tanaman dapat dilakukan dengan menganalisis bagian-bagian tanaman tersebut.
George dan Teik (1932 dalam Von Uexkull, 1980) telah menganalisis unsur hara
yang terdapat dalam daun, mayang dan buah kelapa dengan hasil seperti terlihat
dalam Tabel 4.4.
Tabel 4.4. Unsur Hara yang Terangkut oleh Bagian-Bagian Tanaman Kelapa (Kg/ha)
Bagian N P K Ca Mg
tanaman
Daun 30-48 4,4-11 15-65 2-18 2,4-25
Mayang 2-3 0,4 7-16 0,7 0,6-2
Buah 31-39 5,7-8 60-170 0,7-2,9 2,4-5,4
Total 63-90 10,5-19 81-250 3,5-22 5,4-32
Sumber : Von Uexkull,1980
Dari hasil analisis pada Tabel 4.4 terlihat bahwa Kalium (K) merupakan
unsur yang paling banyak diambil, terutama pada bagian buah kelapa. Karena
tanah tidak dapat menyediakan unsur hara secara terus menerus maka unsur hara
yang terambil oleh tanaman kelapa tersebut harus dikernbalikan kedalam tanah
melalui usaha pemupukan.
Beberapa metode untuk menentukan kebutuhan unsur hara bagi
tanaman adalah :
a. Dengan menghitung jumlah unsur hara yang terangkut tanaman
b. Analisa tanah
c. Analisa bagian-bagian tanaman tertentu
d. Dengan percobaan pemupukan.
Di perkebunan-perkebunan kelapa, untuk mengetahui dosis dan jenis
pupuk digunakan analisa tanah dan analisa daun. Analisa tanah dilakukan dengan
maksud untuk mengetahui ketersediaan unsur hara dalam tanah, sedangkan
analisa daun untuk mengetahui jenis serta jumlah unsur hara yang diperlukan
untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman kelapa. Namun apabila tidak
96
tersedia hasil analisis tanah, maka penentuan jenis dan jumlah unsur hara yang
harus diberikan dapat dilakukan berdasarkan pada hasil analisa daun setelah
disesuaikan dengan batas kritis kandungan unsur hara pada daun tersebut.
Batas kritis suatu unsur di dalam jaringan tanaman adalah angka
konsentrasi unsur di dalam jaringan tanaman yang dianalisis, dinyatakan dalam
persen terhadap bobot kering. Apabila yang dianalisis daun, maka batas kritis
unsur yang terkandung di dalam daun adalah prosentase unsur yang dianalisis
terhadap bobot kering daun yang dianalisis.
Batas kritis unsur hara pada daun kelapa dari hasil penelitian beberapa
ahli dapat dilihat pada Tabel 4.5
Tabel 4.5 Batas Kritis Unsur Hara pada Daun Kelapa dari Hasil Penelitian
Beberapa Ahli
Kandungan Unsur Hara
Peneliti Persentase (%) (Ppm)
NP K Ca Mg CI S Mn Fe
Fremond (1966) 1,81 0,12 0,80 0,50 0,30 - - - -
Felizardo (1963) 0,82 0,12 0,80 0,30 0,20 0,50 0,15 60 50
Manciot (1979) 0,21 0,12 0,46 0,20 - - - --
Thampan (1981) 0,90 0.12 0,76 0,19 0,20 - - - -
Sumber: Hendrik dan Mahmud, 1984
Contoh daun yang akan diambil untuk dianalisis didasarkan pada letak
kedudukan pelepah yang dihitung mulai dari daun yang belum membuka, ditandai
dengan nomor urut 0 dan untuk daun yang lebih tua diberi nomor 1,2,3 dan
seterusnya. Nomor daun yang akan diambil sebagai Contoh tergantung pads umur
tanaman kelapa seperti terlihat dalam Tabel 4.6.
97
Tabel 4.6. Nomor Daun yang Diambil sebagai Contoh Daun
Umur Tanaman Jenis Kelapa
(tahun) Kelapa Dalam Kelapa Hibrida
1 - nomor 1
2 - nomor 4
3 - nomor 9
4 Nomor 19 nomor 14
>5 Nomor 14 nomor 14
Sumber : Suhardiyono, 1988
Daun yang telah didapat dibersihkan, kemudian diambil anak daun (helai
daun) yang berada di tengah-tengah pelepah daun masing-masing sebanyak 3
lembar pada bagian kiri dan kanan pelepah. Dari anak daun tersebut diambil lagi
bagian tengahnya sepanjang 15 cm, sedangkan lidinya dibuang.
Gambar 4.5. Cara Mengambil Daun Kelapa untuk Analisis Daun
Contoh daun yang telah didapat dimasukkan kedalam kantong plastik
yang diberi label nama kebun, blok, jenis kelapa, tahun tanam, tanggal
pengambilan. Kantong plastik ini ditutup rapat, kemudian dibawa ke laboratorium
untuk dianalisis.
Apabila analisis tanah dan analisis daun tidak memungkinkan untuk
dilaksanakan, maka sebagai pegangan dapat digunakan dosis dan jenis pupuk
seperti disajikan pada Tabel 4.7.
98
Corak dosis pemupukan lainnya misalnya dosis pemupukan yang
diberikan pada kelapa hibrida yang ditanam pada tanah "Volcanic Latosol" dengan
dosis gram pupuk/pohon/tahun adalah sebagai berikut:
- Urea : 2.000 gram
- TSP : 750 gram
- KCI : 2.400 gram
- Kieserite : 750 gram
- NaCI : 750 gram
- Borax : 50 gram
Tabel 4.7. Jenis dan Dosis Pemupukan pada Tanaman Kelapa
Dosis Pupuk (gram/pohon)
Umur Tanaman Urea TSP KCI Kieser Borax
Saat tanam ite -
- -- -
1 bulan setelah tanam 100 100 100 50
Tahun pertama : 200 - 300 100 -
- Aplikasi ke-1 200 250 300 100 10
- Aplikasi ke-2
- 450 150 -
Tahun ke-2 : 350 600 450 150 25
- Aplikasi ke-1 350
- Aplikasi ke-2 - 600 200 -
- 600 200 -
Tahun ke-3 500
- Aplikasi ke-1 500 - 600 200 -
- Aplikasi ke-2 800 600 200 -
Tahun ke-4 99
- Aplikasi ke-1 500
- Aplikasi ke-2 500
Sumber : Suhardiyono, 1988
Keterangan :
1. Aplikasi ke-1 adalah pada awal musim hujan
Aplikasi ke-2 adalah pada akhir musim hujan
2.Pemupukan tahun kelima dan seterusnya disamakan dengan tahun keempat,
kecuali menurut hasil analis daun diperlukan perubahan dosis.
Penyesuaian dosis dengan umur tanaman adalah sebagai berikut :
- Seedling dengan polybag, 1 % dosis, diberikan tiap bulan
- Waktu tanam, 25% dosis, diberikan sebagai pupuk dasar
- Umur 1 tahun, 25% dosis, diberikan tiap 3 bulan (1/4 x 25% dosis) Umur Umur
2 tahun, 50% dosis, diberikan tiap 6 bulan ( 1/2 x 50% dosis).
- Umur 3 tahun, 75% dosis, diberikan tiap 6 bulan (1/2 x 75% dosis).
- Umur 4 tahun, 100% dosis, diberikan tiap 6 bulan (1/2 x 100% dosis).
- Umur diatas 4 tahun, 100% dosis, diberikan tiap 6 bulan (1/2 x 100% dosis).
Cara pemberian pupuk
- Pupuk dimasukkan ke dalam lubang yang dibuat sekeliling batang. Jari-jari
lingkaran disesuaikan dengan besarnya pertumbuhan tanaman.
- Pupuk dimasukkan ke dalam larikan diantara barisan tanaman. Pada cara ini
dapat pula dikombinasikan dengan pembenaman pupuk organik.
- Pupuk disebar sekitar batang, kemudian dimasukkan ke dalam tanah dengan
jalan mencangkul dangkal tanah sekitar tanaman.
Pupuk Buatan
Pupuk buatan terdiri dari pupuk tunggal dan pupuk majemuk. Pupuk
tunggal adalah pupuk yang hanya mengandung satu macam unsur hara utama,
yaitu Urea mengandung 45% N, Sulfat Kalium (ZK) mengandung 50% K20, Sulfat
Amonium (ZA) mengandung 20% N, Super Phosfat Tunggal (ES) mengandung 18 –
19% P2O5, Super Phosfat Rangkap (DS) mengandung 36% P2O5, Triple Super Phosfat
(TSP) mengandung 46% P205 dan Muriate of Potash (KCI atau MOP) mengandung
60% K2O. Pupuk majemuk adalah bahan pokok yang mengandung lebih dari satu
unsur hara, misalnya Amofoska yang mengandung unsur NPK. Cara pemberian
pupuk pada tanaman kelapa diilustrasikan pada Gambar 4.5.
100
Peranan dan gejala kekurangan (defisiensi) unsur hara pada tanaman
kelapa :
Nitrogen
Nitrogen berperan dalam pembentukan sel dan klorofil tanaman.
Pemberian pupuk N pada tanaman kelapa dapat meningkatkan ketinggian pohon,
jumlah daun, tandan buah dan bunga betina tetapi tidak mempengaruhi kualitas
buah.
Kekurangan unsur Nitrogen akan menimbulkan gejala sebagai berikut
a. Seluruh daun berwarna hijau pucat atau hijau kekuningan, terutama pada daun
muda
b. Kekurangan yang telah parah, daun-daun tua menjadi berwarna kuning
keemasan, selanjutnya menjadi kemerah-merahan dan akhirnya berwarna abu-
abu kemerah-merahan.
Gambar 4.6. Cara Pemberian Pupuk pada Tanaman Kelapa
101
a. Pemupukan pada tanaman muda. Pupuk diberikan dalam lubang sekeliling
tanaman.
b. Pemupukan pada tanaman menghasilkan. Pupuk diberikan dalam lubang
sekeliling tanaman, 30 – 200 cm dari pangkal batang.
Peranan utama phosfor adalah dalam proses metabolisme energi, seperti
pembentukan senyawa berenergi tinggi Adenosin triphospat (ATP), mengatur
energi enzimatik dan aktivator berbagai enzim. Darwis (1986) mengemukakan
bahwa unsur P bersama-sama dengan unsur K berperan dalam pembentukan
bunga, buah, perkembangan akar, mempercepat pemasakan buah, meningkatkan
ketahanan terhadap serangan hama penyakit serta meningkatkan kualitas hasil.
Kekurangan phosfor menyebabkan terganggunya perkembangan akar,
memperlambat proses pemasakan buah serta daun berwarna kuning.
Kalium
Tanaman kelapa dikenal sebagai tanaman yang memerlukan unsur
kalium dalam jumlah besar. Hal ini dapat diketahui dari banyaknya unsur K yang
terangkut oleh panen. Banyak tanah di daerah tropik tidak dapat menyediakan
kalium dalam jumlah yang cukup untuk mempertahankan produksi yang tinggi.
Kekurangan unsur kalium sering merupakan faktor pembatas utama produksi
kelapa.
Peranan unsur kalium adalah:
a. Membantu pembentukan karbohidrat dan lemak.
b. Membantu pembentukan klorofil, walaupun tidak ikut menyusun molekul
klorofil.
c. Mengatur keseimbangan air dalam tanaman sehingga meningkatkan
ketahanan tanaman kelapa dari kekeringan.
d. Mendorong pembentukan akar.
e. Meningkatkan kualitas buah.
102
Gejala kekurangan unsur kalium adalah :
a. Gejala pada daun kelapa dapat dibedakan menjadi beberapa tahap, yaitu :
Tahap awal : ujung daun mengering dan timbul bercak-bercak hijau pucat yang
dimulai dari ujung daun. Selanjutnya bercak ini membesar dan warnanya
menjadi coklat kemerahan.
Tahap medium: secara berangsur-angsur bercak kuning dan coklat kemerahan
menjalar ke arah pangkal pelepah daun, tetapi jaringan sepanjang lidi masih
tetap hijau. Aktivitas fotosintesa pada daun semacam ini sangat berkurang.
Tahap akhir: seluruh daun warnanya menjadi kuning jingga dan mulai dari
ujung helai.
b. Menurunkan jumlah buah per tandan, menghambat pembentukan daun.
c. Mengurangi jumlah bunga betina.
d. Banyak buah yang gugur sebelum menjadi buah tua.
e. Ukuran buah kelapa kecil dengan daging buah yang tipis karena fotosintesa
dan translokasi hasil fotosintesa terhambat.
Pupuk buatan diberikan dua kali per tahun, yaitu pada awal dan akhir
musim hujan dengan cara disebar secara melingkar di sekitar pohon dengan
radius 150 – 200 cm.
Pupuk Organik
Pupuk organik yang digunakan dapat berupa pupuk kandang, pupuk
hijau, kompos dan lain-lain.
Pemberian pupuk organik berpengaruh terhadap sifat fisik, kimia dan
biologi tanah. Pengaruhnya terhadap sifat fisik tanah adalah memperbaiki struktur
tanah, aerasi dan drainase tanah serta memperbesar daya menahan air.
Pengaruhnya terhadap sifat kimia adalah kemampuan bahan organik tersebut
untuk melepaskan unsur hara yang dikandungnya secara perlahan-lahan sesuai
dengan tingkat dekomposisinya. Sedangkan terhadap sifat biologi tanah adalah
menambah populasi mikroorganisme.
103
Pupuk organik dapat diberikan bersamaan saat pengolahan tanah, atau disebar di
sekitar pohon kelapa. Cara yang terakhir tersebut dapat menimbulkan kerugian
karena akan merangsang pertumbuhan akar ke permukaan tanah dan dapat
menjadi sarang hama kumbang nyiur (Oryctes sp.).
b. Pengerjaan tanah
Tanah dalam areal pertanaman perlu diolah, baik dengan cara dicangkul
maupun dibajak dengan traktor, 1-2 kali dalam setahun. Tujuannya adalah untuk
memberantas rumput-rumput liar dan menambah bahan organik dari tumbuh-
tumbuhan yang dibenamkan. Untuk tiap individu tanaman, sewaktu-waktu harus
dibuat "bobokor", yaitu penggemburan tanah dan penyiangan bersih (clean
weeding) sekeliling tanaman.
c. Pembuangan tanaman yang tidak produktif
Seringkali di dalam kebun terdapat tanaman-tanaman yang kurang baik
pertumbuhannya atau tidak produktif, meskipun telah dipelihara dengan baik.
Tanaman-tanaman demikian harus dibuang secepat mungkin.
G. Penggunaan Beberapa Pola Tanam dalam Pemanfaatan Tanah di Bawah
Tanaman Kelapa Menghasilkan
Pengusahaan tanaman sela diantara tanaman kelapa dapat memperbaiki
aerasi tanah sehingga dapat memperbaiki sistem perakaran kelapa dan
meningkatkan produksi buah kelapa. Dewasa ini, sistem tumpang gilir (panen
berganda, multiple cropping) dianggap dapat dilakukan pula di bawah tanaman
kelapa yang telah menghasilkan. Tumpang gilir terutama dianjurkan untuk
mengatasi terjadinya akibat yang tidak menguntungkan karena naik turunnya
harga kopra yang sulit diramalkan. Pertimbangan lain dilaksanakannya penanaman
panen berganda (terutama pada perkebunan rakyat) adalah untuk menyerap
tenaga kerja, sebagai upaya pengendalian gulma, konservasi lahan, memperbaiki
sifat-sifat tanah, dan menambah produksi.
104
Pola tanam sistem tumpang gilir dan juga sistem-sistem multiple
cropping lainnya dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti tersedianya tenaga
kerja, keadaan tanah dan iklim, pemasaran hasil dan umur tanaman kelapa yang
bersangkutan.
Dalam hubungannya dengan keadaan tanah, tumpang gilir hendaknya
dilakukan dengan memperhatikan sifat-sifat tanah tempat tumpang gilir tersebut
dilaksanakan, misalnya :
- Untuk tanah yang ringan tanamlah umbi-umbian atau tanaman lainnya yang
menghendaki perlakuan terhadap tanah lebih sering.
- Untuk tanah berat: bila berdrainase baik, tanamlah tanaman tahunan.
- Untuk tanah yang bereaksi basa : kacang-kacangan, kakao.
- Untuk tanah yang bereaksi masam: nenas, kopi.
- Untuk tanah bersolum dangkal: tanaman hortikultura.
- Untuk tanah bersolum dalam : tanaman tahunan.
Untuk memperoleh hasil yang baik dari tanaman pokok (kelapa) maupun
tanaman sela, perlakuan untuk mempertahankan kesuburan tanah seperti
pemupukan dan pemeliharaan lainnya sangat penting untuk dilaksanakan
sebagaimana mestinya.
Dalam hubungannya dengan sifat iklim, pembagian curah hujan di suatu
daerah sangat besar pengaruhnya terhadap pemilihan jenis tanaman untuk
tumpang gilir. Untuk daerah basah, berbagai jenis buahbuahan seperti duku,
nenas, atau tanaman tahunan seperti kakao dapat dianjurkan. Sedangkan di
daerah dengan bulan-bulan kering yang tegas pada musim kemarau, tanaman kopi
dapat dianjurkan.
Pemasaran hasil tanaman tumpangsari dan tumpang gilir sangat penting
bagi perkembangannya. Oleh karena itu, penanaman tanaman yang hasilnya
mudah busuk (perishable) seperti sayur-sayuran dan buah-buahan, hanya
dianjurkan bila lokasi penanaman dekat dengan lokasi pasar dan alat-alat
105
transportasi cukup tersedia. Sebaliknya, untuk daerah yang jauh dari pasar dan
tidak tersedia alat-alat transportasi yang memadai, penanaman tanaman yang
dapat disimpan lama seperti kacang tanah, kopi, kakao akan lebih menguntungkan.
Pada penanaman kelapa yang lebih tinggi, dapat digunakan tiga musim
pola tanam yaitu :
- Tanaman sela dengan tanaman semusim
- Tumpangsari dengan tanaman tahunan
- Tumpang gilir.
Untuk tanaman sela dengan tanaman semusim, lahan di antara pohon-
pohon kelapa harus diolah dengan baik. Faktor curah hujan harus benar-benar
diperhatikan, dan memungkinkan untuk dapat dilaksanakannya berbagai kegiatan
pra tanam seperti persiapan lahan dan pembuatan pesemaian. Berbagai jenis
tanaman semusim yang dapat diusahakan adalah: padi, jagung, kacang-kacangan,
talas, sayur-sayuran, dan sebagainya.
Untuk sistem tumpangsari dengan tanaman tahunan dapat digunakan
sistem tanaman tunggal (single intercrop) atau tanaman ganda (multistorey
intercrop).
Untuk sistem tanaman tunggal, jenis tanaman yang dapat diusahakan
misalnya : pisang (jarak tanam 3 m x 4 m), kopi (3 m x 3 m), kakao (3 m x 3 m), yang
ditanam dengan memberi jalur selebar 2 meter di kanan-kiri barisan kelapa.
Pada sistem "multistorey intercropping", di bawah tanaman pokok kelapa
ditanam berbagai jenis tanaman yang tidak sama tingginya, misalnya nenas-
pepaya-kopi. Pada pola ini, nenas ditanam dengan jarak tanam 30 cm x 100 cm,
pepaya 3 m x 3 m (ditanam hanya dua baris diantara dua barisan kelapa),
sedangkan kopi ditanam dengan jarak 3 m x 3 m berada diantara barisan pepaya.
Pada tahun pertama, tanaman semusim seperti jagung, kacangkacangan,
atau mentimun, dapat ditanam diantara barisan nenas. Setahun kemudian sampai
dengan tahun ketiga, pepaya telah dapat dipanen. Pada tahun kedua, nenas telah
106
dapat dipanen dan anakannya dibiarkan sebagai tanaman selanjutnya. Bila nenas
dan pepaya habis masa penanamannya yaitu pada tahun ketiga, pada saat itu kopi
telah mulai berproduksi.
Pada pola "multistorey intercropping", masalah utama yang harus
diperhatikan adalah penanganan gulma dan pemupukan. Selain itu, pemeliharaan
terhadap masing-masing tanaman harus dilaksanakan pula sebagaimana mestinya.
H. Pemeliharaan Hewan Ternak di Bawah Tanaman Kelapa
Ruang yang terdapat di bawah pohon kelapa cukup luas untuk
dimanfaatkan bagi tujuan selain penanaman tanaman sela. Dalam hal ini,
pemeliharaan ternak seperti kerbau, sapi, kambing atau domba dapat
dipertimbangkan sampai batas-batas tidak mengganggu tanaman pokok. Cara ini
bertujuan agar petani memperoleh hasil tambahan dan akan sangat membantu
mereka tatkala harga buah kelapa ataupun kopra di pasaran sangat rendah.
Untuk melaksanakan pemeliharaan hewan ternak di bawah pohon kelapa
(integrated coconut – livestock farming system), terdapat beberapa hal yang harus
diperhatikan, yaitu :
- Petani harus meyediakan tanaman hijauan makanan ternak yang dapat
mencukupi kebutuhan ternaknya. Faktor utama yang membatasi pertumbuhan
rumput ternak yang ditanam di bawah pohon kelapa adalah kekurangan
cahaya. Pertumbuhan dan hasil rumput makanan ternak tergantung pada luas
daun dan intersepsi cahaya, sehingga produksi rumput maksimum hanya
diperoleh pada kondisi radiasi yang penuh. Oleh karena itu jenis rumput
makanan ternak harus dipilih yang cocok dengan keadaan areal dimana
tanaman pokok (kelapa) itu ditanam.
Jenis rumput yang dianjurkan misalnya rumput para (para grass, Brachiaria
mutica), rumput signal (Brachiaria decumbens), rumput benggala (Panicum,
maximum) dan rumput gajah (Pennisetum purpureum), yang dapat ditanam
bersamaan dengan tanaman kacangan (Leguminosae) yang toleran terhadap
107
naungan seperti: Centrocema pubescens, lndigofera endocaphylla, atau
lamtoro gung (Laucaena leucocephala).
Tanaman hijau ini harus menyediakan hijauan sekitar 15 kg per hari untuk
seekor sapi atau kerbau yang beratnya 250 kg, atau untuk 6 ekor kambing/biri-
biri dewasa.
- Memilih jenis ternak sapi, kerbau, kambing atau biri-biri yang baik (upgraded),
agar diperoleh hasil ternak yang menguntungkan.
- Jumlah ternak yang dipelihara harus sepadan dengan kemampuan
menyediakan makanan hijauan untuk pakan ternak tersebut. Dianjurkan untuk
memelihara 3 ekor sapi / kerbau atau 15 ekor kambing / domba per hektar
tanaman kelapa.
- Dalam keadaan persediaan rumput kurang sekali seperti pada saat kemarau
panjang, petani harus mampu mengusahakan hijauan makanan dari lain
tempat atau menyediakan makanan pengganti seperti jerami, konsentrat dan
sebagainya.
I. Simpulan
1. Teknik budidaya kelapa pada umumnya meliputi: persiapan lahan tanam,
penanaman tanaman penutup tanah, jarak tanam, lubang tanam, penanaman
serta pemeliharaan tanaman.
2. Persiapan lahan untuk perkebunan kelapa bervariasi tergantung pada situasi
dan kondisi lapangan. Situasi lapangan dimana lahannya miring diperlukan
adanya penanaman tanaman penutup tanah untuk mencegah erosi tanah
atau pada lahan yang sering tergenang diperlukan adanya pembuatan saluran
drainase dll. Kondisi lahan yang berbeda misalnya pada lahan yang berasal
dari hutan primer/sekunder, lahan bekas alang-alang atau dari lahan
peremajaan kebun kelapa juga perlu persiapan lahan yang berbeda.
3. Pertanaman kelapa rakyat biasanya jarak tanam kurang teratur dan
kecenderungan rapat sehingga produktivitas menjadi rendah karena ruang
108
tumbuh kelapa jadi sempit dan kesulitan mendapatkan hara dalam tanah
maupun persaingan mendapatkan sinar matahari. Sedang pada perkebunan
negara maupun swasta menerapkan sistem ”tandur jajar” yaitu menanam
tanaman dengan jarak dan barisan yang teratur.
4. Pembuatan lubang tanam sangat penting karena dimaksudkan untuk
memberikan ruang tumbuh bagi akar tanaman yang baru dipindahkan.
Ukuran lubang tanam adalah sebesar 60x60x60 cm untuk tanah-tanah ringan
dan 1 x 1 x 1 m untuk tanah berat.
5. Penanaman penutup tanah diantara tanaman kelapa sangat dianjurkan, karena
diperoleh beberapa keuntungan, yaitu: memberantas gulma, menambah
kadar Nitrogen di dalam tanah melalui fiksasi N bebas dari udara oleh bakteri
Rhizobium, menambah bahan organik (serasah) yang dapat memperbaiki sifat
fisik tanah, mencegah terjadinya erosi, menahan penguapan terutama dalam
musim kemarau, dll.
6. Jenis tanaman penutup tanah yang dianjurkan adalah termasuk tanaman
Leguminosae (legumes cover crop), seperti Calopogonium caeruleum,
Calopogonium mucunoides, Psophocarpus palustries, Pueraria javanica,
avanica, Centrocema pubescens, Centrocema plumieri, dll. Dewasa ini jenis
Calopogonium caeruleum sangat disukai pada perkebunan kelapa.
7. Serangan gulma di sekitar pertanaman kelapa dapat menurunkan hasil
tanaman kelapa. Pengaruh yang merugikan dengan adanya gulma adalah :
terjadinya persaingan dalam penyerapan unsur hara dan air dengan tanaman
pokok sehingga akan sangat menekan pertumbuhan tanaman pokok, menjadi
inang hama/penyakit yang menyerang tanaman pokok, dapat menghasilkan
bahan sekresi yang bersifat meracuni terhadap tanaman pokok. Berkenaan
dengan hal tersebut jenis gulma, pertumbuhan gulma dan penyebarannya
perlu dikenali dengan baik agar dapat ditentukan teknik penanggulangan
secara tepat guna dan berhasil guna. Hal ini juga berlaku untuk hama dan
109
penyakit karena serangan hama dan penyakit juga banyak menimbulkan
kerugian bagi para petani atau pengelola kebun swasta maupun negara.
8. Usaha pemeliharaan ternak seperti kerbau, sapi, kambing atau domba pada
lahan perkebunan dimungkinkan mengingat ruang yang terdapat di bawah
pohon kelapa masih cukup luas dengan catatan bahwa dalam pelaksanaannya
tidak sampai mengganggu tanaman pokok. Cara ini bertujuan agar petani
memperoleh hasil tambahan dan akan sangat membantu mereka tatkala
harga buah kelapa ataupun kopra di pasaran sangat rendah atau harga anjlok.
110
BAB V
HAMA DAN PENYAKIT PADA TANAMAN KELAPA
A. Hama Tanaman Kelapa
Kerusakan tanaman kelapa yang disebabkan oleh serangan hama, pada
belakangan ini meliputi jumlah sekitar 4 juta pohon, mengakibatkan penurunan
produksi sekurang-kurangnya 20.000 - 30.000 ton kopra tiap tahunnya.
Berdasarkan bagian tanaman yang diserang, hama tanaman kelapa dapat
dikelompokkan sebagai berikut :
Perusak pucuk
- Kumbang Brontispa (Brontispa sp.)
- Kumbang Nyiur (Oryctes rhinoceros L.)
- Kumbang Sagu (Rhynchophorus ferrugineus)
Perusak daun
- Belalang tahun (Locusta migratoria manilensis)
- Walang kayu (Valanga nigricornis Burn.)
- Belalang pedang (Sexava sp.)
- Kutu kapok kelapa (Aleurodicus destructor M.)
- Kutu aspidiotus Jawa (Aspidiotus sp.)
- Ulat kantong pinang (Mahasena corbetti)
- Ulat parasa (Parasa lepida)
- Ulat siput Palu (Darna catenatus)
- Ulat hidari (Hidari irava Moore)
- Ulat artona (Adona catoxantha H.)
- Ulat setora (Setora nitens)
Perusak bunga
- Ngengat bunga kelapa (Batrachedra arenosella W.)
- Ulat tirathaba (Tirathaba rufivena Walk.)
111
Perusak buah
- Tikus (Ratus-ratus Roquel)
- Tupai/Bajing (Callosciurus notatus dan Callosciurus nigrovitatus)
Pada uraian di bawah ini akan dibahas secara ringkas beberapa hama
yang penting, dari tahun ke tahun yang merupakan penyebab utama kerusakan
pertanaman kelapa.
1. Kumbang Brontispa (Brontispa sp.)
Famili : Chrysomelidae
Ordo : Coleoptera
Gejala serangan :
- Kumbang Brontispa merusak pucuk kelapa, terutama pada tanaman muda.
Baik larva maupun kumbangnya berada di dalam lipatan anak daun muda yang
belum membuka dan menggerek jaringan anak daun muda sehingga
meninggalkan bekas-bekas gerekan yang memanjang. Selanjutnya, daun-daun
itu berkerut dan akhirnya mati.
- Kerusakan yang ditimbulkan oleh kumbang ini, selain daun-daun kelapa rusak
dan buah-buah muda berguguran yaitu dapat mengakibatkan pohon-pohon
kelapa yang terserang itu tidak berbuah sama sekali pada beberapa tahun
berikutnya.
Sifat dan cara hidup
Kumbang dewasa (imago) bentuknya pipih, berukuran panjang 10 mm,
lebar 2 mm, kepalanya berwarna kuning coklat. Antenanya hitam, sedangkan
kuduknya kuning. Larva dan kumbang dewasa sangat takut akan cahaya. Karena itu
aktif bergerak pada malam hari.
Telur-telur diletakkan oleh kumbang-kumbang dewasa pada bekas
gerekan di anak daun, berbaris sebanyak 2-4 butir dan dibungkus dengan kotoran
bekas kunyahannya. Bentuk telur pipih jorong, panjang 1,4 mm dan lebar 0,5 mm.
112
Seekor kumbang betina bertelur sebanyak ± 120 butir. Stadium telur lamanya 4
hari.
Larva berbentuk pipih, panjang 10 mm, berwarna kuning. Sisi badan
berbulu pendek dan ekornya berkait seperto huruf U. Masa larva rata-rata selama
1 bulan.
Kepompong, berbentuk pipih. Panjang 10 mm, lebar 2mm, warna kuning,
ekornya juga berkait model huruf U seperti larvanya. Masa kepompong 4-7 hari.
Masa jadi telur hingga kumbang ± 1,5 bulan. Umur kumbang 1,5 bulan.
Jadi satu generasi umurnya ± 3 bulan. Dengan siklus hidup yang relatif pendek ini,
tidak mengherankan bahwa Brontispa terdapat sepanjang tahun, dengan populasi
tertinggi dijumpai pada musim kemarau.
Berdasarkan warna sayap perisainya, Brontispa sp. dibedakan atas dua
varietas, yaitu :
- Brontispa longissima var. javana Weise, dan
- Brontispa longissima var. selebensis Gestro.
Sayap perisai var. selebensis berwarna merah sawo dengan di tengah-tengahnya
kira-kira sepanjang 2/3 panjang sayap tampak hitam melebar, sedangkan pada var.
javana warna hitam tersebut tidak ada. Hal itulah yang membedakan antara dua
varietas kumbang Brontispa tersebut.
Pencegahan dan pemberantasan
a. Cara mekanis
Yaitu dengan memotong daun-daun yang terserang. Kelemahan
dilakukan cara ini adalah pohon kehilangan alat-alat asimilasinya dan
mengakibatkan luka-luka yang mudah menimbulkan berjangkitnya hama Oryctes
rhynoceros atau Rhychophorus ferrugineus.
b. Cara kimia
Pohon yang terserang dapat disemprot dengan dieldrin 0,15% atau
Chlordan 0,16% setiap 4-6 minggu. Penggunaan insektisida sistemik mempunyai
113
harapan yang lebih baik daripada racun kontak, karena sifat Brontispa yang selalu
menghindari cahaya dan bersembunyi.
c. Kombinasi cara mekanis-kimia
Cara ini dilakukan untuk mengatasi serangan yang berat dan kronis dalam
waktu yang relatif singkat. Kombinasi memotong daun yang terserang dan
menyemprot dengan insektisida, dapat lebih cepat menghancurkan hama ini.
d. Cara biologis
Menggunakan dua macam parasit :
- parasit telur (Haeckliana brontispae dan Ooencyrtus sp.).
- parasit larva dan kepompong (Tetrasticodes brontispae).
Pelaksanaan pemberantasannya adalah sebagai berikut :
Beberapa talang bambu yang diisi larva atau kepompong Brontispa yang
mengandung parasitnya ditempatkan di atas pohon kelapa. Diharapkan parasit
akan menyebar, kemudian menyerang hama Brontispa yang tengah mengganggu
kelapa.
2. Kumbang Nyiur (Oryctes rhinoceros L.)
Famili : Dynastidae
Ordo : Coleoptera
Gejala serangan :
- Kumbang dewasa menggerek dan mengebor pangkal pelepah daun hingga
mencapai daun-daun yang belum membuka. Akibatnya bila daun tersebut
membuka, maka bekas daun yang terserang tampak terpotong ujungnya
berbentuk segitiga.
- Bila menyerang titik tumbuh, pohon kelapa akan mati karena tidak mampu lagi
menghasilkan daun baru.
- Kerusakan akibat serangan kumbang nyiur dapat dilanjutkan oleh kumbang
sagu maupun kumbang tanduk kelapa.
114
Sifat dan cara hidup :
Telur kumbang ini berbentuk bulat, berwarna putih, berukuran panjang 3
mm dan lebar 2 mm. Seekor kumbang betina bertelur 35 – 70 butir.
Larva dewasa berukuran 12 mm. Kepalanya berwarna coklat kemerahan,
tubuh bagian belakang lebih besar daripada bagian depan, badannya berbulu
pendek dan pada ekornya bulu-bulu itu tumbuh rapat. Larva hidup pada sisa-sisa
tumbuhan yang telah membusuk, kotoran ternak, timbunan sampah, sisa-sisa
pengolahan hasil pertanian (sekam padi, ampas tebu, serbuk gergaji) atau batang
kelapa yang membusuk.
Kepompong berukuran lebih kecil daripada larvanya, dibungkus kokon
yang dibuat dari tanah, warnanya kuning.
Kumbang dewasa (imago) berukuran 3 – 5 cm, berwarna merah sawo.
Kumbang dewasa meninggalkan kokon pada malam hari dan segera terbang ke
atas pohon kelapa. Kemudian menyusup ke dalam pucuk membuat lubang
menembusi pangkal pelepah daun muda sampai di tengah-tengah pucuk dan
berada di tempat itu selama 5 –10 hari.
Masa perkembangan kumbang nyiur terdiri dari beberapa stadia,
masing-masing yaitu stadia telur 11 –12 hari, larva 63 – 164 hari, kepompong 19 –
27 hari clan kumbang 14 – 28 hari, sehingga seluruh perkembangannya
memerlukan waktu 3,5 – 6,5 bulan.
Kumbang nyiur jantan mempunyai cula yang lebih panjang dibandingkan
kumbang betina dan tertarik pada cahaya.
Kumbang nyiur merusak pula tanaman-tanaman lain, seperti : sagu,
gebang, pinang, kelapa sawit, tebu. Kumbang ini merajalela di daerah-daerah yang
curah hujannya tinggi dan merata sepanjang tahun.
Pencegahan dan pemberantasan
115
a. Cara sanitasi
Yaitu tidak memberi kesempatan kepada imago dan larvanya untuk
hidup pada timbunan-timbunan kotoran, misalnya dengan :
- membongkar timbunan-timbunan kotoran/sampah sambil mencari dan
membinasakan larva dan imago yang ditemukan. Pekerjaan ini sebaiknya
dilakukan secara teratur, tiap 2 bulan sekali.
- membakar timbunan kotoran dan sampah-sampah.
b. Cara kimiawi
Berdasarkan hasil penelitian Soenardi dkk. (1978) hama kumbang
nyiur dapat dikendalikan secara efektif dengan insektisida :
- Sevin 85 SP dengan dosis 10 gram/pohon dimana setengahnya disiramkan
dan sisanya ditaburkan ke pucuk tanaman mengarah ke titik tumbuh,
dengan interval pemberian setiap dua bulan
- Lebaycid 50 EC, dengan dosis 5 cc/liter air/pohon serta interval pemberian
dua bulan
- Untuk tindakan pencegahan dapat digunakan Basudin 10 G dengan dosis
20 gram/pohon langsung ditabur ke pucuk tanaman dan diulang setiap 3
bulan.
c. Kombinasi cara mekanis kimia dan sanitasi
Pohon yang terserang ditebang. Pucuknya clibelah-belch dan diberi
aldrin 40% WP untuk "trapping". Batang dan bagian-bagian lainnya dibakar.
Pekerjaan dilakukan sedemikian rupa, yaitu dimulai dari perbatasan daerah
yang masih bebas hama dan daerah yang sudah dibersihkan, merupakan
penghalang untuk meluasnya serangan selanjutnya. "Trapping" dapat juga
dilakukan dengan menumpuk sampah yang diberi insektisida misalnya BHC
atau HCH. Kumbang yang bertelur di atasnya akan teracuni.
116
d. Cara biologis
Pengendalian hama kumbang nyiur secara biologi dapat dilakukan
dengan menggunakan :
a. Menggunakan cendawan Metharrhizium anisopliae
Cendawan ini menyerang larva kumbang nyiur sehingga menjadi kering dan
mati. Seringkali kepompong dan kumbang juga diserang.
b. Menggunakan virus Baculovirus oryctes
Tahun 1987 pemerintah Indonesia telah mengimpor virus ini untuk
mengendalikan hama Oryctes yang seclang mengganas. Pengendaliannya
dengan cara menginfeksi kumbang Oryctes dengan virus ini dan kumbang
yang terinfeksi akan mati dalam waktu 4-6 minggu. Selama waktu tersebut
kumbang yang telah terinfeksi virus dilepas ke pertanaman kelapa sehingga
dapat menyebarkan virus yang dibawa kepada kumbang nyiur lainnya.
Kumbang nyiur yang dilepas minimal 10 ekor/ha/bulan.
e. Cara kultur teknis
Dengan cara menanam tanaman penutup tanah pada areal
pertanaman kelapa sehingga perkembangbiakan hama kumbang nyiur dapat
ditekan.
3. Kumbang Sagu ( Rhynchophorus ferrugineus Oliv.)
Gejala serangan:
- Penyebab kerusakan adalah stadium larva.
- Pada tanaman kelapa muda, larva terdapat pada akar, batang dan tajuk daun.
- Pada tanaman kelapa tua, hanya menyerang bagian tajuk daun saja dan akibat
serangannya pucuk tanaman menjadi patah. Bila serangan mengenai titik
tumbuh dapat mengakibatkan kematian tanaman.
- Dari bekas gerekan pada batang keluar sisa-sisa serat serta kotorannya.
117
Sifat dan cara hidup
Masa perkembangan kumbang sagu terdiri atas stadia telur ± 3 hari, larva
2-3 hari, kepompong 13-16 hari dan stadia kumbang ± 107 hari. Kumbang tertarik
dengan jaringan yang terluka dan di tempat luka ini telur biasa ditempatkan.
Pencegahan dan pemberantasan
a. Sanitasi
Umumnya serangan kumbang sagu merupakan kelanjutan dari
serangan kumbang nyiur, karena itu serangan kumbang nyiur harus dihindari,
kebun harus bersih dan dihindari terjadi pelukaan pada batang pohon kelapa.
Pada waktu memotong daun, sebaliknya pelepah daun ditinggalkan sepanjang
± 30 cm atau pelepah daun dibiarkan sampai mengering sebelum dirontokkan.
b. Cara kimiawi
Jenis dan dosis insektisida yang digunakan untuk mengendalikan
hama ini sama dengan yang digunakan pada pengendalian kumbang nyiur.
Dapat juga digunakan insektisida yang bersifat sistemik dengan jalan infus akar
atau penyuntikan melalui batang tanaman kelapa.
4. Belalang Pedang (Sexava sp.)
Famili : Locustidae
Ordo : Orthopthera
Gejala serangan :
- Hama belalang ini memakan daun kelapa terutama daun yang sudah mencapai
tingkat pertumbuhan sempurna (tua) mulai dari bagian pinggir daun dan
meninggalkan bekas serangan tidak teratur. Serangan dimulai dari pelepah daun
paling bawah. Dalam keadaan yang terpaksa belalang pedang dapat juga
menyerang daun muda kulit buah dan bunga.
- Sexava biasanya merajalela pada musim kemarau. Baik bentuk nympha maupun
imago (dewasa) sangat rakus. Pada serangan yang berat, daun bagian bawah
hanya tinggal lidi saja.
118
Sifat dan cara hidup
Dikenal 3 species penting, yaitu :
a. Sexava nubile Stal.
Disebut juga belalang Talaud. Hama ini banyak terdapat di kepulauan
Aru, Seram dan Bacan. Belalang dewasa berukuran sampai 11 cm, warnanya
hijau. Seekor betina bertelur ± 50 butir. Telurnya berbentuk seperti gabah,
panjangnya ± 12 mm. Masa telur 50 hari. Larva yang baru ditetaskan
panjangnya 12 mm, berwarna hijau atau merah sawo. Stadium larva ± 70 hari.
Satu generasi dari telur sampai ke telur lagi lamanya ± 5 bulan.
b. Sexava coriacea L.
Bentuk dan warnanya hampir sama seperti S. nubile. Stadium telur
dan larva berturut-turut 50 dan 110 hari. Satu generasi dari telur ke telur,
lamanya 5 – 6 bulan.
c. Sexava kranyi Lfs.
Disebut juga "walang kerik" atau "belalang Togean". Panjangnya
hanya 7 cm. Hama ini banyak terdapat di kepulauan Una dan Togean. Belalang
Sexava hanya terbang dekat-dekat saja. Bergerak aktif pada malam hari dan
pada siang hari tinggal diam bersembunyi di bawah daun. Belalang betina
bertelur pada malam hari, telurnya diletakkan di dalam tanah. Larva yang baru
ditetaskan segera mencari pohon kelapa, lalu memanjat dan akan hidup di atas
pohon hingga dewasa.
Pencegahan dan pemberantasan
Dapat dilakukan 4 cara pemberantasan yaitu
a. Cara mekanis
Dilakukan dengan mencari telur dan nymphanya, kemudian
dihancurkan. Belalang dewasa relatif mudah ditangkap, dan hal ini dapat
dilaksanakan, tetapi hanya dalam jumlah yang sangat terbatas.
119
Di Sulawesi Utara (Sangihe-Talaud) telah dicoba pula penggunaan
perekat yang dicampur dengan Agrocide, Linclane atau HCH yang dipasang
sekeliling pangkal batang. Perekat ini merupakan penghalang bagi belalang
betina untuk pergi bertelur ke tanah di sekitar pangkal batang, dan sekaligus
menahan nympha yang akan naik ke atas.
b. Cara kultur teknis
Yaitu dengan menanam tanaman penutup tanah, misalnya
Centrocema sp., Calopogonium sp. dan sebagainya. Tanaman penutup tanah
meningkatkan kelembaban tanah tempat Sexava bertelur, sehinggga
meningkatkan jumlah kerusakan telur, disamping menyuburkan tanah itu
sendiri.
c. Cara kimiawi
Yaitu menyemprot tanaman yang terserang dengan salah satu atau
lebih insektisida, seperti BHC atau Endrin 19,2 e.c. dengan dosis 2 cc/liter air.
Insektisida ini disemprotkan pada pangkal batang sampai setinggi 1 meter, dan
juga tanah sekitar pangkal batang dengan diameter 1,5 m. Untuk 1 pohon
dibutuhkan 6 liter larutan. Insektisida lainnya yang dapat digunakan adalah
Sumithion 50E, Surecide 25E, Elsan 50E atau Basudin 90 sc.
d. Cara biologi
Dengan menggunakan musuh alami seperti Leefmansia bicolor dan
Doirania leefmansia, dimana kedua-duanya menyerang stadia telur.
5. Ulat Parasa (Parasa lepida)
Famili : Limacodidae
Ordo : Lepidoptera
Gejala serangan :
- Ulat parasa hidup bergerombol sambil memakan daun kelapa sehingga
tinggal lidinya saja dan tanaman kelapa tampak gundul.
- Ulat ini menyerang juga di pembibitan kelapa.
120
Sifat dan cara hidup
Ada empat stadia yang dialami ulat parasa selama hidupnya, yaitu
stadia telur 5-6 hari, ulat 33-37 hari, kepompong 19-23 hari dan ngegat. Telur
diletakkan berkelompok di bagian bawah anak daun dan berwarna kekuning-
kuningan. Ulat muda bergaris-garis hijau diatas dasar kuning, ulat tua berwarna
hijau atau hijau kekuningan dan di punggungnya terdapat sebuah pita hijau
serta bercak hitam di bagian kelapa.
Pencegahan dan pemberantasan
a. Cara mekanis
Yaitu dengan peronggolan daun dari pohon yang terserang pada
masa stadium ulat, atau dengan mengumpulkan kepompongnya.
b. Cara kimiawi
Yaitu menyemprotkan dengan insektisida misalnya Dimecron 50 EC,
Suprecide 10 EC atau Ambush 2 EC.
c. Cara biologi
Yaitu menggunakan musuh-musuh alami seperti parasit ulat
Apanteles parasae, sedangkan kepompongnya dapat dibinasakan oleh tiga
jenis tabuhan parasit yaitu Cryptus axymorus, Goryphus dan Chrysis dan lalt
parasit Chaetexorista javana.
6. Ulat Siput Palu ( Darna catenatus)
Famili : Limacodidae
Ordo : Lepidoptera
Gejala serangan:
- Hama ini memakan daun tua, meninggalkan bekas-bekas gigitan tidak teratur,
kadang-kadang pelepah daun terbawah terkulai.
- Kerusakan timbul pada musim kemarau. Daun-daun pohon kelapa yang rusak
hebat menjadi merah sauh, kecuali pucuknya dan beberapa daun yang
termuda.
121
- Tandan-tandan buah dan daunnya yang sebelah bawah terkulai bagaikan layu,
terutama apabila hari kering, dan akhirnya bergantungan ke bawah di sisi
batangnya
- Buah-buah berguguran.
Sifat dan cara hidup
Telur bentuknya pipih, diameter ± 2 mm. Telur akan menetas setelah
4 hari. Larva bentuknya bulat panjang, kepala lebih besar daripada abdomen.
Sekeliling tubuhnya terdapat rambut api. Panjang larva dewasa mencapai 12
mm yang dilewati dalam kurun waktu 24 hari.
Kepompong terdapat didalam kokon yang keras bentuknya bulat
panjang. Ukuran panjangnya 7 mm dan lebarnya 5 mm. Masa kepompong 10 -
15 hari.
Kupu-kupu betina bersayap muka berwarna merah sauh keabu-
abuan dengan sebuah pita coklat tua yang lebar di pinggir belakangnya. Sayap
belakangnya lebih gelap. Jarak sayapnya 19-23 mm. Sungutnya halus sebagai
benang.
Kupu-kupu jantan lebih muda warna sayap mukanya. Jarak sayapnya
hanya 15-19 mm. Sungutnya bersisir ganda. Kupu-kupu (ngengat) ini aktif pada
malam hari, sedangkan siang hari hanya bersembunyi di bawah daun. Induk
betina menghasilkan 300 butir telur. Dari telur sampai menjadi kupu-kupu
dewasa membutuhkan waktu 6 minggu.
Pencegahan dan pemberantasan
a. Cara mekanis
Yaitu meronggol (memotong) daun yang terserang dan membakarnya.
b. Cara kimia
Dengan menggunakan insektisida seperti yang digunakan untuk
pemberantasan ulat Artona, misalnya Agrothion 50 EC dengan konsentrasi 0,2
– 0,4 % ; Basudin 60 EC dengan konsentrasi 0,3%.
122
c. Cara biologis
Dengan menggunakan parasit-parasit musuhnya, seperti
- parasit kepompong : lalat parasit Chaetexorista javana, Pticnomya
remota, Musca conducens ; atau tumbuh-tumbuhan parasit Chrysis clan
Syntomosphyrum.
Pemberantasan secara biologis ini hasilnya belum memuaskan.
7. Ulat Setora (Setora nitens)
Famili : Limacodidae
Ordo : Lepidoptera
Gejala serangan :
- Ulat muda memakan anak-anak daun sebelah bawah, menimbulkan
lubang-lubang kecil tidak tembus tetapi transparan. Anak-anak daun yang
rusak kedua belah pinggirnya kadang-kadang sampai ke lidinya, disebabkan
oleh ulat-ulat tua.
- Serangan yang hebat mengakibatkan pohon-pohon gundul dengan hanya
tertinggal daun-daun yang paling muda.
Sifat dan cara hidup
Telur berbentuk pipih dan jorong tertutup oleh lapisan lilin yang
cerah, hingga terlihat daun yang hijau di bawahnya. Panjang telur 3 mm, lebar
2 mm, satu demi satu atau berkelompok, atau berjajar berjumlah 2-20 butir.
Seekor betina bertelur sampai 370 butir, tetapi yang dapat menetas hanya 50-
70%.
Larva yang baru ditetaskan panjangnya 2 mm. Bentuk dan warnanya
berubah tiap kali berganti kulit. Panjang ulat dewasa 35 mm. Warna ulat Setora
bermacam-macam, ada yang hijau kekuningan, hijau kebiruan atau kuning
kemerahan.
Kepompong ukurannya kerdil berwarna kuning pucat. Panjangnya 9-
17 mm. Kokonnya bulat, warna coklat muda dengan garis tengah 10-15 mm.
123
Kupu-kupu (imago) yang betina berbadan kerdil persegi, warnanya
merah sauh. Kupu-kupu jantan berwarna lebih tua daripada kupu-kupu betina,
tetapi tidak sekerdil kupu-kupu betina.
Pencegahan dan pemberantasan
a. Cara mekanis
Yaitu mengumpulkan semua stadium yang ada baik telur, ulat,
kepompong maupun kupu-kupunya, kemudian dibinasakan. Tetapi kalau
perkembangannya telah meluas cara ini sulit untuk dilaksanakan.
b. Cara kimia
Yaitu mengadakan penyemprotan dengan insektisida, misainya
Ambush 2 EC, Azodrin 60 EC, Dursban 20 EC, Hostation 25 ULV, Sevin 85 S
c. Cara biologis
Yaitu dengan menggunakan musuh alami berupa :
- parasit ulat: Fornicia sp., Spinaria bicolor atau Meteorus sp.
- parasit kepompong : lalat Chaetexorista javana.
8. Ulat Artona (Artona catoxantha H.)
Gejala serangan :
Serangan ulat Artona dapat dibedakan menjadi tiga fase, yaitu :
a. Serangan titik : disebabkan oleh serangan larva yang masih muda, dengan
cara memakan jaringan anak daun bagian bawah. Bekas serangan berupa
titik-titik kecil yang tidak tembus cahaya.
b. Serangan garis : disebabkan oleh serangan ulat muda yang mengetam
bagian bawah anak daun dan serangannya berupa garis.
c. Serangan pinggir : disebabkan oleh serangan ulat dewasa yang memakan
anak-anak daun dari bagian pinggir menuju ke tengah, akibatnya anak daun
terpotong-potong tidak teratur di bagian pinggirnya.
Daun yang agak tua disukai oleh hama ini sehingga pada tanaman kelapa yang
terserang terlihat yang berwarna hijau hanya di bagian pucuk saja, sedangkan
124
daun yang agak tua kering dan berwarna merah kecoklatan. Buah mudah
rontok, dan selama 2-3 tahun berikutnya dapat tidak berbuah sama sekali.
Sifat dan cara hidup
Larva Artona berwarna putih kekuningan, bening, berukuran sampai
11 mm. Sepanjang punggungnya tampak garis lebar memanjang berwarna
hitam ungu, dan di sebelah garis tebal ini terdapat pula garis kecil. Kepalanya
berwarna kuning kemerahan. Bagian tubuh sebelah depan berukuran lebih
besar daripada tubuh bagian belakang.
Kepompong dibungkus selapis kokon yang berwarna merah sawo.
Panjang kokon 12-14 mm dan lebar 6-7 mm.
Kupu-kupu Artona panjangnya 10-15 mm. Jarak sayap 13-16 mm.
Warna sayap hitam merah kecoklatan. Pads kuduknya terdapat sisik-sisik
kuning, begitu pula tubuh bagian bawah serta pinggir sayap depannya. Kupu-
kupu bergerak aktif pada pagi dan sore hari. Kupu-kupu jantan dan betina
beterbangan mengitari pohon-pohon kelapa untuk berkelamin. Biasanya dua
hari setelah berkelamin, kupu-kupu betina meletakkan telurnya pada anak
daun sebelah bawah berkelompok sebanyak 3-12 butir.
Telur berbentuk bulat panjang (jorong), panjang 0,5- 1,0 mm,
berwarna putih kekuningan. Stadium telur selama 3-4 hari, mass larva 17-22
hari dan masa kepompong 10-12 hari. Saru turunan berumur 29-36 hari. Dalam
satu tahun mencapai 9-10 kali generasi.
Pencegahan dan pemberantasan
a. Cara mekanis
Pohon yang diserang dengan hebat, semua daun yang sudah
sempurna dipotong/dipangkas, dan ditinggalkan hanya 3-4 lembar daun
termuda.
Untuk menentukan apakah pemangkasan sudah perlu dilakukan,
terlebih dahulu dihitung populasi hama Artona yang terdapat, dengan jalan
125
mengambil contoh/sampel 200-300 pohon. Jika pada setiap dua pelepah per
pohon terdapat lima atau lebih stadium hidup (telur, ulat, kepompong atau
kupu-kupunya), maka pohon-pohon kelapa di daerah tersebut perlu dipangkas.
b. Cara kimia
Penyemprotan dengan insektisida Orthene 75 WP dengan dosis 5-8
gram/10 liter air, Baythroid 50 WSC dengan dosis 0,5 – 1 cc/liter air.
c. Cara biologis
Dengan menggunakan musuh-musuh alami, seperti :
- Apanteles artonae (tawon kemit), menyerang ulat yang berumur ± 8 hari.
- Ptychomia remota (sejenis lalat), menyerang ulat yang berumur 9-16 hari.
- Euplectromorpha viridiceps (sejenis tabuhan), menyerang ulat yang berumur
16-23 hari dan bersifat ektoparasit.
9. Ulat Hidari (Hidari irava Moore)
Gejala serangan :
- Anak daun yang terserang menggulung dan ulat bersembunyi di dalamnya.
- Helai daun yang terserang bisa tinggal lidinya saja.
- Penyerangan dimulai dari ujung anak daun menuju ke pangkalnya.
Sifat dan cara hidup
Kupu-kupu bergerak aktif pada sore hari. Pada siang hari
bersembunyi di tempat-tempat gelap, di bawah daun-daunan atau di bawah
atap bangunan.
Kupu-kupu bertelur sampai 40 butir, diletakkan di bawah anak daun
kelapa, kebanyakan pada ujungnya.
Ulatnya berwarna hijau, yang dewasa panjangnya antara 46-53 mm,
kelihatan gundul tetapi sebenarnya berbulu rapat, tetapi pendek-pendek. Ulat
berkepompong di tempat yang gelap, di sela-sela kaki dan tapis daun.
126
Mempunyai empat stadia dalam siklus hidupnya, yaitu stadia telur ±
8 hari, kepompong 10-11 hari dan ngengat. Tumbuhan inangnya: kelapa,
rumbia, nipah dan enau.
Pencegahan dan pemberantasan
a. Cara mekanis
Daun yang terserang dipotong, kemudian dibakar.
b. Cara kimia
Menggunakan insektisida Dipterex SL 95, Endrin 19,2 EC atau Basudin
60 EC dengan dosis sesuai anjuran.
c. Cara biologis
Hama dapat diberantas dengan parasit telur Neotelenomus dan
Anastatus. Sedang parasit Apanteles agillis menyerang hama pada tingkatan
ulat.
10. Kutu Aspidiotus Jawa (Aspidiotus sp.)
Famili Coccidae
Ordo Rhynchota
Gejala serangan :
Pada serangan yang hebat, pelepah-pelepah daun mati sebelum
waktunya. Warna daun berubah menjadi merah keabu-abuan. Daun-daun yang
tumbuh tidak membesar, biasanya terkulai dan seluruh perdaunan bagaikan
layu. Akibat serangan hama ini, dalam waktu 2-5 tahun pohon tidak mampu
untuk berbuah.
Sifat dan cara hidup
Telur diletakkan pada bagian bawah dari daun muda. Setelah telur
menetas, larva bergerak ke bagian daun, dan berkepompong menjadi imago.
Hama ini menyebar dengan perantaraan manusia, angin, burung atau
serangga lainnya.
Pencegahan dan pemberantasan
127
a. Cara kimia
Dilakukan penyemprotan dengan menggunakan Malathion 0,05%
memberikan hasil yang efektif.
b. Cara biologis
Hama ini dapat diparasitir dengan serangga jenis Scymnus. Di Sri
Lanka parasit Chilocorus nigritns dapat digunakan untuk memberantas hama
ini dengan hasil yang cukup efektif, sedangkan di Fiji digunakan parasit
Crytognatha untuk pemberantasan.
11. Kutu Kapok Kelapa (Aleurodicus destructor M.)
Famili : Aleurodidae
Ordo : Rhynchota
Gejala serangan :
Daun yang diserang hama ini warnanya berubah menjadi kuning,
tetapi tidak sampai kering. Sirip-siripnya menggantung. Buahnya rontok dan
pohon tidak mengeluarkan bunga-bunga baru.
Pada musim kemarau perkembangannya pesat sekali. Kalau kutu ini
berada pada daun yang sudah menguning dan juga pada daun yang masih
muda, perkembangannya agak lambat.
Hama ini menimbulkan gangguan yang serius di daerah Sulawesi
Selatan.
Sifat dan cara hidup
Telur diletakkan di bagian daun sebelah bawah, disusun melingkar,
warnanya putih dengan ukuran ± 2 mm. Telur menetas dalam waktu empat
hari.
Larva tetap berada di tempat telur melekat pada permukaan daun
sebelah bawah, dan mengisap cairan daun. Berangsur-angsur larva menyusun
benang-benang lilin di permukaan tubuhnya, bentuknya panjang berlekuk-
lekuk.
128
Kutu tidak berkaki berbulu lilin putih. Makin tua kutu itu, makin
panjang bulunya. Garis tengah kutu dewasa ± 2 mm.
Pencegahan dan pemberantasan
a. Cara kimia
Penyemprotan dengan Parathion dan Malathion dengan
konsentrasi 0,5% merupakan pemberantasan yang efektif.
b. Cara biologis
Hama ini diparasitir dengan tumbuhan parasit Encarsia (daya bunuh
di pulau Jawa mencapai 90%), Tetrastichus sp. dan predator Scympus sp.
12. Ngengat Bunga Kelapa (Batrachedra arenosella W.)
Gejala serangan :
- Ulat bunga kelapa menggerek seludang mayang untuk memakan bunga
jantan maupun bunga betina.
- Bila dilihat dari bawah pohon, seludang yang terserang tampak
mengeluarkan getah berwarna kuning.
- Mayang yang terserang hanya mampu menghasilkan bunga dan buah
dalam jumlah sedikit.
Sifat dan cara hidup
Larva berukuran 8 mm, warnanya hitam kecoklatan, kepalanya
berwarna coklat kehitaman. Mass larva 5-8 hari. Larva membuat kokon putih
untuk berkepompong. Masa kepompong selama 6-8 hari.
Kupu-kupu Batrachedra arenosella berwarna merah coklat. Pada
sayap depannya kelihatan titik-titik putih, baik sayap depan maupun sayap
belakang berjumbai. Kupu-kupu berukuran 8 mm dan jarak sayapnya 5-6 mm.
Kupu-kupu akan hidup selama seminggu lebih.
Telur diletakkan diantara lekukan kulit seludang dan akan menetas 3
hari kemudian.
129
Pencegahan dan pemberantasan
a. Cara kimia
Seludang bunga yang dapat dilubangi larva Batrachedra dilabur
dengan insektisida, misalnya Endrin 19,2 EC. Caranya : sebelum pelaburan,
seludang yang baru membuka dan seludang pertama yang akan membuka
terlebih dahulu dipotong. Permukaan seludang yang ditinggalkan dilabur
dengan larutan Endrin 19,2 EC 0,5%. Selang waktu pelaburan adalah 1 bulan.
Insektisida anjuran lainnya adalah Basudin 60 EC dan BHC.
b. Cara biologis
Pengontrolan terhadap hama ini dilakukan dengan menggunakan
parasit Sylino sp.yang menyerang pada stadia ulat.
13. Ulat Tirathaba (Tirathaba rufivena Walk.)
Gejala serangan :
- Bunga jantan berlubang dan gugur akibat digerek hama ini.
- Di bawah pohon kelapa berserakan bunga jantan yang mengering dan
berlubang bekas gerekan.
Sifat dan cara hidup
Dalam perkembangannya mengalami empat stadia, yaitu stadia telur
4-6 hari, ulat 12-31 hari, kepompong ± 7 hari dan ngengat.
Ngengat Tirathaba bertelur pada bunga jantan secara berkelompok
dan setiap ngengat betina mampu menghasilkan telur sebanyak 140 — 1000
butir. Empat sampai enam hari kemudian menetas menjadi ulat dan memakan
bunga jantan serta menggandeng-gandengkannya. Ulat muda berwarna
keputih-putihan kemudian berubah menjadi keungu-unguan atau ungu
kecoklatan menjelang stadia kepompong.
130
Ngengat Tirathaba pada siang hari berdiam di ujung anak-anak daun
kelapa. Karena warnanya serupa dengan warna ujung anak-anak daun yang
telah kering, ngengat ini kadang-kadang tidak tampak jelas adanya.
Pencegahan dan pemberantasan
a. Cara mekanis
Seludang yang terserang berat dipotong dan dibakar agar tidak
menjadi sumber infeksi.
b. Cara kimia
Insektisida yang cukup efektif digunakan adalah Thiodan dengan
dosis 1,2 kg/ha/600 liter air serfs interval pemberian setiap 15 hari.
c. Cara biologis
Menggunakan musuh-musuh alam
- Telenomus tirathabae, menyerang stadia telur
- Apanteles tirathabae dan Eryca basifulva, menyerang stadia ulat
- Anacryptus impulsator, Melachnineumon muciallas dan Trichospilus
pupivora, menyerang stadia kepompong.
14. Tikus (Ratus-ratus Roquei)
Gejala serangan :
Tikus menggerek lubang pada buah yang sudah hampir masak.
Gerekan itu masuk sampai pada putih lembaga yang kemudian dimakannya.
Lubang gerekan selalu di bagian pangkal buah, berdekatan dengan tangkai
buah. Bentuk bekas gerekan pada bagian sabutnya kelihatan tidak bulat rata.
Sifat dan cara hidup
Tikus bersarang pada ketiak-ketiak daun dari berbagai jenis palma.
Sarangnya berbentuk sederhana, disusun dari rontokan-rontokan daun atau
ranting macam-macam tanaman. Sering juga bersarang di dalam tanah,
tanggul-tanggul atau di rumah.
Pencegahan dan pemberantasan
131
- Cara langsung, dengan memburu, menembak, memasang perangkap atau
umpan-umpan beracun.
- Cara tidak langsung, dengan berusaha agar bagian mahkota pohon kelapa
selalu dalam keadaan bersih, sehingga tidak menjadi tempat bersembunyi
tikus.
Contoh wujud hama yang banyak menyerang tanaman kelapa disajikan
pada Gambar 5.1. berikut ini.
Gambar 5.1. Beberapa Hama yang Menyerang Tanaman Kelapa
15. Tupai/Bajing (Callosciurus notatus dan Callosciurus nigrovitatus)
Gejala serangan :
Menggerek buah kelapa yang sudah agak tua di bagian ujung buah.
Bentuk lubang gerekan di bagian tempurung bulat sekali, tetapi di bagian
serabutnya bentuk gerekan tidak rata.
132
Sesudah buah digerek dan putih lembaganya dimakan habis, buah yang
sudah kosong tersebut selama sebulan masih tetap bergantung pada tandannya.
Sifat dan cara hidup
Bajing membuat sarang pada berbagai jenis tanaman, dan jarang sekali
pads pohon-pohon jenis Palmae. Sarangnya berukuran besar, bentuknya lebih
teratur, disusun dari dahan dan ranting-ranting.
Musim pembiakannya tidak tentu. Tiap beranak melahirkan 2-3 ekor
anak.
Pencegahan dan pemberantasan
Sama dengan pemberantasan pada tikus.
B. Penyakit Tanaman Kelapa
Di Indonesia masalah penyakit kelapa tidak begitu banyak terjadi
dibandingkan dengan hama. Walaupun demikian, dalam beberapa tahun terakhir
ini, masalah penyakit kelapa di Indonesia sering diungkapkan sebagai ancaman
berbahaya karena dapat menimbulkan kematian, kehampaan, hambatan
pertumbuhan dan kemerosotan produksi, baik pada tanaman muda maupun
tanaman tua yang telah berproduksi. Penyakit yang menyerang tanaman kelapa
dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :
Penyakit fisiologis.
Penyakit yang disebabkan oleh patogen.
1. Penyakit Fisiologis
Penyakit fisiologis adalah bila tanaman terganggu pertumbuhannya yang
bukan disebabkan oleh patogen, tetapi oleh hal-hal lain seperti kekurangan unsur
hara, kekeringan, kebanjiran dan lain-lain.
133
Gambar 5.2. Penyakit Fisiologis Akibat Kekurangan Unsur Hara
dan kekeringan
2. Penyakit Patogen
Penyakit patogen adalah bila tanaman terganggu pertumbuhannya
karena serangan cendawan, bakteri dan mikroorganisme lainnya.
Macam-macam penyakit pada tanaman kelapa yang disebabkan oleh
patogen adalah :
- Penyakit busuk tunas (bud-root)
- Penyakit busuk daun
- Penyakit busuk buah
- Penyakit busuk batang (Steem Bleeding)
- Penyakit busuk janur (Spear rot)
- Penyakit bercak daun Pestalotia
- Penyakit bercak daun Curvularia
- Penyakit busuk kering pucuk (Dry bud-root)
- Penyakit bercak daun Helminthosporium
134
- Penyakit layu pucuk
- Lethal Yellowing
- Penyakit Kaincope
- Penyakit Kerala Wilt.
Yang dibahas dalam buku ajar ini hanya beberapa penyakit yang penting
dan banyak menyerang pertanaman kelapa di Indonesia.
a. Penyakit Layu Pucuk
Gejala serangan :
- Gejala awal, ujung daun melengkung (terkulai) dengan pelepah daun
bagian ujung berwarna coklat kehitaman dan mengering.
- Gejala medium, ujung daun patah menggantung dan mengering serta
pelepah daun bila dipotong melintang terlihat berwarna coklat dan
berongga.
- Gejala lanjut, seluruh pucuk daun roboh dan membusuk.
Penyebab
Penyebab penyakit ini belum diketahui secara pasti, tetapi dari
pemeriksaan pohon yang terserang ditemukan jasad renik Botryodiplodia sp.
dan Fusarium moniliforme.
Pengendalian
Usaha-usaha untuk mengendalikan penyakit ini adalah:
Apabila terlihat gejala awal, yaitu ujung daun muda melengkung secara
tidak wajar, layu serta patah, maka daun tersebut segera dipotong pada
bagian pangkal sumbu daun kemudian dibakar.
Pohon kelapa yang terserang dan pohon sekitarnya disemprot dengan
fungisida Captan, Dithane dan lain-lain.
Tanaman kelapa yang terserang dapat dibongkar dan dibakar.
b. Penyakit Bercak Daun Pestalotia
135
Gejala serangan:
- Pertama kali timbul bercak-bercak tembus cahaya pada permukaan daun,
yang segera berubah menjadi warna coklat kehitaman sampai kelabu.
Bercak-bercak ini kemudian bersatu sehingga menjadi besar.
- Pada bercak terdapat bintik-bintik yang tidak lain merupakan kumpulan
spora cendawan
- Daun kelapa yang terserang cepat menjadi kering dan mati.
Penyebab
Penyebab penyakit ini adalah cendawan Pestalotia palparum Cooke
Pengendalian
- Pada tanaman muda, daun yang terserang dipotong dan dibakar
- Disemprot dengan bubuk Bordeaux 0,15% atau Dithane M 45.
c. Penyakit Bercak Daun Helminthosporium
Gejala serangan :
- Timbul bercak-bercak berbentuk bulat kecil pada daun muda, ukuran
bercak terus membesar dan warnanya berubah menjadi coklat tua dan
akhirnya bentuk bercak menjadi lonjong.
- Pada serangan berat, timbul bercak-bercak nekrotik yang luas dan tidak
beraturan dengan warna bercak coklat tua atau kelabu.
Penyebab
Penyakit ini disebabkan oleh cendawan Helminthosporium
incurvatum
Pengendalian
Disemprot dengan fungisida Dithane M 45 dengan konsentrasi 0,2
%.
Contoh tanaman kelapa yang terserang penyakit bercak daun Helminthosporium
disajikan pada Gambar 5.3
136
Gambar 5.3. Penyakit Bercak Daun Helminthosporium
C. Simpulan
1. Berdasarkan bagian tanaman yang diserang, hama tanaman kelapa dapat
dikelompokkan sebagai berikut: perusak pucuk seperti Kumbang Brontispa
(Brontispa sp.), Kumbang Nyiur (Oryctes rhinoceros L., dan Kumbang Sagu
(Rhynchophorus ferrugineus); perusak daun seperti belalang tahun (Locusta
migratoria manilensis), walang kayu (Valanga nigricornis Burn.), belalang
pedang (Sexava sp.), kutu kapok kelapa (Aleurodicus destructor M.), kutu
aspidiotus Jawa (Aspidiotus sp.), ulat kantong pinang (Mahasena corbetti), ulat
parasa (Parasa lepida); perusak bunga seperti ngengat bunga kelapa
(Batrachedra arenosella W.), ulat tirathaba (Tirathaba rufivena Walk.); perusak
buah seperti tikus (Rates-rates Roquel), tupai/bajing (Callosciurus notatus dan
Callosciurus nigrovitatus).
2. Mengingat banyak jenis hama yang merusak tanaman kelapa maka diperlukan
pemahaman terhadap gejala serangan, sifat dan cara hidup serta teknik
penanggulangan hama secara berdaya guna dan berhasil guna.
137
3. Penanggulangan hama tanaman kelapa dapat dilakukan dengan cara mekanis,
biologis, kimia, atau kombinasinya maupun dengan teknik pengendalian hama
terpadu.
4. Selain hama, penyakit tanaman kelapa juga berpotensi untuk merugikan para
petani dan pengelola kebun. Serangan penyakit dapat menimbulkan
terhambatnya pertumbuhan hidup sampai dengan kematian tanaman sehingga
akan menimbulkan kemerosotan produksi kelapa.
5. Penyakit yang menyerang tanaman kelapa dibedakan menjadi dua yaitu
penyakit fisiologis seperti kurangnya unsur-unsur hara yang dibutuhkan bagi
perkembangan dan pertumbuhan tanaman kelapa, akibat kekeringan atau
kebanjiran dll. serta penyakit patogen yang bersumber dari serangan
cendawan, bakteri dan mikroorganisme lainnya.
6. Jenis penyakit yang sering menyerang pada tanaman kelapa yang disebabkan
oleh patogen diantaranya yaitu: penyakit busuk tunas (bud-root), busuk daun,
busuk buah, busuk batang (Steem Bleeding), busuk janur (Spear rot), bercak
daun Pestalotia, bercak daun Curvularia, busuk kering pucuk (Dry bud-root),
bercak daun Helminthosporium, layu pucuk, Lethal Yellowing, penyakit
Kaincope, penyakit Kerala Wilt, dll.
138
BAB VI
PANEN DAN PENGOLAHAN HASIL PANEN
A. Panen
Panen merupakan kegiatan yang penting dalam budidaya tanaman kelapa,
karena berhubungan langsung dengan hasil yang umumnya merupakan tahap akhir
dari siklus pembudidayaan suatu tanaman. Panen yang tepat, dalam arti yang
sesuai dengan tujuan untuk apa panen tersebut dilaksanakan dapat mendatangkan
keuntungan yang lebih banyak.
Dalam pelaksanaan panen kelapa ada beberapa hal yang harus
diperhatikan, yaitu :
1. Umur tanaman
2. Saat panen
3. Interval panen
4. Cara panen
5. Banyaknya hasil
1. Umur Tanaman
Dalam kondisi pertumbuhan yang optimal, tanaman kelapa telah dapat
dipungut hasilnya :
varietas genjah setelah berumur 3-4 tahun
varietas dalam setelah berumur 6-7 tahun
hibrida setelah berumur ± 3 tahun
Produksi buah akan terus meningkat sampai tanaman mencapai umur 60-
65 tahun, bahkan lebih bila kondisi pertumbuhan tanaman tetap baik. Setelah
mencapai puncak produksi kemudian produksi berangsur-angsur akan menurun,
sampai akhirnya mencapai keadaan “senil”, dengan produksi sangat rendah sampai
tidak berproduksi sama sekali.
Lamanya masa produktif dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:
139
sifat genetik dari varietas yang ditanam
keadaan iklim dan tanah
sistem budidaya, seperti : kontinuitas pemupukan, irigasi, pengolahan tanah,
pemberantasan hama dan penyakit, dan sebagainya.
2. Saat Panen
Saat panen buah kelapa tergantung pada kegunaan hasil panen tersebut
dan hal ini biasanya berkaitan erat dengan umur buah kelapa. Bila keperluan untuk
kelapa sayur (kelapa segar), kopra dan untuk benih, maka buah kelapa yang akan
dipanen harus memenuhi syarat :
1. Umur buah berkisar 11-13 bulan, dimana ⅔ bagian kulit buah telah kering.
2. Kulit buah telah berwarna kecoklatan.
3. Bila buah digoncang mengeluarkan bunyi.
Pada tahap kemasakan demikian, buah memiliki kadar kopra dan minyak yang
masinal. Kualitas kopra yang dihasilkan dari buah tersebut adalah yang terbaik
pula.
Sedangkan panen buah kelapa dengan tujuan untuk mendapatkan buah
kelapa muda (jawa = degan), maka buah harus memenuhi syarat :
1. Umur buah berkisar 7 – 9 bulan
2. Umumnya buah terdapat pada tandan buah dengan spiral 9 – 10
3. Kulit buah halus, licin dan mengkilap.
3. Interval Panen
Interval panen (giliran petikan) dapat diartikan sebagai kurun waktu yang
diperlukan dari pelaksanaan panen pertama ke panen berikutnya. Interval panen
berhubungan dengan jumlah tenaga kerja yang tersedia dan luas kebun dan biaya
yang ada.
Di daerah tertentu dimana tenaga kerja tersedia cukup banyak, panen
dapat dilakukan setiap bulan atau bahkan lebih cepat tetapi di daerah lain dengan
140
jumlah tenaga kerja terbatas dan pertanaman kelapa sangat luas biasanya panen
dilaksanakan dua bulan sekali dengan memetik dua tandan buah yang tertua.
Contoh perhitungan interval panen buah kelapa pada areal pertanaman
kelapa yang mempunyai 22.500 pohon produktif dan direncanakan dapat dipanen
setiap bulan. Jika hari efektif dalam sebulan ada 25 hari serta tenaga kerja tersedia
15 orang, maka :
a. Pohon yang harus dipetik/hari kerja = 22.500/25 = 900 pohon
b. Pohon yang dipetik/HK/pekerja = 900/15 = 60 pohon
c. Jika tiap pohon dapat dipetik 5 buah, maka tiap pekerja per hari kerja harus
memetik buah = 60 x 5 = 300 buah kelapa.
Dengan perhitungan di atas, maka dengan menggunakan 15 tenaga kerja
seluruh pohon produktif dapat dipanen setiap bulan.
Di pulau Jawa, panen kelapa dilaksanakan sebulan sekali. Hal ini dilakukan
untuk menghindari terjadinya pencurian buah. Perusahaan-perusahaan
perkebunan kelapa di luar Jawa melakukan panen dengan interval dua bulan sekali.
Interval panen ini bersamaan waktunya dengan giliran pangkas pada tanaman
pupuk hijau perdu yang penting untuk mulching. Sedangkan di Sulawesi biasanya
dilakukan interval panen tiga bulan sekali.
4. Cara Panen
Cara panen buah kelapa yang dilakukan berbeda-beda tergantung
tujuannya. Misalnya cara panen buah kelapa untuk keperluan konsumsi, kopra
harus berbeda dengan cara panen buah untuk keperluan benih.
a. Untuk konsumsi
Ada beberapa cara memetik buah yang dikenal. Pemetikan buah yang
umum dilakukan adalah :
Pohon dipanjat oleh pekerja yang terlatih. Untuk memudahkan memanjat, pada
batang biasa diadakan kowakan-kowakan (tataran) pada jarak tiap ½ meter. Pada
141
pohon yang masih muda, seringkali luka-luka kowakan ini menjadi tempat sarang
hama kumbang kelapa.
Dengan menggunakan galah dimana terikat pisau/arit yang tajam pada ujungnya.
Cara ini biasa dilakukan kalau pohon masih rendah. Pada pohon yang sudah tinggi,
diperlukan galah yang lebih panjang.
Di beberapa daerah di Sumatera dan Kalimantan (juga di Malaysia dan Thailand)
digunakan kera (Macacus nemestrimus) yang terlatih untuk memetik buah. Dimana
sangat kurang tenaga pemetik yang terlatih, biasanya buah dibiarkan jatuh sendiri
(misalnya di kepulauan Samoa dan British Guinea).
b. Untuk keperluan benih
Cara yang terbaik adalah dengan cara memanjat pohon kelapa dan buah
tidak langsung dijatuhkan ke tanah, tetapi dimasukkan ke dalam karung
(keranjang) kemudian diturunkan perlahan-lahan dengan tali. Hal ini dilakukan
untuk menghindari rusaknya lembaga benih.
5. Banyaknya Hasil
Tinggi rendahnya hasil dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain :
varietas kelapa, yang masing-masing memiliki sifat genotipis sendiri-sendiri
keadaan tanah dan iklim
keadaan air tanah
serangan hama dan penyakit, dan
pemeliharaan tanaman dan keadaan sekitarnya.
Pada keadaan kebun normal, tiap-tiap pohon dapat memberikan hasil rata-rata
1,5-2,0 ton kopra per hektarnya.
B. Menyimpan Buah Kelapa
Buah yang telah dipetik, sebelum diolah lebih lanjut menjadi kopra,
biasanya disimpan dahulu selama beberapa hari. Kecuali bila sabutnya akan
digunakan untuk hasil-hasil samping, maka buah-buah itu segera dikupas sesudah
selesai panen (unduhan).
142
Keuntungan-keuntungan penyimpanan buah adalah sebagai berikut :
pengupasan/pelepasan sabut lebih mudah.
penyungkilan putih lembaga dari tempurung lebih mudah dan lebih bersih.
tempurung yang diperoleh adalah kering, keras, dan bila digunakan sebagai bahan
bakar, menyalanya baik dan sedikit sekali asapnya.
kandungan air dari putih lembaga berkurang dan ketebalan lapisan putih lembaga
tersebut bertambah. Akibatnya, hasil kopra dan minyak lebih tinggi.
kualitas kopra yang dihasilkan lebih tinggi apabila dibandingkan dengan buah yang
tidak disimpan terlebih dahulu.
Bahan yang terkandung pada buah kelapa segar disajikan pada Tabel 6.1 berikut ini.
Tabel 6.1. Susunan Kimia Buah Kelapa Segar
No Bahan terkandung Persentase (%)
1. Air 36,3
2. Protein 4,5
3. Lemak 41,6
4. Karbohidrat 13,0
5. Serat 3,6
6. Mineral 1,0
7. CaO 0,01
8. P2O5 0,24
9. Fe2O3 1,7
10. Vit. A
11. Vit. B1 sedikit sekali
12. Vit. C 15 IU
13. Vit. E 1 IU
0,2 IU
C. Pengolahan
Kelapa adalah tanaman serba guna. Seluruh bagian tanaman ini berfaedah
bagi kehidupan manusia. Dari pohon kelapa dapat diperoleh bahan makanan,
minuman, bahan industri, alat-alat rumah tangga dan lain-lain.
143
Berikut ini akan diuraikan secara singkat beberapa cara pengolahan hasil
terpenting yang berasal dari buah kelapa.
1. Pengolahan Kopra
Kopra adalah putih lembaga (endosperm) yang telah dikeringkan. Melalui
proses pengeringan, kadar air dalam putih lembaga sebesar ± 50% diturunkan
menjadi hanya 5-6%.
Kopra yang kualitasnya baik, berasal dari buah kelapa yang telah masak,
umur buah 11-12 bulan. Kualitas kopra dapat ditingkatkan dengan perlakuan
menyimpan buah yang masih utuh selama waktu tertentu sebelum buah diolah
menjadi kopra.
Suhardiman (1985) mengemukakan bahwa daging buah segar mengandung
air ± 52%, minyak ± 34%, putih telur ± 4,5% dan mineral lainnya 1%. Sedang setelah
menjadi kopra mengandung air 5-7%, minyak 60-65%, putih telur 20-30% dan
mineral 2-3%.
Balai Penelitian Kimia dan Bogor memberikan kriteria kualitas kopra
sebagai berikut :
Kualitas A
Kandungan air maksimum 5%, lemak 65%, asam lemak bebas maksimum 5%
dan bagian berulat atau bercendawan kurang dari 8%.
Kualitas B
Kandungan air 5%, lemak minimum 60%, asam lemak bebas maksimum 5%
dan bagian berulat atau bercendawan kurang dari 8%.
Kualitas C
Kopra yang tidak memenuhi persyaratan kualitas A dan B.
a. Urutan pengolahan
1) Pengupasan sabut
144
Pengupasan sabut dilakukan dengan menggunakan suatu alat berbentuk
“linggis” terbuat dari besi yang dipasang berdiri vertikal dengan matanya
mengarah ke atas, setinggi ± 80 cm di atas lantai tanah.
Gambar 6.1. Alat untuk Mengupas Sabut
Cara mengupasnya adalah sebagai berikut :
Buah kelapa diangkat dengan kedua belah tangan. Bagian tangkai
menghadap ke depan. Dengan keras buah ditancapkan ke mata linggis, menembus
sabut sampai batas tempurung. Tangan yang satu memegang ujung bagian sabut
yang sudah terbelah, dan tangan lainnya menekan buah ke bawah sedikit
memutar. Dengan cara demikian sabut terkupas bagian demi bagian sampai habis.
Seorang pengupas berpengalaman dapat mengupas buah sebanyak 1500-2.000 per
hari.
2) Membelah buah
Buah yang masih bertempurung kemudian dibelah dua dengan
menggunakan golok pemukul atau kapak. Air buah ditampung atau dibiarkan
mengalir ke suatu bak penampung. Air kelapa ini dapat dicampur dengan dedak
atau bungkil untuk makanan ternak, atau diberi air kapur dimana endapannya
dapat digunakan sebagai pupuk untuk tanaman. Seorang pekerja berpengalaman
sanggup membelah buah sampai 7.000 buah per hari.
145