The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.

Bagaimana pengetahuan dasar jurnalistik mengalami perkembangan seiring masuknya era new media

Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by Dedi Sahputra, 2023-02-20 09:26:21

Dasar-dasar Jurnalistik di Era New Media

Bagaimana pengetahuan dasar jurnalistik mengalami perkembangan seiring masuknya era new media

Keywords: Buku Ajar

Bab 2 | Teknik Dasar Jurnalistik 37 pada pokok permasalahannya (straight to the point). Dengan demikian bahasa yang digunakan dalam karya jurnalistik bersifat lugas, sederhana, dan menarik dan menghindari eufimisme. Bahasa jurnalistik yang yang ditulis dengan ciri seperti ini akan terhindar dari makna ganda atau sering disebut juga dengan penggunaan katakata “bersayap”. Contoh: • Kehidupan orang di dunia politik cenderung menghalalkan segala cara • Kehidupan politisi cenderung menghalalkan segala cara √ 2. Simple (sederhana) Kalimat disusun dengan singkat hingga menjadi sederhana dan gampang dipahami karena bermakna denotatif (umum), bukan bermakna konotatif (khusus) sehingga menghindari tafsir ganda atas suatu kalimat. Contoh: • Mantan pacar anak presiden dilantik menjadi Walikota Medan • Bobby Nasution dilantik menjadi Walikota Medan √ 3. Economical Words (ekonomis kata) Ekonomis kata adalah kalimat yang tidak menggunakan kata-kata yang tidak perlu atau berlebihan. Ekonomis kata juga bermakna menghilangkan kata-kata yang bisa dihilangkan sepanjang tidak mengurangi makna dari kalimat yang disajikan. Kalimat yang disusun secara singkat dan sederhana dengan cara menghemat penggunaan kata-kata. Atau dengan kata lain


38 Dasar-dasar Jurnalistik di Era New Media menghindari penggunaan kata-kata yang mubazir. Contoh: a. Penggunaan Kata Jamak; • “Seluruh menteri-menteri semestinya disuntik vaksi lebih dahulu” • “Seluruh menteri semestinya disuntik vaksi lebih dahulu” √ b. Kata “untuk”; • “Manchester United bertekat untuk meraih gelar liga premier Inggris musim ini” • “Manchester United bertekat meraih gelar liga premier Inggris musim ini”√ c. Kata “adalah”; • “Nyatanya kenaikan iuran BPJS adalah hal yang memberatkan rakyat miskin”. • “Nyatanya kenaikan iuran BPJS memberatkan rakyat miskin” √ d. Kata “telah”; • “Pekan lalu pemerintah telah mengucurkan dana BOS untuk seluruh sekolah di Indonesia” • “Pekan lalu pemerintah mengucurkan dana BOS untuk seluruh sekolah di Indonesia” √ e. Kata “mengenai”; • “Rapat tertutup Gubernur Sumut dan Satgas Penanganan Covid-19 Sumut membahas mengenai mekanisme pengucuran bantuan” • “Rapat tertutup Gubernur Sumut dan Satgas Penanganan Covid-19 Sumut membahas


Bab 2 | Teknik Dasar Jurnalistik 39 mekanisme pengucuran bantuan” √ f. Kata “bahwa”; • “Presiden Jokowi menyatakan bahwa para menteri di kabinetnya bekerja secara optimal”. • “Presiden Jokowi menyatakan para menteri di kabinetnya bekerja secara optimal” √ g. Kata “dari”; • “Gibran putra dari presiden Jokowi, maju menjadi kandidat Wali Kota Solo” • “Gibran putra presiden Jokowi, maju menjadi kandidat Wali Kota Solo” √ h. Kata “akan”; • “Akan tetapi pembangunan harus tetap terus berlangsung” • “Tetapi pembangunan harus tetap terus berlangsung” √ i. Penggunaan “gugus kata-kata”; • “Dan oleh sebab itu hukum harus ditegakkan dengan adil” • “Sebab itu hukum harus ditegakkan dengan adil” √ Awalan dan Kata Depan Antara awalan dan kata depan, saring salah dalam penggunannya. Penulisan awalan mesti digabungkan dengan kata yang mengikuti atau yang mendahuluinya. Sedangkan penulisan kata depan terpisah dari kata yang mengikutinya. Salah satu ciri awalan adalah diikuti oleh kata kerja, sedangkan ciri kata depan adalah diikuti oleh


40 Dasar-dasar Jurnalistik di Era New Media kata tempat atau menunjuk pada sesuatu objek. Contoh: a. Awalan • di tangkap • ditangkap √ • di adili • diadili √ b. Kata Depan • didepan • di depan √ • diMedan • di Medan √ Penggunaan Tanda Baca dan Bahasa Jurnalistik a. Penggunaan tanda baca dalam bahasa di media massa mengacu Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 2015 tentang Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI). b. Ekonomis kata penggunaan kata-kata dalam kalimat yang mengacu pada bahasa jurnalistik. c. Bahasa jurnalistik adalah bahasa yang digunakan wartawan dalam menghasilkan produk jurnalistik yang dimuat di media massa. d. Bahasa yang disajikan secara lugas, langsung, padat, tidak bertele-tele. Tujuannya agar pembaca disajikan bahasa yang komunikatif, sederhana, dan mudah dipahami.


Bab 2 | Teknik Dasar Jurnalistik 41 Tanda Baca a. Garis miring (/) sebagai pengganti kata “dan”, “atau” dan “setiap”. Contoh: • “Pasangan Calon Wali Kota Medan Akhyar Nasution-Salman Al Farisi” • “Pasangan Calon Wali Kota Medan Akhyar Nasution/Salman Al Farisi” √ b. Tanda hubung (-) untuk merangkai huruf dan angka. Contoh1: akronim yang harusnya menggunakan tanda hubung. • D1, D2, S1, S2, S3 • D-1, D-2, S-1, S-2, S-3 √ Contoh2: akronim yang harusnya tidak menggunakan tanda hubung. • P-3K, BNP-2TKI • P3K, BNP2TKI √ c. Koma (,) dan titik (.) dan tanda petik (”) Tanda koma dan titik ditulis tanpa spasi setelah kata sebelumnya. Contoh: • “Perlu diingat , kita masih harus berjuang .” • “Perlu diingat, kita masih harus berjuang.” √ d. Tanda koma dan titik ditulis ditulis dalam singkatan nama orang dan gelar. Contoh: • Amir Makhmud S.H. (berarti singkat nama Amir Machmud Salim Hadiningrat)


42 Dasar-dasar Jurnalistik di Era New Media • Amir Makhmud, S.H. (berarti singkatan gelar Amir Makhmud Sarjana Hukum) √ e. Tanda koma, titik dan tanda petik dalam petikan langsung. Contoh1: • “Kemungkinan PKI untuk bangkit itu mungkin saja terjadi”, kata Mayjen (Purn) Kivlan Zein. • “Kemungkinan PKI untuk bangkit itu mungkin saja terjadi,” kata Mayjen (Purn) Kivlan Zein. √ Contoh2: • Presiden mengatakan “Kita harus kerja, kerja, dan kerja”. • Presiden mengatakan, “Kita harus kerja, kerja, dan kerja.” √ Kombinasi Huruf a. Penggunaan kata dengan awal huruf k, p, t, s yang dilebur jika mendapat imbuhan. Contoh; • Memputuskan • Memutuskan (awalan k dari kata dasar putusan) √ • Mempukul • Memukul (awalan p dari kata dasar pukul) √ • Mentatap • Menatap (awalan t dari kata dasar tatap) √ • Mensinergikan • Menyinergikan (awal s dari kata dasar sinergi) √


Bab 2 | Teknik Dasar Jurnalistik 43 b. Penggunaan diksi Contoh 1: • “postproklamasi” sebaiknya “pascaproklamasi” • “postkolonial” sebaiknya “pascakolonial” Contoh 2: • ”Mereka anggap semua pengeluaran ini sebagai infak di jalan Allah yang pahalanya tak ketulungan”. • ”Mereka anggap semua pengeluaran ini sebagai infak di jalan Allah yang pahalanya besar sekali”. √ Kesalahan yang terdapat pada kalimat yang pertama di atas adalah pemilihan kata tak ketulungan yang tidak tepat. Kata tak ketulungan (bahasa Jawa) bermakna negatif yakni tak tertolong. Contohnya: Si Topan bandelnya tak ketulungan. Padahal, konteks kalimat bermakna positif, yakni pahalanya besar sekali. c. Gejala hiperkorek. Contoh: • “akhli” seharusnya “ahli” • “syurga” seharusnya “surga” d. Kata baku/tidak baku, e. Contoh: • “praktek” seharusnya “praktik” • “Nopember” seharusnya “November” • “Pebruari” seharusnya “Februari” • “resiko” seharusnya “risiko” • “sekedar” seharusnya “sekadar” • “olah raga” seharusnya “olahraga”


44 Dasar-dasar Jurnalistik di Era New Media Unsur Kalimat a. Kerancuan (kontaminasi) Contoh: • “Tulisan-tulisan Bung Hatta yang selama ini berserakan berhasil dikumpulkan dalam sembilan jilid besar”. • ”Tulisan-tulisan Bung Hatta yang selama ini berserakan dikumpulkan dalam sembilan jilid besar”. √ Struktur kalimat tersebut rancu. Sebenarnya bentuk kalimat itu adalah kalimat pasif jika dilihat dari predikatnya dikumpulkan. Tetapi, karena disisipi predikat lain yaitu berhasil, kalimat tersebut tidak jelas, apakah pasif atau aktif. Berhasil merupakan penanda predikat kalimat aktif, seperti halnya bermain, bertemu, berkelahi. b. Subjek Tidak Jelas Contoh: • “Dengan ranking itu, maka nenempatkan Indoensia sebagai negara paling korup di dunia” • “Ranking itu nenempatkan Indonesia sebagai negara paling korup di dunia” √ c. Penyatuan Bentuk Aktif dan Pasif Contoh: • “Mahkamah Agung (MA) Senin kemarin memulai rapat kerjanya di Hotel Mercure Jakarta, dibuka oleh Ketua KPK, Bagir Manan”


Bab 2 | Teknik Dasar Jurnalistik 45 • “Mahkamah Agung (MA) Senin kemarin memulai rapat kerjanya di Hotel Mercure Jakarta. Rapat itu dibuka oleh Ketua KPK, Bagir Manan”. √ C. Foto Jurnalistik Sumber: © Sueddeutsche Zeitung Photo/Hollandse Hoogte Foto jurnalistik adalah produk jurnalistik berupa foto yang dilengkapi dengan teks (keterangan) foto untuk mengabarkan suatu informasi yang bernilai berita dan disiarkan oleh media massa. Foto jurnalistik (Journalist Photography) menurut Riadi (2019) adalah kombinasi antara kata dan gambar yang bernilai dan menghasilkan kesatuan komunikasi serta mengandung nilai jurnalistik seperti aktual, faktual, penting dan menarik. Menurut Wijaya (2011), foto jurnalistik adalah foto yang bernilai berita atau foto yang menarik bagi pembaca tertentu, dan informasi tersebut disampaikan kepada masyarakat sesingkat mungkin. Sedangkan Romli (2008) mendefenisikan foto jurnalistik


46 Dasar-dasar Jurnalistik di Era New Media sebagai penyampaian berita, informasi, atau pesan melalui gambar. Dari defenisi di atas dapat disimpulkan bahwa foto jurnalistik meliputi unsur-unsur di dalamnya yakni; a. Kata-kata (teks) dan gambar yang memiliki nilai (berita), b. Foto dan teks foto yang disiarkan oleh media massa, c. Mengandung nilai jurnalistik seperti aktual, faktual, penting dan menarik, d. Berupa informasi yang disampaikan sesingkat mungkin, e. Berupa pesan melalui gambar. Pengertian foto jurnalistik di atas dibedakan dengan istilah jurnalistik foto. Menurut Darmawan (2005 hlm.29) jurnalistik foto berdasar atas kata jurnalistik (mengumpulkan, mengedit, dan mempublikasikan materi berita pada media massa atau media penyiaran) yang menciptakan gambargambar untuk menceritakan peristiwa/kejadian. Saat ini, jurnalistik foto lebih dipahami mengacu pada gambar diam, dan beberapa kasus menyangkut video yang digunakan pada jurnalistik broadcast. Dari defenisi tersebut di atas telihat bahwa jurnalistik foto merupakan bentuk kata sifat (mengumpulkan, mengedit, dan mempublikasikan materi berita pada media massa atau media penyiaran). Sedangkan foto jurnalistik merupakan kata benda, yaitu objek dari produk jurnalistik yang dihasilkan. Dalam dunia foto jurnalistik ada beberapa jenis foto jurnalistik berdasarkan World Press Photo (WPP) yang


Bab 2 | Teknik Dasar Jurnalistik 47 merupakan badan foto jurnalistik dunia yang dipedomani fotografer ketika menjalankan tugas sebagai jurnalis foto (Alwi, 2004). Jenis-jenis foto jurnalistik dimaksud adalah: 1. Foto di lokasi (spot photo). Jenis foto ini dibuat dari kejadian/peristiwa yang tidak terjadwal atau berlangsung secara seketika yang difoto seorang wartawan foto di lokasi peristiwa it terjadi. Jenis foto seperti ini contohnya dalam peristiwa kebakaran, perkelahian, perang atau kecelakaan. Foto spot adalah jenis foto peristiwa yang harus segera disiarkan. 2. Foto berita yang umum (general news photo). Jenis foto ini biasa diabadikan dari peristiwa yang sudah terjadwal. Foto seperti ini bisa memiliki bertema yang beragam seperti sosial, bdaya, politik, ekonomi dan sebagainya. 3. Orang dalam berita foto (people in the news photo). Jenis foto ini menyangkut orang atau masyarakat yang terkait dalam berita. Objek yang ditampilkan dalam berita bisa bermacam-macam bergantung dari nilai berita dimaksud seperti sosok orang yang menjadi berita itu, prestasi, kemalangan dan lainnya. Contoh, foto Presiden Jokowi sebagai public figur atau foto seorang pedagang kaki lima yang menolong korban kecelakaan di pinggir jalan. 4. Foto kehidupan sehari-hari (daily life photo). Jenis foto ini menyangkut kehidupan sehari-hari orang yang dilihat dari sisi kemanusian (human interest). Contohnya, foto profil badut jalanan korban PHK. 5. Foto wajah seseorang (potrait). Jenis foto yang ini adalah foto yang menampilkan wajah seseorang dari dekat dengan jelas (close up). Foto seperti ini ditampilkan karena ada kemenarikan dari wajah yang menjadi objek


48 Dasar-dasar Jurnalistik di Era New Media foto, seperti karena ekspresi kesedihan, bahagia, bentuk mata, bentuk wajah, warna kulit, dan sebagainya. 6. Foto olahraga (sport photo). Jenis foto ini merupakan objek foto dari peristiwa olahraga. 7. Foto ilmu pengetahuan dan teknologi (science and technology photo). Jenis foto ini diambil dari peristiwa yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan dan teknologi. Contohnya foto penemuan Genose sebagai alat pendeksi virus corona dan sebagainya. 8. Foto seni dan budaya (art and culture photo). Jenis foto ini berkaitan dengan peristiwa seni dan budaya. Contohnya foto saat boy band BTS asal Korea Selatan saat di panggung, atau foto penari serampang duabelas dan lainnya. 9. Foto sosial dan lingkungan (social and environment). Yaitu foto terkait kehidupan sosial masyarakat serta lingkungan hidup. Seperti foto warga yang tinggal di sepanjang sungai Deli saat mandi, buang air atau mencuci di sungai tersebut. Jurnalistik foto tumbuh dan berkembangnya jurnalistik foto, menurut R.M. Soelarko dalam Darmawan (2005 hlm.27) dipengaruhi oleh tiga hal, yakni; 1. Didasari oleh rasa ingin tahu manusia; 2. Didasari oleh pertumbuhan media massa yang kini memasuki era digitalisasi; 3. didasari faktor kemajuan teknologi. Darmawan (2005 hlm. 29) membedakan jurnalistik foto pada beberapa cabang fotografi lain seperti fotografi dokumentasi, street photography, atau fotografi selebritas, yang didasarkan oleh:


Bab 2 | Teknik Dasar Jurnalistik 49 1. Persoalan ketepatan waktu (timeliness). Hal ini didasari bahwa foto mempunyai makna dalam konteks peristiwa yang terjadi sebagai bahan publikasi; 2. Persoalan objektivitas. Foto yang disajikan adalah berupa fakta apa adanya secara akurat dan jujur; 3. Persoalan narasi. Foto yang disajikan tidak berdiri sendirim melainkan kombinasi dengan berita, yang memberikan informasi kepada khalayak. Pada dasarnya, foto berita tidak boleh untuk direkayasa dari hasil aslinya. Hal ini untuk menjaga orisinalitas foto berita sehingga tetap menjadi sebuah fakta, ketimbang sebuah karya seni fotografi. Namun dalam batasan tertentu, melakukan perbaikan dan hasil foto jurnalistik yang lebih baik, dapat dilakukan editing sepanjang tidak mengubah fakta di dalam suatu foto berita. Beberapa batasan dalam melakukan proses editing foto berita adalah sebagai berikut: (Darmawan, 2005 hlm.33) 1. Keseimbangan warna (color balancing). Warna yang buram, tidak jelas, atau kurang kontras dapat diseimbangkan untuk hasil yang lebih baik. Penyeimbangan warna ini dibatasi oleh tindakan yang mengubah warna asli, seperti mengubah warna biru langit sehingga mempengaruhi waktu foto diambil, atau mengubah warna baju untuk mengalihkan persepsi tertentu dan sebagainya. 2. Membakar (burning). Membakar bagian-bagian sudut foto yang gelap agar tampak lebih terang dan jelas sehingga lebih menonjolkan objek atau subjek yang terdapat pada gambar. 3. Distorsi lensa (lens distortion). Hal ini dilakukan dalam


50 Dasar-dasar Jurnalistik di Era New Media kasus mengguanakan lensa yang tidak standar sehingga menghasilkan foto yang ukurannya tidak normal, seperti objek menjadi membulat, maka dimungkinkan diubah melalui software hingga foto menjadi normal. 4. Membersihkan noda foto (cleaning). Foto hasil jepretan mungkin saja terdapat noda atau cacat bekas cetakan. Biasanya kasus seperti ini terjadi pada foto-foto repro sehingga melalui sentuhan digital dimungkinkan dilakukan perbaikan. 5. Menghindari pencahayaan berlebihan (dodging). Melakukan perbaikan pada pencahayaan foto agar menghasilkan foto yang normal, seperti halnya burning process. 6. Titik fokus (focus point). Menyamarkan (blur) bagian foto yang tidak menjadi fokus sehingga menjadikan suat titik pada foto menjadi fokus dengan tidak mengubah esensi dari isi pesan foto. 7. Optimalisasi file (file optimization). Melakukan cropping atau membuang objek yang dianggap tidak perlu di dalam foto untuk mengoptimalkan ukuran file. 8. Menghilangkan silau (glare elimination). Adakalanya foto penting karena momen yang ada di dalam foto, namun hasil fotonya tidak maksimal karena kelebihan cahaya. Maka dimungkinkan dengan melakukan rekayasa digital untuk membuatnya menjadi lebih baik. 9. Pencahayaan (lighting). Foto yang kurang baik pencahayaannya dapat dilakukan perbaikan secara keseluruhan pencahayaanya. 10. Menghilangkan mata merah (red eye elimination). Kondisi foto yang


Bab 2 | Teknik Dasar Jurnalistik 51 11. mengalami red eye (mata merah) sering terjadi jika objek foto menatap cahaya flash langsung. Dimungkinkan untuk pengolah foto, untuk dihilangkan. Foto jurnalistik adalah foto yang ditampilkan sesuai dengan fakta di dalam foto tersebut. Dalam menyajikan foto jurnalistik, dituntut kejujuran seorang wartawan ataupun media massa bersangkutan. Foto jurnalistik yang ditampilkan secara tidak jujur akan memanipulasi fakta di dalam suatu foto kepada khalayaknya. Dalam hal kejujuran dalam menampilkan foto jurnalistik ini ada sebuah kasus yang sempat menjadi pembicaraan di kalangan jurnalis di dunia. Kasus tersebut terjadi berkenaan dengan sebuah foto jurnalistik yang ditampilkan media cetak di harian Los Angeles Times yang terbit di Los Angeles, AS, pada edisi hari Senin tanggal 31 Maret 2003. Harian tersebut menurunkan sebuah foto berita tentang Perang Irak pada halaman pertamanya. Brian Walski adalah wartawan harian tersebut yang menjepret foto tersebut. Setelah terbitnya foto tersebut, salah seorang pembaca melihat kejanggalan foto Walski itu. Karena di dalam foto terlihat seorang yang muncul dua kali. Hal ini kemudian menjadi pembicaraan yang membuat Walski dipecat dari pekerjaannya karena dianggap tidak jujur dalam pekerjaannya. Jika dilihat dari foto yang dihasilkan Walski yang dimanipulasi tersebut sebenarnya tidak mengubah fakta apa pun yang ada di dalam foto. Hanya saya Waslki melakukan editing sehingga foto yang sebenarnya telah mengalami perubahan dari fakta yang seharusnya. Pelajaran dari kasus foto Waslki ini adalah persoalan utama foto jurnalistik yaitu kejujuran seorang fotografer.


52 Dasar-dasar Jurnalistik di Era New Media Gambar 4. Situasi Perang Foto Jurnalistik Keterangan foto: Foto 1 dan 2 merupakan foto asli Walski yang digabungkan menjadi sebuah foto jurnalistik yang mempunyai latar belakang yang kuat, yaitu Perang Teluk II (bawah). Adegannya menampilkan seorang Marinir Inggris sedang mengatur beberapa warga sipil Irak yang tampaknya sedang mengungsi. Pose si marinir sangat fotogenik, tegas dan berwibawa. Sementara pengungsipun tampil meyakinkan dengan adanya pusat perhatian pada seorang bapak yang menggendong anaknya. Tapi lihat pada bagian yang ditandai. (sumber: Repro) Foto jurnalistik yang baik, di antaranya adalah foto yang menarik perhatian (eye catching) khalayak. Untuk menghasilkan suatu karya foto yang eye catching, ada


Bab 2 | Teknik Dasar Jurnalistik 53 beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu: 1. Memastikan foto jelas (simplicity) 2. Membuat foto menjadi kuat tanpa harus berlebihan (contrast) 3. Menyempurnakan ketajaman setiap bagian foto (detail) 4. Memastikan permukaan yang hidup (texture) 5. Sederhana bentuknya namun kokoh dan kuat (form) 6. Menampilkan foto yang siap tatap, meyakinkan dan renyah (outline) 7. Memiliki pola dan irama tertentu (pattern) 8. Memiliki kedalaman (depth) 9. Memastikan foto memiliki gelora atau hidup (motion) 10. Untuk objek foto yang hidup pastikan ada spontanitas (spontanity). Foto jurnalistik yang ditampilkan merujuk pada fungsi pers yaitu memberi informasi, mendidik, menghibur dan kontrol sosial. Gambar 5. Memberi Informasi (Foto yang Informatif)


54 Dasar-dasar Jurnalistik di Era New Media Keterangan Foto: Vaksinator menyuntikan vaksin Covid-19 kepada buruh angkut barang saat vaksinasi massal di Pasar Badung, Denpasar, Bali, Minggu (21/3/2021). Vaksinasi yang digelar secara bertahap di pasar tradisional tersebut diikuti 2.450 pedagang dan buruh pasar untuk mempercepat penanganan Covid-19 di ibu kota Provinsi Bali. (ANTARA/2103-2021 14:35 Wib) Gambar 6. Mendidik (Foto yang Memberikan Nilai Pendidikan) Keterangan Foto: Ketua Karang Taruna Batu Badoro, David menyemprotkan air untuk ulat hongkong yang dibudi dayakan di Kelurahan Tabing Banda Gadang, Nanggalo, Padang, Sumatera Barat, Minggu (21/3/2021). Karang Taruna Batu Badoro membudi dayakan ulat hongkong (larva kumbang beras) sebagai pakan burung dan ikan dengan produksi sebanyak 30 kilogram per 20 hari dan dijual Rp65 ribu per kilogram. (ANTARA FOTO/21-03-2021 14:10 Wib).


Bab 2 | Teknik Dasar Jurnalistik 55 Gambar 7. Menghibur (Foto yang Memberikan Hiburan) Keterangan Foto: Westlife have announced they will play Wembley Stadium this summer. (CNN/19/3/2021) Gambar 8. Kontrol Sosial (Foto yang Mengkritik) Keterangan Foto: Limbah sampah plastik menutupi permukaan Sungai Bederah Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan.(Waspada. id/21/3/2021)


56 Dasar-dasar Jurnalistik di Era New Media D. Nilai Berita (New Value) Nilai berita adalah nilai yang terkandung dalam setiap peristiwa yang terjadi. Nilai tersebut menentukan suatu peristiwa memiliki bobot berita dibandingkan peristiwa yang lain. Prioritas pemuatan atau penayangan berita dalam pertimbangan jurnalistik adalah karena bobot nilai berita yang dikandung sebuah informasi atau peristiwa yang terjadi. Di antara nilai berita tersebut yakni: 1. Actual (baru/hangat) Merupakan suatu peristiwa yang masih hangat dan baru terjadi dan belum banyak diketahui publik. Berita hangat ini dapat juga merupakan follow-up atau perkembangan suatu peristiwa tersebut. Contohnya adalah peristiwa meletusnya gunung merapi yang berdampak pada berbagai aspek sosial. 2. Significance (penting) Suatu berita haruslah sesuatu yang penting bagi, dan bukan merupakan suatu yang sensasional dan bukan pula bombastis. Contohnya peristiwa pemilihan presiden yang akan memimpin sebuah negara. Sebaliknya berita tentang kawin-cerai artis adalah peristiwa yang dinilai sebagai bukan berita dalam pengertian ini. 3. Prominence (terkenal) Adalah suatu peristiwa yang menyangkut orang terkenal. Suatu peristiwa yang biasa saja dapat bernilai berita tinggi apabila menyangkut orang terkenal. Contohnya berita pemilihan kepala daerah yang diikuti


Bab 2 | Teknik Dasar Jurnalistik 57 oleh Bobby Nasution dan Gibran. Berita ini merupakan berita lokal yang menjadi berita nasional karena kedua orang tersebut adalah anak dan menantu presiden. 4. Magnitude (berdampak besar) Merupakan peristiwa yang memiliki dampak besar terhadap kehidupan masyarakat. Contohnya peristiwa vaksinasi dan informasi tentang virus corona yang merebak. 5. Proximity (kedekatan) Merupakan peristiwa yang memiliki kedekatan jarak secara sosial maupun secara geografis. Contohnya peristiwa tsunami di Aceh akan lebih menarik perhatian orang Aceh yang tinggal di seluruh dunia karena kedekatan secara sosial. Contoh lain adalah, bagi orang yang tinggal di Medan sekitarnya akan lebih menarik peristiwa erupsi gunung Sinabung ketimbang erupsi gunung di Kelud karena kedekatan jarak secara geografis. 6. Human interest (manusiawi) Merupakan peristiwa yang dialami manusia terkait sesuatu yang unik, ganjil, atau berupa penderitaan. Contohnya peristiwa terbunuhnya seorang anak SD oleh pria yang ingin memperkosa ibu korban. Si pembunuh merasa berang karena si anak membela kehormatan ibunya. 7. Conflict of Interest (konflik) Setiap peristiwa konflik akan selalu menarik perhatian orang banyak.


58 Dasar-dasar Jurnalistik di Era New Media Contohnya konflik yang terjadi di tubuh Partai Demokrat telah menjadi berita nasional selama berhari-hari. 8. Informative (informasi) Merupakan berita yang mengandung informasi yang akan menarik perhatian prang banyak. Contohnya berita tentang formasi CPNS merupakan berita yang sifatnya informatif namun akan diminati orang banyak karena akan banyak orang yang akan melamar menjadi PNS. 9. Sex (seks) Secara alamiah, seks adalah peristiwa yang menarik bagi banyak orang. Itu sebabnya banyak media yang diminati orang karena menyajikan berita yang menyangkut tentang seks. Namun dalam praktiknya, berita yang menyangkut seks berbeda-beda di setiap negara. Ada negara yang melarang sama sekali, ada pula yang membolehkan dengan syarat tertentu. Indonesia sebagai negara yang memiliki nilai moral ketimuran, termasuk negara yang melarang hal-hal yang terkait seks disiarkan secara vulgar. E. Fungsi Pers Berdasarkan Pasal 3 Undang-undang Nomor 40 tahun 1999 tentang Pers pada ayat: 1. Pers nasional mempunyai fungsi sebagai media informasi, pendidikan, hiburan, dan kontrol sosial. 2. Di samping fungsi-fungsi tersebut pada (1), pers nasional dapat berfungsi sebagai lembaga ekonomi.


Bab 2 | Teknik Dasar Jurnalistik 59 Dengan demikian, fungsi pers adalah: • Fungsi sebagai media informasi (to inform) • Fungsi sebagai media pendidikan (to educate) • Fungsi sebagai media hiburan (to entertaint) • Fungsi melakukan kontrol sosial (social control) • Fungsi sebagai lembaga ekonomi (economic institution). Fungsi sebagai media informasi (to inform). Dalam fungsinya sebagai media informasi, pers menjalankan tugas mencari, menulis dan menyebarluaskan berita. Dalam menjalankan tugas ini pers dilindungi undang-undang No.40 tahun 1999 tentang Pers pada Pasal 4 ayat 3: Untuk menjamin kemerdekaan pers, pers nasional mempunyai hal mencari, memperoleh, dan menyebarluaskan gagasan dan informasi. Hal ini menunjukkan bahwa tugas wartawan dalam mencari, memperoleh dan menyebarluaskan informasi adalah sesuatu yang berlandaskan undang-undang. Dengan demikian maka, sebagai sebuah profesi, maka wartawan bekerja berdasarkan perintah undang-undang, sebagaimana profesi lain seperti polisi, tentara, hakim dan seabagainya yang juga bekerja bedasarkan undang-undang Republik Indonesia. Fungsi sebagai media pendidikan (to educate). Dalam fungsinya mendidik khalayak, pers memiliki tanggung jawab yang menyajikan informasi yang memberikan pemahaman atau kebiasaan yang lebih baik kepada khalayak. Informasi dalam bentuk berita ataupun tulisan dan gambar-gambar yang ditampilkan media massa mengandung pengetahuan. Dengan demikian khalayak yang mengonsumsi media massa


60 Dasar-dasar Jurnalistik di Era New Media akan bertambah pengetahuannya. Produk jurnalistik yang mengandung pengetahuana yang mendidik khalayak tidak saja sebatas dalam bentuk artikel ataupun editorial saja. Tetapi semua produk jurnalistik dapat mengandung pembelajaran dan menambah pengetahuan kepada khalayak. Oleh karena itu dalam fungsi mendidik khalayak ini, pers dituntut untuk menyajikan informasi yang bermuatan pengetahuan. Fungsi sebagai media hiburan (to entertaint). Dalam fungsinya sebagai media hiburan, pers menyajikan berbagai informasi yang menghibur khalayak. Pada dasarnya informasi bersifat menghibur, dalam arti bahwa orang cenderung akan membutuhkan informasi dalam hidupnya. Orang yang jauh dari informasi, hidupnya akan berlangsung secara lambat, dan orang akan cenderung untuk terhibur ketika mendapatkan informasi. Namun informasi yang masuk dalam kategori yang menghibur, lazim dikelompokan kepada jenis informasi seperti musik, film dan sejenisnya. Penekanan pada jenis informasi ini adalah pada content-nya yang harus tidak melanggar norma-norma dan nilai-nilai yang berlaku di negara Indonesia. Sebagai contoh, berita hiburan musik yang menampilkan informasi tentang penyanyi, tidak boleh disajikan dengan aurat terbuka atau pakaian yang minim. Fungsi melakukan kontrol sosial (social control). Fungsi ini dijalankan dengan cara memenuhi hak warga masyarakat akan informasi yang berdasarkan faktafakta. Warga masyarakat berhak mendapatkan informasi yang sebenarnya dan dapat dipercaya kebenarannya.


Bab 2 | Teknik Dasar Jurnalistik 61 Hal ini sesuai dengan bunyi pasal 6 Undang-undang Nomor 40 tahun 1999 tentang Pers, yang berbunyi: Pers nasional melaksanakan peranan sebagai berikut: 1. memenuhi hak masyarakat untuk mengetahui; 2. menegakkan nilai-nilai dasar demokrasi, mendorong terwujudnya supremasi hukum, dan Hak Asasi Manusia, serta menghormati kebinekaan; 3. mengembangkan pendapat umum berdasarkan informasi yang tepat, akurat, dan benar; 4. melakukan pengawasan, kritik, koreksi, dan saran terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kepentingan umum; 5. memperjuangkan keadilan dan kebenaran. Terutama yang tertera dalam butir (d) di atas bahwa pers memiliki peranan untuk melakukan pengawasan, kritik dan koreksi terhadap pemerintah yang berkaitan dengan kepentingan umum. Dalam menjalankan fungsi kontrol sosial ini, pers adalah pihak ketiga dalam hubungan antara pemerintah dan warga masyarakat. Fungsi pers untuk melakukan pengawasan atas kinerja pemerintah yang berkaitan dengan kepentingan warga masyarakat banyak. Fungsi sebagai lembaga ekonomi (economic institution). Dalam menjalankan fungsi ini, pers sebagai lembaga bisnis yang memiliki orientasi pada profit atau keuntungan. Roda perusahaan pers dibangun dengan berputarnya bisnis penerbitan yang berlangsung. Secara ekomoni, untuk mendirikan perusahaan pers harus memiliki modal untuk gedung, perlengkapan kerja pers, menggaji karyawan termasuk wartawan dan sebagainya. Pers dengan orientasi profit adalah suatu keniscayaan. Namun orientasi


62 Dasar-dasar Jurnalistik di Era New Media profit perusahaan pers ini harus diimbangi dengan fungsi kontrol sosial yang optimal sehingga pers tidak berubah partisan dan mengabaikan kepentingan warga masyarakat yang menjadi khayalaknya. F. Teknik Wawancara Dalam melakukan wawancara jurnalistik, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Hal-hal tersebut berkaitan dengan tiga orientasi waktu dalam melakukan wawancara, yaitu sebelum wawancara, pada saat wawancara, dan setelah wawancara. Hal-hal yang perlu dilakukan sebelum melakukan wawancara: 1. Merencanakan liputan termasuk di dalamnya merencakan narasumber yang akan diwawancari. Dalam perencanaan narasumber ini hal yang perlu diperhatikan adalah: • Relevasi atau keterkaitan narasumber dengan tema berita yang akan ditulis • Konfirmasi berita, yang berarti informasi dari satu sumber dikonfirmasi ke sumber lain yang juga harus relevan. • Perlu membuat alternatif narasumber, jika narasumber yang sudah ditetapkan tidak dapat atau tidak mau dihubungi. 2. Mempersiapkan pertanyaan untuk setiap narasumber yang akan diwawancarai. Jika ada lebih dari satu narasumber maka masing-masing narasumber disiapkan pertanyaan. Pertanyaan yang telah disiapkan tersebut


Bab 2 | Teknik Dasar Jurnalistik 63 dapat berkembang sesuai dengan wawancara yang telah dilakukan. 3. Mempersiapkan perlengkapan wawancara seperti alat perekam, alat tulis dan sebagainya. Hal-hal yang perlu dilakukan pada saat melakukan wawancara: 1. Berlaku sopan dan tetap fokus pada tujuan untuk melakukan wawancara. 2. Biasakan untuk memperkenalkan diri, dan dari media mana. 3. Ajukan pertanyaan dengan menggunakan pertanyaan yang ringkas dan dapat dimengerti maksudnya. 4. Jadilah pendengar yang baik, biarkan narasumber lebih banyak bicara. 5. Kembangkan pertanyaan dari yang sudah dipersiapkan, namun upayakan tetap pada alur yang telah direncanakan. 6. Tetap gunakan alat tulis untuk mencatat meski menggunakan alat perekam. Gunanya untuk memberikan highlight dari hasil wawancara. 7. Upayakan wawancara berlangsung dengan mengalir, perhatikan juga waktu wawancara, hingga tidak terlalu lama dan juga tidak terlalu singkat. Hal-hal yang perlu dilakukan setelah selesai melakukan wawancara: 1. Untuk menghindari kesalahan, jangan lupa untuk mengonfirmasi nama dan jabatan. 2. Lakukan inventarisir narasumber dengan meminta nomor kontaknya dan kesediaannya untuk dihubungi di waktu yang akan datang.


64 Dasar-dasar Jurnalistik di Era New Media 3. Permisi dengan sopan. Untuk menguji kompetensi seorang wartawan dalam hal wawancara, Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) menggunakan suatu modul untuk Uji Kompetensi Wartawan (UKW). Modul tersebut meliputi wawancara tatap muka dan wawancara cegat (door stop). Wawancara tatap muka adalah wawanara face to face antara wartawan dan narasumber di tempat dan waktu yang telah disepakati. Dalam wawancara yang terencana dan terjadwal biasanya wartawan telah mempersiapkan daftar pertanyaan yang akan diajukan. Sedangkan dalam wawancara doorstop biasanya terkait isu tertentu yang tengah berkembang yang dapat dikonfirmasikan secara langsung kepada narasumber secara dadakan. Doorstop bisa juga terkait isu yang tengah dibahas dalam liputan terjadwal, yang diperdalam melalui wawancara langsung. Tabel 1. Elemen Kompetensi Wawancara Tatap Muka Elemen Kompetensi Kriteria Unjuk Kerja Indikator Unjuk Kerja Melaksanakan wawancara tatap muka (eksklusif) Melakukan Pertemuan • Berpenampilan sopan sesuai kondisi dan percaya diri Memberikan salam • Memperkenalkan diri • Menciptakan suasana dialog yang baik dan lancar Menyampaikan tujuan wawancara • Menjelaskan kepada narasumber tujuan wawancara • Menjelaskan topik wawancara • Mempersiapkan peralatan


Bab 2 | Teknik Dasar Jurnalistik 65 Melakukan tahapan wawancara • Mengajukan pertanyaan dengan menerapkan prinsip jurnalistik (5W+1H) • Membuat catatan dan atau merekam atas jawaban • Mengatur alur pembicaraan agar fokus pada topik dan menjalin komunikasi dua arah (ada tatap mata dan tanggapan) • Menerapkan etika jurnalistik (tidak berbohong pada narasumber, menghargai permintaan off the record) • Memastikan peralatan pendukung bekerja dengan baik (kertas dan alat tulis, catatan, kamera, perekam gambar dan suara) • Gigih dan ulet menggali informasi saat menghadapi berbagai karakter narasumber untuk mendapatkan informasi yang sesuai agar tidak multitafsir dan jeli mendeskripsikan bahasa tubuh narasumber. Mengakhiri wawancara • Menjelaskan kemungkinan untuk meminta informasi tambahan pada kesempatan lain (kontak dan jejaring) • Meminta narasumber untuk menjadi mitra kerja selanjutnya • Verifikasi Kembali data, nama, pangkat atau kedudukan • Verifikasi bahasa asing atau daerah ke dalam bahasa Indonesia yang mudah dimaknai


66 Dasar-dasar Jurnalistik di Era New Media • Verifikasi kembali atas pernyataan yang multitafsir • Berpamitan dan berterimakasih. Tabel 2. Elemen Komptensi Wawancara Doorstop Elemen Kompetensi Kriteria Unjuk Kerja Indikator Unjuk Kerja Melaksanakan wawancara cegat pintu (doorstop interview) inklusif Menunggu dan mencegat narasumber Memahami materi yang akan ditanyakan Mencari posisi yang tepat agar sedekat mungkin dengan narasumber • Siap mengoperasikan alat perekam Menyampaikan pertanyaan • Mengajukan pertanyaan dengan suara lantang, jelas dan ringkas namun tetap santun guna menarik perhatian narasumber • Menyimak jawaban untuk melanjutkan pertanyaan Merespons situasi • Mengikuti pertanyaan wartawan lain untuk mendapatkan informasi baru atau tambahan • Membuat catatan atau rekaman atas jawaban • Mampu mangatur alur pertanyaan agar fokus pada topik yang diinginkan, jika pertanyaan wartawan lain berbeda topik • Menerapkan etika jurnalistik • Gigih dan kreatif menggali informasi


Bab 2 | Teknik Dasar Jurnalistik 67 • Mengonfirmasikan semua informasi termasuk identitas narasumber • Gigih mengembangkan pertanyaan bermanfaat yang datang dari wartawan lain Mengakhiri wawancara • Berusaha agar narasumber mengenali Anda • Meminta alamat kontak narasumber • Verifikasi kembali data nama, pangkat, atau kedudukan • Verifikasi bahasa asing atau daerah ke dalam bahasa Indonesia • Verifikasi kembali atas pernyataan yang multitafsir • Berpamitan dan berterimakasih.


68 Dasar-dasar Jurnalistik di Era New Media [halaman ini sengaja dikosongkan]


ETIKA JURNALISTIK 3 69 A. Kode Etik Jurnalistik Dalam menjalankan tugas jurnalistik yang meliputi mencari, mengolah dan menyiarkan berita, wartawan Indonesia diberikan kebebasan yang merupakan salah satu wujud hak asasi manusia. Sejak tahun 1999 Indonesia memberikan jaminan bagi kebebasan bagi pers di negara melalui Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers. Namun kebebasan yang dimaksud bukanlah kebebasan tanpa nilai atau bersifat kebebasan mutlak, namun merupakan kebebasan yang disertai dengan tanggung jawab social yang bermakna bahwa setiap kegiatan pers harus menghormati hak asasi setiap orang dan harus bertanggungjawab kepada publik. Kode Etik Jurnalistik (KEJ) adalah perwujudan dari tanggung jawab tersebut yang bermakna agar dengan KEJ tanggung jawab wartawan dapat terwujud. Melalui KEJ mengatur mekanisme


70 Dasar-dasar Jurnalistik di Era New Media hak jawab atas pelanggaran yang terjadi di dalam penyiaran informasi melalui media massa. Kode Etik Jurnalistik sebagai norma atau disebut landasan moral profesi wartawan dikaitkan dengan nilai-nilai yang merupakan kaidah penentu bagi para jurnalis dalam melaksanakan tugasnya, sekaligus memberi arah tentang apa yang seharusnya dilakukan serta yang seharusnya ditinggalkan. (Hatta, 2018, 242) Sebagaimana profesi pada umumnya KEJ merupakan pedoman operasional bagi wartawan dalam menjalankan tugasnya. Fungsi KEJ sebagai landasan moral dan etika untuk wartawan agar seorang selalu berindak dalam kaitan tugas-tugas jurnalistik dengan rasa tanggung jawab sosial. Septiawan Santana dalam buku Jurnalisme Kontemporer (2017), mendefinisikan kode etik jurnalistik sebagai sekumpulan prinsip moral yang merefleksikan peraturanperaturan yang wajib dipatuhi oleh seluruh wartawan. Kode etik jurnalistik berisi apa-apa yang menjadi pertimbangan, perhatian, atau penalaran moral profesi wartawan. Selain itu, isi etikanya juga mengatur hak dan kewajiban dari kerja kewartawanan. KEJ dirancang dan dijalankan dengan berlandaskan kepada kepentingan publik. Karena kebebasan yang diberikan kepada pers adalah kebebasan yang tidak melanggar kepentingan publik serta juga tidak melanggar hak asasi masyarakat. KEJ yang mewadahi tugas-tugas jurnalistik wartawan Indonesia diterbitkan di Jakarta, pada hari Selasa, 14 Maret 2006. KEJ ini ditetapkan oleh Dewan Pers melalui Peraturan Dewan Pers Nomor: 6/Peraturan-DP/V/2008 Tentang Pengesahan Surat Keputusan Dewan Pers Nomor 03/SK-


Bab 3 | Etika Jurnalistik 71 DP/III/2006 tentang Kode Etik Jurnalistik Sebagai Peraturan Dewan Pers. Sanksi atas pelanggaran kode etik jurnalistik dilakukan oleh organisasi wartawan dan atau perusahaan pers. Penilaian akhir atas pelanggaran kode etik jurnalistik dilakukan Dewan Pers. KEJ ini berisi 11 pasal dilengkapi dengan penasiran dari setiap pasal-pasalnya. 1. Independen, Akurat, Berimbang, dan Tidak Beritikad Buruk Pasal 1 KEJ berbunyi: Wartawan Indonesia bersikap independen, menghasilkan berita yang akurat, berimbang, dan tidak beritikad buruk. Penafsiran: a. Independen berarti memberitakan peristiwa atau fakta sesuai dengan suara hati nurani tanpa campur tangan, paksaan, dan intervensi dari pihak lain termasuk pemilik perusahaan pers. b. Akurat berarti dipercaya benar sesuai keadaan objektif ketika peristiwa terjadi. c. Berimbang berarti semua pihak mendapat kesempatan setara. d. Tidak beritikad buruk berarti tidak ada niat secara sengaja dan semata-mata untuk menimbulkan kerugian pihak lain. 2. Profesional Pasal 2 KEJ berbunyi: Wartawan Indonesia menempuh cara-cara yang profesional dalam melaksanakan tugas jurnalistik. Penafsiran


72 Dasar-dasar Jurnalistik di Era New Media Cara-cara yang profesional adalah: a. menunjukkan identitas diri kepada narasumber; b. menghormati hak privasi; c. tidak menyuap; d. menghasilkan berita yang faktual dan jelas sumbernya; e. rekayasa pengambilan dan pemuatan atau penyiaran gambar, foto, suara dilengkapi dengan keterangan tentang sumber dan ditampilkan secara berimbang; f. menghormati pengalaman traumatik narasumber dalam penyajian gambar, foto, suara; g. tidak melakukan plagiat, termasuk menyatakan hasil liputan wartawan lain sebagai karya sendiri; h. penggunaan cara-cara tertentu dapat dipertimbangkan untuk peliputan berita investigasi bagi kepentingan publik. 3. Cover Both Sides Pasa 3 KEJ berbunyi: Wartawan Indonesia selalu menguji informasi, memberitakan secara berimbang, tidak mencampurkan fakta dan opini yang menghakimi, serta menerapkan asas praduga tak bersalah. Penafsiran: a. Menguji informasi berarti melakukan check and recheck tentang kebenaran informasi itu. b. Berimbang adalah memberikan ruang atau waktu pemberitaan kepada masing-masing pihak secara proporsional. c. Opini yang menghakimi adalah pendapat pribadi wartawan. Hal ini berbeda dengan opini interpretatif,


Bab 3 | Etika Jurnalistik 73 yaitu pendapat yang berupa interpretasi wartawan atas fakta. d. Asas praduga tak bersalah adalah prinsip tidak menghakimi seseorang. 4. Tidak Bohong, Fitnah, Sadis dan Cabul Pasal 4 KEJ berbunyi: Wartawan Indonesia tidak membuat berita bohong, fitnah, sadis, dan cabul. Penafsiran a. Bohong berarti sesuatu yang sudah diketahui sebelumnya oleh wartawan sebagai hal yang tidak sesuai dengan fakta yang terjadi. b. Fitnah berarti tuduhan tanpa dasar yang dilakukan secara sengaja dengan niat buruk. c. Sadis berarti kejam dan tidak mengenal belas kasihan. d. Cabul berarti penggambaran tingkah laku secara erotis dengan foto, gambar, suara, grafis atau tulisan yang semata-mata untuk membangkitkan nafsu birahi. e. Dalam penyiaran gambar dan suara dari arsip, wartawan mencantumkan waktu pengambilan gambar dan suara. 5. Korban Kejahatan Susila Pasal 5 KEJ berbunyi: Wartawan Indonesia tidak menyebutkan dan menyiarkan identitas korban kejahatan susila dan tidak menyebutkan identitas anak yang menjadi pelaku kejahatan.


74 Dasar-dasar Jurnalistik di Era New Media Penafsiran: f. Identitas adalah semua data dan informasi yang menyangkut diri seseorang yang memudahkan orang lain untuk melacak. g. Anak adalah seorang yang berusia kurang dari 16 tahun dan belum menikah. 6. Penyalahgunaan Profesi dan Suap Pasal 6 KEJ berbunyi: Wartawan Indonesia tidak menyalahgunakan profesi dan tidak menerima suap. Penafsiran: a. Menyalahgunakan profesi adalah segala tindakan yang mengambil keuntungan pribadi atas informasi yang diperoleh saat bertugas sebelum informasi tersebut menjadi pengetahuan umum. b. Suap adalah segala pemberian dalam bentuk uang, benda atau fasilitas dari pihak lain yang mempengaruhi independensi. 7. Hak tolak, Embargo, Background Information, Off the Record Pasal 7 KEJ berbnyi: Wartawan Indonesia memiliki hak tolak untuk melindungi narasumber yang tidak bersedia diketahui identitas maupun keberadaannya, menghargai ketentuan embargo, informasi latar belakang, dan off the record sesuai dengan kesepakatan. Penafsiran: a. Hak tolak adalak hak untuk tidak mengungkapkan identitas dan keberadaan narasumber demi keamanan narasumber dan keluarganya.


Bab 3 | Etika Jurnalistik 75 b. Embargo adalah penundaan pemuatan atau penyiaran berita sesuai dengan permintaan narasumber. c. Informasi latar belakang (background information) adalah segala informasi atau data dari narasumber yang disiarkan atau diberitakan tanpa menyebutkan narasumbernya. d. Off the record adalah segala informasi atau data dari narasumber yang tidak boleh disiarkan atau diberitakan. 8. Prasangka dan Diskriminasi Pasal 8 KEJ berbunyi: Wartawan Indonesia tidak menulis atau menyiarkan berita berdasarkan prasangka atau diskriminasi terhadap seseorang atas dasar perbedaan suku, ras, warna kulit, agama, jenis kelamin, dan bahasa serta tidak merendahkan martabat orang lemah, miskin, sakit, cacat jiwa atau cacat jasmani. Penafsiran: a. Prasangka adalah anggapan yang kurang baik mengenai sesuatu sebelum mengetahui secara jelas. b. Diskriminasi adalah pembedaan perlakuan. 9. Kehidupan Pribadi Narasumber Pasal 9 KEJ berbunyi: Wartawan Indonesia menghormati hak narasumber tentang kehidupan pribadinya, kecuali untuk kepentingan publik. Penafsiran: a. Menghormati hak narasumber adalah sikap menahan diri dan berhati-hati. b. Kehidupan pribadi adalah segala segi kehidupan


76 Dasar-dasar Jurnalistik di Era New Media seseorang dan keluarganya selain yang terkait dengan kepentingan publik. 10. Pencabutan dan Ralat Berita Pasal 10 KEJ berbunyi: Wartawan Indonesia segera mencabut, meralat, dan memperbaiki berita yang keliru dan tidak akurat disertai dengan permintaan maaf kepada pembaca, pendengar, dan atau pemirsa. Penafsiran: a. Segera berarti tindakan dalam waktu secepat mungkin, baik karena ada maupun tidak ada teguran dari pihak luar. b. Permintaan maaf disampaikan apabila kesalahan terkait dengan substansi pokok. 11. Hak Jawab dan Hak Koreksi Pasal 11 KEJ berbunyi: Wartawan Indonesia melayani hak jawab dan hak koreksi secara proporsional. Penafsiran: a. Hak jawab adalah hak seseorang atau sekelompok orang untuk memberikan tanggapan atau sanggahan terhadap pemberitaan berupa fakta yang merugikan nama baiknya. b. Hak koreksi adalah hak setiap orang untuk membetulkan kekeliruan informasi yang diberitakan oleh pers, baik tentang dirinya maupun tentang orang lain. c. Proporsional berarti setara dengan bagian berita yang perlu diperbaiki.


Bab 3 | Etika Jurnalistik 77 B. Etika Media Sosial Bentuk etika komunikasi di media sosial dicirikan dengan penghargaan, perhatian dan dukungan secara timbal balik dari para pihak yang berkomunikasi. Dalam menggunakan media sosial harus mengikutsertakan etika berkomunikasi yang tidak hanya berkaitan dengan tutur kata yang baik, tetapi juga harus berangkat dari niat tulus yang diekspresikan dari ketenangan, kesabaran dan empati kita dalam berkomunikasi. (Cory dalam Mutiah et al., 2019 hlm.16) Bentuk etika komunikasi dalam penggunaan media sosial di antaranya adalah: 1. Tidak menggunakan kata kasar, provokatif, porno ataupun SARA; 2. Tidak memposting artikel atau status yang bohong; 3. Tidak men-copy paste artikel atau gambar yang mempunyai hak cipta, serta memberikan komentar yang relevan. Wahyudin dan El Karimah (2016 hlm.81-82) menguraikan etika bermedia sosial berdasarkan etika komunikasi. Etika bermedia sosial ini dibagi menjadi ke dalam tiga perspektif yaitu perspektif politik, perspektif sifat manusia, dan perspektif dialogis. Dalam perspektif politik meliputi: 1. Adanya penghormatan terhadap wibawa dan harga diri individual. 2. Adanya keterbukaan dan kesempatan secara merata. 3. Adanya kebebasan yang disertai tanggung jawab.


78 Dasar-dasar Jurnalistik di Era New Media 4. Adanya keyakinan bahwa setiap orang mampu memahami hakikat dari demokrasi. Dalam perspektif sifat manusia dalam berpikir dan menggunakan simbol: 1. Dilihat dari maksud si pembicara. 2. Dilihat dari sifat dan cara yang diambil. 3. Dilihat dari keadaan yang mengiringi. Dalam perspektif dialogis: 1. Dilihat sebagai dialog dua arah. 2. Ditandai oleh kualitas, seperti kebersamaan, keterbukaan hati, kelangsungan, kejujuran dan lain sebagainya. C. Pengenalan Search Engine Optimizer (SEO) Salah satu kekhasan dalam penulisan berita di media siber adalah adanya kriteria lain dari praktik yang digunakan dalam penulisan berita di media massa cetak. Menulis berita yang baik di media siber tidak hanya yang memenuhi prinsipprinsip dasar jurnalistik tetapi juga harus memenuhi Search Engine Optimization (SEO). SEO adalah syarat bagi sebuah berita untuk dapat memiliki banyak klik, atau dengan kata lain banyak dibaca oleh pembaca di dunia maya. Karena berita yang memiliki kriteria SEO akan muncul secara aprioritas di mesin pencari google. Sebaliknya berita yang tidak ditulis sesuai dengan kriteria SEO tidak muncul di mesin pencari google. Berita yang tidak muncul di mesin pencari google berpotensi tidak akan dibaca oleh banyak orang.


Bab 3 | Etika Jurnalistik 79 Dalam menulis berita sesuai dengan kriteria SEO ada beberapa hal yang perlu diperhatikan sebagai berikut: 1. Tentukan kata kunci (focus keyphrase) yang terdiri dari minimal 3 kata. 2. Kata kunci harus ada di judul, lead (paragraf pertama), paragraf lain (isi berita), dan teks foto. 3. Kata kunci yang dipilih harus berupa kata-kata yang umum dicari orang di kolom pencarian google. 4. Kata kunci tidak boleh disebut lebih dari 11 kali dalam keseluruhan isi artikel. 5. Setiap paragraf tidak boleh berisi lebih dari 20 kata (maksimal 20 kata). 6. Setiap artikel berita minimal harus berisi 300 kata secara keseluruhan. Jika lebih diperbolehkan namun kata harus memiliki sub-judul. 7. Hindari penggunaan kata yang tidak penting (mubazir) dalam penulisan artikel berita. Contoh, penulisan gelar nama seseorang yang terlalu panjang dan penulisan alamat yang sangat mendetil. 8. Jangan lupa untuk menyertakan tag di setiap artikel berita. Tag ini berfungsi sebagai penuntun yang akan menuntun pembaca ke artikel sebelumnya yang berkaitan dengan artikel baru. 9. Tag dapat berupa bagian dari kata kunci, atau kata yang penting dari isi artikel. Contoh, nama orang penting, pejabat, nama daerah, merk kendaraan, jenis kendaraan, hasil tangkapan, dan sebainya.


80 Dasar-dasar Jurnalistik di Era New Media Contoh Berita Yang Memenuhi Standar SEO: Berambisi Kompetitif, PSM Makassar Rekrut Delapan Pemain Baru MAKASSAR Menyambut musim depan yang lebih kompetitif, PSM Makassar langsung tancap gas dengan merekrut delapan pemain baru untuk semakin memperkuat skuat. Delapan pemain tersebut resmi diperkenalkan manajemen PSM pada Rabu (8/1). Hanya saja, tiga di antaranya akan kembali ke klubnya setelah masa pinjamannya berakhir. Kedelapan pemain baru tersebut adalah: Osas Saha Giancarlo Lopes Rodriguez Ahmad Agung Miswar Saputra Leo Guntara Zulkifli Syukur Wasyiat Hasbullah M Syaiful CEO PT PSM Makassar, Munafri Arifuddin mengatakan, delapan pemain baru tersebut direkrut untuk musim 2020 karena tim ‘Ayam Jantan’ memang sangat membutuhkan banyak energi tambahan.


Bab 3 | Etika Jurnalistik 81 “Kita butuh lebih lengkap dan tim yang betul-betul utuh. Kita harus memanfaatkan sisa waktu yang tidak cukup panjang untuk melengkapi semua kebutuhan tim,” kata Appi, panggilan akrab Munafri. Persiapkan Amunisi Menurutnya, musim kompetisi tahun ini akan jauh lebih sengit dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Sehingga, materi pemain sangat penting disiapkan jauh hari sebelumnya agar seluruh hal yang sebelumnya kurang bisa terpenuhi. “Tahun lalu sudah cukup menjadikan pengalaman dan pelajaran yang sangat berharga buat kita semua. Terutama kesiapan dan kesigapan seluruh pemain ada yang kurang,” ungkap Appi. Appi berharap, dengan skuat baru ini PSM bisa memberikan yang terbaik, dan meraih hasil terbaik serta prestasi di semua ajang kompetisi yang akan diikuti. Pemain Lama Seluruh pemain baru yang bergabung saat ini terikat durasi kontrak satu hingga dua tahun ke depan. Sehingga dalam dua musim ke depan semua pemain baru ini akan berseragam laskar Ayam Jantan. Dari empat pemain asing yang direkrut Juku Eja, terdiri dari dua pemain lama dan pemain yang baru didatangkan diawal musim ini. Untuk pemain asing yang dipertahankan adalah Marc Anthony Klok dan Wiljam Pluim. Keduanya merupakan warga negara Belanda. Sementara, dua pemain asing lainnya yang akan memperkuat Juku Eja di musim kompetisi 2020 adalah Hussein El Dor (mantan pemain Perak FA) dan Giancarlo Lopes Rodrigues (mantan striker


82 Dasar-dasar Jurnalistik di Era New Media PKNP). “Pelatih membutuhkan penyerang yang jangkung dan kita memenuhi apa yang dibutuhkan untuk tim,” kata Appi. Dari dua pemain asing baru PSM, salah satunya bahkan sudah diperkenalkan bersama beberapa pemain lokal lain hari ini, yakni Giancarlo Lopes Rodrigues. (AIR) Teks Foto: PSM Makassar rekrut delapan pemain baru untuk musim kompetisi 2020. Focus Keyphrase: PSM Makassar Delapan Pemain Baru Tag: PSM Makassar, sepakbola, Liga 1, Osas Saha, Keterangan: 1. Kalimat PSM Makassar dan delapan pemain baru adalah kephrase yang merupakan kata kunci yang dipilih. Katakata kunci ini dicantumkan di dalam judul, lead, dan body berita dengan tidak lebih dari 11 kali penulisan. 2. Paragraf ditulis secara ringkas dan padat, tidak lebih dari 20 kata setiap paragraf. Jika paragraf terlalu, dapat dibuat menjadi 2 paragraf. 3. Sub judul dibuat apabila jumlah kata dalam setiap paragraf sudah terlalu panjang mencapai 300 kata.


RAMBU-RAMBU HUKUM 4 83 A. UU No. 40 Tahun 1999 Tentang Pers Era pertama pers tanah air dimulai dengan diterbitnya surat kabar Bataviasche Nouvelles tahun 1744 yang menjadi surat kabar pertama yang terbut di masa Hindia Belanda. (Harsono dalam Habib F, 2017, hlm.24). kemudian munculnya UU Pers yang diterbitkan tahun 1854 oleh pemerintah kolonial Belanda menandai mulainya era kedua sejarah pers Indonesia telah dimulai. (Habib F, 2017, hlm.25). sedangkan babak selanjutnya adalah era kemerdekaan pers yang ditandai dengan diterbikatnnya Undang-Undang Nomor 40 tahun 1999 tentang Pers. Undang-undang Nomor 40 tahun 1999 tentang Pers lahir seiring meulainya era Reformasi, atau di akhir masa Orde Baru yang ditandai dengan mengundurkan dirinya Presiden Soeharto dari jabatan presiden Republik Indonesia. Pemerintahan Orde Baru yang dianggap represif dinilai telah


84 Dasar-dasar Jurnalistik di Era New Media membelenggu kebebasan pers di Indonesia. Karena saat itu informasi yang disiarkan melalui media massa harus melalui kontrol pemerintah. Dalam catatan Dewan Pers Pembahasan kelahiran Undang-undang No. 40 Tahun 1999 tentang Pers sangat cepat, bahkan super cepat sehingga tercatat sebagai salah satu pembahasan sebuah undang-undang tercepat di Indonesia, yaitu hanya dua minggu. Mulai dibahas pertama kali 20 Agustus 1999, undang-undang selesai dibahas dan disetujui 13 September 1999. Kemudian tanggal 23 September 1999 disahkan sebagai undang-undang dan pada hari itu juga sudah diundang pada Lembaran Negara Tahun 1999 No. 1666. Muhammad Yunus Yosfiah selaku Menteri Penerangan saat itu memimpin pembahasan proses pembuatan undang-undang ini sebagai wakil dari pemerintah. Menurut Muhammad Yunus, waktu efektif pembahasan RUU hanya sepuluh hari saja. (dewanpers. or.id). dalam sejarahnya draf undang-undang berasal dari usulan pemerintah. Pada awalnya undang-undang ini hanyalah salah satu dari materi muatan Rancangan Undangundang (RUU) tentang media massa tentang penyiaran, perfilman dan pers. Namun akhirnya muatan tentang media massa dipisahkan satu persatu dan diajukan ke DPR secara terpisah menjadi tiga RUU. Ketiganya yaitu RUU tentang Pers, RUU tentang Penyiaran dan RUU tentang Perfilman yang telah disahkan sebagai undang-undang. Berdasarkan Pasal (1) ayat 1 disebutkan bahwa: Pers adalah lembaga sosial dan wahana komunikasi massa yang melaksanakan kegiatan jurnalistik meliputi mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi baik dalam bentuk tulisan, suara, gambar, suara dan gambar, serta data


Bab 4 | Rambu-rambu Hukum 85 dan grafik maupun dalam bentuk lainnya dengan menggunakan media cetak, media elektronik, dan segala jenis saluran yang tersedia. Dalam Pasal (2) disebutkan bahwa: Perusahaan pers adalah badan hukum Indonesia yang menyelenggarakan usaha pers meliputi perusahaan media cetak, media elektronik, dan kantor berita, serta perusahaan media lainnya yang secara khusus menyelenggarakan, menyiarkan, atau menyalurkan informasi. Sedangkan pada Pasal (4) disebutkan: Wartawan adalah orang yang secara teratur melaksanakan kegiatan jurnalistik. Di dalam UU Pers ini juga dijelaskan kembali tentang hak jawab dan hak koreksi sebagaimana dijelaskan dalam KEJ. Di dalam UU No.40 tahun 1999 ini lebih jauh juga dilengkapi dengan hak tolak dan kewajiban koreksi. Pada Pasal (1) ayat 10 disebutkan: Hak Tolak adalah hak wartawan karena profesinya, untuk menolak mengungkapkan nama atau identitas lainnya dari sumber berita yang harus dirahasiakannya. Pasal (1) ayat 11 disebutkan: Hak Jawab adalah hak seseorang atau sekelompok orang untuk memberikan tanggapan atau sanggahan terhadap pemberitaan berupa fakta yang merugikan nama baiknya. Pasal (1) ayat 12 disebutkan: Hak Koreksi adalah hak setiap orang untuk mengoreksi atau memberitahukan kekeliruan informasi yang diberitakan oleh pers, baik tentang dirinya maupun tentang orang lain. Pasal (1) ayat 13 disebutkan: Kewajiban Koreksi adalah keharusan melakukan koreksi atau ralat terhadap suatu informasi, data, fakta, opini, atau gambar yang tidak benar yang telah diberitakan oleh pers yang bersangkutan. Semangat UU No.40 tahun 1999 tentang Pers ini adalah tentang kebebasan pers, sesuai dengan sejarah kelahirannya. Mengenai kebebasan pers tersebut diatur dalam pasal-pasal berikut ini:


86 Dasar-dasar Jurnalistik di Era New Media Pasal (2): Kemerdekaan pers adalah salah satu wujud kedaulatan rakyat yang berasaskan prinsip-prinsip demokrasi, keadilan, dan supremasi hukum. Pasal (4) ayat 1: Kemerdekaan pers dijamin sebagai hak asasi warga negara. Pasal (4) ayat 2: Terhadap pers nasional tidak dikenakan penyensoran, pembredelan atau pelarangan penyiaran. Pasal (4) ayat 3: Untuk menjamin kemerdekaan pers, pers nasional mempunyai hak mencari, memperoleh, dan menyebarluaskan gagasan dan informasi. Pasal (4) ayat 4: Dalam mempertanggungjawabkan pemberitaan di depan hukum, wartawan mempunyai Hak Tolak. Pasal (18) ayat 1: Setiap orang yang secara melawan hukum dengan sengaja melakukan tindakan yang berakibat menghambat atau menghalangi pelaksanaan ketentuan Pasal 4 ayat (2) dan ayat (3) dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun atau denda paling banyak Rp.500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah). Pasal (18) ayat 2: Perusahaan pers yang melanggar ketentuan Pasal 5 ayat (1) dan ayat (2), serta Pasal 13 dipidana dengan pidana denda paling banyak Rp.500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah). Pasal (18) ayat 3: Perusahaan pers yang melanggar ketentuan Pasal 9 ayat (2) dan Pasal 12 dipidana dengan pidana denda paling banyak Rp.100.000.000,00 (seratus juta rupiah). B. Pedoman Pemberitaan Ramah Anak (PPRA) Pemerintah Republik Indonesia telah meratifikasi Konvensi Hak-hak Anak/KHA (Convention on the Rights of the Child/CRC) Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) melalui


Click to View FlipBook Version