The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.

Ensiklopedia Suku, Seni dan Budaya Nasional Abal sampai Berangas (Jilid 1) (M. Junus Melalatoa) (z-lib.org)

Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by puputakromah01, 2022-08-24 23:38:10

Ensiklopedia Suku, Seni dan Budaya Nasional Abal sampai Berangas (Jilid 1) (M. Junus Melalatoa) (z-lib.org)

Ensiklopedia Suku, Seni dan Budaya Nasional Abal sampai Berangas (Jilid 1) (M. Junus Melalatoa) (z-lib.org)

ABAL A

ABAL adalah salah satu kelompok itrademarket.com
orang Dayak yang berdiam di desa
Halong Dalam, desa Agong, dan desa Patung Manusia, untuk kepentingan upacara
Suput. Ketiga desa ini merupakan pada kelompok Dayak Kalimantan Selatan
bagian wilayah administratif Kecamatan
Haruai, Kabupaten Tabalong, Provinsi
Kalimantan Selatan. Kecamatan Haruai
yang luasnya 861,27 km2 pada tahun
2008 berpenduduk 25.989 jiwa, namun
tidak tersedia data jumlah orang Dayak
Abal di antara jumlah tersebut. Orang
Abal ini mempunyai bahasa sendiri yakni
bahasa Abal. Antara sesamanya mereka
menggunakan bahasa Abal sebagai
bahasa ibu, namun dengan orang luar
misalnya dengan orang Banjar, atau
Dayak Maanyan, Dayak Dusun Deyah
yang penduduk asal di kabupaten ini,
mereka menggunakan bahasa Banjar
sebagai bahasa pengantar. Pengaruh
orang Banjar menyebabkan mereka
telah lama memeluk agama Islam, dan
asimilasi dengan orang Banjar ini terjadi
sedemikian rupa sehingga budaya lama
mereka sendiri sudah hampir-hampir
punah. Seperti penduduk Kabupaten
Tabalong umumnya, mereka hidup dari
sektor pertanian dan hasil hutan.

ABBATU SAMBA

ABBATU SAMBA merupakan salah lubang tersebut telah diberi garis,
satu permainan khas anak di Kabupaten kemudian biji-biji tersbut pada gilirannya
Bulukumba, Sulawesi Selatan, khususnya akan dilempar dengan batu pengambak,
di Bonto Bahari. Abbatu samba sendiri batu yang terkena lemparan akan menjadi
berasal dari bahasa Bugis-Makasar, dari milik si pelempar.
kata ab yang berarti melakukan sesuatu,
batu yang berarti biji, dan samba yang Permainan ini biasanya dimainkan
berarti asam. Permainan ini dimainkan oleh anak berumur 6-12 tahun, dengan
daengan cara menyusun biji-biji buah cara perorangan, jumlah pemain biasanya
asam dalam sebuah lubang yang dipinggir terdiri dari 2-4 pemain.

1

ENSIKLOPEDIA SUKU, SENI & BUDAYA NASIONAL

ABUI

ABUI, ORANG adalah kelompok sosial bernama Likuwatang, Malaikawata,
yang berdiam di wilayah Kabupaten Alor, Kelaisi, Tafuikadeli, Atimelang dan
Provinsi Nusa Tenggara Timur. Mereka motang. Jumlah anggota kelompok ini
ini berdiam dalam wilayah-wilayah relatif kecil, namun mereka mempunyai
bahasa sendiri, yaitu bahasa Abui. Orang
Abui merupakan salah satu dari puluhan
kelompok kecil lainnya yang tergolong
penduduk asal di wilayah kabupaten ini.

nusacendanabiz.com

Moko adalah benda kebudayaan dari
perunggu yang bentuknya seperti dandang
yang terlungkup. Moko digunakan oleh
masyarakat Alor sebagai mas kawin karena
dipercaya dapat mengikat perkawinan. Dan
juga digunakan sebagai gendang untuk
mengiringi tarian adat.

ABUNG BUNGA MAYANG

ABUNG BUNGA MAYANG yang salah satu kelompok asli di Provinsi
biasanya disebut orang Abung, adalah Sumatra Selatan. Daerah asalnya di
Kecamatan Kayuagung dan Mesuji,
ntoys.wordpress.com Kabupaten Ogan Komering Ilir. Pada tahun
1988 penduduk Kecamatan Kayuagung
Tari rajang lebong, tarian yang berasal dari berjumlah 105.536 dan penduduk
Sumatra Selatan Kecamatan Mesuji berjumlah 73.041
jiwa. Dari jumlah tersebut tidak diketahui
secara pasti jumlah orang Abung, hanya
dapat diperkirakan sekitar 30.000 jiwa
lebih. Bahasa Abung masih termasuk
rumpun bahasa Melayu.

Mata pencaharian pokoknya bertani
di sawah dan ladang, serta berdagang.
Di kalangan masyarakat berkembang
pula seni kerajinan tembikar. Dari bahan-
bahan yang terdapat di sekitar mereka,
seperti rotan dan pandan, penduduk
mengembangkan industri kerajinan
membuat anyaman.

Pada dasarnya penarikan garis
keturunannya cenderung bersifat bilateral,
yaitu dari pihak ayah atau dari pihak ibu.
Akan tetapi keluarga-keluarga batih yang

2

ENSIKLOPEDIA SUKU, SENI & BUDAYA NASIONAL

ABUNG BUNGA MAYANG

terbentuk kebanyakan bersifat matrilokal Sistem kemasyarakatannya
atau tinggal di sekitar kediaman pihak dipengaruhi oleh adat Simbur Cahaya.
istri. Kini umumnya pasangan pengantin Pengaruh agama Islam juga terlihat dalam
langsung menempati kediaman yang kehidupan sehari-hari. Nafas keagamaan
sama sekali baru (neolokal), tanpa harus serta unsur kebudayaan Melayu terlihat
menetap sementara di kediaman pihak dalam bentuk-bentuk kesenian yang
istri. berkembang.

ACCERA KALOMPONG

ACCERA KALOMPONG, UPACARA allangiri kalompoang, yaitu pembersihan
ADAT, merupakan upacara adat untuk dan penimbangan salokoa (mahkota).
membersihkan benda-benda pusaka yang Mahkota ini dibuat pada pada abad ke 14,
merupakan hasil peninggalan Kerajaan dan pertama kali dipakai oleh Raja Gowa,
Gowa. Upacara ini biasa dilakukan I Tumanurunga, yang kemudian menjadi
pada setiap tanggal 10 Zulhijjah. Dalam simbolisasi pada sat pelantikan raja-raja
upacara ini, bagian terpentingnya adalah berikutnya.

aceh

ACEH adalah salah satu suku-bangsa menyebut dirinya dengan Ureueng
asal di daerah Provinsi Nanggroe Aceh Aceh yang berarti ‘orang Aceh’. Dalam
Darussalam (NAD). Suku bangsa ini berbagai literatur orang Aceh itu sering
berdiam di delapan wilayah kabupaten disebut dengan beraneka ragam ucapan,
dan kota madya dari 10 daerah tingkat II seperti Achem, Achin, Achinese, Atjeher,
di provinsi tersebut. Wilayah kediaman Asji, Atchein, Dacin, Dagin, Dachem, A-
asal orang Aceh ini ialah di Kabupaten tse, Tadji, Tashi, dan lain-lain. Sejumlah
Aceh Besar, Kabupaten Pidie, Kabupaten pengamat berpendapat bahwa orang
Aceh Utara, sebagian Kabupaten Aceh Aceh merupakan hasil pembauran
Timur, sebagian Kabupaten Aceh Barat, beberapa bangsa atau suku-bangsa.
sebagian Kabupaten Aceh Selatan, Kota Unsur pembauran itu ada yang berasal
Madya Banda Aceh, dan Kota Madya dari India, Arab, Parsi, Turki, Melayu,
Sabang. Dalam Provinsi D.I. Aceh, Minangkabau, Batak, Nias, Jawa, dan
suku-bangsa Aceh bertetangga dengan lain-lain. Ciri-ciri fisik dari berbagai
beberapa suku-bangsa asal lainnya, yaitu sub kelompok orang Aceh ini memang
suku-bangsa Gayo, Alas, Tamiang, Aneuk memperlihatkan variasi, misalnya ciri
Jamee, Kluet, Singkil, dan Simeulu. Mongoloid, dan Kaukasoid. Asimilasi
antara orang Aceh dengan beberapa suku-
Nama. Daerah Aceh sebagai sebuah bangsa tadi malahan telah melahirkan
provinsi mendapat status ‘istimewa’ suku-bangsa baru seperti suku-bangsa
sejak tahun 1959. Daerah ini biasa Aneuk Jamee, suku-bangsa Singkil.
dijuluki dengan nama ‘Serambi Mekah’,
Tanah Rencong, Bumi Iskandar Muda, Keseluruhan wilayah asal kediaman
atau Daerah Modal. Orang Aceh biasa orang Aceh seperti tersebut di atas terbagi

3

ENSIKLOPEDIA SUKU, SENI & BUDAYA NASIONAL

ACEH

atas sejumlah komunitas yang lebih mampu melanjutkan ke jenjang pendidikan
khusus. Komunitas-komunitas tersebut pesantren (Dayah) yang lebih tinggi.
kini merupakan wilayah kabupaten,
misalnya Kabupaten Aceh Besar, Pidie, Demografi. Dalam sensus penduduk
Aceh Barat, Aceh Utara. Warga dari tahun 1930 jumlah orang Aceh tercatat
komunitas itu mungkin bisa juga disebut sebanyak 775.760 jiwa. Jumlah ini
sebagai sub kebudayaan tersendiri. merupakan 79,49 % dari keseluruhan
Setiap komunitas tadi terbagi lagi atas penduduk daerah Aceh yang berjumlah
komunitas-komunitas yang lebih kecil 975.945 jiwa pada waktu itu. Sisanya
yang disebut mukim; dan setiap mukim (20,51 %) merupakan anggota dari
terdiri atas beberapa kampung yang beberapa suku-bangsa asal seperti
disebut gampong. Keseluruh masyarakat tersebut di atas beserta anggota
Aceh dalam komunitas-komunitas tadi beberapa suku-bangsa pendatang,
ditata oleh sistem budaya yang bersumber seperti Jawa, Minangkabau, Batak, dll
dari Islam. Pada masa kini berbagai aspek (Abdullah, 1978). Beberapa kali sensus
kehidupan orang Aceh sudah barang tentu penduduk yang diadakan kemudian telah
ditata pula oleh unsur sistem budaya mengabaikan aspek kesuku-bangsaan,
nasional Indonesia. Pada masyarakat sehingga jumlah orang Aceh dan anggota
berbagai kabupaten tadi dan dalam suku-bangsa lainnya tidak diketahui lagi.
mukim tertentu terlihat adanya variasi
budaya. Variasi itu timbul sebagai warisan Jumlah penduduk daerah Aceh
dari budaya beberapa kerajaan kecil yang menurut sensus penduduk tahun 1961,
pernah ada di masa lalu. 1971, dan 1980 masing-masing sebesar
1.628.038 jiwa, 2.008.018 jiwa, dan
Bahasa. Orang Aceh memiliki bahasa 2.610528 jiwa (Umar, 1986), dan pada
sendiri yakni bahasa Aceh, yang termasuk tahun 1987 berjumlah sekitar 3.12 juta
keluarga bahasa Hesperonesia. Bahasa jiwa. Kepadatan penduduk daerah ini
Aceh terdiri dari beberapa dialek, di pada tahun 1980 adalah 47 jiwa per km2,
antaranya dialek Peusangan, Banda, yang persebarannya tidak merata pada
Bueng, Daya, Pase, Pidie, Tunong, berbagai kabupaten atau komunitas.
Seunagan, Matang, Meulaboh. Pada Kabupaten yang merupakan wilayah asal
masa kini bahasa Aceh masih merupakan orang Aceh yang terpadat penduduknya
sarana komunikasi yang penting dalam adalah Kabupaten Aceh Utara, dan
kehidupan keluarga, bahasa pengantar yang terjarang adalah Kabupaten Aceh
awal pada lembaga pendidikan pesantren Barat, masing-masing 132 jiwa dan 24
dan sekolah dasar, sarana penerangan jiwa per km2 (Umar, 1986). Jumlah
dalam pelayanan kesehatan misalnya di penduduk daerah Aceh menurut data
Puskesmas, dalam pemecahan masalah penduduk tahun 1990, 2000, 2005, dan
kemasyarakatan di pedesaan, lambang 2008 masing-masing sebesar 3.409.900,
kebanggaan, dan lain-lain. 4.010.865, 4.031.589 dan 4.163.250.

Mereka juga sudah lama menggunakan Pertumbuhan penduduk tahun 1971-
bahasa Melayu yang di sebut bahasa 1980 adalah 2,9% yang relatif lebih tinggi
Jawi, terutama dalam tradisi tulis yang dibandingkan dengan beberapa provinsi
dituangkan dalam huruf Arab (tulisan Jawi). lainnya di Indonesia. Khusus dalam
Kitab-kitab yang berisi pengetahuan agama, wilayah asal orang Aceh, pertumbuhan
pendidikan, kesusastraan, dan lain-lain penduduk Kabupaten Aceh Timur
banyak ditulis dalam bahasa dan tulisan adalah yang tertinggi (3,7%), sedangkan
Jawi. Kitab semacam ini sangat berguna Kabupaten Pidie yang terendah (1,8%).
bagi mereka yang sudah selesai jenjang Pertumbuhan penduduk yang tinggi
pendidikan di Meunasah, tetapi tidak mungkin karena migrasi-masuk yang
tinggi. Hal ini dialami oleh Kabupaten

4

ENSIKLOPEDIA SUKU, SENI & BUDAYA NASIONAL

ACEH

Aceh Timur dan Kabupaten Aceh Utara, yang berlangsung sekitar abad ke 12-13,
karena di sana berkembang perkebunan bahkan ada ahli sejarah yang menyatakan
dan industri. Sebaliknya Kabupaten Pidie pada abad pertama Hijriah (Dhofier, 1982).
dan Kabupaten Aceh Selatan pertumbuhan Kebanggaan itu menjadi semakin dalam
penduduknya rendah karena migrasi- dengan diberikannya julukan ‘Serambi
keluarga yang tinggi (Al Hadar, 1986). Mekah’ tadi bagi daerah Aceh. Julukan
itu dirasakan sebagai lambang kedalaman
Latar Belakang Sejarah. Orang Aceh agama Islam yang dimiliki masyarakat
khususnya dan masyarakat di daerah Aceh Aceh, di samping karena letaknya yang
umumnya memiliki kesadaran sejarah strategis dalam rangka menunaikan ibadah
yang amat kuat. Mereka cenderung haji ke tanah suci Mekah. Julukan itu
mengingat dan membanggakan masa diberikan karena daerah Aceh menjadi
lalu yang pernah gemilang, makmur, tempat persinggahan para jemaah asal
maju, di samping ada pengalaman pahit Nusantara yang akan pergi ke dan kembali
tetapi telah melahirkan tonggak-tonggak dari Mekah. Sekembalinya dari Mekah
sejarah yang bermakna besar bagi mereka di antara jemaah itu ada yang menetap
dan bangsa Indonesia. Masyarakat sementara di Aceh untuk memperdalam
Aceh masa kini seolah-olah ingin saja pengetahuan agamanya sebelum kembali
bercermin kembali pada masa lalu itu, ke kampung halamannya.
antara lain dengan cara mempelajari
kembali karya-karya tulis yang pernah Pada masa silam masyarakat Aceh
ada tentang masyarakat dan kebudayaan terbagi ke dalam sejumlah kerajaan kecil,
Aceh. Tonggak sejarah dan pengalaman misalnya kerajaan Indrajaya, Indrapura,
yang amat berharga bagi mereka adalah Indrapatra, Pasei, Benua, Daya, Peureulak,
yang bermuatan pengetahuan dan nilai- Idi, Pidie, Meulaboh, Linge, dan lain-
nilai yang berkembang setelah masuknya lain. Kemudian kerajaan-kerajaan itu
ajaran Islam ke daerah itu. Melalui proses berhasil disatukan menjadi Kerajaan Aceh
enkulturasi semua itu merasuk ke dalam Darussalam. Kerajaan-kerajaan itu memiliki
berbagai aspek kehidupan. Akhirnya adat-istiadat yang bervariasi, bahkan
mereka miliki sebagai unsur identitas yang variasi budaya itu masih tampak sampai
terwujud sampai masa kini. sekarang. Variasi budaya itu terwujud
terutama pada gejala-gejala lahiriah,
Mereka sangat membanggakan bahwa seperti bentuk rumah, corak pakaian, jenis-
daerah Aceh adalah gerbang pertama jenis kesenian (Zainuddin, 1961).
masuknya ajaran Islam di Nusantara ini,
Orang Aceh menghormati dan
membanggakan tokoh-tokoh seperti sultan
dan para ulamanya, misalnya Sultan
Iskandar Muda, ulama besar Syeh Abd.

Rauf As Sinkili yang kemudian dikenal
pula dengan nama mengemukakan

(Media Kebudayaan
Depdikbud)

Rumah
Tradisional
(Rumoh) yang
terdapat di
Kabupaten Pidie,
Aceh.

5

ENSIKLOPEDIA SUKU, SENI & BUDAYA NASIONAL

ACEH

bahwa orang Aceh pada zaman Iskandar (Garuda)
Muda sudah berada pada taraf peradaban
yang tinggi. Ahli lain seperti T. Ibrahim Mesjid Raya Banda Aceh.
Alfian (1975), A. Hasjmy (1986)
menyatakan bahwa kedua tokoh umara dan masih muda itu. Itulah sebabnya Aceh
ulama tersebut di atas menjadi lambang dijuluki sebagai “Daerah Modal”. Semua
kekuatan dan kesatuan adat dan hukum itu telah tercatat dalam lembaran sejarah
Islam di Aceh. Sehubungan dengan itu ada Indonesia.
ungkapan yang amat dikenal di kalangan
masyarakat Aceh ‘Prihal adat merujuk Perkampungan. Komunitas kecil
pada Sultan Iskandar Muda, prihal hukum semacam desa atau kampung di Aceh
Islam merujuk pada Syiah Kuala’. Agama disebut gampong. Kampung-kampung itu
dan adat itu terkait erat satu dengan sebagian besar berada di daerah pesisir,
yang lain, seperti dua sisi mata uang dan sebagian lainnya ada di daerah
yang tak terpisahkan. Keterkaitan ini pun pedalaman di sela-sela bukit atau di
diungkapkan dalam satu pribahasa: ‘Hukum pinggir hutan. Perkampungan itu ada yang
dengan adat seperti zat dengan sifatnya’. berada di tengah areal persawahan atau
Semuanya ini menjadi acuan dasar bagi di sepanjang jalan raya, misalnya jalan
kehidupan masyarakat Aceh, yang sudah raya di pantai utara yang menghubungkan
dirintis sejak zaman Kerajaan Islam kota Banda Aceh dengan kota Medan di
Peureulak yang berdiri sejak tahun 840 M. Sumatra Utara. Perumahan dalam satu
kampung umumnya mengelompok. Satu
Kondisi sosial budaya seperti tersebut rumah dengan rumah lainnya dipisahkan
di atas kemudian terusik oleh kedatangan oleh halaman, dan seringkali diberi batas
kolonialis Belanda. Masyarakat Aceh pagar bambu atau kawat berduri. Dalam
dengan latar belakang budayanya tadi perkampungan itu ada lorong-lorong yang
menyambut kehadiran Belanda dengan menghubungkan satu bagian kampung
jalan perang; suatu perang yang amat dengan lainnya.
melelahkan yang berlangsung selama
30 tahun, antara 1873-1904. Perang ini Jenis bangunan utama dalam sebuah
dikenal dengan nama Perang Aceh, yang gampong adalah rumah tinggal (rumoh),
menghabiskan dana dan korban jiwa yang bangunan umum yang disebut meunasah,
tidak sedikit. Sesungguhnya perlawanan dan mungkin terdapat pula sebuah mesjid
terhadap Belanda itu tidak pernah reda (meuseugit). Sebuah mesjid dibangun
sampai tahun 1942 dengan munculnya dan digunakan oleh masyarakat satu
gerakan sporadis di sana-sini. Perang ini komunitas mukim yang terdiri dari
telah melahirkan pahlawan-pahlawan beberapa gampong. Itulah sebabnya tidak
bangsa Indonesia, seperti Teuku Umar, Cut di setiap gampong terdapat sebuah mesjid.
Nya Dien, Panglima Polim, dan lain-lain.
Rumah tinggal merupakan rumah
Patriotisme yang menyala dalam perang panggung dengan ketinggian 2,5 meter
tadi begitu mendalam dan terus bersemi di atas tanah, berbentuk empat persegi
dalam kehidupan masyarakat Aceh sampai panjang yang membujur arah timur-
pada periode-periode berikutnya. Dengan
proklamasi kemerdekaan R.I. dan Jepang
meninggalkan Indonesia, Belanda tidak
pernah lagi masuk ke daerah Aceh seperti
yang terjadi di daerah-daerah lain. Dalam
masa revolusi fisik, masyarakat Aceh
mampu mengorbankan harta bendanya
untuk disumbangkan kepada republik yang

6

ENSIKLOPEDIA SUKU, SENI & BUDAYA NASIONAL

ACEH

barat. Letaknya yang demikian berarti kopi, karet. Mata pencaharian yang sudah
telah menghadap kiblat. Ruangan dalam turun-temurun itu dikerjakan dengan
rumah itu terdiri dari serambi depan disertai suatu keyakinan yang berasal dari
(seramoe rinyeun), ruang tengah (tungai) petuah leluhur serta contoh dari pada Nabi,
dan serambi belakang (seramoe likot). bahwa usaha tani itu adalah usaha yang
Di ruang tengah tadi terdapat dua buah mulia. Petuah itu juga mengisyaratkan
kamar, masing-masing di bagian barat bahwa barang siapa yang mengusahakan
dan bagian timur. Kamar di bagian barat pertanian akan memperoleh berkat di
itu disebut ‘rumah perempuan’ (rumoh dunia dan akhirat (Umar, 1986).
inong) sebagai kamar tidur orang tua.
Dalam rumah ini tidak ada ruangan yang Tahap-tahap pekerjaan dalam rangka
disebut ‘rumah laki-laki’. Hal ini mungkin pertanian sawah dilalui dengan berbagai
ada kaitannya dengan adat menetap nikah upacara, misalnya upacara turun ke
yang uxorikol, dan lagi pula menurut adat sawah, upacara minta hujan, upacara
anak laki-laki tidur di meunasah. Keadaan “menghalau hama, upacara setelah
rumah pada masa kini (Somadisastra, panen, dan lain-lain. Rangkaian kegiatan
1977) sudah banyak yang merapat ke bersawah itu dipimpin oleh Keujreuen
tanah, bentuk beragam, tata ruang yang Blang dan dibantu Imeum Meunasah
berbeda-beda. Rumah-rumah itu tidak dalam membacakan doa. Meskipun para
lagi membujur timur-barat menurut arah petani sawah di Aceh biasa mengalami
kiblat, karena sudah harus menyesuaikan surplus, namun kini penyediaan lapangan
dengan letak jalan yang ada. kerja dalam usaha tani ini sudah mulai
ada masalah. Oleh sebab itu mereka
Secara umum meunasah berfungsi harus mencari lapangan kerja yang lain
untuk berbagai kegiatan keagamaan. di luar komunitasnya, misalnya menjadi
Malam hari sebagai tempat anak laki-laki pedagang, buruh, tukang, atau pengrajin.
belajar mengaji, shalat berjemaah waktu
magrib dan isa, shalat tarawih, berbuka Di antara mereka ada yang menjadi
puasa bersama pada bulan Ramadhan. pedagang perantara (muge), sebagai
Selain itu sebagai tempat melaksanakan usaha yang sudah menjadi semacam
upacara-upacara keagamaan, seperti tradisi dalam masyarakat Aceh. Pedagang
peringatan Maulud Nabi Muhammad Saw, itu mengambil hasil pertanian dari
sembahyang jenazah, melaksanakan akad petani produsen tanpa membayarnya
nikah, macam-macam kenduri. Bangunan lebih dahulu. Pembayarannya akan
ini berfungsi pula untuk tempat menginap dilakukan pada waktu yang kurang pasti
remaja laki-laki, tempat persinggahan dan seringkali dalam tempo yang relatif
atau menginap para musafir. Pada siang lama. Barang itu dijual oleh pedagang
hari beranda depannya digunakan sebagai perantara itu pada hari pasar (uroe
tempat beristirahat menghabiskan waktu gantoe) yang terus berpindah-pindah dari
luang setelah lelah bekerja di sawah atau satu kota kecamatan ke kota kecamatan
di ladang (Hurgronje, I, 1985). yang lain. Transaksi antara pedagang
perantara dengan petani tadi dilakukan
Mata Pencaharian. Sebagian besar hanya berdasarkan saling percaya
orang Aceh hidup dari usaha pertanian. (Hasybullah, 1977). Rupa-rupanya
Sensus penduduk tahun 1971 dan 1980 salah satu motivasi orang-orang Aceh
mencatat angkatan kerja dalam bidang pada profesi dagang pada umumnya
pertanian, masing-masing 74,66 % dan adalah seperti yang tercermin dalam
70,71 %. Sebagian besar dari petani satu ungkapan: ‘berdagang itu perut
itu bercocok tanam padi di sawah. Di kenyang dan pakaian bersih’. Di sisi
antaranya ada yang berkebun, yang lain apabila usaha perdagangan sudah
mengusahakan tanaman kelapa, cengkeh, terkait dengan jasa bank mereka masih

7

ENSIKLOPEDIA SUKU, SENI & BUDAYA NASIONAL

ACEH

mempermasalahkannya. Permasalahan itu atau menyimpan silsilah dari kerabat-
menyangkut zakatnya, apakah bunga bank kerabatnya (sarakata). Kelompok ini
itu riba, dan lain-lain. cenderung semakin hilang. Kelompok
lainnya adalah sukee, misalnya kelompok
Orang Aceh yang berdiam di sekitar Lhee Reutoh, Imeum Peut, Tok Batee, Ja
pantai umumnya mengusahakan Sandang. Mereka ini mengacu kepada
tambak ikan bandang, belanak; atau asal-usul keturunannya yang berasal dari
mereka menjadi nelayang di laut. Usaha luar, seperti dari Karo, Hindu, Arab, Parsi,
penangkapan ikan di laut dipimpin oleh Turki (Hurgronje, 1985; Umar, 1986).
Panglima Laot. Pimpinan ini berperan
mengatur pelaksanaan adat laot, Hubungan antara keluarga inti
menyelesaikan pertikaian antara sesama mewujudkan suatu pola. Sejak umur
nelayan, gotong-royong, mengatasi sekitar enam tahun seseorang anak mulai
kecelakaan di laut, dan lain-lain. dibatasi hubungannya dengan orang
tua. Anak laki-laki dibatasi hubungannya
Kekerabatan. Orang Aceh menarik dengan ibu dan saudara-saudara
garis keturunan berdasarkan prinsip perempuannya. Anak laki-laki yang terlalu
bilateral, yang memperhitungkan banyak berada di rumah akan diejek
hubungan kekerabatan melalui garis laki- oleh teman-temannya sebagai orang
laki dan garis perempuan. Kerabat-kerabat yang masih menetek pada ibunya. Proses
yang masuk garis keturunan laki-laki sosialisasi dan enkulturasi lebih banyak
disebut wali atau biek; kerabat-kerabat berlangsung di luar lingkungan keluarga.
melalui garis keturunan perempuan disebut Mereka kembali ke rumah hanya pada
karong atau koy. Prinsip bilateral ini saat makan atau ganti pakaian. Pada
menyebabkan tidak ada perbedaan istilah malam hari mereka tidur di meunasah
kekerabatan antara pihak laki-laki dan sambil belajar mengaji Qur’an dan
pihak perempuan yang seangkatan. Namun mempelajari dasar-dasar agama. Proses
status hukum wali lebih tinggi daripada belajar di luar rumah itu menginsyafkan
karong; wali dapat menjadi wali dalam mereka untuk menjadi seorang Aceh
perkawinan dan asabat dalam warisan. yang sejati dan seorang muslim yang baik
Hal ini terkait dengan ajaran Islam. Dalam (Siegel, 1969).
kehidupan sehari-hari satu keluarga inti
lebih intim hubungannya dengan pihak Proses sosialisasi itu juga
karong, yang tentunya dipengaruhi oleh menumbuhkan sikap sungkan anak-anak
adat menetap sesudah nikah uxorilokal Aceh dalam menghadapi atau berbicara
yang mereka anut (Umar, 1986). dengan ayahnya. Bila ada hal yang ingin
disampaikan pada sang ayah biasanya
Kelompok kerabat yang lebih menonjol melalui ibunya. Menyebut nama ayah di
adalah keluarga luas uxorilokal, di mana hadapan ayah itu sendiri merupakan hal
keluarga inti senior berdiam dalam satu yang tidak sopan. Hubungan seseorang
rumah dan satu dapur dengan keluarga dengan mertua terbatas pada hal yang
inti anak perempuannya. Keadaan ini sangat perlu saja. Semua itu rupanya
berlangsung sampai keluarga inti anak untuk menjaga marwah orang tua dan
perempuannya tadi sampai waktunya mertua itu. Demikian pula dua anak laki-
disapih (peumeukleh) untuk berdiri sendiri laki bersaudara atau dua anak perempuan
secara ekonomis. bersaudara tampak berada dalam pola
hubungan yang tidak begitu intim. Mereka
Kelompok kerabat yang lebih besar saling menghindar dalam pergaulan
adalah kawom yang terdiri dari orang- sehari-hari, tetapi itu bukan berarti
orang yang masih sadar sebagai satu mereka tidak saling menyayangi.
keturunan dari garis laki-laki sepanjang
mereka masih dapat mengingatnya. Pola Hubungan kerabat seperti
Orang Aceh banyak yang memiliki

8

ENSIKLOPEDIA SUKU, SENI & BUDAYA NASIONAL

ACEH

tergambar di atas pada akhirnya terpisahkannya peranan umara dan ulama
mendorong anak laki-laki untuk pergi itu (Somadisastra, 1977; Alfian, 1975).
merantau. Sebagai contoh, orang Pidie
banyak yang merantau ke luar daerahnya Gabungan beberapa gampong
sebagai pedagang kecil, petani, nelayan mewujudkan komunitas yang lebih besar
atau buruh. Mereka berdagang di berbagai yang dinamakan mukim. Komunitas ini
kota kecamatan di Aceh, sebagai petani juga berorientasi keagamaan yang berpusat
di Aceh Tengah, Aceh Barat, dan Aceh pada sebuah mesjid. Sebuah mukim
Timur. Pada musim tertentu mereka pergi dipimpin oleh Kepala Mukim dan Imeum
mengetam padi ke Aceh Utara, memetik Mukim. Yang disebut pertama berperan
kopi ke Aceh Tengah, memetik cengkeh ke menangani masalah sosial dan yang
Aceh Besar, atau menjadi buruh nelayan lainnya memimpin anggota masyarakatnya
ke Aceh Timur. Sementara yang lain dalam lapangan keagamaan termasuk
bekerja di warung nasi atau warung kopi pendidikan agama yang dilaksanakan di
di berbagai tempat. mesjid. Pada masa lalu beberapa mukim
tergabung menjadi satu yang berada
Kepemimpinan. Tradisi sistem di bawah kekuasaan Uleebalang, yang
kepemimpinan pada masa lalu terwujud kemudian menjadi kecamatan yang
dalam suatu struktur, mulai dari yang dipimpin oleh Camat. Setelah berlakunya
terendah pada tingkat gampong, seterusnya Undang-undang No. 5 tahun 1979 tentang
tingkat mukim, Uleebalang, sampai kepada pemerintahan desa, maka status mukim
Sultan. Pada periode setelah proklamasi dan gampong menjadi kabur.
kemerdekaan Indonesia, sebagian dari
struktur itu mulai berubah terutama pada Sehubungan dengan sistem
dua tingkat atas tadi; sedangkan tingkat kepemimpinan masyarakat Aceh, ada
bawah masih tetap berfungsi sampai beberapa pandangan atau ungkapan
periode terakhir ini. yang layak diketahui untuk melengkapi
pemahaman tentang hal itu. Teungku
Kepemimpinan tingkat gampong Kutakarang, salah seorang ulama besar
sendiri terdiri dari tiga unsur utama, Aceh, dalam bukunya Tadzkiratur Rakidin
yakni Keucik, Imeum Meunasah, dan (1889) menyatakan : ’... adat dan hukum
Tuha Peut. Keucik adalah unsur pimpinan adalah dua hal yang kembar; taktala,
yang menjadi koordinator dalam hal mupakat adat dengan negeri senang tiada
pemerintahan, masalah sosial, dan adat. huru hara’. Pakar lain T. Irbrahim Alfian
Imeum Meunasah adalah pimpinan (1975) mengemukakan bahwa dalam
dalam lapangan keagamaan, mulai dari tradisi kumulatif kehidupan keagamaan
mengajar anak-anak mengaji Qur’an dan orang Aceh dapat dilihat di mana agama
menanamkan dasar-dasar ketauhidan, merupakan salah satu kekuatan sosial di
memimpin berbagai upacara keagamaan daerah Aceh. Usaha apa jua yang hendak
pada hari-hari besar Islam, sampai kepada dijalankan hanya akan dapat berhasil baik
membacakan doa dalam kenduri-kenduri. bilamana antara pemimpin-pemimpin dan
Tuha Peut adalah dewan orang-orang agama bersatu dalam kata dan perbuatan
tua yang mempunyai pengetahuan yang sesuai dengan fungsinya masing-masing.
luas tentang adat dan agama. Dewan ini Senada dengan pendangan di atas, Alfian
berperan memberikan nasehat kepada (1977) menekankan pula bahwa dalam
Keucik dan Imeum Meunasah dalam masyarakat Aceh yang dikenal sebagai
pelaksanaan tugasnya masing-masing. masyarakat keagamaan, posisi ulama tetap
Masyarakat gampong menganggap Keucik merupakan salah satu kedudukan yang
sebagai ‘ayah’ dan Imeum Meunasah amat penting. Tidak berlebihan kiranya
sebagai ‘ibu’. Dengan pandangan ini kalau dikatakan bahwa salah satu kunci
menjadi lebih jelas lagi bagaimana tak bagi pembangunan Aceh berada di tangan

9

ENSIKLOPEDIA SUKU, SENI & BUDAYA NASIONAL

ACEH

kaum ulama. tercermin dalam hikayat-hikayat Aceh.
Solidaritas Sosial. Solidaritas sosial Lingkungan tetangga atau lingkungan

masyarakat Aceh dapat ditelusuri dalam komunitas kampung memperlihatkan
kelompok-kelompok kerabat, komunitas solidaritas yang tinggi. Pada gampong
dan golongan-golongan sosial. Proses yang relatif masih tersolir, kompleks
sosialisasi dalam keluarga inti dan rumah penduduk terpusat pada satu
keluarga luas menimbulkan jarak sosial sumur, di mana keluarga-keluarga itu
dan juga solidaritas sosial. Jarak sosial itu terhimpun dalam apa yang disebut
terwujud antara orang tua dengan anak- saudara lingkar. Kehidupan yang
anaknya, antara dua orang bersaudara manis atau pahit dirasakan bersama
baik yang berjenis kelamin sama atau (Somadisastra, 1977). Keadaan semacam
yang berbeda. Ayah dengan anak-anaknya itu terungkap pula dalam pribahasa
yang sudah berumur belasan tahun, Aceh : ‘Baik buruknya seseorang dapat
antara sesama anak yang sudah berumur diketahui dengan pasti dari tetangganya’.
belasan tahun itu pula, dianggap tidak Sesungguhnya solidaritas sosial itu telah
wajar berada dalam hubungan yang ditanamkan di kalangan anak-anak tadi
akrab. Ini tidak berarti bahwa mereka sejak kecil dalam kelompok-kelompok
tidak saling menyayangi. Sesungguhnya yang terpusat di meunasah, Kemudian
mereka sangat setia dan saling membela berkembang di kalangan tetangga dan
manakala ada pihak lain yang merugikan orang sedesa. Ini diwujudkan dalam
atau merendahkan martabat mereka berbagai aktivitas tolong-menolong
(Umar, 1986). Berbakti kepada orang tua (meuseuraya), misalnya dalam lapangan
merupakan suatu nilai yang amat tinggi pertanian, menangkap ikan, upacara
dalam pandangan orang Aceh, seperti yang keagamaan, mendirikan mesjid,
menghadapi musibah, dan lain-lain.
http://melayuonline.com
Adanya golongan-golongan sosial
Keberadaan makam raja-raja Pasai di dalam masyarakat, seperti petani,
kampung Geudong, Aceh Utara. Makam pedagang, ulama, umara, golongan
ini terletak di dekat reruntuhan bangunan terdidik dan lain-lain mempunyai fungsi
pusat kerajaan Samudera di desa Beuringin, penting dan dipandang mengemban
kecamatan Samudera, sekitar 17 km sebelah peranan mulia. Oleh sebab itu wajar saja
timur Lhokseumawe. kalau tumbuh rasa solidaritas sosial dalam
hubungan antara sesama golongan itu.

Seni. Kesenian Aceh mendapat
pengaruh dari kebudayaan berbagai
bangsa lain yang datang ke daerah
Aceh selama beberapa abad yang lalu.
Namun kemudian Aceh lebih menonjol
sebagai masyarakat yang amat dalam
mengguratkan sejarahnya dengan
pengaruh Islam. Puncak kejayaan Aceh
pada abad ke-17 di bawah Sultan Iskandar
Muda dan Sultan Iskandar Thani ditandai
pula dengan kesenian yang marak.
Ratusan seniman berkarya di istana
kerajaan (Leigh, 1989). Orang Aceh
mengembangkan berbagai jenis kesenian,
seperti seni sastra, seni tari, seni ukir, seni
suara, kaligrafi, yang semuanya terkait

10

ENSIKLOPEDIA SUKU, SENI & BUDAYA NASIONAL

ACEH

dengan Islam. Sebaliknya jenis kesenian Apresiasi seni belum berkembang untuk
tertentu yang bertentangan dengan ajaran dapat menanggapi pesan-pesan yang
itu, seperti seni patung, tidak berkembang. tersirat dalam begitu banyak kesenian
tradisional Aceh (Soelaiman, 1986).
Seni sastra berwujud antara lain dalam
hikayat-hikayat yang berjumlah ratusan Agama. Pada tahun 1980 jumlah
tema, serta syair-syair, yang isinya bersifat pemeluk agama Islam di Provinsi Aceh
keagamaan, politik, adat, percintaan, dan adalah 2.548.286 jiwa, yang berarti
lain-lain. Di antara hikayat-hikayat itu 97,65% dari keseluruhan jumlah
bukan saja dikenal di kalangan orang Aceh, penduduk Aceh waktu itu. Sisanya
tetapi juga dikenal di luar lingkungan (2,35%) adalah pemeluk agama-agama
masyarakat itu, misalnya Hikayat Perang yang lainnya, yang dapat dipastikan bukan
Sabil, Hikat Malem Dagang, Hikayat orang Aceh. Secara umum orang Aceh
Malem Diwa. Hikayat-hikayat itu dikenal sebagai pemeluk agama Islam yang
dituturkan secara lisan atau dibaca dalam taat, bahkan terkesan fanatik. Keadaan
naskah yang ditulis dengan tulisan Jawi. ini berakar dari sejak masuknya agama
Islam ke Aceh serta melalui perjalanan
Di antara jenis-jenis kesenian sejarahnya selama berabad-abad yang lalu.
tradisional yang berkembang di Aceh Selama itu akidah, nilai-nilai, dan kaidah-
adalah seni kriya, seni tari, atau seni yang kaidah agama itu melalui suatu proses
merupakan perpaduan beberapa unsur merasuk ke dalam diri masyarakatnya.
seni. Seudati adalah salah satu kesenian Semua itu tampak dalam berbagai aspek
yang merupakan paduan antara seni tari, kehidupan, seperti yang telah digambarkan
seni suara dan seni sastra. Sementara ahli pada bagian-bagian terdahulu dari tulisan
berpendapat bahwa kesenian ini berakar ini. Bila dibandingkan dengan provinsi
dari zaman pra-Islam. Gerak-gerak lain, Aceh memiliki keistimewaan karena
tarian ini menyerupai perilaku ayam jago di provinsi ini diberlakukan Syariat Islam
yang tengah bersabung. Kesenian yang kepada sebagian besar warganya yang
disenangi masyarakat ini, termasuk oleh menganut agama Islam.
Sultan Iskandar Muda pada zamannya,
kemudian berfungsi menjadi media Semua itu tidak terlepas dari sistem
dakwah dalam pengembangan ajaran penanaman ajaran agama itu melalui
agama Islam. Sesuai dengan fungsinya itu proses sosialisasi, enkulturasi, dan sistem
kesenian tersebut dinamakan seudati, yang pendidikan yang pernah dikembangkan
berasal dari kata syahadatain yang berarti sejak masa lalu. Setiap gampong pasti
‘pengakuan’. Pada masa terakhir kesenian memiliki sebuah meunasah, sebagai
ini menjadi kurang berkembang, karena tempat bagi anak laki-laki di atas umur
dalam pagelarannya di malam hari sering enam tahun, untuk belajar dasar-dasar
timbul ekses di kalangan penontonnya. ibadah dan belajar mengaji Al Qur’an. Di
Ekses itu dipandang masyarakat sini mereka diajar oleh Imeum Meunasah.
bertentangan dengan kaidah agama. Anak-anak perempuan belajar di rumah
Imeum Meunasah yang diajar oleh guru
Sementara pengamat kesenian perempuan (Teungku Inong). Setiap anak
berpendapat bahwa kesenian di Aceh wajib mengikuti pendidikan ini tanpa
tidak berkembang pesat, paling tidak ada pungutan pembayaran. Bagi sang
dalam dua dasawarsa terakhir. Selama guru sendiri tugas mengajar itu dirasakan
itu tidak ada karya seni atau peristiwa sebagai amal.
budaya yang monumental. Aktivitas seni
berlangsung secara temporal, sangat Pendidikan dasar tadi dilanjutkan
tergantung pada adanya kesempatan yang pada lembaga pendidikan menengah
menunjang. Kegiatan secara rutin yang yang disebut Rangkang, dan seterusnya
ditangani secara profesional belum ada. Bale sebagai lembaga pendidikan tinggi.

11

ENSIKLOPEDIA SUKU, SENI & BUDAYA NASIONAL

ACEH

Kedua lembaga itu biasanya didirikan oleh bahwa masyarakat Aceh merupakan
seorang ulama yang sifatnya semacam masyarakat tertutup dan tidak mudah
pesantren. Salah satu pusat pendidikan menerima perubahan. Catatan sejarah
tinggi bernama Zawiyah Cotlaka telah tidak menunjukkan keadaan yang
didirikan di pusat kerajaan Islam demikian. Sejak lama mereka telah terbuka
Peureulak pada abad ke-10 (Hasjmy, terhadap dunia luar dan menerima unsur-
1986). Lembaga pesantren semacam ini unsur kebudayaan lain. Sesungguhnya
kemudian tersebar di berbagai bagian keterbukaan dan perubahan itu terus
wilayah Aceh. Orientasi masyarakat berlangsung sampai sekarang. Benih
terhadap pendidikan agama masih keterbukaan berakar dari sistem norma dan
berkembang sampai sekarang, misalnya nilai-nilai dalam keluarga inti yang berada
dalam bentuk Madrasah Ibtidaiyah Negeri di tengah kehidupan masyarakat gampong,
(MIN), Madrasah Tsanawiyah Negeri seperti yang telah dilukiskan di atas.
(MTsain), Madrasah Aliah Negeri (MAN).
Sebagai contoh, MIN yang terdapat di Masyarakat Aceh dapat dilihat pada
daerah Aceh berjumlah 210 buah. Jumlah kesatuan sosial yang ada dalam komunitas
ini relatif besar karena merupakan gampong, yang dalam kehidupannya
sekitar 75% dari MIN yang ada di seluruh mengacu kepada suatu sistem budaya.
Indonesia (Mochrani, 1982). Sistem budaya itu kita sebut saja ‘sistem
budaya Aceh’ yang bersumber pada ‘adat
Masih terkait dengan agama, mereka dan agama’. Mereka begitu konsisten
percaya terhadap jin atau setan, yang dengan sistem budaya itu, termasuk dalam
bersifat baik atau buruk, karena memang menginterpretasi perubahan-perubahan
ada dalam ajaran Islam. Pada bulan yang datang menghampiri mereka. Satu
Safar, mereka menganggap banyak jin waktu lahirlah pengakuan yang disebut
berkeliaran yang senantiasa mengganggu “istimewa” terhadap sistem budaya Aceh
manusia. Karena itu mereka menyediakan tadi. Sesungguhnya pengakuan itu tidak
sajian-sajian yang diletakkan di tempat- lain sebagai pengakuan terhadap suatu
tempat tertentu, misalnya di muara sungai wujud keaneka-ragaman budaya di tengah
sebagai salah satu tempat yang banyak kesatuan budaya Indonesia.
jinnya. Satu bentuk sajian lain diantarkan
oleh Panglima Laot ke tengah laut demi Seperti pada masyarakat lain-
keselamatan para nelayan. Ada pula lain, masyarakat Aceh umumnya atau
upacara memuliakan arwah-arwah yang masyarakat gampong khususnya,
dilaksanakan pada malam Jumat, kala pasti didatangi oleh gejala-gejala
mana arwah itu datang mengunjungi anak perubahan, antara lain perubahan akibat
cucunya. Kepercayaan yang disertai dengan pembangunan. Selama ini telah terjadi
sajian-sajian tadi telah mulai hilang. perubahan dalam lapangan pendidikan,
ekonomi, organisasi sosial. Perubahan
Sesuai dengan kepercayaan agama, itu juga berarti adanya perpaduan antara
semua hantu, jin atau setan dapat dihalau sistem budaya Aceh dengan sistem
dengan membacakan ayat-ayat suci Al budaya nasional Indonesia dalam menata
Qur’an, misalnya ayat Kursi, Fatehah, dan kehidupan gampong. Pembangunan
lain-lain. Jin dan setan itu diyakini sangat gampong seharusnya ditangani oleh agen
takut kepada ayat-ayat Al Qur’an. perubahan yang cukup memahami sistem
budaya mereka.
Perubahan. Ada kesan umum

Rujukan: Membangun : Sebuah Catatan, dalam Bulletin
Yapema, No. 7, II: hlm 58-65.
Alfian, T.I.
1975 Mengenal Masyarakat Aceh Yang Sedang

12

ENSIKLOPEDIA SUKU, SENI & BUDAYA NASIONAL

ACEH

Al Hadar, Y. 1982 “Ringkasan Hasil Penelitian SDN dan MIN,
1986 Migrasi Permanen Provinsi D.I. Aceh, Jakarta : Dua Macam Sekolah Dua Macam Sistem Nilai”,
Lembaga Demografi, FEUI. dalam : Dialog, No. 12, VII, hlm. 49-51.

Dhofier, Z Siegel, J.T.
1982 “Pendidikan Islam di Indonesia Dewasa Ini”, 1969 The Rope of God, Berkeley : University of
Dialog, No. 12, VII. California Press.

Hasjmy, A. Simadisastra, M.
1986 Adat Bak Poteumeureuhom Hukoom Bak 1977 “Kepemimpinan Dalam Masyarakat Pedesaan,
Syiah Kuala (Makalah) : Seminar Ilmu Pengetahuan Aceh Besar”, dalam : Segi-segi Sosial Budaya
dan Kebudayaan di Takengon. Masyarakat Aceh (Alfian, Ed.), Jakarta LP3ES (hlm.
78-100)
Hasybullah, K.
1977 “Uroe Gantoe (Pasar Mingguan) di Aceh Soelaiman, D.A.
Besar”. dalam : Segi-segi Sosial Budaya Masyarakat 1986 Perkembangan Syair dan Musik Dalam Tari
Aceh) (Alfian, Ed.), Jakarta : LP3ES. Tradisional Aceh, (Makalah), Seniman Kesenian
Tradisional Aceh, di Jakarta.
Hurgronje, C.S.
1985 Aceh, Di Mata Kolonialis I (Terjemahan : Ng. Umar, R. (Ed.)
Singarimbun, dkk), Jakarta : Yayasan Soko Guru. 1986 Kebudayaan dan Peranan Wanita Pedesaan
Daerah Istimewa Aceh, Jakarta: Depdikbud.
Leigh, B.
1989 Tangan-tangan Trampil : Seni Kerajinan Aceh. Zainuddin, H.M.
Jakarta Djambatan. 1961 Tarich Atjeh dan Nusantara, Medan: Pustaka
Iskandar Muda.
Mochrani

AERO

AERO, ORANG merupakan satu
kolektifa yang bermukim di hulu sungai
Wuruwai, di mana sungai itu bermuara di
pantai utara wilayah Kabupaten Jayapura,
Provinsi Provinsi Papua. Pada tahun 1962
ada 86 orang Aero bermigrasi menyusur
sungai tadi menuju ke arah pantai. Di
sana, mereka mendapat tanah untuk
berkebun dan memperoleh hutan sagu
serta mendirikan desa kecil.

Migrasi orang Aero ini karena konflik
dengan kelompok etnik lain di daerah
pedalaman dan untuk mencari kehidupan
yang lebih baik. Migrasi semacam ini
dilakukan pula oleh kelompok-kelompok
lain yang sudah berlangsung sejak
puluhan tahun yang lalu dan masih
berlangsung pada masa yang lebih akhir.

http://alamku-papua.com

Tari Danau Sentani, Salah satu budaya
yang rutin dilakukan oleh masyarakat Papua
khususnya di wilayah Kabupaten Jayapura
tepatnya yang berdomisili di seputaran Danau
Sentani.

13

ENSIKLOPEDIA SUKU, SENI & BUDAYA NASIONAL

AGEL, ANYAMAN

AGEL, ANYAMAN merupakan salah NET
satu kerajinan tangan khas dari Sulawesi
Tenggara. Agel sendiri terbuat dari serat Salah satu bentuk anyaman agel dari
pohon gebang yang merupakan jenis palm Sulawesi Tenggara.
hutan, kemudian dijadikan tali dengan
cara dipilin sebagai bahan untuk membuat
kerajinan tas tangan, tatakan piring,
bahkan topi. Dalam pembuatan kerajinan
agel ini, pengrajin melakukan dua tehnik
dalam proses menganyam, yaitu tehnik
merajut dan tehnik mengikat.

AIRO-SUMAGHAGHE

AIRO-SUMAGHAGHE berdiam Sumaghaghe. Berdasarkan data Biro Pusat
di daerah bagian selatan Kabupaten Statistik (BPS), diketahui jumlah orang
Merauke. Mereka terutama mendiami Airo Sumaghaghe sekitar 171 jiwa.
aliran sungai Ayip di pedalaman
Pirimapun. Daerah ini termasuk wilayah
Kecamatan Pantai Kasuari. Pada tahun
1970-an jumlah mereka diperkirakan
sekitar 2.000 orang sekaligus sebagai
penutur bahasa Airo-Sumaghaghe. Bahasa
ini termasuk rumpun bahasa Papua. Pada
tahun 1987 jumlah penduduk Kecamatan
Pantai Kasuari adalah 16.357 jiwa.
di antara jumlah tersebut tidak dapat
diketahui berapa jumlah orang Airo-

(M. Amir Sutaarga)

Sebuah Senjata Golok yang terbuat dari
tulang. Suatu wujud ragam-hias yang
dikembangkan orang Papua.

AIRORAN

AIRORAN berdiam di tepi barat sungai kelompok bahasa, termasuk penutur
Apauwar, termasuk wilayah Kabupaten bahasa Adora, Iriemkena, Sasawa, yang
Jayapura, Provinsi Papua. Daerah ini disebut rumpun bahasa Airoran. Menurut
berada di bagian utara punggung Papua. perkiraan tahun 1970-an jumlah penutur
Mereka juga merupakan penutur satu bahasa ini adalah sekitar 400 orang.

14

ENSIKLOPEDIA SUKU, SENI & BUDAYA NASIONAL

airoran

Ada perkiraan bahasa-bahasa ini akan seperti kadal sampai babi hutan, burung-
punah dari muka bumi, karena jumlah burung, serta menangkap ikan.
penuturnya yang relatif sedikit. Bahasa ini
tergolong bahasa Irian. Hubungan kerabat karena hubungan
darah dan perkawinan tidak begitu luas
Mereka umumnya hidup dari ingatan mereka, tidak lebih luas dari pada
pengumpulan sagu sesuai informasi yang mertua dan para ipar. Penarikan garis
ada sekitar tahun 1960. Pada masa itu keturunan menurut prinsip patrilineal
mereka juga memenuhi kebutuhan hidupnya dan adat menetap sesudah nikah adalah
dengan berburu mulai dari binatang kecil patrilokal.

AJAT TEMUAI DATAI, TARI

AJAT TEMUAI DATAI, TARI adalah Kalimantan Barat. Tarian ini merupakan
salah satu kesenian tradisional dari tarian penyambutan yang ditarikan
untuk menyambut tamu-tamu agung.
Awalnya, tarian ini diperuntukkan
untuk menyambut para pahlawan
setelah kembali dari pengayauan,
yaitu penyerangan kelompok lain dan
memenggal kepalanya. Kepala yang
dibawa memberikan bukti keberhasilan si
pahlawan.

NET

TARI AJAT TEMUAI DATAI, Kalimantan
Barat.

AKIT

AKIT, ORANG atau orang Akik, pantai untuk dipergunakan ketika mereka
adalah kelompok sosial yang berdiam di mengerjakan kegiatan di darat. Pada
daerah Hutan Panjang dan Kecamatan tahun 1984 jumlah mereka diperkirakan
Rupat di Kabupaten Bengkalis, Provinsi sekitar 4.500 jiwa.
Riau. Sebutan “akit” diberikan kepada
masyarakat ini karena sebagian besar Orang Akit telah bermukim di daerah
kegiatan hidup mereka berlangsung di ini sejak waktu lampau. Keberadaan
atas rumah sakit. Dengan rakit tersebut mereka dibuktikan dengan adanya catatan
mereka berpindah dari satu tempat ke sejarah yang menyebutkan bahwa mereka
tempat lain di pantai laut dan muara pernah menjalin hubungan dengan
sungai. Mereka juga membangun rumah- Kesultanan Siak dalam menghadapi
rumah sederhana di pinggir-pinggir perlawanan pasukan dari Eropa. Pasukan
Belanda yang mencoba menanamkan

15

ENSIKLOPEDIA SUKU, SENI & BUDAYA NASIONAL

AKIT

pengaruhnya di daerah ini tercatat agar roda perekonomian lebih cepat
mengalami beberapa perlawanan dari berputar.
orang Akit. Pasukan Akit dikenal dengan
senjata tradisional berupa panah beracun Hubungan orang Akit dengan
dan sejenis senjata sumpit yang ditiup. masyarakat lain di sekitarnya boleh
dikatakan sangat jarang. Hal ini didukung
Mata pencaharian pokok orang Akit oleh kecenderungan mereka untuk
adalah menangkap ikan, mengumpulkan mempertahankan identitas mereka.
hasil hutan, berburu binatang, dan Beberapa waktu lampau mereka memang
meramu sagu. Orang Akit tidak mengenal masih sering digolongkan sebagai “suku
sistem perladangan secara menetap. bangsa terasing”. Penduduk di sekitarnya
Pengambilan hasil hutan yang ada di tepi- banyak yang kurang berkenan menjalin
tepi pantai biasanya disesuaikan dengan hubungan dengan mereka, karena orang
jumlah kebutuhan. Penangkapan ikan atau Akit dipercaya memiliki pengetahuan
binatang laut lainnya mereka lakukan tentang ilmu hitam dan obat-obatan yang
dengan cara sederhana, misalnya dengan dapat membahayakan. Kesulitan menjalin
memasang perangkap ikan (bubu). Hasil hubungan juga disebabkan karena
meramu sagu biasanya dapat memenuhi seringnya mereka berpindah-pindah.
kebutuhan akan sagu selama beberapa Pemerintah dan beberapa kalangan sudah
bulan. Kini, masyarakat Akit sebagian mencoba meningkatkan taraf hidup
besar telah hidup dalam perkampungan mereka, antara lain, dengan mendirikan
dengan mata pencarian utama berladang pemukiman tetap dan mengajarkan
dan berkebun, juga tetap sebagai nelayan. cara-cara bercocok tanam dengan teknik
Pemimpin suku Akit berusaha memicu pertanian modern.
mereka lebih kreatif dan membuka jalan
Sistem kekerabatannya bersifat
balarmedan.wordpress.com patrilineal. Seorang gadis telah dapat
dinikahkan bila usianya telah mencapai
Balai, salah satu peralatan yang di gunakan 15 tahun. Adat menetap sesudah
oleh Bomo atau dukun bagi orang akit untuk nikahnya menentukan bahwa seorang
upacara tradisional dalam pengobatan istri mengikuti suaminya di kediaman
penyakit. baru atau di sekitar kediaman kerabat
suaminya. Upacara pernikahan biasanya
ditandai dengan hidangan berupa daging
babi dan sejenis tuak dari pohon nira serta
acara menyanyi dan menari.

Komunikasi dengan masyarakat di
sekitarnya biasanya dilakukan dengan
menggunakan bahasa Melayu. Walaupun
sudah mengenal agama-agama besar,
seperti Islam dan Kristen, sebagian besar
dari mereka masih menganut kepercayaan
animistik. Pengaruh agama Budha mereka
terima dari kalangan pedagang-pedagang
Cina yang banyak datang dan menetap ke
daerah ini.

Seiring berjalannya waktu, terjadi
interaksi antara suku akit dengan suku
bangsa lainnya yang ada di Riau seperti
suku melayu. Sehingga memungkinkan
terjadinya perpaduan budaya antar suku.

16

ENSIKLOPEDIA SUKU, SENI & BUDAYA NASIONAL

AKIT

Oleh karena itu tidak heran jika suku langsung dengan selat Malaka. Bahasa
akit mengenal beberapa kebudayaan yang digunakan suku Akit adalah bahasa
melayu-islam seperti upacara sunatan melayu, dan perawakan mereka mirip
dan Hari Raya Kurban. Walaupun suku Tionghoa (mata sipit namun berkulit
demikian mayoritas suku akit memeluk hitam). Salah satu ciri yang membedakan
agama Budha atau Kong Hu Cu. Mata suku Akit dengan Tionghoa adalah pada
pencaharian suku akit sebagian besar saat ritual upacara bersembahyang,
adalah petani dan nelayan. Suku Akit dimana suku Tionghoa menggunakan hio
termasuk salah satu dari enam suku yang dibakar, sedangkan suku Akit tidak.
terasing yang ada di Riau, mereka
sebagian besar bermukim di pulau Rupat Rujukan:
yang terbagi menjadi dua kecamatan yaitu
Kecamatan Rupat Utara dan Kecamatan http://www. riaufocus.netv2/feature/189-suku-akit-
Rupat Selatan. Pulau rupat bersebelahan terasing-di-negeri-sendiri

AKMEMU-MEMU

AKMEMU-MEMU adalah salah satu monyet (penyerang), yang dipilih sebagai
permainan anak-anak di daerah Ara, penyerang adalah mereka yang memiliki
Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan. kekuatan untuk menghadapi rintangan
Akmemu-memu berasal dari kata ak yang selama permainan. Pemain yang lainnya
berarti melakukan dan memu yang berarti bertindak sebagai memu yang dipimpin
tupai, sehingga terbentuklah sebuah oleh seorang pemain yang bertindak
permainan yang menyerupai perlakuan sebagai penyerang (doeng). Inti dari
seekor tupai. permainan ini adalah, penyerang harus
merebut anggota memu sehingga jumlah
Permainan ini dilakukan secara mereka sama, yang kemudian akan ditarik
berkelompok, dimana setiap kelompok menggunakan sarung hingga lawan tidak
teridir dari 6-9 pemain dengan usia 6- memiliki anggota lagi.
13 tahun. Dalam permainan tersebut,
salah satu pemainnya bertindak sebagai

ALAS

ALAS merupakan penduduk asal di dan Pengembangan Bahasa, 1985). Kata
Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam yang alas dalam bahasa Alas berarti “tikar”.
bermukim di wilayah Kabupaten Aceh Hal ini ada kaitannya dengan keadaan
Tenggara. Wilayah asal suku bangsa ini daerah itu yang membentang datar seperti
lazim disebut dengan nama Tanah Alas. “tikar” di sela-sela Bukit Barisan. Sebagian
Mereka memiliki bahasa sendiri yang juga “tikar” itu terhampar di sekitar Gunung
bernama bahasa Alas. Kosakata bahasa ini Leuser yang sekarang menjadi suaka alam.
telah dihimpun dalam sebuah kamus yang Daerah Tanah Alas dilalui banyak sungai,
disusun oleh Osra M. Akbar et al, Kamus di antaranya Lawe Alas (Sungai Alas).
Alas-Indonesia Jakarta, (Pusat Pembinaan
Dalam kajian tentang adat atau

17

ENSIKLOPEDIA SUKU, SENI & BUDAYA NASIONAL

ALAS

kebudayaan di masa lalu, nama suku kecamatan itu adalah Kecamatan Bambel,
bangsa dan daerah Alas ini sering kali Babussalam, Badar, Lawe Alas, dan Lawe
disatukan dengan nama Gayo, sehingga Sigala-gala.
keduanya seolah-olah merupakan satu
suku bangsa, yaitu suku-bangsa “gayo- Satu-satunya jalur hubungan ke daerah
Alas”. Dilihat dari segi budaya dan bahasa. luar dari kabupaten ini ialah ke Provinsi
kedua kelompok ini seharusnya dilihat Sumatra Utara, yang dihubungkan dengan
sebagai dua kelompok yang berbeda. jalan raya. Jarak antara Kutacane dan
Dalam struktur pemerintahan di jaman kota Medan melalui kota seperti Brastagi
Belanda, kedua daerah ini dijadikan satu berjarak lebih dari 200 km. Jalur lain
afdeling, yakni Gajo end Alas Landen. dalam wilayah Kabupaten Aceh Tenggara
Dalam pemerintahan Republik Indonesia, ini adalah jalan raya sepanjang 130 km
wilayah asal orang Alas dan Gayo (kecuali yang menghubungkan kota Kutacane
wilayah Gayo di Aceh Timur) tergabung dengan kota Belangkejeren. Belangkejeren
menjadi satu kabupaten, Kabupaten Aceh adalah sebuah kota kecamatan dan
Tengah, dengan ibu kota Takengon. Tanah sekaligus tempat kepala perwakilan
Alas sendiri merupakan salah satu dari kabupaten. Jalan antara Belangkejeren
tiga kewedanaan yang ada pada waktu dengan kota Takengon di Kabupaten Aceh
itu. Sejak tahun 1974 bekas Kewedanaan Tengah sudah tidak bisa dilalui kendaraan
Tanah Alas dan Kewedanaan Gayo Lues bermotor selama puluhan tahun. Daerah
berdiri sebagai kabupaten tersendiri Alas khususnya dan Kabupaten Aceh
dengan nama Kabupaten Aceh Tenggara, Tenggara umumnya merupakan ujung
dengan ibu kota Kutacane yang terletak di jalan yang buntu. Orang daerah ini yang
Tanah Alas. Sekarang Tanah Alas terbagi ada kepentingan ke Banda Aceh, sebagai
atas lima kecamatan yang merupakan ibukota Provinsi Aceh, harus melewati
bagian dari sembilan kecamatan di Provinsi Sumatra Utara terlebih dahulu.
Kabupaten Aceh Tenggara. Kelima
Daerah ini meskipun buntu masih
http://lidahtinta.files.wordpress.com beruntung juga, di mana sementara orang,
terutama para turis, tertarik datang ke
Gendang (Geundrang) merupakan alat sana karena adanya Taman Nasional
musik tradisional daerah Nanggroe Aceh Gunung Leuseur. Taman nasional ini
Darussalam.Gendang terdapat hampir di menyimpan 512 jenis binatang menyusui,
seluruh daerah Aceh. 313 jenis burung, 18 jenis amfibi, dan 76
jenis reptilia. Di antara jenis satwa yang
amat menarik perhatian itu adalah orang-
utan (Pongopygmeus). Selain itu para
pencinta alam tergiur mengarungi liku-
liku Sungai (Lawe) Alas yang penuh jeram
itu. Lagi pula sarana hubungan Medan-
Kutacane terbilang memadai (Kompas,
17-3-1990).

Orang Alas memang merupakan satu
suku bangsa tersendiri, dengan corak
kebudayaan dan bahasa yang berbeda
dengan kebudayaan dan bahasa Gayo.
Kelompok etnik Alas sebagai pendukung
budaya Alas memang relatif kecil
jumlahnya. Data sensus penduduk tahun
1930 menunjukkan jumlah orang Alas
hanya 13.621 jiwa. Jumlah ini rupanya

18

ENSIKLOPEDIA SUKU, SENI & BUDAYA NASIONAL

ALAS

terus berkembang, namun jumlah orang Di daerah Kejerun Batu Mbulan. misalnya,
Alas pada masa-masa terakhir ini tidak terdapat sejumlah merge dengan nama-
lagi diketahui secara pasti, kecuali dengan nama seperti : Selian, Deski, Bereuh,
perkiraan dalam prosentase. Pada dekade Keling, Pelis, Bencawan, Keruas, Pase,
1970an orang Alas di Kabupaten Aceh Bangko, Cibero, Pagan, Mahe, Sekedang,
Tenggara diperkirakan sekitar 45% dan Senage, Pinim, Karo, Acih, Munte,
selebihnya orang Batak dan lain-lain Pendeng, dan Ramen. Di lingkungan
(Ismani, Migrasi Orang Batak Toba ke Aceh daerah Kejerun Bambel terdapat merge
Tenggara. Banda Aceh, PLPHS, 1975). Sekedang Bereuh, Keling, Cibero,
Bencawan, Pagan, Selian, Pase, Sepayong,
Dengan perkembangan yang terjadi Gayo, Pinim, Munte, Karo, dan Pendeng
diperkirakan jumlah orang Alas sekitar (Lihat Yoesoef Sou’yb et al, Perjuangan
90.000 jiwa. Jumlah penduduk kebupaten Rakyat Aceh Tenggara, Sejak Thn. 1873 s/d
ini pada tahun 1971 sebanyak 122.818 Kemerdekaan RI Menentang Penjajahan,
jiwa, dengan kepadatan 13 per km2, dan Kutacane, 1976).
jumlah tahun 1980 sebesar 159.248 jiwa
dengan kepadatan 17 per km2. (Yasmine Anggota satu merge merasa berasal dari
Al Hadar, Migrasi Permanen Provinsi D.I. satu nenek moyang yang sama. Mereka
Aceh. Jakarta, FEW, 1986). Data tahun menarik garis keturunan secara patrilineal,
1971 menunjukkan penduduk Tanah Alas artinya garis keturunan pihak laki-laki.
berjumlah 88.013 jiwa, termasuk anggota Mereka juga menganut adat eksogami
masyarakat yang berasal dari suku bangsa merge, artinya dalam mencari jodoh harus
Karo, Gayo, Batak Toba, Minangkabau, dari merge lain. Adat menetap sesudah
Aceh, dan lain-lain. Berdasarkan data menikah adalah virilokal, artinya sesudah
tahun 2009 jumlah penduduk Kabupaten menikah kedua pengantin baru menetap
Aceh Tenggara sebanyak 218.111 jiwa di sekitar pusat kediaman pihak laki-
dengan kepadatan 52 jiwa/km persegi. laki. Sesudah mempunyai seorang anak,
biasanya keluarga muda ini pisah (Jawe)
Pada masa lalu, Tanah Alas terbagi dari orang tuanya, namun tetap tinggal di
atas dua daerah kekuasaan yang dipimpin lingkungan merge orang tuanya itu.
oleh dua orang kejerun, daerah Kejerun
Batu Mbulan dan daerah Kerun Bambel. Pola tempat tinggal dalam satu kute
Kejerun dibantu oleh seorang wakil yang biasanya mengelompok. Setiap kute
disebut Raje Mude dan empat unsur memiliki bangunan yang disebut mersah.
pimpinan yang disebut Raje Berempat. Kadang-kadang jumlah mersah dalam
Setiap Raje Berempat membawahkan satu kute sama dengan jumlah merge
beberapa kampung atau desa yang yang ada. Pada masa lalu mersah itu
disebut Kute. Kute dipimpin oleh seorang berfungsi sebagai tempat melakukan
Pengulu beserta lima unsur pimpinan, kegiatan keagamaan, tetapi juga menjadi
yakni simetua (cerdik pandai). Imam, tempat menginap para anak laki-laki, para
Katib, Bilal, dan Fakir Miskin. Imam, pendatang (musafir), tempat beristirahat
katib dan bilal menangani hal yang sambil mengobrol setelah bekerja seharian.
berkaitan dengan agama. Raje Mude dan Beberapa kute membangun mesjid untuk
Raje Berempat membantu kejerun untuk keperluan sembahyang Jumat.
memecahkan dan memusyawarahkan
masalah-masalah yang amat penting. Pertanian sawah merupakan mata
Sistem kepemimpinan dilaksanakan pencaharian pokok orang Alas, terutama
dengan sistem demokrasi yang disebut yang berdiam di kampung-kampung
sepakat-segenap. (kute). Tanah Alas yang subur itu
merupakan lumbung padi di daerah Aceh.
Suatu kute biasanya didiami oleh satu Selain itu mereka beternak kuda, kerbau,
atau beberapa klen, yang disebut merge. sapi dan kambing, untuk dijual dan tenaga

19

ENSIKLOPEDIA SUKU, SENI & BUDAYA NASIONAL

ALAS

pembantu mengolah sawah. Mereka juga Dalam rentang waktu yang panjang
berkebun karet, kopi, serta kemiri, dan kajian tentang masyarakat dan budaya
mencari berbagai hasil hutan, seperti Alas tidak banyak muncul. Namun pada
kayu, rotan, damar, dan kemenyan. masa terakhir kajian prihal masyarakat,
budaya, dan lingkungan alamnya mulai
Dalam rangka kegiatan pertanian muncul. H.S. Warsono meneliti tentang:
sawah pada masa lalu, mereka melakukan Pertumbuhan Penduduk dan Masalah
upacara-upacara dengan latar belakang Pelestarian Lingkungan Hidup : Kasus
kepercayaan tertentu agar pertanian Daerah Penyangga Taman Nasional Gunung
mereka mendatangkan hasil atau Leuseur, Kecamatan Banda, Kabupaten
terhindar dari hama. Untuk memberantas Aceh Tenggara (Banda Aceh, LPIIS, 1982).
hama, mereka memanggil dukun untuk Sebuah disertai untuk mencapai gelar
membacakan mantra dan menggunakan Doktor tentang organisasi sosial orang
ramuan dedaunan serta bunga- Alas telah dihasilkan oleh seorang Jepang,
bungaan yang dianggap mempunyai Akifumi Iwabuchi, The Social Organization
kekuatan untuk mengusir hama. Di luar of the Alas of Northern Sumatra. (London :
kepercayaan semacam itu seluruh orang Oxford University Press, 1990).
Alas adalah pemeluk agama Islam.

Rujukan: Tenggara. Banda Aceh, PLPIIS.
Souyb, Y. (et al)
Al Hadar, Y.
1986Migrasi Permanen Provinsi D.I. Aceh. 1976Perjuangan Rakyat Aceh Tenggara,
Sejak Thn 1873 s/d Kemerdekaan RI Menentang
Jakarta, FEW. Penjajahan, Kutacane.
Ismani

1975Migrasi Orang Batak Toba ke Aceh

ALOR

ALOR, SUKU BANGSA berdiam di ditumbuhi alang-alang. Tanahnya relatif
pulau Alor, pulau Pantar, dan pulau-pulau subur karena daerah ini banyak gunung
kecil lainnya di sekitar kedua pulau itu. api. Di tengah lingkungan alam seperti ini
Pulau-pulau ini tergabung dalam satu hidup berbagai jenis fauna, misalnya babi
kesatuan wilayah administrasi Daerah hutan, rusa, musang, kera, kucing hutan,
Tingkat II Kabupaten Alor, sebagai salah biawak, kuskus, beo, nuri, dan lain-lain.
satu dari 20 kabupaten di Provinsi Nusa
Tenggara Timur. Kabupaten Alor sendiri Sesungguhnya kabupaten ini memiliki
terdiri atas di 17 kecamatan, diantaranya amat banyak kelompok etnik kecil atau
Kecamatan Alor Timur, Alor Barat Laut, lebih tepat disebut sub-etnik. Masing-
Alor Barat Daya, Alor Selatan, dan Pantar. masing kelompok itu memiliki bahasa
Luas wilayah kabupaten Alor 2.864,6 atau dialek tersendiri, misalnya saja
km². Wilayah ini merupakan daerah sub-etnik Belagar, Nedebang, Deing,
yang berbukit-bukit dan bergunung- Mauta, Lemma, Alor, Kabola, Abui,
gunung dengan berbagai kemiringannya. Kawel, Kemang, Kelong, Maneta, Wuwuli,
Walaupun demikian sebagian besar Seboda, Malua, Kramang, Wersin, dan
(85 %) daerah ini dimanfaatkan Kui. Banyaknya kelompok dengan masing-
untuk bercocok tanam, sisanya (15 %) masing bahasa itu mungkin dipengaruhi
merupakan daerah berbatu-batu dan oleh lingkungan alam yang menyebabkan
sulit terjadi kontak, disamping itu dimasa

20

ENSIKLOPEDIA SUKU, SENI & BUDAYA NASIONAL

ALOR

arema-malang.blogspot.com Sedangkan berdasarkan data tahun
2006 jumlah penduduk Kabupaten Alor
Gadis Alor mengenakan busana Tradisional berjumlah 177.009 jiwa Dalam jumlah
ini tentu saja ada anggota masyarakat
Alor Provinsi Nusa Tenggara Timur. dengan latar belakang budaya kelompok
di luar Alor. Ciri-ciri fisik penduduk
lalu antara kelompok itu mungkin sering daerah ini menunjukkan adanya variasi
terjadi konflik berdasarkan adat, sehingga dari beberapa ras, seperti Mongoloid,
komunikasi semakin jarang terjadi. Pada Negroid, dan Polinesia. Secara umum
abad ke 17-18 di pulau Alor dan Pentar ciri-ciri fisik anggota masyarakat ini
saja terdapat tidak kurang dari sembilan ditandai oleh rambut keriting. kulit
kerajaan-kerajaan kecil. Para ahli bahasa hitam, bahu agak melebar, dan ukuran
mengatakan bahwa bahasa-bahasa ini tubuh relatif pendek. Pada tahun 1938
dapat dijadikan satu golongan, yakni seorang sarjana wanita banga Amerika,
bahasa Ambon-Timor. Kelompok-kelompok C. DuBois meneliti tentang kepribadian
pemakai bahasa ini sulit mengembangkan orang Alor dengan mengambil lokasi di
komunikasi di antara mereka; untunglah desa Aimelang, pulau Alor. Penelitian ini
bahasa Indonesia berkembang menjadi menghasilkan sebuah buku : The People of
bahasa pergaulan di antara mereka. Alor, A Social-psychological Study of an East
Indiand Island (Minneapolis, University of
Berapa jumlah orang Alor belum Minesota Press, 1944). Buku ini menjadi
diketahui secara pasti. Data Sensus amat terkenal dalam dunia ilmiah di AS
Penduduk tahun 1930 mengkategorikan pada waktu itu.
orang Alor di bawah nama kelompok
Alor-Solor meliputi penduduk pulau Umumnya, rumah-rumah tradisional
Solor, pulau Adonara, pulau Lomblem, Alor berdiri di atas tiang dengan bentuk
pulau Pantar, dan pulau Alor. Penduduk atap bulat. Di bagian muka dan belakang
pulau-pulau ini dalam kelompok Alor- terdapat beranda, bagian kiri dan kanan
Solor dalam sensus 1930 tadi berjumlah ada ruang tidur dan upacara; dapur
150.000 jiwa. Jumlah orang Alor sendiri terletak di bagian tengah, di bagian atas
di antara jumlah tersebut tidak jelas. ada loteng untuk menyimpan benda-
Jumlah penduduk Kabupaten Alor benda berharga, misalnya benda pusaka.
pada masa yang lebih akhir, misalnya Bahan untuk atap berupa alang-alang,
tahun 1986, berjumlah 181.536 jiwa. ijuk, daun lontar. Dinding terbuat dari
anyaman daun lontar, anyaman bambu,
atau papan. Lantainya terbuat dari bambu
atau kayu, dan tiang rumah itu umumnya
berupa kayu bulat.

Rumah-rumah tergabung dalam
kelompok-kelompok kecil. Letak satu
kelompok dengan kelompok lainnya
berjauhan, dengan jarak sekitar setengah
sampai satu jam jalan kaki melalui
jalan-jalan setapak. Kelompok rumah
itu umumnya berada di gunung-gunung
atau di puncak bukit. Pada jaman dahulu,
orang memilih tempat seperti ini demi
keamanan, agar tidak mudah diserang dan
mudah mengawasi musuh. Pada masa lalu
memang sering terjadi konflik atau perang

21

ENSIKLOPEDIA SUKU, SENI & BUDAYA NASIONAL

ALOR

di antara kelompok-kelompok masyarakat oleh kepala adat. Dahulu pembukaan
di sana. Alasan lain memilih ketinggian ladang baru saja harus ada izin kepala
itu, karena adanya kepercayaan bahwa adat dengan memberi hantaran sirih
pada tempat ketinggian ditemukan pinang atau uang sirih pinang. Kepala
kesucian. Kendalanya, warga kampung adat sebagai pusat kegiatan dan rakyat
seperti ini sulitlah mendapatkan air biasa terikat pada aturan dan upacara-
untuk kebutuhan sehari-hari. Pola upacara adat. Upacara-upacara dalam
perkampungan seperti ini menyebabkan kegiatan pertanian merupakan salah satu
penduduknya jarang berkomunikasi rangkaian kegiatan terpenting dalam
dengan kelompok lain. Hal ini pula yang sistem pertanian ladang tradisional. Selain
menjadi sebab berkembangnya banyak bertani mereka juga menangkap ikan
kelompok bahasa seperti tersebut di sebagai mata pencaharian sambilan.
atas. Namun sekarang perkampungan
yang berada di kaki bukit atau dataran Dalam lingkup kekerabatan orang Alor
rendah sudah lebih baik, memenuhi syarat umumnya menganut prinsip patrilineal
kesehatan, serta teratur. Rumah-rumah dalam penarikan garis keturunannya.
itu dihubungkan dengan jalan-jalan kecil Penarikan garis keturunan itu mulai
yang terpelihara. dilihat dari dalam keluarga inti (kukkus)
sampai kepada klen kecil (bala) dan
Mata pencaharian orang Alor ini seterusnya klen besar (laing). Anggota
umumnya bertani ladang dengan sistem klen itu, baik klen kecil maupun klen
tebang bakar. Tanaman yang diusahakan besar, merasa sebagai keturunan dari
adalah jagung, padi, ubi kayu, sorgum, satu nenek moyang yang patrilineal tadi.
kacang-kacangan. Jagung memang Tentang sistem kekerabatan orang Alor ini
merupakan makanan utama, sedangkan telah ada perhatian dan penelitian pada
nasi merupakan makanan khusus. tahun 1938 oleh seorang sarjana wanita
Pekerjaan di ladang, seperti menebang dari Universitas Leiden, M.M. Nicolspeyer,
pohon, membakar, dan pembuatan yang kemudian meghasilkan sebuah buku
pagar dikerjakan oleh pria, sedangkan : De Sociale Struktuur van een Aloreesche
pengolahan tanah, menanam, dan panen bevolkingsgroep (Leiden, 1940). Dalam
dikerjakan pria dan wanita. Menurut penelitiannya itu Nicolspeyer melihat
adat tanah ladang itu adalah tanah adat, adanya empat kelompok kerabat : (1)
oleh sebab itu pengaturannya dilakukan Kelompok hieta yang keanggotaannya

http://2.bp.blogspot.

com

Tradisi adat
yang khas
suku Alor,

seperti upacara
belanga moko,

pernikahan
tradisional dan
tarian lego-lego.

22

ENSIKLOPEDIA SUKU, SENI & BUDAYA NASIONAL

ALOR

diperhitungkan melalui prinsip patrilineal, pihak kerabat juga turut memikirkan
tidak terikat pada tentorial, mempunyai pelunasannya. (3) Perkawinan tukar gadis
nama sendiri, mempunyai dewa-dewanya (gayel golal) adalah apabila pihak laki-laki
sendiri, mempunyai satu dongeng asal tidak bisa membayar mas kawin, ia bisa
usul sendiri, mempunyai tempat khusus menyerahkan gadis untuk dikawinkan
tarian suci. rumah suci (kadang) sendiri. dengan pria dari pihak calon isterinya.
Kelompok ini merupakan klen patrilineal. (4) Perkawinan lari bersama (gere uma)
(2) Kelompok fengfala adalah semua ke rumah orang tua suami atau ke rumah
keturunan dari saudara-saudara ayah- kepala adat untuk minta dikawinkan.
ibu yang lebih tua dari ayah-ibu; dan (5) Perkawinan dengan melarikan sang
kokdafala ialah semua keturunan saudara- gadis. Mas kawin akan dibayar meskipun
saudara ayah-ibu yang lebih muda dari diminta cukup tinggi. (6) Perkawinan
ayah-ibu. (3) Kelompok nengfala adalah untu adalah perkawinan yang terikat,
sepupu silang (cross-cousins) dari pihak dimana seorang wanita harus kawinan
ibu, dan sepupu silang dari pihak ayah, dengan saudara suaminya atau kerabat
yang mempunyai peranan dalam upacara- dari pihak suami yang telah meninggal
upacara kematian. (4) Kelompok keluarga (yang secara umum disebut kawin levirat).
inti yang merupakan inti masyarakat. Dalam perkawinan semacam ini mas
kawin tidak dibayar lagi. Orang Alor pun
Dalam hal perkawinan masyarakat Alor cukup kaya dengan hasil-hasil ekspresi
yang mengenal klen tadi menganut adat seni tradisionalnya, yang tertuang dalam
eksogami klen. Mereka pun mengenal mas tenun ikat, ukiran, lagu, dan tari-tarian.
kawin yang disebut belis, seperti gong, Tarian lego-lego dimainkan oleh muda-
selimtu, dan moko. Gong merupakan mudi dalam rangka upacara meminang.
simbol tempat duduk ibunya ketika sang Tari do daka do menggambarkan gerak
gadis dilahirkan. Selimtu sebagai simbol menumbuk padi. Tari elitola yang diiringi
pengganti ikat pinggang ibunya setelah si gong dan tambur dengan berbalas pantun
gadis dilahirkan. Moko adalah genderang sambil menggoyang pinggang atau
yang biasa dipakai sebagai pengiring tarian pinggul. Seni tari lain yang dibawakan
adat dalam upacara-upacara kurban kepada muda-mudi sambil berpantun adalah
arwah nenek moyang, kepada dewa-dewa tari Liling dari Alor Barat. Tari yang
yang ada di langit dan di bumi menurut mengutamakan gerakan kaki adalah tari
kepercayaan lama, di antara ketiga unsur di pesi telat dari Alor Timur.
atas, moko adalah yang terpenting karena
mengandung nilai-nilai magis. Lagu-lagu Alor ialah lagu eti lola yang
didendangkan pada waktu memasang
Ada beberapa macam cara perkawinan atap rumah. Lagu-lagu handek dan heeloro
yang biasa terjadi dalam masyarakat dinyanyikan waktu menarik sampan ke
ini. (1) Perkawinan dengan pembayaran laut, sedangkan lagu lada dinyanyikan
belis secara kontan, yang diawali dengan pada waktu panen. Nyanyian lain bernama
peminangan. Peminangan itu bisa laire dari Alor Pantar dibawakan pada
dilakukan pada saat anak wanita itu masih waktu memetik padi atau pada waktu
bayi, masa kanak-kanak, atau pada waktu upacara khitanan. Tarian-tarian tadi
sudah menjadi gadis. Pada waktunya yang diiringi nyanyian dengan alat musik
moko dan benda-benda lainnya diserahkan berupa gong, gendang, dan moko tadi.
sebagai mas kawin tadi. (2) Perkawinan Moko yang merupakan sejenis nekara yang
dengan belis tidak dibayar kontan. Selama berupakan benda pusaka, keramat, dalam
belis itu belum dilunasi sang suami harus pandangan orang Alor ini juga mempunyai
mengabdi di lingkungan keluarga isteri. ragam hias. Benda perunggu Alor ini ada
Perkawinan semacam ini merupakan yang berasal dari zaman perunggu, zaman
aib bagi keluarga suami, karena itu

23

ENSIKLOPEDIA SUKU, SENI & BUDAYA NASIONAL

ALOR

Majapahit, dan dari abad ke-19. memisahkan tindakan yang bersifat
Selain nekara tadi, Alor pun masih profan dan sakral. Mereka percaya
akan adanya kekuasaan tertinggi yang
memiliki peninggalan sejarah yang mereka sebut Lahatala. Setiap kali akan
penting, misalnya Mesjid Tua di lerabahing mengerjakan sesuatu atau mengubah alam
yang berasal dari tahun 1625. Selain itu sekitarnya, mereka mengadakan upacara.
ada naskah Al Qur’an kuno yang dibawa Penyimpangan dari nilai dan norma
oleh lyang Gogo dari Ternate, Maluku, upacara itu akan menimbulkan musibah,
pada masa Sultan Babullah tahun I600-an bencana alam, dll. Itulah sebabnya
(Indonesia Indah, 28,1991). Dalam Peta terdapat kepercayaan dan pemujaan
Sejarah Provinsi Nusa Tenggara Timur terhadap roh-roh atau benda alam sebagai
(1985), Kalabahi merupakan salah satu perantara terhadap Lahatala, misalnya
pusat persebaran agama Islam di NTT. Dewa Mou Maha maha yang meneruskan
abad ke 15-16, yang berasal dari Ternate; segala masalah keduniawian kepada
sedangkan Kabir di pulau Pantar adalah matahari (fred) dan bulan (ul). Sebaliknya
salah satu pusat penyebaran Islam lain upacara untuk mengatasi masalah yang
dalam abad yang sama, yang berasal dari sulit seperti kematian mereka lakukan
Makassar, Sulawesi Selatan. langsung kepada Lahatala. Namun kini
banyak orang Alor yang telah memeluk
Orang Alor, misalnya kelompok Alor agama Islam, Kristen, dan Hindu.
Lawahing, masih kuat mengamalkan
kepercayaan asli mereka. Mereka sukar

ALUNE

ALUNE yang biasa juga disebut suku- Pada tahun 1985 penduduk kecamatan
bangsa Alifuru, dan kata alifuru itu tersebut berjumlah 37.765 jiwa, di
sendiri berarti “manusia awal”. Itulah antaranya adalah orang Alune yang
sebabnya orang Alune dan juga orang berjumlah 523 jiwa yang tergabung dalam
Wemale dianggap sebagai penduduk asli 117 KK. Dilihat dari ciri-ciri fisik, mereka
pulau Seram dan dari sanalah kemudian termasuk ras Mongoloid dengan rambut
menyebar ke pulau-pulau sekitarnya hitam kejur, kulit sawo matang, tinggi
terutama di Maluku Tengah. Orang Alune sekitar 155-165 cm. Bahasanya adalah
atau Alifuru ini biasa juga disebut sebagai bahasa Alone yang termasuk golongan
orang Seram sesuai dengan nama pulau bahasa Melayu. Mereka tergolong orang
itu. Sumber tertentu, seperti Nelly Tobing yang mempunyai sikap ramah, terbuka,
(Ed.) dalam Sistem Kesatuan Setempat suka menghormati orang lain, meskipun
Daerah Maluku (1980/1981) menyatakan sering berkelahi dalam pertemuan-
orang Alune umumnya berdiam di daerah pertemuan adat. Menurut Tobing, Ed.
pantai. Akan tetapi pihak Departemen (1980/1981 : 65) ciri budaya orang
Sosial mengkategorikan kelompok ini Alune di masa lalu mempunyai kebiasaan
sebagai “masyarakat terasing”, dan menghitamkan gigi, para wanitanya
berdiam di bagian pedalaman seperti memakai kain kanune yaitu kain yang
yang pernah diteliti di bagian pedalaman terbuat dari kulit kayu, dan nasi sebagai
wilayah Kecamatan Kairatu di pulau makanan pokoknya.
Seram tadi (Lihat Rusmaniar, “Masyarakat
Terasing Suku Alune”. Profil Masyarakat Orang Alune dikenal sebagai “manusia
Terasing di Indonesia, 1988 : 33-40). Nunusaku”, di mana Nunusaku adalah
nama sebuah tempat berupa danau di

24

ENSIKLOPEDIA SUKU, SENI & BUDAYA NASIONAL

alune

puncak sebuah gunung di pulau Seram. dengan adat menetap nikah yang
Danau sumber mata air dari beberapa patrilokal. Kedudukan anak laki-laki
batang sungai itu dianggap suci dan dipandang lebih tinggi dari pada anak
keramat. Tempat inilah yang dipercayai perempuan. Hubungan dan pergaulan
sebagai tempat asal usul manusia asli antara remaja laki-laki dan remaja
pulau Seram, yang kemudian menyebar ke perempuan tidak bebas. Suatu perkawinan
pulau-pulau sekitarnya. dilalui dengan peminangan, meskipun
mereka juga mengenal kawin lari
Mata pencaharian mereka adalah karena pinangan tadi ditolak oleh pihak
berladang berpindah dengan sistem perempuan. Mereka juga mengenal adat
tebang-bakar (slash and burn) dan mas kawin.
meramu sagu. Tanaman utama di ladang
itu ialah ubi rambat, talas, pisang, sayur- Pada masa ini mereka mulai mengenal
sayuran. Kebun yang sudah ditinggalkan agama terutama agama Kristen. Namun
ditanami cengkeh dan buah-buahan. Mata kepercayaan asli nenek moyang seperti
pencaharian sambilan adalah menyadap roh-roh leluhur masih kuat dipercayai
getah damar dan berburu binatang. sebagai pelindung dan memberi
Makanan pokok mereka adalah talas, ubi keselamatan kepada kehidupan mereka.
kayu, dan sagu. Mereka pun percaya kepada makhluk-
makhluk jahat yang bisa mendatangkan
Penarikan garis keturunan dalam penyakit, kecelakaan, dan kematian.
sistem kekerabatannya bersifat patrilineal,

AMBAI

AMBAI adalah satu kelompok sosial 2008 berubah nama menjadi kepulauan
yang berdiam di pulau kecil sebelah timur Yapen, Provinsi Papua. Jumlah pendukung
pulau Yapen, dalam wilayah Kabupaten suku-bangsa ini sebanyak 6000 jiwa dan
Yapen Waropen yang berdasarkan mereka mempunyai bahasa sendiri yakni
Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun bahasa Ambai.

http://www.greenpeace.org

“Mahai Mamuna” Tarian Perang di pantai Jayapura. Tarian ini berasal dari desa Yapen di
kepulauan Serui. Tarian ini adalah suatu simbol peperangan antara suku Menawi dan Ambai.

25

ENSIKLOPEDIA SUKU, SENI & BUDAYA NASIONAL

AMBERBOKEN

AMBERBOKEN, ORANG berdiam di Periplus
pantai utara daerah Kepala Burung, yang
berada di sebelah barat Manokwari dalam Wanita Papua, dan kehidupan berladang.
wilayah Kabupaten Manokwari, Provinsi
Papua Barat. Mereka mempunyai bahasa
sendiri, yaitu bahasa Amberboken. Jumlah
penutur bahasa ini adalah sekitar 5000
orang. Namun saat ini tidak diketahui
secara pasti jumlahnya. Mereka berdiam
dalam rumah panggung yang berdiri
di atas tiang setinggi 5-7 meter dengan
dinding dari kulit kayu atau anyaman
bambu. Orang Amberboken sudah lama
mengenal tanaman padi. Kalau Irian
pernah dibagi menjadi sembilan wilayah
budaya. maka orang Amberboken
diperkirakan termasuk wilayah budaya
Kepala Burung Bomberai. Salah satu
ciri khas di wilayah budaya ini adalah
kompleksitas kain adat yang disebut “kain
timur” terkait dengan berbagai pandangan
dan aktivitas budaya mereka.

AMBON

AMBON, ialah suku-bangsa yang di Hitu. Gelombang kepindahan ke
berdiam di pulau Ambon, Haruku, pulau Ambon ini diperkirakan sekitar
Saparua, Nusalaut dan Seram Barat, pertengahan abad ke-15, bahkan mungkin
sebagai bagian dari Kabupaten Maluku sekali jauh lebih lama sebelum itu (Saleky,
Tengah, Provinsi Maluku. Ambon adalah 1975; Cooley, 1984). Temuan-temuan
juga nama pulau, kota, dan bahasa. arkeologi menunjukkan bahwa mereka
Sumber sejarah tertulis dalam Hikayat telah meninggalkan sisa-sisa budaya dari
Tanah Hitu menginformasikan bahwa zaman neolitikum.
orang asli di pulau Ambon adalah orang
Arafuru (Alifuru) yang datang dari Nama orang Ambon itu amat terkenal,
pegunungan Paunussa di pulau Seram sehingga orang yang mendiami kepulauan
dan tiba di pantai Hitu. Inilah gelombang Maluku itu sering disebut oleh orang
pertama penduduk yang mendiami pulau laur sebagai “orang Ambon”; padahal di
Ambon. Gelombang kedua adalah orang Maluku itu cukup banyak kelompok lain
Jawa dari Tuban yang datang dalam dengan nama tersendiri. Masing-masing
beberapa rombongan. Gelombang ketiga kelompok itu menunjukkan variasi budaya,
adalah rombongan anak laki-laki raja yang tersebar dalam kawasan yang sering
Jailolo yang menetap di Hitu. Gelombang disebut daerah “seribu pulau” (lihat
keempat dari Goran yang menetap pula misalnya Kennedy, 1945; Departemen P
dan K, 1978; Suparlan, 1979).

26

ENSIKLOPEDIA SUKU, SENI & BUDAYA NASIONAL

AMBON

Lingkungan Alam. Pulau Ambon orang Ambon keluar daerah asalnya
sendiri luasnya 1.813 kilometer persegi menjadi 11,5 persen (lihat Suparlan,
di mana terletak kota Ambon. Topografi 1979; Naim, 1982). Dalam sensus
pulau ini berbukit-bukit, dengan tanah berikutnya tidak lagi memperhatikan
vulkanik yang subur dan sebagian tertutup kesuku-bangsaan, sehingga tidak lagi
hutan tropik. Di bagian utara mencuat dapat diketahui berapa jumlah pasti
gunung Salahutu dengan ketinggian orang Ambon yang berada di dalam
1.038 meter. Pulau ini seperti menghadap wilayah Kabupaten Maluku Tengah dan
laut Banda dan di punggung sebelah kabupaten-kabupaten lainnya.
utaranya ada ujung barat pulau Seram
yang dipisahkan oleh selat Seram dan Pada tahun 1985 jumlah penduduk
teluk Piru. Di ujung bagian barat ada Kabupaten Maluku Tengah adalah
pulau Haruku, seterusnya pulau Saparua 502.015 jiwa, dengan kepadatan 25
dan pulau Nusalaut -- yang sering disebut jiwa per kilometer persegi. Pada tahun
pulau-pulau Lease --, yang semuanya 1990 jumlah penduduknya telah menjadi
merupakan pemukiman orang Ambon. 589.798 jiwa, dengan laju pertumbuhan
Curah hujan di pulau Ambon dan pulau- penduduk per tahun antara 1980-1990
pulau Lease sekitar 3.000 mm per tahun. adalah 2,9 persen (Biro Pusat Statistik,
Berbagai jenis burung, seperti kakatua, 1991). Dalam masing-masing jumlah
betet, nuri hidup bebas di pulau-pulau tersebut di atas tidak lagi dapat diketahui
Ambon dan sekitarnya itu. berapa jumlah orang Ambon sendiri,
karena penduduk dengan berbagai latar
Kebanyakan desa di pulau Ambon belakang etnik lain juga berdiam di sini,
dipilih sebagai tempat kediaman misalnya Jawa, Bugis, Makassar, Timor,
tergantung dari adanya anak-anak sungai Bali, golongan keturunan Cina, dan lain-
dan sumber-sumber air tawar yang dapat lain. Di tahun 2007, jumlah penduduk
menghasilkan air yang cukup, untuk kota ambon sekitar 428.585 jiwa, dari
keperluan minum, memasak, mandi dan sekitar 1.266.000 jumlah penduduk
mencuci. Di pulau ini umumnya air tawar Provinsi Maluku.
seringkali sulit diperoleh terutama pada
musim barat yang kering. Di pihak lain, Bahasa. Orang Ambon memakai
kombinasi dari gunung-gunung, laut, sifat bahasa Ambon, yang digunakan oleh
tanah dan angin menyebabkan daerah ini orang-orang di pulau Ambon, Seram dan
sangat baik untuk ditanami pohon pala Lease. Bahasa ini merupakan salah satu
dan cengkeh (Cooley, 1984). dari 10 bahasa terbesar penuturnya, yang
termasuk kelompok bahasa yang disebut
Demografi. Dalam sensus penduduk Siwalima. Sesungguhnya kepulauan
tahun 1930 jumlah keseluruhan orang Maluku memiliki tidak kurang dari 150
Ambon adalah 232.573 jiwa di antara bahasa (Tim Penyusun Monografi Daerah
keseluruhan penduduk Maluku yang Maluku, tt.). Bahasa ini termasuk ke
berjumlah 425.000 jiwa. R. Kennedy dalam rumpun bahasa Austronesia.
membagi penduduk kepulauan Maluku itu
menjadi 15 kelompok. di antaranya adalah Mata Pencaharian. Mata
penduduk pulau Ambon, yang pada tahun pencahariannya bertani dan menangkap
1930 itu berjumlah sekitar 60.000 jiwa. Di ikan. Usaha pertanian menghasilkan ubi,
antara orang Ambon yang tercatat tahun ketela, kacang-kacangan, keladi, kentang,
1930 tadi, ada yang bermigrasi ke luar tebu, jagung dan sayuran; tanaman keras
daerah asalnya, sebanyak 21.166 jiwa berupa kelapa, cengkeh, pala, coklat dan
atau 9,1 persen. Berdasarkan proyeksi kopi. Mereka juga menanam tembakau
dari sensus penduduk tahun 1961 yang untuk kebutuhan sendiri. Buah-buahan
berjumlah 371.817 jiwa, maka migrasi yang ada ialah pisang, mangga, manggis,
durian, langsat, gandaria.

27

ENSIKLOPEDIA SUKU, SENI & BUDAYA NASIONAL

AMBON

Walaupun penduduk sudah mulai adalah jala, sero, rorehe, bubu, kail, dan
menanam padi, makanan pokoknya tetap lain-lain. Tiap desa pesisir mempunyai
sagu sebagai sumber karbohidrat yang daerah penangkapan ikan sendiri
utama. Pohon sagu tidak perlu ditanam, (labuang); dan kalau menangkap ikan
karena alam di sana, yang sebagian di labuang lain harus membayar, yang
berawa-rawa, telah menyediakan sagu disebut bayar labuang. Jenis ikan yang
yang tak terbilang banyaknya. Pohon sagu ditangkap cukup banyak ragamnya.
yang berumur 6 sampai 15 tahun diolah Misalnya cakalang, komu, momar, silapa,
dan menghasilkan tepung sagu. Tepung lalosi, kawalinya, tangiri, julung, tuing-
yang dihasilkan dari satu pohon, yang tuing, make, dan lain-lain (Departemen
dikerjakan oleh dua orang dalam tempo P dan K. 1978; Subyakto, 1983). Seperti
dua atau tiga hari, dapat memberi makan yang tampak di Desa Hitu, para nelayan
kepada satu keluarga yang beranggota menggunakan alat-alat yang sudah lebih
enam sampai delapan orang selama satu maju, misalnya perahu arumbai, motor
bulan. Tepung sagu itu dapat juga dibeli tempel, jaring giop, rumpon. Mereka biasa
dalam keadaan sudah jadi. Jenis makanan menangkap ikan ke laut yang dalam.
dari sagu ini ada yang disebut tuman dan
pepeda; berupa bubur kental yang dimakan Masyarakat desa Hitu yang pekerjaan
ketika sedang hangat (Cooley. 1984). utamanya sebagai nelayan tampak relatif
makmur. Kemakmuran ini bukan saja
Masyarakat desa tertentu bermata karena kenelayanannya, tetapi mereka
pencaharian sebagai nelayan. juga bertani sebagai pekerjaan sampingan.
Penangkapan ikan ada yang dilakukan Bidang pertanian ini menghasilkan talas,
secara berkelompok dan ada yang pisang, singkong. Disamping itu, mereka
individual. Sebelum melaut mereka berdoa menanam cengkeh dan pala, yang dipanen
dulu kepada Tuhan untuk memohon berkat setahun atau dua tahun sekali. Masyarakat
dan perlindungannya. Selain daripada itu desa ini memberi gambaran kehidupan
dalam kehidupan kenelayanan, mereka dengan pola kerja keras. Malam hari
juga mengenal dua macam upacara adat, mereka melaut dan siang hari berkebun,
yaitu upacara turun perahu baru dan seolah tidak mengenal waktu istirahat.
upacara turun jaring baru. Upacara yang
disebut pertama dilakukan di atas perahu Para isteri atau ibu-ibu juga ikut
di pinggir pantai. Upacara ini dipimpin mencari nafkah, misalnya sebagai penjual
oleh tokoh agama. misalnya imam bagi ikan (jibu-jibu). Mereka mcnghabiskan
yang beragama Islam. Pada upacara ini waktunya di pantai, terutama malam hari,
diundang sejumlah orang (delapan sampai untuk menunggu perahu nelayan yang
20 orang) tergantung besar kecilnya datang membawa ikan. Pada siang hari,
perahu. Pada upacara ini, disediakan mereka menghabiskan waktunya di pasar
makanan dan minuman dan yang paling untuk menjual ikan. Di satu sisi, mereka
penting adalah pembacaan doa oleh tokoh membantu meningkatkan penghasilan
agama tadi. Tujuan utamanya adalah keluarga, tapi di sisi lain membawa
untuk terhindarnya perahu dan mara masalah lerhadap pendidikan anaknya,
bahaya dan dengan perahu itu diperoleh karena anak-anak pun harus mengikuti
hasil tangkapan yang banyak, dan juga ibunya ke pantai.
untuk menghindarkan roh-roh halus
yang bisa mengganggu. Upacara turun Kalau di atas disebutkan kehidupan
jaring baru hampir sama dengan upacara nelayan yang relatif makmur, namun
turun perahu baru, hanya tempatnya sebagian nelayan itu bekerja pada
dilaksanakan di rumah pemilik jaring perahu milik orang lain, karenanya
penghasilan yang mereka terima sangat
Alat menangkap ikan selain jaring kecil. Mereka belum mampu membeli
alat yang harganya mahal. Masalah

28

ENSIKLOPEDIA SUKU, SENI & BUDAYA NASIONAL

AMBON

yang timbul. misalnya kalangan generasi juga. Mata rumah menyerupai klen kecil,
muda cenderung mencari kerja ke yang anggotanya merupakan gabungan
darat; sedangkan kemampuan bersaing dari sejumlah keluarga batih dan keluarga
memperebutkan pasaran kerja di darat luas. Pada desa tertentu, seperti di desa
sangat terbatas, karena umumnya Midi, Kecamatan Leihitu di Maluku
keterampilannya di bidang kenelayanan Tengah, klen itu biasanya disebut Soa. Di
(Retnowati et al, 1991). desa itu ada beberapa klen, misalnya Soa
Hitu, Soa Tomu, Soa Nusalunul, dan Soa
Organisasi Sosial. Orang Ambon Meseng. Setiap Soa terdiri atas satu atau
menarik garis keturunan secara patrilineal. beberapa dati atau fam, misalnya Soa
Kelompok kerabat terkecil adalah keluarga Hitu terdiri dari delapan fam (Retnowati
batih, dengan adat menetap sesudah nikah et al, 1991). Seperti ciri klen pada
patrilokal. Artinya, pasangan keluarga umumnya, mata rumah memelihara adat
batih baru menetap di sekitar lingkungan eksogami, artinya dalam mendapatkan
kerabat suami. Pada masa terakhir jodoh seseorang mencari pasangan di luar
tradisi ini sudah mulai berubah. Mereka klennya sendiri.
juga mengenal kesatuan kerabat yang
disebut tete moyang, yang sadar bahwa Mata rumah, di samping mengatur
mereka berasal dari satu nenek moyang. perkawinan, juga mengatur hak para
Di samping kesatuan kerabat yang anggotanya dalam menggunakan
bersifat unilineal itu, ada kesatuan lain tanah milik klen yang disebut tanah
yang bersifat bilineal, yaitu famili yang dati. Anggota mata rumah yang berhak
terdiri dari saudara-saudara sekandung, menggarap dan memungut hasil tanah
saudara-saudara sepupu dari pihak ayah klen itu adalah anak-anak dati, yang
dan ibu, saudara-saudara sepupu tingkat dipimpin oleh Kepala Dati. Orang yang
kedua dari pihak ayah dan ibu, orang berhak atas tanah adat tersebut adalah
tua isteri, saudara-saudara orang tua laki-laki dan perempuan yang belum
isteri. Tingkatan di bawah adalah para kawin. Seorang anak perempuan yang
kemenakan (lihat Retnowati et al, 1991). sudah kawin akan kehilangan haknya atas
hasil tanah tersebut, karena ia pindah ke
Kelompok famili ini diperkirakan sama lingkungan kerabat suaminya. Selain itu,
dengan apa yang disebut dalam istilah seseorang yang meninggalkan kampung
teknis sebagai kindred. Fungsi famili yang halamannya dan bekerja di tempat lain
paling nyata ditujukan kepada perorangan juga kehilangan haknya. Namun, apabila
secara khusus, yaitu ego, yang berada di satu waktu ia kembali ke kampung itu
tengah struktur kindred. Famili membantu dan mengajukan permintaan agar haknya
seseorang pada masa krisis yang dapat dipulihkan kembali, ia dapat diterima
terjadi sepanjang lingkaran hidup, kembali dalam dati, dan menerima bagian
misalnya upacara kelahiran, perkawinan, tanahnya kembali apabila semua anggota
kematian. Famili memberikan sumbangan dari satu mata rumah meninggal atau
material dan moril, sehingga terpenuhi punah, tanah dati-nya akan berada di
kebutuhan dari yang bersangkutan. bawah wewenang pemerintahan desa dan
Bantuan lain dapat diperoleh ketika akan dibagikan kepada orang yang tidak
menghadapi sakit atau untuk tujuan memiliki tanah atau orang yang tanahnya
pendidikan. Semua ini merupakan tidak cukup, berdasarkan prioritas
pencerminan rasa persatuan dan tanggung kebutuhannya.
jawab bersama, yang mempererat jalinan
hubungan sosial (Cooley, 1984). Desa disebut negeri dan kepala desanya
disebut Raja. Pada masa lalu, kekuasaan
Kelompok kerabat yang penting Raja diwariskan turun temurun. Sekarang
lainnya adalah mata rumah atau fam, yang kepala desa dipilih oleh warganya.
berasal dari garis keturunan patrilineal

29

ENSIKLOPEDIA SUKU, SENI & BUDAYA NASIONAL

AMBON

Dalam melaksanakan tugas sehari-hari, Sebagai contoh, sistem pemerintahan
ia didampingi suatu dewan yang disebut adat yang masih hidup sampai sekarang
Badan Saniri Negeri. Dewan tersebut dapat dilihat pada hasil penelitian
terdiri dari unsur-unsur (a) Badan Saniri Retnowati et al (1991) di Desa Hitu.
Raja Patti, (b) Badan Saniri Lengkap, dan Kecamatan Leihitu, yang terletak di pulau
(c) Badan Saniri Besar. Ambon. Sistem pemerintahan adat di desa
itu disebut Upu Hata. Dalam pemerintahan
Unsur pertama (a) merupakan badan sekarang, Upu Hata dibagi dalam
eksekutif; dan yang melaksanakan tugas empat Saniri, yaitu : (1) Saniri Besar,
sehari-harinya adalah Raja, Kepala Soa, dan pemerintahan negeri yang menguasai
Kepala Kewang. Raja berkewajiban untuk seluruh rakyat. (2) Saniri Raja, lembaga
memelihara hukum dan adat, persatuan yang menangani keagamaan. (3) Saniri
dan ketenteraman negeri. Ia melaksanakan Negeri, lembaga yang menentukan dan
administrasi negeri, misalnya mengenai memutuskan masalah program. (4) Saniri
perkawinan, pembagian warisan, dan Adat, lembaga yang berhubungan dengan
lain-lain. Kepala Soa yang diangkat oleh adat istiadat. Di bawah Saniri Raja terdapat
anak Soa bertugas membantu Raja dalam pegawai syarak, yaitu imam, penghulu,
melaksanakan pemerintahan. Kepala khatib. Masyarakat desa ini umumnya
Kewang pada waktu yang lalu disebut memeluk agama Islam, yang tampak juga
Latu Kewanno, bertugas menjaga dan dan unsur pemerintahannya seperti adanya
melindungi hutan desa, mengamankan imam dan khatib tersebut di atas.
hasil laut, menjaga ketertiban. Dalam
melaksanakan tugas sehari-hari Saniri Raja Dalam masyarakat terdapat banyak
Patti dib antu oleh marinyo yakni pesuruh organisasi adat dengan tujuan dan fungsi
desa, untuk menyampaikan pengumuman tertentu, misalnya yang disebut pela.
kepada warga desa dan pekerjaan- Pela berasal dan kala bela yang berarti
pekerjaan lainnya. “saudara”, yang ditujukan pada orang-
orang luar yang datang ke Maluku.
Unsur kedua (b) bertugas melancarkan Akhirnya, kata itu menjadi suatu konsep
roda pemerintahan, terdiri dari : Kapitan yang mengandung arti persahabatan,
yang pada masa lalu terkenal keberanian tolong-menolong, dari berbagai golongan
dan kesaktiannya sebagai Panglima atau kelompok antar desa atau yang
Perang. Kepala Adat atau Mauweng lebih luas lagi. Pihak-pihak yang menjalin
memimpin pelaksanaan adat serta menjadi hubungan itu disertai kewajiban-
penghubung dengan roh-roh nenek kewajiban, yang sifatnya saling menolong
moyang. Amanopunyo atau Tuan Tanah secara spontan. Ada bermacam-macam
adalah turunan dan cikal bakal desa. pela yang dilakukan warga antar desa,
antar umat yang berbeda agama, antar
Unsur ketiga (c) yang merupakan umat seagama, dan lain-lain. Pela ada yang
badan tertinggi dalam desa, yaitu disebui pela keras, pela tempat sirih, pela
semacam majelis permusyawaratan darah, pela minum darah, pela saudara,
rakyat. Badan ini terdiri dari Badan pela kawin, dan lain-lain. Persatuan
Saniri Raja Pati, Badan Saniri lengkap, yang diciptakan dalam pela keras adalah
dan semua laki-laki dewasa beserta untuk perang menghadapi pihak luar,
semua kepala keluarga dalam desa yang misalnya Portugis dan Belanda pada masa
bersangkutan. Badan ini bermusyawarah lalu. Dalam dongeng pela minum darah
sekali dalam setahun atau bisa diadakan diwujudkan dengan sumpah setia ikatan
sewaktu-waktu diperlukan. Para Camat persahabatan. Caranya, masing-masing
berperan melakukan pembinaan terhadap pihak meneteskan darah ke dalam gelas
keseluruhan sistem pemerintahan negeri yang berisi tuak, lalu diminum bersama.
itu (Tim Penyusun Monografi Daerah
Maluku, tt.).

30

ENSIKLOPEDIA SUKU, SENI & BUDAYA NASIONAL

AMBON

Pela tempat sirih mewujudkan tolong Organisasi sosial lain adalah apa yang
menolong dalam pembangunan balai disebut patasiwa dan patalima, artinya
desa, gereja, mesjid, sekolah, dan lain-lain “sembilan bagian” dan “lima bagian”.
(Subyakto. 1983; Tim Koordinator Siaran Setiap desa di pulau Ambon dan Seram
Direktorat Jenderal Kebudayaan. tt.). masuk ke dalam salah satu dari kedua
organisasi itu. Orang desa di sana tahu
Anggota pela itu tidak dibatasi oleh bahwa mereka masuk ke dalam “bagian
agama, di mana desa Nasrani bergabung mana”, tetapi belum ada orang yang bisa
dengan desa pemeluk agama Islam. Itulah menjelaskan arti dan asas pembagian
sebabnya mereka secara bersama-sama tersebut. Patasiwa masih dapat dibagi
membangun atau memperbaiki tempat menjadi Patasiwa Hitam (Patasiwa Mete)
ibadah seperti gereja, mesjid. Sumber di dan Patasiwa Putih. Beda kedua kelompok
atas |uga mencatat bahwa ikatan pela ini, di mana kelompok pertama kulitnya
yang bersifat persaudaraan dan tolong- dirajah, sedangkan yang kedua tidak. Ada
menolong yang tumbuh di Maluku itu keterangan menyatakan bahwa pembagian
tampak masih dihidupkan oleh anggotanya dua ini ada hubungannya dengan
yang di luar daerahnya, misalnya di Ujung kekuasaan Ternate dan Tidore di masa lalu,
Pandang, Surabaya, Semarang, Bandung, agar mudah membedakannya. Keterangan
Jakarta, dan lain-lain. lain lagi mengemukakan bahwa jauh
sebelum adanya Patasiwa dan Patalima
galenfrysinger.com sudah ada pembagian dua masyarakat
dikalangan penduduk Seram, yaitu Alune
Para pria dan seorang anak suku ambon, dan Pata weimale (Subyakto, 1983).
Provinsi Maluku.
Selain dari pada yang terurai di atas
masih ada analisis lain tentang pembagian
dua tersebut. J.P. Duyvendak (1926)
pernah melakukan penelitian mengenai
organisasi adat kakean, yang menghasilkan
sebuah disertasi berdasarkan penelitian
kepustakaan. Menurut peneliti ini, dalam
alam pikiran orang Seram ujud suatu
kesadaran tentang adanya dua perserikatan
yang abstrak, yaitu patasiwa dan patalima.
Karena adanya dua Perserikatan ini terwujud
organisasi kakean dan saniri, yang keduanya
saling terkait pula. Organisasi kakean
diwujudkan dalam aktivitas seperti upacara
inisisai, meresmikan anak laki-laki yang
akan diakui statusnya sebagai orang dewasa
dalam ligkungan masyarakatnya. Sedangkan
saniri dalam lapangan pemerintahan atau
peralatan-peralatan sosial.

Kedua perserikatan dalam masyarakat
Seram itu berada dalam satu hubungan
bersaing menurut adat. Masing-masing
bagian masyarakat itu bersifat eksogami.
Pembagian dua ini menjadi dasar sistem
klasifikasi untuk menggolongkan berbagai
pengertian dalam alam ini. Pembagian ini

31

ENSIKLOPEDIA SUKU, SENI & BUDAYA NASIONAL

AMBON

berkaitan dengan aspek sosial dan aspek lagu hiburan adalah kapata, Ole cicine,
keagamaan, yang diwujudkan dalam Maureune dan lain-lain (Suprapti, 1978).
pertemuan-pertemuan kakean dan saniri.
Pendapat Duyvendak ini diragukan oleh Sumber di atas mencatat, bahwa
ahli antropologi tertentu. mereka juga memiliki sejumlah tari
rakyat. Tari lengso merupakan tari
Organisasi adat lainnya adalah pergaulan diiringi nyanyian berpantun
muhabet yang terkait dengan kematian. oleh pemain atau penonton. Beberapa
Perkumpulan ini merupakan himpunan tari pergaulan lainnya yang diperankan
sukarela yang terdiri dari kepala-kepala pria dan wanita adalah tari sawat, dengan
keluarga yang bersepakat untuk bersama- alat musik rebana, tifa dan gong. Tari
sama untuk mengambil alih semua urusan Ronggeng diiringi alat musik totobuang,
yang menyangkut pemakaman. Himpunan gong dan tifa; tari arumbae, tari moru-
itu menanggung ongkos-ongkos moru, tari moru putih, tari katereji, dan
serta pelaksanaan yang menyangkut lain-lain. Cakalele adalah tari perang yang
pemakaman; menyediakan makanan dan dimainkan oleh laki-laki dengan iringan
minuman, baik bagi mereka yang datang tifa dan gong. Tarian ini diadakan dalam
menjenguk, maupun bagi keluarga yang rangka upacara adat atau ditampilkan
sedang ditimpa kemalangan. Himpunan pada hari-hari besar. Tari perang lainnya
ini juga menyediakan peti mati, pakaian adalah karori.
mati, mengurus penggalian liang kubur,
dan lain-lain. Perkumpulan gotong royong Religi. Temuan-temuan bukti hasil
lain terpusat sekitar tugas memperbaiki budaya penduduk Maluku dari zaman
atau memasang atap baru rumah para prasejarah dapat menjadi bahan analisis
anggotanya. Para anggota juga turut guna memahami religi mereka pada masa
menyediakan bahan membuat atap, yang itu. Wilayah sekitar pemukiman orang
semuanya membantu meringankan beban
anggotanya. Perkumpulan semacam ini (Dinas Pariwisata, Maluku)
terwujud misalnya di desa Allang di Pulau
Ambon, paling tidak sekitar tahun 1960 Busana Tradisional Maluku Tengah.
(Cooley, 1984).

Kesenian. Orang Ambon khususnya
dan masyarakat Maluku Tengah umumnya
mengenal banyak nyanyian rakyat,
baik dalam hahasa setempat maupun
bahasa Indonesia dialek Ambon. Di
antara lagu-lagunya adalah hio-hio untuk
menghormati para leluhurnya atau
tamu yang dihormati, yang sekaligus
mengiringi tarian adat. Manise-manise
adalah lagu berbalas pantun yang isi
pantunnya disesuaikan dengan suasana,
dan nyanyian ini sekaligus mengiringi
tarian. Lembe-lembe merupakan nyanyian
bersama yang ada kaitannya dengan
usaha mencari ikan di laut. Hia hoi
karelele merupakan lagu perang yang
berasal dari Seram barat. Aladrat lagu
bersifat keagamaan, yang syairnya diambil
dan ayat Al Quran. Lagu-lagu lain sebagai

32

ENSIKLOPEDIA SUKU, SENI & BUDAYA NASIONAL

AMBON

Ambon khususnya dan daerah Maluku Semua ini merupakan sisa kepercayaan
umumnya memberikan suatu sumbangan lama. Sistem kepercayaan seperti ini
yang penting. Beberapa gua di pulau Seram melahirkan upacara-upacara dalam
dan di pulau Kei Kecil dihiasi lukisan- berbagai lapangan hidup, seperti mata
lukisan dinding gua dengan tipe lukisan pencarian, sosial dan lain-lain.
unik, berupa telapak tangan, bentuk-bentuk
manusia, perahu, binatang melata, ikan, Sehubungan dengan sistem
burung, serta simbol-simbol yang belum kepercayaan di atas, orang Ambon pernah
difahami maknanya. Lukisan-lukisan itu mengenal upacara cuci negeri. Dalam
mirip dengan lukisan gua yang ditemukan rangka upacara itu. Warga desa wajib
di Papua yang tampil dengan warna merah membersihkan segala sesuatu dengan
dan putih; tetapi berbeda dengan yang baik. misalnya balai desa (baileu), rumah,
ditemukan di Sulawesi Selatan. Lukisan pekarangan, selanjutnya diadakan pesta
itu mempunyai arti religius, berhubungan makan, minum, dan bersukaria. Apabila
dengan situasi hidup sehari-hari, dan desa tidak dibersihkan, mereka yakin akan
menyangkut pula kepercayaan tentang datang penyakit dan panen tidak berhasil.
dunia kematian. Penduduknya menganggap Upacara ini juga berfungsi membuka
gua itu sebagai tempat keramat yang hubungan dengan nenek moyang;
tidak sembarang dimasuki tanpa upacara hubungan dengan nenek moyang dan
(Pattikayhatu, Ed., 1978). dengan Yang Maha Kuasa itu dianggap
sangat penting. Selain dari pada itu
Pada masa sebelum kehadiran ajaran upacara ini mengaktifkan solidaritas
agama Islam dan Nasrani ke Maluku masyarakat desa.
umumnya dan ke dalam masyarakat
Ambon khususnya, mereka menganut Pada abad ke 14-15, melalui para
sistem kepercayaan yang animistis. Mereka pedagang ajaran Islam masuk ke
percaya pada makhluk-makhluk halus, Maluku bagian utara dan sebagian dari
roh-roh leluhur, kekuatan-kekuatan gaib. masyarakatnya telah memeluk agama
Mereka percaya pada makhluk halus Islam. Sumber sejarah lisan bahkan
yang baik (upu ama) dan yang jahat. mengatakan bahwa penyiar agama Islam
Roh leluhur itu bersifat melindungi yang ke Ternatc dan Tidorc pada abad ke dua
hidupnya sesuai dengan norma-norma Hijriah (abad ke-8 Masehi). Sumber lain
adat, sebaliknya bersifat menghukum lagi mengemukakan adanya tokoh penyiar
bila melanggar adat. Kekuatan gaib ada agama Islam dari Jawa pada abad ke-13.
pada benda-benda pusaka, benda dengan Dari sini, ajaran itu merambat ke Maluku
bentuknya yang aneh, jenis binatang Tengah seperti ke pulau Ambon. Kemudian
dan tumbuh-tumbuhan tertentu. Benda pada permulaan abad ke-16 orang Eropa,
itu bila diperlukan dengan baik akan yaitu Portugis pertama kali berkenalan
mendatangkan rezeki dan kekuatan kepada dengan orang Maluku. Kemudian Belanda
seseorang. Kain merah dapat melindungi datang dengan kepentingan ekonomi,
orang dari penyakit dan bahaya. Benda sekaligus menyebarkan agama Nasrani.
pusaka itu dapat membuat orang menjadi Kedua agama semakin menyebar dan
kebal. Benda-benda yang dianggap berkembang serta berangsur-angsur
mempunyai kekuatan gaib, misalnya menggeser sistem kepercayaan leluhur
parang, pusaka berupa tombak, gelang, tadi (Tujimah, 1972 Pattikayhatu Ed.,
piring, tempayan. Selain itu yang dianggap 1978; Putuhena, 1980).
mempunyai kekuatan gaib, misalnya biji
guntur, batu kubur, uang logam kuno, akar Data-data dari permulaan tahun 1960
bahar, rambut, kunyit (halia), taring babi, menunjukkan jumlah pemeluk agama
daun sirih dan lain-lain (Suprapti, 1978). Nasrani dan pemeluk agama Islam di
Maluku tengah berimbang jumlahnya.
Sebagai contoh angka cacah jiwa di pulau

33

ENSIKLOPEDIA SUKU, SENI & BUDAYA NASIONAL

AMBON

Ambon tahun 1959 (tidak termasuk kota secara damai, tentram dan toleran.
Ambon) mencatat ada 26 desa yang Kehidupan agama yang rukun sekarang
penduduknya beragama Nasrani dengan ini kemungkinan sudah terbina sejak
jumlah penduduknya 36.631 jiwa 16 desa dihidupkannya tradisi persaudaraan secara
yang beragama Islam dengan jumlah adat pada masa lampau, yang dikenal
penduduknya 31.165 jiwa; dan lima sebagai ikatan pela seperti dikemukakan
buah desa dengan campuran pemeluk di atas. Selain itu masyarakatnya dewasa
agama Nasrani dan Islam dengan jumlah ini telah lebih insyaf dan sadar akan arti
penduduknya 11.568 jiwa (Cooley, 1984). keyakinan agama masing-masing sesuai
dengan yang dikehendaki oleh falsafah
Sumber-sumber di atas mengemukakan negara Indonesia: Pancasila. Namun,
bahwa penduduk Maluku umumnya upacara-upacara yang bersifat adat tetap
sangat religius. Dewasa ini di sana masih hidup, yang menyemarakkan
Islam dan Kristen melakukan ibadah budaya Indonesia yang majemuk ini.
menurut keyakinannya masing-masing

Rujukan 1991 Masyarakat Nelayan Desa Hitu Kecamatan
Leihitu, Kabupaten Maluku Tengah, Maluku, Jakarta
Biro Pusat Statistik : LIPI.
1991 Penduduk Indonesia, Hasil Sensus Penduduk
1990, Jakarta : Biro Pusat Statistik. Saleky, W.A
1975 “Asal-usul Penduduk Ambon Menurut
Cooley, Frank Safara’riddjali”, Bulletin Yaperna. No. 8, II, Agustus.
1984“Alang, Sebuah Desa di Pulau Ambon”.
Masyarakat Desa di Indonesia (Koentjaraningrat, Subyakto
Ed.), Jakarta : Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomis 1983 “Kebudayaan Ambon”, Manusia dan
Universitas Indonesia. Kebudayaan di Indonesia (Koentjaraningrat, Ed.),
Jakarta : Djambatan.
Departemen P dan K
1978 Adat Istiadad Daerah Maluku, Jakarta : Proyek Suparlan, Parsudi
Penerbitan Buku bacaan dan Sastra Indonesia dan 1979“Ethnic Groups of Indonesia”, The Indonesian
Daerah. Quarterley, No. 2, VII, April.

Duyendak, J.P. Suprapti, Md., Ed.
1926 Het Kakean-genootschap van Seram, Leiden : 1978 Pengaruh Migrasi Penduduk Terhadap
N.V.W. Hilarius Wzn. Perkembangan Kebudayaan Daerah Provinsi
Maluku, Jakarta : Proyek Penelitian dan Pencatatan
Naim, Mochtar Kebudayaan Daerah.
1982 “Besarnya migrasi Sukubangsa Minangkabau
dan Sukubangsa-sukubangsa Lain di Indonesia : Tim Koordinasi Siaran Direktorat Jenderal
Beberapa Perkiraan Statistik”, Masalah-masalah Kebudayaan.
Pembangunan, Bunga Rampai Antropnlogi Terapan tt.Aneka Ragam Khasanah Budaya Nusantara II,
(Koentjaraningrat, Ed.), Jakarta : LP3ES. Jakarta : Ditjen Kebudayaan Depdikbud.
tt.Monografi Daerah Maluku, Jakarta : Proyek
Pattikayhatu Pengembangan Media Kebudayaan.
1978 Beberapa Segi Sejarah Daerah Maluku,
Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Tudjimah
1972 “Masuknya Agama Islam dan
Putuhena, M. Shaleh A. Perkembangannya di Kepulauan Maluku”, Berita
1980 “Sejarah Agama Islam di Ternate”, Halmahera Antropologi, No. 6, II, April.
dan Raja Ampat (E.K.M. Masinambow, Ed.)
LEKNAS-LIPI.

Retnowati, E. et al

AMENG SEWANG

AMENG SEWANG, adalah suatu Belitung dalam wilayah administratif
kolektifa yang berdiam di sekitar pulau Provinsi Sumatra Selatan. Sumber

34

ENSIKLOPEDIA SUKU, SENI & BUDAYA NASIONAL

ameng sewang

kepustakaan lama mencatat bahwa di sekitar pantai; di sana mereka tinggal
orang Ameng Sewang telah berabad- dalam perahu atau dalam gubuk-gubuk
abad menghuni laut dan pulau-pulau sementara yang mereka buat sendiri.
kecil di sekitar pulau Bangka dan pulau
Belitung. Pada tahun 1668 kapal Belanda Mata pencaharian pokok mereka
mendarat di pulau Belitung, awak menangkap ikan dan mencari hasil laut
kapal itu mendapat serangan dari orang lainnya. Alat penangkapan ikan yang
Ameng Sewang ini. Jadi mereka pernah digunakan masih sederhana, misalnya
mempertahankan pulau Belitung yang pancing dan tombak. Dengan cara
kaya timah itu terhadap pendudukan dan alat sederhana itu mereka dapat
tentara kompeni abad ke-17. Hal ini memenuhi kebutuhannya. Mereka yang
menunjukkan bahwa mereka pernah masih sering disebut sebagai kelompok
mempunyai kekuatan yang cukup berarti “masyarakat terasing” itu sudah mengenal
(Lihat Amin Sarwoko, Intisari, Pebruari minuman bir, ciu, dan jenis minuman
1981). keras lainnya. Sejak masa-masa yang lalu
mereka terbiasa minum tuak nira kelapa.
Sumber di atas juga menunjukkan Kebiasaan merokok menjadi kegemaran
bahwa pada abad ini jumlah mereka umum masyarakat ini yang rata-rata
sudah tidak begitu besar lagi. Pada tahun sudah memulainya sejak umur yang relatif
1950-an jumlah mereka diperkirakan muda.
masih ada ribuan kepala keluarga.
Akan tetapi jumlah itu rupanya semakin Pelukisan tentang orang Ameng
menciut karena seleksi atau tantangan Sewang berdasarkan sumber tersebut
alam di tengah kehidupan di laut yang di atas mungkin merupakan pola umum
keras dibandingkan dengan pengetahuan yang terwujud di masa lalu. Informasi lain
mereka yang masih sederhana dalam seperti yang diungkapkan oleh Imansyah
menghadapi tantangan itu. Satu keluarga Asin dalam Suara Karya (6-11-1982)
yang sempat mendapat enam orang anak ternyata kelompok ini tidak cocok lagi
sudah merasa beruntung andai kata disebut sebagai “masyarakat terasing”.
ada dua orang anak yang sempat hidup Sejak tahun 1954 orang Ameng Sewang
sampai dewasa. Pada tahun 1980 di telah membangun Kampung di Kelurahan
empat kecamatan Kota Tanjungpandan, Paal I, Kecamatan Tanjungkarang, yang
Nambalong, Manggar, dan Gantung, diberi nama “Kampung Laut”. Tidak
diperkirakan jumlah mereka hanya 500 lama kemudian mereka berbaur dengan
jiwa yang tergabung dalam kira-kira 150 anggota suku bangsa lain dan terjadi
kepala keluarga. Berdasarkan perkiraan pula kawin campur. Mereka pun telah
di atas orang mengkhawatirkan kelompok memasukkan anaknya ke Sekolah yang
ini akan segera punah bila tidak segera ada, dan hasilnya ada yang telah menjadi
diambil langkah penyelamatan. pegawai negeri, karyawan tambang timah,
dan perusahaan swasta lainnya. Hasil
Kini anggota masyarakat ini bukanlah pemilu 1995 yang lalu menyebabkan
sebagai masyarakat yang menetap, tetapi diangkatnya anggota masyarakat ini
hidup di atas perahu dengan berpindah menjadi anggota DPRD Tingkat II
dari satu tempat ke tempat lain, dari satu Belitung. Kini hampir 90% dari orang
pulau ke pulau kecil lainnya di sekitar Ameng Sowang memeluk agama Islam,
pulau Belitung. Di sekitar pulau Belitung yang tidak jelas berapa jumlah mereka
ini ada sekitar 120 pulau kecil yang yang telan berbaur dengan warga lainnya
termasuk Kabupaten Belitung. Kepindahan di antara 182.189 jiwa (tahun 1988)
mereka berlangsung menurut musim jumlah penduduk Kabupaten Belitung. Di
penangkapan ikan. Bila bukan musim tahun 2006, jumlah penduduk kabupaten
ikan mereka menetap buat sementara Belitung sekitar 136.580 jiwa.

35

ENSIKLOPEDIA SUKU, SENI & BUDAYA NASIONAL

AMUNGME

AMUNGME, suku-bangsa yang dan mayoritas orang Amungme. Orang
bermukim dalam wilayah desa Kwamki, Amungme yang berciri Melanesoid ini
sebagai bagian wilayah administratif mempunyai bahasa sendiri yaitu bahasa
Kecamatan Mimika Timur; dan Amungme yang digunakan dalam
kelompok lainnya bermukim di lembah komunikasi antara sesama mereka.
Arowandap dan Alama yang termasuk Dengan orang di luar kelompoknya,
Kecamatan Akimuga. Kedua kecamatan mereka menggunakan bahasa Indonesia
ini merupakan bagian dari wilayah sebagai sarana komunikasi. Orang
Kabupaten Puncak Jaya, Provinsi Amungme bertetangga dengan beberapa
Papua. Kawasan kediaman kelompok kelompok lain. Di bagian timur, mereka
ini berada di lingkungan hutan yang bertetangga dengan orang Moni dan orang
heterogen terletak pada ketinggian 3.000 Mee (Ekagi), di bagian barat bertetangga
meter di atas permukaan laut. Sampai dengan orang Lani dan orang Ndugwa,
batas tertentu desa Kwamki itu dapat sedangkan di bagian selatannya berdiam
dicapai dengan kendaraan darat atau orang Nafaripi.
melalui sungai, meskipun terakhir harus
dengan jalan kaki yang keseluruhannya Mata pencaharian utama dari
memakan waktu sekitar tujuh jam. kelompok ini adalah meramu sagu,
Kecamatan Akimuga bisa dicapai lewat berburu, mencari ikan, dan berladang.
sungai dengan perahu dayung selama Binatang buruan adalah babi hutan, soa,
tiga hari dan dilanjutkan dengan jalan luar, kodok, kelelawar, tikus, burung. Di
kaki selama dua hari. Daerah terpencil sungai mereka menangkap ikan, kepiting,
ini dapat pula dicapai dengan pesawat kura-kura. yang tersedia cukup banyak.
tipe Cessna atau helikopter. Daerah ini Di ladang mereka menanam ubi jalar, ubi
mulai dimasuki Missionaris Katolik pada kayu, keladi, dan jagung. Kini mereka
tahun 1939. Di kecamatan ini pula pada juga sudah mulai berternak babi, ayam
tahun 1971 dibangun kota Tembagapura atau kelinci. Babi itu sendiri dipotong
yang supermodern yang pada tahun dalam rangka sesuatu pesta dan untuk
1991 berpenduduk 5.000 jiwa. Di sekitar mas kawin. Mereka pun menghasilkan
Tembagapura ini daerah pemukiman barang kerajinan seperti keranjang dari
orang Amungme dengan kehidupan yang rotan, tikar daun pandan, dan lain-lain.
belum layak, misalnya banyak anak-anak Dalam rangka aktivitas mata pencaharian
kekurangan gizi, dengan busana yang tadi, mereka menggunakan teknologi
minim seperti koteka. parang, cangkul, sekop, jaring, pancing,
yang semuanya didatangkan dari luar.
Data tahun 1981 orang Amungme Sesungguhnya Kecamatan Akimuga
didesa Kwamki terdaftar sekitar 3.000 merupakan daerah berpotensi untuk
jiwa. Data tahun 2000 jumlah orang pertanian, misalnya untuk tanaman kopi
Amungme tercatat sebanyak 6.181 jiwa. dan karet yang sudah dimulai pada jaman
Data penduduk Kecamatan MimikaTimur pemerintahan Belanda yang lalu, namun
tahun 2005 menunjukkan jumlah 6.257 sulit dalam pemasaran hasilnya.
jiwa yang tersebar dalam delapan
buah desa. Beberapa jumlah orang Masyarakat ini menarik garis
Amungme pada tahun yang lebih akhir keturunan secara patrilineal dengan
di desa Kwamki atau di desa-desa lain adat menetap nikah vitilokal, artinya
dalam kecamatan tersebut tidak jelas. penganten perempuan menetap di sekitar
Pada tahun 1991 jumlah penduduk lingkungan kerabat suami. Pemilihan
Kecamatan Akimuga sekitar 15.000 jiwa jodoh diserahkan kepada muda-mudi yang
bersangkutan, dan kalau mereka sudah

36

ENSIKLOPEDIA SUKU, SENI & BUDAYA NASIONAL

amungme

sepakat maka dilakukan peminangan. dengan nama Nemang Kawi. Nemang
Dalam rangka perkawinan itu mereka pun artinya panah dan kawi artinya suci.
mengenal adanya mas kawin yang dibayar Nemang Kawi artinya panah yang suci
dengan babi atau alat-alat pertanian; dan (bebas perang) perdamaian. Wilayah
sekarang sudah ada yang membayarnya Amungme di sebut Amungsa.
dengan uang. Masyarakat ini juga
membenarkan adanya poligini. Hal ini telah menimbulkan gesekan
dengan Pemerintah Indonesia, yang ingin
Sebagian besar orang Amungme secara mendayagunakan persediaan mineral yang
formal telah memeluk agama Kristen. luas yang terdapat di sekitarnya. Masalah
Dalam kehidupan sehari-hari mereka terbesar yang dihadapi Amungme adalah
masih sangat mempercayai adanya roh- banyaknya jumlah tambang, dimiliki oleh
roh baik dan yang jahat. Roh orang yang Amerika Serikat dan Kerajaan Bersatu,
baru meninggal buat sementara waktu terletak di pusat wilayah Amungme.
masih berkeliaran di sekitar rumah Pertambangan emas dan tembaga besar-
kerabatnya. Kalau sudah bebas dari ikatan besaran telah menghancurkan lansekap
dengan dunia barulah ia pergi ke alam dan menuntun ke banyak protes, yang
baka. Mereka mempercayai alam baka itu telah banyak ditekan dengan kekerasan
berada di sebuah gunung dalam hutan oleh militer Indonesia. (Sumber :
rimba atau di hulu sungai. Kepada roh Dadang Nurmada, “Masyarakat Terasing
baik dan roh jahat tadi mereka sediakan Suku Amungme di Papua” dalam Profit
saji-sajian. Masyarakat Terasing di Indonesia, 1988
: 52-58; Harian Suara Pembaruan, 16
Suku Amungme sangat terikat kepada Februari 1992).
tanah leluhur mereka dan menganggap
sekitar gunung suci. Gunung yang Rujukan
dijadikan pusat penambangan emas dan
tembaga oleh PT. Freeport Indonesia http://wapedia.mobi/id/Suku_
merupakan gunung suci yang di agung- Amungme
agungkan oleh masyarakat Amungme,

mariskarina.wordpress.com

Tembagapura, sebuah “kota modern” di sekitar pemukiman orang Amungme dengan budaya
yang maisih sederhana.

37

ENSIKLOPEDIA SUKU, SENI & BUDAYA NASIONAL

ANAK DALAM

ANAK DALAM masih dikategorikan berpindah-pindah tempat tinggal, yang
sebagai “masyarakat terasing” yang mereka sebut melangun. Melangun
berdiam di beberapa kabupaten di Provinsi dilakukan karena beberapa sebab, yaitu
Jambi dan Sumatra Selatan. Mereka salah satu anggota keluarga meninggal,
disebut juga orang Kubu, orang Lubu, atau hasil hutan di lokasi tempat tinggalnya
orang Ulu. Sebutan Kubu, yang berarti habis, terjadinya musim buah, atau ada
pertahanan, diberikan karena masyarakat ancaman dari luar. Kepindahan karena
ini seolah-olah mempertahankan diri ada salah satu warga yang meninggal
atau mengasingkan diri dari masyarakat dilakukan karena tempat itu dipercaya
di luar mereka. Namun, sesungguhnya akan mendatangkan sial dan mereka tidak
mereka tidak menyukai sebutan itu karena sampai hati melihat hasil pekerjaan dan
dianggap sebagai penghinaan. Mereka barang-barang milik almarhum di tempat
lebih suka menyebut diri suku Anak lama. Di kalangan masyar­akat Anak
Dalam atau “orang rimba”, karena mereka Dalam di Air Hitam, sebelum melangun
tinggal di hutan pedalaman. Pada tahun dilakukan, mayat ditempatkan di atas balai
1907 diperkirakan jumlahnya 7.590 jiwa. berukuran 1 x 2 meter, disertai peralatan
Mereka hidup dari hasil hutan di sekitar miliknya. Di Kecamatan Rawas Ilir, mayat
lingkungan hidup mereka. yang sudah dibungkus kain, biasa dikubur
di bawah pohon besar. Posisi kepala
Ciri-ciri fisik suku Anak Dalam hampir berada di sebelah barat. Kepergian itu
sama dengan ciri-ciri fisik orang Indonesia bisa berlangsung bertahun-tahun, sampai
lainnya. Tinggi badan mereka 155-170 mereka dapat melupakan almarhum.
sentimeter, dengan kepala lonjong, mata Pada umumnya mereka menetap pada
hitam dan agak sipit, serta muka bujur satu lokasi selama dua atau tiga tahun,
telur. Mata pencahariannya meramu ketika hasil hutan sudah habis. Ada
hasil hutan dan berburu. Senjata yang kalanya kepindahan terpaksa dilakukan
digunakan antara lain lembing kayu, segera, karena kedatangan harimau yang
tombak bermata besi, dan parang. mengganggu keselamatan mereka atau
karena lokasi mereka diketahui orang
Lokasi Permukiman. Beberapa lokasi asing, misalnya orang dari kampung.
permukiman suku Anak Dalam pernah
diteliti oleh tim survey dari Direktorat Tempat Tinggal. Suku bangsa Anak
Pembinaan Masyarakat Terasing, Dalam di Air Hitam menempati rumah
Departemen Sosial RI. Lokasi yang pernah panggung dengan dinding dari kulit kayu,
diteliti antara lain daerah Air Hitam, anyaman bambu, atau bilah papan; lantai
Kecamatan Pauh, Kabupaten Sarolangun dari belahan kayu bulat; atapnya daun
Bangko, Provinsi Jambi; daerah Kejasung, serdang, daun rumbia, atau daun rotan.
Kecamatan Mersam, Kabupaten Batang Biasanya rumah keluarga berukuran 3 x
Hari, Provinsi Jambi; daerah Pegambiran, 4 meter, atau lebih besar lagi bila anggota
Kecamatan Teboilir, Kabupaten Bungo keluarganya lebih banyak. Lantai tempat
Tebo, Provinsi Jambi; Kecamatan Rawas tidur suami biasanya dibuat lebih tinggi
Ilir, Kabupaten Musi Rawas, Provinsi dari pada lantai tempat tidur istri dan
Sumatra Selatan. Selain itu, masyarakat anak-anak. Dengan lantai yang lebih
Anak Dalam juga hidup menyebar di tinggi suami akan segera mengetahui bila
daerah pedalaman Kabupaten Musi ada bahaya datang, sementara istri dan
Banyuasin dan beberapa kabupaten lain di anak-anak berada di tempat yang lebih
Provinsi Jambi. terlindung.

Kebiasaan Berpindah-pindah. Suku Masyarakat Anak Dalam di Kecamatan
bangsa Anak Dalam mempunyai kebiasaan

38

ENSIKLOPEDIA SUKU, SENI & BUDAYA NASIONAL

ANAK DALAM

Musi Rawas, Sumatra Selatan, mempunyai hasilkan sendiri, yaitu kain panjang,
bentuk rumah yang agak berbeda. Pada tembakau, minyak tanah, dan garam.
umumnya tinggi bangunan sekitar dua
meter, dengan dinding dari kulit kayu atau Cara bercocok tanam masyarakat
daun enau. Hanya satu dua orang yang ini masih sangat sederhana, dengan
membangun rumah panggung. mengandalkan parang dan beliung saja.
Mereka belum menguasai cara-cara
Mata Pencaharian. Masyarakat Anak mengolah tanah, sehingga sepenuhnya
Dalam di daerah Air Hitam terutama tergantung pada keadaan alam. Bila
hidup dari berburu binatang, baik di ladang mereka tak mendatangkan hasil,
hutan maupun di sungai. Hasil buruan alih-alih memupuk atau mengolah
itu biasanya hanya untuk konsumsi tanahnya, mereka segera membuka ladang
sendiri. Bila salah satu warga memperoleh baru di tempat lain. Tanaman yang biasa
buruan besar, misalnya kijang, dia akan ditanam adalah ubi kayu, ubi jalar, pisang,
membagikannya ke semua anggota suku tebu, dan cabai. Mereka enggan menanam
Anak Dalam di daerahnya, sehingga padi karena prosesnya dianggap berbelit-
daging itu habis dalam sehari itu juga. belit dan terlalu banyak menguras tenaga.
Hasil buruan lain adalah babi hutan, Namun, di kalangan masyarakat Anak
biawak, tikus, ular, dan ikan. Selain Dalam di Kecamatan Rawas Ilir, Sumatra
berburu binatang, orang Anak Dalam Selatan, bertanam padi sudah biasa
juga meramu hasil hutan, misalnya rotan, dilakukan, meskipun dengan cara-cara
getah jernang, getah balam, damar, sagu, yang sangat sederhana. Mereka membuka
gadung, dan kayu. Barang-barang itu lahan dengan cara membabat hutan,
kemudian ditukarkan dengan barang kemudian membakar kayunya. Bila musim
kebutuhan lain yang tidak dapat mereka hujan datang mereka mulai menanam
padi, jagung, atau tanaman lainnya. Usaha
setarajambi.org mencari nafkah yang lain adalah dengan
menyadap getah karet.
Kondisi masyarakat Anak Dalam yang kini .
Kepercayaan. Masyarakat Anak
Dalam menganut kepercayaan animisme
dan dinamisme. Mereka mengakui
adanya dewa, hantu atau setan, dan
roh-roh yang dipercaya dapat menolong
atau mendatangkan kesulitan. Dewa
dan hantu menghuni tempat-tempat
tertentu, misalnya kayu besar, bukit, hulu
sungai, atau tebing. Di kalangan mereka
terdapat larangan untuk melewati atau
membangun rumah di tempat-tempat
“angker” tersebut. Bila larangan itu
dilanggar, biasanya si pelaku akan sakit.
Untuk menyembuhkan penyakitnya
seorang dukun akan menyelenggarakan
upacara pengobatan, yang di Air Hitam
disebut besale. Mereka juga percaya
adanya Tuhan, yakni kekuatan yang
lebih tinggi daripada dewa dan setan,
yang menentukan hidup matinya
manusia. Dalam mantera-mantera yang
diucapkan seringkali terdengar kata-kata

39

ENSIKLOPEDIA SUKU, SENI & BUDAYA NASIONAL

ANAK DALAM

assalamu’alaikum dan bismilah. pesta, misalnya ubi dan daging dari
Pendidikan. Kecuali di daerah binatang buruan. Di Kecamatan Rawas Ilir
mas kawin lebih sederhana, yaitu berupa
permukiman yang dibangun pemerintah, parang, tombak, pedang, pohon durian, dan
pada umumnya masyarakat Anak Dalam uang dalam jumlah menurut kemampuan.
belum mengenal pendidikan formal. Pesta biasanya berlangsung tujuh hari tujuh
Dengan kebiasaan hidup berpindah- malam. Bagi masyarakat Anak Dalam di
pindah sulit sekali mend­ atangkan guru Air Hitam, calon pengantin dinikahkan
sekolah. Selain itu belum ada kesadaran oleh seorang dukun atau seorang alim
akan pentingnya pendidikan di kalangan dengan cara kedua tangan mempelai
orang tua Anak Dalam. Mereka merasa ditepukkan tujuh kali dan kedua kening
cukup membekali anak-anaknya dengan mereka diadukan juga sebanyak tujuh kali.
keterampilan berburu, meramu hasil Calon pengantin Anak Dalam di Kecamatan
hutan, atau berladang. Rawas Ilir dinikahkan oleh kotib atau
kepala suku, atau bila keduanya tidak ada
Kesehatan. Di kalangan masyarakat oleh kedua orang tua mempelai Pengesahan
Anak Dalam kebiasaan mandi lebih perkawinan dilakukan dengan cara ibu
merupakan usaha menyejukkan badan jari tangan kanan pengantin dipertemukan
daripada menjaga kesehatan. Pada sambil diumumkan kepada hadirin.
umumnya mereka tidak menggunakan
sabun mandi. Pakaian yang dikenakan Kepemimpinan Suku. Persyaratan
tidak pernah dicuci. Mereka pun tidak menjadi seorang pemimpin di kalangan
mengenal kebiasaan gosok gigi, sehingga suku Anak Dalam adalah cakap dan
banyak orang Anak Dalam yang bergigi berilmu, mendalami adat, adil dan
ompong meskipun masih muda. jujur, cukup umur, dan berpengalaman.
Pemimpin tertinggi kalangan suku Anak
Adat Perkawinan. Sebagai mana Dalam di daerah Air Hitam disebut
lazimnya proses perkawinan pada Tumenggung, yang mempunyai kekuasaan
kelompok masyarakat lain, perkawinan untuk menjatuhkan hukuman denda 80-
pada masyarakat Anak Dalam didahului 120 kabung kain. Di bawah Tumenggung
oleh pertemuan antara seorang perjaka terdapat Depati, yang merupakan penguasa
dan seorang gadis yang saling tertarik. kedua. Ia berhak menjatuhkan denda
Perkenalan mereka bisa terjadi sewaktu 60-80 kabung kain. Mereka dipilih dari
sedang bekerja di ladang, mengambil air di kalangan warga Anak Dalam. Selain itu
sungai, mencari kayu dan buah di hutan, ada pula tokoh yang mempunyai pengaruh
atau sewaktu sama-sama menghadiri pesta cukup besar di kalangan masyarakat, yaitu
perkawinan. Bila mereka sudah setuju yang disebut jenang, yang berasal dari luar
untuk hidup berkeluarga, pihak orang tua masyarakat Anak Dalam.
akan menemui tetua tenganai, yakni orang
tua-tua yang berpengalaman. Apabila Fungsi pokok jenang adalah sebagai
para tetua tenganai sudah sepakat, segera perantara antara masyarakat Anak Dalam
dapat dilangsungkan pertunangan. Masa dan pihak pemerintah atau masyarakat
pertunangan di kalangan masyar­akat Anak luar, yang secara langsung diwakili rio
Dalam di daerah Air Hitam, Kecamatan (kepala kampung) dan pasirah (sederajat
Pauh, Kabupaten Sarolangun Bangko, dapat dengan lurah). Jenang dipandang sebagai
berlangsung 8-9 tahun. Diharapkan dalam pembela, penyelamat, dan pendamai bila
jangka waktu itu calon pengantin pria ada ketegangan dengan pihak luar. Ia juga
dapat memenuhi mas kawin yang memang menjadi perantara dalam tukar-menukar
besar, yaitu berupa 140 lembar kain sarung. atau jual beli barang kebutuhan sehari-
Selain itu, menjelang upacara perkawinan, hari. Selain ini, jenang juga berfungsi
pihak calon pengantin pria juga harus ikut sebagai guru untuk belajar bahasa daerah
menyediakan bahan makanan keperluan

40

ENSIKLOPEDIA SUKU, SENI & BUDAYA NASIONAL

ANAK DALAM

orang kampung di sekitarnya. Pada hidup secara menetap di permukiman-
mulanya jenang adalah utusan raja yang permukiman yang dibangun pemerintah.
ditugaskan untuk mendekati masyarakat Namun, sebagian orang tidak bisa
Anak Dalam agar terbina hubungan yang menyesuaikan diri dengan kehidupan baru
baik dan mencegah terjadinya sengketa. di perkampungan itu dan mereka kembali
hidup di hutan.
Kini sebagian orang Anak Dalam

Rujukan Kecamatan Mersam, Kabupaten Batang Hari, Prop.
Jambi, Jakarta
Team Survey Direktorat Bina Karya
Departemen Sosial RI Team Survey Direktorat Pembinaan
1973 Survey Suku Anak Dalam di Air Hitam, Masyarakat Terasing Direktorat Jenderal Bina
Kecamatan Pauh, Kabupaten Sarolangun Bangko, Sosial Departemen Sosial RI
Provinsi Jambi, Jakarta 1974 Survey Kelompok Masyarakat Suku Anak
Dalam di Kecamatan Rawas Ilir, Kabupaten Musi
Team Survey PMST Direktorat Bina Karya Rawas, Provinsi Sumatra Selatan, Jakarta.
Departemen Sosial RI
1974 Survey Suku Anak Dalam di Kejasung,

ANAS

ANAS, ORANG adalah satu kelompok Mereka umumnya bermukim dalam
sosial yang berada dalam wilayah wilayah Kecamatan Amanatun Utara. Pada
Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS), tahun 1989 jumlah mereka diperkirakan
di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). kira-kira 2.421 KK (kepala keluarga).

www.suaimediaspace.org

Ume, Rumah Tradisional Timor.

41

ENSIKLOPEDIA SUKU, SENI & BUDAYA NASIONAL

anas

Jumlah tersebut berada di antara 27.627 budaya yang masih sederhana, bahkan
jiwa warga Kecamatan Amanatun Utara ada pihak yang mengkategorikan sebagai
tadi. Mereka masih hidup dalam keadaan satu kelompok masyarakat terasing.

ANEUK JAMEE

ANEUK JAMEE adalah satu bangsa disebut dalam sensus tahun 1930, satu
yang berdiam di pantai bagian barat dari sensus yang juga menghitung jumlah
Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. penduduk di Indonesia berdasarkan
Mereka lebih banyak mengelompok dalam kesukubangsaannya. Mereka mungkin
wilayah lima kecamatan di Kabupaten dicatat sebagai orang Minangkabau
Aceh Selatan. Ke lima kecamatan tersebut atau orang Aceh. Berbagai sumber data
adalah Kecamatan Tapak Tuan, Samadua, menunjukkan bahwa jumlah orang Aneuk
Susoh, Manggeng, dan Labuhan Haji. Jamee adalah dominan dalam lima
Rupa-rupanya mereka juga bermukim kecamatan di Kabupaten Aceh Selatan
di Kabupaten Aceh Barat, yaitu dalam tadi. Sebagai contoh jumlah orang
wilayah Kecamatan Johan Pahlawan, Aneuk Jamee berjumlah ll,397 jiwa di
Kaway XVI, dan Kecamatan Kuala. antara 12.000 jiwa penduduk Kecamatan
Samadua tahun 1979. Mereka mendiami
Nama aneuk jamee dalam bahasa Aceh 24 kampung dari 27 kampung yang ada
secara harfiah berarti “anak tamu”. Nama dalam kecamatan tersebut. Sebaliknya
ini bermula disebutkan kepada orang tidak disebutkan gambaran porsi mereka
Minangkabau yang datang bermigrasi ke di antara penduduk dalam tiga kecamatan
pantai barat daerah Aceh yang dimulai di Kabupaten Aceh Barat tadi. Sekedar
sekitar abad ke-17. Orang Minangkabau mendapatkan gambaran mengenai jumlah
itu berasal antara lain dari daerah Rao, penduduk dari kecamatan-kecamatan
Pariaman, Lubuk Sikaping, dan Pasaman. yang didiami oleh orang Aneuk Jamee,.
Mereka ini dianggap sebagai ‘tamu’ yang berikut ini disajikan data pend­ uduk tahun
akhirnya berasimilasi dengan anggota 1984 tentang kecamatan-kecamatan :
masyarakat Aceh setempat. Proses Tapak Tuan (16.684), Manggeng (17.715),
asimilasi antara kedua pihak itu rupanya Johan Pahlawan (32.764), Kuala (35.914).
tidak mengalami hambatan, antara lain
karena persamaan agama. Akhirnya Pola perkampungan suku bangsa
anggota masyarakat hasil asimilasi ini mengelompok padat, seperti yang
ini tidak lagi merasa sebagai orang tampak di Kecamatan Samadua kampung-
Minangkabau atau orang Aceh dan mereka kampung mereka berada di daerah
mengaku sebagai orang Aneuk Jamee, dataran yang diapit oleh gunung atau
dengan bahasa dan budaya tersendiri. bukit-bukit. Sebagian dari kampung
Dilihat dari segi bahasa, kosa kata bahasa yang ada berbanjar di sepanjang jalan
Aneuk Jamee yang berasal dari bahasa raya yang menghubungkan Banda
Minangkabau memang lebih dominan Aceh, Tapak Tuan atau Bakongan.
daripada kosa kata bahasa Aceh. Sekarang Selain itu ada jalan-jalan kecil atau
mereka sudah dianggap sebagai salah satu jalan setapak yang disebut jurong, yang
suku bangsa asal di daerah Aceh. menghubungkan rumah-rumah atau satu
bagian kampung dengan bagian yang
Jumlah pendukung kebudayaan Aneuk lainnya. Setiap desa yang mereka sebut
Jamee ini agak sulit untuk diketahui kampung ditandai oleh adanya sebuah
secara pasti. Suku bangsa ini tidak

42

ENSIKLOPEDIA SUKU, SENI & BUDAYA NASIONAL

aneuk jamee

manasah dan sebuah surau. Manasah ketua jurong dan tuha peut yang sama
merupakan sarana peribadatan bagi dengan struktur kepemimpinan tradisional
kaum laki-laki, misalnya untuk tempat dalam budaya Aceh. Masih pada zaman
shalat berjamaah, tempat belajar mengaji, Kesultanan Aceh. orang Aneuk Jamee di
dan sebagai pusat kegiatan masyarakat Samadua pernah menghidupkan empat
kampung yang bersangkutan. Surau Kedatukan yang masing-masing dipimpin
merupakan sarana peribadatan bagi oleh seorang Datu. Ke empat datuk ini
kaum wanita. Pada sebuah kampung menguasai wilayah tiga kemukiman, yaitu
biasanya berdiri pula sebuah mesjid Kemukiman Kasik Putih, Suaq, dan Pantai
yang menjadi tempat beribadah anggota Laweh. Keempat Datuk adalah Datuk
masyarakat dari beberapa kampung. Kasik Putih, Datuk Suaq, Datuk Pantan
Nama manasah berasal dari bahasa Aceh Laweh, dan Datuk Sawang, yang masing-
meunasah, sedangkan istilah surau berasal masing memerintah daerah kekuasaannya
dari bahasa Minangkabau. Manasah sendiri dan tunduk kepada Sultan Aceh.
merupakan sarana peribadatan bagi kaum
pria, misalnya untuk shalat berjamaah, Dalam sistem kekerabatan Aneuk
belajar mengaji, sebagai pusat kegiatan Jamee ini juga tampak adanya kombinasi
yang bersifat umum dari masyarakat antara budaya Minangkabau dan
kampung bersangkutan, dan pada Aceh. Garis keturunan diperhitungkan
masa lalu manasah juga sebagai tempat berdasarkan prinsip bilateral dan
bermalamnya anak-anak remaja pria. adat menetap sesudah nikah adalah
uxorilokal. Garis keturunan pihak laki-laki
Unsur kepemimpinan tradisional diperhitungkan sebagai wali Pihak kerabat
dalam satu kampung merupakan ayah mempunyai status yang kuat dalam
kombinasi antara unsur yang berasal dari hubungan pewarisan dan perwalian. Garis
Minangkabau dan Aceh. Unsur-unsur keturunan pihak perempuan dipandang
itu terdiri atas kecik, tuangku manasah, sebagai ninik mamak, yaitu pihak kerabat
tuangku surau, dan ketua pemuda, ibu yang berada satu derajat di atasnya.
yang agak berbeda dengan unsur-unsur Dalam upacara daur hidup, ninik mamak
kepemimpinan formal di bawah camat memegang peranan penting dan selalu
pada masa kini terdiri atas mukim, kecik, diperlukan persetuiuannya. Mengabaikan
status ninik mamak dapat menyisihkan
seseorang dari alaur kekerabatannya.

Kelompok kekerabatan yang terkecil
adalah keluarga inti yang disebut rumah-

tanggo. Ayah berstatus sebagai
kepala keluarga dan di bidang
ekonomi ia bertanggung

(Media Kebudayaan)

Balei bangunan
tanpa dinding
ini biasanya
terletak
berdekatan
dengan rumah
adat Aceh.

43

ENSIKLOPEDIA SUKU, SENI & BUDAYA NASIONAL

ANeuk jamee

jawab memenuhi kebutuhan keluarganya. dua belas orang dengan membunyikan alat
Tanggung jawab seorang ibu yang utama gendang, karena itu sering disebut pula
adalah mengasuh anak. mempersiapkan namanya “gendang selusin”.
makanan dan menjaga kebersihan rumah.
Dalam bidang usaha tani semua anggota Agama Islam adalah agama yang
keluarga ikut bekerja sesuai dengan dianut oleh anggota masyarakat Aneuk
kemampuan dan keterampilannya. Mata Jamee. Dalam siklus kehidupan ajaran
pencaharian orang Aneuk Jamee adalah agama itu menjadi acuan dasar. Seperti
bersawah, berkebun dan berladang, atau pada berbagai masyarakat lain, pada
mencari ikan bagi yang tinggal di pantai. masyarakat ini terkadang masih tampak
Di antara mereka ada yang melakukan ada unsur kepercayaan lama yang
kegiatan dagang secara tetap (baniago), tidak begitu mudah hilangnya. Pihak
tetapi ada pula yang menjajakan barang Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
dari kampung ke kampung, yang disebut pernah meneliti dan menghasilkan buku
penggaleh. laporan tentang: Upacara Tradisional
(Upacara Kematian) Daerah Istimewa
Pada masa lalu orang Aneuk Jamee Aceh (1984), dengan sasaran penelitian
mengenal tiga lapisan masyarakat, yaitu antara lain tentang Aneuk Jamee. Dalam
golongan datuk dan kerabatnya sebagai rangka kematian seseorang dilaksanakan
lapisan atas; golongan hulubalang dan hal-hal yang wajib seperti memandikan
ulama yang terdiri atas tuangku, imam jenazah, mengafani, sembahyang jenazah,
dan kadi sebagai lapisan menengah; dan menguburkannya. Di samping itu setelah
rakyat biasa sebagai lapisan bawah. Pada jenazah dikebumikan ada beberapa
masa lalu golongan datuk memelihara rangkaian upacara, misalnya membaca Al
adat endogami, dan mencari jodoh di Qur’an, mengadakan samdiah pada malam
lingkungan lapisan mereka sendiri. Gelar pertama dan terus menerus sampai malam
kebangsawanan mereka adalah kombinasi ke enam. Selanjutnya ada acara malam
dengan gelar kebangsawanan pada ketujuh (malam katujueh), acara Malam
budaya Aceh, yaitu teuku-datuk. Sekarang Duo Kali Tujueh yaitu hari ke 14 jenazah
dasar pelapisan sosial itu sudah mulai dalam kubur, acara malam ampek pulueh,
tergeser. Orang yang terpandang kini acara malam kasaratus.
adalah orang kaya, terdidik dan pemegang
kekuasaan. Di balik upacara-upacara itu ada
pandangan atau keyakinan tertentu. Pada
Bentuk-bentuk kesenian orang Aneuk malam ke tujuh tadi ada kenduri dan bagi
Jamee juga berasal dari dua budaya yang yang mampu ada yang memotong kerbau
berasimilasi tadi. Mereka biasa memainkan atau lembu. Tujuan kenduri ini adalah
seudati, dabus (dabuih), ratoh yang untuk mengantar roh ke kuburan untuk
memadukan unsur tari, musik, dan seni selama-lamanya, karena selama enam hari
suara. Selain itu juga dikenal kaba, yaitu ini diyakini roh itu masih ada di rumah
seni bercerita tentang seorang tokoh yang itu. Pada hari ke 14 roh tadi kembali
dibumbui dengan dongeng, misalnya cerita pamitan dan karena itu diadakan kenduri
cindue mato, kaba dang deria, kaba unggeh alakadarnya. Pada malam ke 40 pun roh
bambau, dan lain-lain. Jenis kesenian tadi kembali lagi berkunjung dan karena
lainnya ialah pencak gelombang perpaduan itu diadakan pula upacara atau kenduri
seni bela diri dan seni tari yang dimainkan alakadarnya dan demikian pula pada hari
oleh dua regu masing-masing sekitar 12 ke 100 tadi. Namun semakin lama orang
orang. Kesenian ini ditampilkan misalnya semakin banyak yang tidak melakukan
pada saat menerima mempelai pria di upacara atau kenduri seperti tersebut di
rumah mempelai wanita. Gendang adalah atas, antara lain karena semakin adanya
satu bentuk kesenian yang dimainkan oleh pendalaman terhadap kemurnian agama itu.

44

ENSIKLOPEDIA SUKU, SENI & BUDAYA NASIONAL

ANGKLUNG

ANGKLUNG adalah alat musik dari bambu.Terciptanya alat musik
tradisional dari Jawa Barat yang terbuat angklung berasal dari pandangan hidup
masyarakat Sunda yang agraris dengan
kehidupan yang bersumber pada makanan
pokok berupa padi (pare) sehingga
melahirkan mitos Nji Sri Pohaci sebagai
Dewi Sri pemberi kehidupan (hirup-
hurip).

Perenungan masyarakat Sunda dahulu
dalam mengelola Pertanian (tetaten)
terutama pertanian sawah dan ladang
(huma) telah melahirkan syair lagu
sebagai penghormatan dan persembahan
kepada Nyi Sri Pohaci dan sebagai tolak
bala agar bercocok-tanam mereka tidak
mendatangkan malapetaka.

NET

ANGKLUNG, Alat musik tradisional Jawa
Barat.

Angklung Buhun

Angklung Buhun, berarti angklung ini lahir bersamaan dengan hadirnya
tua, kuno (baheula) yang dalam arti masyarakat Baduy yang berada di
sebenarnya adalah kesenian pusaka. Kabupaten Lebak. Dengan demikian
Dinamakan Buhun karena kesenian salah satu jenis kesenian masyarakat
Baduy yang pertama kali lahir adalah
Angklung buhun. Kesenian ini dianggap
memiliki nilai magis (kekuaan gaib)
dan sakral. Selain itu kesenian ini juga
punya arti penting sebagai penyambung
amanat untuk mempertahankan generasi
masyarakat Baduy.

banten.culture-tourism.com

Kesenian Angklung Buhun merupakan
kesenian dengan peralatan perkusi dari
bambu. Biasanya kesenian ini sekarang hanya
dijumpai pada acara-acara ritual, seperti acara
adat Seren Taun di Cisungsang dan Seba di
masyarakat Baduy, kabupaten Lebak.

45

ENSIKLOPEDIA SUKU, SENI & BUDAYA NASIONAL

angklung buhun

Saat ini kelompok pemain kesenian dengan peralatan perkusi dari bambu
angklung buhun sangat jarang ditemui yang dibentuk sedemikian rupa sehingga
atau dipentaskan. Biasanya kesenian ini menimbulkan nada-nada yang harmonis
sekarang hanya dijumpai pada acara- dan memiliki karakter kesenian yang
acara ritual, seperti acara adat Seren Taun sederhana baik dalam lirik atau lagunya.
di Cisungsang dan Seba di Masyarakat Biasanya menggambarkan alam sekitar
Baduy, Kabupaten Lebak. sehingga menciptakan suasana yang
nyaman, damai, dan harmonis.
Kesenian angklung Buhun khas

ANGKOLA

ANGKOLA adalah salah satu sub suku- Selatan, seperti yang dikemukakan
bangsa Batak, disamping Batak Toba, oleh B.G. Siregar dalam Surat Tumbaga
Karo, Dairi, Simalungun, Mandailing. Holing: Buku Pelajaran Adat Tapanuli
Orang Angkola secara umum sering Selatan (1984). Seperti dikemukakan
disamakan dengan orang Mandailing, di atas, Padang Bolak adalah wilayah
namun kalau dilihat lebih jauh mereka asal orang Angkola, di daerah Porboti
memiliki beberapa perbedaan atau variasi. terdapat sebuah candi, yaitu candi Biara,
merupakan tinggalan agama Hindu.
Mereka berdiam dalam wilayah Pengaruh Hindu itu tampak juga pada
Kabupaten Tapanuli Selatan, Provinsi tulisan Batak, astrologi, permainan catur,
Sumatra Utara, meskipun kini sebagian dan kosakata Sansekerta. Ini merupakan
dari mereka telah hidup tersebar di luar bukti adanya kontak dengan India dan
daerah asalnya itu. Dalam kabupaten ini Jawa.
mereka bermukim terutama di Kecamatan
Batang Toru, Sipirok, Saipar Dolok Candi di Porboti ini konon berjumlah
Hole, Dolok, Padang Bolak, Barumun 16 buah, dan kini yang masih ada hanya
Tengah, Sosa, Barumun, Sosopan, Padang lima buah sedangkan yang lainnya sudah
Sidempuan, dan Batang Angkola. Dalam hilang dimakan waktu. Di antara ke
sebagian kecamatan-kecamatan ini lima candi itu, tiga di antaranya disebut
mereka berbaur dengan orang Mandailing, Bahal I, II, dan III. Yang sudah ada upaya
atau anggota suku-bangsa lainnya. Daerah pemugaran adalah Bahal I. Tinggi candi
Angkola sendiri bisa dibagi menjadi ini tersisa sekitar 12 meter, berukuran
Angkola Jae, Angkola Julu, dan Sipirok. 10 x 10 meter. Relief di dinding luar
berwujud orang menari. Bangunan Bahal
Pada tahun 2007, Kabupaten Padang II terletak sekitar 400 meter dari Bahal I.
Lawas Utara berubah menjadi salah satu Pada Bahal II ini pun ada gambar dewa
kabupaten di Provinsi Sumatra Utara yang sedang menari. Candi ini berada
yang merupakan hasil pemekaran dari di tengah padang ilalang, yang terkesan
Kabupaten Tapanuli Selatan melalui tidak terurus. Bahal I yang terletak di
Undang-Undang Republik Indonesia, arah timur dengan ukuran landasan 7 x 7
Nomor 37, Tahun 2007, tertanggal 10 meter. Candi ini tampak lebih tak terurus
Agustus 2007, dengan jumlah penduduk lagi dibanding Bahal I dan II. Di sekitar
135.000 jiwa. candi-candi itu masih banyak terdapat
sisa-sisa bangunan kuno yang sedang
Sejarah. Suatu sumber sejarah dalam proses kepunahannya.
mencatat bahwa orang Angkola mula
berkembangnya dari daerah Porboti, Bahasa. Orang Angkola dan orang
Padang Lawas (Padang Bolak), Tapanuli

46

ENSIKLOPEDIA SUKU, SENI & BUDAYA NASIONAL


Click to View FlipBook Version