The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.

Tema: Ceritakan tentang Bagaimana Aku Belajar, Bermain, dan Berkarya di Era Digital.

Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by kahara.kei, 2022-09-08 11:44:12

20 Surat Terbaik Untuk Kartini ~ Lomba Menulis Surat (Kominfo)

Tema: Ceritakan tentang Bagaimana Aku Belajar, Bermain, dan Berkarya di Era Digital.

Keywords: Lomba Menulis Surat (Kominfo)

Bekasi, 15 April 2020

Yts. Ibuku, RA Kartini
Di sisi-Nya

Assalamualaikum warahmatullah iwabarakatuh

Salam hormat,

Ibuku, sang wanita sejati, Raden Ajeng Kartini Djojo Adhiningrat. Semoga ibu bahagia
“di sana”. Kami di sini selalu mengenang jas ibu setiap tanggal 21 April Sekolah di negeri
tercinta ini, Indonesia, selalu mengadakan acara yang bertujuan mengenang jasa-jasamu
Bu, mulai dari mengadakan lomba membaca puisi, lomba peragaan busana, sampai
lomba menulis surat untukmu. Kami sangat berterima kasih karena ibu sudah berjuang
untuk emansipasi dan kemajuan para wanita Indonesia. Mungkin saat ini kami masih
diperbudak? Atau bahkan lebih parah? Bahkan, mungkin surat ini tidak akan pernah aku
tulis.

Bu, bukanlah pada zaman Ibu sangat sulit untuk belajar walaupun secara diam-diam?
Bahkan, menurut catatan sejarah yang aku baca, saat itu ibu belajar sendiri semuanya
dari awal? Saat itu membeli buku untuk dijual dengan harga yang lebih murah kepada
wanita-wanita pada masa itu. Bahkan, ketika masyarakat beranggapan Ibu aneh karena
menentang budaya. Pasti berat bukan, Bu? Akan tetapi, dengan tekad yang kuat, Ibu bisa
melewati semuanya. Bahkan, Ibu bisa membangun sekolah khusus wanita. Siapapun
pasti bangga bisa melakukan itu, ibu adalah wanita hebat.

Bu, pada zaman sekarang, zaman yang katanya digital atau era industri 4.0 ini, masih
banyak yang beranggapan bahwa wanita tidak perlu pendidikan yang tinggi, kata
mereka “nanti ujung-ujungnya akan kedapur juga, mengurus anak dan melayani suami”.
Jujur, Bu, aku tak paham dengan pola pikir mereka yang seperti itu. Padahal, menurut
hematku, tugas wanita bukan hanya itu. Wanita berhak melakukan sesuatu yang ia mau,
sesuatu yang dapat bermanfaat untuk sesama, bermanfaat untuk bangsa dan negara
Indonesia. Wanita juga berhak mendapat pendidikan setinggi mungkin dalam menunjang
pengabdiannya kepada masyarakat agar dapat berperan aktif dalam pembangunan
bangsa dan negara Indonesia. Sementar itu, menurutku, Bu, soal mengurus rumah
tangga, bukankah itu kemampuan dasar yang harus dimiliki semua orang, khususnya
wanita? Semoga saja mereka yang berfikir seperti itu bisa mengubah cara pikirnya, ya,
Bu, agar wanita-wanita Indonesia dapat berperan aktif dalam pembangunan kualitas
sumber daya manusia pun dalam pembangunan budaya bangsa.

20 Surat Terbaik untuk Kartini — 145 — Lomba Menulis Kominfo 2021

Ibuku sang pejuang kaum hawa. Aku tahu Ibu adalah wanita yang sangat cantik, baik
dari luar maupun dalam.

Ada hal yang sedikit mengganggu pikiranku, Bu. saat ini banyak wanita yang merasa
tidak percaya diri. Hal itu disebabkan pradigma cantik yang tercipta saat ini, standar
kecantikan yang sekarang menjadi tolak ukur adalah bahwa cantik itu untuk wanita yang
berkulit putih, berbadan langsing, berambut lurus, berhidung mancung dan bermata
lentik. Padahal, definisi kecantikan tidak melulu soal fisik kan, Bu? Akhlak yang mulia,
hati yang rendah dan lapang, otak yang cerdas, sikap sopan dan santun, juga termasuk
kedalam kriteria cantik yang sebenarnya bukan?

Zaman sekarang, Bu, katanya jika fisik kita tidak sesuai dengan standar kecantikan, kita
tidak di hargai. Katanya, wanita yang mempunyai fisik sesuai standar kecantikan yang
sekarang terkonsep akan lebih mudah dalam banyak hal, misalnya, mereka akan lebih
gampang dalam bergaul. Terkadang, wanita-wanita yang belum memenuhi standar
kecantikan selalu dicari kesalahannya, Bu. Sementara itu, wanita-wanita yang masuk
dalam kriteria standar kecantikan dipuji berlebihan. Rumit sekali, ya, Bu? Sebagai sesama
wanita, kita harus saling mendukung satau sama lain. Seharusnya seperti itu kan, Bu?

Bu, saat ini, pada era digital ini yang notabenya dunia sedang di penuhi teknologi canggih,
banyak yang menyalahgunakan haknya sebagai seorang wanita. Banyak yang rela
memperlihatkan bentuk tubuhnya yang bagus agar dipuji atau dianggap kekinian. Tidak
sedikit wanita yang membeberkan aibnya di sosial media hanya untuk sebuah keviralan
sementara. Bahkan, ada beberapa gadis kepada sang kekasih secara cuma-cuma. Mereka
menggunakan kalimat “my body is my choice” sebagai pembelaan, sedih melihat kaum
wanita zaman sekarang menjatuhkan harga dirinya seperti itu, semoga mereka sadar ya,
Bu. Semoga mereka sadar apa yang di perbuat adalah sebuah kesalahan.

Bu, disisi lain, berkat perjuangan ibu, saat ini banyak wanita yang berkarier dengan
sukses. Selain itu, saat ini banyak wanita mendapat dan mengenyam pendidikan tinggi,
Alhamdulillah, kaum kita tidak direndahkan lagi, Bu.

Bu, saat ini kami berada pada masa pandemi, masa yang menuntut kami lebih lagi dalam
menuntut teknologi. Kami menjalani pembelajaran dengan sistem jarak jauh. Pada masa
ini aku sangat memanfaatkan teknologi dengan baik. Pada masa ini aku dituntut untuk
belajar lebih lagi dalam memanfaatkan teknologi digital yang ada. Aku sangat senang
mempelajarinya.

Bu, suatu hari aku ingin membangun sekolah seperti ibu. Aku ingin membangun sekolah
dasar yang khusus berorientasi pada bidang teknologi. Aku ingin anak-anak yang
berbakat pada bidang teknologi sudah mendapat fokus pembelajaran bidang teknologi
sejak usia dini, sekolah dasar, sehingga bakat generasi muda Indonesia dapat tersalurkan

20 Surat Terbaik untuk Kartini — 146 — Lomba Menulis Kominfo 2021

dengan baik sejak dini. Dengan demikian, tidak ada lagi cerita anak-anak muda Indonesia
kecanduan game online dengan sia-sia. Sekolah teknologi dini diharapkan mampu untuk
melahirkan generasi-generasi muda penerus almarhum Bapak B.J Habibie.

Bu, semoga cita-citaku terlaksana ya. Semoga aku mendapat beasiswa untuk mengeyam
pendidikan setinggi mungkin. Dengan demikian, aku akan bisa mengabdi untuk bangsa
dan negara. Khususnya kaum hawa, seperti ibu RA kartini.

Bu, sekian surat dariku semoga ibu bahagia “di sana”. Selamat hari kartini!

Generasi penerusmu,
Zakia Fadisa Maharani

20 Surat Terbaik untuk Kartini — 147 — Lomba Menulis Kominfo 2021

20 Surat Terbaik
Kategori SMA

20 Surat Terbaik untuk Kartini — 148 — Lomba Menulis Kominfo 2021

Alir Bening Firdausi
Amelia Waruwu

Anita Yuliana Tampubolon
Annabel Christy
Aprini Harsalina
Aqila Az Zahra
Ayu Wandira
Bening Christalica

Cahaya Listian Putri
Delamas

Faza Haunan
Imelia Anastasya
Marshia Loanza
Nabila Eka Agustin
Nanang Nurdiansyah

Putri Oktaviani
Ratu Restuning Aulia
Rayna Nurrizky Hendartriany

Syadah Fahrunisa
Yunita Weyai

20 Surat Terbaik untuk Kartini — 149 — Lomba Menulis Kominfo 2021

Kategori SMA

Syadah Fahrunisa

SMKN 9 Jakarta

20 Surat Terbaik untuk Kartini — 150 — Lomba Menulis Kominfo 2021

Jakarta, 13 April 2021

Teruntuk Ibu Kartini

Ibuku yang tercinta,

Pertama-tama, saya ingin mengucapkan Selamat Hari Kartini kepada ibu. Ibu tahu? Kini
ibu menjadi sosok yang selalu dikenang setiap tahunnya. Tepatnya, pada tanggal 21
April, yang ditetapkan sebagai Hari Kartini oleh Presiden pertama Indonesia, yaitu Ir.
Soekarno. Dan kami, sebagai anak bangsa selalu merayakannya dengan suka cita atas
dasar mengenang jasa yang telah ibu berikan kepada negeri ini.

Sebelum itu, perkenalkan, saya Syadah Fahrunisa, ingin menceritakan sekilas perjalanan
hidup di tanah air sepeninggalan perjuangan ibu. Yang sekarang resmi menjadi nama
Indonesia, bukan lagi Hindia Belanda. Yang sudah merdeka, terlepas dari cengkeraman
penjajah. Persis seperti yang ibu impi-impikan tempo dulu.

Tulisan ini tercipta dari pikiran yang selalu mengenang ibu sampai sekarang. Tepatnya
117 tahun setelah kepergian ibu. Walaupun terbilang cukup lama, nama Ibu Kartini
tetap harus di muka bumi. Karena kami selalu menyisakan ruang memori untuk ibu agar
tetap kekal dalam benak dan hati.

Saya ingin bercerita perihal kehidupan yang selalu berkembang setiap harinya. Tahukah
ibu bahwa dunia ini tak lagi sama? Nanti akan saya ceritakan secara rinci. Yang jelas,
banyak perubahan yang terjadi beriringan dengan dampak positif dan negatifnya.

Modern, begitulah sebutan era sekarang, bu. Kalau anak-anak milenial biasa menyebutnya
era digital, dimana semua sudah terkomputerisasi. Perkembangan teknologi sudah
semakin meluas hingga membuat manusia bergantung pada teknologi tersebut. Bisa
dibilang peradaban ini memberikan kesempatan pada siapa saja untuk mengakses dunia
luar, secara harfiah. Lewat benda pipih yang disebut “gawai” dan tersambung dengan
internet, dunia benar-benar seperti berada dalam genggaman kami. Dan bagi siapapun
yang tidak menguasai teknologi, maka akan tergerus oleh zaman ini, bu.

Melalui teknologi, melihat dunia seolah bukan hal yang sulit bagi kami. Mungkin
saya akan memberikan sedikit gambaran kepada ibu. Jikalau saya ingin melihat Kota
Amsterdam, tempat lahirnya sahabat pena ibu, yaitu Estella Zeehandelaar, saya hanya
tinggal mengaksesnya lewat gawai. Dan foto-foto keindahan Amsterdam yang kini
menjadi ibu kota Belanda itu terpampang jelas di hadapan saya.

20 Surat Terbaik untuk Kartini — 151 — Lomba Menulis Kominfo 2021

Begitu juga dengan berkarya. Tak lagi ada rintangan bagi siapapun yang ingin menuangkan
pikirannya seperti saya. Wadah bagi dunia kepenulisan begitu luas jangkauannya,
bahkan buku-buku digital sudah tersebar luas di ranah dunia. Surat menyurat juga
tak lagi menggunakan kertas dan membutuhkan waktu lama untuk mengirimnya.
Hanya dengan surat elektronik, semua orang dapat mengirim surat kepada siapapun,
dimanapun, bahkan ke ujung dunia sekalipun! Hebat sekali era digital ini, kan, bu?

Satu lagi hal yang berubah seiring dengan perkembangan waktu, yaitu pendidikan,
Karena jasa ibu, wanita kini dapat memperoleh kedudukan yang setara dengan para
pria, salah satunya kesetaraan pendidikan. Inilah makna emansipasi yang dulu mungkin
memiliki arti di telinga ibu. Tentu di zaman ini pendidikan selalu disangkut pautkan
dengan teknologi. Bahkan ada yang namanya IPTEK, atau Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi. Segala macam Ilmu Pengetahuan tak hanya bersumber dari buku, kini dapat
diperoleh juga lewat internet.

Cara saya belajar juga jelas berbeda. Papan tulis yang dulu selalu menyisakan bekas
noda tinta, sekarang sudah tergantikan oleh proyektor canggih. Buku yang dulu lusuh
karena terlalu sering ditulis, kini sudah tergantikan oleh laptop maupun gawai. Kendati
demikian, kegiatan tulis menulis tentu saja masih ada.

Kreativitas saya dalam belajar juga sudah semakin terasah karena kemudahan mencari
informasi. Juga ada beragam video beranimasi yang membuat belajar jadi semakin
menyenangkan, bu. Apakah ini yang ibu sebut sebagai zaman baru? Entahlah. Yang jelas,
semuanya sudah maju. Tidak seperti dulu ketika ibu dengan susah payah membangun
Sekolah Kartini demi mewujudkan arti “kebebasan” bagi kaum perempuan.

Saya jadi teringat sebuah kepingan kata dari surat ibu yang berbunyi, “Bila orang hendak
sungguh-sungguh memajukan peradaban, maka kecerdasan pikiran dan pertumbuhan
budi harus sama-sama dimajukan.” Di zaman sekarang kecerdasan pikiran memang
telah maju. Namun, berbanding terbalik dengan pertumbuhan budi. Tata krama seolah
hilang ditelan bumi, tiada lagi bunyinya. Inilah dampak negatif dari peradaban teknologi
yang semakin hari kian mengkhawatirkan.

Yang kami perjuangkan kini bukan lagi soal kemajuan dalam berpikir, melainkan soal
kembalinya budi pekerti yang tergerus oleh teknologi. Moralitas seolah sudah berada di
titik kurva terendah dari kehidupan. Satu penampakan nyata akan saya jabarkan kepada
ibu; orang tak lagi memedulikan sekitarnya karena tak sanggup mengalihkan pandangan
dari layar gawai.

Di dunia yang serba modern ini, saya memiliki banyak harapan untuk kedepannya. Tapi,
hanya satu harapan yang menjadi tujuan hidup saya: Sejuta mimpi yang telah saya
gantungkan di langit. Semoga bisa bersinar terang bersama bintang, Didorong oleh

20 Surat Terbaik untuk Kartini — 152 — Lomba Menulis Kominfo 2021

dukungan dan kekuatan dari sekitar, tak lupa juga wadah untuk menyalurkan bakat dan
minat agar saya bisa terus maju memperjuangkan cita-cita. Kelak, saya ingin menjadi
seperti ibu, yang bekerja demi kebahagiaan sesama manusia. Yang juga menganut
semboyan “saya mau” dan menjunjungnya dengan bangga. Dua patah kata yang
selalu menjadi semangat ibu dalam melewati batas-batas ketidakmungkinan sewaktu
memperjuangkan emansipasi di Bumi Pertiwi.

Semoga saja pemerintah atau siapapun orangnya dapat membantu saya melaksanakan
mimpi-mimpi tersebut, dengan turut serta memberikan tempat bagi saya menuangkan
ide dan menjadikannya buah pemikiran. Dengan memanfaatkan teknologi yang ada,
saya yakin, cita-cita setinggi apa pun mampu saya raih. Saya hanya tidak mau tersisihkan
oleh sekian juta orang di Bumi ini, bu. Saya ingin menjadi seperti Ibu Kartini!

Dengan semangat penuh yang tersalur lewat surat ini, saya mengakhiri sepenggal kisah
ini. Sekian dulu ya, bu. Lain kali saya akan menceritakan lebih banyak kisah lagi.

Salam penuh cinta,

Syadah Fahrunisa

“Saya jadi teringat sebuah kepingan kata dari surat ibu yang
berbunyi, 'Bila orang hendak sungguh-sungguh memajukan
peradaban, maka kecerdasan pikiran dan pertumbuhan budi

harus sama-sama dimajukan.'”



Syadah Fahrunisa

SMKN 9 Jakarta

20 Surat Terbaik untuk Kartini — 153 — Lomba Menulis Kominfo 2021

Kategori SMA

Nabila Eka Agustin

SMA Muhammadiyah 10 GKB Gresik

20 Surat Terbaik untuk Kartini — 154 — Lomba Menulis Kominfo 2021

Gresik, 14 April 2021

Teruntuk, Putri Bunga Bangsaku
Raden Ajeng Kartini
Di Taman Surgawi

Selamat malam Diajeng Kartini
Putri kebanggaan negaraku, pahlawan bangsaku yang senantiasa
Kuingat sepanjang hidupku

Salam hormat dari seorang perempuan pedesaan dipelosok gresik selatan. Ku tulis
sebait kata ini di atas hamparan padi yang mulai menguning. Berharap sebulan lagi
masa panen akan tiba, karena sudah setahun bangsaku terkena musibah COVID-19.
Musibah yang membuatku, ayahku, ibuku harus berdiam diri di rumah saya, atas nama
kesehatan masyarakat kami harus menerima keadaan ini.

Desa-desa kami yang seharusnya hangat dengan hamparan daun hijau. Tapi kami harus
menerima lockdown, seluruh warga desa, kota harus menerima takdir dari negara untuk
isolasi mandiri demi kesehatan bersama.

Diajeng kartini, ingin ku ceritakan bagaimana keadaanku sekarang, ketika aku seharusnya
sekolah, bercanda gurau dengan teman, guru, tapi aku harus menerima keadaan ini.
Musibah ini bukan hanya miliku, milik wargaku, milik negaraku, musibah ini sudah menjadi
pandemi dunia, tahun 2020 menjadi awal musibah dan 2021 kami masih berjuang.
Karena hanya dengan saling bergandengan tangan kami akan keluar dari musibah ini.

Diajeng Kartini, selama pandemi COVID-19. Aku sebagai wanita, sebagai anak desa,
sebagai siswa SMA yang masih berusia 16 tahun. Usia dimana aku masih mencari jati
diri, tapi COVID-19 menjadi penjara untukku. Penyakit yang tak kasat mata tapi sungguh
menjadi tembok kokoh yang menutup setiap akses bepergian menjadi penjara untuk
kami semua, tak bisa bertemu guru dengan kasih sayangnya. Kami dipisahkan oleh
Study From Home, sempat ingin menyerah dengan keadaan yang ada, karena aku tidak
bisa berbuat apa-apa, tapi syukurlah dunia telah berubah, teknologi telah maju dinegara
yang kau merdekakan dengan pemikiranmu.

Meskipun aku harus belajar dari rumah, diantara tembok kamar yang mengelilingi
tempatku belajar, aku masih bisa bersua dengan sahabatku melalui Zoom meeting,
google meet. Antara aku, guruku, dan cita-cita kami masih bisa tertulis dengan jelas di
antara kemajuan teknologi. Karena komunikasi sangatlah penting apalagi kondisi yang
seperti ini, dimana kita tidak bisa bertatap muka. Tentu pemerintah ini sangat sangat
peduli pada kami, paket data diberikan secara gratis, aku yang anak desa mendapatkan

20 Surat Terbaik untuk Kartini — 155 — Lomba Menulis Kominfo 2021

paket data secara gratis rasanya sangat senang, karena ekonomi keluarga sedang
berubah dan sekarang jaringan internet telah masuk ke desa-desa, program wifi gratis
desa juga memudahkan kami semua, sehingga tak menghalangi kami untuk produktif
selama pandemi ini seperti engkau Diajeng Kartini.

Diajeng Kartini, aku ingin cerita semenjak COVID-19 awalnya aku rebahan saja dan
hanya meratapi nasib dengan keadaan yang ada. Karena aku takut untuk keluar, tak ada
yang bisa aku lakukan selain belajar daring yang membuatku bosan dan tak nyaman.
Tapi, semenjak Agustus 2020, tepatnya 5 bulan setelah lockdown di negara Indonesia ku
tercinta. Aku membaca kisahmu bagaimana seorang wanita harus berani keluar dari zona
nyaman, tak patah semangat dengan keadaan yang menimpa. Meskipun begitu engkau
yang terlahir dari keluarga ningrat, engkau tak pernah goyah dan menyerah, engkau
selalu berani untuk melawan arus, dan ini menjadi motivasiku untuk berani keluar dari
zona nyaman, karena aku percaya bahwa halangan dan rintangan bisa dilewati dengan
tekad dan keinginan. Begitu juga yang aku lakukan kini, aku mencoba untuk bangkit
melawan keadaan. Tapi aku tetap taat pada pemerintah untuk selalu menjaga jarak,
mencuci tangan, memakai masker, dan selalu mengkonsumsi makanan bergizi demi
imunitas tubuh. Karena aku selalu percaya pemerintah adalah pemimpinku. Merekalah
yang lebih tahu untuk keselamatan masyarakat Indonesia secara keseluruhan.

Diajeng Kartini, sejak bulan agustus tepatnya di ulang tahun kemerdekaan Indonesia
ke-75. Aku mulai berani mengibar semangat juangku. Meskipun di rumah saja, aku
mulai membuat channel youtube dengan nama “Nabila Eka”, didalam nya aku isi puisi
tentang semangat membangun belajar, semangat nasionalisme, motivasi keluar dari
zona nyaman, dan masih banyak lagi. Lalu aku membuat channel IG TV yang isi nya
juga memberikan motivasi untuk anak-anak muda agar tidak menerima keadaan dengan
rebahan saja dan aku juga mulai membuat branding diri dengan mempublish kegiatan
positif yang kujalani selama pandemi ini agar bisa memotivasi teman sebayaku untuk
terus produktif dan tidak patah semangat. Karena aku yakin kitalah pejuangnya, kitalah
pahlawannya di masa pandemi COVID-19. Berusaha memberikan sumbangsih melalui
teknologi informatika yang harus kita manfaatkan dengan baik. Semangat juang Diajeng
Kartini Membuatku termotivasi untuk terus berproses, dengan teknologi yang ada, aku
berusaha mencari berbagai info lomba di sosial media, mencoba keluar dari zona nyaman
dengan bergulat kompetisi. Karena aku berharap ingin bisa Diajeng Kartini yang menjadi
sosok wanita panutan yang mampu memberi contoh ke semua bahwa perempuan juga
layak untuk sukses, maka dari itu aku mencoba mengikuti berbagai kompetisi.

Diajeng Kartini, aku inget betul 03 September 2020 aku mulai menang lomba essay di
kampus unair, lalu berlanjut lomba cuci tangan di KEMENDIKBUD, bilio battel di BPK
RI lalu lomba lomba terus aku ikuti sampai sekarang. 20 lomba telah aku menangkan
dan sebagian beasr aku peroleh dari kondi COVID-19 aku senang sekali sebagai anak
perempuan muda menulis essay, bercerita , dan lain sebagainya. Ini semua berkatmu

20 Surat Terbaik untuk Kartini — 156 — Lomba Menulis Kominfo 2021

surat -suratmu kepada settela , menjadi semangat juangku untuk terus berjuang
meneladani apa yang telah engkau lakukan.

“Taukah engkau semboyanku? “ aku mau ! “ dua patah kata yang ringkas itu sudah beberapa
kali mendukung dan membawa aku melintas gunung keberatan dan kesusahan. Kata!
Aku tiada dapat! Melenyapkan rasa berani. Kalimat” aku mau!” membuat kita mudah
mendaki puncak gunung” kata-katamu inilah yang menjadi inspirasi untuk bergerak,
mencoba keluar dari zona nyaman. Karena aku tau kemauanku untuk mencoba hal
baru kemauanku untuk terus menjadi lebih baik adalah kunci kesuksesanku. Dan benar
katamu aku mau menjadi energi positif yang terbarukan , tak pernah habis di setiap aku
melangkah. Diajeng Kartini aku sampai lupa sebulan yang lalu aku membuat aplikasi
pelangi literasi, sebuah games literasi ini khusus aku buat agar anak -anak negri ini
semangkin gemar membaca dan syukurlah ide ini diakui dalam lomba literasi pedesaan,
aku senang sekali saat pengumuman lomba.

Diajeng kartini, demikian surat dariku kelak kita sambung lagi cerita- cerita dariku
jangan bosan mendengarkan ceritaku yang tak penting ini hehehe….. Karena tanpamu
aku tak banyak bisa berubah. Menjadi wanita yang siap bertarung di era digital adalah
harapanku.

Hormat saya,
Nabila Eka Agustin

“. . . karena aku percaya bahwa halangan
dan rintangan bisa dilewati dengan tekad
dan keinginan.”



Nabila Eka Agustin

SMA Muhammadiyah 10 GKB Gresik

20 Surat Terbaik untuk Kartini — 157 — Lomba Menulis Kominfo 2021

Kategori SMA

Bening Christalica D. N.

SMA Negeri 1 Bantul

20 Surat Terbaik untuk Kartini — 158 — Lomba Menulis Kominfo 2021

Bantul, 15 April 2021

Yth, Ibu Raden Ajeng Kartini
Di surga

Dengan hormat,

Ibu Raden Ajeng Kartini, semoga ibu selalu berbahagia dan damai dialam surga. Melalui
surat ini, saya ingin bercerita tentang bagaimana saya belajar, bermain, dan berkarya di
era digital. Ibu yang cantik, perkenalkan nama saya Bening Christalica Damai Nugraha.
Saya adalah seorang siswa kelas X di SMA Negeri 1 Bantul Yogyakarta.

Ibu Raden Ajeng Kartini yang cerdas, sudah 1 tahun lebih dunia diguncang wabah
COVID-19. Sudah hampir 1 setahun pula saya mengikuti pembelajaran sekolah
dengan sistem pembelajaran jarak jauh (PJJ). Saya mengikuti pembelajaran dari
rumah menggunakan laptop dan handphone. Melalui sistem pembelajaran ino, saya
mendapatkan dampak positif dan negatif. Dampak positif pembelajaran di era digital yang
saya dapatkan diantaranya yaitu saya mendapatkan lebih banyak pengetahuan sehingga
saya belajar lebih cepat dan bisa menguasai teknologi untuk menunjang pembelajaran
online. Dalam sistem PJJ ini, guru-guru saya juga mengemas materi pelajaran dengan
sangat baik sehingga kami menjadi senang belajar dan tidak cepat bosan. Saya juga
mendapatkan bantuan kuota internet gratis sehingga saya bisa berselancar di internet
sambil belajar melalui aplikasi-aplikasi pembelajaran online. Selain dampak positif yang
saya dapatkan, saya juga mendapat kendala-kendala dalam belajar di era digital. Kadang-
kadang sinyal internet di daerah saya sangat buruk sehingga saya kesulitan mengakses
informasi dan telat mengumpulkan tugas sekolah. Pada era digital ini saya juga saya
juga merasa tugas-tugas yang diberikan oleh guru sangat banyak. Apabila ada tugas
yang harus dikerjakan secara berkelompok, saya sering mengalami kesulitan karena ada
beberapa teman yang tidak diperbolehkan pergi oleh orangtua mereka. Dampak tidak
baik lainnya yang sangat saya rasakan yaitu saya menjadi kurang mengenal teman kelas
ataupun teman-teman sekolah saya.

Ibu Raden Ajeng Kartini yang manis, dulu ibu mempunyai hobi menulis surat kepada
sahabat-sahabat ibu sehuingga ibu merasa terhibur dan dekat dengan mereka, walaupun
mereka berjarak sangat jauh dengan ibu. Dalam masa pandemi ini saya merasa sangat
bosan di rumah. Walaupun hubungan saya dan keliuarga menjadi lebih akrab, tetapi
saya juga ingin sekali pergi bersama teman-teman untuk bermain, jalan-jalan dan saling
mengunjungi. Namun, pada era digital dan pandemi saat ini saya hanya bisa bertemu
dengan mereka secara virtual melalui google meet, Zoom, dan video call. Dirumah, saya
hanya bisa bermain dengan anjing peliharaan, membaca buku, bermain game, atau
membantu pekerjaan ibu saya.

20 Surat Terbaik untuk Kartini — 159 — Lomba Menulis Kominfo 2021

Ibu Raden Ajeng Kartini yang baik hati, berbeda dengan ibu yang mempunyai hobi
menulis surat, saya memiliki hobi menari. Tetapi pada masa pandemi seperti ini tempat
les menari saya tutup sehingga saya harus berlatih secara mandiri melalui tutorial di
youtube. Walaupun sekarang semua serba digital, saya tetap berusaha berkarya dan
mengikuti beberapa lomba yang sesuai dengan passion yang secara online. Beberapa
waktu lalu, saya mengikuti lomba foto berbusana jawa secara online tingkat DIY dan
berhasil meraih juara dua.

Ibu Raden Ajeng Kartini yang penuh semangat, saya sungguh berharap bisa segera
mendapatkan vaksin dan di tahun ajaran baru nanti pemerintah benar-benar membuka
kembali pembelajaran tatap muka sesuai protokol kesehatan sehingga saya dan pelajar-
pelajar yang lain bisa mendapatkan pelayanan pendidikan secara optimal dan kelak
kami bisa menggapai apa yang kami cita-citakan. Harapan saya agar transformasi
pendidikan dapat menunjang keberhasilan cita-cita para siswa, maka guru, pendidik, dan
kepala sekolah juga perlu di bantu dan dilatih dengan baik. Pemerintah harus melatih
mereka dalam hal TIK, sehingga keterampilan digital mereka dapat diteruskan kepada
siswa secara efektif. Pelatihan dari pemerintah dalam integrasi TIK ke dalam metode
pengajaran juga sangat diperlukan, sehingga teknologi digital tidak hanya menjadi
tujuan, tetapi juga vektor pengajaran guru di seluruh mata pelajaran yang ada. Saya
ingin mempunyai guru-guru yang kompeten dan percaaya diri secara digital sehingga
lingkungan belajar para siswa menjadi inovatif dan menarik.

Ibu Raden Ajeng Kartini sang pendekar bangsa, demikian cerita saya mengenai kegiatan
sehari-hari dan harapan saya kepada pemerintah di era digital ini. Saya mohon maaf
apabila surat saya ini mengganggu ketenangan ibu di alam sana

Hormat saya,
Bening Christalica D. N.

20 Surat Terbaik untuk Kartini — 160 — Lomba Menulis Kominfo 2021

“Dampak positif pembelajaran di era digital yang
saya dapatkan diantaranya yaitu saya mendapatkan
lebih banyak pengetahuan sehingga saya belajar lebih
cepat dan bisa menguasai teknologi untuk menunjang

pembelajaran online.”



Bening Christalica D. N.

SMA Negeri 1 Bantul

20 Surat Terbaik untuk Kartini — 161 — Lomba Menulis Kominfo 2021

Kategori SMA

Alir Bening Firdausi

SMA Negeri 1 Purwokerto

20 Surat Terbaik untuk Kartini — 162 — Lomba Menulis Kominfo 2021

Purwokerto, 16 April 2021

Untuk pahlawan perempuan Indonesia,
Ibu Raden Ajeng Kartini

Apa kabar, Bu?

Sebagai pembuka layang yang akan lebih afdal dibuat manis seperti gula agar penerima
surat bahagia membacanya, selamat ulang tahun ke-142, Bu. Bila ada kehidupan setelah
kematian, saya yakin raga Ibu telah tenang disisi-Nya berkawankan bidadari-bidadari
surga. Terlepas perihal itu, bahkan hingga kini jiwa Ibu tetap hidup dan berkobar dalam
nafas perempuan-perempuan Indonesia.

Barangkali, sudah terlampau lama Ibu tidak mendengar pawarta tentang tanah kelahiran,
Indonesia yang mungkin akan lebih akrab di telinga Ibu dengan sebutan Hindia-Belanda.
Sebelumnya, perbolehkanlah saya memperkenalkan diri. Saya Alir Bening Firdausi.
Tidak ada yang istimewa dari saya, hanya seorang pelajar biasa dari sebuah sekolah
menengah atas di salah satu kota di Selatan Jawa Tengah.

Sejak masih duduk di bangku taman kanak-kanak, lagu Ibu kita Kartini karangan Wage
Rudolf Supratman yang secara gamblang menceritakan penuh tentang sosok Ibu begitu
sering dilantunkan dan begitu seringhilir mudik di Indra pendengaran. Melodinya indah,
rimanya sejajar, membuat lagu itu dengan mudah tercetak jelas di kepala. Sebagai anak
kecil yang polos nan lugu, saya sangat senang jika diminta gutu menyanyikan lagu
tersebut sebagai syarat agar dapat pulang lebih awal daripada teman-teman saya yang
lain.

Beranjak remaja, sering saya mengenyam pendidikan sekolah dasar, dilanjut sekolah
menengah pertama hingga sekolah menengah atas di mana saya berada sekarang,
ada berjuta hal yang saya pelajari, Bu. Termasuk kisah tentang Ibu dan alasan-alasan
mengapa nama Ibu begitu digembor-gemborkan di Negeri Pertiwi, hingga diabdadikan
dalam banyak deskripsi. Perjuanganmu, Bu. Perjuangan tiada akhir melalui gagasan
dan buah pikir, demi terlaksananya hak-hak perempuan pada masa itu yang salah satu
diantaranya adalah hak untuk bersekolah serta berpendidikan.

Berjuta terima kasih rasanya tidak akan cukup. Jikalau Ibu masih ada, saya akan
menghambur ke pelukan Ibu, lantas berkata dengan lantang kalau Ibu sungguh hebat
agar satu dunia dapat mendengarnya. Di pangkuan Ibu, saya akan ungkapkan kepada Ibu,
berkat jasa Ibu, hari ini perempuan-perempuan Indonesia dapat bersekolah tinggi-tinggi
dan jauh-jauh termasuk saya. Ada banyak beasiswa yang diberikan kepada perempuan,

20 Surat Terbaik untuk Kartini — 163 — Lomba Menulis Kominfo 2021

baik dari pemerintah, maupun lembaga-lembaga non-formal, supaya perempuan bisa
memiliki cita-cita bukan sekadar menjadi ibu rumah tangga.

Saya sangat teramat senang sekali dapat bersekolah, Bu. Terkesan hiperbola, tetapi
memang seperti itu kenyataan yang ada. Dengan bersekolah, bukan semata-mata ilmu
akademik dari guru-guru yang saya dapatkan. Lebih jauh, lebih luas, dan lebih dalam
dari itu. Saya memperoleh miliaran pengalaman, saya memiliki ribuan teman yang
menjelma rumah kedua, dan saya bisa eksplorasi diri lebih jauh. Dengan bersekolah,
turut membuka pikiran saya agar dapat melihat satu hal dari banyak sisi juga sudut
pandang, mendorong saya untuk kritis namun tetap mengedepankan moral. Dengan
bersekolah, karakter saya perlahan-lahan terbentuk. Saya rasa lebih dari separuh hidup
saya diabiskan di sekolah, Bu.

Sayangnya, sejak satu tahun lalu, sebuah virus yang tak pernah seorang pun di dunia ini
harapkan merajalela, memusnahkan kebahagiaan-kebahagiaan yang ada, Bu. Milik saya
tidak luput dari incarannya. Aktivitas-aktivitas lumpuh, kondisi menjadi gaduh.

Kami, seluruh penduduk Bumi tanpa terkecuali diwajibkan mengenakan masker ke
manapun kami pergi, serta menjaga jarak antar sesama. Semua kegiatan dirumahkan,
Bu. Dari berbelanja hingga bekerja. Tentu saja bersekolah menjadi salah satunya, Bu.
Bersekolah dari rumah. Terdengan aneh, bukan?

Saya percaya, Bu. Sejatinya, semua perkara memiliki dua sisi, sisi baik dan sisi buruk.
Sisi baik sekolah dari rumah dapat dirasakan secara langsung, yakni berkurangnya
angka penyebaran virus. Pun kami, pelajar Indonesia dapat menjadi lebih dekat dengan
keluarga yang mungkin di hari-hari sebelumnya selalu terhalang kesibukan. Terlebih
kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia berbesar hari mengalokasikan lebih
dari setengah dananya untuk subsidi kuota belajar yang dibagikan secara serentak dan
menyeluruh hingga ke pelosok.

Di paruh minggu-minggu yang terasa panjang ini, keseharian saya menonton saja,
Bu. Bangun tidur, pembelajaran jarak jauh, kemudian di sela-sela itu saya tetap aktif
berkarya, Bu. Saya seorang penggila sastra yang bercita-cita ingin menjadi penulis, yang
kelak karyanya mampu mengubah dunia. Oleh sebabnya, dunia tak mampu mengubah
arah mata angin yang sedang saya tuju pun mimpi-mimpi yang dipikul di pundaknya.
Bagi saya, pandemi bukan suatu halangan untuk berkarya, Bu. Justru pandemi ini kian
membuat saya bersemangat untuk menciptakan karya-karya yang berkualitas.

Ibu yang hebat, saya di sini pun tidak akan mengelak pasal kekacauan-kekacauan yang
terjadi. Jujur, saya acapkali mengalami kesulitan dalam memahami materi yang diberikan
oleh guru. Pun saya rasa, perlahan, esensi dari bersekolah itu sendiri hilang. Bersekolah
hanya demi absensi dan nilai tinggi, itulah yang banyak terjadi. Tidak ada sekolah tempat

20 Surat Terbaik untuk Kartini — 164 — Lomba Menulis Kominfo 2021

saya menimba pengalaman, tidak ada rumah kedua tempat saya berbagi suka maupun
duka, dan tidak ada sekolah tempat saya eksplorasi diri.

Belum lagi beban secara mental yang harus saya emban sebab harus berjuang sendiri.
Saya yakin teman-teman saya di luar sana mengalami hal serupa, Bu. Jika di hari-
hari lampau kami berjuang bersama, berbagi tawa dan lara, sekarang semua berlaku
sebaliknya. Saya jenuh, saya bosan, saya rindu beraktivitas normal seperti sedia kala.

Namun, di balik semua kelih kesah yang saya sampaikan, saya merasa beruntung, Bu.
Sebab masih ada banyak, jutaan jumlahnya, teman-teman saya di luar sana yang tidak
seberuntung saya. Indonesia bukan hanya Jawa, kan, Bu?

Harapan saya kepada pemerintah tidak akan muluk-muluk, Bu. Saya hanya berharap
pemerintah lebih memperhatikan kesejahteraan teman-teman saya di pelosok sana.
Teropong, lihatlah lebih dekat. Pemerintah memang sudah menyediakan kuota data
untuk belajar, namun, sudahkah seluruh wilayah di Indonesia terjangkau sinyal?
Sudahkah seluruh pelajar memiliki gawai? Sebab yang saya tahu, masih ada pelajar yang
harus berjalan puluhan kilometer hanya demi mendapatkan sinyal yang apik. Padahal,
mereka juga generasi penerus bangsa.

Untuk selanjutnya, saya sedang menunggu, Bu. Harap-harap manis tentang janji
pemerintah dengan anggaran pendidikan dua puluh persen dari belanja negara segera
terlaksana. Tentu saja yang saya harapkan, semua terlaksana secara sukses dan bersih
dari campur tangan tikus berdasi. Menyinggung korupsi, saya juga berharap pemerintah
bisa bertindak tegas kepada mafia-mafia pendidikan. Suap menyuap, praktik beli nilai,
beli bangku, hingga beli ijazah, saya harap saat saya dewasa nanti, semua itu sudah
hilang. Sehingga anak keturunan saya nanti, tidak akan mengarungi kejamnya kalimat
“pedang tajam ke bawah dan tumpul ke atas.”

Kiranya, hanya ini yang dapat saya sampaikan, Bu. Mungkin terlalu panjang, namun
saya harap Ibu membacanya hingga lembar ini. Pun saya tidak berharap banyak dengan
tibanya surat ini di tujuan. Sebab saya hanya sedang menyuarakan impian-impian saya.
Tidak ada yang memaksa untuk mewujudkannya.

Sekian. Terima kasih sudah membaca, ibu.

Salam hangat,
Generasi penerusmu

20 Surat Terbaik untuk Kartini — 165 — Lomba Menulis Kominfo 2021

Kategori SMA

Amelia Waruwu

SMA Negeri 1 Cililin

20 Surat Terbaik untuk Kartini — 166 — Lomba Menulis Kominfo 2021

Bandung Barat, 15 April 2021

Teruntuk R.A Kartini
Pejuang Kesetaraan Pendidikan

Assalamualaikum Ibu Manis…

Kenalin namaku Amelia Waruwu. Usiaku baru akan menginjak 16 tahun dan aku sekarang
duduk di kelas 10 jurusan MIPA. Hobiku adalah membaca dan dewasa nanti aku ingin
menjadi dosen. Dulu waktu usiaku masih 5 tahun, aku tak mengenal siapa dirimu bu. Aku
baru mengetahui Ibu dari cerita guru SD dan dari lirik lagu yang telah aku hafal.

Ibu sayang, tahun 2020 lalu pandemi COVID-19 melanda seluruh dunia, termasuk
Indonesia. Lalu pemerintah menerapkan kebijakan untuk sekolah dari rumah atau
istilahnya daring. Aku merasa sangat sedih bu, tapi keyakinan akan hikmah di balik
cobaan ini masih tertancap di hati.

Menjalani hari di masa pandemi ini tentu tidak mudah bu, aku harus adaptasi dengan
kebiasaan baru. Aku tak boleh kemana-mana bu, padahal waktu SMP aku sering
berceloteh ingin segera masuk dunia SMA. Keinginan itu aku urungkan saat mengingat
keadaan dunia yang sedang kurang sehat. Ibu sayang, awalnya aku berfikir jika tetap
seperti ini aku tidak bisa belajar dengan baik, tapi anggapanku itu salah bu. Ternyata aku
tetap bisa belajar menggunakan internet.

Ibu manis, aku dengar dulu ibu sama sepertiku “tak boleh kemana-mana”, perbedaanya
di masa sekarang karena wabah COVID-19 bukan karena anggapan perempuan sebagai
warga kelas dua. Tapi bu, ibu sangat pemberani sekali. Meskipun dalam keadaan
terkurung di dalam rumah, pikiran ibu sangat modern dan terbuka. Aku tahu bu keinginan
ibu untuk menyetarakan gender antara laki-laki dan perempuan sudah terwujud.

Ibu cantik, sekarang zaman sudah sangat maju dan fasilitas pun sudah disuguhkan di
depan mata. Mengingat tentang sekolah daring, ada satu hal yang membuat aku senang
lho bu. Biasanya, jika sekolah secara luring aku harus jalan kaki ± 1 km lalu menunggu
angkutan umum atau bis untuk sampai di sekolah. Tentu itu perjuangan yang menguras
energi dan waktu yang cukup lama.

Tapi bu, aku sedih karena belumm kenal akrab dengan teman baru dan guru baru. Bu aku
ingin menangis dipangkuanmu, pernah waktu itu ada pelajaran yang sulit aku pahami.
Aku sangat sedih sekali, sudah bertanya kepada guru namun tak kunjung di balas. Bu,
di sini ulangan selalu dilaksanakan secara online, sangat mudah sekali karena tak perlu
menulis nama seperti dulu. Tapi, lagi-lagi pada saat ujian servernya error, duh aku sangat
panik sekali sampai aku harus mengulang ulangannya di waktu yang tersisa.

20 Surat Terbaik untuk Kartini — 167 — Lomba Menulis Kominfo 2021

Ibu sayang, aku yakin ibu pasti sangat suka membaca karena itu aku juga suka membaca.
Ketahuilah bu, bagiku membaca bukan bukan ganya sekeda di baca dan di pahami, tapi
membaca adalah sarana untuk bermain. Mungkin, ragaku hanya sebatas berdiam diri
dirumah, tapi pikiranku tidak boleh diam saja, aku harus bisa menyebrangi samudra,
mengelilingi dunia, dan menembus besarnya pencipta alam semesta.

Oh ya bu manis, aku punya teras baca kecil-kecilan di rumah bermodalkan buku yang
masih dapat di hitung jumlahnya, hal yang sederhana itu ternyata disambut antusias
oleh anak-anak disini. Aku sangat senang sekali bu dengan hal itu. jika dulu sekolah
rakyat untuk belajar baca dan berhitung. Sekarang yang dibutuhkan adalah tempat
membaca sebagai sarana menumbuhkan minat baca, betulkan bu?

Ibu, aku mungkin belum mendapat rejeki untuk menerbitkan karya-karyaku menjadi
buku. Tapi aku tak boleh putus asa. Dengan berkembangnya teknologi ini, aku bisa
mengunggah karyaku di blog pribadi. Walaupun pembacanya masih sedikit tapi aku
senang sekali bu karena tulisanku ada yang mau baca.

Bu, tak terasa air mata ini terbit di sudut mataku, rasanya aku merindukan sosokmu bu
meski aku bekum pernah bertemu Bu, jika ibu ada di zaman sekarang apakah ibu akan
tetap memperjuangkan emansipasi kaum perempuan? Jawablah pertanyaanku dengan
hadir di mimpiku bu. Maafkanlah aku bila ada rasa yang mengguncang hatimu. Semoga
tenang di alam sana bu, aku menyayangi ibu. Terimakasih….. Wassalamualaikum

Bandung Barat, 15 April 2021

Amelia Waruwu

20 Surat Terbaik untuk Kartini — 168 — Lomba Menulis Kominfo 2021

Kategori SMA

Anita Yuliana Tampubolon

SMA Negeri 2 Kota Jambi

20 Surat Terbaik untuk Kartini — 169 — Lomba Menulis Kominfo 2021

Jambi, 15 April 2021

Kepada Ibu Pelopor Emansipasi Wanita Indonesia
Raden Ajeng Kartini Djojo Adhiningrat

Salam hormat wanita Pribumi yang hebat,

Halo Ibu dari semua wanita hebat di Indonesia, bagaimanakah kabarmu sekarang bu?
Aku harap jiwa dan ragamu baik-baik saja Bu. Ini aku regerasimu di era 2021. Aku ingin
memberi sedikit laporan kepadamu, namun sebelumnya aku ingin berterima kasih,
karena berkat tekad dan pengorbananmu kini aku dapat menggencari ilmu pengetahuan
yang aku gemari dengan bebas dan karenamu pula, aku dan teman laki-lakiku dapat
bekerja sama dalam mendalami bidang kami tanpa menekan pergerakanku.

Tahukah engkau, Bu? Ada banyak sekali perubahan antara zamanmu dan zamanku.
Dalam menekuni pendidikan, dahulu Ibu hanya menulis di atas selembaran kertas lalu
ibu satukan dengan penjepit hingga menjadi sebuah buku, tetapi sekarang untuk menulis
aku sudah ada buku yang siap untuk ditoreh dengan pena bahkan dapat menulis juga di
atas monitor tanpa harus menggunakan buku. Dahulu ibu sangat susah bahkan harus
bersembunyi untuk belajar dan membaca buku, namun sekarang kami dapat belajar
dimana saja, kapan saja dan ditambah lagi dengan kecanggihan gawai yang telah
kami punya sehingga pengetahuan bebas kami akses kapanpun itu dan tanpa batas
jangkauan. Disamping kewajibanku dalam menggali pengetahuan tentua ada waktu
senggang setelah belajar bukan? Mungkin dahulu waktu senggang itu ibu pakai untuk
bermain lompat tali, bermain cak ladang, atau bermain congkak. Tetapi di eraku in tak
sedikit yang menggunakan waktu luang tersebut untuk bermain gawai dengan media
sosial yang mereka akses tanpa batas. Namun itu tidak berlaku untuk aku Bu, waktu
luang yang aku miliki setiap hari aku gunakan untuk mengasah kemampuan jasmaniku.
Aku berlatih dari aku SMP hingga sekarang aku duduk dibangku kelas dua SMA dan kini
aku telah menjadi atlet kota di tempat tinggalku. Karena menurutku seorang perempuan
selain mempunyai pengetahuan yang ditempuh dengan pendidikan yang nantinya akan
melahirkan sebuah skill juga harus mempunyai bakat sebagai nilai lebih.

Oh iya, tahukah engkau, Bu? Di era yang aku selami saat ini sangat mudah dalam
berkarya, era digital namanya. Dimana kebanyakan aktivitas dapat dilakukan dengan
teknologi, mulai dari bermain game, menulis, membaca, menggambar, memberi kabar
dan masih banyak lagi. Berkarya dieraku ini sangat mudah, siapa saja bisa menjadi
penulis pada masa ini, hanya cukup memiliki kemampuan membaca, berimajinasi dan
bisa membuat jari-jemari menari di atas papan ketik lalu dipublikasikan melalui aplikasi

20 Surat Terbaik untuk Kartini — 170 — Lomba Menulis Kominfo 2021

sehingga dapat dibaca semua orang. Disini aku tentu andil dalam berkarya di era digital,
aku gemar menulis ceper, bu dan juga tak jarang merangkai puisi dengan diksi-diksi yang
indah dikala kondisi hatiku sedang mendung. Aku juga pernah beberapa kali hampir
menang dalam lomba menulis secara digital dan tentu aku juga pernah menjadi seorang
pemenang, Bu. Dan saat ini aku juga sedang mengikuti lomba menulis surat bu, yang
ditujukan kepada panutanku, yaitu dia yang menulis buku “Door Duisternis Too Licht”
itu adalah buku yang berasal dari sekumpulan surat-surat yang pernah ditulis oleh
panutanku.

Oh ya, disini bolehkah aku meminta restu serta doa ibu Kartini agar aku dapat menjadi
pemenang dalam perlombaan yang sedang aku geluti ini? Aku ingin ke Jakarta, Bu dan
menjadi pemenang dalam lomba itu aku bisa mewujudkan keinginanku. Aku berharap
besar ibu mau memberi doa restu untukku dan aku berterima kasih akan itu.

Dan satu lagi Bu, aku punya segenggam harap kecil untuk pemerintah khususnya
kepada menteri pendidikan dan staf yang membantu sistem pendidikan di Indonesia
agar kami sebagai siswa juga diberi satu program tambahan di sekolah dimana kami
dapat mengasah dan menyalurkan bakat tanpa harus terikat tugas-tugas pada saat
itu. Dan juga yang paling utama agar pemerintah dapat melengkapi lagi sarana dan
prasarana di sekolah negeri, karena masih banyak sekolah yang masih kekurangan
fasilitas termasuk sekolahku sendiri yang tidak mempunyai laboratorium Ipa, padahal
itu merupakan kebutuhan yang wajib untuk menunjang pendidikan siswa, contohnya
Perpustakaan dan laboratorium.

Oh ini masih ada lagi, Bu yang ingin aku sampaikan, kalau ibu adalah kartini di masa
penjajahan Belanda, kini aku ingin memperkenalkan Kartini lain yang lahir setelahmu
dan tentu sangat berpengaruh bagi Indonesia. Susi Pudjiastuti adalah kartini yang
menjaga ketat laut Indonesia. Angkie Yudistia adalah kartini yang menjadi sampel
sekaligus motivator untuk seorang difabel. Tri Rismaharini adalah Kartini yang menjabat
sebagai walikota dengan kinerja positif dan transparan yang bisa bertahan dari walikota
dengan kinerja positif dan transparan yang bisa bertahan dari banyaknya tekanan yang
tak suka dengan kerja positifnya. Anne Avantie adalah kartini di masyarakat yang kurang
beruntung dari segi pendidik dan fisik, yang memperjuangkan peluan kesempatan
kerja yang sama dengan orang lain. Sri Wahyuni Agustiani adalah kartini yang patut
diteladani dengan semua orang, walau ia punya kekurangan di panca indranya, ia tetap
berprestasi mengharumkan Indonesia di kancah pertandingan internasional. Merry
Riana adalah kartini yang tak kalah lebih hebat, ia berhasil sebagai miliarder muda
Indonesia karena sukses sebagai motivator, pengusaha dan penulis yang semuanya
berlandaskan pengalaman pribadinya yang pahit. Najwa Shihab adalah kartini yang
menjelma sebagai jurnalis perempuan yang cerdas dan berani yang kerap kali membuat
wakil rakyat bungkam saat beradu argumen dengannya. Butet Manurung adalah Kartini
yang mendirikan sekolah rimba yang tidak ingin melihat orang lain dibodohi. Dan masih

20 Surat Terbaik untuk Kartini — 171 — Lomba Menulis Kominfo 2021

banyak lagi Bu Kartini yang lain, dan aku yakin jika ibu melihat dedikasi mereka ibu
akan mengangkat semua Jempol yang ada di tubuh Ibu. Tetapi satu yang harus ibu
ketahui secara pasti, bahwa setelah kau dan mereka. aku adalah Kartini selanjutnya yang
nanti akan membawa perubahan diera milenial ini. Tunggu aksiku di layar digitalmu,
Bu dan akan kusuratkan kelak kepadamu apa saja yang aku lakukan. Sekian laporanku
kepadamu Ibu Kartini yang sangat aku banggakan.

Salam hangat dari regenerasi Kartini 2021, Anita Yuliana Tampubolon kepada Sang
pencetus “Habis Gelap Terbitlah Terang”.

Regenerasi Kartini 2021
Anita Yuliana Tampubolon

20 Surat Terbaik untuk Kartini — 172 — Lomba Menulis Kominfo 2021

Kategori SMA

Annabel Christy

SMA Santo Yosef Pangkalpinang

20 Surat Terbaik untuk Kartini — 173 — Lomba Menulis Kominfo 2021

Pangkalpinang, 15 April 2021

Untuk yang terkasih,
Bunda Kartini
di tempat yang mulia

Salam manis untuk Ibunda Tercinta, bagaimana kabar bunda disana? Aku harap bunda
baik-baik saja disana. Bunda jangan khawatir dengan aku, disini aku sehat dan baik-baik
saja walau di tengah pandemi seperti ini.

Bunda pasti sudah mendengar kalau sekarang anak-anak harus bersekolah di rumah
karena pandemi. aku pikir bersekolah di rumah itu menyenangkan, rupanya aku salah. Aku
tidak bisa bertemu teman-teman. bercanda ria bersama, pergi ke kantin dan menikmati
masa sekolah dengan normal, rasanya sangat sepi. Oh ya Bunda, selama bersekolah
di rumah aku harus menggunakan handphone dan laptop untuk pembelajaran daring,
awalnya memang belum terbiasa tapi akhirnya terbiasa juga, tetapi disitu aku berpikir
kalau peran teknologi itu sangat penting ya di era sekarang, sampai-sampai era ini
disebut era digital.

Apa bunda tahu? aku dan teman-temanku semakin sering dan aktif menggunakan
teknologi komunikasi terkhususnya media sosial, biasanya aku sering menggunakan
WhatsApp, Instagram, dan Tiktok karena menurutku sangat berguna dan membantu
dalam berkomunikasi dan mengakses informasi. Di WhatsApp biasanya tempat
pemberian informasi pembelajaran selama bersekolah. Lalu ada juga Instagram,
biasanya kalau sekolah normal info lomba berasal dari sekolah, tetapi karena sekarang
daring jadi kurangnya panduan dan perhatian seintens pada saat sekolah normal, kadang
info lomba itu terlewat begitu saja, jadi karena ingin selalu aktif, kreatif dan berprestasi
makanya murid-murid seperti aku ini harus lebih sigap dan cepat, apalagi terbantu
dengan adanya sosial media ini, jadi info lomba yang aku inginkan itu bisa dengan cepat
aku acri dan dapat. Sedangkan untuk Tiktok biasanya aku gunakan untuk rekreasi, dan
juga informasi sangat cepat diperbaharui dan dari tiktok isinya hanya orang yang suka
menari mengikuti lagu, padahal dari itu, contohnya saat selesai UTBK dan SBMPTN
kemarin, tidak lama kemudian banyak yang membuat video pembahasan tentang soal-
soal matematika mulai dari soal yang membuat video pembahasan tentang soal-soal
matematika mulai dari soal yang mudah hingga yang sulit, serta video berguna lainnya
yang menambah wawasan.

Selama pandemi ini juga aku ikut berkarya di era digital ini, dengan mengikuti lomba dan
mempost hasilnya di sosial media, seperti contohnya puisi dan tugas kesenian lainnya
yang perlu dan harus di post di Instagram, Bagiku itu sudah cukup untuk berkarya di

20 Surat Terbaik untuk Kartini — 174 — Lomba Menulis Kominfo 2021

sela pandemi ini, yang penting adalah selalu produktif dan ingin mencoba hal baru,
menantang diri sendiri untuk selalu berkembang karena kesempatan mengembangkan
diri sudah di depan mata, hanya tinggal mau atau tidak menjalaninya, seperti yang
dikatakan bunda, “Terkadang, kesulitan harus kamu rasakan terlebih dulu sebelum
kebahagiaan”

Tetapi, aku sedikit kesal dan khawatir Bunda, karena banyak orang yang menyalahgunakan
teknologi informasi seperti, media sosial sebagai media menyebarkan hoax, jadi aku
harus berhati-hati dalam memilih berita dan jangan asal percaya begitu saja. Ada juga
oknum-oknum yang sengaja mengadu domba untuk kepentingan pribadi mereka. Tapi
yang paling sering aku lihat adalah kasus cyber bullying, yang dimulai dari candaan yang
tidak pantas dibilang candaan sehingga kebanyakan mengganggu kesehatan mental
korban yang di bully. Aku sangat prihatin pada kondisi media sosial yang seperti ini,
tetapi untungnya ada Kementerian Kominfo yang selalu memberi informasi yang pas,
jelas dan cepat melalui media sosial. Semoga saja pemerintah semakin mengawasi tapi
tidak mengekang penggunaan sosial media, dan juga semakin berkurangnya oknum-
oknum yang melakukan cyberbullying di sosial media. Sebagai pengguna juga harus
aktif dan tanggap dalam menyingkapi kasus-kasus tersebut dengan selalu update
tentang informasi dan membaca info-info yang berguna yang diberikan Kementerian
Kominfo pada media Sosial mereka, semoga harapan ini dapat terwujud.

Sampai disini dulu ya Bunda ceritanya. Kapan-kapan aku kirim lagi suratnya, semoga
Bunda tidak bosan membacanya. Doakan aku ya Bunda agar pendidikanku dan bangsa
ini selalu jaya dan jauh dari segala masalah dan bahaya.

Salam Sayang,
Annabel Christy

20 Surat Terbaik untuk Kartini — 175 — Lomba Menulis Kominfo 2021

Kategori SMA

Aprini Harsalina

SMA Negeri 2 Bengkalis

20 Surat Terbaik untuk Kartini — 176 — Lomba Menulis Kominfo 2021

Bengkalis, 15 April 2021

Teruntuk Ibu Raden Ajeng Kartini

Hari ini, hari kamis, 15 April 2021. Kutuliskan sepucuk surat sederhana ini dengan
sepenuh hati, dengan jari jemari, dan pikiran yang tak sempurna. Saya, teman-teman
bahkan seluruh perempuan Indonesia tak dapat mewakili rasa terima kasih kami pada
Ibu yang berjasa bagi bangsa yang penuh keanekaragaman ini. Tanpa Ibu, saya dan
seluruh perempuan Indonesia tak Kan mendapatkan hak kami sebagai perempuan.
Karena Ibu, kami tidak tertindas, kami bangkit, kami takkan kalah, dan karenamu Ibu
kami bisa menimba ilmu di sekolah hingga perguruan tinggi.

Ibu, izinkan saya bercerita melalui surat ini. Izinkan saya merasakan kehadiranmu yang
sangat berarti.

Sejak dini kami mulai belajar, belajar banyak hal. Membaca, menulis, berhitung, bercerita
dan bermimpi. Menggendong tas di pundak saat matahari mulai terbit dan pulang saat
matahari menyingsing. Membawa ilmu sebagai bekal yang kan sangat berguna di masa
kini maupun masa depan. Namun, itu dulu sebelum kami memasuki Era Digital. Sekarang,
tanpa perlu menunggu pagi, kami bisa belajar banyak hal hanya melalui teknologi digital.

Tapi, sayang seribu sayang tak semua diantara kami mampu memanfaatkan teknologi
digital dengan baik. Ibu, masih ada banyak perempuan yang menggunakan teknologi
digitalnya, untuk hal-hal yang kurang positif. Ibu, saya percaya mungkin tidak hari ini,
tapi saya yakin esok lusa hati mereka kan terketuk untuk menggunakan teknologi digital
untuk hal-hal positif.

Ibu, jika dulu kami hanya bisa belajar di sekolah, kini kami bisa belajar di mana saja dan
kapan saja. Terlebih, semenjak pandemi COVID-19 menyerang bumi pertiwi. Semua
kegiatan dilakukan dengan memanfaatkan kecanggihan teknologi digital. Sekolah
dibuka melalui daring (dalam jaringan ) serta berdiskusi pun secara online.

Melalui teknologi digital kami tak hanya bias belajar, tapi kami juga bisa bermain dan
berkarya. Ada begitu banyak permainan yang bisa menjerumuskan kami ke hal-hal
yang buruk. Ibu, hati saya teriris melihat begitu banyak mereka yang terkadang lebih
mementingkan permainan di handphone. Ibu, apakah salah jika saya merasa kecewa?
Saya kecewa pada mereka yang lebih mementingkan permainan daripada beribadah dan
melaksanakan kewajibannya sebagai pelajar.

20 Surat Terbaik untuk Kartini — 177 — Lomba Menulis Kominfo 2021

Meskipun begitu, saya tahu mereka terkadang merasa jenuh dengan belajar terus
menerus. Ibu, izinkan saya mengadu. Kami memang belajar melalui daring tapi kami
seperti tidak dibimbing. Kami terkadang dibiarkan begitu saja, diberikan tugas yang
mampu membuat hati, pikiran, dan tubuh ikut merasakan sulitnya. Ibu, saya tidak ingin
menyalahkan guru atau siapapun itu, saya hanya merasa bahwa seorang pelajar tidaklah
harus dituntut dengan tugas yang begitu banyaknya.

Ibu, berkat teknologi digital pula kami bisa berkarya. Menciptakan karya yang diharapkan
mampu meningkatkan semangat nasionalisme, semangat memperjuangkan mimpi,
dan semangat untuk terus mengingat jasa-jasa mu. Ibu, melalui teknologi digital saya
yang awalnya, pemalu, mampu bangkit dan menjadi pemberani setelah mengingat dan
membaca kembali kisah-kisah Ibu melalui media cetak dan media digital.

Ibu, lihatlah sekarang banyak perempuan yang mampu menciptakan karya-karya yang
mengagumkan. Bahkan ada yang di usia dininya sudah berhasil menulis sebuah buku,
diterbitkan oleh penerbit, dijual dan dibaca banyak orang. Buku-buku yang mampu
memotivasi para perempuan. Ibu era digital membuat kami memiliki banyak media untuk
berkarya.

Ibu, izinkan saya menyampaikan sebuah harapan saya. Saya berharap, kedepannya ada
banyak hal yang dapat membantu kami untuk menggapai mimpi. Banyak perempuan
Indonesia yang masih sulit untuk menimba ilmu.

Ibu, sekolah memang digratiskan. Namun, terkadang ada saja kendala bagi mereka entah
itu keterbatasan jarak dari rumah ke sekolah, orang tua yang meminta untuk membantu
mereka mencari nafkah tanpa perlu bersekolah. Ibu, saya harap pemerintah mampu
membangkitkan semangat belajar, bermain dan berkarya bagi seluruh perempuan
Indonesia.

Ibu, ada banyak mimpi yang masih sulit digapai. Kekurangan biaya, merupakan salah
satu penyebab kenapa mimpi itu sulit digapai. Biaya pendidikan perguruan tinggi yang
tidak sedikit, beasiswa yang terkadang kurang tepat sasaran membuat semuanya
semakin runyam.

Ibu, semoga kedepannya beasiswa tak lagi salah sasaran. Semoga beasiswa tidak
hanya disalurkan untuk mereka yang kurang berkecukupan, tapi juga untuk mereka yang
memiliki bakat dan kecerdasan.

Untukmu Ibu Raden Ajeng kartini kuucapkan terima kasih yang tak terhingga. Tanpamu,
kami bukanlah siapa-siapa. Mungkin sekarang kami takkan mampu menimba ilmu
dengan tenang dan mendapatkan hak kami sebagai perempuan. Mungkin, sekarang
kami takkan bangkit dan terus menjadi pelayan. Ibu, sungguh begitu banyak jasamu

20 Surat Terbaik untuk Kartini — 178 — Lomba Menulis Kominfo 2021

bagi perempuan. Namamu, jasamu akan selalu kami kenang dan nasihat darimu akan
selalu kami jaga. Ibu, setiap mendengar namamu kata pertama yang terlintas dipikirkan
adalah emansipasi perempuan.

Tuhan Terimakasih sudah mengirimkan perempuan sehebat Ibu Raden Ajeng Kartini.
Ibu.. cukup sampai disini surat ini saya tuliskan.

Ibu.. semoga dirimu bahagia di sana bersama-Nya.

Bengkalis, 15 April 2021
Aprini Harsalina

20 Surat Terbaik untuk Kartini — 179 — Lomba Menulis Kominfo 2021

Kategori SMA

Aqila Az Zahra

SMA Negeri 5 Surabaya

20 Surat Terbaik untuk Kartini — 180 — Lomba Menulis Kominfo 2021

Gresik, 16 April 2021

Kepada Ibu Raden Ajeng Kartini
di tempat dan waktu yang abadi

Dengan hormat dan kekaguman yang melekat,

Saya ucapkan selamat pagi, Ibu. Entah pukul berapa Ibu kelak akan menerima surat
tak beralamat ini. Namun, izinkan saya tetap menyisipkan sapaan pagi di muka sebagai
pembuka. Nyaris tiga belas tahun saya mengecap pendidikan formal dan selama itu
pula saya disuguhi kisah-kisah keanggunan, kepahlawanan, serta kecerdasan Ibu. Saya
memang belum pernah mengenal ibu secara pribadi, tetapi saya yakin bahwa seluruh
citra yang ada di pagi hari: cerah, hangat, dan luapan semangat, juga hidup kekal dalam
jiwa Ibu. Maka itu, saya rasa sapaan pagi akan cocok untuk mengawali surat ini, surat
istimewa untuk pendekar kaumnya, Ibu Raden Ajeng Kartini.

Dalam surat ini, saya akan membubuhkan cerita yang mulanya tak berwujud fisik,
menjadi cerita yang bisa didekap sebagai butir-butir aksara. Ibu mungkin mengira saya
sosok misterius jika tak kunjung menyebut nama. Oleh karena itu, pada kalimat setelah
ini, saya akan mengenalkan diri saya. Nama saya Aqila Az Zahra, gadis enam belas tahun
asli Indonesia yang sedang mengenyam pendidikan di salah satu sekolah menengah
atas - setara Algemeene Middelbare School (AMS) pada zaman Hindia Belanda - di
Surabaya. Ibu Kartini, pada paragraf setelah ini, saya sungguh akan memulai cerita saya
yang memanjang bersama dengan pikiran saya yang melayang memikirkan, “akankah
seluruh tulisan ini ada jika Ibu tidak pernah ada?”

Ibu, sudah setahun ini, metode belajar di hampir seluruh tempat menimba ilmu di dunia
dipalingkan, yang semula ditemani silau dan redup lampu kelas, kini menjadi silau paparan
cahaya gawai. Pandemi mengharuskan kami bersekolah di rumah (bukan libur tentunya),
tetapi berinteraksi dengan guru-guru kami secara daring. Interaksi sosial turut dialihkan,
yang semula deru napas kami bisa saling didengar, kini napas kami saling tertahan dalam
lembar kain medis bernama ‘masker’. Keadaan ini membangkitkan memori ketika saya
membaca kisah-kisah tentang Ibu Kartini dulu, yang memperjuangkan emansipasi dan
harga diri wanita meski terpaksa berdiam di rumah. Saya selalu mengagumi bagaimana
Ibu berani merombak adat demi harkat seluruh wanita Indonesia yang bahkan tak pernah
Ibu lihat wajahnya.

Pandemi menuntut saya menjadi manusia digital yang harus cakap berkomunikasi
dengan teknologi. Kegiatan belajar mengajar digelar melalui berbagai aplikasi yang
mendadak tenar selama masa pandemi. Ibu, mungkin menurut ibu, cara-cara ini jauh

20 Surat Terbaik untuk Kartini — 181 — Lomba Menulis Kominfo 2021

lebih praktis. Saya tidak harus menjejakkan kaki keatas kendaraan bermotor untuk pergi
ke sekolah. Polusi udara berkurang dan kebisingan nyaris hilang., bukankah begitu, Ibu?
Saya juga tidak perlu menumpuk kertas ulangan karena kini semua berjalan virtual.
Sampah-sampah tak terurai akan lenyap secara massal, bukankah begitu, Ibu? Ibu benar.
Sekolah saya khususnya, yang menerapkan sistem kredit semester bak anak kuliahan
(kira-kira seperti itu kata orang-orang), menggunakan laman ajaib yang memudahkan
kami mengakses lembar kerja kami. Ibu, awalnya saya sungguh menikmati kemudahan-
kemudahan yang ditawarkan oleh benda abstrak berjuluk ‘internet’. Saya bangun pagi
pukul lima, kemudian menyeret tubuh setengah sintal ini untuk menempel pada kursi
hitam di depan gawai delapan jam sehari, setiap hari. Sangat ringan awalnya. Awalnya.

Namun, beberapa minggu kemudian, saya mulai jenuh, Ibu Saya terjebak penat dan
sangat ingin membunuh bosan dengan melancong. Kemanapun tak apa, asalkan saya
tak lagi merasa kosong. Saya tahu bahwa hal itu salah, Ibu, tetapi saya hanya bersikap
manusiawi. Saya ingin kembali merasakan pembelajaran dan pengasuhan sejati dari
sebuah sekolah: menyimak petuah guru yang berbaris di papan tulis, mencium tangannya
seusai doa bersama, berdiskusi dan bersaksi atas istimewanya cita-cita dan cinta-cinta
masa sekolah, serta menjinjing beban-beban tiap serat otot saya saat pendidikan jasmani
tiba. Pada kulminasi kejenuhan itu, saya mulai ragu dan bertanya, “apakah selama ini
saya bersekolah tanpa tujuan?”

Ibu Kartini, saya akan jujur pada engkau. Hari itu pula, dengan bangga, lanang, dan
terang. Saya menjawab pertanyaan itu: “tidak!”

Dengan sedikit tak bersemangat, hari itu saya mengikuti mata pelajaran sejarah. Nama
Ibu, Raden Ajeng Kartini, disebut tanpa henti. Percayalah ibu, waktu itu saya seolah
ditimpa reminisensi tentang salah satu surat yang engkau tulis dan kirim kepada Nona
Zeehandelaar pada 1989. Saya tertegun sekali. Saya baru tertahan dalam kediaman
yang nyaman dengan pendidikan yang mapan selama beberapa bulan, sedangkan Ibu
terbatasi tembok beton selama empat tahun tanpa pendidikan yang Ibu rindu-rindukan.
Betapa mudah menyerahnya saya? Padahal, meski ‘terpenjara’ bertahun-tahun, Ibu
bisa menghadiahi saya dan perempuan-perempuan lain buah nyata dari impian Ibu:
kebebasan - keluar dari pingitan dan pergi menyaksikan bintang-bintang bercumbuan
dengan langit malam - yang sesungguhnya, memilih rute pernikahan tanpa paksaan,
bahkan kemerdekaan tertinggi seorang perempuan, yakni meraih pendidikan yang
setara dengan kaum pria.

Ibu, dalam konflik diri itu, saya menemukan solusi yang membangun kembali ambisi
saya menjemput ilmu. Saya menyelami dunia dalam jaringan, sangat dalam. hingga saya
sadar bahwa ada miliaran media pendukung belajar yang interaktif. Ibu Kartini, media-
media ini menyelamatkan saya dari pikiran jemu tanpa ujung. Saya tak lagi mengeluh
mempertanyakan apa saja yang akan saya dapatkan, tetapi justru mempertanyakan apa

20 Surat Terbaik untuk Kartini — 182 — Lomba Menulis Kominfo 2021

saja yang sudah saya berikan untuk menyelesaikan masalah yang timbul kala pandemi
ini. Ibu Kartini, ternyata ruh semangat Ibu tidak surit (apalagi angkat kaki) dari raga saya.

Saya terus haus merayau ilmu baru dari duni virtual. Saya mencoba melebur dalam
bahasa-bahasa biner, mengulik berbagai aplikasi edukatif, dan merangkai ide-ide solutif.
Ibu, para Oktober 2020 lalu, saya muncul sebagai pelajar perempuan, berkompetisi
melawan ribuan orang lain, untuk menawarkan sebuah gagasan: aplikasi pendeteksi
COVID-19, yang nantinya juga bisa mendeteksi anemia, penyakit tiroid, dan penyakit
potensial lainnya. Dengan penuh tekad dan semangat, Ibu, saya ingin mengembangkan
gagasan saya agar bisa menjadi perempuan kebanggaan Indonesia di masa depan.
Semoga karya ini dapat saya teliti dan dalami lebih lanjut sehingga saya mampu
menginspirasi perempuan lain untuk bangkit dengan semangat Kartini.

Habis penat, terbitlah semangat.

Salam hangat,
Aqila Az Zahra

20 Surat Terbaik untuk Kartini — 183 — Lomba Menulis Kominfo 2021

Kategori SMA

Ayu Wandira

SMA Negeri 1 Gantung

20 Surat Terbaik untuk Kartini — 184 — Lomba Menulis Kominfo 2021

Gantung, 15 April 2021

Ibuku, Raden Ajeng Kartini

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Bagaimana kabar, ibu? Semoga selalu sehati dan bahagia. Ibuku yang cerdas, pengalaman
saya di era digital ini menggunakan Internet of Things (IoT), big data, cloud database,
blockchain dan lain-lain, yang mengubah pola kehidupan saya. Dengan mudah saya
dapat menemukan informasi melalui internet untuk menyelesaikan tugas-tugas sekolah
saya. Bahkan untuk kondisi seperti di daerah saya 3T (Terdepan, Terluar, Tertinggal)
gawai dapat menggantikan orang tua dan guru di daerah saya kebanyakan orang tua
tidak mampu membimbing anaknya belajar, guru yang baik pun jarang ditemukan, saya
merasa di masa depan pengajaran kepada murid bisa jadi fungsi perusahaan digital
juga, selain sekolah, saya dapat belajar di mana saja. Saya menghadapi pergeseran
kebiasaan lama ke tradisi baru yang tidak mudah menduga arahnya, saya cenderung
terhubung dengan media digital, saya terhubung dengan media digital (connected), dan
berkomunikasi (communicate) serta mengandrungi perubahan (change).

Saya sadar perkembangan dunia digital begitu dinamis yang lambat laun bukan sekedar
mempengaruhi tapi mengubah gaya hidup saya tanpa dapat dihindari oleh siapapun. Saya
selalu sadar dunia tidak perlu menunggu waktu satu abad untuk mengalami perubahan
era digital, saya berhadapan dengan digitalisasi kehidupan 65% ragam pekerjaan
sekarang akan tergantikan oleh jenis pekerjaan baru yang kini belum terbayangkan,
ketika perangkat proyektor saya diaplikasikan pada hp maka berbagai pabrik proyektor
dan bahkan televisi akan segera tutup, pengunjung bioskop pun menghilang.

Modul pembelajaran saya setiap materi disajikan secara visual dan dapat diunduh. Saya
membayar setiap paket belajar puluhan ribu, guru (tutor) mendapat penghasilan sesuai
dengan jumlah pengguna yang mengikuti paket belajarnya, saya mudah menyaksikan
video tanpa kuota internet, saya mengakses ribuan video materi pembahasan dan
latihan dari beragam mata pelajaran tiap tingkatan kelas, tidak ada waktu untuk saya
bermain-main, pengalaman berkarya saya bisa mendesain sendiri dengan para guru
(tutor) pilihan, saya membuat grup chat yang bisa memberi manfaat modul bimbingan
belajar lengkap tryout meraih nilai 80 ke atas.

Saya juga mengirimkan foto soal, dalam 3 menit agar guru (tutor) membantu. Saya sadar
sekali sekolah di area digital dalam situasi pandemi atau sekarang ini selalu dituntut
mandiri, keterkaitan antara belajar, bermain, bertanya tentang gantung ada di tangan
saya. Harapan saya Indonesia dibagian pemerintah bisa bekerja untuk mewujudkan

20 Surat Terbaik untuk Kartini — 185 — Lomba Menulis Kominfo 2021

harapan yang dicita-citakan yaitu perkembangan start up digital yang merata dibangun
infrastruktur digital, di seluruh pelosok negeri, agar Indonesia dapat memanfaatkan
perkembangan teknologi era digital dukungan internet berkapasitas besar dan super
cepat di semua desa dan sekolah diperlukan.

Ibu, lewat surat ini saya bisa menceritakan pengalaman ini, semoga ibu selalu semangat,
doakan saya agar selalu diberi kelancaran.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Salam sayang,
Ayu Wandira

20 Surat Terbaik untuk Kartini — 186 — Lomba Menulis Kominfo 2021

Kategori SMA

Cahaya Listian Putri

SMA Negeri 1 Leuwiliang

20 Surat Terbaik untuk Kartini — 187 — Lomba Menulis Kominfo 2021

Bogor, 16 April 2021

Cahaya Listian Putri
Jln. Kapten Dasuki Bakrie no. 16
Kp. Cibatok I, RT 01/01
Ds. Cibatok I
Kec. Cibungbulang, Kab. Bogor
Jawa Barat

Yang terhormat, Ibu Raden Ajeng Kartini…

Halo ibu, apa kabar? wanita yang saya hormati dan menjadi inspirasi saya sebagai
perempuan untuk bisa menjadi perempuan yang cerdas dan terhormat seperti Ibu.
Alangkah terhormatnya pula saya bisa menyapa ibu melalui surat yang saya tulis
ini. Jujur saya sangat rindu sekali dengan ibu kartini, karena semangat ibu dalam
memprakarsai dan memperjuangkan hak emansipasi wanita, menjadikan saya terus
berusaha menggapai asa yang sangat saya cita-citakan.

Ibu… Banyak sekali cerita yang ingin saya sampaikan kepada ibu bagaimana kehidupan
kami sebagai perempuan di era digital ini. Saya sangat bersyukur, walaupun sudah
setahun ini tanah pertiwi dilanda wabah penyakit, tetapi saya tetap berjuang untuk
terus belajar, berkarya, dan berinovasi. Walaupun jujur, banyak sekali rintangan dan
kesulitan yang harus saya hadapi sebagai seorang pelajar di era digital ini. Tapi, saya
tetap yakin dengan semangat, optimis, dan doa saya tetap bisa melakukan berbagai
kegiatan sehari-hari dengan memanfaatkan era digital ini. Dalam belajar, saya bisa
memanfaatkan banyak informasi serta artikel di internet dan juga tentu dengan bantuan
aplikasi youtube yang melengkapi referensi saya untuk menambah info dan wawasan
belajar. Jika ibu ingin tahu, pada era digital ini banyak sekali aplikasi belajar yang sangat
membantu kami para pelajar ibu. Ambisi saya pun tak luput surut berkat semangat yang
selalu ibu junjung untuk para kaum perempuan agar mengutamakan pendidikan.

Ibu… Saat ini pula saya bisa bermain hanya dengan bermodalkan gawai saja. Tetapi
permainan itu pun saya gunakan untuk mengasah otak saya. Sangat menyenangkan kan
bu? Saya harap ibu bisa disini melihat dan mendampingi kami para kaum perempuan
Indonesia yang benar-benar menjadi wanita cerdas dan hebat seperti yang ibu cita-
citakan.

20 Surat Terbaik untuk Kartini — 188 — Lomba Menulis Kominfo 2021

Ibu… sebenarnya banyak sekali karya puisiku yang ingin kutunjukkan padamu. Saya
menggunakan seluruh isi puisi saya yang luruh melalui kata-kata mutiaramu yang
banyak sekali makna menggaung mengenai sosok perempuan hebat. Tak sekadar itu
saja bu, aku sampai membuat sebuah akun media sosial untuk bisa mengeluarkan
segala aspirasiku mengenai kehidupan perempuan di Indonesia melalui kata-kata puitis
yang ku anggap sebagai karyaku dalam dunia seni. Tapi saya sangat bersyukur ibu, aku
kira, beberapa hobi yang kujalani untuk berkarya tidak akan sanggup ku kuasai. Setelah
banyak referensi yang ku manfaatkan dari internet, ternyata banyak sekali yang ku bisa
kembangkan hingga akhirnya saya bisa.

Ibu… Banyak sekali harapan dan cita-citaku untuk negeri pertiwi ini. Ranah kesuksesan
memang merupakan takdir bagi siapapun yang ingin dan tekad yang kuat pula menjadi
pondasi kokoh dalam diri manusia. Saya berharap tak hanya menteri wanita yang
menduduki kursi tertinggi. Tapi kita semua ibu, para kaum perempuan muda berprestasi
juga butuh wadah besar sebagai penampung segala potensi dan bakat.

Ibu… Saya sangat mengharapkan dedikasi pemerintah Indonesia untuk tetap menjunjung
tinggi pendidikan perempuan serta memprakarsai sebagai media utama serta pendorong
perempuan muda untuk bisa mengembangkan bakat, potensi, serta kemampuan diri
yang tak terkenal batasnya.

Ibu… aku ingin sekali harapanku tercapai agar bisa membangun fasilitas pendidikan bagi
seluruh perempuan di Indonesia agar tak lagi ada alasan untuk putus sekolah dan tidak
menggapai cita0cita hanya karena alasan biaya. Ranah kesuksesan adalah hak bersama.
‘Bilik Bintang” sebuah bangunan yang bisa melahirkan manusia baru tanpa ada kendala
apapun. Sebagai media edukasi seluruh perempuan Indonesia. Bintang sebagai simbol
harapan kita yang menerangi bilik belajar agar semua perempuan memiliki wawasan
yang begitu luas. Kepada pemerintah, kami pun sebagai kaum pelajar berharap agar kami
bisa mendapatkan wadah yang tepat untuk mengisi bakat dan potensi kami di dalamnya.
Forum “Kartini” saya memberikan ide itu sesuai dengan nama inspirator besar Indonesia
yaitu Ibu Raden Ajeng Kartini sebagai forum kaum wanita Indonesia berprestasi, kreatif,
dan inovatif untuk bisa membangun Indonesia di era digital.

Ibu… Di tengah wabah dan bencana yang melanda pertiwi ini tidak akan memutus asa
kami para generasi bangsa kan bu? Sungguh ibu aku minta doamu untuk memberikan
energi serta semangatmu kepada kami kaula muda untuk terus bisa menggapai mimpi
kami walaupun duka tengah bersemilir diantara kami.

Ibu… Saya harap surat ini pun bisa menjadi realita negeri ini serta doa untuk pertiwi
agar kembali tersenyum setelah setahun cahayanya meredup. Saya harap bumi pula
kembali pulih dengan membangun semangat pemuda sebagai secercah harapan baru
bagi peradaban yang baru.

20 Surat Terbaik untuk Kartini — 189 — Lomba Menulis Kominfo 2021

Ibu Raden Ajeng Kartini…
Beribu bahasa dan kata saya ucapkan terima kasih atas semangat juang yang telah
ibu berikan kepada kami kaula muda terutama kaum perempuan untuk terus bisa
menumpahkan segala ide dan gagasannya agar menjadi pemuda dan pemudi berprestasi,
kreatif, dan inovatif di era digital ini.

Salam cinta untuk ibu, ku doakan selalu tenang di sana.

Tertanda,
Cahaya Listian Putri

20 Surat Terbaik untuk Kartini — 190 — Lomba Menulis Kominfo 2021

Kategori SMA

Delamas

MA Tholabuddin Masin, Batang

20 Surat Terbaik untuk Kartini — 191 — Lomba Menulis Kominfo 2021

Batang, 15 April 2021

Yth. Ibu Raden Ajeng Kartini
Pahlawan Wanita
Indonesia

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Salam Pendidikan

Ibu RA Kartini, saya yakin engkau selalu bahagia di sana
Jasa-jasamu akan selalu di kenang oleh kami, generasi penerus bangsa ini. Sebelum aku
bercerita banyak kepadamu, perkenankan aku untuk memperkenalkan diri. Saya:
Nama : Delamas
Kelas : X-IPS
Sekolah: MA Tholabuddin Masin

Ibu RA Kartini, pejuang pendidikan perempuan negeriku hampir satu tahun ini saya
menjadi siswi baru di MA Tholabuddin Masin. Banyak suka duka yang saya rasakan.
Tapi, tentu rasa suka yang lebih banyak aku rasakan. Sekarang saya sudah memiliki
banyak teman baru, guru-guru yang ramah nan berkualitas serta kebanggaan. Saya
telah menjadi bagian dari keluarga besar MA Tholabuddin Masin.

Ibu Raden Ajeng Kartini, aku mengenalmu sebagai pahlawan pejuang pendidikan
perempuan di negeriku. Berikut perjuanganmu, banyak perubahan yang dirasakan
oleh perempuan Indonesia. Salah satunya yaitu mendapatkan hak pendidikan. Hal ini
menjadikan para perempuan Indonesia dapat mengenyam pendidikan yang layak hingga
saat ini. Tidak terkecuali, aku. Aku salah satu perempuan Indonesia yang sampai saat ini
dapat mengenyam pendidikan berkat perjuanganmu dahulu.

Ibu Raden Ajeng Kartini, perempuan hebat negeriku. Pendidikan saat ini sudah mengalami
banyak perubahan. Apalagi saat ini dunia telah memasuki era digital. Segala sesuatu
sudah menggunakan digital termasuk dalam dunia pendidikan. Hal ini menjadikanku
lebih tertantang untuk lebih banyak belajar menguasai perangkat digital.

Perangkan digital sudah gencar di gunakan dalam dunia pendidikan saat ini. Termasuk di
sekolahku. Sejak dunia terserang pandemi virus COVID-19, sekolahku mengikuti anjuran
pemerintah, yaitu melakukan proses pembelajaran daring atau jarak jauh. Dengan adanya
kemajuan pada zaman ini sebenarnya memudahkan kami untuk melakukan proses
pembelajaran semacam itu. Guru-guru di sekolahku menggunakan beberapa aplikasi
untuk melakukan pembelajaran daring, seperti : whats app, Google Classroom, youtube

20 Surat Terbaik untuk Kartini — 192 — Lomba Menulis Kominfo 2021

dan lain-lain. Guruku akan menyiapkan power point ataupun video pembelajaran yang
kemudian di bagikan kepada peserta didik untuk di pahami dan di pelajari.

Memang terasa asyik bagi kami yang gemar bermain gawai apabila pembelajaran
semacam ini diterapkan. Kami akan memperoleh banyak pengetahuan hanya dengan
membuka aplikasi tertentu di gawai yang kami miliki. Ditambah lagi, banyak aplikasi
lain yang menyuguhkan video ataupun media pembelajaran yang bagus, seolah-olah
membuat kami merasa tengah bermain, padahal kami sedang belajar. Asyik, bukan?

Ibu Raden Ajeng Kartini. Tak lengkap rasanya aku hanya menggunakan gawai yang aku
miliki untuk belajar dan bermain. Makanya, pada tengah semester lalu, saat sekolahku
mengadakan classmeeting daring. Aku mengikuti salah satu lomba yang di adakan,
yaitu baca pusi. Saat itu setiap siswa yang mengikuti lomba di wajibkan membuat video
baca puisi. Dengan gawai yang kumiliki, akupun membuat video tersebut, kemudian aku
mengunggahnya ke media social mediaku. Tak hanya itu, aku ini memliki hobi menulis.
Oleh karena itu, pada kesempatan kali ini aku mengikuti lomba menulis surat. Aku
berusaha menuangkan ide dan gagasan yang aku miliki.

Ibu Raden Ajeng Kartini, pahlawanku. Tak mungkin rasanya kalau selama ini saya tidak
mengalami kendala selama belajar, bermain maupun berkarya di era digital. Saya yang
berasal dari desa, dengan menggunakan gawai dan layanan internet yang saya pilih
saya mengalami hambatan dalam hal sinyal. Tak jarang, ketika proses pembelajaran
berlangsung sinyal internet gawaiku ternyata buruk. Hal ini membuatku banyak berharap
semoga pemerintah dapat melakukan pemerataan pembangunan infrastruktur digital
diseluruh pelosok negeri. Agar Indonesia dapat memanfaatkan perkembangan teknologi
era digital, dukungan internet berkapasitas besar dan super cepat di semua desa dan
sekolah di perlukan.

Ibu RA Kartini yang saya banggakan, demikianlah cerita yang dapat saya sampaikan.
Aku bercita-cita semoga kelak dapat menjadi wanita sukses dan luar biasa sepertimu
Mohon maaf apabila dalam suratku ini terdapat salah kata. Terimakasih

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Hormat saya,
Delamas

20 Surat Terbaik untuk Kartini — 193 — Lomba Menulis Kominfo 2021

Kategori SMA

Faza Haunan PRaza

SMA Negeri 47 Jakarta

20 Surat Terbaik untuk Kartini — 194 — Lomba Menulis Kominfo 2021


Click to View FlipBook Version