The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.

Revolusi Industri 4.0 yang membawa segenap “disruption innovation”-
nya memberikan posisi bagi pendidikan Islam ke dalam sebuah sistem bagi
beberapa alternatif pilihan yang membawa implikasi masing-masing. Mau
tidak mau pendidikan Islam memilih untuk membuka dirinya dan
menerima era disrupsi ini dengan segala konsekuensinya, maka
kesuksesan dalam bertahan dan bersaing dengan sistem pendidikan lain
akan dia dapatkan. Revolusi dalam tubuh pendidikan Islam dimulai dari
meng-upgrade formulasi pendidikan Islam yang sesuai dengan tantangan
zaman akan tetapi tidak mencabut roh dimensi kesakralannya, membenahi
beberapa konten dalam tubuh pendidikan Islam mulai dari pendidik,
materi, model, sampai dengan orientasi output dari pendidikan Islam di
masa depan yang diharapkan. Buku ini tersusun dari delapan bab yang
memuat mengenai pemaknaan terhadap Islamic education 4.0, analisis
mengenai kekuatan, kelemahan, peluang dan tantangan pendidikan Islam
4.0, output dari pendidikan Islam 4.0, sampai dengan aplikasi-aplikasi
rujukan yang dapat dimanfaatkan dalam pendidikan Islam 4.0. Di era 4.0,
bertahan saja tidaklah cukup. Pendidikan Islam harus mengadopsi
berbagai cara-cara baru, serta memodifikasi cara-cara dan sistem lama.
Alternatif lain yang dapat dilakukan adalah dengan create atau membuat
sesuatu yang baru atau menciptakan suatu hal yang telah usang dengan
kebaruan inovasi

Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by Dedi Wahyudi, 2023-09-18 04:33:45

Islamic Education 4.0 Sebuah Revolusi Pendidikan Islam

Revolusi Industri 4.0 yang membawa segenap “disruption innovation”-
nya memberikan posisi bagi pendidikan Islam ke dalam sebuah sistem bagi
beberapa alternatif pilihan yang membawa implikasi masing-masing. Mau
tidak mau pendidikan Islam memilih untuk membuka dirinya dan
menerima era disrupsi ini dengan segala konsekuensinya, maka
kesuksesan dalam bertahan dan bersaing dengan sistem pendidikan lain
akan dia dapatkan. Revolusi dalam tubuh pendidikan Islam dimulai dari
meng-upgrade formulasi pendidikan Islam yang sesuai dengan tantangan
zaman akan tetapi tidak mencabut roh dimensi kesakralannya, membenahi
beberapa konten dalam tubuh pendidikan Islam mulai dari pendidik,
materi, model, sampai dengan orientasi output dari pendidikan Islam di
masa depan yang diharapkan. Buku ini tersusun dari delapan bab yang
memuat mengenai pemaknaan terhadap Islamic education 4.0, analisis
mengenai kekuatan, kelemahan, peluang dan tantangan pendidikan Islam
4.0, output dari pendidikan Islam 4.0, sampai dengan aplikasi-aplikasi
rujukan yang dapat dimanfaatkan dalam pendidikan Islam 4.0. Di era 4.0,
bertahan saja tidaklah cukup. Pendidikan Islam harus mengadopsi
berbagai cara-cara baru, serta memodifikasi cara-cara dan sistem lama.
Alternatif lain yang dapat dilakukan adalah dengan create atau membuat
sesuatu yang baru atau menciptakan suatu hal yang telah usang dengan
kebaruan inovasi

Keywords: Islamic education, revolusi industri, era 4.0

ISLAMIC EDUCATION 4.0 Sebuah Revolusi Pendidikan Islam Penulis: Dedi Wahyudi Khotijah Editor: Novita Kurniasih


i ABSTRAK Revolusi Industri 4.0 yang membawa segenap “disruption innovation”- nya memberikan posisi bagi pendidikan Islam ke dalam sebuah sistem bagi beberapa alternatif pilihan yang membawa implikasi masing-masing. Mau tidak mau pendidikan Islam memilih untuk membuka dirinya dan menerima era disrupsi ini dengan segala konsekuensinya, maka kesuksesan dalam bertahan dan bersaing dengan sistem pendidikan lain akan dia dapatkan. Revolusi dalam tubuh pendidikan Islam dimulai dari meng-upgrade formulasi pendidikan Islam yang sesuai dengan tantangan zaman akan tetapi tidak mencabut roh dimensi kesakralannya, membenahi beberapa konten dalam tubuh pendidikan Islam mulai dari pendidik, materi, model, sampai dengan orientasi output dari pendidikan Islam di masa depan yang diharapkan. Buku ini tersusun dari delapan bab yang memuat mengenai pemaknaan terhadap Islamic education 4.0, analisis mengenai kekuatan, kelemahan, peluang dan tantangan pendidikan Islam 4.0, output dari pendidikan Islam 4.0, sampai dengan aplikasi-aplikasi rujukan yang dapat dimanfaatkan dalam pendidikan Islam 4.0. Di era 4.0, bertahan saja tidaklah cukup. Pendidikan Islam harus mengadopsi berbagai cara-cara baru, serta memodifikasi cara-cara dan sistem lama. Alternatif lain yang dapat dilakukan adalah dengan create atau membuat sesuatu yang baru atau menciptakan suatu hal yang telah usang dengan kebaruan inovasi. Keyword: Islamic education, revolusi industri, era 4.0


ii KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga dalam pembuatan buku “Islamic Education 4.0: Sebuah Revolusi Pendidikan Islam" ini dapat terselesaikan. Sebagai manusia biasa, penulis menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan yang membuat ketidaksempurnaan buku ini. Atas ketidaksempurnaannya buku ini, kami tim penulis memohon maaf yang setulus-tulusnya, kritik dan saran yang membangun dari para pembaca sangat kami harapkan. Tanpa suatu arahan, masukan, serta bantuan dari berbagai pihak penulis tidak akan sanggup menyelesaikan buku ini bahkan sampai ke tangan para pembaca. Maka dengan segenap kerendahan hati, kami mengucapkan terimakasih banyak kepada semua pihak yang terlibat dalam proses pembuatan, pencetakan, dan penerbitan buku ini. Akhir kata, semoga dengan dituliskannya buku ini dapat membawa berkah dan bermanfaat bagi semua pihak. Metro, Agustus 2021 Penulis


ii DAFTAR ISI Contents ABSTRAK .............................................................................................................. i KATA PENGANTAR ......................................................................................... ii DAFTAR ISI ......................................................................................................... ii PENDAHULUAN ................................................................................................ v BAB I Education 4.0: Sebuah Disrupsi Dunia Pendidikan ......................... 1 A. Pendahuluan................................................................................................ 1 B. Manusia dalam Perjalanan Revolusi Industri ........................................ 2 C. Revolusi Pendidikan Manusia .................................................................. 8 D. Menilik Makna Education 4.0................................................................... 10 E. Pergeseran Sistem Pembelajaran............................................................ 17 F. Fitur Education 4.0 ..................................................................................... 22 G. Kebutuhan Kompetensi 4.0 dan Transformasi Digital Era Education 4. 25 H. Pengembangan Kebijakan Education 4.0................................................ 28 I. Simpulan .................................................................................................... 30 BAB II Formulasi Islamic Education 4.0 ....................................................... 31 A. Pendahuluan.............................................................................................. 31 B. Memaknai Pendidikan Islam .................................................................. 33 C. Sakralitas Pendidikan Islam.................................................................... 36 D. Dimensi Profanitas Pendidikan Islam dan Education 4.0.................... 39 E. Konvergensi “Sakral” dan “Profan” Islamic Education 4.0.................. 41 F. Simpulan .................................................................................................... 46 BAB III Analisis Kekuatan dan Kelemahan Pendidikan Islam Menyambut Islamic Education 4.0 ................................................................. 48


iii A. Pendahuluan.............................................................................................. 48 B. Kekuatan Pendidikan Islam Indonesia.................................................. 49 C. Kelemahan Pendidikan Islam Indonesia............................................... 52 D. Urgensi Revitalisasi Pendidikan Islam ke arah Islamic Education 4.0 56 E. Simpulan .................................................................................................... 60 BAB IV Peluang dan Tantangan Islamic Education 4.0 ............................ 62 A. Pendahuluan.............................................................................................. 62 B. Peluang Islamic Education 4.0................................................................... 63 C. Tantangan Islamic Education 4.0 .............................................................. 69 D. Simpulan .................................................................................................... 76 BAB V Pendidik 4.0: Dedikasi dan Teknologi ............................................ 78 A. Pendahuluan.............................................................................................. 78 B. Profil Pendidik Era Education 4.0............................................................ 78 C. Keterampilan Yang Dimiliki Pendidik .................................................. 83 D. Simpulan .................................................................................................... 84 BAB VI Output Islamic Education 4.0: Antara Harapan dan Kualitas ... 86 A. Pendahuluan.............................................................................................. 86 B. Pendidikan Karakter sebagai Barrier Dekadensi Era 4.0 .................... 87 C. Output Islamic Education 4.0: Antara Harapan dan Kualitas.............. 89 D. Simpulan .................................................................................................... 98 BAB VII Merdeka Belajar: Sebuah Gebrakan Pendidikan Indonesia Menyikapi Education 4.0 ............................................................................... 100 A. Pendahuluan............................................................................................ 100 B. Merdeka Belajar Dalam Perspektif Pendidikan Islam ...................... 102


iv C. Teknologi Pendidikan Dalam Merdeka Belajar ................................. 104 D. Simpulan .................................................................................................. 108 BAB VIII Aplikasi Rujukan Di Islamic Education 4.0............................. 110 KESIMPULAN ................................................................................................. 121 DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 123


v PENDAHULUAN Perkembangan serta perubahan zaman telah mengakibatkan sebuah konsekuensi, yaitu turut berubahnya perilaku manusia dari masa ke masa. Pendidikan yang merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia untuk tetap mempertahankan eksistensinya turut berubah baik secara global maupun lokal. Sistem pendidikan berubah dari satu waktu ke waktu yang lebih modern. Sistem pendidikan yang dimaksudkan di sini ialah strategi atau metode yang digunakan pada proses pembelajaran untuk mencapai tujuan serta mengembangkan seluruh potensi yang dimiliki oleh peserta didik. Perubahan yang terjadi dalam tubuh pendidikan dapat kita lihat pada berubahnya sistem pendidikan yang berisikan materi pembelajaran, kurikulum, pendidik, metode pembelajaran, media pembelajaran, model pembelajaran, perkembangan peserta didik, cara belajar, sarana dan prasana, serta kompetensi output yang dihasilkan. Berdasarkan teori behavioristik, belajar adalah perubahan yang dapat diamati secara langsung, yang terjadi akibat dari adanya hubungan stimulus-stimulus serta respons menurut prinsip mekanistik.1 Perubahan-perubahan yang terjadi di tubuh pendidikan tidak dapat diingkari, karena sejatinya belajar merupakan sebuah “proses perubahan”. Menjadi manusia yang berakhlak mulia dan berbudi baik merupakan tujuan dari diadakannya pendidikan. Universalisasi pada semua sektor pendidikan dimulai sejak tahun 1984. Masalah yang menghinggapi pendidikan bukan hanya sekedar pemerataan pendidikan di daerah, akan tetapi juga terkait dengan akselerasi pembangunan pada sektor-sektor 1 Pauline Swee-choo Goh dan Norwaliza Abdul-Wahab, “Paradigms to Drive Higher Education 4.0,” International Journal of Learning, Teaching and Educational Research 19, no. 1 (21 Februari 2020), https://www.ijlter.org/index.php/ijlter/article/view/1883.


vi pendidikan. Akselerasi pada sektor pendidikan terkait masalah kualitas pendidikan Indonesia yang bisa kita akui masih sangat minim serta relevansi output pendidikan dengan tuntutan pembangunan akan tersedianya lapangan kerja ataupun pembukaan lapangan kerja baru. Wacana education 4.0 atau pendidikan 4.0 di Indonesia tidak seramai di luar negeri. Di Indonesia, wacana mengenai education 4.0 mulai gencar dilakukan penelitian oleh para akademisi maupun praktisi pendidikan, padahal di berbagai belahan dunia sudah lebih dulu menjadi trending seperti di Jerman Amerika Serikat, Malaysia, Singapura, dan lainnya. Kita harus mengejar ketertinggalan ini dengan menyamakan langkah antara pembuat kebijakan, perancang kurikulum, para tenaga pendidik, dan berbagai komponen pendidikan lainnya untuk berbenah. Education 4.0 adalah pendidikan yang akan berusaha untuk “merangkul” teknologi dan digitalisasi era industri 4.0. integrasi antara cyber baik fisik dan non fisik dengan pendidikan dapat diartikan sebagai ‘’penetrasi digital” di lingkungan pendidikan. Melalui education 4.0 diharapkan pendidikan mampu menghasilkan produk output yang mampu menjawab tantangan dan tuntutan dari adanya revolusi digital. Inti keberhasilan dari fenomena ini adalah tantangan, inovasi, dan kreativitas. Revolusi industri 4.0 berusaha menyelaraskan antara manusia dengan teknologi utamanya teknologi digital yang bertujuan untuk memecahkan berbagai masalah secara lebih praktis serta menemukan inovasi bagi era baru selanjutnya. Revolusi industri 4.0 yang terjadi menuntut segala sektor beserta turunannya untuk ikut mengubah “langkah”. Era ini juga menyentuh pada ranah pendidikan Islam. Menjadi sebuah tantangan besar bagi pendidikan Islam untuk mampu menyelaraskan langkah dengan tatanan global tanpa kehilangan kiblat sebagai manusia dan seorang hamba Allah SWT.


vii Disrupsi era dengan segala perubahan ke arah digital harus ditanggapi secara serius. Meskipun banyak dampak negatif yang ikut terbawa yang kurang bersesuaian dengan roh pendidikan Islam itu sendiri, akan tetapi pendidikan Islam tidak lantas memalingkan muka dari keniscayaan perubahan ini. Menjadikan pendidikan Islam berjalan selaras dengan digitalisasi era akan membuat eksistensi pendidikan Islam terus bertumbuh. Revolusi dalam tubuh pendidikan Islam dimulai dari meng-upgrade formulasi pendidikan Islam yang sesuai dengan tantangan zaman akan tetapi tidak mencabut roh dimensi kesakralannya, membenahi beberapa konten dalam tubuh pendidikan Islam mulai dari pendidik, materi, model, sampai dengan orientasi output dari pendidikan Islam di masa depan yang diharapkan. Beberapa buku pernah ditulis dengan bahasan mengenai pendidikan Islam dan era 4.0. Karya pertama ditulis oleh seorang doktor bernama Ahmad Sabri dengan judul: “ Pendidikan Islam Mneyongsong Era Industri 4.0” yang diterbitkan oleh Deepublish pada tahun 2020.2 Buku tersebut berisi mengenai gambaran yang terjadi pada pendidikan Islam dan era Revolusi Industri 4.0. Pada buku tersebut tidak dimasukkan beberapa isu terkini era 4.0 seperti “merdeka belajar” yang kini mulai diaplikasikan dalam pendidikan Islam. Kemudian sebuah buku yang ditulis oleh Arif Rahman dkk. dengan judul “Pendidikan Islam Di Era Revolusi Industri 4.0”. Buku tersebut berisikan puluhan tulisan yang merupakan kumpulan naskah dan makalah yang sudah di presentasikan dalam Seminar Nasional Pendidikan Islam di Era Revolusi Industri 4.0 yang dilaksanakan oleh Forum Komunikasi PTKIS Kopertais Wilayah III Yogyakarta pada 16 Maret 2019 lalu di Universitas Ahmad Dahlan. Pada 2 Ahmad Sabri, Pendidikan Islam Menyongsong Era Industri 4.0 (Yogyakarta: Deepublish, 2020).


viii buku tersebut banyak sekali membahas mengenai hal-hal yang berkaitan dengan pendidikan Islam di era 4.0, akan tetapi dalam buku tersebut tidak diberikan penjelasan yang mengerucut mengenai pendidikan Islam di era 4.0 serta tidak terdapat tulisan yang mengulas mengenai media yang dapat digunakan di pembelajaran 4.0. Buku ini berisi delapan bab yang mengulas hal-hal terkait dengan pendidikan Islam dan revolusi industri 4.0. Pada Bab 1, “Education 4.0: Sebuah Disrupsi Dunia Pendidikan” akan merangkum tujuh sub bab yang menjelaskan mengenai perjalanan revolusi pendidikan manusia sejak dimulai dari revolusi pertama sampai dengan 4.0. pada bab ini tidak hnaya beriskan mengenai perjalanan garis waktu revolusi pendidikan, akan tetapi juga fitur-fitur, kebutuhan, sampai dengan pengembangan pendidikan di era 4.0 baik yang sudah dilakukan maupun yang akan dilakukan. Bab kedua adalah “Formulasi Education 4.0”. Pada bab ini pembaca akan diajak untuk menyelami makna pendidikan Islam di Era 4.0 dengan memahami dimensi sakralitas dan profanitasnya serta konvergensinya dengan education 4.0. Pada Bab 3 disajikan mengenai “Kekuatan Pendidikan Islam Menyambut Islamic Education 4.0”. Dalam bab tersebut dibicarakan mengenai analisis kekuatan dan kelemahan dari pendidikan Islam era 4.0 disertai dengan urgensinya. Kemudian Bab 4 pembaca akan dipaparkan mengenai peluang dan tantangan pendidikan Islam di era education 4.0 baik yang secara gamblang terlihat di depan mata maupun yang masih halus dan perlu penalaran lebih dalam. Bab 5 akan dibahas mengenai “Pendidik 4.0: Dedikasi dan Teknologi”. Bab ini akan megulas mengulas mengenai pendidik seperti apa yang dibutuhkan di era 4.0 baik dari segi kompetensi, keterampilan, dan gambaran seorang pendidik 4.0. Bab 6 kita akan menemui “Output Islamiv Education 4.0: Antara Harapan dan Kualitas” yang berisikan seperti apa output yang diiharapkan setelah pendidikan Islam 4.0 diterapkan.


ix Kemudian Bab 7 akan menyajikan sebuah tema yang berawal dari gagasan menteri pendidikan Nadiem Makarim, yaitu: “Merdeka Belajar: Sebuah Gebrakan Pendidikan Indonesia Menyikapi Education 4.0”. Pada bab ketujuh ini pembaca akan diajak untuk menelaah kembali konsep merdeka belajar beserta dengan teknologi pembelajaran yang dibutuhkannya. Pada bab terakhir yaitu: ”Aplikasi Rujukan di Islamic Education 4.0” yang berisi mengenai informasi apa saja aplikasi, platform, dan berbagai perangkat cyber digital yang saat ini digunakan untuk menujang pembelajaran, pencarian materi, sampai dengan mengecek kredibilitas seorang pendidik maupun lembaga pendidikan.


1 BAB I Education 4.0: Sebuah Disrupsi Dunia Pendidikan A. Pendahuluan Perubahan tingkah laku manusia adalah konsekuensi dari berubah dan berkembangnya peradaban manusia. Sistem pendidikan tak ubahnya sistem-sistem lainnya yang ikut terdisrupsi arus perubahan global. Berbagai perubahan yang terjadi dapat dilihat dari berbagai hal mulai dari kurikulum, peserta didik, pendidik, media pembelajaran, sumber belajar, bahkan sampai dengan cara atau gaya belajar peserta didik juga ikut dalam arus perubahan tersebut. Wacana perubahan sistem pendidikan global yang memasuki babak baru, yaitu: education 4.0. Wacana ini sudah ada semenjak tahun 2019 akan tetapi baru menghangat sekitar 2020-an. Akademisi dan berbagai praktisi pendidikan Indonesia mulai ramai membicarakannya. Ketertinggalan Indonesia dalam menanggapi isu global ini, tidak latas membuat Indonesia minder untuk tak mencoba situasi baru. Education 4.0 adalah arah baru dunia pendidikan yang mengintegrasikan cyber technology ke dalam pembelajaran baik secara fisik maupun non fisik. Pendidikan 4.0 juga memegang amanah penting untuk mempersiapkan peserta didik mengahdapi tantnagan digital di masa kini dan masa yang akan datang. Upaya manusia untuk merespons revolusi infustri keempat adalah dengan membuat formulasi pendidikan yang dapat membuat harmoni antara manusia dengan mesin maupun perangkat digital. Keselarasan antara manusia dengan berbagai perangkat digital akan mempercepat ditemukannya berbagai solusi atas berbagai problematika serta penemuanpenemuan baru.


2 B. Manusia dalam Perjalanan Revolusi Industri Saat ini, kita sudah masuk ke jalur modernisasi global. Tatanan global saat ini menghadapkan kita pada berbagai tantangan untuk dapat berkiprah di dalamnya. Globalisasi merupakan sebuah proses dengan destinasi ke arah global atau proses ke arah menyeluruh, atau dapat diterjemahkan sebagai proses untuk menyatukan berbagai unsur menjadi satu.1 Manusia dan perubahan adalah dua hal mutlak yang senantiasa berdampingan. Munculnya kesulitan pada berbagai problematika yang semakin rumit disebabkan oleh adanya keberagaman serta kompleksitas lingkungan serta keunikan dari berbagai tuntutan manusia. Kehidupan yang begitu kompleks seolah menjadi sebuah magnet bagi mausia untuk semakin menyelami ilmu pengetahuan guna menciptakan kehidupan yang lebih baik serta menyelesaikan peliknya masalah-masalah yang timbul. Upaya manusia dalam menciptakan kehidupan yang lebih baik dan menyelesaikan berbagai macam problem yang ada terjadi melalui beberapa tahapan, dirasakan atau tidak, saat ini usaha tersebut telah mencapai tahap Revolusi Industri 4.0. Revolusi industri 4.0 disebut juga dengan era disruptif. Era ini adalah saat perubahan terjadi secara besar-besaran yang membuka terciptanya pasar baru. Begitu dahsyatnya perubahan yang terjadi bahkan dapat mengganggu atau merusak tatanan yang sudah ada sebelumnya. Era disrupsi merupakan salah satu tahapan sejarah yang saat ini dihadapi dan merupakan bagian dari globalisasi. Disrupsi diartikan sebagai “hal yang tercabut dari akarnya”.2 Definisi tersebut apabila diartikan dalam kehidupan sehari-hari maka bermakna saat ini sedang 1 Koko Abdul Kodir, Metodologi Studi Islam (Bandung: CV Pustaka Setia, 2014), 241. 2 KBBI Daring, “Hasil Pencarian Kata ‘Disrupsi,’” diakses 4 Juli 2020, https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/disrupsi.


3 terjadi perubahan yang bersifat mendasar yaitu evolusi teknologi yang sedang menyasar semua celah kehidupan manusia.3 Segala tuntutan serta kebutuhan membutuhkan respon bersamaan dengan signifikansi perubahan-perubahan yang terjadi seiring dengan bergulirnya era disrupsi.4 Seorang Ekonom, Rhenhald Kasali memberikan pendapatnya terkait era disrupsi ini. Ia menuturkan bahwa era disrupsi merupakan sebuah masa ketika manusia berhadapan dengan ancaman zaman dan tantangan yang berat. 5 Tantangan dan ancama zaman yang begitu berat datang dari badai disrupsi di sektor teknologi. Teknologi-teknologi yang bermunculan dikhawatirkan semakin meminggirkan peran dan pekerjaan manusia. Manusia yang hidup tanpa kompetensi yang memadai sewaktu-waktu dapat tergusur oleh teknologi. Seleksi yang cukup tajam akan terjadi sehingga manusia harus mempersiapkan jawaban atas tantangan berat ini sedini mungkin. Era 4.0 atau revolusi Industri 4.0 pada awalnya dicetuskan oleh teori dari Klaus Schwab dalam bukunya “The Fourth Industrial Revolution”. 6 Pada buku ini ia menjelaskan bahwa dengan adanya revolusi industri 4.0 akan banyak mengubah pola pikir, gaya hidup, maupun cara hidup manusia untuk bertahan hidup, serta hubungan yang terjadi antar manusia.7 3 Ali Fikri, “Pengaruh Globalisasi dan Era Disrupsi terhadap Pendidikan dan Nilai-Nilai Keislaman,” Sukma: Jurnal Pendidikan 3 (6 Juni 2019): 120, https://doi.org/10.32533/03106.2019. 4 Bukman Lian, “Revolusi Industri 4.0 Dan Disrupsi, Tantangan Dan Ancaman Bagi Perguruan Tinggi,” Prosiding Seminar Nasional Program Pascasarjana Universitas PGRI Palembang 12, no. 01 (22 Februari 2019): 43, https://jurnal.univpgripalembang.ac.id/index.php/Prosidingpps/article/view/2512. 5 Renald Kasali, Disruption “Tak Ada Yang Bisa Diubah Sebelum Dihadapi Motivasi Saja Tidak Cukup”; Menghadapi Lawan-Lawan Tak Kelihatan Dalam Peradaban Uber (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2018). 6 Abdul Rohman Dan Yenni Eria Ningsih, “Pendidikan Multikultural: Penguatan Identitas Nasional Di Era Revolusi Industri 4.0,” Dalam Seminar Nasional Multidisiplin (Seminar Nasional Multidisiplin 2018tema A - Penelitian, Universitas Wahid Hasyim, 2018), 44. 7 R. Willya Achmad Dkk., “Potret Generasi Milenial Pada Era Revolusi Industri 4.0,” Focus : Jurnal Pekerjaan Sosial 2, No. 2 (2019): 188, Https://Doi.Org/10.24198/Focus.V2i2.26241.


4 Teknologi, kecanggihan digital serta berbagai kemudahan dalam mengakses informasi adalah aktor di balik perubahan yang terjadi. Era ini turut mendisrupsi manusia dengan bermacam aktivitas dan interasi sosialnya. Sejarah dimulainya revolusi industri yaitu pada abad ke- 17 yang dikenal sebagai era pra industrial. Pada abad ini semua pekerjaaan mengandalkan tenaga manusia, segalanya dikerjakan secara manual. Kemudian dengan kemampuan berpikirnya, manusia membuat gebrakangebrakan besar. Pada abad ke-17 akhir sampai dengan abad ke-18 manusia memasuki babak baru. Babak baru peradaaban ini adalah era revolusi industri 1.0. Dimulainya zaman ini adalah dengan berubahnya penggunaan tenaga manusia ke tenaga mesin berteknologi uap. Industri manufaktur yang hadir dalam skala masif juga menjadi penanda pada revolusi ini. Pabrik yang ada umumnya hanya memproduksi kebutuhan-kebutuhan pokok harian manusia seperti pabrik sabun, bahan pangan, sandang, motor, serta peralatan rumah tangga yang pengerjaannya sudah tidak seratus persen manual. Revolusi industri 1.0 berakhir dengan ditandai adanya pemanfaatan tenaga listrik dalam industri. Revolusi industri 2.0 pun dimulai. Pemanfaatan listrik ini sangat bermanfaat untuk mempermudah dan menambah kecepatan produksi, distribusi, serta perdagangan. Hasil nyata dari revolusi industri 2.0 adalah dirintisnya pabrik mobil “Ford” yang sudah menggunakan teknologi listrik dalam industrinya. Waktupun bergulir, selanjutnya pada tahun 1960-an sampai 2010 dikenal istilah revolusi industri 3.0. Revolusi industri 3.0 dikenal sebagai revolusi informasi. Pada tahapan ini ledakan informasi digital terjadi. Dengan ditemukannya PLC (Programmable Logic Controller) menyebabkan mesin-mesin yang bekerja dapat bekerja sendiri tanpa perlu selalu digerakkan dan diawasi manusia. Efek dari program ini begitu dahsyat


5 menyebabkan banyak perusahaan tumbang, akan tetapi juga banyak rintisan perusahaan-perusahaan baru. Tanda dari revolusi industri 3.0 adalah sudah dikenalnya PC (Personal Computer), internet, serta smartphone generasi awal. Ketika internet dan program komputer sudah menjadi hal komersial dan mudah ditemukan, maka tumbanglah era revolusi industri 3.0 digantikan dengan era revolusi industri 4.0. Artificial intelligence, biotechnology, block chain, Internet of Things (IoT), machine learning, driverless vehicle, merupakan produk-produk dari revolusi industri 4.0. Teknologi telah menggantikan hampir seluruh kegiatan pabrik yang kini ditangani oleh robot, alat transportasi yang perlahan berubah menjadi driverless car, block chain dan smartphone mampu menggantikan kinerja bank konvensional, kemudian artificial intelligence yang mampu membantu kegiatan manusia agar tidak kehilangan waktu dan berpindah tempat. Secara fundamental, revolusi industri 4.0 telah mampu mengubah hidup serta cara kerja manusia. Revolusi yang terjadi kali ini berskala, ruang lingkup, serta kompleksitas yang lebih tinggi dibandingkan revolusirevolusi sebelumnya. Integrasi dunia fisik manusia dengan dunia digital teknologi telah merambah seluruh disiplin ilmu, baik ekonomi, biologi, industri, pemerintah, serta tidak ketinggalan ranah pendidikan. Isu pendidikan di era 4.0 terkait dengan fenomena global dan digital terus menggejala. Digitalisasi dan globalisasi pada setiap bidang tidak dapat dibendung. Pada tataran ranah ekonomi, untuk dapat mengendalikan globalisasi adalah dengan melalui invention, commercialisation, serta competition. Pemikiran seorang ekonom Amerika Ohmae dalam buku “The Borderless World: Power and Strategy in The Interlinked Economy” yang dikutip oleh Suwarjo mengatakan bahwa globalisasi lebih mengarah kepada bidang ekonomi ternyata juga dapat dikaitkan dengan pendidikan. Untuk dapat merealisasikan invention,


6 commercialisation, serta competition maka dibutuhkan kualitas sumber daya yang memadai.8 Selain peningkatan intelektualitas sumber daya manusia, tidak lupa kita juga harus memperhatikan nilai-nilai lokal yang sejalan dengan nilai universal yang telah lama dipertahankan agama dan bangsa ini sebagai pegangan agar tidak terombang ambing oleh kuatnya arus digitalisasi dan globalisasi era 4.0. Education 4.0 atau pendidikan pada era 4.0 bukan hanya sekedar mengenai tersedianya berbagai fasilitas mutakhir, akan tetapi juga perlu ditekankan kepada persiapan untuk pendidikan Indonesia agar lebih maju serta dapat beradaptasi dengan era ini. Perbaikan-perbaikan perlu dilakukan misalnya dari mentalitas, nilai-nilai, serta pola pikir.9 Oleh karenanya, saat ini dibutuhkan kurikulum yang mampu untuk mengembangkan kemampuan dasar manusia seperti logika, bahasa, maupun kreativitas serta tidak lupa untuk menyeimbangkannya dengan ranah spiritualnya. Profesor Maragustam mengungkapkan pada era 4.0 diidentikkan dengan era sains dan teknologi dimana revolusi perubahan peradaban manusia dipengaruhi oleh kontribusi paras saintis. Di sisi lain, karakter (jati diri) atau pegangan hidup yang dimiliki manusia semakin buram seperti, hilangnya nilai spiritual dan etika, nilai-nilai luhur bangsa, nilai sosio kultural, serta nilai falsafat hidup.10 Apabila nilai-nilai tersebut sudah hilang, maka manusia akan semakin bebas karena telah kehilangan kontrol atas dirinya. 8 Suwarjo, “Penguatan Karakter Peserta Didik Dalam Menghadapi Era Digital,” Dalam Prosiding Konferensi Pendidikan Nasional, 2018, 4. 9 Astuti Astuti, S. B. Waluya, Dan M. Asikin, “Strategi Pembelajaran Dalam Menghadapi Tantangan Era Revolusi Industri 4.0,” Prosiding Seminar Nasional Pascasarjana (Prosnampas) 2, No. 1 (2019): 471. 10 Dian Arif Noor Pratama, “Tantangan Karakter Di Era Revolusi Industri 4.0 Dalam Membentuk Kepribadian Muslim,” Al-Tanzim : Jurnal Manajemen Pendidikan Islam 3, No. 1 (2019): 212.


7 Teknologi dan media sosial turut serta mempengaruhi dimensi sosial dan spiritual generasi muda yang hidup di masa revolusi industri 4.0. Anderson mengemukakan bahwa terdapat setidaknya tujuh tanda kematangan psikologis bagi generasi digital era ini. Tanda tersebut ialah: tugas merupakan orientasi mereka, tujuan kerja yang jelas didukung dengan efisiensi kebiasaan kerja, pengendalian perasaan pribadi yang bagus, lebih bersikap objektif, mau menerima kritik dan saran untuk pembangunan diri, memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi terhadap usaha, dan mampu menyesuaikan diri dengan situasi maupun kondisi lingkungan yang baru.11 Berdasarkan hal tersebut, maka diperlukan pendidikan yang memiliki sentuhan spiritual yang tepat terutama menyangkut keberagamaan dan keberagaman karena kita hidup di negara yang penuh akan kebhinekaan. Abad keterbukaan (century of openness) memberikan tantangan tersendiri bagi pengembangan pendidikan, hal tersebut bukan sesuatu yang mudah.12 Menurunnya humanisme dikarenakan perubahan sikap individu adalah sebuah keadaan yang menghawatirkan, ini karena nilainilai yang ada di dalamnya merupakan nilai yang sudah sangat lama berbaur dengan nilai-nilai agama.13 Secara tidak langsung, dapat kita pahami apabila keadaan tersebut dibiarkan juga akan mengurangi sikap serta perilaku masyarakat dalam menjalankan nilai-nilai agamanya. Dari berbagai keadaan di atas, perubahan-perubahan keadaan era 4.0 secara tidak langsung mengancam keadaan norma sosial yang berlaku di masyarakat. 11 Achmad Dkk., “Potret Generasi Milenial Pada Era Revolusi Industri 4.0,” 192. 12 Ahmad Tarmizi Hasibuan Dan Rahmawati, “Sekolah Ramah Anak Era Revolusi Industri 4.0 di SD Muhammadiyah Pajangan 2 Berbah Yogyakarta,” Al-Bidayah: Jurnal Pendidikan Dasar Islam 11, No. 1 (2019): 51. 13 Iman Subasman, “Peran Evaluasi Pendidikan Pada Era Disrupsi,” 3 April 2019, 3, https://doi.org/10.17605/osf.io/5psd9.


8 C. Revolusi Pendidikan Manusia Seperti halnya revolusi industri yang berjalan dari revolusi industri 1.0, 2.0, 3.0, sampai dengan 4.0, pendidikan juga tak lepas dari sebuah proses panjang untuk perubahan. Kisah sejarah evolusi pendidikan dimulai dari education 1.0. Ernst & Young dalam ulasannya memberikan informasi mengenai perjalanan pendidikan manusia mulai dari zaman kuna sampai dengan saat ini.14 Sejarah evolusi pendidikan manusia menurut mereka dimulai dari education 1.0. Pada masa ini bercirikan cara pengajarannya yang bersifat informal, gereja yang memiliki kendali pendidikan, pendidikan hanya diakses oleh orang-orang yang memiliki “hak istimewa”. Education 1.0 sebagai awal dari revolusi pendidikan memberikan gambaran bahwa pendidikan merupakan barang mewah dan hanya dimiliki oleh segelintir orang. Di sini belum terlihat jelas bahwa pendidikan merupakan hak setiap manusia. Revolusi pendidikan ke-2 muncul sebagai jawaban atas desakan kebutuhan masyarakat untuk mendemokratisasikan pendidikan dan memberikan pelatihan bagi lebih banyak orang. Education 2.0 lebih berfokus kepada pendidikan massal dengan metode pembelajaran yang lebih maju dan formal. Pendidikan masa ini berfokus pada pelaksanaan pendidikan di berbagai lembaga pendidikan. Revolusi pendidikan ke-2 belum juga mendapatkan jawaban atas kebutuhan manusia terhadap pengetahuan. Education 3.0 muncul setelah pendidikan bersinggungan dengan teknologi. Integrasi antara pendidikan, informasi, dan teknologi komunikasi diperkenalkan. Berbagai gebrakan model baru dalam pembelajaran mulai diperkenalkan. Era baru pendidikan yang bersifat lebih fleksibel, terbuka, dan dinamis diperkenalkan. Education 4,0 mengubah sepenuhnya berbagai cara 14 Mamadou Lamine Gueye dan Ernesto Exposito, University 4.0: The Industry 4.0 paradigm applied to Education, 2020, 6.


9 tradisional dalam pendidikan. Belajar mengajar bukan lagi sebuah aktivitas membosankan di dalam kelas yang diisi dengan mendengarkan penjelasan guru sembari mencatat, melainkan dapat dilakukan sembari menonton video, proyek langsung, dengan siapa saja, dan masih banyak hal lain yang sebelumnya tidak dapat dilakukan pada era pendidikan sebelumnya. Education 4.0 yang hadir akan melengkapi fenomena inklusi digital yang ada dalam kehidupan manusia sehari-hari dimana manusia dengan mesin berinteraksi untuk menemukan inovasi-inovasi baru.15 Paradigma terkait pendidikan di era ini didasarkan pada dua tren yang muncul akhirakhir ini. Sisi pertama terkait dengan isi masa depan pendidikan yang berusaha memanfaatkan potensi teknologi digital, personalisasi data, serta berbagai peluang yang ditawarkan oleh dunia yang saling terkoneksi ini untuk mendorong pembelajaran seumur hidup (long life education).16 Ini merupakan sebuah revolusi dalam dunia pendidikan yang dapat memungkinkan peserta didik untuk turut andil menjadi arsitek pembelajaran mereka sendiri, ini ditandai dengan adanya personalisasi pembelajaran dengan menggunakan jalur pembelajaran yang lebih dinamis, fleksibel, serta adaptif. Melalui tren pertama ini organisasi pendidikan diluncurkan ke dalam dinamika pendidikan yang mengadopsi berbagai transformasi digital dan pedagogis baru untuk memberikan respons lebih baik terhadap kebutuhan setiap peserta didik. Di sisi lain education 4.0 adalah konsekuensi langsung dari kemunculan industri 4.0. untuk mempersiapkan generasi pembelajar yang siap hidup di masa mendatang, maka perlu adanya penyelarasan antara pendidikan dengan iklim industri 4.0. Education 4.0 mengintegrasikan 15 Siti Hajar Halili, “Technological Advancements In Education 4.0,” The Online Journal of Distance Education and e-Learning 7, no. 1 (2019). 16 Peter Fisk, “Education 4.0 ... the Future of Learning Will Be Dramatically Different, in School and throughout Life.,” GeniusWorks, 24 Januari 2017, https://www.peterfisk.com/2017/01/future-education-young-everyone-taught-together/.


10 kemajuan teknologi industri pada era 4.0 seperti Artificial Intelegence, print 3D, augmented reality, virtual reality, cloud, block chain, dan lain sebagainya untuk tujuan pendidikan. melalui tren baru ini maka education 4.0 akan mendorong proses integrasi kemajuan teknologi dalam proses belajar mengajar agar tercapai keselarasan antara pendidikan dan industri 4.0. penggabungan dua tren ini maka education 4.0 adalah seperangkat inovasi teknologi dan transformasi pedagogis dalam dunia pendidikan dengan mengkombinasikan daya manusia dengan teknologi dalam upaya meningkatkan pelayanan dan mengadaptasi pembelajaran agar lebih memenuhi harapan era industri 4.0. D. Menilik Makna Education 4.0 Dunia pendidikan kini terjadi perubahan yang sangat besar semenjak revolusi industri pertama terjadi. Penemuan-penemuan besar saat ini seperti Artificial Intelligence (AI), robotika, data besar, dan internet mengakibatkan tantangan pada pekerjaan dan industri semakin meningkat. Pada tahun 1780-an, pendidikan merupakan suatu hal yang tidak penting untuk diharapkan. Pada era tersebut orang-orang lebih belajar bagaimana mereka mampu berdagang, menghasilkan keuntungan besar, sampai dengan bagaimana cara mereka bertahan dari serangan pasar monopolistik. Revolusi industri kedua menyodorkan tuntutan tenaga kerja yang terampil dan mampu menjalankan beberapa mesin-mesin industri. Akibat adanya tuntutan ini, maka dunia pendidikan menjadi salah satu hal penting sebagai sarana memberikan berbagai pengetahuan yang sebelumnya tidak pernah diajarkan. Sistem pendidikan pada masa ini lebih condong kepada pembelajaran yang disiplin dan kaku. Selama bertahun-tahun, kemajuan teknologi secara signifikan telah mengubah berbagai hal terutama dalam industri pendidikan. metode pengajaran perlahan-lahan kini menjelma menjadi pembelajaran berbasis


11 teknologi. Sejalan dengan langkah tersebut maka pendidik dan peserta didik sangat membutuhkan kompetensi untuk dapat meningkatkan penggunaan teknologi digital pada semua sektor. Education 4.0 menawarkan berbagai hal yang dulu dilakukan secara manual dan tradisional menjadi serba digital seperti: mengajar secara online, memposting hasil pekerjaan rumah di platform digital, menandai serta melakukan penilaian dengan dibantu berbagai aplikasi digital, menyimpan data-data penting pada big cloud, dan lain sebagainya. Education 4.0 sudah diramalkan oleh Drucker pada tahun 1997 yang mengatakan bahwa pada masa depan akan terjadi banyak perubahan dalam cara belajar mengajar di masa depan.17 Materi, sumber, pendidik, dan peserta didik merupakan komponen utama yang perlu diperhatikan. Kemajuan teknologi yang sangat cepat terjadi bahkan setiap detik tidak berbanding lurus dengan pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki oleh para pendidik, hal ini membuat para pendidik mengalami kesulitan untuk beradaptasi dengan kecepatan teknologi terutama bagi mereka yang tidak memiliki keterampilan teknis yang tepat. Oleh karena itu, maka dibutuhkan program khusus untuk melatih mereka agar berjalan seirama dengan perkembangan teknologi saat ini.18 Beberapa pendidik yang sudah lama dalam dunia pendidikan bahkan menilai teknologi-teknologi digital saat ini sebagai sebuah ancaman terhadap pekerjaan, kemudian mereka bersikeras jika pembelajaran yang dilakukannya merupakan metode pembelajaran yang terbaik. Meskipun demikian, program pendidikan baru harus segera dikembangkan dan diterapkan karena semakin terdesak oleh 17 Aida Aryani Shahroom dan Norhayati Hussin, “Industrial Revolution 4.0 and Education,” International Journal of Academic Research in Business and Social Sciences 8, no. 9 (13 Oktober 2018): 314–19. 18 “Teaching & Learning Hybrid, The Future of Education 4.0,” diakses 15 Agustus 2021, https://www.linkedin.com/pulse/teaching-learning-hybrid-future-education-40-saiyida-nafisarosdi.


12 tuntutan era yang yang berubah, serta untuk mempertahankan keunggulan kompetitifnya sebagai bagian dari tantangan di masa depan. Education 4.0 adalah istilah baru yang merujuk kepada berbagai makna, seperti pendidikan di era digital,19 visi pendidikan futuristik,20 sistem pembelajaran yang baru,21 model pendidikan masa depan, 22ekosistem pendidikan bagi masa depan,23 sistem pembelajaran saat ini bersama dengan berbagai teknologi dan metode pengajarannya, serta era bagi masyarakat baru 24. Masing-masing istilah ini dibedakan berdasarkan sudut pandang ahli dalam menanggapi era 4.0. Meskipun terdapat istilahistilah yang berbeda, akan tetapi mereka sepakat jika education 4.0 adalah konsep yang membicarakan masalah pentingnya mereformasi sistem pendidikan saat ini guna menghadapi tuntutan masyarakat yang lebih inovatif di era digital.25 Dunwill mendefinisikan education 4.0 sebagai era digunakannya teknologi dalam konteks belajar mengajar. Hal ini dikarenakan teknologi memungkinkan antarmuka mesin-manusia terlihat bersinergi dan berkontribusi dalam mempercepat inovasi pada abad revolusi industri. Education 4.0 dicanangkan guna mempersiapkan masa depan. Education 4.0 19 Anas Abdelrazeq dkk., “Teacher 4.0: Requirements Of The Teacher Of The Future In Context Of The Fourth Industrial Revolution,” 2016, 8221–26, https://doi.org/10.21125/iceri.2016.0880. 20 C.C. Chea dan J.T.J Huan, “Higher Education 4.0: The Possibilities and Challenges,” Journal of Social Sciences and Humanities 5, no. 2 (2019). 21 Dr Vichian Puncreobutr, “Education 4.0: New Challenge of Learning,” St. Theresa Journal of Humanities and Social Sciences 2, no. 2 (31 Desember 2016), http://www.stic.ac.th/ojs/index.php/sjhs/article/view/Position%20Paper3. 22 Shahroom dan Hussin, “Industrial Revolution 4.0 and Education.” 23 Srivastava, A. K, “Is Education 4.0 the Future of Learning?,” India Today, diakses 8 Agustus 2021, https://www.indiatoday.in/education-today/featurephilia/story/is-education-4-0-thefuture-of-learning-1557292-2019-06-27. 24 Sunan Sripai, Jesada Boonmahome, dan Jitirat SaengLoetuthai, “Indicators of the Characteristics of the Graduates of Rajabhat Universities at the Leap Frogging to the Education 4.0,” International Journal of Science and Research (IJSR) 7, no. 10 (2018). 25 Mahrus As’ad, “Adaptation Into Islamic Education 4.0: An Approach To Redesigning A Sustainable Islamic Education In The Post Pandemic Era,” AKADEMIKA: Jurnal Pemikiran Islam 26, no. 1 (20 Mei 2021): 19–42, https://doi.org/10.32332/akademika.v26i1.3122.


13 menawarkan pandangan mengenai inovasi belajar mengajar yang memanfaatkan kecanggihan teknologi indormasi dan komunikasi dalam setiap prosesnya.26 Kemajun teknologi dari waktu ke waktu terus mengalami perubahan. Para ahli merancang education 4.0 untuk menjawab kebutuhan revolusi industri 4.0 dimana metode pengajarannya perlahanlahan berubah menjadi pengajaran berbasis teknologi. Fisk menjelaskan bahwa terdapat visi baru pendidikan Pembelajaran sangat berfokus kepada peningkatan kompetensi teknologi digital di semua tingkatan untuk meningkatkan teknologi dalam pembelajaran dan untuk menggaungkan active learning.27 Setelah bermacam ahli mendefinisikan education 4.0, maka kita dapat mengungkap definisi dari istilah ini. Education 4.0 atau pendidikan 4.0 adalah sebuah formulasi baru dalam dunia pendidikan yang mengintegrasikan digital technology, kecanggihan penemuan sains dan teknologi dengan segenap instrumen dalam dunia pendidikan, baik itu kurikulum, pendidik, peserta didik, teknologi pembelajaran, media pembelajaran, dan lain sebagainya agar tujuan pendidikan tercapai serta membantu peserta didik untuk bersiap menghadapi revolusi industri 4.0. Implementasi education 4.0 sangat diperlukan karena pendekatan yang digunakan merupakan pendekatan yang dinilai lebih praktis untuk diterapkan dalam pembelajaran. Education 4.0 menawarkan berbagai inovasi-inovasi belajar mengajar yang menggunakan informasi dan teknologi dalam prosesnya.28 Sejalan dengan bergulirnya era revolusi inddustri, Education 4.0 dirancang untuk menjadi jawaban atas kebutuhan 26 Giorgos Panagiotopoulos dan Zoe Karanikola, “Education 4.0 and Teachers: Challenges, Risks and Benefits,” 1 Desember 2020, 1857–7881, https://doi.org/10.19044/esj.2020.v16n34p108. 27 Rasika Lawrence, Lim Fung Ching, dan Haslinda Abdullah, “Strengths and Weaknesses of Education 4.0 in the Higher Education Institution,” International Journal of Innovative Technology and Exploring Engineering (IJITEE) 9, no. 2 (2019). 28 Rasika Lawrence, Lim Fung Ching, dan Haslinda Abdullah, “Strengths and Weaknesses of Education 4.0 in the Higher Education Institution,” International Journal of Innovative Technology and Exploring Engineering (IJITEE) 9, no. 2s3 (2019).


14 dan tuntutan era revolusi industri 4.0 dimana metode pembelajaran perlahan-lahan berubah dari pembelajaran secara trasdisional menjadi pembelajaran yang berbasis teknologi. Gerbang Revolusi Industri 4.0 sudah terbuka lebar. Dengan dibukanya gerbang ini maka kita yang hidup di era ini juga harus ikut dalam perubahan tersebut, termasuk mengubah cara kita hidup, bekerja dan bermain. Para ahli telah memvisualisasikan lingkungan yang menghubungkan satu individu dengan lainnya terhubung oleh Internet of Things dan teknologi kecerdasan buatan dalam perangkat-perangkat pintar, hubungan yang tercipta ini bertujuan untuk mengurangi kelemahan dan resiko manusia. Sejalan dengan era teknologi baru, maka bidang pendidikan juga sangat perlu untuk di reformasi, tidak terkecuali pendidikan Islam. Oleh sebab itu, maka semua elemen juga harus diupgrade menjadi 4.0. Berkaitan dengan education 4.0 maka pendidikan Islam sebagai salah satu ranah dalam pendidikan di Indonesia juga harus mendapatkan porsi yang tepat untuk meng-upgrade dirinya menjadi Islamic Education 4.0. Islamic Education 4.0 bukan hanya sebatas mengenai pendidikan yang dilaksanakan untuk mempelajari dan mengembangkan pengetahuan dan keterampilan yang menjadi tuntutan era 4.0, akan tetapi juga sebagai sarana penyeimbang dengan membawa nilai-nilai religius dan humanisme dalam muatan materinya. Education 4.0 memberikan tempat yang lebih banyak kepada peserta didik. Peserta didik lebih mendapatkan porsi yang besar dibandingkan guru karena pembelajaran berpusat pada peserta didik. Meskipun demikian, peran guru manusia tetap tidak dapat digantikan karena ia berperan untuk mentransfer nilai kepada para peserta didik. Menjadi sebuah hal yang sangat penting untuk membekali para peserta didik dengan TIK dan berbagai keterampilan kolaboratif untuk


15 menarik peserta didik agar lebih bersemangat belajar. Selain itu, peserta didik juga dituntut memiliki problem solving, daya nalar, dan kritis yang tinggi, kreatif, serta mampu berkomunukasi dengan baik.29 Di masa depan, pendidikan akan dipersonalisasi, dikemas ulang, peer-to peer dan berkelanjuan baik di kelas, di rumah, online maupun offline, terstruktur atau tidak, diajarkan atau dipelajari, sehingga pembelajaran akan membebaskan diri dari pola pikir lama kita.30 Education 4.0 juga dirancang agar pendidikan mampu untuk mempengaruhi ranah domain kognitif, afektif, dan psikomotorik sebagaimana model pendidikan Bloom. Dalam ranah kognitif, penerapan, analisis, evaluasi, serta penciptaan akan menjadi jauh lebih penting jika dibandingkan sekedar keterampilan kognitif tingkat bawah. Oleh sebab itu, education 4.0 adalah mengenai manusia yang berusaha merangkul teknologi. Sebagai sebuah keniscayaan, revolusi industri 4.0 harus diterima dan dihadapi. Kita harus memahami karakteristik yang terjadi pada era 4.0.31 Pertama, kemunculan berbagai inovasi yang bersifat disruptif. Kemunculan berbagai inovasi memang sangat dibutuhkan akan tetapi pada era ini juga banyak inovasi-inovasi yang sifatnya “menyebalkan” akan tetapi sangat dibutuhkan. Kedua, berkembang pesatnya kecerdasan buatan. Kecerdasan yang dibuat secara ilmiah dan dapat diatur diciptakan manusia untuk bisa bekerja seperti manusia. Ketiga, kemunculan Big data yang mampu menyimpan seluruh data dari seluruh umat manusia yang berupa jejak digitalnya. 29 S.K Yoke, “Are educators ready for Education 4.0,” The Star Online, 8 April 2018, https://www.thestar.com.my. 30 Fisk, “Education 4.0 ... the Future of Learning Will Be Dramatically Different, in School and throughout Life.” 31 Saeful Anwar Anwar, “Revolusi Industri 4.0 Islam Dalam Merespon Tantangan Teknologi Digitalisasi,” At-Tuhfah: Jurnal Studi Keislaman 8, No. 2 (2019): 25, https://doi.org/10.36840/jurnalstudikeislaman.v8i2.203.


16 Jika kita berbicara era 4.0 dengan konteks kita saat ini maka era ini bukan sekedar berbicara mengenai penyediaan berbagai fasilitas pendukung, akan tetapi kita juga perlu menekankan kepada persiapan pendidikan di Indonesia agar lebih maju, mengejar ketertinggalan, serta dapat beradaptasi dengan kerasnya era revolusi industri 4.0. Dibutuhkan perbaikan-perbaikan pada berbagai hal seperti perbaikan dalam pola pikir, mentalitas, serta nilai-nilai kebaikan bersama dalah sebuah hal fundamental yang harus dipersiapkan.32 Oleh karenanya pada era ini dibutuhkan kerjasama dari berbagai pihak untuk memperbaiki kualitas pendidikan Indonesia. Pendidikan yang menjadi harapan semua orang di era ini adalah selain memanfaatkan berbagai kecanggihan teknologi, juga dapat membantu untuk mempertahankan dan mengembangkan bangunan dari nilai-nilai di bawah ini. a. Learning to do Siswa diharapkan bukan sekedar mengetahui akan tetapi juga dapat memahami pembelajaran yang diberikan. b. Learning to know Siswa diharapkan dapat mengaplikasikan segala pengetahuan yang diperolehnya bukan hanya sebagai agen pasif yang hanya mendengarkan saja. c. Learning to be Menjadi diri sendiri adalah salah satu tujuan dari adanya pendidikan. Hal ini didasari bahwa fitrah manusia diciptakan berbeda-beda dengan kemampuan masing-masing. d. Learning to live together 32 Astuti, Waluya, and Asikin, “Strategi Pembelajaran Dalam Menghadapi Tantangan Era Revolusi Industri 4.0,” 471.


17 Muara dari diselenggarakannya pendidikan adalah dengan terjun secara nyata di masyarakat. Dalam hal ini pendidikan menyiapkan agar para siswanya dapat memiliki bekal untuk dapat hidup bersama dengan orang lain seperti cara menempatkan diri, memiliki sikap menghargai dan menghormati sesamanya.33 Membangun empat pilar pendidikan tersebut diperlukan berbagai upaya pembenahan khususnya dalam hal ini terkait pendidikan Islam. Pengetahuan dan teknologi seolah bersinergi untuk membangun peradaban manusia menjadi peradaban penuh kecanggihan teknologi. Pendidikan yang masuk dalam arus era digitalisasi 4.0 terus dituntut untuk dapat memperbaiki sistemnya. Amerika, Prancis, dan Italia merupakan negara yang melihat era ini sebagai momentum untuk investasi dalam bidang penelitian dan inovasi, pendidikan, pelatihan, pekerjaan, serta modernisasi infrastruktur.34 Pendidikan dinilai sebagai aspek yang begitu ditonjolkan sebagai senjata menghadapi era kemajuan. Perubahan yang terjadi begitu cepat di dalam kehidupan terutama mengenai adanya tantangan dan peluang revolusi industri 4.0 harus segera direspon serta diantisipasi dengan bijak oleh dunia pendidikan. Bersamaan dengan majunya kecanggihan IPTEK yang turut serta membawa banyak perubahan besar pada pola dan gaya hidup manusia. Perubahanperubahan yang terjadi akan terus berjalan maju serta selalu menuntut diadakannya perubahan di dalam memandang, menyikapi, dan bertindak bagi masyarakat serta utamanya generasi penerus bangsa. E. Pergeseran Sistem Pembelajaran 33 Astuti, Waluya, And Asikin, 471. 34 Yus Mochamad Cholily, Windy Tunas Putri, And Putri Ayu Kusgiarohmah, “Pembelajaran Di Era Revolusi Industri 4.0,” Seminar & Conference Proceedings Of Umt 0, No. 0 (June 23, 2019): 1, http://jurnal.umt.ac.id/index.php/cpu/article/view/1674.


18 Education 4.0 telah menggeser sistem pembelajaran tradisional yang selama ini digunakan. Beberapa konsep belajar yang tergeser oleh adanya education 4.0 adalah sebagai berikut: 1. Waktu dan Tempat Belajar yang Beragam Peserta didik mempunyai kebebasan dalam menentukan seberapa lama ia belajar dan dimana dia belajar. Peserta didik memiliki tempo masing-masing dalam mempelajari suatu hal, oleh sebab itu pada education 4.0 memberikan kesempatan bagi mereka untuk menentukan cepat lambatnya ritme belajar mereka. Peserta didik yang memiliki kemampuan lebih dapat memahami materi tertentu dengan cepat dan berpindah ke materi selanjutnya tanpa perlu menunggu dengan bosan. Hal sebaliknya juga berlaku pada peserta didik yag memiliki kesulitan dalam mempelajari suatu materi. Ia dapat belajar lebih lama dan mempelajari lebih dalam materi dengan berbagai latihan-latihan, ia tidak merasa berjalan tergopoh-gopoh untuk mempelajari materi yang baginya terasa sulit. Tempat belajar juga ditawarkan dengan fleksible. E-learning memfasilitasi kesempatan untuk belajar dari mana saja. Kelas-kelas virtual dibangun, dan proses pembelajaran dapat berlangsung meskipun tanpa bertatap muka di kelas-kelas sekolah yang terasa membosankan. 2. Pembelajaran Mandiri Peserta didik belajar dengan berbagai sumber belajar dan media belajar yang sesuai dengan dirinya. Setiap peserta didik mempunyai cara belajarnya masing-masing. Di dalam proses belajar ini masingmasing individu akan berusaha mencari cara untuk dapat menguasai


19 materi sesuai dengan kenyamanan mereka. Mereka dapat mencari berbagai sumber dan media yang mampu mendukung proses belajar mereka. Kendala-kendala tentu akan ada dan inilah yang menjadi poin plus, yaitu peserta didik dapat sekaligus memecahkan kendala yang ia hadapi agar mencapai tujuan belajarnya. Peserta didik juga mendapatkan rasa kepercayaan diri yang positif terhadap kemampuannya melewati proses belajar tersebut. 3. Banyaknya Pilihan Bebas Pengalaman belajar setiap peserta didik melalui rutenya masingmasing. Peserta didik bebas untuk memilih, menentukan, dan memodifikasi proses belajarnya dengan menggunakan sumber, alat atau media belajar yang sesuai dengan karakteristiknya masingmasing. 4. Pembelajaran Berbasis Proyek Revolusi industri turut mempengaruhi perubahan karir yang dibutuhkan dunia. Mau tidak mau pendidikan harus mampu menjawab tantangan perubahan ini. Bagaimana pendidikan dituntut untuk menjadi sarana untuk mempersiapkan karir masa depan yang bahkan tidak dapat dibayangkan bagaimana dunia kedepannya. Kolaborasi antara pengetahuan dan keterampilan peserta didik dapat diasah dengan melalui pembelajaran berbasis proyek. Pengetahuan yang didapatkan peserta didik dilatih untuk diterapkan dalam berbagai macam situasi dan kondisi. Berbagai macam pengetahuan dan soft skills seperti keterampilan organisasi, kolaborasi, efisiensi waktu, dan lain sebagainya didapatkan peserta didik sebagai bonusnya yang tentu akan sangat berguna bagi dirinya. 5. Pengalaman Lapangan


20 Domain pengetahuan dapat dikuasai dengan difasilitasi oleh teknologi secara lebih efektif dan efisien. E-learning membuat pemaparan teoridilakukan tanpa perlu melakukan tatap muka langsung. Di sisi lain, interaksi antara manusia dengan manusia lainnya juga harus terus diasah. Pengalaman lapangan dapat dilakukan untuk memperkuat teori-teori yang sudah didapatkan melalui aktivitas pembelajaran. Sekolah dan lembaga-lembaga pendidikan memiliki kewajiban untuk menyediakan kesempatan yang luas bagi peserta didik untuk mengembangkan dirinya dan mendapatkan keterampilan riil yang relevan dengan karir peserta didik di masa mendatang. Magang, proyek mentoring, maupun proyek kolaborasi adalah beberapa cara yang dapat dilakukan untuk merealisasikannya. 6. Interpretasi Data Literasi yang dibutuhkan manusia di abad ini untuk kepentingan masa mendatang adalah literasi data. Komputer saat ini telah mampu untuk melakukan analisis data dan memberikan gambaran tren dari sebuah data di masa mendatang melalui algoritma rumit. Kemampuan-kemampuan matematis dan berbagai kalkulasi rumit kini dapat dilakukan oleh komputer. Meskipun komputer telah melakukan banyak pekerjaan hitungan tersebut, akan tetapi perlu untuk melakukan interpretasi data oleh manusia. Pengembangan literasi data sangat perlu dikembangkan agar tidak tertinggal di masa mendatang. 7. Sistem Ujian yang Berubah Sistem penilaian dengan menggunakan ujian tertulis yang dilakukan sejalan dengan perkembangan teknologi dirasa sudah tidak relevan. Ujian yang sifatnya tradisional dinilai sudah tidak mampu mengukur capaian kompetensi peserta didik secara valid.


21 Ujian seperti ini juga tidak mampu mengukur kesiapan peserta didik memasuki dunia kerja. Ujian-ujian dengan mengerjakan soal yang sulit dapat digantikan dengan mengerjakan suatu proyek yang didalamnya mampu mengelaborasikan pengetahuan faktual yang dimiliki oleh peserta didik yang didapatkan selama proses pembelajarannya, pengetahuan praktik, dan keterampilanketerampilan individu dalam memecahkan problem. 8. Kurikulum Yang Turut Dimiliki Peserta Didik Education 4.0 mengaharapkan kolaborasi pendidikan yang dilakukan oleh semua komponen pendidikan. Peserta didik akan memberikan keterlibatannya dalam penyusunan kurikulum belajarnya. Kuikulum kontemporer, up to date, serta bermanfaat dapat terwujud apabila keterlibatan profesional pendidikan dan peserta didik berjalan dengan apik. 9. Program Mentoring Pendidikan yang dilakukan akan melatih peserta didik untuk lebih mandiri dalam belajar. Selama berjalannya proses tersebut dibutuhkan peran pendidik profesional sebagai mentor peserta didik sangatlah signifikan. Peran sentral seorang pendidik sebagai mentor dilakukan dengan membantu peserta didik memilih bahan belajar, menentukan sumber informasi yang valid, sampai dengan memberikan bimbingan kepada peserta didik untuk mengeksplorasi diri dengan macam-macam pengalaman untuk meningkatkan kapabilitas peserta didik. Meskipun platform pendidikan digital akan


22 semakin ramai, akan tetapi tidak mampu menggantikan sentuhan dari seorang guru manusia.35 F. Fitur Education 4.0 Education 4.0 menginginkan sebuah pendidikan yang menuntut reformasi-reformasi baru dalam dunia pendidikan. Posisi peserta didik dalam sebuah pembelajaran merupakan salah satu reformasi besar dalam sistem pendidikan. Penempatan peserta didik sebagai pusat pembelajaran bukan sekedar reformasi pada pendekatan atau metode belajar mengajar saja, akan tetapi juga pada isi kurikulum. Oleh sebab itu, pembenahan yang harus dilakukan tidak hanya berangkat dari mata pelajaran yang akan diajarkan, akan tetapi pada jenis kompetensi yang harus diberikan kepada peserta didik agar mereka menjadi insan yang kreatif, berjiwa mandiri, serta mampu berfikir kritis dalam memecahkan masalah baik untuk saat ini maupun di masa depan dengan optimisme tinggi. Pengetahuan dan keterampilan tidak hanya diperoleh hanya dengan berapa capaian kompetensi yang diraih. Mobilisasi pengetahuan, keterampilan, sikap, inovasi, serta nilai-nilai perlu diintegrasikan ke dalam pembelajaran untuk memenuhi tuntutan kompleks masyarakat.36 Banyaknya tuntutan yang disodorkan membuat mau tidak mau peserta didik harus dibekali dengan seperangkat kompetensi khusus sebagaimana yang sudah dirumuskan oleh World Economic Forum 2015 dalam “The 21st Century Skills”. Keterampilan yang dibahas ini mencakup 16 keterampilan yang secara garis besar dibagi menjadi tiga kategori, yaitu: literasi dasar, kompetensi, dan kualitas karakter.37 Literasi dasar mewakili 35 Fisk, “Education 4.0 ... the Future of Learning Will Be Dramatically Different, in School and throughout Life.” 36 FICCI, “FICCI (Federation of Indian Chambers of Commerce and Industry).: Leapfrogging to Education 4.0: Student at the core (2017),” 23 Juli 2021, https://www.ey.com/Publication/vwLUAssets/ey-leap-forgging. 37 As’ad, “ADAPTATION INTO ISLAMIC EDUCATION 4.0.”


23 bagaimana peserta didik mampu menerapkan keterampilan inti untuk tugas sehari-hari dimana peserta didik perlu untuk membangun kompetensi dan kualitas karakter yang lebih baik. Literasi ilmiah, literasi TIK, literasi keuangan serta literasi budaya dan kewarganegaraan merupakan literasi dasar yang harus dipelajari peserta didik. Pada masa lampau peserta didik dalam pendidikannya jika sudah mampu memahami teks tertulis dan hubungan kuantitatif matematika sudah cukup untuk masuk ke dalam dunia kerja. Saat ini dunia begitu berubah, keterampilan ini hanya merupakan sebuah titik awal untuk menguasai keterampilan abad 21. Kompetensi menggambarkan bagaimana peserta didik mendekati tantangan yang begitu kompleks. Contohnya berpikir kritis merupakan kemampuan untuk mengidentifikasi, menganalisis, serta mengevaluasi situasi, idem serta informasi untuk merumuskan cara-cara menanggapi masalah yang datang. Kreativitas merupakan sebuah kemampuan untuk membayangkan serta merancang cara-cara baru yang lebih inovatif untuk mengatasi problematika, menjawab pertanyaan ataupun mengungkapkan makna melalui penerapan, sintesis atau penggunaan kembali pengetahuan. Kemudian, komunikasi dan kolaborasi melibatkan bekerja dalam koordinasi dengan orang lain untuk menyampaikan informasi ataupun mengatasi masalah. Kompetensi-kompetensi tersebut sangat penting bagi masyarakat era 4.0. Pada era 4.0, kompetensi untuk mengevaluasi dan menyampaikan pengetahuan secara kritis serta bekerja dengan baik dalam sebuah tim merupakan kompetensi yang sudah biasa dan harus dimiliki. Kualitas karakter dapat menggambarkan bagaimana peserta didik mendekati lingkungan mereka yang berubah. Di tengah disrupsi era, kualitas karakter seperti ketekunan dan kemampuan beradaptasi memastikan ketahanan kesuksesan yang lebih besar dalam menghadapi rintangan. Keingintahuan dan inisiatif berfungsi sebagai titik awal dalam


24 menemukan konsep dan ide baru. Kepemimpinan dan kesadaran sosial budaya melibatkan interaksi dengan orang lain dengan cara yang sesuai dengan norma sosial, etis, dan budaya. Chea dan Huan mencirikan education 4.0 lebih spesifik ke dalam lima fitur yang ditonjolkan.38 Pertama, waktu dan tempat yang beragam. Peserta didik diperbolehkan untuk memilih belajar pada waktu dan tempat yang berbeda. E-learning akan memberikan fasilitas dan emberikan peluang bagi pembelajran mandiri. Flipped Classroom akan dilaksanakan dengan cara mempelajari teori di dalam kelas, kemudian mempraktikannya di luar kelas. Kedua, pembelajaran yag dipersonalisasi, peserta didik dapat belajar dengan beragam perangkat belajar yang disesuaikan dengan kemampuannya. Tantangan yang lebih berat dapat diberikan dan dikerjakan bagi mereka yang secara kemampuan melebihi temantemannya. Peserta didik yang mengalami kesulitan dalam menyerap materi-materi pelajaran dapat mengulang dan mendalaminya sesuai dengan tempo belajarnya. Ini bermanfaat bagi pendidik untuk dapat memetakan peserta didik dan memberikan treatment lebih kepada peserta didik tertentu. Ketiga, penemuan yang fleksibel. Setiap mata pelajaran akan bermuara kepada hasil belajar, akan tetapi cara untuk mencapainya berbeda-beda untuk tiap mata pelajaran. Seperti halnya pengalaman belajar yang dipersonalisasi, peserta didik akan dapat memodifikasi proses belajar mereka dengan perangkat yang sesuai kebutuhannya. Mereka dapat belajar dengan beragam perangkat dan berbagai program pembelajaran. Keempat, modular yang berbasis proyek. Pembelajaran era kini merupakan persiapan bagi lulusan yang akan bekerja di era mendatang. Oleh karenanya harus sejak saat ini mereka dilatih terbiasa dengan dunia 38 C.C. Chea dan Huan, “Higher Education 4.0: The Possibilities and Challenges.”


25 real. Pembelajaran berbasis proyek adalah sarana perkenalan dengan pekerjaan nyata mereka di masa depan. Disini, peserta didik akan diasah berbagai keterampilan seperti organisasi, kolaboratif, serta manajemen waktu sebagai dasar yang dapat mereka gunakan dalam karirnya selanjutnya. Kelima, aplikasi praktis. Pengalaman di bidang tertentu akan ditekankan dalam tiap pembelajaran. Kesempatan akan diberikan lebih banyak agar peserta didik mendapatkan keterampilan di dunia nyata yang mewakili pekerjaan mereka di masa mendatang. G. Kebutuhan Kompetensi 4.0 dan Transformasi Digital Era Education 4. Kompetensi yang tepat dibutuhkan untuk mampu mengimbangi pesatnya perubahan pada era 4.0. Kompetensi-kompetensi yang dibutuhkan adalah salah satu proyeksi dari kebutuhan kompetensi pada abad 21. Kompetensi yang dibutuhkan pertama adalah keterampilan untuk berpikir kritis dan inovatif dalam memecahkan masalah. Keterampilan ini sangat penting untuk dimiliki oleh peserta didik di dalam pembelajaran era 4.0. Kompetensi ini akan tumbuh dan berkembang jika dibarengi dengan cara meramu pembelajaran yang tepat oleh para guru dan dosen. Ramuan yang tepat dapat mengeksplorasi secara maksimal kompetensi dari peserta didik. Kompetensi kedua adalah berkaitan dengan komunikasi dan kolaboratif. Kompetensi ini harus dikonstruksi di dalam pembelajaran yang dilakukan. Bebragai model pembelajaran berbasis teknologi informasi dan komunikasi harus diaplikasikan para pendidik guna mengkontruksi dan mengembangkan kompetensi ini. Keterampilan untuk berfikir kreatif dan inovatif menjadi kompetensi yang ketiga. Tindakan berfikir kreatif dan inovatif sangat urgen untuk diasah karena keterampilan ini mendorong peserta didik agar mampu


26 bersaing serta mampu untuk menciptakan lapangan pekerjaan yang sesuai dengan tuntutan era 4.0. Kompetensi ini sangat diperlukan mengingat banyaknya orang yang tumbang dan gagal untuk berkompetisi di era 4.0 karena memiliki daya kreatifitas yang minim serta malas untuk berinovasi. Kompetensi keempat adalah literasi teknologi informasi dan komunikasi. Jika berbicara menyangkut literasi, beberap orang akan malas untuk membahasnya. Era 4.0 menuntut literasi teknologi dan informasi menjadi sebuah kewajiban, terlebih bagi para pendidik agar tidak tertinggal. Literasi TIK adalah kewajiban dasar untuk mampu menaklukan pembelajaran dengan berbasis teknologi digital. Kemampuan dasar bagi para pendidik agar mampu menghasilkan output para peserta didik yang siap bersaing setelah keluar dari proses pendidikan. Contextual Learning Skill merupakan kompetensi kelima. Pembelajaran kontekstual dinilai menjadi pembelajaran paling tepat untuk diterapkan pada pendidikan saat ini. Apabila para pendidik sudah menguasai literasi digital maka akan lebih mudah untuk mengaplikasikan pembelajaran kontekstual. Melihat kondisi yang terjadi saat ini, TIK adalah salah satu konsep kontekstual yang harus ditaklukan oleh pendidik. Sebagian besar materi pembelajaran merupakan pembelajaran kontekstual berbasis TIK, sehingga pendidik akan merasa kesulitan jika tidak memiliki literasi TIK. Melalui penggunaan TIK, materi-materi yang dirasa sulit dan bersifat abstrak akan dapat disajikan menjadi lebih riil dan kontekstual. Literasi informasi dan media menjadi kompetensi yag harus dimiliki dalam pembelajaran era 4.0. saat ini banyak sekali platform digital dan media sosial yang menjadi tempat bagi peserta di dunia maya. Media sosial merupakan media ampuh yang dapat dimanfaatkan oleh pendidikan maupun peserta didik. Kehadiran kelas digital yang sifatnya memanfaatkan media sosial dapat dimanfaatkan untuk mengefektifkan dan meng-efisiensi-kan penggunaan tempat dan waktu.


27 Transformasi digital telah mengubah segalanya dan saat ini kita tengah menyaksikan sebuah revolusi besar dalam dunia pendidikan yang mengubah interaksi antara berbagai aktor yang terlibat. Transformasi digital sekarang disandarkan kepada integrasi teknologi digital sebagai alat pembelajaran yang mendorong berkembangnya metode pembelajaran baru yang inovatif. Beberapa transformasi digital pada education 4.0 adalah sebagai berikut: 1. Learning Management System (Sistem Manajemen Pembelajaran) Sistem manajemen pembelajaran menyediakan layanan administrasi otomatis untuk aktivitas terkait pembelajaran baik pengelolaan sumber daya, pendidik, peserta didik, metode, dan lain sebagainya. Learning Management System atau sistem manajemen pembelajaran menawarkan peserta didik kemungkinan belajar sesuai ritme dan tempo belajar mereka sendiri, konsultasi sumber belajar dari jauh, dan pembelajaran mandiri. Saat ini banyak sekali platform LMS yang dapat digunakan seperti 360 Learning, CrossKnowledge, Dockeos, Claroline, Moodle, Open edX, Canvas, dan lain sebagainya. 2. Mobile Learning Laptop, smartphone, dan tablet telah menjadi barang yang familiar digunakan pada education 4.0. Tidak dapat dipungkiri bahwa barang-barang ini merupakan barang yang menjadi motor penggerak bagi terlaksananya education 4.0. 3. Konten interaktif dan menyenangkan Konten interaktif dan menyenangkan akan memberikan peserta didik pengalaman sensorik baik berupa sentuhan, penglihatan, dan pendengaran dengan informasi-informasi tambahan yang dapat memperkaya khazanah pengetahuan peserta didik. 4. Asisten Pengajar Virtual (Chatbots)


28 Ini merupakan produk kecanggihan digital yang menawarkan para peserta didik untuk belajar, mencari berbagai informasi, atau mendapatkan berbagai manfaat terkait pembelajaran melalui agen virtual.39 5. Interaksi Digital Untuk mendorong tercapainya partisipasi, kolaborasi, komitmen, dan motivasi peserta didik maka dikembangkanlah sistem respon kelas digital. Clicker merupakan sebuah perangkat teknologi sederhana dan canggih yang memungkinkan peserta didik menjawab pertayaan dengan cepat di kelas. Clicker menyediakan fasilitas interaksi digital antara pendidik dan peserta didik untuk meningkatkan rasa puas, perhatian, dan membuat peserta didik menikmati aktivitas belajarnya.40 6. Intelligent Tutoring System Sistem bimbingan belajar yang cerdas telah banyak dikembangkan untuk mampu menyesuaikan antara sumber belajar dengan kebutuhan-kebutuhan peserta didik dalam konteks pembelajaran online. H. Pengembangan Kebijakan Education 4.0 Untuk menghadapi berbagai hal semacam tantangan, tuntuan, kendala, dan lainnya pada era revolusi industri 4.0, maka dibutuhkan beberapa hal agar para oknum pendidikan dan zaman yang berjalan dapat 39 Ashok K. Goel dan Lalith Polepeddi, “Jill Watson: A Virtual Teaching Assistant for Online Education,” 2016, https://doi.org/10.4324/9781351186193-7. 40 Nripendra P. Rana, Yogesh K. Dwivedi, dan Wassan A. A. Al-Khowaiter, “A Review of Literature on the Use of Clickers in the Business and Management Discipline,” The International Journal of Management Education 14, no. 2 (1 Juli 2016): 74–91, https://doi.org/10.1016/j.ijme.2016.02.002.


29 tercipta sinergitas yang apik. Hal-hal yang dapat direncakan untuk menghadapi era education 4.0 adalah sebagai berikut: 1. Paradigma baru bagi pendidikan dasar dan menengah yang selaras dengan era industri 4.0. Langkah yang harus dilakukan adalah revisi kurikulum dengan penambahan lima kompetensi yang harus dimiliki oleh setiap peserta didik. Kompetensi tersebut ialah: kemampuan untuk berfikir kritis, kemampuan untuk terus berfikir kreatif dan inovatif, kemampuan untuk berkomunikasi dengan baik, mampu untuk bekerjasama serta berkolaborasi dengan orang lain, serta memiliki kepercayaan diri yang tinggi. 2. Melakukan reorientasi pada kurikulum. Reorientasi tersebut dapat dilakukan dengan beberapa langkah seperti: mengembangkan serta mengajarkan bermacam literasi baru (big data, virtual reality, coding); memperkuat berbagai kegiatan ektstrakurikuler yang khususnya berfoku pada pengembangan skill leardership serta kerjasama; mewajibkan lembaga pendidikan untuk memberikan wadah atau wilayah bagi pengembangan jiwa enterpreneurship serta internship; menerapkan pembelajaran dengan sistem hybrid atau blended learning and online.41 Education 4.0 sudah mengetuk pintu, ia memberikan tantangan sekaligus peluang bagi pendidikan di Indonesia secara umum serta pendidikan Islam pada khususnya. Setiap lembaga pendidikan harus menyiapkan diri untuk memasuki babak baru perubahan peradaban manusia tanpa harus terseok. Infrastruktur serta sumberdaya manusia pada lembaga pendidikan seperti kepala sekolah, guru atau dosen, serta 41 Ahmad Sabri, Pendidikan Islam Menyongsong Era Industri 4.0 (Yogyakarta: Deepublish, 2020).


30 tenaga kependidikan lainnya yang mengalami perubahan merupakan sebuah keniscayaan. Keterlambatan dalam menyesuaikan diri akan mengakibatkan keterpurukan dan ketertinggalan. I. Simpulan Pendidikan memang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia, ia sudah melekat pada hidup manusia bahkan semenjak peradaban awak manusia di bumi ini. Seiring dengan evolusi bumi dan revolusi zaman, pendidikan turut serta bertransformasi. Sejarah panjang pendidikan global sampai saat ini sudah berada di babak ke-4. Education 4.0 atau pendidikan 4.0 adalah Education 4.0 atau pendidikan 4.0 adalah sebuah formulasi baru dalam dunia pendidikan yang mengintegrasikan digital technology, kecanggihan penemuan sains dan teknologi dengan segenap instrumen dalam dunia pendidikan, baik itu kurikulum, pendidik, peserta didik, teknologi pembelajaran, media pembelajaran, dan lain sebagainya agar tujuan pendidikan tercapai serta membantu peserta didik untuk bersiap menghadapi revolusi industri 4.0. Untuk menjawab tantangan revolusi industri melaui education 4.0 yang dapat difungsikan dengan baik, maka diperlukan berbagai hal untuk merealisasikan wacana tersebut. Berbagai fitur harus disiapkan mulai dari penemuan yang fleksibel, modular yang berbasis proyek, aplikasi praktis, waktu dan tempat yang beragam, serta pembelajaran yag dipersonalisasi. Berbagai transformasi digital seperti learning management system, Mobile Learning, Konten interaktif dan menyenangkan, Asisten Pengajar Virtual (Chatbots), Interaksi Digital, dan Intelligent Tutoring System. Untuk menghadapi berbagai hal semacam tantangan, tuntuan, kendala, dan lainnya pada era revolusi industri 4.0, maka dibutuhkan beberapa hal agar para oknum pendidikan dan zaman yang berjalan dapat tercipta sinergitas yang apik.


31 BAB II Formulasi Islamic Education 4.0 A. Pendahuluan Selama beberapa tahun terakhir terjadi ledakan antusiame penelitian baik di bidang sains, sosial, bahkan sampai ke dalam ranah studi Islam terkait revolusi industri keempat.42 Antusiasme tersebut turut memberikan kontribusi untuk perubahan signifikan terhadap cara pandang pendidikan Islam dan era 4.0. Jika kita mendiskusikan masalah pendidikan Islam maka kita akan menemukan problematika terkait penggunaan terminologi yang tidak konsisten, khususnya terkait konseptualitas pendidikan Islam. Literasi terkait konseptualits yang minim dalam definisi-definisi seperti “pendidikan Islam” dan “pesantren” telah memberikan gambaran bahwa pendidikan Islam harus di-upgrade dan diformulasikan secara lebih dinamis sesuai dengan zamannya. Upaya mengkarakterisasi pendidikan di dalam Islam dimulai sejak konferensi pendidikan Islam pertama yang diselenggarakan pada tahun 1977.43 Upaya yang dilakukan sebagian besar diarahkan kepada pikiran pelindung yang tujuannya adalah untuk meng-“counter” sesuatu yang dianggap asal mula dari pendidikan umum di. Melalui jalan ini, maka pendidikan Islam modern terkini yaitu pendidikan Islam yang banyak diyakini oleh akademisi barat memberikan sorotan reaksioner, bukan hanya sekedar basis penelitian dasar terkait urgansi pendidikan dalam 42 Yus Mochamad Cholily, Windy Tunas Putri, dan Putri Ayu Kusgiarohmah, “Pembelajaran Di Era Revolusi Industri 4.0,” Seminar & Conference Proceedings of UMT 0, no. 0 (23 Juni 2019), http://jurnal.umt.ac.id/index.php/cpu/article/view/1674. 43 H. Bahrun dan M. Mahmudah, “Konstruksi Pendidikan KarakterDi Madrasah Berbasis Pesantren,” Jurnal MUDARRISUNA: Media Kajian Pendidikan Agama Islamq 8, no. 1 (2018).


32 Islam. Penjelasan ini berdasarkan tingginya kerentanan Muslim pada konteks pascakolonial. Dunia barat memiliki stigma yang buruk terhadap pendidikan Islam. Hal ini membuat wacana antara Islam dengan barat utamanya mengenai studi pendidikan semakin memiliki jarak. Al-Attas melalui penelitiannya yang mendalam terkait Islam melalui pendekatan Islamisasi ilmu memberikan kontribusi besar bagi akademisi muslim di barat.44 Tulisantulisan akademisi muslim dari abad pertengahan yang menawarkan perspektif orisinal menyiratkan bahwa studi sejarah mengenai pendidikan Islam semakin digemari dan populer. Meskipun demikian, para akademisi ini bukanlah cendekiawan yang memiliki spesialisasi dalam bidang studi pendidikan Islam melainkan para sejarawan. Nilai-nilai, konsep, pemikiran-pemikiran para filsuf muslim, serta praktik yang signifikan di dalam pendidikan Islam yang mereka interpretasikan masih terlalu sempit dan terbatas. Pendidikan Islam memuat segala elemen pendidikan terkait dengan ajaran Nabi Muhammad Saw. Hal ini mengakibatkan pendidikan Islam klasik memiliki orientasi belajar dengan sepenuh hati dengan wawasan yang reflektif serta intuitif. Guna merespons perubahan kebutuhan pendidikan kaum muda muslim, maka warisan pendidikan Islam klasik yang telah membertuk spiritualitas devosional harus diklaim kembali. Upaya ini dilakukan agar para pemuda muslim memiliki kesempatan yang lebih baik untuk dapat mengembangkan literasi Islam yang sesuai, membentuk keimanan yang matang, serta memberikan kreatifitas dan inovasinya bagi dirinya dan dunia. 44 K. Sassi, “Ta’dib As a Concept of Islamic Education Purification: Study on The Thoughts of Syed Muhammad Naquib Al-Attas.,” Journal of Malay Islamic Studies 2, no. 1 (2018).


33 B. Memaknai Pendidikan Islam Pendidikan adalah hal yang tidak dapat kita pisahkan dari kehidupan manusia. Hal ini dikarenakan apapun aktivitas yang dijalani oleh sebuah komunitas masyarakat sangat ditentukan oleh pendidikan yang dijalaninya. Jika kita melihat histori peradaban manusia, maka perkembangan kemajuan peradaban manusia tidak akan melejit tanpa adanya campur tangan dari pendidikan. Masyarakat global mengenal pendidikan sebagai “education” dalam bahasa Inggris yang jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia diartikan dengan “memasukkan sesuatu”.45 Jika kita langsung menerima penerjemahan ini maka tentu kita berpikir istilah ini sangat rancu. Kemudian, istilah ini jika kita persempit dan dalami maka term ini memiliki makna memasukkan ilmu ke dalam kepala. Pendidikan bukan hanya sebatas memberikan pelajaran-pelajaran yang dibutuhkan untuk bertahan hidup, akan tetapi pendidikan memberikan lebih dari itu. Untuk menghasilkan manusia yang berdikari dan berbudaya tinggi maka kepribadian, mental fisik, serta moral manusia juga harus dilatih dan dikendalikan. Pendidikanlah yang memegang peran penting di sini. Oleh sebab itu pendidikan dapat dimaknai dengan upaya untuk menumbuh kembangkan kepribadian manusia, penanaman tanggung jawab, serta pemberian “vitamin” bagi pertumbuhan dan perkembangan manusia untuk dapat menghasilkan manusia-manusia yang berkualitas. 46 Pendidikan dalam dunia barat selain education juga dikenal instruction dan training. Dalam dunia timur, khususnya dalam bahasa Arab, pendidikan memiliki macam-macam nama lain, seperti: “At-Tarbiyah, At45 Hasan Langgulung, Asas-Asas Pendidikan Islam (Jakarta: Pustajka Al-Husna, 2000), 4. 46 H.M Arifin, Ilmu Pendidikan Islam: Tinjauan Teoritis Dan Praktis Berdasarkan Pendekatan Interdisipliner (Jakarta: Bumi Aksara, 2014), 7.


34 Ta’dib, At-Ta’lim, At-Tazkiyyah, dan lainnya”. 47 Meskipun memiliki banyak nama lain, akan tetapi pendidikan diakui memiliki tiga istilah dalam Islam sebagaimana hasil dari Konferensi Internasional mengenai pendidikan Islam yang pertama digelar di Jeddah tahun 1977 yaitu: “Ta’dib, Ta’lim, Tarbiyah”. “Tarbiyah” atau “at- Tarbiyah” dimaknai sebagai sebuah proses untuk menumbuh-kembangkan potensi dalam diri manusia berupa potensi intelektual, fisik, sosial estetika, serta spiritual sehingga harapannya adalah manusia tersebut dapat bertumbuh, berkembang, serta terbina secara optimal melalui upaya memelihara, merawat, mengasuh, memperbaiki, mengatur dengan sistematis dan terencana, serta berkelanjutan. 48 Istilah ini sudah familiar di Indonesia dengan pendidikan. Ta’lim bermakna sebuah usaha yang tujuannya menjadikan manusia untuk dapat mengenal tanda-tanda yang ada pada dirinya benda-benda di sekitarnya yang membedakannya dengan sesuatu yang lainnya. 49 Ia juga memiliki pengetahuan serta pemahaman yang tidak keliru tentang suatu hal. Konsep ini jika di Indonesia sama dengan konsep pengajaran. Ta’dib memiliki pengertian sebagai usaha yang bertujuan menciptakan sebuah iklim yang sedemikian rupa yang berakibat terdorongnya sang anak serta jiwa dan hatinya bergerak untuk memiliki dan berperilaku, beradab, dan sopan santun sebagaimana harapan masyarakat. 50 Bahasa Indonesia memiliki makna yang sepadan dengan Ta’dib, yaitu pelatihan dan pembiasaan. Islam beserta seluruh ajarannya merupakan dasar dari pendidikan Islam yang dilaksanakan. Segenap ajaran Islam yang sifatnya menyeluruh 47 Muhammad Ridwan, “Konsep Tarbiyah, Ta’lim Dan Ta’dib Dalam Al-Qur’an,” Nazhruna: Jurnal Pendidikan Islam 1, No. 1 (August 16, 2018): 41, https://doi.org/10.31538/nzh.v1i1.41. 48 Ridwan, 43. 49 Ridwan, 43. 50 Ridwan, 43.


35 terhadap segala wujud, alam semesta, serta hidup yang menekankan kepada pandangan-pandangan yang menghimpun roh atau badan manusia antara diri individu dengan masyarakat, antara dunia dan akhirat, serta antara material dan spiritual menjadi pondasi bagi terselenggaranya pendidikan Islam. Islam secara harfiyah diartikan dengan kata damai, tunduk, selamat, serta bersih. Secara etimologi, Islam memiliki arti “tunduk”. Sayyid Qutb mendefinisikan term Islam sebagai tunduk, taat, patuh, serta mengikuti apa perintah. 51 Secara terminologis, sebagaimana yang diungkapkan oleh Sayyid Qutb, Islam memiliki makna bukan hanya sebatas dua kalimat syahadat, akan tetapi juga makna serta hakikatnya harus didalami pula, Islam juga bukan sekedar pembenaran dalam hati terkait Tuhan, hal-hal ghaib, dan sebagainya, akan tetapi juga harus disertai dengan amalan nyata. Pendidikan Islam berintikan sebagai pembentuk karakter mulia manusia. 52 Karakter itu mempunyai keseimbangan hidup baik dunia maupun akhirat, memberikan arahan peserta didik untuk dapat bersikap profesional terhadap kemampuan dan keterampilan kerja, mampu mendorong pertumbuhan semangat ilmiah yang tinggi, serta tidak lupa sebagai pembentuk peserta didik mempunyai sekaligus memelihara aspek rohani dan agamanya. Pendidikan Islam lahir dari sebuah paradigma atau kerangka berfikir. 53 Kerangka berfikir dari pendidikan Islam adalah pemikiran yang sifatnya menyeluruh terhadap alam semesta, manusia dengan kehidupan dunianya, serta kehidupan sesudah manusia hidup di dunia ini. Paradigma 51 Mulyadi Mulyadi, “Konsep Islam Dalam Al-Qur’an Perspektif Tekstual Dan Kontekstual,” Islamuna: Jurnal Studi Islam 5 (July 1, 2018): 11, https://doi.org/10.19105/islamuna.v5i1.1906. 52 Samsul Bahri, “World View Pendidikan Islam Tentang Pembentukan Karakter Peserta Didik Yang Holistik Dan Integratif,” Jurnal Mudarrisuna: Media Kajian Pendidikan Agama Islam 7, No. 2 (December 29, 2017): 187, https://doi.org/10.22373/jm.v7i2.2361. 53 M. Ismail Yusanto Et Al., Menggagas Pendidikan Islam (Bogor: Al-Azar Press, 2001), 58.


36 pendidikan Islam berpangkal pada paradigma Islam yang menyangkut dengan hakikat hidup manusia. Dipilihnya Islam sebagai way of life maka harus ada penerimaan bahwa ajaran-ajaran Islam adalah instrumen penting yang mengatur kehidupan. Pendidikan sebagai arena dalam mempelajari masa lalu, masa kini, serta masa depan tidak dapat berjalan sendirian, ia harus dibarengi dengan agama sebagai penerang. Einstein pernah berkata bahwa “science without religion is blind and religion without science is lame” yang artinya “ilmu tanpa agama adalah buta, sedangkan agama tanpa ilmu adalah lemah”. Dari ungkapan ini kita semakin yakin bahwa agama dan ilmu pengetahuan merupakan dua hal yang tidak dapat kita pisahkan. C. Sakralitas Pendidikan Islam Pendidikan senantisa menjadi perhatian utama dalam dunia Islam, sebagaimana motivasi hadis-hadis Nabi SAW. Pendidikan merupakan sebuah proses yang memiliki nilai yang sangat mencerminkan realitas kebudayaan yang lebih luas dari suatu masyarakat.54 Hermeneutika teologis hadir di dalam proses pendidikan Islam. Beberapa penelitian empiris terkait studi pendidikan Islam telah membawa kontribusi besar bagi pembentukan implementasi teologi Islam. Nilai-nilai inti yang menjadi pokok ajaran Islam khususnya pemaknaan pendidikan, kerangka teologi yang sumbernya pada pemahaman yang lbih mendalam mengenai Islam semakin diutamakan. Jika dilakukan pengabaian dimensi teologis atau penerimaan mutlak dilakukan maka “Islam” akan difungsikan sebagai ideologis heuristik yang mengarah kepada konsepsi yang dogmatis dan monolitik. Jika dikaitkan dengan formulasi pendidikan, maka hal tersebut tidak lagi akurat. Literatur-literatur yang mengupas mengenai pemikiran 54 Y. Akhyar, “Metode Belajar dalam Kitab Talim Al-Mutaallim Thariqat at-Taallum (Telaah Pemikiran Tarbiyah Az-Zarnuji),” Al-Fikra: Jurnal Ilmiah Keislaman 7, no. 2 (2017).


37 pendidikan Islam dirancang guna menanganai problematika umum seperti tujuan, pendidik, peserta didik, dan lain sebagainya. Az-Zarnuji dalam “Ta’lim Muta’allim” menuturkan mengenai metodemetode pembelajaran mandiri yang diabaikan pada masanya akan tetapi menjadi suatu hal yang sangat penting jika diimplementasikan pada pendidikan modern saat ini.55 Para pendidik modern banyak terinspirasi dari elaborasi metode serta pola pengajaran darinya. Metode dasar yang menjadi rekomendasi buku ini adalah metode pembelajaran yang berpusat pada guru dan metode pembelajaran yang berpusat pada peserta didik. Dalam menyajikan karyanya digunakan pendekatan dakwah dan nasehatnasehat yang sudah tertuang dalam Al-Qur’an. Selain itu, dialog atau debat yang saat ini banyak digunakan oleh pendidik modern abad pertengahan juga diteliti oleh Az-Zarnuji. Metode debat atau dialog adalah metode yang dilakukan dengan cara antar siswa yang melakukan percakapan dengan berbagai pertanyaan yang menarik minat serta memacu intelegensi mereka. Selanjutnya Az-Zarnuji juga memaparkan mengenai metode perumpaan. Perumpamaan merupakan sebuah pendekatan dengan memberikan contoh-contoh yang dapat dengan mudah ditemui di dalam keseharian. Pembelajaran melalui praktik dan implementasinya, penekanan pengulangan serta dikte juga dibahas olehnya. Pada era tersebut, Az-Zanuji mengemukakan bahwa Bahasa Arab merupakan suatu hal yang sangat penting di dalam proses pembelajaran. Urgensi Bahasa Arab sebagai alat pendidikan disadari oleh para pendidik di masa tersebut. Menurut mereka bahasa mampu mempengaruhi kognisi peserta didik dan sistem penyampaian, serta metode yang digunakan oleh 55 Titis Thoriquttyas, Nurul Ahsin, dan M. Nabil Khasbulloh, “Rekonsiliasi Sisi ‘Sakralitas’ dan ‘Profanitas’: Antara Pendidikan Islam dan Revolusi Industri 4.0,” Murabby: Jurnal Pendidikan Islam 4, no. 1 (1 April 2021): 59–69, https://doi.org/10.15548/mrb.v4i1.2412.


Click to View FlipBook Version