DASAR-DASAR JURNALISTIK DI ERA NEW MEDIA
DASAR-DASAR JURNALISTIK DI ERA NEW MEDIA Dr. Dedi Sahputra, M.A.
Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan (KDT) Sahputra, Dedi. Dasar-dasar Jurnalistik di Era New Media/Dei Sahputra. —Ed. 1, Cet. 1. —Medan: UMA Press, 2021 xii, 96 hlm., 21 cm. Bibliografi: hlm. 87 ISBN 978-602-1577-66-0 Hak Cipta © 2021, pada penulis. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan cara apapun, termasuk dengan cara penggunaan mesin fotokopi, tanpa izin sah dari penerbit. 2021. Dr. Dedi Sahputra, M.A. Dasar-dasar Jurnalistik di Era New Media Cetakan ke-1, Desember 2021 Hak penerbitan pada UMA Press Layout : Tim Kreatif Merdeka Kreasi Desain Cover : Zahira Nufus Dicetak di Merdeka Kreasi Group Jl. Gagak Hitam Komplek Bumi Seroja Permai Villa 20 Medan Sunggal (0853 6122 3337) Universitas Medan Area Press (UMA Press) Anggota IKAPI No. 054/Anggota Luar Biasa/SUT/2021 Alamat : Jl. Kolam No. 1. Medan 20223 Telepon/Fax : 061 736 6878/061 736 8012 Email : [email protected] Website : http://umapress.uma.ac.id
KATA PENGANTAR v ْ مِ َّ ِحي ِ الر ن ٰ م ْ َّ ح ِ الر ّٰ ْ مِ الل ِس ب Assalamu’alaikum Wr., Wb. Buku ajar Dasar-dasar Jurnalistik di Era New Media ini ditulis mengingat pentingnya adanya buku yang menjadi pegangan para mahasiswa dalam mendalami persoalan dasar jurnalistik di era digital yang telah memunculkan new media seperti sekarang ini. Belum adanya buku ajar yang dimiliki penulis dan belum adanya buku ajar dengan tema Dasar-dasar Jurnalistik terutama di Era New Media pada kampus tempat penulis mengajar, mendorong untuk menulis buku ini. Dengan adanya buku ini diharapkan para mahasiwa yang mengambil mata kuliah Dasar-dasar Jurnalistik dapat memiliki buku pegangan yang menjadi bahan dalam setiap kali teori maupun praktik jurnalistik dilakukan di dalam maupun di luar kelas.
vi Dasar-dasar Jurnalistik di Era New Media Struktur buku ini terdiri dari 8 bab yang berisi teori dan praktik tentang dasar-dasar jurnalistik, baik untuk media cetak, media elektronik maupun media online/media siber yang dirancang untuk digunakan oleh mahasiswa ilmu komunikasi dalam mata kuliah Dasar-dasar Jurnalistik. Buku ini dilengkapi dengan contoh-contoh produk jurnalistik dan latihan yang merupakan aplikasi langsung dari teori dan contoh yang disajikan. Penting untuk diperhatikan dalam penggunaan buku ini untuk memperhatikan ramburambu jurnalistik yang dirangkum dalam hukum pers yang menjadi salah satu bahasan di dalam buku ini. Buku ini memberikan pemahaman dasar tentang jurnalistik meliputi segala sesuatu yang berkaitan dengan jurnalistik sebagai langkah menuntut untuk memiliki pengetahuan dan ketrampilan menulis jurnalistik. Secara lebih khusus, pembahasan dalam buku ini ditekankan pada penguasaan dalam ketrampilan menulis berita dalam bentuk straight news sebagai salah satu produk jurnalistik. Secara singkat juga akan mengenalkan tentang penulisan karangan khas (feature) yang merupakan bentuk dari jenis produk jurnalistik lainnya. Jurnalistik adalah ilmu praktis oleh karenanya sasaran pembelajaran yang ingin disampaikan melalui buku ini adalah pengalaman langsung menulis straight news dan feature melalui praktik secara langsung berdasarkan teoriteori yang telah dibahas lebih dahulu. Buku ini menjelaskan teori jurnalistik dan memandu praktik yang akan dilakukan. Dengan demikian, buku ini diharapkan dapat memberikan panduan secara komprehensif dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran yang ditetapkan yakni memandu untuk memiliki ketrampilan dalam menulis straight news. vi Dasar-dasar Jurnalistik do Era New Media
| Kata Pengantar vii Sebagai buku yang akan menjadi pegangan dalam mata kuliah Dasar-dasar Jurnalistik, pengetahuan dan pengalaman belajar yang disampaikan dan dipraktikkan bersifat dasar. Kemudian akan menjadi dasar bagi pembahasan dalam mata kuliah selanjutnya seperti mata muliah Teknik Mencari dan Menulis Berita dan mata Kuliah Hukum Pers. Pentingnya buku ini karena di era media baru (new media) saat ini, dunia jurnalistik mengalami perkembangan seiring munculnya media online atau disebut juga dengan media siber sebagai bentuk teranyar dari media massa. Karena itu beberapa karakteristik dalam teknik dasar penulisan berita, khususnya di dalam menulis berita di media siber juga mengalami perubahan. Perkembangan dalam teknik dasar menulis berita di media siber merupakan salah satu pembahasan di dalam buku ini yang menjadi spesifik dan membedakannya dengan buku-buku tentang dasar-dasar jurnalistik yang pernah ditulis sebelumnya. Oleh karena itu dasar-dasar Jurnalistik di era media baru penting sekali dipahami oleh para mahasiswa komunikasi sebagai dasar bagi pembelajaran selanjutnya. Mahasiswa yang diajarkan memiliki soft skill menulis berita mesti memahami dasar-dasar yang diperlukan untuk ketrampilan menulis tersebut. Medan, 2021 Penulis | Kata Pengantar vii
viii Dasar-dasar Jurnalistik di Era New Media Dasar-dasar Jurnalistik do Era New Media [halaman ini sengaja dikosongkan]
DAFTAR ISI ix KATA PENGANTAR v DAFTAR ISI ix BAB 1. MEMAHAMI JURNALISTIK 1 A. Pendahuluan 1 B. Definisi Jurnalistik 4 1. Pengertian Jurnalisme 8 2. Pengertian Pers 9 C. Jenis-jenis Produk Jurnalistik 11 1. Berita (Straight News) 11 2. Feature 16 3. In-depth Reporting 19 4. Investigative Reporting 22 5. Artikel atau Opini 23 6. Kolom 24 7. Tajuk atau Editorial 24
x Dasar-dasar Jurnalistik di Era New Media D. Prinsip-prinsip Dasar Jurnalistik 25 E. Pertanyaan 32 BAB 2. TEKNIK DASAR JURNALISTIK 33 A. 5W1H 33 B. Bahasa Jurnalistik 36 C. Foto Jurnalistik 45 D. Nilai Berita (New Value) 56 E. Fungsi Pers 58 F. Teknik Wawancara 62 BAB 3. ETIKA JURNALISTIK 69 A. Kode Etik Jurnalistik 69 B. Etika Media Sosial 77 C. Pengenalan Search Engine Optimizer (SEO) 78 BAB 4. RAMBU-RAMBU HUKUM 83 A. UU No. 40 Tahun 1999 Tentang Pers 83 B. Pedoman Pemberitaan Ramah Anak (PPRA) 86 C. Pedoman Penulisan Media Siber (PPMS) 90 D. UU Informasi dan Transaksi Elektronik 95 BAB 5. PRAKTIK MENULIS BERITA 101 A. Teknik Menulis Berita di Media Massa 101 B. Struktur Berita 105 1. Judul 105 2. Lead Berita 107 3. Body Berita 111 4. Closing 112 5. Kompetensi Dasar 112
| Daftar Isi xi C. Praktik Menulis Berita 114 D. Tugas 117 BAB 6. PERBEDAAN JENIS MEDIA DAN PRODUK JURNALISTIK 121 A. Media Cetak 121 B. Radio 123 C. Media TV 124 D. Media Online/Siber 126 BAB 7. MERENCANAKAN LIPUTAN 129 A. Tujuan Tulisan Dibuat 129 B. Merencanakan Liputan 130 C. Menghadiri Acara Liputan Terjadwal 135 D. Membangun Jejaring 137 BAB 8. DASAR MENULIS KARANGAN KHAS/ FEATURE 141 A. Teknik Menulis Karangan Khas/Feature 141 B. Menulis Feature Human Interest 146 C. Menulis Feature Tokoh 150 D. Tugas 152 DAFTAR PUSTAKA 153
xii Dasar-dasar Jurnalistik di Era New Media [halaman ini sengaja dikosongkan]
MEMAHAMI JURNALISTIK 1 1 A. PENDAHULUAN Di era gelombang keempat revolusi industri atau 4.0 telah ditandai dengan digitalisasi berbagai aktivitas kehidupan masyarakat dunia. Orang saling terhubung satu sama lain malalui perangkat digital di manapun berada. Dampak digitalisasi tidak terkecuali juga terjadi di dalam dunia jurnalistik. Bahkan sektor ini merupakan salah satu yang paling pertama yang terpengaruhi hingga pada akhirnya memunculkan jenis media baru atau yang dikenal dengan new media. Wujud new media dalam lingkup jurnalistik adalah media siber (cyber) atau disebut juga dengan media online. Media siber dibedakan dengan media sosial baik secara administratif maupun secara hukum. Media siber sebagai bagian dari jurnalisme secara administratif memiliki syarat kelengkapan seperti harus berbadan hukum dan terverifikasi
2 Dasar-dasar Jurnalistik di Era New Media oleh Dewan Pers sebagai induk organisasi pers nasional. Selanjutnya secara hukum, media siber patuh pada hukum pers (hukum media massa) seperti Undang-Undang Nomor 40 tahun 1999 tentang Pers, Kode Etik Jurnalistik (KEJ) dan sebagainya. Di dalam produk hukum pers ada aturan tentang mekanisme hak jawab, yang berada di luar proses hukum positif. Sedangkan media sosial secara umum tidak terikat aturan administratif secara formil dan secara hukum tidak diatur oleh hukum pers melainkan diatur dalam UndangUndang Nomor 19 tahun 2016 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE). Selain bentuknya yang baru, new media juga membuka terjadinya konvergensi media dari semua jenis media yang telah ada sebelumnya yaitu media cetak (print), media radio (audio), dan media televisi (audio visual). Ketiga jenis media ini dirangkum menjadi satu dalam konvergensi media. Salah satu karakteristik media siber yang membedakannya dengan jenis media massa lainnya adalah sifatnya yang real time dalam menyajikan berita atas suatu peristiwa yang terjadi. Artinya berita yang disajikan pada saat peristiwa sedang berlangsung, atau baru berlangsung beberapa saat lamanya. Kecepatan yang menjadi ciri media siber ini kemudian menuntun pada suatu bentuk penyajian berita yang bersifat praktis karena berpacu dengan waktu. Dalam praktiknya, kompetitor di media siber bukan hanya sesama media siber tetapi juga media sosial yang kerap digunakan sebagai pelantang dari informasi yang disebarluaskan melalui media siber. Perkembangan media siber dimulai pada 17 Mei 1991, lembaga penelitian CERN yang berbasis di Jenewa merilis
Bab 1 | Memahami Jurnalistik 3 World Wide Standar web. Pada Mei 1992 Chicago Online, layanan surat kabar pertama di Amerika Online, diluncurkan oleh Chicago Tribune di Amerika Serikat. Usaha jurnalistik ini didefinisikan sebagai: Semua media dengan menggunakan kehadiran web.(Deuze, 2001 hlm.6) Media siber memiliki karakteristiknya sendiri yang membedakannya dengan jenis media massa yang telah ada sebelumnya. Jenis jurnalisme online yang diidentifikasi semuanya sampai batas tertentu menggunakan karakteristik kuncinya dari lingkungan jaringan operasinya yaitu: hypertextuality, multimediality dan interaktivity. (Deuze, 2001 hlm.5-6). Contoh terbaik soal ini adalah laman berita BBC News Service yang menyediakan audiens mereka dengan tiga format dalam jaringan (konvergensi): material tertulis, streaming audio dan streaming video. Format itu kini popular diterapkan detik.com. kompas.com atau vivanews.com. (Winarto & (Ed.), 2017 hlm.57) Masing-masing dari ketiga karakteristik media siber tersebut memiliki tipe paradigma sendiri, yaitu: 1. Hipertekstualitas (hypertextuality). Hipertekstualitas dimaknai sebagai hubungan atau relasi yang menyatukan hiperteks atau teks baru dengan hipoteks atau teks yang telah ada lebih dahulu. 2. Multimedialitas (multimediality). Multimedialitas merupakan tampilan media yang berisi banyak aplikasi dan literasi. Multimedia dalam situs berita sebagai hasil dari konvergensi modalitas media (multimedia dapat dilihat sebagai jumlah dari format media yang berbeda), atau sebagai paradigma divergen di mana semua bagian situs dikembangkan dari multimedia.
4 Dasar-dasar Jurnalistik di Era New Media 3. Interaktivitas (interactivity). Para sarjana komunikasi cenderung berpikir bahwa interaktivitas merupakan komunikasi antara dua manusia. Interaktivitas berarti kemampuan pengguna untuk berkomunikasi secara langsung dengan komputer dan memiliki dampak pada pesan apapun yang sedang dibuat. (Fajri, 2017 hlm.9192) B. Definisi Jurnalistik Ada beberapa defenisi yang disampaikan oleh para sarjana maupun oleh para praktisi tentang defenisi jurnalistik. Defenisi klasik yang umum difahami sebagaimana disampaikan oleh tokoh pers nasional Adi Negoro (Husain Junus & Aripin Banasuru, 1996 hlm.11) bahwa jurnalistik adalah semacam kepandaian mengarang yang pada pokoknya untuk memberi pekabaran pada masyarakat dengan selekaslekasnya agar tersiar dengan seluas-luasnya. Hal yang sama disampaikan oleh Eric Hodgins (Teguh Meinanda, 1981) bahwa pengertian jurnalistik adalah pengiriman informasi dari sini ke sana dengan benar, seksama, dan cepat dalam rangka membela kebenaran, keadilan berpikir yang selalu dapat dibuktikan. Dari dua defenisi tersebut, ada beberapa unsur-unsur yang perlu diperhatikan dalam jurnalistik, yaitu: • Kepandaian mengarang; • Pekabaran kepada masyarakat; • Selekas-lekasnya; • Agar tersiar seluas-luasnya; • Membela kebenaran dan keadilan berpikir; • Selalu dapat dibuktikan.
Bab 1 | Memahami Jurnalistik 5 Kepandaian mengarang. Adalah ketrampilan menulis berita yang merupakan suatu sajian informasi dari suatu peristiwa yang terjadi. Karena berita merupakan rekonstruksi suatu peristiwa dalam bentuk rangkaian kata-kata dan gambar. Maka ketrampilan menulis berita yang dimaksud adalah ketrampilan merekonstruksi peristiwa ke dalam bentuk berita. Pekabaran kepada masyarakat. Adalah penyampaian informasi kepada publik. Peristiwa yang sudah direkonstruksi dalam bentuk berita tersebut kemudian menjadi sebuah informasi yang disampaikan kepada masyarakat (pubik) yang luas. Publik dalam media massa disebut dengan massa ditandai dengan tiga karakternya yaitu: 1. Anonim. Di antara publik yang menjadi khalayak media massa adalah orang yang tidak saling kenal satu sama lain. 2. Heterogen. Bahwa publik yang berjumlah banyak tersebut memiliki keragaman (heterogen) dalam karakteristiknya seperti gender, status sosial, pendidikan, agama, pekerjaan dan lain sebagainya. 3. Sporadis. Keberadaan masing-masing orang dalam khalayak media tersebut bersifat menyebar ke berbagai daerah yang berbeda secara berjauhan. Sebagai contoh, khalayan bagi media seperti TVRI adalah orang-orang yang berdomisili dari Sabang sampai Merauke. Selekas-lekasnya. Hal ini bermakna bahwa ada pembatasan waktu dalam menghasilkan produk jurnalistik atau disebut dengan deadline. Produk jurnalistik yang dihasilkan mesti mematuhi unsur deadline ini untuk penyebarluasan informasi kepada khalayak luas. Karena
6 Dasar-dasar Jurnalistik di Era New Media media massa dalam operasionalnya memproduksi informasi dalam bentuk berita setiap hari dari berbagai wilayah liputan (coverage area). Dalam media cetak harian deadline yang lazim di sore hari, sedangkan media cetak mingguan seperti majalah, deadline biasanya sepekan sekali. Sedangkan produksi berita di media televisi dan radio juga setiap hari yang waktunya sesuai dengan waktu tayang suatu program berita di suatu radio atau televisi. Agar tersiar seluas-luasnya. Maknanya informasi yang disebarluaskan meliputi khalayak yang tidak terbatas dalam wilayah tertentu. Media massa memiliki kecenderungan menyebarluaskan informasi kepada masyarakat secara meluas untuk menjangkau sebanyakbanyaknya khalayak pembaca, penonton, atau pendengar radio. Membela kebenaran dan keadilan berpikir. Merupakan prasyarat sebuah informasi yang disebarluaskan harus dilandasi oleh niat baik dan bersifat berimbang. Membela kebenaran adalah kebenaran yang dimaknai oleh niat yang baik yang dipahami oleh seorang wartawan yang menulis berita. Karena kebenaran mungkin saja memiliki versi yang berbeda, namun penilaian yang dilandasi oleh niat baik adalah suatu yang lebih mendekati kebenaran. Salah satu indikator dari kebenaran tersebut adalah memberikan keadilan berpikir bagi khalayak dalam rangka menilai kebenaran berita. Ini bermakna memberikan kesempatan yang sama kepada para pihak di dalam berita untuk menyampaikan pendapatnya. Hal ini merupakan penulisan berita yang menekankan pada penulisan yang berimbang atau disebut dengan cover both sides. Selalu dapat dibuktikan. Bermakna bahwa informasi
Bab 1 | Memahami Jurnalistik 7 yang disajikan adalah berupa fakta-fakta, bukan sekedar opini pribadi penulis. Sehingga fakta-fakta yang disajikan dapat dengan serta merta dibuktikan kebenarannya. Karena jika sebuah informasi yang disajikan berbasiskan atau berlandaskan pada fakta yang terjadi, maka akan selalu dapat dibuktikan. Sebaliknya apabila informasi yang disebarluaskan tidak berbasiskan fakta, maka akan sangat sulit untuk melakukan pembuktian. Dalam perkembangannya, jurnalistik didefenisikan sebagai sesuatu yang tidak berbeda dari generasi awal jurnalistik. Seperti dalam defenisi lain disebutkan bahwa jurnalistik merupakan sebuah proses kegiatan dalam mengolah, menulis, dan menyebarluaskan berita dan atau opini melalui media massa (Asep Syamsul M Romli, 2003). Defenisi yang juga senada juga telah disampaikan Onong U. Effendi (1993) bahwa jurnalistik adalah teknik dalam mengelola berita, mulai dari mendapatkan bahan hingga menyebarkannya kepada masyarakat secara luas. Sedangkan Ginting (2020 hlm.3) mengatakan: “Bahwa secara maknawiyah, jurnalistik dapat diartikan sebagai suatu karya seni membuat catatan tentang peristiwa sehari-hari. Karya seni dimaksud memiliki nilai keindahan yang dapat menarik perhatian publik (pembaca, pendengar, pemirsa), sehingga dapat dinikmati dan dimanfaatkan untuk keperluan hidupnya. Secara lebih luas, pengertian jurnalistik adalah seni dan keterampilan mencari, mengumpulkan, mengolah, menyusun, dan menyajikan berita tentang peristiwa yang terjadi sehari-hari secara indah, dalam rangka memenuhi segala kebutuhan hati nurani khalayaknya, sehingga
8 Dasar-dasar Jurnalistik di Era New Media terjadi perubahan sikap, sifat, pendapat, opini dan perilaku khalayak (feedback) sesuai dengan kehendak para jurnalisnya atau media massanya.” 1. Pengertian Jurnalisme Istilah jurnalistik sering bercampur dengan istilah jurnalisme, atau dianggap sebagai dua istilah yang memiliki makna yang sama dan sebangun. Namun sesungguhnya ada makna yang berbeda di antara keduanya. Secara bahasa jurnalisme terdiri dari gabungan dua kata, yakni “jurnal” dan “isme”. Jurnal adalah buku catatan harian, buku yang dipakai sebagai buku perantara antara buku harian dan buku besar. KBBI juga mencatat bahwa salah satu pengertian jurnal adalah surat kabar harian. Sedangkan isme adalah suatu sistem kepercayaan tertentu, atau sifat suatu faham tertentu. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) jurnalisme adalah pekerjaan mengumpulkan dan menulis berita di media massa cetak atau elektronik; kewartawanan. Mengutip Shapiro, (2013), Muhammad Ashari (2020 hlm.3) menyebutkan bahwa jurnalisme adalah aktivitas mencari informasi akurat mengenai sebuah peristiwa, dimana informasi yang didapatkan itu dikemas untuk kemudian disebarluaskan kepada publik. Dengan demikian, jurnalisme adalah istilah yang muncul di dalam istilah jurnalistik. Sedangkan (Zelizer, 2005 hlm.66) mengatakan jurnalisme sebagai istilah yang cenderung merujuk pada keterampilan, rutinitas, dan kebiasaan yang berkembang yang terlibat dalam pembuatan berita. Dengan demikian dapat disebutkan bahwa jurnalisme
Bab 1 | Memahami Jurnalistik 9 adalah bentuk kata kerja dari jurnalistik. Karena jurnalisme bermakna kegiatan yang berlangsung dalam dunia jurnalistik yang meliputi pekerjaan mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah dan menyampaikan informasi (6M). Dan dalam proses 6M tersebut seorang wartawan dituntut untuk memiliki ketrampilan dalam setiap proses dalam jurnalisme yang terjadi, yaitu ketrampilan dalam mencari informasi, memperoleh informasi, memiliki informasi, menyimpan informasi, mengolah informasi dan menyampaikan informasi. 2. Pengertian Pers Istilah lain yang sering mengiringi dalam kegiatan jurnalistik adalah istilah pers. Makna pers juga tak jarang bercampurbaur dengan istilah jurnalistik dan jurnalisme. Di dalam UU No. 40 tahun 1999 tentang Pers, istilah pers didefenisikan sebagai lembaga sosial dan wahana komunikasi massa yang melaksanakan kegiatan jurnalistik yang meliputi mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi baik dalam bentuk tulisan, suara, gambar, suara dan gambar, serta data dan grafik maupun dalam bentuk lainnya dengan menggunakan media cetak, media elektronik, dan segala jenis saluran yang tersedia. Menurut Dahlan Surbakti (2015, hlm.78) dari definisi pers yang disebutkan dalam Undang-Undang Pers tersebut, dapat dipahami bahwa pers di Indonesia adalah lembaga sosial atau lembaga kemasyarakatan dan bukan lembaga atau institusi swasta apalagi pemerintah, jadi pers bukanlah corong pemerintah, kelompok, golongan atau partai politik. Pers tidak boleh diperalat oleh orang atau kelompok tertentu
10 Dasar-dasar Jurnalistik di Era New Media untuk kepentingannya apalagi sampai menyembunyikan fakta dan kebenaran. Sedangkan secara bahasa, Pers diambil dari Bahasa Belanda, yang dalam Bahasa Inggris berarti Press. Maknanya adalah “cetak” yang berarti suatu penyiaran yang terjadi secara tercetak atau publikasi secara dicetak (printed publication) (Onong, 2002, h.145). Sementara secara etimologis Pers (Belanda), Press (Inggris), Presse (Prancis) berarti tekan atau cetak. Berasal dari Bahasa Latin, Pressare dari kata Premere (tekan). Definisi terminologinya ialah media massa cetak disingkat media cetak. Bahasa Belandanya drupes, bahasa Inggrisnya printed media atau printing press. Istilah pers sudah lazim diartikan sebagai surat kabar (news paper) atau majalah (magazine) sering pula dimasukkan pengertian wartawan di dalamnya. (Muis, 1996, hl.11-12) Secara sederhana perbedaan defenisi antara jurnalistik, jurnalisme dan pers adalah pada bentuk kata dari ketiganya. “Jurnalistik” adalah suatu bentuk ketrampilan dalam hal tulis menulis atau merupakan bentuk kata sifat (adjektiva). Sedangkan “jurnalisme” adalah bentuk kata kerja (verba) yakni aktivitas dalam hal proses tulis menulis. Sementara “pers” adalah lembaga yang menaungi wartawan dalam rangka menjalankan aktivitas tulis menulis, dengan demikian pers adalah bentuk kata benda (nomina).
Bab 1 | Memahami Jurnalistik 11 Jurnalistik: bentuk kata sifat (adjektiva) Jurnalisme: bentuk kata kerja (verba) Pers: bentuk kata benda (nomina) Gambar 1. Pengertian Jurnalistik, Jurnalisme dan Pers C. Jenis-jenis Produk Jurnalistik 1. Berita (Straight News) Berita adalah informasi yang ditulis secara langsung ke inti persoalan dengan menyajikan fakta tanpa mencampurkannya dengan opini si penulis berita. Berita harus memiliki gagasan utama, yang diletakkan sebagai fokus dalam menulis berita. Selanjutnya pilihlah bahan dari fakta yang ada yang ada hubungannya dengan fokus tersebut. (Iswara, 2007, hlm.94). Berita merupakan salah satu bentuk dari produk jurnalistik yang menyajikan informasi kepada khalayak secara praktis. Karena sifatnya yang praktis tersebut, penulisan kalimat di dalam berita sebaiknya tidak ditulis terlalu panjang. Mengenai Panjang kalimat dalam paragraf dan panjang kata dalam kalimat dalam sebuah berita berbeda-beda sesuai dengan jenis media yang menjadi tempat penyebarluasan suatu informasi, terutama antara panjang kata dan kalimat dalam suatu paragraf di media cetak (print media) dan media siber (cyber media).
12 Dasar-dasar Jurnalistik di Era New Media 1. Media Cetak • Dalam setiap kalimat paling banyak cukup 20 kata. • Dalam setiap paragraf cukup tiga kalimat paling banyak. 2. Media Siber • Dalam setiap paragraf dapat berisi 1-3 kalimat. • Dalam setiap paragraf paling banyak berisi 20 kata. Kalimat yang ditulis pada umumnya dengan mematuhi struktur dalam bahasa Indonesia yaitu Subjek, Predikat, Objek dan Keterangan (S-P-O-K). Karena itu penting diperhatikan bahwa kalimat yang terlalu panjang akan mengaburkan identitas S-P-O-K dalam kalimat. Kesalahan yang sering tidak disadari para penulis pemula dalam menulis berita adalah struktur bahasa yang tidak jelas. Berita dapat dibedakan dalam beberapa jenis yaitu: 1. Hard news dan 2. Soft news. Hard News: Secara bahasa hard news berarti berita keras. Dalam praktiknya hard news adalah berita-berita yang diunggulan karena memiliki nilai berita yang tinggi. Hard news juga memiliki sifat yang aktual, lugas, singkat, langsung ke inti persoalan, yang segera dipublikasikan agar diketahui khalayak. Jenis berita ini biasanya berupa berita yang “panas” seperti pertikaian politik, kesenjangan ekonomi, kejadian bencana, kerusuhan, perang dan lain sebagainya. Contoh judul berita hard news: “Pasukan AS Bombardir Baghdad Dengan Ratusan Pesawat Tempur” Soft News. Secara bahasa soft news artinya berita lembut
Bab 1 | Memahami Jurnalistik 13 atau lunak. Sedangkan secara istilah, soft news berarti berita yang ringan, memiliki kecenderungan menghibur, humanis, dan bukan berita konflik. Soft news sering diidentikkan dengan berita ringan dan kurang memiliki bobok news value sehingga dinilai kurang penting. Di dalamnya memuat berita human interest atau jenis rubrik feature. Jenis berita ini bisa pada topik peristiwa apa saja, namun dibedakan pada content peristiwanya seperti temu pers tentang prestasi sebuah kampus, pembukaan sebuah even hiburan dan sebagainya. Contoh judul berita soft news: “Pemprovsu Buka PRSU Pekan Depan” Gambar 2. Contoh Berita di Media Cetak Contoh teks berita di media siber: Gunung Semeru Kembali Erupsi, Pencarian Korban Dihentikan Sementara Surabaya, CNN Indonesia -- Pencarian korban hilang akibat erupsi Gunung Semeru dihentikan sementara. Keputusan ini menyusul Semeru yang kembali erupsi pada Kamis (16/12).
14 Dasar-dasar Jurnalistik di Era New Media “Semua personel ditarik dari lokasi pencarian menuju ke titik aman, kemudian ke posko. Pencarian hari ini dihentikan sementara,” kata Kepala Kantor SAR Surabaya Hariadi Purnomo. Pada pagi ini, Semeru kembali mengeluarkanmeterial lahar dan awas panas guguran. Saat itu, warga setempat pun lari berhamburan. Hal itu dilaporkan oleh warga Sumberwuluh, Candipuro, Kabupaten Lumajang, Ahmad Samiludin (48). Kejadian itu terjadi sekitar pukul 09.00 Wibwaktu setempat. “Saya sedang di Balaidesa Sumberwuluh, warga sini dan Kampung Renteng langsung lari semua ke bawah,” kata Ahmad saat dikonfirmasi CNNIndonesia.com, Kamis (16/12). Sebelum erupsi kembali terjadi, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyatakan pencarian korban hilang akibat erupsi Semeru di Lumajang, Jawa Timur masih terus dilakukan. Hingga Rabu (15/12) tercatat 56 korban meninggal dunia akibat erupsi Gunung Semeru. Sebanyak 47 korban ditemukan di lokasi, sedangkan sembilan korban lainnya meninggal di rumah sakit. Sementara, 36 orang masih dalam pencarian. “Tim gabungan masih terus melakukan pencarian korban yang dinyatakan hilang,” kata Plt. Kepala Pusat Data Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari, Kamis
Bab 1 | Memahami Jurnalistik 15 (16/12). Muhari mengatakan pada Kamis (16/12) pencarian korban hilang berfokus di tiga lokasi yang sebelumnya telah direncanakan, yakni, Tambang Pasir, Kebon Deli, dan Kajar Kuning. Pencarian mengerahkan sejumlah alat berat seperti 19 unit ekskavator, 2 unit buldozer, 7 unit dumtruck, 2 unit backhoe loader, 1 unit crane charge, 1 unit mobil DU Brimob, dan 1 mobile water treatment. Alat berat ini terletak di beberapa titik di Candipuro dan Pronojiwo. Muhari menyebut sejumlah organisasi dan relawan terlibat dalam pencarian yang dikomandoi Basarnas. Muhari meminta agar warga yang antusias melihat kondisi dampak erupsi Semeru tidak berada di lokasi pencarian. Sebab, hal itu akan menghalangi proses evakuasi. “Karena akan menjadi kendala tersendiri, apabila jalur evakuasi dan pencarian tidak steril dari aktivitas para warga setempat,” kata Muhari. Lebih lanjut, Muhari melaporkan hingga saat ini masih terdapat ribuan pengungsi yang tersebar di berbagai kecamatan di Lumajang. Yakni 1.518 pengungsi di tujuh titik Pasirian, 4.563 pengungsi di 8 titik Candipuro, dan 1.056 pengungsi di Pronojiwo. Kemudian, 334 pengungsi di Sukodono, 312 di
16 Dasar-dasar Jurnalistik di Era New Media Sumbersuko, 421 pengungsi di Lumajang, 97 pengungsi di Yosowilangun, 197 pengungsi di Pasrujambe, dan 31 pengungsi di Randuagung. Kemudian, 73 pengungsi di Tekung, 152 pengungsi di Senduro, 95 pengungsi di Jatiroto, 171 pengungai di Kunir, dan 55 pengungsi di Klakah. Selain itu, Muhari juga melaporkan 59 jiwa mengungsi di Kedungjajang, 21 jiwa di Gucialit, 205 di Padang, 49 di Ranuyoso, 60 jiwa di Rowokangkung, 693 jiwa di Tempeh. “Total pengungsi yang tercatat 10.565 jiwa,” kata Muhari. Sebelumnya, Gunung Semeru meletus pada Sabtu (4/12). Selain mengakibatkan puluhan korban jiwa dan hilang, ribuan rumah dan beberapa fasilitas publik juga rusak. 2. Feature Ada beberapa defenisi feature yang ditawarkan para sarjana. Di antaranya sebagaimana (Juwito, 2008 hlm.80) mengatakan bahwa feature merupakan sebuah “karangan khas” yang menuturkan fakta, peristiwa, atau proses disertai penjelasan riwayat terjadinya, duduk perkaranya, proses pembentukannya, dan cara kerjanya. Sebuah feature umumnya mengedepankan unsur why dan how sebuah peristiwa. Menurut Zulkarnain, (2019 hlm. 3) feature berupa laporan jurnalistik yang ditulis dengan gaya sastra (gaya penulisan karya fiksi seperti cerpen). Namun, feature
Bab 1 | Memahami Jurnalistik 17 berkisah atau bertutur tentang sebuah peristiwa faktual atau kejadian nyata. Tidak seperti berita, tulisan feature mengandung informasi yang “lebih” ketimbang berita biasa (straight news), antara lain hal-hal yang mungkin diabaikan oleh straight news dan relatif tidak aktual. Dalam penulisannya, feature tidak terlalu terikat pada unsur-unsur 5W1H di lead dan paragraf setelahnya. Karena unsur-unsur tersebut dapat secara kreatif diletakkan di body tulisan. Di dalam feature tidak jarang ditemukan opini penulisnya terhadap fakta-fakta yang dilaporkan dalam tulisan. Dengan kata lain feature adalah jenis tulisan dalam jurnalistik yang lebih elastis ketimbang berita yang dapat menyelipi opini di antara fakta-fakta yang dilaporkan di dalam tulisan. Dalam menulis feature, penulis dituntut untuk kreatif dalam menciptakan ide di antara informasi yang disampaikan, dengan gaya menghibur. Secara sederhana, tulisan feature adalah tulisan yang disajikan dengan memaparkan hal-hal sederhana secara detail. Meski sederhana namun kandungan bahasa sastra di dalamnya akan membuat sebuah tulisan menjadi menarik untuk dibaca. Kekuatan tulisan feature terletak pada dua hal tersebut yakni “hal sederhana” dan “detailnya”. Karena itu pula tulisan feature menjadi menarik untuk dibaca. Hal sederhana adalah hal-hal yang sering dilupakan oleh orang lain atau dianggap bukan merupakan sesuatu yang penting untuk diambil perhatian. Hal-hal yang kurang dianggap penting ini ketika menjadi perhatian, maka akan dapat menjadi sesuatu yang menarik. Karena sesungguhnya dalam setiap sesuatu hal sederhana, akan menyimpang berbagai hal yang kompleks di belakangnya. Contoh
18 Dasar-dasar Jurnalistik di Era New Media dari objek liputan feature yang merupakan hal sederhana adalah pedagang kaki lima. Orang akan terbiasa melihat pedagang kaki lima di berbagai tempat, sehingga menjadi suatu pemandangan yang lazim dilihat. Namun ketika pedagang kaki lima menjadi objek liputan feature, maka tulisan tersebut akan mengeksplorasi berbagai hal terkait si pedagang tersebut. Dari mulai kisah hidupnya, jatuh bangunnya, penderitaannya, keberhasilan atau kegagalannya dalam mendidikan anak dan lain sebagainya. Detail dalam tulisan feature adalah berbagai hal yang sering dianggap tidak penting dalam setiap peristiwa. Detail kadang membuat tulisan menjadi tak terduga, yang memaksa pembaca untuk tersenyum melebarkan garis di sepanjang bibirnya. Melalui penulisan detail tentang suatu peristiwa sederhana, tulisan feature akan mengajak pembacanya membayangkan sesuatu dalam tulisan tersebut. Detail dalam tulisan semisal pedagang kaki lima yang duduk termangu sambil menunggu pembeli, kibaran rok Lady Diana yang tersapu angin ketika dia berjalan, atau jambul Donald Trump yang bergoyang-goyang khas saat ia berpidato. Dalam menulis feature dapat lebih leluasa menggunakan pilihan kata (diksi) yang menarik dan bahkan berimajinasi untuk membuat sebuah tulisan menjadi menarik. Imajinasi tidak dimaksudkan membuat sebuah tulisan yang berdasarkan informasi yang fiktif, tetapi lebih kepada menyajikan informasi secara lebih berwarna. Karena datadata yang disajikan dalam sebuah tulisan feature mestilah sesuatu fakta, dan bukan merupakan rekaan semata. Imajinasi diperlukan untuk mengembangkan tulisan menjadi sesuatu yang mengandung nilai sastra dalam menyajikan fakta-fakta. Menulis feature menawarkan kesempatan untuk menjadi
Bab 1 | Memahami Jurnalistik 19 kreatif. Anda dapat menemukan suara jurnalistik Anda sendiri, Anda dapat menulis dengan semangat dan mengigit dalam berbagai tingkat, Anda dapat mengekspresikan pandangan Anda, manakala sifat straight news membatasi. Jika ingin menjelajahi suatu berita atau isu secara lebih mendalam, cara melakukannya adalah melalui cerita fitur (Ricketson, 2004). 3. In-depth Reporting Pengertian in-depth reporting atau laporan mendalam adalah karya jurnalistik yang menginformasikan suatu peristiwa secara komprehensif. Dengan kata lain, laporan mendalam menyajikan informasi kepada pembaca secara lengkap, meliputi objek peristiwa yang terjadi serta berbagai aspek yang terjadi di seputar objek peristiwa. Dengan demikian pembaca mendapatkan suatu informasi secara lebih lengkap dan mendapatkan berita yang terjadi di balik berita yang disiarkan. Dari defenisi dan penjelasan tentang laporan mendalam ini, maka dapat dikatakan bahwa tujuan tulisan laporan mendalam adalah untuk mendapatkan kelengkapan informasi dari suatu peristiwa yang terjadi. Kamath dalam Kurnia (2001 hlm.236-237) menyarikan beberapa defenisi laporan mendalam di dalam jurnalistik ini, yaitu: 1. Segala sesuatu yang membuat pembaca tahu mengenai seluruh aspek yang terjadi pada sebuah subjek dari kepastian informasi yang diberikan, termasuk latar belakang dan atmospirnya. 2. Menekankan sebuah kisah- berita dengan semacam ketelitian detil dan latar belakang. Pembaca tidak
20 Dasar-dasar Jurnalistik di Era New Media hanya diberi tahu mengenai apa yang terjadi melainkan mengapa hal itu dapat terjadi. 3. Mengartikan pemberitahuan kepada pembaca inti kisah sesungguhnya, secara mendalam (lengkap), seimbang dan terorganisir dengan kelengkapan latar belakang. 4. Pelaporan sederhana yang bagus dalam hal akurasi dan detil pengamatannya. 5. Kisah yang menjelaskan keterkaitan dan perkembangan dari sebuah kisah berita yang terjadi. 6. Menunjukkan pengembangan pemberitaan dan penjelasannya secara signifikan melalui foto-foto yang mengilustrasikan pengisahannya. 7. Perencanaan liputan yang hendak mengantisipasi pemberitaan yang bersifat the news is fresh. 8. Bukan pekerjaan satu orang tapi produk dari kerjasama tim. 9. Menyepakati fakta-fakta yang harus dijelaskan, bukan opini. 10. Tidak meninggalkan begitu saja pertanyaan-pertanyaan yang diajukan pembaca. 11. Bukan hendak mempresentasikan fakta-fakta di dalam pendekatan pertamanya, melainkan hendak memasuki sebuah penyelidikan (delves) yang orisinal, logis, memasukan pelbagai tekanan dan kepentingan, membuat pembaca paham bukan kepada siapa dan apa, namun bagaimana, dan yang terpenting, mengapa. 12. Penggalian di bawah permukaan dan mengangkat fakta-fakta bukan sebagai sesuatu yang segera tampak, melainkan hendak memberi kontribusi pada pemahaman
Bab 1 | Memahami Jurnalistik 21 terhadap sebuah kisah. Dari berbagai defenisi di atas, terlihat bahwa ketrampilan dalam menulis laporan mendalam tidak sama dengan kemampuan menulis berita (straight news). Untuk menulis laporan mendalam diperlukan Tidak semua peristiwa yang layak untuk disajikan dalam bentuk liputan mendalam. Seorang wartawan harus bisa membedakan peristiwa mana yang layak untuk disajikan dalam bentuk liputan mendalam dan peristiwa yang tidak layak untuk disajikan dalam bentuk liputan mendalam. Beberapa hal yang menjadi alasan suatu peristiwa yang layak untuk diangkat menjadi liputan mendalam, antara lain: 1. Memiliki nilai berita (news value), 2. Menjadi perhatian publik (viral), 3. Memiliki berbagai aspek yang mempengaruhi peristiwa tersebut, 4. Memiliki dampak yang luas, 5. Didukung oleh data dan informasi yang dapat dilacak. Di dalam penyajian laporan mendalam, dibedakan dalam penyajian dalam bentuk straight news, yaitu: In-Depth Reporting Straight News Lebih didominasi oleh unsur why (mengapa), dan unsur how bagaimana (how) Lebih didominasi oleh unsur what (apa), who (unsur siapa), unsur when (kapan), dan unsur where (dimana) Tidak sekedar kewajiban melakukan konfirmasi. Menyajikan informasi Menyajikan informasi secara langsung, ringkas dengan kewajiban secara mendalam dari berbagai sudut pandang melakukan konfirmasi
22 Dasar-dasar Jurnalistik di Era New Media Memerlukan perencanaan secara matang dan terjadwal secara sistematis. Cukup direncanakan dalam proyeksi liputan berita. 4. Investigative Reporting Investigative reporting atau laporan investigatif adalah laporan yang mengungkapkan sesuatu yang tidak terungkap dalam pemberitaan. Dengan kata lain karakter laporan investigatif adalah laporan yang mengungkap hal-hal yang masih tertutupi atau ditutupi dari publik. Secara umum, laporan investigatif relatif sama dengan laporan mendalam, yang membedakannya adalah adanya karakter “mengungkap” dalam laporan investigatif. Sedangkan dalam laporan mendalam karakternya adalah menyajikan secara mendalam. Menurut John Ullman dan Steve Honeyman dalam Kurnia (2006 hlm.217), wartawan dalam menyajikan laporan investigatif diidorong oleh setidaknya tiga elemen dasar, yaitu: 1. Pekerjaan menyajikan laporan investigatif merupakan hasil kerja dari sebuah tim dan bukan merupakan perkerjaan perorangan; 2. Laporan investigatif yang disajikan merupakan satu hal menyangkut kepentingan khalayak ramai; 3. Laporan investigatif adalah laporan mengenai persoalan yang bersifat umum yang sengaja disembunyikan dari hadapan publik. Secara konsepnya liputan investigasi berbeda dengan kegiatan jurnalisme lainnya seperti liputan berita. Perbedaan tersebut antara lain: (Herfan, 2015 hlm.19)
Bab 1 | Memahami Jurnalistik 23 1. Memiliki perbedaan dengan pola kisah jenis pemberitaan lain. 2. Bukan lagi berdasarkan agenda pemberitaan yang terjadwal, sehingga tidak lagi dibatasi oleh tekanantekanan waktu atau tenggat (deadline). 3. Wartawan investigasi memaparkan kebenaran yang ditemukan, lalu melaporkan adanya kesalahan-kesalahan, kemudian menyentuh serta mengafeksi publik terhadap persoalan yang dikemukakan. 5. Artikel atau Opini Artikel atau opini di media massa adalah suatu tulisan yang berisi pendapat yang merupakan sikap si penulis tentang suatu keadaan atau masalah yang terjadi baik di masa lalu maupun yang sedang terjadi. Karena merupakan pendapat si penulis maka isi tulisan opini biasanya akan sangat subjektif dari sudut pandang si penulisnya. Redaktur dalam mempertimbangkan untuk memuat suatu tulisan opini adalah adanya keterkaitan isi tema dan tulisan dengan peristiwa atau isu yang sedang terjadi, yang sering diistilahkan dengan news peg. News Peg adalah cantelan atau momentum berita atau informasi yang memiliki nilai berita yang menjadi dasar ditulisnya sebuah opini di media massa. Dalam tulisan opini, nama penulis dan latar belakangnya dicantumkan secara jelas untuk memberikan informasi kepada pembaca tentang siapa orang yang menulis suatu opini. Opini di media massa biasanya ditulis oleh wartawan atau oleh bukan wartawan. Dengan kata lain masyarakat secara umum dapat menulis opini di media massa. Nilai bobot sebuah opini di media massa tidak saja ditentukan
24 Dasar-dasar Jurnalistik di Era New Media oleh konten artikel yang ditulis, tetapi juga ditentukan oleh latar belakang si penulis. Contoh opini dalam bidang politik, ketika terjadi polemik di Partai Demokrat dengan digelarnya Konferensi Luar Biasa (KLB) Partai Demokrat di Sibolangit, Deli Serdang, Sumatera Utara yang memilih Moeldoko sebagai ketua umum menggantikan Agus Harimurti Yudhoyono, maka berkembang wacana tentang hal ini di tengah publik. Maka ketika orang yang terlibat langsung dalam polemik ini menulis opini di media massa, semisal Moeldoko, Agus Harimurti Yudhoyo ataupun Susilo Bambang Yudhyono, maka tulisan tersebut akan memiliki bobot yang kuat. 6. Kolom Kolom di media massa adalah suatu tulisan yang berisi pendapat yang merupakan sikap si penulis tentang suatu keadaan atau masalah yang terjadi baik di masa lalu maupun yang sedang terjadi yang ditulis oleh penulis tetap. Jadi, yang membedakan kolom dengan opini adalah si penulis dalam kolom adalah orang yang sama yang menulis secara berkala. Sebagaimana tulisan opini, nama penulis kolom juga harus dicantumkan secara jelas, bahkan biasanya dilengkapi dengan foto si penulis. 7. Tajuk atau Editorial Tajuk atau editorial disebut juga dengan induk opini, yaitu tulisan artikel berisi pendapat yang merupakan sikap yang mewakili media massa yang menerbitkan tulisan tersebut atas suatu masalah atau isu yang sedang terjadi. Editorial biasanya berisi gagasan, pandangan, dukungan,
Bab 1 | Memahami Jurnalistik 25 penolakkan ataupun kritikan terhadap sesuatu. Berbeda dengan artikel opini, dan kolom, nama penulis editorial sama sekali tidak boleh dicantumkan karena sifatnya yang mewakili lembaga media massa. D. Prinsip-prinsip Dasar Jurnalistik Dalam menghasilkan karya jurnalistik berupa tulisan, gambar dan video, ada prinsipprinsip dasar menulis yang harus dipatuhi. Prinsip-prinsip dasar tersebut merupakan pondasi dalam menghasilkan karya jurnalistik. Jika sebuah karya tulis diproduksi dengan tanpa memiliki pondasi dari prinsip-prinsip dasaer dalam menulis, maka sebuah naskah tidak memenuhi syarat untuk menjadi sebuah karya jurnalistik. Prinsip-prinsip dasar dalam menulis tersebut yakni: 1. Jujur Sebuah karya jurnalistik harus disajikan secara jujur apa adanya. Maknanya adalah bahwa sebuah informasi yang disajikan di media massa berupa berita haruslah sesuai dengan fakta dan peristiwa yang terjadi. Sebuah berita yang disajikan kepada pembaca adalah murni berisi fakta dan informasi tanpa dicampur dengan opini dari penulisnya. Sebuah berita yang disajikan kepada khalayak dengan memalsukan data dan informasi dengan sengaja, tidaklah memenuhi syarat untuk disebut sebagai sebuah karya jurnalistik. 2. Cermat Setelah berlaku jujur, selanjutnya adalah cermat dalam menuliskan informasi. Karena kekurangancermatan
26 Dasar-dasar Jurnalistik di Era New Media dalam menulis informasi dapat menimbulkan informasi yang salah tersebarluas ke publik. Misalnya dalam menulis nama, pangkat, jabatan, kutipan, pernyataan dan sebagainya harus sesuai dengan data dan fakta yang terjadi. Ketidakcermatan dalam penulisan informasi ini dapat menimbulkan kesalahan fatal, seperti menurunkan pangkat seorang pejabat dan sebagainya. Misalnya seorang pejabat polisi yang berpangkat Irjen (Inspektur Jenderal) jika salah tulis menjadi Brigjen (Brigadir Jenderal). 3. Seimbang Selanjutnya adalah berlaku seimbang dalam menampilkan informasi kepada khalayak. Jati diri wartawan sebagai seorang penulis berita sesungguhnya tidaklah berpihak kepada salah satu pihak yang saling bertikai, tetapi wartawan berpihak kepada kebenaran. Keberpihakan kepada kebenaran tersebut diwakili dengan tindakan menyajikan fakta secara apa adanya. Oleh karena itu prinsip keberimbangan sangat penting dalam menyajikan berita sehingga berita yang disajikan tidak memihak kepada pihak tersebut. Konfirmasi, check and balance adalah hal yang wajib dilakukan seorang wartawan dalam menyajikan berita. Dalam dunia jurnalistik dikenal dengan istilah cover both sides atau meliput kedua belah pihak, dalam arti memberikan peluang yang sama kepada pihak-pihak yang saling berkepentingan terhadap suatu berita tertentu. 4. Lengkap dan Jelas Prinsip lengkap dan jelas ini berkaitan dengan kelengkapan dan kejelasan data yang disajikan dalam
Bab 1 | Memahami Jurnalistik 27 sebuah berita. Kelengkapan data terkait keseluruhan informasi wajib yang akan dikabarkan kepada khalayak yang terangkum dalam unsur-unsur 5W + 1H. Jika masih ada unsur-unsur tersebut yang belum terpenuhi maka suatu berita akan menimbulkan pertanyaan dalam benak pembaca. Sebaliknya apabila unsur-unsur berita tersebut telah terpenuhi dalam suatu berita maka khalayak tidak lagi bertanya tentang kelengkapan informasi dalam sebuah berita. Namun lengkap saja tidaklah cukup jika tidak disajikan dengan jelas. Karena informasi yang disajikan dengan kurang jelas, maka akan menimbulkan kesalahfahaman dalam memaknainya. 5. Ringkas Sedangkan prinsip selanjutnya adalah ringkas. Setelah prinsip jujur, cermat, seimbang, lengkap dan jelas telah terpenuhi, berikutnya adalah menyajikan informasi secara ringkas. Berita yang baik bukanlah berita yang ditulis dengan panjang lebar, tetapi berita yang baik ditulis dengan ringkas dengan tanpa mengurangi makna informasi yang disajikan. Dalam bukunya yang berjudul The Elements of Journalism, What Newspeople Should Know and the Public Should Expect (New York: Crown Publishers), Bill Kovach dan Tom Rosenstiel (2001), merumuskan Sembilan Elemen Jurnalisme yang kemudian ditambah satu lagi menjadi 10 Elemen Jurnalisme yang perlu untuk diperhatikan oleh para jurnalis. 1. Kewajiban pertama jurnalisme adalah ada kebenaran Jurnalis harus dituntut untuk bersikap balance (seimbang). Pada kenyataannya, upaya wartawan untuk “fairness” dan “balance” itu tetap saja subyektif dan
28 Dasar-dasar Jurnalistik di Era New Media dipengaruhi politik media massa. 2. Loyalitas pertama jurnalisme kepada warga Pemilik/perusahaan harus menomorsatukan warga, mempekerjakan manajer bisnis yang juga menomorsatukan warga, menetapkan dan mengomunikasikan standar yang jelas, menaruh akhir berita di tangan wartawan, serta mengomunikasikan standar yang jelas kepada publik 3. Intisari/esensi jurnalisme adalah disiplin verifikasi Verifikasi untuk membedakan gosip, desas-desus, kabar burung atau bahkan cerita mitos. Keakuratan yang menjadi tolak ukur bahwa sebuah berita/informasi bersifat faktual adalah dengan melakukan banyak verifikasi. Elemen ini mengingatkan prinsip dasar jurnalistik yang mengandalkan fakta sebagai sumber berita. Wartawan tidak pernah menambahi sesuatu yang tidak ada, serta tak pernah menipu audiens. Menerapkan prinsip intelektual dari laporan ilmiah: Berlaku transparan tentang metode dan motivasi. 4. Para praktisinya harus menjaga independensi terhadap sumber berita Menjadi netral bukanlah prinsip dasar jurnalisme. Impartialitas juga bukan yang dimaksud objektifitas. Prinsipnya, wartawan haruslah bersikap independen dari hal-hal yang mereka liput. Jurnalis senantiasa dituntut memantau kekuasaan dan menyambung lidah yang tertindas. Peran sebagai anjing penjaga (watchdog) yang tidak berlebihan karena juralisme bukan untuk menyajikan sensasi. Pemantau atas kekuasaan dinilai efektif dengan reportase
Bab 1 | Memahami Jurnalistik 29 investigatif. 5. Jurnalisme harus berlaku sebagai pemantau kekuasaan. Memantau kekuasaan bukan berarti melukai orang yang berkehidupan nyaman. Memantau kekuasaan harus dilakukan dengan kerangka ikut menegakkan demokrasi. Jika wartawan/media memiliki hubungan yang bisa dipersepsikan sebagai konflik kepentingan, mereka berkewajiban melakukan full-disclosure tentang hubungan itu agar pembaca waspada dan menyadari bahwa tulisan/liputan itu tidak terlalu independen. 6. Jurnalisme harus menyediakan forum publik untuk kritik ataupun dukungan warga. Selain harus menyajikan fakta, wartawan harus berpegang pada standar kejujuran yang sama atau kesetiaan kepada kepentingan publik. Media harus mampu menjadi ajang saling kritik dan menemukan kompromi. Forum yang disediakan untuk itu harus untuk komunitas seutuhnya, bukan hanya untuk kelompok yang berpengaruh atau yang secara demografi menarik. 7. Jurnalisme harus berupaya untuk membuat hal yang penting, menarik dan relevan. Perlu pengalaman dan hati nurani untuk memilih sudut pandang yang menarik dan relevan. Jurnalisme adalah menyampaikan dengan sebuah tujuan, yaitu menyediakan informasi yang dibutuhkan orang untuk memahami dunia. Tantangan pertama adalah menemukan informasi yang dibutuhkan orang untuk menjalani hidup mereka. Tantangan kedua adalah membuatnya bermakna, relevan, dan enak disimak. Penulisan jurnalistik yang bagus selalu merupakan hasil dari reportase mendalam
30 Dasar-dasar Jurnalistik di Era New Media yang solid, dengan imbuhan detail dan konteks yang mengikat tulisan. 8. Jurnalisme harus menjaga agar berita komprehensif dan proporsional. Jurnalisme adalah kartografer (pembuat peta) modern. Ia menghasilkan peta bagi warga untuk mengambil keputusan tentang kehidupan mereka sendiri. Itulah manfaat dan alasan ekonomi kehadiran jurnalisme. Seperti halnya peta, nilai jurnalisme bergantung kepada kelengkapan dan proporsionalitas. 9. Para praktisinya harus dipebolehkan mengikuti hati nurani. Setiap wartawan dari redaksi hingga dewan direksi harus punya rasa etika dan tanggung jawab personal. Sebuah panduan moral demi menyajikan berita yang akurat, adil, imbang, berfokus pada warga, berpikiran independen, dan berani 10. Warga juga memiliki hak dan tanggung jawab dalam halhal yang terkait dengan berita. Warga bukan lagi sekadar konsumen pasif dari media, tetapi mereka juga menciptakan media, sendiri. Ini terlihat dari munculnya blog, jurnalisme online, jurnalisme warga (citizen journalism), jurnalisme komunitas (community journalism) dan media alternatif. Warga dapat menyumbangkan pemikiran, opini, berita, dan sebagainya, dan dengan demikian juga mendorong perkembangan jurnalisme. Jurnalisme bukan sekedar informasi. Demokrasi dan jurnalisme lahir bersamasama dan mereka juga akan jatuh bersama-sama.
Bab 1 | Memahami Jurnalistik 31 Sedangkan Luwi Iswara (2007 hlm.1-5) menjelaskan ciri-ciri jurnalisme, yang dirangkum dari beberapa sumber. Ciri-ciri jurnalisme ini adalah sesuatu yang harus ada dalam jurnalisme atau dalam kegiatan wartawan dalam memproduksi karya jurnalistik. Ciriciri tersebut yakni: 1. Skeptis; merupakan sikap yang selalu mempertanyakan segala sesuatu, tidak langsung percaya. Setiap menerima informasi memulainya dengan meragukannya, mewaspadai segala ketidakpastian agar tidak mudah tertipu oleh suatu informasi. Orang yang skepstis akan memastikan kebenaran suatu informasi dengan menceknya, sebelumnya ia menerimanya. Sikap skeptis berbeda dengan sikap sinis. Karena skeptis berarti meragukan, sedangakan sinis adalah menolak. 2. Bertindak; adalah corak kerja seorang wartawan yang tidak menunggu sampai suatu berita muncul, namun selalu mengamati, mencari dengan dituntun oleh nalurinya. 3. Berubah; perubahan merupakan hukum utama jurnalisme, karena itu jurnalisme mendorong terjadinya perubahan. Satu-satunya yang pasti dan tidak berubah dalam industri media adalah ketidakpastian dan perubahan itu sendiri. 4. Senin dan Profesi; jurnalisme mensyaratkan wartawan melihat dengan mata yang segar atas setiap peristiwa untuk menangkap aspek-aspek unik. Karena itu jurnalisme adalah seni dan profesi dengan tanggung jawab professional.
32 Dasar-dasar Jurnalistik di Era New Media E. Pertanyaan 1. Apa yang menjadi karakteristik new media? 2. Apa perbedaan antara jurnalistik, jurnalisme, dan pers? 3. Apa perbedaan soft news dan hard news? 4. Jelaskan apa saja yang menjadi produk jurnalistik? 5. Apa saja yang menjadi prinsip-prinsip dasar jurnalistik dan ciri-ciri jurnalisme?
TEKNIK DASAR JURNALISTIK 2 33 A. 5W1H Dalam teknik penulisan berita, informasi penting dalam suatu peristiwa diprioritaskan disajikan di paragraf pertama atau teras berita (lead). Andaipun tidak semua informasi penting tidak dapat dimasukkan ke paragraf pertama, maka dapat dimasukkan ke paragraf kedua dan seterusnya. Keseluruhan informasi tersebut terangkum dalam pertanyaan yang disebut dengan 5W+1H (What, Who/ Whom, Where, When, Why + How). Secara lebih rinci, unsurunsur 5W+1H dapat dijelaskan sebagai berikut: • What: Apa yang terjadi, • Who/Whom: Siapa (subjek atau objek) yang mengatakan/ melakukan, • Where: Di mana terjadinya peristiwa dalam berita, • When: Kapan terjadinya peristiwa dalam berita,
34 Dasar-dasar Jurnalistik di Era New Media • Why: Mengapa peristiwa dalam berita itu terjadi, • How: Bagaimanan peristiwa dalam berita tersebut terjadi. 5W1H dalam berita adalah faktor penting. Karena saat individu membaca sebuah berita, maka individu punya pilihan untuk melihat berita itu sebagai pokok pikiran yang ingin disampaikan jurnalis kepada pembacanya atau melihat kelengkapan berita yang disampaikan misalnya dengan menilainya menggunakan prinsip 5W1H. (Winarto & Artini, Ed., 2017). Artinya wartawan penulis berita telah memberikan jawaban atas pertanyaan pembaca dari informasi yang disampaikannya di dalam berita. Dengan menyajikan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tersebut khalayak dapat mengetahui inti dari suatu informasi yang ditulis dalam suatu berita. Karena itu produk jurnalistik ini juga disebut dengan straight news (berita langsung) karena dalam penyajiannya langsung ke inti masalah yang ingin disampaikan yang secara keseluruhan berisi informasi. Berita adalah cara media memberikan informasi kepada khalayak atas suatu peristiwa yang terjadi. Dengan kata lain, berita adalah rekonstruksi peristiwa dalam bentuk rangkaian katakata dan gambar-gambar atau video. Peristiwa yang menjadi objek liputan berita direkonstruksi untuk disajikan kepada khalayak dengan apa adanya. Berita tidak boleh bercampur dengan opini atau pendapat orang yang menulis berita. Berita biasanya disajikan secara berimbang (cover both sides) di antara pihakpihak yang terlibat di dalam berita. Hal ini sesuai dengan Kode Etik Jurnalistik (KEJ) Pasal 1 yang berbunyi: Wartawan Indonesia bersikap independen, menghasilkan berita yang akurat, berimbang, dan tidak
Bab 2 | Teknik Dasar Jurnalistik 35 beritikad buruk. Dalam penafsirannya, kata “berimbang” berarti semua pihak mendapat kesempatan setara. Keberimbangan dalam penyajian berita inilah yang menjadi salah satu pembeda antara berita sebagai produk jurnalistik, dengan informasi yang beredar di media sosial. Penulisan berita yang lazim dipraktikkan di media massa, adalah dengan menggunakan rumus primaida terbalik. Rumus ini dimaksudkan untuk mendahulukan informasi yang lebih penting terlebih dahulu dari pada informasi yang kurang penting dan tidak penting. Informasi penting dalam suatu informasi yang ditulis dalam bentuk berita, terangkum dalam rumus 5W + 1H. Dengan penulisan seperti ini, maka pembaca akan disajikan informasi secara instan, sesuai dengan namanya straight news (berita langsung). Gambar 3. Piramida Terbalik Passante (2008 hlm. 36) lebih merinci penulisan berdasarkan urutan arti pentingnya yang dinamakan piramida terbalik agar editor bisa memotong atau membuang bagian
36 Dasar-dasar Jurnalistik di Era New Media yang dianggap paling tidak penting yang terletak di bagian bawah berita. Piramida Terbalik (Passante, 2008 hlm.36) Berita dimulai di sini dengan teras berita yang bagus sekali Lalu nugraf (paragraf inti atau ringkasan inti berita dan kadang sedikit konteks) Hal penting diletakkan di sini Lalu yang kurang penting di sini Di sini tambah yang tak penting Tak penting sama sekali Bisa dibuang sekarang Sering dibuang Buang B. Bahasa Jurnalistik Bahasa jurnalistik atau bahasa pers adalah bahasa yang digunakan dalam menghasilkan karya jurnalistik. Bahasa jurnalistik adalah bahasa khas yang merangkai tulisan dari kalimat yang padat, ringkas, mudah dipahami, dan enak dibaca. Bahasa jurnalistik yang lazim digunakan adalah dengan memadatkan makna kata-kata dalam suatu kalimat. Rahardi dalam Puspitasari (2017: 3-4) menjelaskan ciri-ciri bahasa jurnalistik meliputi: komunikatif, spesifik, ekonomis kata, jelas makna, dan tidak mubazir atau tidak klise. Secara lebih ringkas, karakter bahasa jurnalistik itu terdiri dari; to the point (langsung), simple (sederhana), dan ecomomical word (ekonomis kata). 1. To the Point (langsung) Bahasa jurnalistik memiliki ciri khas yang langsung