The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.
Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by tuinlestari, 2022-03-03 07:37:31

Produksi tanaman kelapa

Produksi tanaman kelapa

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.net/publication/323257747

Produksi Tanaman Kelapa (Cocos nucifera L.)

Book · February 2018

CITATION READS

1 34,058

1 author:

Gun Mardiatmoko
Pattimura University
55 PUBLICATIONS   20 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
Research project of MP3EI, DP2M, Directorate General of High Education Republic of Indonesia View project
Manajemen Hutan View project

All content following this page was uploaded by Gun Mardiatmoko on 29 March 2018.

The user has requested enhancement of the downloaded file.

PRODUKSI
TANAMAN KELAPA
(Cocos nucifera L.)

Gun Mardiatmoko
Mira Ariyanti

BADAN PENERBIT FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PATTIMURA

Tanaman kelapa (Cocos nucifera L. ) telah banyak dikenal oleh
masyarakat luas. Meskipun demikian belum banyak masyarakat yang
mengetahui seluk beluk pertumbuhan kelapa, teknik budidaya, kegunaan
sampai dengan proses pengolahan hasil kelapa tersebut.

Buku berjudul Produksi Tanaman Kelapa (Cocos nucifera L.) ini
membahas tentang daerah asal tanaman dan perkembangan kelapa di
Indonesia, pengenalan tanaman kelapa yang terbagi menjadi klasifikasi
botani dan morfologi tanaman kelapa, varietas kelapa, dan syarat
tumbuh kelapa; pengadaan bibit tanaman kelapa, uraian tentang teknik
budidaya tanaman kelapa yang mencakup persiapan lahan, penanaman
tanaman penutup tanah, jarak tanam, lubang tanam, penanaman,
pemeliharaan, penggunaan beberapa pola tanaman dalam pemanfaatan
tanah di bawah tanaman kelapa, hama dan penyakit yang menyerang
tanaman kelapa serta panen dan pengolahan hasil panen.

Dengan demikian buku ini sangat cocok digunakan oleh para
usahawan yang bergerak di bidang agribisnis perkelapaan maupun petani
kelapa serta kalangan perguruan tinggi (tingkat D-3, S-1), peserta
diklat/ training serta umum.

Produksi Tanaman Kelapa
(Cocos nucifera L.)

GUN MARDIATMOKO
MIRA ARIYANTI

______________________________________________

Produksi Tanaman Kelapa (Cocos nucifera L.)

Oleh: Gun Mardiatmoko dan Mira Ariyanti

Penyunting: Ronny Loppies

Buku ini didedikasikan untuk penyebarluasan dan
pengembangan pengetahuan tentang budidaya tanaman
kelapa, panen dan pengolahan hasil panen kelapa.
Pengguna buku ini dan berbagai pihak yang berminat turut
menyebarluaskan pengetahuan kelapa ini dapat mengutip
dan memperbanyak sebagian isi buku dengan mengajukan
ijin tertulis kepada penulis.

ISBN : 978-602-8403-24-5

Diterbitkan oleh:

Dicetak oleh ATA JAYA - Ambon

Isi di luar tanggung jawab percetakan

KATA PENGANTAR

Tanaman kelapa yang nama latinnya Cocos nucifera L. atau dalam Bahasa Inggris
disebut dengan coconut palm, coco palm atau coconut tree sudah cukup dikenal oleh
masyarakat luas. Meskipun demikian belum banyak masyarakat yang mengetahui seluk
beluk pertumbuhan kelapa, teknik budidaya sampai dengan proses pengolahan hasil
kelapa tersebut.

Buku berjudul: Produksi Tanaman Kelapa (Cocos nucifera L.) ini membahas
mengenai kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada produksi tanaman kelapa. Buku ini
berisikan 6 (enam) bab yaitu: Bab I membahas daerah asal tanaman dan perkembangan
kelapa di Indonesia, Bab II membahas pengenalan tanaman kelapa yang terbagi menjadi
klasifikasi botani dan morfologi tanaman kelapa, varietas kelapa, dan syarat tumbuh
kelapa, Bab III mengenai pengadaan bibit tanaman kelapa yang membahas mengenai
bahan tanaman kelapa dan pembibitannya, Bab IV menguraikan teknik budidaya
tanaman kelapa yang mencakup persiapan lahan, penanaman tanaman penutup tanah,
jarak tanam, lubang tanam, penanaman, pemeliharaan, penggunaan beberapa pola
tanaman dalam pemanfaatan tanah di bawah tanaman kelapa menghasilkan dan
pemeliharaan hewan ternak di bawah tanaman kelapa, Bab V mengenai hama dan
penyakit yang menyerang tanaman kelapa serta Bab VI yang membahas tentang panen
dan pengolahan hasil panen yang mencakup panen, menyimpan buah kelapa, dan
pengolahan kelapa.

Pohon kelapa dijuluki sebagai “The tree of life” yang berarti pohon kehidupan
karena merupakan tanaman yang sangat bermanfaat bagi manusia dimana hampir
semua bagian tubuhnya (akar, batang, daun, bunga dan buah) memiliki kegunaan
tertentu. Melihat banyaknya kegunaan kelapa tersebut, maka melalui penerbitan buku
ini diharapkan dapat memacu serta mendorong berbagi pihak yang berkepentingan
dalam usaha pengembangan di bidang agribisnis perkelapaan maupun petani kelapa
serta insan pendidikan menengah dan tinggi. Buku ini sangat layak untuk dibaca oleh

1

para pengembang agribisnis, kalangan perguruan tinggi (tingkat D-3, S-1), peserta
diklat/training serta umum. Selamat membaca.

Tim Penulis:
Gun Mardiatmoko dan Mira Ariyanti

2

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR 1

DAFTAR ISI 3

DAFTAR TABEL DAN GAMBAR 4

Bab I ASAL TANAMAN KELAPA 6

A Daerah Asal Tanaman Kelapa....................................................... 6

B. Perkembangan Kelapa di Indonesia ............................................. 8

C. Simpulan ...................................................................................... 15

Bab II PENGENALAN TANAMAN KELAPA 17

A Klasifikasi Botani Tanaman Kelapa ............................................... 17

B Morfologi Tanaman Kelapa ........................................................... 17

C Varietas Kelapa.............................................................................. 29

D Syarat Tumbuh Kelapa.................................................................. 45

E Simpulan ...................................................................................... 52

Bab III PENGADAAN BIBIT KELAPA 54

A Bahan Tanaman ........................................................................... 54

B Pembibitan ................................................................................... 59

C Simpulan ....................................................................................... 78

Bab IV TEKNIK BUDIDAYA KELAPA 79

A Persiapan lahan ............................................................................. 79

B Penanaman Tanaman Penutup Tanah .......................................... 80

C Jarak Tanam .................................................................................. 81

D Lubang Tanam .............................................................................. 84

E Penanaman ................................................................................... 85

F Pemeliharaan ................................................................................ 88

G Simpulan ....................................................................................... 108

Bab V HAMA PENYAKIT PADA TANAMAN KELAPA 111

A Hama Tanaman Kelapa ................................................................. 111

B Penyakit Tanaman Kelapa ............................................................. 133

C Simpulan ....................................................................................... 137

Bab VI PANEN DAN PENGOLAHAN HASIL PANEN 139

A Panen ............................................................................................. 139

B Menyimpan Buah Kelapa ............................................................... 142

C Pengolahan .................................................................................... 143

D Simpulan ........................................................................................ 174

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 176
GLOSARIUM ............................................................................................ 177

3

DAFTAR TABEL 9
12
1.1. Perkembangan Ekspor Kopra Indonesia Sebelum Perang Dunia II …………… 37
1.2. Luas Areal dan Produksi Kelapa Indonesia Tahun 2002-2003 ....................
2.1. Beberapa Kemungkinan Hibridisasi untuk Mendapatkan Kelapa Hibrida … 37
2.2. Hasil Kopra (kg/ha) dari Kelapa Hibrida Dibandingkan dengan Kelapa 46
52
Dalam ........................................................................................................... 56
2.3. Kriteria Kesesuaian Iklim untuk Pengembangan Kelapa .............................. 70
2.4. Sifat Kimia Tanah yang Optimum untuk Kelapa ........................................... 76
3.1. Contoh Perhitungan Mencari Nilai Koefisien Keragaman Karakter Buah .... 82
3.2. Jarak Tanam Bibit di Pesemaian Bibit........................................................... 83
3.3. Dosis Pemupukan Bibit ................................................................................ 94
4.1. Jarak Tanam Kelapa Berdasarkan Jenisnya ................................................. 96
4.2. Jarak Tanam Kelapa Berdasarkan Sistem Jarak Tanam ...............................
4.3. Sifat-Sifat Tanaman Penutup Tanah ............................................................. 97
4.4. Unsur Hara yang Terangkut oleh Bagian-Bagian Tanaman Kelapa (Kg/ha).. 98
4.5. Batas Kritis Unsur Hara pada Daun Kelapa dari Hasil Penelitian Beberapa 99
143
Ahli ............................................................................................................... 152
4.6. Nomor Daun yang Diambil Sebagai Contoh Daun ....................................... 167
4.7. Jenis dan Dosis Pemupukan pada Tanaman Kelapa ....................................
6.1. Susunan Kimia Buah Kelapa Segar ...............................................................
6.2. Ketentuan-Ketentuan Mengenai Macam-Macam Kualitas Kopra ...............
6.3. Komposisi Nira Kelapa Segar ........................................................................

DAFTAR GAMBAR

1.1. Bagian Tanaman Kelapa dan Berbagai Alternatif Pengolahan dan 14
Pemanfaatannya ........................................................................................ 18
2.1. Morfologi Semai Kelapa ............................................................................ 18
2.2. Morfologi Kelapa Tanaman Menghasilkan (TM) ....................................... 19
2.3. Anatomi Akar Kelapa ................................................................................. 21
2.4. Anatomi Batang Kelapa ............................................................................. 23
2.5. Anatomi Daun Kelapa ................................................................................ 24
2.6. Anatomi Bunga Kelapa .............................................................................. 29
2.7. Anatomi Buah Kelapa ................................................................................ 31
2.8. Varietas Kelapa .......................................................................................... 36
2.9. Emaskulasi Bunga dan Assisted Pollination ............................................... 42
2.10. Perakitan Pohon Kelapa Kopyor ................................................................ 58
3.1. Contoh Buah Kelapa yang Dapat Dijadikan Benih .................................... 60
3.2. Posisi Buah di Pesemaian Perkecambahan ...............................................

4

3.3. Pesemaian Perkecambahan ...................................................................... 60
3.4. Bedengan untuk Pesemaian Perkecanbahan ............................................ 62
3.5. Pembuatan Bedengan pada Tanah Ringan dan Berat .............................. 63
3.6. Penyayatan Sabut pada Buah Kelapa ........................................................ 63
3.7. Pesemaian Perkecambahan Dilihat dari Samping dan Atas...................... 63
3.8. Pelaksanaan Pesemaian Perkecambahan dengan Polybag ...................... 66
3.9. Mulching pada Pesemaian ......................................................................... 68
3.10. Bedengan Pembibitan ............................................................................... 69
3.11. Jarak Tanam Bibit dalam Bedengan .......................................................... 70
3.12. Jarak Tanam Bibit Polybag dan Kitri yang Pertumbuhannya Baik ............. 72
3.13. Pesemaian Bibit dalam Polybag ................................................................. 73
3.14. Kitri Dalam Polybag ................................................................................... 73
4.1. Tanaman Penutup Tanah .......................................................................... 81
4.2. Lahan Penanaman Kelapa yang Ideal ........................................................ 82
4.3. Cara Pembuatan dan Pengisian Lubang Tanam ........................................ 85
4.4. Menanam Bibit Polybag ............................................................................ 87
4.5. Cara Mengambil Daun Kelapa untuk Analisis Daun ................................. 98
4.6. Cara Pemberian Pupuk pada Tanaman Kelapa .......................................... 101
5.1. Beberapa Hama yang Menyerang Tanaman Kelapa ................................. 132
5.2. Penyakit Fisiologis Akibat Kekurangan Unsur Hara dan Kekeringan ......... 134
5.3. Penyakit Bercak Daun Helminthosporium ................................................. 137
6.1. Alat untuk Mengupas Sabut ...................................................................... 145
6.2. Cara Menyusun Belahan-Belahan Kelapa Diatas Alas Penggarangan ....... 147
6.3. Penampang Melintang Rumah Asapyang Banyak Dipakai dan Rumah
Pengeringan Kopra Bentuk “Comoro”. Salah Satu Bentuk Rumah 148
6.4. Pengeringan yang Menggunakan Panas Buatan ....................................... 151
6.5. Kopra yang Rusak Karena Serangan Bakteri .............................................
Tahapan-Tahapan Proses Pembuatan Minyak Kelapa Secara Pemanasan 155
6.6. dan Peragian .............................................................................................. 159
6.7. Tahapan-Tahapan Pembuatan Nata De Coco ............................................ 161
6.8. Arang Tempurung ...................................................................................... 163
6.9. Desiccated Coconut ................................................................................... 163
6.10. Serat Sabut Kelapa ..................................................................................... 166
6.11. Bambu-Bambu Penampung Nira ............................................................... 170
6.12. Kegiatan Pembuatan Gula Merah ............................................................. 172
6.13. Aneka Dekorasi dari Bagian Tanaman Kelapa .......................................... 173
Pembakaran Buah Kelapa Muda ...............................................................

5

BAB I
ASAL TANAMAN KELAPA
A. Daerah Asal Tanaman Kelapa
Tanaman kelapa telah ada sejak zaman prasejarah. Tanaman kelapa telah
dikenal dalam peradaban manusia, dan diketahui tumbuh di daerah tropis.
Ada tiga kategori yang menyatakan tentang daerah asal tanaman kelapa
yaitu :
1. Teori pertama memperkirakan bahwa tanaman kelapa adalah salah satu
anggota genus Cocos seperti yang tumbuh di Amerika. Beberapa ahli seperti
D.F. Cook, van Martius Beccari dan Thor Hejerdahl mengemukakan bahwa
daerah asal tanaman kelapa adalah lembah-lembah Andes di Colombia,
Amerika Selatan. Alasan yang diajukan oleh kelompok ahli di atas adalah (1)
beberapa spesies genus cocos, hanya ditemukan di Amerika Selatan yang tidak
mempunyai hubungan erat dengan kelapa yang terdapat di Asia (2)
ditemukannya kelapa di Amerika telah dicatat lebih dulu dalam sejarah.
2. Teori kedua beranggapan bahwa kelapa berasal dari daerah pantai kawasan
Amerika Tengah, dimana dengan perantaraan arus lautan terbawa dan
menyebar ke pulau-pulau Samudra Pasifik.
3. Teori ketiga menyatakan bahwa daerah asal kelapa adalah suatu kawasan di
Asia Selatan, atau mungkin Pasifik Barat. Para ahli yang menyatakan demikian
adalah Berry, Werth, Mearill, Mayurathan, Lepesma, dan Purseglove. Alasan
yang dikemukakan adalah (1) ditemukannya fosil spesies genus cocos di
Pleiocene-North Auckland Selandia Baru (2) di Asia lebih banyak ditemui
varietas kelapa dibanding di Amerika (3) ditemukannya binatang-binatang yang
makanan utamanya kelapa, seperti ketam dan lain sebagainya. Berlawanan
dengan teori kedua, menurut teori ketiga ini dari kawasan terakhir itulah
kelapa meyebar ke pantai-pantai berat benua Amerika, terutama pada daerah
tropis.

6

Ketiga teori tersebut mempunyai argumentasi akan kemungkinan
kebenarannya, tetapi tidak seluruh dapat diterima.

Dengan mengamati pembudidayaan tanaman ini di daerah-daerah
berperadaban tertua di dunia, dimana di Filipina dan Sri Lanka telah dikenal sejak
300 tahun sebelum Masehi dan di India telah pula dikenal sejak 3000 tahun yang
lalu, maka diperkirakan bahwa kelapa pasti berasal daerah tropis sekitarnya.

Pada akhirnya para peneliti berkesimpulan bahwa kelapa berasal dari
kawasan yang sekarang kita kenal sebagai Malaysia-Indonesia. Dari kawasan inilah,
baik melalui arus laut maupun perantaraan manusia, kelapa menyebar ke daerah-
daerah lain.

Mengenai nama “cocos” mungkin berasal dari bahasa Arab, yaitu dari
kata”gaucos indi”, yang berarti “biji dari Indonesia”; mungkin dari kata”coquos”
yaitu nama kelapa dalam bahasa Arab asli; atau mungkin pula dari kata”macaco”,
bahasa Portugis yang berarti kera, sebab apabila kita perhatikan biji kelapa
besarnya sebesar kepala kera, dua mata tempat kecambah keluar tak ubahnya
seperti sepasang mata, dan lubang ketiga seperti hidungnya.

Menurut Filippone (2007) nama “coconut” pertama kali muncul di
publikasi Inggris pada tahun 1555, dimana kata “coco” berasal dari Negara Spanyol
dan Portugis yang berarti “wajah kera”. Kedua negara tersebut mengadakan
penyelidikan dan menemukan persamaan atau kemiripan wajah kera pada tiga
tanda lekukan atau “mata” pada sekeliling dasar buah kelapa tersebut. Di
kepulauan Nicobar, Samudra Hindia, keseluruhan kelapa telah digunakan sebagai
mata uang pembelian barang sampai awal abad ke duapuluh. Selain itu, kelapa
juga disebut di Sanskrit dengan “kalpa vriksha”, yang berarti "pohon yang
memberikan semua yang dibutuhkan untuk kehidupan”, karena hampir semua
bagian pohon dapat digunakan pada berbagai cara. Ia juga menegaskan bahwa
kelapa itu berasal dari Malaysia, Polinesia dan Asia Selatan, dan selanjutnya

7

berkembang dan tumbuh subur di Amerika Selatan, India, Kepulauan Pasifik,
Hawai serta Florida. Buah kelapa yang ringan dengan kulit luar berserabut sangat
mudah dihanyutkan ke lautan lepas dan tersebar menuju berbagai wilayah untuk
berkembang biak.
B. Perkembangan Kelapa di Indonesia

Di Indonesia, tanaman kelapa mempunyai arti yang sangat penting baik
dilihat dari aspek ekonomi maupun aspek sosial budaya. Bahkan karena semua
bagian tanaman kelapa mempunyai nilai ekonomi, maka tidak mengherankan
bahwa julukan yang diberikan bagi pohon kelapa ini sangat hebat yaitu sebagai “
The tree of life” yang berarti pohon kehidupan (Branton & Blake, 1983). Kelapa
merupakan tanaman yang sangat bermanfaat bagi manusia, semua bagian
tubuhnya memiliki kegunaan tertentu (Purseglove, 1981). Batangnya dapat dipakai
sebagai sumber material bangunan seperti tiang, konstruksi jembatan, furniture
dll. sedang daun mudanya untuk janur yang banyak dipakai dalam dekorasi
pernikahan, upacara adat, pembungkus makanan tradisional sedang tulang
daunnya untuk sapu lidi. Daging buahnya merupakan bahan untuk minyak nabati,
tempurungnya dahulu dipakai sebagai cawan, bahan bakar ataupun bahan
kerajinan dan serabutnya dapat dimanfaatkan untuk keset, atau tali-tambang. Di
samping itu, air buahnya (air kelapa) banyak digemari sebagai minuman segar dan
niranya selain diminum langsung juga dapat dijadikan gula yang dikenal dengan
nama gula kelapa atau gula palem. Itulah sebabnya tanaman ini sejak ratusan
tahun dikenal di seluruh kepulauan Nusantara.

Hasil kelapa yang diperdagangkan sejak zaman dahulu adalah minyak
kelapa, yang sejak abad ke-17 telah dimasukkan ke Eropa dari Asia. Perdagangan
minyak kelapa antara Ceylon (Sri Lanka) dan Inggris, begitu pula antara Indonesia
dan Belanda, dimulai sejak berdirinya VOC (Verenigde Oost Indische Compagnie).
Karena perdagangan minyak kelapa dan kopra terus meningkat, maka modal asing

8

di Indonesia terutama Belanda, mulai menaruh minat terhadap kemungkinan
memperkebunkan kelapa.

Pada tahun 1886, perusahaan Belanda membuka perkebunan kelapa, yaitu
Moluksche Handelsvereniging di pulau Tallise dan Kikabohutan. Akan tetapi
kemudian ternyata, bahwa modal asing tersebut lebih cenderung hanya
memperdagangkan hasil-hasil kelapa saja, terutama kopra hasil kebun kelapa
penduduk, atau terlebih dahulu dijadikan minyak baru kemudian diekspor.

Daerah Minahasa sejak 1880 telah menghasilkan kopra yang diekspor ke
Eropa. Hasil tersebut berasar dari perkebunan rakyat, yang menjadi bertambah
luas lagi semenjak ditemukan cara membuat mentega (margarine) dengan bahan
baku minyak tumbuh-tumbuhan.

Kemajuan ekspor kopra dari Indonesia sebelum Perang Dunia II dapat
dilihat pada Tabel 1.1 berikut ini.
Tabel 1.1 . Perkembangan Ekspor Kopra Indonesia Sebelum Perang Dunia II

Tahun Jumlah ekspor Jumlah harga penjual
(ton) (x 1000 gulden)
1883 - 36,5
1890 - 2.000,0
1900 10.000,0
1910 94.000 43.000,0
1920 250.000
1928 300.000 160.000,0
1938 500.000 82.000,0
600.000 44.000,0

Adapun posisi Indonesia sebagai produsen kelapa yang secara tradisional
mengekspor kopra, minyak dan bungkil, dewasa ini mengalami kemunduran.
Menurut penelitian, produksi kelapa di Indonesia hanya mencapai 0,624
ton/ha/tahun ekuivalen kopra.

Produksi kopra Indonesia pada tahun 1970-an berkisar antara 1.315.000 s.d.
1.520.000 ton, pada tahun 1980-an antara 1.710.000 s.d. 1.800.000 ton, pada

9

tahun 1990-an makin meningkat yaitu berkisar antara 1.850.000 s.d. 1.970.000 ton
dan mulai tahun 2000 produksi kopra di atas 2.550.000 ton

Dewasa ini Negara-negara produsen kelapa yang utama terdapat di Asia,
Amerika Tengah dan Selatan, Afrika Barat dan Timur serta” Hindia Barat” (West
Indies). Luas areal keseluruhan ditaksir sekitar 9 juta hektar, dengan produksi
tahunan sekitar 33,7 juta buah. Asia dan Oceania menghasilkan 90% dari produksi
kelapa dunia.

Tingkat konsumsi di dalam negeri tahun ke tahun tarus meningkat dengan
laju 4,5% per tahun, sedang di lain pihak laju peningkatan produksi hanya
mencapai 3,37% per tahun, sehingga terjadilah ketidak seimbangan.

Untuk mengatasi hal tersebut perlu ditempuh jalan keluar yang sifatnya
menyeluruh dan terpadu, sebagai usaha mengatasi masalah produksi dalam jangka
pendek, minimal untuk dapat memenuhi konsumsi di dalam negeri.

Untuk meningkatkan produksi dalam rangka memenuhi konsumsi dalam
negeri maupun untuk tujuan ekspor telah dilakukan melalui usaha peremajaan,
ekstensifikasi dan intensifikasi. Intensifikasi pada tanaman kelapa dilakukan
melalaui penerapan teknologi seperti (1) pemakaian pupuk yang tepat (2)
perbaikan pengolahan tanah (3) pengendalian hama dan penyakit (4) pengairan (5)
perbaikan cara pemetikan hasil.

Agar usaha pemerintah diatas dapat segera berhasil, maka harus
dilaksanakan dengan memperhatikan kendalam waktu. Karenanya harus
diperhitungkan skala prioritas, yaitu berupa lokasi dan varietas, dengan strategi:
a. Pengembangan kelapa di Pulau Jawa ditujukan untuk memenuhi kebutuhan

kelapa segar (kelapa sayur dan kelapa muda) dan jika ada kelebihan untuk
kopra. Adapun di luar Pulau Jawa perkembangan produksi diarahkan untuk
kopra.
b. Pengembangan produksi terutama diarahkan kepada daerah-daerah
penghasil utama kelapa.

10

c. Kelapa yang dikembangkan terutama kelapa Hibrida, kelapa Genjah untuk
melengkapi kebutuhan kelapa segar dan kelapa Dalam untuk menunjang
kekurangan bibit.
Adapun hal-hal yang menjadi sebab kemunduran produksi dalam negeri

adalah :
1) rata-rata tanaman melewati umur produktif (60 tahun keatas) bahkan
sebagian telah mencapai tingkat ”senile”. Yang seharusnya telah diremajakan
meliputi luas kurang lebih 440.0000 hektar
2) perlakuan budidaya sangat minim, baik pemeliharaan, pemupukan, maupun
pemecahan dan pemberantasan hama dan penyakit.
3) adanya serangan hama/penyakit yang tidak berkesudahan, walaupun usaha
pemberantasannya telah dilaksanakan cukup intensif, dengan mendapat
bantuan dari pemerintah.
Kemudian yang terjadi ini harus segera diatasi, mengingat hampir seluruh

pertanaman kelapa adalah tanaman milik rakyat/petani, yang posisi ekonominya
lemah. Usaha-usaha rehabilitasi pertanaman perlu mendapat bantuan yang
berwenang.

Untuk berhasilnya pelaksanaan peremajaan dan intensifikasi sambil terus
melaksanakan ekstensifikasi, diperlukan paket teknologi yang memadai, berupa :
 penyediaan benih/bibit unggul;
 penerapan teknis budidaya, pola peremajaan dan pertanaman yang baik;
 tersedianya sarana produksi yang mencukupi;
 penggunaan teknik pemecahan/pemberantasan hama/penyakit yang sesuai;
 penyempurnaan teknik pengolahan baik kopra maupun limbahnya yang

efektif dan ekonomis.
Selain itu perlu pula disadari oleh data informasi sosio-agro-ekonomi yang

lugas, dimana pada saat ini hal tersebut masih merupakan faktor penghambat bagi
tercapainya peningkatan produksi dan kualitas hasil pertanian pada umumnya.

11

Berdasarkan data statistik yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Bina
Produksi Perkebunan, Departemen Pertanian, dapat diketahui bahwa luas areal
kelapa dan produksinya pada tahun 1998 adalah 3.705.974 ha dengan produksi
2.778.127 ton, tahun 1999 adalah 3.712.071 ha dengan produksi 2.789.212 ton,
tahun 2000 seluas 3.707.026 ha dengan produksi 2.778.150 ton, tahun 2001 seluas
3.739.451 ha dengan produksi 3.012.511 ton. Dua tahun berikutnya yaitu pada
tahun 2002-2003 mulai ada peningkatan luas areal kelapa dan produksinya seperti
disajikan pada Tabel 1.2.

Tabel 1.2. Luas Areal dan Produksi Kelapa Indonesia
Tahun 2002-2003

No Propinsi Tahun 2002 Tahun 2003

Luas Produksi Luas Produksi

(ha) (ton) (ha) (ton)

1. Riau 569.970 444.797 570.020 467.038
2. Jambi 128.079 122.327 128.029 128.443
3. Jawa Tengah 286.539 216.470 286.589 227.265
4. Jawa Timur 286.130 258.162 270.976
5. Sulawesi Utara 271.227 279.011 286.18 292.580
6. Sulawesi Tengah 178.331 185.323 271.277 194.504
7. Jawa Barat 171.622 178.381
8. Kalimantan Barat 93.175 171.672 97.799
9. Nusa Tenggara 92.566 44.036 46.238
10. Timur 163.993 55.503 92.616 58268
11. Maluku Utara 162.021 166.869 164.043 175.212
1.423.579 1.102.711 162.071 1.140.216
Lainnya (20 prop.) 1.420.687
3.734.057 2.968.384 3.098.539
Total 3.731.565

Sumber: Deptan, Ditjen BP Perkebunan, 2004

Luas areal kelapa maupun produksi tersebut merupakan jumlah total dari

ketiga tipe pengusahaannya, yaitu Perkebunan Rakyat, Perkebunan Besar Negara

(PBN), maupun Perkebunan Besar Swasta (PBS).

Perkembangan perkelapaan di Indonesia akhir-akhir ini cukup

menggembirakan, terutama dengan dilaksanakannya program perluasan,

peremajaan dan rehabilitasi pertanaman. Pendekatan berupa pengembangan

12

kelapa rakyat melalui proyek-proyek PRPTE (Proyek Peremajaan, Rehabilitasi dan
Perluasan Tanaman Ekspor), yang diharapkan akan membawa hasil yang baik.
Demikian pula program perluasan tanaman melalui PIR (Perkebunan Inti Rakyat)
yang dilaksanakan oleh PT Perkebunan dan proyek-proyek pengembangan kelapa
rakyat (SCDP).

Industri pengolahan kelapa dalam negeri pada saat ini masih didominasi
oleh produk setengah jadi berupa kopra dan Coconut Crude Oil (CCO). Seiring
dengan makin berkembangnya teknologi pengolahan kelapa yang memungkinkan
dihasilkannya produk olahan kelapa yang semakin banyak ragamnya maka selain
pelaksanaan program peremajaan dan perluasan tanaman kelapa perlu juga
pengembangan alternatif pengolahan produk kelapa seperti Virgin Coconut Oil
(VCO), Oleochemical (OC), Desiccated Coconut (DC), Coconut Milk (CM), Coconut
Cream (CC), Coconut Charcoal ( CCL), Coconut Fiber (CF) dll. Harga penjualan
olahan kelapa tersebut bisa mencapai 5-10 kali lipat daripada hanya penjualan
dalam bentuk kopra. Dewasa ini kelapa ternyata juga dapat digunakan sebagai
sumber pembuatan biofuel, energi bahan bakar yng ramah lingkungan. Bagian-
bagian tanaman kelapa yang dapat diolah baik dengan industri canggih maupun
tepat guna dan secara tradisional dapat dilihat pada Gambar 1.1.

13

Buah  Nata de Coco
Air  Vinegar
 Kecap
Daging  Minuman

Paru DC Concen-  VCO
t Cocomix trat  Skim

Semi VCO Skim milk
milk
Coco
shake

Kulit Coco cake  Minyak goreng
Kopra CCO  Oleokimia

Biofuel Bungkil Pakan ternak

Tempurung Briket
Karbon aktif
Sabut Serat  Berkaret
Cocopeat  Geotextile

Batang Kayu  Furniture
 Bangunan

Daun Produk estetika: dekorasi tradisional, asesori ritual adat,
dan Lidi serta pembungkus makanan tradisional

Gambar 1.1. Bagian Tanaman Kelapa, Pengolahan dan Pemanfaatannya 14

C. Simpulan
1. Tanaman kelapa telah ada sejak zaman prasejarah. Tanaman kelapa tersebut
telah dikenal dalam peradaban manusia, dan diketahui tumbuh di daerah
tropis.
2. Sedikitnya ada tiga kategori yang menyatakan tentang daerah asal tanaman
kelapa yaitu teori pertama yang memperkirakan bahwa tanaman kelapa adalah
salah satu anggota genus Cocos seperti yang tumbuh di Amerika, teori kedua
yang beranggapan bahwa kelapa berasal dari daerah pantai kawasan Amerika
Tengah, dan teori ketiga yang menyatakan bahwa daerah asal kelapa adalah
suatu kawasan di Asia Selatan (termasuk Indonesia), atau Pasifik Barat.
3. Penyebaran tumbuhan kelapa sangat luas karena buah kelapa ringan dengan
kulit luar berserabut yang mudah dihanyutkan ke lautan lepas dan tersebar
menuju berbagai wilayah untuk berkembang biak.
4. Hampir semua bagian dari tanaman kelapa dapat memberikan manfaat dan
mempunyai nilai ekonomi cukup tinggi bagi kebutuhan manusia sehingga
mendapat julukan sebagai “The tree of life” yang berarti pohon kehidupan.
5. Perdagangan minyak kelapa antara Indonesia dan Belanda, dimulai sejak
berdirinya VOC (Verenigde Oost Indische Compagnie). Karena perdagangan
minyak kelapa dan kopra terus meningkat, maka modal asing di Indonesia
terutama Belanda, mulai menaruh minat untuk membangun suatu perkebunan
kelapa yaitu Moluksche Handelsvereniging di pulau Tallise dan Kikabohutan
pada tahun 1886.
6. Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk di Indonesia dari tahun ke tahun
maka tingkat konsumsi kelapa di dalam negeri dari tahun ke tahun juga terus
meningkat dengan laju 4,5% per tahun, sedang di lain pihak laju peningkatan
produksi hanya mencapai 3,37% per tahun yang menimbulkan ketidak
seimbangan antara permintaan dan penawaran kelapa. Hal ini oleh Pemerintah

15

diatasi dengan pelaksanaan berbagai tindakan berupa usaha peremajaan,
ekstensifikasi dan intensifikasi kelapa di tanah air.
7. Industri pengolahan kelapa dalam negeri pada saat ini masih didominasi oleh
produk setengah jadi berupa kopra dan Coconut Crude Oil (CCO) yang nilai
jualnya masih rendah. Seiring dengan makin berkembangnya teknologi
pengolahan kelapa yang dapat menghasilkan berbagai alternatif produk olahan
kelapa maka Pemerintah juga mengupayakan agar kelapa dalam negeri diolah
dulu sebelum diekspor sehingga mendapatkan nilai jual yang lebih tinggi yaitu
dalam bentuk: Virgin Coconut Oil (VCO), Oleochemical (OC), Desicated Coconut
(DC), Coconut Milk (CM), Coconut Cream (CC), Coconut Charcoal ( CCL), Coconut
Fiber (CF) dll. Kelapa juga dimanfaatkan sebagai biofuel, bahan bakar yang
ramah lingkungan.

16

BAB II

PENGENALAN TANAMAN KELAPA

Kelapa merupakan tanaman tahunan, memiliki batang yang keras dan pada

umumnya tidak bercabang (monopodial) dan berakar serabut. Pertumbuhan kelapa

biasanya tegak namun pada daerah tepian pantai, sempadan sungai batangnya tumbuh

melengkung ke arah matahari. Dalam Bahasa Inggris, kelapa dikenal dengan sebutan

coconut palm, coco palm atau coconut tree. Dalam tata nama tumbuhan (taksonomi),

tumbuhan kelapa diberi nama Cocos nucifera yang secara lengkap pengklasifikasiannya

mulai dari tingkat kingdom s.d. species sbb:

A. Klasifikasi Botani Tanaman Kelapa

Dalam dunia tumbuh-tumbuhan, kelapa digolongkan sebagai:

Kingdom : Plantae

Divisio : Spermatophyta

Sub Divisio : Angiospermae

Class : Monocotyledonae

Ordo : Palmales

Familia : Palmae

Genus : Cocos

Species : Cocos nucifera, Linneaeus

B. Morfologi Tanaman Kelapa
Tanaman kelapa terdiri atas akar, batang, daun, bunga dan buah.

17

Keterangan:
Morfologi semai (seedling) kelapa
terdiri dari: daun, batang muda dan
akar.

Gambar 2.1. Morfologi Semai Kelapa

Keterangan:
Morfologi kelapa tanaman
menghasilkan (TM) terdiri dari: akar,
batang, daun, bunga dan buah

Gambar 2.2 Morfologi Kelapa Tanaman Menghasilkan (TM)
a. Akar

Akar kelapa merupakan akar serabut yang berjumlah sekitar 2000 – 4000 helai
tergantung pada kesuburan tanah, iklim dan kesehatan tanaman. Bagian dasar
dari batang kelapa bentuknya membesar, kemudian dibagian dalam tanah
menciut lagi sehingga merupakan kerucut terbalik. Bagian ini disebut “bole”

18

atau “root bulb”. Dari bulb ini keluar akar primer yang berbentuk bulat dan
memanjang. Akar primer ini sebagian tumbuh mendatar dekat permukaan
tanah, kadang-kadang mencapai panjang 10-15 meter dan sebagian lainnya
tumbuh ke dalam tanah sampai 3-5 meter, tetapi tidak mampu menembus
lapisan yang keras. Demikian pula kalau ujung akar sampai pada permukaan air
tanah, bagian ujung berhenti memanjang. Akar mula-mula berwarna putih
kemudian merah coklat bila sudah tua. Akar primer berukuran tebal rata-rata 1
cm.
Dari akar primer keluar akar sekunder dan selanjutnya muncul lagi akar tersier
yang fungsinya benar-benar untuk menghisap unsur hara dan air. Pada akar
primer daerah absorpsi terjadi pada bagian yang muda dan terletak beberapa
centimeter sebelum tudung akar. Bagian ini berwarna muda panjangnya rata-
rata 5 cm dan merupakan bagian akar berdinding lunak seperti gelembung-
gelembung.

Keterangan:
Kulit batang
Root bulb

Akar primer
Akar sekunder
(dan akar tersier yang lebih
kecil)

Gambar 2.3 Anatomi Akar Kelapa

19

Sisa akar di belakang daerah absorpsi dibungkus oleh hipodermis yang keras
dan bersifat impermeabel. Dari permukaan akar tumbuh juga bagian-bagian
berwarna putih yang berfungsi mengatur pernafasan akar (pneumatophora).
Pembumbunan pangkal batang kelapa akan merangsang keluarnya akar
tambahan yang disebut akar adventif, yang bila masuk ke dalam tanah
berfungsi sebagai akar biasa. Akar-akar adventif ini kadang-kadang tumbuh
keluar dari bagian batang bekas luka.

b. Batang
Umumnya batang pohon kelapa tumbuh lurus ke atas, kecuali pada

pohon kelapa yang tumbuh di tempat-tempat tertentu seperti di pinggir sungai,
tebing dan lain-lainnya batang akan tumbuh melengkung kearah matahari.

Batang berangsur-angsur memanjang. Di sebelah ujung berturut-turut
tumbuh daun-daun yang berukuran besar dan lebar. Pada tingkat pertumbuhan
tertentu, dari ketiak-ketiak daun secara berangsur-angsur keluar karangan
bunga.

Batang kelapa berwarna kelabu, licin dan tinggi batang dapat mencapai
20 meter hingga dengan garis tengah 20 cm hingga 30 cm, tergantung varietas,
iklim, tanah, dan jarak tanam. Bagian batang yang sebenarnya dari pohon yang
masih muda baru kelihatan jelas kalau pohon telah berumur 3-4 tahun,
bilamana daun-daun terbawah telah gugur. Pada umur itu, bagian pangkal
batang telah mencapai ukuran besar dan tebal yang tetap. Pada kelapa dalam
pangkal batangnya berukuran sampai dua kali lebih besar. Pada kelapa genjah
yang masih murni, ukuran batang di bagian pangkal, tengah dan ujung hampir
sama semuanya.

Kelapa termasuk tanaman monokotil sehingga tidak terjadi pertumbuhan
(pertumbuhan sekunder) pada bagian batangnya. Luka-luka yang terjadi pada
batang tidak dapat pulih kembali karena pohon tidak membentuk kalus (callus).
Pada batang kelapa terdapat bekas melekatnya daun yang disebut ruas. Jarak

20

antara dua ruas tidak sama tergantung pada kecepatan tumbuhnya. Jarak yang
panjang menunjukkan pertumbuhan yang lebih cepat dibanding dengan yang
jarak lebih pendek. Cepat lambatnya pertumbuhan pohon dapat dilihat pada
letak bekas-bekas pangkal pelepah daun pada batang. Rata-rata dalam satu
tahun terbentuk 12 lembar daun. Bekas-bekas pelepah pada pangkal batang
umumnya jarang-jarang, tetapi menuju ke ujung makin rapat. Umur tanaman
dapat diketahui dengan menghitung bekas-bekas pelepah pada batang.

Pada potongan melintang dari batang, di bagian luar nampak adanya
berkas-berkas pembuluh yang jumlahnya banyak sekali, berangsur-angsur
menuju ke sebelah dalam jumlahnya makin berkurang. Di sebelah luar berkas-
berkas pembuluh ini berkumpul dan bersambung dengan berkas-berkas
pembuluh dari tangkai daun.

Keterangan:

(a)
Bekas pangkal
Pelepah daun
di permukaan
batang
(b1)
Berkas
pembuluh
padat
(b2)
Berkas
pembuluh
kurang padat

( a ) (b1) (b2)
Gambar 2.4. Anatomi Batang Kelapa

21

Batang kelapa tidak banyak mengandung zat-zat cadangan sebagaimana
terdapat pada jenis-jenis palma lainnya, seperti sagu (Metrocylon). Ujung
batang tanaman kelapa banyak mengandung zat gula yang rasanya manis.
Bagian ini disebut “umbut” yang merupakan titik tumbuh. Bagian ini
susunannya masih lunak.

c. Daun
Daun kelapa terdiri atas tangkai (petiole) dan pelepah daun (rachis). Pada

pelepah terdapat helai daun atau leaflets yang di tengahnya berlidi (midrib).
Panjang helai daun berbeda-beda, tergantung pada posisinya. Helai daun

yang terdapat di tengah sumbu daun berukuran lebih panjang dibanding yang
tumbuh di pangkal atau ujung sumbu daun.

Pada biji yang baru tumbuh, mula-mula terbentuk 4-6 helai daun tersusun
satu membalut yang lain sehingga merupakan selubung dan runcing sebelah
ujungnya. Susunan demikian perlu untuk memudahkan menembus lapisan
sabut di sebelah pangkal buah. Setelah itu menyusul secara berturut-turut 4-6
lembar daun yang berukuran lebih besar daripada daun-daun yang dibentuk
pertama kali, dan sudah disusun terlepas satu dengan lainnya, tetapi helai
daunnya belum menyirip. Kemudian daun-daun lainnya menyusul terbentuk
berturut-turut, ukurannya bertambah besar. Pangkal-pangkal daun
membungkus bagian pangkal batang, membentuk batang palsu. Daun-daun tadi
berangsur-angsur bertambah menyirip, dimulai dari sebelah pangkal helai daun
menuju ke ujung.

Untuk sementara titik-titik tumbuh yang diselubungi daun-daun itu tidak
lagi tumbuh memanjang, melainkan melebar, dengan demikian bagian pangkal
dari pohon yang masih muda itu memperlihatkan pertumbuhan membesar,
sehingga bagian pangkal itu kelihatan terus bertambah tebal. Pertumbuhan
yang demikian berlangsung sampai umur 4 tahun. Sesudah itu pangkal batang

22

tidak tumbuh menebal lagi melainkan memanjang dan bagian batang yang
sebenarnya mulai kelihatan.

Daun kelapa tersusun melingkar membentuk spiral. Arah spiral dapat kekiri
atau kekanan tergantung posisi dari tandan buah terhadap pelepah daun. Bila
tandan buah berada di sebelah kanan pelepah daun, maka arah spiral kekiri dan
sebaliknya. Dari daun yang satu ke daun berikutnya membentuk sudut 140o
atau 2/5 lingkaran yang berarti setiap lima daun membentuk dua lingkaran dan
setiap enam daun berurutan akan berada pada satu garis lurus. Anatomi daun
kelapa disajikan pada Gambar 2.5.

Tangkai
(petiole)

Pelepah daun
yang terdapat helai-
helai daun yang di
tengahnya berlidi
(midrib)

Gambar 2.5. Anatomi Daun Kelapa

d. Bunga
Tanaman kelapa mulai berbunga berbeda-beda tergantung jenisnya. Pada

kelapa Genjah kira-kira setelah 3-4 tahun. Kelapa Dalam 4-8 tahun dan kelapa
Hibrida berkisar 4 tahun.

Dari ketiak daun tumbuh manggar (mayang) yang masih tertutup
seludang (spadix). Mayang adalah tangkai bunga yang bercabang-cabang,
dimana tumbuh banyak bunga yang berwarna putih kekuningan. Kelapa adalah

23

tanaman berumah satu. Pada pangkal cabang tumbuh bunga betina, kemudian
menyusul bunga jantan pada bagian atasnya. Bunga betina maupun bunga
jantan melekat pada cabang. Bunga-bunga tersebut tidak bertangkai (duduk).
Tiap satu cabang tumbuh satu sampai dua buah bunga betina sedang bunga
jantan berjumlah cukup banyak, yaitu sekitar 150 sampai 200 buah.

Keterangan Seludang
(spadix)

Mayang (manggar)
yang bercabang-
cabang.

Bunga betina di
pangkal dan bunga
jantan di bagian
tengah sampai
ujung
pada setiap cabang
mayang.

Gambar 2.6. Anatomi Bunga Kelapa

i. Bunga Jantan
Dua hari setelah mayang membuka, bunga jantan berangsur-angsur

menjadi dewasa dan mekar dimulai dari bagian ujung menuju pangkal cabang
(malai). Gerakan mekarnya bunga ini hampir berlangsung selama satu bulan
dan selama waktu tersebut bunga jantan siap menyerbuki bunga betina.

Bunga jantan terdiri atas :
1) Tiga helai mahkota bunga berukuran ± 15 mm

24

2) Tiga helai kelopak bunga berukuran 3 – 5 mm
3) Enam helai benang sari (stamen)
ii. Bunga Betina

Ukuran bunga betina kurang lebih 3 cm, kelopak bunga tebal dan lebar
membungkus hampir seluruh bagian-bagian bunga betina lainnya. Putik tidak
bertangkai, sisa-sisa dari benang sari (rudimenter) masih kelihatan dan tersusun
seperti gelembung berjumlah enam buah. Dasar buah terdiri atas tiga ruangan
(carpel) dan pada tiap ruangan terdapat sebuah dasar biji, biasanya hanya satu
dasar biji yang menjadi biji normal sedang yang lainnya tidak berkembang.

Bunga betina terlihat matang atau masak pada hari ke-22 sampai hari ke-
29 setelah kulit mayang terbuka, dengan demikian dewasanya bunga betina
tidak bersamaan dengan bunga jantan. Peristiwa diatas terjadi pada jenis
Kelapa Dalam, dimana pada saat bunga betina siap diserbuki, bunga jantan
sudah gugur. Berbeda pada jenis Kelapa Genjah, bunga betina sudah siap
diserbuki sebelum semua bunga jantan gugur.

iii. Proses Penyerbukan
Fremond et al. 1966 dalam Mahmud dan Luntungan, 1978)

mengemukakan bahwa bunga jantan mekar hanya satu hari, yaitu pagi
membuka kemudian gugur pada sore hari.

Dalam setiap bunga jantan terdapat berjuta-juta serbuk sari, dimana 3%-
33% dari serbuk sari tersebut steril. Pada serbuk sari yang masak ditemukan
tiga buah inti, yang satu lebih besar dari yang lainnya serta bersifat steril. Bunga
betina yang reseptif ditandai dengan perubahan warna stigma (putik) dari putih
kekuningan menjadi coklat, dimana masa reseptif ini berlangsung satu sampai
empat hari. Pada jenis Kelapa Dalam, bunga betina mulai reseptif 3-6 hari
setelah berakhirnya masa pembungaan dari bunga jantan. Dengan demikian
tidak memungkinkan terjadinya penyerbukan bunga pada mayang yang sama.

25

Berbeda dengan jenis Kelapa Genjah, bunga betina reseptif satu minggu setelah
bunga jantan masak dan masa masaknya sama-sama berakhir setelah 12 hari
kemudian. Dengan demikian pada jenis ini memungkinkan terjadinya
penyerbukan pada mayang yang sama. Proses penyerbukan dibantu oleh
serangga dan angin.
e. Buah

Tiga sampai empat minggu setelah seludang membuka, bunga betina
yang sudah dibuahi tumbuh menjadi bakal buah. Tetapi tidak semua bakal buah
tersebut dapat tumbuh membesar, karena setengah hingga tiga per empat dari
jumlah buah akan gugur yang disebabkan oleh serangan hama dan penyakit,
kekurangan unsur hara, kekeringan atau karena tidak sempurnanya proses
penyerbukan.
Sesudah dua bulan, buah yang rontok mulai berkurang dan buah selanjutnya
mengalami perkembangan yang dapat dibagi menjadi tiga tahap, yaitu :
Tahap I : Pertumbuhan lebih mengarah kepada pemanjangan buah,

pertambahan luas sabut dan tempurung. Tahap ini berlangsung
empat sampai lima bulan.
Tahap II : Pertumbuhan lebih mengarah kepada pelebaran buah, sabut dan
tempurung. Enam sampai delapan bulan buah mulai terbentuk.
Tahap III : Pertumbuhan memanjang sampai buah menjadi masak, penebalan
daging buah dan sabut berubah warna menjadi kecoklatan.
Buah mencapai ukuran maksimal sesudah berumur 9 – 10 bulan dengan
berat 3-4 kg berisi cairan 0,3-0,4 liter. Pada umur 12-14 bulan buah telah cukup
masak, tetapi beratnya turun menjadi 1,5 – 2,5 kg dan pada umur ini buah siap
untuk dipanen atau gugur bila dibiarkan terus.

Buah kelapa tersusun atas:
i. Kulit luar (Epicarp) :

26

Merupakan bagian terluar dari buah kelapa, bersifat keras, licin, tipis sekitar
0,14 mm dan berwarna kuning, hijau atau jingga.
ii. Sabut (Husk) :
Bagian ini berserabut dan terdiri atas jaringan dengan sel serat yang keras
serta diantara dua sel terdapat jaringan lunak. Tebal sabut ± 3 – 5 cm.
iii. Tempurung (Shell) :
Merupakan lapisan yang keras, karena banyak mengandung silikat (SiO2).
Tebal tempurung ± 3-6 mm. Pada bagian pangkal terdapat tugu buah
“Ovule” atau mata tumbuh yang berukuran tidak sama. Dari Ovule yang
berukuran paling besar inilah tunas biasa muncul.
iv. Daging Buah (Albumen) :
Daging buah berwarna putih dengan ketebalan 8 – 10 mm. Daging buah yang
telah dewasa tersusun atas air (52%), minyak (34%), protein (3%), zat gula
(1,5%) dan abu (1%). Daging buah ini merupakan hasil utama dan
dimanfaatkan manusia untuk kebutuhan rumah tangga, kopra, minyak,
biofuel dan lain-lain.
e. Air kelapa :
Daryanto dan Satifah (1982) mengemukakan bahwa pada buah kelapa muda
airnya berwarna jernih dan terasa manis, tetapi semakin tua umur buah
warna airnya berubah menjadi keruh dan rasanya hambar. Hal ini karena
kandungan gula seperti glukosa, fruktosa dan sakarosa sudah sangat
berkurang untuk pembentukan daging buah. Proses ini yang menyebabkan
makin tebalnya daging buah yang diikuti dengan berkurangnya volume air
kelapa. Air kelapa mengandung 2% gula, 4% zat kering dan zat abu.
f. Lembaga
Lembaga buah kelapa yang disemaikan akan tumbuh memanjang, dimana
salah satu ujungnya akan menembus tempurung melalui mata tumbuh
(ovule) yang lunak dan kemudian membentuk batang, daun serta akar.

27

Sedang ujung lainnya masih berada dalam tempurung yang akan
membentuk kentos (haustorium) yang berfungsi sebagai penghisap zat
makanan yang terdapat dalam air dan daging buah. Bersamaan dengan
pertumbuhan lembaga keluar dari lapisan sabut, kentos tumbuh kedalam.
Permukaannya merapat pada putih lembaga, sambil mengeluarkan enzim
(cellulose, lipase dan proteinase) yang berangsur-angsur dapat menguraikan
makanan cadangan yang terkandung dalam putih lembaga, dan merupakan
zat makanan dari lembaga yang tumbuh keluar. Enam minggu setelah
disemaikan, kentos telah memenuhi permukaan daging buah dan 10 bulan
setelah mulai berkecambah daging buah telah habis, selanjutnya kentos
menjadi busuk dan tugasnya digantikan oleh akar. Kentos terdiri atas
jaringan sponge dengan kadar air 85%, serat 5% yang tersusun atas cellulose
dan pentosan serta 10% zat hara dapat larut. Buah yang telah tua bobotnya
terdiri dari : 35% sabut, 12% tempurung, 28% albumen dan 25% air.

28

Keterangan:
Tangkai kelapa
Kulit luar (epicarp)

Tempurung (shell) dan
sabut (husk)

Air kelapa dan daging buah
(albumen)
Gambar 2.7. Anatomi Buah Kelapa
C. Varietas Kelapa
Dalam jenis (species) kelapa (Cocos nucifera L.) dikenal dua varietas utama
yaitu varietas dalam (tall coconut) dan varietas genjah (dwarf coconut). Dengan

29

adanya penyerbukan silang yang terus menerus menyebabkan munculnya
varietas-varietas baru. Namun demikan pada garis besarnya kelapa dapat
dibedakan atas tiga golongan, yaitu :
a. Golongan Kelapa Genjah (Dwarf coconut)
b. Golongan Kelapa Dalam (Tall coconut)
c. Golongan Kelapa Hibrida

Di samping ketiga golongan di atas, masih dikenal kelapa lain yang merupakan
jenis kelapa abnormal, seperti kelapa kopyor dan lain sebagainya.

1. Kelapa Genjah (Dwarf Coconut)
Kelapa Genjah adalah jenis kelapa yang mempunyai ciri-ciri :
- bentuk batang ramping dari pangkal sampai ke ujung
- tinggi batang mencapai 5 meter atau lebih
- mulai berbuah cepat (3-4 tahun setelah tanam) dan dapat mencapai umur
lebih dari 50 tahun
- melakukan penyerbukan sendiri (self-pollination)
Kelapa Genjah yang banyak dikenal di Indonesia adalah:
a. Kelapa Genjah (C. Nucifera var. eburnea), bentuk buah bulat dan berwarna
kuning gading.
b. Kelapa Raja (C. Nucifera var. regia), bentuk buah bulat sampai lonjong dan
berwarna kuning emas.
c. Kelapa Puyuh (C. nucifera var. pumila), bentuk buah agak lonjong dan
berwarna hijau.
d. Kelapa Raja Malabar (C. nucifera var. pretiosa), bentuk buah lonjong dan
berwarna oranye.

D. Kelapa Dalam (Tall Coconut)
Kelapa Dalam ditanam secara luas di berbagai negara produsen kelapa. Ciri-ciri yang
dapat diamati pada jenis Kelapa Dalam adalah :

30

- batangnya tinggi dan besar, dapat tumbuh mencapai 30 meter atau lebih.
Pangkal batang biasanya membesar.

- mulai berbuah lambat (6-8 tahun setelah tanam), tetapi dapat mencapai umur
100 tahun atau lebih.

- melakukan penyerbukan silang (cross-pollination).

Gambar 2.8. Varietas Kelapa

31

Berdasarkan warna buahnya, Kelapa Dalam dibedakan menjadi :
1. Kelapa Hijau (varietas viridis)
2. Kelapa Merah Coklat (varietas rubescens)
3. Kelapa Kelabu Coklat (varietas macrocarpa)

Tipe-tipe Kelapa Dalam yang berproduksi tinggi di antaranya adalah tipe
Mapanget (Minahasa), tipe Mentok (Banyumas), tipe Bali (Beji), tipe Tulungangung
(Beji), tipe Banyuwangi (Beji) dan lain-lain.

Pada tahun 1983 Pemerintah Indonesia melalui keputusan Menteri Pertanian
telah melepaskan empat varietas Kelapa Dalam baru ke masyarakat, yaitu :
1. Kelapa Baru 1, berasal dari persilangan antara Kelapa Dalam nomor 32 dengan

Kelapa Dalam nomor 18 di Mapanget Sulawesi Utara
2. Kelapa Baru 2, berasal dari persilangan antara Kelapa Dalam nomor 32 dengan

Kelapa Dalam nomor 45 di Mapanget Sulawesi Utara
3. Kelapa Baru 3, berasal dari persilangan antara Kelapa Dalam nomor 32 dengan

Kelapa Dalam nomor 83 di Mapanget Sulawesi Utara
4. Kelapa Baru 4, berasal dari persilangan antara Kelapa Dalam nomor 32 dengan

Kelapa Dalam nomor 99 di Mapanget Sulawesi Utara
Varietas-varietas baru diatas mulai berbuah pada umur enam tahun dan hasil
kopra berkisar antara 3.881 sampai 4.657 kg kopra /ha/tahun.

E. Kelapa Hibrida
Kelapa Hibrida merupakan suatu keturunan (progeny) yang dihasilkan dari

penyerbukan silang antara dua induk (parents) yang masing-masing pasangan
allelanya homozygot dan karakternya berbeda, misalnya antara Kelapa Genjah
sebagai pohon ibu dan Kelapa Dalam sebagai pohon ayah. Dengan persilangan ini
diharapkan terkumpul sifat-sifat baik dari kedua induknya, dan bahkan terjadi efek
heterosis/hybrid vigor. Menurut P.K. Thampan, India telah berhasil memunculkan
sifat heterosis pada kelapa hibridanya pertama kali tahun 1932. Dewasa ini

32

pemanfaatan terjadinya efek heterosis menjadi tujuan utama dalam program
pemuliaan kelapa di berbagai negara penghasil kelapa.

Beberapa karakter Kelapa Genjah dan Kelapa Dalam antara lain :

Kelapa Genjah : - pohonnya relatif lebih rendah

- cepat berbuah (3-4 tahun)

- jumlah buah per tandan banyak

- jenis Kelapa Genjah yang banyak dipakai adalah Genjah

Kuning Malaya (Malayan Yellow Dwarf), Genjah Merah

Malaya (Malayan Red Dwarf), Genjah Kuning Nias (Nias

Yellow Dwarf) dan Genjah Merah Kamerun (Cameroon Red

Dwarf)

Kelapa Dalam : - buahnya besar

- daging buah tebal

- jenis kelapa Dalam yang banyak dipakai seperti Kelapa

Dalam Afrika Barat (West African Tall), Tahiti, Palu, Tenga,

Bali, Bangga, Beji dan lain-lain.

Untuk menghasilkan buah Kelapa Hibrida dapat diperoleh melalui dua cara,

yaitu :

1. Hibridisasi alamiah (natural pollination), yaitu buah Kelapa Hibrida yang

diperoleh karena terjadinya penyerbukan silang secara alami tanpa bantuan

manusia. Cara ini dilaksanakan oleh kebun-kebun induk kelapa hibrida milik

Balai Penelitian Kelapa (BALITKA). Cara pelaksanaannya sebagai berikut :

- buatlah suatu kebun induk, sesuai persyaratan yang berlaku

- tanamlah pohon-pohon induk empat baris kelapa genjah berseling dengan

satu baris pohon bapak

- sebagai pohon induk dipergunakan varietas Genjah Nias Kuning dan pohon

bapak adalah varietas Dalam Bali, Dalam Palu dan Dalam Tenga

33

- bunga jantan pada pohon induk diemaskulasi untuk mencegah
penyerbukan silang yang liar

- penyerbukan yang terjadi dibiarkan secara alami, dimana putik yang
terdapat pada pohon induk diserbuki dengan tepung sari dari salah satu
pohon bapak

- akhirnya pada pohon induk akan diperoleh buah yang kemudian dapat
ditanam sebagai benih kelapa hibrida.

2. Hibridisasi buatan (artificial pollination), yaitu buah Kelapa Hibrida yang
diperoleh karena sengaja dilakukan penyerbukan silang oleh manusia. Cara ini
biasanya dilaksanakan oleh kebun-kebun induk kelapa hibrida milik PT
Perkebunan yaitu PTP VI (Sumatera Utara), PTP X (Lampung) dan PTP XI (Jawa
Barat). Penyelenggaraan kebun induk, kebun bapak dan proses hibridisasinya
dilaksanakan sebagai berikut :
- buatlah suatu kebun benih sesuai persyaratan yaitu yang letaknya
terisolasi dari kemungkinan terjadinya agar kebun benih paling tidak
terletak dengan jarak isolasi 400 meter dari kebun kelapa/tanaman
kelapa lainnya. Dalam jarak isolasi 400 meter ini harus ditanam tanaman
perintang (barrier) terhadap kemungkinan datangnya tepung sari (pollen)
yang berasal dari kelapa liar/asing.
- tanamlah pohon-pohon ibu dari jenis yang dikehendaki dengan jarak
tanam misalnya 8,5 m x 8,5 m, dari jenis kelapa genjah unggul seperti
Genjah Malaya Kuning (Malayan Yellow Dwarf), Genjah Malaya Merah
(Malayan Red Dwarf), Genjah Nias Kuning (Nias Yellow Dwarf). Di pihak
lain pada kebun bapak tanamlah jenis kelapa dalam unggul, seperti
Kelapa Dalam Afrika Barat (West African Tall) dengan jarak yang cukup
jauh dari kebun benih (lebih dari 400 meter).
- tepung sari diambil dari pohon bapak dengan bantuan manusia yaitu
dengan melaksanakan kastrasi bunga-bunga jantannya. Setelah diperoleh

34

bunga-bunga jantan kemudian bunga tersebut dibawa ke laboratorium
untuk diproses lebih lanjut. Tepung sari (pollen) yang diperoleh kemudian
dicampur dengan talk dengan perbandingan satu bagian tepung sari + 20
bagian talk. Campuran disimpan dalam lemari pendingin agar dapat
disimpan sampai tiba saatnya hibridisasi dilaksanakan. Pencampuran ini
dimaksudkan untuk meratakan tersebarnya tepung sari pada saat
dilaksanakan hibridisasi buatan.
- sebelum persarian dilakukan, bunga-bunga yang terdapat pada mayang
yang belum membuka (dan sengaja dibuka oleh pollinator) pada pohon
ibu diemaskulasi untuk membuang bunga-bunga jantannya.
- apabila bunga betina telah siap menerima tepung sari (reseptif) hibridisasi
segera dilaksanakan. Sebagai tanda bahwa bunga betina reseptif adalah
bunga betina telah “membuka” dan berlendir.
- dalam penyerbukan buatan ini, setelah terlihat tanda-tanda bunga betina
telah reseptif, tepung sari disemprotkan dari alat pengempos oleh
seorang pollinator. Kebutuhan tepung sari (yang telah dicampur talk)
untuk 30-40 bunga betina yang terdapat pada satu mayang yaitu :
 4 gram, menurut PT Perkebunan, atau
 8 gram, menurut IRHO (Institute de Reserches Pourles Huiles et

Eleagineux)
- untuk satu mayang diperlukan beberapa kali penyerbukan buatan agar

semua bunga betina dapat diserbuki.
- buah yang diperoleh dari hasil hibridisasi ini digunakan sebagai benih

kelapa hibrida. Perlu ditegaskan bahwa yang dapat digunakan sebagai
benih kelapa hibrida hanyalah buah F1 hasil hibridisasi.
- dewasa ini sebagai produsen benih kelapa hibrida adalah PTP VI, X dan XI
serta BPTI.

35

Beberapa kemungkinan hibridisasi untuk mendapatkan Kelapa Hibrida disajikan
pada Tabel 2.1.

Gambar 2.9. Emaskulasi Bunga dan Assisted Pollination
Menurut laporan, pada panen pertama tanaman kelapa hibrida bibit hasil
persilangan Malayan Red Dwarf x West African Tall di Sulawesi Utara (surat kabar
Kompas 1981), pada tiap pohon yang dipungut hasilnya rata-rata terdapat hampir
12 tandan dengan rata-rata jumlah buah 12-20 buah tiap tandan. Dari sejumlah
buah yang dipetik, setelah dibelah daging buahnya sangat tebal sekitar 1,5 cm
dengan penanaman kelapa hibrida, diharapkan diperoleh hasil yang lebih tinggi
dengan produksi 6-7 ton kopra/ha/tahun. Hasil kelapa dalam biasa saat ini hanya
sekitar 0,75 – 1,0 ton/ha/tahun.

36

Untuk memperoleh gambaran hasil kelapa hibrida, suatu data hasil
dilaporkan dari Pantai Gading (Afrika Barat) seperti terlihat pada Tabel 2.2.

Tabel 2.1. Beberapa Kemungkinan Hibridisasi untuk Mendapatkan Kelapa
Hibrida

Tabel 2.2. Hasil Kopra (kg/ha) dari Kelapa Hibrida Dibandingkan dengan
Kelapa Dalam *)

Varietas atau jenis Kelapa Hibrida yang banyak ditanam adalah :
1. PB 121

Merupakan hasil persilangan antara Kelapa Genjah Kuning Malaya (MYD) dengan
Kelapa Dalam Afrika Barat (WAT). Ciri khusus jenis PB 121 adalah warna pelepah

37

daun hijau tua/gelap, mulai berbuah pada umur ± 4 tahun, produksi kopra umur 10
tahun sekitar 6 ton kopra/ha/160 pohon/tahun, kadar minyak kopra ± 67%,
ketinggian tanaman relatif rendah dan lebih resisten terhadap gangguan hama dan
penyakit.

2. Khina – 1 (Kelapa Hibrida Nasional)
Merupakan hasil persilangan antara Kelapa Genjah Kuning (MYD) dengan Kelapa
Dalam Tenga Sulawesi Utara.

Ciri khusus jenis Khina-1 adalah panen pertama pada umur ± 4 tahun, warna
tandan, petiole dan buah hijau, jumlah buah 80 butir/pohon/tahun, bobot kopra
235 gram per buah dengan kadar minyak 61,78 % dan hasil kopra 3-4 ton/ha/tahun
atau 20 kg kopra/pohon/tahun serta jumlah daun 13 pelepah per tahun.

3. Khina – 2
Merupakan hasil persilangan antara Genjah Kuning Nias (NYD) dengan Kelapa
Dalam Bali di Pulau Bali.

Ciri khusus jenis Khina-2 adalah panen pertama pada umur 4 tahun, tandan, petiole
dan buah berwarna hijau, jumlah buah 55 butir/poon/tahun, bobot kopra 296 gram
per buah dengan kadar minyak 60,61 %, jumlah tandan buah 12 buah/tahun dan
hasil kopra 2,4 – 4 ton kopra/ha/tahun atau 16 kg kopra/pohon/tahun.

4. Khina – 3
Merupakan hasil persilangan antara Kelapa Genjah Kuning Nias (NYD) dengan
Kelapa Dalam Palu Sulawesi Tengah. Ciri khusus jenis Khina-3 adalah panen pertama
pada umur 4 tahun, tandan, petiole dan buah berwarna hijau, jumlah buah 75
butir/pohon/tahun, bobot kopra 254 gram per buah dengan kadar minyak 62,46 %,
jumlah tandan buah 11 buah/tahun dan hasil kopra 2,8 – 4 ton/ha/tahun atau 19 kg
kopra/pohon/tahun.

38

Berdasarkan sifat-sifat unggul yang dimlikinya, hmpir semua negara
produsen kopra dewasa ini menggunakan bibit Kelapa Hibrida dalam peremajaan
dan perluasan areal tanaman baru.

F. Kelapa Kopyor
Soedijanto dan Sianipar (1979) mengatakan bahwa kelapa kopyor merupakan

kelapa abnormal yang terjadi secara genetik. Daging buahnya (albumen) berbutir-
butir, lunak dengan susunan longgar dan berkadar minyak rendah. Kentos
(haustorium) tidak dapat berfungsi sebagai alat penghisap zat makanan. Di samping
itu susunan lembaga sangat lemah atau lunak sehinga tidak mampu menembus
lapisan sabut untuk tumbuh menjadi tunas. Dengan demikian buah kelapa kopyor
tidak dapat digunakan sebagai benih.

Sampai saat ini, kelapa kopyor masih merupakan buah yang eksklusif dan
mahal. Hal ini tidak mengherankan, karena buah kopyor memiliki rasa yang khas,
yaitu lezat, gurih dan gembur. Selain itu kopyor juga tergolong buah yang langka dan
tidak selalu tersedia di pasaran sehingga harganya menjadi 10 -15 kali lebih mahal
dari kelapa biasa.

Selama ini, buah kelapa kopyor dihasilkan oleh pohon kelapa biasa. Pada
satu malai bunga, biasanya hanya terdapat 1-2 butir kopyor yang sebenarnya
merupakan buah yang abnormal. Para petani kelapa selalu berusaha untuk
meningkatkan presentase buah kopyor secara tradisional, antara lain dengan
pemberian kapur pada tanah di sekitar pohon atau dengan mengasapi pangkal
batang pohon kelapa tadi. Namun, semua upaya tersebut belum pernah
membuahkan hasil yang memuaskan.

Bioteknologi yang akhir-akhir ini sangat populer karena terbukti mampu
memecahkan berbagai kendala di bidang pertanian, ternyata juga mampu merakit
pohon kelapa kopyor yang buahnya 100% kopyor. Keberhasilan tersebut perlu kita

39

sambut dengan gembira karena dengan demikian peluang kopyor untuk menjadi
komoditas agrobisnis terbuka lebar, tinggal bagaimana kita memanfaatkannya.

Secara alami kelapa tersebar luas di seluruh Indonesia, baik di dataran
rendah maupun di dataran tinggi. Namun, tidak semua pohon kelapa dapat
menghasilkan buah kopyor. Buah kopyor hanya bisa dihasilkan oleh pohon kelapa
yang memiliki sifat kopyor yang secara alamiah disebut gen kopyor.

Munculnya sifat tertentu pada tanaman biasanya ditentukan oleh
pasangan gen. Sifat kopyor ternyata dibawakan oleh pasangan gen resesif (kk) yang
merupakan gabungan dari 2 gen kopyor yang berasal dari pohon yang sama ataupun
berbeda. Sifat tersebut tidak akan muncul apabila gen kopyor yang resesif tadi (k)
berpasangan dengan gen kelapa biasa yang dominan (K). Jadi di alam, buah kopyor
ini hanya terbentuk apabila terjadi persilangan antara bunga yang masing-masing
memiliki sifat kopyor (Zuninga, 1953). Oleh sebab itu, pada satu malai bunga yang
menyangga 6-8 butir kelapa, hanya 1 atau 2 buah saja yang kopyor, itupun hanya
apabila pohon tersebut memiliki gen kopyor.

Secara teoritis, sebenarnya sifat kopyor adalah sifat yang diwarisi dari kedua
tetuanya. Jadi sifat tersebut tentunya akan diturunkan lagi kepada anak cucunya.
Namun, secara alami tidak pernah dijumpai pohon kelapa yang buahnya 100%
kopyor. Keadaan tersebut menimbulkan anggapan bahwa sifat kopyor tidak
diturunkan secara genetik tetapi dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Oleh sebab itu,
upaya untuk menghasilkan buah kopyor dilakukan dengan mengubah lingkungan
tumbuh pohon kelapa seperti memberi garam di sekitar pohon atau mengasapi
pangkal pohon tersebut.

Sesungguhnya biji kopyor senantiasa gagal untuk berkecambah, karena pada
saat buah masak, daging buahnya menjadi cepat sekali rusak. Padahal daging buah

40

tersebut mengandung cadangan makanan yang biasanya (pada buah lain) digunakan
untuk menumbuhkan embrio menjadi kecambah.

Dari uraian di atas jelas bahwa tanpa bantuan teknologi in vitro tidak
mungkin dapat dihasilkan pohon kelapa kopyor, meskipun sifat kopyor sebenarnya
bisa diturunkan.

Perkembangan bioteknologi yang demikian pesatnya selama 15 tahun
terakhir ini, membuka peluang bagi kita untuk menumbuhkan biji kelapa kopyor
melalui penerapan teknik kultur embrio.

Terdapat beberapa cara untuk mendapatkan tanaman kelapa yang mampu
menghasilkan buah kopyor, yaitu :
1. Pada pohon kelapa tertentu dapat menghasilkan buah normal dan sebagian

kecil buah kopyor. Bila buah normal tersebut ditanam akan menjadi pohon
kelapa yang menghasilkan buah dengan presentase buah kopyor sekitar 2,1 –
17,5 persen dari jumlah seluruh buah (P.C. Rahardja, 1988).
2. Cara kedua ini merupakan pengalaman praktis dengan persentase keberhasilan
yang belum dapat dipastikan. Cara yang digunakan adalah
a. Buah kelapa normal yang baru dipetik disimpan selama ± 1 minggu,

kemudian direndam dalam air kapur selama 8 – 10 hari.
b. Lubang tempat penanaman berturut-turut mulai dari bawah diisi kapur

1/3 bagian, ijuk/jerami 1/3 bagian, kemudian bibit kelapa ditanam dan
ditimbun dengan tanah.
c. Bila pohon kelapa tersebut mulai berbuah, kulit batangnya dikupas mulai
dari permukaan tanah sampai setinggi 50 cm, kemudian dipukul-pukul
setiap hari selama satu minggu.
Dengan cara tersebut di atas diharapkan buah yang dihasilkan menjadi kopyor
(Soedijanto dan Sianipar, 1979).

41

3. Cara kultur embrio
Cara kultur embrio dapat dimanfaatkan untuk memperbanyak tanaman

yang secara alamiah embrionya sulit tumbuh, sedang cara perbanyakan
vegetatif lainnya tidak dapat dilakukan. Kultur embrio berdasarkan pada
prinsip yang disebut (totipotensi”. Menurut prinsip inisebuah sel atau jaringan
yang berasal dari embrio akan dapat tumbuh menjadi tanaman sempurna
kalau diletakkan dalam media yang cocok.

Dengan teknik itu, embrio kopyor ditumbuhkan secara in-vitro dalam
keadaan aseptik pada tabung-tabung berisi media buatan. Media tersebut
mengandung bahan organik, bahan anorganik, vitamin, gula, hormon dan agar
(untuk media padat).

Gambar 2.10. Perakitan Pohon Kelapa Kopyor

42

Sebagai bahan tanaman diambil dari embrio buah kelapa kopyor.
Embrio ini kemudian dicuci dalam larutan Kalsium hipoklorit 5% selama 10
menit, lalu dicuci sekali lagi dengan aquadest. Kultur in-vitro embrio kopyor
dilakukan selama 6-8 bulan melalui dua tahapan media, yaitu tahap media cair
selama 2 bulan dan tahap media padat selama 4-6 bulan hingga terbentuk
tunas dan akar yang sempurna yang dinamakan planlet, dengan urutan
pelaksanaan sebagai berikut :

Untuk media cair dapat digunakan media White modifikasi de Guzman,
White modifikasi Norstog atau White modifikasi Euuween. Dua bulan setelah
embrio dimasukkan dalam media cair akan berkecambah dan tumbuh akar.
Selanjutnya kecambah dipindahkan kedalam media padat yang berasal dari
Murashige dan Skogg, dengan tambahan Dekstrose 6%, hormon IAA 10
mg/liter, hormon IBA 0,5 mg/liter serta 0.5% arang aktif. Setelah 4-6 bulan
dalam media padat, planlet yang telah cukup besar dikeluarkan dari tabung
dan diaklimatisasikan, maksudnya disesuaikan dengan kondisi luar (suhu,
kelembaban, intensitas cahaya) secara bertahap. Mula-mula planlet ditanam
dalam media transplan selama 3 bulan, lalu dipindahkan ke polybag berisi
media campuran tanah, pasir dan pupuk kandang selama 6-9 bulan. Selama
proses aklimatisasi ini dilakukan dalam rumah kaca sampai akhirnya diperoleh
bibit kopyor yang cukup kuat untuk ditanam di lapangan. Pohon kelapa yang
dihasilkan dengan cara kultur embrio ini diharapkan menghasilkan buah kelapa
kopyor semuanya.

Bibit kelapa kopyor hasil kultur embrio tersebut telah ditanam secara
bertahap di Kebun Percobaan UPBP di Ciomas. Pada saat ini 4 dari 46 pohon
kopyor yang ditanam tersebut telah berumur 8 tahun lebih dan terbukti
menghasilkan buah yang ternyata 92% kopyor. Hal ini membuktikan teori
bahwa sifat kopyor memang dapat diturunkan secara genetik.

43

Pada saat ini penerapan teknologi perakitan pohon kelapa kopyor
melalui kultur in-vitro tersebut sedang dikembangkan di Laboratorium Biak Sel
Tanaman UPBP di Ciomas, Bogor. Bibit yang dihasilkan akan ditanam sebagai
pohon induk untuk memproduksi embrio sehingga penyediaan bibit kopyor
dapat berlangsung secara berkesinambungan.

Selama ini embrio diperoleh dari buah kelapa kopyor yang berasal dari
berbagai daerah sehingga kualitasnya tidak terjamin karena waktu petiknya
berbeda-beda. Melalui pembangunan kebun induk kelapa kopyor diharapkan
bahwa masalah rendahnya mutu embrio dapat diatasi. Selain itu, buah kopyor
yang dihasilkan oleh pohon induk akan dimanfaatkan untuk merakit bibit
kopyor yang lebih unggul lagi.

Untuk membangun suatu kebun kelapa kopyor, biayanya tidak terlalu
besar dibandingkan dengan hasil yang dapat diraih. Biaya yang diperlukan bagi
penyediaan bibit dan pemeliharaan tanaman yang meliputi pemupukan dan
pencegahan serangan hama dan penyakit pada awal tanam. Untuk menanam
areal seluas satu hektar, diperlukan bibit kelapa kopyor sebanyak 120 tanaman
dengan harga Rp. 145.000,- per tanaman, jadi seluruhnya berjumlah Rp.
17.400.000,- biaya pengelolaan kebun tersebut selama 6 tahun pertama
(sampai berbuah) adalah Rp. 12.000.000,- sehingga total pengeluaran untuk
bibit dan pemeliharaan selama 6 tahun menjadi Rp. 29.400.000,- pada tahun
ke-6, pohon kopyor tersebut telah menghasilkan buah yang jumlah
diperkirakan sebanyak 7.200 butir (5 butir/pohon x 120 pohon/ha x 12 kali
panen/tahun). Apabila buah kopyor tersebut dijual dengan harga Rp. 5000 per
butir, maka panen pertama menghasilkan Rp. 36.000.000. untuk tahun-tahun
berikutnya, biaya yang dikeluarkan hanya biaya pemeliharaan. Berdasarkan
usia ekonomis pohon kopyor, yaitu 30 tahun, maka dapat dikalkulasikan
pendapatan yang dapat diraih dari pengelolaan kebun kopyor tersebut.

44

Dari gambaran kasar tersebut di atas, jelas bahwa keuntungan yang
dapat diraih dari pengelolaan suatu kebun kelapa kopyor sangat tinggi. Oleh
sebab itu tidak diragukan lagi di masa datang kelapa kopyor berpotensi untuk
menjadikan komoditas agribisnis andalan.

Teknologi perakitan bibit kelapa kopyor melalui kultur embrio yang
diteliti dan dikembangkan sejak tahun 1981 di Balai Penelitian Perkebunan
Bogor telah memperoleh hak paten dari Direktorat Jenderal Hak Cipta, Paten
dan Merek pada tahun 1997. Keberhasilan perakitan bibit kelapa kopyor
tentunya merupakan sumbangan yang sangat berharga bagi masyarakat
perkebunan. Penanaman pohon kelapa kopyor hasil kultur embrio ini akan
memberikan nilai tambah yang sangat besar kepada petani pekebun,
mengingat harga kopyor yang sangat tinggi, yaitu 10-15 kali dibandingkan
dengan kelapa biasa. Pengembangan tanaman kelapa kopyor berskala
perkebunan diharapkan menjadi pendorong pembangunan industri kelapa
kopyor yang berpotensi untuk meningkatkan devisa negara.

Keuntungan lain adalah bahwa penerapan teknologi ini sekaligus
merupakan cara penyelamatan atau pelestarian plasma nutfah kelapa kopyor.
Pasangan gen kopyor yang resesif (kk) yang selama ini hilang bersamaan
dengan gagalnya embrio untuk berkecambah dapat diselamatkan melalui
penerapan teknik kultur embrio tersebut. Dengan diselamatkannya gen kopyor
berupa pohon induk, terbuka juga peluang untuk perakitan kultivar yang lebih
unggul.

G. Syarat Tumbuh Kelapa
Terdapat dua faktor lingkungan yang perlu diperhatikan karena

pengaruhnya yang sangat menentukan terhadap pertumbuhan tanaman kelapa,
yaitu iklim dan tanah.

45


Click to View FlipBook Version