41 memperoleh: a. Gaji dan tunjangan; b. Cuti; c. Perlindungan; dan d. Pengembangan kompetensi. Sedangkan kewajiban adalah suatu beban atau tanggungan yang bersifat kontraktual. Dengan kata lain kewajiban adalah sesuatu yang sepatutnya diberikan. Kewajiban pegawai ASN yang disebutkan dalam UU ASN adalah: a. Setia dan taat pada Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan pemerintah yang sah; b. Menjaga persatuan dan kesatuan bangsa; c. Melaksanakan kebijakan yang dirumuskan pejabat pemerintah yang berwenang; d. Menaati ketentuan peraturan perundang-undangan; e. Melaksanakan tugas kedinasan dengan penuh pengabdian, kejujuran, kesadaran, dan tanggung jawab; f. Menunjukkan integritas dan keteladanan dalam sikap, perilaku, ucapan dan tindakan kepada setiap orang, baik di dalam maupun di luar kedinasan; g. Menyimpan rahasia jabatan dan hanya dapat mengemukakan rahasia jabatan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan; dan h. Bersedia ditempatkan di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
42 Dalam UU ASN disebutkan bahwa ASN sebagai profesi berlandaskan pada kode etik dan kode perilaku, kode etik dan kode perilaku ASN bertujuan untuk menjaga martabat dan kehormatan ASN. Kode etik dan kode perilaku yang diatur dalam UU ASN menjadi acuan bagi para ASN dalam penyelenggaraan birokrasi pemerintah. 3.2.2 SMART ASN Era Teknologi Informasi saat ini memberikan kemudahan dalam melakukan segala hal. Banyak manfaat yang diperoleh dari kemajuan teknologi informasi, salah satunya perkembangan pesat bidang komunikasi. Saat ini, perilaku manusia dalam berkomunikasi menjadi semakin kompleks. Dahulu manusia berkomunikasi dengan cara bertemu namun kini dengan adanya teknologi, tersedia media baru dalam berkomunikasi, yaitu melalui jejaring sosial. Jejaring sosial ini membuat manusia terhubung satu dengan lainnya tanpa harus bertatap muka. Dengan media baru ini, informasi juga dapat disebarluaskan dengan cepat. Di Indonesia, percepatan transformasi digital didukung sepenuhnya oleh pemerintah. Dalam visi misi Presiden Jokowi tahun 2019-2024, disebutkan bahwa masa pemerintahan yang kedua berfokus pada pembangunan SDM sebagai salah satu visi utama. Berdasarkan petunjuk khusus dari Presiden pada Rapat Terbatas Perencanaan Transformasi Digital, bahwa transformasi digital di masa pandemi maupun pandemi yang akan datang akan mengubah secara struktural cara kerja, beraktivitas, berkonsumsi, belajar, bertransaksi yang sebelumnya luring dengan kontak fisik menjadi lebih banyak ke daring. Presiden Jokowi juga telah menekankan 5 hal yang perlu menjadi
43 perhatian dalam menangani transformasi digital pada masa pandemi COVID-19 5 arahan presiden untuk percepatan transformasi digital: 1. Perluasan akses dan peningkatan infrastruktur digital; 2. Persiapkan betul roadmap transportasi digital di sektor-sektor strategis, baik di pemerintahan, layanan publik, bantuan sosial, sektor pendidikan, sektor kesehatan, perdagangan, sektor industri, sektor penyiaran; 3. Percepat integrasi Pusat Data Nasional sebagaimana sudah dibicarakan; 4. Persiapkan kebutuhan SDM talenta digital; dan 5. Persiapan terkait dengan regulasi, skema-skema pendanaan dan pembiayaan transformasi digital dilakukan secepat-cepatnya. Sesuai dengan 5 arahan presiden dalam upaya percepatan transformasi digital, pengembangan SDM merupakan salah satu fokus Presiden. Berdasarkan petunjuk khusus dari Presiden pada Rapat Terbatas Perencanaan Transformasi Digital, bahwa transformasi digital di masa pandemi maupun pandemi yang akan datang akan mengubah secara struktural cara kerja, beraktivitas, berkonsumsi, belajar, bertransaksi yang sebelumnya luring dengan kontak fisik menjadi lebih banyak ke daring yang akan dihadapi oleh semua lapisan masyarakat termasuk ASN. Peserta CPNS memiliki peluang serta tanggungjawab yang sangat besar sebagai aparatur negara, dimana anak-anak terbaik bangsa inilah yang memiliki peran bukan hanya bagi instansi namun lebih luas lagi bagi Indonesia. Literasi digital menjadi kemampuan wajib yang harus dimiliki oleh peserta CPNS dan diharapkan para peserta mampu mengikuti dan beradaptasi dengan perubahan transformasi digital yang berlangsung sangat cepat. Berdasarkan arahan Presiden pada poin pembangunan SDM dan persiapan kebutuhan SDM talenta digital, literasi digital berfungsi untuk meningkatkan kemampuan kognitif sumber daya manusia di Indonesia agar keterampilannya tidak sebatas mengoperasikan gawai. Secara umum,
44 literasi digital memang sering dianggap sebagai kecakapan menggunakan internet dan media digital. Kompetensi literasi digital diperlukan agar seluruh masyarakat digital dapat menggunakan media digital secara bertanggung jawab. Hal ini termasuk dalam visi misi Presiden Jokowi untuk meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM). Peta Jalan Literasi Digital 2021-2024 yang disusun oleh Kominfo, Siberkreasi, dan Deloitte pada tahun 2020 menjadi panduan fundamental untuk mengatasi persoalan terkait percepatan transformasi digital dalam konteks literasi digital dan mewujudkan visi misi Presiden Jokowi. Dalam peta jalan ini, dirumuskan kurikulum literasi digital yang terbagi atas empat area kompetensi yaitu: a. Kecapakan Digital (Digital Skills) Keahlian digital (Digital Skills) adalah kemampuan seseorang untuk menggunakan perangkat digital, mendapatkan informasi, akses jaringan, dan komunikasi. Keahlian teknis yang berguna sebagai keahlian digital diantaranya, menggunakan sistem dan perangkat digital (handphone, laptop, dan pc), menggunakan aplikasi digital (membuat video, tulisan, dan editing gambar), dan menerapkan langkah keamanan digital (awareness terhadap keamanan digital diri sendiri). Dasar dari Ditigal Skillsdiantaranya terdiri dari: • Penggunaan perangkat keras digital seperti halnya handphone dan PC; • Pengetahuan dasar tentang mesin telusur (search engine) dalam mencari informasi dan data, memasukkan kata kuncidan memilah berita benar; • Pengetahuan dasar tentang beragam aplikasi chat dan medias sosial untuk berkomunikasi dan
45 berinteraksi, mengunduh dan mengganti settings; dan • Pengetahuan dasar tentang beragam aplikasi dompet digital dan e-commerce untuk memantau keuangan dan bertransaksi secara digital. b. Budaya Digital (Digital Culture) Kemampuan membaca, menguraikan, membiasakan, memeriksa, dan membangun wawasan kebangsaan, nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika dalam keseharian dan digitalisasi kebudayaan melalui pemanfaatan TIK. Budaya digital (digital culture) adalah hasil olah pikir, kreasi dan cipta karya manusia yang berlandaskan teknologi internet. Saat ini masyarakat kita terus berubah, seiring perubahan akibat adanya revolusi gelombang keempat. Perubahan tersebut membawa pada terwujudnya budaya digital yang menjadi tatanan kehidupan baru masyarakat. Contoh budaya digital yang sudah begitu melekat dengan keseharian kita misalnya berbelanja secara online, melakukan pembayaran digital, Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) di dunia pendidikan maupun rapat-rapat virtual, dan Work From Home (WFH). Dasar dari Ditigal Culture diantaranya terdiri dari: • Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika sebagai landasan kehidupan berbudaya, berbangsa dan berbahasa Indonesia; • Membedakan informasi mana saja yang tidak sejalan dengan nilai Pancasila di mesin telusur, seperti perpecahan,radikalisme, dll; • Menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar
46 dalam berkomunikasi, menjunjung nilai Pancasila, dan BhinekaTunggal Ika; dan • Mendorong perilkau konsumsi sehat, dengan cara menabung, mencintai produk dalam negeri dan kegiatan produktif lainnya. c. Etika Digital (Digital Ethics) Kemampuan menyadari, mencontohkan, menyesuaikan diri, merasionalkan, mempertimbangkan, dan mengembangkan tata kelola etika digital (netiquette) dalam kehidupan seharihari. Seseorang yang menyadari pentingnya etika dalam menggunakan sumber digital tidak akan terjebak dan terjerumus pada konten-konten yang tidak bermanfaat, seperti konten pornografi, penyebaran berita hoax maupun perundungan (bullying) yang bersifat verbal di dunia maya. Norma dan nilai-nilai kesopanan yang kita miliki harus kita bawa ke dunia digital, karena pada dasarnya segala hal baik yang kita lakukan di dunia nyata juga harus kita lakukan di dunia maya. Jangan sampai bangsa Indonesia yang dahulu dikenal sebagai bangsa yang ramah dan santun, berubah menjadi bangsa yang tidak beradab hanya karena ulah segelintir oknum yang tidak bijak dalam bersosial media. Dasar dari Digital Ethnic diantaranya terdiri dari: • Memahami akan peraturan, regulasi yang berlaku, tata krama, dan etika berinternet (netiquette); • Membedakan informasi apa saja yang mengandung hoax dan tidak sejalan seperti halnya, pornografi, perundungan,dll;
47 • Memahami cara berinteraksi, partisipasi dan kolaborasi di ruang digital yang sesuai dalam kaidah etika digital dan peraturan yang berlaku; dan • Memahami cara bertransaksi secara elektronik dan berdagang di ruang digital yang sesuai dengan peraturan yang berlaku. d. Keamanan Digital (Digital Safety) Kemampuan mengenali, mempolakan, menerapkan, menganalisis, menimbang dan meningkatkan kesadaran perlindungan data pribadi dan keamanan digital dalam kehidupan sehari-hari. Keamanan digital (cyber security) merupakan aktivitas untuk melindungi informasi dari terjadinya tindakan kriminal (cyber crime) terhadap sumber daya digital. Biasanya cyber crime terjadi karena ada seseorang yang ingin mengganggu kerahasiaan (confidentiality), integritas (integrity), dan ketersediaan (availability) sebuah sistem informasi. Dasar dari Digital Safety diantaranya terdiri dari: • Memahami fitur proteksi perangkat keras (kata sandi, fingerprint) pengetahuan dasar memproteksi identitas digital(katasandi); • Mencari informasi dan data valid terlebih dahulu dari sumberyang terverifikasi dan terpercaya, memahami spam, dna pshishing; • Memahami fitur keamanan platform digital dan menyadari adanya rekam jejak digital dalam memuat konten sosmed; dan • Membuat perlindungan diri atas penipuan (scam) dalam transaksi digital serta protokol keamanan seperti PIN dan kode otentikasi.
48 Dengan adanya 4 pilar ini, diharapkan masyarakat Indonesia dapat mengikuti perkembangan dunia digital secara baik, produktif, dan sesuai nilai-nilai yang dijunjung tinggi dalam kehidupan berbudaya, berbangsa, dan bernegara. Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia (Kementerian PAN Dan RB) telah mencangangkan Kebijakan Manajemen ASN yaitu menuju Smart ASN 2024, yang diharapkan dapat terbentuknya sebuah Birokrasi berkelas Dunia.Dalam upaya membentuk Birokrasi berkelas Dunia tersebut, diharapkan setiap pegawai dapat memiliki profil sebagai Smart ASN, yang terdiri dari: a. Integritas Peraturan Menteri PAN dan RB Nomor 60 Tahun 2020 Tentang Pembangunan Integritas Pegawai Aparatur Sipil Negara, integritas didefinisikan sebagai konsistensi berperilaku yang selaras dengan nilai, norma dan/atau etika organisasi, dan jujur dalam hubungan dengan atasan, rekan kerja, bawahan langsung, dan pemangku kepentingan serta mampu mendorong terciptanya budaya etika tinggi, bertanggung jawab atas tindakan atau keputusan beserta risiko yang menyertainya. Pengembangan integritas ASN diukur melalui kejujuran, kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan, kemampuan bekerjasama dan pengabdian kepada masyarakat, bangsa dan nega ra. b. Nasionalisme Sebagai seorang aparatur negara, memiliki sikap nasionalisme tentu
49 sudah menjadi suatu keharusan. Seorang ASN harus memiliki sikap nasionalisme, yang salah satunya adalah Nasionalisme Pancasila, yang dapat kita pahami sebagai sebuah pandangan atau paham kecintaan manusia Indonesia terhadap bangsa dan tanah airnya yang didasarkan pada nilai-nilai luhur Pancasila. Dalam pelaksanaan tugas sehari-hari, setiap ASN harus dapat mengamalkan nilai-nilai Pancasila, seperti nilai Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan dan Keadilan. c. Profesionalisme Menurut Siagian (dalam Kurniawan, 2005), profesionalisme adalah keandalan dalam pelaksanaan tugas sehingga terlaksana dengan mutu yang baik, waktu yang tepat, cermat dan dengan prosedur yang mudah dipahami dan diikuti oleh pelanggan atau masyarakat. Profesionalisme merupakan sebuah sikap kerja profesional yang tiada lain adalah perilaku seseorang yang mengacu pada kecakapan, keahlian, dan disiplin dalam bentuk komitmen dari para anggota suatu profesi yang mendasari tindakan atau aktivitas seseorang yang merupakan sikap dalam menekuni pekerjaan sesuai dengan bidang keahliannya yang dikuasai dengan melaksanakan aturan-aturan kode etik profesi yang berlaku dalam hubungannya dengan masyarakat untuk menghasilkan kerja yang baik. d. Wawasan Global Upaya membentuk ASN yang berwawasan global merupakan salahsatu bagian penting dari pengembangan kompetensi Aparatur Sipil Negara (ASN), untuk mewujudkan visi Presiden yaitu terwujudnya
50 Indonesia maju yang berdaulat, mandiri dan berkepribadian berlandaskan gotong royong. Dengan wawasan global, diharapkan ASN dapat membangun pola pikir yang adaptif serta mendukung fleksibilitas dan inovasi. e. IT dan Bahasa Asing Seorang ASN tentu diharapkan dapat sekurang-kurangnya memahami dan menguasai Bahasa Inggris. Hal ini juga ditegaskan oleh Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPSDM) Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) melalui Plt. Sekretaris BPSDM dalam “Seminar Online Peningkatan Kemampuan Bahasa Inggris Bagi Aparatur Sipil Negara (ASN) Dalam Mengelola Pelayanan Publik. Plt. Sekretaris BPSDM Kemendagri menjelaskan bahwa penguasaan kemampuan bahasa Inggris adalah salah satu aspek penting lainnya yang perlu dikuasai oleh ASN dalam menyikapi perkembangan zaman. Terlebih saat ini, hampir semua alat dan teknologi di era global menggunakan Bahasa Inggris. Tidak menutup kemungkinan seorang ASN juga dapat menguasai bahasa asing lain, sebagai nilai tambah. Sebut saja bahasa Mandarin, Korea dan Jepang. Mengapa tiga bahasa tersebut? Salah satu faktornya adalah karena kita berada di Indonesia, dan salah satu kerjasama internasional yang diikuti oleh pemerintah adalah ASEAN plus three. f. Hospitality ASN adalah seorang pelayan publik. Untuk itu keramahan tentu menjadi faktor penting yang harus dimiliki. Hospitality atau keramahan
51 adalah memiliki sifat baik hati dan menarik budi bahasanya, baik tutur kata dan sikapnya dalam setiap pelaksanaan tugas, khususnya dalam memberikan pelayanan prima kepada masyarakat. g. Networking Seorang ASN harus mampu untuk membangun dan menjalin hubungan dengan orang lain atau organisasi lain juga perlu untuk dilakukan. Mengingat sinergi dengan instansi atau orang lain, dapat mempermudah aparat negara dalam memberikan pelayanan yang terbaik untuk masyarakat. h. Enterpreneurship Enterpreneurship adalah keyakinan kuat yang ada dalam diri seseorang untuk mengubah dunia melalui ide dan inovasinya. Keyakinan ini kemudia ditindaklanjuti dengan keberanian mengambil risiko mewujudkan ide dan inovasinya tersebut melalui organisasi yang didirikannya, mulai dari membangun, memelihara, dan mengembangkannya sampai menghasilkan dampak nyata bagi dunia. Membangun dan menjalin hubungan dengan orang lain atau organisasi lain juga perlu untuk dilakukan. Mengingat sinergi dengan instansi atau orang lain, dapat mempermudah aparat negara dalam memberikan pelayanan yang terbaik untuk masyarakat. 3.3. Pengertian PIO dan Konseling A. Pelayanan Informasi Obat menurut Peraturan Mentri Kesehatan tentang standar pelayanan kefarmasian di Puskesmas adalah kegiatan pelayanan yang dilakukan oleh
52 Apoteker untuk memberikan informasi secara akurat, jelas dan terkini kepada dokter, apoteker, perawat, profesi kesehatan lainnya dan pasien. • Tujuan: 1. Menyediakan informasi mengenai Obat kepada tenaga kesehatan lain di lingkungan Puskesmas, pasien dan masyarakat. 2. Menyediakan informasi untuk membuat kebijakan yang berhubungan dengan Obat (contoh: kebijakan permintaan Obat oleh jaringan dengan mempertimbangkan stabilitas, harus memiliki alat penyimpanan yang memadai). 3. Menunjang penggunaan Obat yang rasional • Kegiatan: 1. Memberikan dan menyebarkan informasi kepada konsumen secara pro aktif dan pasif. 2. Menjawab pertanyaan dari pasien maupun tenaga kesehatanmelalui telepon, surat atau tatap muka. 3. Membuat buletin, leaflet, label Obat, poster, majalah dinding dan lain-lain.Melakukan kegiatan penyuluhan bagi pasien rawat jalan dan rawat inap, serta masyarakat. 4. Melakukan pendidikan dan/atau pelatihan bagi tenaga kefarmasian dan tenaga kesehatan lainnya terkait dengan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai. 5. Mengoordinasikan penelitian terkait Obat dan kegiatan Pelayanan Kefarmasian. • Faktor-faktor yang perlu diperhatikan: 1. Sumber informasi Obat. 2. Tempat. 3. Tenaga.
53 4. Perlengkapan. B. Pelayanan KonselinG Merupakan suatu proses untuk mengidentifikasi dan penyelesaian masalah pasien yang berkaitan dengan penggunaan Obat pasien rawat jalan dan rawat inap, serta keluarga pasien. Tujuan dilakukannya konseling adalah memberikan pemahaman yang benar mengenai Obat kepada pasien/keluarga pasien antara lain tujuan pengobatan, jadwal pengobatan, cara dan lama penggunaan Obat, efek samping, tanda-tanda toksisitas, cara penyimpanan dan penggunaan Obat. Ruang konseling meliputi satu set meja dan kursi konseling, lemari buku, buku-buku referensi sesuai kebutuhan, leaflet, poster, alat bantu konseling, buku catatan konseling, formulir jadwal konsumsi Obat (lampiran), formulir catatan pengobatan pasien (lampiran), dan lemari arsip (filling cabinet), serta 1 (satu) set komputer, jika memungkinkan. Kegiatan pelayanan informasi obat dan pelayanan konseling adalah rangkaian kegiatan pelayanan farmasi klinik yang di lakukan di Puskesmas namun kegiatan pelayanan konseling hanya dilakukan pada pasien-pasien tertentu saja yang memenuhi kriteria sebagai berikut:
54 a. Pasien rujukan dokter. b. Pasien dengan penyakit kronis. c. Pasien dengan Obat yang berindeks terapetik sempit dan poli farmasi. d. Pasien geriatrik. e. Pasien pediatrik. f. Pasien pulang sesuai dengan kriteria di atas 3.4 Rancangan Aktualisasi 3.4.1.Identifikasi Isu Isu atau masalah adalah kesenjangan antara idealitas (seharusnya) dengan realita (kenyataannya). Rencana kegiatan Aktualisasi yang akan dilaksanakan adalah Kurang optimalnya pemberian Informasi Obat dan pelayanan konseling obat pada pasien hipertensi dan Diabetes Militus di Farmasi UPT Puskesmas Tabak Kanilan sesuai dengan nilai-nilai dasar ASN Berorietasi Pelayanan, Akuntabel, Kompeten, Harmonis, Loyal, Adaptif dan Kolaboratif (BerAKHLAK) dan sesuai dengan peran dan kedudukan ASN (ManajemenASN) dan Smart ASN dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dari hasil penelusuran tugas pokok dan fungsi serta uraian tugas, dalam menjalankan tugas penulis mendapatkan beberapa isu terkait dengan pelayanan kefarmasian di UPT Puskesmas Tabak Kanilan Menurut pengamatan penulis terdapat beberapa isu yang dijabarkan dalam Tabel3.1 sebagai berikut :
Tabel 3.1. Identifika No Identifikasi Isu Deskripsi Isu kondisi Saat Ini 1 . Kurang optimalny a pemberia n Informasi Obat dan pelayana n konseling obat pada pasien hipertensi dan Diabetes Militus di Farmasi UPT Puskesm as Tabak Kanilan Masih belum optimalnya pelayanan farmasi klinik oleh tenaga Farmasi Belum terlaksanany a pelayanan konseling obat di UPTD PKM Tabak Kanilan a b
55 asi Isu dan Deskripsi Isu Penyebab Isu Data Pendukung Dikaitkan dengan Agenda III Kondisi Yang diharapkan . Masih rendahnya pemahaman petugas Farmasi terkait pentingnya pelayanan konseling. . Tidak adanya ruangan khusus dan sarana prasarana untuk melaksanak an pelayanan konseling Gambar 2.4. Tempat penyerahan obat yang kurang memadai sebagai tempat untuk konseling obat Manajemen ASN: Masih belum mampu memberika npelayanan yang prima sesuai dengan standar pelayanan kefarmasia n Peningkatan pemahaman dan kesadaran petugas farmasi tentang pentingnya pelayanan konseling obat dan tersedianya fasilitas yang memadai sesuai standar.
No Identifikasi Isu Deskripsi Isu kondisi Saat Ini 2. Kurangnya kepatuhan minum Obat pada pasien Hipertensi dan Diabetes Militus di UPT Puskesmas Tabak Kanilan. Sering terjadi pasien pasien Hipertensi dan Diabetes Militus lupa minum obat atau pasien tidak minum obat saat tidak ada keluhan Kejadian Putus obat sering terjadi pada pasien Hipertensi dan Diabetes Militus dan tidak terpantau a. b.
56 Penyebab Isu Data Pendukung Dikaitkan dengan Agenda III Kondisi Yang diharapkan Kurangnya pemahaman pasien hipertensi dan Diabetes militus akan akibat jika putus minum obat dan kurangnya pengetahuan akan manfaat minum obat secara rutin Pasien hipertensi dan Diabetes militus tidak melakukan cek kesehatan secara rutin Seringnya kali pasien Hipertensi dan DM datang ke puskesmas dengan keluhan, tekanan darah dan gula darah tidak terkontrol, tapi setelah ditelusuri pasien tersebut tidak minum obat secara rutin. Manajemen ASN: harus Menjalin kerja sama yang baik antar petugas Kesehatan dan pasien agar terjadi komunikasi yang aktif dalam mencapai pengobatan yang maksimal bagi klien(pasien) Terjadi perubahan perilaku pasien hipertensi dan Diabetes militus dengan peningkatan kepatuhan minum obat anti hipertensi dan Diabetes militus
No. Identifikasi Isu Deskripsi Isu kondisi Saat Ini 3. Belum Optimalnya Penandaan dan Pelabelan Obat di Apotek dan Gudang Farmasi UPT Puskesmas Tabak Kanilan. Adanya beberapa obat yang belum diberi penandaan atau label, label penandaan expayerd dan penandaan LASA Penandaan obat belum menyeluruh a. b. c. d.
57 Penyebab Isu Data Pendukung Dikaitkan dengan Agenda III Kondisi Yang diharapkan Tidak ada anggaran khusus untuk penyediaan alat dan bahan untuk pelabelan dan penandaan Kurangnya kepatuhan petugas farmasi dalam penandaan dan pelabelan Kurangnya SDM bidang farmasi Rak obat yang kurang memadai dan tidak sesuai standar Gambar 2.5. Memperlihatkan susunan Rak obat yang belum diberi label khusus ED, LASA dan High Alert Manajemen ASN: Harus Menjadi ASN yang professional dalam melaksanakn Tugas dan tanggung jawab nya dengan memamfaat kan ilmu pengetahua n yang telahdi didapatnya Tersedianya informasi yang lengkap terkait obat di setiap rak obat, baik nama obat, dosis obat, jangka waktu expayerd obat dan pelabelan khusus LASA dan High Alert
No. Identifikasi Isu Deskripsi Isu kondisi Saat Ini P 4. Kekosongan Obat dan BMHP sering terjadi di Gudang Farmasi UPT Puskesmas Tabak Kanilan. Kurangnya kepatuhan minum Obat Antibiotik pada pasien di UPT Puskesmas Tabak Kanilan Sering kali terjadi kekosongan obat-obat yang bersifat esensial maupun non esensial di UPT Puskesmas Tabak Kanilan, sehingga kebutuhan obat tidak terpenuhi Beberapa obat masih terjadi kekosongan a. b. c.
58 Penyebab Isu Data Pendukung Dikaitkan dengan Agenda III Kondisi Yang diharapkan . Terjadinya ketidak sesuaian antara pemberian obat dari instalasi Farmasi Dinas Kesehatan dengan kebutuhan obat di Puskesmas. . Perubahan pola penyakit yang signifikan Keterbatasan anggaran untuk pengadaan obat Gambar 2.6 Memperlihatkan Gudang obat Puskesmas Tabak Kanilan Manajemen ASN: Harus mampu untuk membangun dan menjalin hubungan dengan orang lain atau organisasi lain, agar dapat mencapai pelayanan yang prima dan profesional Pengadaan dan ketersediaan obat sesuai dengan kebutuhan, terutama obatobatan yang esensial
5. Kurangnya kepatuhan minum Obat Antibiotik pada pasien di UPT Puskesmas Tabak Kanilan. Seringnya pasien yang mendapatkan obat antibiotic Beberapa pasien Kembali ke puskesmas dengan keluhan yang sama, namun setelah ditelusuri pasien tersebut tidak menghabiskan antibitok dari pengobatan sebelumnya a. b. c.
59 Kurangnya pemahaman pasien tentang obat antibiotic Kurangnya pemberian informasi oleh tenaga kesehatan. Pasien tidak tahu resiko minum antibiotic tidak sesuai anjuran Gambar 2.7 Memperlihatkan contoh obat antibiotic yang tersisah karena tidak dihabiskan Manajemen ASN: Harus Menjadi ASN yang professional dalam melaksanakn Tugas dan tanggung jawab nya dengan memamfaat kan ilmu pengetahua n yang telahdi didapatnya Peningkatan pengetahuan pasien tentang antibiotic dan peningkatan kepatuhan pasien untuk minum obat sesuai anjuran dokter dan petugas farmasi.
60 3.4.2. Analisis Tapisan Isu 1. Metode APKL Dari beberapa isu diatas, langkah selanjutnya adalah mempertimbangkan isu mana yang akan menjadi prioritas utama. Isu-isu tersebut dianalisa menggunakan instrument APKL yang merupakan metode skiring yang digunakan untuk menyusun urutan prioritas isu yang akan diselesaikan. Isu dengan skor tertinggi akan dipilih untuk menjadi isu utamaatau isu pokok yang harus segera diselesaikan. Kriteria instrument APKL adalah sebagai berikut: a) Aktual adalah isu yang sedang atau dalam proses kejadian, sedang hangatdibicarakan, atau isu yang diperkirakan akan terjadi dalam waktu dekat. b) Problematik adalah Isu memiliki dimensi masalah yang kompleks sehingga perludicarikan solusinya sesegera mungkin c) Kelayakan adalah isu yang masuk akal, realisitis, relevan untuk dimunculkaninisiatif pemecahan masalahnya. d) Layak yaitu isu yang masuk akal (logis), pantas, realistis dan dapat dibahas sesuai dengan tugas, hak, wewenang dan tanggung jawab hingga akhirnya diangkatmenjadi isu yang prioritas.
61 Tabel 3.2. Penentuan Isu Menggunakan Metode APKL S e t e l a h d i a n a l i s is dengan menggunakan teknik APKL didapat 3 (tiga) isu berkualitas atau bersifat aktual. selanjutnya isu yang memenuhi syarat dianalisis kembali dengan menggunakan analisis USG. 2. Metode USG Analisis dengan metode USG (Urgency, Seriousness, dan Growth) menggunakan Skala Likert dalam penetapan prioritas isu, dengan rentang nilai matriks skor yaitu 1 – 5, yang menandakan bahwa semakin tinggi skor berarti isu tersebut bersifat mendesak untuk segera dicari penyelesaiannya. Identifikasi Isu Kriteria Total Rangking No. A P K L 1. Kurang optimalnya Pelayanan Informasi Obat dan Konseling pada pasien hipertensi dan diabetes militus di farmasi UPT Puskesmas Tabak Kanilan. √ √ √ √ √ Memenuhi 2. Belum Optimalnya Penandaan dan Pelabelan Obat di Apotek dan Gudang Farmasi UPT Puskesmas Tabak Kanilan. √ √ √ √ √ Memenuhi 3. Kekosongan Obat dan BMHP sering terjadi di Gudang Farmasi UPT Puskesmas Tabak Kanilan √ √ √ - - Tidak Memenuhi 4. Kurangnya kepatuhan minum Obat pada pasien Hipertensi dan Diabetes Militus di UPT Puskesmas Tabak Kanilan. √ √ √ √ - Memenuhi 5. Kurangnya kepatuhan minum Obat Antibiotik pada pasien di UPT Puskesmas Tabak Kanilan. √ √ √ √ √ Memenuhi
62 Adapun indikator analisis USG adalah sebagai berikut: • Urgency, yakni seberapa mendesak suatu isu harus dibahas, dianalisis dan ditindak lanjuti. • Seriuousness, yaitu seberapa serius suatu isu harus dibahas yang dikaitkan denganakibat yang ditimbulkan. • Growth, didefinisikan sebagai seberapa besar memburuknya isu tersebut jika tidak di tangani dengan segera. Interval penentuan prioritas: Angka 1: sangat tidak mendesak/gawat dan dampak; Angka 2: tidak mendesak/gawat dan dampak; Angka 3: cukup mendesak/gawat dan dampak; Angka 4: mendesak/gawat dan dampak; Angka 5: sangat mendesak/gawat dan dampak. Berdasarkan ketentuan Skala Likert diatas, hasil penetapan prioritas isu yangdi pilih disajikan pada tabel berikut ini: Identifikasi Isu U S G Total Peringka t Kurang optimalnya Pemberian Informasi Obat dan Konseling pada pasien hipertensi dan diabetes militus di farmasi UPT Puskesmas Tabak Kanilan. 5 5 4 14 1 Belum Optimalnya Penandaan dan Pelabelan Obat di Apotek dan Gudang Farmasi UPT Puskesmas Tabak Kanilan. 4 4 3 11 3 Kurangnya kepatuhan minum Obat Antibiotik pada pasien di UPT Puskesmas Tabak Kanilan. 5 4 4 13 2 Table 3.3 analisis isu menggunakan kriteria USG
63 3.4.3. Gagasan Penyebab Isu Dari sejumlah isu yang telah dianalisis dengan teknik tapisan, selanjutnya dilakukan analisis secara mendalam untuk mengetahui penyebab terjadinya isu dengan menggunakan teknik analisis diagram Fishbone. Diagram Fishbone akan mengidentifikasi berbagai sebab potensial dari satu efek atau masalah. Masalah tersebut akan dipecah menjadi sejumlah kategori yang berkaitan mencakup Habit (Kebiasaan), system (sistem), skills (keterampilan), dan materials (bahan). Hasil analisis menggunakan diagram Fishbone dapat dilihat pada Gambar 2.7
64 Berdasarkan hasil analisis diagram fishbone di atas yakni Kurang optimalnya Pelayanan Informasi Obat dan Konseling obat pada pasien hipertensi dan diabetes militus di UPTD Puskesmas Kanilan, maka dapat di identifikasi bahwa isu strategis yang terjadi yakni disebabkan beberapa faktor. Faktor penghambat di antaranya adalah: 1. System Belum ada SOP untuk melakukan PIO dan konseling Obat 2. Bahan ( materials) Tidak ada sarana dan fasilitas yang memadai dalam melakukan Pelayanan Informasi Obat dan Konseling Obat 3. Kemampuan ( skills) Kurangnya pengetahuan petugas farmasi untuk melakukan PIO dan Konseling obat 4. Kebiasaan (Habit) Kurangnya pemahaman pasien tentang pentingnya pelayanan informasi obat dan konseling obat 3.4.4.Gagasan Penyelesaian Isu Setelah menganalisis isu yang diangkat dan mengetahui penyebab dari isu tersebut maka perlu ditetapkan gagasan penyelesaian isu agar pelayanan Informasi Obat dan Pelayanan Konseling Obat dapat di optimalkan di UPT Puskesmas Tabak Kanilan sehingga pasien Hipertensi dan diabetes militus dapat merasakan manfaat pengobatan yang sebaik-baiknya. Sehingga kegiatan kreatif yang akan dilakukan sbagai berikut: 1. Melakukan konsultasi dengan Kepala Tata Usaha UPT Puskesmas Tabak Kanilan selaku mentor dalam rangka pelaksanaan aktualisasi 2. Membuat SOP pelayanan informasi obat dan SOP pelayanan konseling serta menyiapkan tempat, dan materi dalam bentuk dan Leaflet yang akan digunakan dalam proses pelayanan informasi obat dan konseling obat pada pasien hipertensi dan diabetes militus 3. Melakukan Pelayanan Informasi obat melalui penyuluhan dan pembagian leaflet atau brosur tentang obat Hipertensi dan Diabetes militus kepada pengunjung puskesmas
65 4. Melakukan Pelayanan Konseling Obat bagi pasien yang setuju atau direkomendasikan oleh dokter 5. Berkonsultasi dengan mentor mengenai hasil kegiatan dan evaluasi hasil kegiatan 6. Melakukan konsultasi dengan kepala Tata Usaha UPTD Puskesmas Tabak Kanilan selaku mentor dalam pelaporan hasil aktualisasi 3.4.5.Rancangan Kegiatan dan Tahapan Kegiatan Aktualisai Pada rancangan kegiatan, masing-masing kegiatan disusun ke dalam tahapankegiatan dengan dikaitkan pada materi Agenda II yaitu nilai-nilai dasar BerAKHLAK dan materi Agenda III (Manajeman ASN, dan SMART ASN). Tahapan kegiatan dan kegiatan rancangan aktualiasi dapat dilihat pada Tabel 3.4 Tabel 3. 4 Rancangan Kegiatan dan Tahapan Kegiatan No Kegiatan Tahapan Kegiatan 1 Meminta izin dengan Kepala Puskesmas Tabak Kanilan dalam rangka pelaksanaan aktualisasi 1. Membuat jadwal pertemuan dengan atasan untuk memohon izin persetujuan kegiatan aktualisasi. 2. .Membuat surat izin persetujuan kegiatan ke pimpinan 3. Melakukan konsultasi dengan mentor. 2 Membuat SOP pelayanan informasi obat dan SOP pelayanan konseling serta menyiapkan tempat, menyiapkan Leaflet, Formulir konseling, formulir cek list PIO yang akan digunakan dalam proses pelayanan informasi obat dan konseling obat pada pasien hipertensi dan diabetes militus 1. Membuat SOP pelayanan informasi obat dan SOP pelayanan konseling 2. Mencari literatur yang akurat untuk mempersiapkan bahan pembuatan leaflet dan membuat konsep desain leaflet yang menarik. 3. Melakukan konsultasi dengan mentor tentang leaflet, Formulir konseling, formulir cek list PIO yang akan digunakan dalam proses pelayanan informasi obat dan konseling. 4. Mencetak leaflet, mencetak formular konseling, formulir
66 cek list PIO, mencetak daftar hadir peserta 5. Menyiapkan ruangan Khusus untuk melaksanakan Pelayanan Konseling Obat. 3 Melakukan Pelayanan Informasi obat melalui penyuluhan dan pembagian leaflet tentang obat Hipertensi dan Diabetes militus kepada pasien. 1. Membuat Satuan Aacara Penyuluhan(SAP) 2. Mengisi daftar hadir peserta. 3. Melaksanakan pelayanan Informasi Obat melalui penyuluhan di desa dan PIO di dalam Gedung UPT Tabak kanilan . 4. Melakukan tanya jawab singkat mengenai Informasi Obat yang disampaikan 4 Melakukan Pelayanan Konseling Obat bagi pasien dan membuat media grup WA sebagai sarana pemberian informasi dan edukasi 1. Melakukan pelayanan konseling obat kepada pasien hipertensi dan DM 2. Mengisi formulir konseling data peserta yang telah melakukan konseling 3. Mengumpulkan data dan no HP pasien untuk dibuatkan grup WA sebagai sarana pemberian informasi dan edukasi. 4. Membuat grup WA bersama, petugas promkes, dokter dan tenaga kesehatan lain, sebagai sarana pemberian informasi dan edukasi pasien 5 Berkonsultasi dengan mentor mengenai hasil kegiatan dan evaluasi hasil kegiatan 1. Menyiapkan data hasil kegiatan 2. Mencatat setiap saran dan masukan mentor 6 Melakukan konsultasi kepada Kepala Tata Usaha UPT Puskesmas Tabak Kanilan selaku mentor dalam rangka pelaporan hasil aktualisasi 1. Menemui mentor untuk konsultasi terkait laporan aktualisasi kegiatan pelaksanaan. 2. Melakukan konsultasi dengan coach. 3. Mencetak laporan aktualisasi.
3.4.6. Matrik Rancangan Aktualisas RANCANGA PELATIHAN DASAR CPNS KABUP Unit Kerja : UPTD Puskesmas Me Identifikasi Isu : 1. Kurang optimalnya Pelayanan Informasi O hipertensi dan Diabetes Militus di Farmasi UPT 2. Kurangnya kepatuhan minum Obat pada pasie Tabak Kanilan. 3. Belum Optimalnya Penandaan dan Pelabe Puskesmas Tabak Kanilan. 4. Kekosongan Obat dan BMHP sering terjadi di 5. Kurangnya kepatuhan minum Obat Antibiotik p Isu yang di angkat : Kurang optimalnya Pela pada pasien hipertensi da Kanilan Gagasan Pemecahan Isu : “Optimalisasi Pelayanan Informasi Obat dan Pelayan Diabetes Militus di Farmas
67 AN AKTUALISASI PATEN BARITO SELATAN TAHUN 2023 engkatip Obat dan pelayanan konseling obat pada pasien T Puskesmas Tabak Kanilan. en Hipertensi dan Diabetes Militus di UPT Puskesmas elan Obat di Apotek dan Gudang Farmasi UPT Gudang Farmasi UPT Puskesmas Tabak Kanilan. pada pasien di UPT Puskesmas Tabak Kanilan yanan Informasi Obat dan pelayanan konseling obat an Diabetes Militus di Farmasi UPT Puskesmas Tabak nan Konseling Obat pada Pasien Hipertensi dan si UPT Puskesmas Tabak Kanilan”
6 Tabel 3.5 Matriks Ra No Kegiatan Tahapan Kegiatan Output/Hasil 1 2 3 4 1. Meminta izin dengan Kepala Puskesmas Tabak Kanilan dalam rangka pelaksanaan aktualisasi 1. Membuat jadwal pertemuan dengan atasan untuk memohon izin persetujuan kegiatan aktualisasi. 1. Terlaksananya pertemuan dengan Kepala Puskesmas 2.Membuat surat izin persetujuan kegiatan ke pimpinan 2. Terbitnya surat iz persetujuan melaksanakan kegiatan yang ditandatangani oleh pimpinan. 3.Melakukan konsultasi dengan mentor. 3. Adanya masuka dan saran dari mentor
8 ancangan Aktualisasi Kriteria Substansi Mata Pelatihan Kontribusi Terhadap VisiMisi Organisasi Penguatan Nilai Organisasi 5 6 7 . Beriorientasi Pelayanan: Melakukan komunikasi dengan menerapkan sikap ramah, cekatan dan solutif. Akuntabel: Mengikuti arahan yang diberikan mentor. Kompeten: Melaksanakan tugas dengan kualitas terbaik. Harmonis: Menghargai saran, masukan maupun kritik dari mentor sebagai Kegiatan ini berkontribusi dalam Visi Kabupaten Barito Selatan yaitu “Barito Selatan yang Maju, Mandiri dan Profesional yang Beriman dan Bertaqwa” serta berkontribusi dalam Misi “Peningkatan Profesionalisme pegawai di Lingkungan Pemerintah Daerah Kabupaten Barito Selatan” Pelaksanaan kegiatan ini yang didasarkan pada nilai-nilai dasar ASN dan nilai kedudukan dan peran ASN dalam NKRI memperkuat nilai: 1. Integritas 2. Nasionalisme 3. Profesionalis me 4. Hospitality 5. Inovatif 6. Akunt2abel zin n
6
9 arahan dan nasihat untuk mendapatkan hasil terbaik. Loyal: Menjaga nama baik pimpinan dan juga instansi tempat bertugas dalam pelaksanaan kegiatan aktualisasi. Adaptif: Berinovasi dalam perencanaan kegiatan aktualisasi. Kolaboratif: Berdiskusi dengan mentor untuk mendapatkan sebuah kesepakatan dan tujuan yang ingin dicapai. SMART ASN (Integritas)
7
0 Tepat waktu pada saat ingin bertemu dengan mentor. SMART ASN (Nasionalisme) Pada saat konsultasi menggunakan bahasa yang mudah dipahami yaitu bahasa Indonesia. SMART ASN (Profesionalisme) Menjalankan saran atau masukan dari mentor dengan sebaikbaiknya dengan penuh tanggungjawab. SMART ASN (Digital Skills) Disini saya menggunakan laptop, hp dan app MS Office word untuk menyiapkan bahan konsultasi.
7 2 Membuat SOP pelayanan informasi obat dan SOP pelayanan konseling serta menyiapkan tempat konseling,men yiapkan Leaflet, Formulir konseling, formulir cek list PIO yang akan digunakan dalam proses pelayanan 1. Membuat SOP pelayanan informasi obat dan SOP pelayanan konseling 1. Tersedia SOP pelayanan sesu standar 2. Mencari literatur yang akurat dan untuk mempersiapkan bahan pembuatan leaflet dan Membuat konsep desain leaflet yang menarik, menerima saran dan masukan dari teman kerja 2. Menambah pengetahuan baru tentang digital desain .
1 Managemen ASN: Profesional tidak memaksakan kehendak dalam menyampaikan tujuan kita kepada mentor serta ramah dalam bertutur kata. uai Beriorientasi Pelayanan: Menyiapkan sarana dan fasilitas pelayanan informasi obatdan konseling obat dengan sepenuh hati agar masyarakat dapat meraskan manfaatnya. Akuntabel: Membuat SOP pelayanan sesuai standar yang berlaku . Kompeten: Melaksanakan tugas aktualisasi yang Kegiatan ini berkontribusi dalam Visi Kabupaten Barito Selatan yaitu “Barito Selatan yang Maju, Mandiri dan Profesional yang Beriman dan Bertaqwa” serta berkontribusi dalam Misi “Peningkatan Profesionalisme pegawai di Lingkungan Pemerintah Daerah Pelaksanaan kegiatan ini yang didasarkan pada nilai-nilai dasar ASN dan nilai kedudukan dan peran ASN dalam NKRI memperkuat nilai: 1) Integritas 2) Nasionali sme 3) Profesion alisme 4) Inovatif 5) Hospitalit y
7 informasi obat dan konseling obat pada pasien hipertensi dan diabetes militus. 3. Melakukan konsultasi dengan mentor tentang leaflet, Formulir konseling, formulir cek list PIO yang akan digunakan dalam proses pelayanan informasi obat dan konseling. 3. Mendapatk persetujuan mentor 4. Mencetak leaflet, mencetak formular konseling, 4. Tersedia formu kopnseling. Formulir PIO d leaflet sebagai sarana edukas
2 kan n sedang dijalani dengan kualitas terbaik sesuai kemampuan. Harmonis: Menghargai segala saran, masukan, maupun kritik dari mentor dan teman sejawat dalam pengerjaan tugas aktualisasi. Loyal: Mencurahkan seluruh kemampuan dalam menyiapkan kegiatan dengan penuh tanggung jawab. Adaptif: Selalu bersinergi dengan mentor dan tenaga Kesehatan lain dalam menyiapkan leaflet dan ruangan konseling. Kabupaten Barito Selatan” 6) Akuntabe l ulir dan si
7 formulir cek list PIO, dan mencetak daftar hadir peserta 5. Menyiapkan ruangan Khusus untuk melaksanakan Pelayanan Konseling Obat 5. Tersediany ruangan untuk pelayanan konseling obat
3 Kolaboratif: Menerima masukan dari sesame tenaga kesehatan. SMART ASN (Integritas) Tepat waktu pada saat melaksanakan kegiatan aktualisasi. SMART ASN (Nasionalisme) Leaflet/brosur menggunakan bahasa yang mudah dipahami yaitu bahasa Indonesia. SMART ASN (Profesionalisme) Membuat leaflet dengan kreatif dan menarik. SMART ASN (Digital Skills) Memanfaatkan media ya
7 3 Melakukan Pelayanan Informasi obat melalui penyuluhan dan pembagian leaflet atau brosur tentang obat Hipertensi dan Diabetes militus kepada pengunjung Puskesmas. 1. Membuat Satuan Aacara Penyuluhan(SAP ) 2. Mengisi daftar hadir peserta. 1. Tersedia SAP 2. Tersedia daftar hadir peserta 3. Melaksanakan pelayanan Informasi Obat melalui penyuluhan di desa dan PIO di dalam Gedung UPT Tabak kanilan . 3. Peserta memahami penyampaian informasi obat
4 internet dan aplikasii terbaru dalam membuat desain power point dan leaflet yang menarik. Managemen ASN: Memanfaatkan waktu dengan baik dalam persiapan leaflet. r Beriorientasi Pelayanan: Memberikan pelayanan informasi obat dengan ramah dan proaktif. Akuntabel: Memberikan Pelayanan Informasi obat dengan menggunakan referensi yang akurat. Kompeten: Kegiatan ini berkontribusi dalam Visi Kabupaten Barito Selatan yaitu “Barito Selatan yang Maju, Mandiri dan Profesional yang Beriman dan Bertaqwa” serta berkontribusi dalam Misi “Peningkatan Profesionalisme Pelaksanaan kegiatan ini yang didasarkan pada nilai-nilai dasar ASN dan nilai kedudukan dan peran ASN dalam NKRI memperkuat nilai: 1) Integritas 2) Nasionalisme 3) Profesionalis
7 4. Melakukan tanya jawab singkat mengenai Informasi Obat yang disampaikan 4. Memastikan peserta memahami penyampaian informasi
5 Memberikan pelayanan informasi obat sesuai kompetensi bidang keilmuan. Harmonis: Melayani setiap pertanyaan pasien dengan ramah tanpa membeda-bedakan. Loyal: Memberikan pelayanan informasi obat sesuai kebutuhan masing-masing pasien. Adaptif: Memberikan pelayanan informasi obat kepada semua kalangan Kolaboratif: Melakukan sinergitas dengan sesame petugas Kesehatan pegawai di Lingkungan Pemerintah Daerah Kabupaten Barito Selatan” me 4) Hospitality 5) Inovatif 6) Akuntabel
7