The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.

Revolusi Industri 4.0 yang membawa segenap “disruption innovation”-
nya memberikan posisi bagi pendidikan Islam ke dalam sebuah sistem bagi
beberapa alternatif pilihan yang membawa implikasi masing-masing. Mau
tidak mau pendidikan Islam memilih untuk membuka dirinya dan
menerima era disrupsi ini dengan segala konsekuensinya, maka
kesuksesan dalam bertahan dan bersaing dengan sistem pendidikan lain
akan dia dapatkan. Revolusi dalam tubuh pendidikan Islam dimulai dari
meng-upgrade formulasi pendidikan Islam yang sesuai dengan tantangan
zaman akan tetapi tidak mencabut roh dimensi kesakralannya, membenahi
beberapa konten dalam tubuh pendidikan Islam mulai dari pendidik,
materi, model, sampai dengan orientasi output dari pendidikan Islam di
masa depan yang diharapkan. Buku ini tersusun dari delapan bab yang
memuat mengenai pemaknaan terhadap Islamic education 4.0, analisis
mengenai kekuatan, kelemahan, peluang dan tantangan pendidikan Islam
4.0, output dari pendidikan Islam 4.0, sampai dengan aplikasi-aplikasi
rujukan yang dapat dimanfaatkan dalam pendidikan Islam 4.0. Di era 4.0,
bertahan saja tidaklah cukup. Pendidikan Islam harus mengadopsi
berbagai cara-cara baru, serta memodifikasi cara-cara dan sistem lama.
Alternatif lain yang dapat dilakukan adalah dengan create atau membuat
sesuatu yang baru atau menciptakan suatu hal yang telah usang dengan
kebaruan inovasi

Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by Dedi Wahyudi, 2023-09-18 04:33:45

Islamic Education 4.0 Sebuah Revolusi Pendidikan Islam

Revolusi Industri 4.0 yang membawa segenap “disruption innovation”-
nya memberikan posisi bagi pendidikan Islam ke dalam sebuah sistem bagi
beberapa alternatif pilihan yang membawa implikasi masing-masing. Mau
tidak mau pendidikan Islam memilih untuk membuka dirinya dan
menerima era disrupsi ini dengan segala konsekuensinya, maka
kesuksesan dalam bertahan dan bersaing dengan sistem pendidikan lain
akan dia dapatkan. Revolusi dalam tubuh pendidikan Islam dimulai dari
meng-upgrade formulasi pendidikan Islam yang sesuai dengan tantangan
zaman akan tetapi tidak mencabut roh dimensi kesakralannya, membenahi
beberapa konten dalam tubuh pendidikan Islam mulai dari pendidik,
materi, model, sampai dengan orientasi output dari pendidikan Islam di
masa depan yang diharapkan. Buku ini tersusun dari delapan bab yang
memuat mengenai pemaknaan terhadap Islamic education 4.0, analisis
mengenai kekuatan, kelemahan, peluang dan tantangan pendidikan Islam
4.0, output dari pendidikan Islam 4.0, sampai dengan aplikasi-aplikasi
rujukan yang dapat dimanfaatkan dalam pendidikan Islam 4.0. Di era 4.0,
bertahan saja tidaklah cukup. Pendidikan Islam harus mengadopsi
berbagai cara-cara baru, serta memodifikasi cara-cara dan sistem lama.
Alternatif lain yang dapat dilakukan adalah dengan create atau membuat
sesuatu yang baru atau menciptakan suatu hal yang telah usang dengan
kebaruan inovasi

Keywords: Islamic education, revolusi industri, era 4.0

88 pendidikan Islam terkait pendidikan karakter. Paradigma pertama memandang pendidikan karakter hanya sebatas mencakup nilai moral yang sifatnya sangat sempit. Paradigma ini menganggap karakter-karakter tertentu yang dibutuhkan peserta didik sudah menjadi produk jadi, oleh karenanya hanya tinggal diberikan saja kepada peserta didik. Paradigma kedua memuat pandangan yang lebih luas, paradigma kedua memiliki perspektif bahwa karakter sebagai sebuah pedagogi yang menempatkan individu sebagai aktor utama dalam pengembangan karakter. Melalui pendidikan Islam yang berkarakter maka harapan kedepannya melalui pendidikan ini, bangsa Indonesia siap untuk menyongsong era 4.0 dan era selanjutnya yang mengutamakan keunggulan skill. Pada era dimana sekatsekat teritori terlihat memudar, maka karakter dan jati diri bangsa adalah sebuah kekuatan untuk terus berdiri kokoh. Transformasi yang dilakukan oleh pendidikan Islam selama ini pada tataran paradigma adalah mengubah hal-hal seperti metode, strategi, media, dan lain sebagainya menjadi sesuatu yang bersifat kekinian dan relevan dengan situasi global yang terjadi. Transformasi tersebut berjalan tetap dalam koridor cita-cita dan tujuan pendidikan Islam yang disandarkan pada Al-Qur’an dan Al-Hadits, serta menjadikan tujuan utama pendidikan nasional, dasar negara, serta filosofi bangsa sebagai pijakannya. Dalam melakukan berbagai aksinya, pendidikan Islam juga harus senantiasa memegang teguh prinsip “al hifzu ‘ala qodiimi as shoolih wa al akhzu ‘ala jadiidi al aslah” atau yang diterjemahkan menjadi “mempertahankan tradisi yang baik serta mengadopsi kebaruan yang lebih baik”. Prinsip tersebut adalah mantra dari paradigma berkemajuan, kontinuitas, serta keterbukaan dengan adanya inovasi untuk “transfer of knowledge and technology” yang berguna bagi kemaslahatan umat dan


89 pengembangan pendidikan Islam.81 Perkembangan yang pesat dalam dunia pendidikan Islam selama kurun waktu sepuluh wtahun terakhir menjadikannya pendidikan Islam sebagai salah satu role model pendidikan, ini ditandai dengan pesatnya pertumbuhan lembaga pendidikan Islam. Sekolah-sekolah berbasis agama yang dikemas dalam konsep modern bermunculan seperti: Islamic Boarding School, sekolah Islam terpadu, pondok pesantren modern, pondok pesantren enterpreneurship, dan lain sebagainya. Jika pendekatan proses yang dijalankan sudah tepat, maka kita akan menemukan output yang memiliki jiwa produktif, para peneliti, penggali, penemu, dan pengembang ilmu pengetahuan. Konsekuensi dari adanya gebrakan ini secara logis adalah yang pertama akan menghapus paradigma dikotomi antara ilmu agama dan ilmu umum. Kedua, pola pendidikan Islam yang semula indoktrinal berubah menjadi pola pendidikan yang partisipatif. Ketiga, paradigma ideologis yang semula menjadi pegangan erat berubah menjadi paradigma ilmiah yang memiliki pijakan pada wahyu Allah Swt. Keempat, rekonstruksi kurikulum yang semakin dinamis sangat dibutuhkan. Orientasi paradigma pendidikan Islam cenderung mengorientasikan dirinya kepada bidang-bidang humaniora serta ilmu sosial, padahal di lain sisi ilmu-ilmu sains seperti kimia, fisika, matematika, dan biologi juga mutlak diperlukan. C. Output Islamic Education 4.0: Antara Harapan dan Kualitas Kemampuan pelajar Indonesia menempati peringkat ke-72 dari 77 negara berdasar survei yang dilakukan oleh Programme for International 81 Adun Priyanto, “Pendidikan Islam dalam Era Revolusi Industri 4.0,” J-PAI : Jurnal Pendidikan Agama Islam 6, no. 2 (2020): 85.


90 Student Assessment (PISA) pada tahun 2019.82 Survei ini merupakan penilaian tiga tahunan untuk mengukur kinerja siswa yang sedang menempuh pendidikan menengah, penilaiannya berdasarkan pada aspek aspek sains, literasi, dan matematika. Kemudian Education Index dari Human Development Reports memberikan informasi bahwa Indonesia berada di posisi ke-7 negara ASEAN dengan skor 0,622, berada jauh dari Singapura dan Malaysia, dan berada sedikit lebih baik daripada Thiland dan Filipina.83 Beberapa survei tersebut menegaskan bahwa pendidikan kita sedang tidak baik-baik saja, kita perlu bekerja lebih keras bahkan sangat keras jika menginginkan suksesnya lulusan education 4.0 di masa depan. Output yang memiliki kualitas dan skills merupakan hal yang menjadi harapan bagi education 4.0. Terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan jika ingin mendapatkan hasil yang sesuai harapan. Hal-hal tersebut sudah tertuang dalam 10 Prioritas Nasional Menghadapi Revolusi Industri 4.0 berikut ini: 1. Infrastruktur Infrastruktur yang memadai merupakan salah satu hal yang dapat mendukung suksesnya education 4.0. tantangan dalam mengadapi revolusi industri 4.0 salah satunya datang dari masalah pemerataan pembangunan. Saat ini meskipun peemrintah pusat telah melakukan berbagai program dalam rangka pemerataan pembagunan di Indoensia, akan tetapi kita tidak dapat memungkiri jika masih ada kesenjangan pembangunan di daerah-daerah Indonesia. Salah satu ciri suatu daerah sudah disentuh oleh pembangunan adalah adanya aliran listrik di daerah tersebut. Saat ini 82 Prita Kusuma, “Hari Pendidikan Internasional, Indonesia Masih Perlu Tingkatkan Kualitas Pendidikan,” DW.COM, diakses 25 Agustus 2021, https://www.dw.com/id/hari-pendidikaninternasional-indonesia-masih-perlu-tingkatkan-kualitas-pendidikan/a-52133534. 83 Syarif Yunus, “Potret Pendidikan Indonesia, Siapa yang Harus Berbenah?,” kumparan, diakses 25 Agustus 2021, https://kumparan.com/syarif-yunus/potret-pendidikan-indonesia-siapayang-harus-berbenah-1tKr0bDEZwG.


91 masih ada 433 desa di Indonesia yang belum teraliri listrik, utamanya di daerah timur Indonesia.84 Ketersediaan aliran listrik merupakan masalah yang sangat urgent bagi terselenggaranya education 4.0. Jika tidak ada aliran listrik maka tidak semua daerah siap menerima education 4.0. 2. Konektivitas Jaringan Internet Indonesia memiliki geografis alam yang beragam, hal ini juga menjadi tantangan bagi pemerataan konektifitas jaringan internet. Konektifitas jaringan internet sangat berkontribusi bagi suksesnya education 4.0. 3. Keberlangsungan Sistem Penerapan sistem dalam industri digital harus dioptimalkan supaya tidak menjadi beban. Banyak yang harus dipersiapkan bagi suksesnya keberlangsungan suatu sistem. Hal-hal tersebut diantaranya: peran para pengambil kebijakan, tata kelola, manajemen resiko, implementasi istem, bagaimana akses publik pada teknologi, serta faktor keamanan sistem bagi user. Selain itu, pemerintah juga harus menyiapkan sistem pendataan berintegritas, menetapkan biaya kepemilikan data pribadi, emenetapkan standar tingkat pelayanan, menyusun roadmap strategis yang sifatnya aplikatif dan antisipatif, serta mempunyai rancangan pemikiran yang menjamin keberlangsungan industri. 4. Penerapan Kurikulum 84 Dimas Djarot Bayu, “Terkendala Infrastruktur dan Energi, 433 Desa Belum Teraliri Listrik - Nasional Katadata.co.id,” 3 April 2020, https://katadata.co.id/happyfajrian/berita/5e9a41f6be793/terkendala-infrastruktur-dan-energi-433- desa-belum-teraliri-listrik.


92 Salah satu program dalam Making Indonesia 4.0 adalah penyelarasan kurikulum pendidikan nasional dengan kebutuhan industri di masa depan. Oleh sebab itu, keberadaan madrasah sebagai lembaga pendidikan Islam kini memiliki tantangan berat bagi pengelola serta tenaga pendidik sebagai ujung tombaknya. Pendidikan dilakukan bukan hanya sekedar memenuhi amanah nasional, akan tetapi lebih dari itu. Seperti kata Tan Malaka bahwa pendidikan bertujuan untuk “mempertajam kecerdasan, memperkukuh kemauan, serta memperhalus perasaan”. Oleh sebab itu, output atau lulusan yang dihasilkan bukan hanya dapat dinilai berdasarkan dari kuantitasnya akan tetapi yang lebih penting dari itu, yaitu sebaik apa kualitasnya. Kualitas pendidikan bukan hanya dinilai dari nilai-nilai akademik, akan tetapi masih banyak hal lainnya seperti hard skill dan soft skills yang dimilikinya. Keduanya sangat bermanfaat dan sangat dibutuhkan dalam dunia kerja baik untuk saat ini, ataupun masa mendatang. Hard skills tidak mutlak menjadi penentu kesuksesan seseorang, statement ini diperkuat oleh hasil research dari Harvard University yang mengungkapkan bahwa soft skills atau keterampilan mengelola diri mempengaruhi 80% dari kesuksesan seseorang.85 Berikut beberapa hardskill yang seharusnya dimiliki para lulusan pendidikan 4.0: 1. Kemampuan berbahasa asing. Kemampuan seseorang berbahasa asing kini menjadi pertimbangan. Hal ini dikarenakan saat ini globalisasi telah mengaburkan batas-batas teritori global, semua negara saling 85 Darwanto dan Nova Sari, “Pengintegrasian Soft Skills Pada Setiap Pembelajaran (Sebagai Upaya Menghadapi Tantangan Revolusi Industri 4.0 / Era Disrupsi),” Jurnal Eksponen 20, no. 2 (2020).


93 terkoneksi dan terintegrasi. Selain itu, MEA juga turut menjadi tantangan karena para lulusan akan bersaing bukan hanya dari sesama Indonesia, melainkan juga orang-orang dari luar negeri. Bahasa merupakan sarana penghubung agar dunia terus dapat terkoneksi dan berkomunikasi. 2. Memiliki beragam sertifikat atau piagam. Saat ini di dunia kerja, kemampuan atau kompetensi seseorang diuji dan dibuktikan dengan adanya sertifikat atau piagam resmi. Sangat disarankan jika para peserta didik begitu mereka lulus mereka dibekali selain ilmu dan keterampilan juga bermacam akta, piagam, sertifikat, atau semacamnya guna membuktikan keterampilan apa yang mereka sudah punyai dan dapatkan sehingga mereka mampu bersaing. 3. Kecakapan Menggunakan Perangkat Komputer. Perangkat komputer merupakan barang yang sangat dibutuhkan di era education 4.0. kecakapan ini berupa pengetahuan mengenai seluk beluk dunia komputer, mengoperasikan berbagai software, dan aplikasi-aplikasi lainnya. Selain ketiga hardskill di atas, tentu masih banyak hard skills yang harus dikuasai oleh peserta didik agar ia mampu bersaing secara global. Klaus berpendapat bahwa: soft skills adalah ranah personal, sosial, komunikasi, serta perilaku manajemen diri yang mencakup spektrum yang lebih luas seperti ranah kesadaran diri, dapat dipercaya, teliti, kemampuan adaptasi, berifkir kritis serta berorganisasi.86 Kemudian Simpson menggambarkan perilaku-perilaku unggul pengelolaan diri baik personal maupun antar 86 P. Klaus, The Hard Truth about Soft Skills (New York: Harper Collins Publisher, 2007).


94 personal.87 Jadi yang kita peroleh bahwa soft skills merupakan sebuah kompetensi terkait manajemen diri pribadi dan pengelolaan perilaku. Untuk menghadapai tantangan global yang semakin masif, tentu dibutuhkan hard skill dan soft skill yang mumpuni sehingga mampu bersaing dalam tataran global. Akan tetapi kedua kompetensi tersebut rupanya tidaklah cukup untuk membuat seseorang mampu bertahan di era ini. Dibutuhkan satu kompetensi lagi untuk membuat minimal seseorang mampu bertahan hidupa di era modern 4.0 dan era kemajuan lainnya. Kompetensi tersebut adalah kompetensi religius. Kompetensi akan menjadi pondasi seseorang untuk berpikir, berperasaan, serta bertindak. 88 Dengan kompetensi ini diharapkan penemuan dan berbagai kemajuan yang dikembangkan manusia tidak hanya sekedar memenuhi hasratnya untuk membuat sebuah kemajuan, akan tetapi juga kemajuan dalam bertindak dan mengolah intuisi sehingga tidak kering spiritualitas. Kaitannya dengan pendidikan Islam, kompetensi religius dapat kita peroleh dengan mengaplikasikan sifat-sifat yang ada dalam diri Rasulullah Muhammad SAW. sebagai tauladan umat Islam. Kompetensi ini juga disebut dengan prophetic softskills. Prophetic softskills adalah kompetensi soft yang menjadi dasar seseorang bekerja atau berkegiatan dengan keyakinan dan pedoman dari diri Rasulullah Muhammad SAW. yang menjadikan diri seorang muslim mampu bekerja secara unggul sesuai perkembangan jamannya, termasuk dalam hal ini adalah era revolusi industri 4.0.89 Dalam upaya mengembangkan prophetic softskills pada education 4.0 maka idealnya output dari pendidikan yang diterapkan adalah seseorang 87 S.J.A Simpson, “The Measurement and Recognition of Soft Skills : Developing a Common Standard?” (http:// www.surrey.ac.uk/politics/cse/M-and-R of Soft Skills, 2001), http:// www.surrey.ac.uk/politics/cse/M-and-R of Soft Skills. 88 Panggabean, H.Tjitra H, dan J. Murniati, Kearifan Lokal Keunggulan Global. Cakrawala Baru di Era Globalisasi (Jakarta: Elex Media Komputindo, 2014). 89 Ugung Dwi Ario Wibowo, “Prophetic Softskills Untuk Bersaing Di Era Revolusi Industri 4.0,” Insight: Jurnal Ilmiah Psikologi 21, no. 1 (25 Februari 2019): 30–38, https://doi.org/10.26486/psikologi.v21i1.758.


95 yang senantiasa mengembangkan dirinya menjadi ulil albab atau orangorang yang berpikir. hal ini dapat kita cermati dari Q.S Al-Imran ayat 190 yang artinya: “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi ulil albab (orang-orang yang berpikir)”90 Dapat kita cermati dari ayat tersebut bahwa ada dua ciri orang yang berfikir dan berakal yaitu orang yang berfikir mengenai penciptaan lagit dan bumi serta mempelajari segala hal yang yang terjadi ini disebut dengan long life education, kemudian kedua adalah orang yang senantiasa berpikir mengikuti siang dan malam ini berarti orang tersebut senantiasa update atas perubahan kondisi yang terjadi setiap waktu. Untuk itulah seseorang harus memiliki mental sebagai pencari ilmu yang terus menerus dan memperbaiki keilmuannya sehingga dapat mengikuti perkembangan era disrupsi ini. Selain prophetic softskills, beberapa ahli juga memberikan contohcontoh soft skills yang harus dimiliki para lulusan pendidikan baik pendidikan formal, non formal, maupun informal, salah satunya Ahmad Sabri. Menurutnya terdapat sepuluh soft skills yang harus dimiliki oleh output Islamic education 4.0 , kesepuluh skills tersebut ialah: 1. Kemampuan Berkomunikasi Kemampuan ini sering hanya dikaitkan dengan kemampuan berbicara, akan tetapi sesungguhnya komunikasi bukan hanya sebatas berbicara. Komunikasi ada komunikasi lisan dan komunikasi tulisan. Komunikasi lisan sangat dibutuhkan terutama kompetensi 90 Q.S Al-Imran: 190


96 public speaking untuk membangun public relations yang baik, akan tetapi kemampuan berkomunikasi tulisan yang dapat tertuang dalam berbagai karya-karya ilmiah, opini, dan lain sebagainya juga dibutuhkan. 2. Kemampuan Fleksibilitas Situasi dan kondisi seringkali berada di luar ekspektasi kita. Dengan adanya kemampuan fleksibilitas maka seseorang akan mampu menghadapi kejutan-kejutan di luar rencana dengan baik. Meskipun tidak tertulis dalam agendanya, akan tetapi ia mampu mengatasi kesulitan-kesulitan atau kendala yang muncul secara tibatiba. 3. Leadership Tidak semua orang mampu menjadi pemimpin, akan tetapi jiwa kepemimpinan seseorang dapat diasah. Diharapkan peserta didik berbekal pengalamannya selama menempuh pendidikan ia dapat menjadi sosok pemimpin dan tauladan untuk dirinya, keluarga, dan masyarakat luas. Ide-ide inovatif, rencana-rencana matang, mengorganisasi tim menjadi sukses, merupakan beberapa hal yang dibutuhkan dengan skills ini. 4. Self motivation Motivasi dari dalam dirinya sendiri adalah motivasi terkuat. Sekuat apa dan setabah apa ia menjalani kehidupan untuk mimpinya. Kuatnya motivasi diri juga dapat memberikan pengaruh yang baik orang di sekitarnya. 5. Kesabaran yang terkendali Sabar bukan berarti lemah, akan tetapi. Peserta didik diharapkan memiliki jiwa sabar karena dalam menuntut ilmu tidak ada yang instan. Kesabarannya diuji dengan melalui tingkatan-tingkatan pendidikan sampai akhirnya ia dapat lulus. Kesabaran ini juga sangat


97 penting dalam menanggapi era 4.0 yang banyak menimbulkan perubahan. 6. Sikap Persuasif Sikap ini berguna untuk meyakinkan orang lain. Dibutuhkan komunikasi skills yang terlatih untuk bisa memiliki keterampilan ini. 7. Problem Solving Manusia hidup senantiasa dihadapkan pada masalah-masalah tidak terduga dalam hidupnya. Beberapa kali manusia dihadapkan pada situasi yang sulit, dan kompetensi untuk melakukan pemecahan masalah harus segera dikeluarkan. 8. Kolaborasi yang baik Kerjasama dalam tim sangat membutuhkan kepekaan sosial. Kepekaan sosial merupakan salah satu pendukung kesuksesan seseorang dan tim. 9. Manajemen waktu Manajemen waktu sangat terkait erat dengan disiplin, rapi, terorganisasi, serta tanggung jawab. Manajemen waktu juga mengindikasikan seseorang memiliki etos kerja yang tinggi. 10. Etika bekerja yang baik Akhlak atau etika merupakan hal nomor satu dibandingkan dengan kompetensi lainnya. Akan menjadi sia-sia jika seseorang memiliki kualitas dan kompetensi yang bagus tapi memiliki akhlak yang buruk. 11. Budgeting atau literasi finansial Kemampuan ini tidak hanya dibutuhkan oleh perseorangan, akan tetapi juga dibutuhkan oleh perusahaan. Seseorang yang memiliki kemampuan budgeting yang baik akan menjadi pertimbangan lebih dalam dunia kerja.


98 D. Simpulan Pendidikan karakter yang termuat dalam pendidikan Islam tidak hanya seputar pendidikan moral yang membedakan benar atau salah, melain juga memberikan pengajaran dan pemahaman bagaimana melakukan hal-hal yang baik. Terdapat dua paradigma besar dalam pendidikan Islam terkait pendidikan karakter. Paradigma pertama memandang pendidikan karakter hanya sebatas mencakup nilai moral yang sifatnya sangat sempit. Paradigma ini menganggap karakter-karakter tertentu yang dibutuhkan peserta didik sudah menjadi produk jadi, oleh karenanya hanya tinggal diberikan saja kepada peserta didik. Paradigma kedua memuat pandangan yang lebih luas, paradigma kedua memiliki perspektif bahwa karakter sebagai sebuah pedagogi yang menempatkan individu sebagai aktor utama dalam pengembangan karakter. Melalui pendidikan Islam yang berkarakter maka harapan kedepannya melalui pendidikan ini, bangsa Indonesia siap untuk menyongsong era 4.0 dan era selanjutnya yang mengutamakan keunggulan skill. Pada era dimana sekatsekat teritori terlihat memudar, maka karakter dan jati diri bangsa adalah sebuah kekuatan untuk terus berdiri kokoh. Pendidikan dilakukan bukan hanya sekedar memenuhi amanah nasional, akan tetapi lebih dari itu. Seperti kata Tan Malaka bahwa pendidikan bertujuan untuk “mempertajam kecerdasan, memperkukuh kemauan, serta memperhalus perasaan”. Oleh sebab itu, output atau lulusan yang dihasilkan bukan hanya dapat dinilai berdasarkan dari kuantitasnya akan tetapi yang lebih penting dari itu, yaitu sebaik apa kualitasnya. Kualitas pendidikan bukan hanya dinilai dari nilai-nilai akademik, akan tetapi masih banyak hal lainnya seperti hard skill dan soft skills yang dimilikinya. Keduanya sangat bermanfaat dan sangat


99 dibutuhkan dalam dunia kerja baik untuk saat ini, ataupun masa mendatang. Selain kedua skills tersebut, dibutuhkan kompetensi religius. Kompetensi religius umat Islam tentu diperoleh dengan mengaplikasikan sifat-sifat yang ada dalam diri Rasulullah Muhammad SAW.


100 BAB VII Merdeka Belajar: Sebuah Gebrakan Pendidikan Indonesia Menyikapi Education 4.0 A. Pendahuluan Paradigma pendidikan pada abad 21 secara tidak langsung berubah karena dipengaruhi adanya revolusi industri 4.0. pembelajaran abad 21 bukan hanya bergeser pada sektor konsep dan metode pembelajaran, melainkan pada hal-hal yang jauh lebih esensial, yaitu mengenai cara pandanga pada konsep pembelajaran. Pendidikan adalah pondasi yang sangat penting bagi suksesi kemajuan bangsa untuk membentuk SDM yang memiliki kualitas sehingga ia mampu untuk bertahan dan mengikuti perkembangan zaman. Pendidikan adalah motor penggerak bagi kebudayaan untuk melahirkan berbagai hal yang inovatif dan kreatif. Pendidikan Indonesia terlaksana sebagai suatu hal yang sangat fundamental sesuai dengan amanah alinea keempat UUD 1945. Dalam amanah tersebut, pendidikan memiliki tujuan utama untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Untuk melaksanakan tujuan tersebut, negara memiliki tanggung jawab penuh untuk memberikan pendidikan yang maksimal kepada setiap anak di Indonesia. Perubahan regulasi di sektor pendidikan merupakan salah satu bentuk perhatian khusus pemerintah. Menanggapi era 4.0 yang menjamah setiap bangsa di dunia, menteri pendidikan dan kebudayaan Nadiem Makarim memberikan terobosan baru bagi dunia pendidikan yaitu “merdeka belajar”. Merdeka belajar adalah arah dari pembelajaran di Indonesia kedepannya.


101 Konsep Merdeka Belajar yang diformulasikan memiliki harapan untuk dapat meningkatkan kepribadian peserta didik yang sesuai dengan kultur budaya Indonesia sehingga ia akan menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlaqul karimah, cakap, sehat, berilmu, kreatif, inovatif, mandiri, serta menjadi masyarakat Indonesia yang demokratis dan memiliki tanggung jawab.91 Konsep merdeka belajar juga menggambarkan bagaimana peserta didik diajarkan untuk “merdeka” dalam artian ia dapat berpikir apa saja yang khususnya dapat menyesuaikan kebijakan untuk bisa mengembalikan esensi dari asesmen penmbelajaran yang sudah dirancang. Era merdeka belajar dimaknai dengan era bagi pendidik dan peserta didik mempunyai kemerdekaan atau kebebasan untuk berfikir, bebas dari beban pendidikan yang membelenggu agar dapat mengembangkan semua potensi dirinya untuk mampu mencapai tujuan pendidikan. Esensi dari kemerdekaan dalam berfikir harus dilalui oleh para pendidik sebelum mereka melakukan proses pembelajaran. Pendidik merupakan komponen utama dalam pendidikan mempunyai keleluasaan serta kebebasan dalam menerjemahkan kurikulum sebelum mengajarkannya kepada peserta didik. Fungsi memahami kurikulum adalah agar pendidik mampu menjawab kebutuhan dari peserta didiknya selama proses pembelajaran berlangsung.92 Melalui merdeka belajar ini pendidik diharapkan dapat mengembangkan potensinya seperti melakukan perencanaan pembelajaran yang menarik, menyenangkan, serta bermakna. 91 S. Mustaghfiroh, “Konsep ‘Merdeka Belajar’ Perspektif Aliran Progresivisme John Dewey,” Jurnal Studi Guru Dan Pembelajaran 3 (2020). 92 Aan Widiyono dan Izzah Millati, “Peran Teknologi Pendidikan dalam Perspektif Merdeka Belajar di Era 4.0,” Journal of Education and Teaching (JET) 2, no. 1 (29 Januari 2021): 1–9, https://doi.org/10.51454/jet.v2i1.63.


102 B. Merdeka Belajar Dalam Perspektif Pendidikan Islam Cerdas dan tercerahkan adalah salah satu tujuan yang dikehendaki Islam bagi para pemeluknya.93 Islam memiliki keyakinan bahwa manusia jika tidak tercerahkan dan tanpa kecerdasan maka ia tidak akan mengenal Tuhannya. Kenihilan manusia dengan Tuhannya juga sejalan dengan nihilnya iman dari dirinya. Kecerdasan dan ketercerahan ini dibangun atas adanya akal yang sehat. Oleh sebab itu Allah menciptakan manusia sebagai sempurnya mahluk ciptaan-Nya. Tanpa adanya kecerdasan dan ketercerahan maka manusia menjadi seorang pemberani yang tak mengenal takut pada apapun termasuk pada Penciptanya. Ketika rasa tersebut ada pada diri manusia, maka tentu ia akan menjadi mahluk yang ganas hanya mengandalkan instingnya. Hilangnya rasa takut kepada sang Khalik juga menyebabkan seseorang tidak melaksanakan tuntutan syari sebuah agama. Jika umat Islam tidak cerdas dan jauh dari kata cerah, maka agamapun akan turut redup. Hal ini memiliki keterpautan karena perkembangan agama juga harus dibarengi dengan kecerdasan. Umat Islam hanya mampu berbicara mengenai dogma tanpa adanya sisi penggalian kritis terhadap sebab berbagai fenomena. Hasilnya, tentu saja ketertinggalan umat Islam dari bangsa lainnya. Sense of academic crisis bagi umat Islam termuat dalam firman Allah dalam QS. Al-Fathir Ayat 28 : “ sesungguhnya orang yang bertaqwa adalah mereka dari golongan cerdik, pandai, atau para ulama”. Alasan yang mampu meniscayakan akan adanya “kegalauan” ini adalah adanya fakta yang menunjukkan banyak dari individu serta komunitas yang masih berada pada posisi underdevelopment. Ilustrasi yang menggambarkan hal ini adalah Indonesia saat ini masih berfokus pada tuntasnya program wajib 93 Jamiluddin, “Merdeka Belajar Menapaki Syara’:,” Al-Ishlah: Jurnal Pendidikan Islam 18, no. 2 (2020): 249–73, https://doi.org/10.35905/alishlah.v18i2.1577.


103 belajar 12 tahun. Ini artinya terdapat masalah terkait esensi dalam upaya penguatan kecerdasan dan ketercerahan SDM melalui jenjang pendidikan tinggi masih jauh dari ekspektasi. Kegalauan akademik ini harus ditangani secara serius dalam berbagai program konsolidasi pendidikan. indikator keseriusan dalam konsolidasi ini memiliki banyak poin, salah satunya adalah dengan melaksanakan pendidikan dengan sistem terbuka dan multimakna. Adapun ciri dari konsolidasi pendidikan yang terbuka dan penuh makna adalah dengan usaha untuk menghapus hambatan memperoleh pendidikan yang layak serta memperkaya jalur untuk mendapatkan hak dan kesempatan belajar bagi tiap warga negaranya. Pada hakikatnya, Merdeka Belajar adalah bentuk manifestasi komitmen dan kehadiran negara untuk mencerdaskan rakyatnya dengan cara memberikan layanan kesempatan untuk mengoptimalkan pengembangan diri melalui sistem pendidikan nasional yang sistemik, demokratis, dan terbuka, serta multimakna, tanpa adanya diskriminasi. Kebijakan ini juga membantu memobilisasi bangsa dalam rangka mempercepat perolehan pendidikan yang bermutu, berkualitas, berkeadilan, bermoral, serta memiliki akhlak yang mulia dalam bingkai Pancasila. Jika kita menelaah ajaran Islam, maka akan ditemukan perintah yang semakna dengan tuntutan merdeka belajar. Kebijakan Merdeka Belajar senilai dengan perintah Islam untuk melaksanakan pendidikan yang sejalan dengan ibadah sesuai syara’. Pemahaman pendidikan Islam terhadap Merdeka Belajar akan berperan aktif dalam upaya penguatan terhadap komitmen menyukseskan terobosan ini.


104 C. Teknologi Pendidikan Dalam Merdeka Belajar Sejarah telah berbicara mengenai pola kehidupan masyarakat yang sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, kelahiran, kematian, dan informasi yang tersebar ke semua ruang-ruang sosial. Hal ini berbanding terbalik dengan doktrin religius khususnya Islam yang terus statis tanpa mengikuti perubahan ruang lingkup para pemeluknya. Jika kita tinjau sejarah dimana Rasulullah datang membawa risalah Islam menggambarkan terjadinya proses perkembangan pendidikan Islam. Dakwah merupakan awal mula sejarah pendidikan Islam tercipta. Tradisi lisan dan hafalan menjadi andalan untuk melanggengkan pendidikan Islam. Dakwah yang dilakukan dengan sembunyi-sembunyi sampai akhirnya bebas berdakwah kepada khalayak ramai, dari dakwah yang hanya dilakukan di bagian semenanjung Arab sampai melebar ke seluruh pelosok negeri di dunia. Apabila dilihat dari nilai historis perjuangan dakwah untuk menyebarkan pendidikan Islam, kita akan menemukan relasi yang terjadi antara teknologi, pendidikan, dan agama (Islam) terjadi. Pendidikan Islam dinafikan karena proses penyelenggaraan pendidikan ilmu agama. Panjangnya sejarah yang terbentuk antara relasi kelompok ilmu ini menunjukkan adanya keberpihakan para cendekiawan dan pembelajar Isalam yang elbih condong kepada ilmu-ilmu agama, mirisnya mereka lebih abai kepada ilmu-ilmu sains. Beberapa dekade memang ilmu sains digemari hingga munculnya beberapa tokoh pemikir dunia yang berasal dari Islam. Namun, ketika abad kemunduran terjadi, maka ilmu-ilmu sains ikut mundur bersamaan. Padahal untuk melahirkan berbagai teknologi canggih, ilmu agama saja tidak cukup. Dibutuhkan keseimbangan untuk mempelajari keduanya. Seringkali kita membatasi makna dari teknologi dengan definisi teknologi adalah alat yang berfungsi pada industri, perkantoran, dan


105 lainnya yang memiliki hubungan dengan kegiatan-kegitan manusia. Alatalat tersebut kemudian dapat terwujud menjadi komputer, mesin, dan lain sebagainya. Jika demikian maka pegertian teknologi baru mencakup ranah yang sangat sempit, padahal definisi dari teknlogi memiliki makna yang sangat luas. Menurut Gentry, teknologi bukan hanya sekedar diartikan dengan mesin, akan tetapi teknologi juga dapat mencakup beberapa hal dalam pekerjaan masnuaia seperti proses, sistem, manajemen, serta mekanisme evaluasi, baik oleh manusia maupun bukan. Teknologi secara luas diartikan dengan sebuah perspektif terhadap masalah dengan segala ruang lingkupnya, tingkat kesukannya, studi kelayakan, dan bagaimana cara menangani masalah yang terjadi secara teknis maupun ekonomis.94 Teknologi pendidikan menurut Hasibuan adalah adalah proses kompleks dan terpadu yang melibatkan berbagai komponen seperti prosedur, alat-alat, serta organisasi untuk menganalisis sebuah masalah serta kemudian memecahkan berbagai masalah yang berhubungan dengan segala aspek dalam proses belajar manusia.95 Kemudian Syafriadi menjelaskan bahwa teknologi pendidikan merupakan keterpaduan unsur manusia, ide, mesin, serta prosedur pengelolaannya. Tahir juga mengungkapkan bahwa suatu proses yang berjalan sistematik yang dapat membantu untuk memecahkan masalah dalam proses pembebelajran disebut dengan teknologi pendidikan.96 Setelah beberapa ahli mendefinisikan mengenai teknologi pendidikan, dapat kita tarik benang merah mengenai definisi dari teknologi pendidikan, bahwa teknologi pendidikan adalah sistem yang dapat digunakan untuk menunjang proses pembelajaran sehingga pembelajaran yang dilakukan mampu mencapai 94 Syahri, “Spirit Islam Dalam Teknologi Pendidikan Di Era Revolusi Industri 4.0.” 95 Nasruddin Hasibuan, “Implementasi Teknologi Pendidikan Dalam Pendidikan Islam,” Logaritma 3 (2015). 96 Y. M. Tahir, “Peranan Teknologi Pendidikan dalam Peningkatan Mutu Pendidikan.,” dalam Prosiding SIDKUN 2016, vol. XII, 2016.


106 hasil yang diinginkan. Teknologi pendidikan berfokus kepada bagaimana memecahkan masalah yang hadir dalam proses pembelajaran. Perkembangan pesat pada era industri 4.0 membawa munculnya teknologi-teknologi modern dalam bidang elektronik yang dapat menembus batas teritori, politis, maupun sosial secara intens. Pada bagian awal sudah dijelaskan bagaimana fase-fase perubahan revolusi industri yang terjadi dalam kehidupan manusia. Secara singkat, fase pertama atau 1.0 manusia sudah menemukan berbagai mesin yang menitikberatkan mekanisme produksi, fase kedua akal manusia sudah menemukan bagaimana cara integrasi produksi massal dengan quality conrol dan standarisasinya, kemudian fase ketiga telah masuk dalam tahap keseragaman produksi secara massal yang menjadikan tumpuannya kepada integrasi komputerisasi, fase saat ini yaitu fase keempat yang menghadirkan digitalisasi dan otomatisasi antara internet dan berbagai sistem manufaktur. Teknologi menurut sebagian besar ahli bukan hanya dimaknai sekedar alat, melainkan juga pada proses pembelajaran dalam pendidikan. Teknologi khususnya teknologi komunikasi dalam dunia pendidikan diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana cara menjalin hubungan satu dengan lainnya. Hal ini karena di dalam dunia pendidikan tidak hanya terfokus pada banyaknya pesan-pesan pembelajaran yang disampaikan, akan tetapi diperlukan juga cara-cara atau teknik agar pesan tersebut mampu ditransformasikan kepada peserta didik dengan baik. Era 4.0 yang membawa iklim perubahan tak terkecuali dalam bidang religiusitas, spiritualitas, dan nilai-nilai sosial kehidupan manusia. Kemunculan gagasan-gagasan baru yang berawal dari konsepsi pendidikan memang harus mendapat berbagai kajian ulang untuk menyempurnakannya. Islam sebagai agama yang menjunjung tinggi Rahmatan lil’alamin dalam perkembangannya perlu diperhatikan untuk


107 menanggapi disrupsi era yang terjadi. Pemikiran kritis saat ini masih kurang mendapatkan dorongan dari pendidikan Islam itu sendiri. Padahal di dalam ajaran Islam memuat berbagai jawaban-jawaban untuk menghadapi tantangan disrupsi era. Jika perkembangan zaman dimodali dengan kuatnya teknologi informasi global, maka akan memunculkan peluang yang sangat banyak bagi pendidikan Islam. Posisi Islam dapat menjadi suatu hal yang sangat krusial bagi dunia pendidikan. Islam mampu memasuki segala celah perkembangan dunia. Islam bisa muncul sebagai sebuah keunggulan ditengah keberagaman global khususnya di dunia pendidikan. Teknologi dan media informasi merupakan sarana untuk berbagi dan mendapatkan berbagai informasi. Terkadang tanpa adanya penyeimbang dari sisi-sisi religius, maka informasi-informasi yang berkembang akan hambar tanpa pemaknaan. Hal ini dapat dilihat pada beberapa konten informasi pada media-media yang menayangkan berbagai produk-produk hiburan. Inilah pentingnya untuk mengembangkan budaya kritis religius yang mampu menyeimbangkan kebutuhan hiburan, etik dan estetika dalam perkembangan media-media saat ini. Merdeka belajar memiliki kendala beragam, salah satunya adalah menyangkut teknologi pendidikan. Teknologi pedidikan adalah suatu hal memfasilitasi poses belajar dengan memanfaatkan berbagai sumber belajar yang ada pada berbagai teknologi yang sesuai agar dapat membentuk pendidikan yang efektif dan efisien. Fungsi dari teknologi pendidikan ini telah digambarkan oleh AECT pada tahun 2004 yang mengemukakan bahwa teknologi pendidikan adalah sebuah riset atau praktek etis yang dilakukan untuk memfasilitasi belajar dan dapat meningkatkan kinerja berdasarkan sumber-sumber teknologi yang tepat guna. Sejak tahun 1950 teknologi pembelajaran diterapkan tidak berjalan pesat. Keadaan tersebut membuat beralihnya kepercayaan kepada ilmu


108 pengetahuan untuk memperbaiki kualitas kehidupan yang mampu meningkatkan minat belajar peserta didik. Dunia perekonomian turut membantu memberikan tanggapan dengan menciptakan perangkat keras sebagai bantuan untuk perancangan suatu proses pembelajaran yang berjalan efektif, efisien, dan ekonomis. Penerapan merdeka belajar membutuhkan bantuan teknologi pendidikan yang akan memberikan berbagai kemudahan dalam proses implementasinya. Kebijakan baru ini diharapkan mampu meningkatkan kemampuan bidang liteasi dan matematika. Dalam dunia pendidikan Islam, literasi sangat dibutuhkan bagi pendidik dan peserta didik untuk terus melangsungkan eksistensi pendidikan Islam. Kemampuan literasi dalam gebrakan gerakan merdeka belajar ini adalah dengan mengukur kemampuan membaca, menganalisis bacaan yang telah dibacanya, serta memahami konsep. Dalam hal matematika, numerasi juga menjadi hal krusial untuk ditingkatkan. Konsep numerasi ini bukan hanya dinilai dari pelajaran matematika saja, akan tetapi bagaimana peserta didik mampu mengaplikasikannya ke dalam kehidupan sehari-harinya. D. Simpulan Merdeka Belajar merupakan bentuk manifestasi komitmen serta kehadiran negara dalam mencerdaskan rakyatnya. Bentuk ini dilakukan dengan cara memberi layanan dan kesempatan untuk mengoptimalkan pengembangan diri melalui sistem pendidikan nasional yang bersifat sistemik, demokratis, terbuka, serta multimakna tanpa adanya diskriminasi. Mobilisasi dalam upaya mempercepat perolehan pendidikan yang bernutu, berkualitas, berkeadilan, bermoral, serta berakhlak mulia dalam bingkai Pancasila. Apabila kita menelaah ajaran Islam, maka Merdeka Belajar senilai dengan perintah Islam untuk melaksanakan pendidikan yang sejalan dengan ibadah sesuai syara’. Pemahaman


109 pendidikan Islam terhadap Merdeka Belajar akan berperan aktif dalam upaya penguatan terhadap komitmen menyukseskan terobosan ini. Jika perkembangan zaman dimodali dengan kuatnya teknologi informasi global, maka akan memunculkan peluang yang sangat banyak bagi pendidikan Islam. Posisi Islam dapat menjadi suatu hal yang sangat krusial bagi dunia pendidikan. Islam mampu memasuki segala celah perkembangan dunia. Islam bisa muncul sebagai sebuah keunggulan ditengah keberagaman global khususnya di dunia pendidikan. Teknologi pendidikan adalah faktor yang memberikan bantuan cukup penting bagi suksesnya merdeka belajar. Dengan adanya teknologi pendidikan, maka berbagai kemudahan dalam proses implementasinya. Kebijakan yang merupakan gebrakan dalam dunia pendidikan diharapkan mampu meningkatkan kemampuan dalam bidang literasi dan matematika. Di dalam pendidikan Islam, literasi merupakan hal pokok bagi keberlangsungan eksistensi pendidikan Islam di ranah global. Kemampuan literasi yang termuat dalam meredeka belajar adalah dengan cara memberikan pengajaran yang mampu mengukur kemampuan membaca, menganalisis, bacaan, serta tidak untuk mampu memahami konsep yang sudah dibacanya.


110 BAB VIII Aplikasi Rujukan Di Islamic Education 4.0 Era Islamic education 4.0 atau pendidikan Islam 4.0 ini memaksa pendidik dan lembaga pendidikan Islam di Indonesia harus mengejar ketertinggalan dengan negara lainnya dengan cara mengintegrasi-interkoneksikan pendidikan, teknologi, dan digitalisasi era industri 4.0 baik fisik dan non fisik tanpa meninggalkan norma yang berlaku. Untuk mendukung ke arah itu maka pendidik harus cakap dalam memanfaatkan teknologi sehingga berkembang juga nalar ilmiah, inovasi, dan kreatifitasnya. Beberapa aplikasi atau teknologi yang perlu dikuasai oleh pendidik di era Islamic education 4.0 ini adalah: 1. Lembaga Pengindeks Karya Ilmiah Pendidik Islam di era 4.0 hendaknya memiliki referensi yang cukup banyak, kuat, dan valid terkait keilmuannya. Referensi tersebut dapat diperoleh dengan mudah melalui jurnal, prosiding, atau buku. Pada dasarnya semua referensi itu baik, tetapi kita perlu melihat penulis atau penerbit dari referensi tersebut. Berikut ini adalah beberapa situs pengindeks karya ilmiah baik yang bereputasi internasional sangat baik sampai bereputasi baik secara nasional. a. Scopus Scopus sudah tidak asing lagi bagi pendidik (dosen) di era Islamic education 4.0 yang akan mengejar syarat kenaikan jabatan atau mahasiswa S3 yang memiliki kewajiban untuk mempublikasikan karyanya di Scopus. Scopus adalah salah satu pengindeks jurnal bereputasi internasional sangat baik. Scopus memiliki ribuan penerbit dan puluhan ribu judul karya ilmiah yang terdiri dari jurnal, buku, prosiding, Paten, dan lainnya. Scopus berdiri di bawah naungan Elsevier dan untuk akses full text beberapa di antara karya ilmiahnya membutuhkan biaya langganan atau biaya akses artikel. Penulis yang memiliki karya di scopus biasanya akan memperoleh Scopus ID dan ini sangat berefek ke portal sinta. Kita tahu bahwa portal sinta adalah


111 salah satu dari alat ukur prestasi peneliti yang berlaku di Indonesia. Karya ilmiah yang terindeks di scopus dapat dicek di https://www.scimagojr.com/journalrank.php atau langsung ke laman https://www.scopus.com/home.uri b. Web Of Science Web of Science sama seperti SCOPUS yang merupakan database karya ilmiah interdisipliner terbesar melalui system literatur peerreview dalam publikasi karya ilmiah. Karya ilmiah yang terindeks di WOS ini dipakai dalam salah satu penilaian skor Sinta Ristekdikti/Ristekbrin. Untuk mengakses WOS bisa mengunjungi link http://webofscience.com/ . ID WoS dapat diperoleh di Publons http://publons.com/ WOS berawal dari Institute for Scientific Information (ISI) dimana Clarivate Analytics adalah pengelolanya yang sebelumnya dikenal dengan Thomson Reuters. Perbedaan dengan Scopus yaitu kalau scopus menggunakan pemeringkatan Q1, Q2, Q3, Q4 dan jurnal yang baru terindeks di scopus.com sedangkan Web of Science menggunakan Arts & Humanities Citation Index (AHCI), Science Citation Index Expanded (SCIE), Emerging Sources Citation Index (ESCI), serta Social Sciences Citation Index (SSCI). Standar yang digunakan WOS kadang lebih tinggi dibanding SCOPUS karena kadang jurnal yang terindeks SCOPUS tetapi tidak terindeks di WOS. c. Microsoft Academic Search Microsoft Academic dikembangkan oleh Microsoft Research merupakan mesin pengindeks publikasi ilmiah yang dapat diakses secara gratis. Apabila kita amati melalui kacamata bibliometrik, Microsoft Academic Search mampu bersaing dengan Web of Science dan Scopus. Untuk mengaksesnya klik link https://academic.microsoft.com d. DOAJ


112 DOAJ (Directory of Open Access Journals) diluncurkan oleh Universitas Lund Swedia pada tahun 2003. DOAJ merupakan sebuah lembaga penginceks jurnal berkualitas, open access, serta peerreviewed. Situsnya dapat dikunjungi di https://doaj.org/ dan menyediakan berbagai karya ilmiah secara gratis. e. Proquest ProQuest merupakan lembaga pengindeks Jurnal Elektronik. Kantornya di Ann Arbor USA. Proquest memiliki banyak sekali sumber informasi ilmiah. Link yang dapat diakses adalah https://www.proquest.com/ f. EBSCO EBSCO berpusat di Ipswich, USA merupakan lembaga pengindeks jurnal yang memiliki link https://www.ebsco.com EBSCO berdiri tahun 1944 menyediakan layanan ke berbagai jurnal, buku, maupun lainnya secara online. g. Google Scholar Google Scholar yang mulai beroperasi pada tahun 2004 sering dikenal dengan Google Cendekia ini menyediakan layanan pencarian berbagai artikel ilmiah mulai dari jurnal, buku, atau lainnya. Link yang dapat dikunjungi yaitu https://scholar.google.co.id/ h. Garba Rujukan Digital (Garuda) Indonesia memiliki lembaga pengindeks jurnal dengan link https://garuda.ristekbrin.go.id/ yang dikembangkan oleh Kementerian Riset dan Teknologi. i. Moraref Moraref (Ministry of Religious Affairs' Reference) adalah lembaga pengindek jurnal yang dikembangkan oleh Kementerian Agama RI alamat linknya https://moraref.kemenag.go.id/


113 j. Indonesia Onesearch Indonesia Onesearch merupakan lembaga pengindeks jurnal yang dikembangkan oleh Perpustakaan Nasional RI adapun linknya dapat dikunjungi di https://onesearch.id/ 2. Penerbit Buku Bereputasi Internasional Banyak perusahaan penerbitan internasional yang memiliki reputasi sangat baik. Untuk dapat terbit di penerbit ini memerlukan skill dan jaringan ilmiah yang kuat. Beberapa lembaga penerbit tersebut di antaranya: Springer (https://www.springer.com/gp); Wiley Online Library (https://onlinelibrary.wiley.com/); Taylor & Francis (https://www.tandfonline.com/); Sage (https://sagepub.com); Wolters Kluwer (https://wolterskluwer.com); Oxford University Press (https://oup.com/); Betham Science (https://benthamscience.com/); Cambridge University Press (https://www.cambridge.org/); Emerald (https://www.emerald.com/); Macmillan Publisher (https://us.macmillan.com/); dan penerbit lainnya. Maka apabila ada naskah yang full referensinya hanya menggunakan buku, tetapi buku tersebut terbitan dari penerbit yang bereputasi internasional tersebut jangan dianggap sebelah mata. 3. Sumber E-book Legal a. DOAB Kalau DOAJ biasanya ke arah jurnal, sedangkan DOAB menyediakan fulltext ebook luar negeri gratis dan legal. Kami sarankan apabla selama ini anda mengakses buku dari situs-situs ilegal lebih baik kunjungi https://doabooks.org/ untuk mendapatkan buku secara legal. b. iPusnas Situs pinjam buku digital terbitan Indonesia secara gratis. Bagi pendidik di Indonesia era Education 4.0 lebih baik anda mencoba


114 mengunjungi iPusnas untuk menambah wawasan buku-buku dalam negeri dengan mengakses link https://ipusnas.id/ c. OAPEN Sama seperti DOAB, OAPEN menyediakan buku-buku secara gratis di https://www.oapen.org/ OPAEN merupakan jaringan penerbit buku dari luar negeri. d. SpringerLink e-book dari springer secara gratis. Beberapa penerbit buku terkemuka sudah mulai menyediakan buku versi open access melalui springer link di https://link.springer.com/search?package=openaccess&facetcontenttype=%22Book%22&utm_source=springer&utm_medium=referral&u tm_content=RMarketing&utm_campaign=BBKK_4_CE02_SpringerO ABhometoSL atau short urlnya di https://bit.ly/springerlink2021 kita bisa mencari buku secara gratis e. CORE Fulltext buku luar negeri yang dapat didownload secara gratis. Link yang bisa dikunjungi adalah https://core.ac.uk/ di dalamnya ada ratusan juta artikel. f. Google Books Preview isi dan daftar isi buku dalam amupun luar negeri. Kita tidak dapat membaca fulltext karena hanya beberapa halaman saja yang tampil. Namun, kita dapat tetap menyimpannya di aplikasi manajemen sitasi yang kita miliki. Linknya sebagai berikut https://books.google.co.id/ 4. Pengecekan Status Jurnal a. Journal Citation Report (JCR) JCR merupakan publikasi yang dikeluarkan secara tahunan oleh tim Thomson Reuters dan terintegrasi dengan Web of Science gunanya


115 untuk melihat sebesarapa besar artikel atau jurnal berkontribusi terhadap pengembangan ilmu pengetahuan yaitu dengan kata lain dikutip. Link yang bisa diakses untuk mengeceknya yaitu https://scijournal.org/JCR-Journal-Citation-Report.html b. Status of Open Access Journals Setiap karya ilmiah kadang bersifat open access dan kadang tidak tergantung kebijakan masing-masing penerbitnya. Di era sekarang ini sudah banyak artikel yang tersedia secara OA (Open Access) yang berarti pembaca dapat membaca naskah tanpa dibatasi oleh biaya akses ataupun hak cipta dan sebagainya. Beberapa jurnal yang masih menerapkan biaya untuk mengakses artikel biasanya menerapkan system APC (Article Processing Charge) sehingga apabila pembaca ingin membaca sebuah artikel secara menyeluruh perlu membayar sejumlah biaya yang ditentukan oleh jurnal tersebut. Link yang dapat digunakan untuk mengecek jurnal yang open access adalah https://scijournal.org/status-of-open-access-journals.html c. Daftar Jurnal Terakreditasi Apabila memiliki naskah yang dikerjakan dengan baik apalagi untuk keutuhan naik pangkat atau penilaian angka kredit maka sebaiknya ketika akan mempublikasikan karyanya perlu melihat temoat dimana naskah tersebut akan diterbitkan. Salah satu caranya adalah melihat status akreditasi jurnal melalui link https://pak.kemdikbud.go.id/portalv2/jurnal-nasionalterakreditasi/ d. Status terindex atau telah discontinued Ketika proses penilaian angka kredit atau syarat kenaikan jabatan memerlukan jurnal yang terindeks scopus maka harus diperhatikan apakah jurnal yang dituju masih terindeks atau tidak. Karena banyak jurnal yang proses penerimaan artikelnya berbayar dan dapat dikatakan mahal tetapi ketika dicek ternyata sudah discontinue dari scopus. Ini yang sering membuat banyak orang


116 kecewa dan putus asa karena sudah keluar uang banyak ternyata setelah terbit jurnalnya sudah discontinue. Untuk mengeceknya dapat melalui link https://mjl.clarivate.com/search-results atau untuk teknisnya dapat dilihat di https://pak.kemdikbud.go.id/portalv2/jurnal-yang-dihentikanscopus/ e. Status Pengidentifikasi Digital Permanen Crossref atau yang dikenal dengan Cross Reference merupakan lembaga yang menangani pendaftaran identifikasi digital permanen atau yang sering disebut DOI (Digital Object Identifier). DOI ini unik dan berbeda untuk setiap dokumen. Untuk mengecek bisa klik https://www.crossref.org/ sedangkan untuk mengecek DOI aktif atau tidaknya di https://www.doi.org/index.html f. Status Jurnal Predator Jurnal predator sangat gencar dalam mencari mangsa. Biasanya melalui email yang tersebar secara random atau lainnya. Iming-iming terbit di scopus cepat membuat beberapa penulis terpikat. Biasanya dengan biaya yang dapat dikatakan cukup mahal untuk terbit dijurnal ini. Bahkan kadang juga masih mencantumkan logo terindeks SCOPUS atau WOS. Untuk mengecek kebenaran jurnal maka kita perlu mengecek menggunakan Jeffrey Beall’s List melalui link https://beallslist.net/ atau https://predatoryjournals.com/ 5. Manajemen Sitasi Era Islamic Education 4.0 sudah muncul banyak sekali manajemen sitasi. Mungkin sebagian pendidik atau mahasiswa terjebak secara tidak sengaja oleh kasus plagiasi. Hal ini mungkin karena kurangnya pemahaman akan cara pengutipan yang sesuai dengan kaidah yang baik dan benar. Melalui manajemen sitasi penulis akan dibantu untuk lebih mudah dalam penataan referensi yang dimilikinya serta mempercepat proses pengerjaan


117 karya ilmiahnya. Banyak aplikasi yang beredar di pasaran yang membuat kita harus bijak dalam memilihnya. Ketika seorang penulis membuat kutipan dengan model footnote lalu dia akan mengirimkan naskahnya ke sebuah penerbit tetapi mengharuskan dengan bodynote maka cukup dengan sedikit teknik style tulisan langsung berubah otomatis. Ini salah satu contoh memudahkan penulis menggunakan manajemen sitasi. Ada banyak style atau gaya di dunia ini untuk cara pengutipan, misalnya saja di zotero kita temukan ada sekitar 10.130 macam style yang tercantum di dalam https://www.zotero.org/styles dan belum lagi style atau gaya selingkung lainnya yang belum masuk link tersebut. Belum lagi kemudahan yang ditawarkan melalui manajemen referensi dengan otomatis membuat daftar pustaka, menyimpan PDF atau referensi, dan lainnya. Berikut beberapa daftar manajemen sitasi yang dapat kita gunakan. Untuk perbandingannya bisa diakses https://en.wikipedia.org/wiki/Comparison_of_reference_management_s oftware No Manajemen Sitasi Link Manajemen Sitasi 1 BibBase https://bibbase.org/ 2 Biblioscape http://www.biblioscape.com/ 3 BibSonomy https://www.bibsonomy.org/ 4 Bibus https://sourceforge.net/projects/bibusbiblio/ 5 Bookends https://www.sonnysoftware.com/bookend s/bookends.html 6 Citavi https://www.citavi.com/en 7 ColWiz http://www.colwiz.com/ 8 COS Research Suite https://www.cos.io/ 9 Docear https://docear.org/ 10 EndNote https://endnote.com/ 11 Jabref https://www.jabref.org/ 12 KBibtex https://apps.kde.org/id/kbibtex/ 13 LaTeX and BibTeX https://www.latex-project.org/ http://www.bibtex.org/ 14 Mendeley https://www.mendeley.com


118 No Manajemen Sitasi Link Manajemen Sitasi 15 NoodleTools https://www.noodletools.com/ 16 Papers https://www.papersapp.com/ 17 Pybliographer https://pybliographer.org/ 18 Qiqqa http://www.qiqqa.com/ 19 Refbase http://www.refbase.net/ 20 RefDB http://refdb.sourceforge.net/ 21 Referencer https://launchpad.net/referencer 22 RefWorks https://www.refworks.com 23 Wikindx https://wikindx.sourceforge.io/web/trunk 28 Zotero https://www.zotero.org 6. Plagiarism Checker Beberapa pendidik ketika menulis kadang terjebak oleh plagiasi baik sengaja maupun tidak disengaja. Untuk menghindari hal tersebut maka sebaiknya dicek berapa persen tingkat similaritynya. Untuk mengecek 100% full text biasanya memerlukan akun oremium atau berbayar. Apabila akun gratisan seringnya hanya dibatasi sekian ratus kata. Untuk dapat lolos dari pengecekan plagiarism checker maka kuncinya gunakan teknik paraphrase dengan benar dan hindari copy paste/njiplak. Berikut ini daftar link plagiarism checkernya: No Plagiarism Checker Link Manajemen Sitasi 1 Articlechecker.com https://www.articlechecker.com/ 2 Copyscape https://www.copyscape.com/ 3 DupliChecker https://www.duplichecker.com/ 4 Grammarly https://www.grammarly.com/plagiari sm-checker 5 PaperRater https://www.paperrater.com/ 6 Plagiarism Detector https://plagiarismdetector.net/id 7 Plagiarisma http://plagiarisma.net/ 8 Plagiarismcheck.org https://plagiarismcheck.org/ 9 Plagiarismchecker.com http://www.plagiarismchecker.com/ 10 Plagiarismsoftware.net https://www.plagiarismchecker.co/ 11 Plagium https://www.plagium.com/


119 No Plagiarism Checker Link Manajemen Sitasi 12 Plagscan https://www.plagscan.com/en/ 13 ProWritingAid https://prowritingaid.com/ 14 Quetext https://www.quetext.com/ 15 Search Engine Reports https://searchenginereports.net/id/pla giarism-checker 16 Turnitin https://www.turnitin.com/ 17 Viper https://www.scanmyessay.com/ 7. Learning Management System Islamic Education 4.0 memaksa para pendidik untuk menguasai teknologi informasi dan komunikasi dengan baik apalagi ditambah kondisi pandemic covid-19 yang melanda seluruh dunia. Pembelajaran tatap muka tergantikan dengan pembelajaran secara daring melalui berbagai platform Learning Management System (LMS). LMS ini ada yang gratis dan ada yang berbayar. Berikut tipe-tipe LMS menurut akses penggunaannya 1) LMS built-in pada computer LMS jenis ini merupakan LMS yang dipakai jaman dahulu. Setiap pendidik dan peserta didik harus memiliki perangkat computer dan jaringannya. Contohnya cukup sulit karena sudah jarang dipakai. 2) Web-based LMS LMS tipe ini sangat menarik dan familiar di era sekarang ini. Hampir sebagian besar LMS yang ada menggunakan tipe ini. Cukup dengan jaringan internet dan perangkatnya maka peserta didik dan pendidik sudah dapat saling berinteraksi dan proses pembelajaran berlangsung dengan baik. LMS Tipe ini ada yang penyimpanannya pada cloud dan ada yang penyimpanannya pada server local (hosted LMS). Kelemahan hosted LMS kalau server rusak maka rusaklah system LMS tersebut. Web-based LMS dikembangkan secara terbuka source code-nya atau gratis misalnya moodle (http://moodle.org) ada juga yang dikembangkan secara tertutup atau berbayar sehingga keamanan datanya lebih terjaga misalnya yang dikembangkan oleh Apex Learning (http://www.apexlearning.com) dan


120 blackboard (http://www.blackboard.com). Berbagai LMS seperti Google Classroom, Edmodo, Schoology, dan lainnya sekarang ini sedang familiar digunakan dikalangan pendidik untuk membantu proses transfer ilmu pengetahuan dan nilai ditengah situasi pandemic covid-19 dan untuk mengikuti tren Islamic Education 4.0. 8. Lembaga Keanggotan Ilmiah Pendidik di era Islamic Education 4.0 dituntut untuk bukan hanya mampu mengajar saja tetapi mampu menulis dan meneliti maka pendidik sebaiknya memiliki beberapa ID yang itu sangat bermanfaat dalam membedakan satu orang dengan lainnya agar unik, spesifik, tidak ada kesamaan . ID-ID tersebut diantaranya: ORCID (https://orcid.org/); Google Scholar (https://scholar.google.com/); Scopus ID (https://www.scopus.com); WOS ID (https://www.researcherid.com/#rid-for-researchers); Sinta ID (https://sinta.ristekbrin.go.id/)


121 KESIMPULAN Pendidikan memang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia, ia sudah melekat pada hidup manusia bahkan semenjak peradaban awak manusia di bumi ini. Seiring dengan evolusi bumi dan revolusi zaman, pendidikan turut serta bertransformasi. Sejarah panjang pendidikan global sampai saat ini sudah berada di babak ke-4. Education 4.0 atau pendidikan 4.0 adalah Education 4.0 atau pendidikan 4.0 adalah sebuah formulasi baru dalam dunia pendidikan yang mengintegrasikan digital technology, kecanggihan penemuan sains dan teknologi dengan segenap instrumen dalam dunia pendidikan, baik itu kurikulum, pendidik, peserta didik, teknologi pembelajaran, media pembelajaran, dan lain sebagainya agar tujuan pendidikan tercapai serta membantu peserta didik untuk bersiap menghadapi revolusi industri 4.0. Untuk menjawab tantangan revolusi industri melaui education 4.0 yang dapat difungsikan dengan baik, maka diperlukan berbagai hal untuk merealisasikan wacana tersebut. Perkembangan pendidikan Islam yang terepresentasikan pada Islamic Education 4.0 diharapkan dapat memperkuat pendidikan Islam yang selama ini sudah dijalankan. Pekerjaan rumah yang sangat besar adalah menjawab tantangan bagaimana inti dari pendidikan Islam yang sarat niali tarbiyah, tidak kehilangan eksistensinya sehingga peserta didik akan memiliki kecakapan profan dan memiliki akar-akar yang begitu sakral seperti Iman, Islam, dan Ihsan. Di era 4.0, bertahan saja tidaklah cukup. Pendidikan Islam harus mengadopsi berbagai cara-cara baru, serta memodifikasi cara-cara dan sistem lama. Alternatif lain yang dapat dilakukan adalah dengan create atau membuat sesuatu yang baru atau menciptakan suatu hal yang telah usang


122 dengan kebaruan inovasi. Jika ditijau lebih jauh, pendidikan Islam jika ingin menaklukan education 4.0 maka ia harus segera membereskan berbagai problematika yang menghinggapinya. Problematikaproblematika ini adalah tantangan yang harus dihadapi dan segera disikapi dengan benar. Disrupsi era yang menyusup dalam setiap sendi kehidupan membawa misi untuk menggantikan sesuatu yang manual menjadi digital. Bagaimanapun juga, transformasi pendidikan ke dalam pendidikan 4.0 tidak dapat menggeser peran guru atau dosen sebagai pendidik. Di negaranegara yang memiliki kultur beragam seperti Indonesia yang memandang nilai-nilai adat religius sebagai elemen kunci, peran pendidik tidak dapat ditinggalkan atau digantikan, bahkan jika diperlukan maka harus diperkuat. Upaya untuk memperkuat peranan tersebut adalah dengan terus menambah wawasan dan memperbaharui skills sebagaimana yang dibutuhkan era saat ini. Selain kedua skills tersebut, dibutuhkan kompetensi religius. Kompetensi religius umat Islam tentu diperoleh dengan mengaplikasikan sifat-sifat yang ada dalam diri Rasulullah Muhammad SAW.


123 DAFTAR PUSTAKA Abdelrazeq, Anas, Daniela Janssen, Christian Tummel, Anja Richert, dan Sabina Jeschke. “Teacher 4.0: Requirements Of The Teacher Of The Future In Context Of The Fourth Industrial Revolution,” 8221–26, 2016. https://doi.org/10.21125/iceri.2016.0880. Achmad, R. Willya, Marcelino Vincentius Poluakan, Didin Dikayuana, Herry Wibowo, dan Santoso Tri Raharjo. “Potret Generasi Milenial Pada Era Revolusi Industri 4.0.” Focus : Jurnal Pekerjaan Sosial 2, no. 2 (2019): 187–97. https://doi.org/10.24198/focus.v2i2.26241. Akhyar, Y. “Metode Belajar dalam Kitab Talim Al-Mutaallim Thariqat atTaallum (Telaah Pemikiran Tarbiyah Az-Zarnuji).” Al-Fikra: Jurnal Ilmiah Keislaman 7, no. 2 (2017). Anwar, Saeful Anwar. “Revolusi Industri 4.0 Islam Dalam Merespon Tantangan Teknologi Digitalisasi.” At-Tuhfah: Jurnal Studi Keislaman 8, no. 2 (2019): 16–28. https://doi.org/10.36840/jurnalstudikeislaman.v8i2.203. Arifin, H.M. Ilmu Pendidikan Islam: Tinjauan Teoritis dan Praktis Berdasarkan Pendekatan Interdisipliner. Jakarta: Bumi Aksara, 2014. As’ad, Mahrus. “Adaptation Into Islamic Education 4.0: An Approach To Redesigning A Sustainable Islamic Education In The Post Pandemic Era.” AKADEMIKA: Jurnal Pemikiran Islam 26, no. 1 (20 Mei 2021): 19– 42. https://doi.org/10.32332/akademika.v26i1.3122. Astuti, Astuti, S. B. Waluya, dan M. Asikin. “Strategi Pembelajaran Dalam Menghadapi Tantangan Era Revolusi Industri 4.0.” Prosiding Seminar Nasional Pascasarjana (PROSNAMPAS) 2, no. 1 (2019): 469–73. Azra, Azyumardi. “Pendidikan Islam Di Era Globalisasi: Peluang Dan Tantangan.” EDUKASI: Jurnal Penelitian Pendidikan Agama Dan Keagamaan 6, no. 4 (2008). https://doi.org/10.32729/edukasi.v6i4.269.


124 Bahri, Samsul. “World View Pendidikan Islam Tentang Pembentukan Karakter Peserta Didik Yang Holistik Dan Integratif.” Jurnal MUDARRISUNA: Media Kajian Pendidikan Agama Islam 7, no. 2 (29 Desember 2017): 179–212. https://doi.org/10.22373/jm.v7i2.2361. Bahrun, H., dan M. Mahmudah. “Konstruksi Pendidikan KarakterDi Madrasah Berbasis Pesantren.” Jurnal MUDARRISUNA: Media Kajian Pendidikan Agama Islamq 8, no. 1 (2018). Bayu, Dimas Djarot. “Terkendala Infrastruktur dan Energi, 433 Desa Belum Teraliri Listrik - Nasional Katadata.co.id,” 3 April 2020. https://katadata.co.id/happyfajrian/berita/5e9a41f6be793/terken dala-infrastruktur-dan-energi-433-desa-belum-teraliri-listrik. Bencsik, Andrea, Tímea Juhász, Gabriella Horváth-Csikós, dan Szent István University in Gödöllő. “Y and Z Generations at Workplaces.” Journal of Competitiveness 6, no. 3 (30 September 2016): 90–106. https://doi.org/10.7441/joc.2016.03.06. Bye, Robin T. “The Teacher as a Facilitator for Learning - Flipped Classroom in a Master s Course on Artificial Intelligence.” Dalam CSEDU, 2017. https://doi.org/10.5220/0006378601840195. C.C. Chea, dan J.T.J Huan. “Higher Education 4.0: The Possibilities and Challenges.” Journal of Social Sciences and Humanities 5, no. 2 (2019). Cholily, Yus Mochamad, Windy Tunas Putri, dan Putri Ayu Kusgiarohmah. “Pembelajaran Di Era Revolusi Industri 4.0.” Seminar & Conference Proceedings of UMT 0, no. 0 (23 Juni 2019). http://jurnal.umt.ac.id/index.php/cpu/article/view/1674. Darwanto, dan Nova Sari. “Pengintegrasian Soft Skills Pada Setiap Pembelajaran (Sebagai Upaya Menghadapi Tantangan Revolusi Industri 4.0 / Era Disrupsi).” Jurnal Eksponen 20, no. 2 (2020).


125 Duryat, Masduki. “Opportunity Pendidikan; Transformasi Di Era Disrupsi Dan Revolusi Industri 4.0.” Jurnal Wahana Karya Ilmiah_Pascasarjana (S2) PAI Unsika 4, no. 2 (2020). FICCI. “FICCI (Federation of Indian Chambers of Commerce and Industry).: Leapfrogging to Education 4.0: Student at the core (2017),” 23 Juli 2021. https://www.ey.com/Publication/vwLUAssets/ey-leap-forgging. Fikri, Ali. “Pengaruh Globalisasi dan Era Disrupsi terhadap Pendidikan dan Nilai-Nilai Keislaman.” Sukma: Jurnal Pendidikan 3 (6 Juni 2019): 117–36. https://doi.org/10.32533/03106.2019. Fisk, Peter. “Education 4.0 ... the Future of Learning Will Be Dramatically Different, in School and throughout Life.” GeniusWorks, 24 Januari 2017. https://www.peterfisk.com/2017/01/future-educationyoung-everyone-taught-together/. Goel, Ashok K., dan Lalith Polepeddi. “Jill Watson: A Virtual Teaching Assistant for Online Education,” 2016. https://doi.org/10.4324/9781351186193-7. Goh, Pauline Swee-choo, dan Norwaliza Abdul-Wahab. “Paradigms to Drive Higher Education 4.0.” International Journal of Learning, Teaching and Educational Research 19, no. 1 (21 Februari 2020). https://www.ijlter.org/index.php/ijlter/article/view/1883. Grauerholz, Liz. “Teaching Holistically to Achieve Deep Learning.” College Teaching 49, no. 2 (1 April 2001): 44–50. https://doi.org/10.1080/87567550109595845. Gueye, Mamadou Lamine, dan Ernesto Exposito. University 4.0: The Industry 4.0 paradigm applied to Education, 2020. Halili, Siti Hajar. “Technological Advancements In Education 4.0.” The Online Journal of Distance Education and e-Learning 7, no. 1 (2019).


126 Harari, Yuval Noah. 21 Lessons For The 21st Century. Manado: Global Indo Kreatif, 2018. Hasibuan, Ahmad Tarmizi dan Rahmawati. “Sekolah Ramah Anak Era Revolusi Industri 4.0 Di Sd Muhammadiyah Pajangan 2 Berbah Yogyakarta.” AL-BIDAYAH: Jurnal Pendidikan Dasar Islam 11, no. 1 (2019). Hasibuan, Nasruddin. “Implementasi Teknologi Pendidikan Dalam Pendidikan Islam.” Logaritma 3 (2015). Hidayat, Nur. “Peran Dan Tantangan Pendidikan Agama Islam Di Era Global.” El-TarbawI 8, no. 2 (2015): 131–45. https://doi.org/10.20885/tarbawi.vol8.iss2.art2. Indianto, Dimas. “Pendidikan Agama Islam Dalam Revolusi Industri 4.0.” Dalam Prosiding Seminar Nasional Prodi PAI UMP. UMP, 2019. Jamiluddin. “Merdeka Belajar Menapaki Syara’:” Al-Ishlah: Jurnal Pendidikan Islam 18, no. 2 (2020): 249–73. https://doi.org/10.35905/alishlah.v18i2.1577. KBBI Daring. “Hasil Pencarian Kata ‘Disrupsi.’” Diakses 4 Juli 2020. https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/disrupsi. Klaus, P. The Hard Truth about Soft Skills. New York: Harper Collins Publisher, 2007. Kodir, Koko Abdul. Metodologi Studi Islam. Bandung: CV Pustaka Setia, 2014. Kusuma, Prita. “Hari Pendidikan Internasional, Indonesia Masih Perlu Tingkatkan Kualitas Pendidikan.” DW.COM. Diakses 25 Agustus 2021. https://www.dw.com/id/hari-pendidikan-internasionalindonesia-masih-perlu-tingkatkan-kualitas-pendidikan/a52133534.


127 Langgulung, Hasan. Asas-Asas Pendidikan Islam. Jakarta: Pustajka Al-Husna, tt. Lase, Delipiter. “Education And Industrial Revolution 4.0.” Jurnal Handayani Pgsd FIP UNIMED 10, no. 1 (23 Juli 2019): 48–62. https://doi.org/10.24114/jh.v10i1.14138. Lawrence, Rasika, Lim Fung Ching, dan Haslinda Abdullah. “Strengths and Weaknesses of Education 4.0 in the Higher Education Institution.” International Journal of Innovative Technology and Exploring Engineering (IJITEE) 9, no. 2 (2019). Lawrence, Rasika, Lim Fung Ching, dan Haslinda Abdullah. “Strengths and Weaknesses of Education 4.0 in the Higher Education Institution.” International Journal of Innovative Technology and Exploring Engineering (IJITEE) 9, no. 2s3 (2019). Lian, Bukman. “Revolusi Industri 4.0 Dan Disrupsi, Tantangan Dan Ancaman Bagi Perguruan Tinggi.” Prosiding Seminar Nasional Program Pascasarjana Universitas PGRI Palembang 12, no. 01 (22 Februari 2019). https://jurnal.univpgripalembang.ac.id/index.php/Prosidingpps/article/view/2512. Lynch, Matthew. “7 Ways Technology Is Impacting Modern Education.” The Tech Edvocate (blog), 4 Maret 2017. https://www.thetechedvocate.org/7-ways-technology-impactingmodern-education/. Malisi, Ali. “Tantangan dan Peluang Pendidikan Islam di Era Mea.” TRANSFORMATIF 1 (13 Desember 2017): 1. https://doi.org/10.23971/tf.v1i1.656. Mulyadi, Mulyadi. “Konsep Islam Dalam Al-Qur’an Perspektif Tekstual Dan Kontekstual.” Islamuna: Jurnal Studi Islam 5 (1 Juli 2018). https://doi.org/10.19105/islamuna.v5i1.1906.


128 Mustaghfiroh, S. “Konsep ‘Merdeka Belajar’ Perspektif Aliran Progresivisme John Dewey.” Jurnal Studi Guru Dan Pembelajaran 3 (2020). Napoleon, D., V. Ramanujam, dan Kasilingam Lingaraja. “The Role of Education 4.0 for Better Learning Outcome towards Industry 4.0.” Journal of Xi’an University of Architecture & Technology XII, no. VIII (2020). Panagiotopoulos, Giorgos, dan Zoe Karanikola. “Education 4.0 and Teachers: Challenges, Risks and Benefits,” 1 Desember 2020, 1857– 7881. https://doi.org/10.19044/esj.2020.v16n34p108. Panggabean, H.Tjitra H, dan J. Murniati. Kearifan Lokal Keunggulan Global. Cakrawala Baru di Era Globalisasi. Jakarta: Elex Media Komputindo, 2014. Pratama, Dian Arif Noor. “Tantangan Karakter Di Era Revolusi Industri 4.0 Dalam Membentuk Kepribadian Muslim.” Al-Tanzim : Jurnal Manajemen Pendidikan Islam 3, no. 1 (2019). Priyanto, Adun. “Pendidikan Islam dalam Era Revolusi Industri 4.0.” JPAI : Jurnal Pendidikan Agama Islam 6, no. 2 (2020). Puncreobutr, Dr Vichian. “Education 4.0: New Challenge of Learning.” St. Theresa Journal of Humanities and Social Sciences 2, no. 2 (31 Desember 2016). http://www.stic.ac.th/ojs/index.php/sjhs/article/view/Position %20Paper3. Rahman, A. Pendidikan Islam di Era Revolusi Industri 4.0, 2019. Ramadhan, Bilal. “Menag: Indonesia Miliki Lembaga Pendidikan Islam Terbesar di Dunia.” Republika Online, 9 Januari 2016. https://republika.co.id/berita/nasional/umum/16/01/09/o0o5y


129 u330-menag-indonesia-miliki-lembaga-pendidikan-islam-terbesardi-dunia. Rana, Nripendra P., Yogesh K. Dwivedi, dan Wassan A. A. Al-Khowaiter. “A Review of Literature on the Use of Clickers in the Business and Management Discipline.” The International Journal of Management Education 14, no. 2 (1 Juli 2016): 74–91. https://doi.org/10.1016/j.ijme.2016.02.002. Rembangy, Musthofa. Pendidikan Transformatif: Pergulatan Kritis Merumuskan Pendidikan di Tengah Pusaran Arus Globalisasi. Yogyakarta: Teras, 2010. Renald Kasali. Disruption “Tak Ada Yang Bisa Diubah Sebelum Dihadapi Motivasi Saja Tidak Cukup”; Menghadapi Lawan-Lawan Tak Kelihatan Dalam Peradaban Uber. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2018. Ridwan, Muhammad. “Konsep Tarbiyah, Ta’lim Dan Ta’dib Dalam AlQur’an.” Nazhruna: Jurnal Pendidikan Islam 1, no. 1 (16 Agustus 2018): 37–60. https://doi.org/10.31538/nzh.v1i1.41. Rohman, Abdul, dan Yenni Eria Ningsih. “Pendidikan Multikultural: Penguatan Identitas Nasional Di Era Revolusi Industri 4.0.” Dalam Seminar Nasional Multidisiplin. Universitas Wahid Hasyim, 2018. Sabri, Ahmad. Pendidikan Islam Menyongsong Era Industri 4.0. Yogyakarta: Deepublish, 2020. Sassi, K. “Ta’dib As a Concept of Islamic Education Purification: Study on The Thoughts of Syed Muhammad Naquib Al-Attas.” Journal of Malay Islamic Studies 2, no. 1 (2018). Shahroom, Aida Aryani, dan Norhayati Hussin. “Industrial Revolution 4.0 and Education.” International Journal of Academic Research in Business and Social Sciences 8, no. 9 (13 Oktober 2018): 314–19.


130 Sharma, Manisha. “Teacher in a Digital Era.” Global Journal of Computer Science and Technology 17, no. 3 (2017). Shodiq, Sadam Fajar. “Revival Tujuan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (Pai) Di Era Revolusi Industri 4.0.” At-Tajdid : Jurnal Pendidikan Dan Pemikiran Islam 2, no. 02 (16 Januari 2019). https://doi.org/10.24127/att.v2i02.870. S.J.A Simpson. “The Measurement and Recognition of Soft Skills : Developing a Common Standard?” http:// www.surrey.ac.uk/politics/cse/M-and-R of Soft Skills, 2001. http:// www.surrey.ac.uk/politics/cse/M-and-R of Soft Skills. Sripai, Sunan, Jesada Boonmahome, dan Jitirat SaengLoetuthai. “Indicators of the Characteristics of the Graduates of Rajabhat Universities at the Leap Frogging to the Education 4.0.” International Journal of Science and Research (IJSR) 7, no. 10 (2018). Srivastava, A. K. “Is Education 4.0 the Future of Learning?” India Today. Diakses 8 Agustus 2021. https://www.indiatoday.in/educationtoday/featurephilia/story/is-education-4-0-the-future-of-learning1557292-2019-06-27. Subasman, Iman. “Peran Evaluasi Pendidikan Pada Era Disrupsi,” 3 April 2019. https://doi.org/10.17605/OSF.IO/5PSD9. Suharyat, Yayat, Agustina, dan Muzayyanah Yuliasih. “Pendidikan Islam Menghadapi Revolusi Industri 4.0.” Attadib Journal Of Elementary Education 3, no. 2 (2018). Suwarjo. “Penguatan Karakter Peserta Didik Dalam Menghadapi Era Digital.” Dalam Prosiding Konferensi Pendidikan Nasional, 2018. Syahri, Akhmad. “Spirit Islam Dalam Teknologi Pendidikan Di Era Revolusi Industri 4.0.” Attarbiyah 28 (2018).


131 Tahir, Y. M. “Peranan Teknologi Pendidikan dalam Peningkatan Mutu Pendidikan.” Dalam Prosiding SIDKUN 2016, Vol. XII, 2016. “Teaching & Learning Hybrid, The Future of Education 4.0.” Diakses 15 Agustus 2021. https://www.linkedin.com/pulse/teachinglearning-hybrid-future-education-40-saiyida-nafisa-rosdi. Thoriquttyas, Titis, Nurul Ahsin, dan M. Nabil Khasbulloh. “Rekonsiliasi Sisi ‘Sakralitas’ dan ‘Profanitas’: Antara Pendidikan Islam dan Revolusi Industri 4.0.” Murabby: Jurnal Pendidikan Islam 4, no. 1 (1 April 2021): 59–69. https://doi.org/10.15548/mrb.v4i1.2412. Umiarso, dan Asnawan. Kapita Selekta Pendidikan Islam: Isu-isu Kontemporer Pendidikan Islam dalam Bingkai Ke Indonesiaan. Jakarta: Kencana, 2017. Wibowo, Ugung Dwi Ario. “Prophetic Softskills Untuk Bersaing Di Era Revolusi Industri 4.0.” Insight: Jurnal Ilmiah Psikologi 21, no. 1 (25 Februari 2019): 30–38. https://doi.org/10.26486/psikologi.v21i1.758. Widiyono, Aan, dan Izzah Millati. “Peran Teknologi Pendidikan dalam Perspektif Merdeka Belajar di Era 4.0.” Journal of Education and Teaching (JET) 2, no. 1 (29 Januari 2021): 1–9. https://doi.org/10.51454/jet.v2i1.63. Yoke, S.K. “Are educators ready for Education 4.0.” The Star Online, 8 April 2018. https://www.thestar.com.my. Yunus, Syarif. “Potret Pendidikan Indonesia, Siapa yang Harus Berbenah?” kumparan. Diakses 25 Agustus 2021. https://kumparan.com/syarif-yunus/potret-pendidikanindonesia-siapa-yang-harus-berbenah-1tKr0bDEZwG. Yusanto, M. Ismail, M. Riza Rosadi, M. Rahmat Kurnia, M. Sigit Purnawan Jati, M. Arif Yunus, dan M. Karebet Widjayakusuma. Menggagas Pendidikan Islam. Bogor: Al-Azar Press, 2001.


132


Biografi Penulis dan Editor 1. Dedi Wahyudi, M.Pd.I (Penulis) Dedi Wahyudi, sekarang ini sebagai Dosen Tetap di Institut Agama Islam Negeri dengan NIP.199101032015031003. Konsentrasi kajiannya adalah Pendidikan Agama Islam. Peneliti dilahirkan di Kebumen pada 3 Januari 1991. Dia adalah putra pertama dari Bapak Surman dan Ibu Hesti Margiana. Dia mengawali pendidikannya di SD Negeri 4 Kedawung, SMP Negeri 3 Kebumen, dan SMA Negeri 2 Kebumen. Semasa mudanya dia juga nyantri di Pondok Pesantren Miftahul Anwar Pekeyongan-Pondok Pesantren Fatimah Az Zahra. Setelah menyelesaikan S-1 pada Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta (2011) dengan predikat “Lulus Terbaik dan Tercepat” pada wisuda periode 1 tahun ajaran 2011-2012. Saat menyelesaikan S-2, dia kembali mendapat predikat “Lulus Terbaik dan Tercepat” pada wisuda periode 3 tahun ajaran 2013- 2014 Program Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dengan IPK 3,94. Pengalaman mengajar di SMP Muhammadiyah 2 Mlati Sleman sejak 2012 hingga 2014, SMK Kesehatan Amanah Husada pada tahun 2014. Dia juga sebagai penulis lepas di berbagai media massa. Dia juga sebagai penulis di www.podoluhur.blogspot.com. Informasi karya tulisnya terangkum di https://goo.gl/Fg428D Pengalaman risetnya yang dibiayai dengan DIPA STAIN Jurai Siwo Metro atau Institut Agama Islam Negeri Metro diantaranya: Pemetaan Kajian Skripsi di Program Studi Pendidikan Agama Islam Jurusan Tarbiyah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Jurai Siwo Metro (2016); Nilai Moral Serat Kalatidha untuk Membangun Harmoni di Tengah Kemajemukan (2017); “Arah Baru” Pendidikan Islam di Lampung: Membaca Shifting Paradigm Pendidikan Islam pada Masyarakat Adat Lampung (2018); Mengelola Kemandirian Lokal: Menilik Kontribusi Tokoh Adat Lampung dalam Membangun Pendidikan Karakter Bangsa (2019); Kitab Kuning dan Formalisasi Pendidikan Islam Pesantren Tafsir Al Qur’an dalam Pendidikan Diniyah Formal (2020); dan Menggagas Pendidikan Moderasi Beragama di Era Education 4.0 Berbasis Manuskrip: Analisis Hermeneutik Serat Wedharaga (2021).


2. Dra. Khotijah, M.Pd. (Penulis) Dra. Khotijah, M.Pd, sekarang ini sebagai Dosen Tetap di Institut Agama Islam Negeri dengan NIP. 196708151996032001. Penulis lahir di Blitar, 15 Agustus 1967 anak ke 8 dari 9 bersaudara pasangan Bapak Ali Arkah رحمه هللا dan Ibu Musilah. Pendidikan dari SD sampai SLTA ditempuh di Blitar yaitu SD Negeri, SMP Hasanudin, MAN Tlogo Blitar dan nyantri di Pondok Pesantren Roudlatul Muta’alimin Banggle Kanigoro Blitar di bawah asuhan Bapak KH. Muhammad Ghazali رحمه هللا dan Umi Maskiyah رحمها هللا . pada tahun 1980- 1986. menempun Pendidikan S1 ditempuh di IAIN Malang (sekarang UIN) jurusan Pendidikan Bahasa Arab tahun 1987-1992 dan nyantri di Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah Nurul Huda Mergosono- Malang di bawah asuhan Bapak KH. Masduqi Mahfudz رحمه هللا dan Umi Chasinah Hamzawi .هللا رحمها Selesai pendidikan S1 merantau ke Lampung dan mengabdikan diri di IAIN Metro dari tahun 1994 sampai sekarang. Gelar M.Pd, diperoleh melalui pendidikan di UIN Malang jurusan Pendidikan Bahasa Arab pada tahun 2007-2009. Saat ini penulis masih aktif sebagai dosen pada jurusan Bahasa dan Sastra Arab Fakultas Usuluddin Adab dan Dakwah IAIN Metro dan sebagai sekretaris Senat Institut dari tahun 2019-sekarang. Pada tahun 2019 penulis bersama timnya menulis buku Interpretasi Makna (Prosedur Penerjemahan Arab-Indonesia) yang diterbitkan oleh Idea Press Yogyakarta). Selain menulis artikel di beberapa buku, jurnal, dan beberapa karya ilmiah, peneliti memiliki pengalaman riset yang didanai oleh DIPA STAIN Jurai Siwo Metro atau IAIN Metro diantaranya: Domestikasi Perempuan Salafi: Kontruksi Sosial Pergaulan antar Gender Kelompok Salafi di Kota Metro Lampung (2017); Dinamika Religiusitas Muslim di Sekolah Kristen: Upaya Peace Building di SMP Kristen Seputih Raman Lampung Tengah (2018); Mengelola Kemandirian Lokal: Menilik Kontribusi Tokoh Adat Lampung dalam Membangun Pendidikan Karakter Bangsa (2019); Desain dan Implementasi Mobile Learning Sebagai Upaya Peningkatan Pembelajaran Bahasa Arab Pada Siswa Madrasah Aliyah (2020); dan Menggagas Pendidikan Moderasi Beragama di Era Education 4.0 Berbasis Manuskrip: Analisis Hermeneutik Serat Wedharaga (2021).


3. Novita Kurniasih (Editor) Novita Kurniasih saat ini terdaftar sebagai mahasiswa Pascasarjana IAIN Metro setelah menamatkan studinya di kampus yang sama. Ia lahir pada 30 November 1997 di Kebumen, Jawa Tengah. Ia adalah putri bungsu dari Putri dari Bapak Surman dan Ibu Hesti Margiana. Pendidikannya ditempuh di SD N 4 Kedawung, SMP N 2 Kebumen, dan SMA N 2 Kebumen. Lalu melanjutkan studi sarjana di IAIN Metro dan selesai kurang dari 4 tahun pada 2021 dengan predikat “Lulusan Terbaik I” dengan IPK 3,90. Selama menempuh pendidikan sarjananya, ia belajar dan mengembangkan hobi menulisnya. Beberapa kejuaraan yang pernah diraihnya antara lain: juara 1 PKM PTKIN 2018 Se-Sumatera cabang Musabaqah Karya Tulis al-Qur’an, juara 3 MTQ Kota Metro tahun 2018 cabang Musabaqah Maqalah al-Qur’an, finalis nasional Lomba Karya Tulis Ilmiah al-Qur’an yang diselenggarakan oleh CSS MORA UIN Sunan Kalijaga pada tahun 2019, tahun 2020 ia menjadi juara harapan 3 pada PIONIR PTKIN Se-Indonesia yang diselenggarakan di UIN Maulana Malik Ibrahim pada cabang Musabaqah Karya Tulis al-Quran. Selain itu ia juga menyabet beberapa penghargaan lainnya seperti: 20 penulis terbaik event Menulis Cerpen Kota Metro pada tahun 2018, juara 3 lomba cipta baca puisi HMJ PAI IAIN, dan lainnya. Sampai saat ini, ia sudah menerbitkan 3 buku, yaitu: Pendidikan Karakter Melalui Permainan Tradisional” (2018), “Moderasi di Tengah Pandemi: Saatnya Menggugah Makna Keberagamaan” (2020), serta “Serat Kalatidha: Kesalehan, Pendidikan, dan Moderasi Beragama” (2021). Selain itu, beberapa tulisannya telah diterbitkan di berbagai jurnal ilmiah nasional. Informasi karya tulisnya terekam di https://bit.ly/novitakurniasih


Click to View FlipBook Version