The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.
Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by ilyaaisatulazizah01, 2021-04-06 08:08:29

SMECONE DRUGS INFORMATION

XI FKK 2
SMK N 1 Purwokerto

Keywords: #obat

 Golongan Obat : Obat Keras
 Dosis Maksimum : -
 Dosis Lazim / Aturan Pakai :

Tujuan: mengatasi tukak lambung dan dan tukak usus halus
- Dosis: 0,4 mg sebanyak 2 kali sehari, atau 0,2 mg sebanyak 4

kali sehari. Lama pengobatan bisa berlangsung 4-8 minggu.
Tujuan: mencegah tukak lambung akibatobat antiinflamasi
nonsteroid

- Dosis: 0,2 mg sebanyak 2-4 kali sehari. Jika muncul efek
samping, dosis dapat dikurangi menjadi 0,1 mg sebanyak 4 kali
sehari

 Interaksi Obat Dengan Obat Lain :
- Memperparah efek samping diare, jika dikonsumsi
bersama antasida yang mengandung ion magnesium
(magnesium hidroksida).
- Meningkatkan efek kontraksi otot rahim, jika dikonsumsi
bersama obat oksitoksin atau obat untuk induksi persalinan
lainnya.

 Efek Samping Obat : Diare, Sakit kepala, Sakit perut, Perut
kembung, Muntah, Sembelit, Gangguan pencernaan

 Bentuk Sediaan : Tablet
 Nama Pabrik :PT.Nulab Pharmaceutical Indonesia
 Keamanan Untuk Ibu Hamil dan Menyusui : Kategori X
 Sumber : MIMS hal A227, DOI

100. MEBENDAZOLE

150

 Kandungan Zat Aktif : Mebendazole
 Khasiat :Mengobati infeksi cacing
 Golongan Obat : Obat Bebas Terbatas
 Dosis Maksimum : -
 Dosis Lazim / Aturan Pakai:

Kondisi: Infeksi cacing kremi (enterobiasis)
- Dosis 100 mg sebagai dosis tunggal. Konsumsi obat dapat

diulang 2–3 minggu kemudian jika diperlukan.
Kondisi: Infeksi cacing gelang (ascariasis), cacing cambuk
(trichuriasis), dan cacing tambang

- Dosis 100 mg, 2 kali sehari, selama 3 hari berturut-turut, atau
500 mg dalam dosis tunggal.

 Interaksi Obat Dengan Obat Lain :
- Penurunan kadar mebendazole jika digunakan
bersama carbamazepine, fosphenytoin, atau phenytoin
- Peningkatan kadar mebendazole jika digunakan
bersama cimetidine
- Peningkatan risiko terjadinya sindrom Stevens-Johnson dan
nekrolisis epidermal toksik jika digunakan
bersama metronidazole

 Efek Samping Obat :Sakit perut,Muntah, Kembung, Sakit kepala,
Diare

 Bentuk Sediaan : Tablet
 Keamanan Untuk Ibu Hamil dan Menyusui : Kategori C
 Efek Farmakodinamik :

- Mebendazole adalah antihelmintik sintetik yang berspektrum
luas. Mebendazole bekerja dengan menghambat efek
polimerasasi tubulin pada helmin sehingga helmin akan
kehilangan mikrotubul di sitoplasma helmin. Kemudian helmin
dewasa dan larvanya akan mengalami gangguan dalam
konsumsi glukosa sehingga terjadi penurunan
produksi adenosine triphosphate (ATP) sehingga helmin akan
berhenti bergerak dan berkembang biak, lalu mati.

 Sumber : MIMS hal A227, DOI

151

101. MELOKSICAM

 Kandungan Zat Aktif : Meloxicam 7,5 mg dan 15 mg
 Khasiat :Meredakan gejala radang sendi
 Golongan Obat : Obat Keras
 Dosis Maksimum : -
 Dosis Lazim / Aturan Pakai :

Bentuk obat : Tablet
- Dewasa: 7,5-15 mg per hari.
- Lansia: 7,5 mg per hari.
- Anak-anak ≥ 60 kgBB: 7,5 mg per hari.

Bentuk obat: Suppositoria
- Dewasa: 1 kapsul suppositoria per hari.

Bentuk obat: Suntik
- Ditentukan oleh dokter berdasarkan kondisi pasien.
 Interaksi Obat Dengan ObatLain :
- Antikoagulan antidepresan jenis SSRI, kortikosteroid, serta

salisilat, efeknya meningkatkan risiko pendarahan lambung.
- Obat darah tinggi jenis ACE inhibitor, diuretik, ARB, dan

penghambat beta, efeknya menurunkan efektivitas obat tersebut.
- Digoxin, lithium, dan methotrexate, efeknya meningkatkan

kadar obat-obat tersebut dalam darah.
- Cholestyramine, efeknya menurunkan efektivitas meloxicam.

152

 Efek Samping Obat : Diare, Sakit maag, Perut kembung, dan
Gangguan pencernaan

 Bentuk Sediaan : Tablet, Suppositoria, Suntik
 Nama Pabrik :PT.Dexa Medica
 Keamanan Untuk Ibu Hamil dan Menyusui : Kategori C

- Pada trimester akhir : Kategori D
 Efek Farmakodinamik :

- Farmakodinamik meloxicam berhubungan dengan
penghambatan sintetase prostaglandin (cyclooxygenase).
Sedangkan prostaglandin merupakan mediator inflamasi,
sehingga obat ini berfungsi sebagai obat antiinflamasi,
analgesik, dan antipiretik. Meloxicam telah menunjukkan
kemampuan dalam menurunkan laju sedimentasi eritrosit atau
laju endap darah (LED) pada pasien rheumatoid arthritis. Selain
itu juga dapat menurunkan C-reactive protein (CRP) serta
ekspresi aquaporin-1.

 Sumber : DOI hal 659, MIMS hal A227

102. METILTESTOSTERON

 Kandungan Zat Aktif : Metiltestoteron mengandung tidak kurang
dari 97,0% dan tidak lebih dari 103,0% C20H30O2, dihitung
terhadap zat yang telah dikeringkan.

 Khasiat : Androgenum
 Golongan Obat : Obat Keras
 Dosis Maksimum : -
 Dosis Lazim :

153

- Laki-laki : - / 25 mg - 50 mg
- Wanita : - / 5 mg - 20 mg
- Karsinoma mama : - / 50 mg - 100 mg
 Interaksi Obat Dengan ObatLain :
- Meningkatkan efektivitas ciclosporine, obat antidiabetes, dan

obat antikoagulan.
- Meningkatkan risiko penumpukan cairan dalam tubuh, bila

digunakan bersama obat golongan kortikosteroid.
 Efek Samping Obat : Sakit kepala dan pusing, perubahan suasana

hati, mual, sakit perut, payudara membesar, berat badan naik,
rambut yang tumbuh berlebihan.
 Bentuk Sediaan : Tablet, kapsul, suntikan, dan transdermal patch
 Keamanan Untuk Ibu Hamil dan Menyusui : Kategori X
 Sumber : Farmakope Edisi III hal 380 dan 976, MIMS hal A227,
DOI

103. NIASINAMIDA

 Kandungan Zat Aktif : Niasinamida mengandung tidak kurang dari
98,5% dan tidak lebih dari 101,0% C6H6N2O, dihitung terhadap zat
yang telah dikeringkan.

 Khasiat : Antipelagra
 Golongan Obat : Obat bebas
 Dosis Maksimum : 500 mg / 1 g
 Dosis Lazim : 15 mg-50 mg / 30 mg-150 mg, dapat dinaikkan

hingga 250 mg

154

 Interaksi Obat Dengan Obat Lain :
- Obat penghambat enzim HMG-CoA reduktase,
misalnya simvastatin: meningkatkan kadar nicotinamide di
dalam darah.
- Carbamazepine: menurunkan kemampuan tubuh untuk
menghancurkan obat di dalam tubuh.
- Obat pengencer darah seperti aspirin, clopidogrel, heparin,
atau warfarin: meningkatkan risiko perdarahan.
- Paracetamol, isoniazid, methotrexate, methyldopa, atau
phenytoin: mengganggu fungsi hati.

 Efek Samping Obat : Kepala berkunang kunang hingga pingsan,
sesak napas (dyspenea), nyeri dada, keringat berlebihan, gangguan
fungsi hati, kadar gula tinggi, iritasi pada kulit.

 Bentuk Sediaan : Tablet, sirup, cairan suntik, gel (obat oles).
 Keamanan Untuk Ibu Hamil dan Menyusui :Kategori A

- Jika dosis melebihi AKG : Kategori C
 Efek Farmakodinamik :

- Niasinamida adalah salah satu bentuk aktif dari vitamin B3.
Tiga bentuk vitamin B3, yaitu niasin, nikotinamid, dan
nikotinamid ribose, akan menjalani proses fosforilasi dengan
bantuan adenosine trifosfat, atau ATP, menjadi bentuk esensial
untuk kehidupan, yaitu NAD. Proses pembentukan NAD ini
juga memerlukan peran dari triptofan, vitamin C, dan vitamin B
lainnya.

 Sumber : Farmakope Edisi III hal 435 dan 978, MIMS hal A229,
DOI

155

104. NISTATIN

 Kandungan Zat Aktif :Nystatin
 Khasiat : Antijamur
 Golongan Obat : Obat Keras
 Dosis Maksimum : -
 Dosis Lazim : 400.000 UI - 600.000 / 1.600.000 UI
 Interaksi Obat Dengan Obat Lain : Tidak diketahui secara pasti

interaksi obat yang muncul jika nystatin digunakan bersamaan
dengan obat lainnya. Namun, nystatin dapat menyebabkan efek
interaksi ringan bila digunakan dengan produk ragi yang dihasilkan
olehSaccharomyces cerevisiae.
Hindari penggunaan nystatin dengan produk ragi terebut. Jika
Anda sedang atau akan menggunakan obat, suplemen, atau produk
herbal, pastikan untuk berkonsultasi ke dokter terlebih dahulu.
 Efek Samping Obat : Mual, muntah, sakit perut, diare.
 Bentuk Sediaan : Salep, cairan suspensi,tablet minum, dan tablet
vagina.
 Nama Pabrik :Bernofarm, LAPI, Novell Pharmaceutical.
 Keamanan Untuk Ibu Hamil dan Menyusui : Kategori C
 Efek Farmakodinamik :
- Nystatin merupakan antifungi polyene turunan. Obat ini

memiliki cara kerja yang sama dengan amfoterisin B, yaitu
dengan berikatan pada struktur sterol yang terdapat pada
membran sel jamur, terutama ergosterol. Ikatan ini

156

menyebabkan peningkatan permeabilitas sel dan menyebabkan
kebocoran molekul intrasel. Onset kerja nystatin adalah sekitar
24-72 jam.
 Sumber : Farmakope Edisi III hal 979, MIMS hal A229, DOI

105. NORETISTERON

 Kandungan Zat Aktif : Noretisteron mengandung tidak kurang dari
97,0% dan tidak lebih dari 102,0% C20H26O2, dihitung terhadap zat
yang telah dikeringkan.

 Khasiat : Progrestogenum
 Golongan Obat : Obat Keras
 Dosis Maksimum : - / 40 mg (oral), -
 Dosis Lazim :

- Oral : - / 10 mg-20 mg
- Kontraseptik, oral : - / 1 mg-2 mg
 Interaksi Obat Dengan Obat Lain :
- Meningkatkan efek obat ciclosporin yang berakibat fatal.
- Meningkatkan risiko penumpukan cairan di salah satu bagian

tubuh, jika dikonsumsi dengan obat antiinflamasi nonsteroid
atau vasodilator.
- Mengurangi efek obat phenobarbital, phenytoin,
carbamazepine, rifampicin, nevirapine, efavirenz, tetracyclines,
ampicillin, kotrimoksazol, dan ritonavir.
 Efek Samping Obat : Kembung, sakit kepala, mual, sulit tidur,
lelah, pusing, diare, demam, nyeri payudara, menstruasi singkat
atau tidak menstruasi sama sekali, edema atau penumpukan cairan
dalam tubuh, perubahan berat badan.
 Bentuk Sediaan : Tablet
 Keamanan Untuk Ibu Hamil dan Menyusui : Kategori X

157

 Efek Farmakodinamik :
- Farmakodinamik norethisterone pada level molekuler
menimbulkan efek di sel target dengan cara berikatan dengan
reseptor progesteron, menyebabkan perubahan pada gen target.
Sel target berada di saluran reproduksi, payudara, pituitari,
hipotalamus, jaringan skeletal, dan sistem saraf pusat.
Norethisterone dapat menyebabkan perubahan pada mukus
serviks, yaitu meningkatkan kandungan sel dan kekentalan
mukus sehingga sulit ditembus oleh sperma. norethisterone juga
menginduksi berbagai perubahan pada endometrium seperti
atrofi, sekresi irregular, dan menekan proliferasi, sehingga
mengurangi kemungkinan terjadinya implantasi. Norethisterone
juga bekerja pada hipotalamus dan pituitari anterior dengan
menekan sekresi follicle-stimulating hormone (FSH)
dan luteinizing hormone (LH). Penekanan hormon ini mencegah
terjadinya perkembangan folikel sehingga menghambat ovulasi
dan perkembangan korpus luteum.

 Sumber : Farmakope Edisi III hal 439 dan 978, MIMS hal A229,
DOI

106. NITROFURANTOINA

 Kandungan Zat Aktif : Nitrofurantonia mengandung tidak kurang
dari 98,0% dan tidak lebih dari 102,0% C8H6N4O5, dihitung
terhadap zat yang telah dikeringkan.

 Khasiat : Antiseptikum saluran kemih
 Golongan Obat : Obat keras
 Dosis Maksimum : 300 mg / 600 mg

158

 Dosis Lazim : 100 mg / 400 mg
 Interaksi Obat Dengan ObatLain :

- Meningkatkan risiko overdosis nitrofurantoin jika digunakan
dengan obat probenecid.

- Efektivitas obat nitrofurantoin akan menurun jika digunakan
dengan obat maag yang mengandung magnesium trisilikat,
dan acetazolamide.

- Nitrofurantoin dapat mengurangi efektivitas obat antibiotik
quinolone.

 Efek Samping Obat : Demam, menggigil, hilang nafsu makan,
muncul ruam pada kulit, gatal-gatal, batuk, kesulitan menelan,
nyeri dada, sesak napas, mual dan muntah, sakit perut, diare, nyeri
otot dan sendi, perubahan warna urine dan kulit wajah.

 Bentuk Sediaan : Tablet dan kapsul
 Keamanan Untuk Ibu Hamil dan Menyusui : Kategori B
 Sumber : Farmakope Edisi III hal 438 dan 978, MIMS hal A229,

DOI

107. NIFEDIPIN

 Kandungan Zat Aktif : Antagonis kalsium
 Khasiat : Mengobati hipertensi, mencegah angina,

mengobati fenomena Raynaud
 Golongan Obat :Obat Keras
 Dosis Maksimum : -
 Dosis Lazim / Aturan Pakai :

Kondisi: Hipertensi
Bentuk immediate release:

159

- Dosis awal: 5 mg 3 kali sehari
- Dosis lanjutan: 10–20 mg 3 kali sehari
Bentuk extended release:
- Dosis awal: 10–40 mg 2 kali sehari atau 20–90 mg 1 kali sehari

Kondisi: Angina pektoris
Bentuk immediate release:
- Dosis awal: 5 mg 3 kali sehari
- Dosis lanjutan 10–20 mg 3 kali sehari
Bentuk extended release:
- Dosis awal: 10–40 mg 2 kali sehari atau 30–90 mg 1 kali sehari

Kondisi: Sindrom Raynaud atau fenomena Raynaud
Bentuk immediate release:
- Dosis awal: 5 mg 3 kali sehari
- Dosis maksimal: 20 mg 3 kali sehari
Bentuk extended release:
- Dosis awal: 20 mg 1 kali sehari
- Dosis maksimal: 90 mg 1 kali sehari
 Interaksi Obat Dengan Obat Lain:
- Meningkatkan risiko terjadinya efek samping nifedipine jika

digunakan dengan itraconazole, lemborexant,
cimetidine, fluoxetine, atau abametapir
- Meningkatkan kadar dan efektivitas dari amlodipine,
ergotamine, erythromycin, everolimus, atau simvastatin
- Meningkatkan risiko terjadinya gangguan ritme jantung
(aritmia) jika digunakan dengan cerinitib, cisapride, dolasteron,
atau pimozide
- Meningkatkan risiko terjadinya hipotensi jika digunakan
dengan tizanidine
- Menurunkan kadar dan mengurangi efektivitas nifedipine jika
digunakan dengan apalutamide, carbamazepine, fenitoin, Jhon’s
wort, atau rifampin
 Efek Samping Obat : Sakit kepala,Pusing, Mual, Wajah memerah,
Konstipasi, Kram otot
 Bentuk Sediaan : Tablet
 Nama Pabrik : PT. Sanbe Farma
 Keamanan Untuk Ibu Hamil dan Menyusui : Kategori C

160

 Efek Farmakodinamik :
- Nifedipine merupakan penghambat sawar kalsium
dihidropiridin (DHP). Nifedipine mencegah ion kalsium masuk
ke sawar kalsium pada jantung dan otot polos, sehingga
menyebabkan vasodilatasi pembuluh darah koroner dan perifer.
Obat ini juga memiliki efek inotropik negatif, sehingga
menurunkan kontraktilitas dan afterload jantung. Efek ini
membuat konsumsi dan kebutuhan oksigen miokardium
menurun, sehingga dapat berfungsi sebagai antiangina stabil
kronik. Inhibisi ion kalsium nifedipine berlangsung secara
selektif, sehingga tidak mempengaruhi kadar ion kalsium dalam
serum.

 Sumber : DOI hal 555, MIMS hal A229

108. NISIANA

 Kandungan Zat Aktif : Nisiana mengandung tidak kurang dari
99,0% C6H5NO2, dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan.

 Khasiat : Antipelagra, vasidilator
 Golongan Obat : Obat bebas
 Dosis Maksimum :

- Subkutan : - / 500 mg
- Oral : 200 mg / 800 mg
 Dosis Lazim :
- Subkutan : 15 mg-50 mg / 150 mg-250 mg
- Oral : 50 mg / 300 mg
 Interaksi Obat Dengan Obat Lain :
- Obat pengencer darah, seperti heparin dan warfarin

161

- Vitamin yang mengandung niasin atau niacinamide:
meningkatkan efek samping obat.

 Efek Samping Obat : Sensasi hangat di wajah dan leher (flushing),
Sakit kepala, Gatal, Berkeringat, Menggigil, Sakit perut,
Heartburn, Mual muntah, Diare.

 Bentuk Sediaan : Tablet
 Nama Pabrik : PT. Nutricost
 Keamanan Untuk Ibu Hamil dan Menyusui : Kategori C
 Efek Farmakodinamik :

- Fungsi nisiana di dalam tubuh adalah sebagai salah satu
komponen koenzim NAD dan NADPH yang penting untuk
reduksi oksidasi dalam respirasi jaringan. Niasin diubah
menjadi asam nikotinik dan membantu memodulasi lemak
dalam tubuh. Secara umum nisiana memodulasi lipoprotein,
sintesis trigliserida di dalam hati dan serta memodulasi
trigliserida di jaringan adiposa.

 Sumber : Farmakope Edisi III hal 55 dan 959, DOI

109. NIFUROKSAZID

 Kandungan Zat Aktif :Nifuroxazide
 Khasiat :

- Mengobati diare akibat infeksi bakteri E. coli dan
Staphylococcus.

- Mengobati infeksi usus besar (kolitis).
 Golongan Obat : Obat Keras
 Dosis Maksimum : -
 Dosis Lazim / Aturan Pakai :

162

- Dosis nifuroxazide untuk dewasa adalah 800 mg per hari yang
dibagi ke dalam beberapa dosis, atau 200 mg sebanyak empat
kali untuk tiga hari.

 Interaksi Obat Dengan Obat Lain :
- Penggunaan nifuroxazide bersama dengan sefalosporin,
chloramphenicol, griseofulvin, metrodinazole, atau sulfonamida
dapat meningkatkan risiko efek samping, seperti mual, muntah,
sakit kepala, dan peningkatan denyut jantung.

 Efek Samping Obat :
- Turunnya jumlah jamur dan bakteri baik pada saluran
pencernaan
- Nyeri ulu hati
- Diare
- Lidah, urine, dan feses berwarna kehijauan
- Gangguan sistem saraf

 Bentuk Sediaan :Sirup dan suspensi
 Nama Pabrik : PT. Teva
 Keamanan Untuk Ibu Hamil dan Menyusui : Kategori N
 Sumber : DOI

110. OFLOKSASIN

 Kandungan Zat Aktif :Antibiotik quinolone
 Khasiat : Mengobati infeksi bakteri
 Golongan Obat : Obat Keras
 Dosis Maksimum : -
 Dosis Lazim /Aturan Pakai :

Kondisi: Radang panggul

163

Bentuk obat: obat minum
- Dewasa: 400 mg setiap 12 jam, selama 10–14 hari.

Kondisi: Serangan akut pada penderita bronkitis kronis
atau pneumonia
Bentuk obat: obat minum
- Dewasa: 400 mg setiap 12 jam, selama 10 hari.
Kondisi: Infeksi kulit tanpa komplikasi
Bentuk obat: obat minum
- Dewasa: 400 mg setiap 12 jam, selama 10 hari.
Kondisi: Non-gonococcal cervicitis yang disebabkan
oleh Chlamydia trachomatis
Bentuk obat: obat minum
- Dewasa: 400 mg per hari dalam dosis tunggal atau dosis terbagi.
Dosis alternatif 300 mg setiap 12 jam. Durasi pengobatan
maksimal 7 hari.
Kondisi: Prostatitis
Bentuk obat: obat minum
- Dewasa: 200 mg setiap 12 jam, selama 10 hari. Dosis alternatif
200 mg atau 400 mg 2 kali sehari, selama 7–21 hari.
Kondisi: Cystitis tanpa komplikasi atau infeksi saluran
kemih tanpa komplikasi
Bentuk obat: obat minum
- Dewasa: 200 mg setiap 12 jam sekali, selama 3–7 hari.
Kondisi: Gonore tanpa komplikasi
Bentuk obat: obat minum
- Dewasa: 400 mg dosis tunggal.
Kondisi: Mata merah (konjungtivitis) akibat infeksi bakteri
Bentuk obat: tetes mata
- Dewasadan anak usia ≥1 tahun: 1–2 tetes, diteteskan ke mata
yang bermasalah setiap 2–4 jam, selama 3–7 hari. Durasi
penggunaan obat maksimal 10 hari.
Kondisi: Tukak kornea akibat infeksi bakteri
Bentuk obat: tetes mata
- Dewasa dan anak usia ≥1 tahun: 1–2 tetes, diteteskan ke mata
yang bermasalah setiap 30 menit saat terjaga, dan 4–6 jam
sekali saat tidur, selama 1–2 hari.
Kondisi: Otitis media akut

164

Bentuk obat: tetes telinga
- Anak usia 1–12 tahun dengan tabung timpanostomi: 5 tetes,

diteteskan ke saluran telinga yang bermasalah 2 kali sehari,
selama 10 hari.

Kondisi: Otitis eksterna
Bentuk obat: tetes telinga
- Dewasa dan anak usia >13 tahun: 10 tetes, diteteskan ke saluran

telinga yang bermasalah sekali sehari, selama 7 hari.
- Anak-anak usia 6 bulan–13 tahun: 5 tetes, diteteskan ke

salurantelinga yang bermasalah sekali sehari, selama 7 hari.
 Interaksi Obat Dengan Obat Lain :

- Penurunan penyerapan ofloxacin jika digunakan
denganantasida, suplemen zinc, suplemen zat besi, sulkrafat,
atau didanosine

- Peningkatan kadar glibenclamide di dalam darah
- Peningkatan risiko terjadinya perdarahan jika digunakan dengan

obat antikoagulan, seperti warfarin
- Peningkatan risiko terjadinya peradangan otot dan robeknya

otot jika digunakan dengan kortikosteroid
- Peningkatan risiko terjadinya pemanjangan interval QT, jika

digunakan bersama dengan obat antiaritmia kelas 1A dan III,
obat makrolid, atau obat antipsikotik
- Peningkatan risiko terjadinya kejang jika digunakan
dengan teofilin dan obat antiinflamasi nonsteroid
 Efek Samping Obat :
- Perut terasa sakit, kembung, atau kram
- Nafsu makan berkurang
- Diare
- Sakit kepala atau pusing.
- Insomnia
- Mual
 Bentuk Sediaan : Tablet, kaplet, tetes mata, tetes telinga, suntik
 Nama Pabrik : PT. Indofarma
 Keamanan Untuk Ibu Hamil dan Menyusui : Kategori C
 Sumber : DOI hal 783, MIMS hal A229

165

111. OMEPRAZOL

 Zat Berkhasiat :Omeprazole
 Khasiat :Mengurangi kadar asam lambung
 Golongan Obat : Obat Keras
 Dosis Maksimum : -
 Dosis Lazim / Aturan Pakai :

- Penyakit asam lambung (GERD)
Dosis: 20-40 mg per hari.

- Tukak lambung
Dosis: 20-40 mg per hari, selama 4 sampai 8 minggu.

- Sindrom Zollinger-Ellison
Dosis: 60-360 mg per hari, dibagi menjadi 3 kali pemberian
(setiap 8 jam).

- Ulkus duodenum
Dosis: 20 mg per hari, selama 4-8 minggu.

- Infeksi Helicobacter pylori
Dosis: 20 mg, 2 kali sehari, selama 10 hari.

- Esofagitis erosif
Dosis: 20 mg per hari, selama 4-8 minggu.

 Interaksi Obat Dengan Obat Lain:
- Menurunkan efektivitas obat clopidogrel dalam membantu
mencegah serangan jantung atau stroke.
- Menurunkan efektivitas obat erlotinib untuk mengobati kanker.
- Meningkatkan efek dan kadar atorvastatin dalam darah,
sehingga meningkatkan risiko seseorang mengalami kerusakan
liver.

166

- Meningkatkan kadar dan efek alprazolam, sehingga
penggunanya berisiko mengalami gangguan pernapasan dan
sangat mengantuk.

 Efek Samping Obat :
- Rendahnya kadar kalium dalam darah, yang menimbulkan
gejala berupa kram otot, detak jantung yang tidak normal
(lambat, cepat, atau tidak beraturan), dan kejang.
- Bertambah parahnya gejala pada penderita lupus.
- Gangguan pencernaan, seperti diare yang berkelanjutan serta
adanya darah atau lendir pada tinja.
- Kekurangan vitamin B12, yang menyebabkan keluhan lemas,
sariawan, mati rasa, dan kesemutan pada tangan atau kaki.
- Reaksi alergi obat, seperti munculnya ruam, pusing, hingga
sesak napas

 Bentuk Sediaan :Kapsul dan suntik
 Nama Pabrik : PT. Indofarma
 Keamanan Untuk Ibu Hamil dan Menyusui : Kategori N
 Efek Farmakodinamik :

- Omeprazole yang masuk ke dalam tubuh merupakan bentuk
obat yang tidak aktif. Obat ini kemudian akan diaktifkan
melalui proses protonasi dalam suasana asam di lambung.
Bentuk aktif tersebut kemudian akan secara ireversibel
berikatan dengan H+/K+-ATPase dalam sel parietal lambung.
Hal ini akan mengaktifkan sistein pada pompa asam di lambung
sehingga terjadi penekanan sekresi asam lambung, baik basal
maupun terstimulasi.

 Sumber : DOI hal 613, MIMS hal A229

167

112. ORALIT

 Kandungan Zat Aktif :Glukosa anhidrat, kalium klorida, natrium
klorida, trisodium sitrat dihidrat

 Khasiat :Meredakan dehidrasi akibat diare dengan cara
menggantikan cairan dan garam yang hilang dari tubuh

 Golongan Obat : Obat Bebas
 Dosis Maksimum : -
 Dosis Lazim / Aturan Pakai :

- Anak 0-1 tahun: 1½ gelas pada 3 jam pertama, kemudian ½
gelas tiap kali diare.

- Anak 1-5 tahun: 3 gelas pada 3 jam pertama, kemudian 1 gelas
tiap kali diare.

- Anak 5-12 tahun: 6 gelas pada 3 jam pertama, kemudian 1½
gelas tiap kali diare.

- Di atas 12 tahun: 12 gelas pada 3 jam pertama, kemudian 2
gelas tiap kali diare.

 Interaksi Obat Dengan ObatLain :
- Kandungan kalium dan natrium di dalam oralit dapat mengubah
konsentrasi ion litium yang terdapat dalam darah.Sementara
itu, obat penghambat ACE, obat diuretik hemat kalium,
dan ciclosporin dapat meningkatkan risiko terjadinya
hiperkalemia jika dikonsumsi bersama oralit dalam jumlah yang
berlebihan.

 Efek Samping Obat :Hipertensi, Sakit kepala, Pusing, Letih,
Perubahan suasana hati, Rasa tidak nyaman di perut, Kembung

 Bentuk Sediaan :Serbuk larutan
 Nama Pabrik :PT.Kimia Farma
 Keamanan Untuk Ibu Hamil dan Menyusui : Kategori N

168

 Sumber : DOI hal 900

113. ONDANSETRON

 Kandungan Zat Aktif :Ondansetron
 Khasiat :Antiemetik
 Golongan Obat : Obat Keras
 Dosis Maksimum : -
 Dosis Lazim / Aturan Pakai :

Mencegah mual dan muntah akibat radioterapi
 Dosis ondansentron dalam bentuk obat minum untuk pasien

dewasa adalah:
- Radioterapi total: 8 mg, diminum 1-2 jam sebelum

pelaksanaan radioterapi.
- Radioterapi abdomen dosis tinggi: 8 mg, diminum 1-2 jam

sebelum terapi, lalu setiap 8 jam selama 1-2 hari setelah terapi.
- Radioterapi abdomen harian: 8 mg, diminum 1-2 jam sebelum

radioterapi, lalu setiap 8 jam setelah radioterapi.
 Dosis ondansentron suntik untuk pasien dewasa dan lansia:

- Dewasa: 8 mg, disuntikkan perlahan melalui pembuluh darah
vena (intravena) atau melalui otot (intramuskular) beberapa saat
sebelum radio

- Lansia di atas usia 75 tahun: dosis awal adalah 8 mg,
disuntikkan secara intravena selama 15 menit. Dosis lanjutan
adalah 8 mg, setiap 4 jam.

169

 Untuk ondansentron dalam bentuk suppositoria (dimasukkan lewat
dubur), dosis untuk pasien dewasa adalah 16 mg, diberikan 1-2 jam
sebelum radioterapi.
Mencegah mual dan muntah akibat kemoterapi

 Dosis ondansentron dalam bentuk sediaan obat minum untuk
pasien dewasa dan anak-anak berusia 12 tahun ke atas adalah:
- Kemoterapi dengan efek emetogenik (memicu mual) yang
biasa: 8 mg, diberikan 30 menit hingga 2 jam
sebelum kemoterapi, lalu diberikan kembali 8-12 jam
setelahnya sebanyak 8 mg.
- Kemoterapi dengan efek emetogenik yang berat: 24 mg dosis
tunggal, diberikan 30 menit hingga 2 jam sebelum kemoterapi.

 Dosis ondansentron dalam bentuk sediaan obat minum untuk
pasien anak-anak berusia 4-11 tahun adalah:
- Kemoterapi dengan efek emetogenik biasa: 4 mg, diberikan 30
menit sebelum kemoterapi. Obat akan diberikan lagi 4 jam dan
8 jam setelah dosis awal.

 Dosis ondansentron suntik untuk pasien dewasa adalah:
- Kemoterapi dengan efek emetogenik biasa: 8 mg secara
intravena atau 0,15 mg/kgBB secara intravena. Obat
disuntikkan secara perlahan sebagai dosis tunggal.
- Kemoterapi dengan efek emetogenik berat: 8 mg secara
intravena atau intramuskular. Obat disuntikkan secara perlahan
sebagai dosis tunggal sebelum kemoterapi. Dosis perawatan
dapat diberikan melalui infus sebanyak 1 mg/jam selama 24
jam, atau melalui suntikan sebanyak 8 mg tiap 4 jam.

 Dosis ondansentron suntik untuk pasien lansia adalah:
- Lansia berusia kurang dari 75 tahun: dosis maksimal 16 mg,
secara intravena. Obat disuntikkan perlahan setidaknya selama
15 menit.
- Lansia berusia lebih dari 75 tahun: dosis awal 8 mg, secara
intravena. Dosis lanjutan adalah 8 mg, tiap 4 jam.

 Dosis ondansentron suntik untuk anak-anak berusia di atas 6 bulan
adalah:
- 0,15 mg/kgBB dengan dosis maksimal 8 mg melalui melalui
suntikan intravena, 30 menit sebelum kemoterapi. Dosis dapat
diulang lagi 4 dan 8 jam setelah dosis awal.

170

Mengatasi mual dan muntah sesudah operasi
- Pasien dewasa: 4 mg melalui suntikan

intravena atau intramuskular sebelum anestesi atau sesudah
prosedur operasi.
- Anak-anak dengan berat badan lebih dari 40 kg: 4 mg melalui
suntikan intravena sebelum pemberian anestesi. Dosis maksimal
adalah 4 mg.
- Bayi dan anak-anak dengan berat badan kurang dari 40 kg: 0,1
mg/kgBB, diberikan melalui suntikan intravena 1 jam sebelum
Mencegah mual dan muntah yang tertunda sesudah
kemoterapi
- Dosis ondansentron dalam bentuk sediaan obat minum untuk
pasien dewasa adalah 8 mg, 2 kali sehari, selama 5 hari. Untuk
sediaan suppositoria, dosis untuk pasien dewasa adalah 16 mg,
sekali sehari, selama 5 hari sesudah terapi.
 Interaksi Obat Dengan Obat Lain :
- Menurunnya efektivitas obat pereda nyeri, seperti tramadol.
- Menurunnya kadar ondansetron dalam darah jika digunakan
dengan rifampicin dan obat golongan perangsang CYP3A4
lainnya.
- Meningkatnya efek hipotensi dan hilangnya kesadaran jika
digunakan bersama
- Memperpanjang interval QT dan meningkatkan risiko aritmia,
jika digunakan dengan obat-obatan yang memiliki efek
memperpanjang interval QT, misalnya obat antiaritmia,
seperti amiodarone dan atenolol.
 Efek Samping Obat :Sakit kepala, Sembelit, Lelah dan lemah,
Meriang, Mengantuk, Pusing
 Bentuk Sediaan :Tablet, sirup, suntik, dan suppositoria
 Nama Pabrik : PT. Indofarma
 Keamanan Untuk Ibu Hamil dan Menyusui : Kategori B
 Efek Farmakodinamik :
- Efek farmakodinamik ondansetron adalah menimbulkan efek
antagonis terhadap reseptor serotonin 5-HT3. Reseptor
serotonin 5-HT3 terdapat di bagian perifer yaitu pada nervus
vagal dan di sentral pada area postrema yang

171

merupakan chemoreceptor trigger zone, namun saat ini efek
anti mual dan muntah pada pasien kemoterapi oleh ondansetron
belum dapat dipastikan apakah di bagian perifer, sentral,
ataupun keduanya.
 Sumber : MIMS hal A229, DOI

114. OXCARBAZEPINE

 Kandungan Zat Aktif :Oxcarbazepine
 Khasiat : Antikonvulsan
 Golongan Obat : Obat Keras
 Dosis Maksimum : -
 Dosis Lazim / Aturan Pakai :

Dewasa
- Dosis monoterapi: 600 mg per hari, yang dibagi menjadi 2

jadwal konsumsi.
- Dosis pemeliharaan: 600–1.200 mg per hari, dosis dapat

ditingkatkan sampai 2.400 mg per hari.
Anak usia 6 tahun ke atas

- Dosis awal: 8–10 mg/kgBB per hari, yang dibagi menjadi 2
jadwal konsumsi. Bila perlu dosis bisa ditingkatkan sebanyak
10 mg/kgBB per hari, setelah 1 minggu penggunaan.

- Dosis pemeliharaan: 30 mg/kgBB per hari.
- Dosis maksimal: 46 mg/kgBB per hari
 Interaksi Obat Dengan Obat Lain :
- Peningkatan kadar obat antikonvulsan lain,

sepertiphenobarbitaldan phenytoin, di dalam darah

172

- Penurunan kadar obat penginduksi isoenzim CYP,
seperticarbamazepine, di dalam darah

 Efek Samping Obat :Sakit kepala, Sakit tenggorokan, Demam,
Rasa lelah, Mual, Batuk, Mata kabur, Kikuk atau gangguan
keseimbangan, Pusing dan munculnya sensasi berputar

 Bentuk Sediaan :Tablet dan sirup
 Nama Pabrik : PT. Mersifarma
 Keamanan Untuk Ibu Hamil dan Menyusui : Kategori C
 Sumber : MIMS hal A229, DOI

115. OKSITETRASIKLIN

 Kandungan Zat Aktif :Antibiotik tetrasiklin
 Khasiat :Mengatasi infeksi bakteri
 Golongan Obat : Obat Keras
 Dosis Maksimum : -
 Dosis Lazim / Aturan Pakai :

- Oxytetracycline salep mata
Untuk mengatasi konjungtivitis, oleskan salep mata pada
konjungtiva di kelopak mata bagian bawah (kantung mata)
sebanyak 2–4 kali sehari.

- Oxytetracycline salep
Untuk mengatasi infeksi kulit, oleskan salep pada kulit yang
terinfeksi sebanyak 4 kali sehari.

 Interaksi Obat Dengan Obat Lain :
- Penurunan efektivitas obat dari obat antikoagulan
- Peningkatan risiko terjadinya gangguan fungsi ginjal jika
digunakan bersama obat diuretik

173

- Peningkatan risiko terjadinya benign intracranial
hypertension jika digunakan bersama obat retinoid

- Penurunan efektivitas oxytetracycline jika digunakan bersama
obat antasida, zat besi, serta obat-obatan yang mengandung
aluminium, kalsium, magnesium, atau zinc

- Peningkatan kadar lithium, digoxin, atau teofilin di dalam darah
- Penurunan efektivitas atovaquone dalam darah
- Peningkatan risiko terjadinya keracunan ergotamin (ergotismus)

jika digunakan dengan ergotamine
- Penurunan efektivitas pil KB
 Efek Samping Obat :Diare, Mual, Muntah, Sakit perut, Sariawan
 Bentuk Sediaan :Salep, salep mata, dan suntik
 Nama Pabrik : PT. Kimia Farma
 Keamanan Untuk Ibu Hamil dan Menyusui : Kategori D
 Sumber : MIMS hal A229, DOI

116. OKSITOSIN

 Kandungan Zat Aktif :Oksitosin
 Khasiat :Memicu kontraksi rahim atau meningkatkan intensitasnya

pada saat proses persalinan, mengontrol perdarahansetelah
melahirkan, dan membantu keluarnya ASI
 Golongan Obat : Obat Keras
 Dosis Maksimum : -
 Dosis Lazim / Aturan Pakai :

Untuk mengatasi perdarahan pasca persalinan
- Dosis: 10–40 unit oksitosin dimasukkan ke dalam dalam 1 liter

infus.

174

Untuk induksi persalinan
- Dosis awal: 1–2 miliunit/menit, pemberian dosis dapat

ditingkatkan dengan interval minimal 30 menit, sampai tercapai
kontraksi sebanyak 3–4 kali dalam 10 menit.
- Dosis maksimal: tidak melebihi 32 miliunit/menit, dengan total
unit yang diberikan dalam 1 hari tidak melebihi 5 unit. Dosis
akan dikurangi secara perlahan pada saat proses persalinan
sudah mengalami kemajuan.

Untuk induksi ASI
- Dosis: 1 kali semprotan (4 unit) ke dalam 1 lubang hidung, yang

dilakukan 5 menit sebelum ibu mulai menyusui bayi.
 Interaksi Obat Dengan ObatLain :

- Meningkatkan risiko terjadinya hipertensi berat jika oksitosin
diberikan 3-4 jam setelah penggunaan obat yang cara kerjanya
menyempitkan pembuluh darah (vasoconstrictor)

- Meningkatkan risiko terjadinya hipotensi dan bradikardia sinus
pada ibu hamil jika oksitosin diberikan bersamaan dengan
anestesi cyclopropane

- Meningkatkan efektivitas oksitosin dan meningkatkan risiko
terjadinya robekan rahim (uterine rupture) jika digunakan
dengan dinoprostone, misoprostol, atau analog prostaglandin
lain

 Efek Samping Obat :Mual dan muntah, Sakit kepala, Kontraksi
rahim yang berlebihan, Takikardia, Iritasi pada hidung, Perdarahan
rahim

 Bentuk Sediaan :Suntik dan semprotan hidung (nasal spray)
 Nama Pabrik : PT. Ethica
 Keamanan Untuk Ibu Hamil dan Menyusui : Kategori C
 Efek Farmakodinamik :

- Farmakodinamik oxytocin sama dengan hormon oxytocin yang
diproduksi secara natural oleh lobus posterior pituitari.
Oxytocin memiliki efek pada miometrium terutama pada saat
akhir kehamilan aterm, setelah persalinan, dan puerperium
dimana terjadi peningkatan jumlah reseptor oxytocin hingga 12
kali lipat.

 Sumber : DOI hal 699, MIMS hal A229

175

117. PARASETAMOL

 Kandungan Zat Aktif : Parasetamol mengandung tidak kurang dari
98,0% dan tidak lebih dari 101,0% C8H9NO2, dihitung terhadap zat
yang telah dikeringkan.

 Khasiat : Analgetikum,Antipiretikum
 Golongan Obat : Obat Bebas
 Dosis Maksimum : -
 Dosis Lazim : 500 mg / 500 mg-2 g
 Interaksi Obat Dengan Obat Lain :

- Meningkatkan risiko perdarahan, jika digunakan bersamaan
dengan warfarin.

- Menurunkan efek paracetamol, jika digunakan
dengancarbamazepine, phenytoin, phenobarbital,
cholestyramine, dan imatinib.

- Meningkatkan efek samping obat busulfan.
- Meningkatkan kemungkinan munculnya efek samping

paracetamol, jika digunakan dengan metoclopramide,
domperidone, atau probenecid.
 Efek Samping Obat : Demam, sakit tenggorokan, muncul sariawan,
nyeri punggung, tubuh terasa lemah, muncul ruam yang terasa
gatal, kulit atau mata berwarna kekuningan, timbul memar pada
kulit, urine berwarna keruh atau berdarah, tinja berwarna hitam
atau BAB berdarah.

176

 Bentuk Sediaan : Tablet, kaplet, sirup, drop, infus, dan
suppositoria.

 Nama Pabrik : PT. Kimia Farma
 Keamanan Untuk Ibu Hamil dan Menyusui :

- Obat minum dan suppositoria : Kategori B
- Infus dan suntik : Kategori C
 Sumber : Farmakope Edisi III hal 37 dan 959, DOI, MIMS hal
A229

118. PANTOPRAZOL

 Kandungan Zat Aktif :Pantoprazole
 Khasiat :Mengurangi produksi asam lambung
 Golongan Obat : Obat Keras
 Dosis Maksimum : -
 Dosis Lazim / Aturan Pakai :

Tujuan: Mengobati sindrom Zollinger-Ellison
Bentuk: Tablet
- Dewasa: 40 mg, 2 kali sehari. Dosis dapat disesuaikan hingga

240 mg per hari. Dosis harian >80 mg perlu dibagi menjadi 2
dosis terpisah.

Tujuan: Mengobati GERD (gastroesophageal reflux
disease) atau penyakit asam lambung
Bentuk: Tablet
- Dewasa: 20–40 mg per hari, selama 4 minggu, bisa dilanjutkan
sampai 8 minggu. Dosis pemeliharaan adalah 20–40 mg per
hari.

177

Tujuan: Mengobati tukak lambung atau ulkus duodenum
Bentuk: Tablet
- Dewasa: 40 mg, sekali sehari pada pagi hari, selama 2–4

minggu untuk ulkus duodenum. Sedangkan untuk tukak
lambung, durasi pengobatannya 4–8 minggu.

Tujuan: Mengobati esofagitis erosif
Bentuk: Tablet
- Dewasa: 20–40 mg, sekali sehari pada pagi hari, selama 4

minggu. Lama pengobatan dapat ditingkatkan hingga 8 minggu
jika diperlukan.
- Anak-anak usia ≥5 tahun berat badan 15–40 kg: 20 mg, sekali
sehari dengan lama pengobatan hingga 8 minggu.
- Anak-anak usia ≥5 tahun berat badan berat badan >40 kg: 40
mg, sekali sehari dengan lama pengobatan hingga 8 minggu.

Tujuan: Mencegah tukak lambung akibat obat antiinflamasi
nonsteroid
Bentuk: Tablet
- Dewasa: 20 mg, sekali sehari.
 Interaksi Obat Dengan ObatLain :
- Penurunan konsentrasi dan kadar dari rilpivirine atau atazanavir
- Peningkatan kadar atau efek kardiotoksik dari digoxin
- Peningkatan risiko terjadinya hipomagnesemia jika digunakan
dengan obat diuretik
- Peningkatan INR (international normalized ratio) dan waktu
pembekuan darah dari warfarin
- Peningkatan kadar methotrexate dalam darah
- Penurunan efek terapi dari clopidogrel
- Penurunan penyerapan ketoconazole, itraconazole,
posaconazole, atau erlotinib
 Efek Samping Obat :Sakit kepala, Perut kembung, Sakit perut,
Konstipasi, Sulit tidur, Diare
 Bentuk Sediaan :Cairan suntik, tablet (salut enterik dan salut
selaput)
 Nama Pabrik : PT. Mahakam Beta Farma
 Keamanan Untuk Ibu Hamil dan Menyusui : Kategori B
 Sumber :MIMS hal A229, DOI

178

119. PRILOCAINE

 Kandungan Zat Aktif :Prilocaine
 Khasiat : Mencegah munculnya rasa sakit
 Golongan Obat : Obat Keras
 Dosis Maksimum : -
 Dosis Lazim / Aturan Pakai :

Prilocaine krim
 Nyeri akibat prosedur medis tertentu

- Dewasa: 1–2,5 gram. Luas area kulit yang diolesi tergantung
prosedur medis yang akan dijalani. Prilocaine perlu bertahan di
kulit selama 2 jam sebelum menjalani prosedur medis.

Prilocaine suntik
 Anestesi lokal

- Dewasa: ≤500 mg untuk infiltrasi lokal, 40–80 mg untuk
infiltrasi gigi

- Dosis maksimal untuk berat badan <70 kg adalah 8 mg/kgBB,
sedangkan untuk berat badan ≥70 kg adalah 600 mg

 Anestesi regional
- Dewasa: 200–300 mg

 Anestesi spinal
- Dewasa: 40–60 mg
- Dosis maksimal adalah 80 mg

 Anestesi epidural
- Dewasa: 100–500 mg, tergantung pada bagian yang dibius
- Anak usia >6 bulan: 5 mg/kgBB

 Blok saraf perifer

179

- Dewasa: 40–500 mg, tergantung pada bagian saraf yang dibius
- Dosis maksimal untuk berat badan <70 kg adalah 8 mg/kgBB,

sedangkan untuk berat badan ≥70 kg adalah 600 mg
 Interaksi Obat Dengan Obat Lain :

- Meningkatkan risiko terjadinya methemoglobinemia, jika
digunakan bersama sulfonamida, dapsone, obat
antimalaria, nitrat, benzocaine topikal, acetaminophen,
metoclopramide, obat antikejang, seperti phenobarbital dan
phenytoin

- Memengaruhi kadar dan efektivitas dari bupivacaine
- Meningkatkan risiko terjadinya gangguan pada jantung, jika

dikombinasikan dengan obat antiaritmia
 Efek Samping Obat :Rasa terbakar, Memar, Ruam dan kemerahan,

Gatal dan bengkak, Perubahan warna kulit
 Bentuk Sediaan : Krim, suntik
 Nama Pabrik : PT. Akorn
 Keamanan Untuk Ibu Hamil dan Menyusui : Kategori B
 Efek Farmakodinamik :

- Farmakodinamik lidocaine adalah melalui inhibisi kanal
sodium. Pada keadaan normal, kanal ion sodium pada membran
neuron berada dalam kondisi istirahat. Ketika mendapatkan
stimulasi, kanal ion tersebut menjadi aktif. Akibatnya, sejumlah
besar ion sodium masuk ke dalam sel dan memicu depolarisasi.
Peningkatan voltage membran neuron yang drastis ini akan
mengembalikan kanal ion sodium ke kondisi istirahat sehingga
menyebabkan repolarisasi.

 Sumber : MIMS hal A230, DOI

180

120. PAPAVERIN HCL

 Kandungan Zat Aktif : Papaverin HCL mengandung tidak kurang
dari 99,0% C20H21NO4,HCL, dihitung terhadap zat yang telah
dikeringkan.

 Khasiat : Spasmolitikum
 Golongan Obat : Obat Keras
 Dosis Maksimum :40 mg - 100 mg / 120 mg - 300 mg
 Dosis Lazim : 200 mg / 600 mg
 Interaksi Obat Dengan Obat Lain:

- Penurunan efektivitas obat levodopa
- Peningkatan risiko terjadinya pusing dan pingsan jika

digunakan dengan alprostadil atau phentolamine
- Peningkatan risiko terjadinya perdarahan jika digunakan

dengan antikoagulan, seperti warfarin
- Peningkatan risiko terjadinya gangguan pada sistem saraf pusat

jika digunakan dengan morfin
 Efek Samping Obat : Pusing,sakit kepala,konstipasi atau diare,

tidak enak badan,rasa gerah dan panas,rasa kantuk yang tidak
biasa,merasa gugup.
 Bentuk Sediaan : Tablet dan suntik
 Nama Pabrik : PT. Soho, PT. Ethica
 Keamanan Untuk Ibu Hamil dan Menyusui : Kategori C
 Sumber : Farmakope Edisi III hal 472 dan 980, DOI hal 618

181

121. PYRIMETHAMINE

 Kandungan Zat Aktif :Pyrimethamine
 Khasiat :Mencegah dan mengobati malaria atau

mengobati toksoplasmosis
 Golongan Obat : Obat Keras
 Dosis Maksimum : -
 Dosis Lazim / Aturan Pakai :

Tujuan: Mencegah malaria
- Dewasa: 25 mg,1 kali seminggu
- Anak usia <4 tahun: 6,25 mg, 1 kali seminggu
- Anak usia 4–10 tahun: 12,5 mg, 1 kali seminggu
Tujuan: Mengobati malaria akut
- Dewasa: 75 mg per hari sebagai dosis tunggal, dikombinasikan

dengan 1,5 g sulfadoksin
- Anak usia 5–11 bulan: 12,5 mg per hari sebagai dosis tunggal,

dikombinasikan dengan 250 mg sulfadoksin
- Anak usia 1–6 tahun: 25 mg per hari sebagai dosis tunggal,

dikombinasikan dengan 500 mg sulfadoksin
- Anak usia 7–13 tahun: 50 mg per hari sebagai dosis tunggal,

dikombinasikan dengan 1 gram sulfadoksin
Tujuan: Mengobati toksoplasmosis
- Dewasa: 50–75 mg per hari, dikombinasikan dengan 1–4 g

sulfadiazine

182

- Anak-anak: 1 mg/kgBB per hari selama 2–4 hari, lalu
dilanjutkan 0,5 mg/kgBB per hari selama 4 minggu
dikombinasikan dengan dosis anak sulfadiazine

 Interaksi Obat Dengan Obat Lain :
- Meningkatkan risiko terjadinya kerusakan hati jika digunakan
bersama lorazepam
- Meningkatkan risiko terjadinya supresi (penurunan fungsi)
sumsum tulang jika digunakan bersama proguanil, sulfonamida,
atau zidovudine
- Meningkatkan risiko terjadinya pansitopenia dan anemia
megaloblastik jika digunakan bersama kotrimoksazol atau
obat sulfonamida lainnya

 Efek Samping Obat : Diare,Sakit perut, Mual, Muntah, Tidak nafsu
makan

 Bentuk Sediaan : Tablet
 Nama Pabrik : PT. Kimia Farma
 Keamanan Untuk Ibu Hamil dan Menyusui : Kategori C
 Sumber : MIMS hal A230, DOI
122. PYRAZINAMIDE

 Kandungan Zat Aktif : Pyrazinamide
 Khasiat : Mengobati tuberkulosis (TBC)
 Golongan Obat : Obat Keras
 Dosis Maksimum : -
 Dosis Lazim / Aturan Pakai:

183

- Dewasa : Bagi yang memiliki berat badan <50 kg, dosis yang
digunakan adalah 1,5 gram per hari. Bagi yang memiliki berat
badan ≥50 kg, dosis yang digunakan adalah 2 gram per hari.

- Anak anak : 35 mg/kgBB, per hari.

 Interaksi Obat DenganObat Lain :

- Menurunkan efektivitas pil KB atau vaksin hidup, seperti vaksin
tifus

- Meningkatkan kadar obat ciclosporin dalam darah

- Meningkatkan risiko terjadinya kerusakan hati jika digunakan
dengan rifampicin

- Menurunkan efek obat urikosurik, seperti probenecid atau
sulfinpyrazone

 Efek Samping Obat : Sakit perut, Kelelahan, Nyeri otot atau sendi,
Mual dan muntah, Kambuhnya penyakit asam urat, Kulit lebih
sensitif terhadap paparan sinar matahari

 Bentuk Sediaan : Tablet dan kaplet

 Nama Pabrik :PT. Kimia Farma

 Keamanan Untuk Ibu Hamil dan Menyusui : Kategori C

 Efek Farmakodinamik :

- Farmakodinamik pasti dari pyrazinamide belum diketahui.
Diduga pyrazinamide akan berdifusi ke dalam M. tuberculosis,
dan dikonversikan menjadi bentuk aktifnya yaitu pyrazinoic
acid (POA) oleh enzim pyrazinamidase. Pyrazinoic acid akan
mengganggu transpor membran, menurunkan pH intraseluler,
sehingga menyebabkan inaktivasi enzim yang diperlukan untuk
sintesis asam lemak, yaitu fatty acid synthase I (FAS I). Hal ini
menyebabkan kematian sel bakteri.

 Sumber : MIMS hal A230, DOI

184

123. PIPERAZIN

 Kandungan Zat Aktif : Piperazine Citrate
 Khasiat : Mengobati cacing gelang umum (ascariasis) dan cacing

kremi (cacing kremi, oxyuriasis).
 Golongan Obat : Obat Bebas Terbatas
 Dosis Maksimum : -
 Dosis Lazim / Aturan Pakai :

Ascariasis
- Dewasa: Bentuk fosfat: 4,5 gram sebagai dosis tunggal, yang

diulangi 1 kali setelah 14 hari.
- Di bawah 1 tahun: hanya boleh dengan resep dokter
- Umur 1-3 tahun: 1,5 gram
- Umur 4-5 tahun: 2,25 gram
- Umur 6-8 tahun: 3 gram
- Umur 9-12 tahun: 3,75 gram
Enterobiasis
- Dewasa:2,25 gram sebanyak 1 kali sehari selama 7 hari.

Pengobatan tahap kedua dapat diulang setelah selang waktu 7
hari
- Di bawah 1 tahun: hanya boleh dengan resep dokter.

185

- Umur 1-3 tahun: 750 mg
- Umur 4-6 tahun: 1,125 gram
- Umur 7-12 tahun: 1,5 gram
- 12 tahun ke atas: sama dengan dosis dewasa
 Interaksi Obat Dengan Obat Lain :
- Dapat terjadi interaksi berlawanan jika dikonsumsi bersama

dengan pirantel.
- Dapat menyebabkan efek ekstrapiramidal bila digunakan

bersama chlorpromazine dan fenotiazin.
 Efek Samping Obat : Penglihatan kabur, Gangguan pergerakan

tubuh, Kesemutan, Demam, Nyeri sendi, Rasa seperti dipelintir,
terutama di wajah, lengan, dan kaki, Ruam kulit atau gatal.
 Bentuk Sediaan : Tablet dan sirup
 Nama Pabrik : PT. Combiphar
 Keamanan Untuk Ibu Hamil dan Menyusui : Kategori B
 Sumber : MIMS hal A230, DOI
124. PIROKSIKAM

 Kandungan Zat Aktif :Piroxicam
 Khasiat : Mengatasi peradangan sendi, misalnya akibat penyakit

asam urat, dapat mengurangi gejala-gejala radang sendi, seperti
nyeri dan pembengkakan.

186

 Golongan Obat : Obat Keras

 Dosis Maksimum : -

 Dosis Lazim / Aturan Pakai :

- Dewasa : 20 mg per hari yang dapat dikonsumsi sebanyak 1 kali
per hari

- Lansia, dosis piroxicam akan dikurangi dari dosis orang
dewasa.

 Interaksi Obat Dengan Obat Lain :

- Meningkatkan efek samping methotrexate.

- Menurunkan efektivitas obat penurun tekanan darah, seperti
ACE inhibitor dan diuretik.

- Meningkatkan risiko tukak lambung dan perdarahan saluran
pencernaan, jika digunakan bersama obat antikoagulan, seperti
warfarin.

- Menyebabkan penurunan fungsi ginjal hingga menyebabkan
gagal ginjal, jika digunakan bersama angiotensin II receptor
blockers (ARB).

 Efek Samping Obat : Perut kembung dan sakit maag, mual dan
muntah, kehilangan nafsu makan, konstipasi atau diare, gangguan
buang air kecil, pusing dan sakit kepala, telinga berdenging.

 Bentuk Sediaan : Tablet, gel

 Nama Pabrik : PT. Kimia Farma

 Keamanan Untuk Ibu Hamil dan Menyusui :

- Kategori C (sebelum minggu ke-30 kehamilan)

- Kategori D (setelah minggu ke-30 kehamilan)

 Efek Farmakodinamik : Piroxicam merupakan derivat oksikam
OAINS yang secara reversibel menghambat enzim

187

siklooksigenase-1 dan siklooksigenase-2 (COX-1 dan COX-2). Hal
ini akan menyebabkan berkurangnya pembentukan prekursor
prostaglandin, yang merupakan mediator inflamasi yang
mensensitisasi saraf aferen dan meningkatkan potensi aksi
bradikinin dalam menginduksi nyeri.
 Sumber : MIMS hal 230, DOI
125. PREDNISOLON

 Kandungan Zat Aktif : Prednisolon mengandung tidak kurang dari
97,0% dan tidak lebih dari 102,0% C21H28O5, dihitung terhadap zat
yang telah dikeringkan.

 Khasiat : Membantu meredakan peradangan pada beberapa
kondisi, seperti radang sendi, alergi, kelainan darah, kelainan kulit,
atau kanker tertentu

 Golongan Obat : Obat Keras
 Dosis Maksimum : -
 Dosis Lazim / Aturan Pakai :

Kondisi : Penyakit radang sendi
 Sediaan : Suntikan ke sendi (intraartikular atau periartikular)

- Dewasa : 5–25 mg tergantung ukuran sendi. Jumlah sendi
maksimal yang boleh disuntik dalam 1 hari adalah 3 sendi.

Kondisi : Alergi dan peradangan akibat gangguan sistem imun,
rheumatoid arthritis, penyakit asam urat, kolitis ulseratif, atau
dermatitis seboroik

188

 Sediaan : Suntikan ke otot (intramuskular)
- Dewasa : 25–100 mg 1–2 kali seminggu. Dosis maksimal 100
mg 2 kali seminggu.

 Sediaan : Obat minum
- Dewasa : 5–60 mg per hari, dibagi dalam beberapa dosis atau
dosis tunggal.
- Anak-anak : 0,14–2 mg/kgBB per hari.

 Interaksi Obat Dengan Obat Lain :

- Penurunan efektvitas prednisolone jika digunakan dengan
mifepristone, aminoglutethimide, rifampicin, carbamazepine,
phenobarbital, phenytoin, rifabutin, atau primidone

- Peningkatan kadar dalam darah dari prednisolone jika
digunakan dengan pil kb atau obat antivirus, seperti ritonavir
atau indinavir

- Penurunan efektivitas antikoagulan

- Penurunan penyerapan prednisolone jika digunakan dengan
antasida yang mengandung magnesium atau aluminium,
carbimazole, atau thiamazole

- Peningkatan risiko terjadinya efek samping dari prednisolone
jika digunakan dengan erythromycin atau cyclosporine

- Peningkatan risiko terjadinya peningkatan kadar gula darah jika
digunakan dengan glukokortikoid

- Peningkatan risiko terjadinya hipokalemia jika digunakan
dengan amphotericin

- Peningkatan risiko terjadinya penurunan sel darah dan sumsum
tulang (hematological toxicity) jika digunakan dengan
methotrexate

189

 Efek Samping Obat : Peningkatan berat badan, Perubahan suasana
hati, Gangguan pencernaan, Gelisahan, Gangguan tidur, Keringat
berlebih

 Bentuk Sediaan : Tablet, krim, salep, tetes mata, tetes telinga, salep
mata, dan suppositoria

 Nama Pabrik : PT. Phapros
 Keamanan Untuk Ibu Hamil dan Menyusui : Kategori D
 Efek Farmakodinamik :

- Prednisone mengurangi inflamasi dengan cara menginhibisi
migrasi sel polimorfonuklear (PMN) dan mengurangi
peningkatan permeabilitas kapiler.

 Sumber : Farmakope Edisi III hal 512, MIMS hal A230, DOI
126. RANITIDIN

 Kandungan Zat Aktif :Ranitidine
 Khasiat : Menurunkan sekresi asam lambung berlebih
 Golongan Obat : Obat Keras
 Dosis Maksimum : -
 Dosis Lazim / Aturan Pakai :

Dispepsia

190

- Dewasa: Untuk dispepsia kronis, dosis 150 mg 2 kali sehari atau
300 mg sekali sehari, selama 6 minggu. Untuk dispepsia akut,
dosis 75 mg bisa sampai 4 kali sehari, selama maksimal 2
minggu.

Infeksi Helicobacter pylori

- Dewasa: 300 mg sebagai dosis tunggal atau 150 mg 2 kali
sehari, dikombinasikan dengan amoxicillin 750 mg dan
metronidazole 550 mg selama 2 minggu.

Ulkus gastris dan ulkus duodenum jinak

- Dewasa: 150 mg 2 kali sehari atau 300 mg sekali sehari. Dosis
pemeliharaan dosis 150 mg sekali sehari.

- Anak-anak (1 bulan-16 tahun): 2-4 mg/kgBB 2 kali sehari.
Dosis maksimal 300 mg per hari. Untuk dosis pemeliharaan, 2-4
mg/kgBB per hari. Dosis maksimal 150 mg.

Kelainan Hipersekresi

- Dewasa: 150 mg 2-3 kali sehari. Dosis maksimal 6 gram per
hari.

Penyakit asam lambung atau GERD

- Dewasa: 150 mg 2 kali sehari atau 300 mg sekali sehari,
dikonsumsi selama 8 minggu. Pada kasus GERD berat, dapat
diberikan dosis 150 mg 4 kali sehari selama 12 minggu.

- Anak-anak (1 bulan-16 tahun): 5-10 mg/kgBB per hari, dibagi 2
kali pemberian. Dosis maksimal 300 mg per hari.

Radang esofagus erosif

- Dewasa: 150 mg 4 kali sehari. Untuk dosis pemeliharaan, 150
mg 2 kali sehari.

- Anak-anak (1 bulan – 16 tahun): 5-10 mg/kgBB per hari, dibagi
2 kali pemberian. Dosis maksimum 600 mg per hari.

191

Ulkus yang berkaitan dengan penggunaan obat antiinflamasi
non-steroid (NSAID)

- Dewasa: 150 mg 2 kali sehari atau 300 mg sekali sehari,
dikonsumsi selama 8-12 minggu. Untuk dosis pencegahan, 150
mg 2 kali sehari.

Khusus untuk ranitidin dalam bentuk suntik (intravena atau
parenetral)

- Dosis akan ditentukan oleh dokter di rumah sakit berdasarkan
kondisi kesehatan pasien dan tingkat keparahan penyakit.
Suntikan hanya boleh diberikan oleh dokter atau oleh tenaga
medis di bawah pengawasan dokter.

 Interaksi Obat Dengan Obat Lain :

- Meningkatkan konsentrasi serum dan memperlambat absorpsi
ranitidin oleh saluran pencernaan, jika digunakan bersama
propantheline bromide.

- Menghambat metabolisme teofilin, diazepam, dan propanolol di
dalam organ hati.

- Mengganggu penyerapan obat-obatan yang tingkat
penyerapannya dipengaruhi oleh pH, seperti ketoconazol dan
midazolam.

- Menurukan bioavailabilitas ranitidin, jika digunakan bersama
dengan obat antasida atau sukralfat.

 Efek Samping Obat : Mual dan muntah, Sakit kepala, Insomnia,
Vertigo, Ruam, Konstipasi, Diare.

 Bentuk Sediaan : Tablet, kaplet, injeksi

 Nama Pabrik : PT. Indofarma

 Keamanan Untuk Ibu Hamil dan Menyusui : Kategori B

 Efek Farmakodinamik : Ranitidin merupakan antagonis kompetitif
reversibel reseptor histamin pada sel parietal mukosa lambung

192

yang berfungsi untuk mensekresi asam lambung. Ranitidin
mensupresi sekresi asam lambung dengan 2 mekanisme:
- Histamin yang diproduksi oleh sel ECL gaster diinhibisi karena

ranitidin menduduki reseptor H2 yang berfungsi menstimulasi
sekresi asam lambung
- Substansi lain (gastrin dan asetilkolin) yang menyebabkan
sekresi asam lambung, berkurang efektifitasnya pada sel
parietal jika reseptor H2 diinhibisi.
 Sumber : DOI hal 609, MIMS hal A230
127. RIFAMPISIN

 Kandungan Zat Aktif : Rifampicin
 Khasiat : Mengobati TBC, kusta, mencegah dan mengatasi infeksi

bakteri N. meningitidis dan H. influenza tipe B (Hib)
 Golongan Obat : Obat Keras
 Dosis Maksimum : -
 Dosis Lazim / Aturan Pakai :

Kondisi: Tuberkulosis
- Dosis dewasa: 8–12 mg/kgBB per hari.
- Dosis maksimal bagi pasien dengan berat badan <50 kg adalah

450 mg per hari, sedangkan bagi pasien dengan berat ≥50 kg
adalah 600 mg per hari.
- Dosis anak-anak: 10–20 mg/kgBB per hari.
- Dosis maksimal adalah 600 mg per hari.

193

Kondisi: Infeksi bakteri meningitidis

- Dosis dewasa: 600 mg, 2 kali sehari, selama 2 hari.
- Dosis anak ≤1 bulan: 10 mg/kgBB, tiap 12 jam, selama 2 hari.
- Dosis anak >1 bulan: 20 mg/kgBB, tiap 12 jam, selama 2 hari.

Kondisi: Kusta

- Dosis dewasa: 600 mg, sekali sebulan, selama 6–12 bulan.
- Dosis anak 10–14 tahun: 400 mg, 1 kali sebulan, selama 6–12

bulan.
- Dosis anak usia <10 tahun atau anak dengan berat badan <40

kg: 10 mg/kgBB, 1 kali sebulan, selama 6–12 bulan.

Kondisi: Pencegahan dan pengobatan infeksi influenzae tipe B
(Hib)

- Dosis dewasa: 600 mg per hari, selama 4 hari.
- Dosis anak-anak usia ≤1 bulan: 10 mg/kgBB per hari, selama 4

hari.
- Dosis anak-anak usia >1 bulan: 20 mg/kgBB per hari, selama 4

hari. Dosis maksimal adalah 600 mg/hari.

 Interaksi Obat Dengan Obat Lain :

- Peningkatan risiko kerusakan hati jika digunakan bersama
dengan ritonavir, halothane, dan isoniazid

- Penurunan efektivitas phenytoin dan teofilin

- Penurunan efektivitas ketoconazole dan enalapril

- Penurunan efektivitas rifampicin jika digunakan bersama
antasida

 Efek Samping Obat :

- Gangguan saluran cerna, seperti mual, muntah, nyeri ulu hati,
tidak nafsu makan, diare, radang usus

- Gangguan pada fungsi hati, seperti hepatitis, penyakit kuning,
hingga kerusakan hati

194

- Gangguan jantung, seperti gangguan irama jantung dan henti
jantung

- Gangguan darah, seperti anemia hemolitik, turunnya kadar sel
darah putih (leukopenia), atau trombositopenia

- Gangguan pada ginjal, seperti penurunan jumlah urine,
Perubahan warna urine, keringat, atau air liur menjadi kuning,
oranye, atau coklat

 Bentuk Sediaan : Tablet, sirop
 Nama Pabrik : PT. Kimia Farma
 Keamanan Untuk Ibu Hamil dan Menyusui : Kategori C
 Efek Farmakodinamik :

- Mekanisme kerja rifampicin adalah menginhibisi enzim RNA
polimerase DNA-dependent, dengan cara mengikatkan diri
kepada subunit beta, yang kemudian akan menghalangi
transkripsi RNA, dan mencegah sintesis protein bakteri
sehingga mengakibatkan kematian sel bakteri. Hal inilah yang
menjadikan obat rifampicin memiliki sifat bakterisidal, dan
sebagai inducer enzim yang poten.

 Sumber : MIMS hal A230, DOI
128. RAMIPRIL

 Kandungan Zat Aktif :Ramipril

195

 Khasiat : Mengatasi tekanan darah tinggi atau hipertensi
 Golongan Obat : Obat Keras
 Dosis Maksimum : -
 Dosis Lazim / Aturan Pakai :

Hipertensi
- 2,5 mg per hari, saat menjelang tidur. Dosis pemeliharaan

adalah 2,5-5 mg per hari, dan dapat ditingkatkan hingga 10 mg
per hari jika dibutuhkan.
Gagal Jantung
- 1,25 mg per hari sebagai dosis awal. Dosis maksimal adalah 10
mg per hari.
Setelah serangan jantung
- Pengobatan dimulai 3-10 hari setelah serangan jantung.
- Dosis awal adalah 2,5 mg, dua kali sehari. Dosis dapat
ditingkatkan hingga 5 mg, 2 kali sehari, setelah 2 hari minum
obat.
- Dosis pemeliharaan adalah 2,5-5 mg, 2 kali sehari.
 Interaksi Obat Dengan Obat Lain :
- Meningkatkan efek hipotensi, jika dikonsumsi dengan obat
diuretik atau antihipertensi lainnya.
- Menyebabkan gangguan fungsi ginjal, jika dikonsumsi dengan
obat antiinflamasi nonsteroid.
- Dapat meningkatkan kadar obat lithium dalam darah.
- Meningkatkan risiko hiperkalemia, jika dikonsumsi dengan
diuretik hemat kalium.

196

- Berisiko menyebabkan hiperkalemia, hipotensi, dan gangguan
fungsi ginjal pada pasien diabetes atau gangguan jantung, jika
dikonsumsi dengan aliskiren.

 Efek Samping Obat : Pembengkakan jaringan di bawah kulit
(angioedema), Batuk, Hipotensi, Sakit kepala, Pusing, Mual,
Muntah, Hipotensi ortostatik, Pingsan, Vertigo, Diare

 Bentuk Sediaan : Tablet, kaplet
 Nama Pabrik : PT. Dexa Medica
 Keamanan Untuk Ibu Hamil dan Menyusui : Kategori D
 Efek Farmakodinamik :

- Ramipril dan ramiprilat menghambat angiotensin-converting
enzyme (ACE). ACE adalah peptidyl dipeptidase yang
mengkatalis konversi angiotensin I menjadi zat vasokonstriktor,
angiotensin II.

 Sumber : MIMS hal A230, DOI
129. RIBAVIRIN

 Kandungan Zat Aktif : Ribavirine
 Khasiat : Menangani hepatitis C
 Golongan Obat : Obat Keras
 Dosis Maksimum : -
 Dosis Lazim / Aturan Pakai :

197

Kondisi: Hepatitis C kronis

- Dosis: 400 mg 2 kali sehari setiap pagi dan sore hari selama 24
minggu

Kondisi: Hepatitis C yang disertai dengan HIV
- Dosis: 800 mg perhari selama 48 minggu.
 Interaksi Obat Dengan Obat Lain :

- Peningkatan efek imunosupresan jika digunakan bersama
azathioprine

- Peningkatan risiko terjadinya keracunan bagian dalam sel
(mitokondria) dan asidosis laktat pada penderita HIV yang
menggunakan obat nucleoside reverse transcriptase inhibitor
(NRTI), seperti stavudine

- Peningkatan risiko terjadinya anemia, jika digunakan bersama
zidovudine

- Penurunan efektivitas ribavirin jika digunakan bersama produk
antasida yang mengandung magnesium (Mg), aluminium (Al),
dan simethicone

 Efek Samping Obat : Mual, Diare, Sakit perut, Sakit kepala,
Pusing, Pandangan kabur, Sulit tidur, Kulit kering, Batuk,
Penurunan atau kenaikan berat badan, Perubahan pada indra perasa
atau pendengaran

 Bentuk Sediaan : Tablet dan kapsul

 Keamanan Untuk Ibu Hamil dan Menyusui : Kategori X

 Efek Farmakodinamik :

- Ribavirin adalah analog nukleosida sintesis dari ribofuranose
dengan aktivitas antivirus melawan virus Hepatitis C dan virus
RNA lainnya. Ribavirin memediasi aktivitas antivirus langsung
(direct antiviral activity) dengan cara meningkatkan frekuensi
mutasi pada genom beberapa virus RNA. Obat ini menghambat

198

aktivasi enzim RNA dependent RNA polymerase karena
mempunyai kesamaan dengan building blocks molekul RNA.
 Sumber :MIMS hal A230, DOI
130. REBAMIPID

 Kandungan Zat Aktif :Rebamipide 100 mg
 Khasiat : Mengatasi gastritis, tukak lambung, dan gangguan

lambung lainnya.
 Golongan Obat : ObatKeras
 Dosis Maksimum : -
 Dosis Lazim / Aturan Pakai :

Gastritis dan tukak lambung
- Dewasa : 1 tablet (100 mg) diminum 3 kali sehari pada pagi,

sore, dan menjelang tidur malam hari
 Interaksi Obat Dengan Obat Lain :Celecoxib, Diclofenac
 Efek Samping Obat : Pusing, Lemas, lesu, dan tidak bertenaga,

Mual atau muntah, Mulut kering, Merasa dehidrasi, Gangguan
siklus menstruasi, Sembelit atau diare, Ruam kulit

199


Click to View FlipBook Version