PROLOG
'Apa yang kecil menurutmu, belum tentu kecil menurut orang
lain'
-Renjani Paramita
***
Renjani memandang sendu pada sebuah figura foto, foto
yang memperlihatkan sepasang yang terlihat bahagia.
tetes air mata jatuh membasahi foto yang sedang ia pandangi
itu, membayangkan kenangan saat itu yang kini tidak dapat
diulang kembali.
1
Seorang lelaki tampan yang sedang berpose sambil
memegang kepalanya dengan lembut, mereka tampak
tersenyum ceria seperti kuda dalam foto tersebut.
Renjani menyimpan kembali figura itu, tak ingin berlarut
dalam kenangan indah yang sayangnya menjadi petaka bagi
dirinya sendiri, karena hidup terus maju dan berjalan, meski
hati tertinggal pada seseorang yang entah akan berjodoh
atau tidak dengannya.
"huh... semangat jan"
Keluhnya pada diri sendiri setelah ia mengusap air mata yang
tak sengaja jatuh, dia Renjani Paramita.
Gadis periang yang menipu banyak orang agar kesedihannya
tak terlihat.
"Ibu, Meru berangkat, Assalamualaikum"
Setelah berpamitan kepada sang Ibu, Mahameru segera
menaiki sepeda motornya menuju sekolah, ia tak mau
dihukum karena telat, jadi sebisa mungkin ia harus sampai di
sekolah sebelum pukul 06.45.
Mahameru Semesta Agung.Lelaki tampan, taat aturan, dingin
dan cuek kepada siapapun, jika tak penting maka tak akan
bertanya.
2
"Pagi pakk". Saat melewati gerbang dan melihat Bapak
satpam berdiri untuk memeriksa para murid.
Bagi ia setiap pagi pasti sangat tenang dan menyenangkan
jika menyapa Bapak satpam setiap hari saat datang dan
pulang sekolah.
"Siap pagi pagi pagi" Bapak satpam membalas sambil tertawa
dan bergaya hormat saat Mahameru lewat.
***
3
CAST
Mahameru Semesta Agung dan Langit Bimantara
Arjuna Raden Dewa dan Angkasa Luas
4
Renjani Paramita dan Daun Dwi Rumi
Cemara Sing Peni dan Ayuni Nengsih
5
PERJALANAN
Renjani membeli pupuk bunga matahari siang itu. Matahari
asli juga sedang ganas ganasnya menampakkan cahaya agar
sang Renjani segera pulang untuk merebah.
Namun sepertinya apa yang gadis itu inginkan tidak tercapai
dengan cepat. Sebab kini pupuk yang ia inginkan tidak ada di
kedai bunga ini.
“arghh panas banget, ya Allah”
Dengan sepeda usang peninggalan kakeknya ia menggoes
pedal besi itu menuju kedai bunga selanjutnya. Gadis itu
menyesal keluar siang siang, akibat gabut jadilah begini.
Menggunakan Headphone yang terpasang, Renjani
mendengarkan lagu favoritnya. Bersenandung menggerakkan
kepalanya kesana kemari mengikuti alunan nada yang ia
dengar.
Sampai tak sadar, standar sepeda itu diturunkan di depan
kedai bunga bertuliskan ‘sapsapi’.
Entahlah, makna dari kedai tersebut dinamai sapsapi apa.
Renjani tidak tahu.
“bu, pupuk bunga matahari ada?”
Sembari menunggu Ibu penjaga kedai mencari apa yang
Rejani mau, gadis itu melihat lihat sekeliling, menyusuri rak
demi rak yang tersedia. Banyak macam pupuk serta bunga
yang sudah jadi disana. Ah! Ia jadi teringat kepada Daun,
6
sahabatnya yang juga menyukai tanaman. Seperti namanya
yang bermakna tanaman itu.
Buru buru Renjani mengeluarkan ponselnya untuk memotret
jejeran rak itu untuk dikirim kepada Daun. Siapa tahu ada
yang gadis itu sukai.
Saat Renjani hendak mengetik pesan, Ibu penjaga kedai itu
menyampaikan pesan yang sedikit membuatnya kecewa.
“Neng, ada nih. Tapi tinggal satu”
“yaudah gapapa bu, saya ambil ini ya”
Renjani membayar, lalu ke luar kedai untuk menunggu
balasan pesan dari Daun.
Renjani
Aku lagi di kedai nih Rum, mau nitip ga?
7
Sambil menunggu balasan. Renjani melihat satu bunga
mawar. Gadis itu jadi teringat saat dimana dirinya dengan
seseorang yang sampai sekarang masih mengisi hatinya.
Renjani jadi teringat, bagaimana dulu ia dan lelaki itu bisa
membeli satu tangkai mawar merah ini.
“Ru, aku beli ini ya! Aku mau beli buat ibumu, sekaligus
rayain hari ibu”
Renjani berlari menuju kedai bunga, membeli satu tangkai
mawar merah yang sangat memanjakan matanya itu.
Berbalik badan berniat memberi kejutan layaknya sedang
memenangkan perlombaan.
“tadaa!!! nih, kasiin yaa”
Lelaki itu menerimanya sembari tersenyum “aku juga nih,
emangnya Cuma kamu aja yang bisa, aku juga mau beliin
buat bunda”
“iihhh gausaaahh”
Renjani menunggu di atas motor, dari kejauhan ia melihat
tubuh seseorang yang sangat dicintainya itu, tersenyum
penuh haru rasa syukur.
“tuan puteri, ini satu tangkai bunga untukmu. Tapi boong,
buat bunda, buat kamunya nanti di pelaminan”
Renjani tersipu malu, sambil menerima uluran setangkai
mawar merah itu “siapp tuan raja, ini akan ku sampaikan”
8
“Neng, masih ada yang perlu ibu bantu?”
Renjani mengerjap saat merasakan tepukan pada bahunya.
Tersenyum memaksakan “iya bu, sebentar ya nunggu temen
saya dulu balas chat”
Setelah Ibu itu masuk ke dalam kedai, Renjani mengecek
ponselnya. Yang ternyata, Daun sudah membalas pesannya 5
menit yang lalu.
Renjani menepuk dahinya, bagaimana bisa ia melamun di
telan kepingan masa lalu selama itu?
Malu banget, dasar jani
Daonn
Ih mauu, bunga lily yaa, hihi tengkyuu jann!!
Renjani tersenyum, lalu kembali masuk ke dalam kedai untuk
membeli pesanan Daun.
Menghampiri sepeda yang diberi nama ‘gemitir’ itu. Yang
berarti sepeda rentan tersakiti, meskipun sudah tua, tetapi
gemitir selalu kuat untuk menopang Renjani, meski Renjani
tahu bahwa gemitir sudah lelah.
Renjani
okee, besok aku bawa ya
9
Setelah membalas pesan Daun, Renjani mulai melaju
bersamaan dengan angin yang menerpa cardigan yang
sedang dipakainya. Panas terik matahari tidak se terang tadi,
kini cuacanya sudah mulai membaik. Namun tetap saja serba
salah, takutnya hujan turun dadakan.
Nestapa menempati semesta yang kini dibinanya hanya
seorang diri tanpa bantuan bahu yang tegar dan hangat. Di
perjalanan pulang, Renjani melamun memikirkan bagaimana
kabar lelaki yang sempat dimilikinya satu tahun lalu.
Dari kejauhan dapat Renjani lihat sang Bunda sedang
menyiram tanaman di pekarangan rumahnya, gadis itupun
mempercepat laju goesnya agar cepat sampai.
“Bundaa!! Jani pulang”
Sang Ibunda menghampiri Renjani yang sedang men-
standarkan sepedanya.
“jan, kan udah bunda bilang, belajar motor ya?”
Renjani menggandeng lengan sang Bunda untuk berjalan
beriringan menuju teras rumah
“belum mau bunda, lagian kan kalau sekolah, Jani naik
angkot”
Bunda menghela nafas sambil menyimpan alat untuk
menyiram tanaman itu di meja.
“yaudah, bunda sih terserah kamu. Eh itu apa?”
Renjani mengangkat kantong plastik berisi pupuk bunga itu
tinggi tinggi, seolah memamerkan apa yang baru saja gadis
itu beli.
10
“ini bun, pupuk bunga, Jani mau nanam bunga matahari.
Boleh kan?”
Syera mengangguk, lalu mengelus puncak kepala Renjani
dengan sayang
“iya boleh, cari aja lahan yang kosong. Yaudah bunda ke
dalem ya”
Renjani bergaya hormat layaknya seorang prajurit bertemu
pemimpinnya “siap bunda!!”
Syera tersenyum sembari geleng geleng kepala. Lalu
setelahnya masuk ke dalam rumah.
Berhubung besok senin dan ia sudah harus sekolah. Jadilah
gadis itu memulai ritual menanamnya saat itu juga.
Mengambil pot, tanah, air serta pupuk bunga matahari yang
sudah di belinya tadi.
Kedua tangannya bergesekan tanda membersihkan tanah
tanah yang menempel.
“emm kasih nama siapa yaa”
Telunjuk menempel di kening, layaknya sedang berfikir.
Renjani membeo sendirian, berbicara dengan pot di
depannya.
Menjentikkan jari, “ahh! Prela. Nama kamu prela yaa
bungaa”
Renjani terkikik sendiri, merasa geli dengan dirinya sendiri.
Setelah Prela diletakkan di atas rak khusus dekat jendela,
Renjani masuk untuk mandi, makan lalu merebah. Untung
saja besok tidak ada tugas, jadi ia bebas.
11
“IBUU!! YANG INI DI CET JUGA?”
Lelaki yang sedang bertarung dengan cet itu berteriak dari
halaman rumahnya. Yang ditujukkan untuk sang Ibu yang
sedang berada di dapur.
“YANG MANA? KAN IBU GA LIHAT”
Mahameru menghela nafas lelah, ingin marah namun tidak
bisa karena wanita yang sedang berhadapan dengannya ini
adalah wanita nomor satu yang ia cintai.
“INI LOH BU, RAK BUNGA SAMPING PINTU”
Mahameru membalas dengan teriakan juga. Bukan
bermaksud tidak sopan, tapi karena memang tidak
terdengar.
“IYAAAA”
Sudah lelah. Saat mendengar teriakan sang Ibu, Mahameru
melanjutkan kembali pekerjaan yang sempat tertunda akibat
perang suara tadi.
Sore ini di pekarangan rumahnya. Mahameru sedang
mendapat tugas dari Ibu Negara yang menyuruhnya untuk
mengecat rak bunga.
Tidak mau durhaka, jadi dituriti saja apa kemauannya, hitung
hitung berolahraga.
“Meru, tolong beliin ibu pot lagi, kurang nih kayanya”
12
Mahameru yang sedang berjongkok lantas mendongak untuk
melihat sang Ibu yang berdiri di ambang pintu seraya
mengulurkan uang selembar 50 ribuan.
Langkah kakinya terayun ke arah motor tua kesayangannya.
Penuh kenangan yang sudah Mahameru tempuh
menggunakan motor ini. Namanya Blacky, dinamai oleh gadis
yang pernah membersamai langkahnya.
Di temani sinar jingga yang menyorot, Mahameru melaju
mengikis jarak dengan kedai bunga yang menjual pot. Seperti
apa yang Ibunya mau.
Sepertinya sore ini mendukung suasana hatinya yang sedikit
membaik setelah melihat gadis yang sedang sibuk di halaman
rumahnya.
Senyumnya merekah bersamaan dengan sinar yang menyala
untuk menyorot bagaimana indahnya setiap pergerakan yang
dilakukan oleh gadis itu.
Mahameru tidak berani mendekat. Karena apa yang telah ia
putuskan dahulu adalah keputusan yang tepat.
Maka dari itu, Ia hanya dapat melihat dari kejauhan.
Bagaimana cara gadis itu menata tanaman, tersenyum,
mengobrol sendiri.
astagfirullah
Sadar jika ini salah, Mahameru melanjutkan perjalanannya.
Agak sedikit dipercepat agar segera sampai.
“Eh kang Meru, tumben kesini, biasanya si Ibu yang kesini”
13
Baru saja memakirkan motornya. Mahameru di sambut oleh
Ibu penjaga kedai tersebut. Mahameru membalasnya dengan
senyum saja.
“beli pot bunga, 5 aja”
Sambil menunggu Ibu penjaga membungkus pesanannya, ia
melihat lihat sekeliling.
Mahameru menengok saat Ibu penjaga itu seperti
mengajaknya berbincang.
“Alhamdullilah kang, hari ini mah sedikit laris. Tadi juga ada
yang kesini sebelum Akang, beli pupuk bunga matahari sama
lily”
Mahameru langsung teringat dengan gadis yang dilihatnya
tadi, langsung saja Mahameru bertanya, “ciri cirinya?”
Sambil menyodorkan kantong plastik berisi pesanan
Mahameru, Ibu penjaga kedai menjawab
“pakai cardigan warna hijau, jilbabnya warna coklat sama
kaya dressnya, pakai sepeda juga kesininya”
Mahameru mengangguk, tidak salah lagi bahwa itu adalah
Renjani.
“makasih bu, permisi”
Mahameru melaju melewati jalan yang sebelumnya dilewati
tadi. Meskipun agak jauh dari jarak tempuh yang seharusnya,
Namun tidak apa apa, demi untuk sekali lagi melihat gadis
itu.
14
Namun ternyata harapan tidak sesuai dengan keinginan. Saat
Mahameru melihat kembali ke arah halaman rumah itu.
Halaman itu sudah sepi, pintunya tertutup rapat juga dengan
gorden jendelanya. Sepertinya Renjani sudah selesai, dilihat
dari hari yang sudah menjelang maghrib.
Mukanya tertekuk lesu. Meskipun esok bisa melihat gadis itu,
namun rasanya tidak setenang ini, karena suasananya juga
yang berisik memenuhi pikirannya yang selalu menginginkan
ketenangan.
Sesampainya di rumah, Mahameru melihat Ibunya sedang
memindahkan pot pot ke dalam rak yang sudah dicat
sebelumnya.
“Assalamualaikum bu, nih pot nya”
Menyodorkan kantong plastik yang berisi pot pesanan sang
Ibu “udah, itu biar sama Meru”
Mahameru mengambil alih pekerjaan ibunya, sementara
sang Ibu menata tanaman yang sebelumnya memakai
polybag untuk ditata ke pot yang sudah dibeli.
Keheningan menemani pasangan ibu dan anak itu. Sampai
terdengar suara Adzan maghrib berkumandang, barulah
Mahameru berhenti, begitupun dengan Sang Ibu.
“Bu, Meru ke dalem ya, mau ganti baju terus ke masjid”
“iya, ini juga ibu udah beres”
15
Asal usul nama Mahameru sendiri di ambil dari nama gunung
yang memang orang tuanya sukai.
Saat Gentara melamar Syafira untuk menjadikannya
pasangan hidup, meyakini Syafira bahwa hanya gadis itu yang
dicintai Gentara. Hingga akhirnya Syafira menerima lamaran
tersebut dan mereka hidup bahagia dengan 3 buah hati.
Gentara melamar Syafira di puncak gunung Semeru. Maka
dari itulah muncul nama Mahameru di anak ke 2 nya, setelah
Jendral Syauqi Agung, dan anak ke 3 nya, Bintang Agung.
Seperti apa yang diinginkan Mahameru saat mendengar
cerita tersebut dari sang Ibu. Bahwa ia pun ingin melamar
pujaan hatinya nanti di gunung Semeru, dengan untaian kata
romantis yang dapat menghipnotis si pendengar.
“nih Rum, sesuai pesananmu”
Renjani menyodorkan kantong plastik pesanan Daun
kemarin.
Cemara dan Ayu yang duduk tepat di depan bangku Renjani
dan Daun langsung menengok kebelakang. Kepo dengan
pembahasan yang terjadi dibelakangnya.
“eh apa itu?”
16
Tangan jail Cemara lebih dulu membuka kantong plastik di
atas meja tanpa menunggu persetujuan dari sang empunya.
“pupuk bunga lily”
Renjani melihat Daun yang sedang mengeluarkan uang dari
sakunya itu pun mengerti, “ih gausah, ikhlas ko”
Daun mendongak ke arah Renjani yang masih berdiri di
pinggiran bangkunya, “beneran? Makasih yaa”
“btw, duduk jan. Ga pegel apa”
Ayu mencolek bahu Daun agar tas Daun yang berada di kursi
Renjani dipindahkan. Lantas Daun langsung memindahkan
tasnya buru buru.
“ehhh hehehehe sorry jan”
“nope”
Pagi itu di isi dengan suara bising suasana kelas. Sungguh jika
boleh jujur, Renjani tidak suka suasana bising seperti ini.
Sama seperti Mahameru yang menyukai keheningan di
telinganya.
Suara Langit dan Arjuna menggelegar di dalam ruangan yang
tidak terlalu luas itu. Tiada hari tanpa keheningan jika Langit
dan Arjuna sedang beradu argumen yang kadang tidak
penting itu. Tapi jika tidak ada mereka, maka kelas akan sepi
seperti tidak ada kehidupan di dalamnya. Sebenarnya seru,
tapi kadang kesal juga, seperti saat ini mereka sedang
berebut botol minum spiderman yang mereka temui di
taman belakang sekolah.
“itu punya aku njir”
17
Langit terus berseru, memaksa bahwa botol spiderman itu
memanglah miliknya yang hilang.
“yatapi yang nemuin aku, jadi ini milik aku sekarang! Wle”
Memang pada dasarnya Arjuna memang senang mencari
ribut, ia pun mengejek lalu berlari sambil menepuk pantatnya
ke ara Arjuna. Arjuna yang tak terima pun mengejar dan
terjadilah aksi penganiayaan.
Angkasa yang biasanya hanya diam saja kini jengah bukan
main dengan tingkah laku 2 curut. Ditariknya dua kerah yang
sedang saling tindih itu dengan brutal.
“apa apaansih kalian”
“duka atuh kas, si langitna tah”
Keluarlah logat Sunda khas Arjuna jika sedang merajuk.
Langit melotot sengit ke arah Arjuna.
“sumpah kas, da emang punya aku itu botol ih”
Renjani tersenyum, Jika sudah ada Angkasa. Maka dua curut
itu akan berlaku seperti bocah.
Suasana kelas yang seperti ini yang akan ia rindukan nantinya
ketika sudah lulus.
“lucu ya mereka”
Cemara yang juga memperhatikan aksi adu bacot mereka
dengan mimik wajah yang entahlah bagaimana.
Renjani mengangguk, mengiyakan dalam hati kalau mereka
memang lucu.
18
Merasa ada yang kurang, Renjani mengedarkan
pandangannya ke seluruh penjuru kelas. Mencari sosok yang
sedari tadi belum dilihatnya.
“move on jan”
Daun yang menyadari pergerakan Renjani ikut mengedarkan
pandangannya. Karena Daun, Cemara, dan Ayu mengetahui
perjalanan bagaimana Renjani dan Mahameru menjalin
kasih. Hanya saja saat ini semesta sedang tidak berpihak
kepada keduanya.
“belum dateng kayanya”
Daun beralih memainkan ponselnya, sementara Renjani
masih setia menatap pintu masuk.
Hingga tak lama, Mahameru masuk ke dalam kelas tanpa aba
aba. Membuat Renjani kepalang bukan main, malu sekali
dirinya jika ketahuan tengah menunggu kehadira lelaki itu.
Buru buru Renjani mengalihkan pandangannya, meski sudah
sempat beradu tatap selama beberapa detik. Jantungnya
berpacu lebih cepat. Begitupun dengan Mahameru, ia tak
kalah terkejut saat memasuki kelas dan melihat Renjani
seperti sedang menunggunya. Ah! Apa Mahameru hanya
sedang ke pd-an?
Mahameru telat karena harus mengantar adiknya dulu ke
sekolah, ditambah lagi dengan jalanan yang macet membuat
Mahameru sedikit kesulitan menyalip kendaraan.
19
Untung saja saat masuk ke dalam kelas belum ada guru, jadi
ia selamat dengan pertanyaan yang hanya akan ia jawab
dengan ‘macet’ itu.
Pikirannya masih melayang saat Renjani menatapnya,
tatapan yang selalu hangat menyapa, tatapan yang selalu
senang menyambut, tatapan sayu namun penuh tulus itu.
Mahameru merindukannya.
Renjani mencoba fokus kembali, meskipun tatapan selama 3
detik bersama Mahameru tadi menghantuinya. Ia jadi tidak
berani untuk menoleh kebelakang. Kepalanya terlalu kaku,
terlalu takut kembali jatuh saat tatapannya terlalu lama
mendamba sosok yang kini tak bisa sejajar lagi berjalan
dengannya.
Renjani membuka buku yang selalu dibawa kemana mana.
Buku yang berisikan puisi yang ia buat, lalu membaca satu
persatu deretan huruf yang menjelma menjadi baitan baitan
sajak penuh makna.
Pikirannya jauh terbang melayang ke kejadian masa itu. Masa
dimana bahagianya masih digantungkan kepada sosok yang
sampai saat ini begitu mendambakan.
“meru, aku punya sesuatu”
Malam ini tepat satu minggu sebelum ulang tahun
Mahameru. Rencananya Renjani akan memberi hadiah kecil
yang memang tidak terlalu mewah, namun bisa di ingat
sampai nanti.
“apaa tuu??”
20
Di atas motornya Mahameru bertanya tidak sabaran. Renjani
tersenyum, “nanti deh, pas ulang tahun kamu”
“aku juga ada, jani”
Mahameru agak menyerong sedikit menghadap ke arah
Renjani, “aku beli baju, tapi ga cocok di aku, aku kasih ke
kamu yaa?”
Renjani tersenyum malu, tidak menyangka mendapat baju
dari Mahameru!
Malam itu adalah malam dimana Mahameru dan Renjani
sedang berkeliling. Mencari udara karena keduanya sudah
sangat lelah. Definisi rumahku adalah kamu.
Saat semesta tidak terkendali, maka pulanglah kepelukanku.
Bulan dimana hari ulang tahun Mahameru tiba. Renjani
sungguh sangat gugup, takut jika Mahameru tidak menyukai
apa yang telah ia buat.
Di depan kelas Renjani sedikit berbisik saat tidak sengaja
Mahameru lewat di depannya.
“nanti malem, aku undang kamu buat menjemputku”
Mahameru tersenyum. Menyenggol sedikit lengan Renjani,
“siap tuan puteri”
Renjani ingin memukul Mahameru, namun sang empunya
nama sudah jauh di depan. Menyebalkan sekali!
Malamnya, Mahameru menjemput Renjani. Sungguh
Mahameru pun sama gugupnya seperti Renjani. Padahal saat
itu kisah mereka sudah berjalan cukup lama.
21
“lama bangett sihh, aku kangen”
Mahameru tersenyum penuh arti, sungguh Renjani ingin
pingsan karenanya. Sosok yang jarang tersenyum kini sedang
tersenyum tulus di depannya.
“kangen aku?”
Mata Renjani mendelik. Haruskah diperjelas seperti itu?
“engga meru! Aku kangen blacky”
Mahameru merenggut saat Renjani mengusap ngusap
motornya. “yaudah ah, pulang nih”
Renjani menahan lengan Mahameru saat ia pura pura
berbalik untuk pulang.
“serta mulia, Meru”
Mahameru menatap manik mata indah itu. Alasan kedua
mengapa ia jatuh cinta pada gadis dihadapannya ini.
Yang pertama, ada pada senyumannya, yang kedua
matanya, barulah setelah itu sikapnya.
“selamat bertambah usia, semoga lelahmu menjadi berkah,
semoga apa yang kamu inginkan bisa tercapai, semoga tetap
aku jalanmu untuk pulang”
Renjani tersenyum di akhir kalimat. Mengangkat tinggi tinggi
tas jinjingan yang telah dipersiapkan jauh sebelum hari ini
tiba.
Mahameru menyambut dengan bahagia, sekaligus
memberikan juga Renjani baju yang sudah dijanjikannya.
22
Malam itu menjadi salah satu malam bersejarah. Mahameru
dan Renjani kembali melukis kenangan di atas canvas yang
belum sepenuhnya warna warni.
Senyum, dan tawa bahagia terdengar renyah menaungi
semesta karena kesederhanaan yang menjadikan keduanya
istimewa. Sungguh yang hanya dibutuhkan Renjani adalah
Mahameru seorang.
“Meruu”
Di atas motor sambil berkeliling kota, Renjani meneriaki
nama Mahameru. Mahameru melihat dari kaca spion, lamat
lamat dengan penuh rasa syukur memiliki gadis yang sedang
ia bonceng dengan motor tua ini. Gadis yang sudah di incar
dari awal, gadis yang berhasil membawanya kebahagiaan,
gadis yang mengajarkan arti dari sebuah hubungan yang
sesungguhnya.
“apaaa janii”
“aku sayang kamuu”
Renjani tersenyum dibalik kaca spion, langsung memeluk
Mahameru dengan erat. Tangan Mahameru terarah
mengusap punggung tangan yang berada di perutnya.
“aku juga jani. Kamu cantik”
Bayangkan betapa tersipunya Renjani saat ini!!
Malam itu menjadi malam yang membahagiakan, membuat
Renjani jadi susah tidur. Rasanya hanya untuk malam ini
Renjani ingin waktu adil pada mereka berdua untuk
mengijinkannya lebih lama bersama.
23
“Jan, heh! Ngelamun ya”
Renjani terkejut, lalu mengusap air mata yang tak sengaja
keluar dengan kasar.
“eh engga. Hehe”
Cemara memicing dengan curiga. Kini kelas sudah kosong
akibat shalat dhuha berjamaah di masjid sekolah. Untung
saja Renjani sedang datang bulan, begitupun Cemara. Jadi
kini di dalam kelas hanya ada mereka berdua.
“kenapa sampe nangis ngelamunnya? Inget sama dia?”
“ih engga ko Mar, apaan sih”
Renjani menunduk berusaha menghindari tatapan Cemara
yang terasa seperti sedang mengitimidasi dirinya itu.
“udah satu tahun loh jan, banyak yang mau sama kamu,
kenapa ga dicoba aja sih?”
Cemara kesal. Kapan Renjani akan membuka hatinya untuk
orang baru? Cemara tahu bagaimana perasaan Renjani
kepada Mahameru, begitupun sebaliknya.
Namun kini, sudah saatnya Renjani membuka lembaran baru.
Memberi kesempatan untuk orang lain yang lebih pantas
membahagiakannya.
“susah Mar. Rasaku habis di dia, aku masih sayang, aku masih
cinta. Aku gabisa nerima orang baru”
“takutnya nanti, aku malah sakitin orang baru itu. Aku gamau
sakitii hati orang, aku mau sembuhin lukaku sendiri”
24
Cemara menghela nafas panjang. Mau bagaimanapun
memberi masukan untuk Renjani, tetap tidak akan mempan.
Karena pada dasarnya yang hanya Renjani butuhkan ialah
Mahameru.
Tepat saat Cemara akan membuka mulutnya lagi. Teman
teman kelas yang lainnya masuk ke dalam kelas. Renjani
mengedipkan matanya tanda untuk tidak dibahas lagi.
Cemara mengangguk, lalu berbalik ke depan dan lanjut
mengobrol dengan Ayu.
“kamu oke jan?”
Daun ini peka sekali, “lagi dapet ya? Jadi ga ikut jamaah”
Renjani tersenyum lalu mengangguk. Mulai menulis puisi
baru dalam lembaran putih itu.
Menorehkan tinta hitam, menumpahkan segala keluh yang
dirasa. Berharap seseorang di belakang sana menyadari,
betapa rapuhnya punggung yang kini tak lagi seimbang.
Akibat jalannya cacat karena tulangnya hilang.
Menghirup udara dalam dalam, Nestapa itu datang dan
enggan pergi. Seperti sudah merekat selamanya dalam
belenggu.
Bait demi bait, kata demi kata. Hingga tersusun kalimat rapih
yang bermakna itu.
25
dermaga itu masih sepi,
terbengkalai bersama rintihan isak pilu.
tak ada yang berani mendekat,
hanya karena banyak serpihan kaca tak terlihat.
hingga ada suara menyeruak,
membentuk satu garis dalam bayangan.
apa ada seseorang dalam dermaga luas ini?
atau hanya ada bayangan yang enggan pergi?
sesaknya masih sama, seperti hampir mati.
mengapa banyak sekali serpihan kaca disini?
ah, aku lupa tuan.
ada seseorang yang sengaja memecahkannya.
ia enggan bertanggung jawab.
dan aku, terlalu malas membereskannya.
redup, hening, sunyi.
bagaimana caranya masuk?
Tidak ada celah disini, aku tidak mau ada yang terluka akibat
serpihan kaca.
Sekalipun itu memakai sandal.
26
“Ru! Balik nanti, ps lah ps di rumah si Juno”
Mahameru, Langit, Arjuna dan Angkasa sedang berjalan
menuju perpustakaan. Karena pelajaran Indonesia ini guru
menugaskan untuk mencari sajak dan novel yang berada di
perpustakaan.
“balik dulu tapi, ganti baju”
“oke!”
Kelas 12 IPS 2 kini sedang ditugaskan mengerjakan tugas di
perpustakaan. Mata Mahameru berkeliling mencari sosok
dalam ruangan luas bersekat ini.
Tepat saat menemukan sosok yang dicarinya dibalik sekat rak
bacaan ‘novel’ itu, matanya berhenti. Lama menatap setiap
pergerakan yang dilakukan gadis itu bersama teman
temannya. Hanya sebatas itu, tak berani untuk sekedar
berinteraksi.
“ih apasi liatin aku terus”
Renjani mengusap wajah Mahameru yang sedang
menatapnya melalui spion, “nanti nabrak loh”
Mahameru tersenyum, menurunkan tangan Renjani dan
memegangnya sebentar.
“aku bersyukur punya kamu, jani”
Tersenyum penuh arti. Renjani hanya dapat merespon
dengan pelukan, “ saya juga meru”.
27
Banyak malam yang telah dilewati oleh keduanya, kenangan
yang di ciptakan begitu banyak sampai susah untuk di urai.
Hangatnya menjalar sampai sampai malam yang dingin tak
terasa apapun jika dibandingkan dengan perbincangan
menyenangkan.
“jangan sampai bosan ya, Meru”
Mahameru merindukan Renjani, rasanya ingin mengulang
semua memori bersama gadis itu. Namun tidak bisa.
Usaha Mahameru dahulu untuk mendapatkan gadis itu
sangatlah sulit, yang dimana ia harus sabar dengan lelaki
lelaki yang mendekati Renjani saat itu. Sementara Mahameru
sendiri bingung bagaimana caranya mendekati Renjani.
Sehingga ada celah sedikit, barulah Mahameru mencoba
untuk masuk. Meskipun harus menunggu 3 bulan lamanya
untuk mendapatkan perasaan yang sama.
Namun ketika sudah mendapatkannya. Lihat,Mahameru
justru sering menyakiti gadis itu dengan hal hal kecil yang
tidak ia mengerti.
Mahameru sangat bersyukur memiliki Renjani saat itu.
Bahagia yang tidak bisa di deskripsikan.
Definisi beruntung dan bersyukur dalam waktu bersamaan.
Bersama Renjani, Mahameru mengerti arti kata mencintai
yang sesungguhnya.
28
Renjani banyak mengajarkan arti bagaimana cara
menyayangi, sabar, mengerti. Seperti apa yang sering gadis
itu ucapkan.
Landasan hubungan selain komunikasi itu adalah saling
mengerti satu sama lain, Meru.
Sungguh, tidak ada gadis yang sepertinya lagi. Mahameru
percaya itu. Baiknya, lembutnya, dan hanya Renjani yang
dapat mengerti Mahameru tanpa Mahameru berbicara
apapun.
Mahameru menyayangi Renjani, sebesar ia menyayangi sang
Ibu. Posisi gadis yang paling Mahameru sayangi kedua
setelah Ibu.
Yang tanpa Mahameru sadari bahwa Mahameru sendirilah
yang menempati tahta tertinggi di hati Renjani. Renjani
sudah lebih dulu jatuh jauh sebelum 3 bulan itu di
ungkapkan.
Pengungkapan rasa tanpa ada keterikatan yang
sesungguhnya membuat keduanya larut pada malam penuh
bintang ditemani 1 bungkus susu murni yang Mahameru
bawakan untuk Renjani.
Malam dimana Mahameru mengungkapkan isi hatinya.
Bagaimana dan kapan mulai menyukai Renjani, yang ternyata
saat pertama kali bersekolah menengah atas ini.
Jelas Renjani terkejut dengan pengakuan itu. Renjani
mengungkapkan perasaannya yang juga menyayangi
Mahameru. Hingga malam itu menjadi malam bersejarah,
29
dimana sebuah komitmen baru dibentuk. Aku memilikimu,
kamu memilikiku.
“jan! Dari tadi si meru ngeliatin kesini terus”
Cemara yang duduk tepat di depan Renjani menepuk nepuk
paha Renjani. Lantas Renjani yang duduk membelakangi pun
sontak menoleh, memastikan apakah yang dikatakan Cemara
benar atau tidak.
Matanya terpaku saat tatapan Mahameru lurus menatap
bola mata Renjani. Selama beberapa detik, mereka seolah
mengobrol melalui tatapan. Melepas rindu yang sudah tidak
bisa kembali di realisasikan.
Mahameru lebih dulu memutus kontak mata keduanya,
mengerjap beberapa kali. Begitu pun Renjani, berbalik
kembali menghadap teman temannya dengan wajah
merenung. Memikirkan ada apa dengan fikiran Mahameru
saat ini? Tatapannya seperti fana dan tak berisi. Renjani jelas
tahu betul dengan tatapan penuh kesedihan itu.
“ru! Ngelamun wae atuh. Ada masalah apa?”
Angkasa yang menyadari bahwa sejak tadi Mahameru
melamun pun menegur dengan menepuk pundak yang
biasanya tegap kini mengendur itu.
Mengerjap sedikit, “eh santai santaii”
“nanti langsung aja ke si Juno yak”
30
Setelah mengatakan itu, Langit membenamkan kepalanya
pada meja di hadapannya dengan buku sebagai bantalan
lelaki itu.
Mahameru mengecek ponselnya karena benda itu bergetar
di atas meja.
Jani
Are u ok?
Mahameru mendongak dan melihat Renjani yang juga tengah
melihat ke arahnya. Ia menggeleng dan kembali menunduk,
kemudian jari jemarinya mulai menari di atas layar ponsel itu
Mahameru
gapapa
Mahameru meremas ponselnya erat setelah mengirim
balasan pesan Renjani. Rasanya ingin Mahameru kembali
pulang ke pelukan gadis itu seperti dulu saat kondisi semesta
yang sedang di binanya tidak terkendali seperti saat ini.
Namun kini, yang dapat Mahameru lakukan hanya
memendamnya sendirian. Namun Renjani masih saja peka
dan peduli terhadapnya, padahal ia telah menyakiti gadis itu.
31
Sepulang sekolah, Renjani mampir ke kedai bunga terlebih
dahulu. Kali ini tidak menggunakan sepedanya, karena hari ini
gadis itu sedang ingin menaiki angkutan umum.
Sebetulnya tadi Renjani, Ayu, Cemara dan Daun akan
bermain di rumah Daun. Namun saat sedang piket kelas, tiba
tiba Cemara mengatakan bahwa dirinya tidak bisa ikut karena
ada urusan mendesak. Jadilah mereka membatalkan acara
main kali ini, karena jika tidak ada satu maka tidak jadi
semua.
Jadilah kini Renjani berdiri di kedai bunga ‘sapsapi’ itu sambil
tersenyum. Kali ini Renjani tidak membeli bunga matahari,
melainkan mawar merah yang sudah ia idamkan sejak
minggu lalu.
Kakinya melangkah masuk, “bu aku mau pupuk mawar merah
ya”
“siap Neng, sebentar ibu carikan ya”
Renjani mengangguk saja, kakinya melangkah menyusuri rak
demi rak, padahal Renjani sudah sering kesini. Namun tidak
pernah bosan untuk menyusuri rak demi rak ini, rasanya ingin
membeli kedai ini. Namun ia tak punya uang
Dari tempatnya, Renjani mendengar suara motor yang
sepertinya akan belanja juga di kedai ini
“eh, kang Meru, mau ambil titipan Ibu ya?”
Renjani mematung, perlahan lahan berbalik badan, dan
benar. Mahameru berdiri di depan kedai sambil menatapnya.
Renjani tidak menyangka akan bertemu Mahameru disini,
32
begitupun Mahameru. Sang Ibu memberi pesan untuk
mengambil titipannya di kedai langganannya, berhubung
sebelum berangkat main ke rumah Arjuna ia pulang dulu,
jadilah sekalian mengambil titipan sang Ibu. Eh malah
bertemu dengan Renjani, yang sepertinya buru buru setelah
membayar pesanan miliknya.
“Meru, aku duluan”
Mahameru ingin menahannya, namun ia tak bisa. Jadi
dibiarkannya Renjani melewatinya dan hilang ketika gadis itu
menaiki angkutan umum.
Sungguh jantung Renjani berpacu dengan cepat sekali akibat
jumpa dadakan bersama Mahameru di kedai tadi. Bahkan
saat angkutan umum yang sedang Renjani naiki sudah jauh
dari kedai, ritme jantungnya masih saja belum normal.
Ini pertama kalinya setelah satu tahun lamanya Renjani
berada sedekat ini dengan Mahameru lagi.
Rasanya senang namun sakit karena ternyata mereka sudah
sejauh itu. Bagai langit dan bumi yang jaraknya begitu jauh,
itulah kondisi Renjani dan Mahameru saat ini, setelah
sebelumnya mereka sedekat nadi.
Saat Renjani sudah berada di kamarnya, ia duduk di tepi
kasur. Memikirkan kira kira apa saja yang belum
dilakukannya menjelang tidur ini.
Beranjak menuju meja belajar. Renjani membuka lembar
demi lembar, dan mulai menuliskan apa yang dirasakannya
saat ini pada lembar putih yang masih kosong.
33
Terimakasih telah sempat menjadi senja
Untuk dapat kulihat indahnya kapan saja.
Terimakasih sudah sempat menjadi rumah
Untuk dapat kujadikan tempat berkeluh kesah.
Semoga kamu dapat terus mekar
Seperti indahnya bunga matahari,
Ceria dan selalu bersinar bagi orang orang di sekelilingnya.
Semangat dan sampai jumpa lagi, tuan
Menyimpan bolpoint lalu mengusap air mata yang tidak
sengaja jatuh saat menulis bait demi bait yang mengandung
makna penuh bagaimana tentang perasaanya saat ini.
Sungguh sangat berat menjalani hari setelah tanpa
penopangnya. Semuanya tiba tiba runtuh, tanpa persiapan
apapun. Memang sedari awal Renjani tahu resikonya
mencintai, tapi ia lupa untuk menyiapkan diri jika hal yang
tidak di inginkannya terjadi begitu saja, saat Renjani sedang
merasa sayang sayangnya kepada Mahameru.
Mahameru tidak mengetahui betapa Renjani menyayangi
lekaki itu, mencintai dan berusaha menyempurnakan apa
yang tengah mereka bina. Namun kondisi tak lagi
memungkinkan apabila mereka melanjutkan hubungannya.
34
“Meru, kita evaluasi hubungan yu?”
Renjani yang tengah memakan kue balok bersama
Mahameru mengajak lelaki itu untuk mengevaluasi
hubungan.
“dimana, jani?”
“kamu mau ajak aku kemana, kira kira?”
Mahameru tampak berfikir mendapat pertanyaan itu, “ayo
ke bukit”
Renjani tersenyum sumringah sambil mengangguk.
Mereka menuju bukit, memang tidak begitu tinggi dan jauh.
Namun cukup menguras tenaga bagi Renjani yang tidak
terbiasa. Sementara Mahameru biasa biasa saja.
Sesampainya di atas, Renjani dan Mahameru memasak mie,
menyeduh kopi menggunakan kompor portabel yang dibawa
Mahameru.
Mereka berbincang, di tengah atap yang dikelilingi
pepohonan, gunung, awan. Sungguh Renjani sangat senang
dibawa ke tempat ini oleh Mahameru!
“ru, apa yang kamu rasakan selama bersamaku?”
Mahameru menengok ke arah Renjani, “aku bahagia, kamu
mengajarkan aku semuanya jani. Kamu yang paling mengerti
aku. Dan aku bersyukur memiliki kamu, gadis yang memang
sedari awal udah aku suka, dan aku ganyangka akhirnya bisa
milikin kamu”
Renjani tertawa
35
“padahal ya meru, kamu tu dingin, cuek orangnya. Kok aku
mau ya”
Mahameru pun tertawa
“ih gatau kamu kok mau sama aku”
Hari itu, bukit yang sedang mereka pijak atapnya menjadi
saksi bagaimana kebahagiaan itu diciptakan.
Mereka berbincang mengenai hubungannya, bagaimana
kedepannya, apa yang harus diperbaiki, keinginan apa yang
belum tercapai, dan masih banyak lagi.
“meru, aku ga ngerti materi kali ini”
Renjani menghubungi Mahameru, memintanya untuk
membantu tugas yang tak kunjung selesai. Mahameru lelaki
yang pintar, beruntungnya Renjani.
“aku bantu ya, nanti siang ke rumah”
“okee meru, aku tunggu ya”
Setelah mematikan sambungan telfon, Renjani siap siap
untuk memakai jilbabnya dan bertemu Mahameru.
Mahameru tidak pernah sekalipun melihat bagaimana
bentuk rambut Renjani. Kalaupun Mahameru tak sengaja
melihat helaian rambut Renjani, akan segera di beri tahu.
36
Renjani sudah menunggu Mahameru lebih dari satu jam di
ruang tamu, namum Mahameru belum juga datang.
Renjani sedikit kesal, namun khawatir karena takut terjadi
apa apa di jalan.
“ih kok ga di angkat angkat sih”
Raut wajah gadis itu menampilkan ke khawatiran. Terus
menelfon Mahameru namun tak kunjung mendapat balasan
dari sang empunya.
Mahameru mengabarinya setelah tiga jam berlalu. Berkata
bahwa lelaki itu tidak bisa datang karena teman teman lelaki
itu mengajaknya mengerjakan tugas bersama di rumah salah
satu teman sekelas juga.
Rasanya Renjani ingin marah, namun susah. Ini kali pertama
setelah sekian lamanya Renjani mendiamkan Mahameru.
Bukan karena balas dendam, namun karena amarahnya
belum mereda.
Renjani memilih memendam saja amarahnya sendirian, tidak
ingin membawa bawa Mahameru, padahal sudah jelas ini
salah Mahameru.
Meru
jani, aku minta maaf. Nanti malem aku kesana ya?
Renjani
g ush, dah g mood, jgn ganggu dl
37
Mahameru itu tidak peka, selalu saja harus di ajari oleh
Renjani bagaimana cara untung saling memahami. Namun
meski begitu, Renjani tak keberatan. Renjani menjadi
penopang bagi segala kekurangan Mahameru, menemani
lelaki itu bagaimanapun situasinya. Meski tak hanya sekali
Mahameru menyepelekan hal hal kecil yang sangat berarti
bagi Renjani.
Renjani dan Mahameru adalah dua insan yang di persatukan
pada satu titik garis lurus di antara banyaknya garis garis
yang tersisa. Mereka saling membutuhkan.
Malam itu yang terjadi adalah Mahameru yang terus
meminta maaf, dan Renjani yang terus berkata untuk
berhenti meminta maaf.
Meru
jani, aku minta maaf. Besok oke??
Renjani
meru, aku ga marah. Aku kesel aja tadi, padahal kan aku
yang butuh kamu duluan
Meru
iyaaa, aku minta maaf ya cantiik
Renjani
gapapa, jangan di ulangi ya? Sekarang istirahat, kamu pasti
cape
Meru
I love you, Assalamualaikum
38
Renjani
waalaikumsalam, love you.
Renjani tersenyum. Cukup seperti ini saja ya Tuhan, ia ingin
bersama Mahameru selamanya.
“Sa, pramuka lomba?”
Kini Angkasa, Mahameru, Langit dan Arjuna sedang berada di
kantin. Duduk membentuk bundar dan saling mengobrol.
Menelan makanannya, Angkasa menjawab. “heem, kalian
nonton lah”
“Paskibra juga?”
“kenapa? Mau liat si Renjani?”
Langit terkekeh sambil menepuk pundak temannya itu, “Ru
ru, udahlah, ngapain sih? Kaya ga ada cewe lain aja”
Mahameru menoleh dan menatap Langit dengan tajam, tak
suka dengan nada bicara Langit yang seperti meremehkan.
“gatau juga sih, ru. Tanya aja langsung sama anaknya”
“emang ada apa sama Renjani ru? Sampe sebegitunya”
Angkasa ikut penasaran, mengapa temannya itu sangat susah
melupakan Renjani. Kalau memang masih sayang, mengapa
harus kandas, kan?
39
“gapapa, udahlah gausah di bahas”
“anjay, galau bangg!!”
Arjuna terpingkal pingkal. Tidak menyangka sosok yang
dikenal cuek, dan dingin itu sedang merana.
Bagaimana Mahameru tidak merana? Sedangkan Renjani
adalah gadis yang sedari awal sudah ia sukai. Tidak semudah
itu melepas rasa yang sudah lama tertanam, apalagi levelnya
sudah naik menjadi rasa cinta. Mahameru pun tidak
membayangkan ini akan terjadi. Ini salahnya, ini
keputusannya. Renjani gadis yang baik, tidak sepantasnya
mendapatkan rasa sakit yang di buat oleh Mahameru.
Setelah tidak bersama Renjani pun, Mahameru tidak bersama
siapa siapa lagi. Karena menurutnya Renjani adalah definisi
gadis yang ia inginkan. Semoga Mahameru istiqamah di
jalannya.
“ga kerasa, bentar lagi lulus”
Langit, Mahameru dan Angkasa yang sedang makan pun
langsung berhenti begitu Arjuna melayangkan kenyataan
yang memang sebentar lagi mereka akan lulus. Mengejar
masa depan di jalannya masing masing, namun mereka
sudah berjanji bahwa jangan sampai mereka menjadi asing.
Mereka harus tetap kumpul seperti ini.
Langit menghitung bulan dengan jarinya
“lah iya! Tinggal dua bulan”
“ahhhh pasti bakal kangen banget sih”
40
“IDIH NAJIS!!”
Langit langsung berlagak sedih setelah mendapat makian dari
teman temannya itu, “yang kalian lakukan itu, JAHAT!!”
Lantas bundaran itu di isi dengan kebahagiaan. Tawa saling
bersahutan tanpa celah, mengisi kekosongan yang berada di
hati Mahameru, yang berarti tinggal sisa dua bulan untuk
bisa melihat Renjani. Setelah lulus, mereka akan benar benar
menjadi asing.
“jani, kenapa kamu baik?”
Dengan gamblangnya Mahameru berbicara seperti itu
setelah malamnya mereka bertengkar, lagi lagi karena
Mahameru yang menyepelekan hal kecil.
“maksudnya? Kamu juga baik meru”
Renjani lanjut menulis materi yang berada di papam tulis,
setelah menjawab pertanyaan aneh Mahameru.
“aku banyak salah sama kamu jan, sering sepelein hal kecil
yang kamu ga suka, aku balalan berusaha jadi yang terbaik
buat kamu”
Renjani berhenti menulis, lalu menoleh ke Mahameru yang
berada di sebelahnya. Tersenyum dengan hangat, berusaha
menyalurkan kehangatan dan ketulusan kepada lelaki itu
“meru, gapapa, aku disini kan untuk melengkapi itu semua.
Belajar dari kesalahan aja ya?”
“udah ah, ga selesai selesai nih aku nulis”
41
Mahameru tersenyum mendengar kata demi kata yang
keluar dari mulut Renjani. Lihat kan? Bagaimana Mahameru
tidak semakin menyayangi gadis ini. Bahkan disaat Renjani
merasa di sepelekan, gadis itu tetap sebaik itu pada
Mahameru.
Rasanya Mahameru ingin langsung mempersunting gadis itu.
Namun mereka masih sama sama sekolah, dan Mahameru
pun belum memiliki modal.
“jannnn, liat aku duluu”
Renjani melihat lagi ke arah Mahameru yang masih saja
mengganggunya, “ kenapaa gantengg?”
Gila! Mahameru bisa gila! Renjani ini benar benar
mematikan sekali, Mahameru baper bukan main.
“Cantik fisik untuk di nikmati, cantik hati untuk di milikki”
“Cantik fisik dan hati, hadiah kompetisi. Kamu hadiah
kompetisi buat aku, Jani”
Setelah mengatakan itu, Mahameru beranjak dan menuju
luar kelas untuk menghampiri teman temannya yang berada
di kantin.
Renjani tersenyum lebar. Rasanya ingin menghentikan waktu
saat itu juga. Lanjut menulis, namun bukan lagi materi di
papan tulis, tapi bait demi bait yang tersusun menjadi
untaian kalimat.
42
Ini tentang sebuah perasaan yang bermetamorfosa layaknya
kupu kupu.
Ia sering bungkam bila di tanya cinta, sering malu jika di
tanya rindu. Karena di hidupnya hanya mengenal hitam,
putih dan abu abu.
Sampai kamu datang, menyentuh ujung dinding yang dingin,
memberi getaran aneh yang bahkan tidak disadari pada
awalnya.
Tak ada sesal sama sekali membiarkannya hadir di tengah
tengah peliknya hidup, memberi warna kebahagiaan yang
tercetak setiap harinya.
Banyak kata terimakasih sebenarnya untuk mewakili setiap
hadirnya di duniaku.
Terkadang rasa membingungkan. Kadang merasa sangat
mencintai juga kadang terasa membosankan.
Tapi aku mengetahui arti sebuah hidup bahagia yang
melebihi arti kata bosan.
Terimakasih sudah hadir, Meru.
43
Renjani selalu berpikir untuk terus mencoba kembali lagi
dengan Mahameru. Namun, mengingat alasan mengapa
mereka menyudahi ini semua, Renjani jadi memikirkan ulang.
Yang saat ini perlu Renjani lakukan hanyalah berdamai
dengan dirinya dan juga perasaan yang sangat membekas.
Renjani capek, ia ingin bebas dari jeratan rasa yang terus
tertinggal dalam relung hati yang tak kunjung sembuh.
Lagi dan lagi Renjani kembali menulis apa yang sedang di
rasakannya. Ia jadi bernostalgia, bagaimana kabar buku yang
gadis itu berikan kepada Mahameru satu tahun yang lalu?
Apakah masih tetap ada, atau sudah di buang oleh lelaki itu.
Terpisah jarak namun tetap sayang
Penghalang rindu yang tak di inginkan
Namun demi kebaikan, harus di realisasikan
Bulan dan bintang tak muncul kembali
Tertutup awan hitam agar berjaga jarak
Membeku bintang, tak dapat lagi memeluk sang bulan
Hanya dapat menatap kenangan yang telah di ciptakan
Perpisahan yang di ciptakan menyayat raga
Membelenggu di dalam jiwa
Karena sakitnya sungguh luar biasa.
44
Renjani menutup buku yang telah ia isi dengan bait bait rasa.
Meraih ponselnya karena sedari tadi benda pipih itu terus
bergetar.
EmpatAnn
Daonn
guyss, besok lari yuk
Pohon cemara
Kemanaaaaaaaaa
Daonn
Ke taman, gimana? Ayo lah
Renjani
hayuu, gabut juga
Pohon cemara
@Ayuu hayuu ikut kan? Ikut lah masa ngga!!
Renjani
@Ayuu
Daonn
@Ayuu
Ayuu
gilee, kebangun nih! Ayo lah ayo, jam 7 dah disanaa
Daonn
45
Okee
Renjani hanya mebaca pesan terakhir dari grup itu, lalu lanjut
mengecek sosmednya sebelum tidur, membuka instagram,
tiktok, WhatsApp. Dan berhenti pada satu instastory
Mahameru yang menunjukkan bahwa lelaki itu tengah
bermain bersama teman temannya, hanya foto saja namun
membuat Renjani tersenyum. Setidaknya dengan ini Renjani
tahu bahwa Mahameru baik baik saja.
Malam minggu ini akan Renjani habiskan dengan menonton
film horror terbaru, Ah! Renjani jadi teringat Mahameru yang
yang tidak begitu menyukai horror.
Pukul 1 dini hari, Renjani masih belum terlelap. Namun gadis
itu ingat, bahwa besok pukul 7 pagi sudah harus berada di
taman untuk lari bersama teman temannya.
“bunn, Jani ke taman yaa lari sama Rumi, ayu sama cemara”
Di depan rumah itu, Renjani sedang sibuk memakai
sepatunya. Sang Bunda yang berada di pekarangan karena
sedang menyiram tanaman miliknya itu segera menoleh ke
arah Renjani.
“loh! Kok ga bilang dari semalem sih? Biar Bunda bikinin
bekel”
Renjani berdiri lalu menghampiri Bundanya untuk
berpamitan, “ga usah Bundaa, nanti Jani beli aja”
Cipika cipiki ala ala pun di lakukan, karena sudah menjadi
kebiasaan bagi mereka,
46
“Assalamualaikum”
“waalaikumsalam”
Renjani celingak celinguk mencari sosok teman temannya di
tengah tengah ramainya taman di minggu pagi ini. Biarlah
hari ini menjadi bebas tanpa adanya lembaran Mahameru
pada hidupnya. Renjani ingin bersama sahabat sahabatnya
hari ini, melupakan sejenak apa yang mengganjal di hatinya.
“RUMII!”
Renjani melambai saat mendapati Daun yang sedang celingak
celinguk sepertinya. Daun menoleh lalu melambai dan segera
menghampiri Renjani yang berdiri tak jauh dari dirinya.
Daun itu gadis yang ceria, seluruh kehidupannya berwarna.
Yang membuat Renjani serta yang lain jika berdekatan
dengannya akan ikut berwarna juga.
Padahal Ayu yang menyuruh untuk tepat pukul 7 sudah di
taman, tetapi lihat. Sudah pukul 8 saja gadis itu belum juga
datang. Renjani, Daun dan Cemara lari mengelilingi taman
sebanyak 7 kali. Kini mereka sedang menunggu Ayu di bapak
penjual bubur.
Meru
Jani, aku kangen banget. Malam ini bisa ketemu?
Renjani
Ciee kangen sama akuu hihihii, ayo Meru
Meru
Okee cantikk
47
Renjani
I love youu
Meru
JANII!!
Malam itu Renjani dan Mahameru kembali bertemu atas
permintaan Mahameru.
Renjani tidak pernah menyia nyiakan waktu jika sedang
bersama Mahameru, karena waktu sangat berharga. Renjani
tidak tahu apa yang akan mereka lewatkan kedepannya, jadi
jika hari ini ada waktu bersama Mahameru, akan di
maksimalkan.
“Jani”
“HAH?”
Renjani berteriak karena Mahameru berbicara sangat pelan,
terlebih mereka sedang berada di atas motor
“aku ingin nanti ketika aku udah punya motor yang aku mau,
kamu jadi perempuan ke dua setelah ibu yang aku bonceng”
Renjani memperhatikan Mahameru yang sedang berbicara
itu melalui spion, tersenyum penuh haru. Meski Renjani tidak
tahu dengan jelas perasaan Mahameru terhadapnya, tetapi
Renjani dapat merasakan ketulusan dari lelaki ini.
“janjii?”
“janjii, jani”
48
Mereka berkeliling hanya untuk mencari makanan apa yang
tepat untuk mengisi perut masing masing. Sampai akhirnya
berhenti di penjual yang menjual nasi goreng kesukaan
Renjani.
“ayo makan nasi goreng kesukaan kamu”
“kok kamu masih ingett?”
“apapun itu, Jani”
“bang 2”
Setelah Mahameru memesan, mereka pun duduk
berhadapan. Sungguh selama dengan Mahameru, Renjani
tidak pernah bosan menatap wajah yang penuh keteduhan
itu, setiap garis wajahnya bagaikan candu yang tak dapat
Renjani lepas dari ingatan.
Selama beberapa menit, keheningan menyapa keduanya,
hingga Renjani membuka suara terlebih dahulu
“gimana hari kamu kali ini Meru? Seneng?”
“awalnya seneng aja, sekarang udah ketemu kamu jadi
seneng banget”
Renjani cekikikan mendengarnya, merasa aneh karena
Mahameru adalah pribadi yang cuek, “ahaha belajar dari
siapaa gombal gituu?”
“dari teteh jani”
“ih ih ih”
Mahameru ikut tertawa begitu melihat tawa Renjani lepas
mengudara bersama hembusan angin.
49