Jika materinya terlalu teknis, semisal “Penulisan berita dengan
metoda “piramid terbalik”, saya hanya bisa menyisipkan sedikit misi
dakwah itu pada contoh penulisan berita. Tapi jika materinya non
teknis, seperti peran “Pers Mahasiswa Dalam Gerakan Mahasiswa”, ini
bagaikan mendapat mendapat durian runtuh. Hampir 100 persen isinya
dipenuhi tausiyah dan dakwah menentang rezim Soeharto.
Selalu saya kutip ucapan PK Ojong, pendiri Kompas, yang dituliskan
pada kolom Kompasiana: “Tugas pers bukanlah untuk menjilat pen-
guasa, tetapi untuk mengritik yang berkuasa”. Maka, materi panas ini
meracuni mahasiswa Unram yang pada dekade sebelumnya masih dike-
nal sebagai mahasiswa baik-baik. Ujung dari pelatihan pers mahasiwa
ini bukan lagi soal bagaimana bisa menulis berita dengan benar, teta-
pi bagaimana agar mahasiswa berani bersikap kritis, berani menggelar
demonstrasi, mengiritik pemerintah Orde Baru, membela rakyat yang
tergusur dari tanahnya, dan seterusnya.
Rupanya, sesi dakwah ‘rusak-rusakan’ ini direspon meriah oleh pe-
serta yang antusias. Seusai sesi materi di kelas, panitia penyiapkan
paket lanjutan berupa “pendalaman materi” alias studi kasus nyata.
Peserta diajak ke Pantai Senggigi --saat itu masih sepi wisatawan-- me-
lihat kawasan yang hendak dibebaskan oleh pemerintah pusat untuk
proyek wisata nasional. Pada jaman itu, “dibebaskan” artinya warga
digusur dari lahannya dengan ganti rugi yang sangat minim atau bahkan
tanpa ganti rugi. Mirip dengan kasus penggusuran warga Kedungombo
di Boyolali untuk pembangunan waduk, yang saat itu diberi ganti rugi
setara dengan empat butir telor untuk per meter persegi lahan yang
“dibebaskan”. Pada sesi studi kasus ini, gantian panitia yang berdakwah
mencekoki peserta dengan penuh ujaran kebencian dan full hasutan,
sementara saya menikmati keindahan pantainya. Bahkan saya sempat
diajak menyeberang ke pulai kecil Gili Meno untuk diajari snorkling.
Usai dari situ, kembali ke Mataram dan ngobrol dengan para awak
koran MEDIA. Dari sinilah nampak, Rusdy Tagaroa paling demen bicara
tentang advokasi dan pemberdayaan warga yang tersingkir, khas aktivis
LSM. Rupanya ini jalan hidupnya, dimana dikemudian hari, Rusdy ban-
yak menghabiskan waktunya untuk pemberdayaan dan advokasi warga
198 Jejak Langkah Rudi Tagaroa “Inspirator Gerakan Mahasiswa Mataram”
yang tersisih. Acara pelatihan belum selesai, masih ada beberapa hari,
tapi saya putuskan balik keesokan harinya. Pagi-pagi saya dibonceng
motor oleh Bulak, diantar hingga Pelabuhan Lembar. Lalu, kembali saya
susuri rute yang sama hingga sampai di Jogja kembali.
Sementara saya dalam perjalanan pulang, panitia melanjutkan se-
si-sesi berikutnya dengan mendatangkan para penghasut yang tak kalah
ganasnya, seperti Web Warrouw (Mahasiwa Filsafat UGM dan salah satu
pendiri PRD) dan Atha Mahmud (Pemimpin Umum majalah mahasiswa
Universitas Islam Indonesia (UII), Himmah). Materinya sudah lebih men-
garah ke bagaimana mengorganisir demo mahasiwa.
Saya baru sadar, rupanya para awak koran kampus MEDIA yang
menyelenggarakan pelatihan ini bukanlah para mahasiswa baik-baik.
Ternyata, mereka sudah menyiapkan rencana jahatnya. Pada hari tera-
khir pelatihan, peserta diajak ke Pantai Senggigi untuk sesi penutup. Di
sini, panitia dan peserta bersama mempraktikkan semua materi selama
pelatihan, yaitu menggelar aksi demo membela warga Sengigi yang ter-
ancam tergusur lahannya. Di Jogja, saya mendapat kiriman foto-foto
para peserta membawa poster dan mengepalkan tangan. Inilah demo
mahasiswa pertama kalinya di Pantai Senggigi, Lombok.
Melihat foto itu, saya merasa terharu dan berkata dalam hati, “Ya
Tuhan, ampunilah hambamu ini, yang telah meracuni dan merusak otak
mahasiswa Universitas Mataram sehingga mereka jadi pemberani dan
kritis ….”
Maafkan Aku, Rus
Sampai tiga puluh tahun kemudian, hubungan saya dengan para man-
tan aktivis mahasiswa Unviversitas Mataram masih terjaga erat. Be-
lum lama Rusdi menelpon, menceritakan kasus munculnya protes warga
berkaitan dengan pembangunan proyek sirkuit MotoGP Mandalika oleh
Indonesia Tourism Development Corporation (ITDC). Proses ganti rugi
belum selesai, tapi putaran MotoGP sudah hanpir dimulai. Marc Marques
dan teman teman pembalapnya sudah menjajal sirkuit dan diliput be-
sar-besaran oleh berbagai media. Tapi, warga masih menunggu penyele-
saian ganti rugi lahan. Kata Rusdi, beberapa dosen Universitas Mataram
membela warga, tapi belum mencapai titik temu dengan pihak ITDC.
Jejak Langkah Rudi Tagaroa “Inspirator Gerakan Mahasiswa Mataram” 199
Dirut ITDC seorang alumni UGM, dan Rusdi meminta agar saya mem-
bantu memediasi. “Riq, ini kan ada warisan salahmu juga. Dulu kau
datang ke Mataram hanya mengajari bagaimana berani melawan, mela-
wan dan melawan saja. Tapi gak kau ajari bagaimana caranya berunding
dan mencari kompromi,” kata Rusdi di telepon.
Maafkan aku kawan, benar kritikmu ini, dulu kita terlalu senang
untuk melawan dan tidak paham cara berunding. Allahumaghfirlahu
warhamhu wa’afihi wa’fu’anhu. Selamat jalan Rus, titip salam buat
Almarhum Amir Husein Daulay dan Agus Lenon. n M. Thoriq, Mantan
Pemimpin Majalah Mahasiswa UGM pada tahun 80-an
200 Jejak Langkah Rudi Tagaroa “Inspirator Gerakan Mahasiswa Mataram”
49
Dicintai Orang Kampung
Tersentak kaget!. Minggu sore, 21 Agustus 2022, kuterima kabar
kepergian Kakakku, Rusdi Tagaroa, menempuh perjalanan agung, kem-
bali kepangkuan Ilahi Robbi dikeabadian hakiki. Mengiringi kepergiann-
ya, tubuhku gemetar bermunajat mengirimkan Alfatihah. Semoga Al-
lahu mengasihinya penuh cinta di surga. Seketika itu juga, langsung
kusuruh anakku, Detha Arya, yang kebetulan di Jakarta, untuk me-
layat.
Bertabur memori menggelayut di kepalaku. Sejumut kenangan
segera kutorehkan begitu mendengar kabar teman-teman di Jakarta
berencana membuat buku Rusdi Inmemoriam. Berikut sekelibat kesak-
sian kisah perjalanan hidupku bersama Mas Rusdi Tagaroa, dan pan-
danganku mengenai sosok dan pemikirannya.
Sekitar tahun 1989, pertama kali bertemu Mas Rusdi di Kota Sum-
bawa besar, tepatnya di rumah kost tempat berkumpulnya anak-anak
sekolah dari kampungku. Rusdi datang bersama salah satu mahasiswa
yang sedang KKN dari Unram. Kalau tidak salah ingat, namanya Ikhsan,
dari Gerung, Lombok Barat.
Setelah masuk dalam ruangan itu, langsung kujabat tangannya
sembari memperkenalkan diri. Tanganku digengam erat agak lama, lalu
bertanya darimana asalku. “Aku dari desa Poto sekitar 12 kilo meter
dari sini,” jawabku. “Aku juga tinggal disana, tapi kita belum pernah
bertemu,” timpalnya.
Tidak banyak yang dibicarakan saat itu. Hanya ada pembicaraan rin-
gan, dan yang lebih banyak candaannya malah si Ikhsan. Satu hal yang
terpatri dalam ingatanku, yaitu aku dan Rusdi saling memperhatikan
Jejak Langkah Rudi Tagaroa “Inspirator Gerakan Mahasiswa Mataram” 201
gara-gara sesama penikmat rokok Bentoel Biru. ( Tidak untuk diikuti,
red).
Ternyata, Mas Rusdi Tagaroa sudah beberapa lama tinggal di kam-
pungku, di rumah Pamanku, Arahim Jamal. Rumahnya agak jauh dari
rumah orang tuaku. Awalnya, Rusdi kusangka sebagai bagian dari maha-
siswa yang sedang KKN. Eh, ternyata bukan, dan aku tidak menanyakan
tujuan dan maksudnya berada di kampungku saat itu.
Buku Soekarno
Hari-hari berikutnya, dikampung, aku coba mendatanginya di rumah
pamanku, dan mulai ngobrol personal tentang hobi, kesukaan, keluar-
ga, pendidikan, kenakalanku dan lain sebagainya. Aku menyampaikan
apa adanya. Aku dari keluarga miskin. Aku bodoh, tidak berpendidikan
layak, dan sedikit nakal untuk ukuran orang kampung.
Hampir seminggu pertama, aku selalu bertemu dan ngobrol tentang
banyak hal. Ketika sudah memasuki siang hari, aku selalu diajak ke kota
Sumbawa untuk bertemu dengan beberapa orang yang sudah dikenakan
sebelumnya. Pada malam hari, biasanya, kami ngobrol sambil menon-
nton TV. Setiap ada topik berita tentang pejabat negara, Rusdi selalu
bertanya tentang pendapatku, dan aku jawab sebisanya, sesuai kapasi-
tas pemikiranku saat itu.
Aku semakin dekat karena selalu melayani pertanyaan tentang situ-
asi kampungku saat itu: budayanya, pertaniannya, perempuannya,
pemerintahnya, sejarahnya, pendidikan, ibadah dan pemudanya. Tak
urung, sebegitu asyik kami bertukar informasi. Tak terasa, malam se-
makin larut. Akhirnya, aku menginap, dan terus menginap di rumah
Paman.
Suatu ketika, aku ditanya, “Kamu suka baca nggak?” “
Suka mas,” jawabku, singkat.
“Apa saja buku yang Yani baca,” lanjutnya.
“Banyak mas, karena aku ngelola perpustakaan, aku ingat dan kuse-
butkan buku Hamka, “Dibawah Lindungan Ka’bah” dan buku Konsesus
Nasional, ….
“Kamu sudah baca buku tentang Sukarno ?,” kejarnya lagi.
202 Jejak Langkah Rudi Tagaroa “Inspirator Gerakan Mahasiswa Mataram”
“Sudah, sedikit Mas,” jawabku. Lalu, Mas Rusdi mengeluarkan sesuatu
dari tasnya, dan diserahkan kepadaku. Bukunya sudah agak lusuh. “Di
bawah Bendera Revolusi, kamu baca ini ya, selesai kasih aku lagi dan
ceritakan isinya ya,” begitu dia berpesan. Setelah itu, aku diberi lagi
buku Di bawah Lentera Merah, dan seterusnya, dan seterusnya.
Minggu-mingu berikutnya, aku banyak diajak keliling kebeberapa
desa, sambil mengumpulkan benih padi lokal, lalu diajaknya aku ber-
diskusi megenai sistem pertanian yang mulai menyingkirkan peradaban
pemuliaan terhadap benih lokal dan kearifan tradisional, tergantikan
dengan modernisasi dalam revolusi hijau yang penuh penindasan. Ba-
rang siapa yang menguasai bibit, merekalah yang menguasi dunia.
Suatu ketika, aku diajak ke Kota Sumbawa Besar, ke Kantor Pos.
Setelah mengambil beberapa barang atau surat di dalam kotak pos,
kunci kotak posnya diserahkan kepadaku.
“Aku mau balik ke Mataram besok pagi . Nanti kamu tiap minggu datang
lihat kotak pos tersebut, nanti aku banyak berkabar, dan siapa tahu
banyak juga kiriman untukku dari kawan-kawanku,” katanya, saat itu.
Seminggu kemudian, aku datang mengecek kotak pos tersebut, dan
kudapatkan sebuah surat. Isinya, menyuruhku datang ke Mataram.
Membangun Titik Kesadaran
Setiap Mas Rusdi datang ke rumahku di kampung, warga yang tahu
kehadirannya, pasti datang menyambanginya untuk saling berbagi
cerita dan pengalaman. Hampir tidak ada waktu untuk istirahat, dan
pria berkaca mata itu tetap melayani apapun yang menjadi topik pem-
bicaraan.
Pola pergaulan semacam ini rupanya telah menjadikan pemikiran-pe-
mikirannya menjalar dan meluas, bahkan mampu membawa perubahan
bagi orang perseorangan, kelompok, komunitas di suatu wilayah.
Siapapun yang pernah berinteraksi dengannya, untuk menggemah-
kan pemikiran kritis dan bernas yang antipemiskinan, antipenindasan,
antikekerasan, antikonstruksi sosial yang menempatkan perempuan
pada posisi yang lemah, antieksploitasi manusia maupun alam, dan me-
nentang keras kapitalisasi. Dari pemikiran seperti ini, Mas Rusdi telah
Jejak Langkah Rudi Tagaroa “Inspirator Gerakan Mahasiswa Mataram” 203
membangun titik-titik pembebasan dan benih kesadaran baru. Tak cuma
itu, dia juga telaten dan piawai membangun relasi dan koneksi antarti-
tik yang berbeda hingga menjadi sebuah gerakan perubahan sosial yang
terus membesar.
Mas Rusdi mempunyai jiwa yang bersih dan bening. Kaya beragam
mitologi, namun sangat mendalam pada nilai-nilai filosofis, hakikat ke-
manusiaan dan ketauhidan ke-Esaan Sang Pencipta.
Mendekati akhir hayatnya, aku mendengar, Mas Rusdi sempat
melakukan perjalanan Mahabbah mengunjugi tempat-tempat suci untuk
menghiasi lintasan jalan rohaninya, dan mengirimkan pesan cintanya
pada Illahi Rab. Dengan jiwa yang tenang, akhirnya Mas Rusdi kemba-
li,... Innalillahi wainailllaihi Rojiun. Semoga damai di surga, dan selalu
penuh kasih sayang Sang Khaliq. Amiin. n Yani
204 Jejak Langkah Rudi Tagaroa “Inspirator Gerakan Mahasiswa Mataram”
50
Jejak Tak Terhapuskan
Saat itu tahun 1985, saya duduk di semester 6 SMAN I Situbondo, sedang
sibuk, bingung memilih universitas untuk studi lanjut. Pilihanku jelas, ju-
rusan pertanian, ingin menjadi petani tebu lahan kering. Ketertarikan ini
sangat dipengaruhi kondisi Kabupaten Situbondo, daerah kering, terkenal
dengan sebutan daerah bayang-bayang hujan, salah satu daerahnya (Asem-
bagus) memiliki curah hujan nomor dua terkecil di Indonesia.
Kondisi masyarakat di daerah ini bisa terangkat karena keberadaan lima
pabrik gula yang sudah ada sejak jaman Belanda. Pilihan pertama sudah
ada, IPB. Pilihan kedua masih bingung. Jika pilihan pertama gagal, PTN
manalagi yang harus saya pilih sebagai pilihan kedua yang memungkinkan
bisa lolos Sipenmaru?
Ditengah kebingungan, saat proses belajar sedang berlangsung, tiba-tiba
guru kelas menghentikan pelajarannya karena ada mahasiswa yang hendak
mempromosikan kampusnya kepada adik kelasnya.
Muncullah seorang pemuda, berperawakan kecil, dengan pembawaan
tenang mempromosikan Universitas Mataram (Unram),yang belum pernah
terbayangkan sebelumnya. “UNRAM bisa menjadi pilihan studi lanjut karena
kotanya yang tenang, tidak bising, tidak kalah dengan UNUD dan budaya
masyarakatnya mirip dengan orang Madura yang 85 % menjadi suku mayor-
itas di Situbondo,“ kata pemuda FE UNRAM itu menjelaskan. Dia bernama
Rusdi Tagaroa. Dari pertemuan itu, akhirnya saya memilih UNRAM
Berlima, saya bersama teman se-SMA diterima di UNRAM. Saya, almh
Dewi, Indah di Faperta, Wahid Wahab FE dan Rudi Hidayat di FKIP. Kami
menjadi cikal bakal mahasiswa Situbondo angkatan kedua di UNRAM setelah
Bang Rusdi.
Jejak Langkah Rudi Tagaroa “Inspirator Gerakan Mahasiswa Mataram” 205
Atas masukan Bang Rusdi, di tempat indekosnya ,di Kampung Pelita
Dasan Agung, pada tahun 1986, kami mendeklarasikan berdirinya “Ikatan
Mahasiswa Situbondo di Mataram.” (Bang Rusdi didaulat menjadi Pembi-
na). Acaranya sederhana. Sajian makan siang dan sambal ketumbar buatan
“duet bersaudara” Bang Rusdi dan rekan Rudi menemani pertemuan terse-
but.
Kini, organisasi tersebut telah berkembang besa. Tidak saja menjadi
wadah mahasiswa Situbondo di Mataram, tetapi juga menjadi penghubung
warga dari Situbondo (Pemkab, swasta, pribadi) jika ada kegiatan di
Mataram / NTB.
Peran Bang Rusdi sangat berarti dan tidak akan terlupakan. Ketika saya
mendirikan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM ) lokal, PSPSDM (Pusat Stu-
di dan Pengembangan Sumber Daya Manusia) pada tahun 1997. Bang Rusdi
lah yang pertama kali memperkenalkan dengan pihak donor (Mbak Nina,
GEF-SGP). Tak dinyana, lembaga ini menjadi lembaga donor pertama yang
bekerja sama dengan PPSDM, dan menjadi pintu masuk mendapatkan hibah
program dari donor-donor lain yang dijalankan PSPSDM hingga bisa berkem-
bang sampai saat ini.
Kini, pribadi yang santun dan bersahaja itu telah pergi untuk selamanya.
Mengenang seorang Rusdi, adalah mengenang pribadi yang selalu melahir-
kan ide- ide kritis untuk perubahan; . Pribadi yang ringan membantu; Priba-
di pemberi semangat bagi yang membutuhkan. Jejaknya tak terhapuskan.
Bang Rusdi, engkau telah mewarnai perjalanan hidupku. Engkau pula
yang memanduku dalam membuat pilihan, dan memutuskan tempat hi-
dup dan berkarya di Pulau Lombok tercinta, Tentu saja, itu semua kehen-
dak Allah SWT, Sang Penguasa Agung. Termasuk memanggilmu saat ini.
Semoga Allah membalas semua amal kebaikanmu, dan beristirahat den-
gan tenang di alam sana. Aamiin Ya Robbal Alamin n Eko Nur Akhmad Yani
206 Jejak Langkah Rudi Tagaroa “Inspirator Gerakan Mahasiswa Mataram”
51
Pribadi Rendah Hati Tanpa Jumawa
Rusdi Tagaroa adalah aktivis senior yang kukenal sejak lama, pulu-
han tahun lalu. Ia cenderung pendiam. Meski lebih banyak diam dan
mendengarkan, kutahu, ia punya kekuatan menyimak yang baik. Saat
berbincang, setiap perkataanku selalu disimak dengan baik dan teliti,
sehingga saat dimintai umpan balik, ia bisa merespon dengan cerdas
dan sangat ‘nyambung’. Penjelasan-penjelasan bernas dan kritislah
yang selalu keluar dari dirinya. Seorang Rusdi tidak asal bicara. Ada
paparan argumen yang kokoh saat ia menjelaskan sesuatu. Beberapa
isu yang sangat dipedulikannya adalah kemiskinan, pemberdayaan dan
demokrasi. Maka, bertemu dengan Rusdi adalah bertemu dengan senior
yang cerdas, kritis dan mumpuni.
Bang Rusdi, demikian ia biasa kupanggil, juga sosok yang rendah
hati. Meski terbilang senior di dunia aktivisme, dia sosok yang jauh dari
jumawa. Dilengkapi dengan sifat sabar yang tinggi, Bang Rusdi akan
‘mementori’ mereka yang lebih muda dengan diskusi yang egaliter --
jauh dari sikap menggurui atau ingin dihormati sebagai senior. Seunik
apapun sifat yuniornya, Rusdi punya kesabaran tinggi untuk bisa mener-
ima. Inilah yang membuatku makin punya respek tersendiri terhadap-
nya. Rusdi memang punya kesabaran tak bertepi.
Meski terkesan pendiam, Bang Rusdi murah senyum. Jika kita menge-
luh atau marah, ia diam mendengarkan, lalu tersenyum. Jika kita ban-
yak bicara, ia pun tetap menyimak, lalu tersenyum. Senyum itulah yang
ternyata juga menjadi citra kuat dirinya. Rusdi pun bagiku menjadi so-
sok pendiam dan sabar, yang diberkahi kemampuan memberi senyuman
kepada setiap orang. Senyum ini juga yang senantiasa kudapatkan saat
bertemu Bang Rusdi untuk berbincang tentang banyak hal.
Jejak Langkah Rudi Tagaroa “Inspirator Gerakan Mahasiswa Mataram” 207
Lama tidak berinteraksi intensif karena sibuk dengan kegiatan mas-
ing-masing, bukan berarti komunikasiku dengan Bang Rusdi terputus.
Bang Rusdi memang lebih banyak di Serang, Banten, sementara aku
dipadatkan dengan kegiatan Perhutanan Sosial. Meski demikian, seseka-
li, jika ada waktu, berkumpullah kami di Veteran, Jakarta. Aku sempat
dikenalkan dengan Suroto, sosok aktivis muda yang bergerak pada isu
perkoperasian. Katanya, untuk memperkuat jaringanku. Terakhir, bersa-
ma beberapa senior, seperti Bang Suhardi Saryadi dan Bang Andik Hardi-
yanto, aku diajaknya mendirikan media daring, Damar Banten. Dan jad-
ilah beberapa tulisanku berubah menjadi artikel yang menghiasi media
online ini.
Lalu, sunyi senyap dalam beberapa minggu terakhir. Kala itu. Wa-
ku tentang tulisan dan webinar, tumben tidak mendapatkan tanggapan
seperti biasa. Ternyata, Bang Rusdi sedang sakit. Hari itu, 21 Agustus
2022, aku sempat berkomunikasi cukup lama dengan Erna ( Isteri Hasbi
Berliani). Lalu, dengan Abah Moh. Syafiq Khan dan Desyana Zainuddin
tentang kondisi Bang Rusdi. Dan sore itu, airmataku jatuh. Bang Rusdi
berpulang ke Rahmatullah. Bang Rusdi pergi menyusul beberapa saha-
bat yang sudah mendahului. Apakah yang nanti mereka diskusikan di
sana? Entahlah.
Yang jelas, Allah sudah menggariskan waktu Bang Rusdi untuk sele-
sai di dunia fana. Abang kembali ke rumah sejati manusia. Kematian
memang sunatullah. Satu saat, satu persatu dari kita akan menyusul.
Namun, ada satu pelajaran berharga darimu yang akan selalu kuingat:
kritis, sabar dan tersenyum.
Seorang Rusdi memang sudah mematrikan diri sebagai pribadi yang
kukuh, dengan kemampuan kritis yang mumpuni, kesabaran tingkat
tinggi, sikap rendah hati, serta senyum tak bertepi hingga akhir hayat-
nya.
Al Fatihah n Swary Utami Dewi
208 Jejak Langkah Rudi Tagaroa “Inspirator Gerakan Mahasiswa Mataram”
52
Rusdi, Catatan Dari yang Duduk
Di Sebelahmu
Rusdi Tagaroa, perintis gerakan sosial progresif, gerakan feminis,
yang kritis tapi sejuk, yang hangat dalam bersahabat dengan sikap pen-
gayomnya. Mengenalmu sejak awal 90an, saat masa-masa formatif ger-
akan progresif sedang sama-sama diramu dan dirakit.
Ketika dalam forum, saya cari tempat duduk, kalau disamping kur-
simu kosong, saya akan memilih duduk di sampingnya karena sosoknya
yang hormat pada perempuan. Sikapnya juga selalu sejati. Selain itu,
kalau mau berbisik komentar usil (kritis), kami akan saling bertimpal
singkat, kadang dengan tulisan di balik paper, yang dengan susah payah
dia baca, karena tulisan tanganku jelek.
Rusdi adalah salah satu dari feminis laki-laki yang melihat gerakan
adil gender adalah gerakan hak asasi. Perjuangan feminisme adalah per-
juangan peradaban mulia, bukan hanya ditimpakan perempuan sebagai
penyelesai. Tapi harus dilakukan bersama-sama, bukan jadi gerakan ter-
pisah dengan heroisme laki-laki sebagai pandega, yang tipis antara ber-
partisipasi dan melakukan invisible remarginalisasi. Rusdi cukup intens
menjadi saksi dan penggali fondasi awal transisi gerakan perempuan
yang dibonsai dalam yayasan menjadi perserikatan. Orba takut dengan
organisasi bermassa.
Saat kongres Solidaritas Perempuan I, seingat saya, Rusdi ada disa-
na dan intens menyimak. Dia rajin angkat tangan dari kursi belakang,
mewarnai kongres. Suaranya khas, cengkok Lombok, dengan pikiran-
pikiran penjernih atau menggores gelisah agar jadi PR gerakan.
Jejak Langkah Rudi Tagaroa “Inspirator Gerakan Mahasiswa Mataram” 209
Rusdi juga menjadi jejak pergerakan awal 90-an. Betapa gerakan
nasional saat itu adalah gugusan dari aktifis daerah dan pengusung pe-
ngalaman lokal menjadi arsitektur gerakan kolektik. Saat itu, belum
ada otonomi daerah yang kerap membuat kompartemen gerakan, apala-
gi politik anggaran desa yang membuat gerakan semakin miopik, fokus
ke desa, tapi tidak selalu menghubungkan dengan dinamika nasional
dan global. Rusdi menjadi bagian dari eclipse penting pusaran gerakan
perempuan dan gerakan sosial yang tengah mencari bentuk.
Saya beruntung sebagai peneliti muda tentang “Peta Organisasi Per-
empuan Pada Masa Orba” yang digamit Yanti Mochtar saat itu. Bahan
tersebut akan jadi dasar kongres 1 Solidaritas Perempuan awal 90. Saya
merasa, Rusdi cukup kontributif dalam forum, banyak menajamkan
analisa dan diksi-diksi penting. Pun saya sebagai salah satu perancang
AD/ART Solidaritas Perempuan sebagai perserikatan -- yang kerap garuk
kepala karena tidak ada contoh organisasi sebelumnya-- merasa terban-
tu dengan proses kongres yang mengentalkan tata atur organisasi yang
eksperimental, menjadi perserikatan karena lebih dari 30 tahun dalam
injakan depolitisasi Orde Baru. Jadi, tidak ada contohnya. Saya ingat,
Rusdi beberapa kali mengangkat tangan untuk memperkuat fondasi or-
ganisasi ini, termasuk melanjutkan percakapan saat break tentang hal
yang belum selesai di forum.
Kongres tersebut dilaksanakan di Jogja, dengan segala kebersaha-
jaan dan hanya dengan gelintir aktifis yang tidak banyak. Herder-herd-
er politik gerakan dipasang, untuk menakuti Orba. Ada Arief Budiman,
salah satunya. Rusdi bukan herder, tapi mungkin lebih tepat “Golden
Retriever” yang menyenangkan dan adem, tapi penyemangat pemban-
gkit pijar.
Gerakan migran sebagai bagian dari gerakan perempuan, sudah pasti
di dalamnya ada Rusdi. Kita sama-sama mendirikan Kopbumi (Konsorsium
Pembela Buruh Migran) di Malang dengan sejumlah aktifis ternama saat ini
. Jejak gerakan ini panjang, hingga mulut ritmik 20 tahun advokasi ratifikasi
Konvensi 90 Perlindungan Buruh Migran dan Keluarganya ini, disahkan/dirat-
ifikasi di Indonesia. Konvensi ini bukan hanya sebagai pancang perlindungan,
tetapi simbol kemenangan gerakan migran/gerakan perempuan/gerakan
sosial di Indonesia. Persistensi tak kenal hela dan jeda.
210 Jejak Langkah Rudi Tagaroa “Inspirator Gerakan Mahasiswa Mataram”
Lama tak bersua, kaget suatu hari saya bertabrakan dengan seorang
perempuan di halaman Komnas Perempuan. Saya lupa, saat itu saya
menjabat ketua Komnas Perempuan atau periode sesudahnya. Yang
pasti, sedang berlari karena sudah ditunggu jadwal yang saling berlom-
ba minta didahulukan. Saya lihat perempuan ini, Encop Sofia, isteri Rus-
di. Ya ampuunn…, surprise besar, dan efek keterkejutan bertabrakan,
HP Encop sampai jatuh. Kami sempat bercakap sangat singkat, belum
hilang kangen, minta maaf, dan menanyakan singkat tentang Rusdi, ser-
ta janji akan melanjutkan percakapan di lain waktu.
Agak nyesek, lama tidak bertemu Rusdi. Pernah bertelponan, ber-
kabar dan janjian akan saling menengok, sekaligus menyalurkan rindu
pada isterinya, Encop Sofia; yang juga punya kedekatan historik di Cipu-
tat, tapi belum saling tertemukan juga. Ahh, ngilu Rus.
Mengenangmu dalam memori baik, Rus. Memeluk orang-orang yang
kamu cintai, juga doa panjang dari orang-orang yang kamu perjuang-
kan. bertemu Bang Rusdi untuk berbincang tentang banyak hal.
n Yuniyanti Chuzaifah, Pegiat HAM-Perempuan, Ketua Komnas
Perempuan 2010-2014
Jejak Langkah Rudi Tagaroa “Inspirator Gerakan Mahasiswa Mataram” 211
53
Figur Balik Layar yang Mengispirasi
Mengingat Mas Rusdi Tagaroa, adalah mengenang masa-masa menja-
di mahasiswa di Fakultas Hukum Universitas Mataram (1990-1994). Hari
itu, saya diajak teman untuk hadir di sebuah diskusi, di Sekretariat Fo-
rum Komunikasi Mahasiswa Mataram (FKMM), di Jalan Langko 92B, Kota
Mataram. Hadir dalam diskusi tersebut Mas Rudi Hidayat, Budi Lakso-
no, Nurdin Ranggabarani, Asep Nana Mulyana, Bambang Mei, Cukup Wi-
bowo, Syafiq, Sirra Prayuna, Didi Aulia dan kawan-kawan aktivis FKMM
lainnya. Salah satu pembicara dalam diskusi tersebut, adalah Mas Rusdi
Tagaroa.
Salah satu penggalan kalimat yang sangat menarik, yang diucapkan
Mas Rusdi kala itu, “Didik rakyat dengan pergerakan, didik penguasa
dengan perlawanan”. Quotes Marco Kartodikromo (1890-1932) itu, san-
gat mengesankan dan menginspirasi saya, sebagai seorang mahasiswa
baru kala itu.
Sejak saat itu, saya jadi tertarik dan sering mengikuti kegiatan
teman-teman Forum Komunikasi Mahasiswa Mataram (FKMM), yang
dipimpin oleh Ketua Presidium FKMM, Nurdin Ranggabarani. Alasann-
ya jelas, karena melihat sikap peduli dalam mengkritisi keadaan, serta
pendirian yang kuat dan keberanian dalam menyampaikan sikap dan
pandangan secara terbuka. Padahal sebelumnya, saya tidak begitu fam-
ilier, karena saya lebih banyak aktif di Unit Kegiatan Mahasiswa Pencinta
Alam (UKM Mapala) dan Panjat Tebing, Universitas Mataram.
Dibalik Layar
Hari-hari berikutnya, saya mulai sering mengikuti beberapa kegia-
tan teman-teman FKMM. Di sela orasi, Korlap Aksi dan teman-teman
orator lainnya, saya pun diberi kesempatan untuk membacakan salah
212 Jejak Langkah Rudi Tagaroa “Inspirator Gerakan Mahasiswa Mataram”
satu puisi W. S. Rendra, yang berjudul “Paman Doblang”. Salah satu
bait syair dari puisi tersebut yang paling saya sukai, “Kesadaran adalah
matahari, kesabaran adalah bumi, keberanian menjadi cakrawala, dan
perjuangan adalah pelaksanaan kata-kata”. Puisi tersebut saya bacakan
dalam sebuah aksi unjuk rasa, di depan Gedung Arena Budaya, Universi-
tas Mataram.
Aksi yang diliput oleh berbagai media massa tersebut, diantaranya
Harian Kompas, Jawa Pos, Bali Post, Nusa Tenggara, dan Lombok Post.
Beberapa media massa, bahkan memasang foto saya, yang sedang mem-
baca puisi W. S. Rendra.
Setiap selesai aksi, selalu diadakan evaluasi, yang dilanjutkan den-
gan diskusi. Pada acara evaluasi dan diskusi itulah, saya selalu melihat
kehadiran Mas Rusdi. Saya tidak pernah melihat beliau hadir, apalagi
tampil untuk orasi pada saat aksi unjuk rasa atau pun kegiatan-kegiatan
lainnya.
Nampaknya beliau adalah “figur di balik layar”. Pendapat dan pan-
dangannya menjadi pertimbangan yang sungguh-sungguh dari teman-
teman aktifis. Tidak saja di FKMM, karena saya juga pernah diikut-ser-
takan hadir bersama Ketua Presidium FKMM, Nurdin Ranggabarani,
dalam sebuah diskusi di Sekretariat Santai, yang dihadiri oleh Mas Sulis,
Mas Arief Mahmudi, Mas Saleh, Mas Dwi, dan beberapa aktifis lainnya, di
Jalan HOS Cokroaminoto, Karang Baru, Mataram.
Saya berpandangan, bahwa Mas Rusdi Tagaroa, adalah senior yang
sangat dihormati dan disegani. Bahkan, banyak diantara teman-teman
aktifis yang menyebutnya dengan panggilan “suhu”.
Pencerahan
Dari berbagai diskusi yang diisi oleh Mas Rusdi itulah, saya mendapat ban-
yak pencerahan:. Yang menggugah rasa peduli, sikap kritis, dan mengungkit
keberanian, serta membangkitkan sikap perlawanan pada berbagai bentuk
kezaliman; Yang sangat kontradiktif dengan rasa keadilan. Sebagaimana
ilmu hukum dan ilmu sosial lainnya, yang saya pelajari di bangku kuliah.
Walau tidak seintens teman-teman aktivis lainnya, namun setidakn-
ya, apa yang pernah disampaikan oleh Mas Rusdi, dalam berbagai diskusi
Jejak Langkah Rudi Tagaroa “Inspirator Gerakan Mahasiswa Mataram” 213
yang pernah saya ikuti, cukup membekas dan mengendap dalam inga-
tan. Hal itu, turut berkontribusi dalam mempengaruhi sikap dan cara
pandang saya terhadap berbagai permasalahan, hingga hari ini,
Selamat jalan Mas Rusdi Tagaroa. Sikap dan pandanganmu, telah
mengisi dan memperkaya cakrawala banyak aktifis negeri ini. Mengaliri
begitu banyak denyut nadi anak-anak bangsa. Kiprah dan perjuangan-
mu, Insha Allah akan menjadi amal kebaikan yang akan terus mengalir,
menemani dan melapangkan perjalananmu menuju keabadaian. Aamiin
Ya Rabbal Alaaminn. n Titin Umari SH., MKN, Notaris & PPAT di Maja-
lengka
214 Jejak Langkah Rudi Tagaroa “Inspirator Gerakan Mahasiswa Mataram”
54
Guru Aktivis
Saya mengenal Rusdi Tagaroa ketika berada di Lombok pada tahun
1990-an. Kedatangan saya di Lombok itu atas undangan kawan-kawan
mahasiswa perempuan. Tujuannya, untuk bisa sharing tentang gerakan
perempuan.
Dalam sebuah pertemuan dengan Rusdi, saya mendapat kesan; beli-
au adalah orang yang sabar, tapi gigih dalam berjuang. Beliau salah satu
aktivis yang giat menggalang solidaritas mahasiswa dalam gerakan ma-
hasiswa di Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB). Bagi saya, Rusdi salah
satu guru yang mengajarkan kita menjadi seorang aktivis disepanjang
hidupnya.
Selamat jalan Rusdi Tagaroa, menuju keabadianmu. Titip salam un-
tuk Muhammad Yamin.
n DR. Yuni, Bapemperda Daerah Istimewa Yogyakarta, dan mantan
Wakil Wali Kota Yogjakarta.
Jejak Langkah Rudi Tagaroa “Inspirator Gerakan Mahasiswa Mataram” 215
55
Sayang,
Sekarang Aku Harus Ikhlas
Sayang, dikamar ini, aku mulai mengenangmu setelah lama energiku
lunglai entah kemana. Kalau saja bukan hari terakhir penulisan untuk
mengenangmu, kekuatanku mungkin belum terkumpul. Seketika juga,
aku terbangun untuk membuka laptop. Kalau tidak, terlewatlah ke-
sempatan manis untuk mengenangmu dalam menjalani tali kasih kita
Kita disatukan oleh Tuhan dengan jalan yang sangat Indah, melinta-
si kehidupan dengan keyakinan dan kesederhanaan. Berbagai tempat
telah kita pinjam untuk memagut mimpi kita, yang kita ciptakan bersa-
ma-sama antara kita: Ciputat, Lanteng Agung, Banten, sesaat Mataram,
sesaat Rungkut Surabaya, Situbondo, Bali, bahkan kita terpisah jarak
antara Honolulu dan Jakarta, Bekasi, Banten dan Banten lagi, tepatnya
Kota Serang.
Sudah dua puluh tahunan lebih, kita melintasi kehidupan bersama
dengan sejuta asa. Seluruh keluh, duka nestapaku menjadi dialog kita,
sampai hampir tak sempat engkau bercerita susahmu. Sampai tak sem-
pat juga aku mendengar marahmu. Engkau menjadi teman setia-- yang
membuat aku merasa nyaman dan percaya-- sampai tak sempat juga
aku sembunyikan semua cerita, termasuk yang remeh temeh.
Sudah puluhan malam - dini hari, aku melihatmu memainkan laptop
atau handphone (hp) untuk sekedar nonton film atau menulis, entah
tulisan apa yang engkau rajut di layar hp. Sudah puluhan malam-dini
hari, aku mengingatkan untuk tidur, tapi sekarang tidak ada lagi yang
kuingatkan.
216 Jejak Langkah Rudi Tagaroa “Inspirator Gerakan Mahasiswa Mataram”
Kopi Kenangan
Sudah puluhan tahun kita, dan aku sendiri mengumpulkan kopi-kopi
terlaris dari daerah-daerah, karena hanya oleh-oleh itu saja yang kau
minta, untuk dinikmati bersama teman-teman dan sahabat kita. “ Ka-
pan mau main ke rumah, aku ada kopi baru nih,“ajaknya ke seorang
teman. Itulah sebuah kata yang membuat aku tersipu bangga bisa mem-
beri suami, sekaligus sahabatku tercinta. Kini, kopi-kopi itu masih ada,
tanpa aku tahu harus dibagaimanakan. Perjalanan tugasku pun masih
ada, tetapi kini aku tidak membeli kopi lagi setelah engkau pulang da-
lam keabadian.
Engkau perokok gila, sedangkan aku penggila anti rokok. Disitu-
lah kami berbeda, dan engkau tidak pernah meminta bantuan untuk
membelikan rokok atau sekedar diskusi tentang rokok. Kita sama-sama
memiliki dunia yang berbeda tentang rokok. Kita saling menghormati
dalam diam.
Telah banyak pertemuan kita buat. Pertemuan terahir adalah rapat
membuat Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis). Tidak seperti bisanya,
kali itu, engkau mengusulkan agar pertemuan kali ini adalah peremuan
terbatas, hanya untuk teman-teman yang terbiasa bercengkrama dengan
kami, teman-teman yang biasa wara-wiri di kebun Koloni Lebah. Tidak
seperti biasanya juga, engkau menginginkan menjadi pimpinan. “Biar
aku yang jadi ketuanya, Mama menjadi pembina,” pintanya. Padahal,
dalam membuat kelompok , engkau biasanya lebih senang dengan orang-
orang beragam, percampuran antara “orang baru” dan orang “lama”.
Kuyakin pada ingatanku, selama ini, engkau tidak pernah bersedia men-
jadi ketua, melainkan hanya menjadi pembina. “Kita jadi pembina
saja, agar mereka bisa berkreasi lebih bebas,” pintamu, selalu.
Saat itu, tidak biasanya pula, engkau meminta waktu untuk bersa-
ma-sama selama satu minggu.” Ma, apa mungkin minggu depan Mama
tidak masuk kerja selama seminggu?” tanyanya, suatu ketika. “Sesekali
kita menikmati waktu istimewa untuk kita,” imbuhnya. Saat itu, eng-
kau ingin mengajakku jalan-jalan dari ujung Lebak, Banten, sampai
ujung Tangerang, untuk melihat tempat-tempat yang memiliki sejarah
pergerakan Banten di masa lalu.
Jejak Langkah Rudi Tagaroa “Inspirator Gerakan Mahasiswa Mataram” 217
Utamakan Amanah
Biasanya, engkau yang pertama mengingatkan aku kerja. Dan eng-
kau selalu mengingatkanku, kerja politik tidak seharusnya dijalani den-
gan disederhanakan hanya mengerjakan rutinitas. Setelah kunjungan
kerja , mampirlah ke kantor fraksi atau ke kantor DPC Gerindra untuk
sekadar rehat dan silaturahmi. Jangan buru-buru pulang, karena ker-
ja politik harus terus konsolidasi, silaturahmi dan menambah teman.
Lalu, masih ada kata-kata lain yang masih lekat dalam ingatanku. “Ma,
jangan banyak istirahat di rumah, berkunjung dan bermainlah dengan
teman-teman lama dan tokoh-tokoh masyarakat untuk sekadar main
atau silaturahmi, atau minta masukan mereka. Anak semata wayang
kita, Gaga dan saya tidak usah kamu pikirkan, mumpung kamu sedang
punya amanah untuk masyarakat,” begitu pesanmu, suatu ketika.
itulah pesan yang selalu hadir manakala aku pulang lebih awal untuk
sekedar rehat sesaat di rumah. Satu hal yang tak pernah kusangka,
permintaan yang tidak biasanya kali itu -- meminta waktu seminggu
untuk bersama-- ternyata hanya menjadi pendampingmu menemani
perjalanan barumu, berkelana menemui Sang Kholik, Sang Pemilik kita
semua.
Sekian lama kita belajar bersama tentang ikhlas, engkau sering men-
gajarkan makna iklhas, agar semua yang hilang menjadi amal akhirat.
Namun, tidak seperti biasanya, saat itu, aku lupa untuk iklhas men-
gantarkan perjalanan panjangmu di alam yang baru. Bagaimana tidak,
hanya dalam hitungan hari saja, perjalananmu kau akhiri tanpa satu
pun kata perpisahan, “ Semangat Ma, kita buat pelatihan untuk ibu-ibu
lagi nanti, temenmu dan temenku kita kumpulkan”.
Sungguh, kata-kata itu tak pernah aku pikirkan dalam makna perpi-
sahan kita untuk selamanya. Masih segar dalam ingatanku, betapa in-
dahnya kebun kecil yang ingin kita buat bersama, dengan warung kopi
dan pasar trdisional untuk masyarakat, serta ruang pentas seni budaya.
Katamu, “Kasihan para penggiat seni di Jakarta. Mereka berserakan
sejak TIM tidak berfungsi seperti semula. Apalagi di Banten ini, pegiat
seni budaya sangat terbatas untuk tempat berekspresi. Selain itu, di
kebun ini, kita bisa santai, Ma. Pulang kerja, kita bisa ngeteh di Kebun
Koloni.”
218 Jejak Langkah Rudi Tagaroa “Inspirator Gerakan Mahasiswa Mataram”
Airmata Pertama dan Terakhir
Bagaimana mungkin aku ingat untuk ikhlas. Hanya dalam hitungan
hari saja, engkau tiba-tiba melemah. Dihari kedua, tiba-tiba engkau be-
rucap dengan diiringi setitik air mata, “Maafkan aku merepotkanmu,
maafkan aku tidak mau untuk diajak ke dokter.“
Baru pertama aku melihat lagi air matamu mengalir seperti aku
temukan dulu. Aku masih ingat, kala air mata yang kita alirkan bersa-
ma, saat pertama kita memutuskan untuk mengikat tali kasih. Setelah
itu, aku tidak pernah melihat lagi aliran air mata itu selama kita ber-
sama. Ya, air mata itu ternyata mengalir juga dari seorang Rusdi, yang
sangat kuat dalam prinsip dan kesabaran, yang melampaui orang-orang
di dunia ini. Bagaimana mungkin aku tidak lupa ikhlas ?
Kita bersama mengarungi lautan, ombak tinggi, puting beliung dan
jalan terjal. Bahkan, perjalanan kita sekarang dikawani buah cinta kita,
Gaga. Pernah kita putuskan untuk mengabdi pada ibuku yang sudah tua
renta dimakan usia, dan kita putuskan juga untuk tidak “meminjam”
masyarakat jauh, tapi kita memilih pulang ke Banten, tempat ibu dan
keluargaku tinggal. Kini, Ibu, biasa kami panggil Umi, yang kita cintai
bersama telah berpulang ke rahmataullah tujuh bulan yang lalu. Saat
itu, kita hampir goyah menatap hidup. Berat badan kita turun drastis,
dan kita bergantian sering sakit-sakitan. Ternyata sakitmu serius say-
ang, dan engkau mengikuti kepergian Umi. Bagaimana mungkin aku
tidak ingat ikhlas ?
Kita membangun bersama dengan suka dan duka, dalam lakonnya
untuk mencapai keindahan kemanusiaan yang kita pagut bersama. En-
gkau jadikan aku sebagai “bidadari yang diturunkan Tuhan dari surga,
berbaju indah, berparas cantik dan berhati mulia. Sementara, eng-
kau dan anak kita membiarkan aku hanyut sibuk dengan seluk beluk
duniaku, dan engkau terus mendukungkuku, bahkan selalu mengingat-
kanku. “Jangan dahulukan kami. Kami baik-baik saja,” begitu ujarmu.
Bahkan, dalam posisiku yang mumungkinkan bisa sedikit berbagi untuk
kepentingan pribadi, engkau tak pernah sedikit pun menerima. “Nilai
previlege” engkau letakan saja tanpa mau menjamah, bahkan engkau
larang juga anak kita untuk menyentuhnya. Bagaimana mungkin aku ti-
Jejak Langkah Rudi Tagaroa “Inspirator Gerakan Mahasiswa Mataram” 219
dak lupa untuk ikhlas mengantarkanmu?
Namun, setelah engkau benar-benar tiada, aku mulai ingat lagi akan
Iklhas, yang pernah engkau ajarkan pada kami. Engkau bukan milik
kami, engkau milik Sang Pengasih yang telah mempersatukan cinta kita
dan memisahkan kita dalam dunia yang berbeda. Aku yakin, dalam dun-
ia barumu, engkau akan mendapatkan kesempurnaan cinta. Pemilikmu
membawamu pulang untuk kebahagiaan yang lebih abadi.
Selamat jalan Sayang. Maafkan, aku harus ingat ikhlas, karena kita
semua dalam ketentuan-Nya.
Saya, ditemani buah cinta kita, melanjutkan perjalanan di dunia
ini, merajut mimpi kita dahulu dengan ikhlas. Sekarang, perjalanan ini
kami lalui tanpa dirimu.
Selamat Jalan kekasihku, Allah menyayangimu
n Encop Sopia
220 Jejak Langkah Rudi Tagaroa “Inspirator Gerakan Mahasiswa Mataram”
Serenade Di Batas Cakrawala
(Kepada Sang Pembebas, Rusdi Tagaroa)
Tersentak mengguncang jiwa
Mendengar petir duka
Menggelegar di semesta rasa
Seketika mendung berarak
Menyelimuti langit sukma
Sesak tersekat pilu
Memenuhi ruang rongga hati
Bergetar, mengguncang
Malam ini angin terasa begitu dingin
Udara terperangkap diam, senyap sunyi
Catatan tentangmu begitu panjang
Bagai sungai yang mengalir jernih
Menumbuhkan semangat dan keberanian
Menyuburkan ladang-ladang pengabdian
Menjadi inspirasi perjuangan di samudera kenangan
Langkahmu kini telah sampai
Di batas cakrawala juang
Senyummu menghiasi penjuru langit
Terselip diantara bintang galaxy dan meteor
Mentari sembunyi, rembulan redup memerah duka
Detik waktu terhenti
Engkau melangkah dalam tenang nan damai
Menjelang kebebasan sejati
Keharibaan sang pemilik kesejatian
Menuju keabadian
Selamat jalan suhu
Waktu pulang telah tiba
Yang datang dari-Nya, kembali pada-Nya
Hadirmu sulit tergantikan
Jejakmu takkan terhapuskan.
Sumbawa Besar. Ahad, 21 Agustus 2022
n Nurdin Ranggabarani
Ketua Presidium Forum Komunikasi Mahasiswa Mataram (FKMM) 1990-1994
Jejak Langkah Rudi Tagaroa “Inspirator Gerakan Mahasiswa Mataram” 221
Suheng Manusia baru
dini hari biru ada di langit
menunggu sahur berhias awan putih
angin menusuk dinding agar kelak kau ketuk
samar suaranya biru ada di laut
mengurai pendidikan kaum berbuih sambungan ombak
agar kelak kau arungi
papa hingga 25 tahun berlalu
di pojok rumah penuh asap tiba-tiba engkau menyeruak
menawarkan kesederhanaan
rokok
aku tersudut kebajikan
di antara dua dunia seperti sebuah kelokan
nyata dan fana menitipkan cinta, kegelisahan
keberpihakan pada kaum
Kendari, 25-07-2020: 14.15
terlupakan
Sepiring Bumbu Pedas aku pun kian tercenung
apa yang harus disampaikan ketika engkau menyebut Che
jika sepiring bumbu pedas sebagai martir dalam
mengitari seluruh tubuh mengobarkan kesadaran
sebagai buluh kehidupan
meradang dalam kedipan mata sebagai manusia baru
yang menanggung kemarau mengedepankan moral
membuang tumpukan materi
tentu saja rasa haus
harus enyah dari kerakusan langit biru
laut biru
dan setumpuk kekuasaan perlahan mengharu biru
yang membebani
ibu pertiwi Makassar, 10-06-2021: 09.10
sepanjang bumi
Mariso, 29-05-2021: 01.10
222 Jejak Langkah Rudi Tagaroa “Inspirator Gerakan Mahasiswa Mataram”
Ilusi Keserakahan berganti lima ribu
mengenang masa lalu membelah impian
hanya bisa mengedipkan mata
dengan mulut tercekat Kuta Mandalika, 13-02-2022: 16.22
selebihnya ilusi Ketuk Jaran Putih*)
tentang keserakahan sayangsayang menyebut kata
meninggalkan tulang kering
berserakan di muka bumi setiap kita
menafsir sendiri
hingga semua letih mataram timur laut
bercampur teriakan keadilan mengajarkan cinta
penuh onak makna
Tuhanku merahnya bergelora
Tuhanku membakar senja
hingga arus terakhir
Makassar, 08-07-2021: 21.39 membentuk magma
di puncak rinjani
Membelah Impian menggapai biru langit
berbagi cerita
inaq amaq
hidup itu hidup tenggelam
mengiringi langkah kecil dalam peluh doa
anak-anak menjajakan ikat ditingkahi
ketuk jaran putih
gelang perlahan moksa
sepanjang pantai kuta meretas jerit kanak-kanak
dalam dera modernisasi
mandalika deru moneterisasi
panas mendera tubuh
Makassar, 31-07-2022: 03.20
api semangatnya
berbalut senyum
tak henti berceloteh
lima belas ribu
sepuluh ribu
Jejak Langkah Rudi Tagaroa “Inspirator Gerakan Mahasiswa Mataram” 223
*)permenungan bersama Rusdi Tagaroa
Engkau Maha Baik
sepasang mata menatap langit
mengiringi sebaris awan
memutih di atas kepala
nadinya bergejolak kuat
saat daun mengering
menanti hujan senja
doa-doa mengalir di sekujur tubuh
dalam keikhlasan diri
menuju keabadian
Tuhan
Engkau
Maha Baik
Mataram, 21-08-2022: 12.06
n Agus K aputra
innalillahi wa inna ilaihi roji’un. semoga husnul khotimah.
selamat jalan kawan, kakak, guru terbaik
224 Jejak Langkah Rudi Tagaroa “Inspirator Gerakan Mahasiswa Mataram”
Doa untuk Suheng
Demi langit
Bintang pun bertaburan
Bulannya merona
Menerangi jalanmu
Demi bumi
Matahari mulai menghangat
Pelangi tampak memerah
Menggapai kesejatian
Cakrawalamu
Membara kaum muda
Amarah para sengsara
Resahkan durja penguasa
Jariyahmu
Menabur kebaikan
Membawa putihnya jiwa
Mengarungi semerbak Nirwana
Tenanglah dirimu
Dalam pelukan Ilahi
Dan Doa doa selalu untukmu
Suheng Rusdi Tagaroa
Al Fatihah
Aamiin Yaa Rabbal Aalamiin
Bogor, 28 Agustus 2022
n Moh. Syafiq Khan
Jejak Langkah Rudi Tagaroa “Inspirator Gerakan Mahasiswa Mataram” 225
SELAMAT JALAN MAS RUSDI TAGAROA
R encana Allah tak kan pernah meleset sedetikpun
U ntuk waktu kepulanganmu
S akitmu tlah berakhir
D irimu terbujur kaku dikelilingi orang-orang yang mencintaimu
I ngin rasa selalu berada di dekatmu
T angisan pilu tak terbendung untuk kepulanganmu
A ku dan Kau adalah KITA
G erakan-gerakanmu selama ini selalu membakar semangat
KITA
A kan kuteruskan Gerakan & Perjuangan yang menjadi MIMPI –
MIMPI mu untuk negeri ini
R asa sedih dan kehilangan teman Baik sepertimu Mas …
O leh karenanya Kami bersaksi Engkau orang Baik … Bahkan
Sangat Baik..
A llah akan menempatkanmu di tempat yang Layak, di surganya
… Aamiin
Sekedar untuk mengenang Mas Rusdi
Surabaya, 22-8-22
n Dadang Hermawan
226 Jejak Langkah Rudi Tagaroa “Inspirator Gerakan Mahasiswa Mataram”
Abangku sayang,
Engkau telah mengajariku bertemu Tuhan
Bukan dalam sembahyang,
tapi dalam bayang-bayang sifat Tuhan
Tak mengapa, berjalanlah duluan
Karena engkau sudah menjadi kekasih kehidupan
Abangku sayang,
Bagiku engkau bukan malaikat dari surga
Engkaulah sepatah kata
dimana Tuhan menitipkan cinta untuk semesta raya
Selamat jalan abang semoga engkau bahagia disisi-Nya.
n (Munzirin: Mengenang Rusdi Tagaroa)
Jejak Langkah Rudi Tagaroa “Inspirator Gerakan Mahasiswa Mataram” 227