69 2 8 O2 = ( 32) mol O2 = 0,25 mol Jadi, jumlah O2 sebanyak 0,25 mol b. O2 = 0,25 mol Menentukan Jumlah Molekul (x) Oksigen O2 = O2 . (Skor 2) (Skor 1) (Skor 1) O2 = 0,25 mol . 6,02 x 1023 molekul mol (Skor 3) 3. a. O = 1,505 x 1023 molekul Jadi, jumlah molekul oksigen sebanyak 1,505 x 1023 molekul. (Skor 1) (Skor 3) 8 3 = 2,667 16 8 = 2 Perbandingan unsur yang digunakan ialah unsur oksigen karena unsur oksigen habis bereaksi dan tidak bersisa. Menentukan Massa Karbon yang Bereaksi massa O2 massa C yang bereaksi = perbandingan O . perbandingan C (Skor 3) massa C yang bereaksi = 16 g 8 . 3 massa C yang bereaksi = 6 g Menentukan Massa Karbon Dioksida yang Dihasilkan massa CO2 = massa C yang bereaksi + massa O2 massa CO2 = (6 + 16) g massa CO2 = 22 g b. Zat yang tersisa yaitu karbon massa C sisa = massa C awal − massa C yang bereaksi massa C sisa = (8 − 6) g massa C sisa = 2 g (Skor 3) (Skor 1) (Skor 3) 2 Massa C + Massa O2 ⟶ Massa CO2 3 8 g 8 16 g 11 ?
70 4. Menentukan massa Oksigen dalam Senyawa I Massa Fosforus = 31 gram Massa Oksigen = massa senyawa I – massa fosforus = (55 – 31) g = 24 g Menentukan massa Fosforus dalam Senyawa II Massa Oksigen = 40 gram Massa Fosforus = massa senyawa II – massa oksigen = (71 – 40) g = 31 g Perbandingan massa Fosforus dan massa Oksigen dalam senyawa I = 31 : 24 (dibagi 8) = 3,875 : 3 Perbandingan massa Fosforus dan massa Oksigen dalam senyawa II = 31 : 40 (dibagi 13,333) = 2,325 : 3 Massa oksigen dalam senyawa 1 sama dengan massa oksigen dalam senyawa II, maka massa fosforus dalam senyawa I dan senyawa II = 3,875 : 2,2325 (disederhanakan) = 4 : 2 Perbandingan tersebut merupakan bilangan bulat dan sederhana, sehingga memenuhi Hukum Dalton. (Skor 4) (Skor 4) (Skor 2) (Skor 2) (Skor 2) (Skor 1) 5. Misalkan rumus molekul gas X yaitu NaOb Volume N2 : Volume O2 : Volume NaOb 2 : 3 : 2 Oleh karena perbandingan volume gas merupakan koefisien reaksi, maka persamaan reaksinya dapat ditulis sebagai berikut : 2 N2 (g) + 3 O2 (g) ⟶ 2 NaOb (g) Jumlah atom pada kedua ruas haruslah sama, sehingga : Untuk menyetarakan atom N Jumlah atom N di ruas kiri = 4, sedangkan di ruas kanan = 2a Maka 2a = 4 atau a = 2 (Skor 1) (Skor 2) (Skor 2) (Skor 2)
71 Untuk menyetarakan atom O Jumlah atom O di ruas kiri = 6, sedangkan di ruas kanan = 2b Maka 2b = 6 atau b = 3 Oleh karena a = 2 dan b = 3, maka rumus kimia gas X adalah N2O3 (Skor 2) (Skor 1) Skor Total = 83 Rumus Penilaian : Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, maka dapat diteruskan dengan Kegiatan Belajar selanjutnya. Namun jika masih di bawah 80%, maka harus mengulang materi Kegiatan Belajar ini, terutama bagian yang belum dikuasai. D) SOAL PENGAYAAN Jenis Soal : Essay 1. a. Berapa perbandingan massa H dan massa O dalam H2O ? b. Berapa perbandingan massa C dan massa O dalam CO2 ? (Ar H = 1 g ; Ar O = 16 g ; Ar C = 12 g) 2. Apabila diketahui unsur A dan B dapat membentuk 3 jenis senyawa. Massa yang dihasilkan dari unsur A dan B untuk membentuk ketiga senyawa berbeda itu dapat dilihat pada tabel berikut. Senyawa Massa unsur A Massa unsur B I 10 g 10 g II 15 g 30 g III 20 g 60 g a. Bagaimana perbanding massa A dan B pada ketiga senyawa diatas ? b. Bagaimana rumus kimia untuk ketiga senyawa itu ? 3. Berapakah massa dari : a. Sejuta atom aluminium? b. 1,204 x 1023 molekul air ? 27 g 18 g ( Al = mol ; H2O = mol ) Nilai = Skor yang diperoleh Skor total x 100 KONVERSI TINGKAT PENGUASAAN : 90 - 100% = Baik Sekali 80 - 89% = Baik 70 - 79% = Cukup < 70% = Kurang
72 4. Suatu senyawa hidrokarbon (CXHy) yang berwujud gas terbakar menurut persamaan : CXHy (g) + O2 (g) ⟶ CO2(g) + H2O (g) Dari suatu percobaan diketahui bahwa untuk membakar 5 liter (T, P) hidrokarbon itu diperlukan 12,5 liter (T, P) oksigen dan dihasilkan 10 liter (T, P) karbon dioksida. Tentukanlah rumus molekul hidrokarbon tersebut. PEMBAHASAN DAN SKOR No. Pembahasan Skor 1 a. massa H : massa O (2 . Ar H) : (1 . Ar O) (2 . 1 g) : (1 . 16 g) 2 g : 16 g 1 : 8 Jadi, perbandingan massa H dan massa O = 1 : 8 b. massa C : massa O (1 . Ar C) : (2 . Ar O) (1 . 12 g) : (2 . 16 g) 12 g : 32 g 3 : 8 Jadi, perbandingan massa C dan massa O = 3 : 8 6 6 2 a. Perbandingan massa A dan massa B pada Senyawa I Massa A : massa B = 10 : 10 = 1 : 1 Perbandingan massa A dan massa B pada Senyawa II Massa A : massa B = 15 : 30 = 1 : 2 Perbandingan massa A dan massa B pada Senyawa III Massa A : massa B = 20 : 60 = 1 : 3 b. Rumus Kimia untuk Senyawa I yaitu AB Rumus Kimia untuk Senyawa II yaitu AB2 Rumus Kimia untuk Senyawa III yaitu AB3 3 3 3 a. Sejuta atom aluminium = 106 atom Al Menentukan Jumlah (n) atom Al Al Al = 1 x 106 atom Al = 6,02 x 1023 atom mol Al = 1,66 x 10−18 mol 1 3
73 Menentukan Massa Al Al = Al . Al Al = 1,66 x 10−18 mol . 27 g mol Al = 4,482 x 10−17 g Jadi, massa dari sejuta atom Al adalah 4,482 x 10-17 gram b. Menentukan Jumlah (n) H O = H2O 2 1,204 x 1023 molekul H2O = 6,02 x 1023 molekul mol H2O = 0,2 mol Menentukan Massa H2O = H2O . H2O 18 g H2O = 0,2 mol . mol H2O = 3,6 g Jadi, massa dari sejuta atom Al adalah 3,6 gram 4 3 4 4 Perbandingan volume CXHy : O2 : CO2 = 5 L : 12,5 L : 10 L = 2 : 5 : 4 Oleh karena perbandingan volume merupakan koefisien reaksi, maka persamaan reaksinya menjadi : 2 CXHy (g) + 5 O2 (g) ⟶ 4 CO2(g) + H2O (g) (belum setara) Jumlah atom oksigen di ruas kiri adalah 10, sedangkan di ruas kanan baru 8 (yaitu dalam 4 CO2). Untuk menyetarakan atom oksigen, maka koefisien H2O haruslah 2. Dengan demikian, persamaan setara untuk mreaksi itu adalah : 2 CXHy (g) + 5 O2 (g) ⟶ 4 CO2(g) + 2 H2O (g) Pada persamaan setara, jumlah atom setiap unsur di ruas kiri dan di ruas kanan haruslah sama, maka : Untuk menyetarakan atom C, maka 2x = 4 atau x = 2 Untuk menyetarakan atom H, maka 2y = 4 atau y = 2 Jadi, rumus molekul hidrokarbon itu adalah C2H2 2 2 2 1 1 3 Skor Total 44
74 KONVERSI TINGKAT PENGUASAAN : 90 - 100% = Baik Sekali 80 - 89% = Baik 70 - 79% = Cukup < 70% = Kurang Nilai = Skor yang diperoleh Skor total x 100 Rumus Penilaian : E) SOAL REMEDIAL Jenis Soal : Essay 1. Perbandingan massa magnesium (Mg) dengan oksigen (O) dalam magnesium oksida (MgO) adalah 3 : 2. Pada suatu percobaan, direaksikan 10 gram magnesium dengan 8 gram oksigen. Tentukanlah : a. Massa MgO yang terbentuk b. Massa pereaksi yang tersisa 2. Nitrogen dan oksigen bereaksi membentuk berbagai macam senyawa. Tiga diantaranya mengandung nitrogen masing-masing 25,93%, 30,43%, dan 36,84%. Tunjukkanlah bahwa ketiga senyawa itu memenuhi Hukum Dalton. 3. Pada suhu dan tekanan tertentu, 12 liter gas C2H6 mengandung 3 x 1023 molekul gas C2H6. Apabila gas C2H6 dibakar sempurna menghasilkan gas CO2 dan uap air, maka : a. Tuliskan persamaan reaksi pembakaran gas C2H6 b. Tentukan perbandingan koefisien reaksinya c. Berapa volume gas oksigen yang diperlukan ? d. Berapa volume gas CO2 dan uap air yang dihasilkan ? 4. Hitunglah jumlah atom perak (Ag) dalam sebuah uang koin yang memiliki massa 65 gram dan mengandung 92,5% perak. ( Ag = 108 g mol JAWABAN DAN PEMBAHASAN No. Pembahasan Skor 1 Perbandingan massa Mg : O : MgO = 3 : 2 : 5 Massa Mg + Massa O ⟶ Massa MgO 3 2 5 10 g 8 g ? 10 8 3 = 3,333 2 = 4 Perbandingan unsur yang digunakan ialah unsur Mg karena unsur Mg habis bereaksi dan tidak bersisa. 1 4 1 )
75 a. Menentukan Massa Oksigen yang Bereaksi massa Mg massa O yang bereaksi = perbandingan Mg . perbandingan O 10 g massa O yang bereaksi = 3 .2 massa O yang bereaksi = 6,667 g Menentukan Massa MgO yang Terbentuk massa MgO = massa O yang bereaksi + massa Mg massa MgO = (6,667 + 10) g = , b. Pereaksi yang bersisa adalah oksigen. massa oksigen sisa = massa oksigen awal − massa oksigen yang bereaksi massa oksigen sisa = (8 − 6,667) g = , 3 3 3 2 Andaikan massa setiap senyawa adalah 100 gram, maka : Massa N dalam senyawa I = 25,93 . 100 g 100 = 25,93 g Massa N dalam senyawa II = 30,43 . 100 g 100 = 30,43 g Massa N dalam senyawa III = 36,84 . 100 g 100 = 36,84 g Menentukan Massa Oksigen pada Setiap Senyawa Massa O dalam senyawa I = massa senyawa I – massa N dalam senyawa I = (100 – 25,93) g = 74,07 g Massa O dalam senyawa II = massa senyawa II – massa N dalam senyawa II = (100 – 30,43) g = 69,57 g Massa O dalam senyawa III = massa senyawa III – massa N dalam senyawa III = (100 – 36,84) g = 63,16 g Menentukan Perbandingan Massa N dengan Massa O pada Setiap Senyawa Massa N : Massa O dalam senyawa I = 25,93 : 74,07 = 1 : 2,856 ≈ 1 : 3 Massa N : Massa O dalam senyawa II = 30,43 : 69,57 = 1 : 2,286 ≈ 1 : 2 1 6 9 6
76 Massa N : Massa O dalam senyawa III = 36,84 : 63,16 = 1 : 1,714 ≈ 1 : 2 Massa N dalam senyawa I = senyawa II = senyawa III. Sedangkan massa O dalam senyawa I, senyawa II, dan senyawa III merupakan bilangan bulat dan sederhana, sehingga ketiga senyawa tersebut memenuhi Hukum Dalton. 3 1 3 a. Persamaan Reaksi Pembakaran Gas 2 C2H6 (g) + 7 O2 (g) ⟶ 4 CO2(g) + 6 H2O (g) b. Perbandingan Koefisien Setiap Zat pada Persamaan Reaksi C2H6 : O2 : CO2 : H2O 2 : 7 : 4 : 6 c. Menentukan Volume Gas Oksigen yang Diperlukan Koefisien O2 Volume O2 = Koefisien C H . Volume C2H6 2 6 7 Volume O2 = 2 . 12 L = d. Menentukan Volume Gas yang Dihasilkan Volume CO = Koefisien CO2 .Volume C H 2 Koefisien C2H6 2 6 4 Volume CO2 = 2 . 12 L = Menentukan Volume Uap Air yang Dihasilkan Koefisien H2O Volume H2O = Koefisien C H . Volume C2H6 2 6 6 Volume H2O = 2 . 12 L = 2 2 3 3 3 4 massa uang koin = 65 g massa Ag dalam uang koin = 92,5 . 65 g 100 = 60,125 g Menentukan Jumlah (n) Ag massa Ag Ag = mm Ag 2 1
77 Nilai = Skor yang diperoleh Skor total x 100 60,125 g Ag = 108 g mol Ag = 0,5567 mol Menentukan Jumlah Atom Perak dalam Uang Koin Ag = Ag . 6,02 x 1023 atom Ag = 0,5567 mol . mol Ag = 3,351 x 1023 atom Jadi, jumlah atom perak dalam uang koin tersebut sebanyak 3,351 x 1023 atom. 2 4 Skor Total 63 Rumus Penilaian : KONVERSI TINGKAT PENGUASAAN : 90 - 100% = Baik Sekali 80 - 89% = Baik 70 - 79% = Cukup < 70% = Kurang
78 E. BAHAN BACAAN GURU DAN PESERTA DIDIK A) PERTEMUAN KE-7 1) REAKSI PEMBAKARAN Pembakaran dapat didefinisikan sebagai kombinasi secara kimiawi dari unsur oksigen dengan unsur yang mudah terbakar dari bahan bakar (reaksi oksidasi) yang berlangsung secara cepat maupun lambat pada suhu dan tekanan tertentu. Pada reaksi oksidasi yang berlangsung cepat dihasilkan sejumlah energi elektromagnetik (cahaya), energi panas dan energi mekanik (suara). Pada semua jenis pembakaran, kondisi campuran udara dan bahan bakar merupakan faktor utama yang harus diperhatikan untuk mendapatkan campuran yang sempurna, pada reaksi pembakaran pada unsur – unsur yang dapat terbakar dari bahan bakar menghasilkan pembebasanenergi yang tergantung pada produk pembakaran yang terbentuk tiga unsur utama yang dapat terbakar pada sebagian besar bahan bakar adalah karbon, hidrogen dan belerang. Pada reaksi pembakaran, berlaku kekekalan massa sehingga massa dari produk pembakaran sama dengan massa dari reaktan. Total massa untuk masing-masing unsur yang bereaksi sebelum dan sesudah reaksi adalah sama meskipun masing-masing unsur memiliki rumus kimia yang berbeda. Oksigen yang digunakan dalam proses pembakaran biasanya berasal dari udara yang mengakibatkan terikutnya unsur lain dalam unsur yang tidak dapat terbakar dalam bahan bakar dan akan melewati proses pembakaran tanpa mengalami perubahan dan akan membentuk polutan (NO2). Pembakaran adalah “oksidasi cepat yang menghasilkan panas dan juga oksidasi lambat yang disertai oleh sedikit panas dan tanpa api”. Definisi ini menekankan pada dasarnya pembakaran merupakan proses transformasi energi antara ikatan kimia yang berupa panas dan dapat digunakan dalam berbagai cara, dengan kata lain pembakaran dapat menghasilkan api. Definisi lain dari pembakaran adalah : “reaksi kimia yang meliputi kombinasi bahan bakar dan oksigen yang menghasilkan panas produk pembakaran”. Berdasarkan beberapa definisi diatas, terlihat bahwa proses pembakaran selalu membutuhkan oksigen sebagai oksidan, hal ini sangat bertentangan dengan realita yang terjadi, bahwa selama proses pembakaran sebagai oksidannya adalah udara yang pada kenyataannya mengandung 21% Oksigen 78% Nitrogen dan 1% merupakan unsur lain. Untuk tujuan perhitungan, gas nitrogen dianggap hanya melewati proses pembakaran tanpa mengalami perubahan.Pada dasarnya proses pembakaran terdiri dari dua kondisi, yaitu : 1. Kondisi Pembakaran Stoikiometrik (Teoritis) Kondisi pembakaran stoikiometrik adalah dimana relatif jumlah bahan bakar dan udara secara teoritis dibutuhkan minimal untuk memberikan pembakaran yang sempurna, dan dapat dihitung melalui analisa pada bahan bakar gas yang bereaksi dengan oksigen.
79 Tabel 2. Spesifikasi Bahan Bakar LPG Jenis BB Rumus Kimia Massa Molar % Berat Jumlah Zat Fraksi Mol Propana C3H8 44 11 0,25 0,14 Isobutana C4H10 58 31 0,53 0,30 n-butana C4H10 58 58 1,00 0,56 Jumlah 100 1,78 1,00 Berdasarkan tabel 2, persamaan reaksi pembakaran stoikiometriknya adalah sebagai berikut : Propana : C3H8 + 5 O2 + 18,8 N2 → 3 CO2 + 4 H2O + 18,8 N2 Isobutana : C4H10 + 6,5 O2 + 24,4 N2 → 4 CO2 + 5 H2O + 24,4 N2 n-Butana : C4H10 + 6,5 O2 + 24,4 N2 → 4 CO2 + 5 H2O + 24,4 N2 Sebagai contoh untuk persamaan reaksi pembakaran teoritis gas propana : C3H8 + 5 O2 + 18,8 N2 → 3 CO2 + 4 H2O + 18,8 N2 1 mol 5 mol 18,8 mol 3 mol 4 mol 18,8 mol Jadi secara teoritis dapat dilihat bahwa kebutuhan bahan bakar dan udara sebanding dengan jumlah koefisien masing-masing reaktan dan produk. Sehingga konsentrasi CO2 pada produk pembakaran stoikiometrik : 3 mol % CO2 (wet) = (3 + 4 + 18,8) mol . 100% = 11,628% 3 mol % CO2 (dry) = (3 + 18,8) mol . 100% = 13,761% Kondisi pembakaran secara stoikiometri pada umumnya sulit untuk dicapai, hal ini dikarenakan laju reaksi yang terbatas dan adanya proses pencampuran bahan bakar yang tidak sempurna, sehingga pembakaran biasanya diekspresikan dengan excess air. Hal ini akan menjamin tidak adanya bahan bakar yang terbuang dan sempurnanya proses pembakaran. 2. Pembakaran dengan Udara Lebih (Aktual) Pembakaran dalam prakteknya adalah sukar untuk daerah kondisi stoikiometrik. Beberapa burner untuk industri beroperasi pada rasio udara/gas yang mendekati nilai teoritisnya tetapi sebagian besar burner penentuan udaranya melebihi kondisi stoikiometrinya, hal ini untuk meyakinkan bahwa pembakaran terjadi dengan sempurna. Alasan utama untuk menentukan udara lebih (excess air) adalah kegagalan aliran gas dan udara untuk bercampur secara sempurna sebelum terjadinya proses pembakaran. Terjadinya pembakaran tergantung pada tumbuhan molekul bahan bakar dengan
80 molekul oksigen. Jika terjadi kekurangan campuran pada kedua fluida tersebut, maka oksigen harus diberikan untuk menambah terjadinya tumbukan molekul. Metode yang tepat untuk menentukan udara aktual didalam sebuah sistem pembakaran terhadap jumlah ketentuan teoritisnya diekspresikan sebagai ratio udara aktual yang digunakan ( volume bahan bakar) terhadap kebutuhan udara volume stoikiometrik ( volume bahan bakar) : volume udara aktual yang digunakan A F = kebutuhan udara stoikiometrik Presentase udara lebih dapat diekspresikan sebagai 100 . (A F – 1) excess air dapat ditentukan oleh kandungan karbon dioksida atau oksigen dari produk pembakaran dengan menggunakan persamaan : A F − 1 = ( V0 ) . CO2st − CO2act Dimana : V0 A0 CO2act = produk pembakaran kering stoikiometrik ( volume bahan bakar) volume A0 = udara stoikiometrik volume ( bahan bakar) volume CO2st = CO2 stoikiometrik dalam produk pembakaran kering % volumee CO2act = CO2 pengukuran dalam produk pembakaran kering % volumee Perbandingan V0 bervariasi dari 0,89 hingga 0,98 A0 B) PERTEMUAN KE-8 1) SEJARAH AWAL TEORI FLOGISTON Pada tahun 1669, Johann Joachim Becher seorang ilmuwan kimia Jerman mencetuskan idenya tentang pembakaran logam. Hal ini menjadi dasar munculnya teori logiston. Becher beralasan bahwa bahan yang terbakar harus mengandung komponen yang mudah terbakar yaitu elemen api (terra pinguis). Pandangan Becher ini memperbaharui prinsip kimia sebelumnya yang menyatakan bahwa bahan terdiri dari proporsi yang berbeda dari empat elemen baik tanah, udara, api, dan air. Dalam teori Becher disebutkan bahwa benda mudah terbakar karena hanya terdapat elemen api (terra pinguis). Selama pembakaran, komponen ini dilepaskan ke udara ditandai dengan timbulnya nyala api. Selain itu dinyatakan bahwa tedapat residu misalnya abu kayu yang memiliki massa lebih ringan dari bahan aslinya. Demikian pula saat memanaskan logam di udara akan dihasilkan calx yang lebih ringan dari logam. Hal ini adalah bukti bahwa ada sesuatu yang hilang. Pada pertengahan abad ke-18, masalah paling penting dalam ilmu kimia dan isika adalah menentukan apa yang sebenarnya terjadi Ketika sesuatu terbakar. Saat itu gas
81 Oksigen belum ditemukan. Tepatnya pada tahun 1703, Georg Ernst Stahl, seorang ilmuwan kimia Jerman, mengembangkan teori Becher. Ia mengemukakan istilah logiston yang sebelumnya dikenal dengan nama terra pinguis. Dalam bahasa Yunani logiston berarti terbakar. Adapun teori Stahl mencakup ide-ide berikut : (1) Semua zat yang mudah terbakar mengandung flogiston. (2) Semakin banyak flogiston yang dikandung suatu zat, semakin baik dan lebih sempurna ia terbakar. (3) Pembakaran melepaskan flogiston dari zat ke udara. Gambar 2. Johann Joachim Becher (1635 – 1682) Sumber : https://www.akgimages.co.uk/Docs/AKG/Media/T R3_WATERMARKED/6/0/f/2/AKG302291.jpg Gambar 3. Georg Ernst Stahl (1660 – 1734) Sumber : https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/ 7/73/Georg_Ernst_Stahl_crop.jpg (4) Nyala api menunjukkan lepasnya flogiston dengan cepat. (5) Udara diperlukan untuk pembakaran karena menyerap flogiston yang keluar. (6) Pembakaran dalam wadah tertutup segera terhenti, karena udara di dalamnya menjadi jenuh dengan flogiston. (7) Udara diperlukan untuk bernapas. Makhluk yang ditempatkan dalam wadah tertutup mati karena udara tidak dapat lagi menyerap flogiston, sehingga tidak dapat lagi menopang kehidupan. (8) Residu atau abu yang tertinggal setelah pembakaran disebut calx. (9) Massa calx lebih ringan dari bahan sebelum dibakar. Teori flogiston memang menjelaskan banyak karakteristik terkait pembakaran namun ternyata saat melakukan pembakaran logam justru hal yang sebaliknya terjadi. Akhirnya teori ini dipatahkan karena ternyata jika logam dibakar massanya justru bertambah. Sumber : https://edu.rsc.org/feature/the-logic-of-phlogiston/2000126.article
82 2) HUKUM KEKEKALAN MASSA Dalam suatu reaksi kimia yang berlangsung dalam wadah tertutup sedemikian sehingga tidak ada materi yang dapat masuk atau keluar, massa zat-zat sebelum dan sesudah reaksi adalah sama. Fakta bahwa massa zat-zat kekal, pada awalnya belum diketahui karena keterlibatan gas dalam reaksi belum dipahami (Simak Teori Flogiston). Baru sekitar abad 18, para ahli mulai memahaminya. Antoine Lavoisier (1743 – 1794) yang percaya pentingnya pengamatan kuantitatif, berhasil menjelaskan keterlibatan gas dalam reaksi kimia. Lavoisier mengulang eksperimen oleh Priestley. Ia memanaskan sebanyak 530 gram merkuri dalam wadah tertutup yang terhubung dengan udara dalam silinder ukur. Pada akhir eksperimen, ternyata volumee udara dalam silinder telah berkurang 1 5 bagian, sedangkan Gambar 4. Antoine Laurent Lavoisier (1743 – 1794) Sumber : https://upload.wikimedia.org/wikipedia/common s/f/fe/AntoineLaurent_Lavoisier_%28by_Louis_Jean_Desire_ Delaistre%29RENEW.jpg merkuri berubah menjadi calx merkuri dengan massa sebesar 572,4 gram ; atau terjadi pertambahan massa sebesar 42,4 gram. Besarnya pertambahan ini ternyata sama dengan massa 1 5 bagian udara yang berkurang dalam silinder. Logam merkuri + 1 bagian udara → calx merkuri 5 530 gram 42,4 gram 572,4 gram Berdasarkan reaksi ini, Lavoisier mengamati total massa zat-zat sebelum reaksi sama dengan total massa zat sesudah reaksi. Kemudian ia memanaskan Kembali calx merkuri yang dihasilkan dengan panas yang lebih besar. Pada akhir reaksi, ia memperoleh Kembali logam merkuri dan 1 bagian udara yang hilang tadi, dengan total massa sama 5 dengan calx merkuri. Ia menyadari bahwa 1 bagian udara tersebut adalah udara tanpa 5 flogiston yang dimaksud Priestley, yang dilepas calx merkuri dalam reaksinya membentuk logam merkuri. Lavoisier menamakan 1 bagian udara yang terbentuk dalam 5 reaksi tersebut sebagai oksigen.
83 Hasil eksperimen Lavoisier ini berhasil mengoreksi pengamatan Priestley, sekaligus meruntuhkan Teori Flogiston. Berdasarkan eksperimen ini dan banyak eksperimen lainnya, Lavoisier menemukan bahwa di dalam suatu reaksi kimia tidak terjadi perubahan massa zat-zat. Berdsarkan hal ini, ia merumuskan Hukum Kekekalan Massa yang berbunyi : “Di dalam suatu reaksi kimia, massa zat-zat sebelum dan sesudah reaksi adalah sama”. CONTOH SOAL 1. Pada pembakaran 2,4 gram magnesium di udara, dihasilkan 4 gram oksida magnesium. Berapa gram oksigen yang terpakai dalam reaksi itu ? Jawaban Persamaan reaksi pembakaran magnesium : Mg (s) + 1 O2 (g) 2 → MgO (s) massa MgO = massa Mg + massa O2 4 gram = 2,4 gram + y y = massa MgO - massa Mg y = (4 – 2,4) gram y = 1,6 gram Jadi, massa oksigen yang terpakai sebanyak 1,6 gram 2. Sebanyak 254 gram tembaga dan 128 gram belerang bereaksi habis membentuk senyawa tembaga sulfida. Menurut Hukum Kekealan Massa, berapa banyak tembaga sulfida yang akan diperoleh dari reaksi tersebut ? Jawaban Persamaan reaksi tembaga dan belerang : Cu (s) + S (s) → CuS (s) Menurut hukum kekekalan massa, massa zat-zat sebelum dan sesudah reaksi adalah sama, sehingga : massa CuS = massa Cu + massa S = (254 + 128) gram = 382 gram Jadi, massa tembaga sulfida (CuS) yang diperoleh sebanyak 382 gram.
84 Nomor atom (Z) = Jumlah proton (p) = Jumlah elektron (e) 3) NOMOR ATOM, NOMOR MASSA DAN NOTASI ATOM (PENGULANGAN MATERI SMP) G roup Period 1.008 1312.0 2.20 +1 –1 Hydrogen 1s¹ 6.94 9.0122 520.2 0.98 899.5 +1 –1 1.57 +2 Lithium 1s² 2s¹ 22.990 Beryllium 1s²2s² 24.305 495.8 0.93 737.7 +1 –1 1.31 +2 +1 Sodium [Ne] 3s¹ 39.098 Magnesium [Ne] 3s² 40.078 44.956 418.8 0.82 589.8 1.00 +1 633.1 1.36 +2 +3 +2 +1 Potassium [Ar] 4s¹ 85.468 403.0 0.82 Rubidium [Kr] 5s¹ 132.91 375.7 0.79 Calcium [Ar] 4s² 87.62 549.5 0.95 +1 Strontium [Kr] 5s² 137.33 502.9 0.89 +1 Scandium [Ar] 3d ¹ 4s ² 88.906 600.0 1.22 +2 +3 +2 +1 Yttrium [Kr] 4d ¹ 5s ² 138.91 538.1 1.10 +2 +3 +2 Cæsium [Xe] 6s¹ (223) 380.0 0.70 Barium [Xe] 6s² (226) 509.3 0.90 +1 Lanthanum [Xe] 5d¹6s² (227) 499.0 1.10 +2 +3 Francium [Rn] 7s¹ Radium [Rn] 7s² Actinium [Rn] 6d¹ 7s² • 1 kJ/mol ≈ 96.485 eV • all elements are implied to have an oxidation state of zero. by R obert C am pi on / updated 2016, 2018 alkali metals alkaline earth metals lanthanides actinides transition metals unknown properties post-transition metals metalloids reactive nonmetals noble gases Gambar 5. Sistem Periodik Unsur Sumber : https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/4/4d/Periodic_table_large.svg (1) NOMOR ATOM (Z) Jumlah proton dalam suatu atom disebut nomor atom atau nomor proton. Jumlah proton khas bagi setiap unsur. Artinya, atom-atom dari unsur yang sama mempunyai jumlah proton yang sama tetapi berbeda dari atom unsur lain. Nomor atom unsurunsur dapat dilihat pada tabel sistem periodek unsur yang terdapat pada gambar 4. Oleh karena suatu atom bersifat netral, maka jumlah elektron sama dengan jumlah proton. Jadi nomor atom juga menyatakan jumlah elektron dalam suatu atom. Electron configuration blocks * * 4.0026 2372.3 standard atomic weight or most stable mass number 1st ionization energy in kJ/mol 762.5 1.83 name electron configuration radioactive elements have masses in parenthesis +6 +5 +4 +3 +2 +1 –1 –2 atomic number electronegativity Helium 1s² 10.81 12.011 14.007 15.999 18.998 20.180 chemical symbol 800.6 2.04 1086.5 2.55 1402.3 3.04 1313.9 3.44 1681.0 3.98 2080.7 +3 +4 +5 +2 –1 +2 +1 oxidation states most common are bold Boron 1s²2s² 2p¹ Carbon 1s² 2s² 2p² +3 +2 +1 –1 –2 –3 –4 Nitrogen 1s²2s² 2p³ +4 +3 +2 +1 –1 –2 –3 +1 –1 –2 Oxygen 1s² 2s ² 2pª Fluorine [Ar] 3dª 4s² 1s²2s² 2p5 Neon 1s²2s² 2pª 26.982 577.5 1.61 28.085 786.5 1.90 30.974 1011.8 32.06 999.6 2.58 35.45 1251.2 3.16 39.948 1520.6 +3 +1 Aluminium [Ne] 3s²3p¹ Silicon [Ne] 3s ² 3p ² +4 +3 +2 +1 –1 –2 –3 –4 Phosphorus [Ne] 3s ² 3p ³ +5 +4 +3 +2 +1 –1 –2 –3 Sulfur [Ne] 3s ² 3pª +6 +5 +4 +3 +2 +1 –1 –2 Chlorine +7 +6 +5 +4 +3 +2 +1 –1 [Ne] 3s² 3p5 Argon [Ne] 3s²3pª 47.867 658.8 1.54 50.942 650.9 1.63 51.996 652.9 1.66 54.938 717.3 1.55 55.845 762.5 1.83 58.933 760.4 1.91 58.693 737.1 1.88 63.546 745.5 1.90 65.38 906.4 1.65 69.723 578.8 1.81 72.630 762.0 2.01 74.922 947.0 2.18 78.971 941.0 2.55 79.904 1139.9 2.96 83.798 1350.8 3.00 +4 +3 +2 +1 –1 Titanium [Ar] 3d²4s² 91.224 640.1 1.33 Vanadium [Ar] 3d³ 4s² 92.906 652.1 1.60 +5 +6 +4 +5 +3 +4 +2 +3 +1 +2 –1 +1 Chromium –1 –2 Manganese +7 +6 +5 +4 +3 +2 +1 +6 +5 +4 +3 +2 +5 +4 +3 +2 +1 +4 +3 +2 +1 –1 +4 +3 +2 +1 +2 +3 +2 +1 +4 +3 +2 +1 –4 +5 +3 +2 –3 +6 +4 +2 –2 Iron –1 Cobalt +1 –1 +7 +5 +4 +3 +1 –1 +2 –2 [Ar] 3d 4s¹ 95.95 684.3 2.16 5 [Ar] 3d 4s² (98) 702.0 1.90 5 … –3 [A r] 3dª 4s ² 101.07 –2 Nickel [Ar] 3d8 4s² 106.42 710.2 2.20 [Ar] 3dT 4s² 102.91 719.7 2.28 Copper [Ar] 3d¹ 4s¹ 107.87 731.0 1.93 Zinc [Ar] 3d¹ 4s² 112.41 867.8 1.69 Gallium [Ar] 3d¹4s² 4p¹ 114.82 558.3 1.78 Germanium [Ar] 3d¹ 4s² 4p² 118.71 708.6 1.96 Arsenic [Ar] 3d¹ 4s² 4p³ 121.76 834.0 2.05 Selenium [Ar] 3d¹4s² 4pª 127.60 869.3 2.10 Bromine [Ar] 3d¹ 4s²4p 126.90 1008.4 2.66 5 804.4 2.20 Krypton [Ar] 3d¹4s² 4pª 131.29 1170.4 2.60 +4 +3 +2 +1 +5 +4 +3 +2 –1 5 +6 +5 +4 +3 +2 +1 –1 –2 +7 +6 +5 +4 +3 +2 +1 +8 +7 +6 +5 +4 +3 +2 +6 +5 +4 +3 +2 +4 +2 +3 +2 +1 +2 +3 +2 +1 +4 +2 –4 +5 +3 –3 +6 +5 +4 +2 –2 +7 +5 +3 +1 –1 +8 +6 +4 +2 Zirconium [Kr] 4d²5s² 178.49 658.5 1.30 Niobium [Kr] 4dª 5s ¹ 180.95 761.0 1.50 Molybdenum Technetium 5 –1 Ruthenium +1 Rhodium +1 [Kr] 4d 5s¹ 183.84 770.0 2.36 [Kr] 4d 5s² 186.21 760.0 1.90 –3 [Kr] 4dT 5s¹ 190.23 840.0 2.20 +4 +3 +2 +5 +4 +3 +2 –1 Hafnium Tantalum [Xe] 4f¹ 5 d ² 6 s² [Xe] 4f¹ª 5d ³ 6 s² Tungsten [Xe] 4f¹ª 5 dª 6 s² +6 +5 +4 +3 +2 +1 –1 –2 +7 +6 +5 +4 +3 +2 Rhenium +1 –2 [Kr] 4d8 5s¹ 192.22 880.0 2.20 +8 +7 +6 +5 +4 Osmium Iridium –1 Palladium [Kr] 4d¹ 195.08 870.0 2.28 +6 +5 +4 +3 +2 +1 Silver [Kr] 4d¹ 5s¹ 196.97 890.1 2.54 Cadmium [Kr] 4d¹ 5s² 200.59 1007.1 2.00 Indium [Kr] 4d¹5s² 5p¹ 204.38 589.4 1.62 Tin [Kr] 4d¹ 5s² 5p² 207.2 715.6 2.33 Antimony [Kr] 4d¹ 5s²5p³ 208.98 703.0 2.02 Tellurium [Kr] 4d¹5s² 5pª (210) 812.1 2.00 Iodine [Kr] 4d¹ 5s² 5p (210) 890.0 2.20 5 Xenon [Kr] 4d¹5s² 5pª (220) 1037.0 +6 +5 +4 +2 +5 +3 +2 +1 –1 +4 +2 +1 +3 +1 +4 +2 –4 +5 +3 –3 +6 +4 +2 –2 +1 –1 +3 +2 –1 –3 [Xe] 4f¹ª 5 d 6 s² –3 [Xe] 4 f¹ª 5dª 6 s² –2 [Xe] 4 f¹ª 5d T 6 s² 5 –1 +1 Platinum [Xe] 4f¹ª 5 dª 6 s¹ Gold [Xe] 4f¹ª 5d ¹ 6 s¹ Mercury [Xe] 4f¹ª 5d ¹ 6 s² Thallium Lead Bismuth Polonium Astatine [Xe] 4f¹ª 5 d¹ 6s² 6 p ¹ [Xe] 4f¹ª 5d ¹ 6 s² 6 p ² [Xe] 4 f¹ª 5d ¹ 6 s² 6 p ³ [Xe] 4 f¹ª 5d ¹ 6 s² 6p ª [Xe] 4 f¹ª 5d ¹ 6 s² 6p Radon 5 [Xe] 4 f¹ª 5d ¹ 6s² 6 pª (261) 580.0 (262) (266) (264) (277) (268) (271) (272) (285) (284) (289) (288) (292) (294) (294) +4 +5 +6 +7 +8 Rutherfordium Dubnium [Rn] 5f¹ª 6d²7s² Seaborgium Bohrium Hassium Meitnerium Darmstadium Roentgenium Copernicium Nihonium Flerovium Moscovium Livermorium Tennessine Oganesson 140.12 534.4 1.12 140.91 144.24 (145) 527.0 1.13 533.1 1.14 540.0 150.36 544.5 1.17 151.96 547.1 157.25 158.93 593.4 1.20 565.8 +2 +2 +1 +4 +3 +1 162.50 164.93 573.0 1.22 581.0 1.23 +3 +2 167.25 589.3 1.24 168.93 596.7 1.25 173.05 603.4 174.97 523.5 1.27 +4 +3 +2 +4 +3 +2 +3 +2 +3 +3 +2 +3 +3 +3 +3 +3 +2 +3 +2 +3 Cerium [Xe] 4f¹ 5d¹ 6s² Praseodymium Neodymium [Xe] 4f³ 6s² [Xe] 4fª 6s² Promethium [Xe] 4f5 6s² (237) 604.5 1.36 Samarium [Xe] 4fª 6s² Europium [Xe] 4fT 6s² Gadolinium [Xe] 4fT 5d¹ 6s ² Terbium [Xe] 4fª 6s ² Dysprosium [Xe] 4f¹ 6s² Holmium [Xe] 4f¹¹ 6s² Erbium [Xe] 4f¹² 6s² Thulium [Xe] 4f¹³ 6s² Ytterbium [Xe] 4f¹ª 6s² Lutetium [Xe] 4f¹ª 5d¹ 6s² 232.04 587.0 1.30 231.04 568.0 1.50 238.03 597.6 1.38 (244) 584.7 1.28 (243) 578.0 1.30 (247) 581.0 1.30 (247) 601.0 1.30 (251) 608.0 1.30 (252) 619.0 1.30 (257) 627.0 1.30 (258) 635.0 1.30 (259) 642.0 1.30 (262) 470.0 +4 +5 +6 +7 +7 +3 +4 +5 +6 +6 +2 +3 +4 +5 +5 +3 +4 +4 +3 +3 +6 +5 +4 +3 +2 +4 +3 +4 +3 +4 +3 +1 +3 +2 +3 +2 +3 +2 +3 +2 +3 Thorium [Rn] 6d² 7s² Protactinium Uranium [Rn] 5f² 6d¹ 7s² [Rn] 5f³ 6d¹ 7s² Neptunium Plutonium [Rn] 5fª 6d¹ 7s² [Rn] 5fª 7s ² Americium [Rn] 5fT 7s ² Curium [Rn] 5fT 6d¹ 7s² Berkelium [Rn] 5fª 7s ² Californium [Rn] 5f¹ 7s² Einsteinium Fermium Mendelevium Nobelium [Rn] 5f¹¹ 6s² [Rn] 5f¹² 7s² [Rn] 5f¹³ 7s² [Rn] 5f¹ª 7s² Lawrencium [Rn] 5f¹ª 7s² 7p¹
85 Nomor massa (A) = Jumlah proton (p) + Jumlah neutron (n) Jumlah neutron (n) = A - Z Tabel 3. Nomor atom dari beberapa unsur Unsur Lambang Unsur Jumlah proton Nomor atom Hidrogen H 1 Z = 1 Helium He 2 Z = 2 Litium Li 3 Z = 3 Berilium Be 4 Z = 4 Boron B 5 Z = 5 Karbon C 6 Z = 6 Nitrogen N 7 Z = 7 Oksigen O 8 Z = 8 (2) NOMOR MASSA (A) Telah disebutkan bahwa proton dan neutron mempunyai massa yang sama, yaitu masing-masing sekitar 1 sma (massa proton = 1,0073 sma ; massa neutron = 1,0087 sma),sedangkan massa sebuah elektron sangat kecil, yaitu 5,4 x 10-4 sma. Oleh karena itu, massa sebuah atom praktis hanya ditentukan oleh massa proton dan massa neurton, sedangkan massa elektron dapat diabaikan. Jumlah proton dengan neutron dalam suatu atom disebut nomor massa. (3) NOTASI SUSUNAN ATOM Jumlah proton, elektron, dan neutron dalam suatu atom ditunjukkan dengan lambang (notasi) sebagai berikut. X = Lambang atom (= lambang unsur) Z = Nomor atom = Jumlah proton (p) = Jumlah elektron (e) A = Nomor massa = Jumlah proton (p) + Jumlah neutron (n) Oleh karena A = p + n, sedangkan p = Z, maka A = Z + n atau n = A – Z. Jadi, jumlah neutron dalam suatu atom sama dengan selisih nomor massa dengan nomor atom.
86 = ∑( . ) Tabel 4. Contoh Penulisan Notasi Unsur Unsur Lambang Unsur Nomor Atom (Z) Jumlah Proton (p) Jumlah Neutron (n) Nomor massa A = p + n Notasi Hidrogen H 1 1 0 1 + 0 = 1 1 1 Karbon C 6 6 6 6 + 6 = 12 12 6 Besi Fe 26 26 30 26 + 30 = 56 56 26 Emas Au 79 79 118 79 + 118 = 197 197 79 C) PERTEMUAN KE-9 1) MASSA MOLEKUL REALTIF (Mr) Jika atom-atom brgabung membentuk zat kimia (molekul unsur, senyawa molekul, senyawa ion), maka massa zat kimia tersebut merupakan jumlah massa atom-atom tersebut. Oleh karena rumus kimia zat (rumus molekul dan rumus empiris) menyatakan jenis dan jumlah atom-atom penyusun zat tersebut, maka massa zat dapat dihitung dari rumus kimianya sebagai berikut. Perhatikan, meski definisi massa molekul relatif dan massa rumus relatif berbeda, keduanya diberi lambang yang sama, yakni . Massa molekul relatif (), yakni jumlah massa atom relatif () dari atom-atom dalam rumus molekul. Massa rumus relatif (), yakni jumlah massa atom relatif () dari atom-atom dalam rumus empirisnya. Nilai dapat dihitung sebagai jumlah massa atom relatif () dari semua atom-atom dalam rumus kimianya. Keterangan : AI unsur = angka indeks unsur dalam rumus kimia unsur = massa atom relatif unsur Untuk jelasnya, simak contoh berikut. 1. Air adalah senyawa molekul dengan rumus kimia H2O. Diketahui atom H = 1,00794 g dan atom O = 15,9994 g maka : 2 = ( . ) + ( . ) 2 = {(2 . 1,00794) + (1 . 15,9994)} 2 = ,
87 2. Garam dapur adalah senyawa ion dengan rumus kimia NaCl. Diketahui atom Na = 22,89768 g dan atom Cl = 35,4527 maka : = ( . ) + ( . ) = {(1 . 22,89768) + (1 . 35,4527)} = , Untuk perhitungan kimia, angka desimal pada dan biasanya disederhanakan. Pada contoh diatas, H = 1 g, O = 16 g, Na = 23 g, Cl = 35,5 g serta H2O = 18 g, = 58,5 g 2) MASSA MOLAR (mm) Satu lusin jeruk dan satu lusin semangka mempunyai jumlah satuan yang sama, yaitu 12. Namun demikian, kita semua tau bahwa massa satu lusin jeruk berbeda dengan massa satu lusin semangka. Massa satu lusin semangka tentu lebih besar daripada massa satu lusin jeruk. Jika massa rata-rata satu semangka sama dengan massa rata-rata 10 jeruk, maka massa 1 lusin semangka akan sama dengan massa 10 lusin jeruk. Demikian juga halnya dengan atom atau molekul, meski jumlah molnya sama, massanya tentu berbeda, bergantung pada jenisnya. Berapakah massa 1 mol zat ? Untuk memahami penentuan massa satu mol zat, perlu Anda perhatikan Kembali dua konsep berikut. 1. Standar mol adalah 12 gram C-12 Artinya, massa 1 mol C-12 = 12 gram. 2. Massa atom relatif () atau massa molekul relatif () merupakan perbandingan massa antara partikel zat itu dengan atom C-12. CONTOH 1 : Massa atom relatif () besi = 56 g, berarti : massa 1 atom Fe 56 massa 1 atom C − 12 = 12 Oleh karena itu, massa 1 mol C-12 = 12 gram, maka : 56 massa 1 mol Fe = 12 . 12 gram massa 1 mol Fe = 56 gram CONTOH 2 : Massa molekul relatif () air = 18 g, berarti : massa 1 molekul air 18 massa 1 atom C − 12 = 12 Oleh karena itu, massa 1 mol C-12 = 12 gram, maka :
88 = . 18 massa 1 mol air = 12 . 12 gram massa 1 mol air = 18 gram Berdasarkan kedua contoh diatas, dapat kita simpulkan bahwa massa 1 mol suatu zatsama dengan atau nya dalam satuan gram. Dengan perkataan lain, atau zat menyatakan massa (gram) dari 1 mol zat itu. Massa 1 mol zat selanjutnya disebut massa molar, dinyatakan dengan lambang dan satuannya adalah 3) HUBUNGAN MASSA MOLAR (mm) TERHADAP JUMLAH ZAT Hubungan jumlah zat (n) dengan massa zat (m) dapat ditulis sebagai berikut. Dimana m = massa zat (g) n = jumlah zat (mol) = massa molar ( ) CONTOH SOAL 1. Hitunglah massa dari 2 mol Ca(OH)2. Diketahui Pembahasan Ca(OH)2 = 74 Ca(OH)2 = () 2 . Ca(OH)2 74 Ca(OH)2 = 2 . Ca(OH)2 = Jadi, massa dari 2 mol Ca(OH)2 yaitu sebanyak 148 gram. 2. Berapa jumlah molekul oksigen (O2) terdapat dalam 32 gram oksigen ? Diketahui O2 Pembahasan = 32 2 = 2 2 Untuk unsur yang partikelnya berupa atom : = Untuk zat lainnya : =
89 32 2 = 32 2 = 1 Jadi, jumlah molekul oksigen dalam 32 gram oksigen sebanyak 1 mol. 3. Berapa jumlah atom besi (Fe) yang terdapat dalam 28 gram besi ? Diketahui Pembahasan Fe = 56 Menentukan jumlah atom Fe Fe Fe = Fe 28 Fe = 56 Fe = 0,5 Menentukan jumlah atom Fe Fe = Fe . Fe = 0,5 . 6,02 1023 Fe = 3,01 1023 Jadi, jumlah atom besi dalam 28 gram besi sebanyak 3,01 x 1023 atom. 4. Berapa massa dari 3,01 x 1022 molekul oksigen ? Diketahui O2 Pembahasan = 32 Menentukan jumlah molekul oksigen O2 = O2 3,01 1022 O2 = 6,02 1023 O2 = 0,05 Menentukan massa molekul oksigen O2 = O2 . O2 32 O2 = 0,05 . O2 = 1,6
90 Jadi, massa molekul oksigen yang terdapat dalam 3,01 x 1022 molekul oksigen yaitu sebanyak 1,6 gram. 4) HUKUM PERBANDINGAN TETAP Pada akhir abad 18, Lavoisier dan para ilmuwan lainnya mengamati bahwa banyak zat tersusun dari dua atau lebih unsur yang berbeda jenis. Zat yang kemudian dikenal sebagai senyawa ini memiliki unsur-unsur dengan perbandingan yang tetap, terlepas darimana senyawa tersebut berasal, apakah dibuat atau terdapat di alam. Pada tahun 1799, Joseph Louis Proust (1754 – 1826) berupaya membuktikan keberlakuan fenomena ini secara umum. Salah satu eksperimen yang dilakukannya adalah mereaksikan unsur hidrogen dan unsur oksigen. Proust menemukan bahwa unsur hidrogen dan unsur Gambar 6. Joseph Louis Proust (1754 – 1826) Sumber : https://media.sciencephoto.com/image/ c0208128/800wm/C0208128- Joseph_Louis_Proust.jpg oksigen selalu bereaksi membentuk senyawa air dengan perbandingan massa yang tetap, yakni 1 : 8. massa hidrogen : massa oksigen = 1 : 8 Tabel 5. Hasil Eksperimen Proust Massa unsur hidrogen yang direaksikan Massa unsur oksigen yang direaksikan Massa senyawa air yang terbentuk Sisa unsur hidrogen atau oksigen 1 g 8 g 9 g 0 2 g 8 g 9 g 1 g hidrogen 1 g 9 g 9 g 1 g oksigen 2 g 16 g 18 g 0 Proust menemukan bahwa senyawa selalu mengandung unsur-unsur dengan perbandingan tetap dan tertentu. Ia merumuskan hukum yang dikenal sebagai Hukum Perbandingan Tetap yang berbunyi : “Perbandingan massa unsur-unsur dalam suatu senyawa adalah tertentu dan tetap”. CONTOH SOAL 1. Pada elektrolisis, sebanyak 18 gram air terurai menjadi 2 gram hidrogen dan 16 gram oksigen.
91 a. Hitung massa hidrogen dan oksigen yang dapat diperoleh dari elektrolisis 50 gram air. Pembahasan Perbandingan massa unsur hidrogen dan oksigen dalam air = 2 g : 16 g = 1 : 8 Elektrolisis 50 gram air akan menghasilkan : 1 massa hidrogen = 9 . 50 gram 8 massa oksigen = 9 . 50 gram massa hidrogen = 5,5556 gram massa oksigen = 44,4444 gram b. Berapa massa air yang harus dielektrolisis untuk mendapatkan 100 gram oksigen? Pembahasan 9 = 8 . 100 = 112,5 2. Tabel berikut menunjukkan data hasil percobaan reaksi hidrogen dengan oksigen membentuk air. Tabel 6. Beberapa Data Reaksi Hidrogen dengan Oksigen Membentuk Air No. Massa hidrogen yang direaksikan Massa oksigen yang direaksikan Massa air yang terbentuk Massa peraksi yang tersisa 1 1 g 8 g 9 g 0 2 2 g 16 g 18 g 0 3 1 g 9 g 9 g 1 g oksigen 4 2 g 8 g 9 g 1 g oksigen 5 5 g 24 g 27 g 2 g hidrogen 6 10 g 10 g 11,25 g 8,75 g hidrogen Berdasarkan data tersebut, tentukanlah perbandingan massa hidrogen dengan oksigen dalam air. Pembahasan Marilah kita periksa perbandingan massa hidrogen dengan oksigen dalam senyawa yang terbentuk, yaitu air. Percobaan 1 massa hidrogen 1 massa oksigen = 8 Percobaan 5 massa hidrogen massa oksigen = 5 − 2 24 Percobaan 2 massa hidrogen 2 massa hidrogen 3 massa oksigen = 24 massa oksigen = 16 massa hidrogen 1 = massa hidrogen 1 massa oksigen 8 massa oksigen = 8
92 Percobaan 3 massa hidrogen 1 Percobaan 6 massa hidrogen 10 − 8,75 = massa oksigen = 9 − 1 massa oksigen 10 massa hidrogen 1 massa hidrogen 1,25 = massa oksigen = 8 massa oksigen 10 massa hidrogen 1 Percobaan 4 massa hidrogen massa oksigen = massa hidrogen 2 − 1 8 1 = massa oksigen 8 massa oksigen = 8 D) PERTEMUAN KE-10 1) HUKUM KELIPATAN BERGANDA Dalam upaya merumuskan teori atomnya menggunakan Hukum Kekekalan Massa dan Hukum Perbandingan Tetap, John Dalton (1766 – 1844) menemukan suatu hukum yang merupakan pengembangan dari Hukum Perbandingan Tetap Proust. Menurut Hukum Proust, suatu senyawa tersusun dari unsur-unsur dengan perbandingan tertentu dan tetap. Namun, para ilmuwan menemukan unsur-unsur yang dapat bergabung membentuk lebih dari satu jenis senyawa. Dalton mengamati adanya keteraturan terkait dengan perbandingan unsur dalam senyawa-senyawa tersebut. Untuk memahami hal ini, simak percobaan reaksi antara unsur nitrogen dan unsur oksigen yang menghasilkan dua jenis senyawa, Gambar 7. John Dalton (1766 – 1844) Sumber : https://media.sciencephoto.com/imag e/c0334234/800wm/C0334234- John_Dalton,_English_Chemist.jpg yaitu senyawa oksida nitrogen I dan senyawa oksida nitrogen II. Pada percobaan pertama, sebanyak 0,875 gram nitrogen direaksikan dengan 1,00 gram oksigen. Reaksi ini menghasilkan senyawa nitrogen oksida I. selanjutnya pada percobaan kedua, massa nitrogen diubah menjadi 1,75 gram sementara massa oksigen tetap. Reaksi ini menghasilkan senyawa berbeda, yaitu nitrogen oksida II. Tabel 7. Hasil Percobaan untuk Merumuskan Hukum Dalton Jenis Senyawa Massa nitrogen yang direaksikan Massa oksigen yang direaksikan Massa senyawa yang terbentuk Nitrogen oksida I 0,875 g 1,00 g 1,875 g
93 Nitrogen oksida I 1,75 g 1,00 g 2,75 g Dengan massa oksigen yang sama, ternyata perbandingan massa nitrogen dalam kedua senyawa merupakan bilangan bulat sederhana. massa nitrogen dalam senyawa nitrogen oksida I = massa nitrogen dalam senyawa nitrogen oksida II 0,875 g 1 = 1,75 g 2 Berdasarkan pengamatannya terhadap data, Dalton merumuskan Hukum Kelipatan Perbandingan (Hukum Dalton) yang berbunyi : “Jika massa dari salah satu unsur dalam kedua senyawa itu sama, maka perbandingan massa unsur yang satu lagi dalam kedua senyawa itu merupakan bilangan bulat dan sederhana”. CONTOH SOAL 1. Belerang (S) dan Oksigen (O) membentuk dua jenis senyawa. Kadar belerang dalam senyawa I dan II berturut-turut adalah 50% dan 40%. Apakah hukum Dalton berlaku untuk senyawa tersebut ? Pembahasan Senyawa I terdiri atas 50% belerang, berarti massa oksigen adalah 50% Senyawa II terdiri dari 40% belerang, berarti massa oksigen adalah 60% massa S : massa O dalam senyawa I = 50 : 50 = 1 : 1 massa S : massa O dalam senyawa II = 40 : 60 = 2 : 3 = 1 : 1,5 Jika massa S dalam senyawa I = senyawa II, misalnya sama-sama 1 gram, maka massa O dalam senyawa I : senyawa II = 1 : 1,5. Perbandingan tersebut merupakan bilangan bulat dan sederhana, sehingga kedua senyawa itu memenuhi hukum Dalton. 2. Seorang ahli kimia mereaksikan unsur karbon dan unsur oksigen. Massa karbon yang direaksikan tetap, sedangkan massa oksigen bervariasi. Pada akhir reaksi, ia memperoleh dua jenis senyawa yang berbeda. Komposisi karbon dan oksigen dalam senyawa pertama adalah 42,9% karbon dan 57,1% oksigen. Sedangkan komposisi pada senyawa kedua adalah 27,3% karbon dan 72,7% oksigen. Tunjukkanlah bahwa perbandingan massa unsur oksigen dalam kedua senyawa ini sesuai dengan Hukum Kelipatan Perbandingan. Pembahasan Misalkan terdapat 100 gram senyawa I dan 100 gram senyawa II. Massa senyawa Massa karbon Massa oksigen Massa karbon : Massa oksigen Senyawa I 100 g 42,9 g 57,1 g 42,9 1 57,1 = 1,33
94 Senyawa II 100 g 27,3 g 72,7 g 27,3 1 72,7 = 2,66 Perbandingan massa oksigen dalam kedua senyawa untuk setiap 1 gram karbon Perbandingan oksigen dalam senyawa I = Perbandingan oksigen dalam senyawa II 1,33 g = 2,66 g 1 = 2 Perbandingan massa oksigen dalam kedua senyawa merupakan bilangan bulat dan sederhana, sesuai dengan Hukum Kelipatan Perbandingan. 2) HUKUM PERBANDINGAN VOLUME Gambar 8. Joseph Louis Gay-Lussac (1778 – 1850) Sumber : https://www.researchgate.net/profile/FrankStahnisch/publication/236197941/figure/fig5/AS:5644 77164175360@1511593251064/Joseph-Louis-GayLussac-1778-1850.png Joseph Louis Gay-Lussac (1778 – 1850) adalah seorang ilmuwan Prancis yang melakukan studi tentang gas dengan pengukuran kuantitatif secara akurat. Sewaktu ia mempelajari komposisi oksigen di udara, ia tertarik dengan reaksi kimia antara gas hidrogen dan gas oksigen membentuk uap air. Ia menemukan bahwa jika diukur pada P dan T yang tetap, untuk setiap 2 volume gas hidrogen dan 1 volume gas oksigen, akan diperoleh 2 volume uap air. Gas hidrogen + Gas oksigen → Uap air 2 volume : 1 volume : 2 volume Perbandingan volume gas-gas yang terlibat dalam reaksi ternyata merupakan bulangan bulat dan sederhana. Gay-Lussac kemudian menguji keberlakuan dari hasil pengamatan tersebut dengan melakukan berbagai eksperimen lainnya, seperti mereaksikan gas belerang dan gas oksigen membentuk oksida belerang. Ia juga menggunakan data hasil eksperimen reaksi-reaksi gas dari ilmuwan lainnya, seperti eksperimen Sir Humphry
95 Davy dan C. L. Bertholett, dan mendapati bahwa perbandingan volume gas-gas dalam reaksi tersebut juga merupakan bilangan bulat sederhana. Eksperimen Davy Eksperimen melibatkan reaksi antara gas nitrogen dan gas oksigen membentuk 3 senyawa oksida nitrogen berbeda (sekarang dikenal sebagai N2O, NO, dan NO2). GayLussac mengubah data perbandingan massa gas nitrogen dan gas oksigen yang bereaksi, menjadi perbandingan volume menggunakan data kerapatan gas terkait. Gas nitrogen 2 volume + : Gas oksigen → 1 volume Gas oksida nitrogen I (N2O) Gas nitrogen + Gas oksigen → Gas oksida nitrogen II (NO) 1 volume : 1 volume Gas nitrogen 1 volume + : Gas oksigen → 2 volume Gas oksida nitrogen III (NO2) Eksperimen Bertholett Eksperimen melibatkan reaksi dekomposisi gas ammonia menjadi gas nitrogen dan gas hidrogen. Gas amonia → Gas nitrogen + Gas hidrogen 1 volume : 3 volume Berdasarkan hasil pengamatannya yang telah teruji keberlakuannya secara umum, di tahun 1808 Gay-Lussac merumuskan Hukum Perbandingan Volume (Hukum GayLussac) untuk reaksi-reaksi yang melibatkan gas-gas, berbunyi : “Pada suhu dan tekanan yang sama, volume gas-gas yang bereaksi dan volume gas-gas hasil reaksi berbanding sebagai bilangan bulat dan sederhana”. CONTOH SOAL Sebanyak 100 bagian volume gas X terurai menjadi 50 bagian volume gas Y dan 75 volume gas Z. a. Hitung perbandingan volume dari gas-gas yang terlibat dalam reaksi tersebut. Pembahasan Perbandingan volume Gas X → Gas Y + Gas Z 100 volume : 50 volume : 75 volume 4 volume : 2 volume : 3 volume b. Untuk setiap 2 L gas X, berapa banyak gas Y dan Z yang dapat dihasilkan ?
96 = . = . Pembahasan Diketahui perbandingan volume : Gas X : Gas Y : Gas Z 4 : 2 : 3 Untuk setiap 2 L gas X dihasilkan : 2 Volume gas Y = 4 . 2 L = 1 L 3 Volume gas Z = 4 . 2 L = 1,5 L 3) HIPOTESIS AVOGADRO Mengapa perbandingan volume gas-gas dalam suatu reaksi merupakan bilangan sederhana ? Banyak ahli, termasuk Dalton dan Gay-Lussac, gagal menjelaskan hukum perbandingan volume yang ditemukan oleh Gay-Lussac. Penyebab kegagalan mereka adalah anggapan bahwa partikel unsur selalu berupa atom. Barulah pada tahun 1811, Amedeo Avogadro (1776 – 1857) dari Italia, mengemukakan bahwa partikel unsur tidak harus berupa atom yang berdiri sendiri, tetapi dapat juga berupa gabungan dari beberapa atom yang disebut molekul unsur. Avogadro dapat menjelaskan hukum perbandingan volume dengan mengajukan hipotesis sebagai berikut : Pada suhu dan tekanan yang sama, semua gas bervolume sama mengandung jumlah molekul yang Gambar 9. Amedeo Avogadro (1776 – 1857) Sumber : https://cdn.britannica.com/10/194610- 050-785C0275/Amedeo-Avogadro.jpg sama pula. Jadi, perbandingan volume gasgas itu juga merupakan perbandingan jumlah molekul yang terlibat dalam reaksi. Dengan kata lain, perbandingan volume gas-gas yang bereaksi sama dengan koefisien reaksinya. Kesimpulan tersebut digunakan untuk menyelesaikan soal-soal reaksi kimia yang diketahui volume gas atau jumlah partikelnya.
RICHARDUS NGABUT, S.Pd., Gr. 97 CONTOH SOAL 1. Pada suhu dan tekanan tertentu, 5 L gas H2 dibakar dengan gas O2 sehingga menghasilkan uap air. Jawablah pertanyaan berikut ini dengan singkat dan jelas berdasarkan data yang diberikan ! a. Tuliskan persamaan reaksinya. b. Berapa volume gas O2 yang diperlukan ? c. Berapa volume uap air yang dihasilkan ? Jawaban a. Persamaan reaksi : 2 H2 (g) + O2 (g) ⟶ 2 H2O (g) b. Volume gas O2 yang diperlukan. VO2 = Koefisien O2 Koefisien H2 1 . Volume H2 VO2 = 2 . 5 L = , c. Volume gas O2 yang diperlukan. VH2O = Koefisien H2O Koefisien H2 2 . Volume H2 VH2O = 2 . 5 L = 2. Untuk menghasilkan 16 molekul NH3, berapa molekul N2 dan H2 yang diperlukan ? Pembahasan Persamaan reaksi : N2 + 3 H2 ⟶ 2 NH3 Menentukan jumlah molekul Jumlah molekul N2 Koefisien N2 = Koefisien NH 1 . Jumlah molekul NH3 Jumlah molekul N2 = 2 . 16 molekul Jumlah molekul N2 = 8 molekul Menentukan jumlah molekul Jumlah molekul H2 Koefisien H2 = Koefisien NH 3 . Jumlah molekul NH3 Jumlah molekul H2 = 2 . 16 molekul Jumlah molekul H2 = 24 molekul 3 3
98 F. GLOSARIUM Calx : Residu atau abu yang tertinggal setelah pembakaran. Flogiston : Terbakar Massa molar : Massa dari satu mol sebuah unsur atau senyawa kimia. Mol : Satuan pengukuran dalam Sistem Satuan Internasional untuk jumlah zat. Oksida : Senyawa kimia yang sedikitnya mengandung sebuah atom oksigen serta sedikitnya sebuah unsur lain. Residu : Segala sesuatu yang tertinggal, tersisa atau berperan sebagai kontaminan dalam suatu proses kimia tertentu. atau biasanya disebut dengan pengotor. Stoikiometrik : Ilmu kimia yang mempelajari tentang kuantitas suatu zat, meliputi massa, jumlah mol, volume, dan jumlah partikel. G. DAFTAR PUSTAKA Puspaningsih, R. Ayuk. Tjahjadarmawan, Elizabeth. Krisdianti, R. Niken. (2021). Ilmu Pengetahuan Alam SMA Kelas X. Jakarta : Pusat Kurikulum dan Perbukuan Badan Penelitian dan Pengembangan dan Perbukuan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Johari. Rachmawati, M. (2007). Kimia 1 SMA dan MA untuk Kelas X. Jakarta : Esis Purba, Michael. (2007). Kimia untuk SMA Kelas X Semester 1. Jakarta : Erlangga Wismono, Jaka. (2004). KIMIA dan Kecakapan Hidup untuk Kelas 1 SMA (Tengah Tahun Pertama). Jakarta : Ganeca Exact Budi, Yekob. (2018). Dasar Teori Reaksi Pembakaran. [Online]. Diakses: http://repository.untagsby.ac.id/379/6/BAB%202.pdf [25 September 2021] Tingle, Mike. (2014). The Logic of Phlogiston. [Online]. Diakses : https://edu.rsc.org/feature/thelogic-of-phlogiston/2000126.article [02 Oktober 2021]
99 HUKUM DASAR KIMIA UNTUK MENYELESAIKAN KASUS DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI 1. INFORMASI UMUM A. IDENTITAS MODUL Nama Guru : Sri Pamiluyati,S.Pd. Jenjang Sekolah : SMA Satuan Pendidikan : SMA Negeri 1 Sokaraja Tahun Ajaran : 2022/2023 Kelas : 10 Alokasi Waktu : 4 x 45 Menit Pertemuan ke : 11 dan 12 B. KOMPETENSI AWAL Kompetensi yang harus dimiliki sebelum mempelajari pokok bahasan ini yaitu peserta didik telah memahami keempat Konsep Hukum Dasar Kimia dan perhitungannya. C. PPP Profil Pelajar Pancasila yang diharapkan dapat tercapai yaitu : Kreatif, Bergotong royong (Kerja sama), Mandiri, dan Bernalar Kritis. D. SARANA PRASARANA ➢ HP / Komputer / Laptop ➢ Jaringan internet, Buku Paket Peserta Didik, Alat Tulis dan Bahan Ajar E. TARGET PESERTA DIDIK Peserta didik yang menjadi target yaitu : ➢ Peserta didik regular / tipikal : umum, tidak ada kesulitan dalam mencerna dan memahami materi ajar. ➢ Peserta didik dengan kesulitan belajar : memiliki gaya belajar terbatas hanya satu gaya. ➢ Peserta didik dengan pencapaian tinggi : mencerna dan memahami dengan cepat, mampu mencapai keterampilan berfikir tingkat tinggi (HOTS), dan memilki kemampuan memimpin. F. MODEL PEMBELAJARAN Model pembelajaran yang digunakan Problem Based Learning untuk moda Pembelajaran Jarak Jauh (blended learning).
100 2. KOMPONEN INTI A. TUJUAN PEMBELAJARAN Peserta didik mampu menerapkan hukum dasar kimia untuk menyelesaikan kasus dalam kehidupan sehari-hari melalui artikel lahan rawa pasang surut. B. PEMAHAMAN BERMAKNA Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta didik mengetahui kasus dalam kehidupan sehari-hari yang dapat diselesaikan dengan menerapkan Hukum Dasar Kimia. C. PERTANYAAN PEMANTIK Bagaimana cara menyelesaikan kasus dalam kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan hukum dasar kimia ? D. KEGIATAN PEMBEJARAN KEGIATAN PENDAHULUAN (10 Menit) Daring via e-Learning 1. Guru memberi salam dan menyapa peserta didik melalui e-Learning 2. Peserta didik dan guru berdoa untuk memulai pelajaran 3. Guru mengecek kehadiran peserta didik melalui e-Learning 4. Guru melakukan Apersepsi : masih ingatkah kalian mengenai 4 hukum dasar kimia ? pada hari ini kita akan membahas kasus dalam kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan hukum dasar kimia. 5. Membagi peserta didik ke dalam 6 kelompok disertai LKPD dan Bahan Ajar. KEGIATAN INTI (70 Menit) Sintak Model Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran Mengorientasi Peserta Didik pada Masalah 2 MENIT Peserta didik memusatkan perhatian pada gambar tanah rawa disulap menjadi hamparan padi yang terdapat pada LKPD. (Mengamati) Mengorganisasikan Kegiatan Pembelajaran 3 MENIT Setelah memperhatikan gambar, Guru memberikan pertanyaan kepada Peserta Didik sebagai berikut (Menanya) : 1. Mengapa tanah rawa yang bersifat asam pada akhirnya bisa ditanami padi ? 2. Adakah reaksi kimia yang terjadi ? Reaksi kimia apakah itu ? 3. Berapa banyak kapur dolomit yang harus ditambahkan ? Bagaimana cara menghitungnya ? Membimbing penyelidikan mandiri dan 15 MENIT (Mengumpulkan Informasi) :
101 kelompok 1. Peserta didik mencari dan membaca dari buku cetak dan internet mengenai hukum dasar kimia untuk menyelesaikan kasus dalam kehidupan sehari-hari. 2. Peserta didik mengajukan pertanyaan yang berkaitan dengan materi yang telah dibaca. 3. Peserta didik mencatat semua informasi mengenai hukum dasar kimia untuk menyelesaikan kasus dalam kehidupan sehari-hari yang telah diperoleh. 4. Peserta didik memperhatikan dan mengamati penjelasan yang diberikan Guru terkait dengan perhitungan pH pada kasus lahan rawa yang diubah menjadi hamparan padi. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya 40 MENIT Peserta didik dalam kelompoknya berdiskusi mengolah data hasil pengamatan dengan cara (Menalar) : 1. Berdiskusi mengenai kebutuhan dolomit yang diperlukan untuk menaikkan pH lahan rawa sehingga dapat ditanami padi melalui proyek yang terdapat pada buku ajar dan LKPD. 2. Mengolah informasi mengenai perhitungan pH yang sudah dikumpulkan dari hasil diskusi dengan bantuan pertanyaan - pertanyaan pada lembar kerja. 3. Peserta didik mengerjakan beberapa soal mengenai materi hukum dasar kimia untuk menyelesaikan kasus dalam kehidupan sehari-hari (Terlampir pada LKPD). 4. Peserta didik mempresentasikan hasil diskusi yang telah dilakukan. 5. Peserta didik dari kelompok lain beserta Guru memberikan tanggapan dan menganalisis hasil presentasi meliputi tanya jawab untuk mengkonfirmasi, memberikan tambahan informasi, melengkapi informasi ataupun tanggapan lainnya. Guru melakukan penilaian proses berdasarkan diskusi dan presentasi kelompok. Menganalisis dan Mengevaluasi Proses Pemecahan Masalah 10 MENIT (Mengkomunikasikan) 1. Peserta didik menganalisis kembali setiap hasil diskusi yang telah dipresentasikan sehingga menemukan hal-hal yang perlu ditanyakan bahkan dievaluasi kembali. 2. Peserta didik mengkomunikasikan kembali hasil diskusi berdasarkan pertanyaan yang telah disampaikan sehingga dapat mencapai kesimpulan akhir. KEGIATAN PENUTUP (10 Menit) 1. Guru dan peserta didik merangkum bersama pembelajaran yang telah dilaksanakan 2. Guru mengingatkan tentang materi untuk pertemuan berikutnya tentang Pengertian dan Pentingnya Nanoteknologi 3. Guru dan peserta didik mengucapkan salam dan berdoa penutup
102 SIKAP • Mandiri • Kreatif • Kerja sama • Bernalar Kritis HOTS • Analisis • Evaluasi Literasi E. ASESMEN Bentuk asesmen : Sikap (Profil Pelajar Pancasila) berupa : observasi, penilaian diri, dan penilaian teman sebaya. Performa berupa : Presentasi dan unjuk kerja Tertulis (tes objektif : Essay dan Pilihan Ganda) F. PENGAYAAN DAN REMEDIAL Soal Pengayaan untuk peserta didik yang telah mencapai tujuan pembelajaran. Soal Remedial untuk peserta didik yang belum mencapai tujuan pembelajaran. 3. LAMPIRAN A. LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK Proyek A) MENGORIENTASI PESERTA DIDIK PADA MASALAH Amatilah gambar berikut. Gambar 1. Tanah Rawa Disulap Menjadi Hamparan Padi (Sumber : http://balittra.litbang.pertanian.go.id/images/berita2019/Geliat-Bangkit-Rawa-11-Okt-2019-- Final_R1--1.jpeg )
103 PERTANYAAN 1. Mengapa tanah rawa yang bersifat asam pada akhirnya bisa ditanami padi ? 2. Adakah reaksi kimia yang terjadi ? Reaksi kimia apakah itu ? 3. Berapa banyak kapur dolomit yang harus ditambahkan ? Bagaimana cara menghitungnya ? JAWABAN PERTANYAAN 1. 2. 3. B) MENGORGANISASIKAN KEGIATAN PEMBELAJARAN Berdasarkan gambar dan wacana mengenai ledakan pabrik kimia, jawablah beberapa pertanyaan yang akan dibahas bersama pada kolom di bawah ini. C) MEMBIMBING PENYELIDIKAN MANDIRI DAN KELOMPOK Tuliskan jawaban pertanyaan yang telah dibuat pada kolom di bawah ini. D) MENGEMBANGKAN DAN MENYAJIKAN HASIL KARYA Air rawa bersifat asam. Sifat asam disebabkan oleh molekul asam yaitu asam humat (HA). Salah satu gugus aktif dalam asam humat adalah asam karboksilat. Asam humat memiliki struktur molekul kompleks dengan massa molekul relatif tinggi yaitu 17.000. Dalam air rawa asam humat melepaskan ion hidrogennya sehingga ketika diukur pH-nya adalah 2. Untuk menetralkan asam humat dalam air rawa maka perlu ditambahkan kapur sebab kapur bersifat basa. Diharapkan bahwa setelah penambahan kapur maka pH air rawa menjadi 6. Senyawa CaCO3 adalah kapur yang bereaksi dengan asam humat menurut persamaan reaksi kimia sebagai berikut. Persamaan reaksi ini belum setara. CaCO3 (s) + HA (aq) ⟶ CaA2(aq) + H2O (l) + CO2 (g)
104 Hitunglah konsentrasi ion hidrogen pada pH = 2 pH = − log [H+] [H+] = 10−pH pH = 2 [H+] =............ M Hitunglah volume air rawa 100 ha = (100 . 100) m2 = 10000 m2 Volume = luas . kedalaman = ................m2 . 1 m =...............m3 . 1000 L m3 = ................L Tulislah persamaan reaksi kimia setara antara ion karbonat (CO2− 3 ) dengan ion hidrogen (H+) menghasilkan air dan gas karbondioksida (CO2). … . H+ (aq) + … . CO2− (aq) ⟶ … .H2O (l) + … . CO2 (g) 3 Ingatlah bahwa koefisien reaksi kimia haruslah sudah disetarakan untuk menghitung : a) Berapa jumlah (n) CaCO ? Jika diketahui Ca = 40 g ; C = 12 g 3 ; mol mol O = 16 g mol b) Berapa ton kapur dalam bentuk senyawa CaCO3 ? Analisislah Kasus Soal Berikut. Jika pH tanah pada lahan rawa pasang surut diketahui sebesar 2 maka untuk menetralkan kondisi asam pada tanah rawa berair berapa kebutuhan kapur untuk lahan seluas 1 hektar dengan kedalaman 1 meter? Untuk menjawab pertanyaan ini hitunglah tiap tahapan berikut : Selesaikan penyetaraan persamaan reaksi pada kolom berikut. … . CaCO3 (s) + … .HA (aq) ⟶ … . CaA2(aq) + … .H2O (l) + … . CO2 (g)
105 JAWABAN PERTANYAAN a) b) E) MENGANALISIS DAN MENGEVALUASI PROSES PEMECAHAN MASALAH Setelah menyelesaikan kegiatan belajar ini, tuliskan kesimpulan Anda.
106 Jawablah beberapa pertanyaan berikut. 1. Berapakah pH suatu larutan yang memiliki [H+] = 10−4 M ? 2. Berapakah [H+] suatu larutan yang memiliki pH = 5 ? LEMBAR JAWABAN 1. 2. F) SOAL LATIHAN
107 B. PENILAIAN RANAH SIKAP 1) LEMBAR OBSERVASI No Aspek yang dinilai Teknik penilaian Waktu penilaian Instrument 1 Kreatif Pengamatan Proses dan tugas Lembar observasi 2 Kerja sama Pengamatan Proses dan tugas Lembar observasi 3 Mandiri Pengamatan Tugas Lembar observasi 4 Bernalar Kritis Pengamatan Proses Lembar observasi No. Nama Peserta Didik Aspek Sikap yang dinilai Jumlah Skor Skor Sikap Kode Kreatif Nilai Kerja sama Mandiri Bernalar Kritis 1 Richardus Ngabut 2 3 RUBRIK PENILAIAN SIKAP ASPEK INDIKATOR NILAI Kreatif Peserta didik memiliki rasa ingin tahu 25 Peserta didik tertarik dalam mengerjalan tugas 25 Peserta didik berani dalam mengambil resiko 25 Peserta didik tidak mudah putus asa 25 TOTAL 100 Kerja sama Peserta didik terlibat aktif dalam bekerja kelompok 25 Peserta didik bersedia melaksanakan tugassesuai kesepakatan 25 Peserta didik bersedia membantu temannya dalam satu kelompok yang mengalami kesulitan 25 Peserta didik menghargai hasil kerja anggota kelompok 25 TOTAL 100 Mandiri Peserta didik mampu memecahkan masalah 25 Peserta didik tidak lari atau menghindari masalah 25 Peserta didik mampu mengambil keputusan 25 Peserta didik bertanggung jawab 25 Bernalar Kritis Peserta didik mampu merumuskan pokok-pokok permasalahan 25 Peserta didik mampu mengungkap fakta yang dibutuhkan dalam menyelesaikan suatu masalah 25 Peserta didik mampu memilih argumen logis, relevan, dan akurat 25 Peserta didik dapat mempertimbangkan kredibilitas (kepercayaan) sumber informasi yang diperoleh. 25 TOTAL 100 SKOR TOTAL 400
108 CATATAN : Kode nilai / predikat : 75,01 – 100,00 = Sangat Baik (SB) 50,01 – 75,00 = Baik (B) 25,01 – 50,00 = Cukup (C) 00,00 – 25,00 = Kurang (K) 2) LEMBAR PENILAIAN DIRI Penilaian tetap bersifat objektif, maka guru hendaknya menjelaskan terlebih dahulu tujuan dari penilaian diri ini, menentukan kompetensi yang akan dinilai, kemudian menentukan kriteria penilaian yang akan digunakan, dan merumuskan format penilaiannya Jadi, singkatnya format penilaiannya disiapkan oleh guru terlebih dahulu. No Pernyataan Ya Tidak Jumlah Skor Skor Sikap Kode Nilai 1 Selama diskusi, saya ikut serta 100 mengusulkan ide / gagasan. 2 Ketika kami berdiskusi, setiap anggota mendapatkan kesempatan 100 250 83,33 SB untuk berbicara. 3 Saya ikut serta dalam membuat 50 kesimpulan hasil diskusi kelompok. CATATAN : 1. Skor penilaian Ya = 100 dan Tidak = 50 2. Skor maksimal = jumlah pernyataan dikalikan jumlah kriteria = 3 x 100 = 300 3. Skor sikap = (jumlah skor dibagi skor maksimal dikali 100) = (250 : 300) x 100 = 83,33 4. Kode nilai / predikat : 75,01 – 100,00 = Sangat Baik (SB) 50,01 – 75,00 = Baik (B) 25,01 – 50,00 = Cukup (C) 00,00 – 25,00 = Kurang (K) 3) LEMBAR PENILAIAN TEMAN SEBAYA Penilaian ini dilakukan dengan meminta peserta didik untuk menilai temannya sendiri. Sama halnya dengan penilaian hendaknya guru telah menjelaskan maksud dan tujuan penilaian, membuat kriteria penilaian, dan juga menentukan format penilaiannya. Nama teman yang diamati : Pengamat : =
109 No Pernyataan Ya Tidak Jumlah Skor Skor Sikap Kode Nilai 1 Mau menerima pendapat teman. 100 350 87,5 SB 2 Memberikan solusi terhadap permasalahan. 100 3 Memaksakan pendapat sendiri kepada anggota kelompok. 50 4 Marah saat diberi kritik. 100 CATATAN : 1. Skor penilaian Ya = 100 dan Tidak = 50 untuk pernyataan yang positif, sedangkan untuk pernyataan yang negatif, Ya = 50 dan Tidak = 100 2. Skor maksimal = jumlah pernyataan dikalikan jumlah kriteria = (3 x 100) + (1 x 50) = 350 3. Skor sikap = (jumlah skor dibagi skor maksimal dikali 100) = (350 : 400) x 100 = 87,5 4. Kode nilai / predikat : 75,01 – 100,00 = Sangat Baik (SB) 50,01 – 75,00 = Baik (B) 25,01 – 50,00 = Cukup (C) 00,00 – 25,00 = Kurang (K) C. PENILAIAN RANAH KETERAMPILAN RUBRIK PENILAIAN UNJUK KERJA ASPEK INDIKATOR NILAI Kesesuaian respon dengan pertanyaan Penggunaan tata bahasa baik dan benar Jawaban yang relevan dengan pertanyaan Menjawab sesuai dengan materi Mengaitkan jawaban dengan kehidupan sehari-hari Aktifitas diskusi Keterlibatan anggota kelompok Aktif bertanya dan menanggapi Mencatat hasil diskusi dengan sistematis Memperhatikan dengan seksama saat berdiskusi Kemampuan Presentasi Dipresentasikan dengan percaya diri Dapat mengemukakan ide dan berargumen dengan baik Manajemen waktu presentasi dengan baik Seluruh anggota kelompok berpartisipasi presentasi Kerjasama dalam kelompok Bersedia membantu orang lain dalam satu kelompok Kesediaan melakukan tugas sesuai dengan kesepakatan Terlibat aktif dalam bekerja kelompok
110 Nilai = Point yang diperoleh Point total x 100 SKOR TOTAL SEMUA ASPEK = 1500 KRITERIA PENILAIAN (SKOR) 100 = Sangat Baik 75 = Baik 50 = Kurang Baik 25 = Tidak Baik RUBRIK PENILAIAN PROYEK No. Aspek Skor Terpenuhi Skala Point 1 Point (K) 2 (C) 3 (B) 4 (SB) 1 Perencanaan Mengumpulkan sumber informasi Rancangan jadwal proses pelaksanaan proyek Pemilihan media komunikasi (kampanye) 2 Proses Pelaksanaan Proyek Menganalisis sumber informasi untuk menjawab tiga buah pertanyaan Analisis sumber informasi untuk mengemukakan ide lainnya terkait sumber energi terbarukan Kejasama kelompok 3 Hasil Produk Media Komunikasi (Kampanye) Daya Tarik media (mempunyai nilai seni) Kebenaran isi media sesuai konten Kemudahan memahami media 4 Presentasi Penggunaan Bahasa yang baik dan benar Penyampaian mudah dipahami Daya Tarik media yang digunakan Kekompakkan POINT TOTAL 52 KETERANGAN Rumus Penilaian : = KONVERSI TINGKAT PENGUASAAN : 90 - 100% = Sangat Baik 80 - 89% = Baik 70 - 79% = Cukup < 70% = Kurang
111 KONVERSI TINGKAT PENGUASAAN : = D. PENILAIAN RANAH PENGETAHUAN A) ASESMEN DIAGNOSTIK 1. ASESMEN NON-KOGNITIF 1) Apa kabar semuanya pada hari ini? 2) Apa saja yang dilakukan sebelum belajar di pagi ini ? 3) Apa harapan kalian setelah mengikuti pembelajaran ini ? 2. ASESMEN KOGNITIF Jenis Soal : Essay 1) Apakah kaitan antara hipotesis Avogadro dengan hukum Gay Lussac ? 2) Pada penguraian sempurna 10 mL (T, P) suatu oksida nitrogen () yang berupa gas dihasilkan 20 mL (T, P) gas nitrogen dioksida dan 5 mL (T, P) gas oksigen. Tentukanlah rumus molekul oksida nitrogen tersebut. PEMBAHASAN DAN SKOR 1) Hipotesis Avogadro dikemukakan untuk menjelaskan hukum perbandingan volume yang dikemukakan sebelumnya oleh Gay Lussac. (Skor 3) 2) Perbandingan volume gas 2, gas 2, dan gas = 20 : 5 : 10 = 4 : 1 : 2 (Skor 3) Oleh karena perbandingan volume gas merupakan koefisien reaksi, maka persamaan reaksinya dapat ditulis sebagai berikut : 2 () ⟶ 4 2 () + 2 () (Skor 2) Jumlah atom oksigen di ruas kanan adalah 10, sedangkan jumlah atom nitrogen di ruas kanan adalah 4. (Skor 1) Pada persamaan reaksi setara, jumlah atom setiap unsur di ruas kiri dan di ruas kanan haruslah sama, maka : Untuk kesetaraan atom N, maka 2x = 4, atau x = 2 (Skor 2) Untuk kesetaraan atom O, maka 2y = 10, atau y = 5 (Skor 2) Jadi, rumus molekul oksida nitrogen tersebut adalah N2O5 (Skor 1) Skor Total = 14 90 - 100% = Baik Sekali 80 - 89% = Baik 70 - 79% = Cukup < 70% = Kurang
112 Nilai = Skor yang diperoleh Skor total x 100 B) ASESMEN FORMATIF Jenis Soal : Essay 1. Berapakah pH suatu larutan yang memiliki [H+] = 10−4 M ? 2. Berapakah [H+] suatu larutan yang memiliki pH = 5 ? Jawaban 1. pH = −log [H+] pH = − log 1 x 10−4 pH = 4 − log 1 pH = 4 − 0 pH = 4 (Skor 5) 2. pH = 5 [H+] = 10−pH [H+] = 10−5 M (Skor 3) Skor Total = 8 Rumus Penilaian : C) ASESMEN SUMATIF Jenis Soal : Essay Logam besi murni (Fe) dihasilkan dari pengolahan tambang bijih besi yang mengandung senyawa Fe2O3. Dalam proses pengolahannya dibutuhkan zat reduktor salah satunya adalah gas CO (karbon monoksida). Sebagian besar pabrik menghasilkan gas CO dari pengolahan gas alam. Haruskah selalu bergantung pada gas alam sementara cadangan batubara Indonesia sangat melimpah. Oleh karena itu teknologi pembuatan gas CO beralih ke proses gasiikasi yang ramah lingkungan karena bahan bakunya adalah batubara dengan kandungan sulfurnya tinggi namun tidak meninggalkan zat pencemar. Ingat prinsip kimia hijau. KONVERSI TINGKAT PENGUASAAN : 90 - 100% = Baik Sekali 80 - 89% = Baik 70 - 79% = Cukup < 70% = Kurang
113 2 Nilai = Skor yang diperoleh Skor total x 100 Seorang ilmuwan melakukan eksperimen pada skala laboratorium. Ia mereaksikan sejumlah padatan karbon (C) yang dibakar dengan 40 gram gas oksigen (O2) lalu menghasilkan 64 gram gas karbon monoksida (CO). Ternyata pada akhir reaksi masih terdapat 14 gram padatan karbon (C). C CO Massa awal ….. gram 40 gram - Massa yang bereaksi Massa setelah reaksi selesai (sisa) 14 gram 0 64 gram Jawablah pertanyaan berikut dengan menelaah lebih dahulu table tersebut. 1. Tulislah persamaan reaksi kimia setaranya. 2. Uraikan hitungan Kalian untuk mencari berapakah massa mula-mula padatan karbon (C). 3. Hukum dasar kimia apakah yang berlaku untuk kasus soal ini? Jelaskan alasannya. PEMBAHASAN DAN SKOR 1. Persamaan reaksi pembentukan gas karbon monoksida (CO) : 2C (s) + O (g) ⟶ 2CO (g) Skor 2 2. Massa padatan karbon (C) mula-mula = (massa CO setelah reaksi – massa O2 awal) + massa C setelah reaksi = {(64 – 40) + 14} gram = 38 gram Jadi, massa padatan karbon mula-mula sebanyak 38 gram. 3. Soal ini menerapkan hukum kekekalan massa (hukum Lavoisier) karena terdapat sisa karbon di akhir reaksi dan reaksi terjadi pada sistem tertutup sehingga massa zat sebelum bereaksi sama dengan massa zat setelah bereaksi. Skor 3 Skor 3 Skor Total = 8 Rumus Penilaian : KONVERSI TINGKAT PENGUASAAN : 90 - 100% = Baik Sekali 80 - 89% = Baik 70 - 79% = Cukup < 70% = Kurang
114 3 3 3 Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, maka dapat diteruskan dengan Kegiatan Belajar selanjutnya. Namun jika masih di bawah 80%, maka harus mengulang materi Kegiatan Belajar ini, terutama bagian yang belum dikuasai. D) SOAL PENGAYAAN Jenis Soal : Essay Bacalah wacana berikut. “Laut dan Potensinya dalam Ulasan Hukum Dasar Kimia” Air laut menyimpan potensi yang menarik dari aspek kimianya. Apakah itu ? Senyawa garam. Garam telah memainkan peran utama dalam sejarah.Produksi garam sudah dilakukan manusia pada sekitar 800 tahun SM. Bangsa Cina telah mengambil garam dari air laut sejak 6000 tahun SM. Tubuh manusia rata-rata mengandung 56 gram garam. Garam bisa berkurang dari tubuh karena dikeluarkan lewat air seni, keringat, dan ekskresi lainnya. Garam adalah bagian dari konsumsi manusia sehari-hari. Kekurangan garam dapat menyebabkan pusing kepala, kram, kehilangan selera makan, bahkan kematian. Rasa asin adalah sensasi rasa yang paling mendasar. Rasa air laut mengungkapkan rasa asin. Bagaimana air laut menjadi asin ? dan mengapa ion klorida adalah ion terbanyak dalam air laut ? Interaksi CO2 di atmosfer dan air menghasilkan ion hidronium dan ion bikarbonat menurut persamaan reaksi kimia berikut : CO2 (g) + H2O (l) ⟶ H2CO3(aq) H2CO3(aq) + H2O (l) ⟶ H3O+(aq) + HCO− (aq) Ion hydronium (H3O+) bersifat asam sehingga air hujan umumnya juga bersifat asam yang bisa perlahan-lahan melarutkan batuan gamping dan koral menghasilkan ion kalsium dan menambah ion-ion bikarbonat (HCO−) menurut persamaan reaksi kimia berikut : CaCO3 (aq) + CO2 (g) + H2O (l) ⟶ Ca2+ (aq) + 2HCO− (aq) Bagaimana ion natrium bisa berada dalam air laut ? Persamaan reaksi kimia yang terjadi hampir sama dengan larutnya batuan gamping dan koral tersebut. Dalam hal ini batuan mineral albit (NaAlSi3O6) terekstrak oleh air hujan asam kemudian ion-ion natriumnya terbawa ke sungai menuju laut. Sementara itu jumlah rerata ion klorida dari batuan di kerak bumi hanya 0,01%. Jadi hanya sebagian kecil dari ion klorida di lautan yang berasal dari pelapukan batuan dan mineral. Kalau begitu dari manakah ion klorida dalam air laut? Jawabannya adalah dari gunung berapi. Gas HCl adalah komponen utama gas dari gunung berapi. Berdasarkan sejarah terbentuknya bumi, mula-mula bumi lebih panas dan gunung
115 berapi tersebar di mana-mana. Gas HCl yang diemisikan dari gunung berapi bersifat sangat larut dalam air sehingga mudah berubah fasa menjadi larutan HCl. Sementara ion-ion Na dari batuan yang melapuk adalah sumber garam-garaman di laut. Seandainya Kalian adalah seorang oseanografer yang ingin menentukan kadar ion klorida dalam sampel air laut, bagaimana Kalian dapat melakukan hal ini dan hasil apakah yang akan Kalian peroleh ? Ada banyak cara untuk menganalisis kandungan ion klorida dalam suatu larutan. Salah satu cara yang sudah sejak dulu dilakukan adalah metode Mohr. Larutan yang mengandung ion klorida dititrasi dengan larutan perak nitrat (AgNO3) yang telah diketahui kadarnya. Persamaan reaksi kimia yang terlibat adalah : Ag+ (aq) + Cl− (aq) ⟶ AgCl (s) endapan putih AgCl adalah perak klorida yang merupakan endapan putih hasil reaksi antara ion klorida dalam air laut dan larutan perak nitrat. Berdasarkan penjelasan ini maka Kalian bisa membuktikan keberadaan garam dapur dalam sampel air laut atau bahkan sampel larutan lainnya yang diduga mengandung garam NaCl dengan membuat rancangan hitungan sesuai dengan konsep Hukum Dasar Kimia. Ayo lakukan Aktivitas kerja ilmiah berikut. Diketahui : ➢ Sampel air laut sebanyak 500 mL. ➢ Massa jenis air laut pada suhu 20℃ adalah 1,02 g cm3 ➢ Kadar garam NaCl dalam air laut tersebut adalah 3,5%. ➢ Ternyata setelah bereaksi dengan larutan perak nitrat (AgNO3), maka diperoleh cairan yang mengandung endapan putih pada bagian bawah tabung sebanyak 69,70 gram. Jawablah Beberapa Pertanyaan Berikut. 1. Berdasarkan konsep reaksi terbentuknya endapan AgCl berwarna putih tersebut maka berapa gram larutan AgNO3 yang diperlukan untuk bereaksi dengan air laut ? Tahapannya sebagai berikut : a. Tulislah persamaan reaksi kimia yang terlibat. b. Karakteristik reaksi kimia yang manakah pada kasus ini ? c. Lakukan tahapan perhitungan untuk menjawab pertanyaan ini: ➢ massa air laut = .....gram ➢ massa NaCl =.....gram ➢ massa AgNO3 yang diperlukan = ..... gram 2. Hukum Dasar Kimia yang manakah yang terlibat dalam kasus ini ? Mengapa ? PEMBAHASAN DAN SKOR 1. Persamaan reaksi kimia yang terlibat : NaCl (s) + AgNO3 (aq) ⟶ AgCl(s) + NaNO3 (aq) Skor 3
116 AgCl merupakan senyawa perak klorida berupa endapan berwarna putih. Karakteristik reaksi kimia yang terjadi pada kasus ini adalah timbulnya endapan dan perubahan warna menjadi putih. Skor 2 1 cm3 = 1 mL ✓ Menentukan Massa Air Laut massa air laut = ρair laut . Vair laut 1,02 g Skor 1 Skor 3 massa air laut = mL . 500 mL massa air laut = 510 g ✓ Menentukan Massa NaCl 3,5 massa NaCl = 100 . 510 g massa NaCl = 17,85 g ✓ Menentukan Massa NaCl (s) + AgNO3 (aq) ⟶ AgCl(s) + NaNO3 (aq) Cairan yang mengandung endapan putih pada bagian bawah tabung adalah massa AgCl sekaligus massa cairan NaNO3 sebesar 69,70 gram. Maka : massa zat sebelum bereaksi = massa NaCl + massa AgNO3 massa zat sebelum bereaksi = 17,85 g + massa zat sesudah bereaksi = massa AgCl + massa NaNO3 massa zat sesudah bereaksi = 69,70 g Sehingga : massa zat sebelum bereaksi = massa zat sesudah bereaksi 17,85 g + = 69,70 g = (69,70 − 17,85) g = 51,85 g Skor 2 Skor 2 Skor 1 Skor 2 Skor 2 Skor 5 Jadi, massa AgNO3 yang diperlukan sebanyak 51,85 gram 2. Hukum Dasar Kimia yang terlibat dalam kasus ini adalah Hukum Lavoisier karena dalam sistem tertutup, massa zat sebelum dan sesudah reaksi sama. Skor 2
117 Nilai = Skor yang diperoleh Skor total x 100 Skor Total = 25 Rumus Penilaian : E) SOAL REMEDIAL Jenis Soal : Essay 1. Perbandingan massa karbon (C) terhadap oksgen (O) dalam karbon dioksida adalah 3 : 8. Berapa gram karbon dioksida dapat dihasilkan jika direaksikan 6 gram karbon dengan 10 gram oksigen ? 2. Unsur A dan B membentuk dua senyawa, yaitu X dan Y. Massa unsur A dalam senyawa X dan Y berturut-turut 46,7 g dan 30,4 g. Tunjukkan bahwa hukum Dalton berlaku dalam kedua senyawa tersebut. PEMBAHASAN DAN SKOR 1. Perbandingan unsur yang digunakan ialah oksigen karena unsur oksigen habis bereaksi dan tidak tersisa. (Skor 1) (Skor 3) (Skor 1) Menentukan Massa Karbon (C) yang Bereaksi massa oksigen massa karbon yang bereaksi = perbandingan oksigen 10 g massa karbon yang bereaksi = 8 .3 massa karbon yang bereaksi = 3,75 g . perbandingan karbon (Skor 3) Menentukan Massa Karbon Dioksida () yang Dihasilkan massa karbon dioksida = massa karbon yang bereaksi + massa oksigen massa karbon dioksida = (3,75 + 10) g = , (Skor 3) 2. Misalkan massa senyawa X = 100 g dan massa senyawa Y = 100 g (Skor 1) KONVERSI TINGKAT PENGUASAAN : Massa karbon + Massa oksigen ⟶ Massa karbon dioksida 3 8 11 6 10 ? 6 3 = 2 10 8 = 1,25 90 - 100% = Baik Sekali 80 - 89% = Baik 70 - 79% = Cukup < 70% = Kurang
118 Nilai = Skor yang diperoleh Skor total x 100 Senyawa X terdiri atas 46,7 g unsur A, berarti massa unsur B = (100 – 46,7) g = 53,3 g Senyawa Y terdiri atas 30,4 g unsur A, berarti massa unsur B = (100 – 30,4) g = 69,6 g (Skor 3) (Skor 3) Massa A : Massa B dalam senyawa X = = 46,7 : 53,3 2 : 2,28 (dibagi 23,35) (Skor 2) Massa A : Massa B dalam senyawa Y = = 30,4 : 69,6 2 : 4,579 (dibagi 15,2) (Skor 2) Jika massa unsur A dalam senyawa X = senyawa Y, misalkan sama-sama 2 gram, maka massa unsur B senyawa X : Y = 2,28 : 4,579 = 6 : 12 (dikali 2,63). Perbandingan tersebut merupakan bilangan bulat dan sederhana. Kedua senyawa tersebut memenuhi hukum Dalton. (Skor 3) (Skor 1) Skor Total = 26 Rumus Penilaian : KONVERSI TINGKAT PENGUASAAN : 90 - 100% = Baik Sekali 80 - 89% = Baik 70 - 79% = Cukup < 70% = Kurang