angkola
rumah panggung yang terbuat dari
bahan kayu. Kolong rumah panggung
itu digunakan untuk tempat hewan
peliharaan, seperti kambing, ayam, itik.
Namun kini rumah-rumah mereka sudah
banyak berubah dengan mengikuti ciri
modern.
Masyarakat Angkola khususnya dan
masyarakat Kabupaten Tapanuli Selatan
umumnya hidup dari pertanian. Mereka
bertanam padi baik di sawah dan di
ladang. Hasil pertanian lainnya adalah
jagung, ubi kayu, kacang kedelai, kacang
hijau, kacang tanah, serta sayur-mayur.
Sektor perkebunan menghasilkan karet,
kelapa sawit, cengkeh, kayu manis,
kapulaga, kemiri, dan lain-lain. Mata
(Ditjen Kebudayaan, Depdikbud) (Ditjen Kebudayaan)
Peta Sumatra Utara dan Lokasi Padang Keletakan Biaro-biaro di Padang Lawas.
Lawas.
pencaharian sambilan adalah berternak,
Mandailing menggunakan dialek Toba, seperti sapi, kerbau, kambing, ayam, itik,
sebagai salah satu dialek dari bahasa dan lain-lain. Mereka juga menghasilkan
Batak. Dalam kehidupan sehari-hari barang kerajinan, misalnya tikar (bide),
mereka tetap menggunakan bahasa barang anyaman rotan. Kini sebagian dari
tersebut yang lebih dikenal dengan gaya
bahasa laok. Mereka sering bicara dengan
gaya yang bersifat humor, dan dengan
cara itu mereka cepat merasa akrab.
Dalam berbagai upacara adat, misalnya
dalam rangka daur hidup, mereka pun
menggunakan dialek tersebut di atas.
Perkampungan dan Mata
Pencaharian. Satu komunitas kecil atau
kampung disebut huta, yang dipimpin
oleh seorang kepala kampung (Raja
Huta). Dahulunya rumah-rumah anggota
masyarakat sebuah kampung berupa
47
ENSIKLOPEDIA SUKU, SENI & BUDAYA NASIONAL
ANGKOLA
mereka bekerja pada instansi pemerintah terdahulu. Istilah dari unsur-unsur
dan swasta. pranata ini sedikit berbeda dengan yang
digunakan oleh orang Batak Toba, namun
Kekerabatan. Seperti sub kelompok prinsipnya sama.
Batak lainnya, orang Angkola pun
menarik garis keturunan menurut prinsip Kedudukan anak laki-laki sangat
patrilineal. Prinsip itu terkait dengan penting dalam pandangan mereka seesuai
bagaimana hubungan seseorang dalam dengan pandangan yang bertolak dari
satu klen (marga) dan dengan orang segi adat, karena anak laki-lakilah yang
yang di luar klennya. Hubungan dengan meneruskan kelanjutan marga yang
anggota klen lain, diatur antara lain dalam sifatnya patrilineal tadi. Sebaliknya anak
pranata sosial yang disebut dalihan na perempuan bukan penerus marga dan
tolu. Pranata ini mengkaitkan tiga unsur penerus silsilah ayahnya. Adat menetap
marga, yaitu “pemberi gadis” (mora), sesudah nikah adalah virilokal, artinya
“penerima gadis” (anak-boru), dan “teman sepasang penganten menetap di sekitar
semarga” (kahanggi). Dalam pranata ini lingkungan kerabat suaminya.
diatur hak-hak dan kewajiban individu
terutama dalam menghadapi suatu Agama. Kini orang Angkola memeluk
upacara, seperti upacara perkawinan, agama Islam dan pengaruh agama ini
kelahiran, kematian, dan lain-lain. Dalam sangat kuat dalam kehidupan sehari-
satu upacara, kedudukan mora dan hari. Kepercayaan lama berangsur-
kahanggi biasanya lebih tinggi daripada angsur tergeser oleh ajaran agama itu.
anak-boru, sehingga mereka harus Kepercayaan dan adat masih berjalan
membantu kedua pihak yang disebut sepanjang tidak bertentangan dengan
ajaran agama.
sukrifhpsp.blogspot.com
Istana Tunggang Bosar yang megah merupakan simbol utama Kesultanan Dhasa Nawalu berdiri
megah Desa Janji Maulu Muara Tais, Tapsel. Istana ini merupakan, Wujud Kebangkitan Adat
Budaya Batak Angkola.
48
ENSIKLOPEDIA SUKU, SENI & BUDAYA NASIONAL
ANGSO DUO, TARI
ANGSO DUO, TARI. Sebuah tarian noleh, teleng, luruh, nanar, tudung swan,
yang terinspirasi dari mitos Angso Duo saluki dan lain-lain. Tarian ini dibawakan
yang terkenal di Jambi. Gerakan dalam oleh sepasang penari yang terdiri dari pria
tari ini memperagakan gerak angsa dan wanita.
dengan mengacu pada gerak tradisional
ANJAT, ANYAMAN
ANJAT, ANYAMAN, merupakan tas
anyaman rotan yang merupakan hasil
kerajinan tangan komunitas dayak,
Kalimantan Timur. Tas anyaman ini
berbentuk bulat dengan motif khas dayak
di bagian luarnya dan memiliki dua atau
tiga sangkutan. Pada umumnya anjat
digunakan untuk menaruh barang-barang
yang dibawa ketika hendak bepergian.
NET
Anjat, Tas Anyaman kerajinan tangan
komunitas Dayak, Kalimantan Timur.
ANJUNG TAPAH merupakan ANJUNG TAPAH
permainan anak-anak yang tinggal di
pinggiran Sungai Kapuas, Kalimantan bermainnya adalah salah seorang pemain
Barat. Permainan ini dilakukan ketika berdiri di atas pundak penganjung
sungai sedang surut atau dilakukan di (pelontar), lalu si penganjung jongkok dan
kolam yang airnya dangkal. Permainan berdiri dengan cepat sambil melontarkan
ini terdiri dari anjungan (pelontar) si pemain yang berada di atas pundak
dan pemain yang dilontarkan. Cara sehingga seolah-olah terbang dan jatuh ke
dalam air.
ANU
ANU, suku-bangsa berdiam di muara Merauke, Provinsi Papua Barat. Jumlah
sungai Anu, termasuk wilayah Kabupaten mereka tidak diketahui secara pasti,
49
ENSIKLOPEDIA SUKU, SENI & BUDAYA NASIONAL
ANU
berdasarkan data hasil sensus penduduk ada sekitar 68 jiwa namun mereka meng
tahun 2000 jumlah penduduk suku Anu gunakan bahasa sendiri yaitu bahasa Anu.
(Ron Petocz)
Gambaran
kehidupan lain
anak-anak
Papua.
APLANG, TARI
APLANG, TARI, adalah tarian kendang, dan nyanyian syair salawatan.
tradisional yang menunjukkan jati diri Kostumnya bermotif Islam Jawa yang
masyarakat Kabupaten Banjarnegara yang indah dipandang mata. Aplang sendiri
awalnya digunakan untuk syiar Agama berasal dari kata ndaplang yang berarti
Islam. Tarian ini dibawakan oleh remaja tangan digunakan seperti gerakan silat.
putra-putri dengan diiringi rebana, bedug,
(Ron Petocz)
TARI APLANG.
50
ENSIKLOPEDIA SUKU, SENI & BUDAYA NASIONAL
Araikurioko
Araikurioko sebuah kelompok suku jiwa pada tahun 2000 melalui pencatatan
yang berdiam di Provinsi Papua Barat. sensus penduduk.
Jumlah suku ini diketahui berjumlah 43
arandai
Arandai sebuah suku bangsa yang Barat. Jumlah orang Arandai pada tahun
berdiam diwilayah Kecamatan Arandai, 2000 tercatat melalui sensus penduduk
Kabupaten Manokwari, Provinsi Papua sebanyak 4.379 jiwa.
arfak
ARFAK adalah suku-bangsa yang Sungai Meijes, Sungai Meiyakh, Sungai
mendiami daerah Kabupaten Manokwari Meimas; di Wariori atau hulu Sungai
di Provinsi Papua Barat. Sebagian Testega; di hulu Sungai Warmori, Sungai
besar daerah yang bergunung-gunung Wasirawi, Sungai Weramoi, Sungai Prafi,
ini ditumbuhi hutan lebat dan dialiri Amban, Pasir Putih. Orang Hatam berdiam
oleh banyak sungai. Di sela-sela di wilayah Minyambow, di utara danau
pegunungannya mencuat puncak-puncak Anggi, Sungai Ngemou, Sungai Wariori;
yang tinggi, antara lain gunung Umcen, daerah Indui, di hulu Sungai Fanindi,
dan gunung Indon dengan ketinggian Amban, Pasir Putih, dll. Orang Moire
sekitar 3.000 meter di atas permukaan mendiami wilayah Mokwan, hulu Sungai
laut. Yeh, hulu Sungai Prafi, dll.
Keseluruhan suku bangsa Arfak dapat Tiap subsuku bangsa tadi merasa
dibagi atas empat subsuku bangsa, yaitu memiliki ciri budaya tersendiri dan
Manikion, Meiyakh, Hattam, dan Moire. kepribadian yang khas. Pada jaman
Tiap subsuku bangsa ini menggunakan lampau masing-masing kelompok itu
bahasa atau dialek tersendiri dengan saling curiga, terutama dalam hal
nama yang sama dengan nama subsuku swanggi dan obat-obatan yang dipercayai
bangsa itu masing-masing. Sebenarnya, bisa menyebabkan timbulnya perang
dalam setiap dialek itu masih ada antarkelompok. Saling curiga itu
subdialek lagi. sering menyebabkan timbulnya perang
antarkelompok itu. Kemudian dengan
Kelompok subsuku bangsa tadi masuknya agama yang dibawa zending
mendiami daerah-daerah tertentu dalam dan missi, sikap saling curiga semakin
wilayah Kabupaten Manokwari. Orang berkurang dan timbul rasa persaudaraan.
Manikion berdiam di sekitar Danau Yang juga mengurangi rasa curiga ialah
Anggi, di sebelah utara Bintuni, yaitu di adanya hubungan perkawinan di antara
Sungai Ingzim, Sungai Tidehu; di sebelah anggota kelompok itu. Peraturan dan
barat hulu Sungai Meiof. Orang Meiyakh struktur baru dalam pemerintahan desa
mendiami bagian utara Bintuni, di hulu
51
ENSIKLOPEDIA SUKU, SENI & BUDAYA NASIONAL
arfak
yang berasal dari pemerintahan yang lebih mereka ketahui, apabila mereka menjadi
tinggi, sedikit demi sedikit mengurangi sakit karena menghirup udara atau makan
ketegangan itu. makanan tertentu di tempat yang akan
dijadikan ladang itu. Tanda-tanda buruk
Pola Perkampungan. Rumah-rumah lainnya ialah apabila ditempat itu terlihat
di daerah pegunungan itu berupa rumah binatang kaki seribu (aweya) atau cecurut,
panggung yang satu dengan yang lain tikus tanah bermoncong panjang, yang
letaknya berjauhan. Satu rumah biasanya keluar dari dalam tanah.
didiami oleh anggota kerabat yang
masih satu keturunan, dan satu rumah Tanaman pokok mereka adalah ubi-
itu hampir bisa dianggap sebagai satu ubian, misalnya keladi (momos), bete
kampung. Mereka biasanya membangun (mom), kiha (mesi), kasbi (mogenang),
rumah di wilayah subur yang terletak babatas (mou), kentang, dan jagung.
di lereng-lereng gunung. Syarat-syarat Mereka juga menanam tebu, kacang,
lain yang mendasari pilihan tempat pisang. Beberapa jenis tanaman untuk
mendirikan rumah ialah faktor keamanan, sayuran seperti bawang merah, bawang
yakni menghindari kemungkinan adanya putih, labu, genemon (maknaofak) dan
serangan dari kelompok lain. Itulah lain-lain telah mereka kenal dan mereka
sebabnya rumah mereka didirikan di jual ke pasar. Di daerah tertentu, seperti
tempat yang saling berjauhan atau di daerah Munyambow, Mokwan, banyak
terpencar. Selain rumah tempat tinggal, tumbuh merkisah dan buah tomat pohon.
mereka juga biasanya membuat bangunan Merkisah yang berupa tumbuhan liar
kecil untuk tempat melahirkan bagi para itu merambat di semak-semak tanpa
isteri mereka. Rumah-rumah kecil ini dipelihara. Di daerah tertentu lainnya
pada setiap subsuku bangsa mempunyai tumbuh pohon langsat, durian, rambutan.
nama tersendiri, yang di dalam bahasa Kayu yang penting di daerah Arfak antara
Manikion disebut tomro. Rumah itu lain kayu besi, kayu matoa, damar, dan
dibuat atas dasar kepercayaan bahwa keluih (artocarpus).
rumah yang terkena darah dari persalinan
akan menjadi kotor. Kekotoran itu akan Orang Arfak juga berburu meskipun
mendatangkan penyakit, memudahkan kegiatan itu tidak termasuk sebagai
terkena panah dalam peperangan, dan pekerjaan penting. Binatang buruan
lain-lain hal yang merugikan. Selain itu, mereka antara lain kuskus, babi hutan,
apabila seorang penghuni sebuah rumah berbagai jenis burung kecil, kelelawar,
meninggal karena penyakit, biasanya katak, tikus, burung cendrawasih, biawak,
rumah itu akan segera ditinggalkan ular. Kulit biawak mereka gunakan untuk
dan dibuat rumah baru di tempat lain. menutup tifa. Daging kelelawar dimakan,
Berdasarkan hasil sensus penduduk tahun tulangnya digunakan untuk perhiasan
2000, jumlah suku Arfak sebanyak 11.313 dan alat rumah tangga, misalnya untuk
jiwa. pisau atau mata panah. Bulu burung
cendrawasih diambil sebagai perhiasan.
Mata Pencaharian. Sesuai dengan Penangkapan ikan juga hanya merupakan
keadaan alam daerah ini, mata pekerjaan sambilan. Mereka menangkap
pencaharian orang Arfak ialah berladang. ikan dengan membendung anak
Cara bercocok tanam di ladang dilakukan sungai dan memberi tuba. Mereka juga
dengan sistem tebang-bakar. Mereka menggunakan pancing dengan mata kail
mengenal pembagian kerja berdasarkan dari duri yang diberi umpan katak atau
seks dan umur dalam proses bercocok belalang.
tanam itu. Tempat berladang dipilih
setelah diperhitungkan apakah bebas Pekerjaan beternak merupakan
dari pengaruh magi jahat. Magi jahat itu pekerjaan sambil lalu. Mereka memelihara
babi dan ayam. Babi dipelihara bukan
52
ENSIKLOPEDIA SUKU, SENI & BUDAYA NASIONAL
arfak
untuk kepentingan makan sehari-hari, tradisional dalam berbagai keperluan.
tetapi sebagai kekayaan, mas kawin, dan Sistem kekerabatan. Hubungan
dipotong waktu ada pesta. Ayam dijual
ke pasar atau ditukar dengan keperluan kekerabatan orang Arfak adalah hubungan
lain. Anjing adalah hewan peliharaan darah, hubungan karena perkawinan, dan
yang amat penting dan sangat disayangi, hubungan kerabat fiktif, artinya hubungan
hampir seperti anak sendiri. Kalau ada akrab yang berasal dari leluhur. Orang
seekor anjing yang terbunuh oleh pihak Arfak tidak biasa mempunyai pengetahuan
lain, pembunuhan itu bisa menimbulkan tentang anggota kerabat dari angkatan
masalah besar, bahkan perang saudara. yang jauh. Mereka hanya memperhatikan
Anjing memang merupakan teman setia anggota kerabat yang masih hidup sampai
dan penting dalam mencari nafkah, derajat kedua saja. Mereka menarik
misalnya dalam berburu kuskus, tikus, dll. garis keturunan berdasarkan prinsip
bilateral, artinya hubungan keturunan
Peralatan yang digunakan sehari-hari, itu diperhitungkan melalui ayah dan ibu.
misalnya saja peralatan rumah tangga, Hubungan kerabat karena perkawinan
umumnya berasal dari toko, meskipun menyebabkan mereka mengenal mertua,
masih banyak digunakan alat-alat ipar, menantu, semua isteri atau suami
tradisional. Pada masa yang lalu orang saudara-saudara mereka. Pada umumnya
Arfak mempunyai kepandaian membuat tiap kelompok kerabat di satu daerah
benda-benda dari tanah liat, misalnya tidak lagi mengetahui nenek moyang
belanga (longa). Sebelum mereka pandai pendiri kelompok itu; mereka seolah-olah
membuat belanga tanah liat, mereka tidak mengindahkan hal-hal semacam itu.
memasak keladi, bebatas (sieba), dalam
lubang tanah yang sudah diberi bara. Sistem Kepercayaan. Dalam hal
Mereka juga masih menggunakan alat kepercayaan, orang Arfak sangat percaya
untuk membuat api dari bambu yang akan adanya kekuatan tertentu pada
digesekkan sehingga mengeluarkan panas benda, binatang, dan tumbuh-tumbuhan.
percikan api yang disambut oleh bulu; Kekuatan itu dapat digunakan untuk
bulu itulah yang kemudian terbakar. Jadi menyakiti atau membunuh orang lain.
di samping alat-alat yang mereka peroleh Kepercayaan semacam inilah yang
dari toko, masih banyak digunakan alat menyebabkan selalu adanya saling curiga
di kalangan kelompok kecil maupun
besar. Untuk mengatasi hal itu mereka
mengenal adanya peranan dukun.
Sebaliknya dalam masyarakat Arfak
ini tidak jelas adanya tokoh dewa
yang mereka yakini. Oleh sebab
itu tidak tampak adanya upacara-
upacara terhadap tokoh semacam
itu.
(M. Amir Sutaarga, 1974)
Salah satu motif hiasan lukisan pada
dinding gua dibagian barat Papua,
yang diperkirakan berasal dari zaman
prasejarah atau ribuan tahun silam.
53
ENSIKLOPEDIA SUKU, SENI & BUDAYA NASIONAL
Aru
ARU adalah kelompok sosial yang hasil sensus penduduk tahun 2000
berdiam di kepulauan Aru, yang kini jumlah penduduk Kabupaten Kepulauan
merupakan wilayah Kecamatan Pulau- aru mencapai63.807 jiwa. Orang Aru ini
pulau Aru, Kabupaten Maluku Tenggara, mempunyai bahasa sendiri yaitu bahasa
Provinsi Maluku. Kepulauan ini terdiri Aru, yaitu salah satu dari 10 bahasa besar
dari187 buah pulau, yang terdiri 89 buah dalam kelompok bahasa Siwalima, yaitu
pulau yang bisa didiami, diantaranya kelompok bahasa di Maluku. Bahasa Aru
Maikoor, Kobroor, Trangan, Penjuring, ini masih mempunyai empat buah dialek.
Workai, Wokam, Baun, dan pulau-pulau
kecil lainnya. Selain itu ada sekitar 98 Sebagian besar anggota masyarakat
buah pulau yang tidak dihuni. kepulauan ini hidup sebagai nelayan.
Sebagian dari mereka hidup dipantai
Luas kecamatan ini adalah 8.053 dengan membudidayakan rumput laut,
kilometer persegi. Permukaan kepulauan berternak kerang mutiara, dan hanya
ini tidak bergunung-gunung dan tidak ada sebagian kecil saja yang hidup sebagai
pula dataran tinggi. Tanahnya subur dan petani dan meramu sagu. Makanan khas
ditutupi hutan primer. Di bagian selatan orang Aru adalah sagu dan umbi-umbian.
terdapat padang alang-alang tempat
hidupnya kawanan rusa. Alam kepulauan Orang Aru ada yang memeluk agama
ini pun menjadi tempat hidupnya burung Islam, sebagian lainnya memeluk agama
cenderawasih. Sarana perhubungan di Kristen, dan sistem kepercayaan leluhur
kepulauan ini dan dengan kepulauan masih juga terwujud dalam kehidupan
lain adalah melalui laut. Orang Aru mereka.
dengan perahu-perahu kecilnya berani
mengarungi laut Banda atau laut Arafuru (Visi / Daniek G.S)
di sekitarnya.
Hiasan kepala penari Cukelele dari Maluku.
Kabupaten Kepualuan Aru, merupakan
kabupaten baru yang terbentuk sebagai
hasil pemekaran dari Kabupaten Maluku
Tenggara - Provinsi Maluku berdasarkan
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2003.
Kabupaten Kepulauan Aru terdiri dari 3
(tiga) Kecamatan dengan 119 Kampung
(baca : Desa) / Kelurahan Masing-masing:
Kecamatan Pulau-Pulau Aru dengan
43 Kampung/Kelurahan; Kecamatan
Kepulauan Aru Tengah dengan 45
Kampung; dan Kecamatan Kepulauan
Aru Selatan dengan 31 Kampung. Luas
Kabupaten Kepulauan Aru mencapai 6.269
kilometer persegi
Data sensus penduduk tahun 1930
menunjukkan jumlah orang Aru sekitar
20.000 jiwa. Data penduduk yang lebih
akhir (1986) dari Kecamatan Pulau-pulau
Aru adalah 44.413 jiwa, dimana dalam
jumlah tersebut tidak diketahui lagi
berapa banyaknya orang Aru. Berdasarkan
54
ENSIKLOPEDIA SUKU, SENI & BUDAYA NASIONAL
Asahan
ASAHAN, MELAYU, atau sering juga terutama dalam penggunaan bahasa.
disebut orang Batubara, kelompok suku Bahasa Melayu dialek Batubara dapat
bangsa Melayu yang berdiam di daerah dikenali dari pengucapan kata yang selalu
pantai timur Sumatra Utara, terutama menggunakan huruf o. Misalnya, kata
di sekitar daerah Batubara, Kabupaten apo dengan pengucapan hurup o yang
Asahan, Kotamadia Tanjung Balai, dan berarti apa dalam bahasa Indonesia.
Kabupaten Labuhan Batu. Bahasa Melayu di daerah Batubara banyak
mendapat pengaruh bahasa Minangkabau,
Demografi. Pada tahun 1975 jumlah sedangkan yang di Kabupaten Asahan
orang Melayu di Kotamadia Tanjung banyak dipengaruhi oleh bahasa Batak.
Balai diperkirakan sekitar 32.433 Dibandingkan dengan bahasa Melayu di
jiwa, sedangkan di Kabupaten Asahan daerah lainnya, misalnya di daerah Deli
diperkirakan sekitar 640.595 jiwa. Kini dan Langkat, bahasa Melayu Batubara
Tanjung Balai berpenduduk 108.202 masih tetap bertahan keberadaannya,
jiwa (1990) dan di Kabupaten Asahan dan masih sering dipergunakan dalam
berpenduduk 884.594 jiwa (1990). kehidupan sehari-hari.
Mereka hidup berdampingan dengan
berbagai suku bangsa lainnya, misalnya Pola Perkampungan. Orang
suku bangsa Batak Toba, Mandailing, Melayu Asahan tidak berbeda jauh pola
Minangkabau, dan Jawa. perkampungannya dengan orang Melayu
lainnya. Rumah-rumah didirikan mengikuti
Diperkirakan orang Melayu Batubara alur sungai atau tepi pantai. Setiap
adalah keturunan yang berasal dari kampung memiliki sarana peribadatan
percampuran beberapa suku bangsa lain, berupa mesjid atau surau. Pada masa
antara lain orang Batak Toba, Batak lalu setiap desa juga memiliki sebuah
Simalungun, dan Angkola-Mandailing. balai tempat melakukan musyawarah
Sebagian beranggapan, mereka berasal antarwarga. Tiap kampung dipimpin oleh
dari negeri Pagaruyung, di Sumatra Barat. datuk atau pawang. Mereka adalah orang
Hal ini, antara lain, dapat dilihat dari yang dihormati. Biasanya mereka diangkat
adanya nama-nama negeri di Batubara sebagai pengetua, baik dalam urusan adat
yang menyerupai atau diambil dari nama maupun dalam kehidupan masyarakat.
yang juga ada di daerah Minangkabau, Mereka juga yang mengatur masalah
misalnya Talawi, Tanah Datar, dan Pesisir. pemakaian tanah pertanian, pemakaian
lokasi penangkapan ikan.
Pada pertengahan tahun 2007
berdasarkan Undang-undang RI Nomor Rumah mereka berbentuk panggung
5 tahun 2007 tanggal 15 Juni 2007 bertiang tinggi dengan kolong di
tentang pembentukan Kabupaten Batu bawahnya. Tinggi rumah sekitar 2
Bara, Kabupaten Asahan dimekarkan meter. Bentuk ini terutama ditemukan
menjadi dua Kabupaten yaitu Asahan dan pada masyarakat yang tinggal di daerah
Batu Bara. Wilayah Asahan terdiri atas pantai. Tujuannya untuk menghindari
13 kecamatan sedangkan Batu Bara 7 banjir dan gangguan binatang buas.
kecamatan. Kabupaten Asahan memiliki Sesuai dengan kepercayaan masyarakat
area seluas 371.945 hektar. Dengan setempat, rumah-rumah harus didirikan
jumlah penduduk hasil dari sensus menghadap matahari. Setiap ruangan
penduduk Asahan tahun 2000 mencapai dalam rumah asli orang Melayu memiliki
935.855 jiwa termasuk dengan yang di fungsi tersendiri. Berbeda dengan orang
Kabupaten Batu Bara. Melayu lainnya, rumah aslinya sudah
jarang ditemui, di daerah Batubara masih
Bahasa. Perbedaan orang Melayu
Batubara dengan orang Melayu lainnya
55
ENSIKLOPEDIA SUKU, SENI & BUDAYA NASIONAL
Asahan
dapat ditemui beberapa rumah asli orang keturunannya menurut garis ibu
Melayu yang berbentuk panggung tadi. (matrilineal). Hal ini merupakan pengaruh
dari kebudayaan Minangkabau yang
Mata Pencaharian. Sebagian besar sangat kuat pada masyarakat ini. Adat
orang Melayu Asahan yang berdiam di menetap sesudah nikahnya cenderung
tepi pantai bermata penc aharian di bidang di lingkungan kediaman kerabat pihak
perikanan, baik perikanan laut maupun istri (matrilokal). Setelah pasangan ini
perikanan darat. Daerah pesisir Batubara memiliki satu atau dua orang anak,
sangat terkenal dengan hasil lautnya, mereka biasanya pindah ke tempat
terutama kerang, sehingga kota Tanjung kediaman kerabat suami (patrilokal), atau
Balai mendapat julukan “kota kerang”. pindah ke kediaman yang baru (neolokal).
Hasil tangkapan mereka biasanya dijual Keluarga batih dalam masyarakat
kepada tengkulak-tengkulak, dan sisanya Batubara merupakan kelompok yang
dikonsumsi sendiri atau dijadikan ikan berdiri sendiri.
asin. Ada juga yang mengembangkan
mata pencaharian di bidang pertanian, Dalam masyarakat ini juga dikenal
dengan tanaman padi, karet, kelapa sawit. kelompok kekerabatan yang merasakan
Masyarakat yang tinggal di pinggir pantai dirinya berasal dari seorang nenek
umumnya berkebun kelapa, yang hasilnya moyang dan merasa terikat melalui
dijadikan kopra. Untuk memperoleh garis keturunan laki-laki (patrilineal).
penghasilan tambahan ada pula yang Di kalangan orang Batubara kelompok
secara sembunyi-sembunyi melakukan semacam ini yang masih bertahan adalah
pekerjaan menebang hutan dan hasilnya kelompok yang berorientasi pada nenek
kemudian dijual ke pabrik papan yang
ada di sekitar daerah tersebut. Seperti (Kartini, 1990)
halnya cara penjualan hasil perikanan,
dalam menjual hasil pertaniannya orang Pakaian pengantin Melayu dari Sumatra
Batubara lebih banyak tergantung kepada Timur.
jasa tengkulak.
Jenis mata pencaharian lain yang
berkembang pada masyarakat Batubara
adalah bertenun, yang dikenal dengan
nama kain songket Batubara. Kegiatan
bertenun umumnya dilakukan oleh kaum
wanita sebagai sumber penghasilan
tambahan. Keahlian bertenunan di daerah
ini sudah berkembang sejak abad ke-18.
Motif hiasannya khas dan warna dasarnya
biasanya hijau tua dan biru tua. Sampai
sekarang, bertenun merupakan salah
satu jenis mata pencaharian yang masih
bertahan di daerah ini. Pekerjaan lain
yang umumnya juga dilakukan oleh kaum
wanita adalah penganyam tikar, yang
mereka pelajari dari pendatang-pendatang
Cina yang masuk ke daerah ini sekitar 300
tahun lalu.
Kekerabatan. Berbeda dengan
kelompok orang Melayu lainnya,
orang Melayu Asahan menarik garis
56
ENSIKLOPEDIA SUKU, SENI & BUDAYA NASIONAL
Asahan
moyang yang bernama “Bandar Rahmat”. daerah, ikatan kelompok ini masih
Anggota kelompok ini masih saling bertahan, karena di daerah-daerah baru
mengenal satu sama lain berdasarkan tersebut, mereka tetap meneruskan
silsilah (tarombo) yang berpusat pada pembentukan kelompok ini.
Bandar Rahmat. Anggota-anggota
kelompok secara teratur bertemu pada Sebagian besar masyarakat Batubara
waktu tertentu, misalnya dalam acara memeluk agama Islam. Kesenian orang
pengajian yang dilaksanakan secara Melayu Asahan tidak berbeda jauh
bergiliran di antara anggota. Walaupun dengan kesenian Melayu lainnya. Bentuk-
mereka sudah menetap di berbagai bentuk kesenian mereka sebagian besar
dipengaruhi oleh unsur agama Islam.
(http 3 bp wiwidkamil blogspot com)
lstana Lima Laras di Kecamatan Tanjung Tiram, Kabupaten Asahan di dirikan tahun 1912.
asienara
ASIENARA merupakan salah satu ini terdapat sekitar 700 jiwa (1997).
suku terbesar yang terdapat di Kabupaten Nama lain dari suku ini adalah Buruwai
Kaimana, Papua Barat. Populasinya saat dan Madidwana. LIHAT BURUWAI
asisulu
ASILULU adalah salah satu kelompok jumlah populasinya sekitar 1000 jiwa,
sosial yang terdapat di wilayah Maluku, mereka memiliki bahasa sendiri. Bahasa
tepatnya di desa Asilulu, Kecamatan Asilulu merupakan salah satu bahasa asli
Leihutu, Ambon, Maluku Tengah. Dengan di Ambon dan digunakan oleh sebagian
57
ENSIKLOPEDIA SUKU, SENI & BUDAYA NASIONAL
asisulu
besar penduduk yang tinggal di wilayah dijual secara pribadi. Salah satu kendala
pesisir barat laut Ambon. suku ini adalah transportasi. Rusaknya
sarana dan prasarana transportasi,
Mata pencaharian utama suku Asilulu akibat peristiwa antar suku dan agama
ini adalah menangkap ikan. Akan tetapi, di Ambon, membuat arus perdagangan
hasil ladang seperti cengkeh dan pala juga menjadi terhambat.
menjadi andalan perekonomian mereka.
Sebelum melaut, mereka biasanya terlebih Kepercayaan. Suku Asilulu
dahulu berdoa memohon perlindungan merupakan suku yang sangat memiliki
dan berkat. Hasil tangkapannya digunakan kepercayaan dan adat yang sangat kuat,
untuk kebutuhan sehari-hari mereka khususnya dalam ritual pernikahan dan
dan kelebihannya baru dijual. Penjualan khitanan. Agama yang mereka anut
ikan dilakukan secara berkelompok dan adalah agama adat dan agama Islam.
dipimpin oleh seorang pialang, yang Upacara adat dilakukan dalam beberapa
disebut Tonase, sedangkan anggotanya kegiatan, seperti pembangunan mesjid,
disebut Masnait. Penjualan yang dilakukan pengangkatan raja. Salah satu ritual
dengan cara tersebut hanya untuk ikan- yang cukup dikenal adalah “baku pukul
ikan yang ditangkap dengan jaring atau menyapu” dan “bambu gila”. Kedua ritual
rorahe. Sedangkan untuk ikan yang tersebut dilakukan pada waktu-waktu
ditangkap menggunakan pancing atau jala tertentu.
ASmat
ASMAT adalah salah satu dari ratusan dengan rawa-rawa berlumpur yang
suku bangsa di Provinsi Papua. Suku ditumbuhi pohon bakau, nipah, sagu,
bangsa Asmat berdiam di pesisir barat dan tumbuhan rawa lainnya. Perbedaan
daya Papua. Lebih kurang 50.000 orang pasang dan surut mencapai 4-5 meter
Asmat mendiami wilayah administratif sehingga dapat dimanfaatkan untuk
Kabupaten Merauke, yang sekarang berlayar dari satu tempat ke tempat lain.
terbagi atas empat kecamatan, yakni Pada waktu pasang surut orang berperahu
Sarwa-Erma, Agats, Ats, dan Pantai ke arah hilir atau pantai, dan kembali ke
Kasuari. Sejak adanya pemekaran wilayah hulu ketika pasang sedang naik.
di tahun 2002, suku Asmat saat ini
terpusat di Kabupaten Asmat, yang terbagi Bentuk tubuh orang Asmat berbeda
menjadi 7 distrik, yaitu Akat, Atsy, Fayit, dengan penduduk lain yang berdiam
Pantai kasuari, Sawaerma, Suator, dan di pegunungan tengah atau di bagian
Agats yang menjadi ibukota kabupaten. pantai lainnya. Tinggi badan kaum laki-
Daerah Asmat yang luasnya 26.725 km2 laki antara 1,67-1,72 meter dan tinggi
merupakan daerah landai yang dialiri perempuan antara 1,60-1,65 meter. Ciri-
oleh tidak kurang dari 10 sungai besar ciri bagian tubuh lainnya adalah bentuk
dan ratusan anak sungai. Sungai-sungai kepala yang lonjong (dolichocephalic),
besar itu dapat dilayari kapal dengan bibir tipis, hidung mancung dan kulit
bobot 1.000-2.000 ton sampai sejauh 50 hitam. Orang Asmat pada umumnya tidak
kilometer ke hulu. Sejauh 20 kilometer banyak menggunakan kaki untuk berjalan
ke hulu air sungai-sungai itu masih jauh, oleh karena itu betis mereka menjadi
terasa payau. Orang Asmat berdiam di kecil. Akan tetapi mereka setiap saat
lingkungan alam terpencil dan ganas berdayung dengan posisi berdiri sehingga
otot-otot tangan dan dadanya tampak
58
ENSIKLOPEDIA SUKU, SENI & BUDAYA NASIONAL
ASMAT
tegap dan kuat. Tubuh kaum perempuan isteri memiliki dapur, pintu, dan tangga
kelihatan kurus karena banyaknya sendiri.
pekerjaan yang harus mereka lakukan.
Sistem kekerabatan. Orang Asmat
Pola Perkampungan. Perkampungan yang mengenal klen itu mengatur
orang Asmat yang jumlahnya tidak kurang perkawinan berdasarkan adat eksogami
dari 120 buah tersebar dengan jarak klen. Garis keturunan ditarik secara
yang saling berjauhan. Kampung mereka patrilineal, dengan adat menetap sesudah
didirikan dengan pola memanjang di tepi- nikah yang virilokal. Adanya perkawinan
tepi sungai, dan dibangun sedemikian poligami pada orang Asmat antara lain
rupa sehingga mudah mengamati musuh. disebabkan karena adanya kawin levirat.
Paling tidak ada tiga kategori kampung Perkawinan seorang anak biasanya diatur
bila dilihat dari jumlah warganya. oleh orang tua kedua belah pihak, tanpa
Kampung besar, yang umumnya terletak diketahui oleh sang anak. Seorang anak
di bagian tengah, dihuni oleh sekitar Asmat biasanya patuh kepada pilihan
500-1000 jiwa; kampung di daerah dan kehendak orang tuanya dalam hal
pantai rata-rata dihuni oleh sekitar 100- pemilihan jodohnya. Meskipun mereka
500 jiwa; kampung bagian hulu sungai sepasang remaja biasa berpacaran, tetapi
lebih kecil lagi, berpenduduk sekitar mereka tidak harus kawin karena tidak
50-90 jiwa. Menurut tradisi, dalam sesuai dengan pilihan orang tuanya tadi.
sebuah kampung terdapat dua macam Namun kelak, mereka mungkin akan
bangunan, yaitu rumah bujang dan kawin lagi dengan pilihannya sendiri
rumah keluarga. Rumah bujang (yeu) itu. Dalam kaitannya dengan pemilihan
ditempati oleh pemuda-pemuda yang jodoh budaya Asmat ini juga mengenal
belum kawin dan tidak boleh dimasuki adat kawin lari, artinya seorang laki-
oleh wanita dan anak-anak. Rumah laki melarikan gadis yang disenanginya.
terdiri atas satu ruangan ini dibangun Namun, kawin lari itu seringkali berakhir
di atas tiang-tiang kayu dengan panjang dengan-pertikaian atau pembunuhan.
30-60 meter dan lebar sekitar 10 meter.
Di rumah ini dilaksanakan berbagai Berbagai keterangan mengemukakan
upacara adat, karena itu bangunan ini bahwa orang Asmat banyak melakukan
mempunyai arti religius yang penting dan poligami. Ada yang menduga poligami
merupakan pusat kehidupan kampung. itu terjadi karena kaum prianya memiliki
Di rumah ini pula diselenggarakan daya seks yang besar (maniac sex).
segala macam permusyawaratan untuk Buktinya ada pria yang mempunyai
merencanakan suatu pesta, peperangan, sembilan orang isteri. Hal ini antara
atau perdamaian. Pada waktu senggang di lain karena kaum wanita mempunyai
rumah ini orang menceritakan dongeng- tugas yang berat, dalam masa hamil
dongeng suci para leluhur dan kisah pun mereka tetap bekerja, tidak sempat
kejayaan dalam peperangan, membuat bersolek, sehingga menjadi cepat tua.
dan mengukir perisai, tombak, panah, dsb. Poligini itu sendiri memang tidak dilarang
Setiap klen mempunyai rumah bujang oleh adat (Vista, 59, 1989). Sumber lain
sendiri. Oleh karena itu banyaknya rumah menyatakan ada wanita yang senang
bujang dalam satu kampung menunjukkan kalau suaminya kawin lagi atau bahkan
jumlah klen yang ada. mendorongnya. Dengan demikian beban
kerja dari isteri pertama itu akan menjadi
Seperti disebut di atas, selain yeu ringan karena sudah terbagi kepada isteri
ada pula rumah keluarga yang biasanya kedua atau isteri yang lainnya. Mereka
didiami oleh satu keluarga inti yang terdiri juga mengakui bahwa keluarga semacam
atas seorang ayah, seorang atau beberapa itu tetap rukun, meskipun tentu ada
orang isteri, dan anak-anak mereka. Setiap rumah tangga poligami itu yang berada
59
ENSIKLOPEDIA SUKU, SENI & BUDAYA NASIONAL
ASMAT
dalam suasana tidak harmonis. Dalam oleh adanya perahu. Mereka pergi ke
periode 1980-an jumlah keluarga yang hutan mengumpulkan sagu, mencari
berpoligami tampak meningkat (Kompas, kayu api, berburu dan berperang dengan
15-7-1990). menggunakan perahu. Ada dua macam
perahu, yaitu perahu milik keluarga
Mata Pencaharian. Terutama di masa dan perahu milik klen. Perahu keluarga
lalu, makanan pokok mereka adalah sagu, tidak terlalu besar, panjang 4-7 meter,
dengan makanan tambahan seperti ubi- cukup memuat dua sampai lima orang;
ubian dan berbagai jenis daunan. Mereka sedangkan perahu klen bisa memuat
juga makan bermacam-macam binatang, antara 10-20 orang dan panjangnya 10-
seperti ulat sagu, tikus hutan, kuskus, 20 meter. Pembuatan dan peresmian
babi hutan, burung, telur ayam hutan, perahu klen ditandai dengan upacara di
dan ikan. Untuk mendapatkan sagu, kalangan anggota klen. Perahu milik klen
kaum pria hanya bertugas menebang dipakai dalam kegiatan bersama, misalnya
dan membelah batangnya. Pekerjaan pesta ulat sagu atau perang. Dalam
selanjutnya, mulai dari menumbuk sampai kegiatan semacam itu seluruh perahu
dengan mengolah sagu, dilakukan oleh dikerahkan untuk menyusun satu armada
kaum wanita. Secara umum, pencarian penyerbuan ke kampung lain. Biasanya di
bahan makanan, termasuk menjaring ujung perahu terdapat ukiran berbentuk
ikan di laut atau di sungai, dilakukan manusia dan burung. Ukiran berbentuk
oleh kaum wanita, sedang kaum pria manusia melambangkan keluarga yang
selalu sibuk dengan kegiatan perang antar sudah meninggal. Mereka percaya
klen atau antar kampung. Kegiatan pria bahwa almarhum akan senang karena
lebih banyak terpusat di rumah bujang. diperhatikan, dan ke mana pun perahu
Zulyani Hidayat dan A. Armansyah (Gadis,
1989) mengungkapkan bahwa kaum pria (Beautyfulindonesia.nlogspot.com)
beranggapan bahwa berperang, berburu,
dan melindungi keluarga lebih terhormat Pria Asmat dengan gendang yang dibunyikan
daripada mengolah sagu dan menangkap untuk mengiringi tarian.
ikan. Kalau sudah bosan di rumah bujang
mereka membuat pesta, berburu burung
kasuari, babi, kuskus, atau membuat
ukiran, memahat patung. Kegiatan kaum
wanita tampaknya cukup berat, mulai dari
menyiapkan makanan keluarga, melayani
suami dan mengasuh anak, mencari kayu
bakar, menangkap ikan dan lain-lain.
Rentangan kehidupan suku bangsa
Asmat yang sudah amat panjang hanya
ditandai dengan alat-alat dari batu.
Batu itu sendiri merupakan hasil barter
dengan masyarakat lain, karena di daerah
mereka batu sulit ditemukan. Alat-alat
besi belum lama dikenal. Dengan alat
batu itulah mereka membuat rumah,
membuat perahu, membuat patung mbis
dengan ukiran-ukirannya, yang semuanya
bersangkut paut dengan kepercayaan
mereka.
Segala kesibukan sehari-hari ditunjang
60
ENSIKLOPEDIA SUKU, SENI & BUDAYA NASIONAL
ASMAT
http://www.depdagri.go.id tubuh binatang tersebut di atas kembali
diabadikan dalam ukiran-ukiran dengan
Orang Asmat sedang menyelesaikan ukiran motif binatang itu. Itulah sebabnya
mereka membuat ukiran kelelawar (tar-
patung. wow), burung kakak tua hitam (utirep-
wow), kuskus (fast-wow), belalang sembah
dan penumpangnya pergi akan selalu (wewnet-wow), patuk burung rangkong
dilindunginya. Ukiran burung adalah (irmbi-wow), dan lain-lain. Selain itu
lambang pengayauan. mereka mengenal motif ukiran tumbuh-
tumbuhan, manusia, motif kurvilinier
Sistem Kepercayaan. Sesuai dengan berupa huruf atau garis seperti huruf M
kepercayaannya, orang Asmat tidak dan W, motif mata atau pusar. Ukiran itu
menguburkan mayat. Mayat itu biasanya dituangkan pada perisai, perahu, patung,
hanya diletakkan di atas para, yang penohok sagu, tombak, dayung, tifa,
telah disediakan di luar kampung, dan terompet bambu, dan lain-lain. Mereka
dibiarkan sampai busuk. Kelak, tulang biasanya hanya menggunakan tiga warna
belulangnya dikumpulkan dan disimpan pada ukirannya, yaitu warna merah,
di atas pokok-pokok kayu. Mereka putih, dan hitam. Warna merah diperoleh
percaya bahwa roh orang yang telah dari campuran tanah merah dengan air,
meninggal (bi) masih tetap berada di warna putih berasal dari campuran abu
dalam kampung, terutama kalau orang kulit kerang dengan air, dan warna hitam
itu diwujudkan dalam bentuk patung berupa campuran arang dengan air.
mbis, yaitu patung kayu yang tingginya
5-8 meter. Mereka percaya ada kekuatan Motif-motif hiasan pada karya-
gaib yang melebihi batas kemampuan karya seni Asmat cukup banyak
manusia. Kekuatan gaib itu mempunyai ragamnya. Setiap ragam hias itu bukan
kuasa untuk mencipta, menghidupkan, sekedar ekspresi seni, akan tetapi
membahagiakan, dan mematikan. Sumber lebih merupakan spirit bagi kehidupan
kekuatan itu adalah roh leluhur. Orang mereka. Ukiran itu merupakan simbol
yang baru meninggal buat sementara yang mengandung harapan dan bahkan
hidup dalam tubuh binatang pemakan nilai-nilai untuk hidup bekerja keras,
buah-buahan, binatang malam, atau berani menghadapi hidup yang keras,
binatang berbulu hitam. harapan akan datangnya berkah dari
leluhur, kemenangan dalam perang,
Salah satu kekhasan budaya Asmat rasa hormat pada wanita, mendapat
terwujud dalam benda-benda budaya keselamatan, memperoleh kemakmuran
berupa seni patung dan seni ukirnya. dan kesejahteraan, penuntun bagi arwah
Karya-karya seni itu kiranya tidak lepas orang yang telah meninggal, dan lain-
dari sistem kepercayaan kepada roh-roh lain. Motif-motif ukiran (wow) dikenal
orang yang telah mati dan roh-roh leluhur dengan nama-nama seperti anokos-wow,
tadi. Karena kepercayaan itu maka roh afulyak-wow, asufa-wow, ban-wow, bei-
orang yang baru meninggal hidup dalam wow, beten okos-wow, bokoper-wow,
bu-wow, bubakmakos-wow,enmak-wow,
kave-wow, dan lain-lain. Motif anakos-
wos (artinya “ukiran lipan”) bermakna
supaya setiap pria berani menghadapi
kenyataaan hidup di dunia dan di akhirat.
Motif afulyak-wow (motif “isi perut ikan”)
sebagai lambang bahwa manusia dituntut
untuk bekerja keras. Motif bei-wow (motif
61
ENSIKLOPEDIA SUKU, SENI & BUDAYA NASIONAL
ASMAT
“kaki”) merupakan lambang keberanian pengayauan kepala musuh. Dalam rangka
serta semangat yang tinggi untuk upacara mbis (mbis pokumbi) seluruh
berperang dan hidup di tempat yang jauh. penduduk kampung harus menyiapkan
Motif bokoper-wow (motif “pusar” atau makanan untuk beberapa hari karena
“mata”) dengan tiga lapisan lingkaran selama upacara tidak ada yang pergi ke
dan di tengahnya ada titik hitam, yang hutan. Selama upacara, yang biasanya
merupakan lambang lingkaran hidup berlangsung berhari-hari atau berminggu-
manusia. Lambang ini dimaksudkan agar minggu, pria dan wanita, tua dan muda,
semua orang taat kepada norma-norma semua harus ikut menari di depan
adat. Motif cen-wow (motif ‘alat kelamin rumah ye. Para wanita biasanya menari
wanita’) yang melambangkan kesuburan pada siang sampai sore hari, sementara
dan sekaligus sebagai lambang kehidupan, pria memukul tifa. Pada malam hari
karena wanitalah yang bisa melahirkan hingga pagi hari giliran kaum pria yang
anak dan mendatangkan kehidupan menari. Tari-tarian itu tampak sangat
bagi manusia. Demikian masih banyak erotis dan dinamis. Pada saat seperti
motif-motif lainnya yang masing-masing itu diberlakukan tindakan papis antara
mengandung makna yang menjadi acuan mereka yang mempunyai hubungan papis;
dalam kehidupan mereka. artinya dua orang sahabat saling bertukar
isteri untuk malam-malam yang telah
Pada waktu tertentu, para pengukir ditentukan. Tindakan papis bermaksud
patung (wow-ipits) mulai mengukir mbis. mempererat hubungan persahabatan yang
Secara etimologis mbis berasal dari kata sangat diperlukan pada saat tertentu,
mbiu yang berarti ‘roh dari orang yang misalnya dalam peperangan. Sumber
telah meninggal dunia’. Setiap tahap informasi lain menyatakan bahwa
pengerjaan patung, mulai dari berangkat kebiasaan hubungan papis berlaku di masa
ke hutan, mencari kayu, sampai selesainya lalu, sedangkan sekarang sudah tidak ada
patung, dilalui dengan tindakan religius. lagi.
Pada masa lalu, patung yang sudah
selesai dikerjakan harus diresmikan Seorang peneliti, Dea Sudarman,
dengan upacara yang disertai tindakan yang telah menulis buku Asmat:
www.galenfrysinger.com
Berbagai aktivitas dalam kehidupan orang Asmat ditunjang oleh adanya perahu, misalnya untuk
mengumpulkan sagu, mencari kayu api, berburu, perang, dan lain-lain.
62
ENSIKLOPEDIA SUKU, SENI & BUDAYA NASIONAL
ASMAT
Menyingkap Budaya Suku Pedalaman mengukir kayu dalam bentuk manusia,
Irian Jaya (Jakarta, Sinar Harapan, 1984) bagaikan mengulangi atau meneruskan
menyatakan bahwa masyarakat Asmat kejadian yang ada dalam dongeng suci
yang tampaknya masih bersahaja dan Fumeripits.
terbelakang itu sesungguhnya memiliki
kebudayaan yang “unik” dan mewariskan Pada masa yang lebih akhir budaya
nilai-nilai budaya yang tinggi. Orang Asmat sudah semakin banyak bersentuhan
Asmat menyebut dirinya asmat-ow dengan budaya dari luar. Gereja dengan
yang berarti “manusia pohon”. Pohon ajaran Katolik mulai memasuki
merupakan benda yang amat luhur
dalam pandangan mereka; pohon adalah masyarakat ini sejak tahun 1952.
manusia dan manusia adalah pohon. Akar Sistem pendidikan formal, sistem
pohon adalah kaki manusia; batangnya pemerintahan desa, pelayanan kesehatan,
adalah tubuh manusia; dahan-dahannya HPH, ekonomi uang, turis domestik dan
adalah tangan manusia; daunnya adalah asing telah masuk ke tengah lingkungan
kepala manusia. Semua itu mempunyai alam, sosial, dan budaya mereka. Dampak
alasan yang mendasar. Keadaan apa yang terjadi atas kebudayaan
lingkungan alam yang ganas, berawa- itu setelah mereka bersentuhan dan
rawa dan berlumpur menyebabkan berkomunikasi dengan dunia luar itu?
pohon atau kayu menjadi penting bagi
kehidupan mereka. Sagu adalah salah Gereja telah mengembangkan ajaran
satu jenis pohon yang amat penting untuk agama yang biasanya melalui pendekatan
kehidupan mereka. Sagu diibaratkan budaya. Pendidikan formal seringkali
sebagai wanita. Kehidupan keluar dari masih menghadapi kelangkaan guru
pohon sagu sebagaimana kehidupan yang memang tidak banyak orang yang
keluar dari rahim ibu. bersedia mengabdi di daerah semacam
itu. Anak-anak sekolah banyak yang
Orang Asmat percaya bahwa mereka ikut orang tua pergi berbulan-bulan ke
berasal dari Sang Pencipta (Fumeripits). hutan untuk menebang kayu sebagai
Pada suatu masa Fumeripits terdampar lapangan kerja yang baru yang disediakan
di pantai dalam keadaan sekarat dan oleh HPH. Di pihak lain mereka telah
tidak sadarkan diri. Namun, nyawanya diperkenalkan dengan simbol-simbol
diselamatkan oleh sekelompok burung ‘modern’ yang belum bisa mereka
dan kemudian ia hidup sendirian di raih dengan tingkat penghasilan yang
suatu daerah baru. Karena kesepian ia mereka miliki. Pelayanan kesehatan,
membangun sebuah rumah panjang yang misalnya dengan Puskesmas, belum
diisinya dengan patung-patung kayu dapat mengatasi penyakit rakyat dengan
yang diukir. Ia pun membuat tifa yang tingkat pengetahuan kesehatan yang
ditabuhnya setiap hari. Tiba-tiba saja masih terbilang rendah. Mereka masih
patung-patung tadi bergerak mengikuti dijangkiti macam-macam penyakit, seperti
irama suara tifa, dan yang lebih ajaib kolera, paru-paru, penyakit kulit, malaria,
lagi, patung-patung tersebut berubah gangguan pernapasan, dan lain-lain.
menjadi manusia. Akhiranya Fumeripits
pergi mengembara dan di setiap daerah Dunia luar memang telah mengenal
yang disinggahinya dibangunnya rurnah Asmat dari dekat dan dari jarak jauh
panjang serta dibuatnya patung-patung. terutama lewat benda-benda budaya karya
Dengan demikian terciptalah manusia- seniman atau para wow-ipits, seni tari dan
manusia baru yang sekarang dikenal lain-lain. Benda budaya perwujudan dari
sebagai orang Asmat. Sampai sekarang sistem kepercayaan, yang dianggap saja
orang Asmat terus saja memahat dan sebagai karya seni itu, telah dipamerkan
di Jakarta, Bandung, Surabaya, Taman
Mini Indonesia Indah (TMII) di Jakarta
telah memiliki Museum Asmat; tahun
63
ENSIKLOPEDIA SUKU, SENI & BUDAYA NASIONAL
asmat
1986 sebuah yayasan bernama Yayasan arti’. Sumber daya kreasi orang Asmat
Kemajuan dan Pengembangan Asmat tersimpan secara rahasia dalam relung
(YKPA) berkiprah membangun Pusat hati yang terjaga dari segala hiruk pikuk
Kebudayaan Asmat di Agats, tempat duniawi. Rahasia itu diturunkan oleh
di mana sewaktu-waktu orang dapat orang yang pengukir kepada anaknya
melihat dan mempelajari budaya Asmat. sejak usia belasan tahun. ‘Bila rahasia
Tahun 1988 orang Asmat telah dibawa ini diketahui orang di luar Asmat, maka
mengadakan tour ke negara-negara kami tak lagi bisa mengukir’ (Tempo, 18-
Eropa, Jepang; dan tahun 1991 ke 8-1984). Kini sudah ada orang ‘di luar
Amerika Serikat dalam rangka deplomasi Asmat’ yang mengukir dan membuat
kebudayaan, ‘Kebudayaan Indonesia ‘patung Asmat’ dengan alat-alat canggih.
di Amerika Serikat’ (KIAS). Selain itu Tentu saja perbuatan ini tidak didasarkan
patung-patung Asmat menghiasi Primitive atas pengetahuan ‘rahasia’ tadi, tetapi ada
Art Museum di New York, Tropen Museum kiat lain yaitu latar belakang komersial.
di Amesterdam, Volkenkunde Museum Apakah motif ini akan menyebabkan
di Roterdam, Volkenkundig Museum orang Asmat kelak tak lagi bisa mengukir.
Nusantara di Delft, Volkenkundig Museum
der Portheim Stiftung di Heidelberg, Sekarang nama Asmat sudah menjadi
Museum fuer Volkerkunde di Wina. amat tenar, antara lain karena hasil-hasil
karya seni pahat yang diukir oleh para
Pada mulanya pematung, pengukir pemahat (wow-ipits) dengan keterampilan
Asmat berkarya dengan alat-alat yang mengagumkan. Di tengah-tengah
sederhana seperti kapak batu, kehidupan budayanya yang “unik” itu,
kerang, tulang kasuari, gigi binatang, orang Asmat kini sudah semakin terbuka.
dan Ijelakangan mereka pun telah Mereka sudah menggunakan alat-alat
menggunakan kapak, pahat dan pisau. dari besi. Anak-anak mereka menuntut
Sementara pengukir Asmat berkata: pendidikan formal, seolah-olah mengejar
‘Tanpa ukiran Asmat bisa hilang tiada ketinggalannya selama ini.
atam
ATAM, HATAM adalah salah satu mereka, tanah merupakan tempat
subsuku dari suku Arfak yang mendiami pembelajaran mengenai kehidupan. Dari
wilayah pegunungan Arfak, tepatnya di tanah maka dibangun strata kesukuan,
daerah Manokwari, Papua Barat. Jumlah pembagian wewenang, saling menghargai
penduduk suku ini di tahun 2000 sekitar dan memperlakukan sumberdaya alam
1.692 jiwa (BPS). Mereka memiliki filosofi untuk memenuhi kebutuhan hidup. LIHAT
memiliki kepemilikan tanah. Menurut ARFAK
atanfui
ATANFUI, ORANG satu kelompok (TTU), Provinsi Nusa Tenggara Timur
sosial yang bermukim dalam wilayah (NTT). Mereka ini lebih banyak hidup
Kabupaten Timor Tengah Utara terkonsentrasi dalam wilayah Kecamatan
64
ENSIKLOPEDIA SUKU, SENI & BUDAYA NASIONAL
Atanfui
Biboki Utara, yang pada tahun 1989
berjumlah sekitar 1.250 jiwa di antara
18.085 jiwa penduduk kecamatan
tersebut. Kelompok ini ada yang
masih menyebutnya sebagai kelompok
masyarakat terasing. Saat ini belum
diketahui secara pasti jumlah orang
Atanfui.
http://2 bp.blogspot.com
Belak dan Morten Timor.
Atori
ATORI adalah suku asli yang terdapat penduduk tahun 2000 jumlah orang Atori
di Papua. Berdasarkan hasil sensus sebanyak 98 jiwa.
Atoni metto
ATONI METTO adalah satu Indonesia, Atoni Metto mengalami proses
kelompok sosial yang mendiami wilayah marjinalisasi dengan dikeluarkannya
di Kabupaten Timor Tengah Selatan UU No. 5 Tahun 1979 yang sentralistik
(TTS), Provinsi Nusa Tenggara Timur. dan menyeragamkan semua identitas
Masyarakat Atoni Metto terdiri atas tiga asli komunitas adapt dengan sebutan
suku besar atau disebut juga dengan desa atau kelurahan. Proses marjinalisasi
Nonot, yaitu: Nonot Banam/Amanuban, yang berlangsung dalam kurun waktu
Nonot Oenam/Mollo, dan Nonot yang sangat lama tersebut telah memberi
Onam/Amanatun. Dari masing-masing dampak buruk pada masyarakat Atoni
ketiga suku tersebut masih ada lagi sub- Metto secara politis, ekonomi dan sosial-
sub kelompok masyarakat adat. Dari budaya. Namun dengan adanya semangat
keseluruhan suku bangsa yang terdapat demokrasi melalui UU Otonomi Daerah
di Provinsi Nusa Tenggara Timur jumlah membuka peluang bagi pemberdayaan
masyarakat Atoni Metto sebanyak 15 Atoni Metto. Hal tersebut dapat dilihat
persen. Masyarakat Atoni Metto masih dengan adanya program-program hasil
menganut budaya patriarkhi yang sangat identifikasi masyarakat local, seperti:
kental. Pada pertemuan-pertemuan pembentukan sanggar budaya adapt
resmi ataupun tidak resmi dalam Atoni Metto, pembentukan Dewan Adat
mengemukakan pendapat, masyarakat Atoni Metto, penerapan nilai-nilai budaya
bisasa (kolo manu) tidak bisa membantah. masyarakat adat di rumah maupun di
Di dalam pengambilan keputusan, kaum sekolah, membangun museum untuk
perempuan tidak memiliki hak suara. melestarikan benda-benda bersejarah dan
sebagainya.
Seperti komunitas adat lainnya di
65
ENSIKLOPEDIA SUKU, SENI & BUDAYA NASIONAL
auheng
AUHENG, ORANG adalah nama lain bermukim di Provinsi Kalimantan Timur
dari orang Dayak Penihing dan kadang- (Lihat uraian tentang Orang Penihing).
kadang disebut Oheng. Suku Auheng
AUYU
AUYU, ORANG berdiam di antara adalah sagu dan ditunjang dengan ikan
sungai Digul dan sungai Imume, dan daging. Sagu dan ikan dicari oleh
termasuk Kabupaten Merauke, Provinsi kaum perempuan; sedangkan daging
Papua. Berdasarkan UU No. 26 tahun adalah hasil perburuan kaum laki-laki.
2002 mulai tanggal 11 Desember 2002, Sehubungan dengan kegiatan berburu
Kabupaten Merauke dimekarkan menjadi ada suatu permainan di kalangan anak
3 kabupaten baru, yaitu Kabupaten Mappi laki yang disebut amiogo. Permainan
dengan Ibu Kota di Kepi, Kabupaten ini berfungsi melatih anak-anak dalam
Boven Digul dengan Ibukota di Tanah menggunakan busur dan anak panah,
Merah dan Kabupaten Asmat dengan yang kelak sesudah dewasa akan
Ibu Kota di Agats, serta satu kabupaten digunakannya dalam berburu untuk
Induk yaitu Kabupaten Merauke. Mereka menyangga kehidupan.
tersebar dalam wilayah Kecamatan Edera
(Kabupaten Mappi), Pantai Kasuari Seiring dengan makin terbukanya
(Kabupaten Asmat), Kuoh, Mandobo wilayah masyarakat Auyu karena daya
(kabupaten Boven Digoel), Asue Gondu. tarik bisnis kayu gaharu ini membuat
Berdasarkan hasil sensus penduduk tahun para pendatang masuk dari berbagai
2000 jumlah penduduk suku Auyu 28.097 wilayah di dalam dan luar Papua dengan
jiwa. Daerah ini penuh dengan hutan dan jumlah sangat besar. Bertambahnya kaum
rawa, serta di sana sini terdapat padang pendatang yang masuk ke pedalaman
rumput. Kelompok ini mempunyai bahasa membuat relasi dan pola perilaku hidup
sendiri yaitu bahasa Auyu dengan jumlah orang Auyu menjadi berubah dalam
penutur sekitar 18.000 orang. Termasuk berbagai aspek.
ke dalam kelompok bahasa ini ialah
adalah bahasa Oser, Jenimu, Pisa, Wefu, Orang Auyu mengenal sistem klen
dan Iwkero. Orang Auyu bertetangga yang disebut keret. Keberadaan klen itu
dengan orang Asmat di sebelah utara, dijaga dan dipertahankan oleh kaum laki-
orang Citak di sebelah Timur, dan orang laki. Sebuah klen dapat dipertahankan
Yaqai di selatannya. Suku Auyu banyak melalui perkawinan atau perang. Melalui
terdapat di wilayah Sungai Digul, Asiki perkawinan klen dapat diperbesar,
dan Sungai Mappi. sedangkan dengan perang klen itu
dipertahankan dari kemusnahannya atau
Dahulu orang Auyu dikenal hidup untuk tidak diperbudak oleh klen atau
mengembara, tetapi setelah dirangkul kelompok etnik lain. Itulah sebabnya
oleh penyebar agama Katolik kebiasaan budaya mereka mengenal permainan
itu berubah dan mereka pun tinggal bokhosu khave, suatu permainan yang
di pemukiman-pemukiman tetap. biasa dilakukan oleh anak laki-laki.
Mata pencaharian adalah berburu dan Nama permainan itu secara harafiah
menokok sagu. Makanan pokok mereka bisa diterjemahkan sebagai “permainan
lengkuas”, di mana alat permainan
66
ENSIKLOPEDIA SUKU, SENI & BUDAYA NASIONAL
auyu
ini dibuat dari batang lengkuas hutan putih sebagai warna dasar, bingkai ragam
dengan cara menombakkannya ke pihat hias itu berwarna hitam, dan salurannya
lawan. Dalam permainan ini anak- berwarna merah padam.
anak itu mengindentifikasi diri sebagai
kepala perang klennya yang disebut
poghoi, seperti poghoi pada zaman nenek
moyangnya yang membuat peristiwa-
peristiwa heroik dalam sejarah kelompok
atau klennya. Mereka ingin sama seperti
kepala perang generasi nenek moyangnya
yang dipandang amat ksatria itu.
Dalam lapangan kesenian mereka
mengenal semacam seni drama sebagai
bagian dari upacara-upacara. Ekspresi
keindahan dituangkan dalam seni rupa
di mana mereka mahir dalam membuat
perisai-perisai untuk tarian. Motif hiasan
pada rpisai itu tampak unsur motif mata,
huruf V yang ikal serta pilin berganda
atau meander. Perisai itu diberi warna
Garuda
Keindahan juga merupakan kebutuhan wanita
Irian ini.
awyi, awye
AWYI, AWYE adalah suku asli yang sensus penduduk tahun 2000 jumlah
terdapat di Papua. Berdasarkan hasil orang Atori sebanyak 194 jiwa.
awyu, away
AWYU, AWAY adalah suku asli yang sensus penduduk tahun 2000 jumlah
terdapat di Papua. Berdasarkan hasil orang Atori sebanyak 1.243 jiwa.
ayamaru
AYAMARU adalah suku asli yang Maybrat. Berdasarkan hasil sensus
terdapat di Papua Barat. Mayoritas penduduk tahun 2000 jumlah orang Atori
orang Ayamaru bermukim di kabupaten sebanyak 10.452 jiwa.
67
ENSIKLOPEDIA SUKU, SENI & BUDAYA NASIONAL
ayfat
AYFAT adalah satu kelompok sosial penjemputan para peserta inisiasi, acara
yang berdiam dalam wilayah Kabupaten pemujaan, dan lain-lain. Kain jenis yang
Sorong, Provinsi Papua Barat. Daerah dapat die darkan dibedakan lagi atas dua
ini dikenal pula dengan nama “Kepala derajat, yaitu jenis laki-laki atau jantan
Burung”. Mereka menempati aliran dan jenis perempuan atau betina.
sungai Kamundan dan di sekeliling
danau Ayamaru. Berdasarkan hasil Umumnya mereka sebagai suatu
sensus penduduk tahun 2000 jumlah “rumah tangga” hidup dalam rumah
penduduk Suku Afyat 4.920 jiwa. panggung yang relatif tinggi yang
Beberapa kelompok masyarakat di daerah didirikan di tengah kebun. Sebuah
Kepala Burung ini, seperti kelompok yang rumah semacam itu dihuni oleh satu
bernama Marej, Karon, Ayammaru, dan keluarga batih yang sering ditambah
Ayfat mempunyai bahasa yang berbeda dengan anggota lain seperti anak angkat,
dalam tingkat dialek dan tergabung dalam seorang janda atau duda dari kerabat
satu rumpun bahasa yang disebut bahasa dekat, seorang kenalan yang sedang
Meybrat. Kekhasan Iain dari kelompok- dalam perjalanan. Kelompok semacam
kelompok tersebut ialah adanya suatu ini biasanya mengadakan kontak dengan
gejala budaya “tukar menukar kain” yang kelompok serupa sebagai tetangganya
disebut kain tirnur. yang berdiam di kebun yang berdekatan,
dan berkembang menjadi suatu ikatan
Kelompok tersebut di atas ini atau klen atas dasar asal usul bersama yang
yang mendiami daerah Kepala Burung sudah diakui. Ikatan kekerabatan ini
dianggap sebagai satu di antara sembilan berdasarkan garis patrilineal, meskipun
“wilayah budaya” di Irian. Wilayah budaya ada yang lebih cenderung pada garis
ini dinamakan “Wilayah Budaya Kepala wanita.
Burung-Bomberai”. Dominasi adat-istiadat
yang menonjol di wilayah budaya ini Mata pencaharian utama adalah usaha
adalah kompleksitas kain sakral yang berladang, meramu hasil hutan, serta
secara populer disebut kain tirnur tadi. berburu dan menangkap ikan sebagai
Kain ini banyak kemiripannya dengan sambilan. Mereka juga meramu sagu,
kain tenun buatan Nusa Tenggara Tirnur. menanam pisang dan kelapa. Masyarakat
Akan tetapi bila dilihat dari motif-motif ini mulai berubah setelah masuknya
hiasannya tampak lebih kuno. pengaruh Belanda, zending tahun 1911,
missi tahun 1949, dan pemerintah
Kain ini dapat dikategorikan menjadi Indonesia. Salah satu faktor yang menarik
kain yang bernilai keramat dan kain yang mereka hidup di daerah pantai misalnya
bisa diedarkan atau diperjual belikan ke Sorong adalah kebutuhan tenaga kerja
sebagai alat bayar. Kain yang bernilai untuk peiusahaan minyak sekitar tahun
keramat adalah milik kelompok atau 1957.
klen yang disimpan sebagai harta pusaka
atau tidak boleh diperjual belikan serta Selain itu perubahan terjadi karena
sebagai alat tukar. Kain keramat ini perdagangan dan kontak dengan pihak
disimpan secara rahasia. Dibalut dengan luar yang lain di daerah pantai itu.
pembungkus khusus berupa kulit kayu Barang-barang yang diperdagangkan
atau daun pandan. Kain itu dihadirkan itu, selain kain-kain juga gelang-gelang
hanya pada upacara-upacara penting, dari kulit siput. taring buaya dan babi,
misaln ya pada saat perundingan untuk kalung dan lkat pinggang yang dihiasi
pembayaran mas kawin ke tiga yang manik-manik. burung cenderawasih. Yang
terbesar dan terakhir, pada saat menjelang disebut perdagangan atau pertukaran kain
tirnur itu mempunyai berbagai aturan
68
ENSIKLOPEDIA SUKU, SENI & BUDAYA NASIONAL
AYFAT
yang kompleks dan ada kaitannya dengan inisiasi dan kematian, pembuatan rumah
hubungan kekerabatan. juga mempunyai kaitan dengan pemberian
atau pertukaran kain. Pertukaran kain ini
Pertukaran kain itu terkait dengan begitu menonjol dalam kehidupan mereka
kelahiran bayi. di mana dalam rangka bukan demi pemilikan kain-kain itu yang
pemberian nama bayi itu para kerabat memang ada nilai profannya, bukan
memberikan hadiah kain-kain. Segala pula demi untuk menarik keuntungan,
bantuan dukun waktu kelahiran dan melainkan demi saling merangsang untuk
perawatan bayi itu waktu sakit dibayar kehidupan yang lebih intensif dengan saling
dengan kain. Upacara inisiasi dan remaja mengajukan tuntutan yang lebih tinggi.
menjadi dewasa. perkawinan, upacara
(Ed.)
Rujukan 1983 Aspek dan Prospek Seni Budaya Irian Jaya,
Jayapura : Pemerintah Daerah Tingkat 1 Irian Jaya.
Boelaars, Jan
1986 Manusia Irian: Dahulu, Sekarang, Masa
Depan, Jakarta : PT Gramedia. Flassy, Don A.L.
AYUN-AYUN, TARI
AYUN-AYUN, TARI. Tarian yang ia tengah menyulam. Para penari
berasal dari Jawa Tengah. Tarian ini memakai balutan baju beludru merah
dibawakan dengan gerakan yang sangat serasi dipadankan dengan bawahan kain
lembut dan penuh makna seolah - olah batik putih dan mengenakan mahkota
sang penari sedang bersolek. Gerakan merak bersayap merah muda tambah
yang lain juga memperlihatkan seolah mempercantik penampilan sang penari.
BAAMAR GALUNG B
PANCARAN MATAHARI
BAAMAR GALUNG PANCARAN mempelai laki-laki mengenakan kemeja
MATAHARI, merupakan pakaian berwarna putih lengan pendek yang di
pengantin masyarakat Banjar, bagian dadanya dihias renda menutupi
khususnya yang berada di Kalimantan semua bagian kancing. Di bagian luar
Selatan. Penggunaan pakaian ini mulai mengenakan jas terbuka tanpa kancing.
dikembangkan dalam masyarakat Banjar Pakaian ini dilengkapi dengan pantolan
sejak abad ke-18. Ini adalah pakaian yang terbuat dari bahan dan warna
pengantin yang paling digemari oleh yang sama dengan jas. Untuk sabuknya
semua golongan masyarakat Banjar. Untuk yang berhias air guci memiliki motif
69
ENSIKLOPEDIA SUKU, SENI & BUDAYA NASIONAL
BAAMAR GALUNG PANCARAN MATAHARI
lelipan yang digunakan sebagai lambang NET
kekuasaan dan kemuliaan. Bagian kepala
mempelai laki-laki dibalut dengan destar BAAMAR GALUNG PANCARAN MATAHARI,
siak melayu, dengan segitiga yang lebih Pakaian Pengantin Masyarakat Banjar,
tinggi. Pada bagian depan destar diberi Kalimantan Selatan.
berbagai hiasan yang diikatkan di bagian
belakang. Tali pengikat tersebut adalah
wenang berupa kain berwarna. Selain
hiasan pakaian ini juga dilengkapi dengan
berbagai perhiasan seperti samban, kalung
bermotif bunga-bungaan serta keris yang
berhiaskan bogam bermotif bunga merah
yang diselipkan di pinggang. Sedangkan
untuk mempelai wanitanya mengenakan
baju berlengan pendek yang ditutupi
dengan kida-kida (mantel sempit dengan
hiasan yang berfungsi untuk menutup
dada). Rambutnya disanggul dengan
model amar galung bertahtakan mahkota
yang dihias dengan kembang goyang
serta untaian bunga melati. Busana
pengantin ini diperindah dengan kerabu
menganyun, kalung, untaian metalik dan
untaian bunga berwarna keemasan. Selain
itu pengantin wanita juga mengenakan
perhiasan seperti cincin dari bunga
mayang, sabuk pinggang warna emas,
jepitan dari bunga jepun dan bangle
yang dipakai di lengan dan pergelangan
kaki. Sebagai alas kaki, mempelai
wanita mengenakan selop beludru
bersulam benang emas. Kedua mempelai
disandingkan di ba-tatai, yang dipenuhi
dengan rangkaian bunga.
BABAD TANAH JAWI
BABAD TANAH JAWI karya sastra dalam buku ini adalah sang penulis juga
sejarah dalam bentuk tembang Jawa memberikan kaitan hingga nabi Adam dan
yang ditulis oleh carik Braja atas perintah nabi-nabi lainnya sebagai nenek moyang
Sunan Paku Buwono III. Karya satra raja-raja Hindu di tanah Jawa hingga
ini berisi tentang silsilah raja - raja Mataram Islam.
Jawa sejak jaman Kerajaan Pajajaran,
kemudian Kerajaan Majapahit, Demak, Babad Tanah Jawi telah menjadi bahan
Pajang, hingga Kerajaan Mataram pada rujukan pada setiap kajian mengenai
pertengahan abad ke-18. Yang juga unik hal - hal yang terjadi di tanah Jawa dan
menjadi salah satu babon rekonstruksi
70
ENSIKLOPEDIA SUKU, SENI & BUDAYA NASIONAL
BABAD TANAH JAWI
sejarah Pulau Jawa. Namun para ahli digunakan masih menggunakan bahasa
sejarah juga harus berusaha keras dan Jawa Kuno dan banyak menggunakan
berpikir kritis untuk menafsirkan isi dari mitos - mitos.
babad tersebut dikarenakan bahasa yang
BABAK
tuahtanto.blogspot.com BABAK merupakan salah satu
kelompok orang Dayak yang berada
Kain tenun ikat dari Suku Dayak di Kalimantan di wilayah Provinsi Kalimantan Barat.
(Borneo), kain tenun ikat tersebut, termasuk Mereka mendiami wilayah Kabupaten
tenun yang paling indah. Sanggau, terutama dalam wilayah
Kecamatan Sekayam. Oleh pihak
Departemen Sosial sebagian dari mereka
dikategorikan sebagai kelompok ‘
masyarakat terasing’. Pada tahun 1974
jumlah mereka di Kabupaten Sanggau
adalah 471 jiwa. Dalam tahun 1990
kecamatan Sekayam berpenduduk 25.000
Jiwa namun tidak diketahui berapa
jumlah orang Dayak Babak di antara
jumlah tersebut. Dalam ‘kecamatan ini
ada pula beberapa kelompok kecil lainnya
seperti Dayak Badat, Empayuh, Punti,
Sekajang, Gun, dan lain-lain.
babar
BABAR adalah kelompok sosial dataran tinggi kecuali bagian pantai
yang berdiam di kepulauan Babar, yang merupakan dataran rendah. Wilayah ini
kini merupakan wilayah administratis diapit oleh Laut Banda di sebelah utara
Kecamatan Pulau-pulau Babar Kecamatan dan Laut Timor di sebelah selatan, dan
ini merupakan bagian dari wilayah bersebelahan dengan Kepulauan Leti di
Kabupaten Maluku Tenggara, Provinsi bagian barat serta kepulauan Tanimbar di
Maluku. Berdasarkan Undang-undang bagian tirnur.
Otonomi no 31 tahun 2006, Kecamatan
Pulau-pulau Babar ini termasuk ke Luas kecamatan ini adalah 552
dalam wilayah Kabupaten Maluku Barat kilometer persegi, yang pada tahun 1986
Daya. Kecamatan ini meliputi beberapa jumlah penduduknya sebanyak 18.128
buah pulau, seperti pulau Babar, pulau jiwa, sedangkan pada sensus penduduk
Wetan, pulau Masela, pulau Sermata, tahun 1930 berjumlah sekitar 13.000 jiwa.
dan lain-lain dengan kota Kecamatannya Orang Babar memiliki bahasa sendiri yaitu
adalah Tepa. Pulau-pulau ini merupakan bahasa Babar. Sejak adanya pemekaran,
belum diketahui secara pasti jumlah
71
ENSIKLOPEDIA SUKU, SENI & BUDAYA NASIONAL
babar
penduduknya. hasil laut. Orang babar juga telah
Pulau Babar sendiri cukup subur. mengembangkan kerajinan tenun secara
turun temurun.
Mereka hidup dari pertanian dan
Guruda
Perjalanan kehidupan keluarga orang Babar di laut.
BABUI
BABUI, ORANG adalah kelompok
sosial yang berdiam di wilayah Kabupaten
Alor, Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Jumlah anggota kelompok ini relatif
kecil, namun mereka mempunyai bahasa
sendiri, yaitu bahasa Babui. Orang Babui
merupakan sal ah satu dari puluhan
kelompok kecil yang tergolong penduduk
asal di wilayah kabupaten ini.
(TP. PKKNTT)
Sejak dahulu setiap kelompok etnik di NTT
telah mengenal dan memakai asesori, spt
anting, kalung, cincin ikat pinggang, dan lain
– lain
BABURUA
BABURUA, BABIRIWA, BABIRUA, mereka sampai tahun 2000 diperkirakan
BARUA sebanyak 142 jiwa.
Suku ini terdapat di Papua dan jumlah
72
ENSIKLOPEDIA SUKU, SENI & BUDAYA NASIONAL
bacan
BACAN adalah suatu kelompok sosial September diselingi angin Timur dan
yang berdiam terutama di pulau Bacan, pancaroba pada bulan September. Tiga
tetapi mereka juga berada di pulau daerah iklim lainnya adalah Halmahera
Obi dan daratan sebelah selatan pulau Utara, Iklim Halmahera Barat Tengah, dan
Halmahera. Pulau Bacan dikelilingi oleh iklim Kepulauan Sula (Andili, 1980).
pulau-pulau seperti pulau Mandioli di
sebelah barat, pulau Bisa dan pulau Obi di Masyarakat Bacan pada masa sebelum
selatan, serta pulau Halmahera di bagian masuknya pengaruh Islam merupakan
timurnya. Pulau Bacan merupakan bagian sebuah Kolano, yang didasarkan ikatan
dari wilayah administratif Kecamatan genealogis dan teritorial. Setelah Islam
Bacan yang luasnya 2.962,70 kilometer masuk sekitar tahun 1322, organisasi
persegi. Kecamatan ini termasuk bagian sosialnya mengambil bentuk Kesultanan
dari Kabupaten Halmahera Selatan, dan agama Islam sebagai faktor pengikat.
Provinsi Maluku Utara. Untuk keseluruhan Di Maluku Utara ada empat Kolano
pulau-pulau di Maluku yang dikenal dan Kesultanan, di samping Bacan
dengan “ Provinsi Seribu Pulau” itu, pulau adalah Ternate, Tidore, dan Jailolo,
Bacan termasuk pulau berukuran sedang. yang kesemuany a disebut Moloko Kie
Raha. Dari keempat kelompok ini Bacan
Halmahera Selatan yang beriklim mempunyai kekhususan sendiri terutama
tropis dengan curah hujan rata-rata dalam hal bahasa. Bacan mempunyai
1.000-3000 mm masih dapat dibagi ke bahasa sendiri, dan termasuk ke dalam
dalam empat macam keadaan iklimnya, keluarga bahasa Austronesia bersama-
di antaranya yang disebut “ Daerah iklim sama dengan bahasa di Kepulauan Sula
Bacan “. Daerah ini dipengaruhi oleh dua di sebelah baratnya; sebaliknya ketiga
musim, yaitu musim Utara pada bulan kelompok lainnya (Temate, Tidore, dan
Oktober s/d Maret yang diselingi angin Jailolo ) bahasa non-Austronesia. Bacan
Barat dan pancaroba pada bulan April; juga dianggap sebagai satu wilayah
dan musim Selatan pada bulan April s/d kultural tersendiri, di samping dua
sbelen.wordpress .com
Keceriaan anak-anak Pulau Bacan Provinsi Maluku Utara yang sudah mendapatkan
kesempatan mengenyam pendidikan.
73
ENSIKLOPEDIA SUKU, SENI & BUDAYA NASIONAL
bacan
wilayah kultural lainnya Ternate dan 1930 tercatat sekitar 10.000 jiwa.
Tidore. Wilayah kultural Bacan meliputi Perkembangan pada masa selanjutnya
kepulauan Bacan dan Obi. Namun, Bacan hanya dapat diketahui sebagai jumlah
merupakan bagian yang integral dari pola penduduk Kecamatan Bacan, misalnya
pikir di Halmahera Selatan yang serba pada tahun 1987 berjumlah 49.597jiwa.
empat tadi (Andili, 1980; Putuhena, 1980; Sumber tertentu mengemukakan bahwa
Lapian, 1980). di wilayah Kecamatan Bacan ini menetap
pula migran asal Tobelo, orang Galela,
Jumlah penduduk di kepulauan orang Makian, dan lain-lain.
Bacan pada sensus penduduk tahun
Rujukan dan Strategi Penelitian (E.K.M. Masinambow, Ed.)
Jakarta: LEKNAS-LIPI
Andili, A. Bahar
1980 “ Profil Daerah Maluku Utara “ Halmahera dan Putuhena, M. Shaleh
Raja Ampat, Konsep dan Strategi Penelitian (E.K.M. 1980 “Sejarah Agama Islam di Ternate “, Halmahera
Masinambow, Ed.), Jakarta : LEKNAS-LIPI dan Raja Ampat, Konsep dan Strategi Penelitian
(E.K. Masinambow, Ed.), Jakarta: LEKNAS-LIPI
Lapian, A.B.
1980 “ BeberapaPokok Penelitian Sejarah Daerah
Maluku Utara” Halmahera dan Raja Ampat, Konsep
bada
BADA adalah satu kelompok yang masih terdapat variasi budaya, paling
berdiam dalam wilayah Kecamatan tidak dalam hal bahasa. Orang Bada
Lore Selatan, yang termasuk Kabupaten memiliki bahasa sendiri yaitu bahasa
Poso, Provinsi Sulawesi Tengah. Wilayah Bada; di samping itu masih ada bahasa
Kecamatan Lore Selatan ini biasa pula Napu, bahasa Sedoa, bahasa Rampi.
disebut Daerah Bada. Wilayah yang Sesuai dengan pengkategorian orang
terletak di pedalaman Sulawesi ini sejak Bada sebagai dari orang Lore, unsur-unsur
lama terisolasi dari dunia luar karena budaya tertentu dilukiskan dalam rangka
tiadanya prasana perhubungan. Paling mendeskripsikan suku bangsa Lore.
tidak sampai dengan akhir tahun 1970-
an, kalau orang harus keluar dari Gintu, Hasil penelitian tentang komunitas
ibu kota kecamatan tadi, untuk mencapai kecil orang Lore (lihat Sagimun M.D. dan
jalan raya, harus berjalan kaki dua sampai Rivai Abu, Sistem Kesatuan Hidup Setempat
tiga hari non-stop. Mereka bermukim di Daerah Sulawesi Tengah, Departemen
daerah yang subur, yang kaya dengan Pendidikan dan Kebudayaan, 1981)
flora dan fauna. diperoleh gambaran tentang budaya khusus
tentang Orang Bada. Pada masa lalu orang
Orang Bada biasanya dianggap Bada memiliki tempat pemukimannya di
sebagai bagian dari suku-bangsa Lore bukit-bukit dengan pola mengelompok
yang keseluruhannya berdiam juga di untuk alasan keamanan karena sering
Kecamatan Lore Utara dan Kecamatan terjadi perang dengan kelompok lain.
Poso Pesisir. Karena itu informasi tentang Sekarang sudah tidak ada perang lagi,
kebudayaan orang Bada adalah sama tetapi pola mengelompok itu masih tetap
dengan yang biasa dilukiskan dalam dan mereka sudah bermukim di daerah
rangka kebudayaan Lore. Padahal dalam dataran atau lembah-lembah, daerah yang
keseluruhan yang’ disebut orang Lore itu ada sumber mata air dan subur.
74
ENSIKLOPEDIA SUKU, SENI & BUDAYA NASIONAL
bada
Dalam sebuah desa terdapat kumpulan luas. Dalam keluarga inti, adat mereka
rumah tempat tinggal (tambi ), lumbung mengajarkan sopan santun di mana orang
padi (buho), rumah adat (duhunga), dan tua amat dihormati. Mereka juga mengenal
gereja. Mesjid hanya ada satu di kota adat teknonimi, di mana seseorang disapa
kecamatan tadi. Selain itu ada gubuk dan disebut dengan menyertakan nama
(bamburu) yang dibuat di tengah sawah, anak yang sulung. Anggota keluarga
dan pondok di ladang (pangka) yang luas yang biasanya tinggal dalam satu
digunakan sebagai tempat berteduh rumah biasa sangat menonjolkan nilai
waktu musim sibuk. Rumah adat tadi tolong-menolong antara sesama dalam
di masa lalu digunakan sebagai tempat melaksanakan berbagai pekerjaan.
musyawarah yang dipimpin oleh raja
(Tuana), dan juga sebagai tempat upacara Pada masa-masa yang lalu masyarakat
adat dan upacara perkawinan. Ciri-ciri lembah Bada ini merupakan sebuah
bangunan rumah tadi antara lain, pondasi kerajaan kecil yang dipimpin oleh Raja
rumah itu berupa balok-balok yang (Tuana). Melalui sejarah lisan, diketahui
ujung pangkalnya berada di atas batu. raja yang pertama yang bernama Manuru
Di atas balok itulah dibuatkan lantai dan turun dari langit. Kawin dengan seorang
didirikan tiang-tiang bagian atas. Atap gadis dari kampung Bulili dan melahirkan
bangunan itu biasa dari bahan ijuk atau turunan seorang putra bernama Lapabada,
bambu. Pada bubungan biasa ada tanduk yangkemudian menggantikan ayahnya.
kerbau. Pekuburan umum biasanya Demikian raja yang berikutnya tetap
terletak di pinggir desa. merupakan keturunan dari Manuru yang
berlanjut sampai masa pemerintahan
Dalam sistem kekerabatan mereka Belanda dan berakhir setelah zaman
menganut prinsip patrilineal, artinya kemerdekaan RI.
menarik garis keturunan pada pihak
laki-laki. Mereka hidup dalam kelompok Stuktur kepemimpinankerajaan pada
kerabat keluarga inti dan keluarga masa lalu itu di mana kekuasaan terpusat
pada raja (Tuana), yang dibantu oleh
(Guruda) Ketua Adat (Pabisara) dan Panglima
Perang (Kabilaha). Ketua adat tadi mem
Megalit di Lembah Bada. bawahi wilayah pemukiman tertentu dan
ia dibantu oleh yang disebut “ Orang baik-
baik “ (Tauna Maroa).
Struktur kepemimpinan seperti
tersebut di atas menyebabkan adanya
stratifikasi sosial yang terdiri atas empat
lapisan pada masa lalu itu. Lapisan
atas terdiri dari raja (Tuana) dan
keturunannya. Lapisan kedua adalah
para panglima perang (Kabilaha) dan
keturunannya. Lapisan ketiga adalah
masyarakat biasa terutama orang yang
baik-baik (Tauna Maroa ); dan lapisan ke
empat adalah para budak (Hawik), yakni
tawanan perang, pembunuh, pemerkosa,
yang mengkhianati kerajaan. Lapisan-
lapisan itu dapat dikenali antara lain
melalui atribut-atribut tertentu, misalnya
pakaian, destar, alat, rumah. Semua itu
berbeda antara raja dan keturunannya
75
ENSIKLOPEDIA SUKU, SENI & BUDAYA NASIONAL
baDA
dengan orang kebanyakan tadi. Kaum pria Dalam hal religi, dahulunya mereka
dari lapisan pertama dan kedua memakai menganut sistem kepercayaan yang
pakaian adat seperti celana (puruka disebut Khalaik, sistem kepercayaan nenek
sengke), baju (badu bandara), destar (siga) moyang. Sistem kepercayaan ini menjadi
dan parang kerajaan (tiho); sedangkan acuan dalam berbagai upacara daur
para wanitanya memakai blus (kalava), hidup, mulai dari kelahiran, masa kanak,
rok (wini), ikat kepala (pohea), dan gelang masa remaja, perkawinan, sampai kepada
(kala bulohu). Selain itu mereka berdiam kematian. Sistem kepercayaan ini menjadi
di rumah dengan ukuran yang lebih besar acuan pula dalam rangka pertanian,
dan ditandai pula dengan tanduk kerbau mendirikan rumah, menempati rumah
pada bubungannya. Semua atribut ini baru, penyembuhan penyakit. Mereka
tidak ada pada orang kebanyakan. mengenal upacara walia, dimana lewat
upacara ini mereka memohon kepada
Kini dasar pelapisan sosial itu sudah Tuhan (Khalaik) agar hidup tenteram,
mulai bergeser. Tokoh-tokoh pemimpin pertanian berhasil, murah rezeki, minta
formal seperti Camat, guru, pegawai hujan, sembuh dari penyakit, dan lain-
dalam lapangan keagamaan mulai lain. Kini sebagian besar dari mereka
mendapat tempat baru dalam pandangan memeluk agama Kristen Protestan. Agama
mereka. Namun, tokoh tokoh adat tadi ini secara bertahap menggeser sistem
masih mereka hargai. Yang sudah tidak kepercayaan lama tadi.
ada ialah lapisan budak tadi.
badat
BADAT adalah salah satu kelompok
orang Dayak yang mendiami wilayah
Provinsi Kalimantan Barat. Kelompok
ini bermukim di wilayah Kabupaten
Sanggau, terutama di wilayah Kecamatan
Sekayam. Pihak Departemen Sosial
mengkategorikan sebagian dari mereka
sebagai kelompok masyarakat terasing.
Pada tahun 1974 jumlah mereka di
Kabupaten Sanggau sebesar 751 jiwa.
Dalam Kecamatan Sekayam Dayak
Badat ini bertetangga dengan sejumlah
kelompok kecil Dayak lainnya, misalnya
Dayak Sungkung, Senangkang, Babok,
Seruah, Empayuh, Sisang, Galik, Pos, Gun,
dan lain-lain
travelersfortravelers.com
Satu wujud busana tradisional Dayak yang
dipakai oleh anak perempuan suku Dayak di
Kalimantan Barat.
76
ENSIKLOPEDIA SUKU, SENI & BUDAYA NASIONAL
badIK
BADIK senjata tradisional khas Melayu BADIK merupakan senjata tradisional
Makasar, Bugis, dan Mandar, Sulawesi khas Melayu Makasar, Bugis, dan Mandar,
Sulawesi Selatan. Ukuran badik lebih
Selatan. pendek dari Kujang (senjata tradisional
khas Jawa Barat). Badik memiliki jenis
dan bentuk yang berbeda. Di Makasar,
badik lebih dikenal dengan nama Badik
Sari yang berbentuk pipih pada bagian
logam pisaunya (kale), dengan bagian
batang agak gemuk serta memiliki ujung
(cappa’) yang sangat runcing. Bagian dari
Badik Sari terdiri dari pangulu (gagang
badik), sumpa’ kale (badan badik), dan
banoang (sarung badik).
Orang Bugis menyebut badik dengan
nama Kawali, Kawali terbagi menjadi
Kawali Bone dan Kawali Luwu. Pada
Kawali Bone bessi (bilah) berbentuk pipih,
dengan bagian ujung yang lebar dan
runcing. Sedangkan pada Kawali Luwu,
bessi (bilah) berbentuk pipih dan lurus.
NET Kedua kawali memiliki bagian yang sama
yang terdiri dari pangulu (ulu), bessi
(bilah), dan wanoa (sarung)
baduy
BADUY adalah satu suku-bangsa “orang Hulu” atau Urang Rawayan karena
yang bermukim di sejumlah kampung berdiam di sungai Cirawayan. Baduy
yang tergabung dalam Desa Kanekes, Luar terdiri dari sekitar 27 kampung,
di Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten yaitu kampung-kampung Kaduketug,
Lebak, Provinsi banten. Desa itu terletak Kadujangkung, Cihulu, Karahkal,
sekitar 50 kilo-meterdari Rangkasbitung, Kaduketer, Cikadu, Leuwibuleudd,
ibu kota Kabupaten Lebak (Lihat peta Gajeboh, Cipaler, Cipiit, Cikopeng,
Daerah Baduy). Wilayah dan masyarakat Cibongkok, Cibogo, Cicatang, Cisagu,
Baduy terbagi atas dua bagian, yaitu Cicakal Girang, Batu Beulah, Bojongpaok,
Baduy Dalam tuang Tangtu Tilu dan Cangkudu, Cijamantri, Cisadane,
Baduy Kejeroan) dan Baduy Luar (Urang Pamoean, Batara, Cisaban, Kadukohok,
Kaluaran atau Baduy Panamping). Baduy Sarkokod, dan Nagreg (Sam et al, 1986).
Dalam hanya terdiri dari tiga kampung
(tangtu tilu), yaitu kampung Cikeusik, Selain itu masih ada kampung-
Sikertawana dan Cibeo. kampung Baduy yang terletak di luar
Desa Kanekes, yang merupakan kantong
Orang Baduy Dalam ini kadang- kantong yang dianggap sebagai”
kadang disebut Urang Girang, artinya tanah titipan karuhun “ atau tanah
77
ENSIKLOPEDIA SUKU, SENI & BUDAYA NASIONAL
baduy
berbagai sumber
Letak wilayah
Baduy di
Provinsi
Banten.
dangka, dan kampungnya sendiri yang berbagai sumber
berjumlah enam buah kampung disebut
Kampung Dangka. Kampung itu bernama Letak beberapa wilayah Baduy di Provinsi
kampung Cibengkung adalah tanah Banten.
buyut Padawaras; kampung Nungkulan
adalah tanah buyut Sindangnyair, (lihat R. Kennedy, 1945 : 164). Pada
kampung Kamancing adalah tanah buyut masa-masa yang lebih akhir ini terbit
Panunggulan; kampung Cihandam adalah
tanah buyut Sirah Dayeuh, kampung
Garehong adalah tanah buyut Sangiang
Asuh, dan kampung Panyaweuyan adalah
tanah buyut Inggung. Orang orang yang
ditugasi mengurus tanah itu disebut
Jaro Dangka. Kini tanah titipan tersebut
sudah tidak dapat bertahan lagi sebagai
kampung Baduy, karena terdesak oleh
banyaknya pendatang dari luar. Para Jaro
Dangka sendiri banyak yang sudah ditarik
ke desa Kanekes (Sametal, 1986).
Masyarakat yang perkembangannya
lamban ini, dibandingkan dengan
masyarakat etnik tetangganya, banyak
mendapat perhatian kalangan peneliti
dan pers. Sejak pertengahan abad yang
lalu sampai permulaan abad ke-20 telah
banyak terbitan tentang orang Baduy
78
ENSIKLOPEDIA SUKU, SENI & BUDAYA NASIONAL
baduy
pula sejumlah hasil penelitian lain Bahasa yang digunakan adalah
tentang orang Baduy, antara lain sebuah bahasa Sunda, atau ada yang menyatakan
disertasi dari J.C. Nicolaas Geise, Baduys dialek Baduy, sebagai salah satu dialek
en Mislims in Lebak Parahiangan (Leiden, dari bahasa Sunda. Sementara pihak
1952), da karya tulis dari peneliti atau berpendapat dialek Baduy ini justru
penulis Indonesia. Berbagai surat kabar merupakan bentuk “asli” dari bahasa
atau majalah populer, terutama terbitan Sunda, karena dialek ini tidak mengenal
Jakarta, seperti tak jemu jemunya mengisi ‘tingkatan bahasa’ (undak usuk basa).
halaman-halaman terbitannya tentang Orang Baduy dengan bahasanya itu
orang Baduy yang dianggap berbudaya “ memang tidak banyak berhubungan
unik “ itu. dengan pihak luar, terutama mereka yang
tergolong Baduy Dalam. Namun dialek
Luas Desa Kanekes adalah 5.102 Baduy ini dapat difahami oleh penutur
kilometer persegi. Wilayahnya berbukit- bahasa Sunda lainnya, meskipun terdapat
bukit dengan lembah berdinding curam cukup banyak kosakata yang berbeda
yang dilalui beberapa battang sungai. pada kedua bahasa tersebut.
Keadaan alam seperti ini menyulitkan
orang memasuki wilayah tersebut. Satu Demografi. Orang Baduy penduduk
kampung dan kampung lain dihubungkan Desa Kanekes pada tahun 1971 berjumlah
dengan jalan setapak pada medan yang 4.066 jiwa, tahun 1976 : 4.095 jiwa,
turun naik. Di sek itar jalan setapak tahun 1981 : 4057 jiwa, dan tahun 1984
terdapat huma dan sedikit hutan. berjumlah 4.582 jiwa. Jumlah kelahiran
Sebagian wilayahnya dipenuhi padang pada tahun 1984 adalah sebesar 152
alang-alang dan semak belukar, bekas berbanding 70 jumlah kematian. Kematian
huma yang ditinggalkan. Hutan lebat itu selain disebabkan karena usia tua, juga
masih terdapat di daerah Baduy Dalam. karena penyakit malaria, penyakit perut,
Hutan ini memang selalu dipelihara sesak napas, kurang gizi dan lain-lain.
di bawah pengawasan pemimpin adat Pertambahan jumlah orang Baduy tampak
(Puun), karena merupakan “ hutan kecil, yakni rata-rata sekitar 1 persen
larangan “ yang dianggap suci. dalam setahun (Sam et al, 1986). Saat ini
diperkirakan jumlah orang Baduy kurang
Asal-usul. Orang Baduy percaya lebih 10.000 jiwa
bahwa nenek moyang mereka telah
menempati wilayah Kanekes sejak “ jaman Pola Perkampungan. Perkampungan
Nabi Adam “. Kanekes dianggap sebagai orang Baduy berada di lereng bukit
tepat asal mula manusia dilahirkan di atau lembah dan dekat dengan sumber
bumi ini. Tempat yang paling pertama air. Pola kampung Cibeo dan kamp ung
ditempati manusia adalah Kampung Baduy Dalam lainnya dipandang sebagai
Cikeusik, lalu Kampung Cikertawana, prototipe kampung -kampung masyarakat
dan akhirnya Kampung Cibeo. Dari ketiga Sunda umumnya. Kampung Cibeo yang
kampung ini mereka Kemudian menyebar memanjang dan berpusat pada lapangan
ke kampung-kampung lainnya. Sudah terbuka; pada kedua sisi kiri kananny a
tentu di luar keyakinan mereka ini, ada berderet rumah warga, sedangkan rumah
pendapat lain tentang asal usul orang Puun terletak pada jarak yang cukup jauh
Baduy. Ada yang mengatakan bahwa yang berhadapan dengan bale. Bale adalah
mereka berasal dari Kerajaan Pajajaran, tempat Puun menerima tamu, tempat
Bogor. Namun ada pula pendapat bahwa warga bermusyawarah tempat menginap
mereka adalah penduduk Banten Utara tamu, dan tempat melaksanakan berbagai
yang karena faktor sosial politik tertentu upacara, Bale berbentuk bangunan
pindah ke selatan, ke daerah Kanekes panggung dengan sebuah pintu, satu atau
sekarang. dua jendela kecil dan tanpa kamar. Selain
79
ENSIKLOPEDIA SUKU, SENI & BUDAYA NASIONAL
baduy
qomm.wordpress.com tertinggi dalam agama mereka (Lihat peta
strata daerah Baduy). Sasaka Domas ini
Seorang Anak Kepala Suku Baduy Dalam. diziarahi oleh Puun setiap tahun, dan tidak
boleh dikunjungi oleh sembarang orang.
keluyuran.com
Suatu aturan adat menetapkan bahwa
Para Pria dan anak-anak Baduy. orang luar kampung Kanekes tidak
itu ada saung lisung, lumbung (leuit), boleh datang atau mendekati rumah
kuburan, tempat pemandian di sungai, Puun, bahkan berjalan lewat lapangan
sumber air minum, saung huma, dan j yang ada di depan bale dan rumah Puun
al an setapak (1 ihat denah Kampung pun dilarang. Maksudnya adalah untuk
Cibeo) (Ekadjati, Ed., 1984). Mereka juga menjaga kesucian tanah dan rumah
mempunyai tempat suci yang terletak kepala adat itu sesuai dengan kehendak
dipegunungan Kendeng yang berada di karuhun. Diantara tiga buah kampung di
bagian selatan perkampungan itu. Di sana Baduy Dalam, kampung Cikeusiklah yang
ada Sasaka Domas, objek penghormatan dianggap masih bersih dari pengaruh luar.
Rumah orang Baduy merupakan rumah
panggung yang terbuat dari kayu dan
bambu, dengan gaya-atap yang disebut
sulah nyanda yang bahannya dari daun
rumbia dan ijuk untuk penutup bubungan.
Rumah rumah itu, terutama Baduy Dalam,
tidak menggunakan paku, engsel, dan
sebagai gantinya menggunakan pasak
dan tali rotan untuk pengikat. Permukaan
tanah tapak rumah itu dibiarkan
sebagaimana adanya, sehingga panjang
tiangnya yang disesuaikan dengan
keadaan permukaan tanah itu.
Tata ruang rumah dibagi dua
bagian, yaitu bagian untuk tidur dan
memasak sebagai inti (imah). Di ruang
itu terdapat perapian untuk memasak
dan menghangatkan tubuh. Bagian
lain adalah saroso sebagai beranda dan
tepas merupakan kamar yang sifatnya
sementara misalnya untuk penganten
baru. Keadaan dalam rumah yang
sederhana itu selalu tampak bersih dan
resik sesuai dengan ajaran adat (pikukuh).
Satu kampung dengan kampung lain
berjauhan letaknya dan tidak ada batas
yang tegas. Batas yang tegas itu hanya
antara Baduy Luar dan Baduy Dalam
yang suci itu, yang tidak sembarangan di
masuki oleh orang luar.
Komunikasi. Orang sering
menggolongkan orang Baduy sebagai
salah satu “suku-terasing”, meskipun
sebenarnya tidak demikian halnya. Sejak
80
ENSIKLOPEDIA SUKU, SENI & BUDAYA NASIONAL
baduy
lama mereka sudah berhubungan dan kelestarian lingkungan hidup. Dalam
bergaul dengan anggota masyarakat upacara seba, tokoh-tokoh adat dari Baduy
luar, baik di dalam maupun di luar Kejeroan, seperti puun dan jaro tangtu,
Desa Kanekes. Komunikasi itu terutama menyerahkan persembahan berupa hasil
diadakan untuk memenuhi kebutuhan bumi kepada pemerintah (bupati), sebagai
sehari hari. Mereka membutuhkan barang tanda “titip diri” kepada penguasa itu
keperluan sehari-hari seperti garam, sekaligus sebagai tanda ketaatan kepada
ikan asin, tembakau, rokok, obat-obatan, pemerintah.
pakaian, piring, gelas, dan sebagainya,
dari luar daerahnya. Barang-barang Sebaliknya orang luar datang ke
tersebut mereka beli dipasar-pasar di daerah Baduy dengan bermacam
luar Desa Kanekes. Orang Baduy Luar keperluan. Data tahun 1973 menunjukkan
sekarang sudah mulai biasa menggunakan bahwa orang yang datang berjumlah
radio, makanan dalam kaleng, atau 236 orang, di antaranya 211 orang
pakaian yang biasa dipakai orang lain untuk maksud berziarah dan 25 orang
di luar masyarakat Baduy. Orang Baduy untukpenelitian. Pada tahun 1974
Dalam sendiri sekarang sudah mulai orang yang datang berjumlah 213
menggunakan obat-obatan yang dibuat orang, masing-masing 182 orang datang
berdasarkan ilmu kedokteran modern, berz iarah, dan 31 orang melakukan
misalnya obat bermerek APC, Bodrex, penelitian. Kedatangan mereka ada yang
Afitson, Reumason, dll. perorangan dan ada yang berkelompok
(Sam et al, 1986). Sebagian mereka
Banyak orang Baduy, terutama Baduy ada yang menemui Puun yang meminta
Panamping, sudah bepergian ke kota-kota ramalan tentang nasib, perjodohan, minta
di Daerah Banten, Bandung, Cirebon, “ilmu” tertentu, dan lain-lain.
Jakarta. Perjalan mereka ke kota-kota
di daerahnya itu selalu berjalan kaki, Mata Pencaharian. Mata pencaharian
karena adat tidak membenarkan mereka pokok orang Baduy adalah bercocok
naik kendaraan. Perjalan Kanekes - tanam padi di ladang (huma). Mereka
Jakarta bisa memakan waktu empat percaya bahwa padi merupakan
hari. Wakil mereka pernah diundang dan penjelmaan dewi padi (Nyi Pohaci
bertemu dengan Menteri kependudukan Sanghiyang Asri). Oleh sebab itu pada
dan Lingkungan Hidup di Kantornya di waktu bertanam (ngaseuk) harus
Jakarta. Mereka diterima dan dihargai dimeriahkan dengan penabuhan angklung
sebagai masyarakat yang telah menjaga sehingga dewi padi itu akan senang dan
hasil padi itu akan melimpah. Mereka
geocities.com
Bentuk
perkampungan
masyarakat
Baduy, Provinsi
Banten.
81
ENSIKLOPEDIA SUKU, SENI & BUDAYA NASIONAL
baduy
masih melakukan perladangan berpindah- masih dilarang untuk ditanam Pada tahun
pindah. Musim tanam berlangsung satu 1977 pernah ada razia terhadap tanaman
tahun sekali. Setelah tiga kali musim tersebut dan dimusnahkan oleh pihak
tanam, mereka meninggalkan tanah itu penguasa adat.
selama 3-7 tahun. Mereka tidak mengenal
pertanian sawah dengan irigasi. Bersawah Dalam kehidupan sehari-hari, mereka
adalah tabu (buyut). Pertanian sawah juga menangkap ikan di sungai dengan
tidak mungkin mereka lakukan karena kail, bubu, dan jala. Mereka hanya
adanya kepercayaan yang mengandung boleh memelihara ayam; memelihara
beberapa larangan, seperti tidak boleh ternak lainnya adalah tabu. Alat yang
membelokkan air atau membendung mereka gunakan antara lain golok, alat
air. Selain itu, ada pula larangan untuk pelubang kayu (tanah), dan rimbas untuk
membalikkan tanah, seperti yang meratakan kayu, alat tenun, alat kerajinan
dilakukan orang ketika mencangkul atau untuk pandai besi (panday), seperti
membajak sawah. Itulah sebabnya mereka peniup api (emposan), palu dan landasan
tidak menggunakan cangkul atau bajak. dari besi. Masih ada sejumlah alat atau
Alat yang digunakan hanya sabit (arit), wadah lain yang mereka gunakan,
pisau (kujang), alat untuk membersihkan misalnya seruas bambu untuk mengambil
rumput (kored), tugal (aseuk). air, alat untuk mengambil air nira, alat
untuk memikul, dll.
Selain menanam padi ladang, mereka
juga menanam kacang, terong, cabai, Sistem kekerabatan orang Baduy
dan pisang. Tanaman lain yang mereka antara lain ditandai oleh adat penarikan
manfaatkan buahnya adalah durian dan garis keturunan bilateral, meskipun
rambutan. Durian biasanya mereka jual ke garis pihak ayah tampak lebih kuat
luar desanya, sedangkan rambutan tidak daripada garis ibu. Pemilihan jodoh dalam
dijual. Hasil huma dan palawija tadi untuk perkawinan lebih banyak ditentukan oleh
memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari orang tua, terutama untuk perkawinan
selama satu musim untuk kepentingan yang pertama. Masyarakat ini tampaknya
upacara, kewajiban menyumbang padi tidak mengenal pranata berpacaran,
kepada kepala adat. Untuk keperluan karena apabila ada muda mudi yang
bibit mereka akan mendapatkannya melakukan nya dianggap melanggar adat.
dari huma serang yang dianggap suci. Hubungan seksual di luar perkawinan
Tanaman seperti : kopi, cengkeh, karet dianggap sebagai pelanggaran besar, dan
bagi warga Baduy Dalam yang l.ielakukan
hlasrinkosgorobogor.wordpress.com hal itu tidak diakui lagi sebagai urang
Kajeroan dan dibuang ke Baduy Luar.
Beberapa bentuk kerajinan milik masyarakat
Baduy dalam. Perkawinan yang dilakukan secara
adat bersifat monogam. Adat menetap
sesudah nikah tergantung kepada
kesepakatan pasangan yang bersangkutan.
Pasangan dalam perkawinan hanya antara
sesama orang Baduy atau tidak kawin
dengan orang luar. Pasangan suami isteri
umumnya sangat mengidamkan anak
perempuan, karena anak perempuan
lebih cepat dewasa, sehingga dapat segera
membantu pekerjaan dalam rumah tangga.
Perkawinan diakhiri hanya oleh kematian
atau perceraian yang direstui, misalnya
dengan alasan tidak memperoleh keturunan
82
ENSIKLOPEDIA SUKU, SENI & BUDAYA NASIONAL
baduy
atau penyimpangan salah satu pihak (‘Sorga’) atau Buana Nyungcung (‘Dunia
dalam kehidupan berumah tangga. Alasan Puncak’) dikuasai oleh Ambu Luhur.
perceraian yang tidak kuat diberi sanksi Manusia hidup bernaung pada Ambu
dengan membayar denda (malik jasa). Tengah dan setelah tujuh hari di dalam
bumi naik ke dunia atas dan menghadap
Pemberian nama bagi anak-anak Ambu Luhur di sorga sebagai tempat
mereka biasanya didasarkan pada mimpi tinggal terakhir.
dari seorang dukun beranak (indung
berurang), atau nama leluhur, nama tokoh Agama Sunda Wiwitan ini
masyarakat yang mereka senangi. Mereka mengajarkan terjadinya dunia dimulai
juga mengenal adat teknonimi, artinya dengan diciptakannya Daerah Kanekes
nama anak pertama menjadi nama orang (Alam Kanekes). Itulah sebabnya orang
tuanya, misalnya Ki Caisah adalah nama Baduy percaya bahwa Kanekes merupakan
ayah yang nama anaknya yang pertama pusat alam semesta. Pada mulanya Alam
Caisah. Dalam hal istilah kekerabatan, Kanekes itu diciptakan hanya sebesar biji
mereka mengenal tujuh istilah ke atas dan lada yang semakin lama semakin besar
tujuh istilah ke bawah dari ego. Tingkatan sampai menjadi seperti dunia yang dikenal
ke atas dari ego berturut-turut : ayah sekarang. Di pusat dunia itu mula-mula
(ama), Kai. Kai Uyut, Umpi, Cenggeh, diciptakan kampung Cikeusik, kemudian
Mitelu, dan wareng. Di bawah ego berturut kampung Cikertawana, dan akhirnya
turut dikenal istilah anak, incu, incu uyut, kampung Cibeo.
umpi, cenggeh mitelu, dan wareng (Sam et
al, 1986). Tanah Kanekes yang merupakan”
bumi suci” (tanah kancana) penuh
Religi. Orang Baduy menganut suatu dengan kekayaan sebagai imbangan dari
sistem kepercayaan yang tercakup dalam kesuciannya itu. Orang Baduy merasa
satu wadah bernama Agama Sunda diberi tanggung jawab menjaga kesucian
Wiwitan, Artinya “Agama Sunda Pertama” itu, dan untuk itu tidak boleh sombong
Agama ini disebut juga Agama Islam dan takabur. Hidup yang baik adalah
Sunda atau Agama Nabi Adam. Mereka hidup sederhana, tidak mengejar sesuatu
mengakui adanya Tuhan Yang Maha yang tidak mungkin dicapai..
Esa, yang mereka sebut Batara Tunggal;
mengakui adanya Nabi Adam, Nabi Daerah kediaman orang Baduy
Muhammad, dan Syahadat seperti dalam yang termasuk tanah titipan leluhur
agama Islam. Agama mereka antara lain yang befada di luar Desa Kanekes, kini
mengajarkan bahwa manusia di dunia ini penduduknya ada yang sudah bercampur
tidak boleh mencari kesenangan secara dengan orang-orang yang memeluk agama
berlebihan, dan harus menganggap cukup Islam. Dibeberapa kampung yang disebut
apa yang ada. Hal yang dituju dalam kampung dangka ini ada yang penduduk
hidup ini adalah kebajikan dan kebaikan yang beragama Islam lebih banyak dari
dengan menaati segala ketentuan yang pada orang Baduynya sendiri.
sudah dikodratkan.
Orang Baduy mengenal berbagai
Sistem kepercayaan mereka upacara dalam daur hidup mereka. Dalam
menyatakan dunia itu terbagi menjadi tiga rangka kelahiran seorang bayi, misalnya,
bagian, yaitu dunia bawah, dunia tengah, seorang ibu harus bersuci (beberesih) pada
dan dunia atas, yang masing-masing ada 40 atau 60 hari setelah melahirkan. Anak
penguasanya. Dunia bawah atau bumi laki-laki yang sudah berumur 4-7 tahun
dikuasai olej Ambu Handap (Penguasa harus disunat (mereka menyebutnya
Bumi’), Dunia Tengah tempat manusia nyelamkeun, artinya “ mengislamkan“).
hidup dikuasai oleh Ambu Tengah, dan Anak perempuan yang sudah berusia 10
dunia atas yang disebut Nagara Suci tahun giginya diasah (digusaran) agar
menjadi rata. Pada waktu sunatan atau
83
ENSIKLOPEDIA SUKU, SENI & BUDAYA NASIONAL
baduy
asah gigi diadakan upacara riungan, yaitu Daerah titipan leluhur yang berada
upacara makan nasi tumpeng bersama diluar Kanekes penduduknya sudah
antara keluarga dan tetangga. banyak bercampur dengan pend uduk
pendatang yang beragama Islam. Di
Perkawinan diawali dengan lamaran antara kampung Dangka itu ada yang
pihak laki-laki kepada pihak perempuan. penduduknya mayoritas Islam. Masyarakat
Dalam rangka melamar itu pihak laki-laki Baduy muslim menempati empat
membawa sirih-pinang, kain putih (boeh), kampung, yaitu kampung Cipangembar
kalau ada keris, dan uang. Perkawinan itu I dan kampung Cipangembar II di desa
dianggap sah kalau sudah mengucapkan Jalupang Mulya; kamp ung Kopo I dan
syahadat di depan penghulu, dan bagi kampung Kopo II di desa Leuwi Damar,
orang Baduy Dalam dilakukan di depan yang seluruhnya merupakan bagian
Puun. Selanjutnya upacara makan wilayah Kecamatan Leuwi Damar. Jumlah
bersama (riungan) di rumah pihak mereka yang bereksodus dari tanah
perempuan. leluhurnya sejak tahun 1985 adalah
sekitar 60 KK dengan 300 jiwa.
Mayat yang akan dikebumikan harus
dimandikan terlebih dahulu. Mayat laki- Setiap KK Mendapat rumah dan tanah
laki dimandikan oleh kaum laki-laki dua hektar dari Departemen Sosial serta
dan mayat perempuan dimandikan oleh dilengkapi dengan sertifikat. Untuk
kaum perempuan. Memandikan mayat itu pembinaan mental spiritual dilengkapi
dilakukan di bawah pohon atau dipinggir duah buah madrasah dan dua buah
rumah. Setelah dimandikan, mayat mesjid, serta poliklinik gratis khusus bagi
dibungkus dengan kain kapan (boeh) yang masyarakat Baduy ini. Sampai tahun 1991
berwarna putih. Dalam kubur, kepala sudah enam orang Baduy muslim itu yang
mayat itu diletakan di arah selatan dan menunaikan ibadah Haji atau bergelar
kaki di arah utara dan muka menghadap Haji. Biaya naik haji ini dibantu oleh
ke barat. Kematianseseorang diperingati pemerintah, di antara seorang jemaah
selama tujuh hari dimana sajen yang dari Baduy ditanggung oleh H. Zulfirman
diletakkan di atas kuburan harus diganti Siregar, S.H., Bupati Langkat, Sumatra
setiap hari. Setelah tujuh hari roh itu telah Utara (Famili, No. 43, 1991).
menuju ke sorga.
Rujukan 1986 Tata Kehidupan Masyarakat Baduy di Provinsi
Jawa Barat, Jakarta : Departemen Pendidikan dan
Ekadjati, Edi S. (Ed.) Kebudayaan.
1984 Masyarakat Sunda dan Kebudayaannya,
Jakarta : Girimukti Pasaka Sam, A. Suhandii et. al.
BAELEO, RUMAH ADAT
BAELEO, RUMAH ADAT adalah Kata Baeleo sendiri berarti balai. Orang
rumah adat masyarakat Maluku, Baeleo Maluku menggunakan kata tersebut
merupakan bangunan besar yang dihiasi karena memiliki arti sebagai ”balai
dengan ornamen. Baeleo merupakan bersama” untuk membicarakan hal-hal
tempat penyimpanan benda-benda yang bersangkutan dengan hidup mereka
suci, yang juga menjadi tempat upacara bersama dan bagaimana mencari jalan
dan temat berkumpulnya warga untuk keluar dari permasalahan yang mereka
membahas masalah-masalah penting. hadapi.
84
ENSIKLOPEDIA SUKU, SENI & BUDAYA NASIONAL
bagelen
BAGELEN, ORANG adalah salah satu yakni dengan pertunjukan wayang beber.
sub kelompok orang Jawa di daerah Satu pertunjukan yang khas dari daerah
yang bernama Bagelen. Pada tahun 1830 Bagelen ini adalah wayang jemblung,
daerah Bagelen menjadi keresidenan yang menuturkan ceritera-ceritera
Bagelen, terdiri dari afdeeling Purworejo Menak, dongeng-dongeng tentang tokoh
dan Kebumen, serta Wonosobo. Keresiden Islam Amir Hamzah. Pertunjukan ini
ini berbatasan dengan keresidenan biasa diadakan pada perayaan khitanan
Pekalongan di bagian utara, keresidenan dan perkawinan. Warga masyarakatnya
Kedu dan Yogyakarta di sebelah timur, yang gemar mengadakan pertunjukan
Samudra Hindia di bagian selatan, dan nyanyian agama, yaitu perjanjen,
keresidenan Banyumas dan Tegal. Sejak dilakukan oleh tiga atau empat orang
1 Agustus 1901 keresidenan Bagelen penyanyi yang duduk di lantai, masing-
dihapuskan dan dimasukkan ke dalam masing memegang tamburin kecil yang
keresidenan Kedu. dibunyikan menurut irama lagunya.
Secara umum orang Jawa dapat Dihadapan mereka duduk sekitar
disebut memiliki kebudayaan Jawa. 12 orang pria yang turun menyanyi.
Namun, ada sub-sub kebudayaan dengan Lagu-lagu yang dibawakan adalah lagu
variasi budayanya, misalnya dalam hal -lagu dari buku Arab Barzanji. Budaya
logat bahasa, makanan, upacara-upacara masyarakat desa Jawa umumnya
rumah tangga, kesenian rakyat, dan seni menanjukkan adanya persamaan,
suara. Variasi budaya sub kebudayaan namun di sana-sini terdapat variasi
Bagelen dibandingkan dengan sub pula. Kehidupan masyarakat desa
kebudayaan lain tampak, misalnya dalam pada masyarakat Bagelen dapat
hal kesenian. Kesenian Bagelen itu adalah dilihat contohnya dalam karangan
antara lain wayang urang, tarian kuda Koentjaraningrat, : Celapar : Sebuah
yang disebut jathilan, tarian teledhek. Desa di Jawa Tengah Bagian Selatan,
Mereka juga sudah mengenal pertunjukan dalam Masyarakat Desa di Indonesia
wayang kulit sejak jaman dahulu kala, (Koentjaraningrat, Ed., 1984)
Rujukan Kerajaan dan Pedesaan, Yogyakarta : Gadjah Mada
University Press.
Koentjaraningrat Orang Jawa Menatah dan menyungging Wayang
1984 Kebudayaan Jawa, Jakarta : PN Balai Pustaka Kulit.
Laksono, P.M.
1985 Tradisi Dalam Struktur Masyarakat Jawa :
bahau
BAHAU adalah salah satu kelompok karena mengembangkan budaya sendiri.
orang Dayak yang berdiam dalam Kelompok masyarakat ini berdiam di
wilayah Kabupaten Kutai Barat, Provinsi Kecamatan Long Iram, bagian dari wilayah
Kalimantan Timur. Orang Bahau konon Kabupaten Kutai, Provinsi Kalimantan
merupak an pecahan dari orang Dayak Tirnur. Kini orang Bahau sendiri dapat
Tunjung, yang lama-kelamaan seolah- dibagi atas tiga subkelompok, yakni Bahau
olah merupakan kelompok yang berbeda, Modang, Bahau Busang, dan Bahau Saq.
85
ENSIKLOPEDIA SUKU, SENI & BUDAYA NASIONAL
BAHAU
Ketiga sub kelompok ini dapat dibagi desa Long Mak, Melau, Long Pajeng, dan
lagi menjadi 14 kelompok Bahau yang Long Lies. Di Kecamatan Muara Wahau
lebih kecil. Ke-14 kelompok kecil itu ialah mereka berdiam di desa-desa Nikes, Reah,
Bahau Ma’suling, Bahau Ma’urut, Bahau Bing, Yoq Ruay, Babeq Ray, dan Bankes.
Ma’tepe’, Bahau Ma’rekue, Bahau Ma’tuan, Di Kecamatan Kembang Janggut, mereka
Bahau Ma’mehaq, Bahau Ma’sem, Bahau berada di desa Loy Beleh, Modang, dan
Ma’kelua, Bahau Ma’aging, Bahau Buluksen; sedangkan di Kecamatan Melak
Ma’bole, Bahau Ma’bengkelo, Bahau hanya di desa Muyub Ilir,. Kediaman
Ma’wali, Bahau Ma’ruhuq, dan Bahau mereka di Kecamatan Long Bagun ialah
Ma’palo. di desa-desa Long Bagun Ulu, Long Bagun
Ilir, Long Varai, Mamahak Ulu, Mamahak
Persebaran dan Jumlah Penduduk. Ilir, dan Long Melahan. Cukup banyak
Kini orang Bahau tersebar dalam tujuh desa kediaman merek a di Kecamatan
wilayah kecamatan, yakni Kecamatan Long Pahangai, yaitu desa Long Pahangai,
Muara Ancalong, Muara Wahau, Kembang Long Tijoq, Liu Mulang, Naha Aru, Long
Janggut, Melak, Long Bagun, Long Isun, Datah Nahan, Lining Ubing, Long
Pangahai, dan Long Iram. Di Kecamatan Lanuk, Long Pokoq, dan Belang Kerahang.
Muara Ancalong mereka berdiam di desa- Dalam Kecamatan Long Iram mereka
bermukim di dalam 17 dari 29 desa yang
ebbie.multiply.com ada, yaitu desa-desa Tukul, Muyub Ulu,
Anah, Keliwai, Tering Lama, Mamahaq
Tradisi ”kuping-panjang“ pada wanita Dayak. Tekaq, Long Daliq, Ujoh Halang, Muta
Generasi tua, merasakannya sebagai unsur Ribaq, Long Hubung, Muara Ratah, Long
keindahan dan simbol status. Namun pada Golowang, Kalian Luan, Kalian Dalam,
generasi sekarang tradisi tersebut mulai Long Wai, Lutan Lama, dan Laham.
ditinggalkan.
Jumlah orang Bahau di wilayah-
wilayah kecamatan tersebut di atas
tidak dapat diketahui dengan pasti. Tim
pemetaan suku bangsa di Kalimantan
Tirnur pernah membuat perkiraan porsi
suku bangsa di setiap kecamatan di
Provinsi ini. Perkiraan itu tidak khusus
tentang kelompok orang Dayak tertentu,
tetapi orang Dayak umumnya. Pada tahun
1980 dari penduduk Kecamatan Muara
Ancalong yang berjumlah 12.399 jiwa
diperkirakan 30 persennya adalah orang
Dayak. Prosentase yang sama tampak
pula di Kecamatan Muara Wahau yang
berpenduduk 9.452, Kecamatan Kembang
Janggut yang berpenduduk 7.897 jiwa. Di
Kecamatan Melak (12.102 jiwa) jumlah
orang Dayak diperkirakan 50 persen,
sedangkan di Kecamatan Long Pahangai
(3.937 jiwa) dan Kecamatan Long Bagun
(4.639 jiwa) masing-masing 95 persen dan
90 persen. Di Kecamatan Long Iram yang
berpenduduk 17.469 jiwa hanya terdapat
25 persen orang Dayak. Sampai saat ini
86
ENSIKLOPEDIA SUKU, SENI & BUDAYA NASIONAL
BAHAU
orang Bahau diperkirakan berjumlah tersebut. Dengan nada bergurau, seorang
4.900 jiwa tokoh masyarakat daerah ini mengatakan
bahwa lubang itu berguna untuk
Sumber lain menunjukkan perbedaaan membedakan manusia dengan monyet
jumlah orang Dayak, misalnya di atau orang utan. Alasan lain menyatakan
Kecamatan Long Iram jumlah mereka bahwa lubang itu semula muncul karena
diperkirakan jauh lebih besar dari ada orang yang kena panah dan karena
prosentase di atas. Hasil penelitian dari dianggap indah kemudian diteruskan.
Lapan Universitas Mulawarman pada Ada pendapat lain lagi yang menyatakan
tahun 1976 memperkirakan orang Bahau bahwa budaya telinga panjang itu
saja mencapai 50 persen dari penduduk merupakan pengaruh Budha.
Kecamatan Long Iram. Jumlah perkiraan
di atas kemungkinan tidak begitu tepat. Mereka juga mengenal tato (tutang
Terlepas dari ketepatan data tadi, cacah), baik pada pria maupun wanita.
penduduk kecamatan-kecamatan di atas Pada masa lalu setiap gadis yang akan
khususnya dan di Provinsi ini umumnya kawin harus dirajah terlebih dahulu. Hal
terdiri atas aneka ragam latar belakang ini dimaksudkan sebagai latihan untuk
etnik, misalnya Kutai, Bugis, Banjar, dan menahan rasa sakit yang akan dialami
lain-lain. ketika melahirkan kelak. Motif-motif
hiasan rajah pada kulit kaki atau bagian
Ciri-ciri Fisik dan Budaya. Ciri- tubuh lainnya itu juga memberi makna
ciri Fisik menunjukkan mereka sebagai tentang status sosial atau kebangsawanan
bagian dari ras Mongoloid. Dalam proses seseorang
sejarah kehidupan kemasyarakatannya,
mereka memiliki pengetahuan dan Pola Permukiman. Pemukiman
keperc ayaan yang mempengaruhi ciri- mereka umumnya berada di sekitar tepi
ciri fisiknya. Seperti pada berbagai sungai atau pada pertemuan anak sungai
kelompok Dayak lainnya, orang Bahau dengan sungai besar, seperti Sungai
juga pernah mengenal telinga panjang, Mahakam. Rumah-rumah mengelompok
terutama kaum wanitanya. Telinga wanita berjejer sepanjang badan sungai. Dahulu
dilubagi kemudian digantungi anting- keluarga-keluarga mereka hidup dalam
anting sehingga daun telinga tertarik dan bilik-bilik (amin) dari rumah tradisional
akhirnya menjadi panjang dan turun ke (umaa) yang panjangnya ratusan meter
bawah. Pada masa lalu telinga panjang dengan puluhan bilik. Antara bilik yang
itu merupakan simbol status atau derajat satu dan lainnya dibatasi oleh dinding
seorang wanita. Generasi muda sekarang papan atau kulit kayu. Bilik-bilik ini tidak
suda tidak mau lagi punya telinga memiliki jendela, sehingga hampir tidak
semacam itu; bahkan generasi yang sudah ada cahaya yang masuk. Di bagian depan
terlanjur telinganya mulai panjang merasa terdapat beranda yang menghubungkan
malu. Tidak jarang di antara mereka bilik-bilik itu. Rumah panjang yang
memotong kelebihan telinga itu kedokter berdiri di atas tiang setinggi 3-4 meter
di kota Tenggarong atau Samarinda. itu memiliki bilik-bilik yang berlantai
lebih tinggi (tegau) dari bilik yang lain
Kaum pria masa lalu membuat dua dan posisinya berada di bagian tengah
lubang pada daun telinga. Lubang atas . Bilik semacam itu dihuni oleh orang-
sebagai tempat menyelipkan paruh burung orang dengan kategori lapisan tinggi
enggang, sedangkan lubang bawah tempat atau bangsawan (hipui), dan tokoh-tokoh
mencucukkan taring harimau. Semua ini masyarakat. Bilik-bilik berlantai lebih
merupakan lambang keperkasaan atau rendah yang berada di sebelah kanan
kejantanan kaum pria. Di samping itu, dan kiri merupakan tempat hunian warga
tentu ada alasan-alasan lain tentang adat masyarakat biasa (payin). Kini rumah-
memanjangkan dan melubangi telinga
87
ENSIKLOPEDIA SUKU, SENI & BUDAYA NASIONAL
BAHAU
rumah panjang semacam itu sebagian sekolah dasar pergi sekolah dengan
besar sudah punah. Mereka masih menggunakan perahu, karena kebetulan
membuat bangunan tradisional itu dengan lokasi sekolahnya di luar kampungnya
ukuran yang lebih pendek dan tidak lagi atau di seberang sungai itu.
sebagai tempat tinggal, melainkan sebagai
gedung pertemuan. tempat melaksanakan Di tepi sungai, mereka membuat
upacara adat atau pertunjukan kesenian. pemandian, tempat mencuci, dan
jambangan umum. Tempat pemandian
Kini rumah keluarga itu umumnya umum (amban) ini dibuat terapung
berupa rumah tinggal yang berjejer seperti rakit di atas dua atau tiga
sepanjang tepi sungai. Rumah itu potong pohon besar yang direndengkan.
umumnya berbentuk panggung dari Potongan pohon itu dihubungkan dan
kayu, dengan dinding papan, dan atap disatukan dengan dengan papan sehingga
sirap atau seng. Rumah-rumah tunggal tampak seperti dermaga kecil. Di atasnya
itu sudah memiliki jendela dan pintu dibuatkan jamban yang dikelilingi dinding
yang lebar. Bentuk rumahnya tidak lagi papan dengan pintu; sedang dibagian
mengikuti bentuk rumah adat lama, tetapi atas ada yang terbuka ada yang beratap.
disesuaikan dengan selera pemiliknya Tempat pemandian ini terap ung mengikuti
yang mungkin meniru bentuk rumah- permukaan air yang naik di musim hujan
rumah lain yang pernah dilihatnya. dan turun ketika air surut. Dermaga
Rumah-rumah itu menghadap jalan desa kecil ini juga dijadikan tempat merapat
atau berderet membelakangi sungai. atau menambatkan perahu atau perahu
batas antara satu rumah dan rumah motor. Di atas dermaga itu pula kadang-
lainnya adalah pagar kayu atau pagar kadang anak-anak, baik pria atau wanita,
hidup. Hubungan antara satu desa dan memancing ikan yang banyak terdapat di
desa lain dilakukan melalui jalan darat sungai itu.
atau lewat sungai dengan perahu-perahu
ketinting, yang sekarang ini sudah banyak Bahasa. Orang Bahau memiliki bahasa
menggunakan mesin tempel. Sehari- sendiri, yaitu bahasa Bahau. Bahasa
harinya kita juga bisa melihat anak-anak ini terdiri atas dua dialek, yaitu Bahau
Sa’ dan bahau Busang. Masyarakat
hutanlindungwehea
.org
Tari hudoq
dari Dayak
Bahau. Tarian
ini bertujuan
mengusir hama-
hama tanaman
atau mengusir
roh jahat. Para
penari memakai
topeng-
topeng yang
menakutkan,
supaya dapat
mengecoh dan
mengusir hama
tanaman atau
pun roh jahat.
88
ENSIKLOPEDIA SUKU, SENI & BUDAYA NASIONAL
BAHAU
pemakai dialek yang satu masih bisa Bahau di masa lalu mempercayai banyak
memahami dialek yang lainnya, dan dewa, seperti Dewa Air (Silau Magas),
sebaliknya. Orang Bahau menggunakan Dewa Padi (Hinaai Atu’) Dewa Gunung
bahasa Indonesia dalam berkomunikasi (Sengiaang Tukuung), Dewa Penjaga
dengan angota suku bangsa lain dan Kampung (Elehiit), dan lain-lain. Dalam
dalam kesempatan resmi, misalnya di rangka mendirikan rumah, melakukan
sekolah. Orang Bahau masih mempunyai kegiatan pertanian, atau meramu hasil
kaitan keturunan dengan masyarakat hutan, mereka bany ak melaksanakan
tetangganya, seperti orang Kutai, Siang, upacara dan mempercayai kekuatan gaib,
Tanjung, dan Benuaq. Hal ini dapat antara lain dengan melakukan sejumlah
diketahui dari mitos yang berkembang di pantangan.
kalangan masyarakat setempat.
Upacara Kematian. Sehubungan
Agama dan Sistem kepercayaan Asli. dengan sistem percayaan lama, dalam
Orang Bahau sekarang sudah cukup maju; rangka kematian seseorang, mereka
banyak yang menjadi sarjana, pendidik, melaksanakan serangkaian upacara.
pegawai negeri, pastor, perawat, anggota Upacara itu berkaitan dengan keyakinan
DPRD, anggota MPR, dan sebagainya. bahwa orang pindah ke alam lain, yaitu
Bagian terbesar (90 persen) orang bahau alam arwah. Dalam rangka kepindahan
adalah pemeluk agama Katolik. Peranan itulah mereka melaksanakan beberapa
misi Katolik dalam mendorong kemajuan tahap kegiatan. Acara pertama adalah
orang Bahau dalam bidang pendidikan memandikan mayat (medu pate)
cukup berarti. Putra-putri Bahau banyak yang dilakukan oleh Dayung. Setelah
yang dibiayai pendidikannya atau dimandikan, mayat ini boleh berada
dikirim ke Jawa, dan sekembalinya dari dalam rumah itu selama satu sampai dua
pendidikan itu mereka ikut membantu minggu. Sementara itu dirundingkan
misi di pedalaman. Dalam dan disiapkan barang-barang apa yang
akan dibawa oleh si mati. Bagi kaum pria
lapangan kesehatan, misi bangsawan mungkin akan disertakan
membantu pemerintah barang-barang seperti mandau, guci,
sumpitan, tombak, perisai, parang,
membuat rumah sakit, beliung, babi, ayam, dan lain-lain. Apab ila
misalnya di Tering, yang meninggal itu wanita, barang yang
dan poliklinik- dibawa di sesuaikan dengan kebutuhan
poliklinik kecil wanita.
lainnya.
Dalam Acara kedua adalah acara makan
kehidupan sehari- berwaq atau bersantap. Pada waktu-
hari masih banyak waktu tertentu sang mayat dibangunkan
di kalangan untuk bersantap bersama sama dengan
mereka yang keluarga. Roh dari si mati itu dipercayai
mempraktekkan masih ada bersama keluarga. Acara makan
unsur-unsur ini juga harus dilakuk an oleh Dayung.
kepercayaan yang dilakukan empat kali dalam sehari
lama. Orang
ayasdanext.blogspot.com
Bentuk perisai atau kelbit versi Dayak Bahau Busang. Gambar yang tertera
pada perisai adalah “Nang Beraang” yang berarti wajah lebar. gambar ini
umumnya hanya dipakai oleh kaum bangsawan atau “hipui” dan terlarang
kaum rakyat biasa atau “panyin” apalagi bagi kaum budak atau “dipan”.
89
ENSIKLOPEDIA SUKU, SENI & BUDAYA NASIONAL
bahau
semalam. Selama itu diselenggarakan pula rakyat yang dinyanyikan ketika pulang
acara bertangis-tangisan, yang dimulai perang, lagu yang bernada sedih karena
oleh Dayung dan diikuti oleh kerabat- mengenang anggota yang gugur. Waktu
kerabat dengan penuh rasa duka. Acara membawakan nyanyian ini biasanya
ketiga adalah acara pemakaman dengan mereka duduk melingkar di dalam umaa
membawa barang-barang tersebut di atas mulai malam hari sampai menjelang
tadi. Bersama mayat itu dikuburkan pula subuh. Dinihari sekitar 04.00 mereka
seekor ayam untuk menemaninya dalam turun dari umaa dan berjalan dari hulu ke
lubang kubur. Dalam rangka pemakaman hilir kampung sambil menyanyi sampai
ini. Dayung memberikan pesan-pesannya siang hari. Mereka juga memiliki lagu
kepada si mati. Acara keempat adalah waktu memotong padi (lagu netna ), lagu
acara mengusir hantu (muqaag toq), pujaan untuk bulan purnama (lagu Ngen
yang dilakukan pada malam hari sesudah Jiu Hen le) yang dibawakan gadis-gadis
acara pemakaman. Acara kelima adalah dan perjaka secara bergantian sebagai
haduitaknaq, yaitu acara memindahkan hiburan. Lagu Jong Nyelong mengiringi
roh si mati ke negeri arwah. Acara ini pun tari sebagai ungkapan rasa syukur
dipimpin oleh Dayung dan berlangsung terhadap keberhasilan panen di ladang.
berhari-hari. Pada malam terakhir, untuk
terakhir kalinya Dayung mengundang si Mereka juga mempunyai tari-tarian
mati untuk menikmati hidangan dalam tradisional, di antaranya yang terkenal
keadaan gelap gulita. Semua orang adalah tari Hudoq, yaitu tar i massal yang
yang hadir harus diam agar si mati mau dilakonkan oleh pria dan wanita pada
datang dan ‘menyantap hidangan yang waktu menugal dan merumput padi di
disediakan. Dalam keadaan sunyi dan ladang. Para penari memakai pakaian
gelap itu Dayung berbicara mewakili si yang terbuat dari daun pisang yang telah
mati dalam menyampaikan sebab-sebab diiris-iris dan disusun sedemikian rupa
kematiannya. Si mati sebenarnya masih mulai dari leher sampai ke kaki dan ujung
ingin hidup, tetapi ia harus memenuhi tangan. Pakaian ini menggambarkan
keinginan yang maha Kuasa (Tame Tinge). sisik-sisik buaya, karena tarian ini ada
Mendengar itu semua orang yang hadir kaitannya dengan sebuah dongeng
bersedih hati, dan kemudian berakhirlah mengenai buaya. Kepala penarinya ditutup
upacara mengantar roh itu. dengan topeng yang penuh tata warna.
Para penari membawa tongkat kayu
Seni. Sejak dahulu orang Bahau panjang sedepa. Tarian ini diiringi bunyi-
banyak menyimpan benda-bendakuno, bunyian, antara berupa gong (egong)
seperti piringkeramik, alat-alat makan gendang (taweng) yang panjangnya
keramik, tempayan keramik, dan lain-lain. sekitar dua meter, jempai yaitu alat sejenis
Benda-benda keramik itu diduga berasal gitar bersenar dua, suling (kendek). Tarian
dari Cina, sebagai hasil barter dengan massal ini menimbulkan suasana sakral.
hasil bumi Kalimantan yang diperlukan
oleh orang Cina di masa lampau. Mata Pencaharian. Dalam mata
Mereka juga memiliki kekayaan dalam pencaharian, mereka telah lama
ekspresi keindahan, misalnya dalam seni mengenal pertanian ladang berpindah
musik dan seni tari. Kelompok Modang (huma), berburu, mencari hasil hutan,
mengenal lagu Ding Wuk yang mengiringi dan menangkap ikan. Pertanian ladang
tarian dengan nama yang yang sama, berpindah itu dilakukan dengan sistem
yang biasanya ditampilkan pada malam tebang bakar, dan dalam pekerjaan itu
keramaian tertentu, menyambut tamu mereka mengenal sistem pengerahan
yang datang ke daerah mereka, atau pesta tenaga semacam gotong royong, Pele’rau
makan nasi baru. Lagu Dung adalah lagu adalah kelompok gotong royong yang
mengerjakan ladang secara bergiliran.
90
ENSIKLOPEDIA SUKU, SENI & BUDAYA NASIONAL
bahau
Uma’maap adalah pekerjaan membantu harus diperlakukan istimewa dengan
pekerjaan ladang dari satu keluarga mengadakan upacara yang disebut nebiing.
tertentu, misalnya ladang kepala adat Upacara ini bertujuan untuk menguatkan
(hipni). Hasil pertanian ladang adalah roh padi itu, memberi sajian kepada
padi, yang merupakan makanan pokok. roh baik agar menjaga padi itu. Setelah
Dalam kenyataannya padi yang mereka penanaman padi dilakukan pula upacara
hasilkan sering kali tidak mencukupi lalii ugaal, yaitu memohon kepada dewa
kebutuhan, karena itu mereka juga padi agar diberikan hasil yang melimpah.
menanam tanaman seperti singkong Permulaan masa panen disambut dengan
dan jagung, yang dimakan pada upacara yang disebut ngebal sebagai
keadaan paceklik. Mereka juga meramu pertanda panen dapat dimulai.
sagu untuk dimakan pada keadaan
mendesak. Kekurangan pangan beras Binatang buruan adalah babi hutan,
disebabkan oleh berbagai faktor yang rusa, ular, kura-kura, kera, beruang, dan
mempengaruhi sistem pertanian mereka. macan. Mereka berburu dengan bantuan
Pertama-tama mereka memang belum anjing. Alat yang mereka gunakan adalah
memiliki pengetahuan yang cukup untuk tombak, parang, mandau, dan sumpitan.
mengembangkan pertaniannya. Pengaruh Dalam berburu mereka mengenal berbagai
musim kemarau dan musim hujan pantangan, misalnya tidak boleh bersiul,
meyebabkan rusaknya tanaman padi tidak bicara yang kurang senonoh, tidak
mereka. Selain itu, hama tanaman seperti membuang sisa makanan di sembarang
kera, tikus walang sangit, babi, burung, tempat, tidak meneruskan perjalanan
masih sulit dibasmi. kalau ada burung yang terbang melintas
dan sebagainya.
Dalam rangka pekerjaan di ladang itu
mereka pernah mengenal macam-macam Mata pencaharian yang cukup penting
kepercayaan, yang mungkin masih ada adalah meramu hasil hutan, seperti rotan,
yang mengamalkannya sampai masa damar, kayu, buah-buahan (durian,
terakhir ini. Pembukaan ladang baru cempedak, langsat rambutan, dan lain-
telah diadatkan pada saat bulan muda lain). Rotan digunakan untuk bahan
atau bulan baru timbul (bulan tubuu). pengikat atau bahan pembuat macam-
Dalam Pembukaan ladang baru itu mereka macam tikar dan keranjang. Di masa lalu,
mengenal pertanda-pertanda buruk (yoo), damar digunakan sebagai alat penerangan
misalnya burung pipit terbang dari arah dan dempul dalam pembuatan perahu.
kiri ke kanan, burung elang terbang Dalam kegiatan meramu hasil hutan itu
di atas orang yang sedang membuka dikenal juga beberapa macam pantangan,
ladang, kijang melintas di hadapan petani misalnya tidak membakar terasi, bawang,
itu. Kalau pertanda seperti itu muncul, dan lombok. Bau terasi itu diyakini akan
menurut kepercayaan mereka pekerjaan mengundang kehadiran binatang buas.
itu sebaiknya tida diteruskan. Selain itu juga tidak diperbolehkan
berbicara tentang wanita, karena
Mereka juga percaya bahwa padi wanita itu akan mengundang kehadiran
mempunyai jiwa atau roh (beluan parai). kuntilanak yang akan mengisap darah
Padi yang akan dijadikan benih itu manusia di hutan itu.
Rujukan Timur.
R. Sambas Wirakusumah et al
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
1984 Upacara Tradisional (Upacara Kematian) 1978 Ensiklopedia Musik dan Tari Daerah
Derah Kalimantan Timur. Lapan Universitas Kalimantan Timur, Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan.
Mulawarman
1976 Adat htiadat Suku Bahau Provinsi Kalimantan
91
ENSIKLOPEDIA SUKU, SENI & BUDAYA NASIONAL
BAHONDOH BARAWAI
BAHONDOH BARAWAI, Salah besar yang berhubungan dengan
satu bentuk budaya gotong royong pertanian seperti panen, menggarap
asal Minang. Sebagai masyarakat yang ladang/sawah, menanam benih dan lain-
mayoritas agraris, budaya ini berkembang lain. Dengan melakukan pekerjaan secara
pesat dan mengakar di tanah Sumatra gotong-royong, maka pekerjaan dapat
Barat. Tradisi gotong royong ini biasanya diselesaikan dengan cepat.
berlangsung ketika melakukan kegiatan
bajau
BAJAU atau sering juga disebut berasal dari Luwu; sedangkan versi kedua
orang Bajo, adalah suatu masyarakat menyatakan berasal dari Johor, yaitu
yang memiliki mobilitas tinggi, sehingga kelompok pencari tuan putri Johor yang
tersebar di berbagai wilayah Indonesia tiba-tiba hilang di tepi pantai. Kelompok
bahkan ada pula di wilayah negara rakyat yang mencari putri ini akhirnya
tetangga Indonesia. Mereka hidup sampai di tepi pantai kerajaan Gowa,
di daerah perairan Sulawesi Selatan, Sulawesi Selatan tadi.
Kepulauan Banggai di Sulawesi Tengah,
Kepulauan Sulu di Pilipina Togean, Flores Di Nusa Tenggara Timur, orang Bajo
Utara, Adunara, Sumbawa, Suman, terpencar paling tidak di tiga tempat
Singkep, Lingga (Alena 1975). Berbagai dalam wilayah Kabupaten Flores Timur,
sumber lain menunjuk bahwa mereka ada yaitu dibibir pantai Meko - pulau Adonara,
pula di Jambi, Kalimantan Selatan Maluku di Lewoleba dan Balauring - pulau
Utara, Malaysia, dan lain-lain. Tersebarnya Lembata. Dari mereka juga diperoleh
orang-orang Bajau di kepulauan keterangan yang bervariasi tentang asal
Nusantara diperkirakan telah berlangsung usulnya. Di antara mereka ada yang
sejak abad ke-16. mengatakan bahwa mereka adalah “orang
asli” di mana mereka tinggal sekarang;
Asal-usul. Dari masa asal asul orang sementara yang lain mengatakan mereka
Bajo ini? Kelompok-kelompok Bajo yang berasal dari pulau Bajo dekat Singapura
tersebar di berbagai daerah tadi rupanya (Sarong, 1991).
memiliki pengetahuan ters endiri tentang
asal-usul kelompok masing-masing. Pola Hidup. Jumlah orang Bajo secara
bahkan informan yang berbeda dalam keseluruhan tidak dapat diketahui secara
satu kelompok ada versi yang bervariasi. pasti dan bagaimana budaya mereka
Di Sulawesi Selatan orang Bajo berdiam belum difahami dengan baik, karena
antara lain di desa Bajoe, Kecamatan sejak lama mereka berpindah-pindah
Tanete Riattang, Kabupaten Bone. Desa dari satu tempat ketempat lain. Mobilitas
itu berada pada satu lekukan d antara yang tinggi ini berkat keakraban mereka
dua tanjung, yaitu Tanjung Pattiro di dengan kehidupan laut. Keluarga-keluarga
bagian selatan dan Ujung Pallette di Bajau lebih banyak hidup di atas perahu
bagian utara. Hasil penelitian Hamid et yang mereka sebut bido atau bidok.
al (1986) menghasilkan dua versi folklor Berbagai kegiatan hidup dari kelompok
tentang asal usul mereka. Folklor pertama semacam itu, misalnya tidur, memasak,
menyatakan bahwa orang Bajo itu melahirkan, dan lain-lain mereka lakukan
di atas perahu, seperti yang disebut “Bajo
92
ENSIKLOPEDIA SUKU, SENI & BUDAYA NASIONAL
baJau
terapung” yang hidup di perairan pantai Bajau merupakan salah satu dari tujuh
timur Kendari (lihat Harris, 1980). Tentu dialek bahasa Melayu yang terdapat di
ada kelompok Bajau yang hidup dalam Jambi. Salah satu dialek lainnya adalah
rumah, tetapi rumah itu tetap di sekitar dialek Kubu. Dailek Bajau dan Kubu
pantai, bahkan tiang-tiang rumah mereka menunjukkan banyak persamaan yang
tertancap dalam air. Mereka seperti tak besar. Atas dasar persamaan ini, orang di
terpisahkan dengan laut itu. Jambi sering menyebut kedua kelompok
etknik itu dengan nama “Kubu Darat”
Walaupun orang Bajau terpisah dalam untuk orang Kubu (atau biasa di sebut
tempat-tempat yang berjarak puluhan suku Anak Dalam) dan “Kubu Laut”
atau ratusan kilometer, hubungan untuk orang Bajau. Bahasa Bajau inilah
kekeluargaan masih tetap terjaga dalam faktorpengikatkesatuan suku bangsa yang
tingkat keakraban tertentu. Mereka hidup tersebar di kawasan yang amat luas
mengenal tingkat keluarga dekat dan itu. Mereka merasa bersaudara antara
keluarga besar. Masyarakat Bajau suka sesamanya karena sama-sama berbicara
damai dan menghindari perkelahian. Oleh bahasa Bajau. Orang Bajau sangat
sebab itu, mereka bersikap pasif terhadap membanggakan bahasanya, karena bahasa
tekanan atau pemerasan dari pihak luar. itu merupakan pertanda bahwa orang
Orang Bajau umumnya beragama Islam, Bajau masih ada dan budayanya belum
meskipun dalam beberapa hal masih punah.
mengamalkan animisme. Contoh di Jambi.
Di Sumatra, orang Bajau hidup berpindah- Orang Bajau termasuk suku bangsa
pindah di pinggir-pinggir pantai misalnya yang telah lama ada di Provinsi Jambi
di sekitar Kabupaten Tanjung Jabung, dan dianggap sebagai suku bangsa asal.
Jambi, sampai ke Kabupaten Indragiri Ciri-ciri fisik orang Bajau yang menonjol
Hilir, yaitu wilayah perbatasan antara adalah rambut keriting dan kulit agak
Provinsi Jambi dan Riau. Mereka kehitaman. Tempat tinggal kelompok etnis
sering juga disamakan dengan orang Bajau ini adalah rumah-rumah sederhana
laut. Masyarakat, yang hampir seluruh di tepi pantai. Ada sebagian yang menetap
kehidupannya tergantung pada sumber di atas perahu-perahu yang dipergunakan
untuk alat berpindah-pindah dari satu
daya yang ada di laut ini masih tempat ke tempat lain.
ada yang digolongkan sebagai
“suku terasing”. Mata pencaharian yang utama adalah
Bahasa. Bahasa orang menangkap ikan. Dalam kelompok
yang terdiri atas 20-30 bido, mereka
bergerak bersama mencari
cabiklunik.blogspot.
com
Kampung
Terapung orang
Bajau yang
menjadi salah
satu objek
wisata menarik
di Sulawesi
Tenggara.
93
ENSIKLOPEDIA SUKU, SENI & BUDAYA NASIONAL
baJau
ikan. Hasil tangkapan itu ditukarkan adalah anak perempuan berumur 12-14
dengan jagung atau ubi yang dihasilkan tahun. Anak laki-laki sejak umur tujuh
oleh penduduk pantai terdekat. Sekarang tahun sudah diajar mengetahui cara-
ada pula yang menjadi pedagang dan cara menangkap ikan dan menjual hasil
pengusaha angkutan air. tangkapan mereka.
Meskipun lingkungannya sudah Di Pulau Laut. Satu kelompok Bajau
berkembang, tampaknya orang Bajau lainnya berada di Pulau Laut, terutama
masih sulit berpisah dengan laut. Menurut di Desa Kota Baru Ilir Muara. Desa ini
pandangan orang Bajau, mereka tidak merupakan bagian dari Kecamatan
akan bahagia bila hidup di daratan dan Pulau Laut Utara, Kabupaten Kota Baru,
akan mati karena tidak mampu menunggu Kalimantan Selatan. Berdasarkan berita
panen tanaman untuk kebutuhan setiap Cina dari masa dinasti Ming (1368-
hari. Sebaliknya, di laut mereka akan 1643) telah diberitakan adanya orang
segera mendapatkan kebutuhan itu pada Bajau di Kalim antan Selatan. Di desa tadi
saat yang diperlukan. Mereka merasa perkampungan mereka memanjang di
bangga karena bebas hidup di laut, tanpa tepi pantai. Bentuk rumahnya merupakan
direpotkan oleh bermacam-macam urusan, rumah panggung. Rumah itu terbagi
misalnya pengurusan, kartu penduduk, atas tiga bagian. Bagian atas atau yang
pajak, sekolah anak, dan sebagainya. di bawah atap sebagai tempat untuk
menyimpan padi atau benda-benda
Pada masa lalu, orang Bajau menolak tertentu yang dianggap keramat. Bagian
sekolah karena sekolah dianggap tradisi tengah sebagai tempat tinggal, dan
asing yang harus hidindari, atau sekurang- bagian bawah sebagai tempat perahu,
kurangnya tidak boleh terlalu sering menyimpan peralatan, atau kadang
dikunjungi. Mereka mengakui bahwa tempat membuat jala, dan lain-lain.
sekolah itu penting, tetapi bukan untuk
orang Bajau. Pengetahuan menangkap Orang Bajau di Pulau Laut ini pernah
ikan jauh lebih penting daripada dilukiskan oleh Nurhakim (1985)
pengetahuan lainnya. kalaupun ada anak- terutama mengenai cara carapemakaman.
anak yang bersekolah, mereka umumnya BudayaorangBajaujuga menunjukkan
sikmading.blogspot.
com
Sepasang
Busana
tradisional
Pengantin
Bajau dan
Busana
tradisional
Bajau yang
dikenakan para
pendamping
pengantin di
pelaminan
adat Bajau
dalam suatu
pernikahan.
94
ENSIKLOPEDIA SUKU, SENI & BUDAYA NASIONAL
baJau
cara pemakaman tersendiri. Pemakaman ke bidang usaha lain. Dalam pikiran
berada di sebuah bukit yang tidak mereka sepertinya tidak terlintas untuk
jauh dari pantai. Kompleks makam mendapatkan sebidang tanah sebagai
itu terbagi atas kelompok-kelompok, lahan garapan, atau berdagang, menjadi
dan antara kelompok itu dibatasi oleh buruh, atau mendapatkan sebid ang
sebilah papan. Semua makam tidak untuk perumahan yang menyatu dengan
bercungkup dan semua nisan terbuat kampung penduduk lainnya. Yang mereka
dari kayu. Satu kelompok tampak terdiri pikirkan hanya laut sebagai tempat tinggal
dari enam, delapan, atau lebih pasangan dan ladang kehidupan. Mereka turun
nisan. Satu kelompok nisan itu berarti ke darat hanya untuk keperluan khusus,
makam keluarga tertentu yang berbeda misalnya ke pasar menjual ikan, atau
dengan kelompok lainnya yang terdiri membeli kebutuhan seperti bahan pangan,
dari keluarga lain pula. Satu kelompok pakaian, mengambil air minum atau
itu biasa kalau terjadi pengulangan kebutuhan penting lainnya.
penguburan pada tempat yang sama.
Orang Bajo di NTT ini terkesan
Nisan bagian luar biasanya merupakan tertutup, seperti enggan diusik pihak lain.
nisan yang paling tua. Ukuran tinggi- Hubungan dengan penduduk lainnya
rendahnya nisan itu menunjukkan umur, kurang akrab dan terkesan mengisolir
yang secara umum dibedakan antara diri. Pendidikan mereka memprihatinkan,
orang dewasa atau tua dan anak-anak. kesehatan hampir semua tergantung pada
Bentuk nisan itupun dibedakan menjadi dukun, meskipun fasilitas Puskesmas
bentuk persegi empat dan bentukpipih. tidak begitu jauh dari tempat pemukiman
Bentuk pertama menunjukkan yang mereka.
dikubur adalah laki-laki, sedangkan
bentuk pipih adalah perempuan. Pada Di Bone. Orang Desa Bajoe di teluk
nisan itu biasanya ada tulisan, yang Bone hidup berdampingan dengan orang
pada umumnya menggunakan “huruf Bugis dan orang Mandar. Dibandingkan
Makassar”, yang didahului dengan kata- dengan kedua kelompok yang lain orang
kata : Muhammad selamat dengan tulisan Bajo lebih tertinggal dalam berbagai
Arab. Tulisan itu merupakan salam lapangan hidup. Namun dalam lapangan
bagi Nabi Muhammad Sallallahu ‘alaihi pendidikan mereka sudah mulai sadar,
wassalam. Pada nisan itu ada pula ragam sehingga sudah banyak anak-anak mereka
hias, yaitu motif ilmu ukur, tumbuh- yang tamat Sekolah Dasar (SD). Sem ua ini
tumbuhan, dan hewan (ular). berkat pengaruh lingkungan sosial yang ada
di sana; dan ini berarti orang Bajo di sini
Di Flores. Seperti yang dilukiskan oleh sudah lebih baik dari kelompok Bajo seperti
Sarong (1991) perkampungan mereka di di Flores tadi (lihat Hamidetal, 1986).
sekitar pantai mudah dikenali. Mereka
mendiami rumah kumuh berupa rumah Kim sebagian dari orang Bajau tentu
panggung, terbuat dari bilik dan dibangun sudah banyak berubah seperti yang
seadanya. Rumah itu dibangun di atas menetap di Kabupaten Bone tersebut
laut dangkal di perairan pantai. Dari sana di atas, sebaliknya ada yang masih
terpancar gambaran wajah masyar akat memprihatinkan seperti yang bermukim
miskin. di Flores Timur tadi. Satu hal yang patut
direnungkan, seperti kemukakan oeh
Mereka adalah nelayan dengan alat Sarong (1991) bahwa mereka adalah
penangkapan ikan yang sederhana dan nelayan tulen atau pelaut ulung di mana
hasil yang diperoleh sekedar cukup untuk laut adalah ladangnya. Bumi Nusantara,
makan. Meskipun demikian, mereka tetap yang 75 persen wilayahnya merupakan
setia dengan kehidupan semacam itu, lautan, memerlukan kehad iran para
tanpa ada usaha sampingan atau beralih nelayan seperti orang Bajo ini.
95
ENSIKLOPEDIA SUKU, SENI & BUDAYA NASIONAL
baJau
Rujukan 1980, “Bajo, Suku Yang Tinggal Terapung di
Perairan Pantai Timur Kendari”. Sinar
Alena Harapan, 18 Pebruari Nurhakim, Lukman
1975 “Orang Bajo, Manusia Laut di 1985, “Cara Pemakaman Orang Bajau di Pulau
Indonesia“,Kompas, 15 Agustus Groeneveldt, W.P. Laut, Kalimantan Selatan”, Pertemuan
1960 Historical Notes on Indonesia and Malaya Ilmiah Arkeologi,
Compiled from Chinese Sources, Jakarta : Bhratara Jakarta : Proyek Penelitian Purbakala Sarong, Frans
1991, “Orang Bajo di NTT: Laut adalah Ladang dan
Hamid, Abu et al Rumahku”, Kompas, 27 Pebruari
1986 Pertumbuhan Pemukiman Masyarakat di
Lingkungan Perairan Daerah Sulawesi Selatan, Zacot, F.
Jakarta: 1979, “Bajo atau Bukan Bajo ; Itu Soalnya”, Prisma,
Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Kebudayaan No. 2, Pebruari
Daerah
Harris, Z.
bajawa
BAJAWA adalah salah satu kelompok biasa pula disebut orang Ngada (Lihat:
etnik yang berdiam di pulau Flores, entri NGADA).
Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) yang
BAJU BODO
BAJU BODO merupakan baju adat
orang Bugis-Makasar yang dipakai oleh
para perempuan. Baju adat ini biasa
dikombinasikan dengan kain sarung
berbahan sutra yang bermotif kotak-kotak
dan disebut “Lipa’ sabbe”.
Ada beberapa aturan dalam
mengenakan Baju Bodo, seperti
penggunaan warna-warna tertentu yang
menunjukan umur serta kedudukan sosial
pemakainya.
1. Warna Jingga biasa dikenakan pada
anak yang berumur 10 tahun.
2. Warna Jingga dan merah darah
dikenakan oleh anak yang berumur 10-14
tahun.
3. Warna Merah Darah dikenakan oleh
perempuan yang sudah beranjak remaja
NET
BAJU Bodo, Baju adat Orang Bugis-Makasar.
96
ENSIKLOPEDIA SUKU, SENI & BUDAYA NASIONAL