The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.
Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by Novel Romance Repository, 2023-10-25 22:51:14

Moshi-Moshi-Jossie Karaniya

Moshi-Moshi-Jossie Karaniya

200 Aku mengangguk, masih sambil tersenyum. Kayaknya sejak kejadian tadi, aku maunya senyum melulu. ”Apa sih yang dikasih Alex tadi?” tanya Silvia. Aku menunjukkan padanya HP pemberian Alex. ”Wow, HP!” kata Silvia. ”Ada kartunya nggak tuh?” tanya Edward yang ikutan nimbrung. ”Coba gue liat.” Kuserahkan HP pemberian Alex kepada Edward. ”Eh, udah ada SIM card-nya lho.” Aku masih saja tersenyum. ”Tentu dong. Kan tadi dia minta aku nunggu telepon dari dia.” ”Hah?!” tanya Silvia dan Edward berbarengan. ”Dia mau nelepon elo, Mel?” Aku mengangguk. ”Tadi sih dia bilang begitu.” ”Eh, Mel, berarti lo sama Alex udah kenal dari dulu dong?” tanya Edward. Mukaku memerah mendengar pertanyaan Edward. ”Kok lo bisa bikin kesimpulan kayak gitu?” ”Kan tadi Alex langsung manggil nama lo, nggak pake nanya nama lo dulu.” Aku dan Silvia bertukar pandang. Kami tersenyum kemudian mengangguk. Silvia kemudian menceritakan semuanya ke Edward. Yah, nggak semuanya sih. Bagian tentang Thomas dia lewatin. Percakapan Silvia terhenti saat HP pemberian Alex berbunyi. ”Cepet angkat, Mel!” kata Silvia.


201 Aku mengangkat HP dengan penuh gairah. ”Halo….” Aku mengibaskan kedua tanganku ke Silvia dan Edward yang berusaha mendekat dan menguping. Karena salah tingkah, mereka berdua kemudian berjalan ke luar kelas. ”Halo, Mel,” kata Alex dengan latar belakang suara ingar-bingar. ”Alex?” tanyaku. ”Iya. Ini aku. Malam ini kamu ada waktu?” ”Memangnya kamu mau ngapain?” ”Makan malam denganku. Mau?” Aku terdiam sejenak. Masih jelas dalam ingatanku, bagaimana Alex meninggalkanku begitu saja saat kencan. Masa sih dia mau mengulanginya lagi? Nggak usah ya. ”Mel, aku nggak bisa lama nih. Masih ada sesi permintaan tanda tangan setelah ini,” kata Alex tibatiba. Tunggu! jeritku dalam hati. Jangan tutup telepon ini begitu saja. Di luar dugaanku, aku mendengar suaraku sendiri berkata, ”Di mana? Bilang saja.” ”Bagaimana kalau di Café Bien? Jam tujuh?” ”Oke. Jam tujuh. Jangan ngaret ya.” ”Oke. Bye then,” kata Alex, dan beberapa saat kemudian pembicaraan kami terputus. ”Apa katanya?” tanya Silvia segera setelah aku menutup HP.


202 Aku mengangkat bahu. ”Yah, Alex cuma ngajak makan malam.” ”Lagi?” Aku mengangguk. ”Pasti banyak yang iri sama elo deh, Mel,” kata Edward tiba-tiba. ”Omong-omong, gue kirain Alicia pacaran sama Alex…” Aku melihat Silvia langsung mencibir. ”Ya nggak mungkin lah!” Tiba-tiba sebersit pikiran terlintas di benakku. ”Eh, kok lo bilang begitu? Alicia kan akrab sama Alex. Liat aja di infotainment.” ”Lo kayak nggak tau Alicia aja, Mel,” kata Silvia. ”Dia kan tukang pamer. Tapi coba nanti lo tanya langsung aja ke Alex.” Aku mengangguk. ”Bener juga, Sil.” ”Eh, sini deh,” kata Edward sambil berjalan ke dekat jendela kelas. ”Di luar masih rame tuh!” Ia menunjuk kerumunan di kejauhan. Aku mengikuti pandangan Edward. Kerumunan yang baru saja pindah dari panggung bergerak cepat. O-o! ”Emangnya Alex lagi bagi-bagi tanda tangan, ya?” ”Kayaknya sih begitu,” jawab Edward. ”Ditemenin cewek pake kostum merak.” ”Itu Alicia, kan?” tanya Silvia. Dalam hati aku agak kesal. Mulai saat ini aku nggak bakalan lagi bisa pamerin CD bertanda tangan


203 Alex, soalnya semua cewek di sekolah pasti udah punya tanda tangan Alex. Tapi setelah kupikir-pikir, kayaknya aku nggak perlu iri deh pada mereka. Kan cuma aku yang diajak naik ke panggung. Cuma aku yang diberi HP oleh Alex. Dan cuma aku yang diam-diam diajak makan malam dengan Alex. Ups! Nggak deh. Alicia juga makan malam dengan Alex. Tapi kan barusan Alicia dicuekin. Jadi buat apa aku mikirin Alicia. Ya, nggak? * * * Nah, karena itu, aku berusaha tampil sebaik mungkin malam ini, untuk membuat kesan yang baik di mata Alex. Aku juga membawa sushi buatanku yang sudah kusiapkan siang tadi. Tapi kali ini aku kreasikan sendiri—kuisi dengan bakso. Aku tiba di Café Bien lebih cepat sepuluh menit. Iya dong, jangan sampai ngaret. Kalau Alex yang telat sih ya biar saja. Saat kulangkahkan kaki masuk ke Café Bien, seorang pelayan datang menghampiriku. ”Selamat malam,” sapanya. ”Berapa orang?” ”Dua,” jawabku singkat, lalu aku diantar ke meja di dekat piano. Tapi belum semenit aku menjejalkan pantatku di bangku, Andre, sang manajer, datang ke tempatku. ”Maaf,” katanya, ”meja Anda sudah disiapkan.”


204 Aku mengernyit tidak mengerti. ”Di sini juga boleh kok.” ”Tapi Pak Alex sudah memesan ruangan di VIP room,” katanya sambil mengajakku pergi ke VIP room. Hah? Nggak salah nih? tanyaku dalam hati. Saat aku masuk ke VIP room, aku melihat sebuah meja besar panjang hampir memenuhi ruangan. Piring-piring ditata dengan rapi, dan lilin-lilin wangi dipasang di tengah meja. Namun di antara semuanya, kemewahan yang paling nyata adalah Alex sedang duduk di salah satu kursi dan bangkit berjalan menghampiriku. ”Kamu hampir terlambat,” katanya ramah. Alex mengenakan baju yang berbeda dengan baju yang dipakainya tadi pagi saat menyanyi di pensi sekolahku. Saat ini dia mengenakan kemeja lengan panjang biru tua dan celana jins belel yang membuatnya tampak santai. ”Aku pesan ruangan ini biar kita nggak terganggu,” kata Alex kemudian, dan membimbingku ke kursi di sebelahnya. Hidangan mewah disajikan. Semuanya tampak cantik dan apik. Dan rasanya… luar biasa! Nafsu makanku meningkat melihat hidangan itu. Aku menyantap makanan dalam diam—aku nggak tahu mau ngomong apa sama Alex. Semua perasaanku campur aduk. Senang karena ketemu Alex lagi dan malu bila harus menanyakan hubungan Alex dengan Alicia.


205 ”Kok dari tadi diam aja?” tanya Alex membuyarkan lamunanku. ”Lagi bete, ya?” ”Eh, anu,” aku gelagapan, ”aku nggak bete kok. Aku cuma lagi mikirin penampilan kamu tadi di sekolahku. Rame juga, ya?” ”Temen-temen kamu antusias semua ya,” jawab Alex. ”Apalagi Alicia.” Aku langsung terdiam. Jadi benar Alex punya hubungan spesial dengan Alicia. Makanya waktu itu dia meninggalkan aku begitu saja. Tapi seakan membaca pikiranku, Alex menerawang melihat puding mangga yang disajikan di depannya. ”Oh ya, Mel,” katanya pelan. ”Aku mesti minta maaf sama kamu karena waktu itu aku pergi tanpa pamit.” Aku nggak tahu mesti ngomong apa. ”Kamu mau kan, maafin aku?” pinta Alex. Aku duduk tepekur menatap meja dengan pipi merah merona. Saat aku mengangkat wajah dan menatap Alex, ternyata Alex juga sedang memandangku dengan tatapan yang begitu hangat. ”…sebenarnya udah lama aku pengin minta maaf, Mel,” kata Alex. ”Nggak tau kenapa akhir-akhir ini pers selalu buntutin aku. Malam itu manajer aku tiba-tiba telepon ngasih tau bahwa ada pers yang ngejar-ngejar aku. Tadinya aku mau pamitan sama kamu, tapi aku harus cepat-cepat menghindar.” ”Dan kamu ninggalin aku begitu saja?” tanyaku sakit hati.


206 ”Maaf,” kata Alex lemah. ”Sori banget. Tadinya aku mau hubungin HP kamu untuk minta maaf, eh aku lupa kalau aku nggak punya nomor telepon kamu. Untung di komik itu kamu nulis nama sekolah kamu.” ”Jadi kamu nyari aku lewat sekolah aku?” Alex mengangguk. ”Soalnya aku benar-benar kehilangan jejakmu. Aku udah tanya ke TV8 tentang voucher yang pernah kamu dapat. Tapi kata staf produksi di sana, pemenang voucher itu cowok, bukan kamu.” ”Oh,” kataku pelan. ”Itu kakakku.” ”Oh ya?” tanya Alex. ”Kalau aku tau kakakmu yang ada di data TV8, tentu aku bakalan lebih gampang nyari kamu dan minta maaf. Jadinya, aku hubungin sekolah kamu.” ”A-apa?” tanyaku kaget. ”Iya, aku hubungin sekolah kamu. Aku sih langsung nanya info tentang kamu, eh aku malah dikenalin ke Alicia. Kata kepala yayasan sekolah kamu, Alicia pengin ketemu aku.” ”Masa?” tanyaku terperanjat. ”Iya, kata papinya, Alicia ngefans berat sama aku.” ”Hah?!” tanyaku kaget. Hampir saja aku menyemburkan puding mangga yang sedang kukunyah. Yang benar saja. Masa sih Alicia ngaku-ngaku dia ngefans berat sama Alex? ”Al bilang dia bakal ngasih tau nomor handphone kamu saat kami makan malam. Nggak taunya, pers


207 malah mencium rencana makan malam kami. Jadinya, aku digosipin kencan sama Al.” Aku langsung mikir, pasti Alicia yang ada di balik semua ini: rencana makan malam yang bocor ke pers dan gosip tentang dia pacaran sama Alex. Tapi bisa jadi hubungan Alicia dan Alex memang seperti yang digosipin media massa. Apalagi Alex manggil Alicia dengan sebutan Al. Kayak udah akrab banget. Aku menelan ludah dan berusaha mencari tahu langsung dari Alex. ”Jadi, sekarang kamu beneran pacaran sama Alicia?” Alex tersenyum mendengar pertanyaanku. ”Aku nggak pernah punya perasaan apa-apa sama dia. Hubungan aku sama dia biasa aja kok. Dia malah nggak tau kalau aku suka sushi. Eh, omong-omong, hari ini kamu bawain aku sushi nggak?” tanya Alex. ”Sushi-sushi itu bukan buatanku,” aku mengaku. ”Aku tahu kok.” Wajahku merona. ”Ng… kok kamu bisa nebak begitu…” ”Aku tahu, soalnya aku lihat kamu beli sushi di restoran Moshi Sushi saat aku sembunyi dari kejaran pers.” ”Tapi kamu kok waktu itu diam aja?” sahutku, sambil menahan malu. Alex tersenyum. ”Masa aku mesti bikin kamu sakit hati?” ”Tapi kamu akhirnya beneran bikin aku sakit hati. Kamu ninggalin aku begitu aja waktu itu dan nggak ngasih kabar apa-apa,” kataku merajuk.


208 ”Aku kan udah minta maaf. Lagi pula, untuk ketemu sama kamu nggak gampang lho. Aku mesti tampil di pensi sekolah kamu dan panggil kamu ke panggung.” Alex mengedipkan sebelah mata menggodaku. ”Jadi, kamu udah rencanain semua itu?” ”Tentu saja.” ”Apa… Alicia tahu?” ”Nggak,” tegas Alex. ”Soalnya kalau aku nanya tentang kamu, dia suka ngalihin pembicaraan.” ”Oh ya, omong-omong, makasih ya handphone-nya. Tapi aku nggak bisa terima hadiah kayak gini,” kataku sambil mengembalikan HP pemberian Alex. Kulihat sorot mata Alex meredup. Tampaknya dia kecewa. ”Kamu nggak mau terima, Mel?” ”Aku kan udah punya,” kataku cepat-cepat, menepis kekecewaan Alex. ”Kalau kamu mau hubungin aku, langsung aja telepon HP aku.” Alex tersenyum lebar. ”Kalo gitu, aku minta nomor kamu dong.” Alex mengeluarkan HP-nya, dan aku menyebutkan nomor HP-ku. ”Nah, udah kusimpan di phone book-ku. Thanks ya, Mel.” Tiba-tiba aku teringat sesuatu. ”Alex, gimana kalau pers tau bahwa kamu sudah kenal aku sebelum kamu bawa aku ke atas panggung?” ”Nggak apa-apa….” ”Tapi kalau kamu digosipin lagi, gimana?”


209 Alex menghela napas sejenak. ”Tadinya aku takut, kalau aku ketauan dekat sama cewek bakalan nggak bagus buat karierku. Tapi sekarang aku nggak peduli lagi. Lebih baik media tau bahwa kita saling kenal, daripada mereka salah paham, bikin gosip aku pacaran sama Alicia.” Aku terdiam sejenak. Alex barusan bilang apa? ”Aku merasa lebih nyaman kalau sama kamu, Mel. Kamu nggak keberatan kan, kalau hubungan kita lebih dari sekadar teman?” Lidahku kelu. Tubuhku panas-dingin. Pertanyaan Alex membuatku terharu. Aku tersenyum dan mengangguk. Alex menatapku hangat. ”Omong-omong, kamu bawa apa sih?” Aku mengeluarkan lunch box pink milikku yang sedari tadi kutaruh di dalam tas. ”Kamu suka sushi bakso?” tanyaku. Alex mengangguk. ”Kali ini buatan kamu, kan?” tanya Alex. Kali ini aku yang mengangguk.


210 HUBUNGANKU dengan Alex semakin dekat setelah malam itu. Asyik juga kencan dengan dia. Walaupun udah jadi idola, cowok itu rendah hati dan penuh perhatian. Pokoknya, saat kencan denganku, Alex selalu bersikap manis dan sama sekali nggak ada kesan bahwa dia idola yang sangat terkenal. Yah, harus kuakui juga bahwa kadang-kadang kencan kami tercium oleh pers yang langsung memfoto kami berdua tanpa ampun. Tapi menurutku ini hal yang wajar terjadi kalau kita berpacaran dengan artis. Malah lama-kelamaan aku jadi terbiasa dengan publisitas ini. Buktinya malam ini, saat Alex akan diwawancarai oleh TV8 untuk promo album ”Alex, My Idol”, diamdiam aku merasakan gelombang antusias yang menyerbuku. Oke. Aku ngaku deh. Sebenarnya aku sedikit berharap diajak oleh Alex untuk diwawancara 22


211 juga. Aku kan pengin juga masuk TV bersama idolaku. Yah, siapa tahu? * * * Akhirnya Alexander Julio mau buka mulut mengenai kedekatannya dengan seorang gadis. Gadis misterius yang beruntung itu bernama Meliana Ikasia, siswi sebuah SMA swasta di Jakarta Barat. Meliana pertama kali tampil di depan publik bersama Alex di acara pentas seni di sekolahnya. Ricek Gosip yang meliput acara itu mulai curiga karena Alex langsung mengenal Meliana. Akhirnya, setelah beberapa kali sulit ditemui, Alex mengakuinya. ”Kami memang sedang dekat,” katanya. Lalu, saat ditanya mengenai kedekatannya dengan gadis lain yang sempat digosipkan bersamanya, Alex buru-buru menepisnya. ”Antara saya dan Alicia sama sekali nggak ada apa-apa. Kami hanya teman biasa. Saat ini saya sedang jatuh cinta dengan Mel. Dia gadis baik yang lucu. Bersamanya, hari-hari saya selalu ceria.” Alex mengakui gadis pujaannya ini sangat sesuai dengan kriteria gadis idamannya. ”Dia sangat natural dan romantis. Dia berusaha membuat sushi karena tahu saya suka sushi. Walaupun sushinya aneh, saya menikmatinya. Rasanya enak. Dan yang penting, itu tanda cintanya pada saya,” kata Alex sambil tersenyum bahagia. Stop Press: Alexander Julio Punya Pacar Jakarta, Ricek Gosip


Jossie Karaniya lahir di Jakarta tanggal 23 Februari. Kata orang, Jossie adalah cewek nekat, soalnya berani mencantumkan ”Penulis” sebagai pekerjaannya. Moshi-Moshi merupakan novel pertamanya. Tapi sumpah deh, Jossie nggak pernah punya impian mulukmuluk untuk ketemu bintang idolanya, apalagi kencan bareng. Betul, sumpah! (tapi nulisnya sambil nyilangin dua jari di belakang punggung). Kalau kamu-kamu mau kontak Jossie, kirim aja e-mail ke: [email protected] Tentang Penulis


Bagi Meliana, Alexander Julio itu segalanya. Cowok idolanya banget deh! Bahkan Mel suka ngebayangin seandainya dia bisa kencan bareng cowok itu. Aneh nggak sih? Ah, ngelamunin bintang idola kan biasa, ya? Nah, yang nggak biasa adalah kalau lamunan itu akhirnya jadi kenyataan. Berkat perjuangan kakaknya, Mel berhasil mendapatkan voucher makan malam romantis bareng Alexander Julio. Asyik banget, kan? Tapi ada masalah kecil yang mengganjal. Acara makan malamnya bertepatan dengan satu tahun jadian Mel dan pacarnya, Thomas! Jelas Mel jadi pusing berat.


Click to View FlipBook Version