a. Iklim
Kelapa dapat tumbuh didaerah tropis, dan tumbuh baik pada iklim panas yang
lembab. Pusat-pusat perkebunan kelapa yang penting terletak pada zone
antara 15o LU dan 15o LS. Di luar zone ini hanya terdapat pohon-pohon kelapa
yang tidak mampu menghasilkan buah (Florida, Los Angeles, Portugal).
Meskipun kelapa dapat tumbuh pada keadaan iklim yang luas cakupannya,
untuk pertumbuhan yang optimal dan tercapainya produktivitas yang baik,
kelapa menghendaki persyaratan lingkungan tertentu, menyangkut ketinggian
tempat, suhu, curah hujan, kelembaban udara, lama penyinaran, angin dan
letak lintang.
Areal yang sesuai untuk pengembangan kelapa, yaitu: zona K-1 dan K-2 yang
ternyata sangat luas. Daerah yang sangat sesuai (K-1.1) dan sesuai (k-1.2) di
Indonesia (tidak termasuk Jawa) meliputi areal seluas 53.989.700 ha. Areal
tersebut antara lain meliputi areal di Sulawesi seluas 7.096.500 ha, Nusa
Tenggara 2.503.000 ha, Maluku 4.858.700 ha, dan Irian Jaya (Papua)
20.774.000 ha. Adapun daerah yang agak sesuai (K-2) seluas 27.292.500 ha
terdapat di Sumatra dan Kalimantan (Sukamto, 2001).
Tabel 2.3. Kriteria Kesesuaian Iklim untuk Pengembangan Kelapa
46
a. Ketinggian Tempat
Pada umumnya tanaman kelapa tumbuh baik pada dataran rendah,
tetapi di daerah-daerah tertentu di Indonesia dapat tumbuh dan berproduksi
tinggi pada ketinggian 600 meter di atas permukaan laut. Untuk jenis Kelapa
Dalam dianjurkan ditanam pada ketinggian maksimal 500 meter di atas
permukaan laut. Ketinggian 300 meter merupakan ketinggian maksimal bagi
jenis Kelapa Hibrida.
Tanaman kelapa yang tumbuh di dataran rendah cenderung lebih tinggi
kadar minyaknya, berbuah lebih cepat serta produksi lebih tinggi
dibandingkan yang tumbuh di dataran tinggi.
Perkebunan-perkebunan rakyat banyak dijumpai sampai ketinggian
900 meter di atas permukaan laut, tetapi pertumbuhan dan berbuahnya
lambat dan hasilnya rendah.
b. Suhu
Faktor suhu menentukan batas dari “latitude” dan “altitude”, dan
mempunyai pengaruh besar terhadap pertumbuhan dan produksi buah. Suhu
optimum yang dikehendaki kelapa sekitar 27oC – 28oC dan suhu minimum
20oC dengan fluktuasi 6-7oC. Darwis (1986) mengemukakan kisaran
temperatur yang lebih luas untuk pertumbuhan kelapa di Indonesia, yaitu
25oC – 32oC.
Rata-rata temperatur dibawah 21o C yang disertai dengan fluktuasi
temperatur akan menyebabkan terganggunya proses pembungaan kelapa.
Suhu yang tinggi dapat mengakibatkan tandan bunga mengering, daun
menjadi layu dan kering serta berkurangnya buah.
c. Curah Hujan
Curah hujan yang diperlukan untuk pertumbuhan optimal tanaman
kelapa berkisar antara 1.200 – 2.500 mm/tahun dengan penyebaran merata
47
sepanjang tahun. Pembagian hujan, keadaan drainase dan kapasitas menahan
air dari tanah, lebih penting daripada jumlah curah hujan. Fremond et.al
(1966) mengatakan bahwa tanaman kelapa memerlukan curah hujan bulanan
minimal 130 mm dengan musim kering tidak lebih dari 3 bulan. Daerah-daerah
yang kering dengan curah hujan tidak merata tidak cocok untuk kelapa.
Pertumbuhan kelapa di daerah pantai umumnya baik meskipun curah
hujannya lebih rendah dari batas minimum. Hal ini disebabkan karena pada
daerah itu, di bawah permukaan tanah terdapat air yang cukup, berasal dari
daerah yang letaknya jauh dari pantai. Pada daerah demikian adanya dan
banyaknya air tanah merupakan faktor yang lebih menentukan daripada
ukuran curah hujan.
Kekeringan yang berkepanjangan akan menurunkan produksi serta
kematian tanaman. Demikian juga curah hujan yang terlalu tinggi dan terjadi
merata setiap bulan akan merugikan tanaman kelapa terutama dalam hal
penyinaran dan penyerbukan.
d. Kelembaban Udara
Kelembaban yang diperlukan tanaman kelapa berkisar 80 – 90 persen.
Kelembaban udara kurang dari 70% akan menyebabkan daun kering, buah
rontok dan pertumbuhan tanaman terganggu. Demikian juga kelembaban
yang terlalu tinggi dan berlangsung dalam waktu yang lama akan berakibat
tidak baik bagi tanaman, karena dapat mengurangi transpirasi yang berarti
berkurangnya pengambilan hara serta meningkatnya serangan penyakit
cendawan.
e. Lama Penyinaran
Tanaman kelapa membutuhkan sekitar 2.000 jam penyinaran per tahun
atau minimal 120 jam penyinaran setiap bulan. Tanaman yang bareda di
bawah naungan di tempat terlindung kurang baik pertumbuhannya.
48
Lingkungan yang terbuka dapat memberikan pertumbuhan yang baik, dan
sebaliknya. Gert Teiwes (dalam Zaenal Mahmud dkk., 1978) mengemukakan
bahwa di daerah banyak berawan/mendung akan menyebabkan buah kelapa
mudah gugur dan bentuk tanaman tinggi kurus.
Sinar matahari diperkirakan mempunyai peranan ganda bagi tanaman
kelapa, yaitu sebagai sumber energi pada fotosintesa dan memengaruhi
pergerakan stomata.
f. Angin
Angin untuk tanaman kelapa berperan dalam proses penyerbukan bunga dan
transpirasi.
1. Penyerbukan bunga kelapa
Khusunya pada jenis Kelapa Dalam yang melakukan penyerbukan silang,
angin sangat berperan dalam membantu proses penyerbukan. Bila
kecepatan angin sangat lemah maka proses penyerbukan bunga juga
berkurang, akibat selanjutnya pembentukan buah juga menjadi
berkurang.
2. Transpirasi tanaman
Angin merupakan salah satu faktor yang berpengaruh dalam proses
transpirasi tanaman. Dalam proses ini air dan hara di dalam tanah akan
diserap akar dan selanjutnya diuapkan melalui daun sedang hara yang
ikut terangkut digunakan oleh tanaman.
3. Letak Lintang
Tanaman kelapa termasuk tanaman tropis dan hanya dapat tumbuh baik
pada derah 20o LU hingga 20o LS.
49
g. Tanah
Kelapa dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah. Hal ini terbukti dengan
adanya tanaman kelapa rakyat yang tumbuh di tanah pekarangan, pematang
sawah, tebing sungai dan kebun bercampur tanaman lain. Namun demikian
bagi perkebunana besar yang mengusahakan tanaman kelapa memerlukan
pertimbangan dan syarat-syarat tanah tertentu agar pertumbuhan tanaman
cukup baik dan dapat memberikan keuntungan ekonomis.
Pohon-pohon kelapa yang tumbuh pada tempat-tempat yang
berdekatan dengan air yang bergerak seperti di tepi-tepi sungai, dekat pantai,
umumnya pertumbuhannya baik sekali. Hal ini disebabkan karena air yang
bergerak mengandung banyak oksigen (O2), yang penting untuk pernafasan
akar.
Tipe-tipe tanah yang baik adalah :
- tanah aluvial yang kaya atau tanah-tanah lempung yang cukup lembab.
- tanah-tanah Latosol bertekstur lempung atau liat, terutama pada tanggul-
tanggul saluran, sungai, dan lain-lain.
- tanah pasir, khususnya tipe “Aladin Litteral”.
Sifat-sifat tanah dapat diperoleh dari hasil analisis laboratorium dan sumber
lainnya.
Syarat-syarat tanah yang sesuai untuk pertumbuhan tanaman kelapa yaitu :
1. Sifat fisik tanah
Tanaman kelapa memerlukan tanah yang mempunyai aerasi (tata udara)
dan drainase (tata air) yang baik. Permukaan air tanah letaknya cukup
dalam minimal 1 meter dari permukaan tanah dan keadaan air tanahnya
hendaknya dalam keadaan bergerak (tidak menggenang). Oleh karena itu
biasanya kelapa tumbuh subur bila ditanam pada tanah bertekstur pasir.
Selain itu, peranan bahan organik pada tanah-tanah yang bertekstur pasir
50
sangatlah penting. Namun demikian karena daya adaptasinya yang besar,
tanaman kelapa masih dapat tumbuh pada tanah-tanah yang bertekstur
berat selama tidak mengalami keadaan anaerobik atau kekeringan terlalu
lama.
Tebal lapisan tanah (solum) yang baik minimal 80 – 100 cm agar akar dapat
berkembang dengan subur sehingga penyerapan air dan hara dapat
berjalan dengan baik.
b. Sifat kimia tanah
Sifat kimia tanah yang meliputi kandungan hara dalam tanah, keasaman
(pH), kapasitas tukar kation dan tingkat kejenuhan basa menentukan tingkat
kesuburan tanah.
Pemahaman mengenai sifat kimia tanah ini penting sekali bagi pengelolaan
tanaman kelapa secara baik. Bila sifat kimia tanah sesuai dengan kebutuhan
kelapa, maka pengelolaan tanaman tidak akan memerlukan input yang
tinggi. Sebaliknya bila sifat kimia tanah jauh berbeda dengan kebutuhan
kelapa, akan diperlukan input yang tinggi untuk mendapatkan pertumbuhan
dan produksi optimal bagi tanaman.
Pada tanah-tanah yang kurang subur (tanah marginal) tanaman kelapa masih
dapat tumbuh dan berproduksi tinggi bila disertai usaha perbaikan secara
teratur sepanjang pertumbuhan tanaman. Misalnya melalui usaha
pemupukan baik pupuk organik maupun anorganik dan lain sebagainya.
Falizardo (1983 dalam Dirjenbun, 1986) memberikan batasan beberapa sifat
kimia tanah yang optimum untuk pertumbuhan tanaman kelapa seperti
dalam Tabel 2.4 berikut ini :
51
Tabel 2.4. Sifat Kimia Tanah yang Optimum untuk Kelapa
Dari tabel di atas terlihat bahwa tanaman kelapa memerlukan tanah dengan
kadar Klor yang cukup tinggi untuk pertumbuhannya.
H. Simpulan
1. Tanaman kelapa dapat dikenali secara rinci dengan memperhatikan klasifikasi
botani kelapa, morfologinya mulai dari akar, batang, daun, bunga dan buah.
2. Dalam jenis (species) kelapa (Cocos nucifera L.) dikenal dua varietas utama
yaitu varietas dalam (tall coconut) dan varietas genjah (dwarf coconut).
Varietas-varietas baru muncul karena adanya penyerbukan silang yang terus
menerus. Meskipun demikan pada garis besarnya kelapa dapat dibedakan atas
tiga golongan, yaitu: Golongan Kelapa Genjah (Dwarf coconut), Kelapa Dalam
(Tall coconut) dan Kelapa Hibrida.
3. Varietas atau jenis Kelapa Hibrida yang banyak ditanam adalah: PB 121, Khina-
1, Khina-2 dan Khina-3. Peremajaan dan perluasan areal tanaman baru oleh
semua negara produsen kopra menggunakan bibit Kelapa Hibrida karena
mempunyai sifat-sifat unggul.
4. Kelapa kopyor merupakan kelapa abnormal yang terjadi secara genetik. Rasa
yang enak dari kelapa kopyor membuat harga jualnya lebih tinggi daripada
52
kelapa biasa sehingga banyak petani berniat untuk mengusahakan budidaya
secara tradisional namun mengalami kesulitan. Dengan bantuan bioteknologi
yaitu teknologi in vitro dapat dihasilkan pohon kelapa kopyor.
5. Faktor lingkungan yang penting dalam pertumbuhan tanaman kelapa yaitu
iklim dan tanah. Kelapa tumbuh baik pada iklim panas yang lembab yang pada
umumnya terdapat di wilayah tropis. Tipe tanah yang baik untuk pertumbuhan
kelapa a.l. tanah aluvial, latosol, tanah pasir dll.
53
BAB III
PENGADAAN BIBIT KELAPA
A. Bahan Tanaman
Tanaman kelapa memiliki variasi genetis yang besar dan secara umum
pembiakannya dilaksanakan secara generatif. Penyediaan bahan tanaman yang
terpilih dan berkualitas baik akan lebih menjamin berhasilnya pertanaman. Kualitas
bibit tergantung pada kualitas pohon induk dari mana buah yang akan dijadikan
benih diambil. Dari pengamatan di lapangan terbukti bahwa pada tempat dan
keadaan yang sama, banyaknya buah yang dihasilkan oleh pohon-pohon kelapa
sangat bervariasi. Perbedaan kapasitas menghasilkan ini disebabkan oleh sifat
genotipisnya. Oleh karena itu, memilih pohon induk yang baik merupakan suatu
keharusan agar nantinya dapat diperoleh tanaman yang baik.
Khusus dalam penyediaan bahan tanaman atau benih kelapa hibrida,
dewasa ini Indonesia telah berhasil membuat benih sendiri. PT Perkebunan VI di
Sumatra Utara, PT Perkebunan X di Lampung, dan PT Perkebunan XI di Jawa Barat
telah berhasil menyediakan dan menyebarkan benih kelapa hibrida yang
dibutuhkan oleh proyek-proyek pengembangan kelapa. Usaha-usaha pembuatan
benih kelapa hibrida serta merta pula dilakukan oleh Balai Penelitian Kelapa pada
beberapa kebun percobaannya di Indonesia. Usaha ini telah dapat memasok benih
kelapa hibrida yang diperlukan. Walaupun demikian perlu diperhatikan bahwa
sebagian besar kelapa rakyat masih terdiri dari kelapa dalam yang perlu secara
berangsur-angsur diperbaiki termasuk pula pertanaman kelapa hibrida bagi para
petani kelapa tersebut.
Pada tanaman semusim kesalahan dalam memilih benih dapat segera
diketahui dan diperbaiki, sehingga kerugian tidak perlu terus menerus diderita.
Akan tetapi, pada tanaman tahunan seperti kelapa, kesalahan dalam memilih
benih tidak mudah diperbaiki dan menimbulkan akibat yang sangat merugikan baik
dilihat dari segi biaya maupun waktu.
54
Mengingat pentingnya masalah benih, maka sudah sewajarnya pemilihan
dan penggunaan benih bermutu perlu mendapat perhatian. Berhubung dengan itu
maka "hanya menanam benih yang bermutu" hendaknya dijadikan semboyan oleh
setiap orang yang akan menanam kelapa.
1. Pemilihan Pohon Induk
Pada jenis Kelapa Dalam terjadi penyerbukan secara silang (cross
pollination), sehingga buah yang dihasilkan bila digunakan untuk benih tidak dapat
dipastikan mempunyai sifat yang sama dengan induknya. Walaupun demikian
dengan melakukan pemilihan pohon induk yang baik, sifatnya diharapkan akan
dapat diturunkan kepada benih yang dipetik. Hal ini berbeda pada jenis Kelapa
Genjah yang melakukan penyerbukan sendiri (self pollination), sehingga benih yang
diambil sepenuhnya akan mempunyai sifat yang sama dengan induknya.
Menurut Luntungan dan Zaenal Mahmud (1997) pemilihan pohon induk
dapat dilakukan melalui dua tahap, yaitu
a. Seleksi blok
Benih diambil dari tanaman kelapa yang terdapat dalam blok/petak yang
produktivitasnya diatas rata-rata keseluruhan blok. Blok demikian disebut dengan
blok penghasil tinggi (BPT).
Blok penghasil tinggi harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
- produktivitas blok 1,7 ton kopra/ha/tahun
- keadaan tanaman harus homogen (seragam)
- bebas dari serangan hama dan penyakit
- penyebaran (dispersi) karakter buah dalam blok terpilih harus mempunyai
koefisien keragaman lebih kecil dari 15%.
Dispersi karakter buah dihitung dengan cara mengambil buah secara acak dari blok
terpilih. Karakter masing-masing buah seperti berat buah tanpa sabut, berat daging
buah ditimbang, kemudian dengan perhitungan statistik dicari nilai koefisien
keragamannya.
55
Tabel 3.1. Contoh Perhitungan Mencari Nilai Koefisien Keragaman Karakter Buah
No. Buah Karakter Buah X- (X - )2
1 -- -
2 -- -
3 -- -
4 -- -
. .. .
. .. .
100 - - -
X =0 2
X - adalah simpangan dari nilai rata-rata
(X - )2 adalah kuadrat simpangan
s = 2/ n-1 dimana :
s= simpangan baku, = harga rata-rata dan n = jumlah contoh buah
Koefisien Keragaman (CV) adalah :
CV = x 100%
Bila nilai koefisien keragaman lebih kecil dari 15% maka blok tersebut dapat
dijadikan sebagai blok pohon induk dan selanjutnya dilakukan pemilihan pohon
induk secara individu.
b. Seleksi pohon induk
Tidak semua pohon kelapa dalam blok terpilih dapat digunakan sebagai pohon
induk. Terdapat kriteria tertentu yang dapat digunakan untuk menentukan
apakah pohon kelapa layak untuk dijadikan pohon induk atau tidak. Pohon induk
harus memenuhi syarat sebagai berikut:
- telah berumur 20-40 tahun
- menghasilkan buah terus menerus dalam jumlah yang banyak setiap
tahunnya (80-100 butir/pohon/tahun) dan nilai kopranya tinggi
(25kg/pohon/tahun)
- batang tumbuh kuat dan lurus dengan susunan bekas pelepah daun yang
rapat
56
- mahkota merata dengan bentuk seperti payung terbuka (sperical atau semi-
sperical). Jika kita berada di bawahnya sambil memandang ke atas
menembusi mahkota daunnya, tidak boleh kelihatan langit
- daun pendek dan kencang (tidak terkulai) dengan tangkai daun pendek dan
kuat pula. Pada tiap ketiak daun terdapat tandan buah/malai bunga
- tumbuh di tengah-tengah kebun dari individu tanaman yang berasal dari
kultivar yang sama
- bebas dari gangguan hama dan penyakit.
Untuk kelapa hibrida, benih harus berasal dari kebun induk yang diberi
wewenang untuk menyalurkan benih pada konsumennya.
2. Pemilihan Buah untuk Benih
Buah yang dipetik dari pohon induk terpilih tidak semuanya dapat
dijadikan benih, tetapi harus diseleksi terlebih dahulu berdasarkan syarat-
syarat tertentu.
Syarat-syarat buah untuk benih adalah :
a. Bentuk bundar atau setengah bundar dan utuh. Jangan menggunakan buah
yang berbentuk lonjong, karena selama pertumbuhannya terhimpit
diantara buah-buah lainnya pada tandannya.
b. Berukuran sedang, jangan terlalu kecil ataupun besar. Ukuran terbaik adalah
lebar 17-20 cm dan panjnag 22-25 cm.
c. Bobot buah lebih dari 1100 gram. Buah yang baik bobotnya mengandung
putih lembaga (endosperm) yang baik pula, sehingga dapat menghasilkan
bibit (kitri) yang tumbuh kekar dan kuat.
d. Umur buah telah tua atau masak dengan kandungan air yang cukup. Buah
yang telah tua biasanya ditandai warna kulit menjadi coklat, kandungan air
cukup dan bila buah digoncang-goncangkan menimbulkan bunyi.
e. Kulit buah mulus, licin dan tidak ada tanda-tanda cacat akibat serangan
hama dan penyakit.
57
f. Buah pada waktu dipetik, sebaiknya tidak dijatuhkan. Hal ini dilakukan
untuk menghindari rusaknya lembaga benih.
Bentuk buah bulat atau agak bulat, 4/5 bagian buah
berwarna coklat
Gambar 3.1. Contoh Buah Kelapa yang Dapat Dijadikan Benih
3. Penyimpanan Buah
Buah yang akan dijadikan benih harus disimpan terlebih dahulu
sebelum disemaikan. Tujuannya adalah agar buah diberi kesempatan mengalami
proses kemasakan lebih lanjut.
Bila buah yang akan disemai didatangkan dari tempat lain, hendaknya
diketahui tanggal pemetikannya. Bila belum mengalami penyimpanan ± sebulan,
sebaiknya kita simpan lebih dahulu menunggu habis masa dormansi. Bila telah
disimpan, harus segera disemaikan. Persiapan tempat persemaian harus
dilaksanakan menjelang datangnya buah yang akan dijadikan benih tersebut.
Harold W. Byrd (1968) mendefinisikan dormansi sebagai ketidakmampuan benih
hidup untuk berkecambah, karena masih berlangsung perubahan fisiologis untuk
persiapan berkecambah.
Cara penyimpanan buah yang baik adalah :
a. Buah disimpan di ruangan yang sirkulasi udaranya baik, kering dan jangan
disimpan pada tempat yang lembab, kurang hawa dan panas.
58
b. Hindarkan buah dari kemungkinan kehujanan dan kepanasan
c. Bila jumlahnya banyak, buah boleh ditumpuk tetapi harus teratur agar sirkulasi
udara baik. Tumpukan jangan melebihi satu meter tingginya.
Benih kelapa hibrida di kebun induk biasanya telah diwadahi dengan
karung goni. Buah yang demikian dapat ditumpuk lebih tinggi dan disimpan
sesuai persyaratan, sebelum dikirim ke konsumen.
Syarat-syarat tempat penyimpanan buah yang akan dijadikan benih
adalah:
a. Teduh, tidak terkena sinar matahari serta hujan secara langsung, tetapi juga
tidak boleh terlalu lembab.
b. Keadaan sirkulasi udara baik, untuk ini biasanya dinding bangunan terbuat dari
anyaman bambu dan atap terbuat dari daun kelapa.
c. Penumpukan benih tidak boleh lebih dari satu meter dan cara penumpukan
sedemikian rupa sehingga sirkulasi udara masih berjalan dengan baik.
B. Pembibitan
1. Pesemaian Perkecambahan
Pesemaian perkecambahan merupakan suatu tempat untuk
mengecambahkan benih agar didapat bibit/kitri yang baik dan seragam
pertumbuhannya. Guna pesemaian perkecambahan adalah untuk
menumbuhkan benih sebelum dipindahkan ke pesemaian pemeliharaan atau ke
dalam polybag.
Pesemaian benih kelapa dilaksanakan mundur sekitar 10 bulan dari
saat penanaman bibit di lapangan. Misalnya penanaman dilaksanakan pada awal
musim hujan, yaitu sekitar bulan November, maka pesemaian dilaksanakan
bulan Januari sampai Februari pada tahun yang sama.
Pelaksanaan pesemaian perkecambahan dapat dibedakan menjadi empat
macam cara, yaitu :
a. Pesemaian tradisional (pesemaian gantung)
59
b. Pesemaian dengan bedengan
c. Pesemaian dengan polybag
d. Pesemaian sistem "walang sungsang"
Gambar 3.2. Posisi Buah di Pesemaian Perkecambahan
Gambar 3.3. Pesemaian Perkecambahan
60
a. Pesemaian Perkecambahan Secara Tradisional (Pesemaian Gantung)
Cara ini biasa dipraktekkan oleh petani, yaitu dengan cara
menggantungkan benih kelapa pada ranting pohon atau pada atap pinggir rumah
sampai tumbuh menjadi bibit yang siap ditanam di lapangan.
Menurut hasil penelitian Mansur (1978) cara pesemaian tradisional ini
kurang baik, karena banyak bibit yang mati sebelum sempat ditanam di lapang.
Penyebab kematian ini mungkin akibat dari kekurangan air dan zat hara.
Keuntungan pesemaian cara tradisional ini adalah pengawasan lebih
mudah, tetapi juga mempunyai banyak kelemahan seperti
- penyiraman sulit dilaksanakan
- bila benih yang disemaikan banyak, menjadi sangat tidak efisien
- pertumbuhan bibit lambat bahkan banyak yang mati sebagai akibat habis atau
menipisnya cadangan makanan dalam daging buah.
b. Pesemaian Perkecambahan dengan Bedengan
Abdullah dan Luntungan (1978) memberikan kriteria tempat pesemaian
yang baik, yaitu :
- Dekat dengan sumber air untuk memudahkan penyiraman
- Topografi tanahnya datar
- Sinar matahari tidak terhalang
- Dekat dengan pembibitan dan areal pertanaman.
Untuk pesemaian perkecambahan dengan bedengan, tanah harus
dicangkul sedalam ± 30 cm. Bersihkan dari rerumputan, sisa-sisa akar, batuan,dll.
Buatlah bedengan-bedengan dengan ukuran lebar ± 2 m; tinggi 0,25 m dan
panjang disesuaikan dengan kebutuhan tetapi sebaiknya tidak lebih dari 25 meter.
Jarak antara bedengan 60 – 80 cm dan agar tanah bedengan tidak longsor di
sekelilingnya diberi penyangga dari bambu atau papan dari kayu. Diantara
bedengan dibuat parit selebar 30-40 cm untuk menghindari terjadinya genangan
air. Penambahan pasir pada bedengan dianjurkan pada tanah-tanah yang berat.
61
Pada tanah berat, jika tanah terlalu becek atau tergenang air, sebaiknya dibuatkan
lagi parit di tengah-tengah antara bedengan selebar 30 cm dengan dalam
secukupnya. Sebelum benih disemaikan, terlebih dahulu harus diperlakukan
sebagai berikut :
- Sabut di atas mata disayat dengan menggunakan pisau tajam selebar 7-10 cm pada
tonjolan yang berhadapan dengan sisi buah terlebar, dengan maksud untuk
memudahkan meresapnya air siraman ke dalam benih, memudahkan keluarnya
tunas (plumula) serta memudahkan pengontrolan cukup tidaknya air penyiraman
yaitu dengan cara menekan bidang sayatan dengan jari tangan dan bila keluar air
berarti penyiraman cukup.
- Benih didesinfeksi secara berturut-turut dengan larutan insektisida Azodrin 60 EC
0,1% dan fungisida Difolatan 4F 0,2% masing-masing selama dua menit. Pemberian
pestisida ini merupakan tindakan preventif terhadap serangan hama dan penyakit.
Benih ditanam pada bedengan sedalam 2/3 tebal buah. Buah berposisi
mendatar dengan bidang buah yang terlebar berada di sebelah bawah. Arah mata
sebaiknya menghadap ke satu jurusan. Dapat juga posisi buah sedemikian rupa
sehingga sayatan menghadap ke atas dan terletak horisontal sama tinggi dengan
permukaan tanah bedengan.
Gambar 3.4. Bedengan untuk Pesemaian Perkecambahan
62
Gambar 3.5. Pembuatan Bedengan pada Tanah Ringan dan Berat
Gambar 3.6. Penyayatan Sabut pada Buah Kelapa
Gambar 3.7. Persemaian Perkecambahan Dilihat dari Samping dan
dari Atas.
63
Kebutuhan benih dan luas bedengan pesemaian dapat dihitung dengan
cara sebagai berikut :
a. Perkebunan kelapa X membutuhkan 2.500 bibit yang akan ditanam tahun
depan.
b. Benih kelapa yang tersedia mempunyai daya kecambah 70% dan diasumsikan
10% benih yang berkecambah menjadi bibit abnormal, maka 60% merupakan
benih siap salur.
c. Bila setiap 1 m2 bedengan pesemaian berisi 30 butir benih kelapa, maka :
Kebutuhan benih = x 2.500 = 4.200 benih
Luas bedengan yang dibutuhkan = x 1 m2
= 140 m2
Bila bedengan yang dibutuhkan berukuran 2 x 25 meter, maka :
Jumlah bedengan yang diperlukan = 140/50 = 3 bedengan
Dua sampai tiga minggu sejak disemaikan, buah mulai berkecambah.
Buah yang telah berkecambah dipindahkan ke pesemaian bibit/pemeliharaan atau
kedalam polybag, secara berangsur-angsur tiap bulan. Buah yang tidak
berkecambah selama jangka waktu tiga bulan, sebaiknya disingkirkan.
Setelah benih berkecambah, sebelum dipindahkan ke pesemaian bibit,
sebaiknya diadakan seleksi. Maksud seleksi ini untuk menyingkirkan benih yang
dapat berkecambah, tetapi diperkirakan tidak dapat tumbuh baik. Di amping itu
pula, untuk menyingkirkan kelapa-kelapa dari jenis lain. Seleksi itu pertama-tama
dilakukan atas dasar kecepatan benih berkecambah. Kecepatan berkecambah
benih biasanya berhubungan dengan kecepatan berbuah nantinya, oleh karena itu
diperlukan seleksi atas sifat tersebut untuk memperoleh bibit yang baik, kuat serta
cepat berbuah.
Kecepatan tumbuh benih biasanya berbeda-beda, oleh sebab itu
biasanya pemindahan ke pembibitan dijadikan beberapa kelompok sebagai berikut
64
- Kelompok 1 : Benih yang berkecambah 1 – 2 minggu setelah disemaikan
- Kelompok 2 : Benih yang berkecambah 3 – 4 minggu setelah disemaikan
- Kelompok 3 : Benih yang berkecambah 5 – 6 minggu setelah disemaikan
- Kelompok 4 : Benih yang berkecambah 7 – 8 minggu setelah disemaikan
Demikian seterusnya sampai benih yang dipindahkan telah mencapai 80% atau
telah mencapai umur 3 bulan.
Tahap selanjutnya adalah seleksi didasarkan pada warna dan keadaan
tunas (plumula). Benih yang warna plumulanya berbeda dengan warna semestinya,
harus diafkir. Misalnya kita mengecambahkan jenis kelapa yang plumulanya
berwarna hijau atau coklat (kelapa hibrida) atau kuning (Genjah nias kuning), maka
warna plumula kecambah harus sama dengan warna plumula jenis-jenis tersebut.
Demikian pula benih yang plumulanya lebih dari satu, plumula yang kurus dan
memanjang dan plumula yang bengkok, harus pula diafkir.
c. Pesemaian Perkecambahan dengan Polybag.
Benih disemaikan dalam polybag sampai menjadi bibit yang siap ditanam
di lapangan. Cara pesemaian perkecambahan dalam polybag jarang dilaksanakan,
tetapi yang sering dilakukan adalah pesemaian perkecambahan dalam bedengan,
kemudian dipindahkan dalam polybag sehingga siap ditanam di lapangan.
65
Gambar 3.8. Pelaksanaan Persemaian Perkecambahan dengan Polybag
d. Pesemaian Perkecambahan Menggunakan Sistem "Walang Sungsang"
Di perkebunan-perkebunan kelapa, pelaksanaan pesemaian
perkecambahan menggunakan sistem "walang sungsang" yaitu benih kelapa
disusun berderet saling bersinggungan, dengan sumbu buah membentuk ± 15°
terhadap bidang horisontal serta semua lembaga menghadap ke timur. Posisi
benih barisan kedua berada diantara dua benih pada barisan berikutnya, demikian
seterusnya sampai semua benih habis disemaikan.
66
Rongga diantara benih diisi dengan tanah yang telah digemburkan
dengan menggunakan potongan kayu/bambu yang diruncingkan pada ujungnya.
Pengisian tanah ini bertujuan agar benih tidak mudah berubah/goyang.
Dalam pengisian tanah di atas diusahakan agar bidang sayatan tidak
tertutup tanah. Pesemaian perkecambahan benih kelapa dengan sistem walang
sungsang mempunyai beberapa keuntungan, yaitu :
- Meningkatkan kapasitas benih tiap meter persegi
- Menghemat biaya pemeliharaan
- Mempermudah pengawasan dan pemeliharaan
- Memudahkan pemindahan benih/kecambah kedalam polybag.
e. Pemeliharaan Pesemaian Perkecambahan
Pemeliharaan yang utama pada pesemaian adalah penyiraman dan
penyiangan gulma.
1) Penyiraman
Penyiraman dilakukan dua kali sehari, yaitu pagi dan sore hari dengan
dosis 6 liter air per meter persegi per hari atau setara dengan 5 mm curah hujan.
Penyiraman dianggap cukup bila sayatan lunak dan mengeluarkan air jika ditekan
dengan jari tangan. Hal ini dapat digunakan sebagai pedoman untuk menentukan
perlu tidaknya dilakukan penyiraman bila turun hujan sebelumnya.
2) Penyiangan
Penyiangan dilakukan bila terdapat rumput atau gulma lain yang tumbuh
di dalam bedengan pesemaian. Cara penyiangan adalah dengan dicabut
menggunakan tangan (manual), tidak dianjurkan menyiang dengan menggunakan
herbisida karena akan berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan tunas.
Tumbuhnya gulma di pesemaian sebenarnya tidak menimbulkan persaingan hara
dengan benih kelapa, karena akar kecambah belum keluar dari sabut. Kerugian
yang ditimbulkan oleh adanya gulma di areal pesemaian adalah terjadinya
persaingan sinar dan juga dapat menjadi sarang hama dan penyakit.
67
3) Mulching
Untuk daerah-daerah yang mengalami musim kering diperlukan mulching
yang diletakkan di sekitar benih kelapa.
Gambar 3.9. Mulching pada Pesemaian
2. Pesemaian Bibit
Pesemaian bibit merupakan tempat untuk memperoleh bibit yang
memenuhi syarat untuk dipindahkan atau ditanam di lapangan. Dikenal dua
macam cara pesemaian bibit, yaitu:
1. Pesemaian bibit dengan bedengan
2. Pesemaian bibit dengan polybag.
Lokasi pesemaian bibit harus memenuhi syarat sebagai berikut
a. Tanah harus datar
b. Dekat dengan sumber air
c. Mempunyai saluran drainase yang baik
d. Sinar matahari tidak boleh terhalang
e. Bebas dari bekas serangan hama dan penyakit
f. Dekat dengan areal penanaman
g. Mudah diawasi
68
a. Pesemaian Bibit dengan Bedengan
Tanah tempat bedengan diolah secara intensif sampai kedalaman 30-40
cm, kemudian digemburkan dan diratakan. Lebar bedengan ± 1,52 meter dengan
panjang maksimum 10 meter serta tinggi bedengan 20 cm. Antar bedengan diberi
jarak 60 – 80 cm yang berfungsi untuk jalan dan saluran drainase (untuk
memudahkan pembuangan kelebihan air).
Untuk menambah kesuburan tanah bedengan, dapat ditambahkan pupuk
kandang yang telah matang sebanyak ± 15 ton per hektar. Pemberian pupuk
kandang ini bersamaan dengan pengolahan tanah bedengan.
Gambar 3.10. Bedengan Pembibitan
69
Gambar 3.11. Jarak Tanam Bibit dalam Bedengan
Pemindahan bibit dari pesemaian perkecambahan ke pesemaian
bibit/pesemaian pemeliharaan dengan menggunakan bedengan adalah sebagai
berikut :
Kecambah dipindahkan ke pesemaian bibit untuk dipelihara sampai tiba saatnya
pemindahan ke kebun. Di pesemaian bibit dianjurkan bibit ditanam dengan sistem
segitiga samasisi dengan jarak 60 cm x 60 cm x 60 cm. Jarak tanam di pesemaian
bibit tergantung pada umur bibit seperti tercantum pada Tabel 3.2. Arah barisan
adalah Utara-Selatan. Bibit ditanam sedemikian rupa, sehingga leher tunas rata
dengan permukaan tanah. Bibit yang berkecambahnya dalam waktu yang
bersamaan sebaiknya ditanam pada bedengan yang sama di pesemaian bibit ini.
Tabel 3.2. Jarak Tanam Bibit di Pesemaian Bibit
Jarak Tanaman Umur Bibit Siap Salur
(Segitiga sama sisi) (Bulan)
60 x 60 x 60 cm 6
80 x 80 x 80 cm 8
Sumber : Dirjenbun, 1986
70
Makin tua umur bibit akan mempunyai mahkota daun atau kanopi daun
yang lebih lebar dibanding bibit yang lebih muda, sehingga diperlukan jarak tanam
yang lebih lebar agar tidak terjadi persaingan sinar matahari dan unsur hara.
b. Pesemaian Bibit dengan Polybag
Pesemaian bibit kelapa dengan polybag saat ini banyak digunakan oleh
perkebunan kelapa dan perusahaan penjual bibit kelapa. Cara ini dianggap sebagai
perbaikan dari pesemaian bibit dengan bedengan.
Keuntungan pesemaian bibit kelapa dengan menggunakan polybag
adalah:
a. Bibit lebih cepat tumbuh
b. Resiko kematian bibit setelah ditanam di lapangan dapat ditekan
c. Bibit tidak mengalami stagnasi pertumbuhan pada waktu pindah ke lapangan,
karena keadaan perakaran relatif tidak berubah
d. Pemeliharaan bibit lebih mudah
e. Pengangkutan bibit ke tempat penanaman lebih mudah dan praktis
f. Jarak tanam bibit mudah diatur atau diubah-ubah
Pemindahan bibit dari pesemaian perkecambahan ke pesemaian
bibit/pesemaian pemeliharaan dengan menggunakan polybag adalah sebagai
berikut :
Bibit yang telah berkecambah langsung dipindahkan ke kantong plastik polybag.
Ukuran polybag yang cocok adalah panjang 50 cm dan lebar 40 cm. Medium dalam
polybag adalah tanah lapisan atas (top soil) yang telah digemburkan dan diayak
dengan baik. Sebelum tanah lapisan atas tersebut dimasukkan ke dalam polybag
terlebih dahulu dicampur pupuk kandang dengan perbandingan tanah dan pupuk
sebesar 3 : 1. Pertama-tama polybag diisi tanah setengah bagian, lalu bibit
dimasukkan tepat di tengah polybag kemudian pengisian tanah dilanjutkan
kembali sampai sebatas leher tunas sambil dipadatkan. Polybag harus diberi
lubang-lubang dengan diameter 0,5 cm dan diusahakan agar bentuknya silindris.
71
Bibit dalam polybag ditaruh di pesemaian pemeliharaan. Aturlah agar jaraknya
optimal, yaitu sekitar 60 cm x 60 cm x 60 cm sampai 80 cm x 80 cm x 80 cm dengan
sistem segitiga samasisi.
Gambar 3.12. JarakTanam Bibit Polybag dan Kitri yang Pertumbuhannya baik
Yang dimaksud jarak tanam bibit adalah jarak tunas dalam polybag
dengan tunas dalam polybag lainnya. Jarak tanam tersebut dibedakan sesuai
dengan umur bibit siap salur.
72
Gambar 3.13. Persemaian Bibit dalam Polybag
Gambar 3.14. Kitri dalam Polybag
73
c. Pemeliharaan Bibit
Pemeliharaan pesemaian bibit di bedengan maupun di polybag pada
dasarnya tidak berbeda, yaitu terdiri dari:
1) Penyiraman
Penyiraman bibit sangat diperlukan untuk menjamin pertumbuhan bibit
yang optimal. Apalagi jika pembibitan dilaksanakan pada musim kemarau, maka
pemberian air melalui penyiraman mutlak diperlukan agar bibit tidak mengalami
kekeringan. Pada musim kemarau dilakukan setiap hari.
Air siraman yang diperlukan tergantung pada umur bibit, semakin tua
semakin banyak air yang dibutuhkan, yaitu umur 1 – 2 bulan keperluan air 1
liter/hari, umur 3 – 4 bulan sebanyak 2 liter/hari dan umur lebih dari 5 bulan
sebanyak 3 liter/hari. Apabila turun hujan sebesar 10 mm/hari, maka penyiraman
dilakukan dengan interval dua hari sekali.
2) Penyiangan dan penggemburan tanah
Pesemaian tempat pemeliharaan bibit harus selalu dibersihkan terhadap
rumput-rumputan, dan tanahnya digemburkan dengan dicangkul dangkal. Harus
dijaga agar akar bibit tidak terganggu. Untuk bibit dalam polybag, lebih mudah
penjagaannya.
Penyiangan dilakukan secara manual setiap saat jika terdapat gulma yang
tumbuh. Penyiangan gulma dengan menggunakan herbisida sedapat mungkin
dihindari.
3) Pengendalian hama dan penyakit
Pengendalian hama dan penyakit harus sudah dimulai sejak di pesemaian
bibit, karena kesehatan dan kondisi pertumbuhan bibit sangat menentukan baik
buruknya pertumbuhan bibit tersebut setelah ditanam di lapangan.
Untuk memperoleh bibit yang sehat, secara preventif bibit dapat
disemprot baik dengan insektisida maupun fungisida. Pada Bab V hal ini akan
dibicarakan lebih lanjut.
74
4) Pemupukan
Pemupukan perlu dilakukan agar diperoleh bibit yang sehat dan subur
pertumbuhannya. Pada pemupukan bibit, pupuk yang mengandung N dan CI harus
diberikan untuk menjamin pertumbuhan bibit yang baik. Penggunaan ZA sebagai
sumber N dan S bersama KCI atau NaCI sebagai sumber K dan CI dijumpai baik
sekali pengaruhnya.
Pada pembibitan cara tradisional dimana bibit dipelihara pada bedengan-
bedengan pesemaian bibit, pemupukan dilakukan dua kali. Yang pertama diberikan
1 – 2 bulan setelah bibit berada pada bedengan pesemaian, dan yang kedua adalah
4 bulan kemudian. Dosis pupuk yang diberikan adalah : 30 gram per bibit dan yang
kedua adalah 60 gram/bibit, terdiri dari campuran pupuk Urea/ZA, TSP clan KCI.
Di Filipina, pemberian pupuk pada bibit bedengan dilaksanakan dengan
memberikan pupuk pada setiap bibit sebanyak 1 sendok makan ZA + 1 sendok
makan KCI.
Untuk bibit kelapa hibrida yang pertumbuhannya lebih cepat, pemberian
borax sangat dianjurkan untuk memenuhi kebutuhan akan unsur Boron (B) yang
akan menjamin pertumbuhan bibit yang normal. Bibit polybag kelapa hibrida
dipupuk setiap satu bulan sekali. Pupuk diberikan dengan dicampurkan ke dalam
tanah polybag setebal 3 cm.
Pemberian dosis pupuk sangat tergantung pada umur bibit seperti disajikan pada
Tabel 3.3. berikut ini.
75
Tabel 3.3. Dosis Pemupukan Bibit
Umur Bibit Urea *) Dosis Pupuk (gram/bibit) Kieserit
ZA TSP MOP 6
7
1 3 6 7 11 8
9
2 3 7 3 13 10
3 4 8 10 14 10
12
4 5 9 11 16
5 5 10 11 16
6 5 10 12 18
7-11 6 12 14 22
*) Penggunaan Urea sebagai pengganti bila pupuk ZA sukar diperoleh
Sumber : Dirjenbun, 1986
Catatan:
- Pemupukan terakhir 2 minggu sebelum dipindahkan ke lapangan
- Pupuk Phosfat diberikan selang sebulan dan waktu pemberiannya pada setiap
kali pemupukan adalah dua minggu sebelum pemberian pupuk lainnya, dan
harus dicampur dengan baik/merata dengan tanah
- Pemberian pupuk Phosfat harus dipisah dengan pupuk Nitrogen.
- Penambahan 0,1 — 1,0 gram borax pada bulan kedua dan kelima sangat
dianjurkan
Dari Tabel 3.3 terlihat bahwa sampai umur 11 bulan, bibit masih
memerlukan pupuk MOP (Muriat On Potash) atau KCI yang paling banyak
dibanding pupuk lainnya. Hal ini disebabkan unsur hara Kalium mempunyai fungsi
yang sangat penting, yaitu untuk pertumbuhan vegetatif, pembentukan daun-daun
baru.
5) Pemindahan bibit/kitri ke kebun
Pemindahan bibit/kitri ke kebun dilakukan setelah bibit berumur 6 –8
bulan. Tinggi bibit sekitar 1 meter, berdaun ± 4 lembar, dimana daun sudah ada
76
yang membelah menjadi daun dewasa. Sebagai pedoman dalam memilih bibit/kitri
yang baik adalah
- daunnya cepat membelah
- jumlah daun banyak (umur 6 bulan paling sedikit telah mempunyai 5 daun
dewasa)
- pangkal batangnya besar
- daunnya lebar dengan pelepah yang pendek
- pelepah daun tumbuh rapat
- warna daun hijau segar, dan
- bebas dari hama/penyakit.
Pada bibit kelapa hibrida, seleksi bibit dilakukan dengan memilih bibit
berdasarkan pada warna pelepah daun (petiole) dan kesuburan pertumbuhannya.
Bibit yang terpilih adalah yang tumbuh subur, sehat, kuat dengan pelepah daunnya
berwarna hijau atau coklat atau warna diantaranya. Bibit yang berpelepah warna
kuning, merah atau orange jangan digunakan karena bibit demikian berasal dari
benih ilegitim. Umur bibit yang optimal untuk dipindahkan ke lapangan adalah
pada umur 8 – 12 bulan.
6) Perhitungan kebutuhan benih/bibit
Kebutuhan bibit tiap hektar tergantung pada jarak tanam yang
digunakan. Secara umum, kebutuhan benih tiap hektar diperhitungkan sebanyak
250 benih. Dari jumlah ini yang perkecambahannya baik kira-kira 75% (186 bibit).
Setelah dilaksanakan seleksi bibit, yang baik kira-kira 65% (160 bibit). Jumlah bibit
sebanyak 160 per hektar akan mencukupi kebutuhan, karena kebutuhan per
hektar adalah 143 bibit (Jarak tanam 9 m x 9 m, segitiga samasisi) dan untuk
menyulam 17 bibit.
77
C. Simpulan
1. Dalam rangka pengadaan bibit kelapa yang baik dan benar perlu memahami
bahan tanaman dengan seksama misalnya dalam pemilihan pohon induk,
pemilihan buah untuk benih dan cara-cara penyimpanan buah.
2. Pembibitan kelapa dilaksanakan melalui 2 tahap yaitu dimulai dengan
pesemaian perkecambahan dan dilanjutkan dengan pesemaian bibit kelapa.
3. Pesemaian perkecambahan yang paling sering dilakukan sampai saat ini yaitu
a.l. pesemaian perkecambahan secara tradisional atau pesemaian gantung,
pesemaian dengan bedengan, pesemaian dengan polybag, pesemaian dengan
menggunakan sistem ”walang sungsang”.
4. Dalam pesemaian bibit kelapa dapat dilakukan dengan dua cara yaitu melalui
pesemaian bibit dengan bedengandan dengan polybag.
5. Pemeliharaan pesemaian kecambah meliputi: penyiraman, penyiangan gulma,
mulching, hal ini juga berlaku bagi pemeliharaan bibit namun lebih banyak
kegiatannya a.l. dengan kegiatan penggemburan tanah, pengendalian hama
dan penyakit serta pemupukan
78
BAB IV
TEKNIK BUDIDAYA KELAPA
A. Persiapan Lahan
Persiapan lahan untuk perkebunan kelapa bervariasi tergantung kepada
situasi dan kondisi lapangan.
1. Situasi
Pada lahan yang miring dimana erosi sangat mungkin terjadi, pencegahan
terjadinya erosi sangat dianjurkan. Dalam hal ini, penanaman tanaman penutup
tanah seperti Calopogonium sp. dan pembuatan teras akan sangat bermanfaat
dalam mencegah terjadinya erosi.
Pada lahan-lahan dimana air seringkali menggenang untuk selama
beberapa hari setelah turun hujan, pembuatan saluran-saluran drainase sangat
dianjurkan. Bahkan bila kelapa ditanam pada daerah berawa-rawa dengan
permukaan air tanah yang tinggi, penanaman kelapa hanya mungkin dibuat
tanggul-tanggul selebar 5 – 8 meter dimana kelapa ditanam di atasnya.
2. Kondisi
Lahan yang akan ditanami kelapa dapat bermacam ragam keadaannya.
Persiapan lahan untuk berbagai keadaan dapat diuraikan sebagai berikut :
- Pembukaan lahan barn yang berasal dari hutan (primer atau sekunder)
Vegetasi hutan biasanya terdiri dari semak sampai pohon dengan diameter
batang yang cukup besar. Dalam pembukaan hutan, semak-semak ditebang
terlebih dahulu kemudian diteruskan pada batang-batang pohon yang semakin
besar. Batang pohon yang telah roboh dipotong dengan ukuran tertentu
dengan menggunakan gergaji atau mesin gergaji. Akar dan tunggul batang
dibongkar lalu dibakar dan sisa-sisa pembakaran dibuang dari areal sehingga
lahan dalam kondisi siap olah untuk dibajak atau dicangkul.
- Pembukaan lahan bekas alang-alang
79
Pembukaaan lahan yang ditumbuhi alang-alang (Imperata cylindrica) dilakukan
dengan menggunakan herbisida. Terlebih dahulu tanah harus dibajak dengan
traktor agar alang-alang dapat terbongkar. Setelah itu dibiarkan beberapa saat
dan kemudian dilaksanakan penyemprotan dengan herbisida seperti Round Up
(3,1 kg glyposate/hektar) atau diuron/paraquat (4 kg diuron/hektar) cukup
efektif untuk mengatasi alang-alang.
Untuk menghemat penggunaan herbisida, tenaga kerja serta biaya, maka
sebelum dilakukan penyemprotan alang-alang, terlebih dahulu perlu diadakan
kalibrasi. Kalibrasi adalah penentuan konsentrasi dan volume herbisida untuk
memberantas alang-alang dalam luasan tertentu.
Alang-alang yang mati dan mengering dikumpulkan pada tempat tertentu lalu
dibakar sehingga lahan dalam kondisi siap olah.
- Peremajaan kebun
Pada saat ini banyak kelapa yang berumur lebih dari 50 tahun dan tidak
produktif lagi, sehingga perlu diremajakan. Penebangan pohon kelapa yang
akan diremajakan diatur sedemikian rupa sehingga arah robohnya pohon ke
satu arah, kemudian batang pohon kelapa dipotong-potong dengan ukuran
tertentu sesuai dengan keperluan. Bila batang pohon tersebut jelek dapat
digunakan untuk kayu bakar atau dibakar beserta sisa-sisa tanaman lainnya
agar tidak menjadi sarang hama dan penyakit.
Sisa-sisa pernbakaran disingkirkan dari kebun sehingga lahan dalam kondisi
siap olah.
B. Penanaman Tanaman Penutup Tanah
Bila lahan yang akan ditanami kelapa tidak dimaksudkan untuk ditanami
secara "intercropping", penanaman tanaman penutup tanah akan sangat
bermanfaat karena dapat mencegah erosi dan menambah kesuburan tanah.
80
Suatu campuran tanaman penutup tanah yang terdiri dari Controsema
pubescens, Calopogonium mucunoides dan Pueraria phaseoloides dapat dianjurkan
untuk ditanam mendahului penanaman kelapa.
Tanaman penutup tanah dapat ditanam dengan dua cara. Cara pertama,
setelah selesai pembajakan atau penggaruan terakhir, sebanyak 15 –20 kg benih
disebar merata di atas permukaan tanah. Cara kedua, benih ditanam dalam barisan
dengan jarak 0,5 – 0,75 meter. Pada saat penanaman dan beberapa minggu
sesudahnya, keadaan lahan harus cukup lembab agar tanaman penutup tanah
dapat tumbuh dengan baik.
Tanaman penutup tanah terbukti berpengaruh baik untuk wilayah-
wilayah dimana dalam satu tahun dijumpai bulan-bulan kering antara 3 – 6 bulan.
Pada daerah demikian, tanaman penutup tanah harus sudah disiapkan sebelum
tibanya musim kemarau.
Gambar 4.1. Tanaman Penutup Tanah
C. Jarak Tanam
Berbeda dengan pertanaman kelapa rakyat dimana jarak tanam biasanya
tidak teratur dan terlihat cenderung untuk menanam lebih rapat bercampur
dengan jenis tanaman lainnya. Di perkebunan negara maupun swasta yang
81
mengusahakan tanaman kelapa sudah diterapkan sistem "tandur jajar" yaitu
menanam tanaman dengan jarak dan barisan yang teratur. Hal ini dimaksudkan
agar lebih mudah dalam pemeliharaan.
Jarak tanam akan berpengaruh terhadap populasi tanaman per satuan
luas, penggunaan cahaya dan kompetisi hara dan air. Hal ini harus diperhatikan bila
akan menanam kelapa, terlebih jika akan dilakukan penanaman tanaman seta
diantara tanaman kelapa. Lahan penanaman kelapa ideal yang memperhatikan
keteraturan dan jarak tanam disajikan pada Gambar 4.2.
Gambar 4.2. Lahan Penanaman Kelapa yang Ideal
Tabel 4.1. Jarak Tanam Kelapa Berdasarkan Jenisnya
Jenis Kelapa Jarak Tanam (meter)
Kelapa Genjah 6x6
Kelapa Hibrida 8x8
Kelapa Dalam 8,8 x 8,5
9x9
9x9
10 x 10
9x10
82
Jarak tanam dapat berbentuk bujur sangkar, empat persegi panjang dan
segitiga samasisi. Bentuk segitiga samasisi saat ini banyak dipakai di perkebunan-
perkebunan kelapa karena dapat menghemat lokasi dan penyebaran sinar
matahari lebih merata. Sebagai contoh untuk jarak tanam 9 m x 9 m dengan
menggunakan sistem segi empat samasisi populasi tanaman hanya 123 – 124
pohon/hektar. Bila menggunakan sistem segitiga samasisi populasi tanaman dapat
mencapai 143 pohon/hektar. Pada daerah berbukit dipakai sistem kontur (garis
tinggi).
Selain ketiga sistem tanam tersebut masih dikenal satu sistem lagi yaitu
yang disebut sistem quincunx, yang biasanya dipakai pada peremajaan. Pada
sistem terakhir ini, tanaman-tanaman tua yang akan diganti baru dibongkar setelah
tanaman muda penggantinya tumbuh cukup besar.
Tabel 4.2. Jarak Tanam Kelapa Berdasarkan Sistem Jarak Tanam
Sistem Jarak Tanam Ukuran
1. Bujursangkar 9 m x 9 m atau 10 m x 10 m
2. Segitiga samasisi 9mx9mx9m
3. Empat persegi panjang 10 m x 9 m atau 10 m x 8 m
Jarak tanam diukur menurut bidang horisontal dan bukan menurut
topografi tanahnya, sehingga walaupun tanahnya miring maka jarak horisontal
antara tanaman kelapa yang satu dengan yang lainnya tetap sama. Arah barisan
dibuat utara selatan agar penggunaan sinar matahari lebih efisien.
Setiap tanaman mempunyai jarak tanam optimal yang berlainan dan cara
mengukur jarak tanam optimal yang paling praktis adalah dengan memperhatikan
batas tajuk daun antara pohon yang satu dengan lainnya cukup berdekatan tetapi
tidak sampai bersentuhan.
83
D. Lubang Tanam
Pembuatan lubang tanam bertujuan untuk memberikan ruang tumbuh
bagi akar tanaman yang baru dipindahkan.
Ukuran lubang tanam berbeda untuk jenis tanah yang berlainan,
tergantung pada tekstur tanahnya. Pada tanah berat seperti tanah liat ukuran
lubang tanam harus lebih besar dibandingkan untuk tanah-tanah ringan seperti
tanah berpasir. Ukuran lubang sebesar 60 cm x 60 cm x 60 cm digunakan pada
tanah-tanah ringan, sedang untuk tanah berat digunakan lubang tanam 100 cm x
100 cm x 100 cm.
Pembuatan lubang ini harus sudah selesai dikerjakan ± 2 bulan sebelum
tanam dengan tujuan agar tanah galian lubang tanam terkena sinar matahari dan
untuk memperbaiki aerasi tanah.
Pada lahan pasang surut tidak dilakukan pembuatan lubang tanam,
bahkan sebaliknya tanah tempat tanaman dinaikkan ± 100 cm x 100 cm x 100 cm.
Hal ini dimaksudkan agar tanaman kelapa tidak tergenang pada waktu air laut
pasang.
Tanah hasil galian bagian atas (top soil) dengan bagian bawah (sub soil)
dipisahkan. Satu bulan sebelum penanaman tanah hasil galian dikembalikan lagi
dengan susunan tanah tetap seperti semula, yaitu tanah bagian atas tetap di atas
dan bagian bawah tetap dibawah. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
Gambar 4.2. berikut ini.
84
Gambar 4.3. Cara Pembuatan dan Pengisian Lubang Tanam
E. Penanaman
Pengertian dari penanaman adalah kegiatan pemindahan bibit
(transplanting) dari pembibitan ke lapangan, dengan tujuan untuk mendapatkan
penanaman kelapa yang sehat dan mampu berproduksi optimal.
Bibit yang dipindahkan ke lapangan harus memenuhi syarat sebagai
berikut :
1. Daun bibit cepat membelah/mekar
2. Tiap bulan keluar daun, artinya bila bibit berumur 6 bulan maka bibit tersebut
telah memiliki 6 daun dari saat keluar daun yang pertama.
3. Pangkal batang besar, tegak dan tidak berlilin
4. Pelepah pendek, lebar, kuat dan tumbuh rapat
5. Daun lebar dan berwarna hijau segar
85
6. Bebas dari serangan hama dan penyakit.
Penanaman dilakukan pada awal musim hujan, yaitu sekitar bulan
Oktober sampai November. Bila penanaman dilakukan pada musim kemarau atau
pada saat curah hujan masih sedikit, bibit akan mengalami kekeringan dan bahkan
dapat menyebabkan kematian. Sementara itu bila harus dilakukan penyiraman
akan dibutuhkan biaya yang cukup besar. Oleh karena itu segala persiapan
penanaman harus dikerjakan bulan bulan sebelumnya dan harus direncanakan saat
awal musim hujan segala persiapan penanaman telah selesai.
1. Cara Menanam
Teknis menanam antara bibit kitri dan bibit polybag agak sedikit berbeda.
a. Menanam bibit kitri
Beberapa hari sebelum bibit ditanam, dasar lubang digemburkan. Tanah
lapisan atas dimasukkan sambil dicampur dengan pupuk P (TSP atau Rock
Phosphate) sebanyak 300 gram/lubang. Lubang tidak diisi sampai penuh, disisakan
bagian atas lubang sedalam 15 – 20 cm tetap kosong. Bibit kitri ditanam berdiri
tegak di tengah-tengah lubang. Kedalaman menanam 15 – 20 cm dari permukaan
tanah. Pangkal batang jangan terlalu tertimbun karena titik tumbuh masih berada
di bawah, dan kalau tertimbun pertumbuhannya akan mengalami hambatan.
Tanah sekitar bibit ditekan kuat agar bibit berdiri tegak.
b. Menanam bibit polybag
Sebelum diangkat ke tempat penanaman, bibit polybag harus disiram
lebih dahulu secukupnya. Akar yang melewati atau menembus polybag harus
dipotong.
Tanah lapisan atas terlebih dahulu dicampur dengan pupuk P (TSP atau
RP) sebanyak 30 gram/lubang, sebelum tanah ditimbunkan ke dalam lubang.
Masukkan bibit ke dalam lubang dengan hati-hati. Sebelum bibit dimasukkan ke
dalam lubang tanaman, polybag bagian bawah dipotong melingkar dan dibuat
irisan vertikal sampai ke ujung polybag. Bekas polybag selanjutnya digantungkan
86
pada ajir untuk meyakinkan bahwa polybag sudah dikeluarkan dari lubang
tanaman. Letak bibit di tengah tengah lubang (bila ajir terletak di tengah lubang)
atau pada arah yang sama terhadap ajir (bila ajir terletak 10 cm dari tepi lubang).
Bibit yang telah dimasukkan ke dalam lubang ditimbun tanah yang telah
dicampur dengan pupuk phosfat, kemudian dipadatkan dengan ketebalan tanah
3 –5 cm diatas sabut bibit kelapa.
Gambar 4.4. Menanam Bibit Polybag
Keterangan :
a. Lubang tanam berukuran 80 cm x 80 cm x 80 cm. Ajir dapat terletak 10 cm di
luar
b. lubang atau di tengah-tengah lubang (aj-1 atau aj-2). Lubang digali, tanah
atas (A, 0-30 cm) dipisahkan dari tanah bawah (B, 30-80 cm).
c. Persiapan tanam
d. Menanam bibit polybag.
- lepaskan dasar plastik
87
- taruh bibit di tengah-tengah lubang
- timbun dengan tanah atas sambil dimasukkan pupuk TSP/RP (300 gram)
- kuatkan tanah penimbun agar bibit berdiri tegak dan kokoh
- timbunan sampai permukaan tanah polybag (0-5 cm) dari permukaan
- tanah bawah sebar sekeliling.
Penimbunan tanah sebaiknya sedemikian rupa sehingga permukaan polybag
berada 5 cm di bawah permukaan lubang. Pemberian mulsa sekitar lubang sangat
dianjurkan karena akan dapat mempertahankan kelembaban tanah dengan baik.
Waktu tanam yang tepat adalah pada awal musim hujan, setelah hujan turun
secara teratur dan cukup untuk membasahi tanah (curah hujan selama 30 hari
mencapai 250 mm).
F. Pemeliharaan
Untuk mempertahankan potensi hasil tanaman kelapa, persyaratan untuk
pertumbuhan yang optimal perlu dihayati. Tanaman kelapa dapat berproduksi
tinggi bila persyaratan-persyaratan berikut terpenuhi, yaitu
a. Tanaman kelapa yang ditanam merupakan varietas unggul
b. Pemupukan yang tepat
c. Jarak tanam yang optimal
d. Terhindar dari gangguan gulma, hama dan penyakit.
Meskipun kemampuan produksi setiap tanaman ditentukan oleh faktor
genetik tanaman itu sendiri, jika tidak dilakukan pemeliharaan akan berpengaruh
negatif terhadap kemampuan tanaman tersebut. Kegiatan pemeliharaan dapat
dibedakan berdasarkan tanaman belum menghasilkan dan tanaman menghasilkan.
1. Tanaman Belum Menghasilkan (TBM)
Waktu yang sangat kritis untuk tanaman muda ialah sejak mulai ditanam
sampai umur 3 – 4 tahun. Selama waktu itu, tanaman harus diberi perhatian
sebesar-besarnya agar dapat tumbuh menjadi tanaman yang sehat, subur dan
cepat berproduksi.
88
Tanaman muda harus dihindarkan dari gangguan hewan, saingan dari
rerumputan dan tanaman liar lainnya, serangan rayap, dan kemungkinan
tergenang air dan lumpur.
Pemeliharaan yang umum dilakukan adalah sebagai berikut :
a) Pemagaran
Di tempat-tempat atau daerah-daerah dimana terdapat banyak gangguan
hewan (babi hutan, kerbau, kambing dan sebagainya), tanaman muda perlu
dipagari untuk menghindari kemungkinan terjadinya kerusakan. Pemagaran
dipertahankan sampai tanaman cukup besar dan tidak lagi diganggu ternak besar.
b) Penyiraman
Untuk mencegah kemungkinan kekeringan, bibit yang baru ditanam perlu
disiram sampai terbentuknya perakaran baru yang dapat menjaga kelangsungan
hidup tanaman muda. Pemberian air perlu dilakukan di musim kemarau, selama 2
–3 tahun pertama setelah bibit dipindahkan. Perlunya penyiraman ini bergantung
pada keadaan setempat.
c) Naungan
Selesai bibit ditanam untuk bibit kitri dianjurkan untuk menaunginya agar
terlindung dari terik matahari. Jenis naungan yang dapat diberikan misalnya :
- menancap daun-daun kelapa sekeliling lubang tanaman, atau
- menanam pupuk hijau perdu seperti Crotalaria sp., atau Theprosia sp. di
sekeliling lubang tanaman
Naungan diperlukan sampai tanaman berumur ± 1 tahun. Setelah tanaman
tumbuh baik, naungan dihilangkan secara berangsur-angsur.
d) Penanaman tanaman penutup tanah
Penanaman penutup tanah diantara tanaman kelapa sangat dianjurkan,
karena diperoleh beberapa keuntungan, yaitu :
- memberantas gulma
89
- menambah kadar Nitrogen di dalam tanah melalui fiksasi N bebas dari udara
oleh bakteri Rhizobium
- menambah bahan organik (serasah) yang dapat memperbaiki sifat fisik tanah
- mencegah terjadinya erosi
- menahan penguapan terutama dalam musim kemarau
- khusus untuk kebun kelapa, tanaman penutup tanah mampu menekan
perkembangan hama Oryctes.
Jenis tanaman penutup tanah yang dianjurkan adalah termasuk tanaman
Leguminosae (legumes cover crop), seperti Calopogonium caeruleum,
Calopogonium mucunoides, Psophocarpus palustries, Pueraria javanica, avanica,
Centrocema pubescens, Centrocema plumieri, dll. Dewasa ini jenis Calopogonium
caeruleum sangat disukai pada perkebunan kelapa.
e) Penanaman tanaman sela (intercrop)
Tanah pada sekitar tanaman muda selain ditanami dengan tanaman penutup
tanah (LCC) dapat juga ditanami tanaman bahan makanan. Dalam rangka
pelaksanaan Proyek Pembangunan Kelapa Rakyat, penanaman tanaman sela
diantara tanaman kelapa diatur sebagai berikut :
- waktu: 3 tahun pertama setelah penanaman kelapa.
- jenis tanaman: tanaman semusim seperti padi dan kacang-kacangan (kedele,
kacang tanah, kacang hijau, kacang tunggak). Jagung hanya boleh ditanam
pada tahun kedua dan ketiga, sedangkan ubi kayu tidak diperbolehkan.
- tanaman sela diharuskan diberi pemupukan sesuai kebutuhan tiap-tiap jenis
tanaman sela yang bersangkutan.
- Penanaman tanaman sela berada di luar radius 1,5 sampai 2 meter dari
tanaman kelapa.
90
f) Memperbaiki keadaaan tanah
Tanah sekitar tanaman harus digemburkan, sehingga perakaran dapat
berkembang dengan baik. Bila tanaman mulai tumbuh besar, penggemburan tanah
dapat dilakukan dengan menggunakan traktor.
Selain tindakan-tindakan tersebut di atas, hal-hal lain yang harus
diperhatikan adalah :
- air hujan tidak menggenangi lubang tanaman dalam jangka waktu yang cukup
lama.
- tumbuhan liar yang tumbuh di dalam/sekitar lubang harus selalu dibersihkan.
- tanaman penutup tanah yang menjalar atau merambat tidak naik melilit
tanaman kelapa, karena akan mengganggu pertumbuhannya. Daerah sekitar
batang harus dibersihkan pada jarak tertentu (clean weeding sekitar batang).
- lubang tanam sebaiknya ditutup secara barangsur-angsur.
g) Menyulam
Tanaman yang mati, tumbuh kurang sehat dan kurang baik (bibit tumbuh
kerdil, terserang hama penyakit), harus segera dibongkar dan kemudian disulam
dengan bibit baru yang baik. Sebagai bibit sulaman harus diusahakan yang
berumur sama dengan tanaman yang digantikannya. Untuk hal ini perlu disediakan
bibit cadangan di pesemaian, dan lebih baik bila digunakan bibit polybag yang
sama umurnya. Penyulaman dilakukan pada waktu musim hujan setelah bibit yang
akan diganti telah didongkel dan dibakar.
h) Pemupukan
Pemupukan harus segera dilaksanakan terhadap tanaman muda agar
pertumbuhannya sehat dan subur. Waktu, dosis dan cara pemupukannya akan
diuraikan kemudian pada sub bab berikutnya.
i) Pengendalian gulma
91
Gulma yang tumbuh di pertanaman kelapa merupakan salah satu faktor yang
dapat menurunkan hasil tanaman kelapa. Pengaruh yang merugikan dengan
adanya gulma di sekitar pertanaman kelapa adalah :
- terjadinya persaingan dalam penyerapan unsur hara dan air dengan tanaman
pokok sehingga akan sangat menekan pertumbuhan tanaman pokok. Dalam
jangka waktu yang panjang akan berpengaruh pula pada tanaman pokok dalam
hal ketahanan terhadap hama/ penyakit, pengambilan hara dan produksi,
- menjadi inang hama/penyakit yang menyerang tanaman pokok,
- dapat menghasilkan bahan sekresi yang bersifat meracuni terhadap tanaman
pokok.
Jenis-jenis gulma yang banyak tumbuh di pertanaman kelapa adalah:
- Axonopus compressus (rumput pahit, papaitan)
- Borreria laevis (ketupang lemah)
- Chromolaena odorata (kirinyuh)
- Imperata cylindrica (alang-alang)
- Ischaenum timorense (tembagaan, tatambagaan)
- Mikania micrantha (mikania, sembung rambat, areuy)
- Panicum repens (lampuyangan, balungan, jajahean)
- Paspalum conjugatum (rumput pahit, jukut pahit)
Pertumbuhan gulma terutama dipengaruhi oleh intensitas penaungan. Pada
waktu tanaman kelapa masih muda keadaan daun belum menutupi seluruh
permukaan tanah, sehingga gulma tumbuh lebih cepat. Berbeda dengan tanaman
kelapa yang telah tua dimana daun sudah saling menutupi permukaan tanah dan
menghambat pertumbuhan gulma yang ada di bawahnya. Oleh karena itu
intensitas pengendalian gulma pada tanaman muda biasanya lebih tinggi dibanding
tanaman kelapa yang telah tua.
Pengendalian gulma dapat dilakukan terhadap seluruh areal pertanaman
kelapa (clean weeding), tetapi cara ini banyak membutuhkan tenaga kerja dan
92
biaya. Berdasarkan imbangan antara faktor biaya dan manfaat, saat ini telah
diterapkan sistem pengendalian gulma yang disebut sebagai "circle weeding".
Circle weeding dilakukan dengan mencangkul gulma yang tumbuh di sekitar pohon
dengan arah cangkulan dari luar ke dalam atau dari pinggir ke tengah. Hal ini
dimaksudkan agar permukaan tanah di sekitar pohon tidak menjadi cekung dan
tidak tergenang air pada musim hujan.
Rotasi dan radius circle weeding tergantung pads umur tanaman dan
kecepatan tumbuh gulmanya. Tanaman dengan umur 0 – 1 tahun gulma
dibersihkan dengan radius ± 75 cm tiap bulan, umur 2 –3 tahun dengan radius ±
100 cm sepuluh kali per tahun, umur 4 tahun dibersihkan dengan radius 125 – 200
cm dengan rotasi tergantung pertumbuhan gulma.
Pengendalian gulma di perkebunan kelapa dapat pula dengan menggunakan
zat kimia yang disebut herbisida. Berdasarkan sifat bahan aktifnya, herbisida dapat
dibagi menjadi tiga golongan, yaitu
(1) Kontak, contoh : Gramoxon, Paracol, Agroxon
(2) Kontak sistemik
(3) Sistemik, contoh: Round Up (efektif untuk pemberantasan alang-alang),
Pelitapon, Dowpon S, Basfapon, dll.
Herbisida kontak bekerja melalui bagian tumbuhan yang terkena herbisida,
misalnya daun atau bagian lainnya. Herbisida sistemik bekerja melalui sistem
penyerapan zat makanan, yaitu melalui akar atau daun. Herbisida kontak sistemik
dapat bekerja melalui kedua cara tersebut di atas.
Khusus untuk memberantas gulma alang-alang sebaiknya menggunakan
herbisida sistemik agar alang-alang tersebut mati sampai akar-akarnya. Pada areal
dimana alang-alang tumbuh terpencar-pencar pemberantasannya dapat dilakukan.
dengan carat usapan (wiping), yaitu mengolesi alang-alang dengan larutan
herbisida sistemik.
93
Cara lain untuk mengendalikan gulma yang sekaligus dapat menambah
kesuburan tanah serta mengurangi erosi adalah dengan menggunakan tanaman
penutup tanah (cover crop). Jenis tanaman penutup tanah yang sering digunakan
adalah Psophocarpus palustries, Calapogonium mucunoides, Calapogonium
caeruleum, Centrocema pubescens dan Pueraria javanica.
Sifat kelima jenis tanaman penutup tanah tersebut dapat dilihat pada
Tabel 4.3.
Tabel 4.3. Sifat-Sifat Tanaman Penutup Tanah
Jenis Tanaman Kecepatan Kemampuan Daya Tahan
Penutup Tanah Tumbuh Menutup Kekeringan
Psophocarpus palustries Cepat Sedang Agak tahan
Calapogonium mucunoides Cepat Baik Tidak tahan
Calapogonium caeruleum Lambat Baik Tahan
Centrocema pubescens Lambat Kurang Agak tahan
Pueraria javanica. Agak cepat Baik Agak tahan
Sumber: Suhardiyono, 1988
Penanaman tanaman penutup tanah dilakukan setelah keadaan lapangan
bersih dari gulma dan pada saat tanam yang tepat adalah setelah beberapa kali
turun hujan serta keadaan tanah telah cukup basah atau lembab.
Penanaman dilakukan dengan disebar dalam lubang tanam yang
berbentuk jalur sedalam 2,5 – 5 cm dan jarak antar jalur ± 1 meter.
Tanaman penutup tanah tidak boleh merambat atau melilit tanaman
kelapa dan jika hal ini terjadi harus segera dilakukan kegiatan yang disebut
"rambet" yaitu menurunkan atau menyingkirkan tanaman penutup tanah sampai
radius ± 1 – 2 meter dari pohon.
2. Tanaman Menghasilkan (TM)
Tanaman kelapa yang memperoleh pemeliharaan yang baik akan mulai
berproduksi pada umur 3 – 4 tahun untuk kelapa hibrida dan 7 – 8 tahun untuk
94
kelapa dalam. Untuk memperoleh tanaman yang tumbuh sehat dan subur,
tanaman dewasa harus mendapat pemeliharaan lanjutan yang baik sehingga
dengan demikian produksinya pun tinggi.
a. Pemupukan
Banyak petani kelapa yang masih beranggapan bahwa kelapa dapat
tumbuh, berkembang dan berproduksi optimal tergantung alam tanpa
memerlukan tindakan pemupukan. Anggapan demikian merupakan kendala yang
harus segera dihilangkan, sebab beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa
pemupukan dapat meningkatkan produksi kelapa.
Tujuan pemupukan pada tanaman produksi adalah untuk menambah
unsur-unsur hara yang dibutuhkan tanaman sehingga keseimbangan hara di dalam
tanah dan tanaman tetap terpelihara.
Jenis-jenis pupuk yang digunakan umumnya tunggal seperti:
- pupuk N : Urea atau ZA
- pupuk P : TSP atau Rock Phosphate
- pupuk K : Muriate of Potash (MOP)/ KCI
- pupuk Mg: Kieserite
- pupuk B : High Grade Fertilizer Borate
Pupuk majemuk (compound) yang mengandung NPKMg dapat juga
digunakan pada pemupukan kelapa.
Unsur hara bagi tanaman merupakan dasar dalam proses metabolisms
yang sering kali merupakan faktor pembatas dalam mencapai tingkat produksi
yang baik. Untuk mengetahui takaran atau dosis unsur hara yang harus diberikan
dalam bentuk pemupukan, sesungguhnya diperlukan data analisis yaitu hasil
analisis tanah dan daun. Dalam praktek data hasil analisis daun cukup menjadi
pedoman dalam menentukan dosis pemupukan kelapa.
Dengan demikian, dosis pemupukan dari satu tempat ke tempat lain akan
berbeda-beda. Untuk mengetahui unsur hara apa yang banyak diperlukan oleh
95