Studi Pengamatan Kepuasan Pasien Peserta BPJS Kesehatan terhadap Pelayanan Kefarmasian Unit Rawat Jalan RSUD Provinsi Sulawesi Barat 15 th Proc. Mul. Pharm. Conf. 2022. e-ISSN: 2614-4778 Samarinda, 27-29 Mei 2022 228 menghasilkan lebih dari 50% yang memuaskan dengan demikian dapat diartikan bahwa kualitas pelayanan yang diberikan cukup maksimal. Kepuasan merupakan perasaan senang atau kecewa seseorang yang muncul setelah membandingkan persepsi antara harapan dan pelayanan yang diterimanya terhadap suatu jasa atau produk. Salah satu model yang banyak dipakai untuk mengukur kepuasan pelanggan adalah model SERVQUAL (Service Quality) dengan cara membuat survey penilaian kepuasan pelanggan [11]. Analisis kepuasan pelanggan dapat dilakukan berdasarkan lima dimensi kualitas layanan, yakni sebagai berikut: Tangible (bukti nyata) merupakan fasilitas/ sarana fisik yang dapat dilihat atau dirasakan pasien terkait pelayanan yang didapat dibandingkan dengan harapannya. Dalam penelitian ini adalah kemudahan akses lokasi apotek, dan kelengkapan obat resep yang diterimanya. Reliability (kehandalan) merupakan kemampuan tenaga kefarmasian memberikan pelayanan resep yang sesuai dengan harapan pasien. Dalam penelitian ini adalah kemudahan prosedur administrasi pasien BPJS menebus obat; Responsiveness (ketanggapan) merupakan dimensi kualitas pelayanan yang paling dinamis, yaitu kecepatan tenaga kefarmasian memberikan pelayanan resep. Dalam penelitian ini adalah kecepatan petugas melayani pasien dan kecepatan peracikan obat resep; Assurance (jaminan) merupakan dimensi kualitas yang berhubungan dengan kompetensi tenaga kefarmasian menanamkan kepercayaan dan keyakinan kepada pasien. Dalam penelitian ini adalah ketrampilan dan kemampuan tenaga kefarmasian memberikan informasi obat secara jelas dan lengkap kepada pasien; Emphaty (empati) merupakan suatu kemampuan emosional tenaga kefarmasian untuk mengerti, menolong, dan merasakan apa yang dirasakan pasien. Dalam penelitian ini dimensi emphaty adalah keramahan tenaga kefarmasian memberikan pelayanan kepada pasien tanpa memandang status sosialnya [12][5]. Pada dimensi tangibles hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas berada pada kuadran 4 yaitu data terlihat dari diagram kartesius bahwa kuadran D (berlebihan): atribut pada kuadran ini dianggap tidak penting oleh pengguna tetapi pelayanannya memuaskan. Dinilai dari dunia kesehatan karakteristik produk pelayanan unit kefarmasian merupakan salah satunya adalah fasilitas yang disedikan oleh rumah sakit terutama pada rawat. Fasilitas kefarmasian rawat jalan merupakan salah satu alasan pasien dan keluarga pasien untuk menentukan pilihannya. Sarana dan prasarana memiliki peran penting dalam mendominasi penyebab terpenuhinya standart mutu pelayanan [13]. Pada dimensi reliability hasil penelitian menunjukkan bahwa setengahnya mutu pelayanan berada pada kuadran 3 yaitu terlihat dari diagram kartesius bahwa kuadran C (prioritas rendah): atribut pada kuadran ini dianggap oleh pengguna dan pelayanannya kurang memuaskan. Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa kehandalan apoteker sangat efektif dalam meningkatkan kinerja apoteker secara maksimal. Kinerja apoteker yang baik akan berdamapak dalam peningkatkan mutu pelayanan kesehatan.(14) Semakin handal apoteker dan petugas rumah sakit dalam menggunakan mekanisme pengobatan yang baik, pasien akan percayakan pengobatannya pada suatu pelayanan kesehatan. Selain itu kehandalan yang dimiliki oleh petugas terkait sikap adil dalam memberikan layanan kepada pasien tanpa membedakan status sosial atau faktor lainnya (tidak diskriminatif) juga merupakan hal penting yag harus diperhatikan [15]. Pada dimensi responsiveness hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar dimensi responsiveness berada pada kuadran 2 yang menunjukkan bahwa kuadran B (pertahankan prestasi): atribut pada kuadran ini dianggap sangat penting oleh pengguna dan pelayanannya sangat memuaskan. Unit pelayanan kefarmasian RSUD harus mempertahankan kualitas pelayanannya. Hasil penelitian tersebut sejalan dengan penelitian yang menyatakan bahwa penyediaan pelayanan yang cepat yang dibutuhkan oleh pasien merupakan salah satu dari penentukan dalam memilih suatu pelayan kesehatan [16]. Daya tanggap dari seorang dokter, petugas kesehatan, apoteker dalam memberikan sebuah pelayanan sangat diharapakan oleh pasien. Apoteker yang terlambat dalam memberikan
Studi Pengamatan Kepuasan Pasien Peserta BPJS Kesehatan terhadap Pelayanan Kefarmasian Unit Rawat Jalan RSUD Provinsi Sulawesi Barat 15 th Proc. Mul. Pharm. Conf. 2022. e-ISSN: 2614-4778 Samarinda, 27-29 Mei 2022 229 pelayanan akan berdampak pada mutu pelayanan kesehatan sehingga perlu peningkatan tanggung jawab dengan menekan kedisiplinan kerja pada pelayan kesehatan. Selain itu, dalam meningkatkan kualitas pelayanan, rumah sakit perlu melakukan pendekatan yang bersifat informatif dengan cara menjelaskan perkembangan kesehatan kepada pasien dengan bahasa yang mudah dipahami oleh pasien dan anggota keluarga [17]. Pada dimensi assurance hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan dimensi assurance dengan peningkatan kebutuhan mutu pelayanan yang sesuai standart. Tingkat kepercayaan yang diberikan oleh pasien pada pelayanan kesehatan sangat dipengaruhi oleh kualitas hubungan antara petugas kesehatan dan pasien [18] Jaminan kepastian didapatkan melalui komunikasi yang baik, dalam komunikasi apoteker akan memberikan sebuah informasi yang jelas terhadap jenis obat yang diberikan sehingga jaminan kepastian akan terbentuk secara alamiah. Pada dimensi empathy hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas dimensi empathy terdapat pada kuadran 4 yaitu atribut pada kuadran ini dianggap tidak penting oleh pengguna tetapi pelayanannya memuaskan. Hal ini sejalan dengan penelitian yang menyatakan bahwa petugas apoteker rumah sakit yang lebih mengutamakan melaksanakan tugas daripada mendengarkan sebuah keluhan yang dirasakan oleh pasien. Salah satu penyebabnya adalah petugas apoteker rumah sakit merasa masih banyak pekerjaan yang harus diselesaikan, beban kerja yang tinggi dan kurangnya tenaga kesehatan. Sikap mau mendengarkan sebuah keluhan pasien atau dimensi empati akan membantu dalam proses penyembuhan. Pendekatan emosional petugas apoteker rumah sakit akan membuat pasien menemukan kebutuhan psikologis dan sosial yang tidak terpenuhi selama perawatan sehingga pasien merasa lebih baik dengan kondisinya sehingga harus memberikan pelayanan dengan penuh profesionalisme salah satunya dengan pendekatan emosional [19]. Fokus utama perawatan tidak bertumpu pada perawatan medis namun bagaimana suatu penyedia pelayanan farmasi mampu mengenali kondisi pasien. Ikatan emosional yang kuat antara penyedia layanan dan pasien telah terbukti secara positif mempengaruhi tingkat kepuasan pasien terhadap jenis pelayanan yang diterima. Dengan demikian untuk meningkatkan mutu pelayanan khususnya pada unit farmasi diperlukan peningkatan profesionalisme salah satunya didukung dengan kebijakan yang ada di Rumah Sakit dengan memperhatikan dimensi mutu pelayanan [20]. 4 Kesimpulan Hasil penelitian menunjukkan tingkat kepuasan pasien peserta BPJS terhadap pelayanan kefarmasian di unit rawat jalan pada tiap dimensi mutu sudah masuk dalam kategori puas (>60%). Hasil analisis Customer Window Quadrant menunjukkan petugas Apotik Rawat jalan sebaiknya memperbaiki pelayanan pasien agar tidak menunggu lama untuk mendapatkan pelayanan farmasi, waktu tunggu obat jadi dan obat racikan serta ketersediaan obat di apotik rumah sakit. 5 Kontribusi Penulis Kontribusi penulis dalam penelitian ini yaitu peneliti utama Wita Oileri Tikirik dan peneliti pendamping Haryanto, dengan didampingi juga oleh beberapa mahasiswa yakni Nelvi, Aura Rabiulandari Bsair, Adilah Rezky Pratiwi dan Suci Ramlah. 6 Konflik Kepentingan Tidak ada konflik kepentingan dalam penelitian ini. 7 Daftar Pustaka [1] Sudarso E. ANALISIS PELAYANAN PASIEN BPJS KESEHATAN. 2020;1:35–47. [2] Sofiana M, Wahyuni R, Supriyadi E. Studi Komparasi Kepuasan Pasien BPJS Dan Non BPJS Pada Mutu Pelayanan Pendaftaran Puskesmas Johar Baru Jakarta Pusat. Abiwara J Vokasi Adm Bisnis. 2020;1(2):93–110. [3] Sugeng Suharto. Kajian Survey Kepuasan Layanan Publik dan Kebijakan Pemerintah Daerah Propinsi Bengkulu dalam Bidang Kesehatan [Internet]. Uwais Inspirasi Indonesia. 2018. 146 p. Available from: https://www.google.co.id/books/edition/Kajia n_Survey_Kepuasaan_Layanan_Publik_d/JMKID wAAQBAJ?hl=id&gbpv=1&dq=jurnal+tentang+
Studi Pengamatan Kepuasan Pasien Peserta BPJS Kesehatan terhadap Pelayanan Kefarmasian Unit Rawat Jalan RSUD Provinsi Sulawesi Barat 15 th Proc. Mul. Pharm. Conf. 2022. e-ISSN: 2614-4778 Samarinda, 27-29 Mei 2022 230 pelayanan+publik+kesehatan&printsec=frontc over [4] Purwaningrum R. Analisis Mutu Pelayanan Terhadap Kepuasan Pasien Di Rumah Sakit Pertamina Bintang Amin Bandar Lampung Tahun 2018. J Ilmu Kedokt dan Kesehat. 2020;7(1):357–67. [5] Listiawaty R, Sugiarto S. Analysis Of Customer Satisfaction Level Of Quality Of Frontline Office Services Of BPJS Office Of Jambi Branch. J Widya Med [Internet]. 2020; Available from: http://journal.wima.ac.id/index.php/JWM/arti cle/view/2427 [6] Astuti NK, Kundarto W. Analisis Kepuasan Pasien BPJS Rawat Jalan Terhadap Pelayanan Instalasi Farmasi Rumah Sakit UNS. JPSCR J Pharm Sci Clin Res. 2018;3(2):84. [7] Upadhyai R, Jain AK, Roy H, Pant V. A Review of Healthcare Service Quality Dimensions and their Measurement. J Health Manag. 2019;21(1):102–27. [8] Mayenti F, Sari Y. Efektifitas Teknik Distraksi Musik Klasik Mozart Untuk Mengurangi Nyeri Pada Pasien Post Operasi Fraktur. J Akad Baiturrahim Jambi. 2020;9(1):98. [9] Raising R. Analisis Tingkat Kepuasan Pasien Terhadap Pelayanan Kefarmasian Di Rumah Sakit Dan Apotek. J Mandala Pharmacon Indones. 2019;5(01):31–7. [10] Putri S. Analisis Kesenjangan Pelayanan Pada Pasien Poliklinik Rawat Jalan Menggunakan. J Kesehat Masy. 2016;4:117–25. [11] Prihartini N, Yuniar Y, Susyanty AL, Raharni R. Kepuasan Pasien Rawat Jalan terhadap Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit dan Puskesmas di 11 Provinsi di Indonesia. J Kefarmasian Indones. 2020;10(1):42–9. [12] Zumria, Narmi T. Perbedaan Tingkat Kepuasan Pasien Bpjs Dan Non Bpjs Terhadap Mutu Pelayanan Di Ruang Rawat Inap RSUD Kota Kendari. J Ilm Karya Kesehat. 2020;1(1):76–83. [13] Ogundipe O, Hoyo C, Stbye T, Oneko O, Manongi R, Lie RT, et al. Factors associated with prenatal folic acid and iron supplementation among 21,889 pregnant women in Northern Tanzania: A cross-sectional hospital-based study. BMC Public Health. 2020;12(1):1. [14] Mustika YA, Nugrahaningtyas Wahjuning Utami J, Sukismanto S. Association of Health Service Quality with Patient Satisfaction in Primary Healthcare Center of Gedongtengen Yogyakarta. J Heal Educ. 2019;4(1):37–42. [15] Mylonas I, Friese K. Indikationen, Vorzüge und Risiken einer elektiven Kaiserschnittoperation. Dtsch Arztebl Int. 2015;112(29–30):489–95. [16] Wardah, Dr Said Usman, Dr Elly Wardani. An Evaluation of Patient Satisfaction with Nursing Care: A Qualitative Study in an Indonesian Hospital. Ethiop J Health Sci. 2020;30(6). [17] Setyawan FEB, Supriyanto S, Ernawaty E, Lestari R. Understanding patient satisfaction and loyalty in public and private primary health care. J Public health Res. 2020;9(2):140–3. [18] Fadhilah IQ, Murti B, et al. Factors Affecting the Quality of Outpatient Registration Service and Patient Satisfaction at the Community Health Center in Surakarta and Karanganyar, Central Java. J Heal Policy Manag. 2020;5(2):92–102. [19] Pratiwi P, Muhtadi A, Surahman E. Influence Service Quality and Customer Satisfaction towards Drug Purchase Intention in Anggrek Outpatient Pharmacy Depo at Hasan Sadikin Hospital. Indones J Clin Pharm. 2016;5(1):47– 55. [20] Sepp K, Tuula A, Bobrova V, Volmer D. Primary health care policy and vision for community pharmacy and pharmacists in estonia. Pharm Pract (Granada). 2021;19(2):1–12.
15 th Proc. Mul. Pharm. Conf. 2022. e-ISSN: 2614-4778 Samarinda, 27-29 Mei 2022 194 Journal homepage: https://prosiding.farmasi.unmul.ac.id Optimasi Basis Blush On Cream dengan Variasi Konsentrasi Asam Stearat Optimization of Blush on Cream Base with Variations in Stearic Acid Concentrations Yiska Priscilla Septilita*, Maria Almeida, Laode Rijai Laboratorium Penelitian dan Pengembangan Kefarmasian “Farmaka Tropis”, Fakultas Farmasi, Universitas Mulawarman, Samarinda, Indonesia *Email korespondensi: [email protected] Abstrak Blush on adalah kosmetika yang berfungsi untuk mewarnai pipi dengan sentuhan artistik sehingga dapat menciptakan kesan segar dalam tata rias wajah. Pada penelitian ini dipilih blush on cream dikarenakan mudah menyebar dan pengaplikasiannya lebih mudah. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh formula optimal dari basis blush on cream yang memenuhi persyaratan farmasetika. Penentuan formula basis yang optimal dilakukan melalui variasi konsentrasi asam stearat sebesar 16%, 17%, dan 18%, dimana pada penelitian ini asam stearat berfungsi sebagai emulsifying agent. Evaluasi basis yang dilakukan meliputi evaluasi karakteristik fisik (uji organoleptik, uji homogenitas, uji pH, uji daya sebar, dan uji viskositas) dan uji stabilitas menggunakan metode cycling test selama 6 siklus. Dari ketiga formula diperoleh hasil yang menunjukkan bahwa F3 sebagai formula basis blush on cream yang optimal dengan konsentrasi asam stearat sebesar 18%. Hasil dari evaluasi karakteristik fisik basis pada F3 menghasilkan basis yang berbentuk semipadat, berwarna putih, berbau khas bahan, homogen, pH 5,16, daya sebar 4,14 cm, dan viskositas 6.708 cPs. Hasil uji stabilitas menunjukkan pada F3 stabil terhadap pengaruh suhu yang berbeda yaitu 4oC dan 40oC selama 6 siklus. Kata Kunci: Blush on cream, optimasi basis, asam stearat Abstract Blush on is a cosmetic that functions to color the cheeks with an artistic touch so it can create fresh impression in makeup. In this study, blush on cream was choosen because easy to spread and the application is easier. The purpose of this study was to obtain an optimal blush on cream formula that meets the pharmaceutical requirements. Determination of the optimal base formula was carried by Proceeding of Mulawarman Pharmaceuticals Conferences
Optimasi Basis Blush On Cream Dengan Variasi Konsentrasi Asam Stearat 15 th Proc. Mul. Pharm. Conf. 2022. e-ISSN: 2614-4778 Samarinda, 27-29 Mei 2022 195 variying the concentration of stearic acid by 16%, 17%, and 18%, where in this study stearic acid functions as an emulsifying agent. Evaluation of the bases included evaluation of physical characteristics (organoleptic test, homogenity test, pH test, dispersion test, and viscosity test), and stability test using cycling test method for 6 cycles. From the three formulas, the result showed that F3 was the optimal blush on cream base formula with the stearic acid concentration of 18%. Results of physical characteristic evalution from base on F3 produced a semisolid base, white in color, with a materials smell, homogeneous, pH 5,16, dispersion of 4,14 cm, and viscosity of 6.708 cPs. Results of the stability test showed that F3 was stable to the influence of different temperatures, namely 4oC and 40oC for 6 cycles. Keywords: Blush on cream, base optimization, stearic acid DOI: https://doi.org/10.25026/mpc.v15i1.643 1 Pendahuluan Kosmetika adalah bahan atau sediaan yang dimaksudkan untuk digunakan pada bagian luar tubuh manusia (epidermis, rambut, kuku, bibir, dan organ genital bagian luar), atau gigi dan membran mukosa mulut, terutama untuk membersihkan, mewangikan, mengubah penampilan, dan/atau memperbaiki bau badan atau melindungi atau memelihara tubuh pada kondisi baik [1]. Berdasarkan kegunaannya, kosmetik dibagi menjadi dua jenis yaitu kosmetik riasan (makeup) dan kosmetik perawatan kulit (skincare). Kosmetik riasan merupakan kosmetik dengan tujuan untuk merias atau memperindah penampilan sehingga terlihat lebih cantik sedangkan kosmetik perawatan kulit (skincare) merupakan kosmetik dengan tujuan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan kulit, dan juga bertujuan untuk menghilangkan kelainankelainan pada kulit [2]. Blush on merupakan salah satu contoh dari kosmetik riasan (makeup) dimana blush on merupakan kosmetik yang berfungsi untuk mewarnai pipi dengan sentuhan artistik sehingga dapat menciptakan kesan segar dalam tata rias wajah. Blush on terbagi menjadi beberapa jenis seperti compact powder, liquid, krim, gel, blush ball, dan batang (stick). Blush on dengan jenis krim dipilih karena lebih praktis, mudah menyebar secara merata, dan pengaplikasiannya yang mudah [3]. Optimasi dapat dilakukan pada basis untuk menentukan proporsi relatif bahan-bahan yang digunakan dalam suatu formula yang paling baik sesuai persyaratan yang ditentukan. Komponen yang sangat penting yaitu emulsifying agent atau emulgator. Emulgator merupakan bahan yang memiliki kemampuan untuk menurunkan tegangan permukaan di antara fase minyak dan fase air [4]. Variasi konsentrasi asam stearat dalam basis krim dilakukan untuk mengetahui pengaruhnya terhadap karakteristik dan stabilitas fisik sediaan krim. Berdasarkan uraian di atas maka dilakukan penetlitian ini yang bertujuan untuk memperoleh formula optimal dari basis blush on cream yang memenuhi persyaratan farmasetika. 2 Metode Penelitian 2.1 Alat dan Bahan Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah mortir, stemper, timbangan analitik, cawan porselin batang pengaduk, hot plate, gelas kimia, kaca objek, kaca dengan ukuran 20 cm×20 cm, anak timbang 50 g, 100 g, 200 g, pH meter, dan viskometer rheosys. Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah asam stearat, trietanolamin, setil alkohol, propilenglikol, parafin cair, asam sitrat, BHT, propil paraben, metil paraben, dan aquades.
Optimasi Basis Blush On Cream Dengan Variasi Konsentrasi Asam Stearat 15 th Proc. Mul. Pharm. Conf. 2022. e-ISSN: 2614-4778 Samarinda, 27-29 Mei 2022 196 2.2 Pembuatan Basis Pembuatan basis diawali dengan memanaskan mortir. Kemudian bagi bahan menjadi dua fase yaitu fase minyak dan fase air, dimana fase minyak terdiri dari asam stearat, setil alkohol, parafin cair, BHT, dan propil paraben sedangkan fase air terdiri dari trietanolamin, propilenglikol, asam sitrat, metil paraben, dan aquades. Kedua fase dimasukkan ke dalam masing-masing cawan poselin dan leburkan di atas hot plate dengan suhu 70°C. Setelah kedua fase melebur, masukkan terlebih dahulu fase minyak ke dalam mortir dan gerus, kemudian masukkan fase air sedikit demi sedikit dan gerus hingga terbentuk massa krim. Tabel 1 Formula Basis Blush On Cream Nama Bahan Jumlah Bahan (%) F1 F2 F3 Asam Stearat 16 17 18 Trietanolamin 2 2 2 Setil Alkohol 3 3 3 Paraffin cair 2 2 2 Propilenglikol 10 10 10 Asam Sitrat 0,5 0,5 0,5 BHT 0,1 0,1 0,1 Metil paraben 0,18 0,18 0,18 Propil paraben 0,02 0,02 0,02 Aquades Ad 30 Ad 30 Ad 30 2.3 Evaluasi Karakteristik Fisik 2.3.1 Uji Organoleptik Uji organoleptik dilakukan dengan pengamatan pada bentuk, warna, dan bau dari basis krim. 2.3.2 Uji Homogenitas Uji homogenitas dilakukan dengan menimbang basis sebanyak 0,5 gram kemudian dioleskan di atas kaca objek lalu tutup dengan kaca objek yang lain. Amati ada tidaknya butiran-butiran kasar atau gumpalan. 2.3.3 Uji pH Uji pH dilakukan dengan mengkalibrasi terlebih dahulu pH meter menggunakan larutan standar pH 4 dan pH 7. Cuci elektroda menggunakan aquades kemudian keringkan menggunakan tissue. Masukkan elektroda ke dalam basis dan ditunggu hingg pH meter menunjukkan nilai pH yang konstan. 2.3.4 Uji Daya Sebar Uji daya sebar dilakukan dengan menimbang basis sebanyak 0,5 gram kemudia letakkan basis ke permukaan kaca dengan ukuran 20 cm × 20 cm lalu tutup dengan kaca yang lain. Diamkan selama 1 menit dan ukur diameter penyebaran. Lakukan hal yang sama dengan penambahan beban 50 g, 100 g, 150 g, dan 200 g. 2.3.5 Uji Viskositas Uji viskositas dilakukan menggunakan alat viskometer rheosys. Timbang basis sebanyak 0,5 gram lalu letakkan pada permukaan cone&plate kemudian ukur viskositas basis dengan kecepatan 10 rpm. 3 Hasil dan Pembahasan 3.1 Evaluasi Karakteristik Fisik Evaluasi karakteristik fisik dilakukan berdasarkan uji organoleptik, uji homogenitas, uji pH, uji daya sebar, dan uji viskositas. Uji organoleptik adalah pengamatan sediaan dengan menggunakan panca indera yang bertujuan untuk mengetahui ciri-ciri dan sifat fisik dari sediaan. Uji organoleptik meliputi bentuk, warna, dan bau [3]. Hasil yang diperoleh adalah pada ketiga formula basis krim berbentuk semipadat,berwarna putih, dan berbau khas bahan. Uji homogenitas adalah pengujian yang dilakukan untuk mengetahui suatu komponen telah homogen atau tidak. Homogenitas suatu sediaan ditunjukkan dengan susuan yang homogen dan tidak terdapat butiran-butiran kasar atau gumpalan [3]. Hasil yang diperoleh adalah pada ketiga formula basis krim memiiki susunan yang homogen. Uji pH adalah pengujian yang dilakukan menggunakan alat pH meter. Tujuan dari uji ini adalah untuk mengetahui tingkat keasaman suatu sediaan dengan syarat sesuai dengan pH fisologis kulit yaitu 4,5-7 [3]. Hasil yang diperoleh dari uji ini adalah pada F1 diperoleh nilai pH sebesar 5,67, pada F2 diperoleh nilai pH sebesar 5,44, dan pada F3 diperoleh nilai pH sebesar 5,16. Penurunan nilai pH ini seiringan dengan peningkatan konsentrasi asam stearat yang digunakan karena asam stearat sendiri memiliki pH asam.
Optimasi Basis Blush On Cream Dengan Variasi Konsentrasi Asam Stearat 15 th Proc. Mul. Pharm. Conf. 2022. e-ISSN: 2614-4778 Samarinda, 27-29 Mei 2022 197 Uji daya sebar adalah pengujian yang dilakukan untuk mengetahui kemampuan menyebar suatu sediaan ketika diaplikasikan pada kulit. Syarat dari uji ini adalah rentang diameter penyebaran basis krim sebesar 4-7 cm [3]. Hasil yang diperoleh dari uji ini adalah pada F1 memiliki daya sebar 4,16 cm, dan pada F2 dan F3 memiliki daya sebar 4,14 cm. Daya sebar dapat dipengaruhi oleh viskositas dimana jika viskositas suatu sediaan tinggi maka daya sebar sediaan akan kecil. Uji viskositas adalah pengujian yang dilakukan menggunakan alat viskometer rheosys. Tujuan dari uji ini adalah untuk mengetahui tingkat kekentalan suatu sediaan dengan syarat viskositas yaitu 2.000 – 50.000 cPs [3]. Hasil yang diperoleh adalah pada F1 memiliki viskositas sebesar 3.281 cPs, F2 memiliki viskositas sebesar 3.863 cPs, dan F3 memiliki viskositas sebesar 6.708 cPs. Penggunaan asam stearat dapat meningkatkan viskositas krim dikarenakan salah satu fungsi dari asam stearat yaitu stiffening agent yang mana asam stearat akan membentuk massa krim. Penggunaan trietanolamin yang dikombinasikan dengan asam stearat akan membentuk emulgator anionik dan akan meningkatkan ukuran molekul yang rigid dan halus [5]. Tabel 2 Evaluasi Karakteristik Fisik Parameter Uji Formula F1 F2 F3 Bentuk Semipadat Semipadat Semipadat Warna Putih Putih Putih Bau Khas Bahan Khas Bahan Khas Bahan Homogenitas Homogen Homogen Homogen pH 5,67 5,44 5,16 Daya Sebar 4,16 cm 4,14 cm 4,14 cm Viskositas 3.281 cPs 3.863 cPs 6.708 cPs 3.2 Uji Stabilitas Stabilitas suatu produk farmasi adalah kemampuan sejauh mana produk dapat mempertahankan sifat dan karakteristik fisik yang sama yang dimiliki pada saat pembuatan. Tujuan dari uji ini adalah untuk menilai karakteristik fisik krim sehingga tercapainya kestabilan untuk memberikan jaminan mutu bahwa produk akan tetap pada kualitas yang baik [6]. Pada uji ini digunakan metode cycling test dimana dalam metode ini krim akan disimpan pada suhu yang berbeda yaitu 4oC selama 24 jam dan 40°C selama 24 jam selama 6 siklus dengan tujuan untuk mengetahui apakah terjadi perubahan fisik pada krim atau tidak [7]. Hasil organoleptik pada ketiga formula selama penyimpanan 6 siklus diperoleh basis krim yang berbentuk semipadat, berwarna putih, dan berbau khas bahan. Hasil uji homogenitas pada ketiga formula selama penyimpanan 6 siklus diperoleh basis krim yang homogen. Stabilitas pH pada ketiga formula selama penyimpanan 6 siklus menunjukkan bahwa pada F1 dan F2 terjadi peningkatan pH hingga melewati rentang pH fisioligis kulit pada siklus ke 4 dengan nilai pH F1 7,16 dan F2 7,01. Sedangkan pada F3 memiliki pH yang berubahubah namun cenderung stabil dikarenakan masih dalam rentang pH fisiologis kulit. Tabel 3 Stabilitas pH Siklus F1 F2 F3 Siklus 1 6,10 5,99 5,78 Siklus 2 6,90 6,81 6,58 Siklus 3 6,76 6,61 6,46 Siklus 4 7,16 7,01 6,71 Siklus 5 6,74 6,59 6,10 Siklus 6 6,76 6,65 6,48 Pada stablitas daya sebar basis krim selama penyimpanan 6 siklus menunjukkan bahwa F2 mengalami penurunan daya sebar hingga melewati rentang daya sebar krim, dimana daya sebar yang diperoleh adalah 3,82 cm pada siklus ke 5. Sedangkan pada F1 dan F3 memiliki daya sebar yang stabil karena masuk ke dalam rentang daya sebar krim. Tabel 4 Stablitas Daya Sebar Cycle F1 F2 F3 Siklus 1 4,54 cm 4,14 cm 4,12 cm Siklus 2 4,36 cm 4,39 cm 4,25 cm Siklus 3 4,34 cm 4,23 cm 4,27 cm Siklus 4 435 cm 4,22 cm 4,10 cm Siklus 5 4,21 cm 3,82 cm 4,43 cm Siklus 6 4,16 cm 4,15 cm 4,12 cm Pada stabilitas viskositas basis krim selama penyimpanan 6 siklus menunjukan bahwa pada ketiga formula memiliki viskositas
Optimasi Basis Blush On Cream Dengan Variasi Konsentrasi Asam Stearat 15 th Proc. Mul. Pharm. Conf. 2022. e-ISSN: 2614-4778 Samarinda, 27-29 Mei 2022 198 yang stabil dikarenakan viskositas yang didapatkan masuk dalam rentang viskositas krim. Tabel 5 Stabilitas Viskositas Siklus F1 F2 F3 Siklus 1 3.446 cPs 3.201 cPs 10.018 cPs Siklus 2 3.013 cPs 4.608 cPs 7.393 cPs Siklus 3 3.455 cPs 5.199 cPs 7.828 cPs Siklus 4 4.793 cPs 5.431 cPs 8.339 cPs Siklus 5 5.426 cPs 4.670 cPs 8.526 cPs Siklus 6 4.350 cPs 6.654 cPs 10.454 cPs 4 Kesimpulan Berdasarkan hasil optimasi basis dapat disimpulkan bahwa F3 dengan konsentrasi asam stearat 18% merupakan formula yang optimal dengan karakteristik fisik berbentuk semipadat, berwarna putih, berbau khas bahan, homogen, pH 5,16, daya sebar 4,14 cm, dan viskositas 6.708 cPs, serta stabil terhadap pengaruh suhu yang berbeda yaitu suhu 4oC dan suhu 40°C selama 6 siklus. 5 Kontribusi Penulis Yiska Priscilla Septilita : melakukan penelitian mulai dari penyiapan alat dan bahan, pembuatan basis, dan evaluasi basis serta menyiapkan data hasil penelitian. Laode Rijai dan Maria Almeida: membimbing dan mengarahkan mulai dari proses penelitian hingga proses penulisan artikel ini. 6 Konflik Kepentingan Penulis menyatakan tidak adanya konflik kepentingan dalam penelitian, penulisan, dan publikasi artikel ini. 7 Daftar Pustaka [1] Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. 2010. Persyaratan Teknis Kosmetika. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia [2] Briliani, RA., Safitri, D Dan Sudarno. 2016. Analisis Kecenderungan Pemilihan Kosmetik Wanita Di Kalangan Mahasiswi Jurusan Statistika Universitas Diponegoro Menggunakan Biplot Komponen Utama. Jurnal Gaussian, 5(3) [3] Handayani, NM., Meylina,L Dan Narsa AC. 2019. Formulasi Sediaan Blush Cream Dari Ekstrak Biji Kesumba Keling (Bixa orellana (L.)) Sebagai Pewarna Alami. Proceeding Of Mulawarman Pharmaceutical Conference E-ISSN: 2614-4778 [4] Sulaiman TN Dan Kuswahyuning R. 2008. Teknologi & Formulasi Sediaan Semipadat. Yogyakarta: Laboratorium Teknologi Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada. 73- 79 [5] Rowe,R.C., P.J. Sheskey Dan M.E. Quinn. 2009. Handbook Of Pharmaceutical Excipients. Sixth Edition.. Pharmaceutical Press : London [6] Bajaj, S., Dines, S., Neha, S. 2012. Stability Testing Of Pharmaceutical Product. Journal Of Applied Pharmaceutical Science, 2(3): 129-138 [7] Suryani., Putri, AEP., Agustyiani, P. 2017. Formulasi dan Uji Stabilitas Sediaan Gel Ekstrak Terpurifikasi Daun Paliasa (Kleinhovia hospita L.) Yang Berefek Antioksidan. Pharmacon, 6(3): 157-169
15 th Proc. Mul. Pharm. Conf. 2022. e-ISSN: 2614-4778 Samarinda, 27-29 Mei 2022 199 Journal homepage: https://prosiding.farmasi.unmul.ac.id Optimalisasi Induksi Hiperglikemik pada Zebrafish dan Skrining Fitokimia Infusa Daun Salam (Syzygium polyanthum) dengan Buah Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi) sebagai Antidiebetes Optimization of Hyperglycemic Induction in Zebrafish and Phytochemical Screening of Bay Leaf (Syzygium polyanthum) with Starfruit (Averrhoa bilimbi) as Antidiebetic Yusri*, Riski Sulistiarini, Hifdzur Rashif Rija’i Laboratorium Penelitian dan Pengembangan Kefarmasian “Farmaka Tropis”, Fakultas Farmasi, Universitas Mulawarman, Samarinda, Indonesia *Email korespondensi: [email protected] Abstrak Salah satu penyakit degeneratif yaitu diabetes mellitus merupakan penyakit yang diakibatkan oleh kondisi kelebihan kadar glukosa darah atau hiperglikemik. Daun salam memiliki kandungan berupa senyawa flavonoid dan tanin yang diduga berkhasiat menurunkan kadar glukosa darah. Buah belimbing wuluh memiliki kandungan vitamin C, flavonoid, dan saponin yang juga berkhasiat menurunkan kadar glukosa darah. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui konsentrasi optimal aloksan untuk induksi hiperglikemik pada zebrafish serta untuk mengetahui kandungan senyawa metabolit sekunder pada infusa daun salam dan buah belimbing wuluh sebagai antidiabetik. Optimalisasi induksi hiperglikemik dilakukan dengan membagi 5 kelompok perlakuan terdiri dari kelompok normal dan kelompok induksi aloksan (0,2%; 0,15%; 0,1%; dan 0,05%), kemudian dilakukan pengukuran kadar glukosa darah 7 hari pasca induksi. Hasil yang didapatkan yaitu terdapat perbedaan nilai kadar glukosa darah zebrafish antara kelompok normal dengan kelompok induksi. Konsentrasi yang paling optimal dalam meningkatkan kadar glukosa darah zebrafish adalah aloksan konsentrasi 0,15% dengan rata-rata kadar glukosa darah sebesar 230,25 mg/dL. Kata Kunci: hiperglikemik, daun salam, buah belimbing wuluh, zebrafish Proceeding of Mulawarman Pharmaceuticals Conferences
Optimalisasi Induksi Hiperglikemik pada Zebrafish dan Skrining Fitokimia Infusa Daun Salam (Syzygium polyanthum) dengan Buah Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi) sebagai Antidiebetes 15 th Proc. Mul. Pharm. Conf. 2022. e-ISSN: 2614-4778 Samarinda, 27-29 Mei 2022 200 Abstract One of the degenerative diseases, namely diabetes mellitus, is a disease caused by conditions of excess blood glucose levels or hyperglycemia. Bay leaves contain flavonoid and tannin compounds which are thought to be efficacious in lowering blood glucose levels. Wuluh star fruit contains vitamin C, flavonoids, and saponins which are also efficacious in lowering blood glucose levels. The purpose of this study was to determine the optimal concentration of alloxan for hyperglycemic induction in zebrafish and to determine the content of secondary metabolites in the infusion of bay leaves and star fruit as antidiabetic. Optimization of hyperglycemic induction was done by dividing 5 treatment groups. The treatment group was divided into a normal group and an alloxan induction group (0.2%; 0.15%; 0.1%; and 0.05%), then measured blood glucose levels 7 days post-induction. The results obtained are that there are differences in the value of zebrafish blood glucose levels between the normal group and the induction group. The most optimal concentration in increasing zebrafish blood glucose levels is 0.15% alloxan concentration with an average blood glucose level of 230.25 mg/dL. Keywords: Hyperglycemia, bay leaves, starfruit, zebrafish DOI: https://doi.org/10.25026/mpc.v15i1.644 1 Pendahuluan Banyaknya masyarakat yang mengkonsumsi karbohidrat dalam jumlah besar dikarenakan karbohidrat merupakan salah satu sumber energi terbesar bagi tubuh dapat memicu terjadinya kondisi hiperglikemik, hal ini disebabkan oleh kerja enzim amilase yang dapat memecah karbohidrat menjadi glukosa. Hiperglikemia sendiri merupakan kondisi dimana kadar glukosa darah berada diatas kadar normal yakni 80-110 mg/dL untuk kadar glukosa darah puasa dan 95-125 mg/dL untuk kadar glukosa darah normal [1]. Buah belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi) merupakan salah satu bahan tambahan yang sering digunakan dalam masakan tradisional. Buah belimbing wuluh memiliki beberapa kandungan seperti vitamin C, flavonoid, dan saponin yang berperan dalam menurunkan kadar glukosa darah. Flavonoid merupakan agen antidiabetik yang potensial dikarenakan bersifat insulin mimetik dan antihiperglikemik yang memiliki efek untuk memperbaiki kondisi penderita diabetes[2]. Daun salam (Syzygium polyanthum) merupakan tanaman yang sering digunakan sebagai bumbu masakan. Selain sebagai tambahan masakan, daun salam juga sering digunakan untuk pengobatan berbagai macam penyakit seperti diabetes, kolesterol, hipertensi dan lain-lain. Daun salam mengandung beberapa senyawa yang berfungsi sebagai agen antidiabetik diantaranya adalah flavonoid dan juga tanin yang diduga dapat menurunkan kadar glukosa darah [3]. Zebrafish telah digunakan secara efektif untuk melakukan skrining obat. Keuntungan menggunakan zebrafish sebagai model hewan uji dikarenakan harga yang terjangkau, kesamaan genetik dengan manusia sekitar 70%, mudah dipelihara karena ukurannya relatif kecil, serta memiliki kemiripan fisiologis yang signifikan dengan manusia [4]. Mempertimbangkan kelebihannya, zebrafish dipilih sebagai model hewan uji yang ideal termasuk dalam uji berbagai penyakit termasuk diabetes, namun harus ada modifikasi induksi diabetes yang optimal dalam meningkatkan kadar glukosa darah zebrafish. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsentrasi aloksan yang optimal untuk induksi hiperglikemik pada zebrafish serta untuk mengetahui kandungan senyawa metabolit sekunder pada infusa daun salam dan buah belimbing wuluh sebagai antidiabetik.
Optimalisasi Induksi Hiperglikemik pada Zebrafish dan Skrining Fitokimia Infusa Daun Salam (Syzygium polyanthum) dengan Buah Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi) sebagai Antidiebetes 15 th Proc. Mul. Pharm. Conf. 2022. e-ISSN: 2614-4778 Samarinda, 27-29 Mei 2022 201 2 Metode Penelitian 2.1 Alat dan Bahan Bahan yang digunakan pada penelitian ini yaitu simplisia daun salam (Syzygium polyanthum), simplisia buah belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi), aquades, pakan ikan, glibenclamid 5mg, strip glukosa, dan juga. alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu akuarium, batang pengaduk, kertas saring, hot plate, panci infusa, autocheck-Glucare®, gelas kimia, corong kaca, kaca arloji, cawan porselen, thermometer, dan timbangan analitik 2.2 Prosedur 2.2.1 Optimalisasi kadar glukosa darah zebrafish Optimalisasi dilakukan dengan menggunakan aloksan. Zebrafish akan dibagi menjadi 5 kelompok yang terdiri dari kelompok normal dan kelompok induksi aloksan dengan konsentrasi 0,2%; 0,15%; 0,1%; dan 0,05% yang terdiri dari 5 ekor zebrafish pada setiap kelompok. Aloksan dilarutkan dalam NaCl 0,45% kemudian dibuat menjadi beberapa konsentrasi yaitu 0,2%; 0,15%; 0,1%; dan juga 0,05%. Zebrafish kemudian diinduksi dengan menggunakan aloksan selama 10 menit kemudian dilanjutkan dengan perendaman dengan menggunakan larutan glukosa 2% selama 10 menit. Pengukuran kadar glukosa darah dilakukan 7 hari pasca induksi hiperglikemik untuk mengetahui konsentrasi yang paling optimal dalam meningkatkan kadar glukosa darah zebrafish. Pengukuran glukosa darah dilakukan dengan memotong sedikit bagian ekor zebrafish kemudian diambil darah yang keluar dengan menggunakan strip glukosa. 2.2.2 Penyiapan dan pembuatan infusa Sampel daun salam dan juga buah belimbing wuluh dikumpulkan dan disortasi basah terlebih dahulu kemudian sampel telah terkumpul dirajang menjadi bagian kecil dan dikering anginkan menggunakan oven pada suhu 50°C selama 3 jam untuk daun salam, dan 5 jam untuk buah belimbing wuluh. Simplisia daun salam dan juga buah belimbing wuluh yang telah didapatkan kemudian dihaluskan. Pembuatan infusa dilakukan dengan menimbang bahan, kemudian dimasukkan kedalam panci infusa dan ditambahkan aquades sebanyak 10× jumlah bahan kemudian dipanaskan selama 15 menit pada suhu 90°C. Selanjutnya disaring menggunakan kain flanel sehingga didapatkan infusa sampel. Pembuatan kombinasi infusa dilakukan dengan mengambil masing-masing infusa dengan perbandingan 1:1 lalu dicampurkan hingga homogen. 2.2.3 Skrining Fitokimia Uji skrining fitokimia dilakukan untuk mengetahui adanya metabolit sekunder yang terkandung infusa daun salam (Syzygium polyanthum) dan buah belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi). Uji skrining fitokimia meliputi alkaloid, flavonoid, saponin, dan tanin. Uji alkaloid dilakukan dengan menyiapkan 5 mL sampel kemudian ditambahkan 5 mL asam sulfat 1% dan disaring filtrat. Selanjutnya filtrat yang didapatkan dibagi ke dalam 3 buah tabung reaksi. Tabung reaksi pertama ditambahkan 3 tetes pereaksi Meyer, tabung reaksi kedua ditambahkan 3 tetes pereaksi Dragendorf dan tabung reaksi ketiga ditambahkan 3 tetes pereaksi Wagner. Adanya senyawa alkaloid ditandai dengan terbentuknya endapan putih pada tabung reaksi pertama dan timbulnya endapan berwarna coklat kemerahan pada tabung reaksi kedua dan ketiga.[5] Uji flavonoid dilakukan dengan menyiapkan 2 mL sampel kemudian ditambahkan serbuk Mg dan ditetesi HCl pekat 5 tetes. Bila hasilnya berwarna merah atau kuning atau jingga berarti positif mengandung flavonoid.[6] Uji tanin dilakukan dengan menyiapkan 2 mL sampel ditambahkan dengan pereaksi FeCl3. Ekstrak yang mengandung Tanin akan berwarna biru atau hijau kehitaman[6] Uji saponin dilakukan dengan menyiapkan sampel 1 mL, kemudian dari masing-masing sampel ditambahkan 10 ml air suling panas dan dilarutkan terlebih dahulu sambil dipanaskan dalam penangas air kemudian dikocok kuatkuat. Bila tidak terbentuk buih berarti negatif, namun bila tetap berbuih setelah didiamkan selama 10 menit kemudian ditambahkan HCl 2
Optimalisasi Induksi Hiperglikemik pada Zebrafish dan Skrining Fitokimia Infusa Daun Salam (Syzygium polyanthum) dengan Buah Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi) sebagai Antidiebetes 15 th Proc. Mul. Pharm. Conf. 2022. e-ISSN: 2614-4778 Samarinda, 27-29 Mei 2022 202 N diperoleh buih tersebut tidak hilang, maka positif mengandung saponin[6]. 3 Hasil dan Pembahasan 3.1 Optimalisasi kadar glukosa darah zebrafish Optimalisasi kadar glukosa darah zebrafish dilakukan dengan membagi kedalam 5 kelompok yang terdiri dari 1 kelompok normal dan 4 kelompok uji dengan berbagai seri konsentrasi (0,2%; 0,15%; 0,1%; dan 0,05%). Pengukuran kadar glukosa darah zebrafish dilakukan 7 hari pasca induksi aloksan. Gambar 1 Hasil pengecekan kadar glukosa darah zebrafish pada kelompok normal setelah 7 hari pemeliharaan Kadar glukosa darah zebrafish pada kelompok normal pada masing- masing zebrafish yaitu sebesar 74mg/dL, 106mg/dL, 56mg/dL, 37mg/dL, dan 80mg/dL. Dengan nilai rata-rata kadar glukosa darah sebesar 70,6mg/dL. Gambar 2 Hasil pengecekan kadar glukosa darah zebrafish pada kelompok induksi aloksan dengan konsentrasi 0,2% setelah 7 hari pemeliharaan pasca induksi Pemeriksaan kadar glukosa darah zebrafish pada kelompok induksi aloksan 0,2% hanya dapat dilakukan pada 1 ekor zebrafish dikarenakan terdapat kematian sebesar 80% dari jumlah total zebrafish dalam kelompok uji. Untuk nilai kadar glukosa darah zebrafish pada kelompok induksi aloksan 0,2% yaitu sebesar 75mg/dL. Gambar 3 Hasil pengecekan kadar glukosa darah zebrafish pada kelompok induksi aloksan dengan konsentrasi 0,15% setelah 7 hari pemeliharaan pasca induksi Pengukuran terhadap kadar glukosa darah masing-masing zebrafish pada kelompok induki aloksan 0,15% hanya dilakukan pada 4 ekor zebrafish dikarenakan terdapat 1 kematian zebrafish. Adapun kadar glukosa darah pada zebrafish dengan induksi aloksan 0,15% yaitu sebesar 69mg/dL, 292mg/dL, 128mg/dL, dan 432mg/dL. Dengan rata-rata kadar glukosa darah sebesar 230,25mg/dL. Gambar 4 Grafik hasil pengecekan kadar glukosa darah zebrafish pada kelompok induksi aloksan dengan konsentrasi 0,1% setelah 7 hari pemeliharaan pasca induksi 0 20 40 60 80 100 120 1 2 3 4 5 kadar glukosa darah (mg/dL) zebrafish 0 20 40 60 80 1 2 3 4 5 Kadar Glukosa Darah (mg/dL) zebrafish 0 100 200 300 400 500 1 2 3 4 5 Kadar Glukosa Darah (mg/dL) zebrafish 0 20 40 60 80 100 120 140 1 2 3 4 5 kadar glukosa darah (mg/dL) zebrafish
Optimalisasi Induksi Hiperglikemik pada Zebrafish dan Skrining Fitokimia Infusa Daun Salam (Syzygium polyanthum) dengan Buah Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi) sebagai Antidiebetes 15 th Proc. Mul. Pharm. Conf. 2022. e-ISSN: 2614-4778 Samarinda, 27-29 Mei 2022 203 Kadar glukosa darah pada masing-masing zebrafish pada kelompok induksi aloksan 0,1% yaitu sebesar 63mg/dL, 99mg/dL, 85mg/dL, 126mg/dL dan 90mg/dL. Dengan nilai kadar glukosa darah rata-rata sebesar 92,6 mg/dL. Gambar 5 Hasil pengecekan kadar glukosa darah zebrafish pada kelompok induksi aloksan dengan konsentrasi 0,05% setelah 7 hari pemeliharaan pasca induksi Kadar glukosa darah pada kelompok induksi aloksan 0,05% pada masing-masing zebrafish yaitu sebesar 109mg/dL, 92mg/dL, 66mg/dL, dan 96mg/dL, serta terdapat 1 kematian zebrafish. Adapun untuk nilai kadar glukosa rata-rata zebrafish yaitu sebesar 90,75mg/dL. Rata-rata kadar glukosa darah zebrafish dari setiap kelompok kemudian dibandingkan untuk mengetahui perbedaan peningkatan kadar glukosa darah pada kelompok normal dengan kelompok uji yang telah diinduksi aloksan. Adapun untuk hasil pengukuran kadar glukosa darah zebrafish disajikan pada Gambar 6. Berdasarkan gambar 6 dapat dilihat bahwa terdapat perbedaan kadar glukosa darah dari setiap setiap kelompok. Kadar glukosa darah paling tinggi terdapat pada kelompok dengan induksi aloksan 0,15% yaitu sebesar 230,25 mg/dL, sedangkan kelompok induksi aloksan 0,1% dan 0,05% memiliki rata-rata kadar glukosa darah sebesar 92,6 mg/dL dan 90,75 mg/dL yang menandakan bahwa induksi aloksan dengan konsentrasi 0,1% dan 0,05% belum optimal dalam meningkatkan kadar glukosa darah zebrafish. Sedangkan pada kelompok 0,2% terdapat kematian sebesar 80% dari total populasi sehingga dianggap toksik. Sedangkan pada kelompok normal didapatkan hasil pengecekan kadar glukosa darah zebrafish sebesar 70,6 mg/dL. Gambar 6 Grafik nilai rata-rata hasil pengecekan kadar glukosa darah zebrafish setelah 7 hari pemeliharaan pasca induksi aloksan 3.2 Pembuatan Infusa Sampel Infusa sampel daun salam yang dihasilkan dalam penelitian kali ini berwarna oren kecoklatan dengan aroma khas daun salam. Untuk infusa sampel buah belimbing wuluh memiliki warna kuning kecoklatan dengan aroma khas buah belimbing wuluh yang cukup pekat. 3.3 Skrining Fitokimia Pada infusa daun salam dan juga buah belimbing wuluh dilakukan uji metabolit sekunder dan mendapatkan hasil berupa teridentifikasinya senyawa flavonoid dan tanin pada sampel infusa daun salam dan senyawa flavonoid dan saponin. Sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Silalahi pada tahun 2017 bahwa daun salam mengandung beberapa senyawa metabolit sekunder seperti flavonoid, tanin, triterpenoid, dan juga essesntial oil [7]. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Surialaga pada tahun 2013 menyatakan bahwa terdapat senyawa metabolit sekunder seperti flavonoid, saponin, tanin, kuinon, dan triterpenoid pada jus buah belimbing wuluh[8]. Adapun hasil skrining fitokimia infusa daun 0 20 40 60 80 100 120 1 2 3 4 5 Kadar glukosa darah (mg/dL) zebrafish 0 50 100 150 200 250 Normal Induksi Aloksan 0,2% Induksi Aloksan 0,15% Induksi Aloksan 0,1% Induksi Aloksan 0,05% Kadar Glukosa Darah (mg/dL) Kelompok Uji
Optimalisasi Induksi Hiperglikemik pada Zebrafish dan Skrining Fitokimia Infusa Daun Salam (Syzygium polyanthum) dengan Buah Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi) sebagai Antidiebetes 15 th Proc. Mul. Pharm. Conf. 2022. e-ISSN: 2614-4778 Samarinda, 27-29 Mei 2022 204 salam dan buah belimbing wuluh disajikan dalam tabel 1. Tabel 1 Hasil Skrining Fitokimia Infusa Sampel Daun Salam (Syzygium polyanthum) Dan Buah Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi) Senyawa Sampel Daun Salam Buah Belimbing Wuluh Alkaloid (-) (-) Flavonoid (+) (+) Saponin (-) (+) Tanin (+) (-) Flavonoid dan juga saponin merupakan senyawa antioksidan yang memiliki sifat melepaskan elektron sehingga menghentikan rantai senyawa radikal ROS, dengan menyumbangkan atom hidrogennya kepada radikal bebas ROS [2]. Senyawa tanin pada daun salam merupakan salah satu senyawa yang berperan dalam menurunkan kadar glukosa darah[8]. 4 Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa konsentrasi induksi aloksan yang paling optimal dalam meningkatkan kadar glukosa darah zebrafish adalah konsentrasi 0,15% dengan nilai kadar glukosa darah rata-rata sebssar 230,25% mg/dL. Daun salam dan juga buah belimbing wuluh memilki kandungan senyawa metabolit sekunder yaitu flavonoid, saponin, dan juga tanin yang dapat berperan dalam menurunkan kadar glukosa darah sehingga kedua bahan ini dapat dijadikan salah satu alternatif dalam menurunkan kadar glukosa darah khususnya pada penderita diabetes mellitus dan diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui efektivitas kombinasi kedua bahan ini sebagai antidiabetik. 5 Etik Penelitian telah disetujui oleh Komisi Etik Penelitian Fakultas Farmasi Universitas Mulawarman No.21/KEPKFFUNMUL/EC/EXE/03/2022 6 Kontribusi Penulis Kontribusi penulis dalam penelitian ini terdiri dari peneliti utama dan peneliti pendamping. Yusri sebagai peneliti utama, serta Riski Sulistiarini dan Hifdzur Rashif Rija’i sebagai peneliti pendamping. 7 Konflik Kepentingan Para penulis menyatakan tidak ada konflik kepentingan baik dalam desain, pelaksanaan, interpretasi, atau penulisan penelitian. 8 Daftar Pustaka [1] Suarsana, I. N., Utama, I. H., Agung, I. G., & Suartini, A. (2011). Pengaruh Hiperglikemia dan Vitamin E pada Kadar Malonaldehida dan Enzim Antioksidan Intrasel Jaringan Pankreas Tikus. Majalah Kedokteran Bandung, 43(2), 72– 76. https://doi.org/10.15395/mkb.v43n2.46 [2] Jaya, I. M. M. (2019). Potensi Sari Buah Belimbing Wuluh Averrhoa Bilimbi. L Sebagai Terapi Adjuvan Retinopati Diabetes. 10(2), 4 [3] Parisa, N. (2016). Efek Ekstrak Daun Salam pada Kadar Glukosa Darah. JK Unila, 1, 404–408. [4] Benchoula, K., Khatib, A., Quzwain, F. M. C., Che Mohamad, C. A., Wan Sulaiman, W. M. A., Abdul Wahab, R., Ahmed, Q. U., Abdul Ghaffar, M., Saiman, M. Z., Alajmi, M. F., & El-Seedi, H. (2019). Optimization of Hyperglycemic Induction in Zebrafish and Evaluation of Its Blood Glucose Level and Metabolite Fingerprint Treated with Psychotria malayana Jack Leaf Extract. Molecules, 24(8), 1506. https://doi.org/10.3390/molecules24081506 [5] Astarina, dkk. 2013. Skrining fitokimia ekstrak metanol rimpang bangle (Zingiber purpureum Roxb.). jurnal farmasi udaya [6] Arifuddin, M., dan Mahfuzun bone. 2018. Skrining Fitokimia dan Profil Kromatografi Lapis Tipis (KLT) Tumbuhan Antimalaria Asal Indonesia.. J. Sains Kes. 2020. Vol 2. No 3. p-ISSN: 2303-0267 [7] Silalahi, M. (2017). Syzygium polyanthum(Wight) Walp. (Botani, Metabolit Sekunder dan Pemanfaatan). 10, 16. [8] Dafriani, P., Herlina, A., & Yatni, H. (2018). Pengaruh Rebusan Daun Salam Terhadap Penurunan Kadar Gula Darah Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe Ii Di Wilayah Kerja Puskesmas Alai Padang Tahun 2018. Jurnal Kesehatan Saintika Meditory, 1(1).
15 th Proc. Mul. Pharm. Conf. 2022. e-ISSN: 2614-4778 Samarinda, 27-29 Mei 2022 205 Journal homepage: https://prosiding.farmasi.unmul.ac.id Formulasi Sediaan Gel Handsanitizer Ekstrak Metanol Rumput Laut (Euchema spinosum) Asal Kota Bontang Kalimantan Timur Formulation of Hand Sanitizer Gel of Methanol Extract Seaweed (Euchema spinosum) from Bontang City, East Kalimantan Zahra Praselya*, Nurul Fitriani, Herman Laboratorium Penelitian dan Pengembangan Kefarmasian “Farmaka Tropis”, Fakultas Farmasi, Universitas Mulawarman, Samarinda, Indonesia *Email korespondensi: [email protected] Abstrak Rumput Laut (Euchema Spinosum) merupakan tanaman yang memiliki aktivitas antioksidan dan antibakteri. Rumput Laut diketahui mengandung flavonoid, triterpenoid, steroid, dan alkaloid. Berdasarkan senyawa yang dimiliki rumput laut dapat dimanfaatkan sebagai antiseptik tangan. Penelitian ini bertujuan untuk membuat formulasi gel handsanitizer ekstrak metanol Rumput Laut (Euchema Spinosum) sebagai antibakteri terhadap bakteri Escherichia coli dan Stapylococcus aureus dengan basis HPMC. Gel handsanitizer ekstrak metanol Rumput Laut (Euchema Spinosum) dibuat dalam 3 formula dengan variasi kadar ekstrak rumput laut yaitu F1 (5%), F2 (10%), F3 (15%). Metode ekstraksi dilakukan menggunakan maserasi dengan pelarut metanol. Evaluasi sifat fisik hand gel meliputi uji organoleptik, homogenitas,sineresis, pH, daya sebar dan daya lekat,serta uji aktivitas antibakteri yang dilakukan dengan metode sumuran. Kata Kunci: Euchema Spinosum, Gel Handsanitizer, Antibakteri Abstract Seaweed (Euchema spinosum) is a plant that has antioxidant and antibacterial activity. Seaweed is known to contain flavonoids, triterpenoids, steroids, and alkaloids. Based on the compounds possessed by seaweed, it can be used as a hand antiseptic. This study aims to make hand sanitizer gel formulation of Seaweed (Euchema Spinosum) methanol extract as antibacterial against Escherichia coli and Stapylococcus aureus bacteria based on HPMC. Seaweed (Euchema Spinosum) methanol extract hand sanitizer gel was made in 3 formulas with varying levels of seaweed extract, namely F1 (5%), F2 (10%), F3 (15%). The extraction method was carried out using maceration with methanol Proceeding of Mulawarman Pharmaceuticals Conferences
Formulasi Sediaan Gel Handsanitizer Ekstrak Metanol Rumput Laut (Euchema spinosum) Asal Kota Bontang Kalimantan Timur 15 th Proc. Mul. Pharm. Conf. 2022. e-ISSN: 2614-4778 Samarinda, 27-29 Mei 2022 206 as a solvent. Evaluation of the physical properties of hand gels included organoleptic, homogeneity, syneresis, pH, dispersion and adhesion tests, as well as antibacterial activity tests carried out by the well method. Keywords: Euchema Spinosum, Hand Sanitizer Gel, Antibacterial DOI: https://doi.org/10.25026/mpc.v15i1.645 1 Pendahuluan Cara paling sederhana untuk menjaga kebersihan tangan adalah mencuci tangan menggunakan sabun dan air, Namun seiring bertambahnya kesibukan masyarakat terutama di perkotaan maka tercipta produk yang cepat dan praktis yaitu pencuci tangan tanpa air yang dikenal dengan Handsanitizer [1]. Penggunaan gel handsanitizaer yang praktis dan mudah membuat gel handsanitizer semakin diminati masyarakat. Kebanyakan produk gel handsanitizer saat ini menggunakan bahan aktif alkohol sebagai antibakteri. Penggunaan alkohol dalam sediaan antiseptik dirasa kurang aman terhadap kesehatan karena alkohol merupakan pelarut organik yang dapat melarutkan lapisan lemak dan sebum pada kulit yang berfungsi sebagai pelindung terhadap infeksi mikroorganisme [2]. Kombinasi ekstrak rumput laut mengandung alkaloid, steroid, terpenoid, sapononin, dan tanin yang terbukti memilik aktivitas antibakteri. [3]. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan aktivitas antibakteri dari ekstrak metanol handsanitizer gel ramuan rumput laut (Euchema spinosum) dan untuk menentukan sifat fisik dan stabilitas ekstrak metanol kerokot persiapan gel handsanitizer (Euchema spinosum). 2 Metode Penelitian 2.1 Alat dan Bahan Bahan yang digunakan adalah air suling, kultur Escherichia coli, kultur Stapylococcus aureus, ramuan rumput laut (Euchema spinosum), HPMC, metanol, metil paraben, NaCl 0,9%, Agar Nutrisi, propilen glikol. Alat yang digunakan adalah alat kaca dan non-kaca, timbangan analitik, inkubator, autoklaf (Tomy SN-700), LAF (Laminar Air Flow) dan mikrometer sekrup (Insize®). 2.2 Membuat Ekstrak Metanol Rumput Laut Penyederhana ramuan rumput laut (Euchema spinosum) yang telah menjadi bubuk mentah ditimbang sebanyak 100 gram, kemudian diekstraksi menggunakan metanol sebanyak 1000 ml menggunakan metode maserasi dalam toples kaca sampai pelarut menjadi bening. Maserat yang telah diperoleh terkonsentrasi menggunakan evaporator putar sampai menjadi ekstrak terkonsentrasi. Selanjutnya, ekstrak diederasi sampai tebal dan berat ekstrak ditimbang. 2.3 Membuat Persiapan Gel Handsanitizer Tabel 1. Formula persiapan gel handsanitizer Informasi: F = Rumus, K = Kontrol Penyusunan formula gel handsanitizer dilakukan dengan menimbang bahan-bahan yang digunakan seperti HPMC, Methyl paraben, Propylene Glycol dan ekstrak ramuan kerokot. Pertama, HPMC dikembangkan dengan air pada suhu 80 °C dalam mortar untuk membentuk No. Nama Material Konsentrasi (%) F1 F2 F3 FK 1. Ekstrak Metanol Rumput Laut 5 10 15 - 2. Hidroksi Propil Metil Selulosa (HPMC) 2 2 2 2 3. Metil Paraben 0,2 0,2 0,2 0,2 4. Propilen Glikol 15 15 15 15 5. Aquades Add 100 Add 100 Add 100 Add 100
Formulasi Sediaan Gel Handsanitizer Ekstrak Metanol Rumput Laut (Euchema spinosum) Asal Kota Bontang Kalimantan Timur 15 th Proc. Mul. Pharm. Conf. 2022. e-ISSN: 2614-4778 Samarinda, 27-29 Mei 2022 207 dasar gel. Selanjutnya, metil paraben dilarutkan dengan Propilen Glikol dalam piring porselen. Masukkan sisa air ke dalam dasar gel dan aduk sampai homogen. Selanjutnya, tambahkan ekstrak ramuan kerokot dan aduk sampai homogen. 2.4 Mengevaluasi Stabilitas Fisik 2.4.1 Tes Organoleptik Persiapan gel handsanitizer yang telah dibuat diamati secara visual termasuk warna, bau, dan tekstur [4]. 2.4.2 Tes Homogenitas Uji homogenitas dilakukan dengan menerapkan gel handsanitizer dengan 3 bagian atas, tengah dan bawah gel pada kaca transparan. Homogenitas ditunjukkan oleh tidak adanya biji-bijian kasar dalam persiapan [5]. 2.4.3 Uji Sineresis Setiap gel ditempatkan dalam cangkir untuk menampung air yang dilepaskan dari gel selama penyimpanan. Syneresis dihitung dengan mengukur penurunan berat badan selama penyimpanan kemudian dibandingkan dengan berat awal gel. 2.4.4 Uji Penyebaran 0,5 gram gel ditempatkan di tengah cawan petri yang telah ditempelkan dengan kertas milimeter blok. Penyebaran gel diukur dengan diameter gel yang menyebar dari kedua sisi setelah berdiri selama 1 menit. Pengukuran diameter gel dimulai tanpa beban, kemudian ditambahkan dengan beban 50 gram, 100 gram, 150 gram, 200 gram, sampai daya dispersif konstan diperoleh dan diameter dispersi gel dicatat setelah 1 menit [ 7 ]. 2.4.5 Uji Adhesi 0,25 gram gel ditempatkan di antara 2 benda kaca, ditekan dengan beban 1 kg selama 5 menit. Setelah itu beban diangkat dari kaca objek, kemudian kaca objek melekat pada instrumen uji. Peralatan uji diberi beban 80 gram dan kemudian mencatat waktu pelepasan gel dari slide [8]. 2.4.6 Uji Derajat Keasaman Sampel ditimbang sebanyak 1 gram. Sebanyak 10 mL pH air suling 7 ditambahkan, kemudian diaduk. Setelah pengukuran pH homogen dilakukan dengan memasukkan pH meter yang dikalibrasi, biarkan sebentar untuk mendapatkan pH konstan [7]. 2.5 Persiapan Suspensi Kultur Bakteri Uji Kultur murni bakteri teruji yang telah diinokulasi dalam medium NA (natrium agar) diambil dengan 1 ose yang telah diilhoin terlebih dahulu, kemudian dimasukkan ke dalam larutan NaCl 0,9% steril sebanyak 10 ml, kemudian dihomogenisasi. Selanjutnya, hasil pengenceran diambil sebanyak 2,5 ml, kemudian dimasukkan ke dalam tabung reaksi lain yang sudah mengandung 7,5 ml NaCl steril 0,9%. Sehingga suspensi bakteri diperoleh dengan rasio 1:40. 2.6 Pengujian Aktivitas Antibakteri Masukkan 10 ml medium NA (Sodium Agar) ke dalam cawan petri. Kemudian sebanyak 0,2 mL suspensi bakteri ditambahkan melalui media NA (natrium agar) yang telah dipadatkan dan dihomogenisasi. Selanjutnya, 7 mL medium NA (Sodium Agar) ditambahkan kembali ke dalam cawan petri. Kemudian homogenisasi dan tunggu sampai media mengeras kemudian bagi cawan petri menjadi 5 bagian. Kemudian, buat lubang sumur menggunakan korset. Larutan ekstrak ditambahkan dengan berbagai konsentrasi dan air suling sebagai kontrol ke dalam sumur. Selanjutnya diinkubasi selama 1×24 jam pada 37±0,2°C dalam inkubator. Selanjutnya, zona penghambatan yang terbentuk di sekitar lubang sumur diamati menggunakan mikrometer sekrup.
Formulasi Sediaan Gel Handsanitizer Ekstrak Metanol Rumput Laut (Euchema spinosum) Asal Kota Bontang Kalimantan Timur 15 th Proc. Mul. Pharm. Conf. 2022. e-ISSN: 2614-4778 Samarinda, 27-29 Mei 2022 208 3 Hasil dan Pembahasan 3.1 Mengevaluasi Stabilitas Physical 3.1.1 Tes Organoleptik Gambar 1. Handsanitizer Gel Persiapan Untuk Ekstrak Metanol Rumput Laut (Euchema spinosum) Tabel 2. Evaluasi Fisik Ekstrak Handsanitizer Gel Organoleptik dari Metanol Rumput Laut (Euchema spinosum) Rumus Daur Mengevaluasi Warna Bau Konsistensi FK Hari ke-1 Jelas Tidak berbau Tebal Hari ke-7 Jelas Tidak berbau Tebal Hari ke-14 Jelas Tidak berbau Tebal Hari ke-21 Jelas Tidak berbau Tebal Hari ke-28 Jelas Tidak berbau Tebal F1 Hari ke-1 Bersihkan Kekuningan Tidak berbau Tebal Hari ke-7 Bersihkan Kekuningan Tidak berbau Tebal Hari ke-14 Bersihkan Kekuningan Tidak berbau Tebal Hari ke-21 Bersihkan Kekuningan Tidak berbau sedikit tebal Hari ke-28 Bersihkan Kekekuningan Tidak berbau sedikit tebal F2 Hari ke-1 Kuning Tidak berbau Tebal Hari ke-7 Kuning Tidak berbau Tebal Hari ke-14 Kuning Tidak berbau Tebal Hari ke-21 Kuning Tidak berbau Tebal Hari ke-28 Kuning Tidak berbau sedikit tebal F3 Hari ke-1 Kuning Tua Tidak berbau Tebal Hari ke-7 Kuning Tua Tidak berbau Tebal Hari ke-14 Kuning Tua Tidak berbau Tebal Hari ke-21 Kuning Tua Tidak berbau sedikit tebal Hari ke-28 Kuning Tua Tidak berbau sedikit tebal Informasi: F = Rumus, K = Kontrol Ekstrak metanol ramuan rumput laut (Euchema spinosum) diperiksa untuk parameter perubahan organoleptik selama 28 hari. Hasilnya menunjukkan bahwa tidak ada perubahan warna dari tiga formula gel Handsanitizer. Ekstrak metanol dari ramuan rumput laut (Euchema spinosum). Perbedaan warna antara rumus dipengaruhi oleh jumlah ekstrak yang terkandung dalam setiap rumus, di mana semakin tinggi konsentrasi ekstrak, semakin gelap warna gel handsanitizer akan diproduksi. Warna hijau yang dihasilkan adalah karena kandungan klorofil dalam ekstrak yang sulit dihilangkan[9]. Parameter berikutnya adalah bau, tidak ada perubahan bau semua formula gel Handsanitizer. Ekstrak metanol dari ramuan rumput laut (Euchema spinosum) selama 28 hari. Semua formula gel yang dihasilkan tidak memiliki bau atau aroma yang khas atau menjengkelkan. Sedangkan pada parameter konsistensi, formula gel Handsanitizer ekstrak metanol ramuan rumput laut (Euchema spinosum) mengalami sedikit perubahan, dimana pada hari ke-21 terjadi penurunan konsistensi pada F2 dan F3, sedangkan pada hari ke-28 terjadi penurunan konsistensi di F1, F2, dan F3 . Hal ini disebabkan oleh gangguan fisik berupa pengadukan selama proses penyimpanan gel Handsanitizer. Ekstrak metanol dari ramuan rumput laut (Euchema spinosum). Pengadukan dapat menyebabkan gerakan tetesan, tetesan yang bergerak bebas dan bertabrakan akan bergabung satu sama lain, menyebabkan tetesan terbentuk menjadi lebih besar. Bergabungnya tetesan menyebabkan area kontak antara partikel menjadi lebih lemah, menyebabkan penurunan konsistensi yang mengakibatkan penurunan viskositas selama penyimpanan. 3.1.2 Tes Homogenitas Tabel 3. Evaluasi Fisik Homogenitas Gel Handsanitizer Ekstrak Metanol Rumput Laut (Euchema spinosum) Rumus Mengevaluasi Hari ke-1 Hari ke-7 Hari ke-14 Hari ke-21 Hari ke-28 FK Homogen Homogen Homogen Homogen Homogen F1 Homogen Homogen Homogen Homogen Homogen F2 Homogen Homogen Homogen Homogen Homogen F3 Homogen Homogen Homogen Homogen Homogen Informasi: F = Rumus, K = Kontrol Tes homogenitas yang telah dilakukan telah menghasilkan hasil homogen di semua konsentrasi formula dosis gel Handsanitizer. Ekstrak metanol dari ramuan rumput laut (Euchema spinosum). Tidak ada perbedaan dalam homogenitas baik sebelum penyimpanan
Formulasi Sediaan Gel Handsanitizer Ekstrak Metanol Rumput Laut (Euchema spinosum) Asal Kota Bontang Kalimantan Timur 15 th Proc. Mul. Pharm. Conf. 2022. e-ISSN: 2614-4778 Samarinda, 27-29 Mei 2022 209 atau setelah penyimpanan dilakukan. Hal ini ditunjukkan dengan tidak adanya butiran kasar yang terkandung dalam persiapan gel Handsanitizer ekstrak metanol ramuan rumput laut (Euchema spinosum). 3.1.3 Uji Sineresis Tabel 4. Evaluasi Fisik Syneresis Gel Handsanitizer Extract of Metanol Herba Kerokot (Lygodium microphyllum) Rumus Mengevaluasi Tingkat Hari ke-1 Hari ke-7 Hari ke-14 Hari ke-21 Hari ke-28 sineresis FK 5 gram 5 gram 5 gram 5 gram 5 gram - F1 5 gram 5 gram 5 gram 5 gram 5 gram - F2 5 gram 5 gram 5 gram 5 gram 5 gram - F3 5 gram 5 gram 5 gram 5 gram 5 gram - Informasi: F = Rumus, K = Kontrol, - = Tidak Ada Sineresis Terjadi Syneresis adalah peristiwa debit air dari persiapan yang menunjukkan tidak adanya ikatan yang kuat antara air dan bahan-bahan yang ada. Jika tingkat sineresis lebih tinggi, tekstur persiapan gel akan melunak lebih cepat. Hasil uji syneresis sebelum dan sesudah penyimpanan tidak akan menunjukkan sineresis pada persiapan sehingga semua persiapan sebelum dan sesudah penyimpanan stabil secara fisik. Pengukuran syneresis adalah untuk membandingkan berat yang hilang selama penyimpanan dengan berat awal gel[ 6]. Dalam tes yang telah dilakukan, hasilnya menunjukkan bahwa semua formula untuk persiapan gel Handsanitizer ekstrak metanol ramuan rumput laut (Euchema spinosum) tidak terjadi sineresis atau pemisahan fase yang terjadi. 3.1.4 Uji Derajat Keasaman Tabel 5. Evaluasi Fisik Tingkat Keasaman (pH) Gel Handsanitizer Ekstrak Metanol Rumput Laut (Euchema spinosum) Konsentrasi Evaluasi Rata-Rata Hari ke- 1 Hari ke- 7 Hari ke- 14 Hari ke- 21 Hari ke-28 FK 6,81 6,43 6,92 6,72 6,44 6,664 F1 6,21 6,13 6,83 6,33 5,59 6,218 F2 5,12 5,18 6,67 6,42 5,57 5,792 F3 5,91 5,38 5,89 5,12 4,97 5,454 Informasi: F = Rumus, K = Kontrol Pengujian tingkat keasaman (pH) dimaksudkan untuk menentukan tingkat keamanan persiapan. Persiapan topikal idealnya memiliki tingkat keasaman (pH) yang sama dengan keasaman kulit (pH), ini untuk mencegah iritasi pada permukaan kulit. Tingkat keasaman (pH) kulit berada pada interval 4,5- 6,5. Jika pH terlalu asam dapat mengiritasi kulit dan jika terlalu basa itu akan mengeringkan kulit [11]. Dalam tes yang telah dilakukan, ditemukan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara tingkat keasaman (pH) FK dengan F1, F2, F3, dan F4. Dimana tingkat keasaman (pH) yang dihasilkan fk cenderung netral, sedangkan tingkat keasaman (pH) F1, F2, F3, dan F4 menghasilkan nilai keasaman (pH) yang cenderung asam. Hal ini diduga disebabkan oleh pH ekstrak metanol ramuan rumput laut (Euchema spinosum) yang bersifat asam. Hal ini mengakibatkan penurunan nilai pH formula gel handsanitizer. Ekstrak metanol dari ramuan rumput laut (Euchema spinosum). Selain itu, meningkatkan konsentrasi ekstrak metanol ramuan rumput laut (Euchema spinosum) menyebabkan penurunan nilai tingkat keasaman (pH) formula gel handsanitizer ekstrak metanol ramuan rumput laut (Euchema spinosum). Sehingga hasil yang diperoleh dari persiapan gel handsanitizer ekstrak metanol herbal rumput laut (Euchema spinosum) memiliki nilai tingkat keasaman (pH) yang sesuai dengan tingkat keasaman (pH) kulit. 3.1.5 Uji Penyebaran Tabel 6. Evaluasi Fisik Handsanitizer Gel Spreadability Ekstrak Metanol Rumput Laut (Euchema spinosum) Konsentrasi Evaluasi (cm) Rata-Rata Hari ke- 1 Hari ke- 7 Hari ke- 14 Hari ke- 21 Hari ke- 28 (cm) FK 6,6 6,7 5,9 6,0 6,2 6,28 F1 8,4 6,9 6,5 6,7 6,6 7,02 F2 6,5 6,1 6,4 6,7 6,1 6,36 F3 6,2 6,5 6,2 6,8 6,7 6,48 Informasi: F = Rumus, K = Kontrol Hasil uji penyebaran persiapan gel handsanitizer Ekstrak metanol ramuan rumput laut (Euchema spinosum) mengalami peningkatan daya sebarabilitas setiap tes. Hal ini diduga disebabkan oleh terganggunya stabilitas polimer HPMC akibat suhu
Formulasi Sediaan Gel Handsanitizer Ekstrak Metanol Rumput Laut (Euchema spinosum) Asal Kota Bontang Kalimantan Timur 15 th Proc. Mul. Pharm. Conf. 2022. e-ISSN: 2614-4778 Samarinda, 27-29 Mei 2022 210 penyimpanan yang tidak stabil dan sering diaduk yang mengakibatkan penurunan viskositas. Suhu penyimpanan yang tidak stabil menyebabkan peningkatan kelembaban dalam persiapan gel handsanitizer dan meningkatkan dispersibilitasnya [12]. Penambahan ekstrak metanol ramuan rumput laut (Euchema spinosum) menyebabkan peningkatan dispersi gel. Semakin tinggi konsentrasi ekstrak metanol ramuan rumput laut (Euchema spinosum), semakin tinggi penyebarannya. 3.1.6 Uji Adhesi Tabel 7. Evaluasi Fisik Ekstrak Handsanitizer Gel Adhesi dari Rumput Laut (Euchema Spinosum) Konsentrasi Evaluasi (detik) Rata-Rata Hari ke- 1 Hari ke- 7 Hari ke- 14 Hari ke- 21 Hari ke- 28 (detik) FK 2,32 2,05 1,33 4,12 5,24 3,012 F1 3,90 2,02 2,22 4,96 5,02 3,624 F2 2,98 2,12 3,38 3,18 4,23 3,178 F3 2,01 2,20 3,46 3,66 4,02 3,07 Informasi: F = Rumus, K = Kontrol Tes berikutnya adalah tes adhesi, kekuatan adhesi persiapan topikal sangat mempengaruhi efektivitas persiapan dalam memberikan efek terapeutik. Adhesi menunjukkan waktu yang dibutuhkan gel untuk menempel pada kulit [9]. Hasil tes ini menunjukkan bahwa persiapan gel untuk ekstrak metanol ramuan rumput laut (Euchema spinosum) menurunkan adhesinya dengan lamanya waktu penyimpanan. Hal ini diduga disebabkan oleh penurunan viskositas selama penyimpanan yang menyebabkan penurunan nilai adhesi. Penambahan ekstrak metanol ramuan rumput laut (Euchema spinosum) ke dasar gel handsanitizer menyebabkan penurunan adhesi. Semakin tinggi konsentrasi ekstrak metanol ramuan rumput laut (Euchema spinosum) yang digunakan, semakin rendah adhesi yang dihasilkan. 3.2 Pengujian Aktivitas Antibakteri Dari tes untuk aktivitas antibakteri terhadap bakteri Escherichia coli, ditemukan bahwa zona penghambatan adalah 10 mm pada F1, 11,6 mm pada F2 dan 13,3 mm di F3. Sementara itu, FK tidak menemukan zona penghambatan yang terbentuk. Dalam aktivitas antibakteri terhadap bakteri Stapylococcus aureus yang telah dilakukan, ditemukan bahwa zona penghambatan adalah 11,6 mm pada F1, 13 mm pada F2 dan 14,3 mm pada F3. Sementara itu, FK tidak menemukan zona penghambatan yang terbentuk. Kekuatan penghambatan dibagi menjadi: kategori yang sangat kuat adalah diameter zona penghambatan> 20 mm, kategori kuat adalah diameter zona penghambatan 10-20 mm, kategori sedang adalah zona penghambatan diameter 5-10 mm, dan kategori lemah adalah diameter zona penghambatan <5 mm [13]. Jadi dapat dinyatakan bahwa bakteri uji antibakteri terhadap Escherichia, FK tidak memiliki aktivitas antibakteri. Sedangkan F1 memiliki aktivitas antibakteri sedang, hal ini ditunjukkan dengan produksi zona penghambatan antara 5- 10 mm, dan pada F2 dan F3 memiliki aktivitas antibakteri yang relatif kuat karena memiliki zona penghambatan di kisaran 10-20 mm. Sementara itu, tes antibakteri terhadap bakteri Stapylococcus aureus FK tidak memiliki aktivitas antibakteri. Sedangkan F2 memiliki aktivitas antibakteri sedang, hal ini ditunjukkan dengan produksi zona penghambatan antara 5- 10 mm, dan pada F3 memiliki aktivitas antibakteri yang relatif kuat karena memiliki zona penghambatan di kisaran 10-20 mm. Tabel 8. Hasil Pengukuran Diameter Zona Penghambatan untuk Ekstrak Gel Handsanitizer dari Kerokot Rumput Laut (Euchema spinosum) terhadap Bakteri Escherichia Rumus Diameter Zona Penghambatan (mm) Rata-rata (mm) Kategori Tenaga Antibakteri [13] I II III FK - - - - Tidak ada aktivitas antibakteri F1 7 10 13 10 Moderat F2 12 9 14 11,6 Kuat F3 11 13 16 13,3 Kuat Informasi: F = Rumus, K = Kontrol Tabel 9. Hasil Pengukuran Diameter Zona Penghambatan untuk Handsanitizer Gel Ekstrak Rumput Laut Metanol (Euchema spinosum) terhadap Bakteri Stapylococcus aureus Rumus Diameter Zona Penghambatan (mm) Rata-rata (mm) Kategori Tenaga Antibakteri [13] I II III FK - - - - Tidak ada aktivitas antibakteri F1 9 12 14 11,6 Kuat F2 13 11 15 13 Kuat F3 13 14 16 14,3 Kuat Informasi: F = Rumus, K = Kontrol
Formulasi Sediaan Gel Handsanitizer Ekstrak Metanol Rumput Laut (Euchema spinosum) Asal Kota Bontang Kalimantan Timur 15 th Proc. Mul. Pharm. Conf. 2022. e-ISSN: 2614-4778 Samarinda, 27-29 Mei 2022 211 Rumput Laut (Euchema spinosum) has secondary metabolites contained, namely terpenoids, steroids, flavonoids, phenylpropanoids, organic acid groups, naphthokuinones, and phenolic acids [14]. This plant also contains saponins, polyphenols, alkaloids, and tannins [15]. The mechanism in inhibiting bacterial growth is initially by damaging the cell walls. But the bacterial cell wall is a thick layer so that if there is interference from outside, the bacterial cell wall will still protect the inner cells. Flavonoids have antibacterial activity by interfering with the metabolic function of microorganisms by damaging the walls [16]. These flavonoids also have hydroxyl groups which can cause changes in organic components and transport nutrients resulting in toxic effects on the bacterial wall layer [17]. Alkaloid compounds work as antibacterial by disrupting the constituent components of peptidoglycan so that the bacterial cell wall lining is not formed completely and will cause cell death [18]. The antibacterial mechanism of phenol compounds in killing microorganisms is by denaturing cell proteins. The hydrogen bonds formed between phenol and protein cause the protein structure to be damaged. This hydrogen bond will affect the permeability of the cell wall and cytoplasmic membrane because both are composed of proteins. The impaired permeability of the cell wall and cytoplasmic membrane can lead to an imbalance of macromolecules and ions in the cell, resulting in cell lysis [16]. The mechanism of action of saponins as antibacterials is that they can cause leakage of proteins and enzymes from the cell [19] and the mechanism of terpenoids as antibacterials is related to the destruction of cell membranes [20]. 4 Kesimpulan Persiapan gel handanitizer ekstrak metanol ramuan rumput laut (Euchema spinosum) pada F1, F2, dan F3 mampu menghambat pertumbuhan bakteri uji Escherichia dan Stapylococcus aureus. Ramuan rumput laut (Euchema spinosum ) ekstrak methanol ekstrak handsanitizer gel persiapan dengan formula F1, F2, dan F3 memenuhi standar stabilitas persiapan gel handsanitizer. 5 Konflik Kepentingan Tidak ada konflik kepentingan dalam penelitian ini. 6 Daftar Pustaka [1] Shu, M. 2013. Formulasi Sediaan Gel Hand Sanitizer Dengan Bahan Aktif Triklosan 0, 5% dan 1%. Calyptra, 2 (1), 1-14. [2] Rijai, L. 2012. Potensi Tumbuhan Kerokot (Lygodium microphylum) Dalam Bidang Kefarmasian. J. Trop. Pharm. Chem. Vol 2. No. 1. [3] Gracelin, D.H.S., Britto, A.J.D dan Kumar, P.B.J.R., 2012. Skrining Antibakteri dari Beberapa Fernst Obat Terhadap Patogen Phyto Resisten Antibiotik. Jurnal Internasional Ilmu farmasi dan Penelitian, 3 (3): 868-873. [4] Astuti, D. P. , Husni, P. , Hartono, K. 2015. Formulasi dan Uji Stabilitas Fisik Sediaan Gel Antiseptik Tangan Minyak Atsiri Bunga Lavender (Lavanda angustifolia miller). Farmaka, 15(1), 176-184 [5] Kumesan YAN., Yamlean PVY., dan Supriati. 2013. Formulasi dan Uji Aktivitas Antijerawat Ekstrak Umbi Bakung (Crinum Asiaticum L.) Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus Secara In Vitro. Pharmacon. 2(2) [6] Latimer G (editor). 2012 Oficial Methods og Analysis of AOAC International, 19th edition. [7] Widyawati L., Mustariani B. A. A. and Purmafitriah E., 2017, Formulasi Sediaan Gel Hand Sanitizer Ekstrak Etanol Daun Sirsak (Annona Muricata Linn) Sebagai Antibakteri Terhadap Staphylococcus Aureus, Jurnal Farmasetis, 6 (2), 47–57. [8] Arikumalasari, J., Dewantara, I. G. N. A., & Wijayanti, N. P. A. D., 2013. Optimasi HPMC sebagai gelling agent dalam formula gel ekstrak kulit buah manggis (Garcinia mangostana L.). Jurnal Farmasi Udayana, 2(3), 279718. [9] Uchti, A. F., & Wahyuningsih, S. S. 2015. Variasi Konsentrasi HPMC Terhadap Stabilitas Fisik Gel Ekstrak Etanol Daun Salam (Syzygium pholyanthum W).(The variation of HPMC Concentration for the Gel Stability of Ethanol Extract Salam Leaf (Syzygium pholyanthum W)). IJMS-Indonesian Journal on Medical Science, 2(2). [10] Oktaviasari, Luky., Abdul Karim Zulkarnain. 2017. Formulasi dan Uji Stabilitas Fisik Sediaan Lotion O/W Pati Kentang (Solanum tuberosum L.) serta Aktivitasnya sebagai Tabir Surya. Majalah Farmasetik, Vol. 13 No. 1: 9-27. [11] Tranggono, Retno, I., Latifah., Fatimah. 2007. Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan Kosmestik. PT. Gamedia Pustaka Utama,Jakarta
Formulasi Sediaan Gel Handsanitizer Ekstrak Metanol Rumput Laut (Euchema spinosum) Asal Kota Bontang Kalimantan Timur 15 th Proc. Mul. Pharm. Conf. 2022. e-ISSN: 2614-4778 Samarinda, 27-29 Mei 2022 212 [12] Astuti, D. D. 2012. Formulasi Sediaan Gel Ekstrak Etanolik Buah Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl.) Dengan Basis HPMC (Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah Surakarta). [13] Davis, W. W., Stout, T. R. 1971. Disc Plate Methods of Microbiology. 22(4): 659-665 [14] Kuncoro, H. 2018. Flavonoid Compounds from Kerokot Herb (Lygodium microphyllum) and their Antioxidant Activity against. J. Math. Fund. Sci., Vol. 50, No. 2, 192-202 [15] Hartini, S., 2009. Herba paku di Cagar Alam Bukit Bungkuk Riau, Berkas Penelitian Hayati Edisi Khusus: 3 (21-27) [16] Pelczar, M. J., Chan, E. C. S. 1988. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta: Universitas Indonesia Press. [17] Sabir, A. (2005). Aktivitas antibakteri flavonoid propolis Trigona sp terhadap bakteri Streptococcus mutans (in vitro)(In vitro antibacterial activity of flavonoids Trigona sp propolis against Streptococcus mutans). Dental Journal (Majalah Kedokteran Gigi), 38(3), 135- 141. [18] Karou, Damintoti. Savadogo. 2005. Aly. Antibacterial activity of alkaloids from Sida acuta. African Journal of Biotechnology. 2005.4(12): 1452- 1457. [19] Madduluri, Suresh. Rao, K.Babu. Sitaram, B.2013. In Vitro Evaluation of Antibacterial Activity of Five Indegenous Plants Extract Against Five Bacterial Pathogens of Human. International Journal of Pharmacy and Pharmaceutical Sciences.2013:5(4): 679-684. [20] Daisy, P., Mathew, S., Suveena, S., Rayan, N. A., 2008. A Novel Terpenoid from Elephantopus Scaber – Antibacterial Activity on Staphylococcus aureus: A Substantiate Computational Approach, Int. J. Biomed. Sci., September 2008, Vol. 4. No. 3.
15 th Proc. Mul. Pharm. Conf. 2022. e-ISSN: 2614-4778 Samarinda, 27-29 Mei 2022 213 Journal homepage: https://prosiding.farmasi.unmul.ac.id Parameter Spesifik dan Non Spesifik Seduhan Herbal Celup Kelopak Bunga Rosella (Hibiscus Sabdariffa) dengan Penambahan Daun Pandan Wangi (Pandanus Amaryllifolius) dan Kayu Manis (Cinnamomum Burmanii) Herbal Breading of Rosella Flower (Hibiscus Sabdariffa) Flower Copy with the Addition of Pandan Leaves (Pandanus Amaryllifolius) and Cinnamon (Cinna momum Burmanii) Zuliayu Arizka Pratiwi*, Herman, Noviyanty Indjar Gama Laboratorium Penelitian dan Pengembangan Kefarmasian “Farmaka Tropis”, Fakultas Farmasi, Universitas Mulawarman, Samarinda, Indonesia *Email korespondensi: [email protected] Abstrak Seduhan Herbal Celup merupakan suatu sediaan yang sering digunakan sebagai obat tradisional oleh masyarakat dan sangat mudah untuk di konsumsi dalam bentuk herbal celup. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan cita rasa dan mengetahui karakteristik sediaan air seduhan Herbal celup Kelopak Rosella (Hibiscus Sabdariffa) dengan penambahan daun Pandan wangi (Pandanus Amaryllifolius) dan kayu manis (Cinnamomum Burmanii). Sediaan seduhan herbal dibuat 4 Formula yaitu kombinasi Rosella, Daun pandan, kayu manis dengan perbandingan F1 (1:1:1), F2 (2:2:2) F3 (2:1:3), F4 (1:2:3). Pengujian pada penelitian ini yaitu uji pH, uji skrining fitokimia, uji organoleptik dan uji hedonik. Hasil pengujian pH pada formula 1,2,3 dan 4 masing-masing adalah 3,15; 2,8; 3,12; dan 3,22 (ρ<0,05). Pada hasil uji skrining fitokimia diketahui seduhan mengandung senyawa golongan saponin, flavonoid, fenolik, dan antosianin. Hasil uji organoleptik pada sediaan seduhan herbal formula 1 19 panelis menilai rasa asam, 30 panelis menilai berwarna merah muda, 19 panelis menilai aroma khas kayu manis, dan 30 panelis menilai jernih. Hasil uji hedonik dari 30 panelis 21 panelis menilai suka dengan sediaan seduhan herbal, 1 panelis menilai sangat suka dan 8 panelis menilai tidak suka. Kesimpulan dari penelitian ini yaitu sediaan seduhan herbal memiliki kandungan senyawa saponin, flavonoid, fenolik dan antosianin. Pada uji organoleptik sediaan seduhan herbal memiliki rasa cenderung asam (pH<7), warna sediaan seduhan herbal berwarna merah muda, aroma lebih cenderung khas kayu manis dan sediaan seduhan tampak jernih. Dua puluh satu panelis suka dengan sediaan seduhan herbal. Kata Kunci: Kelopak Bunga Rosella, Seduhan Teh Herbal Proceeding of Mulawarman Pharmaceuticals Conferences
Parameter Spesifik dan Non Spesifik Seduhan Herbal Celup Kelopak Bunga Rosella (Hibiscus Sabdariffa) dengan Penambahan Daun Pandan Wangi (Pandanus Amaryllifolius) dan Kayu Manis (Cinnamomum Burmanii) 15 th Proc. Mul. Pharm. Conf. 2022. e-ISSN: 2614-4778 Samarinda, 27-29 Mei 2022 214 Abstract Herbal dipping preparations are preparations that are often used as traditional medicine by the community and are very easy to consume. This study aims to improve the taste and determine the characteristics of the steeping water of Rosella Petals (Hibiscus Sabdariffa) with the addition of pandan leaves (Pandanus Amaryllifolius) and cinnamon (Cinnamomum Burmanii). The herbal infusion preparation was made into 4 formulas, namely the combination of Rosella, pandan leaves, cinnamon with a ratio of F1 (1:1:1), F2 (2:2:2), F3 (2:1:3), and F4 (1:2:3). Furthermore, the formula was analyzed by pH test, organoleptic test and hedonic test. The results of pH testing on formula 1, 2, 3 and 4 were 3.15; 2.8; 3.12; and 3.22 (ρ<0.05). Phytochemical screening test, it is known that the steeping contains saponin, flavonoid, phenolic, and anthocyanin compounds. In the organoleptic test on the herbal steeping formula 1, 19 panelists judged the taste as sour, 30 panelists judged it as pink, 19 panelists judged the cinnamon's distinctive aroma, and 30 panelists judged it clear. The results of the hedonic test from 30 panelists showed that 21 panelists assessed that they liked the herbal steeping preparation, 1 panelist judged it very much liked it and 8 panelists judged it disliked it. The conclusion of this study is that herbal steeping preparations contain saponin, flavonoid, phenolic, and anthocyanin compounds. In the organoleptic test, herbal infusions tend to have a sour taste (pH<7), the color of the herbal steeped preparations is pink, the aroma tends to be more typical of cinnamon, and the steeping preparations look clear. Twenty-one panelists like the herbal preparations. Keywords: Hibiscus sabdariffa, Herbal Tea DOI: https://doi.org/10.25026/mpc.v15i1.646 1 Pendahuluan Bunga rosella telah digunakan secara luas di banyak negara sebagai minuman dan sumber pengobatan. Beberapa pengobatan herbal menggunakan ekstrak tanaman ini untuk diuretik, gangguan pencernaan, agen antioksidan, dan hiperkolesterolemia. Bunga rosella bisa dimanfaatkan dalam bentuk seduhan, seperti teh. Bahkan, kini sudah dapat diolah dalam bentuk sirup, selai, dan minuman lain. Seduhan rosella terbuat dari kelopak kering rosela, berwarna merah dan rasanya seperti berry. Kandungan aktivitas antioksidan yang dimiliki oleh kelopak rosella terdiri atas senyawa gossipetin, antosianin, dan glukosida hibiscin [1]. Daun Pandan wangi (Pandanus amaryllifolius) merupakan tanaman yang banyak terdapat di Indonesia, pandan juga merupakan yang banyak digunakan untuk penambahan aroma, rasa, dan pewarna pada makanan. Daun pandan wangi mempunyai kandungan kimia antara lain alkaloida saponin, flavonoida, tanin, polifenol, dan zat warna. Kandungan dalam ekstrak air rebusan daun pandan wangi salah satunya adalah flavonoid [2]. Kayu manis (Cinnamomum burmanii) merupakan bahan makanan pemikat rasa manis pada makanan dan juga sebagai sumber antioksidan, Senyawa ini merupakan suatu flavonoid yang mempunyai korelasi yang signifikan dengan aktivitas antioksidan [3]. Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk meningkatkan cita rasa dan khasiat pada sediaan air seduhan Herbal rosella dengan penambahan daun pandan wangi dan kayu manis. Mengetahui karakteristik Sediaan seduhan herbal.
Parameter Spesifik dan Non Spesifik Seduhan Herbal Celup Kelopak Bunga Rosella (Hibiscus Sabdariffa) dengan Penambahan Daun Pandan Wangi (Pandanus Amaryllifolius) dan Kayu Manis (Cinnamomum Burmanii) 15 th Proc. Mul. Pharm. Conf. 2022. e-ISSN: 2614-4778 Samarinda, 27-29 Mei 2022 215 2 Metode Penelitian 2.1 Alat dan Bahan Pada penelitian ini alat yang digunakan yaitu, Gelas Kaca, Gelas Kimia, Oven, Rak Tabung, Sendok Makan, Sendok Tanduk, Spatel Besi, Tabung Reaksi, Timbangan Analitik. Bahan yang digunakan pada penelitian yaitu, Air Mineral, Asam Asetat Nitrat, Aquades, Dagendrof, Daun Pandan Wangi (Pandanus amaryllifolius), Etanol 70%, FeCl3, HCL, Herbal Rosella (Hibiscus sabdariffa), H2SO4, Kayu Manis (Cinnamomum burmanii), dan Mg. 2.2 Prosedur 2.2.1 Preparasi Sampel Sampel Herbal Rosella yang sudah melewati proses Pengeringan kemudian di blender menjadi bagian-bagian kecil, Sampel Daun Pandan wangi dilakukan dengan cara di Oven dengan suhu 50◦ C [4] selama 3 jam kemudian di blender menjadi bagian-bagian kecil Dan Kayu Manis yang sudah kering di blender menjadi bagian-bagian kecil. 2.2.2 Penimbangan Sampel Setelah semua sampel diblender kemudian dilakukan penimbangan dengan 4 Formulasi yaitu, F1 (Rosella 1 gram ; Pandan 1 gram ; Kayu Manis 1 gram), F2 (Rosella 2 gram ; Pandan 2 gram ; Kayu Manis 2 gram), F3 (Rosella 2 gram ; Pandan 1 gram ; Kayu Manis 3 gram), F4 (Rosella 1 gram ; Pandan 2 gram ; Kayu Manis 3 gram). Setelah ditimbang masing masing Replikasi dimasukkan kedalam kantung Teh Celup yang sudah disediakan. 2.2.3 Proses Penyeduhan Sampel Proses Penyeduhan dilakukan dengan memanaskan aquades diatas hot plate hingga mendidih, kemudian dimasukkan kantung teh celup herbal ke air yang telah dipanaskan kemudian ditunggu 5 menit sambal diaduk. 2.2.4 Uji pH Hasil seduhan herbal diukur nilai pH nya dengan menggunakan pH meter sesuai dengan Replikasi yang ada. 2.2.5 Uji fitokimia Skrining fitokimia dilakukan dengan metode kualitatif berdasarkan perubahan warna dan adanya endapan menggunakan reagen spesifik untuk mengindentifikasi senyawa metabolit sekunder meliputi senyawa alkaloid, flavonoid, Saponin, fenolik, tannin, antosianin, terpenoid. 2.2.6 Uji Hedonik Uji hedonik atau biasa disebut uji tingkat kesukaan dilakukan dengan melihat tingkat kesukaan dari konsumen atau panelis. Uji hedonik yang akan dilakukan terhadap warna, rasa, aroma dan tekstur. Uji hedonik merupakan suatu uji yang menggunakan panelis dalam mengemukakan responnya berupa suka atau tidaknya terhadap sifat bahan yang diuji. Metode dari pengujian ini yaitu menggunakan scoring, dengan jumlah panelis yang dibutuhkan adalah 30 orang [5]. 3 Hasil dan Pembahasan 3.1 Pengujian pH Tabel 5 Nilai Uji Analisis Anova Formula Nilai Rata-rata ± SD F1 3,15* ± 0,1000 F2 2,8 ± 0,0929 F3 3,12* ± 0,09609 F4 3,22* ± 0,17474 Keterangan : * = nilai berbeda signifikan dengan formula 2 (ρ<0,05). Data uji normalitas dengan uji shapiro-wilk dianalisis menggunakan uji Anova sig. 0.012 (ρ<0,05). Nilai pH asam pada lambung yaitu 1,5-6,5, untuk seduhan herbal ini dapat dikonsumsi karena pada saluran pernapasan dan pencernaan makanan dan minuman yang masuk dalam tubuh akan di netralisir sehingga untuk pH 3.12 aman untuk dikonsumsi [6]. Pada pengukuran pH dipilih sediaan Formula 1 (1:1:1) [7], berat isi pada formula 1 yaitu 3 gram untuk ukuran kantung teh 5,5 x 7 cm yang biasa digunakan di pasaran maupun masyarakat. Pada Uji Fitokimia dan Hedonik formula yang digunakan adalah formula 1. Karena pada sediaan Formula 1 memiliki berat sampel yang sama yaitu masing-masing
Parameter Spesifik dan Non Spesifik Seduhan Herbal Celup Kelopak Bunga Rosella (Hibiscus Sabdariffa) dengan Penambahan Daun Pandan Wangi (Pandanus Amaryllifolius) dan Kayu Manis (Cinnamomum Burmanii) 15 th Proc. Mul. Pharm. Conf. 2022. e-ISSN: 2614-4778 Samarinda, 27-29 Mei 2022 216 sebanyak 1 gram, proses penyeduhan dengan mudah dilakukan karena berat isi sample pada kantung teh sesuai dengan kapasitas yaitu 3 gram. Proses sampel yang dimasukkan dalam kantung teh celup dan proses penyeduhan jauh lebih mudah. 3.2 Pengujian Fitokimia Tabel 8 Uji Fitokimia Sediaan Seduhan Herbal No Pengujian Hasil Uji +/- 1 Saponin Adanya Buih + 2 Flavonid Berwarna Jingga + 3 Alkaloid Tidak ada endapan - 4 Fenolik Berwarna merah + 5 Tanin Tidak berubah warna - 6 Antosianin Tetap berwarna merah + 7 Terpenoid Tidak berwarna merah - Hasil uji fitokimia pada sediaan seduhan herbal menunjukan adanya senyawa Saponin yang bermanfaat sebagai kemampuan menurunkan kadar kolestrol dalam darah, terdapat senyawa flavonoid [8] bermanfaat sebagai mengurangi resiko penyakit Hipertensi, terdapat senyawa fenolik dengan memiliki aktivitas antioksidan, dan terdapat senyawa antosianin yang sangat baik untuk penurunan tekanan dalam darah [9]. Untuk senyawa Alkaloid, Tanin dan terpenoid menunjukkan hasil negatif karena tidak terjadi perubahan warna maupun adanya endapan. 3.3 Pengujian Hedonik Tabel 9 Uji Organoleptik Sediaan Seduhan Herbal Organoleptik Penilaian Jumlah Rasa Asam 19 Pahit 7 Manis 4 Warna Merah Tua - Merah Keunguan - Merah Muda 30 Aroma Khas Rosella 8 Khas Daun Pandan 3 Khas Kayu Manis 19 Kekeruhan Jernih 30 Kurang Jernih - Tidak Jernih - Hasil uji hedonik dilakukan dengan panelis sebanyak 30 orang yang telah merasakan seduhan herbal dan selanjutnya panelis mengisi formulir uji hedonik yang telah diberikan. Pada parameter rasa dominan yang menilai rasa asam, ini dikarenakan pada sediaan seduhan herbal memiliki nilai pH yang asam yaitu 3,15 (pH<7). Warna sediaan seduhan dominan menilai warna merah muda, karena pada sediaan seduhan herbal memiliki hasil positif pada uji fitokimia antosianin. Parameter aroma, panelis menilai aroma khas kayu manis dan pengamatan pada sediaan seduhan menilai jernih. Diagram Uji Hedonik Sediaan Seduhan herbal Pengujian kesukaan panelis dilakukan dengan cara mendapatkan penilaian dari 30 panelis dengan hasil 1 panelis menilai sangat suka, 21 panelis menilai suka, dan 8 panelis menilai tidak suka dengan sediaan seduhan herbal. Sedangkan dengan penilaian Sangat Tidak suka, tidak ada panelis yang menilai. 4 Kesimpulan Kesimpulan dari penelitian ini adalah dengan sediaan seduhan herbal Rosella (Hibiscus sabdariffa) dengan campuran daun pandan wangi (Pandanus amaryllifolius) dan kayu manis (Cinnamomum burmanii) uji fitokimia sediaan herbal memiliki kandungan senyawa saponin, flavonoid, fenolik dan antosianin. Pada uji organoleptik sediaan seduhan herbal memiliki rasa cenderung asam (pH<7), warna sediaan seduhan herbal berwarna merah muda, aroma lebih cenderung khas kayu manis dan sediaan seduhan tampak 0 5 10 15 20 25 Jumlah Panelis Tingkat Kesukaan Sangat Suka Suka Tidak Suka Sangat Tidak Suka
Parameter Spesifik dan Non Spesifik Seduhan Herbal Celup Kelopak Bunga Rosella (Hibiscus Sabdariffa) dengan Penambahan Daun Pandan Wangi (Pandanus Amaryllifolius) dan Kayu Manis (Cinnamomum Burmanii) 15 th Proc. Mul. Pharm. Conf. 2022. e-ISSN: 2614-4778 Samarinda, 27-29 Mei 2022 217 jernih. Dari 30 panelis, 21 diantaranya suka dengan sediaan seduhan herbal. 5 Konflik Kepentingan Tidak ada konflik kepentingan dalam penelitian ini. 6 Daftar Pustaka [1] Ratna, intan kusumawati. 2014. Roselle (Hibiscus Sabdariffa Linn) Effects on Lowering Blood Pressure as A Treatment For Hypertension. Faculty of medicine: univ lampung. J Majority vol:3 no:7. [2] Prameswari, Okky Meidiana dan Simon Bambang Widjanarko. 2014. Uji Efek Ekstrak Air Daun Pandan Wangi . Jurnal Pangan dan Agroindustri Vol.2 No.2 p.16-27. Jakarta. [3] Fidrianny I., Ruslan K., Saputra J., 2012, Antioxidant Activities of Different Polarity Extracts from Cashew (Anacardium occidentale L.) Leaves and Isolation of Antioxidant Compound, Bandung, 3-12. [4] Angraiyati, dewi. 2017. Lama pengeringan pada pembuatan teh herbal daun pandan wangi (Pandanus Amarylifolius Roxb.,) terhadap aktivitas antioksidan. JOM Faperta UR vol. 4 No. 1. [5] Nurwati., Hasdar, Muhammad. 2021. Sifat organoleptic kue brownies dengan penambahan rumput laut (Eucheuma cottanii). Journal of Food Thecnology and Agroindustry volume 3 no 2. [6] Guyton, A. C., Hall, J. E., 2014. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 12. Jakarta: EGC, 1022 [7] Novitasari, Reta., dkk. 2018. Pembuatan dan uji organoleptik sediaan teh celup daun afrika (Vernonia Amygdalina Del.) melalui Metode pengovenan dan metode sinar matahari. Journal of holistic and health sciences vol. 2 no. 2. [8] Qinghu, W., Jinmei, J., Nayintai, D., Narenchaoketu, H., Jingjing, H., Baiyinmuqier, B. (2016). Anti-Inflammatory Effects, Nuclear Magnetic Resonance Identification and HighPerformance Liquid Chromatography Isolation of The Total flavonoids From Artemisia Frigida, Journal Of Food And Drug Analysis, 24, 385-391 [9] Vargas, F. Natural Pigments: Carotenoids, Anthocyanins, and Betalains-Characteristics, Biosynthesis, Processing, and Stability. Critical Reviews in Food Science and Nutrition.2000; 40 (3).