The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.
Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by kantor, 2022-04-12 21:34:56

Kesenian Barongan di Jawa Tengah

Kesenian Barongan di Jawa Tengah

di Jawa Tengah

th ilr -'iF't't-:rllf f :.'l Pemerintqh Provinsi fowq Tengoh
Dinqr Kebudcyoqn dqn Pqriwiroto
'-
Museum fqwq Tengqh Ronggowqrrito
r;tl't:, tl iti',:

5e824

IS

fl. Abdulrohmon toleh No. t temorqng - Telp. (O24) 76023S9
Emoil :[email protected]

2009

*ni'lqf hl;o -Poog
KESENIAN BARONGAN

JAWATENGAH

Tim Penyusun :
lr. Kussunartini
Laela Nurhayati Dewi,SS

Rukoyah

PE,YTERINTAHAN PROVINSI JAWA TENGAH
DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA

MUSEU,YI JAWA TENGAH RANGGAWARSITA

2009

t'l(p s c nian $ arong an aw a {eng afr

PRAKATA

lnformasi kebudayaan daerah dapat digati dari hasit budaya

materiaI yang dihasilkan masyarakat setempat. Sejarah

membuktikan bahwa nenek moyang kita mewariskan kebudayaan

yang bernilai luhur dan agung.
Kesenian tradisional asti yang telah ada sebelum kebudayaan

Hindhu masuk dan sampai sekarang masih digemari oleh sebagian

masyarakat lndonesia khususnya Jawa Tengah, yaitu Kesenian

Barongan.

Museum Jawa Tengah Ranggawarsita mempunyai tugas

mendokumentasikan dan mempublikasikan koteki barongan

melatui Seksi Pengkajian dan Pelestarian mengadakan kegiatan

penerbitan buku.

Dengan terbitnya buku Kesenian Barongan di Jawa Tengah,

Museum Jawa Tengah Ranggawarsita ini diharapkan dapat

menambah wawasan dan bermanfaat bagi masyarakat.

Semarang, Septennber 2009

Tim Penyusun

BADAfl ARPI'S PROV. JATEtr{O
DI SH,{ARAI{O

I(p smitrt $ armg an t aw a teng afi

{Svtintkotgnlawteryai

SAIABUTAN
KEPALA A USEUI,I JAWA TENGAH RANGGAWARSITA

Sebagian tugas museum adatah metakukan pengkajian dan

pendokumentasian koteksi serta mempublikasinya untuk

kepentingan petayanan pubtik. Tahun 2009 ini Museum Jawa Tengah
mengkaji empat jenis kotel6i, yaitu Topeng, Kereta Kuda, Barongan
dan Naskah Ktasik dan diterbitkan menjadi empat judut buku: (1).
Ragam Seni Topeng di Jawa Tengah, (2). Ragam Kereta Kuda di Jawa
Tengah, (3) Kesenian Barongan di Jawa Tengah, dan (4).Transkripsi

(atih aksara) dan Transliterasi (atih bahasa) Serat Darmasonya
koteki Museum Jawa Tengah.

Baik Topeng, Kereta Kuda, maupun Barongan sebagai bagian
dari kesenian dan teknotogi tradisional masyarakat Jawa Tengah
tetah berkembang di tengah masyarakat dan tumbuh secara unuk

dan berkarakter sesuai dengan pertumbuhan karateristik

masyarakat, dimana koteki tersebut berkembang. Oteh sebab itu

proses pengkajian dan pendokumentasiannya menjadi bagian yang
penting bagi museum, sedangkan publikasinya menjadi bagian yang

penting bagi museum, sedangkan publikasinya di tengah

masyarakat menjadi penting puta ditinjau dari aspek edukatif
cultural. Sementara itu naskah kuno yang berupa tulisan tangan
(serat), selain dari sisi sastra dapat dikatagorikan sebagai karya
sastra masa [ampau, secara substansial naskah kuno juga

menyimpan berbagai ungkapan pikiran dan perasaan serta mampu
mendiskripsikan kondisi budaya masyarakat pada zamnnya. Naskah
Kuno yang banyak ditutis di atas media daun lontar (ronta[), kulit
kayu dan binatang,bamboo,kayu dan media lainnya, tidak dapat

serta merta dikaji oteh setiap orang karena sifat kebendaannya
yang rentan terhadap penyebab pelapukan. Oteh karenanya
transkilpsi dan transliterasinya juga menjadi bagian yang sangat

penting sebagai bahan informasi agar masyarakat dapat mendalami
makna sebuah naskah kuno tersebut tanpa mengoyak benda aslinya.

{gsatiailBatotgan t atta taqafi

Serat Darmasonya merupakan kitab yang ditutis KPH

Suryaningrat, pada masa Paku Atam Vll (1906-1937), berisi petikan
Serat Centini yaitu ajaran Rama pada Wibisana, namun secara

maknawi muatan nitai dan/atau ajaran yang terkandung di

datamnya belum banyak difahami oleh masyarakat awam. Dengan
terbitnya atih akasara dan atih bahasa ini semoga dapat menambah
wawasan dan bermanfaat.

Semarang, September 2009

@

At I.I-..i,l

iJoharnoto, M.Pd
Q^,Jil6.0

Nip. 1 31 636836 I 19580505 1 98603'l 01 8

fi'l{e s e nian E aro ng an J aw a teng a

SAIABUTAN
KEPALA DINAS KEBUDAYMN DAN PARIWISATA

PROVINSI JAWA TENGAH

Jawa Tengah memitiki kekayaan peninggatan sejarah dan

budaya (artefak) yang tidak ternitai. Sebagian artefak tersebut

tetap tinggat di tempat (in situ), misatnya: Candi Borobudur di Kab.

Magetang, Candi Prambanan di Kab.Ktaten, Situs Percandian Dieng

di Kab.Banjarnegara-Wonosobo, dan situs Gedongsongo di

Kab.Semarang. Setain Peninggatan in situ, Jawa Tengah juga tebih

kaya dengan peninggalan-peninggalan [epas (fragmentaris) seperti:

arca-arca Siwa, Ganesha, Durga Mahisasuramardini, serta lingga

yoni ; tersebar hampi r di seturuh pelosok wi layah.

Namun adakatanya artefak menjadi sutit dipahami secara

kontekstuat, lebih-tebih oteh katangan awam yang tidak cukup

memiliki bekat pemahaman terhadap makna suatu artefak.
Berpijak dari sinilah maka esensi museum, sebagai tempat

pengumputan, menyimpan,merawat, dan melestarikan artefak,

sebagaimana tertuang di dalam PerGub Jawa Tengah;Nomor:

menjadi jelas. pelayanan

uga berkewa serta
48120fJ,8,12 Juni 2008,

jipublik, museum j
Sebagai lembaga
mengka
jiban

mengkomunikasikan hasit kajian benda budaya agar keberadaan

kolekinya dapat difahami oteh masyarakat luas.

Mengingat pentingnya arti pengkajian koteksi museum sebagai

warisan bagi masyarakat maka Pemqrintah Provinsi Jawa Tengah

mendukung pertunya pengkajian dan penerbitan hasil-hasil kajian

koteki museum dilakukan secara berkesinambungan.Tahun 2009
ini, melalui DPA 9121200,8 Museum Jawa Tengah Ranggawarsita

melakukan tiga kajian koteki dan satu transkripsi (atih aksara) dan

transliterasi( atih bahasa) naskah ktasik untuk diterbitkan menjadi

buku-buku yang berjudut: (1) Seni Topeng di Jawa Tengah, (2)

Kereta Kuda di Jawa Tengah, (3) Kesenian Barongan di Jawa Tengah;

dan (4) Transkripsi dan Transtiterasi Serat Darmasonya.

1(9 s miat $ armg an t aw a taq afi

Terbitnya buku-buku ini menyusut tcrblt.ln lr,rbitan

sebetumnya tentu saja belum mampu memenuhl kctcrcukupan

kebutuhan masyarakat, baik dari sisi optah maupun pokok

bahasannya, namun kesungguhan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah

di dalam mengupayakan penyebartuasan informasi kajian koteksi
museum akan senantiasa dilakukan dari tahun ke tahun. Dengan

harapan terbitnya buku-buku ini mampu menambah bobot bagi

upaya pelestarian nitai-nitai luhur budaya, upaya membentuk
karakter, dan memperkokoh jatidiri bangsa.

Pada kesempatan ini, kami menyampaikan ucapan terima kasih
kepada semua pihak yang telah mendukung terbitnya buku-buku
kajian koteksimuseum ini, semoga bermanfaat bagi masyarakat.

Semarang, September2009

Dinas Kebudayaan dan Pariwisata

M.Pd

'1 1261 I 19581212 1986603 1 024

I(j senian $ arong an J aw a te ng a fr

DAFTAR ISI

PMKATA Hal
SAi,IBUTAN KEPAI-A MU SEUi JAWA TEN GAH
RANGGAWARSITA iii
SAiABUTAN KEPAI.A DI NAs KEBU DAYMN DAN
PARIWISATA PROVI NS I JAWATENGAH v
DAFTAR ISI
DAFTARGAAABAR vii
ix
BAB I. PENDAHULUAN........ xii

A. LatarBelakang .......... 1
B. KerangkaTeoritik 1
C. Permasalahan ..........
D. Metodologi ............ 3
E. Ruang Lingkup Penetitian 5
F. Kerangka Penutisan 5
6
II.BAB I.ATARBEI.AKANGMUNCULNYASENI 6

BARONGAN DI JAWATENGAH 8

III.BAB KESENIAN BARONGAN KABUPATEN PEIilAI.ANG .... 33
33
A. Sejarah Kabupaten Femalang 37
B. Keadaan Umum Kabupaten Pematang.. 40
C. LatarBelakangCerita 48
D. Pola dan Sistem Organisasi 49
E. Peratatan Kesenian Barongan 50
F. FungsiKesenianBarongan
52
G. Perkembangan Kesenian Barongan
55
Kabupaten Pemalang.. 55

IV.BAB KESENIAN BARONGAN KABUPATEN KENDAL 57
A. SejarahKabupatenKendat
B. Pemerintahan Kabupaten Kendal Sekarang

dan Jaman Doeloe

I(jsmiailBarongan t awa tmg afi

C. Keadaan Umum Kabupaten Kendal 58
D. LatarBelakangCerita 61
E. Pola dan Sistem Organisasi 67
63
F. PeralatanKesenianBarongan 64

G Fungsi Kesenian Barongan u

H. Perkembangan Kesenian Barongan

Kabupaten Kendal

BABV. KESENIAN BARONGAN KABUPATEN SEAAAMNG .. .. T2

A. Kondisi Geografis dan Wilayah 72
72
Administrasi ........... 73
73
B. Topografi dan Keterengan........ 74
C. Klimatologi ............ 74
D. PenggunaanLahan.... 74
E. Penduduk 76
F. Ferekonomian.......... 78
G. PerkembanganWilayah ........... 82
H. SemarangTempo Dulu.. 85
87
l. StrukturPertunjukan............ 88
J. Jenis-JenisGerak......

K. Peratatan
L. Waktu dan Tempat Pertunjukan.......

M. Fungsi Kesenian Barongan

BABVI. KESENIAN BARONGAN DI KABUPATEN AAAGEI.ANG . 94
94
A. Keadaan Geografi... 94
B. PembagianAdministratif .......... 94
C. Keadaan Umum KabupatenMagelang 96

D. Tata Urutan 101
E. Pota dan Sistem Organisasi
102
F. Peralatan Kesenian Barongan 104

G. Fungsi

BABVII. KESENIAN BARONGAN DIKABUPATEN BLOM ...... 113
113
A. KeadaanGeografi 113
B. PembagianAdministratif

f,gwia&amguttcunteagai

c. Keadaan Umum Kabupaten Blora....... 114
D. LatarBetakangCerita...... 121
E. Pola dan Sistem Organisasi
124

F. PeralatanKesenianBarongan 127
G. FungsiKesenianBarongan 128

H. Perkembangan Kesenian Barongan 129

Kabupaten Btora.......

BABVIII. PENUTUP 136
144
DAFTARPUSTAKA

I(9*ttiott tBoongar, t aru taqafr

DAFIAR GAI,IBAR

Gambar 1. Kostum Barongan 9
Gambar 2. Feratatan Kesenian Barongan 10
Gambar 3. Kesenian Barongan di JawaTengah ..........
Gambar 4. Kesenian Barongan di Pedesaan 11
Gambar 5. Acara Ruwatan 12
Gambar 6. Pemain Pokok Kesenian Barongan
Gambar 7. Fertunj ukan Kesenian Barongan 14
Gambar 8. Bagian Trans Kesenian Barongan 14
Gambar 9. BaronganTrans (ndadi) 17
Gambar 10. Barongan di Ponorogo 20
Gambar 11. Pertunj ukan Barongan Dalam Acara 21
23
Pernikahan
24
Gambar 12. Salah Satu Jenis Topeng Kesenian Barongan . 25
47
Gambar 13. Foto Barongan Kabupaten Pemalang ........ 47

Gambar 14. Lakon Seni BarongGabel 4
Gambar 15. Foto Barongan di Lahan Pekarangan Warga
61
Kabupaten Fematang
62
Gambar 16. Foto Barongan Diiringi MusikGametan ......
Gambar 17. Foto Barongan Saat Lomba 65
Gambar 18. Foto Penabuh Gamelan Datam Kesenian 69
76
Barongan TT
78
Gambar 19. Foto Reog Ponorogo 79
87
Gambar 20. Sebaran Lokasi lndustri
91
Gambar 21. Gedung GrisTempo Dulu .......
100
Gambar 22. Gedung Pertamina Tempo Dulu 107
108
Gambar 23. Penthut Dalam Kesenian Barongan 110
124
Gambar 24. Peratatan Kesenian Barongan 125
Gambar 25. Tata Rias dan Busana Kesenian Barongan ....
Gambar 26. Foto Barongan Bati

Gambar 27. Acara Kesenian Barongan

Gambar 28. Peratatan Kesenian Barongan
Gambar 29. Kesenian Barongan Terkenal Mistis ... .. . .. . ..

Gambar 30. Foto Barongan Blora

Gambar 31. Foto SanggarSekarjoyo Btora ......

I(4tatiattuaryottwwftryrt

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kebudayaan dalam bahasa lnggris disebut culture. Kata
tersebut sebenarnya berasal dari bahasa Latin = colere yang
berarti pemeliharaan, pengotahan tanah menjadi tanah
pertanian. Dalam arti kiasan kata itu diberi arti "pembentukan

dan pemurnian jiwa". Sedangkan kata budaya berasat dari

bahasa Sansekerta yaitu kata buddoyoh. Kata buddoyah berasal
dari kata budhi atau akal. Manusia memitiki unsur-unsur potensi
budaya yaitu pikiran (cipta), rasa dan kehendak (karsa). Hasit
ketiga potensi budaya itulah yang disebut kebudayaan. Dengan
kata lain kebudayaan adatah hasil cipta, rasa dan karsa manusia
datam memenuhi kebutuhan hidupnya.

Dengan cipta, manusia mengembangkan kemampuan atam
plklryang menimbutkan itmu pengetahuan. Dengan rasa manusia
menggunakan panca inderanya yang menimbulkan karya-karya

senl atau kesenian. Dengan karsa manusia menghendaki
kesempurnaan hidup, kemutiaan dan kebahagiaan sehingga
berkembangtah kehidupan beragama dan kesusilaan.

Kebudayaan umat manusia mempunyai unsur-unsur yang bersifat
unlversat. Unsur-unsur kebudayaan tersebut dianggap universal
karena dapat ditemukan pada semua kebudayaan bangsa-bangsa
dt dunla. Menurut Koentjaraningrat ada tujuh unsur kebudayaan
unlversat, yaitu:

1) Sistem retigi yang meliputi:

. Sistemkepercayaan
. Sistem nitai dan pandangan hidup
. Komunikasi keagamaan
. Upacara keagamaan
2l Slstem kemasyarakatan atau organisasi sosial yang

metiputi:

. Kekerabatan
. Asosiasi dan perkumputan

{,gsatiolB arotgan t aan tcry afr

. Sistem kenegaraan
. Sistem kesatuan hidup
. Perkumpulan

3) Sistem pengetahuan metiputi pengetahuan tentang:

: []:ffi,iT:Xlh.b*angan

. Tubuh manusia dan perilaku antar sesama manusia

4l :"Tnl"ttu alat untuk berkomunikasi berbentuk:
. Tulisan

5) Sistem mata pencaharian hidup atau sistem ekonomi yang

*TtJ'"lltr dan men gum pu tkan makanan
. Bercocoktanam
. Peternakan

: f:ff.T"T*.,

)6 Yan€ me'[iPu'[i :

if,iififfiil,tiii':;:;:iil"

. Pakaian dan perhiasan
. Tempat berlindung dan perumahan
. Senjata
;' 7l Kesenian yang metiputi:
i Seni patung/pahat
li Retief
. Lukis dan gambar
. Rias
. Vokat
' Musik
. Bangunan
. Kesusastraan
. Drama

Berkaitan dengan tema penulisan makatah ini, tentu kita
akan membahas unsur yang terakhir yaitu kesenian. Kesenian

fu.*ttiofi aa ryat t aut taq at

merupakan hasit dari manusia sebagai homo esteticus. Setetah
manusia mencukupi kebutuhan fisiknya maka manusia pertu dan
setatu mencari pemuas untuk memenuhi kebutuhan psikisnya.

Manusia tidak semata-mata ingin memenuhi kebutuhan 'isi

perut' saja, tetapi mereka pertu mendapat pandangan mata yang

indah atau suara yang merdu. Semuanya itu dapat dipenuhi

melalui kesenian. Kesenian ditempatkan sebagai unsur terakhir
karena enam kebutuhan sebelumnya pada umumnya harus
dipenuhi tertebih dahulu.

B. KerangkaTeoritik

Para ahti kebudayan ada yang mengkategorikan

perkembangan kesenian berdasarkan tempat atau lokasi. Namun

perbedaan ini juga tidak terlepas dari faktor waktu. Sehingga
perkembangan menurut tempat dapat juga menggambarkan
perkembangan waktu. Secara umum, perkembangan kesenian ini
dapat dibedakan atas kesenian rakyat, kesenian keraton, dan

kesenian kota.
Kesenian menurut tempatnya disebut sebagai pertunjukan

atau teater. Menurut A. Kasim Achmad dalam karyanya Teater
Tiadisionat di lndonesia, pengertian seni teater adalah sauatu
bentuk pengucapan seni menggunakan cerita atau diatog yang
dlperagakan datam bentuk gerak dan suara yang disajikan

kepada penonton. Di dalamnya terdapat ide atau pemikiran yang
merupakan cerita agardapat dipahami oteh orang.

Kesenian Barongan jelas termasuk dalam kategori kesenian

rakyat. Kesenian ini merupakan kesenian yang tertua di

lndonesia disebut sebagai seni tradisionat. Seni ini sifatnya masih
astl sehingga disebutjuga seni daerah. Para pendukung kesenian
daerah pada umumnya rakyat pedesaan atau kota kecil yang
secara sosiotogi di Jawa disebut wongcilik dan pada umumnya
berpencarian dalam bidang pertanian.

Beberapa ciri kesenian rakyat adalah sebagai berikut:

a) Kesenian rakyat merupakan ekspresi-kolektif masyarakat

tlngkat rendah. Mereka sebagai homo creator dapat juga
mengeluarkan ekpresinya untuk suatu yang indah dalam

I(g*rian rBaang an t awa'lery afr

kondisi yang sifatnya kebersamaan.

b) Kesenian rakyat keadaannya sangat sederhana atau

menurut istitah teater, artistiknya rendah karena

pendukungnya memang memiliki tingkat kehidupan dan
kemampuan yang rendah wataupun betum tentu dapat
dikatakan misikin.

c) Arena yang dipergunakan untuk kesenian rakyat adatah

lapangan terbuka, seperti hataman atau tanah tapang
yang pada hari-hari biasa dipergunakan untuk keperluan

bersama.

d) Kesenian rakyat memiliki sifat improvisatoris atau

spontan. Jadi, jalannya kesenian itu bergantung sekati

pada pemainnya dan untuk memeriahkan, orang sering
memberikan lawakan (bonyolanl, sehingga dalam
kesenian rakyat naskah tidak dipertukan.

e) Pada pertunJukan kesenian rakyat, antara pemain dan

penonton dapat dengan mudah terjadi komunikasi karena
jarak antara pemain dengan penontonnya dalam arti fisik

f) maupun sosiotogis memang sangat baik

Yang diutamakan datam suatu pertunjukan kesenian
rakyat adalah jatan pertunjukan yang harus mengikuti
cerita bagaimana lazimnya, yaitu harus mengikuti buku
'babon' (induk), penyimpangan dari buku tersebut dinitai

salah, itutah sebabnya kesenian rakyat bersifat statis.

Walaupun kesenian rakyat dikatakan sederhana, tetapi

memitiki beberapa fungsi antara lain:

a) Untuk memberikan hiburan, bagaimanapun juga rakyat

pedesaan memertukan hiburan sebagai pengisi jiwa yang
selama ini tebih banyak 'kosong' dalam tubuhnya yang
keras akibat mata pencaharianya yang berhubungan
dengan atam baikitu petani maupun nelayan.

b) Untuk keperluan suatu upacara adat yang pada waktu

tertentu wajib diselenggarakan. Pertunjukan dalam

upacara adat bertujuan untuk'membujuk' kekuatan gaib

yang dominan agar memenuhi kehendak masyarakat yang
menyelenggarakan kesenian tersebut.

Kpriat fuorrgd, t aw taqot

c) Merupakan media pendidikan yang sifatnya informal
dbaetanmtukkecseenriiatan ,radkiyadta, ltaemruntayma aseytaanlgu
karena dibawakan
disetipkan
dalam

sejumtah nasihat.

d) Bagi sang seniman yang memimpin kesenian rakyat,
dengan adanya kesenian rakyat dapat memberikan
kesempatan untuk metahirkan ekpresi jiwanya, setidak-

tidaknya dapat melestarikannya, karena disaat bentuk

seni sedang berkembang dan diperhatikan orang,
kesenian daerah justru mengalami kemunduran.

Saat ini kesenian atau teater rakyat di lndonesia pada masa
sekarang umumnya sedang mengatami kemunduran. Ada

beberapa hat yang menyebabkannya, antara [ain, pertama
kedudukan orang-orang tua yang pada umumnya menjadi
pendukung teater rakyat secara berangsur-angsur diganti oteh

anak-anak muda yang pada umumnya kurang mau mendukung

kesenian tersebut. Oleh karena itu penggemar kesenian rakyat
semakin kecit. Berbagai sarana komunikasi seperti radio,
televisi, media cetak bahkan internet tetah menjangkau dan
dapat dinikmati oleh masyarakat desa. Padahat media massa
khususnya tetevisi lebih banyak menyajikan bentuk-bentuk

teater modern.

C. Permasalahan

Dari uraian di atas terdapat beberapa permasalahan, yaitu:

)1 Bagaimana tatar betakang cerita kesenian Barongan?
2l Sejauh mana unsur-unsur nitai yang terkandung di datam

kesenian tersebut?

3) Sejauh rnana sistem organisasi di dalam perkumpulan

4l kesenian barongan?

Bagaimana cara pembuatan peralatan, pakaian dan

peratatan musik?

D. }letodologi

Metode yang digunakan untuk mengkaji kesenian barongan

adatah studi [apangan, yaitu semua data yang dikumpulkam

l(jsariailB amqan t mta tetg il

merupakan data primer yang diperoleh dari penelitian lapangan.

Agar tujuan survey dapat dicapai secara maksimal,maka

digunakan penggabungan dari beberapa teknik/metode

pengumpulan data, antara lain terdiridari:

1) Metode Observasi
Digunakan untuk mengumputkan data berdasarkan

pengamatan langsung, baik datam proses pembuatan
peratatan barongan maupun pada saat bertangsungnya

pementasan kesenian barongan tersebut.

2l Metode lnterview/wawancara

Metode ditakukan untuk mendapatkan data terutama data

yang berasal dari informan yang diperoleh melalui

pedoman wawancara. Dengan pedoman wawancara ini
diharapkan bisa mengungkap secara keseturuhan arti
simbolis yang tercermin dalam peralatan dan pakaian
maupun dari pementasan.

3) Metode Dokumentasi

Mengumputkan data melalui dokumen yang sudah ada di

museum. Dokumen yang dimakud bisa berupa peta,

tutisan, gambar/foto dan sebagainya
Disamping ketiga metode tersebut, juga digunakan teknik
survey literatur/studi pustaka, yaitu mempelajari buku-
buku yang ada kaitannya dengan pokok permasalahan.
Literatur tersebut digunakan sebagai acuan yang bersifat
pembanding (komparatif) atau bisa juga digunakan sebai
landasan berfikir.

E. Ruang Lingkup Penelitian

1) Kabupaten Pemalang

2l Kabupaten Kendal

3) KabupatenSemarang

4l Kabupaten Magelang

5) Kabupaten Btora

F. Kerangka Penulisan

Bab l: Pendahuluan
Mengungkap pelaksanaan penelitian ditihat dari segi latar

{gsedailDaruqat t ant a teryafr

betakang masalah, metodotogi dan kerangka penutisan

Bab l!: Latar Belakang Muncutnya Seni Barongan di Jawa

Tengah

Mengungkapkan asat-usul barongan, baik ditinjau dari segi

historis maupun dari legenda-tegenda.
Bab lll: Kesenian Barongan Kabupaten Pemalang

Menguraikan latar belakang cerita, sistem organisasi,

peratatan, fungsi dan perkembangan kesenian Barongan di
Kabupaten Pemalang.
Bab lV: Kesenian Barongan Kabuparen Kendal

Menguraikan latar betakang cerita, sistem organisasi,

peralatan, fungsi dan perkembangan kesenian Barongan di
Kabupaten Kenda[.
Bab V : Kesenian Barongan Kabupaten Semarang

Menguraikan struktur pertunjukan, jenis-jenis gerak,
peralatan, waktu dan tempat pertunjukan serta fungsi

kesenian Barongan di Kabupaten Semarang.
Bab Vl: Kesenian Barongan Kabupaten Magetang

Menguraikan latar belakang cerita, sistem organisasi,

peralatan, fungsi dan perkembangan kesenian Barongan di
Kabupaten Magetang.
BabVll: Kesenian Barongan Kabupaten Btora

Menguraikan latar betakang cerita, sistem organisasi,

peratatan, fungsi dan perkembangan kesenian Barongan di
Kabupaten Blora.
BabVlll: Penutup
Berisi simputan dari keseluruhan tulisan serta saran untuk

pelestarian perkembangan Kesenian Barongan di Jawa

Tengah.

1(9 s enitn $ arong an J.aw a (eW afi

d

a

BAB II
LATAR BELAKANG MUNCULNYA SEN! BARONGAN

DI JAWA TENGAH

Kata barongan sering diidentifikasikan dari kata

'singabarong', yaitu seekor binatang besar yang dapat berbicara
seperti manusia pada sebuah cerita rakyat tentang kisah Raden

Panji. Menurut cerita, Singabarong adatah seekor bintang

permintaan Dewi Sekartaji, ketika ditamar oteh raden Panji

Asmarabangun. Di dalam kesenian barongan juga terdapat
pasukan berkuda yang menggambarkan prajurit dari Jenggala

ketika mengiringi Raden Panji Asmarabangun ke kerajaan Kediri

dengan naik kuda bersama-sama dengan Singobarong dan

pengikut lainnya. lringan pasukan tersebut juga disebut dengan

'reyog'. Oteh karena itu kata 'barongan' juga selalu

berdampingan dengan kata 'reyog', yang menggambarkan satu
kesatuan, dan biasanya datam pementasan reyog harus disertai

barongan.

Kesenian barongan ini pertama kati muncul masih sangat
sederhana, baik datam bentuk tari, instrumen, musik, kostum

maupun sarana lainnya. Proses berkembangnya hanya dengan
metihat atau mendengarkan saja, tanpa ada latihan-tatihan
khusus, sumber ceritanya pun hanya disebartuaskan dari mutut

ke mutut. Begitu juga dengan bentuk tariannya, hanya

berdasarkan hasil pengtihatan atau pengamatan pada waktu ada
pementasan dan ditirukan yang kemudian ditambah serta diotah
sendiri.

Dalam konteks tarian, bentuk-bentuk tariannya tidak ada

'waton-waton' yang sutit sehingga mudah

dipetajari/dikembangkan. Sementara dalam musik, tabuhan

sebagai musik pengiring tidak menggunakan 'gendhing-

gendhing'yang rumit. Setain itu, sarana [ainnya juga diusahakan

fi'1(e s enian {B aro ng an J aw a'teng a

v,urr{ mudah di dapat di daerah sendiri sehingga tidak

rrrr.rnerlukan biaya yang begitu banyak untuk memperotehnya.

Ak,rrr tetapi, karena perkembangan zaman dan tuntutan dari
rrr;rsyarakat, kehidupan seni barongan mengatami perubahan
lr,rik dari tarian, musik maupun pertengkapan seperti kostum.
l),rrrrltak positifnya adatah kesenian ini semakin digemari oteh

rn,rsyat akat.

Gambar 1. Kostum Barongan
(Sumber Foto: Laeta, Juni 2009)
Berdasarkan Gambar 1 di atas merupakan kostum yang biasa

<ligunakan dalam kesenian barongan di Jawa Tengah dengan
konsep yang sederhana, baik datam bentuk tari, instrumen,

rnusik, kostum maupun sarana [ainnya. Sedangkan peratatan
pendukung yang biasa digunakan datam kesenian barongan
tertihat pada gambar berikut dibawah ini.

I{y senian G arong an J aw a'feng a fi

' Gambar 2. Peratatan Kesenian Barongan

(Sumber Foto: Laeta, Juni 2009)

Kesenian barongan merupakan salah satu kesenian

tradisional yang diwariskan secara turun temurun. Kesenian

barongan juga tetah menyebar di berbagai daerah di Jawa

Tengah seperti Btora, Pati dan Demak. Barongan yang hidup di
daerah lain masing-masing mempunyai ciri khas tersendirisesuai
dengan kondisi kehidupan masyarakat pendukungnya. Hat ini

menjelaskan bahwa kehidupan seni tidak dapat lepas dari

kehidupan masyarakat [ingkungan pendukungnya. Demikian
halnya seni barongan di Kabupaten Btora yang juga diwarnai oleh
corak kebudayaan masyarakat pemiliknya, yang memitiki ciri
khas tersendiri.

Kesenian Barongan pada umumnya sudah melekat dan

menyatu datam kehidupan masyarakat, hal ini dapat ditihat

dalam kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan upacara-
upacara adat dan acara hajatan atau hari-hari besar nasionat.

Pada upacara adat atau sedekah bumi masyarakat sering
menggunakan kesenian Barongan sebagai media untuk

mengungkapkan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena

telah menganugrahi kesejahteraan dan kemakmuran pada
masyarakat desa. Pada acara hajatan seperti upacara

perkawinan dan khitanan biasanya masyarakat juga

menggunakan kesenian Barongan sebagai pemenuhan kebutuhan
hiburan, bahkan juga pada peringatan hari-hari besar nasional
masyarakat memeriahkannya dengan kesenian Barongan. Hat ini

1(9s mbn A arong an J aw t'Ieng afr

menandakan bahwa kesenian Barongan digemari masyarakat,

terutama masyarakat pedesaan, mulai anak-anak, remaja
sampai orang tuapun ikut menyaksikan pertunjukan tersebut.

warga masyarakat juga berantusias mengikuti acara itu berjatan
mengetitingi desa atau mengerumuni Barongan itu ketika ada
acara peringatan hari besar yang dipusatkan di tapangan atau

alun-alun. Jadi dapat disimpulkan bahwa kesenian Barongan

merupakan kebanggaan masyarakat pendukungnya tidak
terkecuati masyarakat Jawa Tengah sebagai seni pertunjukan

yang murah meriah.

Gambar 3. Kesenian Barongan di Jawa Tengah
(Sumber Foto: Laela, Juni 2009)

Ifuserian cBaroryan aan rleng a fr

sangat menakutkan dan seotah-olah buas. Sering kati istitah

Barongan dirangkaikan dengan kata kepet (ejekan dari
penonton) artinya tidak suka membersihkan diri (nyopet,

Sunda). Kesenian ini disebut juga Barokan yang artinya sama

dengan Barongan.
Sutit ditentukan secara pasti mutai kapan kesenian Barongan

ini lahir. Satu-satunya bahan yang dapat dijadikan petunjuk iatah

ceritera rakyat yang sangat besar pengaruhnya di katangan

masyarakat pedesaan. Berikut salah satu pertunjukan kesenian
barongan di pedesaan.

I

rl Gambar4. Kesenian Barongan di Pedesaan
rl (Sumber Foto: Laeta, Juni 2009)

ltl

tl

Ceritera rakyat menuturkan: Seorang puteri cantik

I mencintai pemuda tampan Udrayaka, tetapi sang raja, ayah
puteri tidak merestui karena Udrayaka hanyalah anak pungut
Patih Dirgabahu. Agar Udrayaka enyah dari kerajaan, raja

memberi tugas agar Udrayaka menggambar segala jenis binatang

yang ada di daratan. Pemuda itu ternyata berhasit, tetapi
menyusuI perintah selanjutnya dari sang raja agar ia

menggambar segala makhluk yang ada di lautan. Di [autan ia

menyakikan kepala makhtuk binatang yang mengerikan muncul

di permukaan air. la beruntung dapat selamat mendayung ke

I(gsmim rBaruq at t aw a tmg al

pantai, segeratah menggambarnya. Seorang netayan melihatnya

mengatakan bahwa gambar itu mirip kepala ikan Poto. Gambar
Itu langsung diberikan kepada nelayan itu, tidak kepada rajanya.
SeJak itutah para nelayan membuat kesenian barongan sebagai

penotak kematangan.
Lain ceritera mengatakan, konon dahutu kata patawija dan

tumbuhan lain menjadi kering terkena hama. Masyarakat yang
mlstls sangat mempercayai adanya gangguan dari makhtuk hatus
akan membinasakan manusia. Sepasang petani tua (aki dan nini)

berprakarsa membuat makhtuk tiruan (bebegig-Sunda) yang
kepalanya terbuat dari jojodjog (bangku kecit). Upayanya

membawa perubahan, tanaman patawija tumbuh subur. Sejak
Itutah masyarakat tani lainnya meniru perbuatan petani tua tadi.

Perubahan zaman setalu menyentuh peradaban manusia

sehlngga kepata makhluk (jojodog) tadi dipenindah dan

terJematah topeng yang menakutkan yang bereka sebut

Barongan, kemudian berkembang menjadi suatu kesenian yang
dllengkapi dengan kelompok musik tradisional pula.

Masyarakat pedesaan masa lampau menganggap Barongan

dapat menolak segata penyakit yang menimpa kehidupan

mereka, seperti halnya adegan Barongan mengelitingi rumah dan
mengambit (menggigit) bantat kemuC:an dilemparkan ke atas

gentlng-; berarti bantal dianggap sebagai sumber segala

penyakit, dengan begitu Barongan mengusirnya jauh-jauh. Ada

pula yang berkeyakinan untuk acara ruwatan, agar cepat
mendapatkan jodoh dengan cara ngokop (diigit) oteh Barongan

kemudian dimandikan. Berikut merupakan kesenian barongan
sat acara ruwatan yang biasa ditakukan.

rtI(9eria tDorngaa t awa tery

Gambar 5. Acara Ruwatan
(Sumber Foto: Laeta, Juni 2009)

Kesenian Barongan yang kini bisa disakikan sudah bergeser
fungsi, waditra sudah mengalami pengembangan. Begitupun

lagu-lagunya sudah disesuaikan untuk memenuhi selera
penonton. Masyarakat sudah terlalu banyak tersentuh oleh

hadirnya kebudayaan lain sehingga perhatian terhadap Barongan
memudar.

Pemain pokok terdiri dari dua orang, yakni Barongan dan
Pentut, sedangkan yang lainnya berfungsi sebagai wiyaga

sebanyak seputuh orang, seorang reserye pemain Barongan dan
dua orang sebagai pembantu. Jadi jumlahnya sebanyak lima
betas orang. Sebagai catatan bahwa anggota kesenian Barongan

tidak terdapat wanita, semua ditakqnakan oteh kaum pria.

Berikut pemain pokokdalam kesenian barongan.

Garnbar 6; Pemain Pokok Kesenian barongan
(Sumber Foto: Laela, Juni 2009)

I(lsniattsaroqantawa(mgafr

Wadltra yang dipergunakan pada zaman sebelum mereka
terdlrl darl terbang besar berdiameter satu meter, terbang kecil
dlrmoter 45 sentimeter, gong terbuat dari bambu yang ditiup,
torompet sebagai melodi, kecrek dan kendang sebagai penentu
lrrma. Wadltra Barongan zaman kini mengembang menjadi Saron

l, Saron ll, Penerus, Bonang, Tutukan, Gong dan Kecrek. Lagu-
lr3u yang dlalunkan dan diiringi waditra selama pertunjukan
trrdlrl darl Ura-ura, Simanggurit, Betet ijo, Mendung L.or Peteng

Kldut.

lbctum yang dikenakan kedok (topeng) Barongan dan baju
kurung. Sedang pemain berkedok Pentul berbaju cabikan kain
borwarna warni. Kostum para wiyaga bebas.

Urutan Pertunjukan

1. Gamelan dengan lagu Ura-ura.
2. Barongan menari mengikuti irama gending yang sangat

dlnamis sambil menirukan bunyi binatang (burung).

3. Musik berhenti, Barongan diatog dengan wiyaga tentang

kepandaian. Barongan menirukan suara burung.

4. Barongan mulai lagi menari, kali ini tebih dinamis yang

mampu memukau penonton.

5. !ramamusikdinaikkan.
6. Barongan masuk rumah kemudian mengambit bantat dan

melemparkannya ke atas gentine .

7. Barongan kembali menari.
8. Ganti tagu; Simanggurit.
9. Pelaku Pentul ketuardan menari, Barongan berdiam.

10. Pentul berdiatog dengan wiyaga tentang karawitan.
11. Pentu[ menari.

12. Petut diatog dengan wiyaga tentang kehidupan sosial.

13. Ganti lagu.

14. Barongan dikucuri air kembang.
15. Pentut menari, Barongan siap-siap menghadapi Pentut.
16. Barongan berdiatog dengan Pentul.
17. Barongan perangdengan Pentu[.'
1 8. Barongan dipenggat.

I(jsnin <furotga t uta taq 6

1 9. Barongan mengejar anak-anak/penonton.
Menyimak seluruh pertunjukan Barongan, setiap gerakan itu

tidak tuput dari makna kehidupan manusia yang hanya bisa
bergerak karena ada roh di datamnya. Jika roh sudah kembati

kepada Tuhan Yang Maha Esa maka raga akan tertinggal dan tidak

berarti apa-apa. Dengan demikian manusia tidak boteh

mempunyai rasa berkuasa tebih daripada yang lain karena ketak
aja[ akan menjemputnya dan tak seorang pun dapat melarikan
diri dari mati. Maka dari itu, Barongan juga digambarkan sebagai
kurungan (raga manusia).

Munca6 seorang seniman Barongan mengatakan bahwa
seingatnya tokoh yang pertama kali mendirikan perkumpulan
kesenian Barongan adalah Buyut Gendre dari Desa Dukuwidara
Losari, Bapak Btonong, Bapak Rujuk, BapakTasjid, BapakTasang,
Desa Sumber Babakan, Raji, Waryun, Sojat, Tarna, Tanggat, dan
yang sekarang memimpin seni Barongan Dharma Bakti dari Desa
Sumber Lor Kecamatan Babakan Kabupaten Cirebon adatah Kusir.

Barongan mengacu pada beberapa babad. Satah satunya
ll adatah babad Kelana Sewandana. Babad Kelana Sewandanayang

konon merupakan pakem asti seni pertunjukan Barongan. Mirip
kisah Bandung Bondowoso dalam legenda Lara Jongrang, Babad
Kelana Sewandana juga berkisah tentang cinta seorang raja,
Sewandana dari Kerajaan Jenggala, yang hampir ditolak oteh

illl Dewi Sanggatangit dari Kerajaan Kediri. Sang putri meminta

ii, Sewandana untuk memboyong seturuh isi hutan ke istana sebagai
mas kimpoi. Demi memenuhi permintaan sang putri, Sewandana

harus mengalahkan penunggu hutan, Singa Barong (dadak

merak).

1(9 scttiolBamq an t aw a tetg afi

Gambar 7. Pertunjukkan Kesenian barongan
(Sumber Foto: Laeta, Juni 2009)

Namun hal tersebut tentu saja tidak mudah. .Para warok,

prarurlt, dan patih dari Jenggata pun menjadi korban.

BersenJatakan cemeti pusaka Samandiman, Sewandana turun

rcndlrl ke getanggang dan mengalahkan Singobarong.

PertunJukan Barongan digambarkan dengan tarian para prajurit
yan3 tak cuma didominasi para pria tetapi juga wanita, gerak

brlngasan para warok, serta gagah dan gebyar kostum

Sewandana, sang raja pencari cinta.
Versl lain datam Barongan Ponorogo mengambit kisah Panji.

Cerltanya berkisar tentang perjalanan Prabu Ketana Sewandana

mencari gadis pujaannya, ditemani prajurit berkuda dan

patlhnya yang setia, Pujangganong. Ketika pilihan sang prabu
Jatuh pada putri Kediri, Dewi Sanggatangit, sang dewi memberi
ryarat bahwa ia akan menerima cintanya apabita sang prabu

bersedla menciptakan sebuah kesenian baru. Dari situ

terclptalah Barongan Ponorogo. Huruf-huruf Barongan mewakili
rebuah huruf depan kata-kata dalam tembang macapat Pocung
yang berbunyi: Rasa kidung/ lngwang'sukma adituhung/ Yang
Wdhl/ Olah kridaning Gusti/ Gelar gulung kersaning Kang Maha

KgniailBaangdttawficryrt

Kuasa. Unsur mistis merupakan kekuatan spiritual yang

memberikan nafas pada kesenian Barongan Ponorogo.

Kesenian Barongan termasuk pula kepada jenis kesenian

pengamen yang menjajakan keahliannya di tempat-tempat

ramai atau di depan rumah yang memertukan. Kesenian ini
tersebar di beberapa daerah di Kabupaten Cirebon, mereka
mengamen di daerahnya sendiri dan pernah puta sampai ke

daerah Kuningan. Kesenian Barongan dapat menyesuaikan diri
dengan masyarakat [ingkungannya. Ketika tahun baru lmlektiba,

Barongan mengamen ke rumah orang-orang Cina dengan

menyajikan lagu fulandarin sebagai pembukaan yang mereka
sebut Grambyangan tawar atau grambyangan cokek. Muncar
sangat menguasai lagu-lagu asti Mandarin. Terompet yang kini ia

pegang konon adatah tcrmpet cokek yang telah berusia tujuh

turunan (kira-kira dua abad tebih).

Kesenian Barongan merupakan bentuk tarian yang

menggunakan topeng besar yang berbentuk kepala harimau

ralsasa yang biasa disebut dengan nama singa barong. Barongan

biasanya dimainkan oteh 2 (dua) orang penari, yang masing-

masing bertugas di bagian depan sebagai kepata dan di bagian
betakang sebagai ekornya, bisa juga dimainkan satu orang
penari. Barongan ditampitkan datam bentuk arak-arakan atau
pawai. Juga dapat ditampitkan datam bentuk drama Barongan
yang sering disebut dengan Barongan Barongan. Kesenian
Barongan tetah mengakar di masyarakat Jawa Tengah. Kesenian
Barongan diiringi oteh gamelan atau karawitaan yang berlaras
slendro. Kesenian barongan memiliki urutan-urutan penyajian

:sebagai berikut ritua[ sesaji, adegan sembohan, adegan

penthulon, adegan Barongan, adegan barongan, adegan

lawakan, adegan joranandan adegan trans.

Pertunjukan kesenian barongan pada mutanya sering
ditakukan oteh para seniman yang sudah lanjut usia atau
memiliki pengalaman sebagai pembarong dalam waktu yang

rtI(gsmbt rBaongan t mt a {ery

(,ukup [ama. Datam penyajian kesenian Barongan terdapat
robuah fenomena "Ndadi" dalam istitah poputernya sering

dlsebut dengan adegan trans.
Trans atau ndadi adatah kemasukan setan atau roh, orang

yang kemasukan roh maka manusia tidak sadar tagi. Hat ini
mengatami keadaan diluar kesadaran manusia kemudian tidak
lngat apa-apa, seperti halnya penari barongan khususnya pada
penari jaran dor yang mengalami kesurupan atau ndadi akan
melakukan gerakan di [uar kesadarannya, karena ia berada di
atam lain dan penari telah dikuasai otehroh yang masuk ke datam
tubuh penari melalui pawang. Dalam kepercayaan masyarakat

Jawa, kesurupan merupakan sesuatu yang di landasi adanya

masuknya roh dalam diri seseorang disamping itu diperlukannya
sesaji yang merupakan suatu cara untuk memuja roh melatui
suatu barang atau benda. Hat ini mengingat kesenian barongan
banyak sekati menggunakan gerakan atraktif atau akrobatik yang
dlanggap penuh dengan magic serta sutit diterima akal sehat.
Satah satu contoh pemain barongan yang sudah kemasukan
(kesurupan)disuruh memecah ketapa dengan menggunakan
kepata, memakan kacadan mematikan api dengan mulutdan lain

sebagainya. Maka dari itu datam setiap penyajian diperlukan

seorang "pawang" atau tua-tua. Dalarn hal ini pawang berfungsi
sebagai penyembuh atau mengernbalikan kesadaran seorang

pemain jika terjadi trans (kehitangan kesadarannya). Untuk

menjadi pawang yang memiliki kemampuan yang mumpuni
datam membacakan doa-doa atau mantra-mantra, diperlukan
berbagai persyaratan dan kemampuan kekuatan batin yang

didasari suatu itmu kejawen yang tidak mudah cara
memperolehnya. Apabita terjadi sesuatu yang tidak
dikehendaki, misalnya 'trans' maka akan mudah cara
mengobatinya dan tidak banyak mengalami hambatan.

Kemampuan seorang pawang diperoteh dengan proses pewarisan

atau proses transmisi dari nenek moyangnya dan itu sudah

{graian tDaa ryaflt a*w,Ietgafi

merupakan ciri khas dari sosokseorang pawang.
Men genai persya ratan - persyaratan yan g bi asanya di la ku kan

oteh generasi terdahulu seperti puasa (ngtakoni) agar penari
barongan khususnya pembarong memiliki kekuatan batin, tetap
diterapkan atau harus ditakukan oteh penari barongan meskipun
pembarong tersebut masih berusia muda. Sehingga penari tidak
mudah dikendatikan oteh kekuatan jahat yang sewaktu-waktu
mempengaruhinya. Kadar atau ukuran dari kekuatan batin yang
dimitiki oteh pembarong-pembarong muda atas bimbingan
'pawang' lebih rendah dibandingkan dengan yang dimitiki oteh
generasi-generasi yang terdahulu. Contohnya kekuatan batin
yang dimitiki oteh pawang dapat digunakan untuk menyembuh-
kan penari-penari yang kesurupan, sedangkan kekuatan batin
yang dimitiki oteh pembarong hanya digunakan untuk melindungi

diri sendiri. Namun demikian hal tersebut sudah dianggap

memenuhi syarat untuk memainkan barongan, disamping adanya
ketrampilan dan ketangkasan dalam memperoteh gerak yang
harus dimitiki oteh pembarong. Satah satu daya tarik pertunjukan

Barongan tertetak pada bagian 'trans', apabita pertunjukan

Barongan tidak disertai trans (ndadi) barangkali kurang

mendapat perhatian dari masyarakat. Kenyataannya memang
para penonton menanti-nanti saat trans tersebut terjadi.

Gambar 8. Bagian Trans Kesenian barongan
(Sumber Foto: Laela, Juni 2009)

fusatian rBarog or I asta'IaAai

Apabita dicermati, fenomena trans pada pertunjukan

Barongan ditakukan dua pihak yaitu pawang dan para peraga.

Kehadiran pawang datam setiap pertunjukan muttak di

pcntaskan, mengingat proses terjadinya trans tergantung dari
pawang. Untuk itu dapat disimputkan bahwa pawang di datam
pertunjukan Barongan memitiki kedudukan yang sangat sentrat,
karena tanpa kehadiran pawang maka daya tarik pertunjukan
Barongan trans (ndadi) tidak dapat tertaksana. Setiap kati ada
pertunjukan kesenian Barongan senantiasa muncuI bentuk

atraksi trans pada sebagian penarinya dan di pastikan puta

banyak masyarakat yang menikmati sajian kesenian Barongan
tersebut, dan tertihat puta perkembangan kesenian Barongan

yang masih mempertahankan eksistensinya. Hat ini sangat

menarik dan mendorong penetiti ingin tebih tanjut mengkaji
Pawang datam Fenomena Trans pada Kesenian Barongan

tersebut. Sehingga pengetahuan dan wawasan terhadap

kesenian tradisionaI bertambah baik.

Gambar 9. Barongan Trans ( ndadil
(Sumber Foto: Laeta, Juni 2009)

Pada dasarnya ada lima versi cerita populer yang ber-
kembang di masyarakat tentang asat-usul kesenian barongan,
namun salah satu cerita yang pating terkenal adatah cerita

tentang pemberontakan Ki Ageng Kutu, seorang abdi kerajaan

't(j s enian (B arong an J awa Te ng a fr

pada masa Bhre Kertabhumi, Raja Majapahit terakhir yang

berkuasa pada abad ke-15. Ki Ageng Kutu murka akan pengaruh

kuat dari pihak rekan Cina rajanya dalam pemerintahan dan

perilaku raja yang korup, ia pun melihat bahwa kekuasaan

Kerajaan Majapahit akan berakhir. Ia [alu meninggatkan sang raja
dan mendirikan perguruan dimana ia mengajar anak-anak muda

seni bela diri, ilmu kekebalan diri, dan ilmu kesempurnaan

dengan harapan bahwa anak-anak muda ini akan menjadi bibit
dari kebangkitan tagi kerajaan Majapahit ketak. Sadar bahwa
pasukannya terlatu kecil untuk melawan pasukan kerajaan maka
pesan potitis KiAgeng Kutu disampaikan melatui pertunjukan seni

Barongan, yang merupakan "sindiran" kepada Raja Bra

Kertabumi dan kerajaannya. Pagetaran Barongan menjadi cara

Ki Ageng Kutu membangun pertawanan masyarakat lokat

menggunakan kepopuleran Barongan.
Dalam pertunjukan Barongan ditampitkan topeng berbentuk

kepala singa yang dikenal sebagai "Singa Barong", raja hutan,

yang menjadi simbot untuk Kertabumi, dan diatasnya

ditancapkan butu-butu merak hingga menyerupai kipas raksasa

yang menyimbotkan pengaruh kuat para rekan Clnanya yang

mengatur dari atas segala gerak-geriknya. Jatitan, yang

diperankan oleh ketompok penari gembtak yang menunggangi
kuda-kudaan menjadi slmbol kekuatan pasukan Kerajaan
lrtajapahit yang menjadi perbandingan kontras dengan kekuatan
warok, yang berada dibatik topeng badut merah yang menjadi
simbot untuk Ki Ageng Kutu, sendirian dan menopang berat
topeng singabarong yang mencapai tebih dari 50 kg hanya dengan
menggunakan giginya. Poputernya Barongan Ki Agerg Kutu
akhirnya menyebabkan Kertabumi mengambil tindakan dan
menyerang perguruannya, pemberontakan oleh warok dengan

cepat diatasi, dan perguruan dilarang untuk metanjutkan

pengajaran akan warok. Namun murid-murid KiAgeng kutu tetap

melanjutkannya secara diam-diam. Wataupun begitu,

ilfuserian A amryat I atta'Ieng

kr.scnian Barongannya sendiri masih diperbotehkan untuk

tllllentaskan karena sudah menjadi pertunjukan populer diantara
rrrasyarakat, namun jatan ceritanya memitiki atur baru dimana
rlltambahkan karakter-karakter dari cerita rakyat Ponorogo yaitu
Kelono Sewondono, Dewi Songgotangit, dan Sri Genthayu.

Gambar 10. Barongan di Ponorogo
(Sumber Foto: Laeta, Juni 2009)

Versi resmi alur cerita Barongan Ponorogo kini adatah cerita
tentang Raja Ponorogo yang berniat melamar putri Kediri, Dewi
Ragil Kuning, namun ditengah perjatanan ia dicegat oteh Raja
Singabarong dari Kediri. Pasukan Raja Singabarong terdiri dari
merak dan singa, sedangkan dari pihak Kerajaan Ponorogo Raja
Ketono dan Wakitnya Bujanganom, dikawat oteh warok (pria

berpakaian hitam-hitam datam tariannya), dan warok ini

memitiki itmu hitam mematikan. Seturuh tariannya merupakan
tarian perang antara Kerajaan Kediri dan Kerajaan Ponorogo, dan

mengadu ilmu hitam antara keduanya, para penari datam

keadaan kerasukan saat mementaskan tariannya.
Hingga kini masyarakat Ponorogo hanya mengikuti apa yang

menjadi warisan [eluhur mereka sebagai pewarisan budaya yang
sangat kaya. Datam pengalamannya Seni Barongan merupakan
cipta kreasi manusia yang terbentuk adanya atiran kepercayaan

I(e se nian Q drong an J aw a'leng a fi

yang ada secara turun temurun dan terjaga. Upacaranya pun
menggunakan syarat-syarat yang tidak mudah bagi orang awam
untuk memenuhinya tanpa adanya garis keturunan yang jetas.

Mereka menganut garis keturunan Parental dan hukum adat yang
masih berlaku.

Gambar 11. Pertunjukkan Barongan DatamAcara Pernikahan
(Sumber Foto: Laela, Juni 2009)

Barongan modern biasanya dipentaskan datam beberapa

peristiwa seperti pernikahan, khitanan dan hari-hari besar

Nasionat. Seni Barongan Ponorogo terdiri dari beberapa

rangkaian 2 sampai 3 tarian pembukaan. Tarian pertama

biasanya dibawakan oteh 6-8 pria gagah berani dengan pakaian
serba hitam, dengan muka dipoles warna merah. Para penari ini
menggambarkan sosok singa yang pemberani. Berikutnya adalah
tarian yang dibawakan oleh 6-8 gadis yang menaiki kuda. Pada

Barongan tradisional, penari ini biasanya diperan-kan oleh

penari taki-laki yang berpakaian wanita. Tarian ini dinamakan
tari jaran kepang, yang harus dibedakan dengan seni tari lain
yaitu tari kuda lumping. lhrian pembukaan [ainnya jika ada
biasanya berupa tarian oleh anak kecit yang membawakan

adegan [ucu.

Kjserhn tBarong an t aw a tery a fi

'Bedhaya Ketawang

Bedhaya Ketawang adatah juga satah satu tarian
tradisiona[ yang datang dari Solo dan Jo$a ( Putau Jawa

bagian Tengah). Kita sering lihat tarian ini dalam beberapa
aktivitas seperti suatu upacara penobatan raja, festival
atau pertunjukan. Bedhaya Ketawang dimainkan oleh 9
penari. Masing-Masing penari mempunyai tugas dan nama

khusus. Nama mereka adalah Batak ( penari pertama),

Endhet Ajeg, Endhel Weton, Apit Ngarep, Apit Mburi, Apit
Meneg, Gulu, Dhada, dan Boncit.

Tarian ini pada umumnya ditemani oteh Musik Jawa

Orkes yang disebut Gamelan. Gametan ini dinamai

Gametan Kyai Kaduk Manis yang terdiri dari dari banyak

instrumen musik-<eperti kendhang Ageng ( kendhang

besar), Kendhang Ketipung, Kenong, dan kethuk

Tari Serimpi

Tari Merak
Tari Watang (pasukan tombak remaja perkasa),
TariJemparing Putri (pasukan panah gadis-gadis ayu),
Tari Jathitan (Jaran Kepang, pasukan berkuda yang sigap

dan semangat) masing-masing dengan kostum budaya
Jawayangadhi tuhung.
Seni Barong Blora, merupakan salah satu kesenian rakyat
yang sangat populer di katangan masyarakat Btora. Alur
cerita bersumber dari hikayat panji. Di dalam seni Barong
tercermin sifat-sifat kerakyatan seperti spontanitas,
sederhana, keras, kompak yang ditandasi kebenaran.

Kesenian barongan berbentuk tarian kelompok yang
terdiri dari tokoh Singo Barong, Bujangganong, Joko
Lodro/Gendruwon. Jaranan/Pasukan Berkuda, serta

prajurit.
Topeng lreng kepanjangan dari Tata Lempeng lrama
Kenceng yang artinya baris lurus irama keras. Topeng ireng

hidup dan berkembang di lereng Gunung Merbabu dan
Merapi. Kesenian itu sering dipergunakan untuk acara

I(gsenim. $armg ot t aata'Iag afi

Setelah tarian pembukaan setesai, baru ditampitkan adegan

lnti yang isinya bergantung kondisi dimana seni Barongan

dltampitkan. Jika berhubungan dengan pernikahan maka yang
dltampitkan adatah adegan percintaan. Untuk hajatan khitanan
atau sunatan, biasanya cerita pendekar.

Adegan dalam seni Barongan biasanya tidak mengikuti
skenario yang tersusun rapi. Disini setatu ada interaksi antara

pemain dan datang (biasanya pemimpin rombongan) dan kadang-
kadang dengan penonton. Terkadang seorang pemain yang
sedang pentas dapat digantikan oteh pemain lain bita pemain
tersebut keletahan.Yang tebih dipentingkan dalam pementasan

seni Barongan adalah memberikan kepuasan kepada

penontonnya.

Adegan terakhir adatah singa barong, dimana pelaku

memakai topeng berbentuk kepala singa dengan mahkota yang
terbuat dari butu burung merak. Berat topeng ini bisa mencapai
50-60 kg. Topeng yang berat ini dibawa oleh penarinya dengan
glgi. Kemampuan untuk membawakan topeng ini selain diperoteh

dengan tatihan yang berat, juga dipercaya diperoleh dengan

latihan spiritual seperti puasa dan tapa.

Gambar 12. Salah Satu Jenis Topeng Kesenian Barongan

(Sumber Foto: Laela, Juni 2fiD)

Adapun jenis kesenian setain kesenian barongan yaitu tarian
Jawa Tengah yang metiputi :

I(effiin tBuuqa t attc lIaqafr

I rmrn AnPLs PRov. JATEIIG I

hajatan. Sekelompok penari dengan sepatu gemerincing

dan kostum bak lndian Boyotali, topi butu ayam, kain

berwarna-warni memainkan tarian dinamis yang

mengundang tepuk tangan penonton.

TariAptang merupakan tarian tradisionat yang berasal dari
Kabupaten Banjarnegara. Dahulu Tari Aptang digunakan

untuk syiar Agama lslam. Aptang berasal dari kata

ndaptang yang berarti tangan digunakan seperti gerakan
silat. Tarian ini ditarikan oleh remaja putra-putri dengan

diiringi rebana, bedug, k€ndang dan nyanyian syair
satawatan. Kostumnya model lslam Jawa yang indah
dipandang mata. Kembali ke Jatidiri Bangsa Kabupaten

Banjarnegara.

Singo Barong. Kesenian ini merupakan kesenian

tradisionat asti rakyat Demak, yang ditatar betakangi
sejarah Demak. Hutan Gtagah Wangi akan dijadikan

pemukiman, namun Sang Penunggu yang merupakan sosok

gaib Singo Barong Kembar tidak mau menerimanya.

Dengan kesaktian "Cemeti Saptomowo" situman Singo
Barong dapat ditaktukkan. Prajurit dengan kostum surjan
menaiki Kuda Kepang warna-warni yang indah.
Tari Gondoriyo. Perpaduan antara tari, teater dan gerak
akrobatik. Ceritera diambil dari babad panji yaitu kisah

cinta Raden Panji Asmarabangun adri Jenggala yang

mempersunting Dewi Sekartaji dari Kediri. Untuk a(apat
mempersunting putri tersebut Raden Panji harus dapat
mempersembahkan seekor singo barong yang dapat

berbicara. Joko Lodro utusan Raden Panji dapat

menangkap Singa Lodro di hutan Lodaya.
Tari Loro Blonyo. Tari Loro Btonyo merupakan gambaran
Dewi Sri dan saudaranya Dewa Sadana. Dewi Sri adatah
Dewi petindung padi dan pemberi berkah serta merupakan

lambang kemakmuran. Dewa. Sadana adalah Dewa

sandang pangan. Pada saat sekarang, kedua dewa dan
dewi tersebut sudah sirna dari bumi pertiwi dan menetap

I(gsmiailBaa ng an t aw a (eryafr

di Tirta Kedasar. Sepeninggal mereka keadaan bumi

pertiwi makin terpuruk. Bencana, matapetaka serta huru-

hara terjadi di mana-mana. Atas petunjuk Dewa Msnu

agar keadaan kembati aman tenteram maka kedua dewa
dewi tersebut harus dikembatikan. Ha[ tersebut tidak

mudah karena untuk mendapatkan mereka harus

berhadapan dulu dengan rakasa penunggu negara Tirta
Kedasar. Semar akhirnya bisa membawa kembati mereka

dan bumi pertiwi kembati putih. Untuk mensyukuri

keberhasitan tersebut dibunyikan kothekan lesung yang

berirama magis.

Ebteg adatah kesenian khas Kabupaten Kebumen.

Sepasukan pemuda memakai kostum warna-warni etnik

naik kuda kepang melawan 2 Utar Raksasa.

Tarian Soreng Manggata Mangsah Yuda. Sekelompok

pasukan perang dipimpin seorang komandan yang meniup
terompet kerang bak perang Bharatayuda. Gadis-gadis

cantik pasukan Srikandi meramaikan suasana. Pakaian

yang gemerlapan menimbulkan suasana ceria.
Tarian Jathitan. Tarian kera-kera seperti di ramayana. Ada

yang berkostum putih rombongan Hanuman. Berkutit

merah-rombongan Hanggada. Dan Berbutu biru rombongan

Anila. Tidak ketinggalan raksasa-raksasa berambut

panjang naik kuda kepang.

Tari Kretek. Tari Kretek diithami akar kesejahteraan yang

sampai kini dirasakan di Kabupaten Kudus. Beberapa

penari ayu memakai kain kebaya, selendang bergaris
hitam dengan topi lebarsedang membawa tampah tempat
tembakau. Tarian menggambarkan kegiatan membuat

rokok

Karya tari yang merupakan kotaborasi Seni Grasak dan
Kuntutan ini menceritakan pentingnya kembati kepada
alam. Persembahan gunungan berisi sayur dan buah-
buahan digotong 4 pemuda gagah. Serombongan petani

dan peraj urit berkuda mengawalnya.

I(ts mian tharog an t awa tng afi

Tari rebana,

Tari Rebana Santri. Putra-putri memakai kain batik khas
pekatongan memainkan rebana. Sepatu tati kutit dengan
krincingan mernbuat suasana meriah sekati. Warna hijau

dan merah mendominasi disamping gemerlap keemasan
Terjing Madroh. Gabungan dari Terbang Genjring, Marawis

dan Tari Hadroh memeriahkan suasana. Gadis-gadis
berpakaian ata Gypsy dengan bahan batik pekatongan

warna-warni merneriahkan suasana.

Tarian Beksan Jurit Ampil menggambarkan salah satu
laskar putri Raden Mas Said yang bergelar Pangeran
Samber Nyawa. Jangan dianggap menakutkan, putri-putri
penari Jurit Ampit memakai kebaya putih lengan pendek

membawa gendewa panah dan cundrik dan menari penuh
keanggunan. Mah kota j anur menghiasi rambutnya
Tari Warak Dugder. Mengiringi Patung warak sekelompok

gadis berpakaian Encim putih biru metenggang tenggok
dengan manisnya. Asa[ kata Dug Der adatah suara bedug

Dug Dug dan suara meriam Dher. Campuran budaya lstarn,
Jawa dan Cina metatar betakangi seni ini.

Tari Prajurit Bumi Rumekso merefteksikan masyarakat
pada masa prakernerdekaan. Pasukan putri bersenjatakan

panah dan Pasukan pria bersenjatakan toya

mempertahankan bumi pertiwi. Gerak yang sederhana

namun tegas menjiwai tari ini.
Tari Kuncaraning Batik Soto mernukau semua hadirin.
Semua penari membawa bermacam-macam batik. Gerak

tari yang gemul,ai dan kompak sangat indah sekaligus

mempromosikan nama motif kain batik. Pada zaman dulu
motif batik seperti sebuah yantra, atat afirmasi bagi

pemakainya.

Tari Kuntulan adalah gerak pencak sil,at yang diwujudkan

dalam tarian. Semangat penari membangkitkan getora

semangat penonton.
Tari Topeng lreng yang dinamis sangat indah dan membuat

I(gsanian $ arong an J awa (mg a fi

para penonton memberi tepuktangan riuh rendah

Kesenian Barong atau tebih dikenaI dengan kesenian

Barongan merupakan kesenian khas Jawa Tengah. Akan tetapi

dari beberapa daerah yang ada di Jawa Tengah Kabupaten Btora

tah yang secara kuantitas, keberadaannya tebih banyak bita

dibandingkan dengan Kabupaten lainnya. Seni Barong

merupakan satah satu kesenian rakyat yang amat populer

dikalangan masyarakat Blora, terutama masyarakat pedesaan.

Didalam seni Barong tercermin sifat-sifat kerakyatan masyarakat

Btora, seperti sifat : spontanitas, kekeluargaan, kesederhanaan,

kasar, keras, kompak, dan keberanian yang ditandasi kebenaran.

Barongan dalam kesenian barongan adatah suatu pelengkapan

yang dibuat menyerupai Singo Barong atau Singa besar sebagai

penguasa hutan angker dan sangat buas. Adapun tokoh
Singobarong dalam cerita barongan disebut juga Gembong

Amijoyo yang berarti harimau besar yang berkuasa. Kesenian

Barongan berbentuk tarian kelompok, ydng menirukan

keperkasaan gerak seekor Singa Raksasa. Peranan Singo Barong

secara totalitas didatam penyajian merupakan tokoh yang sangat

dominan, disamping ada beberapa tokoh yang tidak dapat

dipisahkan yaitu : Bujangganong/Pujonggo Anom Joko

Lodro/Gendruwo Pasukan berkuda/reog Noyontoko Untub.

Selain tokoh tersebut diatas pementasan kesenian barongan juga

ditengkapi beberapa perlengkapan yang berfungsi sebagai

instrumen musik antara lain : Kendang,Gedhuk, Bonang, Saron,

!l! Demung dan Kemput. Seiring dengan perkembangan jaman ada
trl

beberapa penambahan instrumen modern yaitu berupa Drum,

Terompet, Kendang besar dan Keyboards. Adakalanya dalam

beberapa pementasan sering dipadukan dengan kesenian

campur sari. Kesenian barongan bersumber dari hikayat Panji,

yaitu suatu cerita yang diawati dari iring-iringan prajurit berkuda

men gawal Raden Panj i Asmaraban gu n / Pujon ggo Anom dan Si n go

Barong. Adapun secara singkat dapat diceritakan sebagai berikut

: Prabu Klana Sawandana dari Kabupaten Bantarangin jatuh cinta

kepada Dewi Sekartaji putridari Raja Kediri, maka diperintahtah

I(gefiar.Bdrwatlawa{mgat

Barong kena Pecut Samandiman menjadi lumpuh tak berdaya.

Akan tetapi berkat kesaktian Adipati Ktana Sawendana kekuatan

Singo Barong dapat diputihkan kembali, dengan syarat Singo

Barong mau mengantarkan ke Kediri untuk metamar Dewi

Sekartaji. Setelah sampai di alun-alun Kediri pasukan tersebut

bertemu dengan rombongan Raden Panji yang juga bermaksud

untuk meminang Dewi Sekartaji. Persetisihanpun tak

terhindarkan, akhirnya terjaditah perang tanding antara Raden

Panji dengan Adipati Klana Sawendano, yang akhirnya

dimenangkan oteh Raden Panji. Adipati Ktana Sawendana

berhasiI dibunuh sedangkan Singo Barong yang bermaksud

membeta Adipati Klana Sawendana dikutuk oteh Raden Panji dan

tidak dapat berubah wujud [agi menjadi manusia (Gembong

Amijoyo) tagi. Akhirnya Singo Barong takhtuk dan mengabdikan

diri kepada Raden Panji, termasuk prajurit berkuda dan

Bujangganong dari Kerajaan Bantarangin. Kemudian rombongan

yang dipimpin Raden Panji metanjutkan perjatanan guna

I melamar Dewi Sekartaji. Suasana arak-arakan yang dipimpin

rl

it oteh Singo Barong dan Bujangganong initah yang menjadi tatar

ll belakang keberadaan kesenian Barongan.

lll

li
I

'l{e s e nitn E aro ng an J aw a'le n6 a fi

/Itnl lh Bujangganong Pujonggo Anom untuk meminangnya.

Kcberangkatannya disertai 14 prajunt berkuda yang dipimpin

oloh empat orang perwira diantaranya : Kuda Larean, Kuda

Panagal Kuda Panyisih dan Kuda sangsangan. Sampai di hutan
Wengkar rombongan Prajurit Bantarangin dihadang oteh Singo

llarong sebagai penjelmaan dari Adipati Gembong Amijoyo yang

dltugasi menjaga keamanan di perbatasan. Terjaditah

persetisihan yang memuncak menjadi peperangan yang sengit.
Semua Prajurit dari Bantarangin dapat ditaktukkan oteh Singo

Barong, akan tetapi keempat perwiranya dapat lolos dan

melapor kepada Sang Adipati Klana Sawandana. Pada saat itu,r
Juga ada dua orang Puno Kawan Raden Panji Asmara Bangun dari
Jenggata bernama Lurah Noyontoko dan Untub juga mempunyai
tujuan yang sama yaitu diutus R. Panji untuk melamar Dewi Sekar
Taji. Namun setetah sampai dihutan Wengker; Noyontoko dan
Untub mendapatkan rintangan dari Singo Barong yang metarang
keduanya utuk metanjutkan perjatanan, namun keduanya saling
ngotot sehingga terjaditah peperangan. Namun Noyontoko dan
Untub merasa kewatahan sehingga mendatangkan saudara

seperguruannya yaitu Joko Lodro dari Kedung Srengenge.

Akhirnya Singo Barong dapat ditaktukkan dan dibunuh. Akan
tetapi Singo Barong memitiki kesaktian. Meskipun sudah mati
asa[ disumbari ia dapat hidup kembati. Peristiwa ini kemudian
ditaporkan ke R. Panji, kemudian berangkattah R. Panji dengan
rasa marah ingin menghadapi Singo Barong. Pada saat yang
hampir bersamaan Adipati Klana Sawendono juga menerima
laporan dari Bujangganong (Pujang Anom) yang dikatahkan oleh
Singo Barong. Dengan rasa amarah Adipati Ktana Sawendana
mencabut pusaka andatannya, yaitu berupa Pecut Samandiman
dan berangkat menuju hutan Wengker untuk membunuh Singo
Barong. Setetah sampai di Hutan Wengker dan ketemu dengan
Singo Barong, maka tak terhindarkan pertempuran yang sengit
antara Adipati Klana Sawendana metawan Singo Barong.Adipati
Klana Sawendana dapat menaktukkan Singo Barong dengan
senjata andalannya yang berupa Pecut Samandiman. Singo

Kgsenian E arotg an t aw d te ng a fi

BAB III

KESENIAN BARONGAN KABUPATEN PEMALANG

A. Sejarah Kabupaten Pemalang

Keberadaan Pematang dapat dibuktikan berdasarkan

berbagai temuan arkeologis pada masa prasejarah. Temuan itu
berupa punden berundak dan pemandian di sebetah Barat Daya
Kecamatan Moga. Patung Ganesha yang unik, lingga, kuburan dan

batu nisan di desa Keropak. Selain itu bukti arkeotogis yang

menunjukkan adanya unsur-unsur kebudayaan Istarn juga dapat
dihubungkan seperti adanya kuburan Syeikh Mautana Maghribi di
Kawedanan Comal. Kemudian adanya kuburan Rohidin, Sayyid
Ngati paman dari Sunan Ampet yang juga memiliki misi untuk
mengistamkan penduduk setempat.

Eksistensi Pemalang pada abad XVI dapat dihubungkan
dengan catatan Rijktof Van Goens dan data di dalam buku W.
Fruin Mees yang menyatakan bahwa pada tahun 1575 Pemalang
merupakan salah satu dari 14 daerah merdeka di Pulau Jawa,

yang dipimpin oleh seorang pangeran atau raja. Dalarn

perkembangan kemudian, Senopati dan Panembahan Sedo
Krapyak dari Matararn menaktukan daerah-daerah tersebut,

termasuk di datamnya Pemalang. Sejak saat itu Pematang

menjadi daerah vasal Mataram yang diperintah oleh Pangeran

atau Raja Vasat.

Pematang dan Kendal pada masa sebetum abad X/!l
merupakan daerah yang tebih penting dibandingkan dengan
Tegat, Fekalongan dan Semarang. Karena itu jatan raya yang

menghubungkan daerah pantai utara dengan daerah pedataman
Jawa Tengah (Mataram) yang metintasi Pemalang dan Wiradesa

dianggap sebagai jatan pating tua yang menghubungkan dua

kawasan tersebut.

Poputasi penduduk sebagai pemukiman di pedesaan yang

tetah teratur muncu[ pada periode abad awal Masehi hingga abad
XIV dan XV, dan kemudian berkernbang pesat pada abad )0/1,

I(j seilan $ arong at t aw a teng afr

yaitu pada masa meningkatnya perkembangan Istam di Jawa di

itubawah Kerajaan Demak, Cirebon dan kemudianMataram.

Pada masa Pemalang tetah berhasit membentuk

pemerintahan tradisiona[ pada sekitar tahun 1575. Tokoh yang

asal mutanya dari Pajang bernama Pangeran Benawa. pangeran
ini asal mutanya adalah Raja Jipang yang menggantikan ayihnya
yang telah mangkat yaitu sultan Adiwijaya. Kedudukan raja fni

didahutui dengan suatu perseteruan sengit antara dirinyi dan

Aria Pangiri.

Sayang sekali Pangeran Benawa hanya dapat memerintah
selama satu tahun. Pangeran Benawa meninggat dunia dan
berdasarkan kepercayaan penduduk setempat menyatakan

dibahwa Pangeran Benawa meninggal pematang, dan
didimakamkan Desa Penggarit (sekarang Taman itakam

Pahtawan Penggarit).

Pemalang menjadi kesatuan witayah administratif yang
mantap sejak R. Mangoneng, pangonen atau Mangunoneng
menjadi penguasa witayah pematang yang berpusat di sekitai
Dukuh Oneng, Desa Bojongbata pada sekitar tahun 1622. pada
ini Pemalang merupakan apanage dari pangeran purbaya
d[raasrai
Mataram. Menurut beberapa sumber R Mangoneng
merupakan tokoh pimpinan daerah yang ikut mendukung
kebijakan suttan Agung. seorang tokoh yang sangat anti voc.
Dengan demikian Mangoneng dapat dipandang sebagai seorang

pemimpin, prajurit, pejuang dan pahlawan bangsa datam
metawan penjajahan Belanda pada abad XVll yaitu perjuangan
metawan Belanda di bawah panji-panji Suttan Agung Jari
Mataram.

Pada sekitar tahun 1652, Sunan Amangkurat ll rnengangkat

llIngabehi subajaya menjadi Bupati pemalang setelah Amangkurat

memantapkan tahta pemerintahan di Mataram sitetah

pemberontakan Trunajaya dapat dipadamkan dengan bantuan
VOC pada tahun 1678.

Menurut catatan Betanda pada tahun lgZO pemalang

kemudian diperintah oleh Bupati yang bernama Mas Tumenggung

I(psciln {Bamryat Jawa lleng ai

Surataya. Pada masa ini Pemalang telah berhubungan erat

dengan tokoh Kanjeng Swargi atau Kanjeng Pontang. Seorang
Bupati yang tertibat datam perang Diponegoro. Kanjeng Swargi

lni juga dikenat sebagai Gusti Sepuh, dan ketika perang

berlangsung dia berhasil melarikan diri dari kejaran Belanda ke
daerah Sigeseng atau Kendatdoyong. Makam dari Gusti Sepuh ini
dapat diidentifikasi-kan sebagai makam kanjeng Swargi atau
Rekodiningrat. Datam masa-masa pemerintahan antara tahun

1823-1825 yaitu pada masa Bupati Reksadiningrat. Catatan
Betanda menyebutkan bahwa yang gigih membantu pihak

Belanda dalam perang Diponegoro di witayah Pantai Utara Jawa

hanya[ah Bupati-bupati Tega[, Kendal dan Batang tanpa

menyebut Bu pati Pematang.

Sementara itu pada bagian lain dari Buku P.J.F. Louw yang
berjudul De Java Oorlog van 1825 -1830 dilaporkan bahwa

Residen Van den Poet mengorganisasi beberapa barisan yang baik
dari Tegat, Pemalang dan Brebes untuk mempertahankan diri dari
pasukan Diponegoro pada butan September 1825 sampai akhir
Januari 1826. Keterlibatan Pematang datam membantu Betanda

ini dapat dikaitkan dengan adanya keterangan Belanda yang

menyatakan Adipati Reksodiningrat hanya dicatat secara resmi

sebagai Bupati Pemalang sampai tahun 1825. Dan besar
kemungkinan peristiwa pengerahan orang Pemalang itu terjadi
setelah Adipati Reksodiningrat bergabung dengan pasukan
Diponegoro yang berakibat Belanda menghentikan Bupati

Reksodiningrat.

Pada tahun 1832 Bupati Pematang yang lvtbahurekso adalah

Raden Tumenggung Sumo Negoro. Pada waktu itu kemakmuran

melimpah ruah akibat berhasilnya pertanian di daerah

Pemalang. Seperti diketahui Pematang merupakan penghasil
padi, kopi, tembakau dan kacang. Datam laporan yang terbit
pada awat abad )C( disebutkan bahwa Pematang merupakan
afdeting dan Kabupaten dari karesidenan Pekatongan. Afdeling
Pemalang dibagi dua yaitu Pemalang dan Randudongkal. Dan

Kabupaten Pematang terbagi dalam 5 distrik. Jadi dengan

\gwian cB arong an I can tengafr

demikian Pemalang merupakan nama kabupaten, distrik dan

Onder Distrik dari Karisidenan Pekalongan, Propinsi Jawa

Tengah.

Pusat Kabupaten Pematang yang pertama terdapat di Desa
Oneng. Walaupun tidak ada sisa peninggalan dari Kabupaten ini

namun masih ditemukan petunjuk lain. Petunjuk itu berupa

sebuah dukuh yang bernama Oneng yang masih bisa ditemukan

sekarang ini di Desa Bojongbata. Sedangkan Pusat Kabupaten
Pemalang yang kedua dipastikan berada di Ketandan. Sisa-sisa

bangunannya masih bisa ditihat sampai sekarang yaitu disekitar

Ktinik Ketandan ( Dinas Kesehatan ).

Pusat Kabupaten yang ketiga adatah kabupaten yang

sekarang ini (Kabupaten Pemalang dekat Alun-alun Kota

Pemalang). Kabupaten yang sekarang ini juga merupakan sisa
dari bangunan yang didirikan oleh Kotonial Belanda. Yang

setanjutnya mengalami beberapa kati rehab dan renovasi
bangunan hingga kebentuk bangunan jogto sebagai ciri khas

bangunan di Jawa Tengah.

Dengan demikian Kabupaten Pematang telah mantap
sebagai suatu kesatuan administratif pasca pemerintahan

Kotonial Belanda. Secara birokratif Pemerintahan Kabupaten
Pemalang juga terus dibenahi. Dari bentuk birokratif kotoniat
yang berbau feodatistik menuju birokrasi yang lebih sesuai

dengan perkembangan dimasa sekarang.

Sebagai suatu penghomatan atas sejarah terbentuknya

Kabupaten Pematang maka pemerintah daerah telah bersepakat
untuk memberi atribut berupa Hari Jadi Pematang. Hat ini selalu
untuk rnemperingati sejarah lahirnya Kabupaten Pematang juga
untuk memberikan nitai-nitai yang bernuansa patriotisme dan

nilai-nilai heroisme sebagai cermin dari rakyat Kabupaten

Pemalang.

Penetapan hari jadi ini dapat dihubungkan puta dengan

tanggal pernyataan Pangeran Diponegoro mengadakan perang
terhadap Pemerintahan Kolonial Belanda, yaitu tanggat 20 Juti

1823.

{gwinBcoryatlawtengafi

Namun berdasarkan diskusi para pakar yang dibentuk oteh

Tim Kabupaten Pematang Hari Jadi Pematang adatah tanggat 24

Januari 1575. Bertepatan dengan Hari Kamis Ktiwon tangga[ 1

Syawal 1496 Je 982 Hijriah. Dan ditetapkan dalam Peraturan

Daerah Kabupaten Dati ll Kabupaten Pematang Nomor 9 Tahun

1996 tentang Hari Jadi Kabupaten Pematang.

Tahun 1575 diwujudkan dengan bentuk Surya Sengkoto

Lunguding Sabda Wangsiting Gusti yang mempunyai arti harfiah :

kearifan, ucapan/sabdo, ajaran, pesan-pesan, Tuhan, dengan

mempunyai nitai 5751. 1496 je diwujudkan dengan Candra

Sedangkan tahun

Sengkata, Tawakal Ambuko Wahananing Manunggat yang

mempunyai arti harfiah berserah diri, membuka, sarana atau

wadah atau atat untuk, persatuan atau menjadi satu dengan

mempunyai nitai 6941.

Adapun Sesanti Kabupaten Pematang adatah Pancasila

Katoka Panduning Nagari dengan arti harfiah lima dasar,
termashur/terkena[, pedoman/bimbingan, negara/daerah

dengan mempunyai nilai 5751.

B. Keadaan Umum Kabupaten Pemalang

Witayah Kabupaten Pematang memiliki luas keseturuhan
1.115,31 Km2 ini terbagi menjadi 14 kecamatan dan 222 Desa

yang berbatasan [angsung dengan Laut Jawa di sebetah utara,

Kabupaten Purbatingga di sebelah selatan, Kabupaten Tegat di
sebelah timur, serta Kabupaten Pekalongan di sebelah timur.
Sektor pertanian masih menjadi andalan Kabupaten ini,

terutama tanaman bahan makanan menjadi tumpuan ekonomi

Kabupaten ini.
Hampir sebagian penduduknya bermata pencaharian

sebagai petani yang menggarap lahan pertanian termasuk lahan

sawah, tegalan atau kebun, tambak atau kotam, kebun dan

hutan. Kegiatan pertanian yang lain yakni perikanan bisa

dikatakan cukup menjanjikan. Berbatasan langsung dengan Laut

Jawa di bagian utara, produksi ikan laut Kabupaten Pemalang

bisa digunakan untuk mencukupi kebutuhan tetangga

I(j sanbt $arong att I awa tag afr


Click to View FlipBook Version