The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.

Ramadhan-sepenuh-hati-edited-7-mei-wakaf

Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by , 2016-05-06 12:12:00

Ramadhan-sepenuh-hati-edited-7-mei-wakaf

Ramadhan-sepenuh-hati-edited-7-mei-wakaf

Membangunkan Muadzin 51

Lihatlah kepada obsesi
tinggi yang diraih Imam
Syahid Hasan al-Banna –
pendiri Jamaah Ikhwanul
Muslimin – yang sudah
berfikir padahal beliau masih seorang
bocah kecil, bagaimana mendapatkan
pahala terbesar dari adzan. Apakah beliau
memilih masjid terbesar dan kemudian
adzan di dalamnya? Atau apa yang beliau
lakukan?

Sampai Allah Azza wa Jalla memberinya
petunjuk kepada seni meraih kebaikan-
kebaikan yang dilihatnya sebagai sarana
paling besar untuk mengambil kebaikan-
kebaikan dari ibadah adzan. Hasan al Bana
Rahimahullah berkata, “Aku menemukan
kebahagiaan besar dan kelegaan luar biasa
ketika membangunkan para muadzin

Ramadhan Sepenuh Hati

untuk adzan subuh. Kemudian setelah
itu aku berdiri, mendengarkan adzan
yang keluar dari tenggorokan mereka
dalam satu waktu, di mana masjid-masjid
berjarak berdekatan di desa, terlintas
dalam benakku bahwa aku menjadi sebab
bangunnya sejumlah jamaah shalat dan
bahwa aku mendapatkan seperti pahala
mereka.”

52 SUNNAH-SUNNAH ADZAN

Ibnul Qayyim di dalam kitabnya, Zadul
Ma’ad, mengatakan, “Adapun petunjuk
Nabi SAW dalam dzikir ketika adzan dan
setelahnya, maka disyariatkan kepada
umatnya untuk melakukan lima macam.

Pertama: Agar orang yang mendengar
mengucapkan seperti apa yang diucapkan
oleh muadzin kecuali pada lafadz “hayya

Ramadhan Sepenuh Hati

‘alas shalah hayya ‘alal falah”, namun
diganti dengan ucapan “laahaula walaa
quwata illa billah”.

Kedua: Agar mengucapkan,

“Saya bersaksi bahwa tidak ada tuhan 53
yang berhak disembah kecuali hanya Allah
dan saya bersaksi bahwa Muhammad
adalah utusan Allah. Saya ridha Allah
sebagai tuhanku, Islam sebagai agamaku
dan Muhammad sebagai Nabi dan
Rasul.” Dikabarkan bahwa orang yang
mengucapkan tersebut diampuni dosanya.

Ketiga: Bershalawat kepada Nabi SAW dan
dilengkapkan dengan shalawat kepada
Nabi Ibrahim, tidak ada shalawat yang
lebih sempurnya dari itu.

Ramadhan Sepenuh Hati

Keempat: Agar setelah bershalawat dia
mengucapkan doa,

“Ya Allah, Tuhan pemilik seruan yang
sempurna ini, dan shalat yang akan
didirikan! Berikanlah junjungan kami,
Nabi Muhammad wasilah, keutamaan dan
kemuliaan. Dan angkatlah ia ke tempat
54 (kedudukan) yang terpuji, yang telah Engkau
janjikan kepadanya.”
Buah dari doa ini adalah bahwa orang yang
mengucapkannya layak mendapatkan
syafaat Nabi saw.
Kelima: Setelah itu berdoa untuk diri
sendiri dan meminta keutamaan dari Allah.
Karena waktu tersebut termasuk waktu-
waktu dikabulkannya doa. Sebagaimana
diriwayatkan, ada seorang laki-laki yang

Ramadhan Sepenuh Hati

datang kepada Rasulullah saw, laki-laki itu 55
bertanya kepadanya, “Wahai Rasulullah,
sesungguhnya para muadzin mendapatkan
keutamaan lebih dibandingkan kami.”
Rasulullah menjawab, “Aku tunjukkan
kepada suatu perantaraan pengganti pahala
yang terlewatkan. Ucapkan sebagaimana
mereka mengucapkan, apabila kamu
sudah selesai mintalah (kepada Allah) pasti
diberinya.” (HR. Abu Dawud dan yang
lainnya)

Ramadhan Sepenuh Hati

Panah yang Tidak Salah Sasaran
Selama jeda antara adzan dan iqamah,
shalatlah dua rakaat. Ini adalah sunah
sebagaimana disabdakan Nabi saw,

“Dua rakaat sebelum shalat subuh lebih baik
dari dunia dan seisinya.” (HR. Muslim)
Ini adalah pahala shalat nafilah (sunnah)
56 nya, bagaimana dengan shalat wajibnya.
Ini adalah pahala di luar Ramadhan,
maka bagaimana dengan pahalan di bulan
ramadhan. Nabi SAW bersabda,

Ramadhan Sepenuh Hati

“Bulan agung yang di­ 57
berkahi telah datang me­
naungi kalian. Bulan yang
di dalamnya ada satu
malam nilainya lebih baik
dari seribu bulan. Allah ja­
dikan puasa pada bulan
iitu sebagai kewajiban
dan melaksanakan shalat di malam
harinya sebagai sunnah. Barang siapa
yang mendekatkan diri pada bulan itu
dengan satu kebaikan , seperti orang yang
menunaikan satu kewajiban di bulan yang
lainnya. Barangsiapa yang menunaikan satu
kewajiban dalam bulan itu, seperti orang
yang menunaikan tujuhpuluh kewajiban di
bulan yang lainnya.” (HR. Ibu Huzaimah
dan Baihaqi dan di dalamnya lemah)

Kemudian setelah itu segeralah mengang­
kat panah yang tidak salah, yaitu doa.
Rasulullah SAW telah bersabda,

Ramadhan Sepenuh Hati

“Do’a antara adzan dan iqamah tidak
tertolak.” (HR. Ahmad dan dishahihkan
oleh Albani)
Berdo’alah apa yang Anda inginkan di
waktu ini. Alangkah baiknya jika Anda
khususkan doa-doa yang Anda minta,
di saat-saat seperti ini karena ini adalah
rentang waktu do’a dikabulkan Allah.
58 Ibnu Atha mengatakan, “Sungguh Allah
telah menjamin dikabulkan untukmu pada
apa yang Dia pilih untukmu dan bukan
pada apa yang kamu pilih untuk dirimu,
di waktu yang Dia kehendaki dan bukan di
waktu yang engkau kehendaki.”

Ramadhan Sepenuh Hati

Baca Al-Qur’anmu 59

Jika ada waktu sebelum
iqamat shalat, bergegaslah
manfaatkan waktu mem­
buka mushaf Al-Qur’an
dan bacalah. Anda harus
memiliki semangat tinggi
untuk memperbanyak jumlah bacaan dan
khataman Al-Qur’an di bulan Ramadhan.
Ini adalah amal orang-orang shalih yang
mengerti tentang keutamaan membaca Al-
Qur’an di bulan Ramadhan dibandingkan
bulan lainnya. Sebab di bulan Ramadhan
inilah, Al-Qur’an diturunkan. Jibril ala­
ih­ issalam turun kepada Nabi kita Mu­
hammad SAW untuk mengulang-ulang
bacaan ayat-ayat Al-Qur’an di bulan
Ramadhan. Karenanya, perbanyaklah ti­
lawah Al-Qur’an.

Ramadhan Sepenuh Hati

Mari kita simak bagaimana perhatian para
ulama besar terhadap tilawah Al-Qur’an
di bulan ini. Imam Malik rahimahullah
yang sangat mendalami ilmu hadits,
meninggalkan kebiasaannya menelaah
hadits dan tidak ikut pengajian ahli ilmu,
melainkan lebih focus memperbanyak
tilawah Al-Qur’an.

Di bulan Ramadhan, Imam Sufyan Ats-
Tsauri rahimahullah juga meninggalkan
60 segala macam ibadah yang bersifat sunnah
dan memperbanyak tilawah Al-Qur’an.

Pada saat bulan Ramadhan, Zubaid Al-Yami
rahimahullah membawa mushaf-mushaf
Al-Qur’an dan mengundang sabahat-
sahabatnya untuk dibaca bersama-sama.

Dalam riwayat yang sahih, Imam Syafi’i
rahimahullah mengkhatamkan Al-Qur’an
sebanyak 60 kali di bulan Ramadhan, 1
kali di siang hari dan 1 kali di malam hari.

Ramadhan Sepenuh Hati

Cemburu dengan Orang-orang Shalih 61

Saudaraku, berhati-hatilah saat kisah-
kisah para shalihin disebut, jika kita hanya
mengagungkan dan memujinya. Saat
dijelaskan keseriusan mereka, lalu kita
hanya kagum dan terpesona. Atau saat
memikirkankeindahankehidupanmerekadi
surga, kita hanya bersikap merindukannya
saja lalu diam menunggu. Atau, ketika kita
dianjurkan untuk mengikuti perilaku dan
jalan orang-orang shalih itu, kita mundur
dan mengajukan ribuan daftar alasan …

Membaca perjalanan hidup orang-orang
shalih seharusnya bisa menularkan
kebaikan. Seharusnya kita sangat cemburu
dengan mereka yang begitu memiliki
semangat menyala dan berlomba dalam
keshalihan.

Mereka sangat mengerti sabda Nabi
SAW “Barangsiapa yang membaca satu
huruf dari kitab Allah, maka baginya satu

Ramadhan Sepenuh Hati

kebaikan dan satu kebaikan dilipatkan 10
kali semisalnya.” (HR. Tirmidzi, Hakim
dan disahihkan Al-Albani)

Al-Qur’an terdiri dari sekitar 300.000
huruf. Artinya, satu kali khatam Al-
Qur’an maka yang membaca akan diganjar
dengan 3 juta kebaikan. Dan, kemurahan
Allah jauh lebih besar dari hitung-hi­
tungan itu. Menghitung angka pahala se­
perti itu, tujuannya hanya memberikan
62 motivasi agar kita lebih terdorong untuk
melakukannya. Jika kebaikan itu dilipat­
gandakan pahalanya hingga 700 kali,
sebagaimana tertera dalam Al-Qur’an, si­
apa yang mampu menghitungnya? Jika
diibaratkan pedagang, adakah seorang
pedagang yang hanya duduk bermalas-
malasan padahal dia punya kesempatan
menjual dagangannya hingga sangat laris?
Atau dia hanya mengambil keuntungan

Ramadhan Sepenuh Hati

kecil dan sedikit aja? 63

Jika Imam Syafii mampu menghatamkan
Al-Qur’an di bulan Ramadhan seb­a­
nyak 60 kali, maka minimal kita ha­
rus mengkhatamkannya. Kita tidak
perl­u menentukan berapa kali harus
mengkhatamkan. Karena setiap orang
berbeda, dan bisa jadi target maksimal
tert­entu bagi satu orang, merupakan tar­
get minimal bagi orang lain. Bisa jadi,
seseorang memiliki antusias lebih baik
atau lebih tinggi dibanding yang lain. Yang
terpenting adalah kita harus bisa menjaga
konsistensi tekad untuk memperbanyak
tilawah Al-Qur’an.

Tips Agar Banyak Mengkhatamkan Al-Qur’an

Berikut adalah tips dan sarana yang
bisa membantu untuk bisa lebih banyak
mengkatamkannya di bulan Al-Qur’an ini.

Ramadhan Sepenuh Hati

Tanamkan Syiar dalam Hatimu :
Aku Akan Hidup Bersama Al-Qur’an

Belilah dua mushaf Al-Qur’an. Mushaf
pertama, berukuran kecil yang selalu kita
bawa kemanapun. Jangan pernah berjalan
kecuali Anda membawanya. Bacalah
mushaf pertama sebagai wirid Al-Qur’an
kita dalam perjalanan, di stasiun, halte,
64 masjid, terutama saat antara adzan dan
iqamah. Kobarkan syiar dalam hatimu,
“Aku akan hidup dengan Al-Qur’an”

Mushaf kedua, bagikan kepada orang yang
tidak memilikinya. Jika dia khatam, kita
akan mendapatkan bagian pahala dalam
timbangan kebaikan kita dari bacaan orang
tersebut.

Dalam sebuah hadits shahih, disebutkan
sabda Rasulullah saw, “Barangsiapa yang
mengajak kepada “petunjuk” (kebaikan)

Ramadhan Sepenuh Hati

maka dia mendapatkan pahala orang yang 65
mengikutinya. Pahala itu tidak dikurangi
sedikitpun sampai hari kiamat”

Pasanglah mushaf itu dalam handphone
atau smartphone Anda, di mobil, dan di
komputer kita. Setiap saat, kita usahakan
harus mendengar bacaan murattal audio
dari para qari yang kita sukai.

Jangan lupa terus kobarkan syiar “aku
akan hidup dengan Al-Qur’an”. Jangan lupa
untuk selamanya bahwa membaca satu juz
Al-Qur’an umumnya tidak akan memakan
waktu kita lebih dari setengah jam.

Lakukan evaluasi setiap saat jika ada waktu
yang hilang dari usia kita. Jangan sampai
kita termasuk yang mengatakan seperti
orang-orang meninggalkan kewajiban;

“Harta dan anak-anak kami telah me­
nyibukkan kami.” (QS. Al-Fath: 11)

Ramadhan Sepenuh Hati

Program Umrah 30 Kali

Rasulullah SAW ber­
sabda, “Barangsiapa
yang menunaikan sha­
lat fajar (subuh) dengan
berjamaah, kemudian
ia berdzikir kepada
Allah sampai matahari terbit, kemudian dia
shalat dua rakaat maka dia mendapatkan
66 pahala seperti pahala haji dan dan umrah,
dengan pahala sempurna, sempurna dan
sempurna.” (HR. Tirmidzi, dan disahihkan
oleh Al-Albani)

Jika pahala ini terjadi di hari-hari seperti
biasa, bayangkanlah bagaimana jika di
bulan Ramadhan di mana pahala semua
kebaikan di bulan ini dilipat gandakan?
Tentu saja yang disampaikan di sini adalah
pahala akhirat, namun dianalogikan oleh

Ramadhan Sepenuh Hati

Rasulullah SAW seperti ganjaran dengan 67
angka-angka di dunia.

Dari Abu Hurairah ra dia berkata, “Rasulu­
llah SAW mengutus utusan. Ternyata
orang tersebut mendapatkan banyak harta
rampasan dan sangat cepat dalam meraih
kemenangan dalam pertempuran.” Seorang
laki-laki dari sahabat Nabi bertanya, “Wahai
Rasulullah, kami tidak melihat utusan
kaum yang lebih cepat meraih kemenangan
dan banyak memperoleh harta rampasan
melebih utusan ini.” Maka Rasulullah SAW
bersabda,

“Maukah aku beri tahu kalian orang-orang
yang sangat cepat dalam berperang dan
paling banyak memperoleh harta rampasan
melebihi utusan ini? Mereka adalah
orang yang berwudlu di rumahnya dan
memperbaiki wudlu kemudia dia pergi ke
masjid dan shalat subuh (fajar), kemudian
dia ikut dengan shalat dhuha, maka dia

Ramadhan Sepenuh Hati

telah bergegas dan cepat dalam meraih
kemenangan dan mendapatkan harta
rampasan yang banyak.” (Dishahihkan
oleh Al-Albani)

Apakah kita bisa meraih kebaikan ini
dengan puasa dan kebajikan yang kita
lakukan yang bisa mengejar kebaikan
dan kedudukan orang-orang yang meraih
kesyahidan? Dengan satu jam saja kita
duduk di masjid berdzikir kepada Allah
68 membaca Al-Qur’an, itu pahalanya lebih
baik dari peperangan dan jihad di jalan
Allah dan kembali dengan harta rampasan
perang yang banyak.

Jika Anda seorang Muslimah, Anda juga
bisa dan memungkinkan pergi ke masjid
atau duduk membaca Al-Qur’an dan dzikir
sampai terbit matahari. Jika ini dilakukan,
Anda akan mendapatkan pahala serupa.

Ramadhan Sepenuh Hati

Sambutlah Mentari Pagi Ini 69
Dengan Lima Kata

Usai shalat subuh,
segeralah membaca dzi­
kir-dzikir pagi hari. Ba­
calah selalu dari buku
dzikir saku dan letakkan
buku itu di saku agar
kita tidak lupa. Dzikir-dzikir itu memiliki
keutamaan agung yang mampu menjaga
kita dari setan, menghilangkan rasa malas,
mengusir bosan.

Setelah membaca dzikir-dzikir ini, ingatkan
diri kita selalu dengan lima kata-kata
nasihat sangat penting yang harus menjadi
syarat bagi diri sendiri;

Ramadhan Sepenuh Hati

1. Muraqabah (merasa diawasi Allah),
2. Mujahadah (bersungguh-sungguh),
3. Muhasabah (evaluasi),
4. Mu’atabah (mengkritik diri sendiri),
5. Mu’aqabah (menghukum diri sendiri).

Pertama; Muraqabah (merasa diawasi Allah)
Awasi diri Anda. Periksa selalu tindakan
dan perilaku Anda sepanjang hari.
70 Jabir bin Abdullah berkata, “Jangan sampai
harimu seperti hari biasa di luar puasa.
Namun jika Anda puasa maka hendaklah
pendengaran dan penglihatan kalian.
Perhatikan, apakah Anda seperti itu?”

“Sekali-kali tidak, sesungguhnya manusia
itu terhadap dirinya sendiri melihat.” (QS.
Al-Qiyamah: 14)

Ingatkan diri Anda sendiri selalu bahwa
Anda mensyaratkan kepada diri sendiri

Ramadhan Sepenuh Hati

untuk meninggalkan yang haram jika jiwa 71
itu mengajak maksiat.

Tetap Taat di dalam Tidur

Salah seorang salaf berjalan di jalan
raya dan matanya melihat seorang
perempuan. Maka dia memukul ke­
dua matanya hingga bengkak dan me­
ngatakan kepadanya, “Kenapa kamu
melihat kepada sesuatu yang tidak halal
bagimu.”

Diceritakan, Muhammad bin Sirin ber­
kata, “Tidaklah aku melihat seorang
wanita yang sama sekali tidak halal
bagiku, sehingga dalam mimpiku pe­
rempuan itu datang dan aku melihatnya.
Ternyata dia bukan Ummu Abdullah
– istrinya – kemudian aku tundukkan
pandanganku karena takut dosa.“

Dalam tidur? Iya.

Ramadhan Sepenuh Hati

Kedua; Mujahadah (bersungguh-sungguh)

Memaksa dan membias­a­
kan jiwa untuk taat kepada
Allah membutuhkan wak­
tu, perlu tegar menghadapi
potensi penyimpangan naf­
su. Maka itu, ber­sung­guh-sungguhnya se­
lalu dan ikatlah agar tidak berontak. Jiwa
dan setan serta hawa nafsu adalah musuh
kalian. Deklarasikan perang atas mereka.
72 “Hai orang-orang yang beriman, perangilah
orang-orang kafir yang di sekitar kamu itu,
dan hendaklah mereka menemui kekerasan
daripadamu, dan ketahuilah, bahwasanya
Allah bersama orang-orang yang bertaqwa.”
(QS. At-Taubah: 123)

Jangan letakkan senjata taubat dan istigfar
yang kita miliki.

Abu Muslim Al-Khaulani menyediakan
sebuah cambuk di mihrabnya. Ia gunakan

Ramadhan Sepenuh Hati

cambuk itu untuk memukul kedua kakinya 73
jika lelah berdiri dan me­lakukan ketataan
dan dikatakan ke­padanya, “Bangun, demi
Allah akan aku hasung engkau kepada
Allah dengan kuat sampai engkau yang
lelah dan bukan aku yang lelah.”

Ketiga; Muhasabah (Evaluasi)

Anda harus mengevaluasi diri setiap hari
agar Ramadhan tidak hilang percuma
tanpa pembebasan dari api neraka atau
pengampunan. Jangan pernah sia-
siakan sepanjang harimu kecuali dengan
muhasabah diri Anda dan membawanya
untuk taat.

Dari Wabh bin Munabbih, dalam hikmah
keluarga Daud termaktub, “Wajib bagi
orang yang berakal agar tidak lalai dari
empat waktu; satu waktu untuk bermunajat
kepada Tuhannya, satu waktu untuk

Ramadhan Sepenuh Hati

mengevaluasi dirinya, satu waktu untuk
bertemu dengan saudara-saudaranya yang
mau mengabarkan kepadanya tentang aib-
aibnya dan meyakinkan bahwa aib itu ada
pada dirinya, satu waktu lagi dia berkhalwat
antara dirinya sendiri dengan kelezatan-
kelezatan yang halal baginya dan memuji
Allah karena waktu ini akan membantunya
terhadap waktu-waktu sebelumnya.

74 Keempat; Mu’atabah (Mengkritik Diri Sendiri)
Kritiklah diri Anda, Berbicaralah pada diri
Anda sendiri jika ia melakukan kemaksiatan
dan malas melakukan ketaatan.

Maimun bin Mahran mengatakan, “O­­
rang mukmin yang bertakwa lebih ke­
ras melakukan kritik terhadap diri di­
bandingkan mengevaluasi penguasa lalim
dan partner yang rakus.”

Disebutkan bahwa Abdul Rahman al Asad,

Ramadhan Sepenuh Hati

tidak makan roti dan tidak mengayunkan 75
langkahnya kecuali dengan niat baik
kepada Allah.”

Begitulah jejak langkah mereka. Orang
berakal adalah orang yang memberikan
kepada masing-masing waktu haknya
sebagai kewajiban yang dibebankan atas
dirinya. Bila kematian mendatanginya dia
selalu siap, jika mendapatkan kehidupan
maka dari waktu ke waktu bertambah
kebaikan demi kebaikan.

Kelima: Mu’aqabah (Teguran dan Hukuman)

Teguran dan hukuman Anda lakukan
setelah setiap kali mengevaluasi diri atas
dosa yang Anda lakukan, atau pahala
yang Anda sia-siakan, atau amal kebaikan
yang Anda lakukan dan belum diperbaruhi
niatnya sehingga pahalanya hilang dari
Anda. Maka lakukanlah teguran pada saat
itu dengan, misalnya, mencegahnya dari

Ramadhan Sepenuh Hati

melakukan beberapa hal yang mubah atau
menekannya untuk melakukan beberapa
sunnah. Misalnya, dengan melakukan wirid
di malam hari lebih banyak dari wirid biasa
yang Anda lakukan, atau membaca satu juz
al Quran pada siang hari yang tidak biasa
dibaca, atau hal-hal yang sejenisnya.

76

Ramadhan Sepenuh Hati

MESIN PENCUCI DOSA 77

Hampir setiap rumah kita
punya alat atau mesin cuci
untuk pakaian, bukankah
begitu? Karena itu tidak
ada salahnya sama sekali
kalau di rumah kita ada
mesin pencuci dosa-dosa.

Jangan kaget, mesin cuci dosa ini bisa
berupa kotak celengan kecil yang Anda
masukkan kedalamnya sedikit uang setiap
kali Anda mengumpat atau memfitnah
seseorang dari kaum muslimin, atau me­
lalaikan kasih sayang Anda, atau setiap
kali Anda lalai atau terlewatkan dari shalat
berjamaah. Mesin pencuci dosa ini ada di
lokasi yang nampak di rumah, di tempat
yang bisa dijangkau siapapun. Tutup mesin
pencuci dosa tersebut dan jangan dibuka

Ramadhan Sepenuh Hati

kecuali pada malam hari raya idul fitri.

Siapa saja yang ada di dalam rumah, se­
tiap kali melakukan dosa, memasukkan
beberapa lembar uang receh ke dalamnya.

Siapa yang melihat wanita yang tidak halal
baginya di televisi atau di jalan memasuk­
kan uang, sedikit atau banyak, ke dalam
mesin pencuci dosa (kotak celengan). Siapa
yang tidak menyelesaikan wirid Al-Quran
yang telah ditetapkan untuk dirinya sendiri
78 juga memasukkan uang ke dalamnya,
demikian seterusnya.

Sampai datang akhir malam bulan
Ramadhan, bukalah kotak tersebut dan
keluarga isinya kemudian sedekahkan
kepada orang-orang fakir dan miskin. Dari
Anas bin Malik ra dia berkata, ada yang
bertanya kepada Rasulullah saw, “Sedekah
apa yang paling utama?” Rasulullah

Ramadhan Sepenuh Hati

menjawab, “Sedekah di bulan Ramadhan.”
(HR. Baihaqi)

Dari Abu Hurairah ra bahwasanya Ra­
sulullah SAW bersabda, “Harta tidak akan
berkurang karena sedekah.” (HR. Muslim)

At Tirmidzi meriwayatkan bahwa Nabi SAW
bersabda,

“Puasa itu adalah perisai dan sedekat 79
itu memadamkan kesalahan seperti air
memadamkan api.”

Abu Hurairah ra meriwayatkan dari Nabi
sawbahwasanya beliau bersabda,

Ramadhan Sepenuh Hati

“Orang yang dermawan dan murah hati itu
dekat dengan Allah, dekat dengan surga,
dekat dengan manusia, dan jauh dari ne­
raka. Orang yang bakhil dan pelit itu
jauh dari Allah, jauh dari surga, jauh dari
manusia dan dekat dengan neraka.” (HR.
Tirmidzi)

80

Ramadhan Sepenuh Hati

ALLAH TAK MEMBEBANI JIWA 81
MELEBIHI KEMAMPUANNYA

Duduklah hingga syu­
ruq (pertama terbitnya
matahari menanda­
kan berakhirnya wak­
tu Subuh) setiap hari, membaca dzikir.
Tapi jika itu tidak memungkinkan, bisa
juga kita lakukan setelah fajar pada hari
Sabtu atau Minggu. Karena pada saat itu
mayoritas pegawai dan pelajar libur.

Ramadhan Sepenuh Hati

Dari Juwairiyah (ummul mukminin),

ia mengisahkan bahwa suatu hari saat

subuh tiba, ia sudah (duduk berdzikir)

di tempat sholat dalam rumahnya

dan Nabi -shollallohu alaihi wasallam-

meninggalkannya keluar (untuk sholat di

masjid), kemudian beliau kembali ketika

sudah masuk waktu dhuha, sedangkan

dia masih tetap duduk (ditempat sholat itu

sambil dzikir). Maka Nabi SAW bertanya,

82 “Kamu masih seperti itu, sejak kutinggal
tadi?!” Juwairiyah menjawab, “Ya.” Lalu

Nabi SAW bersabda, “Aku

akan membaca empat

kalimat sebanyak tiga kali,

seandainya ia ditimbang

dengan dzikir yang kamu

ucapkan hari ini, tentu akan

melebihi dzikirmu hari ini.”

Lalu beliau membaca dzikir

ini..

Ramadhan Sepenuh Hati

Maha suci Allah, aku memuji-Nya dengan 83
pujian sebanyak makhluk-Nya, sejauh
kerelaan-Nya, seberat timbangan arsy-Nya
dan sebanyak tinta tulisan kalimat-Nya.
(HR. Muslim)

Baik kamu kembali ke rumahmu dan
tidur kemudian keluar atau kamu keluar
dari masjid lansung untuk bekerja atau
ke kampus atau ke sekolah, jangan lupa
untuk shalat dhuha. Shalat dhuha ini
dilaksanakan sebanyak dua rekaat sampai
8 rakaat ketika sudah tiba waktunya.

At Tirmidzi meriwayatkan hadits yang
dishahihkan oleh Albani, bahwasanya Allah
Azza wa Jalla berfirman,

Ramadhan Sepenuh Hati

“Wahai anak Adam, ruku’lah kepada-Ku
sebanyak empat rekaat dari awal siang
niscaya Aku jamin kamu di akhir hari.”

84

Ramadhan Sepenuh Hati

HIDUPKU SEMUANYA 85
UNTUK ALLAH

Perbarui niat, maka pekerjaan
yang Anda lakukan akan
bernilai ibadah. Dan itu artinya,
pekerjaan yang dilakukan akan
menjadi jembatan Anda ke
surga. Jangan pergi ke tempat belajar atau
tempat kerja dengan jiwa yang tidak bersih
dan malas. Berangkat dan melangkahlah
dalam kondisi serius, semangat dan optimis
karena sekali lagi, Anda dalam kondisi
beribadah, sebagaimana Anda melakukan
shalat.

Arti Ibadah Yang Komprehensif

Ibadah yang komprehensif dan utuh adalah
seperti yang didefinisikan oleh Syaikhul

Ramadhan Sepenuh Hati

Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah yang
mengatakan,

“Ibadah adalah semua yang dicintai Allah
Ta’ala dan Dia ridhai, berupa perkataan
dan perbuatan baik yang zahir maupun
yang batin.”
86 Dikatakan oleh Muhammad Qutub,
“Bahkan memakmurkan bumi, merekayasa
kehidupan, berusaha memiliki perangkat-
perangkat kebangkitan dan kemajuan
peradaban, merupakan fardhu kifayah
yang menjadi kewajiban bagi umat Islam.
Itu termasuk jenis kekuatan terbesar
yang diperintahkan Allah Ta’ala kepada
hamba-hamba-Nya yang beriman untuk
mendapatkannya. Agar umat Islam tetap

Ramadhan Sepenuh Hati

menjadi umat yang kuat.
Allah swt berfirman,

“Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka 87
kekuatan apa saja yang kamu sanggupi
dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk
berperang (yang dengan persiapan itu)
kamu menggetarkan musuh Allah.” (QS. An
Anfal: 60)

Hal itu juga merupakan tuntutan nasusia
sebagai khalifah (wakil) Tuhan di dunia.
“Dan ingatlah ketika Tuhanmu berfirman
kepada para malaikat sesungguhnya Aku
menciptakan (manusia) di bumi sebagai
khalifah.” (QS. Al Baqarah: 30)

Semua yang Anda lakukan, selama
diniatkan karena Allah dan untuk
mengharapkan ridha Allah, akan bermakna

Ramadhan Sepenuh Hati

mendekatkan diri (kepada kepada Allah).
Perhatikanlah bagaimana hadits yang
agung berikut ini, di mana Nabi SAW
mengikat hubungan antara dunia dan
akhirat. Beliau bersabda :

88 “Apabila kiamat tiba, sedang di tangan
salah seorang di antara kalian ada bijih,
maka jika dia mampu, jangan bangun
sampai dia menanamnya; maka hendaklah
dia tanam bijih itu.” (HR. Bukhari)
Apa yang diharapkan apabila kiamat hampir -
hampir terjadi? Nabi SAW dalam hadits ini
tidak me­merintahkan kita untuk bertaubat
dan beristigfar meminta ampun kepada
Allah, beramal menuju akhirat, melupakan
dunia dan isinya. Namun ternyata beliau

Ramadhan Sepenuh Hati

memerintahkan kita untuk memakmurkan 89
bumi, dengan menanam biji. Biji apa yang
kita diperintahkan untuk menanamnya?!
Ternyata biji kurma yang tidak mungkin
berbuah kecuali setelah bertahun-tahun
lamanya. Maknanya, Nabi SAW hendak
mengajarkan kepada kita pelajaran agung,
bahwa jalan menuju akhirat harus melalui
jalan dunia. Keduanya bukanlah dua jalan
yang terpisah. Namun merupakan satu
jalan yang saling menghubungkan. Dunia
dan akhirat tidak dapat berdiri sendiri.

Tidak ada pembagian jalan untuk akhirat
yang bernama ibadah dan jalan untuk
dunia yang bernama kerja. Yang ada
adalah satu jalan, awalnya di dunia dan
ujung akhirnya di akhirat.

Jalan yang tidak memisahkan di dalamnya
antara kerja dari ibadah dan tidak
memisahkan antara ibadah dari kerja.
Sekali lagi, keduanya merupakan sesuatu

Ramadhan Sepenuh Hati

yang satu dan berjalan beriringan.

Dari sini kita bisa memahami dengan
baik bagaimana kita bisa hidup di bawah
naungan firman Allah Jalla Jalaluhu,

“Katakanlah: Sesungguhnya shalatku, iba­
datku, hidupki dan matiku hanyalah untuk
Allah, Rabb semesta alam.” (QS. Al An’am:
162)

90

Tidak masuk akal jika manusia seluruh
waktu umurnya hanya melakukan
shalat, puasa dan membaca al Quran,
tanpa terputus di malam atau siang hari,
agar seluruh hidupnya untuk Allah.
Nabi Muhammad saw, dalam hid­upnya
berpuasa namun juga berbuka (makan),
menunaikan shalat namun juga tidur dan
menikahi perempuan. Dengan demikian
maka seorang mukmin harus menghimpun
antara dunia dan akhirat, menjadikan

Ramadhan Sepenuh Hati

keduanya satu jalan, agar bisa menjadikan 91
seluruh hidupnya semuanya untuk Allah
Ta’ala.

Bila Anda telah memahami definisi
menyeluruh tentang arti ibadah ini; Anda
tahu bagaimana umat kita ini kalah dan
menjadi pengekor bagi bangsa-bangsa
lain, karena ketika tercerai berai antara
dua kelompok ini. Antara kelompok yang
mengabaikan dunia dengan dalih ingin
konsentrasi dan totalitas untuk akhirat,
dengan kelompok yang mengabaikan akhi­
rat dan berusaha untuk menggenggam
dunia, bukan untuk merealisasikan ri­
dha Allah, namun untuk mendapatkan
kenikmatan dan
ke­lezatannya.

Selama Anda be­
ker­ja atau belajar
berarti Anda ada
da­lam ibadah.

Ramadhan Sepenuh Hati

And­­a dilarang melakukan hal-hal yang
membatalkan ibadah Anda. Anda harus
menjaga lisan Anda dari berbu­at bohong,
ghibah, mengumpat dan berkata sia-sia.
Sebagaimana di­sabdakan Rasulullah saw:

92 “Barangsiapa yang tidak meninggalkan
ucapan dusta dan melaksanakannya (dalam
keadaan berpuasa), maka Allah tidak butuh
pada amalannya (puasa) meninggalkan
makan dan minumnya.” (HR. Bukhari)
Dari Jabir bin Abdullah ra bah­wasanya
dia berkata,
“Jika kamu berpuasa maka berpuasalah pen­
den­garanmu, penglihatanmu dan lisanmu
dari berbohong dan tinggalkan menyakiti

Ramadhan Sepenuh Hati

manusia. Hendaklah kamu khusuk dan 93
tenang. Jangan kamu jadikan hari puasamu
sama dengan hari tidak berpuasa.”

Abu Aliyah, berkata:

“Orang yang berpuasa tetap dalam ibadah
selama tidak meng-ghibah (membicarakan
keburukan) seseorang, meskipun dia dalam
keadaan tidur di atas ranjangnya.”

Salah seorang salafushalih ketika
mengucapkan sebuah syair yang di
dalamnya berisi hija’ (mencela seseorang).
lalu tersadar dan
langsung berkumur
dengan air!

Ramadhan Sepenuh Hati

GHIBAH MEMBATALKAN WUDHU?
Dari Roja’ bin Abu Maslamah, dia berkata:
saya bertanya kepada Mujahid, “Wahai
Abul Hujaj (Mujahid), apakah ghibah
membatalkan wudhu?” Dia menjawab,
“Ya.”
Al Hasan bin Wahab berkata kepada sau­
daranya “Wahai Muhnits” (pendosa) – maka
dia menyesal atas apa yang dia ucapkan
dan pergi kepada Atha’ bin Robah dan
94 bertanya atas kesalahan yang dia lakukan
–. Atha’ berkata kepadanya, “Jika kamu
telah shalat dengan wudhu yang kamu
lakukan saat kamu mencelanya, maka
ulangilah wudhu kamu dan shalat kamu
karena ghibah membatalkan wudhu.”
Belajarlah bagaimana men­ gendalikan diri
dan emosi Anda. Nabi SAW telah bersabda,

Ramadhan Sepenuh Hati

“Puasa adalah perisai. Maka apabila se­ 95
seorang diantara kalian sedang berpuasa,
janganlah dia berbiacara kotor dan jangan
pula bertengkar. Apabila ia dimaki oleh
seseorang atau diajak bermusuhan maka
hendaklah ia berkata, sesungguhnya aku
sedang berpuasa.”

EMPAT WASIAT

Pergunakanlah waktu Anda dengan sebaik-
baiknya baik ketika bekerja, terlebih dalam
kondisi waktu lapang atau tidak banyak
pekerjaan. Waktu luang adalah nikmat yang
kebanyakan manusia tidak mengetahui
nilainya. Rasulullah SAW bersabda:

Ramadhan Sepenuh Hati

“Dua nikmat yang kebanyakan manusia
tertipu karenanya; yaitu sehat dan waktu
luang” (HR. Shahih Sunan Ibnu Majah )

Memanfaatkan Waktu Terkait Aktifitas Duniawi

Aktifitas duniawi adalah pekerjaan yang
terkait dengan kebutuhan hidup kita di
dunia. Aktifitas ini, ada yang bersifat penting
dan mendesak. Tapi ada juga aktifitas yang
tidak mendesak dan bahkan tidak terlalu
96 penting. Di saat waktu, dan detik demi
detik begitu berharga di bulan Ramadhan,
hendaklah kita berfikir mempertimbangkan
mana aktifitas yang terpenting dari aktifitas
yang penting. Hendaknya kita bertanya
sebelum melakukan perbuatan, apakah
perbuatan yang akan kita lakukan itu
memang penting atau ada perbuatan lain
yang lebih penting.

Ibnul Qayyim rahimahullah selalu me­
nyibukkan diri dengan aktifitas yang

Ramadhan Sepenuh Hati

lebih penting dibanding 97
urusan yang lain, seolah
beliau tidak memiliki waktu
luang. Beliau mengatakan,
“Suatu hari Syaikhul Islam
Ibnu Taimiyah berkata
kepadaku tentang perkara
mubah. Ia mengatakan, “Perkara ini
dapat menghilangkan derajat yang lebih
tinggi.” Maksudnya, perkara mubah itu
tidak dilakukan oleh kelompok orang yang
menginginkan kedudukan tinggi di akhirat.
Dan meninggalkan perkara mubah, adalah
salah satu syarat seseorang mendapat
kesuksesan hidup di dunia dan akhirat.

Memanfaatkan Waktu Terkait dengan Nilai
Waktu itu Sendiri

Jangan biarkan waktu berlalu sia-sia tanpa
ada kesibukan yang bernilai ketaatan,
seperti berzikir, tilawah Al Qur’an, atau

Ramadhan Sepenuh Hati

mendengarkan ayat Al-

Qur’an, menyuruh yang

makruf dan mencegah

yang munkar atau ber­

usaha memenuhi hajat

kaum muslimin. Inilah

cara terbaik kita mendekatkan diri kepada

Allah. Kita harus bisa mengontrol waktu

dengan melakukan variasi aktifitas yang

bermanfaat. Termasuk bila kita ingin

98 menyaksikan beragam program audia
maupun vcd, atau dengan membantu

anggota keluarga yang lain.

Di sini kita bisa bercermin pada Abi Hatim
Ar-Razi yang memaknai Ramadhan tidak
seperti bulan-bulan lain. Beliau tidak
melalaikan waktu sedikitpun. Hal ini
disebutkan oleh anaknya yang bernama
Abdurrahman, saat ia mengatakan, “Aku
membacakan Al-Qur’an dan menuliskan
ilmu dari ayahku sambil berjalan. Bahkan

Ramadhan Sepenuh Hati

aku membacakan Al Qur’an dan menuliskan 99
ilmu meski ayahku berada di kamar mandi,
sedang aku berada di luar kamar mandi.
Ayahku mendengar dan tidak berbicara.
Ketika keluar dari kamar mandi, beliau
berkata kepadaku, “Engkau salah pada ini
dan ini. Seharusnya begini dan begini.”

Ingatlah bahwa balasan dan pahala yang
kita dapatkan, sesuai dengan jenis amal
yang kita lakukan. Sebagian dari buah
Imam Ar Razi mengefektifkan waktu
adalah beliau menulis kitab tafsir berjilid-
jilid. Beliau juga menulis Kitab Al Jarh Wa
Ta’dil sebanyak sembilan jilid, dan musnad
dalam jumlah yang sangat banyak.

Ramadhan Sepenuh Hati

Memanfaatkan Waktu Terkait dengan
Ketaatan

Fokuslah kepada aktifitas ketaatan yang
memiliki pahala dan nilai lebih banyak,
seperti membaca Al Qur’an dan berdzikir.
Itu lebih utama dari pada membaca dan
mempelajari ilmu-ilmu yang lain. Sedangkan
dalam hal dzikir, tetaplah mengisi sela-sela
waktu dengan beragam ketaatan sehingga
kita tetap memiliki keuntungan besar disela-
100 sela waktu yang terbatas. Bacaan-bacaan
dzikir yang memiliki pahala yang besar bisa
kita baca di jalan atau di kendaraan.

Memanfaatkan Waktu TerkaitHubungan
dengan Orang Lain

Dalam bekerja, belajar atau dijalan, ada hal
yang tak mungkin dihindari dan berdampak
buruk bagi hati adalah berinteraksi dengan
manusia lain. Rasulullah SAW bersabda :

Ramadhan Sepenuh Hati


Click to View FlipBook Version