The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.

E-book ini berisi materi kuliah metode penelitian

Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by rusmansyah, 2022-10-22 21:26:18

E-BOOK METODE PENELITIAN

E-book ini berisi materi kuliah metode penelitian

Keywords: Metode Penelitian

METODOLOGI PENELITIAN

d. Penelitian pengembangan
Penelitian yang dirancang untuk menyelidiki kemajuan pada beberapa dimensi. Penelitian yang

dirancang untuk mencoba mengetahui perkembangan subyek atau obyek. Metode dari penelitian
pengembangan longitudinal (alur panjang), peneliti mengikuti perkembangan subyek, penelitian dalam
waktu yang lama, cross-sectional (silang sekat), dan peneliti mengamati subyek penelitian dari berbagai
tingkatan karakteristik pada waktu yang sama. Contoh dari penelitian pengembangan yaitu penambahan
berat dan tinggi badan siswa sekolah SD dan SMP di Kalimantan Selatan termasuk longitudinal (alur
panjang) jika dilakukan terhadap sampel yang sama dari SD sampai SMP sedangkan termasuk cross-
sectional (silang sekat), jika dilakukan terhadap sampel yang beda antara siswa SD dan SMP, pada waktu
yang bersamaan.
e. Penelitian Lanjutan

Penelitian yang dirancang untuk menyelidiki perkembangan lanjutan subyek penelitian setelah
diberikan perlakuan tertentu atau setelah kondisi tertentu. Perlakukan yang dimaksud berupa pelatihan,
pendidikan, pembinaan dan sejenisnya. Ciri-ciri penelitian lanjutan biasanya digunakan untuk menilai
keberhasilan program tertentu dan dalam dunia pendidikan diutamakan program yang berhubungan dengan
pendidikan. Contoh dari penelitian lanjutan yakni penelitian yang mengevaluasi keefektifan pendidikan
prasekolah serta dalam penelitian ini, peneliti mengidentifikasi anak-anak yang mengikuti pendidikan TK
dan anak-anak yang tidak mengikuti pendidikan TK.
f. Penelitian Analisis Dokumen

Penelitian yang dirancang untuk mengumpulkan informasi tetapi melalui pengujian arsip dan
dokumen dapat juga disebut sebagai penelitian analisis isi (content analisys). Ciri-ciri dari analisis dokumen
yakni peneliti bekerja secara obyektif dan sistematis untuk mendeskripsikan isi bahan komunikasi melalui
pendekatan kuantitatif. Contoh dari penelitian analisis dokumen yaitu penggunaan metode demonstrasi guru
kimia di wilayah Banjarmasin, penggunaan bahasa daerah dalam pembelajaran kimia serta penggunaan
istilah penjas dan pendidikan olahraga dalam buku teks penjas dan relevansi buku teks terhadap kurikulum
KTSP.
g. Penelitian Ex Post Facto

Penelitian yang dirancang untuk menyelidiki permasalahan dengan mempelajari atau meninjau
variabel-variabel. Penelitian berupa pencarian empirik yang sistematik dimana peneliti tidak dapat
mengontrol langsung variabel bebas karena peristiwanya telah terjadi atau karena sifatnya tidak dapat
dimanipulasi. Ciri-ciri dari penelitian ex post facto yakni peneliti berusaha menentukan sebab, atau alasan
adanya perbedaan dalam status kelompok individu serta sama dengan eksperimen tetapi tidak melakukan
pengontrolan. Contoh dari penelitian ex post facto ialah perbandingan akurasi tembakan tangan kiri, tangan
kanan, dan kedua tangan anggota UKM Bola basket ULM.
11. Kelebihan Penelitian Deskriptif
a. Pengumpulan data

Seorang peneliti dapat melakukan deskriptif penelitian menggunakan metode tertentu seperti metode
observasi, studi kasus metode, dan metode survei. Di antara ketiganya, semua data primer metode
pengumpulan tercakup, yang memberikan banyak informasi. Ini bisa digunakan untuk penelitian masa depan
atau bahkan mengembangkan hipotesis Anda objek penelitian.
b. Bervariasi

Karena data yang dikumpulkan bersifat kualitatif dan kuantitatif, memberikan holistik memahami
sebuah topik penelitian. Narasumber informasi yang bervariasi, beragam, dan teliti.
c. Lingkungan alam

Jenis Penelitian Deskriptif dan Penelitian Eksperimen | 43

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian deskriptif memungkinkan untuk penelitian yang akan dilakukan di lingkungan alam
responden, yang memastikan bahwa kualitas tinggi dan data yang jujur dikumpulkan.
d. Cepat dilakukan dan murah

Karena ukuran sampel umumnya besar dalam penelitian deskriptif, pengumpulan data cepat dilakukan
dan tidak mahal (Sahin & Mete, 2021).
12. Keterbatasan Penelitian Deskriptif
a. Sebuah studi deskriptif terbatas pada deskripsi terjadinya penyakit dalam suatu populasi.
b. Kerahasiaan adalah kerugian besar dari penelitian deskriptif, mata pelajaran yang pertanyaan peneliti

mungkin tidak selalu jujur dan sebaliknya akan memberikan jawaban yang mereka rasa diinginkan oleh
peneliti mendengar. Dalam wawancara, peserta dapat juga menolak untuk menjawab pertanyaan apa pun
yang mereka merasa terlalu pribadi atau sulit. Penelitian deskriptif juga dilakukan paradoks pengamat,
jika seorang peserta tahu bahwa seseorang sedang mengamati mereka, mereka dapat mengubah cara
mereka bertindak.
c. Subjektivitas dan kesalahan juga berperan, oeran merugikan secara deskriptif riset dan pertanyaan yang
disajikan oleh peneliti telah ditentukan sebelumnya dan preskriptif, sementara studi dapat berisi
kesalahan. Seorang peneliti dapat memilih apa informasi untuk menggunakan dan mengabaikan data
yang tidak sesuai dengan hipotesis mereka.
d. Kelemahan laporan kasus yaitu sering adalah bahwa mereka tidak memiliki perbandingan kelompok
(kontrol), mereka tidak dapat diuji untuk asosiasi statistik, dan mereka adalah sangat rentan terhadap
bias publikasi (terutama di mana laporan kasus/seri menggambarkan keefektifan suatu intervensi) (Sahin
& Mete, 2021).

B. PENELITIAN EKSPERIMEN
1. Definisi dan Tujuan Penelitian Eksperimen

Penelitian merupakan aktivitas mengamati, menganalisis, serta memberi simpulan dari berbagai fakta
yang ada. Dalam penelitian terdapat suatu rancangan. Creswell (2012) berpendapat, ‘rancangan penelitian
merupakan rencana dan prosedur penelitian yang meliputi: dari asumsi-asumsi luas hingga metode-metode
rinci dalam pengumpulan dan analisis data”. Creswell (2012) membagi rancangan penelitian menjadi tiga,
yakni kualitatif, kuantitatif, dan campuran. Sementara Sugiyono (2012) membagi menjadi dua besar, yakni
berdasarkan tujuan penelitian dan tingkat kealamiahan tempat penelitian. Hal ini nampak seperti gambar
berikut.

Gambar 3.1. Macam Metode Penelitian (Sugiyono, 2012)

Jenis Penelitian Deskriptif dan Penelitian Eksperimen | 44

METODOLOGI PENELITIAN

Arboleda (1981) mendefinisikan eksperimen sebagai suatu penelitian yang dengan sengaja peneliti
melakukan manipulasi terhadap satu atau lebih variabel dengan suatu cara tertentu sehungga berpengaruh pada
satu atau lebih variabel lain yang di ukur. Lebih lanjut dijelaskan, variabel yang dimanipulasi disebut variabel
bebas dan variabel yang yang akan dilihat pengaruhnya disebut variabel terikat. Sementra itu Isaac dan Michael
(1977: 24) menerangkan bahwa penelitian eksperimen bertujuan untuk meneliti kemungkinan sebab akibat
dengan mengenakan satu atau lebih kondisi perlakuan pada satu atau lebih kelompok eksperimen dan
membandingkan hasilnya dengan satu atau lebih kelompok kontrol yang tidak diberi perlakuan. Sedangkan
Plutchik (1988) mengemukakan definisi eksperimen secara lebih singkat, adalah merupakan cara mengatur
kondisi suatu esperimen untuk mengidentifikasi variabelvariabel dan menentukan sebab akibat suatu kejadian.

Latipun (2002) mengemukakan bahwa penelitian eksperimen merupakan penelitian yang dilakukan
dengan melakukan manipulasi yang bertujuan untuk mengetahui akibat manipulasi terhadap perilaku individu
yang diamati. Penelitian eksperimen pada prisipnya dapat didefinisikan sebagai metode sistematis guna
membangun hubungan yang mengandung fenomena sebab akibat (causal-effect relationship). Penelitian
eksperimen adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui pengaruh pemberian suatu treatment atau
perlakuan terhadap subjek penelitian. Jadi penelitian eksperimen dalam pendidikan adalah kegiatan penelitian
yang bertujuan untuk menilai pengaruh suatu perlakuan/tindakan/treatment pendidikan terhadap tingkah laku
siswa atau menguji hipotesis tentang ada-tidaknya pengaruh tindakan itu jika dibandingkan dengan tindakan
lain.

Menurut Setyanto (2015) metode eksperimen mengandung beberapa hal sebagai berikut:
a. Suatu penelitian yang berusaha melihat hubungan sebab akibat dari satu atau lebih variabel independen

dengan satu atau lebih variabel kontrol.

b. Peneliti melakukan manipulasi terhadap satu atau lebih variabel independen. Manipulasi berarti merubah
secara sistematis sifat (nilainilai) variabel bebas sesuai dengan tujuan penelitian.

c. Mengelompokkan subyek penelitian (lazim disebut responden) ke dalam kelompok eksperimen dan
kelompok konrol. Dalam desain klasik, kelompok eksperimen adalah kelompok subyek yang akan
dikenai perlakuan (treatment). Sedangkan yang dimaksud dengan perlakuan (treatment) adalah
mengenakan (exposed) variabel bebas yang sudah dimanipulasi kepada kelompok eksperimen.
Sedangkan kelompok kontrol adalah kelompok subyek yang tidak dikenai perlakuan.

d. Membandingkan kelompok eksperimen yang dikenai perlakuan dengan kelompok kontrol yang tidak
dikenai perlakuan.

e. Pengaruh hubungan sebab akibat antara variabel independen dengan variabel dependen diperoleh dari
selisih skor observasi masing-masing kelompok tersebut.
Tujuan umum penelitian eksperimen adalah untuk meneliti pengaruh dari suatu perlakuan tertentu

terhadap gejala suatu kelompok tertentu dibanding dengan kelompok lain yang menggunakan perlakuan yang
berbeda. Misalnya, suatu eksperimen dalam bidang pendidikan dimaksudkan untuk menilai/membuktikan
pengaruh perlakuan pendidikan (pembelajaran dengan metode problem solving) terhadap prestasi belajar dan
kemampuan komunikasi matematika pada siswa SMP atau untuk menguji hipotesis tentang ada-tidaknya
pengaruh perlakuan tersebut jika dibandingkan dengan metode konvensional. Selanjutnya, tindakan di dalam
eksperimen disebut treatment, dan diartikan sebagai semua tindakan, semua variasi atau pemberian kondisi
yang akan dinilai/diketahui pengaruhnya. Sedangkan yang dimaksud dengan menilai tidak terbatas pada
mengukur atau melakukan deskripsi atas pengaruh treatment yang dicobakan tetapi juga ingin menguji sampai
seberapa besar tingkat signifikansinya (kebermaknaan atau berarti tidaknya) pengaruh tersebut jika
dibandingkan dengan kelompok yang sama tetapi diberi perlakuan yang berbeda (Gulo, 2002).

Jenis Penelitian Deskriptif dan Penelitian Eksperimen | 45

METODOLOGI PENELITIAN

2. Karakteristik dan Variabel Penelitian Eksperimen
Variabel adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan kondisi, keadaan, faktor, perlakuan, atau tindakan

yang diperkirakan dapat memengaruhi hasil eksperimen. Variabel yang berkaitan secara langsung dan
diberlakukan untuk mengetahui suatu keadaan tertentu dan diharapkan mendapatkan dampak/akibat dari
eksperimen sering disebut variable eksperimental (treatment variable), dan variabel yang tidak dengan sengaja
dilakukan tetapi dapat memengaruhi hasil eksperimen disebut variable noneksperimental. Variabel
eksperimental adalah kondisi yang hendak diteliti bagaimana pengaruhnya terhadap suatu gejala. Untuk
mengetahui pengaruh varibel eksperimen yang berbeda atau yang bervariasi. Menurut Ary (1985), ada tiga
karakteristik penting dalam penelitian eksperimen, anatara lain:

a. Variabel bebas yang dimanipulasi
Memanipulasi variabel adalah tindakan yang dilakukan oleh peneliti atas dasar pertimbangan ilmiah.

Perlakuan tersebut dapat dipertanggungjawabkan secara terbuka untuk memperoleh perbedaan efek dalam
variabel yang terkait.
b. Variabel lain yang berpengaruh dikontrol agar tetap konstan

Mengontrol merupakan usaha peneliti untuk memindahkan pengaruh variabel lain yang mungkin
dapat mempengaruhi variabel terkait. Dalam pelaksanaan eksperimen,group eksperimen dan group kontrol
sebaiknya diatur secara intensif agar karakteristik keduanya mendekati sama.
c. Observasi langsung oleh peneliti

Tujuan dari kegiatan observasi dalam penelitian eksperimen adalah untuk melihat dan mencatat segala
fenomena yang muncul yang menyebabkan adanya perbedaan diantara dua group (Emzir, 2009).

Adapun Suharno dan Dirgantara (2018) faktor-faktor yang dapat mengancam validitas internal suatu
hasil penelitian eksperimen antara lain:

a. History, yaitu kejadian-kejadian tertentu yang terjadi antara pengukuran pertama (pretest) dan kedua
(posttest), selain variabel-variabel yang dieksperimenkan (treatment).

b. Maturation (kematangan), yaitu: proses perubahan (kematangan) di dalam diri subyek yang terjadi
selama berlangsungnya eksperimen (misal: makin trampil, makin lelah/jenuh dsb). Untuk mengatasi hal
ini adalah dengan mendisain eksperimen yang tidak terlalu lama.

c. Efek Testing, yaitu efek yang ditimbulkan hasil pengukuran pertama (pretest) terhadap hasil pengukuran
kedua (posttest). Cara mengatasinya adalah dengan tidak memberikan pre-test.

d. Instrumentation, yaitu efek yang ditimbulkan akibat perubahan cara pengukuran, perubahan pengamat,
yang dapat membuat perubahan hasil pengukuran.

e. Selection, yaitu adanya bias di dalam menentukan/memilih responden/subyek untuk kelompok
eksperimen (atau kelompok yang diberikan perlakuan) dan kelompok control/pembanding.

f. Statistical regression, yaitu bahwa kelompok yang dipilih berdasarkan skor yang ekstrim cenderung
akan meregres ke rerata populasi.

g. Mortality, yaitu kehilangan subyek, baik pada kelompok eksperimen maupun kelompok pembading,
yaitu adanya pengurangan subyek ketika dilakukan pengukuran terhadap dampak eksperimen/perlakuan.

3. Syarat-syarat Penelitian Eksperimen
Hastjarjo (2019) mengemukakan syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh peneliti dalam melaksanakan

penelitian eksperimental, yaitu:
a. Peneliti harus dapat menentukan secara sengaja kapan dan di mana ia akan melakukan penelitian;

Jenis Penelitian Deskriptif dan Penelitian Eksperimen | 46

METODOLOGI PENELITIAN

b. Penelitian terhadap hal yang sama harus dapat diulang dalam kondisi yang sama;

c. Peneliti harus dapat memanipulasi (mengubah, mengontrol) variabel yang diteliti sesuai dengan yang
dikehendakinya;

d. Diperlukan kelompok pembanding (control group) selain kelompok yang diberi perlakukan
(experimental group).

4. Jenis Penelitian Eksperimen
Dalam buku Suryabrata (2004) penelitian eksperimen terdiri dari 3 macam, yaitu praeksperimen,

eksperimen murni, dan eksperimen semu. Ketiga macam eksperimen tersebut memiliki ciri-ciri yang berbeda,
sehingga calon peneliti eksperimen harus hati-hati dalam memilih dan melakukan eksperimennya. Di bawah
ini dijelaskan tentang ciri-ciri masing-masing macam eksperimen.

a. Pra-Eksperimen
Pra-eksperimen dilakukan hanya untuk 1 kelompok yakni yang biasa disebut sebagai kelompok

eksperimen. Pra-eksperimen sangat dimungkinkan dilakukan jika jumlah subjek memang hanya sedikit.
Oleh karena itu, treatment eksperimen hanya dilakukan pada kelompok eksperimen itu saja. Seperti yang
dijelaskan sebelumnya bahwa pemilihan subjek penelitian dalam pra-eksperimen dengan cara purposive,
yakni dipilih dengan ciri-ciri tertentu sesuai ketentuan si peneliti.

Ciri-ciri subjek dalam pra-eksperimen tersebut merupakan gambaran dari variabel terikatnya yang
akan diukur kembali (perubahannya) setelah ada treatment. Misalnya, penelitian pra-eksperimen untuk
menguji efektivitas metode penugasan dalam upaya meningkatkan kemandirian belajar siswa. Berdasar
penelitian tersebut, peneliti memilih subjeknya yang memiliki ciri tertentu yakni siswa yang berkemandirian
belajar rendah. Setelah diberi treatment berupa pembelajarana dengan metode penugasan, maka peneliti
mengukur kembali kemandirian belajar siswanya. Kelemahan pada penelitian pra-eksperimen, yakni
lemahnya validitas internal akibat tanpa adanya kelompok pembanding, sehingga hasil penelitian
praeksperimen belum dapat meyakinkan bahwa perubahan yang terjadi memang benar-benar sebagai akibat
treatment.
b. Eksperimen Murni

Penelitian eksperimen murni pada umumnya dilakukan pada bidang sains, misalnya bidang fisika, atau
bidang kimia. Pelaksanaan eksperimen murni pada umumnya untuk meneliti kemungkinan adanya hubungan
sebab-akibat diantara variabelvariabel dengan cara menghadapkan kelompok eksperimental pada beberapa
macam kondisi perlakuan dan membandingkan akibat (hasil)nya dengan satu atau lebih kelompok kontrol
yang tidak dikenai perlakuan.

Penelitian eksperimen murni memerlukan pengelolaan variabel-variabel dan kondisi eksperimental
yang rumit baik lewat prosedur kontrol dan manipulasi langsung atau lewat prosedur randomisasi. Seperti
dijelaskan sebelumnya bahwa penelitian ekperimen murni lebih memusatkan perhatiannya pada cara
pengendalian variasi guna (a) memaksimalkan varians dari variabelvariabel yang terlibat dalam hipotesis,
(b) meminimalkan varians variabel luar yang tidak dikehendaki yang dikhawatirkan akan dapat mengganggu
hasil eksperimen, dan (c) meminimalkan varians eror atau varians random, termasuk pula eror dalam
pengukuran. Oleh karena itu, setelah subjek ditentukan, dalam penelitian ekperimenmurni khususnya di
bidang pendidikan sangat dianjurkan untuk menempatkan subjek ke dalam kelompok secara random,
danmenentukan perlakuan pada kelompok secara random pula.
c. Eksperimen Semu

Penelitian eksperimen semu memiliki kemiripan dengan kondisi penelitian eksperimental murni, yakni
kedua jenis eksperimen tersebut memiliki kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol. Bahkan, kedua

Jenis Penelitian Deskriptif dan Penelitian Eksperimen | 47

METODOLOGI PENELITIAN

jenis eksperimen ini memilki prosedur (tahap-tahap yang dilalui) sama. Namun kedua jenis eksperimen
tersebut tetap memiliki perbedaan terutama pada keberadaan variabel kontrol. Pada eksperimen semu, tidak
semua variabel yang relevan dapat dikendalikan dan dimanipulasi. Dalam ekperimen semu lebih
menekankan adanya kelompok kontrol dan kelompok eksperimen, tanpa mementingkan variabel kontrol.
Kondisi (variabel) lain di luar variabel yang diteli dari subjek penelitian dikesampingkan, atau tanpa
dikontrol, karena subjek dianggap memiliki kondisi yang relatif sama. Padahal setiap subjek penelitian dalam
eksperimen semu selalu memiliki kondisi yang beragam, tidak ada yang sama persis. Oleh karena itu,
sebaiknya peneliti menyadari betul keterbatasan penelitian ini dan seberapa jauh validitas internal dan
eksternalnya.
5. Desain Penelitian Eksperimen

Sugiyono (2012) metode peenlitian eksperimen diartikan sebagai metode penelitian yang digunakan
untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi terkendali. Desain penelitian
eksperimen ke dalam 3 bentuk yakni preesperinmental design, true eksperimental design dan quasy esperimen
design.

Gambar 3.2 Macam-macam Metode Eksperimen (Sugiyono, 2012)
a. Pre- experimental design

Desain ini dikatakan sebagai pre-experimental design karena belum merupakan ekseperimen sungguh-
sungguh karena masih terdapat variabel luar yang ikut berpengaruh terhadap bentuk variabel dependen.
Bentuk pre-ekperimental design ini ada beberapa macam antara lain:

1) One-shoot case study (studi kasus satu tembakan)
Design penelitian ini terdapat satu kelompok diberi treatment (perlakuan) dan selanjutnya

diobservasi hasilnya. Treatment adalah sebagai variabel independen dan hasil adalah sebagai variabel
dependen). Pada eksperimen ini subjek disajikan dengan beberapa jenis perlakuan lalu diukur hasilnya.
2) One-group prettest-posttest design (satu kelompok pretest-posttest)

Kalau pada desain tidak ada pretest, maka pada desain ini terdapat pretest sebelum diberi perlakuan.
Dengan demikian hasil perlakuan dapat diketahui lebih akurat, karena dapat membandingkan dengan
keadaan sebelum diberiperlakuan.
3) Intact-group comparison

Pada desain ini terdapat satu kelompok yang digunakan untuk penelitian, tetapi dibagi menjadi dua
yaitu: setengah kelompok untuk eskperimen (yang diberi perlakuan) dan setengah untuk kelompok kontrol
(yang sudah tidak diberi perlakuan).
b. True experimen design

Jenis Penelitian Deskriptif dan Penelitian Eksperimen | 48

METODOLOGI PENELITIAN

Dikatakan true experimental (eksperimen yang sebenarnya/betul-betul) karenadalam desain ini
peneliti dapat mengontrol semua variabel luar yang mempengaruhi jalannya eksperimen. Dengan demiakian
validitas internal (kualitas pelaksanaan rancangan peneliti) dapat menjadi tinggi. Ciri utama dari true
eksperimen adalah bahwa, sampel yang digunakan untuk eksperimen maupun sebagai kelompok kontrol
diambil secara random (acak) dari populasi tertentu. Jadi cirinya adalah adanya kelompok kontrol dan
sampelyang dipilih secara random. Desain true experimental terbagi atas:

1) Posstest-only control design
Dalam desain ini terdapat dua kelompok yang masing- masing dipilih secara random (R). kelompok

pertama diberi perlakuan (X) dan kelompok lain tidak. Kelompok yang diberikan perlakuan disebut
kelompok eksperimen dan kelompok yang tidak diberi perlakuan disebut sebagai kontrol.
2) Pretest- posstest control group design

Dalam desain ini terdapat dua kelompok yang dipilih secara acak / random, kemudian diberi pretest
untuk mengetahui keadaan awal adakah perbedaan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
3) The solomon four- group design

Dalam desain ini, dimana salah satu dari empat kelompok dipilih secara random. Dua kelompok
diberi prestest dan dua kelompok tidak. Kemudian satu dari kelompok pretest dan satu dari kelompok
prestest dan satu kelompok non postest diberi perlakuan eskperimen, setelah itukeempat kelompok ini
diberi postetst.
c. Quasi experimental design

Bentuk desain eksperimen ini merupakan pengembangan dari true experimental design, yang sulit
dilaksanakan. Desain ini mempunyai kelompok, kontrol, tetapi tidak berfungsi sepenuhnyauntuk mengontrol
variabel- variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen. Walaupun demikian, desain ini lebih
baik dari pre-experimental design. Quasi experimental design digunakan untuk penelitian. Dalam suatu
kegiatan administrasi atau menejemen misalnya, seringtidak munggunakan sebagian para karyawan untuk
eksperimen dan sebagian tidak. Sebagian menggunakan prosedur kerja baru yang lain tidak. Oleh karena itu,
untuk mengatasi kesulitan dalam menentukan kelompok kontrol dalam penelitian, maka dikembangkan
desain quasi experimental. Desain eksperimen model ini diantaranya sebagai berikut:

1) Time series design
Dalam desain ini kelompok yang digunakan untuk penelitian ini tidak dapat dipilih secara random.

Sebelum diberi perlakuan, kelompok diberi pretest sampai empat kali dengan maksud untuk mengetahui
kestabilan dan kejelasan keadaan kelompok sebelum diberi perlakuan. Bila hasil pretest selama empat kali
ternyata nilainya berbeda- beda, berati kelompok tersebut keadaannya labil, tidak menentu, dan tidak
konsisten. Setelah kestabilan keadaan kelompok dapat diketahui dengan jelas, maka bari diberi
treatment/perlakuan. Desain penelitian ini hanya menggunakan satu kelompok saja, sehingga tidak
memerlukan kelompok kontrol.
2) Nonaquivalent control group design

Desain ini hampir sama dengan pretest-posttest control group design, hanya pada desain ini
kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol tidak dipilih secara random. Dalam desain ini, baik
kelompok experimental maupun kelompok kontrol dibandingkan, kendati kelompok tersebut dipilih dan
ditempatkan tanpa melalui random. Dua kelompok yang ada diberi pretest, kemudian diberikan perlakuan,
dan terakhir diberikan postest.
3) Conterbalanced design

Desain ini kelompok menerima semua perlakuan, hanya dalam urutan perlakuan yang berbeda-
beda, dan dilakukan secara random.

Jenis Penelitian Deskriptif dan Penelitian Eksperimen | 49

METODOLOGI PENELITIAN

d. Factorial Experimental
Penelitian eksperimen selalu melibatkan dua atau lebih variabel bebas (sekurang-kurangnya satu yang

dimanipulasi). Desain faktorial secara mendasar menghasilkan ketelitian desain true-eksperimental dan
membolehkan penyelidikan terhadap dua atau lebih variebel, secara individual dan dalam interaksi satu sama
lain. Tujuan desain ini adalah untuk menentukan apakah efek suatu variabel eksperimental dapat
digeneralisasikan lewat semua level dari suatu variabel eksperimen tersebut khusus untuk level khusus dari
variabel kontrol, selain itu juga dapat digunakan untuk menunjukkan hubungan yang tidak dapat dilakukan
oleh desain eksperimen variabel tunggal (Jaedun, 2011).
6. Langkah-Langkah Penelitian Eksperimen

Langkah-langkah dalam penelitian eksperimen pada dasarnya hampir sama dengan penelitian lainnya.
Menurut Gay (1982) langkah-langkah dalam penelitianeksperimen yang perlu ditekankan adalah sebagai
berikut.

a. Adanya permasalahan yang signifikan untuk diteliti.
b. Pemilihan subjek yang cukup untuk dibagi dalam kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
c. Pembuatan atau pengembangan instrumen.
d. Pemilihan desain penelitian.
e. Eksekusi prosedur.
f. Melakukan analisis data.
g. Memformulasikan simpulan.

Langkah-langkah pokok penelitian eksperimen meliputi:
a. Lakukan telaah kepustakaan yang berhubungan dengan permasalahan.
b. Identifikasi dan definisikan masalahnya.
c. Rumuskan hipoteisis, tentukan faktor-faktor yang berpengaruh, dan definisikan istilah-istilah pokok dan

variabel-varibel penelitiannya.
d. Susun rencana eksperimennya:

1) Identifikasi seluruh variabel non-eksperimental yang mungkin mengkontaminasi eksperimen dan
tentukan bagaimana untuk mengontrol variabel tersebut.

2) Pilihlah rancangan penelitiannya.
3) Pilihlah sampel dari subyek yang representatif bagi populasi, tentukan subyek untuk kelompok kontrol

dan tentukan kelompok-kelompok perlakuan eksperimen.
4) Pilih atau susun dan validasi instrumen yang akan digunakan untuk mengukur hasil eksperimen
5) Rancangkan prosedur pengumpulan data dan kemungkinan melakukan pilot atau uji coba untuk

menyempurnakan instrumen atau rancangan.
6) Rumuskan hipotesis statistik atau hipotesis nolnya.
e. Lakukan eksperimen
f. Aturlah/susun data mentah yang diperoleh, dengan tujuan pengaturan data tersebut akan menghasilkan

kesimpulan paling baik terhadap efek yang diperkirakan akan ada.
g. Terapkan uji signifikansi untuk menentukan taraf kepercayaan terhadap hasil peneltian .
h. Buatlah interpretasi terhadap hasil pengujian tersebut, berikan diskusi, dan buatlah laporannya

(Suryabrata, 2004)

Jenis Penelitian Deskriptif dan Penelitian Eksperimen | 50

METODOLOGI PENELITIAN

RINGKASAN

Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang berusaha mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa yang
terjadi pada saat sekarang atau masalah aktual. Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat
deskripsi, gambaran, atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta
hubungan antar fenomena yang diselidiki. Penelitian eksperimen merupakan penelitian yang dilakukan dengan
melakukan manipulasi yang bertujuan untuk mengetahui akibat manipulasi terhadap perilaku individu yang
diamati.

Analisis data yang dilakukan pada penelitian deskriptif antara lain uji validitas dan reliabilitas, analisis
deskriptif, pengujian hipotesis. Jenis-jenis penelitian deksriptif antara lain penelitian survei, korelasional, studi
kasus, pengembangan, lanjutan, analisis dokumen, Ex post facto. Karekteristik dalam penelitian eksperimen,
anatara lain: variabel bebas yang dimanipulasi, variabel kontrol, dan observasi langsung oleh peneliti.
Penelitian eksperimen terdiri dari 3 macam, yaitu praeksperimen, eksperimen murni, dan eksperimen semu.

Jenis Penelitian Deskriptif dan Penelitian Eksperimen | 51

METODOLOGI PENELITIAN

EVALUASI DIRI

A. Pilihan Ganda
1. Berikut yang bukan merupakan perumusan masalah yang bersifat deskriptif adalah ….

A. Apakah ada perbedaan pandangan antara siswa/i SMA di kawasan pedesaan dengan siswa/i di kota
mengenai penghayatan Pancasila?

B. Bagaimanakah berlangsungnya interakasi dalam komunitas penggiat pelestarian lingkungan di
Jakarta?

C. Bagaimanakah pola interaksi antara siswa/i kelas X dan kelas XII di SMA Harapan Mandiri?
D. Apakah faktor penyebab kemiskinan di Desa Sukamiskin, Kecamatan Sukasusah?
E. Bagaimanakah kehidupan keluarga nelayan di Desa Sukalaut
2. Penelitian menghasilkan pemahaman yang mendalam mengenai suatu fenomena sosial, menjelaskan
mengapa fenomena terjadi dan bagaimana penerimaan masyarakat terhadap fenomena. Penelitian yang
dimaksud adalah ….
A. Kualitatif
B. Deskriptif
C. Eksplorasi
D. Eksplanasi
E. Kuantitatif
3. Sekelompok siswa memutuskan untuk meneliti masalah kriminalitas di daerahnya. Untuk mendapatkan
data penelitiannya, mereka mendatangi kantor polisi setempat dan mengambil data kasus kriminalitas yang
terjadi. Berdasarkan cara memperolehnya, data yang diperoleh tergolong jenis ….
A. Primer
B. Kontinum
C. Sekunder
D. Kualitatif
E. Kuantitatif
4. Peneliti yang mencoba untuk mencermati secara mendalam dan menyeluruh, pegumpulan data meliputi
pengalaman masa lampau dan keadaan lingkungan subyek sekarang, dan kasus meliputi individu dan unit
sosial merupakan jenis penelitian ….
A. Survei
B. Korelasional
C. Studi Kasus
D. Lanjutan
E. Pengembangan
5. Perbandingan akurasi tembakan tangan kiri, tangan kanan, dan kedua tangan anggota UKM Bola basket
ULM merupakan contoh dari penelitian ….
A. Ex Post Facto
B. Analisis Dokumen
C. Lanjutan
D. Pengembangan
E. Studi Kasus
6. Variabel yang tidak dengan sengaja dilakukan tetapi dapat memengaruhi hasil eksperimen disebut ….
A. Variabel lain
B. Variabel bebas

Jenis Penelitian Deskriptif dan Penelitian Eksperimen | 52

METODOLOGI PENELITIAN

C. Variabel eksperimental
D. Variabel noneksperimental
E. Treatment variabel
7. Penelitian eksperimen merupakan salah satu desain penelitian kuantitatif. Berikut merupakan inti dari
desain penelitian eksperiman, kecuali ….
A. Adanya pelaku
B. Adanya kelompok eksperimen
C. Adanya data sebelum eksperimen
D. Adanya kelompok pembanding
E. Semua Jawaban benar
8. Penelitian eksperimen bertujuan untuk ….
A. Meneliti pengaruh dari suatu perlakuan tertentu terhadap gejala suatu kelompok
B. Meneliti berbagai data dari berbagai variabel
C. Mencari solusi terhadap permasalahan objek yang diteliti
D. Menemukan kebenaran suatu penelitian
E. Mendeskripsikan suatu objek
9. Jika peneliti melakukan penelitian untuk meneliti kemungkinan adanya hubungan sebab-akibat diantara
variabel-variabel dengan cara menghadapkan kelompok eksperimental pada beberapa macam kondisi
perlakuan dan membandingkan akibat (hasil) nya dengan satu atau lebih kelompok kontrol yang tidak
dikenai perlakuan. Maka Jenis penelitian yang dilakukan peneliti ialah ….
A. Penelitian deskriptif
B. Penelitian praeksperimen
C. Penelitian eksperimen murni
D. Penelitian eksperimen semu
E. Penelitian eksperimen
10. Meskipun antara penelitian eksperimen dan penelitian tindakan kelas memiliki kesamaan dimana
dilakukan secara langsung di lapangan, namun keduanya berbeda. Berikut merupakan ciri utama dari
penelitian tindakan kelas dari penelitian eksperimen ….
A. Bertujuan menemukan pengetahuan baru yang dapat diberlakukan secara meluas (generalizable)
B. Melakukan penelitian berdasarkan instrumen yang dirancang
C. Suatu penelitian yang berusaha melihat hubungan sebab akibat dari satu atau lebih variabel independen

dengan satu atau lebih variabel kontrol
D. Bertujuan untuk memperbaiki kondisi (kelembagaan), kelompok, atau program tertentu
E. Semua jawaban benar

B. Essay
1. Apa perbedaan survei deskriptif dengan penelitian kualitatif yang juga memiliki persamaan deskriptif?
2. Bagaimana jika ada responden yang asal-asalan dalam menjawab kuesioner? Apa pengaruhnya terhadap

data survei?
3. Jelaskan faktor-faktor yang dapat mengancam validitas internal suatu hasil penelitian eksperimen?
4. Dalam sebuah penelitian diperoleh suatu hubungan antara tingkat penjualan es krim dan tingkat kejadian

tenggelamnya wisatawan di pantai. Tingkat penjualan es krim naik pesat bersamaan dengan naiknya
jumlah wisatawan pantai yang tenggelam. Secara teoritis, hal ini tidak memiliki dasar dan dapat diduga
kuat telah terjadi hubungan yang bersifat spurious. Dalam kenyataannya mungkin saja terdapat variabel

Jenis Penelitian Deskriptif dan Penelitian Eksperimen | 53

METODOLOGI PENELITIAN

lain yang mampu menjelaskan. Misalnya variabel tingkat suhu udara pada saat itu. Suhu udara yang panas
membuat wisatawan bergerak ke pantai untuk berenang. Suhu udara yang panas juga membuat konsumsi
terhadap es krim meningkat. Suhu udara yang panas merupakan faktor lain yang tersembunyi atau disebut
sebagai confounding variabel. Jelaskan dengan komprehensif upaya yang dapat dilakukan seorang periset
eksperimental untuk mengurangi dan meghindari efek spurious!

C. UMPAN BALIK
Cocokkan hasil jawaban Anda dengan kunci jawaban tes formatif dan hitunglah jumlah jawaban Anda

yang benar. Gunakanlah rumus di bawah ini untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda dalam materi kegiatan
belajar di atas.

Tingkat Penguasaan = %


Arti tingkat penguasaan yang Anda capai:
90% - 100% = Baik Sekali
80% - 89% = Baik
70% - 79% = Sedang
< 70% = Kurang

Jenis Penelitian Deskriptif dan Penelitian Eksperimen | 54

METODOLOGI PENELITIAN

BAB 4

IDENTIFIKASI PERUMUSAN MASALAH DAN

PENYUSUNAN HIPOTESIS PENELITIAN

CAPAIAN PEMBELAJARAN:

1. Mampu menjelaskan apa itu identifikasi perumusan masalah;

2. Mampu menjelaskan apa itu rumusan masalah;

3. Mampu memaparkan apa saja sumber-sumber masalah;
4. Mampu menjelaskan apa itu hipotesis dan bagaimana penyusunan hipotesis penelitian.

DESKRIPSI

Penelitian merupakan salah satu unsur penting dalam kehidupan, terutama bagi mahasiswa tingkat akhir

untuk memenuhi persyaratan kelulusan dari jenjang yang diambilnya, baik berupa skripsi, thesis, maupun

disertasi. Sebelum memulai sebuah penelitian, diperlukan beberapa tahapan. Hal ini sesuai dengan pengertian

penelitian ilmiah itu sendiri yaitu menjawab masalah secara sistematis. Sebelum masuk ke tahap yang lebih

jauh, diperlukan identifikasi perumusan masalah dan dilanjutkan dengan penyusunan hipotesis. Permasalahan

dalam sebuah penelitian merupakan hal yang harus ada sebelum menyusun proposal penelitian. Sebuah

permasalahan dapat diperoleh dari berbagai bidang mana saja dalam kehidupan sehari hari, terutama dalam

bidang pendidikan. Ada beberapa sumber untuk mendapatkan permasalahan, diantaranya: pengamatan

kegiatan manusia, pengamatan terhadap alam sekitar, dari bacaan, ulangan serta perluasan penelitian, cabang

studi yang sedang dikembangkan, catatan dan pengalaman pribadi, praktik serta keinginan masyarakat, bidang

spesialisasi, pelajaran yang sedang diikuti, diskusi-diskusi ilmiah dan perasaan intuisi.

Tahap selanjutnya penyusunan atau perumusan hipotesis. Hipotesis merupakan elemen terpenting dalam

sebuah penelitian. Menurut Arikunto (1997) terdapat tiga alasan utama pentingnya sebuah hipotesis dalam

penelitian yaitu hipotesis dapat dikatakan sebagai piranti kerja teori, hipotesis dapat diuji dan ditunjukkan

kemungkinan benar atau tidak benar atau difalsifikasi dan hipotesis adalah alat yang besar dayanya untuk

memajukan pengetahuan karena membuat ilmuwan dapat keluar dari dirinya sendiri.

Bagian bab 4 ini kita akan mempelajari tentang menemukan perumusan masalah dan hipotesis yang

tepat. Perumusan masalah sendiri sebenarnya bisa datang dari mana saja, namun kadang sulit untuk

menentukan topik yang tepat. Sedangkan perumusan hipotesis setidaknya harus mengacu pada kriteria

perumusan hipotesis, bagaimana jenis-jenis hipotesis dalam penelitian, maupun pemahaman tentang penelitian

tanpa menggunakan hipotesis. Selain itu peneliti juga harus bisa menguji hipotesis yang telah dirumuskan

tersebut.

KATA-KATA KUNCI

Rumusan Masalah Situasi Praktis

Hipotesis Pengalaman Pribadi

Observasi Hipotesis Nol

Deduksi dari Teori Hipotesis Alternatif

Masalah Sosial Hipotesis Kerja

Identifikasi Perumusan Masalah dan Penyusunan Hipotesis Penelitian | 55

METODOLOGI PENELITIAN

A. IDENTIFIKASI PERUMUSAN MASALAH
Identifikasi permasalahan dalam sebuah penelitian adalah pernyataan singkat dari permasalahan yang

akan diselesaikan atau yang akan dipecahkan, identifikasi perumusan masalah juga merupakan bagian dari
intisari latar belakang masalah. Dari beberapa masalah yang mungkin akan dibahas, maka ditentukan pokok
dari permasalahan yang akan menjadi satu fokus dalam penelitian. Rumusan pokok masalah biasanya
diutarakan melalui kalimat tanya, pencarian sebuah masalah bertumpu pada masalah pokok yang terkandung
pada bagian latar belakang masalah. Karena identifikasi masalah ini bersifat pengulangan dari latar belakang,
maka isi tersebut dapat diintisarikan dari latar belakang masalah. Bentuk identifikasi perumusan masalah dapat
terbagi menjadi 2 yaitu a) identifikasi masalah untuk penelitian terapan; b) identifikasi masalah untuk
penelitian dasar.

Tujuannya agar identifikasi masalah yang didapatkan matang.
a. Memahami teori, fakta, dan ide tentang bidang atau topik tertentu yang dipilih peneliti. Peneliti harus

mengetahui penelitian dalam bidang tersebut dengan cara mengulas literature;
b. Menumbuhkan keingintahuan agar peneliti mempunyai minat untuk meneliti topik atau masalah

tertentu;
c. Kehidupan dan hubungan yang dibangun oleh penelitian harus terkait dengan kemajuan teknologi.

Artinya, peneliti harus melek perkembangan teknologi dan informasi;
d. Pengetahuan dan peneliti harus diperoleh melalui jurnal, majalah, dan buku baru;
e. Peneliti dapat menyusun survei saran untuk penelitian lebih lanjut yang diberikan pada akhir laporan

penelitian dan tinjauan proyek penelitian.
Sumber untuk mendapatkan bahan identifikasi masalah yaitu:
a. Membaca berbagai literatur;
b. Mengikuti seminar-seminar;
c. Melakukan pengamata-pengamatan terhadap situasi dan keadaan sekitar;
d. Memikirkan kemungkinan-kemungkinan permasalahan yang akan terjadi;
e. Melakukan penelitian-penilitian kecil;
f. Mengumpulkan bahan-bahan penilitian.
Langkah-langkah mengidentifikasi permasalahan
1. Identifikasi masalah secara umum
Untuk melakukan lebih dalam lagi, maka diperlukan masalah yang lebih umum untuk melakukan yang
lebih spesifik. Seperti halnya untuk menarik permasalahan secara luas, selanjutnya melakukan persempitan
masalah yang akan merujuk pada permasalahan yang akan diteliti.
2. Memahami permasalahan
Cara terbaik untuk memahami masalah adalah melakukan diskusi. Jadi berdiskusilah dengan orang-orang
yang memiliki pengetahuan yang baik perihal masalah yang di teliti
5. Mengumpulkan literatur
Kumpulkan semua penelitian terkait dengan masalah akan dikaji dengan langkah ini akan membantu
untuk mempersempit masalah, mengidentifikasi kesenjangan penelitian, memberikan ide-ide baru di bidang
terkait, dan menentukan desain penelitian
4. Mengembangkan ide-ide melalui diskusi
Diskusi selalu menghasilkan informasi yang bermanfaat. Berbagai ide baru dapat dikembangkan.
Sehingga identifikasi masalah yang kamu lakukan pun semakin dalam. Peneliti harus mendiskusikan
masalahnya dengan rekan dan orang lain yang memiliki pengalaman yang cukup di bidang yang sama atau
setidaknya pernah menangani masalah yang sama.

Identifikasi Perumusan Masalah dan Penyusunan Hipotesis Penelitian | 56

METODOLOGI PENELITIAN

5. Menyusun ulang permasalahan
Setelah melakukan beberapa tahapan, ini adalah tahap terakhir yaitu menyusun kembali permasalahan

yang akan dikaji. Setelah melakukan tahapan-tahapan akan banyak menemukan hal baru ataupun informasi
dan data dari apa yang akan dikaji, pada tahap inilah yang akan merujuk untuk identifikasi permaslaahan yang
akan dikaji.

B. RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah adalah pertanyaan pada penelitian, yang pada umunya disusun dalam bentuk kalimat

tanya. Pertanyaan-pertanyaan tersebut akan menjadi arah sebenarnya penelitian yang akan dikaji, masalah
yang dipilih harus “researchable” yang artinya masalah tersebut dapat diselidiki. Masalah perlu dirumuskan
secara jelas, karena dengan perumusan masalah yang jelas, maka peneliti diharapkan dapt mengetahui variabel-
variabel yang akan diteliti yang sesuai dengan tujuan dari penelitian. Perumusan masalah yang jelas maka akan
jadi penuntun untuk langkah-langkah yang selanjutnya.

Hal yang perlu diperhatikan dalam perumusan masalah yaitu:
a. Rumusan masalah hendaknya singkat dan bermakna.
b. Rumusan masalah berupa kalimat tanya, maka akan lebih tepat apabila dirumuskan dalam bentuk

pertanyaan.
c. Rumusan masalah harus jelas dan konkrit, akan memungkinkan para peneliti untuk dapat menjawab

pertanyaan-pertanyaan yang akan diteliti.
d. Masalah dapat dirumuskan secara operasional, maka akan dapat memungkinkan peneliti memahami

variabel-variabel yang akan diteliti.
e. Rumusan masalah hendaknya dapat memberikan petunjuk, untuk membantu pengumpulan data

dilapangan untuk menjawab dari pertanyaan yang ada.
f. Perumusan masalah harus dibatasi ruang lingkupnya, agar lebih mudah untuk penarikan suatu simpulan

yang tegas.

C. SUMBER-SUMBER MASALAH
Masalah dapat di peroleh dari berbagai hal. Banyak sekali contohnya, misalnya saja kita ambil pada

masalah yang sering kita hadapi dalam kehidupan sehari-hari. Seperti kesulitan di sekolah atau di universitas.
Baik yang dialami guru/dosen atapun muridnya. Sebagai contoh, adanya kesulitan dalam mempelajari suatu
materi, kurangnya informasi mengenai tata cara pengajaran disekolah, kurangnya kreativitas siswa/mahasiswa
dalam pembelajaran, semua hal itu dapat menjadi masalah.

Menurut Arikunto (1998) masalah dapat diperoleh dari kehidupan sehari-hari karena menjumpai hal-hal
yang aneh atau didorong oleh keinginan meningkatkan hasil kerja apa saja. Masalah juga dapat di peroleh dari
membaca buku. Dapat juga masalah diberi oleh orang lain. Akan tetapi yang paling baik apabila datang dari
diri sendiri karena di dorong oleh kebutuhan memperoleh jawabannya. Sedangkan menurut Nasir (1993)
sumber masalah dapat pula di peroleh dari pengamatan kegiatan manusia, pengamatan terhadap alam sekitar,
dari bacaan, ulangan serta perluasan penelitian, cabang studi yang sedang dikembangkan, catatan dan
pengalaman pribadi, praktik serta keinginan masyarakat, bidang spesialisasi, pelajaran yang sedang diikuti,
diskusi-diskusi ilmiah dan perasaan intuisi.

Masalah dapat berasal dari berbagai sumber, menurut James H. MacMillan dan Schumacher dalam
(Hadjar, 1996) masalah dapat bersumber dari observasi, dedukasi dari teori, ulasan kepustakaan, masalah
sosial yang sedang terjadi, situasi praktis dan pengalaman pribadi. Masing-masing dapat dijelaskan sebagai
berikut:

Identifikasi Perumusan Masalah dan Penyusunan Hipotesis Penelitian | 57

METODOLOGI PENELITIAN

1. Observasi
Observasi merupakan sumber yang kaya masalah penelitian. Kebanyakan keputusan praktis didasarkan

atas praduga tanpa didukung oleh data empiris. Masalah penelitian dapat diangkat dari hasil observasi terhadap
hubungan tertentu yang belum mempunyai dasar penjelasan yang memadai dan cara-cara rutin yang dalam
melakukan suatu tindakan didasarkan atas otiritas atau tradisi.
2. Dedukasi dari teori

Teori merupakan konsep-konsep yang masih berupa prinsir-prinsip umum yang penerapannya belum
dapat diketahui selama belum diuji secara empiris.
3. Kepustakaan

Hasil penelitian mungkin memberikan rekomendasi perlunya dilakukan penelitian ulang (replikasi) baik
dengan atau tanpa variasi. Replikasi dapat meningkatkan validitas hasil penelitian dan kemampuan untuk
digeneralisasikan lebih luas. Laporan penelitian sering juga menyampaikan rekomendasi kepada peneliti lain
tentang apa yang perlu diteliti lebih lanjut. Hal ini juga menjadi sumber untuk menentukan masalah yang
menentukan masalah yang perlu diangkat untuk diteliti.
4. Masalah sosial

Masalah sosial dapat pula menjadi sumber masalah penelitian. Misalnya: seringnya menjadi perkelahian
siswa antar sekolah dapat memunculkan pertanyaan tentang efektivitas pelaksanaan pendidikan moral dan
agama serta pembinaan sikap disiplin. Banyaknya pengangguran lulusan perguruan tinggi menimbulkan
pertanyaan tentang kesesuaian kurikulum dengan kebutuhan masyarakat.
5. Situasi praktis

Dalam pembuatan keputusan tertentu, sering mendesak untuk dilakukan penelitian evaluatif. Hasil
sangat diperlukan untuk dijadikan dasar pembuatan keputusan lebih lanjut.
6. Pengalaman pribadi

Pengalaman pribadi sebagai sumber masalah penelitian berkaitan dengan sejarah perkembangan dan
kehidupan dengan sejatah perkembangan dan kehidupan pribadi atau profesional.

D. PENYUSUNAN HIPOTESIS PENELITIAN
1. Pengertian Hipotesis

Secara etimologis kata hipotesis itu terbentuk dari dua kata, yaitu hypo dan thesis. Hypo berarti kurang
dan thysis berarti pendapat, kedua kata itu kemudian digunakan secara bersama menjadi hypothesis dan
penyebutannya dalam dialek bahasa Indonesia menjadi hipotesa. Kemudian berubah menjadi hipotesis yang
maksudnya adalah suatu kesimpulan yang masih kurang atau kesimpulan yang masih belum sempurna, yang
perlu disempurnakan dengan membuktikan kebenaran hipotesis itu melalui penelitian, pembuktian itu hanya
dapat dilakukan dengan menguji hipotesis itu secara empirik atau dengan data dilapangan.

Hipotesis adalah jawaban sementara yang hendak diuji kebenarannya melalui penelitian, dikatakan
sebagai jawaban sementara karena hipotesis pada dasarnya merupakan jawaban dari permasalahan yang telah
dirumuskan dalam perumusan masalah, sedangkan kebenaran yang sesungguhnya dari hipotesis itu perlu diuji
secara empiric melalui analisis data di lapangan, tidak semua penelitian memerlukan hipotesis. Penelitian yang
bersifat eksploratif dan deskriptif tidak memerlukan hipotesis. Hipotesis hanya diperlukan dalam penelitian
kuantitatif, sebaliknya penelitian kualitatif tidak memerlukan hipotesis.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hipotesis merupakan suatu kesimpulan sementara yang
belum final; suatu jawaban sementara; suatu dugaan sementara; yang merupakan konstruk peneliti terhadap
maslah penelitian, yang menyatakan hubungan antara dua atau lebih variabel.

Identifikasi Perumusan Masalah dan Penyusunan Hipotesis Penelitian | 58

METODOLOGI PENELITIAN

2. Kegunaan Hipotesis
Nazir (2005) sebagaimana dikutip oleh Supriyanto dan Djohan menyebutkan kegunaan hipotesis itu

adalah:
a) Memberikan batasan serta memperkecil jangkauan penelitian dan pekerjaan penelitian.
b) Menyiagakan peneliti pada kondisi fakta dan hubungan antar fakta, yang kadangkala hilang begitu saja
tanpa perhatian peneliti.
c) Sebagai alat sederhana dalam memfokuskan fakta yang berceraiberai tanpa koordinasi kedalam suatu
kesatuan penting dan menyeluruh.
d) Sebagai panduan dalam pengujian serta penyesuaian dengan fakta dan antar fakta.

3. Kriteria Hipotesis Yang Baik
Hipotesis yang baik akan sangat membantu peneliti dalam melaksanakan penelitian, karena dapat

dijadikan pedoman untuk melaksakan langkah-langkah penelitian selanjutnya. Hipotesis yang baik itu ditandai
oleh kriteria berikut ini:

a) Dinyatakan dalam kalimat yang jelas, sehingga tidak menimbulkan multi tafsir atau pengertian yang
berbeda diantara para pembaca. Misalnya Peningkatan upah (gaji) berpengaruh positif terhadap
peningkatan kinerja. (hipotesis ini jelas), tetapi kalau kalimatnya Peningkatan upah (gaji) mempunyai
pengaruh yang kurang berarti terhadap kinerja karyawan, maka hipotesis ini menjadi tidak jelas, karena
bertentangan dengan logika.

b) Dapat diuji secara ilmiah. Maksudnya hipotesis yang dirumuskan itu benar-benar memenuhi prosedur
dan syarat-syarat yang ditentukan secara keilmuan. Misalnya Peningkatan upah (gaji) berpengaruh
positif terhadap peningkatan kinerja karyawan dari pengalaman selama ini hal ini bisa dibuktikan.

c) Dasar yang kuat dalam merumuskan hipotesis, suatu hipotesis dikatakan baik apabila memiliki dasar
yang kuat dalam merumuskannya. Dasar yang kuat disini adalah terdiri: teori ilmu pengetahuan yang
ada dalam buku (literatur), hasil (temuan) penelitian terdahulu yang ada dalam jurnal yang di referensi,
penelitian pendahuluan (small research), dan setidaknya kalau tidak ada juga tiga jenis yang dijadikan
dasar tersebut bisadigunakan logika (akal sehat) meskipun ada kelemahannya karena tidak bisa lepas
dari subyektivitas.

4. Ciri-ciri Hipotesis yang Tajam
Sebuah hipotesis yang tajam memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

a) Merupakan hubungan antara dua variabel atau lebih. Disini harus ditegaskan mana variabel yang bebas,
mana variabel yang terikat dan variabel antara serta variabel penekan

b) Disusun dengan jelas menggunakan kalimat deklaratif. Kalimat deklaratif adalah kalimat pernyataan.
Sehingga hipotesa harus dinyatakan dalam bentuk statemen/ pernyataan dan tidak boleh dalam bentuk
pertanyaan.

c) Menyatakan sesuatu yang mungkin terjadi. Karena akan digunakan sebagai pedoman dalam rangka
mencapai tujuannya, maka hipotesis harus berisi sesuatu yang mungkin dapat dijalankan.

d) Mampu menjelaskan kenyataan yang menjadi masalah utama. Disini hipotesis akan berusaha
memecahkan suatu persoalan melalui hal-hal yang menjadi pokok masalahnya.

e) Harus dapat diuji dengan data yang ada. Jadi hipotesis harus dapat dioperasionalkan denga menggunakan
data-data yang tersedia.
Moch Nazir (2013) menyatakan hal yang senada, bahwa ciri-ciri hipotesi yang baik yaitu:

a) Harus menyatakan hubungan
b) Harus sesuai dengan fakta
c) Harus berhubungan dengan ilmu, serta sesuai dengan tumbuhnya ilmu pengetahuan

Identifikasi Perumusan Masalah dan Penyusunan Hipotesis Penelitian | 59

METODOLOGI PENELITIAN

d) Harus dapat diuji
e) Harus sederhana
f) Harus menerangkan fakta.

Kita dapat membedakan antara apa yang disebut hepotesa mayor dan hipotesa minor. Hipotesa mayor,
sebagai mana istilahnya sendiri sudah menunjukkan adalah hipotesa induk yang menjadi sumber daripada
anak-anak hipotesa. Hipotesa yang akhir ini kita sebut hipotesa minor. Hipotesa minor, disebabkan karena
hakekatnya dijabarkan dari hipotesa mayor, harus sejalan benar dengan hipotesa induknya. Dengan begitu tiap
pengetasan terhadap suatu hipotesa minor berarti juga merupakan pengetesan sebagian dari hakekat hipotesa
mayor. Barangkali dengan beberapa contoh apa yang dimaksudkan dengan uraian itu dapat menjadi agak lebih
jelas.

Hipotesis–hipotesis selalu merupakan petunjuk, jalan bagi kegiatan-keiatan dalam perencanaan pola-
pola risetnya (desain penelitian), dimana data yang akan dikumpulkan, teknik analisa, dan arah
penyimpulannya. Misalnya saja jika hipotesa tentang janji hadiah terhadap kegiatan belajar akan diselidiki
oleh metode eksperimen, maka penyelidik harus menyediakan dua kelompok subyek, yang satu diperlakukan
biasa (tanpa janji hadiah), sedang yang satunya diberi janji hadiah. Dengan melihat prestasi-prestasi dari
subyek-subyek dalam masing-masing kelompok akan dapat dinilai apakah janji hadiah memang benar-benar
menjadi faktor pendorong kegiatan belajar atau tidak
5. Sumber-sumber Hipotesis

Menemukan suatu hipotesis memerlukan kemampuan si peneliti dalam mengaitkan masalah-masalah
dengan varaiabel-variabel yang dapat diukur dengan menggunakan suatu kerangka analisis yang dibentuknya.
Mengggali dan merumuskan hipotesis mempunyai seni tersendiri. Si peneliti harus sanggup memfokuskan
permasalahan sehingga hubungan-hubungan yang terjadi dapat diterka. Sumber-sumber untuk menggali
hipotesis dapat diperoleh dari:

a) Dari peneliti sendiri yaitu dari sumber pengetahuan umum peneliti mengenai bidang yang akan
ditelitinya

b) Dari teori dan konsepsi, teori-teori dan konsep-konsep yang sudah ada lalu dikendalikan sedemikian
rupa sehingga dapat dibentuk suatu hipotesis penelitian

c) Hasil penelitian terdahulu yaitu hasil-hasil penelitian yang sudah ada disusun kembali menjadi hipotesis
yang kemudian diuji kembali kebenarannya.
Sumber yang dapat menyebabkan tidak terbuktinya hipotesis:

a) Landasan teori, bila landasan teori yang digunakan sudah kadaluarsa, kurang valid atau kurang relevan
diterapkan maka hipotesisnya akan menjadi salah. Hal ini dapat terjadi karena peneliti salah dalam
memilih sumber bacaan atau kurang dalam membaca kepustakaan, sehingga tidak menetahui informasi
terakhir di bidang tersebut.

b) Kesalahan sampling, keadaan ini terjadi bila sample yang diambil tidak representatif. Baik karena terlalu
kecil atau kurang merata, sehingga tidak mencerminkan karakteristik dari populasi.

c) Kesalahan alat pengambil data, jika alat pengambil data tidak valid, maka hal yang benar akan terlihat
palsu, sedan yang palsu justru terlihat benar. Apabila keadaan ini terjadi maka hipotesis dengan
sendirinya menjadi tidak terbukti

d) Kesalahan perhitungan, meskipun metode dan rumus yang digunakan sudah benar, tapi kalau terjadi
kesalahan dalam menghitung akan menjadikan hipotesis salah, meskipun kebenaran hipotesis tersebut
sudah benar.

Identifikasi Perumusan Masalah dan Penyusunan Hipotesis Penelitian | 60

METODOLOGI PENELITIAN

e) Kesalahan rancangan penelitian, rancangan penelitian adalah semacam strategi dan pedoman untuk
menentukan langkah-langkah penelitian guna menguji hipotesis. Apabila rancangannya salah sudah
barang tentu hipotesisnya tidak terbukti.

f) Pengaruh varibel luaran, bila pengaruh variabel luaran terdapat data yang sangat kuat, sehingga data
yang dikumpulkan bukan data yang dimaksud, maka hipotesis tidak dapat terbukti.

6. Bentuk Hipotesis
Berdasarkan rumusannya bentuk hipotesis dapat dibagi menjadi:

a) Hipotesis tentang hubungan, yaitu pernyataan sementara tentang hubungan dua variabel atau lebih.
Hipotesis ini mendasari penelitian yang bersifat korelasi, misalnya: Semakin tinggi mutu layanan di
rumah sakit, maka semakin tinggi tingkat kepuasan pasien.

b) Hipotesis tentang perbedaan, yaitu pernyataan sementara yang menjelaskan adanya perbedaan antar
variabel tertentu disebabkan oleh adanya pengaruh variabel yang berbeda-beda. Hipotesis ini mendasari
penelitian yang bersifat komparatif.

c) Hipotesis nol (hipotesis pasif), dalam hipotesis nol (Ho) ada implikasi “tidak ada perbedaan” yang
diformulasikan untuk ditolak, Hipotesis ini biasanya diuji dengan statistika. Dengan menolak hipotesis
nol maka berarti menerima hipotesis alternatif (Ha) atau hipotesis satu (H1), hipotesis ini biasanya
digunakan dalam penelitian eksperimen. Bisa juga digunakan dalam penelitian ilmu sosial seperti:
sosiologi, pendidikan, kesehatan, antropologi, komunikasi, ekonomi, politik, dan lain-lain. Hipotesis ini
mempunyai bentuk dasar atau mempunyai stattement yang menyatakan tidak ada hubungan antara
variabel X dengan variabel Y yang akan diteliti atau variabel independen (X) tidak mempengaruhi
variabel dependen (Y). Untuk lebih jelasnya kita bisa memahaminya melalui contoh stattement berikut
ini.
1) Tidak ada hubungan antara sikap pemihakan jurnalistik dan kepemilikan suatu media dimana
jurnalis bekerja.
2) Tidak ada hubungan antara tingkat pelanggaran seksual dan meningkatnya kasus penyakit
HIV/AIDS di suatu negara.
3) Penegakkan disiplin di jalan raya tidak dipengaruhi oleh pemahaman pengendara kendaraan
bermotor di jalan raya.
Kemudian selain itu dapat pula kita lihat contoh rumusan hipotesis nol yang lain seperti berikut ini:
1) Ho: r = 0: Tidak ada perbedaan antara masyarakat berpendidikan tinggidengan masyarakat
berpendidikan rendah.
2) Ho: r = 0: Tidak terdapat korelasi antara tingkat pedidikan dengan tingkat kesejahteraan.
3) Ho: β = 0: Tidak terdapat pengaruh tingkat pendidikan terhadap tingkat kesejahteraan.

d) Hipotesis alternatif (Ha), hipotesis ini menyatakan adanya perbedaan, hubungan atau pengaruh antar
variabel tidak sama dengan nol. Hipotesis ini menyatakan terdapat perbedaan bila penelitiannya
komparatif, dan terdapat hubungan jika penelitiannya korelasional, terdapat pengaruh jika penelitiannya
kausal. Dengan kata lain terdapat perbedaan, hubungan atau pengaruh antar variabel yang merupakan
kebalikan dari hipotesis nol.
Contoh rumusan hipotesis alternatif:
Ha: r ≠ 0: Terdapat perbedaan tingkat kesejahteraan antara masyarakat berpendidikan tinggi dengan
masyarakat berpendidikan rendah.
Ha: r ≠ 0: Terdapat korelasi antara tingkat pendidikan dengan tingkat Kesejahteraan.
Ha: r ≠ 0: Terdapat pengaruh antara tingkat pendidikan terhadap tingkat Kesejahteraan.

Identifikasi Perumusan Masalah dan Penyusunan Hipotesis Penelitian | 61

METODOLOGI PENELITIAN

e) Hipotesis kerja atau disebut juga hipotesis aktif yang disingkat dengan (Hk). Hipotesis kerja ini biasanya
diuji untuk diterima. Dirumuskan oleh peneliti dalam desain penelitian non eksperimental, contoh
rumusan: Jika pekerjaan membuat rumah itu dikerjakan oleh tukang yang sudah terlatih, maka
kesalahannya relatif kurang, dengan adanya hipotesis kerja maka peneliti dapat bekerja lebih mudah dan
terarah.

f) Hipotesis common sense, hipotesis ini menyatakan hubungan keseragaman kegiatan terapan. Contoh
rumusan hipotesis “Semakin banyak tenaga kerja yang digunakan, semakin luas garapan yang dapat
diselesaikan”.
Kemudian berdasarkan arahnya dalam distribusi data, hipotesis dapat dibedakan menjadi:

a) Hipotesis terarah (directional hypothesis), hipotesis ini mengarah pada satu sudut pada distribusi datanya
(one tail test hypothesis). Dengan demikian hipotesis ini diuji dengan one tail hypothesis. Contoh:
Diduga pria lebih cepat stres dari pada wanita, jadi waktu yang dibutuhkan untuk stres bagi seorang pria
lebih sedikit (singkat) dari pada seorang wanita.

b) Hipotesis tidak terarah (non directional hypothesis), hipotesis ini mengarah kemana saja dari distribusi
data, Contoh: Diduga waktu untuk pria menjadi stress berbeda dengan wanita untuk menjadi stres, untuk
menguji ini digunakan two tail test.

7. Pengujian Hipotesis
Sebagaimana kita ketahui dalam penelitian kuantitatif seperti disebutkan diatas, bahwa hipotesis yang

diuji itu adalah hipotesis nol (Ho) atau disebut juga hipotesis statistik, dan banyak kalangan peneliti
berpendapat bahwa dalam banyak hal penelitian kuantitatif lebih matematis, lebih sistematik dari pada
penelitian kualitatif. Hal itu dimungkinkan oleh karena dalam penelitian kuantitatif pengukuran (pengujian)
hipotesisnya menggunakan metode statistik yang dikenal lebih banyak memiliki alat ukur yang obyektif.

Pengujian hipotesis dalam penelitian kuantitatif dengan metode statistik yang sudah terstandar, teruji
dalam pemakaiannya inilah yang menyebabkan hasil penelitian kuantitatif relatif lebih mendekati kebenaran
yang diharapkan. Dengan demikian orang akan lebih mudah menerima suatu penjelasan pengujian, sampai
sejauhmana hipotesis penelitian itu diterima atau ditolak. Misalnya dalam menentukan penerimaan dan
penolakan hipotesis nol, dapat dicontohkan penerapannya pada data penelitian terdistribusi dalam grafik kurva
normal seperti nampak dalam gambar berikut ini:

Gambar 4.1 Grafik Kurva Normal
Dari gambar tersebut kita dapat memahami peneliti berasumsi, bahwa kebenaran sebuah hipotesis
seperti diperlihatkan oleh kurva normal dalam gambar tersebut. Jika kita misalnya menentukan taraf
kepercayaan 95%, maka ada 5% taraf penolakannya yang tersebar didua ekor kurva tersebut yang masing-
masing memiliki taraf penolakan 2,5%. Daerah yang berada pada taraf kepercayaan adalah daerah yang disebut

Identifikasi Perumusan Masalah dan Penyusunan Hipotesis Penelitian | 62

METODOLOGI PENELITIAN

penerimaan hipotesis, sedangkan daerah yang ada di ekor kiri dan kanan kurva normal tersebut merupakan
daerah penolakan hipotesis, yang biasa disebut daerah signifikansi.
8. Penggunaan Hipotesis

Pada umumnya para peneliti beranggapan setiap penelitian kuantitatif menggunakan hipotesis.
Pendapat demikian boleh-boleh saja, namun perlu melihat pada kepentingannya. Misalnya pada penelitian
kuantitatif eksplanatif penggunaan hipotesis dianggap penting dan bahkan sangat penting, karena penelitian
kuantitatif eksplanatif ini berupaya menjelaskan secara rinci sampai dengan pembuktian hipotesisnya.
Sedangkan pada penelitian kuantitatif deskriptif penggunaan hipotesis tidak terlalu penting, karena dalam
penelitian kuantitatif deskriptif tidak bertujuan untuk menguji hipotesis, tetapi hanya mendeskripsikan atau
sekedar mengidentifikasi data.

Selain melihat kepada kepentingannya dalam menggunakan hipotesis, penggunaan hipotesis dalam
penelitian kuantitatif juga merupakan ciri khas, karena penelitian kuantitatif itu menggunakan sampel. Data
sampel ini setelah diolah dan dianalisis dengan metode statistik inferensil, kemudian hasilnya digunakan untuk
membuktikan hipotesis sehingga dapat diketahui sampai seberapa jauh hipotesis itu dapat diterima.
Penggunaan statistik inferensial disini memang dipilih sebagai alat pembuktian yang selama ini dinilai
akurasinya tidak diragukan. Hasil pembuktian hipotesis dengan metode statistik terhadap data sampel tadi
dapat digunakan untuk melakukan generalisasi kepada populasi penelitian itu.

Dengan demikian penggunaan hipotesis dalam penelitian kuantitatif yang mutlak menggunakan
hipotesis penelitian adalah penelitian kuantitatif yang mempunyai ciri-ciri:

a) Eksplanatif
b) Menggunakan sampel penelitian
c) Menggunakan pengujian statistik inferensial
d) Hasil pembuktian hipotesisnya perlu digeneralisasi, dari sampel ke populasi.

Sedangkan penelitian kuantitatif yang tidak mempunyai ciri-ciri seperti tersebut diatas tidak dituntut
menggunakan hipotesis.
9. Dasar–dasar Penyusunan Hipotesis

Meskipun hipotesis itu merupakan dugaan sementara, namun dalam penyusunannya harus mempunyai
dasar yang kuat. Beberapa dasar yang dapat digunakan untuk merumuskan hipotesis adalah:

a) Teori Ilmu Pengetahuan
Teori ilmu pengetahuan merupakan dasar yang paling kuat untuk dijadikan dasar perumusan

hipotesis karena merupakan pernyataan yang secara umum telah diakui kebenarannya. Misalnya: Teori
permintaan dan penawaran menyatakan bahwa “Penurunan harga akan meningkatkan pemintaan”. Jadi,
kalau kita melakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh harga terhadap penjualan, maka kita dapat
merumuskan hipotesisnya: “Harga berpengaruh negatif terhadap penjualan” (Dasar teori yang digunakan
teori permintaan dan penawaran).
b) Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu dengan tema yang sama atau relatif sama dapat digunakan sebagai acuan dalam
merumuskan hipotesis. Misalnya: Dalam penelitian terdahulu diperoleh kesimpulan bahwa upah (gaji)
mempunyai pengaruh yang lebih besar terhadap produktivitas karyawan dibandingkan dengan lingkungan
kerja. Berdasarkan hasil penelitian terdahulu itu dalam melaksanakan penelitian dengan tema yang sama
atau relatif sama, maka kita dapat merumuskan hipotesis yang menyatakan “Upah (gaji) lebih berpengaruh
terhadap produktivitas dibandingkan dengan lingkungan kerja”.
c) Penelitian Pendahuluan

Identifikasi Perumusan Masalah dan Penyusunan Hipotesis Penelitian | 63

METODOLOGI PENELITIAN

Antara penelitian terdahulu dengan penelitian pendahuluan itu berbeda. Penelitian terdahulu itu
adalah penelitian yang sudah pernah dilaksanakan. Sedangkan penelitian pendahuluan itu adalah penelitian
kecil (penelitian yang mengawali) atau sering disebut small research, seperti misalnya wawancara
pendahuluan dengan narasumber yang memahami permasalahan yang akan kita teliti. Penelitian
pendahuluan ini dapat kita gunakan untuk menjadi dasar perumusan hipotesis, apabila kita tidak ada
menemukan literatur (referensi) yang memuat teori-teori tentang masalah yang kita teliti dan juga kita
tidak menemukan penelitian terdahulu yang sudah dilakukan orang lain. Misalnya: Kita akan melakukan
penelitian tentang kualitas pelayanan rumah sakit pemerintah di suatu kota, kita sudah berupaya mencari
referenai laporan penelitian terdahulu (jurnal) tentang topik yang akan kita teliti itu, tetapi kita tidak ada
menemukan. Begitu pula misalnya kita tidak menemukan literatur yang berbicara tentang kualitas
pelayanan rumah sakit pemerintah, karena ketiadaan referensi itu maka kita bisa melakukan penelitian
pendahuluan (small research), seperti misalnya melakukan wawancara dengan sumber-sumber informasi
yang kita anggap kridibel seperti misal beberapa orang pasien yang pernah dirawat dirumah sakit
pemerintah dikota tempat kita melakukan penelitian. Berdasarkan tanggapan responden (beberapa orang)
yang pernah dirawat dirumah sakit pemerintah yang jumlahnya terbanyak kita dapat merumuskan hipotesis
“Pelayanan rumah sakit pemerintah terhadap pasien rawat inap masih belum memuaskan”.
d) Logika (Akal Sehat)

Bilamana kita tidak menemukan teori yang relevan didalam literatur, kemudian juga kita tidak
menemukan referensi dari hasil penelitian (jurnal) yang ada relevansinya, dan kemudian kita juga tidak
dapat melakukan penelitian pendahuluan (small research), maka kita bisa merumuskan hipotesis atas dasar
logika (akal sehat). Tetapi jangan lupa perumusan hipotesis yang didasarkan pada logika (akal sehat)
adalah rumusan hipotesis “yang paling lemah”, karena bagaimanapun juga rumusan berdasarkan logika
(akan sehat) ini masih memiliki subyektivitas yang tinggi.

Dengan demikian 4 alternatif yang bisa kita pilih untuk merumuskan hipotesis itu dapat kita gambarkan
sebagai berikut:

Gambar 4.2 Alternatif Merumuskan Hipotesis
Dari Gambar 4.2 tersebut, tampak bahwa bahwa permasalahan penelitian itu dapat kita ambil dari
kehidupan sehari-hari atau bisa juga kita ambil dari teori ilmu pengetahuan. Kemudian masalah yang sudah
kita temukan itu kita konfirmasikan dengan berbagai teori yang relevan, penelitian terdahulu, penelitian
pendahuluan (small research), dan logika (akal sehat) yang bisa kita gunakan bersama-sama, atau minimal kita
salah satu alternatif dari empat kemungkinan itu, dari langkah-langkah itu kemudian kita merumuskan
hipotesis penelitian.

Identifikasi Perumusan Masalah dan Penyusunan Hipotesis Penelitian | 64

METODOLOGI PENELITIAN

RINGKASAN

Permasalahan dalam sebuah penelitian merupakan hal yang harus ada sebelum menyusun proposal
penelitian. Berdasarkan masalah yang mungkin akan dibahas, maka ditentukan pokok dari permasalahan yang
akan menjadi satu fokus dalam penelitian. Rumusan pokok masalah biasanya diutarakan melalui kalimat tanya,
pencarian sebuah masalah bertumpu pada masalah pokok yang terkandung pada bagian latar belakang masalah.
Karena identifikasi masalah ini bersifat pengulangan dari latar belakang, maka isi tersebut dapat diintisarikan
dari latar belakang masalah. Bentuk identifikasi perumusan masalah dapat terbagi menjadi 2 yaitu a)
identifikasi masalah untuk penelitian terapan; b) identifikasi masalah untuk penelitian dasar.

Rumusan masalah adalah pertanyaan pada penelitian, yang pada umunya disusun dalam bentuk
kalimat tanya. Pertanyaan-pertanyaan tersebut akan menjadi arah sebenarnya penelitian yang akan dikaji,
masalah yang dipilih harus “researchable” yang artinya masalah tersebut dapat diselidiki. Masalah perlu
dirumuskan secara jelas, karena dengan perumusan masalah yang jelas, maka peneliti diharapkan dapt
mengetahui variabel-variabel yang akan diteliti yang sesuai dengan tujuan dari penelitian. Perumusan masalah
yang jelas maka akan jadi penuntun untuk langkah-langkah yang selanjutnya. Masalah dapat bersumber dari
observasi, dedukasi dari teori, ulasan kepustakaan, masalah sosial yang sedang terjadi, situasi praktis dan
pengalaman pribadi.

Hipotesis secara etimologis kata itu terbentuk dari dua kata, yaitu hypo dan thesis. Hypo berarti kurang
dan thysis berarti pendapat, kedua kata itu kemudian digunakan secara bersama menjadi hypothesis dan
penyebutannya dalam dialek bahasa Indonesia menjadi hipotesa. Kemudian berubah menjadi hipotesis yang
maksudnya adalah suatu kesimpulan yang masih kurang atau kesimpulan yang masih belum sempurna, yang
perlu disempurnakan dengan membuktikan kebenaran hipotesis itu melalui penelitian, pembuktian itu hanya
dapat dilakukan dengan menguji hipotesis itu secara empirik atau dengan data dilapangan.

Hipotesis yang baik memiliki ciri-ciri yaitu a) harus menyatakan hubungan; b) harus sesuai dengan fakta;
c) harus berhubungan dengan ilmu, serta sesuai dengan tumbuhnya ilmu pengetahuan; d) harus dapat diuji; e)
harus sederhana; dan f) harus menerangkan fakta. Hipotesis selalu merupakan petunjuk, jalan bagi kegiatan-
keiatan dalam perencanaan pola-pola risetnya (desain penelitian), dimana data yang akan dikumpulkan, teknik
analisa, dan arah penyimpulannya. Sumber untuk menggali hipotesis yaitu a) dari peneliti sendiri yaitu dari
sumber pengetahuan umum peneliti mengenai bidang yang akan ditelitinya; b) dari teori dan konsepsi, teori-
teori dan konsep-konsep yang sudah ada lalu dikendalikan sedemikian rupa sehingga dapat dibentuk suatu
hipotesis penelitian; dan c) hasil penelitian terdahulu yaitu hasil-hasil penelitian yang sudah ada disusun
kembali menjadi hipotesis yang kemudian diuji kembali kebenarannya.

Identifikasi Perumusan Masalah dan Penyusunan Hipotesis Penelitian | 65

METODOLOGI PENELITIAN

EVALUASI DIRI

A. Pilihan Ganda
1. Urutan yang ideal dalam melakukan perumusan masalah adalah ….

A. Mencari latar belakang masalah - identifikasi masalah - merumuskan masalah
B. Mencari pustaka terkait - merekapitulasi kumpulan masalah - merumuskan masalah
C. Identifikasi masalah - memfokuskan masalah - merumuskan masalah
D. Mencari masalah - menjelaskan masalah - merumuskan masalah
E. Memfokuskan masalah - identifikasi masalah - merumuskan masalah
2. Perhatikan beberapa metode dibawah ini:
1) Menguji kesimpulan
2) Menyusun hipotesis
3) Mengumpulkan keterangan
4) Merumuskan masalah
5) Menarik kesimpulan
6) Menguji hipotesis
Urutan tahapan metode ilmiah berikut ini yang benar adalah ….
A. 3-4-2-6-5-1
B. 3-2-6-4-5-1
C. 3-2-5-6-4-1
D. 4-3-2-6-5-1
E. 4-2-3-6-5-1
3. Perumusan masalah penelitian sangat berguna untuk dalam penelitian sebagai?
A. Menunjukkan adanya hubungan dua variabel atau lebih yang bersifat sejajar
B. Memberikan gambaran dan arahan bagi pelaksanaan penelitian
C. Menunjukkan adanya hubungan sebab akibat antardua variabel atau lebih
D. Menghubungkan suatu fenomena dengan fenomena lain
E. Pegangan dan pedoman bagi peneliti dalam menyusun instrumen
4. Literature riview yang kuat sangat dibutuhkan untuk mendukung permasalahan yang diungkapkan,
literature riview sangat penting dalam mendasari penelitian yang akan di lakukan. Di bawah ini yang
merupakan cakupan literature riview adalah ….
A. Tinjauan dari permasalahan pribadi yang sedang dihadapi
B. Tnjauan dari hasil-hasil penelitian lain yang berkaitan dengan masalah yang akan di teliti
C. Tinjauan teori yang berkaitan dengan permasalahan yang akan di teliti
D. B dan C benar
E. Semua benar
5. Sesuatu yang diperoleh dari pengamatan kehidupan sehari-hari, sering kita jumpai bahkan kita rasakan dan
dari literature yang dibaca biasanya akan menimbulkan sebuah ide. Jika di telisik lebih dalam, hal ini akan
membawa perubahan yang besar di masa mendatang. Berdasarkan uraian tersebut hal apakah yang
dimaksud ....
A. Penelitian
B. Sumber-sumber masalah dalam penelitian
C. Hipotesis
D. Tujuan penelitian
E. Abstrak penelitian

Identifikasi Perumusan Masalah dan Penyusunan Hipotesis Penelitian | 66

METODOLOGI PENELITIAN

6. Bentuk kalimat yang akan menjadi arah yang sebenarnya dari sebuah penelitian adalah ….
A. Kata pengantar
B. Latar belakang
C. Judul penelitian
D. Rumusan masalah
E. Tujuan penelitian

7. Sesuatu yang dapat di peroleh dari pengamatan kegiatan manusia, pengamatan terhadap alam sekitar, dari
bacaan, ulangan serta perluasan penelitian, cabang studi yang sedang dikembangkan, catatan dan
pengalaman pribadi, praktik serta keinginan masyarakat, bidang spesialisasi, pelajaran yang sedang diikuti,
diskusi-diskusi ilmiah dan perasaan intuisi. Berdasarkan uraian di atas hal apakah yang dimaksud?
A. Penelitian
B. Sumber-sumber masalah dalam penelitian
C. Hipotesis
D. Tujuan penelitian
E. Abstrak penelitian

8. Suatu praduga seseorang terhadap suatu kasus yang didasarkan pada telaah pustaka atau pengumpulan
disebut ….
A. Hipotesis
B. Analisis
C. Anatesi
D. Klasifikasi
E. Identifikasi

9. Merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah. Pada rumusan ini variabelnya sama tetapi
populasi atau sampelnya yang berbeda atau keadaan ini terjadi pada waktu yang tidak sama. Ini merupakan
definisi dari ….
A. Hipotesis komporatif
B. Hipotesis assosiatif
C. Hipotesis deskriptif
D. Hipotesis analitik
E. Tidak ada yang benar

10. Ada banyak manfaat dari hipotesis penelitian. Berikut manakah yang termasuk manfaat hipotesis
penelitian ….
A. Menjelaskan masalah penelitian
B. Menjelaskan variabel-variabel yang diuji
C. Pedoman memilih analisis data
D. Bahan menentukan jadwal penelitian
E. A, B dan C benar

B. Essay
1. Dalam merumuskan sebuah hipotesis, manakah yang lebih baik, hipotesissatu arah atau dua arah? Berikan

alasan.
2. Jelaskan beberapa pertimbangan dalam memilih masalah pada sebuah penelitian!
3. Apakah setiap penelitian memerlukan hipotesis.? dan apakah pada penelitian kuantitatif selalu

memerlukan hipotesis?
4. Bagaimana cara mengidentifikasi rumusan masalah yang baik dan tepat?

Identifikasi Perumusan Masalah dan Penyusunan Hipotesis Penelitian | 67

METODOLOGI PENELITIAN

C. UMPAN BALIK
Cocokkan hasil jawaban Anda dengan kunci jawaban tes formatif dan hitunglah jumlah jawaban Anda yang
benar. Gunakanlah rumus di bawah ini untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda dalam materi kegiatan
belajar di atas.

Tingkat Penguasaan = %


Arti tingkat penguasaan yang Anda capai:
90% - 100% = Baik Sekali
80% - 89% = Baik
70% - 79% = Sedang
< 70% = Kurang

Identifikasi Perumusan Masalah dan Penyusunan Hipotesis Penelitian | 68

BAB 5 METODOLOGI PENELITIAN

KAJIAN PUSTAKA

CAPAIAN PEMBELAJARAN:
1. Mampu menjelaskan pengertian, fungsi dan tujuan dari kajian pustaka;
2. Mampu menyebutkan macam-macam kajian pustaka;
3. Mampu menjelaskan mengenai kajian pustaka menurut sifatnya dan bentuknya;
4. Mampu memahami dan menjelaskan langkah-langkah penelusuran kajian pustaka;
5. Mampu menjelaskan kaidah penulisan kajian pustaka.

DESKRIPSI

Kajian pustaka diambil dari kata bahasa Inggris yakni Literature review yaitu, tinjauan pustaka

merupakan bentuk tulisan terencana dan terperinci, mengenai pandangan tentang suatu penelitian yang telah
dilakukan terhadap penelitian lain yang sedang atau akan dilakukan. Umumnya isi dari tinjauan pustaka
bersifat kritis terhadap tema yang diangkat. Kajian pustaka merupakan seluruh bahan bacaan yang mungkin
pernah dibaca dan dianalisis, baik yang sudah dipublikasikan maupun yang hanya digunakan sebagai koleksi
pribadi. Kajian pustaka sering dikaitkan dengan kerangka teori atau landasan teori, yaitu teori-teori yang
digunakan untuk menganalisis objek penelitian. Penggalian teori-teori dan konsep-konsep yang telah
dikembangkan dalam bidang ilmu yang bersangkutan dan mempelajari metode-metode penelitian yang ada
maka peneliti memiliki wawasan yang lebih luas serta menghindari terjadinya duplikasi-duplikasi penelitian.
Kajian pustaka adalah proses umum yang terlebih dahulu kita lalui untuk mendapatkan teori dan juga

merupakan sebuah aktivitas yang dilakukan untuk meninjau kembali atau mengkaji kembali berbagai sastra
dari akademik atau peneliti lain yang berkaitan dengan topik yang akan kita teliti. Kajian pustaka ini

merupakan kajian yang sangat penting untuk dibahas.
Kajian pustaka dalam suatu penelitian ilmiah adalah salah satu bagian penting dari keseluruhan

langkah-langkah metode penelitian. Kajian pustaka memiliki beberapa tujuan yakni; menginformasikan
kepada pembaca hasil-hasil penelitian lain yang berkaitan erat dengan penelitian yang dilakukan saat itu,
menghubungkan penelitian dengan literatur-literatur yang ada, dan mengisi celah-celah dalam penelitian-
penelitian sebelumnya.

Bagian bab 5 ini kita akan mempelajari tentang kajian pustaka tidak dimana terlepas dalam komponen
penulisan karya ilmiah, sehingga peneliti wajib mempelajari tentang kajian pustaka ini. Banyak manfaat yang
dapat diperoleh dalam belajar kajian pustaka. Mempelajari pembuatan kajian pustaka dengan baik dan benar
dapat mendukung peneliti dapat membuat kajian pustaka sesuai dengan kaidah yang berlaku.

KATA-KATA KUNCI Kamus
Kajian Pustaka

Referensi Primer Abstrak
Referensi Sekunder Biografi
Referensi Tersier Kutipan Langsung
Ensiklopedia Kutipan Tidak Langsung

Kajian Pustaka | 69

METODOLOGI PENELITIAN

A. PEGERTIAN KAJIAN PUSTAKA
Kajian pustaka adalah seluruh bahan bacaan yang mungkin pernah dibaca dan dianalisis, baik yang

sudah dipublikasikan maupun sebagai koleksi pribadi. Kajian pustaka berupa bahan-bahan bacaan yang secara
khusus berkaitan dengan objek penelitian yang sedang dikaji. Kajian pustaka sering dikaitkan dengan kerangka
teori atau landasan teori, yaitu teori-teori yang digunakan untuk menganalisis objek penelitian.

Kajian pustaka atau disebut dengan nama lain tinjauan pustaka adalah daftar referensi dari semua jenis
referensi seperti buku, jurnal papers, artikel, disertasi, tesis, skripsi, handout, laboratory manuals, dan karya
ilmiah lainnya yang dikutip di dalam penulisan proposal. Semua referensi yang tertulis dalam kajian pustaka
harus dirujuk di dalamnya. Referensi ditulis urut menurut abjad huruf awal dari nama akhir/keluarga penulis
pertama dan tahun penerbitan (yang terbaru ditulis lebih dahulu).

Menurut Cooper (1988) tinjaun pustaka diambil dari kata bahasa Inggris yakni Literature review yaitu,
tinjauan pustaka merupakan bentuk tulisan terencana dan terperinci, mengenai pandangan tentang suatu
penelitian yang telah dilakukan terhadap penelitian lain yang sedang atau akan dilakukan. Umumnya isi dari
tinjauan pustaka bersifat kritis terhadap tema yang diangkat.

Kajian pustaka dalam suatu penelitian ilmiah adalah salah satu bagian penting dari keseluruhan langkah-
langkah metode penelitian. Cooper dalam Creswell mengemukakan bahwa kajian pustaka memiliki beberapa
tujuan yakni; menginformasikan kepada pembaca hasil-hasil penelitian lain yang berkaitan erat dengan
penelitian yang dilakukan saat itu, menghubungkan penelitian dengan literatur-literatur yang ada, dan mengisi
celah-celah dalam penelitian-penelitian sebelumnya.

Penelitian biasanya diawali dengan ide-ide atau gagasan dan konsep-konsep yang dihubungkan satu
sama lain melalui hipotesis tentang hubungan yang diharapkan. Ide-ide dan konsep-konsep untuk penelitian
dapat bersumber dari gagasan peneliti sendiri dan dapat juga bersumber dari sejumlah kumpulan pengetahuan
hasil kerja sebelumnya yang kita kenal juga sebagai literatur atau pustaka. Literatur atau bahan pustaka ini
kemudian kita jadikan sebagai referensi atau landasan teoritis dalam penelitian.

Berdasarkan beberapa pengertian mengenai tinjauan pustaka diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa
tinjauan pustaka adalah bagian awal yang sangat penting untuk dilakukan oleh seorang peneliti sebelum mulai
melakukan penelitiannya. Kajian atau tinjauan pustaka akan sangat menolong peneliti dalam menentukan
hipotesis dari apa yang akan diteliti berikut juga agar meyakinkan pembaca bahwa penelitian yang ia lakukan
belum pernah dilakukan sebelumnya, sehingga secara tidak langsung tinjauan pustaka dapat menjadi sebuah
acuan agar tidak ada plagiasi dalam sebuah proses penelitian.

B. FUNGSI DAN TUJUAN KAJIAN PUSTAKA
Menurut Kesuma (2007) salah seorang ahli metodologi penelitian menyebutkan bahwa terdapat tiga

fungsi dari kajian pustaka, yaitu:
1) Untuk memastikan pernahnya masalah yang lagi diteliti dilakukan oleh peneliti lain;
2) Memastikan masalah yang diteliti dikaji secara komprehensif, lengkap dan hasilnya memuaskan atau
tidak;
3) Mengungkapkan kekhasan atau perbedaan masalah yang akan diteliti.
Kajian referensi dalam upaya melakukan penulisan karya ilmiah secara rinci fungsinya dipilah- pilah

menjadi beberapa kepentingan sesuai kepenulisan yang dilakukan. Castetter dan Heisler (1984) dalam
Mukhadis. A, (2017). Adapun kepentingan yang dimaksud sebagai berikut:

1) Mengkaji dan menjelajah peta permasalahan, pengkajian terhadap perkembangan permasalahan secara
kronologis dilakukan dari awal permasalahan muncul hingga pada saat ini. Dengan penjelasan kesua

Kajian Pustaka | 70

METODOLOGI PENELITIAN

kronologi tersebut, akan memberi gambaran yang sangat jelas tentang perkembangan permasalahan yang
digunakan sebagai objek kajian;
2) Membantu pemilihan topik dan prosedur penulisan, dalam menentukan pemilihan topik, telaah kajian
sering disebut dengan rancangan penelitian. Melalui kajian referensi banyak manfaatnya.
Keuntungannya adalah diperoleh pengalaman yang dapat dijadikan patokan dalam berpikir mencari
alternatif upaya mengkaji prosedur atau pendekatan yang pernah dipaparkan oleh penulis terdahulu
dalam memecahkan masalah yang relatif sama;
3) Mendalami landasan teoritis topik kajian, salah satu karakteristik yang sangat penting dalam penulisan
karya ilmiah, yaitu kegiatan yang dilakukan harus berada pada konteks cakupan ilmu pengetahuan atau
teknologi yang ada. Kajian pustaka dalam hal ini berguna untuk pendalaman konteks cakupan keilmuan
yang berkaitan dengan objek yang sedang dikaji. Disamping itu pengkajian pustaka ini dapat membuat
peta jalan topik kajian menjadi lebih jelas dan terpercaya;
4) Mengkaji kelebihan dan kekurangan topik sebelumnya, kegunaan dari kajian pustaka adalah untuk
membuktikan bahwa topik kajian yang diangkat belum pernah dilakukan oleh penulis sebelumnya.
Pembuktian keaslian topik kajian ini bersumber dari kajian dari topik – topik sebelumnya yang belum
pernah digunakan. Bukti yang dicari dapat berupa kenyataan bahwa topik yang dikaji memenuhi
persyaratan dari aspek kebaruan yang belum pernah dilakukan pembahasan terhadap masalah yang
dikaji;
5) Menghindari duplikasi topik kajian, melakukan penelusuran atau telaah dari suatu sumber referensi
penulis lain (utamanya yang sebidang) sangat penting dilakukan. Hal ini bertujuan agar untuk
mengetahui berbagai macam sumber yang akan dijadikan objek kajian;
6) Memfasilitasi perumusan isi topik kajian, penelaahan terhadap sumber referensi yang secara luas dapat
membantu pembentukan dan pengembangan kerangka pikir penulis sebagai pengarang dalam
mendeskripsikan permasalahan dan mencari alternatif permasalahan;
Geoffrey dan Airasian mengemukakan bahwa tujuan utama kajian pustaka adalah untuk menentukan
apa yang telah dilakukan orang yang berhubungan dengan topik penelitian yang akan dilakukan. Selain itu
dengan kajian pustaka tidak hanya mencegah duplikasi penelitian orang lain, tetapi juga memberikan
pemahaman dan wawasan yang dibutuhkan untuk menempatkan topik penelitian yang kita lakukan dalam
kerangka logis. Dengan mengkaji penelitian sebelumnya, dapat memberikan alasan untuk hipotesis penelitian,
sekaligus menjadi indikasi pembenaran pentingnya penelitian yang akan dilakukan. Lebih lanjut Anderson
mengemukakan bahwa kajian pustaka dimaksudkan untuk meringkas, menganalisis, dan menafsirkan konsep
dan teori yang berkaitan dengan sebuah proyek penelitian.

C. MACAM-MACAM KAJIAN PUSTAKA
Penulisan karya tulis ilmiah yang baik harus didukung dengan sumber kajian atau referensi yang relevan,

memadai dan mutakhir sesuai topik yang sedang dibahas. Dalam penulisan karya tulis ilmiah terdapat beberapa
macam kajian sumber referensi yang dapat digunakan dalam menyusun landasan teori yang akan digunakan
dalam penelitian. Menurut Mukhadis (2016) sumber kajian pustaka yang digunakan dalam penelitian dapat
diklasifikasikan menjadi 2, yaitu ditinjau menurut sifatnya dan ditinjau menurut bentuknya. Uraian terkait
sumber referensi menurut sifat dan bentuknya akan dipaparkan sebagai berikut:
1. Kajian Pustaka Menurut Sifatnya

Berdasarkan karakteristik sifatnya, kajian sumber referensi dibagi menjadi 3 kelompok yaitu sumber

Kajian Pustaka | 71

METODOLOGI PENELITIAN

referensi primer (primary source), sumber referensi sekunder (secondary source), dan sumber referensi tersier
(tertiary source).

Sumber referensi primer (primary source) merupakan sumber referensi yang diperoleh oleh seseorang
yang mengalami, mengamati dan melakukan suatu kejadian atau kegiatan secara langsung. Sumber referensi
primer dapat berupa orang atau dokumen yang dikemukakan oleh pihak atau peneliti yang mengalami kejadian
secara langsung. Beberapa sumber referensi primer ini antara lain: laporan hasil penelitian, narasumber,
dokumen resmi, jurnal ilmiah dan abstrak hasil penelitian dan prosiding hasil kegiatan ilmiah (Mukhadis,
2016).

Sumber referensi sekunder (secondary source) merupakan sumber referensi yang diperoleh dari hasil
karya sumber kedua (bukan sumber asli). Sumber referensi sekunder ini sebenarnya merupakan berbagai
gagasan atau ide yang dikemukakan oleh sumber pertama (sumber asli) akan tetapi penulis atau peneliti
memperolehnya dari pihak kedua. Menurut Mukhadis (2016) sumber referensi sekunder ini ditandai dengan 2
hal yaitu:

a. Sumber referensi digambarkan bukan sebagai orang yang tidak terlibat secara langsung dalam kegiatan
mengamati mengalami kejadian yang berlangsung.

b. Sumber referensi ditulis berdasarkan hasil penelitian atau pengamatan langsung tetapi disusun dalam
bentuk sumber referensi primer. Misalnya laporan hasil penelitian yang telah dibentuk menjadi buku
ajar.
Beberapa sumber referensi sekunder adalah publikasi dimana penulis mendeskkripsikan hasil karya

orang lain. Misalnya buku, bahan ajar, majalah, ensiklopedia, kajian penelitian dan surat kabar.

Tabel 5.1 Contoh Penulisan Sumber Referensi Pada Karya Tulis Ilmiah

Sifat Sumber Referensi Contoh Penulisan
Sumber referensi primer “Poros merupakan salah satu bagian yang terpenting dari setiap mesin
(primary source) (Sularso dan Suga, 2004)”.
Sumber referensi sekunder
(secondary source) “Poros merupakan salah satu bagian yang terpenting dari setiap mesin
Sumber referensi tersier (Sularso dan Suga, dalam Ronald 2013)”.
(tertiary source)
“Poros merupakan salah satu bagian yang terpenting dari setiap mesin
(Sularso dan Suga dalam Ronald, dalam Sindy 2017)”.

2. Kajian Pustaka Menurut Bentuknya
Secara umum sumber referensi yang digunakan sebagai landasan teori pada karya tulis ilmiah dibagi

menjadi 2 bila ditinjau menurut bentuknya yaitu sumber referensi cetak (printed materials) dan sumber
referensi noncetak (non-printed materials) (Mukhadis, 2016).

Sumber referensi cetak (printed materials) merupakan semua jenis sumber referensi yang tertulis dan
tercetak. Sumber referensi cetak ini terbagi menjadi 2 jenis yang berbeda yaitu ditulis tangan (tidak diterbitkan)
dan tercetak (diterbitkan). Beberapa contoh sumber referensi cetak antara lain buku ajar, majalah, dokumen
resmi, majalah, surat, skripsi, tesis, disertasi, kamus, makalah dan lain-lain.

Sumber referensi noncetak (non-printed materials) merupakan jenis sumber referensi yang tertulis
maupun tidak tertulis yang disajikan dan dapat diakses dalam bentuk elektronik. Perkembangan teknologi yang
semakin canggih membuat sumber referensi noncetak menjadi alternatif rujukan yang digunakan dalam
menulis karya tulis ilmiah. Sumber referensi noncetak ini mempermudah para peneliti untuk mendapatkan
rujukan yang lebih banyak dan bisa diakses dimanapun dan kapanpun. Menurut Mukhadis (2016), sumber

Kajian Pustaka | 72

METODOLOGI PENELITIAN

referensi noncetak tidak hanya berupa hasil karya berupa tulisan seperti e-book dan jurnal elektronik namun

juga dalam bentuk visualisasi video, film, slide dan juga dalam bentuk rekaman suara.

Berdasarkan uraian klasifikasi sumber referensi di atas terdapat beberapa sumber referensi yang
digunakan dalam penulisan karya ilmiah. Berikut ini beberapa bentuk sumber referensi yang sering digunakan
Menurut Mukhadis (2017) yaitu:

a. Ensiklopedia
Ensiklopedia merupakan sebuah sumber referensi berupa karya ilmiah yang memiliki informasi

komperhensip atau luas dalam berbagai bidang pengetahuan sehingga sering disebut ensiklopedia umum
(general encyclopedia). Tetapi terdapat juga ensiklopedia yang berisi bahasan lebih spesifik sesuai bidang
ilmu pengetahuan (subject encyclopedia).
b. Kamus

Kamus merupakan sumber referensi yang memuat kata-kata dengan artinya yang disusun secara
alfabetik. Kamus biasanya digunakan untuk mencari definisi atau arti dari sebuah kata.
c. Abstrak

Abstrak merupakan ringkasan karangan, skripsi, tesis, disertasi dan lainnya. Hal-hal yang dimuat
dalam abstrak antara lain judul, masalah, metode dan hasil penelitian.
d. Indeks

Indeks berisi daftar judul karya tulis atau daftar judul subjek yang disusun secara alfabetik. Indeks
juga berisi tentang kata-kata penting yang terdapat dalam buku cetakan dan terdapat nomor Halaman untuk
menunjukkan kata tersebut agar mudah ditemukan.
e. Buku teks dan buku referensi

Sumber referensi ini berisi tentang ilmu pengetahuan dalam berbagai bidang ilmu.
f. Direktori atau buku pegangan

Sumber referensi ini memuat alamat dan data-data lain tentang kelompok, pakar, atau lembaga serta
pedoman untuk mengerjakan sesuatu.
g. Biografi

Biografi berisi tentang data sesorang mulia dari alamat, tempat tangga lahir, pendidikan, pekerjaan
dan lain-lain.
h. Laporan penelitian

Sumber referensi ini memuat anatomi dan isi esensial laporan yang lengkap dari hasil penelitian.
i. Majalah, jurnal dan surat kabar

Sumber referensi ini biasanya memuat artikel-artikel yang mungkin relevan dengan topik yang akan
diteliti.
j. Skripsi, tesis dan disertasi

Sumber referensi ini merupakan hasil dari proses penelitian yang telah teruji baik oleh Pembimbing
maupun penguji.
k. Narasumber

Narasumber merupakan sumber informasi dari sesorang yang berkompeten dan masih hidup serta
memiliki kepakaran pada bidang ilmu tertentu.
l. Almanak dan buku tahunan

Almanak adalah buku yang memuat informasi tentang data atau statistik yang berkaitan dengan
negara, kejadian, pejabat, subjek dan kehidupannya. Banyak almanak subjek yang diterbitkan secara tahunan
atau tengah tahunan, yang kadang-kadang disebut dengan Yearbook atau Annuals atau buku tahunan.
(Subrata, 2009).

Kajian Pustaka | 73

METODOLOGI PENELITIAN

D. LANGKAH-LANGKAH PENELUSURAN KAJIN PUSTAKA

Dengan berbagai macam sumber kajian referensi yang dapat digunakan sebagai rujukan dalam penulisan

karya tulis ilmiah, maka diperlukan kiat atau langkah-langkah yang digunakan para pembaca atau peneliti

untuk memudahkan dalam menelusuri sumber referensi. Kiat penelusuran kajian sumber referensi juga akan

mempersingkat waktu pencarian serta menjadi acuan untuk mendapatkan sumber informasi sesuai topik atau

masalah yang akan diteliti secara umum menuju sumber referensi yang lebih khusus.

Menurut Mukhadis (2017) penelusuran kajian sumber referensi dibagi menjadi 2 tahapan, yaitu tahapan

pencarian dan tahapan Identifikasi kajian sumber referensi. Berdasarkan 2 tahapan tersebut diuraikan menjadi

beberapa kiat untuk menelusuri kajian sumber referensi. Berikut ini kiat atau langkah-langkah yang harus

dilakukan dalam mencari sumber referensi:

1. Tahapan Penetapan Strategi Penelusuran

Tahap pertama dalam menelusuri kajian sumber referensi adalah dengan melakukan penetapan terhadap

strategi yang akan digunakan. Pada tahapan ini terdapat dua hal yang harus dilakukan, yaitu penetapan topik

atau masalah yang akan diteliti dan dijadikan objek kajian serta pembuatan daftar kata-kata kunci. Penetapan

topik atau masalah dijadikan sebagai batasan dalam mencari kajian sumber referensi agar proses penelusuran

menjadi lebih sistematis, fokus, mutakhir dan relevan. Setelah menetapkan batasan terhadap topik yang akan

dibahas, langkah selanjutnya adalah membuat daftar kata-kata kunci sebagai strategi pencarian yang efektif

untuk mendapatkan sumber referensi.

2. Tahapan Mengunjungi Sumber Referensi

Tahap kedua setelah menetapkan strategi yang digunakan dalam penelusuran kajian sumber referensi

yaitu mengunjungi tempat atau lokasi sumber referensi. Proses mengunjungi sumber referensi ini dibagi

menjadi 2 cara yaitu secara langsung dan tidak langsung. Proses penelusuran secara langsung diartikan bahwa

peneliti mengunjungi secara langsung tempat sumber referensi yang akan dicari karena sumber referensi yang

dicari dalam bentuk cetakan. Tempat yang umum dikunjungi untuk mencari sumber referensi secara langsung

yaitu perpustakaan, toko buku, atau pusat-pusat dokumentasi lembaga atau pemerintahan ataupun tempat lain

yang relevan. Sedangkan penelusuran sumber referensi tidak langsung dapat diartikan bahwa peneliti tidak

pergi ke tempat sumber referensi tetapi mengunjungi sumber referensi melalu sistem elektronik dengan cara

searching menggunakan kata-kata kunci yang telah disusun di tahap pertama.

3. Tahapan Identifikasi Sumber Referensi

Tahap identifikasi sumber referensi dilakukan berdasarkan kata kunci yang telah dibuat dimaksudkan

untuk mencari dan menemukan sumber referensi yang ada dalam bentuk format tertentu. Dalam tahap ini,

peneliti harus membaca sumber referensi secara sepintas untuk memastikan kontribusi yang memadai untuk

disajikan kajian pustaka. Penyusunan sumber referensi di perpustakaan atau pusat informasi biasanya

berdasarkan perangkat nilai substansi yang terkait dengan posisi sumber referensi.

Tabel 5.2 Pedoman Mencari Sumber Referensi Di Perpustakaan

Klasifikasi Pertanyaan Jenis Pertanyaan Sumber
Bahasa, terminologi Arti, asal kata, definisi, ejaan, Kamus
singkatan, istilah, kata asing,

sinonim, lambing, symbol,
dialek

Kajian Pustaka | 74

METODOLOGI PENELITIAN

Klasifikasi Pertanyaan Jenis Pertanyaan Sumber
Data, bibliografi, jurnal Terbitan tertentu, review, Bibliografi, indeks, abstrak
ilmiah, buku ulasan buku, penerbit, seri
Data, peristiwa, kegiatan, Buku teks, abstrak, almanak
sejarah karangan, pengarang Ensiklopedia, buku pegangan,
Latar belakang, pedoman
Kejadian, statistik brosur
Orang, pribadi Biografi, direktori, ensiklopedia
Informasi umum, cara
Organisasi, lembaga mengerjakan sesuatu Ensiklopedi, direktori, almanak
Pemimpin, spesialis, Atlas, map, peta
Tempat profesionalis, pengarang, orang
Biografi, pamphlet
Ilustrasi, gambar terkenal lainnya Lembaga negara, penerbitan
Tujuan, keanggotaan, kegiatan,
Undang-undang, peraturan
alamat, pejabat
Lokasi, deskripsi, jarak,

identifikasi
Bentuk, model, rupa desain,

foto
Perundangan, peraturan, fakta

resmi

4. Tahapan Menelaah dan Merekam Sumber Referensi
Tahap menelaah sumber referensi merupakan kegiatan memahami, mempelajari dan menangkap isi

sumber referensi yang dikaji. Sedangkan tahapan merekam sumber referensi yaitu proses membuat catatan
terhadap hasil telaah sumber referensi secara jelas baik secara manual (ditulis) pada sistem kartu (berisi kartu
bibliografi dan kartu isi) ataupun secara elektronik (direkam, difoto, diketik dsb). Sehingga dapat disimpulkan
bahwa tahapan ini bertujuan untuk mempelajari memahami dan mencatat hal penting dari sumber referensi
secara jelas sesuai dengan tingkat relevansi dan kemutakhiran terhadap topik yang akan diteliti.
5. Tahapan Kompilasi Hasil Kajian Sumber Referensi

Tahap terakhir dalam penelusuran sumber referensi yaitu menyimpulkan dan menyusun hasil kajian
sumber referensi dengan melakukan kutipan terhadap ide atau gagasan yang akan dirujuk baik secara langsung
maupun secara langsung sesuai dengan kaidah penulisan perujukan pada lembaga yang menaungi. Penulisan
perujukan sesuai kaidah bertujuan untuk mengurangi kecenderungan plagiasi serta memberi penghargaan
terhadap penulis yang ide atau gagasannya dirujuk dalam karya tulis ilmiah yang kita teliti.

E. KAIDAH PENULISAN KAJIAN PUSTAKA
1. Cara Penulisan Kajian Pustaka

Dalam penulisan karya ilmiah, kutipan pendapat oleh seseorang sangatlah penting untuk mendukung
atau memperkuat ide/gagasan yang dibuat. Menurut Mukhadis. A, (2017). Kutipan dapat berupa langsung
maupun kutipan tidak langsung dari ide/ gagasan orang yang relevan Pengertian dari kutipan langsung, yaitu
pengambilan atau peminjaman suatu ide/gagasan dari penulis lain dan ditulis sesuai narasi yang dikutip,
sedangkan pengertian dari kutipan tidak langsung, yaitu pengambilan atau peminjaman suatu ide/gagasan dari
penulis lain, dalam hal ini yang diambil adalah inti dari ide/gagasan tersebut lalu penulis menulis ulang narasi
dengan bahasanya sendiri.

Kutipan ide/gagasan biasanya ditunjukkan dengan keterangan dari mana sumber kutipan itu diambil.

Penunjukkan sumber referensi bagi ide/gagasan yang dipinjam diwajibkan baik dalam perujukan, pengutipan,

ataupun daftar rujukan (Mukhadis, 2017). Penulisan referensi yang digunakan dalam penulisan karya tulis

Kajian Pustaka | 75

METODOLOGI PENELITIAN

ilmiah dalam perujukan, yaitu menunjukkan sumber referensi dari ide/gagasan yang dikutip baik secara
langsung maupun tidak langsung. Mukhadis (2017) membedakan penulisan perujukan menjadi empat yaitu:

a. Nama pengarang, tahun, nomor halaman, perujukan menggunakan nama pengarang, tahun, nomor
halaman adalah cara yang paling efektif bagi penulis maupun pembaca dikarenakan pembaca dapat
secara langsung mengetahui nama pengarang, tahun, dan nomor halaman tanpa melihat daftar rujukan
terlebih dahulu. Apabila penulis ide/gagasan yang dipinjam terdiri dari dua orang, maka semua nama
akhir penulis ditulis lalu disertai tahun. Apabila penulis lebih dari tiga orang atau lebih, maka yang ditulis
nama akhir pengarang yang pertama (utama) dikuti dkk, dengan penyebutan tahun. Penulisan tahun pada
akhir rujukan dimaksudkan agar pembaca mengetahui keterbaruan dari ide/gagasan yang di ambil;

b. Catatan kaki, yaitu perujukan dengan cara penyebutan sumber informasi dimana ide/gagasan orang lain
yang dipinjam oleh penulis melalui catatan pada akhir setiap halaman teks yang memiliki sumber
perujukan. Ketentuan penulisan catatan kaki sebagai berikut:

1) Dimulai dengan nama kecil dan nomor halaman
2) Diletakkan dua spasi dari akhir pada halaman yang bersangkutan
3) Setiap bab dimulai dengan nomor 1 (satu)
4) Menggunakan kata “ibid” untuk menunjukkan karya dan halaman yang sama belum diselingi rujukan

lain.
5) Menggunakan kata “loc.cit” untuk menunjukkan karya dan halaman yang sama namun sudah di selingi

karya lain.
6) Menggunakan kata “op.cit” untuk menunjukkan karya yang sama halaman berbeda dan telah diselingi

rujukan lain.
c. Nama dan nomor urut daftar rujukan, pada perjukan ini tidak jauh beda dengan sistem perujukan nama

pengarang dan tahun. Perbedaannya dalam perujukan ini setelah nama akhir pengarang diikuti dengan
nomor urut mulai dari satu sampai nomor terakhir sebanyak jumlah perujukan yang ada dalam suatu
tulisan;
d. Nomor saja Cara menunjukkan sumber yang dirujuk dengan nomor saja. Perbedaan dengan yang lain
adalah nama pengarang tidak disebut dalam teks tetapi cukup diberi nomor urut setiap akhir kutipan,
kemudian penulis berpedoman pada nomor urut ini yang digunakan penulis untuk menyebukan sumber
rujukan.
2. Contoh Penulisan Kajian Pustaka
a. Perujukan Dengan Nama dan Tahun
Penulisan rujukan kutipan langsung yang kurang dari 40 kata dilakukan dengan cara menjadi satu dengan
teks, sedangkan kutipan langsung yang lebih dari 40 kata ditulis terpisah dengan diberi pada alenia tersendiri
dengan spasi tunggal dan margin kanan kiri agak menjorok ke dalam. Penulisan kutipan dibedakan menjadi
dua, yaitu kutipan langsung dan tidak langsung (Mukhadis, 2017).
1) Kutipan Langsung

Kutipan langsung kurang dari 40 kata ditulis antara tanda kutip (“…”) dikuti nama penulis, tahun dan
nomor halaman.

Kajian Pustaka | 76

METODOLOGI PENELITIAN

Contoh penulisan kutipan langsung kurang dari 40 kata:
Mukhadis (2011) menyimpulkan “unjuk kerja yang bersifat emulatif (bukan emitatif) sebagai representasi
proses diferensiasi dan integrasi pembentukan skemata baru pada struktur kognitif ini terjadi dan mengacu
pada kriteria elaborasi dari bagian (pengalaman) yang dimiliki oleh individu”.
Kutipan langsung lebih dari 40 kata ditulis tanpa tanda kutip, ditulis terpisah dengan teks yang medahului.
Ditulis 1.2 cm dari margin kana dan kiri dengan spasi tunggal.
Contoh penulisan kutipan langsung lebih dari 40 kata:
Mukhadis (2012) menarik kesimpulan sebagai berikut: Simpulan (contoh). Sosok sumber daya yang
dibutuhkan memiliki (1) kemandirian berpikir yang kritis, sintetik dan praktikal; (2) kepedulian, empati
dan tanggung jawab yang tinggi ;(3) kemampuan emulasi dari pada emitasi;(4) kemampuan learning,
unlearning, re-learning dan networking; (5) kepribadian dan kerja tim yang baik; (6) kemampuan berpikir
global dalam pemecahan masalah local; (7) sifat terbuka terhadap dialektika perrubahan; (8) budaya kerja
yang tinggi. Karakteristik sosok manusia ini berpotensi mampu mengembangkan kemampuan emulatif
(mengembangkan dan memanfaatkan keunggulan teknologi berdasarkan sinergi empat dimensi utama
teknologi), yaitu buman-ware, info-ware, orgaware dan tekno-ware untuk menghasilkan produk teknologi
yang “high quality, low-cost, low-risk, high competitive” di era global.
Kutipan sebagian dihilangkan ditulis dengan cara kata – kata di dalam kalimat yang di buang maka diganti
dengan tiga titik (…), sedangkan apabila kalimat yang dihilangkan, maka kalimat yang dihilangkan diganti
dengan empat titik (….).
Contoh penulisan kutipan sebagian dihilangkan (kata -kata):
“Pemenuhan kebutuhan bidang Pendidikan berbasis pengetahuan (knowledge based education),
pengembangan ekonomi berbasis pengetahuan (economy based education) dan pengembangan…
masyarakat berbasis pengetahuan (knowledge based social empowering)” Mukhadis (2011)
Contoh penulisan kutipan sebagian dihilangkan (kalimat):
“… Percepatan pergeserann pola pikir, bersikap dan bertindak ini dipicu oleh adanya tuntunan stok market
yang saling mempunyai ketergantungan (independence) antara kelompok masyarakat, bangsa, negara satu
dengan yang lain” (Mukhadis, 2012).
2) Kutipan tidak langsung

Kutipan yang dikemukakan oleh penulis dengan gaya bahasanya sendiri tanpa tanda kutip dan terpadu
didalam teks. Nama penulis bahan rujukan dapat ditulis terpadu atau tidak didalam teks serta menuliskan
nomor halaman jika memungkinkan.
b. Perujukan Dengan Catatan Kaki

Contoh penulisan dengan catatan kaki sebagi berikut:
1) Amat Mukhadis, 1996. Statistik Nonparametrik dalam Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional.

Halaman 9
2) Ibid, halaman 15, artinya rujukan nomor 2 yang merujuk rujukan nomor 1, halaman 15
3) Mulyadi Guntir Waseso, 1995. Psikologi Nasional. Surabaya: Usaha Nasional
4) Amat Mukhadis. , Loc.Cit. artinya merujuk rujukan nomor 2. halaman 15

Kajian Pustaka | 77

METODOLOGI PENELITIAN
5) Mulyadi Guntir Waseso. Op.Cit. Halaman 25. artinya karya yang dirujuk nomor 3, halaman 25.
c. Perujukan Dengan Nama Akhir dan Nomor

Berikut ini diberikan contoh perujukan dalam penulisan karya ilmiah, baik penulisan kutipan langsung
maupun tidak langsung dengan cara nama akhir dan nomor. Mukhadis menyimpulkan bahwa “Unjuk kerja
yang bersifat emulatif (bukan emitatif) sebagai representasi proses diferensiasi dan integrasi pembentukan
skemata baru pada struktur kognitif ini terjadi dan mengacu pada kriteria elaborasi dari bagian (pengalaman)
yang dimiliki oleh individu”
Atau ditulis dengan:
Unjuk kerja yang bersifat emulatif (bukan emitatif) sebagai representasi proses diferensiasi dan integrasi
pembentukan skemata baru pada struktur kognitif ini terjadi dan mengacu pada kriteria elaborasi dari bagian
(pengalaman) yang dimiliki oleh individu (Mukhadis1)
d. Perujukan Dengan Nomor Urut
Berikut ini contoh perujukan dengan nomor urut saja diberikan sebagai berikut:
“unjuk kerja yang bersifat emulatif (bukan emitatif) sebagai representasi proses diferensiasi dan integrasi
pembentukan skemata baru pada struktur kognitif ini terjadi dan mengacu pada kriteria elaborasi dari bagian
(pengalaman) yang dimiliki oleh individu”.

Kajian Pustaka | 78

METODOLOGI PENELITIAN

RINGKASAN

Kajian pustaka adalah daftar referensi dari semua jenis referensi seperti buku, jurnal papers,
artikel, disertasi, tesis, skripsi, handout, laboratory manuals, dan karya ilmiah lainnya yang dikutip
di dalam penulisan proposal. Fungsi kajian pustaka untuk memastikan pernahnya masalah yang lagi
diteliti dilakukan oleh peneliti lain, memastikan masalah yang diteliti dikaji secara komprehensif,
lengkap dan hasilnya memuaskan atau tidak, mengungkapkan kekhasan atau perbedaan masalah yang
akan diteliti. Tujuan utama kajian pustaka adalah untuk menentukan apa yang telah dilakukan orang
yang berhubungan dengan topik penelitian yang akan dilakukan.

Macam-macam kajian pustaka yaitu ditinjau menurut sifatnya dan ditinjau menurut bentuknya.
Berdasarkan karakteristik sifatnya, kajian sumber referensi dibagi menjadi 3 kelompok yaitu sumber
referensi primer (primary source), sumber referensi sekunder (secondary source), dan sumber
referensi tersier (tertiary source). Berdasarkan bentuknya kajian pustaka terdiri dari sumber referensi
cetak (printed materials) dan sumber referensi noncetak (non-printed materials)

Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam mencari sumber referensi yaitu tahapan
penetapan strategi penelusuran, tahapan mengunjungi sumber referensi, tahapan identifikasi sumber
referensi, tahapan menelaah dan merekam sumber referensi serra tahapan kompilasi hasil kajian
sumber referensi.

Penulisan referensi yang digunakan dalam penulisan karya tulis ilmiah dalam perujukan, yaitu
menunjukkan sumber referensi dari ide/gagasan yang dikutip baik secara langsung maupun tidak
langsung. Membedakan penulisan perujukan menjadi empat yaitu: nama pengarang, tahun, nomor
halaman, catatan kaki, nama dan nomor urut daftar rujukan, nomor saja.

Kajian Pustaka | 79

METODOLOGI PENELITIAN

EVALUASI DIRI

A. Pilihan Ganda
1. Menurut Mukhadis (2017) sumber referensi yang sering digunakan dalam pembuatan kajian pustaka yaitu

….
A. Kamus
B. Ensiklopedia
C. Biografi
D. Laporan Penelitian
E. Komik
2. Secara lengkap fungsi tinjauan pustaka menurut para ahli yang dikutip di buku Emilia (2008) adalah
sebagai berikut kecuali ….
A. Membangun harapan dan keyakinan terhadap penelitian yang kita lakukan
B. Memutuskan bahwa penelitian kita asli atau untuk mengidentifikasi adanya celah dalam bidang yang

kita teliti
C. Mengapresiasi hasil karya orang lain dan memberikan penghargaan kepada para peneliti yang telah

bekerja sebelum kita dan bahwa hasil karya mereka telah mengilhami cara berpikir kita.
D. Hubungan antara artikel-artikel jurnal dari karya para peneliti sebelumnya
E. Semua Jawaban Benar
3. Berikut fungsi tinjauan pustaka, kecuali ….
A. Mengetahui sejarah masalah penelitian
B. Membantu memilih prosedur penyelesaian masalah penelitian
C. Memperjelas sebuah masalah dalam penelitian
D. Menghindari terjadinya duplikasi penelitian
E. B dan D
4. Pada umumnya, tinjauan pustaka dapat berupa beberapa bentuk. Cooper (2010) membahas empat tipe
kajian/tinjauan pustaka, antara lain kecuali ….
A. Membagi ruang bagi pandangan pribadi peneliti
B. Mengkritisi penelitian dari para ahli sebelumnya
C. Menggabungkan apa yang telah dikatakan dan dilakukan orang lain
D. Mengidentifikasi isu-isu sentral dalam suatu bidang
E. A dan B
5. Apa saja kegunaan tinjauan pustaka menurut Castetter dan Heisler 1984 adalah, Kecuali ….
A. Mengkaji sejarah permasalahan
B. Membantu pemilihan prosedur penelitian
C. Mampu menambah percaya diri kita pada topik yang kita pilih
D. Menghindari duplikasi penelitian
E. B dan C

Kajian Pustaka | 80

METODOLOGI PENELITIAN

6. Dalam mendukung permasalahan yang diungkapkan dalam usulan penelitian dibutuhkan tinjauan
kepustakaan (Literarure Review) yang kuat, tinjauan ini sangat penting dalammendasari penelitian yang
akan dilakukan. Dibawah ini yang merupakan cakupan tinjauan kepustakaan adalah ….
A. Tinjauan teori yang berkaitan dengan permasalahan yang akan di teliti
B. Tinjauan dari hasil-hasil penelitian lain yang berkaitan dengan masalah yang akan diteliti
C. Tinjauan dari permasalahn pribadi yang sedang dihadapi
D. A dan B benar
E. A, B, dan C salah

7. Teman rara menganggap bahwa tinjau pustaka itu tidak terlalu penting, padahal tujuan dari adanya tinjauan
pustaka itu agar dapat ….
A. Membantu peneliti untuk menyelesaikan masalah penelitiannya dengan mengacu pada teori dan hasil-
hasil penelitian sebelumnya yang relevan
B. Membantu penelitian lebih terarah, karena variabel yang akan dibuktikan sudah diketahui
C. Mensiagakan peneliti kepada kondisi dan hubungan antar fakta
D. Memfokuskan fakta dalam satu kesatuan yang terintegrasi
E. Semua Jawaban Benar

8. Urutan cara menulis daftar pustaka:
1. Tahun
2. Nama Panjang
3. Judul Buku
4. Nama Penerbit
5. Kota Tempat Buku diterbitkan
Manakah pernyataan dibawah ini urutan cara menulis daftar pustaka yang benar ….
A. 1-3-4-5-2
B. 2-5-1-3-4
C. 2-1-3-5-4
D. 2-4-3-1-5
E. 1-2-3-5-4

9. Pada tahun terbit, judul buku, dan nama penerbit diakhiri dengan tanda ….
A. Tanda koma (,)
B. Tanda titik (.)
C. Tanda garis miring (/)
D. Tanda tanya (?)
E. Titik dua (:)

10. Manakah pernyataan dibawah ini yang benar ….
A. Chaer, Abdul. (2000), Penghantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta; Rineka Cipta
B. Chaer Abdul. (2000). Penghantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta
C. Chaer, Abdul. (2000). Penghantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.

Kajian Pustaka | 81

METODOLOGI PENELITIAN

D. Chaer. Abdul. (2000). Penghantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta
E. Chaer, Abdul, (2000), Penghantar Semantik Bahasa Indonesia., Jakarta: Rineka Cipta.

B. Essay
1. Jelaskan kegunaan dari injauan pustaka!
2. Pita meminta untuk menjelaskan apa itu isi kajian pustaka dalam rancangan penelitian, lalu apa isi kajian

pustaka, jelaskan?
3. Dengan berbagai macam sumber kajian referensi yang dapat digunakan sebagai rujukan dalam penulisan

karya tulis ilmiah, maka diperlukan kiat atau langkah-langkah yang digunakan para pembaca atau peneliti
untuk memudahkan dalam menelusuri sumber referensi. Kiat penelusuran kajian sumber referensi juga
akan mempersingkat waktu pencarian serta menjadi acuan untuk mendapatkan sumber informasi sesuai
topik atau masalah yang akan diteliti secara umum menuju sumber referensi yang lebih khusus. Maka apa
saja kiat atau langkah-langkah yang harus dilakukan dalam mencari sumber referensi!
4. Kutipan ide/gagasan biasanya ditunjukkan dengan keterangan dari mana sumber kutipan itu diambil
sedangkan penulisan referensi yang digunakan dalam penulisan karya tulis ilmiah dalam perujukan, yaitu
menunjukkan sumber referensi dari ide/gagasan yang dikutip baik secara langsung maupun tidak langsung
lalu apa yang membedakan penulisan perujukan, sebutkan!

C. UMPAN BALIK
Cocokkan hasil jawaban Anda dengan kunci jawaban tes formatif dan hitunglah jumlah jawaban Anda

yang benar. Gunakanlah rumus di bawah ini untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda dalam materi kegiatan
belajar di atas.

Tingkat Penguasaan = %


Arti tingkat penguasaan yang Anda capai:
90% - 100% = Baik Sekali
80% - 89% = Baik
70% - 79% = Sedang
< 70% = Kurang

Kajian Pustaka | 82

METODOLOGI PENELITIAN

BAB 6

VARIABEL PENELITIAN DAN PENGUKURANNYA

CAPAIAN PEMBELAJARAN:

1. Mampu menjelaskan pengertian variabel penelitian dan pengukurannya
2. Mampu menjelaskan jenis-jenis variabel penelitian dan pengkurannya
3. Mampu mengetahui contoh-contoh jenis variabel penelitian dan pengukurannya

DESKRIPSI

Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulan.
Variabel mengandung pengertian ukuran atau ciri yang dimiliki oleh anggota-anggota suatu kelompok yang
berbeda dengan yang dimiliki oleh kelompok yang lain. Pengertian lain bahwa variabel adalah sesuatu yang
digunakan sebagai ciri, sifat atau ukuran yang dimiliki atau diperoleh oleh satuan penelitian tentang sesuatu
konsep tertentu.

Secara teoritis, variabel dapat didefinisikan sebagai atribut seseorang atau obyek, yang mempunyai
“variasi” antara satu orang dengan yang lain atau satu obyek dengan obyek yang lain. Variabel juga dapat

merupakan atribut dari bidang keilmuan atau kegiatan tertentu. Variabel ini menjadi sangat penting karena
tidak mungkin peneliti melakukan penelitian tanpa adanya variabel. Namun terkadang banyak hal juga yang
menyebabkan kita kurang mengetahui mengenai apa dan seperti apa variabel serta apa saja jenis variabel dalam
penelitian itu. Banyak hal yang menjadi pertanyaan dan itulah sebabnya membahas variabel menjadi suatu hal
yang sangat penting.

Variabel pengukuran adalah proses menentukan jumlah atau intensitas informasi mengenai orang,
peristiwa, gagasan, dan atau obyek tertentu serta hubungannya dengan masalah. Dengan kata lain,
menggunakan proses pengukuran yaitu dengan menetapkan angka atau tabel terhadap karakteristik atau atribut
dari suatu obyek, atau setiap jenis fenomena atau peristiwa yang menggunakan aturan-aturan tertentu yang
menunjukkan jumlah dan kualitas dari faktor-faktor yang diteliti.

Bagian bab 6 ini kita akan mempelajari secara berurutan terkait pengertian tentang variabel, jenis
variabel, definisi operasional variabel, dan skala pengukuran variabel. Pembahasan terkait variabel penelitian
sangat penting untuk keperluan penetapan desain penelitian. Hal ini menuntut peneliti melakukan identifikasi
secara cermat variabel-variabel yang dilibatkan dalam penelitian, menstrukturnya ke dalam teori kerja
penelitian sebagai pijakan pengembangan hipotesis, memberikan batasan operasional serta mengembangkan
instrumen pengukurannya.

KATA-KATA KUNCI Variabel Bebas
Variabel Variabel Terikat
Variabel Nominal Variabel Antara/Penyela
Variabel Ordinal Variabel yang mengikuti
Variabel Interval
Variabel Rasio

Variabel Penelitian dan Pengukurannya | 83

METODOLOGI PENELITIAN

A. PENGERTIAN VARIABEL PENELITIAN DAN PENGUKURAN
Variabel adalah variasi dalam tiap komponen teori. Proposisi mempunyai variabel yaitu hipotesis dan

tesis. Klasifikasi mempunyai variabel yaitu klasifikasi diskrit dan klasifikasi kontinum, konsep mempunyai
variabel yaitu konsep yang observable dan konsep yang konstruk. Variabel juga bervariasi, ada variabel
dependen, variabel independen, variabel intervening, variabel moderator, dan sebagainya. Variabel Penelitian
adalah suatu atribut, nilai atau sifat dari objek penelitian (individu atau kegiatan) yang memiliki variasi tertentu
Antara satu objek dengan objek lainnya. Umumnya variabel penelitian akan ditentukan oleh seorang peneliti
untuk dipelajari dan digali Informasi dari objek tertentu yang kemudian ditarik kesimpulannya.

Variabel berasal dari kata dalam bahasa Inggris variabel yang berarti faktor tidak tetap atau berubah-
rubah. Bahasa Indonesia kontemporer telah terbiasa menggunakan kata variabel ini dengan pengertian
bervariasi. Dengan demikian menurut Bungin (2013) variabel dipahami sebagai fenomena yang bervariasi
dalam bentuk: kualitas, kuantitas, mutu, dan standar. Dari pengertian ini, maka dapat dipahami variabel adalah
sebuah fenomena yang berubah-rubah, ada fenomena yang spektrum variasinya sederhana, sementara ada
fenomena lain dengan spektrum variasi yang sangat kompleks.

Variabel adalah properti yang mengambil nilai yang berbeda karena keadaan dan situasi berubah.
Variabel dapat dianggap sebagai konstruksi yang dioperasionalkan atau properti tertentu di mana peneliti
tertarik. Variabel mengacu pada properti di mana anggota kelompok yang dipelajari berbeda satu sama lain.
Fokus utama dari proses operasionalisasi adalah penciptaan variabel dan pengembangan selanjutnya dari
instrumen pengukuran untuk menilai variabel-variabel tersebut. Operasionalisasi variabel dependen yang tidak
memadai merupakan ancaman bagi validitas eksternal dalam penelitian eksperimental (Cohen, Manion dan
Morrison, 2007).

Oleh karena itu penjelasan mengenai variabel amat sangat bervariasi sebagaimana bervariasinya variabel
itu sendiri. Dalam pengertian yang lebih konkrit dalam konteks penelitian variabel itu adalah konsep dalam
bentuk konkrit atau disebut juga konsep operasional. Penjelasan dimaksud tergantung pula pada jenis
penelitian yang dilaksaakan, konsep biasanya digunakan dalam mendeskripsikan segala variabel yang abstrak
dan kompleks, sedangkan variabel diartikan sebagai konsep yang lebih konkrit yang acuannya langsung lebih
nyata.

Kecerdasan adalah konsep, tingkat kecerdasan seperti kemampuan memecahkan masalah yang sulit
adalah variabel, karena tingkat kecerdasan memiliki nilai (value) yang berbeda-beda. Kursi adalah konsep,
bentuk kursi adalah variabel. Perkawinan adalah konsep, status perkawinan adalah variabel, karena ada
bermacam-macam bentuk perkawinan/status seseorang (kawin, lajang, duda, janda). Kelamin adalah konsep,
jenis kelamin adalah variabel karena ada kategori laki-laki dan perempuan. Dari contoh-contoh tersebut maka
dapat dirumuskan: “Variable is a concept that has more than one value, state, categore, condition”.

Dalam kaitan dengan pengukuran, menurut Supriyanto dan Djohan (2011) variabel merupakan:
1) Besaran tertentu dari sifat suatu objek atau orang (characteristicof objecs or person).
2) Besaran tersebut observable (dapat ditangkap oleh panca indera).
3) Nilainya berbeda-beda dari satu pengamatan kepengamatan berikutnya (Differs from observation to

observation).

Variabel Penelitian dan Pengukurannya | 84

METODOLOGI PENELITIAN

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam membuat definisi operasional sebuah variabel adalah: (1) nama
variabel, (2) definisi verbal variabel, (3) kelompok penggolongan variabel, dan (4) menggolongkannya.
Contoh: Variabel intelegensia:

1) Nama variabel: inteligensia
2) Definisi verbal: capacity for learning
3) Kelompok penggolongan: intelligence test score
4) Cara penggolongan dengan: rate, yaitu nilai test score dibandingkan dengan score standard.

Agar variabel dapat diukur, maka variabel harus dijelaskan kedalam konsep operasional dan untuk
maksud tersebut harus pula dijelaskan parameter dan indikator-indikatornya. Bilamana peneliti dapat
mengoperasionalkan konsep dengan baik, maka tidak suka baginya dalam mengoperasionalkan variabel, dan
selanjutnya memang ada juga peneliti yang mengalami kesukaran dalam mengoperasionalkan indikator
variabel konsep dan variabel secara tepat dan kongkrit.

Peneliti itu bekerja pada tataran teoritis dan empiris. Pada tataran teoritis peneliti mengidentifikasi
konstruk-konstruk serta hubungannya dengan proposisi dan teori. Pada tataran ini konstruk itu tidak dapat
diamati karena belum ada nilainya Kemudian pada tataran empiris peneliti mengidentifikasi, mengklasifikasi,
dan mengoperasionalkan variabel-variabel, termasuk menemukan hubungan-hubungan antar variabel, pada
tataran ini pengamatan sudah dapat dilakukan karena variabel sudah mengandung nilai.

Nilai yang diberikan pada variabel bergantung pada gejala sosial yang kita hadapi. Bila gejala sosial itu
berupa gejala nominal, maka nilai variabelnya berupa penggolongan-penggolongan secara terpisah (deskrit).
Misalnya jenis kelamin dimensinya hanya sebatas laki-laki dan perempuan. Jika gejala sosial berupa gejala
kontinum (kontinuitas) variabelnya mempunyai variasi yang bertingkat dan kontinuitas, kontinuitas dapat pula
dibagi-bagi menjadi besarnya derajat, misalnya rendah, sedang, dan tinggi.

Variabel-variabel dimaksud sesungguhnya telah dinyatakan secara eksplisit pada masalah penelitian,
dan dipertegas lagi pada rumusan hipotesis. Pernyataan hipotesis itu tidak hanya mengandung variabel-
variabel yang terlibat, tetapi juga hubungan antara satu variabel dengan variabel lainnya yang sudah diprediksi,
apakah hubungan itu berupa hubungan korelasional atau hubungun kausalitas. Bahkan peneliti juga dapat
menentukan nilai-nilai yang terkandung dalam variabel itu (deskrit atau kontinu). Dengan demikian maka
peneliti benar-benar dapat menjadikan variabel itu benar-benar memiliki makna yang strategis dalam
penelitian yang dilakukannya. Dengan kata lain sebuah penelitian tidak akan dapat diselesaikan dengan baik
tanpa mengenali variabel-variabelnya secara komprehensif.

Seperti kita ketahui peristiwa atau kejadian yang dapat ditangkap oleh indera manusia, itu kita sebut
dengan istilah fenomena. Fenomena itu kemudian kita urai menjadi konsep dan atau konstruk, kemudian kita
beri nama menjadi variabel. Variabel itu kemudian kita beri nilai. Semua rentetan itu dapat dijelaskan secara
ilmiah melalui suatu proses yang kita sebut penelitian. Selanjutnya variabel itu dapat kita bagi (golongkan)
mejadi: (i) variabel terikat (dependent variable) danvariabel bebas (independent variable), (ii) variabel
moderator (moderating variable), (iii) variabel antara (interveining variable), (iv) variabel laten dan manifest,
(v) variabel indogen dan eksogen. Jadi variabel adalah karakteristik individu atau objek yang dapat mempunyai
nilai, skor, ukuran yang berbeda untuk individu atau objek yang berbeda.

Variabel Penelitian dan Pengukurannya | 85

METODOLOGI PENELITIAN

B. JENIS VARIABEL PENELITIAN DAN CONTOHNYA
Variabel kategori juga dikenal sebagai variabel diskrit atau variabel klasifikasi atau variabel kualitatif.

Variabel kategori memiliki sejumlah nilai yang berbeda, yaitu, mereka dapat diklasifikasikan ke dalam
kategori terbatas yang berbeda. Atribut (atau sub-nilai atau himpunan bagian) dari variabel kategoris bervariasi
dalam jenisnya daripada dalam derajat, jumlah atau tingkat atau kuantitas (Nwankwo dan Emunemu, 2014).
Variabel penelitian kuntitatif dilihat dari skala pengukurannya dapat dikelompokan menjadi empat kelompok,
masing-masing dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Variabel Nominal

Variabel nominal adalah variabel yang bersifat diskrit (bijaksana) dan saling pilih (mutually exclusive)
antara kategori yang satu dengan kategori yang lain. Dengan kata lain variabel nominal ini adalah variabel
yang kualitasnya tidak bermakna atau nama variabel itu hanya simbol saja, contohnya: jenis kelamin, status
perkawinan, status perumahan, dan lain-lain. Oleh karena variabel nominal ini tidak mempunyai nilai, maka
untuk variabel nominal tidak memerlukan skala ukur.

Contoh pertama: contoh yang paling umum digunakan yaitu variabel jenis kelamin. Jenis kelamin akan
dibedakan menjadi Laki-laki dan Perempuan. Dalam hal ini, hasil pengukuran tidak memiliki tingkatan
tertentu. Artinya laki-laki tidak lebih tinggi daripada perempuan, atau sebaliknya.
Di dalam sebuah penelitian, biasanya akan diberi simbol angka sebagai pembeda, misal jenis kelamin laki-laki
diberi simbol angka 1, jenis kelamin perempuan diberi simbol 0. Simbol angka disini hanya untuk
membedakan saja, tidak menunjukkan bahwa 1 lebih besar dari 0 dan sebagainya.

Contoh kedua: misalnya nama kota lahir. Ada yang Bandung, Jakarta, Surabaya, Bogor, dan
lain lain. Hal ini hanya untuk pembeda saja, tidak menunjukkan tingkatan tertentu. Dengan kata lain,
orang yang lahir di Bandung bukan berarti lebih baik dari Bogor atau yang lainnya.

Contoh ketiga: misalnya menjelaskan agama, ada Islam, Kristen, Hindu, Budha, Katolik. Ini hanya
bersifat membedakan saja.
2. Variabel Ordinal

Variabel ordinal adalah variabel yang dibentuk atas dasar jenjang dalam atribut tertentu. Seperti
misalnya: jenjang tertinggi dan terendah sesungguhnya ditetapkan menurut kesepakatan, sehingga angka 1
atau angka 10 dapat berada pada tingkatan paling tinggi atau paling rendah. Variabel ordinal ini diukur dengan
skala ordinal, yaitu skala pengukuran yang menyatakan sesuatu lebih dari yang lain, skala ordinal memberikan
nilai peringkat terhadap dimensi konstruk atau variabel yang diukur sehingga menunjukan suatu urutan
penilaian atau tingkat preferensi. Misalnya seorang peneliti ingin mengetahui preferensi konsumen terhadap
merek AC (pendingin ruangan) yang ditawarkan produsen. Untuk itu responden (konsumen) diminta untuk
menyusun urutan pilihan terhadap setiap merek AC yang ditawarkan produsen dengan urutan sesuai jumlah
produsen yang menawarkan, misalnya produsen yang menawarkan AC itu ada 5, maka pertanyaannya dapat
dibuat sebagai berikut:

a. Sebutkan preferensi (peringkat pilihan) anda terhadap merek-merek AC berikut ini:
1) National
2) Mitsubishi

Variabel Penelitian dan Pengukurannya | 86

METODOLOGI PENELITIAN

3) Shap
4) LG
5) Politeron
b. Sebutkan preferensi (peringkat pilihan) anda terhadap berbagai bidang usaha jika anda akan membuka

usaha pada saat sekarang ini:
1) Migas
2) Batubara
3) Perhotelan
4) Properti
5) Restoran

Skala ordinal merupakan skala pengukuran yang sudah menyatakan peringkat antar tingkatan. Jarak atau
interval antar tingkatan juga tidak harus sama. Skala ordinal ini memiliki tingkatan yang lebih tinggi daripada
skala nominal, karena skala ini tidak hanya menunjukkan kategori saja tetapi juga menunjukkan peringkat. Di
dalam skala ordinal, objek atau kategorinya disusun berdasarkan urutan tingkatannya, dari tingkat terendah ke
tingkat tertinggi atau sebaliknya, Ciri-ciri dari skala ordinal antara lain:

1) kategori data saling memisah.
2) kategori data ditentukan berdasarkan jumlah karakteristik khusus yang dimilikinya.
3) kategori data dapat disusun sesuai dengan besarnya karakteristik yang dimiliki.

Contoh pertama: contoh pada variabel sikap seseorang terhadap suatu pernyataan, sikap tersebut
berupa sangat setuju, setuju, biasa saja, tidak setuju, sangat tidak setuju. Pada variabel sikap ini dari sangat
setuju ke sangat tidak setuju menunjukkan kategori dan memiliki tingkatan. Di dalam sebuah penelitian,
kategori tersebut bisa disimbolkan dengan angka, misal angka 5 untuk sangat setuju, angka 4 untuk setuju,
angka 3 untuk biasa saja, angka 2 untuk tidak setuju, dan angka 1 untuk sangat tidak setuju.

Contoh kedua: misal dalam variabel nilai huruf mutu pada perkuliahan, yaitu nilai A, B, C, D, dan E.
Pada nilai ini menunjukkan tingkatan bahwa nilai A lebih besar dari B, dan seterusnya.
3. Variabel Interval

Variabel interval yaitu variabel yang dibangun dari pengukuran, dalam pengukuran tersebut diasumsikan
terdapat satuan pengukuran yang sama. Misalnya: variabel pendapatan artis dangdut dalam setahun sebagai
berikut:

1) Rp 501.000.000,00 s/d Rp 1.000.000.000,00
2) Rp 1.001.000.000,00 s/d Rp 1.500.000.000,00
3) Rp 1.501.000.000,00 s/d Rp 2.000.000.000,00 dan seterusnya.

Pengukuran variabel interval ini menggunakan skala pengukuran yang menyatakan peringkat dan jarak
konstruk dari yang diukur, dengan kata lain skala interval tidak hanya menyatakan urutan preferensi, tetapi
juga mengukur jarak antara pilihan yang satu dengan pilihan yang lain. Skala interval mencakup konsep
kesamaan jarak (equality interval), sehingga jarak antara 4 dan 5 = jarak antara 10 dan 11. Skala pengukuran
interval tidak menggunakan angka 0 (nol) sebagai titik awal pengukuran. Dengan kata lain titik 0 dalam

Variabel Penelitian dan Pengukurannya | 87

METODOLOGI PENELITIAN

pengukuran interval dipilih atau ditetapkan secara sembarang, sehingga nilai skala interval bukan angka 0
mutlak. Pengukuran dengan skala Likert merupakan pengukuranbdengan skala interval.

Contoh: pernyataan sikap psikologis responden tentang kepuasan kerja yang ditunjukan dengan angka
1 sampai dengan 5, dimana angka 1 menunjukan tingkat kepuasan paling rendah dan angka 5 menunjukan
tingkat kepuasan yang paling tinggi. Berikut ini diberikan contoh instrumen yang menya-takan kepuasan kerja
dengan indikator besarnya insentif yang diterima, sistem pengembangan karir, dan kelengkapan fasilitasnya.

1) Saya menganggap besarnya insentif yang saya terima sudah sesuai dengan yang saya harapkan:
a) Sangat setuju
b) Setuju
c) Netral
d) Tidak setuju
e) Sangat tidak setuju

2) Menurut anda sistem pengembangan karir di perusahaan ini sudah sesuai dengan yang anda harapkan:
a) Sangat setuju
b) Setuju
c) Netral
d) Tidak setuju
e) Sangat tidak setuju

3) Menurut anda fasilitas yang tersedia di perusahaan ini sudah lengkap:
a) Sangat setuju
b) Setuju
c) Netral
d) Tidak setuju
e) Sangat tidak setuju.

4. Variabel Rasio
Varaibel rasio yaitu variabel yang memiliki permulaan angka nol mutlak. Contohnya misalnya variabel

umur, ada yang berumur 0, 1, 3, 4 tahun dan setrusnya. Variabel rasio inipengukurannya menggunakan skala
rasio (ratio scale), yaitu pengukuran yang menunjukan peringkat, jarak, dan perbandingan konstruk yang
diukur (Sanusi, 2011).

Skala rasio menggunakan nilai absolut, sehingga dapat memperbaiki kelemahan pada skala interval yang
menggunakan ukuran relatif. Nilai-nilai pada variabel kebanyakan menggunakan skala rasio, seperti misalnya
variabel pendapatan, variabel investasi, variabel tingkat bunga, variabel jumlah uang yang beredar, variabel
jumlah tenaga kerja, variabel laba perusahaan, dan lain-lain. Misalkan pendapatan seorang responden Rp 10
juta perbulan adalah 2 x besarnya pendapatan responden yang Rp 5 juta. Tingkat bunga 10%, 2 x besarnya dari
tingkat bunga 5%. Jadi skala rasio menyatakan sesuatusekian kali besarnya dari yang lain.

Contoh pertama: misal tinggi badan Agung adalah 190 cm sedangkan tinggi badan Vatinson adalah 95
cm. Pada situasi ini dapat dikatakan bahwa jarak tinggi badan Vatinson dengan Agung adalah 95 cm. Bisa juga
dikatakan bahwa tinggi badan Agung 2 kali tinggi badan Vatinson.

Variabel Penelitian dan Pengukurannya | 88

METODOLOGI PENELITIAN

Contoh kedua: misalkan nilai ujian matematika Tono adalah 50, sedangkan nilai Toni adalah
100. Ukuran rasionya dapat dinyatakan bahwa nilai Toni adalah 2 kali nilai Tono.

Selain pengelompokan menurut pengukurannya, variabel penelitian kuantitatif juga dapat dibedakan
menurut macam ragamnya seperti misalnya:
1. Variabel Bebas (independen variable)

Variabel bebas adalah variabel yang menentukan arah atau perubahan tertentu pada variabel
tergantung, sebaliknya variabel bebas berada pada posisi yang lepas dari pengaruh variabel tergantung.
2. Variabel Tergantung/Terikat (dependend variable)

Variabel tergantung adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas. Misalnya pada suatu
penelitian tingkat produksi bergantung pada proses produksi, dengan kata lain proses yang baik akan
mengakibatkan produksi meningkat, sebaliknya bila proses produksi kurang/tidak baik, maka produksinya
akan menurun. Atas dasar penjelasan ini maka variabel bebas adalah proses produksi, dan variabel tergantung
adalah tingkat produksi.
3. Variabel Antara/Penyela

Varaibel antara adalah variabel yang dipertimbangkan dalam analisis, terutama kalau kehadiran variabel
penyela itu sudah dimasukan dalam desain penelitian atau desain analisis. Sering terjadi pada penelitian
tertentu variabel antara inilah yang paling besar pengaruhnya terhadap variabel tergantung melalui penemuan
sebab akibat yang sempurna. Contoh misalnya, ada penelitian tentang: “Pengaruh Pendidikan terhadap
pertumbuhan ekonomi seseorang”, yang dapat divisualisasikan sebagai berikut:

Gambar 6.1 Variabel Antara
Berdasarkan Gambar 6.1 diatas kita dapat melihat ternyata hasilnya pendidikan tidak terlalu
berpegaruh (tidak signifikan pengaruhnya) terhadap pertumbuhan ekonomi seseorang. Hasil penelitian itu
ternyata banyak kesesuaiannya dengan kenyataan yang terjadi di masyarakat, betapa banyak orang yang sudah
berpendidikan sarjana, tetapi penghidupannya (ekonominya) tidak banyak berubah dari sebelum menjadi
sarjana. Setelah memperhatikan kenyataan ini kemudian dicoba lagi dengan memasukan variabel antara, dan
yang dipilih sebagai variabel antara adalah “etos kerja”, kemudian diterapkan dalam penelitian, ternyata
hasilnya menjadi signifikan. Jadi disini yang dominan pengaruhnya adalah variabel antara, dan hasil penelitian
dengan memasukan etos kerja sebagai variabel antara ini ternyata banyak kesesuaiannya dengan kenyataan
dimasyarakat. Betapa banyak orang yang pendidiknnya hanya SLTA tetapi ia memiliki etos kerja yang tinggi,
maka pertumbuhan ekonominya lebih baik dari yang berpendidikan sarjana tapi tidak punya etos kerja. Jadi
kesimpulannya pendidikan saja tidak otomatis dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi seseorang, tanpa
diiringi dengan perubahan atau peningkatan etos kerja. Istilah lain untuk variabel antara ini disebut juga
variabel intervening, dalam desain penelitian dapat digambar sebagai berikut:

Gambar 6.2 Pengaruh Variabel Bebas dan Variabel Antara Terhadap Variabel Terikat

Variabel Penelitian dan Pengukurannya | 89

METODOLOGI PENELITIAN
4. Variabel yang Mengikuti

Variabel yang mengikuti yaitu variabel yang posisinya bisa ada disekitar variabel bebas dan disekitar
variabel tergantung. Variabel ini disebut juga komposit variabel. Dalam penelitian tertentu adakalanya variabel
ini dianalisis sebagai bagian dari variabel utamanya, bisa variabel bebas dan bisa juga variabel tergantung,
dalam penelitian yang lain variabel komposit ini dianalisis tersendiri karena dianggap sebagai variabel yang
berdiri sendiri, dan dalam kemungkinan yang lain lagi bisa juga variabel ini dipertimbangkan dalam
pembahasan hasil penelitian sebagai faktor yang bisa jadimempengaruhi variabel-variabel penelitian.Masalah
dalam pemerintahan yang selalu terulang tiap ada pergantian kabinet dapat kita jadikan contoh disini, misalnya
“menaikan harga bahan bakar minyak (BBM)” perhatian gambar di bawah ini:

Gambar 6.3 Hubungan Variabel Bebas, Variabel Penyela/Intervening, Variabel Terikat, dan Variabel yang
mengikuti (komposit) yang menimbulkan Kompleksitas dalam pengambilan Keputusan Pemerintah
Keberadaan variabel penyela (intervening) dan variabel yang menyertai (variabel komposit), maka

persoalan yang dihadapi pemerintah tidak lagi biasa (sederhana), tetapi berubah menjadi kompleks, karena
perubahan variabel terikat tidak lagi sematamata disebabkan oleh variabel bebas, tetapi juga diwarnai oleh
kehadiran variabel penyela (intervening) dan variabel yang menyertai (variabel komposit). Variabel penyela
(intervening) ini berada diantara variabel bebas dan variabel terikat, sedangkan variabel yang menyertai
(variabel komosit) berada disekitar variabel bebas, yang dalam contoh ini terdiri dari: harga minyak
internasional, kepentingan dalam negeri, dan tekanan bebagai pihak. Sedangkan variabel yang menyertai
(variabel komposit) yang berada disekitar variabel terikat terdiri dari: perilaku konsumen, perilaku spekulan,
dan kondisi pasar.

Kehadiran variabel penyela (intervening) ini dipertimbangkan dalam analisis hubungan antar variabel,
terutama kalau kehadiran variabel tersebut sudah diketahui dan sudah dimasukan dalam desain penelitian atau
dalam desain analisis penelitian. Dalam penelitian-penelitian tertentu sering ditemui variabel penyela (variabel
intervening ini yang lebih besar pengaruhnya terhadap variabel tergantung, dan itu dapat dianalisis melaui
penemuan hubungan sebab akibat.

Variabel Penelitian dan Pengukurannya | 90

METODOLOGI PENELITIAN

RINGKASAN

Variabel adalah variasi dalam tiap komponen teori. Proposisi mempunyai variabel yaitu hipotesis dan
tesis. Klasifikasi mempunyai variabel yaitu klasifikasi diskrit dan klasifikasi kontinum, konsep mempunyai
variabel yaitu konsep yang observable dan konsep yang konstruk. Variabel juga bervariasi, ada variabel
dependen, variabel independen, variabel intervening, dan sebagainya. Variabel Penelitian adalah suatu atribut,
nilai atau sifat dari objek penelitian (individu atau kegiatan) yang memiliki variasi tertentu antara satu objek
dengan objek lainnya. Umumnya variabel penelitian akan ditentukan oleh seorang peneliti untuk dipelajari dan
digali Informasi dari objek tertentu yang kemudian ditarik kesimpulannya.

Variabel berasal dari kata dalam bahasa Inggris variabel yang berarti faktor tidak tetap atau berubah-
rubah. Bahasa Indonesia kontemporer telah terbiasa menggunakan kata variabel ini dengan pengertian
bervariasi. Dengan demikian menurut Bungin (2013) variabel dipahami sebagai fenomena yang bervariasi
dalam bentuk: kualitas, kuantitas, mutu, dan standar. Dari pengertian ini, maka dapat dipahami variabel adalah
sebuah fenomena yang berubah-rubah, ada fenomena yang spektrum variasinya sederhana, sementara ada
fenomena lain dengan spektrum variasi yang sangat kompleks.

Variabel dipahami sebagai fenomena yang bervariasi dalam bentuk: kualitas, kuantitas, mutu, dan
standar. Dari pengertian ini, maka dapat dipahami variabel adalah sebuah fenomena yang berubah-rubah, ada
fenomena yang spektrum variasinya sederhana, sementara ada fenomena lain dengan spektrum variasi yang
sangat kompleks. Variabel pengukuran adalah proses menentukan jumlah atau intensitas informasi mengenai
orang, peristiwa, gagasan, dan atau obyek tertentu serta hubungannya dengan masalah. Proses pengukuran
yaitu dengan menetapkan angka atau tabel terhadap karakteristik atau atribut dari suatu obyek, atau setiap jenis
fenomena atau peristiwa yang menggunakan aturan-aturan tertentu yang menunjukkan jumlah dan kualitas
dari faktor-faktor yang diteliti. Jenis-jenis variabel penelitian terbagi menjadi 2, yaitu berdasarkan macam
ragamnya (variabel bebas, variabel tergantung, variabel penyela, variabel yang mengikuti) dan berdasarkan
skala pengukuran (skala nominal, skala ordinal, skala interval, dan skala rasio).

Variabel Penelitian dan Pengukurannya | 91

METODOLOGI PENELITIAN

EVALUASI DIRI

A. Pilihan Ganda
1. Judul penelitian adalah "Pengaruh Kedisiplinan Mahasiswa dan Minat Belajar terhadap Prestasi Belajar

Kimia Lingkungan Mahasiswa Pendidikan Kimia Angkatan 2019 Tahun Ajaran 2020/2021". Variabel
terikat dari judul tersebut adalah ….

A. Kedisiplinan Mahasiswa

B. Minat belajar

C. Prestasi belajar Kimia lingkungan

D. Mahaiswa angkatan 2019

E. Pendidikan Kimia

2. Perhatikan data hasil percobaan berikut!

Jenis Pupuk Tinggi Jumlah Bunga Warna Bunga

Tanaman(Cm)

A 85 15 Cerah

B 100 30 Sangat Cerah

C 60 10 Kurang Cerah

Berdasarkan tabel diatas, variabel bebas pada percobaan tersebut adalah ….
A. Jumlah bunga
B. Tinggi bunga
C. Warna bunga
D. Kelembapan media tanam
E. Jenis pupuk
3. Disajikan penelitian yang berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri dan Gaya Belajar Kognitif
Terhadap Hasil Belajar Peserta Didik pada Pembelajaran Kimia”. Berdasarkan judul penelitian tersebut
tentukan variabel terikatnya ….
A. Hasil belajar pada pembelajaran kimia
B. Pengaruh model pembelajaran inkuiri dan gaya belajar kognitif
C. Hasil belajar peserta didik dan model pembelajaran
D. Pengaruh model pada pembelajaran kimia
E. Semua jawaban salah
4. Disajikan judul penelitian “Pengaruh Perendaman Terhadap Pertumbuhan Biji Kacang Hijau”.
Berdasarkan judul penelitian tersebut tentukan variabel bebasnya ….
A. Lama perendaman
B. Pertumbuhan biji kacang hijau
C. Suhu, kelembapan, dan cahaya
D. Peremdaman terhadap pertumbuhan
E. Suhu dan cahaya

Variabel Penelitian dan Pengukurannya | 92


Click to View FlipBook Version