyerang, kerisnya selalu meleng- badanku, serta memegang dua delima satu
kung di badan DM. Keringal tercucuran sam tangkai milikku." Setelah selesai terkata be
gitu, II kemudian merebahkan dirinya ke
pai ke pennukaan dada M. Tidak ada bekas
132 kalam edisi (>, 1995
J
T
LEVl-STRAUSS DI KALANGAN ORANG BAJO
dada M. Kemudian M berangkat pulang dan tertentu, atau jika kalima' tersebut melukiskan
hubungan-hubungan tertentu antar elemen dalam
menuntun tangan I lajira. ceritera. Ceritheme ini kemudian kita susun meng
ikuti sumbu sintagmatis dan paradigmatis, sebab
(34) Setiba di depan mmah H, mereka saling me- seperti halnya dalam bahasa, makna dari suatu
lepaskan tangan dan kemudian M terkata: elemen tergantung pada relasi sintagmatis dan
"Oh adik buah hatiku, pemiata hatiku, ganlu- paradigmatisnya dengan elemen-elemen yang
ngan janiungku, aku akan meninggalkanmu lain. Lewat eara ini akan dapat kita temukan ceri-
dan barangkali aku akan lama menghilang Iheme-cerilheme yang mengandung relasi yang
dari desa pelabuhan Matekne ini. sama, maupun yang tidak sama. Interpretasi alas
makna ceritera tersebut tergantung pada keselu
Demikianlah dongeng Bajo tentang si Mu mhan relasi antar ceritheme yang berhasil diper-
hamma'. Kita tidak tahu apakah Kisah 'si Mu oleh, serta makna referensial maupun konleksiual
hamma ini mempakan sebuah kisah yang sakral, dari elemen-elemen yang ada dalam ceritheme
atau kisah yang punya tujuan sosial-politis, atau-
kah hanya sebuah kisah bia.sa yang sangat dige- tersebut.
mari oleh orang Bajo, yang dapat diceriterakan
kapan saja, di mana saja dan oleh siapa saja, ka Setelah membaca Kisah si Muhamma'di atas,
rena tidak ada keterangan etnografis tentang kita dapat menemukan teterapa episode di
dalamnya. Masing-masing episode mengandung
kedudukan Kisah si Muhamma' ini dalam kehi ceritheme-ceritheme yang memperlihaikan pada
kita terbagai relasi antar tokoh yang ada claiam
dupan orang Bajo. Dalam situasi seperti ini sam ceritera tersebut. Makna terbagai ceritheme dan
cara yang masih dapat kita gunakan unmk me- episode ini baru menjadi jelas setelah kila
nangkap makna ceritera ini adalah metode ana bandingkan dan sejajarkan satu dengan yang lain.
lisis struktural seperti yang telah ditunjukkan oleh
Levi-Strauss.10 Dengan metrxJe ini, .suatu dongeng
dapat dianalisis secara sendiri-sendiri ataupun
tersama-sama dengan ceritera-ceritera lainnya.
Analisis Struktural dan Pcnafsiran
Sebagai langkah awal analisis, kisah di atas
perlu dipotong-potong dalam teterapa episode,
yang masing-masing terisi suatu deskripsi me
ngenai suatu hal atau memiliki suatu tema ter
tentu. Makna masing-masing episode, seperti
akan kita lihal nanti, tergantung pada keselumhan
teks. Oleh karena itu kita tidak dapai menafsirkan
suatu episcxJe hanya dengan mengacunya pada
sesuatu yang ada di luar ceritera tanpa memper-
halikan posisi episode itu sendiri dalam kese
lumhan ceritera.
Sclanjutnya dalam analisis semacam ini kita
perlu mendapatkan unit-unit yang ada dalam
ceritera, yang di sini saya sebut ceritheme.11
Ceritheme ini kita cari pada tingkal kalimat. Suatu
kalimat dapal kita anggap sebagai suatu ceritheme
bilamana di dalamnya terkandung suatu relasi
kalam - edisi 6,1995 133
H E D D Y S H R 1 A II I M S A P II T R A
Episode I (alinea 5-12 dan 13-15) yang kita Berdasarkan atas kategorisasi-kategorisasi
sosial, ekonomis dan ekologis yang ada dalam
dapati melukiskan tentang tokoh Daeng Manjak
kehidupan sehari-hari orang Bajo,13 maka episode
ari (DM) dan Muhamma' (M), serta hal-hal yang
mereka lakukan sebagai orang Bajo. DM dilukis- ini dapat kita tafsirkan sebagai simtelisasi dari
kan sebagai orang Bajo yang belajar adat-istiadat dua identitas yang hams dipilih oleh orang Bajo,
orang Bugis yang hidup di darat, dan dia dapat yakni identitas "orang laut" (Orang Sama') dan
dilerima oleh mereka. Ini sangal berbeda dengan "orang lain" (Orang Bagai), serta simtelisasi dua
apa yang dialami oleh M, yang juga orang Bajo. bidang kehidupan yang dialami oleh orang Bajo,
Perlakuan yang diterima oleh M dari orang Bugis yakni kehidupan "laut" dan "darat."
yang main sepak raga adalah kebalikan dari per
lakuan yang diterima oleh DM. M, seperti kila Episode II (alinea 18-26) terisi kisah per
ketahui, tidak mempelajari adat-istiadat orang jalanan DM, Hajira (H), bersama seorang penga
Bugis atau orang "kampung" pada umumnya. Dari wal menuju ke sumur Toraja. Keahlian DM dalam
sini kita memperoleh skema terikut: mengatasi terbagai rintangan di laut lelah mem
buat H tertarik dan jatuh cinta pada DM, namun
DM: belajar adal orang Bugis — dilerima DM tidak langsung membalas cinta si H. Atas
dengan baik oleh orang Bugis dasai realitas ekologis yang dihadapi oleh orang
M : tidak belajar adal orang Bugis — tidak Bajo dalam kehidupan sehari-hari mereka, epi
diterima oleh orang Bugis sode ini dapat kita.tafsirkan sebagai simbolisasi
Dalam episode ini "makna" tokoh DM lianya kehebatan orang Bajo (dalam hal ini adalah DM),
dapat kita tangkap bila kita bandingkan dengan yang mampu menguasai berbagai rintangan di
tokoh M. DM seperti halnya M, adalah orang Bajo. laut. Seperti halnya episode setelumnya, posisi
Namun berbeda dengan M, DM adalah orang Bajo DM di sini bam akan dapal dipahami dengan
yang telah mengenai budaya luar, budaya "Bugis- lebih baik jika dibandingkan dengan posisi M,
Makassar." Ini tercermin tidak hanya pada nama
nya, yang menggunakan gelar "Daeng," tetapi tokoh lain dalam kisah di atas.
juga pada perilakunya. Sebaliknya, tokoh M ada
lah orang Bajo yang kurang mengenai budaya Yang menarik adalah bahwa dalam ceritera
orang Bugis-Makassar. ini tidak terdapat pelukisan tentang kehebatan M,
Dilihat dari sudut pandang orang Bajo, tokoh tokoh yang lebih kental Ke-Bajo-annya. Oleh
DM adalah orang Bajo yang "sudah tidak sangat karena im, kita dapat menafsirkan bagian ini
Bajo." Dia tidak sangat bangga dengan ke-Bajo- sebagai kebalikan (inversi) dari episode setelum
annya. Sebaliknya, tokoh M kelihatan lebih asli nya, karena di sini yang lebih ditonjolkan ke-Bajo-
Bajo daripada DM. Dari sini kita dapat melihat annya adalah tokoh DM. Apa yang diperlihatkan
bahwa DM dan M adaiah dua tokoh yang terla- oleh DM dalam bagian ini sesuai dengan identitas
wanan cirinya. Tokoh M dapat dilihat sebagai orang Bajo yaitu piawai dalam soal pelayaran.
simtel orang Bajo asli, yang masih telum ingin Episode ini sekaiigus menampilkan superioritas
meniru atau tabu adat orang "di kampung", se orang Bajo di lautan.
dang DM adalah sebaliknya. Dengan demikian
dalam episode 1 ini kita temukan oposisi sebagai Namun demikian, dilihat dari sisi lain episode
ini juga mencerminkan ketergantungan orang
terikut: Bajo pada "alam daratan", yang tampak pada
keinginan II untuk pergi ke sumur Toraja. Bahwa
DM — Orang Bajo yang telah mengenai
setelah sembuh dari sakitnya, H temazar akan
budaya orang Bagai (Darat)12
peigi ke sumur ini,1 hal itu menunjukkan posisi
M — Orang Bajo yang belum mengenai sumur itu sendiri (serta sumur pada umumnya)
budaya orang Bagai (Darat)
dalam kehidupan orang Bajo. Dalam konteks se
macam ini, kita dapat menafsirkan bahwa sumur
l.=H kalam edisi6.1995
LEVl-STRAUSS DI KALANGAN ORANG BAJO
Toraja (yang berada di daratan) mempakan sumur kemudian terkata kepada DM: "Memang tenar-
yang keramat bagi orang Bajo, dan memang su tenar kau pejantan Bajo DM. Memang sepatut-
mur ini terletak di pulau Keramat. nyalah engkau akan mengiris paha putihku dan
memegang dua buah delima satu tangkaiku."
Kedudukan sumur yang penting di mata Kekaguman II bisa ditalsirkan sebagai kekagu
orang Bajo ini dapat dimengerti, bilamana kita man pada "sopan-santun Darat" DM terhadap M,
tengok kenyataan sehari-hari yang dihadapi oleh yaitu meminta izin pada M ketika akan lewat, atau
orang Bajo, yaitu bahwa mereka sangat membu kekaguman pada ketenangan DM menghadapi M.
tuhkan air tawar. Sumur dalam konteks ini dapat
dilihat sebagai sumber kekuatan, sumber kehi Episode IV (alinea 28-29) menguraikan ten
dupan bagi orang Bajo, sebab dari sumur inilah tang perkelahian antara DM dengan M yang di-
orang Bajo dapat memperoleh air tawar yang awali dengan sebuah dialog yang memte-rikan
sangat mereka perlukan untuk hidup di laut.15 Di informasi pada kila hubungan kekerabatan yang
sini tampak ketergantungan ekologis orang Bajo ada antara DM, M dengan H. Tentunya agak
pada "daratan." Dengan demikian episode ini mengherankan buat kita, bahwa perkelahian
dapat kita tafsirkan sebagai simbolisasi kemam antara DM dengan M hams dilakukan dalam se
puan orang Bajo unmk mengatasi rintangan di buah sumur. Bagian ini saya kira hanya dapal di-
lautan, walaupun orang Bajo tersebut telah me pahami jika kita melihat episode setelumnya.
ngenai budaya "Darat",16 sekaiigus ketergan Penegasan mengenai pentingnya peranan sumur
tungan mereka pada "daratan". dalam kehidupan orang Bajo tampaknya mem
pakan pesan yang ingin disampaikan oleh episo
Episode HI (alinea 24) mencerilerakan ten de ini, dan ini sekaiigus mempakan penegasan
tang H yang setelah diantar ke pulau dengan kembali akan keterganlungan orang Bajo pada
selamal oleh DM lanlas jatuh hati pada DM. Peris
tiwa jatuh hatinya H pada DM ini dapat dilihat "daratan".
sebagai keinginan untuk menikah dengan "orang
lain" atau "kerabat jauh". Walaupun dalam kisah
ini tersirat bahwa antara DM dan H masih ada
hubungan kekerabatan, yaitu "sepupu," namun
hal ini hams diterima dengan hati-hati mengingat
disitu tidak dlsebutkan secara eksplisit hubungan
kekerabatan antar mereka. Pernyataan yang lebih
eksplisit menunjukkan bahwa DM adalah "orang
lain', bukan kerabat II. Keinginan untuk menikah
dengan orang lain ini tentu tidak dapat kila
pahami jika kila tidak menyejajarkannya dengan
keinginan yang lain, yaitu keinginan untuk kawin
dengan kerabat sendiri.
Selain itu, episode ini juga dapat kita tafsirkan
sebagai kekaguman dan keinginan menikah dari
orang Bajo (yakni H), dengan orang Darat atau
orang Bajo yang telah mengenai budaya "Darat"
(yakni tokoh DM). Ini lercermin pada alinea 26
yang mengisabkan pertemuan DM dan II dengan
tokoh M. DM berkata: Termisi saudara, kami mau
lewat," setelah sapaan ini dijawab oleh M, II
kalam - edisi 6,1995 135
II E I) D Y S II R I A II I M S A P II T R A
Seperti telah saya katakan sebelumnya, sumur kita keturunan kakek Keramat, maka mereka akan
dalam cerita ini melambangkan sumber kehidu menolong kita. Dan kalau tidak benar kita
pan. Tafsiran ini diperkual oleh fakta bahwa ketumnan kakek Keramal, maka celakalah kita di
dalam perkelahian antara DM dan M di dalam sini." Oleh karena DM tiba dengan selamat, maka
sumur, kedua telah pihak sama-sama kuat. Ke terarti DM telah ditolong oleh "mereka," dan
matian tidak akan dapal menimpa kedua pihak
yang tersengketa karena mereka berada di dalam "mereka" ini saya kira adalah tokoh-lokoh yang
sumber kehidupan. Keadaan ini bam bembah terasal dari generasi kakek keramat atau lebih ma
setelah terjadi campur-tangan oleh pihak ketiga. lagi. Yang jelas "mereka" ini bukan dari generasi
Namun demikian pesan bahwa sumur mempakan
sumter kehidupan tetap lidak terganggu, sebab DM sendiri.
campur-tangan ini sudah masuk dalam episode
yang lain lagi, yang mcmerlukan data lain untuk Apa yang dialami oleh DM sangat berbeda
mengungkdp maknanya. dengan apa yang dialami oleh M. M terhasil
mengatasi rintangan yang ada di dalam sumur,
Selain itu, ada teterapa hal menarik yang dan rintangan tersebut tempa manusia, yaim
tampak setelah kita membandingkan episode IV tokoh DM. Dalam hal ini tokoh M mendapat
ini dengan episcxle II setelumnya. Pertama, da pertolongan bukan dari tokoh supernatural, tetapi
dari II, manu.sia biasa yang terasal dari sam
lam episode II tokoh DM pergi terdua dengan II generasi dengan M sendiri. Selain itu pertolongan
tersebut juga konk/et wujudnya, yaitu tempa
ke sumur Toraja. Sumur yang mereka tuju te-rada "sehelai rambul semangai," sedang pertolongan
di pulau lain, di seterang lautan, sehingga per yang didapat oleh DM tidak kelihalan.
jalanan ke sana hams dilakukan dengan perahu.
Sumur tersebut juga mempakan sebuah sumur Keliga, dalam episode ke II seusai perjalanan
yang keramat, yang memiliki keislimewaan ter menuju sumur Toraja terjadi penyatuan sementara
antara DM dengan H, yaitu H jatuh hati pada DM,
tentu. dan digandeng oleh DM pulang ke mmah. Demi
kian pula, dalam episode IV selesai perkelahian di
Ini terlxxia dengan apa yang terdapat dalam dalam sumur di tepi pantai yang dimenangkan
epLscxJe IV. Sumur yang dituju oleh tokoh M di oleh M, kita lihat penyatuan sementara antara M
situ mempakan sebuah sumur yang pada mulanya dengan II, ketika II jatuh hati pada M clan di
adalah sebuah lubang yang tidak begitu besar, gandeng ke mmah juga oleh M.
yang kemudian dibuat o'eh M menjadi setesar su
mur, dan tcrletak di tepi pantai. Oleh karena itu Tampak jelas di sini bahwa ceritheme-
pula, M hanya berjalan kaki menuju ke sumur ceritheme dalam episode II mempakan inversi
tersebut, dan M pergi sendirian ke sana. Sewaktu dari ceritheme-ceritheme yang ada dalam episrxle
mengunjungi sumur pertama, tidak disebutkan
bahwa DM dan II memasuki sumur tersebut, se IV. Skema terikut akan memudahkan kita mema
dang pada sumur yang ke dua baik DM maupun hami hal ini.
M kemudian masuk ke dalam sumur uniuk 1. Eps.II :
DM pergi dengan naik perahu — ke
bertempur. sumur yang keramat ,
Kedua, DM terhasil mengatasi rintangan di
Eps.IV :
luar sumur, yaitu rinlangan alami berupa ombak. M |Xirgi dengan jalan kaki — ke sumur
dengan bantuan tokoh "mereka," yang sayang yang lidak keramat,
sekali dalam hal ini lidak kita ketahui siapa. — sumur sudah ada, di luar desa, di
Namun kita dapat menduganya sebagai tokoh seberang lain.
"supernatural," karena tidak lampak. Disebutkan
bahwa DM terkata pada pengawalnya: "Kalau — sumur belum ada, di dalam desa, di
136 kakm edisi(,,1995
*F
LEVl-STRAUSS DI KALANGAN ORANG BAJO
tepi laut. kita perlu menghubungkannya dengan Lnterpre-
2. Eps.U : tasi episode II, yaitu tentang hubungan kekeraba
tan antara DM dengan H, yang mempakan
DM tidak menggali dan tidak masuk ke
dalam sumur. hubungan kekerabatan yang "jauh" atau dengan
Eps.IV : dan masuk ke "orang lain."
M menggali Penolakan DM terhadap uluran tangan H
dalam sumur. dapat ditafsirkan sebagai penolakan dari orang
Bajo yang telah mengenai budaya Darat, terhadap
3. Eps.U : orang Bajo asli, yang dianggap lebih rendah dera-
DM mengatasi rintangan di luar sumur jatnya; atau bisa juga ditafsirkan sebagai per
Eos.IV : nyataan bahwa orang Bajo yang sudah mem-
M mengatasi rintangan di dalam sumur Bagai17 kurang pantas memperoleh pertolongan
dari orang Bajo asli untuk melawan orang Bajo
— dengan bantuan tokoh asli. Penolakan ini tentu saja menimbulkan malu.
supernatural, dari generasi yang Seseorang yang menolak membantu kerabatnya
berbeda , akan dianggap tidak tahu aturan dan pantas men
dapat hukuman yang keras. Demikian pula se
— dengan bantuan tokoh biasa baliknya. Menolak bantuan dari kerabat dapat
dianggap sebagai semacam penghinaan yang
dari generasi yang sama. akan menimbulkan rssa malu pada pihak yang
4. Eps.II :
DM mendapatkan simpati II setelah
mengatasi rintangan alami. menawarkan bantuan. Dalam ceritera di atas di
Eps.IV :
katakan bahwa M mengutuk DM dengan kata-
M mendapatkan simpati H setelah kaia "Celakalah kau," sebab DM telah menolak
mengatasi rintangan manusiawi. bantuan dari II, sehingga mempermalukan H,
yang sekaiigus juga mempermalukan M sebab M
Kita lihat di sini adanya hubungan inversional adalah kerabat dekat H. Ini membuat DM terada
antara episode II dan episode IV, serta kontradiksi di pihak yang pantas dihukum.
yang tersembunyi di balik tokoh DM dan M. hal- Dalam situasi di atas DM sebenamya meng-
hal yang ada pada tokoh DM dalam episode II
muncul kembali dalam episode IV dalam wajah hadapi pilihan yang sama-sama tidak enaknya.
yang terf>eda, melalui pengalaman tokoh yang Jika dia menerima uluran tangan H, terarti dia
terteda pula. Di sini terjadi apa yang disebut akan menjadi lebih rendah daripada H dan M.
Kalaupun dia dapat memenangkan pertempuran,
"transformasi" (alih-rupa), yaim terjadinya pem maka kemenangan tersebut adalah berkat ban
bahan bukan pada stmktur yang dalam (deep tuan H, sehingga kedudukan yang lebih rendah
structure), tetapi pada stmktur permukaan. akan selalu disandangnya. Sebaliknya, kalau dia
menolak bantuan tersebut, dia tidak akan menjadi
Episode V (alinea 30-32) mencerilerakan lebih rendah, namun hal itu terarti dia memper
kekalahan DM dalam perkelahian melawan M, malukan H. Secara moral ini tidak dapat di-
serta dialog yang berlangsung antara M dengan benarkan. Selain im, dia bisa kalah. Dalam hal ini
DM, dan M dengan II sebelum kematian DM. DM bemsaha mempertahankan martabatnya.
Kisah kematian DM ini menduduki tempat yang Kalah dalam perkelahian tanpa menjadi lebih ren
agak khusus karena di sini terdapat peristiwa dah dalam martabat lebih baik baginya daripada
yang khusus pula, yaitu penolakan DM terhadap memenangkan perkelahian dengan martabal yang
iiluran tangan H. Untuk menafsirkan bagian ini telah sedikit merosot.18 Dilema semacam ini tidak
kalam - edisi 6,1995 137
H E D D Y S H R I A II I M S A P U T R A
dihadapi oleh M, yang kerabat dekat II. yang dilambangkan oleh lokoh DM. Namun demi
Selanjutnya, DM juga telah membuat M me kian superioritas ini tidak tuntas, seperti yang
akan kita lihat nanti. Yang menarik adalah bahwa
rasa malu, karena LI, "pacar M", dibawanya ke di sini kembali terlibat hubungan kebalikan
pulau Keramat. Sebagai pihak yang dipcrmalu- (inversional) antara tokoh DM dengan M, yang
kan, secara moral 19 M Ix-rhak dan ditenarkan tampak dalam apa yang mereka alami dan laku
menuntut balas pada DM untuk menghapus malu kan. Tokoh DM yang dalam episode I dan II
tersebut. Rasa malu yang dikenal sebagai "siri" di tampak posiiif. pada episode ini tampak negatif,
kalangan orang Sulawesi Selatan inilah yang telah sedang tokoh M tampak lebih positif. Hubungan
mendorong M untuk berani melakukan perke kebalikan ini semakin menguatkan tafsir kita bah
lahian hidup-mati melawan DM. Walaupun "siri" wa tokoh DM adalah kebalikan dari tokoh M, dan
mungkin lidak begitu dikenal oleh orang Bajo, masing-masing mewakili bidang "darat" dan
namun kata-kata M "lebih baik putih tulang dari
pada putih mata", mempakan ungkapan khas "laut".
orang Sulawesi Selatan mengenai rasa malu atau
Siri, dan ini menunjukkan bahwa rasa malu di sini Kenyataan ini semakin menarik jika kita
telah membuat Msangat marah.20 kaitkan dengan apa yang dikatakan oleh masing-
masing tokoh sebelum tertempur. M terkata ke
Selaras dengan pandangan moral semacam pada OM bahwa dia adalah "satu-satunya raja
itu, M menerima dengan baik, bahkan meminta, yang telah lama terkurung ibarat ayam yang lama
bantuan H tempa "sehelai rambul semangat." tinggal di kurungan," sedang DM menjawab kaLa-
Rambut sebagai simbol atau sumter kekuatan kata M dengan terkata bahwa dia adalah "satu-
mempakan tema yang cukup banyak ditemui da satunya nakhoda keliling dunia." Jadi kalau pada
lam terbagai kebudayaan. Dalam kisah Samson mulanya M adalah tokoh yang "terkurung" dan
and Delilah misalnya, kita dapatkan bahwa DM adalah tokoh yang selalu berkelana, maka
Samson terhasil dikalahkan setelah rambutnya setelah pertempuran di dalam sumur, yang dime-
terhasil dipotong berkat tipu daya Delilah. Selain nangkan oleh M, situasi menjadi berbalik: M
ilu uluran tangan H juga dapat diartikan sebagai menjadi tokoh yang berkelana (meninggalkan
pernyataan bahwa bantuan yang datang dari desanya), dan DM menjadi tokoh yang terkurung
kerabat dekat — dalam hal ini saudara sepupu — (mati dalam sumur). Di sini pesan bahwa tokoh
mempakan hal yang sangat penting, dan dalam
budaya Sulawesi Selatan bantuan dari ke—rabat DM adalah kembalikan dari tokoh M semakin
memang mempakan faktor penting dalam usaha
memenangkan perselisihan antar individu. Me jelas terdengar bunyinya.
minta bantuan pada kerabat mempakan hal yang Skema terikut memperiihatkan inversi yang
sangat umum dilakukan.21 Oleh karena itu ban
tuan dari H justm sangat diharapkan dan tidak ada pada tokoh DM dan M.
membuat M tumn martabatnya. Dengan bantuan DM: nakhoda keliling dunia — kalah berkelahi —
dari H, M mendapat dua kekuatan: yaitu kekuatan
tempa "semangat" untuk mengalahkan musuh mati — dalam sumur —
dan kekuatan tempa kebenaran moral, yakni nial
menghapus malu yang diperolehnya dan tidak M : raja yang lerkumng — menang berkelahi —
menolak uluran tangan dari kerabat. hidup —menuju laut —
(dunia yang tertutup).
Dengan demikian episode ini bisa ditafsirkan (dunia yang terbuka).
sebagai simbolisasi superioritas Bajo Laut dengan Hubungan inversional antara tokoh DM de
segala cara hidupnya, dan inferiorilas Bajo Darat,
ngan M juga tampak dalam perilaku clan nama
mereka. Sebagai orang Bajo yang telah mengenai
budaya "Darat," DM mestinya lebih kuat Islam-
nya,22 namun nama yang disandangnya justm
bukan nama Islam, sedang M, yang mempakan
13« katun edisi 6.1995
J
LEVl-STRAUSS 1)1 KALANGAN ORANG BAJO
orang Bajo laut, malah memiliki nama Islam, orang Bajo — pada lingkat nirsadar, tentu saja —
Muhamma'. Selain itu, lentunya DM akan meng- yang saling bertentangan, yaitu antara keinginan
ucapkan kalimat syahadat dalam perkelahian dia untuk memilih Bajo "Darat" (tokoh DM) dengan
melawan M, namun ini tidak terjadi. Yang kila keinginan untuk memilih Bajo "laut" (tokoh M),
dapati claiam kisah di atas adalah M, si Bajo sebagai pasangan hidup.
"laut," yang biasanya Islamnya dianggap tidak Episode VII (alinea 34) mengisahkan
begitu "baik," justm menyuruh DM membaca kepergian M meninggalkan H di pelabuhan Ma-
kalimat syahadat setelum mulai tertempur tekne, walaupun M tahu bahwa H telah jatuh hati
kembali, dan anjuran yang "Islami" ini justm tidak padanya, dan M pemah tersinggung ketika me
dilakukan oleh DM. Akhirnya DM kalah dalam lihat II digandeng oleh DM. Episode terakhir ini
perkelahian ini. menumt hemat saya mempakan kunci dari kisah
Dari sini kita dapat menyusun skema terikut: ini. Tidak seperti kebanyakan ceritera rakyat,
DM: Kisah si Muhamma' di atas tidak diakhiri dengan
Bajo "Oarat"—lebih Islami— tidak mau ending yang biasa kita temui, misalnya Hajira dan
mengucapkan kalimat syahadat Muhamma' kemudian menikah clan berbahagia
M: Bajo "Laut"— kurang Islami— menyuruh selamanya. Sebaliknya M malah diceritakan pergi
mengucapkan kalimat syahadat meninggalkan H. Jika akhir ceritera di atas adalah
— kalah dalam perkelahian — mati. seperti yang kita duga, yaitu M dan 11, menikah,
— menang dalam perkelahian — hidup. ceritera tersebut akan dengan mudah ditafsirkan
Di sini semakin jelas gambaran yang kita sebagai simtelisasi yang kuat dan jelas dari supe
rioritas budaya "laut" orang Bajo. Namun dengan
peroleh bahwa tokoh DM mempakan kebalikan akhir yang "tidak bahagia" tersebut, tafsir seperti
itu tidak lagi tepat. Jadi, orang Bajo lidak
atau "oposisi" dari tokoh M. menyatakan bahwa budaya "laul" lebih "tinggi"
Episode VI (alinea 33) menceriterakan atau lebih baik daripada budaya Darat. Episode M
meninggalkan H, clan tidak mengawininya dapat
bahwa H jatuh hati pada M, setelah terhasil
mengalahkan DM dalam perkelahian di claiam
sumur. Episode ini perlu ditempaikan terdam-
pingan dengan episode III ketika H jatuh hati kita tafsirkan sebagai jawaban orang Bajo atas
pada DM. Oengan cara ini kita dapat menafsirkan terbagai kontradiksi kehidupan yang tidak
tokoh H sebagai simbolisasi orang Bajo yang pada pemah selesai mereka hadapi.
suatu saat ingin menempuh hidup seperti orang
Darat, namun kemudian menghadapi kenyataan Wujud Konflik Batin Sosial
bahwa "kehidupan Darat" udaklah sebaik, sesu- Orang Bajo memang selalu berada claiam dua
perior, yang dia bayangkan, sehingga dia kemu
situasi yang terlawanan, yang hams mereka pilih
dian ingin menempuh "kehidupan Laut.' Namun, salah sam, namun mereka tahu, bahwa masing-
kehidupan laut inipun tidak dapat diperolehnya. masing situasi mengandung kelemahan. Tidak
Hidup tidak sepenuhnya di laut, dan tidak sepe ada suatu situasi di mana selumh kebaikan ter
nuhnya pula cli darat, itulah yang dialami oleh
orang Bajo, dan itulah yang tercermin claiam apa dapat di dalamnya. Setiap keadaan memiliki
elemen positif dan negalif. Dalam berhubungan
yang dialami oleh Hajira. Ketika dia jatuh cinta dengan orang Darat misalnya, orang Bajo selalu
pada DM, DM akhirnya mati, dan ketika dia jatuh berada dalam sikap yang mendua. Di satu pihak
hati pada M, M pergi meninggalkannya. mereka membutuhkan hubungan dengan orang
Dari bagian-bagian yang terkaitan dengan Darat, namun di lain pihak mereka juga curiga
soel perjodohan ini kila juga dapat menafsirkan terhadap orang Darat23 Orang Bajo melihat bah
bahwa di sini kembali muncul dua keinginan wa budaya atau pola hidup "Darat" serta segala
kalam -edisi 6,1995
H E D I) Y S H R I A II I M S A P II T R A 1
sesuatu yang ada di situ tampak lebih menarik bagai pemihakan atau pengakuan superioritas
dan mereka akui kebaikan dan kelebiiiannya, na satu pihak terhadap pihak yang lain. Padahal
mun cli lain pihak mereka melihat bahwa semua orang Bajo tidak dapat mengatakan bahwa "laut"
im tidak relevan bagi kehidupan mereka sehari- lebih superior daripada "Darat" atau sebaliknya.
hari, dan karena itu "tidak ada gunanya," jadi Pemihakan yang tak terhindarkan secara empiris
"tidak baik" juga.24 ini hanya dapat dihindari dengan memindah-
Orang Bajo bangga dengan kehidupan laut kannya pada tingkat kognitif melalui proses
mereka, dengan pengetahuan mereka yang men- simtelisasi. Dan Kisah si Muhamma' adalah
dalam mengenai kelautan yang telah memung wujud simbolisasi tersebut.
kinkan mereka tertahan dari generasi ke generasi Selain kontradiksi antara "darat" dan "laut"
Mereka menyenangi, mencintai kehidupan laut. alau kehidupan darat dan kehidupan laut, budaya
Mereka merasa superior dengan apa yang mereka orang Darat dan budaya orang Laut, cerita Bajo di
miliki, dengan "budaya laut" mereka, namun me atas juga mengekspresikan sebuah konflik lain,
reka tidak dapat mengingkari kenyataan bahwa yaitu konflik antara menikah dengan kerabat de
melalui orang Daratlah, orang Bajo mendapatkan kat dan menikah dengan kerabal jauh atau orang
sagu, sayuran clan hasil bumi lain yang mereka lain. Bilamana kita kaitkan dengan realitas sosial
butuhkan. yang dihadapi oleh orang Bajo, konflik ini lam-
Ketergantungan orang Bajo terhadap orang paknya mempakan problem abadi lain yang
Darat dalam relasi ini lebih besar daripada se dihadapi oleh orang Bajo.
baliknya, sehingga orang Bajo berada dalam posi Realitas sosial orang Bajo adalah bahwa da
si yang lebih lemah, lebih rendah. Mereka juga lam kehidupan mereka sebagai orang laut mere
lebih miskin daripada orang-orang Darat.24 Jika ka banyak tergantung pada kerabat-kerabat dekat
mereka ingin mendapatkan apa yang dimiliki oleh mereka. Perkawinan yang ideal menumt mereka
orang Darat, mereka hams hidup claiam mmah adalah perkawinan dengan sepupu sendiri27 yang
clan menetap sebagaimana orang Darat, me memang punya makna slrategis. Perkawinan ini
ninggalkan hidup sebagai orang laut. Ini terarti mempunyai fungsi positif baik secara ekonomis
mereka meninggalkan ke-Bajo-an mereka, yang maupun sosial. Menguntungkan secara ekonomis,
akan terarti pula hilangnya identitas mereka. Pe sebab harta milik kemudian tidak akan terpindah
rasaan superior yang muncul karena kemampuan ke kelompok kerabat lain dan rekmitmen lenaga
mereka hidup di laut pada saat yang sama hams untuk mencari ikan di lautan menjadi lebih mu
berhadapan dengan perasaan inferior. Kontradiksi dah. Secara sosial, perkawinan ini mendekat-kan
yang ada pada tingkat empiris ini menimbulkan lagi kerabat-kerabat yang akan menjadi jauh jarak
konflik batin pada orang Bajo. kekerabatannya, dan ini mengualkan kembali
Oleh karena itu di mala orang Bajo, anlara ikatan-ikatan kekerabatan yang telah ada.
"kehidupan Darat" dan "kehidupan Laut" yang Namun di lain pihak orang Bajo tidak dapat
mereka alami silih berganti,2'' lidak ada yang di- mengingkari kenyataan bahwa mereka juga perlu
pandang lebih linggi atau lebih pokok. Penem- mengadakan aliansi dengan-orang-orang lain,
patan salah satu pihak pada sisi yang lebih "supe yaitu orang Bagai (orang Darat). Relasi ini akan
rior" tidak dapal mereka lakukan, karena hal itu menguntungkan mereka juga sebab dengan be
tidak sesuai dengan realitas yang mereka hadapi. gitu mereka memiliki kerabat-kerabat yang dapat
Akan tetapi pada lingkal empiris hal ini hams menolong mereka untuk mendapatkan segala
selalu dilakukan, artinya pada satu saat mereka sesuatu yang mereka perlukan dari darat. Tarik-
pasti hams berada di salah satu dari dua, di darat menarik antara dua kategori sosial ini: orang lain
atau di laut. Pemilihan ini dapat ditafsirkan se dan kerabal sendiri, dapat kita kembalikan pada
HO kalam - edisi 6,1995
LEVl-STRAUSS DI KALANGAN ORANG BAJO
tarik-menarik lainnya yang juga lerus-menerus sebagai se-buah mang. Bagi mereka mang lisik
dihadapi oleh orang Bajo yakni: antara hidup di adalah milik orang Bagai, orang Darat, sedang
"mang" orang Bajo ada pada orang Bajo yang
darat dan cli laut. lain, di manapun orang Bajo tersebut terada, baik
cli darat maupun di laut.28 Dengan mengangkat
Penegasan Nilai llama Bajo dan menampilkan elemen pengembaraan — yang
Ceritera Bajo di atas juga dapat ditafsirkan setenarnya me-mpakan elemen inli dari budaya
Bajo — orang Bajo mengatasi serta menjelaskan
sebagai upaya orang Bajo untuk menegaskan (a) "konflik dalam" (inner conflict) yang lak
kembali nilai utama dalam kehidupan mereka, putus-putusnya, dan (b) kehamsan memilih yang
mengingat jalan yang mereka icmpuh untuk me tak henti-hentinya. Elemen tersebut juga me
mahami kontradiksi-kontradiksi yang mereka nunjukkan nilai yang amat penting dalam hidup
haclapi adalah dengan menampilkan, memuncul- mereka serta kon-sep mereka mengenai "ke-Bajo-
kan, nilai yang mereka anul, yaitu "pengemba- an," atau "menjadi orang Bajo."
raan." Dengan menampilkan tokoh tokoh DM, M
Ke-Bajo-an adalah identik dengan "pengem
dan 11 dalam Kisah si Muhamma', serta menam baraan" dalam konsep orang Darat, sehingga oleh
orang-orang Darat pun mereka disebut sea
pilkan pilihan M untuk "mengcmbara" daripada nomads, sea gypsies. Akan tetapi, dari sudut
hams menikah dengan H — yang lelab jatuh cinta pandangan orang Bajo sendiri mereka hdaklah
padanya — orang Bajo merasa (sekali lagi pada mengembara sebagaimana dipahami oleh orang
lingkal nirsadar) bahwa mereka telah dapal Darat. "Mengembara" bagi mereka adalah sebuah
memccahkan berbagai konlradiksi di atas, serta proses "menjadi Bajo," sebab dengan "mengem
dapat menyatakan bahwa bagi mereka antara bara" yailu mengunjungi orang-orang Bajo yang
"Darat" dan "Laut" tidak ada yang lebih tinggi lain, identitas dan pandangan bahwa mereka
maupun lebih rendah. adalah orang Bajo, diperkual kembali. Melalui
orang-orang Bajo yang lain, seorang 8ajo yang
Dalam konteks ini, pengembaraan boleh mengembara mengenai, sekaiigus memelihara
dikatakan bersifat netral. Tindakan "mengembara" dan melestarikan budayanya, masyarakatnya clan
tidak terkaitan dengan "Darat" ataupun "Laut," juga jati dirinya. Dengan demikian, episode ke-
sebab pengembaraan dapat dilakukan oleh orang pergian Muhamma1 di atas tidak lain adalah sim
Bagai ataupun oleh orang bajo; pengembaraan ju telisasi sebuah proses menjadi Bajo, sebuah pro
ga dapat terjadi baik di darat maupun di laut, dan ses menguatkan kembali kehidupan dan hidup
mengembara artinya tidak di mana-mana, tetapi sebagai orang Bajo. Kepergian Muhamma' adalah
sekaiigus juga ke mana-mana. "Pengembaraan" sebuah ungkapan tentang proses pelestarian, pe-
hanya dapat dikaitkan dan dipertentangkan de nguatan identitas Bajo. Jadi apa yang dari luar
ngan "menetap," tapi tidak dengan Darat ataupun tampak sebagai suatu proses pengembaraan yang
Laut, dan inilah yang dimaksud sebagai "ke-Bajo- lak putus-putusnya setenarnya adalah sebuah
proses pemBajoan yang terlangsung tems-
an." menems; sebuah proses yang membuat orang
Bajo selalu merasa dirinya sebagai orang Bajo
"Ke-Bajo-an" lidak idenlik dengan Laut atau kembali. "Pengembaraan" dalam konteks ini men
pun Darat, tapi dengan "pengembaraan." Pe jadi model of dan model for (Geertz, 1973)
ngembaraan adalah kelidak-lerikatan pada mang, kehidupan orang Bajo. Menjadi model for karena
tem-pat atau lokasi geografi tertentu. lebih lanjut, dengan pengembaraan ini mereka merasa dapat
cli mala orang Bajo "pengembaraan" setenarnya
bukanlah "pengembaraan" sebagaimana kita pa-
hami, sebab pengembaraan orang Bajo selalu
terada dalam batas-batas "jagad orang Bajo,"
"dunia Bajo," yang tersifat non fisik, non-geo-
grafis, se-bab orang Bajo tidak melihat dunia
kalam edisi 6,1995 141
1
II H I) D Y S II R I A H I M S A P II T R A
terhindar dari kehamsan menentukan pilihan mukan suatu strategi tertentu guna memperta-
antara "Darat" clan "Laut", dan |>engembaraan itu
sendiri juga mempakan sesuatu yang ideal, yang hankan identitas clan melestarikan budaya mereka
perlu dilakukan oleh orang Bajo agar tidak yang unik, dan "mengembara," yakni mengun
kehilangan ke-Bajo-annya; dan "pengembaraan" jungi Bajo-Bajo yang lain, adalah strategi tersebut
menjadi menjadi model of karena orang Bajo Sebagai hasil dari proses sejarah orang Bajo,
rnemandang kepergian meninggalkan suatu lokasi lokasi kebudayaan Bajo tidak tersifai geogralis,
ke lokasi orang Bajo yang lain mempakan pola tetapi lebih bersifat sosial. Oleh karena itu "lokasi"
atau model yang umum ditemui di kalangan kebudayaan Bajo tidak ada di muka bumi, tetapi
orang Bajo. ada pada setiap orang Bajo. Oleh karena itu pula,
menjaga kebudayaan Bajo hanya dapat dilakukan
Persebaran gcografis orang-orang Bajo rupa- dengan cara mengunjungi orang Bajo yang lain,
mpanya telah mendorong mereka untuk mene yakni "mengembara."
(alatan
1. Analisis semacam ini telah dikembangkan dengan konsislen olehnya dalam sludinya mengenai mitos-milos orang Indian Amerika Selatan,
yang lermual dalarn empat bukunya, yang dalam terjemahan Inggrisnya The Row and The Cooked; h'nim Honey U> Ashes; 'the Ori«in if
TableManners, TheNaked Man.
2. Kontrakdiksi ini "dirasakan" oleh sutftl kelompok alau suatu masyarakat pada lingkal nirsadar.
3. Ada beberapa versi cerilera mengenai asal muasal orang Bajo din daerah asal mereka. Lihal Soesangol)eiig Herman, I'enelilian Orang
Bajo diBap, laporan ptneliuan, PLPIIS Ujung l*andang, 1977; dan C. Brown, liajau (Jakarta: Yayasan Sejali, 1994).
4. lihal, misalnya, C Sathcr, "The liajau Laul" dalam V.T. King (ed.), Essap on Borneo .Societies, Hull Monographs on Southeast Asia 7
(Oxkxd: Oxford University Press, 1978); AHA Nimmo, 7be Sea People ofSulu: AStudy ofSocial Change in Ihe Phi!it>;mus (London:
Inlerlext Docks, 1972).
5. Herman (1977).
6. Ibid.
7. Ini tampak misalnya dengan disclcnggarakannya .seminar oleh IJI'I mengenai orang liajo, serta pameran lenlang kehidupan orang Bajo di
Jakarta beberapa waktu yang lalu
8. LB. Uamiasula, Tilotosi Muhamma': Analisis Stnik.ur Mitos Orang Bajo," paper, 1994
9- Maksudnya adalah Mmelilial sebuah lobang, yang kemudian dibualnya menjad sebesar sumur.
10. MeKxIe analisis yang dipakai di sini banyak memperoleh inspirasi dari analisis slruklural yang diterapkan ok-h Levi Strauss pada kisah
Oedipus dalam Slmclural Anlhrofx^ogy (New York: Basic B<x>ks, 1963); dan sebuah cerilera Indian yang berjudul "The Story of si
Asdiwal" dalam E.K. Leach (ed), The Slmclural Study ofMtfh and Tolcmism (l/xxlon: Tavistock, 1967), serta analisis U'vi-Strauss yang
dicontohkan dalam empal bukunya lenlang milologi.
II. Levi-Suauss menyebutnya "mytheme," mengikuU islilah-istilah dalam linguistik, seperti phoneme, modem dan selugainya.
12. Orang "Bagai" adalah islilah orang Bajo uniuk menybul orang asing, dan orang Bagai biasanya diasusiasikan d'ngan kehidupan dirat.
13 Mengenai kalegori kalegori sosial, ekonomis dan ekologis dikalangan orang Bajo, da|>al dilihat lulisan Herman (1977), Nirruno (1972),
Sather(1975).
14. Apa yang dilakukan oleh II menifiakan hal yang biasa kila lemui pada berbagai siiku-langsa di Indonesia. Iiahwa apabila mereka telah
berhasil mendapalkan sesuatu yang diklamkan, mereka akan mengunjungi tempal yang dianggap keramat untuk mcwujiidkan rasa syukur
dan lerima kasih. Mengenai adat semacam ini dikalangan orang Sulawesi Selatan dapal dilihat A. (ioudswaard, "Siwa Dieast in Zukl
Celebes: Karaenglowe," Mededeelingen mil Wege bet Nedeiiandsch Zendeliiia Genoolschap 9, 1865, hal. 75103; 289-324; G.J.
Ilarrecbomce, "Ken Omamcntenfeest van Ganlarang (Zukl-Celdies) t<x k-zwering der cholera," Mededeelingen van ffiga bet
Nededandscb Zendeltni- Oenoolscbap 19. 187S, hal.514-351.
15. Mengenai keleganlungan orang Bajo (ada sumber air lawar d darat, lihal Brown (199D. Nimmo (1972) dan Kdwin Nonnan, "Suku Bajo:
Manusia Laul Bebas." Inlisarino. 335. Th. XXVm, 1991, hal 53-62.
16. Kalau mereka yang mulai "mendaral" saja masih piawai dalam biding marilim, apalagi orang Itajo yang masih letap setia "linggal" di hul.
17. Yailu yangsudahseperti"orangBagai," orangbukan-Bajo.
142 kalam - edisi 6,1995
LEVl-STRAUSS 1)1 KALANGAN ORANG IIAJO
18. Mengenai pentingnya martabat dalam kehidupan orang Sulawesi Selalan, dapat dilihat H.S. Aiiimsa Putra, Minawang (Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press, 1988).
19. Yakni moral orang Bajo yang telah dipengaruhi oleh budaya Sulawesi Selalan, yang sangal memeperhaiikan soal "siri" (kehormalan dan
rasa malu).
20. Hal ini juga mencerminkan bahwa Mlelah lerpenganih budiya orang Sulawesi Selalan, namun penganih lersebui lielum sedalam seperti
path diri DM.
21. Mengenai hal inidapal dilihat Ahimsa-I'uira (1988,1
22. Dikalangan orang liajo, mereka yang mulai "mcndaral" biasanya lebih kual Islamnya, daripada mereka yang masih "mclaut" (lihat Nimmo,
1972).
23. Mengenai kecurigaan orang Bajo terhadap orang Darat ini lihal F. Zarot, To Be orNot To be Bajo: This is Our Question," Prisma 10
(English Edition), 1978, hal. 17-29.
24. Lihat Norman (1991). Zacot (1978)
25. Mengenai perasaan "bangga" sekaiigus "rendah diri" orang Bajo ini dipai dilihal uraian Norman (1991) dan Zacot (1978).
26. Nimmo (1972).
27. Ihui.
28. Zacot (1978).
kalam edisi 6.1995 K:
HALIM IID
NAEURI, HARGA DIRI DAN
SENI TRADISI
Sebuah Wawancara Imajiner
MALAM Sabtu I'abing. Pada sebuah pendapa yang dikenal dengan nama
Sasanamulya, di lingkungan temtek bagian dalam baton Surakarta IIadiningrat.
Waktu menunjukkan hampir tepal tengah malam, di antara selimutan dingin yang
mendekati kesenyapan total. Nampak seseorang dengan pakaian yang sederhana,
tapi cukup rapi, tersandal kulit, dengan rambut yang memulih tergelombang, dan
dengan senyum yang khas. Sesekali pandangannya menyapu sekeliling dengan
tatapannya yang retlektif, diselingi oleh desah nafas dengan larikan yang mendalam.
Mungkin ada sesuatu yang menggejolak dalam dadanya, perasaan yang
menggelombang menjompak ke rona wajahnya.
D a n dengan diam-diam saya men itu, tapi mempelajari tari modem dan balet di
coba mendekatinya, seperti layak- New York dan kemudian pada University of
nya orang yang kenal yang ingin California di Los Angeles. Di Amerika, ia mem
membuat kejutan dengan sapaan
pelajari teknik Martha Graham, dan sangat
yang tiba-tiba.
mengagumi Balanchine. Usahanya mempelajari
Ia bernama lengkap Sedyono Djojokartiko berbagai jenis tari nampaknya dilatartelakangi
Humardani (S.I). Humardani), tapi lebih popu- oleh sejarah hidupnya yang penuh dengan
ler dengan nama masa kanak-kanaknya: Gen sentuhan para empu tari iradisi gaya Yogyakar-
ta maupun Surakarta. Sejak kecil ia pemah
dhon atau Gendhon Humardani. Ia lahir dari telajar pada para empu tari seperti R.M. Sindu
Hardiman, R.I.. Diagamartaja, R. Dm. Pontjose-
lingkungan elite tradisional wilayah kebudaya waka, R.Ng. Sastronarjatmo, Wasista, Kuntjara
an Surakarta, dan juga dari keluarga wira- dan Mr. Djokosutono.
swasta. Gendhon adalah salah seorang pendiri HSB
(Himpunan Siswa Budaya) di lingkungan
Pendidikan resminya Fakultas Kedokteran mabasiswa IJGM yang banyak menggeluti
Universitas Gadjah Mada, dan mencapai gelar kesenian tradisi. Dan pada zamannyalah dia
Drs. Med. Tak menyelesaikan gelar dokter, mencoba menampilkan wayang kulit padal
lantaran tertarik dengan ilmu anatomi. Pada atau lebih dikenal dengan pakeliran padat di
bidang ini ia pernah telajar di Departemen Gedung Pemuda, Jakarta, di hadapan Presiden
Anatomi, Guy's Hospital Medical School, di
London. Dari London ia melorrtpal ke Amerika
Serikat, bukan untuk memperdalam ilmunya
144
kalam edisi 6,1995
NAL1JKI, IIA KG A DIRI DAN SENI TRADISI
Sukarno, 1956. serta Ki Martopangrawit, dan lahirlab Wayang
Berbagai usahanya memberikan penafsiran Budha yang oleh kalangan umat Budhis di
baru terhadap dunia seni tradisi dimulainya anggap suatu karya yang bersifat religius.
pada sekitar akhir 1950-an. Di tahun I960, ia Peran Gendhon yang sangal menonjol,
mengunjungi Bali untuk melakukan suatu eks- pada sisi lain, adalah sebagai "patron" kesenian
plorasi; Gendhon menari gaya Jawa dengan tradisi, yang disadari tenar olehnya sebagai
iringan gamelan Bali. Masih pada lahun yang terada dalam posisi yang lemah lantaran desa-
sama dan dengan usaha yang juga tersifat pen- kan modernisasi yang deras. Posisi elite tradisi
carian, Gendhon menciptakan tari Raksasa dan yang semuia sebagai pendukung kesenian tra
Baris yang bersumter dari khazanah gaya Bali disi semakin lemah, bukan hanya secara politis,
tapi juga secara sosial-ekonomis. Ia mencoba
dan Jawa. mendongkrak posisi itu dengan cara bagai
Pada 15 Juli 1964 ASKI (Akademi Seni mana seniman tradisi berperan bukan hanya
sebagai "pelayan" kesenian pada upacara-
Karawitan Indonesia) di Surakarta resmi didiri upacara, tapi bagaimana berekspresi menumt
kan. Gendhon adalah salah seorang pendiri
lembaga pendidikan itu. Ia juga mengajar filsa-
fat seni dan kinesiologi. dirinya. Dalam hal ini Gendhon senanliasa me
Ia memimpin proyek Tusat Kesenian Jawa negaskan kepada para canlrik maupun rekan-
nya agar lebih menekankan ek.spresi daripada
Tengah" sepanjang 1970-71. Pada masa inilah. lungsi kedua kesenian tradisi, yakni mengbibur
perannya sebagai pemikir dan organisalor ke
senian makin nampak. Ketika Sardono W. atau melayani pesanan yang bersifat mendikte.
Kusumo mementaskan repertoar Samgita Pan- Pada periode jabatannya di PKJT maupun
casona dan mendapatkan sambutan lemparan ASKI (sekarang STSI: Sekolah Tinggi Seni
telor busuk cli lingkungan kota Solo, Gendhon- Indonesia) sepanjang 1970-1983 yang bermar-
lah yang mempertemukan sejumlah seniman kas di Pendapa Sasanamulya, lahirlab sebutan
yang pro maupun yang kontra untuk me "gaya Sasanamulyan", yang dalam tari terasa
lebih memiliki progresi, ekspresi, dan keben-
lakukan dialog. dak pribadi. Pada masa yang sama pula di bi
Di awal dekade 1970-an itulah polemik dang karawitan muncuk para komponis muda
lisan yang begitu kuat berjalan antara mereka
yang tetap memegang tradisi dan yang men berbakat seperti Rabayu Supanggah, I Made
coba melakukan cksplorasi dengan pendekatan Sukerta, Al. Suwardi, clan yang terakhir I Wayan
terbagai disiplin. Yang terakhir ini, seperti Sadra.
yang dilakukan Sardono, dianggap oleh yang
pertama sebagai kcbarat-baratan. Peran Gen Pada bidang pakeliran, wayang kulit, di
samping pakeliran padat, lahir juga pakeliran
dhon dengan PKJT-nya itu, adalah menampung layar lebar dengan tala warna serta tafsir lakon
mereka, dan terns melakukan diskusi serta yang inenjamani.
dialog. Pemikiran, kepemimpinan yang jujur, se
Di tahun 1976, Gendhon menciptakan mangat untuk berdialog dan berdiskusi, serta
karya tari Sesaji yang oleh kalangan seniman keinginan untuk terns bereksplorasi menjadi
dianggap sebagai salah satu karya tradisi yang watak yang mewarnai "ASKI Sasanamulya".
lahir pada masa kini. Gendhon Humardani wafat pada suatu hari
Beterapa tahun sebelumnya, Gendhon bulan November 1983-
juga menampung sejumlah kegelisahan seni HD: Sugeng dalu!
man yang dimotori oleh Suprapto Suryodarmo GH: Sugeng dalu! (Betul, nampak dia
bersama Hajar Satoto dan Rabayu Supanggab sedikit terkejut dengan kehadiran saya. Sambil
kalam edisi 6, 1995 145
II A L I M H D
mengelus rambutnya, dan lalu memasukkan se mendam rasa kangen yang tak pemah saya bisa
telah tangannya ke saku celananya, dia mem gambarkan dengan kata-kata!
balas sambil melempar senyum dan matanya
berkedip-kedip. Nampaknya mencoba mengi- HI): Tapi, hmmm, rasa-rasanya agak sulit
ngat-ingat kapan dia pernah bertemu dengan juga kalau Anda ingin bernostalgia seperti dulu.
saya).
GIL Bukan! Saya bukan mau bernostalgia!
HD: Saya harap, saya tidak menganggu Sama sekali bukan im! Rasa kangen saya,
Anda. Ini cuma ketetulan. Saya bam saja weda- adalah karena sesuatu yang bolong dalam diri
ngan di waning Bu Danni. Barangkali ini saya, yang tidak saya dapatkan, ada sesuatu
jodoh, saya kok tiba-tiba ada dorongan ke yang luput!
inginan untuk nengok pendapa ini, dan saya
melihat Anda yang nampaknya sedang me- HD: Justm itulah, saya kira, kalau Anda
nikmati kesenyapan di lingkungan ini. kangen pada yang lalu, Anda akan luput. Kan
sekarang sudah bembah. Gampangannya, saya
GH: Ya, saya juga merasa heran, kenapa pikir tradisi itu sudah bembah sama sekali.
saya masih punya dorongan untuk dolan ke
sini. Barangkali ada sesuam yang saya kangeni. GH: Saya tidak menolak tradisi itu bembah.
Tradisi yang tidak bembah adalah bukan tradi
HD: Anda kangen sama rekan-rekan Anda, si. Tradisi mempunyai jiwa zaman, senantiasa
mengikuti zaman. Itu juga lantaran manusianya
atau cantrik Anda? bembah. Kalau tidak bembah, itu namanya
parting!
GH: Lebih dari itu!
HD: Baiklah, tapi bagaimana dengan ke
HD: Maksud Anda? adaan yang sekarang ini Anda bisa melunasi
rasa kangen Anda?
GH: Sesuatu yang sulit untuk dikatakan.
Apa Anda pemah bisa menggambarkan suatu GH: Barangkali karena naluri. Itu seialu
suasana yang menyentuh perasaan Anda? Saya muncul. Dan karena naluri juga saya percaya
sendiri orang yang kurang mampu menggam sepenuh hati bahwa tradisi itu hams terns
barkan suatu suasana dengan kata-kata. Saya diubah. Saya kangen karena naluri. Lantaran
bukan penyair atau sastrawan. Saya membutuh naluri juga, saya merasakan ada sesuatu yang
kan sesuatu yang lain. bolong, luput dari dalam diri saya. Dan maka-
nya saya mencoba mencari kembali, datang ke
HD: Apa yang Anda maksudkan dengan sini. Dan ini bukan nostalgia.
"sesuatu yang lain atau alat" itu?
HD: Sebuah renungan, refleksi terhadap
GH: Saya lahir dan dikandung serta di- sejarah dan kehidupan?
tesarkan dalam suatu khazanah lingkungan
saya. Orang menyebutnya tradisi. Nah, inilah GH: Semacam itu. Saya mencoba tercermin
yang selalu saya gunakan untuk menggambar kembali kepada lingkungan yang mengandung,
kan suasana batin saya, atau saya mengidentik- melahirkan dan memtesarkan diri saya, kepada
kan diri saya ke dalam kandungan tradisi itu.
tradisi.
HD: Sekarang saya mengerti. Tentunya
Anda kangen dengan lingkungan itu, seperti IID: Maaf, Pak, apa Anda bisa kiranya men
yang pernah Anda lakukan dulu? jelaskan tentang sesuatu yang luput, yang
membuat Anda yang nampaknya bukan seke-
GIL Ya, tetul! Saya kangen dengan bunyi- clar kangen, tapi juga penasaran. Saya punya
bunyi gamelan, pada gending-gending dan juga kesan tegitu.
gerak nafas yang lahir dari pcngolahan tubuh
mereka yang menari, yang mengekspresikan GH: Pertanyaan Anda lendensius!
diri. Itu udak lagi saya dapatkan di tempat saya HD: Maksud saya begini. Anda kan sudah
yang sekarang. Sepuluh-tahunan saya me- lama nggak pemah menyaksikan, makanya
146 kalam edisi 6,1995
NALI'Rl. HARGA DIRI DAN SENI TRADISI
Anda kangen. Tapi, pertanyaan saya mau saya Padahal, kekuatan tradisi adalah pada getaran
yang lerus-menerus. yang tidak pemah putus
fokuskan pada pendapat Anda tentang kan- pada suatu fase.
dungan dan lingkungan yang sekarang, yang
HD: Itu idealnya atau kenyataannya?
Anda sebut tradisi ilu. Bagaimana, Pak? GH: Ideal dan kenyataannya. Man lepai
GH: Agak sulil. sebenamya saya untuk nya. kesehariannya. Tidak akan pernah ada ira
disi kalau nggak ada kehidupan keseharian
menjawab karena jarak dan waktu telah ber- nya. Kita sekarang ini selalu dihadapkan ke
pisah. pada soal. ketika orang ngomong soal tradisi.
tapi yang sebenamya yang dimaksudkan ada
HD: Tapi, Anda kan punya. naluri yang dari lah soal upacara. Dan makna upacara pun su
sononya sudah nancep dalam diri Anda, dan dah ambrol artinya. Padahal, upacara itu jika
juga Anda penasaran, kan? sekiranya tumbuh dari keseharian yang kon-
tinyu, memiliki makna sebagai puncak waklu.
GH: Sebaliknya! Anda justm yang penasar sebagai perwujiidan dari ultimate concern.
an dan sinis! Dan di dalam iradisi saya, orang kepribatinan yang wigati.
sinis itu cuma muncul karena ada sesuatu yang HD: Jadi, menumt Anda tradisi yang seka
rang cuma jadi kembang lambe atau lip scivice
tidak teres! dalam kehidupan kita?
GH: Nyaris seperti itu. walaupun saya juga
Ill): Ya. barangkali juga. Mungkin saya masih — dari jauh — menyaksikan segelintir
orang yang kurang atau lidak beres. Dan saya pribadi yang tekun dalam kehidupan iradisi.
kan dikandung, dilahirkan dan dibesarkan oleh HD: Kira-kim usaha apa yang hams dilaku
lingkungan Ji mana saya hidup' kan, misalnya lembaga pendidikan yang khu
susnya mendidik soal yang iradisi itu, seperti
Gil: Jangan coba melarikan diri! Saya yang pernah Anda buat?
paham bahwa banyak dari tradisi kiia memang GH: Dulu, saya punya semacam obsesi se
kurang bergizi. clan bahkan hanya digunakan perti itu, bahkan ada semacam sumpah dalam
untuk berkedok di balik kekalahan dari ke-
tidakmampuan pribadi uniuk menciptakan
suatu kondisi. Kelumpuhan dalam menghadapi
masalah-masalah selalu lari kepada ibu kan-
dungnya!
HD: Nab. kondisi ilu. Pak, bagaimana kon
disi tradisi sekarang ini. Rasanya obroian kila
bisa lebih terarab.
GH: Dari tadi saya nggak ngawur! Cuma
Anda saja yang nampaknya menggiring ke
inginan Anda sendiri dengan cara "melalui"
saya! Dan saya curiga bahwa Anda barangkali
nggak punya iradisi.
HD: Anda betul. Makanya saya mau
tertanya, ngangsu kawruhkepada Anda. Kalau
Anda nggak keberatan untuk ngobrol lebih
lanjut. jadinya saya bisa membuat semacam
bandingan. Dan kondisi ilu. yang saya tanya
kan barusan itu, menumt Anda, gimana?
GH: Saya merasakan sesuatu yang bolong.
Tidak ada getaran, nyeplos gitu saja. Ibarat
jaring-jaring. tradisi yang sekarang ini simpul-
simpulnya penuh dengan bolong-bolong.
kalam-edisi 6, 1995 147
H A I. I M II Ii
diri saya. ketika menyaksikan pembahan sosial, rasanya nggak soal dengan fungsi kedua. Sulit-
politik, ekonomi dan aspek kebudayaan lain nya, perkembangan sekarang ini, fungsi kedua
nya: bahwa dengan makin mntubnya keluarga- justm yang paling dominan.
keluarga priyayi atau punggawa kraton serta
makin merosotnya peran pusat tradisi atau HD: Apa sebabnya, menumt Anda?
kraton itu, dibarengi dengan pergeseran ke GH: Semakin merosotnya naluri tradisi dan
hidupan masyarakat perkotaan dan pedesaan, ambrolnya harga diri! Mereka dimakan oleh
maka jalan satu-satunya untuk menyelamatkan birokrasi, tergantung dan nyantol kepada posisi
kehidupan tradisi secara sistematik adalah de salah seorang yang dijadikan patron mereka.
ngan cara membuat lembaga pendidikan secara Sedikit demi sedikit mereka tidak bisa lagi
formal. Satu aspek kecil yang kelihatannya se- tegak, setara. Dan akhirnya melata.
pele, tapi penting. Misalnya dalam lembaga itu HD: Tapi, kan Anda juga pemah nyaniol,
saya menekankan peran dari kesenian tradisi. dan banyak orang tabu kalau Anda itu punya
Pembahan kehidupan dalam segala seginya hot line dengan pengambil keputusan, se
telah menggeser begitu banyak hal, tennasuk hingga Anda bisa berbuat banyak?
kesenian tradisi dan perannya. Peran itu sema GH: Saya itu digaet dan nyantol, im tenar.
kin kabur. Lalu saya mencoba memmuskan dua Tapi, saya nggak pernah mau didikte. Naluri
hal, dan selalu saya tekankan kepada rekan- tradisi saya mengajarkan untuk menegakkan
rekan saya maupun para cantrik tentang fungsi diri saya, agar saya tidak ngglesot. Saya ngglesot
utama dan fungsi kedua kesenian iradisi. hanya dan hams untuk ibunda dan ayahancla
kandung saya. Tidak untuk yang lain, apalagi
HD: Bisa Anda jelaskan lebih rinci soal ini, hanya sekedar pada posisi birokrasi, atau men
clan dengan cotobnya? cari pesanan. Dan saya merasa sebagai seniman
dengan naluri tradisi yang dilahirkan pada
GH: Begini, ada banyak seniman tradisi zaman yang dilimpahi oleh semangat ke
yang. lantaian kemerosotan kehidupan sosial
ekonomi maupun posisi politisnya, kehilangan setaraan.
garis orientasi. Nggak jelas lagi, apakah itu
ekspresinya atau karyanya itu cuma sekedar HD: Tentang kesetaraan atau kesederajatan
pesanan. Nah, fungsi kesenian kan sebagai eks- ini, Pak, apa Anda petik dari, nyuwun sewu,
presi pribadi, apakah itu kesenian tradisi atau Perancis, barangkali Amerika atau negara Eropa
pun modem. Im yang saya sebut sebagai fungsi lainnya?
utama dari kesenian tradisi. Dari fungsi utama
ini diharapkan akan munculnya tradisi-tmdisi GH: Sebagiannya, dan memang saya juga
selanjutnya, karya-karya bam, sehingga tradisi mempelajari gerak zaman dari wilayah kultural
bukan sekedar barang yang cuma dielus-elus lain. Tapi, tradisi yang saya hirup juga me
seperti pusaka. Dia cuma material, bahan untuk ngajarkan hal itu. Pada sastra kita, tembang-
kehidupan kita. Sedangkan fungsi kedua, di tembang, piwulang, begitu kaya dengan doro
samping melanjutkan clan memelihara yang ngan untuk menciptakan rasa-adil. Bukankah
sudah ada. juga lantaran kesenian iradisi Itu rasa-adi] ini yang menjadikan seseorang ber-
selalu berhimpitan dengan kekuatan politik pcdonum uniuk senantiasa bersikukuh pada
maupun birokrasi, mau nggak mau. yaaah, kesetaraan. Memang bukan jaminan seseorang
dalam realilasnya, kila selalu saja mendapat yang berpendidikan cli mancanegaia clan juga
pesanan. Saya nggak menolak pesanan. Yang sekaiigus punya latar belakang kehidupan ke
saya tolak adalah pendiktean. Kalau seniman senian iradisi bisa ber.sikap dan memiliki rasa
tradisi kokoh memegang peran fungsi utama, adil. Saya hanya terpegang pada n iluri saya,
dan mungkin berkah dari orangtua saya.
HD: Kasihan. Pak, mereka yang tidak mem-
148 kalam - edisi 6.199s
NAI.TR1, HARGA DIRI DAN SENI TRADISI
punyai kekuatan watak, misalnya bams ter- demikian juga. Pada kesadaran seperti inilah
gencet oleh sistem sendika dawuh, bukan naluri tradisi ibarat pisau harus selalu diasah
cuma ngglesot tapi bahkan melata dan harga agar mampu menguliti. dan membcdah masa
dirinya ambrol. lah, ibarat jaringan bisa selalu menebar kejem-
baran dengan kepekaan getarannya yang saling
GH: Sebamsnya tidak ada apologi atau berkail satu dengan lainnya. Dan saya senang
kompromi untuk itu. Degradasi atau bahkan dengan danau, mempunyai kenangan waktu
kecil. Naluri tradisi pun hams seperti danau,
kemntuhan seni tradisi kita akan kita alami tempat bermuara sungai.
kalau kita bersikap seperti itu!
HD: Nyuwun sewu lagi, Pak. Anda pernah
HD: Tapi kan bukan cuma lantaran ke mengelola proyek selama telasan tahun clan
kuatan pribadi, gerak zaman juga ikut atau milyaran rupiah berada di bawah tanggung
bahkan menentukan degradasi atau kemntuhan jawab Anda, kok, Anda nggak punya mmah,
kehidupan tradisi? nggak punya kendaraan, kecuali koleksi buku
dan beberapa bilah keris. Gimana caranya
GH: Gerak zaman! Sejarah! Pembahan mengelola seperti itu?
sosial, politik, ekonomi, dan letek bengek lain
nya, selalu saja dijadikan alat untuk melegiti- GH: Naluri Iradisi! Saya kan pakewuh.
masikan cara menuju keadaan yang semakin lantaran cantrik dan rekan saya tinggal berliim-
ringkih! Saya menolak itu semua! Bagi saya, pitan di petak-petak di sekitar pendapa ini, di
justm dalam menangkap gerak zaman itulah kampung-kampung, mereka makan cli waning
kekuatan watak bams ditegakkan. naluri tradisi saja ngutang. ngebon. kenclaraannya mereka
bams lebih dikokohkan. Anda kira ini slogan sepeda onthel! Saya pakewuh! Tapi, yang
atau jargon? Saya bukan seorang politisi atau prinsipiil, menjadi pandangan hidup saya, filo-
orator! Cuma kroco-kroco yang loyo itu sajalah sofi saya, adalah naluri tradisi kepada rasa-adil
yang selalu bicara dalam kerangka makro, se itu. Itu pedoman saya.
mentara di dalam dirinya keropos, tidak me-
ngembangkan naluri iradisi. HI): Nampaknya secara tersirat Anda ingin
menyatakan. bahwa kesenian tradisi bukan
HD: Sedikit menyimpang, Pak, Anda sekedar "seni", tapi juga pembentukan v/atak?
nampaknya selalu berpegang kepada naluri tra Apa ini nggak terlampau ambisius?
disi, apa ini nggak menimbulkan Dibit chau-
vinisme, misalnya, lantaran Anda dari latar be GH: Menumt Anda mungkin bisa dianggap
lakang tradisi Jawa, khususnya Solo? ambisius. Tapi, apa Anda tahu.bahwa salah satu
masalah besar dalam kehidupan iradisi adalah
GH: Ini juga bukan slogan dan jargon. Saya soal yang Anda bilang im: "pembentukan
ini republiken. Dan sebagai warga yang paham watak". Kedigdayaan maupun kemerosotan tra
dengan cita-cita republik, dan justm karena itu disi kita. tergantung sejauh mana nilai kan-
saya berpegang kepada naluri tradisi. Naluri dungannya yang bisa "membentuk watak" itu.
tradisi saya mengajarkan saya untuk memahami Apa Anda kira kelika seorang empu menari,
bukan cuma Solo, tapi juga Yogya, Sunda, Bali, atau menabuh gamelan. menyajikan gencling.
Minang. bahkan khazanah kemanusiaan yang sekedar bergerak dan sekedar ada bumi
pernah melintas dalam sejarah. Republik ini bunyian? Mereka menebarkan clan menggetar-
bukan sesuatu yang sudah jadi lengkap. Seperli kan seluruh puncak keprihatinannya dalam
juga tradisi, dia juga terkembang. berubah. gerak horisontal maupun vertikal. Itulah sesaji.
Solo itu bukan dari sononya sudah jadi begitu persembahan. manembah. Mereka nglakoni.
saja. Yang sekarang dan dulu ada lantaran Dalam tradisi, "laku" adalah sumber dan muasal
lintasan khazanah manusia yang saling-silang
dan bersinaihan dan yang akan datang pun
kalam. edisi 6,1995 1(9
H A L1M H D
clari pengetahuan kehidupan, tentang etika dan krasi dan patronnya. Ya, kalau patronnya ilu
moral, mempunyai kaitan dengan sistem religi. mempunyai wawasan dan naluri yang baik.
HD: Namun, nampaknya banyak juga ke Tapi lebih banyak yang menjadikan dalang
senian tradisi kita cuman sekedar hiburan. Dan sebagai trompet dan corong dari pribadinya
belakangan ini kelihatannya di banyak daerah maupun birokrasi yang dibawahinya. Dalang
pemda-pemda menerbitkan jenis hiburan tradi lidak lagi memegang, menggenggam jagatnya.
si, misalnya tayub, gandmng Banyuwangi mau Otoritasnya sebagai seniman dan gum masya
pun Banyumas, dan bahkan perguman tinggi rakat direduksi total, ambnik cli antara geli-
seni tradisi juga membuat "penghalusan" eks- mang kekayaan maupun kemiskinannya. Ke
presi yang spontan, erotik dan enerjik itu. hidupan para dalang sekarang ini, mayoritas,
agak "aneh", kaya raya atau miskin sama sekali,
Gimana menumt Anda?
GH: Benar, ada kesenian tradisi yang hibur mempunyai perspektif yang sama, menjadi
an. Dan saya lebih menekankan yang menjadi bootlicker. Jika ada orang yang bilang bahwa
roh tradisi. Tapi, ingat, yang hiburan pun, yang posisi ekonomi yang baik akan membuat se
dianggap seperti itu, yang punya konotasi dan seorang semakm otonom, justm tidak terjadi
ditafsirkan dengan soal-soal seks mempunyai pada para dalang. Makin kaya raya makin
kaitan eral dengan masalah etika dan moral, tergantung, dan yang miskin bemsaha seperti
pada masalah pembentukan watak. Ironisnya, yang kaya raya, dengan, cara yang sama. Sangat
banyak kajian seni iradisi kita sering hanya memprlhatinkan, sungguh!
dilihat secara sebelah sisi. hanya sebagai HD: Ngomong-ngomong, kalau nggak
performance, dan yang teknis-teknis belaka. salah Anda pemah bersama lembaga pendi
Belakangan memang ada juga pengembangan dikan yang Anda naungi itu membuat wayang
perspektif yang lebih komprehensif, dengan yang lebih padat dalam soal waktu. Begitu juga
cara mengkaji dari berbagai disiplin. Barangkali dengan tari bedaya, seperti Bedaya Dorodasih
ini lebih adil dan memadai, sehingga bisa mengalami pemadatan.
menangkap sisi yang paling dalam dari tradisi. GH: Kami membuat wayang yang padat,
Dan tentang penertiban dari pemda-pemda itu, dan bahasa Jawa maupun Indonesia, ada yang
ini justm kekonyolannya. Dengan birokrasi 1-2 jam, ada juga yang 2-3 jam. Tergantung
mereka mempersulit, dan lalu mencoba me- kebutuhan. Tapi, kami tidak mengurangi prin
masuki dunia yang paling claiam, lewat pe- sipnya, lakonnya utuh. Yang paling banyak
nataran teknis segala macam Itu, sementara im kami gunting soal humor, guyonan, yang sudah
mereka nggak atau kurang paham dengan inti keterlaluan, yang makin jadi tekanan. Bahkan
dalam dari kehidupan tradisi itu sendiri. Yang kalau kita saksikan. sudah banyak dalang yang
paling repot lagi, dan sangat memalukan, para nggak lagi tahu, mana lakon mana guyonan.
penatar im sering datang dari orang-orang yang Dan kita nggak bisa menibedakan apakah
pemah mengenyam perguman tinggi kesenian mereka lagi ndalang atau jadi kuli mayang.
tradisi yang kebelulan duduk pada jalur biro Saya nggak anti-humor, tapi kalau sudah
krasi, atau kenal dengan birokrat yang sok keterlaluan, kita hams waspada, dan im sudah
pinter itu! Semuanya, lantaran naluri tradisi nggak lucu lagi. Scperlunya saja. Tradisi im
yang makin merosot atau bahkan hiking. Begitu maknanya juga hams menjaga keseimbangan.
juga di dalam kehidupan wayang kulit, para Tidak berlebihan. Dan pemadatan waktu serta
dalang. segelintir kecil yang hanya memiliki lakon ini, juga untuk mengantisipasi. Siapa sih
naluri tradisi. Sejumlah besar, melata claiam sekarang yang tahan semaiam suntuk. Orang
godaan pasar, dan terns bergayut kepada biro sudah banyak dikejar waktu, dan butuh sesuatu
kaLam - edisi 6,1995
150
NALURI, HARGA DIRI DAN SENI TRADISI
yang singkat tapi padat, dan tidak mengurangi relatif, tergantung kebumhan berekspresi. sulit
isi. Logika wayang yang sekarang ini kebanyak- untuk diperdebatkan. Yang penting, yang ingin
an hanya mengembangkan guyonan, humor saya tekankan, lingkungan yang pernah saya
dan terantemnya itu, diulur-ulur. Di samping kelola im, saya harapkan bisa menumbuhkan
wayang padat, kami juga membuat wayang pribadi-pribadi yang kuat, berwatak, bukan
layar lebar, dengan dalang beberapa orang dan yang melata. "Sasanamulya" cuma sekedar
dengan tata cahaya yang lebih beragam. Ba nama dan tempat. Lebih dari itu, harapan saya,
rangkali orang menyebutnya sebagai eksperi- munculnya sosok-sosok yang memiliki naluri
men. Wayang padat sendiri sudah kami coba tradisi dengan segala tanggung jawabnya, clan
sejak zaman Bung Karno, awal tahun 1960-an. dengan kemampuan mereka masing-masing
Sedangkan dalam Bedaya Dorodasih, pemadat untuk mencari diri sendiri dalam menerangi
an waktunya hanya sedikit. Dan yang paling danau tradisi, dan bisa menebar serta me-
penting, kami mencoba menggali kembali dan nggetarkan jaringan kehidupan. Sehingga,
memberikan tafsiran terhadap khazanah yang nantinya, orang lebih mengenai gaya si polan,
berasal dari pusat tradisi agung, kraton Sura atau si anu dengan ek.spresi dan estetikanya
karta Hadiningrat. Ini perlu bagi para cantrik sendiri. Sedangkan soal "Sasanamulya", nomor
kami, agar mereka juga punya basis klasik yang sekian. Ini perlu saya nyatakan secara tegas.
kuat dan paham salah satu sumber penting Soalnya, kebanyakan seniman yang berlarar
belakang tradisi, selalu digencet dan juga ke
tradisi. inginan bernaung di bawah nama suatu ke
lompok, sehingga kepribadiannya nggak ber-
HD: Di samping tari, pedalangan, tempat kembang. Padahal, tradisi tanpa pengem-
Anda juga banyak dikenal melakukan eksplo- bangan kepribadian, watak, bakalan mandeg.
rasi karawitan, yang nampaknya komposisi- Naluri tradisinya jadi tumpul. nggak berani
komposisi yang dibikin oleh cantrik Anda eksplorasi. nggak berani coba-coba, selalu
mencoba menciptakan khazanah bam. takut kepada yang namanya pakem, akhirnya
sering diam. membisu, nggak berani bersuara
GH: Betul, dan irti semuanya, berangkat — buat menyatakan pikiran dan perasaannya.
saya kembalikan lagi — dari naluri tradisi, Paling-paling cuma ngrasani, atau ekstrem
dalam wujudnya yang konkrit, berarti hams lainnya, lalu melambung tanpa dasar pijakan
selalu menciptakan vokabuler yang bam, yang yang kuat. Itu biasanya kita bisa lihat dalam
menja-mani. Terserah orang menyebutnya; ada diskusi atau tukar pikiran.
yang bilang kontemporer, ada yang bilang
avant-garde. Tugas utama kami, adalah HD: Dulu Anda dikenal sangat keras kepa
berangkat dan mengekplorasi tradisi, supaya da cantrik Anda. kalau tidak ingin disebut,
nggak mandeg. maaf, otoriter.
HD: Banyak orang menyebut lingkungan GH: Saya tahu itu. Banyak cantrik dan
Anda, lembaga Anda, dengan sebutan "gaya orang-orang yang bilang saya itu diktator,
Sasanamulyan", pendapa ini jadi suatu cap. otoriter. Dan saya memang keras. Saya mem
dengan ciri gending yang dip.ikul dengan butuhkan disiplin dan tanggung jawab. Kalau
keras, dan garis gerak dari pengolahan tubiih membuat karya tari. ya hams 8-10 jam latihan
penari yang nampak begitu kokoh, gagah, setiap hari, begitu juga karawitannya. Jika ada
tidak medoki. Kira-kira gimana soal ini? yang kurang disiplin. saya singkirkan. Buat apa
memelihara orang yang nggak tertanggung
GH: Senang sekali kalau ada orang yang jawab, bisa-bisa merugikan kehidupan tradisi.
menyebut apa yang kami lakukan itu sudah
menjadi suatu gaya. Dan tentang ciri-cirinya itu,
bukan sesuatu yang mutlak. Keras, lembut,
kalam - edisi 6,1995 151