,tl. Fungsi Kesenian Barongan
Pertujunjukan Barongan di Kabupaten Semarang hampir
sama fungsinya dengan daerah [ain. Beberapa fungsi tersebut
antara lain:
1. Sarana Kebutuhan Estetis
Bagi masyarakat Kabupaten Semarang, barongan
merupakan salah satu seni pertunjukan tradisona[ yang
digunakan sebagai sarana kebutuhan estetis. Kesenian
Barongan menyuguhkan berbagai macam atraki seperti
adegan tarian. Penggarapan ragam gerak tari maupun
urutan-urutan sajian pertunjukan adalah wujud dari
pemenuhan selera estetis masyarakat.
2. SaranaTotakBata
Menurut Soedarsono ada tiga fungsi primer dari seni
pertunjukan diantaranya yaitu sebagai sarana ritual yang
penikmatnya adalah kekuatan-kekuatan yang tidak kasat
mata. Mengacu dari pendapat tersebut totak bata
merupakan wujud upacara tradisional yang bertujuan
untuk mengusir roh jahatyang mengganggu kelangsung-an
hidup. Upacara tolak bata yang satah satunya dengan
menggunakan kesenian Barongan adatah rituaI
pengangkal matapetaka seperti wabah penyakit, menolak
' hama tanaman atau kegagatan panen. Upacara ritual ini
biasanya ditaksanakan pada bulan Sura atau bulan
Muharam (perhitungan tahun Hiriyah). Biasanya
dilaksanakan pada matam Jumat terutama Jumat Kliwon
dan Jumat Legi.
3. SaranaUngkapan RasaSyukur
Kesenian Barongan sering dipentaskan sebagai sarana
mengucapkan rasa syukur kepada Tuhan atas limpahan
rejeki, kebahagiaan, kesuksesan, ataupun terhindar dari
marabahaya. Pada akhir masa panen biasanya masyarakat
di daerah ini menanggap kesenian Barongan. Pementasan
kesenian Barongan ini tidak lain adalah untuk
I(gwiattunuatauatmgrt
mengucapkan rasa syukur atas limpahan rejeki datam
bentuk panen yang metimpah. Cara demikian berkembang
[uas dan menjadi salah satu tradisi yang berjalan turun-
temurun dari satu generasi ke generasi berikutnya.
4. Sarana Hiburan
Kesenian Barongan yang atraktif dan dinamis adatah
tontonan yang memberikan hiburan tersendiri bagi
masyarakat. untuk kepertian hiburan, kesenian Barongan
dapat dipentaskan sesuai acara baikyang bersifat pribadi,
kotektif maupun acara kedinasan. Pementasan Barongan
yang ditalsanakan dalam rangka hajat warga setempat
maupun acara rituat tradisonal pada dasarnya selatu
memitiki fungsi hiburan bagi penontonya. Sebagai sarana
Hiburan Barongan biasanya dipentaskan datam acara
seperti pagelaran seni memperingati Utang tahun suatu
daerah, atau memperingati hari besar.
5. SaranaPendidikan
Kesenian tradisionat dapat berfungsi untuk
mengingatkan, menyarankan, mendidik dan menyampai-
kan pesan kepada masyarakat. Begitu pula dengan
kesenian Barongan, banyak nitai-nilai yang bisa kita ambil
untuk dijadikan pelajaran khususnya pendidikan moral.
Misalnya saja ketika Raden Panji Asmarabangun yang
harus berusaha mempersunting Dewa Sekartaji dengan
berbagai halangan dan rintangan. Akan tetapi berkat
ketekunan, ketabahan, dan ketaqwaan, maka Raden Panji
dapat mengatasi segala hambatan yang ada.
Bagi katangan masyarakat dan petaku Barongan di Ponorogo
beredar berbagai versi cerita asat-usul kesenian Barongan.
Begitu puta di sana terdapat sejumtah variasi pertunjukan
Barongan. Dengan demikian muncul persoatan: cerita asat-usul
mana yang akan dipakai sebagai landasan penentuan Barongan
{gsaian tsamg an t awa tmg afr
sebagai identitas tokat? Barongan macam apa yang dipitih?
Secara garis besar, di Ponorogo pating tidak dikena[ tiga versi
utama kisah asat-usu[ Barongan Ponorogo, yaitu:
- Versi Bantarangin
- VersiKiAgeng Kutu Suryangatam,
- Versi Batara Katong.
Versi Bantarangin menyebut empat peran datam reyog:
seorang raja kerajaan Bantarangin bernama Ketana Sewandana,
patihnya yang bernama Bujang Ganong, sekelompok prajurit
kavaleri kerajaan Bantarangin, dan Singa Barong penguasa hutan
Lodaya.
Sementara itu, versi Ki Ageng Kutu Suryangalam hanya
mengenal tiga peran: Bujang Ganong, sekelompok pasukan
berkuda, dan Singa Barong. Dalam hat jumtah dan identitas peran
datam reyog Ponorogo versi Batara Katong sebenarnya tidak
berbeda dari versi Bantarangin.
Versi Batara Katong juga mengenal keempat peran di atas.
Namun, berbeda dari versi Bantarangin, versi Batara Katong
memahami ke empat peran datam reyog tersebut sebagai rekaan
Ki Ageng Mirah - satah seorang pengikut Batara Katong dalam
upayanya menyebarkan agama islam di katangan mEsyarakat
Ponorogo pada abad )0/ (menjelang runtuhnyaMajapahit).
Untuk mengatasi persoatan seperti itu pada bulan
September 1992 pemerintah kabupaten setempat membentuk
sebuah tim kerja yang bertugas mempersiapkan sebuah naskah
yang memuat aspek sejarah, kisah asa[-usu[, serta aspek fitosofis
kesenian rakyat tersebut; serta menguraikan tata rias dan
busana, musik dan peralatan yang digunakan.
l(gsetiat Aatoryan ta ua tengrt
Gambar 25. Tata Rias dan Busana Kesenian Barongan
(Sumber Foto: Laela, Juni 2009)
Tim tersebut beranggotakan para seniman Barongan
Ponorogo, tokoh masyarakat, dan pejabat pemerintahan
kabupaten. Hasil kerja tim tersebut berupa naskah berjudut
Pembakuan Kesenian Barongan Ponorogo Datam Rangka
Ketestarian Budaya Bangsa (Soemardi, 19921, yang
dipresentasikan dalam sebuah saresehan di Pendapa
Kabupaten Ponorogo, 24 Nopember 1992.
Setetah mengatami sejumtah revisi, pada tahun 1993
naskah tersebut diterbitkan oteh pemerintah daerah
setempat datam bentuk buku berjudul Pedoman Dasar Reyog
Ponorogo Datam Pentas Budaya Bangsa. Revisi terpenting
ditakukan pada unsur sejarah dan legenda asat-usul. Semuta
naskah Pembakuan hanya mencantumkan satu varian dari
versi Bantarangin.
Dalam buku Pedoman Dasar dimuat ketiga versi utama
kisah asal-usul reyog Ponorogo dan ditempatkan secara
kronologis. Versi Bantarangin yang merujuk pada jaman
kerajaan Kediri (abad Xl) dianggap sebagai versi tertua
diletakkan pada bagian paling awa[, disusut oteh versi Ki Ageng
Kutu Suryangatam yang merujuk pada masa pemerintahan
Bhre Krtabumi di Majapahit (abad XV), dan diakhiri oleh versi
Batara Katong yang merujuk pada penyebaran agama Istam di
!l{e s enian (B aro ng an aw a te ng a fi
witayah Ponorogo pada abad )U puta (ditandai dengan
dikatahkannya Ki Ageng Kutu Suryangalam yang beragama
Budo oleh Batara Katong yang beragama lstam).
Dengan cara pandang seperti itu, pemerintah setempat
menempatkan versi Batara Katong sebagai bentuk
perkembangan terakhir, dan mendudukkan upaya pemerintah
setempat di akhir abad )0( sebagai kelanjutannya. Bisa
diperkirakan bahwa persoatan kisah asat-usut Barongan
Ponorogo ini mengundang perbantahan di kalangan petaku
kesenian tersebut. Sejumtah tokoh masyarakat dan praktisi
reyog yang hadir dalam saresehan pada waktu itu
menceritakan kembali bagaimana suasana pertemuan
tersebut berubah menjadi arena perdebatan yang sengit
antara pihak-pihak yang bersikukuh pada 'kebenaran' kisah
yang diyakininya.
Sebuah bentuk argumentasi tipikal dalam perdebatan
mengenai 'kebenaran' kisah asal-usul Reyog Ponorogo adalah
pertanyaan mengenai ketuaan periode sejarah yang dirujuk
oleh masing-masing cerita. Pertanyaan semacam ini biasanya
diajukan untuk mengktaim bahwa versi yang merujuk pada
periode sejarah yang tebih tua dianggap tebih otentik.
Memakai tolok ukur serupa itu, maka versi Bantarangin yang
merujuk pada abad Xl (masa kerajaan Kediri ) dipandang
sebagai kisah yang tebih otentik. Namun, ktaim serupa itu
mendapat tantangan dari pihak tain yang menggunakan tolok
ukur' kebenaran' berbeda.
Sekadar sebagai contoh, mereka yang tidak sepakat
dengan versi Bantarangin, meragukan kebenaran versi
Bantarangin karena terdapat kejanggatan antara gelar yang
disandang oleh guru dari raja Bantarangin (Ketana
Sewandana), yakni Sunan - yang bernuansa lstam, dengan
periode sejarah yang dirujuknya, yaitu jaman kerajaan Kediri
yang Hindu.
Datam perbantahan semacam itu 'kebenaran' juga sering
fu-*tUr Wongdt taw tctgofr
ditegakkan dengan cara menemukan kesesuaian antara nama-
nama yang disebutkan datam cerita dengan kondisi alam suatu
daerah. Contohnya, orang menanggapi nama Bantarangin
sebagai kerata basa dan menafsirkannya sebagai petunjuk
mengenai sebuah [okasi di mana angin bertiup dengan
kencang (Jawa: banter). Penafsiran semacam itu kemudian
dicocokkan dengan kondisi alam daerah Sumoroto yang
diyakini sebagai lokasi kerajaan Bantarangin. Bahkan nama
Sumoroto pun juga ditafsir sebagai petunjuk mengenai daerah
yang datar (Jawa: rata).
Kgratbfuongatawftagrt
BAB VI
KESENIAN BARONGAN KABUPATEN A,TAGELANG
A. Keadaan Geografi
Magelang berada di cekungan sejumlah rangkaian
pegunungan. Bagian timur (perbatasan dengan Kabupaten
Boyotati terdapat Gunung Merbabu (3.141 meter dpl) dan
;Iil Gunung Merapi (2.911 m dpt). Bagian barat (perbatasan
!r dengan Kabupaten Temanggung dan Kabupaten Wonosobo)
terdapat Gunung Sumbing (3.371m dpt). Di bagian barat daya
lillt terdapat rangkaian Bukit Menoreh. Bagian tengah mengalir
iil, Kati Progo beserta anak-anak sungainya menuju selatan. Di
I
Kabupaten Magetang terCapat Kati Eto yang membelah dua
i witayah ini. Pertemuan kembati kedua titik itu tertetak di desa
I Progowati yang konon dahulu di tempat itu tebih banyak
I
I wanitanya dibanding pria.
,I
B. PembagianAdministratif
lGbupaten ftlagelang terdiri atas 21 kecamatan, yang
dibagi tagi atas sejumtah desa dan keturahan. Pusat
pemerintahan berada di Kecamatan Mungkid. Kecamatan-
kecamatan yang ada di Kabupaten Magelang meliputi;
Mungkid, Muntitan, Grabag, Satam, Sataman, Ngluwat,
Tempuran, Srumbung, Borobudur, Ngabtak, Bandongan,
Sawangan, Secang, Tegalrejo, Mertoyudan, Dukun,
Candimutyo, Wndusari, Kajoran, Katiangkrik dan Pakis.
C. Keadaan Umum Kabupaten ltAagelang
Kota Magelang memitiki luas witayah 18,12 Km2 ini terbagi
menjadi 2 Kecamatan yang berbatasan langsung dengan
Kabupaten Magelang di sebelah utara, selatan, barat, dan
timur. Kota Magetang memang lekat dengan sekotah
{gscttiu rBafirg on I wa teryafr
pendidikan militer dan SMU Taruna Nusantara yang tertetak
ditembah Tidar. Kota Magetang memitiki keunggulan dari
lokasinya yang strategis yakni berada di jatur transportasi
utama antara dua kota besarYogyakarta dan Semarang.
Sejarah Peradaban manusia tidak bisa lepas dari asal
muasal suatu negara. Hidup tanpa mengenal sejarah tidak bisa
dikatakan hidup yang sempurna, begitu pentingnya arti
sejarah kehidupan berbangsa. Sehingga sepatutnya
masyarakat kini, harus mengetahui sejarah para pendahulu
kita. Bung Karno pernah mendeklarasikan Jas Merah, Jangan
sekati-kali melupakan sejarah. Apatagi sejarah bagi
kemerdekaan Bangsa Kita. itu semua harus di kenang, untuk
generasi penerus bangsa.
Datam rangka mengingat kembati jasa para pahlawan,
bertempat di Hotet PondokTinga[, Tepatnya di sebetah Timur
Komptek candi Borobudur dibuka Pameran Sejarah bangsa.
Pameran dibuka oteh Bupati Magetang dengan diikuti oleh para
petaku sejarah bangsa. Datam pameran tersebut di tampitkan
beberapa atat para pejuang diantarannya keris, tombak,
bambu runcing, peratatan perangdari AKMIL (Akaderni Mititer)
dan juga dari museum Jendral Soedirman, juga foto-foto
sejarah perjuangan bangsa. Ada satu yang menarik ketika
pameran itu juga menampilkan beberapa alat yang digunakan
oteh Jendral Soedirman, ketika melakukan perang geritya di
Tanah Jawa. disamping itu juga ditampitkan puta saat
pangeran Diponegoro ditangkap di Magelang (Karesidenan
Kedu) yaitu kursi dari pangeran Diponegoro yang didudukinya
dan masih membekas jempot dari Pangeran Diponegoro. Kursi
itu didatangkan langsung ke Lokasi Pameran dari Karesidenan
Kedu. Bupati Magetang mengatakan, sangat kagum dan
bangga dengan para pahlawan ketika mengusir para penjajah
dimuka bumi pertiwi ini. Dia sangat kagum akan keberanian
para pendahulu didatam memperjuangkan bangsa dan negara
ini.
KpaAtqmAattatntaqrt
Bupati juga merasa bangga karena semua alat petaku
sejarah masih sesuai dengan aslinnya, terutama karena
dirawat dengan cukup bagus. sehingga sampai sekarang masih
bisa dipertihatkan dengan cukup baik, terutami bagi para
penerus generasi bahgsa dan dengan antusias bupati
mengamati beberapa benda yang menjadi atat para petaku
sejarah itu.
Ditain sisi menurut Kepata Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata Provinsi JawaTengah kegiatan Pameran
kesejarahan tokal/Regionat masyarakat dapat mengingat
kembati potensi masa lalu dan metestaikan sekaligus menggati
berbagai potensi yang ada di Jawa Tengah. Disamping itu
untuk menggali nitai-nilai kesejarahan sebagai upaya
mempertahankan dan meningkat-kan jiwa kepahlawanan.
Selain pameran juga ortampitkan beberapa kesenian khas
kabu paten Magelan g, den gan menam pi lkan kesenian Tru ntu n g
dan kesenian barongan atau reog.
D. Tata Urutan
Seperti seni pertunjukan lainnya, seni barongan juga
memiliki tata urutan penyajian datam setiap pementasannya.
-Secara garis besar adalah sebagai berikut:
Pra tontonan: Sebetum pertunjukan dimutai, seni
barongan diawati dengan tetabuhan/ktenengan dan
biasanya juga diirngi dengan vokat/sindenan. Akan
tetapi sindennya bukan khusus, metainkan juga dari
pemain barongan tersebut, yang sebelum pentas
- merangkap menjadi sinden.
Tari dan lawak: Pada adegan dan tari lawak initah
meruapakan penguraian dari cerita pada pementasan
seni barongan tersebut. Gerak tari dapat ditihat dari
gerakan-gerakan barongan, reyog, penthut tembem,
gendruwo dan lain sebagainya. Sedangkan tawakannya
adatah berupa diatog yang terdapat dalam pertunjukan
{9sdat tsttotrgdt t wa taqat
tersebut, sebagai contoh percakapan antara barongan
itu sendiri, percakapan penthuI dan Tembem,
pembicaraan gendruwo, Joko Lodro dan sebagainya.
Adapun urutan-urutan penyajiannya adalah sebagai
berikut:
1. AdeganBarongan
Pada adegan barongan ini diringi dengan gending
panorogan. Adegan i ni menggam barkan Si n gobaron g
berada dalam hutan Setra Gondotoyo yang betugas
menjaga keamanan hutan. Menururt perasaan singo
barong ia berada datam hutan tersebut karena men-
dapat perintah dari Dewa untuk menjaga kemanan
hutan tersebut. Jika ada yang mengganggu,
singobarong tidak segan untuk memakannya.
2. Adegan Reyog/Jaranan
Pada adegan inidiiringi dengan gending Krantit.
Adegan ini menggambarkan prajurit dari Kadipaten
Jenggala yang sedang mengadakan perjalanan
dengan menunggang kuda menuju ke Kerajaan
Kediri untuk metamar Dewi Sekartaji yang akan
dipersunting oleh Raden PanjiAsmarabangun.
3. Adegan Penthul danTembem
Pada adegan ini diirngi dengan lancaran jamu-
jamu dan Srepegan. Adegan ini menggambarkan
Penthul dan Tembem mendapat tugas untuk mencari
binatang yang dapat berbicara seperti manusia
(yang dimaksud singobarong). Setain itu Penthu[ dan
Tembem mempunyai tugas yang tidak katah penting-
nya yaitu menyampaikan pesan-pesan pemerintah di
bidang pembangunan pada masa sekarang. Hat
tersebut dituar cerita, karena adegan ini mempunyai
kebebasan gerak maupun dialog. Singkat cerita,
perjatanan Penthul dan Tembem akhirnya dapat
fuwian Oarongan t wa teryat
menemukan apa yang dicarinya yaitu binatang yang
dapat berbicara di tengah hutan Setra Gondotoyo.
Selanjutnya Singobarong diminta untuk mau diajak
ke Jenggata sebagai bebana. Akan tetapi
Singobarong menotak dan terjadi peperangan yang
dimenangkan oleh Singobarong. PenthuI dan
Tembem kemudian meminta bantuan kepada Joko
Bondet (berbentuk seperti anjing) bintang
peliharaan Raden Panji.
Kesaktian Joko Bondet pun juga tidak bisa
rnengalah-kan Singabarong, bahkan Joko bondet
dapat dimakan oteh Singabarong. Setetah kejadian
itu, Penthul dan Terrbem kembali ke Jenggala untuk
metaporkar scrTtUEl yang sudah terjadi. Akhirnya
Penthul dan Tembem diperintahkan untuk mencari
bantuan lagi untuk dapat mengatahkan Singobarong
dan mem-bawanya ke Jenggata. Jika itu dapat
ditaksanakan maka keduanya akan diberi hadiah
bumi Jenggata.
4. Adegan di Kedungsrengenge
Adegan di Kedungsrengenge ini diiringi dengan
Srepeg Slendro Nem. Di daerah ini tinggat seorang
pertapa yang bernama Joko Lodro yang sedang
menjatankan tapa setama 40 hari. Joko Lodro
tersebut berbadan seperti Genruwo yang tidak
tampak kalau ditihat. Tak tama kemudian datanglah
Penthul dan tembem untuk meminta bantuan
kepada Joko Lodro. Akan tetapi mereka tidak
mengetahui keberadaan Joko Lodro, untuk itu
Penthul dan Tembem memanggit-manggit Joko
Lodro. Kemudian Joko Lodro meninggatkan cincin
wasiatnya sehingga Penthul dan Tembem dapat
men getah ui keberadaan - nya. Setelah menceritakan
maksud kedatangannya, PenthuI dan Tembem
fusmfui rBuoagan t awo teng afi
tertibat peperangan dengan Joko Lodro, karena ia
menotak permintaan Penthul dan Tembem dengan
alasan masa bertapanya betum genap 40 hari.
Pertempuran tersebut pada akhirnya dimenangkan
oleh Penthu[ dan Tembem dengan menggunakan
senjata jala Rantenya. Dengan kekalahan tersebut,
Joko Lodro mau memenuhi permintaan Penthuk dan
tembem untuk mengatahkan Singobarong yang
berada di Setra Gondotodoyo. Mereka bertiga pergi
bersama-sama menuju hutan Setra Gondolodoyo.
5. Adegan di Hutan Gondolodoyo
Adegan ini diiringi dengan gending Srepegan
Stendro Nem. Perjalanan Joko Lodro beserta Penthul
dan tembem dari Kedungsrengenge tidak
membutuhkan waktu yang [ama. Mereka akhirnya
bertemu dengan Singobarong dan Joko Lodro
meminta kepadanya supaya mau diajak ke Jenggata
untuk dijadikan bebana kepada dewi Sekartaji di
Kediri. Namun Singobarong tetap menotak dan
terjadi pertarungan. Dalam pertarungan itu
Singobarong dapat dikatahkan oleh Joko Lodro yang
selanjutnya dibawa ke Jerrggala.
6. Atraksi Tari Bati
Datam cerita selanjutnya, sesudah Raden Panji
Asmarabangun dapat memenuhi permintaan Dewi
Sekartaji kemudian ditanjutkan dengan atraksi tari-
tarian, antara lain tari Bali dan Gondoriyo. Pada
atraksi tari Bali, diirngi dengan gending Sekar Telo.
Pertu diketahui bahwa atraksi Tari Bati disini bukan
merupakan Tari Bati seperti yang terdapat di Putau
Bali, hanya kebetulan namanya tari Bati yang
gerakan-gerakannya seperti senam lanyai. Sebagai
-contoh, antara [ain:
Kedua penari (wanita) kayang dengan berdiri,
KAeAnUongottcwa'ieryrt
sehingga dahinya menyentuh permukaan tanah
dengan gerakan perlahan-lahan, demikian pula
pada waktu berdiri juga dengan gerakan
pertahan-lahan. Gerakan ini diutangi sampai
- empat kali.
Kedua penarisambi[ dudukakayang ke belakang
lalu kembati dan setanjutnya tertetungkup
dengan gerakan pertahan-tahan sehingga
gerakannya ke belakang kembati tegak lalu
tetunkup kemudian kembali ke belakang [agi,
demikian diutang-ulang.
Gambar 26. Foto Barongan Bali
(Sumber Foto: Laeta, Juni 2009)
7. TanGondoriyo
Pada tarian ini diirngi dengan gending lancaran
Gondoriyo. Tarian ini adatah semacam akrobatik dan
di sini letak keunikan seni barongan. Gerakan-
-erakan tarinya adatah sebagai berikut:
Penari putri berdiri diatas paha penari pria
sambiI menari-nari, sedang penari pria
berj atan -j atan men geti ti n gi arena pertu nj ukan.
I(g-wia rBuory at I awa'laqrt
I monr ARPUS PRov. r^rnr{cl
- Penari putri dipegang kedua kakinya dan
ditahan pada bagian punggungnya kemudian
dihentakkan ke atas dan ke bawah beruatang-
- utang dengan gerakan cepat.
Penari putri dipegang pahanya dan didudukan di
atas pundak penari pria kemudian dipindahkan
ke kanan dan ke kiri berulang-utang sambil
- berjatan.
Penari putri dipegang kedua pahanya dan
dijepitkan pada pinggang penari pria kemudian
diputarkan dengan cepat, demikian dilakukan
- secara beruatang- ulang.
Penari putri digendong oteh penari pria dengan
posisi terlentang kepala di bawah dan kakinya
dipegang oleh penari pria kemudian diturunkan
sehingga tangan penari putri memegang tanah
dan memegang benda di atas tanah misalnya
- uang logam yang diambil dengan mutut.
Penari putri diegndong oteh penari pria dengan
posisi terlentang, kepala di bawah sedang
kakinya dipegang oteh oenari putra kemudian
dibawa lari kesana-kemari.
E" Fola dan Sistern Organisasi
Para pernain barongan umumnya orang-orang pedesaan.
Dahutu semuanya pria tetapi sekarang terdiri dari pria dan
wanita berusia antara 15 sampai 45 tahun. Adapun jumtah
pemai nnya sebagai berikut:
a. Dahutu, kurang tebih pemain terdiridariS orang, antara
lain: 2orang ,
- Barongan 2 orang
- Reyog
- Gendruwo l orang
- PenthutTembem
2 orang
I(gs*in Banagaa t awa tengat
- Gondoriyo : Zorang
- Jokobondet : lorang
Biasanya pemain merangkap dengan peran lainnya,
sedangkan karawitan/penabuhnya juga dirangkap oleh
sebagian penarinya, misatnya penari Gendruwo me-
rangkap Gondoriyo, penari Reyog merangkap Gondoriyo
dan sebagainya.
lll b. Sekarang, minimal memerlukan 13 orang pemain,
antara [ain:
lll Bali :Penari Reyog dan Tari
:: Barongan : 2 orang
lilljl Gondoriyo : 2orang
l Gendruwo :
- : 2orang
- Penabuh(karan'itan) lorang
6orang
Apabita pemain tidak merangkap, maka
memerlukan pemain sebanyak : 1 orang
2 orang
- Lodro :Gendruwo/Joko 2 orang
- Reyog 2 orang
- Barongan 2 orang
- Penthul dan tembem 2 orang
- Gondoriyo 6 orang
- TariBati
- Pengrawit/Penabuh
F. Peralatan Kesenian Barongan
i 1. Atat-alatlrtusik/gametan
Alat-alat musik/gametan yang dipergunakan terdiri
antara lain:
a. Kendang 1 buah, dibuat dari kutit dan kayu
b. Terompet 1 buah, dibuat dari bahan bambu/kayu,
tempurung
c. Demung 1 buah, dibuat dari besi/perunggu dan
rancaknya dari kayu
d. Saron 1 buah, dibuat dari besi/perunggu dan
I(gsmioilBaogat t atta tengafr
rancaknya dari kayu
e. Bonang barung 1 rancak, bahan besi/perunggu dan
rancaknya dari kayu
f. Kempul 1 buah, bahan besi/perunggu dan rancaknya
dari kayu
g. Gong suwukan 1 buah, bahan besi/perunggu dan
rancaknya dari kayu
Alat gemelan tersebut ketika pentas, diletakkan di
atas lantai yang tidak terpisah dengan arena pentas.
2. Kostum
Beberapa kostum yang seringkati digunakan oteh
setiap pemeran, antara [ain:
a. Barongan: kepata atau topeng barongan terbuat dari
bahan kayu, dibentuk seperti kepata singa dan diberi
cat menurut selera pembuatnya. Rambutnya dari ijuk,
badannya dari bahan karung goni. Pemainnya
memakai celana pendek.
b. Gendruwo : topengdan rambutgendruwomenjadi
satu topeng dari bahan kayu dan rambutnya dari ijuk.
Baju dan celana komprang dibuat dari kain hitam dan
di betakang diberi hiasan, misalnya gambar teak.
c. Barongan : Jamang (ikat liepala dari kutit) diberi
hiasan, sumping (hiasan tetinga) dari bahan kulit
ditatah dan disungging, kelat bahu dari kutit, ditatah
dan disungging, kalung utur straples (mekak:jawa)
dari bahan kain yang dibordir dengan benang emas,
sabuk, epek timang dari bahan bludru, kain batik,
cetana pendek yang sama dengan straplesnya, bara
dibuat dari bludru dibordir dengan mote, bingget.
d. Penthul dan Tembem: cetana dan baju kompreng
berwarna hitam, ikat kepata, topeng untuk Penthul
benrarna
I(9fiiln tBarottgd, t awa tengrt
G. Fungsi
Kesenian Barongan juga mempunyai banyak fungsi, antara
lain:
1) Kepertuan Upacara tradisi/adat
a. Sedekah Bumi
Pada musim panen biasanya penduduk
bersangkutan mengadakan selamatan bersama
(sedekah bumi/bersih desa) dengan maksud agar
warga masyrakat datam desa tersebut diberi
fl kesetamatan, sekaligus sebagai syukuran atas
:lf keberhasilan datam panen dan agar lebih meriah
maka dipentaskan kesenian barongan.
llfl b. Arak-arakan Pengantin
:tr
l1 Pementasan kesenian barongan juga dilakukan
J ketika pemberangkatan pengantin putra menuju ke
rumah pengantin putri. Setain supaya terlihat tebih
meriah, juga mempunyai tujuan agar kedua
mempetai dapat hidup rukun dan bahagia seperti
kehidupan Raden panji Asmarabangun dengan Dewi
Sekartaji. Urutannya sebagai berikut: pating depan
adalah arak-arakan tersebut, apabila metewati
perempatan jalan, barongan tersebut akan
mengadakan pertunj ukan.
c. Sebagai penangkal wabah (Jawa: Tulak batak)
Meskipun zaman semakin maju, namun kesenian
barongan ni sampai sekarang masih dipergunakan
sebagai penangkal matapetaka/wabah penyakit
oteh sebagian masyarakat di pedesaan terutama di
daerah pegunungan. Adapun caranya sebagai
-berikut:
Pada bulan Sura bagi masyarkat mengadakan
tulak bala mendatangkan pertunjukan barongan
pada matam Jumat terutama Jumat Kliwon dan
Jumat tegi. Barongan tersebut kemudian
I(js niailBarugat I awa cIaA afr
Maksudnya agar masyarakat desa tersebut
- terhindar dari matapetaka yang akan terjadi.
Tidak hanya dalam tingkup desa, secara per-
seorangan pun juga sering ditakukan
pementasan barongan untuk tulak batak.
Tempat pementasan biasanya di hataman rumah
yang telah disediakan sesaji berupa ngaroh
berisi beras kuning dan uang logam. Selanjutnya
barongan tersebut mengelitingi rumah sampai
tiga kati putaran. Pada sudut rumah gendruwo
diminta untuk kosot di sudut rumah tersebut,
sedang arah putarannya berlawanan dengan
arah putaran jarum jam. Tujuannya agar seisi
penghuni rumah tersebut tertepas dari
malapetaka.
2l Sebagai sarana pendidikan
Kesenian barongan dapat digunakan sebagai sarana
pendidikan, khususnya pendidikan mora[. Di datam
cerita yang dibawakan, terdapat unsur-unsur
pendidikan dan diatog, misatnya ketika Raden Panji
Asmarabangun akan mempe!'iunting Dewi Sekartaji
mengatami beberapa masatah antara lain harus mencari
bebana (syarat), biantang yang dapat berbicara.
Meskipun sulit dengan ketekunan dan ketabahan segala
masalah dapat disetesaikan. Demikian puta dalam
mencapi cita-cita harus disertai dengan ketekunan,
ketabahan dan rasa percaya kepada Tuhan Yang maha
Kuasa disamping adanya rasa percaya terhadap diri
sendiri.
3) Sebagai sarana hiburan masyarakat
Kesenian barongan datam fungsinya seringkali
untuk memeriahkan acara-acara pernikahan, khitanan,
selapanan bayr, puputan dan akutan/petapas nadar.
Setain itu pementasan seni barongan juga
l(4-wiailBaotgatrJasalla4dfr
dilakukan untuk memperingati hari-hari besar nasionat.
Tempat pementasan misatnya di alun-al,un ataupun di
acara karnaval. Kesenian barongan rnerupakan
kegiatan rutin masyarakat setiap tahun pada hari ke-2
idut fitri. Dalam kegiatan ini di laksanakan arak-arakan
barong dengan harapan agar tuhan memberikan
kesetamatan dan kesejahteraan. Barong berbentuk
topeng, sebagai penggambaran hewan yang
menakutkan, dalam kemampuan untuk mengusir
pengaruh jahat. Barong di mainkan oteh dua orang
dengan iringan gamelan dan biasanya digunakan untuk
prosesi pesta rakyat seperti ngarak penganten, atau
khitanan, dimakudkan untuk mengusir pengaruh jahat
yang dalam kenidupan mendatang mendapatkan
kesetamatan dan kebahagia-an. Acara ritual barong
idher bumi, atraksi menarik yang bisa kita sakikan
adalah:
a) Sedekah syawal diadakan sehari sebelum kesenian
barongan, tiap keluarga bergantian menagadakan
selamatan kupat lepet dan berbagai kue tradisional
untuk dosajikan para pengunj ung.
b) Prosesi upacara dia awati dengan mengarak
tumpeng srakat dan pecel pitik ketiting. kampung
yang dipimpin oteh barong di pandu oleh sesepuh
desa dengan menyebarkan uang logam serta beras
kuning (using : sembur othik-othik) di sepanjang
jatan. hat ini dimaksudkan membuang sengkala dan
mengusir pengaruh jahat agar masyarakat di beri
kemakmuran dan keselamatan. Arak-arak ini diikuti
seluruh etemen masyarakat, disemarakkan dengan
bunyi-bunyian musik tradisionat khas using seperti :
angktung paglak, kunthutan, gembrung, dan
tainnya.
c) Tiap-tiap ketuarga membuat tumpeng dan pecel
{3-vttwfiaoagnlantatagrt
pitik. Usai arak-arak kesenian barongan, sebetum
matahari terbenann, semua ttrnnpeng ditetakkan dan
di tata di sepanjang jatan utama desa. sesudah di'
beri doa oteh kyai, tumpeng dan pecet pitik di
makan bersama-sama pengunjung dan sanak famili
yang hadir.
Gambar 27. Acara Kesenian Barongan
(Sumber Foto: Laela, Juni 2009)
Metihat gerak yang ditampilkan para petaku jenis
kesenian Barongan, terlintas kesan mistis di dalamnya.
Barongan, sering diidentikkan dengan dunia hitam, preman
atau jagoan. Minuman keras dan juga kendalanya. Tak lepas
puta kekuatan supra naturat. Barong mempertontonkan
keperkasaan dalam mengangkat dadak berat seberat sekitar
40 kitogram dengan kekuatan gigitan gigi sepanjang
pertunj ukan bertangsung.
lnstrumen pengiringnya, kempu[, ketuk, kenong,
genggam, ketipung, angktung dan terutama salompret,
menyuarakan nada stendro dan pelog yang memuncutkan
atmosfir mistis, aneh, eksotis sekaligus membangkitkan
gairah.
1(9s eriailB arong an t aw a'leng a fr
Gambar 28. Peralatan Kesenian Barongan
(Sumber Foto: Laeta, Juni 2009)
Tidak hanya satu versi yang diceritakan asa[ muasal
kesenian Barongan. Sebuah buku terbitan Pemda Kabupaten
Magetang pada tahun 1993 menyebutkan, sejarah lahirnya
kesenian ini pada saat Raja Brawijaya ke-5 bertahta di
Kerajaan Majapahit. Untuk menyindir sang raja yang amat
dipengaruhi oteh permaisurinya ini, dibuatlah barongan yang
ditunggangi burung merak oleh Ki Ageng Tutu Suryo. Lebih
tanjut cerita rakyat yang bersumber dari Babad Jawa
menyatakan pada jaman kekuasaan Batera Katong,
penambing yang bernama Ki Ageng Mirah menilai kesenian
barongan perlu ditestarikan. Ki Ageng Mirah [alu membuat
cerita legendaris tentang terciptanya Kerajaan Bantar Angin
dengan rajanya Ketono Suwandono. Kesenian Barongan ini
pertama bernama Singa Barong atau Singa Besar mutai ada
pada sekitar tahun saka 900 dan berhubungan dengan
kehidupan pengikut agama Hindu Siwa. Masuknya Raden Patah
untuk mengembangkan agama lstam, berpengaruh pada
kesenian Barongan ini. Yang talU beradaptasi dengan adanya
. Ketono Suwandono dan senjata Pecut Samagini.
Biar bagaimanapun cerita yang menyebutkan asal usut
Barongan bersumber yang jetas. Kini kesenian ini tidak hanya
I(e s enian E arong an t aw a {eng a fr
Barongan bersumber yang jetas. Kini kesenian ini tidak hanya
dijumpai di daerah ketahirannya saja. Biasanya satu group
Barongan terdiri dari seorang Warok Tua, sejumiah warok
muda, pembarong dan penari Bujang Ganong dan Prabu
Kelono Suwandono. Jumlahnya berkisar antara 20 hingga 30-
an orang, peran sentrat berada pada tangan warok dan
pembarongnya. Kedasyatan Barongan Ponorogo datam
mengumpulkan dan mengerakkan massa sempat membuat
sertifikat sebuah organisasi sosial potitik sejak tahun 1950-an
untuk mendomplengnya sebagai atat. Tahun 1955 misalnya
terbentuk cakra cabang kesenian Barongan agama mitik NU,
untuk memenangkan partainya pada pemitu. Kemudian Bren
Barisan Barongan Nasional atau BRP atau Barisan Barongan
Ponorogo mitik Tegak. Hat ini membuat Barongan Ponorogo
datam perkembangannya nyari tiba jurang kematian.
Pada tahun 1965 sampai 1971 saat pemerintah menumpas
PKI, BRP dibubarkan dan imbasnya membuat Barongan
Barongan [ain ikut ujungnya. Ribuan unit Barongan terpaka
dibakar akibat terpaan isu kesenian ini me jadi penggatak
komunis dalam mengumputkan dan mengerakan massa. Para
petaku kesenian ini akhirnya menjadi pekan atau pencari
rumput.
Beruntung di akhir 1976, Barongan Fonorogo kembati
dihidupkan dengan pendirian lNTl (lnsan Tagua lttahi
Ponorogo). Betajar dari sejarah ini, banyak pelaku seni ini
yang tidak ingin lagi ditunggangi. Biartah Barongan menjadi
mitik rakyat tanpa batasan dan diktaim mitik gotongan
tertentu. Barongan Ponorogo terus berkibar hingga sekarang,
inibahkan sejumtah pengembangan bentuk datam pengarapan
kesenian banyak ditakukan. Terutama dengan
menjamurnya lembaga formil untuk mengembangkan
kesenian Barongan dalam bentuk konterporer.
lni soal kesenian yang tertanjur dicap berbau mistis ini,
upaya petestarian dan pemutihan metatui festival rutin
fVwimrfumgontawdteryrt
tahunan terledang justru mmgorbankan kemurnian dan
kekhasam kesenian itu sendini. Padahal unsur mistis, justru
mwupakam kdruatan spiritud yang mernberikan nafas pada
keseniam Barongan Ponorogo.
Gambar 29. Kesenian Barongan Terkenal Mistis
(Sumber Foto: Laeta, Juni 2009)
Banyak hat yang terkesan mistis dibatik kesenian
Barongan Ponorogo. Warok misalnya, adalah tokoh sentral
datam kesenian ini yang hingga kini menyimpan banyak hal
yang cukup kontroversiat. Tidak sedikit orang yang
menganggap profil warok tetah menimbulkan citra kurang
baik atas kesenian ini. Warok adatah pasukan yang bersandar
pada kebenaran dalam pertarungan antara yang baik dan
jahat dalam cerita kesenian Barongan. Warok Tua, adatah
tokoh pengayom, sedangkan Warok Muda adatah warok yang
masih datam taraf menuntut itmu. Kendati demikian,
kehidupan waroksangat bertotak belakang dengan peran yang
mereka mainkan di pentas.
Konon warok hingga saat ini dipersepsikan sebagai tokoh
yang pemerannya harus memitiki kekuatan gaib tertentu.
Bahkan tidak sedikit cerita buruk seputar kehidupan warok,
seperti pendekatannya dengan minuman keras dan dunia
preman.
rcsAilmmgdttavotcagrt
Untuk menjadi warok, perjatanan yang cukup panjang,
[ama, penuh liku dan sejuta goda. Pating tidak itutah yang
dituturkan tokoh Warok Ponorogo, Mbah Wo Kucing. Untuk
menuju kesana, harus menguasai apa yang disebut Reh
Kamusankan Sejati, jatan kemanusiaan yang sejati. Warok
Tua, sampai sekarang masih mendapat tempat sebagai
sesepuh di masyarakatnya. Kedekatannya dengan dunia
spiritual sering membuat seorang warok dimintai nasehatnya
atas sebagai pegangan spirituat ataupun ketentraman hidup.
Petuah yang disitir seorangwarok tua sebenarnya sudah sering
didengar namun kata-kata yang keluar dari mututnya seotah
bertenaga. Dulunya warok dikena[ mempunyai banyak
gemblak, yakni tetaki betasan tahun yang kadang tebih
disayangi ketimbang istri dan anaknya. Memetihara gemblak
adalah tradisi yang tetah berakar kuat pada komunitas
t seniman Barongan. Seolah menjadi kewajiban setiap warok
untuk memelihara gembtak agar bisa mempertahankan
kesaktiannya. Apatagi ada kepercayaan kuat di kalangan
warok, hubungan intim dengan perempuan bahkan dengan
istri sendiri, bisa menjadi pemicu [unturnya seturuh
kesaktian. Sating mengasihi, menyayangi dan berusaha
menyenangkan adatah ciri khas relaksi khusus antara gembtak
dan waroknya.
Sebegitu jauh persepsi buruk atas warok, diakui mulai
dihitangkan. Upaya mengembatikan citra kesenian ini
ditakukan secara pertahan-lahan. Profi[ warok saat ini
misatnya mulai diarahkan kepada nitai kepimpinan yang
positif dan menjadi panutan masyarakat. Termasuk pula
memelihara gembtak yang kini semakin luntur. Gembtak yang
biasa berperan sebagai penari jatilan, kini perannya
digantikan oleh remaja putri. Padahat dulu-dutunya kesenian
ini tampil tanpa seorang wanita pun. Setain warok, peran
pembarong atau pemanggut darak merak, dalam kesenian
iniBarongan Ponorogo, tidak bisa disepelekan. Apatagi kesenian
nyata mengandalkan kekuatan tubuh dan atraksi
akrobatiknya.
{g.seriailBamq an t aw a'Iengafr
Serang pembarong, hans memililri *elruatan elstra. Dia
dheanngsanrrngrtngptaunnnyyaai kbeekbuaantadnarraatknnrnger)afakflpghrarfi,$seubnetrn*tumkekneaphaatna
harimau dihiri ratusan helai br{u-butu Urtry merak setinggi
dm meter yang beratnya bisa rnerryai 40-m kitogram
selama rnsa pertunjukan. Selali t4i telnratan gib sering
dipakai pembarong untuk rnenarnbah ldq.Etan ekstra ini.
dSemisal, dengan cara memalei susuk, leher penrbarong.
Untuk menjadi pembarong tidak cukup tnnya delgan tubuh
yang kuat. Seorang pembarorg, grn hans ditengkapi dengan
sesuatu yang disebut kalangam pembarong dergan wahyu.
Wahyu initah yang diyakini para pernbuong se@ai sesuatu
yang amat penting dalam hidr.p mereh. Bita tak diberkati
wahyu, tarian yang diperagakan seorarlg pembarong akan
tarnpaktidakenak dan tidak pas untuk dittxltot.
Semula banyak orang tua di ponrogp kharatir, akan
ketangsungan kesenian khas Ponorogo ini. Pasatnya kemajuan
jaman akan membuatpemudadi Ponorogotidakakan mau lagi
ikut bertsarongan. Apatagi menjadi peilSatang. lhmun kini
tetah banyaklahir pembarong nurda, yarEsedikit derni sedikt
meningatkan hat-hal yang berbau mistis. l$ereka tebih
rasiona[. Seorang pembarong, harus tafur persis tmri unhlk
menarikan dadak merak. Bila tidaL gerakm seorang
pembarong bisa terhambat dan mengamran cefua. Setep
&gerakan semisal mengibaslan Emgan ailran bagaimana
posisi kaki, gerakan leher serta Hrgurrp. fiasatqa seoriilE
pembarorE tampil pada usia nutr dan qar- trlerje{ang tsia
srang pnbarorq,
40-an tahun, biasanya kekuatan fisik
&n nrem'nggatlon
mutai termakan dan pertal$ fr
profesinya.
Saat ini, banyak pembarorEyang meryarrylol panggunaan
kekuatan gaib
dtaahleatrenmepnemspeirnittuaastaynaEnamrneunjnat-Hbneanfaasrndyaari
kekuatan gai b ad a
kesenian ini. Sama halnya dengan wardq kini gm persepsi
pembarong digeser. Lebih banyak ditakukan dengan
pendekatan rasional.
f,g*nia tBafiVar Jaantaqrt
BAB VII
KESENIAN BARONGAN DI KABUPATEN BLORA
A. KeadaanGeografi
Witayah Kabupaten Btora terdiri atas dataran rendah dan
perbukitan dengan ketinggian 20-280 meter dpt. Bagian utara
merupakan kawasan perbukitan, bagian dari rangkaian
Pegunungan Kapur Utara. Bagian setatan juga berupa
perbukitan kapur yang merupakan bagian dari Pegunungan
Kendeng, yang membentang dari timur Semarang hingga
Lamongan (Jawa Timur). Ibukota kabupaten Blora sendiri
tertetak di cekungan Pegunungan Kapur Utara.
Separuh dari witayah Kabupaten Blora merupakan
kawasan hutan, terutama di bagian utara, timur, dan setatan.
Dataran rendah di bagian tengah umumnya merupakan areal
persawahan.
Sebagian besar witayah Kabupaten Btora merupakan
daerah krisis air (baik untuk air minum maupun untuk irigasi)
pada musim kemarau, terutama di daerah pegunungan kapur.
Sementara pada musim penghujan, rawan banjir tongsor di
sejumlah kawasan.
Kati Lusi merupakan sungai terbesar di Kabupaten Btora,
bermata air di Pegunungan Kapur Utara (Rembang), mengalir
ke arah barat metintasi kota Purwodadi yang akhirnya
bergabung dengan Kati Serang.
B. Pemba$anAdministratif
Kabupaten Blora terdiri atas 16 kecamatan, yang dibagi
tagi atas sejumtah 271 desa dan 24 keturahan. Pusat
pemerintahan berada di Kecamatan Blora. Di samping Blora,
kota-kota kecamatan tainnya yang cukup signifikan adalah
Cepu, Ngawen, dan Randubtatung.
I(gsariailBaroq an t awo'Ieng ai
C. Keadaan Umum lGbupaten Blora
Ihhrpaten Btora, adatah sebuah kabr.paten di Provinsi
Jawa Tengah. lbukotanya adalah Btora, sekitar 127 k{n sebelah
tirnur Semarang. Berada di bagian tirrur Javm Tengah,
lGbupaten Btora berbatasan langsung dengan Prryimi Jawa
Timur. lhhrpaten ini berbatasan dengan l(ahrpaten Rembang
dan Kafupaten Pati di utara, l(ahrpatenTr6an dan Kabupaten
Bojonegoro Jawa Timur di sebelah tinrur, lGbupaten Ngawi
JawaTimurdi selatan, selta lGhpaten Grobogan di barat.
Nama Btora, menurut cerita rakyat Blora berasat dari kata
'belor' yang berarti lumpu6 kemudian berkembang menjadi
'mbetoran' yang akhirnya sampai sekarang tebih dikenat
dengan nama Btora. Secara etimotogi Blora berasal dari kata
'wai'dan 'lorah'. 'Wai' berarti air, dan'[orah' berarti jurang
atau tanah rendah. Dalam bahasa Jawa sering terjadi
pergantian atau pertukaran huruf W dengan huruf B, tanpa
menyebabkan perubahan arti kata. Sehirgga seiring dengan
perkembangan zaman kata Waitorah menjadi Bailor:ah, dari
Baitorah menjadi Balora dan lota Balora akhirnya rnenjadi
Blora. Jadi nama btora berarti tanah rendah berai[ ini dekat
sekali dengan pengertian tanah bertumpur.
LetakGeografis Kabupaten Btora di antara 111"016'338"
bujur tirnur dan 6" lintang seldan. Luas wilayah : 1.821,59
km?' Sr.sunan tanah 56% grwrrcat, 3% mditeran dan 5%
:atuvial. l-sas Lahan 46.1&,9905 Ha, tenggutnan Lahan
terbagi atas Sawah tadah : 2878,2380 Ha, Sawah ir[asi teknis
: 4114,0000 Ha, Sawah irigasi sedertnna : 74/P.,NN Ha,
:Sawah irigasi desa (non Pu) 1640,000 Ha, Saw'ah irigasi
setangah teknis : 967.0000 Ha, Tegatan (ladang) : ?6315,3338
Ha, Pekarangan setuas : 6705,1598 Ha, Hutan : 89.fi!0 Ha, Lain
- tain (waduk, kuburan, lapangan, dtt) :2373,3415 tla-
Wtayah Kabupaten Blora terdiri atas dataran rendah dan
perbukitan dengan ketinggian 2A-280 meter dpt. Bagian utara
merupakan kawasan perbr.rkitan, bagian dari rangkaian
Kfwtiafiamgo{aed{argrt
Fegunungan Kapur Utara. Bagian setatan juga berupa
perbukitan kapur yang merupakan bagian dari Pegunungan
Kendeng, yang nnernbentang dani timur Semarang hingga
Kabupaten l-amongan Jawa Tirnur. lbukota kabupaten Btora
sendiri tertetak di cekungan Fegunungan Kapun ["Jtara.
Separuh dari witavah Kabupaten B(ora rnerupakan kawasan
hutan, terutarna di bagian utara, timur, dan se[atan. Dataran
rendah di bagian tengah umumnya rnerupakan areal,
sav+ah.Sehagian besar wilayah Kabr.rpaten B[ora rmerupattan
elasrah fqnisis air bai8" untuk air m'intrrn ryiaupun tintuk irigasf
pa"da nmusimi kernerau, t*nutar:"la di daerah pegunur;iqan kapur.
Sersrentara pada musim penghujan, rawaR banjtr [ongsor eii
sejumrtah kawasan Kai,i Lusi rmerupakan sungai terb*.sar d!
Kahupaten Elora, hermata afr df Fegunungan Kapur l.-!tara
Remhangu mengatir ke ac'ah timur yang akhirnym hergabumg
dengan Kati Serang"
Kabupaten Btora terdfri atas 16 kecamatan, yang dibagi
tagi atas sejumtah desa dan ketunahan. Pusat pernenintahan
berada di Kecarnatan Blora" Di sarnping Btora, i(of,a-r{{:;"
kecarnatan latnnya ]raftg cukup signiftkan adalah Cepu,
Ngawen dan Randublatung. fi4engenai juml,ah penduduk,
h*rdasarkan hasi[ negistrasi peneiuduk pada a[thir tahun 200f ,
penduduk Kabupatem B[ora tercatat sebanyak 8?9.565 j{wa,
pererfipuan sebanyak 419.771 jiwa dan taki-taki sebanyak
409.794 jiwa dengan sex ratio sebesar 97,62.
Kecarnatan &[ora menniliki pendudu[< terbanvak (87.131
jiwa) sedangkan Bogorejo rnemitiki penCIuduk pating sedikit
(23.693 jiv*a). Kecamatan Jiken rnemi[iki sex ratio terttnggi
1Otr,4fr sedangkan Todanan rnennitiki sex ratio terkeci[ 92,64.
Kepa*datan penduduk Kabupaten Btora sebesar 448 jiwa,{krnZ,
jadi di
{b9a'[w9 ajihwtain/kgmka2t],keKpeacadrantaatnanpeCnedpuurdmukemFritotkpiintisr:ig"alakwaat
T'engah
$<epedatan tertinggi 1.492 jiwa/kmZ dan Kecarmatan .liken
rnemi[iki tingkat kepadatan terendah sebesar2t 1 jiwa/krnZ.
t\9s erian cBarongan aw a {eng afr
Sektor pertanian masih menjadi gantungan hidup utama
penduduk. Berdasarkan hasil Susenas terdapat sebanyak
282.408 jiwa atau 73,58 persen penduduk yang berusaha di
sektor ini dan hanya sebagian kecit saja penduduk yang
bermata pencaharian di sektor lain misalnya listrik, gas dan air
minurn yaitu 952 jiwa atau 0,51 pe6en. Tenaga kerja yang
terampiI merupakan potensi sumberdaya yang sangat
dibutuhkan untuk mernbangun wilayah. Permintaan tenaga
kerja di catat sebanyak 3.492. Penawaran tertinggi didominasi
oleh tenaga kerja berpendidikan setingkat SLTA sedangkan
permintaan terendah didominasi untuk tenaga kerja
berpendidikan SD"
Kegiatan penduduk banyak terserap di tapangan usaha
pertanian, mayoritas adatah petani yang menanam tanaman
pangan. Untuk kegiatan pertanian, masyarakat Kabupaten
Btora tebih rnengandatkan penanaman padi sawah tadah hujan
dan patawija. Jenis tanah yang berkapur dan sutit air menjadi
kendala dalam rneningkatkan produki pangan terutama padi.
Dengan kondisi seperti ini, atternatif lain yang ditakukan
penduduk untuk bekerja adatah beternak sapi.
Masyarakat kabupaten Btora memitiki kesenian yang
sangat terkena[ yaitu kesenian barongan. Sebenarnya
kesenian barongan merupakan kesenian khas Jawa Tengah.
Akan tetapi dari beberapa daerah yang ada di Jawa Tengah
Kabupaten Blora lah yang secara kuantitas, keberadaannya
lebih banyak bita dibandingkan dengan Kabupaten lainnya.
Bahkan kepata Dinas kebudayaan setempat menghendaki agar
barongan dapat dipatenkan sebagai identitas dari kab. Btora.
Usaha tersebut ditandasi dengan beberapa alasan yang
pertama yaitu Barongan dari Btora mempunyai ciri-ciri yang
khas dan berbeda dari daerah lain. Perbedaan itu terletak
pada kepata Singa yang terbuka dan bertaring. Atasan yang
kedua yaitu banyaknya ketompok Barongan yang terdapat di
tiap-tiap desa di Kab. Btora. Dari 294 desa, terdapat 3-4
{4scai@ futorya tauv'fcngrt
ketompok di setiap desanya.
Menurut cerita rakyat Blora berasal dari kata Belor yang
berarti Lumpur, kemudian berkembang menjadi mbetoran
yang akhirnya sampai sekarang tebih dikenal dengan nama
Btora. Secara etimologi Btora berasal dari kata WAI + Lorah.
Wai berarti air, dan Lorah berarti jurang atau tanah rendah.
Dalam bahasa Jawa sering terjadi pergantian atau pertukaran
hurufW dengan huruf B, tanpa menyebabkan perubahan arti
kata.Sehingga seiring dengan perkembangan zaman kata
Waitorah menjadi bailorah, dari Baitorah menjadi Batora dan
kata Batora akhirnya menjadi Blora. Jadi nama Btora berarti
tanah rendah berair, ini dekat sekali dengan pengertian tanah
-bertumpur. Adapun cerita Btoara di era kerajaan metiputi:
Btora dibawah Kadipaten Jipang
Btora di bawah Pemerintahan Kadipaten Jipang
pada abad )0/1, yang pada saat itu masih dibawah
pemerintahan Demak. Adipati Jipang pada saat itu
bernama Aryo Penangsang, yang tebih dikenal dengan
nama Aria Jipang. Daerah kekuasaan meliputi : Pati,
Lasem, Blora, dan Jipang sendiri. Akan tetapi setetah
Jaka Tingkir (Hadiwijaya) mewarisi tahta Demak pusat
pemerintahan dipindah ke Pajang. Dengan demikian
- Blora masuk Kerajaan Pajang.
Btora dibawah Kerajaan Mataram
Kerajaan Pajang tidak lama memerintah, karena
direbut oleh Kerajaan Mataram yang berpusat di
Kotagede Yogyakarta. Blora termasuk witayah Mtaram
bagian Timur atau daerah Bang Wetan.
Pada masa pemerintahan Paku Buwana I (17U'
17191 daerah Btora diberikan kepada puteranya yang
bernama Pangeran Blitar dan diberi gelar Adipati. Luas
Btora pada saat itu 3.000 karya (1 karya = s/ hektar).
Pada tahun 1719-1727 Kerajaan Mataram dipimpin oteh
Amangkurat lV sehingga sejak saat itu Blora berada di
bawah pemerintahan Amangkurat lV.
{9xdan lBaturyan t awdIeryafi
- BloradiJaman PerangMangkuburni (tahun 1727 - 1755)
Pada saat Mataram di bawah Paku Buwanall (1727-
17191 terjadi pemberontakan yang dipimpin oteh
lilangku Bumi dan Mas Sahid, Mangku Bumi berhasil
menguasai Sukawati, Grobogan, Demak, Blora, dan
Yogyakarta. Akhirnya Mangku Bumi diangkat oteh
rakyatnya menjadi Raja di Yogyakarta.
Berita dari Babad Giyanti dan Serat Kuntharatama
menyatakan bahwa Mangku Bumi rnenjadi Raja pada
tanggat 1 Sura tahunAtib 1675, atau 11 Desember 1749.
Bersamaan dengan diangkatnya lrlangku Bumi nnenjadi
Raja, maka diangkat puta para pejabat yang [ain,
diantaranya adalah pemimpin prajurit Mangkubuffren,
- Mtatikta, menjadi Bupati Btora.
Blora dibawah Kasuttanan
Perang Mangku Bumi diakhiri dengan perjanjian
Giyanti, tahun 1755, yang terkenal dengan nama
palihan negari, karena dengan perjanjian tersebut
Mataram terbagi menjadi dua kerajaan, yaitu Kerajaan
Surakarta di bawah Paku Buwana lll, sedangkan
Yogyakarta di bawah Suttan Harnengku Buwana l. Di
datarn Patihan Negari itu, Btora menjadi witayah
Kasunanan sebagai bagian dari daerah Mancanegara
Timur, Kasunanan Surakarta. Akan tetapi Bupati
Witatikta tidak setuju masuk menjadi daerah
Kasunanan, sehingga beliau pitih mundur dari
jabatannya.
- Blora sebagai Kabupaten
Sejak zaman Pajang sampai dengan zaman
Mataram Kabupaten Blora merupakan daerah penting
bagi Pemerintahan Pusat Kerajaan, hat ini disebabkan
karena Blora terkenal dengan hutan jatinya.
Btora mulai berubah statusnya dari apanage
menjadi daerah Kabupaten pada hari Kamis Kliwon,
KawinlBoongnlas,atqrt
tanggal 2 Sura tahun Atib 1675, atau tanggal 11
Desember 1749 Masehi, yang sampai sekarang dikenal
dengan Hari Jadi Kabupaten Blora. Adapun Bupati
pertamanya adatah Witatikta.
Perjuangan Rakyat Blora menentang Penjajahan
Perlawanan Rakyat Btora yang dipelopori petani
muncul pada apkehitraanbiaidnkie 19 dan awa[ abad ke 20.
rnakin
Pertawanan tak [epas dari
mernburuknya kondisi sosia[ dan ekonomi penduduk
pedesaan pada waktu itu..
Pada tahun 188? pajak kepata yang drterapkan oteh
Femerintah Penjajah sangat memberatkan bagi pemi[ik
tanah (petani). Di daerah-daerah lain di Jawa, kenaikan
pajak telah menimbulkan pemberontakan petani,
seperti peristiwa Citegon pada tahun 1888. Selang dua
tahun kemudian seorang petani dari Blora rmengawali
pertawanan terhadap pemerintahan penjajah ya{ig
dipetopori oleh Samin Surasentiko.
Gerakan Samin sebagai gerakan petani anti kotoniai
lebih cenderung mernpergunakan rnetode protes pasir,,
merupakun
yaitu suatu gerakan yang tidak
pemberontakan radikat.
Beberapa indikator penyebab ada:la
pemberontakan untuk menentang koloniat penjajah
oantara [,ain :
Berbagai macam pajak diimplernentasikan di
o daerah Btora
Perubahan pola pernakaian tanah komunal,
pembatasan dan pengawasan oteh Belanda
inimengenai penggunaan hasiI hutan oteh penduduk
Indikator-indikator mempunyai hubungan
langsung dengan gerakan protes petani di daerah Blora.
Gerakan ini mempunyai corak Miltinarisrne, yaitu
gerakan yang menentang ketidak adilan dan
mengharapkan zaman emas yang makmur.
'l(gseilm tBarcng a,t I att a teng al
Cerita singkat kesenian barongan di Btora yaitu Prabu
Klana Sawandana dari Kabupaten Bantarangin jatuh cinta
kepada Dewi Sekartaji putri dari Raja Kediri, maka
/diperintahtah Patih Bujangganong Pujonggo Anom untuk
meminangnya. Keberangkatannya disertai 14 prajurit
:berkuda yang dipimpin oteh empat orang perwira diantaranya
Kuda Larean, Kuda Panagar, Kuda Panyisih dan Kuda
sangsangan. Sampai di hutan Wengkar rombongan Prajurit
Bantarangin dihadang oteh Singo Barong sebagai penjetmaan
dari Adipati Gembong Amijoyo yang
ditugasi menjaga
keamanan di perbatasan. Terjaditah perselisihan yang
memuncak menjadi peperangan yang sengit. Semua Prajurit
dari Bantarangin dapat ditaktukkan oteh Singo Barong, akan
tetapi keempat perwiranya dapat [otos dan melapor kepada
Sang Adipati Klana Sawandana. Pada saat itu juga ada dua
orang Puno Kawan Raden Panji Asrnara Bangun dari Jenggata
bernama Lurah Noyontoko dan Untub juga mempunyai tujuan
yang sama yaitu diutus R. Panji untuk metamar Dewi Sekar
Taji. Namun setetah sampai dihutan Wengker, Noyontoko dan
Untub mendapatkan rintangan dari Singo Barong yang
metarang keduanya utuk metanjutkan perjalanan, namun
keduanya saling ngotot sehingga terjaditah peperangan.
Namun Noyontoko dan Untub merasa kewalahan sehingga
mendatangkan saudara sepeguruannya yaitu Joko Lodro dari
Kedung Srengenge. Akhirnya Singo Barong dapat ditaktukkan
dan dibunuh. Akan tetapi Singo Barong memiliki kesaktian.
Meskipun sudah mati asal disumbari ia dapat hidup kembali.
Feristiwa ini kernudian ditaporkan ke R. Panji, kemudian
berangkattah R. Panji dengan rasa marah ingin menghadapi
Singo Barong. Pada saat yang hampir bersamaanAdipati Ktana
Sawendono juga menerima laporan dari Bujangganong
(Pujang Anom) yang dikatahkan oleh Singo Barong. Dengan
rasa amarah Adipati Ktana Sawendada mencabut pusaka
andatannya, yaitu berupa Pecut Samandiman dan berangkat
{9wian tBaangat tarta teq rt
menuju hutan Wengker untuk mernbunuh Singo Barong.
Setelah sampai di Hutan Wengker dan ketemu dengan Singo
Barong, maka tak terhfndarkan pertempuran yang sengit
antara Adipati Ktana Sawendana rnetawan Singo Barong.
Dengan senjata andatannya Adipati Ktana Sawendana dapat
mrenaklukkan Singo Barong dengan senjata andatannya yang
berupa Pecut Sarnandiman. Singo Barong kena Pecut
Samandiman menjadi lurnpuh tak berdaya.
Akan tetapi berkat kesaktian Adipati Ktana Sawendana
kekuatan Singo Barong dapat diputihkan ken'lbatr', dengan
syanat Singo Earong mau mengantarkan ke Kediri untuk
rnetarnar Dewi Sekartaji. Setetah sampai di atun-alun Kediri
pasukan tersebut bertemu dengan rombongan Raden Fanji
yang juga bermaksud untuk meminang Dewi Sekartaji.
Ferselisihanpun tak terhindarkan, akhirnya terjadilaBl
perang tanding antara Raden Panji dengan Adipati K[ama
Sawendano, yang akhirnya dimenangkan oteh Raden Panjf"
Adipati Klana Sawendana berhasil dibunuh sedangkan Singn
tsarong yang bermaksud membeta Adipati Ktana Sawemc'i;
dikutuk oteh Raden Panji dan tidak dapat berubah wujud [aEr
menjadi manusia ( Gernbong Amijoyo ) tagi. Akhirnya Singr:
Barong Takhtuk dan mengabdtkan diri kepada Raden Fan?1"
ternrasuk prajurit berkuda dan Bujangganong dari Kerajaan
Bantarangin.
Kennudian rombongan yang dipimpin Raden Panji
rnetanjutkan perjatanan guna metamar Dewi Sekartaji.
Suasana arak-arakan yang dipimpin oleh Singo Barong dan
Bujangganong inilah yang menjadi latar betakang keberadaan
kesentan Barongan.
D. l*atanBelakangCerita
Kata barongan sering diidentifikasikan dari kata
'singabarong', yaitu seekor binatang besar yang dapat
herhicara seperti manusia pada sebuah cerita rakyat teeltang
I(es enioilBamag dn ! ew a olaq afi
kisah Raden Panji yang diawali dari iring-iringan prajurit
berkuda mengawat Raden hnji Arnarahngun/Pujonggo
Amm dan Singo Barong. Adapun secara singkat dapat
dicerit&n sebagai berikut :
kafu Klama Sawandana dari l(abupden Bantarangin jatuh
cinta kepada Dewi Sekartaji putri dri Raja Kediri, maka
diperintahtah Patih Bujanganmg atau Pujonggo Anom untuk
meminangnya. Keberangkatannya disrtai 14 prajurit
berkuda yang dipimpin oteh em,pat orangperwira diantaranya:
Kuda Larean, Kuda Panagar, Kuda knyisih dan Kuda
sangsargan. Sampai di hutan Wengkar rombongan Prajurit
Bantarangin dihadang oteh Singo Barorq sebagai penjetmaan
dari Adipati Gembong Amijoyo yarg ditugasi menjaga
keamanan di perbatasan. Terjaditah persetis,ihan yang
memuncak menjadi peperangan yang sengit. Senrua Prajurit
dari Bantarangin dapat ditaktukkan otetr Singo Brong, akan
tetapi keempat perwiranya dapat [otos dan metapor kepada
Sang Adipti Ktana Sawandana.
Padasaat itu juga ada dua orang Puno Kawan Raden Panji
Asmara Bangun dari Jenggata bernama Lurah Noyontoko dan
Untub juga mempunyai tujuan yang sama yaitu diutus Raden
Panji untuk metamar Dewi Sekartaji. i*arnun setelah sampai
dihutan Wengker, Noyontoko dan lrntub mendapatkan
rintangan dari Singo Barong yang mdarang kedranya utuk
metanjutkan perjatanan, nanil,rn keduanya sting ngotot
sehin gga terj aditah peperan gan. Nam un illoyontoko dan Untu b
merasa kewatahan sehingga mendatangkan saudara
sepeguruannya yaitu Joko lndro dari Kedung Srengenge.
Akhirnya Singo Barong dapat ditaktukkan dan dihmuh. Akan
tetapi Singo Barong memitik kesaktian. Meskipun srdah mati
asal disumbari ia dapat hidup kernbati.
Peristiwa ini kemudian ditaporkan ke Raden Panji,
kemudian berangkatlah Raden Panji dengan rasa marah ingin
menghadapi Singo Barong. Pada saat yang hampirtersamaan
Klstrio{fu firgo.tatuta4dfr
Adipati Klana Sawendono juga menerima laporan dari
Bujangganong (Pujang Anom) yang dikalahkan oteh Singo
Barong. Dengan rasa amarah Adipati Ktana Sawendada
mencabut pusaka andalannya, yaitu berupa Pecut
Samandiman dan berangkat menuju hutan Wengker untuk
mennbunuh Singo Barong. Setetah sampai di Hutan Wengker
dan ketemu dengan Singo Barong, rnaka tak terhindarkan
pertempuran yang sengit antara Adipati Ktana Sawendana
rnelawan Singo Barong. Dengan senjata andatannya Adipati
Ktana Sawendana dapat menaklukkan Singo Barong dengan
senjata andaiannya yang berupa Pecut Samandinran. Singo
Barong kena Pecut Samandiman menjadi lumpuh tak berdaya.
Akan tetapi berkat kesaktian Adipati Klana Sawendana
kekuatan Singo Barong dapat diputihkan kernbali, dengan
syarat Singo Barong mau mengantarkan ke Kediri untuk
melamar Dewi Sekartaji. Setetah sampai di alun-atun Kediri
pasukan tersebut bertemu dengan rombongan Raden Panji
yang juga bermaksud untuk meminang Dewi Sekartaji.
Perselisihanpun tak terhindarkan, akhirnya terjaditah perang
tanding antara Raden Panji dengan Adipati Ktana Sawendano,
yang akhirnya dimenangkan oteh Raden Panji" irdipati Ktana
Sawendana berhasil dibunuh sedangkan Singo Barong yang
bermakud membeLa Adipati Ktana Sawendana dikutuk oteh
Raden Panji dan tidak dapat berubah wujud lagi menjadi
manusia (Gembong Amijoyo) tagi. Akhrnya Singo Barong
Takhtuk dan mengabdikan diri kepada Raden Panji, terrnasuk
prajurit berkuda dan Bujangganong dari Kerajaan
Bantarangin. Kemudian rombongan yang dipimpin Raden Panji
metanjutkan perjalanan guna melamar Dewi Sekartaji.
Suasana arak-arakan yang dipimpin oteh Singo Barong dan
Bujangganong inilah yang menjadi tatar betakang keberadaan
kesenian Barongan.
I(gsniaa rfumtgat t awa flnyfi
Gambar 8. Foto Barongan Btora
(Sumber Foto: Laeta, Juni 2(D9)
E. Pola dan Sistem Organisasi
Kabupaten Btora memitiki banyak ketompok barongan
yang terdapat di tiap-tiap desa. Da'i 294 desa, terdapat 3-4
ketompok di setiap desanya, diantaranya:
1) BengketpembuatanBarongan
Pemilik : Mji Pramono
Bahan : Kayu dadap, kayu to, ljuk yang didatangkan
dari Pati. Kutit Kijang, kambing, cat mobit
sebagai pewarna. Satu set barongan terdiri
dari barongan, gendruwo, Joko Lodro,
Pujangga Anom, Pentut, miyantoko.
:2l SanggarRisang gunturSeto
Pimpinan Adi Wibowo
Didirikan: tanggal 20 Mei 1999, beralamat di jatan
GunungWitis no. 12 a, Btora
Properti : Jumlah barongan 5, satu set gamelan, drum,
ecek-ecek, kostum terbilang modern.
Jumlah anggota 37 orang termasuk anak-
anak yang sudah terorganisir dengan baik.
Setiap pemain secara profesionat digaji
sesuai dengan kemampuan. Menggunakan
mantera-mantera sebetum pementasan yang
fuiaia&ongan jawatavrt
intinya memohon izin pada penguasa atam
setempat agar datam metakukan
pementasan jangan diganggu. Selain itu juga
disediakan sesaji berupa nasi tumpeng,
ayam panggang, dawet tanpa es dan kelapa
hijau.
Ketompok ini mempunyai ciri khas yaitu banyak
sentuhan gaya modern mutai dari peratatan dan
kostum, setain itu juga bekerja sama dengan STSI
Surakarta. Terjadi regenarasi yang sangat baik, karena
para pemain setatu mengajak anak-anaknya ikut serta
datam latihan. Oteh karena itu anak-anak kecil mutai
tertarik karena terbiasa mendengar dan metihat
pertunjukan barongan.
3) Sanggar Sekarjoyo
Pemimpinnya adatah Ariyadi, memitiki properti 8 buah
barongan dan 1 buah Barongan ponorogo serta satu set
gametan. Jumtah anggota terdiri 40 orang yang sudah
terorganisir dengan baik. Ariyadi meneruskan kesenian
barongan dari kakeknya. Datam sanggar ini ada satu
barongan yang dianggap 'bernyawa'. Setiap matam
Jduamn'amt baanrotrnag-amn-abanrtorang.aKn etelorsmebpuotkdiibnei r'i sesaji, dupa
mempunyai
panggung sendiri untuk latihan.
Gambar 9. Foto Sanggar Sekarjoyo Blora
(Sumber Foto: Laeta, Juni 2009)
'1(j seniai B aroag an J au a teng a fi
Ciri khas ketompok ini antara lain terdapat atraki
aerobatik yang diselingi pada pementasan, mempunyai
sistem organisasi yang baik mulai dari ketua beserta
bidang-bidang lainnya. Selain itu, setiap barongan
dimain-kan oteh orang-orang tertentu. Khusus
barongan yang disakratkan hanya satu orang yang
menggunakannya.
4l Sanggar pimpinan Sogot Surawan
Dengan properti berupa barongan dan satu set
gamelan. Jumlah anggota sebanyak 35 orang yang
terdiri dari anak-anak siswa tingkat SD, SMP dan SAM.
Karena terdiri dari anak-anak maka datam
pementasannya tidak ada pembacaan mantra ataupun
barongan yang diskratkan. Setiap barongan dianggap
sama dan boleh dimainkan dengan siapa saja.
Ciri khas kelompok ini yaitu sebagian besar pemainnya
adalah anak-anak. Ketompok ini tidak kesulitan mencari
anggota yang baru, karena istri dari pimpinan ini
berprofesi sebagai guru SD yang dapat dengan mudah
mengajaksiswanya ?
5) Paguyuban Seni Barong "Sekar-Joyo"
Ketua BapakAriyadi, dengan atamat sekretariat di Jt. G.
Slamet no. TAKe[. Kunden, Kab. Btora. Memitiki pemain
berjumlah 20 orang dan pengrawit berjumtah 10 orang.
Paguyuban ini mempunyai jatan cerita di setiap
pentasnya yang terdiri dari urutan-urutan sebagai
berikut:
a. Talu
b. TariGendruwonKembar
c. Sembahan (tari Barong Rampak Lima)
d. TariKetono
e. Tari Kadak/Barongan
f. TariKuda Lumping
g. Atraksi
{lsatiat Aaong at t arta feng afi
h. Tari BarongTunggat
i. Tari BujangAnom
j. Tari Barong Dua
k. TariPentutan
t. Cerita
m. Kepruk
n. Daget
o. Tari barong Penutup
F. Peralatan Kesenian Barongan
)1 Alat-alat Musik/gamelan
Atat-atat musik/gametan yang dipergunakan terdiri
antara lain:
a. Kendang 1 buah, dibuatdari kutitdan kayu
b. Terompet 1 buah, dibuat dari bahan bambu/kayu,
tempurung
c. Demung 1 buah, dibuat dari besi/perunggu dan
rancaknya dari kayu
d. Saron 1 buah, dibuat dari besi/perunggu dan
rancaknya dari kayu
e. Bonang barung 1 rancak, bahan besi/perunggu dan
rancaknya dari kayu
f. Kempul 1 buah, bahan besi/perunggu dan
rancaknya dari kayu
g. Gong suwukan 1 buah, bahan besi/perunggu dan
rancaknya dari kayu.
Adakatanya datam beberapa pementasan sering
dipadukan dengan kesenian campur sari dan atat musik
modern seperti keyboard.
2l Kostum
Beberapa kostum yang seringkati digunakqn oleh
setiap pemeran, antara lain:
a. Barongan: kepata atau topeng barongan terbuat
dari bahan kayu, dibentuk seperti kepata singa dan
l(j senioilBarongan J awa'lengah
diberi cat menurut setera pembuatnya. Rambutnya
dari ijuk, badannya dari bahan karung goni.
Pemainnya memakai cetana pendek.
b. Gendruwo : topeng dan rambut gendruwo menjadi
satu topeng dari bahan kayu dan rambutnya dari
ijuk. Baju dan celana komprang dibuat dari kain
hitam dan di betakang diberi hiasan, misatnya
gambar [eak.
c. Barongan : Jamang (ikat kepata dari kutit) diberi
hiasan, sumping (hiasan tetinga) dari bahan kutit
ditatah dan disungging, ketat bahu dari kutit,
ditatah dan disungging, katung utur straptes
(mekak:jawa) dari bahan kain yang dibordir dengan
benang emas, sabuk, epek timang dari bahan
btudru, kain batik, celana pendek yang sama
dengan straptesnya, bara dibuat dari btudru
dibordir dengan mote, bingget.
d. Noyontoko dan Untub: cetana dan baju kompreng
berwarna hitam, ikat kepata, topeng untuk Penthul
berwarna
G. Fungsi Kesenian Barongan
Wataupun kesenian rakyat dikatakan sederhana, tetapi
memitiki beberapa fungsi antara lain:
a) Untuk memberikan hiburan, bagaimanapun juga rakyat
pedesaan memertukan hiburan sebagai pengisi jiwa
yang setama ini tebih banyak 'kosong' datam tubuhnya
yang keras akibat mata pencaharianya yang
berhubungan dengan atam baik itu petani maupun
nelayan.
b) Untuk kepertuan suatu upacara adat yang pada waktu
tertentu wajib disetenggarakan. Pertunjukan dalam
upacara adat bertujuan untuk 'membujuk' kekuatan
gaib yang dominan agar memenuhi kehendak
I(e s enian E arong an t aw a teng a fi
a
masyarakat yang menyelenggarakan kesenian tersebut.
c) Merupakan rnedia pendidikan yang sifatnya informal
karena datam kesenian rakyat, terutama yang
dibawakan datam bentuk cerita, di datamnya setalu
disetipkan sej urntah nasi hat.
d) Bagi sang seniman yang memimpin kesenian rakyat,
denngan adanya kesenian rakyat dapat memberikan
kesempatan untuk melahirkan ekpresi jiwanya,
setidak-tidaknya dapat metestarikannya, karena disaat
bentuk seni sedang berkembang dan diperhatikan
orang, kesenian daerah justru mengatami kemunduran.
H. Perkernbangan Kesenian Barongan Kabupaten Blora
Boteh jadi, Barongan adatah salah satu kesenian
tradisionat yang cepat beradaptasi dan cepat puta digernari.
Dari sisi penampilan, kesenian ini memang menjanjikan
kemegahan. Dua dadak merakyang menjadi ikon kesenian ini,
adalah jaminan mutu penonton terpesona. Konon, berat
dadak merak ini sekira 50 kg. ltu kalau dalam keadaan tidak
ada angin. Kalau ada angin, bisa mencapai 75 kg atau bahkan
tebih.
Darisisi bunyi, kesenian reog jelas menawarkan keriuhan.
Para pengirtng yang menabuh berbagai alat musik tradisi
seperti terompet, gendang, kemput, saron, dan lain-tain ini
bisa mencapai ZCI orai'rg"
Dua faktor initah yang mungkin tetah menghipnotis
masyarakat di nnana pj!akgauyukbeasneBnaiaronngyaannigtudbiebraawdaa. Maka
henan,
janganlah para
"pengembara" dari tanah Jawa ke berbagai betahan dunia ini
di negeri Jiran kesenian tersebut juga cepat berkembang.
Culma sayang disayang, entah karena getap mata atau kepingin
"menggoda" sentimen kebangsaan kita, Malaysia secara
sepihak mengklaim bahwa reog berasat dariMalaysia.
Kontroversi ini bermula saat tanan Barongan yang
rtI(9sadailBarory attt mt a'feng @
ditarikan di Malaysia dinamakan Tari Barongan. Deskripsi akan
tarian ini ditampitkan datam situs resmi Kementrian
Kebudayaan Kesenian dan Warisan Mataysia. Tarian ini juga
menggunakan topeng dadak rnerak, topeng berkepata
harimau yang di atasnya terdapat butu-butu merak, yang
merupakan asti buatan pengrajin Ponorogo.
Permasatahan lainnya yang timbuI adatah ketika
ditarikan, pada Barongan ini ditempetkan tutisan "Mataysia"
dan diaku sebagai warisan Metayu dari Batu Pahat Johor dan
Setangor Mataysia. Hal ini memicu protes dari berbagai pihak
di lndonesia, termasuk seniman Reog asal Ponorogo yang
berkata bahwa hak cipta kesenian Reog clicatatkan dengan
nomor 026377 tertanggat 11 Februari 2004 dan diketahui
langsung oteh Menteri Hukurn dan l-lAM Repubtik lndonesia.
Keriuhan dan kemegahan itu memang nyata adanya. lni
bisa kita sakikan saban ada festival Barongan. Suara
terompet terus menjerit-jerit memekakkan gendang telinga,
tapi [engkingan terompet itu justru kian membuat para
penonton antusias memberikan tepukan yang panjang untuk
lr.elompok Gembong Jati. Latu muncut enam warok muda dan
dua warok tua. Mereka berdoa sejenak di tengah panggung,
ditanjutkan dengan menari ata ksatria yang saling
memamerkan kedigdayaan mereka datam olah kanuragan. Tak
tama kemudian, muncut para penari jathit yang dibawakan
oteh enam penari wanita yang menunggang kuda (lumping).
Mereka segera menari di panggung turut memeriahkan
suasana, disusut setanjutnya oteh pemuncutan Bujangganong
dan Ktono. Pemuncutan terakhir ditutup oteh sepasang dadak
merak.
Secara sederhana, ada [ima fragmen tarian disajikan
datam penampilan kelompok reog:
1. Tari warok (prajurit sakti).
2. Tari jathit (penggambaran prajurit berkuda)
3. Bujangganong (patih burukrupayang jujur).
fg.sedan t&arotgot t awa taqafi
4. TariKtana (Raja Ktana Sewandono).
5. Dadak ltilera,k (burung rnjerak yang naik di atas
harirnau).
Pada dasarnya ada lima versi cerita poputer yang
berkembang di masyarakat tentang asal-usul Reog dan Warok,
namun satah satu cerita yang pating terkenal adalah cerita
tentang pernberontakan Ki Ageng Kutu, seorang abdi kerajaan
pada masa Bra Kertabumi, Raja Majapahit terakhir yang
berkuasa pada abad ke-l5.
Ki Ageng Kutu murka akan pengaruh kuat dari rekan raja
yang beretnis Cina datam pemerintahan dan peritaku raja
yang korup. la pun melihat bahwa kekuasaan Kerajaan
Majapahit akan berakhir. la [alu meninggatkan sang raja dan
mendirikan perguruan yang mengajarkan seni beta diri, ilmu
kekebalan diri, dan ilmu kesempurnaan kepada anak-anak
muda, dengan harapan bahwa anak-anak muda ini akan
menjadi bibit dari kebangkitan kembati Kerajaan Majapahit
ketak. Sadar bahwa pasukannya terlatu kecil untuk melawan
pasukan kerajaan maka pesan potitis Ki Ageng ltutu
disampaikan metatui pertunjukan seni kog, yang merupakan
"sindiran" kepada Raja Bra Kertabumi dan kerajaannya.
Pagelaran Reog menjadi cara Ki Ageng Kutu rnembangun
pertawanan masyarakat tokat menggunakan kepoputeran
Barongan.
Datam pertunjukan Barongan ditampilkan topeng
berbentuk kepata singa yang dikenal sebagai "Singa Balgngo',
raja hutan, yang menjadi simbol untuk Kertabumi, dan d
atasnya ditancapkan butu-butu merak hingga menyenqai
kipas raksasa yang menyimbotkan pengaruh kuat para rekan
Cinanya yang mengatur dari atas segala gerak-gerikrrya.
Jatilan, yang diperankan oleh ketompok penari gernbtak yang
menunggang kuda-kudaan menjadi simbot kekuatan pasu*an
Kerajaan futajapahit yang menjadi perbandingan kontras
dengan kekuatan warok, yang berada dibatik topeng badrs
I(4smiailhaotg an t awa teryd
merah yang menjadi simbol untuk KiAgeng Kutu, sendirian dan
menopang berat topeng singabarong yang nnencapai tebih dari
50 kg hanya dengan menggunakan giginya.
Kepoputer Reog Ki Ageng Kutu akhirnya menyebabkan
Kertabumi mengambit tindakan dan menyerang
perguruannya. Pemberontakan oleh warok dengan cepat
diatasi, dan perguruan ditarang untuk melanjutkan
pengajaran akan warok. Namun murid-murid Ki Ageng kutu
tetap melanjutkannya secara diam-diam. Wataupun begitu,
kesenian Reognya sendiri masih diperbolehkan untuk
dipentaskan karena sudah menjadi pertunjukan poputer,
namun jatan ceritanya memiliki alur baru dengan
ditambahkan karakter-karakter dari cerita rakyat Ponorogo
yaitu Kelono Sewondono, Dewi Songgotangit, and Sri
Genthayu.
Versi resmi atur cerita Reog Ponorogo kini adatah cerita
tentang Raja Ponorogo yang berniat metamar putri Kediri,
Eewi R.agit Kuning, narnun di tengah perjatanan ia dicegat oteh
R.aja.Singabarong dari Kediri. Pasukan Raja Singabarong terdiri
dan merakdan singa, sedangkan dari pihak Kerajaan Ponorogo
fitaja Ketono dan Wakitnya Bujanganom, dikawat oteh warok
(pria berpakaian hitarn-hitam dalam tariannya), dan warok ini
memitiki itmu hitam mematikan. Seluruh tariannya
merupakan tarian perang antara Kerajaan Kediridan Kerajaan
Ponorogo, dan mengadu itmu hitam antara keduanya, para
penari dalam keadaan 'kerasukan' saat rnementaskan
tariannya"
Hingga kini masyarakat Ponorogo hanya rnengikuti apa
yang menjadi warisan letuhur mereka sebagai pewarisan
budaya yang sangat kaya. Dalam pengatamannya Seni Reog
merupakan cipta kreasi manusia yang terbentuk adanya atiran
kepercayaan yang ada secara turun temurun dan terjaga.
Upacaranya pun menggunakan syarat-syarat yang tidak
mudah bagi orang awam untuk memenuhinya tanpa adanya
l(gsefiit $aroryat t arta tagafr
garis keturunan yang jetas. Mereka menganut garis keturunan
parental dan hukurn adatyang masih bertaku.
Reog modern biasanya dipentaskan datam beberapa
peristiwa seperti pernikahan, khitanan dan hari-hari besar
nasionat. Seni Reog Ponorogo terdiri dari 2 sarnpai 3 tarian
pembukaan. Tarian pertama biasanya dibawakan oteh 6-8 pria
gagah berani dengan pakaian serba hitam, dengan muka
saiifnlogtaesywaanrgnapmemerbaehr.aPnair.aBpeernikauritninyiamaedngagtaahmbtaarklaann
sosok
yang
diblwakan- oteh 6-8 gadis yang menaiki kuda. Pada reog
tradisionat, penari ini biasanya diperankan oteh peffiari taki-
taki yang berpakaian wanita. Tarian ini dinarnakan tari jaran
kepang, yang harus dibedakan dengan seni tari tain yaitu tari
kuba tumping. Tarian pembukaan [ainnya jika ada biasanya
berupa tarian oteh anak kecit yang membawakan adegan tucu.
Setetah tarian pembukaan setesai, baru ditampitkan
adegan inti yang isinya bergantung kondisi dimana seni reog
ditampitkan. Jika berhubungan dengan pernikahan maka yang
ditarnpitkan adatah adegan percintaan" untuk hajatan
khitanan atau sunatan, biasanya cerita pendekar. Adegan
datam seni reog biasanya tidak mengikuti skenario yang
tersusun rapi. Dtsini setatu ada interaksi antara pemain ctan
datang (biasanya pemirnpin rombongan) dan kadang-kadang
dengan penonton. Terkadang seorang pemain yang seclang
Lpeenrstaesbudta'pkealtedlaigtraannti.kaYnanogte[hebpeihmdaiinpelnatiinngbkitaan pernain
datam
pernentasan seni reog adatah rnemberikan kepuasan kepada
penontonnya.
Adegan terakhir adatah singa barong, di rnaria petaku
memakal topeng berbentuk kepata singa dengan rnahkota
yang terbuat aari butu burung rnerak. Berat topeng ini bjsa
mericapai 50-60 kg. Topeng yang berat ini dibawa oleh
penarinya dengan gigi. Kemampuan untuk membawakan
lop"ng ini setain diperoteh dengan latihan yang berat, juga
KFsmiailBamAan t owo tengrt
dipercaya diperoleh dengan latihan spirituat seperti puasa dan
tapa.
Kesenian Barong atau lebih dikenal dengan kesenian
Barongan merupakan kesenian khas Jawa Tengah. Akan tetapi
dari beberapa daerah yang ada di Jawa Tengah Kabupaten
Btoratah yang secara kuantitas, keberadaannya tebih banyak
bita dibandingkan dengan Kabupaten [ainnya.
Seni Barong merupakan satah satu kesenian rakyat yang
amat populer di katangan masyarakat Blora terutama
masyarakat pedesaan. Di datam seni Barong tercermin sifat-
sifat kerakyatan masyarakat Btora, seperti s'ifat : spontanitas,
keketuargaan, kesederhanaan, kasar, keras, kompak, dan
keberanian yang ditandasi kebenaran.
Barongan dalam kesenian barongan adalah suatu
petengkapan yang dibuat menyerupai Singo Barong atau Singa
Besarsebagai penguasa hutan angker dan sangat buas. Adapun
tokoh Singo Barong daLam cerita barongan disebut juga
GembongAmijoyo yang beraflci harimau besaryang berkuasa.
Kesenian Barongan berbentuk tarian ketompok, ydng
rnenirukan keperkasaan gerak seekor singa rakasa. Peranan
51ngo Barong secara totatitas di dalam penyajian merupakan
tokoh yang sangat dominan, disamping ada beberapa tokoh
yang tidak dapat dipisahkan yaitu :
- Bujangganong/PujonggoAnom
- Joko Lodro l Gendruwo
- Pasukan berkuda / Barongan
- Noyontoko
- Untub
Setain tokoh tersebut diatas pementasan kesenian
barongan juga ditengkapi beberapa pertengkapan yang
berfungsi sebagai instrumen musik antara lain : Kendang,
Gedhuk, Bonang, Saron, Demung dan Kemput. Seiring dengan
perkembangan jaman ada beberapa penambahan instrumen
modern yaitu berupa Drum, Terompet, Kendang besar dan
I(qsaia$amgaa t aud tagrt
Keyboards. Adakatanya datam beberapa pementasan sering
dipadukan dengan kesenian campur sari. Kesenian Barongan
bersumber dari hikayat Panji, yaitu suatu cerita yang diawati
dari iring-iringan prajurit berkuda mengawal Raden Panji
Asmarabangun / PunjonggoAnom dan Singo Barong.
Kesenian rakyat di lndonesia pada masa sekarang
umumnya sedang mengalami kemunduran. Ada beberapa hal
yang menyebabkannya, antara [ain, pertama kedudukan
orang-orang tua yang pada umumnya menjadi pendukung
kesenian rakyat secara berangsur-angsur diganti oteh anak-
anak muda yang pada umumnya kurang rnau mendukung
kesenian tersebut" Oteh karena itu penggemar kesenian
rakyat semakin kecit. Berbagai sarana komunikasi seperti
radio, televisi, media cetak bahkan internet te[ah
menjangkau dan dapat dinikmati oteh masyarakat desa.
Padahat media massa khususnya tetevisi tebih banyak
menyajikan bentuk-bentuk teater modern.
Akan tetapi tidakdemikian dengan kesenian barongan di
Kabupaten Blora. Kesenian ini sangat populer di kalangan
masyarakat Blora. Pemerintah daerah, metatui Dinas
Kebudayaannya memberikan perhatian yang khusus bagi
perkembangan kesenian barongan. Tujuannya yaitu
menjadikan barongan sebagai identitas Kabupaten Btora"
Untuk mendukung hal tersebut, sering diadakan festival yang
diikuti oteh kelurahan dan kecamatan se-Kabupaten Btora di
atun-alun. Tidak hanya itu, kesenian barongan juga sering
tampil di berbagai acara, terakhir yaitu datam acara Parade
Seni Budaya Jawa tengah tahun 2008 di Semarang datam
rangka hari jadi Jawa Tengah. Ketika itu setiap Kabupaten di
Jawa Tengah menampitkan kesenian daerahnya masing-
masing, dan kesenian barongan menjadi wakit dari
penampitan Kabupaten Btora.
Kleniot <futorg a{ wa teagd
BAB VIII
PENUTUP
Kata barongan sering diidentifikasikan dari kata
'singabarong', yaitu seekor binatang besar yang dapat
berbicara seperti manusia pada sebuah cerita rakyat tentang
kisah Raden Panji. Cerita yang diawali Rdaaridierinng-iPrinagnajni
pra j urit berkuda mengawaI
Asmarabangun/Pujonggo Anom dan Singo Barong yang akan
metamar Dewi Sekartaji dari Kediri.
Kesenian Barongan jetas termasuk dalam kategori
kesenian rakyat. Kesenian ini merupakan kesenian yang tertua
di lndonesia disebut sebagai seni tradisionat. Seni ini sifatnya
masih asli sehingga disebut juga seni daerah. Para pendukung
kesenian daerah pada umumnya rakyat pedesaan atau kota
kecit yang secara sosiotogi di Jawa disebut wongcilikdan pada
umumnya berpencarian datam bidang pertanian. Kesenian ini
memitiki fungsi sebagai sarana hiburan, rituat, dan pendidikan
Kesenian rakyat di lndonesia pada masa sekarang
umumnya sedang mengatami kemunduran. Ada beberapa hal
yang menyebabkannya, antara lain karena kedudukan orang-
orang tua yang pada umumnya menjadi pendukung kesenian
rakyat secara berangsur-angsur diganti oleh anak-anak muda
yang pada umumnya kurang mau mendukung kesenian
tersebut. Oteh karena itu penggemar kesenian rakyat semakin
kecit. Berbagai sarana komunikasi seperti radio, tetevisi,
media cetak bahkan internet telah menjangkau dan dapat
dinikmati oleh masyarakat desa. Padahat media massa
khususnya tetevisi tebih banyak menyajikan bentuk-bentuk
teater modern.
Akan tetapi tidak demikian dengan kesenian Barongan di
beberapa kabupaten di Jawa Tengah, terutama di Kabupaten
I(psctriarlt furongor I awa tagd
Blora. Kesenian ini sangat poputer di katangan masyarakat
Btora. Pernerintah daerah, metalui Dinas Kebudayaannya
memberikan perhatian yang khusus bagi perkembangan
kesenian barongan. Tujuannya yaitu menjadikan barongan
sebagai identitas Kabupaten Blora.
Metihat perkembangan kesenian Barongan di Kabupaten
Btora, alangkah baiknya setiap kabupaten yang ada di Jawa
Tengah juga dapat betajar dari Kabupaten Btora. Kesenian
Barongan tetap harus dipertahankan ekistensinya, r.sebagai
salah satu warisan kebudayaan bangsa.
.'i
Metihat gerak yang ditampilkan para petaku jenis
kesenian khas barongan, terlintas kesan mistis di datamnya.
Barongan, sering diidentikkan dengan dunia hitam, preman
atau jagoan. AAinuman keras dan juga kendalanya" Tak [epas
puta kekuatan supra naturat. Barongan mempertontonkan
keperkasaan datam mengangkat dadak berat seberat sekitar
40 kilogram dengan kekuatan gigitan gigi sepanjang
pertunjukan bertangsung, seperti yang tertulis disana.
lnstrumen pengiringnya, kempu[, ketuk, kenong,
genggam, ketipung, angktung dan terutama satornpret,
menyuarakan nada slendro dan petog yang memuncutkan
atmosfir mistis, aneh, eksotis sekaligr.ls rnembangkitkan
gairah. Tidak hanya satu versi yang diceritakan asat rnuasal,
kesenian Barongan.
Sejarah lahirnya kesenian ini pada saat Raja Brawijaya ke-
5 bertahta di Kerajaan Majapahit. Untuk menyindir sang raja
yang amat dipengaruhi oteh permaisurinya ini, dibuatlah
barongan yang ditunggangi burung merak oleh Ki Ageng Tutu
Suryo. Lebih tanjut cerita rakyat yang bersumber da+rBabad
Jawa menyatakan pada jaman kekuasaan Betoro Katong,
penambing yang bernama Ki Ageng Mirah menitai kesenian
barongan perlu di lestarikan.
Ki Ageng Mirah latu membuat cerita legendaris tentang
terciptanya Kerajaan Bantar Angin dengan rajanya Ketono
{gwian Buongdn t owo tengrt