The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.

Bagaimana pengetahuan dasar jurnalistik mengalami perkembangan seiring masuknya era new media

Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by Dedi Sahputra, 2023-02-20 09:26:21

Dasar-dasar Jurnalistik di Era New Media

Bagaimana pengetahuan dasar jurnalistik mengalami perkembangan seiring masuknya era new media

Keywords: Buku Ajar

Bab 4 | Rambu-rambu Hukum 87 Keputusan Presiden Nomor 36 Tahun 1990. (Sahputra, 2019). Ini berarti bahwa Indonesia terikat secara hukum untuk melaksanakan ketentuan yang termaktub di dalam KHA yang mengatur prinsip perlindungan hukum terhadap anak, di antaranya kewajiban untuk memberikan perlindungan khusus terhadap anak yang berhadapan dengan hukum. Dari ratifikasi KHA tersebut, Indonesia telah melahirkan produk hukum berupa Undang-Undang No.23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak sebagaimana telah diubah terakhir dengan UU No.35 tahun 2014 tentang Perubahan atas UU No.23 tahun 2002 tentang Perlindudang Anak. Tetapi masih terjadi perbedaan dalam hal defenisi anak terkait batas usia anak, di antaranya: 1. Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana usia anak 16 tahun, 2. Dalam Kode Etik Jurnalistik usia anak 16 tahun, 3. Dalam Undang-Undang Perlindungan Anak usia anak 18 tahun, 4. Dalam Undang-Undang Sistem Peradilan Pidana Anak usia anak 18 tahun, 5. Dalam Undang-Undang Tindak Pidana Perdagangan Orang usia anak 21 tahun, 6. Dalam Undang-Undang Administrasi Kependudukan usia anak 17 tahun. Dewan Pers kemudian menerbitkan suatu Pedoman Pemberitaan Ramah Anak (PPRA) yang menjadi panduan dalam melakukan kegiatan jurnalistik yang berkaitan dengan liputan tentang anak yang berhadapan dengan hukum. PPRA ini menggunakan batasan usia anak yang belum genap 18


88 Dasar-dasar Jurnalistik di Era New Media tahun, baik yang masih hidup maupun meninggal dunia, menikah atau belum menikah. Anak yang berhadapan dengan hukum harus dilindungi identitasnya yang meliputi seluruh informasi tentang dirinya yang dapat menuntun orang lain untuk mengetahui identitas si anak. Informasi yang mesti dilindungi dalam pemberitaan anak yang berhadapan dengan hukum tersebut seperti: • Nama anak yang berhadapan dengan hukum tidak boleh ditulis secara jelas, namun digunakan nama samaran sehingga identitas anak dari namanya tidak dapat dideteksi oleh khalayak. • Foto anak yang berhadapan dengan hukum tidak boleh disebarluaskan secara jelas, dan sebaiknya tidak ditampilkan sama sekali. • Nama kakak atau adik dari anak yang berhadapan dengan hukum tidak boleh ditulis secara jelas karena dapat menuntun khalayak untuk mengenali si anak. • Nama orangtua dari anak yang berhadapan dengan hukum tidak boleh ditulis secara jelas karena dapat menuntun khalayak untuk mengenali si anak. • Nama paman/bibi dari anak yang berhadapan dengan hukum tidak boleh ditulis secara jelas karena dapat menuntun khalayak untuk mengenali si anak. • Nama kakek/nenek dari anak yang berhadapan dengan hukum tidak boleh ditulis secara jelas karena dapat menuntun khalayak untuk mengenali si anak. • Alamat rumah tidak boleh disiarkan termasuk alamat media sosial yang berisi berbagai informasi tentang anak yang berhadapan dengan hukum seperti nama jelas, foto, alamat dan sebagainya.


Bab 4 | Rambu-rambu Hukum 89 • Alamat anak yang berhadapan dengan hukum pada tingkat desa atau kelurahan tidak diperbolehkan. Alamat dari anak yang berhadapan dengan hukum yang dibolehkan dicantumkan adalah sampai pada tingkat kecamatan. • Alamat dan nama sekolah anak yang berhadapan dengan hukum tidak boleh disiarkan dalam berita karena dapat menuntut khalayak mengenali si anak. • Alamat perkumpulan/klub yang diikuti anak yang berhadapan dengan hukum tidak boleh disiarkan karena dapat menuntut khalayak mengenali si anak. • Benda-benda khusus yang mencirikan si anak tidak boleh disiarkan dalam pemberitaan karena dapat menuntun khalayak mengenali si anak. Sedangkan yang dimaksud dengan anak yang berhadapan dengan hukum adalah anak yang terlibat dalam persoalan hukum atau tidak, yakni baik anak sebagai tersangka, anak sebagai korban, atau anak sebagai saksi. Dengan kata lain, PPRA ini mereduksi teknik dasar dalam penulisan berita yang mensyaratkan who/whom dalam 5W + 1H. Khusus untuk penulisan berita tentang anak yang berhadapan dengan hukum maka informasi di dalam unsur-unsur 5W + 1H tidak sepenuhnya dicantumkan. Apabila pemberitaan yang disiarkan oleh media massa membuka identitas anak yang berhadapan dengan hukum maka hal tersebut adalah pelanggaran PPRA, dan itu juga melanggar Undang-Undang SPPA pasal 19 Jo. Pasal 97. Pelanggaran PPRA legal standing setiap orang. Alasannya PPRA adalah produk Dewan Pers untuk menjaga kemerdekaan pers.(Sahputra, 2019 hlm.245)


90 Dasar-dasar Jurnalistik di Era New Media C. Pedoman Penulisan Media Siber (PPMS) Dibandingkan dengan jenis media massa yang lain, media siber (online) memiliki karakter khas sehingga dibutuhkan suatu pedoman agar dalam praktik tugas-tugas jurnalistik dapat dilakukan secara profesional, memenuhi fungsi, hak, dan kewajibannya sesuai Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers dan Kode Etik Jurnalistik. Karena alasan itu Pedoman Pemberitaan Media Siber (PPMS) kemudian disusun oleh Dewan Pers bersama organisasi pers, pengelola media siber, dan masyarakat: Berikut ini adalah poin-poin PPMS yang disepakati dan ditandatangani oleh Dewan Pers dan komunitas pers di Jakarta pada tanggal 3 Februari 2012. 1. Ruang Lingkup a. Media Siber adalah segala bentuk media yang menggunakan wahana internet dan melaksanakan kegiatan jurnalistik, serta memenuhi persyaratan Undang-Undang Pers dan Standar Perusahaan Pers yang ditetapkan Dewan Pers. b. Isi Buatan Pengguna (User Generated Content) adalah segala isi yang dibuat dan atau dipublikasikan oleh pengguna media siber, antara lain, artikel, gambar, komentar, suara, video dan berbagai bentuk unggahan yang melekat pada media siber, seperti blog, forum, komentar pembaca atau pemirsa, dan bentuk lain. 2. Verifikasi dan Keberimbangan Berita a. Pada prinsipnya setiap berita harus melalui verifikasi.


Bab 4 | Rambu-rambu Hukum 91 b. Berita yang dapat merugikan pihak lain memerlukan verifikasi pada berita yang sama untuk memenuhi prinsip akurasi dan keberimbangan. c. Ketentuan dalam butir (a) di atas dikecualikan, dengan syarat: 1) Berita benar-benar mengandung kepentingan publik yang bersifat mendesak; 2) Sumber berita yang pertama adalah sumber yang jelas disebutkan identitasnya, kredibel dan kompeten; 3) Subyek berita yang harus dikonfirmasi tidak diketahui keberadaannya dan atau tidak dapat diwawancarai; 4) Media memberikan penjelasan kepada pembaca bahwa berita tersebut masih memerlukan verifikasi lebih lanjut yang diupayakan dalam waktu secepatnya. Penjelasan dimuat pada bagian akhir dari berita yang sama, di dalam kurung dan menggunakan huruf miring. d. Setelah memuat berita sesuai dengan butir (c), media wajib meneruskan upaya e. verifikasi, dan setelah verifikasi didapatkan, hasil verifikasi dicantumkan pada berita pemutakhiran (update) dengan tautan pada berita yang belum terverifikasi. 3. Isi Buatan Pengguna (User Generated Content) a. Media siber wajib mencantumkan syarat dan ketentuan mengenai Isi Buatan Pengguna yang tidak bertentangan dengan Undang-Undang No. 40 tahun


92 Dasar-dasar Jurnalistik di Era New Media 1999 tentang Pers dan Kode Etik Jurnalistik, yang ditempatkan secara terang dan jelas. b. Media siber mewajibkan setiap pengguna untuk melakukan registrasi keanggotaan dan melakukan proses log-in terlebih dahulu untuk dapat mempublikasikan semua bentuk Isi Buatan Pengguna. Ketentuan mengenai log-in akan diatur lebih lanjut. c. Dalam registrasi tersebut, media siber mewajibkan pengguna memberi persetujuan tertulis bahwa Isi Buatan Pengguna yang dipublikasikan: 1) Tidak memuat isi bohong, fitnah, sadis dan cabul; 2) Tidak memuat isi yang mengandung prasangka dan kebencian terkait dengan suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA), serta menganjurkan tindakan kekerasan; 3) Tidak memuat isi diskriminatif atas dasar perbedaan jenis kelamin dan bahasa, serta tidak merendahkan martabat orang lemah, miskin, sakit, cacat jiwa, atau cacat jasmani. d. Media siber memiliki kewenangan mutlak untuk mengedit atau menghapus Isi Buatan Pengguna yang bertentangan dengan butir (c). e. Media siber wajib menyediakan mekanisme pengaduan Isi Buatan Pengguna yang dinilai melanggar ketentuan pada butir (c). Mekanisme tersebut harus disediakan di tempat yang dengan mudah dapat diakses pengguna. f. Media siber wajib menyunting, menghapus, dan melakukan tindakan koreksi setiap Isi Buatan


Bab 4 | Rambu-rambu Hukum 93 Pengguna yang dilaporkan dan melanggar ketentuan butir (c), sesegera mungkin secara proporsional selambat-lambatnya 2 x 24 jam setelah pengaduan diterima. g. Media siber yang telah memenuhi ketentuan pada butir (a), (b), (c), dan (f) tidak dibebani tanggung jawab atas masalah yang ditimbulkan akibat pemuatan isi yang melanggar ketentuan pada butir (c). h. Media siber bertanggung jawab atas Isi Buatan Pengguna yang dilaporkan bila tidak mengambil tindakan koreksi setelah batas waktu sebagaimana tersebut pada butir (f). 4. Ralat, Koreksi, dan Hak Jawab a. Ralat, koreksi, dan hak jawab mengacu pada UndangUndang Pers, Kode Etik Jurnalistik, dan Pedoman Hak Jawab yang ditetapkan Dewan Pers. b. Ralat, koreksi dan atau hak jawab wajib ditautkan pada berita yang diralat, dikoreksi atau yang diberi hak jawab. c. Di setiap berita ralat, koreksi, dan hak jawab wajib dicantumkan waktu pemuatan ralat, koreksi, dan atau hak jawab tersebut. d. Bila suatu berita media siber tertentu disebarluaskan media siber lain, maka: 1) Tanggung jawab media siber pembuat berita terbatas pada berita yang dipublikasikan di media siber tersebut atau media siber yang berada di bawah otoritas teknisnya;


94 Dasar-dasar Jurnalistik di Era New Media 2) Koreksi berita yang dilakukan oleh sebuah media siber, juga harus dilakukan oleh media siber lain yang mengutip berita dari media siber yang dikoreksi itu; 3) Media yang menyebarluaskan berita dari sebuah media siber dan tidak melakukan koreksi atas berita sesuai yang dilakukan oleh media siber pemilik dan atau pembuat berita tersebut, bertanggung jawab penuh atas semua akibat hukum dari berita yang tidak dikoreksinya itu. e. Sesuai dengan Undang-Undang Pers, media siber yang tidak melayani hak jawab dapat dijatuhi sanksi hukum pidana denda paling banyak Rp500.000.000 (Lima ratus juta rupiah). 5. Pencabutan Berita a. Berita yang sudah dipublikasikan tidak dapat dicabut karena alasan penyensoran dari pihak luar redaksi, kecuali terkait masalah SARA, kesusilaan, masa depan anak, pengalaman traumatik korban atau berdasarkan pertimbangan khusus lain yang ditetapkan Dewan Pers. b. Media siber lain wajib mengikuti pencabutan kutipan berita dari media asal yang telah dicabut. c. Pencabutan berita wajib disertai dengan alasan pencabutan dan diumumkan kepada publik. 6. Iklan a. Media siber wajib membedakan dengan tegas antara produk berita dan iklan.


Bab 4 | Rambu-rambu Hukum 95 b. Setiap berita/artikel/isi yang merupakan iklan dan atau isi berbayar wajib mencantumkan keterangan ‘advertorial’, ‘iklan’, ‘ads’, ‘sponsored’, atau kata lain yang menjelaskan bahwa berita/artikel/isi tersebut adalah iklan. 7. Hak Cipta Media siber wajib menghormati hak cipta sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku. 8. Pencantuman Pedoman Media siber wajib mencantumkan Pedoman Pemberitaan Media Siber ini di medianya secara terang dan jelas. 9. Sengketa Penilaian akhir atas sengketa mengenai pelaksanaan Pedoman Pemberitaan Media Siber ini diselesaikan oleh Dewan Pers. D. UU Informasi dan Transaksi Elektronik Secara regulasi, distribusi informasi melalui media sosial diatur dalam Undang-Undang Nomor 19 tahun 2016 tentang Perubahan UU 11 tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE) pada dasarnya adalah perangkat hukum yang penting untuk mengatur lalu lintas informasi melalui media baru (Sahputra, 2020). Peraturan dalam bentuk undang-undang ini di antaranya mengatur mengenai tindak pidana ujaran kebencian (hate speech). Ini menunjukkan, dalam berkomunikasi di media sosial selain menggunakan etika komunikasi, juga memiliki perangkat


96 Dasar-dasar Jurnalistik di Era New Media hukum yang mengatur sanksi hukum atas pelanggaran hukum melalui media sosial. UU tentang ITE ini kemudian banyak menjerat secara hukum orang-orang yang kritis di media sosial. Belakangan keluar Keputusan Bersama Menteri Komunikasi dan Informatika, Jaksa Agung, dan Kapolri soal pedoman implementasi Pasal 27 ayat (1), (2), (3) dan (4); Pasal 28 ayat (1) dan (2) Pasal 29 dan Pasal 36 UU ITE yang merupakan pasal-pasal yang selama ini menjerat para aktivitis media sosial. SKB Tiga Menteri ini ditandatangani di Jakarta pada 23 Juni 2021. Dalam lampiran SKB Pedoman Implementasi UU ITE: a. Pasal 27 ayat (1) Fokus pasal ini adalah pada perbuatan mentransmisikan, mendistribusikan dan/atau membuat dapat diaksesnya, bukan pada perbuatan kesusilaan itu. Pelaku sengaja membuat publik bisa melihat atau mengirimkan kembali konten tersebut. b. Pasal 27 ayat (2) Fokus pasal ini adalah pada perbuatan mentransmisikan, mendistribusikan, dan membuat dapat diaksesnya konten perjudian yang dilarang atau tidak memiliki izin berdasarkan peraturan perundang-undangan. c. Pasal 27 ayat (3) Fokus pasal ini adalah: 1) Pada perbuatan yang dilakukan secara sengaja dengan maksud mendistribusikan/ mentransmisikan/membuat dapat diaksesnya informasi yang muatannya menyerang kehormatan seseorang dengan menuduhkan sesuatu hal supaya diketahui umum.


Bab 4 | Rambu-rambu Hukum 97 2) Bukan sebuah delik pidana jika konten berupa penghinaan yang kategorinya cacian, ejekan, dan/ atau kata-kata tidak pantas, juga jika kontennya berupa penilaian, pendapat, hasil evaluasi atau sebuah kenyataan. 3) Merupakan delik aduan sehingga harus korban sendiri yang melaporkan, dan bukan institusi, korporasi, profesi atau jabatan. 4) Bukan merupakan delik penghinaan dan/atau pencemaran nama baik jika konten disebarkan melalui sarana grup percakapan yang bersifat tertutup atau terbatas. 5) Jika wartawan secara pribadi mengunggah tulisan pribadinya di media sosial atau internet, maka tetap berlaku UU ITE, kecuali dilakukan oleh institusi Pers maka diberlakukan UU Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers. d. Pasal 27 ayat (4), Fokus pasal ini adalah perbuatan dilakukan oleh seseorang ataupun organisasi atau badan hukum dan disampaikan secara terbuka maupun tertutup, baik berupa pemaksaan dengan tujuan untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan hukum maupun mengancam akan membuka rahasia, mengancam menyebarkan data pribadi, foto pribadi, dan/atau video pribadi. e. Pasal 28 ayat (1), Fokus pasal ini adalah pada perbuatan menyebarkan berita bohong dalam konteks transaksi elektronik seperti transaksi perdagangan daring dan tidak dapat


98 Dasar-dasar Jurnalistik di Era New Media dikenakan kepada pihak yang melakukan wanprestasi dan/atau mengalami force majeur. Merupakan delik materiil, sehingga kerugian konsumen sebagai akibat berita bohong harus dihitung dan ditentukan nilainya. f. Pasal 28 ayat (2), Fokus pasal ini adalah pada perbuatan menyebarkan informasi yang menimbulkan rasa kebencian atau permusuhan terhadap individu/kelompok masyarakat berdasar SARA. Penyampaian pendapat, pernyataan tidak setuju atau tidak suka pada individu/kelompok masyarakat tidak termasuk perbuatan yang dilarang, kecuali yang disebarkan itu dapat dibuktikan. g. Pasal 29, Fokus pasal ini adalah pada perbuatan pengiriman informasi berisi ancaman kekerasan atau menakutnakuti yang ditujukan secara pribadi atau mengancam jiwa manusia, bukan mengancam akan merusak bangunan atau harta benda dan merupakan delik umum. h. Pasal 36, Fokus pada pasal ini adalah kerugian materiil terjadi pada korban orang perseorangan ataupun badan hukum, bukan kerugian tidak langsung, bukan berupa potensi kerugian, dan bukan pula kerugian yang bersifat nonmateriil. Nilai kerugian materiil merujuk pada Peraturan Mahkamah Agung Nomor 2 Tahun 2012. Dalam pedoman implementasi pada huruf “L” dijelaskan: “Untuk pemberitaan di internet yang dilakukan oleh institusi pers, yang merupakan kerja jurnalistik yang


Bab 4 | Rambu-rambu Hukum 99 sesuai dengan ketentuan UU Pers No 40 Tahun 1999 tentang Pers, diberlakukan mekanisme UU No 40 Tahun 1999 tentang Pers sebagai lex spesialis, bukan Pasal 27 ayat (3) UU ITE. Untuk kasus terkait pers perlu melibatkan Dewan Pers. Tetapi jika wartawan secara pribadi menggugah tulisan pribadinya di media sosial atau internet, maka akan berlaku UU ITE termasuk Pasal 27 ayat (3).” Dengan demikian pers yang bekerja benar sesuai UU Pers, tidak dapat lagi dijerat Pasal 27 ayat (3) yang selama ini menjadi ancaman bagi pers.


100 Dasar-dasar Jurnalistik di Era New Media [halaman ini sengaja dikosongkan]


PRAKTIK MENULIS BERITA 5 101 A. Teknik Menulis Berita di Media Massa Sebagai bagian dari profesi pers nasional juga memiliki proses kompetensi bagi para jurnalis di Nusantara. Dewan Pers mengeluarkan kebijakan untuk melakukan Uji Kompetensi Wartawan (UKW). Uji ini dilakukan dalam tiga jenjang yaitu jenjang Muda untuk setingkat wartawan di lapangan, jenjang Madya untuk setingkat redaktur, dan jenjang Utama untuk redaktur perlaksana (Redpel) atau pemimpin redaksi (Pemred). Bagi media siber, jenjang Utama adalah syarat bagi seorang Pemred untuk dapat diverifikasi oleh Dewan Pers. Persatuan Wartawan Indonesia adalah satu lembaga uji terbesar di antara lembaga uji lain yang ada, baik organisasi kewartawanan atau pun perguruan tinggi. Dalam materi uji untuk jenjang Muda meliputi komptensi dasar dalam menulis berita di media massa. Berdasarkan materi uji PWI untuk


102 Dasar-dasar Jurnalistik di Era New Media jenjang Muda ada beberapa kemampuan dasar yang harus dimiliki seorang jurnalis. Di dalamnya termasuk ketrampilan dalam menulis berita. Berita adalah rekonstruksi atau membangun ulang suatu peristiwa melalui kata-kata dan gambar dan video. Berita (straight news) ditulis secara apa adanya tanpa menyeipinya dengan opini atau pandangan seorang wartawan di dalamnya. Seorang wartawan menulis berita berarti sedang menulis kembali suatu peristiwa yang telah terjadi untuk disebarluaskan kepada khalayak melalui pemberitaan di media massa. Tabel 3. Elemen Kompetensi Menulis Berita Elemen Kompetensi Kriteria Unjuk Kerja Indikator Unjuk Kerja Menulis berita Menentukan berita sesuai dengan kategori/rubrik/ kanal sesuai kebijakan perusahaan Memastikan berita yang akan dibuat memiliki kesesuaian bahan dan rubrik/kanal/program medianya Memastikan masalah utama menjadi bahan berita sedangkan masalah sampingan bisa menjadi berita pendamping/bahan pelengkap Menyusun komposisi berita Mengikuti kaidah jurnalistik (5W dan 1H, piramida terbalik) Menggunakan sesuai ragam media (tulis/tutur) Mengoperasikan alat kerja untuk mengetik dan menulis berita (memakai computer, akses bank data, telefon selular) serta kerjasama dengan teknisi.


Bab 5 | Praktik Menulis Berita 103 Memeriksa akurasi, menepati tenggat waktu Memeriksa akurasi data dan fakta (kebenaran dan kelengkapan) Memeriksa kesalahan ketik dan kesalahan ejaan Bekerja sesuai dengan jadwal tenggat yang ditetapkan (mampu bekerja di bawah tekanan) Menerapkan Kode Etik Jurnalistik (KEJ) Menyelaraskan dengan Kode Etik Jurnalistik (penulisan nama korban, terdakwa, anak di bawah umur, data off the record, pencemaran nama baik). Sebuah karya jurnalistik yang dihasilkan seorang wartawan dalam bentuk berita akan melalui proses flow of copy atau proses di keredaksian sebelum berita tersebut disebarluaskan ke publik. Dari rapat redaksi, kemudian wartawan menulis berita, dan melalui proses editing/ penyuntingan oleh redaktur. Dalam proses editing oleh redaktur, seorang wartawan juga dituntut untuk memiliki kemampuan untuk melakukan proses editing/penyuntingan berita yang ditulisnya sendiri sesuai dengan kaidah jurnalistik dan sesuai dengan gaya penulisan di suatu media tertentu. Tabel 4. Elemen Kompetensi Menyunting Berita Sendiri Elemen Kompetensi Kriteria Unjuk Kerja Indikator Unjuk Kerja Nilai berita Menentukan kelayakan berita • Menentukan kelayakan berita sesuai dengan visi dan misi lembaga/media • Mempertimbangkan nilai berita layak siar; kelengkapan informasi, aktualitas, dan kontekstualitas berita


104 Dasar-dasar Jurnalistik di Era New Media Narasumber Memeriksa kompetensi narasumber • Menilai apakah narasumber yang dipilih sudah tepat • Menilai apakah narasumber cukup jumlahnya/berimbang dan menyeluruh (cover all sides, semua pihak) Format berita/ struktur berita Menyesuaikan kaidah jurnalistik dan KEJ • Memeriksa 5W plus 1H • Memeriksa struktur judul, teras dan tubuh berita • Memeriksa susunan piramida terbalik • Memeriksa keselarasan dengan KEJ. Pengayaan Menambahkan informasi baru • Menggunakan bahasa yang baik dan benar serta konsisten (Indonesia, daerah, Inggris, sesuai dengan bahasa yang digunakan di media penyunting) • Memperbaiki logika bahasa dan rasa bahasa • Memeriksa penggunaan gaya bahasa komunikatif (media umum, anak, perempuan, ekonomi, teknis tertentu) • Memeriksa etika berbahasa (hirarki, penghalusan, tidak bias) • Menerapkan ekonomis bahasa. Akurasi Menetapkan akurasi informasi, bahasa dan tanggung jawab • Memeriksa akurasi data, angka, tanggal, nama, kegiatan, tempat, orang dan jabatan • Memeriksa akurasi bahasa (EYD, tata bahasa) • Memeriksa akurasi informasi(prediksi/dampak/ perdebatan) dengan KEJ.


Bab 5 | Praktik Menulis Berita 105 B. Struktur Berita Di dalam menulis berita, seorang wartawan perlu membahami struktur berita yang merupakan bagian-bagian penting dalam penulisan berita. Kemampuan membedakan dan memahami struktur berita ini akan menuntun seorang wartawan dalam menulis berita sesuai dengan kaidah penulisan berita yang baik dan benar. Struktur berita dimaksud adalah: 1. Judul: 2. Lead atau teras berita atau paragraf pertama setelah judul 3. Body atau isi berita 4. Ending atau isi berita bagian akhir 1. Judul Sebuah judul berita yang baik harus memenuhi beberapa kriteria penulisan yang sesuai dengan bahasa jurnalistik, yaitu: 1. Harus mencerminkan isi berita. Judul harus ditulis sebagai simpulan singkat dari keseluruhan isi berita, terutama dari bagian lead berita. Artinya, dari judul kemudian diruaikan secara lebih lengkap di dalam lead dan isi berita. Perbedaan makna atau ketidaksesuaian antara judul dengan lead dan isi berita merupakan indikator kesalahan dalam menulis berita. 2. Ditulis secara singkat, padat dan aduk. Judul ditulis secara singkat bermakna bahwa pilihan kata (diksi) dalam pemilihan judul tidak dibuat secara berlebihan atau bertele-tele sehingga setiap kata memiliki makna


106 Dasar-dasar Jurnalistik di Era New Media yang jelas tidak bersayap (multitafsir atau bermakna ganda); Padat dan aduk berarti meliputi keseluruhan informasi yang ingin disampaikan dalam berita dengan satu memfokuskan pada satu informasi saja. 3. Eye-catching atau menarik perhatian maknanya adalah bahwa judul berita harus dibuat dengan kata-kata yang menarik sehingga menarik perhatian orang untuk membaca atau mendengarkannya. Eye-catching ini dibedakan dengan bombastis yang merupakan berita yang ditulis melebihi fakta yang terjadi dan sensasi yaitu informasi yang sesungguhnya tidak penting untuk dissebarluaskan kepada khalayak. Contoh judul (1) DPRDSU Sesalkan Pemprovsu Lamban Serap Anggaran Rp 510 M untuk Penyaluran Benih * Sekda Provsu: Kita Sudah Berikan Argumentasi ke Kementrian Bandingkan: DPRDSU: Pemprovsu Lamban Serap Anggaran Contoh judul (2) Bank Sumut Sudah Salurkan Kredit Rp.19 T Untuk PNS 12 T Perlu Sosialisasi Intensif Gaet Nasabah Pensiunan PNS Bandingkan: Bank Sumut Salurkan Kredit Rp12 T Untuk PNS


Bab 5 | Praktik Menulis Berita 107 Contoh judul (3) Walikota Medan Membuka Sosialisasi Sensus Ekonomi Bandingkan: Walikota: Data Pembangunan Masih Terbatas 2. Lead Berita Lead berita adalah pararaf pertama dalam berita yang posisinya berada di bawah judul berita. Ada beberapa kriteria yang mesti diperhatikan dalam menulis lead berita sebagai sebuah produk jurnalistik, yaitu: 1. Lead harus ditulis sesuai dengan judul berita. Lead menguraikan apa yang menjadi judul berita sehingga antara lead dan judul terkait secara langsung. Poin penting dalam judul jangan sampai terlewatkan dalam penulisan lead berita. 2. Langsung ke inti. Lead ditulis secara langsung ke inti informasi yang ingin disampaikan di dalam berita. Ini merupakan salah satu ciri berita (straight news) yang meletakkan informasi utama di judul dan di lead. Artinya dalam penulisan berita yang baik, tidak diperlukan narasi yang melebarkan makna dari berita yang ditulis. 3. Memperhatikan 5W+1H. Unsur-unsur berita adalah informasi penting di dalam berita yang tidak boleh dilewatkan. Penulisan 5W+1H di dalam lead harus dominan, seperti unsur who, what, where, when sedangkan unsur lainnya dapat dibuat di paragraf kedua jika sebuah lead terlalu panjang. 4. Bertujuan membujuk pembaca/penonton. Tujuan penulisan lead adalah untuk membujuk pembaca atau


108 Dasar-dasar Jurnalistik di Era New Media penonton untuk membaca/menonton berita isi berita yang ditulis. Karena itu lead juga mesti ditulis dengan bahasa yang menarik perhatian. 5. Gunakan kalimat yang pendek. Kalimat yang baik adalah kalimat yang lengkap yang memiliki unsur “subjek”, “predikat”, “objek” ditambah “keterangan”. Kalimat dapat ditulis dengan unsur yang lengkap ataupun tidak agar kalimat tidak terlalu Panjang. Kalimat yang terlalu panjang akan mengaburkan unsur kalimat yang ditulis. Panjang paragraf untuk media massa cetak sebaiknya cukup dua kalimat atau maksimal tiga kalimat dengan panjang setiap kalimat maksimal 20 kata. Tetapi untuk media siber panjang paragraf dua atau satu paragraf dengan panjang kata dalam setiap paragraf maksimal 20 kata. 6. Gunakan kalimat aktif. Penggunaan kalimat aktif lebih baik ketimbang menggunakan kalimat passif. 7. Gunakan kalimat langsung, ekonomis kata dan diksi yang tepat. Contoh lead berita (1) MEDAN Ketua Komisi B DPRD Sumut Sopar Siburian menyesalkan Pemprovsu Cq Dinas Pertanian Provsu yang begitu lamban menyerap dana Pajale dan Kementan (Kementrian Pertanian) sebesar Rp 510 miliar untuk penyaluran benih di 33 kabupaten/kota di Sumut, sehingga Sumut terancam tidak mendapat dana anggaran Pajale (padi, jagung dan kedelai) dari Kementan selama dua tahun (2016 maupun 2017).


Bab 5 | Praktik Menulis Berita 109 Bandingkan MEDAN Ketua Komisi B DPRD Sumut Sopar Siburian di Medan, Kamis (21/4) menyesalkan lambannya Dintansu menyerap anggaran Kementan Rp510 miliar. Akibatnya Sumut terancam tidak dapat anggaran Pajale (padi, jagung dan kedelai) dari Kementan selama dua 2016 dan 2017. Contoh lead berita (2) MEDAN SEKDAPROVSU H Hasban Ritonga mengharapkan bank pembangunan daerah, PT Bank Sumut lebih fokus menggaet nasabah dari pensiunan PNS. Sebab, pensiunan PNS perlu didorong tetap berkarya melalui kegiatan wirausaha sehingga ikut memajukan perekonomian daerah. Demikian Sekdaprovsu Hasban saat membuka Sosialisasi dan Edukasi Keuangan di Lingkungan Setdaprovsu di Kantor PT Bank Sumut, Kamis (1/4). Hadir Direktur Junita Ginting, Ekonom Benjamin Gunawan dan Kepala SKPD Pemprovsu. Bandingkan MEDAN Bank Sumut telah menyalurkan kredit hampir Rp19 triliun, di antaranya Rp12 triliun kredit retail yang mayoritas untuk PNS. “Kredit PNS tidak ada yang macet,” ujar Direktur Pemasaran Bank Sumut Ester


110 Dasar-dasar Jurnalistik di Era New Media Junita Ginting, di Medn Kamis (1/4). Contoh lead berita (3) MEDAN Saat ini Kota Medan sedang giatnya membangun dan masyarakat juga mengharapkan agar program kerja pembangunan semakin sesuai dengan potensi yang dimiliki, sekaligus juga selaras dengan kepentingan masyarakat luas, namun disisi lain disadari adakalanya dihadapi masalah ketersediaan data yang masih terbatas, kondisi ini bisa menyebabkan kebijakan, perencanaan dan evaluasi pembangunan yang diselenggarakan kurang efektif, kurang terfokus, bahkan bisa kurang tepat sasaran. Hal ini dikatakan Drs HT Dzulmi Eldin saat membuka acara sosialisasi Sensus Ekonomi 2016 Kota Medan, Kamis (21/4) di Hotel Emerald Garden Medan. Bandingkan MEDAN Walikota Medan H. Dzulmi Eldin mengatakan, data pembangunan yang masih terbatas bisa menyebabkan pembangunan kurang efektif. “Bahkan bisa kurang terfokus dan kurang tepat sasaran,” katanya pada Sosialisasi Sensus Ekonomi 2016 di Emerald Garden, Kamis (21/4).


Bab 5 | Praktik Menulis Berita 111 3. Body Berita Isi berita adalah penjelasan lebih lanjut dari lead berita. Informasi yang belum dimuat di dalam lead ditulis di dalam isi berita dengan prioritas penempatan fakta yang paling bernilai berita (news value), dan fakta yang kurang bernilai berita di posisi atas secara berurutan ke bawah. Dengan kata lain di dalam berita urutan yang lebih dahulu ditulis adalah informai yang dianggap paling penting. Beberapa hal yang peting diperhatikan di dalam menulis isi berita adalah: 1. Merupakan deskripsi dari judul dan lead berita 2. Gunakan kalimat yang pendek. Kalimat yang baik adalah kalimat yang lengkap yang memiliki unsur “subjek”, “predikat”, “objek” ditambah “keterangan”. Kalimat dapat ditulis dengan unsur yang lengkap ataupun tidak agar kalimat tidak terlalu Panjang. Kalimat yang terlalu panjang akan mengaburkan unsur kalimat yang ditulis. Panjang paragraf untuk media massa cetak sebaiknya cukup dua kalimat atau maksimal tiga kalimat dengan panjang setiap kalimat maksimal 20 kata. Tetapi untuk media siber panjang paragraf dua atau satu paragraf dengan panjang kata dalam setiap paragraf maksimal 20 kata. 3. Gunakan kalimat aktif. Penggunaan kalimat aktif lebih baik ketimbang menggunakan kalimat passif. 4. Gunakan kalimat langsung, ekonomis kata dan diksi yang tepat 5. Perhatikan alur logika panulisan, dan jangan terlalu panjang menulis pada hal-hal yang tidak penting.


112 Dasar-dasar Jurnalistik di Era New Media 4. Closing Closing merupakan kalimat penutup dalam berita. Dalam straight news, sesuai urutannya. Closing adalah adalah informasi yang paling kurang penting. Tetapi dalam jenis tulisan yang lain seperti feature dan opini, closing adalah kalimat atau paragraf yang mengandung makna dan dibuat dengan kalimat yang menarik. 5. Kompetensi Dasar Seorang wartawan peliput berita mesti memiliki usulan atau berdasarkan penugasan untuk melakukan liputan terhadap sebuah peristiwa yang akan menjadi tulisan Hal-hal yang perlu dipersiapkan dalam rangka merencanakan liputan adalah: 1. Tema 2. Topik 3. Acuan 4. Sudut pandang (angle) 5. Sumber tulisan 6. Pertanyaan Indikator Unjuk Kerja Elemen Kompetensi 1. Mempelajari penugasan/usulan liputan 2. Mengindentifikasi nilai berita (news value) 3. Memilih dan memilah fakta dan data, dari gosip dan opini 4. Menentukan sudut pandang untuk liputan 5. Mengumpulkan informasi latar belakang (riset, kliping, file)


Bab 5 | Praktik Menulis Berita 113 6. Menentukan narasumber 7. Menentukan waktu liputan dengan menyesuaikan peristiwa, topik dan tenggat media 8. Membuat janji pertemuan, kunjungan, konfirmasi undangan dan wawancara. Mengoperasikan Perangkat Kerja 1. Mengoperasionalkan alat kerja untuk mengetik dan menulis (komputer, akses bank data, telefon seluler) 2. Mengompilasi bahan tulisan, ilustrasi, foto, gambar suara (sesuai karakter media). Memeriksa Akurasi 1. Memeriksa akurasi informasi (fakta dan data) 2. Memeriksa kesalahan ketik, salah ejaan. Mematuhi Deadline Bekerja sesuai dengan tenggat waktu (deadline) yang telah ditetapkan, berarti bekerja di bawah tekanan. Seorang jurnalis dituntut untuk menyelesaikan berita yang ditulisnya sesuai dengan deadline. Menerapkan Kode Etik Jurnalistik Menyelaraskan KEJ (penulisan nama, korban, terdakwa, anak di bawah umur, data off the record, pencemaran nama baik) secara cermat. Pelanggaran terhadap kode etik akan melalui jalur etika melalui mekanisme hak jawab. Sedangkan pelanggaran hukum seperti pelanggaran berita terhadap anak yang berhadapan dengan hukum dapat berlaku melalui hukum positif.


114 Dasar-dasar Jurnalistik di Era New Media C. Praktik Menulis Berita SKENARIO Para mahasiswa ditugaskan untuk menghadiri konferensi pers atas undangan Ahli Keluarga Kesultanan Deli di Istana Maimoon di Istana Maimoon, pada hari Senin 13 April 2020 pukul 09.00 Wib. Di lokasi udangan, hadir memberikan pernyataan Seripaduka Baginda Tuanku Sultan Mahmud Arya Lamanjiji Perkasa Alam Shah atau Tuanku Aji. Berikut petikan pernyataannya: Menyikapi berbagai perkembangan zaman yang terjadi juga kondisi global yang berimbas ke negeri kita di Indonesia, Kesultanan Deli mengeluarkan maklumat yang diharapkan dapat merupakan menjadi hal yang semakin menguatkan eksistensi Kesultanan di era modern sekarang ini. Maklumat ini tidak lain adalah sebuah langkah terobosan tidak saya yang berkaitan dengan tujuan pariwisata lokal di kota Medan khususnya, dan di Sumatera Utara pada umumnya. Beberapa hal yang menjadi poin dalam “Maklumat Open Minded” ini adalah: 1. Maklumat ini adalah langkah mempertahankan budaya Melayu di tanah Deli ini dengan cara melangkah lebih lebar ke dunia luar. 2. Maklumat ini adalah penyesuaian diri terhadap berbagai tuntutan kemajuan zaman yang kami sebut “maklumat open minded” yang pada intinya membuka diri dari dunia luar secara lebih lebar. 3. Seturut dengan keterbukaan tersebut, kami juga akan membatasi kegiatan yang selama ini berlangsung di Istana


Bab 5 | Praktik Menulis Berita 115 Maimoon. Istana Maimoon tidak lagi dapat digunakan untuk tempat kegiatan bagi misalnya, partai politik, Organisasi Kepemudaan (OKP). Tetapi sejak maklumat ini diumumkan, Istana Maimon hanya diperbolehkan untuk kegiatan-kegiatan yang bernuansa budaya baik dalam maupun luar negeri, dan kegiatan keagamaan Islam. Hal ini merujuk pada jadi diri Kesultanan Deli sejak dulu, dan kini kita akan mengambalikan ke khittahnya 4. Ke depannya, Kesultanan Deli akan lebih sering untuk menggelar berbagai kegiatan dalam kaitan dengan Kesultanan Nusantara yang mana Kesultanan Deli merupakan bagian dari jaringan Kesultanan Nusantara. Kita memiliki hubungan dengan Kesultanan Ngayogyakarta di Yogyakarta, Kesultanan Bone di Sulawesi Selatan dan seterusnya. 5. Saat ini kita juga akan semakin menyemarakkan dengan hubungan yang semakin intens dengan kesultanan di mancanegara seperti kerajaan Malaysia, Kerajaan Thailand, sampai kerajaan Inggris. Konteks hubungan kita adalah hubungan budaya, bukan hubungan kekuasaan. 6. Kita harapkan dengan pengembangan budaya antar kesultanan dan kerajaan ini akan semakin menggairahkan perhelatan budaya lokal yang berbaur dengan budaya mancanegara. 7. Kita mengharapkan berbagai pihak, khususnya pemerintah kota Medan, pemerintah Provinsi Sumatera Utara maupun pemerintah pusat dapat membantu berjalannya maklumat ini demi perkembangan dan kejayaan budaya nusantara.


116 Dasar-dasar Jurnalistik di Era New Media DARI CATATAN DALAM TEMU PERS DI ATAS: 1. Buatlah menjadi satu berita utuh sepanjang 7 sampai 10 paragraf 2. Gunakan prinsip dasar jurnalistik dan kriteria SEO 3. Sebagai catatan tambahan, konferensi pers dan “Maklumat Open Minded” ini bersifat rekaan dan hanya untuk kepentingan latihan dan pratek menulis berita bagi mahasiswa. JAWABAN: Kesultanan Deli Keluarkan Maklumat Open Minded MEDAN Sultan Mahmud Arya Lamanjiji Perkasa Alam Shah mengeluarkan Maklumat Open Minded untuk Kesultanan Deli yang lebih terbuka, Senin (13/4). “Ini adalah langkah mempertahankan budaya Melayu dengan cara melangkah lebih lebar ke dunia luar,” kata Sultan bernama kecil Tuanku Aji ini. Dijelaskan, maklumat ini adalah penyesuaian diri terhadap berbagai tuntutan kemajuan zaman yang intinya membuka diri dari dunia luar lebih lebar. Konsekuensinya Kesultanan Deli akan membatasi kegiatan di Istana Maimoon. “Istana Maimoon tidak lagi dapat digunakan untuk kegiatan partai politik, OKP.” Istana Maimon hanya boleh untuk kegiatan bernuansa budaya baik dalam maupun luar negeri, dan kegiatan keagamaan Islam “Hal ini merujuk pada jadi diri Kesultanan Deli sejak dulu, dan kini kita akan mengambalikan ke khittah-nya,” tandas Tuanku Aji.


Bab 5 | Praktik Menulis Berita 117 Keyphrase: kesultanan deli, maklumat open minded D. Tugas Tuliskan peristiwa di bawah ini menjadi sebuah berita utuh yang sesuai dengan kriteria media siber/online: Skenario: Anda menghadiri acara Pelatihan Jurnalistik yang diselenggarakan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Sumut di sekretariat Jl.Sutomo Medan yang diikuti oleh 50 anggota MUI dari 33 kabupaten/kota di Sumatera Utara tanggal 21 dan 22 Desember 2021. Materi yang disajikan seperti seputar jurnalistik dan pengetahuan sosial media dan pemanfaatan teknologi internet. Para instruktur dalam pelatihan tersebut antara lain Farianda Putra Sinik ketua PWI Sumut, Dedi Sahputra Redaktur Pelaksana Artikel Harian Waspada. Hadir juga Ketua MUI Sumut Dr Maratua Simanjuntak beserta unsur pengurus MUI Sumut lainnya, dan juga Wakil Penanggungjawab Harian Waspada H.Sofyan Harahap. Kutipan Pernyataan Ketua MUI Sumut Dr Maratua Simanjuntak pada acara pembukaan: Dalam sambutannya mengatakan bahwa di era informasi dan teknologi sekarang ini, para dai bahkan para ulama harus memiliki bekal pengetahuan tidak saja tentang ilmu agama dan ilmu dakwah. Tetapi juga penting mengetahui dan memahami perkembangan dan penyebaran informasi, termasuk memahami teknologi informasi. Dengan demikian dakwah menyebarkan ajaran Islam dan bisa lebih efektif


118 Dasar-dasar Jurnalistik di Era New Media dibandingkan hanya dengan menggunakan model dakwah konvensional dari masjid ke masjid atau dari rumah ke rumah. Dengan dakwah penyebaran informasi melalui media maya maka akan menjangkau mad’u yang jauh lebih banyak dan tersebar di berbagai pelosok negeri, bahkan ke dunia internasional. Oleh karenanya pelatihan ini bernilai strategis dan sangat penting untuk menjadi bekal bagi setiap MUI di kabupaten/kota di Sumatera Utara. Karena di dunia maya berbagai hal yang jelek terjadi, baik itu fitnah, atau hal-hal yang tak pantas lainnya. Sebab itulah perlu diseimbangkan dengan nilai-nilai baik melalui dakwah dan para da’i memenuhinya dengan ajaran Islam yang merupakan rahmat bagi semesta alam. Selain itu budaya agama Islam Sumatera Utara yang telah menjadi kearifan lokal, dapat berperan menjadi pegangan bagi para dai dalam menyelami lebih dalam dunia dakwah di era teknologi informasi saat ini. Kutipan pernyataan H. Sofyan Harahap pada acara pembukaan: Dalam sambutannya mengatakan dunia jurnalistik kini mengalami perkembangan yang sangat signifikan menyusul terjadinya perkembangan teknologi informasi. Masyarakat termasuk di dalamnya umat Islam di dalamnya, yang sebagian besar didominasi kaum muda, telah mengalami pergeseran dalam pola membaca atau mengonsumsi informasi. Kecenderungan sekarang adalah membaca melalui media dengan fasilitas teknologi informasi seperti smarphone, atau gadget. Sekarang ini hampir tidak ada orang yang tidak memiliki smarphone atau gadget. Pergeseran pola membaca ini kemudian diikuti oleh pola perubahan sikap dan perilaku


Bab 5 | Praktik Menulis Berita 119 serta kecenderungan generasi muda saat ini. Oleh karenanya menurut hemat saya, memang dunia dakwah harus bisa menyesuaikan diri dalam perkembangan teknologi informasi meski tanpa harus larut di dalamnya. Teknologi hanya alat untuk menyampaikan dakwah, namun perannya sangat strategis dalam membentuk persepsi dan opini di tengah umat.


120 Dasar-dasar Jurnalistik di Era New Media [halaman ini sengaja dikosongkan]


PERBEDAAN JENIS MEDIA DAN PRODUK JURNALISTIK 6 121 Dalam perkembangan jurnalistik, ada beberapa jenis media massa yang dikenal dan lazim digunakan. Masing-masing jenis media massa ini memiliki karakteristik yang berbeda dengan jenis yang lainnya. Dalam sejarah perkembangan jurnalistik, jenis-jenis media massa ini muncul seiring dengan berkembangnya teknologi baru yang mempengaruhi munculnya jenis baru media massa. A. Media Cetak Media cetak (print media) yang sering juga disebut surat kabar atau koran dan majalah adalah jenis media massa yang pertama sekali muncul atau merupakan jenis media massa yang paling tua dibanding jenis yang lainnya. Surat kabar muncul sejak ditemukannya mesin cetak oleh Johannes Gutenberg di Jerman. Prototipe surat kabar pertama diterbitkan di Bremen, Jerman di tahun 1609. Bentuk surat


122 Dasar-dasar Jurnalistik di Era New Media kabar sesungguhnya terbit di Frankfurt, Berlin, Hamburg, Vienna, Amsterdam dan Antwerp di tahun 1620. Sedangkan surat kabar pertama yang terbit secara teratur adalah Oxford Gazette yang terbit di Oxford di tahun 1665. (Permana & Abdullah, 2020: 4). Ada beberapa karakteristik media cetak yaitu: 1. Memiliki Space Limit. Artinya media cetak memiliki keterbatasan ruang dalam menyampaikan informasi kepada khalayak. Luas ruang yang dimiliki media cetak adalah seluas dan sebanyak halaman yang diterbitkan. Karena itu dalam penulisan berita di media cetak dibatasi tidak terlalu panjang. Karena itu informasi penting akan ditempatkan pada posisi tertentu yang lebih banyak dilihat oleh pembaca, seperti di halaman pertama (cover). 2. Berbentuk Fisik. Artinya memiliki wujud yang nyata berbahan dasar kertas. 3. Melalui Proses Cetak. Media cetak merupakan produk atau hasil dari pencetakan di mesin cetak. Artinya memerlukan waktu untuk proses pencetakkan. 4. Memiliki Ketergantungan Pada Distribusi Fisik. Wujud fisik media cetak didistribusikan secara langsung kepada pembaca di berbagai daerah. Jika fisik koran tidak terdistribusi maka informasi akan terhalang sampai ke tangan khalayak. 5. Memiki Efek yang Tertunda. Artinya efek media jenis ini tidak secara langsung terjadi dan memerlukan proses terhadap informasi yang disiarkan kepada khalayak.


Bab 6 | Perbedaan Jenis Media dan Produk Jurnalistik 123 B. Radio Media jenis radio adalah media yang menampilkan audio (suara) dalam penyajiannya. Sejarah perkembangan radio ditandai dengan ditemukannya teknologi phonograph (gramofon) oleh Edison tahun 1877. Teknologi ini dapat dipakai dalam mendengarkan suara rekaman. Di waktu yang bersamaan ekperimen elektromagnetik James Clerk Maxwell dan Helmholtz Hertz dilakukan untuk mempelajari fenomena yang belakangan dikenal dengan gelombang radio. Dari eksperimen ini ditemukan kalua gelombang radio merambat dalam bentuk bulatan, sama seperti ketika kita menjatuhkan sesuatu pada air yang tenang. Dari riak gelombang yang terbentuk sebagai akibat benda yang jatuh, dapat menggambarkan secara sederhana bagaimana gelombang radio merambat. Sesuai dengan nama penemunya, maka jumlah gelombang radio diukur dengan satuan yangn diberinama Hertz. (Ahmad, 2015: 234). Sedangkan karakteristik yang dimiliki media massa jenis radio ini berbeda dengan media cetak, yaitu: 1. Memiliki Time Limit. Keterbatasan penyiaran radio ada pada waktu siarnya (time limit). Karena itu berita penting dan memiliki news value yang tinggi cenderung disiarkan pada jam-jam tertentu yang merupakan prime time, atau waktu di saat siaran lebih banyak didengarkan oleh pendengar. 2. Bersifat Audio. Produk jurnalistik dari media massa jenis radio adalah suara yang dapat didengar oleh organ pendengaran.


124 Dasar-dasar Jurnalistik di Era New Media 3. Menggunakan Kalimat Aktif. Penulisan berita di media radio lebih diwajibkan menggunakan kalimat aktif jika dibandingkan di media cetak. 4. Memiliki Ketergantungan Pada Jaringan Frekuensi. Informasi melalui media radio harus disampaikan dengan kelengkapan jaringan frekuensi dan alat penerima frekuensi. Jika terjadi hambatan di dalam frekensi penyiaran radio, maka siaran radio tidak dapat diterima khalayak. 5. Membutuhkan Alat Bantu Dalam Penerimaannya. Khalayak penerima informasi radio harus memiliki alat bantu yang bisa menangkap frekuensi radio, baik berupa analog maupun digital. 6. Memiliki Efek Yang Tertunda/Seketika. Efek berita radio dapat berupa tertunda dan seketika secara sekaligus. C. Media TV Jenis media yang lahir selanjutnya adalah televisi (TV) sebagai generasi media massa setelah media cetak dan media radio. Sejak ditemukannya media ini di sekitar 1900-an, popularitas TV melambung. Sekitar satu abad televisi siaran menjadi primadona sebagai media komunikasi massa. Ketika itu diramalkan, TV akan mematikan radio siaran sebagai media komunikasi massa karena sifat televisi yang audio visual. (Abdullah & Puspitasari, 2018: 104). Perkembangan selanjutnya adalah bermunculan stasiun TV di berbagai negara, seperti BBC (British Broadcasting Corporation) di Inggris tahun 1936, Columbia Broadcasting System


Bab 6 | Perbedaan Jenis Media dan Produk Jurnalistik 125 (CBS) di Amerika Serikat tahun 1941, dan ABC (American Broadcasting Company) tahun 1943. Di dalam jurnalistik TV ada hukum produksi sebagai penuntun dalam menghasilkan karya jurnalistik TV, yaitu: (Asnawi, 2014 hlm. 5-6) 1. Pengetahuan mengoperasikan kamera video. 2. Pengetahuan menulis naskah berita. 3. Pengetahuan menata audio (video editing). Dibanding dengan generasi media massa pendahulunya, media TV juga memiliki karakteristik yang berbeda maupun sama dengan jenis media lain, yaitu: 1. Memiliki Time Limit. Sebagaimana media radio, TV juga memiliki keterbatasan dalam waktu siar. 2. Bersifat Audio Visual. Jika disbanding dengan radio, TV lebih lengkap dengan dilengkapi dengan visual disamping audio. 3. Menggunakan Kalimat Aktif. Ciri berita di TV juga menggunakan kalimat aktif dalam penyajiannya. 4. Memiliki Ketergantungan Pada Jaringan Frekuensi. Baik secara analog maupun digital, TV juga memiliki ketergantungan pada frekuensi/sinyal untuk dapat menyampaikan informasi kepada khalayaknya. 5. Membutuhkan Alat Bantu Dalam Penerimaannya. Untuk mengakses informasi dari media TV khalayak harus memiliki alat bantu berupa televisi atau smartphone yang dapat menangkap siaran TV. 6. Memiliki Efek Yang Tertunda/Seketika. Efek berita TV dapat berupa tertunda dan seketika secara sekaligus.


126 Dasar-dasar Jurnalistik di Era New Media D. Media Online/Siber Sedangkan jenis media massa yang terbaru adalah media online atau media siber. Kemunculan jenis media ini seiring dengan muncul dan berkembangnya teknologi digital. Kemunculan media baru ini berdampak para berubah platform-nya sejumlah media cetak mainstream dunia. Sebagian tetap bertahan dan melakukan konvergensi dengan jenis media lainnya. Jika dibandingkan dengan jenis media lainnya, media siber juga memiliki karakteristik tersendiri yang memiliki kesamaan maupun perbedaan dengan jenis yang lain. Karakteristik media siber, yakni: 1. Mereduksi Time Limit dan Space Limit. Pada media jenis ini tidak ada keterbatasan ruang dan waktu. Wartawan dapat menulis berita secara panjang dan menampilkan video dalam durasi yang lebih lama. Namun kelebihan media jenis ini dibatasi oleh kecenderungan khalayak dalam mengonsumsi informasi yang lebih bersifat instan. Karena itu meskipun secara teknis media siber bisa menampilkan berita dan video yang panjang, namun pertimbangan efektivitas dan standar SEO menjadikan tampilan berita di media siber sesuai dengan kaidah jurnalistik. 2. Bersifat Media Cetak dan Audio serta Visual. Media siber yang berbasiskan digital juga dapat menampilkan media cetak versi digital yang dikenal dengan nama e-paper, serta tampilan online sekaligus. 3. Menggunakan kalimat pendek. Satu paragraf maksimal 20 kata. Sesuai dengan standar SEO maka penulisan


Bab 6 | Perbedaan Jenis Media dan Produk Jurnalistik 127 berita di media siber cenderung akan menggunakan kalimat dan ndicator yang lebih singkat. 4. Memiliki Ketergantungan Pada Jaringan Internet. Jaringan internet sebagai perangkat lunak adalah faktor ketergantungan untuk mengakses informasi dari media siber. 5. Membutuhkan Alat Bantu Dalam Penerimaannya. Sebagaimana radio dan TV jenis media ini juga membutuhkan alat bantu untuk dapat mengaksesnya. 6. Memiliki Efek Yang Seketika. Kecenderungan efek media jenis ini adalah seketika daripada tertunda.


128 Dasar-dasar Jurnalistik di Era New Media [halaman ini sengaja dikosongkan]


MERENCANAKAN LIPUTAN 7 129 Dalam melaporkan peristiwa dalam dunia jurnalistik, informasi yang akan disampaikan perlu untuk direncanakan. Perencanaan peliputan berita, dalam tradisi jurnalistik sering disebut dengan proyeksi dalam sebuah rapat regular di antara para wartawan dan redaktur. A. Tujuan Tulisan Dibuat Dalam menghasilkan karya jurnalistik berupa berita (news), penting untuk mengetahui tujuan berita dihasilkan atau dibuat. Tujuan tulisan dibuat adalah bagian dari komponen success story writing dalam penulisan berita. Success story writing adalah pendeskripsian secara sederhana tentang informasi yang ditulis menjadi berita. Beberapa hal penting yang perlu diketahui tentang hal ini adalah: 1. Mengetahui informasi yang ingin disampaikan. Seorang wartawan semestinya adalah orang yang paling


130 Dasar-dasar Jurnalistik di Era New Media mengetahui akan informasi yang ditulisnya ketimbang pembaca beritanya. 2. Mengetahui khalayak pembaca. Seorang wartawan semestinya menyadari siapa khalayak pembaca berita yang ditulisnya. Khalayak pembaca meliputi karakter yang berbeda dan berargam, wilayah penyebaran pembaca yang sporadis, serta sifat khalayak yang anonim satu sama lain. Dengan menyadari karakter khalayak pembaca, maka seorang wartawan dapat menulis sesuai dengan karakter pembacanya. B. Merencanakan Liputan Perencanaan liputan lazimnya dilakukan dalam rapat redaksi di antara para wartawan dan para redaktur secara bersama-sama. Dalam rapat redaksi perencanaan memproyeksikan perencanaan liputan yang akan dilakukan pada rentang waktu yang berjalan. Dalam rapat akan terjadi dialog antara wartawan dengan redaktur adalah meliputi dua hal pokok, yakni: 1. Assignment (penugasan): Dalam assignment redaktur menugaskan liputan berita kepada seorang wartawan atau kelompok wartawan. Tema liputan berasal dari informasi terbaru, follow-up atau tidak lanjut dari dari berita yang sudah disiarkan, atau berdasarkan undangan konferensi pers dari suatu lembaga tertentu. 2. Inisiatif wartawan: selain assignment, wartawan juga dapat memiliki inisiatif atau usul liputan tertentu. Tema liputan juga dapat berasal dari informasi terbaru, followup atau tidak lanjut dari dari berita yang sudah disiarkan,


Bab 7 | Merencanakan Liputan 131 atau berdasarkan undangan konferensi pers dari suatu lembaga tertentu. Kemampuan berdialog dalam hal menerima maupun mengusulkan rencana liputan adalah merupakan ndicator kompetensi wartawan. Dalam modul Uji Kompetensi (UKW) Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) rapat redaksi adalah salah satu mata uji yang mengukur kompetensi wartawan. Tabel 5. Elemen Kompetensi Rapat Redaksi Elemen Kompetensi Kriteria Unjuk Kerja Indikator Unjuk Kerja Mengikuti rapat redaksi Memberi usul rencana liputan Menunjukkan usul rencana liputan sesuai bidangnya Mampu mempertahankan usul dengan nilai berita dan harapan khalayak Menerima penugasan Mencatat tugas keredaksian yang diberikan dalam putusan rapat bentuk TOR Mencatat bahan yang terkait dengan rencana liputan Menyiapkan sarana penunjang Melakukan koordinasi dengan redaksi. Menerima hasil evaluasi Menerima hasil evaluasi dan bertanggungjawab terhadap pelaksanaan tugas Mencatat hal-hal penting untuk perbaikan selanjutnya Memeriksa dan memperbaiki basis data Menyimpan karya tulis sebagai dokumen pribadi. Indikator kompetensi wartawan lainnya adalah kemampuan dalam merencanakan berita. Kompetensi ini


132 Dasar-dasar Jurnalistik di Era New Media meliputi kemampuan menyusun rencana liputan berdasarkan penugasan atau usulan wartawan sendiri. Format pengusulan liputan berita meliputi tema, topik, acuan, sudut pandang (angle), narasumber yang akan diwawancarai, daftar pertanyaan. Wartawa yang mengusulkan liputan berita juga dapat mengemukakan alasan dalam penentuan tema, topik, acuan, angle, narasumber yang akan diwawancarai, dan daftar pertanyaan yang akan diajukan. 1. Tema. Merupakan “panggung besar” dari liputan yang menggambarkan secara keseluruhan usulan liputan yang akan dilakukan. Contoh tema liputan: • Penyalahgunaan Narkoba, • Banjir Kota Medan, atau • Kasus Korupsi Bansos Covid-19. 2. Topik. Merupakan turunan dari tema yang telah ditetapkan. Topik lebih spesifik terhadap peristiwa yang akan diliput oleh wartawan. Contoh tema: • Penyalahgunaan Narkoba di Kalangan Pelajar Kota Medan, • Sistem Drainase Penyumbang Banjir Kota Medan, • Follow-Up Sidang Kasus Korupsi Bansos Covid-19. 3. Acuan. Merupakan peristiwa yang telah terjadi sebelumnya atau informasi yang didapat sebelumnya. Peristiwa atau informasi ini dapat berupa berita yang telah ditayangkan di media massa, dan data yang memerlukan konfirmasi dari pihak terkait, serta informasi yang berkembang untuk dicek kebenarannya. Contoh acuan: • Peristiwa penangkapan pelajar yang menjadi


Bab 7 | Merencanakan Liputan 133 tersangka pemakai Narkoba • Berita banjir kota Medan di media massa • Follow-up berita perkembangan kasus korupsi Bansos Covid-19. 4. Angle (sudut pandang). Merupakan sudut atau sisi yang digunakan dalam melihat suatu peristiwa. Suatu peristiwa akan memiliki kesan yang berbeda manakala ditulis dari sudut pandangan yang berbeda pula. Peristiwa yang ditulis menjadi berita tersebut dinilai berdasarkan news value (nilai berita) yang akan dianggap paling menarik. Angle berita akan terlihat dari judul dan teras berita yang ditulis. Contoh angle yang digunakan dalam melihat peristiwa banjir kota Medan dengan topik sistem drainase, yang dilihat dari judul dan teras berita yang digunakan: Contoh 1: • Sistem Drainase Tak Dibenahi, Medan Banjir Lagi MEDAN: Hujan deras semalaman yang disertai angin dan petir mengakibatkan kota Medan kembali terendam banjir di sejumlah titik, Senin (27/09/2021). Sistem drainase yang tak kunjung dibenahi diyakini sebagai penyebab utama banjir langganan ini. Contoh 2: • Parit dan Sungai Dipenuhi Sampah Rumahtangga, Medan Banjir Lagi MEDAN: Hujan deras semalaman yang disertai angin dan petir mengakibatkan kota Medan kembali terendam banjir di sejumlah titik, Senin


134 Dasar-dasar Jurnalistik di Era New Media (27/09/2021). Tumpukan sampah di parit dan sungai diyakini sebagai penyebab utama banjir langganan ini. 5. Narasumber. Merupakan orang-orang yang menjadi sumber berita yang diwawancarai. Narasumber adalah orang yang terkait langsung dengan peristiwa yang sedang diliput ataupun orang yang tidak terkait secara langsung. Contoh: Narasumber yang terkait langsung dengan berita dalam adalah liputan penyalahgunaan Narkoba di kalangan pelajar adalah: tersangka, pihak kepolisian. Sedangkan pihak yang tidak terkait secara langsung adalah: guru, pengamat pendidikan dan seterusnya. 6. Daftar Pertanyaan. Merupakan pertanyaan yang telah disiapkan sebelum seorang wartawan turun ke lapangan. Pertanyaan yang disiapkan adalah kepada masingmasing narasumber secara berbeda. Daftar pertanyaan yang disiapkan adalah pertanyaan utama yang meliputi unsur-unsur 5W+1H dan pertanyaan dapat berkembang sesuai wawancara yang dilakukan. Dalam perencanaan liputan sebagaimana yang diujikan dalam UKW PWI, diukur berdasarkan elemen kompetensi, yang diturunkan dalam bentuk kriteria unjuk kerja, kemudian diturunkan lagi ke dalam bentuk indikator unjuk kerja.


Bab 7 | Merencanakan Liputan 135 Tabel 6. Elemen Kompetensi Merencanakan Liputan Elemen Kompetensi Kriteria Unjuk Kerja Indikator Unjuk Kerja Merencanakan dan mempersiapkan liputan Menerima penugasaan atau mengusulkan liputan sendiri • Mempelajari penugasan dan menyesuaikan dengan visi misi media tempat bekerja • Mengidentifikasi nilai berita • Memilih dan memilah fakta dan data, dari gossip dan opini Menentukan liputan • Menentukan sudut pandang untuk topik liputan • Mendapat persetujuan redaktur/koordinator liputan (koordinasi, diusulkan dalam rapat sesuai degan prosedur kerja media) • Mengumpulkan informasi latar belakang (riset, klipping dan sebagainya) Menentukan rencana liputan • Menentukan narasumber • Menentukan waktu liputan dengan menyesuaikan peristiwa, topik dan tenggat media • Membuat janji pertemuan, kunjungan, konfirmasi undangan dan wawancara • Membuat dan mengusulkan rencana biaya liputan sesuai kebijakan media (transportasi, akomodasi, biaya lain sesuai dengan lokasi liputan dan kemampuan media). C. Menghadiri Acara Liputan Terjadwal Merupakan undangan liputan untuk menghadiri suatu peristiwa atau acara tertentu. Undangan liputan biasanya telah ditentukan jadwalnya, yakni hari, tanggal


136 Dasar-dasar Jurnalistik di Era New Media dan waktunya. Biasanya diawali dengan undangan atau pemberitahuan melalui jaringan untuk menghadiri suatu pertemuan yang secara khusus mengundangan wartawan untuk hadir. Dalam pertemuan tersebut narasumber atau fasilitator menyediakan tempat untuk pertemuan, di mana narasumber akan membrikan keterangan kepada wartawan. Keterangan tersebut disampaikan dalam pertemuan langsung yang biasanya dilakukan dengan proses tanya jawab. Dalam melakukan liputan acara terjadwal ada beberapa indikator unjuk kerja yang menjadi indikator elemen komptensi seorang wartawan. Tabel 7. Elemen Kompetensi Liputan Acara Terjadwal Elemen Kompetensi Kriteria Unjuk Kerja Indikator Unjuk Kerja Melaksanakan Liputan Menghadiri Acara Terjadwal • Datang tepat waktu/sebelum acara dimulai • Mempelajari suasana di tempat kegiatan (identifikasi narasumber, akses, peralatan siap pakai) • Mengoperasikan alat kerja dan fasilitasn komunikasi yang digunakan di medianya. Mengumpulkan informasi • gambar secara lengkap) • Menetapkan Kode Etik Jurnalistik (KEJ) dalam kegiatan liputan (menghindari pencemaran nama baik, menyampaikan identitas, memahami off the record) • merekam semua data; nama narasumber, nama kegiatan dan memastikan akurasi berita


Click to View FlipBook Version